14
FARINGITIS Definisi Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (40 - 60%), bakteri (5 – 40%), alergi, trauma, toksin dan lain – lain. Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil yang disebabkan oleh beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal didaerah faring. Faringitis kronis adalah faringitis yang terjadi setelah serangan akut yang berkali – kali. Odinofagia atau nyeri tenggorok merupakan gejala yang sering dikeluhkan akibat adanya kelainan atau peradangan di daerah nasofaring, orofaring dan hipofaring. Anatomi

FARINGITIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

faringitis

Citation preview

FARINGITIS

Definisi Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (40 - 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, toksin dan lain lain.Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil yang disebabkan oleh beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal didaerah faring.

Faringitis kronis adalah faringitis yang terjadi setelah serangan akut yang berkali kali.

Odinofagia atau nyeri tenggorok merupakan gejala yang sering dikeluhkan akibat adanya kelainan atau peradangan di daerah nasofaring, orofaring dan hipofaring.

Anatomi

Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang berbentuk corong yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke VI. Pada bagian atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, pada bagian depan berhubungan dengan mulut melalui istmus orofaring, sedangkan laring di bawah berhubungan melalui additus laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm. bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir , fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot.

Fungsi faring

Fungsi faring terutama ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara, dan untuk artikulasi.

Fungsi faring dalam proses berbicara

Fungsi menelan

Terdapat 3 fase dalam proses menelan yaitu fase oral, fase faringal dan esofagal. Fase oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring. Gerakan disini disengaja (voluntary). Fase faringal yaitu pada waktu transport bolus makanan melalui faring. Gerakan disini tidak disengaja (involuntary). Fase esofagal, disini gerakannya tidak disengaja, yaitu pada waktu bolus makana bergerak secara peristaltic di esophagus menuju lambung.

Epidemiologi Faringitis dapat terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, dengan frekuensi yang lebih tinggi terjadi pada populasi anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.PatofisiologiPenularan terjadi melalui droplet. Virus dan bakteri menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak.Faringitis terbagi atas :

1. Faringitis akut

a. Faringitis viral

Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis.

Gejala dan tandaDemam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menalan.

Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.

Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak.

Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa diseluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.

Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut dileher dan pasien tampak lemah.

TerapiIstirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat. Analgetika jika perlu dan tablet isap.

Antivirusmetisoprinol (Isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60 100 mg/kgBB dibagi dalam 4 6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4 6 kali pemberian/hari.b. Faringitis bacterial

Infeksi grup A Stretokokus hemolitikus merupakan penyebab faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).

Gejala dan tandaNyeri kepala yang hebat, muntah, kadang kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.

Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfe leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri pada penekanan.

Terapia. Antibiotik Dieberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus hemolitikus. Penicillin G Banzatin 50.000 U/kgBB IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500 mg selama 6 10 hari atau erotromisin 4 x 500 mg/hari.b. Kortikosteroid : deksametason 8 16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0,08 0,3 mg/kgBB, IM, 1 kali.

c. Analgetika

d. Kumur dengan air hangat atau antiseptik c. Faringitis fungal

Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.

Gejala dan tanda

Keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.

Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar Sabouroud dextrose.

Terapi

a. Nystatin 100.000 400.000 2 kali/hari.

b. Analgetika

d. Faringitis gonorea

Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontok orogenital.

Terapi

Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson 250 mg, IM.2. Faringitis kronikFaringitis yang terjadi setelah serangan akut yang berkali kali. Patofisiologi

Pada proses radang kronis terdapat 2 bentuk, hipertrofi/hyperplasia dan atrofi. Karena proses radang berulang, maka selain epitel terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti jaringan parut.

Differensial Diagnosis

Radang spesifik : TBC, jamur dan sifilis.

Radang non-spesifik

Keganasan

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium darah, urine rutin

Bakteriologi

BiopsiTerdapat dua bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat.a. Faringitis kronik hiperplastikPada faringitis kronik hiperplastik terjdai perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular.

Gejala

Pasien mengeluh mula mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk yang bereak.

Terapi

Terapi local dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran. Penyakit di hidung dan sinus paranasal harus diobati.

b. Faringitis kronik atrofiFaringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu lembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.

Gejala dan tanda

Pasien menegeluh tenggorok kering serta mulut berbau.

Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.Terapi

Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan untuk faringitis kronik atrofi ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.

Faringitis VirusFaringitis Bakteri

Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokanSering ditemukan nanah di tenggorokan

Demam ringan atau tanpa demamDemam ringan sampai sedang

Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkatJumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang

Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesarPembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening

Tes apus tenggorokan memberikan hasil negatifTes apus tenggorokan memberikan hasil positif untukstrep throat

Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteriBakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

3. Faringitis spesifik

a. Faringitis luetikaTreponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring seperti juga penyakit lues di organ lain.

Gambaran kliniknya tergantung pada stasium penyakit primer, sekunder atau tertier.

Stadium primer

Kelainan pada stasium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yang tidak nyeri. Juga di dapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan.

Stadium sekunder

Stadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar kea rah laring.

Stadium tertier

Pada stasium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan palatum. Jarang pada dinding posterior faring. Guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma yang terdapat di palatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen.

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan serologik. Terapi penisilin dalam dosis tinggi merupakan obat pilihan utama.

b. Faringitis tuberkulosaFaringitis tuberculosis merupakan proses sekunder dari tuberculosis paru. Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberculosis faring primer. Cara infeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara.Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberculosis miliaris. Bila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole dan palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak. Saat ini juga penyebaran secara limfogen.

Gejala

Keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan odinofagia. Pasien mengeluh nyeri yang hebat ditenggorok, nyeri ditelinga atau otalgia serta pembesaran kelenjar limfa servikal.

Diagnosis

Untuk mengakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan asam, foto thoraks untuk melihat adanya tuberculosis paru dan biopsy jaringan yang terinfeksi untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan asam di jaringan.

Terapi

Sesuai dengan terapi tuberculosis paru.

DAFTAR PUSTAKA1. Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007.

2. Adam, Goerge L.1997. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring dalam: Boeis Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta; 328-29.3. Beasly P. Anatomy of the pharynx and esophagus. Scott-Browns otolaryngology. Basic sciences. 6th Ed. Butterworth-Heinemann 1997: p. 1/10/1 1/10/404. Aung, K. Pharyngitis, Viral. eMedicine.Com 2005; (online), (http://www.emedicine.Com/med/topic.1812.htm. diakses 2 Mei 2005).5. Simon, HK. Pediatrics, Pharyngitis. eMedicine.Com 2005; (online), (http://www.emedicine.Com/emerg/topic.395.htm. diakses 30 april 2005).6. Kazzi, AA. Pharyngitis. eMedicine.Com 2005; (online), (http://www.emedicine.Com/emerg/topic.419.htm. diakses 30 april 2005).