Upload
truongdang
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KORELASI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN AGAMA ORANG TUA
DAN KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMAAH SISWA DI MTs DARUL
ULUM PIDODOKULON PATEBON KENDAL TAHUN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
M Syaifulloh
NIM : 073111015
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M Syaifulloh
NIM : 073111015
Jurusan/ Program Studi : Pendidikan agama
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 21 September 2011
Saya yang menyatakan ,
M Syaifulloh
NIM : 073111015
iii
KEMENTERIAN AGAMA R.I
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. (024)7601295
Fax7615387 Semarang 50185
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan :
Judul : Korelasi Antara Tingkat Pendidikan Agama Orang Tua
Dan Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa Di Mts Darul
Ulum Pidodokulon Patebon Kendal Tahun 2010/2011
Nama : M Syaifulloh
NIM : 073111015
Jurusan : Pendidikan agama
Program Studi : Pendidikan agama
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua, Sekretaris,
NIP : NIP :
Penguji I, Penguji II,
NIP : NIP :
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Hj. Sukasih, M. Pd. Dra. Ani Hidayati, M. Pd.
NIP.19570202 199203 2 001 NIP.19611205 199303 2 001
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 26 September 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiy ah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan :
Judul : Korelasi Antara Tingkat Pendidikan Agama Orang Tua Dan
Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa Di Mts Darul Ulum
Pidodokulon Patebon Kendal Tahun 2010/2011
Nama : M Syaifulloh
NIM : 073111015
Jurusan : Pendidikan agama
Program Studi : Pendidikan agama
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu‘alaikum wr. wb.
Pembimbing I,
Dr. Hj. Sukasih, M. Pd.
NIP: 19570202 199203 2 001
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 28 September 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan :
Judul : Korelasi Antara Tingkat Pendidikan Agama Orang Tua Dan
Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa Di Mts Darul Ulum
Pidodokulon Patebon Kendal Tahun 2010/2011
Nama : M Syaifulloh
NIM : 073111015
Jurusan : Pendidikan agama
Program Studi : Pendidikan agama
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu‘alaikum wr. wb.
Pembimbing II,
Dra.Ani Hidayati, M. Pd.
NIP: 19611205 199303 2 001
vi
ABSTRAK
Judul : Korelasi Antara Tingkat Pendidikan Agama Orang Tua Dan
Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa Di Mts Darul Ulum
Pidodokulon Patebon Kendal Tahun 2010/2011
Penulis : M Syaifulloh
NIM : 073111015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah ada korelasi positif
antara tingkat pendidikan agama orang tua dan kedisiplinan shalat berjamaah siswa
di Mts Darul Ulum Pidodokulon Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011?
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif
kuantitatif yang menggunakan teknik korelasional. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling dengan menyebarkan
angket yang berisi tentang kolom pengisian data diri dan orang tua untuk data tingkat
pendidikan agama orang tua yang terdiri dari 15 soal untuk kedisiplinan shalat
berjamaah siswa kepada 50 peserta didik yang diambil dari kelas VII, VIII dan IX,
yaitu dari kelas VII (13 peserta didik), VIII (14 peserta didik), IX (23 peserta didik).
Adapun teknik yang dipakai dalam pengumpulan data adalah menggunakan:
angket, dokumentasi dan observasi. Data penelitian yang terkumpul kemudian
dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi product moment.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian diketahui bahwa,
variabel X (tingkat pendidikan agama orang tua) menempati kategori sedang, dengan
nilai mean 3, 94 pada interval 4 dan variabel Y (kedisiplinan shalat berjamaah siswa)
menempati kategori sedang, dengan nilai mean 50, 46 pada interval 50-52.
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat pendidikan agama
orang tua dan kedisiplinan shalat berjamaah siswa. Berdasarkan pada analisis
kuantitatif dari hasil penelitian menunjukan bahwa dilihat nilai r obsrevasi adalah
0,518 berada di atas r product moment batas penolakan 5% sebesar 0,278, dengan
kata lain 0,518 > 0,278. Dengan demikian hasilnya dinyatakan signifikan dan
hipotesis yang diajukan diterima.
vii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
NO Huruf Hijaiyyah Huruf latin Bacaan
1 A Alif
2 B Ba’
3 T Ta’
4 Ts Tsa’
5 J Jim
6 H Ha’
7 Kh Kho’
8 D Dal
9 Dz Dzal
10 R Ro’
11 Z Za’
12 S Sin
13 Sy Syin
14 Sh Shod
15 Dl Dlod
16 Th Tho’
17 Dh Zho’
18 A’ A’in
19 Gh Ghoin
20 F Fa’
21 Q Qof
viii
22 K Kaf
23 L Lam
24 M Mim
25 N Nun
26 W Wau
’H Ha ه 27
28 La Lam-Alif
29 ‘a Hamzah
30 Y Ya’
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah- Nya,
sehingga menjadikan lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa cahaya ilahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil
manfaatnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi.
Skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Tingkat Pendidikan Agama Orang
Tua Dan Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa Mts Darul Ulum Pidodokulon
Patebon Kendal Tahun 2010/2011” ini merupakan syarat akademis dalam
menyelesaikan Studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam pada
Fakultas Tarbiyah di Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Melalui skripsi ini penulis banyak belajar sekaligus memperoleh pengalaman-
pengalaman baru secara langsung, yang belum pernah diperoleh sebelumnya. Dan
diharapkan pengalaman tersebut dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan ,
saran-saran serta motivasi dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, suatu keharusan bagi pribadi penulis untuk
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Suja’i, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
2. Nasirudin, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan agama, fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang.
3. Ahmad Muthohar M. Ag. selaku dosen wali yang senantiasa sabar dalam
memberi pengarahan demi kelancaran dalam perkuliahan.
4. Dr. Hj. Sukasih, M. Pd. selaku pembimbing I dan Dra. Ani Hidayati, M.Pd.
selaku pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penulisan skripsi.
x
5. Bapak dan ibu dosen serta segenap civitas akademik Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
6. Segenap keluarga, terutama ayah bunda tercinta (ayahanda Afandi dan ibunda
Afiyah), kakak beserta adik tersayang yang selalu mencurahkan kasih sayang,
perhatian, kesabaran, ketabahan serta untaian do’a yang tulus sepanjang waktu
demi keberhasilan peneliti.
7. Segenap pengasuh pondok pesantren Daarun Najaah KH. Sirodj Khudhori
beserta keluarga dan DR. KH.Ahmad Izzudin, M. Ag, sekeluarga yang penulis
nantikan barakah ilmunya.
8. Bapak / Ibu karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan perpustakaan IAIN
Walisongo Semarang atas pelayanan buku selama penyusunan skripsi.
9. Kepala Madrasah dan Keluarga Besar Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum
Pidodokulon Patebon Kendal yang telah memberikan tempat kepada penulis
dalam melakukan penelitian sehingga terciptanya kelancaran dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh Santri Daarun Najaah terutama kampoeng pecinan (Saefudin, Ramen,
Mirzuw, Fidyat, Tongklow, Jatie, Trojont, Mbah Wou, Odik, Zami, Mujab, Aji,
Cinox, Mpah, mizan), Qomar, Mbah Wou ndut, Ahmadi, Ilung, A5, Maskhun
dan santri lainnya yg tak sanggup kami sebut satu persatu.
11. Teman-teman seperjuangan PAI Paket A 2007 dan sahabat-sahabatku (Oliph,
Isty, Indah,Mb Ovy, Inyonk, Mb Zulfa, Mb Ani, MB Uudz, Mb Eliz,Mb Nusan,
Mb Cikur, Mb Ida, Twin, Mz Ahmad, Kamal, Mz Andi, Setia, Sugi) yang
senantiasa menjadi penyemangat penulis.
12. Para Sinpei dan segenap kenshi UKM Kempo Dojo Miftahul Jannah IAIN
Walisongo Semarang yang selalu menyemangati dan memotivasi penulis dalam
setiap waktu.
Harapan dan do’a penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak dapat
menjadi amal baik dan semoga mendapat balasaqn dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam makna yang
sesungguhnya, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat , baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.
xi
Semarang, 21 September 2011
Penulis,
M Syaifulloh
NIM. 073111015
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN............................................................................................. ii
PENGESAHAN................................................................................................................. iii
NOTA PEMBIMBING....................................................................................................... iv
ABSTRAK......................................................................................................................... vi
TRANSLITERASI.............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI................................................................................................................... ... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Penegasan Istilah........................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah......................................................................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat penelitian...................................................................... 7
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka............................................................................................... 8
B. Kerangka Teoritik........................................................................................... 9
1. Tingkat Pendidikan Agama Orang Tua...................................................9
a. Pengertian Pendidikan Agama......................................................... 9
b. Jalur Pendidikan............................................................................ 10
c. Jenjang Pendidikan....................................................................... 12
d. Tingkat Pendidikan Agama Orang Tua................................. 14
2. Kedisiplinan Shalat Berjamaah.............................................................. 15
a. Pengertian Kedisiplinan Shalat Berjamaah...................................... 15
b. Dasar Pembinaan Kedisiplinan........................................................ 18
c. Bentuk-bentuk Kedisiplinan............................................................ 20
d. Pendekatan Dalam Kedisiplinan...................................................... 22
e. Dasar Kedisiplinan Shalat Berjamaah…………………………….. 24
f. Syarat-syarat Shalat Berjamaah…………………………………….27
g. Manfaat Shalat Berjamaah………………………………………... 29
xiii
h. Keutamaan dan Hikmah Shalat Berjamaah……………………….. 30
C. Korelasi Tingkat Pendidikan Agama Orang Tua Dan
Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa..……………………………………… 32
D. Pengajuan Hipotesis…………………………………………………………... 34
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................................... 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 35
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel………………………. 35
D. Variabel dan Indikator Penelitian................................................................ 37
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………. 37
F. Teknik Analisis Data………………………………………………………..38
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum Kendal
1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Darul Ulum Kendal............................ 41
2. Visi dan Misi MTs Darul Ulum Kendal................................................. 41
3. Letak Geofrafis MTs Darul Ulum Kendal............................................. 42
4. Keadaan Guru dan Siswa MTs Darul Ulum Kendal.............................. 42
5. Sarana Prasarana MTs Darul Ulum Kendal........................................... 43
B. Deskriptif Data Hasil Penelitian
1. Analisis Pendahuluan………………………………………………….. 45
2. Analisis Uji Hipotesis………………………………………………..... 52
3. Analisis Lanjut………………………………………………………… 55
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 57
B. Saran.......................................................................................................... 58
C. Penutup...................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keadaan siswa MTs Darul Ulum Pidodokulon Patebon Kendal
Tabel 2 Data skor tingkat pendidikan agama orang tua
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Skor Data X (tingkat pendidikan agama orang tua)
Tabel 4 Hasil Angket kedisiplinan shalat berjamaah siswa MTs Darul Ulum Pidodokulon
Patebon Kendal
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Skor Data Y (kedisiplinan shalat berjamaah siswa MTs Darul
Ulum Pidodokulon Patebon Kendal tahun 2010/2011)
Tabel 6 Koefisien Korelasi antara Variabel X (tingkat pendidikan agama orang tua) dan Y
(kedisiplinan shalat berjamaah siswa MTs Darul Ulum Pidodokulon Patebon Kendal
tahun 2010/2011)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Kepengurusan MTs Darul Ulum Pidodokulon Patebon Kendal tahun
2010/2011
Lampiran 2 Keadaan Guru MTs Darul Ulum Pidodokulon Patebon Kendal tahun 2010/2011
Lampiran 3 Keadaan Peserta Didik MTs Darul Ulum Pidodokulon Patebon Kendal tahun
2010/2011
Lampiran 4 Daftar data tingkat pendidikan agama orang tua dan responden kedisiplinan
shalat berjamaah siswa di MTs Darul Ulum Pidodokulon Patebon Kendal tahun
2010/2011
Lampiran 5 Data Hasil Perhitungan SPSS Laboratorium Komputer
Lampiran 6 Tabel nilai korelasi product moment
Lampiran 7 Kisi-kisi instrumen kedisiplinan shalat berjamaah siswa di MTs Darul Ulum
Pidodokulon Patebon Kendal tahun 2010/2011
Lampiran 8 Angket kedisiplinan shalat berjamaah siswa di MTs Darul Ulum Pidodokulon
Patebon Kendal tahun 2010/2011
Lampiran 9 Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Riset
Lampiran 11 Surat Keterangan sudah melakukan Penelitian
Lampiran 12 Surat Keterangan Ko Kurikuler
Lampiran 13 Tanskrip Ko Kurikuler
Lampiran 14 SKK PASSKA Institut
Lampiran 15 SKK PASSKA Fakultas Tarbiyah
Lampiran 16 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha dari manusai dewasa yang telah sadar
akan kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan
menanamkan nilai-niali serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi
muda agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggungjawab akan
tugas-tugas hidupnya sebagai manusia sesuai dengan sifat, hakekat dan ciri-
ciri kemanusiaannya.1 Pendidikan sebagai usaha untuk membantu anak
mencapai kedewasaan masing-masing harus diselenggarakan dalam satu
kesatuan cara berbuat yang diorganisir. Usaha ini dapat dilakukan dengan
cara yang bersifat informal, formal maupun nonformal.
Lembaga pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama
dan utama tempat seorang anak menerima pendidikan dan bimbingan dari
orang tua atau keluarga yang lain. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan
dasar-dasar kepribadian anak pada usia yang masih sangat muda, karena anak
pada usia inilah anak akan lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikan yang
diperolehnya.2
Orang tua sebagai figur sentral dalam mendidik seorang anak ketika
berada di rumah. Oleh karena itu orang tua harus memberikan contoh dalam
berperilaku. Begitu juga dengan kedisiplinan shalat berjamaah, jika keluarga
atau pun orang tua selalu menegakkan kedisiplinan dalam melaksanakan
shalat berjamaah, seorang anak akan terbiasa melaksanakan shalat berjamaah
ketika dirumah maupun ketika di sekolah.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang petama dan utama.
Disebut sebagai lingkungan atau lembaga pendidikan pertama karena sebelum
manusia mengenal lembaga pendidikan yang lain, lembaga pendidikan inilah
yang pertama ada. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir
1 Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 11.
2 Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 177.
2
bahkan sejak dalam kandungan pertama kali adalah dalam keluarga.
Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama karena didalam lingkungan ini
segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian
dikembangkan.3 Dengan demikian keluarga yaitu orang tua harus
mengarahkan anaknya ke arah yang baik dan benar agar anak tersebut bisa
mengembangkan potensi dirinya dengan baik. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam Al-Qur’an surat Asy syu’araa’ ayat 214 sebagai berikut :
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,, (Asy
Syu’araa’ : 214)4
Oleh karena itu orang tua akan dimintai pertanggung jawabanya dalam
mendidik anaknya. Orang tua sebagai pendidik anak yang utama memegang
peranan penting di dalam pembentukan kepribadian anak, termasuk di dalam
ibadah kepada Allah SWT terutama dalam hal shalat. Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-baqarah : 43
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku',, (Al-Baqarah : 43 )5
Shalat merupakan ibadah yang istimewa dalam agama islam, baik
dilihat dari perintah yang diterima oleh Muhammad secara langsung dari
Allah maupun dimensi-dimensi yang lain. Seluruh ibadah fardhu selain shalat
diperintahkan Allah melalui jibril untuk disampaikan kepada Muhammad.
Hanya perintah shalat ini, jibril diperintahkan untuk menjemput Muhammad
menghadap kepada Allah. Shalat disebut juga tiang agama, serta amal ibadah
3 Achmad Munib et.,Pengantar ilmu pendidikan ,(Jakarta: UPT Unnes, 2010), hlm.77.
4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Syamila Cipta Media,
2005), hlm 376.
5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya ,hlm.7.
3
yang pertama ditimbang di hari kemudian. Shalat merupakan sarana penting
guna mensucikan jiwa dan memelihara ruhani sekaligus menjadi ciri islam
yang membedakan antara kafir dan muslim.6
Shalat yang dilakukan secara intensif akan sangat berguna untuk
menumbuhkan perbuatan-perbuatan yang baik dan menghindarkan diri dari
perbuatan-perbuatan yang tercela. Al-Qur’an berkali-kali menegaskan bahwa
Allah memerintahkan manusia agar mengerjakan shalat. Nabi Muhammad
juga memberikan pengertian bahwa amal ibadah yang pertama kali di hisab di
hari kiamat adalah shalat, dan jika shalatnya baik, maka baiklah semua amal
perbuatannya, dan jika rusak shalatnya, maka biasanya yang lain ikut rusak.
Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara bersama-sama,
minimal oleh dua orang, dimana antara imam dan makmum terjalin
hubungan.7Shalat berjamaah dapat menimbulkan keteraturan dan disiplin serta
ketelitian terhadap waktu.8 Dari shalat berjamaah itu pula seseorang dapat
melatih diri agar bisa disiplin dalam menjalankan sesuatu, terutama disiplin
dalam melakukan ibadah shalat berjamaah. Dan dengan shalat berjamaah kita
dapat mengatasi masalah kedisiplinan, karena kebiasaan shalat berjamaah
menjadikan kita disiplin dalam segala hal. Karena kita sudah biasa
menjalankan kedisiplinan melalui shalat berjamaah.
Penulis melihat adanya latar belakang pendidikan agama orang tua
yang bervariasi pada siswa MTs Darul Ulum Pidodokulon, Patebon, Kendal.
Dimana ada siswa yang pendidikan agama orang tuanya hanya lulusan
pendidikan dasar ada yang menengah bahkan ada pula yang lulusan perguruan
tinggi.
Adanya tingkat kedisiplinan yang bervariasi pada siswa MTs Darul
Ulum Pidodokulon, Patebon, Kendal dalam shalat berjamaah juga menjadi
pertimbangan penulis untuk melakukan penelitian ini. Ada yang tingkat
6 Ahsin W Alhafidz, Fikih Kesehatan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm.104.
7 Wahbah Zuhaili. Fiqih Imam Syafi’i, (Jakarta: Niaga Swadaya, 2010), hlm.323.
8 Muhsin Qira’ati, Pancaran Cahaya Shalat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2006), hlm.
212.
4
kedisiplinannya sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan adapula yang tingkat
kedisiplinan shalat berjamaahnya sangat rendah.
Melihat permasalahan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian secara langsung di MTs Darul Ulum Pidodokulon,
Patebon, Kendal dengan judul “KORELASI ANTARA TINGKAT
PENDIDIKAN AGAMA ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN SHALAT
BERJAMAAH SISWA DI MTs DARUL ULUM PIDODOKULON
PATEBON KENDAL TAHUN 2010/2011”
B. Penegasan Istilah
Agar dalam penulisan skripsi ini tidak terjadi salah tafsir dan
mengarah kepada kesalahpahaman pengertian, maka perlu penulis jelaskan
sebagai berikut :
1. Tingkat pendidikan agama orang tua
Adapun yang penulis maksud dengan tingkat pendidikan agama
orang tua adalah jenjang pendidikan yang pernah di tempuh oleh
orang tua. Dalam hal ini ialah latar belakang pendidikn agama islam
orang tua. Sedangkan tingkat pendidikan agama orang tua yang
digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini adalah pendidikan
terakhir yang ditempuh oleh orang tua siswa tanpa melihat jenjang
pendidikan sebelumnya.
Untuk mengetahui jenjang pendidikan orang tua, maka penulis
mengacu pada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional Bab VI tentang Jalur, Jenjang dan Jenis
Pendidikan, bagian satu sampai empat sebagai berikut :
Didalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional bab VI bagian kesatu pasal 13 diterangkan bahwa :
(1) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
5
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak
jauh.
Mengacu pada UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional bab VI bagian kedua pasal 17 bahwa :
(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah.
(2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah
ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah
menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau
bentuk lain yang sederajat.
(3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Bagian ketiga pasal 18 menerangkan tentang pendidikan
menengah, yang penjelasannya sebagai berikut :
(1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
(2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan.
(3) Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),
madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan
madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
(4) Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Sedangkan bagian keempat pasal 19 menjelaskan, pendidikan
tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
6
yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. 9
Berdasarkan Undang-Undang tersebut maka jenjang pendidikan
agama dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Pendidikan dasar terdiri dari lulusan MI , MTs.
2. Pendidikan menengah terdiri dari lulusan MA.
3. Pendidikan tinggi terdiri dari lulusan universitas, institut dan
sekolah tinggi agama islam (UIN, IAIN dan STAIN)
2. Kedisiplinan
Kata kedisiplinan berasal dari kata dasar disiplin yang
mempunyai arti tata tertib, ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan.10
Istilah disiplin berasal dari bahasa latin: Disciplina yang
berkaitan langsung dengan dua istilah lain, yaitu Discere (belajar) dan
diseipulus (murid). Disiplin dapat diartikan sebagai penataan perilaku.
Yang dimaksud dengan penataan perilaku yaitu kesetiaan dan
kepatuhan seseorang terhadap penataan perilaku yang umumnya
dibuat dalam bentuk tata tertib atau peraturan harian.11
3. Shalat berjamaah
Shalat berjamaah adalah shalat yang didirikan oleh dua orang
atau lebih secara bersama-sama dan salah seorang di antara mereka
menjadi Imam (yang diikuti) dan yang lainnya mengikuti
(makmum).12
Jadi shalat berjamaah ialah shalat yang dikerjakan bersama-
sama dan salah satunya menjadi imam dan yang lainnya menjadi
9 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006, hlm 13-15. 10 Tim Pena Prima, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Gita Media, 2006), hlm. 92.
11 Maria J. Wantah, Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia
Dini,, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005), hlm. 139
12 Sulaiman Rosjid, Fiqh Islam, (Bandung: CV. Sinar Baru, 2007), hlm. 106.
7
ma’mum, sehingga makin kuat tali persaudaraan yang terjadi diantara
siswa.
Dalam konteks penelitian ini yang penulis maksud dengan
kedisiplinan shalat berjamaah adalah ketaatan dan kepatuhan siswa
terhadap pelaksanaan shalat berjamaah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat di kemukakan permasalahan
sebagai berikut:
Apakah ada korelasi positif antara tingkat pendidikan agama orang tua
dan kedisiplinan shalat berjamaah siswa di MTs Darul Ulum
Pidodokulon Patebon Kendal?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
sebagai berikut :
Untuk mengetahui korelasi antara tingkat pendidikan agama orang tua
dan kedisiplinan shalat berjamaah siswa di MTs Darul Ulum
Pidodokulon Patebon Kendal.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi penulis, dengan meneliti korelasi antara tingkat pendidikan agama
orang tua siswa dan kedisiplinan shalat berjamaah siswa, maka dapat
menambah wawasan pemahaman yang lebih komprehensif tentang
pentingnya kedisiplinan shalat berjamaah siswa.
2. Hasil dari penelitian ini sedikit banyak menyadarkan siswa akan
pentingnya kedisiplinan shalat berjamaah.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai masukan
bagi sekolah terkait, dalam meningkatkan berbagai hal yang diperlukan
untuk mengoptimalkan pelaksanaan shalat berjamaah.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Pada dasarnya kajian penelitian yang digunakan untuk memperoleh
informasi tentang teori-teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini
sudah banyak dibahas oleh banyak peneliti. Namun berdasarkan penelitian
yang penulis teliti ini bukanlah sama seperti dengan peneliti-peneliti yang
lain. Disini penulis meneliti pada obyek yang berbeda. Oleh karena itu,
penulis mengambil sekripsi dari beberapa peneliti sebagai bahan telaah
pustaka dan acuan guna melaksanakan penelitian ini lebih lanjut. Diantar
penelitian itu antara lain:
Skripsi saudari Anis Farochatin Nim 053111579 mahasiswa IAIN
Walisongo Fakultas Tarbiyah 2009 yang berjudul “Studi Korelasi Antara
Tingkat Pendidikan Oarang Tua Dengan Pembinaan Akhlak Anak Dalam
Keluarga Di Desa Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara”. Dengan
hasil penelitian, bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak mempunyai
hubungan dengan pembinaan akhlak anak dalam keluarga muslim di desa
bawu kecamatan batealit kabupaten jepara.
Skripsi saudara Asmuni yang berjudul “Pengaruh Prestasi Belajar
Pendidikan agama Terhadap Kedisiplinan Menjalankan Salat Fardu Pada
Siswa Kelas VIII Di SMP N 23 Semarang”. Dari hasil yang dilakukan
Asmuni, menyimpulkan bahwa prestasi belajar pendidikan agama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan menjalankan
salat fardu pada siswa kelas VIII Di SMP N 23 Semarang.
Sesudah memaparkan permasalahan skripsi di atas, belum ada yang
spesifik membahas penelitian tentang korelasi antara tingkat pendidikan
agama orang tua dan kedisiplinan shalat berjamaah siswa di MTs Darul Ulum
Pidodokulon Patebon Kendal.
9
B. Kerangka Teoritik
1. Tingkat Pendidikan Agama Orang Tua
a. Pengertian Pendidikan Agama
Secara khusus pendidikan agama merupakan bagian integral dari
program pengajaran setiap jenjang lembaga pendidikan serta
merupakan usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap peserta
didik dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama
Islam sehingga menjadi manusia yang taqwa dan menjadi warga negara
yang baik. 1Pendidikan agama Islam adalah mendidik siswa-siswi untuk
berperilaku sesuai dengan nilai atau akhlak Islam, mendidik siswa
untuk memahami materi agama Islam. Agama Islam sebagai petunjuk
illahi mengandung implikasi kependidikam atau pedagogis yang
mampu membimbing dan mengarahkan manusia menjadi seorang
mukmin, muslim, baik, beriman dan bertakwa.
Pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.2 Pendidikan agama yang
diterapkan dalam sistem pendidikan nasional, bukan hanya bertujuan
untuk mentransfer ilmu-ilmu agama, tetapi juga bertujuan agar
penghayatan dan pengamalan ajaran agama berjalan dengan baik
ditengah-tengah masyarakat. Dengan demikian pendidikan agama dapat
memberikan andil dalam pembentukan jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia mencapai tujuan yang dicita-citakan.3
1 Abd Aziz, Orientasi Pendidikan agama, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 41.
2 Abd Aziz, Orientasi Pendidikan agama, hlm.101.
3 Abd Aziz, Orientasi Pendidikan agama, hlm.107.
10
b. Jalur Pendidikan
Sebelum dijelaskan tentang tingkat pendidikan agama orang tua
terlebih dahulu akan dijelaskan tentang jalur pendidikan.
Jalur pendidikan ialah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan, yang terdiri atas pendidikan formal,
informal dan non formal.
1) Pendidikan formal
Pendidikan formal yaitu pendidikan yang diadakan di tempat
tertentu, teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun
waktu tertentu, serta berlangsung mulai dari TK sampai PT,
berdasarkan aturan resmi yang ditetepkan. Pada umumnya
pendidikan formal merupakan tempat yang paling memungkin
seseorang meningkatkan pengetahuan, dan paling mudah untuk
membina generasi muda yang dilaksanakan oleh pemerintah dan
masyarakat. Dengan kata lain, pendidikan formal berupaya
membentuk:
a) Peserta didik dapat bergaul dengan guru, karyawan dengan
teman-temannya sendiri dan masyarakat sekitar.
b) Peserta didik belajar taat kepada peraturan serta disiplin. Cara
seseorang member respon didalam menghadapi suatu
permasalahan
c) Mempersiapkan peserta didik terjun di masyarakat berdasarkan
norma-norma yang berlaku.4
2) Pendidikan informal
Pendidikan informal ini terutama berlangsung di tengah
keluarga. Namun mungkin juga berlangsung di lingkungan sekitar
keluarga tertentu, perusahaan, pasar, terminal, dan tempat lain yang
berlangsung tiap hari tanpa ada batasan waktu.
4 Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 162-163.
11
Kegiatan pendidikan ini tanpa suatu organisasi yang ketat
tanpa adanya program waktu dan tanpa adanya evaluasi.
Pendidikan ini berlangsung diluar sekolah, misalnya didalam
keluarga atau masyarakat, tetapi juga dapat pada saat didalam
suasana pendidikan formal misalnya saja waktu istirahat sekolah,
waktu jajan dikantin atau pada waktu saat pemberian pelajaran
tentang keadaan sikap guru mengajar atau saat guru memberi
tindakan tertentu kepada anak. 5
3) Pendidikan non formal
Pendidikan non formal yaitu pendidikan yang diselenggarakan
bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik. Satuan pendidikan nin formal terdiri atas lembaga
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, majlis ta‟lim, serta satuan pendidikan sejenis.6
Adapun sasaran dari pendidikan non formal diantaranya:
a) Penduduk usia sekolah yang tidak sempat masuk sekolah
atau orang dewasa yang menginginkannya.
b) Mereka yang droup out dari sekolah.
c) Mereka yang lulus satu tingkat jenjang pendidikan formal
tertentu tapi tidak dapat meneruskan lagi.
5 Abu Ahmadi, Ilmu pendidikan, hlm. 169.
6 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006, hlm 18-19.
12
d) Mereka yang sudah bekerja tetapi masih ingin mempunyai
keterampilan tertentu.7
c. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan
berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para
peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa jenjang pendidikan
formal di Negara Indonesia sebagaimana disebutkan didalam Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Republik Indonesia, dibagi menjadi tiga, yaitu: pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.8 Dalam hal ini akan
dijelaskan satu persatu.
1. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah
dasar (SD) dan madrasah ibtida‟iyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah
tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.9
Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya
sembilan tahun, diselenggarakan enam tahun di Sekolah Dasar dan
tiga tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang sederajat.
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap
dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang diperlukan untuk hidup didalam masyarakat serta
mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk
mengikuti pendidikan menengah.
7 Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, hlm. 164.
8 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006, hlm 13-15.
9 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006, hlm18.
13
Pendidikan dasar diselenggarakan dalam bentuk kegiatan belajar
mengajar di sekolahyang diselenggarakan oleh pemerintah, dalam
hal ini Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama,
maupun oleh masyarakat, dalam hal ini yayasan atau badan yang
bersifat sosial.10
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Jenjang pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah
umum dan peendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah
berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA),
sekolah menengah kejuruan (SMK) dan madrasah aliyah kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat.11
Pendidikan menengah diselenggarakan melalui bentuk-bentuk
satuan pendidikan menengah umum, kejuruan dan keagamaan.
Meskipun masing-masing bentuk satuan pendidikan tersebut
memiliki tujuan yang berbeda, namun lulusannya dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan tinggi.
Pendidikan menengah dilaksanakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan
lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
10 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Sistem Pendidikan Nasional, Departemen
Agama Direktorat Jenderal Pembinanan Kelembagaan Agama Islam Tahun 1991/1992, hlm. 79
11 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006, hlm18.
14
Pendidikan menengah dapat diadakankan oleh pemerintah,
maupun oleh masyarakat, dalam hal ini yayasan atau badan
penyelenggara yang bersifat sosial.12
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang terdiri atas pendidikan akademik, pendidikan vokasi, dan
pendidikan profesi. Pendidikan tinggi berbentuk akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.13
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah
yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memilik kemampuan akademik dan
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
Perguruan tinggi diharapkan menjadi pusat penyelenggara dan
pengembangan pendidikan tinggi serta pemeliharaan, pembinaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian sebagi
suatu masyarakat ilmiyah yang penuh cita-cita luhur, masyarakat
berpendidikan yang gemar belajar dan mengabdi kepada masyarakat
serta melaksanakan penelitian yang bermanfaat dan meningkatkan
mutu kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. 14
d. Tingkat Pendidikan Agama Orang Tua
Dari beberapa penjelasan diatas dapat dipahami tingkat
pendidikan agama adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh dari
jalur pendidikan formal di madrasah dan perguruan tinggi Islam.
12 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Sistem Pendidikan Nasional, Departemen
Agama Direktorat Jenderal Pembinanan Kelembagaan Agama Islam Tahun 1991/1992, hlm. 91 13 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006, hlm 19.
14 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Sistem Pendidikan Nasional, Depar Temen
Agama Direktorat Jenderal Pembinanan Kelembagaan Agama Islam Tahun 1991/1992, hlm.168
15
Adapun jenjang pendidikan formal di Negara Indonesia sebagaimana
disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional Republik Indonesia, dibagi menjadi tiga
yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.15
Dengan demikian tingkat pendidikan agama orang tua dapat
diartikan sebagi jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh orang tua
dari jalur pendidikan formal di madrasah dan perguruan tinggi Islam,
dari jenjang pendidikan dasar (MI dan MTs), pendidikan menengah
(MA//MAK), dan pendidikan tinggi (perguruan tinggi Islam).
2. Kedisiplinan Shalat Berjamaah
a. Pengertian Kedisiplinan Shalat Berjamaah
Kedisiplinan shalat berjamaah merupakan istilah yang tersusun
dari kata kedisiplinan dan shalat berjamaah. Kata kedisiplinan berasal
dari kata dasar disiplin yang mempunyai arti tata tertib, ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan.16
Istilah disiplin berasal dari bahasa latin: Disciplina yang berkaitan
langsung dengan dua istilah lain, yaitu Discere (belajar) dan diseipulus
(murid). Disiplin dapat diartikan sebagai penataan perilaku. Yang
dimaksud dengan penataan perilaku yaitu kesetiaan dan kepatuhan
seseorang terhadap penataan perilaku yang umumnya dibuat dalam
bentuk tata tertib atau peraturan harian.17
Salah satu proses dalam
disiplin adalah menerapkan sebuah aturan dan menjaga agar aturan
tersebut dipenuhi.18
15 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006, hlm 13.
16 Tim Pena Prima, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Gita Media, 2006), hlm. 92. 17 Maria J. Wantah, Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia
Dini,, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005), hlm. 139
18 Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2008), hlm. 258.
16
Sedangkan dalam Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan
Tata Tertib Sekolah 1998 disebutkan bahwa disiplin adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan
dan ketertiban.19
Secara istilah disiplin diartikan beberapa pakar sebagai berikut :
1. Charles Schaefer, dalam buku “Cara Efektif Mendidik Dan
Mendisiplinkan Anak”
Disiplin adalah yang mencakup pengajaran, bimbingan atau
dorongan yang dilakukan oleh orang dewasa. Tujuannya menolong
anak belajar untuk hidup sebagai mahluk social, dan untuk
mencapai pertumbuhan serta perkembangan mereka yang
optimal.”20
2. Maman Rachman dalam bukunya Tulus Tu‟u
Disiplin adalah upaya mengendalikan diri dan sikap mental
individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan
ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan
dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.21
3. Syaiful Bahri Djamarah
Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan
kehidupan pribadi dan kelompok.”22
Yang dapat membentuk
perilaku ketaatan, kepatuhan, kesetiaan dan ketertiban.
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses latihan
yang dikembangkan menjadi serangkaian perilaku yang di dalamnya
19 D. Soemarmo (ed.), Pedoman Palaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah,
(PT. Sekala Jalmakarya, 1997), hlm. 20.
20 Bambang Sujiono, Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2005), hlm. 29 21 Tulus Tu‟u, Peran Disiplim pada Perilaku dan Prestasi siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004),
hlm. 32.
22 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm.
12..
17
terdapat unsur-unsur ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban dan
semua itu dilakukan sebagai tanggung jawab yang bertujuan untuk
mawas diri.
Selanjutnya beralih pada istilah shalat berjamaah, shalat menurut
bahasa adalah do‟a.23
Sedangkan menurut Syihabuddin Ahmad bin
Hajar al-Haitami dalam kitabnya Minhajul Qowim memberikan definisi
salat sebagai berikut:
,.
Shalat menurut bahasa berarti do‟a. menurut istilah adalah beberapa
ucapan dan aktivitas secara umum yang dimulai dengan takbir beserta
niatnya dan diakhiri dengan salam.
Shalat menurut istilah syara‟ yaitu rangkaian ucapan dan pebuatan
(gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang
dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang
telah ditentukan oleh agama.25
Secara lengkap makna shalat adalah gerakan tubuh dalam
bermunajat kepada Allah dengan penuh rasa takut, penuh harap dan
penuh keikhlasan, yang dimulai dengan takbirotul ihram dan di tutup
dengan salam.26 Shalat juga sebagai munajat (berdo‟a dalam hati yang
khusyu‟) kepada Allah.27
23 H. Ahmad Thib Raya dan Hj. Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam
Islam, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 174.
24 Syihabuddin Ahmad bin Hajar al-Haitami, Minhajul Qowim, (Libanon, Darul Fikri, tth),
hlm. 100.
25 Ahsin W Alhafidz Fikih Kesehatan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 103.
26 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tuntunan Salat Nabi SAW; sebuah panduan
praktis, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2004), hlm.3.
27 Surunin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 190.
18
Sedangkan Jamaah menurut bahasa berarti Kumpulan, kelompok,
sekawanan,28 “Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan oleh
orang banyak bersama-sama, sekurang-kurangnya dua orang, seorang
diantara mereka yang lebih fasih bacaannya dan lebih mengerti tentang
hokum Islam dipilih menjadi imam.”29
Kedisiplinan shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan
dengan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan-peraturan (hukum)
perintah wajib shalat, dilakukan waktu-waktu tertentu dalam
pelaksanaannya, didirikan oleh dua orang atau lebih secara bersama-
sama, yang seorang di antara mereka menjadi imam sedang lainnya
menjadi makmum.
Penulis akan mengungkapkan beberapa hal tentang kedisiplinan
yang pertama, dasar pembinaan disiplin, yang kedua, bentuk-bentuk
kedisiplinan, yang ketiga, pendekatan dalam kedisiplinan:
b. Dasar Pembinaan kedisiplinan
Sebagai manusia tidak bisa hidup sendirian, sebab manusia
sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Dalam interaksi itu manusia terikat oleh suatu peraturan-peraturan dan
tata tertib yang mengatur perilakunya. Maka manusia dituntut wajib
mengikuti peraturan-peraturan yang mengatur cara hidupnya dimana ia
tinggal.
Adapun yang dimaksud dengan peraturan adalah pola tertentu
yang ditetapkan untuk mengatur perilaku seseorang. Agar peraturan
dapat berlangsung secara efektif, maka peraturan harus dapat mengerti,
diingat, dan diterima oleh anak. Disiplin merupakan kebutuhan mutlak
di masa kanak-kanak. Pada dasarnya pendisiplinan dilakukan untuk
28 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir, ( Surabaya: Pustaka Progressif, 1997) hlm.
209.
29 H. Moh Rifai, Mutiara Fiqih, jilid 1, (Semarang: Wicaksana, 1998), hlm.273.
19
menolong anak agar ia dapat belajar untuk hidup sebagi mahluk
sosial.30
Disiplin yang sudah ada pada diri siswa akan dapat terwujud
dengan baik apabila dibina sejak dini, sejak usia muda, dimulai dari
lingkungan keluarga, melalui pendidikan. Sebab disiplin dikatakan
sebagai alat pendidikan anak, dengan disiplin anak dapat membentuk
sikap teratur dan menaati norma aturan yang ada.untuk itu disiplin
sudah bisa dibiasakan dalam kehidupan anak sejak usia dini.31
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rudolf Dreikurs dan Pearl
Cassel bahwa disiplin merupakan titik pusat dalam pendidikan.
Menurutnya dalam proses belajar mengajar tanpa disiplin tidak akan
ada kesepakatan antara guru dan murid, dan hasil pelajaran pun
berkurang.32
Islam juga memberi apresiasi sangat tinggi kepada orang yang
memiliki disiplin yang baik.33
Disiplin juga dalam Islam sangat
dianjurkan untuk selalu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Anjuran ini secara implisit tertuang di dalam Al-Qur-an surat Al-Ashr
ayat 1-3:
30 Bambang Sujiono, Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2005), hlm. 30.
31Rusdinal dan Elizar, Pengelolaan Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2005), hlm. 132. 32Rudolf Deikurs dan Pearl Cassel, Disiplin Tanpa Hukuman, (Bandung: Remaja Karya,
1986), hlm. 6.
33A. Ilyas Ismail, Pilar-pilar Taqwa Doktrin, Pemikiran, Hikmat, dan Pencerahan
Spiritual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 325.
20
“Demi masa. Sesungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”
(QS. al-Ashr ayat 1-3)34
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa Allah menyuruh kepada
manusia supaya dapat memanfaatkan waktu dengan baik, yaitu tidak
menyia-nyiakan waktu yang tersedia dengan melakukan perbuatan yang
tidak bermanfaat. Ini menunjukan bahwa Allah menyuruh manusia
untuk berlaku disiplin dalam menggunakan waktu yang tersedia.
Namun, perintah disiplin tersebut tidak terbatas dalam aspek waktu
saja, akan tetapi disiplin yang diaktualisasikan dalam segala aspek
kehidupan termasuk disiplin dalam menjalankan shalat berjamaah.
c. Bentuk-bentuk Kedisiplinan
1) Disiplin dalam memanfaatkan waktu
Waktu itu ibarat sebilah pedang. Bila tidak digunakan dengan
mestinya akan menebas diri kita sendiri. Begitupun waktu, bila
tidak digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat maka kita akam
rugi sendiri.
Semua amal perbuatan memerlukan disiplin waktu, lebih-lebih
masalah ibadah terutama shalat. Ibadah shalat harus dikerjakan
dengan tertib dan tepat pada waktunya, agar semua berjalan dengan
teratur dan seragam.
Ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji, harus dilaksanakan
dengan tepat waktu. Orang yang shalat tidak tepat pada waktunya
akan mendapat hukuman dari Allah. Allah senang kepada orang-
orang yang selalau tepat waktu, lebih-lebih tepat waktu dalam
shalat.35
Waktu-waktu shalat yang telah diatur atau yang telah
ditentukan itu merupakan peringatan bagi kaum muslimin agar
34Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 913.
35 Tabrani yusuf et.al., Pendidikan agama Jilid 3, (Bandung: Angkasa, 1996), hlm.35.
21
dalam hidupnya berlaku disiplin dan menghargai waktu serta tidak
menyia-nyiakannya untuk berbuat yang tak berguna.
Firman Allah SWT :
“Sesungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. an-Nisa : 103).36
2) Disiplin Dalam Beribadah
Semua ibadah pokok seperti shalat, zakat, puasa, begitu juga
haji, harus tepat waktu. Orang yang lalai shalat, tidak tepat waktu
akan mendapat hukuman dari Allah SWT.
Firman Allah Dalam al-Qur‟an:
“Maka celakalah orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai
terhadap shalatnya.” (Q.S. al-Ma‟un: 4-5)37
Karena shalat merupakan pokok pangkal ibadah, dan di
samping itu shalat juga merupakan amalan pertama yang
ditanyakan kelak di hari kiamat.
3) Disiplin Dalam Belajar
Apabila ingin berhasil dalam belajar, tentu saja harus
memperhatikan waktu belajar.38
Dalam keluarga ketika sebelum
memasuki waktu shalat subuh antara pukul 04.30 anak sudah di
bangunkan oleh orang tua agar bersiap-siap untuk melaksanakan
shalat subuh secara berjamaah. Setelah berjamaah, anak
36 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, hlm. 125.
37 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 917.
38 Tabrani Yusuf et.al.,., Pendidikan agama Jilid 3, hlm. 35.
22
mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk aktifitas
selanjutnya, misalnya mengerjakan tugas sekolah. Dengan
demikian dia akan menyelesaikan tugasnya sesuai waktu yang
direncanakan dan semua itu akan mendapatkan hasil yang baik.
4) Disiplin Dalam Sikap
Disiplin mengontrol sikap agar tidak tergesa-gesa dan gegabah
dalam bertindak, disiplin dalam sikap ini membutuhkan latihan dan
perjuangan. Kalau manusia disiplin memegang perinsip dan
perilaku dalam kehidupan ini, niscaya kesuksesan akan
menghampirinya.
Menurut Soegeng Prijodarminto pembentukan disiplin, terjadi
karena alasan sebagai berikut:
a) Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina, melalui latihan,
pendidikan, penanaman kebiasaan dan keteladanan.
b) Disiplin dapat ditanam mulai dari tiap-tiap individu dari unit
paling kecil, organisasi atau kelompok.
c) Disiplin diproses melalui pembinaan sejak dini, sejak usia
muda, dimulai dari keluarga dan pendidikan.
d) Disiplin lebih mudah ditegakkan bila muncul dari kesadaran
diri.
e) Disiplin dapat dicontohkan oleh atasan atau bawahan.39
d. Pendekatan Dalam Kedisiplinan
Disiplin yang tumbuh pada anak tidak muncul secara otomatis,
namun disiplin ada karena adanya suatu perbuatan yang dapat
mendorong kearah perilaku dan sikap tersebut. Untuk pendekatan
dalam kedisiplinan memerlukan beberapa teknik.
Tulus Tu‟u menyebutkan ada 3 teknik disiplin yaitu:
1) Teknik Otoriter
39 Tulus Tu‟u, Peran Disiplim pada Perilaku dan Prestasi siswa., hlm. 50
23
Dalam disiplin otoriter, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci.
Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi
dan menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu.
Apa bila gagal menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan
menerima sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya, bila berhasil
memenuhi peraturan, kurang mendapat penghargaan atau hal itu
sudah dianggap sebagai kewajiban. Jadi, tidak perlu mendapatkan
penghargaan lagi.
Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku
berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang.
Hukuman dan ancaman kerapkali dipakai untuk memaksa, menekan,
mendorong seseorang mematuhi dan menaati peraturan. Disini tidak
diberi kesempatan bertanya mengapa disiplin itu harus dilakukan dan
apa tujuan disiplin itu.40
2) Teknik Permisif
Dalam disiplin ini seseornag dibiarkan bertindak menurut
keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan
sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya.
Seseorang yang berbuat sesuatu, dan ternyata membawa akibat
melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau
hukuman.
Dampak teknik permisif ini berupa kebingungan dan
kebimbangan. Penyebabnya karena tidak tahu mana yang tidak
dilarang dan mana yang dilarang. Atau bahkan menjadi takut, cemas,
dan juga menjadi agresif serta liar tanpa kendali.41
3) Teknik Demokratis
Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi
penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami
40Tulus Tu‟u, Peran Disiplim pada Perilaku dan Prestasi siswa, hlm. 44-45.
41Tulus Tu‟u, Peran Disiplim pada Perilaku dan Prestasi siswa, hlml. 44-45
24
mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada.
Teknik ini menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman.
Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang menolak atau
melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud dengan upaya
menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.
Teknik disiplin demokratis berusaha mengembangkan disiplin
yang muncul atas kesadaran diri sehingga siswa memiliki disiplin
diri yang kuat dan mantap. Oleh karena itu, bagi yang berhasil
mematuhi dan menaati disiplin, kepadanya diberikan pujian dan
penghargaan.
Dalam disiplin demokratis, kemandirian dan tanggung jawab
dapat dikembangkan. Siswa patuh dan sadar karena didasari
kesadaran dirinya. Mengikuti peraturan-peraturan yang ada bukan
karena terpaksa, melainkan atas kesadaran bahwa hal itu baik dan
ada manfaatnya.42
e. Dasar kedisiplinan shalat berjamaah
1) Shalat berjamaah atas kesadaran sendiri
Segala amal ibadah harus dilaksanakan atas panggilan didalam
jiwa, tanpa ada pengaruh dari siapapun, yaitu dilaksanakan atas
kesadaran sendiri. Begitu juga dengan shalat berjamaah, ketika
melaksanakan shalat berjamaah seorang muslim harus ikhlas hatinya
dan hadir hatinya didalam shalat, sehingga kesadaran berbuat dan
berucap selalu bersama-sama dengan perbuatan dan ucapan. Shalat
hanya untuk Allah SWT semata, artinya hendaklah kita kerjakan
dengan ikhlas karena Allah belaka, bersih dari pengaruh yang lain,
tidak mengharap sanjungan, sayang, atau perhatian umum.43
Yang
dijelaskan didalam Qur‟an surat Al Bayyinah ayat 5 :
42Tulus Tu‟u, Peran Disiplim pada Perilaku dan Prestasi siswa, hlm. 46.
43 M. Zainul Arifin, Shalat Mikraj Kita cara efektif berdialog dan berkomunikasi langsung
dengan Allah SWT, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 27.
25
Dan mereka tiadalah disuruh, melainkan supaya menyembah Allah,
dengan mengikhlaskan agamakarena-Nya (QS. Al Bayyinah: 5)44
2) Teratur dalam melaksanakan shalat berjamaah
Semua amal baik hendaklah dilaksanakan secara terus menerus
dan teratur. Dengan demikian seseorang akan terbiyasa melakukan
hal-hal yang baik karena sudah sering dilaksanakan. Seorang yang
melakukan shalat secara tertur dan khusuk akan terhindar dari
perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana firman Allah Qur‟an surat
Al Ankabut: 45
….. ……
…Sesungguhnya shalat itu menncegah perbuatan keji dan
mungkar…(QS. Al ankabut: 45)45
Demikian pula dengan shalat jamaah, dengan shalat berjamaah
secara teratur akan menghidupkan sendi-sendi ukhuwah antara umat
Islam. Seorang muslim yang selalu melaksanakan shalat berjamaah
akan terhindar dari kemunafikan dan kebebasan dari api neraka.46
3) Tepat waktu dalam melaksanakan shalat berjamaah
Shalat jamaah merupakan shalat yang dikerjakan bersama-sama,
minimal oleh dua orang. Dalam al-Qur‟an telah banyak terdapat ayat
yang memerintahkan shalat diantaranya surat An-Nisa‟ : 103 yaitu
shalat yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam sebanyak
44 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Syamila Cipta Media,
2005), hlm. 1084.
45 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 635.
46 Imam al-ghazali, Keagungan Shalat, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm.51.
26
lima kali dalam sehari semalam. Itu artinya bahwa waktu shalat telah
ditentukan sebagaimana firman Allah SWT :
“Sesungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman”. (QS. an-Nisa : 103).47
Kewajiban shalat harus dilakukan tepat waktu sebab shalat
adalah satu kewajiban yang waktu-waktunya telah ditentukan. Ada
satu hikmah yang bisa kita ambil yaitu seorang mukmin hendaknya
terbiasa mengatur waktu. Artinya, disiplin waktu adalah hal yang
sangat penting untuk menjadi perhatiannya. Seseorang akan rugi bila
menyia-nyiakan waktu.48
al-Baqarah ayat 43:
“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku‟lah beserta
orang yang ruku‟.”(QS. al-Baqarah : 43)49
Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada mereka tentunya
perintah ini juga berlaku bagi manusia sekarang, umat Nabi
Muhammad dengan tiga perintah :
a) Mendirikan shalat wajib lima waktu secara bersinambungan
dengan memenuhi syarat, rukun, dan sunnah-sunnahnya, serta
berupaya melaksanakannya dengan penuh kekhusyu‟an. Sebab
47 Departemen Agama Republik Indonesia, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya,, hlm. 125.
48 H. Abd. Kholiq Hasan, Tafsir Ibadah, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2008), hlm. 53.
49 Departemen Agama Republik Indonesia Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya,, hlm. 8
27
shalat adalah suatu ibadah yang paling utama yang menunjukkan
kepatuhan manusia kepada Allah SWT.
b) Menunaikan zakat. Bila kata perintah menunaikan zakat jatuh
setelah perintah shalat, maka yang dimaksud adalah zakat wajib.
Bila shalat adalah bentuk hablun minallah, maka zakat adalah
bentuk hablun minannas.50
c) Ruku‟lah bersama orang-orang yang ruku‟. Perintah terakhir ini
dapat diartikan dalam dua hal :
(1) Perintah shalat berjamaah, pengguna kata ruku‟ ini
merupakan penegasan terhadap syri‟at shalat Nabi
Muhammad.
(2) Perintah untuk ruku‟ tersebut diartikan sebagai sebuah
ketundukan secara umum. Artinya, tunduklah engkau pada
semua perintah Allah bersama dengan orang-orang yang
tunduk.51
f. Syarat-syarat shalat berjamaah
Syarat-syarat berjamaah dapat dikategorikan menjadi dua, pertama
syarat yang berhubungan dengan imam dan kedua syarat yang
berhubungan dengan makum.
Pertama, syarat-syarat yang berhubungan dengan imam. Seorang
imam harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Islam, karena itu syarat utama dalam pendekatan diri seorang
hamba kepada Allah SWT.
2) Akil maksudnya adalah berakal.
50 H. Abd. Kholiq Hasan, Tafsir Ibadah., hlm. 123.
51H. Abd. Kholiq Hasan, Tafsir Ibadah, hlm. 123-124
28
3) Baligh, anak yang sudah mumayyiz (dapat membedakan baik dan
buruk).
4) Laki-laki, imam shalat jamaah harus seorang laki-laki, dan wanita
tidak boleh menjadi imam bagi laki-laki.
5) Imam haruslah orang yang mampu membaca al_Qur‟an dengan
baik, dengan bahasa lain orang yang tidak ahli membaca al-Qur‟an
tidak boleh menjadi imam orang yang ahli membaca al-Qur‟an,
karena shalat meniscayakan bacaan Al-Qur‟an.52
Kedua, syarat yang berhubungan dengan makmum :
1) Makmum tidak berada di depan imam, sebagai acuannya yaitu
tumit dalam posisi normal, makmum dianjurkan mengambil tempat
sedikit di belakang imam.53
2) Mengetahui gerakan perpindahan imam, dengan melihat,
mendengar atau mengikuti dari jamaah lain.54
3) Makmum dan imam berkumpul di satu tempat satu masjid atau di
beberapa masjid yang pintunya terbuka.
4) Niat bermakmum atau berjamaah kepada imam.
5) Bentuk shalat makmum sesuai dengan shalat imam dalam hal
gerakan dzahir. Jika bentuk shalat imam dan makmum berbeda,
seperti satu shalat fardhu dan yang lain shalat jenazah , maka
jamaahnya tidak sah.
6) Gerakan makmum harus sejalan dengan imam baik dalam hal
melakukan atau meninggalkan sunah yang mempunyai bentuk
sangat berbeda. Misalnya imam tidak melakukan tasyahud awal
atau sujud tilawah, namun makmum melakukannya maka shalatnya
makmum menjadi batal.
52 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,
(Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 245.
53 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’I 1, (Jakarta: Almahira, 2010), hlm.336.
54 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah.,hlm.
246
29
7) Mengikuti gerakan imam, dalam artian bahwa gerakan makmum
dalam shalat harus setelah imam. Jika makmum mendahului imam
sebanyak dua rukun fi‟li seperti ruku‟ dan sujud atau terlambat dua
rukun fi‟li dari imam bukan karena udzur, maka shalatnya batal.
Jika gerakan makmum bersamaan dengan gerakan imam pada
selain takbiratul ihram, atau makmum mendahului atau terlambat
satu rukun fi‟li dari imam, maka shalat makmum tidak batal.55
g. Manfaat shalat berjamaah
Secara garis besar diantara manfaat melaksanakan shalat berjamaah
adalah:
1) Mentaati perintah Allah SWT.
Dengan melaksanakan shalat berjamaah seseorang telah
termasuk golongan yang bertaqwa. Karena telah mentaati
perintahnya dan menjauhi larangannya. Dengan hal itu kadar
keimanan seseorang akan bertambah kuat.
2) Saling mengenal
Apabila manusia shalat bersama-sama maka terjadi saling
kenal diantara mereka. Sehingga terjadi interaksi antara kaum
muslimin. Yang dapat memperkuat tali persaudaraan umat Islam.
3) Menampakkan keperkasaan kaum muslimin.
Shalat jamaah menunjukkan kekuatan kaum muslimin,
keterkaitan antar hati dan solidaritas barisan, menjauhkan
perpecahan, menanamkan rasa ketakutan dihati musuh. Menjadikan
para munafik putus asa. Shalat jamaah adalah manuver kesiagaan
dan ikatan antara imam dam umat.56
Karena dengan shalat
berjamaaah persatuan umat Islam selalu terjaga.
4) Untuk melatih diri supaya disiplin menghadap Allah
55 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’I 1, hlm. 337-338
56 Muhsin Qira‟ati, Pancaran Cahaya Shalat,(Bandung: Pustaka Hidayah, 2006), hlm. 211.
30
Dengan ditentukannya dan ditetapkannya shalat fardhu lima
waktu dalam sehari semalam, serta dianjurkannya shalat
berjamaah. Agar senantiasa mengajarkan kepada umat Islam untuk
bersikap disiplin, taat waktu serta manghargai waktunya dan
menjadi latihan untuk menumbuhkan sikap kedisiplinan bagi kaum
mukminin.57
Kebiasaan yang dilakukan saat melaksanakan shalat
jamaah secara tertib dan teratur akan menanmkan sifat disiplin
pada diri umat Islam.
5) Untuk menunjukkan kepada persamaan
Pada pelaksanaan shalat berjamaah terlihat adanya suatu
persamaan, yakni persamaan sebagai hamba Allah yang beribadah
kepada Sang Pencipta. Aspek kebersamaan pada shalat berjamaah
dapat menghindarkan seseorang dari rasa terisolir, terpencil, tidak
dapat bergabung dalam kelompok, tidak diterima atau dilupakan.58
h. Keutamaan dan hikmah shalat berjamaah
Shalat diwajibkan kepada semua orang Islam yang mukallaf (baligh
dan berakal) dan suci, sehari semalam lima kali.59 Salah satu hikmah
shalat berjamaah menurut „Aidh Al-Qorni beberapa orang lelaki
mengerjakan shalat bersama sekumpulan kaum muslimin di Masjid.60
Diantara keutamaan shalat berjamaah adalah :
1) Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan dengan shalat
sendirian dengan dua puluh tujuh derajat. Hadits Nabi Muhammad
SAW yang diriwayatkan Bukhari dari Abdullah bin Umar :
57 Rachmat Ramadhana al-Banjari, Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-
qur’an, (Jogjakarta: DIVA Press, 2008), hlm. 406-407. 58 Sentot Haryanto, Psikologi Shalat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007), hlm. 132
59 M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: CV. Bima Sakti 2003), hlm. 89.
60 „Aidh Al-Qorni, Sifat Sholat Nabi,,(Solo: Wacana Ilmiah Press, 2006), hlm. 7.
31
Dari „Abdillah bin Umar sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda
“Shalat berjamaah melebihi shalat sendirian dengan dua puluh
tujuh derajat.” (HR. Bukhari)
2) Shalat sunah qabliyah, sunah ba’diyah dan berdzikir waktunya
melingkupi shalat fardlu. Biasanya dengan shalat berjamaah
menjadikan mudah melaksanakan amalan-amalan tersebut.
3) Shalat berjamaah merupakan sarana mendisiplinkan diri dan
mengontrol pribadinya serta berlatih untuk taat.
4) Shalat berjamaah akan membuat seorang muslim memperhatikan
diri dan penampilannya serta kebersihan pakaiannya yang demikian
itu karena ia berkumpul dengan orang banyak dikala siang maupun
malam.
5) Terhindar dari lupa dan memberi ingat kepada imam apabila lupa
terhadap sesuatu.
6) Melahirkan syi‟ar keagungan Islam.
7) Menjawab salam imam.
8) Mengambil manfaat dengan jalan berkumpul untuk berdo‟a,
berdzikir dan memperoleh berkah dari orang-orang yang sempurna
shalatnya.
9) Menghidupkan sendi-sendi ukhuwah (persaudaraan) antara para
tetangga, dapat bertemu dengan kawan.
Dan di shalat-shalat jahar dapat pula memperoleh dua faedah lagi,
yaitu mendengar bacaan (qiraah), dan imam berta‟min (mengaminkan
bacaan imam).62
61 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Ismail Ai-Bukhori, Al-Bukhori, Juz I (Lebanon: Daarul
Fikri, tth), hlm. 119 62 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tuntunan Shalat Nabi SAW., (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2004), hlm. 133-134
32
C. Korelasi Tingkat Pendidikan Agama Orang Tua Dan Kedisiplinan Shalat
Berjamaah Siswa
Dalam pendahuluan skripsi ini telah dijelaskan bahwa faktor tingkat
pendidikan agama orang tua sangat berpengaruh bagi pendidikan anak dalam
keluarga. Demikian juga dalam kedisiplinan shalat berjamaah anak, antara
orang tua yang yang berpendidikan tinggi mungkin akan berbeda dengan
orang tua yang berpendidikan rendah.
Orang tua dalam mendidik anaknya tentu dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman pribadinya yang diterima pada masa kanak-kanak,
selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendukung, antara
lain: tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, lingkungan hidup dan adat
istiadat. Keluarga adalah wadah utama dan pertama bagi pertumbuhan da
pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan,
maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah
pertumbuhan anak tersebut. Peran kedua orang tua amatlah penting, karena
orang tualah yang mengatur ,dan membuat rumah tangganya menjadi surga
bagi anak. Orang tua yang baik tentulah selalu memperhatikan anaknya untuk
berbuat baik. Setiap orang tua menginginkan anaknya selalu taat dan patuh
kepada orang tua maupun agama, maka ketaatan kedua orang tua dalam
beribadah, berperilaku, sikap dan cara hidup yang sesuai dengan ajaran Islam,
akan menjadikan anak beriman dan berakhlak terpuji. Perilaku sopan santun
dan perlakuan orang tua terhadap orang lain didalam lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat juga akan menjadi teladan bagi anak.63
Dengan demikian orang tua dalam mendidik anaknya dipengaruhi oleh
pengetahuan yang dimilikinya serta pengalaman-pengalaman pribadinya.
Orang tua mempunyai cara masing-masing dalam mendidik anak. Orang tua
yang mempunyai pendidikan agama tinggi tentu berbeda cara mendidiknya
dengan orang tua yang mempunyai pendidikan agama rendah. Misalnya orang
63 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, (Bandung: CV
Ruhama, 1995). hlm.47
33
tua yang berpendidikan agama tinggi dan betul-betul ingin mendidik anaknya
dalam melaksanakan shalat berjamaah terlihat pada waktu memasukkan
anaknya ke sekolah. Orang tua lebih memilih sekolah yang banyak
mengajarkan ilmu keagamaan bahkan dengan mengundang guru mengaji atau
mengikuti pengajian di tempat ibadah.
Ada pula orang tua yang mendidik kedisiplinan shalat berjamaah
dengan cara membelikan buku-buku agama yang berkaitan dengan shalat
berjamaah, mengontrol shalat berjamaah anak, mengajak anak ke masjid untuk
shalat berjamaah, semua itu dimaksudkan untuk membina kedisiplinan shalat
berjamaah anaknya.
Lain halnya dengan orang tua yang berpendidikan agama rendah,
umumnya kurang memperhatikan masalah tersebut. Pembinaan kedisiplinan
shalat berjamaah hanya diserahkan pada guru di sekolahnya saja. Dalam
membina kedisiplinan shalat berjamaah hanya sekedar mengingatkan dan
menasehatinya saja. Dalam membina kedisiplinan shalat berjamaah tidak
cukup dengan memberi nasehat atau ancaman saja, tetapi harus dapat
memberikan teladan yang baik kepada anaknya.
Faktor tingkat pendidikan agama orang tua sangat besar pengaruhnya
terhadap kedisiplinan shalat bejamaah anak. Sebab pengalaman dan
pengetahuan orang tua tentu banyak diperoleh dari pendidikan yang
dialaminya. Bahkan didalam Al-Qur‟an dijelaskan bahwa antara orarng yang”
tahu” (berilmu dan tingkat pendidikan tinggi) berbeda denga orang yang
“tidak tahu” (sedikit ilmunya da tingkat pendidikan rendah) dalam hal cara
berfikirnya. Sebagaimana firman Allah Qur‟an surat Az Zumar ayat 9:
..
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.64
64 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Syamila Cipta Media,
2005), hlm. 747.
34
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa tingkat pendidikan agama
orang tua yang lebih tinggi merupaka syarat terbentuknya kedisiplinan shalat
berjamaah anak. Sebab dalam mendidik anaknya tentu dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang artinya di bawah dan “thesa”
artinya kebenaran. Pengertian hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling
tinggi tingkat kebenarannya.65
Dalam penelitian ini penulis memberikan hipotesis sebagai berikut;
”Ada hubungan positif antara tingkat pendidkan agama orang tua dan
kedisiplinan shalat berjamaah siswa MTs Darul Ulum Pidodokulon Patebon
Kendal.
65 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 71.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum Kendal
1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum
Kendal
MTs Darul Ulum Kendal adalah sebuah lembaga pendidikan
tingkat menengah pertama yang di selenggarakan oleh yayasan Darul
Ulum Pidodokulon Patebon Kendal, dibawah pengelolaan lembaga
Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU) cabang kabupaten Kendal.
Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum merupakan jembatan bagi
masyarakat Kendal yang ingin menempuh jenjang pendidikan yang
lebih atas dengan tambahan pelajaran agama khususnya di lingkungan
kecamatan Patebon.
Pada tanggal 10 Mei 1997 didirikan MTs Darul Ulum
Pidodokulon Patebon Kendal. Dalam rangka menggagas berdirinya
MTs Darul Ulum di bentuklah panitia yang terdiri dari:
Ketua : K. Ahmad Jazuli, Ba
Sekretaris : Shodiqin, S.Ag
Bendahara : Ahamd Pasrah
Sie Tata Usaha : K. Ahsin, Amd
Sie Pembantu Umum : Ahmad Shokhib, Amd
Anggota : Ahmad Jazuri
Zuhroni
Muhaya
2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum Kendal
Visi merupakan tujuan universal sebuah institusi lembaga
untuk mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang
ingin dicapai, MTs Darul Ulum Kendal menetapkan visi,
“Terwujudnya Generasi Yang Ber-Imtaq Dan Ber-Iptek Tinggi Serta
42
Berprestasi Dalam Masyarakat”. Maka untuk memperjelas visi
tersebut, kemudian dijabarkan dalam sebuah misi, yakni :
a. Mempersiapkan generasi yang beriman, taqwa, mandiri serta
berahlaqul karimah.
b. Mempersiapkan generasi yang cerdas, terampil, kreatif,
berdedikasi, cinta almamater dan berprestasi.
c. Mewujudkan peningkatan kualitas tamatan
3. Letak Geografis Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum Kendal
Secara geografis MTs Darul Ulum Kendal, berada di pinggiran
kota, sehingga terlepas dari hiruk pikuk kehidupan pusat kota.
Walaupun letaknya dipinggir kota, akan tetapi mudah dijangkau sebab
posisinya cukup strategis, sehingga orang mudah menemukannya
dengan mudah dan tidak perlu susah-susah karena berada tidak jauh
dari pinggir jalan.
Sebelah timur : Berbatasan dengan jalan menuju Pantai
Sebelah utara : Berbatasan dengan rumah penduduk
Sebelah barat : Berbatasan dengan rumah penduduk
Sebelah selatan : Berbatasan dengan jalan menuju masjid
Kemudian jika dilihat dari sudut pandang lingkungan
sekitarnya, maka MTs Darul Ulum mempunyai beberapa keuntungan.
Di antaranya adalah berada di daerah pesantren dan jauh dari
keramaian kota, sehingga sangat menguntungkan dalam proses belajar
mengajar.
4. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum
Kendal
a. Guru
Guru merupakan salah faktor penentu dalam proses belajar
mengajar. Maka ketersediaan tenaga pendidik dalam suatu lembaga
pendidikan yang berkualitas dan mempunyai dedikasi yang tinggi
sangat penting adanya. Di MTs Darul ulum Kendal, memiliki
43
tenaga pendidik dan karyawan sebanyak 23 orang, terdiri dari guru
tetap sebanyak 19 orang dan karyawan 4 orang.
b. Siswa
Berkenaan dengan kondisi siswa di MTs Darul Ulum
Kendal sangat variatif, ada yang pintar secara akademis, ada yang
mempunyai kelebihan yang lain seperti kemampuan menjalin
hubungan sosial, ada yang aktif ada yang pendiam, dan masih
banyak karakter siswa yang tidak bisa teridentifikasi secara
lengkap, sebab butuh waktu yang lebih panjang untuk mempelajari
mereka. Keragaman tersebut ada karena mereka berasal dari latar
belakang atau background keluarga yang tidak sama.
TABEL 1
Keadaan Siswa di MTs Darul Ulum Kendal
Tahun Ajaran 2010/2011
NO. Kelas Jumlah
Kelas
Jumlah Murid Jumlah
Seluruhnya Putra Putri
1. VII 2 30 34 64
2. VIII 2 33 36 69
3. IX 3 55 63 118
JUMLAH 118 133 251
5. Sarana Prasarana MTs Darul Ulum Kendal
Bangunan fisik menjadi salah satu bagian penting untuk dalam
suatu sekolah. Kondisi yang nyaman tentunya akan menambah
semangat siswa dalam proses belajar mengajar. Beberapa tahun ini
MTs Darul Ulum Kendal terus berbenah, hal ini dapat terlihat ketika
memasuki lingkungan MTs Darul Ulum. Diantara bangunan yang
sudah ada yaitu, ruang kepala sekolah yang satu atap dengan ruangan
44
bagian tata usaha (TU), ruang guru, ruang kelas, lapangan olah raga ,
ruang Osis, UKS, ruang BK, ruangan multimedia, dan lain sebagainya.
Dari kesekian banyak fasilitas fisik tersebut, hanya beberapa
saja yang sedikit akan kami uraikan, untuk mendapatkan gambaran
tentang sarana, prasarana dan media pembelajaran di sekolah
praktikan.
a. Ruang Kelas
Ada 7 ruang kelas yang setiap hari digunakan proses
pembelajaran. Ruang tersebut terdiri dari kelas VII, VIIIdan IX,
yang masing-masing tingkat kelas paralel yang berbeda. Untuk
kelas VII terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas VII A dan VII B.
Kemudian kelas VIII terdiri dari 2 lokal yaitu VIII A dan VIII B.
Untuk kelas IX terdiri dari 3 kelas, yaitu IX A, IX B dan IX C.
Setiap kelasnya rata-rata terdapat kurang lebih 30 siswa. Menurut
aturan tata ruang, di setiap kelas terlihat cukup sehat, karena ada
ventilasi udara dan pencahayaan yang cukup.
b. Ruang Guru dan Ruang Kepala Sekolah
Ketika memasuki gerbang sekolah akan langsung
dihadapkan pada ruang kepala sekolah yang berada satu atap
dengan ruang tata usaha. Sedangkan ruang guru berada di sebelah
barat ruang kepala sekolah dengan berbagai fasilitas, antara lain,
TV, ruang tamu, dan toilet.
c. Kantor Tata Usaha dan Administrasi
Lokasi ruang tata usaha terdapat di samping ruang kepala
sekolah. Seluruh administrasi sekolah dikerjakan oleh staf tata
usaha dalam ruang tersebut.
d. Perpustakaan Sekolah
Perpustakan adalah mata air ilmu pengetahuan. Kualitas
dan mutu sekolah bisa tercermin dari kondisi dan keadaan
perpustakaan. Artinya pengelolaan dan penyediaan media belajar/
sumber belajar berupa perpustakaan akan sangat menentukan
45
proses belajar siswa. Sebab penanaman kebisaaan membaca harus
dimulai sejak dini, termasuk siswa MTs Darul Ulum Kendal
haruslah mulai dikenalkan dan dipahamkan bahwa buku adalah
gerbang ilmu pengetahuan. Siswa harus disadarkan bahwa cara
mendapatkan ilmu bukan hanya ketika proses pengajaran di dalam
kelas.
B. Deskriptif Data Hasil Penelitian
1. Analisis Pendahuluan
Pada analisis pendahuluan ini akan dideskripsikan hubungan
antara tingkat pendidikan agama orang tua dan kedisiplinan shalat
berjamaah siswa MTs Darul Ulum Kendal. Berdasarkan data yang
diperoleh dari jawaban responden melalui angket atau kuesioner.
Adapun data tersebut diperoleh dari instrumen penelitian angket yang
diberikan kepada 50 responden yang terdiri dari 15 pertanyaan dan
setiap pertanyaan terdapat 5 alternatif jawaban. Oleh karena itu, berikut
ini ialah hasil data tingkat pendidikan agama orang tua.
a. Analisis Hasil Data Tentang Tingkat Pendidikan Agama
Orang Tua
Dari data tingkat pendidikan agama orang tua telah
diketahui skor masing-masing responden yaitu sebagaimana dalam
pemaparan tabel berikut :
TABEL 2
Nilai variabel X Data Skor Mentah Variabel X (Tingkat Pendidikan
Agama Orang Tua)
NO
Resp
Tingkat Pendidikan Ayah Tingkat Pendidikan Ibu Nilai Jumlah
MI MTs MA PTAI MI MTs MA PTAI Pend.
Ayah
Pend
Ibu
1 1 1 2
2 2 1 3
3 1 1 2
46
4 1 1 2
5 3 3 6
6 4 4 8
7 2 1 3
8 1 1 2
9 1 3 4
10 1 1 2
11 3 2 5
12 1 3 4
13 1 1 2
14 4 3 7
15 3 3 6
16 3 2 5
17 1 1 2
18 1 1 2
19 2 1 3
20 4 4 8
21 3 3 6
22 1 2 3
23 1 1 2
24 2 2 4
25 2 2 4
26 2 2 4
27 1 1 2
28 2 1 3
29 4 4 8
30 2 2 4
31 3 2 5
32 2 2 4
33 1 1 2
47
34 3 3 6
35 3 1 4
36 3 1 4
37 1 3 4
38 2 1 3
39 4 3 7
40 3 1 4
41 2 2 4
42 3 1 4
43 2 1 3
44 2 1 3
45 2 1 3
46 1 2 3
47 3 2 5
48 1 1 2
49 4 3 7
50 1 1 2
Dari hasil nilai tersebut, kemudian disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi skor tingkat pendidikan agama orang tua dan
skor rata-rata (Mean). Adapun langkah-langkah untuk membuat
distribusi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mencari jumlah interval
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 50
= 1 + 3,3 (1,698)
= 1 + 5,6066
= 6,6066 dibulatkan menjadi 7
2. Menentukan interval kelas
i =
48
keterangan :
i = interval kelas
R = Rentang nilai (nilai tertinggi-nilai terendah)
K = jumlah kelas
i = 7
28
= 7
6
= 0,8 dibulatkan menjadi 1
Jadi jumlah interval adalah 7 dan interval kelas adalah 1
Untuk mengetahui kualitas variabel tingkat pendidikan
agama orang tua, maka perlu dilihat tabel kualitas variabel sebagai
berikut:
TABEL 3
Distribusi frekuensi Tingkat Pendidikan Agama
Orang Tua
Interval F X FX Mean
2 13 2 26
M =
= 50
197
= 3,94
3 10 3 30
4 13 4 52
5 4 5 20
6 4 6 24
7 3 7 21
8 3 8 24
50 197
49
b. Analisis Hasil Angket Kedisiplinan Shalat Berjamaah
Dari hasil angket tentang kedisiplinan shalat berjamaah
siswa telah diketahui data skor masing-masing responden yaitu
sebagaimana dalam pemaparan tabel berikut :
TABEL 4
Nilai variabel Y
No.
Resp.
Jawaban Nilai Jumlah
A b c d e 5 4 3 2 1
1 4 1 6 - 4 20 4 18 0 4 46
2 5 1 4 1 4 25 4 12 2 4 47
3 3 3 6 2 1 15 12 18 4 1 50
4 4 - 8 1 2 20 0 24 2 2 48
5 2 2 5 3 3 10 8 15 12 3 48
6 3 6 5 1 - 15 24 15 2 0 56
7 3 4 2 3 3 15 16 6 6 3 46
8 4 1 4 1 5 20 4 12 2 5 43
9 2 5 5 1 2 10 20 15 4 2 51
10 5 1 2 2 5 25 4 6 4 5 44
11 4 6 3 2 - 20 24 9 4 0 57
12 9 - 2 - 4 45 0 6 0 4 55
13 2 1 6 3 3 10 4 18 6 3 41
14 4 - 7 1 3 20 0 21 2 3 46
15 1 5 6 2 1 5 20 18 4 1 48
16 4 2 7 2 - 20 8 21 4 0 53
17 4 2 4 - 5 20 8 12 0 5 45
18 2 2 5 3 3 10 8 15 6 3 42
19 3 5 2 3 2 15 20 6 6 2 49
20 7 2 5 - 1 35 8 15 0 1 59
50
21 2 2 9 1 1 10 8 27 2 1 58
22 8 - 3 - 4 40 0 9 0 4 53
23 1 5 7 2 - 5 20 21 4 0 50
24 9 1 2 - 3 45 4 6 0 3 58
25 4 0 9 0 2 20 0 27 0 2 49
26 5 0 8 1 1 25 0 24 2 1 52
27 3 2 5 1 4 15 10 15 2 4 46
28 4 1 4 3 3 20 4 12 6 3 45
29 8 1 3 1 2 40 4 9 2 2 57
30 5 2 6 1 1 25 8 18 2 1 49
31 7 1 5 1 1 35 4 15 2 1 57
32 4 5 5 0 1 20 20 15 0 1 56
33 2 1 7 2 3 10 4 21 4 3 42
34 7 2 6 - - 35 8 18 0 0 61
35 5 1 7 - 2 25 4 21 0 2 52
36 3 2 5 3 2 15 8 15 6 2 46
37 8 3 1 - 3 40 12 3 0 3 58
38 8 1 2 1 3 40 4 6 2 3 55
39 6 - 5 2 2 30 0 15 4 2 51
40 5 - 7 - 3 25 0 21 0 3 49
41 7 3 1 1 3 35 12 3 2 3 55
42 7 4 1 1 2 35 16 3 2 2 58
43 5 3 4 1 2 25 12 12 2 2 53
44 3 3 5 - 4 15 12 15 0 4 46
45 4 1 7 2 1 20 4 21 4 1 50
46 4 1 8 - 2 20 4 24 0 2 50
47 4 1 6 1 3 20 4 18 2 3 47
48 2 1 9 1 2 10 4 27 2 2 45
49 5 2 4 1 3 25 8 12 2 3 50
50 4 5 5 - 1 20 20 15 0 1 56
51
Dari hasil nilai tersebut, kemudian disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi skor kedisiplinan shalat berjamaah dan skor rata-
rata (Mean). Adapun langkah-langkah untuk membuat distribusi
tersebut adalah sebagai berikut:
3. Mencari jumlah interval
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 50
= 1 + 3,3 (1,6989)
= 1 + 5,6066
= 6,6066 dibulatkan menjadi 7
4. Menentukan interval kelas
i =
keterangan :
i = interval kelas
R = Rentang nilai (nilai tertinggi-nilai terendah)
K = jumlah kelas
i = 7
4161
=7
20
= 2,8 dibulatkan menjadi 3
Jadi jumlah interval adalah 7 dan interval kelas adalah 3
Untuk mengetahui kualitas variabel kedisiplinan shalat
berjamaah, maka perlu dilihat tabel kualitas variabel sebagai
berikut:
52
TABEL 5
Distribusi frekuensi kedisiplinan shalat berjamaah
Interval F Y fY Mean
59-61 2 60 120
M =
= 50
2523
= 50,46
56-58 10 57 570
53-55 6 54 324
50-52 9 51 459
47-49 9 48 432
44-46 10 45 450
41-43 4 42 168
Jumlah 50 2523
2. Analisis Uji Hipotesis
Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesa yang digunakan
maka terlebih dahulu mencari nilai koefisien antara variabel tingkat
pendidikan agama orang tua (X) dengan variabel kedisiplinan shalat
berjamaah (Y) dengan menggunakan rumus product moment.
TABEL 6
Tabel Kerja Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Agama
Orang Tua (X) Dan Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa (Y)
MTs Darul Ulum Kendal
No No.
Res X x = X- X x
2 Y y = Y-Y y
2 xy
1 1 2 -1,94 3,7636 46 -4.56 19,8916 8,6524
2 2 3 -0,94 0,8836 47 -3.56 11,9716 3,2524
3 3 2 -1,94 3,7636 50 -0.56 0,2116 0,8924
4 4 2 -1,94 3,7636 48 -2.56 6,0516 4,7724
5 5 6 2,06 4,2436 48 -2.56 6,0516 -5,0676
6 6 8 4,06 16,4836 56 5.44 30,6916 22,4924
53
7 7 3 -0,94 0,8836 46 -4.56 19,8916 4,1924
8 8 2 -1,94 3,7636 43 -7.56 55,6516 14,4724
9 9 4 0,06 0,0036 51 0.44 0,2916 0,0324
10 10 2 -1,94 3,7636 44 -6.56 41,7316 12,5324
11 11 5 1,06 1,1236 57 6.44 42,7716 6,9324
12 12 4 0,06 0,0036 55 4.44 20,6116 0,2724
13 13 2 -1,94 3,7636 41 -9.56 89,4916 18,3524
14 14 7 3,06 9,3636 46 -4.56 19,8916 -13,6476
15 15 6 2,06 4,2436 48 -2.56 6,0516 -5,0676
16 16 5 1,06 1,1236 53 2.44 6,4516 2,6924
17 17 2 -1,94 3,7636 45 -5.56 29,8116 10,5924
18 18 2 -1,94 3,7636 42 -8.56 71,5716 16,4124
19 19 3 -0,94 0,8836 49 -1.56 2,1316 1,3724
20 20 8 4,06 16,4836 59 8.44 72,9316 34,6724
21 21 6 2,06 4,2436 58 7.44 56,8516 15,5324
22 22 3 -0,94 0,8836 53 2.44 6,4516 -2,3876
23 23 2 -1,94 3,7636 50 -0.56 02,116 0,8924
24 24 4 0,06 0,0036 58 7.44 56,8516 0,4524
25 25 4 0,06 0,0036 49 -1.56 2,1316 -0,0876
26 26 4 0,06 0,0036 52 1.44 2,3716 0,0924
27 27 2 -1,94 3,7636 46 -4.56 19,8916 8,6524
28 28 3 -0,94 0,8836 45 -5.56 29,8116 5,1324
29 29 8 4,06 16,4836 57 6.44 42,7716 26,5524
30 30 4 0,06 0,0036 49 -1.56 2,1316 -0,0876
31 31 5 1,06 1,1236 57 6.44 42,7716 6,9324
32 32 4 0,06 0,0036 56 5.44 30,6916 0,3324
33 33 2 -1,94 3,7636 42 -8.56 71,5716 16,4124
34 34 6 2,06 4,2436 61 10.44 111,0916 21,7124
35 35 4 0,06 0,0036 52 1.44 2,3716 0,0924
36 36 4 0,06 0,0036 46 -4.56 19,8916 -0,2676
54
37 37 4 0,06 0,0036 58 7.44 56,8516 0,4524
38 38 3 -0,94 0,8836 55 4.44 20,6116 -4,2676
39 39 7 3,06 9,3636 51 0.44 0,2916 1,6524
40 40 4 0,06 0,0036 49 -1.56 2,1316 -0,0876
41 41 4 0,06 0,0036 55 4.44 20,6116 0,2724
42 42 4 0,06 0,0036 58 7.44 56,8516 0,4524
43 43 3 -0,94 0,8836 53 2.44 6,4516 -2,3876
44 44 3 -0,94 0,8836 46 -4.56 19,8916 4,1924
45 45 3 -0,94 0,8836 50 -0.56 0,2116 0,4324
46 46 3 -0,94 0,8836 50 -0.56 0,2116 0,4324
47 47 5 1,06 1,1236 47 -3.56 11,9716 -3,6676
48 48 2 -1,94 3,7636 45 -5.56 29,8116 10,5924
49 49 7 3,06 9,3636 50 -0.56 0,2116 -1,4076
50 50 2 -1,94 3,7636 56 5.44 30,6916 -10,7476
Jumlah 197 I56,82 2528 1308,32 234,68
Mean X ( X ) = N
X Mean Y (Y ) =
N
Y
=50
197 =
50
2528
= 3,94 = 50,56
Hasil dari perhitungan terhadap masing-masing variabel
(variabel X dan variabel Y) kemudian dioperasikan ke dalam rumus
product moment, yaitu:
∑xy
r xy =
(∑x2 ) (∑y
2)
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi
55
∑xy : Jumlah nilai deviasi variabel x dikalikan variabel y
x2 : Deviasi variabel x kuadrat
y2 : Deviasi variabel y kuadrat
∑xy
r xy =
(∑x2 ) (∑y
2)
234,68
r xy =
(156,82)(1308,32)
234,68
r xy =
205170,7424
234,68
r xy =
452,9577
r xy = 0,518
3. Analisis Lanjut
Setelah r (koefisien korelasi) dari variabel X dan variabel Y
diketahui, selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai r product
moment untuk diketahui signifikasinya dan untuk mengetahui apakah
hipotesa yang diajukan dapat diterima atau tidak. Hal ini disebabkan
apabila r observasi yang kita peroleh sama dengan atau lebih besar dari
pada r tabel, maka nilai r yang telah kita peroleh itu signifikan.
Adapun untuk mengetahui apakah nilai r observasi tersebut
signifikan atau tidak adalah dengan cara menunjukkan atau menguji
taraf signifikan 5% dengan operasional sebagai berikut :
56
Korelasi Antara Tingkat Pendidikan agama Orang Tua Dan
Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa Darul Ulum Kendal pada taraf
signifikan 5% dengan N = 50. Diperoleh ro = 0,518 dan rt = 0,278maka
ro > rt berarti signifikan.
Dengan demikian ro (observasi) lebih besar daripada rt (r dalam tabel),
ini berarti hasilnya adalah signifikan dan ada korelasi (ada hubungan
yang positif) antara kedua variabel tersebut.
Dari kedua pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5%
maka hasil yang diperoleh adalah r observasi (hasil penelitian) lebih
besar hasilnya pada taraf 5%. Jadi hipotesis yang telah diajukan dalam
bab satu hasilnya adalah hipotesis diterima kebenarannya pada taraf
signifikan 5%.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab ke bab dalam skripsi yang
berjudul “Korelasi Antara Tingkat Pendidikan Agama Orang Tua Dan
Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa Di MTs Darul Ulum Pidodokulon
Patebon Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011” dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tingkat pendidikan agama orang tua siswa di MTs Darul Ulum
Kendal berdasarkan dokumen yang penulis peroleh bervariasi, dimana
ada siswa yang pendidikan orang tuanya hanya lulusan pendidikan
dasar, pendidikan menengah, bahkan ada yang lulusan pendidikan
tinggi. Dari hasil analisis menunjukkan nilai mean tingkat pendidikan
orang tua adalah 3,94 yang berada di interval 4 dengan nilai maksimal
8 sedangkan nilai minimalnya ialah 1.
2. Tingkat kedisiplinan shalat berjamaah siswa MTs Darul Ulum Kendal
tahun pelajaran 2010/2011 dilihat dari hasil analisis menunjukkan
nilai mean 50,46 yaitu terdapat antara interval (50-52) dengan nilai
maksimal 61 sedangkan nilai minimalnya ialah 41.
3. Berdasarkan pada analisis kuantitatif dari hasil penelitian menunjukan
bahwa dilihat nilai r obsrevasi adalah 0,518 berada di atas r product
moment, batas penolakan 5% sebesar 0,278 dengan kata lain 0,518 >
0,278. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ada korelasi positif
yang signifikan antara tingkat pendidikan agama orang tua dan
kedisiplinan shalat berjamaah siswa MTs Darul Ulum Pidodokulon
Patebon Kendal tahun pelajaran 2010/2011” dapat diterima
kebenarannya.
58
B. Saran-Saran
1. Bagi orang tua
Sikap disiplin bukan merupakan sikap yang timbul secara
mendadak dan sekali jadi. Melainkan sikap disiplin timbul dan tumbuh
secara bertahap yang dilakukan dengan latihan-latihan yang lama dan terus
menerus. Maka agar sikap disiplin melakukan shalat berjamaah itu timbul
dan tertanam pada diri anak, orang tua harus menanamkan sikap tersebut
sewaktu anak masih berada di dalam lingkungan keluarga .
2. Bagi siswa
Tugas utama seorang siswa adalah belajar, agar berhasil dalam
belajarnya maka seorang siswa harus mendasari segala sikap dan tingkah
laku belajarnya terutama dalam pengamalannya, misalnya kedisiplinan
shalat berjamaah.
3. Bagi pihak sekolah
Pada pihak sekolah hendaknya dapat lebih mengoptimalkan
kedisiplinan shalat berjamaah pada siswa yakni dengan mewajibkan shalat
dhuhur ketika berada di sekolah. Memberikan sanksi kepada pihak yang
melanggarrnya khususnya dalam hal ini siswa, karena penulis yakin tanpa
ditegakkannya kedisiplinan shalat berjamaah di sekolah tersebut maka
sikap disiplin dalam beribadah yang diharapkan timbul pada diri siswa
akan sulit terwujud. Tentunya dalam hal ini sanksi yang diberikan adalah
sanksi-sanksi yang mengandung nilai-nilai pendidikan.
C. Penutup
Alhamdulillah, puji syukur selalu terpanjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
lancar. Dengan disertai do’a, semoga skripsi yang cukup sederhana ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca pada
umumnya.
59
Sebagaimana pada umumnya karya setiap manusia, tentulah tidak
ada yang sempurna secara total. Oleh karena itu penulis sangat menyadari
hal tersebut, dengan mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca, mengingat skripsi yang penulis susun ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho-Nya kepada
kita semua dan memeberikan kemanfaatan yang besar pada skripsi yang
penulis susun dengan segenap kemampuan ini. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Warson Munawwir, Al Munawwir, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997
Ahmad, Syihabuddin bin Hajar al-Haitami, Minhajul Qowim, (Libanon, Darul
Fikri, tth)
Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008
Arifin, M. Zainul, Shalat Mikraj Kita cara efektif berdialog dan berkomunikasi
langsung dengan Allah SWT, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :
PT. Rineka Cipta, 2006
Aziz, Abd, Orientasi Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Teras, 2010
Bahri Djamarah, Syaiful, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002),
hlm. 12
Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, (Bandung: CV
Ruhama, 1995
D. Soemarmo (ed.), Pedoman Palaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib
Sekolah, PT. Sekala Jalmakarya, 1997
Deikurs, Rudolf dan Pearl Cassel, Disiplin Tanpa Hukuman, Bandung: Remaja
Karya, 1986
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya:
Duta Ilmu, 2005
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Syamila Cipta
Media, 2005
Depdikbud, Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1993
Ghazali, Al Imam, Keagungan Shalat, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005
H. M. Ardani, Al-Qur’an dan Sufisme Mangkunagara IV, Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1995
Haryanto, Sentot, Psikologi Shalat, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007
Hasan, H. Abd. Kholiq, Tafsir Ibadah, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2008
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Sistem Pendidikan Nasional,
Departemen Agama Direktorat Jenderal Pembinanan Kelembagaan Agama
Islam Tahun 1991/1992
Ismail, A. Ilyas, Pilar-pilar Taqwa Doktrin, Pemikiran, Hikmat, dan Pencerahan
Spiritual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009
Muhammad Azzam, Abdul Aziz dkk, Fiqh Ibadah, Jakarta: AMZAH, 2009
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku , Tuntunan Shalat Nabi SAW.,
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2004
____________, Teungku, Tuntunan Salat Nabi SAW; sebuah panduan praktis,
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2004
Muhammad Ibnu Ismail Ai-Bukhori, Abi Abdillah , Al-Bukhori, Juz I, Lebanon:
Daarul Fikri, tth
Qorni, Al ‘Aidh, , Sifat Sholat Nabi, Solo: Wacana Ilmiah Press, 2006
Ramadhana al-Banjari, Rachmat, Membaca Kepribadian Muslim Seperti
Membaca Al-qur’an, Jogjakarta: DIVA Press, 2008
Rifa’i, Moh, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Semarang: Toha Putra, 2004
_________, Mutiara Fiqih, jilid 1, Semarang: Wicaksana, 1998
Rosjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: CV. Sinar Baru, 2007
Rusdinal dan Elizar, Pengelolaan Di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2005
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta, 2008
Surunin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004
Syukur, M. Amin, Pengantar Studi Islam, Semarang: CV. Bima Sakti 2003
Tabrani, et. Al., Pendidikan Agama Islam Jilid 3, Bandung: Angkasa, 1996
Thib, H. Ahmad Raya dan Hj. Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah
Dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2003
Tu’u, Tulus, Peran Disiplim pada Perilaku dan Prestasi siswa, Jakarta: Grasindo,
2004
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Direktorat
Jebderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006
Wantah, Maria J., Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada Anak
Usia Dini,, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005
Zuhaili, Wahbah, Fiqih Imam Syafi’i 1, Jakarta: Almahira, 2010
Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Keadaan Peserta Didik Mts Darul Ulum Pidodokulon
Patebon Kendal Tahun Pelajaran
2010/2011
NO. Kelas Jumlah
Kelas
Jumlah Murid Jumlah
Seluruhnya
Putra Putri
1. VII 2 30 34 64
2. VIII 2 33 36 69
3. IX 3 55 63 118
JUMLAH 118 133 251
KEADAAN GURU MTs DARUL ULUM PIDODOKULON PATEBON KENDAL
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
No Ko
de Nama Jabatan
Bidang
Studi
Kelas
Jml
Jml
To
tal 7A 7B 8A 8B 9A 9B 9C
1 A Shodiqin,
S.Ag. Kamad
B.
Inggris
3 3 5 5 5 21 21
2 B Drs. H. Edi
Premono.
Wk.
Kurkul
Matem
atika
5 5 10 10
3 C Ky. Afandi
Yusuf
Wali Kls
8A
SKI 2 2 2 2 2 12 28
Fiqih 2 2 2 2 2 2 2 16
4 D Ky. H.
Muchyidin BP
Qur’an
Hadits 2 2 2 2 2 2 2 16
24 Baca
Kitab 1 1
1 1 1 1 1 8
5 E
Fatkhur
Rokhman,
S.Ag
Wk.
Kesiswaa
n
Akidah
Akhlak 2 2 2 2 2 2 2 16
26
Penjas 2 2 2 2 10
6 F Ky. Khariri Wali Kls
7C B. Arab 3 3
4 4 4 4 4 29 29
7 G
Sri
Mawardah,S.
Ag
Guru B. Jawa
2 2 4 4
8 H Drs.
Zuhroni
Wali Kls
7A
Ketram
pilan 1 1
1 1 1 1 1 8
17
B. Arab 1 1 2 2 2 9
9 I
Suci
Sulistiyani,
S.Ag.
Wali Kls
9B IPA 4 4 4 4 4 24 24
10 J
Hj.
Rodliyah,
B.A.
Wali Kls
8B
B.
Indones
ia
4 4 12
20
Juz
Amma 1 1 1 1 1 1 1 8
11 K Khuriyah,
S.Ag.
Wali Kls
9C
IPS 4 4 4 12
26 Ke-
NU-an 2 2 1 1 2 2 2 14
12 L
Ahmad
Jazuri, S.Pd.I
Wali Kls
9A
Matem
atika 5 5 6 6 6 33 33
13 M Djaswadi, A. Md
Guru Pend. Seni
2 2 2 2 10 10
14 N
R. Nurhadi Arif
Zuliyanto,
S.Pd
Kepala Lab.
Kompute
r
TIK 1 1 1 1 1 1 1 8 8
15 O
Cholifah
Dwi
Wijayanti,
Wali Kls
7B IPS 4 4 4 4 20 20
No Ko
de Nama Jabatan
Bidang
Studi
Kelas
Jml
Jml
To
tal 7A 7B 8A 8B 9A 9B 9C
SE
16
P
Muthowaa
h, S.Pd.I Guru PKn 2 2 2 2 2 2 2 16 16
17 Q
Kris
Widayani,
S.Pd
Guru
Bhs.
Indones
ia
4 4 4 4 4 20 20
18 R
Siti
Nurfuadah,
A.Ma
BP B. Jawa 2 2 4 4 14 14
19 S
Nizar
Ubaid,
S.H.I
Guru
B.
Inggris,
SKI
2 2 2 2 10 10
JUMLAH 45 45 45 45 45 45 45 360 360
DAFTAR KEPENGURUSAN MTs DARUL ULUM PIDODOKULON PATEBON
KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Kepala Madrasah : Shodiqin, S. Ag
Waka Kurikulum : Drs. Edy Pramono
Waka Kesiswaan : Fatkhur Rahman, S. Ag
Waka Sarana Prasarana : Ahmad Jazuli, S.Pdi
Waka Humas : Drs. Zuhroni
Sie. Pramuka : Arif Yulianto S. Pd
Sie. OSIS : Nizar Ubaid, S.H.I
Sie. Perpustakaan : Sri Mawaridah, S. Ag
Sie. BP : Ky Muhyidin
Sie. Lab. IPA : Muthowaah, S. Pd
Sie. Lab. Komputer : Suci Sulistiani, S. Ag
Bendahara Umum : Sutriyah
Bendahara I : Dwi Yulianti
DAFTAR NAMA RESPONDEN DAN DATA TINGKAT
PENDIDIKAN AGAMA ORANG TUA
No Nama siswa Kelas Nama ayah Tingkat
pendidikan ayah
Nama ibu Tingkat
pendidi
kan ibu
1 M Sofyansyur VII A Nur Khasan MA Umi Saroh PTAI
2 M Laialatul Qodri VII A Tunus MI Sutimah MA
3 Saiful Umam VII A Rahmad MTs Siti Aminah MTs
4 Moch Anis Afiqi VII A Afif Said MTs Afidatunnisa’ MTs
5 Osta Maulana VII A Basiron MTs Tumini MTs
6 M Khasan Basri VII A Sudar MI Romlah MI
7 Ahmad sayfudin VII B Karnoto MA Umi Fatonah MI
8 Sulistyaningsih VII B Edy Supriadi MA Jumiati MI
9 Khoirul Huda VII B Sukaeri MTs Siti Marikami MTs
10 Dewi Oktafiani VII B Sutrisno MI suwarti MTs
11 M Khusni Mubarok VII B Asep Syarifudin MA Amilia MA
12 Ninda Ulfiana VII B Sutrisno MTs Sulistiyaningrum MTs
13 Nurul Mardliyah VII B Yusri MI Sukati MI
14 M Wazir VII B Ilyas MI Afifah MI
15 Siti Zumrotus S VII B Sanuri MI Siti Ngawiyah MI
16 Novita Lestari VII B Jumarso MI Sumiati MI
17 Iva Nur Fatma VIII A Muslimin PTAI Masidah PTAI
18 M Nasrulloh VIII A Samhudi MA Rodliyah PTAI
19 Agus Hermawan VIII A Yusro MA Sudarti MA
20 M Mochsin VIII A Ridwan MI Juwariyah MTs
21 Retno Wulandari VIII A Totok sudrajad MTs Rondiyah MI
22 S Nunik VIII A Mundhakir MI Siti Muyasaroh MTs
23 Lailatul Qodriyah VIII A Suharso PTAI Malikhatun MA
24 Lailatul Fasikhah VIII A Suyatno MI Musri’ah MI
25 Siti Masruroh VIII B Supandi MTs Sopiatun MI
26 Lestari VIII B Jamil MTs Rukiyah MI
27 Syamsul Ma’arif VIII B Munawar MA Ulfah MA
28 Uswatun Khasanah VIII B Sanujii MI Siti Rahmi MI
29 Ahmad Fannil K VIII B M Arifin MTs Nur Azizah MTs
30 Riha Asna VIII B M Rochan MA Masrofah MI
31 Chatib Amirudin VIII B Abdul Arif MA Muktamaroh MTs
32 Navissatur Riski VIII B Muslih MI Wakhidah MTs
33 Tri Safita Sari IX A Hartono PTAI Maskanah PTAI
34 Eva Septiani IX A Sudono MTs Sukarsih MTs
35 A Adikin IX A Amin MTs Kasmirah MI
36 Umi Maghfiroh IX A Sunarmo MI Manisi MI
37 Afiyatur Rohmah IX B Kumaeri MI Rohmatun MI
38 Siti Solekhah IX B Abidin MI Asfiyah MI
39 Setiawan IX B Marso MTs Budi MI
40 Siam Setiawan IX B Ngatmo MTs Suarmi MI
41 Siti Kurniyah IX B Tukinun MI Jumaiyah MI
42 Ahmad Aris S IX B Romdoni MI Kastia MI
43 Achmad Fachrudin IX C Sutopo MI Supriati MI
44 Umi Aliyah IX C Zuhri PTAI Ma’rifah PTAI
45 M Khusnul Aris IX C Supar MA Hindun MA
46 Inayatul Ma’rifah IX C Muzeiri MTs Siti Choifah MA
47 Niki Yasika IX C M Yusuf MA Sokipah MTs
48 Rizki Anwar IX C Anwar MA Aliyah MI
49 M Nur Afif IX C Pandi MTs Suaseh MTs
50 Siti Nur Aini K IX C Tugiman MTs Sri Hidayati MI
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Variabel Kedisiplinan Shalat Jamaah
No. Indikator Nomor Butir
Soal Jumlah
1.
2.
3.
Kesadaran dalam menjalankan shalat berjamaah
Teratur dalam menjalankan shalat berjamaah
Menjalankan shalat berjamaah tepat waktu
1,2,3,4,5
6,7,8,9,10
11,12,13,14,15
5
5
5
Jumlah 15
Keterangan:
Selalu (S) : diberi skor 5
Sering sekali (SS) : diberi skor 4
Kadang-kadang (KK) : diberi skor 3
Jarang Sekali (JS) : diberi skor 2
Tidak Pernah (TP) : diberi skor 1
Angket Tentang Kedisiplinan Menjalankan Shalat Berjamaah Siswa MTs
Darul Ulum Pidodokulon Patebon Kendal
I. Petunjuk Umum
1. Angket ini untuk penelitian skripsi semata.
2. Kesediaan dan kejujuran anda dalam pengisian angket ini sangat membantu dalam
penelitian.
3. Kesediaan dan hasil angket anda dijamin oleh peneliti
II. Petunjuk Pengisian Angket
1. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan anda dengan memberikan
tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap paling tepat.
2. Tulislah identitas anda di bawah ini,
Nama : ………………………………………………………
Kelas : ………………………………………………………
Jenis Kelamin : ………………………………………………………
Nama Ibu : ………………………………………………………
Pendidikan terakhir Ibu : ………………………………………………………
Nama Ayah : ………………………………………………………
Pendididikan terakhir Ayah : ……………………………………………………….
III. Butir Pertanyaan
A. Kesadaran Dalam Manjalankan Shalat Berjamaah
1. Apakah anda melaksanakan shalat berjamaah karena kemauan diri sendiri?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
2. Anda tetap melaksanakan shalat berjamaah di rumah jika tidak sempat shalat
berjamaah di mushola atau masjid?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
3. Apakah anda marah ketika ada teman mengingatkan anda untuk mengerjakan shalat
berjamaah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
4. Ketika telat mengerjakan shalat berjamaah di mushola atau masjid (shalat berjamaah
sudah selesai ), apakah anda mencari teman untuk melaksanakan shalat berjamaah
bersama?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah 5. Apakah anda melakukan shalat berjamaah karena anda mengetahui besarnya keutamaan
shalat berjamaah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
B. Teratur dalam menjalankan shalat berjamaah
6. Apakah Anda berwudhu sebelum shalat berjamaah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
7. Jika pada barisan depan ada kosong, apakah Anda mengisinya sebelum membuat barisan
lagi?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
8. Apakah Anda ketika shalat berjamaah mendahului atau terlambat dalam mengikuti
gerakan imam?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
9. Apakah anda memakai pakaian khusus shalat (Pria: sarung, baju dan peci. Wanita:
mukena/rukuh) ketika sedang menjalankan shalat berjamaah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
10. Apakah anda memperhatikan bacaan tajwid surat yang anda baca ketika sedang
menjalankan shalat berjamaah?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
C. Melaksanakan shalat berjamaah tepat waktu
11. Apakah anda menjalankan shalat berjamaah tepat pada waktunya!
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
12. Apakah Anda selalu melaksanakan shalat 5 waktu dengan berjamaah!
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
13. Apakah anda selalu datang untuk shalat berjamaah sebelum iqamat!
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
14. Ketika sedang membaca al-Qur’an tiba-tiba mendengar adzan, apakah Anda segera
shalat!
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang sekali
e. Tidak pernah
15. Jika anda sibuk mengerjakan tugas tiba-tiba mendengar adzan, apakah anda juga tetap
berusaha menyempatkan untuk shalat berjamaah!
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang Sekali
e. Tidak pernah
1
LABORATORIUM KOMPUTER TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH
IAIN WALISONGO SEMARANG
PENELITI : MOHAMAD SYAIFULLOH
NIM : 073111015
JURUSAN : Pendidikan Agama Islam
JUDUL : KORELASI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN AGAMAORANG
TUA DAN KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMAAH SISWA MTs
DARUL ULUM PIDODO KULON PATEBON KENDAL TAHUN
2010/2011
HIPOTESIS :
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan agama orang tua dan
kedisiplinan shalat berjamaah siswa.
H1 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan agama orang tua dan kedisiplinan
shalat berjamaah siswa.
DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGGUNAKAN NILAI
SIGNIFIKANSI :
Ho DITERIMA jika Nilai Sign. > 0.05
Ho DITOLAK jika Nilai Sign. < 0.05
INTERPRETASI ANGKA INDEKS KORELASI
0.00 – 0.20 = menunjukkan korelasi antara dua variabel sangat lemah.
0.21 – 0.40 = menunjukkan korelasi antara dua variabel lemah
0.41 – 0.60 = menunjukkan korelasi antara dua variabel sedang
0.61 – 0.80 = menunjukkan korelasi antara dua variabel kuat
0.81 – 1.00 = menunjukkan korelasi antara dua variabel sangat kuat
HASIL DAN ANALISIS DATA :
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
tingkat pendidikan agama
orang tua 3.9400 1.78897 50
kedisiplinan shalat
berjamaah 50.5600 5.16724 50
1. Jumlah data (N) tentang tingkat pendidikan agama orang tua = 50
2. Jumlah data (N) tentang kedisiplinan shalat berjamaah siswa = 50
3. Nilai rata-rata (mean) tingkat pendidikan agama orang tua = 3,94
4. Nilai rata-rata (mean) kedisiplinan shalat berjamaah siswa = 50,56
Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fax. 7615387 Semarang 50185
2
5. Standard deviasi data tingkat pendidikan agama orang tua = 1,80
6. Standard deviasi data kedisiplinan shalat berjamaah siswa = 5.17
Correlations
tingkat
pendidikan
agama orang tua
kedisiplinan
shalat
berjamaah
tingkat pendidikan agama
orang tua
Pearson Correlation 1 .518**
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
kedisiplinan shalat
berjamaah
Pearson Correlation .518** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan:
1. Sig. = 0,000 < 0,05 Ho ditolak artinya ada/terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan agama orang tua dan kedisiplinan shalat berjama’ah siswa.
2. r_hitung = 0,518, rt(50; 5%) = 0,278
berarti r_hitung > r_tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima, hal ini menunjukkan
korelasi tersebut SIGNIFIKAN dan menunjukkan bahwa hubungan tersebut masuk
pada kriteria SEDANG, karena 0,400 < r < 0,599, serta arah korelasinya positif.
Semarang, 19 September 2011
a/n Kepala Lab. Pendidikan
Pengelola Lab. Komputer
Saminanto, S.Pd., M.Sc.
NIP. 19720604 200312 1 002
TABEL 1
KEADAAN SISWA DI MTS DARUL ULUM KENDAL
TAHUN AJARAN 2010/2011
NO. Kelas Jumlah
Kelas
Jumlah Murid Jumlah
Seluruhnya Putra Putri
1. VII 2 30 34 64
2. VIII 2 33 36 69
3. IX 3 55 63 118
JUMLAH 118 133 251
TABEL 2
NILAI VARIABEL X
DATA SKOR MENTAH VARIABEL X
(TINGKAT PENDIDIKAN AGAMA ORANG TUA)
NO
Resp
Tingkat Pendidikan Ayah Tingkat Pendidikan Ibu Nilai
Jumlah MI MTs MA PTAI MI MTs MA PTAI
Pend.
Ayah
Pend
Ibu
1 1 1 2
2 2 1 3
3 1 1 2
4 1 1 2
5 3 3 6
6 4 4 8
7 2 1 3
8 1 1 2
9 1 3 4
10 1 1 2
11 3 2 5
12 1 3 4
13 1 1 2
14 4 3 7
15 3 3 6
16 3 2 5
17 1 1 2
18 1 1 2
19 2 1 3
20 4 4 8
21 3 3 6
22 1 2 3
23 1 1 2
24 2 2 4
25 2 2 4
26 2 2 4
27 1 1 2
28 2 1 3
29 4 4 8
30 2 2 4
31 3 2 5
32 2 2 4
33 1 1 2
34 3 3 6
35 3 1 4
36 3 1 4
37 1 3 4
38 2 1 3
39 4 3 7
40 3 1 4
41 2 2 4
42 3 1 4
43 2 1 3
44 2 1 3
45 2 1 3
46 1 2 3
47 3 2 5
48 1 1 2
49 4 3 7
50 1 1 2
TABEL 3
DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENDIDIKAN
AGAMA ORANG TUA
Interval F X FX Mean
2 13 2 26
M =
= 50
197
= 3,94
3 10 3 30
4 13 4 52
5 4 5 20
6 4 6 24
7 3 7 21
8 3 8 24
50 197
TABEL 4
NILAI VARIABEL Y (KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMAAH)
No.
Resp.
Jawaban Nilai Jumlah
a b c d E 5 4 3 2 1
1 4 1 6 - 4 20 4 18 0 4 46
2 5 1 4 1 4 25 4 12 2 4 47
3 3 3 6 2 1 15 12 18 4 1 50
4 4 - 8 1 2 20 0 24 2 2 48
5 2 2 5 3 3 10 8 15 12 3 48
6 3 6 5 1 - 15 24 15 2 0 56
7 3 4 2 3 3 15 16 6 6 3 46
8 4 1 4 1 5 20 4 12 2 5 43
9 2 5 5 1 2 10 20 15 4 2 51
10 5 1 2 2 5 25 4 6 4 5 44
11 4 6 3 2 - 20 24 9 4 0 57
12 9 - 2 - 4 45 0 6 0 4 55
13 2 1 6 3 3 10 4 18 6 3 41
14 4 - 7 1 3 20 0 21 2 3 46
15 1 5 6 2 1 5 20 18 4 1 48
16 4 2 7 2 - 20 8 21 4 0 53
17 4 2 4 - 5 20 8 12 0 5 45
18 2 2 5 3 3 10 8 15 6 3 42
19 3 5 2 3 2 15 20 6 6 2 49
20 7 2 5 - 1 35 8 15 0 1 59
21 2 2 9 1 1 10 8 27 2 1 58
22 8 - 3 - 4 40 0 9 0 4 53
23 1 5 7 2 - 5 20 21 4 0 50
24 9 1 2 - 3 45 4 6 0 3 58
25 4 0 9 0 2 20 0 27 0 2 49
26 5 0 8 1 1 25 0 24 2 1 52
27 3 2 5 1 4 15 10 15 2 4 46
28 4 1 4 3 3 20 4 12 6 3 45
29 8 1 3 1 2 40 4 9 2 2 57
30 5 2 6 1 1 25 8 18 2 1 49
31 7 1 5 1 1 35 4 15 2 1 57
32 4 5 5 0 1 20 20 15 0 1 56
33 2 1 7 2 3 10 4 21 4 3 42
34 7 2 6 - - 35 8 18 0 0 61
35 5 1 7 - 2 25 4 21 0 2 52
36 3 2 5 3 2 15 8 15 6 2 46
37 8 3 1 - 3 40 12 3 0 3 58
38 8 1 2 1 3 40 4 6 2 3 55
39 6 - 5 2 2 30 0 15 4 2 51
40 5 - 7 - 3 25 0 21 0 3 49
41 7 3 1 1 3 35 12 3 2 3 55
42 7 4 1 1 2 35 16 3 2 2 58
43 5 3 4 1 2 25 12 12 2 2 53
44 3 3 5 - 4 15 12 15 0 4 46
45 4 1 7 2 1 20 4 21 4 1 50
46 4 1 8 - 2 20 4 24 0 2 50
47 4 1 6 1 3 20 4 18 2 3 47
48 2 1 9 1 2 10 4 27 2 2 45
49 5 2 4 1 3 25 8 12 2 3 50
50 4 5 5 - 1 20 20 15 0 1 56
TABEL 5
DISTRIBUSI FREKUENSI KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMAAH
Interval F Y fY Mean
59-61 2 60 120
M =
= 50
2523
= 50,46
56-58 10 57 570
53-55 6 54 324
50-52 9 51 459
47-49 9 48 432
44-46 10 45 450
41-43 4 42 168
Jumlah 50 2523
TABEL 6
TABEL KERJA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN
AGAMA ORANG TUA (X) DAN KEDISIPLINAN SHALAT
BERJAMAAH SISWA (Y) MTS DARUL ULUM KENDAL
No No.
Res X x = X- X x
2 Y y = Y-Y y
2 xy
1 1 2 -1,94 3,7636 46 -4.56 19,8916 8,6524
2 2 3 -0,94 0,8836 47 -3.56 11,9716 3,2524
3 3 2 -1,94 3,7636 50 -0.56 0,2116 0,8924
4 4 2 -1,94 3,7636 48 -2.56 6,0516 4,7724
5 5 6 2,06 4,2436 48 -2.56 6,0516 -5,0676
6 6 8 4,06 16,4836 56 5.44 30,6916 22,4924
7 7 3 -0,94 0,8836 46 -4.56 19,8916 4,1924
8 8 2 -1,94 3,7636 43 -7.56 55,6516 14,4724
9 9 4 0,06 0,0036 51 0.44 0,2916 0,0324
10 10 2 -1,94 3,7636 44 -6.56 41,7316 12,5324
11 11 5 1,06 1,1236 57 6.44 42,7716 6,9324
12 12 4 0,06 0,0036 55 4.44 20,6116 0,2724
13 13 2 -1,94 3,7636 41 -9.56 89,4916 18,3524
14 14 7 3,06 9,3636 46 -4.56 19,8916 -13,6476
15 15 6 2,06 4,2436 48 -2.56 6,0516 -5,0676
16 16 5 1,06 1,1236 53 2.44 6,4516 2,6924
17 17 2 -1,94 3,7636 45 -5.56 29,8116 10,5924
18 18 2 -1,94 3,7636 42 -8.56 71,5716 16,4124
19 19 3 -0,94 0,8836 49 -1.56 2,1316 1,3724
20 20 8 4,06 16,4836 59 8.44 72,9316 34,6724
21 21 6 2,06 4,2436 58 7.44 56,8516 15,5324
22 22 3 -0,94 0,8836 53 2.44 6,4516 -2,3876
23 23 2 -1,94 3,7636 50 -0.56 02,116 0,8924
24 24 4 0,06 0,0036 58 7.44 56,8516 0,4524
25 25 4 0,06 0,0036 49 -1.56 2,1316 -0,0876
26 26 4 0,06 0,0036 52 1.44 2,3716 0,0924
27 27 2 -1,94 3,7636 46 -4.56 19,8916 8,6524
28 28 3 -0,94 0,8836 45 -5.56 29,8116 5,1324
29 29 8 4,06 16,4836 57 6.44 42,7716 26,5524
30 30 4 0,06 0,0036 49 -1.56 2,1316 -0,0876
31 31 5 1,06 1,1236 57 6.44 42,7716 6,9324
32 32 4 0,06 0,0036 56 5.44 30,6916 0,3324
33 33 2 -1,94 3,7636 42 -8.56 71,5716 16,4124
34 34 6 2,06 4,2436 61 10.44 111,0916 21,7124
35 35 4 0,06 0,0036 52 1.44 2,3716 0,0924
36 36 4 0,06 0,0036 46 -4.56 19,8916 -0,2676
37 37 4 0,06 0,0036 58 7.44 56,8516 0,4524
38 38 3 -0,94 0,8836 55 4.44 20,6116 -4,2676
39 39 7 3,06 9,3636 51 0.44 0,2916 1,6524
40 40 4 0,06 0,0036 49 -1.56 2,1316 -0,0876
41 41 4 0,06 0,0036 55 4.44 20,6116 0,2724
42 42 4 0,06 0,0036 58 7.44 56,8516 0,4524
43 43 3 -0,94 0,8836 53 2.44 6,4516 -2,3876
44 44 3 -0,94 0,8836 46 -4.56 19,8916 4,1924
45 45 3 -0,94 0,8836 50 -0.56 0,2116 0,4324
46 46 3 -0,94 0,8836 50 -0.56 0,2116 0,4324
47 47 5 1,06 1,1236 47 -3.56 11,9716 -3,6676
48 48 2 -1,94 3,7636 45 -5.56 29,8116 10,5924
49 49 7 3,06 9,3636 50 -0.56 0,2116 -1,4076
50 50 2 -1,94 3,7636 56 5.44 30,6916 -10,7476
Jumlah 197 I56,82 2528 1308,32 234,68
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : M Syaifulloh
2. Tempat & Tgl. Lahir : Kendal, 1 Januari 1990
3. NIM : 073111015
4. Alamat Rumah : Ds. Pidodokulon Rt. 01 Rw. 03, Kec. Patebon
Kab. Kendal, Kode Pos 51351
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. TK Mardisunu Pidodokulon Patebon Kendal, Lulus Tahun 1995
b. SDN I Pidodokulon Patebon Kendal, Lulus Tahun 2001
c. MTs Darul Ulum Pidodokulon Patebon Kendal , Lulus Tahun 2004
d. MA Negeri Kendal, Lulus Tahun 2007
Semarang, 22 September 2011
M Syaifulloh
NIM.073111015