37
ii HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI TINGKAT SMP DI KOTA AMBON OLEH DENSY DAYANA PATTIRUHU 802010016 TUGAS AKHIR DiajukanKepadaFakultasPsikologiGunaMemenuhiSebagian Dari PersyaratanUntukMencapaiGelarSarjanaPsikologi Program StudiPsikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

ii

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI TINGKAT SMP DI KOTA AMBON

OLEH

DENSY DAYANA PATTIRUHU

802010016

TUGAS AKHIR

DiajukanKepadaFakultasPsikologiGunaMemenuhiSebagian Dari PersyaratanUntukMencapaiGelarSarjanaPsikologi

Program StudiPsikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 2: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian
Page 3: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian
Page 4: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

ii

Page 5: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

ii

Page 6: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

ii

Page 7: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

ii

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI TINGKAT SMP DI KOTA AMBON

Densy Dayana Pattiruhu

Chr. Hari Soetjiningsih

Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 8: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan

penyesuaian sosial pada siswa kelas akselerasi tingkat SMP di kota Ambon. Sebanyak 70

siswa kelas akselerasi pada SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 6 Ambon diambil sebagai

sampel yang dilakukan dengan mengunakan teknik sampel jenuh. Pengumpulan data

kecerdasan emosional dilakukan dengan skala emotional intelligence dan skala penyesuaian

sosial. Teknik analisa data yang dipakai adalah teknik korelasi product moment dengan

menggunakan bantuan SPSS 20 for windows. Dari hasil analisa data diperoleh koefisien

korelasi (r) 0.447 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan positif

dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian sosial siswa kelas

akselerasi. Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki

oleh siswa kelas akselerasi maka semakin tinggi pula penyesuaian sosialnya.

Kata Kunci: Kecerdasan emosional, penyesuaian sosial, siswa akselerasi.

Page 9: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

ii

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the relationship between emotional

intelligence and social adjustment of Junior High School students in the accelerated classes in

Ambon. The sampling technique used in this research is saturated sampling technique with 70

students of the accelerated classes in SMP Negeri 1 and SMP Negeri 6 in Ambon. The data

collection of emotional intelligence is done by applying the scale of emotional intelligence

and the scale of social adjustment. The technique of data analysis utilized in this research is

the correlation technique of product moment assisted by SPSS 20 for Windows. The result of

the data analysis shows that there is a correlation coefficient (r) 0,447 with significance = 0,

000 (p < 0.05) which means that there is a positive and significant relationship between

emotional intelligence and social adjustment of the students in the accelerated classes. It

means that the higher the emotional intelligence of the students in the accelerated classes, the

higher the social adjustment.

Key Words : Emotional Intelligence, Social Adjustment, Accelerated Students.

Page 10: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

1

PENDAHULUAN

Setiap anak yang mengikuti pendidikan di sekolah kemampuannya sangat

bervariasi. Kemampuan mereka ada yang di bawah rata-rata, rata-rata, dan di atas rata-

rata. Pendidikan bagi anak yang membutuhkan pendidikan khusus tidak sama dengan

anak-anak yang normal. Munandar (1992) menyebutkan bahwa bagi anak-anak yang

menyimpang ke atas (anak berbakat) maupun anak-anak yang menyimpang ke bawah

(anak yang dalam keadaan kurang atau cacat) membutuhkan pendidikan khusus agar

kemampuan-kemampuannya dapat dikembangkan sepenuhnya. Hal yang sama juga

dikemukakan oleh Wandasari (2004) agar potensi dan kebutuhannya dapat berkembang

secara optimal perlu diadakan layanan pendidikan khusus bagi remaja yang memiliki

kecerdasan di atas rata-rata. Salah satu program bagi anak-anak tersebut adalah

percepatan belajar atau program akselerasi.

Hawadi (2004) menjelaskan bahwa dengan adanya kelas akselerasi dapat

mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya

potensi siswa dan memacu siswa meningkatkan kecerdasan spiritual dan emosional

secara seimbang. Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menjelaskan bahwa

terdapat beberapa keuntungan yang potensial dari pelaksanaan akselerasi antara lain,

peningkatan efisiensi, peningkatan efektivitas, peningkatan waktu untuk

mempersiapkan masa depan, peningkatan produktivitas dan keuntungan ekonomis.

Selain memberikan dampak positif, program akselerasi juga memberikan dampak

negatif terhadap penyesuaian sosial dan penyesuaian emosional remaja. Menurut

pengamat pendidikan Darmaningtyas (dalam Primasari, 2008) bahwa kelas akselerasi

hanya mempercepat perkembangan kognitif peserta didik tetapi tidak mempercepat sisi

afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain bahwa kelas akselerasi hanya berorientasi

Page 11: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

2

pada tataran kognitif saja. Hal ini membuat siswa akselerasi mengalami berbagai

permasalahan salah satunya masalah penyesuaian sosial. Seperti yang dikemukakan

oleh Maimunah (2009), dari hasil penelitiannya yang menemukan bahwa tidak semua

siswa akslerasi di SMPN 1 dan MAN 1 Malang memiliki penyesuaian sosial yang baik.

Hasil analisa data menunjukkan bahwa siswa akselerasi memiliki kemampuan

penyesuaian terhadap emosi yang lebih baik dibandingkan dengan penyesuaian

sosialnya. Adapun dampak yang dirasakan para siswa tersebut selama mereka menjadi

siswa akselerasi bahwa waktu istirahat dan bermainnya kurang, temannya sedikit,

dikucilkan oleh teman lain atau dimusuhi oleh kakak kelasnya, dianggap sok dan tidak

bisa bebas mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Selain itu, dampak secara emosi yang

dirasakan adalah kekhawatiran atau takut bila mendapatkan nilai buruk dan merasa

malu jika nilainya lebih jelek jika dibandingkan dengan teman-temannya yang berada di

kelas reguler.

Hasil penelitian Anggoro (2008) juga menunjukkan bahwa siswa akselerasi

cenderung mengalami masalah-masalah terkait masalah pribadi, hubungan sosial,

kebiasaan belajar, penyesuaian terhadap sekolah atau kurikulum, penggunanaan waktu

luang dan masa depan yang berhubungan dengan jabatan. Dari penjelasan tersebut dapat

disimpulkan bahwa masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas

akselerasi yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Hal ini juga diperkuat dengan

pernyataan Gibson (1980) mengatakan bahwa kelemahan utama program akselerasi

adalah menyangkut penyesuaian sosial. Richardson dan Benbow (1990) juga

berpendapat sama, bahwa dampak negatif dari program akselerasi adalah perkembangan

sosial dan emosional siswa.

Page 12: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

3

Permasalahan terkait penyesuaian sosial juga terjadi pada siswa kelas akselerasi

SMP di kota Ambon. Berdasarkan fenomena yang penulis dapatkan dari hasil observasi

dan wawancara dengan guru dan siswa pada SMP Negeri 6 dan SMP Negeri 1 Ambon

menunjukkan bahwa sebagian siswa kelas akselerasi mengalami kesulitan dalam

melakukan penyesuaian sosial. Dari hasil wawancara kepada beberapa siswa kelas

akselerasi di SMP Negeri 1 Ambon pada 11 November 2013, mengatakan bahwa ada

beberapa siswa kelas akselerasi yang suka menyendiri, teman mereka terbatas dan

jarang berteman dengan yang lain. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat wali

kelasnya bahwa ada beberapa anak kelas akselerasi yang terlibat berselisih paham

dengan anak lain dan tidak bergaul dengan siswa dari kelas reguler.

Selain itu, menurut salah satu siswa kelas akselerasi SMP Negeri 6 Ambon yang

diwawancarai pada 23 Desember 2013, penulis mendapat gambaran bahwa di dalam

kelas ada anak yang saling bermusuhan dan ada juga anak yang saat belajar senang

mengganggu anak lain. Menurut penjelasan salah satu guru, siswa kelas akselerasi

terkadang tidak menghormati orang lain khususnya pada guru-guru baru yang sedang

praktik di sekolah tersebut. Mereka sering membuat kegaduhan saat di kelas, tidak

memperhatikan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sulit sehingga guru-guru

tersebut tidak mampu menjawabnya.

Selain itu, dari hasil pengamatan seorang siswa kelas akselerasi di rumah, siswa

tersebut sering bertengkar dengan saudara yang usianya terpaut tiga tahun lebih tua

darinya dan menunjukkan sikap keras kepala pada orangtuanya. Siswa tersebut lebih

senang bermain dengan teman-temannya atau pergi bersama teman dibanding

membantu orangtua di rumah.

Page 13: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

4

Menurut Dharamvir, Tali dan Goel (2011) sekolah merupakan salah satu tempat

penting di mana anak-anak dapat melakukan kontak dengan teman sebaya, membentuk

persahabatan dan berpartisipasi dalam kelompok sosial dengan anak lain. Namun,

berdasarkan wawancara pada guru, tidak semua anak-anak kelas akselerasi pada kedua

sekolah terlibat aktif dalam kegiatan organisasi maupun ekstrakulikuler. Bahkan ada

siswa yang sama sekali tidak terlibat dalam kegiatan ekstrakulikuler. Waktu mereka

banyak tersita untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Hal

ini sesuai dengan salah satu indikator dari penyesuaian sosial yan dikemukakan oleh

Schneiders (1964) terkait penyesuaian di sekolah.

Selain itu, para siswa kelas akselerasi menghabiskan waktu belajar rata-rata 9 jam

ke atas dan tekadang waktu istirahat juga digunakam siswa untuk membaca materi

pelajaran berikutnya atau mengerjakan tugas di dalam kelas daripada berinteraksi

dengan teman-temannya. Aktivitas yang padat tersebut membuat mereka menjadi

berkurang kesempatannya untuk bergaul dan berinteraksi dengan teman-temannya

karena dituntut untuk selalu belajar.

Baker dan Siryk (dalam Cohon & Guliano, 1999) mengatakan bahwa penyesuaian

sosial berhubungan dengan bagaimana hubungan seseorang dengan orang-orang di

sekitarnya terutama lingkungan sekolah, dan bagaimana dia berhasil untuk mengikuti

kegiatan sosial dan berfungsi baik di lingkungan sosialnya. Penyesuaian sosial sangat

diperlukan siswa akselerasi untuk mampu berinteraksi dan menjalin hubungan sehat dan

akrab dengan lingkungannya.

Kepadatan materi yang diberikan pada siswa akselerasi akan mengurangi aktivitas

sosialnya terutama berkaitan dengan tugas perkembangan usianya. Hal ini akan

mempengaruhi keberhasilan dirinya dalam menjalin hubungan sosial dengan

Page 14: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

5

masyarakat luas atau dengan kata lain siswa tersebut rentan memiliki tingkat

penyesuaian sosial yang rendah (Primasari, 2008).

Individu yang sukses dalam perkembangan sosial biasanya memiliki kepandaian

bergaul, pandai mencari teman, dan mampu menjaga perasaan orang-orang yang

menjadi temannya. Kegagalan dalam tugas perkembangan ini menyebabkan

unhappiness atau ketidakbahagiaan. Selain itu, pada masa remaja juga berkembang

kognisi sosial yaitu kemampuan memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik

menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahaman ini

mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan sebayanya

(Yusuf, 2009). Untuk itu, remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian

sosial yang baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Papalia, dkk. (2004) mengatakan bahwa salah satu poin ciri masa remaja (13-17

tahun) adalah memiliki masalah yang berhubungan dengan keadaan jasmaninya,

kebebasannya, nilai-nilai yang dianutnya, peranan pria dan wanita dewasa, lawan jenis,

masyarakat dan kemampuan mengerjakan sesuatu yang terkadang sukar untuk

diselesaikan karena menganggap orangtua dan guru terlalu tua untuk mengerti pikiran

dan perasaannya.

Gunarsa (2000) juga menyebutkan bahwa, karena kurang baiknya penguasaan

tugas-tugas perkembangan menimbulkan tidak sedikitnya remaja yang berperilaku

antisosial maupun asusila. Menjadi tugas remaja untuk mengatasi masalah tersebut, agar

menimbulkan kebahagian pelaksanaan tugas perkembangan selanjutnya. Gunarsa

(2000) menyimpulkan tugas perkembangan remaja yang amat penting adalah mampu

menerima keadaan dirinya, memahami peran seks atau jenis kelamin, mengembangkan

Page 15: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

6

kemandirian, mengembangkan tanggung jawab pribadi dan sosial, menginternalisasikan

nilai-nilai moral, dan merencanakan masa depan.

Kecerdasan emosional adalah hal yang esensial yang perlu dimiliki untuk dapat

suskes dalam melakukan penyesuaian (Adeyemo, 2006). Penyesuaian sosial

dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah kecerdasan emosional seperti yang

diungkapkan Engelberg dan Sjoberg (2004) bahwa kecerdasan emosional merupakan

salah satu fakor yang dapat menentukan keberhasilan penyesuaian sosial seseorang.

Selain kecerdasan emosional, ada beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi

penyesuaian sosial seperti yang dikemukakan oleh Ketsetzis, Ryan dan Adams (1998)

bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial seseorang yaitu proses

dalam keluarga, interaksi orang tua dan anak, dan karakteristik anak akan

mempengaruhi penyesuaian sosialnya.

Kecerdasan emosional ini terlihat dalam beberapa hal seperti bagaimana remaja

mampu menilai ekspresi emosi yang dutunjukan orang lain maupun diri sendiri, mampu

mengatur emosi dan dapat memanfaatkan emosi dalam menyelesaikan masalah

(Salovey & Mayer, 1990). Remaja yang telah memiliki kecerdasan emosi akan lebih

terampil dalam menenangkan dirinya. Menurut Gottman (1997) remaja yang belajar

mengenali dan menguasai emosinya akan menjadi lebih percaya diri, lebih sehat fisik

dan psikis, dan cenderung akan menjadi orang yang sehat secara emosi.

Siswa kelas akselerasi tingkat SMP termasuk ke dalam kategori remaja awal.

Shouthern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menjelaskan bahwa siswa akselerasi akan

mudah frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi serta akan mengalami

social maladjustment karena siswa akselerasi kekurangan waktu beraktivitas dengan

teman sebayanya. Namun, bila anak-anak telah memiliki kecerdasan emosional, mereka

Page 16: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

7

dapat mengatasi dampak negatif terhadap penyesuaian sosial yang mereka rasakan dari

diadakannya program akselerasi.

Dari hasi penelitian yang dilakukan oleh Punia dan Sangwan (2011)

mengemukakan bahwa siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi

menunjukkan penyesuaian sosial yang baik juga. Adeyemo (2006) mengemukakan

bahwa ada hubungan yang signifikan diantara kecerdasan emosional dengan

penyesuaian diri, selain itu kecerdasan emosional juga memiliki kontribusi pada

penyesuaian sosial dan penyesuaian akademik siswa SMP.

Eksperimen yang dilakukan Jdaitawi, Ishak dan Mustafa (2011) pada mahasiswa

baru di North Jordan menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh

pada penyesuaian sosial dan akademis mahasiswa baru. Meskipun dalam penelitian

tersebut tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol pada penyesuaian sosial dan akademis mereka.

Penelitian Engelberg dan Sjoberg (2004) mendapati hasil bahwa kecerdasan emosional

memiliki hubungan dengan penyesuaian sosial. Studi yang dilakukan oleh Mestre, Guil,

Lopes dan Olarte, (2006) pada 127 remaja Spanyol mendukung hipotesis yang

menyatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan positif dengan indikator

dari penyesuaian sosial dan akademis di sekolah.

Dari penjelasan di atas, penulis melihat masih kurangnya penelitian yang

mengambil subjek siswa yang memiliki keberbakatan di kelas akselerasi. Hal inilah

yang mendasari penulis melakukan penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan

emosional dengan penyesuaian sosial pada siswa kelas akselerasi tingkat SMP di kota

Ambon.

Page 17: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

8

Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial penting di miliki setiap individu khususnya remaja, agar dapat

diterima di lingkungan sosialnya. Menurut Schneiders (1964) penyesuaian sosial adalah

suatu kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi.

Penyesuaian ini dilakukan individu terhadap lingkungan di luar dirinya, seperti

lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.

Baker dan Siryk (dalam Cohorn & Guliano, 1999) mendefinisikan penyesuaian

sosial sebagai kemampuan individu untuk berhubungan dan terlibat dengan aktivitas

sosial dalam kelompok di sekolah dan keberhasilan hubungan interpersonal individu.

Penyesuaian sosial tersebut berhubungan dengan bagaimana hubungan seseorang

dengan orang-orang di sekitarnya terutama lingkungan sekolah, dan bagaimana dia

berhasil untuk mengikuti kegiatan sosial dan berfungsi baik di lingkungan sosialnya.

Menurut Schneiders (1964) penyesuaian sosial seseorang dapat dilihat pada 3

situasi berikut, yaitu :

a. Penyesuaian di rumah dan keluarga

Penyesuaian di rumah dan keluarga ditunjukkan oleh individu melalui kemampuan

menjalin hubungan baik dengan anggota keluarga, mampu menerima otoritas

orangtua, menerima tanggung jawab dan batasan-batasan dalam keluarga,

membantu keluarga sebagai individu maupun kelompok dalam mencapai tujuan,

memiliki kebebasan secara bertahap dan tumbuh kemandirian pada individu dalam

keluarga.

b. Penyesuaian di sekolah

Penyesuaian sosial yang baik juga ditunjukkan individu di lingkungan sekolah

melalui kemampuan untuk menghormati dan mau menerima peraturan sekolah,

Page 18: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

9

berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, memiliki hubungan yang ramah dengan

teman-teman, guru dan pembimbing, bersedia menerima batasan dan tanggung

jawab sebagai siswa di sekolah dan mampu membantu sekolah dalam mencapai

tujuan-tujuannya.

c. Penyesuaian di masyarakat

Penyesuaian sosial ditunjukkan individu melalui kebutuhan untuk mengakui dan

menghormati hak-hak orang lain, individu mampu memelihara jalinan

persahabatan dengan orang lain, memiliki minat dan simpati pada kesejahteraan

orang lain, mampu merealisasikan minat dan simpati tersebut lewat amal dan sikap

altruisme, mampu menghormati nilai-nilai hukum, tradisi dan kebiasaan yang ada

dalam masyarakat.

Menurut Schneiders (1964) buruknya penyesuaian di rumah akan diikuti dengan

sulitnya melakukan penyesuaian sosial di sekolah atau di masyarakat dan sebaliknya,

ketika individu tidak mampu menempatkan diri di lingkungan sosial mungkin akan

mengganggu penyesuaian individu di rumah.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial

Penyesuaian individu tidak dapat lepas dari pengaruh dalam diri maupun luar

dirinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial adalah sebagai berikut.

Ketsetzis, Ryan dan Adams (1998) menyebutkan ada tiga faktor yang mempengaruhi

penyesuaian sosial seseorang yaitu proses dalam keluarga, interaksi orang tua dan anak,

dan karakteristik anak akan mempengaruhi penyesuaian sosialnya.

Faktor lain yang turun mempengaruhi penyesuaian sosial seseorang adalah

kecerdasan emosional seperti yang dikemukan oleh Adeyemo (2006) bahwa kecerdasan

Page 19: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

10

emosional turut mempengaruhi penyesuaian sosial. Penelitian lain yang juga

mengatakan bahwa kecerdasan emosional dapat mempengaruhi penyesuaian sosial

individu adalah seperti penelitian yang dilakukan oleh Punia dan Sangwan (2011),

Jdaitawi, Ishak dan Mustafa (2011), Engelberg dan Sjoberg (2004), Mestre et al, (2006),

sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang turut mempengaruhi

penyesuaian sosial seseorang adalah kecerdasan emosional. Selain itu, faktor budaya

juga diprediksi ikut andil terhadap penyesuaian sosial individu, sebab latar belakang

budaya akan mempengaruhi pembentukan sikap, nilai, dan norma seseorang

(Schneiders, 1964). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor–faktor

yang mempengaruhi penyesuaian sosial adalah proses dalam keluarga dan interaksi

orangtua-anak, karakteristik seseorang, kecerdasan emosional, dan kebudayaan

seseorang berpengaruh terhadap penyesuaian sosial.

Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosi merupakan hal yang perlu dimiliki oleh individu selain

kecerdasan intelektual. Salovey dan Mayer (1990) menjelaskan bahwa kecerdasan

emosional merupakan kemampuan seseorang untuk memonitor emosi diri dan orang

lain, mampu membedakan emosi tersebut serta menggunakannya sebagai informasi

untuk menuntun pikiran dan perilaku individu. Dari perspektif ini, ada tiga aspek utama

yaitu penilaian ekspresi emosi, pengaturan emosi dan pemanfaatan emosi dalam

menyelesaikan masalah.

Salovey dan Mayer (1990) menjelaskan bahwa ketiga aspek tersebut meliputi:

a. Penilaian ekspresi emosi (appraisal and expression of emotion)

Merupakan kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri secara verbal maupun

nonverbal dan kemampuan untuk mengenali emosi orang lain melalu persepsi emosi

Page 20: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

11

secara nonverbal dan mampu berempati merasakan apa yang dirasakan oleh orang

lain.

b. Pengaturan emosi (regulation of emotional)

Merupakan kemampuan individu untuk memonitor, mengevaluasi dan mengatur

emosi dalam diri sendiri dan juga mampu mengatur dan mengubah sikap orang lain.

c. Pemanfaatan emosi dalam penyelesaian masalah (utilization emotions in solving

problems)

Merupakan kemampuan individu untuk memanfaatkan emosi mereka sendiri untuk

memecahkan masalah dengan perencanaan yang fleksibel, mampu berpikir kreatif,

memiliki fokus pada masalah yang ada meskipun emosi yang kuat terjadi serta

mampu menggunakan suasana hati untuk memotivasi diri sendiri.

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Sosial pada Siswa

Kelas Akselerasi Tingkat SMP di Kota Ambon

Siswa akselerasi memiliki potensi yang lebih tinggi dari siswa biasa, terutama di

bidang akademik. Oleh karena itu siswa akselerasi mendapatkan wadah khusus agar

dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya agar dapat berkembang dengan baik.

Menurut Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) selain memberikan dampak positif,

program akselerasi juga memberikan dampak negatif terhadap penyesuaian sosial dan

penyesuaian emosionalnya. Dalam kelas akselerasi, siswa akan didorong untuk

berprestasi dalam bidang akademiknya sehingga mereka kekurangan waktu beraktivitas

dengan teman sebayanya. Menurut Soemantri (2006) karakteristik kognitif yang tinggi

pada anak berbakat belum tentu disertai dengan terjadinya perkembangan emosi yang

tinggi pula. Maimunah (2009) menemukan bahwa anak-anak ini memiliki intelegensi

Page 21: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

12

yang tinggi namun mereka sering menghadapi permasalahan emosional, baik yang

bersumber dari diri mereka maupun dari dalam diri mereka.

Kecerdasan emosional adalah hal yang esensial yang perlu dimiliki untuk dapat

suskes dalam melakukan penyesuaian (Adeyemo, 2006). Penyesuaian sosial

dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah kecerdasan emosional seperti yang

diungkapkan Engelberg dan Sjoberg (2004) bahwa kecerdasan emosional merupakan

salah satu fakor yang dapat menentukan keberhasilan penyesuaian sosial seseorang.

Shouthern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menjelaskan bahwa siswa akselerasi akan

mudah frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi serta akan mengalami

social maladjustment karena siswa akselerasi kekurangan waktu beraktivitas dengan

teman sebayanya. Namun, bila anak-anak telah memiliki kecerdasan emosional, mereka

dapat mengatasi dampak negatif terhadap penyesuaian sosial dan penyesuaian

emosional yang mereka rasakan dari diadakannya program akselerasi.

Dari hasi penelitian yang dilakukan oleh Punia dan Sangwan (2011)

mengemukakan bahwa siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi

menunjukkan penyesuaian sosial yang baik juga. Adeyemo (2006) mengemukakan

bahwa ada hubungan yang signifikan diantara kecerdasan emosional dengan

penyesuaian diri, selain itu kecerdasan emosional juga memiliki kontribusi pada

penyesuaian sosial dan penyesuaian akademik siswa SMP.

Eksperimen yang dilakukan Jdaitawi, Ishak dan Mustafa (2011) pada mahasiswa

baru di North Jordan menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh

pada penyesuaian sosial dan akademis mahasiswa baru. Meskipun dalam penelitian

tersebut tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol pada penyesuaian sosial dan akademis mereka.

Page 22: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

13

Penelitian Engelberg dan Sjoberg (2004) mendapati hasil bahwa kecerdasan emosional

memiliki hubungan dengan penyesuaian sosial. Studi yang dilakukan oleh Mestre et al,

(2006) pada 127 remaja Spanyol mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa

kecerdasan emosional memiliki hubungan positif dengan indikator dari penyesuaian

sosial dan akademis di sekolah.

Dari penelitian-penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan

emosional memiliki hubungan dengan penyesuaian sosial, namun penulis melihat masih

kurangnya penelitian yang mengambil subjek siswa yang memiliki keberbakatan di

kelas akselerasi. Hal inilah yang mendasari penulis melakukan penelitian mengenai

hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian sosial pada siswa kelas

akselerasi tingkat SMP di kota Ambon.

Hipotesis Statistik

H0 : Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan

penyesuaian sosial pada siswa kelas akselerasi tingkat SMP di kota Ambon.

H1 : Ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan

penyesuaian sosial pada siswa kelas akselerasi tingkat SMP di kota Ambon.

METODE PENELITIAN

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas akselerasi tingkat SMP di dua

sekolah berbeda yaitu SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 6 Ambon. Siswa kelas akselerasi

di SMP Negeri 1 Ambon berjumlah 18 siswa. Pada SMP Negeri 6 Ambon kelas dibagi

menjadi dua kelas yang masing-masing kelasnya berisi 26 siswa, sehingga jumlah siswa

kelas akselerasi sebanyak 52 siswa, sehingga jumlah partisipan dalam penelitian ini

adalah sebanyak 70 siswa kelas akselerasi.

Page 23: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

14

Prosedur Sampling

Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh yang artinya semua

populasi dijadikan sampel penelitian.

Pengukuran

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua alat ukur berupa skala

kecerdasan emosional dan skala penyesuaian sosial. Dalam skala kecerdasan emosional,

penulis memodifikasi skala tersebut dengan cara menerjemahkan skala asli ke dalam

Bahasa Indonesia terlebih dahulu kemudian penulis juga mengubah kalimat yang sulit

dipahami menjadi kalimat yang lebih jelas dimengerti untuk siswa SMP.

Skala kecerdasan emosional disusun oleh Schutte et al. (1998) yang terdiri atas

33 aitem dan disusun berdasarkan teori kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh

Salovey dan Mayer (1990) yang meliputi tiga aspek yaitu penilaian ekspresi emosi,

pengaturan emosi dan pemanfaatan emosi dalam penyelesaian masalah. Berdasarkan

hasil seleksi aitem didapatkan hasil dengan pengujian daya diskriminasi dan reliabilitas

sebesar 0,840 dengan 8 aitem gugur dan sisa 25 aitem yang valid dari 33 aitem.

Skala kedua yaitu skala penyesuaian sosial yang disusun oleh penulis

berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Schneiders (1964). Berdasarkan hasil seleksi

aitem didapatkan hasil dengan pengujian daya diskriminasi dan reliabilitas sebesar

0,854 dengan 12 aitem gugur dan sisa 27 aitem yang valid dari 39 aitem.

Penentuan-penentuan aitem valid menggunakan ketentuan dari Azwar (2012)

yang menyatakan bahwa aitem pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥

0,30 namun, karena aitem yang lolos jauh dari jumlah yang diinginkan maka batas

kriteria koefisien korelasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah ≥ 0,25.

Page 24: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

15

Skala yang digunakan adalah skala likert. Salah satu contoh item skala

kecerdasan emosional yang diambil dari item nomor 1 sebagai berikut: saya tahu kapan

harus berbicara tentang masalah pribadi saya kepada orang lain. Salah satu contoh item

skala penyesuaian sosial yang diambil dari item nomor 1 sebagai berikut: saya sering

berselisih paham dengan saudara saya.

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan pengumpulan data dimulai

pada tanggal 15 Oktober 2014 di SMP Negeri 6 Ambon kemudian pada tanggal 20

Oktober 2014 di SMP Negeri 1 Ambon dengan cara, penulis langsung ke sekolah SMP

Negeri 6 dan SMP Negeri 1 Ambon untuk bertemu dengan subjek penelitian sebanyak

70 subjek siswa kelas akselerasi. Pada SMP Negeri 6 Ambon, kelas akselerasi A

berjumlah 26 siswa, dan kelas akselerasi B berjumlah 26 siswa. Sedangkan pada SMP

Negeri 1 Ambon, kelas akselerasi VII berjumlah 18 siswa. Angket yang disebar oleh

peneliti kepada subjek penelitian sebanyak 70 angket.

Sebelumnya, terlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri dan memberikan

penjelasan mengenai maksud dan tujuan peneliti melakukan penelitian kepada para

siswa dan meminta partisipasi siswa untuk berperan serta dalam penelitian ini dengan

mengisi angket yang disebarkan kepada mereka. Selama pengisian angket, siswa

diperkenankan bertanya jika ada materi yang terdapat di dalam skala dianggap sulit

dipahami atau tidak jelas. Selama pengisian angket, peneliti berada di dalam kelas untuk

memberikan penjelasan jika terdapat persoalan yang tidak dimengerti siswa. Setelah

pengisian angket selesai, angket langsung diberikan kepada peneliti dan peneliti

langsung mengecek angket yang telah diisi oleh siswa. Selama pelaksanaan penelitian

Page 25: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

16

subjek-subjek dapat bekerjasama dengan baik dan cenderung menjawab setiap

pernyataan dengan baik.

Pada penelitian ini, sebelumnya penulis telah melakukan try out pada siswa SMP

dengan menguji bahasa dari aitem-aitem pada kedua skala. Dari hasil uji coba,

kebanyakan subjek tidak mengerti pertanyaan pada skala kecerdasan emosional seperti

pertanyaan nomor dua: ketika saya dihadapkan dengan masalah, saya ingat ketika saya

menghadapi masalah yang serupa dan saya mampu mengatasinya. Penulis kemudian

merevisi bahasa yang digunakan sehingga pertanyaan nomor dua berbunyi : saya

mampu mengatasi masalah yang pernah saya alami sebelumnya. Begitu pula dengan

item-item lainnya pada skala kecerdasan emosional. Data yang diperoleh dalam

penelitian kemudian diolah menggunakan bantuan program komputer SPSS 20 for

windows.

Hasil

Uji Normalitas

Berdasarkan hasil dari uji normalitas Kolmogrov-Smirnov, variabel kecerdasan

emosional memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,063 dengan signifikansi sebesar p = 0,200 (p

> 0,05). Penyesuaian sosial siswa kelas akselerasi menghasilkan nilai K-S-Z sebesar

0,066 dengan signifikansi sebesar p = 0,200 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

sebaran data kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial siswa kelas akselerasi

merupakan sebaran data yang berdistribusi normal.

Uji Linearitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berhubungan

secara linear dengan variabel terikat atau tidak. Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai

Page 26: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

17

Fbeda sebesar 1,216 dengan sig.= 0,283 (p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara

kecerdasan emosional dengan penyesuaian sosial adalah linear.

Analisis Deskriptif

Tabel 1. Kategorisasi pengukuran skala kecerdasan emosional No Interval Kategori Mean N Presentase 1 105 ≤ x ≤ 125 Sangat

Tinggi

95,19

14 20%

2 85 ≤ x < 105 Tinggi 45 64,28% 3 65 ≤ x < 85 Sedang 10 14,29% 4 45 ≤ x < 65 Rendah 1 1,42% 5 25 ≤ x < 45 Sangat

Rendah 0 0%

Jumlah 70 100% SD = 10,867 Min = 62 Max = 119

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada siswa kelas akselerasi

yang memiliki skor kecerdasan emosional yang berada pada kategori sangat rendah

dengan presentase 0%, 1 siswa kelas akselerasi memiliki skor kecerdasan emosional

yang berada pada kategori rendah dengan presentase 1,42%, 10 siswa memiliki skor

kecerdasan emosional yang berada pada kategori sedang dengan presentase 14,29%, 45

siswa kelas akselerasi memiliki skor kecerdasan emosional yang berada pada kategori

tinggi dengan presentase 64,28%, dan 14 siswa kelas akselerasi memiliki skor

kecerdasan emosional yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 20%.

Mean (rata-rata) sebesar 95,19, dapat dikatakan bahwa rata-rata kecerdasan

emosional siswa kelas akselerasi berada pada kategori tinggi. Skor yang diperoleh

subjek bergerak dari skor minimum sebesar 62 dan maksimum sebesar 119 dengan

standar deviasi (SD) sebesar 10,867.

Page 27: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

18

Tabel. 2 Kategorisasi pengukuran skala penyesuaian sosial siswa kelas akselerasi

No Interval Kategori Mean N Presentase 1 113,4 ≤ x ≤ 135 Sangat

Tinggi

106,96

21 30%

2 91,8 ≤ x < 113,4 Tinggi 43 61,43% 3 70,2 ≤ x < 91,8 Sedang 6 8,57% 4 48,6 ≤ x < 70,2 Rendah 0 0% 5 27 ≤ x < 48,6 Sangat

Rendah 0 0%

Jumlah 70 100% SD = 11,566 Min = 83 Max = 132

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa 21 siswa akselerasi memiliki skor

penyesuaian sosial yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 30%, 43

siswa akselerasi memiliki skor penyesuaian sosial yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 61,43%, 6 siswa kelas akselerasi memiliki skor penyesuaian sosial

yang berada pada kategori sedang dengan presentase 8,57% dan tidak ada siswa kelas

akselerasi yang memiliki skor penyesuaian sosial yang rendah maupun sangat rendah

dengan presentase 0%.

Berdasarkan rata-rata sebesar 95,19 dapat dikatakan bahwa rata-rata penyesuaian

sosial siswa kelas akselerasi berada pada kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek

bergerak dari skor minimum sebesar 83 sampai skor maksimum sebesar 132 dengan

standar deviasi sebesar 11,566.

Page 28: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

19

Analisis Korelasi

Tabel 3. Hasil Uji Korelasi antara Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Sosial

Correlations KE PS

KE

Pearson Correlation 1 .447**

Sig. (1-tailed) .000

N 70 70

PS

Pearson Correlation .447** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 70 70 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara

kecerdasan emosional dengan penyesuaian sosial sebesar 0,447 dengan sig. = 0,000 (p <

0.05) yang berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan

emosional dengan penyesuaian sosial siswa kelas akselerasi. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional, maka akan semakin tinggi pula

penyesuaian sosial siswa akselerasi.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dengan

penyesuaian sosial siswa kelas akselerasi pada tingkat SMP di kota Ambon, didapatkan

hasil bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional

dengan penyesuaian sosial pada siswa kelas akselerasi tingkat SMP di kota Ambon. Hal

ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,447 dengan signifikansi sebesar

0,000 (p < 0,05). Artinya bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional siswa kelas

akselerasi maka semakin tinggi penyesuaian sosial siswa tersebut dan sebaliknya,

semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin rendah penyesuaian sosial siswa

kelas akselerasi.

Ada beberapa kemungkinan kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial

memiliki hubungan positif yang signifikan. Ditinjau dari aspek-aspek kecerdasan

Page 29: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

20

emosional yaitu penilaian ekpsresi emosi, pengaturan emosi dan pemanfaatan emosi

dalam menyelesaikan masalah, ditemukan bahwa ketika seseorang memiliki kecerdasan

emosional yang tinggi akan memiliki penyesuaian sosial yang baik. Hal ini sesuai

dengan pendapat Engelberg dan Sjoberg (2004) mengatakan bahwa kecerdasan

emosional memiliki hubungan dengan penyesuaian sosial.

Pertama, indikator pada aspek penilaian ekspresi emosi meliputi mengenali

emosi diri sendiri secara verbal maupun non-verbal, mengenali emosi orang lain secara

verbal maupun non-verbal, dan empati akan membuat individu dapat melakukan

penyesuaian sosial. Emosi non-verbal tersebut terlihat pada ekspresi wajah seseorang.

Ketika seseorang mampu mengenali ekpresi wajah orang lain maupun diri sendiri

dengan baik akan membantu individu dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungan

sosialnya. McArthur dan Baron, (1983) mengatakan bahwa informasi yang diterima dari

ekspresi wajah orang lain dapat meningkatkan perilaku interpersonal yang dapat

menolong untuk meningkatkan kemampuan sosial seseorang.

Informasi yang didapat melalui ekspresi wajah berkaitan juga dengan verbal

terkait komunikasi yang dilakukan seperti nada suara dan gerakan badan yang

ditunjukkan seseorang. Misalnya, perkataan yang positif harus juga diikuti dengan

ekspresi wajah yang positif pula. Hal ini dapat diaplikasikan dalam melakukan

penyesuaian sosial baik di lingkungan keluarga ketika berbicara dengan orang tua,

maupun ketika berada di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Selanjutnya, Nagle dan Anand (2012) mengatakan bahwa empati juga

memberikan kontribusi yang besar dalam melakukan penyesuaian pada remaja. Empati

adalah mampu merasakan yang dirasakan oleh orang lain, remaja yang memiliki empati

terlihat lebih mampu memiliki interaksi yang baik dengan teman mereka sehingga

Page 30: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

21

mereka memiliki penyesuaian sosial yang baik. Dari penjelasan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa ketika seseorang memiliki penilaian ekspresi emosi yang baik maka

individu tersebut dapat bersosialisasi, membina hubungan dengan orang lain yang baik

sehingga dapat melakukan penyesuaian sosial dengan orang lain di sekitarnya.

Kedua, pengaturan emosi atau regulasi emosi, mengacu pada bagaimana

individu mampu memonitor, mengevaluasi diri dan mengatur emosi dalam diri sendiri.

Penyesuaian sosial merupakan kemampuan individu untuk mampu bersosialisasi dan

mampu membina hubungan dengan orang lain, maupun dengan lingkungan sekitar.

Untuk menampilkan hal tersebut, seseorang harus mampu mengendalikan dirinya sebaik

mungkin dalam bersosialisasi, sehingga mereka mampu melakukan penyesuaian sosial

yang maksimal. Hal ini dapat terlihat dari kemampuan pengaturan emosi yang dimiliki

oleh individu.

Pengaturan emosi atau regulasi emosi memiliki peran yang penting dalam

penyesuaian sosial. Individu yang memiliki pengaturan emosi yang baik memiliki

pengendalian diri yang kuat untuk tidak meluapkan emosinya ketika berhadapan dengan

orang lain atau saat berada di lingkungan sosialnya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Gottman (1997) yang mengatakan bahwa remaja yang belajar mengenali dan menguasai

emosinya cenderung akan menjadi orang yang sehat secara emosi.

Aspek ke tiga yaitu pemanfaatan emosi dalam menyelesaikan masalah melalui

perencanaan yang fleksibel, berpikir kreatif, memiliki fokus pada masalah meskipun

emosi yang kuat terjadi dan mampu memotivasi diri sendiri juga dapat mendukung

terjadinya penyesuaian sosial yang baik. Menurut Denham, Izard dan Trentacosta

(dalam Izard, Stark, Trenacosta & Schultz, 2008), pengetahuan mengenai emosi dapat

memfasilitasi seseorang untuk memanfaatkan emosi yang dialami. Informasi emosi

Page 31: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

22

yang diterima dapat mengarahkan pada pengetahuan emosi yang lebih akurat, yang

berkontribusi pada pemanfaatan emosi sehingga tercipta interaksi interpersonal yang

baik, perkembangan perilaku sosial yang adaptif. Ketika individu mampu memiliki

pengendalian diri atas emosi yang terjadi maka individu tersebut dapat menggunakan

cara-cara di atas untuk mengatasi emosi tersebut. Hal ini membuat individu menjadi

orang yang lebih dapat diterima di lingkungannya karena tidak meluapkan emosinya

pada orang lain, sehingga memiliki penyesuaian sosial yang baik.

Dari uraian di atas, penulis dapat mengatakan bahwa semakin tinggi kecerdasan

emosional seseorang, maka tinggi pula penyesuaian sosialnya, sehingga individu

tersebut mampu beradaptasi atau bersosialisasi dengan sekitarnya baik itu di keluarga,

sekolah maupun dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa

kecerdasan emosional siswa kelas akselerasi berada pada kategori tinggi sebesar

64,29%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa-siswi kelas akselerasi tingkat

SMP memiliki kecerdasan emosional yang baik. Begitu pula dengan penyesuaian sosial

siswa kelas akselerasi yang berada pada kategori tinggi sebesar 61,43%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa-siswi kelas akselerasi memiliki kemampuan

penyesuaian sosial yang baik.

Selain itu, Jika dilihat sumbangan efektif yang diberikan kecerdasan emosional

terhadap penyesuaian sosial, kecerdasan emosional memberikan kontribusi sebesar

19,98% dan sebanyak 80,02% dipengaruhi oleh faktor lain di luar kecerdasan emosi

yang dapat berpengaruh terhadap penyesuaian sosial. Misalnya seperti faktor dari

lingkungan seperti budaya yang menurut Schneiders (1964) dapat mempengaruhi

pembentukan sikap, nilai dan norma seseorang dalam melakukan penyesuaian social,

Page 32: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

23

selain itu faktor dari dalam diri seperti karakteristik individu juga dapat mempengaruhi

penyesuaian sosial seseorang. Ketsetzis, Ryan dan Adams (1998), juga menyebutkan

bahwa proses dalam keluarga seperti interaksi orang tua dengan anak juga turut

berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial anak. Berdasarkan

penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional memberikan

kontribusi terhadap penyesuaian sosial siswa kelas akselerasi, sehingga nampak jelas

bahwa kecerdasan emosional mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan

penyesuaian sosial siswa kelas akselerasi.

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik

suatu kesimpulan sebagi berikut:

1. Ada hubungan positif yang signifikansi antara kecerdasan emosional dengan

penyesuaian sosial pada siswa kelas akselerasi tingkat SMP di kota Ambon.

Semakin tinggi kecerdasan emosional siswa maka semakin tinggi pula penyesuaian

sosial siswa kelas akselerasi.

2. Besarnya sumbangan efektif kecerdasan emosional sebesar 19,98%. Hal ini

menunjukkan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang

memiliki pengaruh terhadap penyesuaian sosial pada siswa akselerasi tingkat SMP

di kota Ambon.

Page 33: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

24

3. Kecerdasan emosional sebagian besar siswa kelas akselerasi (64,29%) berada pada

ketegori tinggi dan penyesuaian sosial sebagian besar siswa kelas akselerasi

(61,43%) yang juga berada pada kategori tinggi.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka peneliti mengajukan saran kepada

beberapa pihak, sebagai berikut:

1. Bagi siswa kelas akselerasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyesuaian sosial siswa kelas akselerasi

tingkat SMP berada pada kategori tinggi. Para siswa disarankan dapat

mempertahankan bahkan bisa mengembangkan lagi diri mereka. Salah satu cara

yang dapat dilakukan untuk mengembangkan diri siswa kelas akselerasi, yaitu

dengan cara meningkatkan kecerdasan emosional pada diri masing-masing siswa,

seperti siswa disarankan mengikuti training atau pelatihan yang kemudian didesain

khusus untuk anak usia remaja. Siswa juga diharapkan untuk terlibat aktif dalam

kegiatan di luar kegiatan belajar seperti berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler

yang ada.

2. Bagi sekolah dan guru.

Di sekolah, guru yang memegang peranan penting dalam mendidik para siswa.

Maka kepada pihak sekolah khususnya guru sebagai seorang fasilitator di sekolah,

disarankan lebih untuk tidak hanya mengejar materi dan hal-hal terkait akademis

siswa namun juga memperhatikan sisi psikologis terkait afektif para siswa. Selain

itu, meningkatkan kualitas mendidik dan mengajar siswa khususnya siswa kelas

akselerasi dengan menambah kelas BK, sehingga siswa kelas akselerasi ini mampu

meningkatkan kecerdasan emosional mereka untuk dapat melakukan penyesuaian

Page 34: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

25

sosial yang lebih baik lagi saat berada di lingkungan sekolah maupun di luar

lingkungan sekolah.

2. Bagi peneliti selanjutnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada faktor lain di luar kecerdasan

emosional yang memengaruhi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sebesar

80,02%. Pengaruh yang sangat besar berasal dari variabel lain selain kecerdasan

emosional yang hanya berkontribusi 19,98% terhadap penyesuaian sosial.

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut penelitian ini dengan

mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat digunakan dengan metode

penelitian yang berbeda, sehingga terungkap faktor-faktor yang memengaruhi

penyesuaian sosial siswa akselerasi terutama pada tingkat SMP di kota Ambon

seperti budaya, proses dalam keluarga, interaksi orang tua dan anak, dan

karakteristik anak akan mempengaruhi penyesuaian sosialnya seperti kepribadian,

jenis kelamin, inteligensi, dan konsep diri. Selain itu, penulis menyadari bahwa

dalam penelitian ini terdapat kelemahan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis

seperti penentuan sampel yang tidak maksimal karena pada saat melakukan

penelitian di SMP Negeri 1 Ambon, kelas yang diwakilkan dalam penelitian ini

hanya 1 kelas yaitu kelas VII sehingga nampak keterlibatan kelas VIII dalam

penelitian ini tidak ada.

Page 35: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

26

Daftar Pustaka

Adeyemo, D. A. (2006). The buffering effect of emotional intelligence on the adjustment of secondary school students in transition. Electronic Journal in Educational Psychology, 6(2), 79-90. Retrieved August 4, 2014, from EBSCOhost.

Anggoro, P. I. (2008). Masalah-masalah yang dihadapi dan harapan bantuan pemecahannya pada siswa kelas akselerasi dan siswa kelas reguler SMP Negeri di kota Malang. (Skripsi tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang, Malang.

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi (Edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cohorn, C. A., & Giuliano, T. A. (1999). Predictors of adjustment institutional attachment in 1st-year college students. Psi Chi Journal of Undergraduate Research, 4(2), 47-56.

Dharamvir., Tali, D. B., & Goel, A. (2011). A comparative study on anxiety and emotional maturity among adolescents of coeducational and unieducational schools. ACADEMICA, 1(3), 2249-7137. Retrieved from http://www.saarj.com

Engelberg, E., & Sjoberg, L. (2004). Emotional intelligence, affect intensity, and social adjustment. Personality & Individual Diferencces, 37, 533-542.

Gibson, J. T. (1980). Psychology for the classroom (2th ed.). Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Gottman, J. (2001). Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan emosional (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Gunarsa, S. D. (2000). Psikologi praktis: Anak, remaja, dan keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

Hawadi, R. A. (2004). Akselerasi a-z informasi program percepatan belajar dan anak berbakat intelektual. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

Izard, C., Stark, K., Trentacosta, C., & Schultz, D. (2008). Beyond emotion regulation: Emotion utilization and adaptive functioning. Child Development Perspectives, 2(3), 156-163.

Page 36: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

27

Jdaitawi, M. T., Ishak, N. A., & Mustafa, F. T. (2011). Emotional intelligence in modifying social and adjustment among first year university student in North Jordan. International Journal of Psychological Studies, 3(2), 1-7. doi:10.5539/ijps.v3n2p135

Maimunah, S. (2012). Gambaran penyesuaian sosial dan emosi siswa program akselerasi. Prosiding Seminar Nasional dalam rangka Konaspi CI+BI, 34-46. Diunduh pada tanggal 20 agustus 2013, dari http://report.umm.ac.id/index.php/researchreport/article/viewFile/373/484_umm_scientific_journal.pdf

McArthur, L. Z., & Baron, R. M. (1983). Toward an ecological theory of social perception. Psychological Review, 90, 215-238.

Mestre, J. M., Guil, R., Lopes, P. N., Salovey, P., & Gil-Olarte, P. (2006). Emotional intelligence and social and academic adaptation to school. Psicothema, 18, 112-117. Retrieved from http://www.psicothema.com

Munandar, U. (1992). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. Jakarta: PT. Gramedia.

Nagle, Y. K., & Anand, K. (2012). Empathy and personality traits as predictors of adjustment in Indian youth [Abstract]. Industrial Psychiatry Journal, 21(2).

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2004). Human development 9th

edition. New York: McGraw Hill Inc.

Primasari, A. (2008, Oktober 12). Menilik kembali akselerasi. http://ardiprimasari.blogspot.com/2008/10/menilik-kembali-akselerasi.html

Punia, S., & Sangwan, S. (2011). Emotional intelligence and social adaptation of school children. J Psychology, 2(2), 83-87.

Richardson, T. M. & Benbow, C. P. (1990). Long-term effects of acceleration on the social-emotional adjustment of mathematically precocious youths. Journal of Educational Psychology, 8(3), 464-470.

Rifayanti, R. (2006). Permasalahan dan strategi coping siswa akselerasi studi di SMU N 1 Samarinda (Tesis tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Salovey, P., & Mayer, J. D. (1990). Emotional intelligence (pp. 185-211). New Haven: Baywood Publishing Co., Inc.

Page 37: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9091/2/T1_802010016_Full... · dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian

28

Schneiders, A. A. (1964). Personal adjustment and mental health. New York, USA.

Schutte, N.S., Malouff, J. M., Hall, L. E., Haggerty, D. J., Cooper, J. T., Golden, C. J. & Dornheim, L. (1998). Development and validation of a measure of emotional intelligence. Personality and Individual Differences, 25, 167-177.

Somantri, S. T. (2006). Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Yusuf, S. (2009). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Wandasari, Y. (2004). Peran dukungan orangtua dan guru terhadap penyesuaian sosial anak berbakat intelektual. Provitae, 1(1), 29-42.