126
i STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN) SKRIPSI Untuk memenuhi se bagian persyaratan guna me mpe role h de rajat Sarjana Pe rtanian di Fakultas Pertanian Universitas Se belas Mare t Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pe rtanian/Agrobisnis O le h : DINA MASELI JULIANTI H 0306010 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

  • Upload
    vophuc

  • View
    238

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

i

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN

DI KABUPATEN B ANJARNEGARA

(PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

SKRIPSI

Untuk memenuhi se bagian persyaratan

guna me mpe roleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Se belas Mare t

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pe rtanian/Agrobisnis

Ole h :

DINA MASELI JULIANTI

H 0306010

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

ii

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN

DI KAB UPATEN BANJARNEGARA

(PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

yang dipe rsiapkan dan disusun o le h DINA MASELI JULIANTI

H 0306010

telah dipe rtahankan di de pan De wan Penguji pada tanggal : ………………………………

Dan dinyatakan te lah me menuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ke tua

Anggota I

Anggota II

Dr,Ir. Suprapti Supardi, MP, NIP. 19 480808 19761 2 2 001

Nuning Se tyowati, SP.,M.Sc. NIP. 19820325 2005 01 2 001

Dr.Ir. Darsono, M.Si. NIP. 196 60611 199103 1 002

Surakarta, Juli 2010

Menge tahui, Universitas Se belas Mare t

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. NIP. 19551 217 198203 1 003

Page 3: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan dengan sesungguh-sungguhnya. Oleh

karena pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Strategi Pembangunan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara (Pendekatan

Tipologi Klassen”.

Penulis menyadari, selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.S. selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H, MP selaku Sekretaris Jurusan sekaligus sebagai

Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis.

4. Ibu Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP. selaku Dosen Pembimbing Utama dan

Pembimbing Akademik yang telah begitu sabar memberikan bimbingan,

arahan, nasihat dan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

5. Ibu Nuning Setyowati, SP., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Pendamping

yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang berharga dalam

penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Ir. Darsono, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

banyak masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan bantuan

9. Kepala Kesbangpolinmas, Kepala Badan Pusat Statistik, Kepala BAPPEDA,

Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan, Kepala Dinas Kehutanan

Page 4: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

iv

dan Perkebunan Kabupaten Banjarnegara, beserta staffnya yang telah

memberikan bantuan dalam menyediakan data.

10. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Basuki, A.md., Ibu Salamah, dan kedua

adeku tercinta Bagas Krisna Setyadi, Akhita Trias Fitriani. Terima kasih atas

segala kasih sayang, doa, dukungan baik moril maupun spirituil dan dorongan

semangat yang telah dilimpahkan selama ini.

11. Keluarga Om Tursin Kristianto, Pakdhe Slamet Hadi Sutrisno, dan Pakdhe

Supana. Terima kasih atas doa, dukungan, semangat yang telah diberikan.

12. Penyemangatku Kabul Setiawan Budi Santosa, terimakasih atas segala yang

telah kau berikan. Segalanya menjadi lebih berarti.

13. Sahabatku tersayang di ”Franida Community” dan sahabat seperjuangan

”BebCraz” Novita Rihi Amalia, Galih Citra Loano Putri, SP., Rahmawati

Sauma Wulansari, SP., Erna Oktavianingsih, SP., Dyah Damar Utami, Endang

Wiwin, SP., dan Tri Supiyanti. Terima kasih atas segalanya, canda tawa dan

kebersamaan kita akan selalu ku rindukan. Kalian adalah keluargaku, bagian

dari perjalanan hidupku. Tetap semangat!!!

14. Teman-teman Agrobisnis 2006 ”Zero Six”.Terima kasih, bersama kalian aku

dapatkan banyak kenangan yang indah.

15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam penelitian mau-

pun penyusunan skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan skripsi ini.

Namun demikian, dengan kerendahan hati penulis sadari adanya keterbatasan

kemampuan yang dimiliki, sehingga apabila masih banyak kesalahan dalam

penyajiannya, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membenahinya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 5: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

RINGKASAN ................................................................................................. x

SUMMARY .................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 7

II. LANDASAN TEORI .............................................................................. 9 A. Penelitian Terdahulu............................................................................. 9 B. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 11

1. Pembangunan................................................................................... 11 2. Pembangunan Ekonomi ................................................................... 11 3. Perencanaan P embangunan ............................................................. 12 4. Pembangunan Daerah ...................................................................... 14 5. Otonomi Daerah............................................................................... 14 6. Peranan Pertanian ............................................................................ 15 7. Strategi P embangunan Pertanian ..................................................... 16 8. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah................ 17

C. Kerangka Teori P endekatan Masalah ................................................... 22 D. Pembatasan Masalah ............................................................................ 26 E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................... 26

III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 30 A. Metode Dasar Penelitian....................................................................... 30 B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian .............................................. 30 C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 31 D. Metode Analisis Data ........................................................................... 32

1. Klasifikasi Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara......... 32 2. Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara..................................................................................... 33

Page 6: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

vi

Halaman

3. Klasifikasi Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara ................ 34 4. Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten

Banjarnegara .................................................................................... 35

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA ...................... 37 A. Keadaan Alam ..................................................................................... 37 B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 41 C. Keadaan Perekonomian ........................................................................ 44 D. Keadaan Sektor Pertanian..................................................................... 47

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 57 A. Keragaan Umum Sektor Perekonomian ............................................... 57

1. Laju Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara .................................................................. 57 2. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara .................................................................. 60 3. Kontribusi Sektor P erekonomian Kabupaten Banjarnegara ............ 65 4. Kontribusi Sektor P ertanian Kabupaten Banjarnegara .................... 66

B. Klasifikasi Sektor Perekonomian dan Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan T ipologi Klassen ..................... 69 1. . Klasifikasi Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara

Berdasarkan T ipologi Klassen .......................................................... 69 2. . Klasifikasi Subsektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara

Berdasarkan T ipologi Klassen ......................................................... 74 C. Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian dan Sektor Pertanian

di Kabupaten Banjarnegara ................................................................. 79 1. Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian

di Kabupaten Banjarnegara ............................................................. 79 2. Strategi Pengembangan Sektor Pertanian

di Kabupaten Banjarnegara ............................................................. 90

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 105 A. Kesimpulan .......................................................................................... 105 B. Saran .................................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 108

LAMPIRAN

Page 7: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Kontribusi PDRB Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008 (dalam persen) ................................................................................... 2 2. Laju Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara,

2004-2008(dalam persen) ................................................................... 3

3. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008 (dalam persen)..................................................................................... 5

4. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 (dalam persen) .................................................................. 6

5. Matriks Tipologi Klassen ................................................................... 21

6. Matriks Strategi Pengembangan ......................................................... 22

7. Banyaknya Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 ......................................................................................... 31

8. Matriks Tipologi Klassen Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara ....................................................................................... 32

9. Matriks Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara ................................................................ 33

10. Matriks Tipologi Klassen Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara ....................................................................................... 35

11. Matriks Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara ................................................................ 35

12. Penggunaan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 ......... 40

13. Kepadatan Penduduk Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 .............. 41

14. Komposisi Penduduk Kabupaten Banjarnegara Menurut Jenis Kelamin, 2004-2008 ........................................................................... 42

15. Banyaknya Kelahiran, Kematian, Imigrasi, dan Emigrasi Penduduk di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 ............................................. 43

16. Komposisi Penduduk Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan Kelompok umur Tahun 2004 ............................................................. 43

17. PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004–2008 (Ribuan Rupiah)........................................ 45

18. Pendapatan Perkapita Kabupaten Banjarnegara ADHK, 2000 2004 – 2008 ...................................................................................... 47

Page 8: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

viii

Nomor Judul Halaman

19. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara, 2004 – 2008

(Ribuan Rupiah) ................................................................................. 48

20. Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 ............................................ 49

21. Produksi Komoditi Sayur-sayuran di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008......................................................................................... 50

22. Produksi Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008......................................................................................... 51

23. Produksi Komoditi Perkebunan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008......................................................................................... 52

24. Jenis-jenis Komoditi Peternakan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 ........................................................................................ 54

25 . Luas Areal Hutan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008............... 55

26. Produksi Subsektor Perikanan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 Berdasarkan Obyek yang diusahakan ............................ 56

27. Laju Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008(%) ..................................................................................... 58

28. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008(%)..................................................................................... 60

29. Kontribusi PDRB Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008(%)..................................................................................... 65

30. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008(%)..................................................................................... 66

31. Matriks Tipologi Klassen Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara ................................................................ 70

32. Matriks Tipologi Klassen Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara ....................................................................................... 75

33. Matriks Alternatif Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara ............................................................... 80

34. Potensi Bahan Baku Pengolahan Batu Alam/ Bahan Lainnya di Kabupaten Banjarnegara .............................................................. 87

35. Matriks Alternatif Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara .............................................................. 92

Page 9: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Alur Kerangka Pemikiran dalam Penentuan Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara ........... 25

2. Diagram Kontribusi Prosentase PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 ADHK 2000 ........................ 46

3. Diagram Laju Pertumbuhan Rata-rata Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 .............................................. 59

4. Diagram Laju Pertumbuhan Rata-rata Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 ............................................. 61

5. Diagram Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Banjarnegara, 2003-2008 ............................................. 62

6. Diagram Populasi Ternak di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 ........................................................................................... 63

7. Diagram Luas Areal Hutan menurut Fungsinya di Kabupaten Banjarnegara, 2005-2008 ............................................. 64

8. Diagram Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Banjarnegara, 2003-2008 ............................................. 67

Page 10: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

x

RINGKASAN

Dina Maseli Julianti, H0306010. 2010. Strategi Pengembangan Sek tor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara (Pendek atan Tipologi Klassen). Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibaw ah bimbingan Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP. dan Nuning Setyowati, SP., M.Sc.

Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diharapkan dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Banjarnegara sekaligus sebagai penggerak perkembangan sektor lainnya sehingga kesejahteraan penduduk dapat terwujud. Pembangunan pertanian yang berkelanjutan memerlukan strategi pengembangan, baik strategi pengembangan dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Untuk itu perlu adanya kajian lebih mendalam mengenai strategi pengembangan yang tepat dalam pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi klasifikasi sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen serta menganalisis strategi pengembangan sektor perekonomian dan pertanian baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Daerah penelitian diambil secara sengaja, yaitu Kabupaten Banjarnegara. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS; BAPPEDA; Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan; serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara. Data yang digunakan berupa PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 tahun 2004-2008, PDRB Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; RPJMD Kabupaten Banjarnegara; LKPJ Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; LKPJ Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; dan data Banjarnegara Dalam Angka 2008.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen terdiri dari tiga sektor yaitu sektor prima yang terdiri dari sektor jasa-jasa; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya; dan sektor angkutan. Sektor potensial terdiri dari sektor pertanian; sektor industri; sektor perdagangan; dan sektor bangunan. Sedangkan sektor berkembang terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas, dan air bersih. Klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen terdiri dari empat subsektor yaitu subsektor prima yaitu subsektor peternakan. Subsektor potensial terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor tanaman perkebunan. Subsektor berkembang yaitu subsektor kehutanan. Sedangkan subsektor terbelakang yaitu subsektor perikanan. Strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari strategi jangka pendek yang bertujuan untuk mempertahankan sektor prima tetap menjadi sektor prima, yaitu tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya kontribusi dari sektor prima. Strategi pengembangannya yaitu dengan cara peningkatan pelayanan kesehatan pada sektor jasa; peningkatan kerjasama bank, koperasi dan LKM (Lembaga Keuangan Mikro); dan peningkatan sarana dan prasarana angkutan. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri dua macam alternatif strategi, yaitu strategi mengupayakan sektor potensial menjadi sektor

Page 11: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

xi

prima dengan meningkatkan laju pertumbuhan sektor potensial melalui upaya pembangunan STA (sub terminal agrobisnis) pada sektor pertanian, promosi produk-produk industri, peningkatan sarana dan prasarana sektor perdagangan dan strategi mengupayakan sektor berkembang menjadi sektor potensial yaitu dengan meningkatkan kontribusi sektor berkembang melalui upaya peningkatan kualiatas SDM pekerja tambang dan peningkatan pasokan listrik. Strategi pengembangan jangka panjang terdiri dua macam alternatif strategi, yaitu strategi mengupayakan sektor berkembang menjadi sektor potensial, melalui upaya peningkatan teknologi pada sektor pertambangan dan penggalian. Strategi mengupayakan sektor prima menjadi sektor prima, yaitu melalui upaya perluasan jaringan jalan dan fasilitasnya. Strategi pengembangan sektor pertanian di

Kabupaten Banjarnegara terdiri dari strategi jangka pendek yang direncanakan bertujuan untuk mempertahankan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya kontribusi dari subsektor prima. Strategi pengembangannya yaitu dengan cara diversifikasi produk hasil peternakan (daging dan susu), stabilisasi harga hasil peternakan, dan sistem gaduh ternak. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri tiga macam alternatif strategi, yaitu alternatif strategi pertama yaitu dengan mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima, yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor potensial, melalui upaya meningkatkan peran kelompok tani, pengembangan pertanian pada lahan kritis, promosi atas hasil produksi pertanian unggul daerah, pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani, dan peningkatan kualitas SDM petani. Alternatif strategi kedua yaitu dengan mengupayakan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial, dengan meningkatkan kontribusi subsektor berkembang melalui upaya pengembangan hasil hutan non kayu, pelestarian hutan untuk menjaga ketersediaan air dan untuk mencegah erosi, sedangkan alternatif strategi ketiga yaitu mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang, yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang melalui upaya peningkatan kualitas SDM petani, pengembangan bibit ikan unggul, dan peningkatan daya beli masyarakat. Strategi pengembangan jangka panjang terdiri dua macam alternatif strategi, yaitu strategi mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang, yaitu melalui upaya kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan penjualan dan memfasilitasi peningkatan akses petani terhadap sumber permodalan dan strategi mengupayakan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu melalui upaya inseminasi buatan pada ternak, penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak, dan pemanfaatan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan biogas.

Page 12: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

xii

SUMMARY

Dina Maseli Julian ti, H0306010 . 20 10. Development Strategy of Agricultural Sector in Banjarnegara Regency (Klassen Typology Approach). Agriculture Faculty, Sebelas Maret University. Under the guidance Dr. Ir. H. Suprapti supa rdi, MP. dan Nuning Setyowati SP, M.Sc

Agricultural sector is a sector that can hoped in effort to growing income of Ban jarnegara Regency and as to move growing the other sector too , and so that welfare the people can reach. Going concern development o f agriculture requires expansion strategy, either in expansion strategy in short term, intermediate term an d also long term. For the purpose needs existence of circumstantially study abo ut appropriate expan sion strategy in development of agricultural sector in Banjarnegara Regency.

This research aims to identification classification of economics sector and agricultural sector in Banjarnegara Regency based on Klassen Typology and to ana lys development strategy of economic sector an d ag ricultural sector either short term, intermediate term and also long -range.

This research basic method used descriptive ana litic method . Research area was taken intentionally (purposive), tha t is Banjarnega ra Regency. Data type used was seconda ry data obtained from Central Committee of Statistics (BPS) of Regency of Banjarnegara, Regional Development Planning Board Ban jarnegara Regency, Department of Agriculture, Animal Husbandry and Fisheries Ban jarnegara Regency, and Departement of forestry an d plantation Ban jarnegara Regency. Data applied in the form o f Gross Regiona l Domestic Produ ct/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) of Banjarnegara Regency and Province of Central Java 2004-2008 ADHK 2000, PDRB growth and distribution in econo mics sector of Banjarnegara Regency 2004-2008, Plan of growth intermediate term of Ban jarnegara Regency, and data of Banjarnegara in Numbers 2008.

Research result go t was classification of economics sector in Ban jarnegara Regency based on Klassen Typology is divided into three sectors namely prime sector, a potential sector, and develope sector. Prime sectors there were tran sportation sector, bank and institution financial sector, and service and services sector. Potential sector there were agricultural sector, industry sector, buildings sector, and commercial sector. Growth sector there were mining and excavating sector, an d electricity, gas, and cleaning water sector. Classification of agriculture sector in Ban jarnegara Regency based on Klassen Typology is divided into four sub-sectors namely prime sub-sector, potential sub-sector, develope sub-sector, and underdeveloped sub-sector. Prime sub-sectors there was farming sub -sector. Potential subsectors there were food-stuff crop subsector and plan tation subsector. Growth subsector there was forestry subsectors. And und erdeveloped subsector there was fishery subsector. Development strategy of economic sector in Banjarnegara Regency con sisted of short term, intermediate term and also long-range. The development strategy in short term con tain the strategy for keeping the prime sector existence within maintaining its growth and its con tribu tion. The stra tegy are increasing co-operation with the bank, koperasi,

Page 13: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

xiii

and LKM (institution of financial micro), increasing healthy service, increase tool transportation. The development strategy in intermediate term contains the strategy for developing potential sector become prime sector within increasing the growth rate, by develop ing Sub Termina l Agrobisnis (STA), promotion product from industry, increasing too ls from comercial sector and the strategy for developing sector become potential sector are increasing the labourer mine qua lity, and increasing readiness electric. The development strategy in long term contains the strategy for develop ing sector become potential sector within increasing technology and strategy for k eeping the prime sector existence within main taining its growth and its contribu tion by to enlarge the road and the facility. Development strategy of agriculture sector in Banjarnegara Regency consisted of short term, intermediate term and a lso long-range. The development strategy in short term contain the strategy for k eeping the prime sector existence within main taining its growth and its contribution by diversification product (meet and milk ), price stabilizing by goverment, an d livestock ga elic system. The development strategy in intermediate term contains the strategy for developing potential sub-sector become prime sub-sector by escalating the role o f farmer group, developing of agriculture in critical land, promotion of yield from agriculture first class region, increasing farmer-private cooperation, and diversivication market. The second altenative are developing the developing sub-sector become potential subsector within incresing contribution by developing yield forest non-wood, lasting the forest, and the last alternative are developing the un derdeveloped sub-sector become developing sub-sector by developing farmer quality, developing seed of fish first class, and improve society pu rchasing power. The development strategy in long term contains the strategy for und erdeveloped sub-sector become develope sub-sector by increasing farmer-private cooperation for increasing the saler, and increasing the farmer acces from source capital, and the strategy for keeping the prime sub-sector existence within main taining its growth and its contribu tion by product insemination livestock , research an d way of acting the gizi and livestock ,exploiting organic man ure and biogas as livestock urine and d irt.

Page 14: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

xiv

Page 15: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN

DI KABUPATEN BANJARNEGARA

(PENDEKATAN TIPO LO GI KLASSEN)

Dina Maseli Julianti 1

Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP 2 and Nuning Setyowati , SP, MSc3

ABSTRACT

This research aims to identification classification of economics sector and agricultural sub-sector in Banjarnegara Regency based on Klassen T ypology and to analys development strategy of economic sector and agricultural sector either short term, intermediate term and also long-range.

This research basic method used descript ive analitic method. Research area was taken purposive. Data type used was secondary data obtained from BPS, BAPPEDA, Department of Agriculture, Animal Husbandry and Fisheries Banjarnegara Regency, and Departement of forestry and plantation in Banjarnegara Regency.

Research result got was classification of economics sector in Banjarnegara Regency based on Klassen Typology are that included primer sector (service and services, bank and institution financial, and transportation), potent ial sector (agricultural, industry, buildings sector, and commercial), growth sector (mining and excavating, and electricity, gas, and cleaning water). Classification of agriculture sector in Banjarnegara Regency based on Klassen Typology are that included primer sub-sectors (farming), potential sub-sectors (food-stuff crop and plantat ion), growth sub-sector (forestry), and underdeveloped subsector (fishery). Development strategy of economic sector in Banjarnegara Regency consisted of short term, the strategy are increasing healthy service, increasing co-operation with the bank, koperasi, and institution of financial micro, increase tool transportation. The development strategy in intermediate term, by developing Sub Terminal Agrobisnis, promotion product industry, increasing tools from comercial sector; and increasing the labourer mine quality, and increasing readiness electric. T he development strategy in long term within increasing technology and enlarge the road and the facility. Development strategy of agriculture sector in Banjarnegara Regency consisted of short term by diversification product, price stabilizing by goverment , and livestock gaelic system. The development strategy in intermediate term by escalating the role of farmer group, developing of agriculture in crit ical land, promotion of yield from agriculture first class region, increasing farmer-private cooperation, and diversivication market. The second altenative by developing yield forest non-wood, lasting the forest, and the last are increasing farmer quality, developing seed of fish first class, and improve society purchasing power. T he development strategy in long term by increasing farm er-private cooperation for increasing the saler, and increasing the farmer acces from source capital; product insemination livestock, research and way of acting the gizi and livestock, exploiting organic manure and biogas as livestock urine and dirt.

Key word : Agricultural sector, Klassen Typologi, Development Strategy, Banjarnegara Regency. Explanation 1. The department/Programme Social Economic Agricultural/Agrobusiness Agriculture Faculty Sebelas Maret

University H 0306010 2. Lecture of main guide 3. Lecture of beside guide

Page 16: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTO R PERTANIAN

DI KABUPATEN BANJARNEGARA

(PENDEKA TAN TIPOLOGI KLASSEN)

Dina Maseli Julianti1

Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP 2 dan Nuning Setyowati , SP, MSc3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengident ifikasi klasifikasi sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan T ipologi Klassen serta menganalisis strategi pengembangan sektor perekonomian dan pertanian baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskript if analitik dan pengambilan lokasi secara sengaja. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS; BAPPEDA; Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan; serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara.

Hasil penelitian menunjukkan Klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan T ipologi Klassen terdiri dari sektor prima (jasa-jasa; bank dan lembaga keuangan lainnya; dan angkutan), sektor potensial (pertanian; industri; perdagangan; dan bangunan), sektor berkembang (pertambangan dan penggalian serta listrik, gas, dan air bersih). Klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari subsektor prima (peternakan), subsektor potensial (tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan), subsektor berkembang (kehutanan), subsektor terbelakang (perikanan). Strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari strategi jangka pendek yaitu dengan peningkatan pelayanan kesehatan pada sektor jasa; peningkatan kerjasama bank, koperasi dan LKM; dan peningkatan sarana dan prasarana angkutan. Strategi pengembangan jangka menengah yaitu dengan pembangunan sub term inal agrobisnis, promosi produk industri, peningkatan sarana dan prasarana perdagangan; peningkatan kualiatas SDM pekerja tambang dan peningkatan pasokan listrik. Strategi jangka panjang yaitu dengan peningkatan teknologi sektor pertambangan; perluasan jaringan jalan dan fasilitasnya. Strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari strategi jangka pendek, terdiri dari upaya diversifikasi produk hasil peternakan, stabilisasi harga hasil peternakan, dan sistem gaduh ternak. Strategi jangka menengah melalui upaya peningkatkan peran kelompok tani, pengembangan pertanian pada lahan kritis, promosi hasil produksi pertanian unggul daerah, pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani, dan peningkatan kualitas SDM petani; pengembangan hasil hutan non kayu, pelestarian hutan untuk menjaga ketersediaan air dan untuk mencegah erosi; peningkatan kualitas SDM petani, pengembangan bibit ikan unggul, dan peningkatan daya beli masyarakat. Strategi jangka panjang melalui upaya kerjasama dengan pihak swasta; inseminasi buatan, penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak, dan pemanfaatan kotoran dan urine t ernak sebagai pupuk organik dan biogas.

Kata kunci : Sektor Pertanian, Tipologi Klassen, Strategi Pengembangan, Kabupaten Banjarnegara Keterangan : 1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H0306010 2. Dosen Pembimbing Utama 3. Dosen Pembimbing Pendamping

Page 17: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

11

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar B elakang

Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi

perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap

masyarakat, serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu

pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan

kesempatan kerja (Widodo, 2006:4). Pembangunan yang dilakukan tidak

hanya di tingkat pusat tetapi pembangunan dapat dilakukan dalam ruang

lingkup yang lebih kecil, yaitu daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan

desa. Pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih kecil akan

memberikan hasil yang mampu mendukung pembangunan yang dilakukan di

wilayah yang lebih besar.

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah dan Undang-Undang No. 25 tentang sistem perencanaan

pembangunan nasional, bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

daerah disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam

sistem perencanaan pembangunan nasional. Pembangunan di tingkat daerah

tidak lagi diawasi secara ketat dari pusat namun sudah diserahkan kepada

daerah kabupaten/kota seluas-luasnya, hal ini biasa disebut dengan otonomi

daerah. Adanya otonomi daerah ini suatu daerah dituntut untuk dapat

menopang pemerintah daerah tingkat II yaitu kabupaten untuk menetapkan

kebijakan ekonomi daerahnya dengan lebih mengandalkan pada potensi yang

dimiliki sesuai dengan kondisi daerah baik kondisi sumber daya alam maupun

kondisi sumber daya manusia dengan segala kelebihan dan kelemahannya

(RPJMD Kabupaten Banjarnegara, 2007:7).

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Jawa Tengah yang melaksanakan otonomi daerah, sehingga masyarakat dan

pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara dapat mengurus daerahnya

sendiri. Pembangunan wilayah Kabupaten Banjarnegara ditopang oleh

1

Page 18: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

11

2

sembilan sektor perekonomian, yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan

dan penggalian; sektor industri; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor

bangunan; sektor perdagangan; sektor angkutan; sektor bank dan lembaga

keuangan lainnya; dan sektor jasa-jasa. Adanya otonomi daerah ini

memberikan kesempatan bagi Kabupaten Banjarnegara untuk terus

mengembangkan pembangunan ekonomi salah satunya adalah sektor

pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor perekonomian yang

memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan Kabupaten

Banjarnegara. Besarnya kontribusi PDRB sektor perekonomian terhadap

perekonomian Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Kontribusi PDRB Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008 (dalam persen)

Sektor Tahun Rata-rata 2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian 38,91 38,63 38,04 37,73 37,29 38,12 Pertambangan & penggalian 0,52 0,52 0,53 0,53 0,54 0,53 Industri 14,87 14,48 14,24 14,16 13,99 14,35 Listrik, gas & air bersih 0,43 0,45 0,46 0,45 0,44 0,45 Bangunan 6,41 6,46 6,67 6,89 6,63 6,61 Perdagangan 13,31 13,09 12,90 12,74 12,73 12,95 Angkutan 4,04 4,06 4,22 4,23 4,13 4,14 Bank & Lembaga keuangan lainnya

5,63 5,40 5,49 5,73 5,79 5,61

Jasa-jasa 15,87 16,91 17,44 17,53 18,47 17,24 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009a

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui nilai rata-rata kontribusi PDRB

sektor perekonomian yaitu sektor pertanian sebesar 38,12%; sektor

pertambangan dan penggalian sebesar 0,53%; sektor industri sebesar14,35%;

sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,45%; sektor bangunan sebesar

6,61%; sektor perdagangan sebesar 12,95%; sektor angkutan sebesar 4,14%;

sektor bank dan lembaga keuangan lainnya sebesar 5,61%; dan sektor jasa-

jasa sebesar 17,24%. Besarnya kontribusi masing-masing sektor menunjukkan

bahwa sektor pertanian mempunyai kontribusi PDRB yang paling besar

dibanding dengan sektor yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sektor

Page 19: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

11

3

pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan penting dalam

perekonomian daerah Kabupaten Banjarnegara.

Peranan sektor perekonomian dalam pembangunan selain dilihat dari

kontribusinya juga dapat dilihat dari laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan

sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 (dalam persen)

Sektor Tahun Rata-rata 2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian 3,38 3,21 2,75 4,16 3,76 3,45 Pertambangan & penggalian 3,84 4,59 6,64 4,91 5,28 5,05 Industri 1,41 1,24 2,61 4,39 3,74 2,68 Listrik, gas & air bersih 9,80 8,91 6,39 3,04 3,07 6,24 Bangunan -3,27 4,69 7,89 8,48 0,88 3,73 Perdagangan 2,33 2,22 2,82 3,76 4,86 3,20 Angkutan 7,95 4,26 8,68 5,11 2,57 5,71 Bank & Lembaga keuangan lainnya

7,79 -0,26 6,03 9,48 6,07 5,82

Jasa-jasa 9,24 10,70 7,63 5,59 10,56 8,74 PDRB 3,81 3,95 4,35 5,01 4,98 4,42

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009a

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui nilai rata-rata laju pertumbuhan

sektor perekonomian Kabupaten Banjarnegara yaitu sektor pertanian sebesar

3,45%; sektor pertambangan dan penggalian sebesar 5,05%; sektor industri

sebesar 2,68%; sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 6,24%; sektor

bangunan sebesar 3,73%; sektor perdagangan sebesar 3,20%; sektor angkutan

sebesar 5,71%; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya sebesar 5,82%; dan

sektor jasa-jasa sebesar 8,74%. Laju pertumbuhan sektor pertanian menempati

urutan ketujuh dari laju pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara.

Berdasarkan kontribusi dan laju pertumbuhan sektor pertanian, maka

perlu diperhatikan untuk dikembangkan lebih lanjut agar dapat menjaga

eksistensi kontribusi dan laju pertumbuhan sektor pertanian, sehingga tetap

memegang peranan penting dalam perekonomian daerah Kabupaten

Banjarnegara. Upaya tersebut bisa dilakukan, salah satunya dengan

menentukan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten

Page 20: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

11

4

Banjarnegara. Berdasarkan indikator besarnya kontribusi dan laju

pertumbuhan dari sektor pertanian maka dapat dilakukan penelitian dengan

menggunakan Pendekatan Tipologi Klassen. Berdasarkan Pendekatan

Tipologi Klassen, subsektor pada sektor pertanian diklasifikasikan menjadi

subsektor prima, subsektor potensial, subsektor berkembang dan subsektor

terbelakang yang selanjutnya dapat dibuat suatu strategi dalam perencanaan

pembangunan perekonomian khususnya tentang strategi pembangunan

pertanian, dengan didasarkan pada periode waktu, baik jangka pendek, jangka

menengah maupun jangka panjang.

B. Pe rumusan Masalah

Kabupaten Banjarnegara memiliki kondisi geografis yang dapat dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu :

Bagian utara : Terdiri dari daerah pegunungan relief bergelombang dan

curam

Bagian tengah : Terdiri dari wilayah dengan relief datar

Bagian selatan : Terdiri dari wilayah dengan relief curam.

Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 Ha atau

sekitar 3,29% dari luas wilayah Propinsi Jawa Tengah (3,25 juta Ha). Luas

tersebut terbagi atas lahan sawah sebesar 14.634 Ha (13,68%) dan lahan bukan

sawah sebesar 76.415 Ha (51,80%) dari total Kabupaten Banjarnegara.

Sedangkan lahan bukan pertanian sebesar 36.991 Ha (34,58%). Luas lahan

pertanian yang lebih besar dibanding luas lahan bukan pertanian, menjadikan

sektor pertanian sangat potensial untuk dikembangkan dan juga merupakan

sektor yang diprioritaskan di Kabupaten Banjarnegara. Hal ini terlihat selama

kurun waktu 2004-2008 sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar

pada PDRB Kabupaten Banjarnegara sebesar 38,12% (Tabel 1, halaman 2).

Kondisi geografis daerah yang sebagian besar adalah bergunung-gunung tidak

menjadikan hambatan, sebaliknya justru memberi kontribusi positif pada

pembangunan Kabupaten Banjarnegara.

Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diharapkan dalam usaha

meningkatkan pendapatan daerah sekaligus sebagai penggerak perkembangan

Page 21: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

11

5

sektor lainnya sehingga kesejahteraan penduduk dapat terwujud. Sektor

pertanian di Kabupaten Banjarnegara terdiri dari lima subsektor yaitu

subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor

peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Kelima subsektor

pertanian memberikan kontribusi yang berbeda terhadap PDRB Kabupaten

Banjarnegara. Subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang

memiliki peranan yang penting di Kabupaten Banjarnegara karena sebagai

penyedia pangan. Besarnya kontribusi masing-masing subsektor pertanian

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008 (dalam persen)

Subsektor Tahun Rata-rata 2004 2005 2006 2007 2008

Tanaman bahan makanan 33,56 33,40 32,82 32,56 32,26 32,92 Tanaman perkebunan 1,95 1,90 1,85 1,72 1,64 1,81 Peternakan 1,59 1,60 1,61 1,66 1,71 1,63 Kehutanan 0,82 0,81 0,84 0,85 0,87 0,84 Perikanan 0,99 0,91 0,92 0,94 0,82 0,91 Total 38,91 38,63 38,03 37,73 37,29 38,12

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009a

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui nilai rata-rata kontribusi PDRB

subsektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan sebesar 32,92%,

subsektor tanaman perkebunan sebesar 1,81%, subsektor peternakan sebesar

1,63%, subsektor kehutanan sebesar 0,84% dan subsektor perikanan sebesar

0,91%. Besarnya nilai rata-rata kontribusi masing-masing subsektor pertanian

menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan mempunyai nilai

kontribusi PDRB terbesar dibanding dengan subsektor yang lain. Peranan

sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara disamping dilihat dari kontribusi

terhadap PDRB, dapat dilihat juga dari laju pertumbuhannya. Laju

pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada

Tabel 4.

Page 22: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

11

6

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 (dalam persen)

Subsektor Tahun Rata-rata 2004 2005 2006 2007 2008

Tanaman bahan makanan 4,65 3,44 2,54 4,17 4,00 3,76 Tanaman perkebunan -16,17 1,49 1,42 -2,34 0,20 -3,08 Peternakan 0,27 4,85 5,00 8,49 7,83 5,29 Kehutanan 7,75 2,81 7,51 7,16 6,68 6,38 Perikanan 10,39 -3,81 5,28 6,67 -8,15 2,07 PDRB 3,38 3,21 2,75 4,16 3,76 3,45

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009a

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa selama periode tahun 2004-2008

laju pertumbuhan subsektor pertanian mengalami kondisi yang berfluktuatif,

akan tetapi nilainya tetap positif. Namun untuk subsektor tanaman perkebunan

pada tahun 2004 dan tahun 2007 serta subsektor perikanan pada tahun 2005

dan tahun 2008 mengalami pertumbuhan negatif, hal tersebut dikarenakan

hasil produksi serta nilai produksi dari subsektor tersebut di Kabupaten

Banjarnegara mengalami penurunan. Rata-rata laju pertumbuhan subsektor

pertanian pada tahun 2004-2008 yaitu subsektor tanaman bahan makanan

sebesar 3,76%, subsektor tanaman perkebunan sebesar -3,08%, subsektor

peternakan sebesar 5,29%, subsektor kehutanan sebesar 6,38%, dan subsektor

perikanan sebesar 2,07%.

Sektor perekonomian dan subsektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara tentunya tidak semuanya diprioritaskan untuk dikembangkan.

Ada beberapa sektor tertentu yang mendapatkan prioritas utama untuk

dikembangkan dan juga ada beberapa sektor yang kurang diprioritaskan untuk

dikembangkan. Hal itu dapat ditentukan dengan melihat besarnya laju

pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kabupaten

Banjarnegara. Setelah diketahui sektor-sektor yang diprioritaskan untuk

dikembangkan, maka pengembangan sektor pertanian dan penetapan

kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara dalam pembangunan

wilayah di masa mendatang dapat lebih baik dan terarah.

Perencanaan pengembangan ekonomi daerah pada sektor pertanian

dapat dirumuskan dengan melihat besarnya laju pertumbuhan dan kontribusi

Page 23: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

11

7

PDRB sektor perekonomian, kemudian dapat ditentukan klasifikasi dan

strategi pengembangannya. Hal ini diupayakan untuk mempertahankan dan

meningkatkan eksistensi kontribusi dan laju pertumbuhan sektor pertanian

terhadap perekonomian daerah Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan uraian di atas permasalahan penelitian dirumuskan :

1. Bagaimana klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

berdasarkan Tipologi Klassen?

2. Bagaimana strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara?

3. Bagaimana klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara

berdasarkan Tipologi Klassen?

4. Bagaimana strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen.

2. Menganalisis strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara.

3. Mengidentifikasi klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen.

4. Menganalisis strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara.

D. Ke gunaan Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan

Page 24: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

11

8

dalam mengambil kebijakan pembangunan dan pengembangan sektor

perekonomian, khususnya adalah sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan informasi, pengetahuan, dan referensi dalam penyusunan

penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.

Page 25: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

9

II. LANDASAN TEORI

A. Pe ne litian Terdahulu

Penelitian Susilowati (2009:73) yang berjudul Strategi Pengemba ngan

Sektor Pertanian Di Kab up aten Suk oh arjo (Pendekatan Tipolog i Klassen)

menyimpulkan bahwa hasil klasifikasi sektor pertanian di Kabupaten

Sukoharjo, yaitu subsektor tanaman bahan makanan adalah termasuk

subsektor prima, subsektor peternakan merupakan subsektor potensial,

subsektor perikanan merupakan subsektor berkembang adalah dan subsektor

perkebunan dan subsektor kehutanan termasuk subsektor terbelakang di

Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan strategi pengembangan sektor pertanian di

Kabupaten Sukoharjo terdiri dari:

1. Strategi pengembangan jangka pendek, meliputi strategi untuk

mengembangkan subsektor prima (subsektor tabama) yaitu dengan

pengotimalan potensi yang ada, yaitu dengan cara diversifikasi pasar,

kerjasama dengan pihak swalayan, membuka lapangan kerja untuk

pengemasan dan pemasaran, penetapkan harga oleh pemerintah.

Sedangkan strategi untuk mengupayakan subsektor potensial menjadi

subsektor prima (subsektor peternakan), yaitu dengan meningkatkan laju

pertumbuhannya yaitu dengan cara meningkatkan produksi peternakan

dengan menurunkan harga ternak dan pakan ternak dan gaduh ternak,

memanfaatkan kotoran dan urine ternak sebgai pupuk organik dan

menjalin kerjasama dengan Kabupaten lain.

2. Strategi pengembangan jangka menengah yaitu strategi untuk

mengembangkan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial

(subsektor perikanan), strateginya yaitu dengan meningkatkan

kontribusinya yaitu dengan cara meningkatkan permintaan ikan dengan

diversifikasi produk, meningkatkan produksi dengan penggunaan bibit

unggul dan meningkatkan daya beli masyarakat.

3. Strategi pengembangan jangka panjang yaitu dengan pengembangan

subsektor prima (subsektor tabama) strateginya yaitu dengan menjaga

9

Page 26: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

10

kesuburan tanah, perwujudan pertanian organik, penetapan daerah sebagai

penghasil komoditi unggulan, sistem tanam bergilir.

Penelitian Purwanto (2009:56) dengan judul Klasifikasi Komoditi

Tanaman Bahan Makanan dalam Kerang ka Perencana an Pengemba ngan

Ek on omi Daerah Kabu pa ten Klaten menganalisis bahwa Sumbangan sektor

pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Klaten dari tahun 2004-

2007 cenderung semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sektor

pertanian di Kabupaten Klaten merupakan sektor perekonomian yang penting

dalam pembangunan daerah Kabupaten Klaten. Sumbangan PDRB sektor

pertanian pada tahun 2004 sebesar 898.771,87; tahun 2005 sebesar

918.295,98; tahun 2006 sebesar 943.060,85; dan tahun 2007 sebesar

957.297,31.

Penelitian Stefani (2010:98) yang berjudul Perencanaan

Pembangu nan Ekono mi Daerah Kabupaten Mag elang Berbasis Komoditi

Tanaman Bahan Makana n (Pendekatan Tipo logi Klassen) menyimpulkan

bahwa Klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Magelang

berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen diperoleh empat klasifikasi

komoditi, yaitu: (1) komoditi prima terdiri dari komoditi jagung dan cabe;

(2) komoditi potensial yaitu padi; (3) komoditi berkembang terdiri dari

komoditi Ketela rambat, kedelai, bawang merah, kentang, kobis, sawi, kacang

panjang, ketimun, labu siam, kangkung, tomat, terong, bayam, duku, sawo,

mangga, rambutan, pepaya, salak; dan (4) komoditi terbelakang terdiri dari

komoditi Ketela pohon, kacang tanah, bawang putih, bawang daun, wortel,

buncis, alpukat, jeruk, durian, jambu biji, nanas, pisang, melon, semangka.

Penelitian-penelitian di atas dijadikan referensi dalam penelitian ini

dengan alasan adanya kesamaan letak geografis, yaitu sama-sama berada di

wilayah Jawa Tengah, dan juga menggunakan alat analisis yang sama yaitu

Tipologi Klassen, selain itu juga dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan

gambaran secara komprehensif sehingga akan mempermudah peneliti untuk

menentukan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara.

Page 27: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

11

B. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan

Salah satu definisi pembangunan adalah perubahan menuju pola-

pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-

nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai

kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan

politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang

lebih terhadap diri mereka sendiri (Anonim, 2009a).

Pembangunan mengandung arti yang lebih luas. Peningkatan

produksi memang merupakan salah satu ciri pokok dalam proses

pembangunan. Selain segi peningkatan produksi secara kuantitatif, proses

pembangunan mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan

pada pola penggunaan (alokasi) sumber daya produksi (prod uctive

resources) di antara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola

pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan di antara berbagai

golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan

(institutiona l framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh

(Djojohadikusumo, 1994:1-2).

Fenomena pembangunan atau adanya situasi keterbelakangan yang

kronis sesungguhnya bukan semata-mata merupakan persoalan ekonomi

atau sekedar soal pengukuran tingkat pendapatan, masalah

ketenagakerjaan, atau penaksiran tingkat ketimpangan penghasilan secara

kuantitatif. Keterbelakangan merupakan sebuah kenyataan riil dalam

kehidupan sehari-hari. Yang dimaksud dengan keterbelakangan di sini

bukan hanya angka-angka kemiskinan nasional, melainkan juga

menyangkut keterbatasan berpikir dari penduduk miskin di negara-negara

terbelakang yang bersangkutan (Todaro dan Stephen, 2006:21).

2. Pembangunan Ekonomi

Bagi negara yang sedang berkembang pembangunan ekonomi jelas

dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup sehingga setaraf dengan

tingkat hidup di negara-negara maju. Negara sedang berkembang saat ini

Page 28: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

12

telah menyadari tentang kemiskinan yang dialami dan jurang perbedaan

yang semakin lebar antara negara maju dengan negara sedang

berkembang. Sering dikatakan bahwa negara-negara kaya akan semakin

kaya sedangkan negara-negara miskin akan semakin banyak jumlah anak-

anak yang menjadi tangggungannya. Berhubung dengan sifat-sifat umum

negara sedang berkembang itu, maka tidaklah mudah bagi negara-negara

yang sedang berkembang untuk melaksanakan program pembangun

(Irawan dan Suparmoko, 1982:181).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut

dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor

nonekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber

daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.

Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di

masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku

(Anonim, 2009b).

Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah bahwa proses

pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di

dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk

menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga Negara itu

sendiri. Pembangunan harus diprakarsai oleh Negara dan tak dapat

dicangkokkan dari luar. Kekuatan luar seyogyanya merangsang dan

membantu kekuatan nasional. Bantuan luar negeri hanya dapat mengawali

atau merangsang pembangunan dan tidak untuk mempertahankannya.

Semangat membangun harus datang dari dalam, tanpa itu prakarsa

pembangunan akan terbuang percuma dan akan segera padam

(Jhingan, 2007:41-42).

3. Perencanaan Pembangunan

Pada hakekatnya, perencanaan merupakan sebuah upaya untuk

mengantisipasi ketidakseimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif.

Page 29: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

13

Artinya, perubahan yang terjadi pada sebuah keseimbangan awal dapat

menyebabkan perubahan pada sistem sosial yang kemudian akan

membawa sistem yang ada menjauhi keseimbangan semula. Pengertian

yang dimiliki oleh sebuah proses perencanaan tidak terbatas pada definisi

di atas, karena perencanaan sendiri memiliki peran yang sangat penting

dalam proses pembangunan. Salah satu peran perencanaan adalah sebagai

arahan bagi proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin

dicapai di samping sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembangunan

yang dilakukan (Widodo, 2006:2).

Perencanaan pembangunan dimaksudkan untuk membangun

perekonomian secara keseluruhan. Ia mencakup penerapan sistem

pemilihan yang rasional terhadap sejumlah bidang investasi dan kekuatan

pembangunan lainnya yang layak. Untuk itu, ia sampai batas tertentu

mengandalkan pada mekanisme pasar. Di bawah perencanaan

pembangunan, pemerintah merumuskan rencana pembangunan bagi

perekonomian secara keseluruhan. Perencanaan pembangunan

mempertimbangkan semua agregat ekonomi yang paling penting seperti

tabungan total, investasi, output, pengeluaran pemerintah dan transaksi

luar negeri (Jhingan, 2007:548-549).

Menurut Arsyad (1992:740) perencanaan pembangunan ditandai

dengan adanya usaha untuk memenuhi berbagai ciri-ciri tertentu serta

adanya tujuan yang bersifat pembangunan tertentu. Inilah yang

membedakan perencanaan pembangunan dengan perencanaan yang lain.

Ciri-ciri dari suatu perencanaan pembangunan yaitu :

a. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan

sosial ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini

dicerminkan dalam usaha pertumbuhan ekonomi yang bertambah.

b. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan

pendapatan perkapita.

c. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini sering

disebut sebagai usaha diversifikasi ekonomi.

Page 30: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

14

d. Usaha perluasan kesempatan kerja.

e. Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distribu tive

justice.

f. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih

menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

g. Usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi

4. Pembangunan Daerah

Pengalaman menunjukkan bahwa diberbagai negara bahwa ada

salah satu syarat yang diperlukan untuk menunjukkan tingginya tingkat

keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah yaitu

dimulai dari mantapnya pemahaman dari para aparat terkait tentang makna

indikator-indikator dan variable-variabel pembangunan serta pengertian

kebijaksanaan yang diterapkan oleh pemerintah pusat dan daerah, dimana

kedua kebijaksanaan tersebut harus saling melengkapi ataukan searah.

Pemahaman yang memadai tentang indikator pembangunan daerah akan

mengakibatkan semakin terarahnya pelaksanaan pembangunan yang

dilaksanakan dan semakin tingginya responsi masyarakat dalam

menyukseskan dan mencapai sasaran yang telah ditargetkan. Hal ini

dianggap perlu mendapatkan perhatian dari kita semua (Anonim, 2009c).

Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan

pembangunan daerah, yaitu: (1) tekanan yang berasal dari lingkungan

dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah

dalam proses pembangunan perekonomiannya; (2) kenyataan bahwa

perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor

secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah mengalami pertumbuhan

pada sektor industrinya sedangkan daerah lain mengalami penurunan.

Inilah yang menjelaskan perbedaan perspektif masyarakat daerah

mengenai arah dan makna pembangunan daerah (Kuncoro, 2004:47).

5. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

Page 31: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

15

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang meliputi kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam

keuangan, ketersediaan alat dan bahan, dan kemampuan dalam

berorganisasi. Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu,

seperti politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter,

fiskal, dan agama. Bidang-bidang tersebut tetap menjadi urusan

pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip

demokrasi, keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman (Anonim, 2009d).

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan dengan memberikan

kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan

otonomi daerah. Hal ini berdasarkan pada Pasal 18 Undang-undang Dasar

1945 yang menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah

besar dan kecil dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan

dengan undang-undang. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah

propinsi dan daerah propinsi akan dibagi dalam daerah yang lebih kecil. Di

daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan Badan Perwakilan

daerah (Widjaja, 2004:1).

Sesuai dengan ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998,

penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan

kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah

secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan

pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan

keuangan pusat dan daerah. Di samping itu, penyelenggaraan otonomi

daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran-serta

masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah (Bratakusuma dan Dadang, 2002:2).

6. Peranan Pertanian

Pertanian sejak dulu merupakan sektor ekonomi yang utama di

negara-negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian

Page 32: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

16

dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki posisi yang vital

sekali. Peran utama yang diberikan kepada pertanian itu berarti bahwa

sektor pertanian harus dapat dikembangkan sedemikian rupa, sehingga di

samping tugas memenuhi kebutuhan hidup yang biasa, ia juga harus dapat

menumbuhkan dan menyokong usaha-usaha pembangan di sektor yang

lainnya (Mardikanto, 2009:13-14).

Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi

hanya dipandang pasif dan sebagai unsur penunjang semata. Berdasarkan

pengalaman historis dari negara-negara barat, apa yang disebut sebagai

pembangunan ekonomi identik dengan transformasi struktural yang cepat

terhadap perekonomian, yakni dari perekonomian yang bertumpu pada

kegiatan pertanian menjadi industri modern dan pelayanan masyarakat

yang lebih kompleks. Dengan demikian, peran utama pertanian hanya

dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan bahan-bahan pangan yang

murah demi berkembangnya sektor-sektor industri yang dinobatkan

sebagai ”sektor unggulan” dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi

secara keseluruhan (Todaro dan Stephen, 2006:503).

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat

penting karena sebagian besar anggota masyarakat di negara-negara

miskin menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Hampir semua

negara yang sedang berkembang mengandalkan sektor pertanian mereka

untuk kebutuhan negara mereka. Ukuran sektor pertanian menjadikan

sektor ini mempunyai peranan penting dalam menyediakan input, yaitu

tenaga kerja, bagi sektor industri dan sektor-sektor modern lainnya.

Sebagian besar (70% atau lebih) populasi pada sektor pertanian pedesaan

merupakan sumber utama bagi kebutuhan tenaga kerja yang meningkat di

sektor pertanian (Arsyad, 1992:271-272).

7. Strategi pembangunan pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor perekonomian yang

memberikan kontribusi terbesar di Kabupaten Pacitan. Namun, kontribusi

sektor pertanian tersebut semakin menurun setiap tahunnya. Selain itu,

Page 33: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

17

sektor pertanian memiliki laju pertumbuhan yang paling lambat

dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan eksistensi dan peranan sektor pertanian di Kabupaten

Pacitan perlu adanya strategi pengembangan sektor pertanian di

Kabupaten Pacitan, baik untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun

jangka panjang. Untuk itu, perlu adanya penelitian tentang strategi

pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Pacitan dengan pendekatan

Tipologi Klassen. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui

klasifikasi sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya di Kabupaten

Pacitan, mengetahui klasifikasi sub sektor pertanian di Kabupaten Pacitan,

serta mengetahui strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten

Pacitan (Susanto, 2008).

Selama empat dasawarsa terakhir, strategi pembangunan pertanian

mengikuti tiga prinsip penting: (1) broad-based dan terintegrasi dengan

ekonomi makro, (2) pemerataan dan pemberantasan kemiskinan, dan (3)

pelestarian lingkungan hidup. Dua prinsip utama telah menunjukkan

kinerja yang baik, karena dukungan jaringan irigasi, jalan-jembatan,

perubahan teknologi, kebijakan ekonomi makro, dan sebagainya. Konsep

revitalisasi pertanian yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pola pikir dan strategi

besar di atas. Karena fenomena Revolusi Hijau serta perspektif konsistensi

tersebut, pencapaian swasembada beras di era 1980-an juga telah diikuti

oleh peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan petani beras di

Indonesia, pemerataan sektor pedesaan dan perkotaan (Arifin, 2008).

8. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah

a. Metode Analisis Location Quantient (LQ)

Analisis LQ digunakan untuk menentukan sektor unggulan

perekonomian daerah. Kriteria pengukuran LQ yaitu bila nilai LQ > 1

berarti nilai produksi sektor tertentu di Kab/kota lebih besar dari sektor

yang sama di tingkat propinsi. Bila nilai LQ < 1 berarti nilai produksi

sektor tertentu di Kab/kota lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat

Page 34: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

18

propinsi, dan bila nilai LQ = 1 berarti nilai produksi sektor tertentu di

Kab/kota sama dengan sektor yang sama pada tingkat provinsi. Bila

nilai LQ >1 berarti sektor tersebut merupakan sektor unggulan di

kabupaten/kota dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak

perekonomian kabupaten/kota. Apabila nilai LQ < 1 berarti sektor

tersebut bukan merupakan sektor unggulan dan kurang potensial untuk

dikembangkan sebagai penggerak perekonomian kabupaten/kota

(Pasaribu, 2005).

Di dalam model ekonomi basis, perekonomian terbagi menjadi

dua yaitu sektor basis dan non basis. Sektor basis disebut juga sektor

ekspor dan akan menentukan perkembangan wilayah. Kedua sektor

memiliki hubungan, dimana jika sektor basis berkembang, maka pada

gilirannya akan meningkatkan pula kegiatan non basis. Hal ini sering

disebut dengan multiplier effect. Untuk mengetahui sektor basis dan

non basis digunakan metode Location Quotient (LQ), sedangkan untuk

effect multiplier digunakan teknik pengganda basis atau multiplier

effect (Anonim, 2009e).

Dengan teknik kuantitatif Location Quotient kita bisa

menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat

kemandirian suatu sektor. Dalam analisis LQ, kegiatan ekonomi suatu

daerah dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

a. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun

di luar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan

industri basis.

b. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini

dinamakan industri non basis atau industri local.

Logika dasar LQ adalah teori basis ekonomi yang intinya adalah

karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar

di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan di

luar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut

(Widodo, 2006:16).

Page 35: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

19

b. Metode Analisis Shift Share (SSA)

Analisis Shift Share merupakan alat analisis yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baik

dari sisi pendapatan maupun dari sisi tenaga kerja di suatu wilayah

pada dua periode waktu. Terdapat 3 (tiga) komponen dalam analisis SS

sebagai berikut: (1) komponen Pertumbuhan Nasional, yaitu perubahan

produksi/kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh

perubahan produksi/kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan

ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi

perekonomian sektoral dan wilayah; (2) komponen Pertumbuhan

Proporsional, yaitu perbedaan sektor dalam hal permintaan produk

akhir, ketersediaan bahan mentah, kebijakan industri dan struktur serta

keragaman pasar; (3) komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, yaitu

perubahan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah terhadap

wilayah lainnya (Anonim, 2009f).

Analisis shift share ini menganalisis perubahan berbagai

indicator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja,

pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari hasil analisis ini akan

diketahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika

dibandingkan secara relative dengan sektor-sektor lainnya, apakah

bertumbuh cepat atau lamban. Hasil analisis ini juga dapat

menunjukkan bagaimana perkembangan suatu wilayah dibandingkan

dengan wilayah lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lamban

(Budiharsono, 2001:123).

Analisis shift share menggunakan tiga informasi dasar yang

berhubungan satu sama lain yaitu : Pertama, pertumbuhan ekonomi

referensi propinsi atau nasional (national growth effect), yang

menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional

terhadap perekonomian daerah. Kedua , pergeseran proporsional

(proportiona l sh ift), yang menunjukkan perubahan relative kinerja

suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi

Page 36: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

20

propinsi atau nasional. Pergeseran proporsional (proportiona l shift)

disebut juga pengaruh bauran industri (industri mix). Pengukuran ini

memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah

terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat

ketimbang perekonomian yang dijadikan referensi. Ketiga, pergeseran

diferensial (differential sh ift) yang memberikan informasi dalam

menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah dengan

perekonomian yang dijadikan referensi. Jika pergeseran diferensial

dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut relative lebih

tinggi daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada

perekonomian yang dijadikan referensi. Pergeseran diferensial disebut

juga pengaruh keunggulan kompetitif (Widodo, 2006:112-113).

c. Metode Analisis Input Output (IO)

Analisis input output (I-O) banyak diterapkan di dalam proses

perencanaan pengembangan wilayah. Hal ini karena model I-O dapat

diimplementasikan secara empirik pada bidang dimana keterbatasan

data dan teori yang belum cukup berkembang membatasi ruang

lingkup penelitian dan perencanaan. Hambatan terbesar yang dihadapi

oleh lembaga-lembaga perencanaan, terutama di daerah, dalam

menggunakan analisis I-O antara lain adalah : (1) biaya yang relatif

besar dalam pengumpulan data; (2) data pokok yang belum memadai

dan (3) keterbatasan kemampuan teknis. Akan tetapi kalau kendala-

kendala tersebut dapat diatasi maka model I-O ini merupakan model

yang canggih untuk merencanakan ekonomi suatu wilayah secara

terintegrasi (Budiharsono, 2001:44).

Menurut Jhingan (2007:592) Analisa input-output

menunjukkan kepada kita bahwa di dalam perekonomian secara

keseluruhan terkandung saling hubungan dan saling ketergantungan

industrial. Input suatu industri merupakan output industri lainnya dan

sebaliknya, sehingga akhirnya saling hubungan antarmereka membawa

ke arah ekuilibrium antara penawaran dan permintaan di dalam

Page 37: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

21

perekonomian secara keseluruhan. Batubara adalah input bagi industri

baja dan baja adalah input bagi industri batubara, kendati keduanya

merupakan output dari masing-masing industri yang bersangkutan.

Sebagian besar kegiatan ekonomi memproduksi barang-barang antara

(input) untuk digunakan lebih lanjut dalam pembuatan barang-barang

akhir (output).

d. Metode Analisis Tipologi Klassen

Menurut Widodo (2006:120-122) teknik Tipologi Klassen

dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur

pertumbuhan sektoral daerah. Analisis ini mendasarkan

pengelompokkan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan

kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Dengan

menggunakan analisis Tipologi Klassen, suatu sektor dapat

dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yaitu: sektor prima, sektor

potensial, sektor berkembang, dan sektor terbelakang. Penentuan

kategori suatu sektor ke dalam empat kategori di atas didasarkan pada

laju pertumbuhan kontribusi sektoral dan rerata besar kontribusi

sektoralnya terhadap PDRB, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Matrik Tipologi Klassen

Rerata Kontribusi Sektoral

Terhadap PDRB

Rerata Laju

Pertumbuhan Sektoral

Y sektor > Y PDRB

Y sektor < Y PDRB

r sektor > r PDRB Sektor Prima Sektor Berkembang

r sektor < r PDRB Sektor Potensial Sektor T erbelakang

Sumber : Widodo, 2006

Y sektor = nilai kontribusi sektor ke i

Y PDRB = rata-rata PDRB

r sektor = laju pertumbuhan sektor ke i

r PDRB = laju pertumbuhan PDRB

Page 38: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

22

Hasil pemetaan dari analisis Tipologi Klassen di atas, bila dikaitkan

dengan kegiatan perencanaan untuk pengembangan ekonomi daerah di

masa mendatang, antara lain dapat dilakukan dengan menentukan

strategi pengembangan menurut periode waktu yang dapat dilakukan

dalam tiga tahap yaitu prioritas pengembangan ekonomi untuk masa

jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Matriks Strategi Pengembangan Jangka Pendek (1-5th)

Jangka Menengah (5-10th)

Jangka Panjang (10-25th)

- sektor prima - sektor berkembang menjadi sektor prima

- sektor terbelakang menjadi sektor berkembang

- sektor berkembang menjadi sektor prima

Sumber : Widodo, 2006

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui

gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-

masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah

berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah

dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata

pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan

per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi-

bagi menjadi empat klasifikasi, yaitu : daerah cepat maju dan cepat

tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan

(high income but low growth ), daerah berkembang cepat (high growth

but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low

income) (Pasaribu, 2005).

C. Ke rangka Teori Pe nde katan Masalah

Perencanaan merupakan tahapan penting untuk dilalui dalam sebuah

proses pembangunan karena dalam praktiknya pembangunan yang akan

dilakukan akan menemui berbagai hambatan. Perencanaan diperlukan sebagai

arahan bagi proses pembangunan untuk mencapai tujuan yang diinginkan,

Page 39: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

23

selain itu perencanaan juga dapat digunakan sebagai tolok ukur dari

keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan. Karena dari perencanaan

yang matang atau jelas prosesnya dalam mencapai tujuan yang diinginkan

maka gambaran pembangunan di masa yang akan datang dapat lebih jelas.

Pembangunan adalah suatu transformasi dalam arti perubahan struktural, yaitu

perubahan dalam struktur ekonomi masyarakat yang meliputi perubahan pada

perimbangan-perimbangan keadaan yang melekat pada landasan kegiatan

ekonomi dan bentuk susunan ekonomi (Djojohadikusumo, 1994:2).

Pelaksanaan otonomi daerah memungkinkan pemerintah daerah

mempunyai kewenangan yang lebih besar untuk mengurus dan

mengembangkan daerahnya. Tujuan dari pembangunan (baik ekonomi

maupun nonekonomi) yang dilakukan pemerintah daerah adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Daerah Kabupaten

Banjarnegara mencakup dua sektor yaitu sektor perekonomian dan sektor non

perekonomian. Sektor perekonomian dibagi menjadi sektor pertanian dan

sektor non pertanian dimana masing-masing sektor tersebut memberikan

sumbangan yang beragam bagi Kabupaten Banjarnegara. Sektor pertanian

terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman

perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor

perikanan. Sektor non pertanian terdiri dari sektor pertambangan dan

penggalian; sektor industri; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan;

sektor perdagangan; sektor angkutan; sektor bank dan lembaga keuangan

lainnya; dan sektor jasa-jasa.

Klasifikasi sektor perekonomian dan pertanian di Kabupaten

Banjarnegara dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan Tipologi

Klassen. Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola

dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Berdasarkan

klasifikasi Tipologi Klassen maka sektor perekonomian dan sektor pertanian

di Kabupaten Banjarnegara diklasifikasikan menjadi sektor dan/atau subsektor

prima, sektor dan/atau subsektor potensial, sektor dan/atau subsektor

berkembang, sektor dan/atau subsektor terbelakang. Berdasarkan klasifikasi

Page 40: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

24

sektor perekonomian dan sektor pertanian tersebut dapat ditentukan strategi

pengembangan sektor perekonomian dan sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara baik strategi pengembangan jangka pendek (1-5 tahun), jangka

menengah (5-10 tahun), maupun jangka panjang (10-25 tahun). Hasil rumusan

strategi pengembangan yang telah ditentukan berdasarkan periode waktu

tersebut dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah

daerah, sehingga akan mempermudah pemerintah daerah dalam menyusun

rencana pembangunan daerah Kabupaten Banjarnegara. Dengan demikian,

perencanaan pembangunan daerah merupakan tindak lanjut dari penetapan

strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

Gambar alur kerangka pemikiran dalam penelitian Strategi

Pengembangan Sektor Pertan ian di Kabupaten Banjarnegara (Pendekatan

Tipologi Klassen) dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 41: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

25

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran dalam Penentuan Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara (Pendekatan Tipologi Klassen)

Pembangunan Daerah Kabupaten Banjarnegara

Sektor Non Perekonomian

Sektor Pertanian 1. Subsektor tabama 2. Subsektor tan. perkebunan 3. Subsektor peternakan 4. Subsektor kehutanan 5. Subsektor perikanan

Sektor Non Pertanian 1. Pertambangan & Penggalian 2. Industri 3. Listrik, Gas, & Air Bersih 4. Bangunan 5. Perdagangan 6. Angkutan 7. Bank dan Lembaga Keuangan

lainnya 8. Jasa-jasa

Otonomi Daerah

Tipologi Klassen

Klasifikasi Sektor Perekonomian & Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara

Sektor Perekonomian

Prima

Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian & Sektor Pertanian

Jangka Pendek 1-5 T ahun

Jangka Menengah 5-10 T ahun

Jangka Panjang 10-25 T ahun

Potensial Berkembang Terbelakang

1. Pendidikan 2. Keagamaan 3. Pemerintahan 4. Pemuda dan olahraga,

dll

Page 42: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

26

D. Pe mbatasan Masalah

1. Alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif

perekonomian suatu wilayah meliputi Location Quotient, Sh ift Sh are

Ana lysis, input-output analysis, linear programing, analisis sistem neraca

sosial ekonomi maupun pendekatan Tipologi Klassen. Penelitian ini

menggunakan alat analisis berupa Tipologi Klassen. Keunggulan dari alat

analisis Tipologi Klassen ini adalah dapat diklasifikasikan sektor

perekonomian dan sektor pertanian menjadi sektor atau subsektor prima,

sektor atau subsektor potensial, sektor atau subsektor berkembang, sektor

atau subsektor terbelakang. Kemudian setelah diketahui klasifikasi tersebut

dapat ditentukan strategi pengembangan sektor perekonomian dan sektor

pertanian baik strategi pengembangan jangka pendek, jangka menengah,

maupun jangka panjang.

2. Acuan perumusan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjarnegara; Laporan Keterangan

Pertanggung Jawaban Kepala Daerah Dinas Pertanian, Perikanan dan

Peternakan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; dan Laporan Keterangan

Pertanggung Jawaban Kepala Daerah Dinas Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Banjarnegara tahun 2008.

3. Penentuan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara pada jangka panjang (10-25 tahun) hanya sebatas pada saat

penelitian, tanpa memperhatikan kondisi riil di Kabupaten Banjarnegara

yang akan terjadi pada 10-25 tahun yang akan datang (kondisi masyarakat,

kondisi perekonomian, dan pemerintahan).

E. De finisi Ope rasional dan Pengukuran Variabel

1. Klasifikasi adalah pengelompokkan yang sistematis pada sejumlah objek,

gagasan, atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu

berdasarkan ciri-ciri yang sama. Berdasarkan pengertian tersebut maka

definisi klasifikasi dalam penelitian ini adalah pengelompokkan sektor

Page 43: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

27

dan/atau subsektor berdasarkan laju pertumbuhan dan kontribusi sektor

perekonomian dan/atau pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

2. Sektor secara umum adalah lapangan usaha yang mencakup beberapa unit

produksi yang terdapat di dalam suatu perekonomian.

3. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

4. Prima dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti yang terutama atau

terbaik. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi sektor dan/atau

subsektor prima dalam penelitian ini adalah sektor dan/atau subsektor yang

terbaik serta laju pertumbuhannya cepat dan kontribusi PDRB sektor

dan/atau subsektor tersebut lebih besar sama dengan kontribusi PDRB

Kabupaten Banjarnegara.

5. Potensial dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti yang mampu.

Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi sektor dan/atau subsektor

potensial dalam penelitian ini adalah sektor dan/atau subsektor yang

mampu bersaing dengan sektor dan/atau subsektor lainnya dan laju

pertumbuhannya lambat tetapi kontribusi PDRB sektor dan/atau subsektor

tersebut lebih besar sama dengan kontribusi PDRB Kabupaten

Banjarnegara.

6. Berkembang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti menjadi besar

atau menjadi bertambah sempurna. Berdasarkan pengertian tersebut maka

definisi sektor dan/atau subsektor berkembang dalam penelitian ini adalah

sektor dan/atau subsektor yang dapat bertambah menjadi lebih besar

dengan adanya sumber-sumber yang mendukung dan laju pertumbuhannya

cepat tetapi kontribusi PDRB sektor dan/atau subsektor tersebut lebih kecil

sama dengan kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara. Sektor dan/atau

subsektor berkembang dapat diupayakan menjadi sektor dan/atau

subsektor prima dalam jangka waktu menengah.

Page 44: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

28

7. Terbelakang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti menjadi

tertinggal atau belum maju. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi

sektor dan/atau subsektor terbelakang dalam penelitian ini adalah sektor

dan/atau subsektor yang tertinggal atau belum maju daripada sektor

dan/atau subsektor lainnya dan laju pertumbuhannya lambat dan kontribusi

PDRB sektor dan/atau subsektor tersebut lebih kecil sama dengan

kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara. Sektor dan/atau subsektor

terbelakang dapat diupayakan menjadi sektor dan/atau subsektor

berkembang.

8. Kontribusi adalah besarnya sumbangan sektor dan/atau subsektor

perekonomian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Banjarnegara.

Besarnya kontribusi dapat dihitung dengan membandingkan nilai PDRB

sektor dan/atau subsektor dengan total PDRB Kabupaten Banjarnegara

(dalam persen). Adapun kriterianya adalah:

Kontribusi besar : apabila nilai kontribusi sektor dan/atau subsektor lebih

besar atau sama dengan kontribusi PDRB Kabupaten

Banjarnegara.

Kontribusi kecil : apabila nilai kontribusi sektor dan/atau subsektor lebih

kecil atau sama dengan kontribusi PDRB Kabupaten

Banjarnegara.

9. Laju Pertumbuhan adalah perkembangan nilai sektor dan/atau subsektor

(peningkatan atau penurunan). Dalam penelitian ini yang dimaksud laju

pertumbuhan sektor dan/atau subsektor dapat diketahui dengan

menghitung selisih nilai PDRB dari tahun akhir dan tahun awal kemudian

dibagi dengan nilai PDRB tahun awal (dalam persen). Kriteria yang

digunakan adalah:

Tumbuh cepat : apabila laju pertumbuhan sektor dan/atau subsektor

lebih besar atau sama dengan laju pertumbuhan

PDRB Kabupaten Banjarnegara.

Page 45: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

29

Tumbuh lambat : apabila laju pertumbuhan sektor dan/atau subsektor

lebih kecil atau sama dengan laju pertumbuhan

PDRB Kabupaten Banjarnegara.

10. Strategi Pengembangan adalah usaha atau cara (trik) agar suatu hal (objek)

dapat mengalami perkembangan yang bersifat lebih baik/maju.

Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi dari strategi pengembangan

sektor perekonomian dan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara

dalam penelitian ini adalah serangkaian rencana dalam bidang

perekonomian dan pertanian yang berdasarkan laju pertumbuhan dan

kontribusi sektor perekonomian dan sektor pertanian dalam jangka waktu

tertentu. Jangka waktu tersebut adalah jangka pendek (1-5 tahun), jangka

menengah (5-10 tahun), dan jangka panjang (10-25 tahun).

Page 46: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

30

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian

yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah yang aktual, dimana data yang dikumpulkan

mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis karena itu metode ini

sering disebut metode analitik (Surakhmad, 1998:140).

B. Metode Pengambilan Dae rah Pe ne litian

Dalam penelitian ini penentuan lokasi dilakukan secara purposive

(sengaja), yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai

dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Sofian, 1989:155). Penelitian

dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara dengan pertimbangan bahwa

kontribusi sektor pertanian, termasuk di dalamnya subsektor tanaman bahan

makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan, subsektor

kehutanan, dan subsektor perikanan merupakan penyumbang terbesar pada

Produk Regional Domestik Bruto (PDRB). Hal tersebut berdasarkan Tabel 1,

dapat diketahui nilai rata-rata kontribusi PDRB sektor perekonomian yaitu

sektor pertanian sebesar 38,12%; sektor pertambangan dan penggalian sebesar

0,53%; sektor industri sebesar14,35%; sektor listrik, gas dan air bersih sebesar

0,45%; sektor bangunan sebesar 6,61%; sektor perdagangan sebesar 12,95%;

sektor angkutan sebesar 4,14%; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya

sebesar 5,61%; dan sektor jasa-jasa sebesar 17,24%. Selain itu jumlah

penduduk Kabupaten Banjarnegara yang bekerja di sektor pertanian juga

besar. Adapun besarnya penduduk di Kabupaten Banjarnegara yang bekerja

di sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 7.

30

Page 47: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

31

Tabel 7. Banyaknya Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Banjarnegara, 2008

Lapangan Usaha Utama Jenis Kelamin Jumlah T otal

Laki-laki Perempuan Pertanian 129.889 76.143 206.032 Pertambangan & penggalian 3.276 917 4.193 Industri pengolahan 12.581 26.797 39.378 Listrik, gas & air bersih 116 - 116 Bangunan 28.829 - 28.829 Perdagangan, hotel& restoran 31.879 38.571 70.450 Pengangkut an & komunikasi 12.408 45 12.453 Keu, persewaan & js perush 2.852 1.487 4.339 Jasa-jasa 34.993 21.534 56.527 Total 256.823 165.494 422.317

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009b

C. Je nis dan Sumbe r Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengutip data laporan

maupun dokumen dari lembaga atau instansi yang ada hubungannya dengan

penelitian. Data sekunder merupakan data yang terlebih dahulu telah

dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti

(Surakhmad, 1998:163).

Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Banjarnegara; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Kabupaten Banjarnegara; Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan; serta

Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banjarnegara. Data yang

digunakan berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa

Tengah ADHK 2000 tahun 2004-2008; Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjarnegara; Laporan Keterangan

Pertanggung Jawaban Kepala Daerah Dinas Pertanian, Perikanan dan

Peternakan Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; Laporan Keterangan

Pertanggung Jawaban Kepala Daerah Dinas Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Banjarnegara tahun 2008; dan data Banjarnegara Dalam Angka

2008.

Page 48: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

32

D. Metode Analisis Data

1. Klasifikasi Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

Penentuan klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan Tipologi

Klassen. Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha atau komoditi unggulan di

suatu daerah.

Analisis Tipologi Klassen dalam penelitian ini membandingkan

pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara dengan

pertumbuhan PDRB di Kabupaten Banjarnegara dan membandingkan

kontribusi sektor dengan kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara. Hasil

analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan

kontribusi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara. Sektor

perekonomian berdasarkan Tipologi Klassen dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a) Sektor prima

b) Sektor potensial

c) Sektor berkembang

d) Sektor terbelakang

Pengklasifikasian sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Matriks Tipologi Klassen Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

Kontribusi sektoral Laju pertumbuhan sektoral

Kontribusi besar (kontribusi PDRBsektor ≥ kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara

Kontribusi kecil (kontribusi PDRBsektor < kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara

T umbuh cepat (rsektor ≥ rPDRB)

Sektor prima Sektor berkembang

T umbuh lambat (rsektor < rPDRB)

Sektor potensial Sektor terbelakang

Keterangan :

rsektor : laju pertumbuhan sektor ke i

rPDRB : laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara

Page 49: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

33

2. Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

Strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara dapat dilaksanakan dalam jangka pendek, jangka menengah,

dan jangka panjang. Strategi pengembangan sektor perekonomian di

Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Matriks Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

Jangka pendek (1-5 tahun)

Jangka menengah (5-10 tahun)

Jangka panjang (10-25 tahun)

sektor prima

sektor potensial menjadi sektor prima sektor berkembang menjadi potensial

sektor berkembang menjadi sektor potensial sektor prima menjadi sektor prima

Strategi pengembangan sektor perekonomian berdasarkan Tabel 9 terdiri

dari :

a) Strategi jangka pendek

Strategi jangka pendek memanfaatkan sektor perekonomian prima

seoptimal mungkin untuk menopang peningkatan PDRB Kabupaten

Banjarnegara dalam menunjang pembangunan wilayah dan menjaga

keberlangsungan pembangunan perekonomian Kabupaten

Banjarnegara. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan

mempertahankan dan atau meningkatkan laju pertumbuhan dan

kontribusi sektor perekonomian.

b) Strategi jangka menengah

Strategi jangka menengah adalah strategi untuk mengupayakan sektor

perekonomian potensial menjadi sektor perekonomian prima sehingga

apabila sektor perekonomian prima mengalami kemunduran maka

dapat digantikan sektor perekonomian potensial. Selain itu, juga

mengupayakan agar sektor perekonomian berkembang dapat menjadi

sektor perekonomian potensial dengan melakukan strategi

meningkatkan kontribusi sektor perekonomian.

Page 50: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

34

c) Strategi jangka panjang

Strategi jangka panjang mengupayakan sektor perekonomian

berkembang menjadi sektor perekonomian potensial. Strateginya yaitu

dengan meningkatkan kontribusi sektor perekonomian. Sedangkan

untuk mempertahankan sektor perekonomian prima menjadi sektor

perekonomian prima dalam jangka panjang, strateginya dilakukan

dengan mempertahankan dan atau meningkatkan besarnya kontribusi

dan laju pertumbuhan sektor perekonomian.

3. Klasifikasi Subsektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara

Analisis Tipologi Klassen dalam klasifikasi subsektor pertanian di

Kabupaten Banjarnegara membandingkan pertumbuhan subsektor

pertanian di Kabupaten Banjarnegara dengan pertumbuhan PDRB

Kabupaten Banjarnegara dan membandingkan kontribusi subsektor

pertanian dengan kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara. Hasil analisis

tersebut akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan kontribusi subsektor

pertanian di Kabupaten Banjarnegara. Subsektor pertanian berdasarkan

Tipologi Klassen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Subsektor prima

b) Subsektor potensial

c) Subsektor berkembang

d) Subsektor terbelakang

Pengklasifikasian subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara dapat

dilihat pada Tabel 10.

Page 51: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

35

Tabel 10. Matriks Tipologi Klassen Subektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara

Kontribusi sektoral Laju pertumbuhan sektoral

Kontribusi besar (kontribusi PDRBsubsektor ≥kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara

Kontribusi kecil (kontribusi PDRBsubsektor < kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara

T umbuh cepat (rsubsektor ≥ rPDRB)

Subsektor prima Subsektor berkembang

T umbuh lambat (rsubsektor < rPDRB)

Subsektor potensial Subsektor terbelakang

Keterangan :

rsubsektor : laju pertumbuhan subsektor ke i

rPDRB : laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara

4. Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara

Strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Matriks Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara

Jangka pendek (1-5 tahun)

Jangka menengah (5-10 tahun)

Jangka panjang (10-25 tahun)

subsektor prima

subsektor potensial menjadi subsektor prima subsektor berkembang menjadi potensial subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang

subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang subsektor prima menjadi subsektor prima

Strategi pengembangan sektor pertanian berdasarkan Tabel 11 terdiri

dari:

a) Strategi jangka pendek

Strategi jangka pendek memanfaatkan subsektor pertanian prima

seoptimal mungkin untuk menopang peningkatan PDRB Kabupaten

Banjarnegara. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan

mempertahankan dan atau meningkatkan laju pertumbuhan dan

kontribusi subsektor pertanian.

Page 52: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

36

b) Strategi jangka menengah

Strategi jangka menengah adalah strategi untuk mengupayakan

subsektor pertanian potensial menjadi subsektor pertanian prima

sehingga apabila subsektor pertanian prima mengalami kemunduran

maka dapat digantikan subsektor pertanian potensial. Selain itu, juga

mengupayakan agar subsektor pertanian berkembang dapat menjadi

subsektor pertanian potensial dengan melakukan strategi meningkatkan

kontribusi subsektor pertanian. Sedangkan upaya agar subsektor

pertanian terbelakang menjadi subsektor pertanian berkembang dapat

dilakukan strategi dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor

pertanian.

c) Strategi jangka panjang

Strategi jangka panjang mengupayakan subsektor pertanian

terbelakang menjadi subsektor pertanian berkembang. Strateginya

yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor pertanian.

Sedangkan untuk mempertahankan subsektor pertanian prima menjadi

subsektor pertanian prima dalam jangka panjang, strateginya dilakukan

dengan mempertahankan dan atau meningkatkan besarnya kontribusi

dan laju pertumbuhan subsektor pertanian.

Page 53: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

37

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA

A. Ke adaan Alam

1. Letak Geografis

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu Kabupaten di

Propinsi Jawa Tengah yang terletak pada 7°12’-7°31’ LS dan

109°20’10”-109°45’50” BT. Batas-batas wilayah Kabupaten Banjarnegara

adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang

Sebelah Timur : Kabupaten Wonosobo

Sebelah Selatan : Kabupaten Kebumen

Sebelah Barat : Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas

Kabupaten Banjarnegara memiliki 20 kecamatan yaitu Susukan,

Purworejo Kelampok, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Banjarnegara,

Pagedongan, Sigaluh, Madukara, Banjarmangu, Wanadadi, Rakit,

Punggelan, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Wanayasa,

Kalibening dan Pandanarum.

Kabupaten Banjarnegara sebagian besar berada pada ketinggian

100-500 m dpl sebesar 37,04%, kemudian antara 500-1.000 m dpl sebesar

28,74%, lebih besar dari 1.000 m dpl sebesar 24,4% dan sebagian kecil

terletak kurang dari 100 m dpl sebesar 9,82%. Berdasarkan bentuk tata

alam dan penyebaran geografisnya, wilayah Kabupaten Banjarnegara

dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Bagian utara merupakan daerah pegunungan dengan relief

bergelombang dan curam, bagian wilayah ini meliputi kecamatan :

Kalibening, Pandanarum, Wanayasa, Karangkobar, Pagentan,

Pejawaran, Batur, Madukara dan Banjarmangu.

b. Bagian tengah merupakan daerah yang relief datar, merupakan lembah

Sungai Serayu yang subur, bagian wilayah ini meliputi kecamatan :

Banjarnegara (sebagian), Madukara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja,

Page 54: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

38

Purworejo Klampok, sebagian Kecamatan Susukan, Rakit, Wanadadi

dan Banjarmangu.

c. Bagian selatan merupakan daerah pegunungan yang berelief curam,

bagian wilayah ini meliputi kecamatan : Sigaluh, sebagian Kecamatan

Banjarnegara, Pagedongan, Bawang, Mandiraja dan sebagian

Kecamatan Susukan.

2. Curah Hujan

Rata-rata temperatur di Kabupaten Banjarnegara adalah 200-260C

dengan kelembaban udara berkisar 80% - 85%. Curah hujan rata-rata

tahunan adalah 3.202 milimeter, bulan basah lebih besar dari bulan kering.

Curah hujan tertinggi terjadi di kecamatan Banjarnegara sebanyak 4.269

mm per tahun dengan hari hujan 150. Sedangkan curah hujan terendah

terjadi di kecamatan Pejawaran sebesar 2.282 mm per tahun dengan 156

hari hujan.

3. Keadaan Tanah

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Banjarnegara antara lain :

a. Tanah Aluvial dengan asosiasinya berwarna kelabu coklat dan hitam,

sifatnya beraneka ragam. Produktivitas tanah rendah hingga tinggi

sesuai untuk pertanian. Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Batur,

Karangkobar, Purworejo Klampok dan Wanadadi. Luas tanah ini

meliputi 5,40% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara.

b. Tanah Latosol berasosiasi dengan andosol, sifatnya agak asam hingga

netral, warnanya beraneka ragam yaitu, kelabu, coklat, hitam coklat

kemerah-merahan. Tingkat kesuburan tanah sedang sampai tinggi.

Sesuai untuk usaha pertanian, kebun campuran, pertanian sayur-sayuran

dan hutan. Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Susukan, Purworejo

Klampok, Purwonegoro, Wanadadi, Rakit, Bawang, Sigaluh,

Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran, dan Pagentan. Luas

tanah ini meliputi 66,32% dari seluruh luas wilayah Kabupaten

Banjarnegara.

Page 55: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

39

c. Tanah Andosol dengan asosiasinya berwarna coklat, coklat kekuning-

kuningan, bersifat netral sampai asam. Produktivitas tanah sedang

hingga tinggi, cocok untuk tegalan, kebun campuran dan hutan.

Terdapat di Kecamatan Kalibening, Wanayasa, Pejawaran, dan Batur.

Luas tanah ini meliputi 14,50% dari seluruh luas wilayah Kabupaten

Banjarnegara.

d. Tanah Grumosol asosiasinya dengan tanah mediteran, sifatnya agak

netral, warna kelabu hingga hitam, merah kekuning-kuningan, merah

hingga coklat. Produktivitas tanah rendah hingga sedangi, cocok untuk

usaha-usaha persawahan dan tegalan. Terdapat di Kecamatan

Purwonegoro, Mandiraja, Kalibening, Karangkobar, Pagentan, dan

Banjarnegara. Luas tanah ini meliputi 11,72% dari seluruh luas wilayah

Kabupaten Banjarnegara.

e. Tanah Organosol, yaitu tanah yang bersifat asam, berwarna hitam.

Terdiri dari sisa-sisa rumput/tumbuhan yang membusuk. Terdapat di

Kecamatan Batur, luas tanah ini meliputi 0,50% dari seluruh luas

wilayah Kabupaten Banjarnegara.

f. Tanah Litosol, tanah yang beraneka sifat dan warnanya. Jenis tanah ini

kurang baik untuk usaha pertanian. Terdapat di Kecamatan

Banjarnegara dan Punggelan. Luas tanah ini meliputi 1,56% dari

seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara.

4. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970.997 Ha

atau sekitar 3,29% dari luas wilayah Propinsi Jawa Tengah (3,25 juta Ha).

Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap kesuburan tanah sehingga akan

berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan wilayah. Penggunaan

wilayah di Kabupaten Banjarnegara bermacam-macam sesuai dengan

kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan wilayah tersebut. Lebih

jelasnya mengenai penggunaan wilayah Kabupaten Banjarnegara dapat

dilihat pada Tabel 12.

Page 56: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

40

Tabel 12. Penggunaan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara, 2008

No. Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1.

2.

Lahan sawah a. Lahan irigasi teknis b. Lahan irigasi setengah teknis c. Lahan irigasi sederhana d. Lahan irigasi desa/non PU e. Lahan irigasi tadah hujan Bukan lahan sawah a. Bangunan/pekarangan dan halaman b. Tegal/kebun c. Kolam/empang d. Hutan rakyat e. Hutan negara f. Perkebunan (negara/swast a) g. Lainnya

14.634 6.233 696

2.314 1.632 3.759 92.337 15.922 48.233

523 4.517 16.102 1.867 5.173

13,68 5,83 0,65 2,16 1,53 3,51 86,32 14,88 45,09 0,49 4,22 15,05 1,75 4,84

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009b

Tabel 12 menunjukkan bahwa secara umum penggunaan wilayah

di Kabupaten Banjarnegara meliputi 14.634 Ha luas lahan sawah dengan

persentase 13,68% dan 92.337 Ha luas bukan lahan sawah dengan

persentase 86,32%. Penggunaan wilayah untuk lahan sawah yang memiliki

luas terbesar adalah lahan sawah irigasi teknis dengan luas 6.233 Ha dan

persentase 5,83% terhadap luas total sedangkan luas penggunaan wilayah

tanah sawah yang nilainya terkecil adalah lahan irigasi setengah teknis

dengan luas 696 Ha dan persentase 0,65% terhadap luas total. Luasnya

lahan untuk lahan sawah teririgasi menunjukkan bahwa lahan pertanian di

Kabupaten Banjarnegara banyak digunakan untuk mengembangkan

budidaya tanaman bahan makanan yang berupa padi.

Penggunaan wilayah pada bukan lahan sawah terdiri dari

pekarangan/bangunan dan halaman, tegal/kebun, kolam/empang, hutan

rakyat, hutan negara, perkebunan (negara/swasta), dan lain-lain.

Penggunaan luas bukan lahan sawah yang terbesar adalah tegal/kebun

dengan luas 48.233 Ha dengan persentase 45,09% terhadap luas total.

Berbagai komoditi tanaman pangan seperti jagung, ubi kayu, kacang

tanah, kedelai, ubi jalar, dan kacang hijau cocok untuk lahan tegal kebun.

Budidaya tanaman pangan tersebut diusahakan untuk memenuhi

kebutuhan pangan masyarakat di daerah Kabupaten Banjarnegara dan

Page 57: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

41

apabila ada kelebihan produksi dapat digunakan untuk memenuhi

permintaan masyarakat di luar daerah Kabupaten Banjarnegara.

Penggunaan luas bukan lahan sawah yang memiliki luas terkecil

adalah kolam/empang dengan luas 523Ha dan persentase 0,49% terhadap

luas total. Pembagian luas bukan lahan sawah yang lain adalah meliputi

bangunan/pekarangan dan halaman dengan luas 15.922 Ha dan persentase

14,88% terhadap luas total, perkebunan (negara/swasta) dengan luas 1.867

Ha dan persentase 1,75% terhadap luas total, dan lainya dengan luas 5.173

Ha dan persentase 4,84% terhadap luas total. Kabupaten Banjarnegara

memiliki hutan rakyat dengan luas 4.517 Ha dan persentase 4,22%%

terhadap luas total, hutan rakyat tersebut ditanami albasia, mahoni, jati,

pinus. Sedangkan hutan negara di Kabupaten Banjarnegara luasnya 16.102

Ha dan persentase 15,05% terhadap luas total.

B. Ke adaan Pe nduduk

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang besar merupakan aset tersendiri bagi

keberhasilan pembangunan suatu wilayah, mengingat penduduk

merupakan pelaku sekaligus sasaran dari kegiatan pembangunan itu

sendiri. Kepadatan penduduk di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Kepadatan Penduduk Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008

T ahun Luas Wilayah

(km2) Jumlah

Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

Pertumbuhan Penduduk (%)

2004 2005 2006 2007 2008

1.069,71 1.069,71 1.069,71 1.069,71 1.069,71

890.797 897.057 903.059 910.513 917.630

833 839 844 851 858

0,63 0,70 0,66 0,82 0,78

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara, 2009b

Jumlah penduduk di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2008

sebanyak 917.630 jiwa, dengan kepadatan penduduk 858 jiwa per km2 dan

pertumbuhan penduduknya sebesar 0,78%. Seiring dengan jumlah

Page 58: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

42

penduduk yang terus bertambah, kepadatan penduduk dalam kurun waktu

lima tahun terakhir juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2004

kepadatan penduduk sebesar 833 jiwa/km2, sedangkan pada tahun 2008

sudah menjadi 858 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduk tiap tahunnya dari

tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 mengalami perubahan yang

fluktuatif namun cenderung meningkat. Pertumbuhan penduduk yang

paling tinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 0,82% dan pada tahun 2004

sebesar 0,63% merupakan pertumbuhan penduduk yang paling rendah.

Jumlah penduduk yang semakin bertambah tiap tahunnya akan

berpengaruh pada penggunaan lahan di Kabupaten Banjarnegara. Dengan

semakin banyak jumlah penduduk maka lahan pertanian akan semakin

berkurang karena digunakan untuk pemukiman penduduk.

2. Komposisi Pe nduduk

a. Menurut Je nis Ke lamin

Tabel 14. Komposisi Penduduk Kabupaten Banjarnegara Menurut Jenis Kelamin, 2004-2008

T ahun Jumlah Penduduk Berjenis Kelamin Total Laki-Laki Perempuan

2004 2005 2006 2007 2008

445.193 448.240 451.270 454.986 458.656

445.604 448.817 451.789 455.527 458.974

890.797 897.057 903.059 910.513 917.630

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009b

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa jumlah penduduk laki-

laki dan perempuan yang terkecil terjadi pada tahun 2004 yaitu 445.193

jiwa untuk penduduk laki-laki dan 445.604 jiwa untuk penduduk

perempuan. Jumlah penduduk terbesar yaitu pada tahun 2008 sebesar

458.656 jiwa untuk penduduk laki-laki dan 458.974 jiwa untuk

penduduk perempuan. Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah

penduduk di Kabupaten Banjarnegara setiap tahunnya mengalami

peningkatan. Hal ini terjadi karena angka kelahiran setiap tahunnya juga

mengalami peningkatan, angka kematian yang rendah, selain itu juga

Page 59: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

43

dipengaruhi oleh migrasi yang meningkat, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Banyaknya Kelahiran, Kematian, Imigrasi, dan Emigrasi Penduduk di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008

No. Tahun Kelahiran Kematian Imigrasi Emigras i 1. 2. 3. 4. 5.

2004 2005 2006 2007 2008

10.132 10.378 10.724 11.817 12.686

3.959 3.543 4.121 4.128 4.957

1.688 1.080 1.007 1.981 3.839

2.281 1.655 1.661 2.216 3.319

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009b

b. Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk di Kabupaten Banjarnegara menurut

golongan umur akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan di

wilayah tersebut. Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan

penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk

yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun,

sedangkan penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia 15-64

tahun. Komposisi penduduk Kabupaten Banjarnegara berdasarkan

kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Komposisi Penduduk Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan Kelompok Umur, 2008

No. Umur (tahun) Jumlah (jiwa) 1. 2. 3.

0-14 15-59 ≥ 60

264.979 555.358 97.293

Angka Beban Tanggungan 65,23

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009b

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

menurut kelompok umur, pada tahun 2008 penduduk di Kabupaten

Banjarnegara paling banyak merupakan penduduk umur produktif (umur

15-59 tahun), yaitu sebanyak 555.358 jiwa dan yang paling sedikit

adalah kelompok umur lebih dari 60 tahun, yaitu berjumlah 97.293 jiwa.

Page 60: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

44

Jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan jumlah

penduduk usia nonproduktif. Angka Beban Tanggungan (ABT)

penduduk di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2008 adalah sebesar

sebesar 65,23 yang berarti bahwa tiap 100 orang kelompok penduduk

produktif harus menanggung 65,23 (≈65) kelompok yang tidak

produktif. Keadaan tersebut dapat menghambat tercapainya

pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Banjarnegara, karena semakin

tinggi angka beban tanggunggan maka akan semakin besar pula

penduduk nonproduktif yang harus ditanggung penduduk produktif,

sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan

yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk usia non

produktif. Selain itu penduduk dengan jumlah usia non produktif yang

banyak akan menghambat potensi penduduk usia produktif.

C. Ke adaan Pe re konomian

1. Produk Do mestik Regional B ruto/PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2004-2008 atas

dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Banjarnegara untuk setiap

sektornya diperlihatkan pada Tabel 17 berikut ini.

Page 61: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

45

Tabel 17. PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000, 2004-2008 (Ribuan Rupiah)

No Sektor 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 852.506.692

(38,91)

879.834.481

(38,63)

904.050.748

(38,04)

941.666.767

(37,73)

977.037.160

(37,29) 2. Pertambangan dan

Penggalian 11.379.246

(0,52) 11.901.454

(0,52) 12.691.781

(0,53) 13.315.412

(0,53) 14.018.815

(0,54) 3. Industri 325.862.768

(14,87)

329.889.545

(14,48)

338.493.743

(14,24)

353.362.698

(14,16)

366.594.772

(13,99) 4. Listrik, Gas dan Air

Bersih 9.455.925

(0,43) 10.298.199

(0,45) 10.954.499

(0,46) 11.289.211

(0,45) 11.635.502

(0,44) 5. Bangunan 140.454.621

(6,41)

17.036.905

(6,46)

158.632.717

(6,67)

172.080.221

(6,89)

173.592.067

(6,63) 6. Perdagangan 291.650.607

(13,31) 298.122.993

(13,09) 306.521.117

(12,90) 318.037.757

(12,74) 333.486.158

(12,73) 7. Angkutan 88.599.830

(4,04) 92.376.861

(4,06) 100.394.824

(4,22) 105.526.168

(4,23) 108.243.010

(4,13) 8. Bank dan Lembaga

Keuangan lainnya 123.417.826

(5,63) 123.093.752

(5,40) 130.521.416

(5,49) 142.897.381

(5,73) 151.569.479

(5,79) 9. Jasa-jasa 347.835.331

(15,87) 385.063.673

(16,91) 414.431.740

(17,44) 437.610.201

(17,53) 483.812.638

(18,47)

Total PDRB 2.191.162.846 (100)

2.277.617.863 (100)

2.376.694.583 (100)

2.495.785.817 (100)

2.619.989.608 (100)

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009a

Keterangan : Angka dalam kurung merupakan persentase PDRB tiap sektor perekonomian terhadap total PDRB

Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa besarnya PDRB tahun

2004-2008 pada tiap sektor perekonomian selalu mengalami peningkatan

meskipun tidak terlalu tinggi peningkatannya. Dari Tabel di atas diketahui

bahwa pada tahun 2004-2008 sektor pertanian memiliki prosentase

terbesar dalam sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Banjarnegara

yaitu 38,91% pada tahun 2004; 38,63% pada tahun 2005; 38,04% pada

tahun 2006; 37,73% pada tahun 2007; dan 37,29% pada tahun 2008. Hal

ini karena sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi tumpuan hidup

masyarakat Kabupaten Banjarnegara selain itu juga didukung dengan luas

lahan pertanian yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan bukan

pertaniaan yaitu 91.049.000 Ha (64,58%) dari total luas wilayah

Kabupaten Banjarnegara sedangkan untuk lahan bukan pertanian sebesar

36.991.000 Ha (34,58%).

Sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor yang

memberikan sumbangan terkecil terhadap PDRB Kabupaten Banjarnegara

yaitu sebesar 0,43% pada tahun 2004; 0,45% pada tahun 2005; 0,46%

pada tahun 2006; 0,45% pada tahun 2007 dan 0,44% pada tahun 2008.

Page 62: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

46

Kontribusi persentase PDRB Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 ADHK

2000 dapat dilihat pada Gambar 2.

Tiga sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB

Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2004-2008 yaitu sektor pertanian,

industri pengolahan, dan jasa-jasa. Mengingat sektor pertanian, industi

pengolahan, dan jasa-jasa merupakan sektor yang perannya lebih dominan

di Kabupaten Banjarnegara, maka peranan penanaman modal sangat

penting. Hal ini terkait dengan masuknya investasi sebagai penggerak

ekonomi dalam pembangunan potensi unggulan di Kabupaten

Banjarnegara. Melalui investasi diharapkan dapat membuka peluang

kesempatan kerja bagi masyarakat. Sektor jasa menjadi pilihan yang

menarik bagi masyarakat untuk mendapatkan pendapatan ditengah

semakin sulitnya mencari pekerjaan. Adanya obyek wisata Taman

Rekreasi Margasatwa Serulingmas, arung jeram Sungai Serayu, agrowisata

Tambi, Telaga Menjer, pusat kerajinan keramik Klampok, dan Dataran

Tinggi Dieng (Dieng Plateau) memicu perkembangan sektor jasa-jasa di

Kabupaten Banjarnegara yakni ditunjukan oleh banyaknya komplek

Gambar 2. Diagram Kontribusi Prosentase PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 ADHK 2000

37.29

0.54

13.99

6.63

12.73

4.13

5.7918.47

Pertanian

Pertambangan danpenggalianIndustri

Bangunan

Perdagangan

Angkutan

Bank dan lembagakeuangan lainnyaJasa-jasa

Page 63: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

47

pertokoan disekitar obyek wisata sehingga akan meningkatkan sektor

perdagangan di Kabupaten Banjarnegara.

2. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan perkapita merupakan nilai pendapatan per penduduk

pada suatu wilayah pada suatu tahun. Pendapatan perkapita merupakan

salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Pendapatan perkapita

Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006-2008 dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Pendapatan Perkapita Kabupaten Banjarnegara ADHK 2000, 2004–2008

Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 PDRB (Jutaan Rupiah) Penduduk Pertengahan T ahun (Jiwa) PDRB Perkapita (Rupiah)

2.191.162.846 887.936

2.467,704

2.277.617.863 893.794

2.548,258

2.376.694.583 900.162

2.640,297

2.495.785.817 906.364

2.753,624

2.619.989.608 914.037

2.866,393

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009a

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa pendapatan perkapita

Kabupaten Banjarnegara atas dasar harga konstan 2000 dari tahun 2004 ke

tahun 2008 mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 pendapatan

perkapita atas dasar harga konstan sebesar Rp 2.467,704; pada tahun 2007

sebesar Rp 2.548,258; pada tahun 2006 Rp 2.640,297; pada tahun 2007

sebesar Rp 2.640,297; dan pada tahun 2008 sebesar Rp 2.866,393. Dilihat

dari pendapatan perkapita Kabupaten Banjarnegara yang meningkat

tersebut maka dapat diketahui bahwa pembangunan wilayah yang

dilakukan di Kabupaten Banjarnegara telah mampu meningkatkan

pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Banjarnegara.

D. Ke adaan Se ktor Pe rtanian

Sektor pertanian dibagi menjadi lima subsektor, yaitu subsektor

tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor

peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Tahun 2004-2008 atas dasar harga konstan tahun

Page 64: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

48

2000 di Kabupaten Banjarnegara untuk setiap subsektor pada sektor pertanian

diperlihatkan pada Tabel 19 berikut ini.

Tabel 19. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara, 2004–2008 (Ribuan Rupiah)

No Sub Sektor 2004 2005 2006 2007 2008

1. Tanaman Bahan Makanan 735.439.532 760.765.791 780.068.055 812.583.019 845.097.948 2. Tanaman Perkebunan 42.714.456 43.350.948 43.967.827 42.938.723 43.025.209 3. Peternakan 34.752.998 36.437.123 38.259.625 41.507.942 44.756.259 4. Kehutanan 17.984.055 18.489.127 19.876.933 21.299.778 22.722.622 5. Perikanan 21.615.651 20.791.492 21.878.307 23.337.305 21.435.093

Pertanian 852.506.692 879.834.481 904.050.748 941.666.767 977.037.166

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009a

Berdasarkan Tabel 19 dikethaui bahwa besarnya nilai PDRB setiap

subsektor pertanian cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2004

sampai tahun 2008. Hal ini menandakan bahwa potensi masing-masing

subsektor pada sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara cukup baik. Selain

itu dari kelima subsektor pertanian menunjukkan bahwa subsektor tanaman

bahan makanan memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan subsektor

pertanian lainnya, hal ini berarti subsektor tanaman bahan makanan memiliki

peranan penting karena memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB

sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara.

1. Subse ktor Tanaman Bahan Makanan

Pertanian tanaman bahan makanan merupakan salah satu subsektor

dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat.

Kabupaten Banjarnegara sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian

yang memiliki potensi cukup baik. Jenis-jenis komoditi tanaman bahan

makanan di Kabupaten Banjarnegara tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel

20.

Page 65: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

49

Tabel 20. Produksi Komoditi Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) di Kabupaten Banjarnegara, 2008

Jenis Komoditi Produksi (kg)

Padi 140.940.250 Jagung 92.859.920 Ubi kayu 243.296.750 Kacang T anah 4.917.550 Kedelai 139.760 Ubi jalar 3.956.400 Kacang hijau 10.950

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009b

Tabel 20 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 tanaman ubi kayu

mempunyai jumlah produksi tertinggi dibanding komoditi tanaman pangan

lain yaitu dengan jumlah produksi sebanyak 243.296.750 kg. Hal ini karena

penggunaan luas wilayah di Kabupaten Banjarnegara untuk lahan tegal

lebih besar dibanding lahan sawah, sehingga tanaman ubi kayu banyak

dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Banjarnegara. Selain itu ubi kayu

merupakan sumber karbohidrat kedua setelah padi jadi banyak

petani/masyarakat di Kabupaten Banjarnegara yang mengusahakannya.

Tanaman palawija yang diusahakan di Kabupaten Banjarnegara

adalah jagung, ubi kayu, kacang tanah, kedelai, ubi jalar, dan kacang hijau.

Pada tanaman palawija, komoditi ubi kayu mempunyai jumlah produksi

yang terbesar yaitu sebanyak 243.296.750 kg. Sedangkan pada tanaman

palawija yang produksi paling kecil adalah komoditi kacang hijau yaitu

dengan jumlah produksi sebanyak 10.950 kg. Komoditi kacang hijau ini

dibudidayakan hanya seperlunya saja untuk memenuhi kebutuhan daerah

lokal yaitu di Kabupaten Banjarnegara.

Berbagai macam komoditi sayur-sayuran yang dihasilkan di

Kabupaten Banjarnegara yaitu bawang daun, tomat, cabe besar, cabe rawit,

kentang, wortel, bayam, kangkung, kol/kubis, sawi, buncis, kacang

panjang, ketimun, petai, labu siam, kacang merah, dan terung. Adapun

jumlah produksi dari komoditi sayur-sayuran di Kabupaten Banjarnegara

pada tahun 2008 dijelaskan secara rinci pada Tabel 21.

Page 66: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

50

Tabel 21. Produksi Komoditi Sayur-Sayuran di Kabupaten Banjarnegara, 2008

Jenis Komoditi Produksi (kg)

Bawang daun 9.046.700 Tomat 1.719.900 Cabe besar 3.874.600 Cabe rawit 2.647.300 Kentang 133.417.500 Wortel 11.703.800 Bayam 80.500 Kangkung 442.400 Kol/ kubis 153.271.100

Sawi 5.547.900

Buncis 3.894.400 Kacang panjang 306.200 Ketimun 172.500 Petai 1.110.100 Labu siam 140.000 Kacang merah 380.300 Terung 170.000

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009b

Berdasarkan Tabel 21 jenis komoditi sayur-sayuran yang paling

banyak diusahakan oleh petani di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2008

adalah komoditi kol/kubis, yaitu sebesar 9.285.538 kg. Tanaman kol/kubis

banyak diusahakan oleh petani dikarenakan daerah di Kabupaten

Banjarnegara yang sebagian besar berupa dataran tinggi yang beriklim

tropis dengan suhu antara 200-260C sehingga sangat cocok untuk

pembudidayaan tanaman kol/kubis. Selain itu juga didukung banyaknya

sumber mata air sehingga mempermudah dalam pengairannya dan budidaya

tanaman kol/kubis cukup mudah. Komoditi sayuran yang produksinya

paling sedikit pada tahun 2008 adalah bayam yaitu sebesar 80.500 kg.

Komoditi tanaman bahan makanan lainnya adalah buah-buahan juga

banyak dihasilkan oleh petani di Kabupaten Banjarnegara. Berbagai jenis

komoditi buah-buahan yang dihasilkan di Kabupaten Banjarnegara yaitu

pisang, salak, nanas, jambu biji, pepaya, durian, rambutan, duku, jeruk

siam, mangga, manggis, alpukat, belimbing, jambu air, sawo, sirsak,

melinjo, sukun, jeruk besar, dan nangka. Adapun data mengenai jumlah

Page 67: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

51

produksi dari masing-masing komoditi buah-buahan yang dihasilkan di

Kabupaten Banjarnegara disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22. Produksi Komoditi Buah-Buahan di Kabupaten Banjarnegara, 2008

Jenis Komoditi Produksi (kg)

Pisang 10.566.200 Salak 193.662.100

Nanas 51.100 Jambu Biji 284.700 Pepaya 1.383.800 Durian 1.586.000 Rambutan 7.970.600 Duku 306.900 Jeruk Siam 13.516 Mangga 4.997 Manggis 307 Alpukat 606

Belimbing 303

Jambu Air 378 Sawo 721 Sirsak 340 Melinjo 4.722 Sukun 1.300 Jeruk Besar 350 Nangka 35.405

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009b

Komoditi buah-buahan yang paling banyak diproduksi di Kabupaten

Banjarnegara adalah salak yaitu sebanyak 193.662.100 kg. Tanaman salak

banyak diproduksi di seluruh Kabupaten Banjarnegara dan Kecamatan

Madukara adalah sebagai penghasil terbesar komoditi salak. Salak banyak

diproduksi di Kabupaten Banjarnegara karena kondisi topografi Kabupaten

Banjarnegara sangat cocok untuk tumbuh kembang tanaman salak dan

budidaya tanaman salak tergolong mudah sehingga petani banyak yang

membudidayakannya. Tingginya produksi salak di Kabupaten Banjarnegara

ini menjadikan Banjarnegara terkenal dengan salaknya. Salak khas

Banjarnegara ini merupakan hasil persilangan salak lokal dan salah pondoh

(Sleman), yang berukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa, serta

memiliki cita rasa yang wangi, manis, dan legit. Komoditi buah-buahan

yang produksinya paling rendah pada tahun 2008 di Kabupaten

Page 68: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

52

Banjarnegara adalah belimbing, yaitu sebesar 303 kg. Tanaman belimbing

hanya dibudidayakan di enam kecamatan yaitu di Susukan, Mandiraja,

Purwonegoro, Banjarnegara , Madukara dan Banjarmangu.

2. Subse ktor Tanaman Perke bunan

Perkebunan merupakan sektor yang mengusahakan tanaman

perkebunan baik tanaman tahunan maupun tanaman semusim.

Tanaman perkebunan mempunyai peranan sebagai salah satu sumber

devisa sektor pertanian, dan penyedia bahan baku industri sehingga dapat

mengurangi ketergantungan terhadap luar daerah serta berperan dalam

kelestarian lingkungan hidup. Jenis-jenis komoditi perkebunan di

Kabupaten Banjarnegara tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Produksi Komoditi Perkebunan di Kabupaten Banjarnegara, 2008

Jenis Komoditi Produksi (kg) Kapulaga Melati Gambir Aren Lada Pala Kina T eh

59.420 647.280 501.890 99.910 5.170 2.250

1.692.690 T embakau 164.270 Nilam 2.179.890 Kemukus 12.080 Kayu Manis 9.210 Glagah Arjuna 56.040 Cengkeh 22.880 Kelapa Deres Kelapa Hibrida Kelapa Dalam

13.922.910 30.600

9.950.650 Kopi Robusta Kopi Arabika

344.180 76.240

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009b

Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa pada tahun 2008

tanaman perkebunan di Kabupaten Banjarnegara yang memiliki produksi

terbesar adalah kelapa deres sebesar 13.922.910 kg. Hal ini dikarenakan

kelapa di produksi hampir di semua kecamatan di kabupaten Banjarnegara,

seperti di Kecamatan Susukan, Kecamatan Purworejo Klampok,

Page 69: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

53

Kecamatan Mandiraja, Kecamatan Purwonegoro, Kecamatan Bawang,

Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Pagedongan, Kecamatan Sigaluh,

Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Rakit, dan Kecamatan Punggelan.

Tanaman perkebunan di Kabupaten Banjarnegara yang

produksinya terkecil adalah kina yaitu sebesar 2.250 kg. Hal ini karena

produksinya sedikit dan hanya diusahakan di satu kecamatan, yaitu di

Kecamatan Wanayasa. Potensi yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara

adalah tersedianya lahan yang cukup luas untuk budidaya tanaman

perkebunan. Adapun permasalahan yang dialami oleh petani di Kabupaten

Banjarnegara adalah rendahnya pendidikan petani dan rendahnya

permodalan sehingga produksi perkebunan belum optimal.

3. Subse ktor Pe te rnakan

Peternakan di Kabupaten Banjarnegara dibedakan menjadi tiga

kelompok utama yaitu ternak besar, ternak kecil dan unggas.

Ternak besar terdiri dari sapi perah, sapi potong, kerbau, dan kuda.

Jenis ternak kecil yang diusahakan di Kabupaten Banjarnegara adalah

kambing, domba, babi, dan kelinci. Jenis unggas yang diusahakan di

Kabupaten Banjarnegara adalah ayam kampung, ayam ras leyer, ayam

broiler, itik biasa, dan itik manila. Jenis-jenis komoditi peternakan di

Kabupaten Banjarnegara tahun 2008 disajikan dalam Tabel 24 di bawah

ini.

Page 70: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

54

Tabel 24. Jenis-jenis Komoditi Peternakan di Kabupaten Banjarnegara, 2008

Jenis Komoditi Jumlah (Ekor) Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Kambing Domba Babi Kelinci Ayam Kampung Ayam Ras Leyer Ayam Broiler Itik Biasa Itik Manila

13 40.426 2.209

242 178.879 107.272

792 33.207

1.210.144 76.287

1.137.500 64.897 38.251

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009b

Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa jenis ternak besar

yang banyak diusahakan di Kabupeten Banjarnegara adalah sapi potong

yaitu 40.426 ekor dan yang paling sedikit adalah sapi perah yaitu 13 ekor.

Jenis ternak kecil yang paling banyak diusahakan adalah kambing yaitu

178.879 ekor dan yang paling sedikit diusahakan adalah babi yaitu

792 ekor. Sapi dan kambing banyak diusahakan karena mudah dalam

perawatannya selain itu didukung pula oleh adanya pasar hewan yang

berada di Desa Petambakan Kecamatan Madukara, jenis hewan yang

diperdagangkan adalah kambing dan sapi. Pasar hewan Petambakan ini

beroperasi setiap hari Senin, dengan adanya pasar hewan ini akan

memperlancar proses pemasaran hasil ternak di Kabupaten Banjarnegara.

Selain dari Kabupaten Banjarnegara konsumen juga banyak yang berasal

dari Kabupaten lain, yaitu Wonosobo, Purbalingga, Banyumas, Cilacap,

dan Kebumen.

Jenis unggas yang paling banyak diusahakan di Kabupaten

Banjarnegara adalah ayam kampung yaitu 1.210.144 ekor. Hal ini karena

ayam kampung dapat menghasilkan pendapatan yang tinggi, sedangkan

jenis unggas yang paling sedikit diusahakan di Kabupaten Banjarnegara

adalah itik manila yaitu 38.251 ekor. Peternakan di Kabupaten

Banjarnegara ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan protein

Page 71: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

55

hewani penduduk Kabupaten Banjarnegara baik untuk memenuhi

kebutuhan lokal maupun nonlokal sehingga dapat meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan penduduk di Kabupaten Banjarnegara.

4. Subse ktor Kehutanan

Subsektor kehutanan merupakan salah satu subsektor pertanian

yang memberikan kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara. Luas hutan

di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Luas Areal Hutan di Kabupaten Banjarnegara, 2008

Jenis Luas (Ha) 1. Hutan Negara

a. Hutan Wisata (Suaka Alam) b. Hutan Lindung c. Hutan Produksi

2. Hutan Rakyat

82,70

4.634,40 12.546,50 27.540,64

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009b

Berdasarkan pada Tabel 25 dapat diketahui bahwa luas areal hutan

negara terbesar pada tahun 2008 adalah digunakan sebagai hutan produksi

yaitu seluas 12.546,50 Ha, dari hutan produksi ini jenis produksi yang

dihasilkan yaitu tebangan pinus, tebangan damar, tebangan jati, tebangan

mahoni, tebangan rimba campuran, sadapan pinus, sadapan damar, dan

sadapan kopal. Untuk hutan lindung menempati urutan kedua yaitu dengan

luas 4.634,40 Ha, dan luas areal hutan negara terkecil adalah hutan wisata

(suaka alam) yaitu 82,70 Ha. Sedangkan untuk hutan rakyat adalah seluas

27.540,64 Ha.

5. Subse ktor Pe rikanan

Perikanan di Kabupaten Banjarnegara diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan protein hewani bagi penduduk serta dapat meningkatkan

pendapatan. Banyaknya produksi perikanan di Kabupaten Banjarnegara

tahun 2008 berdasarkan obyek yang diusahakan dapat dilihat pada Tabel

26.

Page 72: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

56

Tabel 26. Produksi Subsektor Perikanan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 Berdasarkan Obyek Penangkapan

Obyek Penangkapan Produksi (kg) Perairan umum waduk Perairan umum sungai Perikanan jaring apung

40,365 946,939 14,126

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009b

Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui produksi perikanan di

Kabupaten Banjarnegara terbesar adalah pada perairan umum sungai yaitu

sebesar 946.939 kg. Hal tersebut didukung karena di Kabupaten

Banjarnegara terdapat banyak sungai, antara lain Sungai Tulis, Sungai

Merawu, Sungai Pekacangan, Sungai Gintung, dan Sungai Sapi sehingga

banyak petani yang mengusahan perikanan di perairan sungai. Sedangkan

waduk yang ada di Banjarnegara adalah Waduk Panglima Besar Jenderal

Soedirman. Dari perairan umum waduk dan perairan umum sungai, jenis

ikan yang dibudidayakan hampir sama yaitu ikan tawes, ikan mujahir, dan

ikan nilem, sedangkan dari perikanan jaring apung ikan yang

dibudidayakan adalah nila, mas, tawes, dan lele.

Page 73: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Ke ragaan Umum Sektor Perekonomian Kabupate n Banjarne gara

1. Laju Pertumbuhan Sektor Pe rekonomian Kabupaten B anjarne gara

Kabupaten Banjarnegara merupakan Daerah Tingkat II

(Kabupaten) di Provinsi Jawa Tengah yang melaksanakan otonomi daerah

dalam pembangunan daerahnya. Oleh karena itu Kabupaten Banjarnegara

memiliki kewenangan untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan

pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan aspirasi masyarakat

wilayah tersebut. Adanya otonomi daerah ini mendorong Pemerintah

Daerah Kabupaten Banjarnegara untuk lebih teliti dalam memberdayakan

potensi wilayahnya dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah

sehingga kondisi perekonomian di Kabupaten Banjarnegara dapat lebih

baik atau stabil. Perlu adanya penerapan strategi pembangunan daerah

yang sesuai dengan potensi wilayah Kabupaten Banjarnegara, untuk itu

dibutuhkan adanya pengenalan dan identifikasi potensi yang dimiliki.

Adanya pengenalan dan identifikasi tersebut diharapkan mampu menilai

keadaan perekonomian Kabupaten Banjarnegara sehingga mampu

mendorong pembangunan saat ini maupun pembangunan yang akan

datang di Kabupaten Banjarnegara.

Keragaan umum sektor perekonomian Kabupaten Banjarnegara

salah satunya dapat dilihat dari laju pertumbuhan dan kontribusi sektor

perekonomian di Kabupaten Banjarnegara. Laju pertumbuhan sektor

perekonomian di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 27.

57

Page 74: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

58

Tabel 27. Laju Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 (%)

Sektor Tahun Rata-rata 2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian 3,38 3,21 2,75 4,16 3,76 3,45 Pertambangan & penggalian 3,84 4,59 6,64 4,91 5,28 5,05 Industri 1,41 1,24 2,61 4,39 3,74 2,68 Listrik, gas & air bersih 9,80 8,91 6,39 3,04 3,07 6,24 Bangunan -3,27 4,69 7,89 8,48 0,88 3,73 Perdagangan 2,33 2,22 2,82 3,76 4,86 3,20 Angkutan 7,95 4,26 8,68 5,11 2,57 5,71 Bank & Lembaga keuangan lainnya

7,79 -0,26 6,03 9,48 6,07 5,82

Jasa-jasa 9,24 10,70 7,63 5,59 10,56 8,74 PDRB 3,81 3,95 4,35 5,01 4,98 4,42

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009a

Tabel 27 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Banjarnegara selama kurun waktu lima tahun mengalami

pertumbuhan positif. Hal ini dikarenakan hampir semua sektor

perekonomian di Kabupaten Banjarnegara mengalami pertumbuhan yang

positif. Laju pertumbuhan rata-rata tertinggi adalah sektor jasa-jasa dan

terendah adalah sektor Industri. Tingginya rata-rata laju pertumbuhan

sektor jasa-jasa disebabkan adanya peningkatan pada penggunaan jasa-

jasa. Kegiatan sektor jasa-jasa di Kabupaten Banjarnegara meliputi

pemerintahan dan hankam, dan jasa swasta. Jasa swasta meliputi jasa

sosial kemasyarakatan yang terdiri dari jasa pendidikan, jasa kesehatan,

dan jasa sosial kemasyarakatan lainnya (panti asuhan dan panti wredha);

jasa hiburan dan kebudayaan yang terdiri dari studio radio swasta,

panggung hiburan, dan obyek wisata; sedangkan jasa perorangan dan

rumah tangga terdiri dari jasa perbengkelan, reparasi, jasa perorangan dan

pembantu rumah tangga. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten

Banjarnegara tertinggi yaitu pada tahun 2007 sebesar 5,01 persen dan

terendah yaitu pada tahun 2004 sebesar 3,81. Adapun rata-rata laju

pertumbuhan sektor perekonomian pada tahun 2004-2008 di Kabupaten

Banjarnegara dapat dijelaskan pada Gambar 3.

Page 75: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

59

Gambar 3. Diagram Laju Pertumbuhan Rata-Rata Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008

Laju pertumbuhan pada tahun 2004 terbesar adalah sektor listrik,

gas dan air bersih yaitu sebesar 9,80% dan yang terkecil adalah sektor

bangunan yaitu sebesar -3,27%. Peningkatan laju pertumbuhan di sektor

listrik, gas dan air minum disebabkan adanya peningkatan pembangunan

perumahan guna memenuhi banyakanya permintaan konsumen akan

kebutuhan perumahan sehingga kebutuhan akan listrik meningkat,

pembangunan perumahan lebih banyak berada di Kecamatan yang dekat

dengan pusat kota seperti di Kecamatan Bawang dan Kecamatan

Banjarnegara sendiri.

Pada tahun 2005 laju pertumbuhan ekonomi mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,95%. Laju

pertumbuhan terbesar pada tahun 2005 adalah sektor jasa-jasa yaitu

sebesar 10,70% sedang laju pertumbuhan terkecil dialami oleh sektor

bank dan lembaga keuangan lainnya yaitu sebesar -0,26%. Peningkatan

laju pertumbuhan di sektor jasa-jasa disebabkan adanya peningkatan

penggunaan jasa-jasa seperti jasa pemerintahan dan hankam serta jasa

swasta yang meliputi jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan

kebudayaan, dan jasa perorangan dan rumah tangga.

Page 76: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

60

Pada tahun 2006 laju pertumbuhan terbesar dialami oleh sektor

angkutan yaitu sebesar 8,68% dan laju pertumbuhan terkecil dialami oleh

sektor industri yaitu sebesar 2,61%. Sektor angkutan ini mencakup

kegiatan pengangkutan umum baik untuk barang dan penumpang,

termasuk jasa penunjang komunikasi dan jasa komunikasi.

Laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2007 adalah sektor bank

dan lembaga keuangan lainnya yaitu sebesar 9,48%, sedangkan laju

pertumbuhan terendah adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sebesar

3,04%. Laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 adalah sektor jasa-

jasa yaitu sebesar 10,56%, sedangkan laju pertumbuhan terendah adalah

sektor bangunan yaitu sebesar 0,88%.

2. Laju Pertumbuhan Sektor Pe rtanian Kabupaten B anjarne gara

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian di

Kabupaten Banjarnegara yang memiliki peranan yang penting dalam

pembangunan daerah Kabupaten Banjarnegara. Laju pertumbuhan sektor

pertanian tersebut dapat menunjukkan tingkat perkembangan dari masing-

masing subsektor pertanian yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Adapun

laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara dapat

dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 (%)

Subsektor Pertanian T ahun Rata-rata

2004 2005 2006 2007 2008

T anaman Bahan Makanan 4,65 3,44 2,54 4,17 4,00 3,76

T anaman Perkebunan -16,17 1,49 1,42 -2,34 0,20 -3,08

Peternakan 0,27 4,85 5,00 8,49 7,83 5,29

Kehutanan 7,75 2,81 7,51 7,16 6,68 6,38 Perikanan 10,39 -3,81 5,23 6,67 -8,15 2,07

PDRB 3,38 3,21 2,75 4,16 3,76 3,45

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009a

Berdasarkan Tabel 28 diketahui bahwa selama periode tahun

2004-2008 laju pertumbuhan sektor pertanian adalah positif. Laju

pertumbuhan rata-rata sektor pertanian tertinggi adalah subsektor

Page 77: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

61

kehutanan yaitu sebesar 6,38% dan terendah adalah subsektor tanaman

perkebunan yaitu sebesar -3,08%. Adapun rata-rata laju pertumbuhan

sektor pertanian pada tahun 2004-2008 di Kabupaten Banjarnegara dapat

dijelaskan pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Laju Pertumbuhan Rata-Rata Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008

Pada tahun 2004 laju pertumbuhan terbesar adalah subsektor

perikanan yaitu sebesar 10,39%. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan

produksi perikanan yang didukung dengan adanya balai benih ikan yang

berlokasi di Desa Pucang Kecamatan Bawang yang menyediakan benih-

benih ikan unggul. Selain itu juga didukung dengan adanya pasar ikan

yang berada di Kecamatan Purwonegoro dan Kecamatan Madukara.

Sedangkan laju pertumbuhan terkecil adalah subsektor tanaman

perkebunan yaitu sebesar -16,17%. Hal ini terjadi karena adanya

penurunan produksi komoditi tanaman perkebunan, penurunan produksi

tanaman perkebunan ini disebabkan karena banyak petani yang dulunya

mengusahakan tanaman perkebunan seperti kopi beralih ke tanaman bahan

makanan untuk komoditi buah-buahan berupa salak, karena dari segi

produksi lebih menguntungkan. Tanaman salak bisa di panen setiap 40

hari sekali, sedangkan tanaman kopi merupakan tanaman tahunan yang

Page 78: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

62

hanya bisa dipanen satu tahun sekali, oleh karena itu petani lebih tertarik

untuk mengusahakan tanaman salak.

Gambar 5. Diagram Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Banjarnegara, 2003-2008

Pada tahun 2005 laju pertumbuhan masing-masing subsektor

pertanian cenderung mengalami penurunan dari tahun sebelumnya,

subsektor yang mengalami peningkatan hanya subsektor tanaman

perkebunan dan subsektor peternakan masing-masing yaitu sebesar 1,49%

dan 4,85. Produksi tanaman perkebunan tahun 2005 mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya, komoditi tanaman perkebunan yang

mengalami peningkatan yaitu melati gambir, aren, pala, kina, nilam,

kemukus, cengkeh, kelapa deres, kelapa dalam, dan kopi arabika

(Gambar 5). Laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2005 dialami oleh

Page 79: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

63

subsektor peternakan. Hal ini karena terjadi peningkatan jumlah ternak,

seperti sapi perah, kambing, kelinci, ayam ras layar, ayam broiler, dan itik

biasa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6. Laju pertumbuhan

terkecil pada tahun 2005 dialami oleh subsektor perikanan.

Gambar 6. Diagram Populasi Ternak di Kabupaten Banjarnegara,

2004-2008

Laju pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Banjarnegara pada

tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 2,75% yang pada tahun

sebelumnya sebesar 3,21%. Hal ini terjadi karena subsektor yang

tergabung dalam sektor pertanian juga mengalami penurunan kecuali

subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Laju

pertumbuhan terbesar pada tahun 2006 dialami oleh subsektor kehutanan

yaitu sebesar 7,51%. Hal ini terjadi akibat peningkatan luas areal hutan

suaka alam, hutan produksi dan hutan rakyat di Kabupaten Banjarnegara,

peningkatan luas areal hutan ini diikuti pula dengan peningkatan

produktifitas dari hasil hutan di Kabupaten Banjarnegara. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada Gambar 7. Laju pertumbuhan terkecil adalah subsektor

tanaman perkebunan. Hal ini terjadi karena adanya penurunan produksi

tanaman perkebunan, seperti melati gambir, aren, lada, kapuk randu, pala,

Page 80: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

64

kina, teh, tembakau,nilam, kemukus, glagah arjuna, cengkeh, kelapa deres,

kelapa hibrida dan kopi robusta (Gambar 5).

Gambar 7. Diagram Luas Arel Hutan menurut Fungsinya di Kabupaten Banjarnegara , 2005-2008

Pada tahun 2007 laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara mengalami peningkatan, kecuali subsektor tanaman

perkebunan dan subsektor kehutanan. Subsektor pertanian yang

mengalami laju pertumbuhan paling besar adalah subsektor peternakan

yaitu sebesar 8,49%, sedangkan subsektor pertanian yang mengalami laju

pertumbuhan paling kecil adalah subsektor perkebunan yaitu sebesar

-2,34%. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara menurun menjadi 3,76%. Penurunan ini terjadi karena

subsektor pertanian yang tergabung dalam sektor pertanian juga

mengalami penurunan kecuali subsektor tanaman perkebunan. Laju

pertumbuhan terbesar dialami oleh subsektor peternakan yaitu sebesar

7,83% sedangkan laju pertumbuhan terkecil dialami oleh subsektor

perikanan yaitu sebesar -8,15%.

Page 81: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

65

3. Kontribusi Se ktor Perekonomian Kabupate n Banjarnegara

Salah satu peranan sektor perekonomian Kabupaten Banjarnegara

dalam pembangunan adalah kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten

Banjarnegara. Besarnya kontribusi tersebut dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Kontribusi PDRB Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 (%)

Sektor Tahun Rata-rata 2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian 38,91 38,63 38,04 37,73 37,29 38,12 Pertambangan & penggalian

0,52 0,52 0,53 0,53 0,54 0,53

Industri 14,87 14,48 14,24 14,16 13,99 14,35 Listrik, gas & air bersih 0,43 0,45 0,46 0,45 0,44 0,45 Bangunan 6,41 6,46 6,67 6,89 6,63 6,61 Perdagangan 13,31 13,09 12,90 12,74 12,73 12,95 Angkutan 4,04 4,06 4,22 4,23 4,13 4,14 Bank & Lembaga keuangan lainnya

5,63 5,40 5,49 5,73 5,79 5,61

Jasa-jasa 15,87 16,91 17,44 17,53 18,47 17,24 T otal 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009a

Berdasarkan Tabel 29 diketahui bahwa selama kurun waktu

2004-2008 kontribusi sektor perekonomian mengalami fluktuatif. Nilai

rata-rata kontribusi PDRB terbesar adalah sektor pertanian yaitu sebesar

38,12%. Berdasarkan data kontribusi PDRB di atas sektor pertanian

merupakan sektor andalan utama Kabupaten Banjarnegara. Kondisi ini

dapat dilihat dari tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap

pembentukan PDRB Kabupaten Banjarnegara. Selama kurun waktu 2004-

2008 kontribusi sektor pertanian cenderung mengalami penurunan namun

tetap memberikan kontribusi PDRB terbesar pada sektor perekonomian

Kabupaten Banjarnegara. Hal ini karena adanya peningkatan produksi dari

beberapa subsektor pertanian seperti subsektor peternakan yang

kontribusinya selalu meningkat dan subsektor kehutanan dan subsektor

perikanan yang berfluktuatif cenderung meningkat. Peningkatan produksi

subsektor tersebut didukung berkat adanya perbaikan saluran pemasaran

dengan pemanfaatan keberadaan pasar hewan yang ada di Kecamatan

Page 82: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

66

Madukara dan Kecamatan Purwonegoro, keberhasilan pemerintah dalam

memberikan penyuluhan tentang program rehabilitasi hutan dan lahan

serta pembinaan pengusahaan hasil hutan, dan peran Balai Benih Ikan

(BBI) dalam penyediaan bibit ikan unggul. Nilai rata-rata kontribusi

PDRB terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sebesar 0,45%.

Rendahnya kontribusi pada sektor listrik, gas, dan air bersih dikarenakan

pengaruh debit air di Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman semakin

menurun yang disebabkan oleh sedimentasi waduk yang sudah semakin

memburuk, hal ini menyebabkan PLTA Panglima Besar Jenderal

Soedirman tidak bisa bekerja secara optimal sehingga mengakibatkan

pasokan listrik menjadi berkurang.

4. Kontribusi Se ktor Pertanian Kabupate n Banjarnegara

Salah satu peranan sektor pertanian dalam pembangunan

Kabupaten Banjarnegara adalah kontribusinya terhadap pendapatan

daerah. Besarnya kontribusi sektor pertanian Kabupaten Banjarnegara

dapat dilihat pada Tabel 30 di bawah ini.

Tabel 30. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Banjarnegara, 2004-2008 (%)

Subsektor T ahun Rata-rata 2004 2005 2006 2007 2008

T anaman bahan makanan 33,56 33,40 32,82 32,56 32,26 32,92 T anaman perkebunan 1,95 1,90 1,85 1,72 1,64 1,81 Peternakan 1,59 1,60 1,61 1,66 1,71 1,63 Kehutanan 0,82 0,81 0,84 0,85 0,87 0,84 Perikanan 0,99 0,91 0,92 0,94 0,82 0,91 T otal 38,91 38,63 38,03 37,73 37,29 38,12

Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009a

Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa pada periode tahun

2004-2008 kontribusi sektor pertanian Kabupaten Banjarnegara cenderung

mengalami penurunan. Nilai rata-rata kontribusi terbesar adalah subsektor

tanaman bahan makanan yaitu sebesar 32,92% dan terkecil adalah

subsektor kehutanan yaitu sebesar 0,84%. Kontribusi sektor pertanian

terhadap PDRB Kabupaten Banjarnegara terbesar adalah pada tahun 2004

yaitu 38,91% dan terkecil adalah pada tahun 2007 yaitu 37,29%.

Page 83: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

67

Selama periode tahun 2004-2008 kontribusi terbesar sektor

pertanian terhadap PDRB Kabupaten Banjarnegara adalah subsektor

tanaman bahan makanan yaitu 33,56% pada tahun 2004 namun pada tahun

2008 menurun menjadi 32,26%. Komoditi tanaman bahan makanan (padi

dan palawija) yang mengalami penurunan terutama tanaman padi sawah,

padi ladang, dan ubi kayu (Gambar 8). Produksi padi terus ditingkatkan

karena padi merupakan makanan pokok penduduk. Produksi padi terus

ditingkatkan seiring dengan peningkatan kebutuhan akan pangan sehingga

dengan peningkatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan

masyarakat Kabupaten Banjarnegara khususnya dan masyarakat wilayah

lainnya. Kontribusi terkecil sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten

Banjarnegara adalah subsektor kehutanan. Kontribusi terbesar subsektor

kehutanan adalah pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,82%.

Gambar 8. Diagram Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Banjarnegara , 2003-2008

Kontribusi PDRB subsektor tanaman perkebunan selama periode

tahun 2004-2008 terus mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan

produksi tanaman perkebunan yang mengalami penurunan juga.

Penurunan produksi tanaman perkebunan ini disebabkan karena banyak

petani yang dulunya mengusahakan tanaman perkebunan seperti kopi

Page 84: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

68

beralih ke tanaman bahan makanan untuk komoditi buah-buahan berupa

salak. Dari segi produksi, tanaman salak lebih menguntungkan bila

dibandingkan dengan tanaman kopi, buah salak bisa dipanen sekitar 40

hari sekali sedangkan kopi merupakan tanaman tahunan yang hanya bisa

dipanen satu tahun sekali, sehingga petani lebih tertarik untuk

mengusahakan tanaman salak. Kontribusi terbesar pada tahun 2004 yaitu

sebesar 1,95%. Hal ini disebabkan produksi tanaman perkebunan pada

tahun 2004 mengalami peningkatan terutama adalah kapulaga, aren, lada,

kapuk randu, kina, nilam, kopi robusta, dan kopi arabika (Gambar 5).

Sedangkan kontribusi terkecil terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar

1,64%. Hal ini disebabkan pada tahun 2008 produksi tanaman perkebunan

di Kabupaten Banjarnegara mengalami penurunan, terutama adalah

tanaman kapulaga, lada, kapuk randu, kemukus, cengkeh,dan kelapa dalam

(Gambar 5).

Kontribusi PDRB subsektor peternakan selama periode tahun

2004-2008 mengalami peningkatan. Tahun 2008 kontribusi PDRB

subsektor peternakan di Kabupaten Banjarnegara paling besar selama

periode tahun 2004-2008 yaitu sebesar 1,71% dan kontribusi PDRB

terkecil pada tahun 2004 yaitu 1,59%. Besarnya kontribusi PDRB

subsektor peternakan di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2008 terjadi

karena adanya peningkatan populasi ternak seperti sapi, kerbau, kambing,

domba, babi, kelinci dan jenis unggas (ayam dan itik). Populasi ternak

Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Gambar 6. Peningkatan jumlah

ternak ini terjadi seiring dengan bertambahnya penduduk Kabupaten

Banjarnegara dan meningkatnya pendapatan perkapita sehingga

permintaan akan protein hewani, khususnya daging sapi, daging ayam dan

telur semakin meningkat.

Besarnya kontribusi PDRB subsektor perikanan Kabupaten

Banjarnegara selama periode tahun 2004-2008 mengalami fluktuatif

cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan produksi subsektor perikanan

yang fluktuatif juga. Kontribusi PDRB subsektor perikanan yang paling

Page 85: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

69

besar terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,99% dan pada tahun 2008

kontribusi PDRB subsektor perikanan adalah yang paling kecil yaitu

sebesar 0,82%.

B. Klasifikasi Sektor Perekonomian dan Se ktor Pe rtanian Kabupaten

Banjarnegara Be rdasarkan Tipolog i Klassen

1. Klasifikasi Se ktor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara

Berdasarkan Tipologi Klassen

Klasifikasi Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara dapat

dilakukan dengan salah satu pendekatan yaitu pendekatan Tipologi

Klassen. Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis ekonomi

regional, yaitu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran

tentang pola dan struktur pertumbuhan suatu daerah. Tipologi Klassen

juga merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

sektor prioritas atau unggulan suatu daerah.

Pengklasifikasian sektor perekonomian yang menjadi prioritas atau

unggulan suatu daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu besarnya

kontribusi dan tingkat laju pertumbuhan sektor perekonomian terhadap

PDRB Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan Tipologi Klassen sektor

perekonomian Kabupaten Banjarnegara dapat diklasifikasikan menjadi

sektor prima, sektor potensial, sektor berkembang dan sektor terbelakang.

Klasifikasi sektor perekonomian Kabupaten Banjarnegara berdasarkan

Tipologi Klassen dapat dilihat pada Tabel 31.

Page 86: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

70

Tabel 31. Matriks Tipologi Klassen Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

Kontribusi Sektoral

Laju Pertumbuhan Sektoral

Kontribusi Besar (Kontribusi PDRBSektor ≥

Kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara)

Kontribusi Kecil (Kontribusi PDRBSektor <

Kontribusi PDRB Kabupaten

Banjarnegara)

T umbuh Cepat (rsektor≥rPDRB)

Sektor Prima : Sektor jasa-jasa, Sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, Sektor angkutan

Sektor Berkembang: Sektor pertambangan dan penggalian, Sektor listrik, gas dan air bersih

Tumbuh Lambat(rsektor<rPDRB)

S ektor Potensial: Sektor pertanian, Sektor industri, Sektor perdagangan, Sektor bangunan

Sektor Terbelakang: -

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 12

Berdasarkan Tabel 31 dapat diketahui bahwa dari hasil Pendekatan

Tipologi Klassen, diperoleh klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara terdiri atas tiga kategori yaitu sektor prima, sektor potensial,

dan sektor berkembang. Penjelasan secara rinci mengenai hasil klasifikasi

sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:

a. Sektor Prima

Sektor prima adalah sektor perekonomian yang memiliki laju

pertumbuhan lebih besar dari pada laju pertumbuhan PDRB Kabupaten

Banjarnegara dan memiliki kontribusi yang lebih besar dari pada

kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan hasil

Pendekatan Tipologi Klassen, yang termasuk kategori sektor prima di

Kabupaten Banjarnegara, yaitu sektor jasa-jasa; sektor bank dan

lembaga keuangan lainnya; dan sektor angkutan. Sebagai sektor prima

sektor-sektor tersebut memiliki keunggulan lebih dan peranan yang

penting dalam pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Banjarnegara

dan merupakan sektor perekonomian terbaik dibandingkan sektor

perekonomian lainnya.

Sektor jasa-jasa di Kabupaten Banjarnegara meliputi

pemerintahan dan hankam, dan jasa swasta. Jasa swasta meliputi jasa

Page 87: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

71

sosial kemasyarakatan yang terdiri dari jasa pendidikan, jasa kesehatan,

dan jasa sosial kemasyarakatan lainnya (panti asuhan dan panti

wredha); jasa hiburan dan kebudayaan yang terdiri dari studio radio

swasta, panggung hiburan, dan obyek wisata; sedangkan jasa

perorangan dan rumah tangga terdiri dari jasa perbengkelan, reparasi,

jasa perorangan dan pembantu rumah tangga. Obyek wisata yang ada di

Kabupaten Banjarnegara antara lain yaitu Taman Rekreasi Margasatwa

Serulingmas, arung jeram Sungai Serayu, agrowisata Tambi, Telaga

Menjer, pusat kerajinan keramik Klampok, dan Dataran Tinggi Dieng

(Dieng Plateau). Adanya obyek wisata tersebut akan memicu

perkembangan sektor jasa-jasa di Kabupaten Banjarnegara

Sektor bank dan lembaga keaungan lainnya didukung dengan

adanya bank, kantor-kantor asuransi, pegadaian, koperasi simpan

pinjam, lembaga keuangan lainnya, persewaan bangunan tempat

tinggal, dan jasa perusahaan. Bank pemerintah yang ada di Kabupaten

Banjarnegara yaitu BRI, BPD, BNI, dan Mandiri; sedangkan bank

swasta yang ada yaitu BCA, Danamon, dan Lippo. Perusahaan asuransi

yang ada di Kabupaten Banjarnegara yaitu Bumi Putra dan Jiwa sraya.

Sektor angkutan sebagai sektor prima didukung dengan

bertambahnya jumlah armada angkutan, penyediaan fasilitas yang

menunjang kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, bongkar

muat, jasa penunjang lainnya, serta didukung jasa komunikasi yang

mencakup jasa pos dan giro, dan telekomunikasi. Untuk terminal dan

perpakiran mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan

lalu lintas kendaraan atau armada yang membongkar atau mengisi

muatan, baik barang maupun penumpang. Terminal yang ada di

Kabupaten Banjarnegara yaitu Terminal Induk Banjarnegara yang

berada di Kecamatan Banjarnegara dan sub-sub terminal lain yang ada

di kecamatan lainnya. Di Kabupaten Banjarnegara tidak terdapat

terminal peti kemas atau terminal bongkar muat khusus, karena di

Kabupaten Banjarnegara sendiri tidak terdapat stasiun kereta api, jalur

Page 88: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

72

kereta api Purwokerto-Wonosobo yang melewati Banjarnegara sudah

dinon-aktifkan sejak awal tahun 1980. Adanya fasilitas-fasilitas

pendukung tersebut dapat meningkatkan pendapatan dari sektor

angkutan. Dengan meningkatnya pendapatan sektor angkutan secara

otomatis akan meningkatkan sumbangan terhadap pendapatan daerah

Kabupaten Banjarnegara melalui pajak. Potensi tersebut harus

dimanfaatkan dengan optimal yaitu dengan memanfaatkan fasilitas-

fasilitas tersebut dengan baik dan mendorong masyarakat yang

bersangkutan untuk mengembangkan usahanya.

Sektor jasa-jasa; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya;

dan sektor angkutan meskipun telah mampu memberikan kontribusi

yang besar dan laju pertumbuhan yang cepat, akan tetapi pada tahun

tertentu masih mengalami laju pertumbuhan yang negatif sehingga

diperlukan pengembangan yang lebih lanjut sehingga sektor prima tetap

dapat menjadi sektor prima dan memberikan peranan yang besar

terhadap pengembangan ekonomi di Kabupaten Banjarnegara.

b. Sektor Potensial

Sektor potensial adalah sektor perekonomian yang mempunyai

laju pertumbuhan yang lambat akan tetapi kontribusinya besar

dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Banjarnegara. Sektor

pertanian; sektor industri; sektor perdagangan; dan sektor bangunan

merupakan sektor potensial yang berarti keempat sektor tersebut

mampu bersaing dengan sektor perekonomian lainnya dan pertumbuhan

keempat sektor tersebut lambat, akan tetapi memiliki kontribusi PDRB

lebih besar daripada kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara.

Sebagai sektor potensial sektor pertanian, sektor industri, sektor

perdagangan, dan sektor bangunan di Kabupaten Banjarnegara

diupayakan terus dikembangkan dengan meningkatkan laju

pertumbuhan sektor tersebut sehingga laju pertumbuhannya bisa lebih

besar dari PDRB Kabupaten Banjarnegara. Adapun potensi yang

dimiliki sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara adalah sumber

Page 89: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

73

daya yang melimpah baik dari sumber daya alam maupun sumber daya

manusianya. Sumber daya alam di Kabupaten Banjarnegara yang

meliputi letak geografis, iklim dan cuaca serta tanah yang cocok untuk

pengembangan pertanian dan sebagian besar penduduk di wilayah

tersebut adalah petani.

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang penting bagi

pembangunan di Kabupaten Banjarnegara yaitu sebagai penyumbang

PDRB terbesar ketiga dan dengan adanya sektor industri tersebut dapat

meyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk di wilayah Kabupaten

Banjarnegara. Di Kabupaten Banjarnegara terdapat beberapa industri

kerajinan rakyat, antara lain keramik, mebel bambu, anyaman bambu,

sangkar burung dan batu bata. Kecamatan Klampok terkenal sebagai

sentra industri kerajinan keramik. Lokasi sentra industri ini mudah

dicapai, karena berada pada jalur Banjarnegara-Banyumas. Di

sepanjang jalan ini perajin menjadikan rumahnya sekaligus sebagai

show room.

Sektor perdagangan termasuk di dalamnya hotel dan restoran

sebagai sektor potensial didukung dengan bertambahnya jumlah

swalayan, restoran dan fasilitas pendukung lainnya sehingga dapat

meningkatkan pendapatan dari sektor tersebut. Sedangkan sektor

bangunan di Kabupaten Banjarnegara mencakup semua pembangunan

fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, dam,

irigasi, dan jaringan listrik air. Kelancaran pembanguan di sektor ini

didukung adanya kontraktor baik domestik maupun kontraktor yang

berasal dari luar daerah Kabupaten Banjarnegara, selain itu juga

didukung oleh instansi pemerintah baik pusat maupun daerah. Dengan

meningkatnya pendapatan sektor tersebut secara otomatis akan

meningkatkan sumbangan terhadap pendapatan daerah Kabupaten

Banjarnegara melalui pajak.

Page 90: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

74

c. Sektor Berkembang

Sektor perekonomian Kabupaten Banjarnegara yang termasuk

sektor berkembang adalah sektor pertambangan dan penggalian serta

sektor listrik, gas dan air bersih. Hal ini berarti sektor tersebut memiliki

laju pertumbuhan yang cepat, akan tetapi memiliki kontribusi PDRB

lebih kecil daripada kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara. Sektor-

sektor tersebut dapat bertambah besar dengan adanya sumber-sumber

yang mendukung. Adapun sumber-sumber pendukung tersebut seperti

tersedianya sarana prasarana dari Pemerintah maupun masyarakat

Kabupaten Banjarnegara. Wilayah selatan Kabupaten Banjarnegara

(Kecamatan Banjarnegara, Bawang, Purwonegoro, dan Mandiraja)

merupakan daerah penghasil bahan tambang golongan C. Bahan

tambang yang dihasilkan antara lain batu gamping, feldspar, lempung,

diorite-granodiorite, marmer, andesit, batu lempeng, dan breksi. Di

Kabupaten Banjarnegara juga terdapat waduk yaitu waduk Panglima

Besar Jenderal Soedirman, dimana waduk tersebut dimanfaatkan

sebagai PLTA yang dikelola oleh PT Indonesia Power. PT Indonesia

Power adalah unit bisnis pembangkit listrik terbesar di Jawa yang

pengoperasian pembangkit listriknya mencakup Jawa dan Bali dan

tersebar di 8 lokasi, salah satunya yaitu PLTA Panglima Besar Jenderal

Soedirman. Adanya sumber daya pendukung tersebut harus dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin sehingga dapat meningkatkan nilai

dari produk tersebut dan menjadikan sektor tersebut lebih maju ke arah

potensial.

2. Klasifikasi Subsektor Pertanian Kabupaten Banjarne gara

Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang berperan penting

dalam pembangunan Kabupaten Banjarnegara. Untuk itu pemerintah

Kabupaten Banjarnegara harus memilih dan menentukan kebijakan yang

tepat dalam pengembangan dan peningkatan sektor pertanian. Dalam

menentuan kebijakan yang tepat diperlukan suatu identifikasi sektor

pertanian. Dengan menggunakan Tipologi Klassen subsektor pertanian

Page 91: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

75

Kabupaten Banjarnegara dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan

menjadi subsektor prima, subsektor potensial, subsektor berkembang dan

subsektor terbelakang. Klasifikasi subsektor pertanian Kabupaten

Banjarnegara berdasarkan Tipologi Klassen dapat dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32. Matriks Tipologi Klassen Subsektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara

Kontribusi Sektoral

Laju Pertumbuhan Sektoral

Kontribusi Besar (Kontribusi PDRBSubsektor≥

Kontriusi PDRB Kabupaten Banjarnegara)

Kontribusi Kecil (Kontribusi PDRBSubsektor

< Kontribusi PDRB Kabupaten

Banjarnegara)

Tumbuh Cepat (rSubsektor≥rPDRB)

Subsektor Prima: Subsektor peternakan

Subsektor Berkembang: Subsektor kehutanan

Tumbuh Lambat (rSubsektor <rPDRB)

Subsektor Potensial: Subsektor tanaman bahan makanan, Subsektor perkebunan

Subsektor Terbelakang: Subsektor perikanan

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 13

Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui bahwa dari hasil Pendekatan

Tipologi Klassen, diperoleh klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara yang terdiri atas empat kategori yaitu subsektor prima,

subsektor potensial, subsektor berkembang dan subsektor terbelakang.

Penjelasan secara rinci mengenai hasil klasifikasi sektor pertanian di

Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:

a. Subsektor Prima

Subsektor pertanian yang termasuk subsektor prima adalah

subsektor peternakan, yang berarti subsektor peternakan merupakan

sektor yang terbaik dan memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan

subsektor lainnya karena memiliki pertumbuhan cepat serta kontribusi

yang lebih besar dibandingkan kontribusi PDRB Kabupaten

Banjarnegara. Sebagai subsektor prima maka subsektor peternakan

dapat bersaing dengan subsektor lainnya untuk itu pemerintah berupaya

Page 92: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

76

untuk mengembangkan subsektor peternakan agar dapat meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kabupaten

Banjarnegara pada khususnya dan wilayah lainnya.

Komoditas andalan Kabupaten Banjarnegara untuk subsektor

peternakan adalah kambing, domba, dan sapi potong. Hal ini didukung

oleh iklim di Kabupaten Banjarnegara yang cocok untuk

mengembangkan ternak tersebut. Lokasi penyebaran kambing terdapat

di seluruh Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, dengan tingkat

populasi ternak kambing tertinggi ada di Kecamatan Wanayasa 22.758

ekor, Kecamatan Pagentan 17.203 ekor, Kecamatan Karangkobar

14.628 ekor, dan Kecamatan Punggelan 14.056 ekor. Keistimewaan

jenis ternak domba adalah cepat gemuk, karena pengaruh pola

makannya yang tinggi. Lokasi penyebaran domba terdapat di seluruh

Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, dengan tingkat populasi ternak

domba tertinggi di Kecamatan Wanayasa 20.904 ekor, Kecamatan

Batur 17.349 ekor, dan Kecamatan Pejawaran 16.033 ekor. Disamping

peternakan kambing dan domba, juga berkembang peternakan sapi

potong. Budaya ternak sapi potong merupakan salah satu usaha

sampingan para petani. Lokasi penyebaran sapi potong terdapat di

seluruh Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, dengan tingkat populasi

ternak sapi potong tertinggi di Kecamatan Wanayasa 8.047 ekor,

Kecamatan Kalibening 5.593 ekor, Kecamatan Karangkobar 4.678

ekor, dan Kecamatan Bawang 3.188 ekor.

b. Subsektor Potensial

Subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan

merupakan subsektor potensial. Hal ini berarti subsektor tanaman bahan

makanan dan subsektor perkebunan di Kabupaten Banjarnegara

merupakan subsektor yang laju pertumbuhannya lambat akan tetapi

memiliki kontribusi yang besar. Sebagai subsektor potensial, subsektor

tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan ini mampu bersaing

dengan subsektor lainnya dengan potensi yang dimiliki. Komoditas

Page 93: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

77

andalan Kabupaten Banjarnegara untuk subsektor tanaman bahan

makanan adalah padi, palawija (jagung dan ubi kayu), buah-buahan

(salak), dan sayur-sayuran (kentang dan kol/kubis). Produksi ubi kayu

Kabupaten Banjarnegara terkonsentrasi di tiga kecamatan yaitu

Purwonegoro, Bawang, dan Banjarnegara, di kecamatan lainnya juga

menghasilkan ubi kayu namun dalam jumlah yang lebih sedikit.

Sedangkan produksi jagung banyak dihasilkan oleh Kecamatan

Pagetan, Kalibening, dan Purwonegoro. Sementara itu komoditas

andalan buah-buahan yaitu salak terkonsentrasi di Kecamatan

Banjarmangu, Madukara, dan Sigaluh. Kabupaten Banjarnegara

merupakan penghasil terbesar kubis dan kentang di tingkat Propinsi

Jawa Tengah. Tanaman kubis cocok dikembangkan di Kecamatan

Wanayasa, Batur, dan Pejawaran, sedangkan tanaman kentang cocok

dikembangkan di Kecamatan Batur, Pejawaran, Wanayasa.

Komoditas andalan Kabupaten Banjarnegara untuk subsektor

perkebunan adalah teh. Untuk meningkatkan produktifitas teh,

Pemerintah Kabupaten Banjarnegara tengah mengembangkan teh bibit

unggul yang disebut teh Gambung. Variates Gambung dikembangkan

di sentra perkebunan teh di Kalibening. Perkebunan teh di Kabupaten

Banjarnegara tersebar di tujuh kecamatan, meliputi Kalibening,

Karangkobar, Wanayasa, Pandanarum, Pejawaran, Batur, dan Pagentan.

Pengolahan hasil pucuk teh dikelola oleh PT. Pagilaran di desa

Jatilawang, kecamatan Wanayasa dan PT. Jatilawang Sejahtera di desa

Grogol, kecamatan Pejawaran.

c. Subsektor Berkembang

Subsektor Kehutanan merupakan subsektor berkembang, hal ini

berarti subsektor kehutanan merupakan subsektor yang

pertumbuhannya cepat namun kontribusinya lebih kecil dibandingkan

kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara. Selain itu subsektor

kehutanan merupakan subsektor yang dapat bertambah besar lagi

dengan adanya pemanfaatan potensi sumber daya hutan. Adapun

Page 94: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

78

pemanfaatan potensi sumber daya hutan antara lain yaitu dengan

pembinaan pengusaha hasil hutan; memonitoring, evaluasi dan

pelaporan peredaran hasil hutan; pengembangan hasil hutan non kayu

(lebah madu); serta pengembangan bibit tanaman kehutanan. Jenis

tanaman yang paling banyak di tanam di areal kawasan hutan di

Kabupaten Banjarnegara adalah pinus, yang tersebar di Kecamatan

Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Bawang, Banjarmangu,

Pagedongan, Sigaluh, Madukara, Punggelan, Karangkobar, dan

Kalibening. Sementara itu jenis produksi yang dihasilkan oleh hutan di

Kabupaten Banjarnegara baik itu hutan rakyat maupun hutan negara

yaitu tebangan pinus, tebangan damar, tebangan jati, tebangan mahoni,

tebangan rimba campuran, sadapan pinus, sadapan damar, dan sadapan

kopal.

d. Subsektor Terbelakang

Subsektor pertanian yang termasuk subsektor terbelakang adalah

subsektor perikanan. Hal ini berarti subsektor perikanan merupakan

subsektor yang tertinggal dibandingkan subsektor lainnya dan

pertumbuhannya lambat serta kontribusinya kecil. Yang menyebabkan

subsektor perikanan ini menjadi subsektor yang terbelakang adalah

karena ketersediaan pakan alami yang masih tergantung pada alam,

penurunan mutu induk dan benih ikan, tingginya harga pakan,

terbatasnya modal bagi pembudidaya, produksi yang tidak kontinyu,

lemahnya kelembagaan Pokdakan (kelompok pembudidaya ikan),

peralatan yang tidak ramah lingkungan, dan rendahnya kesadaran

masyarakat dalam mengkonsumsi ikan.

Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Banjarnegara harus

menentukan dan mengambil kebijakan dan strategi untuk

pengembangan subsektor tersebut agar tidak tertinggal oleh subsektor

lainnya dan dapat meningkatkan kesejahteraan. Selain itu subsektor

perikanan merupakan subsektor yang dapat bertambah besar lagi

dengan adanya sumber-sumber yang mendukung. Adapun sumber-

Page 95: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

79

sumber tersebut yaitu adanya pengembangan bibit ikan unggul,

pendampingan pada kelompok tani pembudidaya ikan dan pembinaan

serta pengembangan perikanan dari Distankannak. Meski tak memiliki

tambak atau laut warga Kabupaten Banjarnegara mengembangkan

perikanan dengan menggunakan sistem karamba (jala apung) dan mina

padi (perikanan di sawah. Sistem karamba dengan memanfaat Waduk

Mrica (Panglima Besar Jenderal Soedirman) di Kecamatan Wanadadi

dan Bawang. Pada lokasi itu tersebar ratusan karamba uktuan 7x10

meter berisi ikan gurame, tawes, nila gift atau lele. Ikan Gurame

merupakan komoditas unggulan sektor perikanan Kabupaten

Banjarnegara. Hasilnya dikirim ke kota besar di Jawa untuk keperluan

restoran/rumah makan, ikan jenis ini tidak hanya diperlihara di

karamba, tetapi juga dipelihara di kolam dan sungai/saluran irigasi.

Sentra budidaya ikan gurame terdapat di Kecamatan Sigaluh, Purworejo

Klampok, Purwonegoro, Bawang, Wanadadi, Madukara, Banjarmangu

dan Rakit.

C. Strate gi Pengembangan Sektor Perekonomian dan Sektor Pe rtanian di

Kabupate n Banjarnegara

1. Strategi Pe ngembangan Sektor Pe rekonomian di Kabupaten

Banjarne gara

Hasil klasifikasi sektor perekonomian dengan pendekatan Tipologi

Klassen di atas dapat digunakan sebagai acuan dalam merumuskan

perencanaan pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Banjarnegara

dengan membuat strategi pengembangan sektor perekonomian. Dalam

penentuan strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara ini didasarkan pada hasil klasifikasi Tipologi Klassen di atas

yang dibagi berdasarkan tiga periode waktunya yaitu jangka pendek (1-5

tahun), jangka menengah (5-10 tahun) dan jangka panjang (10-25 tahun).

Untuk mengetahui strategi pengembangan sektor perekonomian maka

digunakan matriks strategi pengembangan sektor perekonomian. Hasil

Page 96: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

80

matriks strategi pengembangan untuk sektor perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33. Matriks Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

Jangka Pendek (1-5th)

Jangka Menengah (5-10th)

Jangka Panjang (10-25th)

Sektor Prima Strateginya yaitu tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya kontribusi dari sektor prima, melalui upaya: - Peningkatan pelayanan

kesehatan pada sektor jasa berkaitan dengan peningkatan kinerja tenaga kerja

- Peningkatan kerjasama bank, koperasi dan LKM dengan UMKM

- Peningkatan sarana dan prasarana angkut an

Sektor Potensial menjadi Sektor Prima

Strateginya dengan dengan meningkatkan laju pertumbuhan sektor potensial, melalui upaya: - Pembangunan STA (sub

terminal agrobisnis) - Promosi produk-produk

industri - Peningkatan sarana dan

prasarana sektor perdagangan

Sektor Berkembang menjadi

Sektor Potensial Strateginya yaitu dengan meningkatkan kontribusi sektor berkembang melalui upaya : - Peningkatan kualiatas SDM

pekerja tambang - Peningkatan pasokan listrik

Sektor Berkembang menjadi Sektor Potensial

Strateginya yaitu dengan meningkatkan kontribusi sektor berkembang melalui upaya : - Peningkatan teknologi

pada sektor pertambangan dan penggalian

Sektor Prima menjadi

Sektor Prima Strateginya yaitu tetap mempertahankan laju pertumbuhanny a yang cepat dan besarnya kontribusi dari sektor prima melalui upaya: - Perluasan jaringan jalan

dan fasilitasnya

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 14

Strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara merupakan suatu perencanaan dalam bidang perekonomian

di Kabupaten Banjarnegara yang berupaya untuk mengembangkan sektor

perekonomian yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Penjelasan

mengenai strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten

Banjarnegara dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Strategi pengembangan sektor perekonomian jangka pendek

Strategi pengembangan jangka pendek dilakukan dengan

periode waktu antara 1-5 tahun. Strategi pengembangan yang

diterapkan yaitu dengan mempertahankan sektor prima tetap menjadi

sektor prima. Strategi untuk mempertahankan sektor prima dilakukan

Page 97: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

81

dengan pengoptimalan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten

Banjarnegara untuk mempertahankan kontribusi dan laju pertumbuhan

sektor prima sehingga sektor prima tetap menjadi sektor prima.

Berdasarkan hasil Pendekatan Tipologi Klassen diketahui bahwa sektor

perekonomian yang termasuk sektor prima di Kabupaten Banjarnegara

yaitu sektor jasa-jasa; sektor bank dan lembaga keuangan lainnya; dan

sektor angkutan. Untuk mengoptimalkan subsektor prima dan

mempertahankannya agar tetap menjadi subsektor prima diperlukan

suatu alternatif strategi jangka pendek, yaitu dengan:

1) Peningkatan pelayanan kesehatan pada sektor jasa berkaitan dengan

peningkatan kinerja tenaga kerja

Banyaknya penduduk Banjarnegara yang masih hidup di

bawah garis kemiskinan yaitu 112,984 KK atau 50,21% dari jumlah

KK keseluruhan (225.023 KK) mengakibatkan rendahnya tingkat

derajat kesehatan di Kabupaten Banjarnegara. Mahalnya biaya

pengobatan ke Puskesmas atau rumah sakit menyebabkan

masyarakat miskin Banjarnegara lebih memilih ke pengobatan

alternatif yang biayanya jauh lebih murah. Selain itu pelayanan

kesehatan dari pihak puskesmas atau rumah sakit yang kurang

memuaskan, antara lain yaitu masalah administrasi yang terlalu sulit

dan ribet terutama adalah bagi masyarakat yang kurang mampu yang

berobat menggunakan kartu berobat keluarga miskin. Oleh sebab itu

perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan dari pihak puskesmas

atau rumah sakit.

Peningkatan pelayanan kesehatan misalnya berupa premi

asuransi kesehatan bagi non PNS, bantuan pemakaman pasien yang

tidak mampu, dan bantuan biaya perawatan pasien tidak mampu.

Adanya peningkatan pelayanan kesehatan ini akan sangat membantu

masyarakat yang kurang mampu, hal tersebut akan mendorong

masyarakat untuk lebih memilih puskesmas atau rumah sakit sebagai

tempat berobat ketimbang ke pengobatan-pengobatan alternalif.

Page 98: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

82

Apabila tingkat kesehatan meningkat maka kinerja masyarakat untuk

bekerja juga akan meningkat.

2) Peningkatan kerjasama bank, koperasi dan LKM (Lembaga

Keuangan Mikro) dengan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan

Menengah)

Kerjasama antara bank, koperasi dan LKM sangat

mendukung pemberdayaan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan

Menengah). Namun kerjasama tersebut saat ini di Kabupaten

Banjarnegara belum terkoordinir secara baik dan belum dilaksanakan

secara berkesinambungan. Sebagian besar lembaga-lembaga

keuangan formal tersebut melaksanakan pelayanan kredit kepada

UMKM secara sendiri-sendiri. Kerjasama ketiga lembaga ini sangat

diperlukan untuk mendukung pemberdayaan UMKM, hal-hal yang

perlu diperhatikan untuk menunjang kelancaran kerjasama tersebut

adalah : (1) adanya peta dimana koperasi dan LKM mengadakan

kegiatan pemberdayaan UMKM; (2) adanya informasi tentang

dimana UMKM belum mendapat pelayanan permodalan; (3) adanya

suatu sosialisasi dari pemerintah kepada bank, koperasi dan LKM

dan anggota masyarakat yang akan dilayani, untuk melaksanakan

kerjasama ini; (4) adanya koordinasi yang baik antara bank,

koperasi, dan LKM dengan UMKM di dalam pelaksanaan kerjasama

ini; serta (5) melaksanakan kerjasama ini secara berkesinambungan.

3) Peningkatan sarana dan prasarana angkutan

Kegiatan ekonomi yang menyangkut distribusi barang dan

jasa memiliki keterkaitan dengan sarana dan prasarana angkutan

(transportasi). Pembangunan perekonomian daerah sangat tergantung

pada sarana dan prasarana transportasi yang dimiliki. Di Kabupaten

Banjarnegara prasarana jalan yang ada meliputi jalan negara

sepanjang 57,673 km dengan kondisi baik sepanjang 12,470 km dan

kondisi sedang 45,203 km; jalan provinsi sepanjang 84,49 km

dengan kondisi baik sepanjang 25,200 km dan kondisi sedang 59,290

Page 99: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

83

km; dan jalan kabupaten dengan panjang 834,690 km dengan kondisi

baik sepanjang 602,740 km, kondisi sedang 48,660 km, kondisi

rusak 100,750 km dan kondisi rusak berat 82,540 km. Sedangkan

untuk sarana angkutan di Kabupaten Banjarnegara hingga saat ini

telah menjangkau hampir sampai kepelosok desa. Ketersediaan

sarana, prasarana, dan penunjang jasa transportasi harus ditingkatkan

sehingga akan mempercepat pemerataan pembangunan dalam

pertumbuhan ekonomi daerah.

b. Strategi pengembangan sektor perekonomian jangka menengah

Strategi pengembangan jangka menengah dilakukan dengan

periode waktu antara 5-10 tahun. Dalam penentuan strategi

pengembangan ini, ada dua alternatif strategi yang dapat direncanakan,

yaitu mengupayakan sektor potensial menjadi subsektor prima dan

mengupayakan sektor berkembang menjadi sektor potensial.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sektor perekonomian di

Kabupaten Banjarnegara yang termasuk sektor perekonomian potensial

adalah sektor pertanian, sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor

bangunan. Sedangkan yang termasuk sektor perekonomian berkembang

adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor bangunan.

Adapun alternatif strategi pengembangan jangka menengah di

Kabupaten Banjarnegara yaitu:

1) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan

sektor potensial menjadi sektor prima

a) Pembangunan STA (Sub Terminal Agrobisnis) pada sektor

pertanian

Pemasaran hasil sebagai faktor penentu keberhasilan

sebuah usaha masih menjadi kendala utama bagi petani. Posisi

petani dalam rantai pemasaran masih sangat lemah. Beberapa

sebab yang menjadikan lemahnya posisi petani dalam rantai tata

niaga antara lain adalah pangsa pasar petani relatif terbatas,

komoditas yang dihasilkan umumnya cepat rusak, lokasi produksi

Page 100: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

84

yang relatif terpencil sehingga kesulitan akses transportasi

pengangkutan hasil produksi, kurangnya informasi harga dan

kebijakan pemerintah masih jauh dari menguntungkan petani.

Oleh karena itu diperlukan pendekatan kebijakan berupa

kelembagaan pasar lelang misalnya dengan pembangunan Sub

Terminal Agribisnis (STA). Di Kabupaten Banjarnegara sendiri

belum terdapat Sub Terminal Agrobisnis, selama ini pemasaran

produk-produk pertanian langsung dijual ke pasar-pasar

tradisional baik di Kabupaten Banjarnegara maupun ke

Kabupaten lain seperti Kabupaten Purbalingga, Kabupaten

Banyumas, Kabupaten Purwokerto, Kabupaten Kebumen, dan

Kabupaten Cilacap.

Adanya STA diharapkan nantinya akan mengubah sistem

pemasaran menjadi lebih efisien dibandingkan dengan pemasaran

di pasar-pasar biasa. Kebutuhan pasar bagi produk-produk

pertanian (misalnya: sayuran dan buah-buahan) akan tertampung

dan terpasarkan. Kegiatan jual beli yang berlangsung di STA

terjadi antara penjual produk pertanian dalam hal ini petani atau

pedagang pengumpul dengan pembeli baik pedagang besar

maupun konsumen dengan cara negosiasi (tawar menawar)

dengan patokan harga dari petani, sehingga diharapkan petani

tidak dirugikan. Dengan model STA ini petani selaku penjual

dapat membuat margin (patokan) harga terhadap produk-produk

petani. Adanya STA ini juga akan membuka peluang dan

mengembangkan jaringan pasar global komoditas agro serta

sebagai ajang transfer informasi dan teknologi pertanian, sehingga

kesejahteraan petani akan lebih meningkat.

b) Promosi produk-produk industri

Produk industri Kabupaten Banjarnegara antara lain yaitu

mebel bambu, anyaman bambu, sangkar burung, batu bata, dan

keramik, semua produk industri tersebut merupakan industri

Page 101: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

85

kerajinan rumah tangga yang termasuk ke dalam industri kecil

dan sedang. Produk industri unggulan di Kabupaten Banjarnegara

adalah keramik yang bersentra di Kecamatan Purworejo

Klampok. Kecamatan Purworejo Klampok berjarak 30 Km dari

Ibukota Banjarnegara ke arah barat menuju Purbalingga,

Banyumas dan Purwokerto. Industri Kramik Purworejo Klampok

ini tergolong unik karena masih menggunakan teknik tradisional

yaitu dengan teknik putar. Dalam hal promosi produk-produk

industri Kabupaten Banjarnegara masih kurang, sebagai contoh

kerajinan keramik yang berada di Kecamatan Purworejo Klampok

hanya mempromosikan hasil-hasil produksinya lewat show room.

Show room tersebut merupakan rumah tinggal perajin keramik

sendiri yang berada di pinggiran jalan pada jalur Banjarnegara-

Banyumas.

Promosi atas produk industi unggul daerah di Kabupaten

Banjarnegara bisa dilakukan melalui kegiatan ekspo, yang

biasanya diadakan satu tahun sekali. Ekspo diselenggarakan

dalam rangka merayakan hari jadi Kabupaten Banjarnegara.

Dalam 3 tahun terakhir ini kegiatan ekspo tidak hanya diikuti oleh

peserta dari Kabupaten Banjarnegara, namun sudah diikuti oleh

kabupaten lain. Adanya kegiatan ekspo ini akan sangat membantu

untuk memperkenalkan produk-produk unggulan Kabupaten

Banjarnegara terhadap masyarakat luas.

c) Peningkatan sarana dan prasarana sektor perdagangan, hotel, dan

restoran

Jumlah Pasar di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 23

pasar yang terdiri dari Pasar Umum 20, Pasar Hewan 2 dan Pasar

Buah 1. Hotel di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 9 yang

semuanya merupakan hotel non bintang. Untuk keseluruhannya

baik perdagangan, hotel, maupun restoran dari tahun ke tahun

mengalami perkembangan yang baik, hal ini terlihat dari laju

Page 102: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

86

pertumbuhan yang terus mengalami peningkatan. Akan tetapi

sarana dan prasarana sektor perdagangan, hotel, dan restoran ini

perlu ditingkatkan.

Pembangunan perdagangan, hotel, dan restoran selain itu

juga mempunyai peran yang strategis dalam upaya mempercepat

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, memberikan sumbangan

dalam penciptaan lapangan usaha dan kesempatan kerja. Oleh

karena itu perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana pada

sektor perdagangan, hotel, dan restoran untuk menunjang

pembangunan sektor tersebut. Peningkatan sarana dan prasarana

meliputi perbaikan dan peningkatan fasilitas-fasilitas utama

maupun penunjang, serta permudahan dalam perijinan suatu

usaha.

2) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan

sektor berkembang menjadi sektor potensial

a) Peningkatan kualiatas SDM pekerja tambang

Kabupaten Banjarnegara mempunyai kekayaan alam

galian C yang melimpah seperti batu gamping, feldspar, lempung,

diorite-granodiorite, marmer, andesit, batu lempeng, dan breksi

yang tersebar di Kecamatan Bawang, Banjarnegara,

Purwonegoro, Punggelan, Wanayasa, Pejawaran, Karangkobar,

Banjarmangu, Pagentan dan Sigaluh. Diorite-granodiorite

merupakan bahan tambang galian C dengan cadangan terkira

terbesar dan terluas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

34. Diorit- granodiorite digunakan untuk bahan bangunan dan

lainnya, yang lokasi penyebarannya terdapat di kecamatan

Bawang, Banjarmangu, Karangkobar, Pagentan dan Wanayasa.

Page 103: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

87

Tabel 34. Potensi Bahan Baku Pengolahan Batu Alam/ Bahan Lainnya di Kabupaten Banjarnegara

No Bahan baku Cadangan terkira (m3) Luas (Ha)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Batu gamping Feldspar Lempung Diorite-granodi orite Marmer Andesit Batu lempeng Breksi

12.372.000 55.943.846

199.249.450 289.195.000

18.688.000 42.797.506

200.000.000 100.000.000

20 400 220

1.000 50 80

800 10

Sumber: Anonim, 2008g

Sistem penambangan yang selama ini dilakukan adalah

penambangan terbuka dan dilakukan sendiri oleh pemilik lahan

dengan menggunakan tenaga manusia tanpa adanya bantuan alat

modern yang mampu mengoptimalkan penambangan. Hasil

tambang masih dijual dalam bentuk crude/galian yang hanya

memberikan nilai tambah rendah. Padahal jika hasil tambang

dikelola dengan baik akan memiliki nilai jual yang tinggi.

Peningkatan SDM ini dilakukan dengan adanya pembinaan dan

penyuluhan dari pemerintah mengenai teknologi dan inovasi baru.

Penyuluhan mengenai inovasi baru misalnya adalah tentang cara

penambangan dengan alat yang modern, cara pengolahan hasil

tambang sehingga hasil tambang tidak lagi dijual dalam bentuk

crude dan nantinya akan menambah nilai jual dari hasil tambang

tersebut.

b) Peningkatan pasokan listrik

Listrik mempunyai peranan penting dalam kegiatan

perekonomian, baik sebagai bahan bakar, bahan baku industri,

maupun untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga. Namun

sekarang ini banyak kendala yang dihadapi pemerintah dalam hal

ini adalah PLN dalam memenuhi kebutuhan akan energi listrik,

sehingga tidak heran kalau sekarang ini sering terjadi pemadaman

bergilir. Padahal jika pasokan listrik terganggu maka akan ada

banyak pihak yang dirugikan khususnya adalah industri yang

Page 104: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

88

sangat mengandalkan energi listrik dalam menunjang kegiatan

produksinya. Jika kegiatan produksi terhambat maka akan

berdampak pada penurunan kegiatan ekonomi di Kabupaten

Banjarnegara sendiri.

Oleh karena itu perlu adanya peningkatan pasokan listrik.

Di Kabupaten Banjarnegara terdapat unit pembangkit listrik

tenaga air yaitu PLTA Panglima Besar Jenderal Soedirman,

namun sekarang ini waduk yang mengoperasikan PLTA tersebut

mengalami sedimentasi yang sudah menghawatirkan. Adanya

sedimentasi akan mengurangi debit air Waduk Panglima Besar

Jenderal Soedirman belum lagi apabila memasuki musim

kemarau, sudah pasti debit air akan berkurang, sehingga kerja dari

PLTA Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam pengoperasian

listrik tidak dapat maksimal. Upaya peningkatan pasokan listrik

antara lain adalah dengan peningkatan kesadaran masyarakat di

daerah hulu terutama (Dieng), karena dalam hal bercocok tanam

masyarakat di daerah Dieng masih banyak yang belum

menggunakan sistem pola tanam terasering sehingga apabila

hujan turun tanah akan longsor dan terbawa arus sungai dan

akibatnya akan mengendap di waduk. Hal inilah yang

menyebakan sedimentasi yang semakin parah di Waduk Panglima

Besar Jenderal Soedirman.

Upaya lain untuk meningkatkan pasokan listrik yaitu

dengan memperbaiki hutan di daerah hulu dengan reboisasi, hutan

di daerah hulu ini merupakan areal hutan lindung. Sebagian hutan

di daerah hulu mengalami kerusakan akibat penebangan liar oleh

orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang hanya

mementingkan keuntungan pribadi, selain itu juga sebagian warga

menggunakan areal hutan lindung ini untuk perluasan lahan

tanaman kentang. Salah satu peran penting hutan di daerah hulu

ini yaitu sebagai penampung air bila hujan, sehingga apabila

Page 105: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

89

terjadi musim kemarau yang panjang sungai serayu yang

bermuara ke waduk tidak mengalami kekeringan. Dengan adanya

upaya tersebut, debit air di waduk Jenderal soedirman akan tetap

terjaga pada kondisi yang normal sehingga kerja PLTA dapat

tetap maksimal.

c. Strategi pengembangan sektor perekonomian jangka panjang

Strategi pengembangan jangka panjang dilakukan dengan

periode waktu antara 10-25 tahun. Dalam penentuan strategi

pengembangan ini, ada dua alternatif strategi yang dapat direncanakan,

yaitu mengupayakan sektor berkembang menjadi sektor potensial dan

mempertahankan sektor prima agar tetap menjadi sektor prima.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sektor perekonomian di

Kabupaten Banjarnegara yang termasuk sektor perekonomian potensial

adalah sektor listrik, gas, dan air bersih serta sektor perdagangan.

Adapun alternatif strategi pengembangan jangka menengah di

Kabupaten Banjarnegara yaitu:

1) Strategi pengembangan jangka panjang yang mengupayakan sektor

berkembang menjadi subsektor potensial

a) Peningkatan teknologi pada sektor pertambangan dan penggalian

Selama ini penduduk yang tinggal di daerah pertambangan

dan bekerja sebagai penambang umumnya masih menggunakan

peralatan yang terbatas dan masih bersifat tradisional (misalnya

palu dan tatah), dengan keterbatasan peralatan hasil yang diperoleh

pun tidak banyak. Dalam hal kualitas juga tidak sebaik jika

diproses dengan teknologi canggih. Selain itu, hasil tambang

hanya dijual dalam bentuk crude/galian yang hanya memberikan

nilai tambah rendah. Untuk itu perlu adanya peningkatan

teknologi, alat-alat yang digunakan untuk penambangan perlu di

modernisasi, yang semula masih bersifat manual atau masih

menggunakan peralatan yang sederhana diganti dengan alat-alat

yang berupa mesin. Hal ini diperlukan kerjasama dari pemerintah

Page 106: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

90

dalam pemberian bantuan modal untuk peningkatan teknologi ini,

mengingat bahwa penduduk yang bekerja sebagai penambang ini

kebanyakan masih tergolong masyarakat yang kurang mampu.

2) Strategi pengembangan jangka panjang yang mengupayakan sektor

prima agar tetap menjadi sektor prima

a) Perluasan jaringan jalan pada sektor angkutan

Kondisi jalan-jalan yang ada di Kabupaten Banjarnegara

masih perlu diperhatikan lagi oleh pemerintah. Banyak jalan-jalan

raya yang kondisinya rusak seperti berlubang. Kondisi jalan yang

rusak antara lain Jalan Raya Timur dan Barat Wanadadi, Jalan Raya

Punggelan dan yang terutama yang perlu diperhatikan adalah kondisi

jalan nasional poros tengah (Jalan Raya Banyumas) di mana jalan

tersebut adalah jalan utama di Kabupaten Banjarnegara. Padahal kita

ketahui bahwa fungsi utama dari jalan raya yaitu untuk

meningkatkan aksessibilitas wilayah dan memperlancar transportasi

warga, selain itu juga untuk memperlancar pemasaran hasil

pertanian. Untuk itu diperlukan pembangunan jalan maupun

perluasan jembatan.

2. Strategi Pe ngembangan Sektor Pe rtanian di Kabupaten Banjarne gara

Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Propinsi

Jawa Tengah merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, di

mana sebagian besar masyarakatnya menyandarkan hidupnya dari sektor

pertanian. Pembangunan di sektor pertanian yang dilaksanakan di

Kabupaten Banjarnegara ternyata masih terdapat banyak kendala yang

menghambat laju peningkatan produksi, peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan petani dimana juga akan berdampak negatif pada

pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Banjarnegara. Kondisi tersebut

disebabkan oleh karena lahan garapan yang belum optimal, keterbatasan

modal, lemahnya industri pengolahan hasil pertanian dan pemasaran hasil-

hasilnya serta masih lemahnya kelembagaan ekonomi petani. Keadaan

tersebut diperburuk lagi dengan adanya kecenderungan peningkatan

Page 107: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

91

perubahan fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian. Melihat situasi

seperti itu diperlukan adanya upaya perbaikan kinerja pembangunan di

sektor pertanian, yaitu dengan merumuskan perencanaan strategi-strategi

pengembangan sektor pertanian dalam kerangka pengembangan ekonomi

daerah. Adanya strategi pengembangan yang tepat tersebut diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan daerah yang termasuk di dalamnya

pendapatan dan kesejahteraan petani di Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan hasil klasifikasi sektor pertanian dengan pendekatan

Tipologi Klassen dapat digunakan sebagai acuan dalam merumuskan

perencanaan pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Banjarnegara

dengan membuat strategi pengembangan sektor pertanian. Dalam

penentuan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara ini didasarkan pada hasil klasifikasi Tipologi Klassen di atas

yang dibagi berdasarkan tiga periode waktunya yaitu strategi

pengembangan jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun)

dan jangka panjang (10-25 tahun). Untuk mengetahui strategi

pengembangan sektor pertanian maka digunakan matriks strategi

pengembangan sektor pertanian. Hasil matriks strategi pengembangan

untuk sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara disajikan pada Tabel

35.

Page 108: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

92

Tabel 35. Matriks Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Banjarnegara

Jangka Pendek (1-5th)

Jangka Menengah (5-10th)

Jangka Panjang (10-25th)

Subsektor Prima Strateginya yaitu tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya kontribusi dari subsektor prima, melalui upaya: - Diversifikas i produk hasil

peternakan (daging dan susu)

- Stabilisas i harga hasil peternakan

- Sistem gaduh ternak

Subsektor Potensial menjadi Subsektor Prima

Strateginya dengan dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor potensial, melalui upaya: - Meningkatkan peran

kelompok tani - Pengembangan pertanian

pada lahan kritis - Promosi atas hasil produksi

pertanian unggul daerah - Pelibatan pihak swasta

sebagai mitra petani - Peningkatan kualitas SDM

petani

Subsektor Berkembang menjadi Subsektor Potensial

Strateginya yaitu dengan meningkatkan kontribusi subsektor berkembang melalui upaya : - Pengembangan hasil hutan

non kayu - Pelestarian hutan untuk

menjaga ketersediaan air dan untuk mencegah erosi

Subsektor Terbelakang

menjadi Subsektor Berkembang

Strateginya yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang melalui upaya: - Pengembangan bibit ikan

unggul - Penguatan kelompok

pembudidaya ikan (pokdakan)

Subsektor Terbelakang menjadi Subsektor

Berkembang Strateginya yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang, melalui upaya: - Kerjasama dengan pihak

swasta untuk meningkatkan penjualan produk perikanan

- Memfasilitasi peningkat an akses pembudidaya ikan terhadap sumber permodalan

Subsektor Prima tetap

menjadi Subsektor Prima Strateginya yaitu tetap mempertahankan laju pertumbuhanny a yang cepat dan besarnya kontribusi dari subsektor prima melalui upaya: - Inseminasi buatan pada

ternak - Penelitian dan

pengolahan gizi dan pakan ternak

- Pemanfaatan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan biogas

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 15

Strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten

Banjarnegara dalam penelitian ini adalah serangkaian rencana dalam

bidang pertanian di Kabupaten Banjarnegara dalam jangka waktu tertentu.

Page 109: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

93

Penjelasan mengenai strategi pengembangan sektor pertanian di

Kabupaten Banjarnegara dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Strategi pengembangan subsektor pertanian jangka pendek

Strategi pengembangan jangka pendek dilakukan dengan

periode waktu antara 1-5 tahun. Strategi pengembangan yang

diterapkan yaitu dengan mempertahankan subsektor prima tetap

menjadi subsektor prima. Strategi untuk mempertahankan subsektor

prima dilakukan dengan pengoptimalan potensi yang dimiliki oleh

Kabupaten Banjarnegara untuk mempertahankan kontribusi dan laju

pertumbuhan subsektor prima sehingga subsektor prima tetap menjadi

subsektor prima. Berdasarkan hasil Pendekatan Tipologi Klassen

diketahui bahwa subsektor pertanian yang termasuk subsektor prima di

Kabupaten Banjarnegara yaitu subsektor peternakan. Untuk

mengoptimalkan subsektor prima dan mempertahankannya agar tetap

menjadi subsektor prima diperlukan suatu strategi jangka pendek, yaitu

dengan:

1) Diversifikasi produk hasil peternakan (daging dan susu)

Dari hasil ternak seperti daging, telur ayam, susu, dan kulit

ternak dapat diolah lagi menjadi produk lain. Diversifikasi produk

ini dapat berupa mengolah olahan daging seperti gulai, daging asap,

abon dan lain-lain. Selain itu kulit sapi atau kerbau dapat diolah

menjadi krupuk atau rambak, sedangkan untuk susu misalnya bisa

diolah lagi menjadi yogurt dan keju. Di Kabupaten Banjarnegara

sendiri diversifikasi produk hasil ternak baru meliputi pengolahan

produk yang masih sederhana seperti pembuatan abon, daging asap,

krupuk/rambak, namun jumlahnya masih sangat sedikit. Sedangkan

pengolahan produk susu dari ternak seperti yogurt dan keju di

Kabupaten Banjarnegara masih belum ada yang memproduksinya,

karena terkendala oleh SDM yang rendah sehingga pengetahuan

terhadap pengolahan produk ternak masih sangat kurang.

Kebanyakan masyarakat Banjarnegara menjual produk hasil

Page 110: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

94

ternaknya berupa daging, kulit, dan susu. Untuk susu hanya berasal

dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Pagedongan, Kecamatan

Wanadadi, dan Kecamatan Karangkobar, karena hanya ketiga

kecamatan tersebut dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten

Banjarnegara yang mengusahakan ternak sapi perah. Diversifikasi

produk hasil ternak seperti daging dan susu perlu dikembangkan lagi

karena dengan adanya diversifikasi produk yang lebih beragam akan

menambah nilai jual yang lebih tinggi dan akan menambah daya

tahan dari hasil produk ternak, dan hal ini tentunya akan berdampak

terhadap peningkatan pendapatan peternak.

2) Stabilisasi harga hasil peternakan

Hasil produksi ternak seperti daging, telur, dan susu memiliki

peranan yang penting karena ketiga komoditi ini berfungsi sebagai

sumber protein dan lemak hewani. Dengan fungsinya tersebut

membuat komoditi ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga

memberikan kontribusi yang besar dan menjadikan subsektor

peternakan sebagai subsektor prima di Kabupaten Banjarnegara.

Oleh karena itu stabilisasi harga hasil produksi ternak perlu

dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara.

Stabilisasi harga ini bertujuan supaya peternak tidak mengalami

kerugian karena harga ternak yang tidak stabil akan berimbas pada

pendapatan peternak. Untuk kebijakan stabilisasi harga hasil

produksi ternak ini, kiranya pemerintah perlu mengoptimalkan peran

pasar hewan. Dengan adanya pasar hewan ini diharapkan bisa

menjaga kontinuitas dari hasil produksi ternak. Dengan adanya

stabilisasi harga hasil produksi ternak diharapkan mampu

meningkatkan pendapatan peternak yang dapat meningkatkan pula

pendapatan daerah Kabupaten Banjarnegara.

3) Sistem gaduh ternak

Peningkatan produksi ternak dapat dilakukan dengan

meningkatkan jumlah peternak dengan sistem gaduh ternak. Pada

Page 111: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

95

sistem gaduh ini seseorang bekerja untuk merawat ternak orang lain

yang belum layak jual (nilai jual rendah) sampai ternak tersebut

layak untuk dijul (harga jual tinggi), biasanya dalam jangka waktu 6

bulan sampai dengan 8 bulan perawatan. Dalam hal ini ternak yang

biasa digaduhkan adalah sapi karena melihat harga sapi yang sangat

tinggi apabila dijual dalam keadaan yang gemuk dan sehat. Sistem

yang digunakan pada sistem gaduh adalah bagi hasil, yaitu bagi hasil

atas keuntungan dari penggemukan yang didapat dari penjualan

setelah hewan itu digaduhkan, sehingga hak dari si perawat ternak

adalah ½ dari harga penjualan setelah ternak itu dirawat olehnya.

Adanya sistem gaduh ternak ini peternak akan semakin mudah dalam

mengusahan ternak dan akan semakin mudah dalam mendapatkan

keuntungan dari hasil ternaknya. Gaduh ternak dilakukan oleh

peternak besar kepada peternak kecil.

b. Strategi pengembangan subsektor pertanian jangka menengah

Strategi pengembangan jangka menengah dilakukan dalam

jangka waktu 5-10 tahun. Dalam penentuan strategi pengembangan ini,

ada tiga alternatif strategi yang dapat direncanakan, yaitu

mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima,

mengupayakan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial, dan

mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang.

Berdasarkan hasil Pendekatan Tipologi Klassen diketahui bahwa

subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara yang termasuk

subsektor pertanian potensial adalah subsektor tanaman bahan makanan

dan subsektor perkebunan. Subsektor pertanian yang termasuk

subsektor berkembang adalah subsektor kehutanan sedangakan

subsektor pertanian yang termasuk subsektor terbelakang adalah

subsektor perikanan. Adapun penjelasan masing-masing alternatif

strateginya sebagai berikut:

Page 112: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

96

1) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan

subsektor potensial menjadi subsektor prima

a) Meningkatkan peran kelompok tani

Sebenarnya di Kabupaten Banjarnegara sudah cukup

banyak berdiri kelompok-kelompok tani (Gapoktan), akan tetapi

petani belum memaksimalkan peran dari adanya kelompok tani

tersebut. Adanya kelompok tani tersebut sebagai wadah diskusi

para petani yang dapat dibantu oleh penyuluh dari dinas

pertanian. Apabila terdapat permasalahan dalam hal budidaya,

modal dan sebagainya dapat dibahas dalam forum ini dan dicari

solusinya bersama. Selain itu dengan adanya kelompok tani dapat

memperkuat posisi petani karena mempunyai kelembagaan. Dan

juga dengan adanya kelompok tani daya pikir petani dapat lebih

terangsang untuk lebih kreatif baik dalam hal budidaya maupun

pemasaran yang bertujuan agar dapat meningkatkan pendapatan

petani.

b) Pengembangan pertanian pada lahan kritis

Menurut data dari BPS Luas lahan kritis di kabupaten

Banjarnegara meliputi 25.787 hektar, lahan kritis ini bisa

dijumpai di beberapa desa di Kecamatan Mandiraja dan

Kecamatan Bawang. Kondisi kekritisan ini diperburuk lagi oleh

aktifitas penambangan kaolin, feldspar dan kuarsit yang

menggunakan sistem penambangan terbuka dan dilakukan secara

tradisional pada lahan-lahan yang kondisinya sudah kritis. Untuk

mengantisipasi meluasnya lahan kritis dan mengingat bahwa

masyarakat di Kabupaten Banjarnegara menggantungkan

hidupnya pada sektor pertanian, pada lahan kritis ini bisa

dikembangkan tanaman pertanian berupa tanaman jati, dan ubi

kayu. Tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik sekalipun di

daerah yang berlahan kritis. Selain nantinya tanaman jati dan ubi

kayu bisa memperbaiki kondisi lahan yang kritis akibat

Page 113: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

97

penambangan, masyarakat juga bisa diuntungkan dengan hasil

tanaman tersebut.

c) Promosi atas hasil produksi pertanian unggul daerah

Promosi atas hasil produksi pertanian unggul daerah di

Kabupaten Banjarnegara bisa dilakukan melalui kegiatan ekspo,

baik kegiatan ekspo yang diadakan oleh Kabupaten Banjarnegara

sendiri maupun kegiatan ekspo yang dilakukan dengan

bekerjasama dengan kabupaten lain (Kabupaten Temanggung).

Hasil produksi pertanian unggul daerah yang dikirim ke ekspo

adalah komoditas tanaman bahan makanan yaitu padi, palawija

(jagung dan ubi kayu), sayur-sayuran (kentang dan kol/kubis),

buah-buahan (salak dan durian), dan komoditas tanaman

perkebunan yaitu kelapa dan teh. Selain itu dari produk pertanian

yang dikirim ke ekspo ada yang berupa produk olahan seperti

keripik combro (hasil olahan dari ubi kayu), dodol salak, keripik

salak, sirup salak, dan keripik kentang.

Adanya kegiatan ekspo ini akan sangat membantu untuk

memperkenalkan produksi pertanian unggul dari suatu daerah di

Kabupaten Banjarnegara terhadap masyarakat luas. Selain itu

kegiatan ekspo tersebut juga dapat meningkatkan akses pasar

global melalui forum temu usaha antara petani dan pembeli lokal,

nasional maupun internasional dan juga pastinya akan

meningkatkan pendapatan petani menuju kesejahteraan.

d) Pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani

Kerjasama dengan pihak swasta dimaksudkan agar

diantara petani dan pihak swasta terjalin kerjasama yang saling

menguntungkan sehingga kontinuitas kerjasama ini dapat terjalin.

Subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan

memiliki keterkaitan dengan subsektor lain mulai dari on farm

hingg a off farm. Misalnya dalam pengadaan sarana produksi

(pupuk, alat-alat pertanian, benih), transfer teknik budidaya,

Page 114: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

98

pengolahan hasil produksi hingga ke pemasarannya. Pihak swasta

ini dapat meliputi toko-toko pertanian, penggilingan padi ataupun

pergudangan. Selain itu peningkatan kerja sama dengan lembaga

keuangan juga perlu dilakukan agar petani memperoleh

kemudahan dalam pengadaan modal dengan bunga yang rendah

dan sistem prosedur yang sederhana sehingga petani tidak

kesulitan dalam peminjaman dan pengembalian modal.

e) Peningkatan kualitas SDM petani

Peningkatan SDM petani (tanaman bahan makanan dan

perkebunan) perlu diperhatikan lebih lanjut. Hal ini perlu

dilakukan mengingat produk yang dihasilkan dari tanaman bahan

makanan menjadi kebutuhan pokok hidup masyarakat di

Kabupaten Banjarnegara. Petani di Kabupaten Banjarnegara

tingkat pendidikannya relatif masih rendah sehingga

menyebabkan pola pikir yang rendah serta penggunaan teknologi

yang masih rendah, maka peningkatan SDM petani sangat

diperlukan dalam upaya peningkatan produksi. Peningkatan SDM

petani dapat dilakukan dengan adanya pembinaan dan penyuluhan

dari dinas pertanian setempat.

Adanya pembinaan dan penyuluhan diharapkan petani

dapat menyerap dan mengaplikasikan inovasi dan teknologi baru

dalam usaha peningkatan produksi tanaman bahan makanan dan

tanaman perkebunan. Penyuluhan inovasi dan teknologi baru

tersebut misalnya adalah dalam hal penerapan teknik budidaya

tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan yang baik

mulai dari penanaman, pemanenan sampai pasca panen. Seperti

penggunaan bibit unggul, alternatif irigasi teknis (pompa air),

pupuk dan pestisida organik, dan mesin panen.

Page 115: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

99

2) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan

subsektor berkembang menjadi subsektor potensial

a) Pengembangan hasil hutan non kayu

Pengembangan hasil hutan non kayu misalnya berupa

lebah madu yang diusahakan di areal hutan. Pemanfaatan lebah

dan vegetasi penunjangnya (tanaman pakan lebah) untuk

memperoleh manfaat optimal bagi kepentingan manusia dengan

tetap menjaga kelestariannya. Produk yang dihasilkan dari lebah

bisa dikembangkan lagi menjadi royal jely, lilin lebah (bees wax)

yang memiliki banyak fungsi dan kegunaan, misalnya lilin untuk

aromaterpy, bahan baku kosmetik, bahan baku farmasi dan lain-

lain. Usaha perlebahan ini nantinya akan sangat potensial untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

b) Pelestarian hutan untuk menjaga ketersediaan air dan untuk

mencegah erosi.

Kabupaten Banjarnegara mempunyai hutan yang cukup

luas. Dengan adanya hutan ini maka akan sangat menguntungkan

sekali untuk perkembangan sektor pertanian karena dapat

berfungsi sebagai daerah resapan air dan menghasilkan sumber

mata air yang dapat digunakan sebagai sarana irigasi bagi

perkembangan komoditi-komoditi subsektor pertanian. Selain itu

pelestarian hutan juga bermanfaat dalam mencegah erosi dan

menjaga kesuburan tanah.

3) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan

subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang

a) Pengembangan bibit ikan unggul

Pengembangan bibit ikan unggul di Kabupaten

Banjarnegara masih kurang, hal ini dipengaruhi oleh tingginya

harga pakan, terbatasnya modal bagi pembudidaya ikan, dan

lemahnya kelembagaan Pokdakan (kelompok pembudidaya ikan).

Page 116: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

100

Penggunaan bibit yang unggul/bagus nantinya akan berpengaruh

pada kualitas dan kuantitas ikan yang dibudidayakan.

Bibit ikan yang digunakan sebagai bibit ikan unggul

misalnya ikan nila larasati. Nila larasati merupakan hasil

persilangan dari induk ikan nila hitam dan nila merah. Antara 2-3

bulan dari bibit, ikan nila sudah dewasa dan sudah dapat bertelur

setiap satu bulan sekali. Keunggulan strain ini adalah

pertumbuhannya seperti nila hibrida (merah) yaitu memiliki

kemampuan untuk bereproduksi yang cukup tinggi, selain itu juga

waktu pemeliharaan relatif lebih cepat dibandingkan dengan nila

biasa. Dengan adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari

komoditi ikan dengan penggunaan bibit unggul maka akan dapat

meningkatkan laju pertumbuhan komoditi ikan dari tahun ke

tahun.

b) Penguatan kelompok pembudidaya ikan (pokdakan)

Keberadaan pokdakan di Kabupaten Banjarnegara masih

lemah, hal tersebut dikarenakan masih rendahnya kesadaran

masyarakat terhadap arti pentingnya dan peran kelompok

pembudidaya ikan sebagai suatu lembaga. Kelembagaan

pembudidaya ikan sebaiknya dibina dan dikembangkan

berdasarkan kepentingan masyarakat. Dalam hal ini peran

penyuluh sangatlah diharapkan untuk memotivasi agar

pembudidaya ikan dengan kesadarannya dapat berkelompok

untuk membentuk kelompok pembudidaya ikan dan yang sudah

berkelompok dapat membentuk gabungan kelompok ataupun

membentuk assosiasi. Kelembagaan pembudidaya ikan yang

lainnya seperti penangkar benih ikan, pengusaha benih ikan, kios

untuk pembudidayaan ikan (termasuk pakan ikan), dan pasar ikan

harus diberdayakan juga seoptimal mungkin untuk mendukung

pengembangan subsektor perikanan. Dalam mengatur

kelembagaan pembudidaya ikan ini bisa diatur melalui peraturan

Page 117: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

101

desa yang disusun bersama oleh pemerintah desa dan

pembudidaya, sehingga poin-poin yang dihasilkan benar-benar

sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pembudidaya.

c. Strategi pengembangan subsektor pertanian jangka panjang

Strategi pengembangan jangka panjang merupakan strategi

pengembangan yang dilakukan dalam periode waktu 10-25 tahun.

Strategi pengembangan sektor pertanian jangka panjang di Kabupaten

Banjarnegara dilakukan dengan cara mengusahakan subsektor

terbelakang menjadi subsektor berkembang dan mempertahankan

subsektor prima tetap menjadi subsektor prima. Berdasarkan hasil

Pendekatan Tipologi Klassen diketahui bahwa subsektor pertanian di

Kabupaten Banjarnegara yang termasuk subsektor terbelakang adalah

subsektor perikanan. Alternatif strategi pengembangan jangka panjang

subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:

1) Strategi pengembangan jangka panjang yang mengupayakan

subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang

a) Kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan penjualan

produk perikanan

Kerjasama yang dapat dilakukan oleh pembudidaya ikan

dan pihak swasta yaitu melakukan kontrak dengan perusahaan

benih ikan yang akan dibudidayakan. Namun hasil dari produksi

ikan tersebut harus dijual ke perusahaan tersebut. Dengan

demikian pembudidaya ikan diuntungkan karena penjualan dari

hasil produksinya terjamin dan keuntungan dari perusahaan yaitu

penjualan benihnya juga terjamin. Kerjasama ini juga akan

menghindarkan pembudidaya ikan dari tengkulak yang merugikan

pembudidaya ikan.

b) Memfasilitasi peningkatan akses pembudidaya ikan terhadap

sumber permodalan

Dalam memenuhi pembiayaan usaha budidaya ikan,

pembudidaya ikan di samping menggunakan modal sendiri juga

Page 118: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

102

melakukan pinjaman kredit. Lembaga-lembaga kredit formal

seperti BRI Unit Desa dan BPR sebenarnya menyediakan kredit

dengan suku bunga rendah, tetapi pembudidaya ikan yang masih

berskala kecil masih kurang akses dikarenakan tidak memiliki

agunan sertifikat tanah, cara pembayaran bulanan tidak sesuai

dengan tipe usaha budidaya ikan yang memberikan penerimaan

musiman dan para pembudidaya ikan pada umumnya belum

familier dengan prosedur administrasi yang rumit. Akibatnya

lembaga kredit formal hanya diakses oleh kelompok masyarakat

ekonomi menengah ke atas seperti pembudidaya ikan yang sudah

berskala besar. Sebaliknya pembudidaya ikan berskala kecil

terpaksa hanya mengakses ke lembaga kredit informal yang

menetapkan suku bunga kredit tinggi. Oleh karena itu diharapkan

adanya bantuan dari pemerintah untuk memudahkan akses

pembudidaya ikan yang khususnya masih berskala kecil untuk

memijam kredit formal, cara yang dapat dilakukan yaitu

melakukan kerjasama dengan BRI atau BPR. Dengan adanya

pinjaman modal tersebut para pembudidaya ikan yang masih

berskala kecil tidak akan terhambat usahanya hanya karena

lantaran mengalami kesulitan dalam permodalan.

2) Strategi pengembangan jangka panjang yang mengupayakan

subsektor prima agar tetap menjadi subsektor prima

a) Inseminasi buatan pada ternak

Faktor penghambat yang diduga sebagai penyebab

rendahnya produktivitas ternak adalah manajemen pemeliharaan

yang belum optimal, yang ditandai dengan sistem pemeliharaan

bersifat ekstensif (tradisional), usaha sambilan dan tidak

memperhatikan input produksi. Salah satu cara untuk meningkatkan

produktivitas ternak yaitu dengan teknologi inseminasi buatan.

Teknologi ini digunakan untuk peningkatan produksi dan perbaikan

mutu genetik ternak. Inseminasi buatan adalah proses memasukkan

Page 119: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

103

sperma ke dalam saluran reproduksi sapi betina dengan tujuan untuk

membuat sapi betina dapat bereproduksi tanpa perlu terjadi

perkawinan alami. Manfaat inseminasi buatan ini bagi peternak

adalah akan lebih menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan,

dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik, dengan peralatan

dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka

waktu yang lama, dan menghindari ternak dari penularan penyakit

terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.

b) Penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak

Penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak

diperlukan untuk mengatasi adanya penurunan produktivitas

ternak. Penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak ini

memerlukan waktu yang tidak cepat, maka dalam jangka panjang

upaya ini tetap harus dijalankan sehingga ke depannya dapat

diperoleh benih/bibit dan ternak-ternak yang unggul.

c) Pemanfaatan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan

biogas

Selain usaha di atas, untuk tetap mempertahankan laju

pertumbuhan subsektor prima yang cepat dan kontribusinya yang

besar dapat dilakukan dengan memanfaatkan kotoran dan urine

ternak sebagai pupuk organik dan biogas. Selama ini pemanfaatan

kotoran urine dan ternak oleh peternak di Kabupaten

Banjarnegara hanya sebatas sebagai pupuk organik saja, belum

ada yang mengolah kotoran ternak sebagai biogas. Hal itu

disebabkan karena terkendala oleh masalah SDM peternak yang

rendah, padahal sebenarnya untuk membuat biogas sangatlah

mudah, tidak membutuhkan biaya yang besar dan peralatan untuk

membuatnya pun tergolong sederhana. Biogas ini sebagai

alternatif bahan bakar minyak sehingga peternak tidak perlu lagi

membeli minyak tanah, gas elpiji, atau kayu bakar. Apalagi

sekarang ini persediaan minyak yang tak menentu dan harganya

Page 120: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

104

yang terus naik. Dari hasil penjualan pupuk organik dan biogas

tersebut dapat meningkatkan pendapatan dan dapat meningkatkan

nilai produksi peternakan.

Strategi pengembangan sektor pertanian yang dihasilkan dari

penelitian ini baik dalam periode jangka pendek, jangka menengah

maupun jangka panjang tersebut diharapkan dapat membantu proses

perencanaan pembangunan perekonomian daerah khususnya pada sektor

pertanian sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

petani dalam upaya memenuhi kebutuhan produk pertanian bagi penduduk

di Kabupaten Banjarnegara. Namun perumusan strategi ini juga terdapat

kelemahan, hal ini dapat disebabkan oleh adanya dinamika ekonomi lokal,

misalnya pengaruh inflasi, kebijakan dari pemerintah, kondisi masyarakat

setempat, keadaan alam, dan keadaan perekonomin daerah.

Page 121: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

105

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Strategi Pengembangan Sektor

Pertanian di Kabupaten Banjarnegara (Pendekatan Tipologi Klassen) dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan

pendekatan Tipologi Klassen diperoleh tiga kategori sektor, yaitu:

a. sektor prima : sektor jasa-jasa; sektor bank dan lembaga

keuangan lainnya; dan sektor angkutan

b. sektor potensial : sektor pertanian; sektor industri; sektor

perdagangan; dan sektor bangunan

c. sektor berkembang : sektor pertambangan dan penggalian; dan

sektor listrik, gas, dan air bersih

2. Klasifikasi subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan

pendekatan Tipologi Klassen diperoleh empat kategori subsektor, yaitu:

a. subsektor prima : subsektor peternakan

b. subsektor potensial : subsektor tanaman bahan makanan dan

subsektor perkebunan

c. subsektor berkembang : subsektor kehutanan

d. subsektor terbelakang : subsektor perikanan

3. Strategi pengembangan sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

yaitu:

a. Strategi jangka pendek yang direncanakan bertujuan untuk

mempertahankan sektor prima tetap menjadi sektor prima, yaitu tetap

mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya

kontribusi dari sektor prima. Strategi pengembangannya yaitu dengan

cara peningkatan pelayanan kesehatan pada sektor jasa berkaitan dengan

peningkatan kinerja tenaga kerja; peningkatan kerjasama bank, koperasi

dan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) dengan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM); dan peningkatan sarana dan prasarana angkutan.

105

Page 122: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

106

b. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri dua macam alternatif

strategi, yaitu:

1) Mengupayakan sektor potensial menjadi sektor prima, yaitu dengan

meningkatkan laju pertumbuhan sektor potensial, melalui upaya

pembangunan STA (sub terminal agrobisnis) pada sektor pertanian,

promosi produk-produk industri, peningkatan sarana dan prasarana

sektor perdagangan.

2) Mengupayakan sektor berkembang menjadi sektor potensial, yaitu

dengan meningkatkan kontribusi sektor berkembang melalui upaya

peningkatan kualiatas SDM pekerja tambang dan peningkatan pasokan

listrik.

c. Strategi pengembangan jangka panjang terdiri dua macam alternatif

strategi, yaitu:

1) Mengupayakan sektor berkembang menjadi sektor potensial, yaitu

dengan meningkatkan kontribusi sektor berkembang melalui upaya

peningkatan teknologi pada sektor pertambangan dan penggalian.

2) Mengupayakan sektor prima menjadi sektor prima, yaitu tetap

mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya

kontribusi dari sektor prima melalui upaya perluasan jaringan jalan

dan fasilitasnya pada sektor angkutan.

4. Strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara yaitu:

a. Strategi jangka pendek yang direncanakan bertujuan untuk

mempertahankan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu

tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya

kontribusi dari subsektor prima. Strategi pengembangannya yaitu dengan

cara diversifikasi produk hasil peternakan (daging dan susu), stabilisasi

harga hasil peternakan, dan sistem gaduh ternak.

b. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri tiga macam alternatif

strategi, yaitu:

1) Mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima, yaitu

dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor potensial, melalui

Page 123: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

107

upaya meningkatkan peran kelompok tani, pengembangan pertanian

pada lahan kritis, promosi atas hasil produksi pertanian unggul daerah

(tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan), pelibatan pihak

swasta sebagai mitra petani, dan peningkatan kualitas SDM petani.

2) Mengupayakan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial,

yaitu dengan meningkatkan kontribusi subsektor berkembang melalui

upaya pengembangan hasil hutan non kayu (lebah madu), pelestarian

hutan untuk menjaga ketersediaan air dan untuk mencegah erosi.

3) Mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang,

yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang

melalui upaya pengembangan bibit ikan unggul dan penguatan

kelompok pembudidaya ikan (pokdakan).

c. Strategi pengembangan jangka panjang terdiri dua macam alternatif

strategi, yaitu:

1) Mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang,

yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan subsektor terbelakang,

melalui upaya kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan

penjualan produk perikanan dan memfasilitasi peningkatan akses

pembudidaya ikan terhadap sumber permodalan.

2) Mengupayakan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima, yaitu

dengan tetap mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan

besarnya kontribusi dari subsektor prima melalui upaya inseminasi

buatan pada ternak, penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak,

dan pemanfaatan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan

biogas.

B. Saran

1. Sebaiknya upaya pengembangan sektor perekonomian dan sektor

pertanian yang dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan

sektor/subsektor prima, sektor/subsektor potensial, sektor/subsektor

berkembang dan sektor/subsektor terbelakang.

Page 124: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

108

2. Sebaiknya pengembangan strategi sektor perekonomian prima yaitu

peningkatan pelayanan kesehatan pada sektor jasa berkaitan dengan

peningkatan kinerja tenaga kerja; peningkatan kerjasama bank, koperasi

dan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) dengan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM); dan peningkatan sarana dan prasarana angkutan,

serta pengembangan strategi subsektor pertanian prima yaitu diversifikasi

produk hasil peternakan (daging dan susu), stabilisasi harga hasil

peternakan, dan sistem gaduh ternak perlu lebih diperhatikan.

3. Berdasarkan hasil strategi pengembangan sektor pertanian dengan

pendekatan Tipologi Klassen, perlu dilakukan penelitian lanjutan, hal

tersebut dikarenakan adanya kelemahan pada sisi metode analisis yang

hanya berdasarkan data sekunder sehingga informasi yang ada dapat lebih

dilengkapi dan diperoleh informasi yang lebih komprehensif. Penelitian

lanjutan tersebut dapat menggunakan pendekatan analisis lain seperti

pendekatan analisis SWOT (Strengh Weakness Oppu rtunity and

Threatment), Analisis Hierarki Proses (AHP ), maupun metode lain.

Page 125: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

109

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009a. Konsep Awal dan Pengertian Pembangun an . http://one.indoskripsi.com. Diakses pada tanggal 28 November 2009.

_____ __ .2009b. Pembangu na n Ekonomi. http://wikipedia.com. Diakses pada tanggal 28 November 2009.

.2009c. Indikator Pembangunan Daerah . http://ovalhanif.wordpress.com. Diakses pada tanggal 28 November 2009.

_____ __ .2009d. Kondisi Pembangunan Pertan ian Saat Ini. http://universitasbrawijayamalang.ac.id. Diakses pada tanggal 28 November 2009.

.2009e. Analisis LQ (Location Quotient). http://slametteguh.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 November 2009.

.2009f. Ekono mi Regiona l. http://pustaka.ut.ac.id. Diakses pada tanggal 28 November 2009.

.2009g. Pengembangan Pertambanga n Kabupa ten Banjarnegara . http://www.banjarnegarakab.go.id. Diakses pada tanggal 9 Juli 2010.

Arifin, B. 2008. Stra tegi Baru Pembanguna n Pertan ian . http://www.kompas.com. Diakses pada tnggal 28 November 2009.

Arsyad, L. 1992. Ekono mi Pembangunan. YKP N. Yogyakarta.

BPS Kabupaten Banjarnegara. 2009a. Produk Domestik Regional Bruto Kabupa ten Banjarnegara Tahu n 20 08 . BP S Kabupaten Banjarnegara.

. 2009b. Banjarnega ra dalam Angka Tahu n 20 08 . BPS Kabupaten Banjarnegara.

Bratakusuma, D.S dan Dadang S. 2002. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah . PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Budiharsono, S. 2005. Tek nik Analisis Pemban gunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT.Pradnya Paramita. Jakarta.

Djojohadikusumo, S. 1994. Perkemban ga n Pemik iran Ekono mi ”Dasar Teori Ekonomi Pertumbuh an dan Ekonomi Pembangunan”. PT Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.

Irawan dan Suparmoko. 1982. Ek onomi Pemban gu nan . Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta.

Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi Pembang unan dan Perencanaa n. (Terjemahan: D. Guritno). PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kuncoro, M. 2004. Oton omi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan Strategi dan Peluang. Erlangga. Jakarta.

Mardikanto, T. 2009. Membang un Pertanian Modern. UNS Press. Surakarta.

Page 126: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Strategi... · Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H,

110

Mubyarto. 1989. Pengantar Ek onomi Pertan ian. PT Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.

Pasaribu, E. 2005. Evaluasi Penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu . http://www.one.indoskripsi.com. Diakses Pada Tanggal 28 November 2009.

Purwanto, J. 2009. Klasifikasi Komoditi Tanaman Bah an Mak an an dalam Keran gka Perencanaa n Pengembanga n Ek onomi Daerah Kabupa ten Klaten. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

RPJMD Kabupaten Banjarnegara. 2007. Rencana Pemba ng unan Jang ka Menengah Daerah Kabu pa ten Ban jarnegara Tahu n 200 6-20 11 . BAPPEDA Kabupaten Banjarnegara

Singarimbun, M dan Sofian E. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Stefani, E. 2010. Perencana an Pemban gunan Ekonomi Daerah Kabu pa ten Magelang Berbasis Komoditi Tana man Bahan Makana n (Pendekatan Tipologi Klassen). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Surakhmad, W. 1998. Pengan tar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik . Penerbit Tarsito. Bandung.

Susanto, I. 2008. Strategi Pengembangan Sektor Pertan ian di Kabupaten Pacitan dengan Menggunak an Pendekatan Ana lisis Tipologi Klassen . http://www.pu.go.id. Diakses Pada Tanggal 28 November 2009.

Susilowati, I. 2009. Strategi Pengembanga n Sektor Pertanian Di Kabu pa ten Sukoharjo (Pendekatan Tipo logi Klassen). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Tarigan, R. 2004. Ekono mi Regional: Teori dan Aplik asi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

________. 2005. Perencan aan Pembangunan Wilayah. PT.Bumi Aksara. Jakarta.

Todaro, M. P dan Stephen C.S. 2006. Pembangunan Ek onomi di Dunia Ketiga: Jilid kesembilan . (Terjemahan: Haris Munandar dan Puji A.L). Erlangga. Jakarta.

Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembang unan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). UP P STIM YKPN. Yogyakarta.

Widjaja, H.A.W. 2004. Otonomi Desa. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

110