64
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2017 Dwina Anisha Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU terhadap Penularan HIV melalui Luka Jarum Suntik pada Tahun 2017. xi + 39 Penyakit infeksi HIV/AIDS hingga kini masih merupakan masalah kesehatan global, termasuk Indonesia. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, kasus HIV AIDS di Indonesia menurut jenis pekerjaan, terdapat 67 penderita yang berasal dari tenaga profesional medis. Infeksi HIV dapat ditransmisikan dalam praktek dokter gigi ketika cedera perkutan terjadi, karena cedera perkutan adalah salah satu faktor risiko utama dalam transmisi virus HIV khususnya luka jarum suntik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik pada tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan populasi seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tanggal 1 April sampai 31 Mei 2017. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel sebanyak 67 orang. Penelitian dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner yang diberikan secara langsung kepada responden dan diisi secara langsung oleh responden. Hasil penelitian terhadap pengetahuan tentang penularan HIV melalui luka jarum suntik didapatkan persentase tertinggi pada kategori cukup sebanyak 67,16%, sedangkan yang berpengetahuan baik sebanyak 31,34% dan berpengetahuan kurang baik sebanyak 1,50% serta berpengetahuan tidak baik sebanyak 0%. Daftar Rujukan : 46 (1998-2017) Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Tahun 2017

Dwina Anisha

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU terhadap Penularan HIV melalui Luka Jarum Suntik pada Tahun 2017.

xi + 39

Penyakit infeksi HIV/AIDS hingga kini masih merupakan masalah kesehatan

global, termasuk Indonesia. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI, kasus HIV AIDS di Indonesia menurut jenis pekerjaan, terdapat 67

penderita yang berasal dari tenaga profesional medis. Infeksi HIV dapat

ditransmisikan dalam praktek dokter gigi ketika cedera perkutan terjadi, karena

cedera perkutan adalah salah satu faktor risiko utama dalam transmisi virus HIV

khususnya luka jarum suntik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU

terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik pada tahun 2017. Jenis penelitian

ini adalah penelitian survei deskriptif dengan populasi seluruh mahasiswa

kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG

USU dari tanggal 1 April sampai 31 Mei 2017. Penentuan sampel penelitian

menggunakan teknik total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel

sebanyak 67 orang. Penelitian dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner yang

diberikan secara langsung kepada responden dan diisi secara langsung oleh

responden. Hasil penelitian terhadap pengetahuan tentang penularan HIV melalui

luka jarum suntik didapatkan persentase tertinggi pada kategori cukup sebanyak

67,16%, sedangkan yang berpengetahuan baik sebanyak 31,34% dan berpengetahuan

kurang baik sebanyak 1,50% serta berpengetahuan tidak baik sebanyak 0%.

Daftar Rujukan : 46 (1998-2017)

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN

KLINIK BEDAH MULUT RSGMP FKG USU

TERHADAP PENULARAN HIV MELALUI

LUKA JARUM SUNTIK PADA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH:

DWINA ANISHA

NIM : 130600033

Pembimbing :

Ahyar Riza, drg., Sp.BM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankandi hadapan tim penguji skripsi

Medan, 04 Agustus 2017

Pembimbing Tanda Tangan

Ahyar Riza, drg., Sp. BM .........................................

NIP. 19791217 200604 1 001

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan penguji Pada tanggal 31 Juli 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Hendry Rusdy, drg., Sp.BM., M.Kes

ANGGOTA : 1. Abdullah Oes, drg

2. Ahyar Riza, drg., Sp.BM

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU

Terhadap Penularan HIV Melalui Luka Jarum Suntik Pada Tahun 2017” yang

merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kedokteran Gigi.

Dalam proses penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan,

bantuan serta do’a dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih setulusnya

kepada Ayahanda tercinta Ir. H. Rawuh Kuswito dan Ibunda tercinta Juni Ernawati,

yang telah memberikan didikan, kasih sayang dan dukungan secara moral dan materil

kepada penulis dan kepada kakak dan adik penulis Winnie Andhini Kuswito, SP,

Iqbal Fadhilah Kuswito dan Amirah Hafizah Kuswito serta seluruh keluarga besar

yang telah memberikan semangat, do’a dan dukungan yang tak terhingga selama

penulis mendapatkan pendidikan akademik dan menyelesaikan skripsi ini. Dalam

kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM selaku ketua Departemen Bedah Mulut

dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.

2. Ahyar Riza, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dukungan dan motivasi selama

proses penyusunan skripsi ini selesai.

3. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis selama menjalani

program akademik.

4. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Bedah Mulut dan

Maksilofasial serta seluruh stambuk 2013 atas dukungan, saran dan bantuan kepada

penulis.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

v

5. Sahabat-sahabat terbaik Rina, Fadilah, Jannah, Dhita, Zia dan Azizatul

yang telah banyak memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangan pikiran yang berguna

bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen

Bedah Mulut dan Maksilofasial.

Medan, 04 Agustus 2017

Penulis,

Dwina Anisha

130600033

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI.........................................................

KATA PENGANTAR................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... viii

DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix

DAFTAR DIAGRAM................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang....................................................................... 11.2 Rumusan masalah................................................................... 31.3 Tujuan penelitian.................................................................... 31.4 Manfaat penelitian.................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian HIV....................................................................... 42.2 Etiologi dan Patogenesis......................................................... 52.3 Cara Penularan........................................................................ 82.3.1 Transmisi melalui kontak seksual........................................... 92.3.2 Transmisi melalui darah atau produk darah........................... 92.3.3 Transmisi secara vertikal........................................................ 92.3.4 Potensi transmisi melalui cairan tubuh lain............................ 10 2.3.5 Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium 102.4 Gejala Klinis........................................................................... 112.5 Manifestasi HIV/AIDS dalam Rongga Mulut........................ 122.6 Luka Jarum Suntik................................................................. 162.7 Kerangka Teori....................................................................... 202.8 Kerangka Konsep................................................................... 21

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian....................................................................... 223.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................ 22

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

vii

3.2.1 Tempat Penelitian................................................................... 223.2.2 Waktu Penelitian.................................................................... 223.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................. 223.3.1 Populasi Penelitian................................................................. 223.3.2 Sampel Penelitian................................................................... 223.3.2.1 Kriteria Inklusi....................................................................... 223.3.2.2 Kriteria Eksklusi..................................................................... 233.4 Variabel dan Definisi Operasional...................................... 233.5 Metode Pengumpulan Data.................................................... 233.6 Pengolahan dan Analisis Data................................................ 243.7 Aspek Pengukuran.................................................................. 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN4.1 Karakteristik responden......................................................... 254.2 Pengetahuan Responden terhadap penularan HIV melalui

luka jarum suntik.................................................................... 25

BAB 5 PEMBAHASAN................................................................................ 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan............................................................................ 336.2 Saran...................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 35

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Virus HIV......................................................................................... 42. Patogenesis HIV............................................................................... 63. Aktivasi infeksi HIV seluler............................................................ . 74. Patogenesis HIV/AIDS.................................................................... . 75. Transfusi darah................................................................................ . 96. Luka akibat jarum suntik............................................................... . 117. Pseudomembranosus Candidiasis pada penderita AIDS................ . 138. Oral hairy leukoplakia pada penderita AIDS.................................. . 149. Necrotizing Ulseratif Gingivitis...................................................... 1510. Kehilangan tulang pada NUP.......................................................... 1511. Instrumen tajam yang dapat menyebabkan dental injury................ 1612. (A) Self-aspirating syringe..................................................................... 17

(B) Jarum suntik bertekanan untuk injeksi PDL atau injeksi ILI.......... 1713. (A) Tempat pembuangan wadah anestesi lokal sekali pakai................. 18

(B) Tempat pembuangan jarum yang terkontaminasi............................ 1814. (A) Teknik “scoop” untuk recapping jarum yang terkontaminasi......... 19

(B) Pemegang tutup jarum dari plastik.................................................. 19

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Variabel dan Definisi Operasional.......................................................... 232. Karakteristik responden mahasiswa kepaniteraan klinik........................ 253. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penularan HIV

melalui luka jarum suntik....................................................................... 264. Kategori pengetahuan responden terhadap penularan HIV melalui

luka jarum suntik.................................................................................... 28

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

x

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

1. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penularanHIV melalui luka jarum suntik............................................................... 28

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)3. Kuesioner4. Daftar Riwayat Hidup5. Jadwal Kegiatan6. Anggaran Biaya Penelitian7. Hasil perhitungan kuesioner Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah

Mulut RSGMP FKG USU Terhadap Penularan HIV Melalui Luka Jarum Suntik Pada Tahun 2017

8. Ethical Clearance

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Human Immunodeficieny Virus (HIV) adalah virus yang termasuk dalam

golongan retrovirus yang bisa menyebabkan penurunan daya tahan tubuh manusia.

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit

yang timbul akibat penurunan daya tahan tubuh seseorang karena adanya infeksi

HIV.1-3 Penyakit infeksi HIV/AIDS hingga kini masih merupakan masalah kesehatan

global, termasuk Indonesia. Saat ini HIV memiliki jumlah kematian yang tinggi,

dimana yang dapat mengancam hidup penderita HIV tidak hanya dari virus sendiri,

namun infeksi oportunistik dan komplikasi-komplikasinya juga dapat menyebabkan

kematian.1-4

Negara-negara di Asia Tenggara mempunyai prevalensi HIV yang sangat

tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di Benua Asia dan secara

epidemiologi menunjukkan perbedaan yang besar. Indonesia merupakan salah satu

negara di Asia Tenggara yang mempunyai angka penularan HIV yang paling cepat.5

Kasus HIV dan AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan di provinsi Bali

pada tahun 1987. Hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota

di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif penderita HIV di Indonesia dari

tahun 1987 sampai September 2014 sebanyak 150.296 orang, sedangkan total

kumulatif kasus AIDS sebanyak 55.799 orang.6

Berdasarkan laporan provinsi di Indonesia, jumlah kumulatif kasus infeksi

HIV yang dilaporkan sejak tahun 1987 hingga September 2014 yang terbanyak

adalah provinsi DKI Jakarta dengan 32.782 kasus. Sumatera Utara sendiri,

berdasarkan laporan provinsi termasuk sepuluh besar kasus HIV terbanyak di

Indonesia dengan jumlah kumulatif kasus penderita HIV sebanyak 9.219 kasus.6

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, kasus HIV

AIDS di Indonesia menurut jenis pekerjaan, terdapat 67 penderita yang berasal dari

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

2

tenaga profesional medis.5 Kejadian HIV tidak terlalu banyak pada tenaga profesional

medis, namun dokter gigi dan pegawai yang bekerja di dental klinik perlu menyadari

bahwa dari sekian banyak orang hidup dengan HIV dan tidak menyadari bahwa

mereka memiliki infeksi. Penderita tersebut suatu waktu jika mereka membutuhkan

perawatan rongga mulut, berpotensi dapat menyebarkan penyakit infeksi di dalam

dental klinik.7

Infeksi HIV dapat ditransmisikan melalui darah, cairan tubuh, instrumen yang

terkontaminasi, saliva yang terkontaminasi dengan darah, sekresi dan ekskresi kecuali

keringat, yang mungkin mengandung agen infeksi menular. Darah berperan besar

dalam penularan virus infeksi dibanding cairan tubuh yang lain.8,9 Salah satu ancaman

paling serius mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran gigi, staf di dental klinik dan

petugas kesehatan lainnya adalah kemungkinan paparan patogen melalui darah,

cairan rongga mulut dan jaringan yang memiliki resiko HIV.10-12

Infeksi HIV dapat ditransmisikan dalam praktek dokter gigi ketika cedera

perkutan terjadi, karena cedera perkutan adalah salah satu faktor risiko utama dalam

transmisi virus HIV.14-16 Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa setengah dari

semua dokter gigi melaporkan pernah terjadi cedera perkutan, khususnya jarum

suntik dan luka instrumen tajam, baik di UK dan di Thailand.

Sebanyak 13,8% dokter gigi di Afrika Selatan melaporkan luka melalui jarum

suntik dan luka akibat instrumen yang tajam, bahkan luka jarum suntik dan instrumen

tajam sudah menjadi hal yang umum terjadi pada mahasiswa kedokteran gigi di

Australia. Berdasarkan salah satu penelitian yang dilakukan di Sydney, sebanyak

72% mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran gigi pernah mengalami luka akibat

instrumen tajam.17

Penyebaran penyakit infeksi yang paling umum dan sudah diakui sebagai

penyakit berbahaya dalam praktek dokter gigi dan tenaga profesional kesehatan

lainnya adalah virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV. Persentase transmisi untuk

HBV, HCV dan HIV setelah cedera jarum suntik dari jarum gigi masing-masing

adalah 30%, 3% dan 0,3%.18-20 Penyebaran HIV di dalam praktek dokter gigi

memiliki persentase paling sedikit, namun setiap dokter gigi harus mengevaluasi

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

3

setiap paparan saliva maupun cairan tubuh lainnya dalam prosedur perawatan di

dalam dental klinik.7,8

Berdasarkan keterangan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian

mengenai pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG

USU terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik pada tahun 2017. Alasan

peneliti memilih mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU

karena di klinik bedah mulut, mahasiswa kepaniteraan klinik melakukan anestesi dan

pembedahan minor seperti pencabutan gigi sehingga sering terpapar dengan darah

dan alasan memilih lokasi tersebut karena mudah dijangkau oleh peneliti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan selama ini belum adanya data

mengenai pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG

USU terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik pada tahun 2017, maka

perumusan masalah yang timbul adalah sebagai berikut:

Bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP

FKG USU terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik pada tahun 2017?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa

kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU terhadap penularan HIV melalui

luka jarum suntik pada tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1 Untuk mahasiswa: meningkatkan kompetensi keilmuan dan menambah wawasan

tentang penularan HIV melalui luka jarum suntik.

2 Untuk penelitian selanjutnya: menyediakan data untuk penelitian lanjutan yang

berhubungan dengan penularan HIV melalui luka jarum suntik.

3 Untuk Departemen Bedah Mulut FKG USU: sebagai tambahan referensi.

4 Untuk peneliti: sebagai tambahan pengetahuan dan sebagai pengalaman dalam

melakukan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian HIV

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang

sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan Acquired Immuno

Deficiency Syndrome (AIDS).21 HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah

putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit

yang memiliki CD4 sebagai sebuah penanda yang berada di permukaan sel limfosit,

karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya

sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi

yang masuk ke tubuh manusia22 (Gambar 1).23

Gambar 1. Virus HIV23

Orang dengan sistem kekebalan yang baik, memiliki jumlah CD4 berkisar

antara 410 – 1.590 sel/mL darah. Kondisi jumlah CD4 berada di bawah 350 sel/mL

darah sudah dianggap sebagai AIDS,24 sedangkan pada orang dengan sistem

kekebalan yang terganggu misal pada orang yang terinfeksi HIV nilai CD4 semakin

lama akan semakin menurun menjadi kurang dari 200 sel/mm3 atau jika satu dari 30

infeksi oportunistik atau bentuk kanker tertentu sudah berkembang.25

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

5

Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.45

Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim

reverse transkriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia dan

menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu

HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup terbagi lagi dalam berbagai subtipe dan

masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Grup HIV-1

merupakan grup yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di

seluruh dunia jika dibandingkan dengan grup HIV-2.26

2.2 Etiologi dan Patogenesis

Penyakit HIV dimulai dengan infeksi akut yang tidak dapat diatasi sempurna

oleh respon imun adaptif dan berlanjut menjadi infeksi jaringan limfoid perifer yang

kronik dan progresif. Perjalanan penyakit HIV dapat diikuti dengan memeriksa

jumlah virus di plasma dan jumlah sel T CD4+ dalam darah. Infeksi primer HIV pada

fetus dan neonatus terjadi pada situasi sistem imun imatur, sehingga penjelasan

berikut merupakan ilustrasi patogenesis yang khas dapat diikuti pada orang

dewasa.29,30

Infeksi primer terjadi bila virion HIV dalam darah, semen atau cairan tubuh

lainnya dari seseorang masuk ke dalam sel orang lain melalui fusi yang diperantarai

oleh reseptor gp120 atau gp41. Tergantung dari tempat masuknya virus, sel T CD4+

dan monosit di darah atau sel T CD4+ dan makrofag di jaringan mukosa merupakan

sel yang pertama terkena. Sel dendrit di epitel tempat masuknya virus akan

menangkap virus kemudian bermigrasi ke kelenjar getah bening. Sel dendrit

mengekspresikan protein yang berperan dalam pengikatan envelope HIV, sehingga

sel dendrit berperan besar dalam penyebaran HIV ke jaringan limfoid. Sel dendrit

pada jaringan limfoid, dapat menularkan HIV ke sel T CD4+ melalui kontak

langsung antar sel.29,30

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

6

Gambar 2. Patogenesis HIV31

Beberapa hari setelah paparan pertama dengan HIV, replikasi virus dalam

jumlah banyak dapat dideteksi di kelenjar getah bening. Replikasi ini menyebabkan

viremia disertai dengan sindrom HIV akut (gejala dan tanda nonspesifik seperti

infeksi virus lainnya). Virus menyebar ke seluruh tubuh dan menginfeksi sel T subset

CD4 atau T helper, makrofag dan sel dendrit di jaringan limfoid perifer. Setelah

penyebaran infeksi HIV, terjadi respon imun adaptif baik humoral maupun seluler

terhadap antigen virus. Respon imun dapat mengontrol sebagian dari infeksi dan

produksi virus, yang menyebabkan berkurangnya viremia dalam 12 minggu setelah

paparan pertama. 30

Setelah infeksi akut, terjadilah fase kedua dimana kelenjar getah bening dan

limpa menjadi tempat replikasi HIV dan destruksi sel. Sistem imun pada fase ini,

masih kompeten mengatasi infeksi mikroba oportunistik dan belum muncul

manifestasi klinis infeksi HIV, sehingga fase ini disebut juga masa laten klinis

(clinical latency period). Jumlah virus pada fase ini rendah dan sebagian besar sel T

perifer tidak mengandung HIV.29,30,32

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

7

Gambar 3. Aktivasi infeksi HIV seluler32

Kendati demikian, penghancuran sel T CD4+ dalam jaringan limfoid terus

berlangsung dan jumlah sel T CD4+ yang bersirkulasi semakin berkurang. Lebih dari

90% sel T yang berjumlah 1012 terdapat dalam jaringan limfoid dan HIV

diperkirakan menghancurkan 1-2 x 109 sel T CD4+ per hari. Tubuh masih dapat

menggantikan sel T CD4+ yang hancur dengan yang baru pada awal terjadinya

penyakit. Setelah beberapa tahun, siklus infeksi virus, kematian sel T dan infeksi baru

berjalan terus sehingga akhirnya menyebabkan semakin menurunnya jumlah sel T

CD4+ di jaringan limfoid dan sirkulasi.30,32

Gambar 4. Patogenesis HIV/AIDS32

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

8

Selanjutnya pada fase kronik progresif, pasien lebih rentan terhadap infeksi

lain dan respon imun terhadap infeksi tersebut akan menstimulasi produksi HIV dan

destruksi jaringan limfoid. Transkripsi gen HIV dapat ditingkatkan oleh stimulus

yang mengaktivasi sel T, seperti antigen dan sitokin. Sitokin (misalnya TNF) yang

diproduksi sistem imun alamiah sebagai respon terhadap infeksi mikroba, sangat

efektif untuk memacu produksi HIV. Saat sistem imun menghancurkan mikroba lain,

maka terjadi kerusakan sistem imun oleh HIV.30,32

Penyakit HIV berjalan terus ke fase akhir dan letal yang disebut AIDS dimana

terjadi destruksi seluruh jaringan limfoid perifer, jumlah sel T CD4+ dalam darah

kurang dari 200 sel/mm3 dan viremia HIV meningkat drastis. Pasien AIDS menderita

infeksi oportunistik, neoplasma, kaheksia (HIV wasting syndrome), gagal ginjal

(nefropati HIV) dan degenerasi susunan saraf pusat (ensefalopati HIV).30

2.3 Cara Penularan

HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang

terinfeksi,46 selain itu juga dapat ditularkan oleh berbagai benda yang terkontaminasi

seperti jarum suntik, jarum atau instrumen tajam lainnya. HIV juga dapat

ditransmisikan secara vertikal dari ibu ke anak selama kehamilan dan setelah

melahirkan melalui pemberian ASI.44 Cara penularan virus HIV yang lain adalah

melalui transfusi darah dan penggunaan narkoba suntikan yang bergantian.33-35

Beberapa penelitian mengatakan bahwa penularan HIV dapat melalui saliva.

Saliva dapat ditularkan dari individu yang terinfeksi HIV kepada individu yang tidak

terinfeksi melalui kegiatan seksual atau non-seksual. Risiko penularan HIV melalui

saliva adalah hal yang harus diperhatikan oleh pegawai klinik gigi. Individu yang

terinfeksi HIV sering memiliki lesi oral yang dapat menyebabkan perdarahan

sehingga terjadi pelepasan virus HIV ke dalam rongga mulut. HIV dapat diisolasi di

titer rendah dari saliva, namun hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil dari

individuyang terinfeksi. Saliva juga mengandung faktor antivirus seperti

imunoglobulin dan trombospondin sehingga potensi penularan infeksi virus HIV

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

9

melalui saliva rendah dan sejauh ini belum ada bukti yang meyakinkan bahwa saliva

dapat menularkan infeksi HIV.34

2.3.1 Transmisi melalui kontak seksual

Kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisi HIV di berbagai

belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam cairan semen, cairan vagina dan

cairan serviks. Transmisi infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus lebih

mudah karena hanya terdapat membran mukosa rektum yang tipis dan mudah robek,

anus sering terjadi lesi.33-35

2.3.2 Transmisi melalui darah

Transmisi dapat melalui hubungan seksual dan dari suntikan darah yang

terinfeksi atau produk darah. Diperkirakan bahwa 90% sampai 100% orang yang

mendapat transfusi darah yang tercemar HIV akan mengalami infeksi. Suatu

penelitian di Amerika Serikat melaporkan risiko infeksi HIV-1 melalui transfusi

darah dari donor yang terinfeksi HIV berkisar antara 1 per 750.000 hingga 1 per

835.000. Pemeriksaan antibodi HIV pada donor darah sangat mengurangi transmisi

melalui transfusi darah dan produk darah34,35 (Gambar 5).

Gambar 5. Transfusi darah36

2.3.3 Transmisi secara vertikal

Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada

janinnya sewaktu hamil, persalinan dan setelah melahirkan melalui pemberian air

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

10

susu ibu (ASI). Angka penularan selama kehamilan sekitar 5% -10%, sewaktu

persalinan 10% - 20% dan saat pemberian ASI 10% -20%. Alternatif yang dapat

dilakukan untuk mengurangi penularan perinatal ibu-ibu positif HIV tidak boleh

menyusui bayinya. Selama beberapa tahun terakhir, ditemukan bahwa penularan HIV

perinatal dapat dikaitkan lebih akurat dengan pengukuran jumlah RNA-virus di dalam

plasma. Penularan vertikal lebih sering terjadi pada kelahiran prematur, terutama

yang berkaitan dengan ketuban pecah dini.34,35

2.3.4 Potensi transmisi melalui cairan tubuh lain

HIV pernah ditemukan dalam saliva pada sebagian kecil orang yang

terinfeksi, namun tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa saliva dapat menularkan

infeksi HIV baik melalui ciuman biasa maupun paparan lain misalnya sewaktu

bekerja bagi petugas kesehatan. Saliva dibuktikan mengandung inhibitor terhadap

aktivitas HIV, demikian juga belum ada bukti bahwa cairan tubuh lain misalnya air

mata, keringat dan urin merupakan media transmisi HIV.34

2.3.5 Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium

Berbagai penelitian multi institusi menyatakan bahwa risiko penularan HIV

setelah kulit tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang tercemar oleh darah

seseorang yang terinfeksi HIV adalah sekitar 0,3% sedangkan risiko penularan HIV

ke membran mukosa atau kulit yang mengalami erosi adalah sekitar 0,09%33-35

(Gambar 6).

Gambar 6. Luka akibat jarum suntik37

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

11

2.4 Gejala Klinis

Pada sebagian besar kasus, gejala seperti flu akan berkembang dalam waktu

dua sampai enam minggu setelah infeksi. Selanjutnya akan terjadi limfadenopati

menyeluruh yang persisten, diikuti dengan fase laten. Tanda dan gejala klinis yang

ditemukan pada penderita AIDS umumnya sulit dibedakan karena bermula dari gejala

klinis umum yang didapati pada penderita penyakit lainnya.25 Secara umum dapat

dikemukakan sebagai berikut :

1. Rasa lelah dan lesu

2. Berat badan menurun secara drastis

3. Demam yang sering dan berkeringat waktu malam

4. Mencret dan kurang nafsu makan

5. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut

6. Pembengkakan leher dan lipatan paha

7. Radang paru

8. Penyakit kulit.25

Penderita yang mengidap HIV dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Individu dengan antibodi HIV positif, namun asimtomatik dan tidak

menunjukkan kelainan dalam pemeriksaan disebut sebagai “periode jendela” (window

period) yaitu 0 – 6 bulan sejak individu tersebut terinfeksi HIV.

2. Individu dengan antibodi HIV positif, ditambah perubahan laboratorium

minor dan bisa juga menunjukkan kelainan-kelainan seperti pembengkakan nodus

limfatikus, berkeringat malam hari, kehilangan berat badan dan lain-lain.

3. Individu dengan ARC. Antibodi HIV positif dan menunjukkan limfadenopati,

berkeringat malam hari, kehilangan berat badan, demam, malaise dan diare.

4. Individu dengan AIDS termasuk Sarkoma Kaposi, sindrom SSP disertai

infeksi oportunistik yang mengancam hidup. Dapat menunjukkan limfadenopati

general dengan penurunan berat badan drastis, kelelahan, diare kronis, demam kronis

dan berkeringat di malam hari.38

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

12

2.5 Manifestasi HIV/AIDS dalam Rongga Mulut

1. Kandidiasis Oral

Kandidiasis oral sering kali merupakan gejala awal dari infeksi HIV. Faktor

utama etiologi kandidiasis oral adalah jamur Candida albicans, meskipun spesies lain

dari Candida dapat terlibat. Prevalensi yang dilaporkan bervariasi secara luas, sampai

setinggi 72% pada anak-anak dan 94% pada orang dewasa. Kandidiasis oral yang

dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu: pseudomembranosis, eritematus

(atropik), hiperplastik dan keilitis angularis. Jumlah Candida albicans dalam saliva

pada penderita HIV positif dan tampaknya meningkat bersamaan dengan menurunnya

rasio limfosit CD4 : CD8.29,38

Jenis pseudomembranosus tampak sebagai membran putih atau kuning yang

melekat dan dapat dikelupas dengan mengeroknya, meninggalkan mukosa eritematus

di bawahnya. Keadaan ini dapat mengenai mukosa dimana saja, tetapi lidah dan

palatum lunak adalah daerah yang paling sering terkena. Kondisi ini biasanya akut,

tetapi pada penderita HIV bisa bertahan beberapa bulan.29,38

Gambar 7. Pseudomembranosus Candidiasispada penderita AIDS38

Bentuk eritematus ditandai oleh daerah merah dan gundul pada bagian dorsum

lidah. Kandidosis hiperplastik kronis pada HIV merupakan sub tipe yang paling

langka, tetapi dapat menimbulkan bercak putih pada mukosa bukal. Tipe ini harus

dibedakan dengan hairy leukoplakia, yang seringkali mengandung kandida pada

permukaannya. Semua jenis kandidosis dapat diikuti dengan terjadinya keilitis

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

13

angularis yang tampak sebagai fisur merah dan sakit pada sudut mulut, terutama pada

penderita HIV positif.38

2. Oral Hairy Leukoplakia

Oral hairy leukoplakia (OHL) lebih umum terjadi pada orang dewasa yang

terinfeksi HIV daripada anak yang terinfeksi HIV. Prevalensi OHL pada orang

dewasa adalah sekitar 20% - 25%, meningkat dengan CD4+ menurun jumlah

limfosit, sedangkan pada anak prevalensinya sekitar 2% - 3%. Kehadiran OHL adalah

tanda imunosupresi berat. OHL merupakan lesi putih, tidak berbatas jelas, berkerut,

menonjol pada tepi lateral lidah dan berkaitan dengan virus Epstein Barr dan infeksi

HIV (Gambar 8).

Gambar 8. Oral hairy leukoplakia padapenderita AIDS38

Lesi awal tampak sebagai plak vertikal, putih, besar, pada tepi lateral lidah

dan umumnya bilateral. Lesi-lesi tersebut dapat menutupi permukaan lateral dan

dorsal lidah, meluas ke mukosa pipi dan palatum. Lesi tersebut tanpa gejala dan tidak

dapat dihapus serta mengganggu estetika. Bukti histologi tampak tonjolan mirip

rambut hiperkeratotik, kolisitosis, sedikit radang dan infeksi kandida. Hal ini sangat

penting karena dapat digunakan unutk meramalkan perkembangan AIDS.38

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

14

3. HIV-Associated Periodontal Disease

Penyakit periodontal merupakan penyakit umum di antara pasien yang

terinfeksi HIV. Hal ini ditandai dengan gusi berdarah, bau mulut,

nyeri/ketidaknyamanan, gigi goyang dan kadang-kadang luka. Prevalensi luas

berkisar antara 0% dan 50%. Jika tidak diobati, HIV-Associated Periodontal Disease

dapat berkembang menjadi infeksi yang mengancam jiwa, seperti angina ludwig dan

noma (cancrum oris). Gambaran klinis dari HIV-Associated Periodontal Disease

terdiri dari empat bentuk yaitu:

1. Linear gingival erythema ditandai dengan terdapatnya garis merah

sebesar 2-3 mm sepanjang marginal gingiva, berhubungan dengan eritema difus pada

attached gingiva dan mukosa mulut. Perawatannya dapat dilakukan dengan scaling

dan root planning serta penggunaan chlorhexidin gluconat 0,5 oz dikumur selama 30

detik dan dibuang setiap 12 jam.38

2. NUG lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak. Hal ini

ditandai dengan adanya ulserasi, pengelupasan dan nekrosis satu atau lebih papila

interdental, disertai rasa sakit, perdarahan dan halitosis berbau busuk. Terapi dengan

debridement saja atau dikombinasi dengan metronidazol jika terdapat demam,

malaise dan anoreksia (Gambar 9).38

3. NUP ditandai hilangnya jaringan lunak dan gigi secara luas dan cepat29,38

(Gambar 10).

4. Necrotizing Stomatitis merupakan kelanjutan yang parah dari NUP yang

tidak diobati. Hal ini ditandai dengan lesi ulceronecrotic akut dan sakit pada mukosa

oral yang menyebabkan terbukanya tulang alveolar.29,38

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

15

Gambar 9. Necrotizing Ulseratif Gingivitis38

Gambar 10. Kehilangan tulang alveolar pada Necrotizing Ulseratif

Periodontitis38

2.6 Luka Jarum Suntik

Cedera dari benda tajam tetap menjadi kekhawatiran dalam praktek dokter

gigi karena didasari oleh kemungkinan penularan infeksi melalui darah. Tingkat

estimasi transmisi untuk hepatitis B (HBV) ke penerima yang tidak divaksinasi,

hepatitis C (HCV) dan human immunodeficiency virus (HIV) setelah luka dari jarum

masing-masing adalah 6% - 30%, 2,7% - 10% dan 0,1% - 0,3%.39 Berdasarkan

sejumlah laporan yang telah melakukan pengamatan kecelakaan kerja dalam praktek

dokter gigi dari berbagai populasi yang berbeda bahwasanya petugas kesehatan gigi

berada pada risiko tinggi cedera oleh benda tajam40 (Gambar 11).

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

16

Gambar 11. Instrumen tajam yang dapat menyebabkan dental injury39

Mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran gigi dari berbagai departemen

akan di latih selama tahun ke tiga, keempat dan kelima. Selama lima tahun

mahasiswa tersebut akan diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikan sejumlah

besar kasus klinis sebagai persyaratan yang wajib. Dengan demikian mahasiswa

kepaniteraan klinik kedokteran gigi pada umumnya dianggap memiliki risiko yang

lebih tinggi dibandingkan rekan-rekan medis lainnya yang jarang melakukan tindakan

klinis sebagai mahasiswa.40

Di sisi lain, mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran gigi sudah menerima

pelatihan dasar mengenai perlindungan diri, perlindungan lingkungan, instrumen dan

peralatan yang digunakan dalam berbagai aspek perawatan gigi.40

Risiko cedera oleh benda tajam biasanya dihadapi diberbagai bidang seperti

saat melakukan anestesi lokal, pembuangan jaringan, pada saat pembedahan,

penjahitan luka dan kegiatan lainnya. Petugas kesehatan gigi termasuk risiko tinggi

cedera oleh benda tajam. Cedera oleh benda tajam yang paling umum terjadi di

bidang kedokteran gigi adalah karena jarum suntik.40

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

17

A BGambar 12. Self-aspirating syringe(A); Jarum suntik bertekanan untuk

injeksi ligamen periodontal (PDL) atau injeksi intraligamen (ILI)(B)42

Cedera akibat jarum suntik selalu menjadi salah satu faktor risiko terpenting

untuk petugas kesehatan untuk transmisi berbagai penyakit infeksi seperti HBV,HVC

dan HIV. Berbagai prosedur seperti luka yang terjadi di ruang operasi, pemeriksaan

gula darah, penjahitan luka, anestesi lokal, pembuangan jaringan dapat menyebabkan

cedera akibat jarum suntik.41

Jarum yang tersedia bagi para profesi dental saat ini adalah yang sudah

disterilkan terlebih dahulu dan sekali pakai. Dengan perawatan dan penanganan yang

tepat, hal itu tidak akan menjadi penyebab kesulitan yang berarti.42 Berikut

merupakan tata cara penanganan jarum suntik:

1. Jarum tidak boleh digunakan pada lebih dari satu pasien

2. Jarum harus diganti setelah beberapa kali (tiga sampai empat) penetrasi

jaringan pada pasien yang sama.

a. Setelah tiga sampai empat kali insersi, stainless steel jarum sekali pakai

menjadi tumpul. Penetrasi menjadi kian trauma disetiap insersi, menyebabkan nyeri

dan rasa pegal bila sensasi balik setelah prosedur.

3. Jarum harus ditutup dengan penutup jarum bila tidak digunakan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan jarum suntik terhadap jarum yang terkontaminasi

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

18

4. Sebaiknya selalu perhatikan posisi ujung jarum tanpa tutup baik diluar

maupun didalam mulut pasien. Hal ini dapat meminimalkan risiko cedera yang

mungkin terjadi pada pasien dan operator.

Gambar 13. Tempat pembuangan wadah anestesi lokal sekali pakai (A),Tempat pembuangan jarum yang terkontaminasi (B)42

5. Jarum harus dibuang dengan benar setelah digunakan untuk menghindari

terjadinya cedera atau pemakaian ulang oleh individu yang tidak berwenang.

Pembuangan jarum dapat dilakukan dengan cara berikut:

a. Jarum terkontaminasi (serta semua barang yang terkontaminasi dengan

darah atau air liur, seperti cartridge) akan dibuang pada wadah khusus

“terkontaminasi” atau “benda tajam” (Gambar 13).

b. Penggunaan yang tepat dari penutup (“pengaman” jarum) unit jarum

suntik akan meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan jarum suntik (Gambar 14.

B).

c. Ketika jarum digunakan kembali untuk suntikan berikutnya (praktik khas

untuk profesi dental vs profesi ilmu kedokteran atau profesi kesehatan lainnya, di

mana suntikan kedua jarang diberikan), penutupan kembali digunakan dengan

menggunakan teknik “scoop” atau pemegang jarum (Gambar 14. A).

d. Jarum yang terkontaminasi tidak boleh dibuang ke wadah sampah yang

terbuka.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

19

Gambar 14. Teknik “scoop” untuk recapping jarum yang terkontaminasi (A); Pemegang tutup jarum dari plastik (B)42

Kedokteran gigi modern dikatakan sebagai pekerjaan yang memiliki risiko

bahaya yang paling sedikit, namun risiko seperti cedera akibat jarum suntik

merupakan sebuah tantangan bagi bidang pekerjaan ini. Dibandingkan dengan bidang

kesehatan lainnya, dokter gigi berada pada risiko yang lebih tinggi dalam

memperoleh infeksi, karena berdasarkan fakta bahwa dokter gigi bekerja dalam akses

terbatas dan dibatasi visibilitas lapangan dan sering menggunakan perangkat atau

peralatan-peralatan yang tajam.41

Sebagai bidang pekerjaan yang memiliki resiko tinggi dalam memperoleh

infeksi melalui luka benda tajam seperti jarum suntik, maka dari itu perlu ditekankan

untuk melakukan pencegahan dengan dua cara, pertama, desain tempat kerja dan

praktek kerja yang tepat untuk mengurangi kemungkinan paparan benda tajam.

Kedua, perlu adanya antisipasi, perencanaan dan pelatihan untuk mengurangi

kejadian cedera dan meminimalkan dampaknya, baik dari segi biaya dan sumber daya

manusia.39

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

20

2.7 Kerangka Teori

HIV

Pengertian HIV

Etiologi dan Patogenesis

Cara Penularan

Gejala Klinis

Manifestasi HIV/AIDS dalam

rongga mulut

Melalui Kontak Seksual

Darah dan Produk Darah

Secara Vertikal

Cairan Tubuh Lain

Transmisi kepada Petugas Kesehatan

Luka Jarum Suntik

Penularan HIV

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

21

2.8 Kerangka Konsep

Mahasiswa kepaniteraan klinik bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU

Pengetahuan terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik:

Baik Cukup Kurang baik Tidak baik

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

22

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif yaitu suatu metode

penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan pengetahuan

mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut RSGMP FKG USU terhadap penularan

HIV melalui jarum suntik pada tahun 2017.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP

FKG USU Jl. Alumni No. 2 USU, Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada 1 April sampai 31 Mei 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen

Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU.

3.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik total sampling dimana sampel merupakan seluruh mahasiswa kepaniteraan

klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU yang berada di Klinik Bedah

Mulut yang memenuhi kriteria inklusi.

3.3.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dari penelitian ini terdiri dari:

1. Telah selesai pendidikan Sarjana Kedokteran Gigi

2. Masih menjalani kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut

3. Bersedia menjadi responden penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

23

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dari penelitian ini terdiri dari:

1. Belum selesai pendidikan Sarjana Kedokteran Gigi

2. Tidak menjalani kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut

3. Tidak bersedia menjadi responden penelitian

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional

1. Pengetahuan

Merupakan pengetahuan mahasiswa tentang

penularan HIV melalui luka jarum suntik yang

diukur melalui 15 pertanyaan. Jawaban benar

diberi nilai 1, jawaban salah diberi nilai 0.

Total nilai dijumlahkan dan dikategorikan.

2.Penularan HIV melalui

luka jarum suntik

Cedera akibat jarum suntik selalu menjadi salah

satu faktor risiko terpenting bagi petugas

kesehatan untuk penularan berbagai penyakit

seperti HIV. Berbagai prosedur seperti luka

yang terjadi di ruang operasi, pemeriksaan gula

darah, penjahitan luka, anestesi lokal,

pembuangan jaringan dapat menyebabkan

cedera akibat jarum suntik.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner yang

diberikan secara langsung kepada responden dan diisi secara langsung oleh

responden. Kuesioner yang diberikan yaitu pertanyaan berhubungan dengan

pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap penularan HIV melalui luka

jarum suntik.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

24

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah secara komputerisasi menggunakan Ms. Excel dan

Ms. Word dan selanjutnya dianalisis dengan menghubungkan antara hasil penelitian

dengan teori yang ada.

3.7 Aspek Pengukuran

Pertanyaan berhubungan dengan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik diukur

melalui 15 pertanyaan. Pertanyaan dengan jawaban benar; diberikan nilai 1, jika

salah; nilainya 0. Sehingga nilai tertinggi dari 15 pertanyaan adalah 15. Selanjutnya

nilai tersebut dikategorikan atas pengetahuan baik, cukup, kurang baik dan tidak baik.

Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, kategori baik apabila nilai jawaban responden

76% - 100% dari nilai tertinggi, kategori cukup apabila nilai jawaban responden 56%

– 75% dari nilai tertinggi, kategori kurang baik jika nilai jawaban responden 40% -

55% dari nilai tertinggi dan kategori tidak baik jika nilai jawaban responden kurang

dari 40%.43

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

25

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik yang

bersedia dilakukan penelitian pada Klinik Bedah Mulut RSGMP FKG USU selama

bulan April sampai Mei 2017. Didapati jumlah sampel sebanyak 67 orang. Persentase

responden berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 22,39% dan berjenis kelamin

perempuan sebanyak 77,61%.

Tabel 2. Karakteristik responden mahasiswa kepaniteraan klinik

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 15 22,39%

Perempuan 52 77,61%

Total 67 100%

4.2 Pengetahuan Responden terhadap penularan HIV melalui luka jarum

suntik

Pengetahuan responden terhadap penularan infeksi HIV melalui luka jarum

suntik termasuk dalam kategori baik (76% - 100%) dalam kepanjangan dari HIV,

pengertian HIV, cara penularan HIV, gejala awal HIV di rongga mulut, cara

mengurangi penularan HIV, manajemen risiko penularan HIV yang berlaku untuk

kedokteran gigi, hal yang perlu diperhatikan untuk pengendalian infeksi HIV ketika

merawat gigi pasien, penanganan yang tepat pada jarum suntik serta paparan darah

dan saliva selama prosedur dental berpotensi menularkan HIV ke dokter gigi.

Pengetahuan responden termasuk dalam kategori cukup (56% - 75%) dalam

tindakan pencegahan sebagai bidang pekerjaan yang memiliki risiko tinggi dalam

memperoleh infeksi melalui luka benda tajam seperti jarum suntik dan tindakan yang

harus dilakukan setelah luka jarum suntik.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

26

Pengetahuan responden termasuk kategori kurang baik (40% - 55%) dalam

pernyataan yang paling akurat mengenai infeksi HIV, sedangkan pengetahuan

responden termasuk kategori tidak baik (<40%) dalam gejala dari infeksi akut HIV,

cara pembuangan jarum suntik dan persentase risiko tertular HIV dari luka jarum

suntik yang terkontaminasi HIV.

Tabel 3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penularan HIV melalui

luka jarum suntik

Tahu Tidak tahuNo. Pengetahuan responden

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1. Kepanjangan dari HIV 62 92,54% 5 7,46%

2. Pengertian dari HIV 66 98,50% 1 1,50%

3. Cara penularan HIV 67 100% 0 0%

4. Gejala dari infeksi akut HIV 22 32,84% 45 67,16%

5. Gejala awal HIV di rongga

mulut66 98,50% 1 1,50%

6. Cara mengurangi penularan

HIV58 86,57% 9 13,43%

7. Pernyataan yang paling akurat

mengenai infeksi HIV36 53,73% 31 46,27%

8. Manajemen risiko penularan

HIV yang berlaku untuk

kedokteran gigi

51 76,12% 16 23,88%

9. Hal yang perlu dilakukan untuk

pengendalian infeksi HIV

ketika merawat gigi pasien

54 80,60% 13 19,40%

10. Penanganan yang tepat pada

jarum suntik58 86,57% 9 13,43%

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

27

11. Cara pembuangan jarum suntik

dengan benar untuk

menghindari terjadinya cedera

atau pemakaian ulang oleh

individu yang tidak berwenang

18 26,87% 49 73,13%

12. Tindakan pencegahan sebagai

bidang pekerjaan yang memiliki

risiko tinggi dalam memperoleh

infeksi melalui luka benda

tajam seperti jarum suntik

50 74,63% 17 25,37%

13. Paparan darah dan saliva

berpotensial menularkan HIV

ke dokter gigi selama prosedur

dental

66 98,50% 1 1,50%

14. Tindakan yang harus dilakukan

setelah luka jarum suntik47 70,15% 20 29,85%

15. Persentase risiko tertular HIV

dari luka jarum suntik yang

terkontaminasi HIV

2 2,99% 65 97,01%

Hasil penelitian terhadap pengetahuan tentang penularan HIV melalui luka

jarum suntik didapatkan persentase tertinggi pada kategori cukup yaitu 67,16%,

sedangkan yang berpengetahuan baik sebanyak 31,34% dan berpengetahuan kurang

baik sebanyak 1,50% serta berpengetahuan tidak baik sebanyak 0%.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

28

Tabel 4. Kategori pengetahuan responden terhadap penularan HIV melalui luka jarum

suntik

Kategori Jumlah Persentase

Baik 21 31,34%

Cukup 45 67,16%

Kurang baik 1 1,50%

Tidak baik 0 0%

Total 67 100%

BaikCukupKurang BaikTidak Baik

Diagram 1. Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

29

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan penularan HIV melalui luka

jarum suntik yang dilakukan pada 67 orang responden di Departemen Bedah Mulut

dan Maksilofasial didapatkan hasil 92,54% responden mengetahui kepanjangan dari

HIV yaitu Human Immunodeficiency Virus. Sebanyak 98,50% responden mengetahui

pengertian dari HIV yaitu sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh

manusia dan dapat menimbulkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).21

Sebanyak 100% responden mengetahui cara penularan HIV yaitu melalui

saliva dan darah. HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang

terinfeksi, selain itu juga dapat ditularkan oleh berbagai benda yang terkontaminasi

seperti jarum suntik, jarum atau instrumen tajam lainnya. HIV juga dapat

ditransmisikan secara vertikal dari ibu ke anak selama kehamilan dan setelah

melahirkan melalui pemberian ASI. Cara penularan virus HIV yang lain adalah

melalui transfusi darah dan penggunaan narkoba suntikan yang bergantian.33-35

Beberapa penelitian mengatakan bahwa penularan HIV dapat melalui saliva. Saliva

dapat ditularkan dari individu yang terinfeksi HIV kepada individu yang tidak

terinfeksi melalui kegiatan seksual atau non-seksual. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai kepanjangan HIV, pengertian

dari HIV dan cara penularan HIV tergolong baik.

Sebanyak 32,84% responden mengetahui gejala dari infeksi akut HIV yaitu

gejala mirip flu, demam dan pembengkakan kelenjar. Sebagian besar kasus, gejala

seperti flu akan berkembang dalam waktu dua sampai enam minggu setelah infeksi,

selanjutnya akan terjadi pembengkakan kelenjar serta diikuti dengan gejala klinis

umum seperti demam, rasa lelah dan lesu serta ruam.25 Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai gejala dari infeksi akut HIV

adalah tergolong tidak baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

30

Sebanyak 98,50% responden mengetahui gejala awal HIV di rongga mulut

yaitu kandidiasis oral. Gejala awal dari manifestasi infeksi HIV dalam rongga mulut

adalah kandidiasis oral dengan faktor utama penyebab kandidiasis oral adalah jamur

Candida albicans. Jumlah Candida albicans dalam saliva penderita HIV positif

tampaknya meningkat bersamaan dengan menurunnya rasio limfosit CD4 : CD8.29,38

Sebanyak 86,57% responden mengetahui penularan HIV dapat dikurangi

dengan cara penggunaan alat perlindungan diri dan pencegahan terjadinya cedera

jarum suntik. Mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran gigi pada umumnya

dianggap memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan rekan-rekan medis lainnya

yang jarang melakukan tindakan klinis sebagai mahasiswa, sehingga mahasiswa

kepaniteraan klinik sudah menerima pelatihan dasar mengenai perlindungan diri,

perlindungan lingkungan, instrumen dan peralatan yang digunakan dalam berbagai

aspek perawatan gigi.40 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden

mengenai gejala awal HIV dalam rongga mulut dan tindakan yang perlu dilakukan

untuk mengurangi terjadinya penularan HIV adalah tergolong baik.

Sebanyak 53,73% responden mengetahui pernyataan yang paling akurat

mengenai infeksi HIV adalah membersihkan permukaan peralatan kemungkinan akan

mengurangi transmisi infeksi silang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengetahuan responden mengenai pernyataan yang paling akurat mengenai infeksi

HIV adalah tergolong kurang baik. Sebanyak 76,12% responden mengetahui

manajemen risiko yang berlaku untuk kedokteran gigi dengan cara penggunaan

perlindungan untuk mencegah infeksi silang, pengembangan dan pelaksanaan

prosedur untuk mengidentifikasi kemungkinan individual yang terinfeksi HIV di

klinik dan merujuk orang yang diduga terinfeksi HIV untuk evaluasi medis dan

perawatan.7 Sebanyak 80,60% responden mengetahui hal yang perlu dilakukan untuk

pengendalian infeksi HIV ketika merawat gigi pasien yaitu setiap pasien seharusnya

dipertimbangkan sebagai pembawa penyakit infeksi dan mendapat perlakuan yang

sama.7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai

manajemen risiko yang berlaku untuk kedokteran gigi dan hal yang perlu dilakukan

untuk pengendalian infeksi HIV ketika merawat gigi pasien adalah tergolong baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

31

Sebanyak 86,57% responden mengetahui penanganan yang tepat pada jarum

suntik adalah jarum harus diganti setelah tiga sampai empat kali penetrasi jaringan

pada pasien yang sama. Cedera oleh benda tajam yang paling umum terjadi di bidang

kedokteran gigi adalah karena jarum suntik. Perawatan dan penanganan yang tepat

pada jarum suntik adalah jarum tidak boleh digunakan pada lebih dari satu pasien,

jarum harus diganti setelah tiga sampai empat kali penetrasi jaringan pada pasien

yang sama, jarum harus ditutup dengan penutup jarum apabila tidak sedang

digunakan dan memperhatikan posisi ujung jarum jarum baik saat digunakan di luar

maupun di dalam rongga mulut pasien.42 Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengetahuan responden mengenai penanganan yang tepat pada jarum suntik adalah

tergolong baik.

Sebanyak 26,87% responden mengetahui teknik pembuangan jarum yang

tepat untuk menghindari terjadinya cedera atau pemakaian ulang oleh individu yang

tidak berwenang adalah penggunaan yang tepat penutup (pengaman) unit jarum

suntik akan meminimalkan risiko terjadinya cedera jarum suntik dan jarum yang

sudah terkontaminasi oleh darah atau saliva dibuang pada wadah khusus.42 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai pembuangan jarum

yang tepat untuk menghindari terjadinya cedera atau pemakaian ulang jarum suntik

oleh individu yang tidak berwenang adalah tergolong tidak baik.

Sebanyak 74,63% responden mengetahui pencegahan terjadinya infeksi

melalui luka benda tajam seperti jarum suntik yaitu mendesain tempat kerja yang

tepat untuk mengurangi kemungkinan paparan benda tajam serta adanya antisipasi,

perencananan dan pelatihan untuk mengurangi kejadian cedera dan meminimalkan

dampaknya.39 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai

pencegahan terjadinya infeksi melalui luka benda tajam seperti jarum suntik adalah

tergolong cukup baik.

Sebanyak 98,50% responden mengetahui paparan darah dan saliva selama

prosedur dental berpotensial menularkan HIV ke dokter gigi. Cedera dari benda tajam

tetap menjadi kekhawatiran dalam praktek dokter gigi karena didasari oleh

kemungkinan penularan infeksi melalui darah. Berdasarkan sejumlah laporan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 44: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

32

telah melakukan pengamatan kecelakaan kerja dalam praktek dokter gigi dari

berbagai populasi yang berbeda bawasanya petugas kesehatan gigi berada pada risiko

tinggi cedera oleh benda tajam.40 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan

responden mengenai paparan darah dan saliva selama prosedur dental berpotensial

menularkan HIV ke dokter gigi adalah tergolong baik.

Sebanyak 70,15% responden mengetahui tindakan yang harus dilakukan

setelah luka jarum suntik adalah mengambil profilaksis pasca paparan. Hasil

penelitan menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai tindakan yang harus

dilakukan setelah luka jarum suntik adalah tergolong cukup baik. Sebanyak 2,99%

responden mengetahui persentase risiko tertular HIV dari luka jarum suntik yang

terkontaminasi HIV adalah < 1%. Tingkat estimasi transmisi untuk hepatitis B ke

penerima yang tidak divaksinasi adalah 6% - 30%, hepatitis C 2,7% - 10% dan HIV

adalah 0,1% - 0,3%.39 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden

mengenai persentase risiko tertular HIV dari luka jarum suntik yang terkontaminasi

HIV adalah tegolong tidak baik.

Keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak ditemuinya penelitian

pembanding tentang pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap penularan

HIV melalui luka jarum suntik, sehingga peneliti tidak dapat melakukan

perbandingan hasil penelitian yang dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan

Maksilofasial FKG USU dengan peneliti yang lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

33

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut FKG

USU terhadap penularan HIV melalui luka jarum suntik adalah sebanyak 31,34%

berpengetahuan baik, 67,16% berpengetahuan cukup dan sebesar 1,50% dengan

kategori pengetahuan kurang serta 0% berpengetahuan tidak baik.

2. Tingkat pengetahuan responden yang termasuk kategori baik (76% -

100%) meliputi kepanjangan dari HIV, pengertian HIV, cara penularan HIV, gejala

awal HIV di rongga mulut, cara mengurangi penularan HIV, manajemen risiko

penularan HIV yang berlaku untuk kedokteran gigi, hal yang perlu diperhatikan untuk

pengendalian infeksi HIV ketika merawat gigi pasien, penanganan yang tepat pada

jarum suntik serta paparan darah dan saliva selama prosedur dental berpotensi

menularkan HIV ke dokter gigi.

3. Tingkat pengetahuan responden yang termasuk kategori cukup (56% -

75%) meliputi tindakan pencegahan sebagai bidang pekerjaan yang memiliki risiko

tinggi dalam memperoleh infeksi melalui luka benda tajam seperti jarum suntik dan

tindakan yang harus dilakukan setelah luka jarum suntik.

4. Tingkat pengetahuan responden yang termasuk kategori kurang baik

(40% - 55%) meliputi pernyataan yang paling akurat mengenai infeksi HIV.

5. Tingkat pengetahuan responden termasuk kategori tidak baik (<40%)

meliputi gejala dari infeksi akut HIV, cara pembuangan jarum suntik dan persentase

risiko tertular HIV dari luka jarum suntik yang terkontaminasi HIV.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

34

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada mahasiswa kepaniteraan klinik untuk lebih

memahami dan meningkatkan pengetahuan tentang penularan HIV melalui luka

jarum suntik dengan lebih banyak membaca berbagai literatur.

2. Diharapkan kepada mahasiswa kepaniteraan klinik untuk dapat

mengaktualisasikan pengetahuan tentang penularan HIV melalui luka jarum suntik

dalam hal penanganan pasien.

3. Diharapkan kepada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

untuk dapat mengevaluasi pembelajaran tentang penularan HIV melalui luka jarum

suntik.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan data untuk penelitian

lanjutan yang berhubungan dengan penularan HIV melalui luka jarum suntik.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

35

DAFTAR PUSTAKA

1. Hans LA. Cara penularan HIV & AIDS di unit perawatan intermediate penyakit

infeksi (UPIPI) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. BIKKK – Berkala Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin – Periodical of Dermatology and Venereology 2014; 26(1): 27.

2. Scully C, Greenspan JS. Human immunodeficiency virus (HIV) transmission in

dentistry. J Dent Res 2006; 9(85): 794.

3. Wilburn, Eijkemans. Preventing needlestik injuries among healthcare workers. Int

J Occup Environ Health 2004; 10(4): 451.

4. Jamil KF. Profil kadar CD4 terhadap infeksi oportunistik pada penderita human

immunodeficiency virus / acquired immunodeficieny syndrome (HIV/AIDS) di

RSUD DR. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 2014;

14(2): 76.

5. Priscilla V. Faktor-faktor penentu penyebaran HIV(+)/AIDS di Indonesia tahun

2008. Majalah Kedokteran Andalas 2008; 32(2): 109.

6. Kemenkes RI. Situasi dan analisis HIV AIDS. Pusat Data dan Informasi

Kementrian Kesehatan RI 2014: 1-6.

7. Nagelberg RH. Dental professionals and HIV – part 2. The Academy of Dental

Therapeutics and Stomatology 2015: 2.

8. Gupta N, Tak J. Needlestick injuries in dentistry. Kathmandu Univ Med J 2011;

3(35): 208.

9. Joyce MP, Kuhar D, Brooks JT. Notes from the field: Occupationally acquired

HIV infection among health care workers-United States, 1985-2013. Am J

Transplant 2015; 15: 841.

10. Guruprasad Y, Chauhan DS. Knowledge, attitude, and practice regarding risk of

HIV infection through accidental needlestick injuries among dental students of

Raichur, India. Natl Journal Max Surg 2011; 2(2): 153.

11. Smith AJ, Cameron SO, Bagg J, Kennedy D. Management of needlestick injuries

in general dental practice. Br Dent J 2001; 12(190): 645.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

36

12. Gurubacharya DL, Mathura KC, Karki DB. Knowledge, attitude and practices

among health care workers on needle-stick injuries. Kathmandu Univ Med J

2003; 1(2): 91.

13. Nasir EF, Åstrøm AN, David J, Ali RW. HIV and AIDS related knowledge,

sources of information ands reported need for further education among dental

students in Sudan- a cross sectional study. BMC Public Health 2008; 8:286.

14. Khader Y, Burgan S, Amarin Z. Self-reported needle-stick injuries among dental

students in north Jordan. Eastern Mediteranean Health Journal 2009; 15(1):186.

15. Shah MS, Merchant AT, Dosman JA. Percutaneous injuries among dental

professionals in Washington State. BMC Public Health 2006; 6:269.

16. Kotze MJ, Labuschagne W. A method of determining the presece of blood in and

on a dental needle after the administration of local anesthetic. JADA 2014;

6(145): 557.

17. Leggat PA, Smith DR. Prevalence of percutaneous exposure incidents amongst

dentists in Queensland. Aust Dent J 2006; 2(51): 158.

18. Ali FM, Patil A, Prasant MC, Tahasildar S, Patil K. Needle stick injuries in dental

clinics: a review. J Evol Med Dent Sci 2014; 3(2): 374.

19. Siddiqi A, Morkel JA, Stephen L, Moola M. Occupational blood exposures at a

dental faculty: a three year review. International Dentistry SA 2008; 9(5): 28.

20. Tao X, Peng H, Qian L, Li Y, Wu Q, Ruan J, dkk. Occupational exposure to

positive blood and body fluids among health care workers in a Chinese University

Hospital: A three years retrospective study. Global Journal of Health Science

2017; 9(4): 156.

21. Wyżgowski P, Rosiek A, Grzela T, Leksowski K. Occupational HIV risk for

health care workers: risk factor and the risk of infection in the course of

professional activities. Therapeutics and Clinical Risk Management 2016; 12:

989.

22. Perry DA, Beemsterboer PL. Periodontolgy for the dental hygienist. 3rd Ed.

China. Elsevier Inc, 2007: 376.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

37

23. Yohanes Gitoyo. Bagaimana HIV dapat menyebabkan AIDS. 28 Desember 2013.

http://pustakadigitalindonesia.blogspot.co.id/2013/12/membongkar-misteri-

bagaimana-hiv-dapat.html. (17 Januari 2017).

24. Widiyanti M, Sandy S. Gambaran subtipe HIV-1 dengan kadar CD4 stadium

klinis, infeksi oportunistik penderita HIV/AIDS di kota dan kabupaten Jayapura,

Papua. MKB 2016; 48(1): 2.

25. Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehric JS. Atlas berwawrna lesi mulut yang sering

ditemukan. Alih bahasa. Titi Suta. Jakarta: EGC, 2014: 182.

26. Samuel N, Hegedus A, Jaye A, Rowland-Jones S, Flanagan KL, Macallan DC.

Comparing HIV-1 and HIV-2 infection: Lessons for viral immunopathogenesis.

ResearchGate 2017. Jan 17: 1.

27. Hasanah I, Putri D, Wulandari RA. Titik sebar hotspot area HIV/AIDS di

Amerika 2013 dengan analisis cluster bernoulli menggunakan geographic

informations system (GIS) dan statscan. STMIK AMIKOM Yogyakarta 2016:

1.2-7.

28. Wirahayu AY, Satyabakti P. Pencegahan HIV/AIDS pada anggota TNI-AL

dilihat dari pengetahuan sikap dan tindakan. Jurnal Berkala Epidemiologi 2014;

2(2): 161-2.

29. Elley BM, Soory M, Manson JD. Periodontics. 6th Ed. China. Elsevier Limited,

2010: 126-7.

30. Lestari PE. Infeksi jamur candida pada penderita HIV/AIDS. Stomatognatic (J. K.

G Unej) 2013; 10(1): 35-6.

31. Elona U. Proporsi infeksi opportunistik pada penderita HIV/AIDS di RSUP Haji

Adam Malik tahun 2010. 16 Mei 2016.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/58971/4/Chapter%20II.pdf. (18

Januari 2017).

32. Maartesn G, Celum C, Lewin SR. HIV infection: Epidemiology, pathogenesis,

treatment, and prevention. Lancet 2014; 384: 259-60.

33. ElKalmi RM, Al-Shami AK, Alkoudmani RM, Al-Syed T, Al-Lela OQB, Patel I.

Knowledge, attitudes and risk perceptions towards human immunodeficiency

Universitas Sumatera Utara

Page 50: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

38

virus and acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) among health

sciences students in a public university, Malaysia. Journal of Pharmacy Practice

and Community Medicine 2015; 1(1): 24.

34. Fontes TV, Marques FV, Gonçalves LS. Endodontic infection in HIV-infected

individuals: An overview. ENDO (Lond Eng) 2015; 9(1): 16.

35. Patel P, Borkowf CB, Brooks JT, Lasry A, Lansky A, Mermin J. Estimating per-

act HIV transmission risk: A systematic review. AIDS 2014; 28(10): 1512-14.

36. Saúde Divulgação VE. Hospital vida & Saúde de Santa Rosa realizou mais de 10

mil procedimentos de hemodiálise em 2014. 27 Maret 2015.

http://www.jsemanal.com.br/3156-fique-atento-aos-sintomas-para-manter--os-

rins-saudaveis. (16 Juni 2017).

37. Charlotte NC. Needlestick prevention. 2015.

http://www.premiersafetyinstitute.org/safety-topics-az/needlestick-

prevention/sharps-injury-prevention-needlesticks-scalpels-and-glass/. (18 Januari

2017).

38. Ramayanti S. Manifestasi oral pada pasien terinfeksi virus HIV/AIDS. Andalas

Dental Journal 2013: 81-7.

39. Walsh LJ. Sharps injuries in dental practice: Getting the point. The Cutting Edge

2006 January/February: 66.

40. Gaballah K, Warbuton D, Sihmbly K, Renton T. Needle stick inuries among

dental students: risk factors and recommendations for prevention. Libyan J Med

2012, 7: 175-7.

41. Gambhir RS, Kapoor V. Knowledge, awareness and practice regarding needle

stick injuries in dental profession in India. Int J of Prev Med 2015; 6: 55.

42. Malamed SF. Handbook of local anesthesia. 6th Ed. Los Angeles: Elsevier Inc,

2011: 5-7.

43. Arikunto S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi IV.

Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998: 246.

44. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon-White RT. Penyakit infeksi.

Edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008: 199.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

39

45. Gillespie SH, Bamford KB. At a glance mikrobiologi medis dan infeksi. Edisi 3.

Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009: 94.

46. Southwick F. Infectious diseases a clinical short course. 2th Ed. Florida: McGraw-

Hill, 2004: 396.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi/Siang,

Saya Dwina Anisha, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter

gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan melakukan

penelitian yang berjudul “Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah

Mulut RSGMP FKG USU Terhadap Infeksi HIV Melalui Luka Jarum Suntik

Pada Tahun 2017”.

Saya mengikutsertakan saudara/saudari dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut mengenai

infeksi HIV melalui luka jarum suntik. Manfaat penelitian ini adalah memberikan

informasi dalam meningkatkan kompetensi keilmuan dan menambah wawasan

mengenai infeksi HIV melalui luka jarum suntik.

Saudara/saudari sekalian, penelitian yang akan saya lakukan menggunakan

kuesioner. Dalam penelitian ini saya akan meminta saudara/saudari untuk mengisi

kuesioner. Pada penelitian ini, identitas saudara/saudari akan disamarkan. Hanya

peneliti, anggota peneliti, dan anggota komisi etik yang bisa melihat datanya.

Kerahasiaan data saudara/saudari dapat dijamin sepenuhnya. Apabila selama

menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada saudara/saudari dapat menghubungi

saya Dwina Anisha di nomor telepon 082280289638. Demikianlah infomasi ini saya

sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan saudara/saudari sekalian, saya

ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Dwina Anisha)

Universitas Sumatera Utara

Page 53: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : P/L

Alamat :

No. Hp :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap pada penelitian yang

berjudul PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

MULUT RSGMP FKG USU TERHADAP INFEKSI HIV MELALUI LUKA

JARUM SUNTIK PADA TAHUN 2017, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian

ini.

Medan, ................................2017

Yang menyetujui,

Subyek penelitian

................................................

Universitas Sumatera Utara

Page 54: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

LAMPIRAN 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

Nomor :

Tanggal :

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

MULUT RSGMP FKG USU TERHADAP PENULARAN HIV MELALUI

LUKA JARUM SUNTIK PADA TAHUN 2017

Nama :

NIM :

No. HP :

PETUNJUK PENGISIAN

1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik yang sedang

berada di Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU

2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang

dianggap benar

3. Semua pertanyaan harus dijawab

4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban

5. Bila ada pertanyaan yang kurang mengerti silahkan ditanyakan kepada peneliti

Universitas Sumatera Utara

Page 55: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

A. Pertanyaan berhubungan dengan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan

klinik

1. HIV singkatan dari:

a. Human immunedeficiency virus

b. Human immobilization virus

c. Human immunodeficiency virus

d. Tidak tahu

2. Pengertian HIV adalah:

a. Suatu virus yang menyerang sistem kekebalan manusia

b. Suatu virus yang menyerang organ manusia

c. Suatu racun yang menyebabkan rusaknya sistem kekebalan manusia

d. Tidak tahu

3. Bagaimana cara penularan HIV?

a. Melalui saliva dan darah

b. Melalui perkongsian pinggan dan gelas

c. Melalui keringat

d. Tidak tahu

4. Berikut merupakan gejala dari infeksi akut HIV:

a. Pembengkakan kelenjar, demam, muntah

b. Gejala mirip flu, demam, pembengkakan kelenjar

c. Luka pada kulit, diare, pneumonia

d. Tidak tahu

5. Yang merupakan gejala awal HIV di rongga mulut adalah:

a. Kandidiasis oral

b. Stomatitis nikotina

c. Fissure tongue

d. Tidak tahu

Universitas Sumatera Utara

Page 56: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

6. Penularan HIV dapat dikurangi dengan cara berikut:

a. Penggunaan alat perlindungan diri

b. Pencegahan tertusuk jarum suntik

c. a dan b benar

d. BSSD

7. Berikut adalah pernyataan yang paling akurat mengenai infeksi HIV:

a. Kontaminasi silang dari satu pasien terinfeksi HIV yang tidak diobati ke

orang lain dapat terjadi melalui sentuhan kulit

b. Terdapat sedikit kemungkinan kontaminasi silang dari satu pasien

terinfeksi HIV yang tidak diobati ke orang lain melalui udara

c. Membersihkan permukaan peralatan memungkinkan akan mengurangi

transmisi infeksi silang

d. BSSD

8. Manajemen risiko yang berlaku untuk kedokteran gigi mencakup:

a. Penggunaan perlindungan untuk mencegah infeksi silang

b. Pengembangan dan pelaksanaan prosedur untuk mengidentifikasi

kemungkinan individual yang terinfeksi HIV di klinik

c. Merujuk orang yang diduga terinfeksi HIV untuk evaluasi medis dan

perawatan

d. Semua benar

9. Ketika merawat gigi pasien, hal yang perlu dilakukan untuk pengendalian

infeksi HIV adalah:

a. Pasien terinfeksi HIV harus diisolasi dari pasien lain

b. Setiap pasien seharusnya dipertimbangkan sebagai pembawa penyakit

infeksi dan mendapat perlakuan yang sama

c. Prosedur kontrol infeksi hanya diterapkan untuk pasien terinfeksi HIV

d. Tidak perlu menggunakan prosedur kontrol infeksi karena pasien yang

terinfeksi virus hanya minoritas kecil dari populasi

Universitas Sumatera Utara

Page 57: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

10. Cedera oleh benda tajam yang paling umum terjadi di bidang kedokteran gigi

adalah karena jarum suntik. Berikut merupakan penanganan yang tepat pada

jarum suntik adalah:

a. Jarum harus diganti setelah tiga sampai empat kali penetrasi jaringan pada

pasien yang sama

b. Jarum boleh digunakan pada lebih dari satu pasien

c. Tidak menutup jarum saat tidak digunakan

d. Jarum dibuang ke wadah sampah yang terbuka

11. Jarum yang telah digunakan harus dibuang dengan benar untuk menghindari

terjadinya cedera atau pemakaian ulang oleh indivdu yang tidak berwenang.

Pembuangan jarum dapat dilakukan dengan cara berikut:

a. Jarum terkontaminasi dengan darah atau saliva akan dibuang pada wadah

terbuka

b. Penggunaan yang tepat (pengaman) unit jarum suntik akan meminimalkan

risiko terjadinya kecelakaan jarum suntik

c. Jarum yang digunakan kembali untuk suntikan berikutnya tidak

menggunakan teknik scoop untuk menutup jarum suntik

d. Tidak tahu

12. Sebagai bidang pekerjaan yang memiliki risiko tinggi dalam memperoleh

infeksi melalui luka benda tajam seperti jarum suntik maka perlu ditekankan

untuk melakukan pencegahan dengan cara:

a. Pelatihan untuk mengurangi kejadian cedera tidak perlu dilakukan karena

luka jarum suntik adalah hal yang biasa

b. Cedera jarum suntik tidak menyebabkan luka robek sehingga sedikit

kemungkinan terjadinya infeksi dan tidak perlu dilakukan pencegahan

c. Desain tempat kerja yang tepat untuk mengurangi kemungkinan paparan

benda tajam serta perlu adanya antisipasi, perencanaan dan pelatihan untuk

mengurangi kejadian cedera dan meminimalkan dampaknya

d. a dan b benar

Universitas Sumatera Utara

Page 58: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

13. Paparan darah dan saliva selama prosedur dental berpotensial menularkan HIV

ke dokter gigi?

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

14. Tindakan yang harus dilakukan setelah luka jarum suntik adalah:

a. Cuci dengan sabun dan air

b. Mengambil profilaksis pasca paparan

c. Tidak tahu

15. Berapa persen risiko tertular HIV dari luka jarum suntik yang terkontaminasi

HIV?

a. < 1%

b. 1-10%

c. > 50%

d. Tidak tahu

Universitas Sumatera Utara

Page 59: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

LAMPIRAN 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Dwina Anisha

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/19 Mei 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pancing III No. 76 Martubung, Medan Labuhan

Orang Tua

Ayah : Ir. H. Rawuh Kuswito

Ibu : Juni Ernawati

Riwayat Pendidikan

1. 2001-2007 : SD Dr. Wahidin Sudirohusodo

2. 2007-2010 : SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo

3. 2010-2013 : SMA Swasta Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah

Universitas Sumatera Utara

Page 60: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

LAMPIRAN 5

JADWAL KEGIATAN

Bulan

September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni JuliKegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Persiapan dan Pembuatan ProposalSeminar Proposal

Perbaikan Proposal

Penelitian

Pengolahan DataPembuatan Laporan dan Hasil Penelitian

Seminar Hasil

Perbaikan Laporan Hasil dan PenelitianSidang Skripsi

Universitas Sumatera Utara

Page 61: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

LAMPIRAN 6

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

RINCIAN JUMLAH HARGA SATUAN TOTALBiaya pembuatan

proposal

40 halaman Rp. 2,000 Rp. 80,000

Biaya print dan

fotokopi

8 st x 40 halaman Rp. 5,000 Rp. 350,000

Biaya transportasi Rp. 600,000

Rp. 600,000

Biaya bahan habis

pakai

Rp. 175,000 Rp. 175,000

Biaya penjilidan dan

penggandaan

8 st x 40 halaman Rp. 12,500 Rp. 12,500

Biaya seminar

proposal

Rp. 250,000 Rp. 250,000

Biaya lain-lain Rp. 250,000 Rp. 250,000

TOTAL Rp. 1,805,000

CATATAN :

Semua biaya ditanggung oleh Peneliti.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

LAMPIRAN 7

HASIL PERHITUNGAN KUESIONER PENGETAHUAN MAHASISWA

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT RSGMP FKG USU TERHADAP

PENULARAN HIV MELALUI LUKA JARUM SUNTIK PADA TAHUN 2017

Nomor Kuesione

r

Jenis Kelami

n1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 L C A A B A A C D B A C C A B B2 P C A A C A C D D B A C A A B B3 L C A A C A C D D B A C A A B B4 L C A A A A C B C B A C C A B C5 P C A A B A C C A B A C D A A C6 P C A A C A D C D B A C C A B B7 P C A A A A B C A A A C C A C D8 P C A A B A A C A B B C C A A C9 P C A A A A C D D B A C C A B C10 P A A A A A C D D B A C C A A C11 P C A A B A C A A B A C B B B C12 P C A A C A C C D B A C A A B C13 P C A A A A C C B B A C C A B D14 L C A A C A C C D B A B D A A C15 P A A A B A A B D C A B C A B C16 L C A A B A C B B B A B B A A D17 P C A A A A C C D B B C C A B C18 P C A A A A C C D B B C C A B C19 P C A A A A C C D B B C C A B C20 P C A A B A A C D C A C C A B C21 P C A A B A C D D B A B C A A C22 P C A A A A C C A B A A C A A C23 P C A A A A C C D C A B C A B C24 P C A A A A C D D A A C C A A C25 P C A A C A C C D B A B C A A B26 P C A A B A C D D A A C C A B C27 P C A A B A C D D A A C C A B C28 P C A A D A C D D A A C C A C C29 P C A A B A C D D A A C C A C D30 P C A A B A A B D B A B C A B C31 P C A A A A C D D B B C A A C C32 P C A A A A C D D B A B C A C C33 L C A A A A A B D B A C C A B C34 L C A A A A C C D B A B C A B A

Universitas Sumatera Utara

Page 63: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

35 L C A A A A C C A B A C B A B B36 L C A A A A C D D B A C A A B B37 P C A A A A C C A B A C C A B C38 P C C A A A C C D B A C C A B C39 P A A A A A C D D B A C C A A C40 P C A A A A C D D B A B A A A D41 P C A A A A B A B B A B B A B B42 P A A A A A C C D B A C C A B C43 P C A A A A C C A C A C A A B C44 P C A A A A C C D B A B C A B C45 L C A A A A C A B B A C C A B C46 P C A A A A C D D B A B C A B B47 L C A A A A C A D B A C C A B B48 L C A A C A C C A B A C A A A C49 P C A A B A C D D B A C B A B C50 P C A A A A C C D C A B C A B C51 P A A A B A C B D B A C D A B C52 P C A A B A C C D B A A C A A C53 P C A A B A C C D B A B C A A B54 P C A A A C C B C B B C C A B A55 L C C A A A C C D B A C C A B B56 P C A A B A D C D B A C C A B C57 P C A A A A C C D A A B C A B C58 L C A A B A C A D B A C C A B C59 L C A A C A C C D B B C A A B C60 P A A A B A C C D B B C C A B C61 P C A A C A C C D A A C C A B D62 P C A A B A C C D B A C D A B B63 P C A A B A C B D B A B A A B D64 P C A A A A C D D B B B C A A C65 P C C A B A C C D B A B C A B B66 P C A A A A C C D C A C C A B B67 P C A A A A C C D B A C C A B C

Universitas Sumatera Utara

Page 64: Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan

LAMPIRAN 8

ETHICAL CLEARANCE

Universitas Sumatera Utara