Upload
hlurcan
View
1.160
Download
43
Embed Size (px)
Citation preview
FAKULTAS ILMU KOMUNKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
MODUL 2
“HUMAN RELATIONS” DALAM MANAJEMEN INTERAKTIF
(3 SKS)
POKOK BAHASAN:
Manajemen Interaktif: Penerapan Human Relations; Sebuah Pengantar
DESKRIPSI
Human Relations adalah suatu bidang studi yang menyoroti tentang tata cara
berkomunikasi antar persona persuasive manusiawi. Penerapannya di dalam
manajemen diperlukan pendekatan-pendekatan yang spesifik dan manusiawi. Dalam
modul ini kita akan melihat perbedaan antara manajemen teknis dan interaktif, prinsip-
prinsip manajemen interaktif, pengertian akan manusia (people) dan pentingnya
manipulasi konstruktif.
Modul ini masih sebagai pengantar, bahasan-bahasan lebih detail akan
disampaikan pada modul-modul berikutnya.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memahami dan mampu menjelaskan kembali perbedaan antara manajemen
teknis dan interaktif.
2. Memahami dan mampu menjelaskan kembali prinsip-prinsip manajemen
interaktif;
3. Memahami dan mampu menjelaskan kembali peningkatan efektivitas pegawai di
tempat kerja.
4. Memahami dan mampu menjelaskan kembali pengertian akan manusia (people);
dan,
5. Memahami dan mampu menjelaskan kembali pentingnya manipulasi konstruktif.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION
“HUMAN RELATIONS”
DALAM MANAJEMEN INTERAKTIF
1. Pendahulaun
Seperti yang telah dibahas pada modul 1 membangun jembatan antara pekerja dan
manajemen merupakan hal yang kritikal atau dalam kata lain membangun hubungan
manajerial yang produktif merupakan elemen yang penting.
Manajemen selalu dilihat dalam terminology “produktivitas”. Karena produktivitas
merupakan kunci sukses organisasi dan manajer. Manajer mengevaluasi bawahan
dengan berapa banyak mereka berproduksi. Di bawah sistem evaluasi yang bersifat
satu dimensi ini, manajer mudah sekali tergelincir dalam pandangan bahwa manusia
adalah tidak berbeda dengan sumber daya yang lain seperti bahan dan uang yang
dieksploitasi sebesar-besarnya sebagai barang perusahaan.
Pekerja jaman sekarang tidak akan membiarkan ini terjadi tanpa konsekuensi
negative baik di pihak pekerja maupun terhadap kontribusi mereka untuk pencapaian
tujuan-tujuan organisasi.
Banyak manajer terlatih di bidang administrasi bisnis, enjinering tetapi ilmu tersebut
tidak serta merta dapat menjadi ahli dalam membina suatu hubungan. Untuk itu
diperlukan keterampilan manajemen interaktif dengan pendekatan human relations.
2. Pendekatan Manajemen Interaktif
Penelitian kepribadian manusia mengisaratkan individu yang sehat membutuhkan
perlakuan yang hormat dan pemberian kesempatan untuk merasa mampu(kompeten)
dan mandiri, ketika mereka secara aktif mengejar tujuan-tujuan yang menjadi komitmen
mereka.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION
Peneliti manajemen teknis mengidentifikasikan bahwa karakteristik orientasi
produksi yang bersifat direktif mempunyai kecenderungan menciptakan situasi dimana
bawahan merasa tergantung, penurut, dan pasif dimana mereka hanya menggunakan
sebagian dari kemampuan mereka. Aktivitas mereka terlalu berorientasi pada
kebutuhan organisasi dan manajer daripada kebutuhan mereka. Ini sering menimbulkan
rasa frustasi, kebencian dan tidak produktif. Dalam kondisi ini, pegawai cenderung
mengatasi dengan ke luar dari pekerjaan atau menciptakan mekanisme defensif (seperti
melamun, agresi ataupun mendua) atau menentang secara terbuka terhadap manajer
dan sistem yang ada.
Kalau pegawai menggunakan mekanisme pertahanan, manajemen mungkin tidak
menyadarinya. Kalau pegawai melakukan penentangan terbuka, manajer akan
meningkatkan kontrol, hukuman yang keras, dan lain-lain yang malah meningkatkan
frustasi. Akibatnya adalah bertambahnya jarak, saling tidak percaya, sakit hati pada
kedua belah pihak dan tidak ada yang menang.
Secara singkat perbedaan itu dapat dilihat dalam table berikut:
Tabel 1: Perbedaan antara manajemen teknis dan interaktif
Teknis Interaktif
Orientasi pada perusahaan Orientasi pada pegawai
Memerintah Menjelaskan dan Mendengarkan
Memaksakan kepatuhan Mengembangkan komitmen
Orientasi tugas/pekerjaan Orientasi Manusia
Tidak fleksibel Adaptable (fleksibel)
Tidak mengindahkan kebutuhan Memuaskan kebutuhan
Menciptakan ketakutan dan ketegangan Menimbulkan kepercayaan dan pengertian
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION
Orientasi pada perusahaan VS Orientasi pada pegawai
Dalam manajemen teknis, manajer tertarik secara dominan pada pekerjaan/tugas
dari pada pegawai; “selesaikan pekerjaan” merupakan kata yang sering diperintahkan
dan merupakan motivator utama.
Dilain pihak, manajer interaktif berfungsi sebagai penasehat, konsultan dan
pemecah masalah (problem solver) yang membantu bawahan untuk menentukan arah
yang terbaik dan memberi bimbingan bagaimana mengimplementasikan merupakan
prioritas utama. Perilaku verbal dan nonverbal manajer interaktif memproyeksikan
kepercayaan, percaya diri, kesabaran, empati dan kemauan untuk membantu. Hasilnya
adalah kedekatan, keterbukaan, kepercayaan hubungan antara manajer dan pegawai
yang merupakan “win-Win Solution”.
Memerintah VS Menjelaskan dan Mendengarkan
Manajer teknis mendominasi pembicaraan, sedikit meminta input verbal dari
bawahan kecuali hanya untuk mengidentifikasikan kepatuhan.
Sebaliknya manajemen interaktif menekankan pada pemecahan masalah yang
melibatkan diskusi dua arah dan umpan balik. Manajer adalah berpengetahuan,
kompeten, percaya diri dalam keterampilan berkomunikasi verbal seperti bertanya,
mendengarkan dan memberi umpan balik.
Memaksakan kepatuhan VS Mengembangkan komitmen
Kekuasaan dan kewenangan merupakan “kata gong” bagi manajer teknis. “Kerjakan
dengan cara saya atau ……”, “Manajer adalah pemikir”, “pekerja adalah buruh”,
“Manajemen membuat keputusan di sini” adalah kata –kata yang sering
didengar .Manajer mengkontrol, membujuk, dan memaksa pegawai untuk melakukan
apa yang diinginkan. Mungkin teknik ini dapat berjaalan tetapi dapat menciptakan
ketidakpuasan pekerja yang akan menimbulkan penentangan secara samar atau ke luar
jika mereka mendapat kesempatan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION
Penggabungan secara efektif tujuan-tujuan jangka pendek dan panjang merupakan
kecirian dari manajer interaktif. Manajer interaktif memberikan “ruang” untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut dalam waktu yang cukup. Kepatuhan segera tidak terlalu
penting dibandingkan dengan membangun kerjasama tim yang efisien dan efektif.
Walaupun orientasi ini memakan waktu untuk mendapatkan hasil yang positif, ini akan
menimbulkan sedikit ketidaksukaan pada sebagian manajer yang bersifat otokrat. Dalam
jangka panjang akan tercipta saling lebih percaya antara manajer dan pekerja dan juga
“goodwill”, morale yang baik dan efektivitas tim yang lebih baik.
Orientasi tugas/pekerjaan VS Orientasi Manusia
Memenuhi batas waktu produksi adalah penting bagi manajer teknis daripada
mengembangkan hubungan dengan orang. Orientasi ini sering menimbulkan frustasi
pada pegawai yang hanya memberikan usahanya secara minimum.
Manajemen interaktif berorientasi manusia. Masalah atau kebutuhan pegawai
adalah sama pentingnya seperti tugas/pekerjaan. Tujuan yang penting dari interaktif
manajer adalah mengembangkan hubungan dengan pegawai sehingga mereka
termotivasi untuk mencapai tujuan organisai dengan semangat/keinginan mereka.
Tidak fleksibel VS Adaptable (fleksibel)
Manajer teknis secara tipikal mendekati dan berinteraksi dengan berbagai pegawai
dengan cara yang sama setiap waktu. Mereka tidak sensitive terhadap variasi dalam
gaya, kebutuhan dan masalah-masalah pegawai mereka. Seringkali manajer teknis tidak
sensitif dan melupakan tanda-tanda yang dimiliki oleh individual pegawai dan kebutuhan
yang mendesak pada masa tertentu dan di bawah kondisi tertentu.
Fleksibilitas adalah keterampilan kunci yang digunakan oleh mnajer interaktif.
Mereka fleksibel dalam berkomunikasi dengan orang yang berbeda gaya. Gaya
manajemen mereka beradaptasi dengan individu pegawai dn situasi. Mereka sangat
perseptif terhadap tanda-tanda verbal dan nonverbal yang dikirimkan oleh bawahan
mereka dan mereka berkehendak dan mau merubah pendekatan dan tujuan mereka jika
diperlukan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION
Tidak mengindahkan kebutuhan VS Memuaskan kebutuhan
Ketika kita mengatakan pada seseorang bahwa kita mengetahui masalahnya dan
langsung mengajukan pemecahan tanpa mendapatkan umpan balik yang cukup, orang
itu cenderung untuk menjadi defensif, menyembunyikan sesuatu dan sakit hati. Interaksi
menjadi seperti pertempuran antara menang-kalah. Seorang pegawai tidak akan secara
sukarela menceritakan informasi penting kepada manajer dalam kondisi ini dan mungkin
malah mengaburkan masalah sebenarnya sehingga manajer kehilangan keseimbangan.
Ini bukanlah hubungan yang produktif.
Dalam interaktif manajemen, penyelia adalah seorang yang terampil dalam
mengumpulkan informasi dalam upaya membantu pegawai secara terbuka dan jujur
untuk menemukan kebutuhan dan masalah personal(pribadi). Dengan pendekatan ini,
pegawai mempersepsikan hubungan sebagai “sangat membantu”. Kepercayaan (trust),
keyakinan dan keterbukaan mengalir dalam hubungan “menang-menang”. Tidak hanya
itu, pegawai secara total terlibat dalam proses mencari solusi dengan manajer. Ini
menyebabkan pegawai secara personal berkomitmen kepada rencana implementasi
yang telah dibuat.
Menciptakan ketakutan dan ketegangan VS Menimbulkan kepercayaan dan
pengertian
Enam perilaku yang disebutkan di muka memuncak pada hubungan pegawai dan
manajer yang didasarkan atas ketakutan dan ketegangan atau kepercayaan dan
pengertian. Dalam manajemen teknis, tingkat ketakutan dan pertahanan tinggi. Baik
manajer dan pekerja bermain “games” satu sama lainnya. Manajemen menjadi lebih
pada proses persuasi dan kontrol dari pada pemecah masalah dan fasilitasi. Hubungan
penyelia dan pegawai memburuk ketika sifat defensif dan ketidakpercayaan
berlangsung meningkat.
Sebaliknya dalam manajemen interaktif, kepercayaan, penerimaan dan pengertian
adalah norma yang dipraktekkan. Proses komunikasi antara penyelia dan pegawai
adalah terbuka, jujur dan langsung. Informasi secara terbuka didistribusikan dan
masalah-masalah dengan baik diselesaikan. Keputusan dibuat atau tidak, penyelia dan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION
pegawai merasa nyaman satu dengan lainnya. Kedua belah pihak merasa menang-
menang.
3. Prinsip-prinsip Manajemen Interaktif
Ada empat prinsip utama dibalik filosofi manajemen interaktif:
a. Keseluruhan proses manajemen dibangun berdasarkan hubungan ikatan
kepercayaan yang membutuhkan keterbukaan dan kejujuran baik dari pihak
manajer maupun pekerja.
b. Bawahan menurut/melakukan pekerjaannya, bukan karena mereka dibuat
seperti itu, tetapi karena mereka merasa mengerti oleh manajer dan memahami
masalahnya.
c. Pekerja bekerja keras untuk membuat keputusan yang benar. Mereka merasa
tidak suka dimanipulasi, dikontrol, atau dibujuk untuk membuat keputusan
bahkan jika keputusan itu yang akhirnya mereka buat.
d. Jangan memecahkan masalah bawahan. Mereka akan merasa tidak menyukai
solusi tersebut, dan jika anda sebagai manajer memperkenalkan solusinya,
mereka akan tidak menyukai anda. Tunjukan masalahnya; jangan pecahkan.
Biarkan bawahan memecahkan masalah-masalah mereka dengan bantuan
anda.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip tersebut, manajer interaktif memberikan
kebebasan pegawai memperoleh daya pengungkapan personalitas yang optimal ketika
bekerja. Pegawai diijinkan untuk lebih aktif dari pada pasif, lebih independent dari
tergantung, mempunyai kontrol atas dunianya, merasa diterima dan dihormati, dan
mencoba melakukan latihan kemampuan mereka. Sebagaimana pegawai merasakan
perlakuan-perlakuan tadi dengan penyelianya, ikatan kepercayaan terbentuk yang
memfasilitasi perkembangan tim yang efektif yang terdiri dari individu-individu yang puas
dan produktif yang disatukan melalui transaksi interpersonal yang sehat.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION
4. Peningkatan Efektivitas Pegawai Di Tempat Kerja
Kita menyadari bahwa sangat sulit bagi manajer yang bertanggungjawab atas
hasilnya dan terbiasa memantau dari atas atas apa yang dikerjakan bawahan untuk
merubah kebiasaan lama secara tiba-tiba dan percaya bahwa pegawai secara otomatis
dan segera menyambut “manajemen interaktif”. Pengalaman mengatakan bahwa
manajer bertanggungjawab dan pekerja melaksanakan. Ini berarti memerlukan proses
sedikit demi sedikit dengan resiko kesalahan dan kegagalan.
Dalam mengkomunikasikan atmosfer pertumbuhan dan pembelajaran kepada
pegawai, perlu diingat bahwa aksi kita (apa yang kita lakukan) berbicara lebih keras dari
kata-kata. Jangan mencoba menerapkan manjemen interaktif jika kita tidak mempunyai
keinginan untuk mempercayai pegawai dan memberikan kesempatan kepada mereka
menyesuaikan diri kepada harapan dan gaya anda.
Ada 5 (lima) langkah proses untuk mempermudah transisi dan bantuan dalam
membangun hubungan yang efektif untuk bergabung dalam pemecahan-masalah.
Tabel 2: Prosedur manajemen teknis versus interaktif
Teknis Interaktif
Mendirikan fondasi “power” Membuat “Ikatan Kepercayaan”
Apa masalah anda? Menentukan situasi “masalah”
Ini rencana saya untuk anda Mari kita membuat rencana aksi yang baru
Jika anda tidak melakukannya…………. Komitmen dan implementasi
Saya akan mengawasimu! Ikuti
Ikatan Kepercayaan (Trust-bond)
Saling menghormati dan perhatian merupakan sarat untuk pemecahan masalah.
Pengembangan hubungan ikatan kepercayaan yang kuat dengan pegawai merupakan
fondasi dari manajemen interaktif. Pegawai menghendaki seorang penyelia yang dapat
dipercaya, yang mempunyai perhatian dan membantu memenuhi kebutuhan pribadi.
Dalam kondisi ini, pegawai tidak akan merasa khawatir. Mereka berani untuk
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION
bereksperimen dan mengambil resiko yang kodusif terhadap pengembangan pribadi dan
professional.
Tentukan masalahnya
Segera setelah ikatan kepercayaan tadi kuat, manajer interaktif memperdalam
hubungan dengan secara total terlibat dalam proses pemecahan masalah dengan
pegawai. Bersama-sama menentukan seperti apa situasi sekarang untuk pegawai. Apa
tujuan pribadi dan pekerjaan?Apa yang mereka lakukan untuk memecahkan masalah
mereka dan untuk memuaskan kebutuhan mereka? Aktivitas diagnostik ini tergantung
pada keterampilan efektivitas “information-sharing” dan pengumpulan informasi dan juga
pengertian antara manajer dengan pegawainya.
Manajer interaktif menentukan apakah bawahan puas dengan hubungan yang
terjalin dan prosedur kerja.Pegawai didorong untuk mengkristalisasi tujuan personal dan
sasaran dan mencocokan dengan tujuan-tujuan perusahaan untuk menentukan apakah
hubungan yang sekarang adalah metode yang paling efisien dan efektif untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Analisa situasi ini mengarah
pada pertanyaan yang konklusif: “Apakah rencana aksi lain lebih produktif dalam
membantu pegawai dan perusahaan untuk mendapat tujuan dan sasaran bersama?”
Mengembangkan kerangka aksi baru
Bersama-sama, antara manajer interaktif dan pegawai mulai merencanakan
kerangka aksi. Peran utama penyelia adalah menanyakan beberapa pertanyaan-
pertanyaan untuk membantu bawahan memecahkan masalah mereka. Penyelia secara
“aktif” mendengarkan pegawai dan membantu mengarahkan proses ke arah
terrealisasinya tujuan personal dan professional dan tujuan perusahaan. Diharapkan,
rencana aksi yang baru akan menguntungkan kedua pihak. Tetapi penting untuk diingat,
manajer interaktif berperan sebagai pemandu bukan pengontrol, manipulator ataupun
pembujuk. Jika pegawai diberikan kesempatan untuk “menemukan” solusi untuk mereka
sendiri, ini akan lebih mempunyai arti dan nilai personal. Jadi, ini lebih dimungkinkan
untuk diimplementasikan-lebih antusias.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION
Komitmen dan Implementasi
Proses komitment dalam manjemen interaktif terpusat pada “Kapan”, bukan “Jika”.
Jika bawahan diberikan peran yang besar dalam menentukan tujuan dan sasaran dan
medesain rencana yang masuk akal untuk mengoptimalisasi hasil yang diinginkan,
mereka secara personal akan turut serta (Committed) kepada rencana implementasi.
Peranan manajer adalah meminta pegawai untuk berkomitment pada rencana mereka
pada poin yang spesifik pada suatu waktu.
Ikuti (Follow-Through)
Pada fase ini, penyelia berkomitmen kepada pegawainya. Penyelia tetap
bertanggungjawab dan merasa tertantang untuk menjaga hubungan setelah persetujuan
(Action Plan) secara formal telah dibuat. Penyelia harus mencari umpan balik,
memonitor situasi dan hasil. Penyelia harus bereaksi pada situasi sebelum terjadi
masalah dari pada menunggu sesuatu terjadi dan memperbaikinya. Ikuti (Follow-
Through) ini adalah proses yang sensitif dan konstruktif.
5. Memahami Manusia
Memahami manusia perlu dilakukan untuk melihat karakter personal. Pada dasarnya
seorang manusia itu unik; masing-masing memilki karakter yang berbeda yang dibentuk
oleh lingkungan, pengalaman, pendidikan dan lain-lian..
Pada modul-modul berikutnya kita akan melihat dari Gaya pembelajaran (Learning
Style), perilaku (behavior), gaya transaksional (transactional style) dan motive dan
motivasi.
6. Manipulasi Konstruktif
Kadangkala manipulasi yang konstruktif diperlukan, tetapi perlu dilakukan dengan
hati-hati. Mari kita lihat manipulasi dengan dampak sebagai acuan. Jika dampaknya
adalah destruktif, manipulasi menyebabkan sakit hati, marah dan reaksi defensive
lainnya. Di lain pihak, jika dampaknya konstruktif dan membantu orang lain memperoleh
tujuannya, ini mengakibatkan saling penghargaan dan kepercayaan. Sebagai contoh,
mengancam seseorang adalah tehnik manipulasi yang tidak positif. Ini mengancam
“self-esteem” seseorang. Ini bukan apa yang anda lakukan tetapi bagaimana anda
melakukannya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION
“Parenting”, mengajar, conseling dan “managing” adalah peran manipulatif dimana
kita berusaha orang lain melakukan apa yang harus dilakukan. Manipulasi konstruktif
sering merupakan tindakan yang esensial untuk membantu mengatasi perilaku yang
negative yang menghambat kinerja yang efektif atau pertumbuhan personal.
Beberapa peraturan yang dapat membantu sebagai berikut:
1. Modeling,- ini merupakan metode manipulasi yang kuat dimana kita sebagai
contoh. Jika kita mentaati peraturan dan menetapkan standard yang tinggi untuk
diri kita, pegawai akan mencontoh kita.
2. Beri umpan balik,- Buka pintu anda. Dorong pegawai untuk berbicara dengan
anda tentang masalahnya. Dengarkan. Kemudian berikan pegawai informasi
sebanyak-banyaknya. Juga berikan informasi tentang kompetisi, produktivitas,
biaya dan faktor lain yang mempengaruhi pekerjaannya.Paling penting, berikan
umpan balik terhadap kinerja yang baik. Bisa saja komentar yang simple “kerja
bagus” atau melalui papan pengumuman.
3. Hadapi (confront),- jelaskan pada pegawai bahwa kesalahan atau kinerja yang
buruk adalah merugikan bagi perusahaan. Umpan balik seperti ini, diberikan
dengan cara penuh pengertian, adalah esensial jika masalah bisa diatasi dan
dihindari pada masa datang.
4. Hargai orang lain (value others),- Walaupun pegawai mempunyai masalah dan
anda tidak, ingat bahwa mereka mempunyai kebutuhan yang sama – untuk
diterima dan dihargai, bagi mereka dan orang lain. Memberikan kepuasan atasan
kebutuhan “penghargaan (recognition)” adalah yang terpenting dalam
membangun hubungan yang produktif.
5. Menetapkan pengharapan yang tinggi,- Manusia bekerja lebih baik dengan
pujian, dorongan dan ekspresi keyakinan diri dari pada cacian, ketidaksabaran
dan acuh. Penelitian mengatakan apabila kita mengkomunikasikan bahwa
seseorang itu akan bekerja baik, dampaknya adalah kinerja yang tinggi, atau
sebaliknya. Konsep “self-fulfilling prophecy” merupakan alat manajemen yang
“powerful”. Jika pegawai dipersepsikan sebagai potensial dari pada masalah,
memiliki kekuatan dari pada kelemahan, mereka akan lebih produktif dan
mengembangkan kemampuan mereka.
6. Belaian yang positif (positive stroking),- Belaian yang positif merupakan
penghargaan atas perilaku dalam situasi yang khusus, misalnya: saya sangat
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION
menghargai kemampuan anda dalam mengatasi pelanggan yang marah.
Kesimpulan
Human relations adalah proses dimana manajemen berinteraksi dengan pekerja di
dalam suatu organisasi sedemikian rupa sehingga tujuan dari manajemen dan pekerja
dapat dipenuhi. Manajemen interaksi merupakan sebuah pendekatan yang dilakukan
untuk membangun hubungan anatara manajer dan pekerja yang positif dan konstruktif.
Untuk itu diperlukan manajer-manajer yang terlatih dalam manajemen inteaktif dan
memahami prinsip-prinsipnya.
Kepustakaan
Hunsaker, Philip L. & Alessandra, Anthony J., The art of Managing People, Simon &
Schuster Inc., New York, 1980.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Tri Heru Raharjanto HUMAN RELATION