FAKTOR KB IUD

Embed Size (px)

Citation preview

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008

TESIS

Oleh

JUNITA TATARINI PURBA 067023009/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Junita Tatarini Purba : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri Pus Di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008, 2009 USU Repository 2008

2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OlehJUNITA TATARINI PURBA 067023009/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

3

Judul Tesis

Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Konsentrasi

: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008 : Junita Tatarini Purba : 067023009 : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) Ketua

(drh. Rasmaliah, M.Kes) Anggota

Ketua Program Studi

Direktur

(Dr.Drs.Surya Utama, MS)

(Prof. Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)

Tanggal lulus : 09 Juni 2009

4

Telah diuji pada Tanggal : 09 Juni 2009

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes : 1. drh. Rasmaliah, M.Kes 2. Dr. Drs. Fikarwin Zuska, M.Si 3. Siti Khadijah, SKM, M.Kes

5

PERNYATAANFAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2009

Junita Tatarini Purba

6

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui program KB. Sejak otonomi daerah program KB banyak mengalami kendala yang mengakibatkan turunnya tingkat pemakaian alat kontrasepsi. Cakupan akseptor KB aktif di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu masih 42% dibandingkan dengan target nasional yaitu 75%. Jenis penelitian adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi dan keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan dan pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Populasi adalah seluruh istri PUS sebanyak 2.333 orang dengan besar sampel 100 orang yang diambil secara proportional sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik ganda pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah jumlah anak (Sig=0,008), pengetahun (Sig=0,014) dan sikap (Sig=0,041) sedangkan faktor pendukung dan pendorong yang berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah variabel ketersediaan alat kontrasepsi (Sig=0,001) dan dukungan petugas kesehatan (Sig=0,005). Variabel yang dominan pengaruhnya adalah ketersediaan alat kontrasepsi (Koefisien B = 3,112). Kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu perlu melakukan kerjasama dan pendekatan kepada penentu kebijakan lainnya dalam pengalokasian dana untuk pelayanan alat kontrasepsi gratis kepada masyarakat khususnya kepada keluarga miskin. Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu perlu melakukan peningkatan kemampuan petugas kesehatan sehingga mampu memberikan informasi tentang alat kontrasepsi dan dapat memahami serta menyadari bahwa akseptor memiliki hak reproduksi sehat dan hak konsumen pengguna alat kontrasepsi. Juga perlu melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat memahami dan menerima norma keluarga kecil sehingga diharapkan mampu membentuk keluarga bahagia dan sejahtera melalui pengaturan atau pembatasan kelahiran anak. Kata kunci : Perilaku, Pemakaian Alat Kontrasepsi

i

7

ABSTRACT One of the efforts done by the government to reduce the rate of population growth is through Family Planning Program (KB). Since the district autonomy had been started, Family Planning Program has faced many constraints that resulted in the decrease of the rate of contraception use. The coverage of current user in Rambah Samo sub-district, district of Rokan Hulu reported is still 42% and this is still lower if compared to the national target of 75%. The purpose of this survey study with explanatory research type is to analyze the influence of predisposing factors (age, education, number of child, knowledge, and attitude), enabling factors (availability of contraception device and accessibility of contraception device service) and reinforcing factors (support from health providers and decision makers) on the use of contraception device. The population for this study are 2.333 wives of fertile age couple and 100 of them were selected for the samples of this study through proportional sampling technique. The data were analyzed through multiple logistic regression test with the level of confidence of 95%. The result of analysis shows that predisposing factors which have influence on the use of contraception device are number of child (Sig=0.008), knowledge (Sig=0.014), and attitute (Sig=0.041), while enabling and reinforcing factors are variable of availability of contraception device (Sig=0.001) and support from health providers (Sig=0.005). The most dominantly influencing variable is the use of contraception device (Coefficient = 3.112). It is suggested that the Health Office and the Civil Registration and Population Affairs of Rokan Hulu District need to cooperate and approach the stakeholder in allocating the budget for free contraceptive to the society of Rokan Hulu District especially to the poor families. It needs to improve the capability of the health providers that they are able to provide information about contraceptive and can understand and realize that the acceptors have their right for health reproduction and the right of consumer as the user of contraception device. It is necessary to provide an extension to the society to enable them to understand and accept the norm of family planning that, in the end, they can form a happy and prosperous family by regulating and limiting childbirth. Key words: Behavior, Use of Contraception Device

ii

8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya, penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan S2 pada Sekolah Pascasarjana USU, Medan. Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih, semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa kepada Ibu Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku pembimbing yang memberi perhatian, dukungan dan pengarahan hingga tesis ini selesai. Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Bapak Dr. Drs. Fikarwin Zuska, M.Si dan Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes, selaku tim penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat menyempurnakan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada: 1. Ibu Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Prof.Dr.Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

iii

9

4. Bapak dr. H. Mursal Amir, selaku Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Riau dan seluruh staf yang telah memberikan bantuan dana pendidikan. 5. Bapak dr. Wildan Asfan Hasibuan, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu yang memberi izin dan dukungan selama pendidikan. 6. Rekan-rekan dan sahabat di Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

angkatan tahun 2006. 7. Suami tercinta Danni Suparman Rumahorbo, ST buat semua doa, harapan, dan pengorbanan juga dukungan dan motivasi yang tiada pernah berhenti, ananda tersayang Davita Ephania dan Kezia Morasari, sumber inspirasi dan penghiburan, yang telah banyak berkorban selama pendidikan. 8. Ayahanda S. Purba, ibunda M. Sitompul, ayahanda mertua B. Rumahorbo, ibunda mertua T. Manik dan seluruh sanak saudara yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan. Semoga TYME membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan melimpahkan berkat dan anugerahNya. Akhirnya penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya Kabupaten Rokan Hulu.

Medan, Juni 2009

Penulis

iv

10

RIWAYAT HIDUP

Nama Tempat/Tanggal Lahir Agama Alamat

: Junita Tatarini Purba : Sarulla, 12 Juni 1977 : Protestan : Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu Jl. Diponegoro Komp. Pemda Rokan Hulu Pasirpengaraian-Propinsi Riau

Telp/HP

: 081264734544

RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 1983 1989 Tahun 1989 1992 Tahun 1992 1995 Tahun 1995 1999 Tahun 2006 2009 : SDN 176377 Aeknatolu : SMPN Simamora : SMA N 3 Balige : FKM USU Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Kesehatan Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi

Administrasi

Komunitas/ Epidemiologi.

RIWAYAT PEKERJAAN 2000 Sekarang : Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau

v

11

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT ...................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ DAFTAR ISI.................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. Latar Belakang ............................................................................... Permasalahan ................................................................................. Tujuan Penelitian .......................................................................... Hipotesis ........................................................................................ Manfaat Penelitian ........................................................................ i ii iii v vi viii x xi 1 1 8 8 8 9 10 10 17 17 18 20 20 20 22 35 39 40 40 40 40 42 44

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2.1. Konsep Perilaku Kesehatan ........................................................... 2.2. Program Keluarga Berencana Nasional ......................................... 2.2.1. Pengertian Keluarga Berencana ........................................... 2.2.2. Perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia................ 2.3. Kontrasepsi .................................................................................... 2.3.1. Pengertian Kontrasepsi ........................................................ 2.3.2. Jenis Metode Kontrasepsi .................................................... 2.3.3. Determinan Pemakaian Alat Kontrasepsi ............................ 2.4. Landasan Teori............................................................................... 2.5. Kerangka Konsep .......................................................................... BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. Jenis Penelitian............................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ Populasi dan Sampel ..................................................................... Metode Pengumpulan Data............................................................ Variabel dan Definisi Operasional.................................................

vi

12

3.6. Metode Pengukuran ...................................................................... 3.7. Metode Analisis Data .................................................................... BAB 4 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................. 4.1.1. Keadaan Geografis............................................................... 4.1.2. Kependudukan ..................................................................... 4.1.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan.......................................... 4.2. Analisis Univariat............................................................................ 4.2.1. Karakteristik Responden .................................................... 4.2.2. Pengetahuan ....................................................................... 4.2.3. Sikap .................................................................................. 4.2.4. Ketersediaan Alat Kontrasepsi........................................... 4.2.5. Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi..................... 4.2.6. Dukungan Petugas Kesehatan............................................ 4.2.7. Pengambil Keputusan Dalam Keluarga ............................. 4.2.8. Faktor Predisposisi............................................................. 4.2.9. Faktor Pendukung .............................................................. 4.2.10. Faktor Pendorong............................................................... 4.3. Analisis Bivariat .............................................................................. 4.3.1. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi................................................................... 4.3.2. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi................................................................... 4.3.3. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi................................................................... 4.4. Analisis Multivariat ....................................................................... BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 5.1. Faktor Predisposisi .......................................................................... 5.2. Faktor Pendukung............................................................................ 5.3. Faktor Pendorong ............................................................................ 5.4. Faktor Paling Dominan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi ..... BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 6.2. Saran ............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

46 50 52 52 52 52 53 54 54 56 59 60 61 62 64 65 66 67 68 68 70 72 73 76 76 84 92 97 99 99 99 101

vii

13

DAFTAR TABEL

Nomor 2.1. 3.1.

Judul

Halaman 27

Konsep Pemilihan Alat Kontrasepsi yang Rasional............................. Besar Sampel yang Diteliti di Wilayah Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008.......................................... Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................... Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ............................ Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008........................................................................................... Distribusi Responden Menurut Indikator Pengetahuan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. Distribusi Responden Menurut Indikator Sikap di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. Distribusi Responden Menurut Indikator Ketersediaan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ....................... Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ................................................................................ Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi Bagi Responden yang Ikut KB di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 .................................... Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008........................................................................................... Jenis Alat Transportasi yang Digunakan Untuk Mencapai Puskesmas di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ...........................................

42

3.2.

43

4.1.

53

4.2.

55

4.3.

58

4.4.

60

4.5.

60

4.6.

61

4.7.

61

4.8.

62

4.9.

62

viii

14

4.10. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Petugas Kesehatan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ............ 4.11. Alasan Tidak Puas Terhadap Pelayanan Petugas Kesehatan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 4.12. Distribusi Proporsi Responden Menurut Pengambil Keputusan Dalam Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008................4.13. Distribusi Responden yang Ikut KB Menurut Pengambil Keputusan dalam Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008........................... Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi di Kecamatan

63

64

6464

4.14.

Rambah Samo Tahun 2008 ..................................................................4.15. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendukung di Kecamatan

66 67 68 70 72 73

Rambah Samo Tahun 2008 ..................................................................4.16. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendorong di Kecamatan

Rambah Samo Tahun 2008 ..................................................................4.17. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi

di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ...........................................4.18. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi

di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ...........................................4.19. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi

di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ...........................................4.20. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ................................................................................

74

ix

15

DAFTAR GAMBAR Nomor 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. Judul Halaman 24 30 31

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi................ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesertaan dalam Program KB ..... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi.............. Kerangka Teori Determinan Perilaku Individu, Kelompok dan Komunitas ..................................................................................... Kerangka Konsep Penelitian ...............................................................

38 39

2.5.

x

16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1.

Judul

Halaman

Kuesioner Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008 ........................................................ 106 Uji Validitas dan Reliabilitas Data ........................................................... 112 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov...................................................... 115 Analisis Univariat (Distribusi Frekuensi)................................................. 117 Analisis Bivariat ....................................................................................... 127 Analisis Multivariat (Uji Regresi Logistik Ganda) .................................. 135 Surat Izin Penelitian ................................................................................. 140 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ................................... 141

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

xi

17

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah (Depkes RI, 2004). Pembangunan bidang kesehatan ini menjadi tujuan pemerintah untuk menuju tercapainya Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara yang kuat didukung oleh masyarakat yang sehat dan sejahtera, dan kesejahteraan akan sulit dicapai tanpa kesehatan rakyat serta tingkat pemerataan penduduk. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur

18

umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan (Wiknjosastro, 1999). Selama kurun waktu 2000-2005 jumlah penduduk Indonesia cenderung berfluktuasi, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi 218,9 juta jiwa dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 222,2 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 117,6 jiwa per km2 (BPS, 2007). Penyebaran penduduk sampai tahun 2005 tidak merata baik antar pulau maupun antar propinsi, dan data menunjukkan 58,7% penduduk berada di Pulau Jawa (Depkes RI, 2007). Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui upaya pengendalian fertilitas yang instrumen utamanya adalah Program Keluarga Berencana (KB) (Hatmadji, 2004). Sejak pertama kali dicanangkan tahun 1970, program KB telah menunjukkan hasil dengan terjadinya penurunan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan Total Fertility Rate (TFR), sedangkan tingkat pemakaian kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) mengalami peningkatan. Pada periode tahun 1980-1990 LPP adalah 1,97%, tahun 1990-2000 turun menjadi 1,45% dan tahun 2000-2006 turun lagi menjadi 1,34% (BPS, 2007a). TFR tahun 1971 adalah 5,6 per wanita pasangan usia subur (PUS), tahun 1980-1990 turun menjadi 2,34 dan pada tahun 2000-2005 turun lagi menjadi 2,28 (BPS, 2007b). Angka ini menunjukkan penurunan TFR dari waktu ke waktu tetapi belum mencapai target nasional yaitu 2,1 (BKKBN, 2005). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan

19

Indonesia (SDKI) menunjukkan peningkatan CPR dari 54,7% (tahun 1994) menjadi 57,4% (tahun 1997) dan 60,3% (tahun 2002-2003) (BPS, 2005). Peran pihak swasta dalam melayani kebutuhan masyarakat dalam ber-KB khususnya dalam pendistribusian alat kontrasepsi modern mengalami peningkatan dari 42% (tahun 1997) menjadi 63% (tahun 2003), sedangkan peran pemerintah menurun dari 43% (tahun 1997) menjadi 28% (tahun 2003). Tempat pelayanan untuk akseptor KB baru di klinik KB pemerintah pada tahun 2005 sebanyak 59,66% sedangkan swasta sebanyak 5,47% (Depkes RI, 2007). Kurangnya mengakibatkan peran pemerintah dalam menggalakkan yang akan program KB

tingginya pertambahan

penduduk

menyebabkan

meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan pelayanan lainnya. Ketidakmampuan menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup, berdampak pada naiknya angka pengangguran dan kemiskinan (Herlianto, 2008). Berdasarkan laporan BPS tahun 2007 jumlah penduduk miskin sebesar 16,58% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 37,17 juta jiwa (BKKBN, 2009). Hal ini mengakibatkan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut United Nations Development Program/UNDP (2008), IPM Indonesia masih sangat rendah yaitu 0,728 menduduki peringkat 107 dari 177 negara. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia belum mampu untuk memanfaatkan jumlah populasinya yang besar menjadi kekuatan ekonomi dan harus segera mengatur laju pertumbuhan penduduknya (Herlianto, 2008).

20

Sejak tahun 1997 program KB tidak lagi popular dan mengalami stagnasi, hal ini terlihat dari jumlah peserta KB aktif yang belum mencapai target yang ditetapkan oleh BKKBN yaitu 75%. Menurut SDKI 1997 angka kesertaan KB sebanyak 57,4% dan SDKI 2002-2003 sebanyak 60,3% (BKKBN, 2005). Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2003 persentase KB aktif terhadap PUS adalah 54,5% meningkat menjadi 57,9% pada tahun 2006 (Kasmiyati, 2008). Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan program KB tersebut di antaranya adalah pengadaan alat kontrasepsi yang masih kurang, jumlah petugas KB lapangan (PLKB) yang minim, serta kebijakan pemerintah di tiap daerah tidak sama (BKKBN, 2004). Memasuki era desentralisasi/otonomi daerah, setiap pemerintah daerah tingkat II (kabupaten/kota) memiliki otoritas penuh untuk memilih dan memilah program yang paling penting bagi daerahnya. Hampir 70% kantor BKKBN di daerah menjadi satu dengan dinas-dinas pemerintah lainnya, hanya sedikit lembaga BKKBN yang berdiri sendiri. Umumnya urusan KB digabungkan dengan bidang kesejahteraan sosial atau catatan sipil dan kependudukan. Selain itu, daerah menunjukkan komitmen yang rendah untuk menjamin kelembagaan KB dalam peraturan daerah (BKKBN, 2004). Krisis ekonomi yang melanda Indonesia juga diperkirakan ikut menjadi salah satu penyebab, karena berpengaruh terhadap daya beli masyarakat termasuk kontrasepsi. Sementara itu belum semua rakyat miskin mendapatkan akses pelayanan

21

KB khususnya alat kontrasepsi gratis, hal ini mengakibatkan minimnya CPR di kalangan PUS (Herlianto, 2008). Fakta lainnya adalah bahwa hingga saat ini ketersediaan alat kontrasepsi, khususnya dengan harga terjangkau bagi PUS keluarga miskin baik di perkotaan maupun di daerah pedesaan, masih sulit direalisasikan (Beni, 2003). Kabupaten Rokan Hulu sebagai kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Kampar pada tahun 1998 juga mengalami hal yang sama. Keadaan demografi pada tahun 2007 terdiri dari 79.158 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 328.306 jiwa, 71.503 jiwa diantaranya adalah masyarakat miskin dengan mata pencaharian sebagian besar penduduk pada sektor pertanian, perkebunan dan perdagangan. Kabupaten yang terdiri dari 14 kecamatan ini menghadapi berbagai permasalahan yang harus segera diatasi sebagai kabupaten baru. Salah satunya adalah permasalahan bidang KB dan kependudukan yang masih banyak mengalami kendala sehingga mengakibatkan pencapaian akseptor KB aktif tiap tahunnya masih di bawah target nasional. Sedangkan Kecamatan Rambah Samo sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu merupakan daerah baru yang dibuka pada tahun 1979/1980 khusus untuk tujuan transmigrasi. Jumlah PUS di Kecamatan Rambah Samo pada tahun 2004 sebanyak 1.594 orang dengan akseptor KB aktif 926 (58,09%), dengan pemakaian kontrasepsi IUD 6,26%, Pil 48,92%, Suntik 37,26%, Implant 6,26%, Kondom 0,43%, dan lain-lain 0,86%. Sedangkan tahun 2007 jumlah PUS sebanyak 2.333 orang dengan akseptor

22

KB aktif 982 (42,09%) dengan pemakaian kontrasepsi IUD 8,04%, Pil 35,44%, Suntik 46,44%, Implant 7,94%, Kondom 1,12% dan lain-lain 1,02%. Pencapaian akseptor KB aktif masih rendah dibandingkan dengan target nasional yaitu 75% (Dinas Kesehatan Kab. Rokan Hulu, 2008). Berdasarkan pengamatan di lapangan, diduga beberapa aspek yang menjadi faktor penyebab masih rendahnya pemakaian alat kontrasepsi adalah kurangnya informasi tentang alat kontrasepsi, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, biaya untuk membeli dan memasang kontrasepsi yang tidak terjangkau, serta alat kontrasepsi yang kurang tersedia di sarana kesehatan. Informasi yang diperoleh dari Kepala Bidang Kependudukan dan KB Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu tahun 2007, diketahui bahwa pengadaan alat kontrasepsi untuk masyarakat belum mencukupi dan tidak terdistribusi secara merata. Hal ini disebabkan karena dana yang tersedia untuk pengadaan alat kontrasepsi terbatas, sehingga hanya beberapa jenis alat kontrasepsi saja yang tersedia dan jumlahnya belum mencukupi. Menurut Green dan Kreuter (2005), determinan perilaku atau tindakan seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni faktor predisposisi (pengetahuan, keyakinan, sikap, kepercayaan, budaya, nilai-nilai, dan sebagainya); faktor pendukung (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas); faktor yang memperkuat atau mendorong (sikap, perilaku, pengetahuan, keahlian dan dukungan petugas) dalam melayani kesehatan di masyarakat.

23

Manuaba (1998) mengatakan bahwa faktor-fakor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Hasil penelitian Meutia (1997) menunjukkan bahwa ada pengaruh karakteristik (pekerjaan, pengambil keputusan dalam keluarga) dan pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi implant. Hasil penelitian Sakhnan (2001) melaporkan faktor usia, jumlah anak, nilai anak bagi keluarga, pengetahuan, jarak lokasi ke pelayanan KB, perilaku petugas merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu PUS dalam program KB. Syamsiah (2002) mengatakan bahwa faktor sosial budaya adalah semua faktor yang ada di masyarakat yang mempengaruhi penerimaan suatu jenis alat kontrasepsi antara lain: sosio-ekonomi, demografi, psiko-sosial, agama, dan pengetahuan. Masih rendahnya partisipasi pria ber-KB antara lain disebabkan kondisi lingkungan sosial budaya masyarakat yang masih kurang mendukung, pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarganya masih rendah, serta keterbatasan penerimaan dan aksesibilitas terhadap pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (BKKBN, 2005). Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan,

24

pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

1.2. Permasalahan Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung

(ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan) berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

1.4. Hipotesis Faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil

25

keputusan) berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi bagi penyusunan kebijakan terkait dengan KB dan penggunaan alat kontrasepsi dan kebijakan menyangkut pelayanan publik dalam bidang kesehatan masyarakat. 2. Manfaat Akademis Untuk menambah wawasan bagi peneliti lain guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya di bidang administrasi kesehatan komunitas.

26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku Kesehatan Menurut Green dan Kreuter (2005), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni faktor predisposisi (predisposing factor), faktor-faktor yang mendukung (enabling factor), dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factor). a) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah. b) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta,

10

27

dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin. c) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Dalam perkembangannya, teori Green ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni: 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

28

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 1986). Contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB dan dimana memperoleh pelayanan KB. Selanjutnya Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: a) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. b) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

29

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

30

f)

Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.

Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah seperti sikap setuju atau tidaknya terhadap informasi KB, pengertian dan manfaat KB, serta

31

kesediaannya mendatangi tempat pelayanan KB, fasilitas dan sarananya, juga kesediaan mereka memenuhi kebutuhan sendiri. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: (Notoatmodjo, 2003) a) Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap KB dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang KB. b) Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c) Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif.

32

d) Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau memakai alat kontrasepsi, meskipun mendapat tantangan dari suami atau mertuanya. 3. Praktek atau tindakan (Practice) Menurut Sarwono (2007), sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap orang, objek ataupun situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan lain-lain) dan memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior), untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap alat kontrasepsi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas yang mudah dicapai agar ibu tersebut dapat memakai alat kontrasepsi. Selain fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orangtua atau mertua, dan lain-lain. Beberapa tingkatan praktek adalah: a) Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

33

b) Respons terpimpin (Guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. c) Mekanisme (Mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. d) Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2. Program Keluarga Berencana Nasional 2.2.1. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO (1970), yang dikutip oleh Hartanto (2004), keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek tertentu, yaitu: (1) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, (3) Mengatur interval di antara kehamilan, (4) Menentukan jumlah anak dalam keluarga. Mochtar (1995) mengatakan keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

34

Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana adalah usaha-usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun individu untuk mengatur jarak kelahirannya dengan menggunakan alat atau metode kontrasepsi. Secara umum tujuan keluarga berencana adalah untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera dalam upaya untuk menjarangkan kehamilan dan membatasi jumlah anak dua orang saja, upaya ini juga dapat menyehatkan kondisi sosial ekonomi keluarga (Saifuddin, 2003). 2.2.2. Perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia Permulaan pemikiran tentang KB di Indonesia tidak mempersoalkan angka kelahiran tetapi tingginya angka kematian ibu akibat terlalu sering melahirkan, berkisar pada 800 per 100.000 kelahiran bahkan tidak jarang ibu meninggal bersama bayinya (Wiknjosastro, 1999). Hal inilah yang menggugah Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia kala itu Sarwono Prawirohardjo untuk mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tanggal 23 Desember 1957. Konsep yang dikembangkan oleh PKBI adalah kesehatan ibu dan anak yang memberi inspirasi bagi pendirian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang kemudian di kelola oleh Pemerintah Orde Baru. Keputusan pemerintah untuk menjadikan KB sebagai program nasional dan dinyatakan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, disusul dengan keluarnya Keputusan

35

Presiden No. 8 Tahun 1970 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Memasuki Pelita V, pemerintah dalam hal ini BKKBN telah memperkenalkan satu program baru yang disebut dengan Gerakan KB Mandiri. Dengan program yang baru ini pemerintah memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi organisasi profesi serta sektor swasta lainnya dalam memberikan pelayanan KB. Proses pembangunan konsep KB mandiri berawal dari diperkenalkannya konsep alih peran kemudian berkembang menjadi alih kelola dan selanjutnya mengkristalkan menjadi KB Mandiri. Falsafah KB Mandiri pada hakekatnya merupakan keadaan dan sikap mental dari pemerintah maupun pengelola/pelaksana KB baik secara individu maupun kelompok dalam mengelola dan melaksanakan KB atas kemauan sendiri tanpa tergantung dari orang lain dalam memelopori menjadi peserta KB. Dengan demikian ketergantungan program KB terhadap pemerintah semakin berkurang. Agar masyarakat mau membiayai sendiri pelayanan KB, maka beberapa hal yang menyangkut tersedianya pelayanan yang mudah dicapai dan dijangkau masyarakat serta kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat perlu diusahakan (KBKKBN, 1990). Untuk menunjang pelaksanaan KB Mandiri pada tahun 1988 telah dicanangkan program KB Lingkaran Biru (LIBI) dan akhirnya dilontarkan suatu kegiatan pemasaran sosial LIBI lengkap dengan logonya guna memperkenalkan

36

sederetan pelayanan swasta maupun alat kontrasepsi untuk KB. Untuk memperluas pilihan alat kontrasepsi terhadap kebutuhan ber-KB, maka tanggal 1 Juli 1992 telah diresmikan oleh Presiden Suharto sebuah lambang baru yaitu Lingkaran Emas (LIMAS). Pemasaran KB LIMAS bukan satu pengganti pemasaran kontrasepsi LIBI, tetapi suatu usaha yang bersamaan untuk lebih memberikan banyak pilihan kontrasepsi kepada peserta KB mandiri yang pada akhirnya dapat diharapkan memberikan kepuasan kepada akseptor (BKKBN, 1992).

2.3. Kontrasepsi 2.3.1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah alat atau obat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang akan mengakibatkan kehamilan. Maka kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut. 2.3.2. Jenis Metode Kontrasepsi Metode/cara kontrasepsi menurut jenisnya dibagi menjadi: (Manuaba, 1998) 1. Metode sederhana tanpa alat/obat a. Metode Amenorea Laktasi (MAL) b. Metode KB alamiah (KBA)

37

c. Sanggama terputus (coitus interruptus) 2. Metode sederhana dengan alat/obat (barrier) a. Kondom b. Diafragma c. Spermisida 3. Metode efektif a. Pil KB b. Suntikan KB c. Susuk KB ( Bawah Kulit/AKBK) d. IUD ( Dalam Rahim/AKDR) 4. Metode mantap dengan cara operasi a. Pada wanita: Metode Operasi Wanita (MOW/Tubektomi) b. Pada pria: Metode Operasi Pria (MOP/Vasektomi) Cara-cara kontrasepsi tersebut mempunyai tingkat efektifitas yang berbedabeda dalam memberikan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Namun perlu diingat adanya aksioma (azas) kontrasepsi, yaitu: (1) cara apapun yang dipakai adalah lebih baik daripada tidak memakai sama sekali, (2) cara yang terbaik hasilnya (efektif) adalah cara yang digunakan oleh pasangan dengan teguh secara terus menerus, (3) penerimaan pasangan terhadap suatu cara adalah unsur yang penting untuk berhasilnya suatu cara kontrasepsi.

38

Banyak orang kesulitan untuk menentukan pilihan kontrasepsi yang tepat. Bukan hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individu, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Muryani, 2004). 2.3.3. Determinan Pemakaian Alat Kontrasepsi Menurut Berthrand (1980), faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi adalah sebagai berikut: 1. Faktor sosio-demografi Penerimaan KB lebih banyak pada mereka yang memiliki standard hidup yang lebih tinggi. Indikator status sosio-ekonomi termasuk pendidikan yang dicapai, pendapatan keluarga dan status pekerjaan, juga jenis rumah, gizi (di negara-negara sedang berkembang) dan pengukuran pendapatan tidak langsung lainnya. Beberapa faktor demografi tertentu juga mempengaruhi penerimaan KB di beberapa negara, misalnya di banyak negara-negara sedang bekembang, penggunaan kontrasepsi lebih banyak pada wanita yang berumur akhir 20-30 an yang sudah memiliki anak tiga atau lebih. Faktor sosial lain yang juga mempengaruhi adalah suku dan agama. 2. Faktor sosio-psikologi Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB, banyak sikap yang dapat menghalangi KB. Beberapa faktor sosio-psikologi yang penting antara lain

39

adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak laki, sikap terhadap KB, komunikasi suami isteri, persepsi terhadap kematian anak. Sikap dan kepercayaan tersebut perlu untuk mencegah isu yang berhubungan termasuk segi pelayanan dan efek samping alat kontrasepsi. 3. Faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan Program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) merupakan salah satu faktor praktis yang dapat diukur bila pelayanan KB tidak tersedia. Beberapa faktor yang berhubungan dengan pelayanan KB antara lain keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan KB, pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak ke pusat pelayanan dan keterlibatan dengan media massa. Secara ringkas faktor-faktor tersebut dapat dilihat seperti pada gambar berikut:

40

a. b. c. d. e. f. g. h.

Faktor sosio-demografi Pendidikan Pendapatan Status pekerjaan Perumahan Status gizi Umur Suku Agama Faktor sosio-psikologi Ukuran keluarga ideal Pentingnya nilai anak laki Sikap terhadap KB Komunikasi suami-istri Persepsi terhadap kematian anak Faktor yang berhubungan dengan pelayanan Keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan KB Pengetahuan tentang kontrasepsi Jarak ke pusat pelayanan Paparan dengan media massa Pemakaian Kontrasepsi

a. b. c. d. e.

a. b. c. d.

Sumber : Bertrand, 1980 Gambar 2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Menurut WHO dalam Wiknjosastro (1999), faktor-faktor penting bagi pasangan untuk memilih metode kontrasepsi adalah apakah metode tersebut: a. permanen atau reversibel b. efektif c. murah d. aman e. mudah didapat

41

f. mudah digunakan dan tidak putus pakai g. memiliki efek samping yang tidak diinginkan h. dapat digunakan pada saat menyusui i. melindungi terhadap penyakit hubungan seksual j. membutuhkan kerjasama pasangan k. harus digunakan setiap saat pasangan berhubungan seksual Karakteristik pasangan seperti umur, jumlah dan jenis kelamin anak, dan frekuensi hubungan seksual juga mungkin mempengaruhi. Kepentingan faktor-faktor ini mungkin berubah dari waktu ke waktu karena keinginan pasangan untuk mengganti metode kontrasepsi yang digunakan. Tidak semua faktor ini sama pentingnya pada tiap pasangan. Sebagai contoh, pasangan yang tidak menginginkan anak lagi mungkin menilai keefektifan metode lebih dari kemudahan penggunaan. Sebaliknya, seorang wanita yang menginginkan menunda kelahiran mungkin lebih menilai kenyamanan dan kemudahan penggunaan daripada keefektifan metode. Pemilihan metode kontrasepsi mungkin juga dipengaruhi oleh informasi yang diterima dari teman atau kerabat. Kadang-kadang informasi yang diberikan tidak benar sehingga menimbulkan kesalahan pengertian tentang penggunaan kontrasepsi. Menurut Affandi dalam Mutiara (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi adalah:

42

a. Faktor pola perencanaan keluarga. Adalah mengenai penentuan besarnya jumlah keluarga yang menyangkut waktu yang tepat untuk mengakhiri kesuburan. Dalam perencanaan keluarga harus diketahui kapan kurun waktu reproduksi sehat, berapa sebaiknya jumlah anak sesuai kondisi, berapa perbedaan jarak umur antara anak. Seorang wanita secara biologik memasuki usia reproduksinya beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan aman dan kesuburan ini akan berlangsung terus menerus sampai 10-15 tahun sesudah kurun waktu dimana kehamilan dan persalinan itu berlangsung dengan aman. Kurun waktu yang paling aman adalah umur 20-35 tahun dengan pengaturan: 1. anak pertama lahir sesudah ibunya berumur 20 tahun 2. anak kedua lahir sebelum ibunya berumur 30 tahun 3. jarak antara anak pertama dan kedua sekurang-kurangnya 2 tahun atau diusahakan jangan ada 2 anak balita dalam kesempatan yang sama. Kemudian menyelesaikan besarnya keluarga sewaktu istri berusia 30-35 tahun dengan kontrasepsi mantap b. Faktor subyektif Bagaimanapun baiknya suatu alat kontrasepsi baik dipandang dari sudut kesehatan maupun rasionalitasnya namun belumlah tentu dirasakan cocok dan dipilih oleh akseptor/calon akseptor. Pilihan ini sangat pula tergantung pada pengetahuannya tentang kontrasepsi tersebut, baik yang didapat dari keluarga/kerabat maupun yang didapat dari petugas kesehatan atau tokoh masyarakat.

43

c. Faktor obyektif Pemilihan kontrasepsi yang digunakan disesuaikan dengan keadaan wanita (kondisi fisik dan umur) serta disesuaikan dengan fase-fase menurut kurun waktu reproduksinya. Biasanya pemilihan kontrasepsi juga disesuaikan dengan maksud penggunaan kontrasepsi tersebut. Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1. Konsep Pemilihan Alat Kontrasepsi yang RasionalFase Mencegah Kehamilan Fase Menjarangkan Kehamilan Fase Mengakhiri Kehamilan

a. Pil b. Suntikan c. IUD

a. b. c. d. 20-21 tahun

IUD Suntikan Pil Implant

Umur d. Faktor motivasi

a. b. c. d. e. 30-35 tahun

Kontap IUD Implant Suntikan Pil

Kelangsungan pemakaian kontrasepsi sangat tergantung dari motivasi dan penerimaan pasangan suami istri. Motivasi akseptor KB untuk terus menggunakan kontrasepsi yang lama, akan merubah metode, atau menghentikan sama sekali penggunaan kontraspsi, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mereka yang menggunakan kontrasepsi dengan tujuan untuk membatasi kelahiran mempunyai tingkat kemantapan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang bertujuan untuk menunda kehamilan.

44

Menurut

Soeradji,

dkk.

dalam Mutiara

(1998), faktor-faktor yang

mempengaruhi kesertaan dalam program KB adalah: 1. Faktor demografi, meliputi: a. rata-rata jumlah anak yang masih hidup b. rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup c. tingkat kematian bayi d. tingkat harapan hidup saat lahir e. angka fertilitas total 2. Faktor sosial, meliputi: a. persentase rumah tangga yang memiliki radio b. persentase rumah tangga yang memiliki televisi c. persentase penduduk yang tinggal di daerah kota d. kepadatan penduduk per km2 e. persentase penduduk yang dapat berbahasa Indonesia f. persentase penduduk wanita berumur 20-24 tahun yang belum pernah kawin g. persentase penduduk wanita berumur 15-24 tahun yang belum pernah kawin h. jumlah guru SD per 10.000 penduduk usia sekolah i. persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang sakit selama seminggu j. persentase penduduk umur 10 tahun atau lebih yang mendapatkan perawatan tenaga medis k. persentase penduduk usia sekolah yang masih bersekolah

45

l. persentase wanita yang pernah kawin umur 15-49 tahun 3. Faktor ekonomi, meliputi: a. rasio ketergantungan antara penduduk umur 0-9 dan 55+ tahun terhadap yang berumur 10-54 tahun b. persentase wanita yang bekerja c. partisipasi angkatan kerja wanita d. persentase wanita yang bekerja pada pekerjaan tradisional e. persentase petani yang tidak memiliki tanah f. rata-rata luas sawah 4. Faktor infra struktur, meliputi : a. persentase rumah tangga yang mendapatkan leding b. jumlah gedung SD per 10.000 penduduk usia sekolah c. jumlah gedung SMTP per 10.000 penduduk usia sekolah d. persentase sawah dengan irigasi e. persentase tanah sawah 5. Faktor input, meliputi : a. jumlah dokter per 10.000 wanita umur 20-24 tahun b. jumlah bidan per 10.000 wanita umur 20-24 tahun c. jumlah pembantu bidan per 10.000 wanita umur 20-24 tahun d. jumlah klinik KB per 10.000 wanita umur 20-24 tahun e. jumlah petugas lapangan KB per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

46

f. jumlah pembantu pembina KB desa per 10.000 wanita umur 20-24 tahun g. rata-rata hari kerja klinik per minggu Kelima faktor-faktor tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini: Faktor Demografi

Faktor Sosial Faktor Input Faktor Ekonomi Kesertaan dalam program KB

Faktor Infra Struktur Sumber : Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998) Gambar 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesertaan Dalam Program KB Menurut Utomo dalam Mutiara (1998), penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh umur, jumlah anak hidup, tingkat pendidikan dan frekuensi pemaparan terhadap media massa. Umur mempengaruhi jumlah anak hidup dan tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan mempengaruhi frekuensi pemaparan terhadap media massa. Konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

47

Jumlah Anak Hidup

Frekuensi Pemaparan Terhadap Media Massa

Penggunaan Kontrasepsi

Tingkat Pendidikan Sumber : Utomo dalam Mutiara (1998)

Umur

Gambar 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan klasifikasi beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemakaian alat kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: A. Umur Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa risiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut

(Siswosudarmo, 2001). Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (1993) yang mengatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam

48

pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Dang di Vietnam dalam Mutiara (1998) dilaporkan bahwa ada hubungan yang kuat antara umur dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita yang berumur < 20 tahun kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 0,73 kali dibandingkan dengan yang berumur 40 tahun atau lebih. Sementara wanita yang berumur 30-34 tahun dan 35-39 tahun kemungkinannya untuk menggunakan kontrasepsi hanya sekitar 0,15 dan 0,38. Ini mengisyaratkan bahwa ada penurunan penggunaan kontrasepsi pada kelompok wanita yang lebih tua. B. Pendidikan Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga (Manuaba, 1998). Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah

49

anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah (Soekanto, 2006). Penelitian Dang dalam Mutiara (1998) menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan bermakna dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita yang tidak sekolah kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 0,55 kali dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan menengah atau tinggi. Sementara wanita yang berpendidikan dasar kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 0,88 kali dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan menengah atau tinggi. Pola yang sama juga dijumpai dengan pendidikan suami. C. Jumlah anak Mantra (2006) mengatakan bahwa kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal. Hasil penelitian Dang dalam Mutiara (1998) melaporkan ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita dengan jumlah anak 4 orang atau lebih memiliki kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi

50

sebesar 1,73 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki 2 orang anak atau kurang. Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998) melaporkan bahwa pada awal progam KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan program maka lebih banyak wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini melandasi pengaruh jumlah anak terhadap penggunaan alat kontrasepsi. D. Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 1986). E. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi Menurut Manuaba (1998), faktor-fakor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya keterkaitan antara pendapatan dengan kemampuan membayar jelas berhubungan dengan masalah ekonomi, sedangkan kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau persepsi individu terhadap suatu barang atau jasa.

51

Ketersediaan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat. Promosi metode tersebut melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas program KB, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata pemilihan metode kontrasepsi. Memberikan konsultasi medis mungkin dapat dipertimbangkan sebagai salah satu upaya promosi. Disamping itu daya beli individu juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah. F. Dukungan petugas kesehatan Untuk mengubah atau mendidik masyarakat seringkali diperlukan pengaruh dari tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat (community leaders), misalnya dalam masyarakat tertentu kata-kata kepala suku selalu diikuti; keberhasilan program KB di Indonesia antara lain karena melibatkan ulama; iklan-iklan obat atau pasta gigi di televisi menampilkan tokoh yang berpakaian dokter atau dokter gigi. Untuk mengubah atau mendidik masyarakat diperlukan tokoh panutan yang dapat merupakan pemimpin masyarakat, tetapi dapat juga tokoh-tokoh lain (professional, pakar, ulama, seniman, ilmuwan, petugas kesehatan, dan sebagainya) tergantung pada jenis masalah atau perubahan yang bersangkutan (Sarwono, 2001).

52

G. Pengambil keputusan Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari pihakpihak tertentu. Menurut Friedman (1998) dan Sarwono (2007) ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah pedesaan sebagai peran penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami, sedangkan isteri hanya bersifat memberikan sumbang saran. Hartanto (2004) mengatakan bahwa metoda kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian.

2.4. Landasan Teori Konsep umum yang dijadikan sebagai landasan teori adalah teori Green dan Kreuter (2005) yang digunakan untuk menilai perilaku individu atau kelompok. Ada 3 faktor yang mempengaruhi individu untuk bertindak yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, kebutuhan yang dirasakan, kemampuan

53

dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat), faktor pendukung (tersedia sarana dan prasarana) dan faktor pendorong (petugas kesehatan). Konsep tersebut dikombinasikan dengan teori Kar yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan bertitik tolak dari niat seseorang, dukungan sosial, ada tidaknya informasi dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak. Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa determinan perilaku dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal serta menurut Robbins (1994), beberapa karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, tanggung jawab, dan status masa kerja. Berdasarkan konsep tersebut, maka kerangka teori adalah sebagai berikut:

54

Faktor Predisposisi: 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Nilai-nilai 5. Persepsi Faktor Pendukung: 1. Ketersediaan sumber daya 2. Kemudahan untuk mencapai sumber daya 3. Peraturan/Hukum 4. Keterampilan 5. Ketersediaan waktu Faktor Pendorong: 1. Sikap dan perilaku petugas kesehatan 2. Panutan 3. Pekerja 4. Teman 5. Pembuat keputusan 6. Dukungan sosial Faktor Internal: 1. Tingkat kecerdasan 2. Tingkat emosional 3. Jenis kelamin 4. Kebangsaan 5. Usia 6. Masa kerja Genetika

Perilaku dari individu, kelompok, dan komunitas

Faktor Eksternal: 1. Lingkungan fisik 2. Lingkungan Biologik 3. Lingkungan Sosial (Budaya, Ekonomi, Politik)

Sumber: Green dan Kreuter (2005), Notoatmodjo (2007), Robbins (1994). Gambar 2.4. Kerangka Teori Determinan Perilaku Individu, Kelompok dan Komunitas

55

2.5. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Faktor Predisposisi : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Jumlah anak 4. Pengetahuan 5. Sikap Faktor Pendukung : 1. Ketersediaan alat kontrasepsi 2. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi Faktor Pendorong : 1. Dukungan petugas kesehatan 2. Pengambil keputusan Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi), faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan), sedangkan variabel dependen adalah pemakaian alat kontrasepsi. Variabel Dependen Pemakaian alat kontrasepsi

56

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu dengan tingkat akseptor KB aktif (current user) 42%, masih di bawah Indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 75%. Penelitian berlangsung selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Juli 2008 sampai dengan Desember 2008.

3.3. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh PUS yang ada di Kecamatan Rambah Samo, dan berdasarkan data di Puskesmas pada tahun 2007 berjumlah 2.333. Sampel adalah seluruh isteri dari PUS yang tinggal menetap di Kecamatan Rambah Samo dengan kriteria sebagai berikut: a. Responden berumur 20-35 tahun yang telah memiliki anak 2 b. Responden berumur < 20 tahun dan > 35 tahun meskipun tidak memiliki anak

40

57

Kriteria ini dibuat dengan asumsi kelompok umur tersebut merupakan golongan istri yang sebaiknya memakai alat kontrasepsi sesuai dengan tujuan KB, yaitu istri yang berumur < 20 tahun (untuk menunda kehamilan) dan berumur > 35 tahun (untuk mengakhiri kesuburan). Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Lemeshow et.al., 1997)

n {Z1 / 2 Po(1Po)Z12 Pa(1Pa) }2 (PaPo)Keterangan: n : besar sampel Z1-/2=1,96

Z1-/2 : nilai deviasi normal pada tingkat kemaknaan = 0,05 Z1- : kekuatan uji (ditetapkan peneliti) bila Po Pa

10%, maka Z1- = 1,282

: proporsi PUS yang menjadi akseptor KB aktif : 42% : proporsi PUS yang diharapkan menjadi akseptor KB aktif : 59%

n

{1, 96 0, 42(10, 42)1, 282 0, 59(10, 59) }2 (0,590,42)2

n 88 ,35

88 (sampel minimal)

Dengan mempertimbangkan faktor non respons sebanyak 10%, maka besar sampel yang diambil adalah 88 + 8,8 = 96,8 dibulatkan menjadi 100 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sampel berimbang (proportional sampling). Teknik tersebut dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan sampel wilayah, sebab banyaknya subjek yang terdapat pada setiap wilayah tidak sama, sehingga sampel yang diteliti adalah seperti tabel berikut:

58

Tabel 3.1. Besar Sampel yang Diteliti di Wilayah Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 Nama Desa Rambah Utama Rambah Baru Pasir Makmur Karya Mulya Masda Makmur Jumlah Jumlah PUS 665 568 409 405 286 2.333 Rekapitulasi Perhitungan Sampel 665/2333 x 100 = 28,50 568/2333 x 100 = 24,35 409/2333 x 100 = 17,53 405/2333 x 100 = 17,36 286/2333 x 100 = 12,26 Besar Sampel 29 24 18 17 12 100

Setelah ditentukan banyaknya sampel pada setiap wilayah selanjutnya sampel ditentukan dengan cara sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu mengambil sebagian dengan menggunakan tabel random (Pratiknya, 2003).

3.4. Metode Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan dari responden dengan metode wawancara menggunakan kuesioner sebagai panduan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi dan laporan yang tersedia di Puskesmas Rambah Samo, Kantor Camat Rambah Samo, Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dan BPS Kabupaten Rokan Hulu. Sebelum data dikumpulkan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen yang bertujuan untuk memastikan bahwa alat bantu yang akan digunakan (kuesioner) memiliki validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan pada bulan Juli 2008 terhadap 30 orang istri PUS yang berada di Kecamatan Rambah Samo Barat yang memiliki karakteristik yang sama dengan istri PUS di lokasi penelitian.

59

Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur benar-benar mengukur apa yang ingin diukur dan dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing item pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment (r), dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka pertanyaan valid dan jika nilai r hitung < r tabel, maka pertanyaan tidak valid (Riduwan, 2002). Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya/diandalkan. Teknik menghitung indeks reliabilitas dengan metode Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur lebih dari satu kali pengukuran dengan ketentuan jika r Cronbach Alpha > r tabel, dinyatakan reliabel dan jika r Cronbach Alpha < r tabel, dinyatakan tidak reliabel (Riduwan, 2002). Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Variabel Pengetahuan Butir Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 r hitung 0,4345 0,4975 0,6752 0,7502 0,7208 0,6752 0,8090 0,7457 0,8212 0,8655 0,5843 0,8212 0,8655 Status Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Cronbach Alpha Status Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

0,8843

Sikap

0,9105

60

Lanjutan Tabel 3.2. Variabel Dukungan Petugas Kesehatan Butir Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 r hitung 0,7908 0,7908 0,7908 0,7908 0,5818 0,4966 Status Valid Valid Valid Valid Valid Valid Cronbach Alpha Status Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

0,8301

Berdasarkan Tabel 3.2. di atas dapat dilihat bahwa semua pertanyaan mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel pada df = 28; = 5% sebesar 0,361, demikian juga alpha lebih besar dari r tabel (0,361), dengan demikian kuesioner yang digunakan untuk penelitian sudah valid dan reliabel (Triton, 2006).

3.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel bebas (independent variable) adalah faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendorong (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi), dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan), sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah pemakaian alat kontrasepsi. 1. Pemakaian alat kontrasepsi adalah realisasi responden untuk memakai atau tidak memakai alat kontrasepsi sebagai suatu cara atau metode untuk mencegah atau menjarangkan kehamilan maupun untuk mengakhiri kesuburan. 2. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati).

61

3.

Pendidikan adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah ditempuh dan diselesaikan oleh responden dengan memperoleh tanda tamat belajar.

4.

Jumlah anak adalah banyaknya anak hidup yang dimiliki oleh responden pada saat penelitian.

5.

Pengetahuan adalah pengertian/pemahaman responden tentang alat kontrasepsi yang mencakup arti, tujuan/manfaat, jenis alat kontrasepsi, efek samping, jenis alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui dan jenis alat kontrasepsi untuk laki-laki.

6.

Sikap adalah kecenderungan responden untuk memberikan penilaian atau pendapat tentang setuju atau tidak setuju dalam kaitannya dengan keputusan pemakaian alat kontrasepsi yang menyangkut sikap terhadap NKKBS.

7.

Ketersediaan alat kontrasepsi adalah ada atau tidak adanya alat kontrasepsi di puskesmas yang dibutuhkan oleh responden sesuai dengan keinginannya.

8.

Keterjangkauan

pelayanan

alat

kontrasepsi

adalah

kemudahan

untuk

mendapatkan akses terhadap pelayanan alat kontrasepsi dilihat dari segi jarak, waktu tempuh dan biaya yang dikeluarkan oleh responden. 9. Dukungan petugas kesehatan adalah pendapat atau persepsi responden terhadap keterlibatan petugas kesehatan dalam memberikan informasi ataupun penjelasan yang lengkap tentang alat kontrasepsi.

62

10. Pengambil keputusan adalah orang yang menentukan responden untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan yaitu pemakaian alat kontrasepsi.

3.6. Metode Pengukuran Variabel dependen 1. Pemakaian alat kontrasepsi adalah responden yang pada saat wawancara memakai atau tidak memakai alat kontrasepsi, dibagi menjadi 2 kategori: 0. Ya/Pakai alat kontrasepsi 1. Tidak Pakai alat kontrasepsi Skala : Ordinal Variabel independen 1. Umur, dikategorikan menjadi 2 kelompok berdasarkan konsep tinggi rendahnya risiko yang dihadapi oleh ibu pada waktu hamil dan bersalin. 0. Risiko rendah : 20-35 tahun 1. Risiko tinggi : < 20 dan > 35 tahun Skala : Ordinal 2. Pendidikan, berdasarkan Program Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun

dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu: 0. Tinggi, jika ijazah terakhir minimal Diploma tiga (D3) 1. Menengah, jika ijazah terakhir SLTA/sederajat 2. Dasar, jika ijazah terakhir SLTP/sederajat Skala : Ordinal

63

3. Jumlah anak, dikelompokkan atas 2 kategori berdasarkan tujuan program KB yaitu: 0. 2 orang 1. > 2 orang Skala : Ordinal 4. Pengetahuan Pengetahuan diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner dengan pemberian bobot (Singarimbun dan Efendy, 1989). Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 8 buah dan responden bisa menjawab lebih dari satu jawaban sesuai dengan pilihan yang telah tersedia. Masing-masing jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban Tidak Tahu diberi nilai 0, sehingga total skor maksimal adalah 31 dan skor minimal 0 (Arikunto, 2006). Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa total skor variabel pengetahuan tidak berdistribusi normal sehingga skor total tersebut dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai Median (13,5) yaitu: 0. Tinggi, apabila total skor responden > Median 1. Rendah, apabila total skor responden Median Skala : Ordinal 5. Sikap Diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner dengan pemberian bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 5 buah, jika responden menjawab Setuju diberi nilai

64

1 dan jika menjawab Tidak Setuju diberi nilai 0, sehingga nilai minimal adalah 0 dan nilai maksimal 5. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa total skor variabel sikap tidak berdistribusi normal sehingga skor total tersebut dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai Median (2) yaitu: 0. Baik, apabila total skor responden > Median 1. Tidak baik, apabila total skor responden Median Skala : Ordinal 6. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah 0. Tersedia, jika responden menjawab alat kontrasepsi selalu tersedia dan sesuai dengan keinginan. 1. Tidak tersedia, jika responden menjawab alat kontrasepsi tidak selalu tersedia dan tidak sesuai dengan keinginan. Skala : Ordinal 7. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi Jarak : berdasarkan kriteria yang dibuat oleh BPS dalam mengelompokkan ratarata jarak terdekat (km) dari rumah tangga ke fasilitas umum (BPS, 2007a), maka jarak dikategorikan sebagai berikut: 0. Dekat, jika jarak dari rumah ke puskesmas 2,5 km 1. Jauh, jika jarak dari rumah ke puskesmas > 2,5 km Skala : Ordinal

65

Validasi data jarak dilakukan dengan menggunakan speedometer pada kendaraan sepeda motor. Waktu : jika waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk sampai di sarana kesehatan termasuk jika responden memiliki sarana transportasi (sepeda, sepeda motor, mobil) dan dengan memperhitungkan kondisi jalan yang mayoritas jalan tanah maka waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke sarana kesehatan dikategorikan sebagai berikut: 0. Dekat, jika waktu tempuh tidak lebih dari 30 menit 1. Jauh, jika waktu tempuh lebih dari 30 menit Skala : Ordinal Biaya : jika responden mengatakan tidak mengeluarkan biaya atau mengeluarkan biaya untuk pelayanan yang diterima, maka dikategorikan sebagai berikut: 0. Murah, jika responden mengeluarkan biaya dan biaya tersebut terjangkau 1. Mahal, jika responden mengeluarkan biaya dan biaya tersebut tidak terjangkau Skala : Ordinal 8. Dukungan petugas kesehatan. Untuk mengukur dukungan petugas kesehatan adalah dengan memberikan skor 1 untuk jawaban Ya dan skor 0 untuk jawaban Tidak. Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 6 buah, sehingga total skor minimal adalah 0 dan skor maksimal 6. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa total

66

skor variabel dukungan petugas kesehatan tidak berdistribusi normal sehingga skor total tersebut dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai Median (3) yaitu: 0. Mendukung, apabila total skor responden > Median 1. Tidak mendukung, apabila total skor responden Median Skala : Ordinal 9. Pengambil keputusan dalam keluarga 0. Baik, jika yang mengambil keputusan terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah musyawarah suami dan isteri. 1. Tidak baik, jika yang mengambil keputusan terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah salah satu pihak atau orang lain diluar suami-istri. Skala : Ordinal

3.7. Metode Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi masing-masing variabel independen yang meliputi faktor predisposisi, pendukung dan pendorong serta variabel dependen yaitu pemakaian alat kontrasepsi. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat sejauhmana hubungan variabel independen yaitu faktor predisposisi (umur, pendidikan istri, jumlah anak, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi dan keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi), faktor pendorong (dukungan petugas

67

kesehatan dan pengambil keputusan dalam keluarga) dengan variabel dependen (pemakaian alat kontrasepsi) dengan menggunakan uji chi square. 3. Analisis Multivariat Analisis multivariat adalah untuk melihat pengaruh antara variabel independen (faktor predisposisi, pendukung dan pendorong) terhadap variabel dependen (pemakaian alat kontrasepsi) sehingga diketahui variabel independen yang dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen dengan menggunakan regresi

logistik ganda (multiple logistic regression) metode Forward Stepwise (Likelihood Ratio). Syarat untuk masuk ke dalam model pengujian multivariat adalah jika pada analisis bivariat variabel independen memiliki nilai Sig < 0,25.

68

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Rambah Samo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Rokan Hulu, dengan batas - batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rambah Hilir dan Kepenuhan Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rokan IV Koto Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kepenuhan dan Kunto Darussalam Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Rambah Jarak dari ibukota kabupaten 17 km, dengan luas wilayah 249,9 km2 terdiri dari 5 desa, 15 dusun dan 25 Rukun Warga (RW) dengan rincian: Desa Rambah Utama dengan 2 dusun dan 8 RW Desa Rambah Baru dengan 2 dusun dan 4 RW Desa Pasir Makmur dengan 2 dusun dan 4 RW Desa Karya Mulya dengan 6 dusun dan 6 RW Desa Masda Makmur dengan 3 dusun dan 3 RW 4.1.2. Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Rambah Samo Tahun 2007 adalah 11.293 jiwa yang terdiri dari 6.172 jiwa laki-laki dan 5.121 jiwa perempuan dengan tingkat

52

69

kepadatan penduduk 45,19 jiwa per kilometer persegi. Distribusi jumlah penduduk menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Desa Rambah Utama Rambah Baru Pasir Makmur Marga Mulya Masda Makmur Jumlah KK 798 698 658 669 464 3287 Laki-laki 1371 1296 1256 1356 893 6172 Perempuan 1215 1056 1026 1150 674 5121 Jumlah 2586 2352 2282 2505 1567 11293

Sumber : Profil Kependudukan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008 4.1.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan Sarana kesehatan yang ada adalah puskesmas yang terletak di desa Rambah Utama dengan jumlah tenaga kesehatan sebanyak 22 orang yang terdiri dari dokter umum 1 orang, dokter gigi 1 orang, bidan 3 orang, perawat 5 orang, perawat gigi 1 orang, analis 1 orang, staf administrasi 5 orang. Bidan di desa sebanyak 5 orang dan tinggal di poliklinik bersalin desa (polindes) masing-masing. Setiap hari Rabu bidan di desa tersebut harus hadir di puskesmas untuk membantu pelayanan kesehatan karena pada hari tersebut jumlah pasien biasanya lebih banyak dari hari lainnya disebabkan karena adanya hari pasar yang waktunya seminggu sekali di desa Rambah Utama. Puskesmas tersebut juga didukung oleh 1 (satu) unit puskesmas keliling, 2 (dua) unit sepeda motor yang berfungsi untuk pelayanan rujukan jika diperlukan. Juga telah tersedia seperangkat komputer untuk mempermudah proses administrasi.

70

Seiring dengan perkembangan teknologi daerah ini sekarang telah dapat dijangkau oleh jaringan telepon seluler sehingga lebih mempermudah sistem komunikasi. Selain puskesmas induk, ada juga puskesmas pembantu (pustu) yang terletak di desa Pasir Makmur dan Masda Makmur, tetapi pustu tersebut tidak dioperasionalkan dengan maksimal karena kurangnya petugas kesehatan.

4.2. Analisis Univariat 4.2.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian berjumlah 100 orang dan merupakan istri dari PUS yang berumur 20-35 tahun yang telah memiliki anak 2 dan berumur < 20 tahun dan > 35 tahun meskipun tidak memiliki anak. Berdasarkan kriteria tersebut didapat bahwa umur istri tidak ada yang < 20 tahun, sedangkan yang berumur 20-35 tahun sebesar 60% dan yang berumur > 35 tahun sebesar 40%. Seluruh responden diberikan pertanyaan yang sama dan dari wawancara diketahui bahwa 28 orang responden sedang memakai alat kontrasepsi dan 72 orang tidak memakai alat kontrasepsi tetapi pernah menggunakan salah satu metode kontrasepsi sehingga mereka tahu tentang alat kontrasepsi. Umur suami dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan nilai tengah (median) yaitu berumur kurang dari 40 tahun dan lebih dari 40 tahun, yang berumur kurang dari 40 tahun sebesar 71% dan yang berumur lebih dari 40 tahun 29%. Pendidikan istri adalah tingkat SD (36%) selanjutnya SMP (30%), SMA (27%), D3 (6%) dan S1 sebesar 1%. Sedangkan pendidikan suami mayoritas SMP (40%)

71

kemudian SD (31%) diikuti tingkat SMA (22%), D3 (4%) dan S1 sebesar 3%. Berdasarkan jumlah anak, mayoritas responden memiliki anak > 2 orang (64%) sedangkan yang memiliki anak 2 orang sebanyak 36%. Mayoritas respoden tidak ikut KB (72%) dan yang ikut KB 28%. Jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah Pil (39,28%), Suntik (25%), Spiral (21,43%) dan Implant (14,29%). Alasan responden belum ikut KB karena masih ingin punya anak (67%), masih ingin punya anak laki-laki (18%), ingin punya anak perempuan (5%), dilarang suami (7%) dan karena alasan kesehatan (3%). Rata-rata jarak kelahiran anak dihitung dari nilai median dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 2,5 km) - Waktu Dekat ( 30 menit) Jauh (> 30 menit) Murah - Biaya Mahal 4.2.10. Faktor Pendorong Dukungan petugas kesehatan dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai median yaitu mendukung dan tidak mendukung. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai median 3, sehingga berdasarkan kategori yang telah ditentukan tersebut diperoleh bahwa 48% responden menyatakan petugas kesehatan mendukung dalam hal pemakaian alat kontrasepsi dan 52% menyatakan tidak mendukung. Responden yang menyatakan bahwa pengambil keputusan untuk pemakaian alat kontrasepsi dengan kategori baik sebanyak 38% dan tidak baik 62%. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut: f 48 52 29 71 63 37 47 53 Persentase (%) 48,00 52,00 29,00 71,00 63,00 37,00 47,00 53,00

84

Tabel 4.16. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendorong di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 Faktor Pendorong Dukungan Petugas Kesehatan Mendukung Tidak Mendukung Pengambil Keputusan Musyawarah Suami dan istri Selain suami dan istri f 48 52 38 62 Persentase (%) 48,00 52,00 38,00 62,00

4.3. Analisis Bivariat Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara variabel independen (faktor predisposisi, pendukung dan pendorong) dengan dependen (pemakaian alat ko