83
i FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCATATAN TRANSAKSI PADA USAHA MIKRO DAN KECIL DI KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA Oleh : SISCA EVANDA HALIM NIM : 232009039 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi sebagian dari Persyaratan persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pencatatan Transaksi ......Indonesia. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa persentase jumlah UMKM dibanding total

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pencatatan Transaksi pada Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga KOTA SALATIGA
Guna Memenuhi sebagian dari
Persyaratan – persyaratan untuk Mencapai
SALATIGA
2013
ii
iii
iv
MOTTO
“Power is given only to him who dares to stoop and
take it ... one must have the courage to dare.”
Fyodor Dostoyevsky, Crime and Punishment
“The brick walls are there for a reason. The brick
walls are not there to keep us out. The brick walls are
there to give us a chance to show how badly we want
something. Because the brick walls are there to stop
the people who don’t want it badly enough. They’re
there to stop the other people.”
Randy Pausch, The Last Lecture
“In a world filled with hate, we must still dare to
hope. In a world filled with anger, we must still dare
to comfort. In a world filled with despair, we must
still dare to dream. And in a world filled with
distrust, we must still dare to believe.”
Michael Jackson
Micro Small and Medium Enterprises (MSMEs) is a vital part for
Indonesia’s economy and creating a jobs for Indonesian people. It has been
proved that micro small enterprises can surpass the economic crysis better than
large corporations in Indonesia. But, MSMEs also have some problems, like the
problem of productivity and bussiness continuity. Problems that often occurs is
that there’s so many businesses find it’s hard to separate between personal money
and business money, because the money that used to venture capital is a personal
money. If things like this continue to happen then sooner or later the venture
capital will be run out. This research is an inferential research to give us
information about the practice of transaction record and some factors that
influence it. Beside that, the reader can also knew how important to record their
micro small enterprisses transaction. Sampling using design sample,
nonprobability sampling in form of convenience sampling, while the sample that
used is a enterprises that assets, turnover and employees qualified for micro dan
small.
Based on research results, 59,18% from all of repondents is already do
the transaction recording even though not yet organized and the most recorded
transaction is a cash transactions, 36,74%. The most problem faced by the micro
small enterpreneur is most of them think that recording the transaction is very
inconvenient. Beside that, lack of knowledge and the thought of “it’s not needed
to record the transaction” is some problems too. Based on the research, known
that the variables that significant is age of business variables and number of
employees variables, while the number of assets variables and the number of
branches aren’t significant.
Key words : transaction recording, age of business variable, number of assets
variable, number of employees variable, number of branches variable
vi
SARIPATI
juga telah terbukti mampu melewati krisis ekonomi lebih baik dibandingkan
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Namun, UMKM juga memiliki
sejumlah masalah yang terjadi misalnya masalah yang berkaitan dengan
produktivitas dan keberlangsungan usaha. Kejadian yang terjadi di lapangan
adalah banyaknya pelaku usaha mengalami kesulitan dalam memisahkan antara
uang pribadi dengan uang untuk usaha, karena uang yang digunakan untuk modal
usaha berasal dari modal pribadi. Apabila hal seperti ini terus terjadi maka tidak
menutup kemungkinan modal untuk mengembangkan usaha lama kelamaan akan
habis. Penelitian ini merupakan penelitian inferensial dengan tujuan untuk
memberikan informasi tentang praktik pencatatan transaksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Selain itu, para pembaca juga dapat mengetahui akan
pentingnya melakukan pencatatan transaksi pada usaha mikro dan kecil mereka.
Pengambilan sampel menggunakan design sampel nonprobability sampling
berupa convenience sampling, sedangkan sampel yang digunakan adalah usaha
yang aset dan omzet nya serta jumlah karyawan termasuk dalam kriteria usaha
mikro dan kecil.
ternyata telah melakukan pencatatan meski belum terorganisir dan transaksi yang
paling banyak dicatat adalah transaksi tunai yaitu sebesar 36,74%. Kendala yang
dihadapi oleh pengelola usaha UMK adalah banyak para pengelola usaha yang
berpendapat bahwa melakukan pencatatan transaksi adalah suatu hal yang
merepotkan, selain itu minimnya pengetahuan dan merasa bahwa belum
membutuhkan untuk melakukan pencatatan transaksi atau bahkan sikap malas dari
para pengelola usaha. Dari hasil penelitian diketahui variabel yang signifikan
adalah variabel umur usaha dan variabel jumlah karyawan, sedangkan untuk
variabel jumlah aset dan variabel jumlah cabang tidak signifikan.
Kata Kunci : Pencatatan Transaksi, Variabel Umur Usaha, Variabel Jumlah Aset,
Variabel Jumlah Karyawan, Variabel Jumlah Cabang.
vii
menjalankan usaha. Mempraktikan pencatatan transaksi dapat menjadi inisiatif
utama dalam menangani masalah yang terjadi dalam usaha mikro dan kecil.
Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh para pengelola usaha dengan
melakukan pencatatan transaksi antara lain sebagai persyaratan dalam pengajuan
pinjaman kredit, mengevaluasi kinerja, mengetahui posisi keuangan, menghitung
pajak, kontrol usaha dan pengambilan keputusan. Tidak adanya peraturan yang
mengharuskan UMK memiliki sebuah laporan keuangan, memungkinkan ada
kekuatan lain yang menciptakan permintaan untuk laporan keuangan (Gjesdal,
1981 dalam Alle dan Yohn, 2009), oleh karena itu UMK memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian menyangkut kemungkinan lain yang
mempengaruhi pencatatan transaksi. Maka, penulis tertarik untuk menulis kertas
kerja dengan judul “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pencatatan Transaksi
Pada Usaha Mikro Dan Kecil Di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga”.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa kertas kerja ini masih memiliki
banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari
pembaca akan diterima dengan senang hati dan tulus ikhlas. Semoga dengan
adanya penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca dan penelitian selanjutnya.
Salatiga, 1 Januari 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa,
atas segala berkat, kasih karunia dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan kertas kerja ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pencatatan Transaksi Pada Usaha Mikro Dan Kecil Di Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga”. Oleh karena itu, penulis sangat bersyukur dan ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orangtua dan saudari-saudari ku tercinta yang telah memberikan
dukungan material dan moril, semangat, saran dan doa untuk penulis.
2. Mas Ronny Prabowo, SE., M.Com., Akt selaku dosen pembimbing yang
telah membantu, membimbing dengan penuh kesabaran, meluangkan waktu,
memberikan ide dan saran serta masukan yang sangat bermanfaat sehingga
kertas kerja ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., PhD selaku Dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.
4. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE., MBA selaku kaprogdi Akuntansi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan kertas kerja ini.
5. Bapak Marwata, SE., M.Si., PhD selaku wali studi yang telah memberikan
saran dan membantu dalam proses studi penulis.
6. Seluruh dosen pengajar serta staf administrasi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu
Kristen Satya Wacana.
7. Pengelola Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi dan membantu
jalannya penelitian.
Ayu, Rizki, Murta, Mima, Budi Oktaviana, Dede, Dewi, Achid, Benaya
yang telah meluangkan waktu dan membantu penulis dalam mendapatkan
dan mengolah hasil penelitian sehingga terselesaikanlah kertas kerja ini.
Terima kasih untuk dukungan, bantuan serta pertemanannya selama ini.
9. Sahabat-sahabatku, Yosefin, Serly, Helena dan Pipien yang telah memberi
semangat, saran dan tempat berkeluh kesah selama studi dan menyelesaikan
kertas kerja ini. Terima kasih dukungan, bantuan serta persahabatannya.
10. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memperlancar jalannya studi dan proses penyusunan kertas
kerja penulis.
kepada semua pihak dan keluarganya yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan kertas kerja ini. Akhir kata, penulis berharap semoga kertas kerja
ini berguna bagi setiap pembaca dan penelitian selanjutnya.
Salatiga, 1 Januari 2013
Halaman Persetujuan / Pengesahan ............................................................. iii
2.2 Pencatatan Transaksi Pada UMK ..................................................... 7
2.3 Pengembangan Hipotesis ................................................................ 12
3.2.1 Uji Validitas ……………………………………………….. 18
4.2 Analisis Pencatatan Transaksi Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga ……………………………………………. 24
4.4 Hasil Pengujian Variabel
4.4.1 Uji Validitas ………………………………………………… 31
4.4.2 Uji Hipotesis ……….………………………………………... 31
Tabel 4.3 : Jenis Transaksi yang Dicatat .................................................. 25
Tabel 4.4 : Transaksi Yang Dicatat ........................................................... 26
Tabel 4.5 : Cara Melakukan Pencatatan Transaksi ................................... 27
Tabel 4.6 : Model Pencatatan Transaksi ................................................... 27
Tabel 4.7 : Tujuan Melakukan Pencatatan Transaksi ............................... 29
Tabel 4.8 : Pendapat Responden Mengenai Pencatatan Transaksi ........... 29
Tabel 4.9 : Nilai Nagelkerke R Square ..................................................... 32
Tabel 4.10 : Jumlah Cabang Usaha ............................................................. 34
xiii
Gambar 4.4 : Sumber Modal Usaha ............................................................ 22
Gambar 4.5 : Status Pengelola Usaha ......................................................... 22
Gambar 4.6 : Latar Belakang Pendidikan Pengelola Usaha ....................... 23
Gambar 4.7 : Frekuensi Pencatatan Transaksi Yang Paling Tinggi ........... 28
Gambar 4.8 : Pemisahan Modal Pribadi ..................................................... 34
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Profil Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
Lampiran 2 : Profil Pengelola Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga
Lampiran 3 : Kriteria Usaha Berdasarkan Aset, Omset dan Jumlah Karyawan
Lampiran 4 : Hasil Uji Variabel (Statistika)
Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6 : Kuisioner Penelitian
yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Gerak sektor UMKM
sangat vital dalam menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan,
selain itu UMKM telah terbukti mampu bertahan melewati krisis ekonomi
dengan lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan besar di
Indonesia. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukan bahwa persentase jumlah UMKM dibanding total perusahaan
pada tahun 2001 adalah sebesar 99,9%, dengan jumlah tenaga yang
diserap mencapai 99,4% dari total tenaga kerja. Lebih dari separuh
perekonomian di Indonesia didukung dan diproduksi oleh UMKM yaitu
sebanyak 59,3%. Sebagai penyumbang Product Domestic Bruto (PDB)
yang besar maka akan semakin banyak lapangan pekerjaan baru yang
tercipta. Dengan adanya lapangan pekerjaan baru maka akan banyak
terjadi penyerapan tenaga kerja sehingga dapat membantu mengurangi
penggangguran.
Indonesia namun UMKM memiliki sejumlah masalah yang terjadi.
Masalah tersebut misalnya masalah yang berkaitan dengan produktivitas
dan keberlangsungan usaha. Salah satu penyebabnya adalah masalah
keuangan. Yang terjadi di lapangan adalah banyaknya pelaku usaha
mengalami kesulitan dalam memisahkan antara uang pribadi dengan uang
untuk usaha, karena uang yang digunakan untuk modal usaha berasal dari
2
modal pribadi. Apabila hal seperti ini terus terjadi maka tidak menutup
kemungkinan modal untuk mengembangkan usaha lama kelamaan akan
habis.
akuntansi dengan baik sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan.
Laporan keuangan dapat digunakan untuk persyaratan dalam pengajuan
pinjaman kredit, mengevaluasi kinerja, mengetahui posisi keuangan dan
menghitung pajak (Warsono, 2010 dalam Arifin, 2010). Laporan keuangan
dalam bentuk sederhana juga dapat membantu pengelola usaha untuk
mengatur semua hutang piutang sehingga dapat digunakan sebagai kontrol
usaha dan pengambilan keputusan. UMKM juga dapat mengontrol siklus
bisnisnya untuk menentukan langkah apa yang akan diambil untuk
perkembangan bisnisnya (Santosa, 2012).
Menegah (UKM) sudah banyak dilakukan, seperti yang telah dilakukan
oleh Setiawati (2010), Hermawan (2010) dan Arifin (2010). Dalam
penelitian terdahulu dibahas mengenai penerapan akuntansi dan kendala-
kendala yang dihadapi oleh UKM. Penelitian penerapan akuntansi tersebut
terfokus pada akuntansinya yaitu seperti neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan modal maupun laporan arus kas. Dari hasil penelitian terdahulu
ditemukan bahwa penerapan akuntansi hanya dilakukan oleh sebagian
responden. Hal ini terjadi karena terkendala oleh latar belakang
pendidikan, kurangnya kesadaran pengelola untuk menerapkan akuntansi,
3
menerapkan akuntansi pada usahanya. Tetapi disatu sisi penelitian
mengenai penerapan akuntansi pada UKM menjadi kurang realistis dan
relevan untuk dilakukan karena dalam melakukan pencatatan transaksi
sederhana saja para pengelola UKM tidak mengerti. Dalam praktik
akuntansinya memiliki banyak kelemahan yang disebabkan oleh
rendahnya pendidikan sehingga tidak memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai akuntansi dan seringnya terjadi perubahan standar akuntansi
yang dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan.
Melihat permasalahan yang ada dan sepengetahuan penulis,
penelitian mengenai pencatatan transaksi pada Usaha Mikro dan Kecil
(UMK) belum banyak dilakukan, maka penulis berupaya untuk melakukan
penelitian kembali mengenai pencatatan transaksi pada UMK yang
merupakan replikasi dari penelitian Santosa (2012). Penelitian ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya, karena pada penelitian sebelumnya
menggunakan penelitian deskriptif, sedangkan dalam penelitian ini penulis
berusaha memperluas penelitian dengan menggunakan penelitian
inferensial, selain itu penelitian ini juga berbeda dalam pemilihan objek
penelitian. Objek yang digunakan adalah UMK yang ada di Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga sedangkan pada penelitian sebelumnya
menggunakan objek UMK di Kecamatan Ambarawa. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Santosa (2012) tentang pencatatan transaksi pada
UMK ditemukan bahwa sebagian dari responden telah melakukan
4
pengelola usaha adalah kurangnya pengetahuan mengenai pencatatan
transaksi, belum adanya kebutuhan mengenai pencatatan transaksi, dan
sikap malas pengelola untuk melakukan pencatatan.
Pada umumnya peneliti melakukan penelitian pada perusahaan
yang sudah mapan, tetapi pada penelitian ini UMK dipilih oleh peneliti
sebagai sampel penelitian karena persyaratan peraturan akuntansi belum
ada untuk UMK, dibandingkan dengan usaha yang besar dan sudah
terdaftar. Usaha menengah dan besar apalagi yang sudah terdaftar
cenderung sudah melakukan pencatatan transaksi maupun penyusunan
laporan keuangan. Tidak adanya peraturan yang mengharuskan atau
mewajibkan UMK memiliki sebuah laporan keuangan, ada kemungkinan
bahwa ada kekuatan lain menciptakan permintaan untuk laporan keuangan
(Gjesdal, 1981 dalam Alle dan Yohn, 2009), oleh karena itu UMK
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian yang
menyangkut kemungkinan lain yang mempengaruhi pencatatan transaksi.
Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan informasi
tentang praktik pencatatan transaksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Selain itu, para pembaca juga dapat mengetahui akan
pentingnya melakukan pencatatan transaksi pada usaha mikro dan kecil
mereka, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk
mempelajari akuntansi untuk dapat diterapkan pada usaha mereka masing-
masing dengan baik.
menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, persoalan
penelitian dan tujuan penelitian. Bab tinjauan literatur menguraikan
tentang UMK, pencatatan transaksi pada UMK dan pengembangan
hipotesis. Bab metode penelitian menguraikan tentang pemilihan dan
pengumpulan data serta teknik dan langkah-langkah analisis. Bab analisis
data dan pembahasan menguraikan tentang gambaran objek, analisis
praktek pencatatan transaksi untuk usaha mikro dan kecil, kendala-kendala
yang dihadapi serta hasil pengujian terhadap variabel-variabel. Bab
penutup menguraikan tentang kesimpulan penelitian, implikasi,
keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.
2. TINJAUAN LITERATUR
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
adalah sebagai berikut :
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
6
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang - Undang ini.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 6 adalah sebagai berikut :
Usaha Mikro
Aset ≤ Rp50.000.00,00
dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Omzet ≤ Rp300.000.000,00
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Usaha Kecil
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Rp300.000.000,00 < Omzet ≤ Rp2.500.000.000,00
Rp300.000.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) sampai dengan
7
juta rupiah).
berdasarkan jumlah karyawan adalah ≤ 4 orang, sedangkan untuk usaha
kecil memiliki jumlah karyawan 5 – 19 orang.
2.2 Pencatatan Transaksi pada UMK
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) memegang peranan yang penting
dalam perekonomian di Indonesia. Usaha kecil biasanya melakukan
akuntansi secara sederhana yang disebut pembukuan. Pembukuan adalah
proses pencatatan transaksi-transaksi (kejadian) keuangan dalam buku-
buku manual yang diperlukan seperti buku catatan, agenda atau bahkan
dalam kertas-kertas lainnya (Karyawati dalam Hermawan, 2010).
Pencatatan yang dilakukan pada kertas-kertas juga harus
didokumentasikan atau dikumpulkan sehingga dapat diarsipkan menjadi
catatan pembukuan permanen.
Tetapi sebagian besar dari UMK masih belum melakukan
pencatatan transaksi. Kesadaran yang rendah akan pentingnya melakukan
pencatatan transaksi menjadi salah satu penyebabnya. Apabila melakukan
pencatatan transaksi, biasanya hanya mencatat transaksi penjualan saja
(barang apa saja yang terjual dan berapa banyak). Jika ada suatu
pencatatan transaksi, biasanya hanya sekedar untuk formalitas
saja. Pengelola usaha mikro dan kecil beranggapan bahwa mereka tidak
membutuhkan pencatatan transaksi karena usaha yang mereka jalani masih
8
membutuhkan adanya suatu pencatatan (Santosa, 2012).
Pelaku usaha mikro dan kecil tidak memisahkan aktivitas usaha
dengan aktivitas pribadi, misalnya biaya listrik, air, dan biaya yang tidak
berkaitan langsung dengan aktivitas usaha (Santosa,2012). Dalam
pelaksanaannya para pelaku usaha menggunakan uang pinjaman kredit di
bank atau pun uang pribadi sebagai sumber modal usaha. Pelaku usaha
mikro dan kecil seringkali merasa tidak perlu untuk melakukan pencatatan
transaksi karena modal berasal dari modal pribadi. Munculnya kebutuhan
akuntansi pada UKM adalah untuk mencatat transaksi. Secara lebih
spesifik, pencatatan transaksi memfasilitasi pengusaha UKM untuk
mengevaluasi sejauh mana harapan akan keuntungan terpenuhi dengan
menghitung keuntungan dari transaksi yang sudah terjadi dan mencari
potensi keuntungan untuk transaksi berikutnya (Waymire, 2009). Selain
itu menurut Basu dan Waymire (2006) permintaan untuk melakukan
pencatatan transaksi muncul ketika jumlah transaksi dalam sebuah usaha
semakin lama semakin banyak dan kompleks, ketika itu pula kemampuan
otak kita tidak mampu untuk mengingat semua transaksi yang terjadi.
Penelitian mengenai penerapan akuntansi pada UKM telah
dilakukan oleh Arifin (2010), Setiawati (2010) dan Hermawan (2010).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2010) di jalan Jendral
Sudirman Salatiga ditemukan bahwa pencatatan yang dilakukan meliputi
pencatatan penjualan (66,67%), pembelian (64,70%), persediaan
9
(52,94%), kas masuk dan keluar (78,43%), biaya (60,78%) dan gaji
(47,06%). Sedangkan pelaporan akuntansi dilakukan hanya sebatas untuk
kepentingan pengelolaan usaha. Sebagian besar laporan yang dibuat oleh
pengelola usaha adalah laporan penjualan (66,67%), laporan pembelian
(52,94%), laporan persediaan (45,10%) dan laporan gaji (41,18%). Serta
kendala yang mempengaruhinya adalah latar belakang pendidikan, belum
pernah mengikuti pelatihan akuntansi dan pengelola merasa belum perlu
untuk menerapkan akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawati
(2010) di usaha dagang kota Salatiga ditemukan bahwa penerapan
akuntansi telah dilakukan secara sederhana tetapi akuntansi yang
diterapkan dapat dikatakan belum digunakan secara optimal yaitu
membuat pencatatan hingga pelaporan sampai selesai. Terbukti dengan
dari 47 toko hanya ada 2 toko yang menerapkan akuntansi secara optimal.
Yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya
kesadaran akan pentingnya akuntansi. Penelitian di Magelang yang
dilakukan oleh Hermawan (2010), ditemukan bahwa 69,56% sudah
melakukan pencatatan tetapi hanya 34,78% yang membuat pelaporan
keuangan. Hal ini dikarenakan terkendala oleh kurangnya pemahaman
tentang akuntansi dan kurangnya kesadaran untuk menerapkan akuntansi.
Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa (2012)
mengenai pencatatan transaksi pada UMK di Kecamatan Ambarawa.
Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa 43,5 % menerapkan
pencatatan transaksi walaupun belum terorganisasi, 19,5 % mencatat
10
kredit, dokumen yang digunakan sehari-hari oleh responden sebesar 41,3
% adalah nota penjualan dan nota pembelian. Terdapat 28,3 % UMK di
Kecamatan Ambarawa yang memiliki frekuensi pencatatan transaksi
persediaan paling tinggi. Kendala yang dihadapi oleh pengelola usaha
UMK adalah minimnya pengetahuan mengenai pencatatan transaksi,
belum adanya kebutuhan mengenai pencatatan transaksi, dan sikap malas
dari pengelola untuk melakukan pencatatan meskipun mereka sadar bahwa
adanya pencatatan transaksi sangat membantu pengelolaan usahanya.
Penelitian mengenai permintaan laporan keuangan pada UKM
dilakukan di Amerika Serikat oleh Alle dan Yohn (2009). Penelitian
tersebut dilakukan dengan analisis eksplorasi faktor yang terkait dengan
produksi, penggunaan dan kecanggihan laporan keuangan oleh UKM.
Dalam melakukan analisis, Alle dan Yohn (2009) menggunakan
pendekatan induktif yang dimulai dari pengamatan, mengidentifikasi
masalah yang ada kemudian mengembangkan teori. Variabel dependen
yang digunakan adalah laporan keuangan, sedangkan variabel independen
yang digunakan oleh Alle dan Yohn (2009) adalah perusahaan
mengajukan pinjaman atau kredit dalam tiga tahun sebelumnya (apply),
total aset perusahaan (asset), rasio hutang terhadap aset perusahaan
(debtasset), jumlah karyawan yang bekerja untuk perusahaan (employees),
perusahaan dengan bentuk perseroan terbatas (limited), jumlah pemilik
dalam perusahaan (owners), perusahaan dikelola oleh pemilik
11
perdagangan (pertrade), pertumbuhan penjualan perusahaan dalam tahun
ini (sgrowth), jumlah lokasi usaha (sites), dan upah rata-rata per karyawan
(wagemp). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa apply, asset, debtasset,
employees, limited, owners, pertrade, sgrowth, sites, dan wagemp secara
positif berkorelasi dengan kebutuhan penyusunan laporan keuangan.
Sedangkan ownmanage berkorelasi negatif terhadap kebutuhan
penyusunan laporan keuangan. Cassar (2009) juga telah melakukan
penelitian mengenai laporan keuangan pada UKM di Amerika Serikat.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
penggunaan dana dari luar, tingkat persaingan, tingkat penjualan yang
diharapkan dan tahap pengembangan produk, sedangkan variabel
dependen yang digunakan adalah laporan keuangan. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Cassar (2009) ditemukan bahwa laporan keuangan
pada UKM di AS secara positif berkaitan dengan penggunaan dana dari
luar, tingkat persaingan, dan tingkat penjualan yang diharapkan.
Sedangkan tahap pengembangan produk berkorelasi negatif.
Hasil temuan Cassar (2009) dan Alle dan Yohn (2009) memiliki
kesamaan, yaitu dalam melakukan penyusunan laporan keuangan
dipengaruhi oleh faktor pinjaman kredit. Maka, dalam penelitian ini
penulis berupaya untuk meneliti dengan variabel umur usaha, total aset,
pinjaman kredit, jumlah karyawan, cabang usaha dan pencatatan transaksi.
12
transaksi, sedangkan variabel independen yang akan digunakan adalah
umur usaha (age), total aset (assets), jumlah karyawan (employees) dan
cabang usaha (sites).
variabel independen. Umur usaha (age) dipilih karena pada umumnya
semakin tua umur suatu usaha maka akan semakin banyak pula transaksi
yang muncul. Ketika jumlah transaksi dalam sebuah usaha semakin lama
semakin banyak dan kompleks, ketika pula itu kemampuan otak kita tidak
mampu untuk mengingat semua transaksi yang terjadi (Basu dan
Waymire, 2006). Hal ini memungkinkan untuk mendorong pengusaha
melakukan pencatatan transaksi, maka hipotesis yang dihasilkan adalah
H1 : ada pengaruh umur usaha terhadap pencatatan transaksi.
Total asset (assets) dipilih karena pada umumnya para pelaku
usaha menggunakan uang pinjaman kredit di bank atau pun uang pribadi
sebagai sumber modal usaha. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Santosa (2012) ditemukan bahwa 65,2% para pelaku usaha mikro dan
kecil menggunakan modalnya sendiri. Penggunaaan sumber modal yang
berasal dari modal sendiri membuat para pelaku usaha kesulitan untuk
memisahkan aktivitas usaha dengan aktivitas pribadi, sehingga sering kali
uang yang digunakan sebagai modal usaha habis terpakai untuk
membiayai aktivitas pribadi. Kesulitan untuk memisahkan antara uang
13
pencatatan transaksi. Maka hipotesis yang dihasilkan adalah
H2 : ada pengaruh total aset terhadap pencatatan transaksi.
Jumlah karyawan (employees) dipilih karena sebuah usaha dengan
jumlah karyawan yang lebih banyak, memungkinkan pelaku usaha untuk
melakukan pencatatan transaksi. Hal ini dilakukan sebagai kontrol atas
transaksi yang terjadi pada usahanya. Maka hipotesis yang dihasilkan
adalah
Cabang usaha (sites) dipilih karena apabila semakin banyak cabang
usaha yang dimiliki oleh suatu usaha maka tingkat kompleksitasnya juga
akan meningkat. Karena konsetrasi tidak terfokus untuk mengurus salah
satu cabangnya saja, melainkan semuanya. Menurut Basu dan Waymire
(2006) kemampuan manusia untuk mengingat semua transaksi yang terjadi
dalam memori otaknya juga sangat terbatas. Oleh karena itu hal ini dapat
memungkinkan suatu usaha untuk melakukan pencatatan transaksi. Maka,
hipotesis yang dihasilkan adalah
Berikut ini adalah persamaan regresi yang digunakan dalam
penelitian :
14
Keterangan :
α : konstanta
sebagai berikut:
Umur Usaha
Penelitian ini memilih untuk menggunakan UMK yang ada di
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Kota Salatiga dipilih sebagai tempat
sampel penelitian karena sepengetahuan penulis penelitian mengenai
pencatatan transaksi belum dilakukan di kota Salatiga, selain itu kota
Salatiga merupakan sebuah kota yang memiliki luas 56.781 km 2 dan
jumlah penduduk 177.088 jiwa (pemkot-salatiga.go.id), tetapi memiliki
begitu banyak UMK yang tersebar di seluruh kota Salatiga. UMK dipilih
oleh peneliti sebagai sampel penelitian karena persyaratan peraturan
akuntansi belum ada untuk UMK, dibandingkan dengan usaha yang besar
dan sudah terdaftar sehingga memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian yang menyangkut kemungkinan lain yang
mempengaruhi pencatatan transaksi.
Dimana data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara
langsung dari objek penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan
kuesioner yang diberikan kepada pelaku usaha UMK. Cara penarikan
sampel menggunakan design sampel nonprobability sampling berupa
convenience sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana peneliti
memilih sampel dari anggota populasi yang bersedia menjadi responden
(Santosa, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua UMK yang
ada di kota Salatiga, sedangkan kriteria yang digunakan peneliti untuk
16
menentukan sampel adalah usaha yang aset dan omzet nya serta jumlah
karyawan termasuk dalam kriteria usaha mikro dan kecil.
Pengambilan sampel yang terlalu kecil atau terlalu besar dapat
mengakibatkan kesalahan dalam pengujian hipotesis. Ukuran sampel yang
layak berkisar antara 30-500 (rules of thumb) (Roscoe dalam Supramono
dan Utami, 2003). Selain itu formula yang dikemukakan oleh Yamane
(Supramono dan Utami, 2003) juga dapat digunakan untuk menentukan
jumlah sampel. Formula tersebut adalah
n =
………………………. (1)
Keterangan :
N = jumlah populasi
yang masih dapat ditolelir.
diajukan kepada pengelola usaha. Setelah data diperoleh maka peneliti
akan menganalisis dan melakukan pengujian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pencatatan transaksi pada UMK. Menurut
informasi yang peneliti dapat dari CEMSED (Center For Micro And Small
Enterprises Dynamics), salah satu Pusat Studi Dinamika Usaha Mikro dan
Kecil di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga diketahui bahwa jumlah Usaha Mikro Kecil dan
17
Menengah di kota Salatiga berjumlah 13.125 unit, sedangkan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga berjumlah
4.286 unit (Sumber : Sensus Ekonomi BPS Tahun 2006).
Persentase kelonggaran penelitian yang ditetapkan oleh peneliti
adalah 10% atau 0,1. Perhitungan sampel yang akan diteliti adalah sebagai
berikut :
n =
Dengan perhitungan diatas maka diketahui bahwa jumlah sampel
yang akan diambil oleh peneliti adalah sejumlah 98 unit. Penelitian ini
dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan melalui kuesioner
kepada responden yang bersedia. Kemudian peneliti akan menganalisis
dan menguji hasil dari jawaban yang telah diberikan oleh responden untuk
dapat diketahui hasil hipotesisnya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
inferensial. Dalam penelitian ini untuk menganalisis hubungan antar
variabel akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan binary logistic
regression. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencatatan
transaksi, maka dengan penggunaan binary logistic regression ini akan
diukur dengan 1 = mencatat dan 0 = tidak mencatat. Data yang akan
diteliti diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan sesuai dengan
pilihan jawaban yang tersedia pada kuesioner (pertanyaan terbuka). Dalam
18
pengujian hipotesis, antara lain sebagai berikut (Supramono dan Utami,
2003) :
3. Menentukan tingkat signifikansi.
4. Melakukan pengumpulan analisis.
software SPSS v.16. Pengujian hipotesis akan dilakukan sesuai dengan
langkah-langkah sebagai berikut (Ghozali,2006) :
pertanyaan pada kuisioner mampu mengungkapkan apa yang
hendak kita ukur.
3.2.2 Uji Hipotesis
pengujian hipotesis dengan uji logistik untuk mengetahui pengaruh
umur usaha (age), total aset (assets), jumlah karyawan (employees)
dan cabang usaha (sites) secara parsial terhadap pencatatan
transaksi (record keeping).
Objek dalam penelitian ini Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang
berada di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga yang memenuhi kriteria yaitu
antara lain jumlah aset dan omzet sesuai dengan Undang-Undang No. 20
Tahun 2008 dan juga jumlah karyawan yang sesuai dengan kriteria Badan
Pusat Statistik. Waktu penelitian dilakukan mulai 10 Juni 2012 hingga
selesai. Peneliti mengambil 115 sampel dari total populasi yang mewakili
Usaha Mikro dan Kecil yang ada di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
Respondennya adalah pemilik atau karyawan dari UMK tersebut. Dari 115
responden yang disurvei, 12 responden tidak bersedia untuk mengisi
kuisioner dan wawancara, 5 data dari responden merupakan data rusak
karena tidak sesuai dan 98 responden yang dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut.
macam jenis usaha, yaitu bengkel, rias pengantin dan salon, toko
kelontong, usaha tempe, kerajinan kayu, usaha pengolahan susu, warung
makan, counter handphone dan pulsa, digital printing, fotocopy, laundry
dan lain sebagainya.
Pada Gambar 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari total
keseluruhan responden yang diteliti, apabila dilihat dari segi aset nya
83,67% dari keseluruhan total responden merupakan usaha mikro,
sedangkan sisanya yaitu 16,33% merupakan usaha kecil.
Gambar 4.2
84%
16%
Usaha Mikro Usaha Kecil
Usaha Mikro Usaha Kecil
segi omzet yang didapatkan, maka 91,84% dari total responden adalah
usaha mikro, sedangkan sisanya 8,16% adalah usaha kecil.
Gambar 4.3
Pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa berdasarkan segi jumlah
karyawan yaitu sebesar 92,86% adalah usaha mikro, sedangkan sisanya
7,14% adalah usaha kecil.
pandangan kriteria sebuah usaha dapat digolongkan sebagai usaha mikro
dan kecil berdasarkan jumlah aset, omzet dan jumlah karyawan. Tiga
pandangan ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan antara aset yang
dipakai dan jumlah karyawan yang bekerja pada usaha dengan jumlah
omzet yang didapat.
Usaha Mikro Usaha Kecil
Pada gambar diatas diperlihatkan bahwa penggunaan modal usaha
paling tinggi yaitu sebanyak 61% untuk penggunaan modal sendiri dan
yang paling rendah yaitu 0% untuk responden yang meminjam kepada
lembaga non formal (arisan/bank titil) atau dengan kata lain tidak
ditemukan responden yang meminjam pada lembaga non formal dalam
penelitian ini.
Gambar 4.5
61% 12%
0% 7%
oleh karyawannya. Para pengelola usaha memilih untuk mengelola
usahanya sendiri karena skala usaha mereka yang masih usaha mikro dan
kecil sehingga belum membutuhkan sejumlah karyawan untuk membantu
mengelola usahanya.
Gambar 4.6
Latar belakang pendidikan responden yang paling tinggi
persentasenya adalah SMA (Sekolah Menengah Atas)/sederajat yaitu
sebesar 50% dari total responden yang diteliti, sedangkan 15% dari total
responden adalah sarjana meskipun tidak diketahui secara jelas jurusan
apa yang ditempuh, selain itu dalam penelitian ini tidak ditemukan
responden yang tidak bersekolah. Hal ini menujukkan bahwa latar
belakang pendidikan pengelola usaha yang minim dan terbatas.
0% 6%
SMA / Sederajat Diploma Sarjana
No. Umur Usaha Jumlah %
2. 1 - 5 tahun 33 33,67
3. 6 - 10 tahun 15 15,31
4. 11 - 20 tahun 25 25,51
5. > 20 tahun 19 19,39
Total 98 100
UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga mayoritas memiliki
umur usaha 1-5 tahun yaitu kurang lebih sebesar 33,67%, sedangkan untuk
umur usaha yang paling sedikit adalah < 1 tahun yaitu sebesar 6,12%
selain itu pada penelitian ini ditemukan bahwa 19,39% dari total
responden memiliki umur usaha > 20 tahun.
4.2 Analisis Pencatatan Transaksi Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga
penelitian yang dilakukan peneliti maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 :Pencatatan Yang Dilakukan
No. Transaksi dicatat Jumlah %
2. Ada pencatatan tetapi tidak terorganisir
(tidak diringkas dan diikhtisarkan) 58 59,18
3. Tidak Mencatat 27 27,55
Total 98 100
25
pencatatan tetapi tidak terorganisir (tidak diringkas dan diikhtisarkan),
13,27% dan sisanya 27,55% menyatakan bahwa mereka tidak melakukan
pencatatan transaksi dalam menjalankan usahanya.
Tabel 4.3 : Jenis Transaksi Yang Dicatat
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Berdasarkan hasil penelitian dalam melakukan pencatatan transaksi
sebesar 36,74% dari total responden hanya mencatat transaksi tunai saja,
hal ini terjadi dikarenakan sebagian besar transaksi yang mereka lakukan
adalah transaksi tunai atau bahkan tidak ada transaksi kreditnya. Transaksi
kredit yang berupa pembelian barang dagang tidak dicatat oleh para
pengelola usaha karena pada umumnya sudah dicatat oleh supplier atau
distributor. Urutan dibawahnya yaitu sebesar 35,71% dari total responden
melakukan pencatatan transaksi tunai dan kredit. Walaupun sebagian
responden telah melakukan pencatatan transaksi tetapi ada sebagian
responden yang juga tidak melakukan pencatatan transaksi yaitu sebesar
27,55%.
4. Tidak Mencatat 27 27,55
Total 98 100
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Selain itu, mayoritas para pelaku usaha mencatat transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas yaitu sebesar 36,74% dari total
responden, sedangkan untuk para pelaku usaha yang hanya transaksi
pengeluaran saja dan transaksi pemakaian persediaan saja tidak temukan
dalam penelitian ini. Transaksi penerimaan dan pengeluaran menjadi yang
paling banyak dilakukan karena mayoritas dari pelaku usaha mikro dan
kecil cenderung berpikiran bahwa fokus utama dalam menjalan usaha
adalah yang terpenting mendapatkan keuntungan sehingga mereka
cenderung ingin mengetahui seberapa banyak keuntungan yang didapat
berdasarkan penerimaan yang diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan
untuk usaha.
4 Penerimaan dan Pengeluaran 36 36,74
5 Penerimaan dan Pemakaian Persediaan 1 1,02
6 Pengeluaran dan Pemakaian persediaan 1 1,02
7 Penerimaan, Pengeluaran, dan Pemakaian Persediaan 28 28,57
8 Tidak Mencatat 27 27,55
Total 98 100
1. Per Transaksi 46 46,94
2. Secara Menyeluruh 25 25,51
3. Tidak Mencatat 27 27,55
Total 98 100
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas diketahui bahwa mayoritas dari para
pengelola usaha yang menjadi responden telah melakukan pencatatan
transaksi dengan cara mencatat per transaksi yang terjadi yaitu sebesar
46,94% atau sebanyak 46 responden. Sedangkan 25,51% dari total
responden melakukan pencatatan secara menyeluruh.
Tabel 4.6 : Model Pencatatan Transaksi
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Model pencatatan transaksi yang digunakan berdasarkan Tabel 4.6
adalah mayoritas pengelola usaha melakukan model pencatatan dengan
mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran kas saja yaitu sebesar
40,82% dan yang paling sedikit adalah hanya menulis jenis barang dan
jumlah yang dibeli atau dijual yaitu sebesar 9,18%. Hal ini terjadi karena
mayoritas dari para pelaku usaha berpikiran bahwa yang terpenting adalah
mengetahui jumlah keuntungan yang didapat. Dengan melakukan model
No. Model Pencatatan Jumlah %
2. Hanya menulis jenis barang dan
jumlah yang dibeli atau dijual 9 9,18
3. Menggunakan model lebih dari 1 22 22,45
4. Tidak mencatat 27 27,55
Total 98 100
akan lebih mudah bagi para pelaku usah untuk mengetahui jumlah
keuntungan yang didapat dibandingkan dengan mencatat jenis barang dan
jumlah yang dibeli atau dijual. Dengan hanya mencatat jenis barang dan
jumlah yang dibeli atau dijual maka para pelaku usaha lebih sulit dalam
menghitungan seberapa banyak keuntungan yang didapat.
Dari hasil analisis sebelumnya, diketahui 59,18% dari total
responden UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga telah melakukan
pencatatan transaksi walaupun tidak terorganisir.
Gambar 4.7
transaksi yang paling sering dilakukan adalah penerimaan kas yaitu
sebesar 64% dan yang paling sedikit adalah mencatat pengeluaran kas saja
dan pemakaian persediaan saja yaitu masing-masing sebesar 4%. Dengan
hasil penelitian ini, maka dapat dilihat lebih jauh bawa mayoritas para
pengelola usaha lebih mementingkan transaksi penerimaan kas sebagai
tolak ukur pendapatan atau keuntungan yang diperoleh.
28%
64%
Tidak mencatat Penerimaan Kas Pengeluaran Kas Pemakaian Persediaan
29
No Tujuan Jumlah %
2 Syarat Memperoleh pinjaman (1) 3 3,06
3 Pengelolaan usaha (2) 56 57,14
4 Dasar perhitungan pajak (3) 0 0
5 Jawaban (1 dan 2), (1 dan 3) atau (2 dan 3) saja 5 5,10
6 Semua Jawaban 7 7,14
Total 98 100
Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti menunjukan
mayoritas para pelaku usaha yaitu sebanyak 56 responden atau 57,14%
dari total responden melakukan pencatatan transaksi dengan tujuan untuk
pengelolaan usaha sedangkan tidak ada dari pelaku usaha yang melakukan
pencatatan transaksi murni hanya sebagai dasar perhitungan pajak. Hal ini
dapat menunjukan bahwa kesadaran para pelaku usaha untuk perhitungan
pajak masih rendah karena mayoritas dari usaha mikro dan kecil memiliki
omzet dibawah Rp 600.000.000,00 sehingga mereka tidak dapat
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Tabel 4.8 : Pendapat Responden
No Pendapat Jumlah %
3 Merepotkan 16 16.33
responden atau 68,37% dari total responden berpendapat bahwa mereka
sangat terbantu dengan adanya pencatatan transaksi dalam usaha mereka,
tetapi ada juga sebagian responden yaitu 16 responden atau kurang lebih
16,33% dari total responden yang berpendapat bahwa melakukan
pencatatan transaksi adalah hal yang merepotkan, sisanya yaitu 15
responden atau kurang lebih 15,30% dari total responden memilih untuk
tidak berpendapat.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa kendala yang dihadapi
oleh UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dalam melakukan
pencatatan transaksi adalah 50% dari total responden merupakan lulusan
SMA (Sekolah Menengah Atas) / sederajat, sehingga pengetahuan mereka
mengenai pencatatan transaksi pun minim dan terbatas. Selain itu, 61%
dari total responden menggunakan modalnya sendiri untuk menjalankan
usahanya. Penggunaan modal sendiri membuat para pengelola usaha
enggan melakukan pencatatan transaksi karena mereka tidak
membutuhkannya sebagai syarat memperoleh pinjaman, hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian peneliti yang menemukan hanya sekitar 3,06%
dari total responden yang merasa membutuhkan pencatatan transaksi
sebagai syarat memperoleh pinjaman baik di lembaga non formal, lembaga
non bank maupun lembaga bank. 81% dari total responden yang diteliti
mengelola usahanya sendiri, mereka memilih untuk mengelola usahanya
31
sendiri karena skala usaha mereka yang masih usaha mikro dan kecil
sehingga belum membutuhkan sejumlah karyawan untuk membantu
mengelola usahanya. Menurut hasil wawancara tambahan saat kuisioner
diajukan kepada responden, diketahui alasan mereka tidak melakukan
pencatatan transaksi selain karena merepotkan adalah mereka merasa
bahwa belum membutuhkan untuk melakukan pencatatan transaksi dan
minimnya pengetahuan mengenai pencatatan transaksi.
4.4 Hasil Pengujian Variabel
uji adalah sebagai berikut :
dilakukan sebelum uji asumsi klasik. Hasil uji validitas yang
dilakukan peneliti diketahui bahwa variabel umur usaha,
variabel jumlah karyawan, variabel jumlah cabang, variabel
jumlah aset dan variabel pencatatan transaksi adalah valid.
4.4.2 Uji Hipotesis
Square) :
32
Model Summary
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Nilai Nagelkerke R Square adalah 0,378 yang berarti
variabilitas variabel pencatatan transaksi yang dapat dijelaskan
oleh variabilitas variabel umur usaha, variabel total aset,
variabel jumlah karyawan dan variabel cabang usaha sebesar
37,8%, sisanya (100% - 37,8% = 62,2%) dijelaskan oleh faktor-
faktor lain diluar model.
uji hipotesis diketahui bahwa variabel umur usaha signifikan
dengan tingkat signifikansi 0,010 dan memiliki pengaruh negatif
terhadap pencatatan transaksi dan variabel jumlah karyawan
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 dan memiliki
pengaruh positif terhadap pencatatan transaksi.
Makna dari variabel umur usaha yang signifikan adalah
ada pengaruh umur usaha terhadap pencatatan transaksi tetapi
pengaruhnya negatif yang berarti semakin lama umur usaha
dimungkinkan bahwa para pelaku usaha justru lebih
mengandalkan pengalaman mereka sehingga mereka tidak
33
mengandalkan pencatatan transaksi untuk membantu dalam
mengelola usaha mereka dibandingkan pengalaman mereka. Hal
ini berbanding terbalik dengan hipotesis yang dikemukakan oleh
peneliti. Sedangkan makna variabel jumlah karyawan yang
signifikan adalah ada pengaruh jumlah karyawan terhadap
pencatatan transaksi dan memiliki pengaruh positif yang berarti
semakin banyaknya jumlah karyawan maka para pelaku usaha
akan melakukan pencatatan transaksi sebagai bentuk dari kontrol
terhadap usahanya. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Alle dan Yohn (2009) mengenai permintaan laporan keuangan
pada UKM di Amerika Serikat juga menunjukan kesamaan yaitu
variabel jumlah karyawan berpengaruh positif.
Dalam penelitian ini juga ditemukan variabel yang tidak
signifikan, variabel tersebut adalah variabel jumlah aset dan
variabel jumlah cabang dengan tingkat signifikansi masing-
masing adalah 0,396 dan 0,889. Hal ini bertolak belakang
dengan teori yang telah dikemukakan oleh peneliti. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Alle dan Yohn (2009) diketahui
bahwa variabel jumlah aset dan variabel jumlah cabang
memiliki pengaruh yang positif, tetapi dalam penelitian yang
dilakukan pada UKM di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
34
cabang berpengaruh negatif.
mengenai jumlah aset dikatakan bahwa penggunaaan sumber
modal yang berasal dari modal sendiri membuat para pelaku
usaha kesulitan untuk memisahkan aktivitas usaha dengan
aktivitas pribadi, sehingga sering kali uang yang digunakan
sebagai modal usaha habis terpakai untuk membiayai aktivitas
pribadi. Kesulitan untuk memisahkan antara uang pribadi dan
modal usaha menciptakan peluang untuk melakukan pencatatan
transaksi. Tetapi ternyata hipotesis tersebut tidak sejalan dengan
hasil penelitian ini. Walaupun 61% dari total responden
menggunakan modal sendiri untuk menjalankan usahanya
ternyata sebagian besar dari mereka yaitu sebesar 74% dari total
responden tidak merasa kesulitan untuk memisahkan antar uang
pribadi dan uang untuk modal usaha (lihat Gambar 4.8).
Gambar 4.8
74%
26%
dibuat oleh peneliti tidak seakurat apabila menggunakan rasio.
Untuk variabel jumlah cabang, teori yang dikemukakan
oleh peneliti adalah semakin banyak cabang usaha yang dimiliki
oleh suatu usaha maka tingkat kompleksitasnya juga akan
meningkat. Karena konsentrasi tidak terfokus untuk mengurus
salah satu cabangnya saja, melainkan semuanya. Menurut Basu
dan Waymire (2006) kemampuan manusia untuk mengingat
semua transaksi yang terjadi dalam memori otaknya juga sangat
terbatas. Oleh karena itu hal ini dapat memungkinkan suatu
usaha untuk melakukan pencatatan transaksi. Hal ini dapat
mendorong pengelola usaha untuk melakukan pencatatan
transaksi. Dalam penelitian ini diketahui hanya 13 responden
atau 13,27% yang memiliki cabang usaha, sisanya 85 responden
atau 86,73% tidak memiliki cabang usaha. Karena sampel yang
dimiliki oleh peneliti sebagian besar tidak memiliki cabang
usaha, maka hasil penelitian menjadi kurang akurat sehingga
hasilnya pun menjadi tidak signifikan (lihat Tabel 4.10)
Tabel 4.10 : Jumlah Cabang Usaha
Sumber : data primer yang diolah, 2012
No Cabang Jumlah %
2 Memiliki Cabang (1 cabang) 10 10,21
3 Memiliki Cabang ( > 1 cabang) 3 3,06
Total 98 100
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh peneliti terhadap
responden usaha mikro dan kecil yang ada di Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga maka dapat diambil beberapa kesimpulan. Walaupun usaha
mereka termasuk dalam usaha mikro dan kecil tetapi sebanyak 59,18%
dari total responden ternyata telah melakukan pencatatan meski belum
terorganisir dan transaksi yang paling banyak dicatat adalah transaksi tunai
yaitu sebesar 36,74%. Cara pencatatan transaksi dengan mencatat per
transaksi yang terjadi merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh
responden yaitu sebesar 46,94%, sedangkan model pencatatan transaksi
yang digunakan adalah dengan mencatat jumlah penerimaan dan
pengeluaran kas saja yaitu sebesar 40,82%. Tujuan dari melakukan
pencatatan transaksi adalah untuk pengelolaan usaha yaitu sebesar
57,14%, sedangkan 68,37% dari total responden berpendapat bahwa
mereka sangat terbantu dengan adanya pencatatan transaksi dalam usaha
mereka. Dalam melakukan pencatatan transaksi masih banyak para
pengelola usaha yang berpendapat bahwa melakukan pencatatan transaksi
adalah suatu hal yang merepotkan, selain itu minimnya pengetahuan dan
merasa bahwa belum membutuhkan untuk melakukan pencatatan transaksi
atau bahkan sikap malas dari para pengelola menjadi kendala dalam
melakukan pencatatan transaksi walaupun sebenarnya dengan melakukan
37
mereka.
Hasil dari uji hipotesis diketahui bahwa variabel umur usaha dan
variabel jumlah karyawan berpengaruh signifikan terhadap pencatatan
transaksi sedangkan untuk variabel jumlah aset dan variabel jumlah
cabang tidak signifikan terhadap pencatatan transaksi.
5.2 Implikasi Terapan
ketidakseimbangan antara aset yang dipakai dan jumlah karyawan yang
bekerja pada usaha dengan jumlah omzet yang didapat. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sebagian besar adalah usaha mikro. Walaupun
biasanya pencatatan transaksi biasa dilakukan oleh usaha menengah
maupun yang sudah mapan tetapi dalam penelitian ini diketahui bahwa
59,18% responden telah melakukan pencatatan transaksi walaupun belum
terorganisir, dengan ini maka dapat dilihat respon yang baik terhadap
pencatatan transaksi sebagai dasar penerapan akuntansi dalam usaha
mereka. Kesadaran para pengelola usaha bahwa dengan adanya pencatatan
transaksi dapat membantu mereka dalam perkembangan dan pengelolaan
usaha, sebagai dasar dari perhitungan pajak, dan membantu dalam
melakukan kontrol usaha serta pengambilan keputusan. Pemerintah
seharusnya dapat memberikan dukungan dan perhatian agar para pengelola
usaha mikro dan kecil lebih diarahkan dan diberi penyuluhan atau bahkan
pelatihan akuntansi sehingga dapat lebih memajukan usaha mereka.
38
para pengelola usaha.
5.3 Keterbatasan Penelitian
mempengaruhi pencatatan transaksi. Dalam penelitian ini peneliti hanya
menggunakan empat variabel independen antara lain umur usaha (age),
total aset (assets), jumlah karyawan (employees) dan cabang usaha (sites)
sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencatatan
transaksi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara lain :
penggunaan pertanyaan dalam kuisioner yang terbatas yaitu satu variabel
dengan satu indikator pertanyaan, sehingga tidak dapat dilakukan uji
reliabilitas; penelitian ini hanya dilakukan pada sebagian kota Salatiga
yaitu Kecamatan Sidorejo bukan keseluruhan kota Salatiga; kriteria jumlah
karyawan yang kurang cocok dengan kondisi responden yang diperoleh
peneliti, serta keterbatasan lainnya menyangkut waktu, tenaga dan biaya
yang dihadapi peneliti.
5.4 Penelitian Mendatang
indikator pertanyaan dalam satu variabel agar dapat di uji reliabilitasnya,
selain itu dapat juga dengan melakukan penggantian beberapa variabel
39
mengenai pencatatan transaksi serta memperluas objek penelitian yang
dulunya hanya Kecamatan Sidorejo saja menjadi keseluruhan kota Salatiga
sehingga dapat mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi
pencatatan transaksi di seluruh kota Salatiga, bukan hanya sebagian kota
Salatiga saja.
DAFTAR PUSTAKA
Allee, Kristian D. dan Teri Lombardi Yohn, 2009, “The Demand for Financial
Statements in an Unregulated Environment: An Examination of The
Production and Use of Financial Statements by Privately Held Small
Businesses”, The Accounting Review, volume 84, No. 1, Januari, pp. 1
– 25
Arifin, Chandra, 2010, Penerapan Akuntansi pada Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Studi Kasus Usaha Pertokoan di Jalan Jendral
Sudirman Salatiga, Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan)
Basu, Sudipta dan Gregory B. Waymire, 2006, “Recordkeeping and Human
Evolution”, Accounting Horizons, volume 20, No. 3, September, pp.
201 – 209
Cassar, Gavin, 2009, “Financial Statement and Projection Preparation in Start-Up
Ventures”, The Accounting Review,volume 84, No. 1, Januari, pp. 27 –
51
SPSS. Universitas Diponegoro. Semarang
Hermawan, Findi Esa Putri, 2010, Penerapan Akuntansi pada Usaha Kecil
Studi Kasus pada Perusahaan Kecil di Magelang, Skripsi Program S1
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universias Kristen Satya Wacana (tidak
dipublikasikan)
Santosa, Mega Farsellina, 2012, Pencatatan Transaksi OlehUsaha Mikro Dan
KecilDi Kecamatan Ambarawa, Skripsi Program S1 Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universias Kristen Satya Wacana (tidak
dipublikasikan)
(UKM) Studi Kasus di Usaha Dagang Kota Salatiga, Skripsi Program
S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universias Kristen Satya Wacana
(tidak dipublikasikan)
Akuntansi dan Keuangan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana : Salatiga
Waymire, Gregory B., 2009, “Exchange Guidance Is The FundamentalDemand
For Accounting” The Accounting Review, volume 84, No. 1, Januari,
pp. 53 – 62
Semarang, Jawa Tengah
Ratna Djuwita Harsono
Pencatatan Transaksi Pada Usaha Mikro Dan
Kecil Di Kecamatan SidorejoKota Salatiga
E – mail : [email protected]
Pengalaman Organisasi :
Panitia RETREAT MAHASISWA BARU UKSW 2011
Fungsionaris KSA 2011-2012
43
Otoritas Jasa Keuangan
Seminar Enterpreneurship 2009
Seminar Nasional Kelompok Studi Manajemen 2010 "Believe, Begin,
Become An Entrepreneur"
Pemberantasan Korupsi"
Seminar Kerohanian Kampus
1 - Tambal Ban Bugel Jl. Wesi
2 Merry Rias pengantin Bugel Jl. Mutiara
3 - Toko kelontong Bugel Jl. Mawar
4 - Toko kelontong Bugel Jl. Mutiara
5 IKA Usaha Tempe Bugel Jl. Mutiara
6 Laundry Bugel Jl. Mawar
7 Bengkel Restu Bengkel Bugel Jl. Mawar
8 Warung Klengkong Aneka Bubur Bugel Jl. Mutiara
9 Bengkel Ali Sofyan Bengkel Bugel Jl. Mutiara
10 Toko Besi Kaca Menjual Besi dan kaca Kauman Kidul Jl. Batu Tulis
11 Mamik Salon Kauman Kidul Jl. Batu Tulis
12 - Perkayuan, meubel, kusen dan pintu Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
13 Toko kelontong Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
14 Ega Pulsa Jual pulsa Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
15 Warung makan Bu Ning Warung makan Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
16 Sate Madura Jual sate Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
17 - Bengkel dan tambal ban Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
18 Distro Ban Bengkel dan penjualan spareparts Pulutan Rejosari RT 03/RW 01
19 Yoghurt 48 Pengolahan minuman bahan baku susu Pulutan Jl. Dipomenggolo no 10
46
20 Barokah Mie ayam Pulutan Jl. Rejosari RT 02/RW 01
21 Silverstein Toko pakaian Pulutan Pulutan
22 Sekar Laundry Laundry Pulutan Pulutan RW 02/RW 01
23 IDEKU Digital Printing Salatiga Jl. Monginsidi II/20
24 DC HWI Obat herbal Salatiga Jl. Kemiri Raya no 18H-G
25 - Fotocopy Salatiga Jl. Monginsidi
26 Karunia Game Center Warnet Salatiga Jl. Kemiri Raya
27 - Kerajinan kayu Salatiga Jl. Monginsidi I/7
28 Liberty Laundry Laundry Salatiga Jl. Cungkup no 467 RT 04/ RW 06
29 Aneka Kremes Warung makan Salatiga Jl. Monginsidi
30 - Toko kelontong Salatiga Jl. Kemiri II
31 E. Laundry Laundry Salatiga Jl. Kemiri I/27
32 Kemiri Juice Juice buah Salatiga Jl. Kemiri
33 Toko Sugeng Jual sembako Salatiga Jl. Pramuka No 1
34 - Warung makan Salatiga Jl. Patimura no 22
35 New Look Collection Toko pakaian wanita Salatiga Jl. Kemiri I Ruko A-B
36 Ditha FC Fotocopy Salatiga Jl. Kemiri I
37 Minie Shop 2 Toko pakaian Salatiga Jl. Kemiri I no 5
38 Warung makan Bu Kris Warung makan Salatiga Jl. Kemiri I/1A
39 - Jual sembako Salatiga Jl. Monginsidi III/28
40 Simpati Fotocopy Fotocopy Salatiga Jl. Monginsidi no 15
41 Pondok Bakso Jual bakso Salatiga Jl. Kemiri I
42 Soto Semarang Jual soto Salatiga Jl. Kemiri II
43 888 Toko pakaian Salatiga Jl. Kemiri I
47
45 Lucky Fotocopy Salatiga Jl. Kemiri Raya
46 Nasi Pecel Madiun Warung makan Salatiga Jl. Kemiri Raya no 3
47 Red Queen Laundry Salatiga Jl. Kemiri I no 24
48 WR. Gelegar Warung makan Salatiga Jl. Kemiri Raya no 5
49 - Jual buah Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 93
50 Service Jok Mas Mamat Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 100
51 Domba Car Wash Cuci mobil dan salon mobil Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 66
52 Arum Dulu Wedangan Warung makan Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
53 Cake&Cookies Bakery Bakery Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 92B
54 Ana Salon Salon Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 92A
55 Mie Surabaya Cak Ardi Warung makan Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
56 Toko Besi Sinar Jaya Toko besi dan kaca Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 126
57 Snack Purita Jual snack Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 2
58 Eska Elektronik Penjualan dan Service alat elektronik Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
59 WM. Kurnia Sari Warung makan Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 6
60 Mie Ayam Dipsy Warung makan Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
61 WM. Pelangi Warung makan Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 117
62 Depot Oli Wijaya Jual oli Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
63 Bengkel Pak Moel Bengkel mobil Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 112
64 Benz Mobile Service HP dan jual pulsa Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 112 C
65 Kusuma Elektrik Jual alat-alat elektronik Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 93
66 Sate Madura Jual sate Sidorejo Lor Lapangan Jambesari
67 - Bengkel dan tambal ban Sidorejo Lor Jl. Kartini I
48
70 Bubble Boutique Toko pakaian Sidorejo Lor
Jl. Cemara Raya (Kompleks GW no
1)
71 - Tambal Ban Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
72 - Fotocopy dan jual alat tulis Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
73 Putra Karya Mini market Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 108A
74 - Isi ulang air gallon Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
75 Queen Joe Studio Digital Printing Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 102
76 Reihan Kios HP Sidorejo Lor Jl. Sembir
77 Soto Songo-Songo Jual soto ayam Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 99
78 Nasi Goreng Djoyp Jual Nasi goring Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
79 Optic Bangkit Optic Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
80 Lentera Laundry Laundry Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 44
81 Gardu Mbah So Ma Jual Nasi goring Sidorejo Lor Jl. Seruni (pertigaan masjid)
82 Rizky Laundry Laundry Sidorejo Lor Jl. Seruni no 30
83 Kedai Seruni Warung makan Sidorejo Lor Jl. Seruni no 17 C
84 Berkat Warung makan Sidorejo Lor Jl. Seruni no 25
85 Afuza Printing Printing dan Graphic Design Sidorejo Lor Jl. Seruni no 44B
86 - Jual sate ayam Sidorejo Lor Jl. Seruni no 44 A
87 Gong Show Surabaya Warung makan Salatiga Jl. Monginsidi no 6
88 Café Burjo Salatiga Warung makan Salatiga Jl. Monginsidi
89 Depot Nirwana Warung makan Sidorejo Lor Jl. Seruni no 22
90 Toko Seruni Toko kelontong Salatiga Jl. Monginsidi no 8
49
91 Juice Buah Seruni Juice buah Sidorejo Lor Jl. Seruni no 16
92 Esa Modiste Penjahit Blotongan Jl. Dliko Indah I
93 RL. Orchids Fotocopy Blotongan Jl. Dliko Indah no 10
94 Wira Ekonomi Mini market (retail) Blotongan Jl. Dliko Indah no 16
95 - Toko kelontong Blotongan Jl. Dumai Indah V/59
96 - Jual sayuran dan bumbu dapur Blotongan Jl. Dliko Indah III
97 Batu Alam Penjualan Batu alam Blotongan Jl. Blotongan
98 - Toko kelontong Kauman Kidul Jl. Batu Tulis
50
1 46 Tahun Laki-laki Pemilik SMP / Sederajat
2 35 Tahun Perempuan Karyawan Diploma
3 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
4 - Perempuan Pemilik SMP / Sederajat
5 - Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
6 45 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
7 - Laki-laki Pemilik SMP / Sederajat
8 - Perempuan Pemilik SMP / Sederajat
9 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
10 56 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
11 29 Tahun Perempuan Karyawan SMA / Sederajat
12 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
13 55 Tahun Laki-laki Pemilik SMP / Sederajat
14 24 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
15 41 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
16 42 Tahun Perempuan Pemilik SD / Sederajat
17 33 Tahun Laki-laki Pemilik SD / Sederajat
18 45 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
19 51 Tahun Perempuan Pemilik Sarjana
20 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
21 - Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
22 - Perempuan Pemilik Diploma
23 - Laki-laki Pemilik Sarjana
26 20 Tahun Laki-laki Pemilik Sarjana
27 51 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
28 37 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
29 31 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
30 33 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
31 36 Tahun Perempuan Karyawan SMP / Sederajat
51
34 52 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
35 22 Tahun Perempuan Karyawan Sarjana
36 27 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
37 24 Tahun Perempuan Karyawan SMA / Sederajat
38 50 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
39 51 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
40 35 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
41 - Perempuan Pemilik Diploma
43 19 Tahun Laki-laki Karyawan SMA / Sederajat
44 25 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
45 28 Tahun Laki-laki Karyawan SMA / Sederajat
46 45 Tahun Perempuan Pemilik Sarjana
47 25 Tahun Laki-laki Pemilik Sarjana
48 68 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
49 - Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
50 - Laki-laki Pemilik Diploma
53 - Perempuan Karyawan Sarjana
56 - Laki-laki Karyawan Diploma
57 - Perempuan Karyawan Sarjana
58 - Laki-laki Pemilik Diploma
59 - Perempuan Pemilik Diploma
61 - Perempuan Pemilik Diploma
62 - Laki-laki Pemilik Diploma
63 - Laki-laki Pemilik Sarjana
65 - Laki-laki Pemilik Sarjana
52
69 43 Tahun Laki-laki Karyawan SD / Sederajat
70 23 Tahun Perempuan Karyawan SMA / Sederajat
71 34 Tahun Laki-laki Pemilik SD / Sederajat
72 - Perempuan Pemilik SMP / Sederajat
73 23 Tahun Laki-laki Pemilik Sarjana
74 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
75 36 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
76 - Laki-laki Pemilik Sarjana
80 - Perempuan Pemilik Diploma
82 45 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
83 - Laki-laki Pemilik Sarjana
86 35 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
87 24 Tahun Laki-laki Karyawan SMA / Sederajat
88 28 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
89 46 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
90 67 Tahun Laki-laki Pemilik Diploma
91 36 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
92 34 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
93 25 Tahun Laki-laki Karyawan SMA / Sederajat
94 54 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
95 67 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
96 51 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
97 - Laki-laki Karyawan Diploma
53
Res Aset Kriteria Usaha
9 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
10 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
11 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
12 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
13 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
14 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
15 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
16 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
17 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
18 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
19 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
20 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
21 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
22 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
23 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
24 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
25 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
26 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
27 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
28 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
29 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
30 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
31 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
54
35 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
36 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
37 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
38 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
39 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
40 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
41 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
42 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
43 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
44 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
45 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
46 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
47 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
48 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
49 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
50 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
51 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
52 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
53 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
54 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
55 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
56 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
57 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
58 Rp 100.000.000 < aset ≤ Rp 250.000.000 Usaha Kecil
59 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
60 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
61 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
62 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
63 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
64 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
65 Rp 100.000.000 < aset ≤ Rp 250.000.000 Usaha Kecil
66 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
67 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
55
70 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
71 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
72 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
73 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
74 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
75 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
76 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
77 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
78 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
79 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
80 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
81 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
82 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
83 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
84 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
85 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
86 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
87 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
88 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
89 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
90 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
91 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
92 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
93 Rp 25.000.000 < aset ≤ Rp 50.000.000 Usaha Mikro
94 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Usaha Kecil
95 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
96 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
97 Rp 100.000.000 < aset ≤ Rp 250.000.000 Usaha Kecil
98 ≤ Rp 25.000.000 Usaha Mikro
56
Res Omzet Kriteria Usaha
19 Rp 300.000.000 < omzet ≤ Rp 1.000.000.000 Usaha Kecil
20 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
21 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
22 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
23 Rp 150.000.000 < omzet ≤ Rp 300.000.000 Usaha Mikro
24 Rp 1.000.000.000 < omzet ≤ Rp 1.750.000.000 Usaha Kecil
25 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
26 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
27 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
28 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
29 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
30 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
31 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
32 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
57
35 Rp 150.000.000 < omzet ≤ Rp 300.000.000 Usaha Mikro
36 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
37 Rp 300.000.000 < omzet ≤ Rp 1.000.000.000 Usaha Kecil
38 Rp 150.000.000 < omzet ≤ Rp 300.000.000 Usaha Mikro
39 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
40 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
41 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
42 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
43 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
44 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
45 Rp 150.000.000 < omzet ≤ Rp 300.000.000 Usaha Mikro
46 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
47 Rp 150.000.000 < omzet ≤ Rp 300.000.000 Usaha Mikro
48 Rp 1.000.000.000 < omzet ≤ Rp 1.750.000.000 Usaha Kecil
49 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
50 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
51 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
52 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
53 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
54 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
55 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
56 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
57 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
58 Rp 150.000.000 < omzet ≤ Rp 300.000.000 Usaha Mikro
59 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
60 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
61 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
62 Rp 150.000.000 < omzet ≤ Rp 300.000.000 Usaha Mikro
63 Rp 300.000.000 < omzet ≤ Rp 1.000.000.000 Usaha Kecil
64 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
65 Rp 300.000.000 < omzet ≤ Rp 1.000.000.000 Usaha Kecil
66 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
67 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
68 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
58
70 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
71 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
72 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
73 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
74 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
75 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
76 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
77 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
78 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
79 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
80 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
81 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
82 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
83 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
84 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
85 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
86 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
87 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
88 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
89 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
90 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
91 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
92 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
93 Rp 150.000.000 < omzet ≤ Rp 300.000.000 Usaha Mikro
94 Rp 150.000.000 < omzet ≤ Rp 300.000.000 Usaha Mikro
95 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
96 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
97 Rp 1.000.000.000 < omzet ≤ Rp 1.750.000.000 Usaha Kecil
98 ≤ Rp 150.000.000 Usaha Mikro
59
Karyawan
Res
Jumlah
2 1 - 4 orang Usaha Mikro
3 Tidak Ada Usaha Mikro
4 Tidak Ada Usaha Mikro
5 Tidak Ada Usaha Mikro
6 Tidak Ada Usaha Mikro
7 Tidak Ada Usaha Mikro
8 Tidak Ada Usaha Mikro
9 1 - 4 orang Usaha Mikro
10 1 - 4 orang Usaha Mikro
11 1 - 4 orang Usaha Mikro
12 1 - 4 orang Usaha Mikro
13 Tidak Ada Usaha Mikro
14 Tidak Ada Usaha Mikro
15 Tidak Ada Usaha Mikro
16 Tidak Ada Usaha Mikro
17 Tidak Ada Usaha Mikro
18 1 - 4 orang Usaha Mikro
19 1 - 4 orang Usaha Mikro
20 Tidak Ada Usaha Mikro
21 1 - 4 orang Usaha Mikro
22 1 - 4 orang Usaha Mikro
23 5 - 9 orang Usaha Kecil
24 5 - 9 orang Usaha Kecil
25 1 - 4 orang Usaha Mikro
26 1 - 4 orang Usaha Mikro
27 Tidak Ada Usaha Mikro
28 1 - 4 orang Usaha Mikro
29 Tidak Ada Usaha Mikro
30 Tidak Ada Usaha Mikro
31 1 - 4 orang Usaha Mikro
32 Tidak Ada Usaha Mikro
33 Tidak Ada Usaha Mikro
34 1 - 4 orang Usaha Mikro
60
39 Tidak Ada Usaha Mikro
40 Tidak Ada Usaha Mikro
41 Tidak Ada Usaha Mikro
42 Tidak Ada Usaha Mikro
43 1 - 4 orang Usaha Mikro
44 1 - 4 orang Usaha Mikro
45 1 - 4 orang Usaha Mikro
46 1 - 4 orang Usaha Mikro
47 1 - 4 orang Usaha Mikro
48 5 - 9 orang Usaha Kecil
49 Tidak Ada Usaha Mikro
50 Tidak Ada Usaha Mikro
51 1 - 4 orang Usaha Mikro
52 Tidak Ada Usaha Mikro
53 1 - 4 orang Usaha Mikro
54 1 - 4 orang Usaha Mikro
55 Tidak Ada Usaha Mikro
56 1 - 4 orang Usaha Mikro
57 1 - 4 orang Usaha Mikro
58 1 - 4 orang Usaha Mikro
59 Tidak Ada Usaha Mikro
60 Tidak Ada Usaha Mikro
61 1 - 4 orang Usaha Mikro
62 1 - 4 orang Usaha Mikro
63 1 - 4 orang Usaha Mikro
64 Tidak Ada Usaha Mikro
65 1 - 4 orang Usaha Mikro
66 Tidak Ada Usaha Mikro
67 Tidak Ada Usaha Mikro
68 1 - 4 orang Usaha Mikro
69 1 - 4 orang Usaha Mikro
70 1 - 4 orang Usaha Mikro
71 Tidak Ada Usaha Mikro
72 1 - 4 orang Usaha Mikro
73 1 - 4 orang Usaha Mikro
61
76 1 - 4 orang Usaha Mikro
77 Tidak Ada Usaha Mikro
78 Tidak Ada Usaha Mikro
79 1 - 4 orang Usaha Mikro
80 Tidak Ada Usaha Mikro
81 Tidak Ada Usaha Mikro
82 1 - 4 orang Usaha Mikro
83 1 - 4 orang Usaha Mikro
84 Tidak Ada Usaha Mikro
85 Tidak Ada Usaha Mikro
86 Tidak Ada Usaha Mikro
87 1 - 4 orang Usaha Mikro
88 Tidak Ada Usaha Mikro
89 Tidak Ada Usaha Mikro
90 Tidak Ada Usaha Mikro
91 Tidak Ada Usaha Mikro
92 1 - 4 orang Usaha Mikro
93 5 - 9 orang Usaha Kecil
94 1 - 4 orang Usaha Mikro
95 Tidak Ada Usaha Mikro
96 Tidak Ada Usaha Mikro
97 5 - 9 orang Usaha Kecil
98 Tidak Ada Usaha Mikro
62
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1 a Umur_Usaha -.557 .224 6.181 1 .010 .573
Karyawan 1.956 .645 9.185 1 .002 7.068
Cabang -.127 .906 .020 1 .889 .881
Aset .381 .448 .721 1 .396 1.463
Constant 1.477 .919 2.583 1 .108 4.379
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_Usaha, Karyawan, Cabang, Aset.
Sumber : data primer yang diolah, 2012
63
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pencatatan Transaksi Pada UMK di
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga”, dengan ini saya memohon ijin agar dapat
melakukan penelitian pada usaha mikro dan kecil di Kecamatan Sidorejo pada
Agustus 2012.
peroleh hanya akan digunakan untuk keperluan akademik.
Atas perhatian serta ijin yang diberikan, kami mengucapkan terima kasih.
Hormat saya, Mengetahui,
64
KUESIONER
diKecamatan Sidorejo
Kota Salatiga
2. Berilah tanda centang ( √ ) pada pilihan jawaban yang telah disediakan.
Pilihlah jawaban yang anda anggap benar atau sesuai dengan keadaan anda
pada masing – masing pertanyaan.
Umur : ……… Tahun
2. Berapa lama umur usaha bapak / ibu?
< 1 tahun 1 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 20 tahun >20 tahun
3. Berapa jumlah karyawan yang bekerja pada usaha bapak / ibu?
Tidak ada 1 – 4 orang 5 – 9 orang
10 – 14 orang 15 – 19 orang ≥ 20 orang
4. Apakah bapak / ibu memiliki cabang usaha? Jika ya, berapa jumlah cabang
usaha yang dimiliki?
5. Berapa total aset yang bapak / ibu gunakan untuk usaha?
≤ Rp 25.000.000
>Rp500.000.000
6. Berapa omzet yang bapak / ibu dapatkan dalam 1 tahun?
≤Rp 150.000.000
>Rp2.500.000.000
7. Apakah ada modal yangdigunakan untuk usaha diperoleh dari meminjam?
Jika ya, berasal dari manakah pinjaman bapak / ibu ?
Tidak
Ya dan berasal dari lembaga non formal (arisan, bank titil)
Ya dan berasal dari lembaga non bank (Koperasi Simpan Pinjam)
Ya dan berasal dari lembaga bank
8. Modal yang dimiliki oleh bapak / ibu berasal dari
Modal sendiri …… %
< Rp 50.000.000
> Rp 150.000.000
……..%
9. Apakah dengan adanya penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman
membuat bapak / ibu menjadi kesulitan dalam memisahkan uang pribadi
dengan uang usaha?
Tidak mencatat sama sekali
66
Penerimaan kas saja (1) Jawaban (1 dan 3)
Pengeluaran kas saja (2) Jawaban (2 dan 3)
Pemakaian persediaan saja (3) Semua jawaban
Jawaban (1 dan 2) Tidak mencatat
12. Dari beberapa transaksi, yaitu penerimaan kas, pengeluaran kas, dan
pemakaian persediaan. Mana yang merupakan transaksi yang frekuensi
pencatatannya paling tinggi?
Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh
Agar dapat lebih mudah dalam melakukan pengecekan
Untuk mengetahui berapa modal dari tiap barang yang dijual
Untuk memudahkan dalam mengingat transaksi terutama utang dan
piutang
Tunai Kredit Keduanya Tidak mencatat
15. Bagaimana bapak / ibu melakukan pencatatan transaksi?
per Transaksi Secara menyeluruh Tidak mencatat
16. Model pencatatan transaksi yang dilakukan oleh bapak / ibu ?
Mencatat penerimaan dan pengeluaran
Hanya menulis jenis barang dan jumlah yang dibeli atau dijual
Menggunakan model pencatatan lebih dari 1
Tidak Mencatat
17. Mengapa bapak / ibu merasa perlu melakukan pencatatan pada transaksi?
Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh
Agar dapat lebih mudah dalam melakukan pengecekan
Untuk mengetahui berapa modal dari tiap barang yang dijual
Untuk memudahkan dalam mengingat transaksi terutama utang dan
piutang
Sebagai syarat untuk memperoleh pinjaman (1)
Untuk pengelolaan usaha (2)
Sebagai dasar perhitungan pajak (3)
Jawaban (1 dan 2), (1 dan 3) atau (2 dan 3) saja.
Semua jawaban
Tidak membuat
Merepotkan
Tidak berpendapat