Upload
vanxuyen
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI NIAT MAHASISWAAKUNTANSI UNTUK BERKARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK:
APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR(Studi Empiris pada Mahasiswa Universitas Diponegoro)
Dewi SulistianiAndri Prastiwi, S.E., M.Si., Akt.
Universitas Diponegoro
ABSTRACT
The small number of public accountants of Indonesia got fully attention from both thegovernment and organization of public accountant profession. Using theory of plannedbehavior (TPB), this study aims to carry out empirical evidence of the affect of perception andattitude, subjective norm, and perceived behavioral control factors toward public accountantprofession on accounting student’s career intention as public accountant.
This research took a sample of 140 respondents who have not worked yet of final yearaccounting students (S1) of Diponegoro University. The method of collecting data is a surveymethod by distributing questionnaire to respondents either directly or electronically. The datawas analyzed using multiple linear regression analysis.
The result of this study indicated that perception and attitude factors toward publicaccounting profession have no significant influence on accounting student’s career intentionas public accountant. While, subjective norm and perceived behavioral control havesignificant influence on accounting student’s career intention as public accountant.
Keywords: Theory of planned behavior (TPB), intention, career, public accountant,perception and attitude, subjective norm, perceived behavioral control.
2
I. PENDAHULUAN
Rendahnya jumlah akuntan publik yang ada di Indonesia mendapat perhatian serius,
baik dari pemerintah maupun organisasi profesi akuntan publik (Puji, 2011 dan Anbarini,
2012). Jumlah akuntan publik di Indonesia hingga saat ini hanya sebanyak 926 orang yang
bergabung di 501 kantor akuntan publik. Apabila dibandingkan dengan negara-negara
tetangga di kawasan ASEAN seperti Thailand (6.070 akuntan publik), Singapura (15.120
akuntan publik), dan Philipina (15.020 akuntan publik) jumlah akuntan publik di Indonesia
masih relatif sedikit (Adityasih, 2010).
…Per 30 April 2009, jumlah akuntan beregister sebanyak 46.633 orang. Sementara itu,jumlah akuntan yang telah mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) danlulus hanya 615 orang. Namun, tak semua akuntan lulusan USAP tersebut kemudianberpraktik menjadi akuntan publik. Sebagai gambaran, per 1 Januari 2009, dari 615lulusan USAP tersebut, cuma 158 orang atau 25,69 persen yang berpraktik sebagaiakuntan publik. (AI, Juni 2009, h. 25)
Badan profesional akuntansi dan akademisi pun berusaha keras terkait isu mengenai
rendahnya daya tarik profesi akuntansi di kalangan mahasiswa akuntansi sendiri. Sugahara
dan Boland (2006) merekomendasikan dua cara untuk mendorong mahasiswa mengikuti
certified public accountant (CPA) exam yaitu mendukung dan membantu mahasiswa yang
memang berniat untuk berkarier sebagai akuntan publik serta mendorong mereka untuk tidak
mengubah pilihan kariernya tersebut. Kedua, pihak akademisi perlu menginspirasi dan
memotivasi mahasiswa yang belum tertarik menjadi akuntan publik (terutama pada
mahasiswa akuntansi) mengenai reward dan keutamaan lain bila mereka menjadi akuntan
publik. Untuk mewujudkan kedua hal tersebut, perlu diketahui persepsi mahasiswa sendiri
mengenai akuntan publik. Dengan diketahuinya persepsi mereka terhadap profesi akuntan
publik, pihak akademisi dan badan profesional akuntansi dapat mengembangkan strategi
untuk menarik minat mahasiswa akuntansi berkarier sebagai akuntan publik. Persepsi
mahasiswa atas suatu profesi memainkan peranan yang penting dalam pemilihan karier
mereka (Holland, 1973 dan Aranya et al., 1978 dalam Sugahara dan Boland, 2006).
Sebelum mahasiswa menjadi akuntan publik, mereka harus mengikuti Pendidikan
Profesi Akuntansi (PPAk) terlebih dahulu agar nantinya berhak mengikuti Ujian Sertifikasi
Akuntan Publik (USAP). Machfoedz (1998) telah meneliti bahwa minat mahasiswa untuk
mengikuti USAP didasarkan pada motivasi untuk meningkatkan kualitas. Motivasi ini
merupakan motivasi tertinggi dibandingkan dengan motivasi karier dan ekonomis.
Sedangkan, penelitian yang dilakukan Lisnasari dan Fitriany (2008) dalam meneliti hubungan
antara motivasi terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk, menunjukkan
bahwa motivasi karier dan motivasi mengikuti USAP memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Perbedaan hasil penelitian
tersebut dapat dikarenakan berbagai faktor, misalnya responden, waktu dan lokasi
pengambilan sampel, serta pengaruh lain yang belum dijelaskan dalam penelitian seperti
3
faktor persepsi mahasiswa terhadap profesi akuntan publik, faktor personalitas, atau peran
pihak-pihak tertentu yang dapat memengaruhi keputusan mereka. Kedua penelitian tersebut
juga menunjukkan bahwa motivasi ekonomi tidak memengaruhi minat mahasiswa akuntansi
untuk mengikuti baik USAP maupun PPAk.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi mahasiswa akuntansi dalam
memilih karier dilakukan oleh Rahayu, dkk (2003). Dalam penelitian yang dilakukan Rahayu,
dkk (2003), mahasiswa akuntansi yang berniat menjadi akuntan publik hanya 14,17%.
Kemungkinan besar hal tersebut terkait persepsi negatif mahasiswa akuntansi yang
memandang profesi akuntan publik sebagai pekerjaan dengan jam kerja yang panjang (sering
lembur), penuh dengan tantangan, sulit terselesaikan, memiliki tingkat persaingan yang tinggi,
keamanan kerja kurang, serta akses pada lowongan akuntan publik yang dianggap sulit.
Mahasiswa akuntansi yang memilih karier sebagai akuntan publik menganggap gaji awal
mereka tidak akan begitu tinggi, namun mereka mengharapkan adanya pelatihan kerja saat
menjalankan karier, kesempatan untuk berkembang, dan pengakuan bila mereka berprestasi.
Persepsi yang dimiliki seseorang akan sangat memengaruhi pemilihan karier mereka. Bila
seseorang memersepsikan suatu profesi secara negatif maka besar kemungkinan mereka akan
menghindari atau tidak akan memilih profesi tersebut (Albrecht dan Sack, 2000; Jackling,
2002 dalam Sugahara dan Boland, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rahayu, dkk
(2003) wajar bila hanya sedikit mahasiswa akuntansi yang memilih untuk berkarier sebagai
akuntan publik sebab mereka memiliki persepsi yang negatif pada akuntan publik. Hal
tersebut menyebabkan mereka enggan untuk memilih berkarier sebagai akuntan publik.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Rahayu, dkk (2003), Rasmini (2007)
meneliti bahwa mahasiswa akuntansi yang memilih berkarier sebagai akuntan publik justru
memberikan persepsi yang positif pada profesi akuntan publik. Mereka memandang bahwa
berkarier di akuntan publik memiliki keamanan kerja yang lebih terjamin, lebih bergengsi
daripada berkarier di luar kantor akuntan publik (KAP), memberikan kepuasan pribadi
terhadap tahapan karier yang dicapai, memperoleh penghargaan yang tinggi dari masyarakat,
memberikan tantangan intelektual, memberikan gaji jangka panjang yang besar dan
tunjangan, mudah mendapat promosi jabatan, serta memiliki lingkungan pekerjaan yang
menyenangkan. Dalam penelitian Rasmini (2007) menunjukkan bahwa R-square bernilai
0,175 yang berarti hanya 17,5% varians dari variabel-variabel yang dapat dijelaskan oleh
model diskriminan. Hasil penelitian Rasmini (2007) yang berbeda dengan Rahayu, dkk (2003)
dapat dikarenakan berbagai faktor, misalnya karakteristik responden, lokasi dan waktu
pengambilan sampel, pengaruh dari pihak-pihak tertentu dari mahasiswa yang belum
dijelaskan dalam penelitian, atau perbedaan faktor budaya mengingat lokasi penelitian yang
dilakukan Rasmini (2007) bertempat di perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Bali,
sedangkan Rahayu, dkk (2003) bertempat di Jakarta, Yogyakarta, dan Surakarta.
4
Sejalan dengan penelitian Rasmini (2007), hasil penelitian Yendrawati (2007) juga
menunjukkan persepsi yang positif dari mahasiswa akuntansi terhadap akuntan publik,
misalnya dengan berkarier sebagai akuntan publik, keamanan kerja akan lebih terjamin,
memberikan gaji awal yang tinggi, kesempatan untuk berkembang, dan gengsi sosial yang
tinggi. Meskipun mahasiswa memersepsikan secara positif profesi akuntan publik, jumlah
mahasiswa akuntansi yang berniat menjadi akuntan publik hanya 13%. Hal ini dapat
dikarenakan persepsi negatif lain dari mahasiswa akuntansi yang memandang bahwa bekerja
sebagai akuntan publik akan sering lembur, menghadapi tingkat persaingan dan tekanan kerja
yang tinggi.
Penelitian untuk menemukan berbagai faktor yang memengaruhi pemilihan karier
mahasiswa juga banyak dilakukan di berbagai belahan dunia. Dengan menggunakan theory of
reasoned action (TRA), Felton et al. (1995) meneliti hubungan antara sikap (attitude)
terhadap chartered accountant dengan niat mahasiswa untuk berkarier pada chartered
accountant. Penelitian yang dilakukan pada 856 mahasiswa bisnis tingkat akhir menunjukkan
sikap (attitude) terhadap chartered accountant berhubungan secara signifikan terhadap
keputusan mahasiswa untuk berkarier sebagai chartered accountant. Hasil serupa juga
ditemukan dalam penelitian Law (2010). Law (2010) meneliti faktor-faktor yang
memengaruhi mahasiswa akuntansi dalam memilih karier mereka dengan menggunakan
model TRA seperti Felton et al. (1995). Law (2010) berhasil membuktikan bahwa faktor-
faktor intrinsik (attitude toward the behavior), parental influence (subjective norm), gender,
dan fleksibilitas karier berhubungan secara signifikan terhadap keputusan mahasiswa untuk
berkarier pada certified public accountant (CPA). Faktor penghargaan finansial justru tidak
memiliki pengaruh pada keputusan mahasiswa untuk berkarier sebagai certified public
accountant. Hasil penelitian ini justru berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
Ahmed et al. Ahmed et al. (1996) menemukan bahwa faktor finansial dan pasar kerja
berhubungan secara signifikan dengan mahasiswa akuntansi yang ingin berkarier sebagai
chartered accountant, sedangkan nilai-nilai intrinsik justru tidak berhubungan secara
signifikan dengan mahasiswa akuntansi yang ingin berkarier sebagai chartered accountant.
Perbedaan penelitian antara Ahmed et al. (1996) dan Law (2010) dapat dikarenakan
perbedaan persepsi yang terbentuk akibat terjadinya suatu peristiwa. Mahasiswa akuntansi
tampaknya lebih memperhatikan faktor intrinsik pascaEnron. Selain itu dengan adanya
konvergensi IFRS tahun 2007 di Cina akan memengaruhi pelaporan keuangan perusahaan
yang ada sehingga permintaan akan certified public accountant juga meningkat. Fleksibilitas
karier dan tingginya pasar kerja akuntan di Cina tampaknya lebih diperhatikan oleh
mahasiswa daripada faktor penghargaan finansial. Tampaknya faktor budaya di Hongkong
berkaitan erat dengan gengsi sosial pada suatu profesi sehingga faktor finansial kurang
menjadi perhatian. Sedangkan, hasil penelitian yang ditemukan Ahmed et al. (1996) bahwa
5
penghargaan finansial dan pasar kerja menjadi faktor pertimbangan utama dalam memilih
karier tampaknya berkaitan dengan faktor cost-benefit bila mereka menjadi chartered
accountant.
Model dari TRA dianggap berhasil dalam menjelaskan berbagai perilaku dan telah
banyak digunakan untuk meneliti variabel-variabel yang memengaruhi pemilihan karier
(Ajzen dan Fishbein, 1980; Cohen dan Hanno, 1993 dalam Felton et al., 1995). Namun, TRA
akan berhasil diaplikasikan bila perilaku individu berada di bawah kendali individu sendiri
dan tidak terdapat suatu hambatan tertentu untuk melaksanakan perilaku (Achmat, 2010).
Selain itu, hasil TRA lebih signifikan bila diaplikasikan dalam jangka pendek karena niat
(intention) dapat berubah menurut waktu, artinya semakin lebar interval waktu, perubahan
niat semakin mungkin terjadi (Jogiyanto, 2008). Untuk mengatasi keterbatasan tersebut,
model TRA dikembangkan dengan menambahkan suatu konstruk, yaitu kontrol perilaku
persepsian. Pengembangan model TRA ini dikenal dengan theory of planned behavior (TPB).
TPB menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap perilaku. TPB dianggap
sebagai dasar teori yang fleksibel karena memungkinkan untuk diaplikasikan atau dijadikan
landasan teoritis untuk melakukan penelitian dalam berbagai bidang. Artinya, meskipun pada
awalnya TPB dicetuskan untuk memprediksi perilaku-perilaku sosial dalam kajian psikologi
sosial, ternyata TPB dapat diaplikasikan secara luas (Ajzen, 1991; Dharmmesta, 1998; Carr
dan Sequeira, 2006; Koesworo, dkk, 2006; Ismail dan Zain, 2008; Achmat, 2010; Dalton,
2010; Zellweger et al., 2010).
Penelitian Sugahara dan Boland (2006) dilakukan di Jepang dengan pengambilan
sampel 291 siswa dengan tingkat pendidikan yang beragam, mulai dari pre-high school
hingga fourth year of university meliputi mahasiswa jurusan akuntansi dan nonakuntansi.
Penelitian tersebut bermaksud membandingkan persepsi atas faktor-faktor apa saja yang
membedakan pemilihan karier di antara mahasiswa akuntansi dan nonakuntansi.
Kemungkinan besar perbandingan tersebut didasarkan pada peraturan CPAs Law di negara
Jepang yang mengizinkan lulusan mahasiswa dari jurusan apapun untuk menjadi CPA asalkan
mampu lulus dalam ujian CPA tersebut. Peraturan tersebut hampir serupa dengan Undang-
Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik di Indonesia yang juga mengizinkan
mahasiswa di luar jurusan akuntansi untuk mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik,
namun praktik dan sosialisasi undang-undang ini belum sepenuhnya dijalankan sehingga
perbandingan yang dilakukan seperti penelitian sebelumnya tidak dilakukan dalam penelitian
ini. Sebagai informasi, penelitian Sugahara dan Boland ini merupakan penelitian exploratory
di Jepang sehingga belum tentu hasil penelitian tersebut merepresentasikan kondisi secara
umum. Penelitian ini bermaksud memodifikasi penelitian Sugahara dan Boland (2006)
menggunakan model theory of planned behavior (TPB) dengan ruang lingkup negara
Indonesia, khususnya Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian ini tidak bermaksud
6
membandingkan persepsi antara mahasiswa akuntansi dan nonakuntansi, namun lebih
berfokus dalam memprediksi apakah persepsi dan sikap yang dimiliki mahasiswa akuntansi
pada profesi akuntan publik, norma subjektif, dan kontrol pada perilaku persepsian dapat
memengaruhi niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik karena niat
kuat yang dimiliki mahasiswa akuntansi kemungkinan besar dapat menimbulkan adanya
perilaku aktual yang diwujudkan dengan berkarier pada suatu profesi tertentu.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak akademisi dan
mahasiswa. Bagi pihak akademisi, sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun metode
pembelajaran yang tepat, guna meningkatkan keahlian akuntansi mahasiswa akuntansi
sebagai pekerja intelektual yang siap pakai sesuai kebutuhan pasar. Setelah diketahui karier
apa yang ingin dijalani mahasiswa akuntansi, pihak akademisi diharapkan membantu dan
mendorong mereka untuk mencapainya sehingga mahasiswa dapat memanfaatkan masa
perkuliahannya sebagai jembatan meraih kesuksesan berkarier mereka. Sedangkan bagi pihak
mahasiswa yang tertarik untuk meneliti bidang yang serupa seperti karier, penelitian ini
diharapkan dapat membantu menjadi salah satu acuan atau referensi bagi penelitian tersebut.
II. TELAAH TEORI
2.1 Theory of Planned Behavior
Teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior atau TPB) merupakan
pengembangan lebih lanjut dari theory of reasoned action (TRA) (Ajzen, 1991 dan Jogiyanto,
2008). TRA menjelaskan bahwa perilaku (behavior) dilakukan karena individu memiliki niat
atau keinginan untuk melakukannya (behavioral intention). Niat perilaku akan menentukan
perilaku seseorang. TRA mengusulkan bahwa niat perilaku adalah suatu fungsi dari sikap
(attitude) dan norma subjektif (subjective norm) terhadap perilaku. Ajzen (1988) dalam
Jogiyanto (2008) menjelaskan niat (intention) berubah menurut waktu, selain itu hasil TRA
jangka pendek lebih signifikan dibandingkan dengan hasil TRA jangka panjang. Ajzen
mengembangkan teori TPB dengan menambahkan konstruk yang belum ada di TRA yaitu
kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control). Teori perilaku rencanaan (TPB)
secara eksplisit mengenal kemungkinan bahwa banyak perilaku yang tidak semuanya di
bawah kontrol penuh individu sehingga konsep dari kontrol perilaku persepsian ditambahkan
untuk menangani perilaku-perilaku semacam ini.
Niat (intention) didefinisikan sebagai keinginan untuk melakukan perilaku. Niat tidak
selalu statis dan dapat berubah seiring berjalannya waktu (Jogiyanto, 2008). Niat erat
kaitannya dengan motivasi, yaitu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau
tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu. Niat yang baik akan
mendorong timbulnya motivasi untuk berbuat baik. Tindakan yang baik akan memberikan
hasil yang baik pula dan jika terus diulang akan terinternalisasi dan persistent dalam diri
seseorang sehingga tercipta pribadi dengan perilaku yang baik, begitu pula sebaliknya
7
(Suharto, 2008 dalam Miladia, 2010). Niat tidak selalu statis dan dapat berubah seiring
berjalannya waktu sehingga dapat disimpulkan semakin lebar interval waktu, semakin
mungkin terjadi perubahan pada niat (Jogiyanto, 2008).
Dalam theory of planned behavior (TPB), perilaku yang ditampilkan oleh individu
timbul karena adanya niat untuk berperilaku (behavioral intention) (Jogiyanto, 2008). Lebih
lanjut, niat berperilaku ditentukan oleh tiga macam kepercayaan, antara lain:
1. Kepercayaan perilaku (behavioral belief), yaitu kepercayaan tentang kemungkinan
terjadinya perilaku. Kepercayaan perilaku akan menghasilkan suatu sikap menyukai
atau tidak menyukai terhadap perilaku.
2. Kepercayaan normatif (normative belief), yaitu kepercayaan tentang ekspektasi
normatif dari orang lain dan motivasi untuk menyetujui ekspektasi tersebut.
Kepercayaan normatif menghasilkan tekanan sosial atau norma subjektif.
3. Kepercayaan kontrol (control belief), yaitu kepercayaan tentang keberadaan faktor-
faktor yang akan memfasilitasi atau merintangi kinerja dari perilaku dan kekuatan
persepsian dari faktor-faktor tersebut. Kepercayaan kontrol akan menghasilkan
kontrol perilaku persepsian.
Lebih lanjut, bersama-sama, sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma-norma
subjektif (subjective norms), dan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control)
akan mengakibatkan niat perilaku (behavioral intention) dan yang selanjutnya akan
menimbulkan perilaku (behavior) sehingga diharapkan dengan mengidentifikasi sikap
mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan publik, norma-norma subjektif, dan kontrol
perilaku persepsian akan dapat memprediksi niat mahasiswa akuntansi untuk menjadi akuntan
publik.
Ajzen (1991) menyatakan pengaruh dari sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku
persepsian dalam memprediksi niat dapat beragam tergantung dari perilaku dan situasi yang
sedang diteliti. Lebih lanjut, dalam beberapa penerapan teori TPB, hasil penelitian
menunjukkan hanya sikap yang memiliki pengaruh signifikan terhadap niat, akan tetapi di lain
8
penelitian justru sikap dan kontrol perilaku persepsian yang dapat memprediksi niat.
Sebaliknya, pada penelitian yang lain ketiga konstruk secara independen dapat memengaruhi
niat.
2.2 Hipotesis Penelitian
Niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku dapat diprediksi oleh persepsi dan
sikapnya terhadap perilaku (Jogiyanto, 2008 dan Achmat, 2010). Sikap (attitude) adalah
perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan
ditentukan (Jogiyanto, 2008). Bila individu memersepsikan profesi akuntan publik sebagai
profesi yang baik dan menyenangkan baginya serta individu tersebut memiliki sikap yang
positif terhadap profesi akuntan publik, maka kemungkinan besar niatnya untuk berkarier
sebagai akuntan publik juga akan semakin besar dan pada akhirnya akan memilih untuk
berkarier sebagai akuntan publik setelah lulus. Sugahara dan Boland (2006) membuktikan
bahwa mahasiswa akuntansi yang berniat untuk menjalani karier sebagai certified public
accountant (CPA) memiliki sikap yang positif (favorable) terhadap profesi CPA.
Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Felton et al. Felton et
al. (1995) membuktikan bahwa mahasiswa yang berniat menjadi chartered accountant
memiliki sikap yang positif terhadap karier pada profesi tersebut. Penelitian Law (2010) juga
menunjukkan sikap terhadap perilaku (disebutkan dalam penelitian ini sebagai nilai intrinsik)
memengaruhi keputusan mahasiswa untuk menjalani karier sebagai certified public
accountant (CPA) secara positif dan signifikan. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut
telah dibuktikan bahwa persepsi dan sikap mahasiswa terhadap suatu profesi mampu
digunakan untuk memprediksi niat mereka menjalani suatu karier. Dengan demikian,
penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kembali hubungan antara persepsi dan sikap pada
profesi akuntan publik terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan
publik dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:
H1: Persepsi dan sikap pada profesi akuntan publik berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik.
Norma subjektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap suatu kepercayaan
orang lain yang akan memengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang
sedang dipertimbangkan (Jogiyanto, 2008). Sugahara dan Boland (2006) yang mengacu pada
Cohen dan Hanno (1993) mendefinisikan norma subjektif sebagai tekanan sosial dari
seseorang yang memiliki hubungan dengan pembuat keputusan. Lebih jauh, Sugahara dan
Boland (2006) menyebutnya dengan the influence of human factors. Dalam beberapa konteks
penelitian yang berbeda, norma subjektif dikenal pula dengan personal or moral norms,
perceived social pressures, atau personal feelings of moral obligation untuk melakukan atau
tidak melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 1991; Armitage dan Conner, 2001). Pengaruh
tersebut dapat berasal dari orang tua, keluarga, teman/ rekan kerja, dosen di universitas, dan
9
pakar profesional dari suatu profesi. Bila individu memersepsikan orang-orang di sekitarnya
(keluarga, teman-teman, dan dosen) menganggapnya mampu serta memiliki kualifikasi dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi akuntan publik maka kemungkinan niatnya
untuk berkarier sebagai akuntan publik juga akan semakin besar dan pada akhirnya akan
memilih untuk berkarier sebagai akuntan publik setelah lulus.
Penelitian dari Sugahara dan Boland (2006) menunjukkan bahwa orang tua memiliki
hubungan yang signifikan terhadap mahasiswa yang memutuskan berkarier sebagai certified
public accountant (CPA). Hal tersebut dapat dikarenakan beberapa orang tua yang sukses
bekerja di bidang akuntansi sehingga mereka mengharapkan anak-anaknya juga menjalani
karier di bidang yang sama. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Law (2010). Law (2010)
membuktikan bahwa norma subjektif memengaruhi keputusan mahasiswa untuk menjalani
karier sebagai certified public accountant (CPA) secara positif dan signifikan. Ahmadi et al.
(1995) yang meneliti pengaruh berbagai faktor pemilihan pekerjaan pada akuntan menemukan
bahwa norma subjektif (yang disebutkan dalam penelitian ini sebagai external influences)
sangat memengaruhi akuntan pria dalam memilih suatu pekerjaan. Pengaruh terbesar bagi
mereka berasal dari para profesor universitas di tempat mereka kuliah dahulu. Berdasarkan
penelitian-penelitian tersebut telah dibuktikan bahwa norma subjektif mampu memengaruhi
niat seseorang untuk menjalani suatu karier. Dengan demikian, penelitian ini dimaksudkan
untuk menguji kembali hubungan antara norma subjektif terhadap niat mahasiswa akuntansi
untuk berkarier sebagai akuntan publik dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:
H2: Norma subjektif berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat mahasiswa
akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik.
Kontrol perilaku persepsian adalah kemudahan atau kesulitan persepsian untuk
melakukan suatu perilaku (Ajzen, 1991). Kontrol perilaku persepsian ditentukan oleh adanya
control beliefs yaitu kepercayaan tentang keberadaan faktor-faktor yang akan memfasilitasi
atau justru menghalangi perilaku (Jogiyanto, 2008). Bila individu memiliki control beliefs
yang kuat mengenai faktor yang dapat memfasilitasi suatu perilaku, maka individu tersebut
akan memiliki persepsi yang tinggi untuk dapat mewujudkan perilaku. Jika individu merasa
dirinya memiliki kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi akuntan publik,
maka kemungkinan niatnya untuk berkarier sebagai akuntan publik juga akan semakin tinggi
dan pada akhirnya akan memilih untuk berkarier sebagai akuntan publik setelah lulus.
Sebaliknya, bila individu merasa dirinya tidak memiliki kualifikasi dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk menjadi akuntan publik, ditambah adanya persepsi negatif dari individu
sendiri mengenai sulitnya persyaratan menjadi akuntan publik, maka kemungkinan niatnya
untuk berkarier sebagai akuntan publik akan semakin rendah dan pada akhirnya tidak akan
memilih untuk berkarier sebagai akuntan publik setelah lulus.
10
Dengan menggunakan theory of planned behavior (TPB), Sugahara dan Boland (2006)
menjelaskan bahwa suatu perilaku akan dilakukan setelah mempertimbangkan adanya
opportunity cost. Lebih lanjut, niat mahasiswa untuk berkarier sebagai certified public
accountant (CPA) dapat diprediksi dengan mengetahui persepsi mereka terhadap cost untuk
menjadi CPA. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitiannya,
Sugahara dan Boland menggunakan opportunity cost sebagai konstruk kontrol perilaku
persepsian. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa opportunity cost berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan mahasiswa untuk berkarier sebagai CPA yang berarti
mahasiswa menganggap opportunity cost sebagai salah satu faktor yang penting dalam
memutuskan apakah mereka akan berkarier sebagai CPA atau tidak. Armitage dan Conner
(2001) juga menyatakan bahwa kontrol perilaku persepsian memiliki korelasi yang kuat dan
signifikan terhadap niat dan perilaku.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut telah dibuktikan bahwa kontrol perilaku
persepsian memiliki pengaruh terhadap niat individu untuk melaksanakan suatu perilaku.
Dengan demikian, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kembali hubungan antara
kontrol perilaku persepsian terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai
akuntan publik dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:
H3: Kontrol perilaku persepsian berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat
mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier
sebagai akuntan publik. Menurut theory of planned behavior, perilaku yang ditampilkan oleh
individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku (Jogiyanto, 2008). Niat adalah
keinginan untuk melakukan suatu perilaku (Jogiyanto, 2008). Sedangkan, akuntan publik
merupakan akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan
jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2011. Pengertian tersebut
mengacu pada Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Dengan demikian
niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik didefinisikan sebagai niat
yang dimiliki oleh mahasiswa akuntansi untuk memilih karier sebagai akuntan publik setelah
lulus sebagai sarjana ekonomi.
Pada penelitian ini, indikator pertanyaan pada variabel niat mahasiswa akuntansi untuk
berkarier sebagai akuntan publik diadopsi berdasarkan instrumen penelitian yang telah
dikembangkan oleh Amin et al. (2009). Indikator pertanyaan pada variabel niat mahasiswa
akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik terdiri dari dua butir pertanyaan mengenai
seberapa tinggi intensitas niat dan niat berperilaku mahasiswa akuntansi untuk memilih karier
akuntan publik setelah lulus. Setiap pertanyaan akan diberi nilai menggunakan sistem skor
11
guna menentukan bobot penilaian. Penilaian didasarkan pada penggunaan model skala likert
lima poin dengan rentang nilai satu (terendah) sampai dengan lima (tertinggi). Jawaban
dengan nilai satu yang berarti ”Sangat Tidak Setuju (STS)” mengindikasikan mahasiswa
akuntansi bersangkutan benar-benar tidak memiliki niat untuk berkarier sebagai akuntan
publik, sedangkan jawaban dengan nilai lima yang berarti ”Sangat Setuju (SS)”
mengindikasikan mahasiswa akuntansi bersangkutan memiliki intensitas niat yang sangat
tinggi untuk berkarier sebagai akuntan publik dan kemungkinan besar (probable) akan
memilih karier sebagai akuntan publik setelah lulus.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah persepsi dan sikap terhadap profesi
akuntan publik, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian.
1. Persepsi dan sikap terhadap profesi akuntan publik
Persepsi merupakan bagaimana seseorang melihat atau menginterpretasikan
peristiwa, objek, dan manusia (Lubis, 2010). Sedangkan, sikap adalah evaluasi
kepercayaan atau perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan
perilaku yang akan ditentukan (Jogiyanto, 2008). Dua belas indikator pertanyaan
variabel persepsi dan sikap terhadap profesi akuntan publik diadopsi berdasarkan
penelitian Sugahara dan Boland (2006). Variabel tersebut akan diukur dengan skala
semantic differential yang dikembangkan Osgood et al. (1957) dalam Ajzen (1991)
menggunakan dua kutub (yang saling bertentangan) dari masing-masing indikator
dalam rentang nilai satu (terendah) hingga lima (tertinggi). Sebagai contoh untuk
indikator pertanyaan tentang seberapa menarik profesi akuntan publik di mata
mahasiswa akuntansi yaitu jawaban dengan nilai satu mengindikasikan bahwa
mahasiswa akuntansi memandang profesi akuntan publik sebagai profesi yang sangat
tidak menarik, namun jawaban dengan nilai lima mengindikasikan bahwa mahasiswa
akuntansi memandang profesi akuntan publik sebagai profesi yang sangat menarik.
2. Norma subjektif
Norma subjektif adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-
kepercayaan dari orang lain yang akan memengaruhi niat untuk melakukan atau tidak
melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan (Jogiyanto, 2008). Ajzen (1991)
mendefinisikan norma subjektif sebagai suatu tekanan sosial untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu perilaku. Indikator pertanyaan pada variabel norma subjektif
diadopsi berdasarkan penelitian Sugahara dan Boland (2006). Modifikasi bentuk
pertanyaan kuesioner dilakukan berdasarkan instrumen penelitian Amin et al. (2009).
Indikator pertanyaan variabel norma subjektif terdiri dari lima butir pertanyaan
menggunakan skala likert lima poin dengan rentang nilai satu (terendah) hingga lima
(tertinggi). Jawaban dengan nilai satu yang berarti ”Sangat Tidak Setuju (STS)”
mengindikasikan bahwa pihak bersangkutan (misal orang tua) sama sekali tidak
12
memengaruhi mahasiswa akuntansi untuk memilih berkarier sebagai akuntan publik,
sedangkan jawaban dengan nilai lima yang berarti ”Sangat Setuju (SS)”
mengindikasikan bahwa mahasiswa akuntansi sangat menyetujui persepsi atau
pendapat pihak yang bersangkutan (misal orang tua) dan hal tersebut memengaruhi
mereka untuk memilih berkarier sebagai akuntan publik.
3. Kontrol perilaku persepsian
Kontrol perilaku persepsian merupakan kemudahan atau kesulitan persepsian untuk
melakukan perilaku (Jogiyanto, 2008). Indikator pertanyaan pada variabel kontrol
perilaku persepsian diadopsi berdasarkan penelitian Sugahara dan Boland (2006).
Modifikasi bentuk pertanyaan kuesioner dilakukan berdasarkan instrumen penelitian
Amin et al. (2009). Indikator pertanyaan variabel kontrol perilaku persepsian terdiri
dari tujuh butir pertanyaan menggunakan skala likert lima poin dengan rentang nilai
satu (terendah) hingga lima (tertinggi) yang dapat dikategorikan jawaban dengan
nilai satu berarti ”Sangat Tidak Setuju (STS)” dan jawaban dengan nilai lima berarti
”Sangat Setuju (SS)”.
Untuk indikator pertanyaan kedua puluh hingga dua puluh dua, jawaban nilai satu dapat
diinterpretasikan bahwa mahasiswa akuntansi sangat tidak menyetujui pernyataan yang ada
dan masalah tersebut bukanlah hal yang menyulitkan mereka untuk memilih berkarier sebagai
akuntan publik. Sedangkan, jawaban dengan nilai lima mengindikasikan mahasiswa akuntansi
sangat menyetujui pernyataan yang ada dan menganggap masalah tersebut menjadi faktor
penting yang merintangi mereka untuk menjalani karier sebagai akuntan publik. Untuk
indikator pertanyaan kedua puluh tiga hingga dua puluh enam, jawaban dengan nilai satu
menunjukkan mahasiswa akuntansi sangat tidak menyetujui pernyataan yang ada dan
memersepsikan bahwa dengan tidak memiliki kemampuan-kemampuan tersebut mereka tidak
akan mampu menjadi akuntan publik yang andal sehingga pada akhirnya mereka memutuskan
untuk tidak menjalani karier sebagai akuntan publik. Namun, jawaban dengan nilai lima
menunjukkan mahasiswa akuntansi merasa sangat percaya diri dengan kemampuan yang
mereka miliki sehingga hal tersebut menjadikan niat untuk berkarier sebagai akuntan publik
juga semakin tinggi dan kemungkinan besar setelah lulus mereka akan menjalani karier
sebagai akuntan publik.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Akuntansi Strata Satu (S-1) Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan purposive sampling method. Mahasiswa yang dipilih adalah
mahasiswa akuntansi tingkat akhir yang belum bekerja (semester 6, 7, atau 8 ke atas atau
sedang dalam proses pengerjaan skripsi yang diasumsikan akan segera lulus) sehingga dapat
13
diperoleh informasi langsung mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi niat pemilihan
karier bagi mahasiswa akuntansi itu sendiri.
Pemilihan Universitas Diponegoro Semarang sebagai lokasi penelitian berdasarkan
pertimbangan kredibilitas bahwa perguruan tinggi tersebut (berakreditasi A) mampu mewakili
segenap mahasiswa akuntansi perguruan tinggi lain pada regional Jawa Tengah. Selain itu,
Universitas Diponegoro juga menyelenggarakan Program Pendidikan Profesi Akuntansi
(PPAk) (berakreditasi A) bagi lulusan sarjana akuntansi yang ingin melanjutkan karier
sebagai akuntan publik (peserta yang lulus PPAk akan mendapatkan sertifikasi dari
Universitas Diponegoro dan akan mendapatkan nomor register akuntan dari Departemen
Keuangan serta berhak menyandang sebutan profesi ”akuntan”).
Formula yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel, dikemukakan oleh Yamane
dalam Utami (2004) dalam Januarti dan Nimastuti (2005) berikut ini:
n =1)( 2 dN
N
Keterangan:n = jumlah sampelN = jumlah populasid = tingkat presisi yang diharapkan tidak menyimpang, 10%
n =1)1,0(1064
10642
= 91,41 91
Sampel sejumlah 91 adalah jumlah minimal yang harus dipenuhi. Penarikan sampel yang
dilakukan dengan menentukan nilai presisi (d) yang ditetapkan sebesar 10% adalah seperti
yang telah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sosial.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan
cara mendistribusikan kuesioner secara langsung pada responden dan melalui jaringan link
person. Selain dengan metode survei, penyebaran kuesioner juga akan dilakukan secara
elektronik melalui email dan situs jejaring sosial. Batas waktu pengiriman adalah satu bulan
sejak kuesioner didistribusikan. Pengambilan waktu ini dilakukan dengan alasan bahwa tidak
semua responden rutin mengakses internet. Selain itu, diharapkan tingkat pengembalian
kuesioner dari responden mencapai 100%.
3.4 Uji Kualitas Data
Terdapat dua konsep untuk menguji kualitas data, yaitu validitas dan reliabilitas. Suatu
penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang andal dan valid. Jadi,
instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan andal atau
reliable (Ghozali, 2006). Uji validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate
(Pearson correlation) antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk
(Ghozali, 2006). Bila nilai signifikansi (sig. (2-tailed)) <0,10 pada tingkat signifikansi 0,10
maka masing-masing indikator pernyataan dinyatakan valid. Pengukuran reliabilitas
14
dilakukan secara one shot atau sekali saja. Pengujian reliabilitas akan dilakukan dengan uji
statistik Cronbach Alpha (Ghozali, 2006). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2006).
3.5 Uji Nonresponse Bias
Salah satu kelemahan metode survei adalah kemungkinan adanya tingkat pengembalian
tidak seperti yang diharapkan. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya keputusan untuk
menetralisasi sampel dari populasi yang diteliti karena kemungkinan terjadi perbedaan
karakteristik antara kuesioner yang kembali dan yang tidak kembali. Uji nonresponse bias
dilakukan dengan cara membandingkan karakteristik antara responden yang berpartisipasi
dengan responden yang tidak berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden yang
mengembalikan kuesioner terlambat atau melebihi batas waktu yang ditentukan dianggap
mewakili responden yang tidak berpartisipasi dalam penelitian ini.
3.6 Metode Analisis Data
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur kekuatan asosiasi
(hubungan) linier antara dua variabel. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih juga menunjukkan arah hubungan antara variabel
dependen dengan independen (Ghozali, 2006). Karena terdapat lebih dari dua variabel,
hubungan linier dapat dinyatakan dalam persamaan regresi linier berganda. Persamaan yang
diperoleh dalam analisis data tersebut adalah sebagai berikut:
Niat = α + β1 persepsi + β2 norma + β3 kontrol + e
Keterangan:Niat : niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publikα : konstantaβ1, β2, β3 : koefisien regresipersepsi : persepsi dan sikap terhadap profesi akuntan publiknorma : norma subjektifkontrol : kontrol perilaku persepsiane : error (faktor pengganggu di luar model)
Sebelum melakukan regresi terdapat syarat yang harus dilalui yaitu melakukan uji
asumsi klasik. Model regresi harus bebas dari asumsi klasik, yaitu bebas dari normalitas,
multikolonieritas, dan heteroskedastisitas. Dalam model regresi, nilai residual harus
mengikuti distribusi normal dan terbebas dari korelasi antarvariabel independen (Ghozali,
2006), sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan uji normalitas, multikolonieritas, dan
heteroskedastisitas.
3.7 Uji Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness
of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai
statistik F, dan nilai statistik t. Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
15
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai R2 selalu meningkat, tidak
peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Sehingga, penggunaan adjusted R2 jauh lebih disarankan daripada R2 sebab nilai adjusted R2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali,
2006). Besarnya R2 berkisar antara 0 hingga 1 yang berarti semakin kecil R2 maka hubungan
kedua variabel semakin lemah. Sebaliknya, jika R2 semakin mendekati satu maka hubungan
kedua variabel semakin kuat. Selain itu angka yang baik untuk dijadikan sebagai prediktor
variabel independen harus lebih kecil dari angka standar deviasi (SEE<STD) (Sarwono,
2010).
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Bila nilai Fhitung > 4 pada derajat kepercayaan (α) 10% maka Ho dapat ditolak.
Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan semua variabel
independen secara bersama-sama dan signifikan memengaruhi variabel dependen (Ghozali,
2006). Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Bila jumlah degree of freedom (df)
adalah 20 atau lebih dengan nilai t lebih besar dari 2 dan nilai probabilitas signifikansi (Sig.) <
0,10 maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen secara individual memengaruhi
variabel dependen (Ghozali, 2006).
IV. HASIL DAN ANALISIS
4.1 Karakteristik Responden
Sebelum dilakukan pembahasan lebih lanjut pada hasil penelitian, terlebih dahulu akan
dibahas mengenai karakteristik responden yang meliputi program studi, jenis kelamin, indeks
prestasi kumulatif (IPK), karier yang ingin dijalani mahasiswa akuntansi yang berpartisipasi
dalam penelitian ini, dan distribusi frekuensi jawaban responden atas indikator – indikator
pertanyaan yang ada. Karakteristik responden tersaji dalam tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1Karakteristik Responden
Prodi Jenis Kelamin Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)Laki-Laki Perempuan < 2,00 2,00-2,75 2,76-3,50 3,51-4,00
Reg.1 29 21% 71 51% 0 0% 4 2,9% 50 35,7% 46 32,9%Reg.2 24 17% 16 11% 0 0% 1 0,7% 31 22,1% 8 5,7%Total 53 38% 87 62% 0 0% 5 3,6% 81 57,8% 54 38.6%
Sumber: Data primer yang diolah, 2012
Tabel 4.1 menunjukkan responden terbagi menjadi dua program studi yaitu mahasiswa
akuntansi reguler satu dan reguler dua. Jumlah mahasiswa akuntansi reguler satu (72%) yang
ikut berpartisipasi dalam penelitian ini lebih besar daripada mahasiswa akuntansi reguler dua
16
(28%). Jumlah mahasiswa perempuan pada reguler satu (71 mahasiswi) lebih banyak yang
terlibat dalam penelitian ini dibandingkan mahasiswa laki-laki (29 mahasiswa). Sedangkan,
pada reguler dua, jumlah mahasiswa akuntansi laki-laki (24 mahasiswa) yang terlibat justru
lebih besar dibandingkan mahasiswa perempuan (16 mahasiswa). Secara keseluruhan,
mahasiswa akuntansi perempuan (62%) lebih banyak yang ikut berpartisipasi sebagai
responden daripada mahasiswa akuntansi laki-laki (38%).
Jumlah mahasiswa akuntansi yang memiliki IPK 2,76-3,50 lebih mendominasi (57,8%)
pada penelitian ini baik untuk program studi akuntansi reguler satu maupun dua. Tabel 4.1
menunjukkan tidak ada satupun mahasiswa akuntansi tingkat akhir yang berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan IPK <2,00. Mahasiswa akuntansi yang memiliki IPK 2,00-2,75 hanya
3,6%, sedangkan yang masuk dalam golongan cumlaude atau “dengan pujian” mencapai
38,6%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden ditemukan bahwa karier yang
ingin dijalani mahasiswa akuntansi sangat beragam. Tidak semua mahasiswa akuntansi
berniat untuk menjadi akuntan, terutama akuntan publik. Adapun data mengenai karier yang
ingin dijalani mahasiswa akuntansi tersaji dalam tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2Karier yang Ingin Dijalani Mahasiswa Akuntansi
Karier Jumlah Persentase (%)Akuntan publik 62 44,29%Entrepreneur 27 19,29%Perbankan 14 10%Perpajakan 4 2,86%Swasta 6 4,29%Pemerintahan 19 13,57%Dosen 7 5%Kuliah S2 1 0,71%Total 140 100%Sumber: Data primer yang diolah, 2012
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, karier yang banyak diminati oleh mahasiswa akuntansi
adalah akuntan publik sebanyak 62 responden (44,29%), entrepreneur 27 responden
(19,29%), dan bidang pemerintahan, yaitu pegawai negeri sipil (pegawai departemen
keuangan (Depkeu) dan badan pemeriksa keuangan (BPK)) dan badan usaha milik negara
(BUMN) mencapai 19 responden (13,57%). Mahasiswa yang berminat untuk menjalani karier
dalam bidang perbankan sebanyak 14 responden (10%), bidang perpajakan sebanyak 4
responden (2,86%), dan bidang swasta (bekerja pada perusahaan multinasional) sebanyak 6
responden (4,29%). Sedangkan, mahasiswa akuntansi yang tertarik dengan dunia pendidikan
yaitu sebagai dosen sebanyak 7 responden (5%) dan yang berkeinginan melanjutkan kuliah
strata dua (S-2) hanya satu responden (0,71%).
17
Gambar 4.1Grafik Niat Berkarier Mahasiswa Akuntansi
Sumber: Data primer yang diolah dengan Ms. Excel, 2012
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, secara terperinci karier yang paling banyak diminati oleh
mahasiswa akuntansi adalah akuntan publik sebesar 44,29%, namun secara keseluruhan justru
lebih banyak mahasiswa akuntansi yang tidak ingin berkarier sebagai akuntan publik sebesar
55,71%. Berdasarkan gambar 4.1 di atas, jumlah mahasiswa akuntansi yang ingin
melanjutkan karier sebagai akuntan publik lebih sedikit (62 responden) dibandingkan dengan
mereka yang memilih nonakuntan publik (78 responden).
4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Nilai korelasi (r-value) yang lebih besar dari nilai r-tabel dan nilai probabilitas
signifikansi (p-value) masing-masing item pertanyaan terhadap total skor konstruk
menunjukkan hasil yang signifikan pada tingkat signifikansi 0,10. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa masing-masing butir pertanyaan adalah valid. Sedangkan, hasil uji
reliabilitas menunjukkan setiap konstruk memberikan nilai Cronbach’s Alpha di atas 0,60
sehingga dapat dinyatakan bahwa ketiga konstruk yang digunakan cukup andal atau reliable.
4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian nonresponse bias tidak lagi diperlukan karena semua kuesioner yang
didistribusikan baik secara langsung maupun melalui elektronik telah kembali tepat waktu.
4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik
Grafik normal p-plot menunjukkan titik-titik atau penyebaran data menyentuh garis
diagonalnya yang berarti nilai residual terdistribusi normal sehingga dapat dinyatakan model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)
mendukung hasil grafik normal p-plot bahwa data memenuhi asumsi normalitas. Nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,524 dengan nilai probabilitas signifikansi jauh di atas 0,10,
yaitu 0,947 menunjukkan nilai residual terdistribusi normal atau memenuhi asumsi
normalitas.
Hasil perhitungan nilai tolerance untuk masing-masing variabel independen memiliki
nilai di atas 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antarvariabel independen yang nilainya lebih
18
dari 90%. Hasil perhitungan variance inflation factor (VIF) juga menunjukkan tidak ada
satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolonieritas antarvariabel independen dalam model
regresi.
Berdasarkan grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak baik di
atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil tersebut didukung dengan uji statistik
Spearman’s rank correlation yang menunjukkan setiap variabel independen memiliki korelasi
yang sangat lemah ( >0–0,25) dengan nilai residual dan nilai probabilitas signifikansi jauh di
atas 0,10 sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel persepsi dan sikap terhadap profesi
akuntan publik, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian tidak mengalami
heteroskedastisitas.
4.5 Hasil Uji Hipotesis
Nilai adjusted R2 sebesar 0,278 mengindikasikan bahwa hanya 27,8% variasi niat
mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik mampu dijelaskan oleh variasi
ketiga variabel independen, yaitu persepsi dan sikap terhadap profesi akuntan publik, norma
subjektif, dan kontrol perilaku persepsian. Sedangkan, 72,2% dijelaskan oleh variabel atau
faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Nilai F sebesar 18,807 dengan nilai probabilitas signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari
0,10 mengindikasikan model regresi mampu memprediksi niat mahasiswa akuntansi untuk
berkarier sebagai akuntan publik yang berarti variabel persepsi dan sikap terhadap profesi
akuntan publik, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian secara bersama-sama
mampu memengaruhi niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik.
Tabel 4.3Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual
Sumber: Output SPSS 17, 2012
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat dari ketiga variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model regresi, hanya variabel persepsi dan sikap pada profesi akuntan publik yang
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier
sebagai akuntan publik. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t -0,882 dan nilai probabilitas
signifikansi variabel persepsi dan sikap yang berada di atas 0,10, yaitu 0,380. Hal ini
menunjukkan persepsi dan sikap pada profesi akuntan publik tidak memiliki pengaruh yang
19
signifikan terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) gagal diterima. Sedangkan,
variabel norma subjektif dan kontrol perilaku persepsian berpengaruh secara signifikan
terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik karena nilai
probabilitas signifikansi terbukti signifikan pada 0,10, yaitu 0,000 dengan nilai t lebih besar
dari 2 (5,859). Hal ini menunjukkan norma subjektif memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H2) diterima. Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa nilai
probabilitas signifikansi variabel kontrol sebesar 0,006, yang signifikan pada 0,10, dengan
nilai t sebesar 2,768, hal ini menunjukkan kontrol perilaku persepsian memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga (H3) diterima. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa niat mahasiswa akuntansi untuk menjadi akuntan publik dipengaruhi oleh
norma subjektif dan kontrol perilaku persepsian dengan persamaan matematis sebagai berikut:
Niat = 0,444 – 0,019 persepsi + 0,250 norma + 0,115 kontrol
4.6 Interpretasi Hasil
Menurut theory of planned behavior (TPB), perilaku seseorang ditentukan oleh niat
berperilaku mereka (Ajzen, 1991). Lebih lanjut, niat berperilaku ditentukan oleh tiga hal yaitu
kepercayaan perilaku (behavioral belief) yang akan memproduksi suatu sikap menyukai atau
tidak menyukai pada perilaku, kepercayaan normatif tentang ekspektasi normatif dari orang
lain dan motivasi untuk menyetujui ekspektasi tersebut (norma subjektif), dan kepercayaan
kontrol akan faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau justru merintangi terwujudnya suatu
perilaku (kontrol perilaku persepsian) (Ajzen, 1991 dan Jogiyanto, 2008). Mayoritas
mahasiswa akuntansi menunjukkan persepsi dan sikap yang positif pada profesi akuntan
publik, namun hasil tersebut justru tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap niat
mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik. Hasil ini mengindikasikan
bahwa niat seseorang untuk berperilaku tidak semata-mata dilandasi oleh sikapnya terhadap
sesuatu (Hidayat dan Nugroho, 2010). Lebih lanjut, persepsi yang positif yang dimiliki
mahasiswa akuntansi kemungkinan berasal dari pengetahuan, informasi, opini dari pihak
tertentu, dan pengalaman masa lalu yang terakumulasi selama masa kuliah mereka (Lubis,
2010).
...Attitudes did not significantly predict intentions. Namely, it seems unreasonable tomaintain that attitudes automatically stimulate action, as a direct path implies. Rather,for attitudes to cause behavior, one must decide or intend to perform the behavior. Afterall, we may have a positive attitude toward performing some act but fail to form anintention or intend to refrain from doing the action because of some nonattitudinalreason... (Bagozzi et al., 1989)
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang
membuktikan bahwa persepsi dan sikap yang positif dari mahasiswa akuntansi pada profesi
20
certified public accountant (CPA) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat
mereka untuk melanjutkan karier sebagai CPA (Felton et al., 1995; Sugahara dan Boland,
2006; Law, 2010). Perbedaan hasil penelitian ini tampaknya dikarenakan adanya faktor
nonsikap (Bagozzi et al, 1989) yang didukung dua variabel lain yang menunjukkan pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk melanjutkan karier
sebagai akuntan publik yaitu norma subjektif dan kontrol perilaku persepsian. Selain itu,
jumlah responden yang tidak seimbang dalam penelitian ini (62% responden adalah
mahasiswi) dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hasil penelitian ini inkonsisten
dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut jawaban yang dikemukakan beberapa
responden pada pertanyaan terbuka di dalam kuesioner, alasan mengenai work-life balance
atau keseimbangan antara profesionalisme dunia kerja dengan pemenuhan tanggung jawab
dalam keluarga, niat yang dimiliki sejak awal oleh mahasiswa untuk berkarier pada suatu
profesi nonakuntan publik, dan faktor kesulitan yang akan mereka hadapi bila bekerja menjadi
akuntan publik menjadi alasan mereka untuk tidak melanjutkan karier sebagai akuntan publik.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bagozzi et al. (1989) yaitu pembuat keputusanlah
(dalam hal ini mahasiswa akuntansi) yang pada akhirnya menentukan keputusan untuk
melakukan suatu perilaku atau mewujudkan niat menjadi suatu perilaku (sekalipun mereka
memiliki persepsi dan sikap yang positif) karena niat tidak semata-mata dilandasi sikap
seseorang pada sesuatu.
Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan norma subjektif berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik. Hasil
penelitian ini mengindikasikan semakin tinggi tekanan sosial yang diterima oleh mahasiswa
akuntansi, semakin kuat pula niat mahasiswa akuntansi untuk melanjutkan karier sebagai
akuntan publik. Hasil ini sesuai dengan theory of planned behavior yang menyatakan bahwa
niat berperilaku seseorang ditentukan oleh norma subjektif. Ajzen (1991) mendefinisikan
norma subjektif sebagai persepsi atau tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan
suatu perilaku. Tekanan sosial tersebut dapat berasal dari individu atau kelompok tertentu
yang menyetujui atau tidak menyetujui untuk melakukan suatu perilaku (dalam penelitian ini
berasal dari orang tua, teman, dosen, guru SMA, dan praktisi).
Berdasarkan jawaban responden atas indikator pertanyaan norma subjektif terlihat
bahwa mayoritas mahasiswa akuntansi yang berniat melanjutkan karier sebagai akuntan
publik menyetujui kepercayaan yang dimiliki dari orang tua, teman, dan para praktisi di
bidang ilmu mereka untuk melanjutkan karier sebagai akuntan publik. Lebih lanjut,
mahasiswa akuntansi tampaknya kurang menyetujui kepercayaan dari pihak dosen dan guru
SMA bahwa sebaiknya mereka melanjutkan karier sebagai akuntan publik. Lemahnya
pengaruh dari dosen dan guru SMA terhadap niat mahasiswa untuk melanjutkan karier
sebagai akuntan publik kemungkinan disebabkan oleh peran mereka sebagai tenaga pendidik
21
yang memberikan ilmu pengetahuan semata tanpa mengarahkan mahasiswanya untuk
melanjutkan berkarier pada bidang tertentu setelah lulus kuliah. Pengaruh tekanan sosial yang
cukup besar menunjukkan besarnya pengaruh faktor sosial ini, yang berarti jika tekanan sosial
di sekitar mahasiswa akuntansi untuk mendorong berkarier sebagai akuntan publik cukup
besar (terutama dari pihak orang tua dan teman) maka ada kecenderungan niat mereka akan
semakin kuat pula untuk berkarier sebagai akuntan publik (Hidayat dan Nugroho, 2010).
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang
membuktikan bahwa norma subjektif mampu memengaruhi niat mahasiswa akuntansi untuk
berkarier sebagai certified public accountant (CPA) (Ajzen, 1991; Sugahara dan Boland,
2006; Law, 2010; Zyl dan Villiers, 2011).
Menurut theory of planned behavior (TPB) faktor yang tidak kalah penting dalam
menentukan niat seseorang adalah kontrol perilaku persepsian (Ajzen, 1991). Kontrol perilaku
persepsian didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan suatu
perilaku (Jogiyanto, 2008). Kontrol perilaku persepsian dalam penelitian ini terdiri dari faktor
kesulitan atau pengorbanan yang akan dipertimbangkan oleh mahasiswa akuntansi bila kelak
berkarier sebagai akuntan publik (berkurangnya waktu bersama keluarga, jam kerja yang
panjang, dan biaya yang cukup besar bila mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik
(USAP)) dan faktor kemampuan yang diperlukan untuk menjadi akuntan publik (pengetahuan
akuntansi yang memadai, kemampuan berkomunikasi, kemampuan interpersonal, dan
kemampuan untuk bekerja di bawah tekanan). Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan kontrol
perilaku persepsian berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat mahasiswa
akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik. Hasil ini mengindikasikan niat berperilaku
seseorang dipengaruhi oleh kontrol perilaku persepsian (KPP) yang mereka miliki artinya bila
tingkat KPP seseorang cukup tinggi (dalam hal ini mereka percaya memiliki sumber daya dan
kesempatan untuk mewujudkan perilaku) maka ada kecenderungan niat mereka untuk
menampilkan perilaku semakin tinggi (Ajzen, 1991 dan Jogiyanto, 2008).
Berdasarkan jawaban responden atas indikator pertanyaan kontrol perilaku persepsian
menunjukkan mayoritas mahasiswa akuntansi memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi
dalam hal kemampuan yang diperlukan untuk menjadi seorang akuntan publik, antara lain
pengetahuan akuntansi yang memadai, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan
interpersonal (kemampuan yang memungkinkan seorang akuntan untuk bekerja bersama yang
lain demi kepentingan organisasi (Chaker dan Abdullah, 2011)), serta kemampuan untuk
bekerja di bawah tekanan yang tinggi. Namun demikian, mayoritas mahasiswa akuntansi juga
menyetujui bila kelak mereka bekerja sebagai akuntan publik, mereka akan bekerja dalam
waktu yang panjang sehingga mengurangi waktu bersama keluarga. Hasil ini
mengindikasikan bahwa meskipun mahasiswa akuntansi memiliki persepsi dan sikap yang
positif terhadap profesi akuntan publik, hal itu tetap tidak memengaruhi niat mahasiswa
22
akuntansi untuk melanjutkan karier sebagai akuntan publik karena mahasiswa akuntansi juga
mempertimbangkan faktor lain di luar sikap yaitu faktor kesulitan atau pengorbanan dan
faktor kemampuan yang diperlukan oleh seorang akuntan publik (Bagozzi et al., 1989; Ajzen,
1991; Hidayat dan Nugroho, 2010).
...People’s behavior is strongly influenced by their confidence in their ability to performit (i.e., by perceived behavioral control). The more resources and opportunitiesindividuals believe they possess, and the fewer obstacles or impediments theyanticipate, the greater should be their perceived control over the behavior. Perceivedbehavioral control, together with behavioral intention, can be used directly to predictbehavioral achievement. (Ajzen, 1991)
Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa niat
mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai certified public accountant (CPA) mampu
diprediksi berdasarkan opportunity cost (sebagai konstruk kontrol perilaku persepsian)
menjadi CPA (Sugahara dan Boland, 2006). Armitage dan Conner (2001) juga mendukung
bahwa konstruk kontrol perilaku persepsian memiliki korelasi yang kuat dan signifikan
terhadap niat dan perilaku.
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa akuntansi menunjukkan
persepsi dan sikap yang positif pada profesi akuntan publik, namun hasil tersebut
justru tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap niat mahasiswa
akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik. Persepsi yang positif tersebut
kemungkinan berasal dari pengetahuan, informasi, opini dari pihak tertentu, dan
pengalaman masa lalu yang terakumulasi selama masa kuliah mereka. Hasil ini
diduga karena adanya faktor nonsikap yang didukung dua variabel lain yang
menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap niat mahasiswa
akuntansi untuk melanjutkan karier sebagai akuntan publik yaitu norma subjektif dan
kontrol perilaku persepsian. Selain itu, jumlah responden yang tidak seimbang dalam
penelitian ini (62% responden adalah mahasiswi) dapat menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan hasil penelitian ini inkonsisten dengan hasil penelitian-penelitian
sebelumnya. Hasil ini mengindikasikan bahwa niat seseorang untuk berperilaku tidak
semata-mata dilandasi oleh sikapnya terhadap sesuatu.
2. Hasil penelitian menunjukkan norma subjektif berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan
publik. Hasil penelitian ini mengindikasikan semakin tinggi tekanan sosial yang
diterima oleh mahasiswa akuntansi, semakin kuat pula niat mahasiswa akuntansi
untuk melanjutkan karier sebagai akuntan publik.
23
3. Hasil penelitian menunjukkan kontrol perilaku persepsian berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan
publik. Hasil ini mengindikasikan niat berperilaku seseorang dipengaruhi oleh
kontrol perilaku persepsian (KPP) yang mereka miliki artinya bila tingkat KPP
seseorang cukup tinggi (dalam hal ini mereka percaya memiliki sumber daya dan
kesempatan untuk mewujudkan perilaku) maka ada kecenderungan niat mereka
untuk menampilkan perilaku semakin tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan
theory of planned behavior (TPB) mampu memprediksi niat mahasiswa akuntansi
untuk berkarier sebagai akuntan publik.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin perlu diperbaiki pada
penelitian selanjutnya, antara lain:
1. Pengaruh dari faktor persepsi dan sikap pada profesi akuntan publik yang ternyata
tidak signifikan dapat dikarenakan kesalahan peneliti dalam memasukkan indikator-
indikator faktor persepsi suatu profesi atau lebih tepatnya nilai intrinsik profesi
menjadi faktor sikap sehingga sulit menginterpretasikan hasil terkait dengan theory
of planned behavior (TPB).
2. Proporsi jumlah responden yang tidak seimbang yaitu 62% responden lebih
didominasi oleh mahasiswi, sementara sisanya 38% adalah mahasiswa. Hal ini
diduga kuat menjadi penyebab hasil penelitian yang bias atau hasil penelitian
menjadi tidak signifikan.
3. Adjusted R2 yang hanya sebesar 0,278 mengindikasikan bahwa niat mahasiswa
akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik mampu dijelaskan oleh faktor
persepsi dan sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian hanya sebesar
27,8%. Hal ini menunjukkan masih banyak faktor lain yang belum diteliti dan
faktor-faktor tersebut berpeluang untuk lebih menjelaskan faktor-faktor apa sajakah
yang sebenarnya memengaruhi niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai
akuntan publik.
4. Penelitian ini masih sebatas membuktikan pengaruh dari persepsi dan sikap pada
profesi akuntan publik, norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian terhadap
niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik secara empiris,
namun belum berhasil mengungkap apakah faktor-faktor tersebut benar-benar
berimplikasi pada perilaku aktual dari mahasiswa akuntansi untuk berkarier pada
profesi akuntan publik.
5.3 Saran
Dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada, saran-saran yang dapat diberikan
untuk penelitian sejenis selanjutnya, antara lain:
24
1. Variabel persepsi dan sikap dapat dimodifikasi ulang dengan menetapkan variabel
sikap yang lebih tepat. Analisis lebih mendalam terhadap variabel norma subjektif
dan kontrol perilaku persepsian, serta penambahan faktor penelitian lain seperti
faktor moral dan personalitas masih dimungkinkan serta perlu untuk dilakukan
sehingga lebih dapat menjelaskan sebenarnya faktor-faktor apa sajakah yang
memengaruhi niat mahasiswa akuntansi untuk berkarier sebagai akuntan publik.
2. Pada penelitian yang selanjutnya sebaiknya tidak hanya mengandalkan metode
survei dengan kuesioner, akan tetapi melengkapi dengan wawancara face to face
dengan responden untuk mendapatkan informasi yang lebih detail yang menunjang
hasil penelitian.
3. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya menganalisis persepsi dari
mahasiswa saja, akan tetapi melibatkan alumnus yang telah bekerja pada suatu
profesi, terutama akuntan publik, sehingga diperoleh gambaran nyata mengapa
mereka memutuskan atau tidak memutuskan berkarier pada profesi akuntan publik.
Bagi pihak akademisi sebaiknya memfasilitasi praktik kerja lapangan, magang
(internship), atau kegiatan sejenisnya guna memberikan keahlian akademik dan gambaran
nyata dunia kerja pada mahasiswa akuntansi. Bila hal tersebut sulit dilakukan, pihak
akademisi dapat mendesain simulasi praktik kerja akuntan dan auditor pada kegiatan
laboratorium akuntansi sehingga muatan kasus nyata dalam penyampaian materi perkuliahan
dapat lebih dipahami mahasiswa akuntansi. Simulasi yang diberikan sebaiknya tidak berhenti
pada pemberian soal-soal latihan dan pemberian nilai saja, akan tetapi pembahasan materi
tersebut juga penting dilakukan (crosscheck). Dengan demikian, diharapkan lulusan sarjana
akuntansi tidak hanya menguasai teori akuntansi secara text book, akan tetapi mengerti juga
praktik kerja lapangan sehingga kualitas lulusan sarjana akuntansi tidak lagi dipandang
sebelah mata oleh para job recruiter.
25
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukriy dan Syukur Selamat. 2002. “Persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadapProfesi Akuntansi Publik: Sebuah Studi Empiris”. Media Riset Akuntansi, Auditing,dan Informasi, Vol. 2, No. 1, h. 66-90.
Achmat, Zakarija. 2010. “Theory of Planned Behavior, Masihkah Relevan?”http://zakarija.staff.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_112. pdf, diakses12 Desember 2011.
Adityasih, Tia, 2010, “IAPI Usulkan Pembentukan Lembaga Independen Pengawas”. MediaKeuangan, Vol. 5, No. 36, h. 12-14.
Ahmadi, Mohammad, Marilyn M. Helms, dan Patricia Nodoushani. 1995. “A Factor-AnalyticApproach Profiling Job Selection Differences of Male and Female Accountants”.Managerial Auditing Journal, Vol. 10, No. 7, h. 17-24.
Ahmed, Kamran, Kazi Feroz Alam, dan Manzurul Alam. 1996. “An Empirical Study ofFactors Affecting Accounting Students’ Career Choice in New Zealand”. Journal ofAccounting Education, Vol. 6, No. 4, h. 325-335.
Ajzen, Icek. 1991. “The Theory of Planned Behavior”. Journal of Organizational Behaviorand Human Decision Processes, Vol. 50, h. 179-211.
Ajzen, Icek. 2001. “Nature and Operation of Attitudes”. Annual Review of Psychology, Vol.52, h. 27-58.
Amin, Hanudin, Abdul Rahim Abdul Rahman, dan T. Ramayah. 2009. “What MakesUndergraduate Students Enroll into an Elective Course? The Case of IslamicAccounting”. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance andManagement, Vol. 2, No. 4, h. 289-304.
Anbarini, Ratih. 2012. “Pasar bagi Akuntan Publik sangat Besar”.http://www.unpad.ac.id/archives/6570, diakses 16 April 2012.
Aprilyan, Lara Absara. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansidalam Pemilihan Karir menjadi Akuntan Publik (Studi Empiris pada MahasiswaAkuntansi UNDIP dan Mahasiswa Akuntansi UNIKA)”. Skripsi TidakDipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
Armitage, Christopher J. dan Mark Conner. 2001. “Efficacy of the Theory of PlannedBehaviour: A Meta-Analytic Review”. British Journal of Social Psychology, Vol. 40,h. 471-499.
Bagozzi, Richard P., Johann Baumgartner, dan Youjae Yi. 1989. “An Investigation into theRole of Intentions as Mediators of the Attitude-Behavior Relationship”. Journal ofEconomic Psychology, Vol. 10, h. 35-62.
Carr, Jon C. dan Jennifer M. Sequeira. 2006. “Prior Family Business Exposure asIntergenerational Influence and Entrepreneurial Intent: A Theory of Planned BehaviorApproach”. Journal of Business Research, Vol. 60, h. 1090-1098.
Chaker, Mohammed Naim dan Tengku Akbar Tengku Abdullah. 2011. “What AccountancySkills are Acquired at College?”. International Journal of Business and SocialScience, Vol. 2, No. 18, h. 193-199.
26
Dalton, Derek W. 2010. “A More Comprehensive Whistleblower Model: an Expansion of theSchultz et al. (1993) Model”. Dissertation of Texas Tech University.
Dharmmesta, Basu Swastha. 1998. “Theory of Planned Behaviour dalam Penelitian Sikap,Niat, dan Perilaku Konsumen”. Kelola, Vol. 7, No. 18, h. 85-103.
Felton, Sandra, Tony Dimnik, dan Margot Northey. 1995. “A Theory of Reasoned ActionModel of the Chartered Accountant Career Choice”. Journal of Accounting Education,Vol. 13, No. 1, h. 1-19.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hendrati, Ignatia Martha dan Hera Aprilianti. 2009. “Analisis Faktor Ekonomi yangMempengaruhi Tingkat Kemiskinan pada saat Krisis di Kota Surabaya”. Jurnal RisetEkonomi dan Bisnis, Vol. 9, No. 1, h. 29-39.
Hidayat, Widi dan Argo Adhi Nugroho. 2010. “Studi Empiris Theory of Planned Behaviordan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak Wajib PajakOrang Pribadi”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12, No. 2, h. 82-93.
Ismail, Verni Yuliaty dan Efendy Zain. 2008. “Peranan Sikap, Norma Subjektif, danPerceived Behavioral Control terhadap Intensi Pelajar SLTA untuk Memilih FakultasEkonomi”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 5, No. 3, h. 237-257.
Januarti, Indira dan Niken Andini Nimastuti. 2005. “Faktor-Faktor yang MempengaruhiMinat Mahasiswa Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)”.Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 2, No. 1, h. 105-122.
Jogiyanto, H.M. 2008. Sistem Informasi Keperilakuan. 2 ed. Yogyakarta: Andi.
Koesworo, Ec. Yulius, Siprianus S. Sina, dan B. Diana Nugeraheni. 2006. “Motivasi BerwiraUsaha di Kalangan Mahasiswa: Aplikasi Theory of Planned Behavior”. Ekuitas, Vol.11, No. 2, h. 269-291.
Kurnia. 2009. “Perbedaan Persepsi tentang Karier di Kantor Akuntan Publik antaraMahasiswa dan Staf Kantor Akuntan Publik”. Ekuitas, Vol. 13, No. 2, h. 199-218.
Law, Philip K. 2010. “A Theory of Reasoned Action Model of Accounting Students’ CareerChoice in Public Accounting Practices in the Post-Enron”. Journal of AppliedAccounting Research, Vol. 11, No. 1, h. 58-73.
Lisnasari, Riani Nurainah. 2008. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat MahasiswaAkuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (Studi Empiris diUniversitas Indonesia)”, The Second Accounting Conference, First DoctoralColloquium, and Accounting Workshop Depok, h. 1-31.
Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. 2 ed. Jakarta: Salemba Empat.
Machfoedz, Mas’ud. 1998. “Survey Minat Mahasiswa untuk Mengikuti Ujian SertifikasiAkuntan Publik (USAP)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 13, No. 4, h.110-124.
Miladia, Novita. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tax Compliance WajibPajak Badan pada Perusahaan Industri Manufaktur di Semarang”. Skripsi TidakDipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
27
Mulyadi. 2002. Auditing. 6 ed. Jakarta: Salemba Empat.
Puji, Siwi Tri. 2011. “Kata Bank Dunia, Indonesia Perlu Tambah Jumlah Akuntan”.http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/11/11/14/lun4n3-kata-bank-dunia-indonesia-perlu-tambah-jumlah-akuntan, diakses 16 April 2012.
Rahayu, Sri, Doddy Setiawan, dan Eko Arief Sudaryono. 2003. “Persepsi MahasiswaAkuntansi mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir”, SimposiumNasional Akuntansi VI, h. 821-838.
Rasmini, Ni Ketut. 2007. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Keputusan PemilihanProfesi Akuntan Publik dan Nonakuntan Publik pada Mahasiswa Akuntansi di Bali”.Buletin Studi Ekonomi, Vol. 12, No. 3, h. 351-363.
Sarwono, Jonathan. 2010. PASW Statistics 18 Belajar Statistik menjadi Mudah dan Cepat.Yogyakarta: Andi.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. 4 ed. Jakarta: Salemba Empat.
Setiadji, Bambang dan R. Sudiarto. 2008. “Analisis Permintaan terhadap PerumahanBersubsidi di Kota Surakarta (Studi pada Bank BTN dan Bank BTN Syariah CabangSolo)”. Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, No. 1, h. 1-22.
Sugahara, Satoshi dan Gregory Boland. 2006. “Perceptions of the Certified PublicAccountants by Accounting and Non-accounting Tertiary Students in Japan”. AsianReview of Accounting, Vol. 14, No. 1/2, h. 149-167.
Yendrawati, Reni. 2007. “Persepsi Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir sebagai Akuntan”. Fenomena, Vol. 5,No. 2, h. 176-192.
Yuliani. 2007. “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada SektorPerbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Manajemen dan BisnisSriwijaya, Vol. 5, No. 10, h. 15-43.
Zellweger, Thomas, Philipp Sieger, dan Frank Halter. 2010. “Should I Stay or should I Go?Career Choice Intentions of Students with Family Business Background”. Journal ofBusiness Venturing, h. 1-16.
Zyl, Cilliers van dan Charl de Villiers. 2011. “Why Some Students Choose to BecomeChartered Accountants (and Others Do Not)”. Meditari Accountancy Research, Vol.19, No. 1/2, h. 56-74.