135
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN T E S I S OLEH LAYLA FADHILAH RANGKUTI 157032077 PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 Universitas Sumatera Utara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS

IMMINENS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA PADANGSIDIMPUAN

T E S I S

OLEH

LAYLA FADHILAH RANGKUTI

157032077

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS

IMMINENS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA PADANGSIDIMPUAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)

dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan Kesehatan Reproduksi

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

LAYLA FADHILAH RANGKUTI

157032077

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

3

Judul Tesis : Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Abortus

Imminens Di Rumah Sakit Umum Daerahkota

Padangsidimpuan

Nama Mahasiswa : Layla Fadhilah Rangkuti

Nomor Induk Mahasiswa : 157032077

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Prof. dr. Delfi Lutan.,M.Sc., Sp.OG(K) Sri Rahayu Sanusi., S.K.M., M.Kes., Ph.D Ketua Anggota

Ketua Program Studi S2 Dekan

( Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D) (Prof. Dr. Dra Ida Yustina., M.Si)

Tanggal Lulus: 21 Agustus 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

4

Telah diuji

Pada tanggal : 21 Agustus 2017

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan., M.Sc., Sp.OG (K)

Anggota : 1. Sri Rahayu Sanusi., S.K.M., M.Kes., Ph.D

2. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M

3. Dr. Drs. R Kintoko Rochadi, M.K.M

Universitas Sumatera Utara

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

5

PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS

IMMINENS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA PADANGSIDIMPUAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 21 Agustus 2017

(Layla Fadhilah Rangkuti)

Universitas Sumatera Utara

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

6

ABSTRAK

Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman

terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan

hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per

jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus antara 15-20 % dari semua

kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.

Komplikasi abortus imminens berupa perdarahan atau infeksi yang dapat

menyebabkan kematian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Faktor-Faktor yang

Memengaruhi Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan. Jenis penelitian ini bersifat studi analitik observasional dengan

desain penelitian case control. Sampel kasus dan kontrol dalam penelitian ini

berjumlah 100 dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Metode

analisis data yang digunakan meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan chi-

square dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa secara signifikan kejadian abortus

imminens dipengaruhi oleh umur ibu, paritas, dan penyakit Ibu. Hasil analisis regresi

logistik menunjukkan faktor yang memiliki pengaruh paling dominan dengan

kejadian abortus imminens yaitu umur ibu dengan nilai OR 3,791, paritas dengan

nilai OR 6,304, dan penyakit Ibu dengan nilai OR 27,936.

Untuk mencegah terjadinya abortus imminens diharapakan kepada petugas

kesehatan khususnya bidan agar lebih meningkatkan ilmu dan keterampilan agar

dapat mendeteksi sedini mungkin terjadinya abortus imminens sehingga komplikasi

dapat diatasi dengan baik dan dapat memberikan penyuluhan atau konseling kepada

ibu hamil mengenai abortus imminens.

Kata Kunci : Ibu Hamil, Abortus Imminens

i

Universitas Sumatera Utara

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

7

ABSTRACT

Imminent abortion is the first stage abortion which becomes a threat. It is

identified by bleeding in the vagina, closed uterine ostium, and conception in the

womb is good. On the average, there are 114 cases of abortion per hour. Most of the

studies state that the incidence of abortion is 15-20% of all pregnancies. In reality,

however, it can be close to 50%. Complication in imminent abortion is bleeding or

infection which can cause death.

The objective of this research was to analyze some factors which influence the

incidence of imminent abortion in the Regional General Hospital, Padangsidimpuan.

The research used observational analytic study with case-control design. The samples

were 100 with inclusion and exclusion criteria. The data were analyzed by using

univariate analysis, bivariate analysis with chi square test, and multivariate analysis

with logistic regression test.

The result of the research showed that there was significant influence of

women’s age, parity, and illness on the incidence of abortion. The result of logistic

regression test showed that the variables which had dominant influence were age

(OR-value = 3.791, parity (OR-value = 6.304), and illness (OR-value = 27.936).

It is recommended that health care providers, particularly midwives, increase

their knowledge and skill in early detection of the incidence of abortion so that

complication can be handled properly. They should also provide counseling for

pregnant women about imminent abortion.

Keywords: Pregnant Women, Imminent Abortion

ii

Universitas Sumatera Utara

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

8

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dan segala puji

bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian

Abortus Imminens Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan”

Tesis ini dapat selesai dengan baik berkat limpahan rahmat dan karunia Allah

SWT, namun dalam penulisan tesis ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin megucapkan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu., S.H., M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra Ida Yustina., M.Si selaku Dekan Fakulatas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Etti Sudaryati., M.K.M., Ph.D selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Destanul Aulia., S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D selaku Sekretaris Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

iii

Universitas Sumatera Utara

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

9

5. Prof. dr. Delfi Lutan.,M.Sc., Sp.OG(K) selaku ketua komisi pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dan perhatian serta dorongan moril dalam

membimbing penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Sri Rahayu Sanusi., S.K.M., M.Kes., Ph.D selaku anggota komisi

pembimbing sekaligus inspirator penulis yang juga telah banyak meluangkan

waktu dan perhatian serta dorongan moril dalam membimbing penulis

menyelesaikan tesis ini.

7. DR. dr. Taufik Ashar., M.K.M selaku ketua komisi penguji yang telah

memberikan perhatian, bimbingan, dan saran perbaikan dalam penulisan tesis.

8. Dr. Drs. R Kintoko Rochadi., M.K.M selaku anggota komisi penguji yang

juga telah memberikan perhatian, bimbingan, dan saran untuk perbaikan tesis

yang lebih baik.

9. Seluruh dosen Program Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang sangat membantu penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

10. Seluruh karyawan administrasi Program Studi Pascasarjanan Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang

telah membantu kelancaran administrasi yang dibutuhkan penulis sampai

penyelesaian tesis.

iv

Universitas Sumatera Utara

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

10

11. dr. H. Aminuddin selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan dan dr. Irma Suluwanti Harahap selaku Wakil Direktur

Komite Klinik Dan Diklat yang membantu kelancaran pembuatan tesis ini.

12. Seluruh Karyawan dan Staf Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan yang juga telah banyak membantu dalam proses

pelaksanaan penelitian di lapangan.

13. Ucapan terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada Mama Hj. Duma

Sari Hasibuan dan Ayah Drs. H. Asmuni Rangkuti yang penulis banggakan

dan cintai yang telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi,

do’a dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga penulis

dapat menyelesaikan studi dengan baik.

14. Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis ucapkan kepada Bunda

Dermayun Hasibuan, Adek Nisa Aulia Nur Fadhilah, dan calon suami

Mustamin Tanjung., SST yang telah memberikan support dan motivasi serta

kesabaran dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan studi

dengan baik.

15. Teman-teman seperjuangan, Elvina, Anni Mardiah Pohan, Lisna Khairani

Nasution, Nindya Anggiani Sembiring, Nurma Junita dan seluruh teman-

teman Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Univeristas Sumatera

Utara, khususnya Minat Studi Kesehatan Reproduksi (Kespro B) atas bantuan

dan semangatnya dalam penyusunan tesis ini.

v

Universitas Sumatera Utara

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

11

16. Semua pihak yang telah turut serta membantu pembuatan tesis ini yang tidak

dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa

tesis ini tidak lepas dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan, oleh

karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam isi maupun

penulisan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin Ya Robbal

‘Alamiin...

Medan, 21 Agustus 2017

Penulis

Layla Fadhilah Rangkuti

157032077

vi

Universitas Sumatera Utara

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

12

RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Layla Fadhilah Rangkuti

Tempat Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 17 Mei 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Mandailing/ Indonesia

Anak ke : 1 (Satu)

Alamat : Jl. Sutan Soripada Mulia Gg. Melati 4 No. 8D,

Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan

II. DATA ORANG TUA

Nama Ayah : Drs. H. Asmuni Rangkuti

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Nama Ibu : Hj. Duma Sari Hasibuan, BA

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Sutan Soripada Mulia Gg. Melati 4 No. 8D,

Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1997-1998 : TK Kartika Candra Kirana 1-49 Padangsidimpuan

1998 – 2004 : SD Negeri 200117 Padangsidimpuan

2004 – 2007 : MTs Negeri 1 Model Padangsidimpuan

2007 – 2010 : MA Negeri 2 Model Padangsidimpuan

2010 – 2013 : Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Program

Studi Diploma III Kebidanan Padangsidimpuan

2013 – 2014 : STIKes Haji Sumatera Utara Program Studi

Diploma IV Bidan Pendidik

2015- 2017 : Universitas Sumatera Utara Program Studi

Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan

Reproduksi

vii

Universitas Sumatera Utara

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

13

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB 1: PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 9

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 10

1.4 Hipotesis .................................................................................. 10

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 11

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 12

2.1. Abortus ................................................................................... 12

2.1.1. Defenisi ......................................................................... 12

2.1.2. Etiologi ......................................................................... 13

2.1.3. Frekuensi ...................................................................... 16

2.1.4. Patofisiologis ................................................................ 17

2.1.5. Klasifikasi .................................................................... 18

2.1.6. Komplikasi ................................................................... 21

2.1.7. Penanganan .................................................................. 22

2.1.8. Dampak Psikologis Pada Ibu ....................................... 23

2.2. Abortus Imminens .................................................................. 24

2.2.1. Defenisi ......................................................................... 24

2.2.2. Etiologi ......................................................................... 25

2.2.3. Tanda Dan Gejala ......................................................... 32

2.2.4. Diagnosis ...................................................................... 32

2.2.5. Pemeriksaan Penunjang ................................................ 33

2.2.6. Pencegahan ................................................................... 34

2.2.7. Penanganan ................................................................... 36

2.3. Landasan Teori ...................................................................... 38

viii

Universitas Sumatera Utara

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

14

2.4. Kerangka Konsep .................................................................. 41

BAB 3: METODE PENELITIAN ........................................................... 42

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ..................................................... 42

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 43

3.3. Populasi dan Sampel .............................................................. 43

3.3.1 Populasi ......................................................................... 43

3.3.2 Sampel ........................................................................... 43

3.3.3 Besar Sampel ................................................................. 44

3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ........................................ 46

3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................... 47

3.5. Variabel Dan Defenisi Operasional ....................................... 47

3.5.1 Variabel Dependent ....................................................... 48

3.5.2 Variabel Independent .................................................... 48

3.6. Metode Pengukuran................................................................ 49

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependent .................. 49

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independent ................ 50

3.7. Metode Analisis Data ............................................................. 52

3.7.1. Analisis Univariat......................................................... 52

3.7.2. Analisis Bivariat ........................................................... 52

3.7.3. Analisis Multivariat ...................................................... 54

BAB 4: HASIL PENELITIAN ................................................................ 56

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 56

4.2. Hasil Analisis ......................................................................... 57

4.2.1. Analisis Univariat......................................................... 58

4.2.2. Analisis Bivariat ........................................................... 60

4.2.2.1. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Abortus

Imminens ........................................................ 61

4.2.2.2. Pengaruh Usia Kehamilan terhadap Kejadian

Abortus Imminens .......................................... 61

4.2.2.3. Pengaruh Paritas terhadap Kejadian Abortus

Imminens ........................................................ 62

4.2.2.4. Pengaruh Riwayat Abortus terhadap Kejadian

Abortus Immines ............................................ 62

4.2.2.5. Pengaruh Penyakit terhadap Kejadian Abortus

Imminens ........................................................ 62

4.2.3. Analisis Multivariat ...................................................... 63

ix

Universitas Sumatera Utara

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

15

BAB 5: PEMBAHASAN .......................................................................... 66

5.1. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Abortus Imminens ......... 66

5.2. Pengaruh Usia Kehamilan terhadap Kejadian Abortus

Imminens ................................................................................ .. 69

5.3. Pengaruh Paritas terhadap Kejadian Abortus Imminens ........ .. 71

5.4. Pengaruh Riwayat Abortus terhadap Kejadian Abortus

Imminens ................................................................................... 74

5.5. Pengaruh Penyakit Ibu terhadap Kejadian Abortus

Imminens ................................................................................ .. 78

5.6. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 81

BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 82

6.1. Kesimpulan................................................................................ 82

6.2. Saran .......................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 85

LAMPIRAN

x

Universitas Sumatera Utara

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

16

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Data Kejadian Abortus Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan Tahun 2013-2016 ................................................ 7

3.3.3 Nilai Odd Rasio Untuk Setiap Variabel ........................................... 45

3.6. Aspek Pengukuran Variabel Dependent dan Variabel

Independent ...................................................................................... 50

4.2.1 Karakteristik Ibu Hamil Dengan Abortus Imminens di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan ................................... 58

4.2.2.1 Distribusi Pengaruh Umur Ibu, Usia Kehamilan, Paritas,

Riwayat Abortus, dan Penyakit Ibu terhadap Kejadian Abortus

Imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan . 60

4.2.3 Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Untuk Identifikasi Variabel

yang Akan Masuk Dalam Model .................................................... 63

xii

Universitas Sumatera Utara

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

17

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.3. Kerangka Teori ....................................................................................... 40

2.4. Kerangka Konsep.................................................................................... 41

3.1. Skema Dasar Studi Kasus-Kontrol ......................................................... 42

xiii

Universitas Sumatera Utara

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

18

DAFTAR ISTILAH

Abortus : Keguguran

AKI : Angka Kematian Ibu

Amenorea : Tidak terjadinya haid minimal 3 bulan berturut-turut

Antibiotika : Segolongan Molekul, baik alami maupun efek menekan atau

menghentikan suatu proses biokimia didalam organisme,

khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri

Alfibrinogenia : Kelainan Sistem Pembekuan darah

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Dilatasi dan Kuretase : Operasi rahim untuk wanita dengan masalah menstruasi,

hamil, keguguran, atau polip

Fetus : Janin

hCG : Human Chorionic Gonadotropin yaitu hormon yang

diproduksi pada masa kehamilan

Hemorrhage : Perdarahan

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

IUGR : Intrauterine Growth Restriction

KPD : Ketuban Pecah Dini

O2 : Oksigen

Pb : Lambang dari unsur kimia Timbal

Pneumonia : Radang Paru-Paru

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

Serviks : Leher rahim

SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia

Stolsel : Darah beku

Syok : Merupakan kondisi medis yang mengancam nyawa yang

terjadi ketika tubuh tidak mendapat cukup aliran darah

Syok Hemoragik : Syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak

USG : Ultrasonografi

Uterotonika : Obat-obat yang memberikan pengaruh kontraksi pada rahim

Uterus : Rahim

V.T : Vagina Toucher (Pemeriksan Dalam Pada Vagina)

WHO : World Health Organization

Zigot : Sel yang terbentuk sebagai hasil bersatunya dua sel kelamin

xiv

Universitas Sumatera Utara

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

19

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Studi Pendahuluan

Lampiran 2 Surat Balasan Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 5 Lembar Kesediaan Komisi Pembimbing

Lampiran 6 SK Pengangkatan Komisi Pembimbing Tesis Mahasiswa

Lampiran 7 Lembar Instrumen Penelitian

Lampiran 8 Lembar Status Resume Medis Pasien RSUD Kota Padangsidimpuan

Lampiran 9 Lembar Status Kebidanan Dan Kandungan Pasien RSUD Kota

Padangsidimpuan

Lampiran 10 Data Kasus

Lampiran 11 Data Kontrol

Lampiran 12 Master Data

Lampiran 13 Lembar SPSS Univariat

Lampiran 14 Lembar SPSS Analisis Bivariat

Lampiran 15 Lembar SPSS Analisis Multivariat

xv

Universitas Sumatera Utara

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh

masyarakat saat ini, apalagi yang tengah menimpa kaum wanita. Kesehatan

reproduksi wanita adalah hal yang sangat perlu diperhatikan menimbang bahwa

wanita adalah makhluk yang unik. Wanita dalam siklus hidupnya mengalami tahap-

tahap kehidupan, diantaranya dapat hamil dan melahirkan.

Menurut World Health Organization (WHO), lima penyebab kematian ibu

terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama/macet,

dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih di dominasi oleh tiga penyebab utama

kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi.

Pada siklus hidupnya, wanita mengalami tahap-tahap kehidupan di antaranya

dapat hamil dan melahirkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tapi

tidak jarang yang mengalami abortus. Abortus didefenisikan sebagai keluarnya hasil

konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari

1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (Rukiyah, 2010).

Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah ancaman

atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari

500 gram (Prawirohardjo, 2014).

1

Universitas Sumatera Utara

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

2

Abortus Imminens adalah terjadinya perdarahan bercak yang menunjukan

ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini

kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan perdarahan

bercak hingga sedang, serviks tertutup (karena pada saat pemeriksaan dalam belum

ada pembukaan), uterus sesuai usia gestasi, kram perut bawah, nyeri memilin karena

kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, tidak ditemukan kelainan pada serviks

(Rukiyah, 2010).

Abortus imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan

menyebabkan beban emosional serius, terjadi satu dari lima kasus dan meningkatkan

risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah (BBLR),

kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD) namun

tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Diagnosis abortus imminens

ditentukan karena terjadi perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri

eksternum, disertai nyeri perut sedikit atau tidak sama sekali, serviks tertutup, dan

janin masih hidup (Prawirohardjo, 2014).

Risiko abortus imminens semakin tinggi dengan bertambahnya paritas dan

semakin bertambahnya usia ibu dengan asumsi bahwa semakin tinggi paritas maka

semakin tinggi angka kejadian abortus dan semakin rendah paritas

maka angka kejadian abortus akan semakin rendah. Komplikasi yang berbahaya pada

abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok. Selain risiko secara fisik, wanita

yang mengalami abortus juga akan mengalami risiko psikologis seperti adanya

konflik dalam pengambilan keputusan, bersikap mendua dan ragu-ragu dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

3

membuat keputusan, merasa ditekan atau dipaksa, merasa tidak kuasa memutuskan

atau merasa berhak memilih (Rukiyah, 2010).

Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan

kejadian abortus antara 15-20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh

kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya

angka chemical pregnancy loss yang tidak diketahui pada 2-4 minggu setelah

konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet,

misalnya sperma dan disfungsi oosit (Prawirohardjo, 2014).

WHO memperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia

Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara

750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina dan

antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand.

Di Amerika Serikat, angka kejadian abortus secara nasional berkisar antara

10–20%. Menurut Depkes RI di Indonesia abortus menempati urutan kedua penyebab

AKI yaitu sebanyak 26%, di Indonesia terdapat 43 kasus abortus per 100 ribu

kelahiran hidup. Kejadian abortus di Indonesia paling tinggi di Asia Tenggara, yaitu

sebesar dua juta dari 4,2 juta kasus.

Di Indonesia angka kematian Ibu (AKI) menurut survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012 meningkat menjadi 359 kematian per 100 000 kelahiran

hidup. Kejadian abortus di Indonesia setiap tahun terjadi 2 juta kasus. Ini artinya

terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

4

Menurut BKKBN dari laporan Australian Consortium For In Country

Indonesian Studies (2013) menunjukkan hasil penelitian di 10 kota besar dan 6

kabupaten di Indonesia terjadi 43% aborsi per 100 kelahiran hidup. Aborsi tersebut

dilakukan oleh perempuan di perkotaan sebesar 78% dan perempuan di pedesaan

sebesar 40%. Perempuan yang melakukan aborsi di daerah perkotaan besar di

Indonesia umumnya berusia remaja dari 15 tahun hingga 19 tahun. Umumnya aborsi

tersebut dilakukan akibat kecelakaan atau kehamilan yang tidak diinginkan

(Kusumawati, 2014).

Data kejadian abortus imminens di Klinik Bersalin Elvina Tanjung Sari

Medan diperoleh pada tahun 2011 sebanyak 10 orang, pada tahun 2012 sebanyak 25

orang, dan pada tahun 2013 sebanyak 23 orang. Data abortus imminens yang berakhir

menjadi abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi pada tahun 2012-2013 adalah

sebanyak 12 orang (Mariana, 2011).

Hasil penelitian Hamidah di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo

tahun 2011 diperoleh usia, paritas, usia kehamilan, dan riwayat abortus berhubungan

dengan abortus imminens. Variabel pendidikan tidak berhubungan dengan kejadian

abortus imminens. Analisis multivariate menyatakan bahwa paritas > 3 berisiko 6,9

kali lebih besar dibandingkan paritas 1-3. Usia < 20 dan > 35 tahun berisiko 4 kali

lebih besar dibandingkan usia 20-35 tahun, riwayat abortus berisiko 4,2 kali lebih

besar dari ibu yang tidak memiliki riwayat abortus. Paritas merupakan faktor risiko

yang dominan terhadap kejadian abortus imminens.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

5

Hasil penelitian Mursyida (2011), didapatkan Ada hubungan bermakna antara

umur ibu dengan kejadian abortus imminens dari uji statistik didapatkan ρ value =

0,01, Ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian abortus

imminens dari uji statistik didapatkan ρ value = 0,03, Ada hubungan bermakna antara

paritas dengan kejadian abortus imminens dari uji statistik didapatkan ρ value =

0,002 di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

Berdasarkan hasil penelitian Yakistiran, dkk dengan meneliti 493 pasien

dengan diagnosis abortus imminens yang dirawat di Departemen Ginekologi dan

Obstetri Fakultas Kedokteran Universitas Ankara Turki antara tahun 2007 sampai

2015 didapatkan ada pengaruh yang merugikan dari usia ibu dan riwayat abortus

dengan abortus imminens dan berisiko terjadinya persalinan prematur, abortus, bayi

berat badan lahir rendah dan ketuban pecah dini pada kelompok abortus imminens.

Berdasarkan variabel penelitian terdahulu, ada beberapa faktor yang

berhubungan dengan kejadian abortus imminens, yaitu umur ibu, usia kehamilan,

paritas dan riwayat abortus. Namun peneliti tertarik untuk menambahkan variabel

penyakit ibu karena pada penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti tentang

hubungan penyakit ibu dengan kejadian abortus imminens.

Penyakit-penyakit ibu seperti penyakit infeksi yang menyebabkan demam

tinggi karena pneumonia, tifoid, pielitis, rubella, demam malta, dan sebagainya;

Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus

pada fetus; Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain, ibu yang asfeksia

seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi gravis; Malnutrisi,

Universitas Sumatera Utara

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

6

avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C, atau

E, dan diabetes melitus juga merupakan faktor penyebab terjadinya abortus imminens

(Mochtar, 2011).

Hampir 50% dari kehamilan berakhir dengan keguguran, jika kehamilan

berlanjut janin yang dilahirkan oleh ibu akan berakibat buruk seperti kelahiran

prematur, ketuban pecah dini, preeklamsia, solusio plasenta dan Intrauterine Growth

Restriction (IUGR) dapat terjadi. Hal ini juga diketahui bahwa usia ibu, penyakit

sistemik seperti diabetes mellitus, hipotiroidisme, pengobatan infertilitas, trombofilia,

berat badan ibu dan struktur rahim yang abnormal meningkatkan risiko abortus

imminens (Yakistiran dkk, 2016).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan merupakan

salah satu fasilitas kesehatan terbesar di Kota Padangsidimpuan. Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padangsdimpuan juga merupakan rumah sakit rujukan dari segala

daerah yang berada disekitar Pemerintahan Kota Padangsidimpuan seperti Pemkab

Mandailing Natal, Pemkab Tapanuli Selatan, Pemkab Padang Lawas, Pemkab Padang

Lawas Utara, Pemkab Tapanuli Tengah dan Pemko Sibolga. Data kejadian Abortus

Imminens yang didapatkan dari studi pendahuluan di ruang Rekam Medik Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan periode tahun 2013-2016 disajikan pada

tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

7

Tabel 1.1. Data Kejadian Abortus Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsdimpuan Tahun 2013-2016

Tahun

Abortus

Inkomplitus Imminens Komplitus Missed Insipiens Provo

katus Jumlah

2013 57 12 4 2 - 1 76

2014 56 15 8 3 2 - 84

2015 50 21 2 1 3 - 78

2016 81 29 1 3 - - 114

Dari data di atas menunjukan terjadinya peningkatan jumlah kasus abortus

imminens dari tahun ke tahun di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Padangsidimpuan.

Berbeda dengan data yang didapatkan dari Ruang Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah di sekitar Pemerintahan Kota Padangsidimpuan, seperti di Rumah

Sakit Umum Daerah Panyabungan, jumlah kasus abortus imminens periode 1 Januari

- 31 Desember 2016 sebanyak 13 kasus. Di Rumah Sakit Umum Daerah Sipirok

jumlah kasus abortus imminens periode 1 Januari – 31 Desember sebanyak 3 kasus.

Data di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan jumlah kasus abortus imminens

periode 1 Januari – 31 Desember sebanyak 11 kasus. Dan data di Rumah Sakit Umum

Daerah Gunung Tua jumlah kasus abortus imminens periode 1 Januari – 31

Desember sebanyak 7 kasus. Sedangkan data yang diperoleh dari Rekam Medik

Rumah Sakit Haji Medan, kejadian abortus imminens periode 1 Januari – 31

Desember hanya sebanyak 9 kasus. Dengan demikian, karena angka kasus kejadian

abortus imminens tertinggi adalah di Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

8

dan belum pernah ada penelitian sebelumnya disana sehingga peneliti menetapkan

lokus penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan.

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman dalam kehamilan,

persalinan dan kelahiran yaitu 20-34 tahun. Frekuensi abortus yang secara klinis

bertambah 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26%

pada wanita yang berumur diatas 40 tahun. Risiko abortus juga meningkat seiring

dengan paritas. Paritas lebih dari 3 termasuk risiko tinggi terjadinya abortus

(Cunningham dkk, 2014).

Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor risikonya meliputi usia

dan riwayat abortus berulang. Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus berulang

karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil

sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan

janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan

berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom dan penyakit kronis

(Manuaba, 2013).

Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan,

infeksi, dan eklamsia namun sebenarnya abortus juga merupakan penyebab kematian

ibu, hanya saja muncul dalam bentuk perdarahan dan sepsis. Meskipun secara umum

diakui bahwa kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi abortus sering tidak

muncul dalam laporan kematian dalam sistem statistik vital di Amerika Serikat akan

tetapi ada hampir 200 negara di mana prosedur abortus dilegalkan dan diperkirakan

hampir 45-50 juta kasus dilaporkan setiap tahun di seluruh dunia, tetapi tidak ada

Universitas Sumatera Utara

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

9

negara yang melaporkan komplikasi aborsi tersebut sebagai kematian. Semakin

tingginya angka kejadian abortus dapat meningkatkatkan angka morbiditas ibu

bahkan angka mortalitas ibu (Studnicki dkk, 2016).

Abortus imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan

menyebabkan beban emosional serius, yang dapat meningkatkan risiko keguguran,

kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah (BBLR), kematian perinatal,

perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD). Apabila Abortus Imminens

tidak diberi penanganan yang tepat dan sesuai dengan prosedur maka akan terjadi

komplikasi yang menyebabkan meningkatnya angka morbiditas ibu. Dan apabila

komplikasi tersebut tidak juga diberi penangan yang tepat maka bisa saja terjadi

kematian pada ibu yang akan meningkatkan angka mortalitas ibu. Terlalu sedikit

informasi yang di dapat oleh ibu baik di praktek umum maupun di fasilitas kesehatan

lainnya mengenai alasan mengapa abortus terjadi serta akibatnya pada kehamilan

yang akan datang.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Abortus Imminens di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dilihat bahwa adanya peningkatan

kejadian abortus imminens periode 2015-2016. Hal ini akan menjadi penyebab

tingginya angka morbiditas pada ibu yang mengalami abortus. Berdasarkan rumusan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

10

masalah di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Faktor-Faktor

apakah yang memengaruhi Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padangsidimpuan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Faktor-Faktor yang

Memengaruhi Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan.

1.4. Hipotesis

1. Ada pengaruh umur ibu dengan Kejadian Abortus Imminens di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

2. Ada pengaruh usia kehamilan dengan Kejadian Abortus Imminens di

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

3. Ada pengaruh paritas dengan Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

4. Ada pengaruh riwayat abortus dengan Kejadian Abortus Imminens di

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

5. Ada pengaruh penyakit dengan Kejadian Abortus Imminens di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

11

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini menjadi sumber informasi bagi masyarakat terutama kalangan

wanita dan para ibu hamil mengenai Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian

Abortus khususnya abortus Imminens dan dapat mencegah agar kejadian abortus

tidak terjadi atau terulang lagi pada kehamilan berikutnya dan nantinya diharapkan

anak akan lahir dengan selamat, sehat serta diharapkan dapat menurunkan angka

kejadian abortus.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abortus

2.1.1 Defenisi

Abortus didefenisikan sebagai keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu

hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur

kehamilan kurang dari 28 minggu (Rukiyah, 2010). Sedangkan menurut

Prawirohardjo (2014) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup

diluar kandungan. Di bawah ini dikemukakan beberapa defenisi para ahli tentang

abortus :

1. Eastman : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana

fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan

apabila fetus ini belum terletak antara 400-1000gr atau usia kehamilan

kurang dari minggu.

2. Jeffcoat : Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia

kehamilan 28 minggu yaitu fetus belum berkembang (variable by law)

3. Hoimer : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16

dimana proses plantasi belum selesai (Mochtar, 2011).

12

Universitas Sumatera Utara

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

13

Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat

bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum

mencapai 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada

wanita yang sedang hamil, dengan adanya peralatan USG sekarang dapat diketahui

bahwa abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena

kegagalan perkembangan janin dimana gambaran USG menunjukkan kantong

kehamilan yang kosong. Sedangkan jenis yang kedua adalah abortus karena kematian

janin, dimana janin tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung

atau pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan (Rukiyah, 2010)

2.1.2 Etiologi

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan abortus antara lain :

1. Kelainan Ovum

Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering

menyebakan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000

abortus spontan, maka 48,9 disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2

% disebabkan oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena

plasenta yang abnormal.

Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili.

Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum

berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,

Universitas Sumatera Utara

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

14

artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar

kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%)

2. Kelainan Genitalia Ibu

Misalnya pada ibu yang menderita:

• Anomali kongenital (Hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain)

• Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata

• Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum

yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau esterogen,

endometritis mioma submukosa

• Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)

• Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.

3. Gangguan Sirkulasi Plasenta

Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,

toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis karena lues.

4. Penyakit-Penyakit Ibu

Misalnya pada:

• Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi karena pneumonia,

tifoid, pielitis, rubella, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus

dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus

pada fetus.

• Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain

Universitas Sumatera Utara

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

15

• Ibu yang asfeksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru

berat, anemi gravis.

• Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,

kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.

5. Antagonis Rhesus

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah

fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya

fetus.

6. Terlalu Cepatnya Korpus Luteum Menjadi Atrofis; atau faktor serviks,

yaitu inkompetensi serviks, sevisitis.

7. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi

Misalnya sangat terkejut, obat-obatan uterotonika, ketakutan, laparotomi,

dan lain-lain. Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus:

selaput janin rusak langsung atau karena instrumen, benda, dan obat-

obatan.

8. Penyakit Bapak

Umur lanjut, penyakit kronis seperti: TBC, anemi, dekompensasis kordis,

malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dan lain-lain)

sinar rontgen, avitaminosis. (Mochtar, 2011)

Universitas Sumatera Utara

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

16

2.1.3 Frekuensi

Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak

yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan

tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga

biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui,

15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari

pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan, dan

sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan

(Prawirohardjo, 2014).

Menurut SIEGLER dan EASTMAN, abortus terjadi pada 10% kehamilan.

Rumah Sakit Pirngadi Medan juga mendapati angka 10% dari seluruh kehamilan.

Menurut EASTMAN 80% dari abortus terjadi pada bulan ke 2-3 kehamilan,

sementara SIMENS mendapatkan angka 76% (Mochtar, 2011).

Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan

kejadian abortus antara 15-20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh

kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya

angka chemical pregnancy loss yang tidak diketahui pada 2-4 minggu setelah

konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet,

misalnya sperma dan disfungsi oosit. Pada tahun 1988 Wilcox dan kawan-kawan

melakukan studi terhadap 221 perempuan yang diikuti selama 707 siklus haid total.

Didapatkan total 198 kehamilan, dimana 43 (22%) mengalami abortus sebelum saat

haid berikutnya (Prawirohardjo, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

17

2.1.4 Patofisiologis

Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh

nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas.

Karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya.

Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena

villi korealis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-

14 minggu telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan

tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan (Mochtar, 2011).

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada

kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk

yang jelas (bleghted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed aborted).

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singka, maka ia dapat

diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini dinamakan mola krenta, bentuk ini menjadi

mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi,

sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberosa dalam

hal ini amnion tampak ber benjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan

khorion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses

modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang karena diserap.

Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis

(Rukiyah, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

18

2.1.5 Klasifikasi

Abortus dapat dibagi atas dua golongan:

1. Abortus Spontan, adalah abortus yang terjadi tidak didahului faktor-faktor

mekanik atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah

(20% dari semua abortus). Klinis Abortus Spontan dapat dibagi atas:

a) Abortus Kompletus (Keguguran Lengkap), artinya seluruh hasil

konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim

kosong. Terapi hanya dengan uterotonika

b) Abortus Inkompletus (Keguguran Bersisa), hanya sebagian dari

hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua

atau plasenta.

Gejala: Didapati antara lain adalah amenorea, sakit perut, dan

mulas-mulas; perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, dan

biasanya berupa stolsel (darah beku); suadah ada keluar fetus atau

jaringan; pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus

provokatus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli, sering

terjadi infeksi, pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang

baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba

sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta

uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.

Terapi: Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan

pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian keluarkan

Universitas Sumatera Utara

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

19

jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase.

Setelah itu beri obat-obat uterotonika dan antibiotika.

c) Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung), adalah abortus

yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan

ketuban teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Terapi

seperti abortus inkompletus

d) Abortus Imminens (Keguguran membakat), keguguran membakat

dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat

dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan

antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa

minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih

baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut

negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret)

e) Missed Abortion, adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi

tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan

atau lebih. Fetus yang meninggal ini bisa keluar dengan sendirinya

dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati; bisa diresorbsi kembali

sehingga hilang; bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut

fetus papyraceus; atau bisa jadi mola karnosa dimana fetus yang

sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air

ketubannya diresorbsi.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

20

Gejala: dijumpai amenorea; perdarahan sedikit-sedikit yang

berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak

bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada

gejala-gejala kehamilan belakangan menghilang, diiringi dengan

reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah

fetus mati. Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah

sedikit. Sekali-sekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.

Terapi: berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus

dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan

dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior.

Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.

Komplikasi: bisa timbul hipo atau afibrinogenia. Fetus yang sudah

mati begitu melekatnya pada dinding rahim sehingga sulit sekali

untuk dilakukan kuretase.

f) Abortus Habitualis (Keguguran berulang), adalah keadaan dimana

penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.

Menurut HERTIG abortus spontan terjadi 10% dari kehamilan dan

abortus habitualis 3,6-9,8% dari abortus spontan. Apabila seorang

penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka

optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah

sekitar 63%. Apabila abortus 3 kali berturut-turut, maka

kemungkinan kehamilan ke-4 berjalan normal hanya 16%.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

21

g) Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik, Abortus Infeksiosus

adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus septik

adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman

atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini

sering ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus buatan,

terutama yang kriminalis tanpa memperthatikan syarat-syarat

asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi

perforasi rahim.

2. Abortus Provokatus (induced abortion), adalah abortus yang disengaja,

baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi

lagi menjadi:

a) Abortus Medisinalis (abortus therapeutica), adalah abortus karena

tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat

membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu

mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

b) Abortus Kriminalis, adalah yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan

yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

(Mochtar, 2011)

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi,

dan syok.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

22

1. Perdarahan (hemorrhage), dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari

sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.

Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak

diberikan pada waktunya.

2. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hipertrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati

dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi

dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi/perlu histerektomi. Perforasi

uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan

persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula

terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan

atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan

untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-

tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

3. Infeksi dalam uterus dan adexa dapat terjadi dalam setiap abortus, tetapi

biasanya didapatkan pada abortus inkomplitus yang berkaitan erat dengan

suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion).

4. Syok, pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

infeksi berat atau sepsis (syok septik atau endoseptik) (Rukiyah, 2010).

2.1.7 Penanganan

Secara umum penanganan dilakukan sebelum melakukan penanganan secara

khusus/spesifik lakukan penanganan awal terlebih dahulu antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

23

1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk

tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan, dan suhu).

2. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan

sistolik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih cepat lebih dari 112 kali/menit)

3. Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika tidak

terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat

penolong melakukan evakuasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya

dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk

memulai penanganan syok dengan segera.

4. Jika pasien dengan keadaan syok pikiran kemungkinan kehamilan ektopik

terganggu

5. Pasang infus dengan jarum besar (16 G atau lebih besar), berikan larutan

garam fidiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 ml dalam 2

jam pertama). Kemudian setelah diketahui abortus apa yang terjadi segera

lakukan penanganan yang spesifik sesuai abortus yang terjadi.

2.1.8 Dampak Psikologis Pada Ibu

Selain risiko secara fisik, wanita yang mengalami abortus juga akan

mengalami risiko psikologis seperti adanya konflik dalam pengambilan keputusan,

bersikap mendua dan ragu-ragu dalam membuat keputusan, merasa ditekan atau

dipaksa, merasa tidak kuasa memutuskan (merasa berhak memilih).

Universitas Sumatera Utara

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

24

Oleh karena itu WHO pada tahun 1970, menyebutkan bahwa wanita yang

melakukan aborsi legal cenderung akan mengalami risiko tinggi gangguan kejiwaan

paska aborsi (post abortion syndrome) merupakan masalah kejiwaan yang terjadi

karena adanya sikap mendua dalam melakukan aborsi tetapi terlanjur dilakukan

sehingga akan menggunakan dua mekanisme pertahanan kejiwaan, yaitu represi dan

denial (pengingkaran diri).

Sehingga wanita yang mengalami post abortion syndrome akan mengalami

perasaan bersalah, merasa harga diri rendah, malu, insomnia, dan mimpi-mimpi

disertai mimpi buruk, sering melakukan kilas balik, adanya sikap permusuhan dan

pengarahan kesalahan pada pria, menjerit, berputus asa dan depresi (Rukiyah, 2010).

2.2 Abortus Imminens

2.2.1. Defenisi

Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,

ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih

baik dalam kandungan (Prawirohardjo, 2014).

Abortus imminens, yaitu terjadi perdarahan bercak yang menunjuk ancaman

terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini kehamilan masih

mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak hingga

sedang, serviks tertutup (karena pada saat pemeriksaan dalam belum ada

pembukaan), uterus sesuai usia gestasi, kram perut bawah karena kontraksi rahim

Universitas Sumatera Utara

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

25

kuat, akibat kontraksi uterus terjadi pembukaan, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi

(Rukiyah, 2010).

Abortus Imminens (Keguguran membakat), keguguran membakat dan akan

terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-

obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa

minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak.

Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus

dikosongkan (Mochtar, 2011).

2.2.2. Etiologi

Menurut Cunningham (2014) hal-hal yang dapat menyebabkan abortus,

dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu :

1. Faktor Fetal

Temuan morfologis yang paling sering terjadi dalam abortus dini

spontan adalah kelainan perkembangan zigot, embrio fase awal janin, atau

kadang-kadang plasenta. Perkembangan janin yang abnormal, khususnya

dalam trimester pertama kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi

perkembangan janin dengan kromosom yang jumlahnya abnormal

(aneuploidi) atau perkembangan janin dengan komponen kromosom yang

normal (euploidi).

Laporan menyatakan bahwa abortus aneuploidi terjadi pada atau

sebelum kehamilan 8 minggu, sedangkan abortus euploidi mencapai

Universitas Sumatera Utara

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

26

puncaknya sekitar 13 minggu. Insiden abortus euploidi akan meningkat

secara dramatis setelah usia maternal 35 tahun. Namun sebab-sebab

terjadinya peristiwa tersebut belum diketahui secara pasti. Penyebab

abortus euploidi umumnya tidak diketahui,tetapi mungkin bisa disebabkan

oleh; kelainan genetik, berbagai faktor ibu, mungkin beberapa faktor ayah.

2. Faktor Maternal

1) Infeksi

Beberapa infeksi kronis pernah terlibat atau sangat dicurigai sebagai

penyebab abortus, diantaranya Listeria monocytogenes dan

Toxoplasma.

2) Penyakit kronik

Pada awal kehamilan, penyakit kronik yang menyebabkan

penyusutan tubuh, misalnya tuberculosis atau karsinomatosis jarang

menyebabkan abortus. Hipertensi jarang menyebabkan abortus di

bawah 20 minggu, tetapi dapat menyebabkan kematian janin dan

kelahiran preterm.

Penyakit ibu dapat secara langsung memengaruhi pertumbuhan

janin dalam kandungan melalui plasenta. Penyakit infeksi seperti

pneumonia, tifus abdominalis, malaria, dan sifilis. Anemia ibu melalui

gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenta. Dan

penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,

dan penyakit diabetes mellitus.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

27

3) Kelainan endokrin

Autoantibodi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insiden

abortus walaupun tidak terjadi hipertiroidisme yang nyata. Abortus

spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada wanita

dengan diabetes mellitus. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol

metabolik pada trimester pertama.

Defisiensi progesteron, karena kurangnya sekresi hormon

progesteron tersebut dari korpus luteum atau placenta, mempunyai

kaitan dengan insiden abortus.Karena progesteron berfungsi

mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis

akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan berperan dalam

peristiwa kematian janin.

4) Nutrisi

Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa defisiensi salah satu zat

gizi merupakan penyebab abortus.Mual dan muntah yang timbul agak

sering pada awal kehamilan, dan semua penyakit yang dipicunya,

jarang diikuti oleh abortus spontan.

5) Pemakaian obat dan faktor lingkungan

Berbagai zat dilaporkan berperan, tetapi belum dapat dipastikan

sebagai penyebab meningkatnya insidensi abortus seperti : tembakau,

alkohol, kafein, sinar radiasi, dll.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

28

6) Faktor imunologis

Ada dua mekanisme utama pada abnormalitas imunologis yang

berhubungan dengan abortus, yaitu :mekanisme autoimun (imunitas

terhadap tubuh sendiri) dan mekanisme aloimun (imunitas terhadap

orang lain).

7) Gamet yang menua

Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka insiden

abortus spontan. Gamet yang bertambah tua dalam traktus genitalis

wanita sebelum fertilisasi, dapat meningkatkan kemungkinan

terjadinya abortus.

8) Trauma fisik

Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering

dilupakan.Yang di ingat hanya kejadian tertentu yang tampaknya

mengakibatkan abortus.

9) Umur Ibu

Menurut Wiknjosastro (2010) umur adalah usia, masa dalam

perjalanan hidup manusia. Salah satu faktor risiko terjadinya

komplikasi kebidanan adalah usia < 20 tahun atau >35 tahun. Dalam

kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah usia 20 - 35 tahun.

Beberapa risiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang

dari 20 tahun adalah dari segi biologis perkembangan alat-alat

Universitas Sumatera Utara

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

29

reproduksinya belum sepenuhnya optimal dikarenakan rahim belum

mampu memberikan perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk

kehamilan sehingga dampaknya pertumbuhan janin terhambat dan

tidak sempurna, dari segi psikis belum matang dalam menghadapi

tuntutan beban moril, dan emosional yang berdampak pada perilaku

kurang merawat dan menjaga kehamilannya secara hati-hati, dan dari

segi medis sering mendapat gangguan akibat keadaan rahim yang

belum siap dan matang untuk pertumbuhan dan perkembangan janin

ditambah dengan tekanan stress, psikologi dan sosial sehingga

memudahkan terjadinya abortus. Sedangkan di usia lebih dari 35

tahun, sebagian wanita digolongkan pada kehamilan berisiko tinggi

dikarenakan pada usia ini kondisi tubuh dan kesehatan wanita

mengalami penurunan dan elastisitas dari otot-otot panggul dan

sekitarnya serta alat-alat reproduksi juga mengalami kemunduran

(Cunningham, 2014).

10) Usia Kehamilan

Menurut Wiknjosastro pada (2010) pada kehamilan kurang dari 8

minggu villi koriales belum menembus desidua secara mendalam

sehingga pada umumnya perdarahan tidak terlalu banyak. Pada

kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih

dalam, sehingga umumnya dapat menyebabkan banyak perdarahan.

abortus imminens juga terjadi dapat pada usia kehamilan risiko rendah

Universitas Sumatera Utara

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

30

karena pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai risiko untuk terjadi

abortus imminens, bila tidak ditangani dan dicegah dengan asuhan

kebidanan yang lebih baik. Sedangkan perdarahan yang banyak dapat

terjadi pada usia kehamilan risiko tinggi dengan kejadian abortus

imminens. Perdarahan tersebut dapat diatasi dengan istirahat total

ditempat tidur sampai perdarahan berhenti dan kehamilan masih dalam

kondisi yang baik dan jika perdarahan telah berhenti ibu tidak boleh

melakukan pekerjaan yang berat selama hamil, menghindari hubungan

seksual yang berlebihan sewaktu hamil, dan lain-lain.

11) Paritas

Pada kehamilan, rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu

sering melahirkan, rahim ibu akan semakin lemah. Bila ibu telah

melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya

gangguan pada waktu kehamilan, persalina, dan nifas. Risiko abortus

spontan meningkat seiring dengan paritas ibu (Cunningham, 2014).

Risiko abortus akan semakin meningkat dengan bertambahnya

paritas dan di samping semakin lanjutnya usia ibu. Pada multiparitas

lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna

dan dan tidak siap menerima hasil konsepsi sehingga pemberian nutrisi

dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang sempurna dan

mengakibatkan pertumbuhan hasil konsepsi akan terganggu (Azhari,

2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

31

12) Riwayat Abortus

Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi

terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari

beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan

punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila

pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%. Beberapa studi

meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan

adalah 30-45% (Prawirohardjo, 2014).

3. Faktor Paternal

Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam

proses timbulnya abortus spontan. Translokasi kromosom dalam sperma

dapat menimbulkan zigot yang mendapat bahan kromosom terlalu sedikit

atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus.

Jika penyebab gangguan ini tergolong parah dan tidak bisa diatasi serta dapat

mengancam keselamatan jiwa sang ibu serta si jabang bayi, maka kehamilan tidak

akan dilanjutkan. Sementara itu jika dipertahankan, selain adanya berbagai treatment

yang harus dilakukan, ada pula beberapa risiko yang mungkin terjadi, di antaranya

adalah kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir yang rendah, pendarahan

antepartum, ketuban pecah dini hingga keguguran atau kematian janin. Karena itu,

jika setelah abortus imminens ini kehamilan masih dilanjutkan, pemeriksaan rutin,

istirahat yang cukup serta makanan bernutrisi tinggi menjadi kebutuhan yang harus

dipenuhi.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

32

2.2.3. Tanda dan Gejala

Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum,

disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan

punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau tanpa

kelemahan dan uterus membesar sesuai usia kehamilan (Ilhaini, 2013).

2.2.4. Diagnosis

Diagnosis abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan

pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas

sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium

uteri masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai umur kehamilan dan tes kehamilan

urin masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus imminens dapat dilakukan

dengan melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin

kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10. Bila hasil tes

urin masih positif keduanya maka prognosisnya adalah baik. Pengelolaan penderita

ini sangat bergantung pada informed consent yang diberikan. Bila ibu ini masih

menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan harus maksimal untuk

mempertahankan kehamilan ini.

Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada

dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.

Diperhatikan ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur

kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan janin diperhatikan

Universitas Sumatera Utara

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

33

disamping tidak adanya hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis.

Pemeriksaan USG dapat dilakukan baik secara transabdominal maupun transvaginal.

Pada USG transabdominal jangan lupa pasien harus tahan kencing terlebih dahulu

untuk mendapatkan acoustic window yang baik agar rincian hasil USG dapat jelas

(Prawirohardjo, 2014).

2.2.5. Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi (USG) Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung Janin.

Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin viabel atau

non viabel dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau

missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG dalam tujuh hari

kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan,

pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian. USG dapat digunakan untuk

mengetahui prognosis. Pada umur kehamilan tujuh minggu, fetal pole dan aktifitas

jantung janin dapat terlihat. Aktivitas jantung seharusnya tampak dengan USG saat

panjang fetal pole minimal lima milimeter. Bila kantong gestasi terlihat, keguguran

dapat terjadi pada 11,5% pasien. Kantong gestasi kosong dengan diameter 15 mm

pada usia tujuh minggu dan 21 mm pada usia gestasi delapan minggu memiliki angka

keguguran 90,8%. Apabila terdapat yolk sac, angka keguguran 8,5%; dengan embrio

5 mm, angka keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10 mm angka keguguran

3,2%; dan apabila embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

34

Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%.

Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna untuk menentukan

viabilitas kehamilan intrauteri. Diameter kantong rata-rata lebih dari 13 mm tanpa

yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17 mm tanpa mudigah diprediksikan

nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifi sitas dan nilai prediksi positif 100%.

Adanya hematoma subkorionik tidak berhubungan dengan prognosis buruk.

Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT

dengan hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis buruk. Data prospektif

menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko (bradikardia janin,

perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown to rump, dan perbedaan

antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih dari satu

minggu) meningkatkan presentase kejadian keguguran dari 6% menjadi 84%.

Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase kejadian keguguran

3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan identifi

kasi aktivitas jantung janin dengan USG di pelayanan kesehatan primer memberikan

presentase berlanjutnya kehamilan hingga lebih dari 20 minggu sebesar 97% (Ilhaini,

2013).

2.2.6. Pencegahan

Adapun langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan untuk memperkecil

risiko terjadinya abortus imminens adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

35

1. Rutin memeriksakan diri ke dokter, berkonsultasi dan menjalani test USG.

3 cara ini setidaknya dapat membuat ibu, mengetahui gejala kelainan

dalam kandungan sedini mungkin sehingga. Jika terjadi kelainan,

bisa cepat dilakukan tindakan penyelamatan untuk menghindari risiko

yang lebih tinggi.

2. Mempersiapkan kehamilan sebaik-baiknya, semisal mencukupi asupan

nutrisi ibu hamil, mempertebal daya tahan tubuh atau jika diperlukan,

melakukan terapi untuk mengobati penyakit akut (seperti typhus, malaria,

pielonefritis, pneumonia dan lain-lain) atau kronis (TBC, anemia berat,

laparatomi dan lain lain) baik yang diderita calon bapak maupun calon

ibu. Selain dapat menular pada bayi, penyakit-penyakit tertentu yang

diderita calon bapak/ibu juga dapat menghambat proses kehamilan.

3. Mengurangi aktivitas fisik sejak masa pra-kehamilan hingga kehamilan.

4. Selektif dalam mengkonsumsi obat dan berkonsultasi terlebih dahulu

apakah sebuah obat aman dikonsumsi ibu hamil atau tidak. Istirahat yang

cukup dan menenangkan pikiran. Salah satu sebab yang dapat memicu

terjadinya abortus imminens adalah tekanan psikologis seperti trauma,

keterkejutan yang sangat atau rasa ketakutan yang luar biasa. Karena itu,

ibu hamil harus mengkondisikan pikirannya agar sebisa mungkin rileks

dan santai. Peran dan dukungan dari orang-orang terdekat juga amat

diperlukan dalam upaya menciptakan keadaan kondusif

Universitas Sumatera Utara

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

36

5. Mengatur jarak kehamilan

6. Mengonsumsi vitamin dan nutrisi-nutrisi lain yang diperlukan tubuh

7. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi

lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau

mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan

fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam

menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai pengalaman yang

menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC

mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Pada suatu penelitian

menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko rendah

tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya

menurunkan kepuasan pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan

oleh banyak faktor yang dapat didentifikasi dari riwayat kehamilan

terdahulu melalui konseling dan anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk

(2003), ibu hamil yang tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali

lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur (Prawirohardjo, 2014).

2.2.7. Penanganan

Pada ibu dengan kasus abortus imminens, biasanya tidak perlu pengobatan

khusus/medik, hanya dapat diberi sedativa, misalnya dengan luminal, codein dan

morfin (sesuai protap dan instruksi dokter). Keluarnya fetus masih dapat dicegah

Universitas Sumatera Utara

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

37

dengan memberi obat-obatan hormonal dan antispamodika dan untuk mengurangi

kerentanan otot-otot uterus, misal:gestanon (Rukiyah, 2010).

Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti.

Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon

progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini

walaupun secara statistik kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek psikologisnya

kepada penderit sangat menguntungkn. Penederita boleh dipulangkan setelah tidak

terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai

lebih kurang 2 minggu (Prawirohardjo, 2014).

Jika perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan

penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Sementara jika perdarahn terus berlangsung

nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG), lakukan konfirmasi kemungkinan

adanya penyebab lain (hamil ektopik/mola) kemudian jika perdarahan setelah

beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik

atau tidak. Apabila reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif maka sebaiknya

uterus dikosongkan.

Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan

melalui ganjalan klinik dan hasil pemeriksaan; jika perdarahan yang disebabkan erosi,

maka erosi diberi nitras argentil 5-10 %. Apabila sebabnya polyp, maka polyp diputar

dengan cunam sampai tangkainya putus (Rukiyah, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

38

2.3. Landasan Teori

Abortus Imminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini

keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan

antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada,

maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi

kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan

(Mochtar, 2011).

Tanda dan gejala abortus imminens adalah adanya perdarahan pada awal

kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak sama

sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari

bertambah buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia

kehamilan (Ilhaini, 2013).

Diagnosis abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan

pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas

sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium

uteri masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai umur kehamilan dan tes kehamilan

urin masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus imminens dapat dilakukan

dengan melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin

kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10

(Prawirohardjo, 2014).

Pada ibu dengan kasus abortus imminens, biasanya tidak perlu pengobatan

khusus/medik, hanya dapat diberi sedativa, misalnya dengan luminal, codein dan

Universitas Sumatera Utara

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

39

morfin (sesuai protap dan instruksi dokter). Keluarnya fetus masih dapat dicegah

dengan memberi obat-obatan hormonal dan antispamodika dan untuk mengurangi

kerentanan otot-otot uterus, misal:gestanon (Rukiyah, 2010).

Menurut Cunningham (2014) hal-hal yang dapat menyebabkan abortus

imminens terdiri dari faktor fetal, maternal, dan paternal. Namun dari seluruh faktor

yang dapat memengaruhi terjadinya abortus imminens hanya umur ibu, usia

kehamilan, paritas, riwayat abortus, dan penyakit ibu yang akan diteliti.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

40

Gambar 2.3. Kerangka Teori

Faktor Fetal:

Kelainan

genetik,

kelainan

perkembangan

zigot, embrio

fase awal

janin, dan

plasenta.

Faktor Maternal:

Infeksi, Penyakit

kronik, Kelainan

endokrin,

Nutrisi,

Pemakaian obat

dan faktor

lingkungan,

Faktor

imunologis,

Gamet yang

menua, Trauma

fisik.

Faktor

Paternal:

Faktor

dari

bapak

Abortus

Imminens

Umur ibu,

Usia

Kehamilan,

Paritas,

Riwayat

Abortus,

Penyakit Ibu

Faktor Fetal Faktor Maternal Faktor Paternal

Universitas Sumatera Utara

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

41

2.4. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.4. Kerangka Konsep

Umur Ibu

Usia Kehamilan

Paritas

Riwayat Abortus

Penyakit Ibu

Abortus

Imminens

Universitas Sumatera Utara

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

42

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan

desain penelitian case control. Survey analitik adalah survey atau penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor

risiko dengan faktor efek. Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya

faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan

terjadinya efek (pengaruh) (Notoadmojo, 2016).

Pada studi case control, penelitian dimulai dengan identifikasi pasien dengan

efek atau penyakit tertentu (yang disebut sebagai kasus) dan kelompok tanpa efek

(disebut kontrol). Kemudian secara retrospektif ditelusuri faktor risiko yang dapat

menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan kontrol tidak. Skema desain

studi kasus kontrol tampak pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Skema Dasar Studi Kasus-Kontrol

Faktor Risiko (+)

Faktor Risiko (-)

Faktor Risiko (+)

Faktor Risiko (+)

Abortus Imminens

Non Abortus

Imminens

42

Universitas Sumatera Utara

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

43

Penelitian ini akan menilai pengaruh faktor dengan kejadian abortus

menggunakan cara penentuan kelompok kasus dan kelompok kontrol, kemudian

mengukur besarnya risiko (frekuensi paparan) pada kedua kelompok tersebut.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret-Juli 2017.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Dalam populasi di jelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana

yang menjadi sasaran penelitian tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

ibu yang mengalami abortus imminens dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Padangsidimpuan pada tahun 2015-2016 yaitu sebanyak 50 orang.

3.3.2. Sampel

Pemilihan sampel dengan cara mengumpulkan data ibu yang mengalami

Abortus Imminens dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan periode 1 Januari sampai 31 Desember 2015 dan 1 Januari sampai

31 Desember 2016. Untuk kelompok kasus adalah data ibu yang mengalami abortus

imminens dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan dan

kelompok kontrol adalah data ibu hamil yang tidak mengalami abortus imminens dan

dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

44

3.3.3. Besar Sampel

Besarnya sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

(Lameshow,et.al,1997)

{ (Z1 - / 2[ 2P2 (1 – P2) ] + Z1- [ P1 (1 – P1) + P2 (1 – P2) ] } 2

n = ----------------------------------------------------------------------------

(P1 – P2)2

Keterangan :

n : besar sampel minimal

Z 1-α/2 : 1,96 pada derajat kepercayaan 95%

Z 1- : 0,84 pada kekuatan uji 80%

P1 : kelompok kasus yang terpapar

P2 : kelompok kontrol yang terpapar dengan tingkat kemaknaan 5%

Untuk mendapatkan jumlah sampel minimal dengan menggunakan rumus di

atas, maka terlebih dahulu dicari P1 dengan menggunakan rumus :

(OR) P2

P1 = ------------------------

(OR) P2 + (1 – P2)

Berdasarkan persamaan di atas dan didasarkan pada perhitungan P2 dan OR

hasil penelitian terdahulu. Berikut ini adalah hasil penelitian yang dilakukan peneliti

terdahulu sebagai dasar dalam perhitungan sampel.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

45

Tabel 3.3.3 Nilai Odd Rasio Untuk Setiap Variabel

Variabel Peneliti P1 P2 OR n

Umur Ibu Hamidah (2013) 0,876 0,481 7,683 23

Usia Kehamilan Mursyida (2011) 0,48 0,275 2,486 78

Paritas Mursyida (2011) 0,86 0,676 2,917 96

Riwayat Abortus Rahmani (2013) 0,27 0,140 2,188 128

Berdasarkan dari penyajian Tabel 3.3.3 diatas digunakan P2 dan OR dari hasil

penelitian Hamidah sebagai dasar perhitungan sampel minimal. Perhitungan variabel

Umur Ibu dengan P2 = 0,481, OR 7,683 dan n = 23

(OR) P2 (7,683)0,481 3,695 3,695

P1 = ------------------------ = -------------------------------- = ------------------ = ----------

(OR) P2 + (1 – P2) (7,683)0,481 + (1-0,481) 3,695+0,519 4,214

P1 = 0,876

{ (Z1 - / 2[ 2P2 (1 – P2) ] + Z1- [ P1 (1 – P1) + P2 (1 – P2) ] } 2

n = -----------------------------------------------------------------------------

(P1 – P2)2

{ (1,96 [ 2. 0,481 (1 – 0,481) ] + 0,84 [ 0,876 (1 – 0,876) + 0,481 (1 – 0,481) ] } 2

n = -----------------------------------------------------------------------------------------------------

(0,876 – 0,481)2

{ (1,96 [ 0,962 (0,519) ] + 0,84 [ 0,876 (0,124) + 0,481 (0,519) ] } 2

n = ---------------------------------------------------------------------------------------

(0,395)2

{ (1,96 0,499 + 0,84 (0,108=0,249) } 2

n = ---------------------------------------------------

(0,395)2

{ (1,96 (0,706) + 0,84 (0,597) } 2

n = ----------------------------------------

(0,395)2

Universitas Sumatera Utara

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

46

{ (1,383 + 0,501 } 2 (1,884)2 3,549

n = ---------------------- = ------------- = ------------ = 22,75 = 23

(0,395)2 (0,395)2 0,156

Berdasarkan perhitungan rumus besar sampel di atas dapat diketahui jumlah

sampel minimal sebanyak 23 ibu, maka jumlah sampel untuk kasus ditetapkan

sebanyak 50 orang dengan perbandingan kasus kontrol 1:1, sehingga jumlah sampel

kontrol sebanyak 50 orang. Dengan demikian jumlah sampel seluruhnya adalah 100

orang. Untuk pengambilan sampel kontrol dilakukan dengan cara sistematis random

sampling.

3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum

dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi maupun kriteria

eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi

adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel

(Notoadmojo, 2016).

A. Kriteria Inklusi

1. Kasus

a. Abortus Imminens usia kehamilan 4-20 minggu

b. Paritas <1 dan ≥3

c. Rekam medik lengkap

Universitas Sumatera Utara

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

47

2. Kontrol

a. Hamil normal usia kehamilan 4-20 minggu

b. Paritas <1 dan ≥3

c. Rekam medik lengkap

B. Kriteria Eksklusi

1. Kasus

a. Non Abortus Imminens

b. Rekam medik tidak lengkap

2. Kontrol

a. Ibu tidak hamil

b. Rekam medik tidak lengkap

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

bersumber dari catatan rekam medik ibu yang mengalami abortus imminens.

Pengambilan data mulai tahun 2015 sampai tahun 2016, dalam pengumpulan data

penulis dibantu oleh petugas rekam medik dan pegawai ruangan kebidanan yang ada

di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.

Defenisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,

Universitas Sumatera Utara

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

48

sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang

mempunyai bermacam-macam nilai.

3.5.1. Variabel Dependent

Variabel dependent adalah variabel tergantung, terikat, akibat, terpengaruh

atau variabel yang dipengaruhi. Disebut variabel tergantung karena variabel ini

dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel independent. Variabel dependent pada

penelitian ini adalah Abortus Imminens.

Abortus Imminens adalah Abortus tingkat permulaan dan merupakan

ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih

tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan (Prawirohardjo, 2014).

3.5.2. Variabel Independent

Variabel independent merupakan variabel risiko atau sebab dari variabel

dependent. Variabel independent pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Umur Ibu adalah lama hidup manusia sejak lahir hingga ulang tahun terakhir,

yaitu umur ibu pada saat mengalami abortus imminens yang tercatat di bagian

rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan periode

tahun 2015-2016.

b. Usia Kehamilan adalah Lama waktu kehamilan ibu sampai ibu mengalami

abortus imminens yang tercatat di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padangsidimpuan periode tahun 2015-2016

Universitas Sumatera Utara

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

49

c. Paritas adalah Jumlah anak yang dilahirkan ibu baik hidup maupun mati, lahir

tunggal maupun kembar sampai ibu mengalami abortus imminens yang

tercatat di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan periode tahun 2015-2016.

d. Riwayat Abortus adalah Riwayat abortus yang pernah dialami oleh ibu sampai

ibu mengalami abortus imminens yang tercatat di bagian rekam medik Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan periode tahun 2015-2016.

e. Penyakit Ibu adalah Penyakit yang sedang atau riwayat penyakit yang pernah

diderita oleh ibu yang mengalami abortus imminens yang tercatat di bagian

rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan periode

tahun 2015-2016.

3.6. Metode Pengukuran

Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur

dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Metode pengukuran adalah cara

yang digunakan untuk memperoleh data kuantitatif variabel dependent dan

independent. Metode pengukuran untuk masing-masing variabel dapat dijelaskan

sebagai berikut.

3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Dependent

Pengukuran variabel dependen menggunakan skala pengukuran nominal,

dimana pengukurannya dilakukan dengan membagi 2 kategori yaitu abortus

Universitas Sumatera Utara

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

50

imminens dengan test kehamilan (+) dan abortus imminens dengan test kehamilan (-).

Penilaian kategori berdasarkan diagnosa dokter pada status pasien.

3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Independent

Pengukuran variabel independent menggunakan skala nominal,

dimana pengukurannya dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori 0 yang tidak

memengaruhi kejadian abortus imminens dan kategori 1 yang memengaruhi kejadian

abortus imminens. Penilaian kategori tersebut berdasarkan catatan yang ada pada

status pasien sesuai dengan variabel yang diteliti.

Tabel 3.6. Aspek Pengukuran Variabel Dependent dan Variabel Independent

No. Variabel

Penelitian Defenisi Alat ukur Hasil ukur Skala

1 Abortus

Imminens

Keadaan dimana

ibu di diagnosis

mengalami

abortus imminens

oleh dokter ahli

Obstetri dan

Ginekologi yang

tercatat di bagian

rekam medik

Rumah Sakit

Umum Daerah

Kota

Padangsidimpuan

periode tahun

2015-2016

Melihat

Rekam

Medik

0. Test

Kehamilan

(+)

1. Test

Kehamilan

(-)

Nominal

2 Umur Ibu Lama hidup

manusia sejak

lahir hingga ulang

tahun terakhir,

Melihat

Rekam

Medik

0. Tidak

Berisiko =

20-35 tahun

Ordinal

Universitas Sumatera Utara

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

51

yaitu umur ibu

pada saat

mengalami

abortus imminens

yang tercatat di

bagian rekam

medik Rumah

Sakit Umum

Daerah Kota

Padangsidimpuan

periode tahun

2015-2016

1. Berisiko =

<20 tahun

dan >35

tahun

3 Usia

Kehamilan

Lama waktu

kehamilan ibu

sampai ibu

mengalami

abortus imminens

yang tercatat di

bagian rekam

medik Rumah

Sakit Umum

Daerah Kota

Padangsidimpuan

periode tahun

2015-2016

Melihat

Rekam

Medik

0. Tidak

berisiko =

>20 minggu

1. Berisiko =

<20 minggu

Ordinal

4 Paritas Jumlah anak yang

dilahirkan ibu

baik hidup

maupun mati,

lahir tunggal

maupun kembar

sampai ibu

mengalami

abortus imminens

yang tercatat di

bagian rekam

medik Rumah

Sakit Umum

Daerah Kota

Padangsidimpuan

periode tahun

Melihat

Rekam

Medik

0. Tidak

Berisiko =

1-3

1. Berisiko =

<1 dan ≥4

Ordinal

Universitas Sumatera Utara

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

52

2015-2016.

5 Riwayat

Abortus

Riwayat abortus

yang pernah

dialami oleh ibu

sampai ibu

mengalami

abortus imminens

yang tercatat di

bagian rekam

medik Rumah

Sakit Umum

Daerah Kota

Padangsidimpuan

periode tahun

2015-2016.

Melihat

Rekam

Medik

0. Tidak

Berisiko =

Tidak

Pernah

1. Berisiko =

Pernah

Ordinal

6 Penyakit

Ibu

Penyakit yang

sedang atau

riwayat penyakit

yang pernah

diderita oleh ibu

yang mengalami

abortus imminens

yang tercatat di

bagian rekam

medik Rumah

Sakit Umum

Daerah Kota

Padangsidimpuan

periode tahun

2015-2016.

Melihat

Rekam

Medik

0. Tidak

Berisiko =

Tidak Ada

1. Berisiko =

Ada

Ordinal

3.7. Metode Analisis Data

Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan

bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. Menganalisis data tidak

sekadar mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah diolah. Keluaran

akhir dari analisis data kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

53

tersebut. Interpretasi data mempunyai dua sisi, sisi yang sempit dan sisi yang luas.

Interpretasi data dari sisi yang sempit hanya sebatas pada masalah penelitian yang

akan dijawab melalui data yang diperoleh tersebut. Sedangkan dari sisi yang lebih

luas interpretasi data berarti mencari makna data hasil penelitian dengan cara tidak

hanya menjelaskan hasil penelitian tersebut, tetapi juga melakukan inferensi atau

generalisasi dari data yang diperoleh melalui penelitian tersebut (Notoadmojo, 2016).

3.7.1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari

jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan

standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

3.7.2. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut di atas, hasilnya akan

diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan analisis

bivariate. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis bivariate ini dilakukan beberapa tahap,

antara lain:

a. Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan distribusi

silang antara dua variabel yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

54

b. Analisis dari hasil uji statistik chi square test. Melihat dari hasil uji

statistik ini akan dapat disimpulkan adanya hubungan 2 variabel tersebut

bermakna atau tidak bermakna. Dari hasil uji statistik ini dapat terjadi,

misalnya antara dua variabel tersebut secara presentase berhubungan

tetapi secara statistik hubungan tersebut tidak bermkana.

c. Analisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut, dengan melihat

nilai Odd Ratio (OR). Besar kecilnya nilai OR menunjukkan besarnya

keeratan hubungan antara dua variabel yang diuji. Estimasi confidence

interval (CI) untuk OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%.

Interpretasinya adalah sebagai berikut :

a) Bila OR > 1 berarti sebagai faktor risiko menyebabkan terjadinya

outcome.

b) Bila OR = 1 berarti bukan sebagai faktor Risiko dengan kejadian

c) Bila OR < 1 berarti sebagai faktor proteksi atau pelindung

3.7.3. Analisis Multivariat

Analisis bivariat hanya akan menghasilkan hubungan antara dua variabel yang

bersangkutan (variabel independent dan variabel dependent). Untuk mengetahui

hubungan lebih dari satu variabel independent dengan satu variabel dependent, harus

dilanjutkan lagi dengan melakukan analisis multivariat.

Analisa ini diperlukan untuk melihat hubungan antara satu variabel dependen

dengan seluruh variabel independen, sehingga dapat diketahui variabel independen

Universitas Sumatera Utara

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

55

yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens dengan

menggunakan uji Regressi Logistik. Uji Regressi Logistik dilakukan melalui beberapa

tahapan untuk mendapatkan nilai p < 0,05 pada setiap variabel independen yang

berpengaruh terjadinya abortus imminens.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

56

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan merupakan

Rumah Sakit tipe B milik Pemerintah Kota Padangsidimpuan yang terletak di bagian

selatan Kota Padangsidimpuan tepatnya di Jalan Dr. F.L. Tobing No. 10

Padangsidimpuan Sumatera Utara.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan merupakan

rumah sakit tertua di Kota Padangsidimpuan yang didirikan pada tahun 1937. Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan didirikan diatas tanah seluas 32.206 m2

dan luas bangunan 5.292,5 m2. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Padangsidimpuan sudah mengalami banyak perubahan dan peningkatan mutu

pelayanan serta fasilitas. Walaupun masih terdapat sisa peninggalan bangunan lama

namun hampir seluruhnya sudah di renovasi dan sudah dibangun gedung unit baru.

Pelayanan dan Fasilitas di RSUD Kota Padangsidimpuan meliputi Instalasi

Gawat Darurat (IGD) 24 jam, Poly Penyakit Dalam, Poly Paru, Poly Mata, Poly Gigi,

Poly Anak, Poly Bedah, Poly Syaraf, Poly THT, Instalasi Farmasi, Ruangan

Radiologi, Ruangan Neonatus, Ruangan ICU, Ruang Jenazah, Ruang Bedah Central,

Ruang Hemodialisa, Ruangan Laboratorium, Ruang Rekam Medik, Ruangan Kelas I,

Kelas II, Kelas III, Ruangan VIP dan Super VIP. Sementara itu, Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padangsidimpuan memiliki Rumah Sakit Bersalin sendiri yang terdiri

Universitas Sumatera Utara

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

57

dari Poly Kebidanan, Ruangan Bersalin, dan Ruangan Ibu dan Bayi. Peralatan seperti

Meja Operasi, Mesin Anastesi, Ventilator, Inkubator, Blue Light, USG, X-ray, CT

Scan, MRI, EEG, EKG, Defibrilator, Pelayanan Mata dan Autoclav sudah ada dan

berfungsi. Tenaga Medis seperti Dokter Umum dan Spesialis, Dokter Gigi dan

Spesialis, Perawat dan Spesialisnya, Kebidanan, Farmasi, Keteknisian Medis,

Kesehatan Masyarakat dan Tenaga Non Kesehatan (Administrasi, Jaminan

Kesehatan, Pelaporan, IT, Hukum, dll) sudah cukup dan memenuhi standar.

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan adalah Rumah Sakit

Dambaan Masyarakat Yang Mampu Bersaing. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan adalah Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada

semua lini pelayanan di rumah sakit dalam pencapaian standar pelayanan minimal;

Mengembangan pembangunan gedung rumah sakit mengacu kepada master plan

secara bertahap, melengkapi peralatan medis dan non medis serta pengembangan

fasilitas-fasilitas umum rumah sakit; dan Mengembangkan pelayanan-pelayanan

unggulan yang mampu menjawab tuntutan masyarakat dan meningkatkan daya saing

minimal di wilayah pantai barat. Motto Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan adalah Ramah Dalam Pelayanan Profesional Dalam Tindakan.

4.2. Hasil Analisis

Hasil analisis penelitian disajikan dalam Analis Univariat, Analisa Bivariat

dan Analisa Multivariat berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

58

4.2.1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Data karakteristik responden dilihat dari segi

umur ibu, usia kehamilan, paritas, riwayat abortus, dan penyakit ibu dengan kejadian

abortus imminens pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2.1

Karakteristik Ibu Hamil Dengan Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padangsidimpuan

No Karakteristik Kasus Kontrol

(n=50) (%) (n=50) (%)

Umur Ibu

1. < 20 dan > 35 tahun 38 76,0 20 40,0

2. 20-35 tahun 12 24,0 30 60,0

Usia Kehamilan

1. < 20 minggu 30 60,0 14 22,0

2. > 20 minggu 20 40,0 36 72,0

Paritas

1. < 1 dan ≥4 37 74,0 17 34,0

2. 1 - 3 13 26,0 33 66,0

Riwayat Abortus

1. Ada

- 1 Kali

- 2 Kali

- ≥3 Kali

37 74,0 8 16,0

2. Tidak Ada 13 26,0 42 84,0

Penyakit Ibu

1. Ada

- Hipertensi

39

78,0 6 12,0

Universitas Sumatera Utara

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

59

- Diabetes Mellitus

- Anemia

- Dll (Tifus, Demam

berdarah, Asma,

Hepatitis,

Hiperemesis

Gravidarum)

2. Tidak Ada 11 22,0 44 88,0

Jumlah 50 100,0 50 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2.1 diketahui pada kelompok kasus diketahui paling

banyak <20 tahun dan >35 tahun yaitu 38 orang (76%), usia kehamilan kurang dari

20 minggu sebanyak 30 orang (60%), Paritas <1 dan ≥4 yaitu sebanyak 37 orang

(74%). Ibu dengan adanya riwayat abortus sebanyak 37 orang (74%) dengan riwayat

abortus 1 kali sebanyak 17 orang, riwayat abortus 2 kali sebanyak 11 orang, dan

riwayat abortus ≥3 sebanyak 9 orang. Ibu dengan adanya riwayat penyakit sebanyak

39 orang (78%) dengan penyakit anemia sebanyak 7 orang, penyakit diabetes mellitus

sebanyak 9 orang, penyakit hipertensi sebanyak 11 orang, dan penyakit lainnya

seperti tifus, demam berdarah, hepatitis, asma, hiperemesis gravidarum sebanyak 12

orang.

Pada kelompok kontrol paling banyak dengan umur ibu 20-35 tahun yaitu 30

orang (60%), usia kehamilan >20 minggu sebanyak 36 orang (72%), Paritas 1-3 yaitu

33 orang (66%), Ibu dengan tidak memiliki riwayat abortus yaitu sebanyak 42 orang

(84%), dan ibu dengan tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 44 orang (88%).

Universitas Sumatera Utara

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

60

4.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan.

Hubungan umur ibu, usia kehamilan, paritas, riwayat abortus, dan penyakit ibu

dengan kejadian abortus imminens dengan penelitian ini dapat dilihat pada penjelasan

berikut ini :

Tabel 4.2.2

Distribusi Pengaruh Umur Ibu, Usia Kehamilan, Paritas, Riwayat Abortus, dan

Penyakit Ibu terhadap Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padangsidimpuan

Karakteristik

Kejadian Abortus

Imminens OR

(95%CI) χ2/ P value Kasus Kontrol

n % n %

Umur Ibu

< 20 dan > 35

tahun

38

76,0

20

40,0

4,750

(1,384-3,100)

11,864/

0,001 20-35 tahun 12 24,0 30 60,0

Usia

Kehamilan

< 20 minggu

30

60,0

14

28,0

3,85

(1,67-8,91)

9,131/

0,003 > 20 minggu 20 40,0 36 72,0

Paritas

< 1 dan ≥4

37

74,0

17

26,0

5,52

(2,33-13,07)

14,94

(5,57-40,02)

16,103/

0,0001

33,980/

0,0001

1 – 3 13 26,0 33 74,0

Riwayat

Abortus

Ada

37

74,0

8

16,0

Tidak ada 13 26,0 42 84,0

Universitas Sumatera Utara

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

61

Penyakit Ibu

Ada

39

78,0

6

12,0

26,0

(8,79-76,8)

41,374/

0,0001 Tidak ada 11 22,0 44 88,0

Total 50 100,0 50 100,0

4.2.2.1. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Abortus Imminens

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05

diperoleh nilai χ2 hitung = 11,864 dengan nilai p (value) = 0,001 pada α = 0,05.

Karena nilai p (value) 0,001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara

umur ibu dengan kejadian abortus immenens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar

4,750, ini berarti bahwa umur ibu dalam kelompok kasus mempunyai peluang 4,7

kali lebih tinggi mengalami kejadian abortus Imminens dibandingkan dengan umur

ibu dalam kelompok kontrol.

4.2.2.2. Pengaruh Usia Kehamilan terhadap Kejadian Abortus Imminens

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05

diperoleh nilai χ2 hitung = 9,131 dengan nilai p (value) = 0,003 pada α = 0,05. Karena

nilai p (value) 0,003 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara usia

kehamilan dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar

3,85, ini berarti bahwa usia kehamilan ibu dalam kelompok kasus mempunyai

peluang 3,8 kali lebih tinggi mengalami kejadian abortus imminens dibandingkan

usia kehamilan ibu dalam kelompok kontrol.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

62

4.2.2.3. Pengaruh Paritas terhadap Kejadian Abortus Imminens

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05

diperoleh nilai χ2 hitung = 16,103 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.

Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara

paritas dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar 5,52,

ini berarti bahwa paritas ibu dalam kelompok kasus mempunyai peluang 5,5 kali

lebih tinggi berisiko mengalami kejadian abortus imminens dibandingkan dengan

paritas ibu dalam kelompok kontrol.

4.2.2.4. Pengaruh Riwayat Abortus terhadap Kejadian Abortus Imminens

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05

diperoleh nilai χ2 hitung = 33,980 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.

Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara

riwayat abortus dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui

sebesar 14,94, ini berarti bahwa ibu pada kelompok kasus mempunyai peluang 14,9

kali lebih tinggi mengalami abortus imminens dibandingkan dengan ibu dalam

kelompok kontrol.

4.2.2.5. Pengaruh Penyakit Ibu terhadap Kejadian Abortus Imminens

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05

diperoleh nilai χ2 hitung = 41,374 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.

Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara

penyakit ibu dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar

Universitas Sumatera Utara

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

63

26,0, ini berarti bahwa ibu pada kelompok kasus berisiko mengalami kejadian

abortus imminens sebesar 26 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu pada

kelompok kontrol.

4.2.3. Analisis Multivariat

Dalam analisis multivariat diketahui seluruhnya variabel yang diduga

berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens yaitu umur, paritas, usia kehamilan,

riwayat abortus dan penyakit ibu. Tahap selanjutnya seluruh variabel ini dimasukkan

sebagai kandidat untuk dilakukan analisis multivariat.

Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam

menentukan variabel dominan yang berpengaruh terhadap kejadian abortus

imminens. Dalam pemodelan ini semua variabel yang memiliki nilai p < 0,025 pada

analisis bivariat akan dimasukkan ke dalam uji regresi logistik seperti pada Tabel

berikut ini :

Tabel 4.2.3

Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Untuk Identifikasi Variabel

yang Akan Masuk Dalam Model

B S.E. Wald Df Sig. OR

Umur_Ibu 1,333 0,624 4,554 1 0,033 3,791

Usia_Kehamilan -0,012 0,658 0,000 1 0,985 0,988

Paritas 1,841 0,665 7,657 1 0,006 6,304

Riwayat_Abortus 0,194 0,971 0,040 1 0,842 1,214

Penyakit_Ibu 3,330 1,073 9,635 1 0,002 27,936

Constanta -3,104 0,699 19,695 1 0,000 0,045

Overall percentage : 81,0%

Universitas Sumatera Utara

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

64

* = dikeluarkan secara bertahap

Seluruh variabel dengan nilai p < 0,05 maka masuk sebagai kandidat model,

sehingga secara keseluruhan model ini dapat memprediksi besarnya pengaruh umur,

usia kehamilan, paritas, riwayat abortus, dan penyakit sebesar 50,0% (overall

percentage 81,0% sedangkan 19,0% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Variabel yang

sangat berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens adalah umur ibu, paritas dan

penyakit yang diketahui dari nilai koefisien B. Adapun persamaan regresi logistik

yang diperoleh sebagai berikut :

P (X) =1

𝟏 + 𝐞 (−𝟑, 𝟏𝟎𝟒 + 𝟏, 𝟑𝟑𝟑𝐗𝟏 − 𝟎, 𝟎𝟏𝟐𝐗𝟐 + 𝟏, 𝟖𝟒𝟏𝐗𝟑 + 𝟎, 𝟏𝟗𝟒𝐗𝟒 + 𝟑, 𝟑𝟑𝟎𝐗𝟓)

P(X) = 0,81

Keterangan :

X1 = Umur

X2 = Usia kehamilan

X3 = Paritas

X4 = Riwayat Abortus

X5 = Penyakit Ibu

Nilai P sebesar 0,810 artinya ibu hamil berpeluang mengalami kejadian

abortus imminens sebesar 0,81 atau 81,0 %. Persamaan regresi logistik tersebut untuk

memprediksikan besarnya pengaruh umur, usia kehamilan, paritas, riwayat abortus

dan penyakit ibu terhadap kejadian abortus imminens. Berdasarkan hasil uji regresi

logistik pada Tabel 4.2.3 dari 5 variabel (umur, usia kehamilan, paritas, riwayat

abortus dan penyakit ibu) ternyata tiga variabel yang berpengaruh yaitu umur, paritas

dan penyakit ibu. Diperoleh nilai OR untuk umur ibu sebesar 3,791 dengan p value

Universitas Sumatera Utara

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

65

0,033, ini berarti umur ibu berpeluang 3,7 kali berisiko untuk mengalami Abortus

Imminens. Nilai OR untuk paritas sebesar 6,304 dengan nilai p value 0,006, ini

berarti paritas berpeluang 6,3 kali berisiko untuk mengalami abortus imminens. Nilai

OR untuk penyakit sebesar 27,936 dengan nilai p value 0,002, ini artinya penyakit

berpeluang 27,9 kali berisiko untuk mengalami abortus imminens.

Universitas Sumatera Utara

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

66

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Abortus Imminens

Umur merupakan faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap kejadian

abortus. Umur ibu hamil dengan abortus imminens diketahui paling banyak dibawah

20 tahun dan diatas 35 tahun yaitu 38 orang (76%). Danvers berpendapat bahwa

peningkatan umur ibu saat hamil berhubungan dengan peningkatan terjadinya

abnormalitas kromosom sehingga meningkatkan risiko terjadinya abortus. Penelitian

Maconochie dkk juga menunjukkan bahwa terjadinya abortus semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya usia ibu. Kematian maternal pada wanita hamil dan

melahirkan yang terjadi pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi

dibandingkan yang terjadi pada usia 20-29 tahun.

Menurut Wiknjosastro (2010), bahwa wanita yang hamil pada umur muda

(<20 tahun) dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya belum

sepenuhnya optimal.dari segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban

moril, dan emosional, dan dari segi medis sering mendapat gangguan, sedangkan

pada usia lebih dari 35 tahun, elastic dari otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-

alat reproduksinya mengalami kemunduran, juga wanita pada usia ini besar

kemungkinan mengalami komplikasi antenatal diantaranya abortus.

Menurut Cunningham (2014), bahwa risiko abortus spontan semakin

meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Pada ibu usia dibawah 20 tahun risiko

66

Universitas Sumatera Utara

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

67

terjadinya abortus kurang dari 2%. Risiko meningkat 10% pada usia ibu lebih dari 35

tahun dan mencapai 50% pada usia ibu lebih dari 45 tahun. Peningkatan risiko

abortus ini diduga berhubungan dengan abnormalitas kromosom pada wanita usia

lanjut.

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05

diperoleh nilai χ2 hitung = 11,864 dengan nilai p (value) = 0,001 pada α = 0,05.

Karena nilai p (value) 0,001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara

umur ibu dengan kejadian abortus immenens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar

4,750, ini berarti bahwa umur ibu dalam kelompok kontrol mempunyai peluang 4,7

kali lebih tinggi mengalami kejadian abortus Imminens dibandingkan dengan umur

ibu dalam kelompok kontrol. Dan dari hasil analisa multivariat diperoleh nilai OR

untuk umur ibu sebesar 3,791 yang berarti ibu dalam kelompok umur berisiko

berpeluang sebesar 3,7 kali mengalami kejadian abortus imminens.

Ibu yang berada dibawah umur 20 tahun mengalami kejadian Abortus

Imminens karena ibu belum mempunyai kemampuan dalam mempersiapkan

kehamilannya dan masih terlalu muda. Selain itu ibu yang berumur muda kurang

memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilannya, sehingga yang dapat

berdampak meningkatkan berbagai risiko. ibu yang berumur diatas 35 tahun akan

mengalami berbagai komplikasi dalam kehamilan, hal ini disebabkan karena

penurunan kemampuan fisik / daya tahan tubuh, karena terjadinya proses degeneratif

yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh dan janin.

Universitas Sumatera Utara

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

68

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamidah (2013) di RSUD Cipto

Mangunkusumo Jakarta, dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa ibu yang

berusia < 20 tahun dan > 35 tahun yang mengalami abortus imminens mempunyai

proporsi sebanyak 51,9 %, sedangkan 48,1 % lainnya tidak mengalami abortus

imminens. Setelah diuji dengan statistic chi square ternyata didapatkan nilai p <0,001

(nilai p <0,005) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna

antara usia ibu dengan kejadian abortus. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Handayani (2014) di Rumah Sakit Daerah Ambarawa bahwa berdasarkan uji Chi

Square didapat p-value 0,026. Oleh karena p-value = 0,026 < α (0,05), disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian abortus di

Rumah Sakit Daerah Ambarawa Tahun 2014. Dan juga penelitian Winda Ricika

(2015) di RSU PKU Muhammadiyah Bantul bahwa ada hubungan antara umur

dengan kejadian abortus pada ibu primigravida dengan p-value = 0,041 (<0,05) dan

nilai OR 4,333 artinya Ibu primigravida dengan umur berisiko (<20 dan >35 tahun)

berpeluang 4,333 kali lebih besar mengalami abortus dibanding dengan ibu dengan

umur tidak berisiko (20 – 35 tahun).

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman dalam kehamilan,

persalinan dan kelahiran yaitu 20-34 tahun. Frekuensi abortus yang secara klinis

bertambah 12 % pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26 %

pada wanita yang berumur diatas 40 tahun. Risiko abortus juga meningkat seiring

dengan paritas. Paritas lebih dari 3 termasuk risiko tinggi terjadinya abortus

(Cunningham dkk, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

69

Menurut Wiki (2009) bahwa pada kehamilan di usia di bawah 20 tahun secara

biologis belum optimal emosionalnya, sehingga mudah mengalami keguncangan

yang menyebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan zat-zat gizi selama

kehamilan. Selain itu kehamilan di usia muda menyebabkan belum sempurnanya

perkembangan dinding rahim, dan menyebabkan terjadinya abortus.

Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor risikonya meliputi usia

dan riwayat abortus berulang. Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus berulang

karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil

sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan

janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan

berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom dan penyakit kronis

(Manuaba, 2013).

5.2. Pengaruh Usia Kehamilan terhadap Kejadian Abortus Imminens

Usia kehamilan pada Ibu Hamil dengan Abortus Imminens kurang dari 20

minggu sebanyak 30 orang (60%). Usia. Ibu yang usia kehamilan kurang dari 20

minggu kemungkinan janin yang dikandung masih lemah, sehingga apabila ibu

melakukan aktivitas yang berlebih atau banyak maka akan mudah mengalami abortus.

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05

diperoleh nilai χ2 hitung = 9,131 dengan nilai p (value) = 0,003 pada α = 0,05. Karena

nilai p (value) 0,003 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara usia

kehamilan dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar

Universitas Sumatera Utara

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

70

3,85, ini berarti bahwa pada usia kehamilan ibu dalam kelompok kasus mempunyai

peluang 3,8 kali lebih tinggi mengalami kejadian abortus imminens dibandingkan ibu

dalam kelompok kontrol.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mursyida (2011) di Instalasi Rawat

Inap Kebidanan Rumah sakit Muhammadiyah Palembang dengan hasil analisis

bivariat usia kehamilan risiko tinggi dengan kejadian abortus imminens sebesar

48,5% lebih besar dari usia kehamilan risiko rendah sebesar 27,5 %. Hasil uji statistik

Chi-square dengan ρ value = 0,030 lebih kecil dari α = 0,05, ada hubungan bermakna

antara usia kehamilan dengan kejadian abortus imminens. Dan penelitian ini sejalan

juga dengan penelitian Surjadi di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung (2004)

dengan hasil uji statistik ρ value = 0,01 lebih kecil dari α = 0,05, ada hubungan

bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Dr. Hasan

Sadikin Bandung. Dari analisis ini nilai Odd Ratio (OR) 2,486, berarti responden usia

kehamilan risiko tinggi berpeluang 2,486 kali dari pada responden usia kehamilan

risiko rendah.

Penelitian Hamidah (2013) di RSUD Cipto Mangunkusumo Jakarta

didapatkan bahwa analisis data menunjukkan bahwa usia kehamilan pada ibu yang

mengalami abortus imminens lebih banyak terjadi pada usia 12-19 minggu. Setelah

diuji statistic dengan chi square, ternyata terdapat hubungan yang bermakna antara

usia kehamilan dengan kejadian abortus, yang ditandai dengan nilai p-value = 0,23.

Akan tetapi, hasil odds ratio menunjukkan bahwa risiko yang didapatkan 0,505 kali

lebih kecil pada ibu dengan usia kehamilan <12 minggu.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

71

Menurut Wiknjosastro pada (2010) pada kehamilan kurang dari 8 minggu villi

koriales belum menembus desidua secara mendalam sehingga pada umumnya

perdarahan tidak terlalu banyak. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales

menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya dapat menyebabkan banyak

perdarahan. abortus imminens juga terjadi dapat pada usia kehamilan risiko rendah

karena pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai risiko untuk terjadi abortus

imminens, bila tidak ditangani dan dicegah dengan asuhan kebidanan yang lebih baik.

Sedangkan perdarahan yang banyak dapat terjadi pada usia kehamilan risiko tinggi

dengan kejadian abortus imminens. Perdarahan tersebut dapat diatasi dengan istirahat

total ditempat tidur sampai perdarahan berhenti dan kehamilan masih dalam kondisi

yang baik dan jika perdarahan telah berhenti ibu tidak boleh melakukan pekerjaan

yang berat selama hamil, menghindari hubungan seksual yang berlebihan sewaktu

hamil, dan lain-lain.

5.3. Pengaruh Paritas terhadap Kejadian Abortus Imminens

Ibu Hamil Dengan Abortus Imminens dengan paritas <1 dan ≥4 yaitu 37

orang (74%) yang mengalami abortus imminens. Hal ini kemungkinan disebabkan

terlalu seringnya ibu hamil sehingga menyebabkan rahim ibu lemah dan rengang.

Bila ibu terlalu sering melahirkan, rahim ibu akan semakin lemah. Bila ibu telah

melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu

kehamilan, persalinan, dan nifas. Risiko abortus akan semakin meningkat dengan

bertambahnya paritas dan di samping semakin lanjutnya usia ibu. Pada multiparitas

Universitas Sumatera Utara

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

72

lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna dan dan tidak

siap menerima hasil konsepsi sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada

hasil konsepsi kurang sempurna dan mengakibatkan pertumbuhan hasil konsepsi akan

terganggu (Azhari, 2011) Hal ini juga sejalan dengan pendapat Meclicine (2004)

bahwa ibu dengan paritas tinggi (melahirkan lebih dari 3 kali cenderung mengalami

komplikasi dalam kehamilan dan akan berpengaruh pada persalinan.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p <

0,05 diperoleh nilai χ2 hitung = 16,103 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.

Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara

paritas dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar 5,52,

ini berarti bahwa paritas ibu dalam kelompok kasus mempunyai peluang 5,5 kali

lebih tinggi berisiko mengalami kejadian abortus imminens dibandingkan dengan

paritas ibu dalam kelompok kontrol. Dan dari hasil analisa multivariat diperoleh nilai

OR untuk paritas sebesar 6,304 yang berarti ibu dalam kelompok paritas berisiko

mempunyai peluang sebesar 6,3 kali mengalami kejadian abortus imminens. Ibu

dengan paritas multipara akan sering mengalami gangguan pada perkembangan

janinnya, hal ini sehubungan dengan makin menurunya stamina ibu dan degeneratif

sel sel tubuh sehingga menyebabkan kondisi rahim ibu tidak kuat lagi seperti semula.

Risiko abortus imminens semakin tinggi dengan bertambahnya paritas dan

semakin bertambahnya usia ibu dengan asumsi bahwa semakin tinggi paritas maka

semakin tinggi angka kejadian abortus dan semakin rendah paritas

maka angka kejadian abortus akan semakin rendah. Komplikasi yang berbahaya pada

Universitas Sumatera Utara

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

73

abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok. Selain risiko secara fisik,

wanita yang mengalami abortus juga akan mengalami risiko psikologis seperti

adanya konflik dalam pengambilan keputusan, bersikap mendua dan ragu-ragu dalam

membuat keputusan, merasa ditekan atau dipaksa, merasa tidak kuasa memutuskan

atau merasa berhak memilih (Rukiyah, 2010).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamidah (2013) di RSUD Cipto

Mangunkusumo Jakarta didapatkan bahwa ibu yang paritasnya <1 dan ≥3 pada

penderita abortus imminens mempunyai proporsi 13%. Setelah diuji dengan statistik

chi square ternyata didapatkan nilai p = 0,049 (nilai p <0,005) sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian

abortus imminens dan hasil analisis multivariat ibu yang memiliki paritas ≥3

memiliki risiko 6,9 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki paritas 1 - 3.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mursyida (2011) di

Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah sakit Muhammadiyah Palembang didapatkan

bahwa ρ value = 0,002 lebih kecil dari α = 0,05, ada hubungan bermakna antara

paritas dengan kejadian abortus imminens. Dan penelitian Hj. Husna (Poltekkes

Makasar) di RSUD Lamadukkelleng Sengkang Kabupaten Wajo pada tahun 2010, ρ

value = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, ada hubungan bermakna antara paritas dengan

kejadian abortus imminens di RSUD Lamadukkelleng Sengkang kabupaten Wajo.

Dari analisis ini nilai Odd Ratio (OR) 2,917, berarti responden paritas risiko tinggi

berpeluang 2,917 kali dari pada responden paritas risiko rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

74

Menurut Wiknjosastro (2010) paritas adalah jumlah anak yang telah

dilahirkan ibu baik dalam keadaan hidup atau meninggal. Ibu yang mempunyai

paritas lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan

saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan

paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi

(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, lebih tinggi paritas

lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan

obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah

dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak

direncanakan.

Dalam hasil penelitian ini abortus imminens juga terjadi pada paritas risiko

rendah karena pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai risiko untuk terjadi abortus

imminens, bila tidak ditangani dan dicegah dengan asuhan kebidanan yang lebih baik.

Sedangkan paritas risiko tinggi primigravida dapat disebabkan oleh kurangnya asuhan

obstetric yang baik selama kehamilan. Tetapi jika dilakukan asuhan obstetric yang

lebih baik selama kehamilan, kehamilan akan dapat berlangsung sampai aterm.

Sedangkan paritas risiko tinggi hamil lebih dari atau sama dengan 4 kali dapat

disebabkan oleh menurunnya fungsi alat reproduksi dalam menerima buah kehamilan

dan dapat dikurangi atau dicegah dengan mengikuti program keluarga berencana.

5.4. Pengaruh Riwayat Abortus terhadap Kejadian Abortus Imminens

Ibu Hamil dengan Abortus Imminens paling banyak memiliki riwayat abortus

yaitu 37 orang (74%). Ibu Hamil dengan Abortus Imminens dengan riwayat abortus.

Universitas Sumatera Utara

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

75

Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus

berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa

setelah 1 kali abortus pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi,

sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%. Beberapa studi

meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30-45%

(Prawirohardjo, 2014).

Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor risikonya meliputi usia

dan riwayat abortus berulang. Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus berulang

karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil

sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan

janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan

berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom dan penyakit kronis

(Manuaba, 2013).

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05

diperoleh nilai χ2 hitung = 33,980 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.

Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara

riwayat abortus dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui

sebesar 14,94, ini berarti bahwa ibu pada kelompok kasus mempunyai peluang 14,9

kali lebih tinggi mengalami abortus imminens dibandingkan dengan ibu dalam

kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena dengan adanya riwayat abortus, ibu

hamil akan berisiko mengalami abortus kembali. Ini juga terjadi karena faktor

Universitas Sumatera Utara

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

76

psikologis yang dapat menganggu ibu dalam menghadapi kehamilan, trauma pernah

mengalami abortus sebelumnya dapat memicu terjadinya abortus selanjutnya.

Ibu dengan riwayat sudah pernah mengalami abortus dua kali berturut-turut

maka kehamilan berikutnya hanya 63% berjalan normal, tetapi kehamilan keempat

berjalan normal hanya sekitar 16% (Mochtar, 2011). Menurut pendapat Danvers

(2010), semakin tinggi riwayat abortus, semakin besar pula risiko terjadinya abortus.

Penelitian Maconochie dkk (2011) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara riwayat abortus dengan kejadian abortus.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baba dkk (2010) di

Osaka, Jepang yang mendapatkan bahwa terdapat peningkatan risiko abortus pada

wanita yang memiliki riwayat abortus sebelumnya yang dibuktikan dengan hasil nilai

OR sebesar 1,98 pada wanita dengan riwayat abortus sebanyak 1 kali, nilai OR 2,36

pada wanita yang memiliki 2 kali riwayat abortus dan nilai OR 8,73 pada yang

pernah mengalami 3 atau lebih abortus sebelumnya.

Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Lukitasari (2010) di RS

H.M Ryacudu Kotabumi Lampung Utara yang mendapatkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan (nilai p = 0,0001) antara riwayat abortus yang dimiliki ibu

dengan kejadian abortus. Penelitian lain menurut Wahyuni (2012) di wilayah

puskesmas Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat bahwa ada

hubungan (nilai p = 0,04) antara riwayat abortus dengan kejadian abortus. Selain itu

pasien yang pernah mengalami abortus akan cencerung mengalami abortus sebesar

2,8 kali dibandingkan pasien yang tidak pernah mengalami abortus. Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

77

Hamidah (2013) di RSUD Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan bahwa hasil uji

statistic chi square ternyata didapatkan nilai p=0,004 (nilai p <0,005) sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara riwayat abortus dengan

kejadian abortus dengan OR 4,239. Faktor ini berisiko 4,2 kali lebih besar jika

dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat abortus.

Abortus Habitualis (Keguguran berulang), adalah keadaan dimana penderita

mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Menurut HERTIG abortus

spontan terjadi 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8% dari abortus

spontan. Apabila seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut

maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%.

Apabila abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke-4 berjalan

normal hanya 16 % (Mochtar, 2011).

Maconochie dkk (2011) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara riwayat abortus dengan kejadian abortus. Maconochie berpendapat

bahwa kehamilan pertama mempunyai risiko abortus yang lebih tinggi daripada

kehamilan kedua dan ketiga. Akan tetapi, risiko abortus kembali meningkat setelah

kehamilan keempat. Penyebab kejadian ini belum dapat diketahui secara pasti.

Menurut Danvers (2010), risiko abortus akan semakin meningkat ketika riwayat

kehamilan ibu bertambah. Kehamilan lebih dari tiga kali mempunyai risiko

terjadinya serviks inkompeten sehingga dapat menyebabkan abortus.

Prawirohardjo (2014) mengemukakan bahwa wanita yang telah mengalami

keguguran 2 kali bahkan sampai 3 kali berturut-turut, mempunyai kemungkinan

Universitas Sumatera Utara

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

78

untuk kembali keguguran menjadi lebih besar. Menurut Malpas dan Eastman

kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%.

Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn Jones memberi prognosis yang lebih

baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2010). Kejadian abortus diduga

mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit

kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat abortus

mempunyai risiko lebih tinggi untuk persalinan prematur, abortus berulang dan bayi

dengan berat badan lahir rendah (Cunningham, 2014).

Dan peneliti berpendapat bahwa kejadian abortus mempunyai efek terhadap

kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil

kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko lebih tinggi

untuk abortus berulang.

5.5. Pengaruh Penyakit Ibu terhadap Kejadian Abortus Imminens

Ibu Hamil dengan Abortus Imminens memiliki penyakit sebanyak 39 orang

(78%). Ibu yang mempunyai penyakit maka fisiknya tidak akan siap dalam

menghadapi kehamilan. Penyakit yang diserita ibu hamil akan memperburuk risiko

janin yang dikandungnya, sebab kondisi janin akan bergantung pada kondisi

kesehatan ibu. Selain itu ibu yang mengalami kelainan plasenta, misalnya endarteritis

terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga

mengganggu pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak

kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

79

Penyakit ibu dapat secara langsung memengaruhi pertumbuhan janin dalam

kandungan melalui plasenta. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis,

malaria, dan sifilis. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju

sirkulasi retroplasenta. Dan penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal,

penyakit hati, dan penyakit diabetes mellitus.

Penyakit-penyakit ibu seperti penyakit infeksi yang menyebabkan demam

tinggi karena pneumonia, tifoid, pielitis, rubella, demam malta, dan sebagainya;

Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus

pada fetus; Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain, ibu yang asfeksia

seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi gravis; Malnutrisi,

avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan vitamin A, C, atau

E, dan diabetes melitus juga merupakan faktor penyebab terjadinya abortus imminens

(Mochtar, 2011).

Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05

diperoleh nilai χ2 hitung = 41,374 dengan nilai p (value) = 0,0001 pada α = 0,05.

Karena nilai p (value) 0,0001 < 0,05 yang berarti menunjukan ada pengaruh antara

penyakit ibu dengan kejadian abortus imminens. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar

26,0, ini berarti bahwa ibu pada kelompok kasus berisiko mengalami kejadian abortus

imminens sebesar 26 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu pada kelompok

kontrol. Dan dari hasil analisa multivariat diperoleh nilai OR untuk paritas sebesar

27,936 yang berarti ibu yang memiliki penyakit berisiko 27,9 kali mengalami

kejadian abortus imminens dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki penyakit.

Universitas Sumatera Utara

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

80

Hampir 50% dari kehamilan berakhir dengan keguguran, jika kehamilan

berlanjut janin yang dilahirkan oleh ibu akan berakibat buruk seperti kelahiran

prematur, ketuban pecah dini, preeklamsia, solusio plasenta dan Intrauterine Growth

Restriction (IUGR) dapat terjadi. Hal ini juga diketahui bahwa usia ibu, penyakit

sistemik seperti diabetes mellitus, hipotiroidisme, pengobatan infertilitas, trombofilia,

berat badan ibu dan struktur rahim yang abnormal meningkatkan risiko abortus

imminens (Yakistiran dkk, 2016).

Ibu yang menderita penyakit seperti pneumonia, tifus abdominalis,

pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat, keracunan,

laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,

mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis, kemunginan akan mengalami abortus. Ibu

yang mempunyai penyakit kemungkinan akan mengalami beberapa risiko yang

menyebabkan abortus, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir yang

rendah, pendarahan antepartum, ketuban pecah dini hingga keguguran atau kematian

janin. Karena itu, jika setelah abortus imminens ini kehamilan masih dilanjutkan,

pemeriksaan rutin, istirahat yang cukup serta makanan bernutrisi tinggi menjadi

kebutuhan yang harus dipenuhi.

Bagi perempuan hamil yang memiliki kehamilan dengan risiko tinggi

sebaiknya memelihara kesehatan agar tidak sakit, melakukan kontrol kehamilan

secara teratur baik itu kepada bidan maupun kepada dokter kandungan dan

memeriksakan diri secara teratur setiap bulan agar dapat mencegah hal-hal yang

membahayakan bagi ibu dan bayi. Bidan ataupun dokter dapat mendeteksi dan

Universitas Sumatera Utara

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

81

memberikan perawatan sejak dini sehingga hal-hal yang dapat membahayakan ibu

dan bayi dapat diantisipasi sejak awal. Seorang perempuan hamil juga harus menjaga

asupan gizinya dengan makan makanan yang bergizi tinggi dengan diet seimbang dan

selalu menjaga berat badan ibu sehingga terkontrol dan tidak mengalami tekananan

darah tinggi. Seorang perempuan hamil juga sebaiknya tetap melakukan olahraga

ringan yang sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi seperti berenang dan berjalan kaki.

Perbanyaklah pengetahuan mengenai kehamilan dan risiko kehamilan tinggi sehingga

dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

5.6. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan. Adanya

beberapa keterbatasan yang dihadapi peneliti diantaranya adalah sulitnya membaca

beberapan tulisan di catatan rekam medik sehingga peneliti harus benar-benar

menyesuaikannya agar tidak ada kesalahan dalam data yang di dapat dari catatan

rekam medik. Banyaknya file catatan rekam medik membuat peneliti memerlukan

waktu lama untuk menemukan file catatan rekam medik pasien yang di diagnosa

Abortus Imminens.

Universitas Sumatera Utara

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

82

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat diambil

beberapa kesimpulan mengenai faktor-faktor yang paling memengaruhi (dominan)

terhadap kejadian abortus imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan.

1. Umur ibu berpengaruh dengan kejadian abortus imminens dengan p-value

sebesar 0,033. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar 4,750, ini berarti bahwa

umur ibu dalam kelompok kontrol mempunyai peluang 4,7 kali lebih tinggi

mengalami kejadian abortus Imminens dibandingkan dengan umur ibu dalam

kelompok kontrol.

2. Tidak ada pengaruh usia kehamilan dengan kejadian abortus imminens.

3. Paritas berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens dengan p-value

sebesar 0,006. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar 3,85, ini berarti bahwa usia

kehamilan ibu dalam kelompok kasus mempunyai peluang 3,8 kali lebih

tinggi mengalami kejadian abortus imminens dibandingkan usia kehamilan

ibu dalam kelompok kontrol.

4. Riwayat abortus tidak berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens.

5. Penyakit Ibu berpengaruh terhadap kejadian abortus imminens dengan p-

value sebesar 0,006. Nilai Odds Ratio diketahui sebesar 26,0, ini berarti

82

Universitas Sumatera Utara

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

83

bahwa ibu pada kelompok kasus berisiko mengalami kejadian abortus

imminens sebesar 26 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu pada

kelompok kontrol.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas faktor yang paling memengaruhi (dominan)

terhadap kejadian abortus imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan yaitu umur ibu, paritas, dan penyakit Ibu. Adapun saran-saran

adalah sebagai berikut

1. Bagi Ibu Hamil

Sebagai bahan informasi dan menambah pemahaman ibu hamil untuk

mengetahui faktor risiko dan komplikasi dalam kehamilan untuk meminimalkan

kejadian abortus imminens.

2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar lebih meningkatkan program di

ruangan kebidanan mengenai penyuluhan dan konseling tentang tanda bahaya

komplikasi kehamilan khususnya Abortus Imminens dan pemeriksaan deteksi

dini terhadap penyakit seperti Hipertensi, Anemia, Diabetes Mellitus, Hepatitis,

Demam Berdarah, dan penyakit lainnya kepada ibu hamil saat melakukan

kunjungan dan pemeriksaan kehamilan di poli kebidanan rumah sakit sehingga

ibu dapat mengetahui penyebab terjadinya abortus imminens dan apabila ada

riwayat penyakit ibu terdahulu ataupun penyakit ibu yang terdeteksi saat

Universitas Sumatera Utara

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

84

pemeriksaan dapat segera di antisipasi dan diberi penanganan yang tepat sesuai

dengan diagnosa yang didapatkan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau

bahan bacaan di perpustakaan dan dapat menambah ilmu pengetahuan sehingga

diharapkan dapat djadikan sumber pengetahuan dan pengalaman.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar menambah variabel, populasi

dan sampel serta melakukan penelitian di tempat yang berbeda. Semoga

penelitian ini bisa menjadi data yang dapat dipergunakan dan menjadi referensi

untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

85

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Cunningham, F. Gary. 2014. Williams Obstetrics 24th Edition. United States:

McGraw-Hill Education.

Hamidah. 2013. Faktor Dominan yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus

Imminens. Jurnal Ilmu & Teknologi Ilmu Kesehatan, Jilid 1, Nomor 1,

September 2013 : 29-33.

Handayani, Popy. 2015. Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus di

RSUD Ambarawa Tahun 2014. Jurnal Gizi dan Kesehatan Vol 7 Nomor 15.

Universitas Ngudi Waluyo Ungaran.

Ilhaini, Nur. 2013. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan

Penatalaksanaan. Majalah Cermin Dunia Kedokteran CDK-206/ vol. 40 no. 7

: 492-496

Kusumawati, Diah Utami. 2014. Tercatat Angka Aborsi Meningkat di Perkotaan.

Jakarta: CNN Indonesia Trans Media. Diakses 12 April 2017;

www.cnnindonesia.com/nasional/

Lemeshow, Stanley., Hosmer, D.W., Klar, J., Lwanga, S.K. 1997. Besar Sampel

Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Manuaba, Ida Bagus Gde., Manuaba Ida Bagus Gde Fajar., Manuaba Ida Ayu

Chandranita. 2013. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB Untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG

Mariana, Dina. 2016. Persepsi Ibu Hamil Mengenai Peran Bidan Dalam Memberikan

Pedidikan Kesehatan Tentang Abortus Imminens Di Klinik Bersalin Elvina

Tanjung Sari Medan Tahun 2014. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan

Epidemiologi Vol 1 No 1. Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan

Masyarakat.

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.

Jakarta: EGC

Universitas Sumatera Utara

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

86

Notoatmodjo, Soekidjo. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Rahmani, Silmi Lisani. 2014. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Abortus Di RS Prikasih

Jakarta Selatan Pada tahun 2013. Skripsi Publikasi. Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kedokteran.

Ricika, Winda. 2015. Hubungan Umur Dengan Kejadian Abortus Pada Ibu

Primigravida Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2013-2014. Karya

Tulis Ilmiah Publikasi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik.

Studnicki, James., J. MacKinnon, Sharon., W. Fisher, John. 2016. Induced Abortion,

Mortality, and the Conduct of Science. Scientific Research Publishing, Open

Journal of Preventive Medicine, 2016, 6, 170-177. Diakses 23 Maret 2017;

http://dx.doi.org/10.4236/ojpm.2016.66016

Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. 2013. Jakarta: Badan

Pusat Statistik

Wadud, Mursyida. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Abortus Imminens Di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang Tahun 2011. Poltekkes Kemenkes Palembang

Jurusan Kebidanan. Diakses 13 Februari 2017;

www.poltekkespalembang.ac.id

Rukiyah, Yeyeh Ai., Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi Kebidanan).

Jakarta : Trans Info Medika

Yakıştıran, Betül., Yüce ,Tuncay., Söylemez, Feride. 2016. First Trimester

Bleeding and Pregnancy Outcomes: Case-Control Study. International

Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences IJWHR Vol. 4, No. 1,

January 2016, 4–7. Diakses 22 Maret 2017; http://www.ijwhr.net

Universitas Sumatera Utara

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

87

Universitas Sumatera Utara

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

88

Universitas Sumatera Utara

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

89

Universitas Sumatera Utara

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

90

Universitas Sumatera Utara

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

1

DATA KASUS

No Umur Kategori Umur Usia

Kehamilan Kategori Usia

Kehamilan Paritas Kategori Paritas Riwayat Abortus Penyakit Kejadian Abortus

1 18 Berisiko 19 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

2 18 Berisiko 22 Tidak berisiko 1 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

3 37 Berisiko 24 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif

4 39 Berisiko 23 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

5 36 Berisiko 18 Berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

6 19 Berisiko 17 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

7 19 Berisiko 25 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

8 37 Berisiko 15 Berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif

9 40 Berisiko 13 Berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

10 39 Berisiko 26 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

11 20 Tidak berisiko 24 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif

12 19 Berisiko 27 Tidak berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif

13 18 Berisiko 12 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

14 37 Berisiko 15 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

15 33 Tidak berisiko 28 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif

16 39 Berisiko 17 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

17 19 Berisiko 29 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

18 40 Berisiko 19 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

19 34 Tidak berisiko 15 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

20 39 Berisiko 13 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

21 41 Berisiko 17 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

22 36 Berisiko 18 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

23 30 Tidak berisiko 16 Berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif

24 29 Tidak berisiko 15 Berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif

25 27 Tidak berisiko 14 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

26 38 Berisiko 12 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

27 27 Tidak berisiko 28 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

28 29 Tidak berisiko 15 Berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

29 38 Berisiko 27 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif

30 42 Berisiko 17 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

Universitas Sumatera Utara

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

2

31 34 Tidak berisiko 19 Berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

32 39 Berisiko 16 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

33 38 Berisiko 27 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

34 40 Berisiko 25 Tidak berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif

35 41 Berisiko 23 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

36 39 Berisiko 19 Berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

37 40 Berisiko 17 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

38 19 Berisiko 27 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

39 38 Berisiko 16 Berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Berisiko Positif

40 36 Berisiko 19 Berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

41 39 Berisiko 28 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Positif

42 34 Tidak berisiko 30 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif

43 17 Berisiko 27 Tidak berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Positif

44 19 Berisiko 19 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

45 38 Berisiko 17 Berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

46 34 Tidak berisiko 26 Tidak berisiko 4 Berisiko Tidak berisiko Berisiko Positif

47 39 Berisiko 18 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

48 42 Berisiko 29 Tidak berisiko 4 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

49 40 Berisiko 19 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

50 33 Tidak berisiko 16 Berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Positif

Universitas Sumatera Utara

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

3

DATA KONTROL

No Umur Kategori Umur Usia

Kehamilan Kategori Usia

Kehamilan Paritas Kategori Paritas Riwayat Abortus Penyakit Kejadian Abortus

1 24 Tidak berisiko 23 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Negatif

2 36 Berisiko 25 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

3 20 Berisiko 30 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

4 19 Berisiko 27 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

5 33 Tidak berisiko 23 Tidak berisiko 1 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

6 19 Berisiko 18 Berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

7 28 Tidak berisiko 15 Berisiko 3 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Negatif

8 30 Tidak berisiko 12 Berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Berisiko Negatif

9 20 Tidak berisiko 10 Berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Berisiko Negatif

10 34 Tidak berisiko 18 Berisiko 1 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

11 29 Tidak berisiko 22 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

12 25 Tidak berisiko 19 Berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

13 18 Berisiko 15 Berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

14 36 Berisiko 21 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

15 27 Tidak berisiko 16 Berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

16 19 Berisiko 12 Berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

17 37 Berisiko 23 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

18 36 Berisiko 15 Berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

19 29 Tidak berisiko 26 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

20 33 Tidak berisiko 24 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

21 20 Tidak berisiko 12 Berisiko 1 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

22 26 Tidak berisiko 27 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

23 22 Tidak berisiko 26 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

24 25 Tidak berisiko 23 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

25 29 Tidak berisiko 22 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

26 20 Tidak berisiko 28 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

27 30 Tidak berisiko 25 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

28 34 Tidak berisiko 24 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

29 32 Tidak berisiko 22 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

30 36 Berisiko 29 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

Universitas Sumatera Utara

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

4

31 19 Berisiko 31 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

32 28 Tidak berisiko 30 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Berisiko Negatif

33 38 Berisiko 32 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

34 36 Berisiko 29 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

35 19 Berisiko 26 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

36 29 Tidak berisiko 28 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

37 18 Berisiko 30 Tidak berisiko 3 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

38 33 Tidak berisiko 33 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Berisiko Negatif

39 27 Tidak berisiko 34 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Berisiko Tidak berisiko Negatif

40 30 Tidak berisiko 37 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Tidak berisiko Negatif

41 31 Tidak berisiko 35 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Tidak berisiko Negatif

42 34 Tidak berisiko 38 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

43 33 Tidak berisiko 34 Tidak berisiko 0 Berisiko Berisiko Tidak berisiko Negatif

44 18 Berisiko 18 Berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

45 36 Berisiko 33 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

46 37 Tidak berisiko 30 Tidak berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

47 19 Berisiko 19 Berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

48 18 Berisiko 32 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

49 38 Berisiko 20 Berisiko 0 Berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

50 35 Tidak berisiko 35 Tidak berisiko 2 Tidak berisiko Tidak berisiko Tidak berisiko Negatif

Universitas Sumatera Utara

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

1

Master Data Kasus

No Umur Ibu Usia Kehamilan Paritas Riwayat Abortus Penyakit

1 1 1 1 1 1

2 1 0 0 1 1

3 1 0 1 0 0

4 1 0 0 1 1

5 1 1 0 1 1

6 1 1 1 1 1

7 1 0 1 1 1

8 1 1 0 0 0

9 1 1 0 1 1

10 1 0 0 1 1

11 0 0 0 0 0

12 1 0 1 0 0

13 1 1 1 1 1

14 1 1 1 1 1

15 0 0 1 0 0

16 1 1 1 1 1

17 1 0 1 1 1

18 1 1 1 1 1

19 0 1 1 1 1

20 1 1 1 1 1

21 1 1 1 1 1

22 1 1 1 1 1

23 0 1 1 0 0

24 0 1 1 0 0

25 0 1 1 1 1

26 1 1 1 1 1

27 0 0 0 1 1

28 0 1 0 1 1

29 1 0 1 0 0

30 1 1 1 1 1

31 0 1 0 1 1

32 1 1 1 1 1

33 1 0 0 1 1

34 1 0 1 0 0

35 1 0 0 1 1

Universitas Sumatera Utara

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

2

36 1 1 0 1 1

37 1 1 1 1 1

38 1 0 1 1 1

39 1 1 0 0 1

40 1 1 0 1 1

41 1 0 0 1 1

42 0 0 0 0 0

43 1 0 1 0 0

44 1 1 1 1 1

45 1 1 1 1 1

46 0 0 1 0 1

47 1 1 1 1 1

48 1 0 1 1 1

49 1 1 1 1 1

50 0 1 1 1 1

Universitas Sumatera Utara

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

3

Master Data Kontrol

No Umur Ibu Usia Kehamilan Paritas Riwayat Abortus Penyakit

1 0 0 0 0 1

2 1 0 0 0 0

3 1 0 0 0 0

4 1 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0

6 1 1 0 0 1

7 0 1 0 1 1

8 0 1 0 0 1

9 0 1 0 0 0

10 0 1 0 0 0

11 0 0 0 0 0

12 0 1 0 0 0

13 1 1 0 0 0

14 1 0 0 0 0

15 0 1 0 0 0

16 1 1 1 0 0

17 1 0 0 0 0

18 1 1 1 0 0

19 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0

21 0 1 0 0 0

22 0 0 0 0 0

23 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0

27 0 0 0 0 0

28 0 0 0 0 0

29 0 0 0 0 0

30 1 0 0 0 0

31 1 0 0 0 0

32 0 0 0 1 1

33 1 0 0 0 0

34 1 0 0 0 0

35 1 0 1 0 0

Universitas Sumatera Utara

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

4

36 0 0 1 0 0

37 1 0 0 0 0

38 0 0 1 1 1

39 0 0 0 1 0

40 0 0 1 1 0

41 0 0 1 1 0

42 0 0 0 0 0

43 0 0 1 1 0

44 1 1 1 0 0

45 1 0 1 0 0

46 0 0 1 0 0

47 1 1 1 0 0

48 1 0 0 0 0

49 1 1 1 0 0

50 0 0 0 0 0

Universitas Sumatera Utara

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

5

ANALISA BIVARIAT

Crosstabs

Penyakit Ibu * Kejadian Abortus Imminens

Crosstab

Kejadian Abortus Imminens

Total - (Negatif) + (Positif)

Penyakit Ibu Tidak Ada Count 44 11 55

Expected Count 27.5 27.5 55.0

% within Kejadian Abortus Imminens

88.0% 22.0% 55.0%

Ada Count 6 39 45

Expected Count 22.5 22.5 45.0

% within Kejadian Abortus Imminens

12.0% 78.0% 45.0%

Total Count 50 50 100

Expected Count 50.0 50.0 100.0

% within Kejadian Abortus Imminens

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 44.000a 1 .000

Continuity Correctionb 41.374 1 .000

Likelihood Ratio 48.244 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 43.560 1 .000

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

6

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Penyakit Ibu (Tidak berisiko / Berisiko)

26.000 8.793 76.876

For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)

6.000 2.816 12.785

For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)

.231 .134 .396

N of Valid Cases 100

Riwayat Abortus * Kejadian Abortus Imminens

Crosstab

Kejadian Abortus Imminens

Total - (Negatif) + (Positif)

Riwayat Abortus Tidak Ada Count 42 13 55

Expected Count 27.5 27.5 55.0

% within Kejadian Abortus Imminens

84.0% 26.0% 55.0%

Ada Count 8 37 45

Expected Count 22.5 22.5 45.0

% within Kejadian Abortus Imminens

16.0% 74.0% 45.0%

Total Count 50 50 100

Expected Count 50.0 50.0 100.0

% within Kejadian Abortus Imminens

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 33.980a 1 .000

Continuity Correctionb 31.677 1 .000

Likelihood Ratio 36.355 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 33.640 1 .000

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.50.

Universitas Sumatera Utara

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

7

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 33.980a 1 .000

Continuity Correctionb 31.677 1 .000

Likelihood Ratio 36.355 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 33.640 1 .000

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Riwayat Abortus (Tidak berisiko / Berisiko)

14.942 5.578 40.028

For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)

4.295 2.253 8.190

For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)

.287 .175 .471

N of Valid Cases 100

Paritas * Kejadian Abortus Imminens

Crosstab

Kejadian Abortus Imminens

Total - (Negatif) + (Positif)

Paritas 1-3 Count 33 13 46

Expected Count 27.0 23.0 46.0

% within Kejadian Abortus Imminens

66.0% 26.0% 46.0%

<1 dan ≥ 4 Count 17 37 54

Expected Count 23.0 27.0 54.0

% within Kejadian Abortus Imminens

26.0% 74.0% 54.0%

Total Count 50 50 100

Expected Count 50.0 50.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

8

Crosstab

Kejadian Abortus Imminens

Total - (Negatif) + (Positif)

Paritas 1-3 Count 33 13 46

Expected Count 27.0 23.0 46.0

% within Kejadian Abortus Imminens

66.0% 26.0% 46.0%

<1 dan ≥ 4 Count 17 37 54

Expected Count 23.0 27.0 54.0

% within Kejadian Abortus Imminens

26.0% 74.0% 54.0%

Total Count 50 50 100

Expected Count 50.0 50.0 100.0

% within Kejadian Abortus Imminens

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 16.103a 1 .000

Continuity Correctionb 14.533 1 .000

Likelihood Ratio 16.580 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 15.942 1 .000

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Paritas (Tidak berisiko / Berisiko)

5.525 2.335 13.072

For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)

2.425 1.478 3.976

For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)

.439 .285 .677

N of Valid Cases 100

Universitas Sumatera Utara

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

9

Usia Kehamilan * Kejadian Abortus Imminens

Crosstab

Kejadian Abortus Imminens

Total - (Negatif) + (Positif)

Usia Kehamilan >20 minggu Count 36 20 56

Expected Count 28.0 28.0 56.0

% within Kejadian Abortus Imminens

72.0% 40.0% 56.0%

<20 minggu Count 14 30 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within Kejadian Abortus Imminens

28.0% 60.0% 44.0%

Total Count 50 50 100

Expected Count 50.0 50.0 100.0

% within Kejadian Abortus Imminens

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 10.390a 1 .001

Continuity Correctionb 9.131 1 .003

Likelihood Ratio 10.589 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear Association 10.286 1 .001

N of Valid Casesb 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Usia Kehamilan (Tidak berisiko / Berisiko)

3.857 1.670 8.911

For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)

2.020 1.257 3.247

For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)

.524 .349 .786

Universitas Sumatera Utara

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

10

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Usia Kehamilan (Tidak berisiko / Berisiko)

3.857 1.670 8.911

For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)

2.020 1.257 3.247

For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)

.524 .349 .786

N of Valid Cases 100

Umur Ibu * Kejadian Abortus Imminens

Crosstab

Kejadian Abortus Imminens

Total - (Negatif) + (Positif)

Umur Ibu Tidak berisiko Count 30 12 42

Expected Count 21.0 21.0 42.0

% within Kejadian Abortus Imminens

60.0% 24.0% 42.0%

Berisiko Count 20 38 58

Expected Count 29.0 29.0 58.0

% within Kejadian Abortus Imminens

40.0% 76.0% 58.0%

Total Count 50 50 100

Expected Count 50.0 50.0 100.0

% within Kejadian Abortus Imminens

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 13.300a 1 .000

Continuity Correctionb 11.864 1 .001

Likelihood Ratio 13.649 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 13.167 1 .000

N of Valid Casesb 100

Universitas Sumatera Utara

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

11

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Umur Ibu (Tidak berisiko / Berisiko)

4.750 2.008 11.236

For cohort Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)

2.071 1.384 3.100

For cohort Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)

.436 .261 .729

N of Valid Cases 100

Universitas Sumatera Utara

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

12

ANALISA UNIVARIAT

DATA KASUS Frequency Table

Umur Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak berisiko 12 24.0 24.0 24.0

Berisiko 38 76.0 76.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Usia Kehamilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak berisiko 20 40.0 40.0 40.0

Berisiko 30 60.0 60.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak berisiko 13 26.0 34.0 34.0

Berisiko 37 74.0 66.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Riwayat Abortus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak berisiko 13 26.0 26.0 26.0

Berisiko 37 74.0 74.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak berisiko 11 22.0 22.0 22.0

Berisiko 39 78.0 78.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

13

Kejadian Abortus Imminens

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid + (Positif) 50 100.0 100.0 100.0

DATA KONTROL

Frequency Table

Umur Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak berisiko 30 60.0 60.0 60.0

Berisiko 20 40.0 40.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Usia Kehamilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak berisiko 36 72.0 72.0 72.0

Berisiko 14 28.0 28.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak berisiko 33 66.0 74.0 74.0

Berisiko 17 34.0 26.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Riwayat Abortus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak berisiko 42 84.0 84.0 84.0

Berisiko 8 16.0 16.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

14

Penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak berisiko 44 88.0 88.0 88.0

Berisiko 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Kejadian Abortus Imminens

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid - (Negatif) 50 100.0 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

15

ANALISA MULTIVARIAT

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 100 98.0

Missing Cases 2 2.0

Total 102 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 102 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

- (Negatif) 0

+ (Positif) 1

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 65.684 6 .000

Block 65.684 6 .000

Model 65.684 6 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 72.946a .482 .642

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Universitas Sumatera Utara

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

16

Classification Tablea

Observed

Predicted

Kejadian Abortus Imminens Percentage Correct - (Negatif) + (Positif)

Step 1 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 37 13 74.0

+ (Positif) 6 44 88.0

Overall Percentage 81.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Umur_Ibu 1.294 .899 2.074 1 .150 3.649

Riwayat_DM .052 .880 .004 1 .953 1.054

Usia_Kehamilan -.019 .666 .001 1 .978 .982

Paritas 1.850 .682 7.352 1 .007 6.360

Riwayat_Abortus .188 .977 .037 1 .847 1.207

Penyakit_Ibu 3.333 1.075 9.609 1 .002 28.029

Constant -3.103 .700 19.673 1 .000 .045

a. Variable(s) entered on step 1: Umur_Ibu, Riwayat_DM, Usia_Kehamilan, Paritas, Riwayat_Abortus, Penyakit_Ibu.

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Kejadian Abortus Imminens Percentage Correct - (Negatif) + (Positif)

Step 0 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 0 50 .0

+ (Positif) 0 50 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .200 .000 1 1.000 1.000

Universitas Sumatera Utara

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

17

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Umur_Ibu 13.300 1 .000

Riwayat_DM 11.602 1 .001

Usia_Kehamilan 10.390 1 .001

Paritas 16.103 1 .000

Riwayat_Abortus 33.980 1 .000

Penyakit_Ibu 44.000 1 .000

Overall Statistics 53.617 6 .000

LAMPIRAN MULTIVARIAT BERTAHAP

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 100 98.0

Missing Cases 2 2.0

Total 102 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 102 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

- (Negatif) 0

+ (Positif) 1

Universitas Sumatera Utara

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

18

Block 1: Method = Forward Stepwise (Conditional)

Iteration Historya,b,c,d,e,f

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant Penyakit_Ibu Paritas Umur_Ibu

Step 1 1 91.643 -1.200 2.667

2 90.399 -1.377 3.199

3 90.385 -1.386 3.257

4 90.385 -1.386 3.258

Step 2 1 82.422 -1.597 2.433 1.091

2 78.130 -2.171 3.174 1.751

3 77.806 -2.386 3.444 2.003

4 77.802 -2.413 3.476 2.033

5 77.802 -2.413 3.477 2.033

Step 3 1 79.174 -1.863 2.303 .947 .674

2 73.570 -2.676 3.072 1.546 1.104

3 73.004 -3.033 3.417 1.816 1.288

4 72.993 -3.090 3.474 1.859 1.315

5 72.993 -3.092 3.476 1.860 1.316

6 72.993 -3.092 3.476 1.860 1.316

a. Method: Forward Stepwise (Conditional)

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 138.629

d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

e. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

f. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 48.244 1 .000

Block 48.244 1 .000

Model 48.244 1 .000

Step 2 Step 12.583 1 .000

Block 60.827 2 .000

Model 60.827 2 .000

Universitas Sumatera Utara

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

19

Step 3 Step 4.809 1 .028

Block 65.636 3 .000

Model 65.636 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 90.385a .383 .510

2 77.802b .456 .608

3 72.993c .481 .642

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

b. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

c. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .000 0 .

2 .028 2 .986

3 8.342 6 .214

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Kejadian Abortus Imminens = - (Negatif)

Kejadian Abortus Imminens = + (Positif)

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 44 44.000 11 11.000 55

2 6 6.000 39 39.000 45

Step 2 1 32 32.124 3 2.876 35

2 12 11.876 8 8.124 20

3 5 4.876 14 14.124 19

4 1 1.124 25 24.876 26

Step 3 1 19 20.087 2 .913 21

2 13 11.973 1 2.027 14

3 5 6.193 3 1.807 8

4 7 5.747 5 6.253 12

5 5 3.241 3 4.759 8

6 0 1.699 11 9.301 11

7 1 .479 4 4.521 5

8 0 .581 21 20.419 21

Universitas Sumatera Utara

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

20

Classification Tablea

Observed

Predicted

Kejadian Abortus Imminens Percentage

Correct - (Negatif) + (Positif)

Step 1 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 44 6 88.0

+ (Positif) 11 39 78.0

Overall Percentage 83.0

Step 2 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 44 6 88.0

+ (Positif) 11 39 78.0

Overall Percentage 83.0

Step 3 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 37 13 74.0

+ (Positif) 6 44 88.0

Overall Percentage 81.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Penyakit_Ibu 3.258 .553 34.697 1 .000 26.000

Constant -1.386 .337 16.912 1 .000 .250

Step 2b Paritas 2.033 .628 10.484 1 .001 7.641

Penyakit_Ibu 3.477 .645 29.092 1 .000 32.354

Constant -2.413 .547 19.493 1 .000 .090

Step 3c Umur_Ibu 1.316 .619 4.519 1 .034 3.727

Paritas 1.860 .646 8.300 1 .004 6.424

Penyakit_Ibu 3.476 .673 26.687 1 .000 32.322

Constant -3.092 .681 20.609 1 .000 .045

a. Variable(s) entered on step 1: Penyakit_Ibu.

b. Variable(s) entered on step 2: Paritas.

c. Variable(s) entered on step 3: Umur_Ibu.

Universitas Sumatera Utara

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

21

Correlation Matrix

Constant Penyakit_Ibu Paritas Umur_Ibu

Step 1 Constant 1.000 -.609

Penyakit_Ibu -.609 1.000

Step 2 Constant 1.000 -.682 -.743

Paritas -.743 .407 1.000

Penyakit_Ibu -.682 1.000 .407

Step 3 Constant 1.000 -.643 -.562 -.582

Umur_Ibu -.582 .179 -.053 1.000

Paritas -.562 .372 1.000 -.053

Penyakit_Ibu -.643 1.000 .372 .179

Model if Term Removeda

Variable Model Log Likelihood

Change in -2 Log Likelihood df

Sig. of the Change

Step 1 Penyakit_Ibu -69.702 49.019 1 .000

Step 2 Paritas -45.909 14.016 1 .000

Penyakit_Ibu -64.210 50.618 1 .000

Step 3 Umur_Ibu -38.985 4.977 1 .026

Paritas -41.708 10.422 1 .001

Penyakit_Ibu -60.112 47.231 1 .000

a. Based on conditional parameter estimates

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 1 Variables Umur_Ibu 7.870 1 .005

Usia_Kehamilan .510 1 .475

Paritas 12.653 1 .000

Riwayat_Abortus .438 1 .508

Overall Statistics 17.074 4 .002

Step 2 Variables Umur_Ibu 4.832 1 .028

Usia_Kehamilan .000 1 .994

Riwayat_Abortus .011 1 .918

Overall Statistics 4.891 3 .180

Step 3 Variables Usia_Kehamilan .005 1 .944

Riwayat_Abortus .045 1 .833

Overall Statistics .045 2 .978

Universitas Sumatera Utara

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

22

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 138.629 .000

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 138.629

c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Kejadian Abortus Imminens Percentage

Correct - (Negatif) + (Positif)

Step 0 Kejadian Abortus Imminens - (Negatif) 0 50 .0

+ (Positif) 0 50 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .200 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Umur_Ibu 13.300 1 .000

Usia_Kehamilan 10.390 1 .001

Paritas 16.103 1 .000

Riwayat_Abortus 33.980 1 .000

Penyakit_Ibu 44.000 1 .000

Overall Statistics 53.554 5 .000

Universitas Sumatera Utara