Upload
dangtu
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA BAGIAN
MEAT PREPARATION PT. BUMI SARIMAS INDONESIA TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh :
ANNISA SEPTIANI
1111101000100
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439H/2017M
i
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Agustus 2017 Annisa Septiani, NIM: 1111101000100 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017. xviii + 114 halaman, 11 tabel, 4 gambar, 6 lampiran
ABSTRAK
Musculoskeletal Disorder (MSDs) adalah sekumpulan gejala / gangguan yang berkaitan dengan otot, saraf, tendon, sendi, kartilago, sistem saraf, struktur, dan pembuluh darah. Dalam praktik kerja sehari-hari, pada bagian Meat Preparation dalam pengupasan kelapa pekerja melakukan gerakan pengulangan pada tangan dalam waktu kerja 7jam/hari. adanya pengulangan gerakan ini dapat menjadi faktor munculnya keluhan MSDs.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017. Penelitian dilakukan selama bulan Januari-Februari tahun 2017 menggunakan desain studi cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square. Variabel yang diteliti diantaranya risiko pekerjaan, usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, Indeks Masa Tubuh, dan psikososial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 22 pekerja (31,4%) mengalami keluhan MSDs sedang dan sebanyak 66 pekerja (94,3%) memiliki tingkat risiko pekerjaan sedang. Hasil uji statistik menunjukkan variabel yang terbukti berhubungan dengan keluhan MSDs adalah usia (p value = 0,000 OR 10,714) dan masa kerja (p value 0,000)
Untuk mencegah atau mengurangi keluhan MSDs sebaiknya dilakukan rotasi pada pekerja yang sudah bekerja lebih dari 3 tahun di bagian Meat Preparation. Selain itu perusahaan dapat melakukan modifikasi pada ketinggian mesin sehingga memungkinkan pekerja untuk bekerja pada posisi aman atau tidak terlalu membungkuk. Untuk pekerja yang mempunyai kebiasaan merokok diharapkan dapat mengurangi kebiasaan merokok baik dari segi kuantitas, maupun intensitasnya. Pekerja juga dapat melakukan workplace stretching excercise untuk meregangkan otot-otot.
Daftar Bacaan : 54 (1989-2015)
iii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY Undergraduated Thesis, August 2017 Annisa Septiani, NIM : 1111101000100 Factor Associated with Musculoskeletal Disorders (MSDs) among Workers in Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Year 2017. xviii + 114 page, 11 table, 4 images, 6 attachments
ABSTRACT
Musculoskeletal Disorder (MSDs) is a set of symptoms associated with muscles, nerves, tendons, joints, cartilages, nervous system, structures, and blood vessels. In daily work practice, in the Meat Preparation section, workers in coconut peeling doing repetitions on hand in work time 7hours / day. the existance of a repetition of this movement can be a factor in MSDs complaints.
This study aims to determine the factors that associated with symptom of Musculoskeletal Disorders (MSDs) in the Worker Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Year 2017. The research was conducted during the month of January-February of the year 2017 using a cross sectional study design. Statistical test used was Chi Square. The variables examind include the risks of the job, age, smoking habit, physical fitness, work period, body mass index, and psychosocial.
The results showed that there were as many as 22 workers (31.4%) had MSDs complaints. And as much as 66 workers (94.3%) had a moderate level of risk work. The result of statistical test show a proven variable associated with symptoms of MSDs is the age (p value = 0.000 OR 10.714) and work period (p value 0.000)
To prevent or reduce MSDs complaints, workers who have worked more than 3 years at the Meat Preparation should be rotated. In addition, the company can make modification to the height of the machine to allow the workers to work in secure position or not too bent. For workers who have the habit of smoking is expected to reduce smoking habit both in terms of quantity, and intensity. Workers also can do a workplace stretching excercise to stretch the muscle.
Reference : 54 (1989-2015)
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Annisa Septiani
Tempat /Tanggal Lahir : Lubuk Alung, 19 September 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kp. Tangah Balah Hilir, No. 86, Kec. Lubuk Alung,
Kab. Padang Pariaman. 25581
No. Handphone : 089610304253
Alamat Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
SD : SDN 06 Lubuk Alung
SMP : MTsN Paninjauan
SMA : MAN Kotobaru Padangpanjang
Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PENGALAMAN ORGANISASI
- Divisi IT , Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( FSK3) UIN
Jakarta 2013
- HRD , FSK3 UIN Jakarta Tahun 2014 – 2015
vii
PELATIHAN
- Orientasi Akademik dan Kebangsaan Tahun 2011 Oleh BEM FKIK
- Training for Young Researcher Tahun 2012 oleh PAMI
- Basic Fire Fighting Training Tahun 2013 oleh Forum Studi K3
KEPANITIAAN
- DIVISI Konsumsi , Kongres Forum Studi K3 tahun 2013
- Panitia Pendidikan dan Pelatihan Juru Pemantau Jentik di RW 07 Kelurahan
Pamulang Barat, Tahun 2014
- DIVISI Acara , Raker Forum Studi K3 Tahun 2014
- DIVISI Acara , Training SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No. 50
Tahun 2012 “– Tahun 2014 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Seminar Pengembangan Profesi K3 di UIN Syarif Hidaytullah Jakarta,
Tahun 2014
KEIKUTSERTAAN KEGIATAN
- Diskusi Publik “Profesionalisasi Kepemimpinan Mahasiswa Kesehatan
Islam dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 2015”
Tahun 2012 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Lokakarya Nasional : Rancangan Undang-Undang Tenaga Kesehatan Tahun
2012 di Aula Balai Pelatihan dan Riset TIK BLSDM Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI Ciputat, Tangerang selatan
- Workshop Gerakan Nurani Nusantara “Hidup Positif Bermakna Untuk
Sesama” Tahun 2012 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Senyum Muharram Komda FKIK Tahun 2012 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
- Talkshow Nasional Peringatan Hari AIDS se-Dunia 2012 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
- Seminar Profesi K3 Tanggap Darurat Gedung Bertingkat Tahun 2012 di
viii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Public Health Profession Seminar “ Eco Driving : Smart Sollution to Reduce
Pollution” Tahun 2012 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Seminar Profesi Gizi 2012 “ Body Image : Bongkar Kebiasaan Lama Ganti
dengan Diet yang Tepat” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Seminar Profesi MPK “ Toward Universal Health Coverage and Equity”
Tahun 2012 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Workshop “School Of Rescue” Tahun 2013 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
- Seminar Profesi K3 Gambaran Budaya K3 Di Rumah Sakit Tahun 2013 di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Seminar Kajian Ilmu K3 Bersama “ Basic Safety Awareness & Contractor
Safety Management System” Tahun 2014 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
- Workshop “Ergonomi di Tempat Kerja” Tahun 2014 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
- Workshop “ Investigasi dan Pencegahan Kecelakaan Kerja” Tahun 2014 di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Workshop “ Risk Assessment In The Work Place” Tahun 2014 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
- Workshop “Management Of Fire Safety” Tahun 2014 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
- Training “SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No. 50 Tahun 2012 “–
Tahun 2014 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 25 Agustus 2017
( Annisa Septiani )
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur bagi Allah SWT, pemilik
segala sumber ilmu dan kehidupan, yang dengan rahmat dan karunia-Nya penulis
\dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor-faktoryang
berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada
pekerja Bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017”
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada junjungan ummat Islam,
Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Dalam proses penyusunan Skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Keluarga tercinta : Ama, Apa, Uda, Uni, Bg boy, Bg dek, Kak dia and
Aji, atas doa, restu dan dukungan yang diberikan tanpa mengenal batas
waktu.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D. Selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Dr. Iting Shofwati, ST. MKKK. selaku dosen Peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sekaligus pembimbing.
5. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes dan Bapak dr. Yuli Prapanca Satar,
MARS selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu,
dukungan, arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Gitalia Budhi Utami, MKM, Ibu Yuli Amran, MKM dan Bapak Ir.
Rulyenzi Rasyid, MKKK selaku Penguji Sidang Skripsi yang telah
memebrikan saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
x
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat atas semua
ilmu yang telah diberikan.
8. Bapak Dharma HRD maneger PT BSI yang telah memberikan izin
kepada penulis dalam melakukan study pendahuluan sampai akhir
penelitian.
9. Segenap staff dan karyawan PT BSI yang ikut bekerja sama selama
penelitian berlangsung.
10. Teman-teman PayTren Star Dream Team, khususnya Team Solid, yang
senantiasa mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis untuk
segera menyelasaikan skirpsi.
11. Sahabat Nuklear3 (Iyit, Ayu dan Tika) dan Adik-adik G5 (Hanum,
Yuni dan Dara) yang selalu memberi motivasi kepada penulis untuk
segera menyelesaikan tugas ini.
12. Kepada Alya, Ayu, April, Gita, Zura, Icha. Teman sepermainan, teman
seperjuangan yang telah berbagi suka-duka. Terima kasih peluk
hangatnya.
13. Teman-teman Kesmas 2011, semoga kita semua berhasil di jalan
masing-masing.
Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harap,
semoga kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh di hadapan Allah SWT dan
menjadi pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak.
Penulis mengakui masih banyak kekurangan yang dimiliki dalam penulisan
skripsi ini, baik dari segi isi maupun dari segi penyusunannya. Oleh karena itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat berarti bagi penulis.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta , Agustus 2017
Annisa Septiani
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................ Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 8
D. Tujuan .......................................................................................................... 9
E. Manfaat ...................................................................................................... 10
F. Ruang Lingkup ........................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 12
A. Musculoskeletal Disorders (MSDs) ........................................................... 12
1. Pengertian MSDs ................................................................................... 12
2. Gejala MSDs ......................................................................................... 13
3. Keluhan MSDs ...................................................................................... 13
4. Cara mengukur keluhan MSDs : ........................................................... 15
a. PLIBEL checklist ............................................................................. 15
b. NIOSH Discomfort Survey .............................................................. 15
c. Nordic Body Map (NBM) ................................................................ 16
B. Faktor Risiko MSDs ................................................................................... 18
xii
1. Faktor Pekerjaan .................................................................................... 18
a. Postur kerja.................................................................................... 18
b. Force atau beban ........................................................................... 20
c. Durasi ............................................................................................ 20
d. Frekuensi ....................................................................................... 21
e. Alat perangkai/genggaman............................................................ 22
2. Faktor Pekerja/Faktor Individu............................................................. 23
a. Usia ................................................................................................ 23
b. Jenis Kelamin ................................................................................ 23
c. Lama Kerja .................................................................................... 24
d. Kebiasaan Merokok ....................................................................... 25
e. Kesegaran jasmani ......................................................................... 26
f. Masa Kerja ..................................................................................... 27
g. Indeks Masa Tubuh (IMT) ............................................................ 27
h. Kekuatan Fisik ............................................................................... 28
3. Faktor Lingkungan ................................................................................ 29
a. Suhu ................................................... ............................................29
b. Getaran .......................................................................................... 29
c. Tekanan ......................................................................................... 30
4. Faktor Psikososial .................................................................................. 30
C. Metode Penilaian Faktor Risiko Pekerjaan ................................................ 31
1. Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) ................................. 31
2. Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) .................................. 33
3. Metode OWAS (Ovako working analysis system) ............................... 35
4. Metode BRIEF (Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors) 36
5. Metode QEC (Quick Exposure Check) ................................................. 37
D. Metode Penilaian Faktor Psikososial ......................................................... 40
1. Copenhagen Psychososial Questionnaire II (CopSoq II) .................... 40
2. Depression Anxiety Stress Scale (Dass) ............................................... 41
3. Job Content Questionannaire (JCQ) ..................................................... 42
E. Pencegahan dan pengendalian MSDs ........................................................ 44
1. Pencegahan Musculoskeletal disorders (MSDs) .................................. 44
xiii
2. Pengendalian Musculoskeletal disorders (MSDs) ................................ 45
F. Kerangka Teori ........................................................................................... 46
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 48
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 48
B. Definisi Operasional................................................................................... 51
C. Hipotesis ..................................................................................................... 53
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 54
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 54
B. Waktu dan Lokasi ...................................................................................... 54
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 54
D. Instrumen penelitian ................................................................................... 56
E. Pengumpulan Data ..................................................................................... 57
F. Pengolahan Data......................................................................................... 64
G. Analisis Data.............................................................................................. 66
BAB V HASIL ...................................................................................................... 68
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ......................................................... 68
B. Analisis Univariat....................................................................................... 72
1. Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja bagian Meat Preparation PT. Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017 ... 72
2. Gambaran Faktor-faktor Risiko keluhan MSDs pada pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation tahun 2017 ...................... 74
C. Analisis Bivariat ......................................................................................... 78
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 84
A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 84
B. Keluhan Muskuloskeletal Disorder pada pekerja ...................................... 85
C. Hubungan antara Faktor Pekerjaan, Usia, Kebiasaan Merokok, Kesegaran Jasmani, Indeks Massa Tubuh dan Faktor Psikososial dengan Keluhan MSDs ......................................................................................................... 88
1. Hubungan Faktor Pekerjaan dengan keluhan MSDs......................... 88
2. Hubungan Faktor Usia dengan Keluhan MSDs ................................ 92
3. Hubungan Faktor Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs ....... 94
4. Hubungan Faktor Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs ......... 97
5. Hubungan Faktor Masa Kerja dengan Keluhan MSDs ..................... 99
xiv
6. Hubungan Faktor Indeks Masa Tubuh dengan keluhan MSDs....... 101
7. Hubungan Faktor Psikososial dengan Keluhan MSDs ................... 103
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 107
A. Simpulan .................................................................................................. 107
B. Saran ......................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 110
LAMPIRAN ........................................................................................................ 114
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 2.1 Kelebihan dan kekurangan pengukuran keluhan MSDs .......... 17
Tabel 2.2 Matriks Action Level RULA..................................................... 33
Tabel 2.3 Matriks Action Level REBA.................................................... 34
Tabel 2.4 Kelebihan dan kekurangan penilaian faktor Risiko pekerja 37
Tabel 2.5 Kelebihan dan kekurangan metode pengukuran psikososial 42
Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................. 51
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017................................................................................ 72
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan risiko pekerjaan, usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, Indeks Masa Tubuh, dan psikososial pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017....................... 74
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi lama merokok, jumlah batang rokok/ hari dan masa kerja pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017 ................................................... 75
Tabel 5.4 Distribusi penilaian psikososial berdasakan masing-masing Item pada pekerj PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017 ............................... ...........................
77
Tabel 5.5
Analisis hubungan pekerjaan, usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, indeks masa tubuh, dan faktor psikososial pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017.................................................. 79
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
Gambar 2.1 Kerangka Teori........................................ 47
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................... 50
Gambar 5.1 Alur proses produksi PT Bumi Sarimas Indonesia ...............................................
71
Gambar 5.2 Posisi kerja ............................................. 75
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Surat Izin Penelitian
B. Kuesioner Penelitian
C. Lembar Nordic Body Map (NBM)
D. Kuesioner Penilaian Psikososial
E. Lembar observasi REBA
F. Output Analisis SPSS
G. Dokumentasi
xviii
DAFTAR ISTILAH
K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ILO International Labour Organization
MSDs Musculoskeletal Disorders
PAK Penyakit Akibat Kerja
RULA Rapid Upper Limb Assessment
REBA Rapid Entire Body Assessment
OWAS Ovako Working Analysis system
BRIEF Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor
QEC Quick Exposure Check
CTD Cumulative Trauma Disorders
NBM Nordic Body Map
BSI Bumi Sarimas Indonesia
MP Meat Preparation
NIOSH National Institute for Occupational Safety and Health
PLIBEL Plan for Identifiering av Belastningsfaktorer
CopSoq Copenhagen Psychososial Questionnaire
DASS Depression Anxiety Stress Scale
JCQ Job Content Questionnaire
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia saat ini semakin pesat dengan
diikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan
tersebut mendukung penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan-bahan
kimia dalam proses produksi untuk menghasilkan produk atau jasa yang
bagus agar dapat bersaing di pasaran. Sebaliknya, kemajuan dan
perkembangan tersebut memiliki dampak yang memicu berbagai masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), seperti meningkatnya jumlah dan
ragam sumber bahaya di tempat kerja, meningkatnya jumlah maupun tingkat
keseriusan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Notoatmodjo, 2007).
Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2013, Setiap
15 detik seorang pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja. Setiap hari 6.300 orang meninggal akibat kecelakaan kerja atau
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, atau lebih dari 2,3 juta
kematian per tahun. Disamping itu, setiap tahun ada sekitar 270 juta pekerja
yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan sekitar 160 juta pekerja terkena
penyakit akibat pekerjaan. Selain itu, hasil laporan pelaksanaan kesehatan
kerja di 26 Provinsi Indonesia tahun 2013 menunjukkan jumlah kasus
penyakit umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus, dan jumlah kasus
penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus
(Kemenkes RI, 2014).
2
Proporsi Penyakit Akibat Kerja (PAK) menurut European
Occupational Disease Statistic yaitu musculoskeletal disorders sebanyak
38,1%, gangguan syaraf 20,9%, gangguan pernafasan 14,3%, organ sensorik
12,8%, penyakit kulit 7,1 %, kanker 5% dan infeksi 0,5% (European Agency
Safety and Health at Work, 2010). Selain itu hasil studi Departemen
Kesehatan RI dalam “Profil Masalah Kesehatan Pekerja di Indonesia Tahun
2005” menunjukan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja
berhubungan dengan pekerjaannya. Gangguan kesehatan yang dialami
pekerja menurut studi yang dilakukuan terhadap 9482 pekerja di 12
Kabupaten/Kota di Indonesia, umumnya berupa gangguan MSDs (16%),
kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (6%), gangguan pernafasan (3%) dan
gangguan THT (1,5%) (Depkes RI, 2005).
Musculoskeletal Disorder (MSDs) adalah sebuah cedera yang
mempengaruhi gerakan sistem tubuh manusia seperti otot, tendon, ligamen,
saraf, pembuluh darah dan lainnya (Middlesworth, 2015). Keluhan
muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit, apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang
lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,
ligamen, dan tendon (Grandjen & Lemaster dalam Tarwaka, 2015).
Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan turunnya hasil produksi, hilangnya jam kerja, tingginya biaya
pengobatan dan material, meningkatnya absensi, rendahnya kualitas kerja,
injuri dan ketegangan otot, meningkatnya kemungkinan terjadinya kecelakaan
3
kerja dan eror, meningkatnya biaya pergantian tenaga kerja dan berkurangnya
cadangan yang berhubungan dengan keadaan darurat. (Pulat & Alexander,
1991)
Menurut Labor Force Survey dalam Self-reported work-related ill
health and workplace injuries pada tahun 2014-2015 diperkirakan prevalensi
orang di Britania Raya yang menderita muskuloskeletal disorders akibat
pekerjaan adalah 553.000 orang, sedangkan menurut Bereau of Labor
Statistics pada tahun 2014 terdapat 365.580 kasus gangguan muskuloskeletal
(MSDs) untuk semua pekerja di Amerika.
Iridiastadi (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Prevalence Of
Musculoskeletal Symptoms Among Indonesian Workers, menyatakan bahwa
prevalensi 1 tahun MSDs pekerja di Indonesia berkisar antara 40-80%.
Prevalensi MSDs pada pekerja kantor adalah 68% pada bagian leher, 62%
punggung atas, dan 60% punggung bawah. Prevalensi MSDs pada perawat
yaitu leher 44%, bahu 47%, punggung bawah 51% dan punggung bawah
45%. Sedangkan pada pekerja pabrik (tekstil) prevalensi tertinggi dirasakan
pada bagian punggung bawah yaitu 47%.
Pada penelitian Kumar, dkk (2015) mengenai nyeri yang berhubungan
dengan pekerjaan pada pekerja pengupas nanas di India, diketahui 41%
pekerja merasakan nyeri di bahu, 37,1% merasakan nyeri di lengan atas dan
45,4% merasakan nyeri di punggung bawah. Selain itu, pada perhitungan
dengan metode RULA diketahui 89,4% peserta menunjukkan tingkat action
level 3, yang artinya dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut dan perubahan
segera.
4
Hasil penelitian Hastuti dan Sugiharto (2009) tentang hubungan sikap
kerja duduk dengan cumulative trauma disorders (CTD) menunjukkan bahwa
pada bahu kanan (p= 0,021), bahu kiri (p= 0,011), pinggang (p= 0,021),
punggung (p= 0,042) dan leher bagian bawah (p= 0,042), artinya sikap kerja
duduk berhubungan dengan CTD. Hal serupa pada penelitian Gayo (2010)
disebutkan bahwa para pekerja penyortir kopi bekerja dengan sikap duduk
pada kursi tanpa sandaran dan bantalan dengan kepala agak menunduk
menyebabkan keluhan pada leher 100% dan sikap tubuh yang cenderung
membungkuk menyebabkan keluhan pada pinggang 100%. Selain itu
penyortir kopi dengan sikap berdiri juga mengalami keluhan pada leher
80,5%, lutut (kiri dan kanan) sebanyak 89,7%, dan pada betis (kiri dan kanan)
sebanyak 97,7%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Indonesia memiliki lahan
tanaman kelapa terbesar di dunia dengan luas areal perkebunan pada tahun
2013 mencapai 3,6 juta Ha. Pada tahun 2014 terdapat sebanyak 107
perusahaan perkebunan besar komoditas kelapa di Indonesia salah satu
diantaranya yaitu PT Bumi Sarimas Indonesia (BSI). PT BSI merupakan
perusahaan kelapa terpadu dan industri minuman. Perusahaan ini
memproduksi produk seperti santan, air kelapa, minyak kelapa (Virgin
coconut oil & Crude coconut oil), coconut expeller, Nata De Coco, air
mineral dalam kemasan dan minuman olahan kelapa lainnya.
Dalam memenuhi permintaan pasaran, perusahaan ini mengolah hampir
500.000 kelapa dan 60.000 Kg copra /hari. Kelapa dan kopra terlebih dahulu
diolah oleh bagian produksi Meat Preparation (MP). Bagian MP merupakan
5
bagian produksi tahap awal yang bertugas melakukan pengupasan tempurung
kelapa dan kulit ari yang menempel pada daging kelapa. Pada bagian ini,
pekerjaan yang dilakukan masih bersifat manual, sehingga masih memerlukan
banyak tenaga manusia. Sedangkan, proses produksi setelahnya seperti:
filtration, cooling, blending, pre-heating, sterilization, dll sudah bersifat
otomatis, sehingga hanya memerlukan sedikit pekerja untuk monitoring
mesin.
Pada bagian produksi MP PT BSI terdapat 743 pekerja yang terbagi
kedalam pekerjaan pengupasan tempurung kelapa dan pengupasan kulit ari.
Pengupasan tempurung kelapa dilakukan oleh pekerja laki-laki (sheller).
Pekerjaan pengupasan tempurung ini menggunakan bantuan mesin pengupas
tempurung kelapa dengan ketinggian 100cm. Pekerjaan dilakukan dengan
posisi tubuh statis berdiri. Selain itu pekerjaan membutuhkan tenaga untuk
menahan kelapa yang dipegang agar tidak terlepas ketika didekatkan ke
mesin pengupas. Penggunaan mesin pengupas tempurung ini dapat
menyebabkan pekerja mengalami postur janggal pada bagian tubuh seperti
punggung membungkuk, leher menunduk serta fleksi, ekstensi, dan deviasi
pada lengan, tangan dan pergelangan tangan saat menahan kelapa.
Pengupasan kulit ari dilakukan oleh pekerja perempuan (Parer).
Pengupasan kulit ari kelapa dilakukan menggunakan pisau sejenis pengupas
kulit buah. Pekerjaan ini dilakukan dengan posisi tubuh statis duduk. Letak
duduk pekerja, letak kelapa sebelum dikupas dan letak kelapa sesudah di
kupas mempengaruhi fleksi dan ekstensi pada tangan pekerja. Selain itu,
6
posisi duduk pada kursi tanpa sandaran juga dapat menimbulkan postur
janggal pada punggung, leher dan kaki.
Banyaknya kelapa yang harus dikupas, menyebabkan adanya gerakan
repetitif, khususnya pada bagian lengan, tangan dan pergelangan tangan.
Selain itu pekerja harus melakukan pekerjaan menoton tersebut selama
kurang lebih 7 jam/hari. Bentuk kelapa yang hampir bulat menyebabkan
diperlukannya kekuatan pada genggaman agar kelapa yang dipegang tidak
mudah jatuh. Tata letak kelapa yang akan dikupas dan seletah dikupas
mempengaruhi postur tubuh pekerja. Beberapa hal tersebut, dapat
menimbulkan terjadinya keluhan muskuloskeletal pada pekerja. Untuk
mengetahui adanya keluhan muskuloskeletal digunakan kuesioner Nordic
Body Map (NBM).
NBM merupakan metode sederhana yang digunakan untuk menilai
tingkat keparahan atas terjadinya gangguan atau cedera pada sistem
muskuloskeletal. Dalam aplikasinya metode ini menggunakan lembar kerja
berupa peta tubuh (Body Map), sehingga dapat mempermudah dan
mempersingkat observasi. Observer dapat langsung mewawancarai responden
sistem muskuloskeletal mana saja yang mengalami gangguan dan responden
dapat menunjuk langsung bagian tubuh sesuai yang tercantum pada lembar
kerja NBM (Tarwaka, 2015).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 orang pekerja
bagian MP (5 sheller dan 5 parer) menggunakan kuesioner NBM, diketahui
bahwa sebanyak 90% pekerja memiliki keluhan MSDs dengan rincian
keluhan: pinggang 60%, bahu kiri 50%, bahu kanan 60%, dan pergelangan
7
tangan kanan 50%., pergelangan tangan kiri, tangan kiri dan tangan kanan
masing-masing 40%.
Dari pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa banyak postur
janggal yang dilakukan pekerja saat melakukan pekerjaannya, seperti
punggung membungkuk, punggung memuntir, leher menunduk, leher
memuntir, fleksi dan ekstensi pada tangan dan lengan saat mengambil kelapa
yang belum dikupas dan meletakkan kelapa yang sudah dikupas, dan deviasi
pada tangan saat mengarahkan dan menahan posisi kelapa pada mesin
pengupas. Pekerja melakukan pekerjaan selama ± 7jam/hari, namun pekerja
sheller melakukan pekerjaan dalam posisi tubuh statis berdiri, dan pekerja
parer melakukan pekerjaan dalam posisi duduk pada kursi tanpa sandaran.
Belum adanya penelitian yang dilakukan mengenai faktor-fakor yang
terkait dengan keluhan MSDs di PT BSI, membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja bagian MP PT. Bumi
Sarimas Indonesia tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan pada pekerja bagian
MP PT. Bumi Sarimas Indonesia menggunakan Nordic Body Map (NBM),
diketahui bahwa 9 dari 10 pekerja memiliki keluhan MSDs dengan keluhan
sakit di pinggang, bahu, tangan dan pergelangan tangan. Gangguan
muskuloskeletal merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
turunnya hasil produksi, hilangnya jam kerja, meningkatnya absensi,
8
rendahnya kualitas kerja, injuri dan ketegangan otot serta meningkatnya
kemunginan terjadinya kecelakaan kerja. Dari informasi yang diperoleh, PT.
BSI belum pernah melakukan penelitian terkait keluhan muskuloskeletal pada
pekerja, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian Meat
Preparation di PT. Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran keluhan MSDs pada pekerja bagian MP PT BSI
tahun 2017?
2. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan pada pekerja bagian MP PT BSI
tahun 2017?
3. Bagaimana gambaran faktor individu (usia, kebiasaan merokok, kesegaran
jasmani, masa kerja, dan indeks masa tubuh) pada pekerja bagian MP PT
BSI tahun 2017?
4. Bagaimana gambaran faktor psikososial pada pekerja bagian MP PT BSI
tahun 2017?
5. Apakah ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan MSDs pada
pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017?
6. Apakah ada hubungan antara faktor individu (usia, kebiasaan merokok,
kesegaran jasmani, masa kerja dan indeks masa tubuh) dengan keluhan
MSDs pada pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017?
7. Apakah ada hubungan antara faktor psikososial dengan keluhan MSDs
pada pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017?
9
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs pada
pekerja bagian MP PT BSI Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran keluhan MSDs pada pekerja bagian MP PT
BSI tahun 2017.
b. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan pada pekerja bagian MP PT
BSI tahun 2017.
c. Diketahuinya gambaran faktor individu (usia, kebiasaan merokok,
kesegaran jasmani, masa kerja dan indeks masa tubuh) pada pekerja
bagian MP PT BSI tahun 2017.
d. Diketahuinya gambaran faktor psikososial pada pekerja bagian MP PT
BSI Tahun 2017
e. Diketahuinya hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan MSDs
pada pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017.
f. Diketahuinya hubungan antara faktor individu (usia, kebiasaan
merokok, kesegaran jasmani, masa kerja dan indeks masa) dengan
keluhan MSDs pada pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017.
g. Diketahuinya hubungan antara faktor psikososial dengan keluhan
MSDs pada pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017
10
E. Manfaat
1. Bagi perusahaan
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi
perusahaan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan
MSDs pada pekerja bagian MP PT. BSI, sehingga program-program K3
dapat dijalankan.
b. Perusahaan dapat mempertimbangkan/koreksi terhadap potensi MSDs
yang ada dilingkungan perusahaan.
2. Bagi Program studi kesehatan masyarakat
a. Menjadi masukan dalam keilmuan K3, khususnya mengenai faktor
risiko ergonomi dan MSDs.
3. Bagi peneliti
a. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang akan
meneliti terkait ergonomi.
b. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di
perkuliahan pada tempat kerja sesungguhnya.
c. Meningkatkan pengetahuan khususnya dalam hal kajian faktor risiko
ergonomi.
11
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keluhan
Musculoskeletal disorders dan faktor-faktor yang berhubungan. Faktor
tersebut adalah faktor pekerjaan, dan faktor individu (usia, kebiasaan
merokok, kesegaran jasmani, masa kerja dan indeks masa tubuh) dan faktor
psikososial. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-februari 2017 di
PT BSI bagian Meat Preparation yang terletak di Jln. Duku KM 21 Padang
Pariaman Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan rancangan cross sectional
study, populasi penelitian adalah seluruh karyawan MP yang berjumlah 743
orang. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus sampel uji
hipotesis beda dua proporsi didapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 70
orang. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung keluhan MSDs
dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner atau daftar
pertanyaan, form Nordic Body Map, lembar form REBA, kuesioner CopSoq
II, camera digital, timbangan, microtoise dan MB ruler. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari profil perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan
referensi lainnya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Musculoskeletal Disorders (MSDs)
1. Pengertian MSDs
Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah cedera atau gangguan
otot, saraf, tendon, sendi, kartilago, sistem saraf, dan struktur penunjang
seperti discus invertebral yang diperburuk oleh kegiatan fisik yang terlalu
lama seperti gerakan pengulangan, beban, getaran, atau postur janggal
(NIOSH, 1997).
MSDs terjadi tidak secara langsung, melainkan dari penumpukan-
penumpukan cedera benturan kecil dan besar yang terakumulasi secara
terus menerus dalam waktu yang cukup lama yang diakibatkan oleh
pengangkatan beban saat bekerja, sehingga menimbulkan cedera dimulai
dari rasa sakit, nyeri, pegal-pegal pada anggota tubuh. Musculoskeletal
disorders merupakan suatu istilah yang memperlihatkan bahwa adanya
gangguan pada sistem musculoskeletal (Humantech, 2003).
Pada beberapa negara, digunakan istilah yang berbeda-beda untuk
menggambarkan kejadian MSDs, diantaranya Repetitive Motion Injuries,
Repetitive Strain Injuries (RSIs), Cumulative Trauma Disorders (CTDs),
Occupational Cervicobracial Disorders (OCD) Overuse Syndrome,
Regional Musculoskeletal Disorders dan Soft Tissue Disorders (Canadian
Centre for Occupational Health and Safety-CCOHS).
13
2. Gejala MSDs
Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan yang sifatnya
subjektif, sehingga sulit untuk menentukan derajat keparahan penyakit
tersebut. MSDs ditandai adanya gejala seperti: nyeri, bengkak, kemerah-
merahan, panas, mati rasa retak atau patah pada tulang dan sendi,
kekakuan, rasa lemas atau kehilangan daya koordinasi tangan, susah untuk
digerakkan (Suma’mur, 1996)
Gejala-gejala MSDs yang biasa dirasakan oleh seseorang adalah:
a. Leher dan punggung terasa kaku.
b. Bahu terasa nyeri, kaku ataupun kehilangan fleksibelitas.
c. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk.
d. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak dan kaku.
e. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeri
disertai bengkak.
f. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat.
g. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan kehilangan kekuatan
serta kehilangan kepekaan.
h. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun sensasi
rasa panas.
3. Keluhan MSDs
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang
dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa
14
kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. (Grandjean, 1993; Lemaster,
1996 dalam Tarwaka, 2015).
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada
saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut
akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.
b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat
menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa
sakit pada otot masih terus berlanjut.
Gejala yang menunjukkan tingkat keparahan MSDs dapat dilihat dari
tingkatan sebagai berikut : (Humantech 1995; Oborne,1995)
a. Tahap 1
Nyeri dan kelelahan pada saat bekerja tetapi setelah beristirahat yang
cukup tubuh akan pulih kembali. Tidak mengganggu kapasitas kerja.
b. Tahap 2
Keluhan rasa nyeri tetap ada setelah waktu semalam, istirahat, timbul
gangguan tidur, dan sedikit mengurangi performa kerja.
c. Tahap 3
Rasa nyeri tetap ada walaupun telah istirahat, nyeri dirasakan saat
bekerja, saat melakukan gerakan yang repetitif, tidur terganggu, dan
kesulitan dalam menjalankan pekerjaan yang pada akhirnya akan
mengakibatkan terjadinya inkapasitas.
15
4. Cara mengukur keluhan MSDs :
Pengukuran keluhan muskuloskeletal dapat dilakukan dengan beberapa
metode, seperti berikut:
a. PLIBEL checklist
PLIBEL (Plan för Identifiering av. Belastningsfaktorer) adalah
ceklist sederhana yang digunakan untuk mengetahui risiko
muskuloskeletal yang berkaitan dengan tempat kerja. Ceklist ini
dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menilai bahaya ergonomis
pada lima wilayah bagian tubuh. (Leher, bahu dan punggung bagian
atas, siku dan lengan,kaki, lutut dan pinggul, serta pingang belakang).
PLIBEL cepat untuk digunakan dan mudah dimengerti, namun
metode penilaian subjektif ini membutuhkan pemahaman yang baik
tentang ergonomi. Metode ini bersifat umum dan tidak dapat menilai
pekerjaan atau tugas-tugas tertentu (Stanton,et al 2005).
b. NIOSH Discomfort Survey
Survey keluhan musculoskeletal yang digunakan dalam NIOSH
menggunakan peta tubuh bersama-sama dengan skala penilaian untuk
menilai ketidaknyamanan di beberapa daerah tubuh. Metode yang
hampir sama juga di gunakan dalam SNQ (survey nordic
questionnaire) dan UMUEQ (university of michigan upper extremity
questionnaire).
Peta tubuh yang digunakan dalam banyak penelitian NIOSH
hampir sama dengan diagram standar yang digunakan untuk
16
membedakan ektremitas tubuh bagian atas dan bawah dalam SNQ
(leher, bahu, siku, pergelangan tangan, tangan, punggung bagian atas
dan bawah, pinggul/paha, lutut, pergelangan kaki/kaki) berbeda
dengan UMUEQ yang menggunakan deskripsi verbal untuk
membedakan daerah tubuh (diagram hanya digunakan untuk
melokalisasi ketidaknyamanan pada tangan). Namun, untuk penilaian
rasa tidak nyaman di tubuh, survei NIOSH lebih mirip dengan metode
UMUEQ yang mengungkap informasi lebih lengkap dari metode SNQ
(Stanton,et al 2005).
c. Nordic Body Map (NBM)
NBM merupakan metode sederhana yang digunakan untuk
menilai tingkat keparahan atas terjadinya gangguan atau cedera pada
sistem musculoskeletal. Tingkat keluhan yang dinilai mulai dari rasa
tidak nyaman (sedikit sakit), sakit hingga sangat sakit. Dengan melihat
dan menganalisa peta tubuh (NBM) maka dapat diestimasi tingkat dan
jenis keluhan otot skelektal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini
sangat sederhana, namun kurang teliti karena mengandung nilai
subjektifitas yang tinggi (Kuorinka et al, 1987).
Metode NBM menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh
(Body Map). Peta tubuh ini meliputi 28 bagian otot pada sistem
musculoskeletal. Ke 28 bagian otot ini dibagi menjadi 9 bagian utama,
yaitu leher, bahu, punggung bagian atas, siku, punggung bagian
bawah, pergelangan tangan/tangan, pinggul/paha, lutut , tumit/kaki.
17
Pen-skoran keluhan/nyeri dikategorikan menjadi 4 yaitu tidak
sakit, agak sakit, sakit, dan sangat sakit. Tingkat keluhan MSDs
dikatakan rendah apabila total skor NBM 0-20. Dikatakan sedang jika
skor NBM 21-41, tinggi jika skor NBM 42-62 dan sangat tinggi jika
skor NBM 63-84. (Tarwaka, 2015).
Tabel 2.1 kelebihan dan kekurangan pengukuran keluhan MSDs
Metode Kekurangan Kelebihan
PLIBEL Bersifat umum dan tidak
bisa untuk menilai tugas-
tugas tertentu. Penilaian
subjektif, membutuhkan
pemahaman yang lebih
tentang ergonomi
Cepat digunakan, dan mudah
dimengerti dapat menilai
keluhan pada leher, bahu dan
punggung bagian atas, siku
dan lengan, kaki, lutut dan
pinggul, serta pingang
belakang
NIOSH
Discomfort
survey
Belum ada standar baku,
dan belum ditentukan
penilaian mana yang
terbaik.
Survey ini telah banyak
digunakan dan diterima
sebagai proxy faktor risiko
gangguan muskuloskeletal.
Merupakan kompilasi dari
berbagai macam penelitian
NBM Penilaian subjektif Penilaian hampir pada seluruh
tubuh pekerja
Ketiga cara pengukuran yang telah disebutkan menggunakan peta
tubuh untuk penilaiannya. Meskipun demikian pada penelitian ini
peneliti menggunakan metode NBM karena penilaian keluhan hampir
pada seluruh tubuh pekerja, sehingga dianggap paling mewakili
dibandingkan dua cara pengukuran lainnya.
18
B. Faktor Risiko MSDs
1. Faktor Pekerjaan
a. Postur kerja
Menurut Santoso (2004), postur kerja adalah proses kerja yang
sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang
digunakan pada saat bekerja. Postur kerja merupakan pengaturan
sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan
menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja
sebaiknya postur dilakuakan secara alamiah sehingga dapat
meminimalisasi timbulnya cedera muskuloskeletal.
Pembagian postur kerja dalam ergonomi didasarkan atas posisi
tubuh dan pergerakan. Berdasarkan posisi tubuh, postur kerja dalam
ergonomi terdiri dari (Bridger, 2003) :
1) Postur Netral, yaitu postur dimana seluruh bagian tubuh berada
pada posisi yang sewajarnya atau seharusnya dan kontraksi otot
tidak berlebihan sehingga bagian organ tubuh, saraf jaringan
lunak dan tulang tidak mengalami pergeseran, penekanan,
ataupun kontraksi yang berlebih.
2) Postur Janggal, yaitu postur dimana posisi tubuh (tungkai, sendi
dan punggung) secara signifikan menyimpang dari posisi netral
pada saat melakukan suatu aktivitas yang disebabkan oleh
keterbatasan tubuh manusia untuk melawan beban dalam jangka
waktu lama. ILO (1998) mengkategorikan postur tubuh sebagai
19
postur janggal adalah berdiri, duduk tanpa dukungan lumbar,
duduk tanpa dukungan punggung, duduk tanpa footrest (tumpuan
kaki) yang baik dengan ketinggian yang sesuai, duduk dengan
mengistirahatkan bahu pada permukaan alat kerja yang terlalu
tinggi, tangan bagian atas terangkat tanpa dukungan dari alas
vertikal, tangan meraih sesuatu yang sulit terjangkau
(jauh/tinggi), kepala mendongak, posisi membungkuk, punggung
yang mengarah ke depan, membawa beban berat dengan cara
memanggul atau memikul, semua posisi tegang, posisi ekstrim
yang terus menerus setiap sendi.
Sedangkan berdasarkan pergerakan, postur kerja dalam ergonomi
terdiri dari :
1) Postur Statis, yaitu postur yang terjadi dimana sebagian besar
tubuh tidak aktif atau hanya sedikit sekali terjadi pergerakan.
Postur satis dalam jangka waktu lama dengan kontraksi otot
secara terus-menerus dapat menyebabkan tekanan atau stress pada
bagian tubuh (Bridger, 2003).
2) Postur dinamis, yaitu postur yang terjadi dimana sebagian besar
anggota tubuh bergerak.
Dalam penelitian Gayo (2010), pekerja penyortir kopi bekerja
dengan sikap duduk pada kursi tanpa sandaran dan bantalan dengan
kepala agak menunduk menyebabkan keluhan pada leher 100% dan
sikap tubuh yang cenderung membungkuk menyebabkan keluhan
pada pinggang 100%. Selain itu penyortir kopi dengan sikap berdiri
20
mengalami keluhan pada leher 80,5%, lutut (kiri dan kanan) sebanyak
89,7%, dan pada betis (kiri dan kanan) sebanyak 97,7%.
b. Force atau beban
Force merupakan usaha yang dibutuhkan untuk melakukan
pergerakan. Pekerjaan yang menuntut penggunaan tenaga besar akan
memberikan beban pada otot, tendon, ligamen dan sendi. Objek
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan
otot rangka, begitu pula dengan bentuk dan ukurannya. Semakin berat
objek yang ditangani, maka tenaga yang dibutuhkan juga meningkat.
Secara umum, semakin besar gaya yang dikeluarkan untuk
menangani suatu objek, maka risiko kesehatan yang akan terjadi juga
semakin besar. Namun pada penelitian Pratiwi, dkk (2009) berat
beban tidak memiliki hubungan yang spesifik dengan nyeri punggung
bawah (p= 0,538), hal ini terjadi karena berat beban yang tidak
konstan, semakin lama berat gendongan akan semakin ringan karena
jamu laku terjual. sehinggga secara otomatis berat beban juga
berkurang. Pengurangan berat beban akan mengurangi pembebanan
pada tulang belakang.
c. Durasi
Durasi merupakan jumlah waktu/ lamanya terpajan suatu faktor
risiko. Durasi dapat dilihat sebagai menit-menit dari jam kerja/hari
pekerja terpajan risiko. Secara umum, semakin besar pajanan durasi
pada faktor risiko, semakin besar pula tingkat risikonya.
21
Durasi dikategorikan sebagai berikut:
a. Durasi singkat jika < 1 jam/hari,
b. Durasi sedang jika 1-2 jam/hari dan
c. Durasi lama jika > 2 jam/hari.
Menurut Humantech (1995), pekerjaan yang menggunakan otot
yang sama untuk durasi yang lama dapat meningkatkan potensi
timbulnya fatigue dan menyebabkan MSDs bila waktu
istirahat/pemulihan tidak mencukupi. Semakin lama durasi melakukan
pekerjaan yang berisiko maka waktu yang diperlukan untuk recovery
(pemulihan) juga akan semakin lama .
Pada penenun yang melakukan pekerjaan selama 10 jam perhari
dan 7 hari per minggu, 92% merasakan ketidaknyamanan dalam
bekerja dengan keluhan tinggi pada tangan dan pergelangan tangan.
Pada penjahit yang melakukan pekerjaan selama lebih dari 10 jam per
hari dan 6 hari per minggu, 84% merasakan ketidaknyamanan dalam
bekerja dengan keluhan terbanyak di bagian punggung bawah
(Gangopadhyay, dkk 2003). Hasil penelitian Ini menunjukkan bahwa
lamanya durasi melakukan pekerjaan mempengaruhi kelelahan dan
berisiko terkena MSDs.
d. Frekuensi
Banyaknya aktifitas (mengangkat atau memindahkan) dalam
satuan waktu (menit) yang dilakukan oleh pekerja dalam satu hari.
Frekuensi terjadinya postur janggal terkait dengan terjadinya
22
repetitive motion dalam melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi
karena otot menerima tekanan akibat beban kerja terus-menerus tanpa
melakukan relaksasi (Bridger, 2003). Secara umum, semakin banyak
pengulangan gerakan dalam suatu aktivitas kerja, maka akan
mengakibatkan keluhan otot semakin besar. Pekerjaan yang dilakukan
secara repetitif dalam jangka waktu lama maka akan meningkatkan
risiko MSDs apalagi bila ditambah dengan gaya atau beban dan postur
janggal (OHSC, 2007)
Dalam penelitian Banerjee & Gangopadhyay (2003) menyatakan
bahwa ketidaknyamanan pada bagian tangan penenun disebabkan
karena lamanya paparan dan tingginya intensitas gerakan berulang.
Hasil penelitian menunjukkan penenun melakukan pola gerakan
berulang sebanyak 61.6%.
e. Alat perangkai/genggaman
Genggaman diartikan sebagai tingkat kenyamanan tangan dalam
memegang alat penunjang kerja, material kerja, atau postural jari dan
lengan ketika melakukan pekerjaan. Seringnya terjadi tekanan
langsung pada jaringan otot yang lunak dapat menyebabkan rasa nyeri
otot yang menetap. sebagai contoh pada saat tangan harus memegang
alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan
langsung dari pegangan alat (Tarwaka, dkk. 2004).
23
2. Faktor Pekerja/Faktor Individu
a. Usia
Pada umumnya keluhan sistem muskuloskeletal sudah mulai
dirasakan pada usia kerja, namun keluhan pertama biasanya dirasakan
pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada usia setengah
baya, kekuatan dan ketahan otot mulai menurun sehingga risiko
terjadinya keluhan otot meningkat. (Chaffin, 1979; Guo et al.;1995
dalam Tarwaka. 2015)
Dalam penelitian Mirbod, dkk (1995) pekerja laki-laki dengan
usia lebih dari 28 tahun memiliki prevalensi lebih tinggi dibanding
usia dibawah 28 tahun untuk keluhan punggung. Hal yang sama
dengan penelitian Guo, dkk (2004) prevalensi MSDs pada pekerja di
Taiwan lebih tinggi pada pekerja usia 45-64 tahun.
b. Jenis Kelamin
Hasil penelitian beberapa ahli menunjukkan bahwa jenis kelamin
mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena
secara fisiologis kemampuan otot perempuan memang lebih rendah
daripada laki-laki. Astrand dan Rodahl (1977) menjelaskan bahwa
kekuatan otot perempuan hanya sekitar dua pertiga (2/3) dari kekuatan
otot laki-laki sehingga daya tahan otot laki-laki lebih tinggi
dibandingkan otot perempuan, (Tarwaka, 2015)
Dalam penelitian Iriastadi (2007) pada pekerja kantor, tidak
terdapat perbedaan keluhan muskuloskeletal baik pada perempuan
24
maupun laki-laki. Namun, pada perawat, ditemukan prevalensi lebih
tinggi pada pekerja laki-laki dibanding pekerja perempuan sebaliknya
pada pekerja pabrik, prevalensi keluhan lebih tinggi pada pekerja
perempuan dari pada pekerja laki-laki.
Pada penelitian Mirbod, dkk (1995) prevanlensi nyeri punggung
lebih tinggi pada laki laki (72,2%) dibanding perempuan (63%),
sebaliknya, dalam penelitian Guo, dkk (2004) prevalensi
musculoskeletal disorders perempuan lebih tinggi (39,5%) dibanding
laki-laki (35,2%).
c. Lama Kerja
Umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8 jam dan
sisanya 14-18 jam digunakan untuk beristirahat. Adanya penambahan
jam kerja dapat menurunkan efisiensi pekerja, menurunkan
produktivitas, timbulnya kelelahan dan dapat mengakibatkan penyakit
dan kecelakaan. Lama kerja diatur dalam undang-undang No. 13
Tahun 2003 yang menyatakan bahwa jam kerja yang berlaku adalah 7
jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam
1 minggu, 8 jam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja.
Lama kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan keluhan otot
dan dapat meningkatkan risiko musculoskeletal disorders terutama
untuk jenis pekerjaan dengan menggunakan kekuatan kerja yang
cukup tinggi.
Dalam penelitian Gangopadhyay, dkk (2003) diketahui penenun
melakukan pekerjaan selama 10 jam perhari dan 7 hari per minggu,
25
dan ditemukan sebanyak 92% pekerja merasakan ketidaknyamanan
dalam bekerja dengan keluhan tinggi pada tangan dan pergelangan
tangan. Selain itu pada pemotong daging dan penjahit yang
melakukan pekerjaan selama lebih dari 10 jam per hari dan 6 hari per
minggu ditemukan sebanyak 80% pemotong daging merasakan
ketidaknyamanan dalam bekerja, dengan keluhan pada tangan,
pergelangan tangan dan jari. 84% penjahit merasakan
ketidaknyamanan dalam bekerja dengan keluhan terbanyak di bagian
punggung bawah.
d. Kebiasaan Merokok
Semakin lama dan semakin tinggi tingkat merokok, semakin
tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen, et.al
(1993) menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan
merokok dengan keluhan otot pinggang khususnya untuk pekerja yang
memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait dengan
kondisi kesegaran tubuh seseorang, kebiasaan merokok akan
menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk
mengkonsumsi oksigen juga menurun. Pekerja akan mudah lelah
karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran
karbohidrat akan terhambat dan terjadi penumpukan asam laktat yang
akhirnya menimbulkan rasa nyeri di otot (Tarwaka, 2015).
Bustan (2007), mengkategorikan kebiasaan merokok menjadi 4
kategori, yaitu: kategori kebiasaan merokok berat, jika >20
batang/hari, kebiasaan merokok sedang jika 10-20 batang/hari,
26
kebiasaan merokok ringan jika <10 batang/hari, dan tidak merokok,
yaitu tidak pernah merokok, atau pernah merokok namun telah
berhenti > 1 tahun.
Pada penelitian Suriyatmini (2011), dari 85 orang yang tidak
merokok, terdapat 94% pekerja yang merasakan keluhan MSDs, dari
25 orang yang mempunyai kebiasaan merokok ≤ 10 batang/hari
terdapat 96% pekerja yang merasakan keluhan MSDs, dan dari 5
orang yang meiliki kebiasaan merokok 11-20 batang/ hari, terdapat
60% pekerja yang merasakan keluhan MSDs.
e. Kesegaran jasmani
Kesegaran jasmani adalah suatu keadaan yang dimiliki atau
dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemampuan untuk
melakukan kerja atau aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang
berarti. Pada umumnya keluhan otot akan dialami oleh seseorang
yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga besar dan
tidak cukup istirahat. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan
mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot.
Salah satu cara untuk menjaga kesegaran tubuh adalah dengan
berolahraga. Olahraga teratur dapat memperkuat otot-otot, tulang dan
jaringan, serta meningkatkan sirkulasi darah dan nutrisi pada semua
jaringan tubuh. Jika sirkulasi darah tersumbat maka akan mengganggu
kinerja otot sehingga keluhan otot akan semakin cepat terjadi.
Bagi pekerja dengan kesegaran jasmani yang rendah, risiko
keluhan menjadi tiga kali lipat dibandingan yang memiliki kekuatan
27
fisik tinggi (Suriyatmini, 2011) Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Zulfiqor (2010), bahwa paling banyak pekerja
yang mengalami keluhan MSDs adalah pekerja yang kurang
melakukan olahraga.
f. Masa Kerja
Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali
pekerja masuk kerja hingga saat penelitian mulai berlangsung. Masa
kerja memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan
meningkatkan risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs), terutama
untuk pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.
Pada penelitian yang dilakukan Suriyatmini (2011) didapatkan
hasil pekerja dengan masa kerja <5 tahun merasakan keluhan MSDs
94%, pekereja dengan masa kerja 5-10 tahun merasakan keluhan
MSDs 87%, dan pekerja dengan masa kerja >10 merasakan keluhan
MSDs 95%.
g. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan
dan masa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
keluhan sistem muskuloskeletal (Tarwaka, 2015). Keterikatan antara
indeks masa tubuh dengan MSDs yaitu semakin gemuk seseorang
maka akan bertambah besar risiko orang tersebut untuk mengalami
MSDs. Hal ini disebabkan karena seseorang dengan kelebihan berat
badan akan berusaha untuk menopang berat badan dengan cara
mengontraksikan otot punggung, jika ini dilakukan terus menerus
28
dapat menyebabkan adanya penekanan pada bantalan saraf tulang
belakang.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), kategori ambang
batas IMT untuk orang dewasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Kurus sekali, jika IMT < 17,0
2. Kurus, jika IMT 17,0-18,4
3. Normal jika IMT 18,5-25,0
4. Gemuk jika IMT 25,1-27,0
5. Gemuk sekali jika IMT >27,0
Hasil penenlitian Silva. dkk (2013) menyatakan bahwa Pekerja
dengan obesitas cenderung memiliki rasa sakit dan gejala terkait
MSDs dengan OR 2,129 dibanding pekerja dengan berat badan
normal.
h. Kekuatan Fisik
Kekuatan fisik merupakan suatu kemampuan fungsional
seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu yang
memerlukan aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Lamanya
waktu aktivitas dapat bervariasi antara beberapa detik untuk pekerjaan
yang memerlukan kekuatan sampai beberapa jam untuk waktu yang
memerlukan ketahanan (Tarwaka, dkk. 2004).
Chaffin and Park (1973) yang dilaporkan oleh NIOSH
menemukan adanya peningkatan keluhan punggung yang tajam pada
pekerja yang melakukan tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas
kekuatan otot pekerja. Pekerja dengan kekuatan otot rendah memiliki
29
risiko keluhan otot tiga kali lipat dibanding pekerja yang mempunyai
kekuatan tinggi (Bukhori, 2010).
3. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat mempengaruhi
kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan menjadi
lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan
otot. Demikian juga dengan paparan udara panas, beda suhu tubuh
dengan suhu lingkungan akan membuat sebagian energi dalam tubuh
termanfaatkan untuk beradaptasi dengan lingkungan, jika tidak
diimbangi dengan suplai energi yang cukup maka akan terjadi
kekurangan suplai oksigen ke otot. Sebagai akibatnya peredaran darah
kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan nyeri di otot (Suma’mur 1982; Grandjean, 1993)
Dibanding suhu normal, pekerja yang bekerja pada temperature
yang dingin (OR 1,6) memiliki risiko lebih rentan terkena
musculoskeletal disorders (Nag, dkk 2012)
b. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi
otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah
tidak lancar, penimbunan asam laktat yang meningkat akan
menimbulkan rasa nyeri otot. Dari hasil semua study ditemukan
hubungan yang signifikan antara CTS dengan getaran, kebanyakan
30
penelitian memiliki OR > 3,0 sedangkan pada study mengenai low
back pain, setengah hasil study menunjukkan tidak ada hubungan
yang signifikan antara getaran dengan low back pain (NIOSH, 1997)
c. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak pada
saat memegang alat dapat menyebabkan rasa nyeri yang menetap.
4. Faktor Psikososial
Psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/
emosionalnya. Istilah “psikososial” umumnya digunakan dibidang
kesehatan sebagai istilah yang menggambarkan faktor-faktor yang terkait
dalam tiga domain terpisah: (1) faktor yang terkait dengan pekerjaan dan
lingkungan kerja, (2) faktor yang terkait dengan lingkungan ekstra-kerja,
dan (3) karakteristik individu pekerja. Interaksi antara faktor-faktor dalam
setiap domain inilah yang disebut sebagai “proses stress” yang dianggap
berdampak, baik pada status kesehatan maupun performa kerja (Bernard,
et al 1997).
Domain dari faktor yang terkait dengan pekerjaan dan lingkungan
kerja atau yang disebut “Faktor organisasi kerja” mencakup berbagai
aspek seperti : konten pekerjaan (misalnya beban kerja, kontrol pekerjaan,
tuntutan mental, kejelasan pekerjaan dll), karakteristik organisasi
(misalnya struktur organisasi tall vs flat, masalah komunikasi), hubungan
interpersonal ditempat kerja (misalnya hubungan atasan-karyawan,
31
dukungan sosial), aspek temporal pekerjaan dan tugas (misalnya siklus
waktu dan shift kerja), aspek keuangan dan ekonomi (misalnya gaji,
keuntungan dan masalah keadilan), aspek masyarakat (reputasi dan status
pekerjaan).
Parameter faktor yang terkait dengan lingkungan ekstra-kerja
mencakup faktor yang berkaitan dengan tuntutan yang timbul dari peran
diluar kerja, seperti tanggung jawab dengan orang tua, pasangan atau anak-
anak. Sedangkan faktor karakteristik individu pekerja meliputi faktor
genetik (jenis kelamin, kecerdasan), aspek-aspek yang diperoleh (tingkat
sosial, budaya, status pendidikan) dan faktor dispositional (seperti ciri-ciri
kepribadian, karakteristik dan sikap seperti kepuasan hidup dan
pekerjaan).
C. Metode Penilaian Faktor Risiko Pekerjaan
Ada beberapa cara untuk melakukan penilaian ergonomi dengan metode
observasi postur tubuh pada saat bekerja seperti Rapid Upper Limb
Assessment (RULA), Rapid Entire Body Assessment (REBA), Ovako
Working Posture Analysis (OWAS), Quick Exposure Checklist (QEC),
Baseline Risk Identification of Ergonomic Factors (BRIEF). Beberapa
metode penilaian tersebut dijabarkan seperti di bawah ini:
1. Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment)
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Lynn McAtamney dan
Nigel Corlett, E. (1993), seorang ahli ergonomi dari Nottingham’s
Institute of Occupational Ergonomics England. Metode ini
mengobservasi segmen tubuh khususnya upper limb dan mentransfernya
32
dalam bentuk skoring. Selanjutnya, skor final yang diperoleh akan
digunakan sebagai pertimbangan untuk memberikan saran perbaikan
secara tepat (Tarwaka, 2015).
Metode RULA merupakan suatu metode dengan menggunakan
target postur tubuh untuk mengestimasi terjadinya risiko gangguan otot
skeletal, khususnya pada anggota tubuh bagian atas (upper limb
disorders), seperti; adanya gerakan repetitif, pekerjaan diperlukan
pengerahan kekuatan aktivitas otot statis pada otot skeletal, dll. Selain itu
metode RULA juga merupakan alat untuk melakukan analisis awal yang
mampu menentukan seberapa jauh risiko pekerja yang terpengaruh oleh
faktor-faktor penyebab cedera, yaitu: postur tubuh, kontraksi otot statis,
gerakan repetitif, serta pengerahan tenaga dan pembebanan.
Pengukuran terhadap postur tubuh dengan metode RULA pada
prinsipnya adalah mengukur sudut dasar yaitu sudut yang dibentuk oleh
perbedaan anggota tubuh (limbs) dengan titik tertentu pada postur tubuh
yang dinilai. Metode RULA membagi tubuh ke dalam dua segmen yang
membentuk dua grup yang terpisah yaitu Grup A dan B. Grup A meliputi
anggota tubuh bagian atas (lengan atas, lengan bawah dan pergelangan
tangan). Sementara itu Grup B meliputi leher, badan dan kaki..
Skor Grup A dan Grup B dihitung dengan menggunakan tabel
dengan memasukkan skor untuk masing-masing postur tubuh secara
individu, sehingga didapatkan hasil Skor Postur Grup A, dan Skor Postur
Grup B. Kemudian, Skor total untuk grup A dan B dapat dimodifikasi
tergantung jenis aktifitas otot yang terlibat dan pengerahan tenaga selama
33
melakukan pekerjaan, sehingga didapatkan Skor C dan skor D. Terakhir,
skor final (grand skore) didapatkan dari hasil modifikasi Skor C dan D.
Berdasarkan perhitungan grand score, dapat diketahui tingkat aksi
yang harus dilakukan. Apakah diperlukan perbaikan atau tidak untuk
mencegah terjadinya cedera pada sistem muskuloskeletal. Tingkat aksi
yang akan dilakukan dibedakan menjadi 4 Action Level seperti berikut :
Tabel 2.2 Matriks Action Level RULA
Grand
Score
Tingkat
Risiko
Kategori
Risiko Tindakan
1-2 0 Rendah Tidak ada masalah dengan postur
tubuh
3-4 1 Sedang
Diperlukan investigasi lebih lanjut,
mungkin diperlukan adanya
perubahan untuk perbaikan sikap
kerja
5-6 2 Tinggi Diperlukan adanya investigasi dan
perbaikan segera
7+ 3 Sangat
Tinggi
Diperlukan adanya investigasi dan
perbaikan secepat mungkin Sumber : Lynn McAtamney dan Nigel Corlett, E. (1993)
2. Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)
Metode REBA diperkenalkan oleh Sue Hignett dan Lynn
McAtamney. Metode ini memungkinkan dilakukan suatu analisis secara
bersama dari posisi yang terjadi pada anggota tubuh bagian atas (Lengan,
lengan bawah, dan pergelangan tangan), badan, leher dan kaki. Metode
ini juga mendifinisikan faktor lain yang dapat menentukan penilaian
akhir dari postur tubuh seperti beban atau atau gaya yang dilakukan, jenis
34
pegangan atau jenis aktivitas otot yang dilakukan pekerja. (Tarwaka,
2015)
Sama hal nya dengan metode RULA, metode REBA ini juga
membagi tubuh kedalam 2 kelompok, dimana kelompok A meliputi
badan, leher dan kaki, sedangkan kelompok B meliputi anggota tubuh
bagian atas (lengan, lengan bawah, dan pergelangan tangan). Skor
kelompok A dan B dihitung dengan memasukkan nilai dari masing
masing postur badan, leher, kaki, lengan, lengan bawah dan pergelangan
tangan.
Setelah didapatkan skor kelompok A, maka ditambah dengan skor
beban/Force, untuk mendapatkan hasil total skor A, sedangkan skor
kelompok B ditambah dengan skor pegangan, untuk mendapatkan hasil
total skor B. Kemudian, total skor A dan total skor B dimasukkan ke
tabel C. hasil akhir skor REBA didapatkan dari skor C ditambah dengan
skor aktivitas otot. Dari skor akir REBA, barulah ditentukan tingkat
risiko dan tindakan yang harus dilakukan, seperti tabel berikut:
Tabel 2.3 Matriks Action level REBA Grand Score
Tingkat Risiko
Kategori Risiko
Tindakan
1 0 Sangat rendah Tidak ada tindakan yang diperlukan
2-3 1 Rendah Mungkin diperlukan tindakan
4-7 2 Sedang Diperlukan tindakan
8-10 3 Tinggi Diperlukan tindakan segera
11-15 4 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan sesegera mungkin
Sumber : (Hignett and McAtamney, 2000)
35
3. Metode OWAS (Ovako working analysis system)
Metode OWAS pertama kali diperkenalkan oleh seorang penilis
dari Osmo Karhu Finlandia, tahun 1977 dengan judul “Correcting
Working Postures in Industry: A Practical Methode for Analysis”.
Awalnya metode ini ditujukan untuk mempelajari suatu pekerjaan di
industri baja di Finlandia, dimana akhirnya para ergonomists
memperkenalkan metode ini secara luas dan menamainya dengan metode
“OWAS”. Metode ini merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
menganalisa suatu pembebanan pada postur tubuh. Metode ini
mengidentifikasi beberapa posisi seperti punggung, lengan dan kaki,
namun ini tidak menilai secara mendetail tingkat keparahan masing
masing posisi (Tarwaka, 2015).
Prosedur aplikasi metode OWAS, antara lain:
1. Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan
menggunakan video atau foto
2. Pemberian kode posisi yang diamati untuk setiap posisi dan
pembebanan
3. Menentukan skor postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh seperti :
punggung, lengan dan kaki
4. Menghitung setiap kode posisi, kategori risiko, untuk mengidentifikasi
posisi kritis atau yang lebih tinggi tingkat risikonya bagi pekerja.
5. Menghitung presentase repetitif dari masing masing posisi punggung,
lengan dan kaki yang berhubungan dengan posisi lainnya.
36
6. Penentuan hasil identifikasi pada posisi kritis, tergantung pada
frekuensi relatif dari masing masing posisi, kategori risiko
berdasarkan pada masing masing posisi dari bagian tubuh (Punggung,
lengan dan kaki)
4. Metode BRIEF (Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors)
Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF) adalah
suatu alat yang digunakan untuk skrinning awal dengan menggunakan
sistem rating untuk mengidentifikasi bahaya ergonomi yang diterima
oleh pekerja dalam kegiatan sehari hari. BRIEF digunakan untuk
menentukan sembilan bagian tubuh yang dapat berisiko terhadap
terjadinya CTD (Cummulative Trauma Disorders) atau risiko gangguan
kesehatan pada sistem rangka. Bagian tubuh yang diperiksa meliputi :
tangan kiri dan pergelangannya, siku kiri, bahu kiri, leher, punggung,
tangan kanan dan pergelangannya, siku kanan, bahu kanan dan kaki
(Humantech, 1995)
Dalam BRIEF survey terdapat 4 faktor risiko ergonomi yang perlu
diketahui yaitu:
a. Postur; sikap anggota tubuh janggal waktu menjalankan pekerjaan
b. Gaya; beban yang harus ditanggung oleh anggota tubuh saat
melakukan postur janggal dan melampaui batas kemampuan tubuh
c. Lama; lama waktu yang digunakan untuk melakukan gerakan
pekerjaan dengan postur janggal
d. Frekuensi; jumlah postur janggal yang berulang dalam satuan waktu.
37
semakin banyak skor yang di dapat dalam suatu pekerjaan , maka
pekerjaan tersebut semakin berisiko dan memerlukan penanggulangan
segera. Skor maksimal yang bisa didapat dalam survei ini yaitu sebesar 4
skor
5. Metode QEC (Quick Exposure Check)
Quick Exposure Check (QEC) adalah suatu metode untuk penilaian
secara cepat pajanan dari risiko-risiko terjadinya Work-related
Musculoskeletal Disorders (WMSDs). QEC dibuat berdasarkan
kebutuhan dari praktisi dan penelitian tentang faktor-faktor risiko
WMSDs. QEC memiliki tingkat sensitivitas dan kegunaan yang tinggi
serta dapat diterima secara luas reabilitasnya. (Stanton, 2005).
Kelebihan dan Kekurangan Metode
Masing masing metode penilaian risiko mempunyai kekurangan
dan kelebihan. Kekurangan dan kelebihan tersebut di jabarkan dalam
tabel berikut ini :
Tabel 2.4 Kelebihan dan kekurangan penilaian faktor Risiko pekerja
No Metode Kelebihan Kekurangan
1 Rapid
Upper Limb
Assessment
(RULA)
• Pembagian skor
pada rula lebih rinci
• Mudah digunakan,
cepat dan praktis.
Dapat
dikombinasikan
dengan metode
lainnya
• Dapat digunakan
• Hanya untuk pekerjaan
dengan postur statis,
kurang cocok dengan
pekerjaan dengan
gerakan dinamis
• Metode ini tidak bisa
mengukur gerakan
tangan, menggenggam,
meluruskan, memutar,
38
No Metode Kelebihan Kekurangan
untuk menilai secara
teliti pekerjaan atau
postur untuk satu
pekerja atau
kelompok.
dan memerlukan
tekanan pada telapak
tangan.
• Tidak
mempertimbangkan
faktor lingkungan &
faktor psikososial
2 Rapid Entire
Body
Assessment
(REBA)
• Menilai risiko
hampir semua
bagian tubuh
• Dapat digunakan
pada postur tubuh
yang stabil maupun
tidak stabil
• Hasil skor reba
dapat menunjukkan
tingkat risiko dan
pentingnya tindakan
yang perlu
dilakukan
• Belum menilai faktor
risiko ergonomi dari
lingkungan
• Tidak
mempertimbangkan
kondisi yang dialami
oleh pekerja terutama
yang berkaitan dengan
faktor psikososial
• Tidak
mempertimbangkan
kondisi lingkungan
kerja
3 Ovako
working
analysis
system
(OWAS)
• Banyak digunakan
dan
didokumentasikan
• Mudah digunakan,
cepat , praktis dan
dapat
dikomninasikan
dengan metode
lainnya.
• Tidak menilai secara
mendetil tingkat
keparahan pada masing
masing posisi
• Tidak memisahkan
bagian tubuh kiri dan
kanan, tidak ada
penilaian siku atau
pergelangan tangan.
39
No Metode Kelebihan Kekurangan
• Tidak
mempertimbangkan
pengulangan atau
durasi postur
4 BRIEF
(Baseline
Risk
Identificatio
n of
Ergonomics
Factors)
• Dapat mengkaji
hampir semua
bagian tubuh
• Dapat menentukan
risiko terjadinya
CTD
• Tidak membutuhkan
ahli ergonomi untuk
melakukan
penelitian ini
• Tidak dapat
mengetahui skor total
secara menyeluruh dari
suatu pekerjaan
• Membutuhkan waktu
pengamatan lebih lama
• Tidak dapat digunkan
untuk manual handling
5 Quick
Exposure
Check
(QEC)
• Mencakup sebagian
besar faktor risiko
utama penyebab
MSDs.
• Tingkat sensitifitas
dan penggunaan
yang baik.
• Tingkat keandalan
yang baik (inter dan
intra pengamat).
• Mudah dipelajari
dan mudah
digunakan/
diterapkan
• Mempertimbangkan
kombinasi dan
• Metode ini hanya fokus
pada faktor fisik di
tempat kerja
• Skor/nilai paparan yang
disarankan butuh
validitas kembali.
• Perlu pengembangan
lebih lanjut untuk
memberikan
pengukuran yang tepat.
• Pelatihan dan praktek
tambahan diperlukan
oleh pengguna yang
belum berpengalaman
untuk pengembangan
reliabilitas pengukuran.
40
No Metode Kelebihan Kekurangan
interaksi berbagai
faktor risiko di
tempat kerja.
Penilaian tingkat risiko ergonomi yang digunakan yaitu metode
REBA, karena pengukuran dengan metode ini dapat di aplikasikan pada
pekerja yang bekerja dengan postur tubuh statis dan dinamis, dan dapat
menilai risiko pada hampir seluruh bagian tubuh.
D. Metode Penilaian Faktor Psikososial
Untuk menilai keadaan psikososial dapat dilakukan dengan metode
berikut:
1. Copenhagen Psychososial Questionnaire II (CopSoq II)
CopSoq II merupakan kuesioner yang digunakan untuk
mengevaluasi faktor psikososial yang ada di tempat kerja. Kuesioner
ini merupakan perkembangan dari CopSoq I. Kuesioner CopSoq II
memiliki 3 versi yaitu long version, medium length version, dan short
version.
a. CopSoq II long version biasanya digunakan untuk penelitian
dengan jumlah 141 pertanyaan dan 30 pengukuran.
b. CopSoq II medium length version biasanya digunakan untuk
lingkungan kerja profesional dengan jumlah 95 pertanyaan dan 26
pengukuran.
41
c. CopSoq II short version biasanya digunakan untuk pengukuran di
tempat kerja dengan jumlah 44 pertanyaan dan 8 pengukuran.
CopSoq II menggunakan skala likert untuk menyediakan respon
dari pertanyaan terkait psikososial. Skala likert yang digunakan
biasanya skala 4 atau 5. Semua pertanyaan diberi rentang nilai 0-100.
Apabila menggunakan skala 5, nilainya adalah 0, 25, 50, 75, dan 100
sedangkan jika menggunakan skala 4 maka penilaiannya adalah 0,
33,3, 66,7, dan 100. Semakin besar nilainya menunjukkan hal yang
baik dan juga sebaliknya. Walaupun ada beberapa pertanyaan yang
mengandung makna negatif (Kristensen, 2010).
2. Depression Anxiety Stress Scale (DASS)
DASS (Depression Anxiety Stress Scale) merupakan instrumen
penelitian yang biasa digunakan untuk mengukur tiga masalah
kesehatan akibat pekerjaan, yaitu: depresi, kecemasan, dan stres.
DASS terdiri dari 42 item pertanyaan dengan masing-masing skala
berisi 14 item. Skala depresi meliputi: dysphoria, putus asa, devaluasi
hidup, sikap meremehkan diri, kurangnya minat/keterlibatan,
anhedonia, dan inersia. Skala kecemasan meliputi gairah otonom, efek
otot rangka, kecemasan situasional, dan pengalaman subjektif dari
mempengaruhi cemas. Skala stres sensitif terhadap tingkat kronis non-
spesifik gairah, seperti: kesulitan santai, gairah saraf, dan menjadi
mudah marah/gelisah, mudah tersinggung/over-reaktif dan tidak sabar.
Terdapat 4 skor penilaian terhadap masing-masing skala, yaitu: 0=
tidak pernah, 1 = jarang, 2 = sering, 3 = selalu (Damanik, 2006).
42
3. Job Content Questionannaire (JCQ)
JCQ merupakan sebuah kuesioner yang digunakan untuk menilai
faktor psikososial dari sebuah pekerjaan. Terdapat lima skala utama
yang digunakan pada JCQ, yaitu: decision latitude (kebebasan dalam
mengambil keputusan), physical demands (tuntutan fisik),
psychological demands (tuntutan psikologi), social support (dukungan
sosial), organizational level (mutu organisasi), job dissatisfaction
(ketidakpuasan pekerjaan), dan job insecurity (ketidakamanan dalam
bekerja). Semua skala tersebut digunakan untuk level mikro, dimana
mempunyai tujuan untuk menganalisis karakteristif pekerjaan, seperti:
menilai risiko relatif dari paparan yang diterima individu pada tempat
kerja yang berbeda dengan penyakit akibat kerja yang berhubungan,
stres psikologi, penyakit jantung koroner, penyakit muskuloskeletal,
dan kelainan organ reproduksi. Pada JCQ (Job Content
Questionnaire) terdapat variasi pilihan sebanyak empat jawaban,
yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat
setuju (Karasek dkk, 1998).
2.5. Tabel Kelebihan dan kekurangan metode pengukuran psikososial No Metode Kelebihan Kekurangan
1 Copenhagen
psychosocial
questionnaire
• Pembahasan faktor-
faktor psikososial lebih
mendetail
• Terdapat variasi jenis
pertanyaan sesuai
dengan kebutuhan
• Kuesioner dapat
• Pertanyaan yang
cukup banyak
sehingga
membutuhkan
banyak waktu dan
sumber daya
43
No Metode Kelebihan Kekurangan
digunakan untuk
berbagai macam
pekerjaan dan industri
2 Depression
anxiety stress
scale
• Dapat diberikan baik
secara kelompok
maupun perorangan
• Sangat cocok
digunakan untuk
responden dengan
rentang umur 17 – 35
tahun
• Bagus digunakan
apabila ingin
mengetahui etiologi,
sifat, dan mekanisme
gangguan emosional
• Hanya dapat
menilai skala
depresi,
kecemasan, dan
stres
3 Job content
questionnaire
• Terdiri dari beberapa
jenis faktor psikososial
sehingga
pembahasannya akan
lebih mendetail
• Sangat cocok
digunakan untuk
mengukur beban kerja
psikososial
• Tidak adanya
faktor terkait stres
kerja
Pada penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah COPSOQ (The
Copenhagen Psychosocial Questionnaire) II. COPSOP II dipilih karena
44
dapat digunakan pada berbagai macam pekerjaan dan industri. Pada
COPSOP II terdapat beberapa variasi jumlah pertanyaan yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian. Jenis kuesioner yang dipilih juga dapat
disesuaikan dengan waktu dan biaya penelitian yang ada.. Selain itu,
pembahasan faktor psikososial yang terdapat di dalamnya lebih mendetail
karena terdapat faktor penyebab seperti faktor tuntutan di tempat kerja dan
juga dampaknya yaitu faktor kesehatan dan kesejahteraan.
E. Pencegahan dan pengendalian MSDs
1. Pencegahan Musculoskeletal disorders (MSDs)
Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) dalam Tarwakal, et al (2004), tindakan
ergonomik untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah memalui dua
cara yaitu Rekayasa Teknik ( desain stasiun dan alat kerja) dan Rekayasa
Menejemen ( kriteria dan organisasi kerja).
a. Rekayasa Teknik
Rekayasa Teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan
beberapa alternatif, meliputi :
1) Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada.
Hal ini jarang dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerja
yang mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada;
2) Substitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau
bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan
menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan;
45
3) Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan
pekerja;
4) Ventilasi, menambah ventilasi untk mengurangi risiko sakit.
b. Rekayasa Menejemen
Rekayasa Menejemen dapat dilakukan melalui tindakan berikut :
1) Pendidikan dan pelatihan agar pekerja lebih memahami
lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan
penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya pencegahan
terhadap risiko sakit akibat kerja;
2) Pengaruh waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakterisktik
pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan
terhadap sumber bahaya;
3) Pengawasan yang intensif, agar dapat dilakukan pencegahan
secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit
akibat kerja
2. Pengendalian Musculoskeletal disorders (MSDs)
Pengendalian terhadap MSDs dapat dilakukan dengan melakukan
evaluasi terhadap faktor-faktor yang telah ditemukan. Selain itu juga
dapat dilakukan perubahan metode kerja, menata ulang peralatan dan
area kerja untuk mengurangi risiko MSDs, libatkan karyawan untuk
memberikan ide-ide agar sistem kerja menjadi lebih baik sehingga
produktivitas kerja dapat meningkat.
46
Pengendalian pada umumnya terbagi menjadi tiga (Cohen et
al,1997):
a. Mengurangi atau mengeliminasi kondisi yang berpotensi bahaya
menggunakan pengendalian teknik;
b. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijakan manajemen yang
sering disebut pengendalian administratif;
c. Menggunakan alat pelindung diri agar tidak mengalami risiko MSDs
pada saat melakukan pekerjaan, maka ada beberapa hal yang harus
dihindari. Hal tersebut adalah:
1) Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping;
2) Jangan menggerakkan, mendorong atau menarik secara
sembarangan karena dapat meningkatkan risiko cedera;
3) Jangan ragu meminta tolong pada orang;
4) Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang.
F. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan gabungan dari beberapa teori yang telah
dikemukakan oleh para ahli, sehingga diperoleh kesimpulan faktor-faktor
risiko penyebab terjadinya musculoskeletal disorder. Faktor risiko tersebut
adalah: Faktor pekerjaan (postur kerja, force/beban, durasi, frekuensi,dan
genggaman). Faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja, kebiasaan
merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, indeks masa tubuh serta
kekuatan fisik). Faktor lingkungan (getaran, suhu dan tekanan) dan faktor
psikososial. Adapun skema yang didapat adalah sebagai berikut :
47
Sumber : Humantech ,1995; Bridger, 2003; Tarwaka, 2015 Bernard et.al 1997
Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori
Faktor Psikososial: 1. Organisasi kerja 2. Ketidakpuasan kerja 3. Karakteristik
individu
Faktor Pekerjaan: 1. Postur 2. Force/Beban 3. Durasi 4. Frekuensi 5. Genggaman
Faktor lingkungan : 1. Suhu 2. Getaran 3. Tekanan
Faktor Individu: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Lama Kerja 4. Kebiasaan Merokok 5. Kesegaran Jasmani 6. Masa Kerja 7. Indeks Masa Tubuh
(IMT) 8. Kekuatan Fisik
Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs)
48
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini dibuat untuk menjelaskan kaitan antara keluhan
Musculoskeletal disorder dengan faktor pekerjaan (postur, beban, durasi,
frekuensi dan genggaman), faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja,
kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, indeks masa tubuh dan
kekuatan fisik), faktor lingkungan (suhu, getaran dan tekanan), dan faktor
psikososial.
Dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
keluhan MSDs pada pekerja bagian MP PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun
2017 ini, tidak semua variabel diteliti karena beberapa pertimbangan, adapun
rincian variabel-variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Faktor pekerja:
a. Faktor Jenis kelamin, tidak diteliti karena sudah dipastikan
seluruh pekerja sheller adalah laki-laki, sehingga data yang
dihasilkan akan bersifat homogen
b. Faktor lama kerja, tidak diteliti karena waktu bekerja yang
diterapkan kepada seluruh pekerja adalah sama yaitu 8jam/hari.
c. Faktor Kekuatan fisik, tidak diteliti karena secara fisiologis tiap
orang dilahirkan dengan struktur otot yang berbeda-beda. Ada
yang dilahirkan dengan struktur otot yang mempunyai kekuatan
49
fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya. dalam
kondisi kekuatan yang berbeda ini, apabila harus melakukan
pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, jelas yang
mempunyai kekuatan fisik rendah akan lebih rentan terhadap
risiko cedera otot. Selain itu pengukuran kekuatan fisik
memerlukan serangkaian pengukuran yang cukup rumit,
memakan banyak waktu dan biasanya dilakukan oleh seseorang
yang memiliki keahlian dibidang ini.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti suhu, getaran dan tekanan tidak diteliti
karena semua faktor tersebut bersifat homogen.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Nordic Body Map
(NBM) untuk melihat keluhan MSDs yang dirasakan oleh pekerja dan metode
Rappid Entire Body Assessment (REBA) untuk mengukur faktor risiko
pekerjaan, serta kuesioner CopSoq untuk penilaian psikososial.
50
Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
maka peneliti merumuskan kerangka konsep sebagai berikut:
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep
Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs)
Kebiasaan Merokok
Masa Kerja
Usia
Kesegaran jasmani
Psikososial
Faktor pekerjaan (Berdasarkan metode REBA)
IMT
51
B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang menjelaskan variabel-variabel yang menjadi unsur penting dalam penelitian.
Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur 1 Tingkat
Keluhan Musculoskeletal disorder
Hasil perhitungan total skor tingkat rasa sakit yang dirasakan pekerja pada 28 titik tubuh berdasarkan Nordic Body Map
Kuesioner Nordic Body
Map
Wawancara/ mengisi lembar NBM
Tingkat keluhan : 1. Rendah jika skor akhir
NBM 0-20 2. Sedang jika skor akhir
NBM 21-41 (Tarwaka, 2015)
Ordinal
2 Faktor pekerjaan (berdasarkan REBA)
Nilai akhir dari identifikasi postur pekerjaan dengan menggunakan metode REBA
Kamera MB ruler Lembar
observasi REBA
Merekam kegiatan pekerja Menilai postur kerja Mengisi form REBA
Tingkat Risiko 1. Rendah = risiko rendah
dan tindakan perbaikan mungkin diperlukan, total skor =2-3
2. Sedang = risiko sedang dan tindakan perbaikan perlu dilakukan , total skor 4-7
(Hignett and cAtamney, 2000)
Ordinal
3 Usia Jumlah tahun yang dihitung dari tanggal responden lahir sampai saat dilakukan penelitian ini.
Kuesioner Wawancara 1. ≥ 35 tahun 2. <35 tahun (Tarwaka, 2015)
Ordinal
52
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur 4 Kebiasaan
merokok Kegiatan menghisap rokok yang dilakukan berulang kali, teratur dan sulit dilepaskan
Kuesioner Wawancara 1. merokok 2. Tidak merokok/ telah
berhenti merokok 1 tahun yang lalu (Bustan, 2007)
Ordinal
5 Kesegaran Jasmani
Kegiatan melakukan senam pagi/olahraga dalam seminggu.
Kuesioner Wawancara 1. Kurang; jika melakukan senam pagi/olahraga < 3 x/minggu
2. Cukup; jika melakukan senam pagi/olahraga 3-5 x/minggu
Ordinal
6 Masa kerja Waktu kerja responden terhitung mulai pertama kerja dibagian MP sampai dengan waktu dilakukannya penelitian
Kuesioner Wawancara 1. Berisiko, jika > 3 tahun 2. Tidak berisiko, jika ≤ 3
tahun
Ordinal
7 Indeks Masa Tubuh
Kondisi status gizi pekerja saat dilakukannya penelitian. Diukur berdasarkan rasio antara berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) pangkat 2
Kuesioner Pengukuran tinggi dan berat
badan
1. Berisiko , jika IMT = Gemuk
2. Tidak berisiko , jika IMT = kurus/ Normal (Bernard, et al 1997)
Ordinal
8 Psikososial Hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/ emosionalnya
Kuesioner CopSoq
Wawancara/ mengisi
kuesioner CopSoq
1. Baik , jika skor CopSoq > mean (75,50)
2. Buruk jika skor CopSoq ≤ mean (75,50)
Ordinal
53
C. Hipotesis
a. Ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan MSDs pada
pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017.
b. Ada hubungan antara usia dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian
MP PT BSI tahun 2017.
c. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada
pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017.
d. Ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs pada
pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017.
e. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada pekerja
bagian MP PT BSI tahun 2017.
f. Ada hubungan indeks masa tubuh dengan keluhan MSDs pada pekerja
bagian MP PT BSI tahun 2017.
g. Ada hubungan antara faktor psikososial dengan keluhan MSDs pada
pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017
54
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan rancangan
cross sectional study (study potong lintang) dimana pengumpulan data
variabel independen dan dependen dilakukan pada waktu (periode) yang
sama.
B. Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari 2017. Penelitian
ini dilakukan pada pekerja bagian Meat Preparation PT BSI yang bertempat
di JL Duku KM 21 Padang Pariaman Sumatera Barat.
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai MP yang berjumlah
743 orang. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik simple
random sampling. Jumlah sampel diperoleh berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan rumus jumlah sampel uji hipotesis beda dua proporsi.
Rumus jumlah sampel uji hipotesis beda dua proporsi yaitu:
N =
(Z1-α/2√2P (1-P) + Z1-β√P1(1-P1) + P2(1-P2))2 (P1-P2)2
Keterangan :
N : Besar sampel minimal yang diperlukan
P : Rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2}
55
P1 : Proporsi usia pekerja <35 tahun terhadap keluhan MSDs
P2 : Proporsi usia pekerja ≥ 35 tahun terhadap keluhan MSDs
Z1-α/2: Derajat kemaknaanα pada uji dua sisi (two tail) yaitu 5% = 1,96
Z1-β: Kekuatan uji 80% = 0.84
Peneliti melakukan perhitungan pada beberapa penelitian
sebelumnya, sehingga didapatkan hasi sampel minimal seperti berikut :
No Variabel Peneliti Proporsi N Sampel
1 Risiko
Pekerjaan
B. endang P1= 95%
P2= 66.7%
22 44
2 Risiko
Pekerjaan
Nurhikmah P1=81.5%
P2= 50%
35 70
3 Usia Sholeha P1 = 80.5%
P2 = 47 %
32 64
4 Usia Nurhikmah P1= 81.8%
P2= 45.8%
27 54
5 Usia B. endang P1 = 95%
P2= 67%
28 56
6 Kebiasaan
Olah raga
Wita P1= 84%
P2=45%
23 46
7 Kebiasaan
Olah raga
Nurhikmah P1= 64%
P2= 16.7%
17 34
8 IMT Wita P1= 86.7 %
P2=67.4%
13 26
9 Masa
Kerja
Nurhikmah P1= 81.5%
P2= 35.9%
16 32
10 Riwayat
penyakit
Wita P1= 94.7%
P2= 64.7%
27 54
Berdasarkan perhitungan dengan rumus jumlah sampel uji hipotesis beda
dua proporsi pada beberapa penelitian sebelumnya, maka di ambil sampel
56
terbanyak yaitu 35, kemudian sampel dikali 2 sehingga sampel yang
dibutuhkan adalah 70 sampel.
D. Instrumen penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner atau daftar pertanyaan
Kuesioner atau daftar pertanyaan mengenai faktor risiko pekerja
meliputi usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, masa kerja,
indeks masa tubuh, dan Kuesioner CopSoq II untuk mengukur
faktor psikososial.
2. Nordic Body Map (NBM)
Nordic Body Map digunakan untuk mengetahui tingkat
keluhan/nyeri pada tubuh pekerja
3. Lembar Form REBA
Lembar form REBA digunakan untuk menilai postur tubuh pekerja
4. Camera digital
Camera digital digunakan untuk merekam postur kerja saat bekerja.
Kamera yang digunakan adalah Nicon Pro Sumer
5. Timbangan
Timbangan digunakan untuk mengukur berat badan pekerja pada
saat penelitian dilakukan. Timbangan yang digunakan adalah
timbangan badan merk Camry
6. Microtoise stature meter
Microtoise stature meter digunakan untuk mengukur tinggi badan
pekerja pada saat penelitian dilakukan.
57
7. MB ruler
MB Ruler digunakan untuk melakukan pengukuran sudut yang
terbentuk pada postur kerja. Software MB ruler yang digunakan
adalah MB Ruler versi 5.3
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer diperoleh langsung dari pekerja bagian Meat
Preparation PT. BSI dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner Nordic
Body Map, lembar Form REBA, timbangan, microtoise stature meter,
camera digital dan MB ruler. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pofil
perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan data pendukung lainnya. adapun
penjelasan pengumpulan data berdasarkan variabel beserta instrumen
penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Variabel keluhan MSDs
Keluhan MSDS pada pekerja diperoleh dengan menanyakan
langsung melalui instrumen kuesioner dan menggunakan Nordic
Body Map untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan.
Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk memberikan
penilaian terhadap tingkat nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh.
Kuesioner ini diberikan kepada seluruh sampel yang terdapat di
bagian meat preparation .
Adapun data yang diperoleh adalah :
- Rendah, jika skor akhir NBM 0-20
- Sedang, jika skor akhir NMB 21-41
58
2. Variabel faktor pekerjaan
Data mengenai faktor pekerjaan diperoleh melalui perhitungan
risiko MSDs pada bagian tubuh pekerja menggunakan instrumen
Rapid Entire Body Assessment (REBA). Adapun tahapannya adalah
sebagai berikut :
a. Persiapan pengukuran
- Memilih pekerja yang akan diobservasi
- Membagi pekerjaan ke dalam beberapa tahapan untuk
kemudian diukur risikonya
- Memilih postur pekerjaan yang berisiko tinggi
menyebabkan MSDs
- Mencatat data pekerja, detail pekerjaan, nama peneliti,
waktu dan tanggal pengukuran
b. Pelaksanaan pengukuran
- Melakukan pengamatan terhadap pekerja pada posisi yang
jelas,
- Menggunakan kamera untuk merekam / memotret postur
tubuh pekerja yang berisiko dan menggunakan MB ruler
untuk mengetahui besar sudut postur tubuh
Dalam pengukuran postur tubuh menggunakan teknik
REBA, tubuh dibagi menjadi 2 kelompok, dimana kelompok A
meliputi badan, leher dan kaki, sedangkan kelompok B meliputi
anggota tubuh bagian atas (lengan, lengan bawah, dan
pergelangan tangan). Langkah observasi penilaiannya yaitu:
59
1) Kelompok A (badan, leher dan kaki)
a) Mengobservasi dan menentukan skor postur badan
Skor postur badan dapat dinilai berdasarkan posisi
berikut :
b) Mengobservasi dan menentukan skor postur leher
Skor postur leher dapat dinilai berdasarkan posisi
berikut:
Skor Posisi 1 Badan tegak lurus 2 Badan ekstensi/fleksi < 20° 3 Badan fleksi 20-60° 4 Badan fleksi > 60°
+1 Jika posisi badan miring/memuntir
Skor Posisi 1 Leher fleksi / ekstensi <20° 2 Leher fleksi / ekstensi >20°
+1 Jika posisi leher miring/ memuntir
60
c) Mengobservasi dan menentukan skor postur kaki
Skor postur kaki dapat dinilai berdasarkan posisi berikut:
2) Kelompok B (lengan, lengan bawah, & pergelangan tangan)
a) Mengobservasi dan menentukan skor postur lengan
Skor postur lengan dapat dinilai berdasarkan posisi
berikut :
Skor Posisi 1 kaki tertopang, bobot tersebar
merata, jalan atau duduk 2 kaki tidak tertopang/postur tidak
stabil +1 jika lutut antara 30°-60° flexion +2 jika lutut >60° flexion tidak ketika
duduk
Skor Posisi 1 Lengan fleksi/ ekstensi antara 0-20° 2 Lengan fleksi antara 20°-45° atau
ekstensi >20 3 Lengan fleksi antara 45-90° 4 Lengan fleksi > 90°
+1 Lengan diangkat atau diputar atau dirotasi
+1 Jika bahu ditinggikan -1 Jika bersandar , bobot lengan ditopang
sesuai gravitasi
61
b) Mengobservasi dan menentukan skor postur lengan
bawah
Skor postur lengan bawah dapat dinilai berdasarkan
posisi berikut :
c) Mengobservasi dan menentukan skor postur pergelangan
tangan
Skor postur pergelangan tangan dapat dinilai berdasarkan
posisi berikut :
c. Perhitungan hasil pengukuran
- Hasil observasi dimasukkan kedalam form observasi REBA
(form terdapat di lampiran)
- Menilai hasil akhir pengukuran.
Skor Posisi 1 Fleksi/ ekstensi antara 60°-100° 2 Fleksi <20° atau ekstensi>100°
Skor Posisi 1 Fleksi/ekstensi 0°-15° 2 Fleksi/ekstensi > 15°
+1 Jika tangan memutar kekiri/kekanan
62
Hasil pengukuran kelompok A dan B dimasukkan kedalam
tabel skor A dan tabel Skor B dengan ketentuan tabel skor
A ditambah dengan skor beban dan skor B ditambah dengan
skor pegangan .
Skor Beban Skor Pegangan 0 Beban < 5 kg 1 Pegangan pas 1 Beban 5-10kg 2 pegangan dapat
diterima, tapi tidak ideal
2 Beban > 10 kg 3 pegangan tidak bisa diterima, walau memungkinkan
+1 Ada pembebanan secara tiba-tiba
4 dipaksakan, pegangan yang tidak aman
Setelah mendapatkan nilai skor tabel A dan tabel B, maka
tahap terakhir yaitu memasukkan skor tabel A dan tabel B
ke tabel C dengan penambahan skor aktifitas otot. Skor
akhir inilah yang menjadi patokan nilai REBA.
Adapun pengelompokan data yang diperoleh untuk variabel faktor
pekerjaan yaitu :
- Rendah jika skor REBA 2-3
- Sedang jika skor REBA 4-7
3. Variabel umur
Data umur pekerja diperoleh dengan menanyakan tanggal lahir
pekerja. Adapun pengelompokan data yang diperoleh adalah :
- ≥ 35 tahun
- < 35 tahun
63
4. Variabel kebiasaan merokok
Data mengenai kebiasaan merokok diperoleh dengan cara
menanyakan langsung kepada pekerja melalui instrumen berupa
kuesioner. Adapun data yang diperoleh adalah :
- Merokok
- Tidak merokok atau telah berhenti merokok sejak 1 tahun
yang lalu
5. Variabel kesegaran jasmani
Data kesegaran jasmani diperoleh dengan cara menanyakan
langsung kepada responden mengenai kebiasaan olahraga. Adapun
pengelompokan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
- Kurang , jika melakukan senam pagi/ olahraga <3x/minggu
- Cukup, jika melakukan senam pagi/olahraga 3-5x/minggu
6. Variabel masa kerja
Data mengenai masa kerja diperoleh dengan menanyakan
langsung kepada responden berapa lama responden telah bekerja di
bagian meat preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Adapun
pengelompokan data yang diperoleh adalah:
- Berisiko jika > 3 tahun
- Tidak berisiko jika ≤ 3 tahun
7. Variabel Indeks masa tubuh
Data mengenai indeks masa tubuh didapatkan dengan
melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi pekerja
Adapun pengelompokan data yang diperoleh adalah :
64
- Tidak berisiko jika IMT Normal/Kurus
- Berisiko jika IMT Gemuk
8. Variabel psikososial
Data mengenai variabel psikososial didapatkan dengan mengisi
kuesioner CopSoq II yang ditanyakan langsung kepada pekerja.
Adapun data yang diperoleh adalah
- Baik jika > mean (75,50)
- Buruk jika ≤ mean (75,50)
F. Pengolahan Data
Seluruh data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun data
sekunder akan diolah melalui tahapan berikut:
a. Menyunting data (Editing)
Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan ketepatan pengisisan
lembar kuesioner dan lembar penilaian risiko MSDs. pemerikasaan ini
dilakukan pada saat pengambilan data di lapangan.
b. Mengkode data (Coding)
Coding merupakan kegiatan memberikan kode pada jawaban
kuesioner yang ada untuk mempermudah proses pengolahan dalam
komputerisasi. Adapun coding yang diberikan adalah :
1. Variabel Keluhan Muskuloskeletal
Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah :
- 1 jika keluhan MSDs rendah
- 2 jika keluhan MSDs sedang.
65
2. Variabel faktor pekerjaan
Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:
- 1 jika tingkat risiko rendah
- 2 jika tingkat risiko sedang.
3. Variabel usia
Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:
- 1 jika ≥ 35 tahun
- 2 jika usia < 35 tahun
4. Variabel kebiasaan merokok
Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:
- 1 jika merokok
- 2 jika tidak merokok atau sudah berhenti merokok sejak 1
tahun yang lalu.
5. Variabel Kesegaran jasmani
Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:
- 1 jika kesegaran jasmani kurang
- 2 jika kesegaran jasmani cukup
6. Variabel masa kerja
Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:
- 1 jika masa kerja berisiko,
- 2 jika masa kerja tidak berisiko.
7. Variabel Indeks Masa Tubuh
Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:
- 1 jika IMT tidak berisko
66
- 2 jika IMT berisiko.
8. Variabel psikososial
Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:
- 1 jika psikososial baik
- 2 jika psikososial buruk
c. Memasukkan Data (Entry)
Data yang telah dikode dimasukkan ke dalam program komputer
untuk diolah.
d. Membersihkan data (Cleaning)
Mengecek data yang dimasukkan ke komputer apakah sesuai
dengan kuesioner agar data yang dimasukkan menghasilkan data yang
valid.
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi, persentase, dan statistik deskriptif dari setiap variabel yang
diteliti. Analisis ini akan disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, maupun
grafik. Variabel yang dianalisis ialah variabel dependen dan
independen. Variabel tersebut ialah keluhan MSDs, faktor pekerjaan,
usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, IMT, faktor
psikososial.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian.
Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan antara variabel
67
dependen dengan variabel independen. Untuk melihat hubungan
mengenai variabel dependen dan variabel independen digunakan uji Chi
Square. Jika Pvalue > 0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna
secara statistik antara variabel Faktor pekerjaan, usia, kebiasaan
merokok, masa kerja, kesegaran jasmani, IMT dan faktor psikososial
dengan keluhan MSDs. Sebaliknya jika Pvalue ≤ 0,05 maka terdapat
hubungan yang bermakna antara Faktor pekerjaan, usia, kebiasaan
merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, IMT dan faktor psikososial
dengan keluhan MSDs.
68
BAB V
HASIL
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
PT Bumi Sarimas Indonesia (BSI) didirikan pada Februari 1999.
Perusahaan ini mengalami perubahaan nama dari “PT Bumi Sarimas
Kelapa” menjadi “PT. Bumi Sarimas Indonesia” pada bulan Juni 2004.
PT BSI merupakan perusahaan makanan dan minuman yang terlibat dalam
pembuatan produk kelapa terpadu, dengan kelapa kering, santan dan air
kelapa sebagai produk utama.
Perusahaan ini berlokasi di Jl. Duku, KM 21 Padang Pariaman. Luas
perusahaan meliputi area kantor dan area produksi seluas 80.000 M2 yang
digunakan untuk produksi kelapa kering, santan, air kelapa, minyak kelapa
mentah, minyak kelapa murni, nata de coco, tepung kelapa, dan minuman
olahan kelapa lainnya. Kapasitas produksi mencapai 500.000 kelapa dan
60 MT kopra perhari dengan 70% bahan baku berasal dari petani kelapa
dan 30% lainnya dari kelompok perusahaan.
PT BSI memiliki pekerja sebanyak 1.972 orang yang terdiri dari top
management (Direktur & General Manager), 28 orang Middle
management (manager/asisten manager, kepala divisi/asisten kepala
divisi), 106 orang lower management (supervisor/assisten supervisor,
Foreman/assisten foreman) dan 1.836 pekerja non-manajerial.
Produksi di PT BSI meliputi proses perencanaan, persiapan produksi
(Meat Preparation), produksi, dan distribusi. pada tahap perencanaan,
69
perusahaan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk kegiatan
produksi, memastikan ketersediaan kelapa sebagai bahan baku,
menentukan jadwal produksi dan menyusun strategi prosedur
pendistribusian produk ke pelanggan.
Tahap persiapan dilakukan pada unit Meat Preparation (MP). MP
merupakan unit produksi tahap awal yang bertugas menyiapkan daging
kelapa sebagai bahan baku utama untuk diolah menjadi produk kelapa
kering, santan, minyak dll. Pada unit ini terdapat 743 pekerja yang dibagi
menjadi sheller (pengupas kulit dan tempurung kelapa), parer (pengupas
kulit ari kelapa) dan sisanya admin, asah pisau, loading, mekanik, operator
panel, operator mobil dll. Pembagian kerja pada unit ini terdiri dari 3 sift
kerja dengan jam kerja rata-rata 7jam/hari.
Tahapan pada unit ini dimulai dari penerimaan kelapa dari pemasok,
penyortiran dan penyimpanan kelapa di bin, pengupasan kulit kelapa,
pemisahan air kelapa, pengupasan tempurung dan kulit ari. Pada proses
pengupasan kelapa, 1 orang pekerja mampu mengupas sebanyak 2.000
butir kelapa perharinya. Atau 285 butir kelapa perjam setara dengan 4-5
butir kelapa permenit.
Pada penelitian ini, peneliti hanya fokus pada bagian pengupasan
kelapa, karena proses ini dinilai lebih memakan banyak tenaga dibanding
proses penerimaan dan penyortiran kelapa. Tahap pengupasan kelapa
terdiri dari 4 gerakan, gerakan pertama mengambil kelapa yang sudah
tersedia di bin, gerakan kedua membolongi kelapa, gerakan ketiga
mengosongkan air yang ada dalam kelapa, dan gerakan keempat
70
pengupasan tempurung kelapa. Keempat gerakan ini dilakukan berulang-
ulang, dalam 1 menit pekerja bisa mengupas 5 kelapa, artinya kurang lebih
terdapat gerakan bolak balik tangan sebanyak 20 kali. Pengulangan
gerakan merupakan salah satu faktor munculnya keluhan otot pada
pekerja.
Pekerjaan pada tahap pengupasan kelapa dilakukan dalam postur
tubuh berdiri. Postur kerja berdiri merupakan salah satu kondisi postur
tubuh janggal yang termasuk kedalam salah satu penyebab munculnya
keluhan otot pada pekerja.
Dari bagian MP, dilanjutkan pada proses produksi. Proses produksi
dipisahkan menjadi dua bagian dengan air kelapa dan daging kelapa
sebagai bahan baku utama. Pada tahap produksi ini sebagian besar
menggunakan mesin otomatis yang tidak terlalu membutuhkan banyak
pekerja. Adapun beberapa tahap yang membutuhkan tenaga manusia, tidak
memerlukan perkerja dalam jumlah yang terlalu banyak seperti halnya
pada bagian MP.
71
Diagram alur proses produksi dapat digambarkan seperti berikut:
Sumber: Profil Perusahaan
Gambar 5.1 Alur proses produksi PT Bumi Sarimas Indonesia
Perencanaan
Persiapan produksi ( Meat Preparation)
- Pengumpulan air kelapa - Pengupasan tempurung kelapa
Pengupasan kulit ari kelapa
Proses Produksi
COCONUT WATER
Filtration
Balance tank
Cooling
Filtration
Blending tank
Pre-heating
Sterilization
Sterile tank
Aseptic bulk filling machine
Coding
COCONUT OIL
Balance tank
Separator OSD
Separator BTE
Filtration
Balance tank
Balance tank
Filtration
Filling
Collection of coconut cream
Coding
Packing
Shipping to custumer Warehouse Product
Loading
72
B. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari variabel-
variabel yang diteliti. Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi
frekuensi masing-masing variabel. Hasil analisis univariat adalah sebagai
berikut:
1. Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja bagian Meat Preparation PT. Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017
Hasil penelitian terkait keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat
Preparation PT. Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keluhan MSDs pada pekerja
PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017 Keluhan Jumlah % Rendah 48 68,6 Sedang 22 31,4 Total 70 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 70 pekerja,
terdapat 48 orang (68,6%) yang mengalami keluhan MSDs rendah dan
sebanyak 22 orang (31,4%) mengalami keluhan MSDs sedang.
Keluhan MSDs ini dinilai berdasarkan 28 titik pada tubuh, sesuai
kuesioner Nordic Body Map. Dari data yang dikumpulkan, distribusi
pekerja yang mengalami MSDs berdasarkan bagian tubuh dapat dilihat
pada grafik berikut:
73
Grafik 5.1 Distribusi Frekuensi keluhan MSDs berdasarkan bagian tubuh pada pekerja bagian Meat
Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017
Sumber : Data Primer
Dari grafik di atas, diketahui bahwa mayoritas pekerja mengalami
keluhan pada bagian tangan, bahu, betis, leher atas, pergelangan, lengan
atas, lutut, punggung bawah dan pinggang. Sedangkan keluhan paling
sedikit dirasakan pada bagian bokong, lengan kiri bawah, leher bawah
dan punggung.
Dari hasil penelitian, diketahui tingkat keluhan yang dirasakan
pekerja, antara tidak sakit, agak sakit, sakit dan sangat sakit, keluhan
tersebut dapat dilihat pada grafik berikut :
0
10
20
30
40
50
60Le
her a
tas
Lehe
r baw
ahB
ahu
kiri
Bah
u ka
nan
Leng
an k
iri a
tas
Pung
gung
Leng
an k
anan
ata
sPu
nggu
ng b
awah
Ping
gang
boko
ngSi
ku k
iriSi
ku k
anan
Leng
an k
iri b
awah
Leng
an k
anan
baw
ahPe
rgel
anga
n ta
ngan
kiri
Perg
elan
gan
tang
an k
anan
Tang
an k
iriTa
ngan
kan
anPa
ha k
iriPa
ha k
anan
Lutu
t kiri
Lutu
t kan
anB
etis
kiri
Bet
is ka
nan
Perg
elan
gan
kaki
kiri
Perg
elan
gan
kaki
kan
anTe
lapa
k ka
ki k
iriTe
lapa
k ka
ki k
anan
52
8
45
55
24
9
40 37 36
6
13 16
8
20
47 50
54 56
21
31 33
39
51 53
26
34
21
32
pekerja
74
Grafik 5.2 Tingkat keluhan yang dirasakan pekerja per bagian tubuh
Berdasarkan grafik di atas, diketahui keluhan sakit terbanyak yaitu
pada bagian bahu kanan, tangan kanan, bahu kiri, tangan kiri, leher atas,
betis kanan, punggung bawah dan betis kiri. Sedangkan keluhan agak
sakit terbanyak dirasakan pada pergelangan tangan, lutut, betis,
pergelangan kaki, leher atas, lengan atas dan pinggang.
2. Gambaran Faktor-faktor Risiko keluhan MSDs pada pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation tahun 2017
Hasil yang diperoleh mengenai faktor-faktor risiko keluhan MSDs
pada pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation
Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan risiko pekerjaan, usia, kebiasaan merokok,
kesegaran jasmani, masa kerja, Indeks Masa Tubuh, dan psikososial pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017
NO Variabel Kategori Jumlah % 1 Risiko
Pekerjaan Sedang 66 94,3% Rendah 4 5,7%
2 Usia ≥ 35 Tahun 23 32,9% < 35 Tahun 47 67,1%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Lehe
r ata
sLe
her b
awah
Bah
u ki
riB
ahu
kana
nLe
ngan
kiri
ata
sPu
nggu
ngLe
ngan
kan
an a
tas
Pung
gung
baw
ahPi
ngga
ngbo
kong
Siku
kiri
Siku
kan
anLe
ngan
kiri
baw
ahLe
ngan
kan
an b
awah
Perg
elan
gan
tang
an k
iriPe
rgel
anga
n ta
ngan
…Ta
ngan
kiri
Tang
an k
anan
Paha
kiri
Paha
kan
anLu
tut k
iriLu
tut k
anan
Bet
is k
iriB
etis
kan
anPe
rgel
anga
n ka
ki k
iriPe
rgel
anga
n ka
ki k
anan
Tela
pak
kaki
kiri
Tela
pak
kaki
kan
an
tidak sakit agak sakit sakit
75
NO Variabel Kategori Jumlah % 3 Kebiasaan
Merokok Merokok 43 61,4% Tidak/telah berhenti 27 38,6%
4 Kesegaran Jasmani
Kurang 54 77,1% cukup 16 22,9%
5 Masa Kerja Berisiko 42 60% Tidak berisiko 28 40%
6 IMT Berisiko 8 11,4% Tidak berisiko 62 88,6%
7 Psikososial Buruk 35 50% Baik 35 50%
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi lama merokok, jumlah batang rokok/ hari dan masa kerja
pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017 No Variabel Mean Min Max Std. Deviasi
1 Lama Merokok 10,95 2 21 6,410
2 Batang Rokok/hari 4,5 3 6 1,203
3 Masa Kerja 3,47 2 10 1,783
a. Gambaran Faktor Pekerjaan
Hasil Penelitian mengenai faktor pekerjaan diperoleh dari
pengukuran bagian tubuh badan, leher, kaki dan lengan pekerja.
Berdasarkan data yang dianalisis, didapatkan hasil sebanyak 66 orang
(94,3%) pekerja memiliki tingkat risiko Sedang, yang artinya
diperlukan adanya tindakan perbaikan.
Gambar 5.2
Postur pekerja di bagian MP
76
b. Gambaran Usia
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan distribusi usia pekerja PT Bumi
Sarimas Indonesia Bagian MP usia ≥ 35 tahun sebanyak 23 orang
(32,9%) dan usia < 35 tahun sebanyak 47 orang (67,1%). Dari hasil
analisis juga diketahui rata-rata pekerja berusia 31 tahun, dengan usia
termuda 21 tahun dan tertua 45 tahun.
c. Gambaran Kebiasaan Merokok
Distribusi kebiasaan merokok pada pekerja PT Bumi Sarimas
Indonesia bagian MP adalah sebanyak 43 orang (61,4%) merokok,
dan 27 orang (38,6%) tidak/sudah berhenti merokok. Dari pekerja
yang masih merokok, diketahui bahwa rata-rata pekerja sudah
merokok selama 10 tahun dan rata-rata menghabiskan 5 batang rokok
perhari.
d. Gambaran Kesegaran Jasmani
Dari hasil analisis mengenai kesegaran jasmani, diketahui
sebanyak 54 orang (77,1%) pekerja memiliki kesegaran jasmani
kurang, dengan kata lain hanya sekitar 16 orang (22,9%) pekerja yang
memiliki kesegaran jasmani cukup.
e. Gambaran Masa Kerja
Masa kerja yang berisiko ditentukan dengan nilai median pada
hasil perhitungan, dengan ketentuan lebih besar dari median berisiko
dan lebih kecil dari median tidak berisiko. Berdasarkan hasil
perhitungan didapatkan median 3, sehingga pekerja yang sudah
bekerja selama 3 tahun dikategorikan menjadi berisiko dan dibawah 3
77
tahun tidak berisiko. Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa masa
kerja yang berisiko terdapat sebanyak 42 orang (60%) dan yang tidak
berisiko 28 orang (40%).
f. Gambaran Indeks Masa Tubuh
Dari hasil analisis Indeks Masa Tubuh pada pekerja PT. Bumi
Sarimas Indonesia bagian MP diketahui bahwa IMT yang berisiko
sebanyak 8 orang (11,4%) dan sisanya 62 orang (88,6%) tidak
berisiko.
g. Gambaran psikososial
Dari hasil analisis mengenai psikososial pekerja, diketahui 50%
pekerja memiliki psikososial baik, dan 50% buruk. Dalam penilaian
faktor psikososial menggunakan kuesioner CopSoq II terdapat 8 item
yang dinilai diantaranya tuntutan di tempat kerja , organisasi kerja dan
konten pekerjaan, hubungan interpersonal dan kepemimpinan,
kepuasan, bekerja antar inividu, nilai-nilai di level tempat kerja,
kesehatan dan kesejahteraan dan perilaku ofensif.
Tabel 5.4 Distribusi penilaian psikososial berdasakan masing-masing Item pada pekerja
PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017
NO Item Kategori Psikososial Jumlah %
1 Tuntutan ditempat kerja
Buruk 46 65,7% Baik 24 34,3%
2 Organisasi Kerja
Buruk 39 55,7% Baik 31 44,3%
3 Hubungan Interpersonal
Buruk 35 50% Baik 35 50%
4 Kepuasan Buruk 2 2,9% Baik 68 97,1%
5 Antarmuka individu
Buruk 1 1,4% Baik 69 98,6%
6 Nilai-nilai di level tempat
Buruk 20 28,6% Baik 50 71,4%
78
NO Item Kategori Psikososial Jumlah %
kerja 7 Kesehatan Buruk 47 67,1%
Baik 23 32,9% 8 Perilaku
Ofensif Buruk 0 0% Baik 70 100%
Sebanyak 65,7% pekerja memiliki psikososial buruk berdasarkan
tuntutan pekerjaan, 55,7% memiliki psikososial buruk berdasarkan
organisasi kerja dan konten pekerjaan, sebanyak 97,1% pekerja
memiliki psikososial baik berdasarkan kepuasan terhadap pekerjaan,
71,4% pekerja memiliki psikososial baik berdasarkan nilia-nilai level
tempat kerja, 67,1% pekerja memiliki psikososial buruk berdasarkan
kesehatan secara umum, sedangkan dari segi perilaku ofensif, 100%
memiliki psikososial baik.
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji chi-
square. Melalui uji tersebut akan diperoleh nilai p (p value) dimana dalam
penelitian ini menggunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian
antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai p value <0,05 dan
dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05
79
1. Hubungan antara faktor pekerjaan, usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, indeks massa tubuh, faktor psikososial dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017
Hubungan antara faktor pekerjaan, usia, kebiasaan merokok,
kesegaran jasmani, indeks massa tubuh, faktor psikososial dengan
keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas
Indonesia Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.5 Analisis hubungan pekerjaan, usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, indeks masa tubuh, dan faktor psikososial pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi
Sarimas Indonesia Tahun 2017
NO Variabel Kategori
Keluhan MSDs Jumlah P value OR CI 95 % Keluhan
sedang Keluhan rendah
n % n % n % 1 Risiko
Pekerjaan Sedang 22 33,3 44 66,7 66 100 0,163 - 1,265-1,779 Rendah 0 0 4 100 4 100
2 Usia ≥ 35 15 65,2 8 34,8 23 100 0,000 10,714 3,308-34,701 < 35 7 14,9 40 85,1 47 100 3 Kebiasaan
merokok Merokok 15 34,9 28 65,1 43 100
0,432 1,537 0,528-4,440 Tidak/berhenti merokok
7 25,9 20 74,1 27 100
4 Kesegaran jasmani
Kurang 15 27,8 39 72,2 54 100 0,227 0,495 0,156-1,567 Cukup 7 43,8 9 56,3 16 100
5 Masa Kerja Berisiko 22 52,4 20 47,6 42 100 0,000 - 0,347-0,654 Tidak Berisiko 0 0 28 100 28 100 6 IMT Berisiko 4 50 4 50 8 100 0,229 2,444 0,551-10,851 Tidak berisiko 18 29 44 71 62 100 7 Psikososial Buruk 10 28,6 25 71,4 35 100
0,607 0,767 0,279-2,110 Baik 12 34,3 23 65,7 35 100
a. Hubungan antara pekerjaan dengan keluhan MSDs
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 66 orang pekerja
yang memiliki risiko sedang, sebanyak 22 pekerja (33,3%) memiliki
keluhan MSDs sedang dan 44 pekerja (66,7%) memiliki keluhan MSDs
rendah. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh p value
80
sebesar 0,163 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara faktor pekerjaan dengan keluhan
MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia
Tahun 2017.
b. Hubungan antara usia dengan keluhan MSDs
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 23 orang yang
berusia ≥35 tahun, sebanyak 15 pekerja (65,2%) memiliki keluhan MSDs
sedang dan 8 orang (34,8%) memiliki keluhan MSDs rendah. Sedangkan
dari 47 pekerja yang berusia < 35 tahun, hanya 7 orang pekerja (14,9%)
yang memiliki keluhan MSDs sedang, dan 40 orang (85,1%) memiliki
keluhan MSDs rendah. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square
diperoleh p value sebesar 0,000 (p value ≤ 0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan
keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas
Indonesia tahun 2017. Selain itu juga didapatkan nilai OR sebesar 10,714
yang menunjukkan bahwa pekerja dengan usia ≥ 35 tahun memiliki risiko
10x lipat untuk mengalami keluhan MSDs dibanding pekerja dengan usia
< 35 tahun.
c. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 43 pekerja yang merokok,
terdapat 15 orang (34,9%) memiliki keluhan MSDs sedang dan 28 pekerja
(65,1%) mempunyai keluhan MSDs rendah. Sedangkan dari 27 orang
yang tidak/sudah berhenti merokok, terdapat 7 orang (25,9%) memiliki
keluhan MSDs sedang dan 20 orang (71,4%) memiliki keluhan rendah.
81
Dari hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh p value sebesar
0,432 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan keluhan
MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia
tahun 2017. Meskipun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada pekerja, jika dilihat dari
nilai OR 1,537 menunjukkan bahwa pekerja dengan kebiasaan merokok
memiliki risiko 1.5x lebih banyak untuk mengalami keluhan MSDs
dibanding pekerja yang tidak merokok.
d. Hubungan antara kesegaran jasmanai dengan keluhan MSDs
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 54 orang yang memiliki
kesegaran jasmani kurang, sebanyak 15 orang (27,8%) memiliki keluhan
MSDs sedang dan 39 orang (72,2%) memiliki keluhan MSDs rendah,
sedangkan dari 16 pekerja yang memiliki kesegaran jasmani cukup,
sebanyak 7 orang (43,8%) memiliki keluhan MSDs sedang dan 9 orang
(56,3%) mengeluh MSDs rendah. Dari hasil uji statistik menggunakan chi
square diperoleh nilai p value sebesar 0,227 OR 0,495. Dari nilai tersebut
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat
Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017.
e. Hubungan Masa Kerja dengan keluhan MSDs
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui dari 42 pekerja yang memiliki masa
kerja berisiko, sebanyak 22 orang (52,4%) mengalami keluhan MSDs
sedang dan 20 orang (47,6%) mengalami keluhan MSDs rendah.
82
Sedangkan dari 28 orang yang memiliki masa kerja tidak berisiko,
sebanyak 28 orang (100%) mengalami keluhan MSDs rendah. Dari hasil
uji statistik didapatkan nilai p value 0,000 (p < 0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja
dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi
Sarimas Indonesia tahun 2017.
f. Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan keluhan MSDs
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui dari 8 orang yang memiliki IMT
berisiko, sebanyak 50% mengalami keluhan MSDs rendah dan 50%
mengalami keluhan MSDs sedang. Sedangkan dari 62 orang dengan IMT
tidak berisiko, sebanyak 18 orang (29%) mengalami keluhan MSDs
sedang dan 44 orang (71%) mengalami keluhan MSDs rendah. Dari hasil
uji statistik didapatkan nilai p value 0,229 (p > 0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara indeks
masa tubuh dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation
PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017. Selain itu, dari hasil analisis
didapatkan nilai OR sebesar 2,444 hal ini menunjukkan bahwa pekerja
dengan indeks masa tubuh berisiko memiliki risiko 2.4x lebih banyak
untuk mengalami keluhan MSDs dibanding pekerja dengan indeks masa
tubuh tidak berisiko.
g. Hubungan psikososial dengan Keluhan MSDs
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 35 pekerja yang memiliki
psikososial baik, sebanyak 12 orang (34,3%) memiliki keluhan MSDs
sedang dan 23 orang (65,7%) memiliki keluhan MSDs rendah. Sedangkan
83
dari 35 orang yang memiliki psikososial buruk, sebanyak 10 orang
(28,6%) memiliki keluhan MSDs sedang dan 25 orang (71,4%) memiliki
keluhan MSDs rendah. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square
diperoleh nilai p value sebesar 0,607 OR 0,767. Dari nilai tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor
psikososial dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation
PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017.
84
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan
Musculoskeletal disorders pada pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia
bagian MP tahun 2017 memiliki beberapa keterbatasan diantaranya
sebagai berikut:
1. Observasi dan pengambilan gambar pada faktor pekerjaan tidak dari
segala arah tetapi hanya pada arah yang memungkinkan saja karena
situasi dan prosedur ditempat kerja.
2. Kemungkinan adanya recall bias pada variabel kebiasaan merokok
karena responden keliru mengingat kapan mulai merokok atau berhenti
merokok, sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden.
3. Pada faktor kesegaran jasmani, peneliti hanya menanyakan frekuensi
olahraga pekerja, tidak menanyakan jenis olahraga apa yang dilakukan
oleh pekerja, sehingga memungkinkan adanya perbedaan persepsi antara
responden dengan peneliti yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
85
B. Keluhan Muskuloskeletal Disorder pada pekerja
MSDs adalah cedera atau gangguan otot, saraf, tendon, sendi,
kartilago, sistem saraf, dan struktur penunjang seperti discus invertebral
yang diperburuk oleh kegiatan fisik yang terlalu lama seperti gerakan
pengulangan, beban, getaran, atau postur janggal (NIOSH, 1997). MSDs
merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh
ergonomis. Beberapa pekerjaan yang mengharuskan berdiri atau duduk
dalam waktu lama juga dapat mengakibatkan terjadinya MSDs.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa 68,6%
pekerja mengalami keluhan MSDs rendah dan 31,4% mengalami keluhan
MSDs sedang. Berdasarkan grafik 5.1 diketahui bahwa mayoritas pekerja
mengalami keluhan di bagian bahu kanan dan tangan kanan 54 orang
(77,1%), tangan kiri 53 orang (75,4%), pergelangan tangan kanan 51 orang
(72,8%), pergelangan tangan kiri 48 orang (68,5%) leher atas 45 orang
(64,2%), bahu kiri 43 orang (61,4%), lengan kanan atas 39 orang (55,7%)
dan punggung bawah 34 orang (48,5%).
Berdasarkan study European Survey on Working Condition (ESWC),
MSDs yang dirasakan oleh pekerja kebanyakan dirasakan pada tubuh
bagian leher, pinggang, serta otot-otot rangka bagian atas. Keluhan pada
pinggang serta anggota tubuh bagian atas disebabkan karena adanya
pekerjaan posisi janggal yang dilakukan berulang-ulang, mengangkat
beban yang berat serta postur tubuh yang tidak dapat menyesuaikan
dengan posisi objek yang dikerjakan, sehingga tidak terlalu
86
memperhatikan posisi keja ergonomis (European Agency for Safety and
Health at Work, 2010)
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nag, Anjali dkk (2012)
mengenai faktor risiko MSDs pada pekerja pengolahan ikan di India
diketahui bahwa 54% pekerja merasakan keluhan pada bagian punggung
atas, 33% merasakan keluhan pada punggung bagian bawah dan 35%
merasakan keluhan pada lutut. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan
oleh Kumar, dkk (2015) mengenai nyeri yang berhubungan dengan
pekerjaan pada pekerja pengupas nanas di India, diketahui bahwa 45,4%
pekerja merasakan nyeri di punggung bawah, 41% pekerja merasakan
nyeri di bahu dan 37,1% merasakan nyeri di lengan atas.
Sementara itu di Indonesia, pada penelitian yang dilakukan oleh
Iridiastadi (2007) dalam “Prevalence Of Musculoskeletal Symptoms
Among Indonesian Workers”, menyatakan bahwa prevalensi 1 tahun
MSDs pekerja pabrik (tekstil) tertinggi dirasakan pada bagian punggung
bawah yaitu 47%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gayo
(2010) mengenai keluhan MSDs pada penyortir kopi dengan sikap kerja
berdiri, diketahui bahwa terdapat keluhan pada bagian leher atas sebanyak
80,5%, pinggang 88,5%, tangan sebanyak 85,1%, lutut sebanyak 89,7%
dan betis sebanyak 97,7%.
Hasil pengamatan di tempat penelitian, menunjukkan bahwa keluhan
yang dirasakan kemungkinan disebabkan karena faktor pekerjaan berupa
postur janggal seperti posisi kerja berdiri, badan memuntir, dan tangan
terangkat, adanya pengulangan gerakan, dan lama kerja. Dalam waktu 1
87
menit, pekerja mampu mengupas 5 buah kelapa. Rata-rata pekerja bekerja
selama 7 jam perhari, dengan melakukan kegiatan yang berulang. Semakin
banyak pengulangan gerakan dalam suatu aktivitas kerja, akan
mengakibatkan keluhan otot semakin besar. Pekerjaan yang dilakukan
secara repetitif dalam jangka waktu lama akan meningkatkan risiko MSDs
apalagi bila ditambah dengan gaya atau beban dan postur janggal (OHSC,
2007). Pekerjaan yang menggunakan otot yang sama untuk durasi yang
lama dapat meningkatkan potensi timbulnya fatigue dan menyebabkan
MSDs bila waktu istirahat/pemulihan tidak mencukupi. (Humantech,
1995). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode REBA
diketahui sebanyak 94,3% pekerja mengalami risiko sedang.
Selain faktor pekerjaan, terdapat faktor lain yang bisa mempengaruhi
munculnya keluhan MSDs seperti faktor risiko individu yang meliputi
usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, indeks masa tubuh, masa
kerja dan faktor psikososial. Usia menjadi salah satu risiko munculnya
keluhan MSDs karena semakin bertambahnya usia tingkat kekuatan dan
ketahanan otot akan semakin berkurang.
Dari hasil penelitian diketahui terdapat 2 variabel yang memiliki
hubungan dengan keluhan MSDs pada pekerja PT Bumi Sarimas
Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017, yaitu usia dan lama kerja.
Sedangkan variabel lainnya seperti faktor pekerjaan, kebiasaan merokok,
kesegaran jasmani, Indeks Masa Tubuh dan psikososial tidak memiliki
hubungan dengan keluhan MSDs. Meskipun faktor pekerjaan tidak
berhubungan dengan keluhan MSDs pada pekerja , faktor pekerjaan tetap
88
harus menjadi perhatian mengingat 94,3% pekerja memiliki tingkat
keluhan sedang.
C. Hubungan antara Faktor Pekerjaan, Usia, Kebiasaan Merokok, Kesegaran Jasmani, Indeks Massa Tubuh dan Faktor Psikososial dengan Keluhan MSDs
1. Hubungan Faktor Pekerjaan dengan keluhan MSDs
Faktor pekerjaan adalah salah satu faktor yang dapat
memepengaruhi munculnya keluhan MSDs pada pekerja, karena
selama melakukan pekerjaan, faktor ini akan terus menerus memajan
pekerja. Faktor pekerjaan ini dapat dinilai berdasarkan postur tubuh
pekerja saat bekerja, beban pekerjaan yang berkaitan dengan besarnya
penggunaan tenaga, durasi dan frekuensi suatu pekerjaan, serta
genggaman (kenyamanan tangan dalam memegang alat kerja, atau
material kerja ketika melakukan pekerjaan).
Dalam penelitian ini, penilaian faktor pekerjaan dilakukan dengan
menggunakan metode REBA. Metode ini diperkenalkan oleh Sue
Hignett dan Lynn McAtamney. Dalam metode ini dilakukan analisis
secara bersama dari posisi yang terjadi pada anggota tubuh bagian atas
(Lengan, lengan bawah, dan pergelangan tangan), badan, leher dan
kaki. Pengukuran tingkat risiko pekerjaan ditentukan berdasarkan
hasil skor hitung REBA. Tingkat risiko dibedakan menjadi sangat
rendah (skor 1, risiko bisa diabaikan), rendah (skor 2-3, risiko rendah
dan tindakan perbaikan munkin diperlukan), sedang (skor 4-7, risiko
sedang dan tindakan perbaikan diperlukan ), tinggi (skor 8-10, risiko
89
tinggi dan tindakan perbaikan diperlukan segera) dan sangat tinggi
(skor 11-15, risiko sangat tinggi, tindakan perbaikan diperlukan saat
itu juga).
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode REBA, tingkat
risiko yang didapatkan menunjukkan adanya tingkat risiko rendah dan
tingkat risiko sedang, dengan hasil perhitungan sebanyak 4 orang
(57%) memiliki tingkat risiko rendah dan 66 orang (94,3%) pekerja
memiliki tingkat risiko sedang. Dari 66 orang pekerja yang memiliki
risiko sedang, terdapat 44 pekerja (66,7%) yang mengeluh MSDs
rendah dan 22 pekerja (33,3%) memiliki keluhan MSDs Sedang.
Menurut hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square diperoleh
p value sebesar 0,163 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara risiko pekerjaan
dengan keluhan MSDs pada pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia
bagian Meat Preparation Tahun 2017.
Meskipun tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor
pekerjaan dengan keluhan MSDs pada pekerja PT Bumi Sarimas
Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017, faktor ini tetap harus
diperhatikan mengingat hasil perhitungan Skor REBA menunjukkan
94,3% pekerja memiliki tingkat risiko sedang. Faktor pekerjaan, jika
dibiarkan dalam waktu yang lama terus memajan pekerja, maka dapat
memperparah keluhan MSDs, karena keluhan MSDs bersifat
akumulatif yang berarti semakin lama pajanan, semakin besar
kemungkinan munculnya keluhan yang dirasakan.
90
Penilaian tingkat risiko pekerjaan berdasarkan metode REBA ini,
mengelompokkan tubuh menjadi dua bagian. Penilaian dilakukan pada
tubuh kelompok A (leher, badan dan kaki) yang ditambahkan dengan
skor beban, dan kelompok B (tangan, lengan dan pergelangan tangan)
ditambahkan dengan skor pegangan. Hasil perhitungan inilah yang
kemudian menjadi patokan dalam penilaian tingkat risiko pekerjaan.
Nilai pada masing-masing postur tubuh ini dapat menjadi salah satu
penyebab tidak adanya hubungan antara faktor pekerjaan dengan
keluhan MSDs.
Berdasarkan hasil pengolahan data, sebanyak 34,4% pekerja
memiliki posisi badan berisiko (skor 3 / badan berada pada posisi
fleksi/ekstensi > 20° dan memuntir). Selain itu hampir keseluruhan
pekerja (94,3%) memiliki posisi leher berisiko (skor 1 atau 2 + leher
memuntir). Posisi berisiko ini disebabkan karena tuntutan pekerjaan
yang harus dilakukan secara berulang ulang. Posisi mesin dan tempat
penyimpanan kelapa yang berada bersampingan, mengakibatkan
pekerja harus bolak balik memutar badan/ leher setiap kali mengambil
atau meletakkan kelapa.
Pada penilaian postur kaki, diketahui bahwa posisi kaki seluruh
pekerja berada pada keadaan yang aman. Tidak ada posisi kaki
pekerja yang berisiko. Selain itu, pada faktor beban tidak ada
penambahan skor / skor = 0 karena berat kelapa < 5kg, sehingga tidak
ada penambahan pada skor beban. Hal ini menyebabkan tidak adanya
perubahan signifikan pada hasil akhir skor REBA.
91
Pada postur tangan, meskipun skor posisi tangan dinilai tidak
berisiko, postur tangan tetap menjadi perhatian penting, karena
keseluruhan proses kerja melibatkan tangan sebagai alat gerak paling
utama. Selama jam kerja kurang lebih 7 jam, tangan adalah anggota
tubuh yang paling aktif melakukan kegiatan, terjadinya pengulangan
gerakan tangan dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan tingkat
keluhan semakin bertambah dari hari kehari.
Hasil perhitungan REBA (94,3% pekerja memiliki tingkat risiko
sedang) kemungkinan juga menjadi salah satu faktor tidak adanya
hubungan MSDs dengan faktor pekerjaan karena data yang didapatkan
secara keseluruhan hampir sama, tidak terdapat variasi hasil antara
pekerja dengan skor REBA rendah, sedang ataupun tinggi.
Menurut teorinya, tingkat risiko REBA sedang adalah tingkat risiko
yang memerlukan tindakan perbaikan. Salah satu perbaikan faktor
pekerjaan yang dapat dilakukan adalah dengan penyesuaian tinggi
mesin dengan pekerja. Pekerja yang lebih tinggi biasanya akan
cendrung membungkuk ke arah mesin untuk menyesuaikan posisi
kerja. Posisi membungkuk akan mempengaruhi skor pada saat
penilaian faktor risiko, semakin membungkuk posisi pekerja, semakin
tinggi tingkat risiko pekerjaannya. Penyesuaian tinggi mesin dengan
pekerja dapat dilakukan mengingat hampir keseluruhan pekerja
memiliki posisi leher berisiko, dan 34,4% pekerja memiliki posisi
badan berisiko. Ketinggian mesin dapat dinaikkan sesuai kebutuhan
tinggi pekerja dengan cara pemberian bantalan dibawah kaki mesin.
92
Dengan adanya penambahan bantalan pada kaki mesin, posisi
badan dan leher pekerja tidak akan terlalu membungkuk, sehingga
skor kelompok A yang tadinya 4 bisa berkurang menjadi 3 dan dengan
asumsi skor kelompok B adalah 1 didapatkan hasil akhir reba 3 yang
berarti risiko sedang berubah menjadi rendah. sedangkan untuk skor
kelompok A yang tadinya 4, dengan skor kelompok B adalah 2 atau 3,
skor akhir reba akan tetap berada pada tingkat risiko sedang.
Posisi mesin dan penyimpanan kelapa yang bersampingan tidak
dapat dimodifikasi sehingga, posisi kerja memutar badan/leher setiap
melakukan pekerjaan tidak bisa dihindarkan. Untuk mengantisipasi
bertambahnya tingkat keluhan MSDs karena posisi kerja ini, maka
disarankan pada pekerja untuk melakukan Workplace Stretching
exercise (WSE) yang didesain dengan prinsip gerakan peregangan
otot, yaitu suatu usaha untuk memperpanjang otot istirahat/relaksasi.
Dalam hasil penelitiannya, Wahyono (2014) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh pemberian Workplace Stretching exercise terhadap
keluhan musculoskeletal.
2. Hubungan Faktor Usia dengan Keluhan MSDs
Keluhan muskuloskeletal biasanya dialami pada usia kerja yaitu
25-65 tahun, namun keluhan pertama dirasakan pada usia 35 tahun.
Seiring bertambahnya usia, tingkat keluhan akan terus meningkat. Hal
ini terjadi karena pada usia setengah baya, kekuatan dan ketahanan
otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot
meningkat. (Chaffin, 1979; Guo et al.;1995 dalam Tarwaka. 2015).
93
Menurut Bridger (2003) sejalan dengan meningkatnya usia maka akan
terjadi degenerasi pada tulang. Keadaan ini mulai terjadi saat
seseorang berusia 30 tahun. Pada usia ini terjadi degenerasi berupa
kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, dan
pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan stabilitas
tulang dan otot berkurang.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa rata-rata usia pekerja adalah
31,6 tahun, dengan usia paling muda 21 tahun dan usia paling tua 45
tahun. Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 23 orang (32,9%)
pekerja berusia diatas 35 tahun. Hasil analisis bivariat didapatkan
angka p value sebesar 0,000 (p value < 0,05) hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan keluhan
MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas
Indonesia Tahun 2017.
Selain itu, pada hasil analisis menggunakan metode chi square juga
didapatkan nilai OR sebesar 10,714 yang berarti bahwa pekerja
dengan usia diatas 35 tahun memiliki kemungkinan untuk mengalami
keluhan MSDs 10kali lipat dibanding pekerja dengan usia dibawah
35tahun.
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Nurhikmah (2011),
dalam hasil penelitiannya beliau menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara usia dengan keluhan MSDs pada
pekerja furnitur di Kecamatan Benda Kota Tangerang (p value 0,002 -
OR 5,3)
94
Sebagian besar pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas
Indonesia Tahun 2017 adalah pekerja dengan usia muda, dengan hasil
perhitungan sebanyak 67,1% adalah pekerja dengan usia dibawah 35
tahun. Dari yang memiliki usia dibawah 35 tahun ini, pekerja yang
mengeluh MSDs rendah lebih banyak dibanding yang mengeluh
MSDs sedang, sedangkan pekerja dengan usia lebih dari 35 tahun
lebih banyak memiliki keluhan sedang dibanding keluhan rendah. Hal
ini menunjukkan hasil yang sama sesuai teori, bahwa keluhan MSDs
lebih dirasakan oleh orang dengan usia diatas 35 tahun. Meskipun
demikian, tidak menutup kemungkinan untuk pekerja usia dibawah 35
tahun memiliki keluhan MSDs karena keluhan MSDs bisa dipengaruhi
oleh banyak faktor.
Semakin tinggi tingkat usia seseorang, maka semakin meningkat
pula keluhan yang dirasakannya, hal ini terjadi karena tubuh
menerima pajanan yang terus menerus selama beberapa tahun bekerja.
Untuk menanggulangi bertambah beratnya tingkat keluhan yang
dirasakan pada pekerja yang memasuki usia berisiko, maka perlu
dilakukan rotasi pekerjaan. Pekerja dapat dipindahkan kebagian yang
memiliki tingkat risiko pekerjaan lebih rendah.
3. Hubungan Faktor Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs
Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru,
sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen juga menurun.
Pekerja akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah
rendah, pembakaran karbohidrat akan terhambat dan terjadi
95
penumpukan asam laktat yang akhirnya menimbulkan rasa nyeri di
otot (Tarwaka, 2015).
Menurut hasil analisis data diketahui sebanyak 61,4% pekerja
memiliki kebiasaan merokok. Rata-rata pekerja mengkonsumsi 5
batang rokok perhari dan sebagian pekerja telah merokok selama 10
tahun. Dari pekerja yang memiliki kebiasaan merokok diketahui
bahwa hanya 34,9% memiliki keluhan sedang dan 65,1% sisanya
memiliki keluhan MSDs rendah. Sedangkan pada pekerja yang tidak
merokok/sudah berhenti merokok terdapat 25,9% pekerja yang
memiliki keluhan sedang. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi
square diperoleh p value sebesar 0,432 ( p value ≥ 0,05), hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
kebiasaan merokok dengan munculnya keluhan MSDs pada pekerja
bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017.
Selain itu, pada analisis data kebiasaaan merokok didapatkan nilai
OR sebesar 1,537 yang artinya, pekerja dengan kebiasaan merokok
1,5x lebih memiliki risiko mengalami keluhan MSDs dibanding
pekerja yang tidak merokok.
Tidak adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan
MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas
Indonesia tahun 2017 mungkin saja terjadi karena diantara pekerja
yang tidak merokok, juga terdapat pekerja yang merasakan keluhan
MSDs. Sementara itu, pekerja yang memiliki kebiasaan merokok lebih
banyak mengalami keluhan rendah dibanding keluhan sedang dapat
96
terjadi karena 58,1% pekerja yang merokok adalah pekerja dengan
usia muda / dibawah 35 tahun. Sehingga dampak dari kebiasaan
merokok belum terlalu terlihat.
Dengan demikian, meskipun tidak ditemukan hubungan yang
signifikan antara kebiasan merokok dengan keluhan MSDs pada
pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun
2017, faktor kebiasaan merokok tetap menjadi salah satu faktor yang
perlu diwaspadai, mengingat semakin lama dan semakin tinggi
frekuensi merokok, juga akan semakin meningkatkan keluhan yang
dirasakan.
Sebanyak 23 orang (53,5%) pekerja yang merokok, mengaku telah
merokok selama lebih dari 10 tahun. Seseorang yang merokok
sebanyak 10 batang perhari memiliki peningkatan risiko terkena
MSDs mencapai 20% (Croasmun, 2003). Berdasarkan teori tersebut,
kebiasaaan merokok perlu menjadi perhatian bagi pihak perusaan dan
pekerja mengingat didalam rokok terdapat kandungan berbagai
macam zat yang dapat merusak tubuh.
Dalam studi yang dilakukan oleh Bernard, et al (1997) dikatakan
bahwa kandungan Nikotin dalam rokok dapat menyebabkan terjadinya
penurunan aliran darah. Selain itu merokok dapat mengurangi
kandungan mineral dalam tulang dan mengakibatkan fraktur mikro.
Hal lain juga disebutkan bahwa sakit punggung disebabkan oleh batuk
akibat merokok. Batuk meningkatkan tekanan abdomen dan tekanan
intradiscal sehingga menyebabkan ketegangan pada tulang belakang.
97
Hal inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab munculnya
keluhan pada pekerja yang memiliki kebiasaan merokok.
Pada variabel kebiasaan merokok ini, terdapat keterbatasan
penelitian berupa adanya kemungkinan recall bias yang disebabkan
karena responden keliru mengingat kapan mulai merokok atau
berhenti merokok, sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden
mengenai sudah berapa lama waktu responden merokok.
4. Hubungan Faktor Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs
Tingkat kesegaran jasmani yang rendah akan meningkatkan risiko
terjadinya keluhan otot. Pada umumnya, keluhan otot jarang dialami
oleh seseorang yang dalam aktifitas kesehariannya mempunyai cukup
waktu untuk istirahat dan berolahraga. Sebaliknya, pekerja dengan
keseharian kerja memerlukan tenaga besar dan tidak cukup istirahat
akan lebih sering mengalami keluhan otot. (Mitchell, 2008)
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa 72,2% pekerja yang
memiliki kesegaran jasmani kurang mengalami keluhan MSDs
rendah, sedangkan pekerja dengan kesegaran jasmani cukup, diketahui
sebanyak 43,8% mengalami keluhan MSDs sedang. Berdasarkan hasil
analisis bivariat didapatkan hasil p value sebesar 0,227 (≥ 0,05) hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs yang dialami pekerja bagian
Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017.
Kesegaran jasmani erat kaitannya dengan kebiasaan merokok.
Seseorang perokok memiliki tingkat kesegaran jasmani lebih rendah
98
dari seorang yang bukan perokok, hal ini terjadi karena suplai oksigen
akan berkurang karena hemoglobin akan lebih berikatan dengan
karbon monoksida daripada dengan oksigen sehingga saat melakukan
olahraga seorang perokok akan cepat dengan terengah-engah untuk
memenuhi kebutuhan dan kebugaran optimal. Hal ini sesuai dengan
kondisi di lapangan dimana 50% pekerja yang merokok memiliki
kesegaran jasmani kurang.
Pada hasil perhitungan didapatkan nilai OR sebesar 0,495 yang
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang protektif antara
kesegaran jasmani kurang dengan munculnya keluhan MSDs. Dimana
pekerja dengan kesegaran jasmani kurang lebih banyak mengalami
keluhan rendah dibanding keluhan sedang. Hal ini terjadi karena
pekerja dengan kesegaran jasmani kurang sebagian besar (83%)
adalah pekerja dengan usia muda ( < 35 tahun), sehingga meskipun
kesegaran jasmaninya kurang, kondisi tubuhnya masih lebih kuat
dibandingkan dengan kondisi tubuh pekerja usia tua ( >35 tahun).
Selain itu, sebagaimana dalam hasil sebelumnya juga diketahui bahwa
pekerja pada PT Bumi Sarimas Indonesia sebagian besar adalah
pekerja dengan usia <35tahun dan memiliki keluhan MSDs rendah.
Pada hasil mengenai kesegaran jasmani cukup, pekerja dengan
kesegaran jasmani cukup lebih banyak mengalami keluhan rendah
dibanding keluhan sedang sudah sejalan dengan teori yang
menyatakan kesegaran jasmani seseorang dapat mempengaruhi
munculnya keluhan MSDs.
99
Pada variabel kesegaran jasmani ini terdapat keterbatasan
penelitian dimana peneliti hanya menanyakan frekuensi olahraga yang
dilakukan pekerja, peneliti tidak menanyakan jenis olah raga apa yang
dilakukan oleh pekerja, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian
yang disebabkan karena adanya perbedaaan persepsi antara responden
dengan peneliti. Salah satu bentuk olahraga untuk kesehatan atau
pencegahan penyakit dapat dilakukan dalam bentuk olahraga aerobik
yang sedang, bentuk olahraga tersebut bisa berupa jalan cepat, lari
ditaman, berenang, mengayuh sepeda dan lain-lain. Menurut spesialis
orthopedi ar. Adib Khumaidi SpOT latihan aerobik selama 30 menit
dapat menguatkan tubuh.
5. Hubungan Faktor Masa Kerja dengan Keluhan MSDs
MSDs adalah salah satu penyakit kronis yang membutuhkan waktu
lama untuk berkembang. Masa kerja merupakan faktor risiko yang
sangat mempengaruhi meningkatnya risiko musculoskeletal disorders,
terutama untuk pekerjaan yang menggunakan kekuatan tinggi.
Menurut Ohlsson et al (1989) semakin lama masa kerja seseorang
menyebabkan terjadinya kejenuhan pada daya tahan otot dan tulang
secara fisik maupun secara psikis. Hal ini karena tingkat endurance
otot yang sering digunakan untuk bekerja akan menurun seiring
lamanya seorang bekerja.
Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali
pekerja masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung. Masa kerja
100
memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan meningkatkan
risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs), terutama untuk pekerjaan
yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.
Pada penelitian ini, masa kerja dikategorikan berdasarkan nilai
median, karena data tidak terdistribusi secara normal. Adapun
pengkategorian masa kerja yaitu berisiko jika lebih dari 3 tahun dan
tidak berisiko jika kurang dari 3 tahun.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pekerja memiliki masa kerja
minimal 2 tahun dan maksimal 10 tahun dengan rata-rata masa kerja
3,5 tahun. Data dalam tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebanyak 42
orang (60%) pekerja memiliki masa kerja berisiko. Pada pekerja yang
memiliki masa kerja berisiko diketahui bahwa sebagian besar
memiliki keluhan MSDs sedang. Sedangkan pada pekerja dengan
masa kerja tidak berisiko sebagian besar mengalami keluhan MSDs
rendah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin lama seorang
bekerja, semakin tinggi kemungkinan untuk mengalami keluhan
MSDs, karena keluhan akan meningkat seiring bartambahnya waktu.
Pada penelitian yang dilakukan Suriyatmini (2011) didapatkan
hasil pekereja dengan masa kerja 5-10 tahun merasakan keluhan
MSDs 87%, dan pekerja dengan masa kerja >10 merasakan keluhan
MSDs 95%. Hal ini sesuai dengan Ohlssson et al (1989) menyatakan
bahwa keluhan MSDs akan semakin bertambah ketika masa kerja
seseorang bertambah juga kejenuhan baik secara fisik maupun secara
psikis.
101
Dari hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0,000 (<0,05)
yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara massa kerja
dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT
Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017. Berdasarkan hal ini dapat
disimpulkan bahwa keluhan MSDs yang dirasakan akan semakin
meningkat seiring lamanya masa kerja seseorang, karena semakin lama
seseorang bekerja pajanan risiko yang didapatkan akan semakin banyak.
Untuk meminimalisir keluhan MSDs yang disebabkan oleh lamanya
masa kerja seseorang, maka dapat dilakukan upaya pencegahan berupa
rotasi pekerja dengan masa kerja yang telah lebih 3 tahun ke bagian yang
tidak terlalu memiliki risiko terkena MSDs seperti pada bagian
penyortiran kelapa yang tidak memerlukan banyak tenaga.
6. Hubungan Faktor Indeks Masa Tubuh dengan keluhan MSDs
Semakin gemuk seorang maka semakin besar risiko untuk
mengalami MSDs. Hal ini disebabkan karena seseorang dengan
kelebihan berat badan akan berusaha untuk menopang berat badan
dengan cara mengontraksikan otot punggung, jika ini dilakukan terus
menerus dapat menyebabkan adanya penekanan pada bantalan saraf
tulang belakang (Tan HC dan Horn SE. 1998).
Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan IMT kedalam 2
kategori, yaitu berisiko dan tidak berisiko. Kategori berisiko adalah
pekerja dengan IMT gemuk, sedangkan kategori tidak berisiko yaitu
pekerja dengan IMT normal atau IMT kurus. Penilaian ini berdasarkan
pada Vessey dkk. (1990) dalam Bernard, et al (1997) menemukan
102
bahwa risiko CTS di antara wanita gemuk dua kali lipat dibanding
wanita ramping.
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian pekerja dengan
IMT berisiko memiliki keluhan sedang sedangkan pada pekerja
dengan IMT tidak berisiko diketahui sebagian besar pekerja memiliki
keluhan rendah, hanya sedikit yang merasakan keluhan sedang. Dari
hasil analisis bivariat didapatkan p-value sebesar 0,229 (> 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Indeks
Masa Tubuh dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat
Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017. Meskipun
demikian, pada hasil analisis didapatkan nilai OR sebesar 2,444 yang
berarti bahwa pekerja dengan IMT berisiko memiliki kemungkinan
merasakan keluhan MSDs sebanyak 2,4x lebih besar dibanding
pekerja dengan IMT tidak berisiko.
Secara teori, IMT merupakan faktor yang berhubungan dengan
munculnya keluhan MSDs, namun pada hasil penelitian kali ini
diperoleh hasil yang berbeda. Ketidaksesuaian tersebut dapat terjadi
karena pekerja yang diteliti memiliki rata-rata Indeks Masa Tubuh
normal (80% pekerja memiliki IMT normal). Selain itu pekerjaan di
bagian MP tidak terlalu membutuhkan tenaga yang kuat karena beban
(kelapa) yang diangkat tidak lebih dari 5kg. Hal ini sesuai dengan
yang dijelaskan Tarwaka (2015) yang menyatakan bahwa keluhan
sistem muskuloskeletal yang terkait dengan ukuran tubuh manusia
lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka dalam
103
menerima beban, baik berat beban tubuh manusia itu sendiri, maupun
beban tambahan lainnya.
7. Hubungan Faktor Psikososial dengan Keluhan MSDs
Istilah “psikososial” adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan faktor faktor yang terkait dengan pekerjaan dengan
lingkungannya, lingkungan diluar kerja dan karakteristik pekerja.
faktor yang terkait dengan pekerjaan dan lingkungannya bisa berupa
konten pekerjaan, karakteristik organisasi, hubungan interpersonal
ditempat kerja, waktu dan sift kerja. Faktor diluar kerja dapat berupa
tanggung jawab sebagai orang tua, pasangan atau anak. Sedangkan
karakteristik pekerja dapat meliputi faktor genetik (jenis kelamin dan
kecerdasan), tingkat sosial budaya, status pendidikan dan kepribadian
masing masing pekerja.
Dalam penelitian ini, Faktor psikososial pekerja diukur
menggunakan kuesioner CopSoq II. Kuesioner ini berisi 7 item yang
meliputi tuntutan ditempat kerja, organisasi kerja dan konten
pekerjaan, hubugan interpersonal dan kepemimpinan , bekerja antar
inividu, nilai-nilai di level tempat kerja, kesehatan dan kesejahteraan
dan perilaku ofensif. kuesioner ini terdiri dari 44 pertanyaan dengan
skala pengukuran 5. Semakin besar nilainya menunjukkan hal yang
baik dan juga sebaliknya (Kristensen, 2010).
Dari pengolahan data didapatkan hasil, sebanyak 35 orang (50%)
pekerja memiliki psikososial baik. Berdasarkan tabel 5.5 diketahui
104
bahwa dari 35 pekerja yang memiliki psikososial baik, sebanyak 23
orang (65,7%) memiliki keluhan MSDs rendah, dan 12 orang (34,3%)
memiliki keluhan MSDs sedang, sedangkan dari 35 orang yang
memiliki psikososial buruk, sebanyak 25 orang (71,4%) memiliki
keluhan MSDs rendah dan 10 orang (28.,%) memiliki keluhan MSDs
sedang.
Dari analisis bivariat, didapatkan p value sebesar 0,607 (p> 0,05)
yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor
psikososial dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat
Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2018. Tidak adanya
hubungan antara faktor psikososial dengan MSDs pada pekerja bagian
Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017 ini
kemungkinan karena antara psikososial baik dan buruk terdapat hasil
penilaian yang seimbang masing-masing 50%.
Pada hasil analisis didapatkan nilai OR sebesar 0,767 yang
menunjukkan adanya hubungan protektif antara psikososial buruk
dengan keluhan MSDs, dimana pekerja dengan psikososial buruk
lebih banyak mengalami keluhan rendah dibanding keluhan sedang.
Hal ini dapat terjadi karena pada pekerja dengan psikososial buruk
sebagian besar (57,1%) adalah pekerja dengan usia muda (kurang dari
35 tahun), sebagaimana dalam hasil sebelumnya telah diketahui
bahwa pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia dengan usia dibawah 35
tahun sebagian besar mengalami keluhan MSDs rendah.
105
Dari 7 aspek yang dinilai meliputi: tuntutan ditempat kerja,
organisasi kerja dan konten pekerjaan, hubungan interpersonal dengan
kepemimpinan, bekerja antarmuka individu, nilai-nilai di level tempat
kerja, kesehatan dan kesejahteraan, serta perilaku ofensif dijabarkan
sebagai berikut: Sebanyak 65,7% pekerja memiliki psikososial buruk
jika dinilai berdasarkan tuntutan pekerjaan. Sebanyak 60% pekerja
mengaku situasi pekerjaanya kadang-kadang menganggu kondisi
emosial mereka. Selain itu, berdasarkan organisasi kerja dan konten
pekerjaan diketahui sebanyak 55,7% pekerja memiliki psikososial
buruk. hanya 42,9% pekerja yang dapat mengatur banyaknya tugas
yang harus dikerjakan dan hanya 7,1% pekerja yang mempelajari
sesuatu yang baru dari pekerjaannya. Hal ini terjadi karena pekerjaan
yang dilakukan setiap harinya bersifat menoton.
Sementara itu, untuk hubungan interpersonal dan kepemimpinan
diketahui bahwa 50% pekerja memiliki psikososial baik. Lain halnya
dengan aspek kepuasan, sebanyak 97,1% psikososial pekerja dinilai
baik, dimana pekerja rata-rata mengaku puas dan sangat puas dengan
pekerjaanya. selain itu, berdasarkan aspek nilai-nilai di level tempat
kerja juga diketahui sebanyak 71,4% pekerja memiliki psikososial
baik.
Berdasarkan kesehatan secara umum, (67,1%) psikososial pekerja
dinilai buruk. Diketahui pada sebagian waktu sebanyak 65,7% pekerja
mengaku merasa letih, 30% merasa emosi, 17,1% merasa tertekan
dan 5,7% merasa terganggu oleh suatu hal ketika bekerja. Sedangkan
106
berdasarkan aspek perilaku ofensif diketahui bahwa 100% pekerja
memiliki psikososial baik, hal ini dikarenakan tidak satupun pekerja
yang menerima perlakuan buruk seperti pelecehan seksual, tindak
kekerasan, maupun gertakan.
107
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pekerja bagian MP
PT Bumi Sarimas Indonesia, maka didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Sebanyak 48 orang (68,6%) pekerja mengalami keluhan MSDs rendah
dan 22 orang (31,4%) mengalami keluhan MSDs sedang.
2. Sebanyak 66 pekerja (94,3%) memiliki tingkat risiko pekerjaan
sedang.
3. Sebanyak 67,1% pekerja memiliki usia < 35 tahun dengan masa kerja
rata-rata 3,5 tahun dan masa kerja terlama 10 tahun.
4. Sebanyak 61,4% pekerja memiliki kebiasan merokok dan 77,1%
pekerja memiliki kesegaran jasmani kurang.
5. Sebanyak 11,4% pekerja memiliki Indeks Massa Tubuh berisiko,
6. Sebanyak 50 % pekerja memiliki psikososial baik.
7. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan keluhan MSDs
(p-value 0,000 OR 10,714) dan terdapat hubungan antara masa kerja
dengan keluhan MSDs ( p-value 0,000)
8. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pekerjaan,
kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, Indeks Massa Tubuh dan
psikososial dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat
Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017.
108
B. Saran
1. Bagi perusahaan
Untuk menanggulangi dan mencegah MSDs pada pekerja, pihak
perusahaan dapat melakukan upaya sebagai berikut:
a. Memberikan pelatihan pada pekerja tentang bahaya
muskuloskletal dan cara penanggulangannya.
b. Melakukan modifikasi pada ketinggian mesin sehingga
memungkinkan pekerja untuk bekerja pada posisi aman atau tidak
terlalu membungkuk
c. Melakukan rotasi pada pekerja yang sudah bekerja lebih dari 3
tahun pada bagian MP ke bagian yang memiliki risiko pekerjaan
lebih rendah seperti bagian penyortiran kelapa yang tidak terlalu
menggunakan banyak kekuatan.
d. Membuat program workplace stretching excercise agar para
pekerja dapat melakukan peregangan ketika otot-otot mulai
tegang.
e. Menciptakan kondisi psikososial yang baik untuk pekerja
2. Bagi pekerja
a. Mempelajari tentang bahaya muskuloskeletal dan cara
penanggulangannya.
b. Mengurangi kebiasaan merokok baik dari segi kuantitas
(banyaknya rokok) maupun dari segi intensitas (keseringan
merokok)
109
c. Melakukan workplace stretching excercise atau peregangan ketika
otot-otot mulai tegang.
d. Melakukan aktifitas fisik di luar waktu kerja untuk menjaga
kesegaran jasmani.
e. Menjaga hubungan harmonis di lingkungan kerja agar tercipta
lapangan kerja dengan kondisi psikososial baik
3. Bagi peneliti
a. Untuk peneliti selanjutnya, dapat melakukan penilaian MSDs
dengan metode yang lebih objektif (dengan diagnosis atau uji
lab)
b. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor
lingkungan dan kekuatan fisik pekerja
c. Untuk peneliti selanjutnya agar menambahkan pertanyaan dan
pilihan jawaban pada variabel kebiasaan merokok, berupa sejak
usia berapa mulai merokok, atau sejak tingkat sekolah apa
merokok (SD, SMP, SMA atau tamat SMA) sehingga
kemungkian bias mengenai lama merokok dapat diminimalisir.
d. Untuk peneliti selanjutnya agar menambahkan pertanyaan
mengenai jenis olahraga apa yang biasa dilakukan oleh pekerja.
e. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penilaian psikososial
lebih rinci, sehingga dapat dilihat hubungannya secara lebih
jelas.
110
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Propinsi dan Jenis Tanaman, Indonesia (000 Ton), 2012-2014*) Available at http://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/839
Banerjee, Prasun & Gangopadhyay, Somnath. 2003. A Study on the Prevalence of Upper Extremity Repetitif Strain Injuries Among the Handloom Weavers of West Bengal. Journal Human Ergo.. Volume 32, 2003. Pages 17-22
Bereau of Labor Statistics. 2015. Nonfatal Occupational Injuries and Illnesses Requiring Days Away From Work, 2014 available at http://www.bls.gov/news.release/pdf/osh2.pdf
Bernard, BP et al. 1997. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors: A Critical Review of Epidemiologic Evidence for Work Related MSDs of Neck, Upper Extremity and Low Back. U.S Department of Health and Human Services, PH Service for Disease Control and Prevention, National Institute for Occupational Safety and Helath
Bridger, R. S. 2003. Introduction to Ergonomics. USA: Taylor and Francis
Bukhori, Endang. 2010. Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan dengan Terjadinya Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Banten Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bustan, M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Canadian Centre for Occupational Health and Safety. Work Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) diakses pada tanggal 7 september 2015 dari http://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/rmirsi.html
Croasmun, Jenie. 2003. Link reported between smoking and MSDs. Annals of Rheumatic diseases: Reuters. diakses dari http://www.ergoweb.com/news/detail.cfm?id=670.
Damanik, Evelina Debora. (2006).Pengujian Reliabilitas, Validitas, Analisis Item Danpembuatan Norma Depression Anxiety Stress Scale (DASS): Berdasarkan Penelitian Pada Kelompok Sampel Yogyakarta dan Bantul yang Mengalami Gempa Bumi dan Kelompok Sampel Jakarta dan Sekitarnya yang Tidak Mengalami Gempa Bumi. Tesis S2 Fakultas Psikologi, UI, Depok
Departemen Kesehatan RI.2005 Profil Masalah Kesehatan Pekerja di Indonesia Tahun 2005.Jakarta: Departemen Kesehatan RI
European Agency For Safety and Health at Work. 2010. European Risk Observatory Report . Luxembourg: Publications Office of the European
111
Union Available at https://osha.europa.eu/en/tools-and-publications/publications/reports/TERO09009ENC
Gangopadhyay, Somnath. dkk. 2003. A Study on Upper Extremity cumulative Trauma Disorders in Diferent Unorganised Sectors of West bengal, India. Journal of Occupational Health. Volume 45, 2003. Pages 351-357.
Gayo, Ipak. 2010. Gambaran Sikap Kerja dan Keluhan Muskuloskeletal pada Penyortir Kopi di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan
Guo, How-Ran dkk. 2004. Prevalence of Musculoskeletal Disorders Among Workers in Taiwan : A Nationwide Study. Journal of Occupational Health. Volume 46, 2004. Pages 26-36.
Handayani, Wita. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja bagian Polishing PT. Surya Toto Indonesia . Tbk Tangerang Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hastuti, Rina Putri & Sugiharto. 2009. Hubungan Antara Sikap Kerja Duduk dengan Gejala Cumulative Trauma Disorders. Jurnal Kesehatan Masyarakat 6 (1) (2010) hal. 8-15
Healt and Safety Executive. 2015 . LFS - Labour Force Survey - Self-reported work-related ill health and workplace injuries: Index of LFS tables available at http://www.hse.gov.uk/Statistics/lfs/index.htm
Humantech. 1995. Applied Ergonomic Training Manual. Berkeley Vale Australia: Protector and Gamble Inc
Humantech. 2003. Applied Ergonomic Training Manual 2 nd edition. Australia: Berkeley Vale.
International labour organization. Safety and health at working. Diakses pada tanggal 2 september 2015 dari http://www.ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/lang--en/index.htm
Iridiastadi, Hardianto. 2007 Prevalence Of Musculoskeletal Symptoms Among Indonesian Workers: A Preliminary Study. The Eight Pan-Pacific Conference on Occupational Ergonomics (PPCOE 2007)
Karasek, R., Chantal Brisson, Norito Kawakami, Irene Houtman, Paulien Bongers. (1998). TheJob Content Questionnaire (JCQ): An Instrument for Internationally Comparative Assessment of Psychosocial Job Characteristics. Journal of Occupational Health Psychology, 3(4), 322-355.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. 1 Orang Pekerja Di Dunia Meninggal Setiap 15 Detik Karena Kecelakaan Kerja. Jakarta Available
112
at http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html
Kristensen, Tage Sondergard. (2010). A questionnaire Is More Than A Questionnaire. Scandinavian Journal of Public Health, 38(3), 149-155
Kroemer Karl, et al. 2001. Ergonomic :How To Design For Ease And Efficiene. 2nded. New Jersey: Prentice Hall of International Series
Kumar, Prakash dkk. 2015. Work-related Pains among the Workers Associated with Pineapple Peeling in Small Fruit Processing Units of North East India. International Journal of Industrial Ergonomic. Volume 53, 2016. Pages 124-129
Kuorinka, et al. 1987. Standardized Nordic questionnaire for the analysis of musculoskeletal symptoms.
Maijunidah, Emi. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Assembling PT. X Bogor Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Middlesworth, Matt 2015. The definition and causes of musculoskeletal disorders (MSDs) : Ergonomic plus, diakses pada tanggal 7 september 2015 dari http://ergo-plus.com/musculoskeletal-disorders-msd/ .
Mirbod, Seyed Mohammad dkk. 1995. Some Aspects of Occupational Safety and Health in Green Tea Workers. Industrial Health. Volume 33, 1995. Pages101-117
Mitchell, Tamara. 2008. The Great Stretching Debate. Sally Longyear (ed). ___
Nag, Anjali. dkk. 2012. Risk Factors and Musculoskeletal Disorders Among Workers Performing Fish Processing. American Journal Of Industrial Medicine.
National Institute for Occupational Safety and Health. 1997. Musculoskeletal disorders and workplace factors; a critical review of epidemiologic evidence for work-related musculoskeletal disorders of the neck, upper extremity, and low back.
Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat Imu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Nurhikmah. 2011. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Furniture di Kecamatan Benda Kota Tangerang Tahun 2011. Skripsi . Universitas Islam Negeri Jakarta.
Oborne, David (1995). Ergonomic at Work. Chicester, UK. Jhon willey & Sons, Ltd
Ohlsson K, et al. 1989. Self- reported symptoms in the neck and upper limbs of female assembly workers. Scand J Work Environ Health.
113
OHSC. 2007. Resource Manual for The MSDs Prevention Guideline for Ontario
Pratiwi, Mayrika. dkk. 2009. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Penjual Jamu Gendong. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 4 (1) (2009) hal. 1-7
PT Bumi Sarimas Indonesia . Company Profile. 2015
Pulat, Babur Mustafa & David C. Alexander. 1991. Industrial ergonomics : case studies. New York : McGraw-Hill, inc.
Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Cetakan I. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Silva, Isabel Moreira dkk. 2013. Associations Between Body Mass Index and Musculoskeletal Pain and Related Symptoms in Different Body Regions Among Workers. SAGE Open 3 (2013)
Stanton, Neville, et al. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomic Methods. USA: CRC Press
Suma’mur, P.K. 1996. Hygiene Perusahaan Dan Keselamatan Kerja. Cetakan 13. Jakarta: Haji masagung.
Suparsiasi, I dewa. dkk. 2001. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC
Suriyatmini, Septina. 2011. “Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi Terhadap keluhan Muskuloskeletal pada Aktivitas Manual Handling pada Pekerja di Bagian Produksi PTMI Tahun 2010. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan. Produktivitas. Surakarta : Uniba Press
Tarwaka, 2015. Ergonomi Industri : Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Solo: Harapan Press Solo
Tan HC dan Horn SE. 1998. Pratical manual of physical medicine and rehabilitation. St. louis, Mosby
Viester et al . 2013. “The relation between body mass index and musculoskeletal symptoms in the working population” BioMed Central Ltd.
Wahyono, Yulianto. 2014. Pengaruh Workplace Excercise terhadap keluhan Muskuloskeletal pada pekerja di bagian sewing CV Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo. Jurnal ilmu kesehatan vol 3 (2) (2014).
Zulfiqor, Muhammad Taufik. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar IndonesiaTahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jurusan KesehatanMasyarakat. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
114
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA BAGIAN MEAT
PREPARATION PT. BUMI SARIMAS INDONESIA TAHUN 2017
Oleh
Nama : Annisa Septiani
NIM : 1111101000100
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Dengan Hormat, Perkenalkan saya Annisa Septiani, mahasiswi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk penyusunan tugas
akhir (Skripsi) “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders
(MSDs) pada Pekerja Bagian Meat Preparation PT. Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017”
Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana.
Berkenaan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan saudara/i untuk mengisi
kuesioner ini dengan sebaik-baiknya karena jawaban saudara/i sangat bermanfaat dalam
penelitian ini. Kuesioner ini tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap pekerjaan dan
posisi saudara/i, serta jawaban yang saudara/i berikan akan terjamin kerahasiaannya.
Atas partisipasi dan kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih
Peneliti,
Annisa Septiani
No. Kuesioner :
A. Karakteristik Responden 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : P / L 3. Tanggal lahir : 4. No. Hp : 5. Tinggi badan : .......... cm (diukur oleh peneliti) 6. Berat Badan : .......... kg (diukur oleh peneliti)
B. Keluhan Muskuloskeletal
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah sebelum bekerja di perusahaan ini, saudara/i pernah mengalami masalah pada otot dan tulang?
1. Ya, pernah 2. Tidak pernah
2 Apakah saat bekerja di perusahaan ini saudara/i pernah merasakan masalah pada otot dan tulang?
1. Ya, pernah 2. Tidak pernah
3 Sebutkan pada bagian mana saja keluhan tersebut dirasakan (Lingkari gambar Peta tubuh)
(gambar peta tubuh)
C. Kebiasaan Merokok
No Pertanyaan Jawaban 1 Apakah saudara/i pernah merokok? 1. Ya.
2. Tidak (langsung ke bagian D)
2 Jika ya, apakah sekarang saudara/i masih merokok? 1. Ya 2. Tidak (langsung
ke no 5) 3 Sudah berapa lama saudara/i merokok? ..... Tahun 4 Berapa banyak rokok saudara/i habiskan setiap hari ..... Batang 5 Jika jawaban no 2 tidak, sudah berapa lama saudara/i
berhenti merokok .... Tahun
6 Saat masih merokok, berapa batang rokok yang saudara/i habiskan setiap hari
..... Batang
D. Kesegaran Jasmani
No Pertanyaan Jawaban 1 Apakah saudara/i suka berolahraga? 1. Ya
2. Tidak (langsung ke bagian E)
2 Bagaimana frekuensi olahraga yang saudara/i lakukan?
0. Jarang (1-3 kali/bulan)
1. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)
2. Sering (≥ 3 kali/ minggu)
E. Masa kerja No Pertanyaan Jawaban
1 Sudah berapa lama saudara/i bekerja di Perusahaan ini ?
..... Tahun
2 Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP? ..... Tahun
3 Apakah saudara/i sebelumnya pernah bekerja di perusahaan lain yang karakteristik pekerjaannya serupa dengan pekerjaan di bagian MP?( duduk/ berdiri berjam-jam, melakukan pekerjaan yang konstan)
1. Ya, ..... Tahun 2. Tidak
F. Psikososial Lengkapi pertanyaan pada bagian kuesioner penilaian psikososial
Lingkari bagian tubuh yang terdapat keluhan :
Lingkarilah pilihan keluhan yang dirasakan, tingkat keluhan, waktu timbul dan frekuensi dirasakannya keluhan dibawah ini sesuai bagian tubuh yang telah dipilih pada bagian sebelumnya. Keterangan a. Tingkat keluhan :
0. Tidak sakit 1. Agak sakit/nyeri ringan 2. Sakit/Nyeri sedang 3. Sangat sakit/Sangat nyeri
b. Sejak kapan keluhan dirasakan: 1. ≤ satu tahun terakhir 2. > satu tahun terakhir
c. Waktu timbul: 1. Saat bekerja 2. Setelah bekerja 3. Malam hari/saat istirahat.
No Lokasi Rasa sakit Tingkat Keluhan
Sejak kapan keluhan dirasakan
Waktu Timbul
0 Leher atas 1 Leher bawah 2 Bahu kiri 3 Bahu kanan 4 Lengan kiri atas 5 Punggung 6 Lengan kanan atas 7 Punggung bawah 8 Pinggang 9 Bokong
10 Siku kiri 11 Siku kanan 12 Lengan kiri bawah 13 Lengan kanan bawah 14 Pergelangan tangan kiri 15 Pergelangan tangan kanan 16 Tangan kiri 17 Tangan kanan 18 Paha kiri 19 Paha kanan 20 Lutut kiri 21 Lutut kanan 22 Betis kiri 23 Betis kanan 24 Pergelangan kaki kiri 25 Pergelangan kaki kanan 26 Telapak kaki kiri 27 Telapak kaki kanan
KUESIONER PENILAIAN PSIKOSOSIAL
Silahkan pilih jawaban yang cocok untuk masing-masing pertanyaan berikut :
No
Pertanyaan Selalu Sering Kadang-kadang
Jarang Tidak pernah
Skor 4 3 2 1 0
A. TUNTUTAN DITEMPAT KERJA
1A Apakah anda mendapatkan sesuatu
dari pekerjaan anda setelah lembur
(seperti uang tambahan atau hadiah)?
1B Apakah waktu yang tersedia cukup
bagi anda untuk mengerjakan
pekerjaan di tempat kerja?
2A Apakah anda membutuhkan motivasi
yang tinggi dalam bekerja (seperti
motivasi mendapatkan upah)?
2B Apakah anda bekerja dengan
motivasi yang tinggi setiap hari
(seperti motivasi mendapatkan
upah)?
3A Apakah situasi pekerjaan anda itu
menggangu kondisi emosional anda?
3B Apakah anda pernah menceritakan
masalah pribadi orang lain di tempat
kerja anda?
B. ORGANISASI KERJA DAN KONTEN PEKERJAAN
4A Apakah diri anda cukup berpengaruh
terhadap pekerjaan di tempat anda
bekerja?
4B Dapatkah anda mengatur banyaknya
tugas-tugas yang harus anda
kerjakan?
No Pertanyaan Selalu Sering Kadang-kadang
Jarang Tidak pernah
Skor 4 3 2 1 0
5A Apakah anda punya kemungkinan untuk
mempelajari sesuatu yang baru dari
pekerjaan anda?
5B Apakah pekerjaan anda memerlukan
untuk mengambil inisiatif?
6A Apakah pekerjaan anda sangat berarti?
6B Apakah anda merasa perkerjaan yang
anda kerjakan itu penting?
7A Apakah anda merasa tempat kerja anda
mempunyai kepentingan yang tinggi
untuk anda?
7B Apakah anda mau merekomendasikan
teman baik anda untuk mendaftar di
satu posisi di tempat kerja anda?
C. HUBUNGAN INTERPERSONAL DAN KEPEMIMPINAN
8A Apakah di tempat kerja anda bisa
mendapat informasi tentang keputusan
yang penting, perubahan, rencana untuk
kedepannya?
8B Apakah anda menerima semua
informasi yang anda butuhkan untuk
melakukan pekerjaan anda dengan baik?
9A Apakah pekerjaan anda diapresiasikan
dan dikenal oleh manajer?
9B Apakah anda diperlakukan secara adil
dan tidak dibeda-bedakan dengan
karyawan lain di tempat kerja?
10A Apakah tujuan pekerjaan anda jelas?
10B Apakah anda tahu persis apa yang
diharapkan dari pekerjaan anda?
No Pertanyaan Selalu Sering Kadang-kadang
Jarang Tidak pernah
Skor 4 3 2 1 0
11A
Sebesar apa anda nyatakan bahwa
atasan langsung anda memperhatikan
kepuasan kerja anda?
11B Bagaimana pengaruh atasan anda dalam
membuat perencanaan terkait pekerjaan
secara langsung?
12A Seberapa sering atasan yang dekat
dengan anda mau mendengarkan
masalah anda terkait pekerjaan?
12B Seberapa sering anda mendapatkan
bantuan dan dukungan dari atasan
terdekat anda?
No Pertanyaan Sangat
puas Puas Tidak
puas Sangat
tidak puas Skor
3 2 1 0
D. BEKERJA ANTARMUKA INDIVIDU
13 Bagaimana tingkat kepuasan anda
terhadap pekerjaan yang anda lakukan?
No Pertanyaan Ya, tentu saja
Ya, beberapa
Ya, tapi hanya sedikit
Tidak
Skor 3 2 1 0
14A Apakah anda merasa bahwa pekerjaan
anda menghabiskan banyak energi
anda yang bisa membuat efek negatif
dikehidupan pribadi anda?
14B Apakah anda merasa bahwa pekerjaan
anda menghabiskan banyak waktu
anda yang bisa membuat efek negatif
pada kehidupan pribadi anda?
No Pertanyaan Sangat besar
Besar Sedikit Kecil Sangat kecil
Skor 4 3 2 1 0
E. NILAI-NILAI DI LEVEL TEMPAT KERJA 15A Apakah anda mempercayai informasi
yang anda dapat dari manajemen?
15B Apakah manajemen mempercayai bahwa anda bekerja dengan baik?
16A Apakah konfik dipecahkan dengan secara adil?
16B Apakah pembagian kerja anda adil? No Pertanyaan Baik
sekali Sangat
baik Baik Lumayan Buruk
Skor 4 3 2 1 0
F. KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN
17 Secara umum, bagaimana kesehatan
anda?
No Pertanyaan Sepanjang waktu
Sebagian besar waktu
Sebagian waktu
Sedikit Tidak semua
Skor 4 3 2 1 0
18A Dalam sehari-hari seberapa sering anda merasa letih?
18B Seberapa sering anda merasa emosi dalam bekerja?
19A Seberapa sering anda stres (dapat tertekan)?
19B Seberapa sering anda merasa terganggu oleh suatu hal atau seseorang ketika bekerja?
No Pertanyaan Ya, setiap hari
Ya, setiap
minggu
Ya, setiap bulan
Ya, beberpa waktu
Tidak
F. PERILAKU OFENSIF 20 Apakah anda pernah mendapatkan
pelecehan seksual (seperti dipegang tanpa izin) di tempat kerja selama 12 bulan terakhir?
Teman kerja
manajer bawahan Tamu
Jika ya, dari siapa ? 21 Apakah anda pernah
berkemungkinan mengalami kekerasan di tempat kerja selama 12 bulan terakhir?
Teman kerja
manajer bawahan Tamu
Jika ya, dari siapa ? 22 Apakah anda pernah tidak terlindung
dari kekerasan fisik di tempat kerja selama 12 bulan terakhir?
Teman kerja
manajer bawahan Tamu
Jika ya, dari siapa ? 23 Apakah anda pernah tidak terlidung
dari gertakan di tempat kerja anda selama 12 bulan terakhir?
Teman kerja
manajer bawahan Tamu
Jika ya, dari siapa ?
-Selesai-
LEMBAR OBSERVASI REBA
Nama pekerja :
Grup A Postur Gambar Postur kerja
Badan Skor 1= lurus Skor 2= ekstensi/fleksi < 20° Skor 3= fleksi 20-60° Skor 4 = fleksi > 60° Skor + 1 jika miring/memuntir
Leher Skor 1= fleksi/ ekstensi <20° Skor 2= fleksi/ekstensi > 20° Skor +1 = mirng/memutar
Kaki Skor 1= kaki tertopang, bobot tersebar merata , jalan atau duduk Skor 2= kaki tidak tertopang/postur tidak stabil Skor +1 = jika lutut antara 30°-60° flexion Skor +2 = jika lutut >60° flexion tidak ketika duduk
Beban Skor 0= <5kg Skor 1= 5-10kg Skor 2 = >10kg Skor +1 = ada pembebanan secara tiba-tiba
Grup B Postur Gambar Postur pekerja Lengan atas Skor 1 = 0-20° fleksi/ ekstensi Skor 2= >20°-45° fleksi Skor 3= 45-90° fleksi Skor 4= > 90° fleksi Skor +1= lengan adducted atau rotated Skor +1 = bahu ditinggikan Skor -1= bersandar , bobot lengan ditopang sesuai gravitasi
Lengan bawah Skor 1= 60°-100° fleksi/ekstensi Skor 2= <20° fleksi atau >100°ekstensi
Pergelangan tangan Skor 1= 0°-15° fleksi atau ekstensi Skor 2= >15° fleksi atau ekstensi Skor +1 = jika tangan memutar ke kiri/kanan
Pegangan Skor 1= pegangan pas Skor 2= pegangan dapat diterima , tapi tidak ideal Skor 3= pegangan tidak bisa diterima, walau memungkinkan Skor 4 = dipaksakan , pegangan yang tidak aman
Tabel Skor A Punggung Leher
1 2 3 Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Beban 0 1 2 +1
< 5kg 5-10 kg >10kg Penambahan beban secara tiba-tiba atau
secara cepat Tabel Skor B
Lengan bawah Lengan atas 1 2
Pergelangan 1 2 3 1 2 3 1 1 2 3 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8 6 7 8 8 8 9 9
Coupling 0- Good 1-Fair 2-Poor 3- unacceptable
Peganagan pas dan tepat ditengah,
genggaman kuat
Peganagn tangan bisa diterima tapi tidak
ideal
Pegangan tangan tidak bisa diterima walaupun
memungkinkan
Dipaksakan,genggaman yang tidak aman
Tabel Scor C
Skor A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Scor
B
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12 5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12 6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12 7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12 8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12 9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12 10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 12 8 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Activity Score +1 jika 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari 1
menit
+1 jika penguangan gerakan dalam rentang waktu singkat,
diulang lebih dari 4kali permenit (tidak termasuk berjalan)
+1 jika gerakan menyebabkan perubahan atau pergeseran
postur yang cepat dari postur awal
Explore Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent (A3) Usia : 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error (A3) Usia : Mean 31,56 ,835 95% Confidence
Interval for Mean Lower Bound 29,89
Upper Bound 33,22
5% Trimmed Mean 31,40 Median 31,00 Variance 48,801 Std. Deviation 6,986 Minimum 21 Maximum 45 Range 24 Interquartile Range 12 Skewness ,272 ,287 Kurtosis -1,187 ,566
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. (A3) Usia : ,112 70 ,030 ,935 70 ,001
a Lilliefors Significance Correction (A3) Usia : (A3) Usia : Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 16,00 2 . 1222333333444444 14,00 2 . 55556677788899 17,00 3 . 00011112223344444 9,00 3 . 556677899 13,00 4 . 0111111122344 1,00 4 . 5 Stem width: 10 Each leaf: 1 case(s)
50403020
Observed Value
4
2
0
-2
-4
Expe
cted
Nor
mal
Normal Q-Q Plot of (A3) Usia :
454035302520
Observed Value
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
Dev
from
Nor
mal
Detrended Normal Q-Q Plot of (A3) Usia :
(A3) Usia :
45
40
35
30
25
20
Explore Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?
70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?
Mean 3,47 ,213
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 3,05
Upper Bound 3,90
5% Trimmed Mean 3,27 Median 3,00 Variance 3,180 Std. Deviation 1,783 Minimum 2 Maximum 10 Range 8 Interquartile Range 2 Skewness 1,540 ,287 Kurtosis 2,528 ,566
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?
,233 70 ,000 ,796 70 ,000
a Lilliefors Significance Correction
(E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP? (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP? Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 28,00 2 . 0000000000000000000000000000 ,00 2 . 16,00 3 . 0000000000000000 ,00 3 . 10,00 4 . 0000000000 ,00 4 . 6,00 5 . 000000 ,00 5 . 7,00 6 . 0000000 3,00 Extremes (>=8,0) Stem width: 1 Each leaf: 1 case(s)
1086420
Observed Value
2
1
0
-1
Expe
cted
Nor
mal
Normal Q-Q Plot of (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?
108642
Observed Value
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
Dev
from
Nor
mal
Detrended Normal Q-Q Plot of (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja dibagian MP?
(E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?
10
8
6
4
2
1
2
3
Frequencies Statistics
Keluhan_b
aru Pekerjaan (A3) Usia
: Merokok Kesegaran_jasm
ani
(E2) Sudah berapa lama
saudara/i bekerja di
bagian MP? IMT SkorPsikososial N Valid 70 70 70 70 70 70 70 70 Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 Mean 1,6857 1,0571 31,56 1,39 1,23 3,47 2,0286 74,81 Median 2,0000 1,0000 31,00 1,00 1,00 3,00 2,0000 75,50 Std. Deviation ,46758 ,23379 6,986 ,490 ,423 1,783 ,44952 7,388 Minimum 1,00 1,00 21 1 1 2 1,00 58 Maximum 2,00 2,00 45 2 2 10 3,00 89
Frequency Table Keluhan_baru
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid sedang 22 31,4 31,4 31,4
rendah 48 68,6 68,6 100,0 Total 70 100,0 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid sedang 66 94,3 94,3 94,3
rendah 4 5,7 5,7 100,0 Total 70 100,0 100,0
(A3) Usia :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 21 1 1,4 1,4 1,4
22 3 4,3 4,3 5,7 23 6 8,6 8,6 14,3 24 6 8,6 8,6 22,9 25 4 5,7 5,7 28,6 26 2 2,9 2,9 31,4 27 3 4,3 4,3 35,7 28 3 4,3 4,3 40,0 29 2 2,9 2,9 42,9 30 3 4,3 4,3 47,1 31 4 5,7 5,7 52,9 32 3 4,3 4,3 57,1 33 2 2,9 2,9 60,0 34 5 7,1 7,1 67,1 35 2 2,9 2,9 70,0 36 2 2,9 2,9 72,9 37 2 2,9 2,9 75,7 38 1 1,4 1,4 77,1 39 2 2,9 2,9 80,0 40 1 1,4 1,4 81,4 41 7 10,0 10,0 91,4 42 2 2,9 2,9 94,3 43 1 1,4 1,4 95,7 44 2 2,9 2,9 98,6 45 1 1,4 1,4 100,0 Total 70 100,0 100,0
Merokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid merokok 43 61,4 61,4 61,4
tidak merokok 27 38,6 38,6 100,0 Total 70 100,0 100,0
Kesegaran_jasmani
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid kurang 54 77,1 77,1 77,1 cukup 16 22,9 22,9 100,0 Total 70 100,0 100,0
(E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 2 28 40,0 40,0 40,0
3 16 22,9 22,9 62,9 4 10 14,3 14,3 77,1 5 6 8,6 8,6 85,7 6 7 10,0 10,0 95,7 8 1 1,4 1,4 97,1 9 1 1,4 1,4 98,6 10 1 1,4 1,4 100,0 Total 70 100,0 100,0
IMT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid kurus 6 8,6 8,6 8,6
normal 56 80,0 80,0 88,6 gemuk 8 11,4 11,4 100,0 Total 70 100,0 100,0
SkorPsikososial
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 58 1 1,4 1,4 1,4
60 1 1,4 1,4 2,9 61 1 1,4 1,4 4,3 62 1 1,4 1,4 5,7 63 1 1,4 1,4 7,1 64 2 2,9 2,9 10,0 65 2 2,9 2,9 12,9 67 3 4,3 4,3 17,1 68 2 2,9 2,9 20,0 69 2 2,9 2,9 22,9 70 5 7,1 7,1 30,0 71 4 5,7 5,7 35,7 72 4 5,7 5,7 41,4 73 2 2,9 2,9 44,3 74 3 4,3 4,3 48,6 75 1 1,4 1,4 50,0 76 2 2,9 2,9 52,9 77 3 4,3 4,3 57,1 78 7 10,0 10,0 67,1 79 4 5,7 5,7 72,9 80 2 2,9 2,9 75,7 81 2 2,9 2,9 78,6 82 3 4,3 4,3 82,9
83 5 7,1 7,1 90,0 85 2 2,9 2,9 92,9 86 2 2,9 2,9 95,7 88 2 2,9 2,9 98,6 89 1 1,4 1,4 100,0 Total 70 100,0 100,0
Frequencies Statistics
usia Masa_kerja IMTrisiko Psikososial_ N Valid 70 70 70 70
Missing 0 0 0 0 Mean 1,6714 1,4000 1,8857 1,5000 Median 2,0000 1,0000 2,0000 1,5000 Std. Deviation ,47309 ,49344 ,32046 ,50361 Minimum 1,00 1,00 1,00 1,00 Maximum 2,00 2,00 2,00 2,00
Frequency Table usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid >= 35 tahun 23 32,9 32,9 32,9
< 35 tahun 47 67,1 67,1 100,0 Total 70 100,0 100,0
Masa_kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid berisiko 42 60,0 60,0 60,0
tidak berisiko 28 40,0 40,0 100,0 Total 70 100,0 100,0
IMTrisiko
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid berisiko 8 11,4 11,4 11,4
tidak berisiko 62 88,6 88,6 100,0 Total 70 100,0 100,0
Psikososial_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid buruk 35 50,0 50,0 50,0
baik 35 50,0 50,0 100,0 Total 70 100,0 100,0
Frequency Table (C3) Sudah berapa lama saudara/i merokok?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 2 1 1,4 2,3 2,3
3 5 7,1 11,6 14,0 5 8 11,4 18,6 32,6 6 1 1,4 2,3 34,9 7 2 2,9 4,7 39,5 8 3 4,3 7,0 46,5 10 4 5,7 9,3 55,8 12 3 4,3 7,0 62,8 14 1 1,4 2,3 65,1 15 2 2,9 4,7 69,8 17 2 2,9 4,7 74,4 18 3 4,3 7,0 81,4 20 6 8,6 14,0 95,3 21 2 2,9 4,7 100,0 Total 43 61,4 100,0
Missing System 27 38,6 Total 70 100,0
(C4) Berapa banyak rokok saudara/i habiskan setiap hari
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3 15 21,4 34,9 34,9
4 1 1,4 2,3 37,2 5 17 24,3 39,5 76,7 6 10 14,3 23,3 100,0 Total 43 61,4 100,0
Missing System 27 38,6 Total 70 100,0
Frequencies
Leher atas
Leher bawah
Bahu kiri
Bahu kanan
Lengan kiri atas
PUNGGUNG
Lengan
kanan atas
Punggung bawah
PINGGANG
BOKONG
Siku kiri
Siku kana
n
Lengan kiri
bawah
Lengan
kanan bawah
Pergelangan tangan kiri
Pergelanga
n tanga
n kana
n
Tangan kiri
Tangan
kanan
Paha kiri
Paha kanan
Lutut kiri
Lutut kanan
Betis
kiri
Betis kana
n
Pergelanga
n kaki kiri
Pergelanga
n kaki kana
n
Telapak kaki kiri
Telapak
kaki kanan
N Valid 70 70 70 70 70 70 70 70 70
70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 7
0 70 70 70 70 70 70 70
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table Leher atas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 18 25,7 25,7 25,7
agak sakit 34 48,6 48,6 74,3 sakit 18 25,7 25,7 100,0 Total 70 100,0 100,0
Leher bawah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 62 88,6 88,6 88,6
agak sakit 8 11,4 11,4 100,0 Total 70 100,0 100,0
Bahu kiri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 25 35,7 35,7 35,7
agak sakit 21 30,0 30,0 65,7 sakit 24 34,3 34,3 100,0 Total 70 100,0 100,0
Bahu kanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 15 21,4 21,4 21,4
agak sakit 21 30,0 30,0 51,4 sakit 34 48,6 48,6 100,0 Total 70 100,0 100,0
Lengan kiri atas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 46 65,7 65,7 65,7
agak sakit 22 31,4 31,4 97,1 sakit 2 2,9 2,9 100,0 Total 70 100,0 100,0
PUNGGUNG
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 61 87,1 87,1 87,1
agak sakit 7 10,0 10,0 97,1 sakit 2 2,9 2,9 100,0 Total 70 100,0 100,0
Lengan kanan atas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 30 42,9 42,9 42,9
agak sakit 33 47,1 47,1 90,0 sakit 7 10,0 10,0 100,0 Total 70 100,0 100,0
Punggung bawah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 33 47,1 47,1 47,1
agak sakit 20 28,6 28,6 75,7 sakit 17 24,3 24,3 100,0 Total 70 100,0 100,0
PINGGANG
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 34 48,6 48,6 48,6
agak sakit 30 42,9 42,9 91,4 sakit 6 8,6 8,6 100,0 Total 70 100,0 100,0
BOKONG
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 64 91,4 91,4 91,4
agak sakit 6 8,6 8,6 100,0 Total 70 100,0 100,0
Siku kiri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 57 81,4 81,4 81,4
agak sakit 9 12,9 12,9 94,3 sakit 4 5,7 5,7 100,0 Total 70 100,0 100,0
Siku kanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 54 77,1 77,1 77,1
agak sakit 10 14,3 14,3 91,4 sakit 6 8,6 8,6 100,0 Total 70 100,0 100,0
Lengan kiri bawah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 62 88,6 88,6 88,6
agak sakit 7 10,0 10,0 98,6 sakit 1 1,4 1,4 100,0 Total 70 100,0 100,0
Lengan kanan bawah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 50 71,4 71,4 71,4
agak sakit 17 24,3 24,3 95,7 sakit 3 4,3 4,3 100,0 Total 70 100,0 100,0
Pergelangan tangan kiri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 23 32,9 32,9 32,9
agak sakit 40 57,1 57,1 90,0 sakit 7 10,0 10,0 100,0 Total 70 100,0 100,0
Pergelangan tangan kanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 20 28,6 28,6 28,6
agak sakit 38 54,3 54,3 82,9 sakit 12 17,1 17,1 100,0 Total 70 100,0 100,0
Tangan kiri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 16 22,9 22,9 22,9
agak sakit 29 41,4 41,4 64,3 sakit 25 35,7 35,7 100,0 Total 70 100,0 100,0
Tangan kanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 14 20,0 20,0 20,0
agak sakit 25 35,7 35,7 55,7 sakit 31 44,3 44,3 100,0 Total 70 100,0 100,0
Paha kiri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 49 70,0 70,0 70,0
agak sakit 21 30,0 30,0 100,0 Total 70 100,0 100,0
Paha kanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 39 55,7 55,7 55,7
agak sakit 29 41,4 41,4 97,1 sakit 2 2,9 2,9 100,0 Total 70 100,0 100,0
Lutut kiri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 37 52,9 52,9 52,9
agak sakit 31 44,3 44,3 97,1 sakit 2 2,9 2,9 100,0 Total 70 100,0 100,0
Lutut kanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 31 44,3 44,3 44,3
agak sakit 35 50,0 50,0 94,3 sakit 4 5,7 5,7 100,0 Total 70 100,0 100,0
Betis kiri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 19 27,1 27,1 27,1
agak sakit 35 50,0 50,0 77,1 sakit 16 22,9 22,9 100,0 Total 70 100,0 100,0
Betis kanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 17 24,3 24,3 24,3
agak sakit 35 50,0 50,0 74,3 sakit 18 25,7 25,7 100,0 Total 70 100,0 100,0
Pergelangan kaki kiri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 44 62,9 62,9 62,9
agak sakit 26 37,1 37,1 100,0 Total 70 100,0 100,0
Pergelangan kaki kanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 36 51,4 51,4 51,4
agak sakit 34 48,6 48,6 100,0 Total 70 100,0 100,0
Telapak kaki kiri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 49 70,0 70,0 70,0
agak sakit 20 28,6 28,6 98,6 sakit 1 1,4 1,4 100,0 Total 70 100,0 100,0
Telapak kaki kanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid tidak sakit 38 54,3 54,3 54,3
agak sakit 30 42,9 42,9 97,1 sakit 2 2,9 2,9 100,0 Total 70 100,0 100,0
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Pekerjaan * Keluhan_baru
70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
usia * Keluhan_baru 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0% Merokok * Keluhan_baru 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0% Kesegaran_jasmani * Keluhan_baru 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
Masa_kerja * Keluhan_baru 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
IMTrisiko * Keluhan_baru 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0% Psikososial_ * Keluhan_baru
70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
Pekerjaan * Keluhan_baru Crosstab
Keluhan_baru Total
sedang rendah Pekerjaan sedang Count 22 44 66 % within Pekerjaan 33,3% 66,7% 100,0% rendah Count 0 4 4 % within Pekerjaan ,0% 100,0% 100,0% Total Count 22 48 70 % within Pekerjaan 31,4% 68,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,944(b) 1 ,163 Continuity Correction(a) ,705 1 ,401 Likelihood Ratio 3,128 1 ,077 Fisher's Exact Test ,301 ,212 Linear-by-Linear Association 1,917 1 ,166
N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,26.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper For cohort Keluhan_baru = rendah ,667 ,562 ,791
N of Valid Cases 70 usia * Keluhan_baru Crosstab
Keluhan_baru Total
sedang rendah usia >= 35 tahun Count 15 8 23 % within usia 65,2% 34,8% 100,0% < 35 tahun Count 7 40 47 % within usia 14,9% 85,1% 100,0% Total Count 22 48 70 % within usia 31,4% 68,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 18,147(b) 1 ,000 Continuity Correction(a) 15,887 1 ,000 Likelihood Ratio 17,867 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000 Linear-by-Linear Association 17,888 1 ,000
N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,23. Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper Odds Ratio for usia (>= 35 tahun / < 35 tahun) 10,714 3,308 34,701
For cohort Keluhan_baru = sedang 4,379 2,077 9,231
For cohort Keluhan_baru = rendah ,409 ,231 ,724
N of Valid Cases 70
Merokok * Keluhan_baru Crosstab
Keluhan_baru Total
sedang rendah Merokok merokok Count 15 28 43 % within Merokok 34,9% 65,1% 100,0% tidak merokok Count 7 20 27 % within Merokok 25,9% 74,1% 100,0% Total Count 22 48 70 % within Merokok 31,4% 68,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,618(b) 1 ,432 Continuity Correction(a) ,272 1 ,602 Likelihood Ratio ,627 1 ,429 Fisher's Exact Test ,598 ,303 Linear-by-Linear Association ,609 1 ,435
N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,49. Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper Odds Ratio for Merokok (merokok / tidak merokok) 1,531 ,528 4,440
For cohort Keluhan_baru = sedang 1,346 ,631 2,869
For cohort Keluhan_baru = rendah ,879 ,643 1,202
N of Valid Cases 70
Kesegaran_jasmani * Keluhan_baru Crosstab
Keluhan_baru Total
sedang rendah Kesegaran_jasmani kurang Count 15 39 54 % within
Kesegaran_jasmani 27,8% 72,2% 100,0%
cukup Count 7 9 16 % within
Kesegaran_jasmani 43,8% 56,3% 100,0%
Total Count 22 48 70 % within
Kesegaran_jasmani 31,4% 68,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,461(b) 1 ,227 Continuity Correction(a) ,814 1 ,367 Likelihood Ratio 1,407 1 ,236 Fisher's Exact Test ,238 ,182 Linear-by-Linear Association 1,440 1 ,230
N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,03. Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper Odds Ratio for Kesegaran_jasmani (kurang / cukup)
,495 ,156 1,567
For cohort Keluhan_baru = sedang ,635 ,314 1,282
For cohort Keluhan_baru = rendah 1,284 ,808 2,039
N of Valid Cases 70
Masa_kerja * Keluhan_baru Crosstab
Keluhan_baru Total
sedang rendah Masa_kerja berisiko Count 22 20 42 % within Masa_kerja 52,4% 47,6% 100,0% tidak berisiko Count 0 28 28 % within Masa_kerja ,0% 100,0% 100,0% Total Count 22 48 70 % within Masa_kerja 31,4% 68,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 21,389(b) 1 ,000 Continuity Correction(a) 19,027 1 ,000 Likelihood Ratio 29,019 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000 Linear-by-Linear Association 21,083 1 ,000
N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,80. Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper For cohort Keluhan_baru = rendah ,476 ,347 ,654
N of Valid Cases 70
IMTrisiko * Keluhan_baru Crosstab
Keluhan_baru Total
sedang rendah IMTrisiko berisiko Count 4 4 8 % within IMTrisiko 50,0% 50,0% 100,0% tidak berisiko Count 18 44 62 % within IMTrisiko 29,0% 71,0% 100,0% Total Count 22 48 70 % within IMTrisiko 31,4% 68,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,446(b) 1 ,229 Continuity Correction(a) ,636 1 ,425 Likelihood Ratio 1,355 1 ,244 Fisher's Exact Test ,249 ,209 Linear-by-Linear Association 1,425 1 ,233
N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,51. Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper Odds Ratio for IMTrisiko (berisiko / tidak berisiko) 2,444 ,551 10,851
For cohort Keluhan_baru = sedang 1,722 ,778 3,813
For cohort Keluhan_baru = rendah ,705 ,346 1,434
N of Valid Cases 70
Psikososial_ * Keluhan_baru Crosstab
Keluhan_baru Total
sedang rendah Psikososial_ buruk Count 10 25 35 % within Psikososial_ 28,6% 71,4% 100,0% baik Count 12 23 35 % within Psikososial_ 34,3% 65,7% 100,0% Total Count 22 48 70 % within Psikososial_ 31,4% 68,6% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,265(b) 1 ,607 Continuity Correction(a) ,066 1 ,797 Likelihood Ratio ,265 1 ,606 Fisher's Exact Test ,797 ,399 Linear-by-Linear Association ,261 1 ,609
N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,00. Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper Odds Ratio for Psikososial_ (buruk / baik)
,767 ,279 2,110
For cohort Keluhan_baru = sedang ,833 ,415 1,672
For cohort Keluhan_baru = rendah 1,087 ,791 1,494
N of Valid Cases 70
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Merokok * Kesegaran_jasmani 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
Merokok * Kesegaran_jasmani Crosstabulation
Kesegaran_jasmani Total
kurang cukup Merokok merokok Count 35 8 43 % of Total 50,0% 11,4% 61,4% tidak merokok Count 19 8 27 % of Total 27,1% 11,4% 38,6% Total Count 54 16 70 % of Total 77,1% 22,9% 100,0%
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper Odds Ratio for Merokok (merokok / tidak merokok) 1,842 ,596 5,691
For cohort Kesegaran_jasmani = kurang 1,157 ,871 1,536
For cohort Kesegaran_jasmani = cukup ,628 ,267 1,474
N of Valid Cases 70
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent usia * Kesegaran_jasmani
70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
usia * Kesegaran_jasmani Crosstabulation
Kesegaran_jasmani Total
kurang cukup usia >= 35 tahun Count 15 8 23 % within usia 65,2% 34,8% 100,0% < 35 tahun Count 39 8 47 % within usia 83,0% 17,0% 100,0% Total Count 54 16 70 % within usia 77,1% 22,9% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2,763(b) 1 ,096 Continuity Correction(a) 1,847 1 ,174 Likelihood Ratio 2,651 1 ,103 Fisher's Exact Test ,131 ,089 Linear-by-Linear Association 2,723 1 ,099
N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,26. Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper Odds Ratio for usia (>= 35 tahun / < 35 tahun) ,385 ,122 1,211
For cohort Kesegaran_jasmani = kurang
,786 ,568 1,088
For cohort Kesegaran_jasmani = cukup
2,043 ,879 4,750
N of Valid Cases 70
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent usia * Psikososial_ 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
usia * Psikososial_ Crosstabulation
Psikososial_ Total
buruk baik usia >= 35 tahun Count 15 8 23 % within usia 65,2% 34,8% 100,0% < 35 tahun Count 20 27 47 % within usia 42,6% 57,4% 100,0% Total Count 35 35 70 % within usia 50,0% 50,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3,173(b) 1 ,075 Continuity Correction(a) 2,331 1 ,127 Likelihood Ratio 3,211 1 ,073 Fisher's Exact Test ,126 ,063 Linear-by-Linear Association 3,128 1 ,077
N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50. Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper Odds Ratio for usia (>= 35 tahun / < 35 tahun) 2,531 ,899 7,124
For cohort Psikososial_ = buruk 1,533 ,981 2,395
For cohort Psikososial_ = baik ,605 ,329 1,116
N of Valid Cases 70
Dokumentasi