106
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK Pada Bank-Bank Umum di Indonesia (Pada tahun 2004:02-2005:12) SKRIPSI Oleh: Nama : Condro Wahyu Sujati Nomor Mahasiswa : 01313015 Progam Studi : Ekonomi Pembangunan UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2007

Faktor alokasi kuk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Faktor alokasi kuk

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK Pada Bank-Bank Umum di Indonesia

(Pada tahun 2004:02-2005:12)

SKRIPSI

Oleh:

Nama : Condro Wahyu Sujati Nomor Mahasiswa : 01313015 Progam Studi : Ekonomi Pembangunan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA 2007

Page 2: Faktor alokasi kuk
Page 3: Faktor alokasi kuk

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK

Pada Bank-Bank Umum di Indonesia (Pada tahun 2004:02-2005:12)

SKRIPSI

disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1

Progam Studi Ekonomi Pembangunan, pada Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Oleh:

Nama : Condro Wahyu Sujati Nomor Mahasiswa : 01313015 Progam Studi : Ekonomi Pembangunan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA 2007

Page 4: Faktor alokasi kuk

PERYATAAN BEBAS PLAGIARISME

“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak ada bagian yang merupakan penjiplakan karya orang lain seperti dimaksud dalam buku pedoman penyusunan skripsi Progam Studi Ekonomi Pembangunan FE UII. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa perrnyataan ini tidak benar maka Saya sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”

Yogyakarta, 9 Pebruari 2007 Penulis,

Condro Wahyu Sujati

Page 5: Faktor alokasi kuk

PENGESAHAN

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK

Pada Bank-Bank Umum di Indonesia (Pada tahun 2004:02-2005:12)

Oleh:

Nama : Condro Wahyu Sujati Nomor Mahasiswa : 01313015 Progam Studi : Ekonomi Pembangunan

Yogyakarta, 10 Pebruari 2007 Telah disetujui dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing,

Drs. Nur Feriyanto, M.Si.

Page 6: Faktor alokasi kuk

PENGESAHAN UJIAN

Telah dipertahankan/diujikan dan disahkan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar

Sarjana jenjang Strata 1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Nama : Condro Wahyu Sujati Nomor Mahasiswa : 01313015 Progam Studi : Ekonomi Pembangunan

Yogyakarta, 21 Maret 2007 Disahkan oleh,

Pembimbing Skripsi : Drs. Nur Feriyanto, M.Si …………. Penguji I : Drs. Priyonggo Suseno, M.sc …………. Penguji II : Dra. Sarastri Mumpuni, M.si …….........

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Drs. Asmai Ishak, M.Bus.,Ph.D

Page 7: Faktor alokasi kuk

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Segala puji bagi Alloh Yang mengadakan dan Yang mengembalikan makhluk-Nya, Yang Maha Membuat apa yang Dia kehendaki. Pemilik arsy yang agung Pemberi ancama siksa yang pedih, Pemberi petunjuk kepada hamba-hamba pilihan-Nya menuju aturan (manhaj)-Nya yang lurus dan “jalan”yang kokoh. Pemberi nikmat kepada mereka setelah menyatakan syahadat tauhid dengan memelihara akidah mereka dari kegelapan akibat keraguan dan kebimbangan. Pembimbing mereka untuk mengikuti jejak rasul pilihan-Nya Muhammad saw. Dan berpijak kepada perilaku sahabatnya yang mulia dan dimuliakan dengan diteguhkan dan diluruskan, Yang tampak jelas bagi mereka dalam Dzat dan pekerjaan-pekerjaan (Af’al)-Nya dengan keindahan Sifat-sifat-Nya yang hanya bisa dipahami oleh orang yang telah diberi kemampuan “mendengar” dan bisa “menyaksikan”. Dia adalah tunggal dalam Dzat-Nya, lagi Maha Esa dan tidak bersekutu, sendiri tiada banding menjadi sandaran segala makhluk yang tiada tanding, Dia Qodim tiada yang mengawali, Azali tiada awal Langgeng Kekal Yang Tiada berujung, Berjaga dan selalu berbuat tiada henti, Berdiri sendiri tiada putus, dan senantiasa disifati dengan sifat-sifat keagungan, tiada berhenti dan terpenggal dengan terputusnya abab dan bergantinya masa. Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Nyata dan Yang Batin dan Dia Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu.

Skripsi ini telah selesai dibuat berkat petunjuk dan bimbingan-Nya, sungguh suatu kenikmatan yang tiada terkira atas pemberian-Nya, yang patut senantiasa untuk disyukuri dengan harapan tiada mengecewakan-Nya sehingga ditambahkan kenikmatan-Nya. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi bagi penulis. Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK Pada Bank-Bank Umum di Indonesia” (Pada tahun 2004:02-2005:12) secara subtantif adalah berisikan tentang bagaimana dan apakah yang mempengaruhi Kredit Usaha Kecil yang dialokasikan oleh/dari bank-bank umum di Indonesia kepada usaha kecil. Suku bunga riil pinjaman ( KUK ), tingkat inflasi dan jumlah penghimpunan dana bank ternyata setelah diteliti memiliki hubungan dan mempengaruhi alokasi KUK pada usaha kecil. Dengan hasil penelitian dalam skripsi ini diharapkan dapat membantu bank-bank umum di Indonesia, pemerintah dan juga masyarakat bisnis sektor riil dari unit usaha kecil dapat mengambil banyak manfaat darinya, sehingga dunia ekonomi Indonesia menjadi lebih baik.

Skripsi penulis selesai juga berkat dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Pihak-pihak yang terkait dengan pembuatan skripsi penulis, penulis ucapkan banyak trimakasih, sekali lagi karena atas jasa dan perhatiannya yang dengan tulus diberikan

Page 8: Faktor alokasi kuk

kepada penulis dari proses penulisan/penyusunan sampai akhir yang dicapai dan yang telah terselesaikan. Akhirnya pihak-pihak tersebut adalah : 1. Drs. Asmai Ishak, M.Bus.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi UII 2. Dr. Jaka Sriyana selaku Kajur Ekonomi Pembangunan (Ilmu Ekonomi) 3. Sahabudin sidiq, SE., MA selaku dosen pembimbing akademik 4. Nur Feriyanto, SE., Msi selaku dosen pembimbing skripsi penulis 5. Sarastri Mumpuni, SE., Msi selaku dosen penguji dan pembimbing revisi 6. Priyonggo Suseno, SE., Msc selaku dosen penguji dan pembimbing revisi 7. Orang tua tercinta-ku yaitu Ayah-ku Bapak Sukarji Sarjana Muda Geografi UGM

terimakasih atas kasih sayang dan limpahan cinta serta dukungan yang engkau berikan kepada Ananda penulis yang dengan sabar dan doa dengan memberikan segenap daya upaya dan kemampuannya untuk bisa menyekolahkan dan mendidik Ananda penulis sampai dewasa, jasa-mu yang besar tiada dapat Ananda ganti dengan apapun, tapi usaha membalas jasa-mu akan selalu senantiasa Ananda usahakan walupun tak sebanding dengan pengorbanan-mu wahai Ayah !!!

8. Yang Kedua adalah Yang tercinta Ibunda-ku Ibu Suwartini pantas aku nyanyikan syair lagu ini untuk-mu wahai Ibu “Kasih Ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tiada kembali bagai sang surya menerangi dunia” sungguh jasa-mu dan Ayah tidak akan aku lupakan sampai ajal menjemput-ku.

9. Rekan-rekan dan organisasi tempat aku banyak belajar dan berfikir keras Himpunan Mahasiswa Islam MPO FE UII

10. Rekan-rekan dan organisasi Jamaah Al-Muqtashidin FE UII 11. Rekan-rekan dan organisasi “Shopisticated Investor” FE UII 12. Rekan-rekan dan organisasi Takmir Masjid El-Hasan Sagan Yogyakarta dimana

aku banyak belajar memperdalam Agama tercinta-ku ad diin al Islam 13. Rekan-rekan dan organisasi “Rausyan Fiqr” yang membuat aku semakin tangguh

dalam berfikir untuk Agama 14. dan seluruh teman-teman-ku yang tidak bisa aku sebutkan secara individu karena

kekhawatiran lupa mencantumkan salah satunya karena terlalu banyak maka akan menimbulkan kecemburuan. Mohon dimengerti…

Atas semua dukungannya selama ini penulis dengan tulus ikhlas

mengucapkan banyak trimakasih.!!!! Semoga Alloh Swt membalas setiap amal ibadah kita Amiin Ya Robbal A’lamiin.

Yogyakarta 27 Maret 2007 Penulis Skripsi Condro Wahyu Sujati

Page 9: Faktor alokasi kuk

DAFTAR ISI Halaman

Halaman Judul……………………………………………………………………... i Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme.................................................................... ii Halaman Pengesahan Skripsi………………..……………………………….…….. iii Halaman PengesahanUjian………….…………………………………………...… iv Halaman Kata Pengantar…………………………………………………………… v Halaman Daftar Isi…………………………………………………………………. vii Halaman Daftar Tabel……………………………………………………………… x Halaman Daftar Gambar…………………………………………………………… xi Halaman Daftar Lampiran…………………………………………………………. xii Halaman Abstrak...................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..….. 1 1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………...…. 11 1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………...….. 11 1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….....…….. 12 1.5 Sistematika Penulisan………………………………………………………...... 12 BAB II TINJAUAN UMUM SUBJEK PENELITIAN………………………..….. 16 2.1 Kodisi Bank-Bank Umum…………………………………………………… 16 2.2 Kebijakan Bank Indonesia dan Bank-Bank Umum Dalam Penyaluran Kredit Usaha Kecil………………………………….…… 19 2.3 Kebijakan Pemerintah Dalam Mengembangkan Usaha Kecil di Indonesia………………………………………………….… 21 2.4 Kondisi Historis Usaha Kecil di Indonesia dan Prospek Kedepan………………………………………………………... 22 2.5 Perkembangan Kredit Perbankan……………………………………….…… 25 2.6 Perkembangan dan Kondisi Kredit Usaha Kecil (KUK) Jumlah Penghimpunan Dana Tingkat Inflasi serta Suku Bunga Kredit Bank-Bank Umum di Indonesia………………….......... 26 2.6.1 Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank Umum di Indonesia………………………. 26 2.6.2 Jumlah Penghimpunan Dana Bank-Bank Umum di Indonesia……………………………………………... 29 2.6.3 Tingkat Inflasi Indonesia Masa Penelitian…………………………………… 31 2.6.4 Suku Bunga Kredit KUK Bank-Bank Umum di Indonesia………………………………………………………………….. 33

Page 10: Faktor alokasi kuk

BAB III KAJIAN PUSTAKA…………………………………………...………… 35 3.1 Tujuan Kajian Pustaka…………………………………………………….…… 35 3.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya Pada Area yang Sama…………………… 35 3.3 Kesimpulan Tentang Dua Penelitian Sebelumnya dan Hubungannya dengan Penelitian Penulis………………………………….. 37 BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS………………………………… 39 4.1 Landasan Teori……………………………………………………..……… 39 4.1.1 Pengertian Kredit……………………………………………………….….. 39 4.1.2 Unsur-Unsur Kredit…………………………………………………….….. 39 4.1.3 Jenis-Jenis Kredit………………………………………………………….. 41 4.1.4. 1 Pengertian dan Jenis Kredit Usaha Kecil (KUK)………………………... 45 4.1.4. 2 Ketentuan Peminjaman KUK…………………………………………… 46 4.1.5 Pengertian Usaha Kecil……………………………………………………. 47 4.1.6 Bentuk dan Jenis Usaha Kecil……………………………………………... 47 4.1.6.1 Bentuk Usaha Kecil……………………………………………………..… 48 4.1.6.2 Jenis Usaha Kecil…………………………………………………….…… 49 4.1.7 Pengertian Bank……………………………………………………………. 50 4.1.7.1 Pengertian Bank Umum…………………………………………………... 51 4.1.7.2 Kegiatan Bank…………………………………………………………..… 51 4.1.8 Jumlah Penghimpunan Dana Bank………………………………………… 51 4.1.9 Suku Bunga Kredit Pinjaman……………………………………………… 53 4.1.10 Inflasi……………………………………………………………….……... 56 4.1.11 Gambar Alur Pikir dalam Diagram Hubungan Anta Variabel dari Penelitian………………………………….. 65 4.2 Hipotesis Penelitian……………………………………………………….. 66 BAB V METODE PENELITIAN…………………….…………………………… 67 5.1 Metode Penelitian………………………………………………….……… 67 5.1.2 Metode Pengumpulan Data………………………………………………... 67 5.1.3 Jenis dan Sumber Data…………………………………………………….. 67 5.2 Metode Analisis Data……………………………………………………... 68 5.2.1 Analisis Diskriptif…………………………………………………………. 68 5.2.2 Analisis Kuantitatif………………………………………………………… 68 5.3 Pengujian Model Terbaik Dengan Menggunakan MWD Test………... .….. 69 5.4 Pengujian Hipotesis……………………………………………………….. 70 5.4.1 Analisis Varian (Uji F)………………………………………………..….. 70 5.4.2 Uji t-test……………………………………………………………………. 72

Page 11: Faktor alokasi kuk

5.4.3 Koefisien Determinasi Majemuk ( )…………………………………… 75 R2

5.5 Test Asumsi Klasik………………………………………………………... 75 5.5.1 Uji Multikolinearitas………………………………………………………. 75 5.5.2 Uji Heterokedastisitas………………………………………………..……. 76 5.5.3 Uji Autokorelasi……………………………………………………………. 77 BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN………………………………….…… 79 6.1 Hasil Pengujian Model Dengan MWD Test………………………………. 79 6.2 Pengujian Hipotesis………………………………………..……………… 79 6.2.1 Analisis Varian (Hasil dari Uji F)…………………………..……..……… 79 6.2.2 Analisis Varian ( Hasil dari Uji t )………………………………………… 80 6.2.3 R Square…………………………………………………………………… 81 6.3 Uji Asumsi Klasik………………………………………………………… 81 6.3.1 Uji Multikolinearitas…………………………………………..….………. 81 6.3.2 Uji Heteroskedastisitas……………………………………………..…….. 82 6.3.3 Uji Autokorelasi…………………………………………………………… 83 6.4 Intepretasi/Evaluasi Koefisien Hasil Regresi LN……………………..…… 83 BAB VII SIMPULAN DAN IMPLIKASI……………………………………….... 86 7.1 Simpulan………………………………………………………………………. 86 7.2 Implikasi……………………………………………………………...……….. 88 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 12: Faktor alokasi kuk

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.1 Jumlah Unit Industri Menengah/Besar Dan

Industri Kecil Di Indonesia Periode 1991-1997…………………………... 7 1.2 Tenaga Kerja Industri Menengah/Besar Dan Industri Kecil Di Indonesia Periode 1993-1997………………………….. 8 2.1 Jumlah Alokasi KUK Bank-Bank Umum………………………………… 28 2.2 Jumlah Penghimpunan Dana Bank-Bank Umum…………………………. 30 2.3 Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2003-2005……………………………… 32 2.4 Tingkat Suku Bunga Kredit Bank-Bank Umum………………………….. 34

Page 13: Faktor alokasi kuk

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Pola Hubungan Kerjasama Perusahaan Besar-Menengah-Kecil……………………………………………………. 24 2.2 Jumlah Alokasi KUK………………………………………………………28 2.3 Jumlah Penghimpunan Dana……………………………………………… 30 2.4 Tingkat Inflasi Indonesia………………………………………………….. 32 2.5 Tingkat Suku Bunga Kredit……………………………………………….. 34 4.1.Gambar Grafik Hubungan Suku Bunga Kredit Dan Jumlah Alokasi Kredit……………………………………………….. 54 4.2.Gambar Grafik Demand Pull Inflation…………………………………… 61 4.3.Gambar Grafik Cost Push Inflation………………………………………. 62 4.4.Gambar Diagram Hubungan Antar Variabel…………………………….. 65 5.1 Grafik Distribusi Probabilitas (t) Positif…………………………………... 74 5.2 Grafik Distribusi Probabilitas (t) Negatif……………………………......... 74 6.1 Matrikorelasi………………………………………………………………. 82

Page 14: Faktor alokasi kuk

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman I. Data Asli Observasi……………………………………………………. 88 II. Data Diolah Menjadi LN……………………………………………..... 89 III. (Hasil Olah Data Regresi LN)…………………………………………. 90 IV. (Model Regresi LN)……………………………………………………. 91 V. (Uji Multikolinearitas)…………………………………………………. 92 VI. (Uji Heterokedastisitas)………………………………………………... 93 VII. (Uji Autokorelasi)…………………………………………………….... 94 VIII. (Uji Mwd Z1)…………………………………………………………... 95 IX. (Uji Mwd Z2)………………………………………………………….. 96

Page 15: Faktor alokasi kuk

ABSTRAK

Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit atau pembiayaan dari bank untuk

investasi dan atau modal kerja, yang diberikan dalam rupiah dan atau valuta asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafond kredit keseluruhan maksimal Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk membiayai usaha yang produktif. Dalam pemerintahan SBY-JK sekarang, telah ditetapkan kebijakan perekonomian untuk menggalang bangkit berkembangnya usaha kecil melalui microeconomicyears, kebijakan tersebut mengakibatkan exspansi moneter dan akhirnya juga akan membuat perbankkan mengucurkan dana dengan intesitas tinggi. Salah satunya adalah penyaluran kredit untuk usaha kecil yaitu KUK. KUK sangat membantu usaha kecil jika teralokasikan atau terlaksana secara baik.

Mengetahui faktor-fator yang mempengaruhi alokasi KUK adalah sangat penting bagi masyarakat khususnya bank dan pemerintah begitu juga dengan UKM. Keputusan atau pembuatan policy untuk memperbaiki perekonomian melalui pengembangan Usaha Kecil dapat dibuat dengan bedasar pada penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi KUK. Untuk itulah penelitian ini dibuat/ditulis. Regressi linier berganda menggunakan model logaritma natural dengan metode OLS menjadi pilihan penulis, dikarenakan dengan metode tersebut dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang faktor-faktor yang mempegaruhi KUK dengan sangat jelas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi KUK yang menjadi hipotesa awal adalah suku bunga riil pinjaman, tingkat inflasi Indonesia dan jumlah penghimpunan dana bank umum yang kesemuanya dari sisi kebijakan moneter dan perbankan. Fakta dari olah data yang dilakukan penulis ternyata menunjukkan bahwa suku bunga riil pinjaman, tingkat inflasi di Indonesia dan jumlah penghimpunan dana oleh bank-bank umum di Indonesia mempengaruhi secara serentak dan individu terhadap alokasi KUK pada bank-bank umum di Indonesia.

Page 16: Faktor alokasi kuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Permasalahan ekonomi Indonesia sejak krisis menerpa pada tahun 1998

sampai kini masih tidak bisa kita lupakan baik secara mental maupun ekonomi

dan menjadi beban tanggungan bagi siapapun. Pemerintah mempunyai beban

paling besar dikarenakan harus menanggung keluh kesah masyarakat.

Kemiskinan, inflasi dan pengangguran menjadi tema sentral permasalahan

ekonomi yang menyita pikiran pemerintah untuk segera dipecahkan. Berbagai

cara, daya dan upaya telah diusahakan untuk mengatasinya tetapi tidak juga

kunjung usai.

Dunia juga melihat dengan persepsi yang sama bahwa kemiskinan, inflasi

dan pengangguran menjadi musuh bersama bagi kesejahteraan manusia. PBB

yang merupakan representative dari bangsa-bangsa didunia memiliki rencana

kedepan untuk bisa mengatasi masalah tersebut. Rencana itu dikenal dengan

MGDs (Millenium Development Goals).

Tahun ekonomi mikro menjadi slogan pemerintahan terpilih dalam progam

micro economic year. Permodalan bagi usaha kecil-menengah UMKM atau UKM

menjadi salah satu tema pokok didalamnya. Kemudian dengan berbagai regulasi

yang dikeluarkan pemerintah diharapkan dapat dijadikan problem solveng bagi

permasalahan pengangguran dan kemiskinan. Pemerintah Indonesia telah

melaksanakan beberapa kebijakan tersebut, seperti yang kita dengar dalam

kebijakan moneter dan perbankan yang ditetapkan pemerintah.

Page 17: Faktor alokasi kuk

2

Kebijakan moneter dan perbankan pemerintahan SBY dan JK yang berkaitan

dengan ekspansi keuangan untuk modal pada industri kecil atau usaha kecil

menengah sangat menarik perhatian kita semua terlebih pada dunia usaha. Seperti

yang telah kita ketahui diatas bahwa sebenarnya kebijakan ini sangatlah krusial

dalam menangani masalah kemiskinan. Banyak penduduk dunia yang ada di

bawah garis kemiskinan absolut dan kebanyakannya berada di negara dunia ketiga

seperti indonesia membutuhkan cara keluar daripadanya, yang cara salah satunya

adalah menciptakan lapangan kerja melalui usaha kecil.

Pemerintah Indonesia dengan sangat antusias bergerak untuk

mengembangkan usaha kecil, karena sebenarnya usaha kecillah yang dahulu

ketika krisis moneter 1998 terjadi tidak begitu parah terkena dampak dari krisis

tersebut. Usaha besar banyak berjatuhan dan kesulitan dalam menghadapi krisis

sehingga kasus PHK menjadi hal yang wajar dan marak mewarnai dunia ekonomi

Indonesia, tetapi usaha kecil malah mampu bertahan dari krisis tersebut. Inilah

yang mendorong pemerintah untuk mengembangkan usaha kecil, terbukti dengan

ditetapkannya regulasi dan kebijakan dari sektor perbankan yang berbeda dan

lebih ekspansif dari sebelumnya, khususnya pada alokasi kredit sektor mikro atau

KUK.

Terhitung sejak tanggal 4 Januari 2001. Bank Indonesia telah

menyempurnakan ketentuan tentang Kredit Usaha Kecil (KUK). Melalui

peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/2/PBI/2001 tentang Pemberian Kredit

Usaha Kecil yang pokok-pokonya meliputi (i) bank dianjurkan menyalurkan

dananya melalui pemberian KUK, (ii) bank wajib mencantumkan rencana

Page 18: Faktor alokasi kuk

3

pemberian KUK dalam rencana kerja anggaran tahunan (RKAT), (iii) bank wajib

mengumumkan pencapaian pemberian KUK kepada masyarakat melalui laporan

keuangan publikasi, (iv) plafon KUK disesuaikan menjadi Rp 500.000.000, per

nasabah, (v) bank yang menyalurkan KUK dapat meminta bantuan teknis dari

Bank Indonesia, dan (vi) pengenaan sangsi dan insentif dalam rangka pencapaian

kewajiban KUK dihapuskan. (Tiktik SP dan Abd. Rachman S, 2002, 33)

Bagi UKM, sebenarnya terdapat dua sumber permodalan atau pendanaan

untuk pengembangan usaha UMKM, yaitu kredit program dan dana perbankan.

Dalam kebijakan kredit perbankan, BI menganjurkan agar perbankan

menyalurkan kredit UMKM dengan membuat business plan dalam upaya

menyebar risiko portfolio perkreditan. Selanjutnya, bank diminta untuk

mempublikasikannya dalam laporan keuangan publikasi sehingga masyarakat

dapat menilai bank-bank mana yang berpihak terhadap usaha kecil.

Abdul Salam (2003) mengungkapkan, bahwa dalam business plan tahun

2002, 14 Bank umum yang menguasai 80 persen aset perbankan nasional

(systemically important banks) dan BPR, telah menetapkan rencana penyaluran

kreditnya kepada sektor UMKM. Total penyaluran Rp 30, 89 triliun, terdiri dari:

kredit usaha mikro Rp 4,41 triliun, kredit usaha kecil Rp12,7 triliun dan kredit

kepada usaha menengah sebesar Rp 13,8 triliun.

Pada akhir 2002, kenyataan dari business plan tersebut mencapai Rp 35,9

triliun atau 116 persen dari target awal. Untuk tahun 2003, business plan kredit

perbankan kepada UMKM mengalami peningkatan menjadi Rp 42,4 triliun, yang

terdiri dari kredit usaha mikro Rp 7,5 triliun (18 persen), kredit usaha kecil Rp

Page 19: Faktor alokasi kuk

4

15,2 triliun (36 persen) dan kredit kepada usaha menengah sebesar Rp 19,7 triliun

(46 persen). Sampai triwulan II tahun 2003, kenyataan business plan tersebut telah

mencapai Rp 18,5 triliun atau 43,6 persen. Alokasi KUK semakin tahun semakin

meningkat sehingga membuat sektor UKM gembira karenanya.

Kecenderungan pada saat ini memang kebijakan moneter dan perbankan

memihak pada sektor UKM dengan mengeluarkan berbagai regulasi guna

meningkatkan kredit usaha kecil (KUK). KUK menjadi andalan bagi

keberlangsungan sektor UKM, karena tanpa KUK sektor UKM tidak bisa tumbuh

berkembang dan permasalahan ekonomi yang berupa kemiskinan, pengangguran

tidak bisa teratasi.

Hal yang demikian merupakan terobosan baru dan menyenangkan bagi

pengusaha kecil, dikarenakan selama ini mereka kekurangan modal untuk usaha.

Kesulitan dalam mengakses modal dari berbagai sumber keuangan yang ada baik

lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan non bank menjadi masalah

utamanya.

Jika kita tinjau dari segi makroekonomi hal ini menjadi berita bagus bagi

makroekonomi Indonesia. Analisis makroekonomi menjelaskan bahwa, jika

suntikan atau investasi dinaikan maka akan mempengaruhi keseimbangan

pendapatan nasional sehingga ikut mengalami kenaikan. Hal ini dapat terlihat

yaitu jika investasi atau suntikan keatas pengusaha kecil swasta naik, maka akan

mengakibatkan produktifitas berkembang, karena mereka mendapatkan modal

usaha tambahan.

Page 20: Faktor alokasi kuk

5

Pengusaha yang menggunakan dana ini diharapkan mampu untuk

menghasilkan pertambahan barang-barang dan jasa, sehingga akan mempengaruhi

kenaikan permintaan agregat atas konsumsi rumah tangga dan selanjutnya akan

berpengaruh kepada kenaikan output total sehingga menyebabkan GDP ikut naik

Jika kondisi demikian berjalan terus sampai beberapa tahun kedepan maka

pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan sehingga pendapatan

perkapitapun akan semakin tinggi, serta memungkinkan untuk meningkatkan

kesejahteraan penduduk. Tingkat pengangguran juga akan mengalami penurunan.

Efek multiplayer seperti inilah yang berasal dari suntikan atau investasi

diharapkan akan membantu mengatasi permasalahan pokok ekonomi Indonesia.

Tepat kiranya jika pemerintah dalam ekspansi moneter melalui perbankan

titik tekannya ditujukan kepada alokasi KUK dengan tujuan mencapai kenaikan

produktifitas, dan karena KUK adalah langsung dihujamkan kepada kondisi sektor

riil ekonomi. Dalam hal ini dapat terlihat pada regulasi perbankan yang

berhubungan dengan KUK.

Secara umum (menurut Paket Kebijakan 29 Mei 1993 dan didukung dengan

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/24/Kep/Dir tanggal 29 Mei

1993). Kategori yang dimaksud dengan kredit untuk usaha kecil adalah kredit

yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan platfon kredit maksimum Rp

250 Juta untuk membiayai usaha yang produktif.

Usaha produktif adalah usaha yang dapat memberikan nilai tambah dalam

menghasilkan barang dan jasa. Kredit tersebut dapat berupa Kredit Investasi

maupun Kredit Modal Kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki total aset

Page 21: Faktor alokasi kuk

6

maksimum Rp 600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan yang ditempati. Kredit

yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan platfon kredit sampai dengan

Rp 25 juta biasanya dianggap sebagai kredit kepada usaha mikro. (Totok B dan

Sigit T, 2006,121)

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM (Usaha Kecil Menengah)

selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan sangat penting,

karena sebagian besar jumlah penduduk berpendidikan rendah dan hidup dalam

kegiatan usaha kecil baik disektor tradisional maupun modern. Peranan usaha

kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan

pembangunan yang dikelola oleh dua departemen, yaitu :

1. Departemen Perindustrian dan Perdagangan;

2. Departemen Koperasi dan UKM.

Namun demikian, usaha pengembangan yang telah dilakukan masih belum

memuaskan hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan UKM sangat kecil

dibandingkan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar.

Pelaksanaan kebijakan UKM oleh pemerintah selama orde baru, sedikit saja

yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja dan merupakan

janji politik belaka, sehingga hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih

berpihak kepada pengusaha besar hampir pada semua sektor, antara lain

perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan industri. Industri kecil

menengah atau UKM di jadikan anak tiri pembangunan ekonomi, padahal dari

data dan sisi rasionalitas ekonomi, sektor UKM sangat membantu dan menjadi

solusi bagi masalah yang sekarang ini ada dalam perekonomian.

Page 22: Faktor alokasi kuk

7

Kegiatan UKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian besar

berbentuk usaha kecil yang bergerak dalam sektor pertanian. Pada tahun 1996

data BPS menunjukan jumlah UKM adalah 38,9 juta, dimana sektor pertanian

berjumlah 22,5 juta (57,9 %), sektor industri pengolahan adalah 2,7 juta (6,9 %),

sektor perdagangan, rumah makan dan hotel adalah 9,5 juta (2,4%) dan sisanya

bergerak dibidang lain. Dari segi nilai ekspor nasional BPS data 1998 sebesar

6,2%. (Tiktik SP dan Abd. Rachman S, 2002, 20)

BPS juga menunjukkan bahwa 99,3% dari jumlah unit industri merupakan

industri kecil. Jumlah pekerja yang diserap industri kecil lebih besar dibandingkan

dengan jumlah pekerja yang diserap industri besar yaitu 67%:23% seperti yang

terlihat pada tabel 1.1 dan 1.2 di bawah ini:

TABEL 1.1

JUMLAH UNIT INDUSTRI MENENGAH/BESAR DAN INDUSTRI KECIL DI INDONESIA

PERIODE 1991-1997

Tahun Industri Skala

Menengah/Besar Industri Skala Kecil Jumlah Persen

(%) 1991 16,494 0.66 2,473,765 99.34 2,490,256 100 1992 17,648 0.71 2,474,235 99.29 2,491,883 100 1993 18,219 0.73 2,478,549 99.27 2,496,768 100 1994 19,017 0.74 2,503,529 99.26 2,522,305 100 1995 21,551 0.8 2,641,339 99.2 2,662,662 100 1996 22,997 0.87 2,679,130 99.13 2,702,595 100 1997 23,386 0.71 3,543,397 99.3 3,566,783 100

Sumber : BPS, 1998

Page 23: Faktor alokasi kuk

8

TABEL 1.2

TENAGA KERJA INDUSTRI MENENGAH/BESAR DAN INDUSTRI KECIL DI INDONESIA

PERIODE 1993-1997

Industri Skala Menengah/Besar Industri Skala Kecil Jumlah Pekerja

Tahun Pekerja ( orang )

Bagian ( % )

Pertumbuhan ( % )

Pekerja ( orang )

Bagian ( % )

Pertumbuhan ( % )

Pekerja ( orang )

Bagian ( % )

1993 5,574,829 32.38 7.93 7,464,011 67.6 6.1 11,038,820 100

1994 3,813,670 33.2 6.68 7,674,687 66.8 2.8 11,488,357 100

1995 4,174,142 34.2 9.45 8,016,397 65.8 4.45 12,190,539 100

1996 4,214,967 33.8 0.98 8,255,747 66.2 2.98 12,470,714 100

1997 4,170,093 33.25 -1.06 8,371,327 66.7 1.4 12,541,420 100

Sumber : BPS, 1997

Oleh karena itu, pemerintah sudah seharusnya memberikan perhatian yang

kusus bagi berkembangnya UKM. Sebenarnya setiap kebijakan pembangunan

ekonomi pemerintah sejak PELITA I punya ciri dan arah yang berbeda-beda

tergantung dari situasi dan kondisi ekonomi yang dihadapi bangsa. Termasuk

kebijakan ekonomi tentang KUK (Kredit Usaha Kecil) dan koperasi. Sejarah

perekonomian Indonesia mencatat, bahwa sejak dulu sektor swasta khususnya

adalah pengembangan UKM memang mendapat perhatian yang cukup besar

karena memang sudah seharusnya pantas, serta tepat untuk dijadikan skala

prioritas kebijakan ekonomi pemerintahan.

Pemerintah pada tanggal 1 Juni tahun 1983 telah mengeluarkan kebijakan

untuk meningkatkan efisiensi dalam memobilisasi dana dengan prinsip

profesionalitas serta kemandirian. Kebijakan ini yang diharapkan dapat

Page 24: Faktor alokasi kuk

9

memantapkan stabilitas moneter guna mendukung proses penyesuaian

perekonomian sehingga dapat mendorong sektor swasta bertambah maju.

Pertumbuhan ekonomi meningkat pada tahun 1988 setelah dikeluarkannya

Pakto 88 yaitu pada tanggal 27 Oktober 1988, yang diupayakan untuk dapat

menggerakkan dana. Bank-bank menaikkan kredit dan reserves requirement turun

menjadi 2% dari 15% sehingga kredit semakin meningkat. Kemudahan perizinan

untuk mendirikan bank menjadi bagian penting dalam sejarah perbankan

Indonesia dalam usaha untuk menaikan kredit karena adanya pakto 88.

(Insukindro, 1993, 68)

Porsi alokasi KUK yang diberikan oleh bank-bank umum yang notabene

memiliki aset paling besar menjadi sangat berarti bagi berkembangya UKM. KUK

adalah penentu bagi hidup matinya UKM yang diharapkan menjadi sebuah solusi

bagi masalah perekonomian kini. Tanpa KUK maka UKM akan kehilangan

potensi untuk tumbuh dan berkembang dikarenakan support utama berdirinya

UKM adalah KUK, jadi keduanya tidak bisa terlepas. Perkembangan, porsi serta

penentu dari alokasi KUK oleh bank-bank umum di Indonesia harus selalu

diperhatikan. Perhatian kepadanya membutuhkan cara-cara khusus dan intensif

sehingga selalu terpantau yaitu faktor-faktor dimana situasi dan kondisi yang

menciptakan pengaruh hubungan antara alokasi KUK yang teralokasikan dengan

sektor riil ekonomi UKM.

Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan atau mempengaruhi alokasi KUK

dengan demikian layak untuk diteliti. Jika tidak ada penelitian tentangnya

dikhawatirkan alokasi KUK yang sangat penting bagi perekonomian ini ketika

Page 25: Faktor alokasi kuk

10

terjadi problem, kendala yang menghambat alokasi KUK tidak dapat diketahui

apa penyebab sebenarnya, sehingga tidak mampu untuk mencari solusi terbaik

dalam mengatasi masalah yang ada.

Penulis berkeinginan untuk meneliti apa saja faktor-faktor yang

mempengaruhi KUK dalam sektor perbankkan. Faktor tersebut adalah; Jumlah

dana yang dihimpun oleh bank-bank umum, tingkat bunga kredit dan tingkat

inflasi akan menjadi subjek penelitian penulis. KUK yang teralokasikan dapat

terpengaruh oleh jumlah dana yang dihimpun bank karena jika semakin banyak

dana yang diperoleh bank dari masyarakat maka akan semakin banyak pula yang

ia alokasikan untuk kredit karena bank ingin mendapatkan keuntungan yang besar.

Tingkat suku bunga juga mempengaruhi KUK karena semakin tinggi tingkat suku

bunga maka akan menimbulkan keengganan masyarakat yaitu UKM untuk

meminjam dana jika tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh UKM

dari peminjaman dana KUK tersebut. Inflasi juga berpengaruh terhadap KUK

karena jika terjadi inflasi maka bank sentral akan menaikan bunga kemudian

berdampak pada penaikan bunga oleh bank-bank umum sehingga bunga KUK

ikut naik, juga dikarenakan jika terjadi inflasi dunia usaha akan mengalami

kelesuan sebab permintaan agregat akan turun.

Berdasarkan kepentingan di atas Penulis berkeinginan untuk meneliti dan

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi KUK. Penelitian

diharapkan bisa dilaksanakan sesegera mungkin karena kepentingannya yang

mendesak. Diharapkan dengan penelitian ini semua pihak yang terkait dan

Page 26: Faktor alokasi kuk

11

berkepentingan dengannya dapat memanfaatkan hasil yang sebesar-besarnya.

Penelitian ini oleh penulis dijadikan sebagai skripsi dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK Pada

Bank-Bank Umum di Indonesia (Pada tahun 2004:02-2005:12)”

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan diatas, maka

dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah jumlah dana yang dihimpun oleh bank-bank umum di

Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi KUK

pada bank-bank umum di Indonesia ?.

2. Apakah tingkat suku bunga riil kredit ( Pinjaman ) berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap alokasi KUK pada bank-bank umum

di Indonesia ?.

3. Apakah tingkat laju inflasi di Indonesia berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap alokasi KUK pada bank-bank umum di

Indonesia ?.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah jumlah dana yang dihimpun oleh bank-

bank umum di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap

alokasi KUK pada bank-bank umum di Indonesia.

Page 27: Faktor alokasi kuk

12

2. Untuk mengatahui apakah tingkat suku bunga riil kredit ( pinjaman )

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alokasi KUK pada

bank-bank umum di Indonesia

3. Untuk mengetahui apakah tingkat laju inflasi di Indonesia

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alokasi KUK pada

bank-bank umum di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang akan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi penulis adalah untuk mendapatkan gelar S1

2. Bagi pemerintah dan masyarakat adalah untuk informasi bagaimana

pemerintah dan masyarakat dapat meningkat sektor industri kecil

atau UKM sebagai usaha untuk meningkatkan GDP serta berguna

bagi pembanding bagi penelitian yang serupa

3. Bagi bank-bank umum di Indonesia adalah untuk sumber referensi

dan informasi bagaimana membuat kebijakan yang berkaitan dengan

alokasi KUK serta strategi peningkatan UKM

1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian, skripsi yang akan dilaksanakan oleh penulis direncanakan

memiliki beberapa pokok bab bahasan yang akan mengatur jalannya kelancaran

proses penelitian tersebut. Bab bahasan dalam skripsi ini memiliki 7 pokok bab

bahasan yang akan digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan penelitian/

skripsi ini. Pokok bab bahasan tersebut adalah :

Page 28: Faktor alokasi kuk

13

1. Bab I : Pendahuluan

Unsur-unsur pokok yang termuat dalam bab pertama

ini adalah tentang latar belakang penulisan, rumusan

masalah penelitian, manfaat dan tujuan diadakannya

penelitian tersebut dan urut-urutan dalam sitemetika

penulisan penelitian.

2. Bab II : Tinjauan Umum Subjek Penelitian

Bab ini merupakan uraian/deskripsi/gambaran umum

atas subjek penelitian yang akan diteliti. Dilakukan

dengan merujuk kepada data ataupun fakta yang

bersifat umum sebagai wacana umum variabel-

variabel yang berkaitan dengan penelitian.

3. Bab III : Kajian Pustaka

Bab ini berisi tentang pendokumentasian dan

pengkajian hasil dari penelitian sebelumnya pada

area yang sama. Dari proses ini akan ditemukan

hubungan, kelebihan dan kelemahan antar penelitian

sehingga menunjukan penting dan bermanfaatnya

penelitian ini bagi ilmu pengetahuan.

4. Bab IV : Landasan Teori dan Hipotesis

Bab ini ada dua bagian penting yang pertama adalah

mengenai landasan teori yang harus memberikan

diskusi yang lengkap tentang hubungan antarvariabel

Page 29: Faktor alokasi kuk

14

dalam penelitian yang saling terlibat. Bagian kedua

adalah formulasi hipotesis sehingga dengan

diformalkannya hipotesis maka ia akan siap untuk

diuji.

5. Bab V : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang metode analisis yang

digunakan dalam penelitian dan data-data yang

digunakan beserta sumber data.

6. Bab VI : Analisis dan Pembahasan

Bab ini menguraiakan tentang semua temuan-temuan

yang dihasilkan dalam penelitian dan analisis

statistik.

7. Bab VII : Simpulan dan Implikasi

Bab ini berisi dua hal yang pertama adalah tentang

simpulan yaitu akan menguraikan simpulan-

simpulan yang langsung diturunkan dari seksi

diskusi dan analisis yang dilakukan dalam bagian

sebelumnya, juga sudah dapat digunakan dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada

rumusan masalah. Pada hal yang kedua tentang

implikasi yaitu sebagai hasil dari simpulan sebagai

jawaban atas rumusan masalah haruslah dapat ditarik

benang merah apa implikasi teoritis penelitian ini.

Page 30: Faktor alokasi kuk

15

Diharapkan dengan ketujuh proses pokok bab pembahasan tersebut kelancaran

dan keberhasilan dari penelitian skripsi dapat terlaksana.

Page 31: Faktor alokasi kuk

16

BAB II

TINJAUAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

2.1 Kondisi Bank-Bank Umum

Jumlah bank umum sejak krisis moneter tahun 1998 berkurang lebih 100

bank. Suatu pengurangan jumlah yang besar. Saat ini, jumlahnya tinggal 131 bank

umum, di mana 60 persen di antaranya bank kecil dengan aset Rp 1 triliun ke

bawah. Dari sisi finansial atau aset, 15 bank menguasai lebih dari 80 persen

industri perbankan. (SEKI:BI)

Pada tahun 2004, perbankan nasional memasuki pertumbuhan tinggi, sektor

perbankan menguasai pasar, emiten perbankan memimpin pergerakan saham di

pasar modal. Penyelenggaraan pemilu memang sedikit menghambat laju

penyaluran kredit di kuartal pertama, tetapi fundamental yang kuat menghasilkan

optimisme besar memandang perbankan.

Masa konsolidasi perbankan bisa dikatakan telah usai tahun 2003 lalu.

Pembubaran Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan divestasi Bank

Permata menjadi penanda telah berakhirnya masa itu.

Semua bank yang tadinya di bawah BPPN telah menyelesaikan program

restrukturisasi, hal ini berjalan dengan lancar, terutama sekali restrukturisasi kredit

bermasalah (NPL). Konsolidasi lain, yaitu konsolidasi secara akuntansi, seperti

halnya kuasi reorganisasi juga telah selesai. Kuasi reorganisasi adalah prosedur

akuntansi yang ditetapkan perusahaan dan disetujui pemegang saham untuk

menghapus saldo negatif laba ditahan dengan menurunkan saldo akun (pos) paid-

Page 32: Faktor alokasi kuk

17

up capital (modal disetor). Dalam proses tersebut, aktiva yang dinilai terlalu tinggi

juga harus diturunkan.

Selesainya kuasi reorganisasi ini membuat posisi bank berubah sama sekali.

Dari keuangan yang negatif besar, menjadi positif. Secara fundamental posisi

permodalan bank nasional sudah sangat tinggi, mencapai Rp 120 triliun. Naik Rp

20 triliun dari bulan sebelumnya yang Rp 100 triliun. Atau telah melambung jauh

dari posisi modal pada masa krisis tahun 1999 yang negatif Rp 21 triliun suatu

berita yang sangat menyenangkan.

Sampai dengan tahun 2003, perbankan boleh dikatakan disibukkan oleh

kegiatan konsolidasi intern dan ekstern, melakukan berbagai efisiensi dari soal

operasional, jaringan, kantor cabang, serta efisiensi biaya modal dengan

membuang beban. Yang paling kentara adalah pergeseran sumber dana dari dana

mahal berupa deposito ke dana murah berupa tabungan dan giro.

Pada bulan Juni 2003 posisi deposito berjangka yaitu terhitung masih 52

persen dari total dana pihak ketiga, dan terus turun sehingga pada Desember 2003

menjadi 48 persen. Tahun 2004, total deposito berjangka Rp 405 triliun, atau 45

persen dari total dana pihak ketiga yang Rp 897 triliun. 55 persen dana pihak

ketiga telah berbentuk dana murah berupa tabungan dan giro. Bahkan struktur

pendanaan ini lebih baik daripada masa sebelum krisis, di mana porsi deposito di

atas 50 persen bahkan bisa mencapai 54 persen dari dana pihak ketiga. ( SEKI :

Bank Indonesia )

Faktor lain yang membuat bank merasa kokoh adalah obligasi pemerintah di

perbankan yang mencapai Rp 321 triliun, memang dana pemerintah. Di satu sisi

Page 33: Faktor alokasi kuk

18

masih banyaknya obligasi pemerintah dikritik habis karena menunjukkan masih

lemahnya fungsi intermediasi bank. Tetapi, di sisi lain obligasi pemerintah ini

cukup mendukung kinerja perbankan. Sekalipun tidak ideal, hal itu membantu

bank dari sisi pendapatan, dan aliran dana tunai ketika sektor riil belum siap

menyerap kredit.

Keberhasilan BI mempertahankan suku bunga sangat rendah memberi dua

keuntungan kepada bank. Pertama beban bunga menurun tajam, dari Juni tahun

2003 ke Juni tahun 2004 turun 35-40 persen, adalah suatu prestasi yang harus

diteruskan. ( SEKI : Bank Indonesia ) Selain dari turunnya suku bunga kredit,

penurunan beban bunga ini juga diperoleh dari penggeseran sumber dana bank

yaitu dari yang mahal berupa deposito ke murah berupa tabungan dan giro.

Dari berbagai indikator yang menunjukkan pemulihan kinerja perbankan,

yang masih berbeda dengan kondisi sebelum krisis hanya soal rasio kecukupan

modal (CAR) dan rasio penyaluran kredit dibandingkan dana pihak ketiga (loan

deposit ratio/LDR). Perbedaan utama ini terkait dengan faktor aset bank yang

sebagian besar masih berbentuk obligasi pemerintah. Jadi, besar sekali piutang

yang tidak dalam bentuk kredit, tetapi berbentuk obligasi pemerintah yang tidak

dapat diberi bobot risiko. Menjadi tidak terlalu mengherankan kalau CAR tinggi,

LDR rendah karena dana pemerintah tersebut.

Dengan selesainya konsolidasi, perbankan tidak lagi melulu sibuk

mengurusi perbaikan internal. Bankir mulai bisa fokus berpikir tentang bagaimana

untuk tumbuh dan berkelanjutan. Caranya bisa bermacam-macam seperti ekspansi

kredit, merger dan akuisisi, atau membentuk aliansi strategis.

Page 34: Faktor alokasi kuk

19

Ardhian ( 2004 ) menyebutkan tanda-tanda fase pertumbuhan tinggi ini bisa

dilihat pada semaraknya merger, akuisisi dan berbagai langkah lain tersebut.

Sebut saja akuisisi Central Sari Finance (CSF) oleh Bank Central Asia, Adira

Dinamika Multi Finance oleh Bank Danamon, masuknya OCBC Bank Singapore

yang membeli 22,5 persen saham Bank NISP, Bank Buana menggandeng Bank

asal Singapura lainnya, UOB, dengan melepaskan 23 persen saham dengan nilai

Rp 602 miliar.

Pertanda yang paling mencolok adalah begitu banyaknya bank lokal yang

mengikuti tender divestasi Bank Permata. Akuisisi terhadap bank lain sudah jelas

dampaknya bagi peningkatan kemampuan bank. Akuisisi terhadap perusahaan

pembiayaan akan membantu mendongkrak penyaluran kredit. Akuisisi atau aliansi

strategis dengan perusahaan sekuritas atau asuransi akan membantu kemampuan

sebaran pelayanan bank sehingga dana nasabah tidak akan lari ke mana-mana dan

dapat diolah secara lebih maksimal.

2.2 Kebijakan Bank Indonesia dan Bank-Bank Umum dalam Penyaluran

Kredit Usaha Kecil

Dengan berlakunya UU No.23/1999, BI tidak lagi dimungkinkan untuk

memberikan kredit, sehingga tugas pengelolaan kredit program dialihkan kepada

tiga BUMN yang ditunjuk pemerintah, yaitu BRI, BTN dan PT Permodalan

Nasional Madani (PNM). Dalam hal ini, tersedia alternatif pendanaan berupa

Surat Utang Pemerintah (SUP). SUP yang penerbitannya dimaksudkan untuk

mengganti dana KLBI yang jatuh tempo tahun 2000 dan 2001, akan dicairkan

secara bertahap sejalan dengan pengembalian KLBI pada saat jatuh tempo,

Page 35: Faktor alokasi kuk

20

dengan tetap memperhatikan program moneter. Sampai akhir Maret 2003, dana

SUP yang tersedia adalah sekitar Rp 3 triliun. Untuk mengoptimalkan dana SUP

tersebut, perlu dilakukan upaya penyiapan program yang dapat memanfaatkan

dana tersebut yang kunci pokoknya dipegang oleh BI.

BI memiliki strategi guna kelancaran proses pengucuran dana tersebut

kepada UMKM dengan berbagai point penting yaitu:

1. Meningkatkan hubungan bank dengan lembaga keuangan (linkage

program).

Dalam rangka meningkatkan kemampuan BPR dalam menyalurkan kredit

kepada usaha mikro dan membantu bank dan lembaga keuangan dalam

meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM, maka BI mendorong linkage

program antara BPR dan bank umum/lembaga keuangan. Sinergi bank umum

dan BPR dalam bentuk linkage program merupakan salah satu strategi dalam

memperkuat kapasitasnya. Berdasarkan data sampai Juni 2003, kerjasama

tersebut telah melibatkan 923 BPR dengan 29 lembaga keuangan (28 bank

umum dan PT PNM), dengan plafon Rp 548 miliar dan baki debet Rp 331

miliar.

2. Membentuk Unit Layanan Mikro (ULM).

Beberapa bank umum seperti BRI dan Bank BNI telah membentuk unit

layanan mikro (ULM) untuk melayani KUK

3. Pembentukan UKM Centre.

Beberapa bank umum seperti Bank Niaga dan Bank Danamon telah

membentuk UKM Centre yang berlokasi di daerah-daerah tertentu yang

Page 36: Faktor alokasi kuk

21

diharapkan dapat berfungsi untuk merealisasikan business plan penyaluran

kredit kepada UKM, pelaksanaan linkage program dengan BPR dalam

penyaluran kredit kepada UKM dan sumber informasi bagi masyarakat yang

memerlukan.

4. Pola Kemitraan Terpadu.

Untuk mempermudah akses kepada layanan perbankan, beberapa bank umum

juga memberikan kredit kepada usaha mikro dan usaha kecil dengan pola

kemitraan, yaitu keterkaitan antara usaha besar dengan UKM yang

mempunyai potensi keterkaitan dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Bank Indonesia dan bank-bank umum telah melakukan suatu tindakan

strategis untuk meningkatkan perkembangan sektor riil melalui kredit yang

disalurkan kepada UKM. UKM sebagai sasaran pokok dari strategi kebijakan

perbankan dalam perkreditan KUK tersebut diharapkan dapat menyerap penuh

dana dari bank-bank umum. Penyerapan dana dari bank-bank umum oleh UKM

dengan demikian patut untuk selalu diperhatikan, sehingga jika ditemukan

kendala ditengah jalan dapat segera dicarikan solusinya.

2.3 Kebijakan Pemerintah dalam Mengembangkan Usaha Kecil di Indonesia

Melalui berbagai departemen seperti Departemen Tenaga Kerja,

Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Departemen Perindustrian

maupun Departemen Perdagangan, pemerintah melancarkan progam-progam

pembinaan yang terpadu pada pengembangan Usaha Kecil. Pemerintah tetap

konsisten dengan rencana dan progam kerjanya dalam Pengembangan Perusahaan

Page 37: Faktor alokasi kuk

22

Kecil, hal tersebut dibuktikan melalui Pola Kebijaksanaan dan Pengembangan

Industri/Usaha Kecil sebagai berikut:

1. Sistem keterkaitan Bapak Angkat-Mitra Usaha.

2. Penjualan saham perusahaan besar yang sehat kepada koperasi.

3. Mewajibkan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) menyisihkan dana

pembinaan sebesar 1%-5% dari keuntungan bersih.

4. Menugaskan lembaga perbankan mengalokasikan dana kredit usaha kecil

dan koperasi sebanyak 20% dari portofolio kredit yang disalurkan ( KUK )

2.4 Kondisi Historis Usaha Kecil di Indonesia dan Prospek Kedepan

Pemerintah telah bertekat untuk mengembangkan sektor small-of business

atau industri/usaha berskala kecil dalam Progam Pembangunan Jangka Panjang

Tahap II ( PJPT II ). Hal ini terbukti dengan terbentuknya Departemen Koperasi

dan Pembinaan Pengusaha Kecil pada masa pemerintahan dalam kabinet

Pembangunan dalam Pelita ke VI. Oleh karena itu merupakan momentum yang

sangat tepat untuk kalangan wirausaha dan calon wirausaha di Indonesia untuk

memulai melangkah dan mengembangkan kemampuan kewirausahaannya

berkompetisi dengan usaha-usaha kecil yang telah lebih dulu ada.

Pemerintah melalui Departemen Perindustrian, Departemen Tenaga Kerja,

Departemen Perdagangan serta pihak Perbankan telah melakukan upaya yang

semaksimal mungkin dalam membantu pengusaha kecil, industri kecil maupun

sektor informal. Melaului strategi pengembangan usaha kecil, pada akhir pelita III

hal telah terbukti bahwa telah tercapai jumlah unit skala kecil yang tersebar di

Page 38: Faktor alokasi kuk

23

Pulau Jawa kurang lebih berjumlah ( 76,54 % ) serta di Propinsi lainnya ( 23,46

%) ( Harimurti, 2001, 6 ).

Menurut Drs. Hidayat MA, dalam majalah forum ekonomi, presentase

sektor usaha kecil dan sektor informal di sebagian kota-kota besar di Indonesia

adalah; Jakarta sebesar 50 %, Bandung sebesar 65 %, Semarang sebesar 40 %,

Yogyakarta sebesar 35 %, Surabaya sebesar 45 %. Presentase tersebut sebagian

besar berusaha dalam usaha perdagangan. Bidang perdagangan merupakan bidang

yang lebih memungkinkan, karena memiliki syarat usaha yang tidak seperti usaha

besar yaitu keahlian khusus dan modal permulaan yang besar.

Hubungan bisnis yang saling menunjang pasti dibutuhkan oleh perusahaan

besar atau perusahaan perdagangan yang besar untuk memacu penggunaan

keterampilan dan nilai ekonomis dari usaha kecil. Perusahaan-perusahaan besar

harus membeli bahan baku dan mengangkutnya ke pabrik, subkontrak pembuatan

komponen, membangun jaringan distribusi, penjualan dalam jumlah besar

maupun eceran, serta jaringan jasa pelayanan dan perbaikan. Aktivitas saling

tunjang ini dapat dilaksanakan oleh usaha kecil, karena perusahaan besar

umumnya hanya menangani pekerjaan dalam skala besar yang lebih vital.

Perusahaan besar menyadari pentingnya peran perusahaan kecil, tentunya

akan mengadakan hubungan dan melaksanakan pembinaan, pelatihan serta

pengembangan usaha kecil yang berlokasi dekat dengan perusahaannya.

Wirausaha yang dinamis dan ulet mampu melihat peluang dan seringkali menjadi

agen-agen utama dari perusahaan besar dan mampu berkembang menjadi penyalur

Page 39: Faktor alokasi kuk

24

atau pedagang besar juga pada akhirnya, agen jasa ( misal: catering dan lainnya )

atau perbengkelan yang besar.

Dengan adanya share atau bagian pekerjaan yang terbuka sedemikian

karena terciptanya suatu sistem produksi, maka sebenarnya selalu ada peluang

dengan pola hubungan keterkaitan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil

dengan berbagai model keterkaitan kerjasama yang menguntungkan. Pola

hubungan yang ideal tersebut dapat dirumuskan menjadi seperti pada gambar 1.1

berikut:

GAMBAR 2.1

POLA HUBUNGAN KERJASAMA PERUSAHAAN BESAR-MENENGAH-KECIL

Perusahaan Besar Perusahaan Menengah Perusahaan Kecil

Perdagangan Grosir Agen dan pengecer

Industri Supplier bahan baku Reparasi, jasa,

transportasi

Perusahaan Ekspor Pengumpul barang

kerajinan

Industri kecil (

produsen )

Sumber : Harimurti , 2001, 48

Usaha besar, menengah dan kecil sudah seharusnya melaksanakan

sinergisitas dalam perekonomian. Penyerapan tenaga kerja pengurangan

pengangguran akan dapat terlaksana jika ketiga skala usaha ini dapat bekerjasama

saling melengkapai dan berkaitan. Pemerintah dengan kebijakannya diharapkan

Page 40: Faktor alokasi kuk

25

mampu untuk menciptakan regulasi policy yang dapat mengakomodasi dan

melancarkan proses pola hubungan tersebut.

2.5 Perkembangan Kredit Perbankan

Sekalipun LDR belum pulih kembali seperti pada masa sebelum krisis,

tetapi fungsi intermediasi perbankan nasional secara bertahap terus menunjukkan

perbaikan. Terutama pertumbuhan kredit di sektor usaha mikro kecil dan

menengah (UMKM) dan konsumer.

Posisi kredit perbankan pada bulan Juni di tahun 2004 mengalami

peningkatan Rp 15,3 triliun menjadi Rp 528,7 triliun. Sekalipun pada kuartal

pertama tahun 2004 penyaluran kredit sempat seret, hanya tumbuh Rp 6,8 triliun.

Tetapi kondisi itu pada kuartal kedua membaik. Dalam bulan Juni 2004 saja,

kredit baru yang dikucurkan mencapai Rp 11,8 di mana 44,4 persen di antaranya

disalurkan untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM). Secara kumulatif,

sampai Juni 2004, total kredit baru perbankan mencapai Rp 31,9 triliun.

Peningkatan kredit tersebut jika dilihat dari sisi penawaran antara lain

disebabkan oleh peningkatan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 17,7 triliun atau

sekitar 2 persen dari total DPK yang Rp 897 triliun. Di lihat dari sisi permintaan,

volume kenaikan kredit didorong oleh relatif rendahnya tingkat suku kredit

perbankan. Meskipun demikian, dalam bulan Juni 2004 terdapat tambahan

undisburse loan, kredit yang sudah disetujui tetapi belum dicairkan, yakni Rp 1,7

triliun. Secara keseluruhan, kredit yang sudah disetujui tetapi belum dicairkan

pada tengah tahun 2004 ini mencapai Rp 127,6 triliun.

Page 41: Faktor alokasi kuk

26

Tingginya jumlah kredit yang telah disetujui oleh pihak bank, tetapi belum

ditarik tersebut adalah mengisyaratkan bahwa sektor riil masih menghadapi

banyak kendala, sehingga hanya memiliki sedikit ruang gerak. Tidak heran kalau

porsi kredit terbesar masih dari kredit konsumsi, sementara kredit investasi paling

rendah. Pada Mei 2004, dari total kredit baru Rp 24,4 triliun, kredit investasi baru

Rp 5,1 triliun atau 20,1 persen, kredit konsumsi Rp 7,8 triliun atau 32 persen, dan

kredit modal kerja Rp 11,5 triliun atau 47 persen.

Dari sudut kualitas kredit, pada bulan Juni terjadi peningkatan kualitas yang

membanggakan yaitu terlihat pada penurunan rasio NPL kotor maupun bersih

yang masing-masing menurun menjadi 7,6 persen untuk kotor dan 2,4 persen

untuk bersih. Aspek permodalan industri perbankan masih memadai, yakni

tercatat sebesar 20,9 persen. Meskipun demikian, harus diperhatikan pengaruh

faktor besarnya aset berbentuk obligasi pemerintah terhadap CAR dan LDR.

2.6 Perkembangan dan Kondisi Kredit Usaha Kecil ( KUK ) Jumlah

Penghimpunan Dana Tingkat Inflasi serta Suku Bunga Kredit Bank-Bank

Umum di Indonesia

2.6.1 Kredit Usaha Kecil ( KUK ) Bank Umum di Indonesia

Dari data yang dikumpulkan oleh Bank Indonesia dalam Statistik Ekonomi

Keuangan Indonesia ( SEKI ), menunjukan bahwa jumlah alokasi KUK pada

bank-bank umum sangat memuaskan. Jumlah besar dalam triliyun rupiah

diperlihatkan, pada awal tahun penelitian 2003 bulan Januari sebesar Rp 60

triliyun. Alokasi KUK kemudian stabil sampai dengan bulan September

mengalami peningkatan jumlah alokasi KUK sebesar Rp 72 riliyun, hal ini

Page 42: Faktor alokasi kuk

27

menunjukan bahwa sektor riil mulai mengalami pertumbuhan yang subur. Kondisi

demikian bertahan sampai empat bulan kedepan yaitu pada bulan Desember tahun

2003.

Data SEKI BI kemudian memperlihatkan pada tahun awal 2004 alokasi

KUK mangalami penurunan dari bulan pada tahun sebelumnya yaitu dari bulan

Desember 2003 sebesar Rp 72 triliyun menjadi sebesar Rp 69 triliyun bulan

Januari tahun 2004. Kondisi seperti ini stabil sampai tujuh bulan mendatang,

hampir sama seperti keadaan alokasi KUK pada tahun sebelumnya juga stabil

pada posisi RP 60 triliyun selama delapan bulan. Kemudian pada bulan

selanjutnya yaitu Agustus baru mengalami kenaikan sebesar Rp 70 triliyun,

dilanjutkan mengalami kenaikan menjadi Rp 80 triliyun pada bulan September

tahun yang sama 2004. Bulan Oktober sampai Nopember tahun 2004 jumlah

alokasi KUK mengalami penurunan lagi yaitu sebesar Rp 70 triliyun.

Pada bulan awal tahun 2005 dan bulan akhir tahun 2004 alokasi KUK

menunjukan kenaikan yaitu sebesar Rp 80 triliyun, kondisi ini tetap stabil sampai

bulan Juli 2005. Data kemudian menunjukan pada bulan Agustus 2005 sampai

bulan tutup tahun menunjukan peningkatan alokasi KUK yaitu sebesar Rp 90

triliyun. Kondisi alokasi KUK secara sepintas jika kita mengamati akan

menunjukan kepuasan dalam pelaksanaannya. Seperti yang diperlihatkan kepada

kita bagaimana alokasi KUK ini berjalan dapat diamati dengan mudah dari tabel

2.1 beserta gambar grafik 2.2 tentang alokasi KUK pada bank-bank umum yang

diambil sumbernya dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia ( SEKI : BI )

dibawah ini:

Page 43: Faktor alokasi kuk

28

TABEL 2.1

JUMLAH ALOKASI KUK BANK-BANK UMUM

Tahun/Bulan KUK ( Milyard

Rp) Tahun/Bulan

KUK (Milyard

Rp) 2003;01 60672.1 2004;07 69368 2003;02 62656.3 2004;08 70575 2003;03 62075.5 2004;09 81356 2003;04 63454.26 2004;10 79376 2003;05 64158.67 2004;11 79629 2003;06 66381.07 2004;12 85191 2003;07 67195 2005;01 82651 2003;08 69725 2005;02 86576 2003;09 72194 2005;03 88980 2003;10 72393 2005;04 89333 2003;11 73546 2005;05 89069 2003;12 72647 2005;06 88493 2004;01 69275 2005;07 88867 2004;02 68850 2005;08 90712 2004;03 69009 2005;09 91245 2004;04 69060 2005;10 92044 2004;05 69864 2005;11 92290 2004;06 69456 2005;12 96580

Sumber : SEKI BI, 2005

GAMBAR 2.2

JUMLAH ALOKASI KUK

KUK

020000400006000080000

100000120000

2003

;01

2003

;04

2003

;07

2003

;10

2004

;01

2004

;04

2004

;07

2004

;10

2005

;01

2005

;04

2005

;07

2005

;10

Periode

Jum

lah

Alok

asi K

UK

( M

ilyar

d R

p )

Page 44: Faktor alokasi kuk

29

2.6.2 Jumlah Penghimpunan Dana Bank-Bank Umum di Indonesia

Dari data SEKI BI dapat ditelusuri tentang bagaimana kondisi jumlah

penghimpunan dana dari pihak ketiga pada bank-bank umum di Indonesia. Pada

awal tahun penelitian yaitu 2003 bulan Januari jumlah penghimpunan dana

sebesar Rp 677 triliyun, jumlah ini cukup besar dan kiranya menggembirakan bagi

kita bawa bukti kondisi perbankan sudah menunjukan pemulihannya dimata

masyarakat dapat terlihat. Kondisi tersebut stabil selama lima bulan kedepan.

Baru pada bulan Juni mulai menunjukkan peningkatan sebesar Rp 710 triliyun,

kemudian secara mengejutkan kondisi ini stabil selama delapan belas bulan

kedepan sampai pada bulan November tahun 2004 menunjukan jumlah sebesar Rp

783 triliyun.

Suatu kondisi yang menyenangkan perbankan, karena dengan melihat data

yang demikian kita dapat mengetahui bahwa perbankan telah tepat menerapkan

strateginya untuk menghimpun dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga merupakan

modal utama bagi bank untuk menunjukan eksistensinya pada dunia ekonomi.

Kegembiraan ini kemudian tetap menunjukan peningkataannya karena pada akhir

tahun 2004 dan selama dua belas bulan kedepan jumlah penghimpunan dana

bank-bank umum di Indonesia naik sejumlah Rp 800 triliyun, kemudian ditutup

dengan akhir tahun penelitian yaitu 2005 bulan Desember dengan jumlah Rp 932

triliyun. Perkembangan yang menarik ini jika kita pantau lebih dalam lagi dapat

terlihat seperti dalam tabel 2.2 dan ditunjukan sepintas dengan melalui gambar

grafik 2.3 berikut ini:

Page 45: Faktor alokasi kuk

30

TABEL 2.2

JUMLAH PENGHIMPUNAN DANA BANK-BANK UMUM

Tahun/Bulan Jmlh Pnghimpnan Dana ( Milyard Rp ) Tahun/Bulan

Jmlh Pnghimpnan Dana ( Milyard Rp )

2003;01 677130 2004;07 761315 2003;02 686998 2004;08 768860 2003;03 693030 2004;09 776464 2003;04 698095 2004;10 779124 2003;05 699123 2004;11 783977 2003;06 710196 2004;12 820585 2003;07 713981 2005;01 805873 2003;08 719165 2005;02 803531 2003;09 720673 2005;03 813343 2003;10 735756 2005;04 828110 2003;11 728753 2005;05 834602 2003;12 755599 2005;06 853650 2004;01 741029 2005;07 851351 2004;02 734422 2005;08 859836 2004;03 734178 2005;09 875857 2004;04 732048 2005;10 873450 2004;05 743697 2005;11 892688 2004;06 761706 2005;12 932873

Sumber: SEKI BI, 2005

GAMBAR 2.3

JUMLAH PENGHIMPUNAN DANA

Jumlah Penghimpunan Dana

0200000400000600000800000

1000000

2003

;01

2003

;04

2003

;07

2003

;10

2004

;01

2004

;04

2004

;07

2004

;10

2005

;01

2005

;04

2005

;07

2005

;10

Periode

Jum

lah

Peng

him

puna

n D

ana

( Mily

ard

Rp

)

Page 46: Faktor alokasi kuk

31

2.6.3 Tingkat Inflasi Indonesia Masa Penelitian

Pada data yang ada dalam SEKI BI menunjukan tingkat laju inflasi

Indonesia pada umumnya mengalami alur zigzag yaitu tinggi rendah tingkat

inflasi selalu terjadi pada tahun penelitian. Bulan Januari tahun 2003 menunjukan

laju inflasi sebesar 8,68 % kemudian bulan berikutnya sudah turun menjadi 7,6 %

dan stabil pada kisaran tersebut sampai bulan Mei 2003. Bulan Juni sampai

Oktober tingkat inflasi kembali menunjukkan penurunan yaitu sebesar 6 %, dan

turun terus pada bulan November dan Desember 2003 sebesar 5,5 dan 5,1 %.

Kondisi demikian menarik karena masyarakat akan mulai menikmati sarana

pembiyaan bank yang berupa kredit, sehingga sektor riil dapat bergerak,

dikarenakan tren dari laju inflasi menunjukkan penurunan terus menerus. Inflasi

pada bulan Januari tahun 2004 sampai Februari mengalami penurunan yang

drastis yaitu sampai sebsar 4%. Penurunan tersebut tidak lama kemudian inflasi

kembali merangkak mengalami kenaikan. Bulan berikutnya yaitu pada bulan

maret april mulai naik menjadi 5,1 dan 5,9%. Mei dan Juni kembali naik sebesar

6,4 dan 6,8%, bulan depannya menjadi 7% dan kemudian turun menjadi 6% stabil

sampai lima bulan kedepan yaitu sampai bulan Desember 2004.

Setelah bulan Desember 2004 ke bulan Januari 2005 inflasi mengalami tren

peningkatan yang terus menerus sampai akhir tahun 2005 pada bulan Desember

sebesar 17,11%, walaupun diiringai pasang surut tetapi inflasi tetap menunjukan

jauhnya peningkatan dibanding pada bulan awal penelitian. Perkembangan inflasi

yang demikian menimbulkan kekhawatiran terhadap sektor riil karena dengan

naiknya inflasi diperkirakan sektor riil mengalami hambatan. Suku bunga kredit

Page 47: Faktor alokasi kuk

32

diperkirakan akan naik seiiring dengan naiknya inflasi. Keadaan yang demikian

dapat kita saksikan seperti dalam tabel 2.3 dan gambar grafik 2.4 dibawah ini :

TABEL 2.3

LAJU INFLASI INDONESIA TAHUN 2003-2005

Tahun/Bulan Inflasi % Tahun/Bulan Inflasi %

2003;01 8.68 2004;07 7.2 2003;02 7.6 2004;08 6.67 2003;03 7.17 2004;09 6.27 2003;04 7.62 2004;10 6.22 2003;05 7.15 2004;11 6.18 2003;06 6.98 2004;12 6.4 2003;07 6.27 2005;01 7.32 2003;08 6.51 2005;02 7.15 2003;09 6.33 2005;03 8.81 2003;10 6.48 2005;04 8.12 2003;11 5.53 2005;05 7.4 2003;12 5.16 2005;06 7.42 2004;01 4.82 2005;07 7.84 2004;02 4.6 2005;08 8.33 2004;03 5.11 2005;09 9.06 2004;04 5.92 2005;10 17.89 2004;05 6.47 2005;11 18.38 2004;06 6.83 2005;12 17.11

Sumber : SEKI BI, 2005

GAMBAR 2.4

TINGKAT INFLASI INDONESIA

Inflasi

0

5

10

15

20

2003

;01

2003

;04

2003

;07

2003

;10

2004

;01

2004

;04

2004

;07

2004

;10

2005

;01

2005

;04

2005

;07

2005

;10

Periode

Ting

kat I

nfla

si (

% )

Page 48: Faktor alokasi kuk

33

2.6.4 Suku Bunga Kredit KUK Bank-Bank Umum di Indonesia

Dalam data SEKI BI menunjukkan kondisi suku bunga kredit bank-bank

umum yang menjadi sumber penelitian mulai tahun 2003 sampai 2005. Secara

garis besar kondisi perkembangan suku bunga kredit tersebut adalah mengikuti

alur tren pasang-surut, naik-turunya tingkat laju inflasi di Indonesia. Jika tingkat

inflasi naik maka bank Indonesia akan menaikan BI rate nya maka otomatis bank-

bank umum juga akan meningkatkan suku bunga nya baik simpanan maupun

pinjaman untuk mengatasi negative spread.

Laju perkembangan suku bunga kredit bank umum pada awal tahun 2003

bulan Januari menunjukkan 18,26% tingkat suku bunga yang termasuk tinggi,

tetapi pada bulan-bulan selanjutnya mengalami penurununan terus menerus

sampai bulan Agustus 2005 yaitu sebesar 13,4% suatu prestasi kredit yang

membanggakan. Selanjutnya dikarenakan tingkat inflasi yang meninggi maka

suku bunga kredit akhirnya mulai mengikuti kenaikan tersebut, yaitu pada bulan

September 2005 sampai Desember 2005 sebesar 14,51% sampai 16,23%.

Kondisi demikian membuat sektor riil diperkirakan mengalami gangguan

karena sumber dana pembiyaan dari pihak bank menjadi meningkat bebannya

dikarenakan suku bunga kredit yang cenderung meningkat menyusul laju

peningkatan inflasi. Kenaikan inflasi secara moneter memang mengharuskan

otoritas moneter meningkatkan suku bunga. Perkembangan tingkatan suku bunga

kredit bank-bank umum dapat terlihat seperti pada tabel 2.4 dan dengan mudah

dapat kita mengerti dalam gambaran grafik tingkat suku bunga kredit seperti

gambar 2.5 berikut ini:

Page 49: Faktor alokasi kuk

34

TABEL 2.4

TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT BANK-BANK UMUM

Tahun/Bulan Skb Kredit U K (%) Tahun/Bulan Skb Kredit U K (%) 2003;01 18.26 2004;07 13.99 2003;02 18.25 2004;08 13.84 2003;03 18.08 2004;09 13.8 2003;04 17.87 2004;10 13.64 2003;05 17.75 2004;11 13.57 2003;06 17.41 2004;12 13.41 2003;07 16.88 2005;01 13.4 2003;08 16.36 2005;02 13.37 2003;09 16.07 2005;03 13.31 2003;10 15.77 2005;04 13.31 2003;11 15.45 2005;05 13.2 2003;12 15.07 2005;06 13.36 2004;01 14.99 2005;07 13.42 2004;02 14.79 2005;08 13.4 2004;03 14.61 2005;09 14.51 2004;04 14.48 2005;10 15.18 2004;05 14.27 2005;11 15.92 2004;06 14.1 2005;12 16.23

Sumber : SEKI BI, 2005

GAMBAR 2.5

TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT

Skb Kredit U K

02468

101214161820

2003

;01

2003

;04

2003

;07

2003

;10

2004

;01

2004

;04

2004

;07

2004

;10

2005

;01

2005

;04

2005

;07

2005

;10

Periode

Ting

kat S

uku

Bun

ga K

redi

t (

% )

Page 50: Faktor alokasi kuk

35

BAB III

KAJIAN PUSTAKA

3.1 Tujuan Kajian Pustaka

Tujuan diadakannya kajian pustaka adalah untuk mendokumentasikan dan

mengkaji hasil-hasil dari penelitian yang pernah ada pada area yang sama. Proses

kajian pustaka akan menunjukkan fungsi dan kepentingan dalam penulisan

penelitian. Diperolehnya beberapa penelitian yang sejenis pada area yang sama

dapat diketahui pola hubungan antar penelitian, bermanfaatnya penelitian,

ditemukannya kelebihan dan kelemahan sebagai sarana proses kesempurnaan

kajian pada bidang yang sama tersebut, sekaligus menghindari duplikasi.

3.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya Pada Area yang Sama

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa

peneliti tentang KUK dan UKM penelitian tersebut antara lain:

1. Erwin (1998) “Penelitian Tentang Penyaluran KUK di Indonesia (1990-

1995)”

Penelitian tersebut ditulis dengan tema KUK dan UKM, tentang penyaluran

KUK di Indonesia yang dilakukan dengan sampel yang diambil tahun 1990-1995.

Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah alokasi KUK di Indonesia,

sedangkan variabel independen penelitian tersebut yaitu jumlah dana yang

dihimpun bank, volume GDP. Menggunakan OLS dengan mencari tahu hubugan

variabel independen tersebut terhadap variabel dependennya. Dalam penelitian

tersebut juga menganalisis hubungan antara inflasi dengan tingkat suku bunga

deposito.

Page 51: Faktor alokasi kuk

36

Penelitian tersebut kemudian menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

a) Variabel independen Jumlah dana yang dihimpun bank berpengaruh

positif dan signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK

b) Pada tingkat suku bunga deposito ternyata variabel inflasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito,

sehingga jumlah dana yang dihimpun tidak terpengaruh signifikan

c) Variabel independen GDP riil berpengaruh signifikan terhadap

Variabel dependen alokasi KUK

Penelitian diatas menggunakan data tahun 1990 sampai dengan tahun 1995,

seperti yang telah kita ketahui penelitian diatas dilakukan sebelum terjadinya

krisis ekonomi 1998. Dengan mengadakan penelitian yang serupa pada area yang

sama paska krisis ekonomi 1998 diharapkan dapat memperbaharui informasi

tentang KUK dan UKM, karena pada saat krisis ekonomi 1998 dikhawatirkan

sektor riil termasuk didalamnya adalah KUK menjadi terhambat

perkembangannya. Krisis ekonomi 1998 yang berpangkal pada krisis moneter

sangat menghambat UKM dan alokasi KUK karena inflasi yang tinggi

menyebabkan suku bunga kredit yang tinggi sehingga UKM diperkirakan akan

terganggu.

2. Ngatiman (1998) “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Dana

KUK Oleh Bank Pembangunan Daerah ( BPD ) D.I.Y ( 1985- 2002) “

Penelitian tersebut meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

penyaluran KUK oleh bank BPD di Yogyakarta tahun 1985-2002. Variabel

Page 52: Faktor alokasi kuk

37

dependen dari penelitian tersebut adalah alokasi KUK di bank BPD Yogyakarta,

sedangkan variabel independennya adalah jumlah dana jumlah dana yang

terhimpun pada bank BPD Yogyakarta, tingkat suku bunga kredit dan PDRB.

Penelitian tersebut menganalisis hubungan antara variabel dependen dengan

independennya menggunakan analisis regresi model OLS.

Dengan memperoleh beberapa kesimpulan penting didalamnya sebagai

berikut ini:

a) Variabel independen Jumlah dana yang terhimpun di bank BPD

Yogyakarta ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel dependen yaitu alokasi KUK pada bank BPD Yogyakarta

b) Variabel independen Tingkat suku bunga ternyata tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK pada bank

BPD Yogyakarta

c) Variabel independen PDRB ternyata berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen alokasi KUK pada bank BPD Yogyakarta

3.3 Kesimpulan Tentang Dua Penelitian Sebelumnya dan Hubungannya

dengan Penelitian Penulis

Penelitian diatas menggunakan data 1985 sampai dengan tahun 2002

sebelum dan sesudah krisis ekonomi 1998. Dikhawatirkan data yang digunakan

sudah tidak relevan lagi untuk masa sekarang. Diperlukan perbaharuan data dan

penelitian yang serupa kembali untuk memberikan informasi yang lebih baru guna

kepentingan berbagai pihak yang membutuhkan.

Page 53: Faktor alokasi kuk

38

Kedua penelitian diatas tidak semua variabel yang dipakai menggunakan

variabel dari sektor perbankan karena kedua penelitian diatas memasukkan

variabel PDRB, data yang diambil dari sektor regional untuk penelitian yang

kedua. Penulis ingin mengadakan penelitian tentang kredit yang pada area yang

sama dengan analisis terfokus kepada sisi kebijakan perbankan. Sisi kebijakan

perbankan seperti jumlah penghimpunan dana, laju tingkat inflasi dan suku bunga

kredit sebenarnya sangat mungkin berpengaruh terhadap kelancaran pengucuran

dana kredit usaha kecil lebih daripada sisi intern pengusaha kecil itu sendiri.

Manajemen yang merupakan salah satu sisi intern pengusaha kecil, kelebihan dan

kekurangannya serta kondisi eksternal seperti halnya GDP memang juga memiliki

kemungkinan untuk mempengaruhi alokasi KUK, namun karena KUK merupakan

kewajiban moral bagi sektor perbankan terhadap sektor riil maka layak untuk

medapatkan perhatian yang serius.

Banyaknya penelitian tentang KUK mengisyaratkan bahwa sebenarnya

informasi yang didapat dari hasil penelitian pada area yang sama tersebut sangat

bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi pihak perbankan dan sektor UKM.

Maka penulis ingin meneliti dengan tema yang sama yang brjudulkan “Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK Pada Bank-Bank Umum di

Indonesia (Pada tahun 2004:02-2005:12)”.

Page 54: Faktor alokasi kuk

39

BAB IV

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

4.1 Landasan Teori

4.1.1 Pengertian Kredit

Menurut yang diungkapkan Kasmir (2004), kata kredit berasal dari kata

Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan atau berasal dari bahasa Latin

“Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Pengertian tersebut

kemudian dibakukan oleh pemerintah dengan dikeluarkan Undang-Undang Pokok

Perbankan No. 14 Tahun 1967 bab 1 pasal 1,2 yang merumuskan pengertian

kredit sebagai berikut : “Kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan lain

pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan jumlah bunga yang telah ditentukan”.

Selanjutnya pengertian kredit tersebut disempurnakan lagi dalam Undang-

Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, yang mendefinisikan pengertian kredit

adalah : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam untuk

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga”.

4.1.2 Unsur-Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit

adalah sebagai berikut :

Page 55: Faktor alokasi kuk

40

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit yang diberikan (berupa

uang, barang, jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa

tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank,

dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan

tentang nasabah bank baik secara intern maupun secara ekstern.

Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan

sekarang terhadap nasabah pemohon kredit ;

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur

kesepakatan antara pemberi kredit dengan si penerima kredit.

Kepercayaan itu dituang dalam suatu perjanjian dimana masing-

masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing ;

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,

jangka waktu ini mencakup masa pengambilan kredit yang jelas

disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek,

jangka menengah, atau jangka panjang ;

4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian menyebabkan suatu

resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang

suatu kredit semakin besar resikonya, demikian juga sebaliknya.

Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja

Page 56: Faktor alokasi kuk

41

oleh nasabah yang lalai maupun oleh resiko yang tidak sengaja,

misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah

tanpa ada unsur kesengajaan ;

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut

yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk

bunga dan administrasi ini merupakan keuntungan bank.

Sedangkan bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasa

ditentukan dengan bagi hasil.

4.1.3 Jenis-Jenis Kredit

Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana.

Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam.

Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah.

Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan

rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit

dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

1. Dilihat Dari Segi Kegunaan

a. Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya

digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun

proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitas. Contoh kredit

investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-

mesin. Masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih

Page 57: Faktor alokasi kuk

42

lama dan dibutuhkan modal yang relatif lebih lama dan dibutuhkan

modal yang relatif lebih besar pula.

b. Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk

keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai

contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku,

membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan

dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit

a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi

atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau

jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang

nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan

menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan

menghasilkan bahan tambang atau kredit industri akan

menghasilkan barang industri.

b. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam

kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan,

karena memang untuk digunakan atau dipakai seseorang atau

badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil

pribadi, kredit perabotan rumah dan kredit konsumtif lainnya.

Page 58: Faktor alokasi kuk

43

c. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan

untuk membiayai aktivitas dan perdagangannya seperti untuk

membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari

hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering

diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan

membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya

kredit ekspor dan import.

3. Dilihat Dari Segi Jangka Waktu

a. Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1

tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk

keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan, misalnya

kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman

padi atau jagung.

b. Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan

biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Sebagai

contoh kredit untuk pertanian seperti apel, atau peternakan sapi.

c. Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang.

Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau

5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti

Page 59: Faktor alokasi kuk

44

perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit

konsumtif seperti kredit perumahan.

Dalam prakteknya, bank dapat pula hanya mengklasifikasikan

kredit menjadi hanya jangka panjang dan jangka pendek. Untuk

jangka waktu maksimal 1 tahun dianggap jangka pendek dan diatas

1 tahun dianggap jangka panjang.

4. Dilihat Dari Segi Jaminan

a. Kredit Dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan

tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau

jaminan orang. Artinya setiap kredit yang diberikan akan

dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu harus

melebihi jumlah kredit yang diajukan sicalon debitur.

b. Kredit Tanpa Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang

tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha,

karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama

berhubungan dengan bank atau pihak lain.

5. Dilihat Dari Segi Sektor

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk

sektor perkebunan atau pertanian, sektor usaha pertanian dapat

berupa jangka pendek atau jangka panjang.

Page 60: Faktor alokasi kuk

45

b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk

sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka

panjang peternakan kambing.

c. Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk

membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah atau

industri besar.

d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan

kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai

biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak.

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk

membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula

berupa kredit untuk para mahasiswa.

f. Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada

para kalangan profesional seperti dosen, pengacara, dokter.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai

pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka

waktu panjang.

h. Dan sektor-sektor yang lainnya.

4.1.4.1 Pengertian dan Jenis Kredit Usaha Kecil ( KUK )

1. KUK adalah kredit atau pembiayaan dari bank untk investasi dan atau

modal kerja, yang diberikan dalam rupiah dan atau valuta asing kepada

nasabah usaha kecil dengan plafond kredit keseluruhan maksimal Rp.

Page 61: Faktor alokasi kuk

46

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk membiayai usaha yang

produktif.

2. KUK-Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah/panjang yang

diberikan kepada (calon) debitur untuk membiayai barang-barang modal

dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek

baru, dengan jangka waktu maksimal 10 tahun.

3. KUK-Kredit Modal Kerja adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi

kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha.

4. KUK-Kredit Modal Kerja Kontraktor Adalah kredit yang diberikan untuk

memenuhi kebutuhan modal kerja khusus bagi usaha jasa kontraktor yang

habis dalam satu siklus usaha.

5. KUK-Channeling Adalah Kredit Modal Kerja atau Kredit Investasi yang

diberikan melalui kerjasama dengan Lembaga pembiayaan atau Bank

Umum lainnya.

4.1.4.2 Ketentuan Peminjaman KUK

1. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yg tidak berbadan hukum atau

badan usaha yg berbadan hukum termasuk koperasi

2. Berdiri sendiri atau tidak berafiliasi dengan usaha menengah atau usaha

besar

3. Milik WNI

4. Kekayaan bersih maksimal Rp. 200 .000.000,-.

5. Hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-

Page 62: Faktor alokasi kuk

47

6. Share dana sendiri minimal 20%

4.1.5 Pengertian Usaha Kecil

Mengacu kepada Undang-Undang No 9 Tahun 1995, kritetia usaha kecil

adalah jika dilihat dari keuangan dan modal yang dimilikinya :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta ( tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ), atau

2. Memiliki penjualan paling banyak Rp 1.000.000.000,- per tahun

Sebelumnya pada tahun 1991 Departemen Perindustrian RI membagi sektor

industri yaitu industri kecil dan kerajinan didefinisikan sebagai kelompok

perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah nilai aset kurang

dari Rp 600 juta diluar tanah dan bangunan yang digunakannya. Sedangkan bank

Indonesia menentukan batas tertinggi dari investasi, diluar tanah dan bangunan

sebesar Rp 600 juta bagi pengertian industri kecil. ( Tiktik SP dan Abd. Rachman

S,2002, 14 )

4.1.6 Bentuk dan Jenis Usaha Kecil

Dalam realitanya usaha kecil terbagi-bagi menjadi beberapa kriteria atau

golongan. Kondisi tersebut sebenarnya merupakan kejadian yang terjadi secara

alami. Berbagai ragam usaha kecil menjadi suatu keunikan tersendiri dan

memiliki kelebihan kelemahan masing-masing, tetapi selama satu dengan yang

lainnya dapat bersinergi maka usaha kecil akan lebih maju. Kemudahan dalam

Page 63: Faktor alokasi kuk

48

menganalisa juga lebih mudah dikarenakan adanya pembagian tersebut, sehingga

keputusan-keputusan semisal kredit dan kebjakan yang berhubungan dengan

usaha kecil akan mudah didapat.

4.1.6.1 Bentuk Usaha Kecil

Berdasarkan bentuk usahanya usaha kecil yang terdapat di Indonesia

digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Usaha perseorangan

Usaha perseorangan bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau konsumen

dengan dukungan dari harta kekayaan perusahaan yang merupakan milik

pribadi dari pengusaha yang bersangkutan. Pada umumnya lebih mudah

untuk didirikan , karena tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan

bertahap seperti bentuk usaha yang lain. Jumlahnya cukup besar di

Indonesia.

2. Usaha persekutuan

Usaha terebut berusaha untuk memperoleh laba. Merupakan kerjasama

antara beberapa orang. Bertanggung jawab kepada pribadi atas usaha

persekutuannya. Bentuk dan pola kepemimpinannya berbed-beda dari usaha

persekutuan lainnya.

Page 64: Faktor alokasi kuk

49

4.1.6.2 Jenis Usaha Kecil

Jenis usaha kecil dikategorikan berdasarkan jenis produk arau jasa yang

dihasilkan, maupun aktivitas yang dilakukan oleh suatu usaha kecil, serta

mengacu pada kriteria usaha kecil menurut KADIN serta Himpunan Pengusaha

Kecil, juga kriteria dari bank Indonesia yaitu:

1. Usaha perdagangan

Terdiri dari keagenan yaitu ; agen koran dan majalah, sepatu, pakaian dan

lain-lain. Pengecer yaitu ; minyak, sembako, buah-buahan. Ekspor/impor ;

berbagai produk lokal dan internasional. Sektor informal ; pengumpulan

barang bekas, kaki lima dsb.

2. Usaha pertanian

Terdiri dari pertanian pangan maupun perkebunan ; bibit dan peralatan

pertanian, buah-buahan dsb. Perikanan darat/laut ; tambak udang,

pembuatan krupuk ikan dan produk hasil laut lainnya.

3. Usaha Industri

Terdiri dari industri logam/kimia ; pengrajin logam, kulit, keramik,

fiberglass, marmer dsb. Industri makanan minuman ; makanan tradisional,

catering. Pertambangan dan galian, serta aneka industri kecil pengarajin

patung, ukiran batu dan kayu juga industri konveksi.

Page 65: Faktor alokasi kuk

50

4. Usaha Jasa

Terdiri dari konsultan ; hukum, pajak, manajemen, skripsi. Perencana ;

perencana teknis, perencana sistem. Perbengkelan ; mobil, motor,

elektronik, jam. Transportasi pengangkutan ; bus, travel, taksi. Jasa Restoran

atau rumah makan.

5. Usaha Jasa konstruksi

Terdiri dari kontraktor bangunan, jalan, kelistrikan, jembatan, pengairan dan

usaha-usaha lain yang berkaitan dengan teknis konstruksi bangunan

4.1.7 Pengertian Bank

Definisi bank dapat dikemukakan dari beberapa pengertian dibawah ini

yaitu :

Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan. Suatu badan

uasaha yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri,

dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-

alat pembayaran baru berupa uang giral.

Kasmir (2004) menyebutkan bahwa, bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat. Bisa dalam bentuk simpanan, dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak (UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat. Dalam

bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

Page 66: Faktor alokasi kuk

51

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak (UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perbankan).

4.1.7.1 Pengertian Bank Umum

Bank umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan bersifat

umum, dalam pengertian dapat memberikan semua jasa perbankan dan wilayah

operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. (Kasmir, 2004, 33)

4.1.7.2 Kegiatan Bank

Menghimpun dana dari masyarakat (Funding)

Menyalurkan dama ke masyarakat (Lending)

Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Service)

4.1.8 Jumlah Penghimpunan Dana Bank

Sebagaimana kita ketahui bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

kegiatan utamanya menerima simpanan tabungan, deposito, dan giro (Kasmir,

2004, 23). Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang

(kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan. Disamping itu bank juga dikenal

sebagai tempat untuk meukar uang, memindahkan uang atau menerima segala

macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air,

pajak, uang kuliah dan yang lain. Tiap bank berbeda dalam penetapan saldo

minimal simpanan tabungannya (termasuk juga giro dan deposito), ada yang

dalam jumlah yang kecil, dan ada juga yang dalam jumlah besar. Ini dikarenakan

regulasi perbankan yang bersangkutan, yang sudah tentu berbeda dengan bank-

Page 67: Faktor alokasi kuk

52

bank yang lain. Namun demikian secara administratif berkas-berkas yang

diperlukan dalam praktek simpan-menyimpan dana pada bank adalah sama.

Berkaitan dengan fungsi bank untuk menyalurkan dana pada masyarakat

untuk meminjamkan uang (kredit) pada masyarakat sangat terkait, dan tergantung

dari seberapa besar jumlah dana yang dihimpun oleh bank. Bank yang mempunyai

kapasitas jumlah penghimpunan dana yang besar, tentunya berasal dari jumlah

simpanan yang mereka peroleh dari masyarakat, baik dalam bentuk tabungan,

deposito dan giro. Dana masyarakat yang dihimpun bank berasal dari instrumen

(rangsangan)yang dilakukan oleh bank pada masyarakat. Rangsangan tersebut

bisa dalam bentuk suku bunga simpanan (tabungan) yang menarik/tinggi. Selain

itu juga bisa dikarenakan fasilitas yang lengkap, kenyamanan pelayanan, reputasi

(nama) yang baik/dipercaya, dan manajemennya yang baik. Hal-hal ini dapat

membuat masyarakat semakin banyak menanamkan dananya pada bank tersebut.

Semakin banyak masyarakat menanamkan dananya pada bank (menabung), baik

dalam bentuk tabungan, depsito dan giro maka akan semakin banyak jumlah dana

yang dihimpun oleh bank. Dengan semakin banyak jumlah dana yang dihimpun

bank, sudah tentu bank akan semakin gencar dalam menyalurkan dananya (kredit)

pada masyarakat baik itu kredit properti, ritel, menengah, besar, khususnya KUK

(Kredit Usaha Kecil). Ini dikarenakan regulasi pemerintah (Bank Indonesia) yang

mewajibkan bank-bank diseluruh Indonesia agar menyalurkan minimal 20 % dari

total pangsa pasar kreditnya khusus untuk kredit usaha kecil (KUK). Bank dalam

menyalurkan kredit pada masyarakat tentunya bertujuan untuk membayar bunga

simpanan masayarakat yang menanamkan dananya pada bank tersebut, disamping

Page 68: Faktor alokasi kuk

53

juga untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu juga terkait dengan regulasi

perbankan yang menyatakan bahwa bank adalah sebagai lembaga yang bertugas

utnuk menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali pada

masyarakat.

4.1.9 Suku Bunga Kredit (Pinjaman)

Setiap masyarakat yang melakukan interaksi dengan bank, baik itu interaksi

dalam bentuk simpanan, maupun pinjaman (kredit), akan selalu terkait, dan

dikenakan dengan yang namanya bunga (sumber : semua praktek perbankan

dilapangan). Bagi masyarakat yang menanamkan dananya pada bank, baik itu

simpanan tabungan, deposito dan giro akan dikenai suku bunga simpanan (dalam

bentuk %). Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau

menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan , maka

masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank,

dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan. Dan begitu

sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat masyarakat dalam

menabung akan berkurang.sebab masyarakat berpandangan tingkat keuntungan

yang akan mereka peroleh dimasa yang akan datang dari bunga adalah kecil.

Berbeda halnya dengan suku bunga pinjaman (kredit). Suku bunga ini

dikenakan pada masyarakat yang ingin meminjam dana pada bank. Suku bunga

kredit ini sangat tergantung dari jenis kredit yang diinginkan. Semakin tinggi bank

mengenakan suku bunga kredit, minat masyarakat untuk meminjam kredit

semakin berkurang, sebab mereka dihadapkan dengan jumlah pembayaran kredit

ditambah bunga yang tinggi. Dan ini memberatkan masyarakat yang bersangkutan

Page 69: Faktor alokasi kuk

54

dalam meminjam kredit, dan melunasi kreditnya dimasa yang akan datang.

Namun sebaliknya, apabila bank mengenakan suku bunga kredit (pinjaman) yang

rendah maka minat masyarakat dalam meminjam kredit bertambah besar,

khususnya kredit usaha kecil (KUK). Dengan semakin rendahnya suku bunga

kredit, khususnya kredit untuk usaha kecil, maka akan memicu pertumbuhan, dan

perkembangan jumlah usaha kecil, yang berarti dapat mengurangi jumlah

pengangguran. Sebab bagaimanapun juga usaha kecil selama ini dikenal sebagai

penopang jumlah tenaga kerja di Indonesia yang semakin melimpah, dan agar

tidak menganggur. Secara grafis dapat dilihat sebagai berikut:

GAMBAR 4.1.

GAMBAR GRAFIK HUBUNGAN SUKU BUNGA KREDIT DAN JUMLAH ALOKASI REDIT

SukuBunga Kredit ( % )

Jumlah Alokasi Kredit ( Milyard ) 1000 3000

10

30

Dari grafik diatas terlihat jika misalnya suku bunga kredit berada pada

posisi 30 % (tinggi) maka jumlah alokasi kredit hanya sebesar 1000. Namun

berbeda halnya jika suku bunga kredit mengalami penurunan menjadi 10 %, maka

jumlah alokasi kredit akan meningkat dari 1000 menjadi 3000. Ini dikarenakan

Page 70: Faktor alokasi kuk

55

masyarakat akan gencar, dan banyak yang meminjam kredit. Masyarakat melihat

bahwa dengan menurunnya suku bunga kredit, maka mereka akan mengalami

kemudahan dalam meminjam (memperoleh) kredit baik itu untuk keperluan usaha

atau sebagainya. Dan mereka pun akan merasa yakin bahwa dengan menurunnya

suku bunga kredit, mereka akan mampu melunasi pinjaman mereka ditambah

bunga dimasa yang akan datang.

Pembebanan besarnya suku bunga kredit dibedakan kepada jenis kreditnya

(Kasmir, 2001, 127). Pembebanan disini maksudnya metode perhitungan yang

akan digunakan, sehingga mempengaruhi jumlah bunga yang akan dibayar.

Jumlah bunga yang dibayar akan mempengaruhi jumlah angsuran perbulannya.

Dimana jumlah angsuran terdiri dari hutang pokok pinjaman ditambah bunga.

Metode pembebanan suku bunga kredit yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Sliding Rate

Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya, sehingga

jumlah bunga yang dibayar nasabah setiap bulan menurun seiring dengan

turunnya pokok pinjaman. Akan tetapi pembayaran pokok pinjaman setiap bulan

sama. Cicilan nasabah (pokok pinjaman ditambah bunga) otomatis dari bulan ke

bulan semakin menurun. Jenis Sliding Rate ini biasanya diberikan kepada sektor-

sektor produktif seperti pengusaha, tidak terkecuali pengusaha kecil. Ini dilakukan

dengan maksud si nasabah merasa tidak terbebani terhadap pinjamannya.

Page 71: Faktor alokasi kuk

56

2. Flate Rate

Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian

pula pokok pinjaman setiap bulan juga dibayar sama, sehingga cicilan setiap bulan

sama sampai kredit tersebut lunas. Jenis flate rate ini diberikan kepada kredit yang

bersifat konsumtif seperti pembelian rumah tinggal, pembelian mobil pribadi, atau

kredit konsumtif lainnya.

3. Floating Rate

Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada dipasar

uang, sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga

pasar uang pada bulan tersebut. Jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi

atau lebih rendah dari bulan yang bersangkutan. Pada akhirnya hal ini juga

berpengaruh terhadap cicilannya setiap bulan.

4.1.10 Inflasi

Definisi inflasi banyak ragamnya seperti yang dapat kita temukan dalam

literatur ekonomi. Keanekaragaman definisi (pengertian) tersebut terjadi karena

luasnya pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang

erat, dan luas antara inflasi, dan berbagai sektor perekonomian tersebut

melahirkan berbagai perbedaan pengertian, dan persepsi tentang inflasi. Demikian

pula dalam memformulasikan kebijakan-kebijakan untuk solusinya. Namun pada

prinsipnya masih terdapat beberapa kesatuan pandangan bahwa inflasi merupakan

suatu fenomena, dan dilema ekonomi. Inflasi adalah suatu keadaan yang

mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin

merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. (Khalwaty, 2000:5).

Page 72: Faktor alokasi kuk

57

Laju pertumbuhan inflasi harus selalu diwaspadai, dan dikendalikan karena:

1. Inflasi berdampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan, sehingga perlu

dicermati terutama oleh praktisi ekonomi, dan bisnis.

2. Inflasi yang tinggi mempunyai pengaruh agregatif terhadap perekonomian

makro sebagai faktor eksternal dunia industri serta bedampak luas pula

terhadap sektor perekonomian mikro yang merupakan faktor internal dunia

bisnis.

3. Industri yang berorientasi ekspor akan semakin kurang kompetitif

dipasaran global, dan bahkan dipasaran nasional jika terjadi inflasi yang

tinggi. Biaya faktor-faktor produksi semakin mahal hingga menimbulkan

ekonomi biaya tinggi. Hal ini semakin memberatkan negara-negara yang

menganut sistem ekonomi terbuka.

4. Kemerosotan produksi baik yang berorientasi pada ekspor maupun untuk

pasaran domestik akan meningkatkan laju pertumbuhan anggka

pengangguran yang sangat berbahaya bagi stabilitas perekonomian negara.

5. Inflasi yang tinggi akan melemahkan daya beli masyarakat terutama

terhadap produksi dalam negri yang selanjutnya dapat mngurangi

kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang nasional.

6. Inflasi yang tinggi akan semakin menumbuh-suburkan korupsi, manipulasi

dan kolusi dikalangan elit pemerintahan dengan kalangan konglomerat

yang membuat kepercayaan terhadap kewibawaan pemerintah semakin

merosot.

Page 73: Faktor alokasi kuk

58

7. Inflasi yang tinggi akan mendorong para pemodal nasional untuk

menanamkan modalnya keluar negri, dan bahkan para pengusaha akan

merealokasikan industrinya ke luar negri yang perekonomiannya lebih

stabil. Jika hal ini terjadi, perekonomian nasional akan terus memanas, dan

hancur. Industri semakin tidak kompetitif, dan tidak mampu menarik

investor asing untuk menanamkan modalnya.

Inflasi yang terus belanjut apalagi sampai melampaui angka dua digit dapat

berpengaruh terhadap distribusi pendapatan, dan alokasi faktor produksi nasional.

Dampak terhadap distribusi pendapatan disebut Equity Effect, sedangkan dampak

terhadap alokasi faktor produksi, dan produksi nasional disebut Efficiency Effect .

Equity Effect, adalah dampak inflasi terhadap pendapatan. Dampak inflasi

terhadap pendapatan bersifat tidak merata, ada yang mengalami kerugian terutama

mereka yang berpenghasilan tetap, dan ada pula kelompok yang mengalami

keuntungan dengan adanya inflasi. Mereka yang berpenghasilan tetap akan

mengalami penurunan nilai riil dari penghasilannya, sehingga daya belinya

menjadi lemah. Demikian juga terhadap orang-orang yang gemar menumpuk

kekayaan dalam bentuk uang tunai akan sangat menderita, dan mengalami

kerugian besar dengan adanya inflasi. Pemilik modal yang meminjamkan

modalnya dengan bunga lebih rendah daripada tingkat inflasi juga akan

mengalami kerugian. Sebaliknya, dengan terjadinya inflasi, kelompok-kelompok

yang mendapatkan keuntungan adalah mereka yang memperoleh kenaikan atau

peningkatan pendapatan dengan tingkat presentase yang lebih besar daripada

tingkat inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan tidak dalam bentuk uang

Page 74: Faktor alokasi kuk

59

tunai. Nilai kekayaan tersebut akan naik, karena harganya semakin mahal dengan

presentase lebih besar dari tingkat inflasi. Selain itu inflasi juga akan

mengakibatkan terjadinya perubahan pada distribusi pendapatan, dan atau

kekayaan masyarakat.

Efficiency Effet, inflasi selain berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat,

dan rumah tangga perusahaan karena lemahnya daya beli masyarakat, juga

berpengaruh terhadap biaya produksi. Harga-harga faktor produksi akan terus

meningkat, sehingga dapat merubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Inflasi

yang tinggi jika tidak diikuti dengan peningkatan effisiensi terhadap biaya

produksi akan meningkatkan harga-harga produk. Sedangkan disisi lain daya beli

masyarakat lemah yang akan menyebabkan harga produk semakin tidak

kompetitif. Keadaan demikian sudah merupakan awal dari kebangkrutan.

Output Effect, anilisis terhadap equity effect, dan efficiency effect

berdasarkan asumsi bahwa output dalam keadaan tetap (cateris paribus). Berbeda

halnya dengan analisis output effect. Analisis output effect adalah analisis tentang

inflasi terhadap keluaran (output), dimana output di asumsikan sebagai variabel

terikat (dependen).

Inflasi dinilai dapat meningkatkan produksi dengan asumsi bahwa produksi

akan mengalami kenaikan mendahului kenaikan upah atau gaji para pekerja.

Kenaikan harga produksi mengakibatkan terjadinya keuntungan (laba) yang

diterima produsen. Jadi syaratnya adalah kenaikan harga produksi atau kenaikan

harga-harga faktor produksi. Keuntungan yang telah dinikmati produsen tersebut

akan mendorong produsen untuk terus meningkatkan produksinya. Jika tingkat

Page 75: Faktor alokasi kuk

60

inflasi tinggi melebihi dua digit dan berlangsung dalam waktu lama (jangka

panjang), maka biaya produksi akan naik pula, dan akibatya keuntungan yang

telah dinikmati produsen akan menjadi berkurang. Karena keuntungan terus

berkurang sementara biaya produksi terus bertambah, akhirnya produsen akan

mengurangi produksinya sampai batas tertentu yang dianggap aman atau masih

dinilai memungkinkan untuk terus melanjutkan usahanya. Jika dinilai sudah tidak

menguntungkan lagi, keputusan yang terbaik adalah menghentikan produksi. Jika

penghentian produksi terpaksa dilakukan, para pekerja terpaksa pula berhenti

bekerja. Dan pada akhirnya berdampak pada pengangguran.

Didalam teori kuantitas, dijelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi

adalah karena kelebihan permintaan (demand) sehingga uang yang beredar di

masyarakat bertambah banyak (Khalwaty, 2000 , 15). Teori kuantitas

membedakan sumber inflasi menjadi dua, yakni “Demand Pull Inflation”, dan “

Cost Push Inflation” .

Demand Pull Inflation terjadi karena adanya kenaikan permintaan agregatif

(bersifat menyeluruh) dimana kondisi produksi telah berada pada kesempatan

kerja penuh (full employment). Kenaikan kesempatan agregatif selain dapat

menaikan harga-harga juga dapat meningkatkan produksi. Jika kondisi produksi

telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak lagi

mendorong kenaikan out put, tetapi hanya mendorong kenaikan harga-harga yang

biasa disebut inflasi murni (Pure Inflation). Secara grafis dapat dilihat berikut ini:

Page 76: Faktor alokasi kuk

61

GAMBAR 4.2.

GAMBAR GRAFIK DEMAND PULLl INFLATION

0 Q 1 Q2

P4 P3 P2 P1

P

Q F E

Q

AD 1

AD 2

AD 3

AD 4

AS

Dari grafik diatas terlihat bahwa kesempatan kerja penuh (full employment)

berada pada posisi QFE. Namun kenaikan permintaan (aggregate demand) selalu

meningkat, dari AD 1 ke AD berikutnya. Kondisi ini tidak mendorong kenaikan

output melainkan hanya akan menyebabkan kenaikan harga-harga hingga

melambung tinggi.

Pada kondisi cost push inflation, tingkat penawaran lebih rendah

dibandingkan tingkat permintaan. Ini dikarenakan adanya kenaikan harga faktor

produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai pada

jumlah tertentu jumlah tertentu. Penawaran total (aggregate supply) terus

Page 77: Faktor alokasi kuk

62

menurun karena semakin mahalnya biaya produksi. Apabila keadaan tersebut

berlangsung cukup lama, maka terjadilah inflasi yang disertai dengan resesi.

Secara grafis dapat dilihat sebagai berikut ini:

GAMBAR 4.3.

GAMBAR GRAFIK COST PUSH INFLATION

Q3 Q2 Q1

P P3 P2 P1

QFE

AS3

AS2

AS1

AD Q

Grafik diatas menunjukan proses kenaikan biaya produksi, dan harga

produksi serta penurunan jumlah produksi total secara terus menerus, akibatnya

terjadilah cost push inflation. Kenaikan biaya produksi akan menggeser kurva

penawaran total dari AS 1 menjadi AS 2. dampaknya harga produksi juga

mengalami kenaikan dari P 1 menjai P 2 dan produksi total turun dari QFE

menjadi Q 2. Kenaikan harga yang terus berlanjut tersebut akan menggeser kurva

AS 2 menjadi AS3, sedang harga mengalami kenaikan dari P2 menjadi P3 ,dan

Page 78: Faktor alokasi kuk

63

produksi akan turun dari Q1 dan menjadi Q2. Kondisi demikian disebut dengan

cost push inflation.

Tingkat laju inflasi sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian,

khususnya kegiatan perbankan. Kondisi laju inflasi yang tinggi menyebabkan

pemerintah (Bank Indonesia) mengeluarkan regulasi untuk menaikan suku bunga

simpanan bank-bank di Indonesia. Ini dalam rangka agar inflasi dapat terkendali.

Namun akibat lainnya adalah bank-bank terpaksa menaikan suku bunga

pinjamannya (kredit). Ini dilakukan bank agar bank tidak mengalami negative

spread. Negative spread adalah suatu kondisi dimana suku bunga simpanan lebih

tinggi, dari suku bunga kredit (seperti yang dialami Indonesia saat krisis). Apabila

ini terjadi maka bank-bank akan kesulitan dalam menjalankan aktivitasnya. Disatu

sisi bank wajib membayar bunga simpanan pada masyarakat yang tinggi, namun

disisi lain penerimaan (margin keuntungan) bank dari kredit juga menurun. Sebab

pada saat itu suku bunga kredit sudah dinaikan sedemikian tingginya, dan sangat

memeberatkan, dan merugikan masyarakat. Khususnya perekonomian Indonesia.

Beranjak dari pengalaman tersebut, maka bank-bank tidak mau mengalami

negative spread, sehigga pada saat suku bunga simpanan dinaikan oleh pemerintah

dalam hal ini adalah BI sebagai pengendali inflasi, maka bank-bank akan dengan

sendirinya menaikan suku buga kreditnya (pinjaman). Apabila suku bunga kredit

naik maka sudah otomatis minat masyarakat untuk meminjam kredit semakin

menurun, berarti jumlah alokasi kreditpun menurun, termasuk kredit untuk usaha

kecil (KUK).

Page 79: Faktor alokasi kuk

64

Dalam praktek sehari-hari terkadang ada juga bank-bank yang tidak

menaikan suku bunga kreditnya. Mereka beranggapan jika menaikan suku bunga

kredit pada saat inflasi tinggi maka bank akan kesulitan dalam menyalurkan kredit

pada masyarakat, dan banyak masyarakat yang tidak akan meminjam kredit.

Dengan demikian tingkat keuntungan bank juga akan menurun. Jika tingkat

keuntungan bank menurun, berarti bank juga akan mengalami kendala dalam

membayar bunga simpanan pada masyarakat. Bank-bank yang bersikap seperti ini

biasanya tidak banyak, dan tetap mempertahankan suku bunga kreditnya sambil

menunggu sampai inflasi kembali stabil. Kondisi inflasi memang sangat dilematis

dalam mempengaruhi kegiatan perekonomian, khususnya praktek perbankan.

Kondisi ini mensyaratkan adanya campur tangan dari pemerintah (khususnya BI)

sebagai regulator perbankan agar inflasi tidak berlanjut-lanjut. Seandainya semua

bank-bank menaikan suku bunga kreditnya (tidak terkecuali) dikarenakan

pengaruh inflasi tadi, sudah tentu ini sangat membahayakan perekonomian,

banyak masyarakat pengusaha (baik kecil, dan besar) yang akan berguguran, yang

pada akhirnya jumlah pengangguran juga akan meningkat. Untuk itu pemerintah

(BI) perlu menjaga agar kondisi inflasi tetap stabil. Merupakan salah satu tugas

dari pemerintah selaku otoritas moneter yang dapat mengambil langkah-langkah

tepat guna meredam laju tingkat inflasi. BI merupakan alat bagi pemerintah

karenanya yang diperlukan dalam mengambil tindakan penyelamatan atau

pengendalian tingkat laju inflasi sangat penting perannya dalam kehidupan

perekonomian yang sangat diharapkan oleh seluruh lapisan masyarakat guna

menggapai kesejahteraan bersama bebas dari tekanan inflasi yang berlebihan.

Page 80: Faktor alokasi kuk

65

4.1.11 Gambar Alur Pikir dalam Diagram Hubungan Antar Variabel dari

Penelitian

X3 SUKU

BUNGA

X2 JUMLAH P.DANA

X1

INFLASI

Y ALOKASI

KUK

Pada gambar diagram diatas menunjukkan alur pikir dimana terjadi

hubungan ketiga variabel, yaitu variabel independen tingkat inflasi, tingkat suku

bunga dan jumlah dana yang dihimpun oleh bank. Dalam gambar tersebut diduga

bahwa X1, X2 dan X3 adalah mempengaruhi alokasi kredit usaha kecil yang

menjadi variabel dependennya. Pertanyaan apakah yang menentukan volume

Page 81: Faktor alokasi kuk

66

alokasi KUK dari ketiga variabel independen tersebut terhadap variabel

dependennya dapat dibentuk gambar seperti di atas.

4.2 Hipotesis Penelitian

Dari penjelasan teori diatas maka dapat diambil beberapa hipotesis sebagai

berikut ini:

1. Diduga jumlah penghimpunan dana pada bank-bank umum di

Indonesia mempunyai hubungan positif, dan signifikan terhadap

jumlah alokasi kredit usaha kecil (KUK) pada bank-bank umum

di Indonesia.

2. Diduga suku bunga riil kredit (pinjaman) mempunyai hubungan

negatife, dan signifikan terhadap jumlah alokasi kredit usaha

kecil (KUK) pada bank-bank umum di Indonesia.

3. Diduga laju inflasi Indonesia mempunyai hubungan negatife,

dan signifikan terhadap jumlah alokasi kredit usaha kecil (KUK)

pada bank-bank umum di Indonesia.

4. Diduga jumlah penghimpunan dana, suku bunga riil kredit

(pinjaman), laju inflasi Indonesia mempengaruhi secara

bersama-sama terhadap variabel dependennya yaitu jumlah

alokasi kredit usaha kecil (KUK) pada bank-bank umum di

Indonesia.

Page 82: Faktor alokasi kuk

67

BAB V

METODE PENELITIAN

5.1 Metode Penelitian

5.1.2 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diambil dari himpunan statistik dari SEKI (Statistik

Ekonomi Keuangan Indonesia) yang dapat diperoleh dari bank Indonesia dan

Internet. Diambil juga dari berbagai situs dan website yang merupakan sumber

rujukan data untuk relevansi penelitian.

5.1.3 Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data time series antara tahun 2004:02 sampai

2005:12, data yang didapat adalah data sekunder dari SEKI Bank Indonesia. Data

yang diperoleh adalah termasuk dalam kategori data sekunder. Data sekunder

ialah data yang sudah jadi dan diolah melalui suatu proses yang dilakukan oleh

pihak Bank Indonesia (BI).

Seperti telah dijelaskan pada pada penelitian ini bahwa subjek penelitiannya

adalah alokasi kredit usaha kecil pada bank umum, maka data juga diambil sesuai

penelitian tersebut. Data dependen dari penelitian tersebut adalah KUK ( Kredit

Usaha Kecil ) data independennya adalah tingkat Inflasi Indonesia, jumlah dana

yang dihimpun bank dari dana pihak ketiga, dan suku bunga pinjaman/kredit

usaha kecil yaitu suku bunga riil ( suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi ).

Page 83: Faktor alokasi kuk

68

5.2 Metode Analisis Data

5.2.1 Analisis Diskriptif

Analisis tersebut memberikan penjelasan secara dialektik bahasa atau

penggambaran tentang variabel-variabel yang saling berhubungan dan menjadi

pokok dari bahasan penelitian. Memiliki tujuan sebagai pendukung dari hasil

analisis kuantitatif.

5.2.2 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif tersebut merupakan metode utama dalam penelitian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi kredit usaha kecil (KUK) oleh bank-

bank umum di Indonesia di analisis menggunakan metode kuadrat terkecil OLS

dengan berbagai asumsi dasarnya, juga akan diperkuat perhitungannya dengan

menggunakan bantuan dari progam komputer progam Eviews. Secara fungsional

model matematikanya dapat ditulis Y = F ( X1, X2, X3 ). Selanjutnya dengan

menggunakan model logaritma natural formulasinya dapat dibentuk lebih nyata

sebagai berikut lnY=β0+β1lnX1+β2lnX2+β3lnX3+e keterangannya adalah

sebagai berikut :

lnY = Kredit Usaha Kecil (KUK) (Milyard Rp)

lnX1 = Inflasi (%)

lnX2 = Jumlah Penghimpunan Dana (Milyard Rp)

lnX3 = Suku Bunga Riil Pinjaman (%)

β0 = Konstanta

lnβ1 – lnβ3 = Koefisien Regresi

e = Variabel Gangguan

Page 84: Faktor alokasi kuk

69

5.3 Pengujian Model Terbaik dengan menggunakan MWD Test

Guna mengetahui model terbaik yang akan digunakan dalam penelitian,

penulis melakukan pengujian model yang dikenal dengan uji MWD. Proses

pengujian model melalui uji MWD tersebut adalah sebagai berikut:

Model linier dan log-linier dapat dinyatakan dengan:

Yt = β0 + β1Xt + et

lnYt = β0 + β1lnXt + vt

Diamana :

Y = Variabel dependen

X = Variabel independen

β = Konstanta

et , vt = Residual masing-masing model regresi.

Untuk melakukan uji MWD ini kita asumsikan bahwa

H0 :Y adalah fungsi linear dari variabel independen X (model linier).

H1 :Y adalah fungsi log-linier dari variabel independen X (model log-linier)

Adapun prosedur metode MWD sebagai berikut :

1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksi dinamai F1.

Untuk mendapatkan nilai F1 :

• Melakukan regresi linier dan dapatkan residual (RES1)

• Dapatkan nilai F1 = Y – RES1

2. Estimasi model log-linier dan dapatkan nilai prediksi dinamai F2.

Untuk mendapatkan nilai F2 :

• Melakukan regresi log-linier dan dapatkan residual (RES2)

Page 85: Faktor alokasi kuk

70

• Dapatkan nilai F2 = lnY – RES2

3. Dapatkan nilai Z1 = ln F1 - F2 dan Z2 = antilog F2-F1

4. Estimasi persamaan berikut :

Yt = β0 + β1 X 1t + β2 Z1 + et

Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak

hipotesis nul bahwa model yang benar adalah linier dan sebaliknya

jika tidak signifikan maka kita akan menerima hipotesis nul bahwa

model yang benar adalah linier.

5. Estimasi persamaan berikut :

lnYt = β0 + β1 ln X 1t + β2 Z2 + vt

jika Z2 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak

hipotesis alternatif bahwa model yang benar adalah log-linier dan

sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis

alternatif bahwa model yang benar adalah log-linier. (Agus W,

2005, 95-96).

5.4 Pengujian Hipotesis

5.4.1 Analisis Varian ( Uji F )

Analisis varian tersebut adalah untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh

ketiga variabel independen terhadap variabel dependen yang diteliti. Yaitu

variabel jumlah dana yang dihimpun bank, tingkat suku bunga kredit dan tingkat

inflasi sebagai independen variabel dan kredit usaha kecil sebagai dependen

variabel. Tujuan dari analisis menggunakan uji F tersebut adalah apakah ketiga

Page 86: Faktor alokasi kuk

71

variabel independen tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap

dependen variabel (Agus W, 2005, 88).

k)RSS/(n1)ESS/(kF

−−

=

Dimana ;

F = Nilai hitung

ESS = Jumlah kuadrat yang dijelaskan ( Estimated Sum Of Square )

RSS = Jumlah kuadrat residual ( Residual Sum Of Square )

k = Banyaknya variabel

n = Banyaknya pengamatan

Dengan derajat kepercayaan sebesar 95 % (α = 5%) dan derajat kebebasan (

df ) sebesar ( k-1) dan (n-k), maka perumusahan hipotesisnya adalah :

1.) Ho : β1 = β2 = β3 = 0

Artinya semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen.

2.) Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0

Artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujiannya adalah ;

Jika F- hitung < F- tabel maka Ho diterima

Jika F- hitung > F- tabel maka Ho ditolak

Atau bisa juga dengan pengujian melalui :

Dengan melihat probabilitas value atau ρ > α maka Ho diterima

Page 87: Faktor alokasi kuk

72

Dengan melihat probabilitas value atau ρ < α maka Ho ditolak

5.4.2 Uji t-test

Analisis tersebut dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara individual.

Hipotesa yang dibuat adalah :

Ho : β1≤0;i =1,2,3…k → variabel independen tidak mempengaruhi KUK

Ha : β1>0;i =1,2,3…k → variabel independen mempengaruhi KUK secara

positif dan signifikan

Kriteria pengujiannya adalah ;

Dengan menggunakan tabel t-statistik, maka ;

Jika t-hitung < t (α, n-k ) → Ho diterima

Jika t-hitung > t (α, n-k ) → Ho ditolak

Atau bisa juga dengan pengujian melalui :

Dengan melihat probabilitas value atau ρ > α maka Ho diterima

Dengan melihat probabilitas value atau ρ < α maka Ho ditolak

t- hitung dirumuskan dengan (Agus W, 2005, 83).

jSjtββ

=

dimana

t = Nilai t-hitung

βj = Koefisien regresi ke j

Sβj = Standar deviasi koefisien regresi ke j

Dengan derajat kepercayaan sebesar 95 % (α = 5%) untuk uji signifikasi

dan derajat kebebasan sebesar (df) sebesar (n-k) maka ;

Page 88: Faktor alokasi kuk

73

Perumusan hipotesis adalah sebagai berikut :

Ho : β1 ≥ 0;i =1,2,3…k → variabel independen tidak mempengaruhi KUK

Ha : β1<0;i=1,2,3…k→variabel independen mempengaruhi secara negatif

dan signifikan terhadap KUK

Kriteria pengujiannya adalah ;

Dengan menggunakan tabel t-statistik, maka ;

Jika t-hitung < t ( α,n-k )→Ho diterima

Jika t-hitung > t (α,n-k )→Ho ditolak

Atau bisa juga dengan pengujian melalui :

Dengan melihat probabilitas value atau ρ > α maka Ho diterima

Dengan melihat probabilitas value atau ρ < α maka Ho ditolak

Sebenarnya keputusan untuk menolak hipotesis nul ( Ho) atau menerima

hipotesis alternatif ( Ha) dapat juga dijelaskan dengan distribusi probabilitas t

seperti terlihat pada gambar grafik 5.1 untuk uji t satu sisi positif dan gambar

grafik 5.2 untuk uji t satu sisi negatif, dengan memperoleh nilai tc dari nilai t kritis

dari distribusi tabel t dengan alpha dan degree of freedom tertentu.

Page 89: Faktor alokasi kuk

74

GAMBAR 5.1

GRAFIK DISTRIBUSI PROBABILITAS ( t ) POSITIF

F(t)

Daerah penolakan ( penerimaan ) Ho:β1≤0 dan Ha: β1>0

1-α α

0

Menerima Ha Menolak Ho

Menerima Ho Menolak Ha

t tc

GAMBAR 5.2

GRAFIK DISTRIBUSI PROBABILITAS ( t ) NEGATIF

t 0

α

-tc

F(t) Menerima Ha Menolak Ho

1-α

Menerima Ho Menolak Ha

Daerah penolakan ( penerimaan ) Ho:β1≥0 dan Ha: β1<0

Page 90: Faktor alokasi kuk

75

5.4.3 Koefisien Determinasi Majemuk (R ) 2

Uji R square ini digunakan untuk menghitung seberapa besar variasi dari

variabel tergantung ( dependen ) dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya

(independen ). Nilai R square berada diantara 0-1, dimana semakin dekat nilai R

square dengan 1 maka garis regresi yang digambarkan menjelaskan 100 % variasi

dalam Y, dan sebaliknya kalau nilai R square sama dengan 0 atau mendekatinya

maka garis regresi tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam Y. Besarnya R

square dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (Agus W, 2005, 38).

∑∑−=

yieiR 2

22 1

Dimana :

Σ ei = Σ Kuadrat residual ( Residual Sum Of Square, RSS )

Σ yi = Σ Kuadrat total ( Total Sum Of Square, TSS )

Atau bisa dilihat pada hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan

progam koputer Eviws.

5.5 Test Asumsi Klasik

5.5.1 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti, adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti,

diantara beberapa atau semua variabel bebas (independen) dari model regresi

(Agus W, 2005,135). Uji multikolinearitas dengan demikian digunakan untuk

menguji apakah pada model regresi dalam penelitian ditemukan adanya korelasi

antar variabel independen. Uji multikolikieritas sangat perlu karena, jika ada

diketemukannya multikolinieritas akan mengakibatkan masalah, yaitu estimator

Page 91: Faktor alokasi kuk

76

mempunyai varian dan kovarian yang besar sehingga sulit mendapatkan estimasi

yang tepat dan menyebabkan variabel independen secara statistik melalui uji t

kecil dan tidak signifikan terhadap variabel dependen.

Menguji multikolinearitas dapat menggunakan metode uji matrikorelasi

yaitu menguji tingkat korelasi antar variabel independen dengan melihat (r) atau

koefisien korelasi. Jika ( r ) lebih besar dari 0,85 maka kita duga ada

multikolinieritas, sebaliknya jika lebih kecil darinya maka kita duga tidak ada

multikolinieritas (Agus W, 2005,135).

5.5.2 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah varian dari residual model regresi yang

digunakan dalam penelitian tidak homoskedastis atau dengan kata lain tidak

konstan. Data yang diambil dari pengamatan satu ke lain atau data yang diambil

dari observasi satu ke yang lain tidak memiliki residual yang konstan atau tetap.

Kemungkinan terjadinya heteroskedastis ini jikalau data diambil dengan teknik

cross section. Konsekuensinya adalah metode OLS tidak mempunyai varian yang

minimum lagi sehingga kondisi BLUE tidak ditemukan hanya dapat ditemui

kondisi LUE. Standar erorr metode OLS tidak dapat lagi dipercaya sehingga

interval estimasi maupun uji hipotesis yang didasarkan pada distribusi t dan F

tidak lagi dapat dipercaya untuk evaluasi hasil regresi (Agus W, 2005, 147).

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas maka dapat digunakan

metode uji White. Hipotesis nul dalam uji ini adalah tidak adanya

heteroskedastisitas. Uji White didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan

dengan ( ) yang akan mengikuti distribusi chi-square dengan degree of R2

Page 92: Faktor alokasi kuk

77

freedom sebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta dalam regresi

auxiliary. Jika nilai chi-square hitung lebih besar daripada nilai X square kritis

dengan derajat kepercayaan tertentu alpha maka ditemukan adanya

heteroskedastisitas dan menolak hipotesis nul begitu pula sebaliknya. Dapat juga

dilihat ada tidaknya heteroskedastisitas melalui nilai probabilitas Chi squares atau

pada probabilitas ρ nya, jika lebih kecil dari alpha maka ditemukannya

heteroskedastisitas dan menolak hipotesis nul begitu juga sebaliknya.

5.5.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan

yang lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi metode OLS

autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan residual yang

lainnya. Data time series sering ditemukan adanya korelasi karena begitu dekatnya

hubungan data yang dikumpulkan dan mempengaruhi, disebabkan data time series

terkait dengan kebijakan atau kejadian yang saling berkaitan mempengaruhi data

yang dikumpul ditahun-tahun yang beruntuntan tersebut.

Dengan adanya autokorelasi memiliki konsekuensi atas model regresi yaitu

estimator dalam OLS masih linier dan tidak bias tetapi tidak memiliki varian yang

minimum lagi. Estimator OLS tidak lagi bisa dikatakan BLUE tetapi LUE. LUE

dalam model dikarenakan adanya autokorelasi maka akan menyebabkan

perhitungan standar erornya tidak lagi bisa dipercaya kebenarannya sehingga

interval estimasi maupun uji hipotesis yang didasarkan pada distribusi t maupun F

tidak lagi bisa dipercaya untuk evaluasi hasil daripada regresi model OLS (Agus

W, 2005, 180).

Page 93: Faktor alokasi kuk

78

Untuk menguji adanya autokorelasi dapat digunakan metode Bruesch-

Godfrey yang dikenal telah mengembangkan metode uji Langrange Multiplier

(LM). Hipotesis nul yang dibuat adalah tidak adanya autokorelasi, jika kita

menolak hipotesis nul maka ada ditemukannya autokorelasi. Jika ( n-p ) yang

merupakan chi-squares (χ ) hitung lebih besar dari nilai kritis chi-squares (

R2

χ )

pada derajat kepercayaan tertentu (α ), kita menolak hipotesis nul. Jika nilai chi-

squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya maka dari nilai kritisnya maka kita

akan menerima hitpotesis nul. Juga bisa diketahui dari melihat nilai chi-squares

probabilitas ρ nya, yaitu jika lebih kecil dari alpha maka ditemukannya

autokorelasi dan menolak hipotesis nul begitu juga sebaliknya (Agus W, 2005,

186).

Page 94: Faktor alokasi kuk

79

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil Pengujian Model Dengan MWD test

1. Dalam uji MWD ditemukan nilai dari probabilitas value nya adalah

0.3044 lebih kecil daripada alpha 0.05 maka Z1 secara statistik tidak

signifikan.

2. Sedangkan Z2 nilai dari probabilitas value nya adalah 0.7644 lebih besar

daripada alpha 0.05 maka Z2 secara statistik tidak signifikan.

3. Kesimpulan dalam pemilihan model adalah pada model log-linier karena

kedua model adalah sama baiknya yaitu terbukti dengan tidak

signifikannya kedua nilai Z1 dan Z2 maka bisa digunakan salah satunya.

6.2 Pengujian Hipotesis

6.2.1 Analisis Varian ( Hasil dari Uji F )

Dalam analisis varian hasil dari uji F ditemukan bahwa nilai F tabel adalah

3,24 ; sedangkan nilai F hitung sebesar 66.90549 ; dengan begitu maka F tabel <

F hitung maka dapat dikatakan bahwa ketiga variabel independen secara bersama-

sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Terlihat juga pada

probabilitas value sebesar 0.00 < 0.05 ( alpha 0.5 % ). Hipotesis nol dengan

demikian tertolak dan menerima hipotesis alternatif. ( bisa dilihat pada lampiran

3.)

Page 95: Faktor alokasi kuk

80

6.2.2 Analisis Varian ( Hasil dari Uji t )

Dalam uji t satu sisi dengan alpha 0,05 ditemukan bahwa nilai dari t tabel

adalah ± 1.746, sedangkan pada ke-tiga variabel independen tersebut setelah diuji

menghasilkan temuan sebagai berikut:

1. Pada variabel independen inflasi ditemukan bahwa nilai dari t

hitungnya adalah sebesar -3.166335, karena t tabel < t hitung maka

artinya adalah signifikan yaitu variabel independen inflasi

mempengaruhi variabel dependen KUK, dan juga bisa dilihat dari

nilai probabilitas sebesar 0.0060: 2 = 0.003 ( karena satu sisi )

ternyata < dari alpha 0.05, dengan demikian hipotesis nol ditolak

dan menerima hipotesis alternatifnya. ( bisa dilihat pada lampiran

3.)

2. Pada variabel independen jumlah penghimpunan dana ditemukan

bahwa nilai dari t hitungnya adalah sebesar 6.182259, karena t

tabel < t hitung maka artinya adalah signifikan yaitu variabel

independen jumlah penghimpunan dana mempengaruhi variabel

dependen KUK, dan juga bisa dilihat dari nilai probabilitas sebesar

0.0000 : 2 = 0.000 ( karena satu sisi ) ternyata < dari alpha 0.05,

dengan demikian hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis

alternatifnya. ( bisa dilihat pada lampiran 3.)

3. Pada variabel independen suku bunga riil ditemukan bahwa nilai

dari t hitungnya adalah sebesar -3.293316, karena t tabel < t hitung

maka artinya adalah signifikan yaitu variabel independen suku

Page 96: Faktor alokasi kuk

81

bunga riil mempengaruhi variabel dependen KUK, dan juga bisa

dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.0046: 2 = 0.0023 ( karena

satu sisi ) ternyata < dari alpha 0.05, dengan demikian hipotesis nol

ditolak dan menerima hipotesis alternatifnya. ( bisa dilihat pada

lampiran 3.)

6.2.3 R Square

Dalam perhitungan dari modal regresi logaritma ini menghasilkan nilai R

square sebesar 0.926171 artinya adalah variasi alokasi kredit usaha kecil dari

bank-bank umum di Indonesia dapat dijelaskan oleh model sebesar 92,62 % dan

sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Variabel independen secara

keseluruhan menyumbang atau berkontribusi terhadap variabel dependen sebesar

92,62 % dan yang sisanya sebesar 07,38 % dari variabel lain diluar model. Nilai

dari R square yang mendekati satu menunjukan baiknya garis regresi dan dapat

menjelaskan data aktualnya. ( bisa dilihat pada lampiran 3.)

6.3 Uji Asumsi Klasik

6.3.1 Uji Multikolinearitas

Dalam perhitungan untuk mengetahui apakah ketiga variabel memiliki

hubungan yang erat maka digunakan matrikorelasi yaitu menguji tingkat korelasi

antar variabel independen dengan melihat (r) atau koefisien korelasi. Jika ( r )

lebih besar dari 0,85 maka kita duga ada multikolinieritas, sebaliknya jika lebih

kecil darinya maka kita duga tidak ada multikolinieritas (Agus W, 2005,135).

Page 97: Faktor alokasi kuk

82

Hasil dari uji multikolinearitas melalui matrikorelasi tersebut adalah seperti

pada gambar 6.1 berikut ini yang menunjukan korelasi parsial antar variabel

independen :

GAMBAR 6.1

MATRIKORELASI

LN_KUK LN_INFLASI LN_DN LN_BKRIIL

LN_KUK 1.000000 0.734282 0.935273 -0.832485 LN_INFLASI 0.734282 1.000000 0.808549 -0.761097

LN_DN 0.935273 0.808549 1.000000 -0.849525 LN_BKRIIL -0.832485 -0.761097 -0.849525 1.000000

Data diolah

Dari nilai koefisien korelasi parsial antar variabel independen diatas yaitu

angka yang dicetak tebal tersebut tidak ada yang diatas 0.85 yaitu 0.808549, -

0.761097, -0.849525 < 0.85 maka dapat dikatakan bahwa terbebas dari masalah

multikolinearitas. ( bisa dilihat pada lampiran 5.)

6.3.2 Uji Heterokedastisitas

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas maka dapat digunakan

metode uji White. Hipotesis nul dalam uji ini adalah tidak adanya

heteroskedastisitas. Ada tidaknya heteroskedastisitas melalui nilai probabilitas Chi

squares atau pada probabilitas ρ nya, jika lebih kecil dari alpha maka

ditemukannya heteroskedastisitas dan menolak hipotesis nul begitu juga

sebaliknya. Dalam perhitungan ini ditemukan bahwa nilai dari probabilitas chi-

square ρ nya adalah sebesar 0.651636 yaitu > alpha 0.05 maka dapat dikatakan

Page 98: Faktor alokasi kuk

83

bahwa bebas dari masalah heterokedastisitas dan hipotesis nol dapat diterima.

(bisa dilihat pada lampiran 6 ).

6.3.3 Uji Autokorelasi

Untuk menguji adanya autokorelasi dapat digunakan metode Bruesch-

Godfrey yang dikenal telah mengembangkan metode uji Langrange Multiplier

(LM). Hipotesis nul yang dibuat adalah tidak adanya autokorelasi, jika kita

menolak hipotesis nul maka ada ditemukannya autokorelasi. Ada tidak nya

masalah autokorelasi bisa diketahui dari melihat probabilitas ρ nya, yaitu jika

lebih kecil dari alpha maka ditemukannya autokorelasi dan menolak hipotesis nul

begitu juga sebaliknya (Agus W, 2005, 186).

Dari hasil perhitungan untuk uji auto didapatkan nilai probabilitas chi-

square ρ nya 0.441087 yaitu > dari alpha 0.05 maka dapat dikatakan bahwa lolos

dari masalah autokorelasi sehingga dapat menerima hipotesis nol yaitu tidak ada

masalah autokorelasi. ( bisa dilihat pada lampiran 7.)

6.4 Interpretasi / Evaluasi Koefisien Hasil Regresi LN

lnY=β0+β1lnX1+β2lnX2+β3lnX3+e

ln(KUK)=-8.347716-0.516640 ln(INFLASI) +1.585794 ln(DN)-0.480499ln(BK)

Dari hasil perhitungan formulasi logaritma natural diatas koefisien

merupakan elastisitas, yaitu presentase perubahan regressen atau Y ( dependen

variabel ) karena presentase perubahan regressor atau X (independen variabel ).

Intepretasi dari hasil regressi model logaritma natural diatas secara statistik dan

ekonomi dapat diuraikan sebagai berikut :

Page 99: Faktor alokasi kuk

84

1. Nilai jumlah alokasi KUK apabila tidak dipengaruhi oleh ke-tiga variabel

independen menurun sebesar -8.347716 %.

2. Apabila inflasi naik sebesar 1 % maka akan mengakibatkan penurunan pada

jumlah alokasi KUK sebesar -0.516640 %. Tingkat laju inflasi sangat berpengaruh

pada kondisi perekonomian, khususnya kegiatan perbankan. Kondisi laju inflasi

yang tinggi menyebabkan pemerintah (Bank Indonesia) mengeluarkan regulasi

untuk menaikan suku bunga simpanan bank-bank di Indonesia. Ini dalam rangka

agar inflasi dapat terkendali. Namun akibat lainnya adalah bank-bank terpaksa

menaikan suku bunga pinjamannya (kredit). Ini dilakukan bank agar bank tidak

mengalami negative spread. Negative spread adalah suatu kondisi dimana suku

bunga simpanan lebih tinggi, dari suku bunga kredit (seperti yang dialami

Indonesia saat krisis). Apabila ini terjadi maka bank-bank akan kesulitan dalam

menjalankan aktivitasnya. Disatu sisi bank wajib membayar bunga simpanan pada

masyarakat yang tinggi, namun disisi lain penerimaan (margin keuntungan) bank

dari kredit juga menurun. Sebab pada saat itu suku bunga kredit sudah dinaikan

sedemikian tingginya, dan sangat memeberatkan, dan merugikan masyarakat.

Khususnya perekonomian Indonesia. Beranjak dari pengalaman tersebut, maka

bank-bank tidak mau mengalami negative spread, sehigga pada saat suku bunga

simpanan dinaikan oleh pemerintah dalam hal ini adalah BI sebagai pengendali

inflasi, maka bank-bank akan dengan sendirinya menaikan suku buga kreditnya

(pinjaman). Apabila suku bunga kredit naik maka sudah otomatis minat

masyarakat untuk meminjam kredit semakin menurun, berarti jumlah alokasi

kreditpun menurun, termasuk kredit untuk usaha kecil (KUK).

Page 100: Faktor alokasi kuk

85

3. Apabila jumlah penghimpunan dana naik sebesar 1 %, maka akan menaikkan

alokasi KUK sebesar 1.585794 %. Berkaitan dengan fungsi bank untuk

menyalurkan dana pada masyarakat untuk meminjamkan uang (kredit) pada

masyarakat sangat terkait, dan tergantung dari seberapa besar jumlah dana yang

dihimpun oleh bank. Dengan semakin banyak jumlah dana yang dihimpun bank,

sudah tentu bank akan semakin gencar dalam menyalurkan dananya (kredit) pada

masyarakat baik itu kredit properti, ritel, menengah, besar, khususnya akan

meningkatkan alokasi KUK (Kredit Usaha Kecil) karena, disamping pihak bank

mengharapkan kembalian atau bunga sebagai keuntungan juga karena regulasi

pemerintah yang mengatur supaya pihak bank menyalurkan dana kredit kepada

usaha kecil.

4. Apabila suku bunga riil kredit naik 1 %, maka akan menurunkan jumlah

alokasi KUK sebesar -0.480499 %. Semakin tinggi bank mengenakan suku bunga

kredit, minat masyarakat untuk meminjam kredit semakin berkurang, sebab

mereka dihadapkan dengan jumlah pembayaran kredit ditambah bunga yang

tinggi. Dan ini memberatkan masyarakat yang bersangkutan dalam meminjam dan

melunasi kreditnya dimasa yang akan datang. Namun sebaliknya, apabila bank

mengenakan suku bunga kredit (pinjaman) yang rendah maka minat masyarakat

dalam meminjam kredit bertambah besar, khususnya kredit usaha kecil (KUK).

(hasil olah data bisa dilihat pada lampiran 4.)

Page 101: Faktor alokasi kuk

86

BAB VI

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

7.1 Simpulan

Dari proses dalam penelitian ini penulis menemukan sejumlah temuan yang

dapat dijadikan sebagai simpulan. Kesimpulan tersebut merupakan temuan dari

analisis yang telah dilakukan oleh penulis, dalam mencari faktor-faktor yang

mempengaruhi alokasi kredit usaha kecil pada bank-bank umum di Indonesia.

Rumusan masalah dengan demikian sudah dapat terjawab secara jelas. Fakta-fakta

tersebut menjadi jawaban dan bagian akhir atas pertanyaan awal pada rumusan

masalah di saat penyusunan penelitian.

Simpulan yang telah didapat dalam penelitian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi alokasi kredit usaha kecil dapat diuraikan di bawah ini:

1. Jumlah dana yang dihimpun oleh pihak perbankan yaitu bank-bank umum

di Indonesia berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume

alokasi kredit usaha kecil ( KUK ). Kenaikan dan penurunan alokasi KUK

karenanya sangat dipengaruhi oleh jumlah dana yang tersimpan pada bank

umum. Semakin besar jumlah dana dari pihak ketiga yang ada pada bank

umum maka akan semakin besar pula jumlah alokasi KUK.

2. Tingkat suku bunga riil kredit (pinjaman), pada bank-bank umum di

Indonesia ternyata berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume

alokasi kredit usaha kecil ( KUK ). Kenaikan dan penurunan jumlah

alokasi KUK karenanya sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga riil

kredit (pinjaman) bank umum. Semakin tinggi tingkat suku bunga riil

Page 102: Faktor alokasi kuk

87

kredit (pinjaman) bank umum maka kebalikannya adalah, akan semakin

rendah jumlah alokasi KUK.

3. Tingkat laju Inflasi di Indonesia ternyata berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap volume alokasi kredit usaha kecil ( KUK ). Kenaikan

dan penurunan jumlah alokasi KUK karenanya sangat dipengaruhi oleh

tingkat laju Inflasi di Indonesia. Semakin tinggi tingkat laju Inflasi di

Indonesia maka kebalikannya adalah, akan semakin rendah jumlah alokasi

KUK.

4. Penelitian dengan menggunakan metode OLS ini juga membuktikan

bahwa model yang dipakai adalah tepat melalui uji MWD yaitu logaritma

natural (lihat lampiran 9-10). R square pada model menunjukkan angka

92,62 % yang berarti nilai dari R square tersebut adalah baik dan tepat

karena dapat menunjukkan data aslinya dengat derajat mendekati 1 atau

100 %. Uji F yaitu uji apakah secara keseluruhan ke-tiga variabel

independen mempengaruhi variabel dependennya terjawab dengan, ke-tiga

variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependennya.

5. Penelitian dengan metode OLS dan menggunakan model logaritma natural

tersebut bebas dari masalah klasik dengan dibuktikan bahwa tidak

ditemukan adanya masalah dalam asumsi klasiknya dalam proses penujian,

6. maka dapat ditarik kesimpulan akhir bahwa penelitian sudah dikerjakan

dengan efektif (mengerjakan sesuatu yang benar) dan efisien (mengerjakan

sesuatu dengan benar).

Page 103: Faktor alokasi kuk

88

7.2 Implikasi

Penelitian tentang KUK ini terkandung di dalamnya bahwa, jika ingin

memajukan dan mengembangkan sektor riil dari peranan UKM maka diperlukan

cara untuk tercapai tujuan tesrsebut. Pendanaan UKM melalui KUK oleh pihak

perbankan yaitu bank-bank umum merupakan salah satu cara yang mudah dan

tepat. UKM akan mampu mengembangkan diri karena memiliki modal atau

tambahan modal, dari KUK untuk menciptakan usaha mereka yang produktif.

KUK karenanya patut mendapat perhatian, maka sebagai konsekuensinya faktor-

faktor yang mempengaruhi alokasi KUK perlu mendapat kajian yang mendalam.

Pengkajian tentangnya perlu karena dengannya akan dapat diperoleh ilmu tentang

bagaimana supaya KUK bergerak.

Dari fakta-fakta yang ditemukan pada penelitian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi alokasi kredit usaha kecil tersebut maka dapat ditarik sebuah

implikasi teoritis darinya yaitu :

1. Jika pemerintah ingin mengembangkan sektor riil melalui pengembangan

usaha kecil maka pemerintah harus menjaga faktor-faktor yang

mempengaruhi alokasi KUK. Stabilitas moneter patut menjadi agenda

utama kebijakan ekonomi. Inflasi serta suku bunga yang tinggi dan

bergejolak akan mempengaruhi alokasi KUK. Pengendalian moneter untuk

menjaga tingkat inflasi dan suku bunga supaya stabil mutlak diperlukan,

sehingga masyarakat dengan UKM akan mampu menyerap KUK lebih

optimal guna perkembangan UKM.

Page 104: Faktor alokasi kuk

89

2. Pihak perbankan yaitu bank-bank umum yang menyuplai KUK kepada

UKM diharapkan dapat bekerjasama dengan pemerintah untuk

menciptakan kondisi moneter yang baik. Fungsi intermediasi bank umum

harus dilakukan sebagaimana mestinya. Bank-bank umum diharapkan

untuk lebih giat lagi dalam menghimpun dana dari pihak ketiga dengan

berbagai cara. Seperti telah diketahui dari penelitian diatas yaitu jika

jumlah penghimpunan dana semakin besar maka alokasi KUK juga

semakin besar.

Page 105: Faktor alokasi kuk

DAFTAR PUSTAKA

Erwin (1998), Penelitian tentang Penyaluran KUK di Indonesia Kurun Waktu

1990-1995, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan) Fakultas Ekonomi,

Universitas Islam Indonesia, Yogkyakarta.

Hakim, A. (2000), Statistik Induktif Untuk Ekonomi Dan Bisnis, Ekonisia,

Yogyakarta.

Jonni, J. M. dkk. (2005), Ekonometrika Teori dan Aplikasi, Gramedia, Jakarta.

Kasmir (2004), Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Khalwaty, T. (2001), Inflasi Dan Solusinya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Martin, P. (2000), Mengembangkan Usaha Kecil, dengan memanfaatkan berbagai

bentuk jaringan kerja ekonomi, Muray Kencana, Jakarta.

Ngatiman (1998), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Dana KUK

Oleh Bank Pembangunan Daerah D.I.Y 1985-2002, Skripsi Sarjana

(Tidak dipublikasikan) Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia,

Yogkyakarta.

Sartika, T. dan R.S. Abd (2002), Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koprasi,

Ghalia Indonesia, Jakarta.

Subanar, Harimurti (2001), Manajemen Usaha Kecil, BPFE, Yogyakarta.

Totok, B. dan Sigit, T. (2006), Bank dan Lembaga Keuangan Lain, edisi 2

Salemba Empat, Jakarta.

Widarjono, Agus (2005), Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk ekonomi dan

bisnis, EKONISIA UII, Yogyakarta.

Page 106: Faktor alokasi kuk

Abdul, S. (2003), Pendanaan Usaha Kecil, Diambil 18 September 2003, dari

http:// www.kompas.com

Agnes, S.P. (2004), Waduh Kredit UMKM Kok Belum Cair Juga, Diambil 12

Agustus 2004, dari http:// www.kompas.com

Fey (2003), Ditunjuk Pelaksana Kredit Usaha Kecil dan Mikro, Diambil 04 April

2003, dari http:// www.kompas.com

Booklet Perbankan Indonesia, BI 2005.

Informasi KUK 1997, Jakarta Pustaka Binaan Pressindo.

Insukindro 1993 Ekonomi Uang dan Bank, BPFE UGM Yogyakarta.

Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan, edisi 5, LP

FE UII 2005.

Modul Pelatihan Ekonometrika Dinamis Aplikasi Eviews 3.0, UGM 2004.

Pedoman Penulisan Skripsi, UII Press 2005 Yogyakarta.

Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, BI 2005.