Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Paketanschrift: Philipps-Universität – Fachgebiet Religionswissenschaft – Landgraf-Philipp-Str. 4 – D 35037 Marburg Web: http://www.uni-marburg.de/fb03/ivk/vk
Philipps-Universität – Fachgebiet Religionswissenschaft – D 35032 Marburg
Dr. M. Amin Nurdin Faculty of Ushuluddin Islamic State University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
FB 03 Faculty of Social Science and Philosophy
Institute for Comparative Cultural Research – Academic Study of Religions Director of the Museum of Religions
Prof. Dr. Edith Franke
Tel.: ++49 -(0) 6421 28-23662 Fax: ++49 -(0) 6421 28-23944 Secr.: Ms. Wachs Tel.: ++49 -(0) 6421 28-22480 E-Mail: [email protected]
Marburg, 5
th of April 2016
Letter of recommendation for Dr. M. Amin Nurdin, MA., Senior Lecturer at the Faculty
of Ushuluddin Islamic State University (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta / Indonesia
Dear Dr. Nurdin,
This letter is to confirm that our Institute for Comparative Cultural Research, especially the De-
partment for the Academic Study of Religions (Fachgebiet Religionswissenschaft) at the University
of Marburg will be happy to give you a chance for your further research about "Reevaluation of the
Relationship between the Multiculturalism Ideology and Islam in Western Countries: German
Case". After reading your short proposal, I would recommend you to be a visiting scholar in our
institute. You can search relevant data and research material via several databases, the library and
also via objects of the "Religionskundliche Sammlung" (Collection of Religions/Museum of Reli-
gions), which is one of the best archive collections in Germany. In our historic university we also
have a Center for Interdisciplinary Religious Research (ZIR), a research community for compara-
tive perspectives and academic exchange, where you could discuss your project proposal. You are
also invited to present your research project in an academic forum, such as our lecture series etc.
I understand you will be applying for a grant of the Indonesian government to carry out this re-
search and this grant, if successful, will enable you to commence work on the project in 2016. If a
part of this project is to be conducted in Germany, our institute will be happy to support your appli-
cation to be a visiting scholar in 2016, to provide the necessary support available for visiting schol-
ars and to give access to our research facilities at the institute. I understand the grant will cover all
your expenses during your stay in Marburg (including travel, accommodation, living costs and in-
surance).
We would be happy to welcome you at our department and I wish you all the best for your applica-
tion and your project.
Sincerely yours,
Prof. Dr. Edith Franke (Director of the Institute for Comparative Cultural Research)
1
LAPORAN RESEARCH FELLOWSHIP BERBENTUK HIBAH
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KE UNIVERSITAS PHILIPPS MARBURG JERMAN
7 SEPTEMBER – 9 NOPEMBER 2016
Dr. M. Amin Nurdin, MA
Perjalanan ke Jerman mengikuti Program Research Fellowship dari Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dilakukan setelah mengikuti persyaratan yang ditentukan oleh
Lembaga Penelitian dan Pengabdian untuk Masyarakat (LP2M) UIN Jakarta, yaitu adanya
undangan dari universitas dari luar negeri dan lulus dari penilaian.
Saya diundang sebagai visiting scholar oleh Philipps Marburg University Jerman yang terletak di
sebuah kota pelajar Marburg. Universitas ini merupakan universitas tertua di Eropa yang berdiri
di tahun 1527 dan telah melahirkan tokoh-tokoh terkenal di dunia dan penerima hadiah nobel.
Fakultas-fakultas yang ada di universitas ini terdiri dari fakultas umum dan agama/filsafat.
Saya berangkat ke Jerman tanggal 7 September 2016 dan mendarat di Frankfurt pada tanggal 8
September 2016. Salah seorang gurubesar Universitas Philipps Marburg menjemput saya
bernama Prof Mai Dar dan langsung ke kota Marburg setelah menempuh perjalanan kereta api
selama 1 jam. Saya langsung diantar ke guesthouse universitas yang terletak di tengah kota dan
dekat dengan kampus. Setelah itu diperkenalkan dengan lingkungan kampus bergaya arsitektur
bangunan klasik dan modern yang indah dan asri.
Sehari kemudian saya langsung bertemu dengan pihak pengundang dan langsung diberikan
akses universitas untuk keperluan penelitian. Seperti akses kartu perpustakaan, akses
internet/media online, ruangan baca/computer, dan bagian tata usaha universitas yang
mengurus segala hal yang menyangkut keperluan penelitian universitas.
Judul penelitian saya berkaitan dengan perkembangan dan isu yang tengah menjadi berita
hangat tentang Islam di negara-negara Eropa Barat, yaitu ‘Reevaluation of the Relationship
between the Multiculturalism Ideology and Islam in Western Countries: German Case’. Judul ini
merupakan sekuel dari disertasi saya tentang keberhasilan negara mengelola masyarakat
multikultural di Australia dengan penerapan kebijakan multikulturalisme. Kebijakan ini di
2
Australia dianggap berhasil (success story) diterapkan dengan indikator rendahnya tingkat
konflik sosial dan kekerasan sehingga terciptanya suatu identitas nasional yang kuat. Kekuatan
kebijakan ini didasarkan kepada penghormatan terhadap semua kebudayaan masyarakat
multikultural tanpa mengindahkan asal-usul masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dan
mengintegrasikannya sebagai suatu kekayaan bangsa yang bhinneka tunggal ika, sebagaimana
yang terdapat di Negara kita, Indonesia.
Sebaliknya, pertanyaan penelitiannya apakah negera-negara Eropa Barat seperti Jerman yang
menerapkan ideolog multikulturalisme juga berhasil menerapkan ideologi ini? Kenyataannya,
berbagai pemimpin negara-negara Eropa Barat menganggap ideologi telah gagal
mengintegrasikan masyarakat multikultural, khususnya dengan masyarakat pendatang
(immigrant), dan pada umumnya ditujukan kepada komunitas Muslim. Penelitian ini mencoba
menjelaskan masalah tersebut serta mencari jalan keluar yang terbaik dari sudut internal
maupun eksternal. Karena hal ini sangat kompleks terkait dengan masalah agama, budaya,
ekonomi, dan politik serta berkorelasi satu sama lain sehingga tidak mudah mencari solusi
terhadap pertanyaan penelitian ini.
Menjawab persoalan ini, saya telah melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan
wawancara tokoh-tokoh intelektual, agamawan dari berbagai latarbelakang agama, pimpinan
organisasi-organisasi Islam, dan masyarakat umum (people on the street). Untuk mengetahui
bagaimana respon masyarakat terhadap kelompok Muslim dapat berintegrasi dan ‘survive’ di
tengah masyarakat Eropa Barat yang menerapkan ideologi multikulturalisme dengan prinsip
demokrasi liberal, saya mengunjungi berbagai Negara Eropa Barat, antara lain kota Lyon dan
Paris di Perancis; kota Amsterdam, Utrecht, Den Haag, dan Rotterdam di Belanda; dan Brussel
di Belgia, selain Negara Jerman itu sendiri sebagai studi kasus.
Laporan perjalanan untuk mengumpulkan data penelitian ke beberapa Negara Eropa Barat,
sebagaimana berikut:
1. Marburg dan Frankfurt di Jerman
Penelitian saya tentang Islam Eropa Barat di perpustakaan-perpustakaan Universitas Philipps
Marburg di kota Marburg. Berbagai referensi saya kumpulkan untuk mengetahui peta
keagamaan dan pluralism masyarakat Eropa Barat, khususnya masyarakat Jerman. Pihak
universitas memberi kesempatan yang luas untuk melakukan penelitian.
Berbagai wawancara saya lakukan baik itu tokoh-tokoh agama, intelektual, organisasi berbagai
agama dan aliran, termasuk masyarakat umum (people on the street). Tokoh-tokoh intelektual,
3
antara lain Prof Edith Franke, pihak pengundang dari Universitas Philipps Marburg, Prof Mai
Dar, Prof Albrecht Fuess, Ketua Jurusan Islamic Studies, Dr. Peter Wildman, International Office
Universitas Marburg, Prof Jurgen Kiefer, Dosen Universitas Giesen, dan banyak lainnya.
Tokoh-tokoh agama dan organisasi agama, antara lain Dr Norbert Ernst, tokoh Katholik Jerman,
dr. Bilal Zayyat, Ketua organisasi Muslim Marburg, Danial dan Umar dari kelompok Ahmadiyah,
dan Onon Orbach dari pihak agama Yahudi.
Setelah melakukan penelitian di Jerman dan di berbagai Negara Eropa Barat selama 2 minggu,
saya melakukan presentasi laporan hasil sementara penelitian di hadapan pihak pengundang
dari Universitas Philipps Marburg. Prof Edith Franke sangat positif membaca hasil laporan dan
menjelaskan belum ada orang Indonesia yang melakukan penelitian Islam di Eropa di Marburg
pada masa sebelumnya. Sebelum pulang ke tanah air, pihak Universitas menjamu saya makan
malam (dinner) dan mengharapkan kelanjutan kerjasama di tahun-tahun mendatang.
Alhamdulillah saya diminta menjadi salah satu authors dan editorial board jurnal internasional
EPIJIS (Eurasian Journal for International, Polemolocigal and Islamic Studies) universitas
Marburg tersebut tentang Islamic studies yang sebelumnya belum menjadi kajian jurnal
tersebut. Ini merupakan kehormatan bagi saya dan lembaga UIN Jakarta. Dan saya
menyumbang satu tulisan ilmiah tentang pluralism dan toleransi di Indonesia dalam jurnal ini
yang akan terbit akhir tahu 2016. Dua hari sebelum ke tanah air, saya diminta sebagai
pembicara oleh lembaga Cosmodi pimpinan Prof Mai Dar tentang ‘pluralism in Germany’.
Foto guesthouse Universitas Philipps Marburg di tengah kota Marburg Jerman.
4
Foto bersama Prof Edith Franke, pihak pengundang dari Universitas Philipps Marburg, saat mendengarkan presentasi laporan
hasil penelitian sementara di kantornya. Dihadiri juga oleh gurubesar lainnya.
Salah satu pintu masuk perpustakaan Islam di Universitas Philipps Marburg Jerman
5
Saya diminta Universitas Philipps Marburg menjadi salah satu authors dan editorial board jurnal EPIJIS (Eurasian Journal for
International, Polemolocigal and Islamic Studies).
Susunan redaksi jurnal EPIJIS Universitas Philipps Marburg Jerman.
6
Foto saat diundang sebagai pembicara tentang ‘pluralism in Germany’ oleh lembaga Cosmodia di kota Lorch, dekat kota
Frankfurt.
Pertemuan dengan Konsulat Jenderal (Konjen) KBRI Frankfurt Jerman ibu Wahyu dan stafnya di kantornya.
2. Lyon dan Paris di Perancis
Saya melakukan wawancara dengan romo Katholik Max Bobinchon tentang berbagai hubungan
agama dan Negara dan pluralitas masyarakat keagamaan di Perancis. Di samping itu saya juga
melakukan wawancara dengan keluarga kulit putih Perancis yang mengajak makan malam
(dinner) dan masyarakat lainnya yang berkaitan citra positif dan negatif kaum Muslim yang
7
berada di Perancis. Dalam penelitan di dua kota ini, terlihat bagaimana kesalahpahaman
masyarakat Perancis terhadap Islam sehingga menimbulkan pro-kontra keberadaan kaum
pendatang, antara lain mereka dianggap memiliki potensi teroris, tidak adanya kesetaraan
gender, demokrasi berlawanan dengan ajaran Islam, dan lain sebagainya.
Foto bersama romo Max Bobinchon di kantornya seminari gereja Katholik Lyon Perancis.
Salah satu surat yang dikirimkan kepada saya oleh salah satu keluarga Perancis yang saya kenal disertai sebuah buku baru
berbahasa Perancis tentang toleransi beragama di Perancis.
8
3. Amsterdam, Utrecht, Den Haag, dan Rotterdam di Belanda
Belanda adalah salah satu pusat komunitas masyarakat Muslim yang berdiam di negara-negara
Eropa Barat. Kota Amsterdam sangat majemuk dan berlatarbelakang penduduk immigran yang
datang dari seluruh dunia, khususnya kaum Muslim. Dari sini saya melihat bagaimana
masyarakat berbaur satu sama lain tanpa terlihat adanya batas-batas budaya, agama dan etnis.
Di kota Utrecht, saya melakukan wawancara dengan Profesor Martin van Buinessen dari
Universitas Utrecht dan Leiden tentang Islam di Eropa. Kemudian di kota ini pula wawancara
dilanjutkan dengan Profesor Karel Steenbrink dan kemudian berlanjut di kota Rotterdam. Di
Den Haag, saya bertemu dengan atase pendidikan KBRI Prof Bambang Harry Wibisono juga
membicarakan peta pendidikan mahasiswa di Eropa Barat, khususnya Belanda. Di sana saya
juga menghadiri seminar yang diselenggarakan oleh KBRI Belanda.
Wawancara dengan Prof Matin van Bruinessen di Utrecht Belanda.
Foto bersama dengan Prof Karel Steenbrink dan istri di kediamannya di kota Utrecht setelah melakukan wawancara.
9
4. Brussel di Belgia
Kota Brusel banyak dihuni oleh penduduk Muslim. Di salah satu daerah Chesse du Monk,
tempat saya menginap, bahkan sekan saya tinggal bukan di negara Eropa tetapi di Negara Arab
karena banyaknya warga Muslim asal Maroko bertempat tinggal. Di kota ini saya bertemu
dengan pemuka-pemuka Muslim dan organisasi Islam dan diajak berkunjung ke berbagai mesjid
yang pada umumnya beraliran Ahlus Sunnah. Mesjid-mesjid ramai dikunjungi saat ibadah
shalat. Namun demikian, organisasi Islam di negara ini sulit bersatu karena adanya perbedaan
mazhab dan aliran sehingga menimbulkan perpecahan. Hal ini merupakan gejala umum di
tengah masyarakat Islam Eropa Barat. Di kota ini saya juga sempat berbicara dengan Sekretaris
Satu KBRI Belgia Sdr. Devdy Risa dan diminta menjadi tenaga pengajar Islamic Studies di
Universitas Leuven Brussel, yang direncanakan akan dibuka dengan adanya kerjasama
pendidikan antara Pemerintah Indonesia dan Belgia.
Foto mesjid Assounnah di Brussel Belgia. Mesjid penuh oleh para jamaah di setiap waktu shalat.
10
Foto bersama Sekretaris Pertama KBRI Brussel Devdy Risa di kantornya.
Penutup
Saya mengucapkan terimakasih kepada UIN Jakarta dan dan pihak pengundang Universitas
Philipps Marburg Jerman atas kesempatan yang diberikan di dalam melakukan penelitian Islam
di Eropa Barat. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada pihak Kementerian Luar Negeri
RI yang telah memberikan paspor dinas dalam perjalanan penelitian ini. Insya Allah usaha
kerjasama antara lembaga pendidikan UIN Jakarta dan Universitas Philipps Marburg Jerman
bisa berlanjut di tahun mendatang. Pihak pengundang dari Universitas Philipps Marburg tahun
depan akan datang ke Jakarta dan ini bisa dimanfaatkan untuk membuat kerjasama yang saling
menguntungan bagi kedua pihak.
Jakarta, 20 Nopember 2016
Dr.M.Amin Nurdin, MA