127
SKRIPSI KAJIAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN BERBASIS ISO 22000 DI PT NESTLE INDONESIA, KEJAYAN FACTORY Oleh : CHINDARWANI F24103070 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

F07chi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

  • SKRIPSI

    KAJIAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN

    BERBASIS ISO 22000 DI PT NESTLE INDONESIA, KEJAYAN FACTORY

    Oleh :

    CHINDARWANI

    F24103070

    2007

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • Chindarwani. F24103070. Kajian Sistem Manajemen Keamanan Pangan Berbasis ISO 22000 di PT Nestle Indonesia, Kejayan Factory. Di bawah bimbingan: Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc, Ahmad M Wahyudi, STP, dan Ir. Arief Susena.

    RINGKASAN

    The International Organization for Standardization atau ISO adalah

    organisasi yang mengembangkan standar internasional yang dapat digunakan di seluruh dunia dengan salah satu tujuannya membantu negara berkembang mempelajari dan mengembangkan berbagai teknologi yang sudah diterapkan oleh negara maju, sehingga industri dapat bersaing dalam perdagangan global. Pada tahun 2005 ISO telah menerbitkan standar sistem manajemen keamanan, yaitu ISO 22000. Standar internasional ini menggabungkan antara sistem manajemen mutu dengan prinsip HACCP serta kombinasi dinamis dengan persyaratan dasar untuk pengendalian bahaya.

    PT Nestl Indonesia sebagai salah satu produsen pangan terkemuka memberikan perhatian yang sangat serius terhadap masalah keamanan pangan dan produk yang dihasilkan. Dalam rangka pengelolaan masalah keamanan produk yang dihasilkan, PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory berencana mengimplementasikan standar ISO 22000. Saat ini sistem manajemen keamanan pangan yang diterapkan PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory dinamakan Food Safety Management system (FSMS), yaitu sistem yang mengutamakan keamanan pangan, ketaatan terhadap peraturan, dan komitmen manajemen terhadap keamanan produk yang dihasilkan.

    Kegiatan magang ini bertujuan mengidentifikasi kesesuaian dan menganalisis kesenjangan penerapan FSMS di PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory dengan persyaratan standar ISO 22000. Langkah-langkah penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (1) Mengamati penerapan Integrated Management system (IMS) ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001. (2) Mempelajari sistem manajemen keamanan pangan yang diterapkan berupa Food Safety Management System (FSMS). (3) Membuat daftar dokumen yang dibutuhkan dalam penerapan ISO 22000. (4) Menganalisis kesenjangan (Gap Analysis) FSMS dengan persyaratan ISO 22000. (5) Memberikan rekomendasi untuk pengembangan sistem manajemen keamanan pangan di perusahaan

    Hasil observasi menunjukkan bahwa standar ISO 22000 telah diakomodasi dalam FSMS di PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory. Hal ini telihat dari pemenuhan 48 kriteria dari 60 kriteria yang ada. Kriteria yang belum dipenuhi menuju sertifikasi adalah belum adanya manual dokumentasi khusus untuk sistem manajemen keamanan pangan, komunikasi kebijakan mutu yang belum efektif, masih kurangnya sosialisasi FSMS kepada seluruh karyawan khususnya di level operator, belum adanya dokumen tertulis secara detail mengenai tanggung jawab dan wewenang tim keamanan pangan serta surat pengangkatan ketua tim keamanan pangan, prosedur-prosedur pendukung yang masih harus dikembangkan karena berpengaruh terhadap

  • keamanan pangan, dan belum adanya penetapan kelayakan dasar operasional secara rinci khusus untuk keamanan pangan.

    Beberapa rekomendasi untuk lebih meningkatkan efektifitas dalam perencanaan penerapan ISO 22000 di PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory, meliputi (1) Penyusunan manual secara tersendiri khusus untuk Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang terpisah dari Integrated Management System yang telah ada (penggabungan ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001), (2) Peningkatan komitmen manajemen dengan cara mengkomunikasikan kebijakan mutu kepada seluruh karyawan secara lebih efektif, mengadakan pelatihan dan memberikan sertifikat bagi auditor internal, (3) Mensosialisasikan FSMS kepada level operator dengan cara pembuatan modul FSMS, refresh training, acara fun game , (4) Penentuan Kelayakan Dasar Operasional (OPRP) dan Pengecekan keberadaan CCPs Summary Sheet pada setiap line produksi sebagai suatu bentuk pengawasan terhadap CCP (5) Melengkapi dokumen tertulis tanggung jawab dan wewenang tim keamanan pangan, surat pengangkatan ketua tim keamanan pangan, serta pengembangan prosedur-prosedur yang sudah ada agar mencakup keamanan pangan, dan (6) Menambahkan fasilitas bangunan berupa kran air panas sesuai dengan persyaratan standar internasional ini.

  • KAJIAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN

    BERBASIS ISO 22000 DI PT NESTLE INDONESIA, KEJAYAN FACTORY

    Oleh :

    CHINDARWANI

    F24103070

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    2007

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis mempunyai nama lengkap Chindarwani, tetapi

    sehari-hari penulis lebih dikenal dengan nama Indach.

    Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Agustus

    1986, merupakan anak bungsu dari empat bersaudara

    keluarga Abu Chair Thaib,Alm dan Sri Sumariyati,

    dengan tiga orang kakak laki-laki.

    Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Akbar (1989-

    1991) kemudian dilanjutkan di SDN Polisi V Bogor (1991-1997). Penulis

    melanjtkan studi di SMPN 4 Bogor (1997-2000). Pada tahun yang sama,

    penulis menempuh pendidikan di SMUN 6 Bogor dan lulus pada tahun 2003.

    Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi

    Pertanian, Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan melalui jalur USMI. Selain

    mengikuti kuliah, penulis pada organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu dan

    Teknologi Pangan (HIMITEPA) sebagai Sekertaris Divisi Hubungan Luar

    (Hublu) dan staff Public Relation Food Chat Club Ilmu dan Teknologi

    Pangan. Penulis sering tergabung dalam berbagai kepanitiaan yang diadakan

    oleh HIMITEPA. Penulis pernah mengikuti training ISO 9001 yang diadakan

    oleh Golden Solusindo konsultan (2007). Selain itu, penulis juga mengikuti

    pelatihan Hygiene dan Safety yang diadakan PT Nestl Indonesia, Kejayan

    Factory.

    Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapangan di PT Fajar

    Taurus Jakarta (2006). Kegiatan terakhir yang diikuti adalah magang di PT

    Nestl Indonesia, Kejayan Factory sebagai tugas akhir. Tema magang adalah

    Kajian Sistem Manajemen Keamanan pangan Berbasis ISO 22000 di PT

    Nestl Indonesia, Kejayan Factory dibawah bimbingan Dr. Ir. Ratih

    Dewanti-Hariyadi, MSc, Ir. Arief Susena, dan Ahmad M Wahyudi, STP.

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur dihaturkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat,

    hidayah, dan anugerahNya serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini dengan judul Kajian Sistem Manajemen Keamanan Pangan Berbasis

    ISO 22000 di PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory. Shalawat serta salam

    semoga selalu tercurah pada bimbingan Nabi Muhammad SAW.

    Karya ini terwujud atas bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada :

    1. Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi selaku dosen pembimbing akademik yang

    telah banyak memberikan kasih sayang, bimbingan, nasihat, kesabaran

    serta semangat kepada penulis.

    2. Ir. Arief Susena dan Ahmad Wahyudi, STP selaku pembimbing lapangan

    atas kesempatan, bimbingan, bantuan, dan pelajaran berharga yang telah

    diberikan selama penulis melaksanakan kegiatan magang.

    3. Dr. Ir. Harsi D Kusumaningrum, MSc dan Ir. Darwin Kadarisman, MS

    selaku dosen penguji atas segala bantuan dan saran yang telah diberikan.

    4. Bapak Bambang Yudi Handono selaku Head of Organization

    Development, yang telah memberikan izin dan fasilitas kepada penulis.

    5. Ibu dan alm ayah atas semua doa, kasih sayang, dukungan, motivasi, dan

    pengorbanan yang telah diberikan hingga saat ini.

    6. Kakak-kakak terbaik: Abang Imam, Donga Ichsan, Mbak Suryani, Mbak

    Ria serta ponakan ku Karina&Entong atas segala bentuk bantuan serta

    keceriaan yang telah diberikan.

    7. Keluarga Om Budi Mulyono (Bule Luha, Vovi, Citra, Mbah, dan Rivat)

    atas kasih sayang yang diberikan selama penulis melaksanakan magang.

    8. Sahabat terbaik Bangun Sukarno Widodo atas dukungan, kepercayaan,

    motivasi, bantuan, serta keceriaannya.

    9. Staff QA dan Staff Hygiene Pak Masruri dan Pak Samosir atas segala

    bantuan dan kebaikan yang telah diberikan.

  • 10. Mbak Muhani Alfianti dan Bapak Moortiono atas bantuan yang telah

    diberikan.

    11. Keluarga besar Autonomus room : Pak Irdam, Pak Basuki, Pak Giri, Pak

    Joni, Pak Ade, Pak Suparman, Pak Jefri, Pak Norman, Pak Yan Bakti, Pak

    Kadek, Mas Faizin, Mas Imam dan Mas Fauzi atas segala kebaikan yang

    telah diberikan.

    12. Teman seperjuangan magang Dliyaa Ul Haq&Yustoni Anang Prabowo

    (Tekim-UGM), Iwan Seta Antara (TPHP-UGM), Wisnu Cahya&Andi

    Agus (Mesin-UnBraw), BadIatul Jamillah (Administrasi-Uwiga), dan

    Luluk Murni (Industri-ITN) atas persahabatan yang indah selama empat

    bulan.

    13. Teman satu bimbingan Adie, Chusni, dan Fitri atas segala perhatian dan

    dukungan yang telah diberikan.

    14. Tohan Febriantono atas segala informasi dan bantuan selama pelaksanaan

    magang dan penulisan skripsi.

    15. Sahabat-sahabat Luv Crunz : Wati, I2n, Abdy, Ocha, Anis, Rucitz, Epeun,

    Riska, Bohay, Dini, dan Dian atas segala bentuk kebersamaan, keceriaan,

    persahabatan, dan kenangan tak terlupakan selama kuliah.

    16. Kelompok praktikum C1 (Steph, Oneth, Pak De) dan teman-teman ITP

    40 atas kerja samanya selama praktikum dan kuliah.

    17. Kakak-kakak NMDP (Nestle Management Development Program), Faika

    Dwiyanti, Helmi Yohanna Sirait, Yurike Tedjakusuma, dan Jimmy

    Perdana.

    18. Bapak-bapak operator di FMR, Egron 1, Egron 2, Agglo, WWTP, Boiler,

    SCM dan CDM atas ilmu dan pengalaman yang penulis dapatkan selama

    magang.

    19. Mbak Ratni, Mas Adi, Bu Dian, Mas Samsu, Pak Karna, serta staff AJMP

    Fateta, dan para laboran.

    20. The last but not the least, semua pihak yang telah memberikan keajaiban

    sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Hanya Allah yang

    dapat membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, dan teman-teman. Penulis

  • menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Namun

    demikian, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat.

    Bogor, September 2007

    Penulis

  • Chindarwani. F24103070. Kajian Sistem Manajemen Keamanan Pangan Berbasis ISO 22000 di PT Nestle Indonesia, Kejayan Factory. Di bawah bimbingan: Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc, Ahmad M Wahyudi, STP, dan Ir. Arief Susena.

    RINGKASAN

    The International Organization for Standardization atau ISO adalah

    organisasi yang mengembangkan standar internasional yang dapat digunakan di seluruh dunia dengan salah satu tujuannya membantu negara berkembang mempelajari dan mengembangkan berbagai teknologi yang sudah diterapkan oleh negara maju, sehingga industri dapat bersaing dalam perdagangan global. Pada tahun 2005 ISO telah menerbitkan standar sistem manajemen keamanan, yaitu ISO 22000. Standar internasional ini menggabungkan antara sistem manajemen mutu dengan prinsip HACCP serta kombinasi dinamis dengan persyaratan dasar untuk pengendalian bahaya.

    PT Nestl Indonesia sebagai salah satu produsen pangan terkemuka memberikan perhatian yang sangat serius terhadap masalah keamanan pangan dan produk yang dihasilkan. Dalam rangka pengelolaan masalah keamanan produk yang dihasilkan, PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory berencana mengimplementasikan standar ISO 22000. Saat ini sistem manajemen keamanan pangan yang diterapkan PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory dinamakan Food Safety Management system (FSMS), yaitu sistem yang mengutamakan keamanan pangan, ketaatan terhadap peraturan, dan komitmen manajemen terhadap keamanan produk yang dihasilkan.

    Kegiatan magang ini bertujuan mengidentifikasi kesesuaian dan menganalisis kesenjangan penerapan FSMS di PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory dengan persyaratan standar ISO 22000. Langkah-langkah penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (1) Mengamati penerapan Integrated Management system (IMS) ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001. (2) Mempelajari sistem manajemen keamanan pangan yang diterapkan berupa Food Safety Management System (FSMS). (3) Membuat daftar dokumen yang dibutuhkan dalam penerapan ISO 22000. (4) Menganalisis kesenjangan (Gap Analysis) FSMS dengan persyaratan ISO 22000. (5) Memberikan rekomendasi untuk pengembangan sistem manajemen keamanan pangan di perusahaan

    Hasil observasi menunjukkan bahwa standar ISO 22000 telah diakomodasi dalam FSMS di PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory. Hal ini telihat dari pemenuhan 48 kriteria dari 60 kriteria yang ada. Kriteria yang belum dipenuhi menuju sertifikasi adalah belum adanya manual dokumentasi khusus untuk sistem manajemen keamanan pangan, komunikasi kebijakan mutu yang belum efektif, masih kurangnya sosialisasi FSMS kepada seluruh karyawan khususnya di level operator, belum adanya dokumen tertulis secara detail mengenai tanggung jawab dan wewenang tim keamanan pangan serta surat pengangkatan ketua tim keamanan pangan, prosedur-prosedur pendukung yang masih harus dikembangkan karena berpengaruh terhadap

  • keamanan pangan, dan belum adanya penetapan kelayakan dasar operasional secara rinci khusus untuk keamanan pangan.

    Beberapa rekomendasi untuk lebih meningkatkan efektifitas dalam perencanaan penerapan ISO 22000 di PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory, meliputi (1) Penyusunan manual secara tersendiri khusus untuk Sistem Manajemen Keamanan Pangan yang terpisah dari Integrated Management System yang telah ada (penggabungan ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001), (2) Peningkatan komitmen manajemen dengan cara mengkomunikasikan kebijakan mutu kepada seluruh karyawan secara lebih efektif, mengadakan pelatihan dan memberikan sertifikat bagi auditor internal, (3) Mensosialisasikan FSMS kepada level operator dengan cara pembuatan modul FSMS, refresh training, acara fun game , (4) Penentuan Kelayakan Dasar Operasional (OPRP) dan Pengecekan keberadaan CCPs Summary Sheet pada setiap line produksi sebagai suatu bentuk pengawasan terhadap CCP (5) Melengkapi dokumen tertulis tanggung jawab dan wewenang tim keamanan pangan, surat pengangkatan ketua tim keamanan pangan, serta pengembangan prosedur-prosedur yang sudah ada agar mencakup keamanan pangan, dan (6) Menambahkan fasilitas bangunan berupa kran air panas sesuai dengan persyaratan standar internasional ini.

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi

    DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vii

    I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG............................................................................. 1

    B. TUJUAN ................................................................................................. 2

    II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

    A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN ....................... 3

    B. LOKASI PT NESTL INDONESIA........................ .............................. 4

    C. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN ....................................... 5

    D. PEMASARAN......................................................................................... 6

    E. PT NESTL INDONESIA, KEJAYAN FACTORY ............................... 7

    F. JENIS PRODUK ...................................................................................... 10

    III. TINJAUAN PUSTAKA

    A. SUSU BUBUK........................................................... ............................. 11

    B. KEAMANAN SUSU BUBUK ............................................................... 12

    1. Bahaya Fisik ....................................................................................... 14

    2. Bahaya Kimia ..................................................................................... 14

    3. Bahaya Biologi ................................................................................... 15

    C. SISTEM MANAJEMEN INDUSTRI ..................................................... 16

    1. ISO 9001:2000 ................................................................................... 16

    2. ISO 14001:2004 ................................................................................. 18

    3. OHSAS 18001:1999 .......................................................................... 19

    D. SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN .............................. 21

    E. GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP) ................................. 21

    1. Perlengkapan Umum .......................................................................... 22

    2. Bangunan dan Fasilitas ...................................................................... 23

  • 3. Peralatan dan Penglengkapan ............................................................. 25

    4. Pengendalian Proses ........................................................................... 25

    F. SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURE (SSOP) .......... 25

    G. HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) ............ 26

    H. STANDAR SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN

    1. British Retail Consortium (BRC) ....................................................... 34

    2. Rapid Alert System (RAS) .................................................................. 39

    I. ISO 22000 ................................................................................................. 39

    IV. METODOLOGI PENELITIAN

    A. TEMPAT DAN WAKTU ....................................................................... 45

    B. METODE ................................................................................................ 45

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM....................... ....................... 48

    B. FOOD SAFETY MANAGEMENT SYSTEM ............................................ 51

    1. Nestl Good Manufacturing Practice (NGMP) ................................. 49

    2. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) ............................ 51

    3. Quality Monitoring Scheme ............................................................... 54

    4. Kalibrasi Peralatan ............................................................................. 54

    5. Sistem Release ................................................................................... 54

    6. Penelusuran, Identifikasi, dan Pengkodean ....................................... 55

    7. Penarikan Produk ............................................................................... 56

    8. Pemantauan Bakteri Patogen ............................................................. 56

    9. Komitmen Manajemen ....................................................................... 57

    10. Ketaatan Peraturan ........................................................................... 57

    C. SISTEM DOKUMENTASI .................................................................... 58

    1. Kebijakan dan Manual ....................................................................... 58

    2. Prosedur ............................................................................................. 60

    3. Instruksi kerja ..................................................................................... 61

    4. Records/catatan .................................................................................. 62

    D. PENYUSUNAN DAFTAR DOKUMEN ............................................... 62

    E. ANALISIS KESENJANGAN ANTARA KONDISI PERUSAHAAN

    DENGAN PERSYARATAN ISO 22000 .................................................... 72

  • 1. Klausul 4. (Sistem Manajemen Keamanan Pangan) .......................... 73

    2. Klausul 5. (Komitmen Manajemen) ................................................... 73

    3. Klausul 6. (Manajemen Sumber Daya) .............................................. 76

    4. Klausul 7. (Prerequisite programme) ................................................ 78

    5. Klausul 8. (Validasi, Verifikasi, dan Pengembangan SMKP) ........... 80

    VII. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN ....................................................................................... 89

    B. SARAN ................................................................................................... 90

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Struktur Organisasi PT NI-KF ........................................ 6

    Gambar 2. Metode Penelitian ............................................................ 47

    Gambar 3. Struktur dokumentasi format ISO ................................... 59

    Gambar 4. Struktur dokumentasi PT NI-KF ..................................... 59

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Sejarah singkat Nestl di Indonesia .................................... 4

    Tabel 2. SNI 01-2970-1999 tentang susu bubuk ............................... 12

    Tabel 3. Contoh kasus keracunan susu bubuk .................................. 13

    Tabel 4. Topik-topik standar manajemen lingkungan ....................... 19

    Tabel 5. Format pengisian prosedur .................................................. 61

    Tabel 6. Perbandingan prosedur dengan WI ..................................... 62

    Tabel 7. Kriteria klausul ISO 22000 ................................................. 63

    Tabel 8. Gap Analysis antara klausul ISO 22000 dengan FSMS ...... 81

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Hubungan antara ISO 22000 dan ISO 9001 ................. 92

    Lampiran 2. Hubungan antara HACCp dan ISO 22000 ................... 94

    Lampiran 3. Diagram alir penentuan titik kritis (CCP)..................... 95

    Lampiran 4. Elemen Nestl Quality System (NQS) .......................... 96

    Lampiran 5. Kebjakan Mutu ............................................................. 97

    Lampiran 6. Format prosedur ............................................................ 98

    Lampiran 7. Format work instruction (WI) ....................................... 100

    Lampiran 8. Format Form ................................................................. 102

  • I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Masalah keamanan pangan sangat penting bagi industri pangan.

    Tuntutan persyaratan keamanan pangan terus berkembang sesuai permintaan

    konsumen yang juga kian meningkat. Pelaku bisnis dalam industri pangan

    mulai menyadari bahwa produk yang aman hanya dapat diperoleh jika bahan

    baku yang digunakan bermutu, penanganan dan proses pengolahan sesuai,

    serta transportasi maupun distribusi yang memadai. Dengan demikian,

    pengendalian keamanan konvensional yang hanya mengandalkan

    pengawasan produk akhir tidak lagi memenuhi kebutuhan keamanan yang

    ada. Sistem keamanan pangan modern menuntut industri untuk

    merencanakan sistem pengawasan mutu sejak tahap penerimaan bahan baku

    hingga produk pangan didistribusikan ke konsumen.

    Produk pangan yang dipasarkan harus terjamin mutunya dan aman

    untuk dikonsumsi. Jaminan mutu dan keamanan pangan merupakan usaha

    nyata, sungguh-sungguh, dan terus-menerus dilakukan oleh perusahaan

    dalam meningkatan mutu produk untuk memberikan kepuasan dan

    mendapatkan kepercayaan konsumen.

    The International Organization for Standardization atau ISO adalah

    organisasi yang mengembangkan standar internasional yang dapat digunakan

    di seluruh dunia dengan salah satu tujuannya membantu negara berkembang

    mempelajari dan mengembangkan berbagai teknologi yang sudah diterapkan

    oleh negara maju, sehingga industri dapat bersaing dalam perdagangan

    global. Pada tahun 2005 The International Organization for Standardization

    (ISO) telah menerbitkan standar pangan terbaru, yaitu ISO 22000. Standar

    ISO dapat diterapkan secara sukarela oleh setiap organisasi yang terkaitan

    dengan pangan di seluruh dunia. ISO 22000 adalah panduan bagi industri

    atau organisasi untuk mengelola sebuah sistem manajemen keamanan pangan

    yang pro aktif dan fleksibel.

    PT Nestl Indonesia sebagai salah satu produsen pangan terkemuka

    memberikan perhatian yang sangat serius terhadap masalah keamanan produk

  • yang dihasilkan. Keamanan pangan merupakan salah satu aspek mutu yang

    sangat penting dan tidak bisa ditawar. Dalam rangka pengembangan masalah

    keamanan pangan, PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory berencana

    mengimplementasikan standar ISO 22000. Sistem manajemen keamanan

    pangan pada PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory dinamakan dengan Food

    Safety Management system (FSMS). Persyaratan yang ada pada FSMS

    berdasarkan pendekatan standar internasional ISO 22000 yang secara umum

    mengutamakan sistem keamanan pangan, ketaatan peraturan dan komitmen

    manjemen terhadap keamanan pangan.

    B. TUJUAN

    Kegiatan magang bertujuan mengidentifikasi kesesuaian dan

    menganalisis kesenjangan Sistem Manajemen Keamanan Pangan (SMKP)

    yang diterapkan di PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory yaitu FSMS

    dengan standar mutu internasional ISO 22000.

  • II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

    A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN

    Nestl merupakan produsen makanan terkemuka di dunia yang

    memasok lebih dari 10 juta produk makanan ke pasaran setiap tahunnya,

    dengan slogannya Good Food, Good Life. Slogan ini menggambarkan

    komitmen Nestl untuk memadukan pengetahuan alam, teknologi, dan

    pesona dari merk Nestl dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia,

    keamanan, dan kenikmatan makanan untuk kehidupan yang lebih baik.

    Saat musim gugur pada tahun 1867 di Swiss, banyak bayi yang

    meninggal dunia sebelum usianya mencapai satu tahun, hal ini dikarenakan

    para ibu tidak dapat menyusui sendiri bayinya. Peristiwa tersebut cukup

    menggugah hati Henri Nestl, apalagi ketika temannya yang seorang dokter

    menghampiri dirinya untuk menyelamatkan bayi prematur. Hari demi hari

    bayi itu semakin lemah, karena belum ditemukannya makanan khusus bayi.

    Henri Nestl kemudian membawa bayi itu kerumahnya dan

    memberikan makanan berupa paduan dari roti, susu yang paling baik dan

    gula. Keajaiban pun terjadi, bayi lemah tadi begitu nyenyak tidurnya dan

    kondisinya pun semakin pulih dari hari ke hari. Penemuan ini memberikan

    kabar gembira dan langsung tersebar luas.

    Farine Lactee Nestl (Bubur susu bayi Nestl) yang dianggap sebagai

    produk penuh keajaiban langsung menjadi andalan Nestl dan menyebar ke

    seluruh dunia dengan nama yang disesuaikan dengan negara yang

    bersangkutan. Satu hal yang tetap menjadi benang merah adalah nama Nestl

    selalu mengiringi nama bubur bayi tersebut, misalnya di Inggris dikenal

    dengan nama Nestl Bread and Milk Flour, Nestl Milk Food untuk Amerika

    dan Australia, Harina Lacteada Nestl untuk Spanyol, dll. Di Indonesia kita

    mengenal Nestl Bubur Susu.

    Kepiawaian Henri Nestl bukan saja melahirkan makanan bayi

    bermutu, namun juga sebagai orang Swiss pertama yang membangun industri

    modern yang berpikir akan pentingnya citra merk dan perusahaan. Melalui

    simbol dua anak burung dalam sarang bersama induknya dengan penuh kasih

  • sayang memberi makanan kepada anaknya, citra Nestl langsung dikenal

    sebagai perusahaan yang menghasilkan makanan bermutu penuh gizi. Simbol

    yang digubah tahun 1868 dan langsung diterapkan di berbagai materi iklan

    dan publikasi. Sampai sekarang, logo ini tetap digunakan dalam nuansa

    modern dan sesuai dengan kemajuan zaman. Perkembangan Nestl di

    Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 1. Sejarah singkat Nestl di Indonesia

    B. LOKASI PT NESTL INDONESIA

    PT Nestl Indonesia mempunyai tiga pabrik, yaitu :

    1. Pabrik Kejayan, didirikan pada tanggal 2 Juni 1988

    Lokasi : Desa Kejayan, Pasuruan Jawa Timur

    Hasil Produksi : Susu kental manis Tjap Nona, Carnation,

    susu bubuk Dancow, dan susu bubuk Nesvita

    2. Pabrik Panjang didirikan, pada tahun 1979

    Lokasi : Desa Seampok, Panjang Lampung

    Hasil produksi : Carnation coffemate, Nescafe 2 in 1,

    Nescafe 3 in 1, dan Nescafe Ice.

    Waktu Perkembangan

    Abad 19 Produk Nestl Milkmaid terkenal sebagai Tjap Nona

    29 Maret 1971 Berdirinya PT Food Specialities Indonesia

    1972 Berdirinya Pabrik Waru

    1978 Berdirinya Pabrik Panjang, Lampung

    1983 Berdirinya Pabrik Cikupa, Tangerang

    1988 Berdirinya Pabrik Kejayan, Jawa timur

    1993 Perubahan nama PT Food Specialities menjadi PT Nestl

    Indonesia

    2001 Perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Grup

    Nestl Indonesia bergabung dalam satu badan hukum, PT

    Nestl Indonesia

    2002 Pengitegrasian Pabrik Waru Dengan Pabrik Kejayan

  • 3. Pabrik Cikupa, didirikan pada bulan Oktober 1990

    Lokasi : Desa Bitung Jaya, Cikupa Tangerang

    Hasil produksi : Permen Polo Mint dan Permen Foxs

    C. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

    PT Nestl Indonesia merupakan bahan usaha Perseroan Terbatas (PT).

    PT merupakan bentuk perusahaan persekutuan untuk menjalankan

    perusahaan yang mempunyai modal usaha terbagi atas saham-saham.

    Anggotanya memiliki hak suara penuh dalam rapat anggota, sehingga tiap

    pemegang saham atau anggota turut menentukan jalannya perusahaan

    tersebut.

    Struktur organisasi yang berlaku di PT Nestl Indonesia meliputi dua

    bagian, yaitu stuktur organisasi di kantor pusat dan struktur organisasi di

    factory. Kekuasaan tertinggi dalam struktur organisasi PT Nestl Indonesia

    terletak pada Presiden Direktur yang berkedudukan di kantor pusat Jakarta.

    Presiden Direktur membawahi Divisi Keuangan, Divisi Marketing, Divisi

    Legal Affairs, Divisi Produksi, dan Divisi Sumber Daya.

    Pemegang jabatan tertinggi PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory

    adalah seorang Factory Manager yang dibantu oleh seorang Confidential

    Secretary. Tiga belas departemen yang berada di area factory, yaitu :

    1. Industrial Performance (IP Coordinator) Departement

    2. Safety and Environment Departement

    3. Administration Departement (accounting, purchasing, dan costing)

    4. Organization Development Departement

    5. Warehouse Departement

    6. Engineering Departement

    7. Quality Assurance Departement

    8. Resourses Planning Unit Departement

    9. Agri Services Departement

    10. Human Resourses Departement

    11. Production Milk Powder Departement

  • 12. Sweet Condensed Milk Departement

    13. Production Filling/packing Departement

    Gambar 1. Struktur Organisasi PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory

    D. PEMASARAN

    Daerah pemasaran Nestl dibagi ke dalam empat wilayah kantor

    penjualan, yaitu :

    1. Kantor wilayah penjualan I

    Kantor ini berlokasi di JL.M.G. Manurung I Km. 9.3,Kel. T. Morawa,

    Medan.

    2. Kantor wilayah penjualan II

    Kantor ini berlokasi di JL. Paus No.91, Rawamangun, Jakarta Timur,

    DKI Jakarta.

    Factory Manager

    FICO

    Agricultural Service

    Safety Health &

    Environment

    Industrial performance

    Engineering

    Resources Planning

    Unit

    Application Group

    Quality Assurance

    Production

    HRD

  • 3. Kantor wilayah penjualan III

    Kantor ini berlokasi di JL. Berbek Industri I/23. Komp. SIER, Waru

    Surabaya, Jawa Timur.

    4. Kantor wilayah penjualan IV

    Kantor ini berlokasi di JL. Kapasan Raya 3 ( Makasar Industrial Estate

    ), Makasar, Sulawesi Tengah.

    E. PT NESTLE INDONESIA KEJAYAN FACTORY

    PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory merupakan salah satu pabrik

    Nestl Indonesia yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 2 Juni

    1988. Pabrik baru di Kejayan ini merupakan pabrik susu dengan teknologi

    canggih untuk memproses langsung susu segar menjadi susu bubuk dengan

    merk Dancow.

    Sejak awal, pabrik ini memproduksi susu dengan bahan baku dari

    peternak di Jawa Timur. Diawali dengan penerimaan sekitar 180 ton/hari,

    kini penerimaan susu segar di pabrik ini rata-rata 500 ton/hari. Peningkatan

    drastis produksi susu segar di awal tahun 1980-an merupakan hasil

    pembinaan Nestl terhadap peternak sapi perah di Jawa Timur melalui

    kerjasama dengan GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia).

    Integrasi dengan pabrik Waru pada tahun 2002, menyebabkan pabrik

    ini beroperasi dalam kapasitas dua kali lebih besar dibanding sebelumnya.

    Saat ini Kejayan factory telah menggunakan alat-alat produksi yang mutakhir

    dilengkapi dengan panel kontrol untuk semakin mempermudah proses

    produksi tersebut.

    Di dalam aktifitas harian, bekerja sama dalam suatu tim adalah hal

    yang paling penting untuk meraih kesuksesan bersama. Ada beberapa wadah

    bagi karyawan untuk terlibat dalam proses organisasi yang menganut prinsip

    kejujuran, keadilan, dan keterbukaan yaitu 5 S, BEST, IDEA, dan EPC.

    Lima S adalah suatu sistem yang pertama kali diterapkan di Jepang,

    Meliputi :

  • 1. Seiri (Seleksi): mengamati, menjauhkan, dan membuang sesuatu yang

    tidak digunakan lagi.

    2. Seiton (Susun): menyediakan tempat penyimpanan untuk semua barang

    dan menyimpan pada tempat yang telah disediakan.

    3. Seiso (Sapu): memastikan mencuci dengan tahap pencucian yang telah

    distandarkan. Melakukan pemeriksaan untuk menentukan tempat yang

    perlu dicuci (konsep daerah higienis zoning)

    4. Seiketsu (Serasi): memastikan semua barang mudah dilihat agar semua

    barang yang tidak normal mudah disingkirkan, seperti adanya kode

    warna, pembuat tanda, dll.

    5. Shitsuke (Sikap): melakukan pekerjaan dengan benar, memberikan

    latihan, dan memberikan contoh yang baik.

    Sistem ini dirancang untuk mencapai beberapa hal berikut, yaitu :

    1. Menciptakan tempat kerja yang lebih nyaman

    2. Mengurangi waktu kosong

    3. Membuat karyawan menjadi bangga akan pekerjaannya

    4. Menghasilkan produktifitas yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih

    bagus

    5. Meningkatkan kepedulian karyawan terhadap pekerjaannya sehingga

    dapat bekerja dengan baik

    BEST merupakan salah satu aktifitas organisasi yang mengikutsertakan

    karyawan dalam proses perbaikan di PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory.

    Elemen penting dalam kegiatan ini adalah kerjasama tim, termasuk

    diantaranya arah dan tujuan dari kegiatan yang harus dipahami dengan baik

    oleh anggota tim.

    IDEA merupakan kontribusi secara langsung para karyawan melalui

    pemberian usulan yang konstruktif untuk memperbaiki kinerja yang

    bertujuan memberikan dorongan dan peluang. Kinerja-kinerja tersebut antara

    lain adalah safety, hygiene, efektifitas biaya, dan lain-lain. Idea yang telah

  • disetujui oleh atasan dan komite, harus dapat memberikan keuntungan secara

    langsung kepada setiap orang yang terlibat, dan orang yang mengusulkannya

    akan mendapatkan penghargaan yang sesuai.

    Employee Program Commitee (EPC) merupakan komite yang dibentuk

    oleh Departemen Human Resource yang anggotanya terdiri dari perwakilan

    masing-masing departemen. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan

    kemampuan karyawan untuk berorganisasi.

    Tenaga kerja adalah unsur yang sangat penting dalam suatu

    perusahaan. Di PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory, karyawan dapat

    digolongkan menjadi karyawan tetap, karyawan kontrak dan karyawan out-

    sourcing. Untuk karyawan out-sourcing berasal dari CV Areco yang bekerja

    sebagai cleaning service, CV Arina yang bekerja sebagai pekerja harian di

    bagian pengemasan, dan karyawan yang berkerja pada area proyek.

    Kebijaksanaan perekrutan karyawan ditentukan pada level karyawan

    yang akan direkrut. Kebijaksanaan perekrutan untuk karyawan yang memilik

    jabatan Supervisor keatas dilakukan oleh kantor pusat di Jakarta, sedangkan

    karyawan yang memiliki jabatan di bawah Supervisor, perekrutan bisa

    dilakukan oleh pabrik yang bersangkutan.

    Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh perusahaan

    atas dasar beberapa faktor, misalnya pengunduran diri karyawan itu sendiri,

    pensiunan, kesalahan berat, restrukturisasi, dan terlibat kasus perburuhan.

    Karyawan yang dinyatakan putus hubungan kerjanya dengan PT Nestl

    Indonesia akan diberikan uang pesangon yang besarnya sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku.

    Jam kerja untuk karyawan yang mengalami shift diatur sebagai berikut:

    1. Shift pagi (I) : 06.00 14.00

    2. Shift siang (II) : 14.00 22.00

    3. Shift malam (III) : 22.00 06.00

    Waktu kerja untuk karyawan non-shift, masuk pada hari Senin hingga hari

    Jumat pukul 08.00 16.00.

  • Fasilitas kerja sebagai penunjang bagi karyawan antara lain pakaian

    seragam, kartu identitas, subsidi makan, uang lembur, jaminan kesehatan,

    jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek), pendidikan dan pelatihan bagi

    karyawan, intranet e-mail, dana pesiunan, hak cuti tahunan berdasarkan

    lamanya kerja, dan loker yang dapat digunakan untuk menyimpan barang-

    barang keperluan pribadi.

    F. JENIS PRODUK

    Produk yang dihasilkan PT Nestl Indonesia, Kejayan Factory terbagi

    dalam tiga jenis, yaitu:

    1. Susu Kental Manis, dengan merk Carnation, Tjap Nona, Milk Maid, dan

    Tea Pot.

    2. Susu Bubuk Instan, dengan nama dagang Dancow Instant Growth Plus,

    Dancow Choco Growth Plus, Dancow Choco 6+ Calci, Dancow 3+

    DHA, dan Dancow Fruity.

    3. Susu Bubuk Non-instan, dengan nama jual Dancow Standard High Iron,

    Dancow Honey 6+ Calci, Dancow Honey 3+, Dancow Vanilla 3+ DHA,

    Dancow Plain 1+ DHA, Dancow Honey 1+ DHA, dan Dancow Vanilla

    1+ DHA.

  • III. TINJAUAN PUSTAKA

    A. SUSU BUBUK

    Susu merupakan produk pangan yang kaya nutrisi dan berkadar air

    tinggi. Oleh karena itu, susu sangat rentan mengalami kerusakan yang

    disebabkan oleh cemaran mikroba. Cemaran mikroba dapat bersifat endogen

    yang berasal dari ternak atau eksogen yaitu berasal dari lingkungan sekitar.

    Sumber cemaran mikroba endogen umumnya berasal dari kondisi ternak

    yang tidak sehat. Sumber cemaran mikroba dari lingkungan dapat berasal

    dapat penanganan peralatan setelah pemerahan yaitu pada saat pengangkutan

    dan hygiene personal yang kurang bersih.

    Berbagai proses pengolahan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi

    dan efektifitas penyimpanan serta pengawetan susu. Proses pembuatan susu

    bubuk merupakan salah satu pengolahan dan pengawetan susu dengan

    menurunkan kadar air susu dari 87 % dalam susu segar menjadi 3 % dalam

    susu bubuk. Proses pengeringan susu bubuk dapat menggunakan drum dryer

    dan spray drayer. Kedua proses tersebut melibatkan proses evaporasi, agar

    kadar air turun dari 87% hingga 50% diikuti dengan pengeringan lanjutan

    sehingga dihasilkan susu bubuk dengan kadar air rendah, sekitar 3%.

    Kadar air dari susu bubuk maksimum 4%. Kadar air yang terlalu tinggi

    pada produk akan mempengaruhi umur simpan dan kerusakan yang

    disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Rendahnya kadar air berakibat pada

    rendahnya aktifitas air. Kandungan air dalam bahan pangan mempengaruhi

    daya tahan bahan pangan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan

    aw, yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroba untuk

    pertumbuhannya. Berbagai mikroba mempunyai aw optimum agar dapat

    tumbuh dengan baik. Bakteri mempunyai aw 0.90 untuk pertumbuhannya,

    khamir mempunyai 0.80-0.90, dan aw kapang sebesar 0.60-0.70 (Winarno,

    1992). Selain itu kerusakan pada susu bubuk disebabkan oleh faktor oksigen,

    suhu penyimpanan, dan sisa-sisa atau cemaran logam. Kerusakan dapat

    berupa perkembangan flavor oksidasi dan tengik, berkurangnya daya larut,

  • dan berkurangnya nilai gizi (Buckle, 2007). Persyaratan mutu susu bubuk

    SNI 01-2970-1999 tertera pada Tabel 2.

    Tabel 2. Persyaratan mutu susu bubuk sesuai SNI 01-2970-1999

    No Jenis Satuan Syarat

    1

    1.1

    1.2

    2

    3

    4

    5

    7

    7.1

    7.2

    7.3

    7.4

    7.5

    8

    9

    9.1

    9.2

    9.3

    9.4

    9.5

    Keadaan

    Bau

    Rasa

    Air

    Abu

    Lemak

    Protein

    Cemaran logam

    Tembaga (Cu)

    Timbal (Pb)

    Seng (Zn)

    Timah (Sn)

    Raksa (Hg)

    Arsen

    Cemaran mikroba

    Angka lempeng

    total

    Bakteri Coliform

    E.Coli

    Salmonella

    S.Aureus

    -

    -

    b/b, %

    b/b, %

    %

    %

    Mg/kg

    Mg/kg

    Mg/kg

    Mg/kg

    Mg/kg

    Mg/kg

    Koloni/g

    APM

    Koloni/g

    Koloni/100g

    Koloni/g

    Normal

    Normal

    Maks. 4.0

    Maks 6.0

    Min 26.0

    Min 25.0

    Maks 20.0

    Maks 0.3

    Maks 40

    Maks 40.0/250.0*

    Maks 0.03

    Maks 0.1

    Maks 5x105

    Maks 20

    Negatif

    Negatif

    1x102

    *Untuk kemasan kaleng

    B. KEAMANAN SUSU BUBUK

    Dunia teknologi informasi nasional maupun internasional kini kerap

    menyajikan isu mengenai keracunan pangan. Keracunan pangan adalah

    gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi pangan yang terkontaminasi oleh

    mikroba patogen dan senyawa racun alami pada produk. Beberapa contoh

    penyebab keracunan pangan adalah listeriosis, salmonellosis. Menurut badan

  • Center for Disease Control and prevention (CDC), terjadi 6-33 juta kasus

    keracunan pangan di Amerika Serikat. Sebanyak 50.000 kasus diantaranya

    disebabkan oleh Salmonella (CDC, 2001). Contoh kasus keracunan susu

    bubuk dapat terlihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Contoh kasus keracunan susu

    Tahun Lokasi Kasus Jumlah

    korban

    Jumlah

    korban

    meninggal

    2004 Medan Keracunan akibat pencemaran

    air yang digunakan saat

    mengkonsumsi susu yang

    dibagikan gratis di SD

    100 siswa SD -

    2004 China Keracunan disebabkan susu

    bubuk yang kualitasnya di

    bawah standar beredar di

    pasaran.

    310 bayi 12 bayi

    2004 Bali Keracunan akibat susu bubuk

    yang dijual bebas di sekolah

    159 siswa SD

    dan TK

    -

    2004 Semarang Keracuan akibat meminum

    susu gratis yang dibagikan di

    SD

    19 siswa SD -

    2007 China Keracunan disebabkan oleh

    pembagian susu gratis yang

    tidak terdaftar nama

    dagangnya.

    185 siswa -

    * sumber: surat kabar online

    Kasus-kasus diatas menunutut setiap industri pangan agar lebih

    memperhatikan keamanan produk yang dihasilkan. Keamanan pangan atau

    food safety menjadi salah satu aspek mutu yang sangat penting disamping

    aspek nutrisi, penampakan, kemudahan dalam persiapan, dan sebagainya.

    Gangguan kesehatan merupakan masalah terbesar yang dialami konsumen

    dalam mengkonsumsi bahan pangan. Gangguan keamanan pangan dapat

  • timbul dari terkontaminasinya bahan pangan tersebut. Kontaminasi atau

    pencemaran dapat menimbulkan bahaya di dalam pangan apabila tidak

    dikendalikan. Bahaya dapat dibedakan menjadi bahaya fisik, bahaya kimia,

    dan bahaya fisik.

    1. Bahaya Fisik Bahaya fisik adalah bahaya yang timbul akibat kontaminasi

    produk oleh benda asing yang seharusnya tidak boleh terdapat di dalam

    produk. Bahaya fisik dapat disebabkan oleh beberpa faktor, yaitu bahaya

    fisik yang berasal dari bahan baku, bersumber dari manusia, dan

    pencemaran pada saat proses pengolahan.

    Potongan gelas, serpihan logam, pasir, batu, rambut, potongan

    kuku, rumput, serangga, tulang, plastik,dan kotoran lainnya umumnya

    diperoleh dari lingkungan, tenaga kerja, dan insfrastruktur pengolahan.

    Pengendalian optimal terhadap rancangan dan pemeliharaan

    insfrastuktur dapat meminimalkan peluang terjadinya bahaya fisik pada

    makanan (Thaheer, 2005).

    Bahaya fisik yang umumnya terdapat dalam susu segar berasal

    pada saat proses pemerahan dan pengangkutan berupa rumput, rambut

    pekerja, serangga, dan plastik. Bahaya fisik juga mungkin terdapat

    dalam susu bubuk saat proses pengolahan seperti potongan logam dan

    serangga.

    2. Bahaya Kimia Bahaya kimia merupakan bahaya yang sukar dihilangkan dan

    kadarnya harus di bawah batas yang ditentukan. Bahaya kimia yang

    mungkin terdapat pada produk susu berasal dari antibiotik pada hewan

    ternak dan obat pembasmi hama.

    Antibiotik dapat masuk ke dalam susu melalui penggunaannya

    oleh peternak sapi perah dan dokter-dokter hewan dalam pengobatan

    terhadap penyakit-penyakit sapi. Penggunaan bahan makanan ternak

    yang diberi antibiotik dapat juga menyebabkan adanya bahan tersebut di

  • dalam susu. Adanya antibiotik dalam susu dianggap kurang baik karena

    1) sebagian konsumen alergi terhadap antibiotik, 2) antibiotik

    menyebabkab bakteri dalam tubuh menjadi resisten, termasuk bakteri-

    bakteri penyebab penyakit. Dengan demikian penggunaan antibiotik

    selanjutnya dalam pengobatan penyakit manusia menjadi tidak efektif,

    3) antibiotik manghalangi pertumbuhan bakteri dalam susu, sehingga

    menyebabkan penggunaan uji mutu mikrobiologis seperti uji reduktase

    dengan zat warna tidak dapat menyimpulkan apa-apa, karena susu

    tersebut menjadi masuk ke tingkat mutu mikrobiologis yang lebih tinggi

    dari tingkat sebenarnya, 4) perkembangan bakteri asam laktat dalam

    pembentukan susu yang diragikan dapat mengalami hambatan.

    Kandungan antibiotik tidak berkurang oleh pasterisasi, oleh karena itu

    susu tidak boleh diambil dalam jangka waktu 72 jam setelah pemberian

    antibiotik.

    Pencemaran pestisida di dalam susu diperoleh dari residu yang

    masih terdapat pada makanan ternak (rumput). Kandungan residu

    sebesar 0.1 ppm memungkinkan adanya pestisida tersebut di dalam susu

    walaupun kontaminasi terjadi pada tahun lalu. Pencemaran pestisida ini

    akan sukar sekali atau tidak mungkin dihindari dengan pengolahan

    komersial, sehingga susu yang sudah tercemar harus dibuang (Buckle,

    20007).

    3. Bahaya Biologi Bahaya biologi adalah bahaya yang disebabkan oleh mikroba

    patogen seperti bakteri, virus dan parasit. Mikroba membutuhkan air dan

    nutrisi untuk tumbuh dan bertahan hidup. Protein merupakan salah satu

    kebutuhan hidup mikroorganisme. Faktor lain yang mempengaruhi

    pertumbuhan mikroorganisme adalah aktivitas air (aw), suhu, nutrisi, pH,

    dan ketersediaan oksigen (Fardiaz, 1992).

    Susu mengandung zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan

    bagi mikroba, oleh sebab itu kemungkinan berkembangbiaknya

    organisme ini secara cepat sampai ke tingkat yang berbahaya sangatlah

  • tinggi. Bakteri penyebab penyakit seperti Salmonella, Shigella, Bacillus

    cereus, dan Staphylococcus aureus dapat masuk ke dalam susu segar

    melalui udara, debu, peralatan, tempat penyimpanan, dan manusia.

    Staphylococcus aureus dapat juga memasuki susu dari sapi yang

    menderita mastitis, merupakan infeksi pada ambing. Pasteurisasi

    merupakan pencegahan yang efektif terhadap pertumbuhan bakteri di

    dalam susu, kecuali untuk bakteri pembentuk spora seperti bakteri

    Bacillus cereus dan Clostridium botulinum (Buckle, 2007).

    Susu bubuk dapat pula menyebabkan keracunan makanan apabila

    terjadi percemaran kembali setelah proses pasteurisasi. Sumber

    pencemaran disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Salmonella.

    Maka tahapan proses pabrik harus dilakukan dengan hati-hati dan

    memperhatikan peraturan pelaksanaan higienis agar keracunan atau

    kerusakan dapat dihindari.

    Beberapa spesies Clostridium bersifat patogen dan dapat

    menyebabkan keracunan makanan. C. Perfringens memproduksi

    enterotoksin sehingga dapat menyerang saluran pencernaan dan

    menimbulkan gejala gastrointestinal. Jika tumbuh pada susu, bakteri ini

    dapat membentuk asam dan gas sehingga menggumpalkan susu, disebut

    stormy fermentation (Fardiaz, 1992).

    C. SISTEM MANAJEMEN INDUSTRI

    1. ISO 9001:2000 ISO 9001 adalah standar internasional untuk sistem manajemen

    mutu pada suatu industri. Standar ini dapat diaplikasikan oleh tiap

    industri yang menghasilkan produk maupun jasa, dan tidak hanya

    berlaku bagi industri pangan. ISO 9001 berfokus pada keinginan dan

    harapan konsumen. Salah satu harapan konsumen adalah mendapatkan

    produk pangan yang aman. Standar ini meliputi:

    Cakupan

    Referensi normatif

    Definisi-definisi

  • Persyaratan sistem mutu

    Komitmen manajemen

    Manajemen sumber daya

    Realisasi produk

    Pengukuran, analisis, dan pengembangan

    Standar-standar ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun

    1987, di mana ISO Technical Committee menetapkan siklus peninjauan

    ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-standar ISO

    9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk organisasi. Revisi

    terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun

    2000 (Gaspersz, 2006).

    ISO versi tahun 2000 mencakup beberapa seri berikut:

    1. ISO 9000:2000, QMS : Fundamentals and vocabulary replacing

    ISO 8402 and ISO 9000-1

    2. ISO 9001:2000, QMS : Requirements replacing the 1994 versions

    of ISO 9001, 9002, and 9003

    3. ISO 9004:2000, QMS : Guidance for performance improvement

    replacing ISO 9004 with most parts

    4. ISO 19011, Guidance for auditing management systems replacing

    ISO 10011 and 14011

    Keuntungan penerapan ISO 9001 bagi industri adalah 1)

    meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen melalui jaminan

    mutu yang terorganisir dengan baik dan sistematis. 2) mendapat citra

    baik dan mampu bersaing. 3) mencegah audit manajemen mutu ganda

    oleh konsumen. 4) setelah terdaftar pada badan internasional, industri

    dapat membidik target perdagangan baru. 5) meningkatkan kesadaran

    mutu organisasi.

  • 2. ISO 14001:2004 ISO 14000 merupakan sistem manajemen lingkungan yang

    keberadaannya membantu suatu organisasi dalam meminimalisasi

    pengaruh buruk operasi terhadap lingkungan (perubahan yang

    merugikan pada udara, air, dan tanah), dengan mematuhi peraturan,

    hukum yang berlaku, persyaratan lain yang berorientasi lingkungan,

    serta perbaikan yang berkelanjutan (Anonim, 2007b).

    ISO menyadari akan kebutuhan sistem manajemen lingkungan,

    sehingga sama seperti ISO 9001 didasari oleh BS 5750, ISO 14001

    tumbuh dari BS 7750. ISO 14001 dipublikasikan pada tahun 1996.

    Standar sistem manajemen ini mengalami revisi yang dipublikasikan

    pada tahun 2004-2005 (Edwards, 2004). Materi dari sistem manajemen

    ini sangat luas, beberapa standar penting dapat dilihat pada Tabel 4.

    ISO 14001 merupakan spesifikasi sistem manajemen lingkungan

    yang dapat diterima secara internasional. Sistem manajemen lingkungan

    ini berfokus pada dampak penting lingkungan dan kinerja lingkungan;

    pencegahan polusi; pemenuhan peraturan, persyaratan, dan evaluasi

    pemenuhannya; serta perbaikan berkelanjutan. Standar ini dapat

    digunakan oleh berbagai tipe dan ukuran organisasi dan dapat

    disesuaikan dengan bermacam-macam kondisi letak geografis, kultur,

    dan sosial. Kesuksesan sistem bergantung pada komitmen dari seluruh

    tingkatan dan fungsi di dalam organisasi, khususnya dari manajemen

    puncak. Tujuan utama dari standar internasional ini adalah untuk

    mendukung perlindungan terhadap lingkungan dan pencegahan polusi

    yang seimbang dengan kebutuhan sosial-ekonomi (International

    Organization for Standardization, 2004).

  • Tabel 4. Topik-topik Standar Manajemen Lingkungan

    Standar Topik

    ISO 14001 : 1996 Environmental management systems Specification with

    guidance for use

    ISO 14004 : 1996 Environmental management systems General guidelines

    on principles, systems, and supporting techniques

    ISO 14015 : 2001 Environmental assessment of sites and organizations

    ISO 14020 series Environmental labels and labelling (published in 1999 and

    2000)

    ISO 14031 : 2000 Environmental performance evaluation Guidelines

    DD ISO / TR

    14032 : 2000

    Examples of environmental performance evaluation

    ISO 14040 : 1997 Environmental management Life cycle assessment

    Principles and framework

    ISO 14041 : 1998 Environmental management Life cycle assessment Goal

    and scope definition and inventory analysis

    ISO 14042 : 2000 Environmental management Life cycle assessment

    Impact assessment

    ISO 14043 : 2000 Environmental management Life cycle assessment

    Interpretation

    DD ISO / TS

    14048 : 2002

    Life cycle assessment Data documentation format

    PD ISO / TR 14049

    : 2002

    Examples of application of ISO 14041 to goal and scope

    definition and inventory analysis

    ISO 14050 : 2002 Environmental management Vocabulary

    ISO 19011 : 2002 Guidelines for quality and/or environmental management

    systems auditing

    Sumber : Edwards (2004)

    3. OHSAS 18001:1999 OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series)

    18000 adalah suatu spesifikasi internasional sistem manajemen

    keselamatan dan kesehatan kerja (K3). OHSAS 18000 terdiri dari dua

    bagian, yaitu 18001 dan 18002. OHSAS 18001 adalah rangkaian

  • pengujian K3 untuk sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

    Sistem manajemen K3 ini digunakan untuk membantu organisasi dalam

    mengontrol resiko-resiko kesehatan dan keselamatan kerja (OHSAS,

    2007a).

    OHSAS 18001 merupakan spesifikasi pengujian untuk sistem

    manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. OHSAS 18001

    dikembangkan untuk membantu organisasi dalam menjalankan

    kewajiban mereka terhadap keselamatan dan kesehatan melalui sikap

    yang efisien dan efektif. OHSAS 18002 menjelaskan persyaratan-

    persyaratan dari spesifikasi dan menunjukkan bagaimana cara bekerja

    terhadap registrasi dan implementasi (OHSAS, 2007b).

    OHSAS 18001 didesain agar sesuai dengan ISO 9001 dan ISO

    14001. Menurut OHSAS (2007a), keuntungan dalam menggunakan

    OHSAS adalah :

    1. Mengurangi resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan

    dengan aktivitas-aktivitas organisasi.

    2. Pengurangan yang potensial terhadap biaya.

    3. Jaminan yang sangat besar terhadap kesesuaian dengan kebijakan

    K3.

    4. Konsistensi dan pembuktian pendekatan manajemen terhadap resiko

    K3.

    Sistem manajemen ini berfokus pada bahaya kerja resiko tinggi,

    pemenuhan peraturan dan persyaratan, serta perbaikan berkelanjutan.

    Bahaya adalah suatu keadaan atau tindakan yang dapat menimbulkan

    kerugian terhadap manusia, harta benda, proses, maupun lingkungan.

    Resiko adalah suatu ukuran yang menyatakan kemungkinan dan

    keparahan dari suatu akibat kerugian, akibat dari bahaya yang menjadi

    insiden, dimana insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan.

  • D. SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN (SMKP)

    Pada dasarnya, sistem adalah sekelompok elemen yang saling terkait

    dan memiliki hubungan yang saling berkaitan. Sistem juga dapat

    didefinisikan sebagai kelompok dari beberapa unit yang memiliki fungsi

    tertentu (Anonim, 2007). Dalam konteks dunia usaha atau perusahaan,

    sistem dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa elemen kerja, yaitu

    modal, mesin, tenaga kerja dan bahan baku, untuk menghasilkan produk atau

    jasa, dan akhirnya bertujuan mendapat keuntungan dari produk atau jasa

    tersebut. Sistem manajemen adalah sistem yang dapat diatur (manageable),

    dapat diawasi (controllable), dapat diubah (flexible), dan dapat dinilai

    (auditable) (Kadarisman, 2005).

    Sistem manajemen keamanan pangan (SMKP) adalah sistem dengan

    fungsi utama memastikan terpenuhinya keamanan pangan sepanjang jalur

    rantai pangan, dimulai dari pengadaan bahan baku hingga tahap konsumsi

    sehingga dihasilkan produk pangan yang tidak membahayakan kesehatan

    konsumen. SMKP merupakan kombinasi dari komunikasi interaktif, sistem

    manajemen, program kelayakan dasar dan prinsip-prinsip HACCP.

    Alat dalam manajemen keamanan pangan yang umum digunakan

    adalah Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). HACCP dapat

    diterapkan di industri pangan yang telah menjalankan proses pengolahan

    dengan cara produksi makanan yang baik atau Good Manufacturing

    Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)

    yang sesuai.

    E. GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP)

    Good Manufacturing Practices (GMP) atau Cara Produksi Makanan

    yang Baik (CPMB) merupakan pedoman cara produksi makanan yang

    bertujuan agar produsen memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah

    ditentukan untuk menghasilkan produk bermutu sesuai tuntutan konsumen.

    Di Indonesia pedoman pelaksanaan GMP dalam indutri berdasarkan SK

    Menteri Kesehatan RI No. 23/MENKES/SK/I/1978 tanggal 24 Januari 1978

    tentang Pedoman Cara produksi yang Baik untuk Makanan. Badan obat dan

  • makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA)

    membuat panduan GMP dalam bentuk regulasi CFR 21 part 110 (FDA,

    1996). Persyratan GMP juga dapat ditemukan dalam peraturan European

    Commission (EC) No. 852/2004 dan EC No. 853/2004.

    Merurut peraturan FDA. Empat aspek yang tercakup dalam GMP

    adalah (a) perlengkapan umum, (b) bangunan dan fasilitas, (c) peralatan, dan

    (d) pengendalian produksi dan proses. Pemaparan penerapan GMP menurut

    FDA selanjutnya berdasarkan urutan berikut.

    1. Perlengkapan umum a. Operasi sanitasi

    i. Pemeliharaan umum

    Bangunan, peralatan dan fasilitas fisik lainnya harus dipelihara

    dan dirawat sehingga selalu dalam kondisi saniter. Dengan

    demikian peralatan tidak menjadi sumber pencemaran.

    ii. Bahan pembersih dan sanitasi

    Sanitasi alat dan bahan yang digunakan dalam pembersihan

    atau sanitasi harus bebas dari mikroorganisme yang tidak

    diinginkan dan harus aman jika digunakan. Bahan pembersih

    harus dilengkapi dengan jaminan supplier atau tes

    laboratorium. Bahan sanitasi dan pestisida yang bersifat toksik

    harus diberi tanda pengenal, disimpan di tempat yang baik

    sehingga tidak menyebabkan kontaminasi terhadap produk

    maupun permukaan yang bersentuhan dengan produk.

    iii. Pengendalian hama

    Pengendalian hama harus dilakukan dengan baik agar

    mencegah kontaminasi silang ke dalam produk.

    iv. Penyimpanan dan penanganan alat-alat pembersih yang dapat

    dipindahkan (portable)

    Peralatan portable harus disimpan di tempat yang terlindung

    dari kontaminasi.

  • b. Sanitasi Pekerja

    i. Pemeriksaan kesehatan

    Setiap pekerja harus menjalani tes kesehatan, karena pekerja

    dengan luka terbuka, infeksi maupun penyakit dapat

    menyebabkan kontaminasi mikrobiologi. Pekerja yang sakit

    juga harus melaporkan kondisi kesehatannya kepada pengawas

    (supervisor).

    ii. Kebersihan

    Setiap pekerja yang bersentuhan dengan produk pangan dan

    bahan pengemas harus memakai pakaian pelindung sehingga

    tidak menyebabkan kontaminasi.

    iii. Pelatihan dan pembinaan

    Pekerja yang bersentuhan dengan produk pangan harus

    memiliki tanggung jawab dan kesadaran akan kebersihan,

    kesehatan, kondisi saniter dan keamanan produk pangan.

    Mereka harus mendapatkan pelatihan dan pembinaan tentang

    prinsip sanitasi pekerja.

    2. Bangunan dan Fasillitas a. Lingkungan pabrik

    Peralatan di pabrik harus didesain dengan rapih. Kotoran dan

    sampah harus dibuang. Rumput liar di sekitar bangunan harus

    dipotong karena dapat menjadi sarang hama. Jalan, pekarangan dan

    area parkir harus dipelihara sehingga tidak menjadi sumber

    pencemaran di dalam area pengolahan. Pabrik harus memiliki

    fasilitas saluran pembuangan yang cukup untuk mengaliran sampah.

    Sistem penanganan sampah dan limbah harus dilaksanakan dengan

    baik sehingga tidak terjadi kontaminasi dari sampah.

    b. Konstruksi dan desain lokasi

    Kontruksi dan rancang bangun diperlukan untuk membatasi masuk,

    berkembang biak, dan menyebarnya bahan pencemar di lingkungan

    sekitar makanan yang diproduksi. Lantai, dinding dan langit-langit

  • dibangun sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan dan

    dirawat. Sumber penerangan harus cukup tersedia di area mencuci

    tangan, ruang ganti, toilet, area pengolahan produk, area pengujian

    produk dan tempat pembersihan peralatan. Lampu harus memiliki

    penutup yang tidak mudah pecah. Fasilitas pertukaran udara yang

    cukup (lubang ventilai, kipas angin, blower) untuk mencegah

    kondensasi uap air dan bau yang dapat mencemari produk pangan.

    c. Fasilitas toilet

    Toilet harus dibersihkan dan selalu dalam kondisi saniter. Toilet

    harus diperbaiki jika mengalami kerusakan. Pintu toilet harus dapat

    menutup sendiri. Pintu toilet tidak boleh membuka ke area

    pengolahan pangan

    d. Fasilitas ruang ganti karyawan

    Ruang ganti karyawan adalah ruang yang memisahkan area

    pengolahan pangan dengan lingkungan di luar area pengolahan

    pangan. Ruang ganti berfungsi sebagai filter atau penyaring setiap

    jenis bahaya yang terbawa oleh karyawan, seperti bakteri patogen,

    spora bakteri, serangga, tikus dan sebagainya. Oleh karena itu,

    kondisi ruang ganti harus selalu bersih, terang, tidak lembab,

    dilengkapi dengan perangkap tikus dan alat pembunuh serangga.

    e. Fasilitas mencuci tangan

    Fasilitas cuci tangan terdiri dari air, sabun, sanitizer, dan pengering

    tangan yang dapat digunakan setiap saat. Setiap karyawan harus

    dapat mencuci tangan dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut,

    diperlukan petunjuk tertulis cara mencuci tangan yang mudah

    dipahami pekerja. Kran air didesain sedemikian rupa sehingga tidak

    mengkontaminasi tangan yang sudah bersih. Pekerja harus mencuci

    tangan sebelum bekerja, setelah keluar dari area lain dan

    melanjutkan produksi, maupun saat tangan terkontaminasi.

  • f. Sampah dan pembuangan limbah

    Sampah dan kotoran limbah harus dialirkan, dikumpulkan dan

    dibuang sebelum menimbulkan bau dan berpotensi menjadi

    penyebab kontaminasi silang.

    g. Penyediaan air

    Air yang digunakan untuk pengolahan harus tersedia dalam jumlah

    yang cukup dan diperoleh dari sumber yang bersih. Air harus aman

    dan saniter.

    h. Pipa-pipa saluran air

    Pipa air harus memiliki ukuran dan desain yang baik dan dipasang

    dengan baik sehingga dapat mengalirkan air dengan jumlah yang

    cukup untuk seluruh keperluan pengolahan dan sanitasi. Pipa

    limbah harus dapat dilewati oleh limbah dari seluruh pabrik.

    Saluran limbah tidak mencemarkan produk, saluran air bersih dan

    peralatan. Tidak terjadi aliran silang antara pipa yang mengalirkan

    air bersih dan pipa yang mengalirkan air limbah.

    3. Peralatan dan Perlengkapan Peralatan dan perlengkapan harus didesain sesuai dengan proses

    produksi dan kondisi pekerja. Peralatan harus mudah dibersihkan dan

    tidak menyebabkan kontaminasi bahan berbahaya. Peralatan sebaiknya

    terbuat dari bahan yang tidak beracun dan tahan korosi. Sambungan pada

    permukaan yang bersentuhan dengan produk harus rapat dan halus,

    bersih dan bebas dari akumulasi sisa produk maupun kotoran yang

    memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme.

    4. Pengendalian proses a. Bahan baku dan bahan lainnya

    Bahan baku maupun bahan tambahan harus diperiksa dan ditangani

    dengan baik. Bahan baku harus bersih dan disimpan di tempat yang

    baik sehingga tidak rusak dan terkontaminasi kotoran. Bahan harus

    bebas dari mikroorganisme pada tingkat yang aman, tidak bersifat

  • toksik dan tidak menimbulkan penyakit. Bahan harus bebas dari

    aflatoksin dan senyawa toksik berbahaya sesuai ketentuan FDA.

    Bahan baku cair dan kering diterima dan disimpan dengan baik

    sehingga tidak terjadi kontaminasi.

    b. Proses produksi

    Peralatan produksi harus selalu bersih dan saniter. Semua tahap

    produksi, termasuk pengemasan dan penyimpanan harus dilakukan

    dengan pengawasan petugas. Pengawasan proses sterilisasi, iradiasi,

    pasteurisasi, pembekuan, refrigerasi, pengendalian pH dan aw harus

    cukup dilakukan. Proses diharapkan dapat mencegah pertumbuhan

    mikroorganisme yang tidak diinginkan maupun mikroba patogen.

    Kontaminasi tidak boleh terjadi sepanjang proses produksi mekanik

    seperti pencucian, pengupasan, pemotongan, sortasi dan sebagainya.

    Pengujian suhu produk harus dilakukan selama proses berlangsung.

    Pengujian pH pada produk dengan kadar asam rendah (pH < 4.6)

    harus dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme

    patogen. Area dan peralatan produksi tidak boleh digunakan untuk

    kegiatan produksi bahan nonpangan (nonfoodgrade) untuk

    mencegah timbulnya kontaminasi.

    c. Penyimpanan dan distribusi

    Kontaminasi produk oleh benda fisik, senyawa kimia maupun

    mikrobiologi tidak boleh terjadi selama proses penyimpanan dan

    distribusi.

    F. SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURE (SSOP)

    Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) merupakan prosedur

    yang dibuat untuk membantu industri pangan dalam mengembangan dan

    menerapkan kondisi sanitasi, pengawasan, serta melakukan monitoring

    terhadap penerapan sanitasi (Thaheer, 2003). Menurut FDA (1996), SSOP

    adalah prosedur tertulis yang dibuat dan diterapkan untuk mencegah

    kontaminasi silang atau pencemaran produk. SSOP dibagi ke dalam delapan

    aspek, yaitu keamanan air, kebersihan permukaan benda yang bersentuhan

  • dengan pangan, pencegahan kontaminasi silang, sanitasi karyawan,

    pencemaran, komponen toksik, kesehatan karyawan dan pengendalian hama.

    Air yang digunakan dalam proses pengolahan di industri harus aman

    bagi kesehatan. Permukaan benda yang bersentuhan dengan pangan terdiri

    dari tangan pekerja, sarung tangan, peralatan dan perlengkapan pengolahan.

    Kontaminasi silang dapat berasal dari sarung tangan, pakaian pekerja, bahan

    pengemas, benda asing, bahan baku mentah dan sebagainya. Sanitasi pekerja

    mencakup cara mencuci tangan dan kondisi toilet. Pencemaran produk

    pangan dapat disebabkan oleh pelumas, bahan bakar, pestisida, bahan

    pembersih, kotoran yang terakumulasi, maupun kontaminan mikrobiologi.

    Pekerja yang tidak sehat dapat menyebabkan kontaminasi silang terhadap

    produk pangan. Hama yang tidak terkendali juga dapat menyebabkan

    kontaminasi silang pada produk pangan.

    Dalam SSOP dicantumkan 1) dokumentasi sanitasi berupa tanggal,

    waktu, pelaksana dan penanggung jawab sanitasi 2) tindakan pengawasan

    atau monitoring pelaksanaan sanitasi 3) evaluasi hasil pelaksanaan sanitasi 4)

    tindakan koreksi atas penyimpanan pelaksanaan SSOP dan hasil sanitasi

    yang tidak sesuai. Evaluasi hasil pelaksanaan sanitasi ditunjukkan dengan

    daftar atau checklist berisi kriteria yang harus dipenuhi selama sanitasi (FDA,

    1996).

    Penerapan SSOP dan GMP yang tepat dapat menjamin penerapan

    HACCP lebih mudah. Produk yang baik, aman, dan bersih dapat dicapai

    melalui berbagai prosedur yang diterapkan.

    G. HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP)

    Standar HACCP yang diterapkan di Indonesia diambil dari Codex

    Committee on Food Hygiene yang diperkenalkan pada Oktober 1991,

    kemudian diterjemahkan ke dalam Standar Nasional Indonesia (SNI 01-4852-

    1998). HACCP merupakan salah satu alat manajemen bahaya yang

    dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan

    pencegahan (preventive). HACCP dibuat berdasarkan kesadaran bahwa

    bahaya (hazard) akan timbul pada berbagai titik atau tahap produksi namun

  • terdapat upaya pengendalian untuk mengontrol bahaya tersebut. Kunci utama

    HACCP adalah antisipasi bahaya dan tindakan pencegahan timbulnya

    bahaya, dan bukan pengendalian bahaya dengan mengandalkan pengujian

    produk akhir. Dengan demikian, perusahaan dapat menekan jumlah

    kerusakan produk dan kerugian ekonomi akibat kerusakan produk yang diuji

    (Thaheer, 2005).

    Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh perusahaan Pillsbury di

    Amerika Serikat, yang bekerja sama dengan US Army Nautics Research and

    Development Laboratories, The National Aeronautics and Space

    Administration (NASA) serta US Air Force Space Laboratory Project Group

    pada tahun 1959. Mereka mengembangkan makanan bagi para astronot.

    Makanan tersebut berukuran kecil dan dilapisi dengan pelapis edible.

    Sehingga tidak mudah rusak dan terkontaminasi udara. Produk harus

    memenuhi aspek keamanan sehingga para astronot tidak jatuh sakit. Mereka

    akhirnya menyimpulkan cara terbaik untuk menghasilkan produk dengan

    jaminan keamanan mendekati 100 % adalah dengan sistem pencegahan dan

    penyimpanan rekaman data yang baik (Dept. ITP, 2005).

    Pillsbury menerbitkan dokumen lengkap HACCP pertama pada tahun

    1973 dan sukses diterapkan pada makanan kaleng berasam rendah. NAS

    kemudian membentuk National Advisory Committee on Konsep HACCP

    diadopsi oleh berbagai badan internasional seperti Codex Alimentarius

    Commission (CAC) (Dept. ITP, 2006).

    Tujuan penerapan HACCP di industri pangan adalah untuk mencegah

    terjadinya bahaya pada rantai pasokan pangan dan proses produksi, berupa

    kontaminasi bahaya mikrobiologis, kimia maupun fisik. HACCP dapat

    diterapkan dalam rantai produksi pangan, dimulai dari produksi bahan baku

    pangan, penanganan, pengolahan, distribusi, pemasaran dan konsumsi oleh

    konsumen selaku pengguna produk akhir. Meskipun demikian, HACCP

    bukanlah sistem jaminan keamanan pangan yang bersifat tanpa resiko (zero

    risk). HACCP dirancang untuk meminimumkan resiko bahaya keamanan

    pangan.

  • Penerapan HACCP pada industri pangan di beberapa negara hanya

    bersifat sukarela. Banyak industri pangan di Indonesia yang telah

    menerapkan HACCP karena dokumen HACCP menjadi salah satu

    persyaratan dalam dokumen pengiriman produk impor. Dua persyaratan

    utama penerapan HACCP di industri pangan adalah penerapan Good

    Manufacturing Practices (GMP) dan Standar Sanitation Operation

    Procedure (SSOP). Publikasi sistem HACCP yang telah diperkenalkan

    Codex Alimentarius Commission tentang tujuh prinsip HACCP dan dua belas

    langkah pedoman penerapannya yang didopasi oleh Badan Standardisasi

    Nasional. Tahap-tahap pembuatan rencana HACCP adalah:

    1. Tahap 1 : Pembentukan Tim HACCP

    Tim HACCP terdiri dari perwakilan seluruh departemen yang ada

    di dalam perusahaan serta berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.

    Apabila keahlian tidak tersedia secara internal, boleh digunakan

    konsultan dari pihak luar. Tim HACCP bertugas menulis SSOP,

    membuat rencana HACCP, mengimplementasikan HACCP dan

    melakukan verifikasi HACCP.

    2. Tahap 2 : Mendeskripsikan Produk

    Deskripsi produk adalah perincian informasi lengkap mengenai

    produk yang berisi komposisi, sifat fisik atau kimia, pengemasan,

    kondisi penyimpanan, daya tahan, cara distribusi, bahkan cara penyajian

    dan persiapan konsumsinya. Komposisi disusun untuk

    menginformasikan kandungan bahan yang ada di dalam produk berikut

    kuantifikasinya. Informasi ini diperlukn untuk memastikan ada tidaknya

    kandungan bahan berbahaya dalam produk tersebut.

    3. Tahap 3 : Identifikasi Pengguna Produk

    Pengguna produk ditentukan berdasarkan manfaat yang dinikmati

    oleh konsumen. Informasi tentang pengguna produk menunjukkan

    kelompok populasi konsumen yang dapat mengkonsumsi produk. Suatu

    produk langsung dikategorikan memiliki resiko tinggi apabila masuk ke

    dalam salah satu kategori populasi konsumsi bayi, ibu hamil dan

    menyusui, manusia, orang sakit atau orang dalam perawatan

  • penyembuhan, orang dengan daya tahan tubuh rendah atau alergi

    terhadap senyawa tertentu.

    4. Tahap 4 : Penyusunan Diagram Alir

    Diagram alir harus memuat semua tahapan di dalam operasional

    produksi. Diagram alir harus memuat bahan yang diolah dalam setiap

    proses, tahapan proses sejak bahan baku diterima hingga produk siap

    disimpan dan didistribusikan. Diagram alir juga wajib mencantumkan

    bahan-bahan yang digunakan selama pengolahan (air, bahan tambahan

    pangan, pengemas dan sebagainya) dan bahan-bahan yang dihasilkan

    sebagai produk sampingan (limbah, dan sebagainya) maupun produk

    akhir.

    5. Tahap 5 : Verifikasi Diagram Alir di tempat

    Diagram alir yang dibuat belum dapat dikatakan sama dengan

    proses sebenarnya di lapangan. Verifikasi adalah pengujian dan

    peninjauan ketepatan proses pengolahan dengan diagram alir proses

    yang telah dibuat. Bila diagram alir kurang tepat maka dilakukan

    modifikasi dan perubahan diagram alir. Verifikasi dapat dilakukan

    dengan mengamati aliran proses, kegiatan pengambilan contoh,

    wawancara, dan percobaan pengolahan non produksi.

    6. Tahap 6/Prinsip 1 : Analisa Bahaya

    Bahaya adalah faktor yang dapat menyebabkan pengaruh negatif

    bagi konsumen. Bahaya berupa bahan biologis, kimia atau fisik di

    dalam, atau kondisi makanan yang dapat menyebabkan gangguan

    kesehatan konsumen. Tim HACCP harus mengidentifikasi dan

    mendaftarkan semua bahaya potensial pada masing-masing tahap

    pengolahan.

    Selain itu, tim HACCP harus menilai resiko masing-masing

    bahaya. Bahaya dapat dikelompokkan menjadi kelompok bahaya resiko

    tinggi, resiko sedang atau resiko rendah. Kemudian tim HACCP

    menetapkan tingkat keakutan masing-masing bahaya.

    Bahaya digolongkan sebagai bahaya tinggi jika dapat mengancam

    jiwa manusia. Bahaya dikategorikan sedang jika berpotensi mengancam

  • jiwa manusia. Bahaya dikategorikan rendah jika mengakibatkan pangan

    tidak layak untuk dikonsumsi.

    7. Tahap 7/Prinsip 2: Critical Control Point (CCP) dan pengendalian

    bahaya

    Beberapa pengendalian titik kendali kritis dapat dilaksanakan

    menuju pencegahan bahaya yang sama. CCP atau titik-titik kritis

    pengawasan adalah tahap dalam proses pengolahan pangan yang harus

    dikendalikan atau diawasi dengan baik sehingga dapat mengurangi

    resiko timbulnya bahaya keamanan pangan. Satu CCP dapat

    mengendalikan satu atau beberapa bahaya, misalnya bahaya fisik dan

    mikrobiologi atau kombinasi bahaya lainnya.

    Untuk menentukan CCP yang tepat, Codex Alimentarius

    Comission telah memberikan pedoman penentuan CCP dalam bentuk

    diagram pohon, seperti terlihat pada Lampiran 2. Diagram ini membantu

    tim HACCP menganalisa dan memberikan jaminan pendekatan yang

    konsisten bagi tiap tahap atau bahaya yang teridentifikasi.

    8. Tahap 8/Prinsip 3: Penetapan Batas Kritis

    Batas kritis adalah angka dengan satuan tertentu atau tanda-tanda

    fisik sebagai batas aman bahaya pada tahap CCP tertentu. Batas kritis

    menunjukkan bahaya masih terkendali atau aman. Contoh batas kritis

    adalah suhu, waktu, kadar air, jumlah bahan tambahan, berat bersih,

    jumlah bahan logam, ukuran retensi ayakan dan sebagainya.

    Batas kritis juga menunjukkan perbedaan antara produk yang

    aman dan tidak aman. Batas kritis tidak boleh dilanggar untuk menjamin

    pengendalian bahaya mikrobiologis, kimia maupun fisik.

    Penetapan batas kritis dilakukan berdasarkan data yang sudah

    dipublikasikan oleh lembaga pemerintahan terkait, seperti Codex,

    ICMSF, FDA, Depkes, Deperindag dan sebagainya. Batas kritis juga

    dapat ditetapkan oleh para ahli seperti konsultan, badan peneliti,

    perusahaan peralatan, pemasok bahan desinfektan, ahli mikrobiologi

    atau sarjana teknik pengolahan pangan. Data hasil percobaan atau model

  • matematika juga dapat digunakan untuk menetapkan batas kritis (Dept.

    ITP, 2006).

    9. Tahap 9/Prinsip 4 : Menetapkan prosedur monitoring

    Prosedur pemantauan CCP harus dapat menemukan

    ketidakterkendalian pada CCP. Monitoring menetapkan secara ideal

    informasi waktu untuk tindakan perbaikan yang dilaksanakan untuk

    mengendalikan proses sebelum dilakukannya penolakan produk.

    Kegiatan monitoring bertujuan untuk menjamin batas kritis tidak

    terlanggar. Informasi dalam prosedur monitoring mencakup apa yang

    harus diuji, metode pengujian, pelaku pengujian, tempat pengujian,

    waktu pengujian dan hasil pengujian yang diharapkan. Monitoring CCP

    dapat dilakukan dengan dengan observasi visual, evaluasi sensori,

    pengujian fisik, pengujian kimia dan pengujian mikrobiologi. Namun

    umumnya pengujian mikrobiologi tidak dilakukan karena membutuhkan

    waktu yang lebih lama.

    10. Tahap 10/Prinsip 5 : Penetapan tindakan koreksi

    Tindakan koreksi adalah setiap tindakan yang harus dilakukan jika

    hasil monitoring pada suatu titik pengendalian kritis (CCP)

    menunjukkan proses tidak terkendali (loss of control). Terdapat dua jenis

    tindakan koreksi, yaitu tindakan segera dan tindakan pencegahan.

    Tindakan segera dapat berupa penghentian proses produksi sebelum

    penyimpangan dikoreksi, penahanan produk, pengujian keamanan

    produk, memisahkan produk yang cacat dan mengulangi proses

    pengolahan.

    Tindakan pencegahan dapat berupa pertanggungjawaban untuk

    tindakan koreksi dan pencatatan tindakan koreksi. Pertanggungjawaban

    untuk tindakan koreksi merupakan tanggung jawab petugas dengan

    jabatan tertentu di dalam perusahaan, misalnya supervisor produksi atau

    kepala bagian produksi. Pencatatan tindakan koreksi dilakukan dengan

    pengisian formulir khusus tindakan koreksi, yang berisi indentifikasi

    produk, deskripsi penyimpangan, tindakan koreksi yang dilakukan,

  • individu yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan koreksi dan

    evaluasi hasil pelaksanaan tindakan koreksi.

    Informasi tertulis mengenai tindakan koreksi menjadi dasar

    pengambilan keputusan atas penyimpangan CCP yang terjadi.

    Keputusan dapat berupa izin distribusi produk, pengujian produk,

    pengolahan produk menjadi produk lain dengan mutu yang lebih rendah,

    pengolahan produk menjadi pakan ternak atau penghancuran produk.

    11. Tahap 11/Prinsip 6 : Menetapkan prosedur verifikasi

    Verifikasi adalah pemeriksaan sistem HACCP secara menyeluruh

    untuk menjamin pelaksanaan sistem yang sesuai dengan tujuan dan

    prosedur dalam dokumen HACCP. Verifikasi bermanfaat untuk

    meningkatkan kesadaran dan pemahaman tiap karyawan perusahaan

    akan sistem HACCP, menyediakan dokumentasi pelaksanaan HACCP,

    membuang dokumen yang sudah tidak relevan dan menetapkan langkah

    pengembangan HACCP.

    Verifikasi umumnya berupa kegiatan validasi HACCP, tinjauan

    terhadap hasil pemantauan CCP, pengujian produk dan audit HACCP.

    Audit dapat dilakukan oleh divisi internal perusahaan maupun lembaga

    ekternal di luar perusahaan, seperti lembaga sertifikasi khusus. Beberapa

    elemen HACCP yang diverifikasi adalah dokumen tertulis HACCP,

    rekaman CCP, rekaman penyimpangan dan tindakan koreksi, laporan

    audit, keluhan konsumen, rekaman kalibrasi, rekaman training,

    spesifikasi dan hasil analisis bahan baku maupun rekaman laboratorium.

    12. Tahap 12/Prinsip 7 : Dokumentasi dan rekaman yang baik

    Prosedur pencatatan dan dokumentasi yang efektif adalah salah

    satu elemen terpenting dalam pelaksanaan HACCP. Dokumen menjadi

    bukti pelaksanaan HACCP dan pengendalian atas tiap bahaya yang

    timbul selama proses pengolahan. Catatan juga menunjukkan bahwa

    batas kritis telah dipenuhi dan telah dilakukan tindakan koreksi yang

    sesuai atas penyimpangan batas kritis.

    Pencatatan harus dilakukan di semua area yang kritis bagi

    keamanan produk dan dibuat pada saat monitoring dilakukan. Catatan

  • HACCP sebaiknya berisi judul dan status catatan (terkendali atau tidak

    terkendali), tanggal pembuatan catatan, individu yang melakukan

    pemeriksaan, informasi produk (kode produksi, tanggal kadaluarsa dan

    sebagainya), bahan dan peralatan yang digunakan, batas kritis, tindakan

    koreksi yang dilakukan, individu yang bertanggung jawab atas tindakan

    koreksi, tempat dan data individu pemeriksa catatan.

    H. STANDAR SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN

    1. British Retail Consortium (BRC) Standar BRC ditetapkan untuk proses penyimpanan dan distribusi,

    standar produk pangan, standar produk non pangan dan standar bahan

    pengemas. Standar produk non pangan dapat diterapkan untuk peralatan

    rumah tangga, produk elektronik audio dan visual, produk kesehatan dan

    produk yang tersedia hanya pada musim tertentu.

    Menurut Undang-undang Keamanan Pangan Inggris tahun 1990,

    pedagang atau distributor, seperti halnya semua pihak yang terlibat

    dalam rantai pasokan pangan, memiliki hak untuk melakukan

    pencegahan yang tepat atas kesalahan dalam pengembangan, produksi,

    distribusi, promosi dan penjualan produk pangan ke konsumen. BRC

    adalah suatu organisasi perdagangan Inggris yang didirikan atas prakarsa

    beberapa pemilik usaha supermarket atau swalayan di Inggris, yaitu

    Tesco, Mark & Spencer dan Sainsburys. Tidak semua pemilik

    supermarket atau swalayan menjadikan standar BRC sebagai

    persyaratan dagang. Organisasi ini menetapkan berbagai persyaratan

    bagi produsen atau pemasok produk pangan yang ingin menjual

    produknya di supermarket Inggris (BRC, 2006).

    Persyaratan harus dipenuhi oleh produsen dalam negeri, produsen

    luar negeri atau eksportir. Meskipun standar BRC bukanlah peraturan

    yang dibuat oleh pemerintah Inggris, sertifikat standar BRC tetap

    menjadi salah satu persyaratan kelengkapan izin resmi pengiriman

    produk pangan ekspor (BRC, 2001).

  • Aspek yang dinilai dalam standar proses penyimpanan dan

    distribusi mencakup pemeriksaan atau seleksi produk, pengemasan,

    inspeksi pengendalian mutu dan proses pembekuan. Kriteria yang wajib

    dipenuhi dalam standar produk non pangan berupa sistem manajemen

    mutu, standar lingkungan pabrik, pengendalian produk, pengendalian

    proses, sumber daya manusia, prosedur evaluasi, penilaian produk dan

    laporan evaluasi. Kriteria dalam standar pengemas berupa cakupan atau

    lingkup, jenis organisasi, sistem manajemen bahaya dan resiko, sistem

    manajemen teknis, standar pabrik, pengendalian kontaminasi, sumber

    daya manusia, penentuan kategori resiko dan prosedur evaluasi (BRC,

    2006).

    Kriteria yang harus dipenuhi dalam standar pangan adalah deteksi

    logam, penarikan produk dari distributor, validasi proses pengolahan

    untuk produk berkadar asam rendah, validasi proses pasteurisasi,

    pengendalian hama, audit internal, traceability, penilaian mutu,

    penanganan atas keluhan konsumen dan penentuan umur simpan (BRC,

    2006). Kriteria dalam standar produk pangan BRC dibagi menjadi:

    1. Sistem HACCP

    2. Sistem manajemen mutu

    2.1 Sistem manajemen mutu persyaratan umum

    2.2 Pernyataan kebijakan mutu

    2.3 Pedoman mutu

    2.4 Struktur organisasi, tanggung jawab dan wewenang

    manajemen

    2.5 Komitmen manajemen

    2.6 Fokus pada konsumen

    2.7 Tinjauan manajemen

    2.8 Manajemen sumber daya

    2.9 Audit internal

    2.10 Eksplorasi

    2.10.1 Persetujuan pemasok dan pengawasan pelaksanaan

    2.11 Persyaratan dokumentasi umum

  • 2.11.1 Pengendalian dokumen

    2.11.2 Spesifikasi

    2.11.3 Prosedur

    2.11.4 Penyimpanan dokumen

    2.12 Tindakan korektif

    2.13 Traceability

    2.14 Manajemen kecelakaan, penundaan distribusi produk dan

    penarikan produk

    2.15 Penanganan keluhan pelanggan

    3. Standar lingkungan pabrik

    3.1 Standar lingkungan luar

    3.1.1 Lokasi

    3.1.2 Lingkar luar dan tanah

    3.2 Standar lingkungan dalam

    3.2.1 Pemetaan, alur produk dan pemisahan

    3.2.2 Pemalsuan penanganan bahan baku, persiapan,

    pengolahan dan area penyimpanan

    3.2.2.1 Dinding

    3.2.2.2 Lantai

    3.2.2.3 Atap

    3.2.2.4 Jendela

    3.2.2.5 Pintu

    3.2.2.6 Lampu

    3.2.2.7 Pendingin ruangan/ventilasi

    3.3 Pelayanan

    3.4 Peralatan

    3.5 Perawatan

    3.6 Fasilitas karyawan

    3.7 Resiko kontaminasi bahan fisik dan kimia

    3.8 Perawatan bangunan dan higiene

    3.9 Penanganan limbah

    3.10 Pengendalian hama

  • 3.11 Transportasi

    4. Pengendalian produk

    4.1 Desain produk/pengembangan

    4.2 Syarat penanganan bahan khusus

    4.3 Deteks