52
F rest D gest 1 agustus-oktober 2016 F rest D gest 01 agustus- oktober 2016 EKOWISATA SAMPAI DI MANA Laser untuk Mengukur Tegakan Surga di Ujung Barat Jawa Ekowisata menjadi cara baru mengelola hutan produksi yang tak lagi mengandalkan kayu.

F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 1a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

F rest D gest

01agustus-

oktober 2016

EKOWISATASAMPAI DI MANA

Laser untuk Mengukur Tegakan

Surga di Ujung Barat Jawa

Ekowisata menjadi cara baru mengelola hutan produksi yang tak lagi mengandalkan kayu.

Page 2: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest2 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Page 3: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 3a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Page 4: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest4 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

T E K NOL O G I — 30

Laser Pengukur Tegakan

Mengukur tegakan hutan tak perlu lagi mengandalkan mata telajang. Teknologi laser lebih akurat.

R E P ORTASE — 38

Surga di Ujung Barat Jawa

Melancong ke Pulau Peucang yang eksotis. Tak hanya laut, juga hutan dan menengok komunitas banteng yang liar namun tak alergi pada manusia.

daftaR isi

F rest D gestMajalah Triwulanan

Penanggung Jawab:

M. Awriya Ibrahim (E16)Ketua Umum Himpunan Alumni

Fakultas Kehutanan IPB

Pemimpin Umum:Gagan Gandara (E29)

Pemimpin RedaksiBagja Hidayat (E33)

Redaksi:Odjat Sudjatnika (E22) R. Eko Tjahjono (E25)

Stepi Hakim (E27)Drajad Kurniadi (E32)

Soni Trison (E33)Librianna Arshanti (E33)

Reni Rosmini Handayani (E35)Khulfi M. Khalwani (E40)

Satrio Cahyo Nugroho (E41)Kaka Prakasa (E41)

Reza Ahda (E45)Muhammad Fahmi Alby (E47)

Fitri Andriani (E48)

Hubungan Eksternal: Hendra Wijaya (E29)

Atik Ratih Susanti (E30)Aryani (E34)

Sekretaris:Annisa Murthafiah (E48)

Alamat:Kampus Fakultas Kehutanan IPB

Jalan Lingkar Akademik Darmaga Bogor 16680

Kontak:[email protected]

Forest Digest adalah majalah triwulanan yang diterbitkan Himpunan Alumni

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan didistribusikan kepada

alumni dan umum secara gratis. Redaksi mengundang alumni menulis artikel

dengan panjang 7.000 karakter dengan spasi dalam format Microsoft Word

disertai foto penunjang.

foto coverDatang dan Pergi

Lokasi: Bendungan Riam Kanan, Kalimantan Selatan. (R. Eko Tjahjono)

L A P OR A N U TA M A — 16

WISATA DI HUTAN PRODUKSIPemerintah menerbitkan aturan pemanfaatan nonkayu di hutan produksi. Peluang bisnis

bagi pengusaha mengembangkan ekowisata, agar konsensi tak hanya eksploitasi kayu. Model bisnisnya belum ada yang ideal.

SU R AT — 6S A L A M K ET UA — 7K U T I PA N — 8PIG U R A — 10KA BA R KA M P U S — 12KA BA R A LUM N I — 14KOL OM — 26, 46F OTO G R A F I — 28BU K U — 32PROF I L — 34PE N E L I T IA N — 36BI N TA NG — 48OASE — 50

F rest D gest

01agustus-

oktober 2016

EKOWISATASAMPAI DI MANA

Laser untuk Mengukur Tegakan

Surga di Ujung Barat Jawa

Ekowisata menjadi cara baru mengelola hutan produksi yang tak lagi mengandalkan kayu.

Page 5: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

TFT adalah organisasi non-profit yang bekerja mentransformasikan supply chain bagi alam dan manusia. Para ahli kami bekerja di lebih dari 15 negara untuk memastikan agar berbagai komoditas seperti minyak. kelapa sawit, kertas, kayu, arang dan tambang diproduksi berdasarkan prinsip pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab. Kami:• Membantu perusahaan berkomitmen

membasmi deforestasi dan eksploitasi manusia dari rantai pasoknya.

• Memetakan rantai pasok global untuk mengidentifikasi resiko lingkungan dan sosial

• Bekerja bersama supplier perusahaan untuk mengembangkan praktik yang sesuai dengan komitmen kebijakan perusahaan.

• Mediasi untuk menemukan cara-cara praktis bersama masyarakat, pemasok, LSM dan pemerintah.

TFT IndonesiaJalan DR Wahidin No. 42 Semarang, Jawa Tengah 50255Telp: 024 – 850 9798

www.tft-earth.org | email: [email protected]

EKOSISTEMSUPPLY CHAIN

D u n i a y a n g k i t a l i h a t

tfttheforesttrust @TFTIndonesia tftearth

Page 6: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest6 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

surat

Gap Alumni dan KampusIsu internal yang sering kita dengar sebagai alumni sejak 20 tahun yang lalu adalah

adanya gap antara dunia kampus dengan dunia alumninya. Dalam acara kumpul alumni, isu ini selalu hangat dibicarakan. Rumah para janin rimbawan ini masih dianggap tidak update dengan perkembangan dunia luar namun tidak ada langkah apapun dari alumni untuk menyelesaikan isu ini.

Forest Digest lahir sebagai media yang bercita-cita untuk mengangkat hal-hal nyata, inovasi terbaru dan bahkan lebih jauh lagi langkah-langkah yang bisa disebut revolusioner dalam dunia kehutanan sebagai sebuah karya dari para rimbawan yang dulu lahir di kampus Fahutan IPB tercinta. Kehadiran Forest Digest bisa menjadi jembatan kokoh yang menghubungkan dan membuka cakrawala berpikir bagi para janin yang saat ini masih tinggal di rahim kampus. Semoga Forest Digest menjadi media yang memberikan solusi nyata untuk menghilangkan isu gap ini, sehingga adik-adik calon rimbawan bisa terbuka dan lebih siap menghadapi tantangan nyata dengan belajar dari pengalaman para seniornya.

Selamat kepada redaksi dan tim atas lahirnya Forest Digest edisi pertama. Semoga benar-benar bisa mewujudkan prinsip care and respect di antara kita sebagai alumni dan dunia kehutanan secara keseluruhan.

—Syamsul BudimanE32, tinggal di Bogor

Terima kasih supportnya, Kang Syamsul.

Menjadi Kontributor

Salam Lestari,Saya Gunanto, Manajemen Hutan IPB

angkatan 38. Saya punya pengalaman kerja menjadi jurnalis di majalah Tempo selama lima tahun. Saat ini bekerja di Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, dan mengelola situs berita lokal. Jika berkenan apakah boleh bergabung dengan majalah Forest Digest (redaksi atau kontributornya)? Terimakasih.

Gunanto, E38

Salam Lestari. Terima kasih Kang Gunanto. Redaksi sangat senang jika anda menuliskan artikel tentang pengalaman menjejelajah hutan, ekowisata, dan isu-isu terkait kehutanan lainnya. Silakan mengirimnya lewat email: [email protected] dengan panjang artikel 7.000 karakter dengan spasi.

Mengirim TulisanDear redaksi, bagaimana tata cara

mengirimkan tulisan untuk majalah Forest Digest? Terima kasih.

—Elza HavidE40, Alumni Fahutan tinggal di

Pematangsiantar

Halo Teh Elza, jawabannya seperti untuk Kang Gunanto. Silakan mengirimkannya ke redaksi. Kami menunggu.

Berita Forest Digest

Semoga ada profil alumni dan profil dosen tiap terbit. Juga ada halaman khusus beasiswa untuk dalam dan luar negri. Sehingga Forest Digest jadi seru karena memadukan berita dalam kampus dan luar kampus Fakultas Kehutanan IPB.

—Satriavi Putri Astrinata Alumni Fahutan tinggal Bogor

Terima kasih idenya Teh Putri. Semoga bisa diwujudkan untuk edisi mendatang. Ditunggu kontirbusinya.

Testimoni alumniSemoga semakin di depan... eksplorasi indahnya keanekaragaman hayati negeri ini....

—M. Nur Abdullah Aziz, Jakarta

Maen maen atau liputan ke TN kang..siap bantu.

—M. Ilyas, Kalimantan Barat

Mantaap..berikan yg beda, hutan yg kaya sumberdaya..!

—Irfan Mudofar, Bekasi

Mantapp... eksplore semua potensi sumberdaya hutan yang ada di Indonesia.

—Ida Rosita, Garut

Semoga bisa menjadi wadah komunikasi antar alumni dengan kampus. —Efendi Agus Waluyo, Palembang

Semoga tulisannya bisa meningkatkan pemahaman pentingnya kehutanan dalam pembangunan nasional, agar membuka mata mereka yang di Senayan dan pemimpin negeri ini...

—Deden Nurochman, Banda Aceh

Inovasi KehutananTujuan majalah ini bagus dan sudah

jelas arahnya. Sekadar saran mungkin bisa dimuat juga produk inovasi bidang ke-hutanan, maupun hasil penelitian mahasis-wa ataupun dosen kita dan profilnya. Atau profil perusahaan perkayuan, pembibitan baik alumni yang berwirausaha di bidang tersebut atau informasi di luar kampus kita. Liputan kegiatan-kegiatan tentang ke-hutanan. Banyak juga alumni di Manggala Wanabhakti yang bisa menjadi kontribu-tor. Jangan lupa kegiatan kampus diliput.

—Rika Andriani, E39

Terima kasih Teh Rika. Di edisi ini kegiatan kampus dan alumni sudah diberitakan. Ditunggu artikelnya...

Page 7: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 7a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

salam ketua

Media Komunikasi “Care and Respect”

Para alumni Fakultas Kehutanan IPB yang saya banggakan, alhamdulillah edisi perdana majalah Forest Digest telah terbit. Saya mengetahui proses penerbitannya yang penuh perjuangan karena para redaksi umumnya tak punya pengalaman dalam mengelola media massa sebelumnya. Di antara kesibukan, anggota redaksi yang terdiri dari pelbagai angkatan bisa menuntaskan edisi perdana ini tepat waktu. Saya salut untuk itu.

Pembuatan majalah adalah program kerja Bidang Komunikasi dan Informasi dalam kepengurusan Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan IPB, selain menyebarkan informasi melalui web. Tujuannya untuk memudahkan kita berkomunikasi. Dengan 6.000 alumni yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, kabar dari kampus, kabar antar alumni,

seringkali tersendat. Dengan majalah ini semoga persaudaraan kita semakin erat.Tujuan yang lebih besar dari penerbitan majalah ini adalah sebagai ajang

mempromosikan isu-isu kehutanan, inovasi-inovasi yang diciptakan oleh kampus maupun alumni kita di pelbagai bidang. Saya tahu banyak sekali alumni yang berperan besar dalam isu-isu kehutanan di tingkat nasional maupun internasional, tanpa kita tahu bahwa mereka pernah mengenyam bangku belajar yang sama di kampus Dramaga.

Sejauh ini media yang mengangkat isu kehutanan secara teknis tapi disajikan secara populer dan enak dibaca masih jarang. Forest Digest hadir untuk mengisi kekosongan itu sehingga isu kehutanan dan inovasinya kian dipahami oleh masyarakat secara luas. Para alumni juga bisa menuangkan gagasan dan ide mereka di sini sehingga publik dan alumni sendiri kian paham apa yang terjadi dengan dunia kehutanan saat ini. Perusahan maupun instansi pemerintah juga bisa memakainya sebagai sarana promosi sehingga tujuan bisa dicapai lebih cepat dan terarah.

Forest Digest diterbitkan secara berkala setiap tiga bulan. Tebalnya 40 halaman. Semoga edisi mendatang bisa makin tebal karena para alumni sudah banyak yang tahu sehingga bisa menyumbang tulisan-tulisan mereka.

Untuk edisi perdana ini kami mengangkat isu ekowisata. Pemilihan tema ini didasarkan pada makin banyaknya tempat-tempat wisata berbasis lingkungan yang digemari banyak orang. Dengan fenomena media sosial dan Internet, tempat-tempat tersebut tersiar luas sehingga makin banyak didatangi banyak orang. Terbukanya informasi itu membuat publik juga kian senang jalan-jalan sehingga berpotensi menumbuhkan sektor pariwisata dan pertumbuhan ekonomi lokal maupun nasional.

Sebagai alumni Fakultas Kehutanan, kami merasa terpanggil mengangkat isu ini agar masyarakat memahami bagaimana berwisata yang baik dan benar. Bagaimanapun, sebuah tempat yang kian banyak dikunjungi manusia berpotensi bisa rusak. Kami ingin menyiarkan bahwa mendapat pengalaman baru dari tempat-tempat eksotis itu bisa dilakukan seraya menjaganya.

Akhir kata, selamat untuk penerbitan edisi perdana Forest Digest ini. Saya mengundang para alumni menulis dan memakai majalah ini untuk berkomunikasi sehingga moto “care and respect” dari himpunan kita semakin bisa diwujudkan.

Salam Rimbawan,

M. Awriya Ibrahim

“Para alumni juga bisa menuangkan gagasan dan ide mereka di sini sehingga publik dan alumni sendiri kian paham apa yang terjadi dengan dunia kehutanan saat ini. Perusahan maupun instansi pemerintah juga bisa memakainya sebagai sarana promosi sehingga tujuan bisa dicapai lebih cepat dan terarah.”

Page 8: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest8 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

kutipan

angka

“Karena setiap orang bertanggung jawab terhadap oksigen yang dihirupnya, maka menanamlah.”

—Dewi Lestari dalam cerita pendek “Satu Orang Satu Pohon”.

“Hewan selalu mengundang rasa penasaran tentang sifat manusia. Saya lebih percaya hewan ketimbang manusia.”

—Pamela Anderson, aktris Hollywood, aktivis perlindungan hewan melalui organisasi PETA,

People for Ethical Treatment of Animals.

wikipediawikipedia

LUAS KAWASAN HUTAN darat DAN PERAIRAN indonesia (hektare)

D.I.

Ace

h

Sum

ater

a U

tara

Sum

ater

a Ba

rat

Riau

Kepu

laua

n Ri

au

Jam

bi

Beng

kulu

Sum

ater

a Se

lata

n

Kep.

Ban

gka

Belit

ung

Lam

pung

DK

I Jak

arta

Jaw

a Ba

rat

Bant

en

Jaw

a Te

ngah

D.I

Yogy

akar

ta

Jaw

a Ti

mur

Bali

NTB

NTT

Kalim

anta

n Ba

rat

Kalim

anta

n Te

ngah

Kalim

anta

n Ti

mur

dan

Uta

ra

Kalim

anta

n Se

lata

n

Sula

wes

i Uta

ra

Gor

onta

lo

Sula

wes

i Ten

gah

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Sula

wes

i Sela

tan

Sula

wes

i Bar

at

Mal

uku

Mal

uku

Uta

ra

Papu

a

Papu

a Ba

rat

3.55

7.91

6

3.05

5.79

4

2.38

0.05

8 5.4

99.6

93

590

.020

2.0

98.5

35

924.

631 3.

466.

901

654.

562

1.0

04.7

35

108

.475

,45

816.

603

253.

254

757

.250

16.8

19,5

2

1.36

1.14

6

130.

686,

01

1.04

6.95

9

1.78

4.75

1

8.38

9.60

1

12.7

19.7

07

13.8

55.8

33

1.77

9.98

2

764.

739

824.

668

4.27

4.68

7

3.83

0.57

9

2.72

5.79

6

1.09

2.37

6 3.91

9.61

7

2.51

5.22

0

30.3

87.4

99

9.71

3.13

7

TOTAL: 126.302.229,98 hektare

Page 9: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

Our Services

Other Relevant Expertise

Improving the quality of social relationsand environmental management

+62 21 7396 516 | [email protected] | www.aksenta.com

RSPO/ISPO/ISCCTrainingTechnical assistance

High Conservation ValueAssessmentManagement and monitoringTrainingTechnical assistance

Green House Gas MitigationCarbon stock assessmentHigh Carbon Stock identificationEmission estimationMitigation plan

Social ManagementTrainingTechnical assistanceSocial impact assessmentSocial risk assessmentSocial management and monitoring

Compensation SchemeCompensation liability assessmentCompensation/conservation program development

Land Use Change AnalysisRemote sensing & spatial analysisField verification

Due DiligenceMeasuring compliance level with sustainability standardSocial risks assessmentEnvironmental risks assessment

Soil & Water ResourcesManagement

Land suitability studySoil mappingPeat soil mappingWater managementGIS Training, Technical assistance

accentuate life

To guide and equip palm oil industryto comply with the highest available ethical

and environmental standards

KOPI OEYKDSS BOGOR

DENGAN SUASANA HANGAT TEMPO DULU

Gedung Alumni IPB, Bogor - Telp: 0251 – 838 5624

@kopioeywww.kopioey.com FB.com/kopioey @kopioey

Page 10: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest10 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

pigura

Jembatan Akar. Jembatan akar ini berusia 40 tahun, menghubungkan Desa Copaler dengan Badui Dalam di Banten.

Fotografer:Temmy Rahadipoetra Kamera Canon EOS 550D Sumber:Foto Bank Kontes Fotografi Lingkungan Tingkat Nasional Forester IPB Photography

Page 11: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 11a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Page 12: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest12 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

kabar alumni

Alumni Selamatkan Calon Mahasiswa

IPB menerima 2.700 calon mahasiswa baru melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Sebanyak 773 orang melamar beasiswa bidikmisi (Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin). Tahun ini Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mengurangi kuota jumlah mahasiswa dari jalur ini menjadi tinggal 10 persen. Walhasil, IPB

hanya menerima 270 orang.Tahun lalu, mahasiswa bidik misi di

IPB mencapai 800 hingga 1.100 orang. Penurunan kuota ini membuat 403 mahasiswa terancam tak bisa kuliah. Soalnya, mereka menjadi masuk jalur biasa yang biayanya mahal. Setelah diteliti melalui wawancara dan cek lapangan, mereka yang tak lolos ini umumnya yatim-piatu, sehingga tak bisa membayar uang kuliah, padahal mereka rata-rata siswa berprestasi di sekolahnya.

Dengan fakta ini, Himpunan Alumni IPB membuat kegiatan peduli pendidikan. Kegiatan pengumpulan dana ini meminta para alumni menyumbang agar bisa membantu calon mahasiswa ini kuliah di IPB. Tak terkecuali alumni Fakultas Kehuanan.

Dana yang terkumpul hingga 8 Juni 2016 melalui Himpunan Alumni IPB mencapai Rp 1.402.812.901. Uangnya akan dipakai membantu calon mahasiswa yang tak lolos bidik misi atau ak mendapat tapi layak dibantu. Setelah dihitung kebutuhannya, ada 371 calon mahasiswa yang yang layak dibantu kebutuhan hidupnya selama satu tahun. Tentu saja, jumlah itu masih kurang karena kebutuhannya Rp 4.159.652.000 berdasarkan asumsi kebutuhan selama sebulan adalah sebesar Rp.600.000 per orang.

Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan berhasil menghimpun dana Rp 60 juta

dan bisa membantu biaya kuliah lima calon mahasiswa. Ida Rosida, bendahara Himpunan, seperti dikutip Koran Tempo edisi 4 Juni 2016, mengatakan telah menyebarkan informasi ihwal adanya calon mahasiswa Fakultas Kehutanan yang terancam gagal masuk akibat tak bisa membayar uang kuliah. “Alhamdulillah, kelima adik kami itu tetap bisa bergabung menjadi keluarga besar Fakultas Kehutanan,” kata Ida.

Menurut Ida, uang kuliah tunggal terbagi menjadi banyak item dan berbeda-beda nilainya. Ada uang kuliah, biaya asrama, dan kebutuhan lain. Nilai terendah item yang telah dibayar oleh Himpunan per mahasiswa sebesar Rp 2,7 juta dan tertinggi Rp 8,7 juta. “Kami masih membuka rekening donasi,” kata Ida.

Juru bicara Himpunan Alumni IPB Andi Irman mengatakan selama empat tahun 371 mahasiswa itu membutuhkan biaya kuliah Rp 16,6 miliar. Kebutuhan itu terdiri dari uang kuliah per tahun sebesar Rp 1,4 miliar, biaya hidup Rp 2,7 miliar, sehingga total Rp 4,1 miliar. Dana tersebut akan dikumpulkan melalui dana abadi Yayasan Himpunan.

Langkah yang diambil oleh Alumni IPB ini merupakan suatu momentum yang luar biasa. Sehingga mendorong pihak IPB untuk mengambil beberapa langkah agar lebih baik kedepannya seperti melakukan proses pengawasan mengenai dana yang diperoleh dan yang disalurkan, memperoleh informasi mengenai kebutuhan dasar mahasiswa selama setahun, serta mengumpulkan dan memberikan informasi keuangan dari camaba yang diterima kepada alumni.

Dengan adanya peristiwa ini, Kementerian Pendidikan Tinggi perlu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan penetapan kuota bidik misi seperti tahun ini. Apalagi calon mahasiswa IPB yang berasal dari penjuru daerah nusantara, mulai dari Aceh hingga Papua perlu mendapatkan perhatian lebih dalam rangka membangun ketahanan pangan nasional.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Yonny Koesmaryono, berterima kasih kepada Himpunan Alumni IPB yang telah menyelamatkan mahasiswa baru melalui biaya UKT. Untuk penanganan selanjutnya, pihaknya akan berkonsultasi dengan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. “Supaya memberikan tambahan kuota,” kata dia.

—Soni Trison, pengajar di Fakultas Kehutanan IPB, anggota tim seleksi calon

mahasiswa baru.

bidik misi. Wawancara calon mahasiswa bidik misi.

“Alhamdulillah, kelima adik kami itu tetap bisa bergabung menjadi keluarga besar Fakultas Kehutanan.”

—Ida Rosida, Bendahara HAE

Page 13: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

Canopy BridgeMerupakan jembatan

tajuk satu-satunya yang ada di Indonesia

dengan panjang 64meter. Tertopang oleh

kayu Bangkirai (Shorea laevis) yang merupakan

jenis kayu dominan yang tumbuh di Kawasan

Wisata Alam BukitBangkirai. Ecotourism

yang dikembangkan

PT Inhutani 1 beradadi dalam kawasan

pembangunanUTI PT Inhutani 1.

The Integrated Management ConsultantRIAP INDONESIA memberikan konsultansi terhadap aktifitas umum yang terkait dengan manajemen dan pembangunan sumberdaya alam.1. Berdasarkan jenis aktifitasnya: kehutanan, pertambangan, perkebu-

nan, pertanian, konservasi, teknologi informasi dan komunikasi, serta konstruksi terbatas.

2. Berdasarkan jasa layanannya: manajemen dan pembangunan perencanaan, survei dan pemetaan yang terintegrasi dengan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis, pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan, evaluasi dan penilaian, perencanaan pemasaran, pemodelan, penelitian, dan analisis.

3. Berdasarkan obyektifitasnya: ekonomi dan investasi, sosial dan budaya, biofisik dan konservasi, revegetasi dan rehabilitasi, dan legal-formal dan kebijakan.

RIAP INDONESIA didirikan untuk merespon transformasi hubungan antara sumberdaya alam dengan manusia yang seringkali mengakibatkan kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan hidup. RIAP INDONESIA berkomitmen untuk mendampingi seluruh pemangku kepentingan akan sumberdaya alam, manusia dan lingkungan, baik masyarakat, pengusaha, pemerintah, maupun pihak terkait lainnya, dalam upaya mewujudkan kelestarian ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan.

RIAP INDONESIA adalah perseroan terbatas yang mengkhususkan dirinya sebagai konsultan

pada bidang manajemen dan pembangunan sumber daya alam.

Komplek Meranti No. 03Pasirjaya, Bogor Barat 16119Bogor, Jawa Barattel: +62 251 8638605, 8633500

Page 14: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest14 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

ADA dua taman hutan kampus Institut Perta-nian Bogor di Drama-ga. Arboretum kecil di depan Fakultas Ke-hutanan yang pertama kali dibangun setahun sejak fakultas ini men-jadi penghuni pertama kampus Dramaga pada 1968, atau lima tahun

sejak IPB berdiri. Taman hutan ini dide-sain dan disupervisi oleh Profesor Zoefri Hamzah di era Dekan Fakultas Kehutanan Profesor Rudy Tarumingkeng.

Mereka yang aktif mendirikan arboretum itu adalah kepala-kepala bagian Silvikultur, seperti Ir Sjafii Manan, MSc dan Ir Salman Farisi, MS. Arboretum atau taman hutan kedua di Dramaga ukurannya lebih luas, berada di seberang plaza Gedung Rektorat.

Jika pohon-pohon di arboretum ditanam para dosen dan mahasiswa Fakultas Kehutanan, pohon di hutan lanskap yang kini meneduhi plaza yang luas dan jalan-jalan di sekitarnya itu ditanam para alumninya. “Kami sedang menyiapkan agar arboretum lanskap diberi nama,”

kabar alumni

kata Rinekso Soekmadi, Dekan Fakultas Kehutanan (2015-2020), kepada Forest Digest akhir Juli lalu.

Menurut Rinekso, pemberian nama itu penting sebagai wujud terima kasih kampus kepada para alumni yang telah peduli kepada almamater dengan menanam pohon di sana, bahkan banyak yang menjadi “bapak asuh” pohon dengan merawatnya sejak ditanam.

Di luar kedua arboretum itu, Fakultas Kehutanan juga mendapatkan amanah dari IPB mengelola taman hutan seluas 12 hektare di area kampus Blok Cikabayan. Amanah ini sudah cukup lama ketika rektor dijabat Profesor Aman Wirakartakusumah pada 1995. Profesor Aman menerbitkan keputusan nomor 086/Um/1995 agar blok Cikabayan dijadikan Taman Hutan Kampus oleh Fakultas Kehutanan.

Selain sebagai penghijauan dan kon-servasi, taman hutan kampus ini akan difungsikan sebagai sarana praktek ma-hasiswa, dan ekowisata. Menurut Rinek-so, pembangunannya akan dimulai tahun depan dengan melibatkan tim profesional. “Soalnya membangun taman kampus tidak sulit, tapi juga tak mudah,” kata Rinekso.

Saat ini blok Cikabayan sebagian besar arealnya tumbuh pohon mahoni, ketapang, dan puspa, yang ditanam oleh para mahasiswa saat praktek. Dalam penataannya kelak, tim akan mengelompokkan pohon-pohon itu berdasarkan familinya sehingga mudah dikenali saat jadi objek praktek para mahasiswa.

Rinekso sudah menghitung biaya yang diperlukan membangun taman hutan Cikabayan itu sekitar Rp 500 juta per hektare. Beberapa pihak, kata dia, sudah bersedia menjadi sponsor hingga pembangunan selesai. “Kabar dari Kang Ketua Umum Himpunan Alumni, BRI siap menjadi sponsor,” kata Rinekso.

Ia berharap para alumni berperan serta dalam pembangunan hutan kampus ini agar arboretum itu segera terwujud dan menjadi milik civitas akademika Fakultas Kehutanan dan para alumninya. Ia menghimbau saat Hari Pulang Kampus dua tahun mendatang, alumni yang tersebar di pelosok nusantara datang ke Bogor membawa bibit tanaman untuk ditanam di hutan kampus itu. “Sehingga arboretum ini menjadi pemersatu kita semua,” kata dia.

Taman Hutan Kampus Kehutanan

Page 15: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 15a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

SETIAP alumni Fakultas Ke-hutanan IPB pasti tahu jika disebut “bajiguran”. Ini acara rutin sebagai penutup rangka-ian orientasi mahasiswa baru. Acara hiburan yang dikemas untuk keakraban antara se nior dan yunior juga para dosen

de ngan hidangan bajiguran dan pelbagai rebusan.

Kehangatan bajigur itulah yang menjadi landasan filosofis acara ini. Tak ada lagi sekat antara yunior, senior, dosen. Semua adalah civitas akademika Fakultas Kehutanan yang sedang belajar tak hanya ilmu tentang hutan, tapi juga hidup dan masa depan. Karena itu di acara ini biasanya muncul ide-ide bagus setelah saling berbagi informasi tentang kehutanan mutakhir.

Nah, para alumni mengenang kembali bajiguran pada 2 April 2016 lalu. Tempatnya di halaman Fakultas Kehutanan kampus IPB Dramaga dan Ruang Sidang Sylva. Acara diisi dengan sosialisasi kegiatan Himpunan Alumni E (abjad untuk Fakultas Kehutanan) masa kepengurusan 2015-2018 di bawah kepemimpinan Kang M. Awriya Ibrahim.

Juga ada musyawarah nasional dan rap-at kerja yang membahas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Alumni E. Di acara itu juga diluncurkan eksekutif lounge Sekreta riat HAE di kam-pus. Karena membahas program kerja, Sek-si Komunikasi mempresentasikan rencana menerbitkan majalah Forest Digest ini.

Para alumni bertahan hingga malam.

Karena hujan deras, beberapa acara bergeser, termasuk Mimbar Rimbawan sebagai acara puncak konsolidasi yang dipandu Kang Odjat Sudjatnika (E22).

Ke Bajiguran Kita Kembali

Di sini para alumni sepakat mematenkan “Bajiguran” sebagai nama acara apapun berkumpulnya para alumni di seluruh Indonesia. —

akrab. Rapat Kerja Nasional Alumni (atas). Malam Bajiguran dipimpin Odjat Sudjatnika.

Halal bi HalalPada 7 Agustus 2016 di Restoran Tumbar Jinten Sentul City,

Bogor, Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan Insititut Pertanian Bogor menggelar halal bi halal. Sekitar 130 alumni hadir dalam acara di lantai dua itu. Beberapa datang dari jauh seperti Riau, Sulawesi, dan Sumatera Utara. Acara meriah dengan lomba menyanyi lagu-lagu Sylva yang dimenangkan angkatan 35-40 dan sumbangan untuk bidang sosial dengan mengumpulkan dana Rp 100 juta. Halala bi halal ini sekaligus soft launching majalah Forest Digest. —Libriana Arshanti, Bagja Hidayat

Page 16: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest16 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6F rest D gest

ekowisata.Kawah Putih Ciwidei, Bandung, Jawa Barat.

R. Eko Tjahjono

Page 17: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 17a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

laporan utama

Wisata di Hutan ProduksiEkowisata menjadi cara baru mengelola dan memanfaatkan hutan produksi yang tak lagi

mengandalkan kayu. Belum ada model ideal dan perlu dukungan infrastruktur.

Page 18: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest18 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

laporan utama

DENGAN kapal motor berdaya 200 paarden kracht (tenaga 200 kuda setara 147 kilowatt), hanya butuh 1 jam 15 menit dari pelabuhan Rasau untuk sampai di camp PT Kandelia Alam. Pemilik konsesi hutan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, ini

mengelola 18.130 hektare mangrove yang pelan-pelan sedang dijadikan ekowisata.

Dari Bandar Udara Internasional Supadio di Pontianak ke Rasau Jaya hanya satu jam jalan darat. Pemerintah Kubu Raya mempromosikan wisata mangrove ini sejak 2015 bekerja sama dengan WWF Indonesia, PT Bina Silva, dan PT Ekosistem Khatulistiwa Lestari, dengan dukungan IDH The Sustainable Trade Initiative dari Belanda.

Harian Kompas menyebutnya “hutan mangrove terbaik se-Asia Tenggara”. Soalnya, dari 60 jenis mangrove di Indonesia, 40 jenis di antaranya ada di hutan bakau Kubu Raya ini. “Dan di sini ada jenis mangrove Kandelia candel yang sangat langka,” kata Fairus Mulia, Direktur Utama PT Kandelia Alam, bulan lalu.

Kandelia candel adalah mangrove yang berbunga putih saat mekar. Tingginya bisa sampai 10 meter. Mangrove dari famili Rhizophoraceae ini merupakan spesies asli pantai-pantai Asia Selatan, menyebar ke India lalu ke Kalimantan. Menurut Fairus, jenis Kandelia di Kubu Raya merupakan mangrove yang tersisa di dunia.

Mangrove di Kubu Raya berfungsi menahan abrasi air laut dan angin sehingga masyarakat pesisirnya terlindungi. Selain 40 jenis bakau, menurut Fairus, di hutan ini ditemukan habitat langka semacam bekantan (Nasalis larvatus) yang merupakan hewan endemik Borneo, pesut (Irawadi dolphin), berang-berang, dan 60 jenis burung langka, seperti trinil dan burung madu.

Menurut Fairus, kuliner di Kandelia juga beragam. Kepiting, kerang, dan udangnya besar dan lezat. Sehingga mereka yang berkunjung ke sini tak sekadar menikmati alam dan keanekaragaman hayati yang

diabadikan dalam keindahan fotografi, para pengunjung sekaligus bisa menikmati keragaman makanan laut.

Meski sudah terkenal di kalangan turis lokal dan internasional, PT Kandelia belum memberikan nama pada ekowisata ini. Fairus bahkan belum mencatat secara resmi turis yang pernah berkunjung ke sana. Padahal Duta Besar Amerika Serikat Robert Orris Blake Jr. pernah berkunjung beberapa bulan lalu. “Yang berkunjung hanya bersifat pertemanan saja,” kata alumni Fakultas Kehutanan IPB angkatan 13 ini.

Untuk meresmikan ekowisata mangrove ini, kata Fairus, perusahannya perlu merevisi Rencana Kerja Usaha berjangka sepuluh tahun, dengan memasukkan potensi jasa lingkungan atau hasil hutan nonkayu. Pada 1 Maret 2016 Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerbitkan peraturan Nomor P.31/MenLHK/Setjend/Kum.1/3/ 2016 tentang pedoman kegiatan usaha pemanfaatan jasa

lingkungan wisata alam pada hutan produksi.

Dengan peraturan baru ini, kata Fairus, memungkinkan perusahaan yang tadinya hanya fokus pada produksi kayu bisa juga memanfaatkan jasa lingkungan nonkayu seperti wisata alam. “Peraturan ini membuat kami lebih fleksibel memanfaatkan hutan produksi secara lestari,” katanya.

Menurut Kepala Seksi Usaha Jasa Lingkungan Direktorat Usaha Jasa Lingkungan dan Hasil Hutan Bukan Kayu Hutan Produksi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Muladi, aturan nomor 31 itu merupakan satu-satunya beleid tentang ekowisata di hutan produksi. Sebelumnya, sektor kehutanan hanya mengatur ekowisata di hutan lindung. “Kalau hutan lindung sudah cukup banyak aturannya,” kata alumnus Fakultas Kehutanan IPB angkatan 15 ini.

Dengan aturan baru itu, perusahaan swasta yang memiliki konsesi hutan produksi didorong membangun ekowisata seperti yang dilakukan PT Kandelia. Menurut Muladi, dengan peraturan baru itu perusahaan, baik swasta maupun perusahan negara, tak perlu mengajukan izin baru jika ingin mengadakan tur alam itu.

Ia mencontohkan jika sebuah perusahaan hutan tanaman industri ingin mengundang perusahaan lain mengadakan objek wisata alam, hanya perlu kerjasama. Perusahaan kayu itu hanya perlu memasukkanya dalam rencana kerja yang direvisi tiap tahun dan diketahui Kementerian Lingkungan. “Untuk area nonkonvensi, seperti KPH, izinnya ke gubernur,” kata Muladi.

Menurut Muladi, izin kepada pemerintah setempat itu juga sekaligus pemberitahuan agar pemerintah juga menyediakan sarana dan akses menuju ke tempat ekowisata itu.

elang dada putih. Komunitas elang dada putih di Suaka Kuala Lapak, Kalimantan Selatan.

40 dari 60 jenismangrove di Indonesia ada di hutan bakau Kubu Raya.

Page 19: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 19a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Juga sarana lain yang bisa disediakan swasta sebagai peluang bisnis, seperti penginapan dan jasa sewa transportasi. “Walaupun kalau mau menyediakan sendiri tak dilarang,” katanya.

Itu yang dilakukan Perum Perhutani. Di Curug Cilember, Puncak, Perhutani bahkan membuka akademi pariwisata. Di Cilember, selain ada curug sebagai wisata alam, juga ada penangkaran kupu-kupu, area kemping, dan cottage-cottage yang bisa disewa. “Dalam mengembangkan ekowisata kami sudah memulainya sejak 1990-an dan mulai serius pada 2006,” kata Lies Bahunta, Kepala Biro Analisa dan Rencana Bisnis, Wisata, dan Agribisnis Perhutani. “Ini sektor yang paling cepat

memberikan pendapatan.”Peraturan baru bagi usaha hutan

produksi itu merupakan kelanjutan program pemerintah mendorong kian maraknya ekowisata. Program ini, meski gaungnya dimulai sejak Undang-Undang Pariwisata diberlakukan pada 2009, baru digagas di bidang kehutanan pada 2012. Ekowisata kian menemukan muaranya ketika pemerintahan Joko Widodo menggabungkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan.

Isu ekoturisme sendiri sudah muncul sejak awal 1980. Kamus Oxford memasukkan kata “ecotourism” mulai pada 1982, setelah istilah “ecotour” mulai dipakai sejak 1973. Ekoturisme mulai

“ecotourism” dimulai pada 1982, setelah istilah “ecotour” dipakai sejak 1973. Ekoturisme didorong seiring kian masifnya eksploitasi hutan untuk menumbuhkan ekonomi. Akibatnya orang punya uang untuk jalan-jalan. Ekoturisme adalah resultante dan penyeimbang dari pemanfaatan hutan dengan upaya melestarikannya.

R. Eko Tjahjono

Page 20: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest20 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

laporan utama

arungi sungai. Tur bakau oleh WWF Indonesia di Sungai Cermin, Kubu Raya, Kalimantan Selatan.

DOK: PT Kandelia

Page 21: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 21a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

didorong seiring kian masifnya eksploitasi hutan untuk menumbuhkan ekonomi. Akibatnya orang punya uang untuk jalan-jalan. Ekoturisme adalah resultante dan penyeimbang dari pemanfaatan hutan dengan upaya melestarikannya.

Menurut Muladi, ekowisata di hutan lindung bukan barang baru karena tujuannya memang konservasi. Selain aturannya banyak, regulasinya juga ketat karena menyangkut pelestarian alam. “Hutan produksi ini lebih longgar,” kata dia.

Bergabungnya Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan paradigma baru dalam pengelolaan hutan, terutama hutan produksi. Pemanfaatan kayu, kata Muladi, selama ini hanya mencapai lima persen saja. Potensi sebuah hutan 95 persen sisanya justru dari nonkayu, berupa wisata dan jasa lingkungan seperti penyerapan karbon. “Penggabungan dua kementerian itu membuat birokrasi juga jadi terpangkas,” kata dia. “Tak perlu Amdal, cukup izin upaya pemanfaatan lingkungan.”

Soalnya, dalam ekowisata juga tercakup tujuan pendidikan. Menurut Deklarasi Quebec, 2002, ada lima kriteria sebuah wisata dikategorikan ekowisata yakni: produk berbasis alam, terdapat manajemen dampak lingkungan, memiliki unsur pendidikan lingkungan, ada kontribusi kepada konservasi, dan konstribusi bagi masyarakat.

The International Ecotourism Society mendefiniskan ekowisata sebagai “perjalanan bertanggung jawab ke daerah alam dengan melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal”. “Jadi bila tak melibatkan dan bersinggungan dengan kebudayaan masyarakat lokal, sebuah objek wisata tak bisa digolongkan dalam usaha ekowisata,” kata Lisman Sumardjani, konsultan senior di Flora Mundial Fondation.

Karena itu Lisman menerbitkan buku Pengantar Ekowisata. Di dalamnya membedah ihwal potensi bisnis ekowisata yang bisa dimasuki para pengusaha kehutanan, selain kayu. Menurut dia, ekowisata di hutan produksi masih asing di kalangan pengusaha, kecuali Perhutani karena sudah lama mengembangkannya.

Dalam buku itu Lisman memberi panduan soal kemungkinan-kemungkinan dan persiapan memasuki bisnis ini, sejak peluang, modal, hingga keuntungan yang mungkin diperoleh, dan perkiraan modal

itu kembali. “Soalnya ekowisata itu kegiatan pengelolaan hutan sesungguhnya,” katanya.

Dengan pengetahuannya itu, Lisman bergabung dengan teman sekelasnya di Fakultas Kehutanan, Fairus Mulia, menyiapkan wisata mangrove di Kubu Raya. Menurut dia, Kandelia contoh bagus pengelolaan ekowisata di hutan produksi. Lokasinya hanya empat jam dari Jakarta dan Singapura via Pontianak. Ekowisatanya juga lengkap: laut, hutan, mangrove, burung, kilang, masyarakat adat, hingga kuliner.

Dalam tiga hingga lima tahun ke depan, Lisman menargetkan wisata mangrove menjadi ikon baru wisata Kalimantan Barat. Turis Singapura bisa datang langsung ke

lokasi dengan pesawat ampibi atau melalui Bandara Supadio, tanpa melalui jalan darat, yang perlu pembangunan infrastruktur yang mahal. “Dari Kandelia bisa langsung ke Danau Sentarum,” katanya.

Soalnya, kata Fairus, dari survei ke beberapa turis yang pernah berkunjung ke Kandelia mereka ingin infrastruktur dari Bandara Supadio ke Rasau Jaya belum terlalu mulus. “Ini krusial untuk dibenahi,” katanya.

Koneksivitas antara sektor memang masih menjadi masalah. Menurut Bambang Supriyanto, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim Kementrian Lingkungan, Indonesia sangat kaya dengan destinasi wisata karena alam dan budayanya yang unik. “Keunggulan itu tak maksimal karena destinasi alam dan budaya tak konek,” kata dia.

Wisata alam, budaya, dan artifisial tak menyatu dalam ekowisata. Selain itu dua faktor lain yang menunjang ekowisata—infrastruktur dan promosi—belum terlalu menunjang sektor ini. Bambang mengatakan tol laut adalah konsep bagus mengintegrasikan wisata yang terserak itu. “Juga promosi sebagai kekuatan berpengaruh untuk objek wisata,” kata dia.

Promosi ekowisata Perhutani memakai pelbagai media komunikasi: iklan majalah, brosur, leaflet, serta ikut pameran wisata di dalam dan luar negeri. “Juga penyebaran melalui web di javaecotourism.com,” kata Lies. Pada 2012, setelah Festival Kawah Putih II, ekowisata Ciwidey mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Barat.

Pada 2015, jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek-objek ekowisata yang dikelola Perhutani mencapai 4.534.556 turis lokal dan 100 ribu turis asing. Masalahnya, wisatawan itu tak bisa dibedakan jumlahnya di tiap tempat karena tiketnya sama untuk semua objek wisata. “Soal lain yang belum tuntas adalah sumber daya pariwisata yang masih terbatas,” kata Lies.

Indonesia sangat kaya dengan potensi wisata. Ruang udara, darat, dan laut yang beragam dan unik membuat nusantara dijuluki zamrud khatulistiwa. Internet dan media sosial yang fenomenal dalam dekade ini, juga hasrat jalan-jalan telah menjadi prestise, seharusnya ikut membantu mengembangkan sektor ini.

—Bagja Hidayat, Fitri Andriani, Muhammad Fahmi Alby

pedoman kegiatan usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam pada hutan produksi membuat kami lebih fleksibel memanfaatkan hutan produksi secara lestari.”

—Fairus Mulia, Direktur Utama PT Kandelia Alam,

DOK PT Kandelia

Page 22: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest22 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

laporan utama

DISEBUT Gunung Walat meski ketinggiannya hanya 720 meter dari permukaan laut. Untuk mencapainya perlu setengah jam perjalanan dengan mobil menanjak dari Jalan Raya Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Hutan Pendidikan Gunung Walat berada di

dua desa di dua kecamatan: Batununggal di Cibadak dan Hegarmanah di Cicantayan.

Sejak 2009, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor mulai serius mengembangkan hutan penelitian ini sebagai ekowisata. Fakultas Kehutanan mendapat mandat mengelola hutan ini sejak 1969 melalui Surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 7041/IV/2/69 pada 14 Oktober 1969.

Kini publik boleh mengunjunginya, memasang tenda di area camping ground, atau menginap di dua rumah kayu Woloan yang tersedia di sana. Rumah Woloan berdiri belakangan, setelah tiga wisma yang sudah lama ada. Juga gedung serbaguna dengan aula berkapasitas 600 orang.

Sejak dibuka untuk umum itu, wisma-wisma Gunung Walat acap dipakai menginap oleh para pelajar SMP dan SMA yang berkunjung ingin mengenal hutan atau sekadar tempat outbond, kemping, dan pelatihan. “Pendapatan per tahun naik dari Rp 100 juta menjadi Rp 2,3 miliar,” kata Direktur Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat Nandi Kosmaryandi bulan lalu.

Pelbagai program pendidikan tak hanya ditujukan bagi mahasiswa Fakultas Kehutanan untuk praktik. Nandi dan

timnya menyiapkan serangkaian program kunjungan dan kelas-kelas pengenalan pengelolaan hutan di alam bebas. Setelah belajar, kata Nandi, ada perilaku perubahan pada peserta, seperti semangat dan keinginan menanam pohon.

Pesertanya tak hanya sekolah dari dalam negeri di sekitar Jakarta, Bogor, dan Sukabumi, melainkan dari luar negeri. Pengunjung mancanegara yang pernah datang ke Gunung Walat berasal dari 39 negara. Umumnya mahasiswa lebih senang field trip, pelatihan, atau kursus mengisi liburan musim panas.

Sebelum 2009, Gunung Walat hanya hutan untuk praktikum mahasiswa Fakultas Kehutanan dan puncak masa orientasi mahasiswa baru. Yang masuk ke sana di luar mahasiswa adalah penyadap

getah damar yang tinggal di desa-desa di sekitar hutan yang dipekerjakan pengelola Gunung Walat. Selain itu, hutan ini sepi.

Syahdan, Fakultas Kehutanan mulai memikirkan memanfaat-kan Gunung Walat di luar fung-sinya sebagai hutan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. “Dengan catatan tak keluar dari fungsi awal se-bagai hutan produksi terbatas,” kata Ketua Badan Pengurus

Hutan Gunung Walat Budi Prihanto. Sejak itu mulai dipikirkan ekowisata.

Soalnya mengelola hutan 359 hektare dengan tiga fungsi itu butuh biaya, paling tidak untuk perawatan aset, sementara tak ada sumbangan dari pemerintah. Dengan menimbang produksi barang tak ekonomis dan akan susah karena luasnya sangat terbatas, Fakultas mencetuskan ide mengembangkan produksi jasa. Sejauh ini produksi getah damar atau kopal sekitar Rp 100 juta per tahun habis untuk biaya pemeliharaan wisma.

Jasa yang bisa dikembangkan adalah fungsi ekowisata dan hidrologi, tapi hidrologi juga bukan untuk kepentingan komersial melainkan untuk pengelolaan lingkungan. Satu-satunya yang bisa digarap untuk mendapat penghasilan adalah wisata. Itu pun bukan wisata umum karena terikat fungsi sosial dan pendidikan itu.

Menurut Budi, wisata umum juga tak akan menguntungkan karena tak sepadan dengan kepelikan mencapai lokasinya. Meski hanya 50 kilometer dari Bogor, jalur ke Gunung Walat melewati beberapa titik macet di Cicurug dan pasar Cibadak. “Apa ada orang yang mau berkorban menempuh macet untuk wisata ke sini?” kata Budi.

Maka wisata spesifik dipilih oleh pengelola Gunung Walat, para dosen di Fakultas Kehutanan IPB, berupa wisata alam dengan program-program pendidikan. Modal awal berasal dari kas Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan.

Salah satunya adalah “sains camp” untuk para mahasiswa dan pelajar itu. Mereka yang mengikuti program ini selama be-berapa hari mengikuti kegiatan identifika-si jenis pohon dan hewan di sana, serta

Belajar Mencintai Hutan di Gunung WalatEkowisata pendidikan berkembang sejak digarap secara serius. Tak sekadar untuk penelitian.

Rp 2,3 miliarPendapatan pengelolaan Gungung Walat per tahun, naik dari Rp 100 juta.

Page 23: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 23a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

mempelajari komponen hutan bersama masyarakat sekitar. Untuk para mahasiswa disediakan program field trip mempelajari keanekaragaman hayati hutan hujan tropis.

Saat ini, tutupan hutan Gunung Walat mencapai lebih dari 95 persen dengan berbagai jenis pohon, yaitu damar (Agathis lorantifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), kayu afrika (Maesopsis eminii), mahoni (Swietenia macrophylla), rasamala (Altingia excelsa), sonokeling (Dalbergia latifolia), Gliricidae sp, sengon (Paraserianthes falcataria), meranti (Shorea sp), dan mangium (Acacia mangium).

Hasil inventarisasi tegakan pada 2011 menunjukkan Gunung Walat memiliki potensi kayu sebesar 398,55 meter kubik per hektare (atau total volume 143,079.45 m3), potensi biomassa sebesar 198,32 ton/ha (atau total biomassa 71,196.88 ton), dan potensi simpanan karbon sebesar 93,21 ton/ha (atau total simpanan karbon 33,462.39 ton).

Para peserta “Sains Camp” juga diajak bertemu masyarakat untuk minum kelapa muda dan singkong bakar lalu melihat teknik menyadap getah damar dan melihat

pembuatan biola dari kayu agatis. “Bagi anak kota ini kegiatan yang menarik,” kata Budi. Dengan kedatangan mereka ekonomi masyarakat sekitar juga terangkat.

Bagi pengelola Gunung Walat melibatkan masyarakat di sekitar hutan sekaligus sebagai pendidikan buat mereka. Ancaman bagi hutan di sana adalah kebakaran pada musim kemarau akibat pembersihan dengan api ladang sebelah oleh masyarakat. “Dengan tahu fungsi hutan mereka akan ikut menjaganya,” kata Nandi.

Nandi mengakui edukasi kepada masyarakat ini belum memadai sehingga beberapa program penting dan menarik belum bisa diterapkan. Seperti pengamatan burung. Nandi sudah terpikir membuat jalur-jalur pengamatan bagi 83 jenis burung yang ada di sini. Program ini belum diimplementasikan karena khawatir dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk berburu.

Selain burung, di Gunung Walat juga hidup pelbagai jenis fauna liar, seperti babi hutan (Sus scrofa), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kelinci liar (Nesolagus sp), meong congkok (Felis

bengalensis), tupai (Callociurus sp.J), trenggiling (Manis javanica), musang (Paradoxurus hermaphroditic) dan kukang jawa (Nycticebus javanicus).

Ke depan, Nandi sedang menyiapkan program “forest healing”. Hutan, kata dia, punya peran menyehatkan manusia dengan berlimpahnya oksigen, aroma, dan mikroorganisme yang dikandungnya. “Orang stres bisa lebih rileks jika mencium aroma hutan,” kata dia.

Masalahnya, pengelola masih terbentur perizinan dan administrasi untuk mengembangkan pelbagai potensi hutan itu. Dengan segala keterbatasan itu saja, Gunung Walat telah berkembang menjadi objek ekowisata dengan keuntungan dari jasa kini lebih besar dibanding penghasilan dari barang. “Dari semua hutan pendidikan di Indonesia, Gunung Walat paling produktif,” kata dia.

—BHD, Fitri Andriani

gunung walat. Pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat sekitar (kiri) dan kegiatan penelitian mahasiswa.

Page 24: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest24 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Mari Berwisata...

Ekowisata kian digandrungi para pelancon. Promosi melestarikan alam mulai menyadarkan banyak orang akan pentingnya upaya pelestarian. Dan upaya tersebut bertemu dengan hasrat orang untuk jalan-jalan dalam ekowisata. Tak mudah menggolongkan sebuah

objek wisata ke dalam kategori eko. Ini beberapa di antaranya:

TOGEANDi Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah,

tepatnya di Pulau Kadidiri, ada danau ubur-ubur yang tak menyengat. Kita bisa berenang dan menyelam bersama jutaan ubur-ubur merah di sana. Kontur dasar lautnya yang landai membuat penyelam bisa merasakan perbedaan kontur laut beserta habitatnya yang berbeda-beda secara perlahan.

Di sekitar Kadidiri banyak perkampungan suku Bajo, para pelaut asal perairan Sulu di Filipina yang menjelajah perairan Indonesia hingga Pasifik. Kecuali di Kabalutan, mereka sudah kawin-mawin dengan penduduk setempat. Di Pulau Papan, area penampungan kayu sebelum jadi desa, hidup orang Bajo yang sudah hidup di darat.

Atraksi mereka membopong ikan di dasar laut tanpa tabung oksigen dan pemancing gurita adalah atraksi menakjubkan yang jarang ditemukan di pantai-pantai wisata lain. Turis yang datang ke Togean umumnya datang dari Eropa. Mereka tahu informasi serba sedikit tentang pulau ini dari sehalaman informasi di Lonely Planet. Umumnya mereka menyebut Togean sebagai “pulau bulan madu”, karena tak ada sinyal dan fasilitas modern lain.

Kini ada tiga penginapan di Kadidiri. Cara mencapainya lumayan ribet. Selain dari Gorontalo dengan 12 jam, ada dari Poso dengan perjalanan darat ke Ampana, lalu naik kapal besar ke Wakai selama lima jam. Dari Wakai ke Kadidiri dijemput

kapal motor penginapan, melewati pulau kecil dengan hutan masih perawan tak berpenghuni dan berpapasan dengan orang Bajo yang hendak melaut.

DERAWANKepulauan Derawan bisa dicapai dengan

pesawat dari Jakarta ke Berau di Kalimantan Timur. Ini surga snorkeling dan menyelam, habitat penyu sisik dan penyu hijau, yang menjadi teman dan observasi ketika menyelam.

Dari Bandar Udara Tanjung Redeb ke Derawan harus melalui pantai Tanjung Batu dengan mobil sewaan seharga Rp 500 ribu hingga Rp 700 ribu selama 1,5 jam. Dari Tanjung Batu perjalanan dilanjutkan dengan kapal motor.

Derawan sudah sangat terkenal. Selain resor di bibir pantai dan hotel, penduduk di sana juga menawarkan rumahnya untuk

dijadikan tempat menginap. Jika hotel harganya Rp 600 ribu dan penginapan Rp 300-350 ribu, di rumah penduduk cukup membayar Rp 250 ribu semalam. Saya pernah tiga hari di Derawan untuk snorkeling dan menyelam. Beruntung saya bertemu empat penyu ketika sedang menyelam. Ini momen lumayan langka karena saya kurang beruntung tak melihat penyu bertelur.

Derawan bisa dikeliling dengan joging. Di sekitarnya ada Pulau Maratua, Kakaban, dan Sangalaki. Tapi harus menyeberang dan menyewa kapal karena tak ada kapal reguler ke tiga pulau itu. Di Kakaban kita bisa berenang bersama ubur-ubur yang tak menyengat atau mengunjungi danau biru di dalam goa. Indah sekali Indonesia!

Tak seperti di daerah wisata terpencil lain, Derawan sudah dimasuki sinyal 4G.

TOGEAN

DERAWAN

PULAU SERIBU

laporan utama

Page 25: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 25a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Contact Us :

PT Re-mark Asia

CU 17A House of Sustainability

Jalan Ciremai Ujung No. 17 A

Telpon : 0251-8359766

Email : [email protected]

www.re-markasia.com

remark asia

@remark_asia

@remarkasia

RemarkAsia“TheHouseofSustainability”

JasakonsultasiSustainabilitydanAuditingservice

SustainabiltySupportService:

·-HighconservationValueassessment(HCV)

·-CarbonStockassessment(CSAandHCS)andGHGcalculation

·-SocialImpactassessment(SEIA)

·-Corporatesocialresponsibility(CSR)

·-Certiicationsupportprogram(RSPO,ISCC,ISPO,FSC,IFCC)

·-HazardidentiicationandRiskAnalysis(HIRAC)

Sustainabilitytrainingservice:

·-HCVTraining

·-SEIATraining

·-FSCTraining

Inhousetrainingandpublic

AuditingService:

·-Internalauditservice(variousSustainabilitystandard)

·-AuditservicecooperationwithsomeCertiicationBodies

(TUVRheinland,AgroVet,CERES,etc)

Jadi selfie bersama ubur-ubur bisa langsung diketahui dunia. • Sewa alat snorkel: Rp. 25.000 per hari • Kaki katak: Rp. 25.000 per hari• Harga standar makan: Rp. 35.000-Rp.

150.000• Transportasi

• Tanjung Batu-Derawan• Kapal reguler Rp. 100.000 per

orang • Speed boat kapasitas 4-5 orang Rp.

300.000 untuk sekali jalan• Keliling 3 pulau (Maratua,

Kakaban, dan Sangalaki)• Speed boat kapasitas 4-5 orang

dengan harga Rp. 1.600.000 /hari• Sumber dan kontak: Ibnu

(085247776031)

PULAU SERIBUPada 15 April 2016, Presiden Joko

Widodo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya melepaskan tiga elang bondol, 500 tukik, dan empat ekor penyu sisik dalam peringatan Hari Hutan Internasional di Pulau Karya, Kepulauan Seribu, Jakarta. Hewan-hewan itu akan menambah keragaman fauna di pulau yang hanya satu jam dari utara Ibu Kota itu.

Selain hewan udara, terumbu karang di beberapa pulau juga masih terpelihara. Beberapa pulau lain menjadi tempat pemancingan yang terkenal. Karena kabupaten sendiri, tiap pulau banyak penghuninya. Pulau Panggang belum terlalu terkenal sebagai tujuan wisata. Baru tiga tahun belakangan orang mengunjunginya untuk snorkeling dan memancing.

Pulau seluas 9 hektare ini dihuni 1.200 penduduk. Tak seperti pulau lain, di sini

Bahasa Indonesia diucapakn dengan logat Sulawesi karena nenek moyang penduduknya dari Mandar. Ke pulau ini tak ada akses langsung dari Jakarta. Harus singgah di Pulau Pramuka sebelum melanjutkan dengan kapal kecil selama setengah jam. Karena belum terkenal, penduduk tak menyediakan penginapan, juga alat sewa snorkeling, sehingga pelancong harus menyiapkannya sejak dari Pramuka.

Di sebut Pulau Panggang karena suhunya 31 derajat Celcius, juga karang gosong di sana, yang dipercaya sebagai tempat membakar bajak laut yang tertangkap ketika hendak merampok pulau. Cerita lokal ini membuat pulau ini dikunjungi para peziarah, karena ada makam yang dipercaya sebagai “Pendekar Darah Putih”, nenek moyang orang Pulau Panggang.

_

Page 26: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest26 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

kolom

Terminologi EkowisataAwalnya terminologi ecotourism hanya mencuatkan tiga pilar

ekowisata: ekologi, sosial-budaya dan ekonomi. Mulai 2010 untuk melengkapi tiga pilar itu disepakati memasukkan pilar pendidikan, pengalaman, kepuasan, serta kenangan.  Disepakati pula   tujuh kriteria itu juga harus ditegakkan pada semua ekosistem-pariwisata. 

Pemaknaan terbaru itu menjadikan tata nilai  ekowisata harus melekat pada semua bentuk kegiatan wisata mulai dari perkotaan (eco-city tourism) hingga perdesaan (eco-rural tourism), dari dasar laut (eco-marine tourism) hingga puncak gunung (eco-forest and mountainous tourism);  baik pada  theme park milik swasta, maupun tapak milik masyarakat atau  pemerintah.

Potensi EkowisataKelimpahan potensi sumberdaya dan permintaan ekowisata

Indonesia berada dalam posisi “golden resources”, baik dalam arti golden-number, golden variety, golden-quality, golden-distribution, dan golden-distance. Bayangkan betapa besarnya potensi ekowisata-budaya yang terdapat dalam ruang kehidupan 400-an suku besar yang ada di Indonesia. Bahasa, pola pikir dan seni, peralatan hidup dan mata pencaharian, makanan hingga adat dan aspek spiritual yang dimiliki setiap suku pasti mempunyai daya tarik yang mampu memberikan pengalaman unik bagi setiap wisatawan.

Secara spesifik, sektor kehutanan juga mempunyai  potensi yang  sangat tinggi. Ada 51 Taman Nasional serta ratusan tapak kawasan konservasi lainnya (Cagar Alam, Taman Buru, Suaka Margasatwa) mencapai 24 juta hektar. Tidak usah diragukan lagi pasti mengandung berbagai potensi eco-forest tourism yang sangat tinggi jumlah, kualitas, variasi objek serta atraksi yang terkandung di dalamnya, berupa flora dan fauna langka, herbal medicine, maupun berbagai gejala alamnya.

Terkait potensi ecotourism demand, setidaknya ada 250 juta penduduk Indonesia yang menjadi demand (baik dalam tataran potential demand, induced demand, maupun actual demand). Sedangkan secara regional, Indonesia juga mempunyai pasar potensial ekowisata mencapai hampir 400 juta populasi dari berbagai

negara tetangga.Kendala Pembangunan

Setidaknya ada tiga kekeliruan politik pariwisata selama ini: a) terlalu lamanya Bali First Policy, b) struktur logika perencanaan dalam PP 50 tahun 2011, dan c) kekeliruan politik dan kebijakan anggaran yang berorientasi pada progresivitas pemasaran dan promosi pariwisata.

Bali First Policy menyebabkan terabaikannya potensi wisata di luar Bali selama puluhan tahun. Sedangkan PP 50 tahun 2011 menyatakan bahwa rencana pembangunan yang akan dilakukan hingga tahun 2025 adalah mencakup 50 DPN, 88 KSPN dan 222 KPPN. Dikotomi ruang perencanaan sebanyak itu menjadikan target pembangunan sangat sulit dicapai. Jangankan aspek fisik pembangunan, dokumen perencanaannya saja pun diduga kuat tidak akan selesai dielaborasi dengan baik hingga 2025 nanti.

Pemasaran dan promosi adalah penting, namun perlu di sadari bahwa pembangunan fisik tapak wisata jauh lebih penting didahulukan. Apa lagi data yang ada juga menunjukkan dinamika promosi pariwisata yang ada selama ini sama sekali tidak efektif dan tidak signifikan meningkatkan pertumbuhan Pariwisata Indonesia.

Pada tingkat provinsi dan kabupaten, politik anggaran DPRD juga cenderung mencekik dan mempunyai visi seperti tengkulak. Demikian juga yang dialami Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Minimnya anggaran menyebabkan ribuan tapak ekowisata yang mereka kuasai akhirnya hanya bersifat cost-center; tak jarang terdegradasi kualitasnya karena berbagai konflik di lapangan.

Semua domino effect obstacles tersebut tak lepas dari rendahnya kualitas sumber daya manusia kepariwisataan

secara horizontal dan vertikal. Semua itu bersumber pada orientasi pendidikan kepariwisataan yang hanya fokus pada aspek accomodation management dan travelling management, itupun hampir 90 persennya hanya pada jenjang vokasi.

Maka patut diusulkan agar pembangunan ekowisata nasional perlu segera dibenahi secara menyeluruh. Aspek kelembagaan dan orientasi anggarannya perlu direstrukturisasi secara total. Sedangkan bahaya invasi investasi asing perlu diwaspadai. —

Pembangunan Ekowisata Indonesia: Potensi dan Kendala

secara regional, Indonesia juga mempunyai pasar potensial ekowisata mencapai hampir 400 juta populasi dari berbagai negara tetangga.

Dr. Ir. Ricky Avenzora, MScF Angkatan 20, pengajar di Departemen Konservasi

Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB mulai akhir 1988.

Page 27: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

Ir. Sakti Hadengganan, M.For.Sc

Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

Beserta seluruh staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

Ir. M. Awriya Ibrahim, M.Sc

Direktur Iuran dan Peredaran Hasil Hutan, Ditjen PHPL KLHK beserta

staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

Dr. Ir. Rufi’ie, M.Scbeserta seluruh staf Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan, Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga menjadi media yang tumbuh dan berkembang memberikan informasi yang tepat, faktual dan obyektif untuk

membangun kembali kejayaan hutan Indonesia.

Ir. Drasospolino, M.Sc

Direktur Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Ditjen PHPL KLHK beserta staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga memberi informasi yang tepat, akurat, dan objektif serta bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

F rest D gest

F rest D gest

F rest D gest

F rest D gest

Page 28: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest28 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Orang Belanda menyebut Indonesia Hindia Molek, meski istilah yang feminim dan mendasarkan pada fantasi tubuh perempuan, julukan itu sebuah pengakuan alam nusantara terlampau indah dilukiskan. Kita juga mengenal “zamrud khatulistiwa” atawa “permata nusantara”.

Dengan 17 ribu pulau, jutaan flora dan fauna, keanekaragaman hayati kita paling kaya dibanding negara-negara tropis lain. Setiap sudut adalah bentang sempurna untuk segala pesona: dari dasar pantai hingga puncak gunung, dari kebun kopi

hingga situ, dari kampung hingga rimba belantara.Dan semua itu abadi ketika diabadikan denga kamera. Bingkai

telah membuat alam jadi punya cerita, narasi mengundang orang lain mengunjunginya, dan lahirlah turisme. Tapi potret hanya hasil akhir. Permata nusantara akan jadi manik-manik yang menerbitkan syahwat ekspolitasi, tanpa pengetahuan mata pemotretnya.

Foto yang hidup adalah gambar yang bernyawa, mengunggah kita melestarikan objeknya, agar cerita di sana tetap ada...

—Kurator: R. Eko Tjahjono

Permata Nusantara

fotografi

Kebun “Kopi Hutan Bersama Masyarakat” di Malabar-Pangalengan,

Jawa Barat, yang menjadi lokasi ekowisata Perum Perhutani.

Fotografer R Eko TjahjonoKamera Canon EOS 5D Mark II

Page 29: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 29a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Terumbu karang di Kepulauan Seribu, Jakarta

Fotografer MashariKamera Canon EOS 600D

Penambang belerang di Gunung Ijen, Bondowoso, Jawa Timur.

Fotografer Rendra KurniaKamera Nikon D7000

Pulau Rambut di Kepulauan Seribu,

Jakarta, tempat singgah burung migran dari Asia dan Australia.

Fotografer R Eko Tjahjono

Kamera Canon EOS 7D

Situ Gunung, Sukabumi-Jawa Barat

Fotografer Andy Surya LaksanaKamera Nikon D7000

Page 30: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest30 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

teknologi

Sistem pengelolaan hutan lestari memerlukan data dan informasi yang akurat dan tepercaya. Untuk pengaturan jatah tebangan tahunan (JTT) perlu infomasi volume kayu komersil hingga tinggi bebas cabang yang presisi. Secara tradisional, pengukuran

potensi kayu dilakukan menggunakan dua pendekatan berbasis parameter yang diukur saat inventarisasi hutan.

Pertama, pendekatan menggunakan parameter yang mudah diukur, yaitu diameter setinggi dada atau dikenal dengan DBH (diameter at breast height) dan dipadukan dengan modeling untuk mendapatkan nilai dugaan volume. Pendekatan ini tentu saja memiliki tingkat kesalahan dan bias yang cukup tinggi, apalagi jika model yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi tegakan hutan yang diukur, misalnya, menggunakan persamaan volume yang dikembangkan dari tipe hutan atau jenis tanaman yang berbeda. Soalnya, hubungan antara diameter pohon dengan variabel lainnya, seperti tinggi pohon dan volume kayu, dipengaruhi faktor-faktor terkait dengan genetika dan tempat tumbuh.

Pendekatan kedua adalah dengan tambahan pengukuran tinggi pohon, biasanya menggunakan teknologi yang relatif sederhana, misalnya dengan clinometer atau hagameter untuk pengukuran tinggi pohon bebas cabang. Dengan tersedianya data diameter dan tinggi, hanya diperlukan tambahan faktor

angka bentuk yang besarannya sekitar 0,6-0,7, yang juga tergantung dari genetika dan tempat tumbuh.

Kendala lain adalah karena di hutan tropis seperti Indonesia memiliki kerapatan tajuk dan banyaknya strata tajuk yang menyulitkan pengukuran tinggi pohon. Untuk mengukur tinggi pohon, pengukur harus melihat target secara jelas, dalam hal ini ujung batang bebas cabang. Karena kekurangpraktisannya, implementasinya seringkali kembali ke metode pertama dengan tambahan pengembangan model tinggi pohon dengan diameter sebagai variabel penentu.

Kedua pendekatan tradisional tersebut tentu saja tidak lepas dari dua jenis kesalahan (error), yaitu kesalahan pengukuran dan kesalahan dari model yang digunakan. Seriring dengan perkembangan teknologi laser, kesalahan dari pengukuran tinggi bisa dikurangi dengan menggunakan alat yang disebut laser hypsometer. Lebih jauh lagi, teknologi laser diintegrasikan untuk keperluan pengukuran berbagai parameter termasuk untuk pengukuran diameter pada berbagai ketinggian batang pohon, seperti

yang dilakukan oleh dendrometer Criterion. Dengan demikian pengukuran volume

batang dapat dilakukan pada tiap seksi batang dan lebih akurat. Namun perkembangan pemanfaatan teknologi laser tidak berhenti hingga di sini. Dengan dikembangkanya terrestrial laser scanner (TLS) pengukuran bisa sangat luas (360o view) secara hampir bersamaan, sehingga menghasilkan data 3D point cloud. Data tersebut tidak hanya menghasilkan data diameter dan tinggi, tetapi juga struktur pohon dan hutan secara tiga dimensi.

Tantangan utama dari sistem ini adalah pengolahan data yang sangat besar dan memerlukan kapasitas processor yang kuat. Namun beberapa aplikasi yang telah diterapkan di beberapa negara maju membuktikan bahwa sistem ini sudah memungkinkan dengan kemampuan teknologi yang ada, bahkan untuk menyajikan informasi near-real time dari inventarisasi hutan.

Data TLS hasil inventarisasi hutan kemudian diolah untuk mendapatkan estimasi volume kayu dan posisi geografis tiap pohon. Menggunakan jaringan

Laser untuk Mengukur TegakanTeknologi ini menjawab bisa dalam pengukuran pohon memakai cara konvensional diameter setinggi dada.

Page 31: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

internet, informasi tersebut dapat segera didistribusikan untuk perencanaan penebangan sebuah tegakan. Sistem ini sangat cocok untuk diterapkan di hutan tanaman yang memiliki daur produksi yang cukup tinggi dan wilayah yang relatif tidak luas.

TLS juga sangat berpotensi memantau pertumbuhan riap volume kayu komersil hutan. Pemantauan dilakukan melalui scanning di plot atau tegakan yang sama secara berkala, misalnya tiap tahun. Perbedaan volume dengan tahun sebelumnya dapat diketahui dari selisih volume seluruh individu pohon dalam plot atau tegakan. Sistem seperti ini tidak hanya berfungsi dalam peningkatan keakurasian dan kecapatan penyajian informasi, tetapi juga meningkatkan transparansi khususnya terkait dengan verifikasi sumber atau asal usul. Sistem ini dikenal istilah lacak balak atau chain of custody, yang diperlukan di dalam sistem sertifikasi hutan lestari.

—Solichin Manuri, MScAlumnus Fakultas Kehutanan Angkatan

27, Kandidat PhD di Fenner School of Environment and Society, The Australian

National University

Ir. Abdul Hakim, M.For.St

Sekretaris Inspektorat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

Ir. Tri Joko Mulyono,M.M.

Sekretaris Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

F rest D gest

F rest D gest

Page 32: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest32 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

buku

Dibanding dua buku panduan burung yang terbit sebelumnya, buku ini paling lengkap.

BUKU ini bisa disebut primbon para pecinta burung. Memuat deskrp-si 820 jenis burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan—termasuk di Sarawak, Sabah, dan Brunei Darussalam—menjadi buku panduan terlengkap buku sejenis yang pernah ada. Terbit

pertama kali pada 1993 oleh Oxford Uni-versity Press dengan judul A Field Guide to the Birds of Borneo, Sumatra, Java, and Bali: The Greater Sunda Islands.

Penulis edisi pertama adalah John MacKinnon. Karen Phillips dan Ban van Balen berperan sebagai ilustrator. Tebalnya 692 halaman. Pada 2010, Burung Indonesia mencetak ulang edisi Bahasa Indonesia dengan ketebalan menyusut menjadi 521 halaman agar mudah dibawa ke lapangan oleh para peneliti dan pecinta burung.

Soalnya, pada 1988, Marled van Voous menerbitkan buku panduan lapangan serupa untuk burung di wilayah Sumatera. Sayangnya, buku ini tak dilengkapi gambar sehingga deskripsinya tak terlalu ketara. Jauh sebelumnya, Smythies juga menerbitkan panduan serupa untuk burung-burung di Pulau Kalimantan, termasuk Sabah, Serawak, dan Brunei Darussalam pada 1960 dan 1981.

Selain agak kadaluarsa, buku Smythies terlalu tebal sehingga repot jika dibawa saat pengamatan lapangan. Malayan Nature Society kemudian memperbaiki kualitas gambar dan warna burung dalam buku tersebut agar lebih mudah dikenal oleh pencita burung. Karena itu buku MacKinnon ini menjadi jawaban atas problem dua buku babon tentang burung-burung di Indonesia itu.

Ada 88 gambar berwarna dan beberapa gambar hitam putih dalam buku ini. Di dalamnya termasuk memuat dan

menjelaskan ras yang terdapat di setiap pulau, jantan-betina, dan burung muda dalam berbagai bentuk. Setiap gambar dilengkapi dengan keterangan sebanyak satu halaman. Untuk memudahkan pencarian, di setiap halaman diterakan huruf S, K, J, dan B di belakang nama jenis sebagai kode persebaran, yakni pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali.

Isi buku ini terbagi dalam empat bagian utama: Latar Belakang, Deskripsi Suku dan Jenis Burung, Lampiran, dan Indeks. Bagi para pemula penggemar burung akan lebih mudah dan efektif membaca bagian Latar Belakang terlebih dahulu sebelum melihat gambar-gambar burung yang berwarna di bagian dalam. Selain memudahkan pencarian, bagian ini menerangkan cara membaca buku ini secara efektif.

Bagian “Latar Belakang” juga memuat teknik-teknik lapangan untuk mengamati burung, sehingga sangat informatif

bagi pencinta burung pemula sekaligus memahami filosofi pengamatan burung yang beragam dan tersebar di gugusan kepulauan Indonesia. Sebagai referensi, buku ini cukup lengkap sebagai panduan mengenal burung hutan hujan tropis.

Bagaimana memperolehnya? Untuk yang berdomisili di Bogor, maka silahkan untuk hubungi kantor Burung Indonesia yang beralamat di Jalan Dadali No. 32 Bogor atau email ke [email protected].

Agaknya, di zaman gawai seperti sekarang, perlu inovasi dengan mengubah buku ini lebih mobile dengan memindahkannya menjadi konten dalam aplikasi. Selain gampang dibawa juga memudahkan pencarian saat mengamati burung di tengah hutan.

—Stepi HakimAlumnus Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor angkatan 27. Tinggal di Bogor.

Primbon Pecinta Burung

Burung-Burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan (termasuk Sabah, Serawak, dan Brunei Darussalam)Penulis: John MacKinnon, Karen Phillips, dan Bas van Balen (Untuk terbitan 2010)Penerbit: Burung IndonesiaHak Cipta: LIPI/Perhimpunan Pelestarian Burung Liar IndonesiaTebal: 509 Halaman (termasuk indeks)

Page 33: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

MintarjoDirektur Perbenihan Tanaman Hutan

Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dn Hutan Lindung

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya

majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

Dwi SudartoKepala Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan beserta staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

Helmi BasalamahBiro Perencanaan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

Jati Wicaksono Hadi

Sekretaris Direktorat Jenderal Konservasi Sumbaer Daya Alam

dan Ekosistem beserta staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

F rest D gest

F rest D gest

F rest D gest

F rest D gest

Page 34: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest34 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

profil

KOPI kini sudah me-naikkan derajat sosial pe minumnya. Mereka yang sedang minum kopi akan merasa ker-en jika memerkan ke-giatannya itu di media sosial. Kini muncul gerakan #ngopidikantor yang mengkampanye-kan minum kopi secara

benar di perkantoran.Pendeknya, minum kopi adalah kegiatan

mengisi waktu luang orang kota, yang sibuk dan bergegas. Kedai kopi menjamur dengan mematok harga satu cangkir kopi setara dua porsi makan siang. “Tapi tahukah kenikmatan minum kopi itu tak dinikmati oleh banyak petaninya?” Ini pertanyaan menohok Hikmat Ramdan, orang di balik pegiat komunitas petani kopi agar lebih berdaya di hadapan pasar.

Menurut alumnus Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor angkatan 27 ini (1990-1994) Indonesia surga kopi tapi petaninya tak berdaya karena menjual secara mentah biji cherry petik merah yang ditanamnya. Walhasil, menjual biji kopi tak punya nilai tambah. Satu kilogram biji merah hanya dihargai Rp 5.000.

Dan ini berpengaruh pada kualitas kopi. Ketidaktahuan petani dan ketidapahaman peminum kopi membuat kualitasnya tak terlalu bagus. Para penjual biji kopi partai besar lebih senang mengekspornya ke luar negeri, ke negara-negara yang terkenal peminum kopi meski tak punya kebunnya, sementara kualitas kopi di Indonesia hanya sisa ekspor itu.

Hikmat tergelitik oleh kenyataan itu. Ketika berdiskusi dengan beberapa pegiat sosial ia jadi paham bahwa kurang pengetahuan di tingkat petani membuat mereka tak mengolah biji sebelum menjualnya. Akibatnya petani tak punya nilai tambah dari tanaman yang mereka olah dengan susah sungguh itu.

Bandingkan dengan pengalaman seorang petani di Desa Cikidang, Lembang, Bandung Barat, yang didampingi Hikmat. Di sana seorang petani yang mengolah lahan Perhutani tak menjual biji cherry merah, melainkan beras kopi. Artinya kopi dijual bukan berupa biji, tetap dipipil sebelum disangrai. Petani itu menghasilkan beras kopi dengan kadar air 12 persen berkualitas excelent, premium, regular, dan peaberry.

Dari delapan kilogram biji kopi ia menghasilkan 1 kilogram beras kopi excelent, 0,6 kilogram premium, 0,3

kilogram regular, dan 0,3 kilogram peaberry atau sering disebut kopi lanang, sisanya bahan terbuang seperti kulit. Kopi excelent itu, dengan nilai testing cup 80-90, harganya di pasar Rp 150 ribu per kilogram, premium Rp 100 ribu, regular Rp 60 ribu, dan peaberry Rp 800 ribu per kilogram.

Hikmat memperkirakan, tiap-tiap kelas kopi yang dipipil lebih dulu dihargai Rp 150 ribu, Rp 60 ribu, Rp 40 ribu, dan Rp 22.500. Maka dengan dipipil, delapan kilogram kopi menghasilkan Rp 272.500. Bandingkan jika dijual langsung berupa biji merah yang hanya Rp 40 ribu. Hikmat menghitung, setiap satu hektare lahan biji kopi rata-rata menghasilkan 300 kilogram. Dengan mengolahnya menjadi beras kopi pendapatan petani Rp 10,3 juta per hektare.

Masalahnya, tak semua petani paham alur ini. Para petani juga dihadapkan pada masalah klasik kurangnya modal mendapatkan mesin roasting dan pemipil kopi. Hikmat pun terdorong menghimpun petani dan pada awal Januari 2016 ia mendirikan Gabungan Petani Kopi Kebun dan Hutan Indonesia atau Gappekhi.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat dan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyokong perhimpunan ini.

H I K M AT R A M DA N

Petani Juga Harus Menikmati KopiAlumnus E27 ini membuat mesin pemipil kopi yang praktis. Karena inovasi harus “kaharti dan karasa”.

[2][1]

[2]

Page 35: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 35a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Dari situ Hikmat mulai berkampanye agar pata petani kopi tak lagi menjual biji cherry, tapi mengolahya lebih dulu agar punya nilai tambah.

Ia juga membuat mesin pemipilnya. Namanya sangat nyunda: Hatena. Laki-laki asgar alias “asli Garut” ini ikut merancang Hatena karena mesin-mesin pemipil kopi di pasaran, selain mahal, juga banyak kekurangan. Misalnya, mesin pemipil terpisah untuk biji basah atau kering, mesin membuat biji pecah sehingga mengurangi jumlah dan kualitas kopi, mesin digerakkan dengan generator berbahan bakar minyak yang mempengaruhi aroma kopi.

Hatena menghapus semua kekurangan itu. Mesin juga berbahan baja sehingga tak mudah korosif, bisa dipakai untuk biji basah atau kering dengan rendemen lebih dari 95 persen. Kapasitas mesinnya juga bervariasi dari 200-400 kilogram. Mesin bergerak dengan dinamo listrik 1 PK atau setara 1.000 watt dengan 1.400 putaran per menit.

Harga satu unitnya Rp 40 juta. Sementara ini mesin hanya dijual kepada anggota Gappekhi Hikmat tengah mendaftarkan hak patennya ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga bisa dijual kepada umum.

Dari pengalaman di Lembang itu, Hikmat menyimpulkan bahwa kualitas bahan baku alam Indonesia punya nilai jual tinggi jika diolah hingga proses pascapanen. “Kita harus menguasai mata rantai komoditas, dari budidaya hingga pemasaran agar mendapat nilai tambah yang berlipat,” katanya.

Selain menciptakan mesin pemipil kopi, Hikmat kini sedang merintis pembuatan mesin pemilah sampah bergerak yang cocok untuk mengolah sampah di permukiman yang susah dijangkau mobil. Membuat mesin ini juga tak sengaja, ketika ia datang ke pameran Citarum Bestari di Pangalengan, Bandung, dua tahun lalu. Problem utama pengelolaan sungai ini adalah mengolah sampah.

Ketika itu ia sedang mencari cara membantu temannya, orang Garut yang sakit padahal punya industri karoseri yang sedang menanjak. Dari pameran otomotif dan Citarum Bestari itulah Hikmat memadukannya menjadi mesin pengolah sampah portabel bermesin hidrolik sehingga tak perlu bahan bakar. Mesin ini dipamerkan dalam pameran mesin ramah lingkungan di Jakarta Convention Center pada Juni lalu.

Bukan itu saja hasil “motekar” Kang Hikmat. Ia terdorong menciptakan inovasi-inovasi tepat guna untuk membantu masyarakat menyelesaikan problem-problem yang dihadapinya. “Buat saya inovasi itu syaratnya 2K: kaharti jeung karasa (berguna dan terasa manfaatnya),” kata dosen di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung ini.

Di bidang kehutanan, salah satu temuannya yang bermanfaat adalah HESSA atawa Hydro Ecosystem Services Spatial Assesment yang digunakan untuk membuat peta jasa ekosistem air. Dengan HESSA, batas wilayah penyedia air dan wilayah pengguna air bisa didelineasi secara spasial. Temuan ini sangat penting untuk membangun mekanisme payment for ecosystem services (PES) antara penyedia dan pengguna jasa ekosistem air.

Metode HESSA ini telah diaplikasikan di kawasan hutan lindung, produksi, dan konservasi. Pada 2015, Perum Perhutani mengadopsinya menjadi metode inventarisasi potensi jasa ekosistem air dari kawasan hutan.

—Bagja Hidayat dan Reni Rosmini Handayani

Hikmat RamdanTempat, Tanggal Lahir:Garut, 26 November 1971Pendidikan:SMA Negeri 1 GarutS1 Fakultas Kehutanan IPB (1990-1994)S2 SPS IPB (1995-1999)S3 SPS IPB (2000-2006)Pekerjaan: Dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITBIstri: Ir Fatimah Rahayu (Agribisnis IPB Angkatan 27)Anak:Gina Aura Ramdan dan Ihsan Ilman Muhammad Ramdan

1. Hikmat (depan, kedua dari kanan) saat menjadi mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB pada 1994.

2. Bersama keluarga3. Menunggangi mesin penghancur

sampah.

Page 36: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest36 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Tujuan penelitian ada-lah menjelaskan kinerja petani dan penyuluh ke-hutanan lewat faktor-fak-tor yang berhubungan dengan keduanya, lalu membuat rekomendasi rekomendasi untuk me-ningkatan kinerja mere-ka.

Jumlah responden penyuluh kehutanan di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Purworejo masing-masing 50 dan 25 orang, sehingga jumlah petani hutan rakyat yang menjadi responden masing-masing adalah 100 petani di Ciamis dan 50 petani di Purworejo. Hubungan antar peubah penelitian, model empiris hubungan antar peubah dan faktor-faktor pendukungnya, menggunakan analisis faktor dan dilanjutkan dengan analisis jalur.

Kinerja petani hutan rakyat di Pulau Jawa

saat ini masih rendah dan kinerja penyuluh kehutanan juga perlu ditingkatkan. Kinerja petani hutan rakyat dalam melakukan kegiatan pengelolaan hutan rakyat diukur melalui kualitas kelestarian fungsi produksi, fungsi ekologi dan fungsi sosial.

Pada prinsip kelestarian fungsi produksi, indikator status lahan jelas hak milik di Kabupaten Ciamis sebanyak 73 persen di Kabupaten Purworejo 80 persen. Teknik silvikultur di Ciamis lebih intensif dibandingkan dengan di Purworejo namun belum rutin dan sebagian besar petani hutan rakyat menerapkan tebang butuh. Prinsip kelestarian fungsi ekologi di Kabupaten Ciamis sebanyak 75 persen dan di Kabupaten Purworejo 60 persen, ditandai dengan pengelolaan petani dalam hal pola tanam agroforestri. Sementara

prinsip kelestarian fungsi sosial memiliki persamaan baik di Ciamis maupun di Purworejo, hal ini ditandai dengan adanya jaminan pengembangan dan ketahanan ekonomi masyarakat namun masih terbatas yang diwujudkan dengan pendapatan, terbangunnya pola hubungan antar petani yang masih terbatas dan kejelasan batas areal hutan rakyat dengan petani lainnya.

Kinerja petani hutan rakyat secara keseluruhan termasuk kategori sedang. Di Kabupaten Ciamis dipengaruhi secara bersama dari karakteristik petani hutan rakyat, lingkungan fisik, kinerja penyuluh kehutanan menurut persepsi petani, lingkungan sosial budaya, dan kinerja penyuluh kehutanan terhadap kinerja petani hutan rakyat adalah sebesar 70,8 persen, sisanya 29,2 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sementara di Purworejo, semua faktor itu menghasilkan rasio 44,1 persen, sisanya 55,9 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kinerja penyuluh kehutanan di Kabupaten Ciamis dipengaruhi kompetensi penyuluh kehutanan, motivasi penyuluh kehutanan, dan lingkungan penyuluh kehutanan, terhadap kinerja penyuluh kehutanan adalah sebesar 56,3 persen, sisanya 43,7 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Di Purworejo angkanya 62,0 persen, sisanya 38,0 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Dengan hasil pengaruh yang sedang itu, penelitian ini merekomendasikan bahwa untuk meningkatkan kinerja petani hutan rakyat perlu penguatan lingkungan sosial budaya dan peningkatan persepsi petani terhadap kinerja penyuluh. Sementara untuk meningkatan kinerja penyuluh kehutanan harus ada peningkatan kompetensi penyuluh dengan memperkuat kondusifnya lingkungan penyuluh kehutanan.

(Ringkasan disertasi dengan judul Kinerja Petani Hutan Rakyat dan Penyuluh Kehutanan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, di bawah bimbingan Didik Suharjito, Hardjanto, dan Siti Amanah.)

—Soni TrisonDivisi Kebijakan Kehutanan Departemen

Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB

Kinerja Penyuluh Kehutanan Terhadap Petani Hutan RakyatKeberadaan hutan rakyat dalam konteks pembangunan kehutanan secara nasional memegang peranan penting. Penelitian ini mengangkat pengelolaan hutan rakyat dari aspek kinerja petani hutan rakyat dan aspek penyuluh kehutanan, dengan studi kasus di Ciamsi, Jawa Barat, dan Purworejo, Jawa Tengah.

penelitian

Padi gogo di lahan hutan.

Wikipedia

Page 37: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

Indonesia, sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di dunia

dan pemilik koleksi arabika terkaya sejagat, ironis jika penduduknya

mengkonsumsi kopi berkualitas rendah.

Ingin mengenal single origin dari berbagai wilayah Nusantara yang berkualitas? Undang kami

menyeduh di kantor Anda. Gratis!

#ngopidikantor

www.ngopidikantor.com [email protected]

l ngopidikantor f /Ngopidikantor o /ngopidikantor

Ir. Raffles Brotestes Panjaitan, M.Si

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Direktorat Jenderal Pengendalian

Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

F rest D gest

Page 38: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

Karena daun punya hidung, jaga ia tetap segar

F rest D gest

Page 39: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

Amalyos ChanAsisten Deputi Sumber

Daya Mineral, Energi, dan Nonkonvensional Kementerian

Koordinator Bidang Kemaritiman

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

Ir. Muhammad Said, MMBeserta seluruh staf Direktorat Pengukuhan

dan Penatagunaan Kawasan Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

Sumarto

Inspektur Wilayah II, Inspektorat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya

majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

Samidi

Kepala Biro Umum, Sekeretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

F rest D gest

F rest D gest

F rest D gest

F rest D gest

Page 40: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest40 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

reportase

TERBENAMMatahari tenggelam di Pulau Peucang.

Foto-foto oleh Khulfi M. Khalwani

Page 41: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 41a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

d i U j u n g B a r a t J a w a—Khulfi M. Khalwani, S.Hut, M.Si (E40)Backpacker & Penggiat Wisata Alam [email protected]

Page 42: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest42 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

TIBA-tiba saya merasa di-paksa tahu daerah Ujung Kulon. Wilayah di ujung barat Provinsi Banten ini tak pernah saya tahu, jika Anna Sakakibara tak meminta ditemani jalan-jalan ke sana awal tahun ini. Ia mahasiswi Jepang berusia 21 tahun yang tengah penelitian sosial

masyarakat orang Bogor. Sakakibara-san mendengar Ujung Kulon yang eksotis dari dosennya di Tsukuba University.

Maka tak ada salahnya menerima aja-kan itu. Saya kumpulkan informasi seputar Ujung Kulon dan cara mencapainya, juga bertanya kanan-kiri siapa alumnus Fakul-tas Kehutanan IPB yang tinggal atau beker-ja di sekitarnya.

Tujuan utama kami Pulau Peucang. Kon-on ini tempat paling eksotis di sana: pantai pasir putih, laut yang tenang untuk snorke-ling atau memancing, juga pelbagai satwa yang masih alami. Kami berangkat dari Bogor pukul 2 siang dengan mobil kecil melalui jalur Dramaga-Leuwiliang-Jasin-ga-Rangkas Bitung-Pandeglang-Labuan- Ciba liung-Cimanggu-Desa Sumur.

Setelah melewati hutan sengon dan ja-bon di Jasinga, menghirup aroma pantai di Labuan, kami tiba di Cimanggu pukul 6.30 malam. Saya kontak Aip Heryana, alumnus Fahutan angkatan 47 yang tinggal di sana mengelola hutan rakyat. Sambil makan malam dengan tumis cumi dan peuteuy, Kang Aip bercerita cara mencapai Ujung Kulon.

Menurut dia, cara terbaik adalah me-lewati Desa Tamanjaya, karena ini pintu masuk utama yang menyediakan berbagai fasilitas, seperti pusat informasi, wisma tamu, dermaga, sumber air panas. Jarak-nya sekitar satu jam perjalan setelah Desa Sumur. Karena sudah malam, Kang Aip menawarkan kami menginap di rumah mertuanya di Desa Sumur, seorang mantan kepala desa di sana.

Di Sumur sebetulnya banyak perusahaan yang menawarkan paket tur untuk turis atau sekadar memancing. Sehingga di sana ada penginapan juga. Kami setuju tawaran Kang Aip.

Selesai makan saya mengikuti motor trail Kang Aip menyusuri jalan ke Desa Sumur. Tak sampai satu jam kami sampai di sana. Kang Aip mengenalkan kami kepada Kang

reportase

Banteng liarMelihat banteng liar di Cidaon yang tak terusik dengan kehadiran manusia.

Page 43: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 43a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Page 44: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest44 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

Hudan, pemilik motel dan paket wisa-ta. Pucuk dicita ulam tiba, Kang Hudan menga bari besok pagi ada rombongan tamu dari Jakarta yang akan ke Peucang. Ia menawarkan kami ikut serta.

Untuk trip dua hari satu malam Jakar-ta-Peucang, Kang Hudan memberi tarif Rp 850 ribu per orang. Itu harga untuk trans-portasi Jakarta-Peucang pulang-balik, sewa kapal, makan lima kali, tiket, sewa kano, sewa alat snorkeling dan penginapan di Peucang. Setelah menawar, kami mendapat diskon 50 persen!

Dan esoknya kami sudah berkumpul di dekat kantor kepala Desa Sumur. Kami naik kapal motor menuju kapal kayu yang parkir 500 meter dari daratan, di antara “bagang” (rumah apung perangkap ikan). Penumpang berpindah, jangkar dinaik-kan, dan perjalanan pun dilanjutkan di-iringi obrolan perkenalan dan gelak tawa. Di buritan, Kang Hudan dan timnya sibuk memasak ikan dan sayur untuk makan siang kami.

Segera saja surga itu menghampar di de-pan mata kami begitu kapal mencapai laut. Laut biru dengan pohon hijau di sekeliling Taman Nasional Ujung Kulon. UNESCO telah menetapkan taman itu sebagai war-isan dunia pada 1991. Ini ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersi-sa dan terluas di Jawa Barat. Habitat yang ideal bagi satwa langka badak Jawa (Rhi-noceros sondaicus) dan berbagai flora fauna endemik lainnya.

“It is area of Javan rhino habitat,” kataku pada Anna.

“We will see a rhino ?” dia balik bertanya. “No. Difficult. Maybe only like the ja-

van bull, peacock, deer, pig and seabirds,” jawabku patah-patah.

Jam 11 siang kapal berlabuh di pulau Peucang. Dinamakan Peucang, menurut Kang Hudan, karena di sekitar pantain-ya banyak ditemukan sejenis siput. Orang lokal menamainya mata Peucang. Dalam Bahasa Sunda, Peucang artinya kancil.

Gokil. Ini pantai Peucang indah sekali! Hamparan pasir putih dengan laut hijau muda kebiru-biruan. Bening, bersih, lebih bening daripada mahasiswi Jepang yang kutemani. Ikan-ikan yang berenang bisa kelihatan dari atas kapal.

Kami langsung melompat dari kapal, berenang dan guling-guling di pantai. See-kor babi hutan mendekat, saya terkejut lalu lari kembali ke laut. Anna malah ingin me-

meluk babi itu. Babi-babi ini dibiarkan liar dan tak diburu.

Setelah berenang sebentar, Kang Hudan memanggil kami untuk makan siang di kapal. Di Pusat Informasi kami mendaft-ar, menaruh barang bawaan di kamar yang sudah dibagi. Selanjutnya kembali ke kapal untuk berpindah lokasi ke sebelah timur pu-lau Peucang. Ombak yang tidak terlalu ken-cang menjadikan spot ini paling tepat untuk snorkeling. Menikmati keindahan terumbu karang dan ikan-ikan laut yang warna warni, bergelantungan di batang pohon yang men-juntai di atas pantai. Keindahan mana lagi yang hendak engkau dustakan?

Satu jam lebih kami berenang dan snor-keling. Kang Hudan membawa kami ke padang penggembalaan banteng di Cidaon. Banteng-banteng merumput dan beberapa ekor burung merak yang berjalan bebas di sela-selanya. Kami berjongkok dan men-gendap untuk memotret banteng-banteng itu agar tak mengagetkannya.

Hari merayap dan senja sudah pukul 5. Burung-burung melayang dari laut kemba-li ke daratan semenanjung Ujung Kulon. Kang Hudan membawa kami ke mercusuar untuk melihat matahari tenggelam. Ro-mantis dan cantik. Di bawah langit merah itu kami kembali ke Peucang.

Dan kini saatnya pesta makan, diiringi debur ombak dan amis laut. Babi hutan yang liar, ikan bakar, sambel mangga, serangga malam. No cellular signal. Be-nar-benar surga di ujung Jawa. Dengan pe-rut kenyang dan hati senang, kami tidur ka-rena esok lumayan berat: treking ke hutan Pulau Peucang.

Di bawah pohon merbau, palahlar, bun-gur, cerlang , ki hujan, Ficus atau ara pence-kik, tumbuhan yang melilit pohon lain untuk hidup, kami acap berhenti karena melihat rombongan rusa (Cervus timoren-sis) yang menatap kami dengan polos.

Tujuan kami adalah Karang Copong, sebuah karang besar yang sudah mati dan berlubang (copong) di utara pulau. Hitam tapi cantik. Jauh di seberangnya terlihat pu-lau Panaitan dan samar terlihat juga anak gunung Krakatau.

Sebenarnya banyak sekali spot yang bisa dikunjungi jika ke Ujung Kulon, na-mun dua hari tak cukup menyambangi itu semua. “Tsukaremashita ga, tanoshikatta. Capek sekali... tapi menyenangkan,” kata Anna ketika kami meluncur di jalan tol kembali ke Bogor. —

1. Perahu di pantai Pulau Peucang.2. Snorkeling di Pulau Peucang.3. Pasar ikan di Desa Sumur.

[1]

reportase

Page 45: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 45a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

[2]

[3]

Page 46: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest46 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

kolom

DULU tak ada yang melirik lahan gambut. Orang bahkan memplesetkan wetland (lahan basah) menjadi waste land (tanah tak berguna). Gambut diidentikkan dengan keangkeran, sarang penyakit, tanah menganggur. Dekade 1970-1980 Indonesia sedang menikmati anugerah Tuhan berupa hutan tropis dengan mengeksploitasi kayu lalu mengekspornya. Gambut, siapa peduli?

Hingga kemudian Orde Baru membuat megaproyek gambut sejuta hektare di Kalimantan Tengah pada pertengahan 1990. Pemerintahan

Soeharto, yang ingin swasembada beras, menyulap gambut menjadi sawah yang menghasilkan padi. Sejak itu kita mulai tahu bahwa ada lahan yang unik, tersusun dari bahan organik yang terakumulasi ratusan hingga ribuan tahun yang disebut “gambut”, diambil dari nama sebuah desa di Kalimantan Selatan

Keinginan itu jauh pangggang dari api. Alih-alih memanen padi, proyek itu mangkrak. Proyek ini meninggalkan lebih 4.000 kilometer kanal tak terurus, dan lebih dari 500 ribu hektare hutan yang ditebang. Dunia menyorot karena gambut yang jadi kering itu jadi sumber api kebakaran hutan dan lahan Kalimantan.

Proyek ini menyadarkan kita bahwa hutan gambut memiliki sistem hidrologi yang kompleks dan rumit. Jika satu sisi dikuras airnya, kadar air di sisi lain akan terpengaruh. Kita tak bisa mengatur harus kemana air mengalir, karena air akan selalu mencari jalannya sendiri.

Dan bencana itu kian menemukan jalannya. Dekade 1990-2000 dunia memerlukan bubur kertas dan minyak sawit. Perusahaan hutan tanaman industri yang tadinya mengolah hutan di darat, rame-rame ekspansi melirik gambut untuk ditanami sawit dan akasia. Dengan cara gagal Soeharto, konversi lahan itu kini menghasilkan ebih dari 7,5 juta hektare hutan akasia dan kebun sawit di atas lahan gambut.

Reformasi 1998 membuat jalan gelap kian gulita. Euforia menumbangkan Orde Baru diterjemahkan dengan mengkavling lahan gambut untuk ditanami sawit dan karet. Saking masifnya pembukaan lahan gambut, pemerintah tak sanggup mengendalikannya.

Elnino atawa hawa panas berkepanjangan pada 1997 membuat lahan gambut menjadi sangat kering. Api bersemayam di bawahnya hingga mengepulkan asap yang sulit dipadamkan. Indonesia dinobatkan menjadi negara penghasil emisi ketiga terbesar di dunia. Dalam satu kebakaran, 18 sentimeter lapisan gambut diperkirakan hilang terbakar. Sementara penurunan muka air setiap 10 sentimeter karena drainase setara dengan emisi 9,1 ton karbon dioksida per hektare per tahun.

Isu pemasanan global mengemuka sejak tahun 2000 membuat dunia menyorot kebakaran di lahan gambut itu. Mengubah sifat gambut yang harusnya basah menjadi kering sama saja memaksa matahari terbit dari barat. Menyalahi kodrat. Dan teori kebakaran hutan sederhana saja: ada sumber api, oksigen, dan bahan bakar.

Gambut yang kering jelas menjadi potensi bahan bakar karena ia tempat terbuka yang menangkap oksigen dari panas yang diterimanya. Apalagi jika ia dibakar ketika membersihkan lahan. Jika muncul api, ia sulit dipadamkan karena bara terpendam di bawahnya. Hanya hujan lebat yang bisa menghentikannya.

Jika sebuah hutan gambut rusak, kemampuannya menyerap air akan turun bahkan hilang. Saat musim hujan ia tak kuasa menampung air, saat kemarau ia kerontang sehingga sangat rawan terbakar. Indonesia seperti sedang becermin, lalu menemukan wajah bopeng pengelolaan hutan, kemudian kita membelah cermin itu.

Tahun 2015 kita disibukkan dengan asap. Lebih dari 2 juta hektare lahan terbakar, di dalamnya 600 ribu hektare lahan gambut. Emisi yang dihasilkan setara 800 juta ton karbon dioksida. Kita harus menghentikan ini.

Indonesia harus lebih arif mengelola 14,9 juta hektare gambut di Kalimantan, Sumatera, dan Papua.

Komitmen pemerintah menurunkan emisi sebesar 26-41 persen pada 2020, yang ditahbiskan kepada dunia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg 2009 dan diperbarui di COP 21 Paris tahun 2015 menjadi 29 persen pada 2030, harus menjadi pijakan awal. Juga moratorum hutan primer dan gambut yang digulirkan pemerintah sejak 2011 harus betul-betul dilaksanakan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Badan Restorasi Gambut yang dibentuk presiden harus didukung agar berjalan efektif dalam menjaga gambut kita tetap lestari. —

Buruk Muka Gambut Dibelah

Dengan cara gagal Soeharto, konversi lahan itu kini menghasilkan Lebih dari 7,5 juta hektare hutan akasia dan kebun sawit di atas lahan gambut.

Iwan Tricahyo WibisonoAlumnus Fakultas Kehutanan Angkatan 31.

Page 47: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

Dr. Ir. Apik Karyana, M.ScSekretaris Direktorat Jenderal

Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan KLHK beserta staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya

majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

Ir. Istanto, M.ScDirektur Pencegahan dan

Pengamanan Hutan pada Direktorat Jenderal Penegakan Hukum

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya

majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

Ir. Agus Isnantio Rahmadi, M.Sc

Beserta staf BLU Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga bermanfaat dan senantiasa jujur, asik, faktual.

Yuyu Rahayu

Sekretaris Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan

Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

beserta staf

Mengucapkan selamat atas terbitnya majalah

Semoga membawa manfaat untuk publik dan Republik.

.

F rest D gest

F rest D gest

F rest D gest

F rest D gest

Page 48: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest48 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

bintang

CUT TARIMenjaga Alam = Mencintai Keluarga

ADA filosofi sederhana menjaga kelestarian alam yang dianut Cut Tari. Bagi pembawa acara Insert di Trans TV ini, menjaga alam sama dengan mencintai anak dan keluarga. Alam yang rusak mencerminkan keluarga yang rusak pula. “Tak apa kamu buang sampah sembarang, tebang pohon sembarangan, tapi ingat alam yang rusak akan dinikmati anak-anak kita,” kata ibu satu anak berusia 38 tahun ini.

Karena itu, logikanya, jika setiap orang mencintai keluarga ia pasti menjaga alam tetap lestari. Caranya bisa dimulai dari hal sangat sederhana tadi: membuang sampah pada tempatnya. Menurut Tari, tak membuang sampah sembarangan perlu kesadaran diri sendiri yang kuat. Ia bersedia membuang sampah ke tempatnya jika melihat ada orang yang belum bersedia melakukannya.

Dengan cara berpikir sederhana itu, kata Tari, kita tak perlu menuntut pemerintah menjaga lingkungan dan alam, karena itu terlampau ribet. “Setelah selesai dengan diri sendiri, lalu mengingatkan orang terdekat, baru boleh berharap kepada pemerintah,” katanya. —

FIERSA BESARIGara-gara Semeru

GARA-gara mendaki Gunung Semeru pada November 2012, Fiersa Besari ketagihan naik gunung, bahkan kecanduan jalan-jalan ke pelosok nusantara. Sejak itu namanya terkenal sebagai blogger yang acap menulis keindahan alam Indonesia, yang jarang dijamah orang lokal sendiri.

Sebenarnya ia musikus. Karena ketagihan itu ia jual semua alat bandnya agar bisa berkeliling Indonesia, bahkan ia stop mengajar di sebuah bimbingan belajar di Bandung. Dari petualangannya itu banyak hal yang didapatkannya, tak semata pesona alam. Misalnya, mengapa pendidikan di daerah satu bagus tetapi di daerah lain tak punya guru. Obrol-obrolan dengan orang lokal membuatnya jadi paham bahwa Indonesia kaya kearifan melestarikan lingkungan yang tumbuh dari masyarakatnya sendiri.

Sebagai pegiat @pecandubuku di media sosial, lulusan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari ABA tahun 2008 ini agak menyayangkan fenomena media sosial membuat tak ada lagi tempat-tempat rahasia. Orang-orang mendatangi sebuah tempat padahal dilarang karena kawasan lindung dan taman nasional. Walhasil, karena bisa dijangkau manusia, apalagi mereka yang tak paham kebersihan, tempat itu menjadi kumuh, kotor, dan rusak. “Alam tak butuh kita, ia bisa hidup tanpa manusia,” katanya. “Kita butuh alam agar tetap bisa bernapas.” —

Page 49: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest 49a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

MARSHANDAKoneksi dengan Alam

Bagi Andriani Marshanda, kembali ke alam ibarat mengisi batre tubuh dan pikiran setelah kerja keras. Ketika SMA, ia pernah bekerja hampir 24 jam selama dua tahun. Itu masa ketika ia sedang laris menjadi bintang sinetron. Ia menjadi bintang sinetron “Bidadari” sejak usia 11. Sepulang sekolah, ia syuting kejar tayang selama 14 jam. Ketika selesai, Marshanda pergi ke Bali.

Saat sedang berenang di kolam renang hotel sambil melihat bintang-bintang, ia merasa ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya, perasaan tenang dan nyaman. Pelan-pelan matanya mengembun dan ia menangis. “Setelah belajar psikologi, saya baru tahu itu namanya griffing, koneksi batin dengan alam,” kata lulusan Universitas Pelita Harapan 2015 ini.

Sejak itu Marshanda selalu kembali ke alam saat liburan: ke pantai, ke gunung, ke tempat-tempat yang banyak tanaman. Setelah usai liburan, saat kembali ke Jakarta, tubuh dan pikiran perempuan 27 tahun ini kembali segar. “Karena itu alam harus dilestarikan agar manusia tetap bisa hidup, tetap bisa berfungsi sebagai mahluk sosial, yang bisa bekerja dengan happy dan sehat,” katanya kepada Gagan Gandara dari Forest Digest. —

Page 50: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

F rest D gest50 a g u s t u s - o k t o b e r 2 0 1 6

OASE

Ilmu dan cinta harus selalu dalam satu liga agar makna dunia terpelihara. Maka dalam setiap orasi ilmiah guru besar di Institut Pertanian Bogor, mereka yang berdiri di mimbar diberi kesempatan berterima kasih kepada mereka yang berjasa, sejak lahir. Bagaimana pun mimbar itu adalah pencapaian akademik tertinggi, tak main-main, yang dicapai dengan susah sungguh. Maka cinta harus mendapat tempat yang sama di sana.

Saya diundang menghadiri ceramah Profesor Nurheni Wijayanto pada 6 Agustus 2016 yang lalu. Ia guru pembimbing skripsi saya. Dan baru kali itu saya menyaksikan sebuah orasi ilmiah setelah lulus dari Fakultas Kehutanan 16 tahun lalu. Bukan karena ingin menghormati orang yang berjasa dalam hidup saya, hadir di sana juga sekaligus untuk menyesap kembali suasana akademik yang selalu membuat kangen.

Bersama Profesor Nurheni ada dua guru besar lagi yang membacakan karya ilmiah mereka: Profesor Bambang Sapta Purwoko dari Agronomi dan Profesor Siswadi dari Fakultas Matematika. Saya melihat, ketika para guru besar itu membaca karya ilmiah, mereka menjelaskannya dengan gagah, dengan humor dan kutipan-kutipan mumpuni dan filosofis, tapi ketika sampai pada testimoni untuk orang-orang yang berjasa, semua terisak.

Dan agaknya panitia menekankan pentingnya sesi testimoni ini. Para guru besar itu diberi kesempatan menampilkan foto-foto kenangan mereka bersekolah: sejak SD hingga meraih doktor di universitas-universitas keren di dunia, sebelum menyebut guru-guru dan sejawat yang berjasa mengantarkannya pada pencapaian itu. Profesor Siswadi, dengan humor yang cerdas, melacak para pembimbingnya di Cornel University hingga Galileo Galilei.

Para guru adalah liga ilmu dan cinta itu. Karena itu jejaknya panjang. Ia tak hanya digugu dan ditiru, seorang guru mengenalkan kita pada dunia. Saya tak akan bisa menulis kolom ini tanpa peran guru yang mengenalkan huruf A ketika mulai belajar membaca.

Para guru besar di mimbar IPB itu tak akan bisa berpikir secara kompleks merumumuskan pelbagai temuan ilmiah jika ia tak paham fungsi a-b-c-d yang diajarkan sewaktu kecil.

Pada akhirnya kompleksitivitas pikiran manusia, yang membedakan kita dari mamalia lain, dan membuat dunia dan manusia seperti ini, tak lain adalah peran para guru itu. Seperti kata Fuad Hassan, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, guru tak hanya mengajar, ia juga mendidik. Mengajar bisa dilakukan siapa saja dengan pengetahuan teknis mengenalkan huruf a-b-c itu. Dalam pendidikan, guru mengenalkan fungsi a-b-c itu sebagai bekal hidup para murid kelak. Dan itu adalah cinta.

Maka Fuad menempatkan posisi guru sesudah nabi. Para guru adalah mualim yang menjadikan ilmu sebagai sikap hidupnya. Maka saya merinding ketika pembawa acara memanggil para guru besar yang duduk berderet di dekat mimbar itu dengan sebutan “yang amat terpelajar”. Saya kira ini julukan yang dibuat dengan keinginan menempatkan guru sebagai manusia paling tinggi derajatnya, di pusat ilmu semacam kampus IPB.

Kita ingat kutipan terkenal Pramoedya Ananta Toer dalam novel klasik tetralogi Pulau Buru: “Seorang terpelajar harus adil sudah sejak dalam pikiran”. Dalam segala firmannya, Tuhan memerintahkan kita berbuat adil. Pada apa saja. Karena adil adalah sebenar-benarnya takwa. Sebab itu ia tak mudah.

Menurut Pramoedya, hanya orang terpelajar yang bisa berbuat adil, bahkan jauh sejak dalam pikiran, yang tersembunyi dan tak diketahui manusia lain. Hanya ilmu dan pengetahuan yang membuat kita bisa adil bahkan sejak sebelum jadi tindakan. Dan itu adalah jasa besar para guru.

Maka tak heran jika para guru besar itu terisak mengenang jasa guru-guru mereka. Tanpa guru, cinta dan ilmu tak akan menyatu dalam satu liga, dalam pikiran dan hati kita. Sebab cinta tanpa ilmu membuat kita buta, ilmu tanpa cinta menyebabkan ia tak berguna.

—Bagja Hidayat

Guru

Kita ingat kutipan terkenal Pramoedya Ananta Toer dalam novel klasik tetralogi Pulau Buru: “Seorang terpelajar harus adil sudah sejak dalam pikiran”. Dalam segala firmannya, Tuhan memerintahkan kita berbuat adil. Pada apa saja. Karena adil adalah sebenar-benarnya takwa. Sebab itu ia tak mudah.

Page 51: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik

karena hutan harus lestari,informasi mesti terbagi

pemesanan:[email protected]

F rest D gest

Page 52: F rest D gest - pdf.forestdigest.com · SURAT — 6 SALAM KETUA — 7 KUTIPAN — 8 ... Saya salut untuk itu. ... Terbukanya informasi itu membuat publik