ExSum Kajian+Penelitian 2008

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kajian kebijakan

Citation preview

Executive Summary

17

Executive Summary

PENGELOLAAN JAFUNG DI LINGKUNGAN DEPKUMHAM

A. Latar Belakang Pengkajian

Susunan jabatan struktural ( jatural ) yang ada di Depkumham, dijelaskan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M. 09-PR.07.10 tahun 2007. tanggal 20 April 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Sedangkan susunan jabatan fungsional ( jafung ) yang ada dalam Peraturan Menteri itu, tidak disebutkan secara jelas, tetapi hanya disebut sebagai kelompok Jafung saja. Peraturan Menteri Hukum dan HAM ( Permenkumham ) No. M. 09-PR.07.10 tahun 2007, pasal 43 menyebutkan, bahwa : Bagian mutasi pegawai pada unit Sekretariat Jenderal, menyelenggarakan fungsi ;penyiapan penetapan pengangkatan dan kepangkatan pegawaipenyiapan penetapan penggajianpenyiapan penetapan pemindahan dan mutasi kepegawaian lainnya serta pengambilan sumpah/janji pegawaipengelolaan administrasi jafung

Pasal 45 Permenkumham, menyebutkan bahwa, Sub Bagian Mutasi IV mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penetapan pengangkatan, kepangkatan, penggajian, golongan IV/b ke atas dan mutasi jabatan serta pengelolaan jabatan administrasi jafung di lingkungan Departemen.Dengan demikian, pengelolaan administrasi jafung dilaksanakan oleh sub bagian mutasi IV, sehingga perangkapan pengelolaan administrasi jafung masih kurang tertangani dengan baik. Ketidak jelasan penyebutan jabatan-Jafung yang ada pada unit-unit organisasi, menyebabkan ;Tidak terlihat jelas, jenis/rumpun tenaga ahli yang ada pada unit organisasi tersebut, baik pusat maupun wilayah/daerah.Tidak menarik minat anggota organisasi untuk mendudukinya.Tidak optimalnya pelayanan terhadap masyarakat.

Pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. M. 3819. KP. 04. 15 tahun 2006. tanggal 7 Desember 2006. tentang Pola Karier PNS Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, terdapat syarat-syarat untuk dapat menduduki jafung, tetapi kurang lengkap dan tidak mengatur secara terperinci tentang pengadministrasian jafung di lingkungan Depkumham tersebut. Pada buku pedoman pola karier itu disebutkan bahwa, jafung di Depkumham terdiri dari 16 jenis, antara lain Jafung ; perancang perundang-undangan, pemeriksa paten, pemeriksa merek, peneliti, auditor, widyaiswara, pranata komputer, pustakawan, arsiparis, dokter, dokter gigi, perawat, perawat gigi, bidan, asisten apoteker, pranata laboratorium kesehatan.Tabel 1. Daftar Jumlah Pejabat Fungsional di DepkumhamNo.Jenis jafungJumlah

Pemeriksa merek 32 orang

Pemeriksa paten 74 orang

Auditor 64 orang

Widyaiswara 1 orang

Peneliti BPHN 29 orang

Pustakawan 20 orang

Pranata komputer 1 orangJumlah221 orangSumber : Hasil Penelitian Pusjianbang tahun 2006Dari 16 jenis jafung yang ada di lingkungan Depkumham diatas, ternyata hanya 7 jenis jafung saja yang terisi secara resmi. Jenis jafung yang terisi itupun jumlahnya sangat tidak memadai, jika dibandingkan dengan kebutuhan organisasi secara keseluruhan. Sedangkan tenaga ahli lain yang telah memenuhi kualifikasi untuk menduduki tenaga jafung, belum mengusulkan penetapan angka kreditnya, sehingga belum terdaftar sebagai jabfung di lingkungan Depkumham. Pengelolaan yang telah diterapkan dan dijalankan selama ini, dirasakan banyak hal-hal yang tidak memajukan organisasi dan tidak memajukan anggotanya serta tidak menumbuhkan karya, minat dan semangat optimal pada masing-masing individu dalam suatu organisasi, maka pimpinan di jajaran departemen ini harus segera mengantisipasinya, dan segera memutuskan suatu kebijakan penanganan jafung. Langkah kebijakan yang aspiratif sebagai wujud inovasi terhadap keadaan krisis tersebut, adalah dengan cara ;Membentuk struktur baru pada jabatan struktural yang lebih tinggi eselonnya dibanding sekarang pada semua unit pusat dan wilayah, untuk menangani masalah pengelolaan jafung.Memberikan kewenangan khusus ( uraian tugas khusus ) pada jabatan struktural tersebut, dengan fokus masalah-masalah yang berkaitan dengan jafung.Mencantumkan jenis jafung pada skema organisasi.Memperbanyak jenis jafung yang ada di Depkumham sesuai dengan kebutuhan tugas pokok dan fungsi organisasi yang diperlukan.

Untuk memperjelas dan memudahkan pengambilan keputusan oleh pihak pimpinan departemen, maka pengkaji akan merumuskan dan membuat rekomendasi, tentang jafung yang harus ditumbuhkembangkan, yang berpengaruh kepada besarnya tugas dan fungsi organisasi Depkumham. Pelaksanaan tugas sebagai tenaga ahli mempunyai kriteria-kriteria tertentu untuk memperolehnya dan memerlukan suatu penanganan tersendiri untuk melancarkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Pengelolaan yang dijalankan selama ini, kurang menarik individu untuk menduduki jafung dan secara kuantitas semakin menurun, dan cenderung tidak berkembang. Oleh karena itu maka permasalahan pada kajian ini dirumuskan untuk menjawab pertanyaan ; Bagaimana pengelolaan Jafung di lingkungan Depkumham ?Kajian yang dilakukan ini, bertujuan : Untuk memberi rekomendasi tentang pentingnya pengelolaan jafung secara optimal oleh jatural secara khusus dan memberikan rekomendasi pengembangan jenis jafung di lingkungan Depkumham. Terjadinya suatu perubahan mendasar tentang sistem pengelolaan jafung di lingkungan Depkumham dengan merombak jatural yang ada serta lebih memperhatikan jafung kedepan.

B. Rekomendasi KebijakanBerdasarkan kebutuhan tugas, fungsi dan beban Depkumham ini, maka pengkaji merekomendasikan jenis-jenis jafung yang seharusnya ada dan berkembang pada organisasi vertikal ini.Supaya lebih mudah dibaca maksud dan tujuan pemerkayaan jenis jafung ini, maka pengkaji merumuskan dan menjabarkannya melalui tabel-tabel tanpa disertai pemaparan dan penjelasan, karena kemungkinan penyebutan jenis jafung dapat saja disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing unit organisasi.Tabel 2. Rekomendasi pembentukkan Biro di Unit Sekretariat Jenderal Depkumham

No.Jabatan StrukturalJafung

Biro perencanaanLihat tabel 3. Rekomendasi untuk unit Sekretariat Jenderal

Biro kepegawaian

Biro keuangan/ perlengkapan

Biro administrasi Jafung

Biro organisasi ( Hub. Dalam dan hub. luar negeri )

Biro umum

Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008

Pembentukkan unit biro yang khusus menangani jafung pada Setjen di Depkumham dapat dikatagorikan sebagai suatu ( pilot project ) pengelolaan jafung pada instansi vertikal organisasi pemerintah. Sedangkan penyebutan biro organisasi lebih cenderung untuk menampung beberapa kepentingan unit-unit organisasi lain di lingkungan Depkumham.Tabel 3. Rekomendasi untuk unit Sekretariat Jenderal

Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung penyidik, Jafung Information Technology, Jafung penerjemah bahasa, Jafung arsiparis, Jafung statistisi, Jafung pranata komputerEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008Tabel 4. Rekomendasi untuk unit Pusjianbang KebijakanPengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung arsiparis/pustakawan, Jafung Information Technology, Jafung penerjemah bahasa, Jafung pranata computer, Jafung peneliti ( sudah ada ), statistisiEselon 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008

Tabel 5. Rekomendasi untuk unit Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan

Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung litigasi, Jafung sosialisasi perundang-undangan, Jafung penyidik, Jafung arsiparis, Jafung Information Technology, Jafung penerjemah bahasa, Jafung statistisiEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008

Tabel 6. Rekomendasi untuk unit Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (PAS)Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung penyuluh/penyelaras hukum, Jafung daktiloskopi, Jafung pranata komputer, Jafung medis/paramedis, Jafung arsiparis, Jafung pembina ( untuk pembinaan rohani dan jasmani, termasuk psikolog/psikiater ), Jafung keterampilan, Jafung pembimbing pemasyarakatan ( untuk penderita narkoba, pembimbingan luar lembaga ), Jafung pemeriksa ( masalah-masalah Rupbasan ),Jafung penyidik, Jafung penerjemah bahasa, Jafung Information Technology, Jafung statistisiEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008

Tabel 7. Rekomendasi untuk unit Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum ( AHU )

Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung daktiloskopi, Jafung penyidik, Jafung Information Technology, Jafung arsiparis, Jafung penerjemah bahasa, Jafung statistisiEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008

Tabel 8. Rekomendasi untuk unit Direktorat Jenderal Imigrasi

Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung pemeriksa ( untuk masalah dokumen perjalanan, visa dan fasilitas keimigrasian, status keimigrasian ), Jafung penyidik, Jafung penyuluh, Jafung arsiparis, Jafung Information Technology, Jafung penerjemah bahasa, Jafung statistisiEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008

Tabel 9. Rekomendasi untuk unit Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung penyuluh, Jafung penyidik, Jafung litigasi, Jafung arsiparis, Jafung pemeriksa paten ( sudah ada ), Jafung pemeriksa merek ( sudah ada ), Jafung desain, Jafung Information Technology, Jafung penerjemah bahasa, Jafung statistisiEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008

Tabel 10. Rekomendasi untuk unit Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia ( HAM )Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung penyuluh, Jafung penyidik, Jafung Pembina, Jafung Information Technology, Jafung arsiparis, Jafung penerjemah bahasa, Jafung statistisiEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008

Tabel 11. Rekomendasi untuk unit Inspektorat Jenderal ( Itjen )

Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung penyuluh, Jafung penyidik, Jafung Information Technology, Jafung arsiparis, Jafung penerjemah bahasa, Jafung statistisiEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008

Tabel 12. Rekomendasi untuk unit Badan Pembinaan Hukum Nasional ( BPHN )Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung penyuluh, Jafung penyidik, Jafung Information Technology, Jafung arsiparis, Jafung penerjemah bahasa, Jafung peneliti ( sudah ada ), Jafung statistisiEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008Tabel 13. Rekomendasi untuk unit Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia

Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung penyuluh, Jafung penyidik, Jafung peneliti Ham, Jafung arsiparis, Jafung Information Technology, Jafung penerjemah bahasa, Jafung statistisiEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008Tabel 14. Rekomendasi untuk unit Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia ( BPSDM )Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung penyuluh, Jafung penyidik, Jafung arsiparis, Jafung widyaiswara ( sudah ada ), Jafung Information Technology, Jafung penerjemah bahasa, Jafung statistisiEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008

Tabel 15. Rekomendasi untuk unit Kantor Wilayah

Pengembangan Jenis JafungPengelola oleh Jatural Jafung perencana, Jafung humas, Jafung kepegawaian, Jafung keamanan, Jafung penyuluh, Jafung penyidik, Jafung pelayanan hukum, Jafung arsiparis, Jafung widyaiswara, Jafung Information Technology, Jafung penerjemah bahasa, Jafung statistisiEselon 2, 3 dan 4Sumber : Tim Pengkajian Pusjianbang 2008

Pembentukkan dan peningkatan eselon yang lebih tinggi pada jatural untuk mengelola jafung saat ini dan kedepannya, dirasakan sebagai suatu masalah yang mendesak dan perlu segera direalisasikan, mengingat kebutuhan dan kepentingan organisasi dalam mewujudkan good governance, yang mengedepankan pelayanan ( public service ).Demikian, rekomendasi yang dirumuskan oleh tim pengkajian Pusjianbang tahun 2008. Hasil pengkajian ini, diharapkan menjadi suatu titik tolak yang bermanfaat bagi perubahan dan perombakan struktur organisasi Depkumham yang lebih memperhatikan kebijakan good governance, serta untuk memajukan dan pemerkayaan jenis jafung yang seharusnya ada di lingkungan Depkumham.

DAFTAR PUSTAKABuku-buku

Arifin, E. Zaenal dan Amran Tasai. 1987. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta. PT Medi Yatama Sarana Perkasa.Cresswell, John W. 1994. Research Design (Qualitative & Quantitative Approaches). London, New Delhi. Sage Publictions, Thousand Oaks. Dunn, William N. 1994. Public Policy Analysis : An Introduction Second Edition. Prentice-Hall, Inc. Penerjemah Fisipol UGM. Gadjah Mada University Press. 2003. Handoko, T.H. 1987. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua, Yogyakarta. BPFE. Irawan, Prasetya. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta.STIA Press. Ivancevich, john M. 1995. Human Resource Management. Richard D. Irwin, Inc.Johnson, Terence J. 1991. Profesi dan Kekuasaan ( Merosotnya Kaum Profesional Dalam Masyarakat ). Penerjemah Wulan dari Supardan, Pustaka Utama Grafiti.Kasim, Azhar. 1993. Pengukuran Efektivitas Dalam Organisasi. Jakarta. Penerbit Fakultas Ekonomi UI.Kerlinger, Fred N. 2002. Asas-asas Penelitian Behavioural. Penerjemah Drs. Landung R. Simatupang, Gadjah Mada University Press.--------------------- 1973. Foundations of Behavioral Research. Holt, Rineharth & Winston.Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia. Nonaka, Ikujiro and hirotaka Takeuchi, 1995. The Knowledge Creating Company. 200 Madison Avenue, New York. Oxford University Press, Inc. Werther, William B. Jr. and Keith Davis. 1996. Human Resources and Personnel Management, Fifth Edition. Mc Graw Hill, Inc.Undang-undang dan peraturan lainnya/Situs internet

Keputusan Bersama Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Kepala Badan Kepegawaian Negara, nomor 3719/D/2004 dan nomor 60 tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jafung Peneliti dan Angka Kreditnya.Keputusan Presiden no. 87 tahun 1999, tentang Rumpun Jabatan Fungsionan Pegawai Negeri Sipil.Keppres -Keppres yang berhubungan dengan Jafung lainnya.Penjelasan Peraturan Pemerintah R.I. No. 16 tahun 1994, tentang Jafung Pegawai Negeri SipilPeraturan Menteri Hukum dan HAM no. M. 09-PR.07.10 tahun 2007. tanggal 20 April 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. M.01.PR.07.10 Tahun 2005. tanggal 01-03-2005, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1994, tentang Jafung Pegawai Negeri Sipil.Tim Penyususun Unit Pusat. 2006. Jakarta. Pedoman Pola Karier PNS Depkumham R.I. Undang-undang No. 35 tahun 1999 tentang Perubahan Atas UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.www.Depkumham.go.id-www.bkn.go.id-www.depkes.go.id-www.deptan.go.id- www.depag.go.id-www.depkeu.go.id-www.setneg.go.id

Executive Summary

PENGELOLAAN JAFUNG DI LINGKUNGAN DEPKUMHAM

Penulis :

Moch. Ridwan, SH., M. Si.

Editor :

Imam Santoso, SH., MM.

DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAPUSAT PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKANJ A K A R T ADesember 2008

Executive Summary

PENGELOLAAN JAFUNG DI LINGKUNGAN DEPKUMHAM

Oleh :

Tim Pengkaji

Editor :

Imam Santoso, SH., MM.

DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAPUSAT PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKANJ A K A R T ADesember 2008

KATA PENGANTAR

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan ( Pusjianbang ) Departemen Hukum dan HAM mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan kebijakan di bidang hak kekayaan intelektual, keimigrasian, pemasyarakatan, pelayanan hukum dan jasa hukum lainnya serta administrasi fasilitatif berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.09-PR.07.10 Tahun 2007 tanggal 20 April 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Hukum dan HAM. Jabatan struktural dan Jabatan fungsional adalah penyelenggara negara yang mempunyai peranan penting untuk menggerakkan roda organisasi pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat.Pengisian formasi jabatan fungsional di lingkungan Depkumham dirasakan kurang optimal, apakah perangkat perundangannya belum lengkap dan kurangnya sosialisasi peraturan perundangan atau minat pegawai yang kurang, untuk dapat menduduki jafung. Pusjianbang memandang perlu untuk melaksanakan pengkajian tentang hal tersebut. Oleh karena itu pada pengkajian tahun 2008 ini, telah dibentuk tim untuk melaksanakan suatu pengkajian tentang : PENGELOLAAN JAFUNG DI LINGKUNGAN DEPKUMHAM

Hasil pengkajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang signifikan terhadap perkembangan jafung di lingkungan Depkumham, sehingga penyusunan/perubahan/perbaikan kebijakan yang akan dikeluarkan, dapat menumbuhkembangkan anggota organisasi kearah yang lebih kondusif.Kami menyadari bahwa laporan pengkajian ini masih perlu tambahan data-data yang menunjang serta adanya perbaikan-perbaikan. Untuk itu kritik, saran, komentar sangat kami harapkan. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan penelitian ini.

Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

IMAM SANTOSO, SH., MM. NIP. 040041538

Executive Summary

ANALISIS PEMBINAAN JAFUNG DI DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM

A. Latar Belakang Penelitian

PNS ( Pegawai Negeri Sipil ) sebagai penyelenggara negara yang mengatur dan mengarahkan jalannya roda pembangunan, berada pada posisi sangat penting dan menentukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan Good Governance, dituangkan dalam suatu keinginan bersama yakni reformasi PNS, yang mempunyai kriteria tertentu, yakni :Berorientasi pada pelayanan masyarakatStandardisasi dan kriteria yang jelasPenilaian keberhasilan yang mission drivenIntegrasi human resources planning dengan strategic management

Integrated human resources developmentPemberdayaan PNS dan individual learningSistem kompensasi yang kompetitif dan adil ( Azhar Kasim. 2003 )

Hal-hal tersebut diatas secara langsung telah mengarahkan dan memperjelas sasaran kepegawaian negara, yakni lebih menekankan pada peran serta jabatan fungsional ( jafung ), sehingga prestasi kerja akan lebih terlihat dan terukur. Undang-Undang ( UU ) Nomor 43 tahun 1999, tentang manajemen PNS, menyebutkan tentang manajemen PNS yang mengarahkan kepada suatu jaminan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berhasilguna dan berdayaguna. Hal ini dilaksanakan oleh PNS yang professional, bertanggungjawab, jujur dan adil. Untuk mencapai profesionalisme tersebut maka, pembinaannya berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja dengan titik berat pada sistem prestasi kerja.Penyelenggara pemerintahan yakni PNS, mempunyai sistem pembinaan, yang diawali sejak diterima sampai dengan pemberhentian atau pensiun. Adapun proses pembinaan tersebut terjadi dalam beberapa tahap ;Perencanaan kebutuhan dan formasiPengadaan pegawaiPenempatan Penilaian kinerja dan instrumen pengukuran kinerjaKesejahteraan pegawaiPendidikan dan pelatihan PNSKode etik,disiplin,netralistas dan jiwa korsa Pegawai NegeriPenyelesaian konflik kepegawaianPemberhentian Pegawai Negeri SipilSistem informasi kepegawaian ( SANRI, LAN. 2003:249)

Pada buku pedoman pola karier Departemen Hukum & Ham disebutkan bahwa, ada 16 jenis Jafung antara lain ; perancang perundang-undangan, pemeriksa paten, pemeriksa merek, peneliti, auditor, widyaiswara, pranata komputer, pustakawan, arsiparis, dokter, dokter gigi, perawat, perawat gigi, bidan, asisten apoteker, pranata laboratorium kesehatan. Dari 16 jenis jafung yang ada di lingkungan Depkumham tadi, ternyata hanya 7 jenis jafung saja yang terisi secara resmi ( lihat tabel berikut ). Tabel 1. Daftar Jumlah Pejabat Fungsional di DepkumhamNo.Jenis jafungJumlah 1. Pemeriksa merek 32 orang2. Pemeriksa paten 74 orang3.Auditor 64 orang4.Widyaiswara 1 orang5.Peneliti BPHN 29 orang6.Pustakawan 20 orang7.Pranata komputer 1 orangJumlah221 orangSumber : Hasil Penelitian Pusjianbang tahun 2006

Jenis jafung yang terisi ternyata jumlahnya sangat tidak memadai, jika dibandingkan dengan kebutuhan organisasi secara keseluruhan. Sedangkan tenaga ahli lain yang telah memenuhi kualifikasi untuk menduduki tenaga jafung, belum mengusulkan penetapan angka kreditnya, sehingga belum terdaftar sebagai jabfung di lingkungan Depkumham. Perlu diungkapkan pada tulisan ini bahwa hal yang mengkhawatirkan ditengah-tengah gencarnya penekanan pada sistem prestasi kerja dalam manajemen PNS, ternyata keberadaan jafung dalam struktur organisasi tidak jelas. Mengenai jafung diatur UU No. 43 tahun 1999, Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 tahun 1994 dan Keputusan Presiden ( Keppres ) No. 87 tahun 1999, masih belum ada ketegasan dan kejelasan pencantuman jafung dalam struktur organisasi/bagan organisasi. Sedangkan jafung termasuk sebagai bagian dari fungsi pelaksana utama suatu organisasi yang didasarkan atas keahlian dan/atau keterampilan tertentu.Secara teoritis maju mundurnya suatu organisasi erat kaitannya dengan jumlah tenaga ahli yang dimiliki organisasi yang bersangkutan dan seberapa kuatnya perhatian pimpinan departemen terhadap manajemen sumber daya manusia, baik dari segi sistem pembinaan maupun penyediaan sarana/prasarananya. Menyangkut pembinaan jafung, pengisian formasinya harus dilakukan dengan cara-cara yang jelas, tegas dan pantas. Kejelasan bisa diwujudkan dengan membuat suatu sistem yang terarah, proses yang mudah diikuti dan prosedur yang sederhana, sehingga seseorang yang ditunjuk atau mempunyai kesempatan akan mampu memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk menduduki suatu formasi.Kepuasan suatu peranan tertentu menjadi anggota organisasi inilah, diharapkan akan menjadi suatu kekuatan yang sangat besar bagi lingkungan organisasi maupun hubungan antar pribadi. Sehingga reformasi birokrasi yang menjadi tuntutan masyarakat akan semakin menjadi kenyataan, ini merupakan buah dari good governance. Pembinaan pada penelitian ini di lihat sebagai suatu budaya positif dalam suatu organisasi. Budaya tersebut sudah pasti akan direspon anggota organisasi, baik yang sudah lama bertugas maupun yang baru mulai bertugas di Depkumham. Pembinaan yang telah berjalan selama ini, akan dinilai dan ditanggapi oleh anggota organisasi, karena menyangkut keberadaan individu yang bersangkutan selama berada dalam organisasi. Oleh karena itu, permasalahan penelitian ini adalah : Bagaimana persepsi pegawai di lingkungan Depkumham tentang pembinaan jafung ? Penelitian yang akan dilakukan ini, mempunyai tujuan antara lain : Untuk mengetahui persepsi pegawai di lingkungan Depkumham tentang jafung. Penelitian ini memadukan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis yang dilakukan diharapkan menemukan tema atau generalisasi dari bukti-bukti yang ditemukan dan data diorganisasikan untuk memperlihatkan gambaran yang nyata. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Tabel 1 : Kantor wilayah

1

.6

.6

.6

10

6.4

6.4

7.1

1

.6

.6

7.7

8

5.1

5.1

12.8

43

27.6

27.6

40.4

7

4.5

4.5

44.9

9

5.8

5.8

50.6

15

9.6

9.6

60.3

10

6.4

6.4

66.7

35

22.4

22.4

89.1

9

5.8

5.8

94.9

8

5.1

5.1

100.0

156

100.0

100.0

0

Sumut

Jambi

Jabar

DKI Jakarta

Jatim

Bali

NTT

Kalbar

Sulut

Maluku

Yogyakarta

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Sumber : Hasil Penelitian Pusjianbang th. 2008/Pengolahan Data SPSS 12,0 for windowsResponden bertugas pada beberapa kantor wilayah yang terdiri dari kantor wilayah Sumatera Utara-10 orang ( 6,4 % ), Jambi-1 orang ( 0,6 % ), Jawa Barat-8 orang (5,1 % ), DKI Jakarta-43 orang ( 27,6 % ), Jawa Timur-7 orang ( 4,5 % ), Bali-9 orang ( 5,8 % ), Nusa Tenggara Timur-15 orang ( 9,6 % ), Kalimantan Barat -10 orang ( 6,4 % ), Sulawesi Utara-35 orang ( 22,4 % ), Maluku-9 orang ( 5,8 % ), Yogyakarta-8 orang (5,1 %) dan responden yang tidak mencantumkan identitasnya 1 orang (0,6 %).

Tabel 2. Diklatfung

2

1.3

1.3

1.3

27

17.3

17.3

18.6

5

3.2

3.2

21.8

6

3.8

3.8

25.6

12

7.7

7.7

33.3

1

.6

.6

34.0

1

.6

.6

34.6

2

1.3

1.3

35.9

11

7.1

7.1

42.9

89

57.1

57.1

100.0

156

100.0

100.0

0

perancang

perundang-undangan

Pemeriksa paten

pemeriksa merek

peneliti

auditor

pranata komputer

pustakawan

arsiparis

belum pernah

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Sumber : Penelitian Pusjianbang th. 2008/Pengolahan Data SPSS 12,0 for windowsJenis Pendidikan dan Pelatihan Fungsional yang telah diikuti responden adalah Diklat perancang perundang-undangan-27 orang (17,3%), Diklat pemeriksa paten-5 orang (3,2 %), Diklat pemeriksa merek-6 orang (3,8 % ), Diklat peneliti-12 orang ( 7,7 % ), Diklat auditor-1 orang ( 0,6 % ), Diklat pranata komputer-1 orang ( 0,6 % ), Diklat pustakawan-2 orang (1,3 % ), Diklat arsiparis-11 orang ( 7,1 % ), responden yang belum pernah mengikuti Diklat fungsional-89 orang ( 57,1 % ), dan responden yang tidak mencantumkan identitasnya 2 orang ( 1,3 % ).

2. Persepsi Pegawai Terhadap Jafung

a. Korelasi Dimensi ( sub variabel ) Pada Lingkungan Pekerjaan Dengan Dimensi pola karier Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, dilakukan korelasi antara pernyataan nomor 1. Pimpinan memberikan tanggungjawab pekerjaan ( X1.1 ) dan pernyataan nomor 4. Jenis pekerjaan yang diperoleh selama bertugas ( X1.4 ) pada lingkungan pekerjaan, keduanya menjadi sub variabel bebas dan dikorelasikan dengan pernyataan nomor 16. Minat pegawai untuk mengisi lowongan jafung pada pola karier, menjadi sub variabel terikat ( Y ). Diperoleh hasil antara lain :

Tabel 3. Nonparametric Correlations

Spearman's rho1.Pimpinan memberikan tanggungjawab pekerjaan4. Jenis pekerjaan yang diperoleh selama bertugas

16. Minat pegawai untuk mengisi lowongan jafung1. Pimpinan memberikan tanggungjawab pekerjaanCorrelation Coefficient Sig. (2-tailed) N1.000-156.503**.000156.063.4361564. Jenis pekerjaan yang diperoleh selama bertugasCorrelation Coefficient Sig. (2-tailed) N.503**.0001561.000-156.006.94315616. Minat pegawai untuk mengisi lowongan jafungCorrelation Coefficient Sig. (2-tailed) N.063.436156.006.9431561.000-156** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pada hasil perhitungan statistik metode Spearmans pada X1.1 terhadap Y, diperoleh nilai signifikansi 0.436. Dengan berpedoman pada nilai signifikansi, bahwa 0,000 < 0,05 maka, Ho diterima berarti tidak terdapat hubungan linier antara X1.1 dengan Y, sedangkan koefisien korelasinya sebesar 0,063. Untuk korelasi X1.4 terhadap Y, diperoleh nilai signifikansi 0.943. Dengan berpedoman pada nilai signifikansi, bahwa 0,000 < 0,05 maka, Ho diterima berarti tidak terdapat hubungan linier antara X1.4 dengan Y, koefisien korelasinya sebesar 0,006. Hasil uji pernyataan, Pimpinan memberikan tanggungjawab pekerjaan dan Jenis pekerjaan yang diperoleh selama bertugas, ternyata tidak mendukung sub variabel ( dimensi ) Lingkungan pekerjaan terhadap minat pegawai menduduki jafung.Korelasi signifikan yang ditemukan pada penelitian ini adalah korelasi antara X1.1 dengan X1.4. Untuk korelasi X1.1 dengan X1.4, terdapat nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak berarti terdapat hubungan linier antara X1.1 dengan X1.4, sedangkan koefisien korelasinya sebesar 0,503. Oleh karena itu, pimpinan dalam memberikan tanggung jawab pekerjaan kepada anggota organisasi, hendaknya memperhatikan jenis dan kelayakan pekerjaan yang diterima anggota organisasinya.b. Korelasi Dimensi ( sub variabel ) Pada Sistem kompensasi Dengan dengan Pola Karier Untuk pengujian hipotesis, dilakukan korelasi antara pernyataan nomor 8. Upaya pimpinan terhadap promosi jafung ( X2.8 ) dan pernyataan nomor 9. Dukungan terhadap kegiatan jafung ( X2.9 ) pada sistem kompensasi, sebagai sub variabel bebas dengan pernyataan No. 16. Minat pegawai untuk mengisi lowongan jafung (Y) pada pola karier, sebagai sub variabel terikat. Diperoleh hasil antara lain :Tabel 4. Nonparametric Correlations

Spearman's rho8. Upaya pimpinan terhadap promosi jafung9. Dukungan terhadap kegiatan jafung16.Minat pegawai untuk mengisi lowongan jafung8. Upaya pimpinan terhadap promosi jafungCorrelation Coefficient Sig. (2-tailed) N1.000-156.582**.000156.030.7141569. Dukungan terhadap kegiatan jafungCorrelation Coefficient Sig. (2-tailed) N.582**.0001561.000-156.011.89115616. Minat pegawai untuk mengisi lowongan jafungCorrelation Coefficient Sig. (2-tailed) N.030.714156

.011.891156

1.000-156** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pada hasil perhitungan statistik metode Spearmans pada X2.8 terhadap Y, diperoleh nilai signifikansi 0.714. Dengan berpedoman pada nilai signifikansi, bahwa 0,000 < 0,05 maka, Ho diterima berarti tidak terdapat hubungan linier antara X2.8 terhadap Y, sedangkan koefisien korelasinya sebesar 0,030. Untuk korelasi X2.9 terhadap Y, diperoleh nilai signifikansi 0.891. Dengan berpedoman pada nilai signifikansi, bahwa 0,000 < 0,05 maka, Ho diterima berarti tidak terdapat hubungan linier antara X2.9 terhadap Y, koefisien korelasinya sebesar 0,011. Hasil uji pernyataan, Upaya pimpinan terhadap promosi jafung dan Dukungan terhadap kegiatan jafung, ternyata tidak mendukung sub variabel ( dimensi ) Sistem Kompensasi terhadap minat pegawai menduduki jafung.Korelasi signifikan yang ditemukan pada penelitian ini adalah korelasi antara X2.8 dengan X2.9. Untuk korelasi X2.8 dengan X2.9. Dengan berpedoman pada nilai signifikansi, bahwa 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak berarti terdapat hubungan linier antara X2.8 dengan X2.9, sedangkan koefisien korelasinya sebesar 0,582. Oleh karena itu, upaya-upaya pimpinan dalam pengisian formasi jafung yang ada, hendaknya diimbangi dengan pemenuhan serta dukungan sarana/prasarana terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh jabfung. Minat yang tumbuh dalam diri individu untuk menduduki jafung, ternyata ditanggapi sebagai hal lain di luar masalah kompensasi.c. Pola Karier

Pada hasil perhitungan statistik metode Spearmans pada X3.14 terhadap Y, diperoleh nilai signifikansi 0.000. Dengan berpedoman pada nilai signifikansi, bahwa 0,000 < 0,05 maka, Ho ditolak berarti terdapat hubungan linier antara X3.14 terhadap Y, sedangkan koefisien korelasinya sebesar 0,287.Untuk korelasi X3.18 terhadap Y, diperoleh nilai signifikansi 0.001. Dengan berpedoman pada nilai signifikansi, bahwa 0,000