141
EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM PENDUGAAN UKURAN POPULASI ORANGUTAN (Pongo pygmaeus wurmbii Groves, 2001) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING (Studi Kasus di Camp Leakey, Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah) DEDE AULIA RAHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

PENDUGAAN UKURAN POPULASI ORANGUTAN (Pongo

pygmaeus wurmbii Groves, 2001) DI KAWASAN TAMAN

NASIONAL TANJUNG PUTING

(Studi Kasus di Camp Leakey, Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan Provinsi

Kalimantan Tengah)

DEDE AULIA RAHMAN

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Halaman Persembahan

Tulisan ini Ku dedikasikan untuk kedua orang tua dan kakak ku. Atas Segala Kasih Sayang yang selalu menjadi sumber semangat dan kebanggaan.

Dan untuk Almamater, Bangsa dan Agama ku

Page 3: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

RINGKASAN

DEDE AULIA RAHMAN Evaluasi Ketelitian Metode Survei Sarang Dalam Pendugaan Ukuran Populasi Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii Groves, 2001) di Taman Nasional Tanjung Puting (Studi Kasus di Camp Leakey, kawasan Taman Nasional Tanjung Puting Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah) Dibimbing oleh YANTO SANTOSA

Perhitungan secara langsung terhadap individu orangutan dalam habitatnya

merupakan sesuatu hal yang sangat sulit. Orangutan dengan karakteristik kepadatan yang

rendah dalam habitatnya menyebabkan pendugaan ukuran kepadatan populasi secara akurat

terhadap jenis satwa ini dalam frame waktu tertentu menjadi tidak mungkin untuk dilakukan.

Oleh karena itu pendugaan ukuran populasi pada jenis ini lebih diarahkan pada sarang yang

merupakan indikator yang dapat dipercaya untuk mengenali keberadaan mereka di dalam

hutan. Kenyataan bahwa orangutan membangun paling tidak satu sarang setiap hari dengan

aspek penggunaan sarang sebagai satu-satunya metode dalam pendugaan ukuran kepadatan

populasi orangutan dapat menjadi pengantar untuk mengungkap besarnya tingkat ketelitian

dari penggunaan metode ini.

Penelitian dilaksanakan di Camp Leakey selama tiga bulan yaitu pada bulan April

sampai Juni 2008 dan analisis data dilaksanakan pada bulan juli 2008. Alat yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain : binokuler; pita ukur (1,5 meter); pita gulung (50 meter);

kompas; cristenmeter; peta study area Camp Leakey (Skala 1:250); flagging tape; camera,

software Distance 5.0 dan software SPSS 14.0. Bahan yang digunakan antara lain :

Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii, Groves 2001), habitat dan sarang.

Nilai koefisien variasi (CV) merupakan ukuran yang digunakan untuk melihat

besarnya tingkat ketelitian dari suatu pendugaan. Berdasarkan penelitian ini diperoleh nilai

CV spasial pada berbagai tipe habitat berupa hutan kerangas, dipterocarp dataran rendah, dan

rawa gambut, dimana untuk tipe hutan kerangas koefisien variasi dari pendugaan populasi

berdasarkan perhitungan sarang sebesar 22,60 %, hutan dipterocarp dataran rendah sebesar

11,20 %, hutan rawa gambut 2 = 0 < 5,991) yang

menunjukan bahwa kepadatan populasi pada masing-masing tipe habitat tidak bervariasi

menurut interval waktu pada taraf nyata 5 %

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan metode sarang menunjukan hasil

yang reliabel dan baik digunakan dalam pendugaan kepadataan populasi orangutan.

Kata kunci : Sarang, Orangutan, Kepadatan, Ketelitian

Page 4: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

SUMMARY

DEDE AULIA RAHMAN Evaluation Accuracy Method of Nest Survey In Estimate Orangutan Population Density (Pongo pygmaeus wurmbii, Groves 2001) in Tanjung Puting National Park (Case Study in Camp Laekey, Tanjung Puting National Park, West Kotawaringin and Seruyan Residence, Central Kalimantan) Under Supervision of YANTO SANTOSA

Direct counts of arboreal, elusive and cryptically coloured animals will always be

difficult. For orangutans, a species that additionally live at low densities, it is unlikely that

enough observations of the animals could ever be made in a reasonable time frame to predict

accurate population size. Therefore, population surveys rely on indirect counts of orangutan

nests, their most visible sign. Fact that orangutan develop at least one nest every day with

aspect usage of nest as single method in anticipation density of population orangutan become

deliverer to express some other questions related to storey level of accuracy of usage of this

method to anticipate population measure of orangutan correctly in nature.

This research was conducted at Tanjung Puting National Park on April until June

2008 and the analysis data was conducted on July 2008. This research used Binoculer,

measure ribbon (1,5 metre), measure ribbon furl (50 metre), brunton compass, Cristenmetre,

Camp Leakey map (scale 1:250), flagging tape, camera, Sotware Distance 5.0., Software

SPSS 14.0. The materials that used were Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii,

Groves 2001), habitat and nest.

Pursuant to research result obtained the image of hitting value of CV is size to know

about storey level of accuracy, where value of coefisien spasial variation (CV) at various

habitat type in the form of forest of kerangas, lowland dipterocarp, and peat forest, for the

type of forest kerangas coefisien variation of estimation population pursuant to calculation

of equal to 22,60 %, forest of dipterocarp lowland equal to 11,20 %, peat forest equal to 2 = 0 < 5,991) which is showing that density of population at each

habitat type do not vary according to time interval at real level 5 %.

This conclusion the method of nest survey showing a result which is reliabel and

good used in estimate orangutan population density in nature, mentioned isn't it by value of

coefisien of spasial and temporal variation (CV).

Keyword : Nest, Orangutan, Density, Accuracy

Page 5: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Ketelitian

Metode Survei Sarang Dalam Pendugaan Populasi Orang Utan (Pongo pygmaeus wurmbii Groves, 2001) Taman Nasional Tanjung Puting (Studi Kasus di Camp

Leakey, Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting Kabupaten Kotawaringin Barat

dan Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah) adalah benar-benar hasil karya saya

sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai

karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip berasal dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2008

Dede Aulia Rahman

NRP E34104037

Page 6: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Judul Penelitian : Evaluasi Ketelitian Metode Survei Sarang Dalam Pendugaan

Ukuran Populasi Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii Groves,

2001) di Taman Nasional Tanjung Puting (Studi Kasus di Camp

Leakey, kawasan Taman Nasional Tanjung Puting Kabupaten

Kotawaringin Barat dan Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah)

Nama : Dede Aulia Rahman

NIM : E34104037

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA

NIP : 131 430 800

Mengetahui

Dekan Fakultas Kehutanan IPB,

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr

NIP : 131 578 788

Tanggal Lulus : 20 Agustus 2008

Page 7: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 januari 1987 di Bogor, Jawa Barat.

Merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara pasangan Drs. H. Komarudin Effendi

dan Hj. Unay Yulia (Alm).

Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB, Penulis

memilih program studi Konservasi Sumberdaya Hutan, Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi

kemahasiswaan yakni sebagai anggota Biro Pengembangan Sumberdaya Manusia

Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (Himakova) tahun 2005-2006,

Anggota Kelompok Pemerhati Mamalia (KPM) Tahun 2005-2008, sekretaris Biro

Informasi dan telekomunikasi Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan

(Himakova) tahun 2006-2007, panitia Gebyar KSH tahun 2006, Koordinator

Penanaman Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

(Himakova) bersama Departemen Kehutanan tahun 2006, ketua Expo Himakova

2007. Selain itu penulis juga melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di

Taman Naional Tanjung Puting (TNTP), Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan

Provinsi Kalimantan Tengah.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul Evaluasi Ketelitian Metode Survei Sarang Dalam Pendugaan

Ukuran Populasi Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii Groves, 2001) di Taman

Nasional Tanjung Puting (Studi Kasus di Camp Leakey, Kawasan Taman Nasional

Tanjung Puting Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan Provinsi Kalimantan

Tengah) dibimbing oleh Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA

Page 8: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah S.W.T atas segala

curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada

bulan April sampai Juni 2008 ini adalah evaluasi ketelitian metode survei sarang

dengan judul Evaluasi Ketelitian Metode Survei Sarang Dalam Pendugaan Ukuran

Populasi Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii Groves, 2001) di Taman Nasional

Tanjung Puting (Studi Kasus di Camp Leakey, Kawasan Taman Nasional Tanjung

Puting Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah)

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA

selaku pembimbing. Selain itu, penghargaan penulis disampaikan pula kepada Ibu

Prof. Dr. Birute Marija Filomena Galdikas selaku president OFI (Orangutan

Foundation International) atas dukungan moril dan finansial selama penulis

melakukan penelitian dan Bapak Ir. Yohanes Sudarto, MSc selaku Kepala Balai

Taman Nasional Tanjung Puting yang telah memberikan ijin dan dukungan dalam

penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, kakak

tercinta, serta seluruh keluarga besar KSH 41 atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu segala saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi upaya

pelestariaan orangutan.

Bogor, Agustus 2008

Penulis,

Page 9: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan

hidayah- Ketelitian

Metode Survei Sarang Dalam Pendugaan Ukuran Populasi Orangutan (Pongo

pygmaeus wurmbii Groves, 2001) di Taman Nasional Tanjung Puting (Studi Kasus

di Camp Leakey, Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting Kabupaten

Kotawaringin Barat dan Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah) ini dapat

diselesaikan. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Sarjana di Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Pada Kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA. Selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

Penelitian Skripsi ini melibatkan banyak pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan ungkapan rasa hormat kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. Selaku Dekan Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor atas segala fasilitas dan kesempatan belajar bagi penulis selama

menempuh studi di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni MSc.F. Selaku ketua Jurusan Program Studi

Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut

Pertanian Bogor yang telah memberikan dorongan dan semangat.

3. Ibu Prof. Birute Marija Filomena Galdikas. Selaku president OFI (Orangutan

Foundation International) atas dukungan, masukan baik moril maupun finansial

selama penulis melaksanakan penelitian

4. Bapak Ir. Yohanes Sudarto, MSc. Selaku Kepala Balai Taman Nasional Tanjung

Puting yang telah memberikan ijin dan dukungan dalam penelitian ini

5. Drs. Al Zaqie, Selaku Manager Projek OFI (Orangutan Foundation International)

atas saran dan masukan selama penulis melaksanakan penelitian

Page 10: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

6. Seluruh staf OFI (Orangutan Foundation International), Mas Fajar, Mas Ivran,

Mas Robet, Mas Adi, Mas Hendra, Mas Jikun, Mba Floren atas segala masukan

dan informasi yang diberikan selama penulis melaksanakan penelitian

7. Bang Dudin, Pak Engkot, Om Cecep, Bang Iim, Bang Kis, Bang Manto, serta

asisten lapang lainnya yang selalu siap membantu kegiatan lapang serta

memberikan masukan selama penulis melaksanakan penelitian

8. Bapak Togu, Ka Devis, Mba Isna, dan kawan-kawan Yayorin-OFUK

9. Untaian rasa syukur tiada henti kehadirat Sang Pencipta yang memberikan mama

Unay Yulia(Alm) dan papa Komaruddin Effendy sebagai orangtuaku dengan

segala kasih sayang dan pengorbanan yang tak akan dapat terbalaskan. Kakakku,

Novita Anggraeni, Dicky Rizal Samsir Alam, yang telah menjadi

teladan bagiku,

10. Semua rekan-rekan di Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata

angkatan 41 atas segala kebersamaan mengejar studi, khususnya; Citra, Yandi,

Nira, Ina, Lala, Wawa, Helu, Sukma. Semoga kita dapat meraih segala cita,

sekian kali dalam kebersamaan.

11. Jalinan persahabatan di organisasi Himakova, seperti; Ucenk, Nisa, Yosi, Fahmi,

Dita dan banyak yang lainnya termasuk hal yang menyenangkan dan terus

memotivasi untuk melakukan hal yang terbaik.

12. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga segala kelemahan dan kekurangan dari

Skripsi ini adalah tanggung jawab penulis semata. Penulis mengucapkan terima kasih

atas segala saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan Skripsi ini.

Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan menambah wawasan

ilmu bagi yang membacanya.

Bogor, Agustus 2008

Dede Aulia Rahman

Page 11: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 2

1.3 Tujuan .................................................................................................... 4

1.4 Manfaat .................................................................................................. 4

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bio-Ekologi Orangutan ....................................................................... 5

2.2 Metode Survei Sarang ............................................................................ 14

2.3 Ukuran Ketelitian .................................................................................. 17

III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu & Lokasi Penelitian .................................................................... 18

3.2 Alat & Bahan ......................................................................................... 18

3.3 Jenis Data ................................................................................................ 20

3.4 Pengumpulan Data .................................................................................. 21

3.5 Analisis Data .......................................................................................... 22

IV KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Sejarah & Status Kawasan .................................................................... 27

4.2 Kondisi Fisik .......................................................................................... 27

4.3 Kondisi Biotik ........................................................................................ 30

4.4 Gangguan Terhadap Orangutan & Pengelolaanya .................................. 35

Page 12: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Ketelitian Metode Survei Sarang ............................................................. 37

5.1.1 Kepadatan Sarang ...................................................................... 37

5.1.2 Estimasi Kepadatan Populasi Orangutan ..................................... 38

5.1.3 Ketelitian Hasil Pendugaan Kepadatan ..................................... 43

5.1.4 Permasalahan Dalam Penggunaan Metoda Survei Sarang ............. 45

5.2 Usulan Penyempurnaan Formulasi Perhitungan Kepadatan ................... 53

5.3 Struktur & Komposisi Vegetasi, Pakan Sebagai Peubah Ekologi ........... 54

5.3.1 Struktur & Komposisi Vegetasi ..................................................... 55

5.3.2 Tumbuhan Pakan Orangutan ......................................................... 58

5.3.3 Pohon Sarang & Sarang Orangutan ............................................... 62

5.3.4 Peubah Ekologi Penentu Preferensi Pohon Sarang ........................ 66

V KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 71

6.2 Saran .......................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73

LAMPIRAN ...................................................................................................... 77

Page 13: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Perbedaan bentuk morfologi dan perilaku orang utan Kalimantan (Pongo

pygmaeus wurmbii) berdasarkan kelas umur dan jenis kelamin .............. 7

2. Variasi ketahanan sarang orangutan............................................................. 13

3. Jumlah dan kepadatan sarang orangutan di areal contoh ............................ 38

4. Estimasi kepadatan populasi orangutan ...................................................... 39

5. Estimasi fluktuasi kepadatan populasi bulanan di area penelitian .............. 42

6. a. Hubungan antara ukuran populasi dengan waktu ................................... 44

b. Nilai (A-H) dan (A-H)2/H ........................................................................ 44

7. Tingkat produksi sarang orangutan ................................... 46

8. Koefisien faktor ukuran kepadatan sebenarnya ........................................ 51

9. Luas tajuk dan kerapatan pohon di tiga tipe hutan ................................. 52

10. Jumlah jenis, individu,kerapatan,frekuensi, dominansi, dan INP

pohon diketiga tipe hutan ........................................................................... 54

11. Jumlah jenis, individu,kerapatan,frekuensi, dominansi, dan INP

pohon pakan diketiga tipe hutan ................................................................. 60

12. Tinggi dan diameter pohon sarang dimasing-masing tipe hutan ................ 63

13. Tinggi sarang dimasing-masing tipe hutan .................................................. 64

14. Sumber bahan pohon sarang .................................................................... 65

15. Posisi dan kelas ketahanan sarang yang diklasifikasi

berdasar kriteria Ancrenaz et al. (,2004) .................................................. 66

Page 14: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Peta distribusi orangutan (Maple, 1980) . ..................................................... 8

2. Ilustrasi posisi sarang orangutan dalam satu pohon ..................................... 11

3. Peta lokasi area penelitian Camp Laeakey, TNTP ....................................... 19

4. Bentuk t

...................................................................................... 20

5. Gambar umur sarang berdasarkan kriteria Ancrenaz et al. (,2004) .............. 49

6. Proporsi kelas ketahanan sarang pada ketiga tipe hutan ......................... 50

7. Indeks kekayaan jenis pada tiap tingkatan pertumbuhan ....................... 57

8. Jenis-jenis pakan orangutan (Buah, daun, akar, dan kulit) ......................... 58

9. Kerapatan antara tumbuhan pakan pada berbagai tingkat pertumbuhan ..... 60

10. Jumlah individu pohon sarang dan jumlah jenisnya ..................................... 62

11. Jumlah sarang/km pada ketiga tipe hutan ..................................................... 64

Page 15: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Data pohon sarang di sepanjang transek pada berbagai tipe

habitat ............................................................................................................. 77

2..Data pohon sarang bulanan di sepanjang transek pada berbagai tipe

habitat .......................................................................................................... 95

3..Data pohon pakan disepanjang transek pada berbagai tipe habitat ................. 98

4..Data vegetasi beserta indeks nilai penting pada petak pengamatan

di beberapa tipe habitat .................................................................................. 106

5. Data cek plot keberadaan pohon sarang dengan pohon pakan ....... ................ 122

6. Analisis regresi terhadap preferensi pemilihan pohon sarang

terhadap berbagai faktor peubah ekologi ................................................... 123

Page 16: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Parameter demografi (tingkat kelahiran, kematian, sex-ratio dan ukuran serta

kepadatan populasi) merupakan komponen penting dalam mempelajari

perkembangan populasi satwaliar dan merupakan indikator kuantitatif dari

pertumbuhan suatu populasi (Dajoz 1971; Barbault 1981; Gaillard 1988, diacu dalam

Santosa 1993). Informasi ini menjelaskan berbagai hal terkait dengan faktor intrinsik

satwa yang sangat menentukan dalam keberlanjutan kehidupan suatu satwa.

Pendugaan terhadap parameter tersebut terutama jumlah dan kepadatan populasi

dapat diperoleh melalui kegiatan inventarisasi. Berbagai metode inventarisasi terus

berkembang dengan karakteristik yang khas sesuai dengan jenis satwanya masing-

masing.

Metode pendugaan populasi menggunakan sarang merupakan salah satu

metode yang digunakan untuk menduga populasi satwa di alam terutama jenis-jenis

yang memilki perilaku membuat sarang dalam aktivitas hariannya seperti orangutan

(Harrisson 1962; Schaller 1961). Orangutan membangun paling tidak satu sarang per

hari untuk beristirahat dan tidur di malam hari (Maple 1980). Bahkan jumlah sarang

yang dibangun oleh orangutan muda jauh lebih banyak karena juga digunakan

sebagai sarana bermain. Orangutan dalam membangun sarangnya tampaknya memilih

tempat yang menguntungkan dengan mempertimbangkan letak pohon berbuah

terdekat dan topografi daerah sehingga tempat bersarang terdistribusi secara acak.

Sarang orangutan tetap terlihat 2,5 bulan dengan variasi antara 2 minggu sampai 1

tahun (Rijksen 1978).

Penelitian secara intensif tentang sarang orangutan liar masih jarang

dilakukan terutama terkait besarnya tingkat ketelitian penggunaan sarang dalam

menduga populasi orangutan liar di alam. Kegiatan membangun sarang sebagai

bentuk bagian dalam perilaku orangutan terkait dengan pemenuhan kebutuhannya

akan cover dan tempat tinggal banyak dimanfaatkan oleh para peneliti untuk

Page 17: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

menduga berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan orangutan termasuk

didalamnya aspek pendugaan jumlah dan kepadatan populasi orangutan.

Beberapa penelitian tentang sarang antara lain dilakukan oleh MacKinnon

(1974), Rijksen (1978), dan Maple (1980), namun hanya dapat mengungkapkan

sedikit hal dari aspek sarang dan perilaku bersarang satwa tersebut, sehingga data

yang tersedia tentang sarang hanya dapat menjelaskan sedikit hal tentang kehidupan

orangutan di alam bebas tanpa dapat memberikan gambaran secara pasti mengenai

kuantifikasi salah satu faktor demografi satwa yang cukup penting yaitu jumlah dan

kepadatan orangutan. Sesungguhnya keberadaan sarang orangutan dapat memberikan

gambaran lebih jauh tentang kepadatan populasi dan struktur umur (Maple 1980).

Kenyataan bahwa orangutan membangun paling tidak satu sarang setiap hari

(Maple 1980) dengan aspek penggunaan sarang sebagai satu-satunya metode dalam

pendugaan ukuran ataupun kepadatan populasi orangutan dapat menjadi bahan

penelitian yang menarik dan menjadi pengantar untuk mengungkap beberapa

pertanyaan lain yang berhubungan dengan besarnya tingkat ketelitian dari

penggunaan metode ini untuk menduga ukuran populasi orangutan secara benar di

alam terutama mengenai jumlah dan kepadatannya.

1.2 Perumusan Masalah

Sarang sebagai bagian dalam perilaku harian orangutan merupakan obyek

yang dapat digunakan dalam pendugaan kepadatan populasi satwa ini. Parameter

dalam formulasi perhitungan pendugaan kepadatan (proporsi individu orangutan

membangun sarang, jumlah sarang yang dibangun orangutan per hari, laju peluruhan

sarang) yang bersifat spesifik jenis dan lokasi sering diterjemahkan sebagai sebuah

nilai general dan berakibat pada hasil pendugaan kepadatan dengan bias yang besar.

Berdasarkan jenis kelamin dan umur satwa, aktivitas harian orangutan

membangun paling tidak satu sarang setiap hari untuk beristirahat dan tidur di malam

hari berbeda satu sama lain antara satu individu dengan individu lainnya. Sampai saat

ini ukuran besarnya parameter jumlah sarang yang dibangun orangutan per hari (r)

hanya didasarkan pada nilai rata-rata dari total individu yang terdefinisi berdasarkan

Page 18: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

jenis kelamin dan kelas umur yang berbeda bukan atas dasar rataan harmonik dari

masing-masing rataan jumlah sarang per jenis kelamin dan kelas umur dengan jumlah

individu yang sama, hal ini menyebabkan bias dalam pendugaan ukuran dan

kepadatan populasi orangutan menggunakan metode sarang karena bukan didasarkan

atas keterwakilan individu dengan jenis kelamin dan umur yang berbeda dalam

proporsi yang sama

Laju peluruhan sarang yang bersifat spesifik lokasi dipengaruhi oleh berbagai

peubah ekologi yang berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya dan

memberikan implikasi pada perbedaan lamanya waktu suatu sarang dapat bertahan

sampai sarang tersebut hancur. Laju peluruhan sarang yang dibagi atas nilai

ketahanan sarang A hingga E, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap

ukuran kepadatan populasi orangutan karena nilai t didasarkan pada waktu akhir

sarang sampai sarang tersebut hancur atau berada pada kelas ketahanan sarang E.

Sehingga walaupun terdapat variasi dalam kelas ketahanan sarang, hal tersebut tidak

berpengaruh terhadap nilai t yang merupakan parameter penduga kepadatan populasi

orangutan

Peubah ekologi dominan dalam suatu lokasi yang menentukan keberadaan

suatu sarang belum sepenuhnya diterjemahkan sebagai suatu kesatuan faktor yang

dapat dijadikan informasi tambahan mengenai waktu terbaik suatu survei sarang

orangutan dapat dilakukan untuk menghindari bias yang besar.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Parameter dalam formulasi perhitungan pendugaan kepadatan populasi masih

merupakan nilai yang bersifat general dan bukan merupakan sebuah nilai yang

spesifik jenis dan lokasi

2. Adanya variasi laju peluruhan sarang yang dibagi atas nilai ketahanan sarang A

hingga E, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap ukuran kepadatan

populasi

3. Faktor peubah ekologi dominan apa yang paling mempengaruhi ukuran kepadatan

sarang dalam suatu lokasi

Page 19: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1.Mengetahui dan menganalisis tingkat ketelitian pengunaan metode sarang

dalam pendugaan ukuran populasi orangutan

2.Merumuskan alternatif penyempurnaan dalam perhitungan pendugaan populasi

orangutan dengan metode sarang terutama menyangkut jumlah dan kepadatan

populasi orangutan di alam

3.Menentukan peubah ekologi penting yang berhubungan dengan preferensi

pohon sarang sebagai dasar informasi dalam mengoptimalkan pelaksanaan

survei sarang untuk mengindari bias akibat perubahan-perubahan faktor ekologi

yang bersifat dinamis

1.4 Manfaat

Memberikan gambaran secara pasti mengenai kuantifikasi salah satu faktor

demografi satwa yang cukup penting yaitu salah satunya jumlah dan kepadatan

orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting guna menciptakan sistem pengelolaan

yang efektif dan tepat sasaran dalam menentukan kebijaksanaan kegiatan rehabilitasi

terhadap satwa tersebut dan habitatnya

Page 20: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi Orangutan

2.1.1 Klasifikasi

Primata pada awalnya dibagi secara sederhana ke dalam tiga kelompok besar

yaitu Lemur, Kera dan Monyet. Dalam perkembangannya kebutuhan untuk

mendeskripsikan secara tepat bangsa primata ini membutuhkan semacam metode

pengklasifikasian yang lebih rumit (Sanderson 1957).

Orangutan termasuk ke dalam anggota primata dan merupakan salah satu jenis

kera besar yang masih hidup saat ini. Kegiatan pengklasifikasian yang didasarkan

pada perbandingan anatomi dan imunologi memberikan petunjuk bahwa

orangutan bersama-sama dengan kera besar lainnya yaitu simpanse (Pan

traglodytes), gorila (Pan gorilla), dan banobo (Pan panisus) yang ketiganya

hidup di Afrika merupakan kerabat bangsa manusia yang paling dekat dalam

dunia hewan (Napier dan Napier 1985). Penggunaan istilah orangutan dalam

bahasa ilmiah pertama kali dilakukan oleh Tulp pada tahun 1941 dan disusul

Poirier pada tahun 1964. Linnaeus pada tahun 1760 memberi nama orangutan

dengan nama Pongo pygmaeus. Selanjutnya orangutan (Pongo pygmaeus) dibagi

ke dalam 2 sub spesies yaitu Orangutan Sumatera (Pongo pygmaeus abelii) dan

Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii). Dalam perkembangan

terakhir, kedua orangutan dinyatakan berbeda spesies (Chemnick dan Ryder

1994).

Klasifikasi orangutan menurut F.E. Poirier (1964) dalam Groves (1972)

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Pylum : Chordata

Subpylum : Vertebrata

Klas : Mamalia

Page 21: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Ordo : Primata

Subordo : Primata

Famili : Pongidae

Genus : Pongo

Spesies : Pongo pygmaeus Linneaus

Subspesies : Pongo pygmaeus abelii Lesson.,1872

: Pongo pygmaeus wurmbii Linneaus.,1760

Orangutan Kalimantan selanjutnya terbagi menjadi tiga unit taksonomi yang

berbeda (Groves 2001; Warren et al. 2001), sesuai dengan pendapat para ahli

lapangan dan rehabilitasi orangutan, yaitu :

1. Utara ke barat Kalimantan subspesies, mulai dari utara Kapuas sampai Sarawak

(Pongo pgymaeus pygmaeus)

2. Tengah Kalimantan subspesies, mulai dari selatan Kapuas sampai barat Barito

(Pongo pgymaeus wurmbii)

3. Utara ke timur Kalimantan subspesies, di Sabah dan Kalimantan Timur (Pongo

pgymaeus morio)

2.1.2 Morfologi

Orangutan digambarkan oleh Sanderson (1957) sebagai monyet berambut merah

dengan proporsi tubuh yang luar biasa, pundak sangat besar dan lebar, batang tubuh

agak panjang dan dada seperti tong, kepala luar biasa lebar, tangan memanjang

dengan jari tangan yang sangat panjang dan kecil, bisa ditautkan dengan ibu jari

sebagai pengait yang stabil ketika bergerak secara arboreal (branching), lengan

bawah lebih panjang dari lengan atas, kaki lebih pendek dari lengan, jari kaki sangat

panjang, besar dan berbentuk seperti jari tangan. Orangutan dewasa mempunyai

kantung suara (air sack) yang terdapat pada lehernya dan digunakan untuk membuat

suara panjang (long call) (MacKinnon 1971). Orangutan muda dapat bergelantungan

dibawah batang, berpegangan dengan kedua kakinya dan kadang-kadang dengan satu

kaki. Bentuk telapak kakinya mendatar, tetapi harus berjalan dengan sisi sebelah luar.

Tulang tempurung kaki belum berkembang dengan sempurna, demikian halnya

dengan tumit. Kulit badan orangutan sangat tebal dengan pori-pori yang rapat

Page 22: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

sehingga tidak banyak keringat yang dikeluarkan. Kulit tubuh orangutan muda

berwarna agak pucat dan berubah menjadi hitam setelah dewasa (Sinaga 1992).

Tulang pinggul orangutan mengalami rudimentasi sehingga seolah-olah tidak

mempunyai pinggang dan ini memungkinkan orangutan dapat bergelayutan dan

memutar badannya sampai 1800. Perut sangat buncit dan leher sangat pendek

(MacKinnon 1971). Hidung sangat pesek dan tidak mempunyai parit bibir.

Kupingnya sangat kecil dan tidak ditumbuhi oleh rambut (Maple 1980). Tabel 1 Bentuk morfologi dan perilaku Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii)

berdasarkan kelas umur dan jenis kelamin (Galdikas 1984) Kelas Umur Umur Ciri-ciri Perilaku

Bayi (infant) 0-4 tahun Warna rambut jauh lebih pucat dari hewan- tua, sangat putih di sekeliling mata dan moncong, bercak putih meliputi seluruh tubuh

Selalu berpegangan pada induknya kecuali pada waktu makan di pohon atau saat menyusu

Anak (Juvenil) 4-7 tahun Warna rambut masih lebih putih dari hewan tua, bercak-bercak putih semakin kabur

Berpindah bersama, tetapi terlepas dari pegangan induknya, menggunakan sarang bersama induknya dan masih menyusu

Remaja (Adolescent)

7-15 tahun (jantan) & 7-12 tahun (betina)

Ukuran tubuh lebih kecil dari hewan dewasa. Pada wajah jantan pra-dewasa (12-15 tahun) mulai terlihat gelap, bantalan pipi dan katong leher mulai berkembang. Ukuran tubuhnya lebih besar dari betina tetapi masih lebih kecil dari jantan dewasa

Sangat sosial, benar-benar lepas dari pegangan induknya, tetapi masih sering terlihat berpindah bersama induknya

Dewasa (Adult)

15-35 tahun (jantan)

12-35 tahun (betina)

Ukuran tubuh sangat besar, memilki bantalan pipi, kantung leher, berjanggut, kadang-kadang punggung gundul Telah beranak dan diikuti oleh anaknya

Hidup soliter, berpasangan dengan betina hanya pada saat tanggap seksual, sering mengeluarkan seruan panjang (long call). Kadang-kadang berpindah bersama betina lain, pada masa estrus berpasangan dengan jantan

Tua > 30 tahun Jantan tua

Rambut tipis dan jarang, berkeriput dalam, bantalan

Tidak mengeluarkan seruan panjang atau berpasangan

Betina tua

pipi menyusut Rambut tipis dan jarang-jarang, berkeriput

dengan betina, hidup soliter, gerakan sangat lambat Tidak lagi diikuti oleh bayi atau remaja, berpasangan tetapi tidak lagi mengandung, lebih sering bergerak di permukaan tanah di bandingkan dengan betina dewasa, gerakan lambat

Page 23: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

2.1.3 Penyebaran & Habitat

Menurut Rijksen (1978), sekarang hanya ada 2 sub-spesies orangutan yang

terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Galdikas (1984) menyatakan bahwa dari

bukti fosil pada masa Pleistocene, orangutan tersebar relatif luas di bagian China ,

Vietnam Utara, Kalimantan, Sumatera. Dan berdasarkan penggalian yang dilakukan,

kenyataan mengindikasikan bahwa penyebaran hewan ini lebih luas dimasa lampau,

bahkan mungkin meliputi seluruh jazirah Asia Tenggara (Dataran Sunda) (Rijksen

1978). Pada saat ini orangutan hanya hidup di Sumatera dan Borneo (Gambar 1)

(Maple 1980). Di Sumatera meliputi daerah dataran rendah dan hutan rawa antara lain

terdapat di sungai Simpang Kirei, Bengkuang Utara, area Kluet di bagian selatan

gunung Leuser dan Ketambe di bagian tenggara gunung Leuser (Rijksen 1978)

Gambar 1 Peta Distribusi Orangutan (Maple 1980)

Penyebaran orangutan di Kalimantan belum diketahui secara keseluruhan,

namun Solomon Muller membuat catatan pada tahun 1836-1837 bahwa orangutan

dilaporkan tersebar luas, kecuali di wilayah yang bergunung tinggi dan dataran

rendah yang padat yang dihuni oleh manusia. Orangutan lebih mudah terlihat dalam

perjalanan ke arah barat yang lebih jauh, khususnya di sekitar sungai Kahajan dan

sepanjang sungai Sampit. Orangutan juga dilaporkan ditemukan di daerah Kajan Loet

yang tidak dihuni manusia, di Apo Kayan dan di hutan gambut sepanjang jalan antara

Page 24: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Mempawah dan Pemangkat, juga di wilayah bagian utara Samarinda sampai Teluk

Sangkuriang dan perbatasan antara Koeat dan Tabalong (Meijaard et al. 2001). Di

Kalimantan Timur, orangutan dilaporkan hidup di utara sungai Mahakam, di Taman

Nasional Kutai dan pada tahun 1938 di dalam artikel berbahasa Belanda yaitu

Voorkomen on Verspreiding van eenige dier-en plantensoorten dijelaskan bahwa

orangutan terdapat di hutan-hutan rawa di daerah yang sekarang ditetapkan menjadi

salah satu taman nasional yaitu Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.

Penyebaran orangutan di Kalimantan Barat belum diketahui dengan pasti. Bahkan

sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan tidak didiami orangutan. Orangutan juga

hidup terisolir diantara Sungai Sadong dan Sungai Lepar di Serawak, dan juga di

sebelah utara dan timur Sabah termasuk di TN Kinabalu (Ensiklopedi Indonesia

1989).

Habitat primata ini di hutan hujan tropis dibagi atas beberapa tingkatan secara

vertikal, yaitu strata atas, strata pertengahan dan strata bawah yang erat hubungannya

dengan penyediaan makanan bagi primata (Rijksen 1978). Menurut Rodman (1973),

diacu dalam Sinaga (1992), suatu jenis kera akan menunjukan spesialisasi makanan,

habitat yang tertentu sebagai relung ekologi yang membedakan mikro habitat jenis

lainnya.

Rijksen (1978) melaporkan hasil penelitiannya di Ketambe bahwa

karakteristik dari habitat orangutan di daerah tersebut adalah tidak adanya dominasi

dari satu jenis pohon atau vegetasi. Stratifikasi hutan terutama terdiri dari strata B

atau C, dan pada lantai hutan terutama ditumbuhi oleh herba. Menurut Galdikas

(1984), habitat orangutan di Tanjung Puting terdapat di hutan rawa bergambut. Untuk

lokasi pembuatan sarang, orangutan lebih suka menempatkannya di daerah rawa-rawa

dan di tepi sungai karena merasa lebih aman dari gangguan manusia ataupun hewan

lainnya. Orangutan hanya bisa beradaptasi dalam suasana hutan hujan tropis klimaks.

Suasana hutan demikian mungkin sudah merupakan kebutuhan yang harus ada sejak

nenek moyangnya.

Orangutan hidup dan tersebar pada hutan-hutan primer dataran rendah sampai

hutan dataran tinggi atau pegunungan yang banyak ditumbuhi tanaman dari famili

Page 25: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Dipterocarpaceae (MacKinnon 1971, diacu dalam Rijksen 1978). Dari hasil

penelitiannya, Rijksen (1978) menyatakan struktur hutan yang dihuni orangutan

terdiri atas pohon-pohon tinggi berkisar 35-50 meter dengan tidak adanya dominasi

jenis vegetasi dan lantai hutan yang ditumbuhi oleh herba. MacKinnon (1974)

menyatakan orangutan merupakan hewan arboreal, yakni hewan yang segala

aktivitasnya dilakukan di atas pohon.

2.1.4 Perilaku Bersarang

Orangutan membangun paling tidak satu sarang per hari untuk beristirahat dan

tidur di malam hari (Maple 1980) atau 1,8 sarang per hari berdasarkan perhitungan

Rijksen (1978) dengan sebaran 0-6. Umur satwa juga merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap perilaku bersarang. Rijksen (1978) mengemukakan bahwa

o

Disamping itu sarang juga berfungsi sebagai tempat untuk kawin,

melahirkan anak, dan mengasuh anak sampai siap disapih (Galdikas 1984). Paling

tidak ada 5 kejadian kopulasi yang diamati oleh Galdikas (1984) terjadi di sarang.

Dalam membangun sarangnya, orangutan memilih tempat yang

menguntungkan dengan mempertimbangkan letak pohon berbuah terdekat dan

tofografi daerah sehingga tempat bersarang terdistribusi secara acak. Orangutan

mencari lokasi bersarang pada tempat-tempat yang dikenalinya, baik untuk digunakan

sendiri maupun untuk bersama-sama, dengan mempertimbangkan hubungan antara

posisi sarang dan keuntungan yang diperoleh (MacKinnon 1974). Menurut

MacKinnon (1974), orangutan membangun sarang pada tempat-tempat yang dapat

memberikan pandangan lebih luas ke sebagian besar areal hutan (Rijksen 1978).

Menurut MacKinnon (1974), konsentrasi sarang terutama berada pada punggung

bukit sebelah barat. Posisi ini dipilih untuk menghindari panas matahari, sebagai

pelindung dari angin malam, dan memperluas jangkauan pandangan. Faktor penentu

lainnya adalah keberadaan sarang-sarang orangutan lainnya (Rijksen 1978).

Dalam membangun sarang, orangutan selalu memilih posisi berdasarkan

struktur pohonnya, jika struktur pohon dengan cabang yang besar dan kuat orangutan

akan membangun sarang diatasnya. Posisi yang dibangun oleh orangutan antara lain :

Page 26: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

posisi sarang yang terletak di antara batang utama (posisi I), sarang yang terletak di

tengah atau di pinggir dari cabang dahan (posisi II), sarang terletak di atas puncak

pohon (posisi III), dan sarang terletak antara 2 pohon atau lebih (posisi IV) (Gambar

2) (Van Schaik dan Idrusman 1966).

Gambar 2. Ilustrasi posisi sarang Orangutan dalam satu pohon (Van Schaik dan Idrusman 1966)

Orangutan selalu berpindah-pindah dalam membuat sarangnya untuk

memudahkannya memperoleh sumber-sumber makanan yang baru. Hal ini dilakukan

karena pohon-pohon di hutan hujan tropika memiliki spesies yang beraneka ragam,

tetapi dalam jumlah yang sedikit dengan waktu berbuah yang sulit ditentukan

(Galdikas 1984). Jika suatu pohon buah dianggap paling menguntungkan, maka

orangutan akan menggunakan kembali sarangnya selama beberapa hari berturut-turut

di tempat tersebut atau kembali ke sarang-sarang tersebut dalam 2-8 bulan kemudian

Page 27: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

(Maple 1980). Orangutan sering membuat sarang untuk bermalam di dekat pohon

terakhir (MacKinnon 1974). Kadang-kadang sarang orangutan ditemukan di pohon

akar, tetapi hanya beberapa sarang harian (day-nest) yang digunakan untuk

beristirahat di siang hari untuk mempermudah proses pengumpulan buah atau untuk

bersosialisasi (Rijksen 1978). Sedapat mungkin orangutan menghindari membuat

sarang untuk tidur di pohon pakan karena resikonya terlalu tinggi mengingat pohon

pakan juga menarik perhatian satwa lain.

Tinggi sarang bergantung pada struktur hutan pada tempat tertentu, dan

umumnya berkisar antara 13-15 meter (Rijksen 1978)

Kegiatan pembuatan sarang membutuhkan waktu sekitar 2-3 menit

(MacKinnon 1974). Tahapan dalam pembuatan sarang diterangkan oleh MacKinnon

(1974) sebagai berikut :

a.Rimming. Dahan dilekukkan secara horizontal untuk membentuk lingkaran sarang

dan ditahan dengan cara melekukan dahan lain

b.Hanging. Dahan dilekukkan masuk kedalam sarang untuk membentuk mangkuk

sarang

c.Pilarring. Dahan dilekukkan kebawah sarang untuk menopang lingkaran sarang dan

memberikan kekuatan ekstra

d.Loose. Beberapa dahan diputuskan dari pohon dan diletakan kedalam dasar sarang

sebagai alas atau di atas sarang sebagai atap. Patahan dahan diperoleh dari vegetasi

yang ada di sekitarnya, bahkan sampai 15 meter jaraknya dari tempat bersarang

(Rijksen 1978).

Lama bertahan (ralative permanence) sarang bervariasi, paling tidak

berdasarkan variabel-variabel yang dikemukakan oleh Rijksen (1978) yaitu teknik

konstruksi, berat dan ukuran orangutan, suasana hati (mood) saat membangun

sarang, lokasi dan karakteristik pohon, cuaca, kemungkinan dihancurkan oleh

orangutan atau kera lain saat mencari serangga. Sarang orangutan tetap terlihat 2,5

bulan dengan variasi antara dua minggu sampai satu tahun (Rijksen 1978). Menurut

Van Schaik et al. (1994) hancur dan hilangnya sarang orangutan ditentukan oleh

faktor ketinggian tempat diatas permukaan laut, tipe hutan/habitat, begitu juga

Page 28: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, seperti : temperatur, kelembaban, dan

curah hujan (Tabel 2) Tabel 2 Variasi ketahanan sarang orangutan berdasarkan ketinggian tempat dan tipe hutan/tanah, pada beberapa daerah di kawasan Ekosistem Leuser (Van Schaik et al. (1994)

Nama tempat Tipe hutan & Tanah Ketinggian tempat (m dpl)

Ketahanan Sarang (t)

Suaq Balimbing Hutan pantai + Hutan rawa 10 69.9 Sekunder Sekunder (aluvium) 10 71.6 Sekunder-2 Hutan bekas tebangan

(berbukit rendah) 40 71.6

Pucuk Lembang Hutan bekas tebangan (aluvium)

40 71.6

Manggala Aluvium-berbukit 150 77.8 Ketambe Aluvium-berbukit 375 92.4 Bukit Lawang Dipterocarpaceae berbukit 500 101.6 Bengkung Dipterocarpaceae berbukit 700 118.3 Ketambe-2 Dataran sedang 1175 170 Mamas Dataran sedang + aluvium 1325 190.5 Ketambe-3 Pegunungan 1425 205.6 Deleng Menggaro Pegunungan 1475 213.6 Lau Kawar Pegunungan 1500 217.7

Orangutan berada di sarang untuk tidur di malam hari antara jam 18.00-19.00

dan meninggalkan sarang pada pukul 05.45 (Michael dan Crook 1973). Orangutan

cenderung akan tidur lebih awal dan bangun lebih lambat pada cuaca yang buruk

(MacKinnon 1974).

Selain aktivitas membuat sarang, Rodman (1977), diacu dalam Maple (1980)

menyatakan bahwa aktivitas harian orangutan yang utama dipenuhi oleh kegiatan

makan. Selanjutnya aktivitas istirahat, bermain-main, berjalan-jalan diantara

pepohonan dan membuat sarang merupakan kegiatan yang dilakukan dalam

persentase waktu yang relatif sedikit.

Adapun aktivitas harian orangutan selain membuat sarang dapat dirincikan

sebagai berikut :

1. Perilaku makan

Rodman (1977), diacu dalam Maple (1980) mengungkapkan bahwa aktivitas

utama harian orangutan didominasi oleh aktivitas makan (45,9%) dan istirahat

(39,2%). orangutan adalah pemakan buah-buah (frugivorous) utama, terutama buah

mangga, ara, dan durian. Menurut Galdikas (1982), orangutan di Tanjung Puting

Page 29: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

mengkonsumsi ± 200 spesies buah berbeda dan berperan sebagai agen penyebar dari

70% buah-buahan tersebut. Orangutan juga mengkonsumsi serangga (insect) seperti

semut, rayap dan lebah madu. Dimusim kemarau saat persediaan buah-buahan

menipis, orangutan memakan dedaunan, tunas, kulit kayu, kayu dan vegetasi lainnya

untuk menyeimbangkan makanannya (Napier & Napier 1985).

2. Perilaku sosial

Secara umum, orangutan bersifat semi soliter. Hal ini dipengaruhi oleh

berkurangnya predator dan distribusi makanan yang cenderung menyebar. Jantan

dewasa tidak bersikap toleran terhadap jantan dewasa lainnya. Setiap perjumpaan

antara dua jantan dewasa diakhiri dengan perkelahian atau salah satu diantaranya

menghindar. Jantan dewasa hanya berpartisipasi pada kelompok sosial terbatas dalam

kontak seksual dengan betina remaja dan dewasa (Galdikas 1985).

Sifat soliter terutama pada orangutan jantan tidak berlaku mutlak karena

berdasarkan penelitian lebih lanjut diketahui bahwa jantan dewasa menghabiskan 2%

waktunya untuk bersosialisasi dengan orangutan lainnya. Seruan panjang (long call)

yang dikeluarkan oleh orangutan jantan merupakan suatu bentuk interaksi yang

bertujuan untuk menolak orangutan jantan lainnya dan menarik orangutan betina

yang sedang birahi (Galdikas 1985).

2.2 Metode Survei Sarang

Beberapa ciri biologis ekologi orangutan (densitas relatif rendah di semua

kawasan jelajah, cenderung mengisolasi diri dan bersifat misterius atau senang

menyembunyikan dirinya), dan ciri habitat (visibilitas yang buruk di dalam hutan dan

akses darat yang sukar hampir di semua bagian jelajahnya) membuat perjumpaan

langsung dengan spesies ini amat sukar dan memakan waktu yang panjang. Akhirnya,

estimasi densitas orangutan berdasarkan pengamatan langsung sangat sulit untuk

diperoleh (tetapi lihat Blouch 1997, peneliti yang menerapkan penampakan orangutan

di sepanjang garis transek untuk mengestimasi densitas orangutan di Batang

Ai/Lanjak Entimau WS).

Page 30: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Namun demikian, semua spesies kera besar ini membuat tempat

beristirahat/sarang setiap hari, dan sarang-sarang semacam ini merupakan indikator

yang dapat dipercaya untuk mengenali keberadaan mereka di dalam hutan. Kesulitan

dalam menduga populasi secara pasti memberikan implikasi ketidak jelasan mengenai

jumlah populasi orangutan secara pasti di Sumatera dan Kalimantan. Adapun metode

yang sampai saat ini terus dikembangkan dalam rangka menduga populasi orangutan

secara viabel adalah dengan menggunakan metode sarang. Sarang-sarang ini lebih

mudah dijumpai dibanding dengan spesies itu sendiri sebab kelihatan lebih lama dan

distribusinya di semua habitat lebih seragam dibanding dengan distribusi orangutan

(Ghiglieri 1984; Van Schaik et al. 1985).

Survei sarang secara klasik dilakukan di sepanjang garis-garis transek karena

pendekatan ini memperbolehkan beberapa obyek tidak terdeteksi tanpa menyebabkan

bias utama di akhir dari estimasi densitas tersebut (Burnham et al. 1980). Berbagai

metodologi alternatif dikembangkan untuk mengestimasi densitas spesies kera besar

seperti repetead counts (penghitungan berulang), strip-transect methodology

(metodologi strip-transek) (van Schaik et al. 2005), recce-walks (White dan Edwards

2000) atau model spasial dan penginderaan jauh (Kuehl et al. in press).

Dua metode yang umum digunakan dalam pendugaan kepadatan ukuran

populasi orangutan adalah strip-transect methodology (metodologi strip-transek) dan

recce-walks (White dan Edwards 2000). Adapun prosedur kedua metode tersebut

dirincikan sebagai berikut :

1. Strip-transect methodology

Teori ini menekankan empat asumsi dasar (Burnham et al. 1980), yaitu :

Semua hewan atau obyek di atas garis transek dicatat

Obyek teramati sebelum bergerak menjauh

Pengamatan adalah kejadian independen

Jarak diukur secara tepat

Hanya dua asumsi pertama yang merupakan asumsi khusus untuk

penghitungan obyek tidak bergerak seperti sarang. Pada pelaksanaan survei,

penekanan khusus diberikan untuk memotong lurus secara acak transek-transek yang

Page 31: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

dilokasikan. Transek-transek ini dijalankan hampir tegak lurus dengan sungai-sungai

utama untuk mereduksi variasi transek antara dan untuk mendapatkan estimasi

densitas yang lebih dapat dipercaya di setiap kawasan survei (Cassey & MCardle

1999)

2. Metode Recce walks (Jejak intai)

Prinsip dasar recce walks (RWs) adalah mendapatkan jalur dengan resistensi

terkecil untuk menyeberangi hutan. Kumpulan data RW sama dengan LT kecuali

bahwa jarak tegak lurus dari sarang ke transek tidak dicatat. Oleh karena itu,

menetapkan secara langsung densitas atau kerapatan sarang dengan metode RW

adalah sangat tidak mungkin meskipun pengerjaan indeks linier dari data recce walks

adalah mudah (misalnya jumlah sarang per km perjalanan). Keunggulan metode

utama metode RW adalah cocok untuk survei cepat dan dapat menginvestigasi

kawasan yang lebih luas dibandingkan LT

Dalam pendugaan kepadatan populasi orangutan digunakan sarang sebagai

dasar dalam pendugaan dengan menggunakan bentuk transect yang memanjang

(Harrisson 1961 & Kurt 1970). Penghitungan jumlah sarang sepanjang jalur telah

digunakan untuk menaksir kepadatan populasi orangutan di daerah tertentu

(Harrisson 1961; Schaller 1961; Milton 1964; Kurt 1970, diacu dalam Rijksen 1978).

Banyaknya individu perkilometer dihitung berdasarkan persamaan :

D = (Cf x N) . L x 2w x p x r x t

Dimana :

D = Kepadatan populasi orangutan (Ind/Km2) Cf = Correction factor untuk N {Cf = 1/(1-f)} N = Jumlah sarang yang ditemukan L = Panjang jalur (Km) w = Lebar jarak efektif untuk melihat sarang (Km) p = Proporsi individu dalam satu populasi yang membangun sarang (0.9) r = Rata-rata orangutan membuat sarang dalam setiap hari (1.1) t = Durasi visibialitas sarang/ketahanan sarang (284 hari)

(Van Schaik et al. 1995; Buij et al. 2003; Morrogh-Bernard et al. 2003; Husson et al.

2002)

Page 32: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

2.3 Ukuran Ketelitian Dalam Pendugaan Populasi

Ketelitian merupakan ukuran yang menyatakan nilai viabilitas suatu hasil

pengukuran atau pengamatan. Ketelitian merupakan nilai konsistensi sebuah hasil

pengukuran baik yang dilakukan secara tunggal tanpa ulangan maupun dengan

beberapa ulangan tertentu (Davis and Winstead 1980). Tingkat ketelitian dari nilai

dugaan untuk setiap parameter di evaluasi menggunakan nilai CV, dimana semakin

besar nilai CV maka semakin rendah nilai ketelitiannya, begitu pula sebaliknya.

Beberapa peneliti (Caughley 1979; Downing 1982, Frontier 1983, diacu dalam

Santosa 1993) mengemukakan bahwa untuk penelitian-penelitian di bidang ekologi

yang dilakukan di alam, tingkat ketelitian sampai dengan 25% masih bisa ditolelir.

Nilai ketelitian mutlak di perlukan dalam pendugaan populasi orangutan

terkait kenyataan bahwa orangutan membangun paling tidak satu sarang setiap hari

(Maple, 1980) sehingga menyebabkan tingkat ketelitian dari penggunaan metode ini

masih harus dikaji lebih lanjut untuk menduga populasi aktual yang nyata di alam.

Page 33: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Camp Leakey, kawasan Taman Nasional Tanjung

Puting Kabupaten Kotawaringin Barat dan Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah

(Gambar 2). Secara keseluruhan Camp Leakey memilki luas ± 5000 ha dan

didominasi oleh hutan rawa, dan hutan hujan dataran rendah

Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan April sampai Juni

2008. Penelitian diawali dengan melakukan orientasi lapang selama 1 minggu untuk

mengenali daerah yang akan diobservasi dan membiasakan orangutan terhadap

kehadiran peneliti.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Alat Pengukuran lapangan - Peta Kerja (Skala 1:20.000) - Pita ukur biasa (1.5 meter) - Pita ukur gulung (50 meter) - Binokuler - Kompas Brunton - Alat pengukur tinggi pohon (Cristenmeter) - Peta stasiun penelitian skala 1: 250 - Flagging Tape (Kuning & Merah)

b. Kamera : untuk mendokumentasikan hasil penelitian.

c. Alat tulis

d. Tally sheet

3.2.2 Bahan

Bahan (objek) yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Orangutan

b. Sarang dan Habitatnya

Page 34: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Gambar 3. Peta lokasi area penelitian Camp Laeakey, TNTP (Galdikas 1984 ; Margianto 2002)

Page 35: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

3.3 Jenis Data Yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi :

1.Jumlah sarang pada jalur sepanjang 500 m yang tegak lurus transek utama

sepanjang 1000 m untuk masing-masing tipe vegetasi (hutan dipterocarp

dataran rendah, hutan rawa gambut, dan hutan kerangas) yang terdapat di lokasi

penelitian. Banyaknya transek untuk masing-masing tipe vegetasi, yaitu :

Hutan Dipterocarp dataran rendah : 5 transek utama sepanjang 1000 m

dengan jalur tegak lurus transek utama sepanjang 500 m (3 kiri dan 3

kanan)

Hutan Rawa gambut : 2 transek utama sepanjang 500 m dengan jalur

tegak lurus transek utama sepanjang 500 m (2 kiri dan 2 kanan)

Hutan Kerangas : 1 transek utama sepanjang 500 m dengan jalur tegak

lurus transek utama sepanjang 500 m (2 kiri dan 2 kanan)

2.Jumlah individu orangutan yang ditemukan pada jalur sepanjang 500 m yang

tegak lurus transek utama sepanjang 1000 m dan 500 m

3.Jumlah sarang yang dibuat per individu orangutan

Gambar 4 Bentuk t Mid Base Line Systematic Transect With Random Start

500 m 500-1000 m

Transek utama

150 m

Page 36: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Orientasi lapang

Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu dilaksanakan orientasi lapangan

selama ± 1 minggu. Tujuan dilaksanakannya observasi lapangan adalah untuk

mengetahui lokasi sarang dan penyebaran orangutan. Orientasi lapang juga

dimaksudkan sebagai pembiasaan bagi orangutan yang akan diamati sehingga

tidak merasa terganggu pada saat penelitian yang sebenarnya dilaksanakan

2. Perhitungan jumlah sarang per individu orangutan

Untuk mengetahui jumlah sarang per individu orangutan maka dilakukan

pengamatan dan pengukuran. Pengambilan data lapangan dilakukan dengan

menggunakan metode focal animal sampling, yakni mengikuti seluruh pergerakan

orangutan secara individu mulai dari bangun tidur hingga kembali membuat

sarang tidur dengan ulangan sebanyak 20 ulangan. Dengan metode ini maka bisa

mengetahui dan mengklasifikasikan sarang tidur serta jenis sarang lainnya

berdasarkan jenis kelamin dan kelas umur.

Pada saat mengikuti pergerakan orangutan, hal-hal yang dilakukan antara lain

: mengidentifikasi jenis kelamin dan kelas umur orangutan dengan menggunakan

binoculer, mengetahui arah pergerakan orangutan di dalam areal stasiun

penelitian dengan menggunakan kompas, mengukur jarak sarang tidur orangutan

dengan sumber pakan (pohon buah) yang terakhir dimakan, mengamati proses

pembuatan sarang tidur, memberi tanda terhadap pohon sarang tidur dengan

menggunakan label. Menarik hip-chain dengan menggunakan kompas dari pohon

sarang tidur menuju trail (jalur/rentes) terdekat, hal ini dilakukan untuk

mengetahui jarak pohon sarang ke trail dan untuk mengetahui letak pohon sarang

tidur dalam areal stasiun penelitian serta memasang pita berwarna di trail

(jalur/rentes) yang berisi informasi mengenai : jenis kelamin, kelas umur, jarak

pohon sarang tidur ke trail, nama trail.

Lokasi dan posisi sarang orangutan di pohon dicatat dengan teliti keesokan

harinya dilakukan pengukuran dan pengamatan secara fisik dan biologi.

Page 37: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

orangutan target, dibedakan berdasarkan kelas umur (anak, muda, dewasa, dan

tua) dan jenis kelamin (jantan dan betina)

3.5 Analisis Data

1.Pendugaan kepadatan populasi orangutan pada setiap jalur pengamatan dengan

metode sensus sarang dari Van Schaik. Perhitungan sarang dengan metode

tersebut adalah sebagai berikut :

Dimana :

D = Kepadatan populasi orangutan (Ind/Km2) Cf = Correction factor untuk N {Cf = 1/(1-f)} N = Jumlah sarang yang ditemukan L = Panjang jalur (Km) w = Lebar jarak efektif untuk melihat sarang (Km) p = Proporsi individu dalam satu populasi yang membangun sarang (0.9) r = Rata-rata orangutan membuat sarang dalam setiap hari (1.1) t = Durasi visibialitas sarang/ketahanan sarang (284 hari)

Durasi visiabilitas sarang/ketahanan sarang didasarkan atas umur sarang,

Ancrenaz et al. (2004) membagi umur sarang berdasarkan lima kriteria,yaitu :

Kelas A :Baru; terdapat daun-daun berwarna hijau

Kelas B :Belum lama; semua dedauan kering dan berwarna cokelat

Kelas C :Lama; sebagian daun sudah hilang, yang lainnya masih

melekat, sarang masih kokoh dan utuh

Kelas D :Sangat lama; ada lubang-lubang di bangunan sarang

Kelas E :Nyaris hilang; tinggal beberapa ranting dan cabang kayu,

bentuk asli sarang tak lagi kelihatan.

Nilai proporsi populasi orangutan yang membangun sarang adalah (p=0.9)

berdasarkan komunikasi pribadi (Galdikas 2002), karena untuk

mengantisipasi keberadaan anak yang belum mampu membangun sarangnya

sendiri.

D = (Cf x N) . L x 2w x p x r x t

Page 38: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Nilai tingkat produksi sarang yang dibangun dalam jangka waktu satu hari

(r=1,1) berdasarkan komunikasi pribadi (Galdikas 2002). Orangutan di area

penelitian Camp Leakey, selain membangun sarang di malam hari juga pada

beberapa individu juga membangun sarang di siang hari dan sarang bermain.

Nilai durasi visibialitas sarang (t=284 hari) (Morrogh-Bernard et al. 2003),

nilai ini merupakan hasil yang didapat di daerah sungai Sebangau, Kalimantan

Tengah, karena untuk Tanjung Puting sendiri hingga sekarang masih dalam

tahap pengerjaan, dengan asumsi bahwa habitat di daerah Sebangau tidak jauh

berbeda dengan Taman Nasional Tanjung Puting yaitu sama-sama habitat

berupa dataran rendah sehingga kerusakan sarang dari mulai dibuat sampai

hancur diperkirakan kurang lebih sama.

2.Fluktuasi kepadatan populasi bulanan. Analisis ini berguna bila data

kesimpulan berpasangan dalam skala sekurang-kurangnya sama atau ordinal,

dianalisis dengan menggunakan :

Dimana :

N = Banyaknya baris K = Banyaknya kolom Rj = Jumlah rangking dalam kolom j

k

j 1 = Jumlah kuadrat ranking pada semua K kolom

2 = 12 . (RJ)2 3N (k +1) N.k (k + 1)

Page 39: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

3.Analisis hubungan banyaknya sarang dengan faktor habitat di sekitar sarang.

Untuk mengetahui variabel penentu banyaknya jumlah sarang per individu

orangutan, digunakan analisis regresi linier berganda, Dimana Y merupakan

variabel terikat dan X merupakan variabel bebas, bentuk persamaannya adalah

sebagai berikut :

Dimana :

Y = Preferensi pohon sarang X1 = Tinggi pohon sarang (meter) X2 = Tinggi bebas cabang (meter) X3 = Keliling pohon sarang (centimeter) X4 = Luas tajuk pohon sarang (meter) X5 = Jarak antara pohon sarang (meter) X6 = Jarak pohon sarang dari transek (meter) X7 = Jarak pohon sarang dengan pohon pakan (meter) X8 = Jumlah jenis pohon pakan

X9 = keberadaan pohon pakan disekitar pohon sarang

4.Uji independen antara keberadaan sarang dan pohon pakan

Melihat hubungan antara keberadaan sarang dan pohon pakan, dianalisis

dengan menggunakan :

Hipotesis

H0 : Keberadaan sarang & pohon pakan saling bebas/independen

H1 : Terdapat asosiasi antara keberadaan sarang dan pohon pakan

Setiap tahap analisis dikerjakan dengan menggunakan program SPSS 14

Y = a + bX1 + cx2 + dX3 + ..........................................................+ kXn

2 = n{|a.d b.c | ½ n}2 . (a + b) (a+c) (b+d) (c+d)

Page 40: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

5. Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi dan dominansi suatu

jenis vegetasi, baik vegetasi secara keseluruhan maupun vegetasi berupa pohon

sarang. Persamaan yang digunakan yaitu :

Kerapatan jenis ke-i = Jumlah individu jenis ke-i Luas total petak contoh Kerapatan relatif = Kerapatan jenis ke-i x 100% Kerapatan total Frekuensi jenis ke-i = Jumlah petak contoh ditemukan jenis ke-i Jumlah total petak contoh Frekuensi relatif = Frekuensi jenis ke-i x 100% Frekuensi total Dominansi jenis ke-i = Lbds jenis ke-i Luas petak contoh Dominansi relatif = Dominansi jenis ke-i x 100% Dominansi total INP = KR+FR+DR (Soerianegara dan Indrawan, 1998) Luas tajuk D1+D2]2

2 Keterangan : D1 = Diameter tajuk terpanjang D2 = Diameter tajuk terpendek 6. Analisis nilai ketelitian hasil dugaan

Hasil inventarisasi orangutan dengan menggunakan metode sarang Van Schaik

dianalisis nilai ketelitiannya berdasarkan jumlah sarang dan jumlah individu

orangutan yang ditemui sepanjang transect

Ketidaktelitian = %100xxs%CV

Ketelitian = 1 CV

Dimana : n

iXX dan

1nn/)X(X

S2

i2i2

Keterangan : X = Nilai rata-rata dugaan µ = Nilai rata-rata sebenarnya s = Simpangan Baku Cv = Koefisien Variasi (%)

Page 41: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

HIPOTESIS

(FORMULASI MODIFIKASI RUMUS METODE SARANG-TRANSECT)

Hipotesis : (Modifikasi Metode Transect-Sarang)

(Cf x N) .

L x 2w x p x r x T

T : Average dari total sarang yang ditemukan dalam transect

Page 42: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Sejarah dan Status Kawasan

Taman Nasional Tanjung Puting awalnya adalah Suaka Margasatwa Tanjung

Puting, gabungan Cagar Alam Sampit dan Suaka Margasatwa

Kotawaringin, ditetapkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1936/1937

seluas 305.000 ha untuk perlindungan orangutan (Pongo pygmeus) dan bekantan

(Nasalis Larvatus).

Ditetapkan sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.

096/kpts-II/84 tanggal 12 Mei 1984. Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat

Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No. 45/kpts/IV-Sek/84 tanggal 11

Desember 1984 wilayah kerja Taman Nasional Tanjung Puting ditetapkan meliputi

areal Suaka Margasatwa Tanjung Puting dengan luas kawasan 300.040 ha. Terakhir,

melalui SK Menteri Kehutanan No. 687/kpts-II/96 tanggal 25 Oktober 1996, luas

kawasan menjadi 415.040 ha terdiri dari Suaka Margasatwa Tanjung Puting 300.040

ha, hutan produksi 90.000 ha (ex. PT Hesubazah), dan kawasan daerah perairan

sekitar 25.000 ha.

4.2 Kondisi Fisik

Geologi

Tanjung Puting, seperti halnya kebanyakan daerah berawa-rawa dataran

pantai Kalimantan, secara relatif berumur geologi muda dan daerah berawa-rawa

datar yang meluas ke pedalaman sekitar 5-20 km dari pantai mungkin hanya berumur

beberapa ratus sampai beberapa ribu tahun saja. Sebagian besar sedimen

tanah/lumpur adalah alluvial muda. Molengraaf menyatakan bahwa dataran pantai

merupakan bagian dari dataran/dangkalan sunda yang muncul ke permukaan setelah

zaman es pleistocene dan kemudian secara bertahap dipenuhi oleh sedimen dari

formasi pre-tertiary dan teriary dari Kalimantan Tengah. Bagian utara kawasan

Page 43: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

taman nasional yang mencuat beberapa meter di atas permukaan laut mungkin

merupakan bagian dari deposisi "sandstone" tertiary.

Sebagian besar perkembangan tanah sedimen atau latosol mungkin telah

terjadi selama sekitar 18.000 sampai 25.000 tahun yang lalu ketika permukaan laut

telah turun sekitar 12 meter lebih rendah dibanding permukaan laut sekarang dan

seluruh dangkalan Sunda, termasuk Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra dan

Jawa bersatu sebagai kesatuan pulau/benua yang besar serta hanya terbelah oleh

sungai-sungai yang panjang dan lebar yang mengalir dari gunung-gunung yang tinggi

menurun ke arah Laut Cina. Naiknya kembali permukaan air laut yang dimulai sekitar

18.000 tahun yang lalu kemudian menenggelamkan kembali sebagian besar

dangkalan sunda serta memisahkan daratan dari pulau-pulau yang ada sekarang

dengan laut-laut yang lebar.

Erosi lebih lanjut dari pegunungan dan tertahannya atau menggenangnya air

di daerah pantai telah menyebabkan berlangsungnya proses pembentukan rawa-rawa

dan kurang lebih 8.000-12.000 tahun yang lalu permukaan air laut naik mencapai

ketinggian permukaan seperti yang ada saat ini serta kemungkinan lebih tinggi

beberapa meter. Tepian sungai yang tinggi serta bukit-bukit pasir telah menahan

aliran-aliran sungai dan sedimentasi lumpur serta lumpur laut telah menyebabkan

terjadinya pertumbuhan (meluasnya) daratan dari dataran pantai Kalimantan. Di

Tanjung Puting sendiri terlihat adanya pertumbuhan (perluasan) daerah pantai, dan

dari perbandingan yang terlihat antara foto udara tahun 1949 dengan foto udara serta

citra satelit saat ini tampak perbedaan yang nyata pada arah tanjung serta posisi garis

pantai.

Tanah

Pada umumnya tanah di study area Camp Leakey adalah "miskin" (kurang

subur), "tercuci" berat serta kurang berkembang. Semua tanah bersifat sangat asam

dengan kisaran pH antara 3,8-5,0. Tanah-tanah sekitar anak-anak sungai dicirikan

oleh suatu lapisan "top soil" yang berwarna abu-abu kecoklatan serta suatu lapisan

"sub soil" yang lengket yang juga berwarna abu-abu kecoklatan.

Page 44: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Di rawa-rawa daerah pedalaman (daerah hulu), tanah memiliki kandungan

unsur organik yang lebih tinggi dan formasi gambut tersebar luas di banyak tempat

dengan ketebalan sampai 2 meter. Jalur-jalur tanah tinggi yang mendukung

tumbuhnya hutan tanah kering (dry land forest), meskipun banyak diantaranya telah

digarap/ditanami, memiliki kandungan pasir yang lebih tinggi, bahkan kadang-

kadang pasir kuarsa putih, namun telah tercuci sebagai akibat perubahan besi ke

senyawa-senyawa besi serta terus terlarutnya unsur-unsur ini. Secara keseluruhan

semua tanah di Taman Nasional Tanjung Puting, seperti halnya sebagian besar tanah

di Kalimantan adalah sangat tidak subur dan secara umum hanya mampu mendukung

usaha pertanian secara temporer.

Topografi

Secara umum, topografi Taman Nasional Tanjung Puting adalah datar sampai

bergelombang dengan ketinggian 0 sampai 11 meter dari permukaan laut. Di bagian

Utara, terdapat beberapa punggung pegunungan yang rendah dan bergelombang serta

umumnya mengarah ke Selatan, akan tetapi di sebelah Selatan dari Sungai Sekonyer

tidak terdapat pegunungan atau bukit. Anak-anak sungai telah terbentuk karena

terjadinya luapan air sungai pada waktu musim hujan.

Natai atau tanah tinggi banyak dijumpai di bagian tengah kawasan taman

nasional. Natai ini terisolasi oleh rawa atau danau yang besar dimana jarang dijumpai

pepohonan. Keadaan ini akan lebih tampak terutama pada musim hujan, yaitu antara

bulan Oktober sampai dengan Februari. Daerah pantai sebagian berpasir (antara

sungai Arut Tebal sampai Teluk Ranggau di bagian Barat dan Pantai Selatan) dan

sebagian berlumpur (mulai dari muara Sungai Sekonyer ke selatan sampai Sungai

Arut Tebal).

Di Tanjung Puting terjadi pendangkalan pasir dan lumpur setiap tahun dan

bergerak ke arah selatan dan barat. Beberapa daerah pantai dengan gundukan-

gundukan pasir terdapat di sekitar muara Sungai Perlu.

Hidrologi

Di dalam kawasan Taman Nasional Tanjung Puting terdapat tujuh Daerah

Aliran Sungai (DAS) dan Sub DAS yaitu DAS Sekonyer, Buluh Kecil, Buluh Besar,

Page 45: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Cabang, Perlu, Segintung dan DAS Pembuang. Dimana DAS dan Sub Das tersebut

mempunyai air yang berwarna hitam serta mengalir dari bagian utara dan tengah

kawasan taman nasional, untuk study area Camp Leakey berbatasan langsung dengan

DAS Sekonyer Kanan. Aliran sungai-sungai ini pelan dan di beberapa tempat

terpengaruh oleh adanya pasang surut. Banjir sering terjadi dan beberapa danau

sering terbentuk di daerah hulu sebagian besar terjadi pada musim hujan mulai bulan

Oktober sampai dengan April. Air tanah menjadi bagian penting dari semua habitat di

Tanjung Puting dan lebih dari 60 % kawasan taman nasional tergenang air paling

tidak selama 4 bulan setiap tahunnya.

Selama musim kemarau yang panjang, air payau dapat masuk ke daerah hulu

sejauh ± 10 km, sepanjang Sungai Sekonyer. Fluktuasi harian dari permukaan air

Sungai Sekonyer yang terkait dengan adanya pasang surut dapat diukur sampai ± 15

km dari muara. Fluktuasi musiman permukaan air di daerah rawa-rawa memiliki

variasi rata-rata antara 1,5 sampai 2 meter dan di beberapa tempat bisa mencapai 3

meter.

Iklim

Secara gasris besar kawasan Taman Nasional Tanjung Puting termasuk di

dalamnya study area Camp Leakey mempunyai curah hujan rata-rata mencapai 2.400

mm/tahun. Menurut Schmidt & Fergusson hal seperti ini termasuk dalam iklim selalu

basah type A.

4.3 Kondisi Biotik

Taman Nasional Tanjung Puting memiliki beberapa tipe ekosistem, yaitu :

1. Ekosistem hutan tropika dataran rendah

2. Ekosistem hutan tanah kering (hutan kerangas)

3. Ekosistem hutan rawa air tawar

4. Ekosistem hutan rawa gambut

5. Ekosistem hutan bakau

6. Ekosistem hutan pantai

7. Ekosistem hutan sekunder.

Page 46: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Untuk study area Camp Leakey sendiri setidak-tidaknya terdapat empat dari

tujuh tipe ekosistem yang terdapat di Taman Nasional Tanjung Puting yaitu,

ekosistem hutan tropika dataran rendah (dipterocarp dataran rendah), hutan tanah

kering (kerangas), hutan rawa gambut, dan hutan bakau.

Flora

Jenis-jenis tumbuhan yang dapat ditemui di study area Camp Leakey adalah

meranti (Shorea sp), ramin (Gonystylus bancanus), jelutung (Dyera costulata),

gaharu, kayu lanan, keruing (Dipterocarpus sp), ulin (Eusideroxylon zwageri),

tengkawang (Dracontomelas sp.), Dacrydium sp, Lithocarpus sp, Castanopsis sp,

Hopea sp,Schima sp, Melaleuca sp, Diospyros sp, Beckia sp, Jackia sp, Licuala sp,

Vatica sp, Tetramerista sp, Palaquium sp, Campnosperma sp, Casuarina sp, Ganua

sp, Mesua sp, Dactylocladus sp, Alstonia sp, Durio sp, Eugenia sp, Calophyllum sp,

Pandanus sp, Crinum sp, nipah (Nypafruticans), rotan (Calamus sp), dan Imperata

cylindrica.

Dibagian timur area terdapat hutan kerangas dan di lantai hutannya terdapat

jenis tumbuhan berupa lumut yang merupakan ciri khas dari tipe hutan ini. Hutan

rawa gambut yang tumbuhannya memiliki akar lutut, dan akar napas yang mencuat

dari permukaan air, ditemukan di bagian utara area dan di tepi sungai sekonyer kiri,

selain itu pun ditemukan jenis pemakan serangga seperli kantong semar (Nepenthes

sp). Di sepanjang tepi semua sungai di kawasan ini terdapat hutan rawa gambut

dengan jenis tumbuhan yang kompleks termasuk jenis tumbuhan merambat berkayu

yang besar dan kecil, epifit dan paku-pakuan dalam jumlah besar. Di daerah utara

menuju selatan kawasan, terdapat belukar yang luas yang merupakan areal bekas

tebangan, ladang, dan kebakaran.

Tumbuhan di daerah hulu Sungai Sekonyer terdiri atas hutan rawa yang

didominasi oleh Pandanus sp. dan bentangan (bakung) yang mengapung, seperti

Crinum sp. Hutan bakau (mangrove) yang berada di daerah pantai, dan payau yang

berada di muara sungai, tedapat nipah yang merupakan tumbuhan asli setempat.

Nipah tumbuh meluas sampai ke pedalaman sepanjang sungai. Di daerah pesisir pada

Page 47: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

pantai-pantai berpasir, banyak ditumbuhi tumbuhan marga Casuarina, Pandanus,

Podocarpus, Scaevola dan Barringtonia.

Fauna

Mamalia; Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting dihuni oleh sekitar 38

jenis mamalia. Jenis-jenis tersebut antara lain tupai (Tapala spp). tikus (Echinoserex

gymnurus), kumbang tando (Cycephalus variegates), kera buka (Tarsius bancanus),

kukang (Nyctycebus coucang), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk

(Macaca nemestrina), kelasi (Presbytis rubicunda), lutung (Presbytis cristata),

bekantan (Nasalis larvatus), owa-owa (Hylobates agilis), orangutan (Pongo

pygmaeus), trenggiling (Manis javanica), bajing (Ratuva affinis), landak (Hystrix

brachyura), beruang madu (Helarctos malayanus), berang-berang (Lutra sp), musang

(Matres flavigula), kucing batu (Felis bengalensis), macan dahan (Neofelis nebulosa),

babi hutan (Sus barbatus), kancil (Tragulus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak).

Dan mamalia air tawar seperti ikan duyung (Dugong dugon)

Burung; meskipun observasi paling akhir menunjukkan hanya 3,5% dari jenis

burung yang ada di Tanjung Puting endemik, akan tetapi Tanjung Puting secara

khusus sangat penting bagi populasi ekstensif dan keanekaragaman burung yang ada

di sana, yang mendiami habitat dataran rendah yang sangat luas, serta tidak dijumpai

di tempat lain manapun. Daftar awal (preliminary list) mencatat 200 jenis burung

hidup di kawasan taman nasional ini. Beberapa jenis yang telah tercatat misalnya "the

bornean bristlehead" atau "bald headed wood shrike" (Pityariasis gymnocephala),

dinyatakan jarang ditemukan di tempat lain di Kalimantan. Beberapa jenis lainnya,

bahkan termasuk jenis yang terancam punah.

Jenis burung yang paling penting di Taman Nasional Tanjung Puting adalah

sindanglawe (storm's stork, Ciconia stormii), yang dinyatakan termasuk dari 20 jenis

burung bangau yang paling langka di dunia (Hancock, Kushlan and Kahl, 1992) serta

dimasukkan ke dalam kategori terancam kepunahan oleh IUCN. Dikenal sebagai

burung soliter di hutan primer yang lebat dan rawa-rawa, sindanglawe sering terlihat

baik "sendirian" maupun dalam kelompok, di tepian sungai-sungai yang banyak

terdapat di Tanjung Puting, bahkan pada tengah hari. Dibanding dengan kawasan lain

Page 48: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

di Indonesia, Tanjung Puting mungkin dapat dikatakan yang memiliki densitas paling

besar. Sifat ekologis burung ini sangat mirip dengan bangau hitam (Ciconia nigra)

yang sering memadati hutan primer di Eurasia dan daerah jelajah jenis burung ini

"sympratic" dengan "wolly-necked stork" (Ciconia episcopus) yang tampaknya

berafiliasi dengan daerah-daerah terbuka. Tidak banyak diketahui mengenai makanan

sindanglawe ini, namun dikatakan bahwa cacing dan katak termasuk dalam daftar

menunya.

Beberapa jenis burung, terutama yang sebarannya luas atau yang mempunyai

habitat di hutan rawa dapat ditemukan di Danau Burung yang berlokasi di dekat

Sungai Buluh Besar. Antara lain bultok kecil (Megalaima australis), walet pantat

kelabu (Collocalia fuciphaga), tepekong kecil (Hemiprocne comata), lelayang

pasifik (Hirundo tahitica), kutilang hitam putih (Pycnonotus melanoleucos), kutilang

emas (Pycnonotus atriceps), pernah teridentifikasi di Danau Burung (Nash & Nash,

1986).

Beberapa tahun silam di Danau Burung juga tercatat keberadaan burung air,

bahkan menjadi surga bagi burung air. Tidak mengherankan jika jumlahnya dapat

mencapai ribuan dan membentuk koloni besar. Burung-burung tersebut terdiri atas

lima jenis yang berbeda, yaitu Egretta alba, Anhinga melanogaster, Ardea purpurea,

Nycticorax nycticorax, dan satu jenis "cormorant". Bahkan, menurut Nash & Nash

(1986) satu jenis burung, yaitu Egretta garzetta di Tanjung Puting hanya dapat

ditemukan di Danau Burung saja. Akan tetapi, akibat kebakaran hutan, eksploitasi

hutan, dan eksploitasi ikan yang menjadi makanan burung tersebut, saat ini sangat

sulit menemukan burung-burung air tersebut di Danau Burung.

Beberapa jenis elang juga telah teridentifikasi di kawasan Taman Nasional

Tanjung Puting seperti elang laut perut putih, elang bondol, 'black kite', elang hitam,

dan 'changeable hawk eagle'. Pada jenis elang laut perut putih (Haliaetus

leucogaster), spesies ini hanya terdapat atau teragregasi di wilayah batas-batas

terdepan pantai. Selama pemantauan di Tanjung Puting dan sekitarnya, elang laut

perut putih termasuk sarangnya terdistribusi di wilayah perifer pantai dengan laut.

Karakter pemilihan habitat disebabkan oleh pola makan spesies tersebut yang hampir

Page 49: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

100 % diambil dari laut (ikan, kerang dan ketam) dan hanya ada satu catatan sekitar

500 m dari tepi pantai di Sungai Sinthuk, Desa Kapitan, bertengger berpasangan dan

diperkirakan terdapat sarang elang laut perut putih di kawasan tersebut. Pada elang

bondol (Haliastur indus), spesies ini terdistribusi random artinya dapat dijumpai di

wilayah pesisir pantai sampai ke dalam radius 1000 m dari pantai. Tetapi, spesies ini

juga dapat dijumpai sampai ke pelosok-pelosok hutan kecuali di wilayah

pegunungan.

Berikut berapa jenis burung di Taman Nasional Tanjung Putting, antara lain:

pecuk ular (Anhinga melanogaster), cangak besar (Ardea sumatrana), kuntul putih

besar (Ergetta alba), kuntul kecil (Ergetta garzetta), bletok rawa (Buloridos striatus),

kowak malam (Nycticorax nycticorax), tamtoma kedondong hitam (Dupeter

flapicolis), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), belibis pohon (Dendrocyna

arcuata), alap-alap kelelawar (Machaerthampus alcinus), alap-alap Asia (Pernis

ptylorhynchus), elang bodol (Haliastur Indus), alap-alap sisko (Accipiter trivigatus),

alap-alap Jepang kancil (Accipiter gularis), elang garuda hitam (Ictinaetus

malayanus), elang hitam kepala kerbau (Icthyophaga ichthyaetus), elang ikan kecil

(Icthyophaga nana), baca (Spilornis cheela), elang belalang (Microhierax

fringillarius), blelang sempidan (Lophura erythrophithaima), kuau bolwer (Lophura

bulweri), kuau melayu (Polypiectron malacenses), kuau besar (Argusianus argus),

trulek pasifik (Pluvialis dominica), trinil batis merah (Tringa tetanus), camar hitam

sayap putih (Chlidonias leocopterus), rangkong kode (Anorrhinus galeritus),

rangkong tahun (Rhiticeros corugatus), dan rangkong badak (Buceros rhinoceros).

Reptil; hewan yang termasuk kategori ini kurang populer di Taman Nasional

Tanjung Puting, sehingga catatan mengenai keberadaan hewan ini pun masih sangat

terbatas. Akan tetapi, paling tidak terdapat beberapa jenis reptil yang berhasil

teridentifikasi, yaitu buaya sinyong supit (Tomistoma schlegel), buaya muara

(Crocodilus porosus), bidawang (Trionyx cartilaganeus), ular sawa (Python

reticulates), ular sendok (Naja naja), kura-kura (Testuda emys) dan biawak (Varanus

salvator)

Page 50: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Amphibi; beberapa jenis amphibi, sebetulnya terdapat di kawasan Taman

Nasional Tanjung Puting, tetapi observasi dan identifikasi terhadap amphibi belum

pernah dilakukan.

Ikan; beberapa jenis ikan juga telah teridentifikasi, mulai dari ikan yang biasa

dikonsumsi masyarakat seperti lais, toman, seluang, bakut, dan sebagainya, sampai

jenis ikan hias, seperti ikan arowana. Ikan arwana dengan penampilannya yang begitu

indah dan mempesona telah mengundang orang-orang tertentu untuk menangkap,

kemudian menjualnya. Harganya yang tinggi di pasaran, membuat bisnis penjualan

ikan arwana menjadi sesuatu yang menjanjikan. Tidak mengherankan jika keberadaan

ikan arwana semakin terancam, bukan hanya karena eksploitasi terhadap jenis ikan

ini, melainkan juga karena pencemaran sungai oleh limbah penambangan emas yang

kerap kali terjadi.

4.4 Gangguan Terhadap Orangutan dan Pengelolaanya

Kegiatan perburuan yang telah berlangsung lama sejak dahulu sangat

mengancam keberadaan dan kelestarian orangutan di alam. Namun dewasa ini adanya

penetapan Taman Nasional Tanjung Puting sebagai kawasan konservasi yang

dilindungi memberikan kemajuan dalam upaya pelestarian orangutan dikawasan ini.

Berkurangnya kegiatan perburuan dan pembukaan lahan yang dapat mengancam

populasi orangutan akibat penetapan kawasan ternyata tidak menyelesaikan

permasalahan secara menyeluruh.

Penetapan Taman Nasional Tanjung Puting sebagai kawasan konservasi yaitu

sebagai kawasan pelestarian flora dan fauna, selain juga dikembangkan sebagai

daerah kunjungan wisata memberikan dampak yang kurang baik bagi satwa yang

terdapat didalamnya, khususnya orangutan. Banyak lokasi yang mempunyai

pemandangan alam khas hutan dataran rendah yang merupakan habitat dari jenis

satwa ini. Tanjung Putting dikenal juga sebagai lokasi rehabilitasi Orangutan

Kalimantan yang pertama dibangun. Lokasi yang dapat dikunjungi untuk melihat

orangutan dan primata lain adalah Pos Tanjung Harapan, Pondok Tanggui dan Camp

Leakey.

Page 51: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Adanya kegiatan pariwisata ini secara langsung memberikan dampak terhadap

perubahan perilaku orangutan. Kegiatan feeding sebagai atraksi wisata di beberapa

kawasan seperti Camp Leakey pada kenyataanya dalam skala jangka panjang

merupakan bentuk gangguan terhadap keberadaan orangutan. Meskipun tujuan dari

kegiatan ini adalah untuk membantu orangutan rehabilitasi dalam memenuhi

kebutuhan pakan, namun sesungguhnya hal tersebut mungkin dapat berakibat buruk

terhadap penyimpangan perilaku orangutan. Orangutan menjadi ketergantungan

terhaadap manusia dan kehilangan sifat liarnya sebagai akibat pemberian pakan

secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama.

Oleh karena itu sistem pengelolaan yang baik, hendaknya dipikirkan oleh

pihak Balai Taman Nasional Tanjung Puting bersama mitra Orangutan Foundation

International (OFI), agar fungsi kawasan sebagai kawasan pelestarian tetap dapat

terjaga disamping adanya kegiatan wisata yang merupakan salah satu bentuk

pemanfaatan lain dari adanya kawasan ini

Page 52: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Ketelitian metode survei sarang

5.1.1 Kepadatan sarang

Jumlah sarang orangutan pada jalur 500 m dalam areal contoh 0,5 dan 1 km

disajikan pada (Tabel 3). Jumlah sarang orangutan bervariasi cukup tinggi. Laporan

menunjukkan bahwa disekitar sungai dibeberapa tipe habitat, jumlah sarang

orangutan berkisar antara 11-15 sarang/km dan di rawa gambut bervariasi antara 95-

100 sarang/km, sedangkan di daerah hutan bergelombang 15,9-17,5 sarang/km (Van

Schaik et al. 1995). Di Ketambe Sumatera Utara, jumlah sarang orangutan di dataran

rendah dalam transek 7500 m rata-rata 12,2 sarang/km. Berdasarkan hasil survei

sarang pada beberapa tipe habitat yang terdapat pada area penelitian Camp Leakey di

peroleh gambaran yang cukup berbeda terutama pada jumlah sarang yang terdapat di

tipe habitat berupa hutan rawa gambut. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan

ketersediaan pakan. Pakan lebih banyak ditemukan, baik jenis maupun jumlahnya

pada tipe habitat berupa hutan dipterocarp dataran rendah atau hutan dataran rendah

sehingga preferensi orangutan untuk tinggal dan menetap, dalam hal ini terkait

perilaku bersarang lebih besar pada tipe habitat berupa hutan dipterocarp dataran

rendah.

Jumlah sarang orangutan yang cukup besar pada areal penelitian Camp

Leakey dipengaruhi oleh lamanya sarang dapat bertahan (diestimasi 284 hari) dan

adanya perilaku orangutan yang bersifat nomadik dan pengembara. Dalam hal ini

60% populasi orangutan adalah nomadik, 10% pengembara, dan 30% penetap.

(Meijaard et al. 2001). Perilaku ini terlihat pada transek hasil evaluasi pengamatan

setelah 2 bulan, sarang yang banyak ditemukan adalah sarang tipe C, D, Dan E,

sedangkan untuk sarang tipe A dan B hanya ditemukan dalam jumlah yang kecil,

yaitu 2 sarang untuk tipe habitat berupa hutan kerangas, 17 sarang untuk tipe habitat

Page 53: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

berupa hutan dipterocarp dataran rendah, dan 11 sarang untuk tipe habitat berupa

hutan rawa gambut.

Keadaan ini menunjukan bahwa dalam waktu hampir 10 bulan hanya

orangutan rehabilitasi yang mendatangi areal dan membuat sarang baru karena

sebagian besar sarang baru yang diketemukan terletak tidak jauh dari camp penelitian

yang merupakan tempat tinggal sebagian besar orangutan rehabilitasi. Ada indikasi

areal ini akan dikunjungi kembali oleh orangutan liar pada saat berbagai jenis pohon

pakan memasuki musim buah. Data ini juga mengindikasikan rendahnya potensi

pakan di areal ini pada saat penelitian dilaksanakan dan luasnya daerah jelajah

orangutan yang bersifat liar. Daerah jelajah orangutan jantan dapat mencapai 5-10

km2 dan daerah jelajah betina lebih dari 3 km2 (Meijaard et al. 2001) Tabel 3 Jumlah dan kepadatan sarang orangutan di areal contoh

Tipe Habitat Jalur Ke-

Panjang transek

(km)

Total panjang

jalur (km)

Jarak dari Sungai Sekonyer Kanan

(km)

per km

jalur Hutan Kerangas 1 0.5 2 2-3.5 23 11,5 Hutan Dipterocap dataran rendah

1 1 3 1-2,5 80 26,7 2 1 3 2-3,5 79 26,3 3 1 3 2-3,5 66 22 4 1 3 4-5,5 54 18 5 1 3 6,5-8 38 12,7

Hutan Rawa gambut

1 0.5 2 0-0.6 14 7 2 0.5 2 3,5-5 36 18

5.1.2 Estimasi kepadatan populasi orangutan

Berdasarkan survei sarang orangutan di delapan transek yang mewakili areal

5,25 km2 dengan 21 km jalur pengamatan yang tersebar pada tiga tipe habitat yang

berbeda diketahui bahwa kepadatan populasi orangutan di habitat berupa hutan

kerangas 1,07 ind/km2 dengan jumlah populasi orangutan sekitar 2 individu, di

habitat berupa dipterocarp dataran rendah 2,98 ind/km2 dengan jumlah populasi

orangutan sekitar 93 individu dan di habitat berupa hutan hutan rawa gambut 1,35

ind/km2 dengan jumlah populasi orangutan sekitar 18 individu. Untuk estimasi jumlah

total populasi orangutan di study area Camp Leakey adalah 113 individu orangutan

Page 54: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Tabel 4 Estimasi kepadatan orangutan dengan metode perhitungan sarang sepanjang transek pada beberapa tipe habitat yang berbeda di study area Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah (Berdasarkan Program Distance 5.0)

Tipe Habitat AIC ESW (m)

Kepadatan Low CI High CI CV (%) Ind/km2 Ind

Hutan Kerangas 154,62 20,26 1,07 2 0,610 1,517 22,60 Hutan Dipterocarp dataran rendah

1985,88 12,76 2,98 93 2,147 3,330 11,20

Hutan Rawa Gambut

340,06 17,68 1,35 18 0,936 1,583 13,30

Total - - - 113 - - -

Angka estimasi kepadatan di study area menunjukkan bahwa hutan

dipterocarp dataran rendah memiki nilai kepadatan yang tertinggi dibandingkan

dengan hutan rawa gambut dan kerangas. Hal ini terjadi karena hutan dipterocarp

dataran rendah merupakan tipe hutan yang memilki kondisi yang lebih baik sebagai

habitat orangutan terutama berkaitan dengan tingginya ketersediaan pakan serta

keanekaragaman jenis pohon pakan orangutan, sehingga daya dukung lingkungan

untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan orangutan pada habitat ini cuikup

besar dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan populasi orangutan untuk

waktu selanjutnya.

Estimasi kepadatan yang paling rendah adalah hutan kerangas. Hal ini

dimungkinkan karena rendahnya ketersediaan pakan di tipe hutan ini walaupun pada

dasarnya pada hutan ini terdapat banyak jenis pohon pakan namun pada saat

penelitian tidak ditemukan sama sekali jenis pohon pakan yang sedang berbuah.

orangutan memilki preferensi pakan berupa buah walaupun ada jenis pakan lainnya

baik itu berupa daun, bunga, kulit kayu, tunas, jamur, rayap. Dalam hal ini 44.5% dari

seluruh aktivitas makan orangutan dihabiskan untuk mengkonsumsi jenis buah-

buahan (Galdikas 1978), sehingga jika tersedia pakan berupa buah-buahan pada tipe

habitat lain maka orangutan akan memiliki preferensi yang lebih besar untuk

mengunjungi dan tinggal serta bersarang pada tipe habitat tersebut. Kenyataan

tersebut didukung oleh pernyataan Rijksen (1978) bahwa orangutan biasanya

membangun sarang tidak jauh dari pohon pakan yang dikunjunginya.

Tingginya jumlah populasi orangutan pada tipe habitat berupa hutan

dipterocarp dataran rendah pada dasarnya dimungkinkan bukan karena besarnya

Page 55: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

proporsi tipe habitat ini dibandingkan tipe habitat lainnya secara keseluruhan,

melainkan lebih pada ketersediaan walfare factor berupa cover, shelter, maupun

pakan dengan jenis yang beranekaragam dan melimpah yang menunjang

perkembangan dan pertumbuhan populasi orangutan. (Morrogh-Bernard et al. 2003),

perbedaan kepadatan orangutan dengan sub tipe hutan yang saling berbeda

kemungkinan erat kaitannya dengan perbedaan struktur hutan dan produktivitasnya.

Lebih lanjut, Djojosudharmo dan Van Schaik (1992) menyebutkan bahwa

melimpahnya produksi buah sangat berpengaruh terhadap kelimpahan orangutan

yang menunjukan korelasi positif.

Secara umum hutan kerangas relatif kurang mendukung orangutan dalam

melakukan aktivitas harian karena jarangnya pohon-pohon dengan diameter yang

besar dan tinggi, selain itu rendahnya potensi pakan yang terdapat pada tipe hutan ini

yang dapat dilihat dari rendahnya temuan buah, baik yang terdapat di pohon maupun

di lantai hutan pada saat penelitian berlangsung memungkinkan orangutan untuk

melakukan perpindahan pada tempat lain yang masih memiliki potensi pakan yaang

cukup besar. Berdasarkan komunikasi personal dengan bapak Abdulah yang

merupakan salah satu asisten lapang berpengalaman, hal tersebut dikarenakan

kenyataan bahwa musim berbuah yang terjadi di hutan yang terdapat pada area

penelitian ini telah berlangsung sebelum penelitian dilaksanakan walaupun pada

dasarnya musim buah ini terjadi secara merata pada masing-masing tipe habitat.

Menurut Sugardjito (1995), orangutan merupakan satwa yang sangat bergantung

terhadap pohon. Tidak ada hewan besar lainnya selain orangutan yang menghabiskan

sebagian besar hidupnya, baik sebagai sumber pakan, tempat bergerak dan berpindah,

istirahat dan berbagai aktivitas lain dalam hidupnya.

Menurut Galdikas (1978), kepadatan orangutan di area penelitian Camp

Leakey berkisar antara 2-3 ind/km2, selain itu pun Zarlosa (2004) dalam penelitianya

menyebutkan bahwa kepadatan orangutan di stasiun penelitian Camp Leakey berkisar

antara 1,26-2,34 ind/km2, sedangkan di dalam penelitin ini kepadatan orangutan

berkisar antara 1,07-2,98 ind/km2 (average 2,03 ind/km2). Hasil ini menunjukan

adanya perbedaan dengan nilai kepadatan populasi sebelumnya, namun angka ini di

Page 56: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

rasa masih cukup reliable karena pada penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa

kepadatan orangutan untuk daerah di seluruh Kalimantan pada hutan dataran rendah

berkisar antara 1-2,5 ind/km2 (Marshall 2002).

Adanya perbedaan estimasi kepadatan orangutan di dalam study area di

bandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya terutama dengan nilai estimasi

kepadatan orangutan menurut Galdikas (1978), kemungkinan disebabkan oleh

terganggunya habitat orangutan akibat berbagai aktivitas manusia seperti aktivitaa

perburuan, perambahan hutan, pembakaran hutan, dan penebangan kayu secara tidak

terkendali sekurang-kurangnya sampai tahun 2001 yang berakibat langsung terhadap

menurunnya laju pertumbuhan satwa jenis ini karena pada dasarnya telah disebutkan

bahwa tidak ada hewan besar lain selain orangutan yang sangat bergantung terhadap

keberadaan hutan, dalam hal ini pepohonan yang merupakan tempat yang sebagian

besar digunakan oleh orangutan untuk menghabiskan sebagian besar hidupnya

(Sugardjito,1995).

Adanya berbagai kegiatan, seperti penebangan, perburuan, pembakaran

secara langsung berdampak terhadap adanya aktivitas perpindahan orangutan dari

area yang terganggu menuju area yang dirasakan masih cukup baik untuk dapat

mendukung kelangsungan hidupnya, baik bisa semakin menjauh dari study area atau

bahkan masuk ke dalam study area karena dianggap tidak mengalami gangguan atau

memilki sumber pakan yang berlimpah dengan kerapatan yang tinggi dan memilki

kerapatan vegetasi pendukung yang tinggi pula. Aktivitas perpindahan tersebut

mengakibatkan estimasi kepadatan orangutan berfluktuasi dan bias, terkadang dapat

tinggi, rendah, bahkan tidak ada sama sekali. Menurut Van Schaik (1995b), bahwa

jumlah populasi orangutan di suatu daerah kadang ditemukan berlimpah atau kosong

sama sekali, hal ini dipengaruhi oleh kelimpahan buah yang ada di daerah tersebut.

Kerusakan hutan akibat penebangan kayu, perambahan, dan kegiatan

pembakaran secara tidak terkendali mengakibatkan semakin berkurangnya habitat

orangutan dan berdampak negatif juga terhadap menurunnya ketersediaan pakan yang

merupakan kebutuhan dasar orangutan. Namun demikian dengan digalakkannya

program pemberantasan illegal loging dewasa ini terutama pada areal-areal

Page 57: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

konservasi membawa dampak positif bagi pelestarian orangutan, seperti halnya pada

kawasan Taman Nasional Tanjung Puting dalam hal ini termasuk didalamnya area

stasiun penelitian Camp Leakey. Walaupun pada area ini masih dapat ditemukan area

bekas tebangan (± 1-2 km dari sungai ke arah selatan camp), tetapi dari waktu ke

waktu kondisi tersebut semakin membaik karena sudah tidak ditemukan lagi aktivitas

penebangan, perburuan, dan pembakaran khususnya pada area stasiun penelitian ini.

Fluktuasi kepadatan populasi bulanan

Hasil perhitungan fluktuasi angka kepadatan bulanan didasarkan pada temuan

sarang baru pada masing-masing tipe habitat berupa hutan kerangas, dipterocarp

dataran rendah, dan rawa gambut dalam periode bulanan. Berdasarkan hasil

perhitungan diperoleh kepadatan yang cukup bervariasi antara masing-masing tipe

habitat. Ada pun fluktuasi kepadatan orangutan pada hutan kerangas 0-0,60 ind/km2,

hutan dipterocarp dataran rendah 0,24-1,08 ind/km2, dan hutan rawa gambut 1,29-

2,03 ind/km2 (Tabel 5) Tabel 5 Estimasi fluktuasi kepadatan populasi bulanan di area penelitian Camp Leakey, Taman

Nasional Tanjung Puting berdasarkan survei sarang ( Umur maksimal sarang atau t = 30 dan 31 hari)

Habitat April 2008 Mei 2008 ind/km2 CV Sarang ind/km2 CV

Hutan Kerangas 0 0 0 2 0.60 49.60 Hutan Dipterocarp dataran rendah

5 0,24 37,70 13 1,08 24,50

Hutan Rawa Gambut 4 1,29 36,50 7 2,03 40,70

Secara keseluruhan pada seluruh tipe habitat, nilai estimasi kepadatan yang

tertinggi terjadi pada bulan Mei 2008. Hasil uji Friedman untuk melihat perbedaan

fluktuasi estimasi kepadatan bulanan antara tipe habitat (kerangas, dipterocarp

dataran rendah, dan rawa gambut); menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

bermakna (N = 2 ; Asymp.Sig = 3,437 ). Hal ini berarti bahwa pemanfaatan ketiga

tipe habitat oleh orangutan tidak tergantung oleh waktu, sehingga dapat juga

dikatakan bahwa fluktuasi kepadatan populasi orangutan pada setiap bulan antara

berbagai tipe habitat mempunyai pola yang cenderung seragam. Hasil ini

Page 58: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

dimungkinkan karena kondisi habitat yang kurang lebih sama dan jarak yang saling

berdekatan serta berselang-seling antara satu tipe habitat dengan tipe habitat lainnya.

5.1.3 Ketelitian hasil pendugaan kepadatan populasi berdasarkan metode survei

sarang

Variasi dari ukuran kepadatan populasi (CV) digunakan untuk mengetahui

ketelitian pendugaan kepadatan populasi orangutan baik menurut tempat (spasial)

maupun waktu (temporal). Nilai ini akan menunjukkan konsistensi sebuah hasil

pengukuran baik yang dilakukan secara tunggal tanpa ulangan maupun dengan

beberapa ulangan tertentu (Davis and Winstead, 1980).

Variasi spasial pada populasi orangutan

Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan populasi orangutan dengan metode

perhitungan sarang sepanjang transek pada beberapa tipe habitat yang berbeda di

study area Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah

dengan menggunakan program Distance 5.0 (Tabel 4) diperoleh secara langsung nilai

CV menurut tempat (spasial) pada berbagai tipe habitat berupa hutan kerangas,

dipterocarp dataran rendah, dan rawa gambut yang cukup bervariasi satu dengan yang

lain, dimana untuk tipe hutan kerangas koefisien variasi dari pendugaan populasi

berdasarkan perhitungan sarang sebesar 22,60 %, hutan dipterocarp dataran rendah

sebesar 11,20 %, dan hutan rawa gambut sebesar 13,30 %. Walaupun demikian hasil

ini masih sangat reliable dan dapat ditolelir karena beberapa peneliti (Caughley 1979;

Downing 1982, diacu dalam Frontier 1983) mengemukakan bahwa untuk penelitian-

penelitian di bidang ekologi yang dilakukan di alam, tingkat ketelitian sampai dengan

25% masih bisa ditolelir.

Variasi temporal pada populasi orangutan

Ketelitian pendugaan ukuran populasi berdasarkan waktu (temporal)

didasarkan pada tingkat koefisien variasi ukuran populasi orangutan selama interval

waktu dari satu bulan ke bulan berikutnya, dilakukan uji Khi- 2) (Tabel 6).

Page 59: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Tabel 6a Hubungan antara ukuran populasi dengan waktu (estimasi didasarkan atas perhitungan ulang sarang dan pertambahan sarang baru pada masing-masing tipe hutan dengan menggunakan program Distance 5.0)

Waktu Kepadatan pada masing-masing tipe habitat Total Kerangas Dipterocarp Rawa Gambut

April 2008 2 (2,40)

93 (91,84)

18 (18,75)*

113

Mei 2008 3 (2,60)

98 (99,16)

21 (20,25)*

122

Total 5 191 39 235 *) Nilai Harapan

Tabel 6b Nilai (A-H) dan (A-H)2/H Waktu Kepadatan pada masing-masing tipe habitat Total

Kerangas Dipterocarp Rawa Gambut April 2008 -0,4

(0) 1,16 (0)

-0,75 (0)

0,01

Mei 2008 0,4 (0)

-1,16 (0)

0,75 (0)

-0,01

Total 0 0 0 0

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa kepadatan populasi pada masing-2 = 0 < 5,991) pada taraf

nyata 5 %. Hal ini dimungkinkan karena rendahnya ketersedian pakan sebagai akibat

dari telah lewatnya musim berbuah sehingga jumlah kunjungan orangutan pada

masing-masing tipe habitat ini menjadi berkurang dengan kecenderungan menjauhi

lokasi study area ini dan mencari habitat lain yang memilki potensi ketersediaan

pakan yang masih cukup berlimpah.

Jika kita lihat dari nilai variasi di atas, besarnya koefisien variasi baik untuk

nilai variasi spasial yang secara keseluruhan berada pada kisaran dibawah 25 %,

maupun nilai variasi temporal yang jauh berada dibawah nila 2 = 0 < 5,991 dapat

dijelaskan dengan laju temuan sarang yang cukup tinggi di dalam berbagai tipe hutan

yang berbeda pada lokasi penelitian. Hal tersebut membuktikan bahwa metode ini

merupakan suatu metode yang reliable dan baik digunakan dalam pendugaan

kepadataan populasi orangutan di alam, walaupun demikian pada dasarnya

dibutuhkan lebih banyak lagi usaha dan waktu survei sarang yang panjang untuk

memperoleh model-model kepadatan populasi dengan sensitivitas yang tinggi, dan

pendugaan nilai berbagai parameter terkait penggunaan metode ini, seperti w (lebar

jalur efektif untuk melihat sarang), p (poporsi individu dalam satu populasi yang

Page 60: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

membangun sarang), r (rata-rata orangutan membuat sarang dalam satu hari), t (durasi

visiabilitas sarang/ketahanan sarang) yang hingga sekarang masih menjadi

permasalahan dalam pendugaan kepadatan populasi.

Rendahnya variasi spasial disebabkan keberadaan orangutan tersebar pada

seluruh tipe hutan sebagai akibat waktu musim berbuah yang terjadi secara

bersamaan dan merata pada masing-masing tipe hutan sebelum penelitian

dilaksanakan. Orangutan akan cenderung berpindah pada tipe hutan lain apabila suatu

tipe hutan ditempati oleh orangutan lainnya untuk menghindari persaingan.

Tidak bervariasinya kepadatan populasi orangutan selama interval waktu satu

bulan ini kemungkinan karena jarak berbiak orangutan yang relatif lama (5 tahun),

adanya persaingan terutama antara jantan dewasa menyebabkan ukuran kelompok

dalam suatu populasi cenderung tetap, sehingga kemungkinan masuknya

anggota/individu lain dari populasi yang berbeda atau keluarnya individu dari suatu

populasi menjadi sangat kecil

Adanya permasalahan dalam pendugaan kepadatan populasi berbagai

parameter terkait penggunaan metode ini, seperti parameter berupa w (lebar jalur

efektif untuk melihat sarang), p (poporsi individu dalam satu populasi yang

membangun sarang), r (rata-rata orangutan membuat sarang dalam satu hari), t (durasi

visiabilitas sarang/ketahanan sarang) akibat masih terbatasnya informasi mengenai

berbagai parameter tersebut pada suatu lokasi yang spesifik. Penelitian mengenai

pendugaan berbagai parameter dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya,

hendaknya dilakukan sehingga informasi yang digunakan untuk pendugaan kepadatan

populasi orangutan bukan hasil pengeneralisiran

5.1.4 Permasalahan dalam penggunaan metoda survei sarang

Terdapat berbagai permasalahan dalam menaksir kepadatan orangutan dengan

metoda survei sarang, permasalahan yang terpenting adalah mengenai hasil

penaksiran yang cenderung underestimate dari populasi sarang pada transek

pengamatan yang mempengaruhi kepadatan orangutan, dan penilaian yang tidak

akurat terhadap nilai t.

1.Penaksiran proporsi membangun sarang (p) dan tingkat produksi sarang (r)

Page 61: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Persoalan kecil berhubungan dengan penilaian proporsi orangutan

membangun sarang di dalam populasi (p) dan tingkat di mana sarang diproduksi (r).

Nilai dari parameter ini tidak bersifat baku dalam suatu populasi, karena parameter

tersebut tergantung pada komposisi jenis kelamin dan umur dari populasi yang

bersangkutan pada suatu wilayah. Mackinnon (1974) memperkirakan 14% individu di

dalam suatu populasi orangutan yang terdapat di Sumatra dan Populasi orangutan di

Kalimantan tidak memilki kemampuan untuk melakukan aktivitas membuat sarang,

individu tersebut adalah bayi muda yang belum mampu membangun sarang. Hasil

terakhir menyebutkan bahwa parameter p untuk seluruh orangutan adalah 10 %

untuk individu bayi muda (Van Schaik et al. 1995; Singleton 2000).

Di samping fakta bahwa komposisi populasi yang tepat tidak banyak

diketahui untuk kebanyakan lokasi, sehingga sering terjadi kesalahan dalam menaksir

nilai p seperti yang terjadi pada lokasi dilakukannya penelitian ini dan pada akhirnya

dapat menciptakan kesalahan di dalam menduga kepadatan populasi orangutan. Sama

halnya dengan nilai parameter proporsi banyaknya individu membangun sarang

dalam suatu populasi (p), tingkat produksi sarang (r) memiliki perbedaan nilai di

dalam komposisi populasi. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap orangutan dengan

jenis kelamin dan umur yang berbeda, diperoleh hasil mengenai tingkat produksi

sarang oleh orangutan dalam satu hari di stasiun penelitian Camp Leakey, yaitu ±1,2

sarang per hari (Table 7) Tabel 7 Tingkat produksi sarang orangutan dalam satu hari No Jenis kelamin & Kelas umur Tingkat Produksi Sarang (p) 1 Betina dewasa dan bayi 2 2 Betina dewasa dan bayi 2* 3 Betina dewasa dan bayi 1 4 Betina remaja 1 5 Jantan dewasa 1 6 Jantan pradewasa 1 7 Jantan remaja 1 8 Jantan muda (anak) 2

*) 1 sarang merupakan sarang re-use

Nilai tingkat produksi sarang setiap hari yang ada sekarang hanya untuk dua

populasi orangutan Kalimantan, yaitu : 1,005 di Kinabatangan (Ancrenaz et al, 2004)

dan 1,163 di Gunung Palung (Johnson et al. 2005), sedangkan berdasarkan

Page 62: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

komunikasi pribadi (Galdikas 2002) nilai tingkat produksi sarang yang dibangun

dalam jangka waktu satu hari (r =1,1). Orangutan di area penelitian Camp Leakey,

selain membangun sarang di malam hari juga pada beberapa individu juga

membangun sarang disiang hari dan sarang bermain. Selain itu sebagai contoh pada

populasi orangutan di Ketambe, betina dewasa dengan bayi membangun sarang rata-

rata dua sarang per hari, sedangkan untuk jantan dewasa hanya 1,2 sarang per hari

(Mitra Setia, diacu dalam Van Schaik et al. 1995), dan jika dirata-ratakan maka

orangutan berdasarkan jenis kelamin dan umur dalam suatu populasi di Ketambe

mampu membangun sarangnya ± 1,7 sarang per hari (Van Schaik et al. 1995). Selain

itu adanya penggunaan sarang lama untuk digunakan kembali (re-use) sebagai sarang

tidur yang terjadi selama pengamatan berlangsung dalam penelitian akan

mempengaruhi nilai r. Dari 20 pengamatan terhadap sarang terdapat 3 kejadian

penggunaan sarang lama kembali oleh orangutan, seluruhnya dilakukan oleh

orangutan betina. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Singleton (2000) yang

menyebutkan bahwa orangutan memilki perilaku memperbaiki sarang lama dan

menggunakan sarang lama tersebut sebagai sarang tidurnya. (Van Schaik et al. 1995;

Singleton 2000) dalam hasil pengamatannya terhadap 1808 sarang dari Maret 1997 ke

Juni 1999 pada Suaq Balimbing, menyebutkan bahwa hanya 6,8% sarang dari total

sarang yang diamati yang kembali digunakan oleh orangutan (re-use), hal tersebut

menunjukan bahwa ini merupakan suatu peristiwa yang jarang, namun pada dasarnya

cukup mempengaruhi nilai kepadatan akhir yang diperoleh.

2. Penaksiran kepadatan orangutan dibawah nilai sebenarnya (underestimate)

Dalam survei sarang parameter lain yang sangat penting dalam suatu

pendugaan kepadatan orangutan yang harus ditentukan pada tiap-tiap transek terpisah

adalah lebar jarak efektif dalam transek (w) dan laju peluruhan/ketahanan sarang (t).

Permasalahan terkait kedua parameter ini dapat menghasilkan penaksiran kepadatan

yang tidak akurat. Tidak terdeteksinya sarang yang terdapat di atas transek terdekat

akan berakibat pada tingginya lebar jarak efektif (w) dan menghasilkan penaksiran

terlalu rendah, sehingga menghasilkan nilai dugaan dibawah nilai sebenarnya. Selain

itu keterbatasan pengamat untuk mengamati sarang yang terletak jauh dari transek

Page 63: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

utama akibat rapatnya penutupan tajuk pohon yang terdapat pada lokasi penelitian ini,

dan tidak terdeteksinya sarang yang terletak dekat dengan transek menyebabkan bias

dalam menduga kepadatan populasi orangutan. Sebagai konsekwensi, nilai kepadatan

yang diperoleh akan dibawah nilai sebenarnya (underestimate).

Ketahanan/laju peluruhan sarang sebagai salah satu parameter dalam

pendugaan kepadatan populasi orangutan memiliki nilai yang bervariasi antara satu

tipe habitat dengan tipe habitat lainnya. Hal tersebut memberikan implikasi terhadap

pendugaan kepadatan populasi orangutan, nilai ketahanan sarang yang underestimate

akan menyebabkan pendugaan yang overestimate, begitupun sebaliknya. Nilai

ketahanan sarang tidak dapat digeneralisir antara tipe habitat yang berbeda, oleh

karena itu nilai ketahanan sarang yang digunakan harus merupakan nilai ketahan

sarang dari suatu lokasi yang spesifik. (Van Schaik 1994) menyebutkan bahwa

hancur dan hilangnya sarang orangutan ditentukan oleh faktor ketinggian tempat

diatas permukaan laut, tipe hutan/habitat, temperatur, kelembaban, dan curah hujan.

Pembagian nilai ketahanan sarang (t) yang dilakukan (Ancrenaz et al. 2004)

yang didasarkan atas umur sarang dan perubahan bentuk fisik sarang hendaknya

ditelaah, terkait dengan formulasi yang mencantumkan nilai t sebagai waktu akhir

dari suatu sarang sampai sarang tersebut hancur, karena pada kenyataannya dalam

pendugaan kepadatan populasi orangutan dengan menggunakan metode survei

sarang, sarang yang ditemukan secara keseluruhan bervariasi mulai dari sarang baru

(kelas A) sampai sarang lama yang hampir hancur (kelas E), sehingga umur sarang

antara satu kelas dengan kelas lainnya perlu diperhitungkan, dan dicari berapa lama

waktu yang dibutuhkan oleh sarang dengan kelas umur tertentu untuk berubah ke

kelas umur berikutnya.

Page 64: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

a. (Kelas Ketahanan A) b. (Kelas Ketahanan B)

c. (Kelas Ketahanan D) d. (Kelas Ketahanan C)

e. (Kelas Ketahanan E) Gambar 5 Kelas durasi visiabilitas sarang: a. Kelas A; b. Kelas B; c. Kelas C; d. Kelas D; e.

Kelas E (Ancrenaz et al., 2004).

Bervariasinya kelas ketahanan sarang pada saat survei dilakukan tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap ukuran kepadatan populasi orangutan

karena nilai t didasarkan pada waktu akhir sarang sampai sarang tersebut hancur atau

Page 65: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

berada pada kelas ketahanan sarang E. Sehingga adanya kriteria kelas ketahanan

sarang hanya merupakan informasi mengenai setiap perubahan yang terjadi pada

bentuk dan struktur sarang. Nilai parameter t pada intinya hanya merupakan ukuran

waktu dari suatu sarang mulai terbentuk sampai sarang tersebut hancur, namun

faktanya selama kegiatan penelitian berlangsung tidak hanya ditemukan sarang

dengan kelas ketahanan E, melainkan berbagai kelas ketahanan sarang lainnya mulai

dari kelas ketahanan sarang A sampai kelas ketahanan sarang E. Oleh karena hal

tersebut peneliti memilki gagasan untuk menterjemahkan nilai t sebagai ukuran rata-

rata (average) dari berbagai kelas ketahanan sarang yang ditemukan selama

penelitian.

Gambar 6. Proporsi kelas ketahanan sarang pada ketiga tipe hutan.

Dalam menduga kepadatan populasi orangutan, pengamatan harus dilakukan

secara kontinu dalam jangka waktu tertentu terkait dengan adanya parameter

ketahanan sarang, karena pengulangan mensurvei akan menghasilkan ukuran yang

dapat digunakan untuk melihat ketepatan dari hasil dugaan yang diperoleh dari

kegiatan survei sarang dan menentukan besarnya nilai Cf dari kepadatan sarang

sebenarnya. Estimasi yang terbaik untuk laju peluruhan sarang/ketahanan sarang

adalah yang diperoleh melalui monitoring langsung keberadaan sejumlah sarang (Buij

et al. 2003; Ancrenaz et al. 2004). Monitoring atau pemantauan semacam ini

Page 66: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

membutuhkan spot-spot atau lokasi sejumlah tertentu sarang dan pengecekan pada

spot-spot tersebut mulai dari saat dibangun sampai saat dimana sarang-sarang

tersebut lenyap. Oleh karena itu dalam penelitian ini pengkalkulasian laju peluruhan

sarang secara spesifik tidak dapat dilakukan, sehingga digunakan laju peluruhan

sarang yang telah ada yaitu 284 hari. Nilai Cf ini merupakan nilai yang sangat penting

untuk memperkirakan besarnya f yang digunakan sebagai faktor pengkoreksi ukuran

kepadatan sebenarnya. Faktor koreksi diperlukan untuk menduga nilai N sebenarnya

Cf= 1/(1-f). Tabel 8 Koefisien faktor ukuran kepadatan sebenarnya

Tipe hutan Panjang transek (km)

w (m)

p r t (hari)

µ X Cf

Hutan Kerangas Hutan Dipterocarp Hutan Rawa Gambut

2 15 4

20 12.68 16.98

0,9 0.9 0.9

1.1 1.1 1.1

30 30 30

0.60 1.08 2.03

1.07 2.98 1.35

1.78 2.76 0.67

3. Permasalahan di dalam menduga laju ketahanan sarang (t)

Dari semua parameter dalam pendugaan kepadatan populasi orangutan,

parameter ketahanan sarang (t) merupakan parameter yang memiliki nilai yang

sangat bervariasi , hal ini terkait dengan berbagai faktor yang mempengaruhi

keberadaan suatu sarang untuk dapat terus bertahan sampai jangka waktu tertentu.

Adapun faktor-faktor tersebut antara lain : 1) musim, dengan berbagai macam faktor

yang mempengaruhi iklim (temperatur, kelembaban, kecepatan angin); 2) perbedaan

di dalam tujuan membangun sarang dari suatu individu orangutan; 3) kerapatan

pohon sarang (Van Schaik et al. 1995).

Oleh karena itu nilai rata-rata untuk masing-masing kelas ketahanan sarang (t)

diperlukan sehingga pendugaan kepadatan populasi orangutan tidak cenderung

underestimate atau overestimate. Parameter ketahanan sarang ini dapat diperoleh

melalui kegiatan monitoring secara berkala mulai dari sarang terlihat di bangun

sampai sarang hancur. (Kemeny et al. 1956; Van Schaik et al. 1995) memperkirakan

nilai ketahanan sarang berdasarkaan dua teknik, yaitu teknik monitoring dan teknik

acuan/matriks. Walaupun nilai ketahanan sarang yang diperoleh melalui hasil

monitoring menghasilkan nilai ketahanan sarang yang relatif lebih akurat, namun

teknik ini memerlukan periode yaang lama dalam pengumpulan datanya. Di dalam

Page 67: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

teknik acuan/matriks tidak diperlukan survei secara kontinu, dalam teknik ini hanya

diperlukan dua kali survei untuk memperoleh nilai ketahanan sarang. Teknik matriks

ini merupakan teknik yang memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi pada variasi

keteguhan sarang yang dibangun untuk tujuan sebagai sarang tidur, sarang istirahat,

dan sarang bermain (Van Schaik et al. 1995). Di dalam pendugaan kepadatan

populasi orangutan diberbagai lokasi pada ekosistem Leuser, Van Schaik et al. (1995)

memperkirakan nilai ketahanan sarang berdasarkan suatu hubungan yang bersifat

eksponen antara ketinggian dan nilai t.

4. Pendugaan lebar jarak efektif untuk melihat sarang (w)

Untuk meningkatkan ketelitian dalam menduga nilai w, transek dengan

distribusi yang tersebar dari berbagai tipe hutan disatukan berdasarkan jarak tegak

lurus pada masing-masing transek. Distribusi jarak sarang yang tegak lurus transek

dibandingkan untuk semua transeks atau kelompok transeks dengan pola distribusi

yang seragam pada tiga tipe hutan berupa hutan kerangas, dipterocarp dataran rendah,

dan hutan rawa gambut. Berdasarkan perhitungan dengan program Distance 4.0. Beta

3.0. diperoleh nilai w yang berbeda untuk masing-masing tipe hutan, untuk hutan

kerangas nilai (w = 20,26); hutan dipterocarp dataran rendah (w = 12,76), dan hutan

rawa gambut (w = 17,68). Hal ini berhubungan dengan penutupan tajuk pohon dan

kerapatan pohon yang terdapat pada masing-masing tipe hutan. Tabel 9 Luas tajuk dan kerapatan pohon di tiga tipe hutan

Tipe hutan Luas Tajuk (m2) Kerapatan (ind/ha) Hutan Kerangas 37.44 342.5 Hutan Dipterocarp dataran rendah 149.65 195 Hutan Rawa Gambut 47.59 175

Semakin luas tutupan tajuk dengan nilai kerapatan pohon yang tinggi

menyebabkan semakin rendahnya jarak pandang dan lebar jarak efektif untuk melihat

sarang. Rendahnya nilai w pada tipe hutan dipterocarp dataran rendah disebabkan

luasnya tutupan tajuk pohon dan nilai kerapatan pohon yang tinggi , dimana hal

tersebut menyebabkan rendahnya jarak pandang untuk melihat sarang yang terletak

cukup jauh dari transek sehingga menyebabkan rendahnya nilai w. Probabilitas

deteksi atau temuan sarang dihitung dengan beberapa model yang mengkombinasikan

Page 68: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

probabilitas fungsi-fungsi densitas (keseragaman, tingkat bahaya, half-normal) dan

beberapa penyesuaian (kosinus, sederhana, dan polynomial hermit) (Buckland et al.

ih untuk

tiap situs survei untuk menjamin satu keseimbangan antara kompleksitas model dan

kesanggupan untuk mendeskripsikan data (Burnham & Anderson 1998)

5.2 Usulan penyempurnaan formulasi perhitungan kepadatan

Berdasarkan permasalahan berbagai parameter dalam formulasi perhitungan

pendugaan kepadatan populasi orangutan yang telah disebutkan diatas terutama

menyangkut parameter laju pembentukan sarang per hari (r) dan laju peluruhan sarang

maka dirumuskan beberapa usulan mengenai penyempurnaan formulasi perhitungan

kepadatan ini, yaitu :

1. Laju pembentukan sarang per hari

Karakteristik ekologi baik dari tipe habitat dan jenis satwa (jenis kelamin &

kelas umur) menyebabkan perbedaan laju pembentukan sarang per hari antara satu

lokasi dengan lokasi yang lain. Parameter laju pembentukan sarang per hari

merupakan nilai tengah (rataan) harmonik dari individu-individu satwa dengan jenis

kelamin dan kelas umur yang berbeda dan bukan merupakan nilai tengah gabungan

dari jumlah sarang yang dibuat oleh masing-masing individu yang berbeda jenis

kelamin dan kelas umurnya

r = k .

2. Laju peluruhan/ketahanan sarang

Pembagian nilai ketahanan sarang (t) yang dilakukan Ancrenaz et al. (2004)

yang didasarkan atas umur sarang dan perubahan bentuk fisik sarang hendaknya

ditelaah, terkait dengan formulasi yang mencantumkan nilai t sebagai waktu akhir

dari suatu sarang sampai sarang tersebut hancur, karena pada kenyataannya dalam

pendugaan kepadatan populasi orangutan dengan menggunakan metode survei

sarang, sarang yang ditemukan selama kegiatan penelitian secara keseleruhan

bervariasi mulai dari sarang baru (kelas A) sampai sarang lama yang hampir hancur

Page 69: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

(kelas E), sehingga umur sarang antara satu kelas dengan kelas lainnya perlu

diperhitungkan, dan dicari berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sarang dengan

kelas umur tertentu untuk berubah ke kelas umur berikutnya.

Bervariasinya kelas ketahanan sarang pada saat survei dilakukan tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap ukuran kepadatan populasi orangutan

karena nilai t didasarkan pada waktu akhir sarang sampai sarang tersebut hancur atau

berada pada kelas ketahanan sarang E. Sehingga adanya kriteria kelas ketahanan

sarang hanya merupakan informasi mengenai setiap perubahan yang terjadi pada

bentuk dan struktur sarang. Nilai parameter t pada intinya hanya merupakan ukuran

waktu dari suatu sarang mulai terbentuk sampai sarang tersebut hancur, namun

faktanya selama kegiatan penelitian berlangsung tidak hanya ditemukan sarang

dengan kelas ketahanan E, melainkan berbagai kelas ketahanan sarang lainnya mulai

dari kelas ketahanan sarang A sampai kelas ketahanan sarang E. Oleh karena hal

tersebut peneliti mengusulkan untuk mendefinisikan nilai t sebagai ukuran rata-rata

(average) dari berbagai kelas ketahanan sarang yang ditemukan selama penelitian.

(Cf x N) . L x 2w x p x r x T

T : Average dari total sarang yang ditemukan dalam transect

5.3 Struktur & komposisi vegetasi, pakan sebagai peubah ekologi

Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan di tiga tipe hutan yang

terdapat di stasiun penelitian Camp Leakey ditemukan 133 spesies tumbuhan dengan

jumlah keseluruhan individu 1139 individu mulai dari tingkat pertumbuhan semai,

pancang, tiang, dan pohon (lampiran 4). Hasil analisis vegetasi (Tabel 10) Tabel 10 Jumlah jenis, individu,kerapatan,frekuensi, dominansi, dan INP untuk masing-masing

tingkat semai, pancang, tiang, pohon dimasing-masing tipe hutan No Tipe Hutan Parameter Semai Pancang Tiang Pohon Total 1 Hutan Kerangas

Jenis Individu Kerapatan Frekuensi Dominansi

35 84

21000 6,2

-

53 141

5640 11,2

-

17 31

310 2,6

4,750

37 70

175 6,5

20,613

142 326

27125 26,5

25,363 2 Hutan

Dipterocarp dataran rendah

Jenis Individu Kerapatan

18 100

25000

25 134

5360

24 43

430

35 78

195

102 355

30985

Page 70: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Lanjutan (Tabel 10) Frekuensi

Dominansi 4,1

- 6,6

- 3,9

7,548 7,1

20,482 21,7

28,03 3 Hutan Rawa

Gambut Jenis Individu Kerapatan Frekuensi Dominansi

28 78

19500 5,5

-

45 198

7920 11,8

-

15 45

450 3,3

7,602

28 137

342,5 8,5

38,601

116 458

28212,5 29,1

46,203

5.3.1 Struktur & komposisi vegetasi

Tumbuhan tingkat semai

Pada tipe hutan kerangas lebih banyak ditemukan jenis tumbuhan (35 jenis) di

tingkat semai dibandingkan pada tipe hutan dipterocarp dataran rendah (18 jenis) dan

hutan rawa gambut yang hanya ditemukan 28 jenis. Hasil analisis vegetasi secara

keseluruhan di ketiga tipe hutan (30 petak contoh) tersebut pada tingkat semai

ditemukan sebanyak 66 jenis, dengan jenis pempisang memilki kerapatan tertinggi

yaitu 5000 individu/ha. Selanjutnya jenis ubar putih (Syzygium tawaense) sebesar

3250 individu/ha, ubar (Syzygium spp) dengan nilai kerapatan sebesar 3000

individu/ha, dan ubar merah (Syzygium leucoxylon) sebesar 2750 individu/ha

Tumbuhan tingkat pancang

Sama halnya dengan tingkat pertumbuhan semai, tingkat pertumbuhan

pancang pun lebih banyak ditemukan pada tipe hutan kerangas (53 jenis)

dibandingkan dengan tipe hutan lainnya. Untuk tipe hutan dipterocarp dataran rendah

sendiri hanya ditemukan 25 jenis, dan pada tipe hutan rawa gambut ditemukan

tingkat pertumbuhan pancang sebanyak 45 jenis tumbuhan. Hasil analisis vegetasi

dari seluruh lokasi penelitian di tingkat pancang ditemukan sebanyak 94 jenis. Hasil

penelitian menunjukan bahwa pempisang merupakan jenis tumbuhan dengan

kerapatan teringgi, yaitu 1080 individu/ha. Selanjutnya jenis ubar (Syzygium spp)

dengan kerapatan 920 individu/ha, kumpang (Knema spp) dengan nilai kerapatan

sebesar 720 individu/ha, dan kumpang sarung (Knema cinerea)

Tingginya nilai kerapatan tingkat semai dan pancang pada hutan kerangas

disebabkan karena sebagian besar areal ini didominasi oleh berbagai jenis tumbuhan

yang sebagian besar masih berada pada tingkat pertumbuhan semai daan pancang

Page 71: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

dengan diameter pohon yang kecil yang merupakan salah satu ciri dari struktur dan

komposisi tumbuhan yang berada pada tipe hutan ini

Tumbuhan tingkat tiang

Hasil analisis vegetasi dari seluruh tipe hutan pada tingkat tiang ditemukan

sebanyak 48 jenis, dengan tingkat pertumbuhan tiang yang terbesar terdapat pada

hutan dipterocarp dataran rendah (24 jenis), selanjutnya 17 jenis pada hutan kerangas,

dan terakhir pada tipe hutan rawa dengan jumlah jenis sebanyak 15 jenis

Jenis bekapas (Vaticia oblongifolia) merupakan spesies yang memilki

kerapatan tertinggi, yaitu 140 individu/ha. Selanjutnya jenis blengsuit dan kumpang

(Knema spp) dengan nilai kerapatan 70 individu/ha, dan habu-habu (Symlecos

celastrifolia) 60 individu/ha.

Tinggi pohon antara 7-25 meter dengan rata-rata tinggi 16,36 meter. Bila

dilihat dari tinggi pohon, pada tipe hutan kerangas berkisar 9-21 meter (rata-rata

15,68 meter) lebih rendah dibandingkan tipe hutan rawa gambut 8-28 meter (rata-rata

17,60 meter) dan tipe hutan dipterocarp dataran rendah berkisar antara 7-20 meter

(rata-rata 15,81 meter)

Tumbuhan tingkat pohon

Analisis vegetasi seluruh tipe hutan pada tingkat pohon ditemukan sebanyak

86 jenis, dengan tingkat pertumbuhan pohon yang terbesar terdapat pada hutan

kerangas, yaitu ditemukan sebanyak 37 jenis, selanjutnya tipe hutan dipterocarp

dataran rendah dengan 35 jenis, dan hutan rawa gambut sebanyak 28 jenis.

Jenis rengas (Gluta rengas) merupakan jenis dengan kerapatan tertinggi, yaitu

sebesar 45 individu/ha. Selanjutnya jenis lanan (Shorea ovalis) sebanyak 42,5

individu/ha, bekapas (Vaticia oblongifolia) sebanyak 32,5 individu/ha, dan ketiau

(Ganua motleyana) sebanyak 27,5 individu/ha

Tinggi pohon di hutan kerangas berkisar antara 10-23 meter (rata-rata 15,83

meter)lebih rendah dari tipe hutan dipterocarp dataran rendah dengan kisaran tinggi

10-26 meter (rata-rata 18,97 meter), dan hutan rawa gambut dengan kisaran tinggi 15-

31 meter (rata-rata 24,84 meter)

Page 72: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Salah satu ukuran keanekaragaman adalah species richness (kekayaan jenis)

yaitu jumlah jenis dalam suatu komunitas (Magurran 1988, diacu dalam Santosa

1995). Dengan menghitung kekayaan jenis semua tingkatan tumbuhan berdasarkan

indeks margalef, maka hutan kerangas memiliki nilai species richness terbesar (Dmg =

12,44) lebih kaya dibandingkan hutan rawa gambut (Dmg =5,55), dan hutan dipteocarp

dataran rendah (Dmg =4,09). Berdasarkan hasil penelitian ini sarang dibangun mulai

dari tingkat pertumbuhan pancang, tiang, dan pohon, maka apabila hal tersebut

dikaitkan dengan pemilihan pohon sarang maka dengan ketersediaan jenis tumbuhan

yang ada besar kemungkinan di hutan kerangas akan lebih banyak peluang memilih

di tingkat pancang dibandingkan tipe hutan lainnya. Sama halnya dengan hutan

kerangas, tipe hutan rawa gambut tingkat pertumbuhan tumbuhan yang digunakan

sebagai pohon sarang lebih terpreferensi pada tingkat pancang, namun berbeda

dengan hutan dipterocarp peluang pemilihan sarang lebih besar pada tingkat pohon

karena dominasi pohon-pohon berdiameter besar yang menyebabkan orangutan lebih

memilih membuat sarang pada tingkat pohon.

Gambar 7 Indeks kekayaan jenis pada berbagai tingkatan pertumbuhan.

Page 73: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

5.3.2 Tumbuhan pakan orangutan

Dari hasil penelitian di 30 petak contoh yang tersebar di tiga tipe hutan yang

terdapat di stasiun penelitian Camp Leakey telah diidentifikasi 79 spesies tumbuhan

berbeda dari berbagai tingkatan yang merupakan sumber pakan bagi orangutan. Hal

tersebut berarti 91,86 % dari 86 spesies yang ditemukan diseluruh petak contoh yang

merupakan jenis tumbuhan pakan. Jumlah ini akan lebih jauh meningkat bila

identifikasi pakan dilakukan juga pada tanaman merambat yang kecil, anggrek, efipit,

pakis, dan palma. Dari 79 jenis tumbuhan (pohon) pakan orangutan yang

teridentifikasi dan sekaligus juga digunakan sebagai pohon sarang terdapat 66 jenis

atau sekitar 83,54 %. berikut contoh beberapa jenis pakan berupa buah, daun, kulit,

akar yang ditemukan dilokasi penelitian (Gambar 8)

a. Kariwaya pisang b. Habu-habu

e. Getah merah

c. Sarang rayap d. Akar lukun

Gambar 8 Jenis-jenis pakan orangutan: a.buah; b.daun; c.rayap; d. akar; e.kulit.

Jenis pakan di hutan rawa gambut pada tingkat semai lebih beragam, hal ini

dapat dilihat dari jumlah jenisnya yang cukup besar, yaitu sebanyak 28 jenis bila

Page 74: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

dibandingkan dengan hutan kerangas yang hanya ditemukan 19 jenis dan di hutan

dipterocarp dataran rendah sebanyak 12 jenis. Pada tingkat pancang, hutan rawa

gambut lebih tinggi jumlah jenis tumbuhan pakannya dengan masing-masing jumlah

jenis sebanyak 45 jenis, sementara di hutan dipterocarp dataran rendah ditemukan 18

jenis pakan tingkat pancang dan kerangas sebanyak 33 jenis pakan dari tingkat

pertumbuhan pancang. Untuk tingkat tiang dan pohon hutan dipterocarp dataran

rendah merupakan tipe hutan dengan kekayaan jenis tertinggi yaitu sebanyak 18 jenis

tingkat tiang dan 34 jenis tingkat pohon, selanjutnya hutan rawa gambut sebanyak 14

jenis tingkat tiang dan 16 jenis tingkat pohon, dan hutan kerangas sebanyak 13 jenis

tingkat tiang dan 23 jenis tingkat pohon. Bila dilihat dari kekayaan jenis berdasarkan

indeks margalef, secara keseluruhan hutan dipterocarp dataran rendah merupakan

hutan dengan kekayaan jenis yang paling tinggi dengan nilai indeks sebesar 10,25

dibanding pada tipe hutan lainnya, seperti hutan.kerangas sebesar 7,96, dan hutan

rawa gambut sebesar 9,21. Artinya secara keseluruhan bahwa ketersediaan pakan

lebih memadai jumlah jenisnya atau lebih banyak pilihannya pada hutan dipterocarp

dataran rendah dibandingkan dua tipe hutan lainnya, untuk lebih ringkasnya dapat

dilihat pada Tabel 11 Tabel 11 Jumlah jenis, individu, kerapatan, frekuensi, dominansi, dan INP untuk masing-masing

tingkat semai, pancang, tiang, pohon pakan dimasing-masing tipe hutan No Tipe Hutan Parameter Semai Pancang Tiang Pohon Total 1 Kerangas

Jenis Individu Kerapatan

19 50

12500

33 88

3520

18 35

350

23 43

107,5

93 216

16477,5 2 Dipterocarp

dataran rendah Jenis Individu Kerapatan

12 60

15000

18 89

3560

13 24

240

34 52

130

77 225

18930 3 Rawa Gambut Jenis

Individu Kerapatan

28 67

16750

45 180

7200

14 38

380

16 82

205

103 367

24535 Jenis pakan orangutan dari jenis buah-buahan merupakan jenis yang paling

disukai orangutan. Jenis buah-buahan yang paling disukai orangutan berasal dari

pohon jenis getah merah (Palaquium borneensis), pempaning (Luthocarpus spicatus),

nyatuh (Palaquium rostratum), luwing (Dipterocarpus grandiflorus), kemanjing

(Garcinia dioica)

Page 75: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

a. Kerapatan vegetasi dan pakan b.Kerapatan vegetasi dan pakan

Tingkat semai Tingkat pancang

c. Kerapatan vegetasi dan pakan d.Kerapatan vegetasi dan pakan Tingkat tiang Tingkat pohon

Gambar 9 Kerapatan antara tumbuhan pakan pada berbagai tingkat pertumbuhan: a. Semai; b. pancang; c. Tiang; d. pohon

Tumbuhan pakan merupakan salah satu komponen biotik dari habitat

orangutan yang sangat penting untuk menunjang hidup dan kehidupan sebagaimana

bagi mahluk herbivora lainnya. Hal ini dikarenakan pakan bisa merupakan faktor

pembatas bagi perumbuhan populasi satwaliar termasuk orangutan. Oleh karena itu

dari hasil analisis vegetasi untuk jenis pakan, dapat dilihat bahwa hutan dipterocarp

dataran rendah dibandingkan hutan rawa gambut dan hutan kerangas merupakan tipe

Page 76: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

hutan yang menyediakan pakan dalam jumlah dan jenis yang beranekaragam

sehingga hal tersebut berimplikasi pada besarnya tingkat preferensi orangutan untuk

hidup dan tinggal pada tipe hutan itu termasuk didalamnya aktivitas membuat sarang

yang merupakan indikator utama keberadaan orangutan dan dapat dijadikan sebagai

objek untuk menduga populasi orangutan di alam. Sehingga pada dasarnya hal

tersebut dapat menjawab mengapa kepadatan populasi orangutan pada hutan

dipterocarp dataran rendah lebih tinggi dibandingkan pada hutan lainnya, dan menjadi

informasi tambahan untuk mengetahui kapankan sebaiknya suatu survei sarang

orangutan dilakukan agar pendugaan kepadatan populasi orangutan tidak menjadi

bias, karena secara garis besar terdapat hubungan antara vegetasi secara keseluruhan,

pohon pakan, dan pohon sarang itu sendiri

5.3.3 Pohon sarang dan sarang orangutan

5.3.3.1 Pohon sarang

Pohon sarang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pohon dimana

ditemukan sarang orangutan diatasnya. Pohon sarang yang diperoleh dapat memilki

satu sampai tiga buah sarang, baik itu sarang lama, sarang baru atau sarang lama yang

digunakan kembali (re-use) dan masih terlihat rekonstruksinya. Dalam penelitian ini

telah diidentifikasi 372 pohon sarang dari 88 jenis pohon berbeda yang menyangga

393 buah sarang. Di hutan kerangas ditemukan 23 pohon sarang (13 jenis), hutan

dipterocarp dataran rendah terdapat 298 pohon sarang (54 jenis), dan hutan rawa

gambut ditemukan 51 pohon sarang (21 jenis) (Gambar 10)

Page 77: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Gambar 10 Jumlah individu pohon sarang dan jumlah jenisnya.

Di hutan kerangas dari 13 jenis pohon sarang, jenis habu-habu (Symlecos

celastrifolia) dan raribu (Ligodium microphyllum) paling banyak dipilih (3 individu),

sedang pada hutan dipterocarp dataran rendah dari 54 jenis pohon sarang, jenis

pempaning buah kecil (Luthocarpus spicatus) merupakan jenis yang paling banyak

dipilih untuk digunakan sebagai pohon sarang yaitu 38 individu, jenis ubar (Syzygium

spp) yaitu sebanyak 24 individu. Sementara pada tipe hutan rawa gambut terdapat 21

jenis pohon sarang yang diidentifikasi dengan jenis puak (Artocarpus anisophyllus)

yang merupakan jenis yang paling banyak dipilih yaitu sebanyak 6 indivdu, jenis

poga punai (Santiria laevigata) sebanyak 4 individu

Secara keseluruhan dari 88 jenis pohon sarang yang diidentifikasi, jenis

pempaning buah kecil (Luthocarpus spicatus) paling banyak digunakan sebagai

pohon sarang (41 pohon) dengan jumlah sarang 56. Selanjutnya jenis ubar (Syzygium

spp) sebanyak 33 pohon dan habu-habu (Symlecos celastrifolia) sebanyak 20 pohon.

Jumlah pohon sarang berikut jumlah sarang yang ditemukan dapat dilihat pada

(Lampiran1)

Pohon sarang yang ditemukan di hutan kerangas bervariasi ketinggiannya,

yaitu antara 12-21,5 meter dengan rata-rata tinggi pohon sarang 10,17 meter,

sementara diameter bervariasi mulai dari 8,47-30,99 centimeter dengan rata-rata

Page 78: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

diameter 11,35 centimeter. Pada hutan dipterocarp dataran rendah pohon sarang

memilki ketinggian berkisar antara 9-24 meter dengan rata-rata ketinggian 17,26

meter, sedang diameternya berkisar antara 3,50-44,62 centimeter dengan rata-rata

16,66 centimeter. Pada hutan rawa gambut ketinggian berkisar antara 10-28 meter

dengan rata-rata 17,08 meter, dan diameternya berkisar antara 5,41-81,69 centimeter

dengan rata-rata 21,70 centimeter. Secara ringkas dapat dilihat pada (Tabel 12)

berikut Tabel 12 Tinggi dan diameter pohon sarang dimasing-masing tipe hutan

Tipe hutan Tinggi pohon sarang Diameter pohon sarang Min Maks Rata2 Min Maks Rata2

Hutan Kerangas Hutan Dipterocarp Hutan Rawa Gambut

12

9

10

21,5

24

28

10,17

17,26

17,08

8,47

3,50

5,41

30,99

44,62

81,69

11,35

16,66

21,70 5.3.3.2 Sarang orangutan

Bersarang meliputi kegiatan pematahan, pelekukkan cabang-cabang dan/atau

ranting tumbuhan untuk membuat sarang tidur, istirahat, dan sarang bermain, serta

pembuatan struktur alas untuk tempat makan atau pelindung tubuh dan bagian atas

untuk melindungi kepala dari air hujan (Galdikas 1978)

Jumlah sarang yang ditemukan dalam penelitian ini adalah 393 sarang yang

tersebar di ketiga tipe hutan dengan masing-masing tipe hutan berupa hutan kerangas

sebanyak 11,5 sarang/km, hutan dipterocarp dataran rendah sebanyak 21,13

sarang/km, serta hutan rawa gambut sebanyak 12,5 sarang/km (Gambar 11)

Page 79: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Gambar 11 Jumlah sarang/km pada ketiga tipe hutan.

Tinggi sarang di hutan kerangas berkisar antara 6-24,5 meter dengan rata-rata

16,45 meter. Di hutan dipterocarp dataran rendah berkisar antara 0,53-24 meter

dengan rata-rata 14,83 meter dan hutan rawa gambut dengan tinggi berkisar antara 6-

26 meter dengan rata-rata tinggi, yaitu 15 meter (Tabel 13). Rata-rata tinggi sarang

pada hutan dipterocarp dataran rendah dan rawa gambut masuk dalam range yang

disebutkan dalam Rijksen (1978), bahwa tinggi sarang untuk orangutan Kalimantan

umumnya adalah 13-15 meter, namun pada dasarnya hal tersebut tergantung pada

struktur hutan itu sendiri Tabel 13. Tinggi sarang dimasing-masing tipe hutan

Tipe hutan Tinggi sarang Min Maks Rata2

Hutan Kerangas Hutan Dipterocarp Hutan Rawa Gambut

6

0,53

6

24,5

24

26

16,45

14,83

15 Dalam penelitian ini teramati 26 sarang yang material sarangnya berasal dari

pohon yang berbeda, 21 buah dari 2 pohon berbeda, 4 buah dari 3 pohon berbeda dan

1 buah sarang dari 5 pohon yang berbeda (Tabel 14)

Page 80: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Tabel 14 Sumber bahan pohon sarang No Jenis pohon Asal jenis pohon & bahan sarang

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Habu-habu Idur beruang Penseluangan Penseluangan Kayu gading Jane Damar batu Penseluangan Jejantik Poga punai Kumpang Pempaning Tunding damak Habu-habu Tetugal Ubar Banitan Meranti Ubar merah Ubar Semonga Jejantik Bekapas Semonga Pakit Limbuan

2 2 2 2 2 2 3 5

2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2

Habu-habu, Raribu Idur beruang, habu-habu Penseluangan, meranti Penseluangan, semonga Kayu gading, raribu Jane, ketikal Damar batu, kumpang, penseluangan Penseluangan, kumpang, rurangan, kedongdong hutan, ubar minyak Jejantik, limbuan Poga punai, semonga Kumpang, keranji Pempaning, raribu, habu-habu Tunding damak, sesambil Habu-habu, bedaru Tetugal, sesambil Ubar, habu-habu Banitan, habu-habu, kumpang Meranti, daun salam, penseluangan Ubar merah, penseluangan Ubar, meranti Semonga, poga beruang Limbuan, jejantik Bekapas, penseluangan Semonga, tetugal Pakit, sintu Limbuan, bekapas

Umumnya sarang yang ditemukan sudah tidak baru lagi, ada beberapa sarang

baru yang masih memperlihatkan daun-daun yang masih berwarna hijau, namun ada

pula sarang yang pondasi dan daunnya sudah lama, berwarna cokelat kering dan

bercampur dengan daun-daun yang masih berwarna hijau diatasnya. Kualitas sarang

dikelompokan dalam kelas berdasarkan kriteria seperti ditunjukan dalam (Tabel 15)

Orangutan membangun sarang tidur baru setiap hari, disamping sarang

lainnya untuk dipergunakan sebagai sarang istirahat atau bermain khusus pada

orangutan remaja dan anak. Namun kadang ditemukan juga orangutan menggunakan

sarang lamannya dengan cara merekonstruksi bagian sarang sebelah dalam/ranting

yang bahkan diambil dari jarak 15-30 meter. Fakta juga dikuatkan dengan apa yang

disebutkan oleh Rijksen (1974) bahwa orang utan menggunakan sarang lama dan ini

biasanya setelah periode 2-8 bulan karena adanya pohon berbuah yang disukai.

Page 81: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Posisi sarang di pohon sarang diamati dan dibagi-bagi berdasarkan kriteria

letak sarang dalam pohon sarang. Sebagian besar letak pohon sarang berada pada

batang utama dengan percabangan sebanyak 172 sarang, sarang terletak

dipertengahan atau dipinggir percabangan sebanyak 128 sarang, sarang terletak di

puncak pohon atau top kanopi sebanyak 63 sarang, dan sarang terletak diantara dua

cabang atau lebih yang berasal dari pohon lain sebanyak 26 sarang (Tabel 15). Tabel 15. Posisi dan kelas ketahanan sarang yang diklasifikasi berdasar kriteria

Kelas ketahanan Jumlah % Posisi sarang Jumlah % A B C D E

9 45

109 124 106

2,33 11,37 27,91 31,01 27,39

I II III IV

174 130 63 26

44,22 32,90 16,20 6,68

Total 393 100 Total 393 Keterangan : Kelas ketahanan A (segar/baru, daun hijau), B (masih utuh, warna daun

berubah kecoklatan), C (daun kecoklatan dan sarang berlubang), D (sarang/daun hampir habis dan berantakan), E (sarang tinggal kerangkanya); Posisi saran I (dengan cabang utama), II (antara dua cabang pohon yang sama), III (di puncak pohon/top kanopi), IV (pertemuan cabang/tajuk dari pohon yang berbeda)

5.3.4 Peubah Ekologi Penentu Preferensi Pohon Sarang

Faktor yang diidentifikasi sebagai peubah ekologi yaang diduga

mempengaruhi frekuensi keberadaan sarang pada berbagai tipe hutan (pohon sarang)

yang dipilih dan dimasukan kedalam persamaan regresi adalah meliputi data tinggi

pohon, tinggi bebas cabang, diameter pohon sarang,luas tajuk pohon sarang, jarak

antara pohon sarang, jarak pohon sarang dari transek, jarak pohon sarang dengan

pohon pakan, jumlah jenis pohon pakan, keberadaan pohon pakan disekitar pohon

sarang

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan

software SPSS 14.0., diperoleh persamaan untuk hutan kerangas Y = 1,29 + 0,0024

X1 - 0,0209 X2 - 0,00346 X3 + 0,00230 X4 - 0,00004 X5 + 0,00334 X6 + 0,0161 X7 +

0,0107 X8 + 0,0232 X9, hutan dipterocarp dataran rendah Y = 0,962 + 0,00302 X1 -

0,00385 X2 + 0,00165 X3 + 0,000024 X4 - 0,00802 X5 + 0,00531 X6 + 0,00177 X7 +

0,0163 X8 + 0,0229 X9, hutan rawa gambut Y = 0,942 - 0,0006 X1 + 0,0016 X2 -

0,00043 X3 + 0,00143 X4 + 0,0009 X5 - 0,00148 X6 + 0,0034 X7 + 0,0212 X8 + 0,076

Page 82: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

X9 (Lampiran 6). Perolehan persamaan untuk tiap tipe hutan tersebut berikut

analisisnya dapat dibahas sebagai berikut.

Setelah dilakukan analisis faktor-faktor (ada sembilan faktor dari X1 sampai

dengan X9) yang digunakan dalaam penentuan preferensi pohon sarang, maka akan

dibuang faktor X yang dianggap sejenis atau tidak mempunyai hubungan kuat

dengan Y. Hanya X yang bernilai diatas 0,50 yang digunakan. Faktor-faktor yang

terpilih tersebut (langkah stepwise) dimasukkan kedalam persamaan regresi linier,

sehingga diperoleh faktor yang paling penting dan mempengaruhi keberadaan sarang

orangutan pada suatu pohon sarang yang tersurvei (p < 0,05), yaitu sebagai berikut :

1. Hutan kerangas, dari persamaan regresi yang diperoleh, yaitu Y = 1,29 + 0,0024 X1

- 0,0209 X2 - 0,00346 X3 + 0,00230 X4 - 0,00004 X5 + 0,00334 X6 + 0,0161 X7 +

0,0107 X8 + 0,0232 X9, terdapat 6 faktor dominan yang mempengaruhi frekuensi

keberadaan sarang orangutan pada suatu pohon terpilih yaitu tinggi total pohon

sarang (X1), luas tajuk pohon sarang (X4), jarak pohon sarang dari jalur (X6), jarak

pohon sarang dengan sumber pakan terdekat (X7), jumlah pohon pakan dekat sarang

(X8) keberadaan pohon pakan dekat sarang (X9), tetapi secara keseluruhan peubah-

peubah tersebut saling mempengaruhi dan mempunyai hubungan yang erat satu

dengan yang lain artinya secara keseluruhan semua peubah bebas (X) berpengaruh

secara nyata terhadap peubah tak bebas (Y).

2. Hutan dipterocarp dataran rendah, dari persamaan regresi yang diperoleh Y =

0,962 + 0,00302 X1 - 0,00385 X2 + 0,00165 X3 + 0,000024 X4 - 0,00802 X5 +

0,00531 X6 + 0,00177 X7 + 0,0163 X8 + 0,0229 X9. Terdapat beberapa peubah

dominan yang mempengaruhi frekuensi keberadaan sarang orangutan pada suatu

pohon terpilih yaitu tinggi total pohon sarang (X1), keliling/diameter pohon sarang

(X3), luas tajuk pohon sarang (X4), jarak pohon sarang dari jalur (X6), jarak pohon

sarang dengan sumber pakan terdekat (X7), jumlah pohon pakan dekat sarang (X8)

keberadaan pohon pakan dekat sarang (X9), tetapi secara keseluruhan peubah-peubah

tersebut saling mempengaruhi dan mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang

lain artinya secara keseluruhan semua peubah bebas (X) berpengaruh secara nyata

terhadap peubah tak bebas (Y)

Page 83: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

3. Hutan rawa gambut, faktor peubah dominan yang mempengaruhi frekuensi

keberadaan sarang orangutan pada suatu pohon sarang yaitu luas tajuk pohon sarang

(X4), jarak antar pohon sarang (X5), jarak pohon sarang dengan sumber pakan

terdekat (X7), jumlah pohon pakan dekat sarang (X8) keberadaan pohon pakan dekat

sarang (X9). Persamaan regresinya adalah Y = 0,942 - 0,0006 X1 - 0,0016 X2 -

0,00043 X3 + 0,00143 X4 + 0,0009 X5 - 0,00148 X6 + 0,0034 X7 + 0,0212 X8 + 0,076

X9, terdapat 5 peubah dominan yang mempengaruhi frekuensi keberdaan sarang

dilihat dari nilai signifikasinya,p-value kelima peubah (p < 0,05), namun secara

keseluruhan peubah-peubah tersebut saling mempengaruhi dan mempunyai hubungan

yang erat satu dengan yang lain artinya secara keseluruhan semua peubah bebas (X)

berpengaruh secara nyata terhadap peubah tak bebas (Y)

Dari ketiga tipe hutan dapat dilihat bahwa faktor tinggi total pohon sarang,

luas tajuk pohon sarang, jarak pohon sarang dengan sumber pakan terdekat, jumlah

pohon pakan dekat sarang keberadaan pohon pakan dekat sarang yang menjadi faktor

yang berpengaruh terhadap keberadaan sarang pada pohon tertentu. Pengaruh tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor tinggi total pohon sarang (X1)

Pada hutan kerangas sarang dibuat lebih rendah dibandingkan pada hutan

dipterocarp dataran rendah dan rawa gambut, hal ini dikarenakan pada tipe hutan

ini tidak banyak ditemukan pohon dengan ketinggian yang besar sehingga sarang

dibuat lebih rendah jika dibandingkan pada kedua tipe hutan lainnya. Pada

dasarnya orangutan akan memanfaatkan ketinggian pohon sarang dengan membuat

sarang pada ketinggian yang lebih tinggi (berkorelasi positif) namun ketiadaan

faktor pemangsaan (predator) menyebabkan sarang orangutan yang terdapat

dilokasi penelitian tidak terlampau tinggi

b. Luas tajuk pohon (X4)

Alasan kenyamanan, yaitu untuk menghindari penetrasi cahaya yang terlalu besar

menyebabkan orangutan akan memilih pohon sarang dengan bentuk tajuk yang

besar atau luas

Page 84: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

c. Jarak pohon sarang dari jalur (X6)

Sebagian besar orangutan yang terdapat dilokasi penelitian merupakan orangutan

rehabilitasi, adanya perilaku orangutan rehabilitasi yang terbiasa dengan kehadiran

manusia menyebabkan sarang-disarang yang dibuat oleh satwa ini cenderung

mendekati jalur (jalan treking) yang telah dibuat oleh pihak pengelola

d. Jarak pohon sarang dengan sumber pakan terdekat (X7), jumlah pohon pakan dekat

sarang (X8) keberadaan pohon pakan dekat sarang (X9)

Dari persamaan regresi yang diperoleh dari ketiga tipe hutan terlihat bahwa jarak

pohon sarang dengan sumber pakan terdekat, jumlah pohon pakan dekat sarang,

keberadaan pohon pakan dekat sarang menjadi peubah ekologi dominan yang

mempengaruhi ada atau tidak adanya sarang. Hampir sebagian besar sarang dibuat

dekat dengan pohon pakan, bahkan tidak jarang pohon yang digunakan sebagai

pohon sarang merupakan pohon pakan, dari 393 pohon sarang yang teridentifikasi

256 merupakan pohon sarang. Hasil ini diperkuat dari pengujian independensi

antara keberadaan sarang dan pohon pakan pada 30 petak contoh yaang terdapat

pada seluruh tipe hutan (Lampiran 5). Berdasarkan uji independen diperoleh hasil 2

n 2 (0,05;1) yang berarti bahwa terdapat

asosiasi antara keberadaan sarang dengan pohon pakan, sehingga dapat

disimpulkan bahwa keberadaan pohon pakan akan mempengaruhi ada tidaknya

sarang disekitar pohon pakan dan hal ini turut mempengaruhi besarnya kepadatan

populasi orangutan dalam suatu tipe hutan. Kenyataan tersebut didukung oleh

pernyataan Rijksen (1978) bahwa orangutan biasanya membangun sarang tidak

jauh dari pohon pakan yang dikunjunginya. Lebih lanjut, Djojosudharmo dan Van

Schaik (1992) menyebutkan bahwa melimpahnya produksi buah sangat

berpengaruh terhadap kelimpahan orangutan yang menunjukan korelasi positif.

Informasi mengenai faktor-faktor ekologi ini sangat diperlukan sebagai

informasi tambahan untuk mengetahui secara langsung mengenai karakteristik

bersarang orangutan yang merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk

menduga kepadatan populasi orangutan di alam secara tepat dan teliti dengan

meminimalkan faktor bias dari penggunaan metode sarang berdasarkan informasi

Page 85: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

berbagai faktor ekologi terkait yang mempengaruhi besar atau kecilnya kepadatan

sarang pada suatu tipe hutan, sehingga adanya kemungkinan tidak ditemukannya

orangutan sama sekali pada lokasi penelitian yang dapat menyebabkan pendugaan

kepadatan populasi menjadi underestimate atau sebaliknya melimpah pada suatu

lokasi sehingga pendugaan kepadatan populasi menjadi overestimate dengan bias

yang besar dapat dihindarkan.

Page 86: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai besarnya tingkat

ketelitian metode survei sarang dalam pendugaan populasi orangutan (Pongo

pygmaeus wurmbii Groves, 2001) di Taman Nasional Tanjung Puting (Studi Kasus di

Camp Leakey, Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting Kabupaten Kotawaringin

Barat dan Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah) diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Penggunaan metode sarang menunjukan hasil yang reliabel dan baik digunakan

dalam pendugaan kepadataan populasi orangutan di alam, hal tersebut ditunjukan

oleh nilai koefisien variasi (CV) spasial pada berbagai tipe habitat berupa hutan

kerangas, dipterocarp dataran rendah, dan rawa gambut, dimana untuk tipe hutan

kerangas koefisien variasi dari pendugaan populasi berdasarkan perhitungan

sarang sebesar 22,60 %, hutan dipterocarp dataran rendah sebesar 11,20 %, hutan

rawa gambut sebesar 13,30 % dan secara temporal ( 2 = 0 < 5,991) yang

menunjukan bahwa kepadatan populasi pada masing-masing tipe habitat tidak

bervariasi menurut interval waktu pada taraf nyata 5 % 2. Permasalahan terkait penggunaan metode sarang terletak pada berbagai parameter

yang digunakan di dalam formulasi perhitungan kepadatan orangutan yang masih

bersifat generalis bukan atas dasar spesifik jenis & lokasi yang bersifat uniq

khususnya parameter (t), adanya pembagian parameter ketahanan sarang (t)

menjadi beberapa kelas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap ukuran

kepadatan populasi orangutan karena nilai t didasarkan pada waktu akhir sarang

sampai sarang tersebut hancur atau berada pada kelas ketahanan sarang E. Oleh

karena hal tersebut peneliti memiliki gagasan untuk menterjemahkan nilai t

sebagai ukuran rata-rata (average) dari berbagai kelas ketahanan sarang yang

ditemukan selama penelitian.

Page 87: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

3. Preferensi pemilihan habitat dan pohon sarang dipengaruhi oleh ketersediaan

pakan, sehingga dalam melaksanakan survei sarang informasi mengenai faktor

ekologi berupa pakan dapat menjadi pertimbangan untuk menghindari terjadinya

bias dalam pendugaan populasi orangutan

6.2 Saran

Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran dan

masukan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lain yang berhubungan dengan

pendugaan kepadatan populasi orangutan, yaitu sebagai berikut :

1. Pendugaan kepadatan populasi orangutan harus didasarkan pada informasi

berbagai parameter sarang yang bersifat spesifik baik untuk jenis maupun lokasi

bukan atas dasar pengeneralisiran

2. Ketersedian pakan sebagai pembatas dalam kepadatan populasi orangutan

hendaknya dijadikan sebagai informasi tambahan mengenai waktu terbaik suatu

survei sarang orangutan dapat dilakukan untuk menghindari bias yang besar.

Page 88: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

DAFTAR PUSTAKA

Ankel-Simons, F. 1983. A Survei of Living Primates and Their Anatomy. Macmillan Publishing Co. Inc (anaew York) and Collier Macmillan Publishers (London)

Aveling, R.J. 1982. Orangutan Conservation in Sumatera by Habitat Protection and

Conservation. L.E.M., De Boer (Ed). Dr. W. Junk Publisher, London Bismark M. 2003. Estimasi Populasi Orangutan dan Model Perlindungannya di

Kompleks Hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur. Fakultas Pasca Sarjana Jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. IPB. Bogor

Buckland S.T, Anderson D.R, Burnham K.P, Laake J.L. 1993. Distance Sampling :

Estimating Abundance of Biological Populations.Chapman and Hall. London

Casey P and Mc Ardle B.H. 1999. An Assessment of Distance Sampling Techniques

for Estimating Animal Abundance. Environmetries 10.261-272 Chemnick. R., M. Ryder.1994. Cytological and Moleculer Divergence of Orangutan

Sub-spesies dalam The Neglected Ape Conference Proceeding. R.D. Nadler, B.F.M. Galdikas, L.K.R. Norm (Eds) Plenum Press, New York.

Departemen Kehutanan.2007. Strategi dan Rencana AksiKonservasi Orangutan

Indonesia 2007-2017. Jakarta. Direktoral Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan

Dirjen PHPA. 1994. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Tanjung Puting 1999-

2004. Volume II:Data, Analisis dan Proyeksi. Dirjen PHPA, Bogor. Galdikas B.F.M. 1982. Orangutan as Seed Disperser at Tanjung Puting. Cental

Kalimantan:Implication foBiology and Conservation L.E.M., De Boer (Ed). Dr. W. Junk Publisher, London

Page 89: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Galdikas B.F.M. 1984. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Puting Kalimantan Tengah. C. Soegiarto, Penerjemah; Jakarta UI Pr. Terjemahan dari : Orangutan Adaption At Tanjung Putting Reserve, Central Borneo.

Galdikas B.F.M. 1985. Adult Male Sociality and Reproductive Tactics among

Orangutan at Tanjung Puting. Folia Primatol., 45:9-24 Galdikas B.F.M. 1988. Orangutan Diet, Range and Activity At Tanjung Putting.

American Journal of Primatology 9, 1001-119 Galdikas, B. M. F., Brend, S. Husson, S and Margianto, G. 2003. A Survei of the

Orangutan Population in Tanjung Puting National Park. Pangkalan Bun. Orangutan Foundation International

MacKinnon J.R. 1971. The Orangutan in Sabah Today:Oryx, 11:141-191 MacKinnon J.R. 1973. Orangutans In Sumatera. Oryx 12(2) : 234-242 MacKinnon J.R. 1974. The Behavior and Ecology of Wild Orangutan (Pongo

pymaeus). Animal Behavior, 22:3-74 MacKinnon J.R. 1992. Species Survival Plan for The Orangutan. Di dalam : Forest

Biology and Conservation in Borneo. Sabah Foundation. Kopta Kinabalu, 209-219

MacKinnon K, Hatta G, Haliman H. 2001. Ekologi Kalimantan. Seri Ekologi

Indonesia, Jilid III. Jakarta : Canadian International Development Agency. Prenhallindo

Maple, T.L. 1980. Orangutan Behavoir. Van Nostrad Reinhold Company, New York Margianto G. 2000. Perilaku Bersarang Induk Betina Orangutan (Pongo pygmaeus

abelii, Lesson 1827) dengan Tingkat Umur Anak yang Berbeda Di Pusat Penelitian Ketambe, Aceh Tenggara. Skripsi Sarjana. Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta

Marshall A.J. 2002. Summary of Orangutan Surveis Conducted In Berau District,

East Kalimantan. Biological Consultant To The Nature Conservancy. Indonesia Program

Meijaard E, Rijksen H.D, DAN Kartikasari S.N. 2001. Di Ambang Kepunahan,

Kondisi Orangutan Liar Di Awal Abad Ke-21. Jakarta : The Gibbon Foundation

Page 90: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Morrogh-Bernard H, Husson S, Page S.E, et all. 2003. Population Status Of The Bornean Orangutan (Pongo pygmaeus) In The Sebangau Peat Swap Forest, Central Kalimantan, Indonesia. Biology Conservation 110.410-152

Napier, J.R., P.H. Napier. 1985. The Natural History of the Primates. The MIT Press,

Massachusetts. Nellemann C, Miles L, Kalternborn B.P,Virtue M, Ahlenius H. (EDS). 2007. The

Last Stand Of The Orangutan-State Of Emergency : Illegal Logging, Uniten Nations

Environment Programme Orangutan Foundation International (OFI). 2005. Report Ground Truth Di Taman

Nasional Tanjung Puting. Pangkalan Bun. Orangutan Foundation International

Orangutan Foundation International (OFI). 2006. Report Kegiatan Survei Sarang

Pada Usulan Batas Baru Taman Nasional Tanjung Puting. Pangkalan Bun. Orangutan Foundation International

Rijksen, H.D. 1978. A Field Study on Sumatran Orangutan (Pongo pygmaeus abelii

Lesson 1827) Ecology, Behavior and Conservation. H. Veenman & Zonen B.V., Wageningen.

Rao M, Van Schaik C.P. 1997. The Behabioural Ecology Of Sumatran Orangutans In Logged and Unlogged Forest. Tropical Biodiverity 2: 177

Rijksen H.D, Ramono W, Suigardjito J, et all. 1995. Estimates Of Orangutan

Distribution and Status In Borneo. Di Dalam : The Neglected Ape. Nadler R.D, Galdikas B.M.F, Sheeran L.K, Rosen N. (eds). New York. Plenum Press

Sapari I. 2000. Studi Kepadatan Populasi Orangutan (Pongo pygmaeus abelii, Lesson 1827) Di Stasiun Penelitian Ketambe, Aceh Tenggara. Skripsi Sarjana. Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta

Sugardjito J. 1983. Selecting Nest-Sites Of Sumatran Orangutan (Pongo pygmaeus

abelii) In The Gunung Leuseur National Park, Indonesia, Primates. 4 : 470

Sugardjito J, Van Schaik C.P. 1992. Orangutan Current Population Staus, Threats

and Conservation Measures. In Proceedings Of The Great Apes In The New World. Order Of The Environment

Page 91: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Soepraptohardjo M, Driesen P.M. 1976. The Low Land Peats Of Indonesia. A Challenge For The Future. Di Dalam : Soil Reserch Institute. Bogor Bull.3 : 11

Supriatna J, Manansang J, Tumbelaka L, dkk (eds). 2001. Conservation Assessment

and Management Plan For The Primates Of Indonesia : Final Report. Conservation Breeding Specialist Group (SSC/IUCN). Apple Valley M.N

Syukur F.A. 2000. Estimasi Kepadatan Populasi dan Pola Bersarang Orangutan

(Pongo pygmaeus abelli, Lesson 1827) Di Stasiun Penelitian Soraya, Kawasan Ekosistem Leuseur, Aceh Selatan. Skripsi Sarjana. Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta

Tilson R.L, Seal U.S, Soemarna K, dkk. (eds). 1993. Orangutan Population and

Habitat Viability Analysis Report of The Captive Breeding Specialist Group/Species Survival Commission of The IUCN. Unpublished Report For PHPA Based On Workshop Held In Medan, Sumatera, Indonesia

Tobing I.S.L. Tehnik Estimasi dan Analisis Populasi Suatau Spesies Primata. In Prep Van Schaik C.P, Poniran S, Utami S.S, dkk. 1995. Estimates Of Orangutan

Distribution and Status In Sumatra. Di Dalam : The Neglected Ape. Nadler R.D, Galdikas B.M.F, Sheeran L.K. Rosen N. (eds). New York. 1995a

Van Schaik C.P, Priatna A, Priatna D. 1995. Population Estimates and Habitat

Preferences Of Orangutan Based On Line Transect Of Nest. Di Dalam : The Neglected Ape. Nadler R.D, Galdikas B.M.F, Sheeran L.K. Rosen N. (eds). New York.1995b

Sinaga, T. 1992. Studi Habitat dan Perilaku Orangutan (Pongo pygmaeus abelii) di

Bohorok, Taman Nasional Gunung Leseur. Institut Pertanian Bogor Yoshiba K. 1964. Report Of The Preliminary Survei On The Orangutan In North

Borneo, Primates. 5 : 11

Page 92: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM
Page 93: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

L

ampi

ran

1

Dat

a po

hon

sara

ng p

ada

berb

agai

tipe

hut

an

a. H

utan

Ker

anga

s

Tip

e V

eget

asi

: H

utan

Ker

anga

s

A

zim

uth

: 120

0 &

300

0

Mid

line

: A

ntar

a Ja

lan

4 &

5 (0

,5 K

m)

Ti

tik 1

: 3

9 m

dar

i Pus

at

A

rah

: Bar

at-T

imur

Pa

njan

g Tr

anse

k

: 500

m

No,

Je

nis P

ohon

K

ell

(cm

) Tt

(m

) TB

C

(m)

TS

JPSD

J (m

) JA

PST

(m)

Terp

anja

ng

Te

rpen

dek

JPSD

SPT

(m)

Tipe

Po

sisi

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

)

1 Id

ur B

erua

ng

55,8

21

,5

15

21

0,3

3,78

26

00 ; 3,7

80

0 ; 4,1

14

00 ; 2,5

32

00 ; 3

4,81

B

I 2

Uba

r Sam

ak

26,6

14

,7

12,5

14

,5

4,08

3,

78

1050 ; 1

,2

2950 ; 1

,5

200 ; 0

,5

2000 ; 1

,3

1,08

B

III

3

Rar

ibu

38,5

12

,5

4,8

8,5

23,5

4 -

1600 ; 2

,8

3400 ; 3

30

0 ; 1

2100 ; 1

,5

2,14

D

I

4 U

bar M

erah

36

,1

19

12

17,4

6,

61

6,84

28

00 ; 3,5

10

00 ; 3,5

21

00 ; 2

300 ; 1

,5

1,90

E

II 5

Uba

r Mer

ah

39,8

18

,5

10,5

12

7,

55

6,84

11

00 ; 3

2900 ; 3

,5

350 ; 2

,7

2150 ; 1

,3

5,13

B

II

6 Pe

mpa

ning

56

,3

19,5

13

17

16

,5

20,3

0 10

,30

- 12

00 ; 5,3

30

00 ; 3,7

80

0 ; 2

2600 ; 3

,5

SP

D E

III

II 7

Hab

u-ha

bu

42,3

17

14

,5

16

14,9

3 7,

70

400 ; 2

,1

2200 ; 1

,5

1600 ; 1

34

00 ; 0,5

SP

E

II 8

Hab

u-ha

bu

Rar

ibu

41

14

,5

11

14

14,1

0 3,

05

2500 ; 4

70

0 ; 3,4

12

00 ; 1,5

30

00 ; 1,2

SP

4,

85

D

IV

9 Id

ur B

erua

ng

Hab

u-ha

bu

40,6

14

12

,5

13

17,2

0 3,

05

250 ; 3

,7

2050 ; 1

,8

2800 ; 0

,5

1000 ; 0

,7

SP

1,95

E

IV

10

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

94,2

26

,5

13

12

13,2

5 35

,8

3500 ; 8

,1

1700 ; 6

,5

600 ; 2

24

00 ; 3

2,35

SP

E

I

11

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il 38

,7

18,5

7

15,5

13

,7

35,8

10

00 ; 5,2

28

00 ; 3,3

60

0 ; 0,5

24

00 ; 1,2

SP

5

C II

12

Rar

ibu

34,2

12

6,

5 11

7,

23

- 75

0 ; 1

2550 ; 0

,7

2100 ; 0

,3

300 ; 0

,5

5,67

E

III

13

Tund

ing

Dam

ak

37,8

19

12

14

,5

14,4

0 -

450 ; 2

,8

2250 ; 1

,6

1550 ; 2

33

50 ; 0,5

5,

80

D

III

14

Jeja

ntik

35

,1

15

11,5

6

4,30

-

00 ; 3,3

18

00 ; 1

600 ; 1

24

00 ; 0,7

1,

40

D

II 15

Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

113,

1 22

,5

15

17

17

24,4

-

2800 ;1

5,5

1000 ; 1

0,8

1600 ; 1

1,5

3400 ; 8

,1

SP

B B II II

16

Hab

u-ha

bu

34,5

14

8,

5 12

3,

6 -

500 ; 1

,5

2300 ; 1

,3

3600 ; 1

18

00 ; 0,6

1,

30

E I

17

Tem

bora

s 29

,6

14

13,2

13

,5

15,8

2 -

800 ;

3 26

00 , 1,2

12

00 ; 1,5

30

00 ; 1,1

1,

9 D

I

18

Hab

u-ha

bu

32,1

13

,5

12

12,5

5,

70

- 22

00 ; 2,1

40

0 ; 2

00 ; 0,7

18

00 ; 1,2

8,

50

SP

D

III

19

Get

ah M

erah

90

24

19

23

,5

6,20

-

2400 ; 1

2 60

0 ; 8,4

32

00 ; 6

1400 ; 5

,8

10,6

0 SP

E III

20

Paki

t 10

7,2

27

23

24,5

12

,70

- 10

00 ;13,

7 28

00 ; 12

1200 ; 8

30

00 ; 10,

3 5,

60

C II

21

Rur

anga

n 97

,3

19

12,5

17

4,

30

- 20

00 ;11,

3 20

0 ; 6

3300 ; 7

15

00 ; 6,1

1,

70

C II

22

Jane

42

,6

15

12

14

16,2

0 -

2600 ; 5

80

0 ; 3,4

10

0 ; 4

1900 ; 2

,2

- B

II 23

Pe

mpa

ning

77

,6

25

17

18,5

11

-

700 ; 1

1 25

00 ; 7,6

21

00 ; 5

300 ; 8

0 ,8

14,2

D

II

Page 94: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

b, H

utan

Dip

tero

carp

dat

aran

rend

ah

Tipe

Veg

etas

i : H

utan

Dip

tero

carp

dat

aran

rend

ah

A

zim

uth

: 140

0 & 3

200

Mid

line

: Jal

an T

oges

Titik

1

: 150

m d

ari P

usat

A

rah

: S

elat

an-U

tara

Panj

ang

Tran

sek

: 5

00 m

Tr

anse

k 1

No,

Je

nis P

ohon

K

ell

(cm

) Tt

(m

) TB

C

(m)

TS

JPSD

J (m

) JA

PST

(m)

Terp

anja

ng

Te

rpen

dek

JPSD

SPT

(m)

Tipe

Po

sisi

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

) 1

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il 76

,2

21

15

17

24,3

0 -

1450 ; 8

,5

3250 ; 6

,7

2600 ; 4

,4

800 ; 6

2,

10

SP

D

I

2 A

sam

Kem

andr

au

63,8

15

7

7 8,

50

- 33

00 ; 7

1500 ; 4

,5

800 ; 3

26

00 ; 5,5

7,

60

SP

C I

3 A

man

g 54

,8

18

14

17

18,3

0 -

400 ; 8

22

00 ; 10,

3 31

00 ; 6

1300 ; 7

12

,70

C II

4 Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

41

,8

15

8 14

20

5,

30

1000 ; 5

28

00 ; 3,7

15

00 ; 1

2300 ; 0

,5

8,90

SP

D

I

5 Tu

ndin

g D

amak

48

,3

15

6 4,

3 9,

30

- 90

0 ; 6,2

27

00 ; 4

100 ; 3

,4

1900 ; 3

,1

1,25

E

IV

6 Li

mbu

an

37,4

15

2,

7 9

9,33

4,

20

2500 ; 5

,7

700 ; 3

,2

3400 ; 3

16

00 ; 4,3

8,

30

B I

7 Po

ga

71

24

22

23

7,65

-

800 ; 6

,2

2600 ; 5

,1

1100 ; 4

29

00 ; 3

4,80

C

I 8

Hab

u-ha

bu &

B

edar

u

58,4

20

17

19

23

-

2900 ; 5

,3

1100 ; 3

20

0 ; 3,1

20

00 , 3,5

4,

85

SP

D

IV

9 Po

ga

155

20

13

18

9,50

-

1600 ;1

0,7

3400 ; 9

,8

3000 ; 4

,3

1200 ; 8

5,

30

E III

10

Je

jant

ik

73

19

15

17

2 -

2200 ; 4

40

0 ; 2,5

11

00 ; 2

2900 ; 2

,1

SP

E I

11

Sem

onga

34

,7

10

7 9

5 9,

30

450 ; 3

,2

2150 ; 2

,3

1800 ; 1

,5

3600 ; 1

,2

SP

D

I 12

Pe

mpu

ang

43

24

15

19

8,10

4,

20

750 ; 4

25

50 ; 4,7

21

00 ; 3,3

30

0 ; 2,5

4,

20

E II

13

Kep

odu

46,6

23

15

17

0,

80

5,30

35

0 ; 4,8

21

50 ; 3,6

95

0 ; 2,2

27

50 ; 3,5

-

D

II 14

B

ekap

as

45,2

24

14

18

13

,90

- 30

0 ; 5,3

21

00 ; 2,1

70

0 ; 1,8

25

00 ; 2,7

-

D

I 15

U

bar

43,5

17

13

15

12

,40

- 80

0 ; 5,5

20

00 ; 3,8

16

00 ; 4,2

34

00 ; 2,1

SP

E

I 16

Ja

ne

47,5

15

9

13

7,20

-

2700 ; 1

,5

900 ; 6

,3

250 ; 3

,4

2050 ; 1

,6

3,50

B

III

17

Sam

pulu

mut

uaw

32

,8

12

8 11

6,

10

- 29

50 ; 3

1050 ; 3

,2

200 ; 1

,5

2000 ; 3

,1

5,50

C

I 18

K

epod

u 43

,8

15

8 12

3,

70

9,30

35

00 ; 7,1

17

00 ; 1,5

40

0 ; 2,7

22

00 ; 0,5

-

D

I 19

D

uku

Hut

an

53

15

9 10

,5

3 4,

90

200 ; 5

20

00 ; 6,2

90

0 ; 4

2700 ; 4

SP

D

II

20

Pans

i 41

,8

12

10

11,5

11

,30

4,90

60

0 ; 6

2400 ; 5

26

00 ; 3

800 ; 6

,3

4,90

E

III

21

Paki

t 94

,9

15

12

14

5,09

11

,30

1000 ; 1

0 28

00 ; 8,4

33

00 ; 5

1500 ; 5

,1

- D

II

22

Sesa

mbi

l 82

25

17

22

19

,10

8,50

24

50 ; 7

650 ; 5

,4

100 ; 4

,4

1900 ; 3

,2

- D

II

23

Sam

pulu

mut

uaw

70

,6

17

9 15

7,

80

8,50

10

0 ; 10

1900 ; 1

3,5

850 ; 7

26

50 ; 8,2

-

C IV

24

Te

tuga

l 34

10

7

9 0,

50

2,5

1600 ;1

0,7

3400 ; 9

,8

3000 ; 4

,3

1200 ; 8

-

C II

25

Rur

anga

n 66

,5

20

13

18

20

2,5

2200 ; 4

40

0 ; 2,5

11

00 ; 2

2900 ; 2

,1

SP

C I

Page 95: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

..

....L

anju

tan

Lam

pira

n 1

(Hut

an d

ipte

roca

rp d

atar

an re

ndah

-Tra

nsek

1)

26

Duk

u H

utan

57

,5

20

11

17

2 8,

40

450 ; 3

,2

2150 ; 2

,3

1800 ; 1

,5

3600 ; 1

,2

SP

D

III

27

Idur

Ber

uang

50

,1

18

13

17

5,90

8,

40

750 ; 4

25

50 ; 4,7

21

00 ; 3,3

30

0 ; 2,5

SP

E

II

28

Uba

r Man

is

45,5

15

9

11

2 -

350 ; 4

,8

2150 ; 3

,6

950 ; 2

,2

2750 ; 3

,5

SP

E II

29

Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

13

7 23

17

20

8,

50

- 30

0 ; 5,3

21

00 ; 2,1

70

0 ; 1,8

25

00 ; 2,7

SP

D

II

30

Bed

aru

74,4

25

20

22

7,

60

- 80

0 ; 5,5

20

00 ; 3,8

16

00 ; 4,2

34

00 ; 2,1

-

C II

31

Pem

pasi

r 18

0,5

22

17

18

4,30

8,

70

2700 ; 1

,5

900 ; 6

,3

250 ; 3

,4

2050 ; 1

,6

SP

D

III

32

Pans

elua

ngan

38

,8

15

9 12

4,

50

8,70

29

50 ; 3

1050 ; 3

,2

200 ; 1

,5

2000 ; 3

,1

- E

II 33

U

bar M

anis

35

,5

9 6

8 10

,75

- 35

00 ; 7,1

17

00 ; 1,5

40

0 ; 2,7

22

00 ; 0,5

SP

E

III

34

Uba

r Man

is

32,2

10

8

9 6,

70

- 20

0 ; 5

2000 ; 6

,2

900 ; 4

27

00 ; 4

1,85

SP

D

II

35

Cem

ara

Aru

46

,4

16

8 14

8,

70

- 60

0 ; 6

2400 ; 5

26

00 ; 3

800 ; 6

,3

1,35

D

III

36

Je

jant

ik

150

19

15

17

3 -

1000 ; 1

0 28

00 ; 8,4

33

00 ; 5

1500 ; 5

,1

2,30

C

II 37

Po

ga

29

15

8 14

,5

13,5

7,

40

450 ; 1

,7

2250 ; 2

,3

1100 ; 1

,1

2900 ; 1

,3

6,66

C

III

38

Kem

pas

82,1

20

15

17

20

,70

7,40

27

00 ;12,

1 90

0 ; 9,

7 18

50 ; 9,7

50 ; 8

,6

6,60

E

II 39

U

bar M

erah

13

1,5

23

19

13

7,74

-

600 ; 9

,9

2400 ; 1

0,8

3000 ; 8

,3

1200 ; 7

SP

E

II

40

Pem

pisa

ng

44

14

11

11

6,56

-

750 ; 5

,4

2550 ; 4

,2

150 ; 3

,2

1950 ; 3

,1

SP

E I

41

Uba

r 16

,2

6 1,

5 4

10,6

-

3450 ; 2

,2

1650 ; 2

,3

850 ; 1

,1

2650 ; 0

,8

SP

D

IV

42

Get

ah M

erah

15

0 19

17

18

4,

06

- 45

0 ; 7,6

22

50 ; 9,8

12

50 ; 6,3

30

50 ; 7,3

SP

C

I 43

A

rah

49,6

17

15

16

6,

03

- 65

0 ; 4,8

24

50 ; 4,6

32

50 ; 4,2

14

50 ; 3,1

-

D

III

44

Kem

pas

49,5

16

13

14

,5

1,35

-

900 ; 2

,3

1800 ; 1

,8

350 ; 1

,6

2150 ; 0

,9

4,30

SP

D

I

45

Duk

u H

utan

86

,7

20

14

18

4,70

-

1350 ; 6

,5

3150 ; 7

,7

1600 ; 4

,2

3400 ; 5

,1

SP

D

III

46

Hab

u-ha

bu

59,9

14

8

10

1,70

-

1700 ; 4

,1

3500 ; 3

,3

150 ; 4

19

50 ; 2,6

SP

D

I

47

Kem

pas

252

23

15

22

15,3

0 -

750 ; 1

1,3

2550 ; 1

0,2

100 ; 6

,7

1900 ; 7

,1

SP

B II

48

Get

ah M

erah

72

18

13

17

14

,25

- 50

0 ; 7,9

23

00 ; 8,3

11

00 ; 5,7

29

00 ; 5,5

6,

33

SP

C II

49

Pens

elua

ngan

43

,5

18

14

17

8,25

-

1200 ; 3

,5

3000 ; 4

,2

400 ; 2

,4

2200 ; 3

,4

- D

II

50

Dam

ar B

atu

103,

5 22

15

16

21

17

,10

- 16

00 ;13,

6 34

00 ; 8,5

60

0 ; 9,3

24

00 ; 7,3

-

B D

I I 51

Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

167

15

8 13

5,

10

- 31

00 ;10,

7 13

00 ; 8,8

30

0 ; 7,5

21

00 ; 5,1

SP

D

I

52

Dam

ar B

atu

131

25

17

23

4,50

-

1450 ; 9

,7

3250 ; 9

,4

800 , 6

,4

2600 ; 7

,2

3,40

B

I 53

Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

18

7 20

12

18

11

,10

- 30

0 ; 8

2100 ; 1

0,5

900 ; 7

27

00 ; 8,2

1,

17

C II

54

Hab

u-ha

bu

53,1

17

11

16

11

,10

10

1300 ; 2

,8

3100 ; 3

,5

450 ; 2

,3

2250 ; 1

,8

SP

C I

55

Hab

u-ha

bu

51,3

15

12

13

16

,70

6,40

15

50 ; 4,9

32

50 ; 5,5

75

0 ; 3,2

25

50 ; 4,1

SP

E

I 56

U

bar

50,5

15

11

15

26

,30

5,20

60

0 ; 3,2

24

00 ; 4,3

11

00 ; 3,5

29

00 ; 3,2

SP

C

I 57

D

uku

Hut

an

26,8

15

12

14

27

1,

90

1750 ; 1

,4

3550 ; 2

,7

500 ; 0

,9

2300 ; 2

,5

SP

B I

Page 96: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

..

......

Lanj

utan

Lam

pira

n 1

(Hut

an d

ipte

roca

rp d

atar

an re

ndah

-Tra

nsek

1)

58

Get

ah M

erah

44

,9

12

9 10

,5

0,53

-

350 ; 0

,8

2150 ; 1

,6

950 ; 0

,4

2750 ; 0

,8

SP

C I

59

Kem

pas

52,5

17

14

16

4

- 12

50 ; 8,3

30

50 ; 9,1

50

0 ; 6,8

23

00 ; 6,7

2,

10

C I

60

Kem

pas

29,4

22

17

21

4

- 70

0 ; 10,

5 25

00 ; 6,8

14

00 ; 5,2

32

00 ; 8,1

SP

D

III

61

Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

10

9 17

15

16

18

-

1900 ;1

1,5

100 ; 6

,3

250 ; 3

,4

2050 ; 1

,6

SP

C II

62

Pem

pisa

ng

43,2

17

10

16

1,

20

- 19

50 ; 1,3

15

0 ; 2,2

80

0 ; 1,5

26

00 ; 0,4

2,

30

C III

63

Sa

ru

51,5

15

9

14

5,80

6,

90

3300 ; 1

,1

1500 ; 1

,5

750 ; 0

,7

2550 ; 0

,6

4,30

B

III

64

Get

ah M

erah

52

15

11

13

2

- 35

0 ; 1,5

21

50 ; 2,2

90

0 ; 0,4

27

00 ; 1,4

SP

E

I 65

Sa

ru B

atu

61

19

16

16

16,5

14

,60

4,10

70

0 ; 3,6

25

00 ; 4,3

16

00 , 1,3

34

00 ; 5,7

-

C D

I II 66

D

amar

Bat

u 79

19

15

16

17

,70

14,3

4 10

00 ;10,

1 28

00 ; 7,4

32

00 ; 5

1400 ; 5

,1

- D

II

67

Pens

elua

ngan

37

15

13

14

32

,40

3,26

14

50 ; 0,7

32

50 ; 1,4

60

0 ; 0,4

24

00 ; 3,2

-

D

I 68

R

uran

gan

57

19

15

17

15,4

0 -

300 ; 8

,7

2100 ; 7

,5

950 ; 5

,7

2750 ; 6

,2

SP

E II

69

U

bar M

erah

90

,5

25

17

24

17,2

0 -

1600 ; 6

,7

3400 ; 8

,8

3000 ; 4

,3

1200 ; 5

,8

SP

C III

70

Li

mbu

an

40,2

12

6

11

9,70

-

2200 ; 2

,4

400 ; 0

,5

1100 ; 1

,2

2900 ; 0

,2

- E

I 71

-

76,4

20

17

18

8,

20

- 45

0 ; 4,2

21

50 ; 3,3

18

00 ; 3,5

36

00 ; 2,2

2,

30

E I

72

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il 74

,5

25

15

21

5 8

1850 ; 1

,3

50 ; 1,7

70

0 ; 1,3

25

00 ; 0,5

SP

D

I

73

Ban

itan

46,6

17

11

15

11

,60

8 25

0 ; 1,7

20

50 ; 2,6

65

0 ; 2,2

24

50 ; 1,1

-

C IV

74

Je

jant

ik

79,5

20

15

18

17

18

7,70

-

800 ; 8

,3

2600 ; 6

,1

700 ; 5

,8

2500 ; 4

,7

SP

E D E

II II II 75

G

etah

Mer

ah

90

24

18

22

19

- 20

0 ; 9,5

20

00 ; 5,8

17

00 ; 6,2

35

00 ; 5,1

SP

E

II

Page 97: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

..

......

Lanj

utan

Lam

pira

n 1

Tip

e V

eget

asi

: Hut

an D

ipte

roca

rp T

anah

Ker

ing

A

zim

uth

: 100

0 & 2

800

Mid

line

: J

alan

4

18

(1 K

m)

Titik

1

: 100

m d

ari P

usat

A

rah

: B

arat

-Tim

ur

Pa

njan

g Tr

anse

k

: 500

m

Tra

nsek

2

No,

Je

nis P

ohon

K

ell

(cm

) Tt

(m

) TB

C

(m)

TS

JPSD

J (m

) JA

PST

(m)

Terp

anja

ng

Te

rpen

dek

JPSD

SPT

(m)

Tipe

Po

sisi

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

)

1 K

umpa

ng

40

10

6 8

5,20

-

1000 ; 4

,2

2800 ; 3

,6

80; 3

,2

2600 ; 2

,6

SP

C

II 2

Med

ang

46

15

11

13

3,30

-

400 ; 3

,1

2200 ; 4

,2

800 ; 3

,3

2600 ; 3

,2

4,60

C

I 3

Uba

r 29

,9

12

7 9

5,50

-

1200 ; 3

,7

3000 ; 4

,7

200 ; 2

,5

2000 ; 4

,8

4,60

SP

C

I

4 Pe

ngke

laha

ngan

25

,3

15

12

13

13,2

0 -

500 ; 1

0,4

2300 ; 9

,6

450 ; 9

,1

2250 ; 8

-

E I

5 Ja

ne

Ket

ikal

28

,5

38

15

14

9 10

13

13

12,7

0 13

,05

2,66

19

00 ; 6,2

10

0 ; 11,

6 70

0 ; 8,3

25

00 ; 5,3

SP

D

IV

6 U

bar

44,5

17

16

,5

10

9,57

3,

70

250 ; 5

,1

2050 ; 3

,7

950 ; 3

,6

2750 ; 3

,3

1,29

SP

B

III

7 Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

52

15

6

13

8,70

-

150 ; 4

,2

1950 ; 4

,1

800 ; 3

,3

2600 ; 3

,2

SP

4,36

C

I

8 U

bar M

anis

34

,5

17

7 9

18,1

0 -

2700 ; 5

,1

900 ; 3

,2

200 ; 3

,1

2000 ; 3

,7

SP

1,41

D

I

9 Ja

ne

41,6

15

9

14

8,20

-

1800 ; 7

,7

3600 ; 2

,1

700 ; 4

,5

2500 ; 3

,7

SP

5,40

B

II

10

Jeja

ntik

72

20

15

15

,5

9,10

-

2200 ; 6

,4

400 ; 8

,5

50 ; 7,2

18

50 ; 5,1

1,

30

SP

D

I

11

Ket

ikal

45

,2

20

15

19

4,80

-

350 ; 4

,1

2150 ; 4

,4

800 ; 3

,5

2600 ; 4

,2

0,51

SP

E

II

12

Kay

u B

atu

47

25

15

19

14

- 16

50 ;10,

1 34

50 ; 6,9

70

0 ; 7,3

25

00 ; 5,9

SP

C

II 13

Je

jant

ik

45,8

15

8

8 5,

74

- 15

0 ; 2,7

19

50 ; 1,6

80

0 ; 1,2

26

00 ; 0,7

6,

85

SP

E I

14

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il 41

15

12

14

10

,80

5,65

80

0 ; 5,1

26

00 ; 4

400 ; 3

,7

2200 ; 3

,9

SP

1,20

D

II

15

Saru

Bat

u 63

20

14

19

5

5,65

20

00 ; 5,3

20

0 ; 3,7

12

50 ; 3,2

30

50 ; 4,8

2,

50

C I

16

Rur

anga

n 11

15

12

13

2,

40

- 20

0 ; 1,9

20

00 ; 2,3

10

00 ; 0,4

28

00 ; 1,7

SP

2,

80

E I

17

Tund

ing

Dam

ak

44,6

10

7

8 2,

13

- 21

50 ; 1,3

35

0 ; 2

800 ; 1

,1

2600 ; 0

,8

SP

C II

18

Uba

r 18

,5

15

12

13

13,2

0 -

3400 ; 4

,1

1600 ; 2

,4

700 ; 1

,8

2500 ; 3

,6

0,90

SP

C

I

Page 98: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

.

.....L

anju

tan

Lam

pira

n 1

(Hut

an d

ipte

roca

rp d

atar

an re

ndah

-Tra

nsek

2)

19

Dam

ar B

atu

Kum

pang

Pe

nsel

uang

an

24,5

28

,3

22,8

10

12

10

8 8 6

9 9 9

0,70

0,

95

1,20

- 80

0 ; 1,9

26

00 ; 1

150 ; 2

,1

1950 ; 0

,4

SP

E IV

20

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

27,2

15

9

11

9,10

-

600 ; 1

,6

2400 ; 2

,5

2950 ; 0

,3

1150 ; 1

,8

0,68

SP

C

I

21

Rur

anga

n 40

15

9

13

4,40

-

2000 ; 1

20

0 ; 1,4

33

00 ; 0,5

15

00 ; 1,1

2,

30

SP

B II

22

Pens

elua

ngan

K

umpa

ng

Rur

anga

n K

edon

dong

Ht

Uba

r Min

yak

14

13

11,7

11

17

,1

7 8 7 7 7

2,5 3 3

5,5 4

7 7 7 7 7

2 1,

2 3 1,

5 2,

5

- 35

0 ; 2,7

21

50 ; 0,9

60

0 ; 1,4

24

00 ; 0,5

SP

D

IV

23

Hab

u-ha

bu

47

15

12

14

9,10

-

300 ; 1

21

00 ;1,9

10

50 ; 0,7

29

50 ; 1,3

2,

70

SP

B I

24

Pens

elua

ngan

30

15

10

14

4,

60

- 17

00 ; 3,8

35

00 ; 5,7

34

00 ; 4,3

16

00 ; 3,8

4,

30

E II

25

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il 26

20

14

18

10

,20

- 60

0 ; 1,3

24

00 ; 2,4

10

0 ; 2,1

19

00 ; 0,8

1,

85

SP

B I

26

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

85,5

23

16

18

2

- 25

0 ; 6,1

20

50 ; 4,2

90

0 ; 3,6

27

00 ; 6,2

SP

B

I

27

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il 92

20

14

18

19

1,

64

- 80

0 ; 6,4

26

00 ; 5,7

12

50 ; 8,3

30

50 ; 2,5

1,

64

SP

B C III

II

28

Rur

anga

n 46

,1

15

11

13,5

14

,7

- 12

00 ; 3,8

30

00 ; 4,7

65

0 ; 3,1

24

50 ; 3

4,09

SP

D

I

29

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il 13

0,4

20

8 14

18

2,

30

- 40

0 ; 7,3

22

0; ; 3,

6 10

00 ; 5,

7 28

00 ; 2,8

1,

26

SP

C C II I

30

Uba

r Sal

in

53,2

15

11

14

4,

80

- 10

0 ; 5,4

19

00 ; 3,7

13

50 ; 4,2

31

50 ; 2,7

4,

53

E III

31

Pe

mpa

ning

12

0 20

8

12

3,30

-

1700 ; 8

,3

3500 ; 5

,4

350 ; 5

,1

2150 ; 6

,5

SP

D

II 32

G

etah

Mer

ah

40

20

16

18

0,90

-

2950 ; 2

,3

1050 ; 0

,5

1750 ; 1

,5

3550 ; 0

,4

SP

E II

33

Kaw

a H

utan

66

,2

17

15

16,5

4,

72

- 33

00 ; 4,1

15

00 ; 3,9

85

0 ; 3,7

26

50 ; 2,

7 0,

75

SP

D

III

34

Lim

buan

36

,8

12

6 9

6 -

2650 ; 3

,7

850 ; 3

,2

100 ; 2

,4

1900 ; 2

,7

1,90

D

I

35

Lim

buan

Je

jant

ik

31,1

39

12

11

6 8

9 9 1,

17

1,90

-

800 ; 3

,6

2100 ; 2

,8

2600 ; 2

,9

300 ; 1

,6

1900 ; 3

70

0 ; 0,6

10

0 ; 2,3

25

00 ; 2,6

SP

D

IV

36

Kem

pas

66,6

17

13

16

1,

09

- 10

00 ; 6

2800 ; 3

,4

3300 ; 2

,5

1500 ; 4

,1

3,23

SP

E

II

Page 99: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

.....

.Lan

juta

n La

mpi

ran

1 (H

utan

dip

tero

carp

dat

aran

rend

ah-T

rans

ek 2

)

37

Sesa

ngau

(R

ambu

tan

Ht)

140

25

20

22

7,40

-

1350 ; 6

,2

3150 ; 9

,1

1800 ; 7

,1

3600 ; 4

,2

1,20

SP

C

II

38

Uba

r Put

ih

69,7

15

11

13

0,

39

- 22

00 ; 5,1

40

0 ; 3,7

15

50 ; 3,7

35

50 ; 3,6

4,

40

SP

D

II

39

Ket

ikal

43

,8

15

9 12

17

,40

- 50

0 ; 1,8

23

00 ; 0,9

30

00 ; 0,3

12

00 ; 0,9

4,

25

SP

C I

40

Jeja

ntik

Bua

h B

esar

11

5 23

17

22

1,

27

- 17

50 ; 5,4

35

50 ; 8,9

55

0 ; 3,2

23

50 ; 6,2

2,

20

SP

D

III

41

Poga

Pun

ai

Sem

onga

37

53

15

15

11

9 11

11

9,

10

10,3

0 -

3050 ; 1

,2

800 ; 3

,6

1250 ; 0

,8

2400 ; 3

,7

850 ; 1

10

0 ; 1,8

24

50 ; 0,3

19

00 ; 4,5

2,

60

SP

D

IV

42

Ras

ak

44,4

12

8

11

4,90

5,

63

250 ; 1

,9

2050 ; 0

,8

1450 ; 1

,3

3250 ; 0

,5

- B

I 43

Po

ga P

unai

37

15

12

14

14

,10

5,63

16

50 ; 1,8

34

50 ; 1,6

30

00 ; 0,6

12

00 ; 1,1

SP

1,

70

D

I

44

Rur

anga

n 34

17

15

16

3,

08

- 80

0 ; 1,

3 26

00 ; 1,8

25

0 ; 0,6

20

50 ; 0,9

1,

11

SP

A

II

45

Med

ang

Kab

ui

47

12

9 11

8,

90

- 11

50 ; 3,5

29

50 ; 5,2

19

00 ; 4,1

10

0 ; 2,9

7 SP

D

I

46

Kum

pang

60

18

9

16

14,1

5 -

1500 ; 4

,1

3300 ; 3

,3

850 ; 3

,2

2650 ; 2

,9

SP

1,40

B

I

47

Poga

Ber

uang

32

15

6

13

1,40

-

1750 ;1

0,2

3550 ; 7

,1

1100 ; 6

,7

2900 ; 7

,1

0,63

SP

B

I

48

Hab

u-ha

bu

61,7

17

11

16

,5

14,9

0 -

2900 ; 1

,9

1100 ; 1

,3

700 ; 0

,7

2500 ; 1

,5

2,10

SP

C

I

49

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

53,6

18

14

17

15

,20

- 30

0 ; 7,5

21

00 ; 3,2

80

0 ; 3,4

26

00 ; 4,4

4,

52

SP

D

I

50

Kum

pang

50

,2

22

8 20

0

- 16

00 ; 3,6

34

00 ; 3,5

60

0 ; 4,3

24

00 ; 1,9

SP

D

II

51

Ram

buta

n H

utan

10

0,5

15

6 13

3,

40

- 27

00 ; 7,5

90

0 ; 5,8

20

0 ; 3,4

20

00 ; 6,2

1 SP

E II

52

Poga

Ber

uang

22

,3

15

11

13

2 -

350 ; 3

,6

2150 ; 2

,7

900 ; 1

,4

2700 ; 3

,2

SP

D

II 53

R

arib

u 44

15

8

12

8,20

-

1300 ; 2

,8

3100 ; 3

,5

800 ; 1

,7

2600 ; 3

,2

- E

I 54

Id

ur B

erua

ng

84,5

15

8

13

0,10

-

1300 ; 7

,6

3100 ; 3

,4

600 ; 5

,3

2400 ; 3

,8

3,60

D

II

55

Hab

u-ha

bu

60

13

9 11

9,

20

- 15

50 ; 1,8

33

50 ; 1,4

75

0 ; 1,2

25

50 ; 1,1

SP

E

I 56

K

eran

ji 59

13

10

11

7,

10

- 60

0 ; 3,2

24

00 ; 4,3

11

00 ; 3,5

29

00 ; 3,2

-

E I

57

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

92

15

9 13

14

0,

66

- 25

0 ; 8,4

20

50 ; 3,7

90

0 ; 6,9

27

00 ; 3,5

SP

D

E II II

58

Med

ang

Kab

ui

54

20

15

15

19,6

0 14

,80

800 ; 5

,8

2600 ; 4

,6

150 ; 3

,4

1950 ; 3

SP

A

I

59

Gam

bir

31,2

17

11

15

35

,20

14,8

0 85

0 ; 2,2

26

50 ; 1,5

50

0 ; 0,8

23

00 ; 1,7

2,

85

E I

60

Ket

ikal

80

20

15

16

13

,10

- 12

00 ; 7,5

30

00 ; 5,1

60

0 ; 4,9

24

00 ; 4,1

0,

80

D

II 61

B

anga

n

94,4

16

8

14

21,9

0 11

,10

100 ;1

0,3

1900 ; 9

,3

800 ; 5

,1

2600 ; 6

,6

- E

III

Page 100: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

.....

.Lan

juta

n La

mpi

ran

1 (H

utan

dip

tero

carp

dat

aran

rend

ah-T

rans

ek 2

)

62

Tund

ing

Dam

ak

80

18

9 17

33

,60

8,10

17

50 ; 9,2

35

50 ; 6,9

90

0 ; 4,7

27

00 ; 3,8

SP

D

II

63

Poga

Pun

ai

82

18

12

13

42,3

0 5,

40

400 ; 9

,5

2200 ; 5

,4

1050 ; 6

,3

2850 ; 5

,3

SP

E II

64

Ket

ikal

68

,1

17

14

14,5

33

,60

8,10

12

00 ; 7,1

30

00 ; 6

600 ; 5

,4

2400 ; 3

,7

SP

E II

65

Rur

anga

n 73

,5

15

9 14

37

,10

3,50

17

00 ; 3,8

35

00 ; 5,1

27

00 ; 3,2

90

0 ; 2,6

SP

D

I

66

Kum

pang

K

eran

ji 35

57

,6

15

16

11

13

14

14

2 2,

3 -

600 ; 1

,1

1000 ;4

,3

2400 ; 1

,3

2800 ; 3

,1

3200 ; 0

,6

200 ; 3

14

00 ; 0,5

20

00 ; 2,2

3,

14

C IV

67

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

140,

1 25

10

19

11

,30

- 13

00 ; 7,8

31

00 ; 6,3

40

0 ; 4,4

22

00 ; 2,7

0,

70

SP

E D

C

I I I 68

U

bar M

inya

k 36

15

9

14

1,30

-

500 ; 1

,9

2300 ; 0

,7

950 ; 1

,3

2750 ; 0

,6

2,54

E

I 69

Ja

ne

41,2

15

12

13

11

,2

- 45

0 ; 3,9

22

50 ; 4,6

29

00 ; 2,1

11

00 ; 3,5

SP

D

I

70

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

45

15

9 14

5,

10

- 21

00 ; 3,1

30

0 ; 1,4

60

0 ; 2,3

24

00 ; 0,7

1,

70

SP

E IV

71

Pem

pani

ng

90

17

11

15

8,30

-

450 ; 7

22

50 ; 4,7

17

00 ; 2,9

35

00 ; 3,7

SP

C

I 72

A

sam

Kem

andr

au

62,5

15

10

10

6,

30

- 10

50 ; 2,2

28

50 ; 3,7

70

0 ; 1,3

25

00 ; 1,5

SP

D

I

73

Pem

pani

ng

75

20

14

16

5,50

-

650 ; 6

,3

2450 ; 7

,1

100 ; 4

,5

1900 ; 7

,9

2 C

I 74

Se

mon

ga

28

15

8 14

3,

34

- 18

00 ; 3,7

36

00 ; 4,1

11

00 ; 2,8

29

00 ; 2,6

1,

20

SP

E III

Page 101: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

.....L

anju

tan

Lam

pira

n 1

Tipe

Veg

etas

i : H

utan

Dip

tero

carp

Tan

ah K

erin

g

Azi

mut

h

: 1

200 &

300

0

Mid

line

: J

alan

4-B

CA

( 1

Km

)

Titik

1

: 50

m d

ari P

usat

A

rah

: B

arat

-Tim

ur

Pa

njan

g Tr

anse

k

: 500

m

Tran

sek

3

No,

Je

nis P

ohon

K

ell

(cm

) Tt

(m

) TB

C

(m)

TS

JPSD

J (m

) JA

PST

(m)

Terp

anja

ng

Te

rpen

dek

JPSD

SPT

(m)

Tipe

Po

sisi

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

) 1

Ulin

60

15

9

14

10,9

1 11

,20

300 ;3

,7

2100 ; 4

,4

100;

1,1

28

00 ; 2,7

2,

30

C I

2 D

uku

Hut

an

33

13

8 10

16

,50

11,2

0 40

0 ,;3,1

22

00 ; 4,2

80

0 ; 3,3

26

00 ; 3,2

SP

B

I 3

Hab

u-ha

bu

81

20

10

17

1,90

-

1200 ; 3

,7

3000 ; 4

,7

200 ; 2

,5

2000 ; 4

,8

SP

C II

4 G

adin

g 40

,5

15

12

13

6,10

-

500 ; 1

0,4

2300 ; 9

,6

450 ; 9

,1

2250 ; 8

-

E II

5 Te

mbi

ngka

r 41

,15

16

12

13

11,6

0 -

1900 ; 6

,2

100 ; 1

1,6

700 ; 8

,3

2500 ; 5

,3

- E

I

6 U

lin

57

15

2,7

12

0,50

-

250 ; 5

,1

2050 ; 3

,7

950 ; 3

,6

2750 ; 3

,3

- E

I 7

Kat

ur P

utih

39

14

12

12

8,

80

- 15

0 ; 4,2

19

50 ; 4,1

80

0 ; 3,3

26

00 ; 3,2

SP

E

I 8

Men

dara

han

68

17

11

13

15,3

0 -

2700 ; 5

,1

900 ; 3

,2

200 ; 3

,1

2000 ; 3

,7

1,05

SP

E

III

9 M

eran

ti D

aun

Sala

m

Pens

elua

ngan

21,5

30

26

10 9 11

5 7 7

8

2,45

2,

88

3,70

- 18

00 ; 7,7

36

00 ; 2,1

70

0 ; 4,5

25

00 ; 3,7

-

E IV

10

Bed

elan

23

16

11

13

18

,60

- 22

00 ; 6,4

40

0 ; 8,5

50 ; 7

,2

1850 ; 5

,1

- D

II

11

Jeja

ntik

37

,1

14

12

13

3,60

-

350 ; 4

,1

2150 ; 4

,4

800 ; 3

,5

2600 ; 4

,2

SP

A

II 12

M

enda

raha

n 99

15

4

7 5,

10

- 16

50 ;10,

1 34

50 ; 6,9

70

0 ; 7,3

25

00 ; 5,9

SP

E

II

13

Uba

r Man

is

23,3

15

11

14

5,

20

- 15

0 ; 2,7

19

50 ; 1,6

80

0 ; 1,2

26

00 ; 0,7

2,

56

SP

D

I

14

Uba

r Mer

ah

71,1

13

10

10

,5

0,70

-

800 ; 5

,1

2600 ; 4

40

0 ; 3,7

22

00 ; 3,9

SP

D

I

15

Uba

r Mer

ah

Pens

elua

ngan

20

,4

25,2

15

14

7 10

9 Ja

lur

1,80

-

2000 ; 5

,3

200 ; 3

,7

1250 ; 3

,2

3050 ; 4

,8

E

IV

16

Duk

u H

utan

33

,6

15

7 12

0,

50

- 20

0 ; 1,9

20

00 ; 2,3

10

00 ; 0,4

28

00 ; 1,7

SP

E

I 17

M

eran

ti 91

,7

21

14

17

16,2

5 -

2150 ; 1

,3

350 ; 2

80

0 ; 1,1

26

00 ; 0,8

-

C I

18

Hab

u-ha

bu

53,4

15

9

14

2,60

-

3400 ; 4

,1

1600 ; 2

,4

700 ; 1

,8

2500 ; 3

,6

SP

C III

19

U

bar

Mer

anti

34

26,5

14

17

9 10

11

7,90

8,

78

- 80

0 ; 1,9

26

00 ; 1

150 ; 2

,1

1950 ; 0

,4

SP

3,70

C

IV

20

Hab

u-ha

bu

50

15

9 12

3,

60

- 60

0 ; 1,6

24

00 ; 2,5

29

50 ; 0,3

11

50 ; 1,8

SP

E

I 21

Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

184

25

17

20

0,20

-

2000 ; 1

20

0 ; 1,4

33

00 ; 0,5

15

00 ; 1,1

SP

C

II

22

Pem

pisa

ng

71,8

18

12

15

4,

70

- 35

0 ; 2,7

21

50 ; 0,9

60

0 ; 1,4

24

00 ; 0,5

SP

E

I 23

M

ensi

ra

142

24

16

19

0,70

-

100 ; 1

0 19

00 ; 13,

5 85

0 ; 7

2650 ; 8

,2

- D

II

Page 102: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

......

Lanj

utan

Lam

pira

n 1

(Hut

an d

ipte

roca

rp d

atar

an re

ndah

-Tra

nsek

3)

24

Poga

Pun

ai

89

18

8 15

11

,50

- 16

00 ;10,

7 34

00 ; 9,8

30

00 ; 4,3

12

00 ; 8

2,50

SP

B

II

25

Hab

u-ha

bu

59,8

14

8

10

3,80

-

2200 ; 4

40

0 ; 2,5

11

00 ; 2

2900 ; 2

,1

1,20

SP

C

I

26

Get

ah M

erah

74

,7

17

12

14

5,60

-

450 ; 3

,2

2150 ; 2

,3

1800 ; 1

,5

3600 ; 1

,2

SP

C I

27

Hab

u-ha

bu

83,6

19

15

17

11

,80

- 75

0 ; 4

2550 ; 4

,7

2100 ; 3

,3

300 ; 2

,5

SP

D

II 28

Se

mon

ga

42

16

8 14

13

,30

- 35

0 ; 4,8

21

50 ; 3,6

95

0 ; 2,2

27

50 ; 3,5

SP

D

IV

29

M

eran

ti 50

,1

25

15

19

15,3

0 -

300 ; 5

,3

2100 ; 2

,1

700 ; 1

,8

2500 ; 2

,7

- D

I

30

Saru

Bat

u 56

18

11

13

0,

50

- 80

0 ; 5,5

20

00 ; 3,8

16

00 ; 4,2

34

00 ; 2,1

-

E I

31

Tund

ing

Dam

ak

41,9

15

9

10

4,90

-

2700 ; 1

,5

900 ; 6

,3

250 ; 3

,4

2050 ; 1

,6

SP

C I

32

Ket

ikal

46

,6

15

9 9,

3 3,

95

- 29

50 ; 3

1050 ; 3

,2

200 ; 1

,5

2000 ; 3

,1

SP

E I

33

Hab

u-ha

bu

120,

3 17

11

13

6,

60

- 70

0 ; 8,4

25

00 ; 4,9

15

0 ; 3,8

19

50 ; 6,6

SP

E

II

34

Pens

elua

ngan

22

10

8

9 3,

90

- 13

00 , 1,4

31

00 ; 1

600 ; 1

,4

2400 ; 0

,6

- E

I 35

Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

20

0 18

11

12

,5

13

14

2,40

-

2000 ; 7

,5

200 ; 6

,1

950 ; 5

,2

2750 ; 4

,6

SP

C C B

II II I 36

Sa

ru B

atu

81,2

17

11

16

9,

40

- 24

00 ; 4,4

60

0 ; 9,3

19

00 ; 3,9

10

0 ; 7

SP

D

II 37

U

bar M

erah

44

,6

10

8 9

5,90

-

350 ; 3

,3

2150 ; 2

,6

1050 ; 1

28

50 ; 0,8

SP

E

III

38

Saru

Bat

u 29

,7

10

6 7

1,50

-

550 ; 2

,1

2350 ;

0,9

1650 ; 0

,7

3450 ; 0

,6

SP

E II

I 39

R

uran

gan

41

15

10

13

10,4

5 -

3000 ; 3

,8

1200 ; 4

,7

550 ; 2

,3

2350 ; 3

,3

SP

C III

40

Po

ga B

erua

ng

90,6

20

13

13

,5

14

14,5

23,5

0 -

1750 ; 6

,3

3550 ; 9

,1

1000 ; 4

,8

2800 ; 7

,2

SP

E A

E

II II II 41

Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

17

6,5

22

17

19

20

5,20

-

1250 ; 7

,4

3050 ; 6

,7

500 ; 4

,8

2300 ; 8

SP

E C

II II 42

R

upis

98

,3

25

11

13

8,68

-

1200 ; 4

,9

3000 ; 1

0,2

450 ; 6

,5

2250 ; 8

,1

0,20

SP

E

II

43

Rur

anga

n 82

,1

17

14

16

14,5

5 -

300 ; 6

,9

2100 ; 8

,8

1250 ; 4

,4

3050 ; 7

,7

SP

C II

44

Rur

anga

n 52

,9

15

12

13

17,5

6 -

800 ; 7

,1

2600 ; 6

,2

350 ; 8

,1

2150 ; 3

,9

SP

B III

45

G

etah

Mer

ah

56,5

17

14

16

4,

30

- 13

50 ; 3,4

31

50 ; 2,9

90

0 ; 1,7

27

00 ; 2,8

SP

D

III

46

G

etah

Mer

ah

68,7

20

15

18

3,

46

- 30

00 ; 8,1

12

00 ; 4,8

50

0 ; 5,1

23

00 ; 6,6

SP

C

I 47

Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

89

15

8 9

10,1

0 -

1250 ;4

,2

3050 ; 2

,7

100 ; 1

,7

1900 ; 3

,1

SP

B II

48

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

49,3

15

9

15

9,10

9,

08

2500 ; 2

,8

700 ; 3

,3

1600 ; 2

,1

3400 ; 2

,5

SP

C III

49

Mel

obu

36,4

11

9

11

18,3

0 9,

08

2400 ; 4

,7

600 ; 4

50 ; 2

,5

1850 ; 3

,9

- D

III

50

Tu

ndin

g D

amak

51

,8

13

8 9

1,90

-

800 ; 0

,8

2600 ; 1

,9

400 ; 0

,4

2200 ; 0

,9

SP

C I

51

Get

ah M

erah

78

,5

18

12

15

12,5

0 -

3000 ; 3

,8

1200 ; 2

,7

550 ; 1

,5

2350 ; 3

,1

SP

E I

Page 103: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

.

.....L

anju

tan

Lam

pira

n 1

(Hut

an d

ipte

roca

rp d

atar

an re

ndah

-Tra

nsek

3)

52

Get

ah M

erah

40

15

11

14

9,

30

- 35

0 ; 2,6

21

50 ; 3,8

95

0 ; 2,1

27

50 ; 2,2

SP

5,

90

E III

53

Get

ah M

erah

45

15

11

12

,5

5 -

1400 ;

2,3

3200 ; 4

,7

650 ; 2

24

50 ; 3,1

SP

C

I 54

Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

11

1 20

9

16

0,80

-

800 ; 8

,6

2600 ; 6

,3

1350 ; 4

,9

3150 ; 7

,2

SP

D

II

55

Bek

apas

54

,5

20

15

18

15

- 12

50 ; 6,1

30

50 ; 8,4

65

0 ; 3,9

24

50 ; 6,5

2,

55

B I

56

Hab

u-ha

bu

46,5

15

11

14

,5

8 1,

90

1200 ; 1

,3

3000 ; 1

,7

700 ; 0

,5

2500 ; 1

,2

SP

C III

57

Li

mbu

an

Jeja

ntik

31

,2

25

10

13

4 9 9,

5 7,

75

7,85

1,

90

250 ; 1

,9

2050 ; 2

,1

1200 ; 0

,8

3000 ; 2

SP

C

IV

58

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

147,

1 20

11

17

12

,53

- 34

50 ; 7,6

16

50 ; 8

950 ; 6

,6

2750 ; 6

,8

SP

C II

59

Kum

pang

30

,8

13

9 10

3

- 75

0 ; 1,6

25

50 ; 2,8

16

00 ; 1,8

34

00 ; 1,6

-

E I

60

Lim

buan

49

,4

15

8 14

,5

4,20

-

600 ; 0

,9

2400 ; 3

,9

1500 ; 2

,1

3300 ; 1

,1

- B

III

61

Get

ah M

erah

66

,5

18

10

15

3,15

-

2700 ;1

0,4

900 ; 8

,2

150 ; 6

,8

1950 ; 7

,5

SP

D

II

Page 104: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

....

....L

anju

tan

Lam

pira

n 1

T

ipe

Veg

etas

i : H

utan

Dip

tero

carp

Tan

ah K

erin

g

Azi

mut

h

: 0

0 & 1

800

M

idlin

e : J

alan

Tog

es (J

alan

7

13)

(1 K

m)

Ti

tik 1

: 5

0 m

dar

i Pus

at

A

rah

: S

elat

an-U

tara

Panj

ang

Tran

sek

: 5

00 m

Tra

nsek

4

No,

Je

nis P

ohon

K

ell

(cm

) Tt

(m

) TB

C

(m)

TS

JPSD

J (m

) JA

PST

(m)

Terp

anja

ng

Te

rpen

dek

JPSD

SPT

(m)

Tipe

Po

sisi

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

) 1

Kaw

a H

utan

66

17

8

8,5

6,70

-

1000 ; 9

,9

2800 ; 1

0,8

20; 5

,5

2000 ; 8

,7

SP

4,10

C

I

2 Id

ur B

erua

ng

35

18

12

14

8,20

-

1200 ; 2

,7

3000 ;l

3 50

0 ; 1,5

23

00 ; 2,8

2,

80

E I

3 U

bar U

bi

13

15

12

13,5

9

- 90

0 ; 6,8

27

00 ; 4,1

33

00 ; 5,2

15

00 ; 3,9

SP

7,

40

E II

4 Pa

ra

29,5

11

7

9 14

,70

- 31

00 ; 3,1

13

00 ; 2,3

80

0 ; 0,7

26

00 ; 3,6

1,

16

C III

5

Bek

apas

Pe

nsel

uang

an

35

29

15

14

12 8

13

6,40

6,

80

- 50 ; 4

30

0 ; 5,7

23

50 ; 3,3

21

00 ; 3

1900 ; 1

,5

2750 ; 4

,4

100 ; 3

,6

950 ; 2

,9

SP

E IV

6 Pe

ngku

risan

44

,3

15

3 4

12,4

0 -

1350 ; 6

,2

3150 ; 2

,9

500 ; 3

,7

2300 ; 3

,1

SP

4,10

D

I

7 Se

mon

ga

68,2

15

7

14

7,40

-

150 ; 4

,2

1950 ; 6

,5

1000 ; 2

,7

2800 ; 4

,6

SP

D

II 8

Bek

apas

46

17

8

8,5

1,13

-

1700 ; 8

,4

3500 ; 6

,9

2300 ; 4

,3

500 ; 7

1,

40

E II

9 K

etik

al

59

18

13

13

14,6

0 -

600 ; 5

24

00 ; 2,8

11

00 ; 1,9

29

00 ; 4,2

1,

50

C II

10

Uba

r 45

16

7

10

19

- 70

0 ; 4,4

25

00 ; 6,1

00 ; 3

,2

1800 ;

5,8

SP

1,65

C

I

11

Pens

elua

ngan

23

10

5

10

4,20

-

450 ; 3

,1

2250 ; 2

,8

1050 ; 0

,5

2850 ; 3

,9

SP

4,20

C

III

12

Hab

u-ha

bu

77

18

11

14

12,4

0 -

2100 ;1

1,2

300 ; 7

,6

3000 ; 5

12

00 ; 7,7

SP

B

II 13

Te

tuga

l Se

mon

ga

39

20

15

11

7 8 10

10

8,

40 6

- 95

0 ; 3,3

27

50 ; 4,5

18

00 ; 2,6

00 , 2

,7

- C

IV

14

Poga

Ber

uang

33

,9

17

6 16

15

,20

- 34

00 ; 4,8

16

00 ; 3,7

24

00 ; 1,9

60

0 ; 5

SP

C III

15

U

lin

44

15

9 12

2,

30

- 60

0 ; 3,3

24

00 ; 5,2

13

00 ; 2,6

31

00 ; 4,6

-

E I

16

Kar

anga

n Si

lu

41

13

8 13

0,

83

2,50

33

00 ; 7,2

15

00 ; 4,4

28

00 ; 4,1

10

00 ; 5

- E

III

17

Ulin

32

12

3

10

14,6

0 2,

50

3150 ; 5

,6

1350 ; 3

,8

2300 ; 4

,1

500 ; 1

,9

- C

III

18

-

- -

0,53

1,

80

- -

- -

- -

D

19

Pa

kit

Sint

u 35

42

15

16

6

6,5

8 D

ijalu

r -

1100 ; 4

,9

600 ; 3

,7

2900 ; 2

,8

2400 ; 2

35

0 ; 2,1

31

00 ; 2,9

21

50 ; 3,1

13

00 ; 1,6

0,

76

D

IV

20

Poga

Ber

uang

68

16

9

12

0,50

-

2200 ; 6

,4

400 ; 2

,7

00 ; 3,6

18

00 ; 4,4

SP

E

I 21

N

enas

i 43

15

8

9 2,

20

- 10

0 ; 5,1

19

00 ; 3,8

12

00 ; 4,2

30

00 ; 2,9

SP

1,

70

D

I

22

Bek

apas

41

14

10

10

,5

8,70

-

1250 ; 2

,8

305;

4,8

35

0 ; 2,6

21

50 ; 3

SP

1,40

E

I

Page 105: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

...La

njut

an L

ampi

ran

1 (H

utan

dip

tero

carp

dat

aran

rend

ah-T

rans

ek 4

)

23

Mer

anti

52

17

11

13

3,20

16

13

00 ; 6

3100 ; 3

,3

800 ; 4

,7

2600 ; 3

,1

- C

I 24

K

umpa

ng

47

17

14

15

18,4

0 16

33

00 ; 3,8

15

00 ; 3,7

40

0 ; 2,6

22

00 ; 1,9

3,

20

C I

25

Lim

buan

B

ekap

as

41

34

10

10

4 7 9

3,70

3,

10

1 30

0 ; 5,4

31

00 ; 3

2100 ; 3

,9

1300 ; 4

,8

1200 ; 3

90

0 ; 3,2

30

00 ; 2,4

27

00 ; 2,6

SP

E

IV

26

Kum

pang

Tah

un

67

15

11

12

3,70

1

1350 ; 3

,3

3150 ; 7

,1

1900 ; 4

,3

100 ; 2

,9

- E

I 27

B

uah

Dar

a 73

21

14

18

2,

30

- 18

00 ;10,

4 00 ; 6

,7

1200 ; 5

,6

3000 ; 7

,7

SP

3,80

B

II

28

Jane

33

,1

15

9 13

7,

30

6,70

22

00 ; 4,8

40

0 ; 3,4

28

00 ; 2,7

10

00 ; 3,6

SP

1,

40

C I

29

Dau

n Sa

lam

25

12

9

11

4,30

6,

70

600 ; 1

,7

2400 ;

3,1

1200 ; 2

,8

3000 ; 1

,8

0,86

C

III

30

Sem

onga

26

12

8

10

2 2,

50

2600 ; 3

,9

800 ; 1

,6

1500 ; 0

,9

3300 ; 2

,2

SP

D

I 31

B

adel

an

51

17

8 13

2,

50

2,50

26

00 ; 3,4

80

0 ; 5,7

10

0 ; 6,1

19

00 ; 1,5

-

D

II 32

U

bar U

bi

34,1

16

12

14

14

,20

- 55

0 ; 3

2350 ; 1

,5

3000 ; 1

,7

1200 ; 0

,8

SP

C III

33

K

umpa

ng H

utan

48

18

15

15

18

15

,20

- 17

00 ; 6,1

35

00 ; 3,8

80

0 ; 3

2600 ; 5

,4

6,40

B B

II III

34

Ram

buta

n H

utan

50

16

9

13

19,7

0 -

1100 ; 5

,4

2900 ; 3

,1

1900 ; 3

,3

100 ; 3

,5

SP

D

I 35

Li

mbu

an

46

12

5 10

1,

10

- 32

00 ; 7

1400 ; 2

,8

450 ; 4

,4

2250 ; 3

SP

D

II

36

Ulin

63

20

14

16

7,

10

1,50

14

00 ; 5,8

32

00 ; 11,

2 20

00 ; 6,9

20

0 ; 8

0,73

D

II

37

Men

sira

11

9 22

12

18

8,

40

1,50

13

50 ; 8,1

31

50 ; 6,6

50

0 ; 6,1

23

00 ; 7,2

SP

C

II 38

Ja

ne

41

15

8 12

22

11

,90

3100 ; 6

,2

1300 ; 5

,3

1800 ; 4

,7

00 ; 4,1

SP

3,

45

C II

39

Lim

buan

33

,6

15

7 15

16

11

,90

250 ; 3

,9

2050 ; 5

,1

1000 ; 2

,2

2800 ; 4

,9

SP

3,70

B

III

40

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

140

25

18

22

8,70

-

1500 ; 7

,6

3300 ; 1

0,4

2850 ; 4

,7

1050 ; 8

SP

C

II 41

Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

42

13

2,

3 11

7,

70

3,70

90

0 ; 6

2700 ; 3

,8

1500 ; 4

,8

3300 ; 3

,2

SP

D

I 42

M

eran

ti 65

17

10

15

5,

30

3,70

30

50 ; 6,6

12

50 ; 8,4

60

0 ; 4,4

24

00 ; 7,1

-

C I

43

Kem

pas

99

24

18

24

17,4

0 12

,15

2500 ; 9

,6

700 ; 7

,3

1050 ; 6

28

50 ; 7,7

SP

5,

80

A

III

44

-

- -

- 3,

10

- -

- -

- B

elal

e

D

45

H

abu-

habu

63

18

10

13

1

- 26

00 ; 5,4

80

0 ; 4,8

18

00 ; 5

00 ; 3,7

SP

E

I 46

Je

jant

ik

36

15

10

13

7,50

4,

50

400 ; 5

22

00 ; 3,9

13

00 ; 4,3

31

00 ; 3,1

SP

0,

54

C I

47

Kem

pas

77

20

12

14

12

4,50

17

50 ; 9,4

35

50 ; 6,8

23

00 ; 5,6

50

0 ; 4

SP

C II

48

Lim

buan

31

,8

15

5 11

15

,56

- 40

0 ; 3,9

22

00 ; 4,1

70

0 ; 1,8

25

00 ; 3,6

SP

1,

60

B C I I

49

Sind

ur

79

20

12

15

17,6

0 2,

75

1200 ; 7

,5

3000 ; 5

,3

300 ; 5

21

00 ; 3,8

SP

D

II

50

Peng

kela

hang

an

37,5

15

9

10

13,2

0 2,

75

1700 ; 4

,6

3500 ; 3

10

00 ; 5,1

18

00 ; 1,9

3,

50

C II

51

Pant

is

56,7

17

11

11

13

22

,30

- 75

0 ; 5

2550 ; 3

,3

1300 ; 2

,7

3100 ; 4

,8

- B C

I I

Page 106: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

....

....L

anju

tan

Lam

pira

n 1

T

ipe

Veg

etas

i : H

utan

Dip

tero

carp

Tan

ah K

erin

g

A

zim

uth

: 00 &

180

0

M

idlin

e : J

alan

Tog

es (J

alan

13

17)

(1 K

m)

Titik

1

: 200

m d

ari P

usat

Ara

h

: Sel

atan

-Uta

ra

Panj

ang

Tran

sek

: 5

00 m

Tra

nsek

5

No,

Je

nis P

ohon

K

ell

(cm

) Tt

(m

) TB

C

(m)

TS

JPSD

J (m

) JA

PST

(m)

Terp

anja

ng

Te

rpen

dek

JPSD

SPT

(m)

Tipe

Po

sisi

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

) 1

Jeja

ntik

67

,8

18

13

15

8,90

-

1200 ; 9

,8

3000 ; 7

,6

500 ; 5

,9

2300 ; 6

,6

SP

E I

2 B

ekap

as

48

15

10

10,5

17

,10

- 10

00 ; 4,2

28

00 ; 3,1

50 ; 2

,6

1850 ; 1

,9

2,86

C

I 3

Uba

r Man

is

33,5

12

8

9 6,

84

- 60

0 ; 1,8

24

00 ; 3,2

10

50 ; 2,2

28

50 ; 0,9

SP

E

III

4 Sa

ru B

atu

47,4

14

5

10

2 -

3200 ; 3

,7

1400 ; 3

,6

650 ; 2

,4

2450 ; 1

,7

0,41

D

I

5 U

bar M

anis

38

,5

15

7 10

1,

60

2,60

80

0 ; 2,8

26

00 ; 4,1

17

50 ; 2,1

35

50 ; 1,5

SP

C

I

6 Je

jant

ik

46,5

16

7

15

0,70

2,

60

750 ; 3

25

50 ; 4,4

19

00 ; 1,5

10

0 ; 2,9

SP

E

III

7 R

asak

47

,5

15

8 13

0,

70

16,1

0 14

00 ; 3,1

32

00 ; 2,7

50

0 ; 3,9

23

00 ; 0,8

4,

60

SP

D

I

8 R

uran

gan

46,5

17

12

13

5,

10

16,1

0 29

00 ; 4

1100 ; 1

,9

300 ; 3

,1

2100 ; 1

,7

SP

C I

9 K

empa

s 47

,2

15

10

12

11,2

0 -

150 ; 2

,6

1950 ; 2

,4

1250 ; 0

,7

3050 ; 1

,8

SP

D

I 10

Se

mon

ga

46,9

15

9

12

9,10

-

300 ; 7

,7

2100 ; 5

,4

1700 ; 5

35

00 ; 3,3

SP

C

II 11

Je

mai

39

16

12

12

14

,40

- 13

50 ; 1,6

31

50 ; 2,1

60

0 ; 2

2400 ; 0

,8

- C

I 12

K

erun

tuan

B

ayan

30

,9

16

12

13

7,30

-

500 ; 2

,5

2300 ; 2

,1

800 ; 1

26

00 ; 1,6

41

,8

E I

13

Med

ang

56,4

12

8

11,5

3,

40

6,30

24

50 ; 1,8

65

0 ; 2,8

18

00 ; 0,6

00 ; 2

,6

1,46

E

III

14

Tem

bora

s 31

,5

10

3 5

2,40

6,

30

1700 ; 3

,1

3500 ; 4

26

50 ; 2,3

85

0 ; 1,7

-

D

I 15

Je

jant

ik

33,2

17

12

12

14

,20

- 30

00 ; 3,3

12

00 ; 2,9

40

0 ; 1,6

22

00 ; 2,1

5,

20

SP

C I

16

Lim

buan

26

15

9

13

8,70

-

1300 ; 4

,4

3100 ; 2

,8

2100 ; 0

,8

300 ; 3

,9

1,20

C

I 17

Tu

ndin

g D

amak

26

,3

10

8 8

3,10

-

2000 ; 3

20

0 ; 2,9

28

00 ; 3,7

10

00 ; 1,5

SP

C

I

18

Pem

pani

ng

Bua

h K

ecil

33,5

15

12

14

,5

9,10

-

1600 ; 1

,7

3400 ; 1

,5

900 ; 0

,9

2700 ; 1

,6

1,40

SP

B

III

19

Mer

anti

Pens

elua

ngan

36

,3

31

15

14

12

13

14

19,3

5 17

,40

- 36

00 ; 2

1800 ; 2

,4

2250 ; 1

,6

450 ; 0

,7

SP

D

IV

20

Kum

pang

46

,9

15

12

12,5

15

,86

4,20

10

00 ; 3,9

28

00 ; 4,2

35

00 ; 2,1

17

00 ; 1,9

-

C I

21

Pens

elua

ngan

49

22

11

10

3 4

9,5

2,10

6 4,

20

2100 ; 2

,8

300 ; 3

,6

2900 ; 1

,8

1100 ; 3

,2

SP

C IV

22

Kay

u G

adin

g R

arib

u 22

,5

21,5

10

10

5 9

10

7,30

7 -

400 ; 1

,6

2200 ; 2

,8

1200 ; 1

,4

3000 ; 1

,1

6,20

D

IV

Page 107: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

...La

njut

an L

ampi

ran

1 (H

utan

dip

tero

carp

dat

aran

rend

ah-T

rans

ek 5

)

23

Jeja

ntik

42

15

6

12

3,40

-

1500 ; 2

,7

3300 ; 3

,8

2350 ; 1

,9

550 ; 2

,2

SP

E I

24

Saru

Bat

u 48

,5

15

13

14,5

5,

44

4,60

75

0 ; 2

2550 ; 3

,1

3050 ; 1

,7

1250 ; 1

,8

- B

III

25

Ulin

30

,3

14

3 10

7,

80

4,60

35

00 ; 1,6

17

00 ; 2,7

90

0 ; 1

2700 ; 1

,5

- D

I

26

Saru

Bat

u 60

15

8

8 8,

40

10,6

0 32

00 ; 3,4

14

00 ; 4,8

60

0 ; 2,2

24

00 ; 3,1

-

E I

27

Ulin

77

,2

17

10

12

1,60

7,

40

1800 ; 9

,7

3600 ; 7

,7

2500 ; 6

,1

700 ; 5

,9

- D

II

28

Duk

u H

utan

41

15

6

14

3,90

3,

90

250 ; 3

20

50 ; 2,3

14

00 ; 1,5

32

00 ; 2,1

SP

D

III

29

B

ebar

ak

23

8 3

8 1,

70

- 12

00 ; 3,7

30

00 ; 1

550 ; 0

,9

2350 ; 2

,8

- D

III

30

U

lin

55

15

8 12

13

,70

- 26

00 ; 5,1

80

0 ; 2,7

16

50 ; 4

3450 ; 1

,1

3,30

D

I

31

Kum

pang

57

,3

18

8 15

1,

80

- 33

50 ; 3,2

15

50 ; 2,8

80

0 ; 1,4

26

00 ; 1,8

2,

30

C I

32

Kum

pang

35

15

12

14

1,

70

- 19

50 ; 1,7

15

0 ; 2,9

70

0 ; 0,8

25

00 ; 2

- D

III

33

Se

mon

ga

27

13

4 13

2

- 27

00 ; 1,3

90

0 ; 3,7

13

50 ; 1,8

31

50 ; 2,2

SP

D

III

34

B

uah

Dar

a 49

,3

20

15

17

4,20

3,

20

1200 ; 8

,7

3000 ; 1

0,1

500 ; 7

,3

2300 ; 5

,1

SP

B II

35

Pem

pisa

ng

47,6

23

18

20

3

3,20

80

0 ; 3,6

26

00 ; 3

1900 ; 2

,2

100 ; 1

,6

- C

II 36

K

atur

Mer

ah

29

15

11

12

15,5

0 -

2700 ; 4

,3

900 ; 2

,7

100 ; 3

,1

1900 ; 2

SP

C

I 37

M

eran

ti 12

1 23

18

20

,5

21

11,3

0 -

1850 ; 1

0 50 ; 7

,3

1150 ; 6

29

50 ; 8,7

-

C B II II

Page 108: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

.....L

anju

tan

Lam

pira

n 1

c. H

utan

Raw

a ga

mbu

t

Tipe

Veg

etas

i

: Hut

an R

awa

Gam

but

Azi

mut

h

: 0

0 & 1

800

Mid

line

: J

alan

Ana

ngde

ni

Titik

1

: 50

m d

ari P

usat

A

rah

: Uta

ra-S

elat

an

Panj

ang

Tran

sek

: 5

00 m

Tr

anse

k 1

No

Jeni

s Poh

on

Kel

l (c

m)

Tt

(m)

TBC

(m

) TS

JP

SDJ

(m)

JAPS

T (m

) Te

rpan

jang

Terp

ende

k JP

SDSP

T (m

) Ti

pe

Posi

si

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

) 1

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il 42

,7

17

12

15

12

3 90

0 ; 8,9

27

00 ; 7,7

10

0 ; 6,3

19

00 ; 5,1

SP

A

II

2 Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

39,7

15

10

14

9,

50

3 12

00 ; 6

3000 ; 3

,7

500 ; 4

,1

2300 ; 2

,9

SP

E I

3 B

enta

n 71

,5

18

8 12

8

- 50

0 ; 11,

3 23

00 ; 6,8

70

0 ; 5,6

25

00 ; 7,6

2,

50

E I

4 K

rand

ang

Dut

a 44

,8

15

2,8

6 12

,50

- 28

00 ; 4,6

10

00 ; 3,9

35

0 ; 2,8

21

50 ; 4

5,80

B

I 5

Kum

pang

Har

ang

55

18

14

17

13,2

3 -

1300 ;1

2,1

3100 ; 6

,6

600 ; 5

,8

2400 ; 8

,2

SP

3,40

A

I

6 Pu

ak

49,2

18

7

17,5

8,

16

- 16

00 ; 9,4

34

00 ; 7,3

85

0 ; 6,4

26

50 ; 5,9

SP

C

III

7 Pu

ak

41,2

12

7

10

5,40

-

3300 ; 6

,2

1500 ; 3

,9

1100 ; 3

,7

2900 ; 4

,6

SP

D

I 8

Bek

apas

46

,2

12

5 11

2,

07

- 32

50 ; 5,3

14

50 ; 4,1

25

00 ; 3,6

70

0 ; 2,8

SP

2,

40

D

I

9 Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

54,4

17

14

16

0,

70

9,30

18

00 ; 4

3600 ; 3

,7

3000 ; 2

,9

1200 ; 3

,4

SP

E I

10

Sind

ur

61,2

21

15

18

10

9,

30

550 ; 6

,8

2350 ; 4

,7

950 ; 3

,6

2750 ; 5

,2

SP

0,45

D

II

11

Mer

anti

201

28

20

21

25

4,40

-

2650 ;1

2,5

850 ; 8

,8

100 ; 7

,4

1900 ; 6

3,

50

D

C I II

12

Bin

tang

ur

46,5

15

6

10

12

7,66

- 15

0 ; 7,3

19

50 ; 5,8

12

50 ; 3,3

30

50 ; 5

3 E D

I II

13

Kum

pang

Dar

ah

46

13

6 9

0,88

-

700 ; 2

,4

2500 ; 3

,6

1550 ; 1

,8

3350 ; 2

,9

SP 4

A

I

14

Puak

41

,5

15

8 13

6

- 33

00 ; 4,8

15

00 ; 3,7

70

0 ; 3,8

25

00 ; 1,9

-

D

I 15

Si

ntu

Law

ang

35

11

6 6

6,80

-

2200 ; 2

,6

400 ; 3

,4

1000 ; 1

,7

2800 ; 2

,2

SP

E II

16

U

bar M

anis

35

10

3,

5 8

3 -

50 ; 3,1

18

50 ; 1,7

70

0 ; 0,9

25

00 ; 2,8

SP

A

I

17

Puak

33

,6

12

4,5

6 6,

10

1,80

10

00 ; 2,4

28

00 ; 4,6

40

0 ; 3

2200 ; 2

,1

SP

C I

18

Kra

ndan

g D

uta

58,2

16

8

10

7,90

1,

80

1200 ; 3

,7

3000 ; 4

,4

1900 ; 2

10

0 ; 2,5

-

D

II 19

Po

ga P

unai

98

19

7

18

14,2

7 -

2600 ; 8

,7

800 ; 5

35

00 ; 6,3

17

00 ; 5

SP

D

I 20

Po

ga P

unai

47

,3

15

9 14

4,

30

- 30

00 ; 5,1

12

00 ; 3,9

18

50 ; 3,6

50 ; 3

,2

SP

D

III

22

Kum

pang

Dar

a 73

20

16

18

6,

10

- 25

0 ;7,6

20

50 ; 5,5

14

00 ; 5

3200 ; 4

,7

SP

C II

Page 109: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

...La

njut

an L

ampi

ran1

(Hut

an ra

wa

gam

but-T

rans

ek 1

)

23

Puak

70

15

7

10

4,50

-

750 ; 4

,4

2550 ; 3

,6

1150 ; 2

29

50 ; 3,7

SP

D

II

24

Ban

gan

52

15

8 8

3,80

5,

93

2700 ; 5

,1

900 ; 3

,8

100 ; 4

19

00 ; 2,9

-

E I

25

Puak

48

16

7

8 1,

30

5,93

12

00 ; 6,3

30

00 ; 4,9

55

0 ; 4,1

23

50 ; 3,8

SP

E

II

26

Beb

arak

17

10

6

10

6 -

1700 ; 0

,9

3500 ; 2

,6

1000 ; 1

,6

2800 ; 0

,7

2,60

D

III

27

La

man

aduk

78

22

17

19

11

,05

- 45

0 ; 4,2

22

50 ; 6,6

10

00 ; 5,9

28

00 ; 3,9

SP

B

I 28

La

nan

186

28

19

19

26

18,0

6 6,

14

2050 ;1

0,3

250 ; 7

,7

800 ; 6

,3

2600 ; 8

-

E D

I III

29

Lam

anad

uk

82

22

16

18

19,3

6,

14

3100 ; 9

,6

1300 ; 6

,6

650 ; 8

,3

2450 ; 5

,9

SP

B I

30

Ken

gkob

an

46

15

9 9

5 -

1700 ; 2

,7

3500 ; 3

,6

1350 ; 1

,4

3150 ; 2

,2

SP

D

II 31

Lu

ndin

g 52

,4

18

11

14

3,30

-

50 ; 6

1850 ; 7

,2

750 ; 4

,6

2550 ; 5

,5

SP

C I

32

Uba

r Raw

a 29

15

8

12

6,70

-

3250 ; 4

,6

1450 ; 3

80

0 ; 2,9

26

00 ; 3,4

SP

D

I

33

Mam

pai

43

15

4 9

2,40

2700 ; 5

,8

900 ; 2

,7

1400 ; 3

,6

3200 ; 2

,1

0,90

C

I 34

Pu

ak

34

15

11

12

22,3

0 4,

70

2150 ; 2

,3

350 ; 1

,8

800 ; 2

,7

2600 ; 0

,9

SP

C II

35

Asa

m-a

sam

58

20

15

22

26

4,

70

1750 ; 3

,1

3550 ; 5

,7

1050 ; 2

28

50 ; 4,3

SP

D

II

36

Pene

mpa

laan

46

18

12

16

25

-

700 ; 6

,2

2500 ; 2

,9

1200 ; 3

30

00 ; 5,1

SP

E

I 37

Po

ga P

unai

94

,5

22

13

15

6,50

-

3200 ; 5

,8

1400 ; 1

0,6

650 ; 4

,1

2450 ; 6

,9

SP

D

I

Page 110: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

...La

njut

an L

ampi

ran

1

Tipe

Veg

etas

i

: Hut

an R

awa

Gam

but

Azi

mut

h

: 0

0 & 1

800

Mid

line

: J

alan

14

Sun

gai R

aden

( 0,

5 K

m )

Titik

1

: 56

m d

ari P

usat

A

rah

: Uta

ra-S

elat

an

Panj

ang

Tran

sek

: 5

00 m

Tr

anse

k 2

No

Jeni

s Poh

on

Kel

l (c

m)

Tt

(m)

TBC

(m

) TS

JP

SDJ

(m)

JAPS

T (m

) Te

rpan

jang

Terp

ende

k JP

SDSP

T (m

) Ti

pe

Posi

si

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

) 1

Ket

iau

57,4

18

13

14

14

,50

13,1

0 11

00 ; 4,6

29

00 ; 5,7

15

00 ; 3,1

33

00 ; 4,3

SP

C

I

2 Pu

ak

89

23

16

19

7,80

13

,10

300 ; 7

,2

2100 ; 4

,6

1200 ; 5

30

00 ; 3,8

1,

30

E II

3 R

enga

s 12

3,8

25

15

21

23

- 32

00 ; 9,6

14

00 ; 7

300 ; 5

,5

2100 ; 8

,6

SP

8,40

E

II

4 Po

ga

40,5

15

9

9 5,

20

- 30

00 ; 5,3

12

00 ; 2,8

45

0 ; 3,3

22

50 ; 4,2

SP

E

I

5 R

amin

23

5,6

27

19

23

2,70

-

800 ; 1

3,7

2600 ; 8

,9

1700 ; 6

,1

3500 ; 7

7,

70

D

I

6 Ja

ngka

ng

55

17

10

10,5

13

,80

- 13

50 ; 4

3150 ; 1

,9

850 ; 0

,9

2650 ; 3

,9

- E

I 7

Bed

aru

Raw

a 45

,6

17

9 13

21

,40

- 22

00 ; 3,6

40

0 ; 2,8

60

0 ; 2

2400 ; 1

,8

SP

1,40

E

III

8 B

ati-b

ati

75,9

20

14

20

10

,20

5,30

45

0 ; 6,5

22

50 ; 3,2

12

00 ; 4,2

30

00 ; 3

6,50

D

I

9 B

ekun

yit

130,

4 22

15

15

13

,40

5,30

60

0 ; 8,1

24

0 ; 6

50 ; 5,6

18

50 ; 3,8

SP

4,

80

D

I

10

Lana

n 25

6,5

29

18

23

25,7

0 -

1800 ;1

0,8

00 ; 9,1

60

0 ; 7,1

24

00 ; 6,2

2,

90

C II

11

Ble

ngsu

it 70

,6

19

12

17

24,6

0 -

650 ; 5

,4

2450 ; 6

,7

1000 ; 3

,7

2800 ; 5

10

,30

E II

12

Idur

Ber

uang

61

,5

19

14

14

20,1

0 -

1050 ; 3

,1

2850 ; 6

,9

450 ; 3

,1

2250 ; 3

,7

SP

1,20

D

I

13

Uba

r Mer

ah

50,6

15

9

15

1,80

-

1000 ; 3

,3

2800 ; 5

,8

300 ; 2

,2

2100 ; 4

,7

SP

8,80

D

III

14

Asa

m-a

sam

12

0,5

24

16

18

1,90

-

2600 ; 7

,6

800 ; 7

31

00 ; 4,4

13

00 ; 3,5

SP

5,

40

D

I

Ket

eran

gan

: JP

SDJ

: (

Jara

k Po

hon

Sara

ng D

ari J

alur

) JA

PST

: (

Jara

k A

ntar

Poh

on S

arng

Ter

deka

t) JP

SDSP

T : (

Jara

k Po

hon

Sarn

g D

enga

n Su

mbe

r SP

Terd

ekat

) SP

: (Po

hon

Sara

ng &

Poh

on S

P)

-

: (Ti

dak

Dite

muk

an P

ohon

SP

atau

Sar

ang

Dis

ekita

rnya

)

: (

Sara

ng D

itana

h)

Page 111: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

L

ampi

ran

2

Dat

a po

hon

sara

ng b

ulan

an

a, H

utan

Ker

anga

s

Bul

an

: A

pril

2008

Ket

eran

gan

: T

idak

Dite

muk

an S

aran

g B

aru

Bul

an

: Mei

200

8

No

Jeni

s Poh

on

Kel

l (c

m)

Tt

(m)

TBC

(m

) TS

JP

SDJ

(m)

JAPS

T (m

) Te

rpan

jang

Terp

ende

k JP

SDSP

T (m

) Ti

pe

Posi

si

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

) 1

Pem

pina

ng

75,3

20

14

17

28

,70

- 15

00 ;11,

2 33

00 ; 6,8

60

0 ; 7

2400 ; 8

,5

- A

II

2

Pem

pani

ng

Bua

h B

esar

94

,2

25

13

15

12,7

0 -

2700 ;1

0,6

900 ; 5

,7

1900 ; 5

,1

100 ; 6

,9

SP

A

I

b, H

utan

Dip

tero

carp

dat

aran

rend

ah

Bul

an

: Apr

il 20

08

No

Jeni

s Poh

on

Kel

l (c

m)

Tt

(m)

TBC

(m

) TS

JP

SDJ

(m)

JAPS

T (m

) Te

rpan

jang

Terp

ende

k JP

SDSP

T (m

) Ti

pe

Posi

si

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

) 1

Rur

anga

n 34

17

15

16

3,

08

- 80

0 ; 1,3

26

00 ; 1,8

25

0 ; 0,6

20

50 ; 0,9

1,

11

SP

A

II

2 M

edan

g K

abui

54

20

15

15

19

,60

14,8

0 80

0 ; 5,8

26

00 ; 4,6

15

0 ; 3,4

19

50 ; 3

SP

A

I

3 Je

jant

ik

37,1

14

12

13

3,

60

14,8

0 35

0 ; 4,1

21

50 ; 4,4

80

0 ; 3,5

26

00 ; 4,2

SP

A

II

4

Poga

Ber

uang

90

,6

20

13

14

23,5

0 12

,15

1750 ; 6

,3

3550 ; 9

,1

1000 ; 4

,8

2800 ; 7

,2

SP

A

II

5 K

empa

s 99

24

18

24

17

,40

12,1

5 25

00 ; 9,6

70

0 ; 7,3

10

50 ; 6

2850 ; 7

,7

SP

5,80

A

II

I

Page 112: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Bul

an

: M

ei 2

008

No

Jeni

s Poh

on

Kel

l (c

m)

Tt

(m)

TBC

(m

) TS

JP

SDJ

(m)

JAPS

T (m

) Te

rpan

jang

Terp

ende

k JP

SDSP

T (m

) Ti

pe

Posi

si

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

) 1

Sind

ur

200

23

15

20

16,2

0 -

900 ; 8

,9

2700 ; 7

,7

100 ; 6

,3

1900 ; 5

,1

1,60

A

II

I 2

Am

ang

150

25

18

23

3,20

-

1300 ;1

2,1

3100 ; 6

,6

600 ; 5

,8

2400 ; 8

,2

SP

4,60

A

I

3 Pe

mpa

ning

bua

h be

sar

89

23

14

20

1,40

-

700 ; 2

,4

2500 ; 3

,6

1550 ; 1

,8

3350 ; 2

,9

SP

3,80

A

II

4 B

elim

bing

kas

ai

60

19

13

14

2,70

1,

10

50 ; 6,1

18

50 ; 4,7

70

0 ; 4,9

25

00 ; 2,8

SP

A

I

5 K

umpa

ng

112

26

19

22

4,30

1,

10

1500 ;1

1,2

3300 ; 6

,8

600 ; 7

24

00 ; 8,5

SP

A

I

6 Pe

mpa

ning

bua

h ke

cil

58,4

17

10

14

10

,10

- 27

00 ; 7,6

90

0 ; 3,7

19

00 ; 4,1

10

0 ; 2,9

SP

A

I

7 Pe

mpa

ning

bua

h ke

cil

55,8

19

12

15

9,

30

- 55

0 ; 6,8

23

50 ; 4,7

95

0 ; 3,6

27

50 ; 5,2

2,

70

SP

A

II

8 K

empa

s 35

,7

16

11

11

4,70

-

2650 ;4

,5

850 ; 2

,8

100 ; 3

,4

1900 ; 1

,6

3,40

SP

A

I

9 Pu

du

40,8

16

9

13

8 2,

40

150 ; 7

,3

1950 ; 5

,8

1250 ; 3

,3

3050 ; 5

1,

10

SP

A

II

10

Get

ah m

erah

13

4,6

25

16

17

17,1

0 2,

40

2600 ; 8

,7

800 ; 5

35

00 ; 6,3

17

00 ; 5

SP

A

I 11

Ja

ne

80,9

22

15

15

12

,50

- 30

00 ; 5,1

12

00 ; 3,9

18

50 ; 3,6

50 ; 3

,2

5,90

SP

A

I

12

Poga

63

,4

18

13

15

3,30

-

250 ;7

,6

2050 ; 5

,5

1400 ; 5

32

00 ; 4,7

8,

70

SP

A

I

13

Get

ah M

erah

77

,3

18

11

14

2,20

-

750 ; 4

,4

2550 ; 3

,6

1150 ; 2

29

50 ; 3,7

2,

40

SP

A

I

Page 113: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

.....L

anju

tan

lam

pira

n 2

c, H

utan

Raw

a G

ambu

t

Bul

an

: Apr

il 20

08

No

Jeni

s Poh

on

Kel

l (c

m)

Tt

(m)

TBC

(m

) TS

JP

SDJ

(m)

JAPS

T (m

) Te

rpan

jang

Terp

ende

k JP

SDSP

T (m

) Ti

pe

Posi

si

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

) 1

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il 42

,7

17

12

15

12

3 90

0 ; 8,9

27

00 ; 7,7

10

0 ; 6,3

19

00 ; 5,1

SP

A

II

2 K

umpa

ng H

aran

g 55

18

14

17

13

,23

3 13

00 ;9,1

31

00 ; 6,6

60

0 ; 5,8

24

00 ; 8,2

SP

3,

40

A

I

3 K

umpa

ng D

arah

46

13

6

9 0,

88

- 70

0 ; 2,4

25

00 ; 3,6

15

50 ; 1,8

33

50 ; 2,9

SP

4 A

I

4 U

bar M

anis

35

10

3,

5 8

3 -

50 ; 3,1

18

50 ; 1,7

70

0 ; 0,9

25

00 ; 2,8

SP

A

I

Bul

an

: M

ei 2

008

No

Jeni

s Poh

on

Kel

l (c

m)

Tt

(m)

TBC

(m

) TS

JP

SDJ

(m)

JAPS

T (m

) Te

rpan

jang

Terp

ende

k JP

SDSP

T (m

) Ti

pe

Posi

si

(Az,

Pjng

) (B

az,P

njng

) (A

z,Pn

jng)

(B

az,P

njng

) 1

Cul

a C

alin

g 32

12

6

12

3,60

-

700 ; 2

,4

2500 ; 3

,6

1550 ; 1

,8

3350 ; 2

,9

1,60

A

II

I 2

Pene

mpa

laan

32

10

4

9 9,

10

- 33

00 ; 4,8

15

00 ; 3,7

70

0 ; 3,8

25

00 ; 1,9

SP

4,

60

A

I

3 B

ekap

as

42

20

6 19

5,

60

- 22

00 ; 2,6

40

0 ; 3,4

10

00 ; 1,7

28

00 ; 2,2

SP

3,

80

A

II

4 La

nan

167

29

20

24

14,7

0 4,

10

3200 ; 5

,8

1400 ; 0

,6

650 ; 4

,1

2450 ; 6

,9

SP

A

I 5

Jeja

mbu

85

24

15

17

10

4,

10

250 ; 1

0,9

2050 ; 7

,2

600 ; 6

,6

2400 ; 3

,9

4,50

SP

A

I

6 B

edar

u ra

wa

60

21

13

19

6,65

-

1300 ; 6

,5

3100 ; 4

,5

300 ; 4

,3

2100 ; 2

,7

2,80

A

II

7

Puak

45

20

9

10

11,9

0 -

2500 ; 3

,3

700 ; 1

,8

100 ; 2

,6

1900 ; 0

,8

SP

A

I,

Page 114: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

L

ampi

ran

3

Dat

a po

hon

paka

n pa

da tr

anse

k su

rvei

sara

ng

a, H

utan

ker

anga

s

NO

PO

HO

N S

AR

AN

G

POH

ON

PA

KA

N

JPSD

PPT

Nam

a Lo

kal

BD

K

ondi

si

Nam

a Lo

kal

Kel

l TT

Tb

c B

D

Kon

disi

1

Idur

Ber

uang

B

uah

TB

Sim

pur B

alam

11

7,4

20

14

Bua

h TB

4,

81

2 R

arib

u B

uah

TB

Uba

r 53

,4

18

11

Bua

h TB

2,

14

3 U

bar M

erah

B

uah

TB

Uba

r Man

is

25,7

15

7

Bua

h TB

1,

90

4 H

abu-

habu

B

uah,

Dau

n,

TB

Uba

r Man

is

162,

4 25

17

B

uah

TB

4,85

5

Idur

Ber

uang

B

uah

TB

Uba

r Man

is

162,

4 24

17

B

uah

TB

4,85

6

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

Bua

h TB

Se

mon

ga

56,2

17

6

Bua

h TB

3,

80

7 Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

Bua

h TB

Pe

mpa

ning

B

uah

Bes

ar

Hab

u-ha

bu

44,2

48

,1

15

15

13

9 B

uah

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

5

8,18

8 R

arib

u -

TB

Uba

r Man

is

103

19

12

Bua

h TB

5,

67

9 Tu

ndin

g D

amak

B

uah

TB

Hab

u-ha

bu

56

14

10

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

5,

80

10

Jeja

ntik

B

uah

TB

Hab

u-ha

bu

40,9

15

7

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

1,

40

11

Hab

u-ha

bu

Bua

h, D

aun,

K

ulit

TB

Hab

u-ha

bu

48,5

11

6

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

1,

30

12

Tem

bora

s Put

ih

Bua

h TB

H

abu-

habu

36

,5

17

15

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

1,

90

13

Hab

u-ha

bu

Bua

h, D

aun,

TB

R

uran

gan

110,

6 20

16

B

uah

B

8,50

14

G

etah

Mer

ah

Kul

it TB

R

uran

gan

110,

6 20

14

B

uah

TB

10,6

0 15

Pa

kit

Bua

h TB

Si

ndur

17

7,2

25

18

Bua

h, K

ambi

um,

Kul

it TB

5,

60

16

Rur

anga

n B

uah

TB

Kem

pas

105

22

18

Bua

h, K

ulit

TB

1,70

17

Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

B

uah

TB

Kay

u B

atu

144,

7 25

17

B

uah,

Kul

it TB

14

,20

Page 115: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

......

..Lan

juta

n la

mpi

ran

3

b.

Hut

an D

ipte

roca

rp d

atar

an re

ndah

(

Hut

an D

ipte

roca

rp d

atar

an re

ndah

) - T

rans

ek 1

N

O

POH

ON

SA

RA

NG

PO

HO

N P

AK

AN

JP

SDPP

T N

ama

Loka

l B

D

Kon

disi

N

ama

Loka

l K

ell

TT

Tbc

BD

K

ondi

si

1 Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

Bua

h TB

H

abu-

habu

74

,2

12

9 B

uah,

Dau

n, K

ulit

TB

2,

10

2 A

sam

Kem

andr

au

Bua

h TB

Ja

mbu

l Tut

-tut

157

21

17

Bua

h TB

7,

60

3 Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

B

uah

TB

Hab

u-ha

bu

55

15

9 B

uah,

Dau

n, K

ulit

TB

8,90

4

Tund

ing

Dam

ak

Bua

h TB

H

abu-

habu

Je

jant

ik

54,3

91,5

17 15

5 11

Bua

h, D

aun,

Kul

it B

uah

TB

3,70

1,

25

5 Li

mbu

an

Bua

h TB

H

abu-

habu

31

13

7

Bua

h TB

8,

30

6 Po

ga

Bua

h TB

G

etah

Mer

ah

146

25

17

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

4,

80

7 H

abu-

habu

B

edar

u

Bua

h, D

aun,

K

ulit

Bua

h

TB

Get

ah M

erah

11

3,2

25

20

Kul

it -

3,30

8 Po

ga

Bua

h TB

R

enga

s 19

0,1

20

18

Dau

n M

uda

- 5,

30

9 Ja

ne

Bua

h TB

G

etah

Mer

ah

252,

4 25

19

B

uah,

Dau

n M

uda

TB

3,50

10

Sa

mpu

lum

utua

w

Bua

h TB

B

ulu-

bulu

22

,7

10

2,5

Kul

it TB

5,

50

11

Bed

aru

Bua

h, D

aun,

K

ulit

TB

Hab

u-ha

bu

60,5

20

9

Dau

n M

uda

TB

6,10

12

Uba

r Man

is B

uah

TB

Bul

u-bu

lu

22,3

18

7

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

1,

85

13

Cem

ara

Aru

B

uah,

Dau

n,

Kul

it TB

G

etah

Mer

ah

100,

3 22

15

D

aun

Mud

a B

1,

35

14

Jeja

ntik

K

ulit

TB

Hab

u-ha

bu

68,1

17

15

,5

Kul

it TB

2,

30

15

Kem

pas

Bua

h TB

H

abu-

habu

50

15

12

B

uah,

Dau

n, K

ulit

TB

6,60

16

Pe

mpi

sang

B

uah

TB

Get

ah M

erah

11

7,4

19

14

Kul

it -

3,60

17

K

empa

s B

uah

TB

Get

ah M

erah

82

,6

20

16

Kul

it -

4,30

18

G

etah

Mer

ah

Kul

it -

Get

ah M

erah

80

,1

17

14

Kul

it -

6,33

19

D

amar

Bat

u B

uah

B

Get

ah M

erah

12

6,1

25

19

Kul

it Te

rkel

upa

s 3,

40

20

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

Bua

h TB

G

etah

Mer

ah

100

23

14

Kul

it -

1,17

21

K

empa

s B

uah

TB

Get

ah M

erah

94

18

14

K

ulit

- 2,

10

22

Pem

pisa

ng

Bua

h TB

Pe

mpa

ning

B

uah

Bes

ar

122

27

20

Bua

h TB

2,

30

23

Saru

Bat

u B

uah

TB

Pem

pani

ng

Bua

h B

esar

11

6,7

20

15

Bua

h B

4,

30

24

- -

- G

etah

Mer

ah

97,5

25

17

K

ulit

- 2,

30

Page 116: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

.....

...La

njut

an la

mpi

ran

3

(Hut

an D

ipte

roca

rp d

atar

an re

ndah

) - T

rans

ek 2

N

O

POH

ON

SA

RA

NG

PO

HO

N P

AK

AN

JP

SDPP

T (m

) N

ama

Loka

l B

D

Kon

disi

N

ama

Loka

l K

ell

TT

Tbc

BD

K

ondi

si

1

Med

ang

Bua

h TB

G

etah

Mer

ah

110

25

15

Kul

it

- 4,

60

2 U

bar

Bua

h TB

B

uluh

an

77

20

12

Bua

h TB

4,

60

3 U

bar

Bua

h TB

R

enga

s G

etah

Mer

ah

25,3

61

,5

15

14

9 9 D

aun

Mud

a K

ulit

- - 1,

29 2

4 Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

B

uah

TB

Sem

onu

Mel

ukan

47

11

8,3

17

20

11

14

Bua

h B

uah,

Kul

it TB

TB

4,

80

4,36

5

Uba

r Man

is B

uah

TB

Jeja

ntik

79

,5

20

17

Bua

h TB

1,

41

6 Ja

ne

Bua

h, B

iji

TB

Kem

intin

g N

atai

B

ekap

as

86,5

68

18

20

13

13

B

uah

Bua

h, K

ulit

B

TB

5,40

6,

04

7 Je

jant

ik

Bua

h TB

K

epod

u 17

6 25

20

B

uah,

Kul

it TB

1,

30

8 K

etik

al

Bua

h, K

ulit

TB

Idur

Ber

uang

59

,6

17

13

Bua

h TB

0,

51

9 Je

jant

ik

Bua

h TB

R

uran

gan

56

20

14

Bua

h TB

6,

85

10

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il B

uah

TB

Poga

K

emin

ting

Nat

ai

44

47

13

15

11

13

Bua

h B

uah

TB

TB

1,20

3,

20

11

Saru

Bat

u B

uah

TB

Jane

19

10

6

Bua

h TB

2,

50

12

Rur

anga

n B

uah

TB

Idur

Ber

uang

Se

mon

ga

60

62,5

17

12

14

7

Bua

h B

uah

TB

TB

2,80

2,

90

13

Uba

r B

uah

TB

Bek

apas

38

17

13

B

uah,

Kul

it TB

0,

90

14

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

Bua

h TB

Su

ndi

46

17

14

Bua

h, B

iji

TB

0,68

15

R

uran

gan

Bua

h B

G

etah

Mer

ah

113

25

17

Kul

it -

2,30

16

H

abu-

habu

B

uah,

Dau

n,

Kul

it TB

R

oman

ia

26,4

10

4

Bua

h, K

ulit

Terk

elu

pas

2,70

17

Pens

elua

ngan

B

uah

TB

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

34,1

12

7

Bua

h TB

4,

30

18

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il B

uah

B

Sem

onga

38

15

11

B

uah

TB

1,85

19

Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

Bua

h B

Se

mon

ga

58,9

15

10

B

uah

TB

1,64

20

R

uran

gan

B

uah

TB

Get

ah M

erah

44

,9

15

13

Kul

it -

4,09

21

Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

Bua

h TB

K

awa

Hut

an

17

15

8 B

uah

TB

1,26

22

U

bar S

alin

B

uah

TB

Kem

pas

114

25

17

Kul

it -

4,53

23

K

awa

Hut

an

Bua

h TB

B

ekap

as

44,2

12

9

Bua

h, K

ulit

TB

0,75

24

Li

mbu

an

Bua

h TB

H

abu-

Hab

u 55

,5

20

16

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

1,

90

25

Kem

pas

Kul

it -

Ren

gas

30

12

8 D

aun

Mud

a -

3,23

26

Se

sang

gau

Bua

h TB

H

abu-

habu

49

,5

15

12

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

1,

20

27

Uba

r Put

ih

Bua

h TB

Je

jant

ik

70

20

17

Bua

h TB

4,

40

Page 117: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

.....

...La

njut

an la

mpi

ran

3

(H

utan

Dip

tero

carp

dat

aran

rend

ah) -

Tra

nsek

2

28

Ket

ikal

B

uah

TB

Hab

u-ha

bu

21,5

10

8

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

4,

50

29

Jeja

ntik

B

uah

TB

Kem

pas

72,3

17

12

K

ulit

- 2,

20

30

Poga

B

uah

TB

Hab

u-ha

bu

37

15

11

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

2,

60

31

Poga

Pun

ai

Bua

h TB

B

ekar

ai

Get

ah M

erah

87

,3

120,

8 20

20

14

16

B

uah

Kul

it TB

-

1,70

3 32

R

uran

gan

B

uah

TB

Jane

41

,6

15

10

Bua

h, B

iji

B

1,11

33

M

edan

g K

abui

B

uah

TB

Get

ah M

erah

70

,8

20

10

Kul

it -

7 34

K

umpa

ng

Bua

h TB

G

etah

Mer

ah

Hab

u-ha

bu

79,5

43

20

15

15

9

Kul

it B

uah,

Dau

n, K

ulit

Terk

elu

pas

TB

1,40

1,

96

35

Poga

Ber

uang

B

uah

TB

Ren

gas

86

20

14

Dau

n M

uda

- 0,

63

36

Hab

u-ha

bu

Bua

h, D

aun,

K

ulit

TB

Hab

u-ha

bu

35

15

9 B

uah,

Dau

n, K

ulit

TB

2,10

37

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

Bua

h TB

Id

ur B

erua

ng

48,3

15

11

B

uah

TB

4,52

38

R

ambu

tan

Hut

an

Bua

h TB

H

abu-

habu

45

,5

16

10

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

1

39

Idur

Ber

uang

B

uah

TB

Bad

elan

64

,3

15

11

Bua

h TB

3,

60

40

Gam

bir

Kul

it -

Pudu

77

,2

20

17

Bua

h TB

2,

85

41

Ket

ikal

B

uah

TB

Ren

gas

Jeja

ntik

29

,5

75,6

12

17

8 14

D

aun

Mud

a B

uah

- TB

0,80

1,

80

42

Kum

pang

K

eran

ji B

uah

Bua

h TB

TB

K

emin

ting

Nat

ai

143

25

21

Bua

h TB

3,

14

43

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

Bua

h TB

G

etah

Mer

ah

76

19

10

Kul

it -

0,70

44

U

bar M

inya

k B

uah

TB

Bek

apas

19

15

8

Bua

h, K

ulit

TB

2,54

45

Pe

mpa

ning

Bua

h B

esar

B

uah

TB

Idur

Ber

uang

99

17

10

B

uah

TB

1,70

46

Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

Bua

h TB

H

abu-

habu

50

15

10

B

uah,

Dau

n, K

ulit

TB

2 47

Se

mon

ga

Bua

h TB

Se

mon

ga

28

15

8 B

uah

TB

1,20

Page 118: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

..

......

Lanj

utan

lam

pira

n 3

(Hut

an D

ipte

roca

rp d

atar

an re

ndah

) - T

rans

ek 3

NO

PO

HO

N S

AR

AN

G

POH

ON

PA

KA

N

JPSD

PPT

(m)

Nam

a Lo

kal

BD

K

ondi

si

Nam

a Lo

kal

Kel

l TT

Tb

c B

D

Kon

disi

1 U

lin

- -

Nya

tuh

Mer

ah

22

15

12

Bua

h TB

2,

30

2 M

enda

raha

n

Bua

h, K

ulit

TB

Sem

onga

40

,2

15

7 B

uah

TB

1,05

3

Uba

r Man

is

Bua

h TB

Se

mon

ga

80

15

9 B

uah

TB

2,56

4

Uba

r M

eran

ti B

uah

- TB

-

Sem

onga

52

,2

15

8 B

uah

TB

3,70

5 H

abu-

habu

B

uah,

Dau

n, K

ulit

TB

Get

ah M

erah

4

15

8 K

ulit

- 1,

40

6 Po

ga P

unai

B

uah

TB

Sem

onga

38

15

8

Bua

h TB

2,

50

7 R

upis

Bua

h TB

G

etah

Mer

ah

72

20

12

Kul

it -

0,20

8

Mel

obu

Bua

h, B

iji

TB

Get

ah M

erah

80

,5

15

10

Kul

it -

3,15

9

Pem

pani

ng B

uah

Bes

ar

Bua

h TB

G

etah

Mer

ah

73,4

25

17

K

ulit

- 4,

20

10

Bek

apas

B

uah,

Kul

it B

G

etah

Mer

ah

105

23

19

Kul

it Te

rkel

upas

2,

55

11

Get

ah M

erah

K

ulit

- G

etah

Mer

ah

92

20

16

Kul

it -

5,90

H

utan

Dip

tero

carp

dat

aran

rend

ah) -

Tra

nsek

4

NO

PO

HO

N S

AR

AN

G

POH

ON

PA

KA

N

JPSD

PPT

(m)

Nam

a Lo

kal

BD

K

ondi

si

Nam

a Lo

kal

Kel

l TT

Tb

c B

D

Kon

disi

1 K

awa

Hut

an

Bua

h TB

Je

jant

ik

Saru

Bat

u 62

8

18

15

12

11

Bua

h B

uah

TB

TB

4,10

4,

80

2 Id

ur B

erua

ng

Bua

h TB

Se

mon

ga

31

16

12

Bua

h TB

2,

80

3 U

bar U

bi

Bua

h TB

R

uran

gan

87

18

13

Bua

h TB

7,

40

4 Pa

ra

Kul

it -

Mel

ukan

14

6 22

18

B

uah

TB

1,16

5

Pem

pisa

ng

Bua

h TB

U

bar P

utih

58

,7

15

11

Bua

h TB

4,

10

6 B

ekap

as

Bua

h, K

ulit

TB

Rur

anga

n 12

9 22

13

B

uah

TB

1,40

7

Ket

ikal

B

uah

TB

Bek

apas

88

20

14

B

uah,

Kul

it TB

1,

50

8 U

bar

Bua

h TB

Se

mon

ga

66

15

6 B

uah

TB

1,65

9

Pens

elua

ngan

B

uah

TB

Kum

pang

51

17

12

B

uah

TB

2,25

10

Pa

kit

Sint

u B

uah,

D

aun

Mud

a TB

-

Uba

r 38

15

12

B

uah

TB

0,76

11

Nen

asi

Bua

h TB

K

awa

Hut

an

48

15

9 B

uah

TB

1,70

12

B

ekap

as

Bua

h, K

ulit

TB

Sem

onga

67

17

15

B

uah

TB

1,40

13

K

umpa

ng

Bua

h TB

K

atur

Put

ih

116

20

12

Bua

h TB

3,

20

Page 119: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

..

......

Lanj

utan

lam

pira

n 3

(Hut

an D

ipte

roca

rp d

atar

an re

ndah

) - T

rans

ek 4

14

Bua

h D

ara

Bua

h TB

Je

jant

ik

52

20

16

Bua

h B

3,

80

15

Jane

B

uah,

Biji

TB

K

awa

Hut

an

53,5

15

11

B

uah

TB

1,40

16

D

aun

Sala

m

Dau

n M

uda

- H

abu-

habu

21

15

10

B

uah,

Dau

n,

Kul

it TB

0,

86

17

Kum

pang

B

uah

TB

Get

ah M

erah

11

0 25

19

K

ulit

Terk

elu

pas

6,40

18

Lim

buan

B

uah

TB

Jeja

ntik

49

18

9

Bua

h TB

1,

16

19

Ulin

-

- G

etah

Mer

ah

99

25

17

Kul

it -

0,73

20

Ja

ne

Bua

h, B

iji

TB

Sind

ur

44,9

18

10

B

uah

TB

3,45

21

Li

mbu

an

Bua

h TB

Je

jant

ik

103

25

14

Bua

h B

3,

70

22

Kem

pas

Kul

it -

Sind

ur

82

18

14

Bua

h B

5,

80

22

-

- A

kar B

elal

e -

- -

Kam

bium

A

kar

- 3,

10

23

Jeja

ntik

B

uah

TB

Hab

u-ha

bu

28

15

10

Bua

h, D

aun,

K

ulit

TB

0,54

24

Lim

buan

B

uah

TB

Get

ah M

erah

93

20

13

K

ulit

Terk

elu

pas

1,60

25

Peng

kela

hang

an

- -

Sind

ur

138

25

14

Bua

h, K

ulit

TB

3,50

Page 120: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

......

..Lan

juta

n la

mpi

ran

3

(H

utan

Dip

tero

carp

dat

aran

rend

ah) -

Tra

nsek

5

NO

PO

HO

N S

AR

AN

G

POH

ON

PA

KA

N

JPSD

PPT

(m)

Nam

a Lo

kal

BD

K

ondi

si

Nam

a Lo

kal

Kel

l TT

Tb

c B

D

Kon

disi

1 B

ekap

as

Bua

h, K

ulit

TB

Hab

u-ha

bu

42

13

11

Bua

h, D

aun,

Kul

it TB

2,

86

2 Sa

ru B

atu

Bua

h TB

Je

jant

ik

51,5

15

12

B

uah

TB

0,41

3

Rur

anga

n B

uah

TB

Men

sira

93

17

12

B

uah

TB

4,60

4

Ker

untu

an B

ayan

-

- Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

81,8

20

13

B

uah

TB

4,18

5

Med

ang

Bua

h TB

B

uah

Dar

a 44

15

13

B

uah

TB

1,46

6

Jeja

ntik

B

uah

TB

Get

ah M

erah

19

3 22

15

K

ulit

- 5,

20

7 Li

mbu

an

Bua

h TB

Se

mon

ga

22

17

15

Bua

h TB

1,

20

8 Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

Bua

h TB

Se

mon

ga

35

15

12

Bua

h TB

1,

40

9 K

ayu

Gad

ing

Rar

ibu

- B

uah

- TB

Sem

onga

10

3, 5 15

9

Bua

h TB

6,

20

10

Saru

Bat

u B

uah

TB

Ren

gas

45

10

7 D

aun

Mud

a -

3,50

11

U

lin

- -

Sem

onga

68

15

7

Bua

h TB

3,

30

12

Kum

pang

B

uah

TB

Idur

Put

ih

54,4

15

11

B

uah

TB

2,30

b. H

utan

Raw

a ga

mbu

t

(Hut

an R

awa

gam

but)

- Tra

nsek

1

NO

PO

HO

N S

AR

AN

G

POH

ON

PA

KA

N

JPSD

PPT

(m)

Nam

a Lo

kal

BD

K

ondi

si

Nam

a Lo

kal

Kel

l TT

Tb

c B

D

Kon

disi

1 B

inta

ngur

B

uah

TB

Ren

gas

75

20

15

Dau

n M

uda

- 3

2 Pu

ak

Bua

h TB

B

ekap

as

88,3

22

12

B

uah,

Kul

it TB

4

3 U

bar M

anis

Bua

h B

Te

ntal

ang

131,

5 26

16

B

uah

TB

1,30

4

Poga

Pun

ai

Bua

h TB

K

etia

u 34

17

8

Bua

h TB

0,

99

5 Pu

ak

Bua

h TB

Pu

ak

54,9

18

11

B

uah

TB

4,95

6

Beb

arak

B

uah

TB

Lam

anad

uk

22,8

10

6

Bua

h TB

2,

60

7 B

ekap

as

Bua

h, K

ulit

TB

Ren

gas

88,4

18

6

Dau

n M

uda

- 2,

40

8 Si

ndur

B

uah

TB

Ket

iau

34,6

15

10

B

uah

TB

0,45

9

Mer

anti

-

- R

enga

s 77

,3

19

14

Dau

n M

uda

- 3,

50

10

Bin

tang

ur

Bua

h TB

R

enga

s 45

,3

16

125

Dau

n M

uda

- 3

Page 121: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

.....

...La

njut

an la

mpi

ran

3

(H

utan

Raw

a ga

mbu

t) - T

rans

ek 2

N

O

POH

ON

SA

RA

NG

PO

HO

N P

AK

AN

JP

SDPP

T (m

) N

ama

Loka

l B

D

Kon

disi

N

ama

Loka

l K

ell

T T Tb

c B

D

Kon

disi

1 B

enta

n B

uah

TB

Te

ntal

ang

41,8

15

6

Bua

h TB

2,

50

2 K

rand

ang

Dut

a -

- B

ekap

as

110,

5 22

13

B

uah,

Kul

it Te

rkel

upas

5,

80

3 K

umpa

ng H

aran

g B

uah

TB

Poga

Pu

ak

25

32,5

10

10

3,

4 5 B

uah

Bua

h TB

B

3,

40

4,36

4

Puak

B

uah

B

Tent

alan

g

62,7

20

14

B

uah

TB

3,50

5

Puak

B

uah

TB

Ben

tan

130,

4 25

18

B

uah

TB

3,10

6

Bek

apas

B

uah,

Kul

it TB

R

enga

s 12

2,8

27

20

Dau

n M

uda

- 2,

40

7 Si

ndur

B

uah

TB

Ket

iau

149,

8 27

19

B

uah

TB

0,45

8

Mer

anti

-

- R

enga

s 14

0,6

20

15

Dau

n M

uda

- 3,

50

9 B

inta

ngur

B

uah

TB

Ren

gas

115,

4 25

15

D

aun

Mud

a -

3 10

Pu

ak

Bua

h TB

B

ekap

as

45,7

15

12

B

uah,

Kul

it TB

4

11

Uba

r Man

is B

uah

B

Tent

alan

g 12

2 20

16

B

uah

TB

1,30

12

Po

ga P

unai

B

uah

TB

Ket

iau

30

14

6 B

uah

TB

0,99

13

Pu

ak

Bua

h TB

Pu

ak

49,2

18

8

Bua

h TB

4,

95

14

Beb

arak

B

uah

TB

Lam

anad

uk

87

20

10

Bua

h TB

2,

60

K

eter

anga

n :

TT

=

Ting

gi T

otal

Tbc

= Ti

nggi

Beb

as C

aban

g

BD

=

Bag

ian

Dim

akan

B =

Ber

buah

T

B

= Ti

dak

Ber

buah

=

Sara

ng D

itana

h

Page 122: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Lampiran 4

Analisis vegetasi pada berbagai tipe hutan di stasiun penelitian Camp Leakey dari tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon a. Hutan kerangas

Tingkat pertumbuhan : Semai RH : 81 % Azimuth : 80 0 Suhu : 26 0C Ukuran Transek : (20x100) m2 Analisis Vegetasi Hutan Kerangas

INP TINGKAT PERTUMBUHAN SEMAI No Nama Jenis Jumlah K KR F FR INP 1 Jejantik 2 500 0,0238 2 0,2 0,0323 0,0561 2 Para 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 3 Pempisang 3 750 0,0357 2 0,2 0,0323 0,0680 4 Ubar Merah 8 2000 0,0952 6 0,6 0,0968 0,1920 5 Sipun 7 1750 0,0833 2 0,2 0,0323 0,1156 6 Ubar Putih 3 750 0,0357 3 0,3 0,0484 0,0841 7 Saru Putih 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 8 Srigunung 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 9 Tembaras Putih 2 500 0,0238 2 0,2 0,0323 0,0561 10 Penseluangan 5 1250 0,0595 4 0,4 0,0645 0,1240 11 Pepagar 2 500 0,0238 1 0,1 0,0161 0,0399 12 Duku Hutan 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 13 Pempaning Buah Kecil 3 750 0,0357 2 0,2 0,0323 0,0680 14 Pempaning Buah Besar 4 1000 0,0476 1 0,1 0,0161 0,0637 15 Bejungkung 2 500 0,0238 1 0,1 0,0161 0,0399 16 Kumpang Sarung 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 17 Mendoking 5 1250 0,0595 2 0,2 0,0323 0,0918 18 Habu-habu 5 1250 0,0595 4 0,4 0,0645 0,1240 19 Beboti 3 750 0,0357 3 0,3 0,0484 0,0841 20 Ketikal 2 500 0,0238 2 0,2 0,0323 0,0561 21 Melobu 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 22 Raribu 3 750 0,0357 3 0,3 0,0484 0,0841 23 Rukam 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 24 Cempaka Piring 2 500 0,0238 2 0,2 0,0323 0,0561 25 Lunding 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 26 Poga Punai 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 27 Semonga 2 500 0,0238 2 0,2 0,0323 0,0561 28 Pantis 4 1000 0,0476 2 0,2 0,0323 0,0799 29 Sesambil 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 30 Kumpang Tahun 2 500 0,0238 1 0,1 0,0161 0,0399 31 Temboras Hitam 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 32 Kayu Gading 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 33 Pempinang 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 34 Buah Dara 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280 35 Daun Salam 1 250 0,0119 1 0,1 0,0161 0,0280

Jumlah 84 21000 1 6,2 1 2

Page 123: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

........Lanjutan lampiran 4

Tingkat pertumbuhan : Pancang

Ukuran Transek : (20x200) m2

INP TINGKAT PERTUMBUHAN PANCANG No Nama Jenis Jumlah K KR F FR INP 1 Jejantik 8 320 0,0567 5 0,5 0,0446 0,1014 2 Cempaka Piring 3 120 0,0213 3 0,3 0,0268 0,0481 3 Pempisang 5 200 0,0355 4 0,4 0,0357 0,0712 4 Sungkup 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 5 Duku Hutan 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 6 Tembaras Putih 6 240 0,0426 5 0,5 0,0446 0,0872 7 Idur Beruang 4 160 0,0284 4 0,4 0,0357 0,0641 8 Lunding 5 200 0,0355 4 0,4 0,0357 0,0712 9 Jemai 2 80 0,0142 2 0,2 0,0179 0,0320

10 Penseluangan 7 280 0,0496 4 0,4 0,0357 0,0854 11 Kumpang Merah 2 80 0,0142 2 0,2 0,0179 0,0320 12 Habu-habu 7 280 0,0496 4 0,4 0,0357 0,0854 13 Beboti 2 80 0,0142 2 0,2 0,0179 0,0320 14 Jaholi 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 15 Sipun 5 200 0,0355 4 0,4 0,0357 0,0712 16 Meranti 6 240 0,0426 5 0,5 0,0446 0,0872 17 Buah Dara 3 120 0,0213 2 0,2 0,0179 0,0391 18 Kumpang Sarung 2 80 0,0142 2 0,2 0,0179 0,0320 19 Kumpang Tahun 4 160 0,0284 4 0,4 0,0357 0,0641 20 Ubar Putih 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 21 Pasak Bumi 2 80 0,0142 2 0,2 0,0179 0,0320 22 Para 3 120 0,0213 3 0,3 0,0268 0,0481 23 Bedaru 2 80 0,0142 2 0,2 0,0179 0,0320 24 Jambul Tut-tut 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 25 Pengkerubungan 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 26 Semonga 7 280 0,0496 5 0,5 0,0446 0,0943 27 Pempaning Buah Kecil 6 240 0,0426 2 0,2 0,0179 0,0604 28 Poga Beruang 2 80 0,0142 2 0,2 0,0179 0,0320 29 Poga Punai 4 160 0,0284 3 0,3 0,0268 0,0552 30 Kumpang Hitam 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 31 Kayu Laki 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 32 Mensira 2 80 0,0142 2 0,2 0,0179 0,0320 33 Ketikal 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 34 Jerumuan 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 35 Bulu-Bulu 2 80 0,0142 2 0,2 0,0179 0,0320

Page 124: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

........Lanjutan lampiran 4

Pancang (Kerangas) 36 Sesambil 4 160 0,0284 4 0,4 0,0357 0,0641 37 Rengas 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 38 Pudu 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 39 Cemara Aru 8 320 0,0567 2 0,2 0,0179 0,0746 40 Raribu 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 41 Bebarak 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 42 Bejiing 2 80 0,0142 2 0,2 0,0179 0,0320 43 Sindur 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 44 Pantis 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 45 Ubar Merah 2 80 0,0142 1 0,1 0,0089 0,0231 46 Mahabai 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 47 Keranji Buah Kecil 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 48 Kayu Gading 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 49 Jejambu 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 50 Daun Salam 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 51 Ramania 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 52 Kratakuai 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160 53 Getah Merah 1 40 0,0071 1 0,1 0,0089 0,0160

Jumlah 141 5640 1 11,2 1 2

Page 125: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

.....L

anju

tan

lam

pira

n 4

Ting

kat p

ertu

mbu

han

: Tia

ng

Uku

ran

Tran

sek

: (

20x2

00) m

2

INP

TIN

GK

AT

PER

TUM

BU

HA

N T

IAN

G

No

Nam

a Lo

kal

K

K

R

F

FR

LBD

S D

D

R

INP

1 Lu

ndin

g 1

10

0,03

23

1 0,

1 0,

0385

0,

0121

0,

1211

0,

0255

0,

0962

2

Kem

anjin

g 1

10

0,03

23

1 0,

1 0,

0385

0,

0175

0,

1751

0,

0369

0,

1076

3

Mem

brot

ian

4 40

0,

1290

3

0,3

0,11

54

0,08

31

0,83

13

0,17

50

0,41

94

4 H

abu-

habu

6

60

0,19

35

5 0,

5 0,

1923

0,

0841

0,

8411

0,

1771

0,

5629

5

Jeja

ntik

2

20

0,06

45

2 0,

2 0,

0769

0,

0345

0,

3454

0,

0727

0,

2142

6

Bad

elan

1

10

0,03

23

1 0,

1 0,

0385

0,

0124

0,

1242

0,

0262

0,

0969

7

Sem

onga

3

30

0,09

68

2 0,

2 0,

0769

0,

0523

0,

5234

0,

1102

0,

2839

8

Pens

elua

ngan

1

10

0,03

23

1 0,

1 0,

0385

0,

0079

0,

0790

0,

0166

0,

0874

9

Pem

pani

ng B

uah

Kec

il 3

30

0,09

68

2 0,

2 0,

0769

0,

0562

0,

5622

0,

1184

0,

2921

10

Po

ga P

unai

1

10

0,03

23

1 0,

1 0,

0385

0,

0098

0,

0975

0,

0205

0,

0913

11

D

uku

Hut

an

1 10

0,

0323

1

0,1

0,03

85

0,01

99

0,19

90

0,04

19

0,11

26

12

Kum

pang

Tah

un

1 10

0,

0323

1

0,1

0,03

85

0,01

85

0,18

50

0,03

89

0,10

97

13

Uba

r Mer

ah

1 10

0,

0323

1

0,1

0,03

85

0,01

34

0,13

38

0,02

82

0,09

89

14

Nya

tuh

Mer

ah

2 20

0,

0645

1

0,1

0,03

85

0,02

48

0,24

84

0,05

23

0,15

53

15

Pem

pisa

ng

1 10

0,

0323

1

0,1

0,03

85

0,00

83

0,08

31

0,01

75

0,08

82

16

Men

taw

a 1

10

0,03

23

1 0,

1 0,

0385

0,

0098

0,

0975

0,

0205

0,

0913

17

C

emar

a A

ru

1 10

0,

0323

1

0,1

0,03

85

0,01

03

0,10

32

0,02

17

0,09

24

Jum

lah

31

1

2,6

1

4,75

0 1

3

Page 126: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

.....L

anju

tan

lam

pira

n 4

Ting

kat P

ertu

mbu

han

: Poh

on

Uku

ran

Tran

sek

: (

20x2

00) m

2

INP

TIN

GK

AT

PER

TUM

BU

HA

N P

OH

ON

N

o N

ama

Loka

l

K

KR

F FR

LB

DS

D

DR

IN

P 1

Rur

anga

n 2

5 0,

0286

2

0,2

0,03

08

0,25

65

0,64

13

0,03

11

0,09

05

2 K

umpa

ng S

arun

g 4

10

0,05

71

4 0,

4 0,

0615

0,

2837

0,

7091

0,

0344

0,

1531

3

Poga

Pun

ai

3 7,

5 0,

0429

3

0,3

0,04

62

0,17

86

0,44

65

0,02

17

0,11

07

4 K

etik

al

2 5

0,02

86

2 0,

2 0,

0308

0,

0381

0,

0953

0,

0046

0,

0640

5

Uba

r Sam

ak

1 2,

5 0,

0143

1

0,1

0,01

54

0,04

18

0,10

46

0,00

51

0,03

47

6 K

emin

ting

Nat

ai

6 15

0,

0857

5

0,5

0,07

69

0,54

21

1,35

52

0,06

57

0,22

84

7 B

ulu-

bulu

1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

0939

0,

2348

0,

0114

0,

0411

8

Nya

tuh

Mer

ah

4 10

0,

0571

4

0,4

0,06

15

0,80

61

2,01

53

0,09

78

0,21

64

9 U

bar M

erah

3

7,5

0,04

29

2 0,

2 0,

0308

0,

1822

0,

4554

0,

0221

0,

0957

10

Pe

ngke

rubu

ngan

1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

0531

0,

1329

0,

0064

0,

0361

11

B

ejun

gkun

g 1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

1387

0,

3468

0,

0168

0,

0465

12

K

ayu

Bat

u 2

5 0,

0286

2

0,2

0,03

08

0,88

30

2,20

75

0,10

71

0,16

64

13

Get

ah M

erah

1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

0352

0,

0880

0,

0043

0,

0339

14

K

ayu

Bun

ga

1 2,

5 0,

0143

1

0,1

0,01

54

0,13

52

0,33

79

0,01

64

0,04

61

15

Mer

anti

6 15

0,

0857

5

0,5

0,07

69

0,39

77

0,99

43

0,04

82

0,21

09

16

Pant

is

4 10

0,

0571

2

0,2

0,03

08

0,19

46

0,48

65

0,02

36

0,11

15

17

Kum

pang

Tah

un

1 2,

5 0,

0143

1

0,1

0,01

54

0,06

31

0,15

77

0,00

76

0,03

73

18

Cem

ara

Aru

2

5 0,

0286

2

0,2

0,03

08

1,06

42

2,66

05

0,12

91

0,18

84

19

Kep

odu

3 7,

5 0,

0429

3

0,3

0,04

62

0,06

59

0,16

48

0,00

80

0,09

70

20

Jeja

ntik

2

5 0,

0286

2

0,2

0,03

08

0,21

42

0,53

55

0,02

60

0,08

53

21

Hab

u-ha

bu

1 2,

5 0,

0143

1

0,1

0,01

54

0,11

85

0,29

63

0,01

44

0,04

40

22

Uba

r Put

ih

2 5

0,02

86

2 0,

2 0,

0308

0,

0459

0,

1147

0,

0056

0,

0649

23

Si

ndur

2

5 0,

0286

2

0,2

0,03

08

0,22

90

0,57

24

0,02

78

0,08

71

Page 127: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

.....L

anju

tan

lam

pira

n 4

Poho

n 24

Pe

mpa

ning

Bua

h K

ecil

1 2,

5 0,

0143

1

0,1

0,01

54

0,03

85

0,09

61

0,00

47

0,03

43

25

Kem

pas

2 5

0,02

86

2 0,

2 0,

0308

0,

7487

1,

8717

0,

0908

0,

1501

26

K

umpa

ng H

itam

1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

0379

0,

0948

0,

0046

0,

0343

27

K

eman

jing

1 2,

5 0,

0143

1

0,1

0,01

54

0,04

28

0,10

69

0,00

52

0,03

49

28

Bej

iing

1 2,

5 0,

0143

1

0,1

0,01

54

0,13

46

0,33

64

0,01

63

0,04

60

29

Pene

mpa

laan

1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

2874

0,

7186

0,

0349

0,

0645

30

Te

mbo

ras H

itam

1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

0981

0,

2452

0,

0119

0,

0416

31

K

ayu

Laki

1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

0765

0,

1912

0,

0093

0,

0389

32

B

anga

n 1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

0617

0,

1541

0,

0075

0,

0371

33

Id

ur B

erua

ng

1 2,

5 0,

0143

1

0,1

0,01

54

0,14

51

0,36

28

0,01

76

0,04

73

34

Sesa

mbi

l 1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

0336

0,

0841

0,

0041

0,

0337

35

Ben

trong

1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

3431

0,

8578

0,

0416

0,

0713

36

Sem

onga

1

2,5

0,01

43

1 0,

1 0,

0154

0,

0749

0,

1873

0,

0091

0,

0388

37

B

adel

an

1 2,

5 0,

0143

1

0,1

0,01

54

0,06

17

0,15

41

0,00

75

0,03

71

Jum

lah

17

5 1

6,

5 1

20

,614

5 1

3

Page 128: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

........Lanjutan lampiran 4 b. Hutan dipterocarp dataran rendah

Tingkat pertumbuhan : Semai RH : 81 % Azimuth : 40 0 Suhu : 25,5 0C Ukuran Transek : (20x200) m2 Analisis Vegetasi Hutan Dipterocarpaceae Tanah Kering (Jalur 13)

INP TINGKAT PERTUMBUHAN SEMAI No Nama Lokal Jumlah K KR F FR INP 1 Bulu-bulu 5 1250 0,05 1 0,1 0,0244 0,0744 2 Rupis 10 2500 0,1 3 0,3 0,0732 0,1732 3 Ubar putih 13 3250 0,13 4 0,4 0,0976 0,2276 4 Ubar hitam 2 500 0,02 1 0,1 0,0244 0,0444 5 Pempisang 20 5000 0,2 6 0,6 0,1463 0,3463 6 Rengas 5 1250 0,05 2 0,2 0,0488 0,0988 7 Ribu-ribu 7 1750 0,07 4 0,4 0,0976 0,1676 8 Cempaka piring 4 1000 0,04 2 0,2 0,0488 0,0888 9 Kumpang 7 1750 0,07 3 0,3 0,0732 0,1432 10 Ubar merah 2 500 0,02 2 0,2 0,0488 0,0688 11 Belimbing kasai 4 1000 0,04 2 0,2 0,0488 0,0888 12 Sempulutan 1 250 0,01 1 0,1 0,0244 0,0344 13 Badelan 2 500 0,02 2 0,2 0,0488 0,0688 14 Sindur 1 250 0,01 1 0,1 0,0244 0,0344 15 Ubar 12 3000 0,12 4 0,4 0,0976 0,2176 16 Pantis 3 750 0,03 1 0,1 0,0244 0,0544 17 Tentamu 1 250 0,01 1 0,1 0,0244 0,0344 18 Pempaning buah kecil 1 250 0,01 1 0,1 0,0244 0,0344 Jumlah 100 25000 1 4,1 1 2

Page 129: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

........Lanjutan lampiran 4 Tingkat pertumbuhan : Pancang

Ukuran Transek : (20x200) m2

INP TINGKAT PERTUMBUHAN PANCANG No Nama Lokal Jumlah K KR F FR INP 1 Pempisang 27 1080 0,2015 10 1 0,1515 0,3530 2 Cempaka piring 12 480 0,0896 5 0,5 0,0758 0,1653 3 Pudu 2 80 0,0149 2 0,2 0,0303 0,0452 4 Sindur 4 160 0,0299 2 0,2 0,0303 0,0602 5 Belimbing kasai 12 480 0,0896 5 0,5 0,0758 0,1653 6 Ubar putih 9 360 0,0672 4 0,4 0,0606 0,1278 7 Kumpang 18 720 0,1343 7 0,7 0,1061 0,2404 8 Badelan 1 40 0,0075 1 0,1 0,0152 0,0226 9 Ubar merah 2 80 0,0149 2 0,2 0,0303 0,0452

10 Idur beruang 2 80 0,0149 1 0,1 0,0152 0,0301 11 Ulin 1 40 0,0075 1 0,1 0,0152 0,0226 12 Ubar 23 920 0,1716 8 0,8 0,1212 0,2929 13 Lunding 1 40 0,0075 1 0,1 0,0152 0,0226 14 Tembaras 2 80 0,0149 1 0,1 0,0152 0,0301 15 Tentamu 5 200 0,0373 3 0,3 0,0455 0,0828 16 Rengas bulu ayam 1 40 0,0075 1 0,1 0,0152 0,0226 17 Tunding damak 1 40 0,0075 1 0,1 0,0152 0,0226 18 Jane 1 40 0,0075 1 0,1 0,0152 0,0226 19 Getah merah 1 40 0,0075 1 0,1 0,0152 0,0226 20 Poga 3 120 0,0224 3 0,3 0,0455 0,0678 21 Rengas 2 80 0,0149 2 0,2 0,0303 0,0452 22 Bulu-bulu 1 40 0,0075 1 0,1 0,0152 0,0226 23 Raribu 1 40 0,0075 1 0,1 0,0152 0,0226 24 Penseluangan 1 40 0,0075 1 0,1 0,0152 0,0226 25 Manggis hutan 1 40 0,0075 1 0,1 0,0152 0,0226

Jumlah 134 5360 1 6,6 1 2

Page 130: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

.....L

anju

tan

lam

pira

n 4

Ting

kat p

ertu

mbu

han

: Tia

ng

Uku

ran

Tran

sek

: (

20x2

00) m

2

Ana

lisis

Veg

etas

i Hut

an D

ipte

roca

rpac

eae

Tana

h K

erin

g (J

alur

13)

INP

TIN

GK

AT

PER

TUM

BU

HA

N T

IAN

G

No

Nam

a Lo

kal

K

K

R

F

FR

LBD

S D

D

R

INP

1 U

bar

1 10

0,

0233

1

0,1

0,02

56

0,01

91

0,19

12

0,02

53

0,07

42

2 D

amar

bat

u 1

10

0,02

33

1 0,

1 0,

0256

0,

0310

0,

3100

0,

0411

0,

0900

3

Bek

apas

4

40

0,09

30

4 0,

4 0,

1026

0,

0740

0,

7400

0,

0980

0,

2936

4

Bed

aru

2 20

0,

0465

2

0,2

0,05

13

0,03

85

0,38

47

0,05

10

0,14

88

5 Je

jant

ik

2 20

0,

0465

2

0,2

0,05

13

0,03

84

0,38

37

0,05

08

0,14

86

6 U

bar m

erah

5

50

0,11

63

3 0,

3 0,

0769

0,

0962

0,

9618

0,

1274

0,

3206

7

Sem

onga

3

30

0,06

98

3 0,

3 0,

0769

0,

0381

0,

3808

0,

0505

0,

1971

8

Rib

u-rib

u 1

10

0,02

33

1 0,

1 0,

0256

0,

0180

0,

1796

0,

0238

0,

0727

9

Ulin

1

10

0,02

33

1 0,

1 0,

0256

0,

0263

0,

2632

0,

0349

0,

0838

10

Lu

ndin

g 1

10

0,02

33

1 0,

1 0,

0256

0,

0080

0,

0795

0,

0105

0,

0594

11

K

aran

gan

silu

1

10

0,02

33

1 0,

1 0,

0256

0,

0163

0,

1634

0,

0216

0,

0705

12

K

umpa

ng

1 10

0,

0233

1

0,1

0,02

56

0,01

99

0,19

90

0,02

64

0,07

53

13

Ren

gas

2 20

0,

0465

2

0,2

0,05

13

0,02

68

0,26

80

0,03

55

0,13

33

14

Tent

amu

1 10

0,

0233

1

0,1

0,02

56

0,01

31

0,13

06

0,01

73

0,06

62

15

Ket

ugal

1

10

0,02

33

1 0,

1 0,

0256

0,

0272

0,

2725

0,

0361

0,

0850

16

K

etik

al

1 10

0,

0233

1

0,1

0,02

56

0,02

28

0,22

79

0,03

02

0,07

91

17

Poga

4

40

0,09

30

4 0,

4 0,

1026

0,

0742

0,

7417

0,

0983

0,

2939

18

Tu

ndin

g da

mak

3

30

0,06

98

2 0,

2 0,

0513

0,

0470

0,

4705

0,

0623

0,

1834

19

Lu

rang

an

1 10

0,

0233

1

0,1

0,02

56

0,02

32

0,23

22

0,03

08

0,07

97

20

Nem

ai

1 10

0,

0233

1

0,1

0,02

56

0,01

61

0,16

12

0,02

14

0,07

03

21

Ren

gas b

ulu

ayam

3

30

0,06

98

2 0,

2 0,

0513

0,

0441

0,

4408

0,

0584

0,

1795

22

G

etah

mer

ah

1 10

0,

0233

1

0,1

0,02

56

0,01

03

0,10

32

0,01

37

0,06

26

23

Med

ang

1 10

0,

0233

1

0,1

0,02

56

0,01

47

0,14

72

0,01

95

0,06

84

24

Jeja

mbu

1

10

0,02

33

1 0,

1 0,

0256

0,

0115

0,

1150

0,

0152

0,

0641

Ju

mla

h

43

0 1

3,

9 1

7,

5477

1

3

Page 131: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

.....L

anju

tan

lam

pira

n 4

Ting

kat P

ertu

mbu

han

: Poh

on

Uku

ran

Tran

sek

: (

20x2

00) m

2

Ana

lisis

Veg

etas

i Hut

an D

ipte

roca

rpac

eae

Tana

h K

erin

g (J

alur

13)

INP

TIN

GK

AT

PER

TUM

BU

HA

N P

OH

ON

N

o N

ama

Loka

l

K

KR

F FR

LB

DS

D

DR

IN

P 1

Gad

ing

1 2,

5 0,

0128

1

0,1

0,01

41

0,03

25

0,08

13

0,00

40

0,03

09

2 D

amar

bat

u 6

15

0,07

69

4 0,

4 0,

0563

1,

1112

2,

7779

0,

1356

0,

2689

3

Lund

ing

1 2,

5 0,

0128

1

0,1

0,01

41

0,16

72

0,41

79

0,02

04

0,04

73

4 Ja

ne

3 7,

5 0,

0385

3

0,3

0,04

23

0,13

26

0,33

16

0,01

62

0,09

69

5 K

umpa

ng

4 10

0,

0513

3

0,3

0,04

23

0,23

96

0,59

91

0,02

92

0,12

28

6 Je

jant

ik

10

25

0,12

82

8 0,

8 0,

1127

0,

8268

2,

0670

0,

1009

0,

3418

7

Uba

r mer

ah

2 5

0,02

56

2 0,

2 0,

0282

0,

0784

0,

1961

0,

0096

0,

0634

8

Sem

onga

3

7,5

0,03

85

3 0,

3 0,

0423

0,

1652

0,

4130

0,

0202

0,

1009

9

Uba

r put

ih

1 2,

5 0,

0128

1

0,1

0,01

41

0,04

98

0,12

45

0,00

61

0,03

30

10

Nya

tuh

2 5

0,02

56

2 0,

2 0,

0282

0,

0696

0,

1741

0,

0085

0,

0623

11

Id

ur b

erua

ng

3 7,

5 0,

0385

3

0,3

0,04

23

0,30

41

0,76

01

0,03

71

0,11

78

12

Lura

ngan

6

15

0,07

69

5 0,

5 0,

0704

0,

4734

1,

1835

0,

0578

0,

2051

13

B

angk

an b

enib

un

1 2,

5 0,

0128

1

0,1

0,01

41

0,50

40

1,26

00

0,06

15

0,08

84

14

Ket

ikal

5

12,5

0,

0641

5

0,5

0,07

04

0,24

77

0,61

93

0,03

02

0,16

48

15

Ulin

1

2,5

0,01

28

1 0,

1 0,

0141

0,

1913

0,

4782

0,

0233

0,

0503

16

B

edar

u 2

5 0,

0256

2

0,2

0,02

82

0,10

71

0,26

77

0,01

31

0,06

69

17

Bek

apas

3

7,5

0,03

85

3 0,

3 0,

0423

0,

1418

0,

3546

0,

0173

0,

0980

18

Te

ntam

u 2

5 0,

0256

2

0,2

0,02

82

0,09

02

0,22

54

0,01

10

0,06

48

19

Poga

3

7,5

0,03

85

3 0,

3 0,

0423

0,

1396

0,

3490

0,

0170

0,

0978

20

B

entro

ng

1 2,

5 0,

0128

1

0,1

0,01

41

0,16

01

0,40

02

0,01

95

0,04

64

Page 132: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

.....L

anju

tan

lam

pira

n 4

Poho

n (D

ipte

roca

rp d

atar

an re

ndah

) 21

Tu

ndin

g da

mak

1

2,5

0,01

28

1 0,

1 0,

0141

0,

0548

0,

1371

0,

0067

0,

0336

23

D

uku

huta

n 1

2,5

0,01

28

1 0,

1 0,

0141

0,

0481

0,

1202

0,

0059

0,

0328

24

H

ahar

ang

1 2,

5 0,

0128

1

0,1

0,01

41

0,21

62

0,54

06

0,02

64

0,05

33

25

Uba

r 1

2,5

0,01

28

1 0,

1 0,

0141

0,

0406

0,

1015

0,

0050

0,

0319

26

Sa

ri gu

nung

1

2,5

0,01

28

1 0,

1 0,

0141

0,

1181

0,

2953

0,

0144

0,

0413

27

G

etah

mer

ah

1 2,

5 0,

0128

1

0,1

0,01

41

0,05

17

0,12

93

0,00

63

0,03

32

28

Med

ang

2 5

0,02

56

2 0,

2 0,

0282

0,

2870

0,

7174

0,

0350

0,

0888

29

Si

mpu

r bal

ang

2 5

0,02

56

2 0,

2 0,

0282

0,

2837

0,

7093

0,

0346

0,

0884

30

Pe

mpa

ning

bua

h ke

cil

1 2,

5 0,

0128

1

0,1

0,01

41

0,21

89

0,54

72

0,02

67

0,05

36

31

Pene

mpa

laan

1

2,5

0,01

28

1 0,

1 0,

0141

0,

2342

0,

5854

0,

0286

0,

0555

32

Pe

mpa

sir

3 7,

5 0,

0385

2

0,2

0,02

82

0,72

04

1,80

10

0,08

79

0,15

46

33

Tent

angi

s 1

2,5

0,01

28

1 0,

1 0,

0141

0,

2115

0,

5288

0,

0258

0,

0527

34

K

ayu

bung

a 1

2,5

0,01

28

1 0,

1 0,

0141

0,

4397

1,

0992

0,

0537

0,

0806

35

Pa

ntis

1

2,5

0,01

28

1 0,

1 0,

0141

0,

0357

0,

0894

0,

0044

0,

0313

Ju

mla

h

78

195

7,1

1

20,4

821

1 3

Page 133: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

........Lanjutan lampiran 4 c. Hutan rawa gambut

Tingkat pertumbuhan : Semai

RH : 84 % Azimuth : 320 0 Suhu : 26 0C Ukuran Transek : (20x100) m2

Analisis Vegetasi Hutan Kerangas

INP TINGKAT PERTUMBUHAN SEMAI No Nama Lokal Jumlah K KR F FR INP

1 Ketiau 7 1750 0,0897436 3 0,3 0,05454545 0,14429 2 Rengas 3 750 0,0384615 2 0,2 0,03636364 0,07483 3 Penempalaan 3 750 0,0384615 3 0,3 0,05454545 0,09301 4 Pempaning 2 500 0,025641 2 0,2 0,03636364 0,06200 5 Kumpang 6 1500 0,0769231 5 0,5 0,09090909 0,16783 6 Ubar merah 11 2750 0,1410256 6 0,6 0,10909091 0,25012 7 Mola 2 500 0,025641 2 0,2 0,03636364 0,06200 8 Jejambu 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100 9 Poga 2 500 0,025641 2 0,2 0,03636364 0,06200

10 Bintangur 5 1250 0,0641026 4 0,4 0,07272727 0,13683 11 Banitan 3 750 0,0384615 3 0,3 0,05454545 0,09301 12 Kamanjing 2 500 0,025641 2 0,2 0,03636364 0,06200 13 Medang kaboi 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100 14 Lanan 4 1000 0,0512821 3 0,3 0,05454545 0,10583 15 Penjarang bukit 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100 16 Bekacang 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100 17 Jejantik 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100 18 Sarigunung 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100 19 Pisang-pisang 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100 20 Bekapas 3 750 0,0384615 3 0,3 0,05454545 0,09301 21 Lamanaduk 3 750 0,0384615 1 0,1 0,01818182 0,05664 22 Jangkang 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100 23 Prapat batu 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100 24 Puak 7 1750 0,0897436 1 0,1 0,01818182 0,10793 25 Jelutung 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100 26 Blengsuit 3 750 0,0384615 1 0,1 0,01818182 0,05664 27 Medang 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100 28 Merang 1 250 0,0128205 1 0,1 0,01818182 0,03100

Jumlah 19500 5,5 2

Page 134: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

........Lanjutan lampiran 4 Tingkat pertumbuhan : Pancang Ukuran Transek : (20x200) m2 INP TINGKAT PERTUMBUHAN PANCANG

No Nama Lokal Jumlah K KR F FR INP 1 Jejambu 8 320 0,0404 3 0,3 0,02542373 0,0658 2 Ketiau 10 400 0,0505 6 0,6 0,05084746 0,1014 3 Bekapas 18 720 0,0909 7 0,7 0,05932203 0,1502 4 Poga 5 200 0,0253 4 0,4 0,03389831 0,0592 5 Penempalaan 11 440 0,0556 4 0,4 0,03389831 0,0895 6 Ramin 4 160 0,0202 4 0,4 0,03389831 0,0541 7 Banitan 11 440 0,0556 6 0,6 0,05084746 0,1064 8 Pansulan 2 80 0,0101 2 0,2 0,01694915 0,0271 9 Penseluangan 3 120 0,0152 3 0,3 0,02542373 0,0406

10 Puak 17 680 0,0859 7 0,7 0,05932203 0,1452 11 Bekacang 2 80 0,0101 2 0,2 0,01694915 0,0271 12 Ubar salin 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 13 Pempaning 11 440 0,0556 6 0,6 0,05084746 0,1064 14 Nyatuh 3 120 0,0152 2 0,2 0,01694915 0,0321 15 Tembunso 2 80 0,0101 1 0,1 0,00847458 0,0186 16 Kumpang 19 760 0,0960 8 0,8 0,06779661 0,1638 17 Rengas 7 280 0,0354 5 0,5 0,04237288 0,0777 18 Bentan 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 19 Jangkang 4 160 0,0202 3 0,3 0,02542373 0,0456 20 Pudu 2 80 0,0101 1 0,1 0,00847458 0,0186 21 Ubar merah 12 480 0,0606 8 0,8 0,06779661 0,1284 22 Tunding damak 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 23 Medang kaboi 3 120 0,0152 3 0,3 0,02542373 0,0406 24 Asam-asam 7 280 0,0354 4 0,4 0,03389831 0,0693 25 Kamanjing 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 26 Ubar putih 2 80 0,0101 2 0,2 0,01694915 0,0271 27 Mola 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 28 Salumbar 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 29 Bedaru rawa 3 120 0,0152 2 0,2 0,01694915 0,0321 30 Bulu-bulu 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 31 Idur 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 32 Lamanaduk 5 200 0,0253 3 0,3 0,02542373 0,0507 33 Memari 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 34 Medang kapur 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 35 Mansira 2 80 0,0101 2 0,2 0,01694915 0,0271 36 Badelan 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 37 Bati-bati 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 38 Blengsuit 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 39 Tembaras 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 40 Idur beruang 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 41 Lanan 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135 42 Mendarahan 2 80 0,0101 1 0,1 0,00847458 0,0186 43 Merang 4 160 0,0202 1 0,1 0,00847458 0,0287 44 Idat 2 80 0,0101 1 0,1 0,00847458 0,0186 45 Mahang 1 40 0,0051 1 0,1 0,00847458 0,0135

Jumlah 198 7920 1 11,8 1 2

Page 135: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

......

..Lan

juta

n la

mpi

ran

4

Ting

kat p

ertu

mbu

han

: Tia

ng

U

kura

n Tr

anse

k

: (20

x200

) m2

A

nalis

is V

eget

asi H

utan

Dip

tero

carp

acea

e Ta

nah

Ker

ing

(Jal

ur 1

3)

INP

TIN

GK

AT

PER

TUM

BU

HA

N T

IAN

G

No

Nam

a Lo

kal

K

K

R

Plot

F

FR

LBD

S D

D

R

INP

1 B

ekap

as

14

140

0,31

11

9 0,

9 0,

2727

0,

2098

2,

098

0,27

60

0,85

98

2 B

leng

suit

7 70

0,

1556

4

0,4

0,12

12

0,14

23

1,42

3 0,

1872

0,

4640

3

Lam

anad

uk

1 10

0,

0222

1

0,1

0,03

03

0,02

68

0,26

8 0,

0353

0,

0878

4

Asa

m-a

sam

4

40

0,08

89

3 0,

3 0,

0909

0,

0692

0,

692

0,09

10

0,27

08

5 K

umpa

ng

7 70

0,

1556

4

0,4

0,12

12

0,11

74

1,17

4 0,

1544

0,

4312

6

Ked

ongd

ong

huta

n 1

10

0,02

22

1 0,

1 0,

0303

0,

0105

0,

105

0,01

38

0,06

63

7 M

ahab

ag

1 10

0,

0222

1

0,1

0,03

03

0,01

5 0,

15

0,01

97

0,07

23

8 Ja

ngka

ng

1 10

0,

0222

1

0,1

0,03

03

0,02

45

0,24

5 0,

0322

0,

0848

9

Pem

pani

ng

1 10

0,

0222

1

0,1

0,03

03

0,02

96

0,29

6 0,

0389

0,

0915

10

Pu

ak

3 30

0,

0667

3

0,3

0,09

09

0,03

65

0,36

5 0,

0480

0,

2056

11

U

bar m

edan

g 1

10

0,02

22

1 0,

1 0,

0303

0,

0121

0,

121

0,01

59

0,06

84

12

Ren

gas

1 10

0,

0222

1

0,1

0,03

03

0,02

32

0,23

2 0,

0305

0,

0830

13

Tent

amu

1 10

0,

0222

1

0,1

0,03

03

0,00

98

0,09

8 0,

0129

0,

0654

14

K

etia

u 1

10

0,02

22

1 0,

1 0,

0303

0,

0124

0,

124

0,01

63

0,06

88

15

Poga

1

10

0,02

22

1 0,

1 0,

0303

0,

0211

0,

211

0,02

78

0,08

03

Jum

lah

450

3,3

1

7,60

2

3

Page 136: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

.....L

anju

tan

lam

pira

n 4

Ting

kat P

ertu

mbu

han

: Poh

on

Uku

ran

Tran

sek

: (

20x2

00) m

2

Ana

lisis

Veg

etas

i Hut

an D

ipte

roca

rpac

eae

Tana

h K

erin

g (J

alur

13)

INP

TIN

GK

AT

PER

TUM

BU

HA

N P

OH

ON

N

o N

ama

Loka

l

K

KR

F FR

LB

DS

D

DR

IN

P 1

Ren

gas

18

45

0,13

14

9 0,

9 0,

1059

1,

4373

2 3,

5933

0,

0931

0,

3304

2

Bek

apas

13

32

,5

0,09

49

7 0,

7 0,

0824

0,

5887

8 1,

4719

0,

0381

0,

2154

3

Ban

itan

9 22

,5

0,06

57

6 0,

6 0,

0706

0,

7435

1,

8587

0,

0482

0,

1844

4

Ulu

r-ul

ur

1 2,

5 0,

0073

1

0,1

0,01

18

0,22

205

0,55

51

0,01

44

0,03

34

5 La

nan

17

42,5

0,

1241

7

0,7

0,08

24

4,04

714

10,1

179

0,26

21

0,46

86

6 R

amin

10

25

0,

0730

6

0,6

0,07

06

1,27

146

3,17

87

0,08

23

0,22

59

7 N

yatu

h 2

5 0,

0146

1

0,1

0,01

18

0,26

458

0,66

15

0,01

71

0,04

35

8 B

enta

n 2

5 0,

0146

2

0,2

0,02

35

0,09

107

0,22

77

0,00

59

0,04

40

9 Pe

nsel

uang

an

1 2,

5 0,

0073

1

0,1

0,01

18

0,05

07

0,12

68

0,00

33

0,02

23

10

Jang

kang

3

7,5

0,02

19

3 0,

3 0,

0353

0,

3309

3 0,

8273

0,

0214

0,

0786

11

Pa

pung

1

2,5

0,00

73

1 0,

1 0,

0118

0,

0373

6 0,

0934

0,

0024

0,

0215

12

K

etia

u 11

27

,5

0,08

03

6 0,

6 0,

0706

1,

0844

1 2,

7110

0,

0702

0,

2211

13

B

ekun

yit

3 7,

5 0,

0219

3

0,3

0,03

53

0,14

543

0,36

36

0,00

94

0,06

66

14

Asa

m-a

sam

5

12,5

0,

0365

3

0,3

0,03

53

0,19

764

0,49

41

0,01

28

0,08

46

15

Kum

pang

12

30

0,

0876

7

0,7

0,08

24

0,69

683

1,74

21

0,04

51

0,21

51

16

Med

ang

kabo

i 1

2,5

0,00

73

1 0,

1 0,

0118

0,

0352

1 0,

0880

0,

0023

0,

0213

17

Je

lutu

ng

12

30

0,08

76

5 0,

5 0,

0588

2,

3146

3 5,

7866

0,

1499

0,

2963

Page 137: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

...

.....L

anju

tan

lam

pira

n 4

Poho

n (R

awa

gam

but)

18

Ben

gala

s 1

2,5

0,00

73

1 0,

1 0,

0118

0,

0723

1 0,

1808

0,

0047

19

M

entib

u 1

2,5

0,00

73

1 0,

1 0,

0118

0,

1687

8 0,

4220

0,

0109

20

Pr

apat

bat

u 1

2,5

0,00

73

1 0,

1 0,

0118

0,

2608

4 0,

6521

0,

0169

21

B

leng

suit

5 12

,5

0,03

65

5 0,

5 0,

0588

0,

5140

7 1,

2852

0,

0333

22

Pe

nem

pala

an

1 2,

5 0,

0073

1

0,1

0,01

18

0,03

66

0,09

15

0,00

24

23

Cem

ara

aru

1 2,

5 0,

0073

1

0,1

0,01

18

0,04

538

0,11

35

0,00

29

24

Man

sira

2

5 0,

0146

2

0,2

0,02

35

0,07

652

0,19

13

0,00

50

25

Lam

anad

uk

1 2,

5 0,

0073

1

0,1

0,01

18

0,10

347

0,25

87

0,00

67

26

Mer

ang

1 2,

5 0,

0073

1

0,1

0,01

18

0,24

383

0,60

96

0,01

58

27

Ben

galis

1

2,5

0,00

73

1 0,

1 0,

0118

0,

0598

5 0,

1496

0,

0039

28

R

asak

1

2,5

0,00

73

1 0,

1 0,

0118

0,

2996

5 0,

7491

0,

0194

Ju

mla

h

137

342,

5

8,

5 1

15,4

4033

38

,600

82

1

Page 138: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Lampiran 5

Sarang & pohon pakan Plot Keberadaan

Sarang Pohon Pakan 1 0 1 2 0 0 3 2 1 4 1 0 5 0 1 6 3 4 7 0 0 8 1 0 9 2 2 10 1 2 11 1 1 12 0 0 13 2 1 14 2 3 15 0 0 16 0 0 17 1 1 18 1 0 19 0 0 20 0 0 21 0 0 22 0 2 23 0 1 24 1 0 25 1 1 26 2 3 27 1 2 28 0 0 29 3 2 30 1 1

Ho : Keberadaan sarang & pohon pakan saling bebas (independen) H1 : Terdapat asosiasi antara keberadaan sarang dengan pohon pakan Pohon pakan Total

Ada Tidak ada

Sarang Ada 13 3 16 Tidak

ada 4 9 13

Total 17 12 29 E(a) = (16 x 17)/30 = 9,067 E(b) = (16 x 12)/30 =6,400

E(c) = (13 x 17)/30 = 7,367

E(d) = (13 x 12)/30 = 5,200 2n = [13-9,067]2+[3-6,400]2+[4-7,367]2

9,067 6,400 7,367

+[9-5,200]2 5,200 = 7,829

2 2 (0,05;1) yang berarti bahwa terdapat asosiasi antara keberadaan sarang dengan pohon pakan (Terima H1)

Page 139: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

Lampiran 6.

Analisis regresi terhadap preferensi pemilihan pohon sarang terhadap berbagai faktor peubah ekologi

a. Hutan Kerangas

Regression Analysis: Frekuensi versus TT; Tbc; ... The regression equation is Frekuensi = 1,29 + 0,0024 TT - 0,0209 Tbc - 0,00346 Kell + 0,00230 Luas - 0,00004 JAPST + 0,00334 JPSDJ + 0,0161 JPSDSPT + 0,0107

Jumlah Jenis + 0,0232 Asosiasi Predictor Coef SE Coef T P Constant 1,2947 0,2796 4,63 0,000 TT 0,00239 0,02243 0,11 0,917 Tbc -0,02087 0,01862 -1,12 0,283 Kell -0,003456 0,003998 -0,86 0,403 Luas 0,0023024 0,0008430 2,73 0,017 JAPST -0,000038 0,005221 -0,01 0,994 JPSDJ 0,003343 0,006131 0,55 0,595 JPSDSPT 0,01606 0,01140 1,41 0,182 Jumlah Jenis 0,01066 0,04197 0,25 0,803 Asosiasi 0,02321 0,09327 0,25 0,807 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 9 0,62213 0,06913 2,69 0,052 Residual Error 13 0,33440 0,02572 Total 22 0,95652 Source DF Seq SS TT 1 0,04283 Tbc 1 0,00061 Kell 1 0,26500 Luas 1 0,22381 JAPST 1 0,00467 JPSDJ 1 0,02770 JPSDSPT 1 0,05479 Jumlah Jenis 1 0,00112 Asosiasi 1 0,00159 Unusual Observations Obs TT Frekuensi Fit SE Fit Residual St Resid 15 22,5 2,0000 1,6656 0,1308 0,3344 3,61R 20 27,0 1,0000 1,3236 0,1123 -0,3236 -2,83R

Page 140: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

........Lanjutan lampiran 6

b. Dipteocarp dataran rendah

Regression Analysis: Frekuensi versus TT; Tbc; ... The regression equation is Frekuensi = 0,962 + 0,00302 TT - 0,00385 Tbc + 0,00165 Kell + 0,000024 Luas-

0,00802 JAPST + 0,00531 JPSDJ + 0,00177 JPSDSPT + 0,0163 Jumlah Jenis + 0,0229 Asosiasi Predictor Coef SE Coef T P Constant 0,96173 0,08229 11,69 0,000 TT 0,003020 0,007653 0,39 0,693 Tbc -0,003854 0,007081 -0,54 0,587 Kell 0,0016468 0,0006321 2,61 0,010 Luas 0,0000243 0,0002780 0,09 0,930 JAPST -0,008021 0,004792 -1,67 0,095 JPSDJ 0,005310 0,002476 2,14 0,033 JPSDSPT 0,001770 0,005536 0,32 0,749 Jumlah Jenis 0,01626 0,02726 0,60 0,552 Asosiasi 0,02294 0,02986 0,77 0,443 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 9 1,74168 0,19352 2,41 0,012 Residual Error 288 23,17108 0,08046 Total 297 24,91275 Source DF Seq SS TT 1 0,54740 Tbc 1 0,01498 Kell 1 0,60363 Luas 1 0,01609 JAPST 1 0,07494 JPSDJ 1 0,33931 JPSDSPT 1 0,02383 Jumlah Jenis 1 0,07401 Asosiasi 1 0,04748 Unusual Observations Obs TT Frekuensi Fit SE Fit Residual St Resid 47 23,0 1,0000 1,4364 0,1010 -0,4364 -1,65 X 50 22,0 2,0000 1,2387 0,0651 0,7613 2,76R 65 19,0 2,0000 1,1036 0,0460 0,8964 3,20R 74 20,0 3,0000 1,0999 0,0297 1,9001 6,74R 101 23,0 2,0000 1,0680 0,0480 0,9320 3,33R 103 15,0 2,0000 1,0577 0,0363 0,9423 3,35R 132 15,0 2,0000 1,1298 0,0459 0,8702 3,11R 142 25,0 3,0000 1,2511 0,0694 1,7489 6,36R 184 18,0 3,0000 1,2795 0,0820 1,7205 6,34R 189 20,0 3,0000 1,2103 0,0461 1,7897 6,39R 198 11,0 2,0000 1,0446 0,0585 0,9554 3,44R 243 18,0 2,0000 1,0691 0,0433 0,9309 3,32R 258 15,0 2,0000 1,0816 0,0466 0,9184 3,28R 261 17,0 2,0000 1,1283 0,0484 0,8717 3,12R 273 16,0 1,0000 0,9242 0,2192 0,0758 0,42 X 280 15,0 1,0000 0,9170 0,2546 0,0830 0,66 X 298 23,0 2,0000 1,2260 0,0527 0,7740 2,78R

Page 141: EVALUASI KETELITIAN METODE SURVEI SARANG DALAM

........Lanjutan lampiran 6 c. Rawa gambut

Regression Analysis: Frekuensi versus TT; Tbc; ... The regression equation is Frekuensi = 0,942 - 0,0006 TT - 0,0016 Tbc - 0,00043 Kell + 0,00143 Luas + 0,0009 JAPST - 0,00148 JPSDJ + 0,0034 JPSDSPT + 0,0212 Jumlah Jenis + 0,076 Asosiasi Predictor Coef SE Coef T P Constant 0,9415 0,2898 3,25 0,002 TT 0,00061 0,02813 0,02 0,983 Tbc 0,00158 0,01869 0,08 0,933 Kell -0,000434 0,001668 -0,26 0,796 Luas 0,0014263 0,0009374 1,52 0,136 JAPST 0,00093 0,01203 0,08 0,939 JPSDJ -0,001476 0,005500 -0,27 0,790 JPSDSPT 0,00342 0,01496 0,23 0,820 Jumlah Jenis 0,02119 0,07839 0,27 0,788 Asosiasi 0,0757 0,1622 0,47 0,643 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 9 0,32016 0,03557 0,57 0,814 Residual Error 40 2,49984 0,06250 Total 49 2,82000 Source DF Seq SS TT 1 0,12564 Tbc 1 0,00069 Kell 1 0,00079 Luas 1 0,17180 JAPST 1 0,00112 JPSDJ 1 0,00399 JPSDSPT 1 0,00241 Jumlah Jenis 1 0,00008 Asosiasi 1 0,01363 Unusual Observations Obs TT Frekuensi Fit SE Fit Residual St Resid 11 28,0 2,0000 1,2303 0,1208 0,7697 3,52R 12 15,0 2,0000 1,0616 0,0763 0,9384 3,94R 28 22,0 2,0000 1,2082 0,1079 0,7918 3,51R