Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI KEBIJAKAN WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN
DI DINAS PENDIDIKAN KOTA BEKASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
DZAKIYAH ARDILIYA PUTRI
NIM. 11150182000078
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
Disusun oleh:
i
ABSTRAK
Dzakiyah Ardiliya Putri (11150182000078), Evaluasi Kebijakan Program Wajib
Belajar 12 Tahun di Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Skripsi Program Strata Satu (S-
1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan Penerapan Kebijakan Program Wajib
Belajar 12 Tahun di Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Penelitian ini menggunakan
Paradigma Kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknis wawancara, dan studi
dokumen. Tahapan evaluasi melalui tiga tahapan, yaitu tahapan intervensi, tahapan
determinan, dan tahapan dampak. Teknik analisis data dengan prosedur teknis pengolahan
data sebagai prosedur dan teknis pengolahan berikut: (1) melakukan pemilihan dan
penyusun klarifikasi data. (2) melakukan menyunting dan pemberian kode data untuk
membangun kinerja analisis data. (3) melakukan konfirmasi data yang memerlukan
verifikasi data dan pendalaman data. dan (4) melakukan analisis data sesuai dengan
konstruksi pembahasan hasil penelitian.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dalam penerapan kebijakan wajib belajar 12
tahun hasil tahapan intervensi, tahapan determinana, dan hasil tahapan dampak, terdapat
banyak kekurangan dari segi perencanaan APBD yang masih “pas-passan,” kekurangan
gedung sekolah, kekurangan guru, serta bantuan pendidikan yang dananya masih sedikit.
Untuk dampak Kota Bekasi sudah mempunyai APK dan APM yang tinggi dikarenakan
terpengaruh sebagai daerah penyangga ibukota Jakarta. Direkomendasikan
pemerintahKota Bekasi menambah APBD pendidikaan, penambahan gedung sekolah dan
penambahan dana bantuan sekolah. Agar hasil dari penerapan kebijakan wajib belajar 12
tahun lebih baik.
Kata Kunci : Kebijakan, Implementasi, Wajib Belajar
ii
ABSTRACT
Dzakiyah Ardiliya Putri (11150182000078), The Evaluation of the 12 Year Compulsory
Education Program policy at the Bekasi Education Office. Program (S-1) Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta
2019.
This reaserch to describe the Implementation of the 12 Year Compulsory Education
Program Policy in the Bekasi Education Office. This study uses a Qualitative Paradigm.
The reaserch technique are interviews, and document studies. There are three step of
evaluation , that is intervention, determinant, and impact. The analysis of data used
procedures of technique processing data. There are : (1) selecting and compiling data
clasification. (2) editing and coding to build data analysis performance. (3) confirm data
that requires data verification and data deepening. And (4) conducting data analysis with
the construction of the discussion of the result.
Based on evaluation of the implementation 12-year compulsory education policy of the
intervention step, determinant step, and the results of the impact step, there are many
deficiency in terms of APBD planning that are still "not enough", shortage of school
buildings, a shortage of teachers, and educational assistance which funds are still small.
For the impact, Bekasi City already has a high APK and APM due to being influenced as a
buffer zone for the capital city of Jakarta. The Bekasi City Office increase the education
budget, add more school buildings and increase funding for school assistance. So that the
results of implementing the 12-year compulsory education policy are better.
Key word : 12 Year Compulsory Education Program policy at the Bekasi Education
Board.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirohim,
Puji dan syukur penulis harurkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta alam yang
telah melimpahkan rahmat, kebahagiaan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyeselaikan penyusunan skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan. Sholawat beriring
salam semoga senantiasa dilimpah curahkan kepada baginda alam Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi “ Evaluasi Kebijakan
Program Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Bekasi”.
Penulis menyadari dalam penyusunan dan penulisan ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, serta Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya dengan penih kesabaran dan ketulusannya dalam
membimbing sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
3. Dr. Zahruddin, Lc. M.Pd, sebagai Sekretaris jurusan Manajemen Pendidkan dan
dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan, nasehat motivasi serta
waktunya kepada penulis.
4. Dr. Tengku Rusman Nurhakim, M.Pd, sebagai dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan ketulusannya
dalam membimbing sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberkati ilmu
pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
6. Dinas Pendidikan Kota Bekasi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian.
7. Triani Emi Suswati, S.Pd. M.Pd sebagai Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi.
Yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian.
8. Dra. Hj. Luki Siswantini, M.Si sebagai Seksi Data dan Perencanaan Program yang
telah banyak membantu daan meluangkan waktu kepada penulis dalam proses
iv
penelitian, serta kepada Rekan-Rekan Staff Dinas Pendidikan Kota Bekasi yang telah
membantu serta berpartisipasi menjadi proses penelitian.
9. Kedua orang tua tercinta Bapak Supardi dan Mamah Ety Kamaliya yang selalu
menjadi kebanggaan anak-anaknya, atas segala jasa, kesabaran, doa , tenaga, biaya
dan kasih sayang yang tidak terhitung banyaknya dan tidak pernah lelah dalam
mendidik serta memberikan cinta yang tulus kepada penulis sedari kecil.
10. Keluarga yang selalu memberikan dukungan motivasi, serta menghibur dikala penat
menyeselaikan skripsi ini.
11. Lutfiatul Fuadah, kakak yang sudah penulis anggap seperti Dosen Pembimbing
selama penulisan skripsi ini yang jauh disana yang telah meluangkan waktunya untuk
senantiasa membantu penulisan, memberikansolusi,memotivasi, menghibur dan
mendukung dikala penat menyeselaikan skripsi.
12. Kakak tersayang Maulida Rahma, Dewi Riyana, Lulu Farhatul Ummah yang telah
memberikan motivasi serta dukungan dalam proses menyeselaikan skripsi.
13. Sahabat-Sahabat ku Layli Fazriah Ulumilah, Ihda Husnayain, Erika Noviyanti, Novia
Rizky Amelia. yang selalu memberikan dukungan motivasi, serta menghibur dikala
penat menyeselaikan skripsi ini.
14. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2015 yang telah
berjuang bersama, saling membantu , mendoakan dan saling menyemangati dalam
perkuliahan selama ini.
15. Teman-teman KKN keluraga 90an yang telah memberikan semangat dalam
mengerjakan skripsi.
16. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyeselaikan penulisan ini
namun tak dapat disebutkan satu-persatu tapi tidak mengurangi dan terimakasih dari
penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi sederhana ini sangat jauh dari sempurna.
Oleh karena itu peenulis menerima setiap kritikan dan saran yang bersifat
membangun . semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
terlibat. Aamiin aamiin ya Rabbal’alamin.
Jakarta 4 September 2019
Penulis
Dzakiyah Ardiliya Putri
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................ 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
E. Tujuan Evaluasi ................................................................................................... 5
F. Manfaat Evaluasi ................................................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI .........................................................................................................6
A. Evaluasi Program ................................................................................................. 6
1. Pengertian Evaluasi Program .................................................................. 6
2. Tujuan Evaluasi Program ........................................................................ 9
3. Fungsi Evaluasi Program ....................................................................... 10
4. Model Evaluasi Program ....................................................................... 11
5. Model Change (Perubahan) ................................................................... 15
B. Kebijakan Pendidikan Wajib Belajar ................................................................. 21
1. Latar Belakang Wajib Belajar ............................................................... 21
2. Tujuan dan Manfaat Program Wajib Belajar 12 Tahun ....................... 27
C. Hasil Penelitian Relevan .................................................................................... 31
D. Kerangka Berpikir .............................................................................................. 32
BAB III METODOLOGI EVALUASI ................................................................................35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 35
B. Pendekatan, Metode dan Model Evaluasi .......................................................... 35
C. Sumber Data....................................................................................................... 37
D. Jenis Data ........................................................................................................... 38
vi
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 38
F. Instrumen Evaluasi............................................................................................. 40
G. Teknik Analisis Data.......................................................................................... 43
BAB IV HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN ..........................................................44
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................... 44
B. Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kota Bekasi ................................................ 44
C. Visi dan Misi Kota Bekasi dan Dinas Pendidikan Kota Bekasi ....................... 46
1. Visi Misi Kota Bekasi ........................................................................... 46
2. Visi Misi Dinas Pendidikan Kota Bekasi .............................................. 47
D. Struktur Organisasi ............................................................................................ 49
E. Deskirpsi Hasil Evaluasi .................................................................................... 52
1. Tahapan Intervensi ................................................................................ 52
2. Analisis Intervensi ................................................................................. 57
3. Tahapan Determinan. ............................................................................ 58
4. Analisis Determinan .............................................................................. 67
5. Tahapan Dampak ................................................................................... 68
6. Analisis Dampak ................................................................................... 74
F. Analisis Temuan Evaluasi.................................................................................. 75
G. Keterbatasan Evaluasi ........................................................................................ 79
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................81
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 81
B. Rekomendasi ...................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................83
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................................87
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Waktu Evaluasi ................................................................................... 30
Tabel 3.2 Daftar Ceklis Dokumen program wajib belajar 12 tahun ............................... 34
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara program wajib belajar 12 tahun .................................. 35
Tabel 3. 4 Pedoman Instrumen Wawancara Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi ..... 36
Tabel 3.5 Bagian Perencanaan Program Dinas Pendidikan Kota Bekasi ....................... 37
Tabel 4.1 Jumlah Daya Tampung SD Negeri dan Swasta Kota Bekasi ......................... 54
Tabel 4.2 Jumlah Daya Tampung Sekolah SMP Negeri dan Swasta Kota Bekasi........ 55
Tabel 4.3 Jumlah Sekolah SMA Negeri dan Swasta Kota Bekasi .................................. 57
Tabel 4.4 Jumlah Sekolah SMK Negeri dan Swasta Kota Bekasi .................................. 58
Tabel 4.5 Dana Bantuan Pendidikan BOS dan BOSDA Kota Bekasi ............................ 61
Tabel 4.6 IPM Kota Bekasi dalam Perbandingannya dengan Daerah lain di Jawa
Barat Tahun 2006-2012 .................................................................................. 64
Tabel 4.7 Perkembangan Komponen IPM Kota Bekasi Periode 2011-2015.................. 65
Tabel 4.8 Tingkat Pencapaian IPM Kota Bekasi 2016-2017 ( Perkecamatan) ............... 65
Tabel 4.9 Rekapitulasi APK dan APM SD Negeri dan Swasta Kota Bekasi Tahun
2016-2017 ....................................................................................................... 66
Tabel 4.10 Rekapitulasi APK dan APM SMP Negeri dan Swasta Kota Bekasi Tahun
2016-2017 ..................................................................................................... 67
Tabel 4.11 Rekapitulasi APK dan APM SMA Negeri dan Swasta Kota Bekasi Tahun
2016-2017 ..................................................................................................... 68
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ................................................................................ 29
Gambar 4.1 Peta Kota Bekasi ...............................................................................................39
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Bekasi .........................................46
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Dengan Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi .......... 82
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Dengan Bagian Perencanaan Program Dinas Pendidikan
Kota Bekasi ..................................................................................................... 83
Lampiran 3 Hasil Wawancara Dengan Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi ................. 84
Lampiran 4 Hasil Wawancara Dengan Bagian Perencanaan Program Dinas Pendidikan Kota
Bekasi .............................................................................................................. 88
Lampiran 5 Daftar Ceklis Dokumen Program Wajib Belajar 12 Tahun ............................ 91
Lampiran 6 Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi ................................................ 93
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian ................................................................................... 103
Lampiran 8 Biodata Penulis ................................................................................................ 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting
bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan nasional. Oleh karena itu
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak harus diperhatikan
dan dirancang dengan seksama berdasarkan pemikiran yang matang dan berjangka
panjang.
Bangsa yang maju dan berdaulat mendambakan rakyatnya sejahtera, tentram,
adil, dan damai. Kemajuan suatu bangsa dapat dinilai dari penyelenggara dan
pelayananan pendidikan terhadap rakyatnya di suatu bangsa tersebut berlangsung. Negara
yang lebih modern dan maju, tingkat pendidikannya relatif lebih baik dibanding negara
yang masih berkembang. Kemajuan teknologi di era globalisasi sekarang ini menuntut
manusia meningkatkan proses berpikir melalui penciptaan dan perbaikan dalam
menginovasi agar peradaban manusia semakin meningkat seiring dengan berkembangnya
zaman dan pendidikan menjadi solusi suatu jawaban dari perkembangan zaman di era
modern saat ini.
Setiap langkah kebijakan selalu ada masalah yang timbul, sesuai dengan
pernyataan filsafat “Buat yang mustahil menjadi mungkin, kemudian menjadi
kemungkinan besar dan akhirnya menjadi kenyataan”. Agar pelaksana program wajib
belajar 12 tahun dapat berjalan dengan lancar maka perlu kita pikirkan hal-hal yang dapat
menunjang serta masalah-masalah dan juga hambatan apa saja yang timbul, mulai dari
perencanaan, sosialisasi pada masyarakat, sampai dengan pelaksanaan dilapangan, itu
semua harus terencanan dengan sebaik-baiknya.
Wajib belajar merupakan salah satu dari program pendidikan yang dirancang oleh
pemerintah masing-masing Negara. Wajib belajar di masing-masing Negara berbeda-beda
sesuai dengan kebijakan pemerintahannya. Berdasarkan peraturan pemerintah Repubilk
Indonesia nomor 47 tahun 2008 tentang wajib belajar pasal 1 ayat (1) “wajib belajar
adalah program minimal yang harus diikuti oleh warga negara indonesia atas tanggung
jawab pemerintah dan pemerintahan daerah”. Wajib belajar ini merupakan salah satu
program yang gencar ditegaskan oleh Departemen pendidikan Nasional (Depdiknas).
Program ini mewajibkan warga negara Indonesia untuk bersekolah selama 12 tahun pada
jenjang pendidikan dasar, yaitu tingkat 1 SD (Sekolah Dasar) hingga kelas 9
2
SMP(Sekolah Menengah Pertama), dan Sekolah Menengah Akhir (SMA) atau bentuk lain
yang sederajat.
Program wajib belajar 12 tahun memberikan isyarat pada seluruh lapisan
masyarakat secara umum bahwa warga negara Indonesia diwajibkan menyeselaikan
pendidikan minimal berijazah kualifikasi SMU sederajat (artinya target kedepan sampai
waktu yang ditentukan seluruh rakyat indonesia mempunyai kualifikasi minimal lulusan
kualifikasi SMU sederajat). Maka dari itu kita sebagai warga negara dan masyarakat cinta
terhadap program pendidikan yang merupakan program kolektif dan program bersama
perlu mengkawal dan kita dukung dengan meyakinkan para anak-anak bahwa belajar
merupakan hal menyenangkan dan pendidikan merupakan jembatan menuju kepada
kesuksesan.
Ketertinggalan pendidikan menjadi suatu kebodohan, kebodohan akan selalu
berkorelasi dengan kemiskinan. Jadi dari kalimat diatas di ketahui disimpulkan bahwa
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan bangsanya maka strategi yang harus
diperbaiki dan ditingkatkan adalah dari sisi pendidikannya, Hanya pelayanan pendidikan
yang memadai, Bangsa dapat meningkatkan dan mempunyai kopetensinya yang baik,
agar dapat menggunakan kopetensinya secara maksimal dalam mengarungi dan
menghadapi segala tantangan hidup yang semakin hari semakin meningkat tajam. Wajib
belajar 6 dan 9 tahun sudah bergulir beberapa puluh tahun yang lalu, Maka pada tahun
2010 pemerintah pusat dengan peningkatkan status dari wajib belajar 9 tahun menjadi
wajib belajar 12 tahun.
Pendidikan merupakan hal penting dan investasi masa yang akan datang dalam
suatu Negara. Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
pembangunan masyarakat Indonesia untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat untuk
menjadi lebih baik. Pemerintah mengupayakan pembangunan manusia Indonesia melalui
program pendidikan yang dapat memberi akses dan pemerataan perolehan pendidikan
bagi masyarakat Indonesia tanpa terkecuali, sehingga pada usia anak produktif untuk
sekolah tidak putus sekolah ataupun tidak sekolah. Langkah pemerintah Indonesia dalam
menangani masalah pemerataan pendidikan melalui perencanaan program wajib belajar
yaitu 6 tahun melalui SD (Sekolah Dasar) selama 6 tahun, kemudian wajib belajar 9 tahun
melalui SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) selama 3 tahun, selanjutnya
Pemerintah Kabupaten Bekasi meningkatkan wajib belajar 12 tahun sesuai PP tentang
3
wajib belajar bahwa pemerintah daerah dapat meningkatkan jenjang pada program wajib
belajar.1
Salah satu kota yang sudah menerapkan Program wajib belajar 12 tahun adalah
Kota Bekasi Jawa Barat. Program wajib belajar 12 tahun ini sudah diterapkan sejak tahun
2014 yang lalu. Program wajib belajar 12 tahun ini sudah di setujui dan akan diterapkan
oleh Walikota Bekasi Rahmat Effendi di Dinas Kota Bekasi dan segera diterapkan di
sekolah-sekolah yang berada di daerah Kota Bekasi, namun dalam menerapkan program
ini belum tercapai secara maksimal. di karenakan masih banyak kendala yang ada di
lapangan.
Menurut hasil pengamatan yang sudah peneliti lakukan pada hari selasa 13
Desember 2018 pada jam 09.00 (Dinas Pendidikan Kota Bekasi), penulis menemukan
masalah-masalah yang terjadi di lapangan yaitu hambatan-hambatan dari program wajib
belajar 12 tahun di kota Bekasi ini. Pertama, adanya daya beli tingkat partisipasi
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan masih kurang. Alasan lain yang menjadi
kurangnya partisipasi masyarakat dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun
adalah minimnya informasi terkait program-program tersebut sehingga orang tua dan
anak tidak mengetahui adanya program tersebut. Hambatan kedua minat anak dan
kesadaran orang tua kurang terhadap pentingnya pendidikan untuk masa depan. Dinas
pendidikan Kota Bekasi selain mengarahkan anak untuk melanjutkan sekolah sampat 12
tahun melalui sekolah formal, dinas pendidikan kota bekasi juga mengarahkan ke sekolah
non formal, sekolah informal atau kesetaraan (paket C). Hambatan ketiga masih adanya
anak putus sekolah di kota bekasi. Beberapa kasus anak yang putus sekolah sebagian
besar tidak memiliki motivasi diri untuk tetap sekolah, tetapi beberapa anak mengatakan
bahwa orang tua tidak mendukung terkait biaya pendidikan walaupun pendidikan gratis
akan tetapi kebutuhan yang lain masih banyak yang harus terpenuhi seperti seragam
sekolah, iuran-iuran sekolah yang masih ada, atau tambahan referensi buku sehingga
memberatkan orang tua. Orang tua lebih senang anak bekerja membantu perekonomian
keluarga. Alasan ini mereka tidak sekolah adalah karena mereka harus menikah disaat
mereka masih bersekolah. Hambatan keempat yaitu banyaknya anak yang putus sekolah
karena harus menikah muda. Menikah muda terjadi karena dua faktor, pertama karena
1 Yenny Meriatul Hasanah, Cepi S A. Jabar. Evaluasi Program Wajib Belajar12 Tahun Pemerintah
Daerah Kota Yogyakarta,
https://www.researchgate.net/profile/Cepi_Safruddin_Abdul_Jabar/publication/320308651_Evaluasi_program_
wajib_belajar_12_tahun_pemerintah_daerah_Kota_Yogyakarta/links/5a253390a6fdcc8e86693762/Evaluasi-
program-wajib-belajar-12-tahun-pemerintah-daerah-Kota-Yogyakarta.pdf. Diunggah pada 15 juli 3018
4
sosial budaya dan agama yang melatar belakanginya dan yang kedua akibat pergaulan
bebas yang biasanya terjadi karena faktor perempuan yang mengandung sebelum
menikah. Hambatan kelima sosialisasi program wajib belajar 12 tahun yang belum
maksimal. Informasi yang diperoleh masyarakat masih kurang merata, kasus di lapangan
atau di masyarakat sering terjadi ketidak sesuaian informasi yang diperoleh masyarakat
dari perangkat atau pejabat yang berwenang. Jika mereka sibuk dengan bekerja mereka
tidak akan mengikuti kumpulan RT/RW yang sedang bersosialisasikan terkait program
wajib belajar 12 tahun, yang lebih menjadi ironis lagi pejabat pemerintah setempat
kelurahan menganggap bahwa seluruh warganya sudah mengetahui informasi wajib
belajar 12 tahun.
Untuk Menyelesaikan masalah Dinas Pendidikan Kota Bekasi mengupayakan
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga yang tinggal di Kota
Bekasi, dan dalam program wajib belajar 12 tahun ini memiliki tujuan agar masyarakat
Kota Bekasi dapat mengembangkan potensi yang dimiliki pada pribadi masing-masing
agar dapat hidup mandiri dan dapat berkembang didalam masyarakat, dan tantangan yang
dihadapi dalam melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan tersedianya sarana dan
prasarana pendidikan yang ada terutama di Kota Bekasi ini diharapkan dapat mengurangi
hambatan karena terbatasnya dana, serta kondisi yang menjadi penghambat terlaksananya
program wajib belajar 12 tahun ini. Alasan peniliti memilih judul ini dikarenakan, kota
Bekasi baru beberapa tahun belakangan ini menerapkan program wajib belajar 12 tahun
ini dan peneliti melihat keadaan masyarakat yang masih banyak tidak mengetahui adanya
program wajib belajar 12 tahun ini. Karena itu penulis tertarik dengan judul ini
dikarenakan penulis ingin mengetahui apa saja hambatan yang terjadi di masyarakat
sehingga program wajib belajar 12 tahun ini belum terlaksana dengan baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diindentifikasi masalah yang ada yaitu :
1. Kurangnya partisipasi masyarakat bekasi terhadap program wajib belajar 12 tahun.
2. Kurangnya minat belajar dan motivasi anak serta dukungan orang tua.
3. Kurangnya motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya karena faktor ekonomi.
4. banyaknya anak yang harus menikah muda.
5. Minimnya informasi yang diperoleh oleh masyarakat Kota Bekasi.
5
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi yang telah diuraikan. Maka peneliti
membatasi permasalahan dalam penelitian ini hanya Pada Kurangnya motivasi orang tua
untuk menyekolahkan anaknya karena faktor ekonomi, Minimnya informasi yang
diperoleh oleh masyarakat Kota Bekasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan permasalahan yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah
yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana evaluasi intervensi Kebijakan Program Wajib Belajar 12 Tahun di Dinas
Pendidikan Kota Bekasi?
2. Bagaimana evaluasi Determinan Kebijakan Program Wajib Belajar 12 Tahun di Dinas
Pendidikan Kota Bekasi?
3. Bagaimana evaluasi Pengaruh Kebijakan Program Wajib Belajar 12 Tahun di Dinas
Pendidikan Kota Bekasi?
E. Tujuan Evaluasi
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah:
1. Untuk mengidentifikasi Evaluasi Intervensi Kebijakan Program Wajib Belajar 12
Tahun di Dinas Pendidikan Kota Bekasi.
2. Untuk mengetahui evaluasi Determinan Kebijakan Program Wajib Belajar 12 Tahun
di Dinas Pendidikan Kota Bekasi.
3. Untuk mengetahui evaluasi Pengaruh Kebijakan Program Wajib Belajar 12 Tahun di
Dinas Pendidikan Kota Bekasi.
F. Manfaat Evaluasi
Hasil peneltian ini diharaapkan dapat memberi nilai kegunaan/manfaat bagi banyak
pihak, terutama
1. Bagi dinas Pendidikan Kota Bekasi hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk
menerapkan program wajib belajar 12 tahun.
2. Bagi sekolah/penyelengara wajib belajar 12 tahun sebagai masukan dalam
menyelenggarakan program wajib belajar 12 tahun.
3. Bagi peneliti lain/akademisi. Hasil peneletian ini dapat dijadikan sebagai referensi
untuk melakukan peneletian lebih luas pada tema/masalah/unit analisis yang sama.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Kata evaluasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
penilaian. 2 Evaluasi berasal dari Bahasa inggris dari kata evaluation, yang
memilik definisi yang dituliskan dalam kamus Oxford Advanced Learners’s
Dictionary of Current English, evaluasi adalah to find out, decide the amount or
value yang artinnya suatu uoaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Evaluasi
dapat dimaknai sebagai kegiaatan untuk menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan
nilai dari sesuatu baik benda atau bukan benda dibutuhkan pengukuran dengan
menggunakan alat uukur atau instrumen yang sudah dikalibrasi validitas dan
realibilitas. 3 Evaluasi merupakan istilah serapan dalam bahasa indonesia yang
berasal dari istilah bahasa inggris evaluator. Evaluation berasal dari akar kata
value yang berarti nilai.4
Ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara
khusus dan umum. Menurut pengertian secara umum, “program” dapat diartikan
sebagai “rencana”. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan, membantu orang tua dalam
membina usaha, atau mungkin juga belum menentukan program apapun. Terdapat
sejumlah definisi lain mengenai evaluasi menurut Cronbach, Alkin, dan
Stufflebem dalam buku Sudjana menjelaskan bahwa evaluasi adalah kegiatan
untuk mengumpulkan, memperoleh, dan menyediakan informasi bagi pembuatan
keputusan.5
Kata program berasal dari Bahasa inggris dari kata programme yang
berarti acara atau rencana. Program dalam hal ini tidak sama dengan program
dalam Bahasa komputer. Program dapat didefinisikan sebagai unit kegiatan yang
merupakan implementasi dari suatu kebijakan yang berlangsung dalam proses
yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
2 Tim penyusun kamus pusat bimbingan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia(Jakarta:Balai Pustaka, 1998), h.238 3 T.Rusman Nurhakim, Riset Evaluasi Dalam Pendidikan,(Ciputat:maret 2019),h.6-7 4 Junaidi, Modul Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI,(JAKARTA: Kementerian Agama
Republik Indonesia, 2011)h. 10. 5 Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006)h. 19.
7
banyak orang. Dari pengertian tersebut dapat ditangkap bahwa program adalah
suatu kegiatan yang perlu direncanakan dalam sebuah organisasi sebagai suatu
implementasi kebijakan dan dilakukan secara berlanjut.6
Definisi lain tentang evaluasi adalah suatu kegiatan yang menentukan
keberadaan nilai seperti baik buruk, efektif tidak efektif terhadap obyek yang
dievaluasi sesuai dengan tolak ukur tertentu, berdasarkan informasi atau data yang
dikumpulkan dengan menggunakan cara-cara secara ilmiah dianggap sahih. 7
Selanjutnya Widoyoko menjelaskan bahwa evaluasi merupakan suatu proses
menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk
menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain
impelementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu
pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. 8
Pendapat lain menurut Cross dalam Sukardi, mengatakan bahwa evaluasi
merupakan proses yang menentuka kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat
dicapai.9
Lebih lanjut Wirawan berpendapat bahwa, “Program adalah kegiatan atau
aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk
waktu yang tidak terbatas.” 10 Adapun menurut Arikunto dan Jabar, “Program
adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah sistem,
yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi
berkesinambungan.” 11 Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan
program adalah rangkaian kegiatan yang sudah direncanakan dan akan
diimplementasikan secara berkesinambungan. Menurut Widoyoko ada empat
unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:
a. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. Bukan asal
rancangan, tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang
cerdas dan cermat.
6 T.Rusman Nurhakim,Op.cit., h. 10 7 Connie Chairunnisa dan Pudjosumedi, Manajemen Pendidikan, (jakarta: Uhamka Press, 2013) h.256. 8 Eko Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) h.3. 9 H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),hlm.1
10 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar,Aplikasi,dan Profesi, (Jakarta:Rajawali Pers,2012), h. 17 11 Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan. (Yogyakarta: PT Bina Aksara, 1988),h. 4.
8
b. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke
kegiatan yang lain. Dengan kata lain ada keterkaitan antar kegiatan sebelum
dengan kegiatan sesudahnya.
c. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organiasi formal
maupun organisasi non formal bukan kegiatan individual.
d. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaannya melibatkan
banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa
kaitannya dengan kegiatan orang lain.12
Adapun pengertian evaluasi program menurut Cronbach dan Stufflebem
dalam buku Arikunto adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan
kepada pengambil keputusan. 13 Menurut Chairunisa dan Pudjosumedi dalam
pelaksanaan evaluasi dicari bukti-bukti yang menunjukan diantaranya tentang
kesesuaian program dengan visi dan misi pendidikan, kesesuaian program dengan
tujuan pendidikan kesesuaian program dengan rencana strategis, kesesuaian
program dengan keberadaan peserta didik, kesesuaian program dengan hasil yang
diharapkan diperoleh dari pelaksaan program, efektifitas pelaksaan program,
efesiensi pelaksaan program baik secara internal maupun eksternal, keefektifan
biaya pelaksanaan program.14
Evaluasi program adalah aktivitas investigasi yang sistematis tentang
sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu subjek.15 Widoyoko mengartikan
bahwa evaluasi program pembelajaran sebagai proses yang sistematis dan
berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasi dan
menyajikan informasi tentang impelementasi rancangan program pembelajaran
yang telah disusun oleh guru untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat
keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program pembelajaran
selanjutnya.16
Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud evaluasi program adalah aktivitas yang berlangsung pada organisasi
untuk dinilai dan ditentukan pilihan yang tepat dalam mengambil sebuah
keputusan.
12 Eko Widoyoko, op. Cit., h. 8-9 13 Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan Op,Cit.,,h.5. 14 Connie Chairunnisa dan Pudjosumedi, op. Cit., h. 258 15 Agustanico Dwi Muryadi, “Model Evaluasi Program dalam Penelitian Evaluasi”, Jurnal ilmiah
Penjas, Vol 3 No. 1, Januari 2017, h. 3 16 Eko Widoyoko, op. Cit., h. 10.
9
2. Tujuan Evaluasi Program
Tujuan evaluasi program berkaitan dengan tujuan organisasi atau lembaga
unit lembaga. Secara spesifik tujuan evaluasi program adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu program yang selanjutnya
informasi-informasi tersebutn dipergunakan untuk menentukan pilihan yang tepat
dalam mengambil keputusan. Terdapat dua macam tujuan evaluasi program, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara
keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada tiap-tiap komponen
program.17
Hasil yang dinyatakan adalah hasil suatu program yang sudah diharapkan
akan muncul. Hasil ini merupakan efek pokok dari program, misalnya
kemampuan menggunakan komputer. Siswa yang mengambil kursus komputer
sudah memprogramkan kegiatannya untuk belajar menggunakan komputer. Dalam
hal ini penilaian programnya diarahkan pada sejauh mana kemampuan
menggunakan komputer tersebut telah dikuasai.Tujuan evaluasi program antara
lain sebagai berikut:
a. Untuk mengumpulkan/memperoleh data tentang hasil-hasil yang telah dicapai
pada akhir suatu periode pelaksanaan program.
b. Untuk mengetahui kesulitan atau hambatan yang dialami dalam pelaksanaan
program.
c. Untuk memperoleh dasar bagi pembuatan atau pengambilan keputusan dalam
penyusunan langkah-langkah/kebijakan yang akan ditempuh dalam periode
berikutnya.
d. Untuk menghindari gangguan/hambatan, serta menjamin efektivitas dan
efisiensi kerja pada periode berikutnya.
Jadi tujuan dari evaluasi ialah untuk menilai ketercapaian program dan
menyediakan informasi kepada lembaga yang memiliki program untuk dianalisa
kembali agar dapat mengambil sebuah keputusan yang baik. Sebuah program
yang dievaluasi merupakan salah satu bentuk akuntabilitas suatu lembaga
terhadap masyarakat dan para pelaksana program. Hasil evaluasi menjadi sebuah
informasi yang penting untuk mengetahui informasi-informasi terkait seberapa
efektif program telah berjalan sehingga hasil evaluasi diharapkan dapat
17 T.Rusman Nurhakim,Op.cit., h.14-15
10
meningkatkan kinerja dan kepedulian pelaksaan program terhadap program yang
dijalankan.
Menurut yusuf secara umum dapat dikatakan bahwa asesmen dan
evaluasi program dalam berbagai bentuk proyek dimaksudkan untuk:
a. Memantau pelaksanaan program
b. Memperbaiki rencana program/layanan
c. Menyempurnakan sistem penyampaian
d. Meningkatkan program
e. Membantu pemangku kebijakan dalam mengambil keputusan tentang program
dengan alternatif: (1) dihentikan, (2) dilanjutkan, atau (3) diperbaiki.18
Selanjutnya menurut Widoyoko ada empat kegunaan utama evaluasi
program pembelajaran, yaitu:a).Mengkomunikasikan program kepada publik
.b).Menyediakan infromasi bagi pembuat keputusan. c).Penyempurnaan program
yang ada. d).Meningkatkan partisipasi19 dengan adanya program tersebut. Publik
akan sangat terbantu dalam menyeselaikan masalah dengan cara teratur. Mulai
dari mengkomunikasikan progam kepada publik, agar publik mengatahui, lalu
menyediakan tempat informasi agar publik mudah menggali lebih dalam tentang
informasi program tersebut, Lalu mengimplementasikan program dilapangan
dengan baik agar parsitipasi publik dengan program tersebut bisa terus
meningkat.
3. Fungsi Evaluasi Program
Scriven pada tahun 1967 sebagai orang yang pertema kali membagi fungsi
evaluasi program menjadi evaluasi formatif dan sumatif sebagai fungsi evaluasi
yang utama. Kedua fungsi evaluasi tersebut dimaknai yaitu:
1. Evaluasi Formatif berfungsi untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan atau
program yang sedang berjalan. Program tersebut belum berakhir dilaksanakan
atau masih berlangsung. Kegiatan evaluasi ini biasanya untuk menemukan
kelemahan dan memperbaiki pelaksanaan program yang sedang dilaksanakan.
2. Evaluasi sumatif berfungsi untuk pertanggung jawaban, keterangan, seleksi,
dan lanjutan suatu program yang sudah dilaksanakan. Program dievaluasi
untuk mengetahui hasil atau manfaat dari suatu program dan menentukan
18 A. Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan
Pengendalian Mutu Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group,2015),h. 146. 19 Eko Putro Widoyoko, op. Cit.,h. 11-14
11
keberlanjutan suatu program pada masa yang akan dating apakah diteruskan,
direvisi atau dihentikan.
Pada berkembangan selanjutnya, fungsi evaluasi berkembang bukan
sekedar evaluasi formatif dan sumatif. Melainkan evaluasi diagnose yang
berfungsi untuk mendiagnosis suatu program. Dengan demikian, evaluasi program
secara keseluruhan berfungsi untuk pengembangan, implementasi program,
kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi,
motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari stakeholder yang terlibat
mengenai suatu program atau kebijakan.20
4. Model Evaluasi Program
a. Pengertian Model
Berbeda dengan riset murni dan riset terapan lainnya, desain evaluasi
terdiri dari model evaluasi dan metode peneitian. Model evaluasi menentukan
jenis evaluasi apa saja yang harus dilakukan dan bagaimana proses
melaksanakan evaluasi tersebut. Misalnya, jika evaluator memilih model
CIPP, ia harus melaksanakan empat jenis evaluasi-evaluasi konteks,evaluasi
input, evaluasi proses, dan evaluasi produk-dan proses standar melaksanakan
keempat jenis evaluasi tersebut. Jika evaluator memilih theory-driven
evaluation model, ia harus mengembangkan teori program dan logika program
dari program yang akan dievaluasi yang menentukan proses pelaksanaan
evaluasi. Demikian juga jika evaluator memilih model evaluasi ketimpangan
dari Michael Provus, ia harus membandingkan kinerja program dengan standar
program untuk mengukur ketimpangan yang terjadi dan bagaimana
menghilangkan ketimpangan tersebut.
Metode penelitian menentukan jenis data apa saja yang dijaring, teknik
menjaringnya, apakah akan mempergunakan metode kuantitatif, kualitatif atau
metode campuran dan instrumen yang akan dipergunakan untuk menjaring
data. Di samping itu, metode penelitian menentukan bagaimana mentabulasi,
menganalisis data, dan kesimpulan hasil evaluasi
Evaluator harus memilih salah satu dari model evaluasi yang diuraikan
di atas. Misalnya, evaluator dapat memilih model evaluasi berbasis tujuan,
20 T.Rusman Nurhakim,Op.cit., h.17-18
12
model evaluasi berbasis tujuan, model evaluasi CIPP, model evaluasi
ketimpangan, teori program, model evaluasi sistem analisis dan sebagainya.21
b. Macam-Macam Model Evaluasi
Evaluasi program dapat dijadikan sebagai barometer untuk mengukur
tingkat keberhasilan suatu program pendidikan yang terdapat di sekolah
Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:
1) Goal Oriented Evaluation Model
Konsep model evaluasi berorientasi pada tujuan ini dikemukakan
oleh Tyler. Model evaluasi ini secara umum mengukur tingkat
ketercapaian tujuan suatu program. Informasi yang dikumpulkan terkait
program digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban sekaligus sebagai
salah satu langkah dalam pengambilan suatu keputusan. Model evaluasi
berorientasi pada tujuan dilakukan dengan proses sebagai berikut:22
a) Mengidentifikasi tujuan.
b) Merumuskan tujuan menjadi indikator-indikator.
c) Mengembangkan metode dan instrument untuk menjaring data.
d) Memastikan program telah berakhir dalam mencapai tujuan.
e) Menjaring dan menganalisis data/informasi mengenai indikator-
indikator program.
f) Kesimpulan.
g) Mengambil keputusan mengenai program.
2) Countenance Evaluation Model
Model ini dikembangkan oleh Stake. Model ini menekankan pada
adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu deskripsi dan pertimbangan.
Model ini juga membedakan adanya tiga tahapan dalam evaluasi program,
yaitu antesedan yang diartikan sebagai konteks, transaksi yang diartikan
sebagai proses, dan outcomes yang diartikan sebagai hasil. Menurut Stake,
21 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar,Aplikasi,dan Profesi, (Jakarta:Rajawali Pers,2012),h.147-
148 22 Wirawan, op. cit., h. 81-82.
13
ketika evaluator sedang mempertimbangkan suatu program, mau tidak
mau harus melakukan dua pertimbangan, yaitu:23
a) Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang
b) terjadi di program lain, dengan objek sasaran yang sama.
c) Membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar
yang diperuntukan bagi program yang bersangkutan, didasarkan pada
tujuan yang akan dicapai.
3) Responsive Evaluation Model
Model evaluasi responsif lebih berorientasi secara langsung pada
aktivitas program daripada tujuan program. Selain itu, model ini juga
merespons persyaratan kebutuhan informasi dari audiens dan perspektif
nilainilai yang berbeda dari orang-orang yang dilayani untuk dilaporkan
sebagai kesuksesan dan kegagalan program. Proses pelaksanaan model
evaluasi responsif meliputi langkah-langkah sebagai berikut:24
a) Evaluator mengidentifikasi jenis dan jumlah setiap pemangku
kepentingan (respondent).
b) Melakukan dengar pendapat dengan pemangku kepentingan.
c) Menyusun proposal evaluasi.
d) Melaksanakan evaluasi.
e) Membahas hasil evaluasi dengan pemangku kepentingan.
f) Pemanfaatan hasil evaluasi.
4) CSE-UCLA Evaluation Model
CSE-UCLA merupakan singkatan dari Center for Study of
Evaluation- University of California in Los Angeles. Model ini memiliki
empat tahapan dalam pe/0laksanaan proses evaluasi, diantaranya:10
a) Needs Assessment.
b) Program Planning.
c) Formative Evaluation.
d) Summative Evaluation.
5) CIPP Evaluation Model
Model evaluasi ini dikembangkan oleh Stufflebeam. CIPP
merupakan singkatan dari Context evaluation, Input evaluation, Process
23 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, op. cit., h. 44. 24 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, op. cit., h. 44-45.
14
evaluation, dan Product evaluation. Model evaluasi CIPP memandang
program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Lebih lanjut, Stufflebeam
mengembangkan 10 check list sebagai panduan bagi evaluator klien dan
pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan model evaluasi CIPP
sebagai berikut:25
a) Kesepakatan kontrak.
b) Evaluasi konteks.
c) Evaluasi masukan.
d) Evaluasi proses.
e) Evaluasi pengaruh.
f) Evaluasi efektivitas.
g) Evaluasi keberlanjutan.
h) Evaluasi transfortabilitas.
i) Evaluasi meta.
j) Evaluasi laporan final.
6) Discrepancy Model
Model evaluasi ketimpangan dikembangkan oleh Malcom M.
Provus. Model ini mengukur ketimpangan antara standar kinerja dengan
kinerja yang terjadi. Menurut model evaluasi ini, terdapat enam langkah
dalam pelaksanaan model evaluasi ini, yaitu:26
a) Mengembangkan suatu desain dan standar-standar yang menspesifikasi
karakteristik-karakteristik implementasi ideal dari objek evaluasi.
b) Merencanakan evaluasi menggunakan model evaluasi diskrepansi.
c) Menjaring kinerja objek evaluasi yang meliputi pelaksanaan program.
d) Mengidentifikasi ketimpangan-ketimpangan antara standar-standar
dengan pelaksanaan dengan hasil pelaksanaan objek evaluasi yang
sesungguhnya dan menentukan rasio ketimpangan.
e) Menentukan penyebab ketimpangan antara standar dengan kinerja
objek evaluasi.
f) Menghilangkan ketimpangan dengan membuat perubahan-perubahan
terhadap implementasi objek evaluasi.
7) Model evaluasi Change
25 Wirawan, op. cit., h. 94-102 26 Ibid., h. 106.
15
Penelitian ini mengacu pada model evaluasi change model,
yaitu intervensi atau perlakuan yang penting untuk mencapai tujuan
program (Tsyh Chen,2005). Komponen dari change model adalah sebagai
berikut:
a) Intervensi atau perlakuan (intervention or treatment)
b) Faktor penentu (determinants)
c) Tujuan dan dampak (goal and outcomes).27
8) Goal Based Evaluation Model
Model evaluasi yang digunakan yaitu model evaluasi berbasis
tujuan (Goal Based Evaluation Model) yaitu model evaluasi yang
memfokuskan pada pengmpulan informasi yang bertujuan mengukur
pencapaian suatu kebijakan, program dan proyek untuk
bertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.28
Namun dalam penelitian ini hanya menjabarkan lebih luas mengenai
model yang akan digunakan sebagai strategi atau pedoman kerja
pelaksanaan evaluasi, yaitu model evaluasi perubahan (Change).
5. Model Change (Perubahan)
Theory of Change atau teori perubahan adalah deskripsi yang spesifik
dan terukur terus menerus pengambilan keputusan evaluasi. Teori perubahan
mengambarkan jenis intervensi (satu program inisiatif masyrakat luas) yang
membawa hasil yang menggambarkan keputusan dalam jalur dari peta
perubahan. Setiap hasil di jalur perubahan terkait dengan intervensi,
mengungkapkan kegiatan yang diperlukan untuk membawa perubahan.
Teori perubahan tidak akan lengkap tanpa adanya asumsi bahwa para
stakeholder digunakan untuk menjelaskan proses perubahan. Asumsi
menjelaskan kedua koneksi diawal, tujuan jangka menengah,panjang dan
harapan tentang bagaimana serta mengapa diusulkan intervensi. Seringkali,
asumsi didukung oleh penelitian. Penelitian yang memperkuat kasus harus
dibuat secara masuk akal dari teori dan kemungkinan yang menyatakan tujuan
yang akan dicapai.
27 Apriyanti Wulandari, Evaluasi Program Keaksaraan Dasar di Kabupaten Cirebon dengan pendekatan
Change Model: Antara Harapan dan Realitas, (Jakarta:puspendik Kemendikbud RI,2018), hlm.4. 28 Wirawan,Op.Cit.Edisi Revisi,2016,hlm. 123-166
16
Teori perubahan sendiri mempunyai dasar yaitu tergantung pada apa yang
ingin dicapai, bagaimana mencapai perubahan tersebut dan strategi apa yang
akan dilakukan. Sehingga apa yang ingin dicapai organisasi, harus bisa
dipahami oleh organisasi. Misalnya organisasi ingin memberikan bukti kepada
pemerintah maka organisasi harus melakukan beberapa hal yaitu harus melihat
dari nilai-nilai organisasi, penelitisn harus berpikir apa yang akan terjadi nanti,
harus banyak memiliki jaringan dengan negara berkembang, membuat bukti
penelitian ke acara pertemuan untuk membuat suatu perubahan . inti dari teori
perubahan adalah apa yang kita rencanakan tidak harus mengikuti perubahan.
Penelitian ini mengacu pada model evaluasi change model, yaitu intervensi
atau perlakuan yang penting untuk mencapai tujuan program (Tsyh Chen,2005).
Komponen dari change model adalah sebagai berikut:
Menurut Huey Tsyh Chen model perubahan menunjukkan proses
sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh program. Model perubahan terdiri dari
tiga komponen:
1) Intervensi, yang menunjukkan satu set aktivitas-aktivitas program yang
memfokuskan pada perubahan determinan dan perubahan. Intervensi atau
perlakuan terdiri dari beberapa aktivitas untuk mencapai tujuan dengan
mengubah faktor penentu. Intervensi lebih sering dilakukan untuk
mengurangi masalah yang ada, mencegah masalah potensial yang timbul,
atau untuk meningkatkan beberapa aspek yang terkait dengan kualitas
hidup. Menentukan intervensi atau perlakuan apa yang efektif untuk suatu
program, perlu mempertimbangkan misi dan pholosofi dari penyelenggara
program, anggaran dan personil yang terlibat, kebenaran secara teori, dan
berdasarkan bukti yang tersedia seperti program pendidikan aturan/ dasar
hukum dari program tersebut, perencanaan dalam program, dan fasilitas
pendukung program serta anggaran untuk program tersebut.
a. Regulasi Program Wajib Belajar 12 Tahun
Sitta Aulia dalam jurnalnya yang berjudul Studi Tentang
Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun Di Kota Surabaya Pada Tingkat
Pendidikan Menengah dan Kejuruan” Wajib belajar menurut Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh
warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah pusat dan
17
pemerintah daerah. Program wajib belajar 12 tahun merupakan kewajiban
bagi setiap warga negara yang telah tamat SMP atau sederajat dengan
batas usia 16-18 tahun untuk mengikuti pendidikan SMA atau sederajat
sampai tamat.29
b. Rencana Program Wajib Belajar 12 Tahun
Elyasa dalam jurnalnya yang berjudul Evaluasi Implementasi
Kebijakan Program Wajib Belajar 12 Tahun Di Kota Depok Jawa Barat.
Pendidikan merupakan sebuah bidang yang diharuskan dikembangkan
dalam sebuah pemerintahan yang maju. Pendidikan menjadi salah satu
bidang yang mampu membangun sumber daya manusia. Sumber daya
yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun negara yang maju.
indonesia pendidikan dapat dikategorikan jauh tertinggal jika
dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal ini dikarenakan indonesia
merupakan masih menjadi negara yang sedang berkembang. Perlu adanya
program dan perencanaan yang matang agar mampu meningkatkan
sumber daya manusia di indonesia, salah satunya program yang dilakukan
adalah dengan cara program wajib belajar 12 tahun.30
c. Infrastruktur/ fasilitas program wajib belajar 12 tahun
Sitta Aulia dalam jurnalnya yang berjudul Studi Tentang Pelaksanaan
Wajib Belajar 12 Tahun Di Kota Surabaya Pada Tingkat Pendidikan
Menengah dan Kejuruan” Infrastruktur/fasilitas Sarana prasarana
merupakan faktor penunjang pembelajaran yang ada di sekolah. Sarana
prasarana di sekolah negeri pada umumnya bisa menggunakan BOPDA
terkait perawatan dan biaya perbaikan kecil. Namun untuk pembangunan
sekolah negeri juga difasilitasi oleh pemerintah, baik di pusat maupun
daerah dengan kebijakan pembangunan investasi seperti gedung
sekolah dan Ruang Kelas Baru (RKB). Sedangkan di sekolah swasta
gedung sekolah adalah milik yayasan. Sekolah swasta untuk perbaikan
dan perawatan sarana dan prasarana sebelum adanya BOPDA sekolah
29 Sitta Aulia. “Studi Tentang Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surabaya Pada Tingkat
Pendidikan Menengah dan Kejuruan”hal 205. 30 Elyasa. “Evaluasi Implementasi Kebijakan Program Wajib Belajar 12 Tahun Di Kota Depok Jawa
Barat” hal 1382.
18
menganggarkannya dari Sumbangan Pelaksanaan Pendidikan (SPP)
siswa.31
d. Anggaran/APBD
Pemerintah Provinsi atau daerah tersendiri telah menyiapkan
Biaya Operasional Pendidikan (BOP) dalam rangka menyukseskan
program Wajib Belajar 12 Tahun ini. Adapun dana BOP tersebut berasal
dari dana APBD Provinsi/Daerah. Dana BOP ini diberikan kepada
sekolah-sekolah yang ada di Provinsi/Daerah untuk membantu setiap
kegiatan yang ada di sekolah. Sehingga dengan adanya dana BOP ini,
masyarakat yang kurang mampu bisa turut terbantu untuk tetap dapat
mengenyam bangku pendidikan.32
2) Determinan, yang menunjukan pengungkitan atau mekanisme yang
menengahi antara intervensi dan pengaruh. Setiap program harus
mengatahui mekanisme pengaruh (leverage mechanism) atau penyebab
dari masalah yang mempengaruhi pengembangan strategi atau perlakuan
untuk mencapai apa yang dibutuhkan. Mekanisme pengaruh ini yang
selanjutnya disebut sebagai faktor penentu keberhasilan suatu program.
Seperti menambahkan daya tampung program, Dana bantuan pendukung
untuk program. Contohnya dalam program pendidikan seperti dana Bos
yang dikeluarkan oleh pemerintah, dan sekolah gratis.
a. Menambah Daya Tampung
Daya tampung sekolah merupakan langkah untuk memberikan
batasan jumlah penerimaan siswa dalam satu kelasnya. Biasanya di
tiap wilayah mempunyai daya tampung yang dinamakan Rasio dari
setiap masing-masing kebijakan yang sudah di tentukan oleh wilayah
masing-masing. Daya tampung sangat berpengaruh dalam proses
belajar mengajar karena daya tampung ini berkaitan dengan
keefektifan sistem belajar mengajar.33
b. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
31 Sitta Aulia, Op. Cit., hal 213. 32 Welly Kusuma Wardani. “Implementasi Program Wajib Belajar 12 Tahun Di Provinsi Dki Jakarta
(Studi Kota Administrasi Jakarta Timur)”.hal 10. 33 Sitta Aulia. Op.,Cit., hal.290.
19
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program
pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan biaya operasi
nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program
wajib belajar. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
kualilatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1)
Perencanaan dana BOS sudah sesuai Juknis BOS 2015 karena dilihat
dari Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang pendanaan
pendidikan.34
c. Bantuan Operasional Daerah (BOSDA)
Penyelenggaraan program Pendidikan Wajib Belajar sangat
dipengaruhi oleh kebijakan dan dukungan pemerintah daerah. Kriteria
keberhasilan program ditafsirkan secara berbeda dalam kondisi dan
tuntutan daerah yang lainya. Untuk memenuhi tuntutan standar
keberhasilan program wajib belajar, dalam pelaksanaanya harus selalu
dikontrol dan diadakan pengawasan serta dukungan pemerintah
terkait dana bantuan yang dikeluarkan oleh daerah. Efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan program wajib belajar dapat kita ketahui
melalui evaluasi terhadap keseluruhan aspek internal maupun ekternal.
Secara internal evaluasi dilakukan terhadap komponen yang langsung
terlibat dalam pelaksanaan program wajib belajar, sedangkan
faktor eksternalnya mencakup kontribusi yang diberikan
masyarakat di luar penyelenggara program wajib belajar, kondisi
sosial, ekonomi dan politik, serta kultur masyarakat, sehingga
dapat diketahui hambatan, manfaat, pencapaian penyelenggaraan
program wajib belajar serta berbagai informasi penting yang
bermanfaat bagi pengambilan keputusan atau kebijakan bagi
penyelenggaraan program di masa mendatang.35
d. Sekolah Gratis
Pengertian pendidikan gratis antara pemerintah dan masyarakat harus
sama. Selama ini, ada pemahaman yang berbeda antara kedua belah pihak.
Disisi lain, masyarakat tidak bisa disalahkan karena mempertanyakan atau
menuntut kebijakan tersebut, mengingat bahwa masalah ini tidak sepenuhnya
34 Elyasa, Op.Cit.,hal 1384. 35 Elyasa, Op. Cit.,hal 1381.
20
tertangkap utuh, baik oleh pihak sekolah maupun orangtua siswa. Kontroversi
pun masih terus berkembang walaupun berbagai sosialisasi terus dilakukan.
Pada dasarnya, program pendidikan gratis pada jenjang pendidikan dasar yang
digulirkan oleh pemerintah provinsi disambut suka cita oleh masyarakat.
Pelayanan pendidikan tanpa dipungut biaya, memang telah lama diimpikan.
UU Nop 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) sebenarnya
telah mengamanatkan masyarakat yang tidak mampu digratiskan atau tidak
dikenakan pungutan biaya sampai mencapai usia wajib belajar 12 tahun.36
3) Tujuan dan dampak (goal and outcomes)
Tujuan merefleksikan sesuatu keinginan untuk memenuhi kebutuhan yang
belum tercapai. Dampak terbagi dua yaitu dampak jangka pendek dan
dampak jangka panjang.Tujuan dan dampak dapat diketahui melalui
laporan yang menunjukkan pengaruh dan antisipasipasi dari
program.tersebut seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).37
a. Induk Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, pendidikan, dan standar
hidup untuk semua negara. IPM digunakan sebagai indikator untuk
menilai aspek kualitas dari pembangunan dan untuk
mengklasifikasikan apakah sebuah negara termasuk negara maju,
negara berkembang, atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur
pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup.38
b. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh
sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah
satu cara meningkatkan kualitas SDM tersebut. Oleh karena itu
peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan
membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk
mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mengetahui seberapa
36 Sitta Aulia. Op. Cit.,hal 211. 37 Apriyanti Wulandari, Evaluasi Program Keaksaraan Dasar di Kabupaten Cirebon dengan pendekatan
Change Model: Antara Harapan dan Realitas, (Jakarta:puspendik Kemendikbud RI,2018), hlm.4. 38 Elyasa. Op. Cit.,hal 1385.
21
banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat
dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk
melihat partisipasi sekolah dalam suatu wilayah biasa dikenal beberapa
indikator untuk mengetahuinya, antara lain: Angka Partisipasi Sekolah
(APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi Murni
(APM).39
c. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak
pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada
jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah
seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan Bila APK
digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah
yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang
pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka Angka
Partisipasi Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah
tepat waktu.40
Model evaaluasi perubahan tepat untuk digunakan dalam
penelitian ini, karena dapat mengetahui aspek-aspek yang ingin dievaluasi.
Dengan keluwesan yang diberikan model perubahan ini, dan dengan
maksud yang sama, kemudian tanpa keluarnya dari komponen model
perubahan pula evaluator memfokuskan evaluasi yang akan dilakukan pada
tahap intervensi beruapan persipan, determinan dengan pelaksanaanya, dan
tujuan dan dampak pelaporan sehingga, dengan hal tersebut model evaluasi
perubahan ini dapat mengetahui sudah sampai mana persiapan yang telah
dilakukan, sesuai atau sukses tidaknya pelaksanaan program yang
dilaksanakan, sehingga terselesaikannya pada tahap pelaporan.
B. Kebijakan Pendidikan Wajib Belajar
1. Latar Belakang Wajib Belajar
Program wajib belajar pada era Soeharto mulai dilaksanakan pada 2 Mei
1984, di akhir Pelita (Pembangunan Lima Tahun) III. Dalam sambutannya
peresmian wajib belajar saat itu, Soeharto menyatakan bahwa kebijakannya
39 Sitta Aulia. Op.,Cit., hal.214. 40 Sitta Aulia. Op.,Cit., hal.215.
22
bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama dan adil kepada seluruh anak
Indonesia berusia 7-12 tahun dalam menikmati pendidikan dasar. Program wajib
belajar itu mewajibkan setiap anak usia 7-12 tahun untuk mendapatkan pendidikan
dasar 6 tahun (SD).
Program ini tidak murni seperti kebijakan wajib belajar yang memiliki
unsur paksaan dan sanksi bagi yang tidak melaksankannya. Pemerintah hanya
mengimbau orangtua agar memasukkan anaknya yang berusia 7-12 tahun ke
sekolah. Negara bertanggung jawab terhadap penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan yang dibutuhkan, seperti gedung sekolah, peralatan sekolah, di
samping tenaga pengajarnya. Meski program wajib belajar tidak diikuti oleh
kebijakan pembebasan biaya pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang
mampu, pemerintah waktu itu beruapya mengatasinya melalui program beasiswa.
Untuk itu, kemudian muncul program Gerakan Nasional-Orang Tua Asuh (GN-
OTA). Dalam upaya memperkuat pelaksanaan GN-OTA, diterbitkanlah Surat
Keputusan Bersama Menteri Sosial, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, dan Menteri Agama Nomor 34/HUK/1996, Nomor 88 Tahun
1996, Nomor 0129/U/1996, Nomor 195 Tahun 1996 tentang Bantuan terhadap
Anak Kurang Mampu, Anak Cacat, dan Anak yang Bertempat Tinggal di Daerah
Terpencil dalam rangka Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar.
Keberhasilan program wajib belajar 6 tahun ditandai dengan kenaikan
angka partisipasi sekolah dasar (SD) sebesar 1,4 persen. Angka partisipasi SD
menjadi 89,91 persen di akhir Pelita IV. Kenaikan angka partisipasi itu menambah
kuat niat pemerintah untuk memperluas kelompok usia anak yang ikut program
wajib belajar selanjutnya, menjadi 7-15 tahun, atau menyelesaikan tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sepuluh tahun kemudian, program wajar
berhasil ditingkatkan menjadi 9 tahun, yang berarti anak Indonesia harus
mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP. Upaya pelaksanaan wajib belajar 9
tahun pada kelompok usia 7-15 tahun mulai diresmikan pada Pencanangan Wajib
Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun pada 2 Mei 1994. Kebijakan ini diperkuat
dengan dikeluarkannya Inpres Nomor 1 Tahun 1994.41
41 Sejarah Indonesia http://lets-sekolah.blogspot.com/2016/04/pendidikan-di-masa-orde-
baru.html.Diakses pada tanggal 23 oktober 2018.
23
Program wajib belajar telah meningkatkan taraf pendidikan masyarakat
Indonesia saat itu. Fokus utama ketika itu adalah peningkatan angka-angka
indikator kualitas pendidikan dasar. Fokus pembangunan pendidikan saat itu,
yaitu peningkatan secara kuantitatif, baru kemudian memerhatikan kualitas atau
mutu pendidikan. Setelah perluasan kesempatan belajar untuk anak-anak usia
sekolah, sasaran perbaikan bidang pendidikan selanjutnya adalah pemberantasan
buta aksara. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa masih banyak penduduk
yang buta huruf. Dalam upaya meningkatkan angka melek huruf, pemerintahan
Orde Baru mencanangkan penuntasan buta huruf pada 16 Agustus 1978. Cara
yang ditempuh adalah dengan pembentukan kelompok belajar atau ”kejar”. Kejar
merupakan program pengenalan huruf dan angka bagi kelompok masyarakat buta
huruf yang berusia 10-45 tahun. Tutor atau pembimbing setiap kelompok adalah
masyarakat yang telah dapat membaca, menulis dan berhitung dengan pendidikan
minimal sekolah dasar. Jumlah peserta dan waktu pelaksanaan dalam setiap kejar
disesuaikan dengan kondisi setiap tempat. Keberhasilan program kejar salah
satunya terlihat dari angka statistik penduduk buta huruf yang menurun. Pada
sensus tahun 1971, dari total jumlah penduduk 80 juta jiwa, Indonesia masih
memiliki 39,1 persen penduduk usia 10 tahun ke atas yang berstatus buta huruf.
Sepuluh tahun kemudian, menurut sensus tahun 1980, persentase itu menurun
menjadi hanya 28,8 persen. Hingga sensus berikutnya tahun 1990, angkanya terus
menyusut menjadi 15,9 perse Pendidikan wajib belajar 9 tahun di mulai pada
tanggal 2 Mei 1984. Pemenuhan janji pemerintah untuk menyediakan sarana dan
prasarana pendidikan dasar secara cukup dan memadai, sehingga cita -
cita mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang termaksud dalam Pembukaan
UUD 1945 segera dapat diwujudkan. 42
Dalam upaya membangun bangsa, Pemerintah Indonesia mencanangkan
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 Tahun. Dalam kurun
waktu beberapa tahun, telah terjadi peningkatan laju angka partisipasi kasar
(APK) SMP/MTS dari 62,67% pada tahun 1995 menjadi 88,64% pada tahun 2006
dan menurut catatan pusat data Balitbang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan meningkat menjadi 102,08% pada akhir tahun 2017. Namun seiring
dengan berbagai kondisi yang dialami bangsa indonesia, program tersebut
42 H.M Soeharto http://soeharto.co/presiden-soeharto-sd-inpres-dan-avicenna-award/Diakses 24 juni
2018
24
mengalami beberapa hambatan. Pembangunan pendidikan, khususnya dalam
pelaksanaan penuntasan program Wajar Dikdas 9 tahun yang bermutu dan merata
masih mengalami beberapa hambatan dan tantangan.43
Wajib belajar untuk pendidikan dasar (tingkat SD dan SMP) atau dikenal
dengan wajib belajar 9 tahun sudah dicanangkan oleh pemerintah beberapa tahun
yang lalu. Bahkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan nasional ayat 2 secara tegas telah mengamanatkan “pemerintahan dan
pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya”. Selanjutnya, pada ayat 3 juga
menegaskan “wajib belajar tersebut merupakan tanggung jawab negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat”. Wajib belajar 9 tahun yang dimaksud juga dijelaskan dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 pasal 1, yaitu
yang menyebutkan bahwa program pendidikan minimal yang harus diikuti warga
negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah adalah
jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan
yang dimaksud berbentuk sekolah dasar(SD), madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah pertama (SMP), dan madrasah
tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.44
Sebagaimana dikemukakan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada bagian Ketentuan Umum Pasal
1,Ayat (18) tercantum pengertian wajib belajar, yaitu program pendidikan
minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah. Mencermati ketentuan dalam Undang-Undang
tersebut, penggunaan istilah “harus” berkonotasi pada “kewajiban”. Sementara
dalam UUD 1945 dikemukakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga
negara. Dengan kata lain, pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah
yang diberikan kepada setiap warga negara Indonesia. Kewajiban merupakan
sesuatu yang harus dilakukan setiap orang dan bilamana orang tersebut tidak
melaksanakan maka akan mendapat sanksi. Hal ini terlepas dari mampu atau tidak
43 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 2018. Petunjuk Pelaksanaan Bantuan
Pemerintah Program Pembangunan SD-SMP Satu Atap. (Jakarta: Direktorat SMP Kemendikbud,2018). Hal.5 44 Nurul Ulfatin,Amat Mukhadis,Ali Imron. Profil Wajib Belajar 9 Tahun Dan Alternatif
Penuntasannya. https://media.neliti.com/media/publications/111776-ID-profil-wajib-belajar-9-tahun-dan-
alterna.pdf. diunduh pada minggu 17 maret.
25
mampunya seseorang dalam melaksanakan kewajiban. Dalam kondisi apa pun
seseorang harus melaksanakan kewajiban tersebut, sehingga pendidikan yang
seharusnya menjadi hak warga dan sekaligus tanggung jawab pemerintah berubah
menjadi tuntutan yang harus dipenuhi setiap warga negara. Sementara "hak
belajar" didefinisikan sebagai sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang
yang sudah sepatutnya mendapatkan.
Menurut Soedijarto pengertian wajib belajar sebagai terjemahan
dari ”compulsary education” merujuk pada suatu kebijakan yang mengharuskan
warga negara dalam usia sekolah untuk mengikuti pendidikan sekolah sampai
pada jenjang tertentu, dan pemerintah memberikan dukungan sepenuhnya agar
peserta wajib belajar dapat mengikuti pendidikan. Program wajib belajar yang
sesungguhnya seperti di negara-negara seperti AS, Scandinavia, Jerman dan
Jepang, peserta belajar bukan hanya tidak membayar sekolah, tetapi juga tidak
membayar biaya transportasi dan mendapatkan buku serta berbagai keperluan
pendidikan lain. Dalam konteks ini, wajib belajar yang dimaksud adalah untuk
memenuhi “hak” belajar anak. Bahkan, beberapa negara mengenakan sanksi
hukum pada orang tua jika mereka tidak menyekolahkan anaknya yang berusia
wajib belajar.
Berkaitan dengan konsep compulsary education yang mempunyai
terjemahan sebagai “wajib belajar“, akan tetapi dalam implementasinya di negara
maju sebagaimana dikemukakan di atas mengandung makna terhadap pemenuhan-
hak anak atas pendidikan dan pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut,
pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menyadari urgensi dari perbedaan konsep tersebut. Pemerintah telah mengubah
penggunaan istilah (paradigma) Wajib Belajar menjadi Hak Belajar sebagaimana
dikemukakan dalam Rencana Strategis Kemendiknas Tahun 2009-2014. Pada Bab
I dinyatakan bahwa atas dasar pertimbangan berbagai amanah undang-undang,
diantaranya dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.45
Pasal 11 Ayat (1)dinyatakan bahwa: “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi”. Ketentuan
tersebut kemudian dipertegas dalam Pasal 34 Ayat (2) yang menyatakan bahwa:
45 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
26
“Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya”. Selanjutnya,
Pasal 34 Ayat (3) menyebutkan bahwa:”Wajib belajar merupakan tanggung jawab
negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat”. Oleh karena itu, paradigma wajib belajar pendidikan
dasar sembilan tahun digeser menjadi hak belajar pendidikan dasar sembilan tahun
yang menjamin kepastian bagi semua warga negara untuk memperoleh pendidikan
minimal sampai lulus SMP. Dengan pergeseran paradigma tersebut, pemerintah
wajib menyediakan sarana prasarana dan pendanaan demi terselenggaranya
pendidikan bagi seluruh warga negara. Pergeseran paradigma tersebut relatif
terlambat, karena baru dilakukan pada awal tahun 2009, sementara target
ketuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun juga ditargetkan pada akhir tahun 2009.
Akantetapi, hal ini dapat memberikan arah yang positif bagi rencana implementasi
Wajib Belajar 12 tahun ke depan.46
Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh
warga negara Indonesia atas tanggung jawab. Pemerintah dan pemerintah daerah.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat tentang desentralisasi maka
kewenangan penyelenggaraan pendidikan dikembalikan kepada pemerintah
daerah. Akan tetapi segala kewajiban yang timbul terhadap penyelenggaran
pendidikan tetap ditanggung oleh pemerintah pusat. Pemerintah pusat telah
mengeluarkan kebijakan menyangkut pembiayaan pendidikan seperti program
Biaya Operasinal Sekolah (BOS). Dalam penggunaanya Depdiknas mengeluarkan
5 macam kebijakan seperti:
a. Biaya satuan BOS, termasuk BOS Buku, per siswa/tahun
b. Dengan kenaikan kesejahteraan guru PNS dan kenaikan BOS dan sebagai
konsekuensinya semua SD dan SMP negeri harus membebaskan siswa dari
biaya operasional sekolah, kecuali RSBI dan SBI waktu itu.
Pemda wajib mengendalikan pungutan biaya operasional di SD dan SMP
swasta sehingga siswa miskin bebas dari pungutan tersebut dan tidak ada
pungutan berlebihan kepada siswa mampu.
a. Pemda wajib mensosialisasikan dan melaksanakan kebijakan BOS serta
memberikan sangsi bagi pihak yang melanggar.
46 Titik Handayani. http://kependudukan.lipi.go.id/en/population-study/education/220-konsep-wajib-belajar-
dan-hak-belajar diakses pada 7 juli 2018.
27
b. Pemda wajib memenuhi kekurangan biaya operasional dari APBD bila BOS
dari Depdiknas belum mencukupi. Bantuan pembiayaan oleh pemerintah pusat
dalam penyelenggaraan pendidikan memungkinkan pemerintah daerah untuk
menyelenggarak pendidikan gratis untuk tingkat pendidikan dasar (SD dan
SMP, sederajat) Tiap-tiap pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan yang
beraneka ragam sesuai kemampuan daerah, bagi daerah yang memiliki
anggaran APBD yang cukup maka pemerintah daerah akan memberikan
bantuan derah yang dapat dipergunakan untuk penyelenggaraan kegiatan siswa
Program Rintisan Wajib Belajar 12 tahun merupakan perwujudan pendidikan
untuk semua anak usia 6 – 18 tahun. Wajib belajar 12 sebenarnya diawali dari
program wajib belajar 9 tahun dan pelaksanaannya telah dicanangkan oleh
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2 Mei 1994. Program wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun di Indonesia bukanlah wajib belajar dalam arti
compulsory education seperti yang dilaksanakan di negara-negara maju,
dengan ciri- ciri: Ada unsur paksaan agar peserta didik bersekolah, diatur
dengan undang-undang tentang wajib belajar, tolok ukur keberhasilan wajib
belajar adalah tidak ada orang tua yang terkena sanksi, karena telah
mendorong anaknya tidak bersekolah; dan ada sanksi bagi orangtua yang
membiarkan anaknya tidak bersekolah.47 Program wajib belajar memberikan
sarana kepada seluruh masyarakat akan wajibnya belajar, agar seluruh rakyat
dapat merasakan menempuh belajar pada masa mereka seharusnya
mendapatkan pendidikan secara formal dan tanpa paksaan apapun dan akan
terus di kembangkan program ini dengan kemajuan zaman yang akan datang.
2. Tujuan dan Manfaat Program Wajib Belajar 12 Tahun
a. Tujuan Wajib Belajar 12 Tahun
Di Indonesia pemerintah telah membuat undang-undang tentang wajib
pendidikan selama 12 tahun yang akan mulai pada tahun ajaran
2013/2014. Terciptanya Undang-undang tersebut tak lepas dari peran
pemerintah, khususnya Menteri Pendidikan yang bertujuan agar anak-anak di
Indonesia mendapatkan bekal untuk masa depan yang lebih baik. Salah satu
latar belakang pemerintah mengeluarkan undang-undang tersebut adalah agar
47 Utsman. Esensi Wajib Belajar 12 Tahun Sebagai Kebijakan Publik.
Https://Www.Researchgate.Net/Publication/320417254_Esensi_Wajib_Belajar_12_Tahun_Sebagai_Kebijakan_
Publik. Diunduh pada 10 juli 2018
28
anak-anak Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak, seperti sekarang ini
yang mewajibkan anak-anak Indonesia mengikuti pendidikan selama 12 tahun
atau hingga lulus SLTA/SMA sedarajat.
Hal ini merupakan langkah pemerintah untuk mencerdaskan anak-anak
Indonesia yang merupakan generasi muda penerus bangsa. Karena nantinya
kemajuan dan perkembangan bangsa Indonesia ada di tangan para generasi
muda yang mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi yang akan membuat
negara kita Indonesia tercinta ini menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Selain itu dengan adanya program pendidikan ini, pemerintah berharap
nantinya anak-anak bangsa tidak akan ketinggalan dengan informasi-
informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin
berkembang dan mengalami kemajuan seiring dengan perkembangan zaman
yang semakin modern atau semakin maju48.
b. Manfaat Wajib Belajar 12 Tahun
Program I wajib belajar 12 tahun sangat membantu dalam
mencerdaskan pendidikan di negara Indonesia ini. Dengan adanya program
wajib belajar 12 tahun ini pemeritah bisa mengurangi angka putus sekolah dan
juga dapat memajukan teknologi pendidikan dengan adanya perkembangan
yang sangat canggih sehingga para pelajar Indonesia dapat bersaing di masa
yang akan datang.
1) Menciptakan warga Negara yang cerdas
Ini merupakan salah satu manfaat utama dari pendidikan.
Pendidikan, terutama wajib belajar 12 tahun yang dimulai dari tingkatan
SD Sampai dengan tingkat SLTA diharapkan mampu untuk menciptakan
warga negara yang cerdas dan juga dapat bersaing di dalam era globalisasi
seperti saat ini. Hal ini juga dapat mencegah masyarakat Indonesia
menjadi tertinggal dari bangsa lainnya.
2) Menciptakan generasi muda yang memiliki pengetahuan luas
Pengetahuan merupakan salah satu gerbang dari ilmu pengetahuan
yang dapat berguna bagi setiap insan bangsa. Dengan adanya undang-
undang wajib belajar ini, maka segenap insan bangsa akan memperoleh
48 Anonim Pentingnya Wajib Belajar 12
Tahun.http://pentingnyawajibbelajar12tahun.blogspot.com/.Diakses pada hari selasa 23 mei 2018, pukul
20.30.
29
pengetahuan yang maksimal. Hal ini diberikan pada jenjang Sekolah dasar
dan juga sekolah menengah pertama.
3) Sebagai landasan dasar dalam menempuh jenjang pendidikan yang lebih
tinggi
Pendidikan tidak hanya terbatas pada SD, SMP, dan juga SMA.
Namun masih ada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, yaitu Sarjana,
Magister dan Doktor. Semua jenjang pendidikan itu tidak akan pernah bisa
digali apabila kita tidak mengikuti jenjang pendidikan SD dan SMP
terlebih dahulu.
4) Sebagai modal untuk melamar pekerjaan
Saat ini banyak perusahaan yang menentukan syarat-syarat utama
yaitu ijazah. Siapapun itu yang telah mengenyam pendidikan akan lebih
mudah untuk melamar pekerjaan.
5) Agar anak bangsa mampu mengenyam pendidikan sekolah dasar dan
menengah pertama
Manfaat undang undang wajib belajar adalah agar setiap anak
dapat merasakan tingkatan sekolah dasar hingga sekolah menengah
pertama. Hal ini tentunya sejalan dengan tujuan pendidkan, yaitu
mencegah terjadinya kondisi dimana seseorang tidak pernah mengenyam
tingkat pendidikan sama sekali, yang tentu saja sangat berdampak buruk
bagi perkembangan bangsa.
6) Agar menjadi lebih tertarik dengan dunia pendidikan
Program undang-undang wajib belajar ini juga sangat bermanfaat
untuk menarik minat dari anak-anak akan dunia pendidikan. Hal ini dapat
memberikan pemahaman penting bagi anak-anak akan pentingnya
pendidikan bagi, terutama pada pendidikan dasar.
7) Mencegah tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak
Manfaat undang undang wajib belajar juga dapat membantu
mencegah terjadinya tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak.
Hal ini dapat terjadi karena 2 hal, yang pertama adalah karena jam belajar
yang tinggi, sehingga anak-anak tidak memperoleh kesempatan untuk
melakukan tindakan kejahatan. Kemudian yang kedua adalah karena
dalam pendidikan di sekolah, para siswanya diajarkan mengenai moral dan
etika, sehingga dapat efektif untuk mencegah kriminalitas.
30
8) Untuk memajukan sistem pendidikan Indonesia
Sistem pendidikan di Indonesia haruslah terus berkembang dan
maju setiap periodenya. Hal ini pun ditunjukkan dengan adanya perubahan
pada sistem kurikulum yang mengatur tentang sistem pendidikan tersebut.
Hal ini dilakukan untuk membantu meningkatkan dan memajukan sistem
pendidikan di Indonesia, agar menjadi lebih baik lagi.
9) Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
Selain dapat memajukan sistem pendidikan di Indonesia, undang-
undang wajib belajar juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas
pendidikan yang ada di Indonesia. Terutama kualitas pendidikan dasar dan
juga pendidikan menengah agar menjadi semakin baik lagi.
10) Menciptakan generasi penerus bangsa yang berprestasi, bermoral dan
berintegritas tinggi
Ini merupakan salah satu manfaat penting dari undang-undang
wajib belajar. Dengan adanya undang-undang wajib belajar ini, maka akan
dapat membantu sistem pendidikan dalam menciptakan generasi penerus
bangsa yang berprestasi, bermoral, dan juga berintegritas tinggi, serta
dapat memajukan kehidupan bernegara dan berbangsa kelak.
Itulah manfaat dari undang-undang wajib belajar yang perlu anda
ketahui. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda semua para
pembaca.
Program wajib belajar 12 tahun sangat membantu meciptakan
generasi yang berprestasi, bermoral dan berintegritas tinggi di masa yang
akan datang. Dengan program wajib belajar 12 tahun para pelajar bisa
mencapai kriteria standart kelulusan yang di butuhkan di masa yang akan
datang. Karir dalam tamatan SLTA itu ada 2, yang pertama dia lanjut
Bekerja dan yang kedua dia melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi.
Dunia pekerjaan pada saat ini membutuhkan kelulusan dengan syarat
tamat SLTA sederajat. Sudah jarang sekali dunia usaha dan dunia industri
menerima kelulusan SD/SMP. Maka dari itu program wajib belajar 12
31
tahun ini sangat di haruskan agar seluruh masyarakat mudah dalam
mencari pekerjaan atau melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi.49
C. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian tentang program wajib belajar 12 tahun sudah dilakukan oleh
beberapa orang peneliti. Berdasarkan penulusuran melalui jurnal, diketahui ada
beberapa hasil penelitian yang sudah di publikasi. Yaitu sebagai berikut:
1. Yenni Meriatul Hasanah, Cepi Safruddin Abdul Jabar, “Evaluasi Program Wajib
Belajar 12 Tahun Pemerintah Daerah Yogyakarta” tahun 2017 (Jurnal). Hasil
penelitian menunjukan bahwa Program Wajib Belajar belum dilaksanakan secara
maksimal dikarenakan masih minimnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya pendidikan. Bedanya dengan penelitian saya, penetian ini dilakukan di
Pemerintah Daerah Yogyakarta. Sedangkan saya akan melakukan penitian ini di
Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Persamaannya dalam penelitian saya adalah dari
penelitiannya sama-sama meneliti tentang Program Wajib Belajar 12 Tahun.50
2. Agus Siswanto,“ Pelaksanaan Program Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun pada
Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Bantul” tahun 2017 (Jurnal). Hasil
pada penitian ini adalah lebih kepada penerapan dana bantuan operasional sekolah
sebagai penunjang ke berhasilan dalam menerapkan Program Wajib Belajar 12
Tahun. Bedanya dengan penitian saya. Penitian ini tidak mengevaluasi dan lokus
pada penitian pun berbeda. Persamaannya dalam penelitian saya adalah dari
penelitiannya sama-sama meneliti tentang Program Wajib Belajar 12 Tahun.51
3. Thesar Yusta Wira Pradata, “ Evaluasi Program Wajib Belajar 12 Tahun pada
Masyarakat Miskin di Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Kota
Surabaya” tahun 2015(Jurnal). Hasil peneitian ini berfokus dalam program wajib
belajar 12 tahun dalam satu kecamatan saja yang berada di Kota Surabaya
berfokus pada tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan program
pendidikan. Bedanya penitian ini hanya berfokus kepada satu Kecamatan
sedangkan saya berfokus pada dinas kota. Persamaannya dalam penelitian saya
49 Chy Ana. Manfaat UU Wajib Belajar https://manfaat.co.id/manfaat-undang-undang-wajib-belajar.
Diakses pada hari rabu 24 mei 018 pukul 17.00. 50 Yenni Mariatul Hasanah, Cepi Safruddin Abdul Jabar. “Evaluasi Program Wajib Belajar 12 Tahun
Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta”, Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, Vol 5, No 2, September
2017. 51 Agus Siswanto. “Pelaksanan Program Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun Pada Sekolah Menengah
Atas Negeri di Kabupaten Bantul” Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 2017.
32
adalah dari penelitiannya sama-sama meneliti tentang Program Wajib Belajar 12
Tahun.52
4. Iyan Fathul Khoeriyah, dan Achmad Nurmadi. “Evaluasi Program Wajib Belajar 9
Tahun Pada Sekolah Negeri dan Swasta” tahun 2014 (Jurnal). Hasil penelitian ini
berfokus dalam program wajib belajar 9 tahun yang berfokus pada sekolah dasar
Negeri (SDN) di Yogyakarta. Bedanya penelitian ini berfokus pada dengan
kebijakan wajib belajar 9 tahun, sedangkan saya berfokus pada program wajib
belajar 12 tahun. Persamannya dengan penelitian saya sama-sama meneliti
tentang Kebijakan Pendidikan Program Wajib Belajar.53
5. Sitta Aulia,“Studi Tentang Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surabaya
Pada Tingkat Pendidikan Menengah dan Kejuruan” tahun 2013 (Jurnal). Hasil
penelitian ini berfokus kepada pemerintah bagaimana pemerintah berperan dalam
mendudukung berjalannya program wajib belajar 12 tahun ini di Kota Surabaya.
Bedanya penelitian ini saya berfokus pada pelaksanaan program ini di kota Bekasi
dan berfokus pada tingkat sekolah dasar (SD), sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Menengah Akhir. Sedangkan penelitian ini hanya berfokus pada pada
tingkat Menengah dan Kejuruan. Persamaannya dalam penelitian saya adalah dari
penelitiannya sama-sama meneliti tentang Program Wajib Belajar 12 Tahun.54
D. Kerangka Berpikir
Intervensi : Perda ( Pemerintah Daerah), Sosialisasi kepada masyarakat
tentang penerapan program wajib belajar 12 tahun, Anggaran/APBD menyiapkan dan
merencanakan anggaran dalam menerapkan program wajib belajar 12 tahun ini,
Sarpras (sarana dan prasarana), kuota sekolah. Dalam pemerintahan daerah pasti ada
kebijakan dalam menggagarkan setiap program apa saja yang akan dijadikan dalam
pencapaian beberapa tahun kedepan atau dengan adanya kepala daerah baru yang
mempunyai proker kerja untuk pencapaian kinerja dia dalam menjabat didaerah
tersebut, salah satunya program pendidikan yang akan dilaksanakan melalui dinas
pendidikan dengan adanya program wajib belajar 12 tahun ini program daerah
tersebut dalam mengurangi angka anakanak yang akan putus sekolah . dengan adanya
52 Thesar Yusta Wira Pradata. “ Evaluasi Program Wajib Belajar 12 Tahun pada Masyarakat Miskin di
Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Kota Surabaya”, Jurnal kebijakan dan Manajemen Publik tahun
2015. 53 Iyan Fathul Khoeriyah, dan Achmad Nurmadi. “Evaluasi Program Wajib Belajar 9 Tahun Pada
Sekolah Negeri dan Swasta”, Jurnal tahun 2016. 54 Sitta Aulia. “Studi Tentang Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surabaya Pada Tingkat
Pendidikan Menengah dan Kejuruan”. Jurnal tahun 2013.
33
program tersebut pemerintah juga mengadakan penganggaran APBD yang
dianggarkan oleh negara dan diberikan kepada masing-masing daerah. Dengan adanya
anggaran pendidikan tersebut dibentuk dengan nama BOS dan dll nya,
Determinan: Menaambah kuota daya tampung, BOS ( Bantuan Operasional
Sekolah), BOP (Bantuan Operasional Pendidikan). Dalam menerapkan program
tersebut pemerintah daerah mempunyai strategi untuk memajukan pemerintah denga
adanya BOS atau BOP yang akan dianggarkan untuk masyarakat yang kurang mampu
serta anak-anak yang berprestasi. Dengan adanya anggaran ini program pendidikn
yaitu program wajib belajar 12 tahun yang di terapkan di daerah tersebut akan
berjalan dengan banyak anak-anak dan masyarakat yang kurang mampu dalam
menandanai pendidikan anak-anaknua. Hal ini sangat diharapkan oleh pemerintah
agar angka putus sekolah yang ada didaerah tersebut ddapat terkurang.
Pengaruh: APK (Angka Partisipasi Sekolah), APM (Angka partisipasi murni),
Angka Putus Sekolah, Sekolah SLTA/SMA/SMK. Setelah seluruh dana bantuan
APBD untuk pendidikan sudh dikeluarkan tuga pemerintah daerah adalah mengetahui
apakah program pendidikan yaitu proram wajib belajar 12 tahun ini berjalan dengan
baik atau justru tidaak ada perubahan harus ada pengecekan dari para petugas
pemerintah daerah untuk mengetahui kemajuan apa saja yang telah terjadi
dimasyarakat dengan mendatangi sekolaah-sekolah yang ada disekolah tersebut.
Berapa jumlah siswa-siswi yang tamat setiap tahunnya. Dari situ pemerintah akan
mentahui pengaruh dari dana bantuan pendidikan dapat merubah angka putus sekolah
di daaerah tersebut atau tidak. Jika semua berjalan dengan baik walaupun ada kendala
dalam peneraapannya setidaknya program ini telah sampai kepada masyrakat dan ada
kemaajuan dari angka putus sekolah di daaerah tersebut. Jika sudah ada kemajuan
beberaapa persen dari program ini maka pemerintah harus mengadakan evaluasi
kepaada program ini agar kendala yang terjadi di lapangan dapat teratasi dan program
ini dapat berjalan lebih baik lagi dari pencapaian sebelumnya.
34
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir
GOEM
(Tyler)
CEM
(Stake)
REM
(suharsimi
dan
Jabbar)
CIPP
(stufflebem
)
CSE-UCLA
(suharsimi
dan Jabbar)
MEC(
Tsyh
Chen)
DM
(Malcom)
GBEM
(Wirawan)
Evaluasi
Model
Change
1. Menambah Daya
Tampung
2. BOS
3. Bosda
4. Sekolah
Gratis
1. Regulasi
2. Rencana
Program
3. Infrastruktur/Fas
ilitas
4. Anggaran/APBD
1. IPM
2. APK
3. APM
Intervensi Determinan Dampak
35
BAB III
METODOLOGI EVALUASI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Evaluasi ini dilaksanakan di Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Jl. Lap. Bekasi
Tengah No.2, Margahayu Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113. Pemilihan
Dinas Pendidikan ini didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang diperoleh kenyataan
bahwa Dinas Pendidikan Kota Bekasi belum lama ini menerapkan Program Wajib Belajar
12 Tahun dan program tersebut masih terdapat beberapa kendala dalam penerapannya.
Waktu dan jadwal kerja penelitian ini dibuat dalam bentuk Gantt Chart yang
kolomnya dibagi dalam bulan. Secara keseluruhan kegiatan dilakukan selama kurang
lebih 10 bulan, yaitu sejak bulan juni 2018 (kemudian terhenti sementara pada bulan Juli,
Agustus, September, Oktober ,November dikarenakan ada program KKN dan Magang)
sampai Agustus 2019. Adapun tahap-tahap perincian kegiatan yang dilaksanakan
sebagaimana dipaparkan yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Waktu Evaluasi
No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
1 Penyusunan
Proposal
2 Izin
Penelitian
3 Meneliti
Masalah
4 Penyusunan
Skripsi
5 Bimbingan
6 Pengambilan
Data
7 Analisis
8 Munaqosah
B. Pendekatan, Metode dan Model Evaluasi
1. Jenis Penelitian
Jenis Evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong metodelogi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
36
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.55 Sejalan dengan
definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung
dari pengamatan pada manusia baik dalam pengawasannya maupun dalam
peristilahnya.56
Bogdan dan Guba mengungkapkan bahwa “Penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari
orang-orang dan perilaku yang diamati”. Senada dengan pendapat tersebut, Wallen
menyatakan bahwa peneliti yang mengkaji kualitaf hubungan, kegiatan, situasi, atau
material disebut penelitian kualitatif, dengan penekanan kuat pada deskripsi
menyeluruh dalam menggambarkan rincian segala sesuatu yang terjadi pada suatu
kegiatan atau situasi tertentu.57 Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian
yang berusaha menggunakan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa
adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek
yang diteliti secara tepat.58
1. Pendekatan
Model evaluasi yang digunakan yaitu model evaluasi berbasis tujuan (Goal
Based Evaluation Model) yaitu model evaluasi yang memfokuskan pada pengmpulan
informasi yang bertujuan mengukur pencapaian suatu kebijakan, program dan proyek
untuk bertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.59
2. Metode
Mengacu pada pendekaatan yang digunakan dalam evaluasi ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk mengkritik kelemahan
penelitian kuantitatif (yang terlalu positivisme), serta juga bertujuan untuk
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan
berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model,
tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi dan fenomena tertentu. 60 Metode
55 Lexy J. Meleong, Metedologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2010),hlm.4 56 Ibid 57 Uhar Suharsaputra. Metode Penelitian: kuantitatif, Kualitatif, dan tindakan. (Bandung: Refika
Aditama, 2012). Hlm. 181. 58 Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), hlm.162-163 59 Wirawan,Op.Cit.Edisi Revisi,2016,hlm. 123-166 60 H.M..Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
lainnya, (Jakarta: Kencana,2007),hlm.68
37
deskriptif kualitatif ini menggambarkan begitu dalamnya sasaran penelitian yang
dituju, sehingga nantinya hasil penelitiannya ini dapat digunakan sebagai penjelasan
sebenarnya dari hasil yang diteliti, dan dapat membantu suatu program yang diteliti
untuk kedepannya.
3. Model Riset Evaluasi
Sesuai dengan sifat data yang ingin diperoleh maka model yang tepat untuk
digunakan sebagai strategi atau pedoman kerja pelaksanaan evaluasi, yaitu model
evaluasi perubahan (Change). Alasan evaluator memilih model ini karena dapat
mengetahui aspek-aspek yang ingin dievaluasi dengan keluwesan yang diberikan
model perubahan ini, dan dengan maksud yang sama, kemudian tanpa keluarnya dari
komponen model perubahan pula. Evaluator memfokuskan evaluasi yang akan
dilakukan pada tahap intervensi berupa persiapan, tahap determinan dengan
pelaksanaannya, dan tahap tujuan dan dampak berupa pelaporan.alasan pemilihan
model evaluasi Change karena model ini dapat mengevaluasi mulai dari perencanaan,
penerapan saat pengaruh dari pengaruh program tersebut. Sehingga informasi yang
dikumpulkan dapat mengatahui hasil dari penerapan program wajib belajar 12 tahun.
C. Sumber Data
Sumber data Evaluasi ini yaitu Dinas Pendidikan Kota Bekasi t, Evaluasi dan
Pelaporan . Pendidikan. Jika lebih kerucutnya, maka subjek penelitian ini lebih
difokuskan kepada implementasi bagaimana Dinas Pendidikan Kota Bekasi menerapkan
program Wajib Belajar 12 Tahun kepada masyarakat Kota Bekasi dana apa saja yang
menjadi kendala dalam penerapan Program Wajib Belajar 12 Tahun ini.
Sumber data dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dapat
berupa person, paper, dan place.61 Yang akan dibahas berikut ini:
1. Person: yaitu sumber data yang diperoleh melalui wawancara berupa jawaban lisan.
Adapun sumberdata person dalam penelitian ini adalah Dinas Pendidikan Kota
Bekasi.
2. Paper: yaitu sumber data yang diperoleh melalui dokumen terdiri dari pedoman
ketentuan wajib belajar 12 tahun. Petunjuk pelaksanaan, perencanaan program, dan
rencana anggaran.
61 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar,Op. cit,h.88.
38
3. Place: yaitu sumber data yang menampilkan keadaan tempat pelaksanaan program
wajib belajar 12 tahun. Adapun sumber data place pada penelitian ini adalah dinas
pendidikan Kota Bekasi.
Adapun jenis data dalam evaluasi ini adalah:
1. Data primer, adalah data yang diperoleh dari peneliti secara langsung yaitu person
dan place, menggunakan prosedur dan teknik pengumpulan data melalui wawancara.
2. Data sekunder, Data yang diperoleh dari sumber data yang kedua yakni paper dengan
dokumentasi. Sumber data dokumen dalam penelitian ini adalah arsip dan petunjuk
pelaksanaan.
D. Jenis Data
Jenis data pada evaluasi ini adalah data kualitatif berupa hasil wawancara dan
studi dokumentasi pada pelaksanaan program Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Bekasi.
Jumlah responden dari penelitian kualitatif tergantung tentang apa yang ingin diketahui
oleh evaluator, tujuan dan manfaat evaluasi, dan seberapa sukses suatu program Wajib
Belajar 12 Tahun dengan jumlah waktu dan SDM yang tersedia. Validitas dan kedalaman
arti yang dimunculkan dalam penelitian kualitatif lebih berhubungan dengan kekayaan
informasi dan kecocokan suatu hal dari kasus atau permasalahan yang ada dilapangan
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik-
teknik sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada bagian dikdas dan bagian perencanaan program
untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan mendalam tentang bagimana
pengimplementasian program wajib belajar 12 tahun di daerah kota bekasi ini.
Dengan adanya wawancara ini diharapakn dapat memproleh data yang sesuai tujuan
penelitian ini.
2. Studi Dokumen
Studi Dokumen ini di lakukan untuk mendapat data sekunder untuk
sempurnanya penelitian yang dilakukan, dokumen yang dibutuhkan berupa data
mengenai penerapan/pengimplementasian program wajib belajar 12 tahun di kota
bekasi dan data lainnya terkait dengan penerapan/pengimplementasian program wajib
belajar 12 tahun di kota bekasi ini.
39
Tabel 3.2
Daftar Ceklis Dokumen program wajib belajar 12 tahun
No
Jenis ket
1. Sejarah Kota Bekasi
2. Visi dan Misi Kota Bekasi
3. Visi dan Misi Dinas Pendidikaan Kota Bekasi
4. Struktur Dinas Pendidikan Kota Bekasi
5. Regulasi Program Wajib Belajar
6. Dokumen APBD Pendidikan Kota Bekasi
7. Jumlah Sekolah SD Negeri dan Swasta
8. Jumlah Sekolah SMP Negeri dan Swasta
9. Jumlah SMA Negeri dan Swasta
10. Jumlah SMK Negeri dan Swasta Kota Bekasi
11. Jumlah rata-rata siswa SD Negeri dan Swasta
perkelas
12. Jumlah rata-rata SMP perkelas Negeri dan Swasta
13. Jumlah rata-rata SMA perkelas Negeri dan Swasta
14. Jumlah rata-rata SMK perkelas Negeri dan Swasta
15. Jumlah rombongan belajar SD Negeri dan Swasta
16. Jumlah rombongan belajar SMP Negeri dan Swasta
17. Jumlah rombongan belajar SMA Negeri dan Swasta
18. Jumlah rombongan belajar SMK Negeri dan Swasta
19. Daya Tampung sekolah SD Negeri dan Swasta
20. Daya Tampung sekolah SMP Negeri dan Swasta
40
21. Daya Tampung sekolah SMA Negeri dan Swasta
22. Daya Tampung sekolah SMK Negeri dan Swasta
23. Jumlah anggaran bantuan dana BOS Pusat tingkat
SD,SMP,SMA,SMK
24. Jumlah Anggaran bantuan dana BOSDA Kota
Bekasi SD,SMP,SMA,SMK
25. IPM Kota Bekasi
26. Data penduduk perkecamatan Kota Bekasi usia 7-12
tahun
27. Data penduduk usia perkecamatan Kota Bekasi 13-
15 tahun
28. Data penduduk usia Perkecamatan Kota Bekasi 16-
18 tahun
29. APK SD/sederajat Kota Bekasi
30. APK SMP/sederajat Kota Bekasi
31. APK SMA/sederajat Kota Bekasi
32. APM SD/sederajat Kota Bekasi
33. APM SMP/sederajat Kota Bekasi
34. APM SMA/sederajat Kota Bekasi
F. Instrumen Evaluasi
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut
variable penelitian.62 Dengan begitu yang dimaksud dengan instrument evaluasi adalah
alat ukur dalam melakukan kegiatan evaluasi sehingga evaluator dapat dengan mudah
mengevaluasi kegiatan program yang akan dievaluasi. Dalam penelitian evaluasi kali ini
menggunakan pedoman wawancara, pedoman studi dokumen,
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara program wajib belajar 12 tahun
Tahapan Fokus Instrumen
1. intervensi a. Regulasi tentang wajib belajar Wawancara dan studi
62 Sugiyono, metode penelitian kualitatif, kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta 2016),cet ke-
23.hal.102
41
12 tahun
b. Rencana Program
c. Infrastrukur/ Fasilitasi
Pelaksanaan Program Wajib
Belajar 12 Tahun.
d. APBD Program Wajib Belajar
12 Tahun
e. Analisis Intervensi
dokumen
2. Determinan a. Daya Tampung
b. BOS/BOSDA
c. Sekolah Gratis
d. Analisis Determinan
Wawancara dan studi
dokumen
3. Dampak a. IPM C. APM
b. APK D. Analisis Dampak
Wawancara dan studi
dokumen
Tabel 3.4
Pedoman Instrumen Wawancara Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi
No indikator pertanyaan
1. Persiapan 1. Apa yang melatar belakangi Kota Bekasi
Merencanakan Program Wajib Belajar 12 Tahun ?
2. Pada tahun berapa program wajib belajar 12 tahun ini
mulai di tetapkan di kota Bekasi ?
3. Bagaimana regulsi pendidikan wajib belajar 12 tahun
ini ?
4. Siapa saja yang terlibat langsung dalam penerapan
program wajib belajar 12 tahun ini ?
5. Kendala apa saja yang dinas pendidikan alami dalam
menerapkan program wajib belajar 12 tahun ?
6. Apakah program 12 tahun ini sudah merata
diterapkan diseluruh kota bekasi ?
2. Pelaksanaan 1. Bagaimana prosedur dan penerapan strategi program
wajib belajar 12 tahun ini ?
2. Apakah masih ada sekolah yang belum mengetahui
tentang program wajib belajar 12 tahun ini ?
3. Ada berapa sekolah yang terdaftar di Dinas
pendidikan Kota Bekasi ?
4. Apakah terdapat anggaran pemerintah untuk
penerapan program wajib belajar 12 tahun ?
5. Apa saja bentuk anggaran yang dikeluarkan oleh
42
dinas pendidikan kota Bekasi ?
6. apakah ada syarat/prosedur tertentu dalam
penggunaan dana bantuan yang diberikan oleh dinas
pendidikan kota Bekasi ?
7. apakah dana tersebut berlaku untuk seluruh siswa/
hanya siswa yang memang layak mendapatkannya
saja ?
8. berapa kali dana tersebut diberikan kepada siswa ?
9. apakah ada sanksi yang diberlakukan untuk setiap
siswa yang menyalah gunakan anggaran tersebut?
3. Monitoring dan
Evaluasi
1. Setelah memberlakukan kebijakan dan dana yang
untuk pendidikan ini apakah ada pengurangan angka
anak putus sekolah tahun 2018 kemarin ?
2. Kalo memang ada, berapa persentasenya di banding
tahun sebelumnya ?
3. apa dinas pendidikan sering mengadakan evaluasi
terkait program wajib belajar 12 tahun ?
4. bagaimana keberhasilan atas segala sesuatu yang
telah disusun dalam penyelenggaraan program wajib
belajar 12 tahun ?
5. bagaimana cara dinas pendidikan kota Bekasi
mempertahankan/ usaha apa saja yang dilakukan
untuk mengurangi angka putus sekolah yang ada di
kota Bekasi, dengan menerapkan program 12 tahun
wajib belajar ini ?
Tabel 3.5
Bagian Perencanaan Program Dinas Pendidikan Kota Bekasi
No indikator pertanyaan
1. Persiapan 1. Apakah dinas pendidikan Kota Bekasi sudah
menerapkan sistem wajib belajar 12 tahun ?
2. Apakah program tersebut sudah mendapatkan dukungan
dari pemerintahan kota Bekasi ?
3. Apa sistem pendidikan di kota Bekasi ini sudah
dikatakan berhasil disbanding wilayah jawa barat
lainnya?
4. Apakah ada prosedur tersendiri yang di terapkan dinas
provinsi jawa barat terkait program wajib belajar 12
tahun ?
5. Apa saja yang menjadi penyebab di selenggarakannya
program wajib belajar 12 tahun?
2. Pelaksanaan 1. Apa yang menjadi pengaruh anak putus sekolah?
2. Apa saja jenis anggaran/bantuan yang dikeluarkan oleh
dinas pendidikan kota bekasi?
43
3. Berapa usia rata-rata SD,SMP,SMA ?
4. Ada berapa jumlah siswa-siswi SD,SMP SMA di Kota
Bekasi?
3 Monitoring dan
Evaluasi
1. Jenis bantuan apa saja yang dikeluarkaan oleh dinas
pendidikan untuk mendukung keberlangsungannya
penerapan program wajib belajar 12 tahun?
2. Apakah dinas pendidikan kota Bekasi akan
menggratiskan pendidikan sampai dengan jenjang
SLTA/sederajat?
3. Apakah sudah ada hasil dari dinas pendidikan kota
Bekasi terkait penerapan program wajib belajar 12
tahun?
4. Berapa persentase IPM Kota Bekasi ?
5. Berapa APK DAN APM SD,SMP,SMA/sederajatnya
Kota Bekasi?
6. Apakah ada evaluasi terkait dengan penerapan program
wajib belajar 12 tahun dari dinas pendidikan kota
Bekasi?
7. Apa langkah-langkah pemerintah untuk terus meratakan
seluruh pendidikan 12 tahun di kota Bekasi?
G. Teknik Analisis Data
Setelah rangkaian data terkumpul. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan
prosedur dan teknis pengolahan data dengan prosedur dan teknis pengolahan berikut : (1)
melakukan pemilihan dan penyusunan klarifikasi data. (2) melakukan penyunting data
dan pemberian kode data untuk membangun kinerja analisis data. (3) melakukan
konfirmasi data yang memerlukan verfikasi data dan pendalaman data. Dan (4)
melakukan analisi data sesuai dengan konstruksi pembahasan hasil penelitian.
Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahap pertama pengolahan
data dimulai dari penelitian pendahuluan hingga tersusunnya usulan penelitian. tahap
kedua, pengolahan data yang lebih mendalam dilakukan dengan cara mengolah hasil
kegiatan wawancara dan pengumpulan berbagai informasi lapangan di lokasi penelitian.
tahap ketiga, setelah itu dilakukan pemeriksaan keabsahan data hasil wawancara dengan
sejumlah nara sumber yang dijadikan informan penelitian serta membandingkan data
tersebut dengan berbagai informasi yang terkait. Pada tahap ini, pengolahan data yang
dianggap optimal apabila data yang diperoleh sudah layak dianggap lengkap dan dapat
dipresentasikan masalah yang dijadikan objek penelitian. tahap akhir adalah analisis data
dalam ragka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dilakukan dengan
pendekatan analisis triangulasi.
44
BAB IV
HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Kota Bekasi merupakan wilayah yang sangat
strategis dan mitra terdepan ibukota Republik
Indonesia, yakni DKI Jakarta. Kota ini berkedudukan
di Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah sekitar
210,49 km². dalam konteks regional, berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 1997
tentang rencana tata ruang Wilayah Nasional
(RTRWN), 63 akibat dari logis dari letak wilayah
geografis Kota Bekasi tersebut memunculkan berbagai
keuntungan dan permasalahan. Permasalahan lainnya
yang muncul bahwa Kota Bekasi muerpakan satu
wilayah yang dijadikan sebagai urbanisasai terutama
para pencari kerja yang berasal dari daerah. Tingkat
urbanisasi yang tinggi juga berimbas pada bidang
pembangunan Pendidikan di Kota Bekasi. Hal ini di dasari oleh Kota Bekasi, Pendidikan
merupakan bagian dari Human Investment atau investasi manusia yang dapat menjadi
indikator utama bagi keberhasilan pembangunan Kota Bekasi. Kondisi yang menjadi
penyebab Pemerintah Kota Bekasi terus membangunan Pendidikan yang baik, lalu
terencanalah Program Wajib Belajar 12 Tahun ini agar masyarakat Kota Bekasi
mempunyai daya saing di era globalisasi yang semakin maju dan dapat memenuhi
keinginan yang di butuhkan oleh industri pekerjaan.
B. Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kota Bekasi
Dinas Pendidikan Kota Bekasi berlokasi di Jl. Lapangan Bekasi Tengah No.2,
Margahayu, Bekasi Timur Provinsi Jawa Barat. Pembentukan Dinas Pendidikan Kota
Bekasi diawali oleh pembentukan Wilayah Pemerintah Kota Bekasi itu sendiri, Kota
Bekasi Merupakan salah satu Kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat , Indonesia.
Nama Bekasi berasal dari kata Bagasasi yang artinya sama dengan Candrabaga yang
tertulis dalam prasasti Tugu Era Kerajaan Tarumanegara, yaitu nama sungai yang
melewati kota ini. Kota ini merupakan bagian dari megapolitan Jabodetabek dan menjadi
63 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 1997 tentang rencana tata ruang Wilayah Nasional.
Gambar 4.1
Peta Kota Bekasi
45
kota satelit dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Saat ini Kota Bekasi
berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban dan sentra industri, Kota Bekasi juga
dijuluki sebagai Kota Patriot dan Kota Pejuang.
Pada tahun 1950 kantor Kabupaten Bekasi berpindah dari jatinegara ke Kota
Bekasi (Jl. H.Juanda). kemudian pada tahun 1982 saat Bupati dijabat oleh Bapak H.
Abdul Fatah Gedung Perkantoran Pemda Kabupaten Bekasi kembali dipindahkan ke Jl.
A. Yani No.1 Bekasi. Pasalnya perkembangan kecamatan Bekasi menuntut
dimekarkannya Kecamatan Bekasi menjadi Kota Administratif Bekasi yang terdiri atas 4
Kecamatan Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 48 Tahun 1981,64 yaitu kecamatan
Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Bekasi Utara, yang seluruhnya menjadi
18 kelurahan dan 8 desa.
Peresmian Kota Administratif Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada
tangal 20 April 1982, dengan Walikota pertama dijabat oleh Bapak H.Soedjono (1982-
1988). Tahun 1988 Walikota Bekasi dijabat oleh Bapak Drs. Andi Sukardi hingga tahun
1991 91988-19911, kemudian diganti oleh Bapak Drs. H. Khailani AR hingga tahun
(1991-1997).
Pada perkembangannya Kota Administratif Bekasi terus bergerak dengan cepat.
Hal ini ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan roda
perekonomian yang semakin bergairah. Sehingga status kotif. Bekasi pun kembali di
tingkatkan menjadi Kotamadya (Sekarang”Kota”) melalui Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1996.65 Menjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi saat itu adalah
Bapak Drs. H. Khailani AR, selama satu tahun (1997-1998).
Selanjutnya berdasarkan hasil pemilihan terhitung mulai tanggal 23 februari 1998
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi definitif dijabat oleh Bapak Drs. H.
Nonon Sonthanie (1998-2003). Setelah pemelihan umum berlangsung terpilihlah
Walikota dan Wakil Walikota Bekasi yaitu : Ahmad Zulfaih dan Moechtar Muhammad
(Perode 2003-2008). Pasca terpilihnya Walikota dan Wakil Walikota Kota Bekasi yang
baru, pada tahun 2003 di terbitkan Peraturan-Peraturan Daerah terkait pembentukan
Dinas-Dinas kepemerintahan salah satunya adalah pembentukan Dinas Pendidikan yang
tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 24 Tahun 2003 Tentang
64 Peraturan Pemerintah No.48 Tahun 1981 Tentang Pembentukan Kota Administratif Bekasi. 65 UU No.9 Tahun 1996 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi.
46
Pembentukan Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Bekasi. 66 (Lembaran Daerah tahun
2003 Nomor 24 Seri D) yang dikuatkan kembali dalam Peraaturan Daerah Kota Bekasi
Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Dinas Pendidikan Kota Bekasi (Lembaran
Daerah Tahun 2007 Nomor 03 Seri D).67
Kemudian pada tahun 2008 Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 03 Tahun 2007
Tentang Pembentukan Dinas Pendidikan Pemerinah Kota Bekasi dicabut dan digantinkan
dengan Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Dinas Daerah Kota
Bekasi (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 06 Seri D), 68 Perda terbaru ini
menyesuaikan dengan tata Pemerintah pada saat itu. Pada tahun 2017 terdapat sedikit
perubahan kewenangan pada Dinas Pendidikan Kota Bekasi mengikuti intruksi dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu pengalihan pengelolaan SMA dan SMK
ke Dinas Provinsi Jawa Barat yang terhintung mulai 1 januari 2017. Maka praktis saat ini
Dinas Pendidikan Kota Bekasi hanyaa melayani jenjang pendidikan PAUD/TK/Sejenis,
SD, dan SMP. Demikian sejarah singkat pembentukan Dinas Pendidikan Kota Bekasi.69
Kota Bekasi terus menargetkan meningkatkan kapasitas guna terciptanya insan Indonesia
yang cerdas dan kompotitif, maka untuk mewujudkan keinginan itu Pemerintah membuat
Kebijakan dan Program-Program Pembangunan Pendidikan yaitu dengan adanya Wajib
Belajar 12 Tahun.
C. Visi dan Misi Kota Bekasi dan Dinas Pendidikan Kota Bekasi
1. Visi Misi Kota Bekasi
a. Visi Kota Bekasi
“Bekasi Maju Sejahtera, dan Ihsan”
b. Misi Kota Bekasi
1) Penyelenggara tata kelola pemerintahan yang baik.
2) Membangun Prasarana dan Sarana yang serasi dengan dinamika dan
pertumbuhan Kota.
3) Meningkatkan kehidupan sosial masyarakat melalui layanan Pendidikan
kesehatan dan layanan sosial lainnya.
66 Perda Kota Bekasi No.24 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Dinas Pendidikan Pemerintah Kota
Bekasi. 67 Perda Kota Bekasi No.03 2007 Tentang Pembentukan Dinas Pendidikan Kota Bekasi. 68 Perda Kota Bekasi No.06 Tahun 2008 Tentang Dinas Daerah Kota Bekasi. 69 Sejarah Pembentukan Dinas Pendidikan Kota Bekasi https://disdik.bekasikota.go.id/halaman/detail/sejarah-pembentukan .
47
4) Meingkatkan perekonomian melalui pengembangan usaha mikro, kecil, dan
menengah peningkatan investasi, serta penciptaan iklim usaha yang kondusif.
5) Mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman, tertib, tenteram dan damai.70
Bersangkutan dengan adanya Visi dan Misi. Visi Kota Bekasi yang
ingin menjadi Kota Bekasi yang Ihsan, Maju Sejahtera, dan ihsan. Dan juga
Misi Kota Bekasi yang ke tiga meningkatkan kehidupan sosial masyarakat
melalui layanan Pendidikan,kesahatan dan sosial lainnya.. Kota ingin terus
meningkatkan Pendidikan yang layak untuk Kota Bekasi. Dari mulai dari
tahun sebelumnya melalui Pogram Wajib Belajar 9 Tahun dan sekarang sudah
di tingkatkan menjadi Program Wajib Belajar 12 Tahun. Dengan
meningkatkan Kebijakan Pendidikan yang ini menjadi wujud bahwa Kota
Bekasi memang benar-benar ingin memajukan Pendidikannya.
2. Visi Misi Dinas Pendidikan Kota Bekasi
a. Visi Dinas Pendidikan Kota Bekasi
Guna menghadapi ketatnya persaingan kebutuhan kompetensi di tingkat
Provinsi, Nasional maupun Global, Pemerintahan Kota Bekasi telah menerapkan
kebajikan pembangunan sumber daya manusia masyarakat Kota Bekasi yang
berkualitas sebagai agenda utama pembangunan daerah. Sektor pendidikan
menjadi sangat dominan dalam pengembangan sumber daya manusia ini. Untuk
kepentingan ini pemerintah kota Bekasi melalui Dinas Pendidikan telah menyusun
Visi untuk 5 tahun ke depan “2013-2018” dirumuskan sebagai beriku” Terdepan
dalam Pelayanan Pendidikan Berkualitas dan Berkarakter”. Hal-hal menyangkut
pengertian, ruang lingkup atau batasan dari setiap penyataan dari visi tersebut agar
menuju pada sati penafsiran atau persepsi, maka perlu dijelaskan sebagai berikut:
1) Terdepan adalah mengandung arti maju atau memiliki keunggulan yang
kompetitif dan berkelanjutan untuk memenuhi seluruh kebutuhan dasar
Pendidikan melalui upaya yang Dinamis, Sistematis, terencana dan
berkelanjutan tidak hanya berorientasi pada hasil semata, tetapi juga
memperhatikan kualitas proses untuk mencapai hasil yang senantiasa
memenuhi harapan dan tuntunan para pengguna atau stakeholders.
2) Layanan Pendidikan adalah usaha sadar dan mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
70 Studi Dokumen Visi dan Misi Kota Bekasi. Tanggal 10 Agustus 2019.
48
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengadilan diri,
kepribadian , kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
3) Berkualitas adalah mengandung arti, bahwa apa yang diusahakan oleh segenap
komponen dan unsur pendidik dan tenanga kependidikan, menghasilkan
sumber daya terdidik yang dapat diandalkan (berkualitas) dan berdaya saing
tinggi menuju masyarakat madani. Baik untuk kepentingan kompetisi dunia
kerja maupun untuk kepentingan implementasi keilmuan di lingkungan local,
regional maupun global.
4) Berkarakter adalah mengandung arti bahwa baik proses maupun input yang di
hasilkan berkepribadian, nerperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak sesuai
dengan harkat dan martabat manusia yang tercermin dari perilaku
bersandarkan pada nilai-nilai keagamaank, jatidiri bangsa dan social budaya.
b. Misi Dinas Pendidikan Kota Bekasi
Dalam pencapaian Visi Dinas Pendidikan Kota Bekasi pada tahun 2018
seperti di atas, maka beberapa Misi yang dapat diterapakan bagi dinas seperti
berikut:
1) Meningkatkan Ketersediaan Layanan Pendidikan
2) Meningkatkan Keterjangkauan Layanan Pendidikan
3) Meningkatkan Keterjaminan Layanan Pendidikan
4) Meningkatkan Kualitas Input, Proses dan Output serta Relevansi Pendidikan
5) Meningkatkan Implementassi Nilai-nilai Pendidikan Karakter.71
Visi Dinas Pendidikan Kota Bekasi telah menerapkan pembangunan yang
berkualitas untuk Sumber Daya Manusia yang berada di Kota Bekasi dengan
melalui Pendidikan yang terdepan dalam ”Pelayanan Pendidikan yang berkualitas
dan berkarakter” terdapan maksudnya mengandung memiliki arti maju, unggul
dan Kompotitif untuk pembangunan Pendidikan yang berkelanjutan dan tidak
mengandalkan hasil semata. Tetapi juga Pemerintah memperhatikan dari jenis
proses untuk mendapatkan hasil yang memang sesuai rencana yang sesuai dengan
harapan.
Pelayanan pendidikan Kota Bekasi mendukung pelaksanaan Kurikulum
2013. K-13 ini juga mendukung dalam penerapan Program Wajib Belajar 12
71 Studi Dokumen Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Tanggal 10 Agustus 2019.
49
Tahun yang mengajarkan kemandirian pada peserta didiik untuk mengembangkan
potensi dirinya baik dalam kekuatan spiritual Keagamaan, pengadilan diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Berkuliatas mengandung arti bahwa Pemerintah Kota Bekasi berusaha
meningkatkan kualitas pendidikan melalui beberapa komponen yaitu adanya
Program Wajib Belajar 12 Tahun dan unsur pendidik, juga tenaga pendidik untuk
menghasilkan peserta didik yang dapat dialndalkam (berkualitas) dan dapat
memiliki daya saing yang tinggi untuk kepentingan kompetisi dunia kerja juga
untuk kepentingan implementasi di dalam dunia lokal maupun globalisasi.
Berkarakter mengandung arti bahwa setiap pembelajaran yang dilakukan
oleh peserta didik baik proses maupun hasilnya dapat menghasilkan kepribadian
yang baik serta mempunya sifat yang sesuai dengan sifat yang berdasarkan
keagamaan, jati diri yang baik juga mematuhi tata aturan yang berlaku dalam
hukum yang berlaku di Negara Indonesia.
D. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan bagian yang paling utama yang tidak boleh
terlupakan dalam sebuah organisasi, dengan adanya struktur organisasi dapat mengetahui
tugas pokok dan fungsi dari masing-masing bidang. Dari bagan di bawah ini menjelaskan
bahwa struktur organisasi yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan,
tugasnya adalah memimpin mengkoordinasikan, melaksanakan, mengawasi dan
mengendalikan serta memberikan pembinaan administrasi di bidang pendidikan. lalu di
bawah jabatannya terdapat sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bekasi, mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Kepala dinas lingkup kesekretariatan yang meliputi
pengelolaan umum dan kepegaawaian, mengoordinasi menyusun program, dan informasi
serta penkoordinasian tugas tugas bidang salah satunya adalah program wajib belajar.
Selanjutnya di bawah jabatannya ada tiga bidang yaitu Sub bagian Umum dan
perencanaan, tugasnya menyelenggarakan dan memimpin pelaksanaan menyusun
keegiatan saltunya adalah kegiatan dalam menerapkan wajib belajar 12 tahun ini. sub
bagian perencanaan berdasarkan kegiatan yang telah di tetapkan agar semua kegiatan
dapat berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan, Sub bagian mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan surat menyurat, kearsipan, inventarisasi barang, rumah tangga,
perlengkapan, perjalanan dinas kerjasama, hukum, hubungan masyarakat, keprotokolan,
arsip, dan dokumentasi serta pengelolaan administrasi dan kepegawaiaan dan
50
ketatalaksanaan. Sub bagian Keuangan tugasnya adalah melaksanakan administrasi
keuangan di lingkungan dinas.
Bidang Pendidikan Non Formal dan Anak Usia Dini dan Seksi Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini. tugasnya adalah mengkoordinasikan perumusan kebijakan,
menyusun rencana kinerja, pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan dan tugas-tugas di
bidang pendidikan anak usia dini dan pendidikan nor formal Dinas Pendidikan. Seksi
Pendidikan Masyarakat, tugasnya adalah menyusun program pembinaan dan bimbingan,
pelaksanaan, evaluasi, pengawasan dan laporan pendidikan masyarakat. Seksi Kursus dan
Kelembaagaan, tugasnya adalah merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
melaporkan pelaksaan tugas pelayaan pembinaan kursus dan kelembagaan pendidikan
non formal.
Bidang Bina Program, tugasnya adalah menyusun program dan merencanakan
strategi dalam melaksanakan program, merencanakan sistem produk dan mutu pelayanan
pendidikan, mengkaji kebutuhan pendidikan apa saja yang diperlukan dalam
melaksanakan program. Seksi Data dan Perencanaan Program tugasnya adalah
menyelenggarakan dan memimpin pelaksanaan menyusun kegiatan sub bagian
perencanaan berdasarkan kegiatan program yang telah di renccanakan, agar semua
kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Seksi Monitoring ,
Evaluasi dan Pelaporan tugasnya adalah melaksanakan penyusunan rencana kegiatan,
pengkoordinasikan, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di bidang
perencanaan program dan kegiatan, monitoring, evaluasi dan pelaporaan pelaksanaan
program kegiatan. Seksi pengawasan Sarpras dijabat dan Kasie Bidang Sarana dan
Prasarana, Kasie Sarpras Paud, Kasie Sarpras SD, Kasie Sarpras Smp, tugasnya adalah
menyelenggarakan pengelolaan sarana prasarana pendidikan dan pengajaran pada
pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Pendidikan
Masyarakat.
Bidang Pendidikan Dasar dan dibawahnya terdapat jabatan yang masih
berhubungan yaitu Kasie SD yang tugasnya adalah merumuskan, menyusun rencana dan
melakanakan kegbijakan dibidang kurikulum, pembinaan sekolah dan peserta didik,
sarana dan prasarana Sekolah Dasar. Kasie SMP, Tugasnya adalah menyusun program,
pembinaan dan bimbingan, pelaksanaan, evaluasi, pengawasan dan laporan kurikulum
pembinaan sekolah Menengah Pertama. Kasie Guru atau Tengaa Kependidikan (GTK),
mempunyai tugas pokok pelaksanaan sebagian tugas Kepala Dinas di bidang pembinaan
guru dan tenaga kerja kependidikan anak usia dini, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
51
Pertama. Bagian paling bawah ada Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Pendidikan (UPTD)
mempunyai tugas melaksanakan sebagian Tugas Kepala Dinas Pendidikan di wilayah
kecaamatan dan tugas-tugas lintas Sektoral, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
pendidikan serta melaksanakan evaluasi dan pelaksanaan program pendidikan.
Dari struktur organisasi dibawah ini penerapan program wajib belajar akan sangat
terstruktur, karena dari bagian yang berada di setiap struktur ini masing-masing
mempunyai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pelaksanaan program wajib
belajar, dari mulai perencanaan program, bagian keuangan dan bagian lainnya karena
struktur ini akan saling berkaitan dan mempunyai bagian-bagian yang sesuai dalam
membantu penerapan program wajib belajar 12 tahun.
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Bekasi
Bidang Pendiidikan Non
Formal Dan Anak Usia Dini
Marwah Ziaitun, S.Pd.,M.Pd
BIDANG BINA PROGRAM
Krisman Irwandi, SE, M.Si
Seks Data Dan Pern.Program
Drs. Hj. Luki Siswantini,
Seks,Monitoring,Evaluasi, Pelaporan
Sugito, S.Pd, M.SI Seks.Pendidikan Masyarakat
Kawiyati, S.Pd, M.Si
Seks. Kursus & Kelembagaan
Dr. Dewi Rosita, S.Pd,
M.M.pd
Seks. Pengawasan Sarpras
Drs. Mawar, M.Pd
Bidang Sarana
Prasarana
Yopik Roliyah
Kepala Dinas
Dr,H. Inayatulah, M.Pd
Sekretaris
H. Uu Saeful Mikdar, S.Pd,M.M.
Sub Bagian Umum Dan
Perencanaan
Siti Aisyah.M.Pd
Sub Bagian Kepegawaian
Drs. Yanti Mariawati
Sub Bagian keuangan
Muhammad Taufiq, SE
Bid.Pendidikan
Dasar
Drs.Sri Yuniarti
Jabatan Funsional
Kasie Sarpras Sd
Ir. Ariyadi
Kasie Sarpras Paud
Yunus
Kasie Sd
Triani Emi
Suswati
Kasie Smp
H. Mawardi
Kasie Sarpras Smp
Rustono
Kasie Gtk
Junaedi
Seks Pemb.Pend.Anak Usia
Dini
Anharudin, S.Pd, M.SI
UPTD
52
E. Deskirpsi Hasil Evaluasi
1. Tahapan Intervensi
a. Regulasi Program Wajib Belajar 12 Tahun
Program Wajib Belajar 12 tahun merupakan keinginan pemerintah
Kota Bekasi untuk memajukan pendidikan yang berada di Kota Bekasi agar
masyarakat mempunyai bekal untuk bersaing dengan kehidupan yang akan datang.
Karena jaman semakin maju dan pendidikan juga akan semakin maju maka
persaingan di dunia kerja yang semakin ketat. Program Wajib Belajar 12 Tahun
juga bertujuan mengurangi angka putus sekolah yang berada di Kota Bekasi.
Pemerintah Kota Bekasi terlebih khususnya Dinas Pendidikan Kota Bekasi
berupaya agar Program Wajib Belajar 12 Tahun ini dapat dilaksanakan dengaan
baik dan juga menyeluruh di Kota Bekasi dengan beberapa cara pemerintah
memeratakan pendidikan di Kota Bekasi sampai dengan jenjang SMA/Sederajat.
Analisis Intervensi atau perencanaan mengenai Program Wajib Belajar
12 Tahun dilakukan dengan teknik wawancara pada narasumber yaitu Triani Emi
Susanti dan Luki SIswatini, Dari narasumber yang diwawancarai menyatakan.
Berikut bahwa regulasi Program Wajib Belajar 12 Tahun, pada tahun 2012.
Perluasan dan pemerataan akses pendidikan dasar di Kota Bekasi hampir mencapai
sasaran, sebagaimana tertuang dalam rencana strategi dan perencanaan tahunan
periode sebelumnya dalam lima tahun ke depan. Perluasan pendidikan diarahkan
pada upaya pertambahan daya tampung sekolah dan satuan pendidikan pada
kecamatan/ kelurahan prioritas, agar memberikan kesempatan yang sama bagi
semua peserta didik yang terdapat di kecamatan dan berbagai golongan masyarakat
baik secaara sosial ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan kemampuan
intelektual serta kondisi fisik.
Kebijakan ini ditunjukan meningkatkan kapasitas penduduk Kota
Bekasi agar agar menjadi pelajar yang mampu mempunyai daya saing Kota Bekasi.
Provinsi maupun sampai tingkat Nasional.72“ Program Wajib Belajar 12 Tahun
merupakan langkah pemerintah Kota Bekasi memberikan sarana kepada seluruh
masyarakat Kota Bekasi dapat merasakan menempuh belajar pada masa mereka
seharusnya mendapatkan pendidikan secara formal dan memajukan pendidikan
yang berada di Kota Bekasi untuk mengurangi angka putus sekolah dan segala
72 Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.(Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kota Bekasi 2017), hal. 38
53
permasalahan lainnya, agar masyarakat Kota Bekasi khususnya para pelajar
mendapatkan pekerjaan, karena dunia pekerjaan hampir seluruhnya membutuhkan
karyawan minimal tamatan SMA/sederajat. 73 “Regulasi atau pengaturan terkait
Wajib Belajar 12 Tahun ini Berdoman pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.74 Serta peraturan daerah nomor 3 tahun
2014 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. 75 Dan Dinas
Pendidikan Kota Bekasi ini mengatur dengan sedemikian rupa untuk menerapkan
Wajib Belajar 12 Tahun agar seluruh masyarakat Kota Bekasi mendapatkan
pendidikan yang merata.
b. Rencana Program Wajib Belajar 12 Tahun Kota Bekasi
Kota Bekasi merencanakan Program Wajib Belajar 12 Tahun mulai tahun
2012” Atas dasar analisis situasi dan analisis kebijakan yang telah dilakukan
sebelumnya,penerapan mulai tahun 2013 dan telah diindentifikaasi sejumlah
permasalahan, tantangan dan peluang untuk membangun sistem pendidikan yang
lebih bermutu pada kurun waktu yang akan datang, sesudah tahun 2014. Untuk itu
harus dilakukan analisis kecenderungan dalam rangka perumusan kebijakan,
Pengembangan Program, kegiatan serta sasaran dalam pembangunan pendidikan di
Kota Bekasi. Tahun Program Wajib Belajar 12 Tahun ini mulai di tetapkan di Kota
Bekasi “Kota Bekasi sudah Merencanakan Program Wajib Belajar 12 Tahun Sejak
Tahun 2012. 76 Pemerintah Kota Bekasi sudah merencanakan Program Wajib
Belajar 12 Tahun itu dimulai pada saat Walikota Bapak Rahmat Effendi menjabat
dan mempunya program Wajib Belajar 12 Tahun ini yang diserahkan kepada Dinas
Pendidikan Kota Bekasi untuk mengelola Program Wajib Belajar 12 Tahun ini.77
Sebab terjadimya Kota Bekasi merencanakan Program Wajib Belajar 12
Tahun ini, karena Pemerintah ingin pendidikan yang berada di Kota Bekasi ini
dapat mewujudkan daya saing bangsa di era globalisasi yang akan datang dan juga
pemerintah Kota Bekasi ingin meratakan angka kelulusan Masyarakat yang
sekolah di Kota Bekasi.
73 Hasil wawancara dengan Triani Emi Susanti Selaku Kasie Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Pada
10 Agustus 2019.
74 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
75 Peraturan daerah nomor 3 tahun 2014 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. 76 Hasil wawancara dengan Triani Emi Susanti Selaku Kasie Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Pada
10 Agustus 2019.
77 Hasil Wawancara dengan Luki SIswatini selaku Kasie Data dan Perencanaan Program Dinas Pendidikan
Kota Bekasi 14 Agustus 2019.
54
Sistem pendidikan yang relevan dapat menghasilkan output yang benar-
benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sebagai sebuah investasi produktif
satuan pendidikan diharapkan dapat menawarkan program-program pendidikan
yang benar-benar diminati oleh masyarakat sebagai stakholder pendidikan. Oleh
karena itu, setiap kualitas output yang dihasilkan oleh satuan pendidikan harus
dipertanggungjawabkan kepada masing-masing stakeholder terkait. Pemerintah
bukanlah satu-satunya stakeholder pendidikan, konsekuensinya maka kualitas hasil
pendidikan tidak hanya harus dipertanggung jawabkan kepada pemerintah tetapi
kepada seluruh stakeholder terutama yang paling penting adalah terhadap peserta
didik, masyarakat, dan dunia kerja sebagai penerima kerja.
Peserta didik adalah sasaran utama pendidikan, yaitu anggota masyakarat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta dapat ditinjau dari
berbagai pendekatan yaitu pendekatan sosial, pendidikan psikologis, pendekatan
edukatif, dan pendekatan ekonomi. Dalam pengertian sederhana peserta didik
adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya diproses
dalam situasi pembelajaran agar menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan. Sebagai paling utama, peserta didik memiliki hak dan
kewajiban di dalam keseluruhan proses penyelenggara satuan pendidikan sebagai
bagian dari suatu sistem pendidikan secara menyeluruh.78
Keterlibatan dalam membuat kebijakan Wajib Belajar 12 tahun dimulai dari
rencana kerja Wali Kota Bekasi sebagai salah satu program pemerintahannya untuk
meratakan pendidikan yang ada di Kota Bekasi dan diserahkan kepada Dinas
Pendidikan Kota Bekasi untuk dikelola dan diatur sedemian rupa dari mulai tingkat
SD,SMP,SMA/Sederajat dan diimplementasikan kepada seluruh sekolah yang
berada di Kota Bekasi.
Kendala dalam penerapan Wajib Belajar 12 Tahun mulai implementasi
program ini dilapangan dan beberapa kendala lainnya, salah satunya adalah
anggaran yang masih sangat minim karena memang pemerintah berfokus untuk
menggratiskan sekolah selama 12 tahun, dan juga ada kendala lainnya dalam
proses pemerataan pendidikan, sekolah swasta tidak bisa menggratiskan seluruh
78Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.(Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kota Bekasi 2017). Hal 43
55
siswa karena swasta tanggung jawabnya ditanggung oleh sekolah itu sendiri. Beda
dengan sekolah negeri yang memang tanggung jawabnnya sudah pemerintah yang
menanggung.79 Dengan seperti ini pemerintah Kota Bekasi harus mengutamakan
anak-anak yang kurang mampu khsusunya yang bersekolah di swasta agar anak-
anak yang kurang mampu tidak terbebankan oleh sekolah yang masih memungut
biaya bulanannya.
c. Infrastruktur Pelaksanaan Program Wajib Belajar 12 Tahun
Program Wajib Belajar 12 Tahun Menyediakan Sarana selama 12 Tahun.
Fasilitas yang pertama penyediaan sarana SD. Untuk daya tampung SD di Kota
Bekasi lima tahun ke depan dibutuhkan penambah ruang kelas baru (RKB) bagi
sekolah yang menerapkan pembelajaran 2 shift karena rombongan belajar tidak
sebanding dengan ruang kelas yang dimiliki. Selain itu, dibutuhkan rehabilitasi
gedung sekolah dasar yang telah berusia lebih dari 20 tahun dan belum pernah di
rehabilitasi.Penyediaan sarana SMP dilihat dari struktur penduduk dan data siswa
SD serta angka partisipasi kasar (APK) SMP saat ini 90,39%, diharapkan pada
tahun 2018 target APK sebesar 96% akan berdampak pada penambahan RKB
SMP, khususnyaa pada sekolah dengan daya tampung yang terbatas dan proses
belajar yang 2 shift. Dengan kondisi APK satuan Pendidikan Sekolah Menengah
di Kota Bekasi sebesar 72,45 msih diperlukan pembangunan unit sekolah baru
(USB) SMA/SMK.80
Membentuk SD-SMP Satu Atap pada Kecamatan-Kecamatan dengan
APK-SMP rendah di Kota Bekasi, dengan menambahkan ruang belajar SMP pada
setiap SD yang berdaya tamping rendah untuk menyelenggarakan pendidikan
SMP bagi lulusannya. Implementasi kebijakan mungkin akan mengalami
kesulitan mengenai guru, karena jumlah guru pada setiap kecamatan kurang
berimbang. Untuk itu, Pemerintah Kota Bekasi perlu melakukan pemerataan
jumlah guru setiap sekolah. Dinas Pendidikan terdorong untuk memaaksimalkan
pengunaan fasilitas yang sudah ada, seperti ruang kelas, bangunan sekolah,
prasarana pendidikan serta sarana belajar melalui pemetaan jaringan sekolah
79 Hasil wawancara dengan Triani Emi Susanti Selaku Kasie Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi,
Pada 10 Agustus 2019 80Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.(Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kota Bekasi 2017). Hal 16
56
antara SMP dengan SD-SD yang ada di wilayah layanannya, serta
menggabungkan SMP atau SD yang sudah tidak efisien lagi.81
Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam memperluas akses SMA dan
SMK, khususnya daerah yang memiliki lulusan SMP dengan jumlah yang cukup
besar. Di sisi lain, dikembangkan sekolah menengah terpadu. Yaitu pendidikan
yang penyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan dalam satu satuan
pendidikan. Bagi siswa yang berkebutuhan khusus, dilakukan kebijakan strategis
dalam melaksanakan program pendidikan inklusif. Memperluas akses pendidikan
SMK sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokal. Perluasan SMK
dilaksanakan melalui penambahan program pendidikan kejuruan yang lebih
fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang terus berubah dan berkembang.
Di samping itu, dilakukan upaya penambahan muatan pendidikan keterampilan di
SMA bagi siswa yang bekerja setelah lulus.82 Dengan begitu pemerintah Kota
Bekasi dapat terus mengembangkan Program Wajib Belajar 12 Tahun ini.
d. APBD Pendidikan Dinas Pendidikan Kota Bekasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
rangkaian panjang mekanisme perencanaan dan penganggaran tahunan sebagaimana
diatur dalam Undang–Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. 83 Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.84 serta aturan pelaksanaannya yakni Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.85 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,86
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,87 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.88
81Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.(Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kota Bekasi 2017. Hal 40 82 Opcit. Hal 41 83 Undang–undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 84 Undang – undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 85 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 86 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah 87 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 88 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
57
APBD Kota Bekasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk Dinas
Pendidikan Kota Bekasi tahun 2017 sebanyak Rp. 305,098,853,710. Dana ini dibagi-
bagi untuk pembangunan Pendidikan Kota Bekasi Untuk Program Manajemen
Pelayanan Pendidikan, Program Peningkatan Program Pemerataan Pendidikan,
Program Pendidikan Non Formal, Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.89 Dengan adanya APBD ini diharapkan dapat meningkatkan Program
Pendidikan Dinas Pendidikan Kota Bekasi termasuk di dalamnya yaitu Program
Wajib Belajar 12 Tahun.
2. Analisis Intervensi
Analisis pada bagian Intervensi Regulasi Program Wajib Belajar 12 Tahun
Kota Bekasi sudah memadai, hal ini terbukti karena sudah ada Perda nomor 3 tahun
2014 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Dengan adanya regulasi
ini Kota Bekasi menjadi yakin untuk benar-benar melaksanakan program wajib
belajar, karena Kota Bekasi mempunyai cita-cita tinggi dalam mengembangkan
Pendidikan Formal, agar para peserta diidk mempunyai daya saing untuk bekal di era
lokal maupun dalam lingkup nasional sekalipun. Sistem Perencanaan Program Wajib
Belajar 12 Tahun sudah dikatakan sangat matang dikarenakan Pemerintahan Kota
Bekasi mempunyai target-target yang akan dicapai.
Aspek regulasi dan perencanaan ini tidak dibarengi dengan pemenuhan
infrastuktur. Hal ini dikarenakan masih banyaknya sekolah yang kekurangan ruang
kelas, akibatnya sekolah menerapkan sistem 2 shift, untuk shif satu dari mulai jam
07.00 sampai dengan jam 12.00 dilanjutkan shift dua dari jam 12.30 sampai dengan
jam 17.00, dengan adanya sistem belajar yang masih memakai 2 shift dalam proses
belajar sangat tidak. Sistem shift ini akan mengurangi durasi setiap mata pelajaran.
Kurangnya para pengajar (Guru), Pemerintah Kota Bekasi harus mempunyai
perhatian yang lebih untuk para guru, karena jika dalam mengembangkan pendidikan
tenaga pendidik masih kurang, proses dalam belajar tidak akan efektif. Khususnya
ditingkat sekolah dasar kelas 1,2,3 harus ada guru pendamping untuk mempermudah
dalam proses pengembangan belajar anak-anak yang kertinggalan dalam proses
belajar seperti anak yang belum bisa membaca, kurangnya daya cepat memahami
pelajaran dan beberapa kendala lainnya yang memang pada tingkat sekolah dasar ini
membutuhkan perhatian lebih dari para guru.
89 Priotitas dan Plafon Anggaran Sementara Kota Bekasi Tahun 2017
58
Anggaran APBD Pemerintahan Kota Bekasi bmasih snagat “pas-passan
banyak hal yang memang perlu diperhatikan. Dari segi manajerial keuangan Dinas
Pendidikan Kota Bekasi seharusnya mempunyai data keperluan apa saja yang
diperlukan dalam proses pengembangan Pendidikan. Agar program-program
pemerintahan di sektor Pendidikan tidak mengalami kendala keterbatasan biaya.
Karena untuk melaksanakan Program Pendidikan salah satunya adalah Program
Wajib Belajar 12 Tahun membutuhkan dana yang memang tidak sedikit. Mulai dari
keuangan renovasi gedung, sarana dan prasarana sebagai pendukung sistem belajar,
dan dana bantuan untuk siswa yang tidak mampu dan menyediakan beasiswa untuk
anak-anak yang berprestasi.
3. Tahapan Determinan.
a. Daya Tampung
1) Jenjang SD
Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditententukan oleh sumber
daya manusia yang berkuliatas. Pendidikan merupakan salah satu cara
meningkatkan kualitas SDM tersebut. Oleh Karena itu peningkaatan mutu
pendidikan terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-
luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk
mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas
pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi
sekolah. 90
Pendidikan Sekolah Dasar terdiri atas SD Negeri dan Swasta. MI dan
Paket A. Pada Tahun 2016-2017, SD Negeri sebanyak 421 sekolah (61,01%)
dan SD Swasta 269 Sekolah (38,99%). Secara keseluruhan, jumlah SD
terbanyak di Kecamatan Bekasi Timur dengan 93 SD, Kecamatan Bekasi
Utara 82 SD, Kecamatan Bekasi Barat 80 sekolah, sedangkan kecamatan
yang memilliki SD tersedikit adalah kecamatan Bantargebang dengan 26
sekolah.
Kecamatan yang memiliki SD Negeri terbanyak adalah Kecamatan
Bekasi Timur dengan 69 SD, kecamatan Bekasi Barat 50 sekolah dan
kecamatan Bekasi Utara 49 sekolah, sedangkan kecamatan yang memiliki SD
90Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.(Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kota Bekasi 2017), Hal.60
59
Negeri tersedikit adalah Kecamatan Bantargebang dengan 17 SD Negeri.
Sementar itu, Kecamatan yang mempunyai SD swasta terbanyak adalah
kecamatan Bekasi Utara dengan 33 sekolah, Kecamatan Medan Satria 32
sekolah dan kecamatan Bekasi Barat 30 sekolah, Rawa Lumbu sebanyak 95
lembaga, Kecamatan Bekasi Timur 72 lembaga, sedangkan kecamatan
Mustika Jaya 59 lembaga. Sedangkan kecamatan yang memiliki SD Swasta
tersedikit adalah kecamatan Bantargebang dengan 9 SD Swasta.91
Rombongan belajar (Rombel) yang ada pada satuan pendidikan
dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah ruang kelas
yang dimiliki oleh suatu satuan pendidikan dengan jumlah rombongan
belajar yang ada pada satuan pendidikan tersebut.
Rombongan belajar pada sekolah Dasar Negeri yang ada berjumlah
5.661 rombel, artinya satu ruang kelas dipergunakan hampir 2 rombongan
belajar. Berarti satuan pendidikan SD Negeri Kota Bekasi rata-rata masih
melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara dobel shift, meskipun ada
beberapa sekolah yang sudah melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) satu Shift. Secara rincian. Jumlah Sekolah dan Daya tampung SD
Negeri dan Swasta dapat dilihat Tabel di bawah ini :
Tabel 4.1
Jumlah Daya Tampung SD Negeri dan Swasta Kota Bekasi
No Kecamatan Jumlah
SD Negeri
jumlah SD
Swasta Jumlah SD JML
Rombel
Rata-rata siswa
perkelas
Daya
Tampung
1 Pondok Gede 37 21 58 574 40 33.480
2 Jati Sampurna 19 14 33 284 37 15.133
3 Pondok
Melati 19 14 33 274 45
18.405
4 Jatiasih 39 25 64 514 37 31.437
5 Bantargebang 17 9 26 248 45 16.110
6 Mustika Jaya 23 17 40 418 37 29.190
7 Bekasi Timur 69 24 93 766 45 48.006
8 Rawalumbu 37 27 64 510 42 38.766
9 Bekasi
Selatan 40 23 63 460 38
28.576
10 Bekasi Barat 50 30 80 615 32 28.800
11 Medan Satria 22 32 54 272 43 28.251
12 Bekasi Utara 49 33 82 762 30 35.130
jumlah 421 269 690 5661 431 351.284
91 Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.(Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kota Bekasi 2017), Hal.62
60
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bekasi
2) Jenjang SMP
Berdasarkan data Profil pendidikan Kota Bekasi tahun 2016-2017
menujukan jumlah sekolah menengah pertama SMP Negeri dan Swasta
sebanyak 254 lembaga, naik 6,0% dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu 249
lembaga. Sementara itu, sekolah menengah pertama SMP Negeri sebanyak 49
lembaga, naik 20% (sebelumnya 41 lembaga) dan sekolah SMP Swasta
sebanyak 208 lembaga, naik 3,4% dari sebelumnya 208 lembaga, kecamatan
yang mengalami penambahan SMPN adakah: Kecamatan Pondokgede 1
lembaga, kecamatan Jati Sampurna 1 lembaga, Kecamatan Jatiasih 1 lembaga,
kecamatan Bantargebang 1 lembaga, kecamatan Medan Satria 2 lembaga, dan
Bekasi Utara 1 lembaga. Untuk SMP Swasta Kecamatan Pondokgede 1
lembaga, Kecamatan Pondok Melati 1 lembaga, kecamatan Jatiasih 2 lembaga,
kecamatan Bantargebang 1 lembaga, Kecamatan Bekasi Timur ditutup 1
lembaga, Kecamatan Bekasi Selatan 1 lembaga, Kecamatan Bekasi Barat 1
lembaga dan kecamatan Bekasi Utara 1 lembaga.92
Rombongan belajar pada sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada
berjumlah 3.381 rombel, artinya satu ruang kelas dipergunakan oleh hampir 2
rombongan belajar. Berarti satuan pendidikan SMP Negeri Kota Bekasi rata-
rata masih melaksanakan kegiatan belajar mengahar secara dobel shift,
meskipun ada beberapa sekolah yang sudah melaksanakan Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) satu Shift. Daya tampung Sekolah menengah pertama SMP
di Kota Bekasi dapat terlihat sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Daya Tampung Sekolah SMP Negeri dan Swasta Kota Bekasi
No Kecamatan
Jumlah
SMP
Negeri
jumlah SMP
Swasta
Jumlah
SMP JML
Rombel
Rata-rata siswa
perkelas
Daya
Tampung
1 Pondok Gede 4 18 22 253 40 10.120
2 Jati
Sampurna 3 11 14 171 35
5.985
3 Pondok
Melati 1 12 13 151 42
6.342
92 Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.(Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kota Bekasi 2017), Hal. 66
61
4 Jatiasih 7 20 27 327 45 14.715
5 Bantargebang 3 6 9 125 37 4.625
6 Mustika Jaya 5 13 18 258 40 10.320
7 Bekasi Timur 6 23 29 442 40 17.680
8 Rawalumbu 4 21 25 375 38 14.250
9 Bekasi
Selatan 4 15 19 258 40
10.320
10 Bekasi Barat 3 20 23 248 40 9.920
11 Medan Satria 3 23 26 279 40 11.160
12 Bekasi Utara 6 33 39 494 40 19.760
jumlah 49 215 264 3381 519 135.197
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bekasi
3) Jenjang SMA/SMK
Secara keseluruhan, jumlah sekolah menengah atas di Kota Bekasi
sebanyak 98 lembaga, naik 8,89% jika dibandingkan dengan tahun 2015,
kenaikan tersebut akibat dari penambahan SMA swasta sebanyak 8 sekolah,
yaitu kecamatan Pondokgede bertambah sebanyak 1 sekolah, kecamatan Jati
Sampurna 2 sekolah. Kecamatan Jatiasih, Kecamatan Mustikajaya, Kecamatan
Bekasi Timur, Kecamatan Rawalumbu dan kecamatan Bekasi Barat masing-
masing sekolah.
Sedangkan sekolah menengah atas negeri (SMAN) sebanyak 18 sekolah
atau 18,37% dan SMA Swasta 72 sekolah atau 81,63%. Kecamatan yang
memiliki SMA Negeri terbanyak adalah kecamatann Bekasi Selatan, Kecamatan
Jatiasih, Kecamatan Bekasi Timur dan kecamatan Bekasi Utara masing-masing
2 sekolah.93
Rombongan belajar pada sekolah Menengah Akhir (SMA) yang ada
berjumlah 1.519 rombel, artinya satu ruang kelas dipergunakan oleh hampir 2
rombongan belajar. Berarti satuan pendidikan SMA Negeri dan Swasta Kota
Bekasi rata-rata masih melaksanakan kegiatan belajar mengahar secara dobel
shift, meskipun ada beberapa sekolah yang sudah melaksanakan Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) satu Shift.
Tabel 4.3
Jumlah Sekolah SMA Negeri dan Swasta Kota Bekasi
93 Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.(Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kota Bekasi 2017), Hal. 71
62
No Kecamatan
Jumlah
SMA
Negeri
jumlah SMA
Swasta
Jumlah
SMA JML
Rombel
Rata-rata siswa
perkelas
Daya
Tampung
1 Pondok Gede 1 4 5 70 36 2.520
2 Jati
Sampurna 1 5 6 88 40
3.520
3 Pondok
Melati 1 6 7 92 36
3.312
4 Jatiasih 2 8 10 172 36 6.192
5 Bantargebang 1 0 1 18 42 756
6 Mustika Jaya 1 3 4 72 36 2.592
7 Bekasi Timur 2 10 12 189 36 6.804
8 Rawalumbu 1 7 8 120 36 4.320
9 Bekasi
Selatan 4 8 12 175 40
7.000
10 Bekasi Barat 1 7 8 132 40 4.752
11 Medan Satria 1 9 10 176 36 6.336
12 Bekasi Utara 2 13 15 215 36 7.740
jumlah 18 80 98 1.519 486 55.844
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bekasi
Jumlah sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kota Bekasi tahun
2016-2017 sebanyak 149 SMK, mengalami kenaikan sebesar 16,80% jika
dibandingkan pada Tahun 2015 yaitu 125 SMK. Pemerintah Kota Bekasi
tahun 2015 membangun SMK Negeri di kecamatan Mustika Jaya, Kecamatan
medan satria dan kecamatan Bekasi Utara, masing-masing sebanyak 3 SMK
Negeri. Sedangkan SMK Swasta, bertambah di kecamatan Pondok Melati
sebanyak 2 SMK, Kecamatan Jatiasih 5 SMK, Kecamatan Bekasi Timur 4
SMK, Kecamatan Rawalumbu 3 SMK, Kecamatan Bekasi Selatan, Kecamatan
Bekasi Barat, Kecamatan Medan Satria dan Kecamatan Bekasi Utara masing-
masing 1 SMK.
Adapun rincian adalah SMK Negeri 15 SMK dan SMK Swasta
sebanyak 131 SMK. SMK Negeri terbanyak ada di kecamatan Mustika Jaya,
Kecamatan Medan Satria dan kecamatan Bekasi Utara, masing-masing
sebanyak 2 SMK. Sedangkan SMK Swasta terbanyak di kecamatan Bekasi
Timur yaitu 23 SMK, kecamatan Jatiasih 17 SMK dan kecamatan Bekasi
Utara 16 SMK, Kecamatan paling sedikit yaitu kecamatan Bantargebang 3
SMK. Secara rinci. 94
94 Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.(Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kota Bekasi 2017), Hal. 74
63
Rombongan belajar pada sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada
berjumlah 1.942 rombel, artinya satu ruang kelas dipergunakan oleh hampir 2
rombongan belajar. Berarti satuan pendidikan SMK Negeri dan Swasta Kota
Bekasi rata-rata masih melaksanakan kegiatan belajar mengahar secara dobel
shift, meskipun ada beberapa sekolah yang sudah melaksanakan Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) satu Shift.
Tabel 4.4
Jumlah Sekolah SMK Negeri dan Swasta Kota Bekasi
No Kecamatan
Jumlah
SMK
Negeri
jumlah SMK
Swasta
Jumlah
SMK JML
Rombel
Rata-rata siswa
perkelas
Daya
Tampung
1 Pondok Gede 1 12 13 151 40 6.040
2 Jati
Sampurna 1 4 5 72 40
2.880
3 Pondok
Melati 1 5 6 84 40
3.360
4 Jatiasih 1 17 18 215 37 7.955
5 Bantargebang 1 3 4 70 42 2.940
6 Mustika Jaya 2 11 13 158 40 6.320
7 Bekasi Timur 1 22 23 282 40 11.280
8 Rawalumbu 1 7 8 124 40 4.960
9 Bekasi
Selatan 1 9 10 179 40
7.160
10 Bekasi Barat 2 10 12 177 40 7.080
11 Medan Satria 2 16 18 219 40 8.760
12 Bekasi Utara 1 15 16 211 40 8.440
jumlah 15 131 146 1.942 40 77.175
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bekasi
b. Bantuan Operasional Pendidikan (BOS) dan (BOSDA)
BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya non
personalia bagi satuan pendidikan dasar dan menengah pertama dan sekolah
menengah akhir sebagai wujud pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun. BOS
diprioritaskan untuk biaya operasional non personal, meskipun dimungkinkan untuk
membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personil dan biaya
investasi. Tujuan umum program BOS untuk meringankan beban masyarakat
terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar sembilan tahun yang
bermutu. Sasaran program BOS adalah semua siswa (peserta didik) dijenjang
Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) ,Sekolah Menengah Pertama (SMP)
64
/ Madrasah Tsyanawiyah (MTs), termasuk Sekolah Menengah Terbuka (SMPT)
SEKOLAH Menengah Akhir ( SMK). Maupun sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Hukum peraturan dana BOS di landasi oleh hukum Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301). 95 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
41). Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4496)
sebagaimana telah diubah beberapa kali diubah. 96 terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5670).97
Jenis bantuan operasional sekolah yang diberikan kepada para pelajar yang
bersekolah di Negeri, memang berbeda-beda nominalnya dari mulai tingkat Sekolah
SD sampai dengan jenjang SMA/SMK. Untuk bantuan Bos dari Pemerintah untuk
tingkat SD persiswa sebesar Rp.800.000/ Pertahun atau jika dibagi perbulannya
sebesar Rp.66.000/ perbulan. Untuk tingkat sekolah SMP persiswa mendapatkan
Rp.1.000.000/Pertahun atau jika dibagi perbulannya sama dengan
Rp.83.000/perbulannya. Untuk tingkat sekolah SMA persiswanya mendapatkan
Rp.1.400.000 atau jika dibagi perbulannya sama dengan Rp. 116.000 dan untuk
sekolah SMK persiswanya mendapatkan Rp.1.600.000 jika dibagi perbulannya sama
dengan Rp.133.000 perbulannya.98
Penerapan strategi Program Wajib Belajar 12 Tahun ini adalah salah satunya
adalah menggratiskan sekolah kepada masyarakat Kota Bekasi khususnya kepada
masyarakat yang kurang mampu. Itu yang diutamakan serta bantuan itu berupa
Bosda yang rutin Pemerintah turunkan.99 ada anggaran khusus yang diberikan oleh
pemerintah terkait dengan Program Wajib Belajar 12 Tahun, Pemerintah Kota
95 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional No.78 96 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan No.41 97 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan No.45 98 Hasil Wawancara dengan Luki SIswatini selaku Kasie Data dan Perencanaan Program Dinas
Pendidikan Kota Bekasi 26 Agustus 2019 99 Hasil wawancara dengan Triani Emi Susanti Selaku Kasie Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi,
Pada 10 Agustus 2019
65
Bekasi memberikan bantuan kepada Siswa yang kurang mampu dan ada pula untuk
siswa yang berprestasi. Untuk yang kurang mampu yaitu dana BOSDA dan untuk
yang berprestasi yaitu Beasiswa.
Syarat dan prosedur tertentu untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah
Kota Bekasi ada beberapa tahap, yaitu dari mulai pemberian kepada siswa yang
harus di wakilkan oleh pihak sekolah biasanya diberikan kepada bendahara sekolah
setelah melalui beberapa prosedur pengajuan dana bantuan sekolah/siswa dan nanti
pihak sekolah yang memberikan kepada siswa yang memang berhak mendapatkan
dana bantuan tersebut dengan beberapa syarat. Setelah itu sekolah memberikan bukti
laporan dana bantuan tersebut di gunakan untuk apa. Pemerintah kota Bekasi hanya
memberikan bantuan kepada siswa yang memang kurang dalam perekonomian atau
kurang mampu dan juga siswa yang berprestasi. Untuk bantuan lainnya kami
memberikan kepaada setiap sekolah itu hanya terkait sarana dan prasarana sekolah
agar dapat memberikan rasa nyaman dan menunjang proses belajar mengajar
disekolah dengan merenovasi sekolah, atau dengan memberikan bantuan berupa
komputer untuk sekolah. Memang dana bantuan sekolah ini berikan untuk
perorangan itu hanya siswa yang memang kurang mampu dan siswa yang berprestasi
saja.100
Jenis bantuan yang kita berikan kepada sekolah negeri dan swasta itu
berbeda jumlahnya. Karena memang sekolah Swasta masih memungut biaya kepada
Wali Murid. Jadi tidak seluruh anggaran kita berikan. Beda dengan sekolah negeri
yang memang kewenangan di pegang penuh oleh pemerintah. Jenis bantuan
pemerintah Kota Bekasi itu untuk siswa yang berprestasi, Siswa Kurang Mampu,
Tahfiz Qur’an. Untuk bantuan sekolah Negeri tingkat SD Rp 28.000/Perbulan,
Sekolah Negeri tingkat SMP Rp.90.000/Perbulan sedangkan Sekolah Negeri tingkat
SMA Rp.170.000/Perbulan. SMK Rp.200.000 Semuanya kami keluarkan setiap
tahunnya. Dan untuk bantuan sekolah Swasta untuk Tingkat Sekolah Dasar
Rp.10.000/Perbulan, Sekolah Tingkat SMP Rp.15.000/Perbulan, Untuk Sekolah
Tingkat SMA Rp.25.000/Perbulan, Sekolah Tingkat SMK Rp. 30.000/Perbulan
masih sama kami turunkan dana bantuannya setiap tahunnya.
100 Hasil Wawancara dengan Luki SIswatini selaku Kasie Data dan Perencanaan Program Dinas
Pendidikan Kota Bekasi 14 Agustus 2019
66
Dana bantuan sekolah dari Pemerintah (BOS) dan Dana Bantuan Kota
Bekasi (BOSDA) dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.5
Dana Bantuan Pendidikan BOS dan BOSDA Kota Bekasi
c. Sekolah Gratis
Kebijakan dalam menggratiskan sekolah di Kota Bekasi bukanlah benar-
benar menggratiskan segala kebutuhan yang ada di sekolah. Namun dana sekolah
di tanggung oleh Pemerintah bukan serta merta pendidikan sudah gratis. Sekolah
gratis belum dapat terlelasikan. Karena untuk menjadikan sekolah gratis di Kota
Bekasi hanya masih dalam tahap perencanaan. Pasalnya kewenangan untuk tingkah
Sekolah SMA/SMK/sederajat sudah diambil alih oleh pihak provinsi Jawa Barat
semenjak tahun 2017. Hal ini yang menjadikan Pemerintah Kota Bekasi untuk
mengatur anggaran pemerintah kepada sekolah SMA/SMK/Sederajat. Pemerintah
Kota Bekasi juga mendapatkan Pro dan Kontra dalam penerapan sekolah gratis ini
karena pemerintah hanya dapat menggratiskan sekolah hanya pada sekolah Negeri
saja dan sekolah Swasta tidak. Karena hal ini di takutkan masyarakat akan
memenuhi sekolah Negeri dan sekolah Swasta jadi kurang diminati ole masyarakat
karena masih memungut biaya.101
Pemerintah Kota Bekasi terus mencari solusi terkait sekolah gratis ini.
Karena memang sekolah Negeri sudah menerapkan tidak memungut biaya pada
tingkat SD dan SMP. Sedangkan SMA/SMK pemerintah masih berusaha meminta
kepada pihak Provinsi Jawa Barat agar kewenangan dalam SMA/SMK
dikembalikan oleh Pemerintah Kota masing-masing. Pemerintah Kota Bekasi
memberikan bantuan dana bantuan kepada swasta berupa dana Hibah hanya berupa
101 Hasil Wawancara dengan Luki SIswatini selaku Kasie Data dan Perencanaan Program Dinas
Pendidikan Kota Bekasi 14 Agustus 2019
No Tingkat BOS/Siswa BOSDA/Siswa Jumlah
1 SD Rp66.000 Rp28.000 Rp94.000
2 SMP Rp83.000 Rp90.000 Rp173.000
3 SMA Rp116.000 Rp 170.00 Rp286.000
4 SMK Rp133.000 Rp200.000 Rp.333.000
67
bantuan pembangunan sekolah dan bantuan dana pendidikan kepada siswa yang
kurang mampu. Tidak merata seperti ditingkat sekolah Negeri yang sudah di
gratiskan kepada seluruh siswa-siswinya.
4. Analisis Determinan
Daya tampung sekolah belum memadai ketersedian dan gedung sekolah baru.
Program wajib belajar 12 tahun belum dilaksanakan dengan baik. unit sekolah yang
kekurangan kelas.. Pemerintah Kota Bekasi harus terus mengontrol setiap sekolah
jenjang SD,SMP,SMA,SMK untuk memberi solusi dengan mengembangkan ruang
kelas baru di setiap sekolah yang memakai sistem dua shift.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pemerintah Kota Bekasi mempuyai dana
yang memang “pas-passan”untuk pembangunan pendidikan ini. Alangkah baiknya
Pemerintah Kota Bekasi terus mengembangkan jumlah dana yang diberikan kepada
siswa setiap bulannya. Jangan dari ke tahun jumlah dana yang diberikan tidak ada
penambahan. Karena kebutuhan akan terus meningkat, jika bantuan hanya segitu saja
setiap tahunnya, khawatir terjadi ketidak stabilan bantuan dan kebutuhan pelajar yang
sebenarnya.
Sekolah Gratis yang berada di pemerintahan memang rata-rata sekolah gratis
hanya berlaku pada sekolah negeri saja. Adanya pro dan juga kontra dalam penerapan
sekolah gratis ini menjadi keuntungan dan kerugian tersendiri untuk pemerintah yang
menerapkan. Banyaknya jumlah siswa yang bersekolah di negeri akan berdampak
dengan kurangnya peminat pada sekolah swasta dan ini dikhawatirkan sekolah swasta
akan mengalami penutupan sekolah. Untuk mencegah terjadinya seperti ini
Pemerintah Kota Bekasi khusunya Dinas Pendidikan harus memberikan solusi yaitu
berupa nilai lebih yang berada sekolah swasta dan adanya keterbatan kuota sekolah
juga bisa menjadi solusi untuk kestabilan antara sekolah swasta dan negeri.
Kewenangan untuk tingkat SMA/SMK/sederajat yang sudah diambil alih oleh
Dinas Pendidikan pihak Provinsi Jawa Barat membuat Pemerintah Kota Bekasi
mengalami gangguan dalam penerapan Program Wajib Belajar 12 tahun. Untuk
solusinya seharusnya pemerintah Kota Bekasi mengadakan kerjasama kepada tingkat
Provinsi untuk bersama-sama meningkatkan taraf Pendidikan di Provinsi Jawa Barat.
Hal ini juga kan berdampak pada pendanaan karena jika tingkat provinsi dan kota
berkerjsama tidak menutup kemungkinan dana pembangunan pendidikan pun akan
bertambah lebih banyak lagi. Justru hal ini akan memberikan dampak sangat baik bagi
suksesnya penerapan program wajib belajar 12 tahun.
68
5. Tahapan Dampak
a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks pembangunan manusia (IPM) dibentuk oleh tiga dimensi dasar
yaitu umur panjang hidup sehat, pengetahuan dan standart hidup layak. IPM
merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM dapat
menentukan peringkat level pembangunan suatu wilayah/negara. Bagi Indonesia,
IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah,
IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan dana alokasi umum
(DAU).102
Untuk mengkaji tingkat kemajuan pembangunan manusia, maka
dibutuhkan penyediaan data yang optimal dan memadai. Penyediaan IPM
ditunjukan sebagai alat perencana dan evaluasi kebijakan Pemerintah. Idealnya,
data IPM kerap menjadi topik hanngat baik di daerah, pusat, hingga pembahasan
asumsi mikro di DPR-RI. Indikator IPM menggambarkan keberhasilan target
pembangunan pmerintah.melaalui pola metode perhitungan baru, maka tujuan
IPM masih sama, yakni sebagai alat atau suatu nilai yang ewakili (proksi) ukuran
pembangunan manusia. Membangun manusia mengandung arti meningkatkan
status kesehatan. Meingkatkan taraf pendidikan, menurunkan kesenjangan,
menyediakan lapangan pekerjaan, membangun modal sosial, dan lain sebagainya.
Data IPM dapat dijadikan sebagai alat advokasi bagi kebijakan politik, dapat
dibandingkan antar daerah dan antar waktu.
Perubahan metode perhitungan IPM dilakukan dengan beberapa
pertimbangan. Beberapa indikator seperti Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak
relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat
menggambarkan kualitas pendidikan. AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi,
sehingga dapat membedan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. Dari
waktu ke waktu. BPS selalu menyempurnakan metodelogi, untuk memperoleh
suatu ukuran yang valid daan reliable.Terkait dengan penyediaan data indeks
pembangunan manusia (IPM). Ada lima komponen utama dalam perhitungannya,
102 Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.(Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kota Bekasi 2017), Hal.26
69
meliputi Angka Harapan Hidup ( Indeks AHH), Harapan Lama Sekolah (Indeks
HLS) atau indeks, Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli.103
Kota Bekasi merupakan kota terbaik kedua setelah Kota Depok, IPM Kota
Bekasi adalah 77, 35% sedangkan Kota Depok adalah 78,73. Sebagai daerah
perkotaan dan penyangga Kota Jakarta, sebagian besar warga Kota Bekasi
khususnya kecamatan bagian Barat. Adalah warga yang bekerja di daerah Jakarta
dan memiliki penghasilan rata-rata lebih baik. Oleh karena itu, keluarga-keluarga
tersebut secara umum memiliki kesadaran relatif lebih tinggi dalam bidang
pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika indeks pendidikan
(IP) Kota Bekasi juga termasuk dalam indeks dua terbaik di Jawa Barat setelah
Kota Cimahi.. pad tabel di bawah di tunjukan pendidikan Kota Bekasi adalah
90,34 %.
Tabel 4.6
IPM Kota Bekasi dalam Perbandingannya dengan Daerah lain
di Jawa Barat Tahun 2006-2012
No Kota/Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
22 Kota Bekasi 74,82 75,31 75,73 75.99 76.50 76.92 77.35
Sumber : Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi
Keterangan
Tingkat capaian IPM dalam beberapa kategori yaitu:
IPM < 60% : IPM Rendah
60% < IPM < 70% : IPM Sedang
70% < IPM < 80% : IPM Tinggi
IPM < 80% : IPM Sangat Tinggi
Peningkatan indeks pembangunan Manusia di Kota Bekasi meningkat secara
signifikan dari tahun 2014 mencapai 78,84% meningkat mencapai 79,63% atau
meningkat hampir 1,21% dari tahun sebelumnya, sebagai mana terlihat dalam tabel
di bawah ini:
Tabel 4.7
103 Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.(Dinas Pendidikan
Pemerintahan Kota Bekasi 2017), Hal 27
70
Perkembangan Komponen IPM Kota Bekasi Periode 2011-2015
No Komponen 2011 2012 2013 2014 2015
1
Angka Harapan
Hidup (AHH) 74.13 74.15 74.17 74.18 74.48
2
Harapan Lama
Sekolah 12.36 12.43 13.20 13.28 13.36
3
Rata-rata Lama
Sekolah (RLS) 10.43 10.46 10.49 10.56 10.71
4
Kemampuan Daya
Beli 14.187.000 14.342.000 14.475.000 14.558.000 14.609.000
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) 77.48 77.70 78.62 78.84 79.63
Sumber : Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi
Berdasarkan hasil Pengolahan data indikator indeks perkembangan Manusia
(IPM) Kota Bekasi, Menunjukan bahwa capaian IPM Kota Bekasi termasuk “
Kategori tinggi” yaitu capai IPM sebesar 79.63. pada Indeks Kesehatan terdapat tujuh
kecamatan yang berada di bawah nilai rata-rata AHH Kota Bekasi 74,48 yaitu
Kecamatan Bekasi Selatan, Bekasi Barat, Bekasi Utara, Bantar Gebang, Pondok
Gede, Jatiasih, dan Pondok Melati.
Pada indeks Pendidikan, Khususnya Indikator Angka Harapan Sekolah
(AHS), terdapat tiga kecamatan terendah yaitu kecamatan Bantargebang,
Jatisampurna, Pondok Melati, sedangkan AHS tertinggi terdapat di kecamatanm
Bekasi Utara (25,29) dan Bekasi Barat (20,20) serta kecamatan bekasi timur (17,58).
Sementra itu Angka rata-rata lama sekolah (RLS) menunjukan tiga kecamatan berada
dibawah angka rata-rata RLS kota bekasi(81,61) yaitu: Kecamatan Bekasi Utara
(79,60), Kecamatan Jatiasih (80,58) dan Bekasi Timur (80,76)104
Tabel 4.8
Tingkat Pencapaian IPM Kota Bekasi 2016-2017 ( Perkecamatan)
104 Studi Dokumen IPM Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Tanggal 14 Agustus 2019
No Kecamatan
Indeks
Kesehatan
(AHH)
Indeks
Pendidikan
(AHS)
Indeks
Pendidikan
( RLS)
indeks
pengeluaran IPM
1 Pondok Gede 72.28 15.93 11.63 81.80 75.85
2 Jati
Sampurna 77.47 15.02 9.11 81.78 79.50
3 Pondok
Melati 72.17 6.50 13.52 82.83 79.6
71
Sumber: Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi
Keterangan
Tingkat capaian IPM dalam beberapa kategori yaitu:
IPM < 60% : IPM Rendah
60% < IPM < 70% : IPM Sedang
70% < IPM < 80% : IPM Tinggi
IPM < 80% : IPM Sangat Tinggi
b. Angka Partipasi Kasar (APK) DAN Angka Partisipasi Murni (APM).
Keberhasilan Program Wajib Belajar 12 Tahun ini sudah sangat terlihat
sekali dari Rekapitulasi APK dan APM sebelum Program ini diberlakukan sampai
dengan Program ini telah diberlakukan.105 Persentasinya dapat dolihat pada tabel
diawah ini:
Tabel 4.9
Rekapitulasi APK dan APM SD Negeri dan Swasta Kota Bekasi Tahun 2016-2017
105 Studi Dokumen APM dan IPK Dinas Pendidikan Kota Bekasi
4 Jatiasih 73.49 15.20 9.04 80.58 80.53
5 Bantargebang 73.08 14.53 10.13 81.93 80.60
6 Mustika Jaya 74.07 12.59 11.67 81.38 80.5
7 Bekasi Timur 74.95 17.58 9.94 80.76 80.61
8 Rawalumbu 79.7 13.85 13.92 81.79 80.40
9 Bekasi
Selatan 73.71 13.12 7.23 82.73 80.59
10 Bekasi Barat 73.74 20.20 14.16 83.07 80.48
11 Medan Satria 77.07 10.27 7.30 81.15 79.57
12 Bekasi Utara 71.57 15.29 11.14 79.6 77.56
Jumlah 74.48 13.36 10.71 81.61 79.63
72
Sumber: Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi
Keterangan
Tingkat capaian APK/APM dalam beberapa kategori yaitu:
APK/APM < 60% : APK/APM Rendah
60% < APK/APM< 70% : APK/APM Sedang
70% < APK/APM < 80% : APK/APM Tinggi
APK/APM < 80% : APK/APM Sangat Tinggi
APK siswa SD Negeri dan Swasta Kota Bekasi sama dengan 114% , artinya
114% yang anak usia 7-12 tahun yang bersekolah di SD Negeri dan Swasta di Kota
Bekasi. Kecamatan yang memiliki APK terbesar adalah kecamatan Bekasi Timur,
yaitu 129,91%, menunjukan bahwa 29,95% anak usia 7-12 tahun sudah bersekolah di
SD. Sedangkan APK terendah di kecamatan Bekasi Barat yaitu 10,07%. APM siswa
SD Negeri dan Swasta Kota Bekasi yang bersekolah di SD Negeri dan Swasta.
Tabel 4.10
Rekapitulasi APK dan APM SMP Negeri dan Swasta Kota Bekasi Tahun 2016-2017
No Kecamatan
Jumlah Siswa
Total
Siswa
Siswa
Usia 7-
12
Penduduk
Usia 7-12 APK APM SDN SDS
MI
Negeri
MI
Swasta
Paket
A
1 Pondok Gede 18.187 4.696
2.491 79 25.453 22.173 23.303 109,23% 95,15%
2
Jati
Sampurna 7.703 3.476
1.861 38 13.078 11.552 11.690 111,87% 98,82%
3
Pondok
Melati 9.896 3.379
1.638 35 14.948 13.686 13.253 112,79% 103,27%
4 Jatiasih 16.174 6.033
4.655 49 26.911 23.794 22.838 117,83% 104,90%
5 Bantargebang 8.546 2.744 413 1.958 135 13.796 12.250 11.145 123,79% 109,91%
6 Mustika Jaya 16.584 5.468
1.038 81 23.117 21.357 19.878 116,57% 107,44%
7 Bekasi Timur 24.405 8.567
339 64 33.375 28.117 25.691 129,91% 109,44%
8 Rawalumbu 15.858 9.176
986 186 26.188 23.630 21.017 124,60% 112,43%
9
Bekasi
Selatan 13.405 5.372
1.926 93 20.796 16.662 20.461 101,64% 81,43%
10 Bekasi Barat 20.162 5.960
2.249 13 28.384 25.176 28.364 100,07% 88,76%
11 Medan Satria 8.699 9.804
2.032 19 20.554 15.791 17.262 119,07% 91,48%
12 Bekasi Utara 23.326 7.016
4.827 181 35.350 33.786 34.057 103,80% 99,20%
Jumlah
182.945
71.691 413 25.982 973 282.004
247.974
248.959
114,26%
100,13%
No Kecamatan
Jumlah Siswa
Total
Siswa
Siswa
Usia 13-
15
Pendudu
k Usia
13-15 APK APM SMPN SMPS
MTS
N MTSS
Paket
B
1
Pondok
Gede 3.709 3.195
2.230 211 9.345 9.207 15.629 54,64% 42,53%
2
Jati
Sampurna 2.355 2.374
556 124 5.409 5.314 7.358 156,38%
198,30
%
3
Pondok
Melati 1.130 2.542
973 81 4.726 4.653 8.303 203,89% 99,52%
73
Sumber: Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi
Keterangan
Tingkat capaian APK/APM dalam beberapa kategori yaitu:
APK/APM < 60% : APK/APM Rendah
60% < APK/APM< 70% : APK/APMSedang
70% < APK/APM < 80% : APK/APM Tinggi
APK/APM < 80% : APK/APM Sangat Tinggi
APK siswa SMP Negeri dan Swasta Kota Bekasi sama dengan 88,71%, artinya 88,71% anak
usia 13-15 tahun yang sekolah di SMP Negeri dan Swasta di Kota Bekasi. Kecamatan yang
memiliki APK terbesar adalah kecamatan Bekasi Timur, yaitu 172,87% menunjukan bahwa
72,87% anak usia 13-15 tahun sudaj bersekolah di SMP sedangkan APK terendah di
kecamatan Bekasi Barat yaitu 56.03%. APM siswa SMP Negeri dan Swasta Kota Bekasi
sama dengan 90.23% artinya 90.23% penduduk di Kota Bekasi yang bersekolah di SMP
Negeri dan Swasta.
Tabel 4.11
Rekapitulasi APK dan APM SMA Negeri dan Swasta Kota Bekasi Tahun 2016-2017
4 Jatiasih 8.540 3.335 886 1.502 193 14.456 14.219 14.054 73,84% 89,93
5 Bantargeban
g 2.312 1.017
1.173 98 4.600 4.533 6.845 88,94%
124,34%
6
Mustika
Jaya 8.258 2.480
992 575 136 12.441 12.226 11.002 142.94%
145,33
%
7
Bekasi
Timur 5.860 15.542
1.220 1.086 237 23.945 23.517 13.604 88,40% 74,68%
8 Rawalumbu 4.123 6.188
1.477 244 12.032 11.826 12.658 126,12%
106,12
%
9
Bekasi
Selatan 4.699 2.950
1.935 236 9.820 9.667 11.570 149,20%
130,79
%
10
Bekasi
Barat 8.604 4.994
1.321 52 14.971 14.669 16.515 104,34%
104,28
%
11
Medan
Satria 1.626 4.898
966 85 7.575 7.445 10.052 102,69% 85,63%
12
Bekasi
Utara 5.589 8.615
2.843 163 17.210 16.926 19.693 74,07% 61,92%
Jumla
h
56.80
5
58.13
0
3.09
8
16.63
7
1.86
0
136.53
0
134.23
1
147.28
3
105,00
%
96,00
%
No Kecamatan
Jumlah Siswa
Total
Siswa
Siswa Usia
16-18
Penduduk Usia 16-
18 APK APM SMA SMK MA
Paket
C
1 Pondok Gede 1.008 2.266 729 381 6.948 5.408 12.715 54,64% 42,53%
2 Jati Sampurna 2.203 2.095 184 8.296 10.520 5.305 156,38% 198,30%
3 Pondok Melati 1.009 1.141 138 11.469 5.598 5.625 203,89% 99,52%
4 Jatiasih 1.049 1.633 77 288 7.388 8.997 10.005 73,84% 89,93
5 Bantargebang 882 137 117 3.950 5.522 4.441 88,94% 124,34%
6 Mustika Jaya 1.037 709 42 223 11.331 11.520 7.927 142.94% 145,33%
7 Bekasi Timur 3.297 2.088 437 412 9.255 7.819 10.470 88,40% 74,68%
74
Sumber: Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi
Keterangan
Tingkat capaian APK/APM dalam beberapa kategori yaitu:
APK/APM < 60% : APK/APM Rendah
60% < APK/APM< 70% : APK/APMSedang
70% < APK/APM < 80% : APK/APM Tinggi
APK/APM < 80% : APK/APM Sangat Tinggi
APK sisw SMK Negeri dan Swasta Kota Bekasi sama dengan 105.00%,
artinya 105% anak usia 16-18 tahun yang sekolah di SMK Negeri dan Swasta di Kota
Bekasi. Kecamatan yang memiliki APK terbesar adalah kecamatan Pondok Melati,
yaitu 203,89% menunjukan bahwa 203% anak usia 16-18 tahun sudah bersekolah di
SMK. Sedangkan APK terendah di kecamatan Pondokgede yaitu 54.64%. APK siswa
SMK Negeri dan Swasta Kota Bekasi sama dengan 96% artinya 96% penduduk di
Kota Bekasi yang bersekolah di SMK Negeri dan Swasta.
6. Analisis Dampak
Indeks Pembangunan Manusia dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kesehatan,
Pendidikan, dan Ekonomi. Berdasarkan data IPM Kota Bekasi termasuk dalam
capaian IPM kategori Tinggi yaitu dhampir mencapai 80%. Tingginya IPM ini Kota
Bekasi harus terus meningkatan taraf Pendidikan karena dengan banyak IPM berarti
makin banyak angka kehidupan yang beraada di Kota Bekasi. Pemerintah Kota
Bekasi harus mengadakan evaluasi dan pelaporan dari masing-masing kecamatan
untuk mengetahui sejauh mana masyarakat Kota Bekasi mendapatkan program-
program pemerintah, khususnya program pendidikan. Jika pendidikan ini baik dengan
dibantunya program wajib belajar 12 tahun otomatis ekonomi masyarakat pun akan
semakin banyak. Dikarenakan banyak lulusan-lulusan sekolah yang mendapatkan
pekerjaan sesuai dengan standart tamatan yang dibutuhkan oleh dunia pekerjaan.
8 Rawalumbu 968 2.768 760 301 12.370 10.408 9.808 126,12% 106,12%
9 Bekasi Selatan 4.745 2.520 103 570 12.473 10.934 8.360 149,20% 130,79%
10 Bekasi Barat 1.045 848 160 81 12.946 12.938 12.407 104,34% 104,28%
11 Medan Satria 1.056 1.913 200 7.301 6.088 7.110 102,69% 85,63%
12 Bekasi Utara 2.351 3.400 1.744 647 11.609 9.705 15.674 74,07% 61,92%
Jumlah 20.646 21.381 4.189 3.542 115.336 105.457 109.847 105,00% 96,00%
75
Peningkatan pendidikan pada sekolah dasar SD sudah mencapai sasaran bisa
dikatakan akan APK dan APMnya sudah dikatakan tinggi yaitu APK 114,26% dan
APM 100,13%. Angka yang digolongkan dalam rata-rata Tinggi. Dari tahun ketahun
harus ada pengurangan angka putus sekolah. Dan Kota Bekasi juga harus
mempertahankan angka pencapaian ini. Agar program wajib belajar 12 tahun yang
sudah di terapkan akan terus meingkat di tiap tahunnya. Untuk kecamatan yang hasil
APK dan APM masih dikatakan rendah pemerintah harus mengadakan evaluasi dan
memberikan solusi agar kejadian ini tidak terulang di tahun yang akan datang.
Pada tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan sederajat mempunya
APK 88,71% dan APM 90,23% yang termasuk pada golongan yang tertinggi. Tapi
untuk tingkat Kecamatan Pemerintah harus memperhatikan di karenakan APK dan
APM perkecematan mempunyai ukurannya masing-masing. Jika masih ada sekolah
SMP/ sederajatnya yang berada di kecamatan Kota Bekasi yang masih mempunya
angka APK dan APMnya di bawah 80%. Pemerintah harus mengadakan evaluasi
terhadap kecamatan tersebut. agar pada tahun berikutnya tidak terulang kembali.
APK dan APM yang berada di tingkat SMA/SMK/sederajat dengan jumlah
APK sebanyak 105,00 dan APM 96,00% angka yang cukup tinggi dan terbilang
cukup berhasil dari tahun sebelumnya. Hal ini berarti pemerintah berhasil menerapkan
program wajib belajar 12 tahun pada tahun 2016-2017. Namun demikian pemerintah
harus memperhatikan lagi angka APK dan APM perkecamatan serta melakukan
evaluasi kepada setiap kecamatan untuk terus memperhatikan dan meningkatkan
pendidikan khususnya untuk mengsukseskan program wajib belajar 12 tahun karena
masih terdapat kecamatan yang APK dan APMnya rendah.
F. Analisis Temuan Evaluasi
Dari hasil pembahasan evaluasi yang diperoleh , dapat dikemukakan hasil temuan
evaluasi kebijakan wajib belajar 12 tahun di dinas pendidikan Kota Bekasi, diantaranya:
1. Tahapan Intervensi
Pada tahapan intervensi penelitian ini meliputi beberapa komponen yang
terdiri dari regulasi program wajib belajar 12 tahun, rencana program, fasilitas
pelaksanaan program, APBD Pendidikan Kota Bekasi. Berdasarkan hasil wawancara
ditemukan bahwa ada kekurangan lokal atau ruang belajar sehingga diadakan sekolah
dua shift. Pemerintah Kota Bekasi harus memperhatikan jumlah sekolah dengan
jumlah siswa yang bersekolah. Sehingga pemerintah mudah dalam mengatur jumlah
rasio siswa dalam satu kelas, serta gedung yang tersedia. Sistem belajar dua shift
76
Sangat tidak efektif untuk dijadikan waktu belajar, seharusnya kegiatan belajar yang
diberikan oleh guru efektifnya ada di pagi hari karena jika sudah siang dikhawatirkan
kondisi siswa yang sudah tidak efektif dalam kegiatan belajar apalagi dalam
meemahami materi yang diajarkan. Dalam dunia pendidikan ruangan serta tempat
belajar mempunyai peranan yangs angat penting dalam proses pembelajaran , ruang
kelas harus mempuyai lahan yang luas. Tidak hanya cukup untuk ruangan yang
dibatasi dinding saja atau pun bentuk bangunan. Sangat menarik sekali jika ruangan
tersebut bisa di desain oleh guru ataupun pendidik menjadi sebuah tempat yang
nyaman dan kondusif untuk menimba ilmu. Oleh karena itu ruangan belajar sangat
berpengaruh dalam kegiatan proses belajar agar siswa tidak jenuh dan nyaman dalam
proses pembelajaran berlangsung. Untuk jenjang SMK pemerintah harus
memfasilitasi sekolah dengan berbagai alat untuk melakukan praktik sesuai dengan
kejuruan yang mereka ambil. Agar mereka bisa berlatih dalam mengembangkan
kemampuan mereka.
Guru adalah tokoh yang berperan besar di dalam proses belajar, guru juga
memiliki peran penting dalam menentukan kualitas pendidikan anak bangsa.
Kekurangan guru sangatlah mengganggu dalam proses belajar mengajar. Karena
efektif dalam bersekolah apalagi untuk tingkat SD untuk kelas 1,2,3 itu memerlukan
guru minimal 2 di kelas, karena cara itu bisa mempermudah dalam menyampaikan
materi kepada murid, satu guru untuk menerangkan dan satu guru lagi membantu
dalam mengkontrol proses anak-anak mencerna pelajaran yang sedang diajarkan. Di
karenakan dari segi waktu belajar yang kurang efektif dan juga kurangnya guru. Hal
ini yang memang harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah Kota Bekasi untuk
lebih memperhatikan tentang keberadaannya guru. Kekurangan guru di berbagai
jenjang khususnya SD membuat program wajib belajar tersebut bisa dikatakan belum
berhasil.
Selanjutnya pada APBD pendidikan Kota Bekasi masih sangat” pas-pasan”.
Sebuah program atau kebijakan yang baik tanpa di barengi dengan tindakan yang
tepat maka hanya akan menjadi program yang premature dan bisa di manfaatkan oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan penyelanggaraan dana salah
satunya adalah BOS. Dana BOS seharusnya bisa menutupi atau menggantikan biaya
biaya pendidikan anak-anak sehingga tidak ada lagi alasan masyarakat tidak
bersekolah di karenakan tidak ada biaya. Tetapi kenyataan keberadaan dana BOS ini
tidak serta merta menutupi biaya pendidikan anak-anak. Ada saja biaya-biaya yang
77
dikeluarkan oleh wali murid yang sering memberatkan. Biaya pendidikan SD sampai
SMA itu sebanarnya memang murah dan sudah di bantu oleh pemerintah oleh
beberapa bantuan dan sumbangan lainnya. Kemauan para masyarakat dalam
berpendidikanpun sangat beragam di karenakan gensi. Ketika sekolah terjebak oleh
gensi permintaan dari wali murid pun beragam, dan akhirnya sekolah memakai dana
bantuan pemerintah untuk membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkaan
dalam proses belajar. Dengan adanya gensi ini juga pihak sekolah sering kali meminta
biaya tambahan dengan memungut biaya tambahan dari setiiap siswanya. Jika sudah
terjadi seperti ini pihak yang memang dirugikan adalah masyarakat yang kurang
mampu.
pemerintah seharusnya memilah dalam memberikan bantuan atau sumbangan
di setiap sekolah. Dari mulai mengatur dan memerikasa setiap pembelian apa saja
yang dibelanjakan oleh sekolah tersebut. Jika barang tersebut tidak terlalu penting
dalam proses belajar sebaiknya dikalahkan dan digantikan dengan barang yang
memang sangat bermanfaat dalam kegiatan proses belajar. Pemerintah harus
menambah anggaran pendidikan Kota Bekasi untuk mengembangkan pendidikan
dengan cara membangun unit sekolah baru dari mulai tingkat SD sampai dengan
tingkat SMA. Karena hal ini sangat berhubungan sekali dengan proses belajar
mengajar. Jika gedung sekolah yang di pakai merupakan bangunan lama
dikhawatirkan gedung tersebut akan runtuh disaat kegiatan belajar mengajar
belangsung. Merenovasi gedung lama serta memperbarui sarana dan prasarana
sekolah dapat membantu proses belajar mengajar menjadi sangat efektif karena daya
dukung menyampaikan materi pelajaran didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai.
2. Tahapan Determinan
Pada tahapan determinan dalam penelitian ini meliputu beberapa komponen
yaitu daya tampung sekolah, Bantuan Operasional sekolah dari pemerintah yaitu
BOS, Bantuan Operasional Pemerintah Daerah yaitu BOSDA, Sekolah gratis. Daya
tampung, analisis tahap determinan. Pendidikan di Kota Bekasi sudah mengalami
kemajuan dari mulai mendirikan sekolah baru USB dan merenovasi gedung-gedung
sekolah yang lama. Untuk BOS pusat persiswa mendapatkan jumlah yang masih
dikatakan sedang dikarenakan yang mendapatkan bantuan dari pemerintah ini yang
dapat hanya di sekolah Negeri saja sedangkan swasta belum ada. Dan untuk BOSDA
ini ternyata pada tingkat SMA Negeri mendapatkan bantuan yang lumayan besar
78
yaitu Rp 2.040.000/pertahun , lebih besar dari jumlah BOS pusat yang setiap
tahunnya Rp 1.400.000.
Jenjang SMA dan SMK Kota Bekasi mulai tahun 2017 kewenangan sudah
diambil alih oleh pihak Provinsi Jawa Barat. Peralihan kewenagan SMA dan SMK
Kota Bekasi ke Provinsi Jawa Barat ada beberapa manfaat yang sudah
dipertimbangkan antara pemerintahan Kota Bekasi dan Provinsi Jawa Barat hal ini
diinginkan terjadinya pemerataan di bidang pendidikan secara masif di Provinsi.
Sebagaimana di ketahui, penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah yang menyebabkan beralihnya kewenagan pengelolaan
SMA/SMK dari pemerintahan kabupaten/kota kepada pemerintahan provinsi. 106
Dengan adanya peraalihan kewenangan pengelolaan juga bermanfaat untuk
percepatan pendidikan wajib belajar 12 tahun menjadi cepat terlaksana, karena
pemerintah kabupaten/kota menjadi lebih fokus dalam pembinaan tingkat SD dan
SMP. Namun dengan adanya pengalihan kewenangan pemerintah Kota Bekasi masih
tetap menjalankan program wajib belajar selama 12 tahun ini, dan pemerintah Kota
Bekasi sedang berusaha agar kewenangan SMA dan SMK dikembalikan kepada
pemerintah Kota Bekasi agar pemerintah lebih mudah dalam mengatur penarapan
program wajib belajar 12 tahun.
Sekolah gratis pada di Kota Bekasi hanya berlaku pada sekolah Negeri saja
sedangkan Swasta masih dibungut biaya tersendiri kecuali siswa yang tidak mampu
mereka dibantu oleh pemerintah. Untuk penerapan sekolah gratis ini sekolah swasta
mengeluh di karenakan masyarakat lebih tertarik ke sekolah Negeri yang gratis
dibandingkan Swasta yang masih dipungut biaya.
3. Tahapan Dampak
Pada tahapan dampak dalam penelitian ini meliputi komponen Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia mengukur capaian
pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualiatas hidup. Sebagai
ukuran kualitas hidup. IPM dibangun melalui tiga pendatan. Tiga pendekatan
terssebut mencakuptingkat kesehatan, tingkat pendidikan , pengetahuan, dan
kehidupan yang layak. Ketiga pendekatan tersebut memiliki pengertian yang sangat
luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan
untuk angka harapan hidup waktu lahirdan kematian Selanjutnya untuk mengukur
106 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah yang menyebabkan beralihnya
kewenagan pengelolaan SMA/SMK dari pemerintahan kabupaten/kota kepada pemerintahan provinsi.
79
dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator antara melek huruf dan rata-rata
lama sekolah Untuk IPM Kota Bekasi pada 2017 sebesar 79,63%.
Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya
masusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan
kualitas SDM tersebut. Oleh kaena peningkatan mutu pendidikan harus terus
diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan dengan seluas-luasnya untuk
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mengetahui masyarakat yang
memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase masyarakat menurut
partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah biasanya diliat dari Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM), Analisi Dampak. Dan
APK 114.26% dan APM SD 100.12%. APK SMP 105.00% dan APM SMP 96.00%.
APK SMA 105.00% dan APM SMA 96.00% untuk hasil evaluasi IPM, APK dan
APM sudah di kategorikan dalam keberhasilan dengan persentase tinggi.
Tingginya angka persentasi APK dan APM ini dikarenakan letak Kota Bekasi
yang sangat dekat Kota Jakarta, karena ada kecamatan yang memang berbatasan
langsung dengan Kota Jakarta seperti kecamatan Bekasi Barat dan Pondok Gede.
Masyarakat Kota Bekasi kebanyakan bekerja di Kota Jakarta. Hal ini yang memang
sangat berpegaruh dari hasil APK dan APM Kota Bekasi. Dikarenakan Kota Jakarta
yang menjadi kota yang sangat maju dan berpengaruh, hasilnya juga daerah yang
bertetangga terkena dampak dari kemajuan yang ada di Jakarta termasuk Kota Bekasi
ini.
G. Keterbatasan Evaluasi
Selama peneliti melakukan kegiatan evaluasi Kebijakan wajib belajar 12 tahun
di Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Tidak semua berjalan dengan lancer. Peneliti
dihadapkan dengan berbagai kendala diantaranya tidak semua data yang diperlukan
tersedia dengan baik, keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti menjadi sebab kurangnya
penelitian evaluasi ini serta pemahaman peneliti mengenai Kebijakan Wajib Belajar 12
tahun menjadi penghambat dalan evaluasi.
Selain itu kompetensi peneliti terkait model evaluasi Change masih sangat
terbatas, peneliti juga tidak melakukan analisis SWOT serta instrument yang terbatas
untuk melakukan evaluasi . alhasil peneliti belum memberikan hasil yang optimal dalam
melakukan evaluasi ini. Evaluasi ini terbatas pada sekolah-sekolah yang berada di Dinas
80
Pendidikan. Sedangkan sekolah seperti MI,MTS, MA yang dibawah Kemenag tidak
termasuk dalam penelitian evaluasi ini.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Wajib
Belajar 12 Tahun di Dinas Pendidikan Kota Bekasi dapat di kategorikan sudah
terimplementasi dengan baik, namun masih ada kekurangan pada masing-masing tahapan
evaluasi. Hal ini dapat dilihat dari tiga tahapan berikut:
1. Tahap Intervensi dapat dikatakan terdapat kekurangan dari segi perencanaan. Karena
pada regulasi program wajib belajar 12 tahun ini didasari oleh Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional, Fasilitas Program yang kurang dengan terbatasnya daya
tampung peserta didik, kuranganya tenaga pendidik (Guru) dan APBD yang sangat
pasa-pasan untuk pembangunan unit sekolah baru (USB) serta renovasi gedung-
gedung sekolah yang masih merupakan bangunan lama. Dan dari segi perencanaan
program wajib belajar 12 tahun sudah dikatakan baik namun sarana pendukungnya
saja masih kurang memadai.
2. Tahap Determinan dapat dikategorikan dalam keberhasilan kurang, dikarenakan daya
tampung sekolah yang masih kurang memadai, Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
dari pemerintah pusat yang sudah rutin turun setiap tahunnya. Dan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOSDA) dari pemerintah daerah yang masih kurang dan tidak
ada penambahan di tiap tahunnya. Dan sekolah gratis yang berlaku hanya pada
sekolah Negeri saja sedangkan jumlah sekolah Negeri di Kota Bekasi masih sangat
terbatas. Sedangkan sekolah swasta lebih banyak tetapi masih memungut biaya iuran
bulanan.
3. Tahap Dampak dapat dikatakan berhasil dikarenakan IPM Kota Bekasi sudah lebih
baik pada 2017 ditambah lagi dengan hasil persentase dari Angka Partisipasi Kasar
(APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) yang juga sangat tinggi. Hal ini
dikarenakan Kota Bekasi berbatasan dengan daerah Kota Jakarta sehingga
pembangunan pendidikan Kota Bekasi terpengaruh sebagai daerah penyangga
ibukota Jakarta.
82
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan mengajukan
rekomendasi, dalam melaksanakan Program Wajib Belajar 12 Tahun.
1. Dinas Pendidikan Kota Bekasi
Pada umumnya program wajib belajar 12 tahun sudah berjalan dengan baik.
Hanya saja perlu ditingkatkan lagi dari segi jumlah sekolah dan anggaran bantuan
pendidikan yang sebaiknya terus dikembangkan dikarenakan kebutuhan dari tahun ke
tahunnya yang semakin naik. Melakukan evaluasi bersama secara berkala pemerintah
Kota Bekasi guna membahas keberlangsungan dalam penerapan program Wajib
belajar 12 tahun. Dalam kegiatan perencanaan program wajib belajar 12 tahun bagian
perencanaan harus memperhatikan segi perencanaan dan mempersiapkan hal-hal yang
di butuhkan dalam proses penerapan program wajib belajar 12 tahun, secara efisien,
efektif dan berkelanjutan.
2. APBD Pendidikan Kota Bekasi
Pendanaan dan bantuan pendidikan yang ada di Kota Bekasi masih sangat
“pas-pasan”. Pemerintah harus menambah anggaran pendidikan, agar program wajib
belajar 12 taun ini dapat terus berkembang sehingga hasilnya akan berpengaruh dalam
proses penerapan wajib belajar 12 tahun.
83
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 1998. Penilaian Program Pendidikan.Yogyakarta: PT Bina Aksara.
Ana Chy . https://manfaat.co.id/manfaat-undang-undang-wajib-belajar.
Aulia Sitta, 2013.“Studi Tentang Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Surabaya
Pada Tingkat Pendidikan Menengah dan Kejuruan” tahun (Jurnal).
Chairunnisa Coonie dan Pudjosumedi, 2013. Manajemen Pendidikan, jakarta: Uhamka
Press.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 2018. Petunjuk Pelaksanaan
Bantuan Pemerintah Program Pembangunan SD-SMP SATU ATAP. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Dinas Pendidikan Kota Bekasi. 2017. Profil Pembangunan Pendidikan Kota Bekasi.Dinas
Pendidikan Pemerintahan Kota Bekasi.
Hasanah M Enny, Cepi S A. Jabar. Evaluasi Program Wajib Belajar12 Tahun
Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta.
https://www.researchgate.net/profile/Cepi_Safruddin_Abdul_Jabar/publication/320
308651_Evaluasi_program_wajib_belajar_12_tahun_pemerintah_daerah_Kota_Yo
gyakarta/links/5a253390a6fdcc8e86693762/Evaluasi-program-wajib-belajar-12-
tahun-pemerintah-daerah-Kota-Yogyakarta.pdf.
Handayayanti Titik. http://kependudukan.lipi.go.id/en/population-study/education/220-
konsep-wajib-belajar-dan-hak-belajar.
H.M..Burhan Bungin, 2007. Penelitian Kualitatif: komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana.
Anonim. Indonesia Sejarah http://lets-sekolah.blogspot.com/2016/04/pendidikan-di-masa-
orde-baru.html.
Junaidi, 2011. Modul Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI,JAKARTA:
Kementerian Agama Republik Indonesia.
Khoeriyah Fathul Iyan, 2016.“Evaluasi Program Wajib Belajar 9 Tahun Pada Sekolah
Negeri dan Swasta”(Jurnal).
Lexy J. Meleong, 2010. Metedologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Muryadi Dwi Agustanico,2017. “Model Evaluasi Program dalam Penelitian Evaluasi”,
Jurnal ilmiah Penjas, Vol 3 No.1.
84
Nurhakim Rusman T, 2019. Riset Evaluasi Dalam Pendidikan,Ciputat.
Nugroho Riant, 2008. Kebijakan Pendidikan Yang Unggul, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 1997 tentang rencana tata ruang Wilayah
Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor.48 Tahun 1981 Tentang Pembentukan Kota Administratif
Bekasi.
Perda Kota Bekasi Nomor .03 2007 Tentang Pembentukan Dinas Pendidikan Kota Bekasi.
Perda Kota Bekasi Nomor .06 Tahun 2008 Tentang Dinas Daerah Kota Bekasi.
Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2014 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan.
Perda Kota Bekasi Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Dinas Pendidikan
Pemerintah Kota Bekasi
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.
Pradata Wira Yusta Thesar, 2015.“ Evaluasi Program Wajib Belajar 12 Tahun pada
Masyarakat Miskin di Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Kota
Surabaya” (Jurnal).
Priotitas dan Plafon Anggaran Sementara Kota Bekasi Tahun 2017.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan No.41.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan No.45
85
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah yang menyebabkan
beralihnya kewenagan pengelolaan SMA/SMK dari pemerintahan kabupaten/kota
kepada pemerintahan provinsi.
Anonim. Pentingnya Wajib Belajar 12 Tahun.
http://pentingnyawajibbelajar12tahun.blogspot.com/.
Rohiat, 2018. Manajemen Sekolah, Bandung: PT Refika Aditama.
Sudjana Djuju, 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sukardi M.H, 2009. valuasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi
Aksara.
Soeharto .M.H. http://soeharto.co/presiden-soeharto-sd-inpres-dan-avicenna-award/.
Sukardi, 2009. Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara.
Sugiyono, 2016. metode penelitian kualitatif, kuantitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Sejarah Pembentukan Dinas Pendidikan Kota Bekasi.
https://disdik.bekasikota.go.id/halaman/detail/sejarah-pembentukan.
Studi Dokumen Visi dan Misi Kota Bekasi. Tanggal 10 Agustus 2019.
Studi Dokumen Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Tanggal 10 Agustus
2019.
Tim penyusun kamus pusat bimbingan dan pengembangan Bahasa, 1998. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka.
Ulfatin Nurul,Amat Mukhadis,Ali Imron. Profil Wajib Belajar 9 Tahun Dan Alternatif
Penuntasannya. https://media.neliti.com/media/publications/111776-ID-profil-
wajib-belajar-9-tahun-dan-alterna.pdf.
Utsman. Esensi Wajib Belajar 12 Tahun Sebagai Kebijakan Publik.
Https://Www.Researchgate.Net/Publication/320417254_Esensi_Wajib_Belajar_12
_Tahun_Sebagai_Kebijakan_Publik.
Uhar Suharsaputra, 2012. Metode Penelitian: kuantitatif, Kualitatif, dan tindakan.
Bandung: Refika Aditama.
UU No.14 Tahun 1950 Tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Provinsi Jawa Barat.
UU No.9 Tahun 1996 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi.
86
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang–undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Undang – undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional No.78.
Tayibnapis Yusuf Farida, 2000. Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta.
Wulandari Apriyanti, 2009. Evaluasi Program Keaksaraan Dasar di Kabupaten Cirebon
Dengan Pendekatan Change Model: Antara Harapan dan Realitas. Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Balitbang, Kemendikbud.
Widoyoko Eko, Evaluasi Program Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wirawan, 2012. Evaluasi Teori, Model, Standar,Aplikasi,dan Profesi, Jakarta:Rajawali
Pers.
Yusuf Muri.A, 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan Pilar Penyedia Informasi dan
Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Group.
87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
88
LAMPIRAN 1
Pedoman Wawancara Dengan Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi
A. Tahapan Intervensi
1. Apa yang melatar belakangi Kota Bekasi Merencanakan Program Wajib Belajar 12
Tahun ?
2. Pada tahun berapa program wajib belajar 12 tahun ini mulai di tetapkan di kota Bekasi
?
3. Bagaimana regulsi pendidikan wajib belajar 12 tahun ini ?
4. Siapa saja yang terlibat langsung dalam penerapan program wajib belajar 12 tahun ini
?
5. Kendala apa saja yang dinas pendidikan alami dalam menerapkan program wajib
belajar 12 tahun ?
6. Apakah program 12 tahun ini sudah merata diterapkan diseluruh kota bekasi.
B. Tahapan Determinan
7. Bagaimana prosedur dan penerapan strategi program wajib belajar 12 tahun ini ?
8. Apakah masih ada sekolah yang belum mengetahui tentang program wajib belajar 12
tahun ini ?
9. Ada berapa sekolah yang terdaftar di Dinas pendidikan Kota Bekasi ?
10. Apakah terdapat anggaran pemerintah untuk penerapan program wajib belajar 12
tahun ?
11. Apa saja bentuk anggaran yang dikeluarkan oleh dinas pendidikan kota Bekasi ?
12. apakah ada syarat/prosedur tertentu dalam penggunaan dana bantuan yang diberikan
oleh dinas pendidikan kota Bekasi ?
13. apakah dana tersebut berlaku untuk seluruh siswa/ hanya siswa yang memang layak
mendapatkannya saja ?
14. berapa kali dana tersebut diberikan kepada siswa ?
15. apakah ada sanksi yang diberlakukan untuk setiap siswa yang menyalah gunakan
anggaran tersebut?
C. Tahapan Dampak
16. apakah ada pengurangan angka anak putus sekolah tahun 2018 kemarin ?
17. Kalo memang ada, berapa persentasenya di banding tahun sebelumnya ?
18. apa dinas pendidikan sering mengadakan evaluasi terkait program wajib belajar 12
tahun ?
19. bagaimana keberhasilan atas segala sesuatu yang telah disusun dalam
penyelenggaraan program wajib belajar 12 tahun ?
20. bagaimana cara dinas pendidikan kota Bekasi mempertahankan/ usaha apa saja yang
dilakukan untuk mengurangi angka putus sekolah yang ada di kota Bekasi, dengan
menerapkan program 12 tahun wajib belajar ini ?
89
LAMPIRAN 2
Pedoman Wawancara Dengan Bagian Perencanaan Program Dinas Pendidikan Kota
Bekasi
A. Tahapan Intervensi
1. Apakah dinas pendidikan Kota Bekasi sudah menerapkan sistem wajib belajar 12
tahun ?
2. Apakah program tersebut sudah mendapatkan dukungan dari pemerintahan kota
Bekasi ?
3. Apa sistem pendidikan di kota Bekasi ini sudah dikatakan berhasil disbanding
wilayah jawa barat lainnya?
4. Apakah ada prosedur tersendiri yang di terapkan dinas provinsi jawa barat terkait
program wajib belajar 12 tahun ?
5. Apa saja yang menjadi penyebab di selenggarakannya program wajib belajar 12
tahun?
B. Tahapan Determinan
6. Apa yang menjadi pengaruh anak putus sekolah?
7. Apa saja jenis anggaran/bantuan yang dikeluarkan oleh dinas pendidikan kota bekasi?
8. Berapa usia rata-rata SD,SMP,SMA ?
9. Ada berapa jumlah siswa-siswi SD,SMP SMA di Kota Bekasi?
C. Tahapan Dampak
10. Apa yang menjadi pengaruh anak putus sekolah ?
11. Jenis bantuan apa saja yang dikeluarkaan oleh dinas pendidikan untuk mendukung
keberlangsungannya penerapan program wajib belajar 12 tahun?
12. Apakah dinas pendiidkan kota Bekasi akan menggratiskan pendidikan sampai dengan
jenjang SLTA/sederajat?
13. Apakah sudah ada hasil dari dinas pendidikan kota Bekasi terkait penerapan program
wajib belajar 12 tahun?
14. Berapa persentase IPM Kota Bekasi ?
15. Berapa APK DAN APM SD,SMP,SMA/sederajatnya Kota Bekasi?
16. Apakah ada evaluasi terkait dengan penerapan program wajib belajar 12 tahun dari
dinas pendidikan kota Bekasi?
17. Apa langkah-langkah pemerintah untuk terus meratakan seluruh pendidikan 12 tahun
di kota Bekasi?
90
LAMPIRAN 3
Hasil Wawancara Dengan Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi
Nama Responden : Triani Emi Susanti
Jabatan : Kasie Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bekasi
Hari/Tanggal Pelaksanaan : Jumat 9 Agustus 2019
Tempat Pelaksanaan : Ruaang Kasie Dikdas
A. Tahapan Intervensi
1. Apa yang melatar belakangi Kota Bekasi Merencanakan Program Wajib Belajar 12
Tahun ?
Jawab : Program Wajib Belajar 12 Tahun merupakan langkah pemerintah Kota
Bekasi memberikan sarana kepada seluruh masyarakat Kota Bekasi dapat
merasakan menempuh belajar pada masa mereka seharusnya mendapatkan
pendidikan secara formal dan memajukan pendidikan yang berada di Kota Bekasi
untuk mengurangi angka putus sekolah dan segala permasalahan lainnya, agar
masyarakat Kota Bekasi khususnya para pelajar mendapatkan pekerjaan, karena
dunia pekerjaan hampir seluruhnya membutuhkan karyawan minimal tamatan
SMA/sederajat.
2. Pada tahun berapa program wajib belajar 12 tahun ini mulai di tetapkan di kota
Bekasi ?
Jawab : Kota Bekasi sudah Merencanakan Program Wajib Belajar 12 Tahun Sejak
Tahun 2012.
3. Bagaimana regulsi pendidikan wajib belajar 12 tahun ini ?
Jawab : Regulasi atau pengaturan terkait Wajib Belajar 12 Tahun ini Berdoman
pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
4. Siapa saja yang terlibat langsung dalam penerapan program wajib belajar 12 tahun
ini ?
Jawab : yang terlibat dalam penerapan Wajib Belajar 12 Tahun ini adalah Wali
Kota Bekasi sebagai salah satu program pemerintahannya untuk meratakan
pendidikan yang ada di Kota Bekasi dan di serahkan kepada Dinas Pendidikan
Kota Bekasi untuk di kelola dan diatur sedemian rupa dari mulai tingkat
SD,SMP,SMA/Sederajat dan di implementasikan kepada seluruh sekolah yang
berada di Kota Bekasi yang bersangkutan dengan Dinas Pendidikan Kota Bekasi.
5. Kendala apa saja yang dinas pendidikan alami dalam menerapkan program wajib
belajar 12 tahun ?
Jawab : kendala yang terjadi di lapangan dalam menerapkan Program Wajib
Belajar 12 Tahun, dari mulai implementasi program wajib belajar 12 tahun ini di
lapangan serta beberapa kendala, salah satunya adalah anggaran yang memang
sangat diperlukan untuk keberlangsungan penerapan Program Wajib Belajar 12
Tahun ini masih sangat minim karna memang pemerintah berfokus untuk
menggratiskan sekolah selama 12 tahun dan juga ada beberapa kendala lainnya
tapi terlebih kita memang terkendala dalam proses pendanaannya karna memang
sekolah swasta tidak bisa menggratiskan seluruhnya karna swasta tanggung
91
jawabnya di pegang oleh sekolah itu sendiri. Beda dengan sekolah negeri yang
memang tanggung jawabnnya sudah pemerintah yang menanggung.
7. Apakah Program Wajib Belajar 12 Tahun ini sudah merata diterapkan diseluruh
Kota Bekasi?
Jawab : Program Wajib Belajar 12 Tahun ini sudah dikatakan merata.
Dikarenakan Kota Bekasi sudah memberikan bantuan kepada setiap sekolah untuk
keberlangsungan pendidikan di Kota Bekasi.
B. Tahapan Determinan
8. Bagaimana Prosedur dan Penerapan strategi Program Wajib Belajar 12 Tahun ini?
Jawab : Strategi Dinas Pendidikan dalam penerapan wajib belajar 12 tahun ini salah
satunya adalah menggratiskan sekolah kepada masyarakat Kota Bekasi khususnya
kepada masyarakat yang kuraang mampu. Itu yang diutamakan serta bantuan itu
berupa Bosda yang rutin Pemerintah turunkan.
9. Apakah masih ada sekolah yang belum mengetahui tentang Program Wajib Belajar
Tahun ini?
Jawab : untuk Program Wajib Belajar 12 Tahun ini seluruh Sekolah yang ada di Kota
Bekasi kami ikut sertakan dalam Program Pemerintahan Wajib belajar 12 tahun ini.
10. Ada berapa sekolah yang terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bekasi?
Jawab : Data yang di dapatkan oleh peneliti setelah melakukan observasi di Dinas
Pendidikan Kota Bekasi, terdapat 690 SD Negeri dan Swasta, 264 SMP Negeri dan
Swasta, 98 SMA Negeri dan Swasta, dan 131 SMK Negeri dan Swasta.
11. Apakah ada anggaran khusus yang diberikan oleh pemerintah terkait dengan Program
Wajib Belajar 12 Tahun?
Jawab : iya memang ada. Anggaran pendidikan yang selalu kami berikan kepada
setiap sekolah untuk siswi-siswi yang kurang mampu.
12. Apa saja bentuk bantuan yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kota Bekasi?
Jawab : Pemerintah Kota Bekasi memberikan bantuan kepada Siswa yang kurang
mampu dan ada pula untuk siswa yang berprestasi. Untuk yang kurang mampu yaitu
dana BOSDA dan untuk yang berprestasi yaitu Beasiswa.
13. Apakah ada syarat dan prosedur terntu yang untuk mendapatkan bantuan dari
pemerintah Kota Bekasi?
Jawab : iya ada. Ada beberapa tahap ya dari mulai pemberian kepada siswa yang
harus di wakilkan oleh pihak sekolah biasanya diberikan kepada bendahara sekolah
setelah melalui beberapa prosedur pengajuan dana bantuan sekolah/siswa dan nanti
pihak sekolah yang memberikan kepada siswa yang memang berhak mendapatkan
92
dana bantuan tersebut dengan beberapa syarat. Setelah itu sekolah memberikan bukti
laporan dana bantuan tersebut di gunakan untuk apa.
14. Apakah dana tersebut berlaku kepada seluruh siswa atau hanya siswa yang memang
membutuhkan saja?
Jawab : selama ini Pemerintah kota Bekasi hanya memberikan bantuan kepada siswa
yang memang kurang dalam perekonomian atau kurang mampu dan juga siswa yang
berprestasi. Untuk bantuan lainnya kami memberikan kepaada setiap sekolah itu
hanya terkait sarana dan prasarana sekolah agar dapat memberikan rasa nyaman dan
menunjang proses belajar mengajar disekolah dengan merenovasi sekolah, atau
dengan memberikan bantuan berupa komputer untuk sekolah. Memang dana bantuan
sekolah ini berikan untuk perorangan itu hanya siswa yang memang kurang mampu
dan siswa yang berprestasi saja.
15. Berapa kali dana bantuan tersebut di keluarkan oleh Pemerintah Kota Bekasi?
Jawab : diturunkan setiap sebulan sekali.
16. Apakah ada sanksi yang diberlakukan untuk setiap siswa yang menyalah gunakan
anggaran tersebut?
Jawab : Memang ada karena setiap yang menyangkut dengaan dana bantuan apalagi
dana ini kan di berikan oleh Pemerintah langsung untuk keperluan pendidikan. Jika
memang disalahgunakan pasti akan di tindak lanjuti secara hokum dan
diberintakannya bantuan tersebut kepada siswa yang menyalahgunakan dana bantuan
ini.
C. Tahapan Dampak
17. Setelah memberlakukan kebijakan dan dana yang untuk pendidikan ini apakah ada
pengurangan angka anak putus sekolah tahun 2018 kemarin ?
Jawab : iya ada.
18. Kalo memang ada, berapa persentasenya di banding tahun sebelumnya?
Jawab : beliau menunjukan Dokumen persentase APK dan APM Kota Bekasi
19. apa dinas pendidikan sering mengadakan evaluasi terkait program wajib belajar 12
tahun ?
jawab : iya sering. Kita mengaadakan evaluasi setiap tiga bulan sekali
20. bagaimana keberhasilan atas segala sesuatu yang telah disusun dalam
penyelenggaraan program wajib belajar 12 tahun ?
jawab : dapat dilihat dari persentase IPM, APK dan APM
93
21. bagaimana cara dinas pendidikan kota Bekasi mempertahankan/ usaha apa saja yang
dilakukan untuk mengurangi angka putus sekolah yang ada di kota Bekasi, dengan
menerapkan program 12 tahun wajib belajar ini ?
jawab : dengan terus memantau perkembangan pengimplementasian program ini.
94
LAMPIRAN 4
Hasil Wawancara Dengan Bagian Perencanaan Program Dinas Pendidikan Kota
Bekasi
Nama Responden : Luki Siswantini
Jabatan : Kasie Data dan Perencanaan Program
Hari/Tanggal Pelaksanaan : Rabu 14 Agustus 2019
Tempat Pelaksanaan : Ruang Kasie Perencanaan Program
A. Tahapan Intervensi
1. Apakah dinas pendidikan Kota Bekasi sudah menerapkan sistem wajib belajar 12
tahun ?
Jawab : Pemerintah Kota Bekasi sudah merencanakan Program Wajib Belajar 12
Tahun itu dimulai pada saat Walikota Bapak Rahmat Effendi menjabat dan
mempunya program Wajib Belajar 12 Tahun ini yang diserahkan kepada Dinas
Pendidikan Kota Bekasi untuk mengelola Program Wajib Belajar 12 Tahun ini.
2. Apakah program tersebut sudah mendapatkan dukungan dari pemerintahan kota
Bekasi ?
Jawab : iya sudah. Karena Memang Program tersebut pertama kali di buat oleh
Pemerintahan Kota Bekasi lalu di serahkan kepada Dinas Pendidikan Kota Bekasi
untuk di kelola dan diterapkan kepada setiap sekolah.
3. Apa sistem pendidikan di kota Bekasi ini sudah dikatakan berhasil dibanding
wilayah jawa barat lainnya?
Jawab : Kota Bekasi bukanlah satu-satunya Kota yang berada di Provinsi Jawa
Barat yang sudah menerapkan Wajib Belajar 12 Tahun. Kota Bandung pun sudah
menerapkan Program Wajib Belajar 12 tahun dan pastinya Program wajib belajar
yang berada di Kota Bekasi dan bandung mempunyai keberhasilan yang berbeda
karena Kota Bekasi masih dibawah naungan Provinsi Jawa Barat sedangkan
Pusatnya Provinsi Jawa Barat berinduk pada Kota Bandung. Jadi berhasilnya
Program Wajib belajar 12 Tahun tergantung bagaimana kita mengelola Program
ini dan menerut saya Kota Bandung sebagai Pusatnya Jawa Barat mereka
mempunyai anggaran yang besar dan keberhasilan Program Wajib Belajar 12
Tahun disana yang lebih mempunyai pengaruh yang lebih dari Kota Bekasi.
4. Apakah ada prosedur tersendiri yang di terapkan dinas pendidikan Kota Bekasi
terkait program wajib belajar 12 tahun ?
Jawab : Tidak ada Prosedur khusus terkait Program Wajib Belajar 12 Tahun.
Hanya saja kita melihat dari sisi keberhasilan setiap tahunnya saja semenjak Kota
Bekasi menerapkan Program wajib Belajar 12 Tahun.
95
5. Apa saja yang menjadi penyebab di selenggarakannya program wajib belajar 12
tahun?
Jawab : Sebab terjadimya Kota Bekasi merencanakan Program Wajib Belajar 12
Tahun ini, karena Pemerintah ingin pendidikan yang berada di Kota Bekasi ini
dapat mewujudkan daya saing bangsa di era globalisasi yang akan datang dan juga
pemerintah Kota Bekasi ingin meratakan angka kelulusan Masyarakat yang
sekolah di Kota Bekasi.
B.Tahapan Determinan
6. Apa yang menjadi pengaruh anak putus sekolah ?
Jawab : penyebab terjadinya siswa yang putus sekolah itu rata-rata karena faktor
ekonomi yang memang terbatas dan memang ditambah lagi banyaknya sekarang
anak-anak yang menikah muda. Dua penyebab itu yang memanng sekrang
menjadi penyebab rata-rata para siswa yang berada di Kota bekasi mengalami
putus sekolah.
7. Jenis bantuan apa saja yang dikeluarkaan oleh dinas pendidikan untuk mendukung
keberlangsungannya penerapan program wajib belajar 12 tahun dan berapa jumlah
nominal bantuan yang diberikan persetiap siswanya?
Jawab : Jenis bantuan yang kita berikan kepada sekolah negeri dan swasta itu
berbeda jumlahnya. Karena memang sekolah Swasta masih memungut biaya
kepada Wali Murid jadi tidak seluruh anggaran kita berikan. Beda dengan sekolah
negeri yang memang kewenangan di pegang penuh oleh pemerintah. Jenis
bantuan pemerintah Kota Bekasi itu untuk siswa yang berprestasi, Siswa Kurang
Mampu, Tahfiz Qur’an. Untuk bantuan sekolah Negeri tingkat SD Rp
28.000/Perbulan, Sekolah Negeri tingkat SMP Rp.90.000/Perbulan sedangkan
Sekolah Negeri tingkat SMA Rp.170.000/Perbulan. Semuanya kami keluarkan
setiap tahunnya. Dan untuk bantuan sekolah Swasta untuk Tingkat Sekolah Dasar
Rp.10.000/Perbulan, Sekolah Tingkat SMP Rp.15.000/Perbulan, Untuk Sekolah
Tingkat SMA Rp.25.000/Perbulan. masih sama kami turunkan dana bantuannya
setiap tahunnya.
8. Berapa usia rata-rata SD,SMP,SMA ?
Jawab : Beliau menunjukan dokumen catatan anak usia SD, SMP, SMA
9. Ada berapa jumlah siswa-siswi SD,SMP SMA di Kota Bekasi?
Jawab : beliau menunjukan dokumen jumlah siswa- siswi SD,SMP,SMA
10. Apa yang menjadi pengaruh anak putus sekolah ?
96
Jawab : yang menjadi anak putus sekolah biasanya sebagian besar dipengaruhi
oleh ekonomi dan pergaulan.
D. Tahapan Dampak
Jenis bantuan apa saja yang dikeluarkaan oleh dinas pendidikan untuk mendukung
keberlangsungannya penerapan program wajib belajar 12 tahun?
Jawab : kita adaa BOS Pusat dan BOSDA bos daerah dan beberapa beasiswa
lainnya.
11. Apakah dinas pendidikan kota Bekasi akan menggratiskan pendidikan sampai
dengan jenjang SLTA/sederajat?
Jawab : untuk negeri kita sudaah gratiskan tapi kalau swasta susah. Karena
memang swasta kan punya kewenangan sendiri bukan pemerintah.
12. Berapa persentase IPM Kota Bekasi ?
Jawab : beliau mununjukan dokumen IPM Kota Bekasi
13. Berapa APK DAN APM SD,SMP,SMA/sederajatnya Kota Bekasi?
Jawab : memakai dokumen
14. Apakah ada evaluasi terkait dengan penerapan program wajib belajar 12 tahun
dari dinas pendidikan kota Bekasi?
Jawab : ada. Karena memang kita yang mengelola kita mengadakan evaluasi satu
bulan sekali
15. Apa langkah-langkah pemerintah untuk terus meratakan seluruh pendidikan 12
tahun di kota Bekasi?
Jawab : ada. Kami akan terus meningkatkan
97
LAMPIRAN 5
Daftar Ceklis Dokumen Program Wajib Belajar 12 Tahun
No
Jenis kondisi ket
ada Tidak
ada
1, Sejarah Kota Bekasi √
2. Visi dan Misi Kota Bekasi √
3. Visi dan Misi Dinas Pendidikaan
Kota Bekasi
√
4. Struktur Dinas Pendidikan Kota
Bekasi
√
5. Regulasi Program Wajib Belajar √
6. Dokumen APBD Pendidikan Kota
Bekasi
√
7. Jumlah Sekolah SD Negeri dan
Swasta
√
8. Jumlah Sekolah SMP Negeri dan
Swasta
√
9. Jumlah SMK Negeri dan Swasta
Kota Bekasi
√
10. Jumlah rata-rata siswa SD Negeri
dan Swasta perkelas
√
11. Jumlah rata-rata SMP perkelas
Negeri dan Swasta
√
12. Jumlah rata-rata SMA perkelas
Negeri dan Swasta
√
13. Jumlah rata-rata SMK perkelas
Negeri dan Swasta
√
14. Jumlah rombongan belajar SD
Negeri dan Swasta
√
15. Jumlah rombongan belajar SMP
Negeri dan Swasta
√
98
16. Jumlah rombongan belajar SMA
Negeri dan Swasta
√
17. Jumlah rombongan belajar SMK
Negeri dan Swasta
√
18. Daya Tampung sekolah SD Negeri
dan Swasta
√
19. Daya Tampung sekolah SMP
Negeri dan Swasta
√
20. Daya Tampung sekolah SMA
Negeri dan Swasta
√
21. Daya Tampung sekolah SMK
Negeri dan Swasta
√
22. Jumlah anggaran bantuan dana
BOS Pusat tingkat
SD,SMP,SMA,SMK
√
23. Jumlah Anggaran bantuan dana
BOSDA Kota Bekasi
SD,SMP,SMA,SMK
√
24. IPM Kota Bekasi √
25. Data penduduk perkecamatan Kota
Bekasi usia 7-12 tahun
√
26. Data penduduk usia perkecamatan
Kota Bekasi 13-15 tahun
√
27. Data penduduk usia Perkecamatan
Kota Bekasi 16-18 tahun
√
28. APK SD/sederajat Kota Bekasi √
29. APK SMP/sederajat Kota Bekasi √
30. APK SMA/sederajat Kota Bekasi √
31. APM SD/sederajat Kota Bekasi √
32. APM SMP/sederajat Kota Bekasi √
33. APM SMA/sederajat Kota Bekasi √
99
LAMPIRAN 6
Dokumentasi Penelitian
100
LAMPIRAN 7
BIODATA PENULIS
Dzakiyah Ardiliya Putri lahir di Bekasi Barat, 16 Juli 1997 . Putri dari
bapak Supardi dan Ibu Eti Kamaliya. Penulis Ini anak pertama dari 3
bersaudara. Alamat email penulis : [email protected]
Penulis menempuh pendidikan di antaranya SD Negeri Sukamerta 2
Rawamerta Karawang pada tahun 2004-2009., MTS Al-Mukhtariyah
Bintara jaya 2009-2012, MAN 18 Jakarta 2012-2015 dan UIN Syarif
Hidayatullah 2015-2019. Jurusan Manajemen Pendidikan pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan lulus dengan menyandang gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Skripsi yang berjudul “ Evaluasi Kebijakan Wajib Belajar Dua Belas Tahun di Dinas
Pendidikan Kota Bekasi” dapat dijadikan referensi bagi evaluator lain. Penulis telah
menyeselaikan skripsi ini dengan arahan dan bimbingan bapak Drs. Mu’arif Sam M.Pd dan
Bapak Dr. Tengku Rusman Nurhakim, M.Pd . harapan penulis ini adalah agar penulis bisa
melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi dan bermanfaat bagi nusa bangsa dan
negara.
Motto : Jadilah Baik Karena Dengan Begitu Kamu Akan Dikelilingi Orang Baik.