Upload
andhika-widya-putri
View
233
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
essay
Citation preview
ESSAY DESA JAMBAR
Semua berawal pada hari Selasa, 28 Juli 2015. Ya ini adalah waktu keberangkatan
seluruh mahasiswa KKNM (Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa) Universitas Padjadjaran ke
beberapa kabupaten dan kecamatan yang tersebar di provinsi Jawa Barat. Waktu menunjukan
tepat pukul 07.30 WIB ketika seluruh bus yang berjumlah 58 buah siap diberangkatan. Saya
berada di bus nomor 56 dengan tujuan Desa Jambar, kecamatan Nusaherang, Kabupaten
Kuningan, provinsi Jawa Barat dimana pada saat yang bersamaan dua desa digabung menjadi
satu bus yaitu Desa Jambar dan Desa Cikadu.
Sekitar lima jam perjalanan yaitu pukul 12.30 WIB, kami tiba di kecamatan Nusaherang,
kami disambut secara resmi di kantor kecamatan yang pada saat itu langsung disambut oleh Bu
Camat dan perangkat kecamatan lainnya. Satu hal yang saya tangkap dari pengarahan yang
disampaikan Bu Camat adalah pengharapan mereka terhadap mahasiswa/mahasiswi kknm unpad
yang dapat memberikan perubahan terhadap desa mereka sesuai bidang ilmu yang dimiliki
masing-masing mahasiswa. Sungguh pengharapan yang besar dan tulus dari desa yang terbilang
jauh dari kota. Semoga pengabdian kami dapat bermafaat bagi masyarakat.
Setelah penyambutan selesai kami secara resmi diserahkan ke perangkat desa tempat
kami mengabdi. Kurang lebih 3 km perjalanan yang harus kami tempuh menuju balai desa. Di
balai desa kami disambut oleh Bapak Sholeh selaku kepala Desa Jambar beserta kepala masing-
masing dusun yang terdiri dari lima dusun yaitu dusun pahing, manis, wage, puhun dan kaliwon.
Di balai desa kami sempat berdiskusi mengenai rumah yang akan kami tempati selama satu
bulan, kebiasaan masyarakat dan potensi yang ada di desa Jambar. Setelah beberapa menit
berbincang-bincang, kami menuju rumah yang telah disiapkan oleh desa yang terletak di
Cibulakan, dusun wage, sekitar 600 meter dari balai desa. Menurut pendapat saya rumah yang
kami tempati termasuk mewah untuk sebuah kegiatan kkn, tidak hanya dari arsitektur rumah
yang bergaya kota dengan dinding yang dilengkapi dengan wallpaper, kami juga dilengkapi
fasilitas yang cukup lengkap seperti tv 29 inci, kulkas, kompor serta 2 buah kasur spring bed
yang cukup nyaman untuk beristirahat. Wilayah dan kondisi desa Jambar benar-benar di luar
ekspetasi saya, kenapa? Awalnya saya berpikir bahwa sebuah desa seperti di sinentron dan ftv,
dengan jalan tanah bebatuan, rumah yang tebuat dari kayu, dikelilingi oleh sawah, dan
sebagainya, tetapi setelah saya memasuki desa ini, saya sangat terpukau dengan keramahan-
tamahan penduduknya yang jauh berbeda dengan penduduk kota yang terkesan individual, desa
ini juga tidak telihat seperti desa, jalannya yang bagus dan telah diaspal,rumah yang tebilang
mewah dan bergaya kota.
Hari pertama di desa kami habiskan untuk membereskan barang dan menata rumah
karena rumah yang kami tempati tidak dihuni oleh penghuninya karena berdomisili di kota,
selanjutnya kami beristirahat untuk persiapan orientasi wilayah pada besok harinya.
Hari kedua, pada tanggal 30 juli 2015, kami memulai kegiatan pertama yaitu orientasi
wilayah ke dusun kaliwon yang terletak paling jauh dari balai desa. Desa Jambar merupakan
desa yang terletak di kaki Gunung Ciremai sehingga perjalanan kami cukup menanjak dan
turunan namun masih dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat, kebetulan
perjalanan kami di temani oleh salah satu mahasiswi unpad angkatan 2013 yang berdomisili di
dusun tersebut, perjalanan yang sangat menyenangkan karena desa jambar memiliki udara yang
sejuk dan segar, saya sangat menikmati setiap tarikan nafas yang diberikan Tuhan, sungguh
anugerah Tuhan yang luar biasa. Kami juga sempat menikmati jernihnya air Cijambar, yang
merupakan sumber mata air yang dimanfaatkan untuk beberapa keperluan seperti perairan dan
kebutuhan rumah tangga di kecamatan Nusaherang. Jernihnya air Cijambar membuat kami tidak
ingin pulang, kami sungguh menikmati alam yang terbentuk secara alami ini. Waktu sudah
beranjak sore saatnya kami pulang dengan suasana dan kondisi tubuh yang segar kembali.
Keesokan harinya kami menyusuri dusun manis yang terletak dekat dengan balai desa.
Dusun ini terdiri atas tiga RT yaitu RT 6, RT 7, dan RT 8. Perjalanan kami ditemani oleh salah
satu ketua RT yaitu ketua RT 8. Di dusun ini kami juga sempat mengunjungi tempat pemakaman
umum (TPU) Gunung Luhur. Dari semua desa yang berada di kabupaten kuningan hanya desa
jambar yang disalah satu perbukitannya dihuni oleh ribuan kalong, yaitu di area makam gunung
luhur ini. Di sini juga dimakamkan pendiri dusun manis itu sendiri. Namun, di dusun manis saya
melihat suatu keunikan dimana setiap rumah memilki kolam ikan, kemudian saya bertanya
kepada kepala dusun mengapa setiap rumah memiliki kolam, ternyata kebanyakan dari mereka
tidak tau kemana dan dimana ikan-ikan tersebut harus dipasarkan sehingga setiap ikan-ikan yang
mereka punya hanya untuk konsumsi pribadi. Hal ini menjadi salah satu catatan bagi kami
dengan bekerja sama dengan teman-teman dari jurusan peternakan dan ekonomi bagaimana
meningkatkan nilai jual dan strategi pemasaran untuk memasarkan ikan-ikan tersebut.
Hari berikutnya kami melanjutnya orientasi wilayah dengan menyusuri dusun ketiga
yaitu dusun puhun yang terletak di sebelah Utara desa, perjalanan kami ditemani oleh kepala
dusun Bapak Maman,kami diajak berkeliling sampai ke pelosok-pelosok dusun, dusun puhun
merupakan dusun terpadat kedus setelah dusun wage tetapi dusun ini tidak memiliki sumber
mata air sehingga harus mengambil air dari desa Karangsari yang berbatasan langsung dengan
dusun pahing yang terletak tepat dipusat pemerintahan desa Jambar. Setelah lama berkeliling
sampailah kami pada suatu tempat yang membuat saya terperangah dan kaget melihat salah satu
sungai yang penuh dengan sampah. Ternyata sungai tersebut merupakan tempat pembuangan
terakhir sampah-sampah rumah tangga di daerah tersebut. Masyarakat menganggap bahwa hal
tersebut tidak masalah, karena sampah yang di buang tidak langsung ke dalam sungai melainkan
ke pinggir sungai. Sungguh ironis memang. Pola pemikiran yang dangkal yang ditanamkan oleh
masyarakat desa ini.
Setelah berkeliling menyusuri seluk-beluk dusun puhun kami melanjutkan perjalanan ke
dusun Wage yang merupakan dusun terpadat diantara kelima dusun yang terdiri dari empat RT
dimana mayoritas masyarakat di dusun ini merantau ke kota seperti Bandung dan Jakarta. Di
dusun Wage perjalanan kami ditemani oleh Bapak Edi selaku kepala dusun tersebut. Berbeda
dengan dusun manis, di dusun ini mayoritas dari masyarakatnya berternak ayam. Ayam yang
dipelihara adalah ayam potong dengan jumlah dan kandang yang cukup besar.
Di Dari dusun wage kami melanjutkan perjalanan ke dusun pahing yang terletak di pusat
pemerintahan desa Jambar. Dusun pahing merupakan dusun terakhir dari petualangan kami.
Sama halnya dengan dusun manis, pada umumnya rumah-rumah di dusun Pahing juga memiliki
kolam ikan.
Pada hari senin, tanggal 3 Agustus 2015 kami melanjutkan kegiatan yaitu orientasi
politik. Desa Jambar saat ini sedang dalam masa transisi yang dipimpin oleh Bapak Shaleh.
Menurut Pak Sekdes dan Pak Kades, desa Jambar merupakan desa dengan bidang politik paling
maju dilihat dari adanya dua anggota dewan yang berasal dan tinggal di desa Jambar.
Keesokan harinya kami melakukan wawancara dengan warga setempat mengenai mata
pencaharian penduduk lokal dan mengikuti rapat bersama dengan KWT (Kelompok Wanita
Tani). Mata pencaharian merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup (ekonomi)
dengan cara bekerja. Mata pencaharian masyarakat berbeda satu sama lain. Perbedaan utama
dapat disebabkan oleh keadaan sosial dan corak budaya masyarakat setempat disamping
kemampuan yang dimiliki. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap corak mata
pencaharian suatu masyarakat.
Dari hasil wawancara tersebut kami mendapatkan informasi bahwa mayoritas penduduk
desa Jambar bermata pencaharian sebagai petani yaitu sekitar 1540 penduduk dengan
penghasilan kurang lebih 25.000/hari, disusul oleh buruh sekitar 407 orang, 150 orang pedagang,
96 orang sebagai PNS (Pegawai Negri Sipil), 85 orang wiraswasta, 45 karyawanswasta, dan 10
wirausaha. Dengan begitu dapat kita lihat bahwa desa Jambar memiliki potensi yang tinggi untuk
meningkatkan pertanian di lihat dari lahan pertaniannya yang cukup luas dan udara yang dingin,
sangat cocok untuk beberapa jenis sayuran dan buah-buahan.
Masyarakat Desa Jambar yang terletak di Kecamatan Nusaherang, Kabupaten Kuningan,
Jawa Barat pada umumnya merupakan masyarakat yang homogen dalam memilih mata
pencaharian. Hal tersebut terlihat dari kondisi masyarakat yang menetap dan cenderung tidak
mencari pekerjaan di luar desa. Berdasarkan penuturan beberapa warga, ada beberapa warga
Desa Jambar yang memiliki pekerjaan sampingan seperti misalnya tukang bangunan, kuli
pekerjaan kasar, dll.
Dalam kegiatan kkn yang kami ikuti, kami memiliki program yang diberikan langsung
oleh dosen pembimbing lapangan (dpl) yaitu program promosi kesehatan di salah satu sekolah
dasar di desa Jambar. Namun sebelum melakukan promosi kesehatan terlebih dahulu kami harus
melakukan pengkajian masalah dimana nantinya diperlukan untuk memilih SD mana yang harus
dilakukan promosi kesehatan mengingat adanya tiga buah SD didaerah tersebut. Pengkajian
masalah yang kami lakukan dimulai dari kunjungan kami ke setiap sekolah.
Sekolah pertama yang kami kunjungi adalah SDN 02 Jambar yang terletak di dusun
Kaliwon. Hampir disemua SD kedatangan kami disambut hangat, baik oleh guru-guru maupun
oleh siswa-siswinya. Ya satu hal yang menonjol dari desa ini adalah keramah-tamahan
penduduknya. Di SD 02 kami bertemu dengan salah satu guru yang bernama Bapak Aruman.
Bersama Bapak Aruman kami diajak berkeliling-keliling SD. SD ini memiliki sarana prasarana
yang cukup memadai seperti UKS, kamar mandi, dan perpustakaan. SD ini juga pernah
mendapat bantuan berupa washtafel atau sarana untuk mencuci tangan namun karena
keterbatasan air maka bantuan ini dialihkan ke SDN 03 Jambar.
Selanjutnya diikuti dengan SDN 03 Jambar yang terletak di dusun Wage. Seperti halnya
SD 02, SD 03 pun sangat menyambut baik kedatangan kami, dan kebetulan kami bertemu
langsung dengan kepala sekolah Ibu Esih. Ibu Esih adalah pribadi yang hangat dan bersahabat
sehingga obrolan kami menjadi santai dan asik.
Terakhir kami mengunjungi SDN 01 Jambar yang terletak di dusun Pahing. Dilihat dari
infrastruktur, sarana dan prasarana, SD inilah yang paling minim fasilitasnya, padahal SD ini
terletak di pusat pemerintahan desa Jambar dan terletak dekat dengan balai desa namun karena
keterbatasan dana dan wilayah, fasilitas tambahan tidak dapat dibangun.
Dari ketiga SD, SDN 03 Jambar secara keseluruhan memiliki infrastruktur, sarana
prasarana, dan prestasi yang lebih baik dibandingkan SDN 02 dan SDN 01 Jambar, SDN 03 juga
merupakan juara UKS tidak hanya tingkat kecamatan tetapi juga tingkat kabupaten. Secara
keseluruhan ketiga SD ini memiliki lingkungan dan infrastruktur sekolah yang sudah baik,
namun ada beberapa fasilitas yang belum terpenuhi seperti tong sampah organik dan anorganik
pada SDN 01 Jambar dan juga karena keterbatasan dana menyebabkan minimnya fasilitas MCK
(Mandi Cuci Kakus).
Selain melakukan wawancara mengenai sarana prasarana dan infrastruktur kami juga
melakukan wawancara mengenai kurikulum yang di terapkan. Pada dasarnya ketiga SD
menerapkan kurikulum yang sama yaitu kurikulum KTSP ( 2006 ) karena mengikuti instruksi
pemerintah pada awalnya sekolah ini menggunakan kurikulum tematik (2013) tetapi seiring
perubahan sistem dari pemerintah maka kurikulumnya diubah lagi menjadi KTSP. Dengan
kurikulum yang diterapkan dan pengajar yang bertugas di SD ini maka 100% siswa di SD ini
lulus dan semuanya melanjutkan pendidikan ketingkat SMP/MTs bahkan hingga ke SMA
bahkan ada beberapa siswa lulusannya yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Selayaknya
program pemerintah mengenai Biaya Operasional Sekolah (BOS), disekolah ini juga sudah
menjalankan program ini sehingga siswa tidak lagi dibebankan dengan biaya SPP atau biaya
buku. Adapun untuk pembelian LKS (Lembar Kerja Siswa) supplier akan langsung berhubugan
dengan siswa jadi tidak melibatkan sekolah .
Selain melakukan wawancara dan pengamatan, kami juga melakukan pemeriksaan fisik
seperti pemeriksaan dari kepala hingga ujung kaki termasuk pemeriksaan gigi. Dari hasil
pemeriksaan fisik promosi kesehatan yang kami berikan adalah mengenai pola hidup bersih dan
sehat (PHBS), kebesihan diri termasuk cuci tangan dengan 7 langkah dan cara menyikat gigi
yang benar, serta tentang penyakit ISPA (ispeksi saluran pernafasan atas). Seperti yang saya
tuturkan sebelumnya, hal yang membuat saya kagum terhadap desa Jambar ini adalah keramahan
tamahan penduduknya, kami disambut baik dan begitu hangat oleh warga, anak sekolah serta
guru-guru di sekolah tersebut. Tingginya antusias para siswa membuat kami lebih bersemangat
untuk melakukan penyuluhan. Semoga apa yang kami sampaikan dapat diterapkan oleh adik-
adik di sana, sehingga terciptalah generasi yang sehat dan cerdas.
Setelah melakukan orientasi pendidikan dan promosi kesehatan, selanjutnya kami
melakukan orientasi kesehatan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kepedulian masyarakat terhadap kesehatan lingkungannya serta kondisi kesehatan masyarakat
desa. Kegiatan ini juga meliputi pencarian informasi mengenai fasilitas / lembaga pelayanan
kesehatan desa untuk mendapatkan informasi resmi mengenai derajat kesehatan masyarakt desa.
Kegiatan akan dilaksanakan di pusat-pusat lembaga pelayanan kesehatan desa Jambar.
Kegiatan ini dimulai dengan berkungjung ke rumah bidan desa yang bernama bidan Desi
untuk mengetahui jadwal posyandu yang ada di lingkungan desa Jambar. Kegiatan selanjutnya
adalah berkunjung ke beberapa rumah warga di dusun Wage dan Puhun untuk mengetahui
kondisi kesehatan warga dan lingkungan pemukiman di kedua dusun tersebut yang dilanjutkan
dengan mengikuti kegiatan posyandu di dusun Puhun berupa penimbangan bayi dan balita,
pemeriksaan ibu hamil, serta imunisasi. Keesokan harinya, kegiatan dilanjutkan dengan
berkunjung ke rumah warga di dusun Manis dan Pahing yang memiliki tujuan yang sama dengan
kedua dusun sebelumnya dan dilanjutkan dengan posyandu di dusun wage. Kegiatan dilanjutkan
dengan kunjungan ke rumah warga di dusun Kliwon dan dilanjutkan dengan evaluasi kegiatan
yang telah dilakukan oleh tim PHS (Pola Hidup Sehat ).
Desa Jambar terdapat satu puskesdes yang terletak dekat dengan balai desa, di desa ini
hanya memiliki 1 bidan desa yaitu ibu bidan Desi sebagai perwakilan petugas kesehatan dari
puskesmas kecamatan, sedangkan puskesmas kecamatan memiliki 1 dokter, 1 dokter gigi dan 1
unit ambulans. Berdasarkan informasi yang didapat dari ibu bidan desi terdapat 6 lokasi
posyandu yang ada di desa Jambar yaitu berada di dusun Puhun, Manis, Pahing,Wage dan 2
lokasi di dusun Kliwon yaitu Kliwon blok atas dan blok bawah yang diadakan sebulan sekali
pada minggu kedua. Dusun Wage dan Dusun Puhun merupakan dusun yang paling banyak
memiliki balita dan juga ibu hamil sedangkan dusun manis merupakan dusun yang paling sedikit
dibandingkan dengan dusun lainnya. Balita di dusun Wage mencapai 80 anak dan di dusun
Manis hanya terdapat 1 ibu hamil dan 2 balita
Setiap tahun ajaran baru pihak puskesmas kecamatan mengadakan penjaringan yang
bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan siswa baru sekolah dasar secara umum, apabila
terdapat suatu kelainan atau kurangnya kondisi kesehatan para siswa maka pihak puskesmas
memberikan surat rujukan agar siswa tersebut melakukan pemeriksaan di puskesmas. Kesehatan
umum di setiap dusun di desa Jambar dinilai cukup baik dilihat dari kebersihan lingkungan dan
rumah terjaga dengan baik. Namun terdapat beberapa rumah di dusun Wage yang lokasi rumah
mereka berdekatan dengan kandang ayam, sehingga lingkungan di sekitar rumah tersebut terlihat
kurang sehat karena terciumnya bau yang tidak sedap dan banyaknya lalat di sekitar rumah
tersebut yang menimbulkan kesan kotor dan lingkungan terlihat kotor.
Pada saat kami melakukan wawancara dengan beberapa warga desa kami menemukan
suatu penyakit yang dinilai sedang mewabah di desa ini karena penyakit ini ditemukan di
beberapa dusun di desa Jambar. Penyakit yang dinilai sedang mewabah di sekitar lingkungan
desa Jambar yaitu penyakit kulit berupa gatal-gatal dan berwarna kemerahan atau masyarakat
sekitar sering menyebut penyakit ini yaitu penyakit buduk, namun menurut bidan desa penyakit
ini merupakan penyakit skabies. Skabies merupakan penyakit gatal pada kulit yang disebabkan
oleh tungau atau kutu kecil yang bernama Sarcoptes scabiei, penyakit ini ditandai dengan
adanya keluhan gatal-gatal terutama di malam hari dan mudah menular melalui kontak langsung
dan tidak langsung dengan penderita. Penyakit ini sudah biasa bagi masyarakat di desa Jambar
dan menjadi penyakit musiman di desa ini.
Selain itu kami juga melakukan wawancara mengenai kesehatan gigi. Kesedaran akan
kesehatan gigi di desa Jambar dirasa sudah cukup baik, hal ini terlihat dari hasil wawancara
kebiasaan menyikat gigi yang rutin dilakukan setiap harinya. Rata-rata 3 kali setiap hari yaitu
setelah sarapan, sore hari dan malam hari sebelum tidur. Pola hidup sehat yang diterapkan oleh
masyarakat desa Jambar adalah kegiatan kerja bakti secara gotong royong untuk membersihkan
lingkungan di sekitar rumah yang diadakan setiap hari jumat di dusun kliwon. Dari hasil
kegiatan dan orientasi yang kami lakukan, kami mengambil kesimpulan bahwa kesehatan warga
dan lingkungan desa Jambar dinilai cukup baik.
Kegiatan selanjutnya yang kami lakukan adalah orientasi keagamaan yaitu dengan
melakukan wawancara melalui beberapa narasumber /pemuka agama Desa Jambar. Beberapa
narasumber tersebut diantaranya seperti Ketua MUI Desa Jambar, Ketua DKM Baiturrohim
sebagai Masjid Raya Desa Jambar dan dengan beberapa imam musholla desa. Kami juga ikut
serta dalam beberapa kegiatan pengajian yang diadakan oleh beberapa masjid serta musholla.
Disana kami belajar mengenai bagaimana kehidupan keagamaan masyarakat desa sangat
tercermin dalam segala aktivitas kehidupan masyarakat.
Desa Jambar memiliki penduduk dari lima dusun yang mayoritas beragama islam. Suasana
keagamaan sangat terasa di Desa Jambar dengan adanya sebuah pesantren yang terletak di Dusun
Pahing dan adanya madrasah diniyah sebagai tempat pembinaan anak-anak. Dalam upaya
menjaga nilai-nilai keagamaan di Desa Jambar adalah dengan dibentuknya beberapa lembaga
keagamaan seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa Jambar, Dewan Keluarga Masjid
(DKM) dan Dewan Keluarga Langgar (DKL). MUI Desa Jambar yang sekarang diketuai oleh
KH. Udi Mulyadi S.Ag bertugas untuk menjaga kelangsungan kehidupan keagamaan di seluruh
daerah Desa Jambar. Sedangkan tugas dari DKM dan DKL adalah menjaga kelangsungan
aktivitas keagamaan di daerah lembaga tersebut berada. Sebagai contohnya adalah DKM
Baiturrohim yang memiliki tanggung jawab atas kehidupan keagamaan warga Dusun Pahing dan
Manis.
Dalam perjalanannya, masih terdapat beberapa permasalahan khususnya untuk kegiatan
keagamaan di Desa Jambar. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah sumber daya manusia
(SDM) untuk bidang keagamaan yang masih kurang beserta regenerasinya. Permasalahan
selanjutnya adalah masih banyak warga yang kurang memanfaatkan fasilitas seperti
musholla/laggar ataupun masjid untuk beribadah serta kurangnya rasa memiliki terhadap tempat
beribadah sehingga masih terdapat musholla/laggar ataupun masjid yang kotor.
Selain melakukan orientasi di atas dan program promosi kesehatan, kami juga ikut serta
dalam merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-70,kami bersama panitia
setempat membuat beberapa pelombaan seperti lomba makan kerupuk,balap karung,panjat
pinang,dan lain sebagainya. Tidak hanya membantu panitia kami juga ikut serta menjadi peserta
dalam kegiatan tersebut. Kami juga sempat memenangkan beberapa pelombaan tersebut.
Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.
Masyarakat desa jambar adalah masyarakat yang tidak mau bergantung kepada pemerintah
dengan menunggu dana yang turun dan sekelibat birokrasi yang susah, dengan penuh kesadaran
masyarakat desa jambar bersama-sama membangun fasilitas desa seperti jalan dan fasilitas
lainnya dengan menggunakan dana hasil swadaya dari seluruh masyarakat itu sendiri. Banyak
dari masyarakat desa yang pergi merantau ke kota, namun tidak sedikit pula yang bermata
pencaharian sebagai buruh tani dan pegawai negri, sehingga untuk soal wawasan, desa ini tidak
telalu tertinggal. Namun dengan demikian masyarakat tidak meninggalkan nilai-nilai luhur yang
ditanamkan oleh leluhur mereka, adanya pengajian rutin mempererat silaturahmi antar warga dan
memperkaya diri mereka dengan ilmu agama, sehingga nilai-nilai moral baik tidak tergerus oleh
modernisasi kota di tempat perantauan.
Hari demi hari kami lewati, sekarang tibalah saatnya untuk kembali melanjutkan rutinitas
menjadi mahasiswa. Semoga pengabdian kami bermanfaat bagi masyarakat desa Jambar dan
ucapan terima kasih yang tidak henti saya ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dalam kegiatan kknm kami. Sampai ketemu lagi dilain kesempatan.