5
Banjir dan Genangan di Kota Pontianak Kota Pontianak yang terbentuk sejak tahun 1771 silam kini sudah menjadi kota dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pembangunan infrastruktur yang semakin pesat. Seperti yang kita ketahui, Kota Pontianak terbelah oleh sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan di dalamnya terdapat sungai-sungai kecil yang berfungsi sebagai saluran pembuangan yang bermuara di Sungai Kapuas. Kota ini dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di utara kota ini, tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang dilalui garis lintang nol derajat bumi. Selain itu, Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia dan Sungai Landak. Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang membelah kota disimbolkan di dalam logo Kota Pontianak.

Essay Banjir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

essay

Citation preview

Banjir dan Genangan di Kota Pontianak

Kota Pontianak yang terbentuk sejak tahun 1771 silam kini sudah menjadi kota dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pembangunan infrastruktur yang semakin pesat. Seperti yang kita ketahui, Kota Pontianak terbelah oleh sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan di dalamnya terdapat sungai-sungai kecil yang berfungsi sebagai saluran pembuangan yang bermuara di Sungai Kapuas.

Kota ini dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di utara kota ini, tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang dilalui garis lintang nol derajat bumi. Selain itu, Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia dan Sungai Landak. Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang membelah kota disimbolkan di dalam logo Kota Pontianak.

Garis equator atau garis khatulistiwa yang melintasi Kota Pontianak mengakibatkan Kota Pontianak beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Besarnya curah hujan di Kota Pontianak berkisar antara 3.0004.000 mm per tahun. Curah hujan terbesar (bulan basah) jatuh pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan curah hujan terkecil (bulan kering) jatuh pada bulan Juli.

Akibat curah hujan yang tinggi tersebut Kota Pontianak memerlukan suatu sistem drainase yang terpadu untuk menghindari banjir genangan yang setiap saat dapat terjadi apabila memasuki bulan dengan kondisi curah hujan yang tinggi. Permasalahan yang terjadi sekarang adalah pada kondisi hujan dengan intensitas yang tinggi dan dalam durasi yang lama sebagian wilayah Kota Pontianak sudah tergenang di beberapa ruas jalan yang ada. Saluran drainase yang ada baik berupa saluran primer, sekunder, sub sekunder dan tersier di beberapa dilihat dari dimensi dan volume salurannya tidak memadai untuk menampung air limpasan hujan tersebut. Saluran drainase yang ada tidak dapat menampung limpasan air hujan yang berlebihan sehingga air hujan berupa run off tidak dapat mengalir dengan baik menuju hulu sungai besar akibatnya air lebih lama tergenang di beberapa wilayah yang elevasinya lebih rendah.

Pembangunan yang semakin meningkat dan bisnis properti yang meninggkat sangat pesat juga mempengaruhi banjir genangan di Kota Pontianak. Perubahan lahan terbuka hijau menjadi gedung-gedung tinggi dan komplek perumahan yang kurang memperhatikan pengelolaan air buangan juga mengakibatkan limpasan air hujan semakin hari semakin tinggi dan semuanya dibebankan kepada saluran drainase yang ada. Pembangunan tersebut juga mengakibatkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Pontianak. Semakin berkurangnya RTH tersebut maka berkurang pula daerah resapan yang ada.

Akibat banjir genangan yang sering melanda Kota Pontianak tersebut maka berdampak sangat signifikan bagi masyarakat kota pontianak dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kondisi jalan yang macet akibat genangan di beberapa ruas jalan utama sangat mempengaruhi kinerja dan kenyamanan para pengguna jalan. Banjir tersebut juga dapat mempercepat rusaknya beberapa infrastruktur terutama jalan. Kondisi tanah yang gambut yang tergenang air dapat mengakibatkan konstruksi jalan di atasnya akan cepat rusak ketika ada beban yang besar melintas karena tanah tersebut dapat mengalami subsiden atau penurunan.

Selain menggenangi ruas jalan, limpasan air hujan tersebut juga melimpah hingga ke dalam pemukiman dan masuk ke rumah penduduk. Apabila hal ini tidak ditangani dengan langkah-langkah strategis dan perbaikan baik dari drainase dan infrastruktur lainnyanya maka kerugian akan semakin besar terjadi apabila peristiwa ini terus-menerus terjadi. Perlu adanya evaluasi dan penanganan khusus untuk mengatasi genangan tersebut. Hal terparah yang dapat terjadi apabila hujan dengan intensitas yang tinggi dalam waktu lama dan kondisi air sungai yang pasang maksimal maka dampak banjir dan genangan tersebut akan semakin meluas. Dalam hal ini perlu peran serta aktif dan interaktif antara pemerintah dan masyarakat untuk menangani permasalahan ini bersama.