Upload
tjok-pradnya-putra
View
162
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tgs
Citation preview
3. Elemen Pengisi ( Benda Hidup )
Tanaman telah dipergunakan pada dekorasi arsitektural jaman dulu. Beberapa
jenis tanaman tertentu menunjukkan makna simbolik yang memiliki arti
penting pada berbagai kebudayaan. Pepohonan tertentu keramatkan dan
pemujaan terhadap pohon mungkin merupakan bentuk keagamaan yang
pertama. Maka pepohonan dijadikan lambang kesuburan, panjang umur,
pengetahuan dan bahkan godaan. Termasuk dipakai sebagai simbol pada
kebudayaan Mesir Kuno, dan pohon ara dihormati dan dipuja oleh para
petani, dikarenakan kayu, buah dan keteduhan yang diberikannya. Pohon-
pohon anggur, palem, zaitun, akasia dan alpokat juga dilekati simbol-simbol
serupa. ( Laurie, 1985 ).
Elemen pengisi Ruang Terbuka Hijau secara umum dapat diketahui adalah
tumbuhan atau tanaman atau vegetasi yang sudah diseleksi dan disesuaikan
dengan lokasi dan rencana dan rancangan peruntukannya. Lokasi yang
berbeda akan memiliki permasalahan yang berbeda pula, dan tentu akan
berbeda pula pada rencana dan rancangan RTH-nya.
Guna menunjang keberhasilan rancangan, penanaman dan kelestariannya
maka sifat, ciri dan kriteria arsitektural dan hortikultural tanaman dan
vegetasi penyusun ruang terbuka hijau harus menjadi pertimbangan untuk
pemilihan tanaman atau vegetasi. Jenis tanaman endemik atau jenis tanaman
lokal yang memiliki keunggulan tertentu (ekologis, sosial budaya, ekonomi
dan arsitektural) dapat menjadi bahan yang utama penciri RTH kota serta
dapat diarahkan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati wilayahnya.
Persyaratan umum tanaman yang dapat ditanam di wilayah perkotaan, ada
beberapa hal yang dapat menjadi pedoman, yakni :
Disenangi dan tidak berbahaya bagi masyarakat kota.
Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara
dan air yang tercemar).
Tahan terhadap gangguan fisik.
Perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang.
Tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural.
Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota.
Bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah dan terjangkau
oleh masyarakat.
Prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal.
Keanekaragaman hayati.
3.1 Tanaman
Kelebihan dari arsitektur lansekap dalam menggubah ruang adalah dapat
menggubah ruang dengan komponen material lunak ( soft materials ),
yaitu tanaman atau pepohonan dan air. Tanaman merupakan material
lannsekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan
mempengaruhi ukuran tinggi tanaman, bentuk tanaman, tekstur dan
warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian kualitas dan
kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah sesuai
dengan pertumbuhan tanaman. Jadi dalam perancangan lansekap,
tanaman sangat erat hubungannya dengan waktu dan perubahan
karakteristik tanaman.
Dalam kaitannya dengan perancangan lansekap, tata hijau atau planting
design merupakan satu hal pokok yang menjadi dasar dalam
pembentukan ruang luar.
Penataan dan perancangan tanaman mencangkup :
a. Habitat Tanaman
Habitat tanaman adalah tanaman yang dilihat dari segi
botanis/morfologis, sesuai dengan ekologis dan efek visual.
Segi botanis/morfologis, tanaman dibagi menjadi :
- Pohon : batang berkayu, bercabang jauh dari tanah,
berakar dalam, tinggi diatas 3,00 meter.
- Perdu : batang berkayu, bercabang dekat dengan
tanah, berakar dangkal, tinggi 1,00-3,00
meter.
- Semak : batang tidak berkayu, percabangan dekat
dengan tanah, berakar dangkal, tinggi 50 cm
– 1,00 meter.
- Penutup Tanah: batang tidak berkayu, berakar dangkal,
tinggi 20 cm – 50 cm.
Segi ekologis, tanaman dilihat dari tempat hidupnya :
- Dataran rendah,
- Dataran tinggi,
- Lereng,
- Gurun,
- Danau,
- Pantai.
Secara umum dapat dilihat dari :
1. Pola Pertumbuhannya
2. Sistem Perakarannya
3. Tempat Tumbuhnya
4. Pola Pemeliharaannya
b. Karakteristik Tanaman
Karakteristik fisik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan
percabangannya, bentuk tajuk, massa daun, massa bunga, warna,
tekstur, aksentuasi, skala ketinggian, dan kesendiriannya.
Pemilihan jenis tanaman dalam suatu desain lansekap merupakan
suatu seni dan ilmu pengetahuan. Seni karena menyangkut
komposisi elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur, dan kualitas
desain yang berubah karena sangat dipengaruhi oleh iklim, usia, dan
faktor alam. Ilmu pengetahuan menyangkut dari teknik peletakkan,
teknik penanaman, dan pertumbuhannya.
Pemilihan jenis tanaman tergantng pada :
o Fungsi tanaman, sesuai dengan tujuan perancangan;
o Peletakkan tanaman, sesuai dengan fungsi tanaman.
Gb. 1. Struktur Sebuah Pohon
Gb. 2. Bentuk Tajuk Tanaman
Gb. 3. Bentuk Pohon dipengaruhi oleh
Struktur Batang dan percabangannya
Gb. 4. Rendering Pohon dibuat Sesuai dengan Bentuk Daunnya
c. Fungsi Tanaman
Pohon membuat lingkungan kita lebih menyenangkan. Jika
ditempatkan dengan benar dan dipelihara, pohon dapat
meningkatkan nilai ekonomi lingkungan kawasan perumahan.
Sebuah pohon rindang yang besar bila ditempatkan dengan benar,
dapat menghasilkan iklim mikro yang teduh. Tanaman hias
menghasilkan bunga-bunga yang indah, daun, tekstur kulit kayu atau
buah. Pepohonan yang lebat, daun yang rapat, dapat digunakan
sebagai penahan angin. Sebuah pohon atau semak yang
menghasilkan buah dapat menyediakan makanan bagi pemilik atau
menarik burung dan satwa liar ke dalam lansekap rumah. Pohon
jalanan dapat mengurangi silau dari perkerasan, mengurangi
limpasan, menyaring polutan, dan menambahkan oksigen ke udara.
Pohon jalanan juga dapat meningkatkan penampilan secara
keseluruhan dan kualitas hidup di lingkungan kota.
Fungsi tanaman secara ekologis :
- Menyerap CO2, dan menghasilkan O2 bagi makhluk hidup di
siang hari;
- Memperbaiki iklim setempat;
- Mencegah terjadinya erosi atau pengikisan muka tanah (run off);
- Menyerap air hujan.
-
Gb. 5. Fungsi Tanaman
Fungsi tanaman dalam perancangan lansekap :
Tanaman tidak hanya mengandung atau mempunyai nilai estetis
saja, tapi juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
Berbagai fungsi tanaman dapat dikategorikan sebagai berikut
( Carpenter Philip L, Theodora D. Walker, Lanphear F, 1975, Plant
in the Landscape ) :
a) Kontrol Pandangan ( visual control )
Menahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu
jalan, sinar lampu kendaraan pada :
1) Jalan Raya
Dengan peletakkan tanaman di sisi jalan atau di jalur
media jalan. Sebaiknya dipilih pohon atau perdu yang
padat. Pada jalur jalan raya bebas hambatan, penanaman
pohon tidak dibenarkan pada jalur median jalan.
Sebaiknya pada jalur median ditanami tanaman semak,
agar sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan
dapat dikurangi.
Gb. 6. Penempatan Tanaman untuk Menghalangi Sinar
Lampu Kendaraan dari arah yang Berlawanan
2) Bangunan
Peletakkan pohon, perdu, semak, ground cover, dapat
menahan jatuhnya sinar matahari ke daerah yang
membutuhkan keteduhan.
Gb. 7. Sketsa Peletakkan Perdu di Luar Rumah
3) Kontrol Pandangan terhadap Ruang Luar
Tanaman dapat dipakai untuk komponen pembentuk
ruang sebagai dinding, atap, dan lantai. Dinding dapat
dibentuk oleh tanaman semak sebagai border. Atap
dibentuk oleh tajuk pohon yang membentuk kanopi atau
tanaman merambat pada pergola. Sedangkan sebagai
lantai dapat dipergunakan tanaman rumput atau penutup
tanah ( ground covers ). Dengan demikian pandangan
dari arah atau ke arah ruang yang diciptakan dapat
dikendalikan.
Gb. 8. Dinding Tanaman Pembatas
4) Kontrol Pandangan untuk Mendapatkan Ruang Pribadi (
privacy space )
Tanaman dapat dipergunakan untuk membatasi
pandangan dari arah luar dalam usaha untuk
menciptakan ruang pribadi ( privacy space ). Ruang
pribadi ini biasanya ruang yang terlindung dari
pandangan orang lain. Memerlukan penempatan tanaman
pembatas pandangan setinggi 1.50-2.00 meter.
Gb. 9. Tanaman sebagai Privacy Space
5) Kontrol Pandangan terhadap Hal yang Tidak
Menyenangkan
Tanaman dapat pula dimanfaatkan sebagai penghalang
terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan untuk
ditampilkan atau dilihat, seperti timbunan sampah,
tempat pembuangan sampah, dan galian tanah.
Gb. 10. Tanaman sebagai Penghalang Pandangan
b) Pembatas Fisik ( physical barries )
Tanaman dapat digunakan sebagai penghalang pergerakkan
manusia dan hewan. Selain itu juga berfungsi mengarahkan
pergerakan.
Gb. 11. Tanaman sebagai Pembatas Fisik
c) Pengendali Iklim ( climate control )
Tanaman berfungsi sebagai pengendali iklim untuk kenyamanan
manusia. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan
manusia adalah suhu, radiasi sinar matahari, angin, kelembaban,
suara, dan aroma.
- Kontrol Radiasi Sinar Matahari dan Suhu
Tanaman menyerap panas dari pancaran sinar matahari dan
kemudian memantulkannya sehingga menurunkan suhu dan
iklim mikro.
Gb. 12. Tanaman sebagai Pengontrol Suhu
- Kontrol atau Pengendali Angin
Tanaman berguna sebagai penahan, penyerap, dan
mengalirkan tiupan angin sehingga menimbulkan iklim
mikro. Jenis tanaman yang dipakai harus diperhatikan tinggi
pohon, bentuk tajuk, jenis, kepadatan tajuk tanaman serta
lebar tajuk.
Gb. 13. Tanaman sebagai Pengendali Angin
- Pengendali Suara
Tanaman dapat menyerap suara kebisingan bagi daerah
yang membutuhkan ketenangan. Pemilihan jenis tanaman
tergantung dari tinggi pohon, lebar tajuk, dan komposisi
tanaman.
Gb. 14. Tanaman sebagai Pengendali Suara
- Penyaring Udara
Tanaman sebagai filter atau penyaring debu, bau, dan
memberikan udara segar.
Gb. 15. Tanaman sebagai Penyaring Udara
d) Pencegah erosi ( erosian control )
Kegiatan manusia dalam menggunakan lahan, selain
menimbulkan efek positif juga menyebabkan efek negatif
terhadap kondisi tanah/lahan. Misal dalam pembentukan muka
tanah, pemotongan, dan penambahan muka tanah ( cut and fill
), penggalian tanah untuk danau buatan. Kondisi tanah menjadi
rapuh atau mudah tererosi karena pengaruh air hujan dan
hembusan angin yang kencang. Akar tanaman dapat mengikat
tanah sehingga tanah menjadi kokoh dan tahan terhadap pukulan
air hujan serta tiupan angin. Selain itu dapat pula berfungsi
untuk menahan air hujan yang jatuh secara tidak langsung ke
permukaan tanah.
Gb. 16. Tanaman sebagai Pencegah Erosi
e) Habitat Satwa ( wildlife habitats )
Tanaman sebagai sumber makanan bagi hewan serta tempat
berlindung kehidupannya. Hingga secara tidak langsung
tanaman dapat membantu pelestarian kehidupan satwa.
Gb. 17. Tanaman sebagai Habitat Satwa
f) Nilai Estetis ( aesthetic values )
Memberikan nilai estetika dan meningkatkan kualitas
lingkungan ( Austin, Richard L, Designing with Plants. 1982 ).
Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara
warna ( daun, batang, dan bunga ), bentuk fisik tanaman
( batang, percabangan, tajuk ), tekstur tanaman, skala tanaman,
dan komposisi tanaman. Nilai estetika tanaman dapat diperoleh
dari satu tanaman, sekelompok tanaman yang sejenis, kombinasi
tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman
dengan elemen lansekap lainnya. Sebagai contoh, tanaman dapat
menimbulkan nilai estetis yang terjadi dari bayangan tanaman
terhadap dinding, lantai dan menimbulkan bayangan yang
berbeda-beda akibat angin dan waktu terjadinya bayangan.
Demikian pula bila tanaman diletakkan pada tepi atau sekeliling
kolam akan menimbulkan bayang-bayang yang dicerminkan
oleh permukaan air ( refleksi ). Ini menghasilkan suatu
pemandangan yang menarik. Dalam konteks lingkungan, kesan
estetis itu menyebabkan nilai kualitasnya akan bertambah.
o Warna
Warna batang, daun, bunga dari suatu tanaman dapat
menimbulkan efek visual tergantung dari refleksi cahaya
yang jatuh pada tanaman tersebut. Warna daun dan bunga
dari tanaman dapat menarik perhatian manusia, binatang,
dan mempengaruhi emosi yang melihatnya. Efek psikologis
yang ditimbulkan dari warna tersebut telah diuraikan
sebelumnya, yakni warna cerah memberikan rasa senang,
gembira, dan hangat. Sedangkan warna lembut memberikan
kesan tenang dan sejuk. Bila beberapa jenis tanaman dengan
berbagai warna dipadukan dan dikomposisikan akan
menimbulkan nilai estetika.
o Bentuk
Bentuk tanaman dapat dimanfaatkan untuk menunjukan
bentuk 2 atau 3 dimensi, memberi kesan dinamis, indah,
memperlebar atau memperluas pandangan ataupun sebagai
aksentuasi dalam suatu ruangan.
o Tekstur
Tekstur suatu tanaman ditentukan oleh
batang/percabangannya, massa daun serta jarak
pengelihatan terhadap tanaman tersebut. Tekstur tanaman
juga mempengaruhi secara psikis dan fisik bagi yang
memandangnya.
o Skala
Skala atau proporsi tanaman adalah perbandingan besaran
tanaman dengan tanaman lain atau perbandingan antara
tanaman dengan lingkungan sekitarnya.
It’s difficult to envision a landscape without plants, pernyataan ini
menunjukkan betapa besar arti tanaman dalam pembuatan taman di
suatu tapak. Campur tangan manusia terhadap lingkungan baik
berupa pengisian kekosongan permukaan bumi maupun perbaikan
dan pemeliharaan tanaman yang sudah tum buh secara alami
merupakan prakara yang terpuji dalam melestarikan alam
lingkungannya. ( Ansari, 1983 ).
Carpenter et al ( 1975 ) mengemukakan 2 alasan tanaman dalam
taman, yaitu :
- Merupakan bagian yang mengisi sistem ekologi di atas
permukaan bumi
- Membuat suatu penampilan yang indah sehingga merupakan
daya tarik bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan rohaniah.
Mengenai fungsi tanaman ini diuraikan lebih lanjut sebagai berikut
( Hakim, 1987 dan Sastrapradja, 1978 ) :
1. Sebagai pabrik oksigen ( zat asam, O2 )
2. Mengatur fluktuasi suhu udara dan melindungi manusia dari
terik sinar matahari.
3. Penyaring debu dan penahan gerakan angin ( pohon di
perkotaan ).
4. Menahan kecepatan jatuhnya ir hujan pada permukaan bumi,
mengurangi kecepatan mengalirnya air hujan di permukaan
bumi, memberi kesempatan pada air hujan untuk meresap ke
dalam tanah.
5. Tersedianya lingkungan hidup bagi kehidupan lainnya (habitat).
6. Sebagai visual control yaitu menahan silau yang ditimbulkan
matahari, lampu, pantulan sinar serta digunakan sebagi dinding,
atap, dan lantai ( rumput ) pada ruang luar.
7. Memberikan nilai estetis bila ditinjau dari segi keindahan yang
dipancarkan oleh warnanya.
d. Penggunaan dan Peletakkan
Peletakkan tanaman haruslah disesuaikan dengan tujuan dari
perancangannya tanpa melupakan fungsi dari tanaman yang dipilih.
Pada peletakkan ini harus pula dipertimbangkan kesatuan dalam
desain atau unity, yaitu sebagai berikut ( Hannebaum, Leroy, 1981,
Landscape Design ) :
- Variasi ( variety )
- Penekanan ( accent )
- Keseimbangan ( ballance )
- Kesederhanaan ( simplicity )
- Urutan ( sequence )
Pengisian ruang terbuka dengan aneka jenis tanaman umumnya telah
menjadi bagian dari perencanaan lansekap. Tanaman mengisi
ruangan mulai dari dalam bangunan, halaman, pinggir jalan, taman
kota dan lain-lain. Penggunaan tanaman ini terutama berdasarkan
keinginan agar tanaman yang ditanam dapat berfungsi sebagai
hiasan. Dengan demikian, jenis-jenis tanaman yang digunakan terdiri
dari tanaman yang telah diterima sebagai tanaman hias.
Penggunaan tanaman berdasarkan fungsi :
A. Tanaman penutup tanah
Berfungsi menahan erosi, khusus untuk rumput dapat dipakai
aktivitas olah raga, piknik dan rekreasi.
Contoh :
Portulaca sp, serunai rambat, verbena, berbagai macam krokot.
B. Tanaman pagar
Batas pemisah daerah kepunyaan pribadi dengan tetangga, jalan,
hak milik orang lain.
Contoh :
Allamanda, kemuning, kembang sepatu, kacapiring, berbagai
macam bambu hias, berbagai macam puring.
C. Penahan debu
Berfungsi sebagai penahan debu, hiasan taman, bunganya
dimanfaatkan untuk minyak wangi.
Contoh :
Kembang soka, oleander, nusa indah, kenanga, kamboja merah,
kaca piring, cempaka.
D. Penyekat atau border
Berfungsi sebagai pemisah antara penutup tanah ( dalam hal ini
rumput ) dengan tanaman semak dan pohon-pohon tinggi
( daerha yang tidak dipergunakan untuk suatu aktivitas yang rutin
).
Contoh :
Lili paris, maranta, keladi, jawer kotok, sirih hias.
E. Bunga masal
Contoh :
Babandotan, bayam-bayaman, bunga kertas, cosmos, anyelir,
kembang pukul empat, kenikir.
F. Tanaman pergola
Penahan matahari terik pada siang hari ( memberi efek
naungan ).
Contoh :
Nona makan sirih, air mata pengantin, asparagus, bugenvil.
G. Penahan angin
Berfungsi untuk menahan angin dan partikel yang dibawanya
seperti debu.
Contoh :
Cemara dari mulai semak sampai tanaman pohon besar,
flamboyan, kiara payung, tengguli, pinus.
3.2 Binatang/hewan
Di bumi kita ini kira-kira terdapat satu setengah juta spesies, satu juta
lebih diantarannya ialah spesies hewan yang dibagi menjadi : hewan
yang hidup di darat dan hewan yang hidup di air. ( Soemartono dkk : 977
). Diantara hewan-hewan tersebut, cukup banyak yang hidup berdekatan
dan berasosiasi dengan manusia seperti burung gereja, tikus, kupu-kupu,
anjing, kucing, dan lain-lain, namun masih banyak yang membutuhkan
habitat tertentu untuk kehidupannya. Hutan-hutan dan tanah terbuka
lainnya memberi habitat kepada banyak spesies yang belum dijinakkan
manusia, atau spesies yang belum hidup dengan manusia. Banyak orang
tertarik pada hutan, pesisir, padang pasir, oleh karena adanya
margasatwa.
Masalah margasatwa pada dasarnya sama dengan masalah tanah (ruang)
karena margasatwa memerlukan habitat, yaitu ruang khusus untuk
hidupnya. Jika rawa diubah menjadi persawahan, tanahnya dapat
digunakan oleh banyak orang, akan tetapi tidak lagi dapat digunakan oleh
burung-burung rawa. Dalam pengelolaan margasatwa, seperti halnya
sama dengan sumber-sumber lain kita harus memilih. Pilihan ini
biasanya menyangkut penelitian banyak faktor ekologi yang saling
berinteraksi. Salah satu tujuan pengelolaan margasatwa adalah untuk
menjaga punahnya spesies (Sastrodinoto, 1982).
Banyak contoh yang dapat diberikan dari kenyataan di atas. Misalnya
saja dengan peningkatan penghijauan atau pembuatan tanaman di kota-
kota, akan tampak meningkatkan kehadiran berbagai jenis burung dan
kupu-kupu. Sedangkan untuk mempertahankan Jalak Putih Bali dari
kepunahan, kita harus tetap menjaga kelestarian habitatnya yang
merupakan hutan pantai yang didominir oleh pohon pilang ( Acacia
leucopichea ) dan rumput merakan ( Androcoa contortus ) di Taman
Nasional Bali Barat ( Anonimus, 1986 ).