Ekstraksi Gigi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

edukasi

Citation preview

Ekstraksi gigi

Ekstraksi gigi

Indikasi

Menurut Kruger (1974) : gigi yang sudah tidak berfungsi pada mekanisme gigi geligi secara keseluruhan seperti :

Gigi dengan penyakit pulpa, baik akut ataupun kronis, dimana gigi sudah tidak dapat dilakukan perawatan saluran akar.Gigi dengan penyakit periodontal, akut atau kronis, dimana tidak memungkinkan lagi dilakukan perawatan periodonsium.Gigi yang mengalami trauma. Gigi yang terdapat pada garis trauma terkadang perlu dilakukan pencabutan dengan tujuan perawatan fraktur.Gigi impaksi atau gigisupernumeraryterkadang tidak memiliki tempat pada garis oklusi.Pertimbangan orthodonsi.Gigi nonvital yang berpotensi menjadi fokal infeksi.Pertimbangan prostetik dimana bertujuan untuk desain dan stabilitas protesa.Gigi dengan keaadaan patologis pada tulang sekitarnya.Gigi dengan keadaan patologis pada jaringan sekitarnya dan akan dilakukan perawatan karenanya, seperti kista, osteomyelitis, tumor, dan nekrosis tulang.Gigi yang berada dekat dengan area yang akan dilakukan terapi radiasi, agar tulang yang terkena osteoradionekrosis tidak akan diperparah dengan keadaan-keadaan seperti karies-akibat radiasi atau nekrosisnya pulpa yang mungkin terjadi apabila gigi tidak diekstraksi.KontraIndikasi :

Menurut Kruger (1974), kontraindikasi untuk pencabutan gigi dibagi menjadi dua bagian, yakni:

Kontraindikasi lokal, yakni kondisi yang tidak diindikasikan untuk ekstraksi karena berhubungan dengan infeksi dan penyakitmalignant, seperti:Infeksi akut dengancellulitisyang tidak tekontrol.Perikoronitis akutStomatitis akutPenyakit malignantRahang yang dilakukan terapi radiasiApabila didapatkan keadaan-keaadan seperti diatas pada pasien yang hendak dilakukan ekstraksi, dokter gigi perlu menunda melakukan tindakan pencabutan, sampai keadaan-keadaan tersebut sudah terkontrol dan sudah dilakukan tata laksana. Jika tidak, tindakan pencabutan hanya akan memperparah keadaan-keadaan tersebut, bahkan dapat berdampak fatal bagi pasien.Kontraindikasi Sistemik.Penyakit sistemik atau suatu malfungsi dapat mempersulit atau dapat dipersulit oleh tindakan ekstraksi. Oleh karena itu, kondisi-kondisi tersebut tidak diindikasikan untuk tindakan ekstraksi.Kondisi yang termasuk kontraindikasi sistemik untuk dilakukan pencabutan antara lain:Diabetes Mellitus yang tak terkontrol, kondisi seperti ini dikarakteristikkan dengan mudahnya terkena infeksi pada luka dan dapat terjadinya proses penyembuhan yang tidak normal.Penyakit jantung; seperti hipertensi,coronary artery disease, dancardiac decompensation, dapat mempersulit tindakan ekstraksi.Blood dyscrasiasmeliputi anemia, penyakit-penyakit hemoragik seperti hemofilia, dan leukemia.PenyakitAddisonatau defisiensi steroid. Meskipun pasien pernah melakukan terapi steroid hingga batas waktu satu tahun lalu, pasien tidak diindikasikan untuk dilakukan ekstraksi karena pasien tidak mempunyai sekresi korteks adrenal yang cukup untuk menahan tekanan dari ekstraksi. Kecuali oleh pasien dilakukan terapi steroid tambahan.Demam yang asal mula-nya tidak jelas. Keadaan seperti ini biasanya jarang menjadi sembuh dan hanya akan menjadi parah apabila dilakukan tindakan ekstraksi.Nephritis yang membutuhkan perawatan dapat membuat permasalahan yang berat dalam mempersiapkan pasien untuk tindakan pencabutan.Kehamilan dengan komplikasi.Keadaan fisik lemah. Dimana kondisi ini merupakan kontraindikasirelatif, yang membutuhkan perhatian dan perawatan yang lebih untuk mengatasi respon fisiologis yang buruk mengenai operasi dan memperpanjang keseimbangan nitrogen negatif.Psychoses danNeuroses. Kondisi ini menunjukkan ketidakstabilan saraf yang nantinya akan mempersulit pencabutan.Armamentarium Ekstraksi Gigi

Dental Elevator

Terdiri dari pegangan (handle), shank, dan mata pisau (blade). Shank dari elevator menghubungkan gagang dengan blade. Shank secara umum memiliki ukuran yang cukup besar dan kuat untuk mentransmisikan gaya darri gagang menuju blade. Blade dari elevator merupakan ujung yang bekerja untuk mentransmisikan gaya ke gigi, tulang, atau keduanya.

Fungsi :

Meluksasi (melonggarkan) gigi dari tulang di sekelilingnya

Melebarkan tulang alveolar. Dengan mempeluas tulang bucocortical, operator memfasilitasi pengangkatan gigi yang memiliki jalur pengangkatan yang terbatas

Indikasi penggunaan elevator:

ekstraksi gigi yang tak dapat dicabut dengan tang.

menggoyangkan gigi sebelum penggunaan dengan tang.

mengeluarkan sisa akar.

memecah gigi.

mengangkat tulang inter radikuler (cryer)

memisahkan gigi dengan gingiva sebelum penggunaan dengan tang (bein)

Syarat menggunakan elevator :

jangan menggunakan gigi yang berdekatan sbg titik fulkrum.

jangan menggunakan dinding bukal sebagai titk fulkrum.

jangan menggunakan dinding lingual sebagai titik fulkrum.

harus selalu menggunakan jari tangan sebagai fiksasi untuk menjaga kalau elevator meleset.

Tiga tipe dasar elevator :

Tipe lurus atau gouge type (mencungkil)

Tipe triangle atau pennant-shape type

Pick-type

Elevator lurus

Bentuk dari blade elevator tipe lurus ini dapat digunakan pada aspek posterior mulut. Elevator lurus berukuran kecil digunakan untuk meluksasi gigi yang sudah erupsi sebelum penggunaan tang ekstraksi. Elevator lurus yang lebih besar digunakan untuk memindahkan akar dari soketnya dan meluksasi gigi yang memiliki ruang yang lebar.

Elevator triangular atau pennent-shape

Elevator ini tersedia sepasang : kanan dan kiri. Elevator triangular berguna ketika patahan akar gigi tertinggal dalam soket. Contohnya adalah ketika molar pertama mandibula mengalami fraktur dan meninggalkan akar distal dalam soket tetapi akar mesial ikut lepas bersama mahkota. Ujung dari elevator triangular ditempatkan dalam soket, dengan bagian shank bersandar pada lempeng tulang bagian bukal. Kemudian diputar dengan tipe rotasi whenel-and-axle, dengan ujung elevator yang tajam meengikat sementum dari akar distal yang tersisa; kemudian elevator diputar dan akar dikeluarkan. Elevator triangular memiliki banyak tipe dan angulasi, tetapi tipe yang paling sering digunakan adalah Cryer.

Triangular shaped elevator (cryer)

Elevator pick-type

Digunakan untuk memindahkan akar. Elevator pick-type yang berat adalah crane pick. Instrument ini digunakan sebagai pengungkit untuk mengeluarkan patahan akar dari soketnya. Ada pula tipee root tip pick atau elevator apeks. Elevator ini digunakan untuk mengeluarkan ujung akar kecil dari soketnya.

TANG EKSTRAKSIMerupakan instrument yang digunakan untuk mengeluarkan gigi dari tulang alveolar. Instrument ini didesain dalam berbagai macam gaya dan bentuk untuk beradaptasi pada berbagai macam gigi saat digunakan

Komponen

Komponen dasar dari tang ekstraksi adalah gagang, engsel, dan paruh. Gagang memiliki ukuran yang memadai untuk digenggam dengan nyaman dan mampu memberikan tekanan dan ungkitan yang cukup untuk mencabut gigi yang dikehendaki. Gagangnya memiliki permukaan yang bergerigi sehingga dapat digenggam dengan mantap dan mencegah terjadinya selip.

Gagang dari tang memiliki cara genggam yang berbeda, tergantung pada posisi gigi yang akan dicabut. Tang untuk maksila (Gbr. A) digenggam dengan telapak tangan berada di bawah tang sehingga paruh diarahkan menuju superior. Tang yang digunakan untuk geligi mandibula (Gbr. B) digenggam dengan telapak tangan berada di atas tang sehingga paruh ditujukan ke bawah menuju gigi. Gagang dari tang biasanya lurus tetapi ada juga yang melengkung.

A

B

Engsel dari tang, seperti shank pada elevator, meerupakan mekanisme untuk menghubungkan gagang dengan paruh. Engsel mentransfer dan mengkonsentrasikan kekuatan yang diberikan pada gagang menuju paruh. Terdapat satu perbedaan style yang jelas pada tang: tang tipe Amerika yang biasa adalah engsel berada pada arah horizontal dan penggunaannya sesuai dengan yang telah dijelaskan. Sedangkan tang Inggris lebih memilih engsel vertical dan tangan menggenggam dalam arah vertical.

Paruh dari tang ekstraksi merupakan bagian yang memiliki variasi paling benyak. Paruh didesain untuk beradaptasi dengan akar gigi pada hubungan antara mahkota dengan akar.penting untuk diingat bahwa paruh dari tang didesain untuk beradaptasi dengan akar gigi dan bukan dengan mahkota gigi. Untuk itu, paruh yang berbeda-beda didesain untuk gigi berakar satu, gigi berakar dua, dan gigi berakar tiga. Variasi desain dari ujung paruh akan beradaptasi mendekati berbagai macam formasi akar, menurunkan terjadinya fraktur akar. Semakin dekat paruh tang beradaptasi dengan akar gigi, semakin efisien ekstraksi yang dilakukan dan kemungkinan terjaadinya komplikasi semakin kecil.

Variasi desain yang terakhir dari paruh adalah lebarnya. Beberapa tang memiliki ukuran yang sempit, karena kegunaan utamanya adalah untuk mencabut gigi dengan ukuran kecil, contohnya incisivus. Tang lainnya berukuran lebih lebar, karena di desain untuk mencabut gigi yang lebih besar, contohnya gigi molar. Tang yang didesain untuk mencabut incisivus rahang bawah dapat digunakan untuk mencabut gigi molar rahang bawah, tetapi paruhnya terlalu sempit sehingga tidak efisien dalam penggunaannya. Tang untuk gigi molar juga tidak akan beradaptasi pada ruang sempit yang dimiliki oleh incicivus rahang bawah dan oleh karena itu tidak dapat digunakan dalam situasi tersebut.

Paruh dari tang membelok sehingga dapat ditempatkan sejajar dengan sumbu panjang gigi, dengan gagang pada posisi yang nyaman. Oleh karena itu, paruh dari tang maksila biasanya sejajar dengan gagang. Tang molar maksila diimbangi dengan bentuk bayonet untuk memudahkan operator mencapai aspek posterior mulut dan tetap menjaga paruh sejajar dengan sumbbu panjang gigi. Paruh dari tang mandibula tegak lurus dengan gagang, sehingga operator dapaat mencapai gigi rahang bawah dan mempertahankan posisi yang nyaman dan terkontrol.

TANG MAKSILA

Pencabutan gigi maksila membutuhkan instrument yang didesain untuk gigi berakar satu dan tiga. Gigi incisivus, caninus, dan premolar rahang atas dianggap sebagai gigi berakar satu. Premolar satu maksila memiliki bifurkasi akar, tetapi karena bifurkasi terdapat padi sepertiga apical, tidak mempengaruhi desain dari tang. Molar maksila biasanya memiliki trifurkasi dan oleh karena itu membutuhkan tang ekstraksi, yang beradaptasi pada konfigurasi akar.

Gigi maksila berakar satu biasanya dicabut dengan menggunakan tang universal maksila, biasanya no. 150.tang no. 150 terlihat sedikit melengkung bila dilihat dari samping dan terlihat lurus ketika dilihat dari atas. Paruh dari tang melengkung dan bertemu hanya pada bagian ujungnya. Tang no. 150 yang sedikit melengkung mempermudah operator mencapai tidak hanya incisivus tetapi juga premolar. Paruh dari tang 150 telah dimodifikasi sedikit membentuk tang no. 150A. tang no.150A berguna untuk gigi premolar maksila dan tidak dapat digunakan untuk gigi incisivus, karena adaptasinya terhadap gigi incisivus kurang memadai.

Sebagai tambahan terhadap tang no.150, tang lurus juga tersedia. Tang no. 1, yang dapat digunakan untuk gigi incisivus dan caninus maksila, lebih mudah digunakan daripada tang no. 150 untuk incisivus.

Gigi molar maksila merupakan gigi berakar tiga dengan satu akar palatal dan bifurkasi bukal. Oleh karena itu tang yang dapat beradaptasi dengan molar maksila harus memiliki permukaan yang halus dan cekung untuk akar palatal dan paruh dengan desain pointed yang akan sesuai dengan bifurkasi bukal pada paruh bukal. Sehingga tang molar ada sepasang: kiri dan kanan. Tang molar maksila yang paling sering digunakan adalah no. 53 kanan dan kiri. Tang ini didesain untuk fit secara anatomis disekitar paruh palatal, dan paruh pointed pada bagian bukal beradaptasi ke dalam bifurkasi. Paruh didesain offset untuk mendapat posisi yang sesuai.

Variasi desain terdapat pada tang no. 88 kanan dan kiri, yang memiliki bentuk paruh yang lebih panjang, menonjol, dan pointed. Tang ini dekenal sebagai tang upper cowhorn. Berguna untuk molar maksila yang mahkotanya sudah mengalami kerusakan yang parah. Paruh pointed yang lebih tajam dapat mencapai lebih dalam menuju trifurkasi ke dentin. Kerugian utamnya adalah tang ini dapat menghancurkan tulang alveolar, dalam penggunaannya harus hati-hati, fraktur dalam jumlah besar dari tulang alveolar bukal dapat terjadi.

Kadang-kadang, molar kedua dan ketiga maksila hanya memiliki satu akar yang berbentuk kerucut. Pada situasi ini, tang dengan paruh yang halus dan lebar yang offset dari gagangnya dapat berguna. Tang no. 210S menunjukkan desain ini. Variasi desain lainnya dutunjukkan dalam tang maksila offset dengan paruh yang sangat sempit. Tang ini digunakan untuk mencabut premolar yang kecil dan incisivus mandibula. Tang ini. N0. 286, juga dikenal dengan tang ujung akar.

Versi yang lebih kecil dari tang no.150, tang no.150S. digunakan untuk pencabutan gigi sulung. Taang ini beradaptasi baik terhadap semua giggi sulung maksila dan dapat digunakan sebagai tang gigi sulung universal.

TANG MANDIBULA

Ekstraksi pada gigi mandibula membutuhkan tang yang dapat digunakan untuk gigi berakar satu untuk incisivus, caninus, dan premolar, dan juga gigi berakar dua untuk molar. Tang yang sering digunakan untuk gigi berakar satu adalah tang universal rahang bawah, atau tang no. 151. Memiliki gagang mirip tang no. 150, tetapi paruhnya menuju ke bawah untuk gigi mandibula. Paruhnya halus dan sempit dan bertemu hanya pada ujungnya. Sehingga paruh dapat beradaptassi dengan cervical line dari gigi dan mencengkram akar.

Tang posterior kiri RB

Tang no. 151A telah mengalami sedikit modifikasi untuk gigi premolar mandibula. Tang ini tidak dapat digunakan untuk gigi mandibula lainnya, karena bentuknya mencegah adaptasi terhadap akar gigi.

English style dari tang berengsel-vertikal terkadang digunakan untuk gigi berakar satu di mandibula. Kekuatan yang besar dapat dihasilkan dengan tang ini, jika tidak digunakan dengan hati-hati insidensi terjadinya fraktur akar tinggi dengan menggunakan instrument ini. Oleh karena itu tang ini jarang digunakan.

Molar mandibula memiliki bifurkasi, gigi berakar dua yang membutuhkan tang yang dapat beradaptasi secara anatomis dengan gigi. Karena bifurkasi terdapat pada kedua sisi lingual dan bukal, hanya satu macam tang molar yang dibutuhkan untuk kanan dan kiri.

Tang molar mandibula yang paling berguna adalah no. 17. Tang ini biasanya memiliki gagang yang lurus, dan paruhnya mengarah secara oblik ke bawah. Paruh memiliki ujung bilateral tajam pada pusatnya untuk beradaptasi ke dalam bifurkasi dari gigi molar. Karena ujungnya yang tajam, tang no.17, tidak dapat digunakan pada gigi molar, dengan akar yang bergabung membentuk akar kerucut. Untuk tujuan ini tang no. 222 dapat digunakan. Mirip dengan desain tang no. 17, tetapi paruhnya lebih pendek dan tidak memiliki ujung yang tajam. Gigi yang paling sering menggunakan tang no.222 adalah molar ketiga mandibula yang telah erupsi.

Variasi desain utama dari tang molar mandibula adalah no. 23, yang juga disebut tang cowhorn. Instrument ini didesain dengan dua paruhb yang tajam dan berat yang akan masuk ke dalam bifurkasi dari molar rahang bawah. Setelah tang berada pada posisi yang sesuai, gigi diangkat dengan menekan gagang dari tang bersamaan dengan kuat. Paruh ditekan ke dalam bifurkasi, menggunakan lempeng kortikal bukal dan lingual sebagai fulcrum, dan gigi tertekan keluar dari soket. Tseperti halnya tang English style dengan penggunaan yang tidak sesuai maka tang cowhorn dapat meningkatkan insidensi efek yang tidak diinginkan, seperti fraktur pada tulang alveolar.

Tang no. 151 juga dapat diadaptasikan pada gigi susu. Tang no. 151S memiliki desain yang sama sepeerti no. 151 tetapi memiliki skala yang lebih kecil untuk mengadaptasikannya dengan gigi sulung. Tang ini dapat digunakan untuk mencabut semua gigi sulung mandibula.

Instrumen Pendukung Ekstraksi

Instrumen Untuk Insisi Jaringan

Sebagian besar prosedur bedah dimulai dengan insisi. Paling banyak digunakan handle scalpel no. 3 handle dan no. 7 handle yang lebih besar dan tipis.

Scalple handle no.3

Scalple handle no.7

Mata pisau scalpel yang biasa dipakai untuk bedah intraoral adalah pisau no. 15. Selain itu, mata pisau no. 11 dan 12 juga sering digunakan untuk intraoral.

Blade no 11,blade no 12, blade no 15

Instrumen Untuk Mengangkat Mukoperiosteum

Instrumen yang umum digunakan adalanh no. 9 Molt periosteal elevator. Instrumen ini memiliki ujung yang tajam, lancip, rata, dan lebar.

Periosteal elevator dapat digunakan untuk mereflek jaringan lunak dengan 3 cara: Pertama, ujung lancip digunakan pada gerakan membongkar untuk mengangkat jaringan lunak. Metode kedua memisahkan periosteum dari tulang di bawahnya. Metode ketiga adalah gaya tarikan, atau mengikis. Instrumen yang sering digunakan adalah Woodson periosteal elevator no.1 untuk menghilangkan jaringan lunak melewati sulkus gingival.

Instrumen untuk Meretraksi Jaringan Lunak

Retraktor pipi yang paling terkenal adalah (1) right-angle Austin retractor (gbr 6-7) dan (2) offset broad Minnesota retractor. Kedua retraktor ini dapat menarik pipi dan flap mukoperiosteal secara stimultan.

Weider tongue retractor adalah berbentuk hati yang bergigi tajam pada satu sisi sehingga dapat melawan lidah lebih kuat serta menarik secara medial dan anterior .

Towel clip dapat digunakan untuk menahan lidah. Saat prosedur biopsi pada posterior lidah, menahan lidah anterior dengan towel clip.

Instrumen untuk Mengatur Hemorragi

Ketika suatu perdarahan membutuhkan pengaturan yang lebih dari sekedar tekanan, dapat digunakan hemostat. Hemostat yang biasa digunakan pada bedah mulut adalah hemostat lengkung.

Instrumen untuk Menggenggam Jaringan

Adson forceps terlalu pendek untuk bekerja pada daerah posterior mulut. Tang yang lebih panjang dengan bentuk yang serupa adalah Stillies forceps.

Terdapat juga Allis forceps

Tang jaringan Russian memiliki bentuk besar dan berujung

Adson forcep,allis forcep, russian forcep

Instrumen untuk Mengambil Tulang

Rongeur Forceps

Instrumen yang umum digunakan untuk mengambil tulang adalah Rongeur forceps. Instrumen ini memiliki mata pisau tajam. Desain utama dari Rongeur forceps ini adalah (1) side-cutting forceps (Gbr. 4A), (2) side-cutting and end-cutting forceps (Gbr. 1A).

Chisel dan Mallet

Bone FileDigunakan untuk menghaluskan permukaan tulang sebelum menutup kembali flap mukoperiosteal.

Bur dan HandpieceMetode terakhir untuk membuang tulang adalah dengan bur dan handpiece.

Instrumen untuk Mengambil jaringan lunak dari Kerusakan Tulang

Kegunaan utamanya untuk mengangkat granuloma atau kista kecil dari lesi periapikal, dapat juga untuk mengambil jaringan granulasi debris kecil dari soket gigi.

Instrumen untuk Menjahit Mukosa.

Needle Holder

Needle holder dipegang dengan ibu jari dan jari manis. Jari telunjuk dan jari tengah untuk mengontrol pergerakan.

NeedleJarum yang digunakan untuk menurup mukosa insisi biasalnya jarum kecil setengah bulat atau three eights- circle.

Suturing Material

Terdapat berbagai macam material jahit berdasarkan ukuran, resorbabilitas, dan monofilamen atau polifilamen. Ukuran yang biasa digunakan untuk menjahit mukosal oral adalah 3-0 (000). Nomer benang yang lebih besar adalah 2-0 atau 0. Sutura nomer 6-0, sutura no.3-0 cukup besar untuk mencegah robeknya mukosa dan kuat untuk menahan tekanan pada intraoral.

Benang jahit ada yang resorbalbe atau nonresorbable. benang jahit nonresorbable contohnya sutra, nilon, dan stainless steel. Gut atau chromic gut, nilon, dan stanless steel adalah benang monofilamen. Sutra, asam poligilokolik dan poliaktitik adalah benang polifilamen.Benang jahit yang umum untuk kavitas oral adalah sutra hitam no.3-0.

Gunting

Instrument untuk penghisapan

Surgical suction : alat yang memiliki lubang yg lebih kecil dari alat penghisap pada kedokteran gigi umumnya

Fungsi : memberikan visualisasi yang cukup saat operasi dengan menghisap darah,saliva,dan larutan irigasi

Fraser suction : alat hisap yang memiliki lubang pada bagian gagang yang dapat ditutup sesuai keperluan

Instrument untuk memindahkan instrument steril

Transfer forceps : tang yang memiliki jepitan yang berat dan membelok ke kanan. Biasa disimpan pada wadah berisi larutan antibakteri seperti glutaraldehide.

Fungsi : memindahkan alat instrument dari satu area ke area lainnya

Instrument untuk irigasi

Menggunakan syringe plastik yang besar dengan jarum 18-gauge tumpul yang biasanya digunakan untuk irigasi. Jarumnya harus tumpul dan halus sehingga tidak melukai jaringan lunak, dan memiliki sudut untuk mengarahkan aliran irigasi supaya lebih efisien.

INSTRUMENT TRAY SYSTEM

Banyak operator menggunakan metode tray untuk menyusun instrument. Standar set dari instrument adalah dikemas bersama, sterilisasi, dan dibuka saat melakukan operasi. Alat-alat ekstraksi dasar antara lain syringe lokal anastesi, jarum, cartridge lokal anastesi, elevator Woodson, kuret periapikal, elevator lurus yang kecil dan besar, sepasang college pliers, curved hemostat, penjepit handuk, retractor Austin, suction, gauze. Tang yang dibutuhkan akan ditambahkan pada tray ini.

Tray yang digunakan untuk pembedahan ekstraksi termasuk instrument-instrumen dalam basic extraction tray ditambah needle holder dan suture, sepasang suture scissors, elevator periosteal, blade handle dan blade, tang jaringan Adson, bone file, retractor lidah, root tip pick, tang jaringan Rusia, sepasang elevator Cryer, rongeur, handpiece dan bur. Instrument-instrumen ini dapat digunakan untuk insisi dan refleksi jaringan lunak, pengangkatan tulang, membelah gigi, pengangkatan akar, debridement luka, dan penjahitan jaringan lunak.

Biopsy tray temasuk basic tray ditambah blade handle dan blade, needle holder dan suture, suture scissors, gunting Metzenbaum, tang jaringan Allis, tang jaringan Adson, curved hemostat. Alat-alat ini dapat digunakan untuk insisi dan diseksi dari specimen jaringan lunak dan penutupan luka dengan penjahitan

Tray setelah operasi membutuhkan instrument untuk mengirigasi daerah pembedahan dan melepaskan jahitan. Biasanya termasuk gunting, college pliers irrigation, syringe, applicator sticks, gauze, dan suction.

Instrument dapat diletakkan pada nampan datar, dikemas dengan kertas sterilisasi, dan disterilisasi. Ketika siap digunakan, tray dibawa ke ruang operasi, dibuka, dan instrument dapat digunakan. System ini membutuhkan autoclave yang lebih besar untuk mengakomodasi tray.Metode Ekso :

Pencabutan Intra Alveolar Pencabutan intra alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga di sebut forceps extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada sebagian besar kasus pencabutan gigi. (18,21)

Dalam metode ini, blade atau instrument yaitu tang atau bein ditekan masuk ke dalam ligamentum periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar telah berpegang kuat oleh tang, dilakukan gerakan kea rah buko-lingual atau buko-palatal dengan maksud menggerakkan gigi dari socketnya. Gerakan rotasi kemudian dilakukan setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan haruslah merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari. (19,20)

Pencabutan Trans Alveolar

Pada beberapa kasus terutama pada gigi impaksi, pencabutan dengan metode intra alveolar sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan dengan metode trans alveolar. Metode pencabutan ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil sebagian tulang penyangga gigi. Metode ini juga sering disebut metode terbuka atau metode surgical yang digunakan pada kasus-kasus:

Gigi tidak dapat dicabut dengan menggunakan metode intra alveolar

Gigi yang mengalami hypersementosis atau ankylosis

Gigi yang mengalami germinasi atau dilacerasi

Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein, terutama sisa akar yang berhubungan dengan sinus maxillaris.

Perencanaan dalam setiap tahap dari metode trans alveolar harus dibuat secermat mungkin untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. Masing-masing kasus membutuhkan perencanaan yang berbeda yang disesuaikan dengan keadaan dari setiap kasus.

Secara garis besarnya, komponen penting dalam perencanaan adalah bentuk flap mukoperiostal, cara yang digunakan untuk mengeluarkan gigi atau akar gigi dari socketnya, seberapa banyak pengambilan tulang yang diperlukan.

Teknik ekstraksi gigi permanen

Gigi yang erupsi bisa diekstraksi dengan salah satu dari dua teknik utama, yaitu tertutup dan terbuka. Teknik tertutup juga dikenal sebagai teknik simple forceps. Teknik terbuka dikenal juga sebagai teknik operasi atau flap.

Teknik yang benar seharusnya menghasilkan ekstraksi yang atraumatik, dan sebaliknya pada teknik operasi yang telah dapat mengakibatkan ekstraksi yang traumatik.

Teknik apapun yang dipilih, ada tiga syarat utama yang diperlukan untuk mendapatkan ekstraksi yang baik yatu:

Akses dan dan visualisasi pada daerah yang akan di ekstraksi

Jalur yang tidak terhalang unuk mengekstraksi gigi

Penggunaan gigi tenaga yang terkontrol

Langkah umum pada prosedur ekstraksi tertutup:

Melonggarkan perlekatan jaringan lunak ke gigi

Luksasi gigi dengan menggunakan dental elevator

Adaptasi forceps terhadap gigi

Luksasi gigi dengan forceps

Pecabutan gigi pada socketnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika ekstraksi antara lain:

Posisi saat ekstraksi

Untuk ekstraksi gigi maxilla, dental chair diposisikan sekitar 60 derajat terhadap lantai

Selama ekstraksi pada kuadran maxilla sebelah kanan, kepala pasien seharusnya mengarah ke operator, sehingga akses yang cukup dan visualisasi bisa didapatkan

Untuk ekstraksi gigi anterior maxilla, kepala pasien harus diposisikan lurus kedepan

Pada ekstraksi kuadran maxilla sebelah kiri, kepala pasien hanya sedikit diarahkan ke operator.

Untuk ekstraksi mandibula, pasien harus diposisikan lebih tegak lurus sehingga ketika mulut dibuka, occlusal plane sejajar dengan lantai

Posisi kursi harus lebih rendah dari pada posisi kursi saat ekstraksi gigi permanen, dan lengan operator pada sudut 120 derajat pada siku.

Gambar

Posisi ekstraksi gigi-gigi rahang atas

Posisi ekstraksi gigi-gigi rahang bawah kuadran kiri

Posisi ekstraksi gigi-gigi bawah kuadran kananPeran non-working hand

Membantu melindungi gigi sekitarnya dari foeceps

Membantu menstabilkan posisi kepala pasien selama proses ekstraksi

Memiliki peran penting pada saat ekstraksi gigi mandibula karena tangan kiri menyokong dan menstabilkan posisi rahang bawah ketika ekstraksi dilakukan.

Teknik ekstraksi untuk gigi rahang atas

Gigi incisivus Rahang Atas

Gigi incisivue RA diekstraksi menggunakan upper universal forceps (no. 150) walau pun forceps lain bisa diunakan. Gerakan awal pada ekstraksi ini harus pelan, konstan dan tegas pada arah labial yang akan memperluas crestal buccal bone. Setelah itu dilakukan gerakan memutar yang lebih pelan. Gerakan memutar tersebut harus diminimalisasi pada ekstraksi gigi insisif lateral terutama jika ada lekukan pada gigi.

Gigi kaninus rahang atas

Untuk ekstraksi gigi caninus rahang atas, dianjurkan untuk menggunakan upper universal forceps (no. 150). Gerakan awal ekstraksi gigi caninus dilakukan pada aspek buccal dengan tekanan ke arah palatal. Sedikit gaya berputar pada forceps mungkin berguna untuk memperluas socket gigi,terutama jika gigi sebelahnya tidak atau telah di ekstraksi. Setelah gigi terluksasi dengan baik, gigi bisa di cabut dari socket ke arah labial-incisal dengan labial tractional forceps

Gigi premolar 1 Rahang Atas

Ekstraksi gigi ini dilakukan dengan upper universal forceps (no. 150). Sebagai alternatif, bisa juga digunakan forceps no. 150A. gigi harus diluksasi sebanyak mungkin dengan menggunakan elevator lurus. Gaya berputar harus dihindari pada gigi ini agar tidak terjadi fraktur akar.

Gigi premolar 2 Rahang Atas

Forceps yang direkomendasikan untuk ekstraksi gigi ini adalah forceps no. 150 atau 150 A. gigi ini memiliki akar yang kuat, sehingga pergerakan yang kuat bisa diberikan pada ekstraksi gigi ini.

Gigi molar Rahang Atas

Forceps no. 53 R dan 53 L biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi molar rahang atas. Paruh pada forceps ini memiliki bentuk yang pas pada bifurkasi buccal. Beberapa dokter gigi memilih untuk menggunakan forceps no. 89 dan 90 atau yang biasa disebut upper cowhorn forceps. Kedua forceps tersebit biasa digunakan untuk gigi molar yang memiliki karies yang besar atau restorasi yang besar. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang sudah erupsi, biasanya menggunakan forceps 210 S yang bisa dgunakan untuk sebelah kiri atau kanan.

Pergerakan dasar ekstraksi gigi molar biasanya menggunakan tekanan yang kuat buccal dan palatal, akan tetapi gaya yang diberikan pada buccal lebih besar dibandingkan yang ke arah palatal. Gaya rotational tidak digunakan pada ekstraksi gigi ini karena gigi molar rahang atas memiliki 3 akar.

Teknik ekstraksi gigi Rahang Bawah

ekstraksi Rahang bawah dianjurkan untuk menggunakan bite block. Selain itu, tangan operator juga harus selalu menyokong rahang bawah

Gigi anterior rahang bawah

Lower universal forceps (no. 151) biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi rahang bawah anterior. Pergerakan ekstraksi biasanya dilakukan ke arah labial dan lingual, dengan menggunakan tekanan yang sama besar. Gigi dicabut menggunakan tractional forceps pada arah labial-incisal.

Gigi premolar rahang bawah

Pada ekstraksi gigi premolar rahang bawah, biasanya digunakan juga forceps no. 151. Akan tetapi forceps no. 151A bisa dijadikan alternatif. Pergerakan awal diarahkan ke aspek buccal lalu kembali ke aspek lingual dan akhirmya berotasi. Pergerakan rotasi sangat diperlukan pada ekstraksi gigi ini.

Gigi molar Rahang Bawah

Forceps no. 17 biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi ini. Pergerakan kuat pada arah buccolingual digunakan unutuk memperluas socket gigi dan memberikan kemudahan gigi untuk di ekstraksi pada arah buccoocclusal. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang telah erupsi, biasanya digunakan forceps no. 222Komplikasi Pencabutan Gigi

Berbicara masalah pencabutan gigi tidak terlepas dari beberapa komplikasi normal yang menyertainya seperti terjadinya perdarahan sesaat, oedem (pembengkakan) dan timbulnya rasa sakit. Komplikasi sendiri merupakan kejadian yang merugikan dan timbul diluar perencanaan dokter gigi. Oleh karena itu, kita selaku dokter gigi harus tetap mewaspadai segala kemungkinan dan berusaha untuk mengantisipasinya sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi lanjutan dengan resiko yang lebih besar pula. (11)Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya komplikasi diantaranya karena kondisi sistemik dan lokal pasien lalu keahlian, keterampilan dan pengalaman sang operator serta standar prosedur pelaksanaan juga mempengaruhi. Berbagai komplikasi dapat terjadi, seperti: (11)II.5.1.Perdarahan (12)Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakuti, karena oleh dokter maupun pasien dianggap dapat mengancam kehidupan. Pasien dengan gangguan pembekuan darah sangatlah jarang ditemukan, kebanyakan adalah individu dengan penhyakit hati, misalnya seorang alkoholik yang menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan, atau pasien yang mengkonsumsi aspirin dosis tinggi atau agen antiradang nonsteroid. Semua itu mempunyai resiko perdarahan.

Pembedahan merupakan tindakan yang dapat mencetuskan perdarahan, untuk penderita dengan kondisi yang normal, perdarahan yang terjadi dapat ditangani. Hal yang berbeda dapat terjadi apabila pasien mengalami gangguan sistem hemostasis, perdarahan yang hebat dapat terjadi dan sering mengancam kelangsungan hidupnya.

Bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi kita dihadapkan dengan kelainan hemostasis ringan sehingga dalam evaluasi pra bedah tidak terdeteksi secara klinis. Kesulitan kemudian timbul setelah dilakukan pembedahan, terjadi perdarahan selama ataupun sesudah pembedahan sehingga dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karenanya kelainan hemostasis sekecil apapun sebaiknya diketahui sebelum tindakan bedah dikerjakan agar dapat dilakukan persiapan dan pencegahan sebelumnya.

II.5.2. Fraktur (13,24,15)Fraktur mahkota gigi (13)Selama pencabutan mungkin tidak dapat dihindari bila gigi sudah mengalami karies atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga disebabkan oleh tidak tepatnya aplikasi tang pada gigi, bilah tang di aplikasikan pada mahkota gigi bukan pada akar atau massa akar gigi, atau dengan sumbu panjang tang yang tidak sejajar dengan sumbu panjang gigi. Bila operator memilih tang dengan ujung terlalu lebar dan hanya memberikan kontak 1 titik gigi dapat pecah bila tang ditekan. Bila tangkai tang tidak dipegang dengan kuat, ujung tas mungkin terlepas dari akar dan mematahkan mahkota gigi. Terburu-buru biasanya merupakan penyebab dari semua kesalahan, yang sebenarnya dapat dihindari bila operator bekerja sesuai metode. Pemberia tekanan berlebihan dalam upaya mengatasi perlawanan dari gigi tidak dianjurkan dan bisa menyebabkan fraktur mahkota gigi.

Bila fraktur mahkota gigi terjadi, metode yang digunakan untuk mengambil sisa dari gigi bergantung pada banyaknya gigi yang tersisa serta penyebab kegagalannya. Terkadang diperlukan aplikasi tang atau elevator tambahan untuk mengungkit gigi dan metode pencabutan transalveolar.

Fraktur tulang alveolar (14)Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi fraktur tulang alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang yang patah, baru dilanjutkan pencabutan.

Fraktur tuberositas maxillaris (14)Terjadi pada waktu pencabutan gigi molar tiga rahang atas. Perlu dihindari oleh karena tuberositas diperlukan sebagai retensi pada pembuatan gIgi palsu.

Fraktur yang bersebelahan atau gigi antagonis (13)Fraktur gigi yang bersebelahan atau gigi antagonis selama pencabutan dapat dihindari. Pemeriksaan praoperasi secara cermat dapat menunjukkan apakah gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut telah mengalami karies, restorasi besar, atau terletak pada arah pencabutan. Bila gigi yang akan dicabut adalah gigi penjangkaran, mahkota jembatan harus dibelah dengan disk vulkarbo atau intan sebelum pencabutan. Bila gigi sebelahnya terkena karies dan tambalannya goyang atau mengaung (overhanging) maka harus diambil atau ditambal dengan tambalan sementara sebelum dilakukan pencabutan. Tidak boleh diaplikasikan tekanan pada gigi yang berdekatan selama pencabutan, dan gigi lainnya tidak boleh digunakan sebagai fulcrum untuk elevator kecuali bila gigi tersebut juga akan dicabut pada kunjungan yang sama.

Gigi antagonis bisa pecah atau fraktur bila gigi yang akan dicabut tiba-tiba diberikan tekanan yang tidak terkendali dan tang membentur gigi tersebut. Tekhnik pencabutan yang terkontrol dapat mencegah kejadian ini.

Fraktur mandibula atau maxilla (15)Kondisi ini terjadinya fraktur (patah tulang) yang tidak diharapkan dari bagian soket gigi, atau bahkan tulang mandibula atau maksila tempat melekatnya tulang alveolar berada. Paling umum terjadi dikarenakan kesalahan tehnik operator saat melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu operator diharuskan memiliki tehnik yang benar dan bisa memperhitungkan seberapa besar penggunaan tenaga saat mencabut gigi dan cara menggunakan alat dengan tepat.

II.5.3. Infeksi (16)Meskipun jarang terjadi, tapi hal ini jangan dianggap sepeleh. Bila terjadi, dokter gigi dapat memberikan resep berupa antibiotik untuk pasien yang beresiko terkena infeksi.

II.4.4. Pembengkakan (15,16)Keadaan ini terjadi akibat perdarahan yang hebat saat pencabutan gigi. Ini terjadi karena bermacam hal, seperti; kelainan sistemik pada pasien. (21)II.5.5. Dry socket (16,17)

Kerusakan bekuan darah ini dapat disebabkan oleh trauma pada saat ekstraksi (ekstraksi dengan komplikasi), dokter gigi yang kurang berhati-hati, penggunaan kontrasepsi oral, penggunaan kortikosteroid, dan suplai darah (suplai darah di rahang bawah lebih sedikit daripada rahang atas). Kurangnya irigasi saat dokter gigi melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry socket. Gerakan menghisap dan menyedot seperti kumur-kumur dan merokok segera setelah pencabutan dapat mengganggu dan merusak bekuan darah. (17)Selain itu, kontaminasi bakteri adalah faktor penting, oleh karena itu, orang dengan kebersihan mulut yang buruk lebih beresiko mengalami dry socket paska pencabutan gigi. Demikian juga pasien yang menderita gingivitis (radang gusi), periodontitis (peradangan pada jaringan penyangga gusi), dan perikoronitis (peradangan gusi di sekitar mahkota gigi molar tiga yang impaksi). (17)II.5.6. Rasa sakit (13)Rasa sakit pasca operasi akibat trauma jaringan keras dapat berasal dari cederanya tulang karena terkena instrument atau bur yang terlalu panas selama pembuangan tulang. Dengan mencegah kesalahan tekhnis dan memperhatikan penghalusan tepi tulang yang tajam, serta pembersihan soket tulang setelah pencabutan dapat menghilangkan penyebab rasa sakit setelah pencabutan gigi.

Faktor Risiko Komplikasi

Komplikasi pasca pencabutan gigi tidak hanya disebabkan satu hal, melainkan bersifat multifaktorial. Berbagai faktor tersebut dapat menyebabkan proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi terganggu dan prosesnya memanjang. Beberapa contoh faktor risiko komplikasi pasca pencabutan gigi, yaitu:

a. Usia Usia yang lebih dari 25-26 tahun mengakibatkan pencabutan gigi lebih sulit dan lebih traumatik karena terjadinya mineralisasi tulang dan celah ligamen periodonsium dan atau folikuler mengecil atau menghilang. Pada usia tua juga terjadi penurunan kecepatan reepitelisasi, sintesis kolagen dan angiogenesis. Sehingga memperlambat proses penyembuhan, meningkatkan morbiditas dan risiko komplikasi.

b. Mikroorganisme pada mulut Mikroorganisme menyebabkan infeksi pada daerah yang mengalami luka sehingga terjadinya pemanjangan fase inflamasi pada proses penyembuhan.

c. Merokok Merokok menyebabkan terganggunya integrasi jaringan dan memperlambat penyembuhan luka sehingga meningkatkan risiko komplikasi.

d. Penyakit kardiovaskuler Penyakit kardiovaskuler menyebabkan gangguan aliran darah dan perubahan atau penurunan perfusi jaringan. Aterosklerosis merupakan penyebab tersering.

e. Penyakit sistemik Sebagai contohnya adalah diabetes melitus. Diabetes melitus menyebabkan terjadinya angiopati diabetik sehingga suplai oksigen berkurang dan bakteri anaerob mudah berkembang.

f. Obat Antikoagulan Obat antikoagulan akan mempengaruhi blood clot sehingga memperlambat proses penyembuhan luka, meningkatkan risiko infeksi, meningkatkan kejadian hematom, tepi luka sulit untuk menyatu, dan menyebabkan hilangnya penutup kulit.

g. Kehamilan Fluktuasi hormon estrogen dan progesteron pada wanita hamil menyebabkan lebih mudah terjadinya iritasi pada gusi, perubahan pada ligamen dan tulang penyokong gigi, perubahan flora normal di mulut serta menurunkan respon imun. Kehamilan juga menyebabkan paparan asam lambung pada rongga mulut meningkat akibat dari meningkatnya refluks asam lambung.

h. Antibiotik Penyalahgunaan antibiotik dapat menyebabkan flora normal mati dan bakteri jahat menjadi resisten terhadap antibiotik. Resistensi bakteri meningkatkan angka kejadian infeksi yang lebih berat baik di rumah sakit maupun di komunitas. Sehingga memperlambat proses penyembuhan dan peningkatan komplikasi.

i. Tingkat kesulitan selama proses pencabutan gigi.

j. Tingkat trauma akibat proses pencabutan gigi.

k. Akar atau fragmen gigi yang tertinggal pada lokasi pencabutan gigi.

l. Terlalu banyak mengirigasi atau mengkuretase tulang alveolaris.

m. Gangguan pembentukan bekuan darah, baik secara fisik maupun mekanik (manipulasi atau menciptakan tekanan negatif dalam mulut seperti menghisap).

n. Prinsip umum dan kebutuhan dasar pencabutan gigi tidak terpenuhi.

.Instruksi pasca pencabutan gigi

Menggigit kain kasa selama 30-45 menit untuk membantu menghentikan perdarahan.

Menjaga higienitas dengan berkumur setelah 24 jam pasca pencabutan gigi dan menyikat gigi seperti biasa. Untuk mengatasi pembengkakan, aplikasikan es batu pada wajah secara intermiten pada hari pertama. Pada 24 jam pertama, diet lembut dan dingin serta mengunyah pada sisi yang berlawanan dengan tempat pencabutan gigi. Gunakan analgesik pada 45 menit setelah pencabutan gigi untuk mencegah atau mengurangi sensasi nyeri. Melatih rahang agar tidak terjadi kekakuan.

Straight elevator

B dan C. mata pisau dari straight elevator yang konkaf

A.surgical suction

B. fraser suction

Suntikan bulb atau reguler

Auto-loaded syringe