13
EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT, JAMBI Esti Munawaroh* Pusat konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Jln. Ir. H. juanda 13, Bogor *Corresponding author: [email protected] ABSTRACT Kerinci Seblat National Park located in the middle group of the Bukit Barisan. In general has bumpy steep and sharp topography, altitude ranges from 200 to 3805m above sea level. Exploration activities have been conducted in this area to inventory the plants and collecting orchids for ex-situ conservation purposes. Results of the inventory and collection of 32 species of orchids, consisting of 14 genera and 3 species of epiphytic genera terrestrial species. Several types of orchids that were collected and the way elected conservation will be discussed in this paper. Key words: ex-situ conservation, exploration, national parks the Kerinci Seblat, orchid plants PENGANTAR Flora adalah salah satu sumberdaya hayati yang menjadi penunjang dan penyangga kehidupan manusia dan mahluk hidup lain. Tanpa ora, manusia tidak dapat bertahan hidup dimuka bumi ini, baik ora sebagai penghasil udara bersih, maupun sebagai sumber kebutuhan hidup jasmani, papan, pangan, sandang dan obat-obatan. Integrasi ora, fauna, tanah, udara bersih dan sinar matahari akan memberikan kehidupan yang nyaman bagi manusia, sehingga terjamin kelestarian manusia dan lingkungan di muka bumi ini. Dengan posisi utama ora dalam kehidupan manusia, maka sudah seyogyanya dan sewajarnya manusia memiliki persepasi dan tindakan yang sama dalam mengelola ora untuk memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan peran flora bagi mahluk hidup lain dalam mata rantai makanan makhluk di muka bumi ini. Dengan kata lain, etika pemanfaatan ora harus menjadi kesadaran dan langkah utama manusia dalam mengelola sumberdaya alam hayati flora. Konservasi adalah salah satu etika pilihan yang disadari dan akan menjamin kesejahteraan manusia dan makhluk lain. Sesuai dengan prinsip dan konsep strategi konservasi dunia, konservasi memiliki tiga aspek yang satu tak dapat dipisahkan dari yang lain yaitu, perlindungan proses ekologis, pengawetan keanekaragaman jenis bermaksud untuk menyangga agar keanekaragaman jenis dimaksud tidak punah. Pengawetan merupakan suatu usaha dan tindakan konservasi untuk menjamin keanekaragaman jenis, meliputi penjagaan agar unsur-unsur tersebut tidak punah agar masing-masing unsur dapat berfungsi dalam alam dan agar senantiasa siap untuk sewaktu-waktu dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia. Potensi Sumber Daya Hayati, baik ora dan fauna di Indonesia dikenal sangat melimpah dan beraneka ragam, yaitu sekitar 400.000 jenis. Potensi yang sangat besar ini merupakan salah satu modal bagi pembangunan Nasional. Banyak jenis-jenis hayati yang telah dimanfaatkan secara lestari untuk kepentingan perdagangan, namun banyak lagi yang belum dikembang biakkan atau diperbanyak untuk dimanfaatkan. Wilayah Propinsi Jambi sendiri mempunyai kekayaan sumber daya alam yang tak terkira nilainya baik flora maupun faunanya. Jika potensi jenis ora tidak ada yang membudidayakan atau memperbanyak, lambat laun kekayaan jenis hayati ini akan cepat punah. Berdasarkan keadaan tersebut, peranan kawasan konservasi baik in-situ maupun ex-situ menjadi lebih penting di masa kini maupun mendatang. Dalam Agenda 21 telah ditegaskan perlunya upaya peningkatan konservasi tumbuhan secara ex-situ dalam bentuk kebun raya. Kegiatan penelitian Eksplorasi Tumbuhan Anggrek di Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi, diharapkan tumbuhan anggrek tersebut dapat dilestarikan dan dikembangkan di Kebun Raya Bogor. BAHAN DAN CARA KERJA Kegiatan eksplorasi dilakukan dengan cara metode acak menjelajahi kawasan hutan yang dieksplorasi. Setiap jenis angrek yang dijumpai diupayakan untuk dikoleksi. Cara pengoleksian jenis anggrek epifit yaitu diambil pelan-pelan agar daunnya tidak rusak, kemudian diberi label dan diikat dalam satu kelompok. Untuk jenis anggrek tanah dibalut dengan kertas tissue kemudian dimasukkan kedalam plastik. Pemeliharaan di lapangan, material Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 7A (1–5), 2011

EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT, JAMBI

Esti Munawaroh* Pusat konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

Jln. Ir. H. juanda 13, Bogor *Corresponding author: [email protected]

ABSTRACT

Kerinci Seblat National Park located in the middle group of the Bukit Barisan. In general has bumpy steep and sharp topography, altitude ranges from 200 to 3805m above sea level. Exploration activities have been conducted in this area to inventory the plants and collecting orchids for ex-situ conservation purposes. Results of the inventory and collection of 32 species of orchids, consisting of 14 genera and 3 species of epiphytic genera terrestrial species. Several types of orchids that were collected and the way elected conservation will be discussed in this paper.

Key words: ex-situ conservation, exploration, national parks the Kerinci Seblat, orchid plants

PENGANTAR

Flora adalah salah satu sumberdaya hayati yang menjadi penunjang dan penyangga kehidupan manusia dan mahluk hidup lain. Tanpa fl ora, manusia tidak dapat bertahan hidup dimuka bumi ini, baik fl ora sebagai penghasil udara bersih, maupun sebagai sumber kebutuhan hidup jasmani, papan, pangan, sandang dan obat-obatan. Integrasi fl ora, fauna, tanah, udara bersih dan sinar matahari akan memberikan kehidupan yang nyaman bagi manusia, sehingga terjamin kelestarian manusia dan lingkungan di muka bumi ini.

Dengan posisi utama fl ora dalam kehidupan manusia, maka sudah seyogyanya dan sewajarnya manusia memiliki persepasi dan tindakan yang sama dalam mengelola fl ora untuk memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan peran flora bagi mahluk hidup lain dalam mata rantai makanan makhluk di muka bumi ini. Dengan kata lain, etika pemanfaatan fl ora harus menjadi kesadaran dan langkah utama manusia dalam mengelola sumberdaya alam hayati flora. Konservasi adalah salah satu etika pilihan yang disadari dan akan menjamin kesejahteraan manusia dan makhluk lain.

Sesuai dengan prinsip dan konsep strategi konservasi dunia, konservasi memiliki tiga aspek yang satu tak dapat dipisahkan dari yang lain yaitu, perlindungan proses ekologis, pengawetan keanekaragaman jenis bermaksud untuk menyangga agar keanekaragaman jenis dimaksud tidak punah. Pengawetan merupakan suatu usaha dan tindakan konservasi untuk menjamin keanekaragaman jenis, meliputi penjagaan agar unsur-unsur tersebut tidak punah agar masing-masing unsur dapat berfungsi dalam alam dan agar senantiasa siap untuk sewaktu-waktu dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia.

Potensi Sumber Daya Hayati, baik fl ora dan fauna di Indonesia dikenal sangat melimpah dan beraneka ragam, yaitu sekitar 400.000 jenis. Potensi yang sangat besar ini merupakan salah satu modal bagi pembangunan Nasional. Banyak jenis-jenis hayati yang telah dimanfaatkan secara lestari untuk kepentingan perdagangan, namun banyak lagi yang belum dikembang biakkan atau diperbanyak untuk dimanfaatkan.

Wilayah Propinsi Jambi sendiri mempunyai kekayaan sumber daya alam yang tak terkira nilainya baik flora maupun faunanya. Jika potensi jenis fl ora tidak ada yang membudidayakan atau memperbanyak, lambat laun kekayaan jenis hayati ini akan cepat punah. Berdasarkan keadaan tersebut, peranan kawasan konservasi baik in-situ maupun ex-situ menjadi lebih penting di masa kini maupun mendatang. Dalam Agenda 21 telah ditegaskan perlunya upaya peningkatan konservasi tumbuhan secara ex-situ dalam bentuk kebun raya. Kegiatan penelitian Eksplorasi Tumbuhan Anggrek di Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi, diharapkan tumbuhan anggrek tersebut dapat dilestarikan dan dikembangkan di Kebun Raya Bogor.

BAHAN DAN CARA KERJA

Kegiatan eksplorasi dilakukan dengan cara metode acak menjelajahi kawasan hutan yang dieksplorasi. Setiap jenis angrek yang dijumpai diupayakan untuk dikoleksi. Cara pengoleksian jenis anggrek epifit yaitu diambil pelan-pelan agar daunnya tidak rusak, kemudian diberi label dan diikat dalam satu kelompok. Untuk jenis anggrek tanah dibalut dengan kertas tissue kemudian dimasukkan kedalam plastik. Pemeliharaan di lapangan, material

Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 7A (1–5), 2011

Page 2: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

Eksplorasi Tumbuhan Anggrek di Kawasan Taman Nasional2

tumbuhan anggrek yang epipfit perawatannya cukup dengan cara menggantung dan menyiram dengan spreyer setiap harinya, sedangkan untuk jenis anggrek tanah yang sudah dibalut kertas tissue, cukup dengan mencelupkan ke dalam air setiap pagi atau sore.

HASIL

Tumbuhan anggrek yang berhasil dikoleksi sebanyak kurang lebih 32 jenis, 17 marga. Berdasarkan habitatnya tumbuhan anggrek terbagi dalam 2 katagori yaitu anggrek tanah (terrestrial) dan anggrek pohon (epifi t). Dari koleksi yang didapat 14 marga (28 jenis) merupakan anggrek epifi t dan 3 marga (3 jenis) merupakan anggrek tanah (terrestrial). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

PEMBAHASAN

Keadaan Umum kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat

Taman Nasional Kerinci Seblat yang selanjutnya disingkat TNKS berada di bagian tengah gugusan Bukit Barisan yang meliputi 4 propinsi (Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatra Selatan) dan 13 kabupaten. Taman nasional ini membentang sepanjang 350 km dari barat daya sampai ke tenggara dengan lebar rata-rata 50 km dan luas area mencapai 1.389.510 hektar sehingga menjadi kawasan taman nasional terluas ke-2 di Indonesia.

Taman Nasional Kerinci Seblat pada umumnya bertopografi bergelombang, berlereng curam, dan tajam. Ketinggian tempat berkisar antara 200 sampai 3.805 m

Tabel 1. Daftar Jenis Anggrek di Taman Nasional Kerinci Seblat

No. Nama latin Suku Habitus Ketinggian (m. dpl)1. Acriopsis javanica Reinw. Orchidaceae Epifit 1290–13402. Agrostophyllum bicuspidum J.J.Sm Orchidaceae Epifit 1100–12003. Agrostophyllum majus Hook.F. Orchidaceae Epifit 1000–11504. Apendicula cornuta Bl. Orchidaceae Epifit 1220–13105. Bulbophyllum angustifolium Lindl. Orchidaceae Epifit 1050–12706. Bulbophyllum flavescens.Lindl. Orchidaceae Epifit 1220–13107. Bulbophyllum odoratum Lindl Orchidaceae Epifit 1050–12708. Bulbophyllum ovalivolium Lindl. Orchidaceae Epifit 1290–13409. Bulbophyllum sp. Orchidaceae Epifit 1050–1270

10. Claderia viridiflora Hook.f Orchidaceae Epifit 1290–134011. Coelogyne dayana Rehb. f. Orchidaceae Epifit 1100–120012. Coelogyne minata Lindl. Orchidaceae Epifit 1000–115013. Coelogyne sp. Orchidaceae Epifit 1100–120014. Cymbidium bicolor Lindl. Orchidaceae Epifit 1290–134015. Dendrobium sp. Orchidaceae Epifit 1050–127016. Eria pilifera Rindl. Orchidaceae Epifit 1290–134017. Eria monostachya Lindl. Orchidaceae Epifit 1100–120018. Eria oblitterata Rchb.f. Orchidaceae Epifit 1000–115019. Eria puchella Lindl. Orchidaceae Epifit 1100–120020. Eria rigida Rchb.f. Orchidaceae Epifit 1100–120021. Eria sp. Orchidaceae Epifit 1220–131022. Eria sp. Orchidaceae Epifit 1290–134023. Flickingeria sp. Orchidaceae Epifit 1290–134024. Lipparis compressa Lindl. Orchidaceae Epifit 1290–134025. Liparis viridiflora Lindl. Orchidaceae Epifit 1100–120026. Microsaccus sp. Orchidaceae Epifit 1290–134027. Nervilia araguana Gaud. Orchidaceae Terestrial 1100–120028. Oberonia anceps Lindl. Orchidaceae Epifit 1290–134029. Plocoglottis acuminate Orchidaceae Terestrial 1290–134030. Phalaenopsis cornucervi Rehb. f. Orchidaceae Epifit 1290–134031. Trixcpermum trichoglottis O. Kuntze Orchidaceae Epifit 1290–134032. Vanda sumatrana J. J. Sm Orchidaceae Epifit 1290–1340

Page 3: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

Munawaroh 3

dpl. Topografi relatif datar terdapat di daerah enclave Kab. Kerinci.

Iklim kawasan TNKS tidak jauh berbeda dengan iklim daerah pegunungan Indonesia pada umumnya. Rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 3.000 mm. Musim hujan berlangsung dari bulan September sampai dengan Pebruari dengan puncak musim hujan pada bulan Desember. Musim kemarau berlangsung dari bulan April sampai Agustus. Suhu udara rata-rata bervarisi, yaitu 28° C di dataran rendah, 20° C di Lembah Kerinci dan 9° C di puncak G. Kerinci.

Berbagai tipe ekosistem terdapat di dalam kawasan TNKS, yaitu mulai dari hutan hujan dataran rendah, hutan perbukitan, hutan rawa, lahan basah pegunungan, ekosistem gunung dan alpin. Maka tidaklah mengherankan jika kawasan ini menyimpan kekayaan hayati yang cukup tinggi. TNKS merupakan hunian bagi 85 jenis dari 199 Mamalia Sumatra dan 371 jenis Aves. Lebih dari 4000 jenis tumbuhan tercatat di TNKS, termasuk di dalamnya 300 jenis anggrek. Maka tepatlah kiranya bila TNKS ditetapkan menjadi salah satu Situs Warisan Kekayaan Alam Dunia dengan nama "Situs Warisan Alam Hutan Hujan Tropis Sumatra".

Koleksi tumbuhan Anggrek

Berdasarka hasil pengamatan didapatkan terdapat berbagai jenis anggrek. Jenis anggrek tanah yang ditemukan adalah jenis Plocoglottis acuminata Bl., Nervilia araguana Gaud dan Claderia viridifl ora Hook.f. tepatnya di hutan pinggiran sepanjang jalan trans Km 25–Km 28 (Hutan Sungai Kunyit), pada umumnya tanah merah, agak liat, dan sedikit pasir.

Jenis Plocoglottis acuminata Bl. merupakan anggrek tanah dengan bolb semu, panjang sampai 9 cm, daun tunggal, berbentuk lanceolet-acuminate-plicate, 10–17 cm, lebar 5–7 cm, warna hjau tua, daun muda hijau muda mengkilat, susunan bunga pada tangkai yang keluar dari pangkal bulb semu, jumlah bunga dapat mencapai 5–12 bunga, bentuk sepal dan petal sangat menarik, mekar tidak bersamaan, sangat berpotensi untuk tanaman hias. Jenis anggrek ini banyak ditemukan di kawasan yang dekat dengan sumber air. Tumbuh dikawasan dengan ketinggian 500–1200 m dpl (Comber, 1990).

Nervilia araguana Gaud, jenis anggrek tanah ini merupakan tumbuhan kecil, tingkat hidup vegetatif, hanya mempunyai satu daun saja, tidak berbatang, daun bertangkai langsung dari akar, panjang tangkai ± 9–17cm, bentuk jantung, pada penancapan tangkai daun bentuk lancip, panjang ± 8–11 cm, lebar ± 8–11cm, susunan pertulangan daun menjari, dekat tepi daun melengkung sedikit, berbulu

halus. Tumbuh di kawasan yang serasahnya tebal dan lembab. Tumbuh pada ketinggian diatas 400 m dpl.

Claderia viridifl ora Hook.f, jenis ini termasuk anggrek tanah yang tumbuh menjalar, pada ruas-ruasnya nuncul tunas batang dengan beberapa daun 5–8 helai, bentuk jorong-lanset, panjang 10–30 cm, lebar 5–7 cm. Perbungaan muncul disela-sela daunnya, bunga mekar satu persatu, warna hijau muda kekuningan, mempunyai urat hijau tua. Diketemukan di kawasan yang kelembabannya antara 80–90%. Jenis ini penyebarannya antara lain di Pulau Sumatera, Pulau kalimantan, dan Pulau jawa (Comber, 2001).

Tumbuhan anggrek yang termasuk jenis anggrek epifi t yang berhasil dieksplorasi dan di inventarisasi di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat cukup beragam dan tumbuh di dataran tinggi. Jenis-jenis anggrek epifi t yang diketemukan kurang lebih ada 29 jenis, termasuk dalam 14 marga. Di ketinggian diatas 1000m dpl, ditemukan 1 jenis Phalaeonopsis yaitu Phalaeonopsis cornu-servi. Jenis Phalaeonopsis yang ditemukan dan bunganya sangat menarik adalah jenis Phalaeonopsis cornu-servi, merupakan anggrek epifi t, berbatang pendek. Daun berjumlah 4–9, duplikasi, bentuk tombak terbalik-memanjang, panjang ± 15–25 cm, lebar ± 3,0–6,0 cm, warna hijau kekuningan. Bunga tanda kadang-kadang bercabang, menembus sarung daun, tangkai bulat, sumbu tandan dan daun pelindung pipih, lebar, bunga biasa mekar satu-satu, bunga sedang diameter ± 3,0–3,5 cm. Warna kuning kehijauan, bintik-bintik coklat, Bibir bertaju 3, berkuku, taju samping tegak, sejajar, dekat, bagian bawah pipih ungu, bagian atas menebal membentuk cekungan kearah belakang, warna kuning, cekungan bagian bawah titik-tititk ungu coklat. Penyebarannya meliputi Sumatra, Kalimantan india dan Birma (Latif, 1960).

Jenis Agrostophyllum yang diketemukan di kawasan tersebut ada 2 jenis yaitu Agrostophyllum majus dan Agrostophyllum bicuspidum. Kedua jenis tersebut banyak dijumpai ditempat yang sedikit terbuka dimana intensitas matahari cukup dan kelembaban antara 50–70%.

Jenis Acriopsis yang ditemukan hanya satu jenis yaitu Acriopsis javanica, merupakan anggrek epifi t, berumpun. Daun berbentuk pita memanjang, berukuran ± 15–20 cm × ± 2–2,5 cm. Perbungaan bercabang, tersusun dalam malai panjang mencapai 55 cm. Bunga berukuran kecil, berwarna ungu keputihan. Jenis ini banyak dijumpai di tempat-tempat yang sedikit terbuka dan kelembaban tinggi.

Sedangkan marga Coeologyne ada 3 jenis, yaitu Coeologyne dayana, Coeologyne miniata dan ada satu jenis yang belum berhasil diidentifi kasi masih Coeologyne sp, setelah ditumbuhkembangkan dan berbunga akan memudahkan untuk menentukan jenis Coeologyne tersebut.

Page 4: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

Eksplorasi Tumbuhan Anggrek di Kawasan Taman Nasional4

Jenis anggrek Coeologyne tersebut diketemukan menempel di tebing batu atau pohon yang berlumut.

Tempat yang sangat terbuka dengan tanah bercadas yang ditumbuhi lumut dengan ketinggian sekitar 1200-1350 m dpl. dapat ditemukan jenis-jenis anggrek epifi t, diantaranya adalah Bulbophyllum spp., Eria spp., dan Liparis spp.

Marga Bulbophyllum merupakan anggrek epifi t yang simpodial, berumbi semu beruas satu, kebanyakan berdaun satu, akar rimpang merayap, jenis yang diketemukan ada 5 jenis yaitu Bulbophyllum odoratum, Bulbophyllum ovalifolium, Bulbophyllum flavescens, Bulbophyllum angustifolium dan Bulbophyllum sp.

Sedangkan marga Eria ada 7 jenis dan yang berhasil diidentifi kasi ada 5 jenis, antara lain Jenis Eria monostachya, Eria oblitterata, Eria rigida, Eria puchella dan Eria pilifera, sedangkan 2 jenis lainnya masih Eria sp. Jenis Eria yang diketemukan pada umumnya tanpa bunga, jadi untuk mengidentifi kasi dengan ciri daun atau batang dari tumbuhan tersebut.

Marga Liparis yang telah teridentifi kasi ada 2 jenis antara lain Liparis compresa dan Liparis parvifl ora. Jenis Liparis pavifl ora yang tumbuh menggerombol bolb panjang ± 4–8 cm, lingkar bob ± 6–7 cm, warna hijau terang, sewaktu masih muda tertutup sisik halus atau seludang tipis. Daun sepasang, warna hijau terang, panjang ± 14–30 cm, lebar ± 2,5–4,5 cm, bentuk daun lanceolatus, tulang daun bawah menonjol kebawah sangat jelas. Bunga terminal, panjang bukir ± 25–55 cm, bunga kecil-kecil, bibir bunga warnanya orange sangat menarik, mekar bunga bersamaan. Jenis Liparis di alam banyak sekali penyebarannya ada di pulau-pulau seluruh Indonesia.

Hutan sekunder sekeliling hutan rusak terletak pada ketinggian 1290–1300m dpl. Topografi berbukit-bukit dengan tebing agak curam. Tanah merah ditutupi lapisan tanah humus dengan ketebalan ± 5–10 cm. Pohon yang tumbuh di area ini termasuk suku Lauraceae, Meliaceae dan Euphorbiaceae. Tumbuhan bawah berbunga yang banyak ditemukan termasuk dalam suku Zingiberaceae, Maranthaceae, dan Gesneraceae. Di kawasan ini diketemukan jenis anggrek Vanda sumatrana yang tumbuh menempel di pohon yang sudah lapuk. Jenis Vanda Sumatran ini mempunyai batang sangat kuat. Daun tebal dengan ujung membagi dua tidak sama besar, melengkung terbalik, panjang ± 40 cm dan lebar ± 4. Tangkai bunga 3–7 kuntum. Bunga besar ± 6 cm, daun kelopak dan daun tajuk kemerahan melengkung terbalik; daun kelopak berbentuj bulat telur, panjang bibir bunga ± 3 cm, berkeping tiga dan dibagian pangkalnya berwarna putih. Vanda sumatrana

tumbuh di Sumatra pada umumnya dari ketinggian diatas 300 m dpl.

Kawasan yang sangat terbuka dan cukup lembab di lereng sebelah kiri jalan banyak ditumbuhi perdu Piper aduncum sehingga seolah-olah merupakan hutan-hutan kecil P. aduncum. Area tertutup P. aduncum ini seringkali terputus diselingi area semak belukar yang ditumbuhi tumbuhan paku Dicranopteris linearis, ilalang, dan Pteridium aquilinum. Beberapa jenis anggrek tumbuh di tebing-tebing di pinggir hutan. Di antaranya adalah jenis-jenis dari Dendrobium sp, Cymbidium bicolor, Microcos sp. dan Oberonia anceps. Jenis Oberonia anceps merupakan anggrek epifi t dengan batang langsing, tetapi tidak terlihat, karena tertutup daun, panjang ± 15–30 cm, diameter ± 1–2 mm, waktu tunas muda tegak condong, setelah tua menngantung. Daun duplikatif, menangkup, bertunggangan, pipih, seluruhnya memeluk batang, sebagian pangkal melekat, bentuk parohan daun tombak asimetris, ujungnya mengarah keluar atau punggungnya bengkok ke dalam, tepi warna hijau keputihan, hingga memberi kontras warna dengan hijau daun seperti keris, panjang ± 2–2,5 cm, lebar ± 0,5–0,8 cm, keseluruhan daun merupakan bentuk pita yang indah. Bunga bulir atau tandad dengan tangkai bunga sangat pendek. Jenis ini banyak dijumpai ditempat yang terang dengan intensitas cahaya matahari mencapai 50%.

Dari semua jenis anggrek yang kita dapatkan ada beberapa tumbuhan yang masih belum tahu nama jenisnya, saat ini masih ditumbuhkembangkan di Kebun Raya Bogor.

Dengan begitu dapat di ketahui bahwa Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan kawasan pelestarian alam dengan berbagai tipe vegetasi, dari vegetasi dataran rendah (200–600 m dpl) sampai vegetasi sub alpine (2.300–3.200 m dpl.). Topografi TNKS yang pada umumnya bergelombang dan curam dengan komposisi tanah berkapur merupakan habitat yang cocok bagi pertumbuhan anggrek.

Hasil penelitian dan eksplorasi tumbuhan anggrek di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat adalah kurang lebih 32 jenis dan 17 marga yaitu 14 marga (28 jenis) anggrek epifi t dan 3 marga (3 jenis) merupakan anggrek tanah (terrestrial).

Berbagai tipe ekosistem terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, yaitu mulai dari hutan hujan dataran rendah, hutan perbukitan, hutan rawa, lahan basah pegunungan, ekosistim gunung dan alpin. Maka tidaklah mengherankan jika kawasan ini menyimpan kekayaan hayati yang cukup tinggi. Oleh karena itu eksplorasi sebagai bagian dari rangkaian penelitian dan konservasi fl ora secara Ex-situ perlu dilakukan untuk melestarikan jenis tumbuhan

Page 5: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

Munawaroh 5

anggrek yang akan hilang karena perusakan kawasan yang terus menerus.

KEPUSTAKAAN

Comber JB, 1990. Orchid of Java. Bentham-Moxon Trust. Royal Botanic Garden Kew-Surrey England. England.

Comber JB, 2001. Orchid of Sumatera. Bentham-Moxon Trust. Royal Botanic Garden Kew-Surrey England. England.

Latif SM, 1960. Bunga Anggrek. Permata Belantara Indonesia. Sinar Bandung. Bandung.

Page 6: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …
Page 7: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 7A (7–13), 2011

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DAN POTENSINYA DI CAGAR ALAM RAYA PASI KALIMANTAN BARAT

Rony Irawanto*Kebun Raya Purwodadi – LIPI

Jl. Raya Surabaya Malang Km 65, Pasuruan *Corresponding author: [email protected]

ABSTRACT

Indonesia is a tropical country that has a high diversity fl ora, in Borneo is the largest island in Indonesia which has the highest diversity of plant species, yet a small portion of untapped and unknown potential. The amount of plant diversity is to note the type and its potential for conservation, research and sustainable use. Therefore exploration of plant diversity and its potential in the area of the Nature Reserve West Kalimantan Raya Pasi required to provide data and information on the area's natural and has not been widely reported. Plant exploration results obtained by collection number 137 of 41 tribes, 61 genera and 27 species identifi ed, while the rest are still at the genus level. In the analysis of vegetation terinventarisasi some 194 species, 159 genera and 74 tribes with high vegetation diversity values (3.75 to 6.26). Index value of the highest importance on the type of Durio ziberthinus (tree), Canarium sp., Calamus sp., (Belta) and Cyperus sp., Arenga pinnata (seedling). Also found diversity of plant species of orchids, palms, nails, Amorphophallus, nepenthes, bananas and associated plants and some plants that have the potential as drugs, food, ornamental, and energy. 40 known plant species used as medicinal plants to overcome the 16 kinds of diseases, in addition to the utilization of nepenthes as a place to process food, gaharu from Aquilaria, and conservation of soil and water by the palm.

Key words: CA. Raya Pasi, diversity, exploration

PENGANTAR

Indonesia adalah negara tropis yang memiliki beranekaragam kekayaan hayati, namun sebagian kecil yang diketahui dan termanfaatkan. Sementara jumlah penurunan populasi maupun jenis terus bertambah dari waktu ke waktu. Ancaman terhadap kelestarian jenis tumbuhan terus berlangsung, seperti kerusakan hutan, alih guna lahan, urbanisasi, bencana alam dan sebab lainnya, sehingga banyak jenis tumbuh-tumbuhan terancam punah. Predikat sebagai mega biodiversity country, kini bersandingan dengan predikat hot-spot country, suatu istilah yang menunjukan tingginya tingkat kerusakan hutan dan termasuk di dalamnya keanekaragaman hayati.

Kalimantan adalah pulau terbesar di Indonesia yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan tertinggi. Jenis-jenis tumbuhan berbunga yang berada di Kalimantan diperkirakan sekitar 10.000–15.000 jenis (Mac Kinnon dkk., 1986) yang terdiri dari 3000 jenis pohon (Ashton, 1982), 2000 jenis anggrek, 1000 jenis paku-pakuan (Mac. Kinnon dkk., 1996) dan yang lainnya berupa semak, herba atau rumput. Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi yang ditetapkan sebagai "paru-paru dunia" yang dikenal dengan "The Heart of Borneo". Hutan di Kalimantan Barat menyimpan kekayaan luar biasa, kawasan hutan cagar alamnya terhampar seluas 153.275 ha (Anonim, 2007a). Selain memiliki wilayah daratan yang luas yaitu 146.807

km2, Kalimantan Barat dijuluki provinsi "Seribu Sungai" karena mempunyai ratusan sungai besar dan kecil, yang sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman (Anonim, 2007b).

Secara geografi s, wilayah Kalimantan Barat memiliki ciri khas tersendiri yaitu terletak di 2 garis lintang atau dibelah oleh garis equator di sepanjang 2° 6' LU-3° 5' LS dan 108o BT-114° BT. Bahkan Pontianak yang menjadi ibukota propinsi terletak tepat pada garis lintang 0°. Hal ini tentunya secara langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap tingginya tingkat keanekaragaman jenis (biodiversity) sumber daya alam hutan yang dimiliki (Anonim, 2007c). Hutan konservasi yang telah ditunjuk dan ditetapkan di Kalimantan Barat terdiri atas 1 Suaka Margasatwa, 4 Taman Nasional, 2 Taman Wisata, dan 4 Cagar Alam, salah satunya Cagar Alam Raya Pasi yang mempunyai tipe ekosistem hutan hujan pegunungan dengan potensi sumber daya alam serta keanekaragaman jenis fl ora dan fauna yang cukup tinggi (Anonim, 2002).

Tingginya jumlah keanekaragaman tumbuhan tersebut perlu diketahui jenis dan potensinya untuk keperluan konservasi, penelitian dan pemanfaatan secara berkelanjutan, mengingat hingga saat ini baru sekitar 20–30% jenis-jenis tumbuhan yang telah diketahui jenis dan potensinya. Sehubungan dengan itu kegiatan eksplorasi keanekaragaman tumbuhan di kawasan Cagar Alam Raya

Page 8: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

Eksplorasi Keanekaragaman Tumbuhan dan Pontensinya8

Pasi diperlukan untuk memberikan informasi mengenai vegetasi kawasan yang masih alami dan potensinya yang belum banyak dilaporkan. Hasil eksplorasi ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar tentang keanekaragman tumbuhan dan jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai obat, pangan, hias, energi dan konservasi lingkungan serta upaya pengembangan maupun budidayanya.

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian dilaksanakan pada kawasan Cagar Alam. Raya Pasi terutama di Bukit Sibayung, Bukit Nek Rokon, sepanjang Sungai Senggang dan hutan masyarakat disekitar Desa Bagak yang berbatasan langsung dengan Cagar Alam Raya Pasi. Cagar Alam Raya Pasi secara geografis terletak di antara 0°48'30"–0°59'00"LU dan 108°59'00"–109°07'40"BT. Secara administratif berada dalam Kecamatan Singkawang Timur, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat.

Kegiatan eksplorasi keanekaragaman tumbuhan dilakukan pada tanggal 29 Nopember–6 Desember 2007 meliputi tiga kegiatan utama yaitu:1. Kegiatan inventarisasi vegetasi, dengan metode transek

berpetak dalam kawasan hutan memotong garis kontur, jarak antar titik 50 m, titik kuadran untuk vegetasi pohon (diameter >10 cm) dan petak 2 × 2 meter untuk vegetasi belta (diameter 2–10 cm) serta petak 1 × 1 meter untuk vegetasi bawah/semai (diameter < 2 cm dan tinggi < 1 m). Semua jenis vegetasi yang terdapat dalam petak dicatat nama jenis, jumlah dan kondisi lingkungannya. Kemudian dihitung kerapatan (K), frekuensi (F) dan dominasinya (D) untuk mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) setiap jenis dan Indeks Diversitas (H)/tingkat keanekaragamannya.

2. Kegiatan koleksi tanaman, dengan cara mengumpulkan material tumbuhan berupa anakan/bibit, stek, buah/biji. Untuk pengkoleksian, bagian akar/bawahnya dibungkus moss, diikat dan ditutup dengan plastik, kemudian keseluruhan koleksi dimasukkan dalam kantung plastik untuk menjaga kelembabannya.

3. Kegiatan pemanfaatan tumbuhan/etnobotani, dengan cara wawancara langsung terhadap masyarakat setempat yang mengenal tumbuhan dan observasi di lapangan. Selain mencatat nama daerah dan jenis tumbuhan, juga cara pemakaian serta pemanfaatanya. Tumbuhan yang berhasil dijumpai, diambil gambarnya dan diidentifi kasi nama ilmiahnya.

Gambar 1. Lokasi Penelitian, CA. Raya Pasi – Kalimantan Barat.

HASIL

Pada bukit Sibayung diperoleh 23 titik mulai ketinggian 67–299 m dpl. Titik puncak pada 0°51'077'' LU dan 109°05'557'' BT. Hasil analisis vegetasi diketahui INP terbesar untuk vegetasi pohon: Durio zibethinus (72,39) dan Arenga pinnata (57,15); vegetasi belta: Canarium sp. (16,24) dan Buchanania arborescens, Arenga pinnata (10,53); dan vegetasi bawah/semai: Glocidion sp. (8,18), Pteris sp. (8,79), Arenga pinnata (10,01), Lygodium circinatum (13,51) dan Cyperus sp. (14,36).

Sedangkan pada bukit Nek Rokon diperoleh 30 titik mulai ketinggian 55-440 m dpl. Titik puncak pada 0°51'095'' LU dan 109°04'523'' BT. Hasil analisis vegetasi diketahui INP yang paling besar untuk vegetasi pohon: Durio zibethinus (45,64) dan Arenga pinnata (34,25); vegetasi belta: Calamus sp. (13,81); dan vegetasi bawah/semai: Arenga pinnata (15,97).

Dari kedua tempat terdapat 194 jenis yang diketahui marupakan jenis langkah seperti jenis Anggrek, Rotan (Calamus sp), Amorphophalus, Alstonia scholaris, Oroxylum indicum, Diptrocarpaceae (Shorea, Vatica), Euphorbiaceae (Bacaurea, Macaranga) dan Tymelaceae (Aglaia). Dimana keberadaannya di alam sudah mengalami tekanan yang kuat, sehingga jumlahnya menurun dengan cepat (Mogea dkk., 2001).

Di samping itu dari hasil kegiatan ekplorasi pada empat lokasi di sekitar kawasan Cagar Alam Raya Pasi yaitu: sungai Senggang Desa Mayasopa (00°51'24.0''LU–109°04'49.2''BT) dengan ketinggian 22–31m dpl; kawasan

Page 9: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

Irawanto 9

hutan Desa Bagak (00°52'47.3''LU–109°06'07.0''BT) dengan ketinggian 52m dpl; kawasan hutan bukit Nekrokon (00°51'44.2''LU–109°05'41.3''BT) dengan ketinggian 151m dpl dan kawasan hutan bukit Sibayung (00°51'41.6''LU-109°05'35.3''BT) dengan ketinggian 42m dpl; diperoleh 137 nomor koleksi dari 41 suku, 61 genus, hanya 27 jenis yang teridentifi kasi dan sisanya masih pada tingkat genus.

Dari 137 nomor hasil koleksi dan 194 jenis hasil analisis vegetasi, dijumpai keanekaragaman tumbuhan seperti palem, anggrek, nepenthes, paku, amorphophallus, pisang liar, dan jenis lainnya. Jenis-jenis tersebut dapat berpotensi sebagai tanaman hias, tanaman obat, sumber pangan dan energi serta konservasi lingkungan (air dan tanah).

Jenis Palem yang dijumpai, antara lain Arenga pinnata, Caryota sp., Areca cathecu, Livistona sp., Cocos nucifera, Salacca sp., Oncosperma horridum, Metroxylon sagu dan Calamus spp. Jenis tersebut selain dapat sebagai tanaman hias, tanaman obat, juga berfungsi sebagai sumber pangan dan energi serta konservasi tanah dan air seperti aren. Aren (Arenga pinnata) dan rotan (Calamus sp.) merupakan jenis dominan yang dijumpai.

Jenis anggrek yang ditemukan dan dikoleksi untuk anggrek terestrial adalah Bromheadia finlaysoniana, Eulophia spectabilis, Googyera sp., Nephelaphyllum pulchrum, Nervilla discolor, Plocoglottis lowii. Sedangkan anggrek epifi t antara lain Acriopsis sp., Aerides sp., Arachnis sp., Bulbophyllum sp., Coelogyne asperata, Coelogyne pandurata, Coelogyne rochusenii, Coelogyne sp, Cymbidium dayana, Cymbidium sp., Dendrobium lamelatum, Dendrobium sp., Eria sp., Flickingeria sp., Grammatophyllum sp., Harostophyllum sp., Huisia curtisii, Liparis sp., Maleola sp., Oberonia sp., Phalaenopsis cornunervi, Phalaenopsis modesta, Sarcanthus sp., Schoenorchis sp., Thelasis sp., Thrixspermum sp., Trichoglottis sp. dan jenis Vanilla sp. yang termasuk dalam anggrek merambat (climber).

Jenis Nepenthes yang ditemukan yaitu Nepenthes ampularia, Nepenthes bicalcarata, Nepenthes gracilis dan Nepenthes reinwardtiana sedangkan yang lain masih Nepenthes sp.

Jenis paku yang ditemukan antara lain Linsaea sp., Platycerium coronarium, Selaginella sp. dan jenis lain yang dijumpai tetapi tidak dikoleksi seperti Cyathea sp., Adiantum sp., Pteris sp., Nephrolepis hirsutula dan Asplenium nidus.

PEMBAHASAN

Cagar Alam (CA) Raya Pasi mempunyai topografi bergelombang sedang sampai berat dan bergunung dengan

kemiringan 15–65 derajat. Ketinggiannya berkisar antara 150–947m dpl dengan panorama pemandangan yang indah. Kondisi Tanah Podsolik merah kuning, andosol, regosol, aluvial hidromorf dan latosol. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, CA Raya Pasi termasuk ke dalam klasifi kasi type A dengan curah hujan rata-rata pertahun 263 mm dengan kelembaban 55% (Anonim, 2007c). Kawasan CA Raya Pasi merupakan jajaran perbukitan dengan luas 3.700Ha yang terdiri dari Bukit Sibayung; Nek Rokon; Tinyo Laud; Nek Kuung; Nek Bading; Nek Beor; Raya; Poteng dan Pasi. Puncak tertinggi adalah Bukit atau Gunung Raya.

Hasil pada Bukit Sibayung dan Nek Rokon secara keseluruhan komposisi jenis vegetasi pohon, belta dan semai yang tercatat dalam petak di kedua bukit tersebut sejumlah 194 jenis dari 159 marga, 74 suku dapat dilihat pada Gambar 2.

Berikut merupakan jumlah jenis pada semua tingkat vegetasi

62

93113

68

140159

74

159

194

0

50

100

150

200

250

Suku Marga Jenis

SibayungNek RokonTotal

Gambar 2. Jumlah jenis pada semua tingkat vegetasi

Dilihat dari keanekaragaman vegetasi pada kedua bukit antara 3,75 sampai 6,26, menunjukan bahwa hutan pada kawasan CA Raya Pasi merupakan hutan dengan keanekaragaman cukup tinggi, seperti pada Gambar 3.

Berikut merupakan indeks diversitas pada semua tingkat vegetasi.

3.75

5.50

5.83

4.46

5.59

6.26

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

Pohon Belta Semai

Sibayung

Nek Rokon

Gambar 3. Indeks diversitas pada semua tingkat vegetasi

Page 10: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

Eksplorasi Keanekaragaman Tumbuhan dan Pontensinya10

Secara umum vegetasi di kedua bukit ada kemiripan, dimana vegetasi yang sering dijumpai Arenga pinnata dan Artocarpus sp. Dengan struktur vegetasi hutan berdasarkan data diameter pohon pada ukuran 21–30 cm menempati urutan tertinggi dalam jumlah individu.

Secara alami sebaran ukuran pohon yang terdapat pada kedua bukit memperlihatkan keadaan yang tidak teratur. Pohon berukuran kecil selalu dalam jumlah besar dan semakin besar diameter semakin menurun, hal ini merupakan gejala umum hutan tropik yang mengalami proses dinamika.

Beberapa jenis vegetasi yang menunjukan potensi regenerasi cukup baik, salah satunya Arenga pinnata, tercermin dari sebaran ukuran diameter pada tingkat pohon (diameter 18–60 cm) dan tergolong dominan pada tingkat belta dan semai. Jenis tersebut akan tetap menjadi jenis dominan untuk masa yang akan datang bila kondisi hutan tidak terganggu.

Sebaran pohon pada kawasan hutan tropis tersebut memiliki potensi sebagai kayu bernilai tinggi untuk dimanfaatkan dan kemudian dibudidayakan. Jenis-jenis kayu yang dijumpai lebih dari 30 jenis, yang dapat diklasifikasikan berdasarakn PROSEA menjadi tiga, 1. Kayu komersial mayor: 9 jenis (Soerianegara dkk., 1994); 2. Kayu komersial minor: 15 jenis (Lemmens dkk., 1995); dan 3. Kayu yang kurang diketahui: 11 jenis (Sosef dkk., 1998).

Berdasarkan kegiatan eksplorasi pada empat lokasi yaitu sungai senggang, kawasan hutan desa Bagak, kawasan hutan bukit Nekrokon dan Bukit Sibayung jenis Anggrek termasuk suku Orchidaceae yang merupakan suku terbesar dari tanaman berbunga, meliputi 850 marga dan 20.000 jenis, diantaranya terdapat 2.500–3.000 jenis di hutan Kalimantan. Anggrek alam seperti Phalaenopsis, Paphiopedilum, Bulbophylum, Grammatophyllum mempunyai nilai ekonomis tinggi. Selain sebagai komoditas perdagangan tanaman hias, anggrek juga diketahui sebagai bahan tanaman obat dan bahan pembuatan kosmetik dan parfum (Siregar dkk., 2005).

Jenis anggrek seperti Nervilia aragoana, Anoectachilus albolineatus, Vanilla griffithii dan Gramatophyllum speciosum juga terinvetarisasi dan memiliki potensi hias.

a b c

d e fGambar 5. Jenis Anggrek/Orchidaceae: a. Coelogyne sp., b. Phalaenopsis sp., c. Liparis sp., d. Thrixspermum sp., e. Nephelaphyllum sp., f. Nervilia sp.

Jenis Nepenthes termasuk jenis tanaman hias "unik" karena tidak bisa digolongkan dalam tanaman hias daun ataupun bunga. Nepenthes selain mudah perawatannya, kantongnya tahan sekitar 3 bulan, sehingga dijadikan pilihan untuk dikoleksi ataupun penghias taman (Purwanto, 2007). Terdapat 82 jenis suku Nepenthaceae di dunia dan 64 jenis berada di Indonesia, dimana Kalimantan merupakan pusat penyebarannya (Mansur, 2006).

Beberapa jenis seperti Nepenthes ampularia, Nepenthes bicalcarata, Nepenthes gracilis dan Nepenthes reinwardtiana sedangkan yang lain masih Nepenthes sp. dijumpai habitatnya berada pada tempat yang ternaungi dan lembab, tanah berpasir dan sedikit berair (freshwater wetland), dan dijumpai pula jenis yang tumbuh disemak-semak pada daerah terbuka dan panas. Berdasarkan pengamatan tercatat 16 jenis dari 14 suku tumbuhan lain yang berasosiasi dengan Nepenthes.

Oleh masyarakat setempat kantong Nepenthes dibuat tempat mengolah makanan, dan airnya/cairan dari dalam kantong yang belum terbuka dipercaya sebagai obat batuk dan obat pencuci mata.

Gambar 4. Keanekaragaman Palem/Arecaceae: a. Salacca sp., b. Livistona sp., c. Calamus sp., d. Cocos nucifera, e. Arenga pinnata

Page 11: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

Irawanto 11

Gambar 6. Jenis Nepenthes/Nepenthaceae: a. N. ampularia, b. N. bicalcarata, c. N. reinwardtiana, d. N. garcilis

Tumbuhan paku di dunia sekitar 10.000 jenis dimana diperkirakan 1.300 jenis berada di Indonesia. Jenis paku lebih mudah dijumpai dari pada jenis anggrek dan mulai diminati sebagai tanaman hias, disamping berguna untuk sayuran ataupun obat-obatan (Sastrapraja dkk., 1985).

Sedangkan untuk jenis-jenis paku, beberapa jenis lain yang dapat berpotensi sebagai tanaman hias yaitu Amorphophallus dan pisang liar. Jenis Amorphophallus dijumpai memiliki keanekeragaman berdasarkan

morfologinya dan tumbuh pada tanah berbatu dengan kondisi lembab serta dibawah naungan. Getahnya oleh masyarakat digunakan sebagai obat penawar gigitan hewan berbisa hirsute, f. Asplenium nidus, g. Selaginella sp.

Jenis pisang liar oleh masyarakat sekitar disebut "Pisang kera" dijumpai di kaki bukit pada ketinggian sekitar 55 m dpl dengan kisaran pH 6,2. Tumbuh berumpun pada lapisan humus yang tipis dengan tingkat kelembaban yang tinggi, terletak pada daerah sedikit terbuka. Jenis ini semula diidentifikasi sebagai Musa ornata Roxb., karena warna bunga ungu muda dan buah ungu kemerahan (Nasution dkk., 2001). Namun Musa ornata merupakan tumbuhan asli Himayala bagian tenggara dan diintroduksi ke Indonesia. Sehingga kecil kemungkinannya berada pada hutan alami dalam kawasan cagar alam. Identifi kasi lebih lanjut diketahui sebagai Musa campestris var. sarawakensis dan merupakan sebuah catatan baru dimana sebelumnya belum pernah dilaporkan adanya populasi pisang liar ini tumbuh di kawasan tersebut (Häkkinen, 2004). Berdasarkan hasil penelitian terdapat 40 populasi M. campestris var. sarawakensis yang digunakan sebagai plot untuk mengetahui jenis tumbuhan lain yang berada disekitarnya sebanyak 51 jenis, dengan jenis tumbuhan asosiasi yang sering dijumpai Aleurites moluccana, Arenga pinnata, Lygodium circinatum, Artocarpus elasticus dan Donax cannaeformis.

a b

.

Gambar 8. Habitat jenis Amorphophalus (a) dan pisang liar (b).

Hasil wawancara masyarakat Dayak Salako di Desa Bagak tercatat 40 jenis dari 28 suku tumbuhan digunakan sebagai obat tradisional. Bagian tumbuhan yang umum digunakan adalah batang, daun, dan akar, dengan penggunaan secara sederhana yaitu dikonsumsi langsung atau direbus dahulu ataupun dioleskan sebagai obat luar.

Dari 40 jenis tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan untuk mengatasi 16 macam penyakit, sebagai berikut.

Gambar 7. Jenis Paku/Pteridophyta: a. Cyathea sp., b. Platycerium coronarium, c. Adiantum sp., d. Pteris sp., e. Nephrolepis

Page 12: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

Eksplorasi Keanekaragaman Tumbuhan dan Pontensinya12

i j i b h bGambar 9. Jenis-jenis Tumbuhan Obat

Penyakit darah tinggi: Acantaceae, Aglaia domestica, Amomum sp., Nicolaia sp., Physalis minima, dan Piper sp.; menurunkan kadar gula: Dendrobium crumenatum.; penyakit kulit seperti bisul: Curculigo orchioides, Alstonia scholaris, Zingiber sp., cacar: Jasminum sambac, korengan: Salvia sp., panu dan kurap: Senna alata.; memperbaiki kuku yang rusak: Impatiens balsamina.; menghilangkan bau badan: Vitex sp., dan kuman: Clerodendrum sp.; malaria: Aglaia domestica dan Physalis minima.; gigitan serangga berbisa dan ular: Alocasia sp.; pengusir serangga: Belamcanda chinensis, nyamuk: Litsea sp. dan setan Leea angulata.; mengobati luka baru: Artabotrys sp., Ipomoa sp. dan melastoma malabatricum.; sakit kepala: Ageratum conyzoides atau pusing: Physalis minima dan Onagracea.; sakit gigi: Aglaia sp. dan Desmodium sp.; batuk: Pogostemon sp. dan asma: Liliaceae.; sakit perut: Ageratum conyzoides, Curcuma domestica, Melastoma malabatricum, disentri: Rubus teprodes, mencret: Callicarpa

sp., dan berak darah: Glochidion sp.; sakit pingang, pegal dan keseleo: Gandarussa vulgaris dan Tacca palmata.; masuk angin: Ageratum conyzoides, Blumea sp., Lygodium circinnatum, Physalis minima. dan tolak angin: Vitex sp.; sakit panas: Curcuma domestica, Glochidion sp., Tacca palmata, Phyllanthus niruri, Physalis minima, dan Sida rhombifolia.

Hasil eksplorasi keanekaragaman tumbuhan diperoleh 137 nomor koleksi dari 41 suku, 61 marga dan 27 jenis, sisanya masih tingkat marga. Dalam analisis vegetasi terinventarisasi 194 jenis, 159 marga dan 74 suku dengan nilai keanekaragaman vegetasi cukup tinggi (3,75–6,26). Dijumpai keanekaragaman palem, anggrek, nepenthes, paku, amorphophallus, dan pisang liar, serta tumbuhan asosiasi lainnya. Jenis-jenis tersebut diketahui memiliki bermacam potensi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada tim eksplorasi KRPurwodadi (Abdul Goni, Ach Suef dan Wardaya) serta panduan dari BKSDA Kalimantan Barat (Avong dan Riring), yang telah banyak membantu selama kegiatan berlangsung.

KEPUSTAKAAN

Anonim, 2002. Data dan Informasi Kehutanan Propinsi Kalimantan Barat. Pusat Inventarisasi dan Statistik Kehutanan. Badan Planologi Kehutanan. Departemen Kehutanan.

Anonim, 2007a. Indonesia Tanah Airku. http://www.indonesia.go.id. (diakses 7 April 2008).

Anonim, 2007b. Kalimantan Barat. http://www.kalbar.go.id. (diakses 12 Desember 2007).

Anonim, 2007c.Cagar Alam Raya Pasi. http://www.dephut.go.id. (diakses 12 Desember 2007).

Ashton PS, 1982. Dipterocarpaceae. Flora Malaysiana 1 (9): 237–552.

Häkkinen M, 2004. Musa campestris Becc. (Musaceae) varieties in northern Borneo. Folia Malaysiana 5 (2): 81–100.

Lemmens RHMJ, I Soerianegara and WC Wong, 1995. PROSEA No. 5 (2). Timber Trees: Minor Commercial Timbers. Bogor.

Mac Kinnon Y, and Mac Kinnon K, 1986. Review of The Protected Areas System, in The Indo Malayan Realism. IUCN.

Mac Kinnon K, G Hatta, H Halim and A Mangali, 1996. The Ecology of Kalimantan. Periplus Edition. Dalhouse University.

Mansur M, 2006. Nepenthes, Kantong Semar yang Unik. Penebar, Swadaya. Jakarta.

Mogea JP, D Gandawidjaja, H Wiriadinata, RE Nasution dan Irawati, 2001. Tumbuhan Langka Indonesia, Puslit Biologi. Bogor.

Page 13: EKSPLORASI TUMBUHAN ANGGREK DI KAWASAN TAMAN …

Irawanto 13

Nasution RE, dan Yamada Isamu, 2001. Pisang-pisang Liar di Indonesia, Puslitbang Biologi-LIPI.

Purwanto AW, 2007. Budidaya Ex-situ Nepenthes. Kanisius. Yokyakarta.

Sastrapraja S, JJ Afriastini, D Darnaedi, dan EA Widjaja, 1985. Jenis Paku Indonesia. LBN seri 17- LIPI. Bogor.

Siregar C, A Listiawati, dan Purwaningsih, 2005. Anggrek spesies Kalimantan Barat Volume 1. LP3-KB. Jayakarta Agung Offset. Pontianak.

Soerianegara I, and RHMJ Lemmens, 1994. PROSEA 5(1). Timber Trees: Major Commercial Timbers. Bogor.

Sosef MSM, LT Hang, and S. Prawirohatmadjo, 1998. PROSEA 5(3). Timber Trees: Lesser-known Timbers. Bogor.