6
12 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009 _______., 2009 b. Pinang. http://id.wikipedia.org/wiki/Pinang. bulan akses Juli 2009. _______., 2009 c. Pinang (Areca catechu L.). http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com . bulan akses Agustus 2009. _______.,2009 d. Pinang. http://www.pbase.com . Bulan akses Agustus 2009. Backer, C.A., and Van Den Brink, R.C., 1968. Flora of Java (Spermatophytes Only Vol III). Noordhoff NV. Groningen. Netherlands. p.164-194. Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia jilid II. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. Gerakan Menanam Satu Orang Satu Pohon (One Ma One Tree) Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009 Pada Edisi ini Warta Cendana mencoba memaparkan tentang eksplorasi dan Identifikasi endomikoriza beberapa pohon kehutanan di NTT , Perubahan Iklim serta satwa sebagai indikator lingkunagn yang sekarang menjadi isu global yang sedang populer, serta tulisan tentang Pohon Pinang yang banyak sekali di manfaatkan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur untuk ramuan mengobati desentri, diare berdarah dan penyakit kulit........ semoga bermanfaat Sekapur sirih 1 Eskplorasi dan Identifikasi.. 1 Perubahan Iklim ..... 7 DAFTAR ISI Biologi dan Manfaat... 11 LATAR BELAKANG B erdasarkan hasil inventarisasi lahan kritis, di NTT terdapat lahan kritis seluas 2.109.496,76 ha (44,55 %) luas daratan Indonesia, terdiri dari 661.680,74 ha di dalam kawasan hutan dan 1.447.816,02 di luar kawasan hutan (Anonim, 2005). Kondisi lingkungan di NTT pada saat ini mengarah pada proses disertifikasi, dimana laju pembentukan lahan kritis yang sangat tinggi. Hal ini jika tidak segera diatasi akan mengancam sistem kehidupan yang ada di dalamnya. Bahkan pada saat ini beberapa jenis tanaman asli NTT terancam punah. Salah satu tanaman yang merupakan potensi andalan NTT adalah cendana. Upaya penanaman Cendana sampai pada tahun 1991 telah mencapai 2.006,75 ha. Menurut Surata (1992), hal ini belum menjamin tercapainya potensi Cendana yang lestari karena penanaman dilakukan dalam luasan-luasan kecil yang tersebar di berbagai lokasi. Tingkat keamanan areal tanam yang sangat tidak memadai dan keberhasilan penanaman yang sangat rendah (<20%). Salah satu kendala dalam melakukan penanaman di daerah semi arid adalah kondisi tanahnya yang pada EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI ENDOMIKORIZA PADA BEBERAPA POHON KEHUTANAN DI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : Nurhuda Adi Prasetiyo & Eritrina Windyarini Warta Cendana merupakan majalah ilmiah poluler Balai Peneleitian Kehutanan Kupang yang diterbitkan 3 kali dalam satu tahun , berisikan tema rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi, social ekonomi, ekowisata, lingkungan, HHBK, managemen, hukum kelembagaan, kebijakan dll. REDAKSI Penanggung Jawab : Kepala Balai Dewan Redaksi : Ir. Soenarno, M.Si, Ir Sigit B Prabawa,M.Sc, Prof. Ir. Fred L. Benu, M.Si., Ph.D, Dr. Ir. L Michael Riwu Kaho, M.Si,., Ph.D, Ir. I Komang Surata, M.Sc Redaksi Pelaksana : Kepala Seksi Pelayanan dan Evaluasi, S. Agung S. Raharjo, S.Hut, M.T Mery M. Dethan, S.P Feri Ana Widhayanto,ST Penerbit: Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Jln Untung Suropati No 7 B. Kupang Telp (0380)823357 Fax (0380) 831086 Email : [email protected] www.foristkupang.org WtÜ| exwt~á| ISSN 1979-8636 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI ENDOMIKORIZA PADA …

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI ENDOMIKORIZA PADA …

12 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

_______., 2009 b. Pinang. http://id.wikipedia.org/wiki/Pinang. bulan akses Juli 2009. _______., 2009 c. Pinang (Areca catechu L.). http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com.

bulan akses Agustus 2009. _______.,2009 d. Pinang. http://www.pbase.com. Bulan akses Agustus 2009. Backer, C.A., and Van Den Brink, R.C., 1968. Flora of Java (Spermatophytes Only

Vol III). Noordhoff NV. Groningen. Netherlands. p.164-194. Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia jilid II. Badan Litbang Kehutanan.

Jakarta.

Gerakan Menanam Satu Orang Satu Pohon (One Ma One Tree)

Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

Pada Edisi ini Warta Cendana mencoba memaparkan tentang eksplorasi dan Identifikasi endomikoriza beberapa pohon kehutanan di NTT , Perubahan Iklim serta satwa sebagai indikator lingkunagn yang sekarang menjadi isu global yang sedang populer, serta tulisan tentang Pohon Pinang yang banyak sekali di manfaatkan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur untuk ramuan mengobati desentri, diare berdarah dan penyakit kulit........

semoga bermanfaat

Sekapur sirih 1

Eskplorasi dan Identifikasi.. 1

Perubahan Iklim ..... 7

DAFTAR ISI

Biologi dan Manfaat... 11

LATAR BELAKANG

B erdasarkan hasil inventarisasi lahan kritis, di NTT terdapat lahan kritis seluas 2.109.496,76 ha (44,55 %) luas daratan Indonesia, terdiri dari 661.680,74 ha di dalam kawasan hutan dan 1.447.816,02 di luar kawasan hutan (Anonim, 2005). Kondisi lingkungan di NTT pada saat ini mengarah pada proses disertifikasi, dimana laju pembentukan lahan kritis yang sangat tinggi. Hal ini jika tidak segera diatasi akan mengancam sistem kehidupan yang ada di dalamnya. Bahkan pada saat ini beberapa jenis tanaman asli NTT terancam punah.

Salah satu tanaman yang merupakan potensi andalan NTT adalah cendana. Upaya penanaman Cendana sampai pada tahun 1991 telah mencapai 2.006,75 ha. Menurut Surata (1992), hal ini belum menjamin tercapainya potensi Cendana yang lestari karena penanaman dilakukan dalam luasan-luasan kecil yang tersebar di berbagai lokasi. Tingkat keamanan areal tanam yang sangat tidak memadai dan keberhasilan penanaman yang sangat rendah (<20%).

Salah satu kendala dalam melakukan penanaman di daerah semi arid adalah kondisi tanahnya yang pada

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI ENDOMIKORIZA PADA BEBERAPA POHON KEHUTANAN

DI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh :

Nurhuda Adi Prasetiyo & Eritrina Windyarini

Warta Cendana merupakan majalah ilmiah poluler Balai Peneleitian Kehutanan Kupang yang diterbitkan 3 kali dalam satu tahun , berisikan tema rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi, social ekonomi, ekowisata, lingkungan, H H B K , m a n a g e m e n , h u k u m kelembagaan, kebijakan dll.

REDAKSI

Penanggung Jawab : Kepala Balai Dewan Redaksi : Ir. Soenarno, M.Si, Ir Sigit B Prabawa,M.Sc, Prof. Ir. Fred L. Benu, M.Si., Ph.D, Dr. Ir. L Michael Riwu Kaho, M.Si,., Ph.D, Ir. I Komang Surata, M.Sc

Redaksi Pelaksana : Kepala Seksi Pelayanan dan Evaluasi, S. Agung S. Raharjo, S.Hut, M.T Mery M. Dethan, S.P Feri Ana Widhayanto,ST

Penerbit: Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Jln Untung Suropati No 7 B. Kupang Telp (0380)823357 Fax (0380) 831086 Email : [email protected] www.foristkupang.org

WtÜ| exwt~á|

ISSN 1979-8636

Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

Page 2: EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI ENDOMIKORIZA PADA …

2 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

umumnya miskin hara. Tanaman harus mempunyai kemampuan untuk bertahan pada kondisi tersebut dengan cara meningkatkan kemampuan pengambilan unsur hara. Selain itu juga dapat dilakukan rekayasa dengan melakukan perbaikan tempat tumbuhnya.

Salah satu mekanisme yang banyak dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan bertahan tersebut adalah dengan inokulasi mikoriza. Mikoriza adalah asosiasi antara cendawan dengan akar tanaman. Beberapa peran penting mikoriza di alam adalah membantu suplai nutrisi terhadap tanaman melalui akar dan antagonis dari organisme parasit. Peran lainnya untuk ekosistem adalah membantu siklus nutrisi dan konservasi tanah oleh miselia, memperbaiki struktur tanah dan transport karbon dari akar tanaman pada organisme lain.

Salah satu karakter cendawan mikoriza adalah spesifitas asosiasi dengan inang tertentu. Hampir seluruh tanaman berasosiasi dengan cendawan mikoriza atau mikroba tanah lainnya. Sampai saat ini belum diketahui jenis cendawan mikoriza yang berasosiai secara spesifik pada tanaman Cendana.

KEADAAN UMUM LOKASI

Provinsi NTT secara geografis terletak diantara 8°5' - 11°1' LS dan diantara 118°56' - 125°11' BT. Di sebelah Utara dibatasi Laut Flores, di sebelah Selatan dibatasi Selat Sape (Provinsi Nusa Tenggara Barat) dan di sebelah Timur dibatasi oleh negara Timor Leste. Provinsi ini merupakan wilayah Kepulauan, terdiri dari ± 566 pulau, diantaranya terdapat 3 gugusan pulau yaitu Flores (Komodo, Rinca, Flores, Solor, Adonara, Lembata) Sumba dan

Timor (Sawu, Rote, Semau, Timor, Alor dan Pantar).

Luas daratan wilayah NTT 4.735.980 Ha dan secara administrasi terbagi atas 15 wilayah kabupaten, 1 kota, 139 kecamatan, 2545 desa (BPS NTT, 2000).

T a n a h

Jenis tanah di Pulau Timor adalah tanah-tanah kompleks dengan bentuk wilayah pengunungan kompleks, mediteran dengan bentuk wilayah lipatan, Grumusol dengan bentuk wilayah dataran, Latosol dengan bentuk wilayah plato/Volkan. Tanah-tanah kompleks dengan bentuk wilayah pengunungan kompleks merupakan jenis tanah yang paling luas penyebarannya.(Sumber : Rencana Umum Kehutanan Provinsi Dati I NTT tahun 1987).

I k l i m

Provinsi NTT beriklim kering (Semi arid) yang dipengaruhi oleh Angin Muson. Musim penghujan sangat pendek dan terjadi antara bulan Nopember sampai bulan Maret. Sedangkan Musim Kemarau panjang dan kering terjadi pada bulan April sampai dengan bulan Oktober.

Tipe iklim daerah ini adalah tipe B sampai F (pembagian menurut Smidt dan Ferguson) dengan penyebaran paling luas adalah tipe iklim E (46,34%); F (27,37%); D (22,93%); B (2,30%) dan C (1,05%).

Curah hujan berkisar antara 697 - 2.737 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata tiap tahun antara 44 sampai 61 hari. Suhu maksimum rata-rata 33,2°C dan suhu minimum rata-rata 21,7°C. Kelembaban nisbi terendah terjadi pada Musim Timur Tenggara (63-76%)

11 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

memanjang, berwarna hijau dan jika buah masak berwarna merah oranye, panjang 3,5-7 cm, dengan dinding buah yang berserabut. Buah pinang berbiji 1 berbentuk telur, dan memiliki gambaran seperti jala. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna agak keputihan. Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan dan 4 bulan kemudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka.

Bunga berbentuk tongkol dengan seludang (spatha) yang panjang dan mudah rontok, muncul di bawah daun, panjang kurang lebih 75 cm, tangkai pendek bercabang rangkap, panjang sumbu ujung bunga mencapai 35 cm, dengan 1 bunga betina pada pangkal dan banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris di atasnya yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, berwarna putih-kuning dan mempunyai benang sari 6. Bunga betina panjangnya kurang lebih 1,5 cm, berwarna hijau dengan bakal buah beruang satu. Pinang berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa hidup 25-30 tahun. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung keadaan tanah. Pinang dapat tumbuh pada ketinggian tempat hingga 1.400 m dpl (Heyne,1987), tetapi ketinggian idealnya berkisar antara 0 – 750 m dpl. Pinang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, meskipun demikian untuk pertumbuhan yang baik, pinang memerlukan tanah yang mengandung banyak unsur hara, tidak tergenang air, serta tidak berbatu dan

berkapur. Pinang membutuhkan sinar matahari yang cukup, suhu lingkungan berkisar 20-32°C, dengan curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun.

Manfaat buah pinang selain untuk memperkuat gigi, juga dipercaya dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit diabetes. Biji buah pinang berpotensi sebagai obat antikanker karena memiliki efek antioksidan, dan atimutagenik (http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com, 2009). Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit desentri, diare berdarah, dan penyakit kulit. Biji pinang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna merah dan penyamak.

Saat ini biji pinang sudah menjadi komoditi perdagangan. Ekspor dari Indonesia diarahkan ke negara-negara Asia selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, atau Nepal. Negara-negara pengekspor pinang utama adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Myanmar. Biji pinang yang diperdagangkan terutama adalah yang telah dikeringkan, dalam keadaan utuh (bulat) atau dibelah. Di negara-negara importir tersebut biji pinang diolah menjadi semacam permen sebagai makanan kecil (http://id.wikipedia.org/wiki/Pinang, 2009). Dari berbagai manfaat yang terkandung dalam tanaman pinang, maka tanaman pinang layak untuk dibudidayakan secara intensif oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2009 a. Profil Nusa Tenggara Timur. http://www.bkpmd-ntt.go.id. bulan akses Juli 2009.

Page 3: EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI ENDOMIKORIZA PADA …

10 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

Pinang merupakan hal yang tidak asing bagi kebanyakan suku di Indonesia karena sering digunakan sebagai ‘camilan’ bersama dengan sirih, begitu juga dengan orang Timor dari Nusa Tenggara Timur. Tradisi ‘mamah’ sirih dan buah pinang sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Timor. Hampir seluruh acara adat dan acara resmi selalu diawali dengan acara makan sirih pinang, meskipun tidak diketahui mulai kapan kebiasaan ‘mamah’ sirih pinang tersebut berlangsung, oleh karena itu tidak mengherankan jika buah ini gampang ditemui di sejumlah pasar di Nusa Tenggara Timor. Menurut berbagai sumber tanaman pinang yang berada di Nusa Tenggara Timur merupakan tanaman hasil budidaya masyarakat. Jika usaha budidaya pinang di NTT berhasil, tidak tertutup kemungkinan perdagangan buah pinang akan menjadi salah satu sumber pendapatan daerah untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pinang dapat tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur. Tanaman pinang diklasifikasikan dalam divisi spermatophyta, sub divisi angiospermae, kelas monocotyledoneae, bangsa arecales, keluarga arecaceae/palmae, marga areca, dan jenis Areca catechu L. (Backer and Van Den Brink, 1965). Pinang mempunyai berbagai nama daerah diantaranya pineung (Aceh), pining (Batak Toba), jambe (Sunda, Jawa), bua, ua, wua, pua, fua, hua

( Nusa Tenggara dan Maluku) dan berbagai sebutan lainnya. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Betel palm atau Betel nut tree, dan nama ilmiahnya adalah Areca catechu L. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pinang, 2009).

Gambar 1. Areca catechu (http//www.pbase.com)

Gambar 2. Sirih Pinang Pinang (Areca catechu L.) dapat tumbuh

mencapai tinggi 25 m, batang tegak lurus, diameter dapat mencapai 15 cm dan memiliki tajuk yang tidak rimbun. Pelepah daun berbentuk tabung dengan panjang 80 cm, tangkai daun pendek, helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak daun 85x5 cm, dengan ujung sobek dan bergerigi. Buah buni berbentuk bulat telur terbalik

BIOLOGI & MANFAAT TANAMAN PINANG Oleh: Heny Rianawati

3 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

yaitu bulan Juni sampai Nopember dan kelembaban tertinggi pada Musim Barat Daya (82-88%) yaitu bulan Desember sampai bulan Mei.

Kecepatan angin rata-rata pada Bulan Nopember sampai April 03-05 Knot dan Angin Musim Timor Tenggara terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober dengan kecepatan dapat mencapai 06-10 Knot (apabila ditunjang angin permukaan). METODOLOGI Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah dari sekitar tegakan Cendana dan Ampupu, zeolit, Prueraria javanica, NPK, inokulum mikoriza, air, sukrosa 50%, PVLG, dan Melzer.

Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel di lapangan adalah cangkul, plastik klip, gunting, pisau, kertas label dan spidol. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk pengamatan dilaboratorium adalah saringan tanah (425, 300, 150, 53 mm), mikroskop binokuler, mikroskop compound, tabung reaksi, timbangan, cawan petri, pinset spora, pipet mikro, gelas preparat, centrifuge, tabung centrifuge, siring, scalpel dan kamera.

Eksplorasi dan Identifikasi Materi Ektomikoriza

Eksplorasi dan identifikasi untuk ektomikoriza dilakukan dengan melakukan pencarian dan pengambilan sampel tubuh buah di sekitar rizosfer tegakan Ampupu. Pada setiap sampel tubuh buah diberikan nomor koleksi/sampel. Selain itu juga dilakukan

pencatatan waktu pengambilan, kondisi tempat tumbuh, habitat, tipe tanah dan asosiasi tumbuhan. Setelah itu tubuh buah diamati dan digambar detil mikroskopisnya serta warna spesimen segar dideskripsikan dengan jelas. Apabila memungkinkan dilakukan pengambilan foto spesimen muda, masak dan tua.Tubuh buah dipotong secara longitudinal sebelum dikeringkan. Setelah itu diamati secara mikroskopis dan diidentifikasi dengan menggunakan pedoman buku identifikasi.

Endomikoriza (CMA)

Eksplorasi dan identifikasi untuk endomikoriza diawali dengan pengambilan sampel tanah di sekitar rizosfer tegakan Cendana sebanyak 300 gram/sampel. Selanjutnya dilakukan pembuatan biakan pot, pemeliharaan biakan plot dan isolasi serta idnetifikasi spora CMA.

Pembuatan Biakan Pot

Zeolit yang digunakan sebagai media tanam dicuci dengan air mengalir dan dioven pada suhu 121°C selama 15 menit. Tanah contoh sebanyak 100 gr di masukkan dalam pot yang telah diisi zeolit 100 gr, lalu diisi zeolit lagi 50 gr. Pot ini ditanami kecambah Pueraria javanica. Tiap sampel tanah dibuat tiga biakan pot. Tiap sampel tanah yang sudah dibuat biakan pot selanjutnya diletakkan dalam nampan, dengan tiap nampan berisi enam biakan pot yang berasal dari sampel tanah yang sama.

Pemeliharaan Biakan Pot

Biakan pot dalam nampan dipelihara selama 3-4 bulan untuk produksi spora

Page 4: EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI ENDOMIKORIZA PADA …

4 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

CMA. Selama pemeliharaan, tanaman di pupuk NPK dengan dosis 1 (satu) gr pupuk dalam 1 (satu) liter air. Perbandingan komposisi kandungan NPK dalam pupuk ialah 25, 5 dan 20. Tiap pot diberi sebanyak 100 ml pupuk (sesuai kapasitas lapang). Pemberian pupuk sebanyak dua kali, yaitu saat tanaman berumur satu dan dua bulan. Tanaman yang sudah berumur 3 bulan tidak disiram dan dibiarkan mengering selama tiga minggu. Spora CMA yang terbentuk di dalam biakan pot tersebut diisolasi dan diidentifikasi.

Identifikasi Spora CMA

Isolasi spora CMA dilakukan dengan metode tuang saring basah kemudian dilanjutkan dengan metode sentrifugasi (Walker et al., 1982 dalam Prastyo, 2004). 100 gr contoh tanah dari biakan pot berumur tiga bulan disuspensikan dalam 1000 ml air dan diaduk. Partikel tanah yang besar dipecahkan dengan tangan. Suspensi ini didiamkan selama beberapa detik. Suspensi lalu disaring menggunakan saringan bertingkat yang disusun secara berurutan dari atas ke bawah dengan ukuran pori 425, 300, 150, 53 mm. Tanah yang tertinggal pada saringan 300, 150, dan 53 mm dicuci dengan air mengalir dan dijadikan satu, kemudian partikel tanah yang tertinggal disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama dua menit. Selanjutnya supernatan dibuang, lalu tabung sentrifugasi diisi dengan larutan sukrosa 50% serta diaduk dengan menggunakan pengaduk. Sentrifugasi dilakukan kembali dengan kecepatan 1000 rpm selama 30 detik. Kemudian supernatan disaring menggunakan saringan berukuran 53

mm sambil dicuci dengan air mengalir. Materi yang tertinggal pada saringan berukuran 53 mm selanjutnya diamati dengan menggunakan mikroskop stereo. Spora cendawan dipisahkan berdasrkan warna, bentu, dan hifa pembawa jika ditemukan.

Spora yang baik dan mempunyai struktur morfologi lengakap disimpan pada kaca obyek menggunakan media polyvinil alkohol-lacto-glycerol. Identifikasi dilakukan berdasarkan pada morfologi dan ciri-ciri dinding spora dengan bantuan Manual for the Identication of VA Mycorrhizal Fungi (Schneck & Perez, 1990) dan pustaka mutakhir lainnya. Preparat CMA yang diperiksa diberi kode berdasrkan singkatan nama peneliti diikuti dengan nomor koleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi mikoriza meliputi endomikoriza dan ektomikoriza. Ektomikoriza diketahui terdapat pada famili Pinaceae, Salicaceae, Betulaceae, Fagaceae, Juglandaceae, Caesalpinoideae, dan Tiliaceae. Sedangkan endomikoriza hanya dijumpai pada wakil-wakil spesies kebanyakan famili angiospermae. Endomikoriza juga ditemukan pada konifer kecuali Pinaceae dan pteridofita dan briofita tertentu. (Rao, 1994). Ektomikoriza secara normal mudah ditemukan pada hutan alam di mana mereka muncul dekat permukaan tanah dan dekat seresah. Ektomikoriza juga mudah dipahami dimana jamur menyelubungi akar pohon dan berwarna. Sebaliknya endomikoriza sulit dilihat dengan mata telanjang dimana perkembangan jamur terletak di dalam

9 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

(Sembel,1993 dalam Rizal 2003).

Gambar 3. Kupu-kupu di tepi sungai. Keberadaan mereka dapat menjadi indikator perubahan lingkungan.

Ampibi adalah spesies yang juga mendapat perhatian karena hampir 33% spesies amfibi di dunia masuk dalam kategori vulnerable (rawan), ,dan critically endangered (kritis) oleh IUCN (2005). Suhu tubuh dan siklus hidupnya sangat tergantung kondisi lingkungan sekitarnya. Peningkatan suhu, pencemaran air dan udara, diduga menyebabkan penurunan populasi amfibi di berbagai belahan dunia. Padahal masih banyak informasi mengenai inventarisasi jenis, habitat, siklus hidup dan distribusi amfibi yang belum diketahui.

Seorang ahli biologi Cina memperingatkan pemanasan global telah menyebabkan dua spesies katak dan satu spesies tokek punah pada akhir abad ini diindikasikan dengan migrasi 30 jenis reptil dan ampibi untuk menemukan daerah dengan temperatur yang lebih dingin.

KESIMPULAN DAN SARAN

Perubahan ik l im mengancam kelangsungan hidup satwaliar dan akan membawa kepada ancaman kepunahan. Mempertahankan kawasan hutan tropis yang masih ada, reforestasi dan

menambah jumlah kawasan yang di lindungi adalah berbagai cara yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan species-species yang terancam serta mencegah bertambahnya karbondioksida guna mencegah menghangatnya suhu bumi. Ada banyak cara sederhana yang bisa dilakukan untuk ikut berkontribusi dalam usaha mengurangi emisi gas-gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer, diantaranya; 1) hemat penggunaan kertas dan tisu karena bahan bakunya dari kayu, 2) kurangi penggunaan kantong plastik, 3) gunakan produk lokal, 4) ganti bola lampu dengan lampu yang hemat energi, 5) matikan alat elektronik jika tidak digunakan, 6) tanam pohon di lingkungan sekitar. DAFTAR PUSTAKA C.J Bibby, N.J Collar, M.J Crosby, M.F.

Heath, Ch. Imboden, T.H. Johnson, A.J. Stattersfield and S.J. Thirgood. 1992. Putting Biodiversity On the Map: Priority Areas For Global Conservation. International Council For Bird Preservation

Rizal S. 2003. Populasi Kupu-kupu Di Kawasa Cagar Alam Rimbo Panti dan Kawasan Wisata Lubuk Minturun Sumatera Barat. Mandiri, Volume 9, NO. 3, Januari - Maret 2007. Diakses dari [http://www.kopertis2.org/jurnal/pertanian.pdf. Tanggal akses 3 Februari 2010

UNFCCC. Diakses dari [http://unfccc.int/essential_background/feeling_the_heat/items/2902.php]. Tanggal akses 3 Februari 2010

Watson. 2005. Tha Carbon Balance of Forest Biomes. Taylor and Francis Group

Page 5: EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI ENDOMIKORIZA PADA …

8 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

permukaan air laut di perairan benua Asia meningkat sekitar 1 sampai 3 mm tiap tahunnya, jumlah ini lebih tinggi dari peningkatan permukaan air laut rata-rata secara global.

Gambar 1. Kenaikan tinggi permukaan air laut mengancam kehidupan satwa di pulau-pulau kecil.

Gambar 2. Banteng di grazing ground. Satwaliar dan habitat alaminya yang masih tersisa

Satwaliar mempunyai batas toleransi terhadap lingkungan, jika mereka tidak menemukan daerah yang cocok sebagai habitatnya maka akibatnya adalah kepunahan. Kepunahan berarti kerugian karena satwaliar adalah bagian dari keanekaragaman hayati yang seharusnya dilestarikan agar bisa dipelajari, di manfaatkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Dalam mempelajari perubahan lingkungan, beberapa spesies dapat dijadikan indikator lingkungan, seperti burung, amfibi dan kupu-kupu.

Burung adalah indikator lingkungan yang baik karena burung dapat hidup di berbagai habitat dan sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Taksonomi dan penyebaran burung lebih banyak diketahui daripada jenis satwa lainnya (Bibby et al, 1992). Karena itu perubahan perilaku dan distribusi pada burung dapat dijadikan indikator bahwa suatu unsur dalam lingkungan telah berubah. Menghangatnya suhu di habitat akan menyebabkan perubahan sebaran populasi burung. Selain itu deforestasi juga mengakibatkan burung harus bermigrasi ke lokasi lain agar bisa mendapatkan pakan. Begitu pula dengan burung-burung yang ada di pulau-pulau kecil, yang terancam kehilangan habitat karena kenaikan permukaan air laut. Hilangnya habitat akan menyebabkan burung harus mencari habitat baru dan belum tentu mereka dapat menemukannya sehingga akan terancam kepunahan.

Karena mudah diamati berdasarkan bentuk dan coraknya yang menarik, serta peka terhadap perubahan iklim mikro dan intensitas cahaya, maka kupu-kupu sering dijadikan sebagai indikator perubahan lingkungan. Penyebaran kupu-kupu pada suatu kawasan atau daerah sangat terkait dengan faktor suhu, kelembaban, cahaya, curah hujan, predator dan parasit dan yang juga menentukan adalah vegetasi tumbuhan yang menyusun kawasan tersebut (Rizal, 2003). Dalam suatu ekosistem kupu-kupu berperan penting dalam memelihara keanekaragaman hayati, karena fungsinya sebagai polinator yang mendorong terjadinya penyerbukan pada tumbuhan sehingga membantu perbanyakan tumbuhan secara alamiah

5 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

akar. Jamur endomikoriza lebih umum dijumpai bersimbiosis dengan berbagai jenis tanaman tingkat tinggi, sedangkan ektomikoriza terjadi hanya sekitar 10% bersimbiosis dengan vegetasi tingkat tinggi. Walaupun demikian ektomikoriza adalah bentuk simbiosis yang penting dengan banyak pohon hutan. Jadi kedua tipe ini sama pentingnya bagi peningkatan produktivitas hutan. (Misto, 2002).

Eksplorasi mikoriza dilakukan pada beberapa tegakan alam tanaman hutan, antara lain Cendana, ampupu, jati, mahoni, gmelina, randu, kemlandingan, gaharu dll. Eksplorasi dilakukan di daratan Pulau Timor, meliputi Kab. Kupang, TTS, TTU, dan Belu. Prosedur eksplorasi dan pengambilan sampel sedikit berbeda dengan yang disebutkan pada sub metodologi di atas. Hal ini disebabkan karena kegiatan eksplorasi dilakukan pada musim kering, sehingga tidak ditemukan adanya badan buah yang biasa muncul pada musim hujan. Adapun cara eksplorasi yang dilakukan adalah dengan mengamati daerah di sekitar akar tegakan. Kemudian diambil akar-akar serabut beserta tanah disekitarnya (± 5 gram). Sebagai ulangan, 1 tegakan bisa diambil 3 sampel. Tanah dan akar serabut lalu dimasukkan dalam plastik / kantung dengan diberi keterangan jenis tegakan, umur, jenis tanah, lokasi, dan tanggal pengambilan sampel. Sampel-sampel hasil eksplorasi ini dibawa ke Bogor untuk discreening (mengetahui ada tidaknya kandungan mikoriza) untuk kemudian diidentifikasi. Proses ini sendiri membutuhkan waktu 6-12 bulan di laboratorium Mikrobiologi Hutan Puslit Bogor.

Hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan bahwa sampel-sampel tanah dari NTT menunjukkan spora yang dihasilkan adalah Glomus sp. Dan Gigaspora sp. Glomus sp. Dihasilkan dari rhizosfer cendana daun kecil, jati dan mahoni. Sedangkan Gigaspora sp. Dihasilkan dari Rhizosfer dari Gmelina. Untuk rhizosfer yang lain tidak dihasilkan adanya spora mikoriza

Gambar 1. Spora Glamus sp. dari rhizosfer Cendana daun kecil

Gambar 2. Spora Glamus sp dari rhizosfer Tectona grandis

Gambar 3. Spora Gigaspora sp dari rhizosfer Gmelina arborea

Page 6: EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI ENDOMIKORIZA PADA …

6 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan : Jenis mikoriza yang ditemukan di Pulau Timur NTT terutama adalah Glomus sp. dan Gigaspora sp.

b.Saran Perlu dilakukan kegiatan eksplorasi mikoriza di Pulau lain di NTT, misalkan Pulau Sumba, Alor dll.

DAFTAR PUSTAKA Anonim,2005. Sekilas Info Kehutanan

Provinsi NTT. Website : http://www.dephut.go.id/INFORMASI/INFPROP/Dishut_NTT/Paparan.Diakses tanggal 31 Maret 2010.

Harisetijono. 2002. Analisis Kebijakan Pengelolaan Cendana di NTT. Makalah disampaikan pada Ekspose/Diskusi Hasil-Hasil Penelitian BP2KBNT. Kupang.

Misto, Erdy Santoso, dan Saprudin. 2002. Identifikasi Jamur Mikoriza pada Jenis Pohon Andalan Setempat di Sulawesi. Buletin BPPK Sulawesi. Makasar.

Prastyo, H. 2004. Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Bambu. Skripsi pada Departemen Biologi FMIPA IPB. Bogor.

Rao, N.S. Subra. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI-Press. Jakarta Sumardjo. 2002. Kebijakan Pembangunan Kehutanan Berbasis Daerah Aliran Sungai di NTT. Makalah Disampaikan pada Ekspose/Diskusi Hasil-Hasil Penelitian BP2KBNT. Kupang.

Schneck, N.C., Y. Perez. 1990. Manual for the Identification of VA Mycorrhizal Fungi. Gainesville, Florida. University of Florida.

Surata, I.K. 1992. Perkembangan Penelitian Pembibitan dan Penanaman Cendana Di NTT. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Tentang Status Silvikultur di Indonesia Saat Ini.

UGM. Yogyakarta. Turjaman, Maman, Ragil SB Irianto,

dan Erdy Santoso. 2002. Teknik Inokulasi dan Produksi Massal Cendawan Ektomikoriza. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

7 Warta Cendana Edisi II No 2 Agustus 2009

PENDAHULUAN Keanekaragaman hayati adalah

semua bentuk variasi kehidupan di bumi yang mencakup keanekeragaman gen, spesies, ekosistem dan proses-proses ekologis dimana mereka menjadi bagiannya (Bibby et al.,1992). Nilai-nilai dan manfaat yang dimiliki keanekaragaman hayati menjadi alasan pentingnya menjaga kelestarian keanekaragaman hayati. Satwaliar sebagai salah satu bentuk keanekaragaman hayati dan kekayaan spesies dan gen yang dikhawatirkan akan terancam kepunahan sebagai akibat dari perubahan iklim. Panel Internasional tentang Perubahan Iklim (IPCC) memproyeksikan bahwa suhu di bumi akan meningkat sekitar 1.4o – 5.8o C antara tahun 1990 – 2100, dengan asumsi bahwa tidak ada koordinasi dan kebijakan internasional yang bertujuan untuk mengatasi masalah perubahan iklim (Watson, 2001 dalam Watson, 2005).

TEORI PERUBAHAN IKLIM

Ada bermacam-macam gas pada atmosfer bumi yang memiliki fungsi berbeda. Beberapa gas berfungsi untuk menjaga suhu bumi tetap hangat dengan cara kerja yang mirip dengan sistem rumah kaca. Gas-gas inilah yang disebut gas rumah kaca. Panas yang diterima bumi sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh gas-gas rumah kaca ini sehingga bumi menjadi hangat. Karbondioksida(CO2) adalah penyum-bang terbesar konsentrasi gas rumah kaca yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan

batubara. Beberapa gas rumah kaca lainnya adalah ; methana (CH4), nitrous oksida (N2O), hidroflu-orokarbon (HFC), sulfur heksafluorida (SF6), perfluorokarbon (PFC).

Namun seiring dengan meningkatnya emisi gas-gas rumah kaca dari aktifitas manusia maka lapisan gas rumah kaca di atmosfer menjadi semakin tebal. Akibatnya bumi semakin panas sehingga terjadilah pemanasan global. Meningkatnya temperatur bumi secara global sudah menyebabkan perubahan-perubahan yang sangat besar pada mekanisme alami di bumi. Musim panas yang lebih panjang, musim hujan yang singkat dengan intensitas hujan yang tinggi merupakan salah satu akibat yang sudah terjadi. Peningkatan tinggi permukaan air laut dapat menyebabkan banjir di pemukiman masyarakat pesisir yang berada di Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur seperti Vietnam, Bangladesh dan Cina.

Perubahan iklim menimbulkan dampak yang luas pada berbagai bidang, diantaranya sosial ekonomi, sumberdaya air, pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Pihak yang akan paling merasakan dampak perubahan iklim adalah masyarakat miskin di negara-negara berkembang dan keanekaragaman flora dan fauna yang ada di daerah tropis. Peningkatan suhu juga berakibat pada melelehnya glasier di kutub yang menyebabkan permukaan air laut naik. Studi United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) melaporkan

Perubahan Iklim dan Satwa Sebagai Indikator Lingkungan Oleh : Grace Serepina Saragih, S.Hut