22
Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari 121 EKONOMI POLITIK MEDIA CETAK DI KALIMANTAN SELATAN ECONOMY OF POLITICS PRINTED MEDIA IN SOUTH KALIMANTAN Nining Nadya Rukmana Sari Ilmu Komunikasi, Universitas Lambung Mangkurat Jl. Brigjen Hasan Basri, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan Indonesia. Telp. (0511) 3306603 E-mail : [email protected] diterima tanggal : 16 Agustus 2016 | direvisi tanggal 22 September 2016 | disetujui tanggal 6 Oktober 2016 ABSTRACT Media coverage about the involvement of M. Nazaruddin in the bribery case of SEA Games athlete development leads to low credibility of the Democratic Party. Through publications in mass media, the Democratic Party showed political positioning to minimize the formation of a negative image. This study aims to determine the difference of illustration and newspaper accounts about the positioning of the Democratic Party in an attempt to address the involvement of M. Nazaruddin cases related to bribery athlete development SEA Games. The research method that used is quantitative, with media content analysis approach. Data were analyzed using chi-square distribution and the frequency of the five indicators of positioning and twenty categories of research. Through the chi square calculation results, it was found that the significance of differences in positioning indicators and positioning categories of significant and insignificant. Keywords: positioning democrat party, newspapers coverage, media content analysis ABSTRAK Banjarmasin Post dan Kalimantan Post adalah dua surat kabar harian yang terbit di Kalimantan Selatan sejak Era Orde Baru dengan latar belakang sejarah yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mendiskripsikan strategi ekonomi politik masing-masing media, terutama praktik strukturasi dan spasialisasi yang menjadi alasan kedua media ini mampu bertahan seperti sekarang. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang bersifat deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah aspek strukturasi dan spasialisasi yang diterapkan masing-masing media dalam mempertahankan eksistensinya. Teknik analisa data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari wawancara, observasi langsung dan studi pustaka. Dari temuan data dan analisis penelitian sangat kental dengan nuansa ekonomi politik, terutama strukturasi dan spasialisasi. Dari sisi strukturasi, dapat ditemui adanya dominasi aktor sebagai pemilik media sangat menentukan arah kebijakan serta isi pemberitaan media. Dari sisi spasialisasi, karena Banjarmasin Post adalah anak KKG yang memiliki modal besar sehingga berhasil membangun diversifikasi produk yakni surat kabar Metro Banjar, tabloid Serambi Ummah dan majalah B Magazine. Sedangkan Kalimantan Post karena memiliki modal yang terbatas, hanya fokus pada strategi perluasan wilayah distribusi. Kata Kunci: Media Lokal, Ekonomi Politik, Strukturasi, Spasialisasi I. PENDAHULUAN Era Reformasi di Indonesia telah membawa kehidupan media nasional di Indonesia termasuk juga kehidupan media lokal untuk tumbuh dan berkembang. Maka tidak mengherankan jika semua kota atau provinsi di Indonesia memiliki media sendiri baik berupa surat kabar daerah, radio daerah maupun televisi daerah. Berdasarkan data dari Data Pers Nasional Indonesia 2010 yang dibuat oleh Dewan Pers dan beredar pasca 9 Februari 2011 menunjukkan bahwa jumlah penerbitan media lokal atau daerah adalah sebanyak 629 media cetak, 325

EKONOMI POLITIK MEDIA CETAK DI KALIMANTAN SELATAN

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari

121

EKONOMI POLITIK MEDIA CETAK DI KALIMANTAN SELATAN

ECONOMY OF POLITICS PRINTED MEDIA IN SOUTH KALIMANTAN

Nining Nadya Rukmana Sari Ilmu Komunikasi, Universitas Lambung Mangkurat

Jl. Brigjen Hasan Basri, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan Indonesia. Telp. (0511) 3306603

E-mail : [email protected]

diterima tanggal : 16 Agustus 2016 | direvisi tanggal 22 September 2016 | disetujui tanggal 6 Oktober 2016

ABSTRACT

Media coverage about the involvement of M. Nazaruddin in the bribery case of SEA Games athlete

development leads to low credibility of the Democratic Party. Through publications in mass media, the

Democratic Party showed political positioning to minimize the formation of a negative image. This study aims

to determine the difference of illustration and newspaper accounts about the positioning of the Democratic

Party in an attempt to address the involvement of M. Nazaruddin cases related to bribery athlete development

SEA Games. The research method that used is quantitative, with media content analysis approach. Data were

analyzed using chi-square distribution and the frequency of the five indicators of positioning and twenty

categories of research. Through the chi square calculation results, it was found that the significance of

differences in positioning indicators and positioning categories of significant and insignificant.

Keywords: positioning democrat party, newspapers coverage, media content analysis

ABSTRAK

Banjarmasin Post dan Kalimantan Post adalah dua surat kabar harian yang terbit di Kalimantan Selatan sejak

Era Orde Baru dengan latar belakang sejarah yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan

mendiskripsikan strategi ekonomi politik masing-masing media, terutama praktik strukturasi dan spasialisasi

yang menjadi alasan kedua media ini mampu bertahan seperti sekarang. Metode penelitian yang digunakan

adalah studi kasus yang bersifat deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah aspek strukturasi dan

spasialisasi yang diterapkan masing-masing media dalam mempertahankan eksistensinya. Teknik analisa data

yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari wawancara, observasi

langsung dan studi pustaka. Dari temuan data dan analisis penelitian sangat kental dengan nuansa ekonomi

politik, terutama strukturasi dan spasialisasi. Dari sisi strukturasi, dapat ditemui adanya dominasi aktor sebagai

pemilik media sangat menentukan arah kebijakan serta isi pemberitaan media. Dari sisi spasialisasi, karena

Banjarmasin Post adalah anak KKG yang memiliki modal besar sehingga berhasil membangun diversifikasi

produk yakni surat kabar Metro Banjar, tabloid Serambi Ummah dan majalah B Magazine. Sedangkan

Kalimantan Post karena memiliki modal yang terbatas, hanya fokus pada strategi perluasan wilayah distribusi.

Kata Kunci: Media Lokal, Ekonomi Politik, Strukturasi, Spasialisasi

I. PENDAHULUAN

Era Reformasi di Indonesia telah membawa

kehidupan media nasional di Indonesia termasuk

juga kehidupan media lokal untuk tumbuh dan

berkembang. Maka tidak mengherankan jika semua

kota atau provinsi di Indonesia memiliki media

sendiri baik berupa surat kabar daerah, radio daerah

maupun televisi daerah. Berdasarkan data dari Data

Pers Nasional Indonesia 2010 yang dibuat oleh

Dewan Pers dan beredar pasca 9 Februari 2011

menunjukkan bahwa jumlah penerbitan media lokal

atau daerah adalah sebanyak 629 media cetak, 325

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142

122

radio dan 102 stasiun televisi. Jumlah tersebut

sudah termasuk dengan media lokal yang berada di

bawah naungan kelompok media nasional seperti

Kelompok Kompas Gramedia (KKG) atau Tribun

dan Jawa Pos. Namun, tidak sedikit pula media-

media lokal yang independen atau berdiri sendiri

tanpa bersandar dengan payung media nasional.

Seperti yang terjadi di Kalimantan Selatan

selama ini terdapatdua media lokal yang dikawal

oleh media nasional yakni surat kabar harian (SKH)

Banjarmasin Post dan Radar Banjarmasin. Dimana

Banjarmasin Post berada di bawah grup Tribun dan

Radar Banjarmasin adalah grupnya Jawa Pos.

Sedangkan untuk media lokal yang independen

sendiri ada puluhan jumlahnya di Kalimantan

Selatan. Diantaranya adalah surat kabar harian

(SKH) Kalimantan Post, Media Kalimantan, Mata

Banua dan Barito Post.

Media lokal dengan jaringan nasional

Banjarmasin Post dan media lokal independen

Kalimantan Post adalah potret dua surat kabar tertua

dalam sejarah pers di Kalimantan Selatan.

Meskipun dalam perjalanannya masing-masing

media ini sempat tumbang dan diakusisi oleh

beberapa media nasional seperti sekarang, namun

tetap menjadi pelopor jurnalisme terdepan di Kalsel.

Seperti Banjarmasin Post saat ini dibawah induk PT

Indopersda Primamedia Kelompok Kompas

Gramedia (KKG). Sedangkan Kalimantan Post

yang dulunya bernama surat kabar Dinamika juga

sempat diambil alih oleh Surya Persindo Grup

(Media Indonesia) dengan komisarisnya Surya

Paloh. Namun status Kalimantan Post sudah

kembali independen dengan dibelinya saham

perusahaan oleh seorang pengusaha dan mantan

politisi di Banjarmasin yakni Taufik Effendie.

Profil masing-masing media tersebut memiliki

karakteristik tersendiri sehingga membuatnya

berbeda. Jika Kalimantan Post bebas menjalankan

kebijakan yang mereka buat sendiri, maka berbeda

dengan Banjarmasin Post yang harus tunduk pada

serangkaian aturan yang dibuat oleh Indopersda.

Karena keputusan Banjarmasin Post untuk merger

ke Indoepersda tahun 1995 lah yang membuat

media ini melepaskan sahamnya senilai lebih dar 50

persen kepada Indopersda.

Selama puluhan tahun Banjarmasin membina

kerjasama dengan Indopersda membuat BPost

memperluas bisnis media cetak lainnya yakni

dengan melahirkan surat kabar Metro Banjar,

tabloid Serambi Ummah dan majalah komunitas B

Magazine. Selain bisnis media cetak juga ada bisnis

radio dan televisi yakni BPost radio serta Kompas

TV Banjarmasin.

Dibalik keberhasilan Banjarmasin Post saat ini,

tidak lepas dari jasa Sang pendiri media itu sendiri.

Yakni Pemimpin Umum Banjarmasin Post

Pangeran H. Gusti Rusdi Effendi AR yang

merupakan orang ternama dan gigih dengan

segudang prestasi serta jabatan di Kalimantan

Selatan. Meskipun kepemilikan sahamnya di

Banjarmasin Post hanya beberapa persen, namun

pengaruhnya juga sangat kuat terkait isi atau konten

pemberitaan di Banjarmasin Post.

Untuk Kalimantan Post sendiri juga dipimpin

oleh tokoh kenamaan Kalsel Taufik Effendie yang

dalam karirnya merupakan mantan politisi partai

Golkar yang dan didampingi oleh dewan pensehat

media Sulaiman HB (Alm) yang juga Ketua Umum

Golkar. Sehingga afiliasi pemimpin umum

Kalimnatan Post terhadap dunia perpolitikan tidak

jarang juga membawa pengaruh pada isi peberitaan

Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari

123

media tersebut seperti yang terjadi di Banjarmasin

Post.

Banjarmasin Post, Metro Banjar, Serambi

Ummah, B Magazine dan BPost radio adalah

kepanjangan bisnis Indopersda Primamedia

Kelompok Kompas Gramedia (KKG) untuk region

Kalimantan Selatan. Media-media tersebut

berkantor ditempat yang sama namun untuk radio

dan televisi manajemennya terpisah. Sedangkan

media cetaknya berada di satu wadah manajeman

serta organisasi yang sama. Jadi jangan heran jika

melihat tampilan surat kabar Banjarmasin Post,

Metro Banjar, tabloid Serambi Ummah dan B

Magazine itu struktur organisasinya sama.

Karyawan beserta posisi jabatannya juga tidak ada

yang berbeda. Hanya manager redaksi dimasing-

masing medianya saja yang berbeda. Wartawan

yang meliput BPost juga adalah wartawan yang

meliput Metro Banjar, Serambi Ummah dan B

Magazine. Jika dari segi penyajian beritanya sama

mungkin tidak akan jadi masalah. Bagaimana jika

sumber informasinya sama namun pengemasan

beritanya saja yang berbeda? Karena Metro Banjar

sendiri adalah surat kabar lokal yang fokus pada

berita kriminal, sedangkan Serambi Ummah adalah

tabloid keagamaan yang terbit setiap hari Jumat.

Melihat realita demikian, maka tujuan hakiki

jurnalisme adalah adalah untuk mencerahkan publik

(public enlightenment), semakin bergeser.

Jurnalisme saat ini cenderung dikendalikan oleh

pasar hanya bertujuan untuk memaksimalkan

keuntungan ekonomi para pemodal. Ditambah lagi

pemilik-pemilik modal media adalah orang-orang

yang terjun ke dalam dunia politik. Maka dipastikan

media hanya menjadi corong atau alat bargaining

untuk memuluskan jalan mereka. Otomatis hal itu

tidak hanya berpengaruh pada konten berita yang

disajikan namun juga dapat menggiring opini publik

untuk bersimpati terhadap media tersebut. Hal ini

berlaku tidak hanya di media nasional tetapi juga

media lokal di Kalimantan Selatan seperti

Banjarmasin Post dan Kalimantan Post.

Persoalan pengkongsian media dengan segala

dampak lanjutnya ini merupakan satu rangkaian

telaah ekonomi politik media. Pintu masuk untuk

mengkaji fenomena ekonomi politik media tersebut

menurut Vincent Mosco (2009: 24) menyangkut

dengan tiga hal yaitu: komodifikasi, spasialisasi dan

strukturasi. Fokus penelitian ini hanya mengkaji

praktek yang paling menonjol yakni strukturasi dan

spasialisasi. Dalam teori strukturasi menunjukkan

bahwa agen manusia secara kontinyu mereproduksi

struktur sosial. Sehingga, memungkinkan

bergabungnya beberapa proses komodifikasi dan

spasialisasi untuk mendapatkan keuntungan

ekonomi politik. Penyeragaman ideologi secara

terstruktur pun seringkali terjadi dimana media

yang sama pemiliknya akan memiliki ideologi yang

sama pula. Sehingga, dampak terbesarnya adalah

timbulnya keseragaman terhadap isi media itu

sendiri seperti yang terjadi di Banjrmasin Post dan

Kalimantan Post yang tidak luput dari jeratan

intervensi pemilik media.

Menurut Vincent Mosco (2009) dalam

artikelnya Current Trends in the Political Economy

of Communication, ekonomi politik adalah studi

tentang hubungan-hubungan sosial, khususnya

hubungan kekuasaan yang saling menguntungkan

antara sumber, distribusi, dan konsumsi yang

berkaitan dengan komunikasi. Ini berarti pada ranah

politik, kekuasaan digunakan untuk mengendalikan

sumber produksi, distribusi dan konsumsi

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142

124

komunikasi oleh individu atau kelompok orang.

Sementara Garnham memfokuskan diri pada

struktur relasi sosial dan kekuatan sosial khususnya

yang dimiliki oleh kapitalisme ketika mengkaji

ekonomi politik media.

Curan dan Gueverich (1996) mengatakan

bahwa untuk melihat ekonomi politik media maka

proses sejarah media yang bersangkutan juga perlu

dilihat. Untuk mempermudah pemahaman akan

perluasan jaringan institusi, jangkauan perusahaan,

komodifikasi komunikasi dan informasi, serta

intervensi negara dalam perkembangan perusahaan.

Oleh karena itu, menurut Oliver Boyd-Barret dalam

Kurnia (2008) bahwa perspektif ekonomi politik

media memiliki kepentingan kritis dengan

kepemilikan dan kontrol media, keterkaitan industri

media dengan industri lain, serta bersinggungan

dengan elit politik, ekonomi dan sosial.

Untuk melihat praktik ekonomi politik media,

Mosco (2009) membaginya dalam tiga pintu masuk

yakni komodifikasi, spasialisasi dan strukturasi.

Oleh karena itu, masing-masing komponen

berperan penting dalam melihat praktik ekonomi

politik tersebut.

Pintu masuk pertama dalam memahami

ekonomi politik adalah komodifikasi. Istilah

komodifikasi sebenarnya dipinjam Mosco dari

istilah yang dipakai Karl Marx untuk

menjelaskan kapitalisme. Menurut Marx,

dinamika kapitalisme adalah suatu cara

produksi yang didasarkan pada kepemilikan

pribadi atas sarana produksi. Berdasarkan

penguasaan sarana produksi maka masyarakat

digolongkan dalam kelompok borjuis yang

memiliki dan menguasai sarana produksi dan

kelas proletar atau pekerja yang tidak memiliki

dan menguasai sarana produksi. Kelas borjuis

membeli dan mengksploitasi tenaga kelas

proletar mereka untuk memproduksi barang

dan atau jasa. Realisasi nilai-surplus ke dalam

bentuk uang diperoleh dengan menjual produk

itulah komoditas. Jadi, komoditas menurut

Marx adalah sesuatu yang tersedia untuk dijual

di pasar. Sedangkan komodifikasi adalah

proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme,

dimana obyek, kualitas dan tanda berubah

menjadi komoditas.

Dengan menggunakan istilah yang dipakai

Marx, Mosco ingin menjelaskan ekonomi

politik komunikasi. Mosco mengatakan bahwa

commodification is the process of transforming

use value into exchange values. Artinya,

komodifikasi adalah proses untuk mengubah

segala sesuatu baik bentuk fisik maupun

nonfisik menjadi komoditi yang memiliki nilai

jual. Dalam dunia media, komodifikasi melihat

hal utama dari substansi kerja media yakni isi

media, ikla-audiens, dan pekerja. Mosco

mengidentifikasi bentuk-bentuk komodifikasi

media menjadi komodifikasi: isi, audiens dan

pekerja, imanent dan eksternal.

Spasialisasi adalah pintu kedua dalam

memahami konsep ekonomi politik komunikasi

Mosco. Mosco (2009:175) secara singkat

menerangkan arti spasialisasi dalam ekonomi

politik komunikasi.

“The political economy of

communication has specifically

addressed spatialization chiefly

Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari

125

in terms of the institutional

extension of corporate power in

the communication industry.

This is manifested in the sheer

growth in the size of media

firms, measured by assets,

revenues, profit, employees, and

share value. Political economy

has specifially examined groth

by taking up different forms of

corporate concentration.

Menurut Mosco (2009), istilah spasialisasi

diperkenalkan oleh Henri Lefebre, dengan arti

‘proses mengelola (deadling with) jarak dan waktu

dalam kehidupan sosial’. Konsep ini merujuk pada

pertumbuhan ekspansi kapital yang memang

bertujuan untuk memaksimalkan fungsi transportasi

dan komunikasi, mengurangi sebanyak mungkin

waktu untuk memindahkan barang, orang, dan

pesan melintasi jarak seberapapun, sehingga

membuat jarak tersebut tidak berarti. Giddens

dalam Mosco (2009) melihat perubahan

karakteristik jarak dan waktu seiring dengan

berkembangnya ekspansi kapital dari sumber daya

yang solid menjadi sumber daya yang elastis.

Dalam artian, jauh tidaknya suatu jarak atau lama

tidaknya waktu yang dibutuhkan didefinisikan

secara relatif oleh berbagai macam faktor. Seperti

yang telah diebutkan di atas yaitu faktor tekhnologi

dan komunikasi.

Spasialisasi pada intinya merupakan usaha

industri dalam melakukan ekspansi pasar dan

ekspansi profit. Sebuah perusahaan (konteks

komunikasi misalnya media) tidak lagi mempunyai

tujuan dalam orientasi perluasan kepentingan publik

namun lebih kepada perluasan kepentingan pasar

atau profit. Perluasan yang dimungkinkan

dilakukan oleh sebuah industri tidak hanya berada

dalam batasan yang harfiah. Akan tetapi,

melakukan usaha –usaha baru dalam mendukung

perluasan produk intinya, misalnya pembuatan

merchandise dari film tertentu. Selain itu perluasan

usaha dalam menembus budaya dan sosial

dilakukan juga misalnya dengan akusisi perusahaan

lokal dan sebagainya.

Pintu terakhir dalam memahami ekonomi

politik menurut Mosco (2009) adalah melihat

adanya interaksi, relasi, dan negosiasi yang terjadi

dalam sebuah struktur organisasi (konteks media).

“Process by which structures are

constituted out of human

agency, even as they provide the

very “medium” of that

constitution.

Dalam konteks ekonomi politik media,

strukturasi digunakan untuk memahami relasi

kekuasaan pada kelas sosial, ras, gender dan

gerakan sosial yang pada akhirnya mengkristal

dalam apa yang disebut hegemoni. Melalui teori

strukturasi, Mosco mencoba untuk menempatkan

kajian ekonomi politik media pada titik

keseimbangan. Tidak hanya melihat peran struktur

dari sistem media saja, tetapi juga melihat para

agen, relasi sosial, peran sosial, dan praktek sosial.

Strukturasi dalam ekonomi politik media adalah

sebuah pendekatan analisis sosial kritis untuk

melihat komoditas, institusi, praktek dan

konsekuensi dari produksi, distribusi dan

penggunaan kekuasaan.

Teori strukturasi dipelopori oleh Anthony

Giddens, seorang sosiolog yang mengembangkan

apa yang disebutnya sebagai sosilogi sehari-hari.

Sosiologi didasarkan pada pemahamannya atas

strukturasi dalam sistem sosial. Teori ini ditawarkan

dalam rangka membahas pertanyaan-pertanyaan

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142

126

seperti apakah agen manusia sebagai pelaku atau

kekuatan sosial yang besarkah yang membentuk

masyarakat. Teori strukturasi Giddens (2011)

menunjukkan bahwa agen manusia secara kontinyu

memproduksi struktur sosial. Artinya, individu

dapat melakukan perubahan atas struktur sosial.

Dalam teori strukturasi, memungkinkan

bergabungnya beberapa proses komodifikasi

dan spasialisasi untuk mendapatkan

keuntungan ekonomi politik komunikasi.

Gagasan yang diusung strukturasi

membedakannya dengan komodifikasi atau

spasialisasi. Strukturasi berhubungan langsung

dengan hal-hal yang terkait dengan keagenan,

hubungan sosial, praktek sosial, dan proses

sosial. Maka sudah pasti ada pertanyaan-

pertanyaan yang terkait dengan hal tersebut

seperti: pihak mana yang berpengaruh penting?

bagaimana hubungan sosial diantara mereka?

dan bagaimana proses serta praktek sosialnya?

Manfaat strukturasi lebih kepada dua hal yaitu

untuk mengkaji kekuasaan yang berlangsung

dan pendekatan kritis analitis sosial. Agen

dalam strukturasi pun dapat berwujud individu

atau sekelompok orang. Sebagai agen, mereka

merupakan aktor-aktor sosial yang perilakunya

ditentukan oleh tata hubungan sosial serta

penempatan dirinya di dalam masyarakat.

Era keterbukaan informasi juga membuka

angin segar di daerah. Kalimantan Selatan dengan

kondisi geografisnya dikelilingi oleh sungai telah

mampu mendistribusikan informasi ke daerah-

daerah. Bahkan kabupaten paling ujung di Kalsel

sekalipun seperti Tabalong telah memiki media

sendiri seperti surat kabar Metro7, Saraba Kawa

Post, radio Nirwana FM dan televisi pemkab

Tabalong. Demikian pula 12 kabupaten lainnya

yang tersebar di seluruh wilayah Kalimantan

Selatan. Dan bahkan surat kabar yang ada di Kalsel

pendistribusiannya telah mencapai kawasan

Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur seperti

Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Media

Kalimantan dan Kalimantan Post. Meskipun, dalam

perjalanannya ada juga media yang mati ‘suri’ dan

bahkan tutup sama sekali karena ketidakberdayaan

dalam menghadapi persaingan seperti tabloid

Bebas.

Tabel 1. Daftar Media Cetak di Kalimantan Selatan

No Surat Kabar Tabloid Majalah

1 Banjarmasin Post Serambi Ummah B Magazine 2 Metro Banjar Spirit Kalsel Supermagz* 3 Barito Post Bidik Banua Waja* 4 Kalimantan Post Wanyi* Media Bersinar 5 Radar Banjarmasin Abdi Persada* - 6 Mata Banua Gema Bestari - 7 Gawi Manuntung* Gerbang - 8 Dekrit* Suara Saijaan - 9 Suara Kalimantan Bumi Kahuripan* - 10 Indonesia Merdeka Saraba Kawa Post - 11 Media Kalimantan Murakata/Barabai - 12 Persada Post* X-Kasus - 13 Borneo Pos Pratama Post* -

Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari

127

Tabel 1. Sambungan

No Surat Kabar Tabloid Majalah

14 Media Masyarakat* Modus* - 15 Suara Pembangunan* Dayung* - 16 Pusaka Daerah* Kreasi Pro* - 17 Media Warta Kasus* - 18 Banjarbaru Pos* Fakta Daerah* - 19 Lintas Suara Media* Pengda PSSi* - 20 Mediator* Basis Ummat* - 21 Banjar Pos* Selidah Pos - 22 Merdeka* Publik* - 23 Aktual Koran Anak* - 24 Media Nuansa* Gotcha* - 25 Banua Kita* Mandiri* - 26 Rakyat Membangun* Netro* - 27 Wawasan* Tablomagazine Bisnis - 28 Antasari Pos* Sorot* - 29 Aspirasi Rakyat* Suling* - 30 Deklarator* Demokrasi Plus - 31 Warta Pos Kinday - 32 Mercu Buana Urbana - 33 Duta Post* Oto Max - 34 Armedia Post* Bisnis Kita - 35 Media Publik* Ralitas - 36 Gaung* Derap Kalimantan - 37 Kado Borneo* - - 38 Indonesia Bangkit - - 39 Prospek - - 40 Orbit Pos - - 41 Sinar Kalimantan* - - 42 Islah* - - 43 Target Pos - - 44 Media Borneo - - 45 Seputar Kota - - 46 Borneo News - - 47 Metro7 - -

Jumlah

47 36 4

Sumber: PWI Kalimantan Selatan tanggal 2 Mei 2015 Keterangan: *Media tidak terbit lagi

Berdasarkan daftar media cetak di atas dapat

dilihat media yang paling besar jumlahnya adalah

surat kabar, kemudian tabloid dan yang paling

sedikit adalah majalah. Tetapi, sangat disayangkan

separo dari jumlah media tersebut sekarang sudah

tidak terbit lagi. Dan yang paling banyak adalah

surat kabar yang didirikan di Banjarmasin.

Ketidakmampuan bertahan dalam menghadapi

persaingan dengan media-media lain membuat

mereka memilih menutup saja surat kabar tersebut

daripada mengalami kerugian yang lebih fatal.

Diantara surat kabar tersebut adalah Gawi

Manuntung, Dekrit, Pusaka Daerah dan Banua Kita.

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142

128

Media cetak yang masih unggul di Kalimantan

Selatan tetap dipegang oleh jaringan Kelompok

Kompas Gramedia (KKG) yaitu Banjarmasin Post

dan Kelompok Jawa Pos yang diwakili oleh Radar

Banjarmasin. KKG saat ini telah berhasil

melahirkan dua surat kabar, satu tabloid dan satu

majalah di Kalimantan Selatan. Bahkan, hal ini

sudah berlangsung sejak tahun 2006 sebagaimana

penelitian yang juga telah dilakukan oleh Sulhan

berjudul Kisah Kelabu di Balik Maraknya Pers

Lokal di Kalimantan. Jadi wajarlah kiranya jika di

Kalsel seluruh media cetak di Kalsel juga sulit untuk

mempertahankan eksistensinya karena berada

ditengah ketatnya persaingan dengan media lokal

yang berwajah lokal. Ditambah lagi media-media

yang dimiliki oleh pemodal besar sekaligus politis

seperti di Media Kalimantan, Barito Post, dan

Kalimantan Post sehingga ikut menambah deretan

rintangan media-media kecil yang ingin

berkembang.

Media yang tergabung dalam bisnis jaringan

media nasional KKG adalah Banjarmasin Post

(Bpost), Metro Banjar, Serambi Ummah dan B

Magazine. Mereka memiliki ciri khas atau keunikan

tersendiri yang membuatnya berbeda satu sama lain.

Kelompok media cetak lokal-nasional dan media

lokal dapat dilihat pada tabel 2.

Kesepuluh media cetak di atas didistribusikan

ke 13 kabupaten di seluruh wilayah Kalimantan

Selatan. Terutama sekitaran wilayah Banjarmasin,

Banjarbaru dan Martapura. Untuk kelompok media

nasional, wartawan di daerah cukup meliput

peristiwa didaerahnya saja. Berita nasional,

internasional, olahraga biasanya hanya langsung

mengambil saja berita yang telah disediakan oleh

Tabel 2. Kelompok Media Cetak di Kalimantan Selatan

Nama Media Kategori Tahun Berdiri

Kompas Group

Banjarmasin Post Suratkabar 1971

Metro Banjar Suratkabar 1999

Serambi Ummah Suratkabar 1999

B Magazine Majalah 2014

Jawa Pos Group

Radar Banjarmasin Suratkabar 2001

Perusahaan Pers Sendiri

Kalimantan Post Suratkabar 1986

Mata Banua Suratkabar 2006

Media Kalimantan Suratkabar 2005

Barito Post Suratkabar 1998

Urbana Tabloid 2009

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari

129

induk medianya. Sedangkan media yang tidak

tergabung dengan media nasional di atas

pemiliknya rata-rata adalah politisi sekaligus

pengusaha di Kalimantan Selatan sehingga

memiliki modal yang besar untuk menghidupi

medianya.

Sederet nama dijabarkan lebih detail atas

kepemilikan media cetak di Kalimantan Selatan.

Karena, media tersebut akan sulit menjadi besar

seperti sekarang jika tidak didukung oleh kiprah

para pendirinya. Jasa mereka untuk membesarkan

media sangat bertalian erat dengan jabatan serta

bisnis yang mereka kelola. Inilah tokoh-tokoh

penting pendiri media di Kalimantan Selatan

beserta jabatan struktural mereka saat ini, untuk

lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3. Daftar Pemilik Media di Kalimantan Selatan

Nama Media Pemimpin Umum Jabatan

Banjarmasin Post H Pangeran Rusdi Effendi AR Politisi partai Golkar Serambi Ummah Penasehat Umum PWI Metro Banjar Ketua IKA B Magazine Kalimantan Post HM Taufik Effendi Mantan Politisi Golkar

Pengusaha

Radar Banjarmasin H. Suriansyah Achmad Pebisnis Media Mata Banua H. Facruddin Nor Ifansyah Pebisnis Media Media Kalimantan Sulaiman HB(Hasnur Grup) Ketua Umum Golkar

Pengusaha Ketua KONI Kalsel

Urbana Budi Kurniawan Pebisnis Media Barito Post H. Guntur Prawira, SE Politisi partai Nasdem

Ketua SSI Kalsel Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Masing-masing pemimpin umum pada media

ini memiliki sederet prestasi yang tidak bisa

diperhitungkan lagi selama ini di Kalimantan

Selatan. Untuk media yang tergabung dalam KKG

ada nama H Pangeran Gusti Effendi AR yang

menjadi salah satu ujung tombak kesuksesan media

tersebut. Kemudian nama H Abdussamad Sulaiman

HB menjadi panji kesuksesan untuk Media

Kalimantan. Selain menjadi Pemimpin Umum

Media Kalimantan, Sulaiman HB adalah salah satu

tokoh yang paling disegani di Kalsel karena ia

adalah pendiri Hasnur Group. Berkat Hasnur Group

inilah lahir klub sepakbola Barito Putra serta

Universitas Hasnur. Selain itu, karir perpolitikan

beliau melejit setelah dilantik sebagai Ketua Umum

partai Golkar. Untuk kiprah Pemimpin Umum

Barito Post pun demikian. bertalian erat dengan

dunia partai dimana H Guntur Prawir merupakan

Ketua DPW partai Nasdem Kalsel. Selain itu, ia

juga merupakan pengusaha kayu ternama. Itulah

sebabnya mengapa Barito Post tetap memiliki nama

di Kalsel karena didorong oleh popularitas

pemiliknya tersebut.

Dari keseluruhan media diatas hanya terdapat

satu dua orang saja yang berlatar belakang pebisnis

media. Misalnya tabloid Urbana yang terbit per dua

minggu sekali. Urbana dirintis oleh mantan

wartawan tabloid di kampusnya dahulu kuliah. Ia

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142

130

adalah Budi Kurniawan pendiri tabloid INTRO di

Fisip Unlam kemudian merintis tabloid Urbana

sejak tahun 2009. Selanjutnya, Pemimpin Umum

Radar Banjarmasin H. Suriansyah Achmad juga

merupakan pebisnis media, bukan pejabat

pemerintah ataupun pengusaha.

Adanya keragaman kepemilikan atas media

diatas, maka dikhawatirkan akan mengakibatkan

adanya intervensi kontrol terhadap pemberitaan dari

para pembisnis media secara langsung. Hal ini

mengakibatkan kemerdekaan pers sering

disalahgunakan oleh segelintir orang yang notabene

memiliki beragam kepentingan seperti kepentingan

ekonomi, politik dan ideologi tertentu dalam pola

pemberitaan media. Hal ini mengakibatkan

pemberitaan media massa tidak pernah lepas dari

intervensi pemilik dan pemegang saham media.

Oleh karena itu, dengan mengamati secara

seksama berbagai fenomena media lokal di berbagai

daerah khususnya di Kalimantan Selatan, maka

dapat disimpulkan bahwa media lokal di Indonesia

rata-rata memiliki peluang untuk bangkit dan eksis

sebagai industri pers karena tersedianya potensi

perekonomian dan bisnis di masing-masing daerah.

Serta adanya ketertarikan para investor dari luar

daerah. Hal ini membuktikan bahwa media lokal

dapat menjadi suatu lahan industri pers atau media

yang memiliki peluang bisnis untuk tetap hidup dan

berkembang setara dengan industri pers nasional.

Seperti kelompok media nasional Jawa Pos dan

Kelompok Kompas Gramedia (KKG) yang telah

banyak meluaskan bisnis media cetak mereka ke

berbagai daerah, tidak terkecuali daerah timur

Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur. Namun,

untuk di Kalimantan Selatan sendiri potensi media

lokal seperti Kalimantan Post telah mampu

bersaing ditengah gempuran media nasional karena

sokongan modal dari pemilik media yang besar.

II. METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Sedangkan metode penelitiannya adalah studi kasus

dengan pendekatan kritis ekonomi politik. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan lebih dari satu

kasus atau studi kasus jamak (multiple case study).

Alasan pemilihan multiple case study pada

penelitian ini adalah karena satu obyek saja belum

cukup kiranya mewakili secara lebih mendalam

bagaimana ekonomi politik media cetak di

Kalimantan Selatan khususnya strukturasi dan

spasialisasi. Oleh karena itu, dipilihlah Banjarmasin

Post dan Kalimantan Post untuk mewakili media

cetak di Kalimantan Selatan sebagai gambaran

media yang melakukan strukturasi dan spasialisasi

tersebut dengan pendekatan kritis.

Data yang digunakan untuk menganalisa hasil

penelitian adalah bersumber dari hasil wawancara

kepada para narasumber masing-masing obyek

penelitian dan studi pustaka. Untuk narasumber di

Banjarmasin Post lebih banyak daripada

Kalimantan Post karena Banjarmasin Post telah

banyak melakukan diversifikasi produk sehingga

memungkinkan untuk menganalisa informasi lebih

banyak. Yakni terdiri atas 5 orang dengan jabatan

yang bervariasi di Banjarmasin Post yaitu Manajer

Redaksi, Kepala Bagian Sirkulasi, Senior Sell

Intern, Kepala Bagian PSDM dan Station Manager

Kompas TV Banjarmasin. Sedangkan di

Kalimantan Post adalah Pimpinan Redaksi dan

Kepala Bagian SDM.

Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari

131

Wawancara dilakukan dengan berpedoman

pada panduan pertanyaan (interview guide) yang

telah disusun sebelumnya. Pemilihan informan

dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling. Yakni informan dipilih secara

sengaja oleh penulis berdasarkan pertimbangan

tertentu seperti tingkat pengetahuan terhadap isu

dan informasi kasus secara komperhensif. Penulis

menggunakan tekhnik wawancara semi terstruktur,

yaitu tanya jawab secara langsung dengan informan

untuk mendapatkan data yang jelas, akurat dan

mendalam. Masing-masing perusahaan surat kabar

telah dibuatkan interview guide yang berbeda.

Interview guide untuk Bpost cenderung mengarah

pada relasinya ke media nasional, sedangkan

interview guide untuk Kalimantan Post adalah

tentang eksistensinya yang murni sebagai media

lokal di Kalimantan Selatan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Strukturasi: Dominasi Agen Sebagai

Penentu Kebijakan

Pada bagian strukturasi ini, penulis

menekankan bahwa dominasi para agen pemilik

media membawa konsekuensi langsung pada

kebijakan perusahaan, seperti struktur keredaksiaan

masing-masing media yang salah satu imbasnya

adalah para pekerja dipaksa untuk mengerjakan tiga

media sekaligus dalam satu hari dengan imbalan

yang tidak jauh berbeda dengan mereka yang hanya

menyelesaikan program untuk satu media saja. Dan

ini adalah salah satu contoh realitas yang terjadi di

Banjarmasin Post selama ini, dimana yang menjadi

aktor atau agen mereka adalah media nasional

Indopersda Kelompok Kompas Gramedia (KKG).

Berbeda halnya dengan Kalimantan Post yang tidak

berada dibawah otoritas media nasional yang bisa

lebih leluasa dalam menjalankan aktivitas

jurnalistik mereka sehari-hari, meskipun intervensi

juga masih ditemui yang berasal dari pemilik media

itu sendiri namun tidak seketat yang berlaku di

Banjarmasin Post karena mereka masih

memperhatikan batas-batas toleransi terhadap para

pekerja media di Kalimantan Post. Oleh karena itu,

di bawah ini akan dijelaskan lebih detail perihal

praktik strukturasi yang melingkupi masing-masing

media, yaitu:

1. Banjarmasin Post Dibawah Kontrol

Manajemen Tribun

Sejak bergabungnya Banjarmasin Post dengan

Indopersda atau jaringan Tribun, maka otomatis

segala kebijakan diatur mereka dari pusat. BPost

sebagai perpanjangan bisnis jaringan Tribun di

daerah hanya patuh dan tunduk terhadap aturan-

aturan yang telah mereka tetapkan. Meskipun dari

segi manajemennya terpisah dan tersendiri, namun

Indopersda tetap memegang kendali atas semuanya.

BPost hanya menjalankan apa-apa yang menjadi

larangan dan arahan yang telah mereka buat.

Misalkan saja ada struktur keredaksian di BPost

yang ingin diubah, maka BPost harus terlebih

dahulu mengkonsultasikannya ke Indopersda. Dan

jika usulan kemudian dipertimbangkan atau

disetujui maka barulah BPost bisa menjalankan

struktur yang diajukan tersebut.

Dalam relasinya selama ini, Indopersda selalu

terbuka dengan Banjarmasin Post jika ada suatu

usulan atau saran yang ingin dibuat oleh BPost.

Karena istilahnya, yang tahu rumah sendiri adalah

mereka yang tinggal dirumah tersebut seperti

layaknya BPost. Jadi seperti itulah analoginya

selama ini, BPost yang lebih tahu persis seperti apa

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142

132

isi dapur mereka, sarana dan prasarana penunjang

atau menghambat kinerja mereka.

Pembentukan struktur organisasi serta sistem

manajemen antara Banjarmasin Post dan

Indopersda adalah terpisah. Meskipun terpisah

mereka masih bekerja sama satu sama lain jika ada

proyek di daerah atau sebaliknya. Dan untuk

kebijakan tetap mengacu pada kebijakan yang telah

dibuat Indopersda sebagai induk perusahaan BPost.

Dalam pelaksanaannya selama ini, BPost masih

menerima bahwa kerjasama yang dilakukan

tersebut sebagai sesuatu yang wajar karena hal itu

adalah bagian dari konsekuensi bergabung dengan

media nasional. Karena beberapa kebijakan yang

dibuat Indopersda ada yang cukup fleksibel

sehingga bisa ditinjau ulang kembali manakala itu

menyulitkan pihak BPost yang berkembang sebagai

surat kabar daerah, namun kadangkala juga ada

kebijkan yang memang sulit untuk dijalani karena

cenderung memberatkan sebagian para pekerja

dalam menjalankan tugas mereka seperti pada

pembahasan selanjutnya terkait “Lantai Bersama”

untuk tiga media.

2. Banjarmasin Post Membentuk “Lantai

Bersama” Untuk Efisiensi

Keputusan Banjarmasin Post bergabung

dengan PT. Indopersda Primamedia Kelompok

Kompas Gramedia (KKG) menguatkan keuntungan

Indopersda dalam meluaskan jaringan bisnis

mereka di daerah. Dengan melihat animo

masyarakat Kalsel yang besar terhadap surat kabar

daerah membuat Banjarmasin Post memberikan

usulan kepada Indopersda untuk mendirikan surat

kabar Metro Banjar, tabloid Serambi Ummah dan B

Magazine. Metro Banjar yang terbit perdana pada

tahun 1999. Sebelumnya, yakni pada tahun 1998

untuk memenuhi dan menyalurkan aspirasi

pembaca di Kalsel, diterbitkanlah juga tabloid

Bebas yang bersifat sisipan dari Banjarmasin Post.

Isinya tentang berita sosial sebagai kontrol dan

fenomena yang sedang ‘panas’ terjadi di Kalsel.

Namun tabloid Bebas tidak berumur panjang karena

kemudian pada tahun 2005 digantikan dengan

harian mingguan yang bernama Spirit Kalsel. Tetapi

dalam perjalanannya selama tiga tahun terbit,

produksi Spirit Kalsel juga dihentikan karena

terkendala masalah intern perusahaan.

Tiga media cetak yang dibangun Indopersda di

Kalimantan Selatan adalah hasil dari diversifikasi

Banjarmasin Post. Metro Banjar, Serambi Ummah

dan B Magazine berkantor di gedung yang sama

dengan Banjarmasin Post. Namun jika ingin

berkunjung ke kantor Metro Banjar, Serambi

Ummah atau B Magazine maka jangan heran jika

yang didapati hanyalah ruangan Banjarmasin Post.

Mereka tidak memiliki ruangan khusus untuk ketiga

media ini. Begitupun jika ingin mendapati

wartawannya, juga yang didapati adalah wartawan

BPost. Berbeda dengan BPost radio dan Kompas

TV Banjarmasin yang juga bagian dari Kelompok

Kompas Gramedia mereka memang mempunyai

ruangan khusus untuk beroperasi di lantai tiga

gedung tersebut.

Hal ini memang agak aneh ditemui karena

mungkin jika orang awam selama ini mengenal

mereka adalah media yang berbeda dan

karakteristiknya yang mencolok. Dan ternyata

setelah didapati di lapangan dapat dilihat bahwa

mereka yang bekerja di Metro Banjar, Serambi

Ummah dan B Magazine adalah orang yang sama

bekerja di Banjarmasin Post. Mereka sengaja

Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari

133

dilahirkan dengan alasan bisnis. Karena Indopersda

melihat BPost menjadi surat kabar terdepan di

Kalsel dengan jumlah cetakan (oplah) terbesar

maka mereka berinisiatif untuk memperluas

bisnisnya. Selain itu juga karena melihat animo

masyarakat yang besar tadi.

Awalnya, kelahiran Metro Banjar dan

Serambi Ummah dengan manajemen yang terpisah.

Namun karena dalam perjalannya terkesan seperti

ada penghalang atau garis pemisah diantara pihak

BPost dengan Metro Banjar dan Serambi Ummah

maka kemudian dihapuskan pemisahan tersebut.

Sehingga sampai saat ini mereka menjadi satu

kesatuan dan tidak ada lagi muncul garis pemisah

tersebut. Dan yang terpenting alasan terbesar

diadakannya penyatuan tersebut adalah demi alasan

efisiensi.

Dengan adanya efisiensi tersebut, tentunya

dapat menekan pengeluaran perusahaan. Terutama

dapat memangkas pekerja yang banyak sehingga

dapat menghemat keuangan perusahaan melalui gaji

karyawan. Mereka tidak perlu lagi repot-repot

menggaji karyawan ditiga media yang berbeda.

Cukup menggaji satu karyawan karena mereka

sudah mengerjakan tiga media cetak sekaligus

yakni Metro Banjar, Serambi Ummah dan B

Magazine. Sehingga Indopersda tentunya lebih

diuntungkan dalam hal ini karena merekalah

pemilik saham terbesar atas Banjarmasin Post Grup.

Dengan bergabungnya tiga media ini sekaligus

maka mereka menamakan itu dengan sebutan

‘Lantai Bersama’.

Dengan adanya penyatuan manajemen seperti

ini, otomatis aktivitas jurnalistik pun demikian.

Manager Redaksi seperti yang diakui pada

wawancara sangat kewalahan dalam

menghadapinya. Bagaimana tidak, karena bisa

dibayangkan betapa repotnya jika satu hari

wartawan harus mencari berita untuk Banjarmasin

Post dan Metro Banjar. Kecuali Serambi Ummah

dan B Magazine karena nereka tidak terbit setiap

hari. Apalagi dengan pemimpin redaksinya, harus

mengevaluasi seluruh halaman sekaligus baik itu

yang ada di BPost maupun Metro Banjar. Memang

dengan melihat kondisi seperti itu dapat

menimbulkan efisiensi. Tetapi kualitas beritanya

lah yang patut dipertanyakan. Karena siapa tahu

wartawan memiliki informan yang sama untuk dua

suratkabar namun pengemasannya saja yang

berbeda.

3. Banjarmasin Post Memiliki SPIK Sebagai

Acuan Pemasangan Iklan

Pihak Indopersda mempunyai kebijakan dalam

aturan periklan untuk surat kabar jaringan Tribun

yang bernama SPIK. Untuk SPIK itu sendiri adalah

singkatan dari Sistim Pemasangan Iklan Kompas.

Jadi kebijakan SPIK itulah yang diikuti selama ini

oleh Banjarmasin Post. Dengan melihat animo

masyarakat selama ini, sangat banyak yang yang

tertarik untuk beriklan di surat kabar ini. Dari total

32 halaman BPost, hampir separonya adalah iklan.

Apalagi menjelang Pemilukada Desember nanti,

satu persatu para caleg tampil untuk

mempromosikan dirinya baik itu dalam bentuk

iklan display, advertorial maupun banner. Tetapi,

iklan baris dan foto (faris) yang berisi penjualan

mobil, rumah dan lowongan kerja juga sangat

banyak peminatnya. Terdapat 5 sampai 6 halaman

setiap harinya khusus untuk iklan faris ini. Dan

baru-baru ini BPost sedang bekerjasama dengan

REI estate dalam bentuk pemasangan iklan

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142

134

advertorial. Jadi semua bahan sudah dipersiapkan

grup REI dan BPost hanya menyiapkan halaman

untuk mereka. Dan pihak BPost juga diuntungkan

karena mereka bisa mendapatkan potongan harga

jika membeli rumah disana.

Uniknya, pihak Banjarmasin Post sendiri

mempunyai tim pemasaran yang bertugas untuk

mencari iklan. Tim tersebut adalah PT. Banjarmasin

Karya Utama (BKU). Mereka membentuk

perusahaan tersendiri, jadi tidak tergabung dengan

PT. Grafika Wangi Kalimantan. BKU adalah agen

resmi BPost yang tugasnya khusus untuk

mencarikan iklan untuk BPost. Dan mereka tidak

boleh mencarikan iklan untuk media lain.

4. Banjarmasin Post di Intervensi Pimpinan

Umum Terhadap Isi Pemberitaan

Dalam perjalanannya, meskipun BPost adalah

sebagaian besar milik Indopersda, namun tidak

jarang intervensi datang dari Pemimpin

Perusahaannya yaitu Gusti Rusdi Effedi AR.

Memang tidak dapat dipungkiri jika kondisi

seperti ini tidak hanya terjadi di BPost tetapi juga

sering terjadi dimedia-media lain. Karena yang

namanya intervensi itu pasti ada dari pemilik

perusahaan meskipun Gusti Rusdi Effendi AR

hanya memiliki beberapa saja dari saham yang ada.

Namun karena selama ini ia adalah orang yang

paling berjasa membesarkan Bpost maka hal yang

mudah baginya untuk berlaku demikian.

Popularitas serta usaha yang ia miliki saat ini

cukup berpengaruh terhadap pemberitaan yang ada

di BPost. Sehingga hal ini seringkali bersebrangan

dengan tim redaksional dalam menghimpun berita

yang mengedepankan asas kebenaran. Apalagi

berita berita tentang partai Golkar seringkali

menjadi bidikan tim redaksi BPost, apakah itu

menyangkut tentang prestasi Golkar atau berita

miring sekalipun. Namun, seperti yang

diungkapkan oleh Irhamsyah Safari di atas bahwa

intervensi itu sudah mulai meredam. Pemimpin

Perusahaan BPost ini sudah mau menerima

kenyataan jika ada berita miring terkait dirinya baik

itu menyangkut partai, rekan bisnisnya maupun

usaha yang dirintisnya. Boleh saja ada berita miring,

tetapi juga dibuatkan berita positifnya juga. Jika

mengacu pada kode etik jurnalistik yang ada, hal ini

tentu saja tidak dibenarkan karena cenderung akan

menghasut masyarakat dengan pemberitaan yang

tidak berimbang. Demikianlah kenyataan yang

terjadi di BPost selama ini, intervensi masih terjadi

dari Pemimpin Perusahaan walaupun hal ini tidak

dibenarkan karena memang yang semestinya

memiliki kekuatan penuh serta besar pengaruhnya

itu adalah dari Indopersda.

5. Struktur Redaksi Kalimantan Post

Diduduki Oleh Kerabat Pemilik Media

Sejak awal dibelinya saham Kalimantan Post

oleh Taufik Effendie dari Surya Persindo Group

(Media Indonesia) milik Surya Paloh, terasa sekali

bahwa aspek ekonomi telah menjadi faktor utama

pendorong media ini untuk bereoperasi sejak tahun

1998 Taufik Effendie yang saat ini menjadi

Pemimpin Umum Kalimantan Post melihat adanya

peluang besar dalam bisnis surat kabar di

Kalimantan Selatan khususnya waktu itu.

Walaupun banyak media yang saat ini tumbuh

namun dia percaya bahwa tidak semua media yang

hidup itu akan bertahan. Keyakinan ini didasarkan

pada pengalamannya bahwa bisnis media berbeda

dengan bisnis-bisnis lain. Atas dasar ini pula,

Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari

135

Kalimantan Post bisa bertahan melalui arus

persaingan yang semakin deras seperti sekarang ini.

Dengan tangannya sendiri Taufik Effendie

membangun Kalimantan Post sebagai surat kabar

otonom, bukan suplemen dari media nasional

manapun.

Selain tentang kebijakan keredaksian, pemilik

Kalimantan Post juga memasukkan nama-nama

yang ia hendaki untuk masuk terlibat dalam struktur

kepengurusan Kalimantan Post. Diantara nama-

nama pengurus tersebut, yang menempati posisi-

posisi atas adalah mereka yang memiliki relasi

keluarga serta yang terlibat dalam satu partai politik

yang sama. Seperti anak-anaknya Taufik yang

bernama Teddy Perkasa Taufik sebagai Direktur

Utama, Troy Satria Taufik sebagai Wakil Pemimpin

Umum, Arie Taruna Taufik sebagai Wakil

Pemimpin Redaksi, dan Ria Monita Taufik sebagai

Wakil Pemimpin Perusahaan sekaligus Perwakilan

Daerah di Surabaya. Selain itu, yang menempati

posisi sebagai Penasihat Kalimantan Post adalah

Sulaimana HB.

Dipilihnya Sulaiman HB sebagai Penasihat di

Kalimantan Post bukan tanpa alasan, ia menilai

bahwa sosok Sulaiman HB adalah rekannya di

partai Golkar yang memiliki kredibilitas yang tinggi

serta salah satu tokoh panutan di Kalsel. Jadi, bisa

dikatakan ini hanya sekedar formalitas saja

mengingat adanya relasi yang kuat antara Taufik

dengan Sulaiman HB. Padahal, sebenarnya saat ini

Sulaiman HB pun sudah memiliki media sendiri

yaitu Media Kalimatan. Dahulu, karena ia belum

memiliki media maka ditempatkanlah Sulaiman HB

sebagai Penasihat Umum. Sekarang karena ia

memiliki media sendiri maka penempatan tersebut

hanyalah formalitas saja. Oleh sebab itu, ketika

pernah ada pemberitaan miring perusahaan

Sulaiman HB di Kalimantan Post langsung

mendapat teguran dari dia karena selain sebagai

rekan bisnis dan partainya Taufik juga lebih kepada

keterlibatan namanya dalam struktur yang ada di

Kalimantan Post. Jadi seperti itulah realita yang

terjadi di Kalimantan Post selama ini.

Dengan usia yang tidak lagi muda yaitu 76

tahun Taufik menyerahkan sepenuhnya Kalimantan

Post kepada para karyawannya. Selain berhenti

dalam karir perpolitikannya dipartai Golkar, juga

bisnis-bisnis tambang batubara serta perkayuan

telah diserahkan kepada anak-anaknya untuk

mereka kelola secara gotong royong. Jadi sebagian

besar, struktur keredaksian diisi oleh keluarga

Taufik Effendie itu sendiri. Seperti posisi penting

direktur utama yang diduduki oleh anaknya yakni

Teddy Perkasa Taufik, wakil pemimpin perusahaan

Ria Monita Taufik, wakil pemimpin umum Troy

Satria Taufik dan wakil pemimpin redaksi Arie

Taruna Taufik. Namun demikian, segala kebijakan

tetap saja seluruhnya mengacu pada kebijakan yang

telah dibuat oleh Taufik Effendie tadi khususnya

bidang keredaksian tadi.

6. Intervensi Pemilik Kalimantan Post

Terhada Isi Pemberitaan

Adanya dominasi pemilik media

mempengaruhi isi pemberitaan itu adalah benar,

seperti yang terjadi di Kalimantan Post. Pihak

redaksi yang bertanggungjawab atas seluruh berita

yang telah dibuat tidak memiliki kuasa untuk

memutuskan manakala suatu pemberitaan itu

menyangkut kredibilitas atau citra pemimpin umum

perusahaan mereka. Media ini masih belum netral

dalam menghimpun informasi kepada publik.

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142

136

Golkar sebagai kendaraan politik Taufik Effendie

saat itu menjadi anak emas dalam pemberitaan di

Kalimantan Post. Meskipun dari pernyataan di atas

bahwa semua partai juga memiliki kesempatan yang

sama untuk diberitakan namun porsinya lebih

banyak Golkar ketimbang partai lain. Hal ini tentu

menjadi batu loncatan tersendiri bagi Golkar agar

mendapat nilai plus dari publik dan juga bisa

menghantarkan karir Taufik Effendie di partai

berlambang pohon beringin tersebut ke derajat yang

lebih baik.

Dengan mengusung dirinya sebagai surat

kabar untuk semua kalangan nampaknya hal

tersebut perlu dipertimbangkan kembali oleh

Kalimantan Post. Mengingat kualitas pemberitaan

mereka sangat dipengaruhi oleh pemilik medianya.

Dan jika publik mengetahui hal tersebut maka

tentunya akan memangkas kepercayaan mereka

kepada Kalimantan Post. Sehingga khayak pembaca

bisa saja berpindah mengkonsumsi media lain yang

lebih mengedepankan netralitas mengingat saat ini

ada banyak surat kabar yang berkembang di Kalsel.

Adanya intervensi pemilik yang berimbas

terhadap isi pemberitaan di Kalimantan Post sudah

lama terjadi. Tepatnya ketika Taufik Effendie masih

memiliki jabatan sebagai bendaharawan dipartai

Golkar beberapa tahun yang lalu. Meskipun kini ia

sudah tidak menduduki jabatan tersebut karena

usianya yang sudah senja namun intervensi tersebut

tetap masih ada sampai sekarang. Baik itu

menyangkut rekanannya dipartai Golkar ataupun

terkait bisnis yang ia jalani seperti tambang

batubara dan perkayuan.

B. Spasialisasi: Upaya Memperluas Bisnis

Media

1. Banjarmasin Post: Diversifikasi Produk

Sebagai Strategi Indopersada Dalam

Mengeruk Keuntungan

Tumbuh dan berkembangnya bisnis media

Kelompok Kompas Gramedia (KKG) di

Kalimantan Selatan tidak lepas dari

perpindahtanganan kapital maupun otoritas di

antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

Dalam kasus surat kabar harian Banjarmasin Post,

perpindahtanganan kapital dan otoritas terjadi saat

KKG mengakusisi surat kabar ini di sekitar tahun

1995. Semenjak BPost bergabung dengan KKG

karena alasan finansial, maka secara otomatis para

pemilik saham awal di BPost tidak memiliki otoritas

dalam membuat kebijakan-kebijakan maupun

operasional Bpost. Selain di Kalimantan Selatan,

berbagai daerah lain dibelahan nusantara tidak luput

menjadi sasaran KKG dalam meluaskan bisnisnya.

Seperti jaringan Tribun untuk surat kabar, Kompas

TV untuk televisi dan Sonora Network atau Smart

FM untuk jaringan radio. Dengan demikian, KKG

telah merajai bisnis media di Indonesia sehingga

tidak jarang membuat media-media lokal yang

otonom merasa terhimpit dan sulit bersaing.

Media-media yang tergabung dalam

Banjarmasin Post Grup adalah korporasi yang

dibentuk oleh PT Indopersda Primamedia

Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Pada

awalnya KKG hanya fokus pada satu bisnis media

cetak yakni Banjarmasin Post. Namun kemudian

karena melihat animo pembaca masyarakat yang

Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari

137

begitu besar maka KKG melihat masih ada potensi

di Kalimantan Selatan untuk mendirikan bisnis

media cetak lainnya. Oleh karena itu, kemudian

lahirlah Metro Banjar sebagai surat kabar kriminal,

Spirit Kalsel (tidak terbit lagi), tabloid Bebas (tidak

terbit lagi), tabloid Serambi Ummah sebagai tabloid

keagamaan dan B Magazine sebagai majalah

komunitas. Kemudian, lambat laun KKG tidak

hanya membidik peluang bisnis media cetak di

Kalimantan Selatan tetapi juga televisi, radio dan

versi online Banjarmasin Post. Sehingga muncullah

yang www.banjarmasinpost.co.id, Bpost Radio dan

Kompas TV Banjarmasin yang kantornya berlokasi

digedung yang sama dengan Banjarmasin Post.

2. Kalimantan Post: Pendekatan Personal

dan Perluasan Wilayah Distribusi

Selama ini Kalimantan Post berupaya untuk

mempertankan eksistensinya dengan lebih

mengetengahkan informasi lokal ketimbang

nasional maupun internasional meskipun suatu saat

itu informasi nasional dan internasional juga

penting. Seperti halaman Banua Kita, Poros

Kalimantan dan Tri Banjar yang mengangkat

tentang informasi-informasi dari berbagai daerah di

Kalimantan Selatan. Contohnya, pada halaman

Banua Kita yang menyajikan informasi tentang

kegiatan masyarakat dan pemerintah kabupaten

Balangan, Hulu Sungai Selatan, serta kabupaten

lainnya. Halaman Poros Kalimantan adalah salah

satu halaman yang digemari pembaca karena

halaman ini memuat yang tidak hanya berasal dari

Kalimantan Selatan saja, tetapi juga Kalimantan

Tengah dan Kalimantan Timur. Dan halaman Tri

Banjar pun demikian yang masih mengedepankan

informasi lokal yang berasal dari Banjarmasin,

Banjarbaru dan Martapura.

Selain mengedepankan unsur kelokalannya,

strategi Kalimantan Post untuk melebarkan

jangkauannya adalah dengan meluaskan cakupan

wilayah pemasaran mereka. Jika pada awal-awal

beridiri Kalimantan Post hanya bisa menjual surat

kabar ini diseputar wilayah Kalimantan Selatan

saja, namun ssekarang wilayah penyebaran media

ini sudah merambah Kalimantan Tengah,

Kalimantan Timur serta beberapa daerah di

Indonesia yang menginginkan untuk berlangganan

surat kabar ini. Untuk wilayah Kalimantan Selatan

sendiri menyebar di seluruh kabupaten yang ada.

Tetapi yang paling banyak dijual adalah di

Banjarmasin dan paling sedikit di kabupaten Hulu

Sungai Utara. Kalimantan Tengah pun demikian,

ada delapan daerah yang menjadi target distribusi

Kalimantan Post. Jumlahnya surat kabar yang

didistribusikan pun hampir merata yakni berkisar

antara seratus sampai tiga ratus eksemplar per

harinya.

Dalam sehari, jumlah cetakan (oplah)

Kalimantan Post untuk keselurahan adalah 20.333

eksemplar. Memang untuk wilayah yang paling

besar oplah nya adalah Kalimantan Selatan yakni

18.507, sedangkan di luar daerah seperti

Kalimantan Tengah, Jakarta dan Surabaya hanya

1.826 eksemplar. Di Kalimantan Selatan sendiri

kabupaten yang paling rendah jumlah distribusinya

adalah Kotabaru yakni hanya 525 eksemplar.

Mengingat jarak yang ditempuh antara Banjarmasin

dengan Kotabaru adalah sekitar sembilan jam jadi

tidak memungkinkan untuk memasarkan

Kalimantan Post dalam jumlah yang cepat dan

banyak.

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142

138

Untuk wilayah di luar Kalimantan sendiri

seperti Jakarta dan Surabaya, biasanya Kalimatan

Post dikirim kepada pelanggan melalui jasa

pengiriman barang atau Pos. Jika dirupiahkan

memang jumlahnya tidak seberapa, namun inilah

salah satu upaya Kalimantan Post selama ini untuk

dikenal masyarakat luas dan menjadi upaya mereka

untuk meluaskan daerah distribusinya. Jumlah

cetakan yang dikirim untuk ke Jakarta sendiri hanya

80 eksemplar, sedangkan di Surabaya 75 eksemplar.

Kalimantan Post selama hampir 30 tahun

berdiri, belum melakukan ekspansi atau

diversifikasi seperti yang di lakukan oleh

Banjarmasin Post. Saat ini Kalimantan Post hanya

berfokus pada pelebaran wilayah distibusinya.

Karena, untuk mendirikan surat kabar baru atau

media lainnya seperti Banjarmasin Post Grup tentu

menyediakan modal yang tidak sedikit. Sehingga,

yang menjadi perhatian Kalimantan Post sekarang

adalah mencari cara agar media ini tetap produktif

dalam menyediakan informasi untuk masyarakat

mengingat persaingan surat kabar di Kalsel saat ini

yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Dalam usahanya untuk memperluas wilayah

distribusi selama ini, Kalimantan Post

menempatkan wartawan mereka di berbagai

kabupaten di Kalsel. Perwakilan daerah ini sebagai

sarana untuk menghimpun atau mengakomodir

peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah.

Disamping menguntungkan bagi Kalimantan Post,

hal ini juga memberikan sisi positif bagi pemerintah

atau masyarakatnya karena mereka merasa

dipedulikan sehingga menimbulkan kebanggan

tersendiri bagi mereka yang pernah diliput oleh

wartawan Kalimantan Post. Seperti halaman Banua

Kita edisi tanggal 20 April 2015 yang menyajikan

informasi tentang pelatihan membuat manisan

tomat yang diadakan oleh Tim Penggerak PKK

kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Berita ini

adalah hasil dari liputan yang dilaporkan oleh

Nordarsimah selaku wartawan perwakilan daerah

HSS.

Kalimantan Post, selain didistribusikan di kios-

kios pedagang eceran, instansi dan traffic light juga

dilebih besar didistribusikan di rumah-rumah untuk

mereka para pembaca yang berlangganan. Jika di

eceran harga Kalimantan Post adalah Rp 2.500,

sedangkan harga langganan adalah Rp 55.000 per

bulan. Mereka yang berlangganan dari rumah ke

rumah selama ini sangat membantu sekali dalam

meningkatkan oplah Kalimantan Post.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Banjarmasin Post dan Kalimantan Post adalah

surat kabar harian yang terus produktif berkarya

selama puluhan tahun sebagai sumber penyedia

informasi bagi masyarakat Kalimantan Selatan.

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan

dalam penelitian ini melalui kacamata ekonomi

politik media Vincent Mosco bahwa praktik

strukturasi dan spasialisasi adalah unsur yang paling

menonjol dalam temuan disini. Khususnya power

relation pemilik media sebagai pemegang

kekuasaan tertinggi dalam menentukan kebijakan

media.

Pada praktik strukturasi di Banjarmasin Post,

karena media ini merupakan media jaringan Tribun,

jadi pemilik modal yang besar atau aktor yang

berkuasa dalam membuat kebijakan adalah media

nasional yakni PT Indopersda Primamedia

Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Seperti

Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari

139

kebijakan dalam membuat struktur keredaksian

yang sama atau “Lantai Bersama” untuk

Banjarmasin Post, Metro Banjar, B Magazine dan

Serambi Ummah. Dampaknya adalah media-media

lokal di Kalsel sulit untuk berkembang karena ruang

mereka sudah dihimpit oleh media nasional yang

melakukan perluasan di daerah. Memang tidak

dapat dipungkir bahwa media yang ditopang dengan

modal yang besar akan mudah untuk survive.

Sedangkan media lokal yang memiliki modal kecil

seperti Kalimantan Post sulit untuk berkembang dan

bahkan bersaing dengan anak media nasional di

Kalsel. Meskipun demikian, karena Kalimantan

Post tidak berafiliasi dengan media nasional dan

aktor yang berperan dalam kepemilikan surat kabar

ini adalah orang lokal konsekuensinya adalah

berupa intervensi yang dilakukan sipemilik media

terhadap isi atau konten pemberitaan sehingga sulit

untuk mengharapkan media yang benar-benar

mengedepankan unsur netralitas.

Kemudian, pada aspek spasialisasi karena

Banjarmasin Post adalah media pertama yang

menjadi kepanjangan Indopersda di daerah

Kalimantan Selatan, sudah lebih leluasa

membentuk media-media baru dalam strategi

meluaskan bisnis media Indopersda di daerah.

Dengan melihat potensi masyarakat Kalsel yang

agamis maka didirikanlah Serambi Ummah,

kemudian karena angka kriminalitas yang terus

meningkat di Kalsel maka didirikanlah Metro

Banjar, begitupun B Maganize yang didirikan

karena banyaknya berbagai jenis komunitas di

Banjarmasin. Lain halnya dengan Kalimantan Post,

yang sampai saat ini belum bisa melakukan

diversifikasi karena keterbatasan modal sehingga

sampai saat ini hanya sebatas melakukan perluasan

wilayah distribusi untuk meningkatkan oplah atau

jumlah penjulan, sepert melalui pendekatan

personal.

DAFTAR PUSTAKA

Abar, Akhmad Zaini. 1995. Kisah Pers

Indonesia. LkiS: Yogyakarta.

Abrar, Ana Nadhya. 1992. Pers Indonesia:

Perjuangan Menghadapi Perkembangan

Masa. LP3Y: Yogayakarta.

Albarran, Alan B. 2002. Management of

Electronic Media. Wadsworth.

Albarran, Alan B., Sylvia M. Chan-Olmsted,

Michael O. Wirth, (Ed). 2006. Handbook

of Media Management and Economics.

New Jersey: Lawrence Arlbaum

Associates, Publisher.

Atmadi, T. 1982. Sistem Pers Indonesia. PT.

Gunung Agung: Jakarta.

Baran, J. Stenley & Dennis, David K. 2010.

Teori Komunikasi Massa: Dasar,

Pergolakan dan Masa Depan. Salemba

Humanika: Jakarta.

Barker, Chris. 2011. Cultural Studies: Teori

dan Praktik, Kreasi Wacana: Yogyakarta.

Beilhaarz, Peter, diterjemahkan. Jatmiko, Sigit.

2002. Teori-Teori Sosial: Observasi

Kritisterhadap Para Filosof Terkemuka.

Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Briggs, Asa dan Burke, Burke. 2006. Sejarah

Sosial Media Dari Gutenberg Sampai

Internet, terj., A. Rahman Zainuddin.

Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142

140

Departemen Penerangan RI. 1978. Surat Kabar

Indonesia Pada Tiga Zaman. Proyek

Pusat Publikasi Departemen Penerangan

RI.

Doyle, Gilian. 2013. Understanding Media

Economics, 2nd ed. Sage.

Ferguson, Douglas A., & Eastman, Susan T.,

2000. Broadcast Cable Programming

Strategies and Practise, Wadsworth.

Flournoy, Don Michael. 1989. Analisis Isi

Suratkabar Suratkabar Indonesia ter.,

Akhmadsyah. Gadjah Mada University

Press: Yogyakarta.

Gani, M. 1978. Surat Kabar Indonesia Pada

Tiga Zaman. Proyek Pusat Pemerintahan

Departemen Penerangan RI: Jakarta.

Gidden, Anthony. 2010. Teori Strukturasi,

Dasar-Dasar Pembentukan Struktur

Sosial Masyarakat. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta..

James, A & Caparos, Levine. 2008. Teori-Teori

Ekonomi Politik. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar: Yogyakarta.

Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia:

Pers Indonesia. Trend Media. Vol VI

November 2001. Rosda: Bandung.

Kellner, Douglas. 2010. Budaya Media.

Jalasutra: Yogyakarta.

Lacy, Stephen, Ardyth Broadrick Sohn. 2011.

Market Journalism dalam Lowrey,

Wilson, Peter J. Gade. Changing The

News: The Forces Shaping Journalism in

Uncertain Times. Routledge: New York.

Mallarangeng, Rizal. 2010. Pers Orde Baru.

Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta.

Mattelart & Mattelart. 2004. Theories of

Communication: A Short Introduction.

London: Sage Publication: London.

McChesney. 2008. The Political Economy of

Global Communication. New York:

Monthly Review Press: New York.

McQuail, Denis. 2004. Reader in Mass

Communication Theory. Sage

Publication: London.

Moloeng, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Rosda Karya: Bandung.

Mosco, Vincent. 2009. The Political Economy

of Communication (Second Edition).

Sage Publication: London.

Napoli, Philip M. 2006. Issues in Media

Management and The Public Interest

dalam Alan B. Albarran, Sylvia M. Chan-

Olmsted, Micahel O. Wirth, (Ed).

Handbook of Media Management and

Economics. New Jersey: Lawrence

Erlbaum Associates, Publisher.

Oetama, Jacob. 1989. Perspektif Pers

Indonesia. LP3ES: Jakarta.

Paneth, Donald. 1983. The Encyclopedia of

American Journalism. New York: Facts

on Files.

Peerbom, Robert disadur Rochady, S. 1970.

Surat Kabar. Alumni: Bandung.

Prajarto, Nunung (Editor). 2006. Media

Komunikasi: Siapa Mengorbankan

Siapa. Fisipol UGM: Yogyakarta.

Ekonomi Politik Media Cetak Di… Nining Nadya Rukmana Sari

141

Rahmitasari, Diyah Hayu (Editor). 2010. Potret

Manajemen Media di Indonesia. Total

Media: Yogyakarta.

Rahzen, Taufik. 2007. Tanah Air Bahasa:

Seratus Jejak Pers Indonesia. I:Boekoe.

Jakarta.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008.

Teori Sosiologi. Kreasi Waca:

Yogyakarta.

Sachari, Agus. 2007. Budaya Visual Indonesia.

Erlangga: Jakarta.

Sardar, Ziauddin. 2008. Membongkar Kuasa

Media. Resist Book: Yogyakarta.

Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS). 1971.

Garis Besar Perkembangan Pers

Indonesia, Percetakan Negara: Jakarta.

Severin, Werner J dan James W. Tankard.

2007. Teori Komunikasi: Sejarah,

Metode, dan Terapan di Dalam Media

Massa (Edisi Kelima).Prenada Media

Grup: Jakarta.

Siapera, Eugenia. 2010. Cultural Diversity and

Global Media: The Mediation of

Difference. Wiley-Blackwell: United

Kingdom.

Siregar, Amir Effendi. 2010. Kajian dan Posisi

Manajemen Media Serta Peta Media di

Indonesia. Dalam Diyahh Hayu

Rahmitasari (Ed). Potret Manajemen

Media di Indonesia. Total Media:

Yogyakarta.

Straubhaar, Joseph, Rober LaRose. 2006.

Media Now: Understanding Media,

Culture, and Technology. Thomson

Wadsworth.

Syahputra, Iswandi. 2006. Jurnalistik

Infotainment: Kancah Baru Jurnalistik

dalam Industri Televisi. Pilar Media:

Yogyakarta.

Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media

Penyiaran. LkiS: Jakarta.

Taufik, I. 1977. Sejarah dan Perkembangan

Pers Indonesia. PT. Triyinco: Jakarta.

Van Tassel, Joan, Lisa Poe-Howfield. 2010.

Managing of Electronic Media: Making,

Marketing, and Moving Digital Media.

United States of America: Elsevier.

Wahl-Jorgensen, Karin, Thomas Hanitzsch.

2009. The Hanbook of Journalism

Studies. New York: Routledge.

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008.

Pengantar Teori Komunikasi (Edisi 3).

Salemba Humanika: Jakarta.

Yin, Robert K. 2005. Studi Kasus: Desain dan

Metode. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

40 Tahun Banjarmasin Post. 2011. PT Grafika

Wangi Kalimantan: Banjarmasin

Jurnal:

Alfarabi. 2010. Kajian Komunikasi Kritis

Terhadap Ekonomi Politik Media. Jurnal

IDEA FISIPOL UMB. Vol 4, No 17.

Eriyanto. 2008. Konsentrasi Kepemilakan

Media dan Ancaman Ruang Publik.

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Volume 12, Nomor 12.

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.2 Oktober 2016: 121-142

142

Masduki. 2004. Jurnalisme Politik:

Keberpihakan Media Dalam Pemilu

2004. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Volume.8, Nomor.1.

Murdock, G dan P. Golding. 1997. The

Political Economy of Mass

Communication. Vol. 1. Kingdom: An

Elgar Reference Collection.

Muhamad Sulhan. 2006. Kisah Kelabu di Balik

Maraknya Pers Lokal di Kalimantan.

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol.

9, No. 3.

Tesis:

Desi, Yolanda Presiana. 2013. Dinamika

Ekonomi Politik Televisi Swasta Lokal

(Studi Kasus AdiTV Yogyakarta).

Pascasarjana Ilmu Komunikasi Fisipol

UGM.

Gual, Yoseph Andreas. 2013. Dinamika

Ekonomi Politik Industri Penerbitan Pers

Lokal: Studi Kasus Praktek Komodifikasi

dan Spasialisasi di Kota Kupang. Pasca

Sarjana Ilmu Komunikasi Fisipol UGM.

Yuwono, Ardian Indro. 2009. Eksistensi

Bioskop Lokal di Indonesia (Studi Kasus

Tentang Eksistensi Bioskop Lokal

NV.PERFEBI di Yogyakarta dan

Wonosobo Dalam Perspektif Ekonomi

Politik Komunikasi. Pascasarjana Ilmu

Komunikasi Fisipol UGM

Website:

Fenomena Kebangkitan Industri Pers

Daerah/Media Lokal. Diakses Tanggal

16 April 2015 dari

http://www.dewanpers.or.id/diakses

tanggal 16 April 2015.

H.G Rusdi Effendi AR, Saya Bukan Orang

Penting Tapi Diperlukan. Diakses

Tanggal 20 Mei 2015 dari

http://hgrusdieffendiar.com/profile

“Pers Indonesia dari Zaman Hindia Belanda

sampai Masa Revolusi”, dalam

http://bataviase.wordpress.com/

2006/12/13 pers-indonesia-dari-zaman-

hindia-belanda-sampai-masa-

revolusi/diunduh tanggal 18 Juni 2015.