59
EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM MENGENDALIKAN PERTUMBUHAN GULMA DI PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) BELUM MENGHASILKAN (Skripsi) Oleh PUSPA INDAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

  • Upload
    others

  • View
    28

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAMMENGENDALIKAN PERTUMBUHAN GULMA DI PERKEBUNANKARET (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) BELUM MENGHASILKAN

(Skripsi)

Oleh

PUSPA INDAH

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 2: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

ABSTRAK

EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAMMENGENDALIKAN PERTUMBUHAN GULMA DI PERKEBUNANKARET (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) BELUM MENGHASILKAN

Oleh

PUSPA INDAH

Karet merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam

perekonomian Indonesia sebagai bahan baku industri dan sumber devisa negara.

Pertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya

persaingan sarana tumbuh dan mempengaruhi pertumbuhan karet, maka gulma

perlu dikendalikan. Salah satu bahan aktif herbisida yang umum digunakan untuk

mengendalikan gulma di pertanaman karet belum menghasilkan (TBM) adalah

herbisida parakuat diklorida. Penelitian bertujuan (1) untuk mengetahui dosis

herbisida parakuat diklorida yang efektif mengendalikan pertumbuhan gulma di

perkebunan karet belum menghasilkan, (2) mengetahui perubahan komunitas

gulma setelah aplikasi herbisida parakuat diklorida di barisan karet belum

menghasilkan, (3) mengetahui apakah aplikasi herbisida parakuat diklorida di

barisan karet menyebabkan terjadinya fitotoksisitas dan meghambat pertumbuhan

tanaman karet belum menghasilkan.

Page 3: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

Penelitian dilakukan di kebun karet rakyat desa Rama Murti 2, Kecamatan

Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah dan di Laboratorium Gulma

Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Januari hingga April 2019.

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat ulangan

dan enam perlakuan yaitu dosis herbisida parakuat diklorida 405 g/ha, 540 g/ha,

675 g/ha, 810 g/ha, penyiangan manual, dan kontrol. Homogenitas ragam data

diuji dengan uji Bartlett, additivitas data diuji dengan uji Tukey, dan perbedaan

nilai tengah perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Herbisida parakuat diklorida dosis 675 –

810 g/ha efektif mengendalikan gulma total hingga 12 minggu setelah aplikasi

(MSA), gulma Axonopus compressus dan Praxelis climatidea hingga 8 MSA,

serta Calopogonium mucunoides hingga 12 MSA. (2) Herbisida parakuat

diklorida dosis 405 – 810 g/ha menyebabkan terjadinya perubahan komunitas

gulma pada 4 – 12 MSA dari gulma dominan Axonopus compressus menjadi

Praxelis climatidea. (3) Aplikasi herbisida parakuat diklorida dosis 405 – 810

g/ha di barisan karet tidak menyebabkan terjadinya fitotoksisitas dan tidak

menghambat pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan.

Kata kunci: gulma, herbisida, karet TBM, parakuat diklorida

Puspa Indah

Page 4: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM

MENGENDALIKAN PERTUMBUHAN GULMA DI PERKEBUNAN

KARET (Havea brasiliensis [Muell.] Arg.) BELUM MENGHASILKAN

Oleh

PUSPA INDAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan
Page 6: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan
Page 7: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan
Page 8: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sekincau pada 14 Januari 1997 yang merupakan anak ketiga

dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Ariansyah dan Ibu Asmida

Wati (Alm). Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 01 Sekincau pada tahun

2003 dan diselesaikan pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan ke SMP Negeri 01 Sekincau dan selesai pada tahun 2012. Selanjutnya

penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 01 Belalau dan selesai pada

tahun 2015.

Pada tahun 2015, penulis diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di

organisasi Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) sebagai anggota

Bidang Penelitian dan Pengembangan Keilmuan (Litbang) periode kepengurusan

2016 – 2017 dan menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM

U) Kementerian Pemberdayaan Wanita periode 2016 - 2017. Kemudian penulis

pernah melakukan Praktik Umum di Kebun Begonia Glory Lembang Bandung.

Selain itu, penulis pernah menjadi Asisten Dosen praktikum Mata Kuliah Ilmu

dan Teknik Pengendalian Gulma dan Teknologi Benih.

Page 9: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berpengetahuan

jika kamu tidak mengetahuinya

(Q.S. An Nahl: 43)

Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita

(Q.S. At-Taubah: 40)

Jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air,

Maka angkat dan tolonglah.

Barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu di akhirat

(K.H. Maimun Zubair Dawuh)

Page 10: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati

Kupersembahkan karya kecilku ini

Kepada:

Kedua orang tuaku Bapak Ariansyah dan Ibu Asmida Wati (Alm) serta kakak-

kakakku Asep Hendra Pratama dan istri Apri Susnita, Devi Malinda dan suami

Berdo Dialtama serta keponakan-keponakanku tersayang Aqiila Azzahra,

Furqon Azzam Dwitama, Alghifari Qodama dan Syifa Aulia Thunnisa.

Terimakasih atas doa dan dukungan dalam bentuk motivasi, bantuan baik

secara moril maupun materil yang diberikan selama ini.

Orang terdekat yang selalu memberi dukungan, sahabat, teman seperjuangan

yang selalu menghibur dan memberi semangat.

Serta almamater yang kubanggakan

Page 11: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efikasi Herbisida Parakuat Diklorida

dalam Mengendalikan Pertumbuhan Gulma di Perkebunan Karet (Havea

brasiliensis [Muell.] Arg.) Belum Menghasilkan”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.

3. Bapak Ir. Herry Susanto, M.P., selaku pembimbing pertama atas ilmu

pengetahuan, bimbingan, saran, motivasi dan kesabaran kepada penulis

selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

4. Bapak Dr. Ir. Rusdi Evizal, M.S., selaku pembimbing kedua atas ilmu

pengetahuan, bimbingan, semangat, saran dan kesabaran kepada penulis

selama penyelesaian skripsi.

5. Bapak Dr. Hidayat Pujisiswanto, S.P., M.P., selaku pembahas atas ilmu

pengetahuan, saran, motivasi dan segala masukan kepada penulis selama

penelitian hingga penyelesaian skripsi.

Page 12: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

6. Ibu Dr. Ir. Suskandini Ratih Dirmawati, M.P., selaku Pembimbing Akademik

atas motivasi, nasihat dan dukungannya kepada penulis selama menjadi

mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Teman-teman seperjuangan Agroteknologi kelas A dan Agroteknologi 2015

atas persahabatan, dukungan, dan kebersamaan selama ini.

8. Tim penelitian gulma Pera Novalinda, Gangga Prastita Sari, Maria Salviana,

Meryanda Fitri, Elisabeth Hardini, Ahmad Rosikin, Rizky Rosyadi, dan Wasri

Yaman atas perjuangan, semangat, dan kerjasama sejak penelitian berlangsung

hingga skripsi ini terselesaikan.

9. Sahabat-sahabatku Tariyati, Leni Purnama Sari, Okvi Hilleri A.N., Della

Arisandi, Fiya Atmadita, Hamida Muliana Sari, Fitriyani, Mery Veralisa,

Rapita Rahmah, dan Dinora Refiasari atas hiburan, kebersamaan, dan segala

bantuan yang diberikan kepada penulis.

10. Ravinda Ajes Pratama atas segala dukungan, semangat, motivasi, saran, dan

bantuan kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan KKN, Nyimas Nadila Athalia, Hayyin Vivik

Rika, Karina Putri D., Dedi Riyanto, dan Panji Tri Atmaja.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandar Lampung,

Puspa Indah

Page 13: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ix

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

1.4 Landasan Teori .................................................................................. 5

1.5 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 10

1.6 Hipotesis ............................................................................................ 13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet ................................................................................. 14

2.2 Persyaratan Tumbuh Tanaman Karet ............................................... 15

2.2.1 Iklim ........................................................................................ 15

2.2.2 Tanah ....................................................................................... 16

2.3 Pengendalian Gulma pada Tanaman Karet BelumMenghasilkan (TBM) ....................................................................... 16

2.4 Herbisida Parakuat Diklorida ........................................................... 19

2.5 Efektivitas dan Perubahan Komposisi Gulma .................................. 22

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 24

Page 14: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

ii

3.2 Bahan dan Alat ................................................................................. 24

3.3 Metode Penelitian ............................................................................. 24

3.4 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 25

3.4.1 Pembuatan petak percobaan .................................................... 25

3.4.2 Aplikasi herbisida .................................................................... 26

3.4.3 Penyiangan manual ................................................................. 27

3.5 Pengamatan gulma ............................................................................ 27

3.5.1 Bobot kering gulma.................................................................. 28

3.5.2 Penekanan herbisida terhadap gulma ...................................... 28

3.5.3 Summed dominance ratio (SDR) ............................................. 28

3.5.4 Koefisien komunitas ................................................................ 29

3.6 Pengamatan karet ............................................................................. 30

3.6.1 Fitotoksisitas ............................................................................ 30

3.6.2 Lilit batang .............................................................................. 31

3.6.3 Tinggi percabangan pertama ..................................................... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Efikasi Herbisida Parakuat Diklorida terhadap Gulma Total............. 32

4.2 Efikasi Herbisida Parakuat Diklorida terhadap GulmaPergolongan ....................................................................................... 34

4.2.1 Efikasi herbisida parakuat diklorida terhadap gulmagolongan rumput ....................................................................... 34

4.2.2 Efikasi herbisida parakuat diklorida terhadap gulmagolongan daun lebar.................................................................. 35

4.3 Efikasi Herbisida Parakuat Diklorida terhadap Gulma Dominan ...... 37

4.3.1 Efikasi herbisida parakuat diklorida terhadap gulmaAxonopus compressus ................................................................. 38

4.3.2 Efikasi herbisida parakuat diklorida terhadap gulmaPraxelis climatidea...................................................................... 40

4.3.3 Efikasi herbisida parakuat diklorida terhadap gulmaCalopogonium mucunoides ......................................................... 41

4.4 Koefisien Komunitas .......................................................................... 42

4.5 Fitotoksisitas Tanaman Karet ............................................................. 45

4.6 Lilit Batang......................................................................................... 45

Page 15: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

iii

4.7 Tinggi Percabangan Pertama.............................................................. 46

4.8 Rekomendasi ...................................................................................... 47

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ............................................................................................ 48

5.2 Saran .................................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 50

LAMPIRAN................................................................................................. 54

Tabel .................................................................................................... 55 – 76

Gambar ................................................................................................. 77 - 79

Page 16: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Satuan perlakuan efikasi herbisida parakuat diklorida............................. 25

2. Pengaruh perlakuan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma total .................................................................... 33

3. Pengaruh perlakuan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma golongan rumput ..................................................... 34

4. Pengaruh perlakuan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma golongan daun lebar................................................. 36

5. SDR dan dominansi gulma pada 4, 8, dan 12 MSA di petak kontrol ...... 38

6. Pengaruh perlakuan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma Axonopus compressus .............................................. 39

7. Pengaruh perlakuan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma Praxelis climatidea .................................................. 40

8. Pengaruh perlakuan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma Calopogonium mucunoides...................................... 41

9. Koefisien Komunitas 4, 8, dan 12 MSA .................................................. 44

10. Jenis dan tingkat dominansi gulma (SDR) pada 4 MSA ......................... 55

11. Jenis dan tingkat dominansi gulma (SDR) pada 8 MSA ......................... 56

12. Jenis dan tingkat dominansi gulma (SDR) pada 12 MSA ....................... 57

13. Bobot kering gulma total pada 4 MSA akibat perlakuan herbisidaparakuat diklorida .................................................................................... 58

14. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma total pada 4 MSAakibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ........................................ 58

Page 17: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

v

15. Analisis ragam bobot kering gulma total pada 4 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 58

16. Bobot kering gulma total pada 8 MSA akibat perlakuan herbisidaparakuat diklorida .................................................................................. 59

17. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma total pada 8 MSAakibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ........................................ 59

18. Analisis ragam bobot kering gulma total pada 8 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 59

19. Bobot kering gulma total pada 12 MSA akibat perlakuan herbisidaparakuat diklorida .................................................................................. 60

20. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma total pada 12 MSAakibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ........................................ 60

21. Analisis ragam bobot kering gulma total pada 12 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 60

22. Bobot kering gulma golongan rumput pada 4 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 61

23. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma golongan rumputpada 4 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ................... 61

24. Analisis ragam bobot kering gulma golongan rumput pada 4 MSAakibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ........................................ 61

25. Bobot kering gulma golongan rumput pada 8 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 62

26. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma golongan rumputpada 8 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ................... 62

27. Analisis ragam bobot kering gulma golongan rumput pada 8 MSAakibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ......................................... 62

28. Bobot kering gulma golongan rumput pada 12 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 63

29. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma golongan rumputpada 12 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ................. 63

30. Analisis ragam bobot kering gulma golongan rumput pada12 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida .......................... 63

Page 18: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

vi

31. Bobot kering gulma golongan daun lebar pada 4 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 64

32. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma golongan daun lebarpada 4 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ................... 64

33. Analisis ragam bobot kering gulma golongan daun lebar pada4 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ............................ 64

34. Bobot kering gulma golongan daun lebar pada 8 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 65

35. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma golongan daun lebarpada 8 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida .................. 65

36. Analisis ragam bobot kering gulma golongan daun lebar pada8 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ............................ 65

37. Bobot kering gulma golongan daun lebar pada 12 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 66

38. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma golongan daun lebarpada 12 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ................. 66

39. Analisis ragam bobot kering gulma golongan daun lebar pada12 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida .......................... 66

40. Bobot kering Axonopus compressus pada 4 MSA akibat perlakuanherbisida parakuat diklorida .................................................................... 67

41. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering Axonopus compressus pada4 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ............................ 67

42. Analisis ragam bobot kering Axonopus compressus pada 4 MSAakibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ........................................ 67

43. Bobot kering Axonopus compressus pada 8 MSA akibat perlakuanherbisida parakuat diklorida .................................................................... 68

44. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering Axonopus compressus pada8 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ............................ 68

45. Analisis ragam bobot kering Axonopus compressus pada 8 MSAakibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ......................................... 68

46. Bobot kering Axonopus compressus pada 12 MSA akibat perlakuanherbisida parakuat diklorida .................................................................... 69

Page 19: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

vii

47. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering Axonopus compressus pada12 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida .......................... 69

48. Analisis ragam bobot kering Axonopus compressus pada 12 MSAakibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ........................................ 69

49. Bobot kering Praxelis clematidea pada 4 MSA akibat perlakuanherbisida parakuat diklorida .................................................................... 70

50. Transformasi √(x+0,5) bobot kering Praxelis clematidea pada4 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ............................ 70

51. Analisis ragam bobot kering Praxelis clematidea pada 4 MSAakibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ......................................... 70

52. Bobot kering Praxelis clematidea pada 8 MSA akibat perlakuanherbisida parakuat diklorida .................................................................... 71

53. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering Praxelis clematidea pada8 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ............................ 71

54. Analisis ragam bobot kering Praxelis clematidea pada 8 MSAakibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ........................................ 71

55. Bobot kering Praxelis clematidea pada 12 MSA akibat perlakuanherbisida parakuat diklorida .................................................................... 72

56. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering Praxelis clematidea pada12 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida .......................... 72

57. Analisis ragam bobot kering Praxelis clematidea pada 12 MSAakibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ......................................... 72

58. Bobot kering Calopogonium mucunoides pada 4 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 73

59. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering Calopogonium mucunoidespada 4 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ................... 73

60. Analisis ragam bobot kering Calopogonium mucunoides pada4 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ............................ 73

61. Bobot kering Calopogonium mucunoides pada 8 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 74

62. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering Calopogonium mucunoidespada 8 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ................... 74

Page 20: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

viii

63. Analisis ragam bobot kering Calopogonium mucunoides pada8 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ............................ 74

64. Bobot kering Calopogonium mucunoides pada 12 MSA akibatperlakuan herbisida parakuat diklorida ................................................... 75

65. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering Calopogonium mucunoidespada 12 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida ................. 75

66. Analisis ragam bobot kering Calopogonium mucunoides pada12 MSA akibat perlakuan herbisida parakuat diklorida .......................... 75

67. Lilit batang karet TBM pada perlakuan herbisida parakuatdiklorida ................................................................................................... 76

68. Tinggi percabangan pertama karet TBM pada perlakuanherbisida parakuat diklorida .................................................................... 76

Page 21: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram alur kerangka pemikiran ........................................................... 12

2. Rumus bangun parakuat diklorida............................................................ 20

3. Tata letak perlakuan herbisida parakuat diklorida.................................... 26

4. Denah arah aplikasi herbisida dan denah pengambilan contoh gulma .... 27

5. Tingkat penekanan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma total........................................................................... 33

6. Tingkat penekanan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma golongan rumput ...................................................... 35

7. Tingkat penekanan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma golongan daun lebar ................................................. 37

8. Axonopus compressus di baris tanaman karet pada 12 MSA................... 37

9. Praxelis climatidea di baris tanaman karet pada 12 MSA....................... 37

10. Calopogonium mucunoides di baris tanaman karet pada 12 MSA .......... 37

11. Tingkat penekanan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma Axonopus compressus .............................................. 39

12. Tingkat penekanan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma Praxelis climatidea .................................................. 41

13. Tingkat penekanan herbisida parakuat diklorida terhadapbobot kering gulma Calopogonium mucunoides ...................................... 42

14. Lilit batang karet TBM pada perlakuan herbisida parakuatdiklorida .................................................................................................. 46

Page 22: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

x

15. Tinggi percabangan pertama karet TBM pada perlakuanherbisida parakuat diklorida..................................................................... 47

16. Kondisi gulma pada baris tanaman karet akibat aplikasi herbisidaparakuat diklorida saat 4 MSA ................................................................ 77

17. Kondisi gulma pada baris tanaman karet akibat aplikasi herbisidaparakuat diklorida saat 8 MSA ................................................................ 78

18. Kondisi gulma pada baris tanaman karet akibat aplikasi herbisidaparakuat diklorida saat 12 MSA............................................................... 79

Page 23: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus, karet

berasal dari Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh

Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara dimana saat

ini karet banyak diusahakan sehingga Asia merupakan sumber karet alami. Tahun

1864 untuk pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan di Indonesia. Mula-

mula karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Dari tanaman

koleksi karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman

perkebunan komersial. Getah tanaman karet (lateks) yang dihasilkan dijadikan

sebagai bahan baku industri dan hasil olahan bahan baku tersebut dapat

dimanfaatkan menjadi ban kendaraan, selang air, kabel, karpet, dan banyak

lainnya (Purwanta dkk., 2008).

Karet merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam

perekonomian Indonesia sebagai penghasil devisa negara. Menurut Badan Pusat

Statistik (2016), 83,42% produksi karet Indonesia diekspor ke mancanegara dan

hanya sebagian kecil yang dipergunakan di dalam negeri. Produksi karet di

Indonesia pada tahun 2016 yaitu sebesar 3.229.861 ton dengan luas areal seluas

Page 24: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

2

3.672.123 hektar (Direktorat Jendral Perkebunan, 2017). Produktivitas karet

yang masih rendah merupakan salah satu kendala pada perkebunan karet

Indonesia (Damanik dkk., 2010). Upaya pengembangan sektor perkebunan karet

baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi terus dilakukan. Produktivitas

yang rendah dikarenakan penggunaan bibit yang tidak unggul dan kurangnya

pemeliharaan. Pemeliharaan karet belum menghasilkan (TBM) yang utama

adalah pemupukan dan pengendalian gulma untuk mendorong pertumbuhan lilit

batang (Evizal, 2015).

Gulma mempunyai kemampuan bersaing yang kuat dalam memperebutkan CO2,

air, cahaya matahari dan nutrisi. Pertumbuhan gulma dapat memperlambat

pertumbuhan tanaman (Singh, 2005). Menurut Wiroatmodjo dkk. (2012) gulma

yang tidak diinginkan pertumbuhannya menjadi pesaing utama tanaman utama

pada saat pertumbuhan tanaman. Persaingan gulma terhadap tanaman karet TBM

menimbulkan kerugian terhadap tanaman. Adanya gangguan gulma

menimbulkan kompetisi antara tanaman budidaya dengan gulma untuk

memperoleh sarana tumbuh seperti air, unsur hara, cahaya matahari serta ruang

untuk tumbuh tanaman (Supawan dan Haryadi, 2014). Hal ini dapat

memperlambat pertumbuhan, memperlambat masak sadap dan menyebabkan

tanaman mati. Menurut Ferry dan Samsudin (2014), pertumbuhan gulma pada

perkebunan karet dapat menurunkan efisiensi pemupukan dan berpengaruh negatif

terhadap pertumbuhan tanaman karet.

Menurut Raditya (2018), hasil analisis vegetasi gulma pada perkebunan karet

belum menghasilkan (TBM) di Desa Onoharjo, Kecamatan Terbanggi Besar,

Page 25: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

3

Kabupaten Lampung Tengah terdapat 16 jenis gulma yaitu gulma golongan daun

lebar Ageratum conyzoides, Asystasia gangetica, Boreria alata, Boreria latifolia,

Chromolaena odorata, Hedyotis diffusa, Melastoma affine, Mikania micrantha,

Mimosa invisa, Mimosa pudica, dan Praxelis clematidea serta gulma golongan

rumput Axonopus compressus, Cynodon dactylon, Cyrtococum accrescens,

Digitaria ciliaris, dan Ottochloa nodosa.

Salah satu aspek pemeliharaan perkebunan karet adalah pengendalian gulma,

pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara mekanis, manual, kultur teknis,

kimia, dan pengendalian terpadu. Namun, metode pengendalian secara manual

dan kimiawi umum dilakukan pada perkebunan karet. Pengendalian manual

adalah pengendalian gulma dengan menggunakan alat sederhana seperti cangkul

atau koret, sedangkan pengendalian kimiawi menggunakan senyawa kimia berupa

herbisida yang dapat menghambat dan mematikan pertumbuhan gulma (Kadir,

2007). Pada areal yang luas, pengendalian gulma secara manual sulit dilakukan

karena membutuhkan tenaga kerja dan waktu lebih banyak. Oleh karena itu,

dilakukan pengendalian dengan cara kimiawi menggunakan herbisida yang

memerlukan tenaga kerja dan waktu lebih sedikit (Anwar, 2001).

Efektivitas pemberian herbisida antara lain ditentukan oleh dosis dan waktu

pemberiannya. Dosis herbisida yang tepat akan dapat mematikan gulma sasaran,

tetapi jika dosis herbisida terlalu tinggi maka dapat merusak bahkan mematikan

tanaman yang dibudidayakan (Nurjanah, 2002). Herbisida berbahan aktif

parakuat diklorida mampu mengendalikan gulma berdaun lebar, rumput, dan teki.

Herbisida ini bersifat kontak karena mematikan gulma pada bagian yang terkena

Page 26: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

4

herbisida, bersifat non selektif karena mempengaruhi semua jenis tumbuhan yang

terkena herbisida parakuat diklorida. Herbisida ini terdaftar untuk spektrum

tanaman yang cukup luas, antara lain pada cengkeh, kakao (TBM), kapas, jeruk,

karet, kelapa sawit, kelapa hibrida, kopi, lada, padi pasang surut, rosela, tebu, teh,

dan ubi kayu (Komisi Pestisida, 2011).

Herbisida parakuat diklorida merupakan herbisida yang telah terdaftar pada

Komisi Pestisida untuk mengendalikan gulma pada perkebunan karet. Herbisida

jenis ini juga merupakan herbisida yang telah lama digunakan oleh petani di

Indonesia untuk mengendalikan gulma pada lahan budidaya karet karena

dianggap efektif. Dengan demikian, uji ulang dilakukan untuk herbisida parakuat

diklorida setiap 5 tahun sekali untuk melihat efektivitas herbisida dalam berbagai

dosis untuk mengendalikan gulma pada budidaya karet, sehingga dari penelitian

ini dapat diketahui daya kendali herbisida parakuat diklorida pada gulma tanaman

karet dan tingkat toksisitasnya pada tanaman karet.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian dilakukan untuk

menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Berapakah dosis herbisida parakuat diklorida yang efektif mengendalikan

pertumbuhan gulma di perkebunan karet belum menghasilkan?

2. Apakah terjadi perubahan komunitas gulma setelah aplikasi herbisida parakuat

diklorida di barisan karet belum menghasilkan?

Page 27: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

5

3. Apakah aplikasi herbisida parakuat diklorida di barisan karet menyebabkan

terjadinya fitotoksisitas dan menghambat pertumbuhan tanaman karet belum

menghasilkan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dosis herbisida parakuat diklorida yang efektif mengendalikan

pertumbuhan gulma di perkebunan karet belum menghasilkan.

2. Mengetahui perubahan komunitas gulma setelah aplikasi herbisida parakuat

diklorida di barisan karet belum menghasilkan.

3. Mengetahui apakah aplikasi herbisida parakuat diklorida di barisan karet

menyebabkan terjadinya fitotoksisitas dan meghambat pertumbuhan tanaman

karet belum menghasilkan.

1.4 Landasan Teori

Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki pertumbuhannya pada lahan

budidaya pertanian dan dapat berkompetisi dengan tanaman budidaya sehingga

berpotensi untuk menurunkan hasil tanaman budidaya tersebut (Barus, 2003).

Gulma di perkebunan karet dapat merugikan karena akan terjadi persaingan antara

tanaman karet dan gulma. Menurut Barus (2003), kerugian akibat persaingan

antara tanaman perkebunan dan gulma disebabkan beberapa faktor yaitu; (1)

pertumbuhan tanaman terhambat sehingga waktu mulai berproduksi lebih lama,

(2) penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman, (3) produktivitas

Page 28: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

6

kerja terganggu, (4) gulma dapat menjadi inang hama dan penyakit, dan (5) biaya

pengendalian yang relatif mahal.

Jenis gulma yang tumbuh di pertanaman karet TBM dan TM sangat berbeda. Hal

ini disebabkan karena penutupan tajuk tanaman karet mempengaruhi intensitas

cahaya yang masuk ke pertanaman (Novalinda, 2014). Intensitas cahaya yang

masuk di pertanaman karet TBM cukup besar sehingga jenis gulma yang tumbuh

pada umumnya didominasi oleh gulma golongan rumput, dan daun lebar

(Tjitrosoedirdjo dkk., 1984). Pada pertanaman karet TM dengan bertambahnya

umur tanaman karet, percabangan semakin banyak, tajuk semakin rimbun dan

saling menutup, sinar matahari yang masuk ke permukaan tanah semakin kecil.

Penetrasi sinar matahri yang sampai ke permukaan tanah berpengaruh terhadap

suksesi gulma di perkebunan karet. Jenis gulma yang tidak tahan naungan akan

semakin berkurang ketika tajuk saling menutupi. Namun, gulma gulma rumput

seperti Ottochloa nodosa dan Cyrtococcum spp. serta gulma daun lebar Asystasia

intrusa dan Mikania micrantha serta gulma pakis dapat mendominasi penutupan

lahan pada tanaman karet TM (Evizal, 2015).

Pengendalian gulma merupakan tindakan pengelolaan gulma dengan cara

menekan populasi gulma hingga tingkat yang tidak merugikan secara ekonomis.

Gulma yang dinilai sangat merugikan pertumbuhannya dapat dikendalikan hingga

tingkat kepadatan populasinya sampai dengan nol atau tidak ada gulma sama

sekali (Sembodo, 2010). Beberapa metode pengendalian gulma di perkebunan

karet yaitu manual, mekanis, kultur teknis, biologis, kimiawi ataupun

menggabungkan beberapa metode. Metode kimiawi dengan menggunakan

Page 29: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

7

herbisida merupakan metode yang paling banyak dilakukan. Metode ini dinilai

lebih praktis dan menguntungkan bila dibandingkan dengan metode yang lain.

Penggunaan herbisida dalam mengendalikan gulma memberikan beberapa

keuntungan yaitu (1) dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman, (2) dapat

mengendalikan gulma baris tanaman, (3) dapat mengendalikan gulma sebelum

mengganggu, (4) lebih efektif mematikan gulma tahunan dan semak belukar, dan

(5) dapat menaikkan hasil panen (Sukman dan Yakup, 2000).

Komposisi gulma pada lahan budidaya dapat berubah seiring dengan berjalannya

waktu. Perubahan komposisi gulma disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

kemampuan gulma berkembangbiak, kompetisi antar gulma, dan pengendalian

gulma. Menurut Mawardi dkk. (1996), pengendalian gulma dengan herbisida

menyebabkan terjadinya perubahan komunitas dan populasi gulma. Pada karet

TM pertumbuhan gulma akan semakin berkurang dengan semakin bertambahnya

umur tanaman karet dan kembali meningkat ketika tanaman karet mulai tua dam

tajuk semakin merenggang. Pada kondisi ini LCC (Legume Cover Crop),

Ageratum conyzoides, Imperata cylindrica, Mimosa pudica dan Paspalum

conjugatum yang umum ditemui di perkebunan karet TBM akan sangat berkurang

ketika memasuki periode TM. Namun, Asystasia intrusa, Cyrtococcum spp.,

Mikania micrantha dan Ottochloa nodosa serta gulma pakis dapat mendominasi

penutupan lahan pada tanaman karet TM. Selain itu, gulma berkayu seperti

Chromolaena odorata dan Melastoma spp. akan semakin meningkat pada karet

TM jika tidak dikendalikan dengan cara mendongkel anakannya (Evizal, 2015).

Page 30: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

8

Menurut Sukman dan Yakup (2000), pertumbuhan gulma akan menguras sumber

daya yang ada dengan cepat, jika berlangsung dalam waktu yang lama

ketersediaan faktor pertumbuhan semakin berkurang sehingga akan terjadi

kompetisi dalam penggunaan faktor pertumbuhan tersebut. Tanaman karet

merupakan tanaman yang memiliki tipe pertumbuhan yang proses

pertumbuhannya akan terganggu jika faktor pertumbuhannya terbatas. Jika

berlangsung lama maka pertumbuhan akan terhenti secara permanen (Aidi, 2014).

Pertumbuhan lilit batang karet ditentukan oleh proses pertumbuhan sekunder atau

pertumbuhan ke samping pada batang yang sangat dipengaruhi oleh faktor

pertumbuhan (Campbell dkk., 2012). Menurut hasil Zulkipli dkk. (2016)

perlakuan interval pengendalian gulma pada karet 1-3 bulan sekali menunjukkan

pertumbuhan lilit batang lebih tinggi dibandingkan dengan interval pengendalian

6 bulan sekali. Ukuran lilit batang karet menjadi indikator optimum atau tidaknya

kondisi faktor pertumbuhan yang ada. Selain itu, ada kecenderungan dengan

meningkatnya bobot kering gulma maka mengindikasikan semakin terbatas faktor

pertumbuhan yang tersedia.

Herbisida merupakan bahan kimia atau kultur hayati yang dapat menghambat

pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida diaplikasikan dalam dosis

yang tinggi akan mematikan seluruh bagian dan jenis tumbuhan. Sedangkan pada

dosis yang rendah, herbisida akan mematikan tumbuhan tertentu dan tidak

merusak tumbuhan yang lain. Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau

tumbuhan pengganggu juga terhadap tanaman. Sifat kimia herbisida tidak hanya

menentukan daya kerja herbisida pada gulma yang dikendalikan (efikasi), tetapi

juga menentukan tingkat keracunan (toksisitas) pada organisme nontarget

Page 31: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

9

misalnya tanamannya. Selain itu, herbisida dapat mempengaruhi satu atau

beberapa proses yang sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Beberapa proses yang dapat dipengaruhi oleh herbisida

yaitu proses pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil,

fotosintesis, respirasi, metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan lainnya

(Sembodo, 2010).

Parakuat diklorida mampu mematikan semua jaringan tumbuhan yang berwarna

hijau. Parakuat diklorida diabsorbsi oleh daun dan dengan bantuan sinar matahari

dan oksigen herbisida ini akan mempengaruhi fotosintesis dengan terbentuknya

superoksida yang akan menghancurkan membran sel dan sitoplasma

(Djojosumarto, 2008).

Menurut Hayata dkk. (2016) pengendalian gulma pada perkebunan karet di

Kabupaten Muaro Jambi menggunakan parakuat diklorida dengan dosis bahan

aktif 430 g/ha perlakuan efektif untuk mengendalikan gulma rumput, teki, dan

daun lebar sebesar 100% hingga 8 MSA dan tidak menunjukkan gejala keracunan

pada tanaman karet TBM. Gulma yang dapat dikendalikan antara lain gulma

golongan daun lebar Ageratum conyzoides, Cleome rutidosperma, Clidemia hirta,

Croton hirtus, Euphorbia hirta, Melastoma affine, dan Mikania micrantha.

Gulma golongan rumput Axonopus compressus, Centotecha lappacea,

Cyrtococum acrescens, Digitaria ciliaris, Imperata cylindrica dan Paspalum

canjugatum serta gulma golongan teki Cyperus kyllingia dan Cyperus pilosus.

Selanjutnya Adnan, dkk. (2012) menyatakan bahwa herbisida parakuat diklorida

memiliki durasi efektif pengendalian gulma selama 4,0-11,75 minggu setelah

Page 32: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

10

aplikasi (MSA). Gulma yang dominan adalah gulma golongan daun lebar yaitu

Euphorbia hirta. Menurut Murti dkk. (2016) aplikasi herbisida parakuat diklorida

dosis 414 – 966 g/ha dapat mengendalikan gulma total hingga 12 MSA.

1.5 Kerangka Pemikiran

Karet merupakan komoditas perkebunan yang penting bagi perekonomian

nasional, yaitu sebagai sumber devisa negara. Dalam kegiatan budidaya karet

tentu banyak kendala-kendala yang dihadapi, salah satunya gangguan dari adanya

gulma di areal pertanaman budidaya. Gulma merupakan tumbuhan yang

merugikan kepentingan manusia. Pertumbuhan gulma pada tanaman karet dapat

menurunkan produktivitas karena mengganggu proses pertumbuhan dan

perkembangan tanaman terutama dalam penyerapan unsur hara dan air yang

menjadi sarana tumbuh utama, serta akan mengganggu dalam pemeliharaan

tanaman seperti pemupukan dan pemanenan.

Dalam mengatasi permasalahan akibat pertumbuhan gulma, perlu dilakukan

upaya pengendalian. Metode pengendalian gulma antara lain mekanis, kultur

teknis, hayati, biologi, dan kimiawi. Pengendalian gulma yang efektif pada areal

pertanaman karet yang luas adalah dengan cara kimiawi menggunakan herbisida.

Pengendalian secara kimiawi memiliki beberapa kelebihan seperti efisiensi dalam

tenaga kerja, biaya, waktu, dan hasil yang terlihat lebih cepat dan efektif dalam

mengendalikan gulma.

Herbisida merupakan senyawa kimia yang dapat mengendalikan gulma dengan

cara menghambat proses pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan

Page 33: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

11

klorofil, fotosintesis, respirasi, dan metabolisme nitrogen. Dalam pemilihan

herbisida yang tepat diperlukan pengetahuan dan informasi yang tepat mengenai

klasifikasi herbisida, kondisi, dan jenis gulma yang ingin dikendalikan serta jenis

tanaman budidaya.

Herbisida parakuat diklorida merupakan herbisida non selektif yang memiliki

spektrum pengendalian yang sangat luas. Herbisida ini mampu mematikan semua

tumbuhan yang berwarna hijau. Dengan demikian, gulma-gulma yang sering

muncul dan merugikan bagi tanaman karet diantaranya gulma Ageratum

conyzoides, Bidens pilosa, Centella asiatica, Chromolaena odorata, Clidemia

hirta L., Davalia dentucalata, Elephanthopus scaber, Emilia sonchifolia, Mimosa

pudica L., Oxalis barrelieri L. dapat dikendalikan oleh herbisida parakuat

diklorida. Parakuat diklorida merupakan herbisida yang bersifat kontak dan

apabila diaplikasikan dengan cara yang tepat sasaran maka tidak akan

menimbulkan keracunan. Dengan demikian, jika parakuat diklorida diaplikasikan

pada gulma di sekitar tanaman karet, maka herbisida tidak akan menimbulkan

keracunan pada tanaman karet.

Page 34: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

12

Berikut adalah bagan alur permasalahan gulma di perkebunan karet belum

menghasilkan (TBM) (Gambar 1).

Gambar 1. Diagram alur kerangka pemikiran

Page 35: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

13

Pengendalian gulma pada karet dengan herbisida parakuat diklorida telah

dilakukan dan menunjukkan hasil bahwa parakuat diklorida mampu

mengendalikan gulma berdaun lebar, rumput, dan teki serta tidak menunjukkan

gejala keracunan pada tanaman karet TBM. Penggunaan herbisida dengan bahan

aktif yang sama dan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan masalah

seperti kemungkinan penurunan respon gulma terhadap herbisida. Oleh karena

itu, perlu dilakukan pengujian ulang herbisida guna mendapatkan pengetahuan

dan informasi baru mengenai keefektifan suatu herbisida dalam mengendalikan

gulma dan pengaruhnya terhadap tanaman karet.

1.6 Hipotesis

Dalam kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disampaikan hipotesis

sebagai berikut:

1. Herbisida parakuat diklorida pada dosis 540 g/ha efektif mengendalikan

pertumbuhan gulma di perkebunan karet belum menghasilkan.

2. Aplikasi herbisida parakuat diklorida menyebabkan perubahan komunitas

gulma setelah diaplikasi di barisan karet belum menghasilkan.

3. Herbisida parakuat diklorida pada dosis yang diuji tidak meracuni tanaman dan

tidak menghambat pertumbuhan karet belum menghasilkan.

Page 36: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah

di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman

tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5 yaitu saat

lilit batang mencapai 45 cm. Getah tanaman karet (lateks) yang disadap tersebut

bisa diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah

(crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Karet menjadi

tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi sehingga dapat menjadi

sumber devisa negara. Karet mempunyai berbagai manfaat, baik untuk kebutuhan

hidup sehari-hari maupun usaha industri. Barang-barang yang dapat dibuat dari

karet alam antara lain ban kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin, kabel,

isolator dan bahan-bahan pembungkus logam. Selain lateks, batang dan biji

karet dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri furniture. Sementara itu, biji

karet dapat digunakan sebagai bahan suplemen yang ditambahkan pada daging

sintetis, roti, dan lain-lain (Purwanta dkk., 2008).

Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Page 37: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

15

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Havea

Spesies : Havea brasiliensis (Plantamor, 2019).

2.2 Persyaratan Tumbuh Tanaman Karet

Dalam teknologi budidaya tanaman karet, kita harus mengetahui persyaratan

tumbuh tanaman. Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi

tertentu agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik. Berikut adalah syarat

tumbuh tanaman karet:

2.2.1 Iklim

Daerah yang cocok pada pertanaman karet adalah pada zona antara 15ºLS dan

15ºLU (Damanik dkk., 2010). Tanaman karet memerlukan curah hujan per tahun

2000 mm atau lebih. Temperatur optimal yang dibutuhkan berkisar antara 25 –

28ºC dan temperatur udara maksimum 29 – 34ºC serta kelembaban udara tinggi

hingga 80% (Evizal, 2014). Tanaman karet membutuhkan sinar matahari

sepanjang hari minimal 5-7 jam. Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran

rendah dengan ketinggian 200 m – 400 m dari permukaan laut (dpl). Kecepatan

angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet.

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar, batang

Page 38: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

16

tanaman karet biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di

atas dengan tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m (Damanik dkk., 2010).

2.2.2 Tanah

Tanaman karet cocok ditanam pada tanah yang cukup subur, mengandung bahan

organik, struktur dan tekstur mendukung untuk tanaman karet serta mengandung

unsur hara yang baik, seperti tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis

mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum,

kedalaman air tanah, aerasi dan drainase. Tanah alluvial biasanya cukup subur,

tetapi sifat fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik.

Tanah-tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini

dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan

menjadi perkebunan karet dengan hasil yang cukup baik. Derajat keasaman

mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah pH 5-6.

Batas toleransi pH tanah adalah 4-8. Sifat-sifat tanah yang cocok pada umumnya

antara lain; aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur terdiri dari

35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan <16% serta permukaan air

tanah < 100 cm (Damanik dkk., 2010).

2.3 Pengendalian Gulma pada Tanaman Karet Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman karet belum menghasilkan (TBM) adalah tanaman karet yang telah

ditanam sampai belum memasuki waktu sadap. Kebun TBM adalah kebun yang

belum disadap yaitu kebun TBM 1 sampai TBM 4 atau TBM 5. Kebun TBM 1

adalah kebun yang berumur sekitar 1 tahun, yaitu ketika tanaman berumur 0,6-1,5

Page 39: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

17

tahun. Tanaman yang baru ditransplanting berumur 1-5 bulan dapat dikatakan

sebagai TBM 0. Tujuan pemeliharaan karet TBM adalah agar tanaman tumbuh

optimal sehingga cepat mencapai matang sadap. Secara umum pemeliharaan

karet TBM meliputi pemeliharaan pertumbuhan tanaman, pengendalian gulma,

pemeliharaan LCC, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman

(Evizal, 2015).

Pengendalian gulma merupakan kegiatan terpenting pada pemeliharaan karet

TBM untuk menjamin keberhasilan mencapai kebun karet yang matang sadap.

Pada tanaman karet TBM terutama tahun pertama sampai tahun ketiga, tanah

masih terbuka sehingga gulma tumbuh subur dan cepat. Piringan tanaman dengan

jari-jari 0,5-1,0 meter diusahakan selalu bersih dari gulma atau penutupan tanah

oleh gulma maksimum 30%. Pada TBM 3-4 dilakukan penyiangan barisan

tanaman yang dapat dilakukan secara manual atau kimiawi setiap 3 bulan sekali

(Evizal, 2015). Tujuan dari pengendalian gulma pada TBM karet yaitu menekan

gangguan dan kerugian yang ditimbulkan oleh gulma hingga sekecil mungkin,

agar pertumbuhan dan produksi tanaman karet optimal serta kegiatan

pemeliharaan lainnya tidak terganggu (Siagian dkk, 2009).

Pengendalian gulma di perkebunan karet merupakan keharusan, sebab gulma

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha perkebunan karet. Jika

gulma dibiarkan tumbuh bersamaan dengan tanaman karet, akan menimbulkan

kerugian seperti memperlambat penambahan lilit batang, memperlambat matang

sadap, Sph rendah, mengurangi jumlah pohon, mengurangi efisiensi pemupukan

dan dapat menyebabkan kebakaran kebun (Evizal, 2015). Prinsip pengendalian

Page 40: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

18

gulma adalah menekan populasi gulma dan mempertahankannya pada tingkat

yang tidak merugikan atau mengendalikan jenis yang tumbuh dari jenis-jenis yang

tidak menimbulkan kerugian yang berarti. Pemberantasan gulma dapat

mengakibatkan gundulnya permukaan tanah sehingga menyebabkan erosi.

Penggunaan herbisida yang tidak terkendali dapat mengakibatkan pencemaran

lingkungan (Girsang, 2005).

Pengendalian gulma di perkebunan karet menggunakan tiga teknik, yaitu secara

mekanis, kultur teknis dan kimia. Terdapat dua metode dalam pengendalian, yaitu

metode piringan (circle weeding) dan metode baris (strip weeding). Metode

piringan merupakan pembersihan gulma yang berada disekitar batang sehingga

membentuk lingkaran (circle). Metode baris merupakan pembersihan gulma pada

barisan tanaman dengan jarak sekitar 1 meter dari batang (Siagian dkk, 2009).

Pengendalian gulma dilakukan dengan penyiangan secara manual pada baris

tanaman 3 bulan sekali (tergantung pertumbuhan gulma). Pengendalian ini

memerlukan ketelitian dalam pelaksanaan untuk menghindari kerusakan

perakaran karet. Pengendalian kultur teknis yang biasa diterapkan di perkebunan

karet salah satunya yaitu penanaman legume cover crop (LCC), Mucuna

bracteata. Tujuan penanaman LCC adalah menekan pertumbuhan gulma,

memperbaiki sifat fisik tanah dan menghasilkan bahan organic yang cukup tinggi.

Pengendalian gulma dengan menanam LCC biasanya dilakukan di perkebunan

besar. Perkebunan rakyat belum sepenuhnya menggunakan teknik pengendalian

tipe ini karena biaya yang dibutuhkan cukup tinggi dan pemeliharaan seperti

penyiangan yang semakin intensif karena adanya LCC. Pengendalian kimia

Page 41: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

19

adalah penggunaan herbisida sesuai dengan dosis anjuran. Pengendalian ini lebih

sering dilakukan karena waktu yang dibutuhkan untuk aplikasi lebih cepat, tenaga

kerja lebih efisien, hasil lebih efektif, dan biaya yang dikeluarkan lebih rendah.

Namun, kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan pengetahuan dalam

aplikasi herbisida (Siagian dkk, 2009).

Menurut Zulkipli dkk. (2016), hasil analisis vegetasi gulma pada perkebunan karet

belum menghasilkan (TBM) di perkebunan karet rakyat di Desa Kemang

Kecamatan Rantau Bayur, Banyuasin, Sumatera Selatan terdapat 24 jenis gulma

antara lain: gulma daun sempit dan gulma daun lebar yaitu Ageratum conyzoides,

Asystasia coromandeliana, Axonopus compressus, Borreria laevis, Borreria

latifolia, Clibadium arboreum, Digitaria adscendets, Eurphobia hirta, Ipomea

triloba, Ischaemum timorense, Melastoma affine, Merremia umbellata, Mimosa

invisa, Panicum maximum, Panicum repens, Paspalum conjugatum, Scleria

sumatrensis, Scleria terrestris, Sida rombhifolia, Sparganophorus vaillantii,

Stachytarpheta indica, Tetracera scandens, dan Urena labota. Pertumbuhan

gulma daun lebar lebih dominan (SDR 52,76%) dibanding gulma daun sempit

(SDR 47,24%). Spesies yang memiliki nilai SDR tertinggi adalah Digitaria

adscendens (H.B.K.) Hern (19,55%), diikuti Merremia umbellata (15,16%) dan

Borreria latifolia (14,93%).

2.4 Herbisida Parakuat Diklorida

Parakuat diklorida diperkenalkan oleh ICI Divisi Perlindungan Tanaman (saat ini

Syngenta). Herbisida parakuat diklorida ditemukan pada tahun 1955 dan pertama

kali dipasarkan pada tahun 1962 (Britt dkk, 2003). Herbisida ini terdaftar untuk

Page 42: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

20

spektrum tanaman yang cukup luas, antara lain pada cengkeh, kakao (TBM),

kapas, jeruk, karet, kelapa sawit, kelapa hibrida, kopi, lada, padi pasang surut,

rosela, tebu, teh dan ubi kayu (Komisi Pestisida, 2011). Parakuat merupakan

salah satu jenis herbisida golongan bipyridylium yang umum digunakan pada

lahan pertanian. Herbisida parakuat merupakan herbisida kontak non selektif

yang dapat diberikan pasca tumbuh (Anwar, 2007). Nama kimia dari parakuat

berdasarkan IUPAC adalah 1,1-dymethyl-4,4 bypyridilium klorida. Parakuat

mempunyai rumus umum C12H14Cl2N2 yang dikenal parakuat diklorida memiliki

berat molekul 257,16 g/mol. Rumus bangun parakuat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Rumus bangun parakuat diklorida (Tomlin, 2010).

Parakuat diklorida bekerja dalam sistem membran fotosintesis yang disebut

Fotosistem I, yang menghasilkan elektron bebas untuk menjalankan proses

fotosintesis. Elektron bebas dari fotosistem I bereaksi dengan ion parakuat untuk

membentuk radikal bebas. Oksigen segera mengubah kembali radikal bebas ini

dan salam proses ini menghasilkan O2 negatif. Dengan adanya reaksi kimia yang

tinggi, O2 negatif menyerang membran asam lemak tak jenuh, dengan cepat

membuka dan mendisintegrasikan memberan sel dan jaringan. Ion parakuat atau

radikal bebas tersebut kemudian mendaur ulang dengan menghasilkan lebih

banyak lagi O2 negatif sampai pasokan elektron bebasnya berhenti (Pusat

Informasi Parakuat, 2006).

Page 43: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

21

Herbisida parakuat mampu membunuh semua jaringan tumbuhan yang berwarna

hijau. Parakuat diklorida diabsorbsi oleh daun dan dengan bantuan sinar matahari

dan oksigen akan mempengaruhi fotosintesis dengan terbentuknya Superoksida

yang akan menghancurkan membran sel dan sitoplasma (Djojosumarto, 2008) dan

Rao (2000) menambahkan bahwa herbisida parakuat dapat mengendalikan gulma

berdaun lebar dengan merusak bagian membran sel serta menghambat

fotosintesis. Hasil penelitian Roslina (2008), menunjukkan bahwa herbisida

parakuat mampu menekan pertumbuhan gulma biduri hingga 100%.

Herbisida parakuat diabsorbsi oleh daun selama 30 menit setelah aplikasi. Daun

yang terkena akan cepat layu dalam 2-3 jam disinar matahari yang terik, serta

nekrosis pada daun terjadi secara menyeluruh selama 1-3 hari (Vencill dkk.,

2002). Herbisida parakuat merupakan herbisida kontak dan bila molekul

herbisida ini terkena sinar matahari setelah berpenetrasi ke dalam daun atau

bagian lain yang hijau maka molekul ini akan bereaksi menghasilkan molekul

hydrogen peroksida (Muktamar, 2004). Menurut Anwar (2007), gejala keracunan

akibat herbisida parakuat terlihat pada umur satu minggu dan dua minggu, juga

dapat menyebabkan kelayuan dan kekeringan daun yang dimulai dari gangguan

pada membran sehingga terjadi nekrosis dan kematian daun. Parakuat juga dapat

menekan senyawa fotosintesis dan hasil respirasi sehingga daun tidak normal.

Parakuat diklorida DT50 (disappearance time 50%) parakuat bertahan < 7 hari.

DT50 umumnya digunakan untuk mengukur waktu degredasi dan persistensi

herbisida di lingkungan. Sedangkan parakuat memiliki nilai oral LD50: >20‒ 196

mg/kg, dermal LD50: >236 ‒ 325 mg/kg (Tomlin, 2010). LD50 mempunyai efek

Page 44: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

22

serius dalam jangka panjang, dengan dosis rendah parakuat relatif berbahaya dan

fatal bagi manusia apabila termakan atau terkena kulit langsung. Selain itu

herbisida parakuat dapat mempengaruhi kesehatan manusia lewat air yang

tercemar sehingga produk makanan maupun hewan ikut tercemar herbisida

parakuat (FAO, 2008).

Gejala keracunan pada tanaman karet TBM akibat aplikasi herbisida parakuat

diklorida yaitu terdapat perbedaan bentuk dan atau warna daun, serta pertumbuhan

tanaman karet menjadi tidak normal. Daun tanaman karet terlihat menguning dan

bentuknya tidak normal, terjadi penggulungan dan atau pengkritingan pada daun.

2.5 Efektivitas dan Koefisien Komunitas

Herbisida parakuat diklorida bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan

untuk mengendalikan gulma yang masih hijau dan gulma yang masih memiliki

sistem perakaran tidak meluas. Selain itu, efektivitas pengaplikasian herbisida

dipengaruhi oleh waktu aplikasi. Waktu aplikasi dipengaruhi oleh faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam gulma itu

sendiri, yakni fase pertumbuhan gulma. Berdasarkan faktor internalnya, waktu

aplikasi herbisida yang paling tepat adalah pada saat gulma masih muda (saat

pertumbuhan optimal) dan belum memasuki fase pertumbuhan generatif

(berbunga). Pada fase ini, penyerapan bahan aktif herbisida yang diaplikasikan

dapat berlangsung lebih efektif. Bila terlalu tebal dan tua, sebaiknya gulma

dibabat (slashing) terlebih dahulu. Setelah daun-daun muda tumbuh dan

terbentuk sempurna, aplikasi herbisida dapat dilakukan. Faktor eksternal adalah

Page 45: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

23

faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi aplikasi

herbisida, misalnya curah hujan, angin, sinar matahari dan lain-lain. Curah hujan

dapat menyebabkan bahan aktif herbisida tercuci, angin yang kencang dapat

menerbangkan butiran-butiran larutan herbisida dan sinar matahari yang terik

dapat menyebabkan terjadinya penguapan larutan herbisida yang diaplikasikan

(Barus, 2003).

Dinamika populasi merupakan perbedaan ukuran populasi yang terjadi sepanjang

waktu. Dinamika populasi membahas cara populasi spesies tertentu berkembang

dan menyusut serta sebab-sebab peningkatan dan penurunan jumlah populasi

tersebut (Anon, 2001). Perbedaan komunitas gulma dapat disebabkan karena

adanya pengolahan dan perlakuan dari manusia. Basuki dkk., (1986) menyatakan

bahwa penggunaan herbisida pada areal tanaman, sering menyebabkan terjadinya

perbedaan spesies gulma yang dominan. Dijelaskan oleh Radosevich dan Holt

(1984) bahwa perbedaan komunitas gulma akibat penggunaan herbisida lebih

terlihat secara nyata bila dibandingkan dengan metode pengendalian gulma yang

lainnya. Apabila nilai koefisiesn komunitas >75% maka terdapat kemiripan pada

komunitas yang diamati. Perbedaan komunitas gulma dapat mengakibatkan

ragam gulma menjadi bertambah ataupun berkurang dan atau mengakibatkan

intensitas gulma menjadi bertambah ataupun berkurang. Perbedaan ini

mengakibatkan adanya penyesuaian kembali jenis herbisida dan dosis yang akan

digunakan dalam mengendalikan gulma di suatu areal pertanaman.

Page 46: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

24

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Rama Murti 2, Kecamatan Seputih Raman,

Kabupaten Lampung Tengah dan di Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian

Universitas Lampung mulai bulan Januari hingga April 2019.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah areal tanaman karet belum menghasilkan (TBM)

yang seragam berumur 4 tahun, air, cat kayu, kantong plastik, amplop kertas, dan

herbisida berbahan aktif parakuat diklorida 135 SL (Gramoxone 135 SL). Alat

yang digunakan adalah knapsack sprayer semi automatik, nozel T-jet hijau, gelas

ukur, ember, rubber bulb, koret, cangkul, meteran, kuas, oven, timbangan digital,

alat tulis, dan kuadran besi berukuran 0,5 m x 0,5 m.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan perlakuan faktor tunggal yang terdiri dari 6

taraf perlakuan dan 4 ulangan yang diterapkan dalam rancangan acak kelompok

(RAK). Pengelompokan berdasarkan keseragaman gulma yang ada di petak

percobaan. Satuan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 47: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

25

Tabel 1. Satuan perlakuan efikasi herbisida parakuat diklorida

No. Perlakuan Dosis formulasi(l/ha)

Dosis bahan aktif(g/ha)

1 Parakuat diklorida 135 SL 3 405

2 Parakuat diklorida 135 SL 4 540

3 Parakuat diklorida 135 SL 5 675

4 Parakuat diklorida 135 SL 6 810

5 Penyiangan manual - -

6 Kontrol - -

Untuk menguji homogenitas ragam data digunakan uji Bartlett dan additivitas data

diuji dengan menggunakan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, maka data dianalisis

dengan sidik ragam dan untuk menguji perbedaan nilai tengah perlakuan diuji

dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pembuatan petak percobaan

Satuan perlakuan terdiri dari areal gulma di bawah 5 tanaman karet jarak tanam 4

m x 6 m dengan luas petak 40 m2. Jarak antar satuan perlakuan adalah satu baris

tanaman karet. Petak lahan saat aplikasi kondisi penutupan gulmanya 100%.

Petak percobaan diberi nomor menggunakan cat kayu warna merah sesuai dengan

nomor perlakuan yang telah diacak. Terdapat 24 satuan petak percobaan yang

terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan. Tata letak percobaan dapat dilihat pada

Gambar 3.

Page 48: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

26

I P5 P6 P1 P2 P3 P4

II P2 P3 P6 P1 P5 P4

III P5 P4 P6 P3 P2 P1

IV P4 P3 P5 P1 P6 P2

Keterangan:P1 : Parakuat diklorida 405 g/haP2 : Parakuat diklorida 540 g/haP3 : Parakuat diklorida 675 g/haP4 : Parakuat diklorida 810 g/haP5 : Penyiangan manualP6 : Kontrol

Gambar 3. Tata letak perlakuan herbisida parakuat diklorida

3.4.2 Aplikasi herbisida

Aplikasi herbisida dilakukan satu kali ketika kondisi lingkungan mendukung (pagi

hari, cuaca cerah, dan kecepatan angin rendah). Sebelum aplikasi herbisida

dilakukan kalibrasi alat semprot dengan metode luas untuk menentukan volume

semprot, volume semprot yang didapat sebesar 400 l/ha. Kecepatan jalan saat

aplikasi disesuaikan saat operator melakukan kalibrasi. Aplikasi dilakukan juga

disela-sela tanaman karet, posisi nozzle dimiringkan agar butiran herbisida tidak

mengenai batang karet. Arah aplikasi herbisida pada petak percobaan dapat

dilihat pada Gambar 4.

Page 49: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

27

2 m

20 m

Keterangan:: Tanaman karet

: Arah aplikasi herbisida

: Petak pengambilan contoh gulma 4 MSA

: Petak pengambilan contoh gulma 8 MSA

: Petak pengambilan contoh gulma 12 MSA

Gambar 4. Denah arah aplikasi herbisida dan pengambilan contoh gulma

3.4.3 Penyiangan manual

Penyiangan manual dilakukan sebagai pembanding untuk mengetahui pengaruh

aplikasi herbisida parakuat diklorida terhadap fitotoksisitas tanaman karet belum

menghasilkan (TBM) areal yang diaplikasi herbisida dan penyiangan manual.

Penyiangan manual dilakukan dengan cara lahan petak perlakuan dikoret

menggunakan cangkul. Penyiangan manual dilakukan hanya sekali saat aplikasi

herbisida.

3.5 Pengamatan gulma

Pengamatan gulma pada percobaan ini terdiri dari bobot kering, penekanan

herbisida terhadap gulma, summed dominance ratio (SDR), dan koefisien

komunitas.

2

3

1

Page 50: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

28

3.5.1 Bobot kering gulma

Pengambilan gulma untuk mengukur bobot kering gulma total, gulma per

golongan, dan gulma dominan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat 4, 8, dan

12 MSA. Gulma diambil dengan memotong gulma yang masih hidup tepat

setinggi permukaan tanah menggunakan arit dengan kuadran berukuran 0,5 m x

0,5 m pada dua titik pengambilan yang berbeda setiap pengamatan. Setelah

gulma sampel diambil, gulma tersebut dibawa ke laboratorium untuk dipilah

berdasarkan spesiesnya dan kemudian dioven selama 48 jam dengan suhu 80˚C,

selanjutnya bobot kering gulma ditimbang dengan timbangan digital dalam satuan

gram untuk mengetahui keberhasilan efikasi herbisida. Denah pengambilan

contoh gulma dapat dilihat pada Gambar 4.

3.5.2 Penekanan herbisida terhadap gulma

Penekanan herbisida terhadap gulma dapat dihitung dari data bobot kering yang

didapat kemudian dihitung dan dibuat diagram mengenai persen penekanan

herbisida terhadap gulma, baik gulma total, per golongan, maupun dominan.

Penekanan herbisida terhadap gulma diperoleh dengan menggunakan rumus:

Penekanan = 100 − ( 100%)3.5.3 Summed dominance ratio (SDR)

Nilai SDR digunakan untuk menentukan urutan gulma dominan yang ada di areal.

Nilai SDR dapat dicari setelah didapat nilai bobot kering gulma sebagai nilai

dominansi. Menurut Tjitrosoedirdjo dkk. (1984) nilai SDR untuk masing –

masing spesies gulma pada petak percobaan dicari dengan rumus :

Page 51: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

29

a. Dominan Mutlak (DM)

Bobot kering spesies gulma tertentu dalam petak contoh.

b. Dominansi Nisbi (DN)

Dominansi Nisbi = 100 %c. Frekuensi Mutlak (FM)

Jumlah Kemunculan gulma tertentu pada setiap ulangan.

d. Frekuensi Nisbi (FN)

Frekuensi Nisbi (FN) = 100 %e. Nilai Penting

Jumlah Nilai peubah Nisbi yang digunakan (DN + FN)

f. Summed Dominance Ratio (SDR)

SDR = =3.5.4 Koefisien komunitas

Perhitungan koefisien komunitas dilakukan untuk menentukan perbedaan

komposisi jenis gulma antar perlakuan. Menurut Tjitrosoedirdjo dkk. (1984)

perbedaan komunitas terjadi apabila nilai C <75%. Koefisien komunitas dapat

dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

C = x 100 %Keterangan:C = Koefisien komunitasW = Jumlah nilai terendah dari pasangan SDR pada dua komunitas yang

dibandingkana = Jumlah semua SDR dari komunitas Ib = Jumlah semua SDR dari komunitas II

Page 52: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

30

3.6 Pengamatan karet

Pengamatan tanaman karet meliputi fitotoksisitas, lilit batang, dan tinggi

percabangan pertama.

3.6.1 Fitotoksisitas

Jumlah sampel tanaman karet untuk pengamatan fitotoksisitas adalah sebanyak 5

tanaman dalam satuan petak percobaan. Tingkat keracunan dinilai secara visual

terhadap daun muda tanaman karet, diamati pada 2, 4, dan 6 MSA. Menurut

Direktorat Pupuk dan Pestisida (2012) dalam metode standar pengujian efikasi

herbisida, pengamatan fitotoksisitas tanaman dapat dilakukan dengan metode

skoring sebagai berikut:

0 = Tidak ada keracunan, 0 – 5% bentuk dan atau warna daun dan atau

Pertumbuhan tanaman karet tidak normal

1 = Keracunan ringan, >5 – 20% bentuk dan atau warna daun dan atau

pertumbuhan tanaman karet tidak normal

2 = Keracunan sedang, >20 – 50% bentuk dan atau warna daun dan atau

pertumbuhan tanaman karet tidak normal

3 = Keracunan berat, >50 – 75% bentuk dan atau warna daun dan atau

pertumbuhan tanaman karet tidak normal

4 = Keracunan sangat berat, >75% bentuk dan atau warna daun dan atau

pertumbuhan tanaman karet tidak normal

Page 53: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

31

3.6.2 Lilit batang

Hasil pengukuran lilit batang digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan pohon

karet yaitu kesiapan sadap dan keseragaman pertumbuhan. Pengukuran lilit

batang dilakukan pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi. Pengukuran

dilakukan pada saat 0, 4, 8, dan 12 MSA. Data pengamatan yang telah didapat

ditampilkan dalam bentuk grafik batang.

3.6.3 Tinggi percabangan pertama

Pengukuran tinggi percabangan pertama dilakukan untuk mengevaluasi

pertumbuhan pohon karet dalam hal percabangan. Pengukuran dilakukan dari

pertautan okulasi sampai percabangan pertama. Pengukuran dilakukan pada saat

0, 4, 8, dan 12 MSA. Data pengamatan tinggi percabangan pertama yang telah

didapat ditampilkan dalam bentuk grafik batang.

Page 54: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

48

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Herbisida parakuat diklorida dosis 675 – 810 g/ha efektif mengendalikan

gulma total hingga 12 MSA, gulma Axonopus compressus dan Praxelis

climatidea hingga 8 MSA, serta Calopogonium mucunoides hingga 12 MSA.

2. Herbisida parakuat diklorida dosis 405 – 810 g/ha menyebabkan terjadinya

perubahan komunitas gulma pada 4 – 12 MSA dari gulma dominan Axonopus

compressus menjadi Praxelis climatidea.

3. Aplikasi herbisida parakuat diklorida dosis 405 – 810 g/ha di barisan karet

tidak menyebabkan terjadinya fitotoksisitas dan tidak menghambat

pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan.

5.2 Saran

Dalam penelitian ini, penggunaan herbisida parakuat diklorida dengan dosis yang

tinggi (675 – 810 g/ha) mampu mengendalikan gulma total hingga 12 MSA.

Maka perlu dilakukan pengujian tentang kombinasi herbisida parakuat diklorida

dengan herbisida pasca tumbuh bahan aktif lain dengan dosis yang lebih rendah

agar diperoleh informasi mengenai dosis herbisida yang efektif dalam

Page 55: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

49

mengendalikan gulma total hingga 12 MSA namun lebih rendah resiko

tercemarnya lingkungan serta efisien dalam penggunaannya.

Page 56: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

50

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, P.A. dan K.P. Wicaksono. 2017. Efikasi Tiga Jenis Herbisida padaPengendalian Gulma di Tanaman Karet (Havea brasiliensis Muel. Arg.)Belum Menghasilkan. PLANTROPICA Journal of Agricultural Science. 2(2): 100-107.

Adnan, M., Hasanuddin, dan Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa DosisHerbisida Glifosat dan Parakuat pada System Olah Tanah sertaPengaruhnya terhadap Sifat Kimia Tanah, Karakteristik Gulma dan HasilKedelai. Jurnal Agrista. 6 (3): 42-51.

Aidi, D. 2014. Produktivitas Klon Karet IRR 100 dan 200 pada BerbagaiAgroklimat dan Sistem Sadap. Warta Perkaretan. 3 (11): 11-18.

Anon. 2001. Ekologi. PT. Balai Pustaka Jakarta. Jakarta. 54 hlm.

Anwar, C. 2001. Manajemen Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet.Medan. 24 hlm.

Anwar, R. 2007. Uji Berbagai Herbisida dalam Pengendalian Gulma TanamanKaret. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin.Bengkulu.

Apriadi, W., D. R. J. Sembodo, dan H. Susanto. 2013. Efikasi Herbisida 2,4-Dterhadap Gulma pada Budidaya Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.). J.Agrotek Tropika. 10 (2): 79-84.

Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Karet di Indonesia. http://www.bps.go.id.Diakses pada 10 Desember 2018.

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan Cetakan Ke-1: Efektivitasdan Efisiensi Aplikasi Herbisida. Kanisius. Yogyakarta. 103 hlm.

Basuki, Y. Wiroatmodjo, S.S. Sastroutomo, dan Sudarsono. 1986. DinamikaPopulasi Gulma Akibat Pengendalian Gulma di Pertanaman Stevia.Gramedia. Jakarta. 95 – 101 hlm.

Page 57: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

51

Britt, C., M. Alison, K. Francis, dan T. Adrian. 2003. The Herbicide Handbook:Guidance on the Use of Herbicides on Nature Conservation Sites. English.99 pp.

Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. C. Cain, S. A.Wasserman, P. V.Minarsky, and R. B. Jacson. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2.Erlangga. Jakarta. 450 hlm.

Damanik, S., M. Syakir., M. Tasma., dan Siswanto. 2010. Budidaya dan PascaPanen Karet. Kementerian Pertanian. Jakarta. 85 hlm.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia KomoditasKaret. Jakarta.

Direktorat Pupuk dan Pestisida. 2012. Metode Standar Pengujian EfikasiHerbisida. Direktorat Sarana dan Prasarana Pertanian. Jakarta. 229 hlm.

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka.Jakarta. 340 hlm.

Evizal, R. 2014. Dasar-Dasar Produksi Perkebunan. Graha Ilmu. Yogyakarta.203 hlm.

Evizal, R. 2015. Karet; Manajemen dan Pengelolaan Kebun. Plantaxia.Yogyakarta. 160 hlm.

FAO. 2008. Fao Specifications and Evaluations for Agricultural Pesticides.Paraquat Dichloride. Food and Agriculture Organization of the UnitedNations.

Ferry, Y. dan Samsudin. 2014. Keragaan Tanaman Karet Rakyat dan PenerapanTeknologi Budidayanya di Kabupaten Karimun. SIRINOV. 2 (2): 101-112.

Girsang, W. 2005. Pengaruh Tingkat Dosis Herbisida Isopropilamina Glifosat danSelang Waktu Terjadinya Pencucian Setelah Aplikasi Terhadap EfektivitasPengendalian Gulma pada Perkebunan Karet (Havea brasiliensis) TBM.Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. 3 (2): 31-36.

Hayata., A. Mellin., dan T. Rahayu. 2016. Uji Efektifitas Pengendalian GulmaSecara Kimiawi dan Manual Pada Lahan Replanting Karet (Heveabrasiliensis Muell.Arg.) di Dusun Suka Damai Desa Pondok MejaKabupaten Muaro Jambi. Jurnal Media Pertanian. 1 (1): 36-44.

Kadir, M. 2007. Efektifitas Berbagai Dosis dan Waktu Aplikasi Herbisida 2,4-Dimetilamina terhadap Gulma Echinochloa colonum, Echinochloacrussgalli dan Cyperus pada Padi Sawah. Jurnal Agrisistem. 3(1): 43-49.

Page 58: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

52

Komisi Pestisida. 2011. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. DepartemenPertanian. Jakarta. 879 hlm.

Mawardi, D., H. Susanto, Sunyoto dan A. T. Lubis. 1996. Pengaruh Sistem OlahTanah dan Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan Gulma danProduksi Padi Sawah (Oryza sativa L.). Prosiding II. Konferensi XIII danSeminar Ilmiah HIGI. Bandar Lampung. 712 – 715.

Muktamar, Z. 2004. Adsorpsi dan Desorpsi herbisida paraquat oleh bahan organiktanah. J.Akta Agrosia 1 (1):1-8.

Murti, D. A., N. Sriyani., dan S. D. Utomo. 2016. Efikasi Herbisida ParakuatDiklorida terhadap Gulma Umum pada Tanaman Ubi Kayu (Manihotesculenta Crantz.). Jurnal Agrotek Tropika 1(1): 07 – 10.

Novalinda, R. 2014. Analisis Vegetasi pada Perkebunan Karet (Havea brasiliensisMuell. Arg) di Kecamatan Batang Kapas, Pesisir Barat. J. Bio. UA. 3 (2):129-134.

Nurjanah, U. 2002. Pergeseran Gulma dan Hasil Jagung Manis pada Tanpa OlahTanah Akibat Dosis dan Waktu Pemberian Glyphosat. Publikasi. FakultasPertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu. 4 – 9.s

Plantamor. 2019. Galeri Tumbuhan. http://www.plantamor.com. Diakses tanggal27 Agustus 2019.

Purwanta, J. H., Kiswanto dan Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Karet. BalaiBesar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. 34 hlm.

Pusat Informasi Paraquat. 2006. The paraquat information center on behalf ofsyngenta crop protection ag. http://www.paraquat.com. Diakses tanggal24 November 2018.

Raditya, G.P. 2018. Efikasi Herbisida Parakuat Diklorida dalamMengendalikan Gulma pada Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis) BelumMenghasilkan (TBM). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.Bandar Lampung. 29 – 41. s

Radosevich, C. dan H. Mortimer. 1984. Dynamics of Weed Population.Cambridge Univ. Press. Australia. 332 pp.

Rao, V. S. 2000. Princples of Weed Science. Science Publisher, Inc. Enfield, NH.

Roslina. 2008. Aplikasi Herbisida Glifosat dan Paraquat pada Berbagai Dosisserta Pengaruhnya terhadap pertumbuhan Biduri (Colotropis gigantea R.Br). Skripsi. Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas PertanianUniversitas Syiah Kuala. Darussalam. Banda Aceh. 38 – 40.

Page 59: EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA DALAM …digilib.unila.ac.id/59365/10/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfPertumbuhan gulma pada lahan budidaya karet menyebabkan terjadinya persaingan

53

Semangun, H. 2000. Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press.Yogyakarta. 835 hlm.

Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.168 hlm.

Siagian, N. 2009. Cara Modern Mendongkrak Produktivitas Tanaman Karet.Agro Media Pustaka. Jakarta. 182 hlm.

Singh, S. 2005. Effect of Estabilishment Methods and Weed ManagementPractices on Weeds and Rice in Rice-wheat Cropping System. IndianJournal Weed Sci. 37 (2): 524-527.

Sukman, Y. dan Yakup. 2000. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 158 hlm.

Supawan, I. G. dan Haryadi. 2014. Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SLuntuk Pengendalian Gulma pada Budidaya Tanaman Karet (Haveabrasiliensis Muell. Arg) Belum Menghasilkan. Bul. Agrohorti. 2 (1): 95 -103.

Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmodjo (Eds). 1984. PengelolaanGulma di Perkebunan. Kerjasama Biotrop Bogor – PT. Gramedia. Jakarta.225 hlm.

Tomlin, C.D.S 2010. A World Compedium the Pesticide Manual. Fifteenth ed.British Crop Protection Council. English. 1606 pp.

United States Dapertment of Agriculture. 2014. Weed Risk Assesment for Praxelisclematidae R. M. King & H. Rob. (Asteraceae). Animal and Plant HealthInspection Service. 22 pp.

Vencill, W. K., K. Armburust, H. G. Hancock, D. John, G. McDonald, D. Kintner,F. Lichtner, H. mcLean, J. Reynolds, D. Rushing, S. Senseman, and D.Wau-chope. 2002. 8th ed. Herbicide handbook. Weed Science Soeciety ofAmerica. Wisconsin. 299 – 300 pp.

Wiroatmodjo, J., I.H. Utomo, A.P. Lontoh, Y.M. Adams, dan B. Martha. 2012.Pengaruh Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jahe (Zingiberofficinale Rosc.) Jenis Badak serta Periode Kritis Jahe terhadap KompetisiGulma. Bull. Agro 20 (3): 1-9.

Zulkipli., Yakup., E. Sodikin., dan Y. Syawal. 2016. Pengaruh IntervalPengendalian Gulma dan Aplikasi Herbisida Terhadap PertumbuhanGulma dan Tanaman Karet TBM. Jurnal Penelitian Karet. 34 (2): 213-224.