82
EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG LEGALITAS PERKAWINAN ( Studi di KUA Kec. Banyubiru) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Syariah dan Hukum Oleh : Fina Auliya Rohman Syah 132111143 FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017

EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI

TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA

DALAM MENDUKUNG LEGALITAS PERKAWINAN

( Studi di KUA Kec. Banyubiru)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

dalam Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh :

Fina Auliya Rohman Syah

132111143

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2017

Page 2: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

ii

Page 3: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data jumlah penduduk keseluruhan

Kecamatan Banyubiru ..................................................... 68

Tabel 1.2 Data jumlah penduduk

berdasarkan agama kecamatan banyubiru....................... 69

Tabel 1.3 Para pejabat yang pernah memimpin KUA

kecamatanBanyubiru....................................................... 71

iii

Page 4: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

iv

TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam penelitian ini

berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

Penyimpangan penulisan kata sandang [al-] disengaja secara konsisten

supaya sesuai teks Arabnya.

Huruf

Arab

Huruf

Latin

Keterangan

ا A Tidak dilambangkan

ب B Be

ت t Te

ث S Es (dengan titik di atas )

ج J Je

ح h Ha (dengan titik dibawah)

خ Kh Ka dan ha

د d De

ذ Z Zet (dengan titik diatas)

ر R Er

ز Z Zet

س S Es

.

.

.

xvii

Kecamatan Banyubiru ................................................ 75

B. Layanan pencatatan berbasis IT di KUA

kecamatana Banyubiru .................................................... 78

C. Alur pelayanan pencatatan nikah sebelum dan sesudah

adanya layanan berbasis informasi Teknologi (IT) ......... 80

BAB IV. ANALISIS EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS

INFORMASI TEKNOLOGI (IT) DALAM

MENDUKUNG LEGALITAS PERKAWINAN

A. Analisis Efektivitas layanan berbasis Informasi Teknologi (IT)

oleh KUA dalam mendukung Legalitas Perkawinan di KUA Kec.

Banyubiru ........................................................................ 87

B. Analisis Implamentasi Layanan Berbasis Informasi Teknologi

(IT) oleh KUA dalam mendukung Legalitas Perkawinan di KUA

Kec. Banyubiru................................................................ 95

BAB V. PENUTUP 85

A.Kesimpulan ................................................................... 100

B.Saran .............................................................................. 102

C.Penutup........................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN– LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 5: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

xvi

C. Berbasis Informasi Teknologi (IT) ................................. 27

D. Efektivitas Layanan Berbasis Informasi Teknologi (IT) 30

E. Legalitas Perkawinan ...................................................... 31

1. Pengertian legalitas .................................................... 31

2. Perkawinan ................................................................ 32

a. Pengertian Perkawinan ........................................ 32

b. Prinsip-prinsip Perkawinan ................................. 35

c. Rukun dan Syarat Perkawinan

(Menurut Hukum Islam) ..................................... 38

d. Syarat-syarat Perkawinan (dalam hukum positif) 43

3. Legalitas Perkawinan ................................................. 47

F. Akta Perkawinan ............................................................. 55

G. Keharusan Pencatatan dalam Hukum Positif .................. 60

H. Hikmah Pencatatan Perkawinan...................................... 62

BAB III. Layanan Berbasis Informasi Teknologi (IT) oleh KUA

dalam mendukung legalitas perkawinan Kec. Banyubir

A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Banyubiru ............. 66

1. Letak Geografis KUA Kecamatan Banyubiru........... 66

2. Kondisi Objektif KUA Kecamatan Banyubiru.......... 70

3. Visi dan Misi KUA Kecamatan Banyubiru................ 72

4. Kedudukan, Tugas dan Fungsi KUA

Kecamatan Banyubiru ................................................ 73

5. Struktur Organisasi dan Tugas KUA

v

ش Sy Es dan ye

ص s Es (dengan titik dibawah)

ض d De (dengan titik dibawah)

ط t Te (dengan titik dibawah)

ظ z Zet (dengan titik dibawah)

ع ‘ Koma terbalik di atas

غ G Ge

ف F Ef

ق Q Qi

ك k Ka

ل L ‘el

م m ‘em

ن n ‘en

و W We

ھ h Ha

ء ’ Apostrop

ي y Ya

.

.

.

.

Page 6: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

vi

Bacaan Madd: Bacaan Diftong:

ā = a panjang au او =

i = i panjang ai اي =

u = u panjang iy = اي

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................... iii

TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................... iv

MOTTO ...................................................................................... vii

PERSEMBAHAN....................................................................... viii

DEKLARASI .............................................................................. ix

ABSTRAK................................................................................... x

KATA PENGANTAR ................................................................ xii

DAFTAR ISI............................................................................... xv

DAFTAR TABEL....................................................................... xviii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 8

D. Kajian Pustaka ................................................................ 9

E. Metodologi Penelitian .................................................... 15

F. Sistematika Penelitian .................................................... 20

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG LAYANAN BERBASIS

IT DAN LEGALITAS PERKAWINAN

A. Pengertian Efektivitas .................................................... 24

B. Layanan/Pelayanan ......................................................... 25

Page 7: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

xiv

satu persatu terimakasih atas segala canda tawa yang selalu menjadi

penghibur dalam penulisan skripsi ini.

10. Keluarga posko 24 KKN Mandiri angkatan 68 di desa Cangkiran,

kecamatan Mijen, kab. Semarang , mami Deva, mb Nada, mb Fidhoh,

Fitri, Fiki, Lisa, Olip, Lutfi, Zuhro, Riyani, Widia, Harir, Chunafi,

Anwar. Terimakasih untuk kenangan 45 hari yang tak terlupakan.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis

tidak dapat membalas jasa mereka, penulis hanya memohon kepada

Allah dengan harapan semoga atas bantuan yang telah diberikan

kepada penulis dengan ikhlas dapat menjadikan amal shaleh.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sesuai dengan apa yang diharapkan, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi

sempurnanya skripsi ini.

Semarang, 13 Juni 2017

Penulis,

Fina Auliya Rohman Syah

NIM. 132111143

vii

MOTTO

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah

kamu menuliskannya”. (al-Baqarah; 282)1

1 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV J-ART, 2004, hlm. 49.

Page 8: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayahanda tercinta, ‘’Bpk. Yatmin S.Ag’’ dan Ibunda tercinta

‘’Almh. Ibu Haryanti’’

2. Kakak-kakakku tercinta (Fikri Firman Syah S. Kom, Kastoni S.

Pd, Fatkhul Aini Qur’an Syah S. Pd) dan Adik-adikku tercinta

(Firdaus Akhirus Zaman Syah, Fatih Qurnia Abadian Syah,

Fatimah Kholifatul Rokhim Syah)

3. Teman2 seperjuangan yang saya banggakan AS (D) angkatan

2013, lila, lina, muna, anisa, ulfatin, ina, ely, wiana, nana, rangga,

rohib, rohmad, pak zainal, odi, zul,dul, afan, afendi dll.

4. Kawan-kawan seperjuangan di PP Daarun Najaah, terkhusus mb

nani, tamzi, nurul, mb muna, iza, mb maria, mb nafi, atina,

nabila, mb tata, lili, olip mb anah, zulfa,chusna. yang tak bisa ku

sebutkan satu persatu terimakasih atas segala canda tawa yang

selalu menjadi penghibur dalam penulisan skripsi ini.

5. Keluarga posko 24 KKN Mandiri angkatan 68 di desa Cangkiran,

kecamatan Mijen, kab. Semarang, mami deva, mb nada, fitri, fiki,

lisa, olip lutfi, zuhro, riyani, widia, harir, chunafi, anwar.

Trimakasih untuk kenangan 45 hari yang tak terlupakan.

6. Teman-teman PPTQ Masjid Agung Surakarta terkhusus Kamar

Darur Rohmah. love you all.

xiii

3. Ibu Dra. Hj. Endang Rumaningsih, M.Hum, selaku pembimbing 1

dan Bpk. Supangat, M.Ag, selaku pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dalam

penulisan skripsi ini.

4. Seluruh civitas akademik baik dosen maupun karyawan Fakultas

Syaria’ah dan Hukum UIN Walisongo.

5. Bpk. Nur Edi Susilo, M. SI, selaku Kepala Kantor Urusan Agama

(KUA) dan staf KUA kecamatan Banyubiru yang telah banyak

membantu penulis dalam melakukan penelitian.

6. KH. Sirodj Chudlori dan Gus Thoriqul Huda selaku pengasuh PP.

Daarun Najaah Semarang. Salam ta’dzim dan trimakasih telah

mengasuh serta membimbing penulis dengan siraman ilmunya.

7. Ayahanda Yatmin S.Ag dan Ibu Haryanti serta kakak-kakak (Fikri

Firmansyah S. Kom, Kastoni S. Pd, Fatkhul Aini Qur’an Syah S. Pd)

dan adik-adik (Firdaus Akhirus Zaman Syah, Fatih Kurnia Abadian

Syah, Fatimah Kholifatur Rohim Syah). Trimakasih senantiasa

memberi doa dan memberi semangat moral, material maupun

spiritual serta menjadi penghibur bagi penulis.

8. Teman-teman seperjuangan AS (D) angkatan 2013. Terkhusus untuk

Lila, Lina, Muna, Anisa, Ulfatin, Ina, Ely, Wiana, Nana, Rangga,

Rohib, Rohmad, Pak Zainal, Odi, Zul, Dul, Afan, Afendi dll.

9. Kawan-kawan seperjuangan di PP Daarun Najaah, terkhusus mb

nani, tamzi, nurul, mb muna, iza, mb maria, mb nafi, atina, nabila,

mb tata, lili, olip mb anah, zulfa, chusna. yang tak bisa ku sebutkan

Page 9: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

xii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. Tuhan seru sekalian alam yang telah

melimpahkan rahmat, petunjuk, hidayah-Nya hingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tak lupa sholawat serta semoga

tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai

penyempurna ahlak mulia, pada keluarganya, sahabat-sahabatnya para

pejuang penerus ajaran Islam.

Skripsi yang berjudul: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS

INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN

AGAMA DALAM MENDUKUNG LEGALITAS PERKAWINAN (

Studi di KUA kec. Banyubiru), disusun untuk memenuhi salah satu

syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata satu S.1) Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Walisongo Semarang.

Dalam Penulisan ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Dr. Arif Junaidi, M.Ag yang

telah memberikan kebijakan-kebijakan teknis di tingkat Fakultas

Syari’ah dan Hukum.

2. Ibu Anthin Lathifah, M.Ag, selaku Kajur / Kaprodi Perdata Islam

UIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan izin, bimbingan,

dan arahan dalam rangka penyusunan skripsi yang telah member ijin

dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

ix

Page 10: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

x

ABSTRAK

Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974tentang Perkawinan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antaraseorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuanmembentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkanKetuhanan Yang Maha Esa. Bagi umat Islam, perkawinan dinyatakan sahapabila dilakukan menurut hukum perkawinan Islam. Suatu akadperkawinan itu harus memenuhi rukun dan syarat perkawinan yaitu:adanya calon mempelai laki-laki dan perempuan, wali, dua orang saksilaki-laki dan ijab qabul. Agar terjamin ketertiban perkawinan bagimasyarakat Islam, setiap perkawinan harus dicatat. Layanan pencatatanberbasis IT dengan rangkaian pernikahan sesuai UU nomor 1 tahun 1974tentang perkawinan masyarakat tidak lagi segan dan takut mencatatkanpernikahan mereka di data Pemerintah melalui KUA Departemen Agama.

Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui Efektivitas layananberbasis Informasi Teknologi (IT) oleh KUA dalam mendukung legalitasperkawinan di KUA Kecamatan Banyubiru. 2) Untuk mengetahuiImplementasi layanan berbasis Informasi Teknologi (IT) oleh KUAdalam mendukung legalitas perkawinan di KUA Kecamatan Banyubiru.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, jenis penelitian yangpenulis gunakan adalah penelitian lapangan (field research). Penelitianlapangan adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang,keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu,kelompok lembaga atau masyarakat. Data diperoleh dengan caraobservasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian dianalisisdengan metode deskriptif analisis.

Hasil penelitian menunjukan. Pertama, proses pencatatan nikahberbasis Informasi Teknologi (IT) sistem pencatatan nikah denganmekanisme mencatat buku nikah yang keluar dari Kantor Urusan Agamasetempat, dari proses database, dan aplikasi penunjang di depan, sertaintegrasi antar jaringan/network system maka semakin kecilkemungkinan untuk masyarakat yang tidak taat pada aturan hukumberlaku, layanan pencatatan berbasis IT sudah efektif, karena dari sistemsudah dijaga untuk keamanan baik dari pihak perusak jaringan maupunyang ingin merusak sistem aturan pernikahan bisa dicegah. Kedua,

xi

pencatatan dan aktanya merupakan suatu hal yang diperintahkan dandianjurkan oleh syara’ dan ketentuan hukum yang berlaku agar terjaminketertiban bagi masyarakat. Sehingga perkawinan hanya boleh dibuktikandengan akta nikah yang dibuat oleh KUA melalui PPN, dengan begitulayanan pencatatan berbasis IT dengan rangkaian sesuai UU No. 1 Tahun1974 tentang perkawinan dapat terlaksana.

Kata kunci: Layanan, Informasi Teknologi, Legalitas Perkawinan.

Page 11: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan berasal dari bahasa arab zawwaja dan nakaha.

Kata nakaha berarti menghimpun, sedangkan kata zawwaja berarti

pasangan, dengan demikian dari sisi bahasa, perkawinan berarti

berhimpunnya 2 (dua) insan (orang) yang semula sendiri-sendiri

menjadi satu kesatuan, kemudian dengan perkawinan mereka

menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi, yang

disebut pasangan (zauj dan zaujah), dalam istilah jawa dinamakan

garwo artinya belahan jiwa, setelah mengucapkan ijab dan qabul,

sehingga menyatu dalam satu diri dan satu jiwa.1

Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa

perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.2

Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu

akad yang sangat kuat atau mitsaqongholidhan untuk menaati

perintah Allah dan melaksanakanNya merupakan ibadah (Pasal 2

1Kaharuddin, Nilai-Nilai Filosofi Perkawinan (Menurut HukumPerkawinan Islam dan Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1974 TentangPerkawinan), Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015, hlm. 1.

2Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi), Jakarta:Rajawali Pers, 2013, hlm. 51.

Page 12: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

2

KHI).3 Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum

Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun

1974 tentang Perkawinan ‘’bahwa suatu perkawinan adalah sah

bilamana dilakukan menurut masing-masing agamanya dan

kepercayaan itu; dan di samping itu tiap-tiap perkawinan harus

dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.’’4

Bagi umat Islam, perkawinan dinyatakan sah apabila

dilakukan menurut hukum perkawinan Islam. Suatu akad

perkawinan itu harus memenuhi rukun dan syarat perkawinan

yaitu: adanya calon mempelai laki-laki dan perempuan, wali, dua

orang saksi laki-laki dan ijab qabul. Agar terjamin ketertiban

perkawinan bagi masyarakat Islam, setiap perkawinan harus

dicatat. .

Pencatatan perkawinan ditujukan agar peristiwa perkawinan

itu dapat menjadi jelas, baik bagi yang bersangkutan maupun bagi

orang atau masyarakat lainnya, karena dapat dibaca dalam suatu

surat yang bersifat resmi dan termuat pula dalam suatu daftar yang

khusus yang disediakan untuk itu, yang sewaktu-waktu dapat

dipergunakan sebagai suatu alat bukti otentik, sehingga dengan

adanya surat bukti tersebut dapatlah diterima atau dicegah sesuatu

3Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Bandung: Citra Umbara, 2010,hlm. 228.

4Djoko Prakoso, Ketut Murtika, Azas-Azas Hukum Perkawinan diIndonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hlm. 13.

23

Bab V PENUTUP

Bab ini merupakan bab paling akhir dari seluruh

pembahasan dengan sub bab kesimpulan, saran-saran,

penutup.

Page 13: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

22

atas dua sub bab yang meliputi gambaran umum

Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Banyubiru yang

meliputi: letak geografis kantor urusan agama Kec.

Banyubiru, letak Objektif KUA kecamatan

Banyubiru, visi dan misi kantor urusan agama Kec.

Banyubiru, kedudukan, tugas dan fungsi kantorurusan

agama Kec. Banyubiru, struktur organisasi dan tugas

pegawai KUA Kecamatana Banyubiru. Layanan

pencatatan berbasis IT di KUA kecamatana

Banyubiru. Alur Pelayanan Pencatatan Nikah

Sebelum dan Sesudah adanya Layanan Berbasis

Informasi Teknologi (IT)

BAB VI ANALISIS EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS

INFORMASI TEKNOLOGI (IT) DALAM

MENDUKUNG LEGALITAS PERKAWINAN

Bab ini akan menganalisis tentang efektivitas layanan

berbasis Informasi Teknologi (IT) dalam mendukung

legalitas perkawinan. Bab ini berisi analisis

Efektivitas layanan berbasis Informasi Teknologi (IT)

oleh kantor urusan agama Kec. Banyubiru dalam

mendukung legalitas perkawinan dan implementasi

layanan berbasis Informasi Teknologi (IT) dalam

mendukung legalitas perkawinan di kantor urusan

agama Kec. Banyubiru.

3

perbuatan yang ada hubungannya dengan itu.5Hal

inisejalandenganajaranIslam sebagaimanafirman Allah yang

termaktubdalam surah al-Baqarahayat 282:

ى فٱكتبوه سم أیھا ٱلذین ءامنوا إذا تداینتم بدین إلى أجل م یArtinya: ‘’Hai orang-orang yang beriman, apabilakamu

bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yangditentukan, hendaklah kamu menuliskannya danhendaklah seorang penulis di antara kamumenuliskannya.. (QS Al-Baqarah [2]:282).6

Ayat tersebut menjelaskan tentang perintah pencatatan

secara tertulis dalam segala bentuk urusan mu’amalah, seperti

perdagangan, hutang piutang dan sebagainya. Dijelaskan pada ayat

tersebut bahwa, alat bukti tertulis statusnya lebih adil dan benar

disisi Allah dapat menguatkan persaksian, sekaligus dapat

menghindarkan kita dari keraguan.7 Apabila diperhatikan pada QS

Al-Baqarah [2]: 282 di atas mengisyaratkan bahwa adanya bukti

otentik sangat diperlukan untuk memberikan kepastian hukum.

Bukti otentik berupa akta nikah didapatkan apabila

perkawinan tersebut telah dicatatkan secara resmi. Kompilasi

5Djoko Prakoso, Ketut Murtika, Azas-Azas Hukum Perkawinan diIndonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hlm. 21-22.

6 Muhammad Shohib, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Sygma ExamediaArkanleema, 2012), hlm. 48.

7Ahmad Rofiq,Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi), Jakarta:Rajawali Pers, 201, hlm. 101.

Page 14: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

4

Hukum Islam , buku I, Bab II, Pasal 5 sampai 7, pada dasarnya

perkawinan dengan pencatatan perkawinan dan aktanya merupakan

suatu hal yang diperintahkan dan dianjurkan oleh syara’ dan

ketentuan hukum yang berlaku sehingga masing-masing orang

yang akan melaksanakan perkawinan hendaklah memperhatikan

eksistensi dan hakekat perkawinan yang ada dalam rukun dan

syarat-syaratnya agar tujuan perkawinan untuk mewujudkan

kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah,

bahagia dan sejahtera dapat tercapai. Tetapi sebaliknya perkawinan

yang dilaksanakan dengan melanggar ketentuan-ketentuan hukum

yang telah ditetapkan yaitu tanpa dilakukan pencatatan

perkawinan, maka menjadikan perkawinan tidak memiliki

kekuatan hukum. Pencatatan perkawinan tersebut dilakukan oleh

Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang selanjutnya diberi akta nikah

sebagai bukti adanya perkawinan.Instansi yang bertugas atas

pencatatan tersebut adalah Kantor Urusan Agama (KUA).

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan sebuah lembaga

resmi negara yang ditugaskan untuk melaksanakan sebagian tugas

kantor kementerian agama Indonesia di kabupaten dan kotamadya

di bidang urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan. Salah

satu dari tugas pokok yang dimiliki oleh Kantor Urusan Agama

(KUA) adalah menangani masalah pencatatan pernikahan bagi

penduduk Indonesia yang beragamaIslam pada masing-masing

21

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama ini terdiri atas enam sub bab yang

meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,

metodologi penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG EFEKTIVITAS

LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI

(IT) DAN LEGALITAS PERKAWINAN

Bab ini terdiri atas dua sub bab yang mengenai

efektivitas layanan berbasis Informasi Teknologi (IT)

yang meliputi: pengertian efektivitas, pengertian

layanan atau pelayanan, pengertian Informasi

Teknologi (IT), efektivitas layanan berbasis Informasi

Teknologi (IT), legalitas perkawinan yang

meliputi:pengertian legalitas, pengertian perkawinan,

legalitas perkawinan.Akta Perkawinan, Keharusan

Pencatatan Perkawinan dalam Hukum Positif,

Hikamah Pencatatan Perkawinandan Akta Nikah.

BAB III LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI

(IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)

DALAM MENDUKUNG LEGALITAS

PERKAWINAN

Bab ini terdiri atas gambaran umum Kantor Urusan

Agama (KUA) Kec. Banyubiru, dalam bab ini terdiri

Page 15: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

20

dibahas.23Setelah penulis mendapatkan data yang cukup

kemudian akan dilakukan proses analisis data. Analisis data

merupakan proses mencari dan menyusun dengan cara

sistematis, data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi. Penulis mengumpulkan data yang

dihimpun, kemudian menganalisisnya dengan menggunakan

metode deskriptif analisis yaitu mengumpulkan data tentang

pelayanan berbasis Informasi Teknologi (IT) di KUA

Kecamatan Banyubiru dalam mendukung legalitas perkawinan

yang disertai analisis untuk diambil kesimpulan. Teknik

pembahasan yang dipakai adalah deduktif merupkan suatu

prosedur yang menerapkan suatu peristiwa atau hal-hal umum

dimana telah diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang

bersifat khusus. Dengan metode tersebut maka penulis akan

data memberikan kesimpulan mengenai Efektivitas layanan

berbasis Informasi Teknologi (IT) oleh KUA Kec. Banyubiru

dalam mendukung legalitas perkawinan.

F. Sistematika Penelitian

Sistematika dalam penulisan karya ilmiah ini terdiri atas lima

bab, dan tiap-tiap bab terdiri pula atas beberapa sub bab, dengan

tujuan agar penulisan skripsi ini bisa lebih terarah.

23Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta:PT. Rieneke Cipta, 1993, hlm. 205.

5

kecamatan.8 Melalui tugas tersebut, kantor urusan agama

menjalankan peran yang penting dalam legalisasi hubungan

perkawinan sehingga memiliki kekuatan hukum yang kuat.

Pencatatan pernikahan yang merupakan tugas KUA, kendala

yang biasa ditemui karena pencatatan dilakukan secara manual,

seperti dalam pemeriksaan penelusuran status calon pengantin bisa

saja kurang maksimal, ditemui adanya kasuspernikahan kedua

calon pengantin yang tidak diketahui bahwa sebelumnya telah

menikah, diketahui ternyata calon pengantin telah memiliki calon

suami atau istri sebelumnya dan tidak melalui proses

melangsungkan perkawinan sebagaimana yang telah di atur di

dalam Pasal 6 UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Lebih

jauh lagi, apabila ada oknum yang memanfaatkan peluang ini

untuk mencari keuntungan pribadi tanpa mempertimbangan sisi

dan nilai keadilan yang merupakan misi utama sebuah perkawinan,

seperti poligami liar tanpa izin istri perkawinan, seperti poligami

liar tanpa izin istri pertama atau tanpa izin Pengadilan Agama.

Tahun 2013 diturunkanlah aturan Intruksi Direktur Jendral

Bimbingan Masyarakat Islam No DJ.II/369 Tahun 2013 Tentang

Penerapan Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) pada

KUA Kecamatan. Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH)

umumnya yakni sebuah program aplikasi komputer berbasis

8Mujdahirin Thohir, Kondisi dan Kinerja Kantor Urusan Agama diJATENG, DIY, dan JATIM (hasil studi lapangan), Semarang: Kementrian AgamaBalai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2010, hlm. 7.

Page 16: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

6

windows yang berguna untuk mengumpulkan data-data nikah dari

seluruh Kantor Urusan Agama (KUA) di wilayah Republik

Indonesia secara online. Pelayanan yang mudah dan murah sebagai

lembaga pemerintah dalam mengayomi masyarakat

mengaharuskan adanya upaya perubahan paradigma agar semua

layanan dapat diakses melalui media teknologi informasi, Sistem

Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) merupakan sarana

pencarian data pencatatan nikah pada KUA Kecamatan yang dapat

menghasilkan data dan informasi secara elektronik menuju

penerapan e-nikah.9SistemInformasiManajemenNikah (SIMKAH)

merupakan inovasi terbaru dari Bimas Islam terutama dalam

mendukung tugas KUA dalam pelayan pencatatan perkawinan,

dibuktikannya dengan akta nikah supaya pelaksanaan perkawinan

berjalan dengan tertib dalam menindak tegas terhadap praktek

kawin liar demi terciptanya ketertiban hukum nasional serta dapat

terlaksannya pasal 2 ayat (2).

Peneliti berpendapat bahwa hal tersebut menarik untuk

dikaji, berkaitan dengan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam

(Bimas Islam) telah berkomitmen meningkatkan kapasitas KUA

melalui perbaikan pelayanan pencatatan berbasis Informasi

9Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam No DJ.II/369Tahun 2013 Tentang Penerapan Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH)pada KUA Kecamatan.

19

responden atau orang yang diwawancarai,atautanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara.21 Wawancara

penelitian untuk mendapatkan data primer. Data primer yang

dimaksud adalah tentang bagaimana layanan berbasis

Informasi Teknologi (IT) oleh Kantor Urusan Agama dalam

mendukung legalitas perkawinan melalui wawancara dengan

kepala KUA dan staf bagian atministrasi Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Banyubiru.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dan hal-hal

lain berupa catatan melalui penelusuran dokumen-

dokumen.22Metode ini digunakan untuk mencatat hal-hal

yang dianggap penting atau ada hubungannya dengan

layanan berbasis Informasi Teknologi (IT) oleh KUA Kec.

Banyubiru dalam mendukung legalitas perkawinan.

4. Metode Analisis Data

Analisis data yaitu suatu cara yang dipakai untuk

menganalisis, mempelajari serta mengolah kelompok data

tertentu, sehingga dapat diambil, suatu kesimpulan yang

kongkret tentang permasalahan yang diteliti dan

21Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta:Yayasan PenerbitUGM, 1980), hlm. 193.

22Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta:PT. Rieneke Cipta, 1993, hlm. 188.

Page 17: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

18

13) Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional.

14) Anshary MK, Hukum Perkawinan di Indonesia.

15) Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia.

3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini peneliti mengambil data dari lapangan yang

terkait Pelayanan Berbasis Informasi Teknologi (IT) di KUA

Kecamatan Banyubiru, ada beberapa teknik pengambilan data

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

a. Metode Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

pengamatan dan penginderaan.20 Peneliti dalam hal ini

melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan. Teknik

ini dilakukan untuk mendapatkan fakta di lapangan atas

kegiatan dan sarana-prasarana yang menunjang efektivitas

layanan berbasis IT oleh KUA dalam mendukung legalitas

perkawinan. Penelitian ini di lakukan di KUA Kecamatan

Banyubiru.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah suatu proses untuk memperoleh

suatu keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan

20Hime Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta:Andi Ofset, 1995, hlm. 49.

7

Teknologi (IT).10Sejauh mana tingkat keberhasilan layanan

berbasis IT melalui SIMKAH oleh KUA, yang sebelumnya masih

manual dalam pencatatan nikah yang kurang optimal

pelaksanaannya, dengan SIMKAH tersebut segala kegiatan

pencatatan dilakukan secara online dan pengoprasiannya dengan

menggunakan komputer lain yang mendukung SIMKAH

onlinemembantu mengoptimalkan tugas KUA dalam legalisasi

perkawinan.

Berangkat dari pokok pikiran di atas, maka penulis tertarik

untuk mengkaji skripsi ini dengan masalah ‘’EFEKTIVITAS

LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH

KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

LEGALITAS PERKAWINAN. (Studi kasus di KUA kecamatan

Banyubiru)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada

beberapa permasalah yang akan penulis teliti, yaitu:

1. Bagaimana Efektivitas layanan berbasis Informasi Teknologi

(IT) oleh KUA dalam mendukung legalitas perkawinan di

KUA Kec. Banyubiru?

10Kementerian Agama RI, Buku Panduan Aplikasi Sistem InformasiManajemen Nikah (SIMKAH), (Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2013), hlm. 1.

Page 18: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

8

2. Bagaimana Implementasi layanan Informasi Teknologi (IT)

dalam mendukung legalitas perkawinan di KUA Kec.

Banyubiru?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk.

a. Untuk mengetahui Efektivitas layanan berbasis Informasi

Teknologi (IT) oleh KUA dalam mendukung legalitas

perkawinan di KUA Kec. Banyubiru.

b. Untuk mengetahuiImplementasi layanan berbasis Informasi

Teknologi (IT) dalam mendukung legalitas perkawinan di

KUA Kec. Banyubiru.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis hasil penelitian diharapkan dapat

memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai

layanan berbasis Informasi Teknologi dengan SIMKAH

yang merupakan pemoderan dalam pencatatan perkawinan

di Kantor Urusan Agama (KUA). Selain itu, diharapkan

penelitian ini bisa dijadikan bahan masukan bagi peneliti

selanjutnya yang ingin mendalami atau memahami lebih

lanjut tentang layanan berbasis Informasi Teknologi (IT) di

Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Banyubiru dalam

mendukung legalitas perkawinan.

17

dengan pembahasan ini. Buku-buku tersebut diantaranya

adalah :

1) Buku Pedoman Sistem Informasi Manajemen Nikah

(SIMKAH).

2) Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat

Islam No. DJ.II/369 Tahun 2013 Tentang Penerapan

Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) pada

KUA Kecamatan.

3) Kompilasi Hukum Islam.

4) Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun

1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan

6) Djoko Prakoso, Azas-Azas Hukum Perkawinan di

Indonesia.

7) Mardani, Hukum Perkawinan Di Dunia Islam Modern.

8) Taufiqurrohman Syahuri, Legislasi Hukum Perkawinan

Di Indonesia(Pro-Kontra Pembentukannya Hingga

Putusan Mahkamah Konstitusi.

9) H. Abdul Manan, AnekaMasalah Hukum Perdata Islam.

10) Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia.

11) Zainudi Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia.

12) Beni Ahmad Saebani, Perkawinan dalam Hukum Islam

dan Undang-Undang.

Page 19: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

16

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah

data yang diperoleh dari sumber yang bersifat primer dan juga

sumber yang bersifat sekunder, yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

objek yang diteliti.18 Data primer dalam penelitian ini

diperoleh langsung dari lapangan baik yang berupa observasi

maupun berupa hasil wawancara tentang layanan Informasi

Teknologi (IT) melalui Sistem Informasi Manajemen Nikah

(SIMKAH) oleh KUA dalam mendukung legalitas

perkawinan. Data ini peneliti peroleh dari observasi di

lapangan secara langsung di KUA Kecamatan Banyubiru.

Data juga diperoleh dari hasil interview dengan kepala dan

staf bagian atministrasi di KUA Kecamatan Banyubiru.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mencangkup

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian

yang berwujud laporan, dan sebagainya.19 Sumber data

sekunder adalah buku-buku ilmiah dan literatur yang sesuai

18Adi Rianto, Metodologi Penulisan Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit,Cet. Ke-2004, hlm. 57.

19Amirudin, Zaenal Asikin, Penghantar Metode Penelitian Hukum,Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-1, 2006, hlm. 30.

9

b. Secara Praktisi dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi

para pembaca khususnya serta dijadikan acuan bagi Kantor

Urusan Agama (KUA) pada umumnya agar dapat dijadikan

pertimbangan dalam mempermudah pelayanan pencatatan

nikah yang tujuannya agar sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan serta meningkatkan kinerja Kantor

Urusan Agama (KUA) di setiap kecamatan.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka bertujuan untuk menarik perbedaan yang

mendasar antara penelitian yang dilakukan, dengan kajian atau

penelitan yang pernah dilakukan sebelumnya. Kajian pustaka

adalah deskripsi tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah

dilakukan.

1. Skripsi yang ditulis oleh Ade Ani Satriani tahun 2014 dengan

judul ‘’Penerapan Sistem Informatika Manajemen Nikah

(SIMKAH) online di KUA Surabaya dalam prespektif PMA

Nomor 11 Tahun 2007’’.11

Skripsi ini menggunkan metode deskriptif analisis. Hasil

penelitian ini lebih pada pelayanan yang lebih efesien dengan

11Ade Ani Satriani, ’’Penerapan Sistem Informatika Manajemen Nikah(SIMKAH) online di KUA Surabaya dalam perspektif PMA Nomor 11 Tahun2007’’, (Skripsi tidak dipublikasikan), Surabaya: UIN Sunan Ampel, FakultasSyari’ah dan Hukum Islam, 2014.

Page 20: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

10

adanya pemanfaatan Informasi Teknologi (IT) melalui Sistem

Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) dan beberapa KUA

yang menerapkan Sistem Informasi Manajemen Nikah

(SIMKAH) online yang telah ada di Surabaya dan lebih pada

pencatatan nikah yang didukung pemanfaatan Informasi

Teknologi (IT) dalam pelaksanaannya di KUA Surabaya dan

publikasi pencatatan nikah dengan Sistem Informasi

Manajemen Nikah (SIMKAH) online pada masyarakat

perkotaan.

Berbeda dengan penelitian yang sedang Peneliti susun,

karena skripsi lebih pada mekanisme penerapan SIMKAH

online dalam prespektif PMA Nomor 11 Tahun 2007 Tentang

Pencatatan Nikah, sedangkan Peneliti lebih mengenai

keefektivan Layanan Informasi Teknologi oleh KUA dalam

mendukung legalitas perkawinan. Dan juga yang menjadi titik

perbedaan yaitu pada obyek penelitian, jika Ade Ani Satriani

obyek penelitiannya pada KUA Kecamatan Kota Surabaya,

sedangkan peneliti terletak pada KUA Kecamatan Banyubiru

Kota Semarang.

2. Skripsi yang ditulis oleh Andi Imran Paturusi tahun 2015

dengan judul ’’Pemeriksaan dan Pengawasan di Kantor Urusan

Agama di Kecamatan Klojen Kota Malang (Studi tentang

15

peneliti terletak pada KUA Kecamatan Banyubiru Kota

Semarang.

E. Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah semua asas, peraturan dan teknik

tertentu yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam usaha

pengumpulan data dan analisis untuk memecahkan masalah

dibidang ilmu pengetahuan.16Metode penelitian yang digunakan

penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian

lapangan (field research). Penelitian lapangan adalah untuk

mempelajari secara intensif tentang latar belakang, keadaan

sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu,

kelompok lembaga atau masyarakat.17 Oleh karena itu, data-

data yang dikumpulkan berasal dari data lapangan sebagai

objek penelitian.Penelitian ini dilakukan di Kantor Urusan

Agama Kecamatan Banyubiru.

16Dolet Unardjan, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT.Grasindo, 2000, hlm. 4-5.

17Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, Jakarta:PT.Bumi Aksara, 2009, cet. X, h. 46.

Page 21: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

14

sedangkan peneliti terletak pada KUA Kecamatan Banyubiru

Kota Semarang.

5. Skripsi yang ditulis oleh Restu Taufik tahun 2015 dengan judul

‘’Efektifitas Pencatatan Perkawinan pada KUA Kecamatan

Bukit Batu Kabupaten Bengkalis.’’15

Skripsi ini menggunakan penelitian analisa deskriptif

kualitatif, Hasil penelitian menunjukan layanan yang diberikan

KUA yang sangat baik dan berjalan Efektif memberikan

bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat, dan

mengayomi masyarakat yang bermasalah atau hendak

mendaftarkan nikahnya, hanya saja ada sebagaian masyarakat

yang ingkar, dan sengaja tidak mencatatkan perkawinannya ke

KUA.

Berbeda dengan penelitian yang sedang Peneliti susun,

karena skripsi ini mengenai efektivitas pencatatan perkawinan

pada KUA Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis,

sedangkan Peneliti lebih pada efesien dengan layanan

Informasi Teknologi (IT) dalam mendukung legalitas

perkawinan. Dan juga yang menjadi titik perbedaan yaitu pada

obyek penelitian, jika Restu Taufik obyek penelitiannya pada

KUA Kec. Bukit Batu Kabupaten Bengkalis, sedangkan

15 RestuTaufik, ‘’Efektifitas Pencatatan Perkawinan pada KUAKecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis,’’ (Riau: Universitas Islam NegeriSultan SyarifKasim, Fakultas Syariah dan Hukum, 2015).

11

Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Nikah

(SIMKAH).’’12

Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis

penelitian empiris. Hasil penelitian ini lebih pada Penggunaan

SIMKAH di Kantor Urusan Agama Kecamatan Klojen Kota

Malang dan dapat dikatakan efektif melihat dari hasil kinerja,

informasi, keamanan, biaya dan adanya peningkatan jumlah

perkawinan dari tahun ke tahun. Proses pemeriksaan sebelum

dan sesudah adanya SIMKAH cenderung sama, hanya saja

berbeda pada waktu yang digunakan.

Berbeda dengan penelitian yang sedang Peneliti susun,

karena sekripsi lebih pada Pemeriksaan dan Pengawasan di

Kantor Urusan Agama di Kecamatan Klojen Kota Malang

sesudah dan sebelum adanya SIMKAH, sedangkan

Penelitilebihpada keefektivan layanan Informasi Teknologi

oleh KUA dalam mendukung legalitas perkawinan. Dan juga

yang menjadi titik perbedaan yaitu pada obyek penelitian, jika

Andi Imran Paturusi obyek penelitiannya pada KUA

Kecamatan Klojen Kota Malang, sedangkan peneliti terletak

pada KUA Kecamatan Banyubiru Kota Semarang.

12Andi Imran Paturusi, ’’Pemeriksaan dan Pengawasan di KantorUrusan Agama di Kecamatan Klojen Kota Malang ( Studi tentang penggunaansistem informasi manajemen nikah (SIMKAH), Malang: UIN Maulana MalikIbrahim, Fakultas Syariah, 2015.

Page 22: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

12

3. Skripsi yang ditulis oleh Rahmat Syaiful Haq tahun 2016

dengan judul ‘’Efektivitas Program Sistem Informasi

Manajemen Nikah (SIMKAH) Sebagai Upaya Pencegahan

Manipulasi Data (studi di KUA Kec. Selebar Kota

Bengkulu).’’13

Sekripsi ini menggunakan penelitian lapangan yang

bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil

penelitian menunjukan bahwa masih banyak problematika

program SIMKAH pada KUA Kecamatan Selebar yang harus

diselesaikan, salah satunya yaitu kurangnya sarana prasarana

SIMKAH dan kurangnya kemampuan staf dalam memahami

program SIMKAH. Pelaksanaan Program SIMKAH pada

khususnya di Kecamatan Selebar belum berjalan efektif, masih

banyak yang perlu dimaksimalkan terutama pada peningkatan

kualitas SDM operator SIMKAH, agar terhindar dari

manipulasi data.

Berbeda dengan penelitian yang sedang Peneliti susun,

karena skripsi lebih pada Efektivitas Program Sistem Informasi

Manajemen Nikah (SIMKAH) sebagai Upaya Pencegahan

Manipulasi Data, sedangkan Peneliti mengenai keefektivan

layanan Informasi Teknologi (IT) dalam mendukung legalitas

13Rahmat Syaiful Haq, ‘’Efektivitas Program Sistem InformasiManajemen Nikah (SIMKAH) sebagai Upaya Pencegahan Manipulasi Data (studidi KUA Kec. Selebar Kota Bengkulu), Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,Fakultas Syariah, 2016.

13

perkawinan. Dan juga yang menjadi titik perbedaan yaitu pada

obyek penelitian, jika Rahmat Syaiful Haq obyek penelitiannya

pada KUA Kec. Selebar Kota Bengkulu, sedangkan peneliti

terletak pada KUA Kecamatan Banyubiru Kota Semarang.

4. Skripsi yang ditulisolehIstiAstutiSavitritahun 2011 dengan

judul ‘’EfektifitasPencatatanPerkawinan Pada KUA

KecamatanBekasi Utara.’’14

Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan deduktif analisis. Hasil penelitian menunjukan

bagaimana pencatatan perkawinan di KUA daritahun 2008

sampai dengan 2010 apakah sudah berjalan efektif, terutama

dalam sosialisasi KUA kepada masyarakat tentang pentingnya

pencatatan perkawinan. Agar timbul kesadaran hukum di

masyarakat untuk mencatatkan perkawinannya karena dengan

dicatatnya perkawinan maka akan mendapatkan bukti autentik.

Berbeda dengan penelitian yang sedang Peneliti susun,

karena skripsi ini lebih pada Efektivitas Pencatatan Perkawinan

pada KUA Kecamatan Bekasi Utara sedangkan peneliti lebih

efesien lagi dengan layanan Informasi Teknologi (IT) dalam

mendukung legalitas perkawinan. Dan juga yang menjadi titik

perbedaan yaitu pada obyek penelitian, jika Isti Astuti Savitri

obyek penelitiannya pada KUA Kecamatan Bekasi Utara

14Isti Astuti Savitri, “Efektivitas Pencatatan Perkawinan pada KUAKecamatan Bekasi Utara” (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2011).

Page 23: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

24

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG EFEKTIVITAS LAYANAN

BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) DAN LEGALITAS

PERKAWINAN

A. Pengertian Efektivitas

Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah

pengaruh atau akibat yang membawa hasil, dapat membawa hasil,

berhasil guna dan juga diartikan suatu keberhasilan’’.1

Komarudin menyatakan bahwa efektivitas merupakan

suatu keaadaan yang menunjukan tingkat keberhasilan manejemen

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu,

tercapainya tujuan manajemen yangefektif tidak selamanya disertai

dengan efesiensi yang maksimum.2

Akmal menyatakan bahwa efektivitas merupakan

pencapaian usaha yang sesuai dengan rencananya (doing the right

things) atau rencana hasil dibandingkan dengan realisasi hasil. The

Liang Gie menyatakan bahwa efektivitas merupakan keadaan atau

1Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1990, hlm.219.

2Komarudin, Eksklopedia Manejemen Dasar Pengertian dan Masalah,Jakarta: Gunung Agung, 1994, hlm 173.

Page 24: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

25

kemampuan kerja yang dilaksanakan oleh manusia untuk

memberikan nilai guna yang diharapkan.3

Efektivitas berdasarkan pengertian di atas, dapat

dikemukakan bahwa efektivitas ialah tolak ukur keberhasilan dari

suatu tindakan atau usaha yang ingin dicapai/direncanakan

sebelumnya. Dengan demikian, efektivitas layanan berbasis

informasi teknologi di KUA Kecamatan Banyubiru dapat dilihat

dari keberhasilan KUA melaksanakan tugas pokok dalam bidang

perkawinan, dengan layanan berbasis Informasi Teknologi (IT)

untuk mewujudkan tugas KUA dalam mendukung legalisasi

perkawinan.

B. Layanan/Pelayanan

Layanan/ pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesiaialah suatu usaha untuk membantu menyiapkan

(mengurus) apa yang diperlukan orang lain’’.4Pelayanan

merupakan penawaran atau pemberian jasa kepada seseorang atau

lembaga tertentu untuk memenuhi kebutuhannya sehingga tercapai

3Donni Juni, Fenny Damanyanti, Administrasi dan OperasionalPerkantoran, Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 4-5.

4Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1998, hlm.743.

Page 25: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

65

perkawinan dan aktanya adalah merupakan usaha pemerintah

untuk mengayomi masyarakat demi terwujudnya ketertiban dan

keadilan.65

Salah satu latar belakang terbentuknya layanan berbasis

Informasi Teknologiproses pencatatan nikah berbasis IT, yang

bertujuan untuk menjaga ketertiban dan keamanan tatanan undang-

undang perkawinan dengan mencatatkan perkawinannya berarti

seseorang mempunyai akta perkawinan sebagai bukti otentik untuk

membuktikan bahwa seseorang itu telah kawin atau menikah.

65Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi),Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 99.

26

kepuasan jasa yang diberikan oleh suatu instansi kepada

masyarakat.5

Kurniawan menyatakan bahwa pelayanan publik adalah

pemberi layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat

yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan

aturan pokok dan tatacara yang telah ditetapkan.6

Berdasarkan pada penyelenggara pelayanan publik oleh

pemerintah, ada duapelayanan publik oleh pemerintah, ada dua

pelayanan publik yaitu penyelenggaraan publik yang bersifat

primer dan pelayanan publik yang bersifat sekunder. Pelayanan

publik primer adalah penyediaan barang/jasa yang diselenggarakan

oleh pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan

pengguna/klien mau tidak mau harus memanfaatkannya.

Sedangkan pelayanan publik sekunder adalah adalah segala bentuk

penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh

pemerintah tetapi didalamnya pengguna/klien tidak harus

menggunakannya karena adanya penyelenggaraan pelayanan

sejenis.7 Dengan demikian, pelayanan KUA dilihat dari pelayanan

5Mujdahirin Thohir, Kondisi dan Kinerja Kantor Urusan Agama diJATENG, DIY, dan JATIM (hasil studi lapangan), Semarang: Kementrian AgamaBalai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2010, hlm. 8.

6Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik , Jakarta:pembaruan, 2005, hlm. 4.

7 Mujdahirin Thohir, Kondisi dan Kinerja Kantor Urusan Agama diJATENG, DIY, dan JATIM (hasil studi lapangan), Semarang: Kementrian AgamaBalai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2010, hlm. 10

Page 26: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

27

kerangka publik termasuk pelayanan publik primer, dimana

beberapa pelayanan dalam KUA merupakan pelayanan yang harus

dimanfaatkan, seperti pencatatan nikah.

C. Berbasis Informasi Teknologi (IT)

Teknologi informasi (information teknologi) biasa disebut

TI, IT, atau infotech.8 Teknologi adalah pengembangan dan

aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong

manusia menyelesaikan masalahnya. Informasi adalah hasil

pemprosesan, manipulasi, dan pengorganisasian atau penataan dari

sekelompok data yang mempunyai nilai pengetahuan bagi

penggunanya. Teknologi yang memanfaatkan komputer sebagai

perangkat utama untuk mengolah data menjadi informasi yang

bermanfaat.9

Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang

digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses,

mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam

berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas,

yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang

digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan

merupakan informasi yang strategis untuk mengambil

8Abdul Kadir dan Terra Ch. Triwahyuni, Pengantar Tegnologi Informasi(edisi Revisi), Yogyakarta: CV. Andi, 2013, hlm. 2.

9Tata Sutabri, Pengantar Teknologi Informasi, Yogyakarta: Andi Offset,2014, hlm. 3.

64

penyimpangan tadi dapat dideteksi melalui prosedur yang

diatur dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975.

2. Manfaat yang bersifat Represif

Pencatatan perkawinan memiliki manfaat respresif

artinya bagi suami isteri yang karena suatu hal perkawinannya

tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, Kompilasi Hukum

Islam membuka kesempatan kepada mereka untuk mengajukan

permhonan ISBAT nikah (penetapan nikah kepada Pengadilan

Agama. Pencatatan perkawinan sebagai tindakan represif, hal

ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat, agar di dalam

melangsungkan perkawinan tidak hanya mementingkan aspek-

aspek hukum fiqih saja, tetapi aspek-aspek keperdataannya

juga perlu diperhatikan secara seimbang.64

Pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan Akta Nikah

mempunyai manfaat antara lain bisa digunakan untuk mengurus

akta kelahiran anak, keperluan terkait status perkawinan, dan

sebagainya. Pencatatan dengan adanya akta Nikah juga merupakan

bentuk perlindungan terhadap isteri maupun anak dalam

memperoleh hak-hak dalam keluarga, seperti nafkah, hadlanah,

status nasab, waris, dan lain sebagainya.Karena tanpa adanya Akta

Nikah, hak-hak seorang isteri atau anak dalam memperoleh hak-

haknya dalam keluarga dapat saja diragukan.Jadi, pencatatan

64Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi),Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 117

Page 27: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

63

2. Jika dikemudian hari terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh

salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan tidak dapat

menuntut hak apapun secara hukum. Pelaku yang mangkir dari

kewajibannya,secara hukum tidak berkewajiban

mempertanggungjawabkan apa yang tidak dilakukan terhadap

pasangannya. Sebab ikatan yang dibangun dalam perkawinan

tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hukum perkawinan

yang berlaku di Indonesia dan perkawinan tersebut dianggap

ilegal dimata hukum. Dengan demikian perkawinan yang

dilangsungkan tanpa didaftarkan dan dicatatkan oleh Pejabat

Pencatat Nikah, maka perkawinan tersebut berpotensi

menimbulkan kemudaratan dan pengingkaran kewajiban dalam

ikatan perkawinan.63

Pencatatan perkawinan dan aktanya memiliki dua manfaat

yaitu:

1. Manfaat yang bersifat preventif

Pencatatan perkawinan memiliki manfaat preventif artinya

untuk menanggulangi agar tidak terjadi kekurangan atas

penyimpangan rukun dan syarat-syarat perkawinan, baik

menurut agama dan kepercayaan itu, maupun menurut

perundang-udangan. Dalam bentuk kongkretnya,

63Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, Jakarta: PrenadamediaGroup, 2016, hlm. 58.

28

keputusan.10Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian

pesatnya, KUA berupaya untuk mengembangkan teknologi dengan

layanan berbasis Informasi Teknologi (IT) yang bernama Sistem

Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH).

Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) adalah

suatu program Sistem Informasi Menejemen Nikah yang

merupakan aplikasi komputer berbasis windows yang berguna

untuk mengumpulkan data-data nikah dari seluruh Kantor Urusan

Agama (KUA) di wilayah Replubik Indonesia secara ‘’On-

line’’data akan tersimpan dengan amandi KUAsetempat, di

Kabupaten /Kota di Kantor wilayah Provinsi dan di Bimas Islam,

data-data tersebut berguna untuk mambuat berbagai analisa dan

laporan.11SIMKAH sendiri mempunya tujuan dan manfaat:

1. Tujuan SIMKAH

a) Menjamin sistem informasi manajemen pernikahan di

KUA.

b) Membangun infratruktur database dengan memanfatkan

teknologi yang akan dapat mengakomodasi kebutuhan

manajemen dan eksekutif.

c) Membangun infratruktur jaringan yang terintegrasi antara

KUA di tingkat daerah sampai kantor pusat.

10Deni Darmawan, Pendidikan Teknologi Informasi dan KomunikasiTeori dan Aplikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, hlm. 46.

11Buku Panduan Aplikasi Sistem Informasi Manajeman Nikah (SIMKAH),hlm. 1.

Page 28: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

29

d) Meningkatkan pelayanan serta penyajian data yang cepat

dan akurat.

e) Meningkatkan pengendalian, pengawasan serta pelayanan

bagi publik untuk mendapatkan informasi yang lengkap,

cepat dan akurat.

f) Meminimalisir praktek pemalsuan identitas dalam sebuah

pernikahan.12

2. Manfaat SIMKAH

a) Membangun infratruktur database dengan memanfaatkan

teknologi yang dapat mengakomodasi kebutuhan

manajemen dan eksekutif.

b) Membangun infratruktur jaringan yang terintegrasi antara

KUA di tingkat daerah sampai kantor pusat.

c) Penyajian data yang cepat dan akurat serta mempermudah

pelayanan pengendalian dan pengawasan, dengan

SIMKAH semua pekerjaan menjadi mudah, cukup dengan

menginput/entry data pengantin di icon pendaftaran nikah

maka seluruh data tentang pemeriksaan nikah (model NB),

akta nikah (model N) dan buku nikah langsung terisi

secara otomatis dan yang lebih menggembirakan model

NB, model N, dan buku nikah bisa langsung dicetak

12Buku Panduan Aplikasi Sistem Informasi Manajeman Nikah (SIMKAH),hlm. 1.

62

H. Hikmah Pencatatan Perkawinan

Perkawinan sebagai perbuatan hukum antara suami dan isteri,

bukan saja bermakna untuk mensosialisasikan ibadah kepadaNya,

tetapi sekaligus menimbulkan akibat hukum. Mu’amalah

(keperdataan) diantara keduanya. Namun demikian, karena tujuan

perkawinan yang begitu mulia, yaitu membina keluarga bahagia,

kekal, abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perlu

diatur percatatan perkawinan yang dibuktikan dengan aktanya.

Pencatatan perkawinan dan aktanya bertujuan untuk mewujudkan

ketertiban perkawinan dalam masyarakat. Ini merupakan suatu

upaya yang diatur melalui perundang-undangan untuk melindungi

martabat dan kesucian perkawinan.

Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari pencatatan

perkawinan, yaitu:

1. Sebagai alat bukti hukum yang sah terhadap peristiwa

perkawinan yang telah dilakukan kedua belah pihak.

2. Adanya kepastian hukum tersebut pada gilirannya akan

membantu proses terciptanya kehidupan rumah tangga yang

sakinah, mawaddah dan rahmah.

Perkawinan yang tidak dicatat mempunyai dampak negatif,

yaitu:

1. Perkawinan tersebut tidak memunyai kekuatan hukum apapun

dalam melindungi hak dan pemenuhan kewajiban masing-

masing pihak, baik suami maupun istri.

Page 29: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

61

keseluruhannya hanya dapat dicapai, apabila segala ketentuan

dalam Undang-undang dipenuhi.60

3. Sudarsono menyatakan, bahwa pencatatan tiap-tiap

perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan peristiwa-

peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, misalnya,

pencatatan kelahiran, kematian, yang dinyatakan dalam surat-

surat keterangan suatu akta yang juga di muat dalam daftar

pencatatan.61

Ketentuan hukum yang mewajibkan adanya pencatatat

perkawinan terdapat pada:

1. UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, yaitu terdapat

dalam Pasal 2 ayat (2) :‘’tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.’’

2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 Tahun 1975 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, yaitu Pasal 2s/d Pasal 9.62

60Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta:Sumur Bandung, Cetakan keempat, 1960, hlm. 52.

61Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 1994,hlm. 8.

62Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, Jakarta: PrenadamediaGroup, 2016, hlm. 54.

30

sehingga pekerjaan pegawai KUA menjadi lebih cepat,

mudah dan efektif dan efesien.

d) Pelayanan bagi publik untuk mendapatkan informasi yang

lengkap, cepat dan akurat. Seluruh data pengantin

tersimpan di komputer sehingga suatu saat kalau ada

masyarakat yang membutuhkan informasi cukup membuka

data yang tersimpan di komputer.13

Dengan adanya SIMKAH ini diharapkan tidak ada lagi

manipulasi data diri yang biasa dilakukan untuk melangsungkan

pernikahan kedua dan seterusnya, sehingga lembaga perkawinan

sebagai gerbang awal pembangunan bangsa bisa terjaga dengan

baik.

D. Efektivitas Layanan Berbasis Informasi Teknologi (IT)

Efektivitas ialah suatu tolak ukur keberhasilan dari suatu

tindakan atau usaha yang ingin dicapai/direncanakan sebelumnya.

Pelayanan/layanan yaitu suatu usaha untuk membantu memenuhi

kebutuhan orang lain sehingga tercapai kepuasan atas jasa yang

diberikan. Berbasis teknologi nnformasi yaitu suatu alat/teknologi

yang digunakan untuk membantu manusia dalam mengolah data

termasuk memproses, menyimpan, memanipulasi data untuk

menghasilkan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.

13Buku Panduan Aplikasi Sistem Informasi Manajeman Nikah (SIMKAH),hlm. 1.

Page 30: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

31

Gambaran secara garis besar mengenai, efektivitas layanan

berbasis Informasi Teknologi (IT) oleh KUA dalam mendukung

legalitas perkawinan, berarti bahwa KUA kecamatan Banyubiru

berhasil melaksanakan tugas KUA khususnya dalam bidang

perkawinan dengan pencatatan berbasis IT yang dilakukan sesuai

syarat-syarat hukum akan yang akan melahirkan hubungan dan

akibat hukum yang sah.

E. Legalitas Perkawinan

1. Pengertian Legalitas

Legal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesiaialah resmi,

sesuai dengan aturan atauperundang-

undangan.Sedangkan,legalitas ialah perihal sah.14Asas

legalitas,pembatasan kebebasan warga negara (oleh pemerintah)

harus ditemukan dasarnya dalam undang-undang yang

merupakan peraturan umum, undang-undang secara umum

harus memberikan jaminan (terhadap warga negara),

pelaksanaan wewenang oleh organ pemerintah harus

dikembalikan dasarnya pada undang-undang tertulis, yakni

undang-undang formal.15

14Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kosa Kata Baru BahasaIndonesia Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Pengetahuan Umum), Surabaya:Apollo Lestari, 1998, hlm. 365.

15W. Riawan Tjandra, Hukum Atministrasi Negara, Yogyakarta:Universitas Atma Jaya, 2008, hlm. 12.

60

Pencatat, helai kedua disimpan pada Panitera Pengadilan dalam

wilayah Kantor Pencatatan Perkawinan itu berada, sedangkan

suami dan istri masing-masing hanya diberikan

kutipannya.58Dengan dikeluarkannya akta nikah, maka

perkawinan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum atau

legal.

G. Keharusan Pencatatan Pernikahan dalam Hukum Positif

Keharusan pencatatan pernikahan adalah sebuah langkah

yang mesti dilakukan oleh pihak-pihak yang akan melaksanakan

atau meresmikan sebuah ikatan pernikahan. Adapun lebih jelasnya

berikut ini dipaparkan oleh para ahli hukum:

1. M. Yahya Harahap menyatakan, bahwa keharusan pencatatan

pernikahan merupakan landasan yuridis bagi yang

melaksanakannya. Dengan keharusan ini setidaknya

mempertegas sekaligus upaya mengaktualkan ketertiban

perkawinan masyarakat Islam.59

2. Wirjono Prodjodikoro menyatakan, bahwa keharusan

pencatatan pernikahan dalam sebuah perkawinan adalah dalam

rangka terjaminnya kepastian hukum, kepastian hukum dalam

58Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 TentangPerkawinan, Bandung: Citra Umbara, 2010, hlm. 47.

59M. Yahya Harahap, Kompilasi Hukum Islam dan PeradilanAgamaDalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: Logos, 1992, hlm. 52.

Page 31: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

59

satunya atau keduanya pernah kawin maka sebutkan juga

nama isteri atau suami terdahulu;

b) Nama, agama/kepercayaan, pekerjaan dan tempat tinggal

orang tua mereka;

c) Izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Udang-

undang;

d) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6

Undang-udang;

e) Izin dari Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri

Hankam/Pangab bagi Anggota Angkatan Bersenjata;

f) Perjanjian perjawinan apabila ada;

g) Nama, umur, agama kepercayaan, pekerjaan dan tempat

tinggal para saksi dan wali nikah bagi yang beragama

Islam;

h) Nama, umur, agama kepercayaan, pekerjaan dan tempat

tinggal kuasa apabila perkawinan dilakukan melalui

kuasa.57

Akta perkawinan yang merupakan suatu akta otentik,

diharuskan minimal memuat hal-hal seperti yang disebutkan oleh

pasal 12, dan dalam penjelasan pasal tersebut ditambahkan pula

hal-hal lain yang juga perlu dimuat. Pasal 13, Akta perkawinan

dibuat dalam rangkap dua, helai pertama disimpan oleh Pegawai

57Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1075Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 TentangPerkawinan, Bandung: Citra Umbara, 2010, hlm. 46-47.

32

Legalitas berdasarkan pengertian di atas, dapat

dikemukakan bahwa legalitas ialah suatu aturan yang tertulis

dalam bentuk undang-undang yang akan mengatur perbuatan

atau tindakan hukum, sehingga suatu perbuatan atau tidakan

yang sesuai dengan aturan hukum tersebut akan dianggap sah

menurut hukum, sebaliknya perbuatan atau tindakan yang tidak

sesuai aturan hukum tersebut akan dianggap tidak sah dan

melanggar hukum, dalam hal ini yang dimaksud penulis dalam

legalitas adalah keabsahan perkawinan ditinjau dari peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengannya.

2. Perkawinan

a. Pengertian Perkawinan

Perkawinan berasal dari bahasa arab zawwaja dan

nakaha. Kata nakaha berarti menghimpun, sedangkan kata

zawwaja berarti pasangan, dengan demikian dari sisi

bahasa, perkawinan berarti berhimpunnya 2 (dua) insan

(orang) yang semula sendiri-sendiri menjadi satu kesatuan.

Kemudian dengan perkawinan mereka menjadi satu

kesatuan yang utuh dan saling melengkapi, yang disebut

pasangan (zauj dan zaujah). Dalam istilah jawa dinamakan

Page 32: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

33

garwo artinya belahan jiwa, setelah mengucapkan ijab dan

qabul, sehingga menyatu dalam satu diri dan satu jiwa.16

Perkawinan adalah suatu akad yang mengikat

hubungan lahir batin antara laki-laki perempuan yang

sangat kuat yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan

rumah tangga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.17

Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 bahwa Perkawinan

ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.18

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang No.

1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan di atas, dapat diuraikan

bahwa sendi-sendi dan unsur-unsur utama pekawinan

adalah:

1) Perkawinan merupakan persekutuan hidup antara

seorang pria dengan seorang wanita. Artinya undang-

undang perkawinan menutup kemungkinan

dilangsungkannya perkawinan antara orang-orang yang

16Kaharuddin,Nilai-Nilai Filosofi Perkawinan (Menurut HukumPerkawinan Islam dan Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1974 TentangPerkawinan), Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015, hlm. 1.

17Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2010, hlm22

18Ahmad Rofiq,Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi), Jakarta:Rajawali Pers, 2013, hlm. 51

58

Praktek pemerintah yang mengatur tentang pencatatan

perkawinan dan dibuktikannya dengan akta nikah setiap orang

yang melaksanakan perkawinan supaya pelaksanaan perkawinan

berjalan dengan tertib dan menindak tegas terhadap praktek

kawin liar demi terciptanya ketertiban hukum nasional serta

dapat terlaksananya pasal 2 ayat (2).

Pencatatan perkawinan dan aktanya merupakan bukti

otentik yang memuat peristiwa hukum perkawinan, sehingga

perkawinan mempunyai kekuatan hukum yang pasti. Selanjutnya,

sesuai dengan syarat-syarat akta otentik, maka akta nikah sebagai

akta otentik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Akta nikah harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang

berhak membuatnya. Kompilasi Hukum Islam, Pasal 5 s.d 7,

yang mengatur pencatatan perkawinan yang dibuktikan

dengan akta nikah. Adapun pejabat yang berhak melakukan

pencatatan perkawinan adalah Pegawai pencatat Nikah

(PPN).

2. Akta Nikah dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh

Undang-Undang. Adapun isi akta nikah, sesuai dengan

ketentuan pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975

adalah sebagai berikut:

a) Nama, tanggal dan tempat lahir, agama/kepercayaan,

pekerjaan dan tempat tinggal suami isteri: apabila salah

Page 33: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

57

tunjangan, misalnya tunjangan istri, tunjangan anak atau

tunjangan lain yang berhubungan dengan perkawinan.54

Pencatatan perkawinan berdasarkan penjelasan di atas

bahwa pencatatan nikah terdapat ‘’maslahah mursalah’’ dalam

kehidupan bermasyarakat, maka melaksanakan pencatatan

perkawinan adalah merupakan keharusan bagi mereka yang

beragama Islam. Kaidah hukum Islam dalam pencatatan

perkawinan dan pembuktiannya dengan akta nikah, sangat jelas

mendatangkan maslahat bagi tegaknya rumah tangga, sejalan

dengan prinsip.

م علیجلب المصالح درأالمفا سد مقد

Artinya: ‘’Menghindari kerusakan didahulukandaripada memperoleh kemaslahatan’’.55

عیة منوط بالمصلحة مام على الر ف اإل تصر

Artinya: ‘’Tindakan (peraturan) pemerintah,berintikan terjaminnya kepentingan dankemaslahatan rakyatnya’’.56

54Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi),Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 107.

55Abdullah bin Said, Idhoh al-Qowa’id al-Fiqhiyah, Makkah: Madrasahas-Sholatiyah, 1410 H. 62, hlm. 102.

56Abdullah bin Said, Idhoh al-Qowa’id al-Fiqhiyah, Makkah: Madrasahas-Sholatiyah, 1410 H. 62, hlm. 118

34

berjenis kelamin sama meskipun di dalam Pasal 8 dari

undang-undang perkawinan yang mengatur mengenai

larangan perkawinan, tidak dicantumkan secara

eksplisit tentang larangan perkawinan sesama jenis.

2) Perkawinan harus dilakukan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Keabsahan perkawinan hanya terjadi jika memenuhi

syarat formil dan materil beserta prosedur dan tatacara

yang ditentukan oleh undang-undang dan peraturan

pelaksanaannya.

3) Perkawinan mempunyai hubungan erat dengan Agama.

Agama merupakan sendiutama kehidupan bernegara di

Indonesia.19

Hukum Islam memberi pengertian perkawinan

sebagai suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan

hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam

rangka mewujudkan kebahagiaan hidupkeluarga yang

diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara

yang diridhoi Allah.20Perkawinan hakikatnya adalah

persatuan antara laki-laki dan perempuan di dalam hukum

19Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakrta: FH UII,2002, hlm. 11.

20Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-UndangPerkawinan, Yogyakata: Liberty, 1986, hlm. 47.

Page 34: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

35

keluarga, dengan pertalian yang sah antara seorang laki-laki

dengan seorang perempuan untuk waktu lama.21

Perkawinan Berdasarkan beberapa pengertian di

atas maka dapat disimpulkan bahwa perkawinan pada

dasarnyaadalah suatu perjanjian untuk hidup bersama antara

seorang laki-laki dengan perempuan dengan tujuan untuk

membentuk rumah tangga berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa.

b. Prinsip- prinsip Perkawinan

1) Prinsip-prinsip perkawinan dalam ajaran Islam

a) Harus ada persetujuan secara sukarela dari pihak-

pihak yang mengadakan perkawinan.

b) Tidak semua wanita dapat dikawiani oleh seorang

pria sebab ada ketentuan larangan-larangan

perkawinan antara pria dan wanita yang harus

diindahkan.

c) Perkawinan harus dilaksanakan dengan memenuhi

persyaratan-persyaratan tertentu, baik menyangkut

kedua belah pihak maupun yang berhubungan

dengan pelaksanaan perkawinan itu sendiri.

21Mochammad Djais, Hukum Harta Kekayaan Dalam Perkawinan,Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponogoro, 2006, hlm. 4.

56

muamalah, sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Baqarah

ayat 282 yang berbunyi:

ى فٱكتبوه سم أیھا ٱلذین ءامنوا إذا تداینتم بدین إلى أجل م ی

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamubermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yangditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.(QS Al-Baqarah [2]:282)52

Ayat mudayanah (QS Al-Baqarah [2]:282) mengisyaratkan

bahwa adanya bukti autentik sangat diperlukan untuk menjaga

kepastian hukum, yang menggambarkan bahwa pencatatan

didahulukan dari pada kesaksian, yang dalam perkawinan

menjadi salah satu rukun.53

Pencatatan perkawinan terdapat banyak sekali manfaatnya

bagi kedua belah pihak yang melaksanakan perkawinan, baik

dalam kehidupan pribadi maupun di dalam kehidupan

masyarakat, misalnya dengan dimilikinya akta pekawinan

sebagaimana dengan bukti tertulis yang otentik dan untuk

membuktikan bahwa telah terjadi peristiwa perkawinan.

Disamping itu juga dengan dimilikinya akta perkawinan,

seseorang yang melakukan pernikahan dapat menuntut berbagai

52 Muhammad Shohib, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: PT.SygmaExamediaArkanleema, 2012), hlm. 48.

53Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi),Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 93.

Page 35: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

55

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 jo Undang-

undang Nomor 32 Tahun 1954.

Pasal 6:

(1) Memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan

harus dilakukan dihadapan dan dibawah pengawasan

Pegawai Pencatat Nikah.

(2) Perkawinan yang dilakukan diluar pengawasan Pegawai

pencatat nikah tidak mempunyai ketentuan hukum.

Pasal 7:

(1) Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah

yang dimuat oleh Pegawai Pencatat Nikah.51

F. Akta Perkawinan

Akta perkawinan adalah dokumen tertulis yang dibuat oleh

pejabat yang berwenang yang di dalamnya menyatakan kedua

orang yang tertulis di dalam dokumen telah menikah secara sah

dan membuktikan bahwa terdapat ikatan lahirdan batin antarkedua

orang (laki-laki dan perempuan), sebagai suami istri yangtelah

disahkan menurut agama yang dianutnya.

Agama Islam sendiri secara implisit tidak menjelaskan

adanya perintah untuk melakukan pencatatan terhadap sebuah

pernikahan yang dilakukan, yang ada adalah perintah untuk

melakukan pencatatan terhadap utang-piutang atau hubungan

51

36

d) Perkawinan pada dasarnya adalah untuk

membentuk satu keluarga atau rumah tangga yang

tentram, damai dan kekal untuk selama-lamanya.22

e) Hak dan kewajiban suami istri adalah seimbang

dalam rumah tangga, dimana tanggung jawab

pimpinan keluarga ada pada suami.23

2) Prinsip-prinsip Perkawinan dalam Undang-undang

Perkawinan

Prinsip-prinsip atau azas-azas mengenai

perkawinan, yang diatur dalam penjelasan umum dari

UU Perkawinan Nasional (UU.No. 1 tahun 1974).

a) Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga

yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri perlu

saling membantu dan melengkapi, agar masing-

masing dapat mengembangkan kepribadiannya

membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan

material.

b) Dalam undang-undang ini dinyatakan, bahwa suatu

perkawianan adalah sah bilamana dilakukan menuut

hukum masing-masing agamanya dan

22Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam diIndonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih UU No. 1/1974Sampai KHI, (Jakarta: Prenada Media, 2004) CetKe-2, hlm 51.

23Soemiyati, Hukum Perkawinan Islamdan Undang-undangPerkawinan, Yogyakarta: Liberty, 1986, hlm. 4.

Page 36: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

37

kepercayaannya itu; dan disamping itu itu tiap-tiap

perkawinan harus dicatatkan menurut peraturan-

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c) Undang-undang ini menganut azas monogami.

Hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan,

karena hukum dan agama yang bersangkutan

mengizinkan, seorang suami dapat beristri lebih

dari seorang.

d) Undang-undang perkawinan (UU No. 1 tahun 1974

dan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975)

menganut prinsip bahwa calon suami istri itu harus

masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan

perkawina, agar supaya dapat mewujudkan tujuan

perkawinan secara baik tanpa berfikirpada

perceraian dan mendapatkan keturunan yang baik

dan sehat.

e) Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk

keluarga yang bahagia kekaldan sejahtera, maka

undang-undang ini menganut prinsip untuk

mempersukar terjadinya perceraian.

f) Hak dan kedudukn istri adalah seimbang dengan

hak dan kedudukan suami, baik dalam kehidupan

rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat,

sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam

54

4) Tidak ada halangan perkawinan antara calon suami dengan

calon isteriTidak sedang terikat perkawinan dengan orang

lain.

5) Perempuan yang terputus perkawinannya tidak sedang

dalam masa tunggu.49

Memerhatikan ketentuan-ketentuan hukum yang

mengatur tentang pencatatan perkawinan, dapat dipahami

bahwa pencatatan tersebut adalah syarat administratif. Artinya

perkawinan tetap sah, karena standar dan tidaknya perkawinan

ditentukan oleh norma-norma agama dari pihak-pihak yang

melangsungkan perkawinan. Pencatatan perkawinan diatur

karena tanpa pencatatan, suatu perkawinan tidak mempunyai

kekuatan hukum.50 Pencatatan perkawina, kompilasi Hukum

Islam menjelaskannya dalam pasal 5, 6, 7 :

Pasal 5:

(1) Agar terjaminnya ketertiban perkawinan bagi masyarakat

Islam, setiap perkawinan harus dicatat.

(2) Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1) dilakukan

oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana diatur dalam

49Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam (Suatu AnalisisUndang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam), Jakarta:Bumi Aksara, 2004, Cet. V, hlm. 58-59.

50Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi),Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 93.

Page 37: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

53

dilangsungkan upacara perkawinan, yakni sesudah aqad-nikah

bagi yang beragama islam.48

Pasal 13 PP No. 9 Tahun 1975, Akta perkawinan tersebut

oleh pegawai pencatat nikah dibuat rangkap dua, helai

pertama disimpan oleh Pegawai Pencatat, helai kedua

disimpan pada Panitera Pengadilan dalam wilayah Kantor

Pencatat Perkawinan itu berada. Kepada suami isteri masing-

masing diberikan kutipan akta nikah yang mirip dengan buku

nikah sebagai bukti otentik bagi masing-masing suami isteri.

Syarat-syarat lain juga harus dipenuhi agar perkawinan

dapat dinyatakan sebagai perkawinan yang sah dan legal,

sesuai yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Syarat-syaratnya antara lain:

1) Adanya persetujuan antara calon suami dengan calon isteri

(tidak ada unsur paksaan).

2) Calon suami telah berumur 19 tahun dan calon isteri

berumur 16 tahun atau mendapatkan dispensasi dari

pengadilan apabila belum mencapai umur yang ditentukan

tersebut.

3) Harus mendapatkan izin dari kedua orang tua masing-

masing mempelai.

48K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: GhaliaIndonesia, 1976, hlm. 18-19.

38

keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan

bersama oleh suami istri.24

c. Rukun dan Syarat Perkawinan (Menurut Hukum

Islam)

Sahnya suatu perbuatan hukum menurut hukum

agama Islam harus memenuhi dua unsur, yaitu rukun dan

syarat. Rukun ialah unsur pokok (tiang) sedangkan syarat

merupakan unsur pelengkap dalamsetiap perbuatan hukum.

Perkawinan sebagai perbuatan hukum tentunya juga harus

memenuhi rukun dan syarat-syarat tertentu.25

Agama Islam menentukan sahnya akad nikah kepada

tiga macam syarat, yaitu:

1) Dipenuhinya semua rukun nikah,

2) Dipenuhinya semua syarat-syarat nikah,

3) Tidak melanggar larangan perkawinan sebagai yang

ditentikan oleh syari’at.26

Rukun nikah yang meliputi:

1) mempelai laki-laki,

2) mempelai perempuan,

3) wali mempelai perempuan,

24 DjokoPrakosodan Ketut Murtika, Azas-azas Hukum Perkawinan Islamdi Indosesia, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987, hal. 13-14.

25Asmin, status Perkawinan Antar Agama (Ditinjau dari Undang-undang perkawinan no. 1/1974, Jakarta:PT. Dian Rakyat, 1986, hlm. 29.

26Ibrahim, Mayert A, dan H. Abdul Hasan, Pengantar Hukum Islam diIndonesia, Jakarata: Garda 1965, cetakan pertama, hlm. 333.

Page 38: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

39

4) dua orang saksi laki-laki,

5) lafal ijab kabul. Ijab diucapkan oleh pihak wali

perempuan atau wakilnya, dan Kabul diucapkan oleh

mempelai laki-laki atau wakilnya.27

Rukun itu berlaku beberapa syarat:

1) Sighat (akad) ijab-qabul

Perkawianan diawali dengan adanya ijab qabul.

Adapun yang dimaksud dengan ijab adalah pernyataan

dari calon pengantin perempuan yang diwakili oleh wali.

Qabul adalah pernyataan penerimaan dari calon

penganten laki-laki atau ijab pengantin perempuan. Ijab

qabul itu satu kesatuan tak terpisahkan sebagai salah satu

rukun nikah.28

Syarat-syarat akad adalah:

a) Akad dilanjutkan harus dimulai dengan ijab dan

dengan qabul.

b) Materi dari ijab dan qabul tidak boleh berbeda,

seperti nama perempuan dan bentuk mahar.

c) Ijab qobul harus diucapkan secara bersambung tanpa

terputus walau sesaat.

27Taufiqurrohman Syahuri, Legalitas Hukum Perkawinan Di Indonesia(Pro-Kontra Pembentukannya Hingga Putusan Mahkamah Konstitusi), Jakarta:Kencana, 2013, hlm. 70.

28Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: PT. Rineka Cipta,1991, hlm. 48-49.

52

Pegawai pencatat menempelkan surat pengumuman

dalam bentuk yang telah ditetapkan pada kantor–kantor

pencatatan perkawinan yang telah ditetapkan pada daerah

hukumnya meliputi wilayah tempat perkawinan akan

dilangsungkan dan tempat kediaman masing-masing calon

mempelai di suatu tempat yang sudah ditentukan sehingga

mudah untuk dibaca oleh umum.

Pengumuman yang ditandatangani oleh pegawai pencatat

selain memuat hal ihwal orang yang akan melangsungkan

perkawinan juga memuat kapan dan dimana perkawinan itu

akan dilangsungkan.Adapun maksud pengumuman itu seprti

dijelaskan dalam penjelasan pasal 8, adalah untuk memberi

kesempatan kepada umum untuk mengetahui dan mengajukan

keberatan-keberatan bagi dilangsungkannya suatu perkawinan

apabila yang demikian itu diketahuinya bertentangan dengan

hukum agamanya dan kepercayaannya itu yang bersangkutan

atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

lainnya.

d. Saat pencatatan

Pasal 11 bahwa perkawinan dianggap telah tercatat

secara resmi apabila akta perkwinan telah ditandatangani oleh,

kedua pengantin, dua orang saksi, pegawai pencatat dan

khusus untuk yang beragama islam, juga wali nikah atau yang

mewakilinya. Penandatangannan itu dilakukan sesaat sesudah

Page 39: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

51

6) Surat kematian istri atau suami yang terdahulu atau, dalam

hal perceraian, bagi perkawinan kedua kalinya atau lebih.

7) Izin tertulis dari pejabat yang ditunjukan oleh menteri

Hankam-Pangab apabila salah seorang calon pengantin

atau kedua-duanya anggota-anggota bersenjata

8) Surat kuasa autentik atau dibawah tangan yang yang

disahkan oleh pegawai pencatat apabila salah seorang

calon mempelai atau kedua-duanya tidak dapat hadir

sendirikarena suatu alasan yang penting sehingga

mewakilkan kepada orang lain.47

Hal di atas tersebut terdapat suatu halangan atau tidak

dipenuhinya suatu syarat untuk melangsungkan perkawinan,

pegawai pencatat harus segera memberitahukan hal itu kepada

yang bersangkutan.

c. Pengumuman

Apabila semua ketentuan tentang pemberitahuan dan

telah dilakukan penelitian, ternyata tidak ada suatu halangan

seta syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan cukup

meyakinkan, maka pegawai pencatat mengadakan

pengumuman tentang pemberitahuan untuk melangsungkan

perkawinan.

47Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia danIndonesia, bandung: PT. Rosdakarya, 1991, hlm. 88.

40

d) Ijabdan qobul mesti menggunakan lafadz yang jelas

dan terang. Menggunakan kata-kata nikah atau tazwij

atau terjemah dari kata-kata nikah atau tazwij.

e) Ijab dan qobul tidak boleh menggunakan lafadz yang

mengandung maksud membatasi perkawinan untuk

masa tertentu.29

2) Mempelai Laki-Laki dan Wanita

Islam hanya mengakui perkawinan antara laki-laki

dan perempuan dan tidak boleh lain dari itu, seperti

sesama laki-laki atau sesama perempuan.30 Adapun

syarat-syarat yang harus dipenuhi laki-laki dan

perempuan yang akan kawin adalah sebagai berikut:

a) Keduanya jelas keberadaanya dan jelas identitasnya.

b) Keduanya sama-sama beragama Islam.

c) Antara keduanya tidak terlarang melangsungkan

perkawinan.

d) Kedua belah pihak telah setuju untuk kawin dan

setuju pula dengan pihak yang akan

mengawinkannya.

29Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2010, hlm. 87

30Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh,Munakahat dan Undang-undang Perkawinan), Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2004, hlm. 64

Page 40: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

41

e) Keduanya telah mencapai usia yang layak untuk

melangsungkan perkawinan.31

3) Wali

Wali adalah pihak yang memberi ijin

berlangsungnya akad nikah antara laki-laki dan

perempuan, wali nikah hanya ditetapkan bagi pihak

pengantin perempuan.32Apabila tidak terpenuhi maka

perkawinannya dianggap tidak sah. Adapun syarat-syarat

wali diantaranya:

a) Beragama Islam

b) Telah dewasa dan berakal sehat

c) Laki-laki

d) Mempunyai hak perwalian

e) Tidak terhalang perwaliannya.33

4) Saksi

Saksi dalam perkawinan merupakan salah satu

rukun dari pelaksanaan akad nikah. Dalam pasal 24 ayat

2 Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa setiap

31Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh,Munakahat dan Undang-undang Perkawinan), Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2004, hlm. 65-66.

32Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: PT. Rineka Cipta,1991, hlm. 50.

33Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi),Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 55.

50

b. Penelitian

Pegawai pencatat menerima pemberitahuan, setelah itu

melakukan penelitian tentang syarat-syarat dan halangan-

halangan untuk melangsungkan perkawinan seperti diatur oleh

undang-undang perkawinan. Hal-hal yang harus diteliti seperti

yang disebutkan pada ayat (2 ) Pasal 6.

Disertakan juga:

1) Kutipan Akta Kelahiran atau surat kenal lahir calon

pengantin. Dalam hal tidak ada akta kelahiran atau surat

kenal lahir,dapat dipergunakan surat keterangan yang

menyatakan umur dan asal-usul calon pengantin yang

diberikan oleh kepala desa atau setingkat dengannya.

2) Keterangan mengenai nama, agama,/kepercayaan,

pekerjaan, dan tempat tinggal orang tua calon pengantin.

3) Izin tertulis-izin pengadilan sebagai dimaksudkan dalam

pasal 6 ayat (2), (3), (4), dan (5) undang-undang apabila

salah seorang calon pengantin atau kedua-duanya belum

mencapai umur dua puluh satu tahun.

4) Izin pengadilan sebagai dimaksudkan dalam pasal 4

undang-undang dalam hal calon pengantin adalah seorang

suami yang masih mempunyai istri.

5) Dispensasi pengadilan- pejabat sebagai dimaksudkan

dalam pasal 7 ayat (2) undang-undang.

Page 41: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

49

a. Pemberitahuan

Pemberitahuan adalah pemberitahuan seseorang yang

akan melangsungkan perkawinan kepada pegawai pencatat

perkawinan seperti diatur dalam pasal 3 sampai dengan pasal

5. Pemberitahuan tersebut harus dilakukan secara lisan oleh

salah seorang atau kedua calon pengantin, dapat juga oleh

orang tua mereka, wali atau diwakilkan kepada orang lain.

Pemberitahuan secara lisan tidak dapat dilakukan.Dalam hal

pemberitahuan secara lisan tidak dapat dilakukan oleh orang

lain, orang tersebut harus ditunjuk dengan suatu kuasa khusus.

Pemberitahuan harus sudah disampaikan selambat-

lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum perkawinan itu

akan dilangsungkan, kecuali dikarenakan sesuatu alasan yang

penting umpamanya salah seorang calon akan segera keluar

negeri untuk menjalankan suatu tugas negara, maka

pemberitahuan itu dapat kurang dari sepuluh hari, itupun

harus dengan pengajuan permohonan dispensasi.

Pemberitahuan tentang maksud untuk melangsungkan

perkawinan itu, harus dinyatakan pula tentang nama, umur,

agama/kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman kedua calon

mempelai. Dalam hal salah seorang atau kedua calon

pengantin pernah kawin, harus disebutkan juga nama suami

atau istri terdahulu. Khusus bagi yang beragama islam harus

diberitahukan tentang wali-nikah.

42

perkawinan harus disaksikan oleh dua orang saksi.34Oleh

karena itu, kehadiran saksi mutlak diperlukan. Syarat-

syarat saksi diantaranya:

a) Minimal dua orang laki-laki

b) Hadir dalam ijab qabul

c) Dapat mengerti maksud akad

d) Islam

e) Dewasa.35

Perkawinan telah memenuhi seluruh rukun dan

syarat yang ditentukan, belum tentu perkawinan tersebut

sah, karena masih tergantung lagi pada satu hal, yaitu

perkawinan itu telah terlepas dari segala hal yang terhalang

disebut juga dengan larangan perkawinan (orang-orang

yang tidak boleh melakukan melakukan perkawinan).

Larangan perkawinan itu ada 2 macam: a) mahram

Muabbad, b) mahram muaqqad.36

Kaitannya dengan syarat dan rukun perkawinan,

Imam al-Jaziri berpendapat bahwa apabila sebuah

34Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 TentangPerkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2010, hlm.236.

35Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi),Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 55.

36Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh,Munakahat dan Undang-undang Perkawinan), Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2004, hlm. 110.

Page 42: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

43

perkawinan tidak memenuhi syarat, maka nikahnya temasuk

nikah fasid (akad nikahnya rusak). Sedangkan apabila tidak

memenuhi rukun-rukun perkawinan maka temasuk

dalamnikah bathil (akad nikahnya tidak sah). Kedua hukum

nikah ini sama–sama tidak sah.37

d. Syarat-syarat Perkawinan (dalam hukum positif)

Undang-Undang secara lengkap mengatur syarat-

syarat perkawinan baik yang menyangkut orangnya,

kelengkapan administrasi, prosedur pelaksanaannya dan

mekanismenya.38Warga negara Indonesia yang ingin

melangsungkan suatu perkawinan diatur dalam Undang-

undang No. 1 Tahun 1974 dengan pelaksanaannya PP. No.

9 tahun 1974.

Undang-Undang No. 1 tahun 1974, syarat-syarat

perkawinan diatur dalam pasal 1-12.Pasal 6 Undang-

undang No.1 tahun 1974 berbunyi:

1) Pekawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua

calon mempelai;

2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang

belum mencapai umur 21 tahun (dua puluh satu) tahun

harus mendapat izin kedua orang tua;

37Abdurrahman al Juzairi, al Fiqh, ala Madzahib al Arba‟ah, Juz IV,Surabaya: Dar al-Taqwa, 2003, hlm.118.

38Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 1991,hlm. 40

48

atau sah dan akan mendapatkan buku kutipan akta nikah dari

KUA sebagai akta otentik.44

Pencatatan perkawinan bagi mereka yang tidak beragama

Islam dilakukan oleh pegawai pencatat perkawinan kantor catatan

sipil. Dalam penjelasan pasal 2 ayat (1) dan (2) PP No. 9 Tahun

1975 menyatakan bahwa pencatatan perkawinan hanya dilakukan

oleh dua instansi yaitu:

a. Pegawai pencatat nikah, talak, dan rujuk.

b. Kantor catatan sipil atau instansi atau pejabat yang

membantunya.

Ketentuan Pasal 2 Peraturan Pelaksanaan di atas, tentang

pencatatan perkawinan dalam hubungannnya dengan peraturan

‘’pelengkap’’ dan instansi yang melakukan pencatatan,

dibedakan dua golongan berdasarkan agama yaitu: yang

beragama Islam dan yang tidak beragama Islam.45

Pencatatan perkawinan akan menimbulkan kemaslahatan

bagi kedua belah pihak bagi suami maupun istri.46 Pencatatan

diatur dalam pasal 3 sampai dengan pasal 9 dan juga pasal 11

peraturan pelaksanaan yang meliputi tahap-tahap: pemberitahuan,

penelitian, pengumuman dan saat pencatatan.

44Bahder Johan Nasudion, Hukum Acara Peradilan Agama, Bandung:Tarsito, 2007, hlm. 33.

45Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: GhaliaIndonesia, 1976, hlm. 18.

46Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2014,hlm. 58.

Page 43: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

47

2.Legalitas Perkawinan

Perkawinan yang dianggap memiliki legalitas formal

menurut hukum yaitu pernikahan yang dicatatkan oleh Pegawai

Pencatat Nikah (PPN).Pencatatan perkawinan adalah suatu yang

dilakukan oleh pejabat Negara terhadap peristiwa perkawinan.

Dalam hal ini pegawai pencatat nikah yang melangsungkan suatu

akad perkawinan antara calon suami dan calon istri.42

Pencatatan perkawinan hanyalah syarat administrasi

artinya perkawinan tetap sah, karena standar sah dan tidaknya

perkawinan ditentukan oleh norma-norma agama dari pihak-

pihak yang melangsungkan perkawinan.43Mencatat artinya

memasukan perkawinan itu dalam buku akta nikah kepada

masing-masing suami istri. Kutipan akta nikah tersebut sebagai

bukti otentik yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah,

Talak, dan Rujuk. Perkawinan yang dilangsungkan dihadapan

PPN (Pegawai Pencatat Nikah) adalah perkawinan yang sesuai

dengan pasal 2 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, sehingga perkawinan tersebut sudah dianggap legal

42Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam diIndonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih UU No. 1/1974Sampai KHI, (Jakarta: Prenada Media, 2004) CetK-2, hlm 52.

43Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi),Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 93.

44

3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah

meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu

menyatakan kehendaknya, maka ijin dimaksud ayat(2)

pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang mampu

menyatakan kehendaknya;

4) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau

dalam keadaan tidak mampu menyatakan

kehendaknya, maka ijin diperoleh dari wali, orang

yang memelihara atau keluarga yang mempunyai

hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas

selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat

menyatakan kehendaknya;

5) Dalam hal ini perbedaan pendapat antar orang-orang

yang disebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau

salah seorang atau lebih diantara mereka tidak

menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam

daerah hukum tempat tinggal orang yang akan

melangsungkan perkawinan atas permintaan orang

tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu

memberikan izin setelah lebih dahulu mendengarkan

orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal

ini.

6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5)

pasal ini berlaku sepanjang hukum masing-masing

Page 44: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

45

agamanya dan kepercayaannya itu dari yang

bersangkutan tidak menentukan lain.39

Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah

mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita

sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Dalam hal ini

penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta

dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain yang

ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita.

Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau

kedua orang tua tersebut dalam pasal 6 ayat (3) dan (4)

undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan

dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak

mengurangi yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (6).

Perkawinan dilarang antara dua orang yang:

1) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke

bawah ataupun keatas;

2) Berhubungan darah dalam garis keturunan

menyamping,yaitu antara saudara, antara seorang

dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan

saudara neneknya;

3) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri,

menantu, dan ibu/bapak tiri;

39Soedjito Tjokrowisastro, Pedoman Penyelenggaraan Catatan Sipil,Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985, hlm. 8-9.

46

4) Berhubungan sususan, yaitu orang tua susuan, anak

susuan, saudara susuan, dan bibi/paman susuan;

5) Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau

kemenakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri

lebih dari seorang;

6) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau

peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin.40

Pasal 15 mengatur adanya larangan bagi pegawai

pencatat nikah yang pada prinsipnya ditegaskan bahwa:

pegawai pencatat nikah atau P3 NTR dilarang

melangsungkan, mencatat atau menyaksikan pernikahan,

sebelum dipenuhi persyaratan untuk melangsungkan

perkawinan sebagaimana diatur dalam pasal 8, 12, 13, dan

14 Peraturan ini.41

Perkawinan yang dianggap sah ialah yang memiliki

legalitas formal menurut hukum yaitu perkawinan yang

dicatatkan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) atau yang

ditunjuk olehnya.Perkawinan secara agama telah dianggap

sah, tetapi kalau tidak dicatat oleh PPN, pada dasarnya tidak

memiliki legalitas formal dan menurut hukum perkawinan

tersebut tidak sah (illegal).

40Mardani, Hukum Keluarga Islamdi Indonesia, Jakarta: Kencana, 2016,hal. 42.

41Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 1991,hlm. 43

Page 45: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

66

BAB III

LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH

KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENDUKUNG

LEGALITAS PERKAWINAN

A. Gambaran Umum KUA Kecamatan Banyubiru

1. Letak Geografis KUA Kecamatan Banyubiru

Kantor Urusan AgamaKecamatanBanyubiru terletak

di jalan Rolling Randusari No. 23 Banyubiru. Berjarak kurang

lebih tiga puluh lima Kilo Meter/Km dari perkantoran

Kabupaten Semarang. Daerah Kecamatan Banyubiru merupakan

salah satu daerah agraris yang amat potensial untuk dijadikan

lahan pertanian khususnya padi dan wolowijo, karena

mempunyai kadar air yang amat baik yang sumbernya dari

pegunungan dan rawa pening.

Daerah Banyubiru juga merupakan daerah yang

mempunyai aset wisata, yakni dengan adanya danau rawa

pening yang letaknya disebelah selatan dan timur wilayah

banyubiru bahkan danau rawa pening itu sendiri merupakan

bagian dari wilayah Kecamatan Banyubiru.Daerah Banyubiru

juga memiliki cerita lagenda/sejarah, dengan adanya tugu

pahlawan tak dikenal, yang oleh masyarakat luas dinamakan

‘‘pahlawan tak dikenal‘’.Kemudian adanya tempat wisata “bukit

Page 46: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

67

cinta” dan adanya asrama “yon zipur” serta tempat pendidikan

kepolisian yang lazim dikenal dan diakui sebagai pos diklat.

Data monografi kecamatan Banyubiru tahun 2015,

wilayah KUA kec. Banyubiru terletak pada

jalur jalanprotokol Ambarawa – Tuntang dan mempunyai luas:

5.154.200 Ha yang terbagi menjadi 2.872,60 untuk tanah kering,

sedang tanah basah seluas 589,35 Ha, dengan batas wilayah

sebagai berikut :

a. Sebelah Barat : Kecamatan Jambu

b. Sebelah Timur : Kecamatan Tuntang

c. Sebelah selatan: Kecamatan Getasan

d. Sebelah barat : Kecamatan Ambarawa.1

Pembagian wilayah administrasi Kecamatan Banyubiru

terdiri dari 10 Desa, 105 RW dan 311 RT. Adapun data global

dari masing-masing Desa sebagai berikut:2

1.http://kuabanyubiru.blogspot.co.id/di Unggah Pada Hari kamisTanggal 6 April 2017 Jam 8:50 WIB.

2Dokumentasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Banyubiru

Page 47: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

68

Tabel 1.1

Data Jumlah Penduduk Keseluruhan

Kecamatan Banyubiru

NoDesa

Jumlah

RW

Jumlah

RTJumlah Penduduk Keseluruhan

1 2 3 4 5

1 BANYUBIRU 14 49 7.674

2 KEBONDOWO 13 49 7.110

3 KEBUMEN 10 37 5.549

4 TEGARON 9 38 5.418

5 SEPAKUNG 17 39 4.554

6 NGRAPAH 11 32 4.128

7 WIROGOMO 11 20 2.924

8 ROWOBONI 6 15 2.597

9 GEDONG 9 21 2.506

10 KEMAMBANG 5 12 1.805

JUMLAH 105 312 44.265

Page 48: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

69

Tabel 1.2

Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Kecamatan Banyubiru

N

o

Desa

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Islam budha

KRISTEN

HinduJumlah

PendudukProtestan Katolik

1 2 3 4 5 6 7 8

1 BANYUBIRU 7.138 2 150 376 8 7.674

2 KEBONDOWO 6.557 2 238 298 15 7.110

3KEBUMEN 5.498

0 5 44 2 5.5494 TEGARON

5.374 1 30 13 0 5.418

5SEPAKUNG 4.549

0 2 2 1 4.554

6NGRAPAH 4.088

0 12 28 0 4.128

7WIRIGOMO 2.924

0 0 0 0 2.924

8ROWOBONI 2.583

0 13 0 1 2.597

9 GEDONG 1.9876 308 205 0 2.506

10KEMAMBANG 1.797

0 6 2 0 1.805

JUMLAH 42.495 11 764 968 27 44.265

86

usia belum mencapai waktu yang tertuang dalam Undang-

Undang nomor1 tahun 1974, maka data akan di tolak oleh sistem,

dan dimungkinkan untuk

diterima sistem dengan syarat melampirkan surat

permohonan dari orang tua dan pengadilan Agama untuk

dimasukkan dalam sistem tersebut, sehingga rangkaian

pernikahan sesuai UU nomor 1 tahun 1974.

Page 49: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

85

Program aplikasi dapat mengurangi terjadinya penggadaan

pencatatan, karenaproses aplikasi tersebut dari KUA asal

mengirim data calon pengantin ke server pusat Departemen

Agama berupa data berkas, sidikjari kedua calon mempelai,

KTP/Passpor dimungkinkan mengirimkan Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP), agar terjadi pengecekan / validasi data keCatatan

Sipil apakah calon tersebut sudah pernah menikah atau belum,

kalau belum proses di lanjutkan, jika sudah akan diproses sesuai

aturanyang berlaku seperti surat dari Pengadilan Agama dan atau

surat dari calon pasangan atau calon istri sebelumnya. Ketika data

sudah valid / sah, maka databasecalon mempelai di catatan sipil

akan diberi flag /tanda bahwa status sudah menikah, sehingga

ketika akan membuatperpanjangan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

tanpa diberi tanda dari pihakkepala Rukun Tetangga ( RT ) data

status sudah menikah, ketika terjadi kehilangan buku nikah, dapat

dilakukan pengecekan data di KUA seluruh yang sudah online

dan menerbitkan Surat Pengganti Buku Nikah tanpa harus ke

lokasi KUA tempat menikah. Begitu juga ketika akan meminta

legalisir buku nikah, pihak Pemerintah Departemen Agama pusat

dapat proses langsung mencek di komputer, status pernikahan

dengan buku yang asli atau asli palsu.Proses aplikasi

menghindari untuk pernikahan dibawah umur, karena sistem

yang terintegrasi dengan database catatan sipil, sehingga ketika

menarikdata dari catatan sipil untuk nomor akte kelahiran dan

70

Dari data diatas menunjukan bahwa Kecamatan

Banyubiru mayoritas penduduknya ialah beragama Islam dari

44.265 penduduk yang beragma Islam 42.495 dan dari 10

desa yang paling banyak beragama Islam desa Banyubiru

yaitu 7.138.

2. Kondisi Objektif KUA Kecamatan Banyubiru

Kantor Urusan Agama Keamatan.Banyubiru salah satu

dari 19 KUA Kecamatan di lingkungan Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Semarang. KUA Kecamatan Banyubiru

dari dulu sampai sekarang, tidak hanya berkiprah dalam

urusan pernikahan dan rujuk saja, tapi mereka diberi tugas

tambahan untuk menjadi pengurus atau penggerak lembaga

semi resmi yang ada di wilayah Kecamatan Banyubiru

seperti BAZ, LP2A, BADKO TPQ, LPTQ , BKM dan lain

sebagainya, sehingga beban tugas KUA kecamatan

Banyubiru bisa dikatakan sangat padat.

Cara pembentukan Kantor Urusan Agama (KUA)

adalah sebagai berikut:

a. Pembentukan Kantor Urusan Agama di suatu kecamatan

ditetapkan oleh Menteri Agama setelah terlebih dahulu

mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang

bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur

Negara.

Page 50: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

71

b. Pembentukan Kantor Urusan Agama kecamatan

dilakukan menurut keperluan dengan memperhatikan

jumlah pemeluk agama Islam uang harus dilayani.

Kantor Urusan Agasan Kec. Banyubiru mempunyai

bangunan permanen, dengan luas bangunan = 12 m X 12 m =

144 m², diatas tanah Desa seluas ± 650 m², dibangun dengan

dana APBN Tahun 1996 dengan status Hak Guna Pakai

(HGP) No.607 Tahun 1985.

KUA Kecamatan Banyubiru yang berdiri pada tahun

1984 ini, telah mengalami beberapa pergantian kepala

kantor.3 Adapun nama-nama yangpernah menjabat sebagai

Kepala KUA Kecamatan Banyubiruadalah sebagai berikut:

Tabel 1.3

Para Pejabat Yang Pernah Memimpin KUA

kecamatan Banyubiru

No. Nama Tahun Bertugas

1. Kaelani 04 Maret 1984 s/d 11

Desember 1985

2. Sukirno 11Desember s/d 01 Desember

1988

3. Slamet Iskandar 16 Januari s/d 02 Januari 1997

4. Drs. Saefudin 18 Agustus 1997 s/d 13 Mei

3Dokumentasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Banyubiru.

84

proses pencatatan nikah berbasis IT, yang bertujuan untuk

menjaga keamanan tatanan undang-undang perkawinan.

Proses input oleh Publik Aplikasi dibuatkan pada media web

base, kemudian calon mempelai melakukan inputan dan di

validasi oleh Departemen Agama Pusat, kemudian data tersebut

diberi tempo untuk keseriusan data tersebut, artinya jikadalam

waktu yang ditentukan tidak mendatangi KUA dengan

tidakmenyerahkan berkas formulir N-1 dari kelurahan, maka

secara otomatisdata yang dimasukkan oleh calon mempelai

melalui website terhapus olehsistem, tapi jika mempelai

mendatangi KUA maka data masih tersimpan,dan proses dapat

dilakukan dengan lebih cepat untuk verifikasi datafisik dengan

elektronik segera dilakukan di KUA tersebut, sehingga datauntuk

berikutnya hanya dibutuhkan pengecekan data saja. Calon

mempelai bisa melakukan melalui internet di rumah, kantor, atau

disediakan di kantor Departemen Agama yang berada di tingkat

Propinsi dan Departemen Agama Pusat. Sehingga untuk calon

mempelai yang sudah pernah menikah, dapat membawa suratizin

istri sebelumnya, jika tidak membawa berarti berkas

dikembalikandan pernikahan dibatalkan. Aplikasibisa dilakukan

di luar negeripun dengancepat,dan bagi Kedutaan Besar

Indonesia untuk Negara Luar bisa melakukan pengecekan data

dengan cepattanpa harus membuat surat ke Departemen Agama

pusat dengan waktu yang dibutuhkan lebih lama.

Page 51: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

83

2. Pencatatan Nikah Berbasis Informasi Teknologi (IT)

Pencatatan perkawinan sebagai salah satu upaya untuk

mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan rahmah

menjadi suatu keharusan dan keniscayaan. Untuk itu, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan di Indonesia

juga mengharuskan adanya pencatatan perkawinan bagi siapa saja

yang melakukan perkawinan, meskipun pencatatan tidak menjadi

syarat sahnya suatu perkawinan. Proses pencatatan nikah berbasis

Informasi Teknologi (IT) sistem pencatatan nikah dengan

mekanisme mencatat buku nikah yang keluar dari Kantor Urusan

Agama setempat, untuk mengetahui keaslian buku dan

mengetahi informasi lain dari bagian buku seperti stok buku yang

diperlukan setiap tahun dan kebenaran pernikahan atau ketika

buku nikah di curi atau hilang, agar tidak terjadi buku asli tapi

palsu.

Pernikahan yang ganda atau poligami tanpa izin istri

sebelumnya dapat berakibat fatal bukan hanya di pihak pasangan,

namun dapat berakibat pada keturunan seperti anak-anak yang

akan dicatatkan atas nama orang tua yang tercatat resmi di

pemerintahan catatan sipil. Setelah sistem pencatatan nikah

dibuat, dari database, dan aplikasi penunjang, serta integrasi antar

jaringan/network system maka semakin kecil kemungkinan untuk

masyarakat yang tidak taat pada aturan hukum berlaku. Berikut

72

2007

5. Muchrodi 15 Januari 2004 s/d 11 Mei

2007

6. Ngawito, SH, M. Pd.I 12 Mei 2007 s/d 17 Maret

2011

7 . Hafidz Amiruddin, S. Ag 18 Maret 20 11 s/d 20 Januari

2014

8. H.Ta’yanul Biri Bagus

Nugroho, S. Sos. I, M.Pd.I

21 Januari 2014 s/d 20

Februari 2017

9. Nur Edi Susilo, M. SI 21 februari 2017 s/d Sekarang

3. Visi dan Misi KUA Kecamatan Banyubiru

VISI : ‘’Terwujudnya Masyarakat yang Islami, Berakhlakul

Karimah dan tercapainya Layanan PrimaBerbasis

pada Peraturan Perundang-undangan, Nilai

Ketaqwaan dan Akhlak Mulia”.

MISI : a. Meningkatkan Layanan dan Bimbingan Nikah

dan Rujuk.

b. Meningkatkan Layanan dan Bimbingan Zakat,

Infaq, Shodaqoh (ZIS) dan Wakaf.

c. Meningkatkan Layanan dan Bimbingan

Kemasjidan dan Kerukunan Umat Beragama.

d. Meningkatkan Layanan dan Bimbingan

Keluarga Sakinah dan Ibadah Sosial (IBSOS).

Page 52: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

73

e. Memberikan Informasi Tentang Haji serta

Meningkatkan Layanan dan Bimbingan

Manasik Haji.

f. Meningkatkan Layanan dan Bimbingan

Pontren, Madin, TK-TP Al Qur’an dan Ke

MTQ-an.

g. Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektoral dan

Kemitraan Umat.

h. Meningkatkan Layanan bidang organisasi

ketatalaksanaan.4

4. Kedudukan, Tugas dan Fungsi KUA Kecamatan

Banyubiru

Kedudukan, tugas dan fungsi Kantor Urusan Agama

Kecamatan Banyubirumengacu pada peraturan pemerintah,

yaitu Keputusan MenteriAgama Republik Indonesia Nomor

517 Tahun 2001, yaitu tertuang dalam Pasal 1, 2, dan 3.

a. Kedudukan KUA diatur dalam Pasal , yaitu:

‘’Kantor Urusan Agama Kecamatan berkedudukan di

wilayah kecamatan bertanggungjawab kepada Kepala

Kantor Depertemen Agama Kabupaten/Kota yang

dikoordinasi oleh Kepala Seksi Urusan Agama

Islam/Bismas Islam/Bimas dan Kelembagaan Agama

Islam’’

4Dokumentasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Banyubiru.

82

Berikut adalah alur pelayanan nikah:

Page 53: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

81

teliti dan telaten untuk menjaga kefalitan data sebuah

perkawinan, apabila ada kesalahan maka perbaikan tulisan

dilakukan dengan mencoret kata yang salah dengan tidak

menghilangkan tulisan salah tersebut, kemudian menulis kembali

perbaikannya dengan dibubuhi paraf oleh PPN, dan diberi

stempel KUA. Program manual untuk duplikat nikah melalui

waktu yang lama karena harus mencari data dalam arsip

pembukuan yang tersimpan di KUA. Apabila duplikat hilang atau

rusak,dilakukan oleh PPN berdasarkan surat keterangan hilang

atau kerusakan dari kantor kepolisian setempat dan,dengan sistem

yang masih manual banyak ditemukan priamenikah kembali

tanpa izin dari istri sebelumnya, pernikahan yang tidak tercatat

atau sering disebut nikah sirri, dengan pencatatan yang sudah ada

melalui buku sudahditerapkan di semua Kantor Urusan Agama,

tidak mudah untuk melihat data apabila ada yang sudah menikah

dan menikah kembali tanpa izin dari istri sebelumnya, karena

membutuhkan waktu dan kerja yang cukup sulit melihat kembali

arsipdatadari tiap lokasi KUA yang tersebar hingga pedalaman di

Desa.

74

b. Tugas KUA diatur dalam Pasal 2, yaitu:

‘’Kantor Urusan Agama mempunyai tugas

menyelesaikan sebagian tugas Kantor Urusan Agama

Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam

Wilayah Kecamatan’’.5

c. Fungsi KUA diatur dalam Pasal 3, yaitu:

‘’Dalam melaksanakan tugas sebagian dimaksud dalam

Pasal 2, Kantor Urusan Agama Kecematan

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan Statistik dan dokumentasi

2) Menyelenggarakan surat meyurat,

kearsipan,pengetikan dan rumah tanggaKantor

Urusan Agama Kecamatan.

3) Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk,

mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul

mal dan ibadah sosial, kependudukan dan

penegembangan keluarga sakinah sesuai dengan

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Derektorat

Bimbingan Masyarakat Islam dan penyelenggara

haji berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku’’.6

5Departemen Agama, Pedoman Pejabat Urusan Agama Islam, Jakarta:2004, hlm 346.

6Sekertariat Jendral Departemen Agama Replubik Indonesia, Pokok-pokok Organisasi Departemen Agama, Jakarta, 1984, hlm. 82.

Page 54: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

75

5. Struktur Organisasi dan Tugas KUA Kecamatan\

Banyubiru

Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan

Banyubiru Kota Semarang sebagai berikut:

Kepala KUA Banyubiru : Nur Edi Susilo, M.SI.

Fungsional Penghulu :M Arief Ardiansyah, S. HI.

Penyuluh Agama Islam : Hasanah Hidayah S.Sos.I

Petugas Ketata Usahaan

dan Kerumahtanggaan : Siti Nur Inayati

Pengelola Urusan Agama :Siswanto

Pengelola Data Anggaran

dan Pemberdaharaan : Sari Saputri

Tugas Pegawai KUA Kecamatan Banyubiru antara lain:

a. Kepala KUA Kecamatan Banyubiru

Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan

Banyubiru yang mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Bertanggung jawab terhadap keseluruhan

pelaksanaan yang menjadi tugas dan fungsi KUA.

2) Mengadakan rapat yang dilaksanakan satu bulan

sekali

3) Mengadakan pemeriksaan tentang pernikahan dan

perwakafan

4) Menerima laporan tentang pernikahan dan

perwakafan.

80

keamanan baik daripihak perusak jaringan maupun yang ingin

merusak sistem aturan pernikahan.

C. Alur Pelayanan Pencatatan Nikah Sebelum dan Sesudah adanya

Layanan Berbasis Informasi Teknologi (IT)

Pencatatan nikah berfungsi sebagai pengatur lalulintas

praktek poligami yang sering dilakukan secara diam-diam oleh pihak-

pihak tertentu yang hanya dijadikan nikah dibawah tangan tanpa

pencatatan sebagai alat poligami atau poliandri. pencatatan

perkawinan ditunjukan agar peristiwa perkawinan dapat menjadi

jelas, baik bagi yang bersangkutan maupun bagi orang atau

masyarakat lainnya, karena dapat dibaca dalam suatu surat resmi dan

termuat pula dalam suatu daftar yang khusus yang disediakan untuk

peristiwa perkawinan, yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan

sebagai suatu alat bukti otentik, sehingga dengan adanya surat bukti

tersebut dapat diterima atau dicegah sesuatu perbuatan yang ada

hubungannya dengan perkawinan. Pencatatan perkawinan akan

menimbulkan kemaslahatan bagi kedua belah pihak bagi suami

maupun istri, yang meliputi tahap-tahap: pemberitahuan, penelitian

dan saat pencatatan.

1. Pencatatan nikah sebelum adanya pencatatan nikah berbasis IT

Pencatatan nikah sebelum adanya pencatatan nikah

berbasis IT, proses pencatatan masih menggunakan manual,

dengan pena sebagai alat tulis, sehingga KUA harus benar-benar

Page 55: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

79

mengetahui ke aslian buku dan mengetahui informasi laindari bagian

buku tersebut seperti stok buku yang diperlukan setiaptahun, dan

kebenaran pernikahan tersebut, atau ketika buku nikah dicuri tau

hilang dari sebuah lokasi, agar tidak terjadi buku asli tapi palsu.

Pernikahan yang ganda atau poligami tanpa izin istri

sebelumnya dapat berakibat fatal bukan hanya di pihak pasangan,

namun dapat berakibat padaketurunan seperti anak–anak kelak yang

akan dicatatatkan atas namaorang tua yang tercatat resmi di

pemerintahan catatan siplil. Pentingnyasebuah integrasi antar

lembagapun harus diperhatikan dalam membuatsistem pencatatan

nikah, dalam pemerintahan Indonesia semua berkumpuldata dalam

pencatatan nikah, bagi agama Islam akan dicatat di Kantor Urusan

Agama yang berada di tiap kecamatan dan di laporkan ke

KantorCatatan Sipil setiap kabupaten.

Pencatatan nikah yang di integrasikan dari KUA lalu di

hubungkan ke Kantor Catatan Sipil akan lebih baik, karena akan

tercatat secara langsung dari tiap peghulu di KUA tiap lokasi, untuk

agama selain Islam tidak dimungkinkan menikahi wanita siapapun

tanpa izin istri sebelumnya, karena sistemyang terhubung ke Kantor

Catatan Sipil akan mengumpulkan data dari tiaplokasi. Setelah sistem

pencatatan nikah dibuat, dari proses database, dan aplikasi penunjang

di depan, serta integrasi antarjaringan/network system makasemakin

kecil kemungkinan untuk masyarakat yang tidak taat pada

aturanhukum berlaku, karena dari sistem sudah dijaga untuk

76

b. Bidang Administrasi KUA Kecamatan Banyubiru

Bidang Administrasi yang bertugas:

1) Membuat komputerisasi data

2) Melengkapi buku-buku administrasi KUA

3) Menjilid daftar pemeriksaan nikah

4) Membuat papan Struktur organisasi KUA, Grafik

peristiwa nikah, Monografi KUA, data statistik KUA

dan papan peta wilayah Banyubiru

5) Membuat Visi Misi dan Motto KUA

6) Mengarsipkan keluar masuk surat

7) Membuat buku adminstrasi dan laporan keuangan

8) Membuat standarisasi pelayanan terhadap

masyarakat

9) Menyimpan data melalui program website dalam

rangka persiapan membuka akses internet.

10) Membuat prosedur pelayanan KUA.

c. Bidang Kepenghuluan

Bidang kepenghuluan yang bertugas:

1) Menawarkan sebuah gagasan pengembangan

tentang system administrasi. Program ini dilakukan

antara lain dengan: Mengusahakan pengadaan Card

Rider (alat pembaca dan upload data E-KTP) untuk

mempermudah proses pendaftaran nikah dan entri

data pada aplikasi Simkah.

Page 56: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

77

2) Menerima pendaftaran nikah dan rujuk

3) Meneliti daftar pemeriksaan nikah

4) Memeriksa, mengawasi, dan menghadiri dan

mencatat peristiwa nikah dan rujuk

5) Komputerisasi pengisian formulir NB, N dan

pembuatan laporannya

6) Komputerisasi dalam penulisan buku Nikah

7) Membantu mencari fatwa hukum khususnya

mengenai perkawinan dan rujuk

8) Membuat brosur tentang persyaratan dan proses

pencatatan NR

9) Membuat laporan peristiwa nikah dan rujuk

d. Peningkatan SDM Wali nikah dan Calon pengantin di

bidang Munakahat, Bidang Keluarga Sakinah

Bidang keluarga sakinah yang bertugas:

1) Menyusun kepengurusan BP.4 Tingkat Kecamatan

Banyubiru

2) Menyelenggarakan penataran calon pengantin satu

bulan dua kali

3) Mengadakan penasihatan 10 menit pada saat

pernikahan jika situasi dan kondisi memungkinkan.

4) Memberikan penasihatan kepada keluarga yang

sedang mengalami krisis rumah tangga.

78

5) Sosialisasi program Keluarga Sakinah dalam

pengajian-pengajian bekerjasama dengan tokoh

agama dam mubaligh di Kecamatan Banyubiru.7

B. Layanan pencatatan berbasis IT di KUA kecamatana Banyubiru

Pencatatan perkawinan penting sebagai status hukum

seseorang, untuk mengetahui apa yang menjadi hak dan

kewajibannya, dengan memiliki setatus hukum yang jelas, maka

seseorang akan tahu apa yang boleh dilakukan, dan dengan dimiliki

status hukum yang baru maka seseorang dapat dengan mudah untuk

melakukan kegiatan sehari-hari tanpa harus takut melakukan

pelanggaran. Mencatatkan perkawinan dengan bukti akta nikah yang

dapat dijadikan bukti dikemudian hari maenghadapi masalah yang

berhubungan dengan perkawinan. Layanan berbasis Informasi

Teknologi (IT) dengan SIMKAH tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kapasitas KUA melalui perbaikan pelayanan berbasis

Informasi Teknologi (IT)yang mendukungkecepatan dan kemudahan

layanan administrasi KUA dalam pencatatan perkawinan. Sebagai

media pelayanan pencatatan nikah,terdapat 2 produkyang dihasilkan

dari pelayanan tersebut yaitu akta nikah dan buku nikah (kutipan

buku nikah).Sistem pencatatan nikah dengan mekanisme mencatat

buku nikah yang keluar dari Kantor Urusan Agamasetempat, agar

7http://kuabanyubiru.blogspot.co.id/di Unggah Pada Hari kamisTanggal 6 April 2017 Jam 8:50 WIB.

Page 57: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

87

BAB IV

ANALISIS EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI

TEKNOLOGI (IT) OLEH KUA DALAM MENDUKUNG

LEGALITAS PERKAWINAN (di KUA Kecamatan Banyubiru)

A. Efektivitas Layanan Berbasis Informasi Teknologi dalam

Mendukung Legalitas Perkawinan

Bagir Manan berpendapat bahwa Undang-undang

perkawinan menentukan dua asas legalitas berbeda sebagai dasar

melakukan perkawinan, yaitu dasar sah suatu perkawinandan

syarat-syarat perkawinan. Setiap hubungan hukum yang dilakukan

sesuai syarat-syarat hukum akan melahirkan hubungan dan akibat

hukum yang sah.

Pencatatan perkawinan merupakan salah satu asas dalam

undang-undang perkawinan yang ditentukan secara umum dalam

Pasal 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

Khusus yang beragama Islam diatur dalam Bab II Pasal 2 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, sedangkan mengenai

pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan Akta Nikah diatur

dalam pasal 11 s.d 13 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975,

selanjutnya lebih rinci lagi diatur dalam kompilasi Hukum Islam

Buku I, Bab II, Pasl 5 s.d 7 (1), sebagai berikut:

Pencatatan perkawinan sebagai salah satu upaya untuk

mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan rahmah

Page 58: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

88

menjadi suatu keharusan dan keniscayaan. Untuk itu, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan di Indonesia

juga mengharuskan adanya pencatatan perkawinan bagi siapa saja

yang melakukan perkawinan, meskipun pencatatan tidak menjadi

syarat sahnya suatu perkawinan. Proses pencatatan nikah berbasis

Informasi Teknologi (IT) sistem pencatatan nikah dengan

mekanisme mencatat buku nikah yang keluar dari Kantor Urusan

Agama setempat, untuk mengetahui keaslian buku dan mengetahi

informasi lain dari bagian buku seperti stok buku yang diperlukan

setiap tahun dan kebenaran pernikahan atau ketika buku nikah di

curi atau hilang, agar tidak terjadi buku asli tapi palsu.

Pencatatan perkawinan terdapat banyak sekali

manfaatnya bagi kedua belah pihak yang melaksanakan

perkawinan, baik dalam kehidupan pribadii maupun di dalam

kehidupan masyarakat, misalnya dengan dimilikinya akta

pekawinan sebagaimana dengan bukti tertulis yang otentik dan

untuk membuktikan bahwa telah terjadi peristiwa perkawinan.

Disamping itu juga dengan dimilikinya akta perkawinan, seseorang

yang melakukan pernikahan dapat menuntut berbagai tunjangan,

misalnya tunjangan istri, tunjangan anak atau tunjangan lain yang

berhubungan dengan perkawinan.1

1Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi), Jakarta:Rajawali Pers, 2013, hlm. 107.

Page 59: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

89

Layanan pencatat nikah berbasis IT melalui proses input

oleh publik, aplikasi dibuatkan pada media web base, kemudian

calon mempelai melakukan inputan dan di validasi oleh

Departemen Agama Pusat, kemudian datatersebut diberi tempo

untuk keseriusan data tersebut, artinya jikadalam waktu yang

ditentukan tidak mendatangi KUA dengan tidakmenyerahkan

berkas formulir N-1 dari kelurahan, maka secara otomatisdata yang

dimasukkan oleh calon mempelai melalui website terhapus

olehsistem, tapi jika mempelai mendatangi KUA maka data masih

tersimpan,dan proses dapat dilakukan dengan lebih cepat untuk

verifikasi datafisik dengan elektronik segera dilakukan di KUA

tersebut, sehingga datauntuk berikutnya hanya dibutuhkan

pengecekan data saja.

Calonmempelai bisa melakukan melalui internet di

rumah, kantor, atau disediakan di kantorkantor Departemen Agama

yang berada di tingkat Propinsi dan Departemen Agama Pusat.

Sehingga untuk calon mempelai yang sudah pernah menikah, dapat

membawa suratizin istri sebelumnya, jika tidak membawa berarti

berkas dikembalikan dan pernikahan dibatalkan. Aplikasi bisa

dilakukan di luar negeripun dengan cepat, dan bagi Kedutaan Besar

Indonesia untuk Negara Luar bisa melakukan pengecekan data

dengan cepattanpa harus membuat surat ke Departemen Agama

pusat dengan waktu yang dibutuhkan lebih lama.

Page 60: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

90

Pernikahan yang ganda atau poligami tanpa izin istri

sebelumnya dapat berakibat fatal bukan hanya di pihak pasangan,

namun dapat berakibat pada keturunan seperti anak-anak yang

akan dicatatkan atas nama orang tua yang tercatat resmi di

pemerintahan catatan sipil. Setelah sistem pencatatan nikah dibuat,

dari database, dan aplikasi penunjang, serta integrasi antar jaringan

/ network system maka semakin kecil kemungkinan untuk

masyarakat yang tidak taat pada aturan hukum berlaku. Berikut

proses pencatatan nikah berbasis IT, yang bertujuan untuk menjaga

keamanan tatanan undang-undang perkawinan.

Akta perkawinan yang merupakan suatu akta otentik,

diharuskan minimal memuat hal-hal seperti yang disebutkan oleh

pasal 12, dan dalam penjelasan pasal tersebut ditambahkan pula

hal-hal lain yang juga perlu dimuat. Pasal 13, Akta perkawinan

dibuat dalam rangkap dua, helai pertama disimpan oleh Pegawai

Pencatat, helai kedua disimpan pada Panitera Pengadilan dalam

wilayah Kantor Pencatatan Perkawinan itu berada, sedangkan

suami dan istri masing-masing hanya diberikan

kutipannya.2Dengan dikeluarkannya akta nikah, maka perkawinan

tersebut telah mempunyai kekuatan hukum atau legal.

Program aplikasi dapat mengurangi terjadinya

penggadaan pencatatan, karena proses aplikasi tersebut dari KUA

2Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1075Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 TentangPerkawinan, Bandung: Citra Umbara, 2010, hlm. 47.

99

Pencatatan perkawinan sebagai salah satu upaya untuk

mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan rahmah

menjadi suatu keharusan dan keniscayaan. Untuk itu, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan di Indonesia

juga mengharuskan adanya pencatatan perkawinan bagi siapa saja

yang melakukan perkawinan, meskipun pencatatan tidak menjadi

syarat sahnya suatu perkawinan.

Pernikahan yang ganda atau poligami tanpa izin istri

sebelumnya dapat berakibat fatal bukan hanya di pihak pasangan,

namun dapat berakibat pada keturunan seperti anak-anak yang

akan dicatatkan atas nama orang tua yang tercatat resmi di

pemerintahan catatan sipil. Setelah sistem pencatatan nikah dibuat,

dari database, dan aplikasi penunjang, serta integrasi antar

jaringan/network system maka semakin kecil kemungkinan untuk

masyarakat yang tidak taat pada aturan hukum berlaku.

Page 61: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

98

ia menulis’’. Penggelan ayat ini meletakkan tanggung jawab di atas

pundak penulis yang mampu.10 Melalui pelayanan pencatatan

nikah berbasis IT yang diatur dalam Intruksi Direktur Jendral

Bimbingan Masyarakat Islam No DJ.II/369 Tahun 2013 Tentang

Penerapan Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) pada

KUA Kecamatan.

Proses pencatatan nikah berbasis Informasi Teknologi (IT)

sistem pencatatan nikah dengan mekanisme mencatat buku nikah

yang keluar dari Kantor Urusan Agama setempat, untuk

mengetahui keaslian buku dan mengetahi informasi lain dari

bagian buku seperti stok buku yang diperlukan setiap tahun dan

kebenaran pernikahan atau ketika buku nikah di curi atau hilang,

agar tidak terjadi buku asli tapi palsu.

Pernikahan yang ganda atau poligami tanpa izin istri

sebelumnya dapat berakibat fatal bukan hanya di pihak pasangan,

namun dapat berakibat pada keturunan seperti anak-anak yang

akan dicatatkan atas nama orang tua yang tercatat resmi di

pemerintahan catatan sipil. Setelah sistem pencatatan nikah dibuat,

dari database, dan aplikasi penunjang, serta integrasi antar

jaringan/network system maka semakin kecil kemungkinan untuk

masyarakat yang tidak taat pada aturan hukum berlaku.

10Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an), Jakarta: Lentera Hati, 1999, hlm. 605.

91

asal mengirim data calon pengantin ke server pusat Departemen

Agama berupa data berkas, sidik jari kedua calon mempelai,

KTP/Passpor dimungkinkan mengirimkan Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP), agar terjadi pengecekan / validasi data ke Catatan

Sipil apakah calon tersebut sudah pernah menikah atau belum,

kalau belum proses di lanjutkan, jika sudah akan diproses sesuai

aturan yang berlaku seperti surat dari Pengadilan Agama dan atau

surat daricalon pasangan atau calon istri sebelumnya. Ketika data

sudah valid / sah, maka data base calon mempelai di catatan sipil

akan diberi flag /tanda bahwa status sudah menikah, sehingga

ketika akan membuat perpanjangan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

tanpa diberi tanda dari pihak kepala Rukun Tetangga ( RT ) data

status sudah menikah, ketika terjadi kehilangan buku nikah, dapat

dilakukan pengecekan data di KUA seluruh yang sudah online dan

menerbitkan Surat Pengganti Buku Nikah tanpa harus ke lokasi

KUA tempat menikah. Begitu juga ketika akan meminta legalisir

buku nikah, pihak Pemerintah Departemen Agama pusat dapat

proses langsung mencek di komputer, status pernikahan dengan

buku yang asli atau asli palsu.

Mencatatkan perkawinan dengan bukti akta nikah yang

dapat dijadikan bukti dikemudian hari manghadapi masalah yang

berhubungan dengan perkawinan. Layanan berbasis Informasi

Teknologi (IT) dengan SIMKAH tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kapasitas KUA melalui perbaikan pelayanan

Page 62: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

92

berbasis Informasi Teknologi (IT) yang mendukung kecepatan dan

kemudahan layanan administrasi KUA dalam pencatatan

perkawinan. Sebagai media pelayanan pencatatan nikah, terdapat 2

produk yang dihasilkan dari pelayanan tersebut yaitu akta nikah

dan buku nikah (kutipan buku nikah). Sistem pencatatan nikah

dengan mekanisme mencatat buku nikah yang keluar dari Kantor

Urusan Agama setempat, agar mengetahui ke aslian buku dan

mengetahui informasi lain dari bagian buku tersebut seperti stok

buku yang diperlukan setiap tahun, dan kebenaran pernikahan

tersebut, atau ketika buku nikah dicuri atau hilang dari sebuah

lokasi, agar tidak terjadi buku asli tapi palsu. Pernikahan yang

ganda atau poligami tanpa izin istri sebelumnya dapat berakibat

fatal bukan hanya di pihak pasangan, namun dapat berakibat pada

keturunan seperti anak–anak kelak yang akan dicatatatkan atas

nama orang tua yang tercatat resmi di pemerintahan catatan sipil..

Pentingnyasebuah integrasi antar lembagapun harus

diperhatikan dalam membuatsistem pencatatan nikah, dalam

pemerintahan Indonesia semua berkumpul data dalam pencatatan

nikah, bagi agama Islam akan dicatat di Kantor Urusan Agama

yang berada di tiap kecamatan dan di laporkan ke Kantor Catatan

Sipil setiap kabupaten.

Pencatatan nikah yang di integrasikan dari KUA lalu di

hubungkan ke Kantor Catatan Sipil akan lebih baik, karena akan

tercatat secara langsung dari tiap peghulu di KUA tiap lokasi,

97

sesuai dengan pasal 2 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, sehingga perkawinan tersebut sudah dianggap legal

atau sah dan akan mendapatkan buku kutipan akta nikah dari KUA

sebagai akta otentik.9

Pencatatan perkawinan akan menimbulkan kemaslahatan

bagi kedua belah pihak bagi suami maupun istriyang mana diatur

dalam Pencatatan nikah berfungsi sebagai pengatur lalulintas

praktek poligami yang sering dilakukan secara diam-diam oleh

pihak-pihak tertentu yang hanya dijadikan nikah dibawah tangan

tanpa pencatatan sebagai alat poligami atau poliandri. pencatatan

perkawinan ditunjukan agar peristiwa perkawinan dapat menjadi

jelas, baik bagi yang bersangkutan maupun bagi orang atau

masyarakat lainnya, karena dapat dibaca dalam suatu surat resmi

dan termuat pula dalam suatu daftar yang khusus yang disediakan

untuk peristiwa perkawinan, yang sewaktu-waktu dapat

dipergunakan sebagai suatu alat bukti otentik, sehingga dengan

adanya surat bukti tersebut dapat diterima atau dicegah sesuatu

perbuatan yang ada hubungannya dengan perkawinan. Pencatatan

perkawinan akan menimbulkan kemaslahatan bagi kedua belah

pihak bagi suami maupun istri.

Selanjutnya, kepada para penulis yang disini yaitu sebagai

tugas KUA, sebab’’ Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah

9Bahder Johan Nasudion, Hukum Acara Peradilan Agama, Bandung:Tarsito, 2007, hlm. 33.

Page 63: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

96

didahulukan dari pada kesaksian, yang dalam perkawinan menjadi

salah satu rukun.7

Sebagaimana Allah berpesan kepada para penulis, kepada

para saksipun Allah berpesan,’’ janganlah saksi-saksi itu egan

(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil,’’ karena

keengganannya dapat mengakibatkan hilangnya hak atau terjadi

korban. Saksi dan penulis yang diminta atau diwajibkan untuk

menulis dan menyaksikan.8

Pencatatan perkawinan bagi mereka yang tidak beragama

Islam dilakukan oleh pegawai pencatat perkawinan kantor catatan

sipil. Dalam penjelasan pasal 2 ayat (1) dan (2) PP No. 9 Tahun

1975 menyatakan bahwa pencatatan perkawinan hanya dilakukan

oleh dua instansi yaitu:

1. Pegawai pencatat nikah, talak, dan rujuk.

2. Kantor catatan sipil atau instansi atau pejabat yang

membantunya.

Mencatat artinya memasukan perkawinan itu dalam buku

akta nikah kepada masing-masing suami istri. Kutipan akta nikah

tersebut sebagai bukti otentik yang dilakukan oleh Pegawai

Pencatat Nikah, Talak, dan Rujuk. Perkawinan yang dilangsungkan

dihadapan PPN (Pegawai Pencatat Nikah) adalah perkawinan yang

7Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi), Jakarta:Rajawali Pers, 2013, hlm. 93.

8 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an), Jakarta: Lentera Hati, 1999, hlm. 607-608.

93

untuk agama selain Islam tidak dimungkinkan menikahi wanita

siapapun tanpa izin istri sebelumnya, karena sistem yang terhubung

ke Kantor Catatan Sipil akan mengumpulkan data dari tiap lokasi.

Setelah sistem pencatatan nikah dibuat, dari proses database, dan

aplikasi penunjang di depan, serta integrasi antar jaringan/network

system maka semakin kecil kemungkinan untuk masyarakat yang

tidak taat pada aturan hukum berlaku, karena dari sistem sudah

dijaga untuk keamanan baik dari pihak perusak jaringan maupun

yang ingin merusak sistem aturan pernikahan

Proses aplikasi menghindari untuk pernikahan dibawah

umur, karena sistem yang terintegrasi dengan database catatan

sipil, sehingga ketika menarik data dari catatan sipil untuk nomor

akte kelahiran dan usia belum mencapai waktu yang tertuang

dalam Undang-Undang nomor1 tahun 1974, maka data akan di

tolak oleh sistem, dan dimungkinkan untuk diterima sistem dengan

syarat melampirkan surat permohonan dariorang tua dan

pengadilan Agama untuk dimasukkan dalam sistem tersebut,

sehingga rangkaian pernikahan sesuai UU nomor 1 tahun 1974.

Pencatatan perkawinan berdasarkan penjelasan di atas

bahwa pencatatan nikah terdapat ‘’maslahah mursalah’’ dalam

kehidupan bermasyarakat, maka melaksanakan pencatatan

perkawinan adalah merupakan keharusan bagi mereka yang

beragama Islam.Kaidah hukum Islam dalam pencatatan

perkawinan dan pembuktiannya dengan akta nikah, sangat jelas

Page 64: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

94

mendatangkan maslahat bagi tegaknya rumah tangga, sejalan

dengan prinsip.

م علي جلب المصالحدرأالمفا سد مقد

Artinya: ‘’Menghindari kerusakan didahulukan dari padamemperoleh kemaslahatan’’.3

عیة منوط بالمصلحة مام على الر ف اإل تصر

Artinya: ‘’Tindakan (peraturan) pemerintah, berintikanterjaminnya kepentingan dan kemaslahatanrakyatnya’’.4

Praktek pemerintah yang mengatur tentang pencatatan

perkawinan dan dibuktikannya dengan akta nikah setiap orang

yang melaksanakan perkawinan supaya pelaksanaan perkawinan

berjalan dengan tertib dan menindak tegas terhadap praktek kawin

liar demi terciptanya ketertiban hukum nasional serta dapat

terlaksananya pasal 2 ayat (2). Karena sangat pentingnya akta

nikah dalam perkawinan melalui layanan pencatatan berbasis IT

merupaka usaha pemerintah untuk mengayomi masyarakat demi

terwujudnya ketertiban dan keadilan.

3Abdullah bin Said, Idhoh al-Qowa’id al-Fiqhiyah, Makkah: Madrasahas-Sholatiyah, 1410 H. 62, hlm. 102.

4Abdullah bin Said, Idhoh al-Qowa’id al-Fiqhiyah, Makkah: Madrasahas-Sholatiyah, 1410 H. 62, hlm. 118

95

B. Implementasi layanan berbasis Informasi Teknologi (IT) oleh

KUA dalam mendukung legalitas perkawinan di KUA Kec.

Banyubiru

Pencatatan perkawinan hanyalah syarat administrasi artinya

perkawinan tetap sah, karena standar sah dan tidaknya perkawinan

ditentukan oleh norma-norma agama dari pihak-pihak yang

melangsungkan perkawinan.5Agama Islam sendiri secara implisit

tidak menjelaskan adanya perintah untuk melakukan pencatatan

terhadap sebuah pernikahan yang dilakukan, yang ada adalah

perintah untuk melakukan pencatatan terhadap utang-piutang atau

hubungan muamalah, sebagaimana yang terdapat dalam surat

al-Baqarah ayat 282 yang berbunyi:

سم أیھا ٱلذین ءامنوا إذا تداینتم بدین إلى أجل م ى فٱكتبوه ی

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamubermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yangditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. (QS Al-Baqarah [2]:282)6

Ayat mudayanah (QS Al-Baqarah [2]:282) mengisyaratkan

bahwa adanya bukti autentik sangat diperlukan untuk menjaga

kepastian hukum, yang menggambarkan bahwa pencatatan

5Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi), Jakarta:Rajawali Pers, 2013, hlm. 93.

6 Muhammad Shohib, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: PT.SygmaExamediaArkanleema, 2012), hlm. 48.

Page 65: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

100

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dirumuskan dari landasan teori

dan hasil penelitian yang ada mengenai Efektivitas Layanan

Berbasis IT oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Banyubiru dalam mendukung Legalitas Perkawinan, penulis dapat

menyimpulkan:

1. Perkawinan mencangkup seluruh segi kehidupannya baik dari

segi ibadah, sosial maupun masyarakat, oleh karena dalam

perkawinan mudah menimbulkan emosi dan perselisihan.

Pencatatan perkawinan terdapat banyak sekali manfaatnya bagi

kedua belah pihak yang melaksanakan perkawinan, baik dalam

kehidupan pribadi maupun di dalam kehidupan masyarakat,

misalnya dengan dimilikinya akta pekawinan sebagaimana

dengan bukti tertulis yang otentik dan untuk membuktikan

bahwa telah terjadi peristiwa perkawinan. Jadi apabila ada

permasalahan karena sudah mencatatkan perkawinannya

mereka bisa mengurusnya sendiri dengan membawa bukti

autentik nikah ke Pengadilan Agama untuk mengurus semua

permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi, disamping

itu juga dengan dimilikinya akta perkawinan, seseorang yang

melakukan pernikahan dapat menuntut berbagai tunjangan,

Page 66: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

101

misalnya tunjangan istri, tunjangan anak atau tunjangan lain

yang berhubungan dengan perkawinan. Pernikahan yang ganda

atau poligami tanpa izin istri sebelumnya dapat berakibat fatal

bukan hanya di pihak pasangan, namun dapat berakibat pada

keturunan seperti anak-anak yang akan dicatatkan atas nama

orang tua yang tercatat resmi di pemerintahan catatan sipil.

Proses pencatatan nikah berbasis Informasi Teknologi (IT)

sistem pencatatan nikah dengan mekanisme mencatat buku

nikah yang keluar dari Kantor Urusan Agama setempat,dari

proses database, dan aplikasi penunjang di depan, serta

integrasi antarjaringan/network system makasemakin kecil

kemungkinan untuk masyarakat yang tidak taat pada aturan

hukum berlaku, layanan pencatatan berbasis IT sudah efektif,

karena dari sistem sudah dijaga untuk keamanan baik dari

pihak perusak jaringan maupun yang ingin merusak sistem

aturan pernikahan bisa dicegah.

2. Pelayanan pencatatan nikah berbasis IT merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan oleh pegawai pencatat nikah di

Kantor Urusan agama (KUA) dalam melayani masyarakat atau

calon pengantin mendaftarkan pernikahannya agar termasuk

dalam administrasi kependudukan yang akan berdampak

kepada kepastian hukum dan status bagi kedua calon

pengantin, dimana pernikahan merupakan bersatunya seorang

laki-laki dan perempuan yang sah menurut hukum dan agama.

Page 67: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

102

pencatatan dan aktanya merupakan suatu hal yang

diperintahkan dan dianjurkan oleh syara’ dan ketentuan hukum

yang berlaku agar terjamin ketertiban bagi masyarakat.

Sehingga perkawinan hanya boleh dibuktikan dengan akta

nikah yang dibuat oleh KUA melalui PPN, dengan layanan

pencatatan berbasis IT yang rangkaian pencatatan sesuai UU

No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dapat terlaksana.

B. Saran

Berdasarkan penelitian, pembahasan dan kesimpulan dalam

penelitian ini, maka peneliti memberikan saran-saran untuk

dijadikan bahan pertimbangan dikemudian hari, yakni sebagai

berikut:

1. Diharapkan untuk terus memperbaiki kualitas dan selalu

mengikuti perkembangan IT sehingga dapat digunakan secara

maksimal oleh semua pegawai KUA agar dapat memajukan

kualitas KUA dalam mendukung legalitas perkawinan.

2. Pengelolaan webside yang rutin dan up to date sehingga

terdapat informasi yang terbaru yang dapat diakses

masyarakat. Selain itu, pendaftaran SIMKAH online yang

terdapat diwebsite KUA diaktifkan agar dapat memudahkan

masyarakat jika sedang berada diluar kota.

3. Perlu adanya upaya preventif dari berbagai pihak ( Pemerintah,

pegawai KUA, dan juga masyarakat) mensosialisasikan

Page 68: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

103

pentingnya layanan berbasis IT dengan penggunaan SIMKAH

terhadap pencatatan oleh KUA dalam mendukung legalitas

perkawinan agar pelaksanaan dan penerapan SIMKAH di masa

depan lebih baik.

4. Untuk KUA yang masih menggunakan sistem manual untuk

segera berbenah demi kemaslahatan bersama, sehingga dapat

meningkatkan kualitas keamanan dan administrasi ke_KUA-

an.

C. Penutup

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan

ridhaNya, member lindungan dan bimbingan-Nya dan memberikan

kasih sayangNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan sekripsi

ini. Dan sholawat serta salam tidak lupa peneliti haturkan kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah menjadi

penerang bagi semua umatnya.

Sebagai manusia biasa yang tidak sempurna, peneliti

menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, banyak kesalahan dan kekurangan. Peneliti

berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat untuk peneliti

khususnya dan bagi pembaca umumnya, kemudian saran dan kritik

konstruktif dari pembaca sangat peneliti harapkan,demi

kesempurnaan penelitian berikutnya. Akhirnya hanya kepada Allah

104

SWT, peneliti berserah diri dan semoga langkah peneliti mendapat

ridha-Nya. Amin

Page 69: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Said, Idhoh al-Qowa’id al-Fiqhiyah, Makkah: Madrasah as-

Sholatiyah, 1410 H.

al Juzairi, Abdurrahman, al Fiqh, ala Madzahib al Arba‟ah, Juz IV,

Surabaya: Dar al-Taqwa, 2003

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta: PT.

Rieneke Cipta, 1993.

Asmin, status Perkawinan Antar Agama (Ditinjau dari Undang-undang

perkawinan no. 1/1974, Jakarta:PT. Dian Rakyat, 1986.

Azhar Basyir, Ahmad, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakrta: FH UII,

2002

Buku Panduan Aplikasi Sistem Informasi Manajeman Nikah (SIMKAH),

hlm. 2.

Darmawan, Deni, Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi Teori

dan Aplikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kosa Kata Baru Bahasa

Indonesia Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Pengetahuan

Umum), Surabaya: Apollo Lestari, 1998.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1990.

Page 70: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

Djais, Mochammad, Hukum Harta Kekayaan Dalam Perkawinan,

Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponogoro, 2006

Donni Juni, Fenny Damanyanti, Administrasi dan Operasional

Perkantoran, Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 4-5.

Hadi, Sutrisno ,Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit

UGM, 1980).

Harahap,M. Yahya, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama

Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: Logos, 1992.

Ibrahim, Mayert A, dan Hasan, H. Abdul Pengantar Hukum Islam di

Indonesia, Jakarata: Garda 1965, cetakan pertama

Johan Nasudion, Bahder , Hukum Acara Peradilan Agama, Bandung:

Tarsito, 2007.

Kadir, Abdul dan Ch. Triwahyuni,Terra,Pengantar Tegnologi Informasi

(edisi Revisi), Yogyakarta: CV. Andi, 2013.

Kaharuddin, Nilai-Nilai Filosofi Perkawinan (Menurut Hukum

Perkawinan Islam dan Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan), Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015.

Komarudin, Eksklopedia Manejemen Dasar Pengertian dan Masalah,

Jakarta: Gunung Agung, 1994.

Page 71: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

Aturan Intruksi Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam No

DJ.II/369 Tahun 2013.

Wawancara

Nur Edi Susilo, 2017,Wawancara, Semarang, 22 Maret 2017.

Ardiansyah, 2017, Wawancara, Semarang, 22 Maret 2017.

Nur Edi Susilo, 2017, wawancara, Semarang, 7 Juni 2017.

Ardiansyah, 2017, Wawancara, Semarang, 7 Juni 2017.

Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, Jakarta: Prenadamedia

Group, 2016.

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu,Metode Penelitian, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2009, cet. X.

P. Siagian, Sondang, Fungsi-Fungsi Manajeral, Jakarta: PT bumi Aksara,

2002.

Prakoso, Djoko. Murtika, Ketut. Azas-Azas Hukum Perkawinan di

Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1987.

Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: Sumur

Bandung, Cetakan keempat, 1960.

Rahman, Ghozali, Abdul, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2010.

Ramulyo, Moh. Idris,Hukum Perkawinan Islam (Suatu Analisis Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam),

Jakarta: Bumi Aksara, 2004, Cet. V.

Rasjidi,Lili Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan

Indonesia, bandung: PT. Rosdakarya, 1991.

Rianto,Adi Metodologi Penulisan Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit,

Cet. Ke-2004.

Page 72: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

Rofiq,Ahmad Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Edisi Revisi), Jakarta:

Rajawali Pers, 2013.

Saleh,K. Wantjik.Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1976.

Shohib, Muhammad, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: PT.

SygmaExamediaArkanleema, 2012).

Sinamo,Nomensen, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Jala Permata

Aksara, 2015.

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan,

Yogyakata: Liberty, 1986

Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Sutabri, Tata,Pengantar Teknologi Informasi, Yogyakarta: Andi Offset,

2014.

Syahuri, Taufiqurrohman, Legalitas Hukum Perkawinan Di Indonesia

(Pro-Kontra Pembentukannya Hingga Putusan Mahkamah

Konstitusi), Jakarta: Kencana, 2013.

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh,

Munakahat dan Undang-undang Perkawinan), Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2004.

Thohir, Mujdahirin,Kondisi dan Kinerja Kantor Urusan Agama di

JATENG, DIY, dan JATIM (hasil studi lapangan), Semarang:

Kementrian Agama Balai Penelitian dan Pengembangan Agama,

2010.

Tjokrowisastro,Soedjito, Pedoman Penyelenggaraan Catatan Sipil,

Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985.

Unardjan,Dolet, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT.

Grasindo, 2000.

Walgito, Hime, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta:

Andi Ofset, 1995.

Zaenal Asikin,Amirudin, Penghantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:

Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-1, 2006.

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Kompilasi Hukum Islam.

PMA Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah.

Page 73: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG
Page 74: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG
Page 75: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

INSTRUMEN WAWANCARA

1. Layanan berbasis Informasi Teknologi dalam perkawinan di

KUA itu seperti apa?

2. Apakah SIMKAH harus berbasis online?

3. Bagaiman kinerja penggunaan SIMKAH?

4. Apakah integrasi antara KUA itu sudah aman?

5. Apakah dengan adanya SIMKAH cukup membantu pegawai

pencatat nikah dalam menjalankan tugas?

6. Bagaimana bentuk pengawasan sebelum adanya SIMKAH?

7. Apakah SIMKAH ini bisa dikatan sebagai layanan Prima bagi

masyarakat?

8. Berapa lama pelayanan kira-kira pelayanan administrasi yang

kerjakan untuk calon pengantin?

9. Mengenai statistika perkawinan sekarang ini apakah setiap

tahunnya meningkat?

10. Apakah SIMKAH ini bisa menjaga suatu perkawinan atau data

perkawinannya?

11. Apakah SIMKAH sangat bermanfaat?

12. Apakah layanan berbasis IT dengan SIMKAH sangat membantu

dalam tugas penghulu ?

13. Bagaimana cara kerja SIMKAH itu seperti apa?

14. Apakah komponen berupakan bentuk mengkontrol catin untuk

melakukan perkawinan?

15. Apakah komponen pencarian akta nikah ini apakah sudah cukup

relavan ?

Page 76: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

Wawancara dengan Kepala

KUA Kec. Banyubiru

Ruang Pemeriksaan, Penghulu

KUA Kec. Banyubiru

Ruang kearsipan KUA Kec.

Banyubiru

Foto bersama pegawai KAU

Kec. Banyubiru

Page 77: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

Foto-Foto Dokumentasi:

Akta yang Menggunakan IT

dengan (SIMKAH)

Akta masih dengan penulisan

manual

Kantor KUA Kec. Banyubiru Ruang pencetakan Akta

Perkawinan KUA Kec. Banyubiru

Page 78: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG
Page 79: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG
Page 80: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG
Page 81: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fina Auliya Rohman Syah

NIM : 132111143

Fakultas : Syariah dan Hukum

Alamat : Desa Genengadal RT 04 RW 04, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grobogan.

Email :[email protected]

Orang Tua:Bapak : Yatmin S.Ag

Ibu : Haryanti

No HP :085726432122

Jenjang Pendidikan :

1. MI : MI Al-Hidayah Genengadal Lulus Tahun 2007

2. MTS : MTS Al-Hidayah Genengadal Lulus Tahun 2010

3. MAN : MAN 2 SurakartaLulus Tahun 2013

4. SI : Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Walisongo 2017

Demikian daftar riwayathidup ini kami buat dengan sebenarnya,

untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 24 Juli 2017

Yang Menyatakan,

Fina Auliya Rohman Syah

132111143

Page 82: EFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI …eprints.walisongo.ac.id/8102/1/132111143.pdfEFEKTIVITAS LAYANAN BERBASIS INFORMASI TEKNOLOGI (IT) OLEH KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MENDUKUNG