54
EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG MERAH (Allium cepa) DALAM MEMBUNUH LARVA NYAMUK SKRIPSI FEBRI RAHMI NIM : 10C10104148 PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2014

EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG

MERAH (Allium cepa) DALAM MEMBUNUH

LARVA NYAMUK

SKRIPSI

FEBRI RAHMI

NIM : 10C10104148

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

2014

Page 2: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG

MERAH (Allium cepa) DALAM MEMBUNUH

LARVA NYAMUK

SKRIPSI

FEBRI RAHMI

NIM : 10C10104148

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

2014

Page 3: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara global daerah tropis dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit tropis yang salah satunya dapat disebabkan oleh nyamuk seperti malaria,

Demam Berdarah Dengue (DBD), filariasis, dan chikungunya. Penyakit-penyakit

tersebut menyebar secara luas di daerah tropis termasuk Argentina utara, bagian

utara Australia, seluruh Bangladesh, Barbador, Bolivia, Belize, Brazil, Kamboja,

Costa Rica, Republik Dominika, El salvador, Guatemala, Guyana, Honduras,

India, Jamaika, Laos, Malaysia, Meksiko, Mikronesia, Panama, Paraguay,

Filipina, Puerto Riko, Samoa, Singapure, Sri langka, Suriname, Taiwan, Thailand,

Trinidad, Venezuela, Vietnam, Cina selatan, dan Indonesia. WHO mengatakan

sekitar 2,5 miliar orang atau dua per lima dari populasi dunia, kini menghadapi

resiko dari dengue dan memperkirakan bahwa mungkin akan menjadi 50 juta

kasus infeksi dengue di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyakit ini sekarang telah

menjadi endemik dilebih dari 100 negara (Anggraeni, 2010).

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar yang memiliki iklim

tropis. Penyakit-penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk masih sering

terjadi di masyarakat sehingga menimbulkan epidemi yang berlangsung secara

luas dan cepat. Penyebab utama munculnya epidemi berbagai penyakit tropis

disebabkan karena penyebaran nyamuk sebagai vektor yang tidak terkendali.

Penyakit tropis di Indonesia sangat sulit diberantas karena laju perkembangbiakan

Page 4: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

2

nyamuk yang menularkan penyakit tersebut cukup cepat, selain itu juga kepadatan

penduduk juga memacu perkembangbiakan jentik nyamuk. (Anggraini dkk,

2013). Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat nyamuk menjadi masalah

kesehatan di Indonesia. Di musim hujan hampir tidak ada daerah di Indonesia

yang terbebas dari serangan penyakit akibat nyamuk (Satari dan Meiliasari, 2008).

Pada tahun 2012 di Indonesia jumlah penderita DBD yang dilaporkan

sebanyak 90.245 kasus dengan kematian 816 orang (Incidence Rate / Angka

Kesakitan = 37,11 per 100.000 penduduk dan CFR = 0,90%). Terjadi peningkatan

jumlah kasus pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 65.725

kasus dengan IR = 27,67. Begitu pula dengan kasus klinis filariasis yang

meningkat dari tahun ke tahun, namun pada 2012 kasus klinis filariasis ada

penurunan dan penyakit malaria pada tahun 2011 terdapat 422.477 kasus dan pada

tahun 2012 terjadi penurunan kasus malaria positif menjadi 417.819 kasus (Profil

Kesehatan Indonesia, 2012).

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sering terjadi

penyakit-penyakit akibat nyamuk seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

malaria. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) provinsi Aceh adalah

2.269 jiwa dengan kematian berjumlah 7 jiwa. IR (Insidens Rate) kasus Demam

Berdarah Dengue (DBD) di provinsi Aceh pada tahun 2012 IR = 48/100.000 dan

CFR = 0,3%. Kasus malaria klinis (demam tinggi disertai menggigil) tanpa

pemeriksaan sediaan darah yang berjumlah 21.993. Malaria positif adalah

berjumlah 1.068. Jumlah API (Annual Paracite Incidence) di provinsi Aceh tahun

2012 berjumlah 0,2%. (Profil Kesehatan Provinsi Aceh, 2012).

Page 5: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

3

Provinsi Aceh terdiri dari 23 kabupaten, salah satunya adalah Aceh Barat.

Aceh Barat juga memiliki masalah-masalah kesehatan akibat nyamuk yang masih

memerlukan perhatian. Pada tahun 2012 terdapat 6 kasus DBD di Aceh Barat dan

175 kasus malaria (Profil Dinkes Aceh Barat Data 2013).

Salah satu upaya pemberantasan nyamuk adalah memutuskan mata rantai

penyebaran nyamuk dengan cara memberantas sarang nyamuk dan membunuh

larva nyamuk. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan dalam

mengendalikan vektor dari penyakit akibat nyamuk tersebut, salah satunya yaitu

dengan penggunaan insektisida kimia yang dianggap lebih efektif dalam

menanggulangi vektor. Penggunaan insektisida abate sebagai larvasida dapat

merupakan cara yang paling umum dalam pengendalian pertumbuhan vektor

nyamuk. Penggunaan abate yang sudah lama akan menimbulkan resistensi atau

larva akan kebal terhadap abate (insektisida) (Anggraini, 2013).

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas maka perlu di cari alternatif lain

untuk mengendalikan vektor penyakit akibat nyamuk tersebut dengan suatu

metode yang lebih ramah lingkungan (Mirnawaty, 2012). Hal tersebut diharapkan

dapat diperoleh melalui penggunaan bioinsektisida atau insektisida nabati

(Lailatul, 2010).

Tanaman yang mengandung insektisida nabati diantaranya adalah daun

mimba (penelitian Aradilla, 2009), daun legundi (penelitian Cania dkk, 2013),

daun pepaya (penelitian Ariesta, 2013), daging buah durian (penelitian Anis,

2011), daun sirih (penelitian Putra, 2012), daun asam jawa (penelitian Yong,

2012) dan Ginanjar (2008) menyebutkan beberapa tanaman lain yang juga bisa

Page 6: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

4

digunakan untuk mengusir nyamuk yaitu geranium, selasih, lavender, kayu putih,

serai wangi, dan suren.

Bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium cepa) juga

termasuk kedalam tanaman insektisida nabati karena aroma bawang putih (Allium

sativum) yang sangat menyengat serta rasa dari bawang putih (Allium sativum)

yang panas dan pedas diduga dapat mengusir cacing, kemungkinan besar bawang

putih (Allium sativum) juga dapat mengusir atau menghambat bahkan membunuh

larva nyamuk (Sulistyoningsih, 2009). Hal tersebut terbukti di saat penulis

mencoba melakukan observasi awal dengan mengisi air kedalam 3 wadah,

kemudian, satu wadah penulis masukkan bawang putih (Allium sativum) dan

wadah kedua penulis masukkan bawang merah (Allium cepa) dan wadah yang

ketiga hanya air saja tanpa bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah

(Allium cepa), kemudian ketiga wadah tersebut penulis letakkan dibawah meja,

penulis meletakkan dibawah meja karena sebagaimana disebutkan oleh

Anggraeini (2010) bahwa nyamuk banyak terdapat di tempat-tempat gelap seperti

di bawah meja, seminggu kemudian penulis melihat di wadah yang hanya berisi

air telah terdapat larva-larva nyamuk, sedangkan di wadah yang terdapat bawang

putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium cepa) tidak terdapat larva

nyamuk, hal ini semakin membuat penulis yakin bahwa bawang putih (Allium

sativum) dan bawang merah (Allium cepa) terdapat senyawa kimia yang dapat

digunakan sebagai insektisida hayati.

Berdasarkan pendapat Muammar H.B (2013) dan Muswita (2011), dapat

disimpulkan bahwa bawang putih (Allium sativum) mengandung senyawa aktif

Page 7: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

5

seperti flavonoid, minyak atsiri, dan allicin. Flavonoid dan minyak atsiri berperan

sebagai racun pernafasan dan allicin menghambat sintesis membran sehingga

menyebabkan kematian larva nyamuk, dan bawang merah (Allium cepa) juga

mengandung senyawa aktif seperti minyak atsiri dan allicin.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai efektivitas bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium

cepa) dalam membunuh larva nyamuk.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah efektivitas bawang putih (Allium sativum) dalam

membunuh larva nyamuk ?

2. Bagaimanakah efektivitas bawang merah (Allium cepa) dalam membunuh

larva nyamuk ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas bawang putih (Allium sativum) dan

bawang merah (Allium cepa) dalam membunuh larva nyamuk.

Page 8: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

6

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas bawang putih (Allium

sativum).

2. Untuk mengetahui konsentrasi pada bawang putih (Allium sativum)

yang paling efektif dalam membunuh larva nyamuk.

3. Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas bawang merah (Allium

cepa).

4. Untuk mengetahui konsentrasi pada bawang merah (Allium cepa)

yang paling efektif dalam membunuh larva nyamuk.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Pengembangan penelitian mengenai insektisida nabati terhadap

larva nyamuk.

2. Menambah informasi peluang pengembangan insektisida nabati

khususnya bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah

(Allium cepa) sebagai pengendali populasi nyamuk yang ramah

lingkungan.

3. Diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian

selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi masyarakat dapat menggunakan bawang putih

(Allium sativum) dan bawang merah (Allium cepa) sebagai

insektisida nabati dalam membunuh larva nyamuk dengan

Page 9: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

7

harganya yang murah, aman dan ramah lingkungan serta dapat

dibuat sendiri oleh masyarakat.

2. Manfaat bagi institusi kesehatan khususnya pemegang program

penyakit tular vektor hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

masukan bagi pemegang program penyakit tular vektor dalam

pengendalian jumlah nyamuk penyebab penyakit didalam

lingkungan masyarakat dengan melakukan pemberantasan pada

larva nyamuk dengan menggunakan bahan insektisida nabati yaitu

bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium cepa)

sebagai pengganti insektisida sintesis (abate).

Page 10: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyamuk

Nyamuk dikelompokkan dalam Kelas Insekta, Ordo Diptera, Famili

Culicidae. Hingga saat ini telah dilaporkan sebanyak 33 genus dengan kurang

lebih 2.960 spesies nyamuk di dunia, sedangkan di Indonesia terdapat 18 genera

nyamuk dengan kurang lebih 457 spesies (Bambang dkk, 2011).

Semua nyamuk memerlukan air untuk melengkapi siklus hidupnya. Jenis

air di mana larva nyamuk ditemukan dapat menjadi bantuan untuk identifikasi

spesiesnya. Nyamuk dewasa meletakan telurnya pada tempat yang sesuai dengan

habitat larvanya. Mereka bertelur di tempat seperti lubang pohon yang secara

berkala menahan air, genangan air pasang di rawa-rawa garam, genangan limbah

buangan, irigasi padang rumput, genangan air hujan. Setiap spesies memiliki

persyaratan lingkungan yang unik untuk pemeliharaan siklus hidupnya. Kebiasaan

cara makan nyamuk cukup unik karena hanya betina dewasa yang menghisap

darah manusia dan hewan. Nyamuk jantan tidak menghisap darah tetapi

menghisap madu tanaman. Nyamuk betina memerlukan darah yang cukup untuk

bertelur. Jauh atau dekatnya jarak terbang nyamuk tergantung dari spesiesnya.

Sebagian besar spesies domestik terbang cukup dekat dengan titik asal. Ada

beberapa spesies yang dapat terbang jauh dari tempat perkembangbiakannya.

Jarak terbang betina biasanya lebih jauh daripada jantan. Kekuatan dan arah angin

berpengaruh dalam penyebaran atau migrasi nyamuk. Kebanyakan nyamuk tetap

Page 11: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

9

dalam satu atau dua kilometer dari sumber makan mereka. Ada nyamuk bisa

terbang jarak jauh, lebih 30 kilometer dari tempat mereka menjadi dewasa.

Nyamuk tidak dapat terbang cepat, hanya sekitar 4 kilometer per jam. Umur

nyamuk dewasa biasanya tergantung pada beberapa faktor seperti suhu,

kelembapan, jenis kelamin nyamuk dan habitat. Kebanyakan jantan berumur

pendek yaitu sekitar seminggu dan betina tinggal sekitar satu bulan tergantung

pada faktor tersebut (Gunasegaran, 2012).

2.2 Nyamuk dan Penyakit

Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia

dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus (Chandra, 2012). Penyakit

yang ditularkan oleh nyamuk masih merupakan masalah kesehatan bagi

masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, seperti : Deman Berdarah

Dengue (DBD), Malaria, Filariasis (kaki gajah), Chikungunya, dan Encephalitis

(Islamiyah dkk, 2013).

2.2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

virus dengue dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus ini mempunyai

empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Keempat serotipe ini menimbulkan gejala yang berbeda-beda jika menyerang

manusia. Serotipe yang menyebabkan infeksi paling berat di Indonesia, yaitu

DEN-3. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan

melalui nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus (Satari dan Meiliasari,

2004).

Page 12: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

10

2.2.2 Malaria

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik,

disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium ditandai dengan demam, anemia,

dan splenomegali. Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies,

yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan

Plasmodium ovale. Malaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu manusia

maupun vertebra lainnya, dan hospes definitif, yaitu nyamuk anopheles

(Mansjoer, 2001).

2.2.3. Filarasis

Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria

bancrofti dan Brugia malayi. Jumlah spesies Anopheles, Aedes, Culex, dan

Mansonia cukup banyak, tetapi kebanyakan dari spesies tersebut tidak penting

sebagai vektor alami. Di daerah tropis dan subtropis, Culex quinquefasciatus

(fatigans), nyamuk penggigit di lingkungan perumahan dan perkotaan, yang

berkembang biak dalam air setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia,

merupakan vektor umum penyakit filariasis bancrofti yang mempunyai

periodisitas noktural. Aedes Polynesiensis adalah vektor umum filariasis bancrofti

nonperiodesitas di beberapa kepulauan Pasifik Selatan. Nyamuk ini hidup di luar

kota di semak-semak (tidak pernah dalam rumah) dan berkembang biak di dalam

tempurung kelapa dan lubang pohon. Walau menghisap darah dari binatang

peliharaan mamalia dan unggas, nyamuk ini lebih menyukai darah manusia

(Chandra, 2012).

Page 13: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

11

2.2.4. Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit mirip demam dengue yang disebabkan oleh

virus chikungunya dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

africanus. Virus chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa

dari famili Togaviridae. Masa inkubasinya chikungunya adalah 1-6 hari. Gejala

penyakit diawali dengan demam mendadak, kemudian diikuti munculnya raum

kulit dan limfadenopati, artralgia, mialgia, atau artritis yang merupakan tanda dan

gejala khas chikungunya. Karena vektornya nyamuk, chikungunya tergolong

arthropod-borne disease, yaitu penyakit yang disebarkan oleh artropoda

(Widoyono, 2011).

2.2.5. Encephalitis

Encephalitis salah satu jenis penyakit. Encephalitis adalah Japenese

Encephalitis (JE). Encephalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan

syaraf pusat yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk genus

Culex sp (Muammar H.B, 2013).

2.3 Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk memiliki metamorfosa sempurna (holometabola) yaitu telur,

larva, pupa, dan dewasa. Telur, larva, dan pupa memerlukan air untuk

kehidupannya sedangkan dewasa hidup di alam bebas. Tidak peduli apa jenis

nyamuk, air sangat penting untuk berkembangbiak. Elemen penting larva adalah

air dan habitat larva nyamuk banyak dan beragam (Damanik, 2012).

Page 14: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

12

Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk (Sumber : Muammar H.B, 2013)

2.3.1 Telur Nyamuk

Telur nyamuk biasanya memanjang dan berukuran sekitar satu milimeter.

Seekor nyamuk dapat menghasilkan 50 ke 300 telur. Nyamuk menghisap darah

untuk menghasilkan telur. Telur dapat menetas dalam 1-3 hari jika diletakkan di

air. Telur nyamuk tidak menetas seluruhnya, tetapi menetas bertahap. Sekitar 80%

dari telur menetas selama barisan pertama dengan penetasan 5% menyusul

seterusnya. Banyak spesies telur yang tetap dorman dalam tanah selama bertahun-

tahun sebelum menetas. Adaptasi ini menjamin kelangsungan hidup nyamuk

meskipun kondisi cuaca yang tidak menguntungkan atau usaha manusia untuk

membasmi mereka (Gunasegaran, 2012).

2.3.2 Larva Nyamuk

Perkembangan stadium larva bertingkatan pula, antara tingkatan yang satu

dengan tingkatan lainnya bentuk dasarnya sama. Sepanjang stadium larva dikenal

empat tingkatan yang tingkatan masing - masing dinamakan instar. Untuk larva

Page 15: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

13

nyamuk instar pertama, kedua, ketiga dan keempat bulu - bulu sudah lengkap.

Stadium larva memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Pertumbuhan dan

perkembangan larva dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur,

cukup tidaknya bahan makanan, ada tidaknya pemangsa dalam air dan lain

sebagainya (Gunasegaran, 2012)

2.3.3 Pupa Nyamuk

Pupa nyamuk mempunyai bentuk tubuh bengkok, dengan bagian kepala

dada (cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya,

sehingga tampak seperti tanda baca „koma‟. Tahap pupa pada nyamuk umumnya

berlangsung selama 2-4 hari. Saat nyamuk dewasa akan melengkapi

perkembangannya dalam cangkang pupa, pupa akan naik ke permukaan dan

berbaring sejajar dengan permukaan air untuk persiapan munculnya nyamuk

dewasa (Parida S, 2012).

2.3.4 Nyamuk Dewasa

Nyamuk dapat dibedakan antara nyamuk jantan dan betina. Nyamuk

jantan keluar dari pupa terlebih dahulu sebelum nyamuk betina. Setelah nyamuk

jantan keluar, maka jantan tersebut tetap tinggal di dekat sarang. Kemudian

setelah jenis betina keluar, maka jantan kemudian akan kawin dengan betina

sebelum betina tersebut mencari darah. Betina yang telah kahwin akan beristirahat

untuk sementara waktu (1-2 hari) kemudian baru mencari darah. Setelah perut

dipenuhi oleh darah, betina akan beristirahat lagi untuk menunggu proses

pematangan dan pertumbuhan telurnya. Selama hidupnya nyamuk betina hanya

kahwin sekali. Nyamuk betina menghisap darah untuk memenuhi kebutuhan zat

Page 16: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

14

bagi telur. Waktu proses perkembangan telurnya berbeda - beda tergantung pada

temperatur dan kelembapan serta spesies nyamuk (Damanik, 2012).

2.4. Anatomi Larva Nyamuk

Setelah menetas, telur akan berkembang menjadi larva. Pada stadium ini,

kelangsungan hidup larva dipengaruhi suhu, pH air, perindukan, ketersediaan

makanan, cahaya, kepadatan larva, lingkungan hidup, serta adanya predator di

tempat menetas.

Gambar 2.2 Anatomi larva nyamuk (Gunasegaran, 2012)

Berikut ini adalah ciri-ciri dari larva :

1. Adanya corong udara pada segmen terakhir.

2. Pada segmen-segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut-rambut

berbentuk kipas (palmate hairs).

3. Pada corong udara terdapat pecten.

4. Sepasang rambut serta jumbai pada corong udara (siphon).

5. Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8 –

21 atau berjejer 1 – 3.

6. Bentuk individu dari comb scale seperti duri.

Page 17: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

15

7. Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya

sepasang rambut di kepala.

8. Corong udara (siphon) dilengkapi pecten (Aradilla, 2009).

2.5 Morfologi Larva Nyamuk

Larva nyamuk memerlukan empat tahap perkembangan. Waktu

perkembangan larva tergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan keberadaan

larva dalam sebuah kontainer. Dalam kondisi optimal, waktu yang dibutuhkan

dari telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari, termasuk

dua hari dalam masa pupa. Sedangkan pada suhu rendah dibutuhkan waktu

beberapa minggu Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami

4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut

instar I, II, III dan IV (Gunasegaran, 2012).

2.6 Cara Hidup Larva Nyamuk

Larva nyamuk juga disebut sebagai "wrigglers", larva yang baru menetas

dapat dilihat menggeliat naik dan turun dari permukaan air. Untuk menjaga diri

mereka aman, mereka segera menyelam ke dasar air. Larva Aedes aegypti biasa

bergerak-gerak lincah dan aktif. Larva mengambil makanan di dasar wadah, oleh

karena itu larva Aedes aegypti disebut pemakan. Larva instar I, tubuhnya sangat

kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax)

belum begitu jelas dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam. Larva

instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong

pernapasan sudah berwarna hitam. Larva instar II mengambil oksigen dari udara,

Page 18: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

16

dengan menempatkan corong udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah

badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan suhu permukaan air

sekitar 30°C, larva instar II dalam bergerak tidak terlalu aktif. Larva Instar III

lebih besar sedikit dari larva instar II dan lebih aktif bergerak. Larva instar IV

telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi jelas menjadi

bagian kepala (chepal), dada (thorax) dan perut (abdomen). Larva ini berukuran

paling besar 5 mm. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah,

bersifat fototaksis negatif dan waktu. Temperatur optimal untuk perkembangan

larva ini adalah 25°C – 30°C makanan di dasar (bottomfeeder). Makanannya

terdiri dari mikroorganisme, detritus, alga, protista,daun dan invertebrata hidup

dan mati. Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan

corong udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada

posisi membentuk sudut dengan permukaan air sekitar 30°C-45°C (Gunasegaran,

2012).

2.7 Habitat Larva Nyamuk

Larva-larva ditemukan di genangan air yang berasal dari mata air seperti

penampungan air yang dibuat untuk mengairi kolam, untuk merendam

bambu/kayu, mata air, bekas telapak kaki kerbau dan kebun salak. Pada umumnya

kehidupan larva dapat hidup secara optimal pada genangan air yang terlindung

dari sinar matahari langsung, diantara tanaman/vegetasi yang homogen seperti

kebun salak, kebun kapulaga dan lain-lain. Ada yang umumnya ditemukan di

daerah pegunungan, ditemukan pula di daerah persawahan dan daerah pantai yang

ada sungai kecil-kecil dan berbatu-batu. Puncak kepadatan dipengaruhi oleh

Page 19: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

17

musim. Pada musim kemarau kepadatan meningkat, hal ini disebabkan banyak

terbentuk tempat perindukan berupa genangan air di pinggir sungai dengan aliran

lambat atau tergenang. Perkembangbiakan nyamuk cenderung menurun bila aliran

sungai menjadi deras (flushing) yang tidak memungkinkan adanya genangan di

pinggir sungai sebagai tempat perindukan. Kepadatan penduduk juga

mangakibatkan peningkatan sampah di alam sekitar. Pembuangan sampah di

merata - rata mengakibatkan takungan air hujan yang memudahkan untuk

pembiakan nyamuk dan untuk larva nyamuk hidup dan berkembang. Kawasan

sekitar tempat tinggal, tempat kerja dan tempat bereaksi yang banyak sampah dan

pengabaian penduduk mengakibatkan nyamuk untuk membiak dan

berkembangbiak. Di kawasan luar rumah seperti di dalam tempurung, drum,

plastik bekas tempat minuman, selokan, vas bunga, ketiak daun, ban rusak dan

kolam ikan yang tidak dipakai lagi dan tempat yang dapat menampung air biarpun

bekas kecil merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk. Di dalam rumah

seperti vas bunga, tempat pembuangan air di kulkas, bak mandi, drum, akuarium

ikan dan tempat yang mudah menakung air dan telah diabai tanpa dibersihkan

(Gunasegaran, 2012).

2.8 Pencegahan larva nyamuk

Masyarakat memiliki peran besar untuk menjaga kebersihan lingkungan,

menghilangkan tempat perkembangbiakan vektor dan juga meminimalkan kontak

manusia dengan vektor. Mobilisasi sosial untuk hasil ini adalah kunci untuk

penahanan dari wabah disebabkan nyamuk. Kegiatan ini perlu dilakukan pada

Page 20: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

18

tingkat (rumah tangga), individu dan juga pada tingkat kelembagaan seperti di

sekolah, universitas, rumah sakit dan perusahaan lainnya (Anggraeni, 2010).

Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus

(Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). PSN

merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular

berbagai penyakit seperti demam berdarah dengue, chikungunya, malaria,

filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembang biakannya. 3 M Plus adalah

tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:

1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak

mandi, tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum

burung.

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak

kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air

hujan.

3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang

dibuang sembarangan (bekas botol/gelas akua, plastik kresek, dll)

(Prissila, 2012).

2.9 Bawang Putih (Allium sativum) dan Bawang Merah (Allium cepa)

2.9.1 Bawang Putih (Allium sativum)

Bawang putih (Allium sativum) merupakan anggota Allium yang paling

populer. Bawang ini diduga merupakan keturunan bawang liar Allium longicurpis

Page 21: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

19

Regel, yang tumbuh di daerah Asia Tengah yang beriklim subtropis. Setelah

dibudidayakan (sativum = dibudidayakan), bawang putih menyebar ke daerah-

daerah di Laut Tengah dan akhirnya oleh pelaut-pelaut India dan China dibawa ke

Indonesia. Tidak diketahui dengan pasti kapan bawang ini untuk pertama kali

masuk ke Indonesia. Bawang putih (Allium sativum) tidak hanya terkenal sebagai

bumbu penyedap masakan tetapi juga sebagai obat yang mujarab (Wibowo,

2009).

2.9.2 Sejarah Tanaman Bawang Putih (Allim sativum)

Sejarah tentang bawang putih (Allium sativum) sudah berlangsung sekitar

3.000 tahun SM. Bawang putih (Allium sativum) mempunyai sejarah panjang

dalam penggunaannya sebagai obat. Aristoteles menguji bawang putih (Allium

sativum) pada tahun 335 SM untuk pengobatan. Bawang putih (Allium sativum)

telah digunakan oleh bangsa-bangsa Babilonia sebagai makanan sekaligus obat,

demikian pula bangsa Yunani dan orang Mesir Kuno. Orang-orang Yunani

menyebutnya sebagai obat penawar racun. Orang Yunani dan Romawi

menggunakannya untuk mengobati lepra dan asma, serta menghalau kalajengking.

Pada tahun 2700-1900 sebelum masehi bawang putih (Allium sativum) telah

digunakan oleh pekerja-pekerja bangunan piramid sebagai obat penangkal

penyakit dan rasa letih. Dalam catatan sejarah Mesir Kuno, para budak yang

membangun piramida Kheops sekitar 4.600 tahun yang lalu dianjurkan memakan

bawang putih (Allium sativum) agar tetap sehat, kuat dan memiliki daya tahan

tubuh luar biasa. Hipocrates yang hidup 460 tahun SM juga memuji bawang putih

(Allium sativum) sebagai obat yang manjur. Pada abad II, bangsa Roma

Page 22: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

20

menganggap bawang putih (Allium sativum) sebagai sumber kekuatan tubuh

sekaligus berkhasiat untuk mengatasi berbagai penyakit (Sumetriani, 2010).

2.9.3 Taksonomi Bawang Putih (Allium sativum)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Klas : Monocotyledonae

Bangsa : Liliales

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Species : Allium sativum (Sumetriani, 2013).

2.9.4 Morfologi Bawang Putih (Allium Sativum)

Bawang putih (Allium sativum) termasuk jenis tanaman umbi lapis.

Sebuah umbi bawang putih (Allium sativum) terdiri atas 8-20 siung (anak

bawang). Antara siung yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh kulit tipis dan

liat, sehingga membentuk satu kesatuan yang rapat. Akar bawang putih (Allium

sativum) berbentuk serabut dengan panjang maksimum 10 cm. Akar yang tumbuh

pada batang pokok rudimenter (tidak sempurna) berfungsi sebagai pengisap

makanan. Daunnya panjang, pipih dan tidak berlubang, banyaknya daun 7 – 10

helai pertanaman. Bentuk bunga bawang putih (Allium sativum) adalah bunga

majemuk dan dapat membentuk bawang (Rusdy, 2010).

Page 23: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

21

2.9.5 Manfaat Bawang Putih (Allium sativum)

Bawang putih (Allium sativum) kaya akan unsur-unsur senyawa kimia

yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Bawang putih (Allium sativum) memiliki

manfaat diantaranya zat antibiotika seperti germanium dan selenium yang

terkandung dalam umbi bawang putih (Allium sativum) tergolong mineral anti

kanker yang ampuh dan dapat menghambat dan memusnahkan sel-sel kanker. Zat

antitoksin yang terkandung dalam umbi bawang putih (Allium sativum) berfungsi

sebagai pembersih darah dari racun-racun bakteri atau polusi logam-logam berat

dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap penyakit asma (Samadi, 2000).

Banyak khasiat bawang putih (Allium sativum) bagi kesehatan manusia,

senyawa-senyawa yang terkandung dalam bawang putih (Allium sativum)

berfungsi sebagai sekelompok obat dan mengobati berbagai penyakit, bawang

putih (Allium sativum) yang dikonsumsi secara rutin dalam jangka waktu tertentu

dapat membantu menurunkan kadar kolesterol, terhindar dari kemungkinan

berpenyakit jantung, menyembuhkan tekanan darah tinggi, meringankan tukak

lambung, meningkatkan insulin darah bagi penderita diabetes, melumpuhkan

radikal bebas yang mengganggu sistem kekebalan tubuh, bermanfaat sebagai

penawar racun (detoxifier) yang melindungi tubuh dari berbagai macam penyakit,

membantu menambahkan nafsu makan apabila dimakan mentah dan menjaga

stamina tubuh (Wibowo, 2009).

Bawang putih (Allium sativum) juga untuk mengobati gigitan dan

sengatan serangga dan bahkan bawang putih (Allium sativum) mampu mengusir

Page 24: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

22

serangga. Dan bawang putih (Allium sativum) juga sebagai bahan anti nyamuk

(Roser, 2008).

2.9.6 Kandungan Kimia Bawang Putih (Allium sativum)

Bawang putih (Allium sativum) mengandung unsur-unsur senyawa kimia

yang bermanfaat misalnya minyak atsiri, alildisulfida dan allicin, manjur untuk

mengusir nyamuk. Bawang putih (Allium sativum) kaya akan fitokimia

antioksidan yang mencakup senyawa organosulfur dan flavonoid. Bawang putih

(Allium sativum) juga mengandung selenium, yang diperlukan untuk peroksidase

enzim antioksidan glutation dan bawang putih (Allium sativum) merupakan

merupakan senyawa organosulfur stabil. Allisin C6H10OS2 memiliki aktivitas

sebagai antibakteri. Allisin ini juga terkandung dalam bawang merah (Allium cepa

var.ascalonicum). Berbentuk cairan dengan bau yang khas bawang putih (Allium

sativum). Bawang putih (Allium sativum) mengandung 0,2% minyak atsiri yang

berwarna kuning kecoklatan, dengan komposisi utama adalah turunan asam amino

yang mengandung sulfur (aliin, 0,2-1%, dihitung terhadap bobot segar). Pada

proses destilasi atau pengirisan umbi, aliin berubah menjadi alisin. Kandungan

yang lain adalah alil sulfida dan alil propil disulfida, sejumlah kecil polisulfida,

alil divinil sulfida, alil vinil sulfoksida, dialiltrisulfida, adenosin. Bobot jenis

minyak atsiri bawang putih (Allium sativum) berkisar antara 1,046-1,057. allisin

adalah senyawa yang memberikan bau khas bawang putih (Allium sativum).

Bawang putih (Allium sativum) juga mengandung saponin, tuberholosida, dan

senyawa fosforus (0,41%) kandungan allisin bekerja dengan cara mengganggu

sintesis membran sel parasit sehingga parasit tidak dapat berkembang lebih lanjut

Page 25: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

23

dan allisin juga bekerja dengan merusak sulfhidril (SH) yang terdapat pada

protein (Muammar H.B, 2013).

2.9.7 Bawang Merah (Allium cepa)

Bawang merah (Allium cepa) merupakan sayuran umbi yang multiguna,

dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap masakan, disamping

sebagai obat tradisional karena efek antiseptik senyawa anilin dan alisin yang

dikandungnya (Rachmad dkk, 2012).

Bawang merah termasuk salah satu di antara tiga anggota Allium yang

paling populer dan mempunyai nilai ekonomi tinggi selain bawang putih dan

bawang bombay. Karenanya tidak heran jika bawang ini mempunyai banyak

nama panggilan. Nama ilmiah bawang merah Allium cepa atau Allium

ascalonicum (Wibowo, 2009).

2.9.8 Sejarah Bawang Merah (Alllium cepa)

Ternyata sejarah bawang merah (Allium cepa) juga sudah setua sejarah

bawang putih. Tampaknya, sejak zaman dulu bawang merah (Allium cepa) ini

menjadi andalan manusia, untuk pengobatan dan kesejahteraan. Tanaman ini

diduga berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu di sekitar India, Pakistan sampai

Palestina, dan bahkan daerah pegunungan Iran, Mesir, dan Turki. Meskipun pada

zaman perunggu atau sekitar 5.000 SM bawang merah (Allium cepa) mulai

disebut-sebut, tetapi tidak ada catatan resmi sejak kapan bawang merah (Allium

cepa) mulai dikenal dan digunakan. Diduga, bawang merah (Allium cepa) sudah

dikenal sejak 3.200-2.700 SM. Mesir Kuno, yang sejak zaman dahulu sudah

mengenal bawang putih (Allium sativum), ternyata juga mempunyai catatan

Page 26: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

24

sejarah paling kuno tentang bawang merah (Allium cepa). Di Mesir Kuno para

pekerja yang membangun piramid di Mesir diberikan rangsum bawang merah

(Allium cepa) untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Sekitar 3.400 tahun yang

lalu bawang merah (Allium cepa) mulai dikenal di Israel dan dikenal di Yunani

sekitar 4.000 tahun yang lalu. Bawang merah (Allium cepa) kemudian menyebar

ke Eropa Barat, Eropa Timur dan Spanyol. Bawang merah (Allium cepa) mulai

menyebar luas hingga daratan Asia Timur dan Tenggara. Penyebaran ini

nampaknya ada hubungannya dengan perburuan rempah-rempah oleh bangsa

Eropa ke wilayah Timur Jauh, yang kemudian berekor dengan pendudukan

kolonial di Indonesia (Wibowo, 2009).

2.9.9 Toksonomi Bawang Merah (Allium cepa)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae (Suku bawang-bawangan)

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa (Manihuruk, 2007).

2.9.10 Morfologi Bawang Merah (Allium cepa)

Bawang merah (Allium cepa) merupakan tanaman semusim berbentuk

rumput yang tegak dengan tinggi dapat mencapai 15-50 cm dan membentuk

rumpun. Akar berbentuk akar serabut yang tidak panjang. Akar bawang merah

Page 27: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

25

(Allium cepa) terdiri dari akar adventif, akar muda, bulu akar, dan akar pokok.

Akar bawang merah (Allium cepa) dapat mecapai kedalaman 15-20 cm. Diameter

akar bervariasi antara 1,5 mm- 2mm. Akar cabang bawang merah (Allium cepa)

tumbuh berbentuk antara 3-5. Tanaman bawang memiliki batang sejati atau

disebut “discus” yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat

melekatnya perkaratan dan mata tunas (titik tumbuh). Dibagian atas atau discus

terbentuk batang semu tersusun dari pelepah-pelepah daun. Batang semu yang

berada didalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis

(bulbus). Bentuk daun bawang merah (Allium cepa) bulat kecil dan memanjang

seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang

melintang daun. Bagian ujung daun meruncing, sedang bagian bawahnya melebar

membengkak. Daun berwarna hijau Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman

(titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200

kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah-olah berbentuk panjang.

Tiap kuntum bunga terdiri antara 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih.

Sebagai bunga sempurna (hermaprodit) bawang merah dapat menyerbuk sendiri

ataupun silang dengan bantuan serangga dan tangan manusia. Buah berbentuk

bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji dengan berjumlah 3 - 3 butir,

bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi

setelah tua menjadi hitam. Biji - biji berwarna merah dapat digunakan sebagai

bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Manihuruk, 2007).

Page 28: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

26

2.9.11 Manfaat Bawang Merah (Allium cepa)

Dewasa ini kesehatan dalam tubuh sangat penting, karena kesehatan

tidak lagi mendekati, sebaliknya penyakit yang datang menggerogoti tubuh seperti

halnya polusi. Kini bawang merah (Allium cepa) memberikan solusi yang

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai obat kesehatan.

Adapun fungsi dari bawang merah (Allium cepa) yaitu membantu mengatasi batuk

(dahak), menurunkan suhu tubuh, mengobati kencing manis (Diabetes Mellitus),

dapat menurunkan kadar kolesterol, memacu enzim pencernaan, peluruh haid, dan

peluruh air seni. Ekstrak dari umbi bawang merah (Allium cepa) juga bisa

digunakan untuk fungisida, insektisida dan nematisida (Rachmad dkk, 2012).

2.9.12 Kandungan Kimia Bawang Merah (Allium cepa)

Bawang merah mengandung minyak atsiri, sikloalin, metilaliin,

dihidroaliin, flavonglikosida, vitamin, zat pati, fitohormon berupa auksin dan

giberelin (Muswita, 2011).

Berdasarkan kandungannya, bawang merah (Allium cepa) mengandung

minyak atsiri yang mudah menguap saat umbinya dikupas dan dipotong. Minyak

atsiri tersebut berada dalam kandungan air bawang. Dari 100 gram umbi Allium

cepa yang diteliti, sekitar 80 persen kandungannya adalah air. Kandungan lainnya

yaitu karbohidrat atau zat pati sebesar 9,2% dan gula 10%, serta selebihnya adalah

vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung dalam bawang merah (Allium

cepa) antara lain, vitamin B1, B2, dan C. Sementara mineral yang ada dalam

bawang merah (Allium cepa) seperti kalium, zat besi, dan fosfor. Bawang merah

(Allium cepa) dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan

Page 29: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

27

senyawa alliin. Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi

asam piruvat, amonia, dan alliisin sebagai anti mikroba yang bersifat bakterisida

(Manihuruk, 2007).

Page 30: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Eksperimental dengan Rancangan True

Experimental–Posttest Only Control Group Design (Notoatmodjo, 2010).

..

Perlakuan Posttest

R (Kelompok Eksperimen)

R (Kelompok Kontrol)

Keterangan :

R = Randomisasi (Randomizations)

X = Perlakuan atau eksperimen

02 = Pengukuran kedua (Posttest)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh, pada tanggal 18-19 Agustus

2014.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah larva nyamuk yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi yang didapat dari lingkungan rumah penulis di Desa Krueng

X 02

02

Page 31: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

29

Tinggai Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah larva nyamuk yang dapat bergerak aktif.

3.3.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva nyamuk yang

dapat bergerak aktif. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 240 larva nyamuk. Sampel larva nyamuk tersebut harus memenuhi

kriteria inklusi.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Independen

Variabel independen penelitian ini adalah bawang putih (Allium sativum)

dan bawang merah (Allium cepa) dengan berbagai konsentrasi nya.

3.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian ini adalah kecepatan kematian larva

nyamuk yang mati oleh pemberian konsentrasi bawang putih (Allium sativum) dan

bawang merah (Allium cepa).

3.5 Rancangan Percobaan

Pada percobaan ini akan dibuat pengenceran larutan bawang putih

(Allium sativum) dan pengenceran larutan bawang merah (Allium capa) dengan

konsentrasi 0% (sebagai kontrol) 5%, 25%, dan 50%, dimana pada tiap

konsentrasi dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Pada tiap-tiap konsentrasi

larutan bawang putih (Allium sativum) dan larutan bawang merah (Allium cepa)

dimasukkan larva nyamuk sebanyak 10 ekor. Diamkan selama 24 jam kemudian

Page 32: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

30

diamati jumlah larva yang mati pada tiap konsentrasi. Hasil yang didapatkan

ditulis dalam bentuk tabel.

Tabel 3.1 Rancangan pengulangan terhadap jumlah larva pada percobaan

Pengulangan

Jumlah larva yang mati pada percobaan (ekor)

0% 5% 25% 50%

1 X1-0 X1-5 X1-25 X1-50

2 X2-0 X2-5 X2-25 X2-50

3 X3-0 X3-5 X3-25 X3-50

Keterangan : X1-0 = Jumlah larva pada pengulangan pertama pada konsentrasi

0% dan seterusnya.

X1-5 = Jumlah larva pada pengulangan pertama pada konsentrasi

5% dan seterusnya.

X1-25 = Jumlah larva pada pengulangan pertama pada konsentrasi

25% dan seterusnya.

X1-50 = Jumlah larva pada pengulangan pertama pada konsentrasi

50% dan seterusnya.

Konsentarsi 0% = 0 ml larutan bawang putih/bawang merah + 100 ml air.

Konsentrasi 5% = 5 ml larutan bawang putih/bawang merah + 95 ml air.

Konsentrasi 25% = 25 ml larutan bawang putih/bawang merah + 75 ml air.

Konsentrasi 50% = 50 ml larutan bawang putih/bawang merah + 50 ml air.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

3.6.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Gelas ukur 250 ml

2. Gelas ukur 100 ml

3. Gelas plastik

Page 33: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

31

4. Kain kasa

5. Blender

6. Batang pengaduk

7. Pipet plastik

3.6.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Bawang putih (Allium sativum)

2. Bawang merah (Allium cepa)

3. Aquades

4. Alkohol 75%

5. Air

6. Larva nyamuk

3.7 Cara Kerja

1. Pertama bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium cepa)

masing-masing dikupas kulitnya, dicuci dengan air mengalir dan

kemudian dibilas dengan aquades sampai bersih.

2. Selanjutnya bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium

cepa) diiris-iris.

3. Kemudian bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium

cepa) tersebut masing-masing dihaluskan dengan menggunakan blender.

4. Setelah halus bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium

cepa) diperas dengan menggunakan kain kasa bersih untuk mendapatkan

Page 34: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

32

sari bawang putih (Allium sativum) dengan konsentrasi 100% dan bawang

merah (Allium cepa) dengan konsentrasi 100%.

5. Kemudian sari bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium

cepa) dengan konsentrasi 100% tersebut masing-masing diencerkan

dengan air untuk mendapatkan larutan konsentrasi 0%, 5%, 25%, dan

50%. Pada konsentrasi 0% (sebagai kontrol) dibuat hanya dengan

dimasukkan 100 ml air tanpa larutan bawang putih (Allium sativum) dan

bawang merah (Allium cepa), konsentrasi 5% dibuat dengan cara 5 ml

larutan bawang ditambah ditambah 95 ml air, konsentrasi 25% dibuat

dengan cara 25 ml larutan bawang ditambah 75 ml air, dan konsentrasi

50% dibuat dengan cara 50 ml larutan bawang ditambah 50 ml air.

6. Larva nyamuk yang sudah di dapat kemudian dimasukkan dalam gelas

plastik yang masing-masing sudah berisi larutan bawang putih (Allium

sativum) dan bawang merah (Allium cepa) dengan berbagai konsentrasi.

7. Masing-masing gelas plastik diisi dengan 10 ekor larva nyamuk dengan

menggunakan pipet plastik.

8. Gelas plastik yang sudah berisi larva nyamuk tersebut kemudian ditutup

dengan kain kasa dan dibiarkan selama 24 jam.

9. Setelah 24 jam larva nyamuk tersebut diamati pada konsentrasi berapa

larva nyamuk tersebut dapat mati secara efektif.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer

meliputi pengujian variasi konsentrasi larutan bawang putih (Allium sativum) dan

Page 35: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

33

bawang merah (Allium cepa) terhadap jumlah kematian larva nyamuk. Data yang

diperoleh disusun dalam bentuk tabel, kemudian dianalisa dengan cara

menghitung berapa banyak jumlah larva yang mati dalam konsentrasi tertentu.

3.9 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini di analisis dengan

menggunakan rumus persentase dari Arikunto (2010), yaitu :

P = 𝑓

𝑁 × 100%

Keterangan :

P = Persentase

f = Frekuensi

N = Jumlah sampel

100% = Bilangan tetap

Ketentuan efektif pada penelitian ini adalah apabila larva mati diatas 75%

(Sulityoningsih, 2009).

Page 36: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

34

Skema Alur Penelitian

Gambar 3.1 Skema penelitian konsentrasi larutan bawang putih (Allium sativum)

dan bawang merah (Allium cepa)

Larva Nyamuk

10

Larva

10

Larva

Kelompok Perlakuan (larutan

bawang putih/larutan bawang)

merah)

Kelompok Kontrol (air)

25% 5% 0% 50%

10

Larva

10

Larva

Diamkan selama 24 jam

Amati banyaknya larva yang mati

Analisis Data

Page 37: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

35

Penjelasan Skema Alur Penelitian:

Pada penelitian ini larva nyamuk secara garis besar dibagi menjadi

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, kelompok kontrol (air) adalah

kelompok yang dijadikan pembanding dengan kelompok perlakuan yang

menggunakan larutan bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium

cepa). Kemudian dari kelompok kontrol (air) hanya menggunakan konsentrasi 0%

sedangkan pada kelompok perlakuan larutan bawang putih (Allium sativum) dan

bawang merah (Allium cepa) menggunakan konsentrasi 5%, 25% dan 50%. Setiap

konsentrasi baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan masing-

masing dimasukkan 10 larva nyamuk yang kemudian larva nyamuk dalam

konsentrsi tersebut didiamkan selama 24 jam, setelah 24 jam lalu diamati

banyaknya jumlah larva yang mati pada tiap-tiap konsentrasi.

Page 38: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) dan Bawang Merah (Allium

cepa) Dalam Membunuh Larva Nyamuk

Penelitian efektivitas bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah

(Allium cepa) dalam membunuh larva nyamuk ini masing-masing dilakukan

dengan menggunakan 4 konsentrasi yaitu, 0% (sebagai kelompok kontrol), 5%,

25%, dan 50% (sebagai kelompok perlakuan). Pada penelitian ini dilakukan

pengulangan sebanyak 3 kali, dan setiap pengulangan dimasukkan 10 larva

nyamuk yang kemudian didiamkan selama 24 jam.

Larva nyamuk untuk penelitian didapat dari lingkungan rumah penulis di

Desa Krueng Tinggai Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat yang setelah

didapatkan dimasukkan kedalam wadah yang ditutup dengan kain kasa dan

dibawa ke tempat penelitian di kampus Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar. Pembuatan larutan bawang putih (Allium sativum) dan

bawang merah (Allium cepa) juga dibuat oleh penulis dirumah yang kemudian

dimasukkan kedalam botol dan juga dibawa ke tempat penelitian di kampus

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar. Kegiatan perlarutan

bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium cepa) dimulai pada

jam 12:30 WIB, 12 gelas plastik dimasukkan larutan bawang putih (Allium

sativum) dan 12 gelas plastik dimasukkan larutan bawang merah (Allium cepa)

masing-masing sesuai dengan ketentuan konsentrasi yang telah ditetapkan, setelah

Page 39: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

37

semua gelas plastik (12 gelas plastik untuk larutan bawang putih dan 12 gelas

plastik untuk larutan bawang merah) terisi larutan kemudian dimasukkan 10 larva

nyamuk tiap gelasnya. Larva nyamuk dimasukkan kedalam gelas dengan

menggunakan pipet plastik, setelah semua gelas plastik terisi larva nyamuk

kemudian permukaan gelas ditutup dengan menggunakan kain kasa.

Tabel 4.1 : Jam dimasukkan larva ke dalam larutan bawang putih (Allium

sativum) dan bawang merah (Allium cepa)

Larutan Konsentrasi Pengulangan Jam dimasukkan larva

nyamuk kedalam larutan

Bawang

putih

(Allium

sativum)

0%

X1 13 : 00 WIB

X2 13 : 05 WIB

X3 13 : 11 WIB

5%

X1 13 : 13 WIB

X2 13 : 15 WIB

X3 13 : 18 WIB

25%

X1 13 : 21 WIB

X2 13 : 25 WIB

X3 13 : 27 WIB

50%

X1 13 : 30 WIB

X2 13 : 32 WIB

X3 13 : 35 WIB

0%

X1 13 : 40 WIB

X2 13 : 43 WIB

X3 13 : 46 WIB

Page 40: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

38

Bawang

merah

(Allium

cepa)

5%

X1 13 : 48 WIB

X2 13 : 50 WIB

X3 13 : 52 WIB

25%

X1 13 : 54 WIB

X2 13 : 58 WIB

X3 14 : 01 WIB

50%

X1 14 : 05 WIB

X2 14 : 07 WIB

X3 14 : 10 WIB

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1 Efektivitas Bawang Putih (Allium sativum) Dalam Membunuh Larva

Nyamuk

Tabel 4.2 : Efektivitas larutan bawang putih (Allium sativum) pada masing-

masing konsentrasi setelah 24 jam perlakuan

Larutan

Konsent

rasi

(%)

Jumlah

larva

uji

Jumlah larva yang mati pada tiap

pengulangan Rata

-rata

Total

Persentas

e (%) X1 % X2 % X3 %

Bawang

putih

(Allium

sativum)

0% 10 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

5% 10 10 100% 10 100% 10 100% 10 100%

25% 10 10 100% 10 100% 10 100% 10 100%

50% 10 10 100% 10 100% 10 100% 10 100%

Page 41: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

39

Keterangan :

1. Konsentrasi 0% (sebagai kelompok kontrol)

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi

0% (sebagai kelompok kontrol) larutan bawang putih (Allium sativum)

tidak ditemukan adanya kematian larva pada semua pengulangan.

Pengulangan pertama (X1) pada konsentrasi 0% jumlah larva yang

mati 0 (0%), pada pengulangan kedua (X2) jumlah larva yang mati 0

(0%) dan pada pengulangan ketiga (X3) jumlah larva yang mati juga 0

(0%). Kelompok kontrol larva coba hanya diberi air. Hal tersebut

dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan larva mati disebabkan

oleh air yang digunakan dalam penelitian tersebut. Pada hasil

didapatkan tidak terdapat larva coba yang mati sehingga air yang

digunakan dalam penelitian tersebut tidak memiliki efektivitas

terhadap larva nyamuk.

2. Konsentrasi 5%

Pada kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberikan larutan

bawang putih (Allium sativum) pada konsentrasi 5% telah mampu

membunuh keseluruhan larva nyamuk pada semua pengulangan. Pada

pengulangan pertama (X1) jumlah larva yang mati 10 (100%), pada

pengulangan kedua (X2) jumlah larva yang mati 10 (100%) dan

begitupula pada pengulangan ketiga (X3) jumlah larva yang mati 10

(100%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada larutan bawang putih

Page 42: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

40

(Allium sativum) dengan konsentrasi terendah 5% sudah dapat

membunuh larva nyamuk secara efektif.

3. Konsentrasi 25%

Pada kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberikan larutan

bawang putih (Allium sativum) pada konsentrasi 25% juga mampu

membunuh keseluruhan larva nyamuk pada semua pengulangan. Pada

pengulangan pertama (X1) jumlah larva yang mati 10 (100%), pada

pengulangan kedua (X2) jumlah larva yang mati 10 (100%) dan

begitupula pada pengulangan ketiga (X3) jumlah larva yang mati 10

(100%).

4. Konsentrasi 50%

Pada kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberikan larutan

bawang putih (Allium sativum) pada konsentrasi 50% mampu

membunuh keseluruhan larva nyamuk pada semua pengulangan. Pada

pengulangan pertama (X1) jumlah larva yang mati 10 (100%), pada

pengulangan kedua (X2) jumlah larva yang mati 10 (100%) dan

begitupula pada pengulangan ketiga (X3) jumlah larva yang mati 10

(100%).

Muammar H.B (2013) menyebutkan bahwa bawang putih (Allium

sativum) termasuk kedalam keluarga liliacea, mengandung unsur-unsur senyawa

kimia misalnya minyak atsiri, alildisulfida dan allicin yang bisa membunuh larva

nyamuk dan mengusir nyamuk. Bawang putih (Allium sativum) kaya akan

fitokimia antioksidan yang mencakup senyawa organosulfur dan flavonoid. Allicin

Page 43: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

41

memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Allicin ini juga terkandung dalam bawang

merah (Allium cepa var.ascalonicum) berbentuk cairan dengan bau yang khas

bawang putih (Allium sativum). Kandungan allicin bekerja dengan cara

mengganggu sintesis membran sel parasit sehingga parasit tidak dapat

berkembang lebih lanjut dan allicin juga bekerja dan merusak sulfhidril (SH) yang

terdapat pada protein.

Diduga struktur membran sel larva terdiri dari protein dengan sulfhidril

(SH) allicin akan merusak membran sel larva sehingga terjadi lisis. Toksisitas

allicin tidak berpengaruh pada sel mamalia karena sel mamalia memiliki

glutathione yang dapat melindungi sel mamalia dari efek allicin.

Berdasarkan

mekanisme tersebut maka allicin dapat menghambat perkembangan larva stadium

3 menjadi larva stadium 4 atau larva stadium 4 tidak akan berubah menjadi pupa

dan akhirnya mati karena membran selnya telah dirusak. Garlic oil bekerja

dengan mengubah tegangan permukaan air sehingga larva mengalami kesulitan

untuk mengambil udara dari permukaan air. Hal ini diduga menyebabkan larva

tidak mendapat cukup oksigen untuk pertumbuhannya sehingga menyebabkan

kematian larva (Agnetha, 2012).

Kandungan dari bawang putih lain yang diduga berperan dalam kematian

larva adalah flavonoid. Efek flavonoid terhadap organisme bermacam-macam

salah satu diantaranya sebagai inhibitor pernafasan. Flavonoid apabila terabsorbsi

dan masuk kedalam rongga badan secara berlebihan, maka vasokontriksi pada

rongga badan menjadi rusak dan hemolinfe tidak dapat didistribusi secara

Page 44: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

42

sempurna. Kerusakan pada pernafasan dan rongga badan pada akhirnya

menyebabkan kematian (Muammar H.B, 2013).

Berdasarkan pendapat Muammar H.B (2013) dan Agnetha (2012) serta

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

bawang putih (Allium sativum) mengandung senyawa kimia allicin dan diallil

sulfide yang berperan penting sebagai anti mikroba dan anti parasit sehingga dapat

membunuh larva nyamuk.

Jadi, kandungan senyawa kimia tersebutlah yang membuat bawang putih

(Allium sativum) efektif dalam membunuh larva nyamuk. Semua konsentrasi pada

kelompok perlakuan larutan bawang putih (Allium sativum) efektif membunuh

larva nyamuk. Bahkan pada konsentrasi terendah 5% menjadi konsentrasi yang

sangat efektif karena mampu membunuh larva nyamuk mencapai 100% sama

dengan pada konsentrasi 25% dan konsentrasi 50%.

Page 45: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

43

4.2.2 Efektivitas Bawang Merah (Allium cepa) Dalam Membunuh Larva

Nyamuk

Tabel 4.3 : Efektivitas larutan bawang merah (Allium cepa) pada masing-

masing konsentrasi setelah 24 jam perlakuan.

Larutan

Konse

ntrasi

(%)

Jumlah

larva

uji

Jumlah larva yang mati pada tiap

pengulangan Rata

-rata

Persentase

(%)

X1 % X2 % X3 %

Bawang

merah

(Allium

cepa

var.ascalo

nicum)

0% 10 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

5% 10 9 90% 9 90% 7 70% 8,33 83,3%

25% 10 10 100% 10 100% 10 100% 10 100%

50% 10 10 100% 10 100% 10 100% 10 100%

Keterangan :

1. Konsentrasi 0% (sebagai kelompok kontrol)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi

0% (sebagai kelompok kontrol) larutan bawang merah (Allium cepa)

tidak ditemukan adanya kematian larva pada semua pengulangan.

Pengulangan pertama (X1) pada konsentrasi 0% jumlah larva yang

mati 0 (0%), pada pengulangan kedua (X2) jumlah larva yang mati 0

(0%) dan pada pengulangan ketiga (X3) jumlah larva yang mati juga

0 (0%). Kelompok kontrol larva coba hanya diberi air. Hal tersebut

dilakukan sama seperti pada kelompok kontrol larutan bawang putih

(Allium sativum) untuk menyingkirkan kemungkinan larva mati

disebabkan oleh air yang digunakan dalam penelitian tersebut. Pada

Page 46: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

44

hasil didapatkan tidak terdapat larva coba yang mati sehingga air

yang digunakan dalam penelitian tersebut tidak memiliki efektivitas

terhadap larva nyamuk.

2. Konsentrasi 5%

Pada kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberikan larutan

bawang merah (Allium cepa) pada konsentrasi 5% mampu

membunuh larva nyamuk yaitu pada pengulangan pertama (X1)

jumlah larva yang mati 9 (90%), pada pengulangan kedua (X2)

jumlah larva yang mati 9 (90%) dan pada pengulangan ketiga (X3)

jumlah larva yang mati 7 (70%).

3. Konsentrasi 25%

Pada kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberikan larutan

bawang merah (Allium cepa) pada konsentrasi 25% telah mampu

membunuh keseluruhan larva nyamuk pada semua pengulangan.

Pada pengulangan pertama (X1) jumlah larva yang mati 10 (100%),

pada pengulangan kedua (X2) jumlah larva yang mati 10 (100%) dan

begitupula pada pengulangan ketiga (X3) jumlah larva yang mati 10

(100%).

4. Konsentrasi 50%

Pada kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberikan larutan

bawang merah (Allium cepa) pada konsentrasi 50% juga mampu

membunuh keseluruhan larva nyamuk pada semua pengulangan.

Pada pengulangan pertama (X1) jumlah larva yang mati 10 (100%),

Page 47: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

45

pada pengulangan kedua (X2) jumlah larva yang mati 10 (100%) dan

begitupula pada pengulangan ketiga (X3) jumlah larva yang mati 10

(100%).

Ekstrak umbi bawang merah (Allium cepa) juga dapat digunakan untuk

fungisida, insektisida dan nematisida (Mandiri, 2010).

Muswita (2011) menyatakan bawang merah (Allium cepa) mengandung

minyak atsiri, sikloalin, metilaliin, dihidroaliin, flavonglikosida, vitamin, zat pati,

fitohormon berupa auksin dan giberalin.

Lestari (2013) menyebutkan bahwa berdasarkan kandungannya bawang

merah (Allium cepa) mengandung minyak atsiri yang mudah menguap saat

umbinya dikupas dan dipotong. Minyak atsiri tersebut berada dalam kandungan

air bawang. Bawang merah juga mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin.

Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat,

amonia, dan alliisin sebagai anti mikroba yang bersifat bakterisida. Hal

tersebutlah yang membuat larutan bawang merah (Allium cepa) efektif dalam

membunuh larva nyamuk.

Bawang merah (Allium cepa) efektif dalam membunuh larva nyamuk,

semua konsentrasi larutan bawang merah (Allium cepa) mampu membunuh larva

nyamuk di atas 75%, dan untuk konsentrasi 25% dan 50% bahkan mampu

membunuh larva nyamuk dengan 100%. Dan konsentrasi yang sangat efektif

adalah konsentrasi 25% karena konsentrasi 25% merupakan konsentrasi terendah

yang mampu membunuh larva sebesar 100%.

Page 48: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

46

Jadi, berdasarkan literatur diatas dan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa larva nyamuk dapat efektif mati pada semua konsentrasi

karena bawang merah (Allium cepa) mengandung minyak atsiri, senyawa alliin,

enzim alliinase, asam piruvat, amonia, dan alliisin.

4.3 Perbedaan Konsentrasi Larutan Bawang Putih (Allium sativum) dan

Bawang Merah (Allium cepa) Dalam Membunuh Larva Nyamuk

Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan efektivitas antara larutan

bawang putih (Allium sativum) dan bawang merah (Allium cepa) pada konsentrasi

5% dalam membunuh larva nyamuk. Pada konsentrasi 5% larutan bawang putih

(Allium sativum) mampu mencapai 100% sedangkan pada konsentrasi 5% larutan

bawang merah (Allium cepa) hanya mampu mencapai 83,3%. Hal ini karena

kandungan zat kimia aktif bawang putih (Allium sativum) sebagai larvasida lebih

lengkap dibandingkan pada bawang merah (Allium cepa). Berdasarkan beberapa

literatur menyebutkan kandungan zat kimia aktif pada bawang putih (Allium

sativum) yang berperan sebagai zat pembunuh larva nyamuk yaitu Allicin, minyak

atsiri dan flavonoid. Sedangkan pada bawang merah (Allium cepa) hanya terkenal

dengan zat Allicin dan minyak atsiri. Jadi bawang putih (Allium sativum) memiliki

daya efektivitas lebih tinggi dibandingkan dengan bawang merah (Allium cepa).

Dalam penelitian ini masih banyak terdapat keterbatasan dari penelitian

yang perlu disempurnakan pada penelitian-penelitian berikutnya misalnya dengan

menggunakan ekstrak serbuk dengan menggunakan rumus pengenceran,

kemudian menggunakan konsentrasi yang lebih rendah dengan pengamatn per

jam, sehingga hasil penelitian yang didapatkan lebih sempurna, dan pembahasan

Page 49: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

47

dari penelitian pun akan lebih lengkap. Dari penelitian efektivitas bawang putih

(Allium sativum) dan bawang merah (Allium cepa) ini diharapkan menjadi

langkah awal untuk penelitian-penelitian selanjutnya dan terus dikembangkan

sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak dan dapat meningkatkan

derajat kesehatan masyrakat yang setinggi-tingginya.

Page 50: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Efektivitas larutan bawang putih (Allium sativum) dalam membunuh

larva nyamuk pada konsentrasi 5% dapat membunuh larva rata-rata

sebesar 10 (30) larva (100%), konsentrasi 25% dapat membunuh larva

rata-rata sebesar 10 (30) larva (100%), dan konsentrasi 50% juga dapat

membunuh larva rata-rata 10 (30) larva (100%).

2. Semua konsentrasi perlakuan larutan bawang putih (Allium sativum)

efektif dalam membunuh larva nyamuk dan konsentrasi yang sangat

efektif adalah konsentrasi 5% karena merupakan konsentrasi terendah

dan mampu membunuh larva nyamuk sebesar 100%.

3. Efektivitas larutan bawang merah (Allium cepa) dalam membunuh larva

nyamuk pada konsentrasi 5% dapat membunuh larva rata-rata sebesar

8,33 (25) larva (83,3%), konsentrasi 25% dapat membunuh larva rata-

rata sebesar 10 (30) larva (100%) dan pada konsentrasi 50% dapat

membunuh larva rata-rata 10 (30) larva (100%).

4. Semua konsentrasi larutan bawang merah (Allium cepa) efektif dalam

membunuh larva nyamuk, dan yang paling efektif adalah konsentrasi

25% karena konsentrasi rendah dan mampu membunuh larva nyamuk

sebesar 100%.

Page 51: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

49

5.2 Saran

1. Disarankan bagi masyarakat untuk menggunakan larutan bawang putih

(Allium sativum) dan larutan bawang merah (Allium cepa) sebagai

alternatif larvasida yang ramah lingkungan untuk mencegah penyakit-

penyakit akibat nyamuk.

2. Bagi pemerintah, larutan bawang putih (Allium sativum) dan larutan

bawang merah (Allium cepa) dapat digunakan sebagai pengganti

larvasida sintetis untuk mengendalikan nyamuk agar kasus-kasus

penyakit akibat nyamuk bisa menurun.

3. Bagi peneliti lain, diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai penggunaan larutan bawang putih (Allium sativum) dan

bawang merah (Allium cepa) untuk memberantas larva nyamuk

dilapangan dan dapat menentukan dosis yang tepat dilapangan.

4. Pada penelitian selanjutnya juga disarankan melakukan penelitian

dengan pengamatan per jam dan dengan konsentrasi yang lebih rendah

lagi.

Page 52: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

50

DAFTAR PUSTAKA

Agnetha, A. Y., 2012. Efek Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Sebagai

Larvasida Nyamuk Aedes Sp. Skripsi. Malang : Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya.

Anggraeni, D. S., 2010. Stop Demam Berdarah Dengue. Bogor : Cita Insan

Madani.

Anggraini, A., Hamidah, Moehammadi, N., 2013. Uji Efektivitas Ekstrak Daun

Jeruk Purut (Citrus hystrix D.S) dan Daun Jeruk Kalamondin

(Citrus mitis blanco) sebagai Biolarvasida terhadap Kematian Larva

Instar III Nyamuk Aedes Aegypti L. Skripsi. Surabaya : Fakultas Sains

dan Teknologi, Universitas Airlangga.

Aradilla, A. S., 2009. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba

(Azadirachta indica) Terhadap Larva Aedes Aegypti. Skripsi.

Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Chandra, B., 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : ECG.

Damanik, D. D., 2012. Tempat Perindukan yang Paling disenangi Nyamuk

Aedes Aegypti Berdasarkan Jenis Sumber Air. Skripsi. Medan :

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Gunasegaran, L., 2012. Jenis-Jenis Larva Nyamuk di Kelurahan Baru –

Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. Karya Tulis Ilmiah.

Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Islamiyah, M., Leksono, A. S., Gama, Z. P., 2013. Distribusi dan Komposisi

Nyamuk di Wilayah Mojokerto. Jurnal Biotropika, Edisi 1, No 2.

Malang : Laboratorium Ekologi dan Diversitas Hewan Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Brawijaya.

Lailatul, L., Kadarohman, A., Eko, R., 2010. Efektivitas Biolarvasida Ekstrak

Etanol Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi

(Vetiveriazizanoides) terhadap Larva Nyamuk Aedes Aegypti, Culex

sp, Anopheles Sundaicus. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, Vol 1, No

1, Hal 59-65. Bandung : Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Pendidikan

Indonesia.

Page 53: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

51

Manihuruk, G., 2007. Uji efektivitas Pestisida Nabati untuk Mengendalikan

Penyakit Bercak Ungu (Alternaria Porri Ell.Cif) pada Bawang

Merah (Allium ascalonicum L) di lapangan. Skripsi. Medan :

Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta

: Media Aesculapius.

Muammar H.B, 2013. Uji Potensi Ekstrak Bawang Putih (Allium sativa)

sebagai Insektisida Nyamuk Culex.sp dengan Metode Elektrik. Tugas Akhir. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Muswita, 2011. Pengaruh Konsentrasi Bawang Merah (Allium cepa L.)

Terhadap Pertumbuhan Setek Gaharu (Aquilaria malaccencis

Oken). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, Volume 13, No. 1,

Hal. 15-20. ISSN 0852-8349. Jambi : Program Studi Pendidikan Biologi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi Pinang

Masak, Mendalo Darat.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Parida S, S., 2012. Hubungan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti dan

Pelaksanaan 3M Plus dengan Kejadian Penyakit DBD di

Lingkungan XVIII Kelurahan Binjai Kota Medan Tahun 2012. Skripsi. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012.

Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2012.

Profil Dinas Kesehatan Aceh Barat Tahun 2013.

Rusdy, A., 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih Terhadap

Mortalitas Keong Mas. J. Floratek 5 : 172-180. Banda Aceh : Jurusan

Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unsyiah.

Rachmad, Suryani, S., Gareso, P. L., 2012. Penentuan Efektivitas Bawang

Merah dan Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa var.ascalonicum)

dalam Menurunkan Suhu Badan. Jurnal Sains dan Teknologi Fisika.

Makasar : Program Studi Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA

UNHAS.

Page 54: EFEKTIVITAS BAWANG PUTIH (Allium sativum) DAN BAWANG …

52

Roser, D., 2008. Bawang Putih Untuk Kesehatan (Terjemahan Dr. Djaja Surya

Atmadja). Jakarta : Bumi Aksara.

Satari, I., Meiliasari, M., 2004. Demam Berdarah perwatan dirumah & rumah

sakit + menu. Jakarta : Puspa Swara.

Sulistyoningsih, D., Santosa, B., Sumanto, D., 2009. Efektivitas Larutan

Bawang Putih dalam Membunuh Larva Nyamuk Aedes Aegypti.

Jurnal Kesehatan, Volume 2, No. 2. Semarang : Universitas

Muhammadiyah.

Sumetriani, M., 2010. Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum

Linn) untuk Menghambat Pertumbuhan Jamur Lagenidium SP.

Penyebab Penyakit pada Abalone (Holiotis asinina). Tesis. Denpasar :

Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Samadi, B., 2000. Usaha Tani Bawang Putih. Yogyakarta : Kanisius.

Wibowo, S., 2009. Budi Daya Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang

Bombay. Jakarta : Penebar Swadaya.

Widoyono, 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi penularan &

pemberantasannya. Semarang : Erlangga.