Upload
wait-rezpector
View
117
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referensi
Citation preview
1
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Oleh : Rita Dwi Lindawati, SE
Widyaiswara Muda
Abstraksi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan komunikasi baik dengan diri sendiri maupun
dengan orang lain. Komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain secara tatap muka atau
dalam kelompok, dalam ilmu komunikasi di sebut komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar
pribadi, dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di kantor atau di
masyarakat. Tidak selamanya komunikasi antar pribadi yang kita lakukan akan berhasil dengan
memuaskan. Kadang-kadang komunikasi antar pribadi yang kita lakukan gagal, dan
menimbulkan kesalahpahaman bahkan pertengkaran. Dengan kata lain komunikasi yang kita
lakukan tidak efektif. Untuk mencapai keefektifan komunikasi antar pribadi, menurut Devito
(1997), dapat dicapai melalui dimensi-dimensi penting. Devito (1997) menambahkan ada tiga
sudut pandang untuk memaknai dimensi efektifitas komunikasi antar pribadi, salah satunya
adalah sudut pandang humanistik. Menurut sudut pandang humanistik, melalui dimensi
keterbukaan, dimensi empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan, keefektifan
komunikasi antar pribadi dapat tercipta. Kefektifan komunikasi antar pribadi akan menghasilkan
hubungan yang memuaskan pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam suatu organisasi,
hubungan yang memuaskan antar anggota organisasi akan mendukung kemajuan dan
keberhasilan profesional dari para anggota organisasi tersebut.
2
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Pendahuluan
Salah satu hal yang tidak dapat kita hindari dalam hidup ini adalah komunikasi. Komunikasi
bagaikan udara untuk bernapas. Mengapa demikian? Karena komunikasi merupakan hal
penting dan selalu kita butuhkan. Bahkan para ahli komunikasi pun mengaminkan pernyataan
ini. Watzlawick, Beavin, dan Jackson (Nina W Syam, 2011) mengatakan We can not not
communicate, maksudnya kita tidak dapat tidak berkomunikasi.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melakukan komunikasi dengan diri sendiri, yang
dalam ilmu komunikasi dikenal sebagai istilah komunikasi intrapersonal. Kita juga
berkomunikasi dengan orang lain baik secara tatap muka langsung maupun dalam kelompok,
dengan menggunakan berbagai media, yang disebut komunikasi interpersonal (interpersonal
communication) (Devito,2007).
Dalam berkomunikasi dengan orang lain sering kita mengalami kesalahpahaman.
Bahkan kesalahpahaman itu kadang meruncing menjadi pertengkaran dan keretakkan
hubungan. Ketidakberhasilan komunikasi ini dalam ilmu komunikasi disebut komunikasi yang
berlangsung tidak efektif. Ketidakefektifan komunikasi ini terjadi karena pemahaman penerima
pesan (komunikan) tidak sama dengan maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Efektifitas komunikasi antar pribadi penting untuk
memelihara hubungan antar pribadi yang bermakna . Selain
itu penting untuk kemajuan dan keberhasilan profesional
3
Robin & Coulter (2013) mengatakan bahwa komunikasi dikatakan efektif itu jika pemahaman
pesan yang disampaikan oleh komunikator sama dengan pemahaman pesan oleh komunikan.
Komunikasi impersonal dan komunikasi interpersonal
Menurut Devito (1997), ada 3 faktor yang membedakan antara komunikasi impersonal dan
komunikasi interpersonal. Ketiga faktor tersebut adalah prediksi berdasarkan data psikologis,
pengetahuan yang menjelaskan dan aturan yang ditetapkan secara pribadi.
1. Prediksi berdasarkan data psikologis.
Dalam interaksi antar pribadi kita bereaksi dengan orang lain berdasarkan data
psikologisnya atau bagaimana orang lain berbeda dengan anggota-anggota kelompoknya.
Dalam perjumpaan tak pribadi (impersonal) kita menanggapi orang lain berdasarkan data
sosiologis atau kelas atau kelompok dimana orang tersebut menjadi anggota. Sebagai contoh,
Saudara bergaul dengan rekan kerja di kantor. Saudara akan memberikan reaksi terhadap
rekan kerja tersebut sama dengan reaksi Saudara terhadap rekan kerja lainnya yaitu sebagai
pegawai bagian suatu organisasi . Tetapi bila hubungan ini berkembang menjadi lebih pribadi,
maka Saudara maupun rekan kerja Saudara akan saling merespon sebagai pribadi bukan
sebagai anggota kelompok (pegawai).
2. Pengetahuan yang menjelaskan (explanatory knowledge).
Dalam komunikasi antar pribadi , kita tidak hanya mendasarkan pada pengetahuan yang
menjelaskan tentang masing-masing dari kita. Hal ini berarti dalam komunikasi ini kita tidak
hanya menduga-duga bagaimana seseorang akan bertindak, tetapi juga menjelaskan tentang
tindakan atau perilaku tersebut. Sebagai contoh dalam komunikasi tak pribadi Saudara akan
dapat menduga perilaku tindakan yang akan dilakukan seorang teman kerja Saudara. Misalnya
Saudara dapat menduga bahwa si Amir akan terlambat setiap hari Jumat. Artinya dalam situasi
4
ini Saudara dapat menduga perilaku Amir. Namun dalam situasi antar pribadi, Saudara juga
mampu menjelaskan mengapa Amir terlambat setiap hari Jumat.
3. Aturan yang ditetapkan secara pribadi
Masyarakat menetapkan aturan-aturan interaksi dalam situasi tak pribadi. Sebagai contoh,
ketika kita berinteraksi dengan teman kerja di kantor menurut aturan sosial yang ditetapkan oleh
kultur. Tetapi bila interaksi kita dengan teman sejawat menjadi bersifat antar pribadi, adat
kebiasaan sosial menjadi tidak penting. Peroranganlah yang menetapkan aturan. Sejauh
perorangan ini menetapkan aturan untuk saling berinteraksi satu sama lain dan tidak
menggunakan aturan yang ditetapkan oleh masyarakat mereka, situasinya bersifat antar
pribadi.
Dimensi Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi
Menurut Devito (1997) ada tiga sudut pandang yang dapat digunakan untuk memaknai
dimensi dari efektifitas komunikasi antar pribadi. Ketiga sudut pandang tersebut adalah sudut
pandang humanistik, sudut pandang pragmatis dan sudut pandang pergaulan sosial dan
kesetaraan.
Sudut pandang humanistik, melihat komunikasi antar pribadi yang efektif ditandai oleh
dimensi-dimensi (kualitas-kualitas) yang mampu menciptakan hubungan antar manusia yang
superior. Sedangkan sudut pandang pragmatis, menekankan pencapaian efektifitas komunikasi
antar pribadi melalui dimensi-dimensi perilaku komunikator. Dan yang terakhir adalah sudut
pandang pergaulan sosial dan kesetaraan, menyatakan bahwa pencapaian efektifitas
komunikasi antar pribadi terjadi jika ketika kita berkomunikasi manfaat yang kita peroleh dari
hubungan tersebut lebih besar dibandingkan biaya yang harus kita keluarkan.
5
Untuk memaknai efektifitas komunikasi antar pribadi, menurut Devito, ketiga sudut
pandang tersebut tidaklah terpisah, melainkan saling melengkapi. Dari ketiga sudut pandang
tersebut, dapat kita ketahui bahwa efektifitas komunikasi antar pribadi dapat dimaknai sebagai
tingkat kualitas komunikasi antar pribadi.
Dimensi Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi Menurut Sudut Pandang Humanistik
Seperti yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya bahwa terdapat dimensi-dimensi
yang harus dipenuhi untuk mencapai efektifitas komunikasi antar pribadi. Pada artikel kali ini
penulis menekankan pada dimensi efektifitas komunikasi antar pribadi menurut sudut pandang
humanistik.
Sudut pandang humanistik, menekankan pada 5 dimensi / kualitas untuk mencapai
efektifitas komunikasi antar pribadi yaitu keterbukaan (openness), empati
(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesetaraan
(equality). Dari kelima dimensi ini dapat diturunkan perilaku-perilaku spesifik yang menandai
komunikasi antar pribadi yang efektif.
1. Dimensi keterbukaan (openness).
Dimensi keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi antar pribadi yaitu:
komunikator antar pribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi.
Adapaun perilaku-perilaku yang mencerminkan tiga aspek tersebut adalah:
- Komunikator bersedia menyampaikan secara lengkap informasi yang seharusnya
disampaikan kepada komunikan .
- Komunikator bersedia untuk bereaksi secara jujur kepada komunikan.
Komunikator mengungkapkan secara spontan reaksinya (tidak dibuat-buat) kepada
komunikan .
6
Contoh: Seorang komunikator yang berkata: Saya merasa terganggu dengan
pernyataan itu .
- Komunikator bertanggung jawab dan memiliki perasaan dan pemikirannya.
Komunikator menggunakan kata Saya ketika berbicara .
Contoh: Saya senang dengan diskusi ini.
2. Dimensi Empati.
Empati adalah merasakan sesuatu, seperti apa yang dirasakan oleh orang yang
mengalaminya. Langkah-langkah untuk mencapai dimensi empati adalah :
- Menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, dan mengkritik . Bukan karena reaksi ini
salah, melainkan semata-mata karena reaksireaksi seperti ini seringkali menghambat
pemahaman.
Contoh : Pekerjaan Saudara buruk .
- Mengenal latar belakang komunikan.
Komunikator berusaha untuk mengetahui latar belakang pengalaman, pendidikan,
ketakutan, keinginan dari komunikan.
- Cobalah merasakan apa yang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya, bukan dari
sudut pandang kita.
3. Dimensi sikap mendukung.
Dimensi sikap mendukung mengacu pada beberapa perilaku untuk mencapai dimensi
sikap mendukung sebagai berikut :
- Deskriptif bukan evaluatif.
Komunikan yang merasakan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau
uraian mengenai suatu kejadian tertentu kepadanya, pada umumnya tidak
merasakannya sebagai ancaman. Sehingga tidak menimbulkan sikap defensif dari
komunikan.
- Spontanitas.
7
Orang dalam berkomunikasi seharusnya mengemukakan pikiran dan perasaannya
secara terus terang dan terbuka, tanpa ada strategi atau rencana yang tersembunyi
dibalik komunikasinya.
- Proporsional.
Bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang
berlawanan dan bersedia megubah posisi jika keadaan mengharuskan .
4. Dimensi sikap positif
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antar pribadi dengan sedikitnya
dua langkah yaitu :
- Sikap.
Komunikasi antar pribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka
sendiri dan situasi komunikasi tersebut.
- Dorongan
Perilaku menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain dalam komunikasi.
5. Dimensi kesetaraan (Equality).
Dalam berkomunikasi masing-masing pihak harus mengakui bahwa masing-masing
pihak dalam berkomunikasi sama-sama bernilai dan berharga. Masing-masing pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam berkomunikasi, masing-
masing pihak hendaknya saling menghormati dan saling menghargai.
Salah satu cara yang paling sering kita lakukan dalam mengabaikan kesetaraan adalah
pada cara kita mengajukan pertanyaan. Bandingkanlah dua contoh pertanyaan ini:
a. Kapan sih kamu mau belajar menelepon untuk memesan tempat ? Haruskah saya
yang melakukan segalanya ?
b. Salah satu dari kita harus menelepon untuk memesan tempat. Apakah kamu
menghendaki saya yang melakukannya sendiri ?
8
Perhatikanlah :
Pada kalimat 1, tidak ada kesetaraan. Salah seorang menuntut kepatuhan dari yang
lain. Pertanyaan tersebut mendorong sikap defensif, kemarahan dan permusuhan.
Pada kalimat 2, ada kesetaraan. Pada kalimat 2 ada suatu keinginan yang secara
eksplisit diungkapkan untuk bekerja bersama memecahkan masalah tertentu.
Implikasi Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi
Setelah kita mengetahui pengertian dan dimensi efektifitas komunikasi antar pribadi, kita
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, masyarakat, maupun dalam
organisasi. Pentingnya memahami dan menerapkan efektifitas komunikasi antar pribadi adalah
untuk memelihara hubungan antar pribadi yang superior. Semakin efektif kita berkomunikasi
antar pribadi, semakin bermakna komunikasi yang kita lakukan. Kebermaknaan komunikasi
antar pribadi kita dengan teman sejawat, akan memberikan kita hubungan yang memuaskan.
Pada gilirannya hubungan antar pegawai yang memuaskan akan memudahkan pegawai
tersebut mencapai kemajuan dan keberhasilan dalam profesional.
Simpulan :
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar dua orang secara tatap muka, atau
dalam kelompok. Keefektifan komunikasi antar pribadi yang terjadi dalam suatu organisasi,
akan menciptakan hubungan yang memuaskan antar pegawai yang berkomunikasi. Hubungan
yang memuaskan ini, akan mendukung kemajuan dan keberhasilan profesional. Untuk itu setiap
individu yang melakukan komunikasi antar pribadi harus berusaha agar dapat mencapai
keefektifan komunikasinya.
9
Sumber pustaka :
1. Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Proffesional Books, 1997.
2. Joseph A. Devito, The Interpersonal Communication Book Eleventh Edition, Pearson
Education. Inc, 2007.
3. Nina W. Syam, M.S, Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2011).
4. Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Management Eleventh Editions, Pearson Horizon
Edition, 2013.