128
1 EDITORIAL Pengantar Redaksi Syukur Alhamdulilllah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Jurnal Kesehatan STIKes Budi Luhur Cimahi Volume 7 No. 1 Januari 2014 dapat diterbitkan. Dengan diterbitkannya Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan pencerahan kepada masyarakat dan lingkungan civitas akademika STIKes Budi Luhur Cimahi yang dapat membawa visi dan misi Tri Dharma Perguruan Tinggi sehingga memunculkan inspirasi dan inovasi dalam bidang kesehatan untuk kepentingan kesejahteraan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Kepada para penulis kami ucapkan banyak terima kasih atas partisipasinya. Semoga Jurnal ini dapat menjadi media komunikasi dan penyebar luas informasi tentang ilmu pengetahuan bagi kita semua, Amin. Wassalam, Dewan Redaksi Pelindung: Ketua Stikes Budi Luhur Cimahi Ijun Rijwan Susanto, SKM., M.Kes. Penanggung Jawab: Kepala LPPM Karwati, SST., MM Ketua Dewan Redaksi: Wakil Ketua I, Bidang Akademik Yosi Oktri, S.Pd., SST., MM Wakil Ketua Redaksi: Budi Rianto, S.Sos., MM Anggota: Sri Wahyuni, S.Pd., M. Kes. Editor: DR. Atira,S.Si., M.Kes. Distributor: Rahayu, S.Pd. ALAMAT REDAKSI: LPPM STIKes Budi Luhur Cimahi Jl. Kerkof No. 243 Leuwigajah Cimahi, Jawa Barat Telp. 022-6674696 Hp: 085222037309 E.mail: [email protected]

EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

1

EDITORIAL

Pengantar Redaksi

Syukur Alhamdulilllah kami panjatkan

kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga Jurnal

Kesehatan STIKes Budi Luhur Cimahi

Volume 7 No. 1 Januari 2014 dapat

diterbitkan.

Dengan diterbitkannya Jurnal

Kesehatan Budi Luhur Cimahi ini,

diharapkan dapat memberikan manfaat

dan pencerahan kepada masyarakat

dan lingkungan civitas akademika

STIKes Budi Luhur Cimahi yang dapat

membawa visi dan misi Tri Dharma

Perguruan Tinggi sehingga

memunculkan inspirasi dan inovasi

dalam bidang kesehatan untuk

kepentingan kesejahteraan bangsa dan

Negara Republik Indonesia.

Kepada para penulis kami ucapkan

banyak terima kasih atas

partisipasinya. Semoga Jurnal ini dapat

menjadi media komunikasi dan

penyebar luas informasi tentang ilmu

pengetahuan bagi kita semua, Amin.

Wassalam,

Dewan Redaksi

Pelindung:

Ketua Stikes Budi Luhur Cimahi

Ijun Rijwan Susanto, SKM., M.Kes.

Penanggung Jawab:

Kepala LPPM

Karwati, SST., MM

Ketua Dewan Redaksi:

Wakil Ketua I, Bidang Akademik

Yosi Oktri, S.Pd., SST., MM

Wakil Ketua Redaksi:

Budi Rianto, S.Sos., MM

Anggota:

Sri Wahyuni, S.Pd., M. Kes.

Editor:

DR. Atira,S.Si., M.Kes.

Distributor:

Rahayu, S.Pd.

ALAMAT REDAKSI: LPPM STIKes Budi Luhur Cimahi

Jl. Kerkof No. 243 Leuwigajah Cimahi, Jawa Barat

Telp. 022-6674696 Hp: 085222037309

E.mail: [email protected]

Page 2: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

2

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN

PRE OPERASI SEKSIO SESARIA DI RUMAH SAKIT UMU DAERAH AL-IHSAN BANDUNG

THE RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT WITH ANXIETY DEGREE OF PATIENTS PRE SECTIO CAESAREA SURGERY AT AL-IHSAN GENERAL

HOSPITAL BANDUNG

Lely Herlina1)

dan M. Ari Fardiansyah2)

1) Perawat Di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung

2) Program Studi S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi

ABSTRACT

The background of this research is that hospital is a form of health care that delivers

health care services covering aspects of promotional, preventive, curative and

rehabilitative. One form of service is the sectio Caesarea surgery medic therapy which

it is able to make anxiety of patients’ pre sectio Caesarea. The aims of this research

are to know the relationship of family support with patients’ anxiety degree of patient’s

pre sectio caesarea surgery at Al-Ihsan General Hospital Bandung. Method used in

this study are cross-sectional. The technique used is the sample accidental techniques

of sampling, samples taken as many as 33 respondents, Data was obtained by

questionnaire. The result of the research was tested used univariate and bivariate by

using chi-square witt p value 0,002 with α =0,05 from 33 respondents. Others

11(35,5%) respondents with support and there no anxiety, the others were from

17(54,8%) respondent with support and there were low anxiety, the another 1(3,2%)

respondent with support and there was medium anxiety, It stated that 0% respondents

with the support and there high anxiety. There 2 (6,5%) respondents with support and

there were very high anxiety. The conclusion is that the researcher could concluded the

H0 is rejected means that there is there is relationship of 2 variables. The family

support relationship with the anxiety degree of patients pre operation sectio caesarea

at Al-Ihsan General Hospital Bandung.

Key words : family support, anxiety degree, patients ofsecto-caesarea.

Page 3: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

3

PENDAHULUAN

Salah satu bentuk pelayanan medis dan merupakan upaya yang dapat

mendatangkan stres karena terdapat ancaman terhadap gangguan integritas tubuh

dan jiwa seseorang adalah terapi medis operasi atau pembedahan. Pembedahan atau

operasi dapat berbeda-beda tingkatannya namun sesungguhnya selalu terjadi

ketakutan yang umum yaitu takut diagnosa yang belum pasti, takut hasil pemeriksaan

keganasan, takut anesthesia, takut nyeri akibat luka operasi, takut terjadi perubahan

bentuk fisik akibat operasi, dan semua hal ini dapat berpengaruh psikologis pada

pasien akibat kurang pengetahuan yang dimiliki (Suryani, 2005).

Berdasarkan pengalaman empiris yang didapatkan peneliti saat praktek di

rumah sakit pada bagian Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Al-Ihsan tahun 2012

tentang kasus seksiosesarea,hasillaporansepertiyang terlihat pada Tabel I.1.

Tabel 1.1 Sepuluh besar tindakan operasi di IBS tahun 2012

NAMA

OPERASI

BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

SC 56 46 56 56 44 43 55 46 34 46 50 60

Biopsi 2 8 3 6 8 5 1 3 1 2 6 1

TURP 9 6 10 12 15 15 9 8 10 12 14 8

L.E 6 15 7 11 8 4 7 11 2 5 6 9

Appendiktomy 3 7 9 8 9 5 3 12 8 13 11 12

RM 7 0 8 4 10 6 8 5 3 8 11 6

HT 5 2 2 4 5 5 5 5 5 3 7 4

CWL 2 5 4 10 4 3 6 3 6 5 2 1

ROI 5 3 5 3 4 8 7 5 4 3 2 2

ECCE 2 2 0 1 2 0 0 2 4 0 1 2

Lain-lain 187 189 174 206 226 207 205 131 166 182 190 192

Sumber: PPL RSUD Al-Ihsan Th.2012

Page 4: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

4

Pada Tabel 1.1 tersebut menunjukkan kasus seksio sesarea merupakan salah

satu terapi medis yang sering menimbulkan kecemasan pada pasien karena paling

sering mempunyai risiko yang cukup besar terhadap keselamatan pada ibu dan bayi.

Pada umumnya setiap kasus operasi hampir semua pasien mengalami gejala cemas.

Menurut Suliswati et al. (2005) bahwa cemas adalah keprihatinan, kesulitan,

ketidakpastian, atau ketakutan yang terjadi akibat ancaman yang nyata atau dirasakan

akibat respon subjektif terhadap stres.

Tingkat kecemasan berbeda-beda bagi setiap orang. Semakin besar tingkat

kecemasan, semakin berat kecemasan yang dialami. Kecemasan dapat diukur dengan

pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS

(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan

yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan

(Tawi, 2012).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi seksio

sesarea. Menurut Poter dan Perry (2006) pasien pre oprasi mengalami kecemasan

karena mereka sering berfikir, seperti: takut nyeri setelah pembedahan, takut

keganasan, an takut menghadapi ruangan operasi. Hasil laporan penelitian yang

dilakukan oleh Ferlina Indra tahun 2002 didapatkan sekitar 80% dari semua pasien

yang menjalani pembedahan umumnya mengalami kecemasan. Oleh karena itu perlu

ada dukungan keluarga yang dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan pada

pasien diantaranya pada pasien pre operasi seksio sesarea.

Dukungan keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya

pasien yang akan menjalani pembedahan. Bentuk dukungan ini membuat individu

memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga

individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat penting dalam

menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol. Dukungan keluarga

Page 5: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

5

diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga

akan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang dihadapakan

pada situasi stres (Taylor,2006).

Menurut Smet (2004) keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. Terdapat

5 dimensi dalam dukungan keluarga yaitu dimensi emosional, dimensi penghargaan,

dimensi instrumnetal, dimensi informasi dan jaringan sosial. Sementara Hensarling

(2009) membagi dukungan keluarga menjadi 4 dimensi dukungan yaitu dimensi

empathetic (emosional), dimensi encouragement (penghargaan), dimensi facilitative

(instrumental) dan dimensi parcitative (parsitipasi). Dari beberapa uraian tersebut maka

perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

tingkat kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea di rumah sakit umum daerah Al-

Ihsan Bandung. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di rumah sakit

umum daerah Al-Ihsan Bandung.

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian yang dilakukan dengan menggunakan rancangan cross sectional

(potong silang) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari variabel sebab atau risiko

(independen) dan akibat atau kasus (dependen) yang terjadi pada objek penelitian

diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

Variabel penelitian meliputi Dukungan Keluarga sebagai variabel indevenden dan

variabel Tingkat Kecemasan sebagai variabel independen. Definisi Operasional

meliputi dukungan yang diberikan kepada pasien pre operasi seksio sesarea yang

meliputi empat dimensi: emosional, informasi, nyata dan pengharapan dan perasaan

tidak menyenangkan yang menimbulkan gejala fisiologis dan psikologis yang muncul

akibat pengalaman baru, kurangnya informasi, ketidak jelasan dan pemahaman

Page 6: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

6

mengenai tindakan operasi seksio sesarea. Alat ukur menggunakan skala likert (untuk

pernyataan yaitu: 4= selalu, 3= sering, 2= jarang, 1= tidak pernah) dan menggunakan

teknik wawancara langsung dengan jawaban alternative ( 0 = tidak ada gejala keluhan,

1 = gejala ringan, 2 = gejala sedang, 3 = gejala berat, 4= gejala berat sekali. Hasil

ukur pada dukungan keluarga yaitu 1= Ada dukungan keluarga (Skor total ≥50℅) , 2

= Tidak ada dukungan keluarga (Skor total <50℅ ), sedangkan hasil ukur tingkat

kecemasan adalah Total nilai ( score ), meliputi : 1= tidak ada kecemasan (jika <14),

2= kecemasan ringan (jika 14-20), dan 3 = kecemasan sedang (21-27). Skala

pengukuran ordinal.

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien pre operasi seksio sesarea

sebanyak yaitu di ruang zaitun III, poli kebidanan dan ruang persiapan IBS di

RSUD Al-Ihsan Bandung. Adapun jumlah pasien dalam satu tahun terakhir

2012 adalah 588 orang. Sehingga jumlah rata-rata pasien seksio sesarea

perbulannya sebanyak 49 orang.

2. Sampel

a. Besar Sampel

Adapun besarnya sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus

(Notoatmodjo, 2010), sebagai berikut :

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)

Jadi jumlah minimal sampel yang harus diteliti adalah:

Page 7: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

7

Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel yang diambil adalah

sebanyak 33 responden pasien pre operasi seksio sesarea di RSUD Al-

Ihsan Bandung.

b. Teknik Pengambilan sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling (tidak

berdasarkan peluang) dengan teknik accidental sampling dengan jumlah

sampel 33 pasien pre operasi seksio sesarea didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan rata-

rata jumlah operasi dari satu tahun. Yaitu tahun 2012 sebanyak 588 orang.

sehingga rata-rata perbulannya sebanyak 49 orang. Cara pengambilan

sampel yaitu: pertama: peneliti mengidentifikasi semua karakteristik

populasi, yaitu dengan mengadakan studi pendahuluan yaitu mempelajari

berbagai hal yang berhubungan dengan pre operasi seksio sesarea.

Kemudian ditetapkan sesuai rata-rata sampel yang telah ditentukan,

sehingga teknik pengambilan sampel secara accidental sampling ini

didasarkan karakteristik sampel Kriteria inklusi dan Kriteria eksklusi

(Nursalam,2009).

B. Pengumpulan Data Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan daata primer yaitu data yang didapatkan secara langsung

dari responden yaitu pasien pre operasi seksio sesarea di RSUD Al-Ihsan

Bandung, dengan menggunakan instrument penelitian berupa sebuah

kuesioner. Data primer dikumpulkan dengan teknik pengisian angket

Page 8: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

8

berdasarkan pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya

selama 3 minggu.

2. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan data

penelitian. Instrument dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dalam

bentuk angket. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah disusun sesuai

yang diinginkan oleh peneliti, di mana responden (dalam hal angket) tinggal

memberikan jawaban dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo,

2010). Instrumen dalam penelitian ini untuk dukungan keluarga, peneliti

mengacu pada teori dukungan keluarga menurut Cohen dan Mc Kay (1984)

dalam Setiadi (2006) sedangkan untuk instrumen kecemasan peneliti

menggunakan teori Hawari(2008) yang disebut HARS.

2. Uji validitas dan reliabilitas

Sebelum melakukan pengumpulan data lebih lanjut, maka dilakukan uji

kuisioner terlebih dahulu terhadap 20 pasien pre operasi seksio sesarea di

RSU Cibabat. Sehingga didapatkan nilai r tabel = 0,444, uji validitas Untuk

mendapatkan keakuratan data penelitian maka dilakukan uji coba kuesioner

terhadap pertanyaandukungan keluarga. Sedangkan untuk kuesioner tingkat

kecemasan tidak perlu melakukan uji validitas karena menggunakan kuesioner

berdasarkan HARS_A yang dianggap sudah valid.

Menurut Sugiono (2005) menjelaskan bahwa dengan menggunakan

instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan

hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.

Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran

dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda

(Setiadi 2013).

Page 9: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

9

C. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Menetukan masalah dan lahan penelitian.

b. Mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian.

c. Melakukan studi pendahuluan

d. Menyusun proposal penelitian.

e. Melakukan konsultasi proposal dengan pembimbing.

f. Melaksanakan seminar proposal pada tanggal 30 Meis 2013.

g. Perbaikan proposal dan instrument.

2. Tahap pelaksanaan

a. Mempersiapkan surat izin penelitian.

b. Mengurus periizinan penelitian dan lahan penelitian.

c. Persetujuan responden untuk dijadikan sampel.

d. Melakukan penelitian dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan

penelitian, yang dibantu oleh perawat ruangan yang sebelumnya

dilaksananakan persamaan persepsi kuesioner

e. Mengolah dan menganalisa data yang telah diperoleh.

3. Tahap akhir

a. Membuat pembahasan mengenai hasil penelitian.

b. Membuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

c. Melakukan konsultasi dengan pembimbing.

d. Mempersiapkan sidang skripsi.

e. Melaksanakan sidang skripsi.

Page 10: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

10

f. Membuat perbaikan skripsi

E. Pengolohan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data meliputi empat tahapan pengolahan yaitu : Editing, Coding,

Processing, dan Cleaning.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat ini untuk mendeskripsikan karakteristik ke dalam bentuk tabel

dan dapat diberi perincian dengan menggunakan rumus analisis seperti

berikut:.

1) Tingkat Kecemasan

Adapun kategori untuk variabel kecemasan tersebut adalah sebagai berikut

( Hawari, 2006) :

< 14 = tidak ada kecemasan

14-20 = kecemasan ringan

21-27 = kecemasan sedang

28-41 = kecemasan berat

42-56 = kecemasan berat sekali.

2) Dukungan keluarga

Analisa univariat dimaksudkan untuk mendeskripsikan variabel penelitian

dukungan keluarga digunakan nilai mean. Data dinyatakan terdistribusi

normal bila hasil uji p value ≥50% . Bila p value < 50 % dikatakan tidak ada

dukungan dan bila p value ≥ 50% dikatakan ada dukungan.

Page 11: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

11

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk membuktikan adanya hubungan yang

bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji bivariat yang

digunakan adalah uji chi square (x²).

Tingkat kemaknaan yang digunakan 95% atau nilai alfa 0,05, maka hasil uji

statistik mengacu α = 0.05, yaitu jika nilai p yang diperoleh lebih kecil sama

dengan 0,05 maka Ho ditolak sehingga secara statistik terdapat

hubungan/pengaruh yang signifikan antara terhadap tingkat kecemasan, tetapi

jika nilai p yang diperoleh lebih lebih besar dari 0,05 maka Ho gagal di tolak

sehingga secara statistik tidak terdapat hubungan antara terhadap tingkat

kecemasan.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian in dilaksanakan di ruang perawatan zaitun III kebidanan, poli

kebidanan dan ruang persiapan IBS RSUD Al-Ihsan Bandung.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 18 Juni –7 Juli 2013

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian ini yaitu dukungan keluarga dan tingkat kecemasan pasien

pre operasi seksio sesarea yang telah dianalisis univariat untuk mendeskripsikan

masing – masing variabel penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi

dengan ukuran persentase dan skala ukur yang kemudian disajikan dalam bentuk

Page 12: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

12

Tabel. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan

antara variabel independen (dukungan keluarga) dan dependen (tingkat

kecemasan).

Hasil penelitian ini didapatkan sebagai berikut:

1. Dukungan Keluarga pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea Di Rumah

Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Bandung

Hasil penelitian mengenai dukungan keluarga pada pasien pre operasi seksio

sesarea di rumah sakit umum daerah Al-Ihsan Bandung dengan menggunakan

uji statistik Analisis Univariat untuk melihat distribusi dari variabel independen

ini, dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Pada Tabel 1.2 terlihat hasil gambaran analisis Distribusi Frekuensi

Responden tentang dukungan keluarga pada pasien pre operasi seksio

sesarea diperoleh sebagian besar responden dengan ada dukungan keluarga

yaitu sebanyak 31 orang (93,9%), sedangkan responden dengan tidak ada

dukungan keluarga yaitu sebanyak 2 orang (6,1%).

Tabel 1.2. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Dukungan Keluarga Pasien

Pre Operasi Seksio Sesarea

No Kategori Dukungan

Keluarga

Jumlah Persentase (%)

1.

2.

Ada dukungan

Tidak ada dukungan

31

2

93,9

6,1

Total 100

Sumber Hasil Pengolahan Data primer 2013

Page 13: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

13

2. Tingkat Kecemasan Pasien pada Pre Operasi Seksio Sesarea Di Rumah

Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Bandung

Hasil penelitian mengenai tingkat kecemasan pada pasien pre operasi seksio

sesarea di rumah sakit umum daerah Al-Ihsan Bandung dengan menggunakan

uji statistik Analisis Univariat untuk melihat distribusi dari variabel dependen ini,

dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Pada Tabel 1.3 terlihat hasil analisis distribusi responden tentang tingkat

kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea. Data hasil yang didapatkan

bahwa sebagian besar responden dengan kategori tidak ada kecemasan

sebanyak 12 orang (36,4%), responden dengan kategori kecemasan ringan

sebanyak 17 orang (51,5%), responden dengan kategori kecemasan sedang

sebanyak 1 orang (3,0%), respionden dengan kategori kecemasan berat

sebanyak 1 orang (3,0%), sedangkan responden dengan kategori kecemasan

berat sekali sebanyak 2 orang (6,1%).

Tabel 1.3. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Tingkat Kecemasan

Pasien Pre Operas Seksio Sesarea

No

Kategori Tingkat Kecemasan

Jumlah Persentase

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

Tidak ada Kecemasan

Kecemasan Ringan

Kecemasan Sedang

Kecemasan Berat

Kecemasan Berat Sekali

12

17

1

1

2

36,4

51,5

3,0

3,0

6,1

Page 14: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

14

Total

33

100

Sumber: Hasil Pengolahan Data primer 2013

3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre

Operasi Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Bandung

Hasil penellitian mengenai hubungan antara dukungan keluargan (variabel

independen) dengan tingkat kecemasan (variabel dependen) pasien pre

operasi seksio sesaria telah dilakukan uji chi squarea, dapat dilihat pada Tabel

1.4.

Pada Tabel 1.4. tertera data hasil penelitian tentang hubungan dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea.

Berdasarkan hasil uji statistik Analisis Bivariat, diperoleh hasil sebagai berikut,

yaitu: sebanyak responden yang memperlihatkan ada dukungan keluarga

dengan tidak ada kecemasan sebanyak 11 orang (35,5%), responden ada

dukungan keluarga dengan kecemasan ringan sebanyak 17 orang (54,8%),

responden ada dukungan keluarga dengan kecemasan sedang sebanyak 1

orang (3,2%), responden ada dukungan keluarga dengan kecemasan berat

tidak ada (0%), sedangkan responden ada dukungan keluarga dengan

kecemasan berat sekali sebanyak 2 orang (6,5%). Responden yang tidak ada

dukungan keluarga dengan tidak ada kecemasan sebanyak 1 orang (50%),

responden yang tidak ada dukungan keluarga dengan kecemasan ringan tidak

Page 15: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

15

ada (0%), responden yang tidak ada dukungan keluarga dengan kecemasan

sedang tidak ada (0%), responden yang tidak ada dukungan keluarga dengan

kecemasan berat sebanyak 1 (50%), responden yang tidak ada dukungan

keluarga dengan kecemasan berat sekali tidak ada (0%).

Tabel 1.4. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre

Operasi Seksio Sesarea

Dukungan

keluarga

Tingkat Kecemasan

Total P-

Value

Tidak ada

Kecemas

an

Kecemas

an

Ringan

Kecemas

an

Sedang

Kecemas

an

Berat

Kecemas

an Berat

Sekali

n % n % n % n % n % n %

Tidak ada

dukungan

keluarga

Ada

dukungan

keluarga

1

11

50.0

35,5

0

1

7

0.0

54,8

0

1

0.0

3,2

1

0

50.0

0,0

0

2

0.0

6,5

2

31

6,1

93,9

0,00

2

Jumlah 12 85,5 17 54,8 1 3,2 0 50,0 2 6,5 33 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data primer 2013

Berdasakan dari hasil uji chi square diperoleh nilai p value = 0,002 (p value< α 0.05)

yang dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien Pre operasi seksio sesarea di

RSUD Al Ihsan Bandung. Dari hasil analisis tersebut dapat diartikan bahwa jika

Page 16: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

16

semakin ada dukungan keluarga terhadap pasien pre operasi seksio sesarea maka

tingkat kecemasan semakin rendah, hal tersebut berarti dukungan keluarga

terhadap pasien yang akan di operasi seksio sesarea akan semakin rendah/minim

tingkat kecemasan yang dimilikinya atau bahkan tidak ada kecemasan sama sekali.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai dukungan keluarga pada pasien pre

operasi seksio sesarea di rumah sakit umum daerah Al-Ihsan Bandung, maka

pembahasan sebagai berikut:

1. Dukungan Keluarga pada Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea

Di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Bandung

Berdasarkan hasil penelitian Distribusi Frekuensi Responden mengenai

dukungan keluarga pada pasien pre operasi seksio sesarea di rumah sakit

umum daerah Al-Ihsan Bandung, berdasarkan analisis uji univariat seperti

yang tertera pada Tabel 1.5 bahwa diperoleh sebagian besar responden

memberikan dukungan atau ada dukungan keluarga yaitu sebanyak 31 orang

(93,9%). Hal tersebut mengindikasikan bahwa keluarga memiliki hubungan

emosional terhadap keluarganya yang akan menjalani operasi. Dukungan

keluarga juga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dengan

lingkungan sosialnya. Menurut Cohen & Syme, 1996 dalam Setiadi, 2006

bahwa dukungan keluarga merupakan suatu bentuk kepedulian social yang

artinya adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh

dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa

ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

Page 17: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

17

Anggota keluarga merupakan suatu bentuk lingkungan sosial yang utuh yang

sangat membutuhkan dukungan yang erat satu sama lain, sehingga setiap

anggota keluarga tersebut merasa sepenanggungan dalam hal senang,

susah, dan sedih serta saling menghargai sehingga terbentuklah suatu

dukungan keluarga yang solid dan utuh dalam menjalankan tujuan hidupnya.

2. Tingkat Kecemasan Pasien pada Pre Operasi Seksio Sesarea Tingkat

Kecemasan Pasien Pre operas Seksio sesarea Di Rumah Sakit Umum

Daerah Al-Ihsan Bandung

Berdasarkan hasil penelitian Distribusi Frekuensi Responden mengenai

tentang tingkat kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea di rumah sakit

umum daerah Al-Ihsan Bandung. Hasil analisis uji univariat seperti yang

tertera pada Tabel 4.2 bahwa responden yang terlihat paling tinggi yaitu yang

mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 17 orang (51,5%), lalu

disusul dengan tingkat tidak ada kecemasan yaitu sebanyak 12 orang

(36,4%). Hal ini dapat terjadi mungkin disebabkan adanya persiapan fisik dan

mental sebelumnya, sehingga lebih siap menghadapinya. Menurut

Sjamsuhidajat (2005) menjelaskan bahwa persiapan pasien preoperasi yang

meliputi persiapan fisik dan persiapan mental sangat penting untuk

mengurangi faktor resiko yang diakibatkan dari suatu pembedahan. Mungkin

juga disebabkan dengan adanya motivasi belajar tentang risiko operasi

seksio sehingga tidak terlalu panik saat menghadapinya. Hal yang sama

menurut Kaplan dan Sadock (2003) bahwa tingkat kecemasan ringan dapat

berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan

menyebabkan seseorang menjadi was was dan meningkatkan lahan

Page 18: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

18

persepsinya serta dapat memotivasi dirinya untuk belajar dan menghasilkan

suatu kreativitas.

Pada responden lainnya yaitu responden yang mengalami tingkat

kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan berat sekali,

ditemukan dalam jumlah sedikit yaitu berturut-turut sebanyak 1 orang, 1

orang, dan 2 orang (6,1%) responden. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh

kehilangan kendali, panik yang tidak mampu melakukan sesuatu, dengan

demikian dapat terjadi tingkat kecemasan yang berlebih dan akibatnya

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Menurut

Keliat (2006) bahwa kecemasan yang berlebihan adalah suatu keadaan yang

ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang

mengambarkan perasaan keragu-raguan, keadaan tidak berdaya,

ketegangan, kegelisahan, khawatir terhadap sesuatu yang mengancam serta

terjadinya hiper aktifitas sisyem otonom.

3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien pada

Pre Operasi Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan

Bandung

Berdaskan hasil Analisis uji Bivariat nilai P-Value = 0,002 dengan

ketetapan p-value =0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien Pre

operasi seksio sesarea dengan tingkat kepercayaan sebesar 93,9%. Hal ini

didukung dengan adanya fakta hasil penelitian uji univariat bahwa semakin

tinggi dukungan keluarga pada pasien pre operasi seksio sesarea maka

semakin ringan tingkat kecemasan dan bahkan tidak nampak gejala

kecemasan. Menurut Smeltzer & Bare (2001) bahwa perasaan cemas pada

Page 19: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

19

fase Pre operasi di mulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat dan

berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Dalam kondisi tersebut

dimana pasien dalam kondisi Pre operasi yang tentu merupakan suatu

keadaan yang penuh stress yang dapat mengganggu keseimbangan emosi

dalam diri seseorang, begitu juga dengan kondisi keluarga akan timbul rasa

khawatir akan seorang keluarganya yang akan menjalani operasi.

Apabila keluarga menilai bahwa stimulus yang datang sebagai situasi

yang mengancam, menuntut, menekan atau bahkan dapat menimbulkan

frustasi serta dirasakan melebihi kemampuan pasien untuk melakukan

penyesuaian, maka keluarga melakukan upaya untuk menanggulanginya,

namun apabila keluarga bahwa stimulus yang datang telah diketahui

sebelumnya dengan pengetahuan dan informasi yang didapatkannya maka

hal tersebut dianggap sebagai hal yang biasa atau dapat dikatakan keluarga

dapat mendukung pasien, sehingga pasien tidak memiliki kecemasan.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum

Daerah Al-Ihsan Bandung, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dukungan keluarga pada pasien pre operasi seksio sesarea di rumah sakit

umum daerah Al-Ihsan Bandung dengan menggunakan uji statistik Analisis

Univariat bahwa responden dengan kategori ada dukungan keluarga ditemukan

sebanyak 31 orang (93,9%), sedangkan responden dengan kategori tidak ada

dukungan keluarga yaitu sebanyak 2 orang (6,1%). Hal ini disimpulkan bahwa

Page 20: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

20

pada pasien pre operasi seksio sesarea, sebagaian besar keluarga

memberikan dukungan dibandingkan dengan keluarga yang tidak memeberikan

dukungan.

2. Tingkat kecemasan pasien pada pre operasi seksio sesarea di rumah sakit

umum daerah Al-Ihsan Bandung didapatkan bahwa responden dengan kategori

tingkat kecemasan yang terbanyak adalah responden kategori kecemasan

ringan yaitu sebanyak 17 orang (51,5%), lalu responden tidak ada kecemasan

yaitu sebanyak 12 orang (36,4%), disusul responden dengan kategori

kecemasan sedang yaitu sebanyak 1 orang (3,0%), dan respionden dengan

kategori tingkat kecemasan berat sebanyak 1 orang (3,0%), serta responden

dengan kategori tingkat kecemasan berat sekali sebanyak 2 orang (6,1%). Hal

ini disimpulkan bahwa tingkat kecemasan pasien pada pre operasi seksio

sesarea, berturut-turut dari yang terbanyak adalah responden tingkat

kecemasan ringan, tingkat tidak ada kecemasan, tingkat kecemasan berat

sekali, tingkat kecemasan sedang dan tingkat kecemasan berat.

3. Hubungan antara dukungan keluargan dengan tingkat kecemasan pasien pre

operasi seksio sesaria di rumah sakit umum daerah Al-Ihsan Bandung

didapatkan sebanyak responden kategori ada dukungan keluarga dengan tidak

ada kecemasan sebanyak 11 orang (35,5%), responden ada dukungan

keluarga dengan kecemasan ringan sebanyak 17 orang (54,8%), responden

ada dukungan keluarga dengan kecemasan sedang sebanyak 1 orang (3,2%),

responden ada dukungan keluarga dengan kecemasan berat tidak ada (0%),

sedangkan responden ada dukungan keluarga dengan kecemasan berat sekali

sebanyak 2 orang (6,5%). Sedangkan responden yang tidak ada dukungan

keluarga dengan tidak ada kecemasan sebanyak 1 orang (50%), responden

yang tidak ada dukungan keluarga dengan kecemasan ringan tidak ada (0%),

Page 21: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

21

responden yang tidak ada dukungan keluarga dengan kecemasan sedang tidak

ada (0%), responden yang tidak ada dukungan keluarga dengan kecemasan

berat sebanyak 1 (50%), dan responden yang tidak ada dukungan keluarga

dengan kecemasan berat sekali tidak ada (0%). Berdasarkan uji bivariat dan uji

chi squarea, didapatkan nilai P-Value = 0,002 dengan ketetapan p-value =0,05,

maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan pasien Pre operasi seksio sesarea

dengan tingkat kepercayaan sebesar 93,9%.

B. Saran

1. Memberikan masukan bagi institusi, rumah sakit sehingga dapat dijadikan

acuan dalam merencanakan upaya-upaya untuk menangani respon kecemasan

pada pasien Pre operasi seksio sesarea yang bisa dilakukan untuk menurunkan

kecemasan dengan cara membantu keluarga memiliki kemampuan dalam

mengatasi stress, meningkatan dukungan pada keluarga, membantu mengatasi

permasalahan pasien.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan

bagi Pasien Pre Operasi seksio sesarea di ruang persiapan IBS, ruang zaitun

III kebidanan dan poliklinik kebidanan khususnya dalam membuat kebijakan

mengenai upaya penanganan respon kecemasan pada keluarga yang memiliki

pasien pre operasi.

2. Pihak STIKes dapat membuat tulisan untuk dipublikasikan di buletin ataupun

website yang dapat diakses melalui internet tentang pentingnya dukungan

keluarga terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi seksio sesarea.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap profesi

tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan sebagai edukator dan

conselor dalam memberikan penyuluhan terutama untuk mengatasi

Page 22: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

22

kecemasan pada pasien Pre operasi seksio sesarea.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data acuan untuk penelitian

selanjutnya, terutama yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien pre

operasi seksio sesarea.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik). Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

2. Arikunto. (2007). Manajemen Kepribadian. Jakarta: Rineka Cipta.

3. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :

EGC

4. Budiman. (2010). Buku Ajar Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1. Bandung:

Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Jendral Achmad Yani Cimahi

5. Depkes RI, 2008. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

6. Ferlina Indra, 2002, Persiapan Pra Bedah, ¶, 5, http://wwwpusatskripsi.com,

diperoleh tanggal 11 September 2010.

Page 23: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

23

7. Hastono, S.P., 2007. Modul Analisis Data, Jakarta : Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

8. Hawari, D., 2008. Manajemen Stress,Cemas dan Depresi, EGC, Jakarta.

9. Hensarling, J. 2009. Development and psychometric testing of Henserling’s

Philosophy in the graduate school of the Texa’s women’s university, Philosophy

in the graduate sc Djakes dari

WWW.proques.com , diambil pada tanggal 8 desember 2010.

10. Kaplan H.I, Sadock B.J, dan Grebb J.A. 2003. Sinopsis Psikiatri Ilmu

Pengetahuan, Perilaku dan Psikaitrik Klinis. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

11. Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

12. Kozier et.all, (2010), Buku Ajar Fundamental Keperawatan, cetakan ketujuh,

Jakarta : EGC.

13. Notoadmojo, Soekidjo.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

14. Notoatmodjo,(2010). Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet ke-

2, Mei. Jakarta: Rineka Cipta

Page 24: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

24

15. Nursalam (2009). Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan

Edisi III. Jakarta : Salemba Medika

16. Perry, Poter, 2006. Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur

Dasar.Jakarta:Rineka Cipta

17. PPL ( 2012 ) , RSUD Al-Ihsan, Bandung

18. Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT

Gramedia.

19. Setiadi, (2013), konsep dan praktik penulisan riset keperawatan, (edisi -2),

yogyakarta: graha ilmu.

20. STIKES Budi Luhur, (2012), Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Tgas Akhir dan

Skripsi. Cimahi : STIKES Budi Luhur.

21. Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa

Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

22. Stuart, Gail Wiscarz. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

23. Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan

Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Page 25: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

25

24. Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.

25. Suryani, 2005. Komunikasi Teurapetik Teori dan Praktek, Jakarta : EGC

26. Stuart, Gail Wiscarz. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

27. Sugiono, (2007), Statistik untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.

28. STIKes Budi Luhur, (2012), Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Tgas Akhir dan

Skripsi. Cimahi : STIKES Budi Luhur.

29. Sudigdo, Sofyan (2011) Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta

Sugeng Seto

30. Taylor, S.E.(2006) Health Psycology (6th.ed) Singapore: MC.Grow Hill Book

Company

Page 26: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

26

HUBUNGAN BALITA GIZI KURANG DENGAN PERKEMBANGAN BALITA

DI POSYANDU ASELYA RW 15 KELURAHAN UTAMA WILAYAH KERJA

PUSKESMAS CIMAHI SELATAN PADA TAHUN 2013

THE RELATIONSHIP OF CHILDREN NUTRITION CONNECTION WITH THE CHILDREN IN LESS POSYANDU ASELYA WARD RW 15 MAIN AREAS OF PUBLIC

HEALTH IN SOUTH CIMAHI 2013

Karwati dan Mega Yulitaningsih

Program Studi Kebidanan (D3) STIKes Budi Luhur Cimahi

ABSTRACT

Background:of this paper is the high incidence of underweight children under five is one of the causes of the increasing IMR in Indonesia. To reduce the required effort IMR associated with parenting parents to monitor the progress of one toddler by using KMS. Purpose :of this study was to determine the relationship of malnutrition toddlers with early childhood development at IHC Aselya RW 15 Sub Main South CimahiPuskesmas. Methods : this esearchis a cross sectional research design. Samples is much less than 24 toddler nutrition toddler. Determination of the total sample using sampling techniques. Data obtained by direct observation of the respondents were analyzed using chi square test. Based on the results of the study found that toddlers who were observed malnutrition on the development of the sector include language, social sector, gross motor and fine motor, chi square test p-value is obtained for each sector <0.05 with alpha 5% (0.05 ) it can be concluded that Ho is rejected which means that there is a relationship between malnutrition infants with early childhood development. Conclusion : This research is increasingly carried out counseling or approach from the local health authorities will be more and more undernourished infants who are distracted or development does not progress according to age five. The health center is expected to provide regular counseling to mothers who have children to be more concerned about nutrition and early childhood development. Keywords : Cross Sectional, malnutrition Toddler, toddler development

Page 27: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

27

PENDAHULUAN

Di negara berkembang, termasuk Indonesia masalah gizi masih merupakan

masalah kesehatan masyarakat yang utama dan merupakan penyebab

kematian bayi dan balita. Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat mencatat

sepanjang tahun 2010 sebanyak 252.255 atau 9,9% balita mengalami gizi

kurang dari total balita yaitu 2.548.967. Cukup besarnya angka balita yang

masuk kategori kekurangan gizi, harus segara ditangani, karena kalau tidak

segara ditangani balita gizi kurang ini, rawan mengalami gizi buruk (Lucyati,

2011).

Menurut Almatsier (2002:301) masalah gizi kurang pada umumnya

disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang

baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan tentang

gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi

(iodoum). Sedangkan menurut Supartini (2004) faktor yang menyebabkan

masalah mengenai kurang gizi pada balita adalah Pengetahuan orang tua,

status ekonomi sosial, peranan orang tua, dan peranan infeksi. (Lucyati, 2011,

diperoleh tanggal 26 Februari 2013).

Ratusan balita di kota Cimahi, Jawa Barat dilanda kurang gizi, “Cimahi kota

industri banyak orang tua yang bekerja di pabrik. Orang tua sibuk bekerja balita

tak terurus dalam makanannya. Akibatnya kesalahan pola asuh akan terjadi.

(Dinas Kesehatan Kota Cimahi,2011, diperoleh tanggal 26 Februari 2013)

Di Cimahi ditemukan 225 balita yang mengalami kurang gizi, dan 38

diantaranya sudah masuk ke tingkat keparahan. Hal ini terjadi akibat masih

banyak masyarakat yang tidak mengerti tentang makanan sehat untuk balita.

Selain itu di Cimahi ditemukan masih banyak masyarakat yang belum sadar

akan hidup bersih dan sehat (Dinas Kesehatan Kota Cimahi,2011).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan balita itu mengalami gizi kurang, di

antaranya karena faktor penyakit penyerta atau turunan. “Selain itu, faktor

asupan gizi yang kurang diperhatikan juga bisa menjadi penyebab. Hal ini

terlihat dari KMS yang mencatat antara usia dan berat badan yang tidak

seimbang. Setiap bulan di setiap kelurahan pasti ada sekitar empat hingga lima

balita yang kekurangan gizi”. (Lucyati, 2011). Berdasarkan temuan data bahwa

jumlah Balita yang Mengalami Gizi Kurang di Puskesmas Cimahi selatan tahun

2012, seperti yang tertera pada Tabel 1.1.

Page 28: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

28

Tabel 1.1 Data Jumlah Balita yang Mengalami Gizi Kurang di Puskesmas Cimahi

Selatan tahun 2012.

No

Rw Nama Posyandu Jumlah Balita yang

ada

Jumlah Balita yang

Ditimbang

Jumlah Anak Balita Menurut Status Gizi (BB/U)

Sangat Kurang Kurang

Jumlah % Jumlah %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 KENANGA 111 111 0 0,00 10 9,01 2 2 FLAMBOYAN A 166 166 0 0,00 11 6,63 3 2 FLAMBOYAN B 41 41 0 0,00 5 12,2 4 3 ANGGREK 75 75 0 0,00 6 8 5 4 ANYELIR 63 63 1 1,59 23 36,5 6 5 SAKURA A 215 215 0 0,00 16 7,44 7 5 SAKURA B 127 127 2 1,57 11 8,66 8 6 CEMPAKA A 75 75 0 0,00 7 9,33 9 6 CEMPAKA B 90 90 0 0,00 4 4,44

10 7 MAWAR A 136 136 1 0,74 5 3,68 11 7 MAWAR B 110 110 0 0,00 10 9,09 12 8 SEDAP MALAM 77 77 0 0,00 5 6,49 13 9 RADIUL 160 160 0 0,00 11 6,88 14 10 ASTER 176 176 0 0,00 17 9,66 15 11 MELATI L 87 87 0 0,00 6 6,90 16 11 MELATI B 142 142 0 0,00 18 12,68 17 12 DAHLIA L 145 145 1 0,69 21 14,48 18 12 DAHLIA B 133 133 0 0,00 5 3,76 19 13 MATAHARI 132 132 0 0,00 19 14,39 20 14 BAKUNG 158 158 1 0,63 12 7,59 21 15 ASELYA 182 182 2 1,10 22 12,09 22 16 BUGENVILLE 230 230 1 0,43 12 5,22

Jumlah 2.831 2.831 9 0,32 256 9,04

Berdasarkan penjelasan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan antara balita gizi kurang dengan

perkembangan balita di Posyandu Aselya RW 15 Kelurahan Utama wilayah

kerja Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2013?”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan balita gizi kurang dengan perkembangan balita di

Posyandu Aselya RW 15 Kelurahan Utama wilayah kerja Puskesmas Cimahi

Selatan pada Tahun 2013.

Page 29: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

29

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yaitu suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan

efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengambilan data sekaligus

pada suatu waktu (Notoatmodjo, 2010). Variabel penelitian meliputi Variabel

Independen yaitu Balita Gizi Kurang di Puskesmas Cimahi Selatan dan Variabel

Dependen yaitu Perkembangan Balita di Puskesmas Cimahi Selatan. Alat ukur

yang digunakan adalah Check List dan DDST. Sedangkan Cara ukur yaitu

menggunakan Kartu Menuju Sehat) dan Observasi & Wawancara. Hasil pengukuran pada

variabel indevenden adalah 0 = BB sangat kurang dari seharusnya = Gizi Sangat Kurang1 =

<BB Seharusnya = Gizi Kurang. Hasil pengukuran pada variabel dependen adalah0 =

Perkembangan Abnormal1 = Perkembangan Meragukan2 = Perkembangan Normal. Skala

pengukuran yang digunakan adalah ordinal.

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2009) dalam Hidayat (2010:51) populasi adalah

merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang

akan diteliti, bukan hanya obyek atau subyek yang dipelajari saja tetapi

seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tertentu.

Untuk itu populasi dalam penelitian ini adalah semuabalita yang status

gizinya kurang dan sangat kurang sejumlah 24 balita.

2. Sampel

Menurut (Notoatmodjo, 2005:79) sampel adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel

penelitian ini berjumlah 24 balita diantaranya 2 balita yang mengalami gizi

sangat kurang dan 22 balita mengalami gizi kurang.

3. Tekhnik sampling

Tekhnik pengumpulan sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu

mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan karena

Page 30: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

30

jumlah populasinya kecil. Besar sampel yang digunakan yaitu balita yang

mengalami gizi kurang dan sangat kurang sejumlah 24 balita.

B. Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Nursalam, 2008:111) pengumpulan data adalah suatu proses

pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek

yang diperlukan dalam suatu penelitian.Adapun tekhnik pengumpulan data

yang akan digunakan oleh peneliti yaitu :

a. Data Sekunder, adalahdata yang diambil dari suatu sumber dan

biasanya data itu sudah dikompilasi lebih dulu oleh instansi atau

yang punya data.

b. Data Primer, adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

check list dan DDST. Check List adalah suatu daftar untuk men “cek”

yang berisi nama subjek dan beberapa gejala serta identitas lainnya

dari sasaran pengamatan. (Notoatmodjo,2010:137)

Adapun instrumen DDST adalah satu dari metode screening terhadap

kelainan perkembangan anak, test inibukanlah test diagnose atau test IQ.

D. Prosedur Penelitian

Berikut adalah tahapan-tahapan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis, yaitu :

1. Tahap Persiapan

a. Mencari masalah penelitian/fenomena dan pembuatan judul.

b. Mencari data awal penelitian.

c. Melakukan studi pendahuluan untuk mencari informasi yang diperlukan di

Puskesmas Cimahi Selatan.

d. Menyusun proposal penelitian dan instrumen penelitian.

e. Seminar proposal penelitian.

f. Perbaikan hasil seminar proposal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Permohonan ijin penelitian.

b. Melakukan Penelitian di wilayah kerja PuskesmasCimahi Selatan

Page 31: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

31

c. Melakukan pengolahan dan analisis data penelitian.

3. Tahap Akhir

a. Penyusunan laporan akhir penelitian

b. Sidang / persentasi hasil penelitian

c. Pendokumentasian hasil penelitian

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010:174) langkah-langkah dalam

pengolahan data dengan menggunakan komputer adalah Editing,

Coding, Processing dan Data Cleaning.

2. Analisis Data

Adapun analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan

analisa bivariat.

a. Analisis Univariat

Bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005:188). Analisa ini

dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Adapun

rumus yang digunakan ialah Chi-Square (2) dengan tingkat

kemaknaan 95% atau nilai alpha 0,05 (5%).

)

Keterangan:

Chi-Square

= Frekuensi observasi

= Frekuensi harapan

Uji signifikasi antara dua variabel bebas dan terikat dilakukan dengan

menggunakan batas kemaknaan alpha (5%) dan confidance interval 95%,

dengan ketentuan:

Page 32: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

32

1) pValue ≤ 0,05 berarti Ho ditolak (P ≤ α). Uji statistik menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna.

2) pValue> 0,05 berarti Ho diterima atau gagal ditolak (P> α). Uji

stasistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian ini dilakukan di Posyandu Aselya RW 15 Kelurahan Utama

Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Selatan, 15 Februari 2013 – 10 Juli 2013.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Analisis Bivariat

Tabel 1. 2 Hubungan Balita Gizi Kurang dengan Perkembangan Balita Sektor Bahasa di Posyandu Aselya RW 15 Kelurahan Utama Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Selatan pada tahun 2013.

Berdasarkan tabel 1.2 didapatkan bahwa dari 24 responden diperoleh

hasil perhitungan statistic uji chi kuadrat nilai p value 0,036. Oleh karena

itu nilai p value lebih kecil dibandingkan 0,05 (0,036 < 0,05) maka

terdapat hubungan balita gizi kurang dengan perkembangan balita sector

bahasa.

StatusGizi

SektorBahasa Total pvalue

Meragukan Normal

N % N % N %

GizisangatKurang GiziKurang

2 3

100 13,6

0 19

0 86,4

2 22

100 100

0,036

Jumlah 5 20,8 19 79,8 24 100

Page 33: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

33

Tabel 1.3 Hubungan Balita Gizi Kurang dengan Perkembangan Balita Sektor Sosial di Posyandu Aselya RW 15 Kelurahan Utama Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Selatan pada tahun 2013.

Berdasarkan tabel 1.3 didapatkan bahwa dari 24 responden

diperoleh hasil perhitungan statistik uji chi kuadrat nilai p value 0,004.

Oleh karena itu nilai p value lebih kecil dibandingkan 0,05 (0,004 < 0,05)

maka terdapat hubungan balita gizi kurang dengan perkembangan balita

sector sosial.

Tabel 1.4 Hubungan Balita Gizi Kurang dengan Perkembangan Balita Motorik Kasar di Posyandu Aselya RW 15 Kelurahan Utama Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Selatan pada tahun 2013.

Berdasarkan tabel 1. 4. Didapatkan bahwa dari 24 responden

diperoleh hasil perhitungan statistic uji chi kuadrat nilai p value 0,011.

Oleh karena itu nilai p value lebih kecil dibandingkan 0,05( 0,011 < 0,05)

maka terdapat hubungan balita gizi kurang dengan perkembangan balita

motorik kasar.

StatusGizi

SektorSosial Total pvalue

Meragukan Normal

N % N % N %

GizisangatKurang GiziKurang

0 22

0 100

2 0

100 0

2 22

100 100

0,004

Jumlah 22 91,7 2 8,3 24 100

StatusGizi

MotorikKasar Total pvalue

Meragukan Normal

N % N % N %

GizisangatKurang GiziKurang

0 21

0 95,5

2 1

100 4,5

2 22

100 100

0,011

Jumlah 21 87,5 3 12,5 24 100

Page 34: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

34

Tabel 1.5 Hubungan Balita Gizi Kurang dengan Perkembangan Balita Motorik Halus di Posyandu Aselya RW 15 Kelurahan Utama Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Selatan pada tahun 2013.

Berdasarkan abel 1.5 didapatkan bahwa dari 24 responden

diperoleh hasil perhitungan statistic uji chi kuadrat nilai p value 0,036.

Oleh karena itu nilai p value lebih kecil dibandingkan 0,05 (0,036 < 0,05)

makater dapat hubungan balita gizi kurang dengan perkembangan balita

motorik halus.

B. Pembahasan

1. Hubungan Balita Gizi Kurang dengan Perkembangan Balita Sektor

Bahasa, Sektor Sosial, Motorik Kasar dan Motorik Halus

Dari 24 responden yang status gizi sangat kurang terdapat 2 (100%)

balita yang sektor bahasanya meragukan, 0 (0%) balita yang sektor

bahasanya normal, dan status gizi kurang terdapat 3 (13,6%) balita yang

sektor bahasanya meragukan, 19 (86,4%) balita yang sektor bahasanya

normal. Hasil analisa diperoleh p value 0,036 yang artinya terdapat

hubungan antara balita gizi kurang dengan perkembangan balita sektor

bahasa .

Dari 24 responden yang status gizi sangat kurang terdapat 0 (0%) balita

yang sektor sosialnya meragukan, 2 (100%) balita yang sektor sosialnya

normal, dan status gizi kurang terdapat 22 (100%) balita yang sektor

sosialnya meragukan, 0 (0%) balita yang sektor sosialnya normal. Hasil

analisa diperoleh p value 0,004 yang artinya terdapat hubungan antara

balita gizi kurang dengan perkembangan balita sektor sosial.

Dari 24 responden yang status gizi sangat kurang terdapat 0 (0%) balita

yang motorik kasarnya meragukan, 2 (100%) balita yang motorik

StatusGizi

MotorikHalus Total pvalue

Meragukan Normal

N % N % N %

GizisangatKurang GiziKurang

0 19

0 86,4

2 3

100 13,6

2 22

100 100

0,036

Jumlah 19 79,2 5 20,8 24 100

Page 35: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

35

kasarnya normal, dan status gizi kurang terdapat 21 (95,5%) balita yang

motorik kasarnya meragukan, 1 (4,5%) balita yang motorik kasarnya

normal. Hasil analisa diperoleh p value 0,011 yang artinya terdapat

hubungan antara balita gizi kurang dengan perkembangan balita motorik

kasar.

Dari 24 responden yang status gizi sangat kurang terdapat 0 (0%) balita

yang motorik halusnya meragukan, 2 (100%) balita yang motorik

halusnya normal, dan status gizi kurang terdapat 19 (86,4%) balita yang

motorik halusnya meragukan, 3 (13,6%) balita yang motorik halusnya

normal. Hasil analisa diperoleh p value 0,036 yang artinya terdapat

hubungan antara balita gizi kurang dengan perkembangan balita motorik

halus.

Menurut Proverawati & Wati (2010:62-63) secara harfiah, balita atau

anak bawah lima tahunadalahanak usia kurang dari lima tahun sehingga

bayi di bawah satu tahunjuga termasuk dalam golongan ini.

Gizi kurang adalah suatu proses kurang makan ketika kebutuhan normal

terhadap satu atau beberapa nutrien tidak terpenuhi, atau nutrien-nutrien

tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar dari pada yang didapat.

(Manary & Solomons, 2009:216)

Menurut Almatsier (2002:301) masalah gizi kurang pada umumnya

disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang

baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan

tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah

miskin gizi (iodoum).

Beberapa faktor yang menyebabkan masalah mengenai status gizi pada

balita adalah Pengetahuan orang tua, status ekonomi sosial, peranan

orang tua, dan peranan infeksi yaitu :

1) Pengetahuan orang tua

Pengetahuan merupakan segala informasi yang di peroleh dengan

proses belajar, sehingga timbul pengertian atau pemahaman dan

perasaan informasi yang dapat digunakan untuk mengatasi

masalah yang di hadapi. Satu cara untuk memperoleh pengetahuan

Page 36: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

36

adalah melalui pendidikan formal. Keluarga yang pendidikannya

rendahakan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi

dan mereka sering tidak mau tau tidak meyakini pentingnya

pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan

lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan

perkembangan anak. Keluarga dengan latar belakang pendidikan

renda juga sering kali tidak dapat, tidak mau, atau tidak meyakini

pentingnya penggunaan fasilitas kesehatan yang dapat menunjang

pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Supartini, 2004).

2) Status sosial ekonomi

Status social ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi

anak.Hal ini dapat terlihat anak yang dibesarkan dalam keluarga

dengan social ekonomi tinggi, tentunya pemenuhan gizi sangat

cukup baikdibandingkan anak dengan status social ekonominya

rendah. Karena Anak yang beradada dibesarkan dalam lingkungan

keluarga yang sosia ekonominya rendah, bahkan punya banyak

keterbatasan untuk member makanan bergizi, membayar biaya

pendidikan, dan memenuhi kebutuhan primer lainnya. Tentunya

keluarganya akan mendapat kesulitan untuk membantu anak

mencapai status gizi yang baik (Supartini, 2004)

3) Peran Orang Tua

Selain itu posisi anak dalam keluarga juga dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak hal ini dapat dilihat pada anak

pertama atau tunggal kemampuan intelektual lebih menonjol dan cepat

berkembang dibandingkan anak kedua karena pada anak pertama orang

tua memberikan perhatian sepenuhnya dalam segala hal yang baik

pendidikan, gizi, atau yang lain. Maka dari itu peran orang tua sangat

penting dalam pemenuhan gizi anak (Hidayat, 2005).

Page 37: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

37

4) Peranan infeksi

Menurut Pudjiadi (2001:106) Telah lama diketahui adanya interaksi

sinergistis antara malnutrisi dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat

memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi walaupun masih ringan,

mempunyai pengaruh negative pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Hasil analisa menyatakan bahwa balita gizi kurang akan berpengaruh

terhadap perkembangan balita itu sendiri. Pada penelitian ini peneliti

belum mendapatkan atau menemukan sumber penelitian yang sama

tentang judul atau pembahasan yang diteliti. Sehingga belum bisa

membandingkan atau menyamakan dengan penelitian yang lain.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada 24 responden, mengenai

Hubungan Balita Gizi Kurang dengan Perkembangan Balita di Posyandu

Aselya RW 15 Kelurahan Utama Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Selatan

pada tahun 2013, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Diketahuiterdapathubunganantarabalitagizikurangdenganperkembangan

balitasektorbahasadengan p value 0,036.

2. Diketahuiterdapathubunganantarabalitagizikurangdenganperkembangan

balitasektorsosialdengan p value 0,004.

3. Diketahuiterdapathubunganantarabalitagizikurangdenganperkembangan

balitamotorikkasardengan p value 0,011

4. Diketahuiterdapathubunganantarabalitagizikurangdenganperkembangan

balitamotorikhalusdengan p value 0,036.

Page 38: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

38

Saran

1. Teoritis

Diharapkan dengan diketahui a danya hubungan balita gizi kurang

dengan perkembangan balita dapat lebih digalakan dan dapat membantu

meningkatkan kesehatan balita.

2. Praktis

a. Diharapkan pada pihak institusi khususnya prodi DIII Kebidanan untuk

lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seluruh mahasiswi

dan lulusan DIII Kebidanan STIKes Budi Luhur dalam mengadakan

penelitian lanjutan, khususnya tentang perkembangan balita.

b. Diharapkan pihak Puskesmas Cimahi Selatan untuk lebih memantau

perkembangan semua balita terutama yang mengalami gizi kurang

dan untuk melakukan penyuluhan dengan menggunakan media yang

menarik yang bias membuat masyarakat untuk lebih memahami dan

mau untuk mengikutinya.

c. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi

acuan dan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya dan

dapat lebih menggali lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhi

perkembangan balita.

Page 39: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

39

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Arisman. (2004). Buku Ajar Ilmu Gizi dalam DAur Kehidupan. Jakarta : EGC

Dinas Kesehatan Cimahi. (2011). Data Kejadian Gizi Kurang di Wilayah Cimahi

Hidayat. (2010). Metode Penelitian Kesehatan: Paradigma Kuantitatif. Jakarta : Salemba Medika

Mitayani dan Sartika. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta : Trans Info Media

Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

_____. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka Cipta

_____. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Riyanto. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogjakarta : Nuha Medika

_____. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogjakarta : Nuha Medika

Riskesdas. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Supariasa. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

Proverawati dan Wati. (2010). Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogjakarta : Nuha Medika

Format referensi elektronik. Anallisis faktor-faktor yang mempengaruhi gizi kurang pada balita, tersedia hptt://www.kti/skripsi.net/2011/11/analisis-faktor-faktor-yang.html, diperoleh tanggal 26 Februari 2013

______Baku Rujukan WHO, 2005, http://sehatceriaavail.blogspot.com, diperoleh tanggal 12 Maret 2013

_____. Depkes RI. (2006). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung. Tersedia http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kota%20bandung% 02006.pdf, diperoleh tanggal 26 Februari 2013

_____. Lucyati, A. 2011. Balita di Jabar Alami Gizi Buruk. Tersedia

http://www.metrorealita.co.cc/2011/03/7377-balita-di-jabar-alami-gizi buruk.html, diperoleh tanggal 26 Februari 2013

_____. Malik, 2008, Faktor Resiko kejadian Gizi Kurang, tersedia http://kti-skripsi-keperawatan.blogspot.com, diperoleh tanggal 26 Februari 2013

Page 40: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

40

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA TINDAKAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA VIII SUBANG

THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE DEGREE WITH THE USING OF PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT ON NURSING INTERVENTION AT PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA VIII SUBANG HOSPITAL.

Atira1) dan Kurnia Fatmawaty2)

1)Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Budi luhur

Email: [email protected]

2)Rumah Sakit PTPN VIII Subang (UGD)

Email: [email protected]

ABSTRACT

Background of this research is the hospital place of patient care service where it is a

resourch of many kinds of diseases among of it caused by infection. The infection

can cause risk of infectious disease spread which is can start from one patient to

others, does even it could happen to health service employees. Personal Protective

equipment (PPE) is very important to protect nurses on doing nursing intervention.

Aims of the research is to know the relationship of knowledge degree with the using of

PPE on nursing intervention at PTPN VIII Subang Hospital. The research method used

in the research was cross sectional, and population in the research all the staff nurses

PTPN VIII Subang Hospital as many as 60 nurses. Research result that tested by

univariat and bivariat with statistical tests chi square with p value 0,000 on α 0.05.

From 60 respondents, known that 28 (46,7%) respondents had less knowledge about

it, there were 7 (25%) respondents used PPE appropiatelly, and 21 (75%) respondents

did not used PPE inappropiatelly. Respondents who had fair knowledge about it were

known as many as 6 (10%) respondents and must of them (100%) used PPE

appropiatelly. Mean while respondents who had good knowledge were as many as 26

( 43,3 %) respondents and most of them ( 100 % ) used PPE appropiatelly on nursing

intervention. Conclusion of this research, there is a relationship of knowledge degree

with the using personal protective equipment on nursing intervention at PTPN VIII

Subang Hospital.

Keywords: Nurse Knowledge degree, PT. Perkebunan Nusantara VIII Subang Hospital.

Page 41: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

41

PENDAHULUAN

Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa

setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif,

partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia

Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan

nasional. Selanjutnya Mahardani (2010) menyatakan bahwa salah satu cara dalam

memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari

bahaya akibat kecelakaan kerja adalah menggalakan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan pada pekerja, khususnya

pada perawat pelaksana.

Selanjutnya dalam ICN (2009) dinyatakan bahwa perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan tidak boleh membedakan status sosial, ekonomi, atau masalah

kesehatan terhadap pasien. Hal ini menunjukan bahwa perawat berkewajiban merawat

pasien termasuk pasien dengan berbagai penyakit infeksi tanpa kecuali walaupun

risiko bahaya cukup tinggi bagi diri perawat. Tindakan pencegahan universal atau

Universal Precaution (UP) yaitu suatu cara penanganan harus diterapkan oleh petugas

kesehatan untuk meminimalkan risiko terjadinya penularan infeksi. Oleh karena itu

perawat sebagai pelaksana penanganan kesehatan terhadap pasien diberikan suatu

Standard Operating Procedure (SOP) yang mengatur tindakan pencegahan universal.

Tenaga kesehatan diantaranya perawat harus mendapat perlindungan diri dari risiko

tertular penyakit agar dapat bekerja secara maksimal (Mahardani, 2010).

Salah satu instrumen atau alat yang harus digunakan perawat pelaksana dalam

menangani pasien yang kita kenal dengan istilah Alat Pelindung Diri (APD). APD ini

berfungsi sebagai pelindung (barrier) terhadap perawat pada saat menangani pasien,

tetapi sering diabaikan oleh perawat dalam menggunakannya. Namun dengan

munculnya AIDS, Hepatitis C, dan Tuberkulosis serta SARS di berbagai negara,

penggunaan APD menjadi sangat penting untuk melindungi petugas (Kementerian

Kesehatan RI, 2011).

APD mencakup sarung tangan, masker, gaun pelindung, apron, alat pelindung mata

(pelindung wajah dan kaca mata), pelindung kaki, dan topi. APD ini digunakan di RS

bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke

tenaga kesehatan atau sebaliknya melalui kontak dengan kulit, selaput lendir, dan

cairan tubuh (darah dan sekret) (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Dalam hal

penggunaan APD pada tindakan keperawatan dibutuhkan pengetahuan perawat

Page 42: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

42

sehingga risiko infeksi akan terjaga yang akan meningkatkan derajat kesehatan

perawat.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di RS

PT. Perkebunan Nusantara VIII (RS PTPN VIII) Subang, bahwa secara umum perawat

masih belum menggunakan APD pada saat melakukan tindakan keperawatan. Hal

tersebut di dukung dengan data perawat yang tertular infeksi nosokomial yaitu hepatitis

sebanyak 1 orang pada tahun 2000, tuberculosa sebanyak 1 orang pada tahun 2001

dan 1 orang pada tahun 2007. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai

“Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada

Tindakan Keperawatan Di Rumah Sakit PT. Perkebunan Nusantara VIII (RS PTPN

VIII) Subang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan penggunaan APD pada Tindakan Keperawatan di RS PTPN VIII

Subang.

Page 43: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

43

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah studi analitik dengan jenis rancangan penelitian

menggunakan rancangan cross sectional atau potong silang yaitu suatu penelitian

yang mempelajari variabel sebab atau risiko (independen) dan akibat atau kasus

(dependen) yang terjadi pada obyek penelitian yang diukur atau dikumpulkan secara

simultan atau penelitian diamati pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

Variabel Penelitian adalah Variabel Independen yaitu Pengetahuan perawat

tentang penggunaan APD pada tindakan keperawatan. Sedangkan Variabel

Depeneden yaitu Penggunaan APD pada tindakan keperawatan di RS. Definisi

Konseptual: Pengetahuan hasil dari tahu dan orang melakukan penginderaan

terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Alat pelindung adalah alat yang

digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada

petugas dan juga melindungi petugas dari mikroorganisme yang ada pada

pasien (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Definisi Operasional yaitu

Pemahaman perawat tentang pentingnya penggunaan APD pada tindakan

keperawatan meliputi: Pengertian, Pedoman umum APD, Jenis – jenis APD,

Tujuan menggunakan APD pada tindakan keperawatan dan Cara Penggunaan

APD. Pemakaian APD yang tepat pada tindakan keperawatan yang dilakukan

di Rumah Sakit. Alat Ukur yang digunakan pada penegrathuan perawata yaitu

Kuesioner untuk perawat pelaksana dengan menggunakan skala Guttman

(Riduwan, 2011). Pada penggunaan APD alat ukur yang digunakan Lembar

observasi untuk perawat pelaksana dalam menerapkan SOP yang dilakukan

oleh peneliti dibantu oleh kepala ruangan dengan menggunakan Skala Likert.

Hasil Ukur yang diperoleh yaitu Tingkat pengetahuan perawat meliputi: 1 = Baik

jika 76-100%, 2 = Cukup jika 56-75%, 3 = Kurang jika < 56%. Hasil ukur pada

penggunakan APD yaitu penggunaan APD dengan tepat ≥ 45,65 (mean) dan

Tidak Menggunakan APD dengan tepat < 45,65 (mean). Skala Ukur yang

digunakanan yaitu Ordinal.

Page 44: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

44

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 60 orang (perawat pelaksana) di RS

PTPN VIII Subang.

2. Sampel

Besar sampel pada penelitian ini semua anggota populasi menjadi sampel yaitu

sebanyak 60 perawat. Teknik pengambilan sampel dengan sampel jenuh (total

populasi) yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel.

Cara ini dilakukan karena populasi kecil (kurang dari 100) (Hidayat, 2010).

C. Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pertama dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang akan diisi oleh

responden dan lembar observasi yang akan diisi oleh peneliti dengan dibantu

oleh kepala ruangan. Kedua peneliti melakukan observasi terhadap perawat

pelaksana mengenai penggunaan APD dengan dibantu oleh masing-masing

kepala ruangan. Observasi dilakukan selama 2 hari dan menurut kebiasaan

sehari-hari perawat pelaksana dalam melaksanakan tindakan keperawatan

selama bekerja di RS PTPN VIII.

2. Instrumen penelitian

Instrument yang digunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan

perawat tentang APD dan lembar observasi tentang penggunaan APD pada

tindakan keperawatan berdasarkan SOP yang dilakukan oleh peneliti dengan

dibantu oleh kepala ruangan.

3. Uji validitas dan reliabilitas

a. Uji validitas

Pada penelitian ini uji validitas dilakukan dengan menggunakan validitas

konstruksi dengan korelasi Pearson product moment yang dilihat dari nilai

Page 45: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

45

corected item total correlation. Adapun dasar dilakukan uji validitas karena

kuesioner dan lembar observasi dibuat sendiri oleh peneliti.

b. Uji reliabilitas.

Pada penelitian ini uji realibilitas menggunakan rumus alpha cronbach,

Reliabel tidaknya instrument diuji dengan membandingkan nilai r α dengan

nilai konstanta, instrument dinyatakan valid bila r α > 0,6 (Riyanto, 2009).

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Memilih bahan penelitian

b. Melakukan studi kepustakaan

c. Melakukan studi pendahuluan

d. Menyusun proposal dan instrument

e. Seminar proposal

2. Tahap Pelaksanaan

a. Izin penelitian

b. Informed concent pada responden

c. Pengumpulan data

d. Pengolahan data

e. Analisa data

3. Tahap akhir

a. Menyusun laporan penelitian

b. Penyajian atau presentasi hasil penelitian

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Editing,

Coding, Entry data, dan Cleaning.

2. Analisis Data

Analisi data Dalam penelitian ini ada dua jenis analisa, yaitu:

a. Analisis Univariat

Adalah analisis untuk mendeskripsikan karakteristik ke dalam bentuk tabel

dapat diberi perincian dengan menggunakan rumus analisis seperti rumus

sebagai berikut:

Page 46: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

46

%100b

aP

Keterangan :

P = Persentase a = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar b =Jumlah semua pertanyaan

b. Analisis Bivariat

Uji bivariat yang digunakan adalah uji chi square (x²). Secara perhitungan manual,

rumus umum Chi-Square/Chi-Kuadrat yang digunakan adalah sebagai berikut

(Agus Riyanto, 2009)::

h

ho

f

ffx

2

2

Keterangan:

x2 = Nilai Chi-Kuadrat fo = frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris) fh = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

Tingkat kemaknaan yang diinginkan 95% atau nilai alfa 0,05, maka hasil uji statistik

mengacu α = 0.05, yaitu jika nilai p yang diperoleh lebih kecil sama dengan 0,05 maka

H0 ditolak sehingga secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dengan penggunaan APD pada tndakan keperawatan, tetapi jika nilai p

yang diperoleh lebih lebih besar dari 0,05 maka H0 gagal di tolak sehingga secara

statistik tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan

APD pada tindakan keperawatan.

G. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di RS PTPN VIII Subang, tanggal 22-23 Juni 2013.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat Pengetahuan Perawat tentang APD di RS PTPN VIII Subang

Page 47: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

47

Hasil penelitian mengenai distribusi tingkat pengetahuan tentang APD terhadap

60 orang perawat pelaksana sebagai responden yang dilaksanakan di RS PTPN

VIII Subang, ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data distribusi tingkat pengetahuan tentang APD pada

perawat pelaksana di RS PTPN VIII Subang

Pengetahuan Frekuensi %

Kurang

Cukup

Baik

28

6

26

46,7

10,0

43,3

Jumlah 60 100.0

Sumber: Hasil Pengolahan Data primer 2013

Pada Tabel 1.1 terlihat hasil gambaran distribusi tingkat pengetahuan perawat

tentang APD. Hasil Uji analisis univariat dari penelitian terhadap 60 responden

didapatkan data bahwa sebanyak 28 (46,7%) responden mempunyai

pengetahuan kurang. Sebagian lainnya yaitu sebanyak 6 (10,0%) responden

mempunyai pengetahuan cukup dan 26 (43,3%) responden mempunyai

pengetahuan baik.

2. Penggunaan APD pada Tindakan Keperawatan Di RS PTPN VIII Subang

Hasil penelitian mengenai distribusi penggunaan APD pada tindakan

keperawatan terhadap 60 orang perawat pelaksana sebagai responden yang

dilaksanakan di RS PTPN VIII Subang, ditunjukkan pada Tabel 1. 2.

Tabel 1.2 Data distribusi penggunaan APD pada tindakan keperawatan oleh

perawat pelaksana di RS PTPN VIII Subang

Penggunaan APD Frekuensi % Mean

Menggunakan APD dengan tepat Tidak menggunakan APD dengan tepat

39

21

65,0

35,0

≥45,65

<45,65

Jumlah 60 100.0

Page 48: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

48

Sumber: Hasil Pengolahan Data primer 2013

Pada Tabel 1.2 terlihat hasil gambaran distribusi penggunaan APD pada

tindakan keperawatan. Hasil uji analisis univariat didapatkan hasil yaitu dari

sebanyak 60 responden didapatkan 39 (65%) responden menggunakan APD

dengan tepat pada tindakan keperawatan. Sedangkan sebanyak 21 (35%)

responden ditemukan tidak menggunakan APD dengan tepat pada tindakan

keperawatan.

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penggunaan APD pada Tindakan

Keperawatan Di RS PTPN VIII Subang

Hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan penggunaan

APD pada tindakan keperawatan di RS PTPN VIII Subang, ditunjukkan pada

Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Data hubungan tingkat pengetahuan dengan penggunaan APD

pada tindakan keperawatan di RS PTPN VIII Subang

Pengetahuan

Penggunaan APD pada

Tindakan Keperawatan

Total P value

Menggunakan

APD dengan

tepat

Tidak

Menggunakan

APD dengan

tepat

n % n % n %

Kurang

Cukup

Baik

7

6

26

25,0

100

100

21

0

0

75,0

0

0

28

6

26

100

100

100

0.000

Jumlah 39 65,0 21 35,0 60 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data primer 2013

Pada Tabel 1.3 terlihat data hasil uji analisis bivariat tentang hubungan antara

tingkat pengetahuan dengan penggunaan APD pada tindakan keperawatan. Dari

sejumlah 60 responden, didapatkan data bahwa sebanyak 28 responden yang

mempunyai pengetahuan kurang, 7 (25%) responden diantaranya menggunakan

Page 49: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

49

APD dengan tepat dan 21 (75%) responden yang tidak menggunakan APD

dengan tepat pada tindakan keperawatan. 6 responden yang mempunyai

pengetahuan cukup, 6 (100%) responden menggunakan APD dengan tepat dan

0 (0%) atau tidak ditemukan yang tidak menggunakan APD dengan tepat pada

tindakan keperawatan. Sedangkan 26 responden yang mempunyai pengetahuan

baik, 26 (100%) responden menggunakan APD dengan tepat dan 0 (0%) atau

tidak ditemukan responden yang tidak menggunakan APD dengan tepat pada

tindakan keperawatan.

B. Pembahasan

1. Tingkat Pengetahuan Perawat tentang APD di RS PTPN VIII Subang

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan tentang APD pada

perawat pelaksana di RS PTPN VIII Subang, berdasarkan analisis univariat yang

tertera pada Tabel 1.4. bahwa pengetahuan tentang APD yang dimiliki oleh

perawat pelaksana sebagai responden di RS PTPN VIII Subang dikategorikan

kurang, hal ini diantaranya disebabkan kurangnya informasi serta pemahaman

mengenai APD. Selama ini informasi yang diperoleh perawat pelaksana hanya

dari pendidikan formal yang diperoleh sebelum bekerja dan pengalaman kerja

yang dimiliki oleh perawat pelaksana tersebut. Perawat pelaksana atau pun

kepala ruangan tidak pernah mengikuti pelatihan, seminar atau pun simposium

mengenai K3 karena tidak ada anggaran khusus untuk mengembangkan

pengetahuan perawat tentang APD di RS PTPN VIII Subang. Sedangkan

sosialisasi tentang APD dari bagian K3 atau pun manager (kepala bidang

keperawatan atau kepala ruangan) kepada perawat pelaksana masih sangat

jarang dilakukan.

Adapun pengetahuan perawat pelaksana (responden) ada pada kategori cukup

dan baik kemungkinan karena motivasi sendiri untuk mencari informasi tentang

APD melalui media massa atau pun jaringan internet. Selain itu pengalaman

kerja yang lebih lama juga dapat mempengaruhi pengetahuan perawat

pelaksana tentang APD tersebut.

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara

orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan merupakan hasil dari usaha untuk

tahu dan setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Page 50: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

50

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu internal dan eksternal

(Notoatmodjo, 2003). Faktor internal meliputi: pendidikan, persepsi, motivasi, dan

pengalaman. Faktor eksternal meliputi: lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan,

dan informasi.

2. Penggunaan APD pada Tindakan Keperawatan di RS PTPN VIII Subang

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan APD pada tindakan

keperawatan di RS PTPN VIII Subang, berdasarkan analisis univariat yang

tertera pada Tabel 1.4. bahwa penggunaan APD dengan tepat pada tindakan

keperawatan kemungkinan karena dipengaruhi oleh pengalaman kerja yang

mereka miliki selama bekerja di RS PTPN VIII yang sebagian besar bekerja

selama lebih dari 5 tahun. Adapun perawat pelaksana tidak menggunakan APD

dengan tepat pada tindakan keperawatan karena perawat pelaksana tidak mau

memakai karena merasa tidak nyaman atau merasa bahwa APD tertentu

mengganggu pekerjaannya. Sedangkan alasan lain adalah bahwa APD yang

disediakan jumlahnya tidak mencukupi atau ada APD yang tidak disediakan di

ruang rawat inap atau poliklinik RS PTPN VIII karena ada beberapa tindakan

keperawatan yang jarang atau tidak pernah dilakukan di ruang rawat inap dan

poliklinik. Sedangkan alasan tidak disediakannya APD adalah karena pihak

manager kurang memahami pentingnya penggunaan APD pada tindakan

keperawatan selain itu ada beberapa APD yang harganya mahal.

APD mencakup sarung tangan, masker, gaun pelindung, apron, alat pelindung

mata (pelindung wajah dan kaca mata), pelindung kaki, dan topi. pelindung yang

paling baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sinetik

yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh). Bahan yang

tahan air ini tidak banyak tersedia karena harganya yang mahal. pengelolah RS,

penyelia dan para petugas kesehatan harus mengetahui tidak hanya kegunaan

dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi peran APD sesungguhnya dalam

mencegah penyakit infeksi sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien

(Kementerian Kesehatan RI, 2011).

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penggunaan APD pada Tindakan

Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan

peanggunaan APD pada tindakan keperawatan di RS PTPN VIII Subang,

Page 51: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

51

Berdasarkan hasil uji bivariat seperti yang tertera pada Tabel 1.4. diperoleh data

bahwa dari 60 responden, terdapat 28 responden yang berpengetahuan kurang,

7 (25%) responden diantaranya menggunakan APD dan 21 (75%) responden

tidak menggunakan APD. Responden lainnya yaitu dari 6 responden yang

berpengetahuan cukup, didapatkan 100% menggunakan APD atau tidak

didapatkan responden yang tidak menggunakan APD pada tindakan

keperawatan. Sedangkan 26 responden yang berpengetahuan baik, juga

didapatkan 100% menggunakan APD pada tindakan keperawatan.

Berdasakan dari hasil uji chi square diperoleh nilai p value = 0,000 (p value <

α 0.05). Hasil p value 0,000 tersebut artinya kualitas penelitian yang telah

dilakukan tidak ada kesalahan, sehingga dinyatakan bahwa H0 ditolak artinya

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan APD pada

tindakan keperawatan di RS PTPN VIII Subang. Dari hasil analisa tersebut dapat

diambil kesimpulan bahwa jika pengetahuan perawat tentang APD baik atau

cukup maka perawat akan menggunakan APD dengan tepat pada tindakan

keperawatan tetapi apabila pengetahuan perawat tentang APD kurang maka

sebagian besar perawat tidak menggunakan APD dengan tepat pada tindakan

keperawatan. Adapun beberapa perawat pelaksana (responden) dengan tingkat

pengetahuan kurang tetapi menggunakan APD dengan tepat pada tindakan

keperawatan, hal ini adalah kebiasaan yang ditiru dari perawat seniornya atau

disuruh oleh atasan, yang kemudian perawat pelaksana tersebut akan

memahami pentingnya penggunaan APD yang selanjutnya akan diaplikasikan

pada tindakan keperawatan. Setelah berhasil menganalisa maka perawat

pelaksana tersebut dapat memilih dan mengelompokan penggunaan APD yang

sesuai dengan tindakan keperawatan yang akan dilakukan yang akhirnya dapat

mengevaluasi sendiri manfaat penggunaan APD yang tepat pada tindakan

keperawatan. Menurut Bloom (dalam Notoatmojdo, 2007) pengetahuan yang

mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: tahu,

memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Page 52: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

52

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Hubungan Tingkat

Pengetahuan dengan Penggunaan APD pada Tindakan Keperawatan di RS

PTPN VIII Subang, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat pengetahuan tentang APD pada perawat Di RS PTPN VIII

Subang, didapatkan hasil yaitu dari 60 responden diantaranya sebanyak

26 (43,3%) responden mempunyai pengetahuan baik, 6 (10%) responden

mempunyai pengetahuan cukup, dan 28 (46,7%) responden mempunyai

pengetahuan kurang.

2. Penggunaan APD pada Tindakan Keperawatan Di RS PTPN VIII Subang,

didapatkan hasil yaitu dari sebanyak 60 responden diantaranya 39 (65%)

responden menggunakan APD dengan tepat pada tindakan keperawatan dan 21

(35%) responden tidak menggunakan APD dengan tepat pada tindakan

keperawatan.

3. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan penggunaan APD pada

tindakan keperawatan Di RS PTPN VIII Subang yaitu dari 60 responden, terdapat

28 responden yang mempunyai pengetahuan kurang, 7 (25%) responden

diantaranya menggunakan APD dengan tepat dan 21 (75%) responden tidak

menngunakan APD dengan tepat. Responden lainnya yaitu dari 6 responden

yang mempunyai pengetahuan cukup, 100% menggunakan APD dengan tepat

atau tidak didapatkan responden yang tidak menggunakan dengan tepat pada

tindakan keperawatan. Sedangkan 26 responden yang mempunyai pengetahuan

baik, juga didapatkan 100% menggunakan APD dengan tepat pada tindakan

keperawatan.

B. Saran

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau sumber informasi

bagi pihak RS untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan

perawat pelaksana tentang APD dan penggunaannya dengan tepat pada

tindakan keperawatan sehingga akan meminimalkan infeksi nosokomial

dan meningkatkan derajat kesehatan bagi perawat pelaksana.

Page 53: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

53

2. Pihak STIKes dapat membuat tulisan untuk dipublikasikan di buletin

ataupun website yang dapat diakses melalui internet tentang pentingnya

penggunaan APD pada tindakan keperawatan.

3. Perawat diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan terutama tentang

APD karena akan bermanfaat dalam menjalankan praktek keperawatan.

4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk

melakukan penelitian berikutnya dan diharapkan melakukan penambahan

variabel lain seperti sikap, sumber informasi dan variabel lainnya.

Sehingga diharapkan penelitian selanjutnya tidak hanya melakukan

analisa bivariat tetapi sampai multivariat untuk mengetahui faktor – faktor

lain.

Page 54: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

54

Daftar Pustaka

1. Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta.

2. Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman Pelayanan Keperawatan

Gawat Darurat Di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Bina Keperawatan.

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.

3. Emaliyawati Etika. (2010) Tindakan Kewaspadaan Universal sebagai Upaya Untuk Mengurangi Resiko Penyebaran Infeksi. Bandung: Unpad.

4. Hidayat. (2007). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

5. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit da Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta:PERDALIN.Cetakan ketiga.

6. Notoatmodjo Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

7. Mackenzie, N. & Knipe,S. (2006). “Research dilemmas: Paradigms, methods and methodology.” Issues In Educational Research.16 (2), 193-205. Diunduh pada tanggal 16 September 2006 dari http://www. iier.org.au/ iier16/mackenzie.html.

8. Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

9. Notoatmodjo. (2007). Ilmu Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

10. Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

11. Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

12. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta:EGC.

13. Riyanto. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

14. Sastroasmoro Sudigdo. Ismael Sofyan. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. (Edisi ke-4). Jakarta: Sugeng Seto.

Page 55: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

55

15. Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. (edisi-2). Yogyakarta: Graha Ilmu.

16. Wansuzusino. (2013). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Perawat Indonesia dalam Menerapkan Universal Precaution di Pusat Layanan Kesehatan. Semarang : Universitas Muhamadiyah.

Page 56: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

56

HUBUNGAN PERILAKU KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA

PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH PUSKESMAS JAYAGIRI KECAMATAN

LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

FACTORS RELATED CHARACTERISTICS AND BEHAVIOR WITH INDIVIDUAL

DISEASES PULMONARY TB IN THE REGION DISTRICT HEALTH Jayagiri

LEMBANG BANDUNG WEST DISTRICT

Budi Rianto1) dan Sri Wulan Yuniati2)

1) Program Studi Ilmu Keperawatan (D3), STIKes Budi Luhur Cimahi 2) Program Studi Ilmu Keperawatan (S1), STIKes Budi Luhur Cimahi

ABSTRACT

The background of this study is that the increasing pulmonary TB disease, which is

also the number 4 leading causes of death in Indonesia and MDR TB was ranked 9th

in the World. Tuberculosis (TB) is a contagious disease that is still a health problem in

Indonesia. Transmission of tuberculosis bacteria in healthy individuals and in patients

with risk of death is one of the issues that need to be addressed by all levels of society

and health workers. The purpose of this study was to determine the correlation

between the characteristics and behavior of individuals with pulmonary TB disease.

The method used in this study is an analytical study of the type of research design

used is a case control study. The population in this study were all pasen pulmonary TB

(+) in the Region Puskesmas Kecamatan Lembang Jayagiri West Bandung regency.

Collecting data were analyzed with univariate and bivariate subjective data using the

chi square test. Based on the analysis of the results of the study concluded that for the

studied behavioral characteristics and no significant relationship with OR. From the

research it can be concluded that the work has a relationship with the occurrence of

pulmonary TB Top OR = 3.081, Contact with patients having a relationship with the

occurrence of pulmonary TB value = 0.306 and OR Accustomed sleep have a

relationship with pulmonary TB patients in health centers OR = 0.221 Jayagiri

Lembang district. Results of this study are expected to My Community Health Center is

expected to not only be a means of secondary preventive health, but can be further

improved in terms of the primary preventive in preventing transmission of pulmonary

TB disease. Future studies are recommended to add other variables associated with

the incidence of pulmonary TB, which involve environmental factors and health

services. Moreover, it can perform multivariate data analysis up to see a relationship of

independent variables with one or more dependent variables. Results of this study

were taken only a few variables and only represent the relationship of the factors that

exist.

Keywords: Case control, pulmonary TB smear (+)

Page 57: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

57

PENDAHULUAN

Penyakit tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang masih tetap

merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Badan

kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa TB saat ini

menjadi ancaman global. Diperkirakan sepertiga penduduk dunia terinfeksi kuman

tuberkulosis (TB) dan 95%-nya berada di negara berkembang serta setiap tahunnya

lebih dari 8 juta orang menderita TB. Sekitar 2 juta orang meninggal akibat penyakit ini

setiap tahunnya. Di dunia penderita TB Paru telah mencapai 8,8 juta kasus penemuan

baru dengan angka kematian 1,45 juta (Monef, 2011).

Menurut data yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat,

penyakit TB paru merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah

kesehatan di masyarakat. Sedangkan prevalensi TB per 100 ribu jumlah penduduk di

KBB sebanyak 1.531.072 jiwa ( Profil kesehatan Propinsi jabar tahun 2013 ).

Jumlah penduduk di Kecamatan Lembang 201.765 kepadatan jiwa/km²,

meliputi 16 Desa/Kelurahan. (Menurut data dari Kecamatan Lembang). Kecamatan

Lembang merupakan daerah Wisata, banyak pendatang / turis yang datang ke

Lembang. Dikarenakan sebagai tempat wisata, maka Jayagiri ini menjadi pintu

terjadinya infeksi seperti HIV dengan Infeksi Opportunitisnya yaitu sebagian besar

menderita TB Paru. Daerah Jayagiri merupakan salah satu sasaran dan target yang

banyak berdasarkan jumlah penduduk yang padat di daerah ini. Dengan banyaknya

daerah wisata secara otomatis banyak juga pendatang baru yang bekerja di Lembang

dan bermukim baik untuk sementara atau menetap. sebagian besar tinggal di kost-an

atau kontrakan yang padat penduduknya. Untuk daerah Kecamatan Lembang terhitung

bulan september tahun 2012 yang sudah dilakukan cek resistensi MDR sebanyak 5

orang, termasuk pasen yang ada di luar wilayah.

Desa Jayagiri terletak di kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat yang

terdiri dari 3 dusun dengan 16 Rw, yaitu Dusun 1 terdiri dari RW 06, 07, 08, 11, 13 dan

16, Dusun 2 terdiri dari RW 01, 09, 10, 14, dan 15 serta dusun 3 terdiri dari RW 02, 03,

04, 05, dan 12. Desa Jayagiri memiliki jumlah penduduk 16.717 orang dengan jumlah

kepala keluarga sebanyak 4.282 kepala keluarga dengan tingkat kepadatan penduduk

480/km. Di desa Jayagiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya rata-rata bermata

pencaharian pokok sebagai karyawan perusahaan swasta di sekitar kecamatan

Lembang dengan perbandingan rasio 1:7 dengan jumlah penduduk. Penduduk usia

produktif juga di sebut sebagai penduduk usia pekerja adalah penduduk yang berumur

18-56 tahun yang bersifat produktif dan dapat menghasilkan pada masanya.

Page 58: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

58

Pendidikan mayoritas yaitu; SMP, dan SMA. Untuk pendididkan non-formal jarang

didapati. Lulusan sarjana belum banyak dikarenakan kurangnya kemampuan ekonomi

masyarakat untuk memenuhi biaya meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan

tinggi.

Puskesmas Jayagiri untuk penemuan kasus BTA (+) mencapai 38%, untuk

cakupan kasus BTA (+) baru 64,06%, suspect TB 37,76%. Hasil yang dicapai masih di

bawah standar yang diharapkan oleh Dinkes (Monef, 2012).

Tabel 1.1 Cakupan Penemuan BTA+ di Kecamatan Lembang tahun 2012

No. Nama Puskesmas Jumlah BTA (+)

1. Puskesmas Jayagiri 59 orang

2. Puskesmas Cikole 56 orang

3. Puskesmas Lembang 43 orang

4. Puskesmas Cibodas 32 orang

5. UPTD RSUD Lembang 8 orang

Tabel 1.2 Jumlah Penemuan Suspect TB di Kecamatan Lembang tahun

2013

No. Nama Puskesmas Jumlah Suspect

1. Puskesmas Jayagiri 224 orang

2. Puskesmas Cikole 169 orang

3. Puskesmas Lembang 53 orang

4. Puskesmas Cibodas 11 orang

5. UPTD RSUD Lembang 73 orang

Faktor resiko yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB paru

adalah daya tahan tubuh rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS

disamping faktor pelayanan kesehatan yang belum memadai (Sulianti, 2007). Selain

daya tahan tubuh, faktor resiko yang mempengaruhi seseorang menderita TB paru

adalah karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status gizi,

imunisasi), perilaku kebiasaan merokok, adanya kontak dengan penderita TB, dan

kebiasaan anggota keluarga tidur bersama dengan penderita TB Paru, pengetahuan,

kebiasaan membuang dahak sembarangan, tidak menutup mulut bila batuk (Wiganda,

Depkes).

Hasil survei didapatkan data dari Puskesmas Jayagiri, pasien TB Paru yang paling

banyak yaitu kunjungan pasen laki-laki dan mempunyai kebiasaan

Page 59: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

59

merokok,diperkirakan penderita TB Paru yang berkunjung ke Puskesmas Jayagiri

adalah kelompok umur produktif yaitu 15-40 tahun dengan tingkat pendidikan

kebanyakan lulusan SD, SMP, SMA dan kesadaran masyarakat untuk

mengimplementasikan atau mengembangkan pendidikan masih rendah. Dilihat dari

mayoritas pekerjaan masyarakat Jayagiri sangat memungkinkan untuk penyebaran

kuman TB. Oleh karena itu peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan antar

perilaku kebiasaan meroko dengan terjadinya penyakit TB paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Jayagiri Kecamatan Lembang.

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan yaitu studi kasus-kontrol

(Case Control Study). Studi kasus kontrol adalah suatu penelitian (survey) analitik yang

menyangkut bagaimana factor resiko dipelajari dengan menggunakan

pendekatan ”retrospective”. Variabel Independen yaitu Perilaku Kebiasaan Merokok

dan Variabel Dependen yaitu Kejadian TB Paru. Definisi operasional adalah Responden

yang di diagnosis BTA (+) dan tercatat di Puskesmas Jayagiri Kecamatan Lembang dan

Kebiasaan merokok yang dinyatakan dalam jumlah rokok yang dikonsumsi setiap hari.

Alat ukur yang digunakan berupa Kuesioner Buku register dan hasil laboratorium di

Kecamatan Lembang. Hasil ukur0=Responden disebut penderita TB dgn BTA (+) jika

hasil SPS menunjukan hasil (+) dan 0 = Tidak punya kebiasaan merokok 1 =Punya

kebiasaan merokok. Hasil ukur 0=Responden disebut penderita TB dgn BTA (+) jika

hasil SPS menunjukan hasil (+) 1 = Responden disebut bukan penderita TB dengan

BTA (+) jika hasil SPS menunjukan hasil (-). Skala pengukuran yang digunakan adalah

ordinal.

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien

yang BTA (+) di Puskesmas Jayagiri Kecamatan Lembang tahun 2013

sebanyak 59 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel yang

Page 60: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

60

diambil dari seluruh jumlah penemuan suspect yaitu sebanyak 74 responden

untuk kasus dan kontrol.

B. Pengumpulan Data

1. Tekhnik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang di dapat dari wawancara

dengan pasien TB Paru BTA (+) di Puskesmas Jayagiri Kecamatan Lembang

dengan menggunakan kuesioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu banyaknya jumlah penderita TB paru di Puskesmas

Jayagiri Kecamatan Lembang.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

Kuesioner berupa daftar pertanyaan yang sebelumnya telah dipersiapkan

terlebih dulu sebelum penelitian di mulai.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan dalam mengumpulkan data instrument harus dapat mengukur

apa yang seharusnya di ukur.

Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas karena memakai data

sekunder dengan menggunakan butir soal Dis-kontinum (Riyanto, 2010)

dengan pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Lembang, langkah-langkah yang ditempuh

dalam melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menentukan masalah penelitian

2. Menentukan tujuan penelitian

3. Mencari studi literatur

4. Menentukan rancangan penelitian

5. Menentukan populasi penelitian

6. Menentukan sampel penelitian

7. Menentukan instrument penelitian

8. Mengolah dan menganalisis data

Page 61: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

61

D. Pengolahan dan Analisis Data

Teknik Pengolahan Data dilakukan dengan tahap Editing, Coding, Transfering, dan

Tabulating.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan dengan cara menggunakan data sekunder dengan cara

bagaimana menganalisa univariat perilaku kebiasaan merokok dengan terjadinya TB.

Hasil presentasi kemudian diinterprestasikan kedalam kata-kata atau kalimat dengan

menggunakan kategori (Sugiyono, 2007) yaitu sebagai berikut :

1. 0% dibaca tidak seorangpun dari responden

2. 1-26% dibaca sebagian kecil dari responden

3. 27-49% dibaca hampir setengah dari responden

4. 50% dibaca setengah dari responden

5. 51-75% dibaca sebagian besar dari responden

6. 76-99% dibaca hampir seluruh responden

7. 100% dibaca seluruh responden.

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan bertujuan mendapatkan hubungan antara penyakit TB

paru dengan kebiasaan merokok untuk mendefinisikan variabel independen dan

variabel dependen.

Desain penelitian menggunakan metode kasus kontrol maka digunakan analisis

Odd Ratio (OR) untuk mengetahui risiko pada kelompok kasus dan kelompok

kontrol.

Tabel. 3.2 Perhitungan Odd Ratio

Faktor Risiko Kasus Kontrol Jumlah

Faktor risiko (+)

Faktor risiko (-)

A

c

B

D

a+b

c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Keterangan :

Faktor risiko pada kelompok kasus :

A :

c =

a

(a+c) (a+c) c

Page 62: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

62

Faktor risiko pada kelompok kontrol :

B :

d =

b

(b+d) (b+d) d

OR adalah :

a :

b =

ad

c d bc

Bila :

1) Nilai odd ratio = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek atau dengan kata lain ia bersifat netral.

2) Nilai odd ratio > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya penyakit.

3) Nilai odd ratio < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti faktor yang diteliti merupakan faktor protektif.

4) Nilai interval kepercayaan odd rasio mencakup angka 1, maka berarti pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut mungkin nilai OR = sehingga belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang dikaji merupakan faktor risiko atau faktor protektif.

Keterangan : X2 : nilai chi square ƒo : Frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris) ƒe : Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

Paket program pengolahan data yaitu dengan menggunakan paket program statistik dengan ketentuan pembacaan sebagai berikut: a. Perhitungan Pearson Chi Square, dipakai bila tabel lebih dari 2 x 2 b. Perhitungan Continuity Corection dipakai bila tabel 2 x 2 dan tidak ada

nilai E (expected) < 5 atau kurang dari 20% dari jumlah sel dalam tabel. c. Perhitungan Fisher Exact dipakai bila tabel 2 x 2 dan dijumpai nilai E

(expected) < lebih dari 20% dari jumlah sel dalam tabel. Uji kemaknaan dilakukan dengan menggunakan α = 0,05 dan

Confidence Interval (CI) 95% dengan ketentuan bila : 1. p-value > 0,05 berarti Ho diterima (p > α). Uji statistik menunjukan tidak ada

hubungan yang bermakna. 1. p-value < 0,05 berarti Ho ditolak (p < α). Uji statistik menunjukan ada

hubungan yang bermakna.

fe

fe fo X

)2 (

2

Page 63: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

63

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Puskesmas Jayagiri Kecamatan Lembang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Tabel 1.3 Tabel Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok di Jayagiri Tahun

2013

Perilaku Kebiasaan Merokok Frekuensi Persentasi (%)

Tidak punya kebiasaan Punya kebiasaan

29 45

39,2 60,8

Jumlah 74 100.0

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Dari hasil analisis tabel 1.3 diperoleh hasil bahwa hampir setengah

responden (39,2%) tidak mempunyai kebiasaan merokok dan sebagian besar

dari responden (60,8%) adalah tidak mempunyai kebiasaan merokok.

Tabel 1.4 Tabel Distribusi Frekuensi Kejadian TB Paru di Jayagiri Tahun

2013

Kejadian TB Paru Frekuensi Persentasi (%)

Menderita

Tidak Menderita

37

37

50

50

Jumlah 74 100

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Dari hasil analisis tabel 1.4 diperoleh hasil bahwa kejadian TB Paru di

Jayagiri setengah dari responden (50%) menderita TB dan yang setengahnya

dari responden (50%) tidak menderita TB Paru.

Page 64: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

64

2. Analisis Bivariat

Tabel 1.5 Tabel Analisa Responden berdasarkan Perilaku kebiasaan merokok hubungannya dengan Kejadian TB Paru di Jayagiri Tahun 2013

Merokok menderita

Tidak Menderita

Total OR p

value ∑ % ∑ % ∑ %

Tidak Punya

Kebiasa an

16 21,6 13 17,6 29 39,2 1,407

(CI 95%

0,551-3,591)

0,634 Punya

Kebiasa an

21 28,4 24 32,4 45 60,8

Jumlah 37 50,0 37 50,0 74 100,0

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Dari hasil analisis pada table 1.5 yang dilakukan pada 74 responden untuk

mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian TB Paru, diperoleh

yang tidak punya kebiasaan merokok untuk yang menderita TB paru sebagian

kecil 16 responden (21,6%) dan orang menderita TB yang mempunyai

kebiasaan merokok di dapat sebagian kecil lagi dari responden sebanyak 21

responden (28,4%).

Dari hasil analisis uji statistik didapat nilai pvalue 0,634 > α (0.05) dengan

demikian Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara Perilaku kebiasaan merokok dengan terjadinya TB Paru di Wilayah kerja

Puskesmas Jayagiri tahun 2013.

Hasil analisis diperoleh nilai OR = 1,407 yang berarti bahwa penderita TB Paru

yang mempunyai kebiasaan merokok mempunyai peluang menderita TB Paru

sebanyak 1 kali dan mempunyai arti OR = 1 berarti variabel yang diduga

sebagai faktor resiko tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek atau dengan

kata lain ia bersifat netral. Keeratan hubungan kejadian TB Paru dengan

perilaku kebiasaan merokok dengan besar contingency coefisient 0,083

mempunyai makna bahwa perilaku mempunyai kebiasaan merokok dengan

kejadian TB Paru sangat lemah

Page 65: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

65

B. Pembahasan

1. Hubungan antara Perilaku Merokok dengan kejadian TB paru

Dari hasil analisis tabel 4.1 diperoleh hasil bahwa hampir setengah responden

(39,2%) tidak mempunyai kebiasaan merokok dan sebagian besar dari

responden (60,8%) adalah tidak mempunyai kebiasaan merokok. Tabel Analisa

Responden berdasarkan Perilaku kebiasaan merokok hubungannya dengan

Kejadian TB Paru di Jayagiri Tahun 2013 yang dilakukan pada 74 responden

untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian TB Paru,

diperoleh yang tidak punya kebiasaan merokok untuk yang menderita TB paru

sebagian kecil 16 responden (21,6%) dan orang menderita TB yang

mempunyai kebiasaan merokok di dapat sebagian kecil lagi dari responden

sebanyak 21 responden (28,4%).

Dari hasil analisis uji statistik diperoleh OR 1,407 yang berarti bahwa

penderita TB Paru yang mempunyai kebiasaan merokok mempunyai peluang

menderita TB Paru sebanyak 1 kali dan mempunyai arti OR = 1 berarti variabel

yang diduga sebagai faktor resiko tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek

atau dengan kata lain ia bersifat netral. Keeratan hubungan kejadian TB Paru

dengan perilaku kebiasaan merokok dengan besar contingency coefisient 0,083

mempunyai makna bahwa perilaku mempunyai kebiasaan merokok dengan

kejadian TB Paru sangat lemah. Didapat nilai pvalue 0,634 > α = (0.05) dengan

demikian Ho diterima, maka dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak

adanya hubungan yang signifikan antara Perilaku kebiasaan merokok dengan

terjadinya TB Paru di Wilayah kerja Puskesmas Jayagiri tahun 2013.

Dari hasil data kunjungan pasen TB Paru di Puskesmas Jayagiri didapat

kunjungan pasen laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok. Asap rokok

mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang dapat

menimbulkan kanker (karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam

rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang

merokok, namun juga kepada orang disekitarnya yang tidak merokok yang

sebagian besar adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa menjadi

perokok pasif oleh karena salah satu anggota keluarga merokok di rumah.

(Aditama) Pembagian kategori perokok pada pria berdasarkan jumlah rokok

yang dikonsumsi (dalam batang perhari) menjadi 3, yaitu: perokok ringan;

perokok sedang; perokok berat .(Sitopoe). Meskipun kebiasaan merokok

Page 66: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

66

mempunyai nilai kemaknaan secara dominan dari hasil penelitian dan tempat

yang berbeda-beda, tapi untuk responden di Wilayah kerja Puskesmas Jayagiri

tidak mempunyai nilai kemaknaan karena hampir sebanding hasilnya antara

penderita TB Paru yang mempunyai kebiasaan merokok dan yang tidak

mempunyai kebiasaan merokok atau bisa karena perokok pasif sesuai dengan

teori Sitopoe.

Hasil penelitian ini didapat pvalue 0,634 > α = (0.05) OR 1,407 dan tidak

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhanah (2007), tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru pada masyarakat

di Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2007 didapat faktor kebiasaan merokok

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB paru dengan p-value

0,002. Hal ini bisa disebabkan karena di wilayah ini antara perokok pasif dan

aktif sama-sama rentan terhadap penyakit TB Paru. Maka hasil penelitian dari

Perilaku kebiasaan merokok di wilayah Puskesmas Jayagiri belum relevan

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di tempat yang lain tapi masih bisa

dikatakan relevan dengan teori bahwa perokok pasif lebih rentan terkena

penyakit paru.

2. Kejadian TB Paru di Puskesmas Jayagiri

Dari hasil analisis tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Kejadian TB Paru di

Jayagiri Tahun 2013 dari pengambilan sampel 1:1 di dapat hasil bahwa

kejadian TB Paru di Jayagiri setengah dari responden (50%) menderita TB dan

yang setengahnya dari responden (50%) tidak menderita TB Paru.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tentang hubungan perilaku kebiasaan merokok dengan kejadian TB

Paru di Puskesmas Jayagiri Kabupaten Bandung Barat, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Sebagian besar dari responden (60,8%) adalah tidak mempunyai kebiasaan

merokok.

2. Kejadian TB Paru di Jayagiri setengah dari responden (50%) menderita TB dan

yang setengahnya dari responden (50%) tidak menderita TB Paru.

Page 67: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

67

3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan

kejadian TB Paru di Puskesmas Jayagiri Kabupaten Bandung Barat (pvalue =

0,634) dengan OR 1,407 CI 95% ( 0,551 – 3,591).

B. Saran

1. Puskesmas Jayagiri diharapkan tidak hanya menjadi sarana kesehatan yang

bersifat preventif sekunder tapi lebih ditingkatkan kepada preventif primer

dalam pencegahan penularan penyakit TB Paru.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel lain yang

berhubungan dengan kejadian TB Paru, dimana melibatkan faktor lingkungan

dan pelayanan kesehatan (Teori crofton).

DAFTAR PUSTAKA

1. Aditama, Tjandra Yoga, Subuh Mohammad, MPPM. 2011. Diagnosis, Terapi, dan Masalahnya. Yayasan penerbit Ikatan Dokter Indonesia.

2. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta. Crofton, John. Tuberkulosis Klinis. Widya Medika.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Nasional penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Kedua.

4. Harlock, 2004. http://bidanilfa.blogspot.com, diperoleh, 02 Juli 2013).

5. (Hungu, 2007 www.psychologymania.com, diperoleh, 02 Juli 2013).

6. Kementrian Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Materi Inti Penemuan dan Pengobatan Pasien Tuberkulosis.2011.

7. (Notoatmojo, S. 2003 http://kumpulan ilmuilmu.blogspot.com, diperoleh tanggal 02 Juli 2013).

8. Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta.2010.

9. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.

10. Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi Paramedis. Pt. Gramedia Pustaka Utama Cetakan ke tiga puluh tiga.2009

Page 68: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

68

11. Kementrian Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.

12. Riyanto, Agus. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. 2011

13. Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Medika.

14. STIKes Budi Luhur Cimahi.(2008). Pedoman Penulisan, Ujian Dan Penilaian Karya Tulis Ilmiah.

15. Sujarweni, V. Wiratna. (2012) SPSS untuk Paramedis.Penerbit Gaya Media cetakan I.

16. Sugiyono. (2007). SPSS untuk kesehatan.

17. Sujarweni, V. Wiratna. (2012). SPSS untuk Paramedis. Penerbit Gaya Media cetakan I.

Page 69: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

69

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA HIPERTENSI DENGAN

KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS

CIMAHI SELATAN

RELATED KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF COMPLIANCE WITH

HYPERTENSION TREATMENT OF HYPERTENSION IN IMPLEMENTING HEALTH

SOUTH CIMAHI

Oktoruddin Harun, Briefman Tampubolon dan Arti Yuliani

Program studi Ilmu Keperawatan (S1) Budi Luhur Cimahi

ABTRACT

Uncontrolled hypertension can increase the occurrence of complications such as

stroke, coronary heart disease, heart failure, and kidney failure. Medication adherence

is critical to improving the effectiveness of the treatment, prevent complications,

decrease morbidity and mortality. Lack of knowledge and negative attitudes towards

non-compliance can result in hypertension patients in treatment. This study aims to

determine the relationship between knowledge and attitudes of patients with

hypertension with implementing hypertension treatment adherence in South Cimahi

Health Center in 2012. This research was conducted with cross sectional design. The

population numbered 4,562 people and a total sample of 98 people with using

accidental sampling technique. Data collection techniques for variable knowledge and

attitudes using a questionnaire , while for variable compliance with interviews and

observations . Statistical test used was chi-square test with a value of α = 0.05 . The

results showed as many as 31 people ( 31.6 % ) had less knowledge , oran 23

( 23.5 % ) have sufficient knowledge , and 44 people ( 44.9 % ) had good knowledge .

A total of 52 persons ( 53.1 % ) had a positive attitude and 46 people ( 46.9 % ) had a

negative attitude . A total of 46 persons ( 46.9 % ) dan52 abiding people ( 53.1 ) is not

wayward carry out the treatment of hypertension . Statistical test results showed no

correlation between knowledge and attitudes of patients with hypertension

implementing hypertension treatment adherence ( p < 0.05 ) . Based on the results,

Page 70: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

70

that there are many people with hypertension who are not adherent to treatment ,

because the researchers suggested that the Health Center South Cimahi conduct

health education and conduct routine home care strategies to improve patient

adherence to treatment.

Page 71: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

71

PENDAHULUAN

Mayoritas penyebab penyakit kardio vaskuler adalah akibat perubahan gaya hidup dan

pola makan masyarakat. Merokok, obesitas serta kurang melakukan aktivitas fisik

merupakan bagian dari perubahan gaya hidup. Sedangkan makanan siap saji

merupakan bentuk perubahan pola makan.

Saat ini masyarakat lebih menyukai makanan siap saji, dimana makanan tersebut

banyak mengandung lemak, protein, dan tinggi garam dan rendah serat. Hal tersebut

membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif seperti jantung,

diabetes mellitus,dan hipertensi ( Muhammadun, 2010 ).

Hipertensi merupakan penyakit yang belum banyak diketahui masyarakat sebagai

penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut terjadi karena

hipertensi tidak memiliki gejala khusus, sehingga penderita hipertensi tidak menyadari

bahwa dirinya mengalami hipetensi sampai ia melakukan pemeriksaan ke pelayanan

kesehatan. Seseorang baru merasakan dampak hipertensi ketika terjadi komplikasi

seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal ginjal. Oleh sebab itu, hipertensi sering disebut

sebagai “ silent killer “ atau pembunuh diam-diam “ ( Adib, 2009 )

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya

diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg ( Brunner & Suddart,

2002).

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua macam yaitu hipertensi

primer dan sekunder.Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak atau belum

diketahui penyebabnya, sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang

disebabkan oleh penyakit lain seperti gagal jantung, gagal ginjal , atau kerusakan

sistem hormon tubuh. Faktor resiko yang mendorong terjadinya hipertensi adalah

genetik, stress, obesitas, konsumsi makanan yang tinggi garam, merokok, konsumsi

alkohol dan kurang olahraga ( Muhammadun, 2010 ).

Page 72: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

72

Penyakit hipertensi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tidak hanya di

Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang

dewasa menderita penyakit hipertensi. Bahkan diperkirakan jumlah penderita

hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milliar menjelang tahun 2025. Hampir di semua

Negara kurang lebih 10-30% penduduk dewasa mengalami hipertensi.

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan 20% penduduknya

menderita hipertensi. Satu diantara empat orang di Amerika terkena hipertensi. Dari 57

juta penduduk Amerika , sebanyak 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak

diketahui dengan pasti ( Purwanti, Salimar & Rahayu, 2004 ). Sedangkan prevalensi

hipertensi di Singapura, Thailand dan Malaysia masing-masing : 27,3%, 22,7% dan

20% ( Hartono, 2011, Hipertensi Pembunuh Diam-Diam,¶ 6,

http://www.health.kompas.com, diperoleh tanggal 21 Januari 2012 )

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) yang diselenggarakan

Kementerian Kesehatan Tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di

Indonesia mencapai 31,7% pada penduduk umur 18 tahun keatas. Hipertensi menjadi

penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan TBC, yaitu mencapai 6,8% dari

proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia ( Riskesdas 2007 , ¶3,

http://www.k4health.org, diperoleh tanggal 29 Januari 2012 )Menurut Dirjen

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yaitu Aditama ( 2009 ),

menyatakan bahwa 31,7% prevalensi hipertensi di Indonesia, 60% penderita hipertensi

mengalami stroke, sedangkan sisanya mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, dan

kebutaaan ( Anonim 2009, ¶2, http://www.dinkesbonebolago.org, diperoleh tanggal 29

Januari 2012 ).

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yaitu Luchyati (2009),

menyatakan bahwa tingkat kemungkinan terkena penyakit hipertensi dan jantung di

Jawa Barat diatas rata-rata nasional. Hal tersebut dikarenakan masih tingginya

perokok aktif di Jawa Barat yang mencapai 26,7%. Sehingga Jawa Barat menempati

urutan tertinggi secara nasional prevalensi penyakit hipertensi. Tingkat prevalensi atau

kemungkinan terkena hipertensi di Jawa Barat mencapai 9,5% sementara rata-rata

nasional hanya 7,2% ( Anonim, 2009. Jawa Barat Awas Ancaman Hipertensi dan

Jantung, ¶3, http://www.kesehatan.kompas.org, diperoleh tanggal 21 Januari 2012 )

Page 73: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

73

Di seluruh Negara di dunia, penderita hipertensi yang melakukan pengobatan masih

sangat sedikit. Menurut AHA ( America Heart Association ), di Amerika hanya 61%

yang melakukan pengobatan, dari penderita yang mendapatkan pengobatan hanya

satu pertiga yang mencapai target tekanan darah yang optimal ( Muhammadun,

2010 ). Sedangkan di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, dari total

31,7% kasus hipertensi di Indonesia hanya sekitar 0,4% kasus yang meminum obat

hipertensi untuk pengobatan dan diprediksikan terdapat 76% kasus hipertensi di

Indonesia yang belum terdiagnosis (Riskesdas 2007 , ¶3, http://www.k4health.org,

diperoleh tanggal 29 Januari 2012 ).

Penanganan hipertensi tidak hanya tergantung pada obat yang diberikan dokter, tetapi

diperlukan kerjasama dan upaya yang gigih dari penderita untuk melakukan modifikasi

gaya hidup. Contohnya : seperti mengatur pola makan rendah garam, rendah

kolesterol, dan rendah lemak jenuh serta meningkatkan konsumsi buah dan sayuran,

berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, menurunkan berat badan bagi yang

obesitas, melakukan olahraga, menghindari stress, dan mengobati penyakit yang

dapat menghindari stress, dan mengobati penyakit yang dapat menyebabkan

hipertensi sekunder ( Sutanto, 2010 ). Namun ketika seseorang didiagnosis mengalami

hipertensi dan harus menggunakan obat untuk mengendalikan tekanan darahnya,

maka pengobatan tersebut bersifat seumur hidup ( Wolff, 2008 ).

Pengobatan hipertensi tidak dapat menyembuhkan penyakit hipetensi, namun tujuan

pengobatan hipertensi adalah untuk mengendalikan atau mengontrol tekanan darah

pada kondisi stabil dan mencegah terjadinya komplikasi akibat hipertensi. Kepatuhan

melakukan pengobatan terhadap hipertensi sangatlah diperlukan, karena hipertensi

merupakan penyakit kronis.Penderita hipertensi tetap harus mengontrol tekanan

darahnya secara berkala dan mengkonsumsi obat untuk mempertahankan agar target

tekanan darah yang optimal tetap tercapai.Penderita hipertensi sering memutuskan

berhenti berobat, karena merasa dirinya sudah sembuh. Padahal untuk penyakit

hipertensi, pencegahan terhadap timbulnya komplikasi merupakan salah satu target

utama pengobatan ( Wolff, 2008 ).

Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan hipertensi, maka sangat

diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan

pelaksanaan pengobatan hipertensi. Menurut Sackett ( dalam Niven, 2002 ),

kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang

diberikan professional kesehatan. Karena kepatuhan merupakan perilaku kesehatan,

Page 74: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

74

maka menurut Green, 1980 ( dalam Notoatmodjo, 2003 ) menyatakan bahwa perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor. Faktor pertama, yaitu faktor predisposisi yang meliputi

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi.

Kedua yaitu faktor pendukung yang meliputi sarana dan prasarana serta jarak

pelayanan kesehatan. Ketiga faktor pendorong yang meliputi dukungan tenaga

kesehatan, dukungan keluarga dan dukungan sosial.

Rogers, 1974 ( dalam Notoatmodjo, 2007 ) berdasarkan hasil penelitiannya,

menyatakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku ( melakukan perilaku

baru), maka ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi

dirinya dan keluarganya.Penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari

oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, akan menghasilkan perilaku yang

bersifat langgeng (long lasting), sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang posistif maka perilaku tersebut tidak akan

berlangsung lama. Oleh sebab itu, agar kepatuhan penderita hipertensi dalam

melaksanakan pengobatan dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama, maka

penderita harus memiliki pengetahuan dan sikap yang positif terhadap penyakitnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi, kasus hipertensi

di beberapa Puskesmas yang ada di Kota Cimahi menunjukkan peningkatan, dari 12

Puskesmas yang ada di Kota Cimahi, ada 8 Puskesmas yang angka kejadian

hipertensinya meningkat yaitu Puskesmas Cigugur Tengah, Cimahi Selatan,

Cipageran, Padasuka, Cibeureum, Cimahi Utara, Melong Asih, dan Leuwigajah. Dari 8

Puskesmas tersebut, Puskesmas yang paling tinggi mengalami peningkatan kasus

hipertensi dalam kurun waktu satu tahun adalah Puskesmas Cimahi Selatan. Pada

tahun 2010 kasus hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan sebanyak : 2.396 kasus

dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 4.562 kasus, dalam kurun waktu kasus

hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan mengalami peningkatan sebanyak : 2.166

kasus.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 15 orang

penderita hipertensi, didapatkan hasil bahwa 9 orang penderita hipertensi masih

kurang patuh dalam melakukan pengobatan, mereka mengatakan bahwa mereka

melakukan kontrol dan meminum obat jika mereka mengalami gejala hipertensi

seperti : pusing, nyeri di tengkuk dan mengalami sulit tidur, namun jika gejala

Page 75: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

75

berkurang mereka menghentikan pengontrolan dan tidak minum obat lagi, mereka

menghentikan pengobatan atas keinginan sendiri tanpa mengkolsultasikan terlebibih

dahulu kepada dokter atau petugas kesehatan, jika mereka merasa pusing mereka

hanya menggunakan obat warung untuk menghilangkan gejala pusing tersebut.

Dari 9 orang penderita hipertensi yang tidak patuh melaksanakan pengobatan, ada 4

orang yang sudah lebih dari 3 bulan tidak melakukan kontrol dan tidak meminum obat.

Mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui berapa tekanan darah yang

dikatakan dan tidak mengetahui komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi.

Mereka hanya mengetahui bahwa mereka harus mengurangi makanan yang tinggi

garam dan tidak mengetahui hal apa lagi yang harus dilakukan untuk mengendalikan

tekanan darahnya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

masalah : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan

Melaksanakan Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012 “.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deksriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian

yang dilakukan denngan tujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan,

sikap penderita hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi di

Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012.

Waktu penelitian dilakukan dari bulan mei sampai dengan bulan juni 2012. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah kros seksional.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kunjungan kasus hipertensi selama tahun

2011 yaitu berjumlah 4.562 kasus. Sampel yang digunakan adalah 98 orang penderita

hipertensi. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan tehnik wawancara dan

observasi

Page 76: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

76

HASIL PENELITIAN

1. Hasil Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen. Tehnik dalam analisis ini adalah tabulasi silang dengan uji

Chi Square dengan alpha = 0,05.

1. Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan

Melaksanakan Pengobatan Hipertensi

Tabel 1

Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan

Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012

Pengetahuan

Kepatuhan Melaksanakan

Pengobatan Hipertensi

Total

n %

Nilai P

Patuh Tidak Patuh

n % n %

Kurang 10 32,3 21 67,7 31 100

0.031

Cukup 9 39,1 14 60,9 23 100

Baik

27 61,4 17 38,6 44 100

Jumlah 46 46,9 52 53,1 98 100

Page 77: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

77

Dari tabel diatas ternyata ada sebanyak 21 orang penderita hipertensi (67,7%) yang

pengetahuannya kurang serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi

dan sebanyak 17 orang penderita hipertensi (38,6%) yang pengetahuannya baik serta

tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi.

Hasil uji statistik pada α = 0,05 ternyata ada hubungan antara pengetahuan penderita

hipertensi dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi ( p < 0,05 )

2. Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan

Pengobatan Hipertensi

Tabel 2

Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan

Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2012

Sikap

Kepatuhan Melaksanakan

Pengobatan Hipertensi

Total

n %

Nilai P

Patuh Tidak Patuh

n % n %

Positif

31 59,6 21 40,4 52 100

0,013

Negatif

15 32,6 31 67,4 46 100

Jumlah

46 46,9 52 53,1 98 100

Page 78: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

78

Pada tabel 2 ternyata ada sebanyak 31 orang penderita hipertensi (67,4%) yang

memiliki sikap negative serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi,

dan ada sebanyak 21 orang penderita hipertensi (40,4%) yang memiliki sikap positif

serta tidak patuh dalam melaksanakan pengobatan hipertensi.

Hasil uji statistik pada α = 0,05 ternyata ada hubungan antara sikap responden

dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi ( P < 0,05 )

PEMBAHASAN

1. Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan

Melaksanakan Pengobatan Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pengetahuannya

kurang, tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi.Kemudian dari hasil analisis

data dengan menggunakan uji statistik chi square pada α=0,05, didapatkan nilai p =

0,031 artinya bahwa ada hubungan pengetahuan penderita hipertensi dengan

kepatuhan melaksanakan pengobatan hipertensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

semakin baik pengetahuan tentang hipertensi maka kepatuhan dalam melaksanakan

pengobatan hipertensinya akan semakin baik. Sebaliknya jika pengetahuan penderita

hipertensi tentang hipertensi kurang,maka kepatuhan dalam melaksanakan

pengobatan hipertensinya akan semakin kurang atau bahkan tidak patuh.

Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus ( 2006), yang

meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan

pasien dalam melaksanakan pengobatan hipertensi. Berdasarkan hasil penelitiannya

pada 44 responden didapatkan sebagian besar responden ( 59,1%) memliki tingkat

pengetahuan tinggi dan sebesar 68,2% responden patuh dalam melaksanakan

pengobatan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat

pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan pasien melaksanakan pengobatan

hipertensi.

Page 79: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

79

Pemahaman yang menyeluruh mengenai penyakit hipertensi, cara kerja

obat ,kebiasaan hidup dan mengontrol hipertensi secara teratur sangatlah penting

diketahui oleh penderita hipertensi, karena ketidakpatuhan pada program terapi

merupakan masalah besar bagi penderita hipertensi.

Konsep bahwa penyakit hipertensi hanya dapat di kontrol dan tidak dapat

disembuhkan penting untuk diketahui oleh pasien. Bimbingan dan penyuluhan secara

terus menerus diperlukan agar penderita hipertensi patuh melaksanakan pengobatan

( Brunner & Suddart, 2002 ). Pemahaman yang menyeluruh terhadap penyakit

hipertensi diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam melaksanakan

pengobatan hipertensi.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus lebih tahu

terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya ( Notoatmodjo,

2007). Maka kepatuhan penderita hipertensi dalam melakukan pengobatan akan dapat

dipertahankan dalam jangka waktu lama (bersifat langgeng), jika penderita hipertensi

mempunyai pengetahuan yang baik terhadap hipertensi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eliana, Khasanah & Pertiwi (2007) menjelaskan

teori yang dikemukakan oleh Wibowo ( 1999) bahwa ketaatan atau kepatuhan dalam

melakukan pengobatan dan kontrol kesehatan pada individu salah satunya disebabkan

karena adanya pemahaman pada diri individu tersebut mengenai resiko penyakit dan

tujuan pengobatan. Hal ini terbukti, bahwa penderita hipertensi di Puskesmas Cimahi

Selatan yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar ( 67,7%) tidak patuh

melakukan pengobatan hipertensi dan sebagian besar (61,4%) penderita hipertensi

yang mempunyai pengetahuan baik, patuh melakukan pengobatan hipertensi. Maka

dapat disimpulkan bahwa kepatuhan penderita hipertensi di Puskesmas Cimahi

Selatan dalam melakukan pengobatan hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh

pengetahuan mereka terhadap penyakitnya.

Oleh sebab itu , diperlukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan

penderita hipertensi dalam melakukan pengobatan hipertensi. Pendidikan kesehatan

merupakan suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang

kondusif terhadap kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan pada akhirnya bukan

hanya untuk mencapai “ melek kesehatan ( health literacy ) “ pada masyarakat saja.

Page 80: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

80

Namun lebih penting ialah mencapai perilaku kesehatan ( healthy behavior ).

Kesehatan bukan hanya untuk diketahui ( knowledge) dan disikapi ( attitude ),

melainkan harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari (practice). Berarti tujuan

pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat sehingga

sesuai dengan norma-norma hidup sehat ( Notoatmodjo, 2007).

2. Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Dengan Kepatuhan Melaksanakan

Pengobatan Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar dari responden yang sikapnya negative,

tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi. Kemudian dari hasil analisis data

dengan menggunakan uji statistik chi square pada α=0,05, didapatkan nilai p = 0,013

artinya bahwa ada hubungan sikap penderita hipertensi dengan kepatuhan

melaksanakan pengobatan hipertensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin

positif sikap seseorang tentang hipertensi maka kepatuhan dalam melaksanakan

pengobatan hipertensinya akan semakin baik. Sebaliknya jika sikap penderita hipetensi

tentang hipertensi negative, maka kepatuhannya dalam melaksanakan pengobatan

hipertensinya akan semakin kurang atau bahkan tidak patuh.

Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2011),

yang meneliti tentang pengaruh konseling obat terhadap kepatuhan pasien hipertensi

di poliklinik khusus RSUP DR.M Djamil Padang. Berdasarkan hasil penelitiannya

kepada 50 orang responden, didapat hasil bahwa konseling dapat meningkatkan

pengetahuan dan sikap dan akan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien hipertensi

dalam melaksanakan pengobatan.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Sulchan & Salawati

(2005) yang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan

ketaatan dan derajat hipertensi penderita di Puskesmas Sumberlawang Kabupaten

Sragen, didapat hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan

ketaatan ( nilai p = 0,000 ). Penelitian ini membuktikan bahwa kepatuhan penderita

hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan dalam melakukan pengobatan salah satunya

dipengaruhi oleh sikap. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa lebih dari

setengahnya ( 59,6%) penderita hipertensi yang mempunyai sikap positif patuh

melakukan pengobatan dan penderita hipertensi yang mempunyai sikap negatif

sebagian besar ( 67,4%) tidak patuh melakukan pengobatan.

Page 81: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

81

Menurut Rogers ( 1974, dalam Notoatmodjo, 2007) bahwa apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetetahuan, kesadaran dan sikap

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng ( long lasting ). Sebaliknya

apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,

maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan akan membuat seseorang berpikir dan berusaha untuk menjaga

kesehatan nya. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja.

Misalnya seorang penderita hipertensi telah mendengar tentang penyakit hipertensi

( penyebab, gejala, dampak, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan

membawa pasien untuk berpikir dan berusaha agar penyakit hipertensi yang

dialaminya tidak bertambah parah. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan

ikut bekerja sehingga pasien tersebut berniat untuk melakukan pengobatan hipertensi

secara teratur dan menjalankan program pengobatan yang disarankan oleh petugas

kesehatan,sehingga pasien tersebut mempunyai sikap positif terhadap objek yang

berupa penyakit hipertensi ( Notoatmodjo, 2007).

Disamping itu, penelitian ini menunjukkan bahwa ada sebanyak 21 responden (40,4%),

yang sikapnya positif namun tidak patuh melaksanakan pengobatan hipertensi, dan

ada sebanyak 15 responden (32,6%) yang sikapnya negatif namun patuh

melaksanakan pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap belum merupakan suatu

tindakan atau perilaku, akan tetapi merupakan predisposisi suatu perilaku. Sikap

masih merupakan suatu reaksi tertutup atau tingkah laku yang tertutup. Sikap

merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Dengan adanya hubungan

sikap dengan kepatuhan melaksanakan pengobatan, maka penderita hipertensi

seharusnya menumbuhkan sikap positif terhadap penyakit hipertensi.

Sikap dapat berubah sesuai dengan perubahan aspek kognitif atau aspek afektif.

Namun faktor eksternal sangat berpengaruh dalam mengarahkan sikap seseorang,

dengan sadar atau tidak sadar individu yang bersangkutan akan mengadopsi sikap

tertentu. Faktor eksternal pada dasarnya berpijak pada suatu proses yang disebut

strategi persuasi.

Persuasi merupakan usaha pengubahan sikap seseorang dengan memasukkan ide,

pikiran, pendapat dan bahkan fakta baru lewat pesan-pesan komunikatif. Pesan yang

disampaikan dengan sengaja dimaksudkan untuk menimbulkan kontraindikasi dan

Page 82: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

82

inkonsistensi diantaran komponen sikap seseorang dan perilakunya, sehingga

menganggu kestabilan sikap dan membuka peluang terjadinya perubahan yang

diinginkan ( Azwar, 2009 ). Memasukkan ide, pikiran, pendapat dan fakta baru dapat

dilakukan melalui pendidikan kesehatan, sehingga diharapkan penderita hipertensi

yang pada awalnya mempunyai sikap yang negatif akan mengubah sikapnya menjadi

lebih positif terhadap penyakitnya setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

SIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara pengetahuan penderita hipertensi dengan kepatuhan

melaksanakan pengobatan hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan ( p < 0,05 )

2. Ada hubungan antara sikap penderita hipertensi dengan kepatuhan

melaksanakan pengobatan hipertensi di Puskesmas Cimahi Selatan ( p < 0,05 )

SARAN

1. Peneliti menyarankan kepada Puskesmas Cimahi Selatan untuk lebih

meningkatkan lagi kepatuhan penderita hipertensi dalam melakukan

pengobatan dengan melakukan penyuluhan kesehatan secara rutin. Saat

pasien melakukan pengobatan ke puskesmas, penyuluhan dapat dilakukan

dengan cara memberikan penjelasan/informasi selengkap-lengkapnya

mengenai hipertensi dan rencana pengobatan yang akan dilakukan dengan

memberikan leaflet atau informasi secara tertulis. Selain itu penyuluhan dapat

juga dilakukan pada saat kegiatan posbindu.Disamping itu dapat juga

melakukan strategi home care pada pasien hipertensi, karena ketika dilakukan

observasi kerumah, pasien mengatakan bahwa dengan adanya kunjungan ini

pasien merasa diperhatikan oleh petugas kesehatan, sehingga timbul keinginan

untuk melakukan control kembali ke puskesmas.

2. Bagi penderita hipertensi diharapkan agar lebih meningkatkan pengetahuan

tentang hipertensi dan penyakit lain yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi

melalui berbagai media agar dapat mengendalikan berbagai dampak negative

Page 83: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

83

yang dapat terjadi, sehingga lebih patuh melakukan pengobatan hipertensi.

Selain itu mereka harus untuk dilakukan kunjungan rumah oleh petugas

kesehatan, karena dengan adanya kunjunngan ke rumah kondisi pasien akan

terpantau dan menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien

dalam melakukan pengobatan. Sehingga diharapkan adanya peningkatan

kesehatan pada pasien hipertensi serta mencegah terjadinya komplikasi akibat

hipertensi.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber

informasi dan sebagai bahan perbandingan pada penelitian yang sama atau

untuk melakukan melakukan penelitian lebih lanjut.

Page 84: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

84

KEPUSTAKAAN

1. Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke. Yogyakarta. Dianloka Pustaka.

2. Alamatsier, Sunita.2005. Penuntun Diet . Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama

3. Anonim. Hindari Hipertensi Konsumsi Garam 1 Sendok Teh Perhari.2009. tersedia di http://www.dinkesbonebolango.org.diperoleh tanggal 29 Januari 2012.

4. ________ . Hipertensi,2011. Tersedia di http://fsifkunila.blogspot.com diperoleh i. Tanggal 24 Februari 2012

5. ________ . Jawa Barat Awas Ancaman Hipertensi dan Jantung.2009 Tersedia di http://www.kesehatan.kompas.com. Diperoleh tgl 21 Januari

2012.

6. Agus, Era 2006,Hubungan Tingkat Pengtahuan Tentang Hipertensi Dengan Kepatuhan Pasien Dalam Melaksanakan Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Gubug. Tersedia di http://digilib.unimus.ac.id, diperoleh tanggal 2 Februari

7. Azwar, Saifuddin,2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogjakarta Pustaka Pelajar.

8. Brunner & Suddarth 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta Buku

Kedokteran EGC.

9. Budiman .2011. Penelitian Kesehatan.Bandung. PT.Refika Aditama.

Page 85: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

85

10. Dewi, Arum Tunggal,Sulchan,Salawati, Trixie.2005.Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dengan Ketaatan dan Derajat Hipertensi Penderita di Puskesmas Sumberlawang Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen,terdapat di http://digilib.unimus.ac.id. Diperoleh tanggal 22 Januari 2012

11. Eliana, Arifa, Khasanah, Uswatun & Pertiwi, Ratna. 2007. Jurnal Kebidanan dan

Keperawatan. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Stroke Dengan

Perilaku Mencegah Stroke Pada Klien Hipertensi di RSU PKU Muhammadiyah

Yogjakarta, 3(2), 92-93

12. Hartono, Bambang. Hipertensi Pembunuh Diam-Diam, 2011. Tersedia di http://www. Health.kompas.com. diperoleh tanggal 21 Januari 2012.

13. Hidayat, A, Azis Alimul.20027. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta; Salemba Medika.

14. Lumbantobing.2008.Tekanan Darah Tinggi.Jakarta.Fakultas Kedokteran Univ.Indonesia.

15. Muhammadun.2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogjakarta; In Books

16. Niven , Neil . 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta; Buku Kedokteran EGC.

17. Notoatmodjo,Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta Rineka Cipta

18. _______. 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta

19. _______. 2007.Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta. Rineka Cipta

20. Nursalam,2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Jakarta; Salemba Medika.

21. Purwati, Susi,Salimar, & Rahayu, Sri 2004,Perencanaan Menu Untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi. Jakarta ; PT. Penebar Swadaya.

Page 86: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

86

22. Pratiwi, Denia. 2011.Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi Di Poliklinik KhususRSUP.DR.M.Djamil Padang. Tersedia di http://pasca. Unand.ac.id, diperoleh tanggal 22 Maret 2012.

23. Riskesdas, 2007. Tersedia http://www.k4health.org. diperoleh tanggal 29 Januari 2012

24. Riyanto , Agus. 2007.Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta.Nuha Medika

25. _______,2009.Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan.Yogyakarta. Nuha Medika.

26. Sugiyono.2010.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R. Bandung ; IKAPI

27. Sutanto. 2010. Cekal Penyakit Modern Hipertensi,Stroke, Jantung, Kolesterol dan Diabetes. Yogjakarta; C.V. Andi Offset.

28. Sutedjo, AY.2008. Mengenal Obat-Obatan Secara Mudah dan Aplikasinya Dalam Perawatan. Yogjakarta; Amara Books.

29. Udjianti, Juni Wajan.2010.Keperawatan Kardiovascular. Jakarta; Salemba Medika

30. Wolff, Hanns Peter.2008.Hipertensi Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini. Jakarta; Bhuana Ilmu Populer.

31. Wulandari, Shanty, Komariah, Maria & Ermiaty.2009. Majalah Keperawatan. Nursing Journal of Pajajaran Universsity.Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Pemberian ASI Ekslusif Oleh Ibu-IbuYang Bekerja Sebagai Perawat di RS. Al-Ihsan Kota Bandung, 10 (15), 91-95.

Page 87: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

87

HUBUNGAN IBU HAMIL USIA LEBIH DARI 35 TAHUN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI PUSKESMAS MELONG TENGAH CIMAHI 2012

THE RELATIONSHIP OF PREGNANT WOMEN AGED MORE THAN 35 YEARS OLD

WITH LONGER PARTUS INCIDENT AT COMMUNITY HEALT CENTER OF CENTRAL MELONG IN CIMAHI IN 2012

Sofa Fatonah H.S dan Desy Ani Sendi

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN BUDI LUHUR CIMAHI

ABSTRACT

The Background of this study is that the maternal mortality in Indonesia is still high.

Classify longer partus is one of the direct causes of maternal mortality. The latent

phase of longer partus is more than 8 hours duration of it, labor process has lasted 12

hours or more of infants not yet born, cervical dilation on the right position alert line on

the active phase of labor. In Clinics of middle Melong Cimahi longer partus events has

increased from 2011 to 2012, starting from there was no case later became the 36

cases of long partus. The Method used in this research is analytical of descriptive

approach to cross-sectional. This research using a sample of pregnant women aged

more than 35 years old who suffered long partus since in January-December of 2012.

The number of samples as many as 65 people with determination of the sample using

total sampling. The Data obtained by means of collecting data by using medical record

(secondary data).The Results of this study cincluded is test result statistics show there

were aged pregnant women over 35 years old with partus (value 0.001 p < 0.05).The

Conclusions of this study are expected to be health workers health center Central

Melong Cimahi can increase understanding and knowledge of the public about the

dangers of the pregnant mother of old age and do health counselling about old partus,

providing counselling about the danger on pregnant women, early detection of old age

to all pregnant, pregnancy spacing and family planning program, so that every mother

can plan her pregnancy at the age of reproductive health which are 20-35 years.

Keywords : Cross Sectional, Pregnant mother aged 35 years old, Longer Partus

Page 88: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

88

PENDAHULUAN

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar

di Negara berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor

utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya pada tahun

1996.(Saifuddin, 2009).

Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian ibu sebesar

500.000 jiwa pertahun. Kematian maternal terjadi di Negara berkembang

sebesar 99%. WHO memperkirakan jika ibu melahirkan rata-rata 3 bayi, maka

kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300 jiwa. (Manuaba, 2010 : 4).

Sedangkan menurut Catatan dari Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan

(Kemenkes) diketahui Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih

tergolong tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, yaitu

Singapura (3/1000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8/1000 kelahiran

hidup), Malaysia (10/1000 kelahiran hidup), Vietnam (18/1000 kelahiran hidup)

dan Thailand (20/1000 kelahiran hidup). (Susanto, 2010)

Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,

Angka Kematian Ibu (AKI) 228/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian

Bayi (AKB) tahun 2007 yaitu 34/1000 kelahiran hidup. (Jampersal, 2012)

Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat pada tahun 2007 adalah 321/100.000

kelahiran hidup (sedangkan target MDGs AKI 102/100.000 kelahiran hidup

pada tahun 2015). Data tahun 2009 menunjukkan jumlah kematian ibu maternal

di Jawa Barat mencapai 828 ibu dari 845.964 kelahiran hidup. (Jabarprov,

2012). Sedangkan pada tahun 2007, Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Barat

sebesar 40,26/1000 kelahiran hidup (target Millenium Develoment Goals

(MDGs) Angka Kematian Bayi (AKB) 23/1000 kelahiran hidup pada tahun

2015). Data tahun 2009 jumlah kematian bayi 5.719 bayi dari 845.964 KH.

(Jabarprov, 2010)

Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Cimahi pada tahun 2010 menurun

jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2009 lalu sebanyak

Page 89: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

89

16 orang dari jumlah ibu melahirkan sebanyak 10.374 orang. Diketahui, jumlah

Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2010 sebanyak 9 orang dari total ibu

melahirkan sebanyak 6.699 orang. (Pikiran Rakyat Online, 2011) Sedangkan

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Cimahi pada tahun 2005 sebesar

31,15/1000 kelahiran hidup, pada tahun 2006 sebesar 31,03/1000 kelahiran

hidup, pada tahun 2007 sebesar 30,78/1000 kelahiran hidup dan pada tahun

2008 sebesar 30,88/1000 kelahiran hidup (Dinkes Kotas Cimahi).

Penyebab AKI terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab

tidak langsung kematian ibu adalah karena kondisi masyarakat, seperti

pendidilkan, sosial ekonomi dan budaya. Sedangkan penyebab langsung dari

AKI disebabkan oleh komplikasi pada masa hamil, bersalin dan nifas atau

kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai hal yang terjadi

akibat-akibat tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin dan nifas,

seperti perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklamsia), infeksi,

persalinan macet dan komplikasi keguguran. Beberapa komplikasi persalinan

salah satunya adalah persalinan lama (Genie, 2009)

Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu dan

bayi baru lahir. Partus lama yaitu fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah

berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir, dilatasi serviks dikanan garis

waspada pada persalinan fase aktif. (Saiffudin, 2009). Beberapa penyebab

persalinan lama adalah kelainan letak janin, kelainan panggul

ketidakseimbangan sepalopelvik, pimpinan persalinan yang salah dan primi tua

primer atau sekunder dan kelainan kekuatan his dan mengedan (power) .

Adapun sebab lain adalah ibu dengan umur lebih dari 35 tahun, fungsi

reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi

reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca

persalinan yaitu partus lama, ketidakseimbangan antara panggul dan bagian

terendah sering dijumpai pada ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm

yang mengakibatkan persalinan lama. Partus lama akan menyebabkan infeksi,

kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi pendarahan post

partum yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi,

cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi. (Yulie, 2009).

Page 90: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

90

Berdasarkan hasil penelitian Indriani pada tahun 2007 dengan judul Hubungan

Umur dengan Kejadian Partus Lama di RSIA Makasar Tahun 2006 yaitu

menemukan 222 kasus partus lama (20,89%) dari 2552 persalinan. Jumlah

sampel 222 orang dimana wanita hamil berusia dibawah 20 tahun berjumlah 47

orang (21,17), wanita hamil berusia diatas 35 tahun berjumlah 126 orang

(56,75%) dan wanita hamil berusia 20 – 30 tahun 49 (22,07%). (Indriani, 2007).

Puskesmas Melong Tengah Cimahi adalah salah satu Puskesmas yang berada

di Wilayah Kelurahan Melong. Puskesmas Melong Tengah berada di JL.Melong

Tengah Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan yang terdiri dari 36 RW,

6 RT dan 6167 Kepala Keluarga. Adapun program yang berada di wilayah

Puskesmas Melong Tengah Cimahi adalah kelas ibu hamil, posyandu,

kunjungan bayi dengan resiko tinggi, kunjungan ibu dengan resiko tinggi dan

memberikan penyuluhan pada ibu hamil termasuk penyuluhan mengenai

kehamilan resiko tinggi.

Tabel 1.1 Data kasus yang terjadi di Puskesmas Melong Tengah

Periode Januari - Desember Tahun 2012

Kasus Jumlah

Terlalu Tua 65

Terlalu Muda 40

Partus Lama 36

Terlalu Dekat 34

Terlalu Sering 32

Total 207

Sumber : Dokumentasi Puskesmas Melong Tengah, 2011

Sesuai dengan data kasus di atas terhitung mulai dari bulan Januari-

Desember tahun 2012 data kasus tertinggi di Puskesmas Melong Tengah Cimahi

yaitu Ibu Hamil Terlalu Tua sebanyak 65 ibu hamil.

Page 91: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

91

Tabel 1.2 Angka Kejadian Partus Lama di Puskesmas Melong Tengah

Tahun 2011 – 2012

Tahun

Kejadian Partus Lama

Jumlah %

2011 0 0%

2012 36 17,39%

Sumber: Dokumentasi Puskesmas Melong Tengah, 2011

Tabel 1.3 Angka Ibu Hamil Usia Lebih dari 35 Tahun

di Puskesmas Melong Tengah Tahun 2011 – 2012

Tahun

Ibu Hamil Usia Lebih dari 35 tahun

Jumlah %

2011 29 14%

2012 65 31,4%

Sumber: Dokumentasi Puskesmas Melong Tengah, 2011

Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan angka kejadian Partus Lama dari

Tahun 2011 meningkat pada Tahun 2012, dari tidak ada kasus kemudian menjadi 36

kasus partus lama dan ibu yang hamil di usia tua tahun 2011 sebanyak 29 orang dan

pada tahun 2012 sebanyak 65 orang, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Ibu Hamil Usia Lebih dari 35 Tahun dengan Kejadian

Partus Lama di Puskesmas Melong Tengah Cimahi tahun 2012”.

Page 92: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

92

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan rancangan survei cross sectional, yaitu suatu

penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan

(sekali waktu) antara faktor resiko atau paparan dengan penyakit. (Hidayat, 2007).

Sedangkan variabel independen adalah ibu hamil usia lebih dari 35 tahun dan variabel

dependen adalah kejadian partus lama. Alat ukur yang digunakan daftar checklist.

Hasil ukur pada variabel independen usia terlalu tua yaitu 1. 36-39 tahun dan 2. > 39

tahun dan variabel dependen yaitu partus lama yaitu 1. Partus Lama dan 2. Tidak

Partus Lama. Skala yang digunakan ordinal.

A. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu.

(Sastroasmoro, Sudigdo, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

hamil usia lebih dari 35 tahun didapat dari rekam medik di Puskesmas Melong

Tengah Cimahi selama bulan Januari-Desember 2012 yaitu sebanyak 65

responden.

2. Sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

hingga dianggap dapat mewakilinya populasinya. (Sastroasmoro, Sudigdo,2011).

Pada penelitian ini sampelnya adalah ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun dari

bulan Januari-Desember 2012 sebanyak 65 responden. Tehnik pengambilan

sampel dari penelitian ini adalah dengan menggunakan tehnik total sampling

dimana menggunakan seluruh anggota populasi menjadi sampel. Karena apabila

subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. (Arikonto,2006).

B.Pengumpulan Data Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan

data sekunder adalah data yang diperoleh dari petugas kesehatan yang ada di

Puskesmas Melong Tengah Cimahi.

Page 93: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

93

2. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu Check LIst. Check List

adalah suatu daftar pengecek, berisi nama subjek dan beberapa gejala

atau identitas lainnya dari sasaran pengamatan. (Hidayat, 2007).

Pengamat tinggal memberikan tanda chek list (√) pada daftar tersebut

yang menunjukkan adanya gejala dari sasaran pengamatan. Chek list ini

dapat bersifat individu dan juga dapat bersifat kelompok.

C. Prosedur Penelitian

1. Sebelum Meneliti

a. Merumuskan masalah

b. Menentukan topik penelitian

c. Mencari data awal

d. Menyusun proposal penelitian

e. Mengikuti bimbingan proposal penelitian

f. Meminta perijinan pada instansi terkait, yaitu Puskesmas Melong

Tengah Cimahi.

2. Selama Penelitian

Bekerja sama dengan petugas kesehatan di Puskesmas Melong Tengah

Cimahi dalam pengumpulan data.

3. Setelah Penelitian

Menurut (Hidayat, 2007) dalam melakukan analisis data terlebih dahulu

data harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi.

Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses

pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam

proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh,

diantaranya:Editing,Coding, dan Data Entry.

D. Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat.

a. Analisis univariat (Analisa Data Penelitian Deskriptif)

Berfungsi untuk meringkis, mengklasifikasikan, dan menyajikan data yang

merupakan langkah awal dan analisa lebih lanjut dalam penggunaan uji

statistik. (Hidayat, 2007)

Page 94: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

94

b. Analisis bivariat

Uji chi kuadrat atau dapat digunakan untuk mengevaluasi frekuensi yang

diselidiki apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan pada

penelitian tidak yang menggunakan data nominal.

ditolak jika hitung > tabel berarti ada hubungan yang bermakna

antara hubungan ibu hamil usia lebih dari 35 tahun dengan kejadian partus

lama.

diterima jika hitung < tabel berarti tidak ada hubungan yang

bermakna hubungan ibu hamil usia lebih dari 35 tahun dengan kejadian

partus lama. (Hidayat, 2011).

c. Lokasi penelitian ini di Puskesmas Melong Tengah Cimahi dimulai pada

bulan Februari – Juli tahun 2013.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a) Jumlah Usia Ibu Hamil > 35 Tahun

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Ibu Hamil > 35 Tahun Di

Puskesmas Melong Tengah Cimahi Tahun 2012.

Klasifikasi Umur Frekuensi Presentasi (%)

36-39 tahun 49 75,4

>39 tahun 16 24,6

Total 65 100

Sumber : Data Sekunder, Tahun 2012.

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.1 diperoleh hasil ibu hamil usia

lebih dari 35 tahun di Puskesmas Melong Tengah Cimahi tahun 2012

dari 65 responden diperoleh hasil bahwa sebagian besar dari

responden berusia 35-39 tahun sebanyak 49 ibu hamil (75,4%) dan

hanya sebagian kecil dari responden berusia >39 tahun sebanyak 16

ibu hamil (24,6%).

Page 95: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

95

b) Partus Lama

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Partus Lama Di

Puskesmas

Melong Tengah Cimahi Tahun 2012.

Persalinan Frekuensi Persentasi

(%)

Partus Lama 31 47,7

Tidak Partus Lama 34 52,3

Total 65 100

Sumber : Data Sekunder, Tahun 2012

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.2 diperoleh hasil ibu hamil usia lebih dari

35 tahun dengan kejadian partus lama di Puskesmas Melong Tengah

Cimahi Tahun 2012 dari 65 responden ibu hamil usia lebih dari 35 tahun

yaitu sebagian besar dari responden tidak mengalami partus lama pada

saat persalinan sebanyak 34 ibu (52,3%) dan hampir setengah dari

responden yang mengalami kejadian partus lama saat persalinan sebanyak

31 ibu (47,7%)

2. Analisis Bivariat

Hubungan Ibu Hamil Usia >35 Tahun Dengan Kejadian Partus Lama

Di Puskesmas Melong Tengah Cimahi Tahun 2012.

Tabel 4.3 Hubungan Ibu Hamil Usia >35 Tahun Dengan Kejadian

Partus Lama Di Puskesmas Melong Tengah Cimahi Tahun 2012

Sumber : Data Sekunder, Tahun 2012

Kategori Usia Persalinan

Jumlah P Value Partus Lama Tidak Partus Lama

F % F % F %

36-39 tahun 30 96,8 20 58,8 50 100 >39 tahun 1 3,2 14 41,2 15 100 0,001

Total 31 47,7 34 52,3 65 100

Page 96: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

96

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.3 diperoleh hasil hubungan antara ibu hamil

usia lebih dari 35 tahun dengan kejadian partus lama diperoleh di Puskesmas

Melong Tengah Cimahi Tahun 2012 dari 65 responden ibu hamil yaitu

sebagian besar dari responden (52,3%) ibu yang tidak mengalami partus lama

saat persalinan dan hampir setengah dari responden (47,7%) ibu yang

mengalami kejadian partus lama saat persalinan. Hasil uji statistik didapatkan

nilai p = 0,001 < ɑ (0,05) berarti Ho ditolak maka terdapat hubungan antara ibu

hamil usia lebih dari 35 tahun dengan kejadian partus lama. Kemudian dari

hasil analisis diperoleh OR = 21,00 artinya ibu hamil dengan usia lebih dari 35

tahun mempunyai peluang 21 kali mengalami partus lama dibandingkan

dengan ibu hamil dengan usia < dari 35 tahun.

B. Pembahasan

1. Gambaran Kejadian Ibu Hamil Usia Lebih dari 35 Tahun di

Puskesmas Melong Tengah Cimahi Tahun 2012.

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.1 diperoleh hasil ibu hamil usia lebih

dari 35 tahun di Puskesmas Melong Tengah Cimahi tahun 2012 dari 65

responden diperoleh hasil bahwa sebagian besar dari responden

(75,4%) ibu hamil berusia 35-39 tahun dan hanya sebagian kecil (24,6%)

ibu hamil berusia >39 tahun.

Berdasarkan teori menurut Poedji Rochjati (2003) bahwa ibu hamil yang

berusia lebih dari 35 tahun memiliki resiko tinggi terhadap kehamilan dan

persalinan, dimana pada usia tersebut terjadi penurunan fungsi

reproduksi pada seorang wanita yaitu perubahan pada jaringan alat-alat

reproduksi dan jalan lahir tidak lentur dan bahaya yang dapat terjadi

pada kelompok ini adalah persalinan lama akibat power yaitu tenaga ibu

dan kelainan-kelainan HIS.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Felly dan Snewe

(2003), terdapat 25,5 % responden ibu hamil usia lebih dari 35 tahun

yang mengalami persalinan dengan partus lama. Dari kejadian

persalinan patologis tersebut 27,5 % terjadi pada responden yang

berumur lebih dari 35 tahun, dan pemeriksaan kehamilan kurang dari 4

kali. Bila kondisi kesehatan ibu selama hamil tidak baik, ibu mempunyai

resiko 3,2 kali mengalami komplikasi dalam persalinan.

Page 97: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

97

2. Gambaran Kejadian Partus Lama di Puskesmas Melong Tengah

Cimahi Tahun 2012.

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.2 diperoleh hasil jumlah ibu hamil usia

lebih dari 35 tahun dengan kejadian partus lama di Puskesmas Melong

Tengah Cimahi Tahun 2012 dari 65 responden ibu hamil yaitu sebagian

besar dari responden (52,3%) ibu yang tidak mengalami partus lama

saat persalinan dan hampir setengah dari responden (47,7%) ibu yang

mengalami kejadian partus lama saat persalinan.

Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab langsung

kematian ibu dan bayi baru lahir. Partus lama yaitu fase laten lebih dari 8

jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir,

dilatasi serviks dikanan garis waspada pada persalinan fase aktif.

(Saiffudin, 2009)

Partus Lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam yang

dimulai dari tanda-tanda persalinan. Beberapa penyebab persalinan

lama adalah kelainan letak janin, kelainan panggul ketidak seimbangan

sepalopelvik, pimpinan persalinan yang salah dan primi tua primer atau

sekunder dan kelainan kekuatan his dan mengedan (power).

Adapun sebab lain adalah ibu dengan umur lebih dari 35 tahun, fungsi

reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan

fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya

komplikasi pasca persalinan yaitu partus lama, ketidakseimbangan

antara panggul dan bagian terendah sering dijumpai pada ibu dengan

tinggi badan kurang dari 150 cm yang mengakibatkan persalinan lama.

(Yulie, 2009)

Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi

pada ibu. Pada partus lama juga dapat terjadi perdarahan postpartum

yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi,

cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi.

(Wahyuningsih, 2010)

Page 98: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

98

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Ningrum (2005) kematian

ibu tersebut erat kaitannya dengan umur ibu hamil resiko tinggi yang

berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu selama hamil yang dapat

mempengaruhi proses persalinan normal atau patologis. Resiko terjadi

komplikasi pada persalinan terjadi 12% pada usia kurang dari 20 tahun

dan 26% pada usia 40 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soekiman (2011), di

RS Mangkuyudan Yogyakarta didapatkan bahwa dari 3005 kasus partus

lama terjadi kematian pada bayi didapatkan 50 kasus (16,4%) kematian

bayi, sedangkan kematian pada ibu didapatkan 4 kasus (0,13%)

kematian ibu.

3. Hubungan Ibu Hamil Usia Lebih dari 35 Tahun dengan Kejadian

Partus Lama di Puskesmas Melong Tengah Cimahi Tahun 2012.

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.3 diperoleh hasil hubungan antara ibu hamil

usia lebih dari 35 tahun dengan kejadian partus lama diperoleh di Puskesmas

Melong Tengah Cimahi Tahun 2012 dari 65 responden ibu hamil yaitu

sebagian besar dari responden (52,3%) ibu yang tidak mengalami partus lama

saat persalinan dan hampir setengah dari responden (47,7%) ibu yang

mengalami kejadian partus lama saat persalinan. Hasil uji statistik didapatkan

nilai p = 0,001 < ɑ (0,05) berarti Ho ditolak maka ada hubungan antara ibu

hamil usia lebih dari 35 tahun dengan kejadian partus lama. Kemudian dari

hasil analisis diperoleh nilai OR = 21,00 artinya ibu hamil dengan usia lebih dari

35 tahun mempunyai peluang 21 kali mengalami partus lama dibandingkan

dengan ibu hamil dengan usia < dari 35 tahun.

Adanya hubungan antara usia dengan persalinan kala II lama tersebut sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh obstetri William (2005) yang menyatakan

bahwa pada penelitian-penelitian sebelumnya yang mengisyaratkan bahwa

wanita yang berusia sekitar 35 tahun ke atas lebih beresiko tinggi mengalami

penyulit obstetri serta morbiditas dan mortalitas perinatal karena uterus yang

tidak lentur atau elastis sehingga memiliki kemungkinan terjadi persalinan kala

II lama.

Berdasarkan hasil penelitian Indriani pada tahun 2007 dengan judul Hubungan

Umur dengan Kejadian Partus Lama di RSIA Makasar Tahun 2006 yaitu

Page 99: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

99

menemukan 222 kasus partus lama (20,89%) dari 2552 persalinan. Jumlah

sampel 222 orang dimana wanita hamil berusia dibawah 20 tahun berjumlah 47

orang (21,17), wanita hamil berusia diatas 35 tahun berjumlah 126 orang

(56,75%) dan wanita hamil berusia 20 – 30 tahun 49 (22,07%) dengan nilai p

0.037. Menurut hasil penelitian terdapat hubungan antara umur dengan

kejadian partus lama. (Indriani, 2007). Hasil penelitian ini tidak ada perbedaan

antara usia ibu hamil lebih dari 35 tahun dengan kejadian partus lama dan usia

ibu hamil lebih dari 35 tahun dengan kejadian tidak partus lama, mungkin bukan

hanya usia tua saja yang dapat menyebabkan partus lama tetapi bisa saja

karena adanya faktor-faktor lain yaitu misalnya dari, power yang lemah, seperti

his, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvik atau kekuatan

mengejan, ketegangan dan kontraksi ligamentum rorundum, passenger

(kelainan letak janin dan plasenta letak rendah), passage (jalan lahir yang

sempit). (Prawiharjo, 2010)

Senam hamil yang teratur merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya

komplikasi pada saat persalinan, yaitu partus lama. Senam hamil berperan

untuk memperkuat kontraksi, mempertahankan elastisitas otot-otot dinding

perut, otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia yang berperan

dalam mekanisme persalinan, melenturkan persendian-persendian yang

berhubungan dengan proses persalinan, mempertinggi kesehatan fisik dan

psikis serta kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi persalinan

membentuk sikap tubuh yang prima sehingga dapat membantu mengatasi

keluhan-keluhan, letak janin dan mengurangi sesak napas, menguasai teknik-

teknik pernapasan dalam persalinan dan dapat mengatur diri pada ketenangan

penolong dalam menghadapi persalinan dan membimbing wanita menuju suatu

persalinan yang fisiologis. (Aulia, 2010).

Selain itu, Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi pengeluaran oksitosin

bahwa kekhawatiran dapat meningkatkan produksi adrenalin yang

menghambat aktivitas uterus dan mungkin menyebabkan persalinan lama.

Karena dari rangsangan psikologis tersebut hipotalamus akan menerima

informasi melalui system saraf dan informasi ini akan disatukan dalam

hipotalamus itu sendiri dan kemudian dari hipotalamus akan memerintahkan

hipofisis untuk mengeluarkan adrenalin sehingga produksi adrenalin meningkat

dan dapat menghambat aktivitas uterus dan dimungkinkan dapat menyebabkan

persalinan lama. Adanya kecemasan akan menyebabkan nyeri yang dapat

Page 100: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

100

meningkatkan sekresi adrenalin dan katekolamin sehingga terjadi peningkatan

cardiac output, irama dan denyut jantung, gastrointestinal dan tekanan darah

yang akan menyebabkan hiperventilasi serebral dan aliran darah uterus

menjadi vasokonstriksi, keseimbangan asam basa menjadi berubah

menimbulkan alkalosis maternal (yang mana mungkin menyebabkan hipoksia

janin), mual dan muntah, mengganggu aktivitas uterus dengan adanya

penurunan kontraksi (katekolamin) dan mengganggu fungsi kandung kemih.

Dengan terhambatnya miometrium dalam berkontraksi dan beretraksi maka

proses pemendekan dan penebalan segmen atas uterus berkurang sehingga

janin kurang terdorong ke bawah yang menyebabkan penekanan pada servik

kurang maksimal. Begitu juga kerja dari segmen bawah kurang yang

seharusnya terjadi penarikan oleh segmen atas uterus tapi karena segmen atas

kurang maksimal dalam berkontraksi dan beretraksi sehingga tarikan ke

segmen bawah uterus juga kurang maksimal, oleh karena itu proses

effacement dan dilatasi servik akan berlangsung lebih lama dan dapat terjadi

persalinan lama. (Choeriyah, Uswanto,2010)

Luke dan Brown (2007), menyimpulkan bahwa makin tinggi umur ibu (makin tua

ibu) makin tinggi resiko kelainan persalinan dan persalinan lama.

SIMPULAN

1. Terdapat ibu hamil usia lebih dari 35 tahun sebanyak 65 responden bahwa

sebagian besar dari responden berusia 35-39 tahun sebanyak 49 ibu hamil

(75,4%).

2. Terdapat ibu hamil usia lebih dari 35 tahun dengan kejadian partus lama

sebanyak 31 responden (47,7%).

3. Terdapat hubungan antara ibu hamil usia lebih dari 35 tahun dengan

kejadian partus lama dengan nilai p value 0,001 dan ibu hamil dengan usia

lebih dari 35 tahun mempunyai peluang 21 kali mengalami partus lama

dibandingkan dengan ibu hamil dengan usia < dari 35 tahun dengan nilai OR

= 21,00.

SARAN

1. Bagi Institusi STIKes Budi Luhur

Page 101: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

101

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan dokumentasi atau

sebagai bahan acuan untuk menambah pengetahuan dan diharapkan pihak institusi

dapat bekerja sama dengan pihak puskesmas atau bidan komunitas dalam rangka

memberikan penyuluhan kesehatan kepada semua masyarakat khususnya ibu di

usia reproduksi.

2. Bagi Puskesmas Melong Tengah Cimahi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan sehingga

puskesmas lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat

tentang bahaya pada ibu hamil usia tua dan kejadian partus lama melalui

penyuluhan kesehatan, meningkatkan program senam hamil, memberikan

konseling tentang bahaya pada ibu hamil usia tua, memantau dan

mendeteksi dini kepada seluruh ibu hamil khususnya yang mempunyai resiko

serta menganjurkan kepada ibu untuk melaksanakan program KB (keluarga

berencana), mengatur jarak kehamilan, sehingga setiap ibu bisa

merencanakan kehamilannya pada usia reproduktif sehat yaitu 20-35 tahun.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat meningkatkan pemahaman teori dan pengetahuan tentang kehamilan resiko

tinggi dan partus lama. Selain itu, dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian

berikutnya dengan menambahkan sampel karena adanya keterbatasan sampel

yang digunakan kurang banyak serta melakukan penelitian tentang kehamilan pada

usia tua dan partus lama menggunakan variabel lain seperti paritas, senam hamil,

pendidikan, pekerjaan dan lain-lain untuk mengetahui faktor yang paling dominan

yang berpengaruh terhadap kejadian partus lama.

Page 102: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

102

KEPUSTAKAAN

1. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

2. Aulia, Hendramin. (2010). Pengaruh Senam Hamil Terhadap Proses

Persalinan Normal Di Klinik YK Madira Palembang. (http://www.hemdramin.info index/article/viewfile/1384/2010/ dikutip pada tanggal 11 Juli 2013).

3. Bibilung, 1. (2009). Rawankah Hamil Diusia Tua. (Error! Hyperlink reference not valid. dikutip pada tanggal 8 Maret 2013).

4. Damayanti, Erina. (2012). Kehamilan Dan Persalinan Yang Sehat Menyenangkan Diatas Usia 30 Tahun. Yogyakarta : Araska.

5. Depkes RI. (2009). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta : Depkes RI.

6. DepKes RI. (2011). Ibu Selamat Bayi Sehat Suami Siaga. (http://www.depkes.go.id,

Dikutip, 13 Februari 2013).

7. Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2012) Profil Jawa Barat. (www.jabarprov.go.id , dikutip pada 14 Februari 2012).

8. Dinas Kesehatan Kota Cimahi. (2010). AKI Kota Cimahi. (http://www.pikiran-rakyat.com dikutip pada 14 Februari 2013).

9. Dinas Kesehatan Kota Cimahi. (2010). AKB Kota Cimahi. (http://www.Kota Cimahi.go.id, dikutip pada 14 Februari 2013).

10. Genie. (2009). 3 / rawabokor.web.id/lifestyle/kenali kehamilan risiko tinggi sejak dini/, dikutip pada tangg16 Februari 2013).

11. Grandfa, 1. (2009). Kehamilan Usia 35. (http://id.shvoong.com/medicine and health/1678596 resiko , dikutip pada tanggal 17 Februari 2013).

12. Hidayat A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : salemba medika.

Page 103: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

103

13. Hutagulung, Filderia. (2011). Hubungan antara usia, Paritas dengan Persalinan

Kala II Lama Tahun 2010 Di RSUD Dr. Moch. Soewandhie Surabaya. (http://creasoft.wordpress.com/2011/04/23/, dikutip pada tanggal 22 Juni 2013).

14. Indriani. (2007). Hubungan Umur dengan Kejadian Partus Lama di RSIA Makasar Tahun 2006. (http://repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/6449 /1/Indriani1.pdf dikutip pada tanggal 22 Juni 2013).

15. Manuaba, Chandradinata, dkk, (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Edisi 2. Jakarta : EGC.

16. MenKes, (2012). Jampersal 2012 (http:www.perdhaki.jampersal dikutip pada 14 Februari 2013).

17. Rochjati, Poedji. (2003). Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya :

Airlangga University Press.

18. Saifuddin. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

19. Sastroasmoro. (2011). Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagungseto.

20. Stikes Budi Luhur Cimahi. 2011. Buku Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir Dan Skripsi Mahasiswa Stikes Budi Luhur . Cimahi : LPPM.

21. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

22. Sukarsih, Dedeh. 2009. Gambaran Angka Kejadian Partus Lama Di Rumah Sakit Umum Mitra Anugrah Lestari Periode 01 Januari-31 Desember 2008. LTA, Cimahi, stikES Budi Luhur Cimahi.

23. Tita, 2010. Gambaran Kejadian Kehamilan Resiko Tinggi Berdasarkan Karakteristik pada Ibu Hamil di Puskesmas Garuda Kota Bandung. LTA, Cimahi, STIKes Budi Luhur Cimahi.

24. Wardhana, A. 2007. Faktor Risiko Plasenta Previa. In: Budi Rianto (Ed), Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta.

25. Wiknjosastro, Gulardi, dkk. 2008. Buku Acuan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

26. Wiludjeng. 2007. Gambaran Penyebab Kematian. In: Budi Rianto (Ed), Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta.

Page 104: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

104

27. Yulie. 2009. (http://www.digilib.ui.ac.id, diperoleh pada tangal 17 Februari 2013).

Page 105: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

105

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POS BINAAN TERPADU (POSBINDU) DESA MEKARSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

CITALEM KABUPATEN BANDUNG BARAT

FACTORS AFFECTING UTILIZATION POST BINAAN INTEGRATED (POSBINDU) VILLAGE MEKARSARI AT COMMUNITY HEALT CENTER OF

CITALEM IN BANDUNG BARAT

Eva Berthy dan Hendra Yadi Firmansyah

Program Studi S1 keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi

ABSTRACT

The low coverage of the participation of the elderly against the utilization of posbindu

village mekarsari working area public health center Citalem kab. West Bandung with

53.9% while the amount of the percentage coverage of the target to be achieved is

80% Posbindu is a forum integrated services to an advanced age in society where

creation process by masyrakat, he elderly constitute the age group in which occurs a

decrease physical condition/biological, psychological conditions as well as changes in

social conditions. The purpose of this research is to analyze the factors that influence

the posbindu. This type of research study of anliktik used a descriptive correlation

design of a research to study the dynamics of the correlation between variables,

researchers with the data collection approach for cross sectional. The population of this

research is all the elderly in the Villages with the total sample Mekarsari 82 people.

Results of the study showed the majority of the elderly lack knowledge 48,78% and for

supporting attitude 63,41%, distances not reached 52%, the cost of which is not

affordable, needs 53% 68%. Based on the result analysis, relationship of each variable

with the posbindu overall utilization obtained p value ≤ 0,005 The relation of each

variable from the utilization of posbindu entire obtained p value which means there is a

connection of each variable with the utilization of other words Ho is rejected. Based on

research results is recommended for citalem community health centers can improve

health programs on the elderly, By providing information and counseling health about

the importance of the discharge of a routine check to posbindu, the community health

centres continued to play an active role in running the service posbindu the maximum.

Keywords: cross sectional, posbindu, elderly, utilization posbindu

Page 106: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

106

PENDAHULUAN

Sasaran Posbindu Lansia meliputi beberapa kelompok dimana ada sasaran langsung

dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah usia virilitas/pra senilis 45 tahun

- 59 tahun, Lansia 60 s.d. 69 tahun, dan Lansia risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70

tahun. Sedangkan sasaran yang tidak langsung adalah keluarga dimana Lansia

berada, masyarakat di lingkungan Lansia, organisasi sosial yang bergerak di dalam

pernbinaan kesehatan Lansia, petugas kesehatan yang melayani kesehatan Lansia

dan masyarakat luas (Depkes RI, 2005).

Pelaksanaan pembinaan kesehatan Lansia di Puskesmas perlu dilakukan dengan

manajemen yang baik dengan memperhatikan aspek perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan dan evaluasi. Penilaian keberhasilan program harus dimulai dari awal

kegiatan yang meliputi masukan, proses dan keluaran dengan aspek teknis dan

manajerial termasuk penyediaan sarana, prasarana dan informasi yang digunakan

untuk perencanaan lebih lanjut (Depkes RI, 2005).

Partisipasi dan keteraturan Lansia yang datang ke Posbindu lansia belum mencapai

target yang diharapkan tersebut dapat dilihat dari data laporan tahunan Dinas

Kesehatan Kabupaten Bandung Barat tahun 2010 di empat Puskesmas di UPTD

Kesehatan wilayah Sindangkerta, bahwa di Puskesmas Cicangkang Hilir dengan

cakupan partisipasi Lansia mencapai 71.42%, Puskesmas Sindangkerta mencapai

76.32%, Puskesmas Cipongkor mencapai 68.89%, dan Puskesmas Citalem mencapai

70.93%. Dari angka tersebut dapat diketahui bahwa Puskesmas Citalem merupakan

salah satu Puskesmas dengan cakupan partisipasi Lansia yang belum mencapai target

dimana cakupan yang harus dicapai adalah sebesar 80%.

Puskesmas Citalem terdiri dari 7 desa binaan dimana dari ketujuh desa tersebut

semuanya memiliki cakupan partisipasi Lansia dalam kegiatan Posbindu masih di

bawah target. Adapun data cakupan partisipasi Lansia dalam kegiatan Posbindu di

wilayah binaan Puskesmas Citalem tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut di

bawah ini.

Page 107: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

107

Tabel 1.1 Persentase Cakupan Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Posbindu di

Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Tahun 2012

Desa Binaan Persentase

Kehadiran Lansia

Jumlah

Lansia Keterangan

Cicangkang Hilir 75.6% 927

Target 80%

Sukamulya 79,2% 856

Mekarsari 53,9% 442

Citalem 79,2% 1348

Giri Mukti 63,3% 617

Cijenuk 75.7% 1071

Girimukti 78.7% 764

( Sumber: Laporan Tahunan Program Lansia Puskesmas Citalem Tahun 2012.)

Berdasarkan tabel 1.1, maka dapat diketahui bahwa desa yang paling rendah dalam

cakupan partisipasi Lansia terhadap pemanfaaan Posbindu adalah desa Mekarsari,

yaitu hanya mencapai 53.9%.

Studi pendahuluan yang dilakukan penulis melalui wawancara pada bulan Febuari 2013

terhadap 15 orang Lansia yang berada di wilayah Posbindu Lansia Mekarsari di RW 01

yang jarang datang ke Posbindu diperoleh informasi bahwa alasan mereka tidak pernah

datang ke Posbindu karena merasa tidak ada masalah dengan kesehatan dirinya atau

merasa sehat-sehat saja dan merasa tidak ada waktu untuk datang ke Posbindu karena

ada pekerjaan lain yang lebih penting menurut mereka seperti pergi ke sawah. Mereka

yang jarang ke Posbindu mengatakan jika hanya ada keluhan saja mereka datang ke

Posbindu, dan ada sebagian mengatakan terkadang malas untuk mengantri karena

cukup memakan waktu yang lama. Selain itu, karena jauhnya jarak lokasi Posbindu

dengan tempat tinggal mereka dan sulitnya transportasi karena memerlukan paling tidak

kendaraan motor atau ojeg yang tentunya mengeluarkan biaya. Berdasarkan uraian dan

permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang

berjudul: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfatan Pos Binaan Terpadu Posbindu

Page 108: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

108

Lansia di Desa Mekarsari Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat

bulan Juni ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfatan Posbindu Lansia di Desa Mekarsari wilayah kerja

Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat .

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan studi analitik dengan rancangan penelitian

rancangan deskriptif korelasi, yaitu suatu rancangan penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara variabel, peneliti dengan pendekatan pengumpulan data

secara cross-sectional yaitu pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time

approach).

Variabel penelitian Independen yaitu Pengetahuan lansia, sikap, Persepsi Jarak,

Persepsi Biaya, dan Penilaian individu. Variabel dependen yaitu Pemanfaatan

pelayanan Posbindu. Definisi Operasional dari masing-masing variabel penelitian

pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu, merupakan reaksi atau respon seseorang

yang masih tertutup terhadap suatu st imulus a tau objek, Pernyataan

responden mengenai perkiraan jarak yang di tempuh untuk datang, Jumlah

kehadiran lansia dalam satu tahun terakhir di Posbindu Lansia (Notoatmodjo, 2003).

Alat Ukur yang digunakan adalah Kuesioner dan KMS dan Catatan Register.

Hasil Ukur pengetahuan adalah Baik jika 76-100%, Cukup jika 56-75 %, Kurang jika <

56 % (Notoatmodjo, 2003). Sikap jika 0 = Sikap Tidak Mendukung (≤ Mean) 81,61% dan

1 = Sikap Mendukung (>mean) 81,61%. Persepsi jarak 0 = terjangkau (>Mean) 54,88%

dan 1 = tidak terjangkau (≤Mean) 54,88%. Persepsi biaya 0 = tidak membutuhkan

(<mean) 57,32% dan 1 = membutuhkan biaya (≥mean) 57,32%. Penilaian Individu jika 0

= tidak membutuhkan (<mean) 57,32% dan 1 = membutuhkan (≥mean) 57,32%.

Pemanfaatan Posbindu bila Aktif jika minimal 75% hadir dari 11 kali kegiatan Tidak aktif

jika kurang dari 75% kehadiran dari 11 kali pertemuan.

Page 109: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

109

A. POPULASI DAN SEMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia di desa Mekarsari wilayah kerja

Puskesmas Citalem periode 2012, yaitu sebanyak 442 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Untuk menentukan jumlah

sampel pada penelitian ini menggunakan Rumus Slovin yakni:

Keterangan :

= Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan tingkat

kesalahan 10% maka:

C. PENGUMPULAN DATA

1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah mengumpulkan data berupa data primer dan

sekunder. Data primer yaitu pengambilan data tentang Pengetahuan, Sikap,

Jarak, Persepsi individu Sedangkan data sekunder yaitu pengambilan data yang

dihimpun dari laporan atau catatan yang ada dimana peneliti hanya mengkaji

ulang data-data yang ada, yaitu data register kehadiran Lansia atau KMS Lansia

(Sahlan, 2005).

2. Instrumen Penelitian

Adapun Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan interviewer

(dalam hal wawancara). Instrumen untuk mengkur pengetahuan pelayanan

posbindu sosial adalah dengan Skala Guttman. Instrumen untuk mengukur sikap

Lansia adalah menggunakan Skala Likert. Instrumen untuk mengukur

Page 110: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

110

pemanfaatan Posbindu Lansia adalah dengan menggunakan data register

kehadiran Lansia atau KMS Lansia.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas instrumen Penelitian

Uji validitas pada instrumen pengetahuan dan jarak telah dilakukan dengan

menggunakan teknik koefisien korelasi biserial, dikarenakan jenis pertanyaan

yang digunakan berbentuk Dis-kontinum atau hanya berbentuk pertanyaan

objektif jawaban dengan skor 1 dan 0. Rumus yang digunakan untuk menghitung

koefisien korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah :

[√

]

Keterangan : Rbis (i) : Koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor dengan skor total xi : Rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor i xt : Rata-rata skor total responden St : Standar deviasi skor total semua responden pi : Proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i qi : Proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i

Sedangkan untuk instrumen sikap, menggunakan uji korelasi product moment,

dikarenakan dari jumlah 20 responden dengan 15 pertanyaan bahwa semua item

mempunyai r hitung > r table(0,44)sehingga semua pertanyaan dinyatakan valid.

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ]

Keterangan :

rhitung : Koefisien Korelasi

∑ : Jumlah skor item

∑ : Jumlah skor total

n : Jumlah responden

Setelah semua pertanyaan sudah valid semua. Analisis selanjutnya dengan uji

reliabilitas. Cara untuk mengetahui reliabilitas adalah : membandingkan nilai r

hasil dengan nilai konstanta (0,6) “bias juga dengan r table”. Dalam uji reliabilitas

sebagai nilai r hasil adalah nilai “Alpha”. Ketetuannya : bila r alpha > konstanta

(0,6) maka pertanyaan tersebut reliable (Riyanto,2009).

Page 111: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

111

Menurut Arikunto (2006), pada penelitian ini uji reabilitasnya menggunakan

rumus Alpha cronbach yaitu sebagai berikut :

[

] [

]

Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ : Jumlah varian butir

: Varian total

Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel pengetahuan didapatkan nilai korelasi

sebesar 0.826. lebih besar dari konstanta (0,6) Sikap di nyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel jarak didapatkan nilai korelasi sebesar

0.777 > 0,6 (konstanta) sehingga nyatakan reliabel. Berdasarkan hasil uji

reliabilitas sikap variabel didapatkan nilai korelasi sebesar 0.842 > 0,6 konstanta

dinyatakan reliable.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Agar penelitian yang dibuat bisa memenuhi syarat penelitian, yaitu sistematis,

berencana, dan mengikuti konsep ilmiah. Melalui langkah-langkah sebagai berikut

:

a) Tahap Persiapan

1) Menentukan topik penelitian

2) Merumuskan masalah

3) Memilih lahan penelitian

4) Melakukan studi pendahuluan

5) Menyusun proposal penelitian

6) Seminar proposal

7) Melakukan uji coba instrumen dan perbaikan instrumen

b) Tahap Pelaksanaan

1) Perizinan pelaksanaan penelitian

2) Melaksanakan penyebaran kuesioner

3) Mengolah dan menganalisa data

4) Pembahasan

c) Tahap Akhir

1) Menyusun laporan hasil penelitian

Page 112: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

112

2) Pendokumentasian hasil penelitian

3) Presentasi hasil penelitian

E. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

1. Pengolahan Data

Ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu: Editing,

Scoring, Coding, Processing, Cleaning, dan Tabulating,

2. Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan sebagai berikut:

a. Analisis Univariat

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, jarak biaya dan persepsi

sakit dilakukan uji univariat untuk masing-masing variabel yang diteliti dalam

bentuk tabel univarian dan setelah itu dilakukan penafsiran dengan asumsi-

asumsi pribadi sehingga membentuk penemuan ilmiah (Scientific Finding)

dengan menggunakan rumus berikut di bawah ini (Notoatmodjo, 2005)

b

aP x100%

Keterangan : P : Persentase responden a : Jumlah responden yang termasuk dalam kriteria b : Jumlah keseluruhan responden

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah untuk membuktikan adanya hubungan yang

bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat maka dilakukan uji

statistik dengan metoda Chi Square (x2). Secara perhitungan manual,

rumus umum Chi-Kuadrat yang digunakan adalah sebagai berikut

(Arikunto, 2006) :

h

ho

f

ffx

2

2

Dimana : x2 = harga Chi-Kuadrat yang dicari fo = frekuensi yang ada (frekuensi observasi atau frekuensi

sesuai dengan keadaan) fh = frekuensi yang diharapkan, sesuai dengan teori

Page 113: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

113

Dengan tingkat kemaknaan yang diinginkan 95% atau nilai alfa 0,05.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Desa Mekarsari wilayah kerja Puskesmas Citalem

dan akan dilaksanakan pada bulan Mei – Juli tahun 2013.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

a. Faktor Predisposisi

Pada analisis ini akan dibahas mengenai pernyataan tentang gambaran

pengetahuan dan sikap remaja. Berikut adalah hasil analisisnya:

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia Tentang Posbindu Di Desa Mekarsari Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat

Pengetahuan Lansia F %

Baik 15 18.29

Cukup 27 32.93

Kurang 40 48.78

Total 82 100

Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang diteliti

berdasarkan pengetahuan lansia tentang posbindu, terdapat 15 responden

(18.29%) yang memiliki pengetahuan baik, 27 responden (32.93%) yang

memiliki pengetahuan cukup, dan 40 responden (48.78%) yang memiliki

pengetahuan kurang.

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Sikap Lansia Tentang Posbindu Di Desa Mekarsari Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat

Sikap F %

Tidak Mendukung 30 36.59

Mendukung 52 63.41

Total 82 100

Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang diteliti

berdasarkan sikap lansia tentang posbindu, terdapat 30 responden (36.59%)

Page 114: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

114

yang memiliki sikap tidak mendukung, dan 52 responden (63.41%) yang

memiliki sikap mendukung.

b. Faktor Pendukung

Pada analisis ini akan dibahas mengenai pernyataan tentang gambaran

persepsi jarak dan biaya. Berikut adalah hasil analisisnya:

Tabel 1.4. Distribusi Frekuensi Persepsi Jarak Posbindu Di Desa Mekarsari

Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat

Persepsi Jarak f %

Terjangkau 39 47.56

Tidak Terjangkau 43 52.44

Total 82 100

Berdasarkan tabel 1.4 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang diteliti

berdasarkan persepsi jarak ke posbindu, terdapat 39 responden (47.56%) yang

memiliki jarak terjangkau, dan 43 responden (52.44%) yang memiliki jarak tidak

terjangkau.

Tabel 1.5. Distribusi Frekuensi Persepsi Biaya Posbindu Di Desa Mekarsari

Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat

Persepsi Biaya f %

Terjangkau 38 46.34

Tidak Terjangkau 44 53.66

Total 82 100

Berdasarkan tabel 1.5 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang diteliti

berdasarkan persepsi biaya ke posbindu, terdapat 38 responden (46.34%) yang

merasa biaya terjangkau, dan 44 responden (53.66%) yang merasa biaya tidak

terjangkau.

c. Faktor Kebutuhan

Pada analisis ini akan dibahas mengenai pernyataan tentang gambaran

kebutuhan penilaian individu. Berikut adalah hasil analisisnya:

Page 115: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

115

Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Penilaian Individu Di Desa Mekarsari Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat

Kebutuhan Penilaian Individu f %

Tidak Membutuhkan 26 31.71

Membutuhkan 56 68.29

Total 82 100

Berdasarkan tabel 1.6 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang diteliti

berdasarkan kebutuhan penilaian individu tentang posbindu, terdapat 26

responden (31.71%) yang tidak membutuhkan, dan 56 responden (68.29%)

yang membutuhkan.

Tabel 1.7. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Posbindu Di Desa Mekarsari

Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat

Pemanfaatan Posbindu f %

Aktif 51 62.20

Tidak Aktif 31 37.80

Total 82 100

Berdasarkan tabel 1.7 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang diteliti

berdasarkan pemanfaatan posbindu, terdapat 51 responden (62.20%) yang

aktif dalam pemanfaatan, dan 31 responden (37.80%) yang tidak aktif

pemanfatanya.

d. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pos binaan

terpadu (posbindu) lansia.

Berdasarkan uji bivariat bahwa hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan pos binaan terpadu (posbindu) lansia di Desa Mekarsari Wilayah

Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat, tertera dalam bentuk

tabel 1.7 sebagai berikut.

Page 116: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

116

Tabel 1.8. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Lansia Dengan Pemanfaatan Posbindu Di Desa Mekarsari Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat

Pengetahuan

Lansia

Pemanfaatan Posbindu Total Koefisien

Kontingensi

P-

Value Aktif Tidak Aktif

f % F % F %

Baik 13 86.67 2 13.33 15 100

0.337 0.005 Cukup 20 74.07 7 25.93 27 100

Kurang 18 45 22 55 40 100

Berdasarkan tabel 1.8 dapat dilihat dari 82 responden, terdapat 15 responden yang

memiliki pengetahuan baik, dimana sebagian besar 13 responden (86.67%) aktif dalam

pemanfaatan posbindu. Terdapat 27 responden memiliki pengetahuan cukup, dimana

sebagian besar 20 responden (74.07%) aktif dalam pemanfaatan posbindu. Terdapat

40 responden memiliki pengetahuan kurang, dimana sebagian besar 22 responden

(55%) tidak aktif dalam pemanfaatan posbindu.

Tabel 1.9. Tabulasi Silang Antara Sikap Dengan Pemanfaatan Posbindu

Di Desa Mekarsari Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat

Sikap

Pemanfaatan Posbindu Total Koefisien

Kontingensi

P-

Value Aktif Tidak Aktif

f % F % F %

Tidak

Mendukung 6 20 24 80 30 100

0.551 0.000

Mendukung 45 86.54 7 13.46 52 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 82 responden, terdapat 30 responden yang

memiliki sikap tidak mendukung, dimana sebagian besar 24 responden (80%) tidak

aktif dalam pemanfaatan posbindu. Terdapat 52 responden memiliki sikap mendukung,

dimana sebagian besar 45 responden (86.54%) aktif dalam pemanfaatan posbindu.

Page 117: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

117

Tabel 1.10 Tabulasi Silang Antara Persepsi jarak Dengan Pemanfaatan Posbindu Di Desa Mekarsari Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat

Persepsi Jarak

Pemanfaatan Posbindu Total Koefisien

Kontingensi

P-

Value Aktif Tidak Aktif

f % F % f %

Terjangkau 31 79.49 8 20.51 39 100 0.322 0.002

Tidak Terjangkau 20 46.51 23 53.49 43 100

Berdasarkan tabel 1.10 dapat dilihat dari 82 responden, terdapat 39 responden yang

memiliki persepsi jarak terjangkau, dimana sebagian besar 31 responden (79.49%)

aktif dalam pemanfaatan posbindu. Terdapat 43 responden memiliki persepsi jarak

tidak terjangkau, dimana sebagian besar 23 responden (53.49%) tidak aktif dalam

pemanfaatan posbindu.

Tabel 1.11. Tabulasi Silang Antara Persepsi Biaya Dengan Pemanfaatan

Posbindu Di Desa Mekarsari Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat.

Persepsi Biaya

Pemanfaatan Posbindu Total Koefisien

Kontingensi

P-

Value Aktif Tidak Aktif

f % F % f %

Terjangkau 35 92.11 3 7.89 38 100 0.497 0.000

Tidak Terjangkau 16 36.36 28 63.64 44

Berdasarkan tabel 1.11. dapat dilihat dari 82 responden, terdapat 38 responden yang

memiliki persepsi biaya terjangkau, dimana sebagian besar 35 responden (92.11%)

aktif dalam pemanfaatan posbindu. Terdapat 44 responden memiliki persepsi biaya

tidak terjangkau, dimana sebagian besar 28 responden (63.64%) tidak aktif dalam

pemanfaatan posbindu.

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Penilaian Individu Dengan Pemanfaatan Posbind Di Desa Mekarsari Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat

Kebutuhan Penilaian

Individu

Pemanfaatan Posbindu

Total Koefisien

Kontingensi

P-

Value Aktif

Tidak

Aktif

f % F % f %

Page 118: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

118

Tidak Membutuhkan 10 38.46 16 61.54 26 100 0.316 0.003

Membutuhkan 41 73.21 15 26.79 56 100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat dari 82 responden, terdapat 26 responden yang

memiliki penilaian tidak membutuhkan, dimana sebagian besar 16 responden (61.54%)

tidak aktif dalam pemanfaatan posbindu. Terdapat 56 responden memiliki penilaian

membutuhkan, dimana sebagian besar 41 responden (73.21%) aktif dalam

pemanfaatan posbindu.

B. Pembahasan

1. Pengetahuan Lanjut Usia (Lansia) tentang Pos Binaan Terpadu (Posbindu) Di

Desa Mekarsari

Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 1.1 menunjukan bahwa dari 82 responden

hampir setengah dari responden yaitu 40 orang (48.78%) memiliki pengetahuan

kurang tentang posbindu. Pengetahuan lansia yang kurang tentang posbindu

dikarenakan kurang informasi, penyuluhan dan pengumuman tentang posbindu

kurang. Menurut Notoodmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan

merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca

indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2. Sikap Lanjut Usia (Lansia) tentang Pos Binaan Terpadu (Posbindu) Di Desa

Mekarsari

Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari 82 responden sebagian besar dari

responden yaitu 52 orang (63.41%) memiliki sikap mendukung posbindu

sedangkan sebagian kecil yaitu 30 responden (36.59%) yang memiliki sikap tidak

mendukung posbindu.

Sikap lansia yang mendukung posbindu dapat membuat posbindu menjadi aktif.

Akan tetapi, sikap lansia yang mendukung tersebut belum tentu membuat lansia

datang ke posbindu, karena menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) bahwa

sikap itu belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan atau perilaku. Sehingga sikap yang mendukung hanyalah

Page 119: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

119

sebagai faktor pendukung untuk seorang lansia bertindak datang ke posbindu dan

itu berpengaruh terhadap pemanfaatan posbindu.

3. Persepsi Jarak Posbindu di Desa Mekarsari

Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang diteliti

berdasarkan persepsi jarak ke posbindu, sebagian besar dari responden 43

responden (52.44%) memiliki persepsi bahwa jarak ke posbindu tidak terjangkau

dan sebagian kecil 39 responden (47.56%) yang memiliki jarak terjangkau.

Kehadiran lansia di posbindu yang rendah dapat di pengaruhi oleh jarak rumah ke

posbindu yang jauh dan sulit di jangkau dan bagi lansia yang mengalami

penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh akan menimbulkan kelelahan atau

kecelakaan fisik sehingga lansia untuk menghadiri Posbindu menjadi berkurang

sehingga lansia sebagai anggota posbindu tidak datang ke Posbindu untuk

memeriksakan kesehatan secara rutin setiap bulannya.

Andari (2006) menyimpulkan bahwa semakin dekat lokasi pelayanan kesehatan

semakin tinggi pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Bangli. Namun

hasil ini berbeda dengan penelitian Hendrartini (1995), variabel jarak mempunyai

korelasi negatif terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan secara

statistik tidak bermakna.

4. Persepsi Biaya Posbindu di Desa Mekarsari

Berdasarkan tabel 1.4 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang diteliti

berdasarkan persepsi biaya ke posbindu, terdapat 38 responden (46.34%) yang

merasa biaya terjangkau, dan 44 responden (53.66%) yang merasa biaya tidak

terjangkau. Hal ini mengindikasikan bahwa dari 82 responden sebagian besar dari

responden (53.66%) memiliki persepsi bahwa biaya ke posbindu tidak terjangkau.

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang,

yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan

tertentu

Biaya yang di maksudkan adalah biaya transportasi dan biaya pengobatan di

posbindu persepsi biaya menurut lansia tidak terjangkau dikarenakan lansia yang

sudah tidak mempunyai penghasilan. Sehingga tidak terjangkaunya biaya tersebut

berpengaruh terhadap kehadiran lansia ke posbindu dan pemanfaatan posbindu

berkurang.

Page 120: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

120

5. Penilaian Individu Lansia tentang Kebutuhan Posbindu di Desa Mekarsari

Berdasarkan tabel 1.5 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang diteliti

berdasarkan kebutuhan penilaian individu tentang posbindu, terdapat 26

responden (31.71%) yang tidak membutuhkan, dan 56 responden (68.29%) yang

membutuhkan. Hal ini mengindikasikan bahwa dari 82 responden sebagian besar

dari responden (68.29%) menilai bahwa membutuhkan posbindu. Menurut

Maslow (2008) kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga

dapat mencapai kesejahteraan, sehingga bila ada di antara kebutuhan tersebut

yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang

sejahtera.

Penilaian individu lansia yaitu membutuhkan akan adanya posbindu,karena lansia

membutuhkan pengobatan dan control kesehatan sehingga kesehatan lansia

terpantau bila adanya posbindu.

6. Hubungan Pengetahuan Lansia dengan Pemanfaatan Posbindu oleh Lansia

Dari hasil analisis hubungan antara pengetahuan lansia terdapat 15 responden

yang memiliki pengetahuan baik, dimana sebagian besar 13 responden (86.67%)

aktif dalam pemanfaatan posbindu. Semakin baik pengetahuan lansia tentang

posbindu maka semakin baik pula dalam pemanfaatan posbindu oleh lansia. Hasil

tersebut sejalan dengan pendapat Wawolumaya (2001) mengungkapkan, bahwa

pengetahuan merupakan semua masukan yang diterima seseorang melalui proses

mengamati, mendengar, membaca, dan belajar, masuk ke dalam otak manusia dan

belum mengalami pengolahan mental. Apabila masukan tersebut mengalami

pengkajian mental berupa pendalaman perbandingan atau pengalaman maka

pengetahuan akan berubah menjadi sikap dimana telah terbentuk opini persepsi

namun belum matang untuk diperaktekkan. Setelah melalui pertimbangan berkali-

kali maka sikap tersebut menjadi lebih baik dan selanjutnya dipraktekkan dalam

bentuk tindakan yang disebut perilaku.

7. Hubungan Sikap Lansia dengan Pemanfaatan Posbindu oleh Lansia

Berdasarkan hasil analisis terdapat 52 responden memiliki sikap mendukung,

dimana sebagian besar 45 responden (86.54%) aktif dalam pemanfaatan posbindu.

Sebagaimana dalam Azwar 2000 menyebutkan bahwa untuk terbentuknya sikap

yang mendukung terhadap perilaku, seseorang tidak cukup hanya merespon saja,

namun seharusnya dapat menunjukkan perilaku yang diminta, misalkan

Page 121: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

121

berpartisipasi, patuh dan memberikan tanggapan secara sukarela bila diminta

(Azwar, 2000).

Hal tersebut didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Roger (dalam

Notoatmodjo, 2003) tentang sikap adalah pendapat atau pandangan seseorang

mengenai suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin

terbentuk apabila seseorang tidak mendapat informasi atau melihat objek.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

8. Hubungan Persepsi Jarak dengan Pemanfaatan Posbindu oleh Lansia

Berdasarkan hasil analisis terdapat 39 responden yang memiliki persepsi jarak

terjangkau, dimana sebagian besar 31 responden (79.49%) aktif dalam

pemanfaatan posbindu. Hal ini sesuai dengan Lane dan Lindquist (1988) serta

Javalgi (1991) menyimpulkan bahwa faktor kedekatan tempat pelayanan

kesehatan dengan rumah tempat tinggal menjadi faktor urutan pertama terhadap

permintaan konsumen dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

9. Hubungan Persepsi biaya dengan Pemanfaatan Posbindu oleh Lansia

Berdasarkan hasil tabulasi silang, sebagian besar responden memiliki persepsi

biaya tidak terjangkau dimana sebagian besar tidak aktif dalam pemanfaatan

posbindu yaitu terdapat 44 responden memiliki persepsi biaya tidak terjangkau,

dimana sebagian besar 28 responden (63.64%) tidak aktif dalam pemanfaatan

posbindu.

Menurut Mulyadi (2001;8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang

diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang

kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dimana seseorang akan

mengeluarkan biaya untuk mendapatkan tujuan tertentu, namun dengan besarnya

jumlah biaya yang di keluarkan maka seseorang mempunyai penilaian tersendiri

untuk mendapatkan tujuan tertentu tersebut.

10. Hubungan Penilaian Individu mengenai Kebutuhan Lansia terhadap

Pemanfaatan Posbindu Lansia

Hal ini mengindikasikan bahwa dari 82 responden sebagian besar memiliki

penilaian membutuhkan dimana sebagian besar aktif dalam pemanfaatan posbindu

yaitu terdapat 56 responden memiliki penilaian membutuhkan, dimana sebagian

besar 41 responden (73.21%) aktif dalam pemanfaatan posbindu.

Page 122: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

122

Dalam Maslow 2008 menyebutkan bahwa kebutuhan sesorang terpenuhi untuk

mendapatkan kesejahteraan, dengan kata lain semakin lansia membutuhkan

posbindu maka semakin banyak lansia yang aktif dalam pemanfaatan posbindu

tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “faktor-faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan pos binaan terpadu (posbindu) lansia di Desa Mekarsari Wilayah

Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat, dari 82 responden, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Hampir setengah dari responden (48.78%) memiliki pengetahuan kurang

tentang posbindu.

2. Sebagian besar dari responden (63.41%) memiliki sikap Mendukung

tentang pemnfaatan posbindu.

3. Sebagian besar dari responden (52.44%) memiliki persepsi bahwa jarak ke

posbindu tidak terjangkau.

4. Sebagian besar dari responden (53.66%) memiliki persepsi bahwa biaya ke

posbindu tidak terjangkau.

5. Sebagian besar dari responden (68.29%) menilai bahwa membutuhkan

posbindu.

6. Sebagian besar responden (62.20%) aktif dalam pemanfaatan pelayanan

posbindu.

7. Pengetahuan lansia berpengaruh terhadap pemanfaatan posbindu lansia

Desa Mekarsari Wilayah Kerja Puskesmas Citalem.

8. Sikap lansia berpengaruh terhadap pemanfaatan posbindu Desa Mekarsari

Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat.

9. Jarak berpengaruh terhadap pemanfaatan posbindu di Desa Mekarsari

Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat.

10. Persepsi Lansia mengenai biaya tidak terjangkau sehingga berpengaruh

terhadap pemanfaatan posbindu di Desa Mekarsari Wilayah Kerja

Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung Barat bulan Juni Tahun 2013.

Page 123: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

123

11. Kebutuhan lansia berpengaruh terhadap pemanfaatan posbindu lansia di

Desa Mekarsari Wilayah Kerja Puskesmas Citalem Kabupaten Bandung

Barat.

B. Saran

Beberapa saran sebagai berikut :

1. Sering di adakan sosialisasi tentang posbindu

2. Menambah posbindu baru

3. Penambahan Sumber Daya Manusia, Perawat khususnya yang memegang

program Lansia

4. Di lakukan evaluasi Program Lansia supaya cakupan naik

5. Untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahkan variable yang berkaitan

dengan umur, pendidikan, penghasilan dengan pemanfaatan posbindu dengan

desain penelitian serta uji statistik yang berbeda.

Page 124: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

124

DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul Hidayat, A. Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

2. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

3. Asnawi, Sahlan. 2007. Teori Motivasi dalam Pendekatan Psikologi Industri dan Organisasi. Cetakan Ketiga. Jakarta : Studia Press.

4. DepKes RI. 2001. Profil Kesehatan Indonesia 2000. Jakarta.

5. Depkes RI.2005.Pedoman Pekan Kesehatan Nasional. Pusat Promosi Kesehatan Depkes. RI.Jakarta

6. Depkes RI 2007, Buku Data 2006, Subdit.Surveilans Epidemiologi, Dit,Sepim Kesma Ditjen.PP dan PL

7. Depkes RI. 2010. Profil kesehatan Indonesia 2001 Menuju Indonesia sehat. 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2002:40

8. Dinkes Jabar 2007. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. www.depkes.go.id

9. Dinkes Bandung Barat. 2011. Profil Dinas Kesehatan Bandung Barat. www.jabar.go.id

10. Effendy, Onong Uchjana. 1998. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

11. Hardywinoto. 1999. Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

12. Notoatmodjo, Soekijo. 2003. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

13. Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

14. Nugrahaeni, Dyan Kunthi. 2012. Informasi Bibliography Buku Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : EGC

15. Nugroho W, 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

16. Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

17. Prof. DR. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta

Page 125: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

125

18. Takasihaeng, Jan. 2002. Hidup Sehat di Lanjut Usia. Jakarta : Kompas.

19. Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

20. Saifudin, Azwar. 2005. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Page 126: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

126

Petunjuk Penulisan Jurnal Ilmiah STIKes Budi Luhur Cimahi

1. Jurnal Ilmiah STIKes Budi Luhur Cimahi menerima tulisan ilmiah berupa

hasil penelitian, telaah pustaka, atau review yang berkaitan dengan bidang

keperawatan, kebidanan, dan kesehatan masyarakat.

2. Naskah diutamakan yang belum pernah diterbitkan dimedia lain, baik cetak

maupun elektronik. Jika sudah pernah disampaikan dalam suatu

pertemuan ilmiah hendaknya diberi keterangan yang jelas mengenai nama,

tempat, dan tanggal berlagsungnya pertemuan tersebut.

3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baku atau bahasa Inggris dengan

huruf Arial 11, naskah disusun dengan sistematika sebagai berikut:

a. Judul naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

dengan huruf kapital, singkat, dan jelas serta mencerminkan isi tulisan.

b. Nama penulis tanpa gelar, diikuti alamat instansi masing-masing dan

disebutkan alamat korespondensi kepada penuullis lengkap dengan

alamat e-mail.

c. Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, masing-masing

maksimum 165 kata, dilengkapi dengan kata kunci (keywords) 4-6 kata.

d. Isi/batang tubuh:

1) Untuk tulisan berupa laporan hasil penelitian, disusun dengan

sistematika sebagai berikut: Pendahuluan (Introduction), Metode

Penelitian (Materials and and Methods), Hasil dan Pembahasan

(Result and Discussion), Kesimpulan dan Saran (Conclusion), serta

Daftar Pustaka.

2) Untuk tulisan bukan laporan hasil penelitian, disusun dengan

sistematika sebagai berikut: Pendahuluan, Bagian-bagian sesuai

topik tulisan, serta Penutup berupa kesimpulan dan Saran.

e. Daftar Pustaka (References) ditulis berurutan dengan Nomor Arab (1, 2, 3,

dst.) dengan urutan pemunculan berdasarkan nama penulis secara

alfabetis dengan sistem Harvard. Publikasi dari penulis yang sama dan

dalam tahun yang sama ditulis dengan cara menambahkan huruf a, b, atau

c, dan seterusnya tepat dibelakang tahun publikasi (baik penulisan dalam

Page 127: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

127

daftar pustaka maupun sitasi dalam naskah tulisan). Alamat Internet ditulis

menggunakan huruf Italic, contoh:

1) Buller H, Hoggart K. 1994a. New Drugs for Acute Respiratory Distress

Syndrome. New England J Med 337(6): 435-439.

2) Buller H, Hoggart K. 1994b. The Sosial Integrationof British Home Owners

Into Rench Rural Communities. J Rural Studies 10(2):197-210.

3) Dowor M. 1977. Planning aspects of Second homes, di dalam

Coppock JT (ed), Second homes: Curse or Blessing? Poxford:

Pergamen Pr. Hlm 210-237.

4) Grinspoon L., Bakalar JB. 1993. Marijuana: the Forbidden

Medicine. London: Yale Univ Press.

5) Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge: Cambridge

univ Press.

4. Sitasi/rujukan kepustakaan dilakukan dengan mencantumkan nama

penulis dan tahun penerbitan yang diletakkan dalam tanda kurung.

Contoh: Respons dipengaruhi oleh beberapa stimulus, meliputi stimuli

fokal, kontekstual, dan residual (Friedman, 1988).

5. Untuk penulisan keterangan gambar, ditulis Gambar 1; Grafik. dsb.

6. Bila sumber Gambar diambil dari buku atau dari sumber lain, maka

dibawa keterangan gambar ditulis nma penulis dan tahun penerbitan.

7. Tabel harus utuh, jelas terbaca, dibuat dengan format tabel pada

Microsoft Words, tanpa garis pembatas kolom dan baris pada badan

tabel, diletakkan simetris ditengah area pengetikan, diberi judul dan tabel

dengan angka arab 1, 2, 3,... dst.

8. Naskah dikirim dalam bentuk cetakan (hard copy) dan berkas elektronik

(dalam bentuk CD) melalui pos/kurir atau diantar sendiri ke sekretariat

jurnal.

9. Naskah yang diterima akan detelaah oleh Redaksi/Editor/Mitra Bestari,

apabila diperlukan akan diberi catatan dan dikembangkan kepada

penulis untuk direvisi, untuk selanjutnya dikirimkan kembali secara utuh

ke pada redaksi jurnal untuk diterbitkan.

Page 128: EDITORIAL - STIKes Budiluhur Cimahistikesbudiluhurcimahi.ac.id/uploads/jurnal/tes.pdf · pre operasi seksio sesaria di rumah sakit umu daerah al-ihsan bandung the relationship of

128