27

Click here to load reader

edited

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal

Citation preview

20

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging dimana daging tersebut telah dihaluskan terlebih dahulu dan dicampur dengan bumbu-bumbu, tepung dan kemudian dibentuk seperti bola-bola kecil lalu direbus dalam air panas. Produk olahan daging seperti bakso telah banyak dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat. Secara teknis pengolahan bakso cukup mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Bila ditinjau dari upaya kecukupan gizi masyarakat, bakso dapat dijadikan sebagai sarana yang tepat, karena produk ini bernilai gizi tinggi dan disukai oleh semua lapisan masyarakat (Widyaningsih dan Murtini, 2006).

Disetiap sudut kota Malang banyak kita jumpai pengusaha bakso, baik dalam bentuk usaha kecil maupun usaha besar. Bakso yang sangat memasyarakat sangat mudah dan gampang untuk dikonsumsi masyarakat di kota Malang. Cemaran merupakan bahan yang keberadaannya dalam pangan tidak dikehendaki dan mungkin ada sebagai akibat dari berbagai tahapan sejak dari bahan baku, proses produksi, pengemasan, transportasi atau dari kontaminasi lingkungan. Cemaran logam berat jika melewati ambang batas maksimum yang diizinkan maka dapat bersifat racun bagi makhluk hidup. (SNI, 2009) Jenis cemaran logam berat dalam pangan adalah arsen (As), cadmium (Cd), merkuri (Hg), dan timbal (Pb).Kontaminasi logam berat Pb dapat terjadi karena berhubungan langsung atau tidak langsung dengan sumber pencemaran logam Pb, sehingga orang yang bekerja dalam lingkungan kerja yang dekat sumber polusi, mempunyai resiko terkontaminasi. Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Pada awal digunakannya logam sebagai peralatan belum diketahui pengaruhnya terhadap lingkungan (Palar, 2008).Timbal (Pb) mempunyai arti penting dalam dunia kesehatan bukan karena penggunaan terapinya, melainkan lebih disebabkan karena sifat toksisitasnya. Absorpsi timbal di dalam tubuh sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar keracunan yang progresif. Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis, jantung dan otak. Hal ini diperoleh dari kasus yang terjadi di Amerika pada 9 kota besar yang pernah diteliti (Supriyanto, 2007).Timbal masih menjadi pusat perhatian kajian keamanan pangan karena jenis logam ini merupakan penyusun sebagian besar peralatan pabrik, alat masak, dan tempat penyimpanan. Terlebih dalam teknik perbaikan peralatan tersebut juga menggunakan solder timbal sebagai bahan penambal alat yang rusak. Industri pengolahan pangan yang modern dan sangat higienis pun kemungkinan masih melewatkan perhatiannya atas kontaminasi logam dalam produk mereka.Dairy productsadalah salah satu bahan makanan yang cukup peka terhadap kontaminasi logam. (MIPA Biologi UM, 2011). Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar presentase banyaknya bakso yang terkontaminasi oleh timbal (Pb)1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Apakah terdapat cemaran logam berat Timbal (Pb) pada bakso daging sapi dari berbagai produsen yang ada di Kota Malang?

1.2.2 Berapa jumlah cemaran logam berat Timbal (Pb) pada bakso daging sapi dari berbagai produsen yang ada di Kota Malang?1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk melihat adakah cemaran logam berat Timbal (Pb) pada bakso daging sapi dari berbagai produsen yang ada di Kota Malang

1.3.2 Jumlah cemaran logam berat Timbal (Pb) pada bakso daging sapi dari berbagai produsen yang ada di Kota Malang1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan dan pangan tentang cemaran logam berat yang mungkin terdapat di dalam bakso daging sapi.Manfaat praktis :

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang cemaran logam berat yang mungkin ada pada bakso daging sapi yang beredar di kota Malang saat ini.Bagi lembaga-lembaga pemerintah yang berwenang dalam pembinaan makanan, khususnya Badan Pengawasan Obat dan Makanan serta pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perkembangan usaha-usaha makanan di masyarakat yang perlu pembinaan. Sehingga lebih sering dilakukan pemeriksaan dan sosialisasi.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakso Daging Sapi Bakso didefinisikan sebagai daging yang dihaluskan, dicampur dengan tepung pati, lalu dibentuk bulat-bulat dengan tangan sebesar kelereng atau lebih besar dan dimasukkan ke dalam air panas jika ingin dikonsumsi. Untuk membuat adonan bakso, potong-potong kecil daging, kemudian cincang halus dengan menggunakan pisau tajam atau blender. Setelah itu daging diuleni dengan es batu atau air es (10-15% berat daging) dan garam serta bumbu lainnya sampai menjadi adonan yang kalis dan plastis sehingga mudah dibentuk. Sedikit demi sedikit ditambahkan tepung kanji agar adonan lebih mengikat. Penambahan tepung kanji cukup 15-20% berat daging (Ngadiwaluyo dan Suharjito, 2003).Dalam pembuatan bakso daging, kesegaran dan jenis daging sangatlah mempengaruhi mutu dari bakso tersebut. Oleh karena itu, digunakan jenis daging yang baik dan bermutu tinggi. Sebaikknya dipilih jenis daging yang masih segar, berdaging tebal, dan tidak banyak lemak sehingga rendemennya tinggi. Selain itu, cara pengolahan bakso juga sangat mempengaruhi mutu bakso yang dihasilkan, misalnya jika lemak atau kulit terambil, warna bakso yang dihasilkan kotor atau agak abu-abu(Wibowo, 1995).2.1.1 Standar Mutu dan Nilai GiziCara yang paling mudah untuk menilai mutu bakso yaitu dengan menilai mutu sensoris atau mutu organoleptiknya. Hasil pengujian mutu sensoris ini dapat diperkuat dengan pengujian fisik, kimiawi, dan mikrobiologis yang tentu saja memerlukan teknik, peralatan, dan tenaga khusus (Purnomo, 1990).Tabel 1. Kriteria Mutu Sensoris BaksoParameter Bakso Daging

Penampakan Bentuk bulat, halus, berukuran seragam, bersih cemerlang tidak kusam, sedikitpun tidak berjamur dan tidak berlendir

Warna Cokelat muda cerah atau sedikit agak kemerahan atau cokelat muda hingga cokelat muda agak keputihan atau abu-abu. Warna tersebut merata tanpa warna lain yang menggangu

Bau Bau khas daging segar rebus dominan, tanpa bau tengik, masam, basi atau busuk, bau bumbu cukup tajam

Rasa Rasa lezat, enak, rasa daging dominan dan rasa bumbu menonjol tetapi tidak berlebihan. Tidak terdapat rasa asing yang mengganggu

Tekstur Tekstur kompak, elastis, kenyal, tetapi tidak liat atau membal, tidak ada serat daging, tidak lembek. Tidak basah berair dan tidak rapuh

Sumber : wibowo, 1995

Tabel 2. Syarat mutu bakso daging sapi NoKriteria UjiSatuanPersyaratan

1

2

3

4

5

6Keadaan :

Bau

Rasa

Warna

Tekstur

Air

Abu

Protein

Lemak

Boraks-

-

-

-

% b/b

% b/b

% b/b

% b/b

-Normal, khas daging

Gurih

Normal

Kenyal

Maks 70,0

Maks 3,0

Min 9,0

Maks 2,0

Tidak boleh ada

7 Cemaran logam

Timbal (Pb)

Tembaga (Cu)

Seng (Zn)

Timah (Sn)

Raksa (Mg)

Arsen (As) mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kgMaks 2,0

Maks 20,0

Maks 40,0

Maks 40,0

Maks 0,03

Maks 1,0

Sumber : SNI 1995.2.2 Cemaran logamCemaran merupakan bahan yang keberadaannya dalam pangan tidak dikehendaki dan mungkin ada sebagai akibat dari berbagai tahapan sejak dari bahan baku, proses produksi, pengemasan, transportasi atau dari kontaminasi lingkungan. Cemaran logam berat jika melewati ambang batas maksimum yang diizinkan maka dapat bersifat racun bagi makhluk hidup. (SNI, 2009)Produk pangan yang diproduksi, diimpor dan diedarkan di wilayah Indonesia harus memenuhi persyaratan kemanan, mutu dan gizi pangan termasuk persyaratan batas maksimum cemaran logam berat. Jenis cemaran logam berat dalam pangan adalah arsen (As), cadmium (Cd), merkuri (Hg), timbal (Pb). (SNI, 2009)2.2.1 Timbal (Lead)

Timbal merupakan logam yang sangat beracun terutama terhadap anak-anak. Secara alami ditemukan pada tanah. Timbal tidak berbau dan tidak berasa. Sumber-sumber timbal antara lain cat using, debu, udara, air, makanan, tanah yang terkontaminasi dan bahan bakar bertimbal. (SNI, 2009)

Tabel 4 Batas maksimum cemaran timbal (Pb) (BPOM, 2005)

Timbal masih menjadi pusat perhatian kajian keamanan pangan karena jenis logam ini merupakan penyusun sebagian besar peralatan pabrik, alat masak, dan tempat penyimpanan. Terlebih dalam teknik perbaikan peralatan tersebut juga menggunakan solder timbal sebagai bahan penambal alat yang rusak. Industri pengolahan pangan yang modern dan sangat higienis pun kemungkinan masih melewatkan perhatiannya atas kontaminasi logam dalam produk mereka.Dairy productsadalah salah satu bahan makanan yang cukup peka terhadap kontaminasi logam. Beberapa jenis logam memang dirancang sebagai pelapis alat masak dengan tujuan mempercepat transfer panas selama memasak. Timbal dan tembaga dalam jumlah besar kerap ditemukan pada makanan yang dimasak dengan memakai peralatan masak yang kurang bermutu. Peralatan keramik dan peralatan berlapis enamel memiliki lapisan semacam gelas yang bersifat kedap air. Hanya saja bahan pelapis ini juga kerap terbukti melepaskan logam timbal dan kadmium ke dalam bahan makanan. Praktik ini bahkan telah berjalan sejak 5000 tahun yang lampau. Peralatan rumah tangga dari keramik telah dipastikan mengandung logam berat dan dapat mengkontaminasi bahan makanan yang disajikan dengan keramik, terlebih bila digunakan secara berulang dan bahan makanan tersebut bersifat asam.

Zat pewarna hampir segala cetakan kemasan dan peralatan makan juga termasuk sumber kontaminasi logam. Kemasan plastik telah terbukti cetakan di atasnya mengandung timbal kadar tinggi. Hal ini juga makin meningkatkan level kontaminasi bila plastik tersebut dipakai ulang untuk mengemas makanan lain. Dalam hal ini juga termasuk cetakan pada kertas pembungkus dan tergantung pada tingkat solubilitasnya. Logam tembaga, merkuri, dan timbal telah terdeteksi berada di dalam beragam pembungkus dan wadah plastik. Undang-undang yang meregulasi penggunaan zat warna di Indonesia belum ada. Sehingga banyak terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk beragam bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. (MIPA Biologi UM, 2011) Kontaminasi logam berat Pb dapat terjadi karena berhubungan langsung atau tidak langsung dengan sumber pencemaran logam Pb, sehingga orang yang bekerja dalam lingkungan kerja yang dekat sumber polusi, mempunyai resiko terkontaminasi. Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Pada awal digunakannya logam sebagai peralatan belum diketahui pengaruhnya terhadap lingkungan (Palar, 2008).

Timbal (Pb) mempunyai arti penting dalam dunia kesehatan bukan karena penggunaan terapinya, melainkan lebih disebabkan karena sifat toksisitasnya. Absorpsi timbal di dalam tubuh sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar keracunan yang progresif. Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis, jantung dan otak. Hal ini diperoleh dari kasus yang terjadi di Amerika pada 9 kota besar yang pernah diteliti (Supriyanto, 2007).

Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar presentase banyaknya bakso yang terkontaminasi oleh timbal (Pb)BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS3.1 Kerangka Konsep

c3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

Sampel bakso daging sapi yang sudah di dapatkan langsung dilakukan pengujian logam berat menggunakan metode AAS. Sampel yang sudah diuji dan diteliti bisa memiliki dua kemungkinan, tercemar dan tidak tercemar. Dari hal tersebut dapat di tarik kesimpulan. Bakso yang tercemar, bisa dari berbagai penyebab antara lain, peralatan yang digunakan mulai dari proses penyimpanan, pengolahan sampai ke penyajian.3.3 Hipotesis

Terdapat cemaran timbal pada bakso daging sapi di Kota Malang.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Experimental study yaitu penelitian yang dilakukan di laboratorium dalam ruang tertutup. Kelompok eksperimen dijauhkan dari variabel pengganggu sebab dapat mempengaruhi hasil dari pengujian.4.2Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi ini adalah bakso daging sapi yang diproduksi oleh penjual bakso sapi yang membuka toko di kota Malang. Sampel penelitian di ambil pada pembagian 4 wilayah, setiap wilayahnya diambil 5 sampel secara acak menggunakan metode purposive random sampling. Metode ini dilakuakn dengan pengambilan sampel berdasarkan perorangan atau pertimbangan peneliti.4.2.1Kriteria Sampel4.2.1.1 Kriteria Inklusi

Bakso daging sapi halus Sampel bakso dari toko (bukan pedagang keliling) di kota Malang4.2.1.2 Kriteria Eksklusi

Pedagang bakso yang diambil sampelnya pindah atau tidak berjualan lagi4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel TergantungVariable tergantung dalam penelitiaan ini adalah bakso daging sapi

4.3.2 Variabel BebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar logam berat yang terdapat pada bakso4.4 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi pengambilan sampel berada di kota Malang yang dipilih secara acak. Pengujian bakso dilakukan di laboratorium teknologi pangan Universitas Brawijaya. Waktu pelaksanaan dilakukan pada bulan Januari selama 2 bulan 2015.4.5Alat dan Bahan Penelitian

Menurut badan standar nasional SNI 2354.5 tahun 2011.

4.5.1 Alat a) Alumunium foilb) Gelas beaker 25 ml, 100 ml dan 250 mlc) Blender d) Botol polypropylenee) Cawan porselen tertutupf) Corong plasticg) Disikator h) Gelas ukur 25 ml dan 50 mli) Hot platej) Labu takar 50 ml dan 1000 mlk) Labu takar 100 mll) Microwave, khusus untuk destruksi m) Mikro pipetn) Oveno) Pipet tetesp) Pipet volumetric 10 ml, 5 ml, dan 1 mlq) Pisaur) Refrigerator atau freezers) Sendok plastikt) Seperangkat alat spectrophotometer serapan atom (Atomic Absorption Spechtrophotometer) u) Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 gv) Tungku pengabuan (furnace)w) Wadah polystyreneCatatan : semua peralatan gelas yang digunakan harus terlebih dahulu direndam dalam HNO3 air deionisasi (1:9) kemudian dibilas dengan air deionisasi

4.5.2 Pereaksi

a) HCl 37%b) HCl 6 M, encerkan 500 ml HCl 37% dengan air deionisasi dan tepatkan 1000 mlc) HNO3 65 %d) HNO3 0,1 M, encerkan 7 ml HNO3 65% dengan air deionisasi dan tepatkan hingga 1000 mle) NH4H2PO4 40 mg/ml (sebagai matrik modifier)Timbang 2,42 g NH4H2PO4 larutkan dengan air deionisasi di dalam gelas beaker setelah larut dengan sempurna pindahkan ke dalam labu ukar 50 ml dan tepatkan sampai garis batas.

f) Larutan standar Timbal (Pb) Larutan standar primer 1000 mg/l Larutan standar sekunder pertama : 10 mg/lPipet 1 ml larutan standar primer 1000 mg/l, masukkan ke dalam labu takar 100 ml dan encerkan dengan larutan HNO3 0,1 M. larutan standar ini dapat disimpan selama 1 bulan di dalam botol polypropylene. Larutan standar sekunder kedua 1 mg/l

Pipet 1 ml larutan standar primer 1000 mg/l, masukkan ke dalam labu takar 100 ml dan encerkan dengan larutan HNO3 0,1 M. Larutan standar ini dapat disimpan selama 1 bulan di dalam botol polypropylene. Larutan standar sekunder ketiga : 100 g/lPipet 5 ml dari larutan standar ke dua sekunder masukkan ke dalam labu ukar 50 ml dan encerkan dengan larutan HNO3 0,1 M. larutan standar ini dapat disimpan selama 1 minggu di dalam botol polypropylene. Larutan standar kerja dibuat dari larutan standar sekunder ketiga yang konsentrasinya disesuaikan dengan daerah kerja alat AAS yang digunakan untuk logam Pb umumnya pada kisaran konsentrasi 1 g/l - 20 g/l larutan standar kerja ini harus dibuat ketika akan melakukan analisa. 4.6 Definisi OperasionalNo.IstilahDefinisi

1CemaranBahan yang keberadaannya dalam pangan tidak dikehendaki dan mungkin ada sebagai akibat dari berbagai tahapan sejak dari bahan baku, proses produksi, pengemasan, transportasi atau dari kontaminasi lingkungan

2Logam beratElemen kimiawi metalik dan metaloida, memiliki bobot atom dan bobot jenis yang tinggi, yang dapat bersifat racun bagi makhluk hidup

3Air deionisasi Air yang mempunyai kualifikasi total organic karbon lebih kecil 3 ppb dan daya resistensinya 18 mega /cm

4Matrik modifierSuatu zat yang digunakan untuk melindungi analit Pb agar tidak menguap selama proses pengabuan

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Preparasi contoh

Lumatkan/haluskan contoh dengan blender hingga homogen dan tempatkan contoh dalam wadah polystyrene yang bersih dan tertutup. Jika contoh tidak langsung dianalisis, simpan contoh dalam refrigerator atau freezer sampai saatnya untuk dianalisis. Pastikan contoh masih tetap homogeny sebelum ditimbang. Jika terjadi pemisahan antara cairan dan contoh akan dilakukan blender ulang sebelum dilakukan analisis.

4.7.2 Pengabuan keringa) Timbang produk basah sebanyak 5 gr atau produk kering sebanyak 0,5 g dalam cawan porselen dan catat beratnyab) Buat control positif Pb c) Uapkan control dia atas hot plate pada suhu 1000 C sampai kering.d) Masukkan contoh dan control kedalam tungku pengabuan dan tutup separuh permukaannya. Naikkan suhu tungku pengabuan dan dinginkan secara bertahap 1000 C setiap 30 menit sampai mencapai 4500 C dan pertahankan selama 18 jame) Keluarkan contoh dan control kedalam tungku pengabuan dan dinginkan pada suhu kamar. Setelah dingin tambahkan 1 ml HNO3 65%, goyangkan secara hati-hati sehingga semua abu terlarut dalam asam dan selanjutnya uapkan diatas hot plate pada suhu 1000 C sampai keringf) Setelah kering masukkan kembali contoh dan control ke dalam tungku pengabuan. Naikkan suhu secara bertahap 1000 C setiap 30 menit sampai mencapai 4500 C dan pertahankan selama 3 jamg) Setelah abu terbentuk sempurna berwarna putih, dinginkan contoh dan control pada suhu ruang. Tambahkan 5 ml HCl 6 M kedalam masing-masing contoh dan control goyangkan secara hati-hati sehingga semua abu larut dalam asam. Uapkan diatas hot plate pada suhu 1000 C sampai kering.h) Tambahkan 10 ml HNO3 0,1 M dan dinginkan pada suhu ruang selama 1 jam, pindahkan larutan ke dalam labu takar polypropylene 50 ml dan tambahkan larutan amtrik modifier, tepatkan sampai tanda batas dengan menggunakan HNO3 0,1 M4.7.3 Destruksi basah menggunakan microwave

a) Timbang contoh basah sebanyak 2 g ke dalam tabung sampel (vessel) kemudian dicatat beratnyab) Untuk control positif (spiked 0,1 mg/k), tambahkan masing masing 0,2 ml larutan standar Pb 1 mg/l atau larutan standar Pb 200 g/l sebanyak 1 ml ke dalam contoh kemudian di vortexc) Tambahkan secara berurutan 5 ml 10 ml HNO3 65 % dan 2 ml H2O2d) Lakukan destruksi dengan mengatur program microwave (sesuaikan dengan microwave yang digunakan)e) Pindahkan hasil destruksi ke labu takar 50 ml dan tambahkan larutan matrik modifier, tepatkan sampai tanda batas dengan air deionisasi4.8 Pengolahan Data4.8.1 Pembacaan kurva kalibrasi dan contoh AASa) Siapkan larutan standar kerja Pb minimal 5 titik konsentrasi

b) Baca larutan standar kerja, contoh dan control pada alat spektrofotometer serapan atom graphite furnance pada panjang gelombang 283,3 nm untuk Pb

4.8.2 Perhitungan

Konsentrasi Pb g/g = (D-E) x Fp x V

W

Ket:

D adalah konsentrasi contoh g/l dari hasil pembacaan AAS

E adalah konsentrasi blanko contoh g/l dari hasil pembacaan AAS

FP adalah factor pengenceran

V adalah volume akhir larutan contoh yang disiapkan (ml), harus diubah ke dalam satuan liter

W adalah berat contoh (g)Data yang didapatkan akan dibandingkan dengan SNI cemaran mikroba maksimum yang ada pada bakso daging sapi. Hasilnya nanti akan dilakukan pembandingan dengan faktor-faktor penyebab dari masing tempat pengambilan sampel.DAFTAR PUSTAKAAnggraini I D, dkk. Kajian dan analisis cemaran logam berat timbal (Pb) dan boraks dalam panagn jajanan anak sekolah di kota Cimahi. Jurnal, BandungKepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2005. Penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan. BPOM RI, Jakarta.

MIPA Biologi, 2011. Bahan ajar pencemaran lingkungan. Universitas Malang (UM), Malang.

Palar, Heryando, Drs., (2008), Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Standar Nasional Indonesia, 01-3818- 1995. Baso daging sapi. DSN, Jakarta_______________________,7387- 2009. Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. BSN, Jakarta

_______________________, 2354.5 - 2011.cara uji kimia penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan. BSN, JakartaSudarwati, 2007. Pembuatan Bakso Daging Sapi dengan Penambahan Kitosan. Skripsi. Tidak diterbitkan, Universitas Sumatera Utara, Medan. Supartini, dkk. Kualitas bahan makanan di pasar tradisional di beberapa kita di Indonesia (kota Sragen di Jateng dan Gianyar Bali). LIBANGKES KEMENKES RI, Jakarta.Supriyanto C, dkk., (2007), Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd Pada Ikan Air Tawar dengan Metode Spektrofotometri Nyala Serapan Atom (SSA), Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, Yogyakarta.

Wibowo, S., 2006. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar Swadaya, Jakarta.Widyaningsih, T.D. dan E.S. Murtini, 2006. Alternative pengganti Formalin Pada Produk Pangan. Trubus Agrisarana, Surabaya.

Bakso Daging Sapi

Tercemar

Tidak tercemar

Uji menggunakan metode AAS

Penyebab :

Peralatan pabrik

Peralatan masak

Peralatan penyimpaan

Peraltan makan berbahan keramik

dll

Pembinaan dan pengawasan dari pemerintah daerah