3
PAPER EDEMA PARU Selasa, 24 Februari 2015 Disusun oleh: Kelompok B PPDH Angkatan 1 Tahun 2014/2015 Andi Nur Izzati Binti Dollar, SKH B94144103 Deka Permana Putera, SKH B94144105 Dwi Budiono, SKH B94144109 Edwin Ligia Sastra, SKH B94144110 Febryana Permata Fanama, SKH B94144114 G Andri Hermawan, SKH B94144116 Imran Sukri Sinaga, SKH B94144121 Ira Agustina Dewi Gandasari, SKH B94144123 Mulyani Nofriza, SKH B94144126 Nurul Chotimah, SKH B94144131 Riena Carlina, SKH B94144135 Rizal Arifin Akbari, SKH B94144136 Shovia Hairani, SKH B94144140 Talita Fauziah Milani, SKH B94144143 Wahyu Aji Alamin, SKH B94144145 Yusuf Adi Nugroho, SKH B94144148 Zulfitra Putri Utami, SKH B94144149 Dosen: Drh Vetnizah Juniantita, PhD, APVet PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Edema Pulmonum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Edema Pulmonum

Citation preview

  • PAPER EDEMA PARU

    Selasa, 24 Februari 2015

    Disusun oleh:

    Kelompok B PPDH Angkatan 1 Tahun 2014/2015

    Andi Nur Izzati Binti Dollar, SKH B94144103

    Deka Permana Putera, SKH B94144105

    Dwi Budiono, SKH B94144109

    Edwin Ligia Sastra, SKH B94144110

    Febryana Permata Fanama, SKH B94144114

    G Andri Hermawan, SKH B94144116

    Imran Sukri Sinaga, SKH B94144121

    Ira Agustina Dewi Gandasari, SKH B94144123

    Mulyani Nofriza, SKH B94144126

    Nurul Chotimah, SKH B94144131

    Riena Carlina, SKH B94144135

    Rizal Arifin Akbari, SKH B94144136

    Shovia Hairani, SKH B94144140

    Talita Fauziah Milani, SKH B94144143

    Wahyu Aji Alamin, SKH B94144145

    Yusuf Adi Nugroho, SKH B94144148

    Zulfitra Putri Utami, SKH B94144149

    Dosen:

    Drh Vetnizah Juniantita, PhD, APVet

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2015

  • Edema paru adalah keadaan patologi dimana cairan intravaskuler keluar ke ruang

    ekstravaskuler, jaringan interstisial dan alveoli. Pada keadaan normal cairan intravaskuler

    merembes ke jaringan interstisial melalui kapiler endotelium dalam jumlah yang sedikit sekali,

    kemudian cairan ini akan mengalir ke pembuluh limfe menuju ke vena pulmonalis untuk kembali

    ke dalam sirkulasi. Edema paru dapat terjadi karena penyakit jantung maupun penyakit di luar

    jantung (edema paru kardiogenik dan non kardiogenik) (Nendrastuti dan Soetomo 2010). Edema

    paru kardiogenik terjadi karena adanya penimbunan cairan di paru akibat peningkatan tekanan

    hidrostatik kapiler paru. Penyebab edema paru non kardiogenik adalah kerusakan membran

    kapiler alveol sehingga terjadi perpindahan cairan dan protein ke ruang interstisial. Kerusakan

    membran kapiler alveol dapat terjadi pada kasus acute respiratory distress syndrome (ARDS).

    ARDS adalah sindrom dari kegagalan pernapasan akut akibat adanya kerusakan membran

    kapiler alveol sehingga terjadi peningkatan permebialitas yang menyebabkan terjadinya edema

    paru (Dewantoro et al. 2004). Pada keadaan normal di dalam paru terjadi suatu aliran keluar

    yang berkelanjutan dari cairan dan protein dalam pembuluh darah ke jaringan interstisial dan

    kembali ke sistem aliran darah melalui saluran limfe. Menurut Nendrastuti dan Soetomo (2010)

    ada beberapa mekanisme paru-paru untuk menjaga agar jaringan interstisial tetap kering:

    1. Tekanan onkotik plasma lebih tinggi dari tekanan hidrostatik kapiler paru. Individu normal mempunyai tekanan hidrostatik kapiler paru (wedge pressure) sekitar 7 dan 12 mmHg sedangkan tekanan onkotik plasma berkisar antara 25 mmHg. Tekanan

    onkotik plasma lebih tinggi dari tekanan hidrostatik kapiler paru ini akan mendorong

    cairan kembali ke dalam kapiler.

    2. Jaringan konektif dan barier seluler relatif tidak permeabel terhadap protein plasma. Tekanan hidrostatik dalam keadaan normal bekerja melewati jaringan konektif dan barier

    seluler sehingga bersifat relatif tidak permeabel terhadap protein plasma.

    3. Sistem limfatik yang secara ekstensif mengeluarkan cairan dari jaringan interstisial. Paru mempunyai sistem limfatik yang secara ekstensif dapat meningkatkan aliran 5 atau

    6 kali bila terjadi kelebihan air di dalam jaringan interstisial paru.

    Menurut Warwick (2006), patofisiologi edema paru dapat terjadi karena tiga faktor:

    1. Aliran Kemampuan jantung untuk memompakan darah dipengaruhioleh tiga faktor yaitu; jumlah

    darah yang kembali ke jantung, kontraksi koordinat myocardium, dan preload pada

    jantung.

    2. Cairan Darah yang melewati paru harus mempunyai tekanan onkotik untuk menjaga porsi darah

    selama melewati kapiler paru. Albumin menjadi kunci yang menentukan tekanan onkotik.

    Kadar albumin yang rendah dapat menyebabkan terjadinya edema paru seperti pada

    keadaan gangguan hati.

    3. Penyaringan

    Edema paru akan terjadi bila mekanisme normal paru untuk menjaga kondisi tetap kering

    terganggu karena beberapa hal seperti: permeabilitas membran yang berubah, tekanan hidrostatik

    mikrovaskuler yang meningkat, tekanan osmotik / onkotik mikrovaskuler yang menurun, dan

    gangguan saluran limfe (Nendrastuti dan Soetomo 2010). Peningkatan tekanan hidrostatik paru

    menyebabkan peningkatan ekstravasasi cairan ke ruang interstisial paru melewati barrier endotel

    (Margulescu et al. 2007). Edema paru timbul bila cairan yang difiltrasi oleh dinding

    mikrovaskuler lebih banyak dari yang bisa dikeluarkan.

  • Secara makroskopis pada edema paru terlihat tekstur seperti karet yang tegas akibat dari

    cairan edema dalam alveol dan interstitium serta penonjolan pada septa interlobular. Terdapat

    busa dari cairan edema yang terlihat pada bronkus (McGavin dan Zachary 2007). Perubahan

    makroskopis dari edema juga dapat dilihat dengan jelas yang ditandai dengan akumulasi cairan

    transudate berwarna kekuningan yang umumnya mengandung protein dalam jumlah kecil.

    Kosistensi transudat biasanya kental dan meluas pada interstisium yang terkena dampak.

    Akumulasi cairan pada edema paru ini akan berakibat serius pada fungsi paru oleh karena tidak

    mungkin terjadi pertukaran gas apabila alveoli penuh terisi cairan (Nendrastuti dan Soetomo

    2010). Edema paru dapat menyebabkan kematian karena mengganggu ventilasi normal. Kejadian

    edema paru paling sering ditemukan pada gagal jantung kiri.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dewantoro O, Nasution IR, Kasjmir YI. 2004. Sepsis and acute respiratory distress syndrome.

    Acta Med Indones-Indones J Intern Med. 36 (3): 153-158.

    Margulescu AD, Darabont RO, Cinteza M. 2007. Acute cardiogenic pulmonary edema: an

    important clinical entity with mechanisms on debate. J Clinical Medicine. 2 (1): 56-64.

    McGavin MD, Zachary JF. 2007. Pathologic Basis of Veterinary Disease. Ed ke-4. USA (US):

    Mosby Elsevier.

    Nendrastuti H, Soetomo M. 2010. edema paru akut kardiogenik dan non kardiogenik. Majalah

    Kedokteran Respirasi . 1 (3).

    Warwick. 2006. Pulmonary oedema. [internet]. [diunduh 2015 Feb 24]. Tersedia pada:

    http://www2.warwick.ac.uk/fac/med/research/hsri/emergencycare/prehospitalcare/jrcalcst

    akeholderwebsite/guidelines/pulmonary_oedema_2006.pdf.