Upload
dawud-gede
View
7
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
GBE small paper;by: Dawud Gede Wicaksono D;Prog. MBA, Univ. Gadjah Mada
Citation preview
TOPIKAL PAPER
Economi Pembangunan
ANALISIS PELUANG DAN ANCAMAN PENGARUH EKONOMI
PEMBANGUNAN TERHADAP PERUSAHAAN , PT. KRAKATAU STEEL Tbk.
Prof. Lincolin Arsyad, PhD
Dawud Gede Wicaksono
(12/343653/PEK/18069)
REGULER ANGKATAN 33 JKT
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JAKARTA
2013
1PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bertujuan untuk menaikkan PDB
suatu negara atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) regional yang melampaui tingkat
pertumbuhan penduduknya. Sehingga otomatis peningkatan PDB akan meningkatkan
pendapatan perkapita, bila pembagi jumlah penduduk tidak naik signifikan, yang turut diikuti
pula oleh perubahan dalam struktur sosial, transformasi struktur ekonomi (sembilan sektor
ekonomi), perilaku populis masyarakat, dan regulasi birokrasi yang lebih baik. Hal ini
berbeda bila dilihat dari paham pertumbuhan ekonomi tradisional yang hanya melihat pada
peningkatan PDB dan pendapatan per kapita saja[1]. Sehingga dapat disimpulkan
pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi (tradisional) ditambah perubahan sosial
kemasyrakatan.
Bila dilihat dari kacamata pembangunan ekonomi, maka hal-hal eksternal yang
mempengaruhi prospek KRAS kedepannya beberapa diantaranya adalah : pertumbuhan
ekonomi dengan indikatornya PDB, Pendapatan per kapita (PDB per kapita), transformasi
struktur perekonomian, dan regulasi bea impor (menjelang ACFTA)
PROFIL PERUSAHAAN
PT. KRAKATAU STEEL (Persero) Tbk. adalah salah satu perusahaan nasional
yang bergerak dalam industri baja. Krakatau Steel adalah salah satu BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) yang menjadi perusahaan terbuka dengan melaksanakan penawaran umum
perdana (IPO) pada 10 November 2010 dan mencatatkan sahamnya dengan kode KRAS di
Bursa Efek Indonesia. Saat ini, KRAS mampu memenuhi permintaan produk baja kasar
sebesar 2,45 juta ton yang ditargetkan dapat mencapai 5,75 juta ton di tahun 2016
mendatang.[2]
Pencapaian ini tidaklah mudah mengingat diperlukan waktu sepuluh tahun bagi KRAS
untuk berbenah diri dari kerugian yang diderita selama bertahun-tahun hingga mampu
membukukan keuntungan sebesar Rp314,6miliar di bawah kepemimpinan Menteri Sofyan
Djalil (Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 1) yakni di tahun 2007 dan terus meningkat hingga
saat ini. Keadaan ini memungkinkan KRAS menambah berbagai fasilitas produksi seperti
Pabrik Besi Spons, Pabrik Billet Baja, Pabrik Batang Kawat, serta fasilitas pendukung seperti
pembangkit listrik, penjernihan air, pelabuhan, dan sistem telekomunikasi. Maka tidak salah
bila KRAS mengklaim sebagai pabrik besi baja terintegrasi di Indonesia.
2Produksi inti yang dihasilkan KRAS antara lain berupa produk pipa spiral, pipa ERW,
baja tulangan, baja profil. Sedangkan dari berbagai anak usaha antara lain, industri utilitas air
(air bersih, tenaga listrik), industri infrastruktur (pelabuhan, kawasan industri), industri jasa
teknik (konstruksi, rekayasa, EPC), teknologi informasi dan layanan rumah sakit yang hampir
sebagian besar berdomisili di Cilegon. Akan tetapi, beberapa produk inti KRAS tidaklah
diproduksi sendiri, melainkan ada kepemilikian asing dan KRAS sebagai induk perusahaan
hanya memegang porsi kecil berkisar antara 20% - 49% , ini antara lain PT. Krakatau Osaka
Steel (industri besi dan baja dasar), PT. Krakatau Nippon Steel Sumikin (industri besi baja
lembaran), PT. Krakatau Posco (manufaktur besi dan baja), PT. Krakatau Prima Dharma
Sentana (manufaktur aluminium), PT Krakatau Posco Chemtech (manufaktur kapur bakar),
dan PT Meratus Jaya Iron Steel (pengolahan biji besi). [4]
Pada tahun 2012 kemarin, berdasarkan laporan tahunan laba rugi, KRAS mampu
menghasilkan produk baja lembaran panas 1,83 juta ton, baja lembaran dingin 0,54 juta ton,
baja batangan 0,47 juta ton, dan pipa baja 0,07 juta ton dan menghasilkan pendapatan
US$2287,45juta. Disisi lain korporasi juga menderita kerugian sebesar US$19,56 juta
disebabkan perlambatan ekonomi global di 2012 kemarin sebagai dampak krisis ekonomi di
kawasan Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang serta adanya perlambatan pertumbuhan
ekonomi di China yang berpengaruh langsung pada penurunan konsumsi baja internasional
untuk keperluan konstruksi, permesinan, dan otomotif juga menurunnya harga baja
internasional. Padahal bahan baku bijih besi (iron ore) saat ini sebagian besar masih diimpor
menunggu rampungnya PT Meratus Jaya Iron di akhir 2013 nanti. Di sisi lain, Indonesia
masih mengalami pertumbuhan ekonomi positif dengan tingkat pertumbuhan konsumsi baja
meningkat 7,3% dibanding 2011 lalu.
Oleh karena itu, perusahaan telah melakukan diversifikasi produk untuk mampu
memproduksi baja long products yang diprediksi akan sangat dibutuhkan dalam
pembangunan Indonesia kedepannya. Selain itu, perusahaan menambah pasokan bahan bakar
bagi pembakaran tungku, tambahan fasilitas listrik, perluasan waduk, peningkatan kapasitas
pabrik yang diharapkan mampu memenuhi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan
mengantisipasi membaiknya bisnis baja global di tahun-tahun mendatang.
3Analisis SWOT
STRENGTH WEAKNESSES
Perusahaan baja terintegrasi (backward
vertical integration), PT. KRAS mempunyai
anak usaha & asosiasi mulai dari industri
hilir-antara-hilir.
Ketergantungan bahan baku (iron ore pellet &
scrap metal) dari impor
Pengalaman dalam industri baja sejak 1970 Laba perusahaan tergantung pada kondisi
ekonomi global , yang mempengaruhi harga
baja global
ANALISIS
Perekonimian Indonesia bila diukur menggunakan pendekatan sisi pengeluaran
terdapat peningkatan PDB pada triwulan-II 2013 dibandingkan triwulan-I 20013, yakni
sebesar 2,61% sedangkan terhadap triwulan-II 2012 mengalami pertumbuhan 5,81%.
Pertumbuhan sebesar 2,61% ini ditopang sebagian besar oleh konsumsi pemerintah yang
meningkat 30,78%, disusul impor sebesar 10,03%, PMTB (investasi) sebesar 5,17%, dan
ekspor barang dan jasa 2,72%, serta pengeluaran konsumsi hanya 1,5%.[5]
Porsi belanja
pemerintah dalam tiga tahun terakhir bertambah setiap tahunnya menyusul implementasi
Proyek Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang sudah
menelan investasi sebesar Rp737,9 triliun melalui 259 proyek, dimana 155 diantaranya adalah
proyek infrastruktur, dan sisanya proyek sektor riil.[6]
Pembangunan infrastruktur mendorong peningkatan konsumsi logam bagi
KRAS. Baja telah menjadai bahan vital penunjang infrastruktur yang nantinya akan disusul
pada pengembangan industri di wilayah sekitar. Kepala Badan Pembinaan Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum Bambang Goeritno mengatakan pada media daring
SHNews.co, bahwa konsumsi baja nasional 2012 diperkirakan naik menjadi sekitar 14,4-15
juta ton, dari saat ini 12 juta ton[7]. Adapun suplai baja nasional saat ini mencapai 18,9 juta
ton. Dengan pertumbuhan PDB yang semakin tinggi di masa depan, maka pasar domestik
berpeluang besar pada pertumbuhan pasar industri baja. Menyusul juga melamahnya pasar
global, maka KRAS berkesempatan tetap memperoleh keuntungan bila mengalihkan sebagian
penyerapan produknya untuk domestik.
4Peningkatan belanja otomotif pada konsumsi rumah tangga, mendorong
penyerapan baja pada industri otomotif. Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang
meningkat di triwulan-II 2013 bila dibandingkan dengan triwulan-II 2012 telah meningkat
sebesar 5,06%. Bila dilihat dari pendapatan nasional bruto perkapita yang meningkat pada
tahun 2012 yakni sebesar Rp32,3 juta lebih tinggi daripada tahun sebelumnya sebesar Rp29,5
juta dengan indeks Gini sebesar 0,42 di tahun 2013 ini. Hal ini menunjukkan adanya
perbaikan pendapatan di golongan menengah walaupun terdapat kesenjangan antara golongan
kaya dengan ekonomi lemah.
Peningkatan ini berkontribusi pada menguatnya daya beli masyrakat pada produk-
produk leisure seperti belanja kendaraan. Dimana berdasar data agregat Gaikindo pada
September 2013 saja jumlah produksi mobil mencapai 908.279 unit dibandingkan tahun 2012
lalu yang sebesar 816.317 unit[8]. Melihat produk baja yang dihasilkan KRAS tidak hanya di
industri hulu, antara, tapi juga di industri hilir yang berkontribusi sebesar 200ribu ton baja
setiap tahunnya. Harapan kedepan oleh Cahyo Antarikso, Kepala divisi Automotive and
Heavy Equipment Sales Krakatau Steel mampu menyuplai baja untuk industri otomotif naik
hingga sekitar 300ribu ton setiap tahunnya. Produk baja KRAS yang mampu disera industri
ini antara lain, kawat baja, baja lembaran dingin, dan rolled coils.[9]
Sedangkan melihat struktur PDB berdasarkan lapangan usahanya, sektor yang
menyumbang PDB terbesar berasal dari industri pengolahan sebesar 23,77% dan pertanian
sebesar 14,98%, walaupun konstruksi hanya sebesar 10,33% tetapi ini juga turut
menyumbang penyerapan produk baja yang sayangnya masih belum dapat dipenuhi
keseluruhannya oleh KRAS. Kemampuan produksi KRAS saat ini hanya mampu memenuhi
2,45 juta ton dari kebutuhan 12 juta ton saat ini yang akanterus meningkat 8-9% per tahunnya.
Hal ini pulalah yang turut meningkatkan porsi impor sebesar 10,03% dimana Indonesia masih
mengimpor baja sebesar 9 juta ton setiap tahunnya, seperti yang diucapkan oleh Menteri
Penindustrian, MS Hidayat pada Investor Daily pada bula Juni kemarin.[10]
Ancaman impor terhadap produk baja KRAS menjelang ACFTA. Melihat data
ekspor impor besi dan baja menurut BPS per semester-I 2013 dibandingkan tahun 2012
sebelumnya terdapat peningkatan impor sebesar 2,11%. Hal ini mengingat kemampuan
diversifikasi produk yang dimiliki KRAS tidak mampu memenuhi kebutuhan domestik,
sedangkan pertumbuhan baja dalam negeri masih terbilang lambat. Secara umum, industri
baja nasional terbagi atas 2 kelompok ferro (baja) dan non-ferro. Dimana yang etrbesar dan
5terintegrasi barulah KRAS sendirian, sisanya adalah perusahaan berbahan dasar scrap (limbah
baja diolah kembali) seperti Gunung group, Ispat Indo, dan Jakarta Cakra tunggal. Kemudian
heavy plate re-roller seperti Gunawan Dianjaya, dan Jayapari Steel.[11]
Diketahui China adalah negara pengekspor baja terbesar dunia hingga saat ini, dengan
data terakhir per tahun 2012 sebesar 716,5 juta ton bandingkan dengan Indonesia yang hanya
berada di peringkat 36 dengan kemampuan total seluruh industri baja hanya sebesar 3,7 juta
ton. Melihat perlambatan pertumbuhan ekonomi China saat ini, dapat dipastikan pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang stabil akan menarik masuknya impor baja yang semakin tidak
terkendali dari China
Tabel 1. Total produksi baja dunia berdasarkan negara pengekspor[12]
Produk China memiliki kualitas dan harga yang bersaing dengan baja lokal. Tidak
hanya itu kemampuan mereka yang memproduksi jauh lebih banyak menyebabkan skala
keekonomisannya jauh lebih tinggi ditambah dengan dihilangkannya bea masuk menyusul
program ACFTA (Asean China Free Trade Agrement) akan semakin mengancam produk baja
lokal.
STRATEGI BISNIS KRAS
Mengingat industri baja adalah industri vital nasional, maka diperlukan campur tangan
pemerintah karena ketatnya persaingan industri sedikit banyak dipengaruhi oleh regional dan
kemampuan pemerintah sendiri. Untuk masalah regional yakni berlakunya ACFTA pada 2015
nanti, maka pemerintah perlu memperketat pemberlakukan standar bagi produk-produk baja
yang masuk dari China. Dengan penerapan SNI diharapkan mampu meminimalkan
dampak negatif membanjirnya produk baja impor dari China.
Selain itu, bila dimungkinkan Menteri Perdagangan Gita Wiryawan diharapkan
mampu menegosiasikan ulang penundaan pelakasanaan Free Trade Agreement ini
6setidaknya hanya bagi produk-produk baja nasional yang kurang memiliki daya saing hingga
industri nasional mampu mensinergikan dari industri hulu hingga akhir sehingga didapatkan
skala keekonomisan yang cukup untuk mampu bersaing dengan China.
Selain itu dari sisi internal sendiri, KRAS sendiri masih mengalami krisis energi baik
dari listrik maupun sumber bahan bakar tunggu dari gas dan batu bara. Penyediaan energi
yang cukup tentu mendukung kapasitas produksi yang mampu memenuhi permintaan
domestik kedepannya. Sehingga KRAS perlu melakukan revitalisasi pabrik agar
didapatkan efisiensi yang lebih baik dalam berproduksi selain dengan menambah kapasitas
daya terpasang dengan jalan membentuk usaha patungan dengan Posco untuk membangun
pembangkit listrik mandiri yang mampu mensuplai listrik bagi Krakatau Posco. Selain
itu, untuk mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap bahan baku impor yaitu
iron ore, diharapkan PT. Meratus dapat beroperasi di akhir tahun ini, dan juga diharapkan
dibangun yang serupa di sentra-sentra penambangan bijih besi di propinsi lainnya.
KRAS harus bersinergi dengan lembaga riset seperti Departemen Metalurgi Universitas
nasional untuk meningkatkan kualitas dan ragam produk dari KRAS sendiri.
LAMPIRAN
[1] Arsyad, Lincolin 2013. Economic Development [Powerpoint slides]. Program
Pascasarjana MM FEB Univ. Gadjah Mada
[2] Krakatau Steel. 2012. Laporan Tahunan. Diakses tanggal 01/11/2013 dari
http://www.krakatausteel.com/?page=content&cid=94
[3] Vivanews. 19 Februari 2009. 2008, Krakatau Steel Untung Rp 462 Miliar. Diakses
tanggal 01/11/2013 dari http://bola.viva.co.id/news/read/31834-2008__krakatau_steel_
untung_ rp_462_miliar
[4] Krakatau Steel. Op.cit
[5] Badan Pusat Statistik. 2 Agustus 2013. Pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan-II
2013. Diakses tanggal 01/11/2013 dari http://www.bps.go.id/ getfile.php?news=1031
7[6] Metrotvnews.com. 23 Oktober 2013. Proyek MP3EI Sedot Investasi Rp737,9 Triliun.
Diakses tanggal 01/11/2013 dari http://m.metrotvnews.com/read/news/2013/10/23/189997/
Proyek-MP3EI-Sedot-Investasi-Rp7379-Triliun
[7] Pirri, Ellen. 23 April 2012. Konsumsi Baja Nasional Naik 20 Persen. Diakses tanggal
01/11/2013 dari http://www.shnews.co/detile-828-konsumsi-baja-nasional-naik-20-
persen.html
[8] Gaikindo. 16 Oktober 2013. Domestic Auto Market & Exim. Diakses tanggal 01/11/2013
dari http://gaikindo.or.id/index.php?option=com_content&task=
blogcategory&id=0&Itemid=110
[9] Mahadi, Tendi. 22 Juni 2012. Krakatau Steel genjot penjualan ke sektor otomotif.
Diakses tanggal 01/11/2013 dari http://industri.kontan.co.id/news/krakatau-steel-genjot-
penjualan-ke-sektor-otomotif
[10] Kemenperin. 11 Juni 2013. Impor Baja Bakal Berkurang 6,8 Juta Ton. Diakses tanggal
01/11/2013 dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/6450/Impor-Baja-Bakal-Berkurang-6,8-
Juta-Ton
[11] Kemenperin. 18 Juni 2012. Kedalaman Struktur Industri Yang Mempunyai Daya Saing
Di Pasar Global. Diakses tanggal 01/11/2013 dari http://www.kemenperin.go.id/
download/131/ Kedalaman-Struktur-Industri-yang-Mempunyai-Daya-Saing-di-Pasar-Global
[12] World Steel Association. 2013. World Steel In Figures 2013. Diakses tanggal
01/11/2013 dari http://www.worldsteel.org/dms/internetDocumentList/bookshop/Word-Steel-
in-Figures-2013/document/World%20Steel%20in%20Figures%202013.pdf