Upload
anisha-fajri-rizkiani
View
17
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sim
Citation preview
e-Procurement e-Procurement adalah suatu proses pengadaan barang dan jasa secara online melalui internet, proses
ini akan menjadi transparan dan dapat mudah diawasi oleh masyarakat sehingga proses pengadaan
barang dan jasa Pemerintah akan adil (fair).
Pemilihan penyedia barang dan jasa dengan menggunakan sistem e-Procurement diaplikasikan untuk
mewujudkan tujuan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang efektif, efisien,
transparan, adil atau tidak diskriminatif dan akuntabel.
Dasar Hukum
Peraturan Presiden (Perpres) No. 8 Tahun 2006 Tentang Perubahan keempat atas Keppres No. 80
Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Hasil yang Diharapkan
Semua tender pemilihan barang dan jasa pemerintah dilakukan secara online melalui internet
sehingga proses menjadi efektif dan efisien serta transparan.
e-procurement ini diharapkan menjamin proses pengadaan barang dan jasa pemerintah
berjalan lebih cepat dan akurat, serta persamaan kesempatan, akses dan hak yang sama bagi
para pihak pelaku pengadaan barang dan jasa.
Memudahkan sourcing dalam memperoleh data dan informasi tentang barang dan jasa dan
penyedia barang dan Jasa.
Menciptakan situasi yang kondusif agar terjadi persaingan yang sehat antar penyedia barang
dan jasa juga bagi aparatur pemerintah, sehingga mengurangi intensitas pertemuan langsung
antara penyedia barang dan jasa dengan panitia pengadaan dalam mendukung pemerintahan
yang bersih dan bebas dari KKN.
LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa)
Dalam pelaksanaan e-procurement membutuhkan sebuah lembaga yang memiliki kewenangan
merumuskan perencanaan dan pengembangan strategi, penentuan kebijakan serta aturan
perundangan pengadaan barang/jasa pemerintah yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
lingkungan internal maupun eksternal secara berkelanjutan, terpadu, terarah, dan terkoordinasi. Maka,
dibentuk LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa) yang mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan dan perumusan kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) menilai minat pemerintah
pusat untuk melakukan pengadaan barang atau jasa secara elektronik atau e-procurement masih
rendah. Buktinya, baru 14 persen kementerian dan lembaga yang melelang pengadaan barang atau
jasanya lewat internet. Padahal, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lewat Inpres nomor 1/2013
telah menitahkan agar kementerian dan lembaga harus melaksanakan e-procurement. Cara itu diyakini
bisa menekan penyelewengan anggaran negara.
Salah satu institusi pemerintah pusat yang “enggan” melaksanakan e-procurement adalah
Kementerian Pekerjaan Umum. Padahal, banyak lelang infrastruktur yang dilakukan oleh kementerian
tersebut. Sebaliknya, Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Kementrian Pertanian dan
Kementerian Kesehatan sudah melakukan e-procurement.
LKPP memberikan penghargaan LKPP e-Procurement Award kepada sejumlah instansi.
Penghargaan tersebut Sebagai bentuk apresiasi terhadap kinerja pengadaan secara elektronik di
K/L/D/I. Pada 20 Nopember 2013, LKPP memberikan penghargaan kepada Kementerian Pertanian yang
memperoleh penghargaan pertama untuk ketegori Penguatan Peran Serta Komunitas Penghargan.
Kementerian Pertanian juga memperoleh penghargaan ketiga untuk kategori Partisipasi Penerapan e
Catalogue, Penghargaan ini diberikan khusus kepada instansi yang berperan aktif mengusulkan
komoditi e-Catalog.
Dengan penghargaan yang diberikan kepada Kementrian Pertanian oleh LKPP sebagai tanda
bahwa Kementan telah menjalankan e-procurement yang baik dan dapat menjadi contoh bagi instansi
pemerintahan lainnya.
LPSE Kementrian Pertanian
Namun… Mengapa sudah diterapkan e-procurement sebagai bentuk transparansi pemerintah
kepada masyarakat namun tetap saja terjadi Korupsi???
Pada saat ini walaupun sistimnya telah dirubah dari konvensional menjadi e-procurement
ternyata hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Khususnya di BUMN, BUMD, pemerintah dan
lembaga Negara lainnya. Jadi rupanya masalah yang ada bukan pada kuno atau tidak adanya sistim
berbasis teknologi computer tetapi lebih kepada masalah mental segenap bangsa ini. sehebat apapun
sistim yang ada dan dipakai oleh orang yang bermental korup maka hasilnya tetap saja korup. Tetap
saja penyelewengan ada dan terjadi pada banyak tender yang ada dilingkungan mereka tersebut diatas.
Jadi walaupun sudah memakai e-Procurement tetapi jika yang peserta yang ikut sudah diatur
dan sepakat siapa yang menang dan pada angka berapa maka e-Procurement tersebut hanya menjadi
formalitas saja. Semua telah diatur diluar sistim e-Procurement. Tetap saja mereka ketemu diluar
dengan cara yang lebih canggih lagi agar tidak terendus oleh penegak hukum. Mereka mengatur
perusahaan mana saja yang akan ikut tender. Siapa yang jadi penggembira dan siapa yang jadi
pemenang. Tidak lebih dari sekedar arisan tender. Pokoknya semua dapat dan dibagi rata sesuai dengan
kesepakatan yang ada.
Selain cara tersebut mereka juga membagi atau memecah nilai tender agar lebih fleksible
sesuai peraturan yang ada. Kalau jumlahnya terlalu besar maka proses izinnya juga jadi ruwet dan
berbelit. Semakin rendah maka akan semakin mudah karena kewenangannya bisa hanya sebatas eselon
rendah tertentu saja. mereka inilah yang akhirnya mengatur semua. Jumlah besar sekali pukul malah
ruwet maka dipecah-pecah agar lebih kecil dan sederhana. Semua ini tentu seizin atasannya. Pokoknya
sudah menjadi budaya internal mereka. Jalankan sesuai aturan yang ada, jalankan sesuai dengan
kesepakatan yang ada. Jadi tidak ada yang menyalahi peraturan tetap semua pihak senang karena
dapat bagian.
e-Government