Upload
others
View
28
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
OLEH
SARUDIN
E-mail : [email protected]
Bloger :
Syahrudinalga.blogspot.com (Samudra IImu)
Syahdotme1.wordpress.com (Al-lu’lu Wal Marjan)
udindotme.wordpress.com (Al-Mawaddah) sarudinstth.blogspot.com
Fb : Al-lulu Wal Marjan
Twitter : @algayosyi
Pandangan Islam Terhadap Manusia
Manusia itu adalah makhluk yang mulia dan
terhormat disisi Allah swt.
Manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang amat
baik. Setelah ditupkan roh kedalam tubuhnya, para
malaikat disuru sujud ( memberi hormat)
kepadanya.
Allah memberi manusia ilmu pengetahuan dan
kemauan, dijadikan khalifah di bumi. Seluruh yang
ada dialam ini untuk kepentingan manusia. (1)
وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا أتجعل س ماء ونحن نسبح بحمدك ونقد فيها من يفسد فيها ويسفك الد
لك قال إني أعلم ما لا تعلمون
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Albaqarah : 30)
Historis penciptaan manusia,
Al-Quran tidak merinci secara kronologis penciptaan manusia menyangkut waktu dan tempatnya, namun Al-Quran menjelaskan titik-titik penting : dari titik manakah kehidupan itu bermula, ayat-ayat Al-Quran menegaskan bahwa asal-usul manusia ( bersifat ) air,
Qs.Al-Anbiya’( 21 ) : 30.
ماوات والأرض كانتا رتقا أولم ير الذين كفروا أن الس ففتقناهما وجعلنا من الماء كل شيء حي أفلا يؤمنون
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Fitrah manusia : hanif
Kata Fitrah merupakan derevasi dari kata fatara artinya ciptaan, suci dan seimbang.
Menurut Imam Al Maraghi fitrah adalah kondisi dimana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.
Fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran (hanif). Fitrah dalam arti hanif sejalan dengan firman Allah :
التي فطر الناس عليها لا ين حنيفا فطرة الل فأقم وجهك للدم ولكن أكثر الناس لا يعلمون ين القي ذلك الد تبديل لخلق الل
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (Ar-Rum:30)
Fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya
berkaitan dengan arti penciptaan fisik,
melainkan juga dalam harti ruhaniah yaitu sifat-
sifat dasar manusia yang baik. Karena itu fitrah
disebutan dalam konotasi nilai. Lahirnya fitrah
sebagai nilai dasar kebaikan manusia.
Fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan
yang diberikan pada saat dilahirkan kedunia.
Potensi yang dimiliki manusia tersebut dapat
dikelompokkan kepada dua hal yaitu potensi
fisik dan potensi ruhaniah.
Komponen biologis,
Manusia dibentuk dari komponen-komponen yang dikandung didalam tanah gambaran ini dengan jelas diuraikan dalam berbagai ayat yang menunjukkan komponen-komponen pembentukan tersebut dengan berbagai nama :
هو أنشأكم من الأرض واستعمركم فيها“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya” (Huud : 61)
Aspek Biologis,manusia disebut dengan panggilan Basyar,yaitu mencerminkan sifat-sifat fisik kimia biologisnya
Qs.Al-Mukminuun(23 ) : 33.
نيا ما هذا إلا بشر مثلكم بلقاء الآخرة وأترفناهم في الحياة الدا تشربون ا تأكلون منه ويشرب مم يأكل مم
Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.
Komponen –komponen pembentuk manusia :
1) Turaab,yaitu tanah gemuk, Qs.Kahfi ( 18 ) : 37.
اك رجلاق أمفزت بالذي خلقل هي تزاب ثن هي طفة ثن س ر يحا صاحب ال ل
“Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?”
2) Tiin, yaitu tanah lempung Qs.Sajdah ( 32 ) : 7
ساى هي طيي بدأ خلك الإ الذي أحسي مل شيء خلق
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”
3) Tiinul Lazib, tanah lempung yang pekat Qs. As.Saffat ( 37 ) :8
ن هي طيي لاسب ا ا إا خلق ن أشد خلقا أم هي خلق ن أ فاستفت
“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.”
4) Salsaalun, lempung yang dikatakan Kalfakhkhar ( seperti tembikar
5) Salsalun min humain masnuun ( lempumg dari lumpur yang dicetak/diberi bentuk Qs.Al-Hijr ( 15 ) : 26.
ى ساى هي صلصال هي حوإ هس ا الإ لقد خلق
“Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. “
6) Sulalatun min tiin, sari pati lempung, sulalat berarti sesuatu yang dasarikan dari sesuatu yang lain.
7) Air, yang dianggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan Qs.Al Ambiya : 30
DAFTAR PUSTAKA
1. Dasar-dasar Agama Islam, Prof. Dr. Zakiah
Darajat, Bulan Bintang, Jakarta, 1993.
2. Dasar Dasar Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi, Dr. Ramlan Yusuf Rangkuti, MA,
2002
3. Dasar Dasar Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi, Depag, 2002
SYUKRON KATSIRON
WASSALAMU’ALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH
OLEH
SARUDIN
E-mail : [email protected]
Bloger :
Syahrudinalga.blogspot.com (Samudra IImu)
Syahdotme1.wordpress.com (Al-lu’lu Wal Marjan)
udindotme.wordpress.com (Al-Mawaddah)
Fb : Al-lulu Wal Marjan
Istana Pelangi 7 Bidadari
Twiter : @algayosyi
Konsep Manusia menurut islam A. Reproduksi,
Asal usul manusia dilihat dari sisi reproduksinya banyak sekali dijelaskan Al-Qur’an misalnya Surat Al Qiyamah ayat 37-38:
ألم يك نطفة من مني يمنى
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
ى ثم كان علقة فخلق فسوKemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya
Manusia berasal dari Nutfatam (nutfatam min maniyyin yumna) atau setetes sperma yang ditumpahkan.
Nutfah, berarti sejumlah sangat kecil yang sering diartikan sebagai setetes air . Firman Allah Qs. Abasa :19
ره من نطفة خلقه فقد
Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya
B. Komponen rohani,
Ruh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri kemanusiaan manusia. Firman Allah S.W.T :
إذ قال ربك للملائكة إني خالق بشرا من طين
يته ونفخت فيه من روحي فقعوا له ساجدين فإذا سو
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tali, maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh ciptaanKu maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepada Ku” (As-shad : 38, 71-72)
وح من أمر وح قل الر ويسألونك عن الر ربي وما أوتيتم من العلم إلا قليلا
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah Ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Al-Isra 17 : 85)
Ruh adalah getaran Ilahiyah yaitu getaran sinyal ketuhanan sebagaimana rahmat, nikmat dan hikmah yang kesemuanya sering terasakan sentuhannya, tetapi sukar dipahami hakekatnya. Sentuhan getaran rohanian itulah yang menyebabkan manusia dapat mencera nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dsb.
C. Karakteristik manusia,
Diantara karakteristik manusia adalah :
a. Aspek Kreasi
Apapun yang ada dalam tubuh manusia sudah
dirakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan
sempurna. Hal ini bisa dibandingkan dengan
makhluk lain dalam aspek penciptaannya.
Mungkin banyak kesamaannya, tetapi tangan
manusia lebih fungsional dari tangan simpanse,
demikian pula organ-organ lainnya.
b. Aspek Ilmu
Hanya manusia yang punya kemampuan memahami lebih jauh hakikat alam semesta ini. Pengetahuan hewan hanya terbatas pada naluri dasar yang tidak bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang.
c. Aspek Kehendak
Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan dalam hidupnya. Makhluk lain hidup dalam satu pola yang telah baku dan tak akan pernah berubah . Para malaikat yang mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
d. Aspek Akhlak
Manusia adalah makhluk yang dapat dibentuk
akhlaknya. Ada manusia yang sebelumnya
baik, tetapi karena pengaruh lingkungan
tertentu dapat menjadi penjahat, demikian pula
sebaliknya. Oleh sebab itu lembaga pendidikan
diperlukan untuk mengarahkan kehidupan
generasi yang akan datang agar lebih baik.
Jika manusia hidup dengan ilmu selain Allah, maka manusia tidak dapat mempertahankan martabatnya yang mulia. Dalam keadaan demikian, manusia disamakan dengan binatang. Mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’am ), bahkan lebih buruk lagi dari binatang ( bal hum adhad ).
Dalam keadaan demikian, martabat manusia menjadi rendah seperti dijelaskan dalam QS. 95 (al-Tiin) : 4.
سافلين أسفل رددناه ثم Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
E. Hakikat manusia,
Menurut pandangan Murtadha Muttahari, manusia adalah makhluk serba dimensi.
Dimensi pertama, secara fisik manusia hampir sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat, berkembang biak, supaya dapat tumbuh dan berkembang.
Dimensi kedua, manusia memiliki sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian.
.
Dimensi ketiga, manusia mempunyai perhatian
terhadap keindahan.
Dimensi keempat, manusia memiliki dorongan
untuk menyembah Tuhan .
Dimensi kelima, manusia memiliki kemampuan
dan kekuatan yang berlipat ganda, karena ia
dikaruniai akal fikiran dan kehendak bebas,
sehingga ia mampu menahan hawa nafsu dan
dapat menciptakan keseimbangan dalam
hidupnya.
Dimensi keenam, manusia mampu mengenali dirinya sendiri. Jika ia sudah mengenal dirinya, maka ia akan mencari dan ingin mengetahui siapa penciptanya, mengapa ia diciptakan, dari apa ia diciptakan , bagaimana proses penciptaannya, dan untuk apa ia diciptakan.
Daftar bacaan
1. Kandepag RI, Alqur’an dan terjemahannya, 2000
2. Dr. Yusup Ramlan Rangkuti. MA, Pendidikan Agama Islam, Botang Jaya 2008
3. Depag RI, Pengembangan keperibadian Pendidikan Agama Islam, 2009
4. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( Buku Teks Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Pada Universitas Gunadarma ),Penerbit : Universitas , 2003
SYUKRON KATSIRON
WASSALAMU’ALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH
OLEH
SARUDIN
E-mail : [email protected]
Bloger :
Syahrudinalga.blogspot.com (Samudra IImu)
Syahdotme1.wordpress.com (Al-lu’lu Wal Marjan)
udindotme.wordpress.com (Al-Mawaddah)
Fb : Al-lulu Wal Marjan
Istana Pelangi 7 Bidadari
Twiter : @algayosyi
Konsep Manusia menurut islam
A. Martabat manusia, Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk yang memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang.
Sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya dimiliki oleh manusia, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instingtif.
Dibanding makhluk lainnya, manusia juga
memiliki kelebihan dalam hal kemampuan
bergerak dalam ruang apapun, baik di udara,
darat, dan laut. Sedangkan binatang hanya
mampu bergerak dalam ruang yang terbatas.
Walaupun ada binatang yang mampu bergerak
di darat dan di air (laut), namun tetap memiliki
keterbatasan dan tidak dapat melampaui
manusia.
Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lainnya dijelaskan dalam QS. 17 (al-Isra’) : 70.
بات منا بن آدم وحملناهم ف البر والبحر ورزقناهم من الط ولقد كرن خلقنا تفضلا لناهم على كثر مم وفض
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Manusia bermartabat mulia, kalau mereka sebagai khalifah Allah tetap hidup berdasarkan ajaran Allah seperti disebutkan dalam QS. 6 (al-An’am) : 165.
وهو الذي جعلكم خلائف الأرض ورفع بعضكم فوق بعض درجات ه لغفور رحم ك سرع العقاب وإن بلوكم ف ما آتاكم إن رب ل
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
B. Tujuan penciptaan manusia,
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada penciptanya, yaitu Allah.
Pengertian beribadah kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan membatasi pengertian pada aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja.
Peribadahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik yang berupa hubungan vertikal dengan Allah, maupun horizontal dengan sesama manusia dan makhluk Allah lainnya.
Peribadahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Oleh karena itu peribadahan harus dilakukan secara sadar dan suka rela, karena Allah sebenarnya tidak membutuhkan peribadahan manusia. Dalam hal ini, dalam QS. 51 (al-Dzariyat) : 56,
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Dalam QS. 98 (al-BAyyinah) : 5 dijelaskan yaitu
قموا ن حنفاء و مخلصن له الدعبدوا الل وما أمروا إلا ل
مة كاة وذلك دن الق ؤتوا الز لاة و الصArtinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
[1] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh
dari kesesatan.
Peribadahan yang sempurna dari seorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah yang amanah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh.
Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan tegaknya hukum-hukum kemanusiaan yang Allah tetapkan. Kekacauan kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan tatanan kehidupan manusia sendiri, tetapi juga dapat menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, yang bermuara pada kesulitan hidup manusia juga. Inilah tujuan penciptaan manusia ditengah-tengah alam semesta.
C. Fungsi Dan Peranan Manusia
Fungsi Manusia diciptakan Tuhan untuk
menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal itu
dinyatakan Allah dalam firman-Nya. Di dalam
surat al-Baqarah: 30 dinyatakan bahwa Allah
menciptakan manusia untuk menjadi khalifah-
Nya di bumi. Perkataan “menjadi khalifah”
dalam ayat tersebut mengandung makna
bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau
pemegang kekuasaan-Nya mengurus dunia
dengan jalan melaksanakan segala yang
diridhai-Nya di muka bumi ini
Berdasarkan QS. 2 (al-Baqarah) : 30-36,
ك للملائكة إن جاعل ف الأرض خلفة قالوا أتجعل فها من وإذ قال ربس لك ح بحمدك ونقد ماء ونحن نسب سفك الد فسد فها و
قال إن أعلم ما لا تعلمون
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
وعلم آدم الأسماء كلها ثم عرضهم على الملائكة فقال أنبئون
بأسماء هؤلاء إن كنتم صادقن
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"
ك أنت العلم الحكم قالوا سبحانك لا علم لنا إلا ما علمتنا إن
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
ا أنبأهم بأسمائهم قال ألم أقل لكم إني أعلم يب غ قال يا آدم أنبئهم بأسمائهم فلمماوات والأرض وأعلم ما تبدون وما كنتم تكتمون الس
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لآدم فسجدوا إلا إبلس أبى واستكبر وكان من الكافرن
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
ث شئتما ولا ة وكلا منها رغدا ح ا آدم اسكن أنت وزوجك الجن قلنا المن جرة فتكونا من الظ تقربا هذه الش
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim
ا كانا فه وقلنا اهبطوا طان عنها فأخرجهما مم فأزلهما الش
بعضكم لبعض عدو ولكم ف الأرض مستقر ومتاع إلى حن
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari
surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula
dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian
kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi
kamu ada tempat kediaman di bumi, dan
kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan".
Status dasar manusia yang di awali dari Nabi Adam AS adalah sebagai khalifah Allah. Jika khalifah diartikan sebagai makhluk pengemban amanah Allah , maka peran yang dilakukan manusia adalah sebagai pelaksana ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor dalam pembudayaan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaksana ajaran Allah, apalagi menjadi pembudaya, seseorang dituntut memulainya dari diri sendiri dan keluarganya. Setelah diri sendiri dan keluarganya tahu dan mau menjalankan ajaran Allah tersebut, baru kemudian disebar luaskan kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan khalifah Allah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
a. Belajar
b. Mengajarkan ilmu
c. Membudayakan ilmu
Ilmu Allah yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain, tetapi yang utama adalah untuk diamalkan oleh diri sendiri terlebih dahulu sehingga membudaya.
Proses pembudayaan ilmu Allah berjalan seperti proses pembentukan kepribadian dan proses iman. Tahu, mau, dan melakukan apa yang diketahui. Tahu bermula dari perkenalan, mau bermula dari studi, dan melakukan bermula dari latihan
Memperhatikan prinsip di atas, maka
sebagai khalifah Allah, apa yang dilakukan
tidak boleh hanya untuk kepentingan diri
pribadi dan tidak hanya bertanggung jawab
pada diri sendiri saja.
Oleh karena itu semua yang dilakukan
harus untuk kebersamaan sesame umat
manusia, serta mempertanggung
jawabkannya kepada diri sendiri,
masyarakat, dan Allah.
Tanggung jawab manusia.
Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba
Allah
Makna yang esensial dari kata ‘abdun ( hamba )
adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan.
Ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan manusia
hanya layak diberikan kepada Allah, yang
dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan
ketundukan pada kebenaran dan keadilan
berdasarkan ketentuan Allah.
Dalam hubungan dengan Tuhan, manusia menempati posisi sebagai ciptaan, dan Tuhan sebagai pencipta. Posisi ini mempunyai konsekuensi adanya keharusan manusia menghambakan diri kepada Allah, dan dilarang menghamba pada dirinya dan hawa nafsunya.
Kesediaan manusia untuk menghamba hanya kepada Allah dengan sepenuh hatinya, akan mencegah manusia pada penghambaan terhadap sesama manusia.
Tanggung jawab ‘abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki yang bersifat fluktuatif, yang dalam istilah Hadits Nabi Muhammad SAW adalah yaziidu wa nyanquushu (menguat dan melemah).
Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga. Oleh karena itu, dalam Al Qur’an dinyatakan dengan istilah quu anfusakum wa ahliikum naara ( jagalah dirimu dan keluargamu dari neraka ).
Oleh karena itu tanggung jawab hamba Allah adalah menegakkan keadilan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan berpedoman pada ajaran Allah, seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral dan kemungkaran yang mengancam diri sendiri dan keluarganya
Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah
Allah
Manusia diserahi tugas kehidupan yang
merupakan amanah Allah yang harus
dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya.
Tugas kehidupan yang dipikul manusia di muka
bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas
kepemimpinan , wakil Allah di muka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam ciptaan Allah
berdasarkan ketentuan Allah,
Manusia menjadi khalifah memegang mandat
Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka
bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia
bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya
mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di
muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai wakil Tuhan, Tuhan mengajarkan kepada
manusia kebenaran dalam segala ciptaan-Nya dan
melalui pemahaman serta penguasaan terhadap
hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam
ciptaan-Nya, manusia dapat menyusun konsep
baru, serta melakukan rekayasa membentuk wujud
baru dalam kebudayaan
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreativitas yang dinamis. Adanya kebebasan manusia di muka bumi adalah karena kedudukannya untuk memimpin, sehingga pemimpin tidak tunduk kepada siapapun, kecuali kepada Allah yang memberi kepemimpinan.
Oleh karena itu, kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah , sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang. Kebebasan manusia dengan kekhalifahannya merupakan implementasi dari ketundukan dan ketaatan. Ia tidak tunduk kepada siapapun kecuali kepada Allah, karena ia hamba Allah yang hanya tunduk dan taat kepada Allah.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang mewakilkannya, yaitu hukum-hukum Tuhan, baik yang tertulis dalam kitab suci Al Qur’an, maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta ( al-kaun ).
Oleh karena itu, ia diminta pertanggung jawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya sebagaimana firman Allah dalam QS. 35 (Fathir) : 39.
زد ه كفره ولا هو الذي جعلكم خلائف ف الأرض فمن كفر فعلزد الكافرن كفرهم إلا هم إلا مقتا ولا الكافرن كفرهم عند رب
خسارا
Artinya : Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka
1. Kandepag RI, Alqur’an dan terjemahannya, 2000
2. Dr. Yusup Ramlan Rangkuti. MA, Pendidikan Agama Islam, Botang Jaya 2008
3. Depag RI, Pengembangan keperibadian Pendidikan Agama Islam, 2009
4. Dasar-Dasar Agama Islam, Prof. Dr. Zakiah Darajat, Bulan bintang, Jakarta, 1993.
5. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( Buku Teks Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Pada Universitas Gunadarma, 2003 ,H.M. Rasjidi,
SYUKRON KATSIRON
WASSALAMU’ALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH