Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Pengaruh Penerapan E-filing, Pemahaman Perpajakan, dan Kesadaran Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Malang Selatan
Agustinus Christian Wibsono
Dr. Zaki Baridwan, Ak.,CA.,CPA.,CLI.,CTA
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the effect of e-filing implementation, tax
knowledge,and taxpayer awareness on corporate taxpayer compliance in KPP Pratama
(Tax office) of South Malang, based on Theory of Reasoned Action (TRA) developed by
Fishbein (1980) and Theory of Acceptance Model (TAM) developed by Davis in 1989. This
study utilizes a survey to obtain the data, where the respondents of this study are 107
corporate taxpayers registered in KPP Pratama of South Malang. The results indicate that
the e-filing implementation, tax knowledge, and taxpayer awareness have significant effect
on the corporate taxpayer compliance.
Keywords: Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Acceptance Model (TAM), E-
filing Implementation, Tax Knowledge, Taxpayer Awareness, Corporate Taxpayer
Compliance.
PENDAHULUAN
Salah satu sumber pendapatan
negara terbesar adalah penerimaan pajak.
Pajak adalah salah satu sarana yang
digunakan untuk mensejahterakan
masyarakat. Peranan dari pajak dapat
dirasakan secara langsung maupun tidak
langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Secara langsung masyarakat dapat
menikmati seperti layanan pendidikan,
layanan transportasi, layanan kesehatan,
sarana dan prasarana umum. Dengan
demikian diharapkan menyadarkan
masyarakat supaya mematuhi dalam
melaporkan dan membayarkan pajaknya.
Subjek pajak yang dikenakan
pajak salah satunya adalah wajib pajak
badan. Wajib pajak badan di Indonesia
juga merupakan salah satu penyumbang
pajak tertinggi selain wajib pajak orang
pribadi. Akantetapi ratio kepatuhan wajib
pajak badan yang terdaftar wajib SPT
masih kecil. Seperti dilansir dalam
malangtimes.com (2019), kantor
Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa
Timur III mencatat ada 862.674 wajib
pajak terdaftar wajib SPT. Dari jumlah
tersebut, yang sudah melakukan
pelaporan baru 643.007 wajib pajak.
Terkait dengan penggunaan e-filing,
realisasi per tanggal 29 Maret 2018
mencapai 209.176 wajib pajak atau setara
dengan 73,49 persen dari target 317.314
wajib pajak. Akantetapi, di dalam data
tersebut jumlah kepatuhan paling
minimum pelaporan SPT ditunjukkan
Wajib Pajak Badan yaitu sebesar 21.582
wajib pajak atau sekitar 31,77 persen.
Berbagai upaya dilakukan KPP Pratama
Malang Selatan sebagai langkah awal
diterbitkannya Peraturan Pemerintah No.
46 Tahun 2013 yaitu dengan sosialisasi
terhadap wajib pajak dengan cara
mengirimkan surat pemberitahuan
kepada wajib pajak dengan adanya
peraturan baru dan juga dengan
membuka kelas dengan mengundang
wajib pajak untuk mensosialisasikan
2
peraturan tersebut. Akantetapi ratio
kepatuhan wajib pajak badan yang
terdaftar wajib SPT masih kecil.
Salah satu upaya yang dilakukan
oleh Direktorat Jendral Pajak adalah
dengan melakukan perbaikan proses
pelaporan dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi
yaitu, dengan menerapkan e-filing. E-
filing dilakukan dengan memanfaatkan
secara online dan real Time sehingga
wajib pajak tidak perlu lagi melakukan
pencetakan semua formulir laporan dan
menunggu tanda terima secara manual.
Dengan menggunakan e-filing dapat
mempermudah wajib pajak dalam
penyampaian SPT Tahunan, juga lebih
efisien karena semua yang dibutuhkan
sudah tersedia online disitus pajak.
Namun fenomena saat ini,
mayoritas wajib pajak badan belom
mengaplikasikan e-filing. Hal tersebut
dilandasi sosialisasi dari Direktorat
Jendral Pajak dan KPP mengenai e-filing
yang masih minim dan menyebabkan
rendahnya pengetahuan wajib pajak
mengenai teknologi baru untuk
melaporkan SPT. Sehingga, wajib pajak
berasumsi bahwa menggunakan e-filing
akan lebih sulit daripada dengan manual.
Sosialisasi DJP sangatlah penting, karena
dengan adanya sosialisasi tentang e-filing
ini akan menambah pengetahuan wajib
pajak yang akan mempengaruhi tingkat
kepatuhan wajib pajak.
Menurut Nurmantu (2005:32)
salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak adalah tingkat
pemahaman perpajakan. semakin tinggi
tingkat pendidikan atau pengetahuan
wajib pajak, maka semakin mudah pula
bagi mereka untuk memahami peraturan
perpajakan dan semakin mudah pula
wajib pajak memenuhi kewajiban
perpajakannya. Ketika tingkat
pengetahuan dan pemahaman akan
peraturan pajak meningkat, hal ini akan
mendorong wajib pajak untuk melakukan
kewajibannya yaitu melaporkan SPT dan
membayarkan pajak. Peraturan
perpajakan yang terus mengalami
perubahan mengharuskan wajib pajak
memahami peraturan perpajakan agar
tidak keliru dalam menyelesaikan
kewajiban perpajakan. Wajib pajak yang
tidak mengetahui dan memahami
perpajakan akan cenderung untuk tidak
patuh dalam membayar dan melaporkan
pajaknya, karena semakin paham wajib
pajak terhadap peraturan perpajakan
maka akan semakin tinggi tingkat
kepatuhan wajib pajak.
Menurut Asri (2009), wajib
pajak dikatakan memiliki kesadaran
apabila sesuai dengan hal-hal berikut: (1)
Mengetahui adanya UU dan ketentuan
perpajakan; (2) Mengetahui fungsi pajak
untuk pembiayaan negara; (3)
Memahami bahwa kewajiban perpajakan
harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan (4)
Menghitung, membayar, dan melaporkan
pajak dengan suka rela dan benar.
Kecenderungan wajib pajak yang
mempunyai kesadaran akan membayar
dan melaporkan akan lebih patuh untuk
melakukan kewajiban. Secara empiris
juga telah dibuktikan bahwa semakin
tinggi kesadaran perpajakan dari wajib
pajak maka makin tinggi tingkat
kepatuhan wajib pajak tersebut
(Suyatmin, 2004).
Ada beberapa penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui penerapan
e-filing terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Hasil penelitian Sari (2013) memaparkan
bahwa penerapan sistem e-SPT
meningkatkan jumlah Wajib Pajak
terdaftar yang menyampaikan SPT.
Namun, penerapan sistem e-SPT tidak
meningkatkan tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak. Penelitian yang dilakukan oleh
Nurul Afia Sari berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sari
Nurhidayah. Penelitian yang dilakukan
oleh Sari (2014) menyatakan bahwa
penerapan e-filing berpengaruh positif
terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Menurut Diana (2013:33) ada
beberapa definisi pajak menurut para ahli
antara lain: menurut Rochmat pajak
adalah iuran rakyat ke kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Adapun menurut Djajadiningrat
dalam Diana (2013:33) menyatakan
bahwa pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian dari kekayaan ke
kas Negara yang disebabkan suatu
keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah
serta dipaksakan tetapi tidak ada jasa
timbal balik dari Negara secara langsung,
untuk memelihara kesejahteraan secara
umum.
Jadi berdasarkan pengertian
diatas, pajak adalah suatu kewajiban
yang bersifat memaksa orang pribadi
atau badan untuk memberikan iuran pada
kas Negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang diberlakukan
oleh Negara dan hanya digunakan untuk
menutup pengeluaran umum Negara.
Hukum Pajak
Menurut Resmi (2014:4) Hukum
pajak dibagi menjadi dua, yaitu hukum
pajak materil dan hukum pajak formil.
1) Pajak Materiil
Hukam pajak materiil
merupakan norma-norma yang
menjelaskan keadaan, perbuatan
dan peristiwa hukum yang harus
dikenakan pajak dan berapa
besar pajaknya. Yang merupakan
hukum pajak materiil dalam
naskah undang-undang
perpajakan, diantaranya: a)
Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. b) Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang
Mewah. c) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1985 tentang
Bea materai. d) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak dan Retribusi Daerah.
2) Pajak Formil
Hukum pajak formil
merupakan peraturan mengenai
berbagai cara untuk mewujudkan
hukum materiil menjadi suatu
kenyataan. Yang termasuk
hukum pajak formil dalam
naskah undang –undang
perpajakan, diantaranya: a)
Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara
Perpajakan. b) Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000 tentang
Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa. c) Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak.
Jenis Pajak
Menurut Resmi (20014:7),
terdapat berbagai jenis pajak, yang
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
menurut golongan, menurut sifat dan
menurut lembaga pemungutnya.
1) Menurut golongan
Berdasarkan golongan pajak
dikelompokan menjadi dua yaitu:
pajak langsung dan pajak tidak
langsung. Pajak langsung adalah
pajak yang harus dipikul atau
ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak
4
dan tidak dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau
pihak lain. Pajak harus menjadi
beban Wajib Pajak yang
bersangkutan. Sedangkan pajak
tidak langsung adalah pajak yang
pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain
atau pihak ketiga. Pajak tidak
langsung dapat terjadi jika terdapat
suatu kegiatan, peristiwa atau
perbuatan yang menyebabkan
terutangnya pajak, misalnya terjadi
penyerahan barang atau jasa.
2) Menurut sifat
Berdasarkan sifatnya pajak
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
pajak subjektif dan pajak objektif.
Pajak subjektif adalah pajak yang
pengenaannya memerhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak atau
pengenaan pajak yang
memerhatikan subjeknya.
Sedangkan pajak objektif adalah
pajak yang pengenaannya
memerhatikan objeknya baik berupa
benda, keadaan, perbuatan, atau
peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya kewajiban membayar
pajak, tanpa memerhatikan keadaan
pribadi subjek pajak (Wajib Pajak)
maupun tempat tinggal.
Subjek Pajak
Mengutip dari Undang-Undang No.17
Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan,
subjek pajak penghasilan adalah orang
atau badan yang dituju undang-undang
untuk dikenakan pajak dan dibagi
menjadi yang terdiri dari orang, badan
dan warisan. Subjek pajak tersebut juga
digolongkan menjadi 2 yaitu subjek
pajak dalam negeri dan subjek pajak luar
negeri.
Subjek pajak dalam negeri terdiri
dari:
1) Orang pribadi
yang bertempat tinggal di
Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak
berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia (Pasal 2A
ayat (1) UU Nomor 36 TAHUN
2008).
2) Badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di
Indonesia, kecuali unit tertentu
dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria (Pasal 2A
ayat (2) UU Nomor 36 TAHUN
2008)
Objek Pajak Penghasilan
Objek Pajak Penghasilan
merupakan segala sesuatu (barang, jasa,
kegiatan atau, keadaan) yang dikenakan
pajak. Objek pajak penghasilan adalah
penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis Yat diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari Luar
Indonesia, yang dapat dipakai konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan dalam bentuk apapun (Resmi,
2014:80)
Nomor Pokok Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007, Nomor Pokok
Wajib Pajak adalah nomor yang
diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan dalam melaksanakan
kegiatan perpajakan.
Masa Pajak
Menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007, Masa Pajak
adalah angka waktu yang menjadi dasar
bagi Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang
terutang odalan jangka waktu tertentu
bagaimana ditentukan dalam Undang-
Undang ini.
5
Tahun Pajak
Menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007, Tahun Pajak
merupakan jangka waktu 1 (satu) tahun
kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak
sama dengan tahun kalender.
Surat Pemeberitahuan
Surat pemberitahuan adalah
surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
badan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan. Surat pemberitahuan adalah
surat pemberitahuan untuk suatu tahun
pajak atau bagian tahun pajak (Resmi,
2009:22).
Terdapat 2 jenis Surat Pemberitahuan :
1) Surat Pemeberitahuanan Masa
Surat Pemeberitahuanan Masa
adalah Surat Pemberitahuanan
untuk suatu Masa Pajak.
2) Surat Pemberitahuan Tahunan
Surat pemberitahuan Tahunan
adalah surat pemberitahuan untuk
satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak.
Sistem E-filing
Sistem e-filing adalah cara
penyampaian SPT Tahunan secara
elektronik yang dilakukan secara Online
dan real Time melalui website Direktorat
Jendral Pajak atau Penyedia Jasa
Aplikasi atau Aplication Service
Provider. Sistem e-filing ini mulai ada
sejak tahun 2004, yaitu dengan adanya
Keputusan Direktorat Jendral Pajak
Nomor KEP-88/PJ/2004 tentang
Penyampaian Surat pemberitahuan
secara Elektronik. Puncaknya pada
tanggal 24 Januari 2005 yang bertempat
di Kantor Kepresidenan, Presiden
Indonesia bersama-sama dengan
Direktorat Jendral Pajak (DJP)
meluncurkan produk e-filing atau
Electronic Filing System. Dengan adanya
sistem e-filing ini dirasa lebih efektif dan
efisien.
Tujuan Sistem E-filing Menurut Santoso (2015)
menyatakan bahwa tujuan e-filing adalah
1. Mempermudah proses
perekaman data SPT di dalam basis
DJP
2. Mengurangi pertemuan langsung
antara Wajib Pajak dengan Petugas
Pajak
3. Mengurangi dampak antrian dan
volume pekerjaan proses
penerimaan SPT
4. Mengurangi volume berkas
folio/kertas dokumen perpajakan.
Manfaat Sistem E-filing
Menurut www.online-pajak.com
manfaat e-filing adalah sebagai berikut:
1) Telah disahkan
E-filing Online pajak telah
disahkan oleh DJP dengan Surat
Keputusan Nomor KEP-
193/PJ/2015.
2) Gratis untuk semua jenis pajak
Di www.online-pajak.com, e-
filing pajak online ini gratis untuk
sekarang dan selamanya untuk jenis
SPT, karena Direktorat Jendral
Pajak tidak ingin membebani Wajib
Pajak yang sudah membayar
pajaknya dengan biaya tambahan
dan ingin membantu meningkatkan
penerimaan pajak.
3) Dilenkapi dengan vitur impor data
File CSV dari software e-SPT
dapat langsung diupload di e-filing
tanpa harus antre Kantor Pelayanan
Pajak.
4) Akses Multi-user tak terbatas
Satu akun perusahaan online
pajak dapat digunakan oleh banyak
pengguna.
5) Tidak perlu instal atau update
apapun
DJPonline adalah aplikasi e-
filing pajak online hingga setiap ada
6
penambahan peraturan pajak dan
penambahan fitur, maka akan
diperbaharui secara otomatis.
6) Aman dan rahasia
Bukti pelaporan disimpan lebih
aman dan mudah dilacak, tanpa
khawatir hilang atau terselip.
Direktorat Jendral Pajak menjamin
keamanan dan kerahasiaan Wajib
Pajak Orang Pribadi maupun Wajib
Pajak Badan.
7) Layanan bantuan online
Bila menghadapi permasalahan
saat menggunakan layanan e-filing Wajib
Pajak dapat bertanya secara online.
Pemahaman Perpajakan
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pemahaman berasal dari kata
paham yang artinya pengetahuan;
pendapat; pikiran; aliran; haluan;
pandangan; mengerti benar (akan); tahu
benar (akan); pandai dan mengerti benar
(tentang suatu hal). Menurut Undang-
Undang No. 16 Tahun 2009 pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Sedangkan menurut Soemarso
(2007:2) pajak adalah perwujudan atas
satu kewajiban kenegaraan dan
partisipasi anggota masyarakat dalam
memenuhi keperluan pembiayaan
Negara dan pembangunan nasional guna
tercapainya keadilan sosial dan
kemakmuran yang merata baik material
maupun spiritual.
Kesadaran Wajib Pajak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
kesadaran adalah keadaan mengerti; hal
yang dirasakan atau dialami oleh
seseorang; kesadaran seseorang akan
nilai-nilai yang terdapat dalam diri
manusia mengenai hukum yang ada;
pengertian yang mendalam pada orang
seorang atau sekelompok orang yang
terwujud dalam pemikiran, sikap, dan
tingkah laku yang mendukung
pengembangan lingkungan; kesadaran
seseorang secara penuh akan hak dan
kewajibannya sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Undang-Undang No. 16
Tahun 2009 Wajib Pajak adalah orang
pribadi atau badan meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, istilah kepatuhan berarti untuk
atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam
perpajakan dapat diartikan dengan
ketaatan, tunduk dan patuh, serta
melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kepatuhan
wajib pajak adalah wajib pajak yang
melaksanakan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Nurmantu dalam Rahayu
(2010:138) menjelaskan bahwa
Kepatuhan Wajib Pajak dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana Wajib Pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan
hak perpajakannya. Adapun menurut
Sidik (dikutip oleh Rahayu, 2010 hal. 19)
mengemukakan bahwa Kepatuhan
memenuhi kewajiban perpajakan secara
sukarela (voluntary of complince)
merupakan tulang punggung sistem self
assessment, dimana Wajib Pajak
bertanggung jawab menetapkan sendiri
kewajiban perpajakan dan kemudian
secara akurat dan tepat waktu membayar
dan melaporkan pajaknya tersebut.
Jenis-Jenis Kepatuhan Wajib Pajak
Adapun jenis-jenis kepatuhan Wajib
Pajak dalam buku Rahayu (2010:138)
yaitu:
7
1) Kepatuhan formal
adalah suatu keadaan dimana
Wajib Pajak memenuhi
kewajiban secara formal sesuai
dengan ketentuan dalam
undang-undang perpajakan.
2) Kepatuhan material
adalah suatu keadaan dimana
Wajib Pajak secara
substantif/hakikatnya memenuhi
semua ketentuan material
perpajakan yaitu sesuai isi dan
jiwa undang-undang pajak
kepatuhan material juga dapat
meliputi kepatuhan formal.
Theory of Reasoned Action (TRA)
Menurut Jogiyanto (2007:25)
TRA adalah teori yang dikembangkan
oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein.
Teori tersebut digunakan sebagai rujukan
untuk studi tentang sikap dan perilaku.
Asumsi dasar yang disusun pada teori ini
adalah bahwa manusia berperilaku
dengan cara yang sadar dan
mempertimbangkan segala informasi
yang tersedia. Teori ini didefinisikan
sebagai perasaan positif atau negatif
seseorang individu (pengaruh evaluasi)
tentang kinerja sikap yang ditargetkan
(Fishbein dan Ajzen, 1980).
Gambar 1 Theory of Reasoned Action
(Fishbein dan Ajzen, 1980)
Theory Acceptance Model (TAM)
TAM yang diperkenalkan
pertama kali oleh Fred D. Davisnpada
tahun 1986, adalah adaptasi dari TRA
yang dibuat khusus untuk pemodelan
penerimaan pengguna terhadap sistem
informasi. Menurut Davis (1989), tujuan
utama TAM adalah memberikan dasar
untuk penelusuran pengaruh faktor
eksternal terhadap kepercayaan, sikap,
dan tujuan pengguna. TAM menganggap
bahwa 2 keyakinan individual, yaitu
persepsi manfaat (perceived usefulness,
disingkat PU) dan persepsi kemudahan
penggunaan (perceived easy of use,
disingkat PEOU), adalah pengaruh utama
untuk perilaku penerimaan komputer.
Gambar 2. Theory of Acceptance Model
(Davis, F.D, 1986)
Kerangka Teoritis
Paradigma Penelitian atau dapat
disebut kerangka berpikir sebagai pola
pikir yang menunjukkan hubungan antara
variabel yang akan diteliti yang sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan
masalah yang perlu dijawab melalui
penelitian, teori yang digunakan untuk
merumuskan hipotesis, dan teknik
analisis statistik yang akan digunakan
Sugiyono (2008:8).
Penelitian ini menggunakan
variabel terikat kepatuhan wajib pajak
badan dalam melaporkan SPT tahunan
PPh di KPP Pratama Malang Selatan
(Y). variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penerapan e-
filing, (x1) tingkat pemahaman
perpajakan, (x2) dan kesadaran Wajib
Pajak (x3). Kerangka berpikir ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Model Penelitian
Berdasarkan Model Penelitian di
atas, maka dapat dibuat rumusan
hipotesis sebagai berikut:
8
H1: Penerapan e-filling Berpengaruh
Positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Badan di KPP Malang Selatan
H2: Tingkat Pemahaman Perpajakan
Berpengaruh Positif terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Badan di KPP Pratama
Malang Selatan
H3: Kesadaran wajib pajak berpengaruh
positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Badan di KPP Pratama Malang Selatan
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh Wajib Pajak yang sudah
menggunakan e-filing di KPP Pratama
Malang Selatan. Pemilihan populasi
tersebut karena Wajib Pajak tersebut
pernah menggunakan e-filing sehingga
dapat dijadikan responden untuk
mengetahui Kepatuhan Wajib Pajak di
KPP Pratama Malang Selatan.
Teknik penyampelan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
convenience sampling dan random
sampling. Menurut Sugiyono (2009:85),
Convenience sampling atau Accidental
sampling adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan yaitu
secara kebetulan/insidental bertemu
wajib pajak badan di KPP Malang
Selatan. menurut Sugiyono (2017:82)
Simple Random Sampling adalah
pengambilan anggota sampel dari
populasi yang dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu.
Model Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis 1 hingga
Hipotesis 3 menggunakan analisis PLS.
Pengujian hipotesis dalam studi ini akan
dilakukan dengan cara sebagai berikut,
yaitu:
1) Menentukan level signifikan
atau nilai kritis (α) yaitu sebesar 5%.
2) Membandingkan nilai t-statistic
pada tampilan output bootstrapping
program smartPLS dengan nilai t-
table. Jika t-statistics lebih tinggi
dibandingkan nilai t-table, berarti
hipotesis terdukung
Model Spesifikasi
Model spesifikasi dalam PLS
terdiri dari tiga set hubungan yaitu:
outer model, inner model dan weight
relation. Berikut ini merupakan
penjelasannya: Uji Outer Model
Uji outer model dilakukan untuk
menilai validitas dan reliabilitas dari
model yang digunakan oleh peneliti.
Uji Inner model
Inner model menunjukan hubungan
antar konstruk. Berikut ini merupakan
persamaan dari inner model: 4𝐾𝑃𝑊𝑃 = 1PE + 2𝑃𝑃 + 3𝐾𝑆𝑊𝑃 + 𝑒
Validitas Konvergen
Parameter yang digunakan
dalam pengujian konvergen adalah nilai
AVE dan communality adalah lebih dari
0,5 dan nilai faktor loading adalah lebih
dari 0,7.
Validitas Diskriminan
Tahap selanjutnya adalah
melakukan pengujian validitas
diskriminan. Parameter yang
digunakan dalam pengujian validitas
diskriminan adalah nilai korelasi
variabel laten kurang dari 0,85.
Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas ini
menggunakan dua parameter, yaitu nilai
cronbach’s alpha adalah lebih dari 0,7
dan nilai composite reliability adalah
lebih dari 0,7.
Uji Inner Model
Setelah melakukan uji outer
model, tahap selanjutnya yang dilakukan
adalah uji inner model. Uji inner model
ini menggunakan dua parameter
pengukuran, yaitu nilai R2 dan path
coefficient
9
Nilai R2 Nilai R2 digunakan untuk
mengukur tingkat variasi perubahan
variabel independen terhadap variabel
dependen. Nilai R2 digunakan untuk
mengukur persentase variansi konstruk
endogen yang dapat dijelaskan oleh
konstruk eksogen.
Nilai Path Coefficient Nilai path coefficient
menunjukkan tingkat signifikansi dalam
pengujian hipotesis. Apabila nilai path
coefficient yang ditunjukkan nilai T-
statistic >1,64 maka hipotesis studi (Ha)
diterima. Apabila nilai T-statistic <1,64
maka hipotesis studi (Ha) ditolak. Nilai
T-statistic dapat dilihat pada Tabel 4.13
berikut ini: Tabel 1 Nilai Path Coefficient
Hipotes
is Konstruk
Original
Sample
T-
Statistic
s
Keputusa
n
H1 1PE ->
4KPWP
0.0937 6.9522 Diterima
H2 2PP ->
4KPWP
0.4577 14.8632 Diterima
H3 3KSWP ->
4KPWP
0.4006 12.7156 Diterima
Sumber: Data primer diolah (2020)
Hasil Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis 1 menyatakan bahwa
konstruk penggunaan e-filing
berpengaruh positif terhadap kepatuhan
Wajib Pajak dalam menggunakan e-
filing. Berdasarkan Tabel 4.13 dapat
dilihat bahwa nilai original sample
adalah positif, yaitu 0,0937 dan nilai T-
statistic dari konstruk penggunaan e-
filing terhadap kepatuhan Wajib Pajak
dalam menggunakan e-filing adalah
sebesar 6,9522 atau >1,64. Berdasarkan
hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa
Hipotesis 1 diterima.
Hasil Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis 2 menyatakan bahwa
konstruk pemahaman perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan
Wajib Pajak dalam menggunakan e-
filing. Berdasarkan Tabel 4.13 dapat
dilihat bahwa original sample adalah
positif, yaitu 0,4577 dan nilai T-statistic
dari konstruk pemahaman perpajakan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam
menggunakan e-filing adalah sebesar
14,8632 atau >1,64. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dinyatakan bahwa
Hipotesis 2 diterima.
Hasil Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis 3 menyatakan bahwa
konstruk kesediaan Wajib Pajak
berpengaruh positif terhadap kepatuhan
Wajib Pajak dalam menggunakan e-
filing. Berdasarkan Tabel 4.13 dapat
dilihat bahwa original sample adalah
positif, yaitu 0,4006 dan nilai T-statistic
dari konstruk kesediaan Wajib Pajak
terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam
menggunakan e-filing adalah sebesar
12,7156 atau >1,64. Konstruk sikap
dapat menjelaskan 13,27% minat
perilaku penggunaan teknologi informasi
audit. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
sikap berpengaruh positif terhadap
kepatuhan Wajib Pajak dalam
menggunakan e-filing. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dinyatakan bahwa
Hipotesis 3 diterima.
Diskusi Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan uji hipotesis di atas,
maka dapat diketahui bahwa konstruk
penerapan e-filing berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak badan
dalam menyampaikan SPT, konstruk
pemahaman perpajakan berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam menyampaikan SPT, dan konstruk
kesadaran wajib pajak berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam menyampaikan SPT.
Diskusi Pengaruh Penerapan E-filing
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan Theory of
Acceptance Model (TAM) salah satu
keyakinan individu tentang persepsi
kemudahan (perceived easy of use)
adalah suatu tingkat keyakinan individu
bahwa jika suatu teknologi informasi
mempunyai banyak kemudahan dalam
menjalankannya, maka tekonologi
10
tersebut akan meningkatkan kinerjanya
(Davis, 1989). Hal itu mengartikan
bahwa jika wajib pajak memiliki
keyakinan bahwa menggunakan e-filing
dapat mempermudah dalam melaporkan
SPT mereka, maka akan meningkat
kepatuhan wajib pajak dalam membayar
dan melaporkan pajaknya. Sebaliknya,
apa bila wajib pajak merasa dalam
menggunakan teknologi merasa
kesulitan, maka cenderung akan
mengurangi tingkat kepatuhan wajib
pajak. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa penerapan e-filing berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak,
hal ini selaras dengan teori Theory of
Acceptance Model bahwa
Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wang (2002), Hung et al. (2006), Bedard
et al. (2003), Klopping dan McKinney
(2004), dan Chen et al. (2011). Penelitian
yang pertama dilakukan oleh Wang
(2002). Penelitian Wang (2002) meneliti
tentang faktor yang mempengaruhi minat
menggunakan sistem efiling. Penelitian
yang dilakukan oleh Night dan Bananuka
(2018) di Uganda bertujuan untuk
menyelidiki efek mediasi dari adopsi
sistem pajak elektronik dalam hubungan
antara sikap terhadap sistem pajak
elektronik dan kepatuhan pajak di negara
berkembang. Night dan Bananuka (2018)
menemukan bahwa mediasi adopsi
sistem pajak elektronik berpengaruh
positif dalam hubungan antara sikap
terhadap sistem pajak elektronik terhadap
kepatuhan pajak. Night (2018)
melakukan penelitian di Uganda dengan
menggunakan sampel sebanyak 214
reponden. Diskusi Pemahaman Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Hasil penelitian ini menjabarkan
bahwa tingkat pemahaman perpajakan
berpengaruh positif terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Badan di KPP Pratama
Malang selatan. Hasil ini sejalan dengan
Theory of Reasoned Action yang
dikembangkan oleh Icek Ajzen dan
Martin Fishbeinsalah satu faktor penentu
individu dalam melakukan sesuatu yaitu
normative belief yang berkaitan dengan
sosialisasi pajak, karena harapan
normatif orang lain yang menjadi rujukan
untuk memenuhi harapan tersebut
harapan normatif orang lain tersebut bisa
berupa penyuluhan perpajakan agar taat
membayar pajak sehingga individu akan
berperilaku atas harapan orang lain
dengan taat dalam membayar pajak. Hal
ini juga sesuai dengan teori pembelajaran
sosial. Teori pembelajaran sosial ini
dikembangkan oleh Bandura (1986)
dalam Jatmiko (2006). Teori ini
menerima sebagian besar dari prinsip-
prinsip teori belajar perilaku, tetapi
memberi lebih banyak penekanan pada
efek-efek dari isyarat-isyarat pada
perilaku, dan pada proses-proses mental
internal. Jadi dapat dikatakan bahwa
seseorang akan mengetahui teori dari
peraturan perpajakan tetapi seseorang
cenderung lebih banyak belajar langsung
dari pengalaman yang ada tentang
pelaksanaan perpajakan. Seorang wajib
pajak lebih banyak belajar tentang tata
cara perpajakan, sanksi perpajakan, serta
denda yang akan dikenakan apabila wajib
pajak yang bersangkutan melanggar
peraturan perpajakan yang berlaku dari
pengalaman seorang wajib pajak itu
sendiri. Sehingga semakin wajib pajak
memahami tentang peraturan perpajakan
serta sanksi-sanksi yang akan dikenakan
maka akan semakin tinggi pula
kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Ghony (2012) yang menyatakan
bahwa pengetahuan wajib pajak
berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak daerah. Hal ini
didukung dengan adanya kemampuan
wajib pajak dalam menghitung besar
pajak yang ditanggung, sehingga wajib
pajak daerah tidak merasa dirugikan.
11
Diskusi Kesadaranan Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kesadaran Wajib Pajak
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan
di KPP Pratama Malang Selatan. Hal ini
sejalan dengan Theory of Reasoned
Action. Berdasarkan Theory of
Reasoned Action (TRA) dalam salah
satu indikatornya behavioral beliefs
bahwa sebelum individu melakukan
suatu tindakan, seseorang tersebut akan
memiliki keyakinan mengenai hasil yang
akan diperolehnya atas perilaku tersebut.
Kemudian, seseorang tersebut akan
memutuskan bahwa akan melakukannya
atau tidak. Hal ini berkaitan dengan
kesadaran wajib pajak. Wajib pajak yang
sadar akan pajak, akan memiliki
keyakinan mengenai pentingnya
membayar pajak untuk membantu
penyelenggaraan pembangunan negara
(Arum, 2012). Kesadaran wajib pajak
berkaitan dengan persepsi wajib pajak
dalam menentukan perilakunya, semakin
tinggi tingkat kesadaran wajib pajak,
maka wajib pajak akan dapat
menentukan perilakunya dengan baik dan
memiliki kemauan untuk melakukan
kewajiban membayar dan melaporkan
pajaknya.
Hasil penelitian ini diperkuat
dengan penelitian yang dilakukan Savitri
dan Andreas (2015) dengan mengambil
judul “Pengaruh Sosialisasi Pajak,
Pengetahuan Pajak, Kelayakan Nomor
ID Pajak dan Kualitas Layanan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak dengan
Kesadaran Wajib Pajak sebagai Variabel
Mediasi” menyatakan bahwa kesadaran
wajib pajak memiliki peran mediasi
penuh dalam hubungan antara
kemanfaatan nomor id pajak, kualitas
layanan, dan kepatuhan wajib pajak.
Kemudian kesadaran wajib pajak
berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak. Tene dan
Sondakh (2017) meneliti dengan judul
“Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak,
Kesadaran Pajak, Sanksi Perpajakan dan
Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak” menyatakan bahwa
Kesadaran pajak berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP
Pratama Manado. Hal ini menunjukkan
bahwa makin tinggi kesadaran pajak,
maka makin tinggi pula kepatuhan wajib
pajak.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti,
penelitia ini bertujuan untuk mengetahui
apakah penerapan e-filing, pemahaman
perpajakan, dan kesadaran wajib pajak
badan mempengaruhi tingkat kepatuhan
wajib pajak badan yang terdaftar di KPP
Pratama Malang Selatan. Penelitian ini
menggunakan teori Technology
Acceptence Model (TAM) serta Theory
of Reasoned Action (TRA). TAM dan
TRA adalah model teori yang peniti
gunakan untuk penelitian ini. Penelitian
ini terdapat 3 variabel yaitu, penerapan e-
filing, pemahaman perpajakan, serta
kesadaran wajib pajak. Hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa ke tiga
variabel tersebut berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak badan
yang terdaftar di KPP Malang Selatan,
yaitu penerapan e-filing, pemahaman
perpajakan, serta kesadaran wajib pajak.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini,
maka peneliti memberikan beberapa
saran dan diharapkan bermanfaat dalam
bidang perpajakan khususnya e-filing
yaitu sebagai berikut:
1) Direktorat Jenderal Pajak
melalui KPP diharapkan
mensosialisasikan tentang
penggunaan e-filing melalui
iklan di kantor pajak terutama
untuk perusahaan yang baru
dibangun. Hal ini dikarenakan
masih banyaknya perusahaan
yang belum memahami tentang
penggunaan e-filing, bahkan ada
12
beberapa perusahaan yang belum
menggunakannya.
2) Direktorat Jenderal Pajak
sebaiknya lebih
menyederhanakan sistem e-filing
karena banyak wajib pajak badan
yang merasa rumit dalam
menggunakan e-filing.
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Tahunan Direktorat Jendral
Pajak, Tahun 2018
Fizriyani, Wildan (2019). “Perolehan
Pajak DJP Jatim III Alami
Penurunan”. Diakses melalui
https://www.republika.co.id/berita
/nasional/daerah/19/06/26/ptpfzp3
49-perolehan-pajak-djp-jatim-iii-
alami-penurunan/ tanggal 10
September 2019.
Ratri, Nurlayla (2018). “Ratusan Ribu
Wajib Pajak Malang Raya
Mangkir Bayar, Perusahaan Paling
Parah”. Diakses melalui
https://www.malangtimes.com/ba
ca/27018/20180428/102056/ratus
an-ribu-wajib-pajak-malang-raya-
mangkir-bayar-perusahaan-
paling-parah/ tanggal 10
September 2019.
Mahmudan 2018. “Malang Setor Rp
19,55T” Diakses melalui
https://radarmalang.jawapos.com/
headline/01/01/2018/malang-
setor-pajak-rp-1955-t/ tanggal 10
september 2019.
Direktorat Jenderal Pajak. 2004. “E-
SPT”. Diakses melalui
www.pajak.go.id pada tanggal 19
September 2019 jam 10.56 WIB.
Sari, Nurhidayah. 2015. “Pengaruh
Penerapan Sistem E-Filling
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dengan Pemahaman Internet
Sebagai Variabel Pemoderasi
Pada Kpp Pratama Klaten”.
Skripsi. Program Studi Akuntansi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Night, Sadress., dan Bananuka, Juma.
2018. The mediating role of
adoption of an electronic tax
system in The relationship between
attitude towards electronic tax
System and tax compliance.
Makerere University, Kampala,
Uganda.
Savitri, Enni., dan Musfialdy. 2016. The
Effect of Taxpayer Awareness, Tax
Socialization, Tax Penalties,
Compliance Cost at Taxpayer
Compliance With Service Quality
as Mediating Variable. Procedia-
Social and Behavioral Sciences
Vol.219, No. 682 – 687.
Pradnyana, Ida Bagus P., dan Prena, Gine
Das. 2019. Pengaruh Penerapan
Sistem E-Filing, E-Billing Dan
Pemahaman Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Pada Kantor
Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama
Denpasar Timur. Wacana
Ekonomi (Jurnal Ekonomi, Bisnis
dan Akuntansi) Volume 18,
Nomor 1, pp. 56 – 65.
Lamberton, Cait., De Neve, Jan-
Emanuel., dan Norton, Michael I.
2014. Eliciting Taxpayer
Preferences Increases Tax
Compliance. University of
Pittsburgh, Pittsburgh.
Safrin Nurmantu. 2005. Pengantar
Perpajakan. Jakarta: Granit.
Siti Resmi. 2009. Perpajakan Teori Dan
Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Soemarso. 2007. Perpajakan. Jakarta:
Salemba Empat.
Rahayu, Siti Kurnia, 2010. Perpajakan
Indonesia: Konsep danAspek
Formal, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Abdillah, W., Hartono. (2015). Partial
Least Square (PLS).Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Abdul, Rahman. 2010. Panduan
Pelaksanaan Administrasi Pajak:
Untuk Karyawan, Pelaku Bisnis
Dan Perusahaan. Bandung:
Nuansa.
13
Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi
Keperilakukan. Yogyakarta: CV
Andi Offset.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Gunawan, Setiyaji., dan Hidayat, Amir.
2005. “Evaluasi Kinerja Sistem
Perpajakan di Indonesia” Jurnal
Ekonomi Universitas Indonusa
Esa Tunggal. Vol. 10, No. 2.
Diana Sari. (2013). Konsep Dasar
Perpajakan. Bandung: Refika
Aditama.
F.D. Davis. 1989. Perceived usefulness,
perceived ease of use, and
useracceptance of information
technology. MIS Quarterly Vol. 13
No.3, 319-339.
Wang, Yi-Shun. 2002. The Adoption Of
Electronic Tax Filing System: An
Empirical Study. Goverment
Information Quarterly Vol. 20
No.2: 333-352.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat Atas
Undangundang Nomor 6 Tahun
1983 tentang “Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan Menjadi
Undang-Undang”.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2000 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-
undang Nomor 7 tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan,
Jakarta, Lembaga Manajemen
Formasi, 2001.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan (KUP).
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat Atas
Undangundang Nomor 6 Tahun
1983 tentang “Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan Menjadi
Undang-Undang”.
Santoso, P. 2016. Palaporan Pajak
Melalui e-Filing.
www.acedemia.edu. Diakses pada
3 Oktober 2019, pukul 15.05 WIB.
Online Pajak. 2016. E-Filing Pajak: 8
Manfaat Lapor SPT Online
Dengan Online Pajak.
www.online-pajak.com . Diakses
pada 13 Oktober 2019, pukul
15.40 WIB