28
DUDUK DIPINGGIR JALAN\ B. Sopan Santun Duduk Dijalan (AN : 29) َ مَ ّ لَ سَ وِ ه ْ يَ لَ عُ ه ل ل ى اَ ّ لَ صِ ّ ىِ بَ ّ ن ل اِ نَ عُ ه ْ يَ عُ ه ل ل اَ ىِ ضَ رِ ّ يِ رْ دُ خْ ل اِ دْ يِ عَ س ىِ بَ - اْ نَ ع اَ يُ سِ ل اَ خَ مَ ىِ ه ا َ مَ ّ نِ 5 اٌ ّ د ُ ابَ يَ ل اَ ا : مْ وُ ل ا َ > قَ فِ > ات َ > قُ رُ ّ لط ى اَ لَ عَ سْ و ُ لُ خْ ل اَ وْ مُ ك ا َ ّ بِ 5 : اَ ال َ > ق ا :ْ وُ ل ا َ > ا ق َ هَ ّ > قَ حَ > قْ يِ رَ ّ لط ااْ وُ طْ عَ - ا َ قَ سِ ل ا َ خَ مْ ل اَ ّ لاِ 5 اْ مُ > تْ \ نَ ^ بَ - ااَ ذِ 5 ا َ : قَ ال َ > ا ق َ هْ يِ فُ d تَ ّ د َ خَ > تَ نٌ ر ْ مَ - اَ وِ مَ لاَ ّ س ل اُ ّ ذَ رَ ي وَ ذَ لاْ اُ ّ فَ كَ وِ رَ صَ ب لْ اُ ّ ضَ ع: َ ال َ > ؟ قِ > قْ يِ رَ ّ لط اُ ّ > قَ ح ا َ مَ و. ِ رَ كْ يُ مْ ل اِ نَ عٌ ىْ هَ نَ وِ فْ وُ رْ عَ مْ ل اِ ب( ذاوذ و ي- م وا سل م و اري خ ب ل رواه ا) 1. Terjemahan Hadits : "Dari Abu Said Al-Khudry r.a. Rasulullah SAW. bersabda, Kami semua harus menghindari untuk duduk di atas jalan (pinggir jalan)-dalam riwayat lain, di jalan – mereka berkata, "Mengapa tidak boleh padahal itu adalah tempat duduk kami untuk mengobrol. Nabi bersabda, "Jika tidak mengindahkan larangan tersebut karena hanya itu tempat untuk mengobrol, berilah hak jalan." Mereka bertanya, "Apakah hak jalan itu?" Nabi bersabda, "Menjaga pandangan mata, berusaha untuk tidak menyakiti, menjawab salam, memerintahkan kepada kebaikan dan larangan kemunkaran."[2] (H.R Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud) 3. Penjelasan Hadits Rasulullah SAW melarang duduk di pinggir jalan, baik di tempat duduk yang khusus, seperti diatas kursi, di bawah pohon, dan lain-lain. Sebenarnya larangan tersebut bukan berarti larangan pada tempat duduknya, yakni bahwa membuat tempat duduk di pinggir jalan itu haram. Terbukti ketika para sahabat merasa keberatan dan berargumen bahwa hanya itulah tempat mereka mengobrol. Rasulullah SAW. pun membolehkannya dengan syarat mereka harus memenuhi hak jalan, yaitu berikut ini. 1) Menjaga Pandangan Mata Menjaga pandangan merupakan suatu keharusan begi setiap muslim atau muslimat, sesuai dengan perintah Allah SWT. Dalam al-Qur'an : Artinya : "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih

Duduk Dipinggir Jalan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hadist

Citation preview

Page 1: Duduk Dipinggir Jalan

DUDUK DIPINGGIR JALAN\

B.     Sopan Santun Duduk Dijalan (AN : 29)

ي! الله ع!ن%ه# ع!ن� الن�ب�ي� ض� د%ر�ي� ر! ع�ي%د� ال%خ# ب�ى س!! ع!ن% أ

و%س! ل#55 ال%ج# اك#م% و! ��ي55 ال! : إ ل�م! ق55! ه� و!س55! ل�ى الله ع!ل!ي%55 ص!ن!ا ال�س# �ن�م!اه�ي! م!ج! ال!ن!اب#دE إ ا : م! ال#و% ق! ات� ف! ق! ع!ل!ى الطJر#ال�س! !ب!ي%ت#م% إ�ال� ال%م!ج55! إ�ذ!اأ ال! : ف55! ا ق55! ي%ه55! د�ث# ف� ن!ت!ح55!ق� ؟ قJ الط�ر�ي%55 ا : و!م!اح! ال#و% ا ق! ه! �ق االط�ر�ي%ق! ح! أ!ع%ط#و% ف!Xر أ!م%55 ال!م و! �دJ الس55 ر! ر�و!ك!فJ ا%ال!ذ!ى و! %لب!ص! ال! : غ!ضJ ا ق!

ر�. ن%ك555! ن!ه%يX ع!ن� ال%م# و%ف� و! ع%ر# ال%م! رواه البخ555اري( ب�555 )ومسلم وأبوداود

1.      Terjemahan Hadits :

"Dari Abu Said Al-Khudry r.a. Rasulullah SAW. bersabda, Kami semua harus menghindari

untuk duduk di atas jalan (pinggir jalan)-dalam riwayat lain, di jalan – mereka berkata,

"Mengapa tidak boleh padahal itu adalah tempat duduk kami untuk mengobrol. Nabi

bersabda, "Jika tidak mengindahkan larangan tersebut karena hanya itu tempat untuk

mengobrol, berilah hak jalan." Mereka bertanya, "Apakah hak jalan itu?" Nabi bersabda,

"Menjaga pandangan mata, berusaha untuk tidak menyakiti, menjawab salam,

memerintahkan kepada kebaikan dan larangan kemunkaran."[2](H.R Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)

3.      Penjelasan Hadits

Rasulullah SAW melarang duduk di pinggir jalan, baik di tempat duduk yang

khusus, seperti diatas kursi, di bawah pohon, dan lain-lain. Sebenarnya larangan tersebut

bukan berarti larangan pada tempat duduknya, yakni bahwa membuat tempat duduk di

pinggir jalan itu haram. Terbukti ketika para sahabat merasa keberatan dan berargumen

bahwa hanya itulah tempat mereka mengobrol. Rasulullah SAW. pun membolehkannya

dengan syarat mereka harus memenuhi hak jalan, yaitu berikut ini.

1)      Menjaga Pandangan Mata

Menjaga pandangan merupakan suatu keharusan begi setiap muslim atau

muslimat, sesuai dengan perintah Allah SWT. Dalam al-Qur'an :

Artinya : "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan

pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi

mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".

Hal itu tidak mungkin dapat dihindari bagi mereka yang sedang duduk dipinggir

jalan. Ini karena akan banyak sekali orang yang lewat, dari berbagai uisa dan berbagai

tipe. Maka bagi para lelaki jangalah memandang dengan sengaja kepada para wanita

Page 2: Duduk Dipinggir Jalan

yang bukan muhrim dengan pandanagan syahwat. Begitu pula, tidak boleh memandang

dengan pandangan sinis atau iri kepada siapa saja yang lewat. Pandangan seperti tidak

hanya akan melanggar aturan Islam. Tetapi akan menimbulkan kecurigaan,

persengketaan dan memarahan dari orang yang dipandangnya, apalagi begi mereka

yang mudah tersinggung. Oleh karena itu, mereka yang sedang duduk dipinggir harus

betul-betul menjaga pandangannya.

2)      Tidak Menyakiti

Tidak boleh menyakiti orang-orang yang lewat, dengan lisan, tangan, kaki, dan

lain-lain. Dengan lisan misalnya mengata-ngatai atau membicarakannya, dengan tangan

misalnya melempar dengan batu-batu kesil atau benda apa saja yang akan

menyebabkan orang lewat sakit dan tersinggung, tidak memercikkan air, dan lain-lain

yang akan menyakiti orang yang lewat atau menyinggung perasaannya.

3)      Menjawab Salam

Menjawab salam hukumnya adalah wajib meskipun mengucapkan- nya sunnat.

Oleh karena itu, jika ada yang mengucapkan salam ketika duduk dijalan, hukum

menjawabnya adalah wajib. Untuk lebih jelas tentang salam ini, akan dibahas di bawah.

4)      Memerintahkan kepada Kebaikan dan Melarang kepada Kemungkaran.

Apabila sedang duduk di jalan kemudian melihat ada orang yang berjalan dengan

sombong atau sambil mabuk atau memakai kendaraan dengan ngebut, dan lain-lain,

diwajibkan menegurnya atau memberinya nasihat dengan cara yang bijak. Jika tidak

mampu, karena kurang memiliki kekuatan untuk itu, doakanlah dalam hati supaya orang

tersebut menyadari kekeliruan dan kesombongannya.

Adab Duduk di Pinggir Jalan(Oleh: Ahmad Hamidin As-Sidawy)

 

ول; الله= ص;ل:ى الله4 س4 ;ن: ر; خ4دFر=يD أ Fـ ع=يدJ ال ي س; ـ= ب; ع;نF أ

4وا ق;ات= ق;ال =الطUر4 ج4ل4وس; ب Fـ 4مF و;ال :اك =ي :م; ق;ال; إ ل Fه= و; س; ;ي ع;ل;ح;د:ث4 ف=يه;ا ;ت ;ا ن ن =س= ;ا م=نF م;ـج;ال ;ن 4د: ل ول; الله= م;ا ب س4 ;ا ر; ي

F4م Fت ي ـ; ;ب =نF أ :م; إ ل Fه= و; س; ;ي ول4 الله= ص;ل:ى الله4 ع;ل س4 ف;ق;ال; ر;;ا 4وا و;م;ا ح;قU الط:ر=يق= ي ;عFط4وا الط:ر=يق; ح;ق:ه4 ق;ال ف;أUد ;ذ;ى و; ر; ;فU األ ;ص;ر= و; ك س4ول; الله= ق;ال; غ;ضU الب ر;

;ر= Fك م4ن Fـ :هFي4 ع;ن= ال وف= و; الن م;عFر4 Fـ =ال ;مFر4 ب Fأل = و;ا ;م ال الس:

Page 3: Duduk Dipinggir Jalan

Dari Abu Said Al-Khudry radhiallahu’anhu dari Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jauhilah oleh kalian duduk-duduk di jalan".

Maka para Sahabat berkata: "Kami tidak dapat meninggalkannya, karena merupakan tempat kami untuk bercakap-cakap".

Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam berkata: "Jika kalian enggan (meninggalkan bermajelis di jalan), maka berilah hak jalan".

Sahabat bertanya: "Apakah hak jalan itu?"

Beliau menjawab: "Menundukkan pandangan, menghilangkan gangguan, menjawab salam, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran."

Hadits di atas menjelaskan, sekaligus membenarkan waqi' (kenyataan) pahit yang melanda umat ini. Di mana mayoritas kaum muslimin sekarang banyak menghabiskan waktunya untuk nongkrong di tempat-tempat keramaian atau tepi jalan, sambil menikmati kemaksiatan dengan model dan corak yang bermacam-macam. Kalau kita tanya, mereka akan menjawab, "Hanya cuci mata, refreshing, menikmati pemandangan" dan yang semisalnya.

Padahal ketika kita ajak mereka untuk hadir di majelis ta'lim, mengaji agama, merekapun beralasan sibuk, capek, tidak punya waktu dan setumpuk alasan lain. Bahkan karena kebenciannya dengan ilmu agama, tidak jarang di antara mereka ada yang sengaja beralasan sakit, padahal tubuhnya sehat.

Ini adalah realita pahit yang menimpa kaum muslimin sekarang ini, khususnya muda-mudi kita. Sebagian mereka melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu beribadah kepada Allâh. Merekapun lupa, waktu adalah modal utama yang tak akan pernah kembali lagi jika sudah berlalu. Sedangkan kebahagiaan dan kecelakaan hamba di akhirat sangat bergantung kepada cara mengisi kehidupannya di dunia ini.

Apakah mereka tidak sadar, pekerjaan mengumbar hawa nafsu itu akan mengundang murka Allâh Ta’ala dan semakin menjauhkan mereka dari hidayah serta petunjuk-Nya? Tidakkah mereka renungi, kelak mereka akan dimintai pertanggung-jawaban tentang kesempurnaan nikmat (indra) yang mereka miliki?

Alangkah bahagianya orang yang menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepada Allâh Ta’ala, orang yang menjauhkan diri dari segala bentuk kemaksiatan dan kesia-siaan.

MAKNA LAFAZH HADITS 

F4م :اك =ي  إ

Adalah kalimat yang digunakan untuk mentahdzir (memberikan peringatan keras) terhadap sesuatu.

 

الطUر4ق;ات=

  Adalah jama'

dari طـــــــرق, mufrodnya

Page 4: Duduk Dipinggir Jalan

adalah طريــــــق sehingga

kalimat ini adalah

merupakan جمــــــــــــــع .('dobel jama) الجمع

 

4د:   ال ب Tempat menghindar atau lari.

 

; الكUف  Yaitu menahan.[1]

 

Uغ;ض ;ص; الب

 ر=

Menundukkan pandangan dari

yang diharamkan.

 

Uد ر;الس:

= ;م  ال

Menjawab salam orang yang

lewat.

 

Uف; ك;ذ; األ ى

Tidak mengganggu orang yang

lewat, baik dengan ucapan

maupun perbuatan.[2]

ASBABUL WURUD HADITSDari Aisyah radhiyallâhu'anha, ia berkata: “Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam (suatu ketika) mendatangi majelis kaum Anshor, lalu mengucapkan salam kepada mereka, merekapun menjawab salam. Nabi tidak menyukai majelis itu, lalu merekapun mengatakan: ‘Wahai Rasûlullâh, (ini) adalah majelis yang dilakukan oleh bapak-bapak kami dulu di waktu jahiliyah, maka kami ingin meramaikannya dengan duduk-duduk padanya’. Lalu Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam mengatakan: ‘Jika kalian enggan kecuali dengan bermajelis maka jawablah salam, tundukkanlah pandangan dan tunjukilah jalan.’”[3]

TAKHRIJ HADITSHadits ini dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Adâbul Mufrad No.1150, Muslim (Muktasharnya) dalam kitab: Adab, Bab Larangan Duduk di Jalan no. 1419 hal: 374. Abu Dawud dalam Bab Duduk di Jalan (4816).[4]

Hadist yang semakna juga di keluarkan oleh Ath-Thahawy dalam Musykilil Atsar 1/58, dan Al- Bazâr dalam Musnadnya, 2/425/2018 (Kasyful astar) dari jalan Muhammad bin Al-Mutsana dan Yazid bin Sinaan, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami

Page 5: Duduk Dipinggir Jalan

Abdullah bin Sinaan dari Abdullah bin Mubarak dari Jarir bin Hazim dari Ishaq bin Suwaid dari Ibnu Hujairoh dari Umar, dengan lafadz: 

4د: ; ب 4مF ال Fت 4ن =نF ك يF الص4ع;د;ات= ف;إ ج4ل4وس; فـ= Fـ 4مF و;ال :اك =ي إFل; و;م;ا ح;قUه4؟ ق;ال; ;عFط4وا الط:ر=يق; ح;ق:ه4 ق=ي ن; ف;أ Fـ =ي ل ف;اع=

اد4 الض;ال= ش; Fر= = و;إ ;م ال دU الس: ;ص;ر= و; ر; غ;ضU البJauhilah oleh kalian duduk di jalan, jika kalian mesti berbuat demikian, maka berilah hak jalan". Ada yang bertanya: "Apakah hak jalan itu?" Beliau menjawab:"Menundukan pandangan, menjawab salam, dan menunjuki orang yang tersesat." 

Syeikh Al-Albaniy berkata dalam Silsilah Ahadits Shohihah 6/11-13: "Hadist ini shohih. Hadits ini terdapat di dalam Shohihaini dan Adabul Mufrod 1150, Abu Dawud 4815, Ibnu Hibban 594, dan Ath- Thahawy dan Ahmad 3/36 dari Said Al-Khudry semisalnya secara marfu'. Demikian juga diriwayatkan oleh Imam Muslim 7/2 dari hadits Abu Tolhah tanpa

lafadz  اد4 الض;ال= ش; Fر= .(menunjukkan orang yang tersesat) و;إ

Dan Abu Said menambahkan :

:هFي4 وف= و; الن م;عFر4 Fـ =ال ;مFر4 ب Fأل = و;ا ;م ال دU الس: ;ذ;ى و; ر; ;فU األ و; ك

;ر= Fك م4ن Fـ ع;ن= الMenyingkirkan gangguan, menjawab salam, memerintahkan yang baik dan mencegah yang mungkar.

Dan dalam riwayat Ahmad 3/61 dari jalan Abdurrozaq di dalam Al-Musonnaf 11/20/19786,

dari seorang rowi dari Abi Said, dengan mengganti lafadz  الض;ال= اد4 ش; Fر= dengan و;إ

lafadz:  =ل= ائ الس: د4وFا ش= Fر; ادdan lafadz (ini) adalah semakna dengan lafadz 4 و;أ ش; Fر= و;إ

.الض;ال=Hadits yang semakna dengan hadits ini diriwayatkan dari Abi Huroiroh, Barro' bin Azib, Abdullah bin Abbas dan Sahl bin Saad.

I.  

Hadist Abi Huroirah mempunyai dua jalan: 

   a.Dari Ala' bin Abdurrohman dari bapaknya dari Abi Hurairoh: ia menyebutkan hadits tersebut dengan lafadz:

Uد =ل= و;ر; ائ ;ل4 الس: =دFال إ

;ص;ر= Fب = و;غ;ضU ال ;م ال الس:

Page 6: Duduk Dipinggir Jalan

وف= و; م;عFر4 Fـ =ال ;مFر4 ب Fأل و;ا

;ر= Fك م4ن Fـ :هFي4 ع;ن= ال النMenunjuki orang yang bertanya, menjawab salam, menundukkan pandangan, memerintahkan yang baik dan mencegah yang mungkar. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrod (1049)

Aku (Al-albany) berkata: "Sanadnya shohih sesuai dengan syarat Muslim."

      

   b.

Dari Abdirrahman bin Ishaq dari said Al-Maqburiy dari Abi Huroirah dengan lafadz:

;ص;ر= , Fب و;غ;ضU ال

Fن= اد4 اب ش; Fر= و;إFت4 م=ي Fش; Fل= ,ت =ي ب الس:

=ذ;ا ح;م=د; Fع;اط=س= إ ال:ة= ي :ح= دU الت الله; ,و;ر;

Menundukan pandangan, menunjukkan Ibnu sabil, mendoakan orang yang bersin apabila dia mengucapkan hamdallâh, dan menjawab salam.

Hadist ini juga di riwayatkan oleh Imam Bukhari (1014), Abu Dawud (4816), Ibnu Hibban (595). Dan sanadnya jayyid (bagus) menurut syarat Muslim.

      

II.  Hadist Barro' diriwayatkan oleh

Page 7: Duduk Dipinggir Jalan

Syu'bah dan yang lainya dari Abi Ishaq dari Abu Hurairah dengan lafadz:

دUوFا ف;ر;4وFا ن Fـ ي ;ع= ;م; ,و;أ ال الس:

4وFم; ,و;اهFد4وFا م;ظFل Fـ الFل; =ي ب الس:

Maka jawablah salam, dan tolonglah orang yang teraniaya, dan tunjukkanlah jalan. (Hadist ini di keluarkan oleh Timidzi: 2727, Ad-Darimy: 2/282, Ibnu Hibban: 596, juga Ath-Thahawy, Ahmad 4/282, 291, 393, 304)

At-Tirmidzi berkata: "Ini adalah hadits hasan."

Aku (Al-Albany) berkata: "Ini adalah hadits shohih karena shayid-syahidnya (penguat-penguat) yang terdahulu. Sedangkan

kalimat اF4و ــــــــــــــــــن Fـ ي ;ع= و;أ4وFم; م;ظFل Fـ tolonglah) ال orang yang

teraniaya) juga tersebut di dalam Shohihaini dari jalan lain dari Barro' dengan lafadz:

... JعF ب =س; ;ا ب ن F4م=ر أ)(الحديث

Kami diperintahkan untuk mengerjakan tujuh perkara……

(al-hadits)".

Dan Imam Muslim menyebutkan dalam riwayatnya 6/135 dengan

lafadz 4اد شــــــــــــــــــــــ; Fر= إmenunjukkan)الض:ال= orang yang

tersesat).

      

Page 8: Duduk Dipinggir Jalan

III.  

Hadist Ibnu Abbas, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Laila dari Dawud bin Ali dari bapaknya dari kakeknya yaitu Abdullah bin Abbas dengan lafadz:

;م; ,و; ال دUوFا الس: ف;ر;;ص;ر; ,و;اهFد4وFا غ;ضUوFا الب4وFا ع;ل;ى ن Fـ ي ;ع= Fل; و;أ =ي ب الس:

;ة; ح;م4وFل Fـ الMaka jawablah salam, tundukkanlah pandangan, tunjukilah jalan serta tolonglah beban seseorang.Hadist ini di keluarkan oleh Al-Bazaar 2019 dan berkata: "Kami tidak mengetahui dari Ibnu Abbas selain dari jalan ini, dan telah diriwayatkan dari jalan lain dengan beberapa lafadz. Tetapi kami tidak mengetahui

hadits: ا ع;ل;ىF4و ـــــــــــن Fـ ي ;ع= و;أ;ة; ــــح;م4وFل Fـ tolonglah) ال beban

seseorang) selain hadits ini. Adapun Dawud tidak kuat dalam haditsnya dan jangan dianggap dia selalu benar haditsnya, tetapi dapat ditulis manakala perawi lain tidak ada yang meriwayatkan."

Aku Al-Albany berkata: "Dan Ibnu Abi Laila –namanya adalah Muhammad bin Abdirrohman– jelek hafalannya, sebagaimana cacat tersebut telah diterangakan oleh Al-Haitsamy. Ia mengatakan seperti apa yang di katakan oleh Ibnu Hajar dalam Zawaid Al- Bazzar 2/211.

    

IV

.

 Hadits Sahl, diriwayatkan oleh Abu Ma'syar, dia berkata: Abu Bakr bin Abdirrohman Al-Anshori telah menceritakan kepada kami dari Sahl,

Page 9: Duduk Dipinggir Jalan

dengan lafadz:

Uا : و;م;ا ح;قF4و ق;الFر4 م;جFل=س=؟ ق;ال; ذ=ك Fـ الاد4 ش; Fر= ا و;إ ر� Fـ =ي ;ث الله= ك

;ص;ر= Fب , و;غ;ضU ال Fل= =ي ب الس:Mereka bertanya: "Apa hak majelis?", Rasulullah menjawab: "Banyak mengingat Allâh, menunjukkan jalan,dan menundukan pandangan." (Hadist ini dikeluarkan oleh Ath-Thabrony dalam Al-Kabir 6/105/5592)

Adapun hadits Wahsyi, diriwayatkan oleh Wahsyi bin Harb bin Wahsyi dari bapaknya dari kakeknya dengan lafadz:

4مF ,و;اهFد4وFا Fص;ار=ك ;ب ;م; , و;غ;ضUوFا م=نF أ ال دUوFا الس: ف;ر;4وFم; م;ظFل Fـ 4وFا ال ن Fـ ي ;ع= ;عFم;ى ,و;أ Fأل ا

Maka jawablah salam, tundukkanlah pandangan kalian dan tunjukkilah orang yang buta [5] serta tolonglah orang yang teraniaya. (Hadist ini dikeluarkan oleh Ath-Thabrony juga 22/138/367)

Al-Haitsamy berkata: "Perawinya adalah terpercaya, dan sebagiannya adalah lemah".

Aku (Al-albany) berkata: "Harb bin Wahsyi tidaklah dikuatkan kecuali oleh Ibnu Hibban 4/173, dia mempunyai kesamaran, seperti yang saya jelaskan dalam kitab Taisiril Intifa'." [6]

BIOGRAFI PERAWI HADITS

Untuk lebih berfaedah dan mempermudah kita dalam memahami kandungan satu hadits, maka perlu mengetahui biografi perawi hadits, untuk menambah keyakinan dan kemantapan dalam mengamalkannya. Manfaat lain, kita dapat mengenal hal ihwal para sahabat yang dapat menambah kecintaan kita terhadap mereka.

Perawi hadits ini, seorang sahabat yang terkenal yaitu Said bin Malik bin Sinaan Al-Anshory Al-Khozrojy Al-Khudry, dikenal juga dengan kunyahnya yaitu Abu Said. Beliau seorang ahli fiqh, mujtahid dan pernah menjabat mufti Madinah. Beliau selalu mendampingi Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam dan banyak meriwayatkan hadits darinya. Beliau berperang bersama Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam sebanyak 12 kali, di antaranya perang Khondak, Bai'atur Ridwan dan lain-lain. Meninggal di kota Madinah padah tahun 74 H. Sedangkan bapaknya bernama Malik meninggal di perang Uhud.[7]

Page 10: Duduk Dipinggir Jalan

PENJELASAN MAKNA HADITS

Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam melarang umatnya duduk di jalanan, baik di atas ranjang, kursi atau hanya di atas tanah, baik yang beralas atau tidak. Larangan tersebut akhirnya dirasakan berat oleh para sahabat, sehingga mereka mengadu kepada Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam sembari mengatakan:

"Wahai Rasûlullâh, ini adalah kebiasaan kami dalam memperbincangkan sesuatu masalah, baik yang berhubungan dengan agama, dunia atau kebaikan yang lainnya. Kami merasa senang dengan hal ini."

Sebenarnya para sahabatpun memahami, Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam tidaklah bermaksud melarang mereka secara mutlak apalagi mengharamkan perbuatan mereka. Karena larangan itu sebenarnya tidak ditujukan kepada perbuatan mereka, akan tetapi ditujukan kepada hal-hal yang berhubungan dengan hak orang yang lewat di jalan. Oleh karena itu Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam tidak melarang mereka, ketika mereka mau memperhatikan apa yang menjadi hak jalan.

Di antara hak jalan tersebut adalah:

1.  Menundukan pandangan.

   

Betapa banyak kita saksikan muda-mudi yang berkeliaran tanpa tujuan yang jelas. Bahkan kadangkala motif mereka cuma mejeng dan cari perhatian, dengan penampilan mereka yang ala artis Barat. Belum lagi di tambah gaya mereka yang di bumbui dengan parfum atau wangi-wangian yang baunya sangat menusuk hidung.

Jelas ini semuanya adalah musibah bagi orang yang melihatnya, khususnya bagi laki-laki yang imannya lemah, yang terbiasa duduk di pinggir jalan. Maka janganlah sampai kita memperturutkan pandangan kita, melihat para nyonya atau wanita penghibur yang senantiasa menebar virus fitnah tersebut. Karena Allâh Ta'âla mengharamkan hal itu, sebagaimana dalam firman-Nya:

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,"Hendaklah mereka menahan pandangannya, 

dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, 

sesungguhnya Allâh Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. an-Nûr/24:30)

Berdasarkan ayat ini, sebagian Ulama berpendapat tidak bolehnya memandang wanita yang bukan mahramnya, baik dengan syahwat atau tidak. [8]

Jika memandang wanita adalah haram, maka bagaimana halnya kalau ditambah dengan kata-kata keji atau jorok kepada orang yang lewat atau menuduh zina perempuan yang baik?! tentu dosanya akan lebih besar di sisi Allâh Ta'âla.

Sebagaimana kita dilarang memandang wanita yang sedang lewat, demikian pula haram bagi kita mengintip wanita yang menampakan auratnya karena suatu hajat atau sedang istirahat di rumah-rumah mereka. Jangan sampai mata kita disibukkan memandang hal yang haram. Tetapi mari kita pergunakan untuk melihat hal yang disyariatkan atau diperbolehkan, sebagai bukti syukur kita kepada Allâh atas kesempurnaan nikmat (indra) yang dianugerahkan-Nya kepada kita.

Page 11: Duduk Dipinggir Jalan

     

2.  Menghilangkan gangguan.

   

Janganlah kita menyakiti orang lain, baik dengan perkataan atau perbuatan. Seperti mencela orang, atau memukul orang lain dengan tangan atau dengan tongkat tanpa kesalahan yang di lakukan orang tersebut.

Termasuk juga merampas apa yang dibawa seseorang, membanjiri jalan dengan air supaya membasahi kaki orang yang lewat, menaruh gangguan di jalan agar orang yang lewat tersandung, melemparkan kotoran di tengah jalan, meletakkan duri di tengah jalan, supaya mengenai orang yang lewat; mempersempit jalan, dengan cara membuat majelis duduk yang dapat mengganggu tetangga dan wanita yang ingin keluar; atau membatasi gerak seseorang, dan lain sebagainya. Semua ini adalah contoh bentuk perbuatan tercela yang dapat merugikan orang lain dan wajib ditinggalkan.

Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam menuturkan dalam sabdanya:

Demi Allâh, dia tidaklah beriman; demi Allâh, dia tidaklah beriman; demi Allâh, dia tidaklah beriman.

Beliau ditanya: "Siapakah wahai Rasûlullâh?"

Yaitu orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.[9]

Dalam riwayat lain beliau juga bersabda:"Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin 

selamat dari lisan dan tangannya, sedangkan muhajir adalah orang yang meninggalkan 

hal-hal yang dilarang oleh Allâh."[10]

     

3.  Menjawab Salam    Menjawab salam merupakan kewajiban seorang muslim dan sunnah Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi

wa sallam yang patut diteladani. Janganlah kita bosan menjawab salam, walaupun orang yang lewat banyak, karena semua itu dapat menimbulkan kecintaan orang lain. Mereka akan menghormati dan memuliakan kita.

Tidakkah kita senang kepada orang yang menyayangi kita serta menghargai orang yang memuliakan kita? Maka hendaklah kita membalas salam dengan yang semisalnya atau dengan yang lebih baik. Karena perkataan muslim sejati yang mendambakan keselamatan di dunia dan akhirat, jika diseru oleh Allâh dan Rasul-Nya kepada satu kebaikan, adalah "kami dengar dan kami taati".

Allâh Ta'âla berfirman (yang artinya) :

Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allâh dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili diantara mereka ialah ucapan

"Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Page 12: Duduk Dipinggir Jalan

(QS. an-Nur/24:51)

     

4.  Memerintahkan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

   

Memerintah kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan kewajiban mulia bagi seorang muslim terhadap saudaranya muslim. Apabila kita melihat sebuah gerobak (pedati) bermuatan berat ditarik seekor binatang, atau kita menyaksikan seekor hewan yang membawa suatu barang berat di luar kemampauannya, ini termasuk kemungkaran. Maka mintalah sang pengemudi atau pemiliknya meringankan beban muatannya.

Jika kita melihat dua orang lewat saling mencaci atau berkelahi, maka perintahkanlah keduanya untuk berhenti. Jika kita melihat seorang pemuda yang menggoda seorang gadis atau menghalang-halangi jalannya, maka berilah ia nasehat supaya menghentikan perbuatannya dan berjalan di atas jalan yang lurus. Seandainya dia menolak, maka kerjakanlah apa yang dapat kamu lakukan dengan tanpa ceroboh atau merugikan diri kamu sendiri.

Begitu pula kalau kita mengetahui ada orang menambah takaran (dengan tanpa keridhaan) atau mengurangi timbangan, maka perintahlah ia supaya berbuat adil. Demikian juga kecurangan lain yang dilakukan para pedagang, harus diingkari. Dan kewajiban kita adalah meluruskannya.[11]

Inilah beberapa adab yang harus diperhatikan oleh orang yang duduk di jalan. Dari empat adab yang telah dijelaskan hadits di atas, terdapat penambahan adab dalam riwayat hadits yang lain, yaitu:

1. Riwayat Abu Dawud, dengan tambahan ‘Menunjukan ibnu sabil dan mendoakan orang

bersin apabila ia memuji Allâh’.

2. Riwayat Said bin Mansur dengan tambahan: ‘Menolong orang yang ketakutan.’

3. Riwayat Al-Bazaar dengan tambahan: ‘Membantu orang yang kesusahan.’

4. Riwayat Ath-Thabrani dengan tambahan: ‘Menolong orang yang teraniaya serta banyak

berdzikir kepeda Allâh.’[12]

Semua riwayat di atas menunjukan urgensi (arti pentingnya) berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur di manapun berada. Baik terhadap sesama muslim ataupun orang kafir, walaupun saat duduk di pinggir jalan. Karena akhlak mulia merupakan simbol kesempurnaan iman seorang muslim. Hal itu dapat diwujudkan dengan cara meneladani akhlak Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam.

Allâh Ta'âla berfirman (yang artinya):Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu

suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh 

dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allâh.(QS. al-Ahzab/33:21)

Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam adalah sebaik-baik suri tauladan dan benar-benar berakhlak mulia.Allâh berfirman (yang artinya):

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. al-Qalam/68:4)

Page 13: Duduk Dipinggir Jalan

Jelaslah, akhlak yang mulia dapat diwujudkan dengan meneladani akhlak Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam. Sehingga dengan demikian ketinggian akhlak dan kesempurnaan syariat islam sajalah yang akan tetap nampak sampai akhir zaman.

MUTIARA FAIDAH HADITS

Ketahuilah bahwa di dalam hadits-hadits ini terdapat sekumpulan adab-adab islam yang sangat baik dan penting. Yaitu etika duduk di jalan dan serambi rumah. Sudah seyogyanya seorang muslim memberi perhatian yang besar dalam hal ini. Apalagi di antara adab-adab tersebut ada yang berupa kewajiban, seperti menundukkan pandangan dari wanita. Ini merupakan perkara yang sudah ditegaskan dalam Al Quran dan banyak diperintahkan dalam hadits Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam.

Allâh Ta'âla berfirman (yang artinya):Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, 

"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; 

yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allâh Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". 

(QS. an-Nûr/24: 30)

Apabila perintah Allâh ini ditujukan langsung kepada generasi pertama yang suci, sedangkan sebagian wanita waktu itu tidaklah terlihat kecuali tangan dan mukanya, maka perintah menundukkan pandangan di zaman sekarang semakin kuat. Apalagi sekarang sudah banyak dijumpai wanita berpakaian tetapi telanjang, mereka termasuk ahli neraka sebagaimana yang disabdakan oleh Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam :

Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat keduanya … 

Wanita berpakaian tapi telanjang,(berjalan) sambil condong serta berlenggaklenggok,

kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga…

(Al-Hadits)Maka wajib bagi seorang muslim –khususnya para kawula muda– untuk menundukkan pandangan mereka, dari melihat gambar telanjang (porno) yang memicu diri mereka dan mendorong daya nafsu mereka. Jika mampu, hendaklah mereka segera menikah untuk menjaga nafsu mereka. Jika mereka tidak mampu, hendaklah berpuasa, karena puasa merupakan penawar, sebagaimana sabda Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam. Janganlah mereka melakukan istimna' (onani) sebagai ganti dari berpuasa,[13] sehingga mereka menjadi orang-orang yang dimurkai oleh Allâh seperti firman-Nya (yang artinya):

"Apakah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang baik?"(QS. al-Baqarah/2:61)

Saya memohon kepada Allâh, agar berkenan menjadikan kita dan seluruh kaum muslimin selalu dalam ketaatan kepada-Nya. Dan supaya Allâh memalingkan kita dari kemaksiatan yang tidak Dia ridhai, sesungguhnya Allâh Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan. [14]

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Page 14: Duduk Dipinggir Jalan

Pada asalnya hukum duduk di pinggir jalan atau nongkrong di depan keramaian adalah perkara mubah, selama tidak mengganggu atau merugikan kepentingan orang lain, dengan alasan:

Pertama. Karena ini perkara dunia.[15]

Kedua. Karena tidak adanya dalil qat'i yang mengharamkam perbuatan tersebut.Akan tetapi ingatlah wahai saudaraku, meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat itu, tentu lebih utama dan mulia. Terlebih lagi bagi seorang thalibul ilmi syar'iy as-salafy, ia harus menjaga muru'ah (kehormatan) yang sangat dianjurkan dalam syariat. Sibramilisy dalam catatan pinggir kitab Nihayatul Muhtaj 1/299 mengatakan: "Merokok, minum kopi dalam warung di pasar adalah suatu perbuatan yang dapat menghilangkan muru'ah seseorang, walaupun pelakunya merasa malu dengan perbuatannya."[16]

Mudah-mudahan kita diberi kekuatan lahir dan batin untuk tetap istiqamah di atas perintah-Nya dan di atas sunnah Nabi-Nya. Sehingga kita mampu meninggalkan hal-hal-yang tidak berfaedah, sekecil apapun. Sebagaimana sabda Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam :

Di antara tanda kesempurnaan islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.[17]

Mudah-mudahan tulisan ini bisa menggugah khususnya para kaum muda dan kepada kaum muslimin umumnya untuk bisa memanfaatkan waktu lebih baik lagi dengan hanya beribadah kepada Allâh, karena kita tidak tahu kapan akhir hayat kita.

(Majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun VI)

 SOPAN SANTUN DAN DUDUK DI JALAN2.2.1   TERJEMAHAN HADIS:

عن ابي سعيدالخدري ري رضي الله عنه عن النبي صلى اللــه عليــه وســلم قــال: إيــاكم ولجلــوس على لطرقــات فقالوا: مالنابد إنماهي مجالسنا نتحــدث فيهــا قــال: فــإذا أبيتم إال المجالس فــأعتواالطريق؟ قــال: غضالبصــروكف.األذى وردالسالم وأمرباالمعروف ونهي عن المنكر(رواه اليبخارى ومسلم وأبوداود)  “dari Abu Said Al-khudry r.a., rasulullah SAW. Bersabda, kamu semua harus menghindari untuk duduk di atas jalan (pinggir jalan) dalam riwayat lain, di jalan merka berkata,”Mengapa tidak boleh padahal itu adalah tempat duduk kami untuk mengobrol. Nabi bersabda, “jika tidak mengindahkan larangan tersebut karena hanya itu tempat untuk mengobrol, berilah hak jalan.” Mereka bertanya. “apakah hak jalan itu” nabi bersabda, “menjaga pandangan mata, berusaha untuk tidak menyakiti, menjawab salam, memerintah kepada kebaikan dan melarang kemunkaran.”[3]

Page 15: Duduk Dipinggir Jalan

                                       (H.R.Bukhari, Muslim, dan Abu dawud)

2.2.2   PENJELASAN HADIS:

Rasulullah SAW melarang duduk di pinggir jalan, baik dari tempat duduk yang khususu, seperti di atas kursi, di bawah pohon, dan lain-lain. Sebenarnya larangan tersebut bukan berarti larangan pada tempat duduknya, yakni bahwa membuat tempat duduk di pinggir jalan itu haram. Terbukti ketika para sahabat merasa keberatan dan berargumen bahwa hanya itulah tempat mereka mengobrol. Rasulallah SAW. Pun membolehkannya dengan syarat mereka harus memenuhu hak jalan yaitu berikut ini.

a.                       Menjaga pandangan mata

Menjaga pandangan mata merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim, sesuai dengan perintah Allah SWT di dalam Al-Quran:

ن� ع�و ن� ص� ن ن�ا ب� ع� ر ب�ي ن� ن� �� ن ٱل ن�� ب�� � ‌�ص �ع نل �ى ن ص! ن"� ن# بل ن%ٲ �‌�ص �ع ن' ع�و ع( ا� ع+و ن, ص- ن نو �ص ب. ب� ى/ ن� ص� ن"� ص0 ب1 ا� ع�2و ع3 ن ن0 ب�ي ب1 ص4 ع� ص� لل ع7ل ع7ل نو � ن�ا‌ ص� ب1 ن� �ن ن9 ن1ا �;ا ن ب�� ن�0 �ع ن> ن� ب! ن0 ب= ص� ع ن;ا نو ن�0 �ع ن' ع�و ع( ن0 ص+ ن, ص- ن نو ن�0 ب. ب� ى/ ن� ص� ن"� ص0 ب1 ن0 ص2 ع2 ص3 ن ب< ى/ ن� ب1 ص4 ع� ص� لل

Artinya:

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (30)Katakanlah

kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara

kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang [biasa] nampak

daripadanya.”(Q.S. an-Nur: 30-31)

     Hal itu tidak mungkin dapat dihindari bagi mereka yang sedang duduk di pinggir jalan. Ini karena akan banyak sekali orang yang lewat, dari berbagai usia dan berbagai tipe. Maka bagi para lelaki janganlah memandang dengan sengaja kepada para wanita yang bukan muhrim dengan pandangan syahwat. Begitu pula, tidak boleh memandang dengan pandangan sinis atau iri kepada siapa saja yang lewat. Pandanganm seperti ini tidak hanya akan melanggar aturan Islam, tetapai akan mninimbulkan kecurigaan, persengketaan dan kemarahan dari oaring yang di pandangnya, apalagi bagi mereka yang mudah tersinggung. Oleh karena itu, mereka yang sedang duduk di pinggir jalan harus betul-betul menjaga pandangannya.

b.             Tidak Menyakiti

         Tidak boleh menyakiti orang-orang yang lewat, dengan lisan, tangan, kaki, dan lain-lain. Dengan lisan misalnya mengata-ngatai atau membicarakannya, dengan tangan misalnya melempar dengan batu-batu kecil atau benda apa saja yang akan menyebabkan orang lewat sakit dan tersinggung; tidak memercikkan air, dan lain-lain yang akan menyakiti orang yamg lewat atau ,menyiggung perasaannya.

c.                  Menjawab salam

Page 16: Duduk Dipinggir Jalan

Menjawab salam hukumnya adalah wajib meskipun mengucapkannya sunnah. Oleh karena itu, jika ada yang mengucapkan salam ketika duduk di jalan, hokum menjawabnya adalah wajib. Untuk lebih jelas tentang salam ini, akan di bahas di bawah.

d.                  Memerintah kepada kebaikan dan melarang kemunkaran

Apabila sedang duduk di jalan kemudian melihat ada orang yang berjalan dengan sombong atau sambil mabuk atau memakai kendaraan dengan ngebut, dan lain-lain, di wajibkan menegurnya atau memberinya nasihat dengan cara yang bijak. Jika tidak mampu, karena kurang memiliki kekuatan untuk itu, do’akanlah dalam hati supaya orang tersebut menyadari kekeliruan dan kecerobohannya

2.2.3   FIQH AL-HADIS:

Rasulullah SAW. Melarang umatnya untuk duduk di pinggir jalan,kecuali kalau tidak ada tempat lain untuk mengobrol selama mampu memenuhi hak jalan, yaitu: menjaga pandangan mata, tidak menyakiti yang lewat, menjawab salam,memerintah kebaikan dan merang kemungkaran.

Adab Nongkrong Di Pinggir Jalan [Adab Browsing di Internet..]

Februari 7, 2011

Kajian malam tadi di Pustaka Imam Asy-Syafi’i bersama Ust. Kurnaedi Membahas hadits :

الن�ب�ي� ع!ن% ع!ن%ه# الل�ه# ي! ض� ر! د%ر�ي� ال%خ# pع�يد س! ب�يأ! ع!ن%

ع!ل!ى ل#وس! ال%ج# و! �ي�اك#م% إ ال! ق! ل�م! و!س! ع!ل!ي%ه� الل�ه# ل�ى ص!ن!ا ال�س# م!ج! ه�ي! �ن�م!ا إ Eب#د ل!ن!ا ا م! ال#وا ق! ف! ات� ق! الطJر#

أ!ع%ط#وا ف! ال�س! ال%م!ج! �إ�ال !ب!ي%ت#م% أ إ�ذ!ا ف! ال! ق! ا يه! ف� د�ث# ن!ت!ح! Jغ!ض ال! ق! الط�ر�يق� Jق ح! و!م!ا ال#وا ق! ا ه! �ق ح! الط�ر�يق!

وف� ع%ر# ب�ال%م! Xر م%أ! و! م� ال! �الس Jد ر! و! !ذ!ى األ% Jو!ك!ف ر� ال%ب!ص!

ن%ك!ر� ال%م# ع!ن% Xن!ه%ي و!dari [Abu Sa’id AL Khudriy radliallahu ‘anhuma] dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian duduk duduk di pinggir jalan”. Mereka bertanya: “Itu kebiasaan kami yang sudah biasa kami lakukan karena itu menjadi majelis

Page 17: Duduk Dipinggir Jalan

tempat kami bercengkrama”. Beliau bersabda: “Jika kalian tidak mau meninggalkan majelis seperti itu maka tunaikanlah hak jalan tersebut”. Mereka bertanya: “Apa hak jalan itu?” Beliau menjawab: “Menundukkan pandangan, menyingkirkan halangan, menjawab salam dan amar ma’ruf nahiy munkar”.

Point-point yang dibahas:

I. Menundukkan Pandangan

Kenapa kita harus menjaga pandangan?

Karena menjalankan perintah Allah dalam Al-Qur’an :

�ك� �ل ذ� � �وج�ه�م �ر ف ف�ظ�وا ح و�ي� ار�ه�م ص� ب �أ م�ن وا �ض! �غ ي �ين� �ؤم�ن �لم ل �ل ق�ون� �ع ن �ص ي �ا �م ب 1 �ير ب خ� � ه 7! الل ن!7 إ: < �م �ه ل �ى� زك ��ات� ::  أ �ؤم�ن �لم ل �ل و�ق

�وج�ه�ن!7 �ر ف ن� ف�ظ ح و�ي� ار�ه�ن!7 ص� ب �أ م�ن ن� �غض�ض يKatakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. :: Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, … (An Nuur : 30-31)

Karena mata adalah salah satu kenikmatan terbesar yang kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Sebagaimana firman Allah :

�اد� ف�ؤ و�ال �ر� �ص ب و�ال مع� الس!7 ن!7 إ: ع�لم1 � �ه� ب �ك� ل س� �ي ل �ا م �قف� ت �ا و�ل�ولUا ئ م�س � ه ع�ن ك�ان� �ك� �ئ � ول أ ك�ل!

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al Israa : 36)

Page 18: Duduk Dipinggir Jalan

Menahan pandangan merupakan sebab yang dapat menghindarkan kita dari terjatuh kedalam zina.

Bagaimana jika kita secara tidak sengaja melihat kepada sesuatu yang diharamkan untuk melihatnya?

Jawabannya ada pada hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud tentang pesan Nabi -shallallohu ‘alaihi wa sallam- kepada Ali bin Abi Thalib -radhiyallohu ‘anhu- :

�ك� ل ن!7 �إ: ف � �ة ر ظ 7! الن � �ة ر ظ 7! الن ع � ب �ت ت �ا ل �ي! �ل ع �ا ي d!ي� �ل �ع ل م� 7! ل و�س� ه� �ي �ل ع � ه 7! الل !7ى ل ص� � ه 7! الل ر�س�ول� �ال� ق � �ة الآخ�ر �ك� ل س�ت �ي و�ل �ى ول الأ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Ali: “Wahai Ali, janganlah engkau ikutkan pandangan pertama dengan pandangan yang lain (berikutnya), sesungguhnya bagimu pandangan yang pertama tidak pandangan yang lainnya (berikutnya).”

II. Menyingkirkan Gangguan Dari Jalan

Menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk dari cabang-cabang keimanan, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Imam Muslim:

�ون� ع ب و�س� ع1 �ض ب �ان� يم الإ: م� 7! ل و�س� ه� �ي �ل ع � ه 7! الل !7ى ل ص� � ه 7! الل ر�س�ول� �ال� ق �ال� ق � �ة ر �ي �ر ه �ي ب �أ ع�نع�ن ذ�ى �الأ � ة م�اط� إ: �ا �اه دن �و�أ � ه 7! الل ا ل!7 إ: � �ه ل إ: �ا ل �ول� ق �ه�ا ل ض� ف ��أ ف U �ة عب ش� ون� ! ت و�س� ع1 �ض ب و � أ

�ان� يم الإ: م�ن 1 �ة عب ش� �اء� �ي ح و�ال ر�يق� الط!7Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Iman itu ada tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman.”

Amalan ini termasuk amalan yang paling baik; Dan termasuk amalan yang paling buruk adalah seseorang meludah didalam masjid lalu ia tidak mengubur ludahnya tersebut dengan pasir [karena dizaman Nabi -shallallohu ‘alaihi wa

Page 19: Duduk Dipinggir Jalan

sallam- lantai masjid tidak seperti yang kita jumpai saat ini]

�ا �ه ح�س�ن ت�ي م!7 أ �ال� عم �أ �ي!7 �ل ع ع�ر�ض�ت �ال� ق م� 7! ل و�س� ه� �ي �ل ع � ه 7! الل !7ى ل ص� ب�ي!� 7! الن ع�ن d!ذ�ر �ي ب �أ ع�ن�ي ف و�و�ج�دت� ر�يق� الط!7 ع�ن �اط� �م ي ذ�ى �الأ �ا �ه �ال عم �أ �اس�ن� ح م� �ي ف �ج�دت� �و ف �ا �ه !�ئ ي و�س�

�ن� �دف ت �ا ل ج�د� �س م ال �ي ف �ك�ون� ت � �ة �اع خ ! الن �ا �ه �ال عم �أ م�س�او�يDari Abu Dzarr dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam, “Dipaparkan kepadaku segala amal umatku, yang baik dan yang buruk. Maka aku mendapatkan di antara kebaikan amal umatku adalah membuang rintangan yang mengganggu di jalanan. Dan aku mendapatkan dalam amal jelek umatku adalah meludah di masjid tanpa dipendam’.” [HR. Muslim]

Amalan ini dapat menjadi sebab diampuninya dosa seorang hamba dan menjadi sebab dimasukkannya ia ke dalam surga. Disebutkan dalam Shahih Muslim :

dط�ر�يق� ب ش�ي �م ي ر�ج�ل1 �م�ا ن �ي ب �ال� ق م� 7! ل و�س� ه� �ي �ل ع � ه 7! الل !7ى ل ص� � ه 7! الل ر�س�ول� ن!7 �أ � �ة ر �ي �ر ه �ي ب �أ ع�ن � �ه ل � �ف�ر �غ ف � �ه ل � ه 7! الل � �ر �ش�ك ف � �ه ر خ!7 ��أ ف ر�يق� الط!7 �ى �ل ع dكو ش� ن� غ�ص و�ج�د�

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ketika laki-laki sedang berjalan dan menemukan ranting berduri di tengah jalan, kemudian dia menyingkirkan ranting tersebut hingga Allah pun bersyukur kepadanya lalu mengampuni dosa-dosanya.”

pة ر! ج! ش! �غ#ص%ن� ب Xر!ج#ل �م!ر ل�م! و!س! ع!ل!ي%ه� الل�ه# ص!ل�ى الل�ه� ر!س#ول# ال! ق! ال! ق! ة! ي%ر! ه#ر! �ي بأ! ع!ن%

� ة 7! �ن ج ال دخ�ل� �أ ف �م �ؤذ�يه ي �ا ل �ين� �م ل �س م ال ع�ن �ذ�ا ه �ن!7 !�ي ح» ن� �أ ل � ه 7! و�الل �ق�ال� ف dر�يق ط� هر� ظ� �ى �ل عDari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Pada suatu ketika ada seseorang yang melewati sebatang ranting pohon yang menjuntai ke jalan. Kemudian orang tersebut berkata; ‘Demi Allah, saya akan menyingkirkan ranting pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin yang lewat.’ Akhirnya orang tersebut dimasukkan ke dalam surga.'”

Orang yang mengganggu kaum muslimin dijalan-jalan mereka adalah termasuk yang diancam dalam firman Allah : 4ؤFذ4ون; ي و;ال:ذ=ين;

Page 20: Duduk Dipinggir Jalan

;م;ل4وا احFت ف;ق;د= 4وا ;س;ب اكFت م;ا Fر= =غ;ي ب ;ات= و;الFم4ؤFم=ن =ين; الFم4ؤFم=ن�ا =ين م4ب Fم�ا =ث و;إ �ا ;ان 4هFت ب

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (Al Ahzaab : 58)

III. Menjawab Ucapan Salam

As-Salaam adalah salah satu nama dari Nama-nama Allah yang indah dan ucapan salam merupakan ucapan penghormatan bagi seorang muslim.

Menyebarkan salam merupakan sebab yang dapat memasukkan seseorang ke surga, sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim :

�ال� ق � �ة ر �ي �ر ه �ي ب �أ ى  ع�ن 7! ح�ت � ة 7! �ن ج ال �ون� �دخ�ل ت �ا ل م� 7! ل و�س� ه� �ي �ل ع � ه 7! الل !7ى ل ص� � ه 7! الل ر�س�ول� �ال� ق ش�وا ف �أ �م ت �ب �اب ح ت� � �م�وه ت �ل �ع ف ذ�ا إ: d ء �ي ش �ى �ل ع ك�م د�ل¹! �أ �ا و�ل �أ ! وا �اب ح ت� ى 7! ح�ت �وا �ؤم�ن ت �ا و�ل �وا �ؤم�ن ت

�ك�م ن �ي ب �ام� ل الس!7Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu, apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di antara kalian.”

Menjawab salam merupakan hak seorang muslim atas saudaranya sesama muslim. Disebutkan dalam sunan At-Tirmidzi :

�ال� ق d!ي� �ل ع ½  ع�ن س�ت! ل�م� �س م ال �ى �ل ع ل�م� �س �لم ل م� 7! ل و�س� ه� �ي �ل ع � ه 7! الل !7ى ل ص� � ه 7! الل ر�س�ول� �ال� ق ذ�ا إ: � �ود�ه �ع و�ي ع�ط�س� ذ�ا إ: � �ه �ش�م!�ت و�ي � �اه د�ع ذ�ا إ: � �ه �يب ج و�ي� � �ه �ي �ق ل ذ�ا إ: ه� �ي �ل ع !�م� �س�ل ي �وف� �عر م �ال ب

� ه �فس� �ن ل �ب! ح ي� م�ا � �ه ل �ب! ح و�ي� م�ات� ذ�ا إ: � �ه �ت �از ن ج� �ع� ب �ت و�ي �ر�ض� مDari Ali ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hak kebaikan seorang muslim atas muslim lainnya itu ada enam, yaitu; mengucapkan salam jika bertemu, memenuhi undangannya, mendo’akan YARHAMUKALLAAH (semoga Allah

Page 21: Duduk Dipinggir Jalan

memberimu rahmat) apabila bersin, menjenguknya apabila sakit, mengiringi jenazahnya apabila meninggal dan mencintainya sebagaimana mencintai diri sendiri.”

Dalam Ucapan Salam ada beberapa hal yang perlu diketahui, diantaranya :

1. Memulai mengucapkan salam adalah sunnah akan tetapi menjawabnya adalah wajib

2. Orang yang lebih muda lebih dahulu mengucapkan salam kepada yang lebih tua

3. Orang yang berjalan mengucapkan salam kepada yang sedang duduk

4. Jumlah yang sedikit mengucapkan salam kepada yang lebih banyak

5. Orang yang berkendaraan mengucapkan salam kepada yang berjalan

6. Mengucapkan salam dengan suara yang pertengahan, tidak terlalu pelan seperti berbisik dan tidak pula seperti berteriak

7. Mengucapkan salam dengan wajah yang berseri-seri dan berlapang dada

8. Menjawab salam dari orang yang mengirimkan salam : [‘alaika wa ‘alaihis salaam atau ‘alaihissalam]

IV. Amar Ma’ruf  dan Nahi Munkar

Ini merupakan sifat kaum mukminin.

ر� ك� ن� م� ن ا ر� ك� ك ن� ك� ن� ك� ك� ر� م�� ن� ك� ن ر�ا ك م�� م� ن�ا ك� ض� � ن� ك� �م ك�ا ر ن� ك�ا �ن م� م� ن� ك� م ك�ا ر� ن! م� ن ك�ا ك م�� ر� ن! م� ن ك�ا ز" ر"� ك� ك$ %& ك ا ك& ر'ا � م$ %& ك ا �م م� م� ك( ن� �ك ك* ك+ ر, لك م�ا� � م$ ك م*� ك. ك� ك$ %& ك ا ك م�� �ر/ م� ك� ك0 ك1ا ك&" ا ك م�2 ن! م� ك� ك0 ك4ا ك&5 ا ك م�� �ر6 م� ك�

�ز �ر� ك(Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu

Page 22: Duduk Dipinggir Jalan

akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At Taubah : 71)