Drug Resistance Tb

  • Upload
    sizqa

  • View
    123

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Your logo

Drug Resistance TuberculosisOleh : Siska Angraini (110.2006.251)

Pembimbing : Letkol CKM Dr. Eny Ambarwati, Sp.PD, FINASIM

Drug Resistance TB

Drug Resistance Tuberculosis

Drug Resistance Tuberculosis

Penyebab Resistensi Obat pada Tuberculosis

Drug Resistance Tuberculosis

Klasifikasi Resistensi TuberculosisMono resistance : kekebalan terhadap salah satu OAT lini pertama.

Poly-resistance : kekebalan terhadap lebih dari satu OAT lini pertama, kecuali Isoniazid dan Rifampisin secara bersama-sama. Kekebalan terhadap salah satu dari Isoniazid atau Rifampisin ditambah dengan OAT lini pertama yang lain.

Multidrug-resistance (MDR) : kekebalan terhadap sekurangkurangnya Isoniazid dan Rifampisin secara bersama dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain.

Drug Resistance Tuberculosis

Extensive drug-resistance (XDR) : kekebalan terhadap salah satu obat golongan fluorokuinolon sebagai OAT lini kedua, dan sedikitnya salah satu dari OAT injeksi lini kedua (Kapreomisin, Kanamisin, dan Amikasin).

Totally drug-resistance (TDR) : kuman yang sudah resisten dengan seluruh OAT lini pertama dan OAT lini kedua (Amikasin, Kanamisin, Kapreomisin, Fluorokuinolon, Thionamide, PAS)

Drug Resistance Tuberculosis

Mekanisme Resistensi terhadap IsoniazidMenghambat sintesis dinding sel asam mikolik (struktur bahan yang sangat penting pada dinding sel mykobakterium) melalui jalur yang tergantung dengan oksigen seperti reaksi katalase peroksidase. Mutan M. tuberculosis yang resisten Isoniazid terjadi secara spontan dengan kecepatan 1 dalam 105 - 106 organisme. Mekanisme resistensi Isoniazid diperkirakan oleh adanya asam amino yang mengubah gen katalase peroksidase (katG) atau promotor pada lokus 2 gen yang dikenal sebagai inhA.

Mutasi missense atau delesi katG berkaitan dengan berkurangnya aktivitas katalase dan peroksidase.

Drug Resistance Tuberculosis

Mekanisme Resistensi terhadap RifampisinRifampisin menghambat RNA polymerase tergantung DNA dari mikrobakterium, dan menghambat sintesis RNA bakteri yaitu pada formasi rantai (chain formation) tidak pada perpanjangan rantai (chain elongation), tetapi RNA polymerase manusia tidak terganggu.

Resistensi Rifampisin berkembang karena terjadinya mutasi kromosom dengan frekuensi tinggi dengan kecepatan mutasi tinggi yaitu 10-7 sampai 10-3, dengan akibat terjadinya perubahan pada RNA polymerase.

Resistensi terjadi pada gen untuk beta subunit dari RNA polymerase dengan akibat terjadinya perubahan pada tempat ikatan obat tersebut.

Drug Resistance Tuberculosis

Mekanisme Resistensi terhadap PyrazinamidePyrazinamid merupakan turunan asam nikotinik yang berperan penting sebagai bakterisid jangka pendek terhadap terapi tuberkulosis.Obat ini merupakan bakterisid yang memetabolisme secara lambat organisme yang berada dalam suasana asam pada fagosit atau granuloma kaseosa. Kemudian akan diubah oleh basil tuberkel menjadi bentuk yang aktif asam pyrazinoat.

Mekanisme resistensi Pyrazinamid berkaitan dengan hilangnya aktivitas pyrazinamidase sehingga Pyrazinamid tidak banyak yang diubah menjadi asam pyrazinoat.

Resistensi Pyrazinamide ini berkaitan dengan mutasi pada gen pncA, yang menyandikan Pyrazinamidase.

Drug Resistance Tuberculosis

Mekanisme Resistensi terhadap EthambutolEthambutol ini bekerja sebagai bakteriostatik pada dosis standar.

Mekanisme utamanya dengan menghambat enzim arabinosyltransferase yang memperantarai polymerisasi arabinose menjadi arabinogalactan yang berada di dalam dinding sel.

Resistensi ethambutol pada M.tuberculosis paling sering berkaitan dengan mutasi missense pada gen embB yang menjadi sandi untuk arabinosyltransferase.

Drug Resistance Tuberculosis

Mekanisme Resistensi terhadap StreptomysinObat ini bekerja dengan menghambat sintesis protein dengan menganggu fungsi ribosomal.

Resisten terhadap streptomysin telah diidentifikasi oleh karena adanya mutasi pada satu dari dua target yaitu pada gen 16S rRNA (rrs) atau gen yang menyandikan protein ribosomal S12 (rpsl).

Strain M. tuberculosis yang resisten terhadap Streptomysin tidak mengalami resistensi silang terhadap Capreomysin maupun Amikasin.

Drug Resistance Tuberculosis

Drug Resistance Tuberculosis

Diagnosis Kultur basil tahan asam (BTA) tetap positif setelah 3 bulan terapi atau kembali positif setelah terjadi konversi negatif. TB aktif yang sebelumnya mendapat terapi, terutama jika terapi yang diberikan tidak sesuai standar terapi. Kontak dengan kasus TB resistensi ganda. Gagal terapi atau kambuh. Infeksi Human Immnodeficiency Virus (HIV). Riwayat rawat inap dengan wabah MDR-TB.

Drug Resistance Tuberculosis

Diagnosis TB resisten tergantung pada pengumpulan & proses kultur spesimen yang adekuat dan harus dilakukan sebelum terapi diberikan.

Jika pasien tidak dapat mengeluarkan sputum dilakukan induksi sputum dan jika tetap tidak bisa, dilakukan bronkoskopi.

Tes sensitivitas terhadap obat lini pertama dan kedua harus dilakukan pada laboratorium rujukan yang memadai.

Metode terbaru untuk deteksi resistensi obat pada TB yaitu, metode fenotipik dan genotipik.

Dibandingkan dgn metode genotipik, metode fenotipik lebih sederhana dan lebih mudah di implementasikan pada laboratorium mikrobakteriologi klinik secara rutin.

Drug Resistance Tuberculosis

PrognosisAda beberapa hal yang dapat menjadi petanda prognosis buruk pada penderita TB resistensi, yaitu : - Adanya keterlibatan ekstrapulmoner - Usia tua - Keadaan malnutrisi - Infeksi HIV - Riwayat menggunakan OAT dengan jumlah yang cukup banyak sebelumnnya, terapi yang tidak adekuat (< 2 macam obat yang aktif).

Here comes your footer

Page 15

Drug Resistance Tuberculosis

Mono & Poly Drug Resistance

Drug Resistance Tuberculosis

Drug Resistance Tuberculosis

Multi-Drug Resistance (MDR)Grup pertama, Pirazinamid dan Ethambutol, karena paling efektif dan dapat ditoleransi dengan baik. Obat lini pertama yang terbukti sebaiknya digunakan dan digunakan dalam dosis maksimal.Grup kedua, obat injeksi bersifat bakterisidal seperti Kanamisin (Amikasin), jika alergi digunakan Kapreomisin, Viomisin. Semua pasien diberikan injeksi sampai jumlah kuman dibuktikan rendah melalui hasil kultur negatif.

Grup ketiga, Fluorokuinolon, obat bekterisidal tinggi, misal Levofloksasin. Semua pasien yang sensitif terhadap grup ini harus mendapat kuinolon dalam regimennya.

Grup empat, obat bakteriostatik lini kedua, PAS (Para Amino Callicilic acid), Ethionamid, dan Sikloserin. Golongan obat ini mempunyai toleransi tidak sebaik obat-obat oral lini pertama dan kuinolon.

Grup kelima, obat yang belum jelas efikasinya, Amoksisilin, Asam Klavulanat, dan makrolid baru (Klaritromisin). Secara in vitro menunjukkan efikasinya, akan tetapi data melalui uji klinis pada pasien MDR-TB masih minimal.

Drug Resistance Tuberculosis

Ada beberapa butir dalam pengobatan MDR-TB yang dianjurkan oleh WHO (2008) sebagai prinsip dasar, antara lain: Regimen harus didasarkan atas riwayat obat yang pernah diminum penderita. Dalam pemilihan obat pertimbangkan prevalensi resistensi obat lini pertama dan obat lini kedua yang berada di area / negara tersebut. Regimen minimal terdiri 4 obat yang jelas diketahui efektifitasnya. Dosis obat diberikan berdasarkan berat badan. Obat diberikan sekurang-kurangnya 6 hari dalam seminggu, apabila mungkin Etambutol, Pirazinamid, dan Fluorokuinolon diberikan setiap hari oleh karena konsentrasi dalam serum yang tinggi memberikan efikasi.

Drug Resistance Tuberculosis

Lama pengobatan minimal 18 bulan setelah terjadi konversi. Apabila terdapat DST, maka harus digunakan sebagai pedoman terapi. DST tidak memprediksi efektivitas atau inefektivitas obat secara penuh. Pirazinamid dapat digunakan dalam keseluruhan pengobatan apabila dipertimbangkan efektif. Sebagian besar penderita MDR-TB memiliki keradangan kronik di parunya, dimana secara teoritis menghasilkan suasana asam dan pirazinamid bekerja aktif. Deteksi awal adalah faktor penting untuk mencapai keberhasilan pengobatan pasien MDR-TB terdiri atas dua tahap, tahap awal dan tahap lanjutan.

Drug Resistance Tuberculosis

Extensive-Drug Resistance (XDR)The WHO Global Task Force for XDR-TB di Jenewa 9-10 Oktober 2006 merumuskan 7 butir rekomendasi pencegahan dan kontrol XDR-TB sebagai berikut :Peningkatan penatalaksanaan terhadap pasien suspek XDR-TB dengan memperbanyak fasilitas laboratorium yang memadai, termasuk uji sensitivitas OAT yang cepat untuk mendeteksi strain MDR-TB baik di area prevalensi HIV tinggi maupun rendah.

Pencegahan XDR-TB dengan memperkuat kontrol dasar terhadap TB dan HIV.

Memperkuat penatalaksanaan XDRTB dan rancangan pengobatan HIV positif dan negatif.

Drug Resistance Tuberculosis

Standarisasi definisi XDR-TB dan diharapkan penggunaan definisi baru secara global akan meningkatkan validasi data dan perbandingannya.

Peningkatan kontrol dan proteksi terhadap infeksi HIV. Intervensi ini dicapai melalui pencegahan penularan MDRTB terutama pasien positif HIV terutama pada daerah prevalensi HIV tinggi.

Inisiasi aktivitas advokasi komunikasi dan mobilisasi sosial karena hal yang sangat penting adalah meningkatkan informasi dan kewaspadaan terhadap TB khususnya XDRTB.

Pelaksanaan surveillance XDRTB segera sehingga dibutuhkan laboratorium rujukan nasional dan internasional untuk mencapai terselenggaranya survei global secepatnya mulai awal 2007.

Drug Resistance Tuberculosis

Pencegahan terjadinya Resistensi OAT

pengobatan secara pasti terhadap kasus BTA positif saat pertamakali

penyembu han secara komplit

adanya OAT secara gratis

penjaminan ketersediaan OAT

pengawasan terhadap pengobatan

Drug Resistance Tuberculosis

Terimakasih

Drug Resistance Tuberculosis