28
MAKALAH (TINJAUAN PUSTAKA) PENANGANAN KASUS TENGGELAM DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT KEPANITERAAN KLINIK BIDANG ANESTESIOLOGI DAN RAWAT INTENSIF DI BLU RSUD SEMARANG Oleh : Andita Dwi Bahana 01.205.4931 FAKULTAS KEDOKTERAN

DROWNING DITA.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fsdggfhj

Citation preview

Page 1: DROWNING DITA.doc

MAKALAH

(TINJAUAN PUSTAKA)

PENANGANAN KASUS TENGGELAM

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT

KEPANITERAAN KLINIK

BIDANG ANESTESIOLOGI DAN RAWAT INTENSIF

DI BLU RSUD SEMARANG

Oleh :

Andita Dwi Bahana

01.205.4931

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2010

Page 2: DROWNING DITA.doc

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Andita Dwi Bahana

NIM : 01.205.4931

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bidang Pendidikan : Anestesiologi dan Terapi Intensif

Periode Kepaniteraan Klinik : 19 April-01 Mei 2010

Judul Makalah : Penanganan kasus Tenggelam

Diajukan : April 2010

Pembimbing : Dr. Wahyu Hendarto Sp. An

TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL : ………………………..

Mengetahui :

Ketua SMF Anestesiologi dan Rawat

Intensif

BLU RSUD Kota Semarang,

Dr. Purwito Nugroho, Sp. An

PEMBIMBING :

Dr. Wahyu Hendarto, Sp. An

1

Page 3: DROWNING DITA.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah

dengan Judul “Penanganan Kasus Tenggelam” ini dapat selesai dengan baik

dan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi syarat Kepaniteraan

Klinik Bidang Anestesiologi dan Rawat Intensif Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Sultan Agung Semarang di BLU RSUD Kota Semarang

periode 19 April-01 Mei 2010.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas

bantuan dan kerja sama yang telah diberikan selama penyusunan referat ini,

kepada :

1. Dr. Abi manyu, M.M., selaku direktur Rumah Sakit Umum daerah Kota

Semarang

2. Dr. Wahyu Hendarto, Sp. An., selaku Ka. Instalasi Anestesiologi dan

Pembimbing Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD

Kota Semarang.

3. Dr. Purwito Nugroho, Sp.An selaku Ka. SMF dan Pembimbing

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan terapi intensif RSUD Kota

Semarang.

4. Dr. Donni Indra Kusuma, Sp. An. Msi. Med, selaku Pembimbing

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Kota

Semarang.

5. Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Anestesiologi dan

terapi Intensif RSUD Kota Semarang.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, supaya

referat ini dapat menjadi lebih baik, dan berguna bagi semua yang

membacanya.

2

Page 4: DROWNING DITA.doc

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila masih banyak

kesalahan maupun kekurangan dalam makalah ini.

Semarang, April 2010

Penulis

3

Page 5: DROWNING DITA.doc

TENGGELAM DI AIR LAUT DAN PENANGANANNYA

Andita Dwi Bahana* , Wahyu Hendarto **

ABSTRACT:

Drowning is a situation where there asfiksia causing death by

atmospheric air can not enter into the respiratory tract, because some or all of

the body in the water so that air could not enter the respiratory tract.

Pulmonary heart resuscitation is any medical effort that aims to restore the

cardiovascular and respiratory function, which by some reason experiencing

cardiac arrest and stopped breathing suddenly. Management of patients the

most important sink is the heart lung resuscitation, and should never begin with

pulmonary drainage. In hospitals, therapy aimed at improving so that adequate

ventilation, improving circulation so that adequate, correction fluid and

electrolyte balance and overcome hipotermi.

ABSTRAK:

Tenggelam adalah suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang

menyebabkan kematian akibat udara atmosfer tidak dapat masuk ke dalam

saluran pernapasan, karena sebagian atau seluruh tubuh berada dalam air

sehingga udara tidak mungkin bisa memasuki saluran pernapasan. Resusitasi

Jantung Paru adalah segala bentuk usaha medis yang bertujuan untuk

mengembalikan fungsi kardiovaskuler dan respirasi, yang oleh suatu sebab

mengalami henti jantung dan henti nafas secara mendadak. Penatalaksanaan

pasien tenggelam yang paling penting adalah resusitasi jantung paru, dan

jangan sekali-kali dimulai dengan drainage paru. Di RS, terapi ditujukan untuk

memperbaiki ventilasi sehingga adekuat, memperbaiki sirkulasi sehingga

adekuat, koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dan mengatasi hipotermi.

Kata kunci : Tenggelam, Resusitasi Jantung Paru

*Co assisten FK Universitas Islam Sultan Agung Semarang

**Dokter Spesialis Anestesiologi BLU RSUD Kota Semarang

4

Page 6: DROWNING DITA.doc

PENDAHULUAN

Tenggelam adalah suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang

menyebabkan kematian akibat udara atmosfer tidak dapat masuk ke dalam

saluran pernapasan, karena sebagian atau seluruh tubuh berada dalam air

sehingga udara tidak mungkin bisa memasuki saluran pernapasan. Tenggelam

sendiri dapat terjadi pada air tawar maupun air laut Tenggelam merupakan

salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada kematian jika terlambat

mendapat pertolongan. Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat, tahun 2000

di seluruh dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka

ini menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global

Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih

kecil dibanding seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh

banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya. Ditaksir. selama tahun

2000, 10 persen kematian di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan, dan 8

persen akibat tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang sebagian besar

terjadi di negara-negara berkembang. 1

Tenggelam merupakan salah satu penyebab kematian paling sering.

Pada dasarnya kematian pada korban yang tenggelam terjadi karena korban

mengalami sumbatan jalan nafas dan hipoksia (kekurangan oksigen) yang

mengakibatkan henti jantung. Karena itu penderita yang tenggelam sedapat

mungkin harus segera dibawa ke permukaan untuk dilakukan Resusitasi

Jantung Paru (RJP). 2

Kita sering melihat di televisi, ketika ada orang yang tenggelam atau

kecelakaan atau mengalami serangan jantung, tiba-tiba orang lain yang melihat

langsung menggenjot dada dan memberikan nafas buatan mulut ke mulut. Hal

ini mungkin tidak ada di Indonesia, orang yang tenggelam bukan malah

diberikan nafas buatan akan tetapi malah memukul perut untuk dikeluarkan

airnya. Tindakan seperti diatas, diluar negeri adalah hal yang umum dan sering

dilakukan, karena sebagian besar penduduk disana sudah diberi pendidikan

untuk melakukan tindakan nafas buatan serta indikasi kapan tindakan tersebut

5

Page 7: DROWNING DITA.doc

dibutuhkan. Nafas Buatan disebut juga Resusitasi Jantung Paru atau Bantuan

Hidup Dasar atau CPR (CardioPulmonary Resuscitation), merupakan suatu

tindakan kegawatan sederhana tanpa menggunakan alat bertujuan

menyelamatkan nyawa seseorang dalam waktu yang sangat singkat (Rahmad,

2009). 2

TENGGELAM

1. Definisi

Tenggelam adalah kematian yang disebabkan mati lemas

(kekurangan napas) ketika cairan menghalangi kemampuan tubuh untuk

menyerap oksigen dari udara hingga menyebabkan asfiksia. Penyebab

utama kematian adalah hipoksia dan asidosis yang mengakibatkan henti

jantung. 2

Nyaris tenggelam adalah kondisi bertahan hidup dari peristiwa

tenggelam hingga menyebabkan ketidaksadaran atau paru-paru terisi air

yang bisa mengakibatkan komplikasi sekunder yang serius, termasuk

kematian setelah terjadinya insiden. Kasus hampir tenggelam umumnya

ditangani oleh profesional di bidang kedokteran. 2

Tenggelam sekunder (secondary drowning) adalah kematian akibat

perubahan kimiawi dan biologi pada paru-paru setelah insiden nyaris

tenggelam.2

Berdasarkan jenis air dimana peristiwa tenggelam terjadi, tenggelam

dibagi menjadi:

1.  Tenggelam dalam air tawar.

2.  Tenggelam dalam air laut. 2

6

Page 8: DROWNING DITA.doc

.2. Prevalensi

Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak

no. 2 dan no. 3 yang menimpa anak-anak dan remaja.Pada umumnya kasus

tenggelam ini sering terjadi di negara-negara yang beriklim panas dan

negara dunia ketiga.Insiden terjadinya kasus tenggelam pada anak-anak ini

berbeda-beda tingkatan pada tiap-tiap negara. Dibandingkan dengan

negara-negara berkembang yang lain reputasi Australia kurang baik, karena

kasus tenggelam di negara ini masuk dalam urutan terbanyak. Tenggelam

merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada kematian jika

terlambat mendapat pertolongan. 3

Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat, tahun 2000 di seluruh

dunia ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini

menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global

Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya

lebih kecil dibanding seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan

oleh banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya. Ditaksir. selama

tahun 2000, 10 persen kematian di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan,

dan 8 persen akibat tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang

sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang. 4

Dari catatan itu, Afrika menempati posisi terbanyak kasus

tenggelam di dunia. Dan lebih dari sepertiga kasus terjadi di kawasan

Pasifik. Sementara, Amerika merupakan kawasan yang mengalami kasus

tenggelam terendah. Kejadian di negara berkembang lebih tinggi dibanding

negara maju. Tapi di negara berkembang, seperti Indonesia angka

kejadiannya belum dapat diketahui. 4

3. Patofisiologi

Pada tenggelam di air tawar sejumlah besar air masuk ke dalam

saluran pernapasan hingga ke paru-paru, mengakibatkan perpindahan air

secara cepat melalui dinding alveoli karena tekanan osmotik yang besar dari

7

Page 9: DROWNING DITA.doc

plasma darah yang hipertonis. Kemudian diabsorbsi ke dalam sirkulasi

dalam waktu yang sangat singkat dan menyebabkan peningkatan volume

darah hingga 30% dalam menit pertama. Akibatnya sangat besar dan

menyebabkan gagal jantung akut karena :Jantung tidak dapat

berkompensasi dengan cepat terhadap volume darah yang sangat besar

(untuk meningkatkan “cardiac output” dengan cukup).Akibat hipotonisitas

plasma darah yang mengalami dilusi, ruptur sel darah merah (hemolisis),

pengeluaran kalium ke dalam plasma (menyebabkan anoksia miokardium

yang hebat). Mekanisme dasar kematian: kematian yang berlangsung cepat

diakibatkan oleh serangan jantung yang seringkali berlangsung dalam 2-3

menit. Pada kasus tenggelam di air laut, cairan yang memasuki paru-paru

memiliki kelarutan sekitar 3% dan bersifat hipertonis. Walaupun terjadi

perpindahan garam-garam, khususnya natrium dan magnesium melalui

membran pulmonum, tetapi tidak terjadi perpindahan cairan yang masif

Kematian timbul umumnya lebih lambat, faktor asfiksia memegang peranan

lebih penting, dengan waktu survival yang lebih panjang.2

Mekanisme tenggelam :

Tanpa aspirasi cairan (atypical atau dry drowning)

Dengan aspirasi cairan (typical atau wet drowning)

Near drowning = kematian terjadi akibat hipoksia ensefalopati atau

perubahan sekunder pada paru.6

1. Tenggelam kering (Dry drowning)

15-20% kematian akibat tenggelam merupakan dry drowning,

yang mana tidak disertai dengan aspirasi cairan. Kematian ini biasanya

terjadi dengan sangat mendadak dan tidak tampak adanya tanda-tanda

perlawanan. Mekanisme kematian yang pasti masih tetap spekulatif. Pada

waktu korban terbenam air, dengan spontan akan berusaha

menyelamatkan diri secara panik dengan disertai berhentinya pernapasan

8

Page 10: DROWNING DITA.doc

(breath holding) yang dapat menyebabkan kematian secara tiba-tiba pada

penderita. Ketika air masuk laring, maka terjadi reflek spasme laring

yang kemudian diikuti asfiksia, hipoksia, penurunan kesadaran sehingga

kemudian terjadi cardiac arrest yang kemudian dapat terjadi kematian.

Kurang lebih 10 - 20% dari kasus tenggelam adalah termasuk dalam

golongan ini. Pada waktu otopsi paru-paru, hanya sedikit sekali atau

bahkan tidak ditemukannya air.

Beberapa faktor predisposisi kematian akibat dry drowning :

1. intoksikasi alcohol (mendepresi aktivitas kortikal)

2. penyakit yang telah ada, misal atherosclerosis

3. kejadian tenggelam/terbenam secara tak terduga/mendadak

4. ketakutan atau aktivitas fisik berlebih (peningkatan sirkulasi

katekolamin, disertai kekurangan oksigen, dapat menyebabkan cardiac

arrest.6

2. Tenggelam basah (Wet drowning)

Pada wet drowning mula-mula terjadi spasme laring yang diikuti

asfiksia dan penurunan kesadaran dan secara pasif air masuk kedalam

jalan nafas dan paru-paru sehingga kemudian terjadi cardiac arrest. Pada

waktu otopsi ditemukan air di dalam paru-parunya. Wet drowning juga

terjadi karena aspirasi air sewaktu penderita dalam keadaan megap-

megap dan dengan masuknya air ke dalam paru-paru akan terjadi

kerusakan organ-organ tubuh tersebut. Jika terbenam di sungai dan rawa

yang mengandung tanah, lumpur, dan kotoran lainnya akan memperberat

keadaan. Selain masuk ke dalam paru-paru, air dan kotoran dapat masuk

ke lambung sehingga penderita tersedak dan muntah. Muntahan yang

mengandung asam lambung dapat masuk kembali ke dalam paru-paru

9

Page 11: DROWNING DITA.doc

sehingga semakin memperberat kerusakan jaringan paru.7 Pada keadaan

hampir tenggelam, sejumlah besar air masuk ke dalam alveoli dan

kemudian akan masuk ke dalam sirkulasi. Terjadilah hemodilusi,

hemolisis, penurunan hematokrit dan volume darah akan bertambah.

Karena terjadi hemolisis,maka kalium darah akan meningkat

(hiperkalemi). Hiperkalemi ditambah beban sirkulasi dan hipoksia

menyebabkan fibrilasi ventrikel yang berakhir dengan kematian. Bila air

yang di aspirasi sangat banyak, maka akan terjadi hemodilusi hebat

sehingga venous return meningkat dan terjadi oedem paru dan seluruh

tubuh.8 Pada korban tenggelam di air dapat menyebabkan surfaktan

menjadi rusak, sehingga tegangan tegangan permukaan alveoli

meningkat dan terjadilah atelektasis. Gangguan keseimbangan ventilasi

dan perfusi akan terjadi, demikian pula comlpliance paru-paru akan

menurun. Tenggelam di air yang dingin dapat menyebabkan komplikasi

hipotermia yang akut.9

3. Near drowning

Korban mengalami hipovolemik akibat perpindahan cairan ke

paru dan jaringan seluruh tubuh. Gejala sisa yang lain, seperti disrimia,

defisit neurologis dan renal, dipercaya merupakan akibat langsung dari

hipoksia dibanding akibat tenggelam.6

4. Komplikasi

Komplikasi utama dari tenggelam adalah tenggelam kedua atau

secondary drowning (tenggelam sekunder adalah kematian akibat

perubahan kimiawi dan biologi pada paru-paru setelah insiden nyaris

tenggelam), yang merupakan Respiratory Distress Syndrome yang sering

terlihat pada penderita tenggelam pada air laut atau tenggelam di air yang

terkena polusi hebat. Biasanya akan diikuti dengan infeksi sekunder, untuk

10

Page 12: DROWNING DITA.doc

itu sebaiknya semua penderita tenggelam yang mengalami aspirasi dan

hilang kesadaran segera dikirim ke RS yang memiliki peralatan yang

lengkap untuk melakukan pengawasan penderita minimal 24 jam. Penderita

akan dimonitor tanda-tanda vital, analisa gas darah, foto thoraks, serta

terapi yang semestinya. Keadaan ini akan menaikkan survival rate penderita

dibandingkan jika tidak segera dikirim ke RS.5

5. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya, penatalaksanaan ditujukan untuk membersihkan

jalan nafas dan memperbaiki ventilasi agar adekuat, mengoreksi

keseimbangan asam basa, dan mengatasi hipotermia. Secara garis besar

dapat dibagi menjadi penatalaksanaan di tempat kejadian dan

penatalaksanaan di RS. 1

1. Penatalaksanaan di tempat kejadian

Pada dasarnya Penatalaksanaan di tempat kejadian yang paling

penting adalah resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan dengan benar

pada keadaan yang mendesak tersebut sebagai petolongan pertama.

Bila dijumpai korban tenggelam maka urutan tindakan yang dapat

dilakukan adalah :

Segera pindahkan korban ke daerah yang aman. Hati-hati pada saat

melakukan pertolongan kepada korban, ada kemungkinan korban dapat

menarik penolong karena panik. Selalu usahakan agar kepala, leher dan

punggung korban berada dalam satu garis lurus. Jika mungkin,

letakkan papan pada punggung korban untuk menarik korban ke tepi

atau ke daratan.

Bebaskan jalan nafas (Airway). Pada setiap korban selalu pertama kali

kita lihat apakah ada sumbatan pada saluran jalan napas. Jika ada

tanda-tanda sumbatan segera kita bebaskan dengan menggunakan jari

11

Page 13: DROWNING DITA.doc

kita (suara mendengkur, atau tidak ada napas sama sekali). Hati-hati

pada korban yang kita curigai patah tulang leher. Pada korban seperti

ini kita dapat membuka jalan napas dengan Jaw Thrust manuver yaitu

dengan mendorong mandibula maju tanpa menggerakkan kepala,

diusahakan kepala, leher, punggung dipertahankan dalam satu garis

lurus. Jika tersedia, segera pasang cervical collar.

Pernapasan buatan dari mulut ke mulut harus segera dilakukan tanpa

menunda waktu, meskipun penderita masih berada di dalam air. Pada

keadaan tempat yang dalam, diusahakan agar kepala penderita berada

di permukaan air agar dapat dilakukan pernapasan dari mulut ke mulut,

sambil menarik penderita ke tempat yang lebih dangkal atau ke darat.

Hal ini dilakukan dengan cara, satu tangan mengangkat kepala dan

tangan korban, tangan yang satunya melingkari dada menarik tubuh ke

atas. Segera setelah korban dibawa ke darat, pernapasan buatan dari

mulut ke mulut harus tetap dilakukan.

Bila nadi tidak teraba atau jantung idak berdenyut dapat segera

dilaksanakan pijat jantung luar. Resusitasi kardiopulmoner ini haru

tetap dilakukan sampai penderita tiba di RS untuk penatalaksanaan

yang lebih sempurna.

Lepaskan baju penderita yang basah, ganti dengan baju yang kering

untuk menghangatkan tubuh korban.

Posisikan penderita dalam posisi mantap, yaitu posisi korban

dimiringkan ke samping dengan tujuan untuk mencegah aspirasi,

dimana muntah biasa terjadi pada ±50% korban yang diresusitasi.

Banyak penulis yang menganjurkan untuk tidak melakukan usaha

pengeluaran air dari paru atau drainage paru, karena justru akan

membuang waktu, tidak efektif, dan membuat muntah, karena ±50%

dari korban-korban tenggelam muntah selama resusitasi.6

12

Page 14: DROWNING DITA.doc

2. Penatalaksanaan di rumah sakit

Sangat penting untuk mengetahui waktu dan tempat terjadinya

kecelakaan, tindakan-tindakan resusitasi yang telah dilakukan termasuk

lamanya apneu atau asistole, derajat kesadaran, dan apakah bagian kepala

atau leher terkena trauma atau tidak. Tindakan-tindakan yang dilakukan

di RS terutama dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi, asidosis,

hipotermia, perlindungan terhadap otak dan terapi yang lain.6

a. Memperbaiki ventilasi

Dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut 6 :

Bebaskan jalan napas : jika korban masih bernapas spontan maka

berikanlah O2 dengan cup masker yang semi rigid. Pada keadaan

13

Page 15: DROWNING DITA.doc

koma, dapat dilakukan intubasi endotrakheal kemudian dilakukan

ventilasi buatan. Perhatikan pada keadaan yang dicurigai terjadi

patah tulang leher, terlebih dulu pertahankan posisi leher, kepala,

punggung dalam satu garis lurus (diharapkan sudah terpasang

cervical collar). Jika dengan keadaan diatas airway masih terganggu,

pertimbangkan pembebasan jalan napas dengan teknik

cricotoroidostomi atao trakheostomi. 6

Ventilasi mekanik terutama dilakukan untuk pasien dengan

hipoksemia berat dan oedem paru. Teknik ventilasi buatan secara

PEEP (Positive End Expiratory Pressure) akan memperbaiki oedem

paru dan ventilasi, sehingga perfusi diharapkan akan lebih baik. Jika

korban sudah dapat bertoleransi dengan ventilasi mekanik, maka

dapat digunakan gabungan IMV (Intermitten Mandatory

Ventilation) dan PEEP. Pasien yang sadar jarang memerlukan

intubasi, jika dipandang kurang adekuat pernapasannya dapat

dibantu dengan tekanan positif dengan air viva. Pemberian oksigen

lewat PEEP bertujuan untuk meningkatkan PaO2 mencapai 60-80

mmHg. 6

Jika terjadi bronkospasme, dapat diberikan aminofilin 250 mg intra

vena selama 5-15 menit dan obat-obat ß2 adrenergik. 1

b. Memperbaiki sirkulasi

Jika terdapat cardiac output yang rendah, dapat diberikan zat

vasoaktif seperti isoproterenol 0,05-0,1 mg/KgBB/menit atau Dopamin

2-20 mcg/KgBB/menit, sedangkan epinefrin terutama ditujukan untuk

mengatasi keadaan henti jantung. Gangguan kardiovaskuler berupa

aritmia/disritmia terutama disebabkan karena asidosis, hipoksia, dan

gangguan keseimbangan elektrolit, maka dari itu penanggulangan

ditujukan pada koreksi penyebabnya.7

14

Page 16: DROWNING DITA.doc

Hipoksia diatasi dengan pemberian oksigen, hipotermi diatasi

dengan penghangatan korban. Gangguan elektrolit bermakna jarang

terjadi, maka kita tidak perlu secara rutin memberikan NaCl pada

penderita tenggelam di air tawar. Elektrolit baru diberikan jika terdapat

kelainan elektrolit yang berarti. Penggantian cairan yang tepat dapat

diberikan jika ada fasilitas pengukuran CVP. Transfusi plasma dan

darah dapat diberikan jika hemolisis sangat banyak. 7

c. Memperbaiki asidosis

Jika asidosis yang terjadi sangat berarti, maka dapat diberikan

sodium bikarbonat 50-100 mmol. 8

d. Memperbaiki hipotermi

Jika temperatur dibawah 28°C,mungkin dapat menyebabkan

fibrilasi ventrikel yang spontan dan dapat terjadi koma. Penghangatan

kembali pasien dapat dicapai dengan selimut hangat, humidifikasi gas

yang diinspirasi dan cairan intra vanous yang dipanaskan. Tindakan

yang lebih agresif misalnya dengan lavage peritoneal dengan air

hangat dan kardiopulmoner by pass. 8

e. Perlindungan terhadap otak

Tindakan disini termasuk monitoring ICP, hiperventilasi untuk

mengatur Pa CO2 sampai kira-kira 30 mmHg atau 4 Kpa, perbaiki

hipotermi sampai menjadi normotermi (30 ±1°C), restriksi cairan,

terapi steroid, terapi barbiturat. 8

f. Terapi lain

Secara umum antibiotika tidak perlu diberikan, tetapi jika

didapat tanda-tanda infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas,

misalnya amoksisilin dan sefalosporin. Antibiotika yang poten

15

Page 17: DROWNING DITA.doc

terhadap gram negatif dan anaerob misalnya gentamisin dan

metronidazol. 9

Steroid diberikan pada insufisiensi pulmonum dengan dosis 30

mg/KgBB, tapi efektifitasnya belum dibuktikan. Dosis kecil methyl

prednisolon 5 mg/KgBB/24 jam yang terbagi dalam 6 kali sehari,

dapat diberikan untuk mengatasi oedem pulmonum dan oedem cerebri

yang disebabkan akibat hipoksia. 9

g. Pemeriksaan dan Monitoring 9

- X Foto Thorax

Kelainan yang mungkin terdapat yaitu infiltrat dan oedem

pulmonum. Pasien yang masuk rumah sakit dengan foto thorax yang

normal, biasanya dapat hidup dengan terapi yang cukup.

- Elektrolit serum

Secara teoritis, terbenam di air akan menyebabkan elektrolit serum

akan menurun atau hemodilusi. Tapi pada kenyataan perubahan ini

jarang terjadi pada korban tenggelam, karena harus diperlukan

jumlah yang sangat besar yang diaspirasi untuk menimbulkan

perubahan pada konsentrasi elektrolit serum.

- Hemoglobin dan Hematokrit.

Hemokonsentrasi sering mengaburkan adanya anemia.

- Tes hemolisis

Hemoglobin bebas dalam urin

Hemoglobin bebas dalam plasma

16

Page 18: DROWNING DITA.doc

Kenaikan methemoglobin

- Analisa gas darah

- Elektrokardiogram

- CVP kateter

- Swan-Ganz kateter untuk memonitor tekanan kapiler pulmo

- Monitor tekanan darah 9

6. Prognosis

Pasien yang sadar atau sadar secara ringan pada presentasi mempunyai

kesempatan yang baik untuk bisa pulih sempurna dapat terjadi jika

resusitasi yang baik segera dimulai pada waktu kejadian.

Pasien yang komatose, mereka yang telah jelas dan dilatasi pupil dan tidak

adanya respirasi spontan mempunyai prognosis yang buruk. 9

KESIMPULAN

Telah dibicarakan tentang patofisiologi, penatalaksanaan dan

monitoring serta prognosis dari korban tenggelam. Aspirasi air

menyebabkan hemodilusi, dengan problem-problem patofisiologi yang

menyertai berupa hipoksemia, oedem pulmonum, dan kegagalan sirkulasi.

Penatalaksanaan di tempat kejadian yang paling penting adalah

resusitasi kardiopulmoner, dan jangan sekali-sekali dimulai dengan

drainage paru. Di rumah sakit, terapi ditujukan untuk memperbaiki ventilasi

sehingga adekuat, memperbaiki sirkulasi sehingga adekuat, koreksi

ketidakseimbangan asam basa dan mengatasi hipotermi.

17

Page 19: DROWNING DITA.doc

Resusitasi harus segera dimulai dan jangan ditunda-tunda, segera

setelah mendapat laporan tentang kecelakaan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Safar, P. Resusitasi Jantung Paru Pada Kegawatdaruratan Kardiovaskuler. Juni 2009. Available at http://medlinux.blogspot.com/2009/02/resusitasi-jantung-paru-pada-kegawatan

2. Wikipedia. Tenggelam. Maret 2009. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggelam

3. Sunaryo, Sudirman Syarif. Tenggelam dan cara pertolongannya. Dalam kumpulan nazca lengkap Konas I PCCMI 1982; 261-279.

4. Ap, Bs, H. Ilmu Kedokteran Forensik. FKUI. 1981; 48-50.

5. Ery, dkk. Tenggelam. 2009. Available at http://www.freewebs.com/tenggelam.htm

6. Hoff B. H. Multisystem failure: A review with special reference to drowning. Crit care med. 1979; 7:210.

7. Shoemaker, William C. Drowning and near drowning. In Atext book of critical care W. B Saunder company, Phyladelphia. 1984;39-43.

8. Siregar, Erwin. Tenggelam. Dalam Konas PCCMI 1982; 517-520.

9. Oh. T. E. Near drowning. In Intensive care manual. Butter worths, Sydneys. 1985; 282-285.

18