Upload
adi-susilo
View
537
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
1
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-1)
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
Nopember 2013
2
LEMBAR PENGESAHANLAPORAN PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN
BPOPTN – 2013
1 a. Buku I Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan(RKPM)
b. Matakuliah Matematika Geodesic. Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatikad. Semester/SKS/Kode III/3 SKS/TKGD2302e. Prasyarat Sistem Acuan Geodetikf. Status matakuliah Wajib
2 Dosen Pengampu Ia. Nama lengkap dan gelar Ir. Parseno, MT.b. Pangkat, Golongan, NIP Penata Tk.I, III.d., 1956 10 08 1983 03 1 001c. Jabatan Fungsional Lektord. Jurusan, Fak, Univ. Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, UGM
3 Dosen Pengampu IIa. Nama lengkap dan gelar Ir. Nurrohmat Widjajanti, M.T., Ph.D.b. Pangkat, Golongan, NIP Pembina, IV.a., 1969 10 21 1994 03 2 003c. Jabatan Fungsional Lektor Kepalad. Jurusan, Fak, Univ. Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, UGM
4 Dosen Pengampu IIIa. Nama lengkap dan gelar Dwi Lestari, ST.,ME.b. Pangkat, Golongan, NIP Asisten Ahli, III.a., 1975 08 30 1999 03 2 002c. Jabatan Fungsional Lektord. Jurusan, Fak, Univ. Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, UGM
5 Dosen Pengampu IVa. Nama lengkap dan gelar Ir. Sri Narni, MT.b. Pangkat, Golongan, NIP Penata Muda, III.c., 1950 10 09 1977 02 2 001c. Jabatan Fungsional Lektord. Jurusan, Fak, Univ. Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, UGM
Disetujui : Yogyakarta, 20 November2013Ketua Jurusan Teknik Geodesi Koordinator Dosen PengampuKetua PS T. Geodesi dan Geomatika
Ir. Djurdjani, MSP., M.Eng., Ph.D. Ir. Parseno, MT.NIP 1958 08 20 1985 02 1 001 NIP 1956 10 08 1983 03 1 001
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
MODUL 1 : Pendahuluan dan Review Aljabar Vektor
MODUL 2 : Sistem Koordinat Vektor
MODUL 3 : Aplikasi Vektor dalam Geometri Analitik
MODUL 4 : Diferensial Vektor
MODUL 5 : Medan Skalar dan Medan Vektor
MODUL 6 : Geometri Diferensial
MODUL 7 : Geometri Diferensial
MODUL 8 : Tes Sumatif 1 (UTS)
MODUL 9 : Geometri Diferensial
MODUL 10 : Geometri Diferensial
MODUL 11 : Segitiga Bola
MODUL 12 : Geometri Segitiga Bola
MODUL 13 : Geometri Segitiga Bola
MODUL 14 : Aplikasi Segitiga Bola
MODUL 15 : Aplikasi Segitiga Bola
MODUL 16 : Tes Sumatif 2 (UAS)
4
PRAKATA
Matematika Gedesi adalah matakuliah wajib di semester III pada program
studi Teknik Geodesi dan Geomatika, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Tekik
UGM. Matakuliah ini diselenggarakan sebagai salah satu pendukung kompetensi
yang harus dicapai lulusan program S1 Program Studi Teknik Geodesi dan
Geomatika.
Keberhasilan pencapaian kompetensi yang diharapkan pada program studi
ini sangat ditentukan oleh proses kegiatan pembelajaran. Dalam rangka menuju ke
cita-cita program studi tersebut disusunlah Bahan Ajar untuk matakuliah
Matematika Geodesi. Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan oleh
pengampu matakuliah Matematika Geodesi dalam menyampaikan perkuliahan
maupun oleh mahasiswa yang mengambil matakuliah ini.
Dengan selesainya pembuatan buku bahan ajar Matematika Geodesi ini,
penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ketua P3 UGM atas biaya yang dialokasikan guna penyusunan buku ini.
2. Ketua Jurusan Teknik Geodesi atas kepercayaan yang diberikan untuk
menyusun buku ini.
3. Tim MONEV atas masukan-masukan guna perbaikan dalam penyusunan
buku RPKPS an Bahan Ajar.
Selanjutnya harapan penyusun semoga buku ini dapat membantu pengampu
matakuliah Matematika Geodesi dalam menyampaiakan materi di kelas dan
membantu mahasiswa dalam memahami isi matakuliah Matematika Geodesi.
Yogyakarta, 20 November 2013Koordinator Dosen Pengampu
Ir Parseno, MT.NIP 1956 10 08 1983 03 1 001
5
TINJAUAN MATAKULIAH
Matematika Geodesi
III/3 SKS/TKGD2302/Wajib
DESKRIPSI MATAKULIAH
Matakuliah ini menjelaskan dasar-dasar matematika yang digunakan dalam
ilmu Geodesi, meliputi aljabar vektor, diferensial vektor, geometri diferensial,
medan skalar dan medan vektor, serta ilmu ukur segitiga bola.
KEGUNAAN MATAKULIAH BAGI MAHASISWA
Matakuliah ini berguna bagi mahasiswa terutama dalam mempelajari
bentuk bumi terkait dengan medan gayaberat bumi, penentuan konstanta fisik
bumi, dan karakteristik dari garis untuing-unting (plumb line) terhadap bidang-
bidang equipotensial. Matakuliah lain yang didasari oleh matakuliah ini adalah
Proyeksi Peta. Pengetahuan tentang kelengkungan garis, kelengkungan normal
pada bidang-bidang irisan sangat mendukung dalam memahami transformasi data
ukuran pada bidang lengkung ke bidang datar (bidang peta). Dengan memiliki
bekal materi pada matakuliah Matematika Geodesi diharapkan mahasiswa akan
lebih mudah dalam mempelajari matakuliah lanjutan yang terkait dengan
Matematika Geodesi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan-persoalan hitungan dalam aljabar
vektor dan hitungan diferensial pada vektor, dapat menerapkan hitungan vektor
untuk menyelesaikan persoalan pada kurva dan luasan (geometri diferensial) serta
mampu menyelesaikan persoalan-persoalan hitungan dalam ilmu segitiga bola
untuk mendukung tercapainya kompetensi dalam pengolahan data geosapasial.
6
SUSUNAN URUTAN BAHAN AJAR
BAB I : PENDAHULUAN DAN RIVIEW ALJABAR VEKTOR
a. Penggunaan Vektor dan Segitiga Bola
b. Pengertian Vektor, Jenis dan Sifat-sifat Vektor
c. Letak Relatif 2 Vektor (Dependent dan Indepent Linear).
d. Letak Relatif 3 Vektor (Asas Koplanaritas).
e. Dalil-dalil dalam R2 (2-dimensi) dan R3 (3-dimensi).
BAB II : SISTEM KOORDINAT VEKTOR
a. Komponen Vektor dalam Bidang dan Ruang
b. Vektor Satuan
c. Operasi Vektor Penjumlahan, Selisih dan Perkalian dengan
Skalar
d. Operasi Vektor : Dot Product dan Cross Product
e. Operasi Vektor : Perkalian 3 Vektor
BAB III : APLIKASI VEKTOR DALAM GEOMETRI ANALITIK
a. Persamaan Garis AB
b. Persamaan Garis melalui A Sejajar Vektor b
c. Persamaan Garis/Bidang melalui A Tegak Lurus Vektor b
d. Persamaan Bidang melalui A // b dan // c
e. Menentukan Jarak Titik ke Garis atau Bidang
f. Persamaan Bidang Tertentu oleh 3 Vektor
g. Sudut antara Dua Bidang
BAB IV : DIFERENSIAL VEKTOR
a. Fungsi Satu Perubah
b. Fungsi Lebih dari Satu Perubah
BAB V : MEDAN SKALAR DAN MEDAN VEKTOR
7
a. Pengertian Medan Skalar dan Medan Vektor
b. Gradien
c. Divergensi
BAB VI : GEOMETRI DIFERENSIAL
a. Kurva dalam Ruang
b. Vektor Singgung
c. Vektor Binormal pada Kurva
BAB VII : GEOMETRI DIFERENSIAL
a. Kelengkungan dan Puntiran pada Kurva
b. Sifat-sifat Kurva
BAB VIII : UJIAN TENGAH SEMESTER (Tes Sumatif 1)
BAB IX : GEOMETRI DIFERENSIAL
a. Luasan atau Permukaan dan Garis
b. Besaran Fundamental Orde I dan Orde II
BAB X : GEOMETRI DIFERENSIAL
a. Kelengkungan Utama Gauss
b. Sifat-sifat Developable
c. Sifat Titik pada Luasan
BAB XI : SEGITIGA BOLA
a. Pengertian dan Terbentuknya Segitiga Bola
b. Istilah dalam Segitiga Bola
BAB XII : GEOMETRI SEGITIGA BOLA
a. Syarat Hitungan pada Segitiga Bola
b. Jenis Segitiga Bola
c. Hitungan pada Segitiga Bola Siku (Aturan Napier)
8
BAB XIII : GEOMETRI SEGITIGA BOLA
a. Hitungan pada Segitiga Bola Kutub
b. Hitungan pada Segitiga Bola Kwadran
c. Hitungan pada Segitiga Bola Sembarang (Aturan Sinus dan
Cosinus)
BAB XIV : APLIKASI SEGITIGA BOLA
a. Pelayaran melalui Lingkaran Besar
b. Penentuan Arah Garis antara Dua Tempat
BAB XV : APLIKASI SEGITIGA BOLA
a. Aplikasi Segitiga Bola pada Astronomi
b. Bola Langit
c. SK Langit
BAB XVI : UJIAN AKHIR SEMESTER (Tes Sumatif 2)
PETUNJUK PENGGUNAAN BAHAN AJAR
Buku Bahan Ajar ini digunakan sebagai pedoman baik bagi dosen
pengampu maupun mahasiswa. Materi pembelajaran pada matakuliah ini tersusun
dala 16 bab. Setiap bab adalah materi untuk satu kali pertemuan. Dengan buku ini
diharapkan mahasiswa dapat mengetahui materi-materi dalam satu pertemuan,
sehingga dapat mempersiapkan materi sebelum kuliah.
Agar supaya mahasiswa dapat lebih memahami mengenai materi yang
disampaikan setiap kali pertemuan, dalam buku ini dilengkapi dengan pertanyaan-
pertanyaan ataupun soal latihan hitungan. Penyelesaian soal-soal latihan pada
setiap akhir pertemuan digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam proses
pembelajaran.
Supaya proses pembelajaran matakuliah Matematika Geodesi dapat
berjalan lancar, maka mahasiswa wajib:
9
1. Membaca/ mempelajari daftar pustaka yang diwajibkan dan dianjurkan.
2. Mengerjakan latihan/tugas yang diberikan oleh dosen pengasuh, baik
berkelompok maupun mandiri.
3. Aktif bertanya, menjawab pertanyaan maupun menyampaikan
pendapatnya pada saat sesi diskusi di setiap pertemuan kuliah.
10
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-1 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
11
BAB I
PENDAHULUAN DAN REVIEW ALJABAR LINIER
I.1. Pendahuluan
Bagian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada mahasiswa
tentang lingkup pembelajaran matakuliah Matematika Geodesi secara keseluruhan
serta keterkaitanya dengan bidang geodesi dan bidang lain khususnya kalkulus.
Pada bab I, akan dibahas materi tentang: penggunaan vektor dan segitiga bola
dalam bidang geodesi. Selanjutnya akan di-review mengenai pengertian vektor,
jenis vektor dan sifat-sifatnya, letak relatif 2 vektor (dependent dan indepent
linear), serta dalil-dalil dalam R2 (2-dimensi) dan R3 (3-dimensi).
I.1.1. Deskripsi Singkat
Vektor adalah besaran yang memiliki besar/nilai dan arah. Dalam
penerapannya beberapa vektor dapat digabung dengan operasi aljabar. Letak
relatif dari 2 buah vektor atau satu vektor terhadap vektor lainya dapat
menunjukan hubungan linier yang disebut hubungan gayut (dependen) atau
hubungan tak gayut (independen). Sedangkan hubungan linier tiga buah vektor
dapat digunakan untuk menjelaskan azas koplanaritas yaitu suatu azas yang
menunjukan bahwa ketiga vektor tersebut terletak pada satu bidang atau tidak.
I.1.2. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami arti pentingnya medan vektor dan segitiga
bola dalam kerangka konsep model bumi teoritik atau model bumi matematis.
Pengetahuan tentang azas kolinieritas dan koplanaritas, sangat
mendukung dalam mempelajari matakuliah Fotogrametri. Di dalam Fotogrametri
dipelajari pembentukan bayangan tiga dimensi dari sepasang foto udara/citra yang
bertampalan. Dengan rekonstruksi bayangan tiga dimensi secara analitik azas
kolinier dan koplanaritas diterapkan. Selanjutnya dapat diproses foto ortogonal
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai peta.
12
I.1.3. Relevansi
Bab I ini mempunyai maksud memperkenalkan mahasiswa tentang ruang
lingkup geodesi secara umum dalam kaitannya dengan disiplin ilmu lainnya,
sehingga mahasiswa mendapat gambaran disiplin ilmu yang menjadi dasar ilmu
geodesi dan disiplin ilmu penunjangnya. Dari uraian manfaat jelas bahwa
pengetahuan letak relatif dari dua atau lebih vektor memiliki hubungan yang kuat,
yaitu sebagai jembatan antara pengetahuan matematika dengan ilmu geodesi
khususnya bidang fotogrametri.
I.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-1, mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan tentang ruang lingkup Matematika Geodesi.
2. Menjelaskan pengertian dan jenis vektor.
3. Menjelaskan letak vektor dan dalil-dalil yang berlaku.
I.2. Penyajian
I.2.1. Penggunaan Vektor dan Segitiga Bola
Dalam bidang geodesi vektor banyak digunakan untk menguraikan
kondisi atau fenomena alam misalnya fenomena yang terkait dengan hukum fisika
sperti gravitasi bumi, gaya-gaya yang bekerja di permukaan bumi yang
berpengaruh pada gaya gravitasi bumi. Gaya pembangkit pasang-surut bumi atau
pasang-surut laut.
Segitiga bola digunakan untuk menjelaskan kedudukan bumi secara
relatif terhadap planet lain dalam sistem tata surya atau sistem koordinat langit.
Segitiga bola juga digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tempat yang
satu dan tempat yang lain di permukaan bumi dalam sistem toposentris maupun
dalam sistem geosentris.
I.2.2. Pengertian Vektor dan Skalar
Vektor didefinisikan sebagai suatu besaran yang mempunyai arah,
misalnya kecepatan, gaya, pergeseran, percepatan dll, sedangkan skalar adalah
13
suatu besaran saja/tidak mempunyai arah misalnya masa, panjang, waktu, suhu,
tinggi dll. Untuk memperjelas perbedaan skalar dan vektor bisa diperhatikan
Tabel 1. berikut.
Tabel 1. Perbedaan vektor dan skalar
skalar vektor- Besaran tanpa arah- Contoh: luas, panjang, tinggi, suhu,
dll- Penulisan simbol: huruf kecil atau
besar tanpa strip di bawah, misal: a, b, D, M
- Operasi pada skalar mengikuti aturan pada aljabar dasar
- Besaran yang mempunyai arah- Contoh: gaya, kecepatan,
percepatan, pergeseran/translasi, dll- Penulisan simbol: huruf kecil atau
besar dengan strip di bawah, misal a, P, DF atau cara tulis lain dengan tanda panah di atas atau di bawah huruf
- Ada aturan tentang aljabar vektor
Lambang vektor:
Besar vektor a = magnitude a = | a |
Vektor PQ bisa ditulis PQ , PQ , PQ , PQ
I.2.3. Jenis-jenis Vektor
Beberapa jenis vektor yaitu:
Vektor bebas: boleh dipindah asal sejajar dan sama besar
Contoh:
Vektor meluncur: boleh digeser sepanjang garis kerja
Vektor terikat tetap: titik pangkal tetap, atau biasa disebut dengan vektor letak
Vektor PQ = PQP = pangkalQ = ujung
Besar vektor PQ = magnitude= |PQ|
P
Q
a
14
Vektor nol = 0 : vektor yang besarnya nol (arah tak tentu)
Vektor satuan (unit vector): vektor yang panjangnya/besarnya/magnitudenya =
1 satuan
Vektor lawan : adalah vektor yang sama besarnya, arah berlawanan
|a| = |-a|
Dua buah vektor a dan b dikatakan sama apabila:
- Sama panjang
- Sejajar
- Sama arahnya
a = b a ≠ b a ≠ b
I.2.4. Operasi Vektor (Secara Grafis)
Operasi yang dimaksud disini adalah operasi-operasi aljabar seperti pada
bilangan skalar, yaitu penjumlahan, pengurangan dan perkalian.
a. Penjumlahan
a- a
a
b
a a
b b
a
b
a +ba b
a +b
ab
b + a
15
Sehingga pada penjumlahan vektor berlaku sifat komutatif : a + b = b + a
Sifat asosiatif juga berlaku pada penjumlahan vektor :
(a + b) + c = a + (b + c)
b. Pengurangan
a + b = c c - a = b
dapat ditafsirkan sebagai c + (- a) = b
c. Perkalian dengan skalar
Jika m adalah suatu skalar dan a adalah suatu vektor, maka:
m a = b, dengan a // b dan |b| = |m| |a|
a
b
c
a + bb + c
(a + b) + c
a + (b + c)
ab
c
d
e
f
0
f = ??
a
b
c
d
a + b + c + d = 0
c
a
b c
- a
b
16
untuk m > 0 , arah b sama arah dengan a
untuk m < 0 , arah b berlawanan arah dengan a
Contoh:
I.2.5. Sifat-sifat Vektor
Beberapa sifat vektor dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. a + (- a) = 0
2. 1 a = a
3. 0 a = 0
4. m 0 = 0
5. a + 0 = a
6. m (a + b) = ma + mb
7. (m + n) a = ma + na
8. Kombinasi linear
r merupakan kombinasi linear a dan b
s = m a + n b + p c + t d
s merupakan kombinasi linear dari a, b, c, dan d
I.2.6. Letak Relatif 2 Vektor (Dependent dan Indepent Linear)
Di dalam suatu bidang dua buah vektor apat dikatakan sebagai linearly
dependent atau linearly independent.
a
b
c
d
b = ½ a
c = ¾ a
d = - ¼ a
ab
p = m aq = n b----------------- +r = p + q = m a + n b
17
1. Dependent linear
a // b , dengan kata lain b dapat dinyatakan dengan a atau sebaliknya.
Misalkan: b = m a
a // b , a dan b saling dependent linear atau a dan b berbeda hanya dari
perkalian konstan m (kolinear)
2. Independent linear
a tidak sejajar b, dengan kata lain a dan b saling independen linear (non
kolinear).
Jika a dan b dua vektor bukan nol yang tidak saling sejajar, vektor c dalam
bidang (R2) diperoleh dengan memilih m dan n yang tepat.
c = m a + n b
I.2.7. Letak Relatif 3 Vektor (Asas Koplanaritas)
ab
a
b
a b
a
m a
b n b
c
b
a
c
α
β
a
b
c
α
β
18
Jika dua bidang α dan β sejajar, vektor a, b, c akan sejajar dengan suatu
bidang (koplanar), atau vektor a, b, c saling dependent linear.
atau
a, b, c sejajar dengan suatu arah bidang yang memuat vektor (koplanar), a, b,
c saling dependent linear.
sebaliknya
Tiga buah vektor nonkoplanar a, b, c menjadi basis untuk R3, dan vektor d
dalam ruang dapat diperoleh dengan menentukann h, m, n yang tepat pada:
d = h a + m b + n c
I.2.8. Dalil-dalil dalam R2 (2-dimensi) dan R3 (3-dimensi)
Dalil 1 :
Bila a dan b sejajar, maka selalu dapat ditemukan skalar m sehingga:
b = m a
Dalil 2 :
β
αp
q
r
bidang α tidak sejajar bidang
β, disebut independent linear
p, q, dan r: tidak ada bidang
sejajar ketiganya
(nonkoplanar)
ab
cd
ha
mb
nc
19
Dalam bidang (R2) sembarang vektor c selalu dapat dituliskan sebagai
kombinasi linear dari dua vektor yang tidak saling sejajar (independent
linear).
Dalil 3 :
Dalam ruang (R3), sembarang vektor d selalu dapat ditulis sebagai
kombinasi linier 3 vektor yang nonkoplanar (independent linear).
Dalil 4 :
Dalam bidang, 3 vektor atau lebih selalu dependent linear.
Dalil 5 :
Dalam ruang, 4 vektor atau lebih selalu dependent linear.
I.3. Penutup
I.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
penggunaan vektor dan segitiga bola terutama terkait dengan disiplin geodesi.
Dasar dasar operasi vektor, sifat-sifat dalam operasi vektor dan azas kolinieritas
serta azas koplanaritas menjadi inti pembahasan. Sedangkan yang terkait dengan
segitiga bola akan dibahas lebih detil mulai pada pertemuan ke-12 sampai
pertemuan ke-15.
I.3.2. Tes Formatif
1. Tentukan 3 buah vektor a, b, c sembarang dan tidak saling sejajar.
Lakukan operasi berikut secara grafis:
a. a + b + 2c
b. 2a – b + c
c. ½ a + b – c
2. Jika a dan b adalah sisi-sisi jajaran genjang (parallelogram), tentukan
vektor-vektor yang membentuk dua sisi lainnya dan diagonalnya.
3. Buktikan bahwa pada penjumlahan vektor berlaku hukum asosiatif.
20
4. Buktikan bahwa pada perkalian vektor dengan skalar berlaku hukum
distributif.
5. Tanto bersepeda ke arah Utara sejauh 3 km, kemudian berbelok ke arah
Tenggara sejauh 5 km. Gambarkan arah pergerakan Tanto dan berapa
resultan pergerakannya?
6. Tunjukan vektor-vektor yang independent dan dependent linear pada
contoh bangun bidang dan ruang berikut ini:
a.b.
c.d.
I.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Lingkup matematika geodesi
Tidak mampu menjelaskan
Dapat menjelaskan sebagian
Dapat menjelaskan secara runtut
Perkembangan penentuan dimensi bumi
Tidak mampu menjelaskan
Dapat menjelaskan sebagian
Dapat menjelaskan secara runtut
Peran data gayaberat di bidang geodesi
Tidak mampu menjelaskan
Dapat menjelaskan sebagian
Dapat menjelaskan secara runtut
a b
cd
e a
b
c
d
e
fhg
g
ca
b
f
h
d
e
CD
AB
E
HG
F
21
I.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
I.3.5. Sumber Pustaka
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Stein, F.M., Ph.D., 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
Strang, G. dan K. Borre, 1997, Linear Algebra, Geodesy, and GPS, Wellesley-
Cambridge Press, USA.
22
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-2 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
23
BAB IISISTEM KOORDINAT VEKTOR
II.1. Pendahuluan
II.1.1. Deskripsi Singkat
Sistem koordinat pada dasarnya digunakan untuk mengetahui posisi
(lokasi) suatu titik dibandingkan dengan posisi (lokasi) titik lainya. Pada
umumnya elemen-elemen penentu posisi menggunakan angka-angka koordinat
yang diletakan pada sistem sumbu-sumb koordinat. Pengertian sistem koordinat
vektor tidak jauh berbeda dengan sistem-sistem koordinat lainnya, hanya saja
pemahaman elemen-elemen koordinat menjadi menjadi komponen-komponen
vektor posisi dari suatu titik.
II.1.2. Manfaat
Pengetahuan tentang sistem koordinat vektor sangat bermanfaat dalam
mempelajari penentuan posisi di permukaan bumi menggunakan space teknologi.
II.1.3. Relevansi
Di bidang geodesi teknologi penentuan posisi di permukaan bumi menjadi
bagian penting dalam mempelajari bentuk, ukuran serta dinamika bumi. Analisis
yang terkait dengan perubahan atau pergeseran posisi sering disajikan dalam
vektor posisi.
II.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-2, mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan komponen vektor dalam ruang.
2. Menghitung vektor satuan.
3. Menerapkan operasi vektor dalam hitungan.
24
II.2. Penyajian
II.2.1. Komponen Vektor dalam Bidang dan Ruang
a. Vektor letak
Suatu titik dalam ruang dapat ditentukan letaknya dengan vektor letaknya
(position vector).
Bila O (titik pangkal) sudah ditentukan, maka letak
suatu titik P dapat ditentukan dengan vektor OP = p
yang berpangkal di O dan berujung di P, maka
vektor letak ini harus berjenis vektor terikat.
b. Sistem koordinat R2
Dalam bidang ditentukan titik
pangkal O dan sepasang vektor basis
yang independent linear: u1 dan u2.
Titik B ditandai oleh vektor letak b =
OB, maka menurut dalil 2, b akan
dapat ditulis sebagai kombinasi linier
u1 dan u2.
Contoh : b = 2 u1 + 3 u2
Dalam hal ini titik B lalu diberi koordinat B(2, 3), periksa koordinat C dan
D.
Sistem koordinat yang timbul disebut cartesius (yang umum).
Apabila u1 tegak lurus u2, maka didapat sistem koordinat cartesius
orthogonal.
Yang biasa digunakan di geodesi adalah sistem koordinat cartesius
ortonormal, yaitu u1 tegak lurus u2 dan magnitude u1 = magnitude u2.
p
O
P
ou1
u2
B
C
D
25
Sistem ini juga disebut koordinat tegak dan vektor basisnya biasa diberi
nama: i (pada arah sumbu x) dan j (pada arah sumbu y).
Secara umum, vektor letak suatu titik P juga akan diberi koordinat, sama
dengan koordinat P.
Dalam gambar di atas, B ditandai oleh b = 2 u1 + 3 u2 lalu ditulis b = (2,3)
yang dianggap sebagai bentuk singkat penulisan b = 2 u1 + 3 u2.
Bilangan 2 dan 3 disebut koordinat = komponen skalar vektor b.
Dalam sistem koordinat tegak, a = OA = (4, -2) artinya a = 4i - 2j yang
akan menunjuk titik A(4, -2).
c. Sistem koordinat R3
Dalam ruang dapat ditentukan pangkal O dan 3 vektor independen linear
u1, u2, u3 sebagai basis dan setiap titik akan ditandai dengan vektor
letaknya.
Titik A ditentukan oleh:
a = OA = a1 u1 + a2 u2 + a3 u3 = (a1, a2, a3)
maka koordinat A ialah A(a1, a2, a3)
II.2.2. Vektor Satuan
Dalam R2: Dalam R3:
au3
u2
u1
O
j
i X
Y
i j
k
X
Y
Z
26
i, j, k = vektor basis/satuan
| i | = | j | = | k | = 1, saling tegak lurus, orientasi tangan kanan
Dalam R2: vektor posisi suatu titik P (p1, p2)
ditulis p = p1 i + p2 j
| p | = 22
21 pp
Dalam R3: vektor posisi suatu titik A (a1, a2, a3)
ditulis a = a1 i + a2 j + a3 k
| a | = 23
22
21 aaa
Vektor satuan a = μa= a / | a |
II.2.3. Operasi Vektor Penjumlahan, Selisih dan Perkalian dengan Skalar
Jika a = a1 i + a2 j + a3 k dan b = b1 i + b2 j + b3 k
Penjumlahan:
a + b = (a1+ b1) i + (a2 + b2) j + (a3 + b3) k
= (a1+ b1 , a2 + b2 , a3 + b3)
Selisih:
a - b = (a1 - b1) i + (a2 - b2) j + (a3 - b3) k
= (a1- b1 , a2 - b2 , a3 - b3)
Perkalian dengan skalar:
m a = (ma1) i + (ma2) j + (ma3) k = ( ma1, ma2, ma3)
Perhatikan:
AB = b - a
a = (a1, a2, a3)
b = (b1, b2, b3)
sehingga b – a = (b1 – a1, b2 – a2, b3 – a3)
|AB| = jarak = |b – a| = 233
222
211 )()()( ababab
II.2.3. Operasi Vektor: Dot Product dan Cross Product
O
B
A
b
a
27
Pada materi sebelumnya telah dibahas perkalian vektor dengan suatu
skalar. Pada pokok bahasan ini akan dibahas perkalian vektor dengan vektor.
Hasil kali dua buah vektor dibedakan menjadi hasil kali titik (dot product) dan
hasil kali silang (cross product).
Hasil kali titik (dot atau scalar product)
Hasil kali titik dua buah vektor a dan b didefinisikan sebagai:
cosbaba
dimana θ adalah sudut terkecil yang dibentuk oleh vektor a dan b.
Secara geometrik, hasil kali titik adalah panjang vektor a dikalikan
panjang dari proyeksi vektor b di a atau panjang proyeksi a di b dikalikan
panjang vektor b.
a . b = |a| |b| cos θ
= |OA| |OB| cos θ
= |OA| |OBo|
= panjang a kali panjang proyeksi b pada a
a . b = |OB| |OA| cos θ
= |OB| |OAo|
= |b| |a| cos θ
= b . a
b
O
aA
BAo
θ
b
aO
B
ABo
θ
28
Sifat –sifat yang berlaku pada hasil kali titik:
1. a . b = b . a , sifat komutatif
2. a . (b + c) = a . b + a . c , sifat distributif
(a + b) . c = a . c + b . c
3. m (a . b) = (ma) . b = a . (mb)
4. jika a tegak lurus b maka a . b = 0
5. a . 0 = |a||0| cos θ = 0
6. a . a = |a||a| cos 0 = |a|2 sehingga |a| = (a . a)1/2
7. i . j = i . k = j . k = 0
8. i . i = j . j = k . k = 1
Misal a = a1i + a2j + a3k dan b = b1i + b2j + b3k
a . b = (a1i).(b1i) + (a1i).(b2j) + (a1i).(b3k) + (a2j).(b1i) + …
(silahkan dijabarkan sendiri…)
a . b = a1b1 + a2b2 + a3b3
Sudut antara 2 arah : cos θ = 2
32
22
12
32
22
1
332211
bbbaaa
bababa
ba
ba
Contoh 1: p = (2, 4, 1) dan q = (6, -3, 0) p . q = 2 . 6 + 4 . (-3) + 1 . 0 = 0 artinya p tegak lurus q
Jadi jika a . b = 0 , maka a = 0 atau b = 0 atau θ = 90º a.a = a1a1 + a2a2 + a3a3 = a1
2 + a22 + a3
2
Contoh 2:
Diketahui: a = 2i + j + 3k
b = i – 4k
c = 3i – j + 2k
Soal Latihan
Hitunglah:
a. a . b dan b . a
b. |a| , |b|, |c|
c. |a + b|, |a + c|
d. (a – b) . c
e. 3a . 2c dan 6(a . c)
29
f. (a + b) . c
g. Sudut yang terbentuk oleh a dan b
h. Vektor satuan pada arah a
i. Komponen vektor b pada a
Latihan ini dikerjakan/didiskusikan di kelas.
II.2.3. Operasi Vektor: Perkalian 3 Vektor
Hasil kali silang dua buah vektor a dan b ditulis sebagai:
cba
Hasil kali silang berupa vektor (vektor c ) yang tegak lurus terhadap vektor
a dan vektor b (orientasi tangan kanan). Magnitude dari vektor c dapat
ditulis dengan persamaan berikut:
|c| = |a| |b| sinθ
Dengan kata lain vektor c tegak lurus pada bidang yang tertentu oleh a dan
b seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
Arti geometris:
a
b
θ
c = a x b
c = a x b
a
bθ
O A
CB
Bo a
b
θ
|a x b| = |a| |b| sin θ
= |OA| |OB| sinθ
= |OA||BBo|
= luas OACB
= luas jajaran genjang yang
tertentu oleh a dan b
30
Akibatnya luas Δ OAB = ½ |a x b|
Luas segitiga yang tertentu oleh dua vektor
Secara umum dapat ditulis :
Luas ΔPQR = ½ |PQ x PR|
= ½ |PQ| |PR| sinθ
Sifat-sifat hasil kali silang:
a. Jika a // b maka a x b = 0, khususnya a x a = 0
b. a x b = - b x a
c. a x (b + c) = a x b + a x c
(a + b) x c = a x c + b x c
d. m ( a x b) = (ma) x b = a x (mb)
e. a x b = 0 , maka a = 0, atau b = 0, atau a // b
f. i x j = |i| |j| sin 90º k = 1.1k = k, j x k = i, k x i =j
g. i x i = j x j = k x k = 0
jika a = a1i +a2j + a3k
b = b1i +b2j + b3k
a x b = silahkan dijabarkan berdasar sifat-sifat di atas
Perkalian tiga buah vektor dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
perkalian pada dua vektor, namun perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
a. a . b . c = tidak berarti
b. (a x b) . c = tidak berarti
c. (a . b) c = m c = hasil berupa vektor
d. a ( b . c) = a m = hasil berupa vektor
e. (a x b) . c = a x b . c = hasil berupa skalar
f. a . (b x c) = a . b x c = hasil berupa skalar
g. (a x b) x c = hasil berupa vektor
h. a x (b x c) = hasil berupa vektor
P Q
R
θ
hasil kali triple skalar
hasil kali triple vektor
31
Hasil kali triple skalar
a x b . c
OCo = proyeksi c ke L
= tinggi c di atas bidang OADB
a x b . c = luas OADB x tinggi C
adalah volume parallel epipedum yang tertentu oleh a, b, c
Jika a = a1 i + a2 j + a3 k
b = b1 i + b2 j + b3 k
c = c1 i + c2 j + c3 k
kbb
aaj
bb
aai
bb
aaba
21
21
13
13
32
32
c = c1i + c2j + c3k
----------------------------------------------------- . (perkalian dot)
= 321
212
13
131
32
32 cbb
aac
bb
aac
bb
aa
321
321
321
321
321
321
321
321
321
ccc
bbb
aaa
bbb
ccc
aaa
bbb
aaa
ccc
cba
O
Co
A
D
B
C
θ
a
b
c
a x b = L …vektor luas OADB
dengan |L| = luas OADB
a x b . c = L . c
= |L||c| cosθ
= |L| OCo
32
II.3. Penutup
II.3.1. Rangkuman
Vektor satuan digunakan sebagai skala dalam menentukan posisi dalam
sistem koordinat vektor. Apabila suatu vektor akan dinyatakan terhadap vektor
lainya, maka diperlukan vektor satuan untuk menyatakannya. Terkait dengan
sifat-sifat orthogonalism pada sumbu-sumbu kordinat maka diperlukan
pengetahuan tentang hasil perkalian operasi vektor. Di dalam operasi vektor
diagonal ada dua perkalian yang berbeda yaitu operasi perkalian titik (dot) dan
operasi perkalian silang (cross). Beberapa karakteristik khusus operasi perkalian
vektor terkait pada sistem koordinat perlu dipahami.
II.3.2. Tes Formatif
1. Tentukan titik D supaya ABCD menyusun sebuah jajaran genjang, dimana
A(4,4,1); B(2,1,5); C(6,8,0)
2. Diketahui p = 3i – 2j + k ; q = 2i – 4j – 3k ; r = -i + 2j + 2k
a. Tentukan magnitude dari p ; p + q - r ; 2p – 3q + r
b. Tentukan vektor satuan p, q dan r
3. Jika r1 = 2i – j + k ; r2 = i + 3j – 2k ; r3 = -2i + j – 3k dan r4 = 3i + 2j + 5k.
Tentukan skalar h, m, n, sehingga r4 = hr1 + mr2 + nr3.
Tunjukan bahwa dot product dapat digunakan untuk merumuskan aturan
cosines pada segitiga.
4. Jika c tegak lurus a dan b, buktikan bahwa c juga tegak lurus terhadap:
a. a + b
b. 2a – b
c. b – a
5. Tentukan sudut antara a = 3i + 2j – 2k dan b = 2i – 3j + k
6. Tentukan nilai m sehingga a = 2i + mj + k tegak lurus b = 4i – 2j – 2k
7. Tentukan panjang proyeksi vektor a = i – 2j + k pada b = 4i - 4j + 7k
8. Diketahui a = 3i – j +2k, b = 2i +j – k, dan c = i – 2j + 2k , tentukan:
33
a. a x b; b x c; (a x b) x c
b. Luas segitiga tertentu oleh a, b, dan c
9. Tentukan vektor satuan yang tegak lurus bidang yang tertentu oleh:
a = 2i – 3 j + k dan b = i + 3j + 2k
Tunjukan bahwa cross product dapat digunakan untuk merumuskan aturan
sinus pada segitiga.
II.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Menjelaskan komponen vektor dalam ruang 2 dan 3
Tidak mampu menjelaskan
Dapat menjelaskan sebagian
Dapat menjelaskan secara runtut
Menghitung vektor satuan
Tidak dapat melakukan hitungan
Dapat melakukan hitingan tetapi hasilnya salah
Dapat melakukan hitingan dan hasilnya benar
Penerapan operasi vektor
Tidak dapat menerapkan
Dapat menerapkan sebagian
Dapat menerapkan seluruh operasi vektor
II.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait dan melakukan latihan
mengerjakan soal lebih intensif dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang
memiliki katagori dengan skor 2.
II.3.5. Sumber Pustaka
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Stein, F.M., Ph.D., 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
Strang, G. dan K. Borre, 1997, Linear Algebra, Geodesy, and GPS, Wellesley-
Cambridge Press, USA.
34
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-3 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
35
BAB III
APLIKASI VEKTOR DALAM GEOMETRI ANALITIK
III.1. Pendahuluan
Di dalam geometri analitik antara lain dipelajari tentang
persamaan suatu garis atau bidang jika diketahui beberapa syarat. Aplikasi vektor
dalam geometri analitik dimaksudkan agar mahasiswa dapat menerapkan operasi
vektor untuk mencari atau menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan persamaan garis dan bidang.
III.1.1. Deskripsi Singkat
Pada pokok bahasan ini akan dipelajari beberapa persamaan garis dan
bidang yang dapat ditentukan oleh vektor-vektor tertentu seperti misalnya
persamaan garis melalui satu atau beberapa titik, persamaan garis atau bidang
melalui satu atau beberapa titik dan sejajar vektor lain, persamaan garis atau
bidang melalui satu titik dan tegak lurus vektor lain, dan persamaan bidang yang
tertentu oleh tiga buah vektor, serta jarak titik ke garis atau bidang.
III.1.2. Manfaat
Dengan mempelajari aplikasi vektor dalam geometri analitik mahasiswa
mendapat wawasan bahwa ada benang merah antara matakuliah matematika
dengan konsep-konsep penentuan posisi serta konsep geometri analitik yang
diterapkan pada peralatan survei dan pemetaan.
III.1.3. Relevansi
. Terkait bidang geodesi, persoalan membuat garis tegak lurus terhadap
bidang, garis tegak lurus garis dan garis sejajar garis adalah hal terpenting
terutama pada konsep peralatan alat-alat ukur survei pemetaan.
III.1.4. Learning Outcomes
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-3, mahasiswa akan dapat:
36
1. Menerapkan aplikasi hitungan vektor pada geometri analitik untuk
mencari persamaan garis.
2. Menerapkan aplikasi hitungan vektor pada geometri analitik untuk
mencari persamaan bidang.
III.2. Penyajian
III.2.1. Persamaan Garis AB
Bila diketahui:
OR = r = (x, y, z) = xi + yj + zk = vektor letak titik R, bergerak (R3)
= (x,y) = xi + yj = vektor letak titik R, bergerak (R2)
OA = a = (a1, a2, a3) = a1i + a2j + a3k = vektor letak titik A, tetap (R3)
= (a1, a2) = a1i + a2j k = vektor letak titik A, tetap (R2)
maka dapat ditentukan:
Apabila λ dijalankan, r = (1 – λ) a + λ b memberikan persamaan garis g
(AB).
Penjabaran ke persamaan skalarnya:
r – a = λ(b – a)
dalam R3 menjadi:
(x – a1, y – a2, z – a3) = λ(b1 – a1, b2 – a2, b3 – a3)
= (λ(b1 – a1), λ(b2 – a2), λ(b3 – a3))
g
O
a r b
A
BR
1
λ Misalkan AR = λ AB
r = OR = OA + AR = a + λAB
= a + λ (b – a)= (1 – λ)a + λb
37
x – a1 = λ(b1 – a1)
y – a2 = λ(b2 – a2)
z – a3 = λ(b3 – a3)
Eliminasi λ menghasilkan:
33
3
22
2
11
1
ab
az
ab
ay
ab
ax
dalam R2 menjadi 22
2
11
1
ab
ay
ab
ax
(biasanya ditulis AB
A
AB
A
YY
Yy
XX
Xx
)
III.2.2. Persamaan Garis melalui A Sejajar Vektor b
Pada gambar ditunjukkan bahwa a dan b
adalah dua buah vektor terikat pada
titik O sehingga berlaku:
Dalam R3:
r – a = λb
(x – a1, y – a2, z – a3) = (λb1, λb2, λb3)
3
3
2
2
1
1
b
az
b
ay
b
ax
b1, b2, b3 disebut bilangan arah
b disebut vektor arah
Dalam R2:
)()( 11
22
2
2
1
1 axb
bayatau
b
ay
b
ax
b2/b1 biasa dikenal dengan gradient (m)
persamaan skalar dengan parameter λ
O
a
b
r
gA R
r = OR = OA + AR
r = a + λb
Untuk λ berubah, maka persamaan menyatakan
persamaan garis g, melalui A, sejajar b
atau (r – a) x b = 0
38
III.2.3. Persamaan Garis/Bidang melalui A Tegak Lurus Vektor b
Pada gambar di atas, dalam R2 , garis g melalui A, tegak lurus vektor b dan
dalam R3 bidang melalui A tegak lurus vektor b
Bentuk persamaannya adalah:
(r – a) . b = 0
Bentuk persamaan skalarnya adalah:
b1 (x – a1) + b2 (y – a2) + b3 (z – a3) = 0
III.2.4. Persamaan Bidang melalui A // b dan // c
Bentuk skalar persamaannya adalah:
[r – a, b, c] = 0, atau
0
321
321
321
ccc
bbb
azayax
Sedangkan bentuk khusus persamaan di atas adalah:
O
α
β bt
c
AR Pada bidang β : t = λb + μc
Titik R pada bidang α, sehingga:
OR = OA + AR
r = a + t
maka: r = a + λb + μc
O
AR
b a r
α
b
O
A
R
b
a rg
39
r = λb + μc
yaitu persamaan bidang melalui O, // b dan c (ingat jika tiga buah vektor a,
b, c dependent linear, maka ada bidang yang sejajar ketiganya, atau
parallel epipedum collaps).
III.2.5. Menentukan Jarak Titik ke Garis atau Bidang
Bila disusun vektor satuan arah b, μ = b
bmaka persamaan menjadi:
r . μ = p (Persamaan Hess (Normal))
merupakan persamaan garis dalam R2 atau bidang dalam R3 yang tegak
lurus μ, dan berjarak p dari O.
Jarak titik-garis
Titik A dengan vektor a, garis g dengan persamaan Hess r . μ = p atau
r . μ – p = 0 maka jarak (A, g) = |a . μ – p|
Jarak titik-bidang
Titik A dengan vektor a, bidang α dengan persamaan Hess r . μ – p = 0
maka jarak (A, α) = |a . μ – p|
III.2.6. Jarak Garis ke Garis
Berikut adalah uraian untuk menentukan jarak antara dua garis yaitu garis
g ke garis h. Jika dipilih titik A dan B pada garis g dan titik C dan D pada garis h,
maka berlaku:
AB x CD = vektor yang tegak lurus garis g dan h
Vektor satuan yang tegak lurus garis g dan garis h adalah:
CDxAB
CDxAB
r . b = k, merupakan persamaan garis (R2)
atau bidang (R3) yang tegak lurus b,
berjarak b
kdari O.r
b
40
Jika diambil sembarang titik pada garis g, misalnya titik A dan titik C sembarang
titik pada garis h maka jarak garis g ke garis h dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
Jarak (g, h) = lGHl = lAC . l
III.2.7. Sudut antara Dua Garis dan Sudut antara Dua Bidang
a. Sudut antara dua garis g dan h
Sudut (g, h) = , dapat dihitung dengan persamaan berikut:
CD AB
x CDABCos
Perhatikan pada gambar di atas:
Pilih A, B pada garis g dan C, D pada h.
b. Sudut antara dua bidang dan
Perhatikan pada gambar disamping:
Pilih vektor normal n pada bidang .
Pilih vektor normal m pada bidang .
gh
A
B
C
D
H
G
µ
g h
CB
DA
n m
41
Sudut antara bidang dan bidang = sudut (n, m) = , dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
Cos = n.m /l n ll m l
c. Sudut antara garis g dan bidang
Tentukan normal pada bidang , yaitu vektor b,
Sudut antara garis g dan bidang , dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Sudut (g, ) = /2 – sudut (g, b)
= 90 – sudut (g, b)
III.2.Persamaan Bidang Tertentu oleh 3 Vektor
X
Y
Z
P
P1
P2
P3
P1 , P2 , P3 , tidak terletak pada satu garis lurus.
Jika:
r1 = x1 i + y1 j + z1 k
r2 = x2 i + y2 j + z2 k
r3 = x3 i + y3 j + z3 k
Merupakan vektor posisi titik P1(x1, y1, z1), P2(x2, y2, z2), dan P3(x3,
y3, z3), serta P1,P2,P3 tidak terletak satu garis lurus.
A
Bb
g
42
Jika: r = x i + y j + z k merupakan vektor posisi sembarang titik di P (x, y, z)
pada bidang maka:
P1P2 = r2 – r1 ,
P1P3 = r3 – r1 , berada dalam satu bidang.
P1P = r – r1
Sehinga:
P1P . P1P2 x P1P3 = 0
atau
(r – r1 ) . (r2 – r1 ) x (r3 – r1 )
atau
III.3. Penutup
III.3.1. Rangkuman
Vektor dapat diterapkan untuk menentukan persamaan garis, bidang, jarak
antara dua garis, jarak titik ke garis dan sudut antara dua garis pada geometri
analitik.
III.3.2. Tes Formatif
5. Tentukan titik D supaya ABCD menyusun sebuah jajaran genjang, dimana
A(4,4,1); B(2,1,5); C(6,8,0)
6. Diketahui p = 3i – 2j + k ; q = 2i – 4j – 3k ; r = -i + 2j + 2k
c. Tentukan magnitude dari p ; p + q - r ; 2p – 3q + r
d. Tentukan vektor satuan p, q dan r
7. Jika r1 = 2i – j + k ; r2 = i + 3j – 2k ; r3 = -2i + j – 3k dan r4 = 3i + 2j + 5k.
Tentukan skalar h, m, n, sehingga r4 = hr1 + mr2 + nr3
8. Jika u = 2i + j + 2k adalah vektor letak titik A dan v = 3i -j + 4k adalah
vektor letak titik B, tentukan
[(x – x1) i + (y – y1) j + (z – z1) k] . [(x2 – x1) i + (y2 – y1) j + (z2 – z1) k] x [(x3
– x1) i + (y3 – y1) j + (z3 – z1) k]
43
a. Persamaan garis yang melalui A dan sejajar vektor B
b. Persamaan bidang yang melalui B dan tegak lurus vektor AB
c. Apabila w = 2i + j + k adalah vektor letak C, tentukan persamaan
bidang yang melalui C sejajar B dan sejajar A
d. Jarak titik X(1,-2,1) terhadap bidang yang melalui B dan tegak
lurus vektor AB
III.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Menerapkan hitungan vektor untuk mencari persamaan garis
Tidak mampu menerapkan
Dapat menerapkan sebagian
Dapat menerapkan dengan benar
Menerapkan hitungan vektor untuk mencari persamaan bidang
Tidak mampu menerapkan
Dapat menerapkan sebagian
Dapat menerapkan dengan benar
III.3.4. Tindak lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
III.3.5. Sumber Pustaka:
Davis, H.F., 1961, Introduction to Vector Analysis, Allyn and Bacon, Inc.,
Boston.
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum Publishing Co., NewYork, USA.
Stein, F.M., Ph.D., 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
Strang, G. dan K. Borre, 1997, Linear Algebra, Geodesy, and GPS, Wellesley-
Cambridge Press, USA.
44
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-4 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
45
BAB IV
DIFERENSIAL VEKTOR
IV.1. Pendahuluan
Pada bab IV akan didiskusikan mengenai penerapan kaidah-kaidah
diferensial pada vektor. Hal ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan
kecakapan dalam mengurai persoalan vektor dengan diferensial.
IV.1.1. Deskripsi Singkat
Pada bagian ini akan dibahas tentang fungsi dengan beberapa perubah
bebas, difernsial vektor dan sifat-sifat dari derivatif vektor.
IV.1.2. Manfaat
Mahasiswa akan dapat menjelaskan dan menerapkan kaidah-kaidah
diferensial dalam menyelesaikan persoalan-persoalan vektor fungsi dengan
beberapa perubah bebas.
IV.1.3. Relevansi
Dalam mengurai persoalan-persoalan geodesi sering dijumpai persoalan-
persoalan yang harus diselesaikan dengan menggunakan vektor fungsi. Oleh
karena itu, materi ini memberi wawasan tentang penerapan kaidah diferensial
dalam vektor fungsi menjadi sangat bermanfaat.
IV.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-4, mahasiswa akan dapat:
1. Melakukan hitungan diferensial pada vektor fungsi satu perubah.
2. Melakukan hitungan diferensial pada vektor fungsi dua perubah.
3. Melakukan hitungan diferensial pada vektor fungsi dengan beberapa
perubah bebas.
46
IV.2. Penyajian
IV.2.1. Fungsi dengan Perubah Bebas
Diketahui pada persamaan skalar : y = f(x), mempunyai arti:
f : x ( x merupakan perubah bebas) menghasilkan y (tak bebas).
Contoh : y = f(x) = sin x 1 perubah bebas
z = f(x, y) = cos (x+y) 2 perubah bebas
Vektor v berubah sebagai fungsi suatu perubah t, dapat ditulis V = v(t).
Jika V = (v1, v2, v3) maka V = v(t) berarti masing-masing komponen merupakan
fungsi dari t, dan ditulis:
V = ( v1(t), v2(t), v3(t))
Contoh: v = (cos t, sin t, sin 2t)
Jika V(t) merupakan suatu vektor yang bergantung pada variable skalar tunggal t,
maka:
))(),(),(()( 321 ttvttvttvvttv
))(),(),(()( 321 tvtvtvvtv
)()( tvttvv
ttvttv
tv
)()(
Derivatif v ke t , ditulis dv/dt, didefinisikan sebagai:
t
tvttv
t
v
dt
vdtt
)()(limlim
00
atau dapat ditulis: )()(' tvdt
dtv
dt
vd berupa vektor
Hasil pendiferensialan berupa vektor dan dapat didiferensialkan lagi ke t:
3
3
2
2
;dt
vd
dt
vddst.
Kejadian khusus:
Jika v merupakan vektor letak titik, ditulis r:
R3 : r = (x, y, z)
v(t)
v(t+Δt)
Δv
47
R2 : r = (x, y) dan r = r(u), maka:
R3 : r = (x(u), y(u), z(u))
R2 : r = (x(u), y(u))
r = r(u) menyatakan suatu kurva (R2 maupun R3).
r’ = dr/du = vektor singgung pada kurva γ di titik P.
Jika perubahnya adalah panjang busur kurva itu sendiri, sehingga r = r(s), maka :
r’(s) = dr/ds = t = vektor singgung satuan, atau
t = r’/|r’| → |t| = 1
Contoh dalam Fisika:
Jika perubah t : waktu, r = r(t) merupakan persamaan gerak titik,
r’(t) = v(t) : adalah vektor kecepatan,
r’’(t) = v’(t) = a(t) : adalah vektor percepatan titik.
Vektor kecepatan akan menyinggung kurva lintasan.
Sifat-sifat derivatif vektor:
Jika u, v, w merupakan vektor fungsi dan φ adalah skalar fungsi dengan perubah
skalar t:
1. 0adtd
; a vektor tetap
2.dt
vd
dt
udvu
dt
d )(
3.dtvd
udtud
vvudtd
)(
4. vdt
ud
dt
vduvu
dt
d )(
r(u)
r(u+Δu)
Δr
Q
P
γ
dr/du r(u) = OPr(u + Δu) = OQΔr = PQjika Δu → 0 maka Q → P, Δr/Δu → dr
48
5. udt
d
dt
udu
dt
d )(
6. wvdt
udw
dt
vdu
dt
wdvuwvu
dt
d )(
7. )()()()( wvdt
udw
dt
vdu
dt
wdvuwvu
dt
d
Hati-hati dengan urutan operasinya!
Pada vektor letak v = (v1, v2, v3) = v1i + v2j + v3k
Jika v = v(t) maka:
v1= v1(t) ; v2= v2(t) ; v3= v3(t)
sehingga:
v = v1(t) i + v2(t) j + v3(t) k
↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
s v s v s v
sehingga:
)()()( 33
22
11 k
dt
dv
dt
kdvj
dt
dv
dt
jdvi
dt
dv
dt
idv
dt
vd
Ingat da/dt = 0
Maka:
),,( 321
321
dt
dv
dt
dv
dt
dv
dt
vd
kdt
dvj
dt
dvi
dt
dv
dt
vd
IV.2.2. Fungsi Lebih dari Satu Perubah
Jika v = (v1, v2, v3), sedang v1, v2, v3 merupakan fungsi dua perubah s, t, maka v
adalah fungsi s,t.
v = v(s, t) = (v1(s, t), v2(s, t), v3(s, t))
Derivatif parsial v ke s dan t adalah:
ds
v
s
v
s
v
s
v 321 ,,
49
dt
v
t
v
t
v
t
v 321 ,, dst untuk derivatif orde yang lebih tinggi disusun dengan
cara sama.
Jika vektor letak r merupakan fungsi 2 perubah r = r (s, t), maka tempat
kedudukan titiknya berupa luasan dalam ruang.
Jika a = a (x, y, z) → dzz
ady
y
adx
x
aad
x
a
xx
a2
2
,
y
a
yy
a2
2
,
z
a
zz
a2
2
y
a
xyx
a2
,
x
a
yxy
a2
,
2
2
2
3
z
a
xzx
a
Jika a memiliki derivatif parsial orde dua atau lebih, xy
a
yx
a
22
Contoh latihan:
1. a = (2x2y – x4) i + (exy – ysinx) j + (x2 cosy) k
Carilah x
a
, y
a
, 2
2
x
a
, 2
2
y
a
, yx
a
2
, xy
a
2
, 2
3
yx
a
, yx
a
2
3
IV.3. Penutup
IV.3.1. Rangkuman
Kaidah-kaidah diferensial yang dipelajari dalam matakuliah kalkulus
berlaku juga dalam menyelesaikan problem diferensiasi dalam vektor fungsi.
IV.3.2. Tes Formatif
1. v = (2, t2, 1/t) tentukan dv/dt !
2. r = sin t i + cos t j + t k = (sin t, cos t, t)
v Carilah: dr/dt , d2r/dt2 , | dr/dt| , | d2r/dt2|
3. Persamaan gerak suatu titik sepanjang kurva dalam bentuk parameter:
x = e-t , y = 2 cos 3t ; z = 2 sin 3t
Tentukan magnitude dari kecepatan dan percepatan pada saat t = 1.
50
4. Sebuah titik bergerak sepanjang kurva x = 2t2 , y = t2 – 4t , z = 3t –5
Carilah komponen kecepatan dan percepatannya pada saat t = 1 dalam arah i – 3j + 2k
5. Persamaan gerak titik diberikan dengan r = (x, y, z) = (2 cos t, sin t, 4)
Carilah vektor normal pada kurva pada saat t = π/4
6. Jika a = 5t2 i + t j – t3 k dan b = sin t i – cos t j, carilah:
a. d/dt(a . b)
b. d/dt (a x b)
c. d/dt (a . a)
7. Tentukan persamaan garis singgung dan garis normal di titik φ =
π/3 pada kurva r = (x, y) = (φ cosφ, sin2φ).
IV.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Diferensial vektor fungsi satu perubah
Tidak dapat melakukan hitungan
Dapat melakukan hitungan sebagian
Dapat melakukan hitungan keseluruhan
Diferensial vektor fungsi dua perubah
Tidak dapat melakukan hitungan
Dapat melakukan hitungan sebagian
Dapat melakukan hitungan keseluruhan
Diferensial vektor fungsi beberapa perubah
Tidak dapat melakukan hitungan
Dapat melakukan hitungan sebagian
Dapat melakukan hitungan keseluruhan
IV.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
51
IV.3.5. Sumber Pustaka
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum Publishing Co., NewYork, USA.
Stein, F.M., Ph.D., 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
52
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-5 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
53
MODUL V
MEDAN VEKTOR DAN MEDAN SKALAR
V.1. Pendahuluan
Bagian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada mahasiswa
tentang salah satu aplikasi diferensial vektor untuk menentukan medan vektor dan
medan skalar.
V.1.1. Deskripsi Singkat
Pada bab V, akan dibahas materi tentang pengertian medan vektor dan
medan skalar, gradien, derivatif berarah, divergensi, dan curl (rotor) serta
penggunaan beberapa operator gabungan dan sifat-sifat dari operator operator
tersebut.
V.1.2. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami aplikasi diferensial vektor pada medan
vektor dan medan skalar, dapat menjelaskan rumus-rumus yang digunakan dan
sifat-sifat dari beberapa operator yang dijelaskan. Selanjutnya dapat melakukan
hitungan vektor normal suatu luasan, sudut yang terbentuk antara dua luasan,
derivatif berarah suatu luasan, menentukan persamaan garis singgung luasan,
persamaan bidang normal dan hitungan menggunakan operator gabungan.
V.1.3. Relevansi
Bab V ini mempunyai maksud menjelaskan kepada mahasiswa tentang
aplikasi diferensial vektor pada medan vektor dan medan skalar dan dapat
menerapkannya pada matakuliah-matakuliah selanjutnya yang relevan, yaitu
Proyeksi Peta, Geodesi Fisis dan Analisis Deformasi.
V.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-5, mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian medan skalar dan medan vektor
2. Menjelaskan pengertian gradien, divergensi dan curl.
54
3. Menggunakan rumus gradien untuk hitungan vektor normal dan derivatif
berarah suatu luasan.
4. Melakukan hitungan dengan divergensi dan curl.
5. Menjelaskan penggunaan operator gabungan dan sifat-sifatnya.
6. Menyelesaikan hitungan menggunakan operator gabungan.
V.2. Penyajian
V.2.1. Medan Vektor dan Medan Skalar
Jika suatu vektor v merupakan fungsi 3 perubah yang juga berupa koordinat titik
dalam ruang:
v = v (x,y,z)
= (v1(x,y,z), v2(x,y,z), v3(x,y,z))
Berarti v merupakan fungsi r (vektor letak titik). Satu titik dalam ruang dikaitkan
dengan satu v, dan ditulis:
v = v (r)
Ruang seperti ini dinamai medan vektor. Contoh medan vektor antara lain medan
magnet, medan gaya potensial, medan kecepatan arus.
Sebaliknya ada pula skalar φ yang menjadi fungsi dari r:
φ = φ (r) = φ (x,y,z)
Pada setiap titik ruang terkait satu skalar φ, ruangnya disebut medan skalar.
Contoh medan skalar antara lain medan suhu, medan tekanan (barometer), medan
potensial.
Jika dalam ruang diketahui medan suhu φ = φ (x,y,z), maka φ = konstan
memberikan luasan yang diberi nama bidang isothermis, jika φ adalah tekanan
dan konstan maka luasan yang terbentuk disebut bidang isobaris, sedangkan
apabila φ adalah potensial dan konstan, maka bidangnya disebut bidang
ekuipotensial.
V.2.2. Gradien
Diketahui suatu medan skalar φ = φ (x,y,z).
Diferensial total φ adalah:
55
dzdydxzyx
d ,,,,
Jika r = (x,y,z) maka (dx, dy, dz) = dr, sedangkan
zyx
,, = = gradien
φ = grad φ.
Notasi dibaca nabla phi, sehingga dapat ditulis: dφ = .dr
dianggap sebagai hasil operasi terhadap φ, maka:
zyx
,,
dianggap sebagai vektor pendiferensial, sebelum ada yang dikenai maka belum
bernilai.
φ berarti dikalikan dengan φ (perkalian vektor dengan skalar) dan
dikenakan terhadap φ.
Sebaliknya,
zyx
,, masih merupakan operator, sebab
dikalikan φ tetapi tidak dikenakan terhadap φ.
Diambil suatu bidang/luasan dengan φ = konstan.
Secara umum bidang ini dinamakan bidang ekuipotensial.
Untuk φ = k maka dφ = 0, .dr = 0
dr adalah vektor yang menyinggung luasan, maka vektor tegaklurus bidang
φ.
Jadi vektor adalah vektor normal luasan, dan vektor normal satuan luasan
adalah:
dr
T
φ = k
n
56
n
Contoh soal:
a. Tentukan persamaan garis normal dan bidang singgung di titik T(2,1,-1)
pada luasan 2x2y +3y3z –xz2 = 3.
Jawab:
Anggap φ(x,y,z) = 2x2y +3y3z –xz2 – 3
24 zxyx
; zyxy
22 92
; xzyz
23 3
sehingga untuk T(2,1,-1), maka 7
x
, 1
y
, dan 7
z
atau T = (7,-1,7).
Persamaan garis normal luasan:
(x,y,z) = (2,1,-1) + λ(7,-1,7)
(x,y,z) – (2,1,-1) = λ(7,-1,7)
Bentuk skalarnya menjadi: 7
1
1
1
7
2
zyx
Adapun persamaan bidang singgung di T:
{(x,y,z) – (2,1,-1)} . (7,-1,7) = 0
Atau 7(x-2) – (y-1) + 7(z+1) = 0
7x – 14 – y + 1 + 7z + 7 = 0
7x – y + 7z = 6
Vektor normal satuan di T = 113
)7,1,7( n
b. Tentukan sudut potong antara dua luasan x2z3 + 4x2 – y + 5 = 0 dan xyz2 =
4 di titik (1,1,-2).
Jawab:
Misalkan φ1 = x2z3 + 4x2 – y + 5
φ2 = xyz2 – 4
maka 1 = (2xz3 + 8x, -1, 3x2z2)
2 = (yz2, xz2, 2xyz)
untuk A(1,1,-2) maka 1 = (-8,-1,12) dan 2 = (4,4,-4)
57
Sudut antara dua luasan = θ,
627
21
34209
)4,4,4()12,1,8(cos
21
21
θ = arcos627
21
V.2.3. Derivatif Berarah
Jika u vektor arah satuan ke suatu arah tertentu, maka u = . u merupakan
panjang proyeksi ke arah u. u disebut derivatif berarah medan skalar di P
pada arah u, dan nilainya akan maksimum jika u sejajar ( tegak lurus bidang
φ = k) seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
Contoh soal:
Dalam medan φ = xeyz , suatu titik digerakkan dari A(3,0,2) ke B(4,4,1). berapa
derivatif berarah medan di A pada arah AB?
Jawab: = (eyz, xzeyz, xyeyz)
( )A = (1,6,0)
AB = b – a = (1,4,-1)
sehingga vektor satuan arah AB:
u = 23
)1,4,1(
maka derivatif berarahnya:
AB = ( )A . u
P
φ = k
u
58
= (1,6,0) . 23
)1,4,1( =
23
25
V.2.4. Divergensi
Jika v suatu medan vektor dan dikenakan pada v secara dot product, maka
hasilnya adalah skalar.
. v = divergensi v = div v
. v = z
v
y
v
x
v
321
Perhatikan bahwa v . ≠ . v , sebab:
v . = z
vy
vx
v
321 masih berupa operator
V.2.5. Curl (Rotor)
Apabila v adalah medan vektor, maka:
× v = curl v = rotor v ( hasilnya berupa vektor)
× v = ),,( 123123
321
y
v
x
v
x
v
z
v
z
v
y
v
vvvzyx
kji
V.2.6 Operator Gabungan dan Sifat-sifat Operator
Operator-operator yang telah dijelaskan, dalam penggunaannya bisa digabungkan.
Operator gabungan tersebut adalah:
1. . ( ) = 2φ = div.grad φ = 2
2
2
2
2
2
zyx
Hasilnya berupa skalar, persamaan ini juga disebut Laplacian φ.
2 = 2
2
2
2
2
2
zyx
disebut Operator Laplace
2. × φ = curl grad φ = 0 (vektor), disebut medan grad φ:
irrotational
3. . ( ×v) = div curl v = 0 (skalar), disebut medan curl φ:
solenoida
59
Catatan: bersifat sebagai operator dan sebagai vektor, meskipun sebagai
vektor tidak perlu dicoret bawahnya.
Sifat-sifat operator:
1. (φ + θ) = φ + θ
2. .(v + w) = .v + .w
3. ×(v + w) = ×v + ×w
4. .(φ v) = (φ).v + φ( .v)
5. ×(φ v) = ( φ)×v + φ( ×v)
Khusus: untuk r vektor letak titik.
r = (x,y,z) maka .r = 3
z
z
y
y
x
x
×r = 0
zyxzyx
kji
Beberapa contoh kasus:
1. Salah satu definisi elips:
r1 + r2 = c
dimana r1 dan r2 adalah jarak titik (pada elips) ke fokus.
(r1 + r2) adalah vektor normal kurva pada sembarang titik P. Jika t adalah vektor
singgung satuan pada P, maka (r1 + r2) . t = 0 atau
r1 . t = - r2 . t
r1 sejajar AP dan r2 sejajar BP
r1 . t = - r2 . t membentuk sudut-sudut yang sama terhadap garis
singgung elips.
B A
Or2 r1
Pt
(r1 + r2)
60
2. Buktikan (φ + θ) = φ + θ
(φ + θ) = i )( x
+ j )( y
+ k )( z
= ix
+ i
x
+ jy
+ j
y
+ kz
+ k
z
= (ix
+ j
y
+ kz
) + (i
x
+ jy
+ k
z
)
= φ + θ
V.3. Penutup
V.3.1. Rangkuman
Operasi-operasi pada medan skalar maupun medan vektor merupakan
aplikasi dari diferensial vektor.
V.3.2. Tes Formatif
1. Diketahui suatu luasan dengan persamaan φ = 2x2yz + 4xy2z – 3yz
a. Tentukan persamaan garis normal dan persamaan bidang singgung
luasan di titik P (1, -2, -1).
b. Tentukan derivatif berarah titik P pada 2i – j + k
2. Tentukan divergensi dan curl dari persamaan x2cosz i + y log x j + yz k
3. Buktikan bahwa .(φ + θ) = .φ + .θ
4. Tentukan vektor normal persamaan parabola y = 3x2 – 2x – 6 pada titik
(2,2) dengan menggunakan gradien. Tentukan pula persamaan garis
singgung pada parabola yang melalui titik tersebut.
5. Buktikan bahwa persamaan f = xyz dan f = 5z –e-ysinx memenuhi
persamaan Laplacian 2f = 0
61
V.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Pengertian medan skalar dan medan vektor
Tidak mampu menjelaskan
Dapat menjelaskan sebagian
Dapat menjelaskan secara runtutdengan contoh
Gradien dan derivatif berarah
Tidak mampu menjelaskan
Dapat menjelaskan sebagian
Dapat menjelaskan secara runtut
Divergensi dan curl Tidak mampu menjelaskan
Dapat menjelaskan sebagian
Dapat menjelaskan secara runtut
Operator gabungan Tidak mampu mengerjakan
Dapat mengerjakan ada sebagian yang tidak benar
Dapat mengerjakan dengan benar
V.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor 2
V.3.5. Sumber Pustaka
Stein, F.M., Ph.D., 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
Spiegel, M.R.,1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum’s Outline of Theory and Problems, Schaum Publishing Co., New
York, pp 57-81.
62
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-6 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
63
BAB VI
GEOMETRI DIFERENSIAL
VI.1. Pendahuluan
VI.1. 1. Deskripsi Singkat
Pada pokok bahasan ini akan dipelajari tentang, kurva dalam ruang,
vektor singgung, vektor normal, vektor binormal.
VI.1.2. Manfaat
Mahasiswa akan memperoleh pengetahuan tentang kurva dalam ruang,
vektor singgung pada suatu bidang dan dasar-dasar dalam menyusun sistem
koordinat ortogonal. Materi ini merupakan pengetahuan dasar dalam mempelajari
matakuliah selanjutnya yang terkait dengan garis normal dan sistem koordinat.
VI.1.3. Relevansi
Mahasiswa dapat memahami arti pentingnya kurva dalam ruang, vektor
singgung pada suatu bidang dan dasar-dasar dalam menyusun sistem koordinat
ortogonal. Pengetahuan tentang kurva dalam ruang sangat mendukung dalam
mempelajari matakuliah Proyeksi Peta dan Sistem Transformasi Koordinat.
VI.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-6, mahasiswa akan dapat:
1. Menguraikan terbentuknya kurva dalam ruang dan luasan dalam konsep
geometri diferensial.
2. Menjelaskan perbedaan antara vektor singgung, vektor normal dan vektor
binormal.
3. Menerapkan dalam hitungan.
64
I.2. Penyajian
VI.2.1. Kurva dalam Ruang dan Vektor Singgung
Suatu kurva dalam ruang (R3) adalah tempat kedudukan suatu titik r(x, y, z) yang
dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi dari suatu parameter tunggal u.
R3 : r(x, y, z) → r = r(u) dengan u : parameter
Dapat ditulis r = r (u) = (x(u), y(u), z(u))
atau x = x(u); y = y(u); z = z(u)
Suatu kurva dalam ruang dapat pula merupakan kurva hasil perpotongan dari 2
luasan misalnya perpotongan antara luasan F(x,y,z) = 0 dengan luasan G(x,y,z) =
0.
Jika diketahui suatu kurva: r = r(u), maka derivatif pertama: )(urdu
rd adalah
vektor singgung pada kurva.
oo rrr → garis singgung di To pada kurva.
0)( oo rrr → bidang normal pada kurva di To.
Khusus: jika sebagai parameter adalah s sama dengan panjang busur kurva,
sehingga:
r = r(s), maka dr/ds = r´(s) = t merupakan vektor singgung satuan (|t| = 1).
Lambang aksen (´) digunakan untuk derivatif ke s, sedangkan lambang flux (·)
untuk derivatif ke parameter lain yang bukan s.
Untuk suatu nilai u = uo tertentu oleh titik r(uo) = ro
pada kurva yaitu To dan oo rur )( = vektor
singgung di To.
0
r = r (u)
)(urTo
65
Di antara keduanya terdapat hubungan:
urds
du
du
rd
ds
rdrt
stdu
dst
du
ds
ds
rd
du
rdr
VI.2.2. Vektor Normal
r = r (s) → r´ = t → vektor singgung satuan, karena |t| = konstan (=1) maka t´┴t
nds
rd
ds
tdt
2
2
n : vektor normal utama satuan
κ : kelengkungan dari kurva pada suatu titik (dipilih yang tidak negatif)
Dapat ditulis κ = |t´| = |r˝| = (r˝.r˝)1/2
ρ = 1/κ → jari-jari kelengkungan
VI.2.3. Vektor Binormal
Jika b: suatu unit vektor yang tegak lurus
bidang yang tertentu oleh n dan t maka b = t x n
Vektor b : vektor binormal satuan.
Ketiga vektor t, n, b menyusun suatu sistem ortogonal yang disebut sistem
koordinat yang berjalan, karena di setiap titik di kurva dapat disusun sepasang t, n,
b kemudian semua vektor berkaitan dengan titik tersebut dapat dinyatakan dengan
t, n, b secara tunggal.
t . n = n . b = b . t = 0
t . t = n . n = b . b = 1
Vektor t, n menyusun bidang oskulasi (Os),
Vektor n, b menyusun bidang normal (N),
Vektor t, b menyusun bidang rektifikasi (R),
Garis melalui T, sejajar t disebut garis singgung,
Garis melalui T, sejajar n disebut garis normal utama,
t
n
b
T
66
Garis melalui T, sejajar b disebut garis binormal.
Jadi misalnya:
Persamaan bidang oskulasi di To:
(r – ro) . bo = 0 atau r = ro + λto + μno atau bisa ditulis [r – ro, to, no] = 0
Garis normal utama di To:
r = ro + γno
Catatan:
Bidang N adalah bidang tegak lurus kurva, dan bidang Os adalah bidang yang
di sekitar titiknya seolah-olah memuat kurvanya.
Contoh:
Diketahui kurva r(t) = x i + y j + z k dengan x = 3t – t3, y = 3t2, z = 3t + t3.
Tentukan vektor singgung satuan (t).
Jawab:
r(t) = (3t – t3, 3t2, 3t + t3)
ds
dt
dt
rd
ds
rdt = (3 – 3t2, 6t, 3 + 3t2)
ds
dt
|t| = 1
Bidang oskulasi(r – ro). bo = 0
Bidang rektifikasi/pelurus(r – ro). no = 0
Bidang normal(r – ro). to = 0
t
n
b
67
ds
dttttt .)33()6()33( 22222
ds
dtttttt .91893691891 42242
ds
dttt .3618181 24
ds
dttt .)12(181 24
ds
dtt 22 )1(.181
ds
dtt )1.(231 2
)1.(23
12
tds
dt
)1(23
1).33,6,33(
2
22
ttttt
)1(2
)1,2,1(2
22
t
tttt
VI.3. Penutup
VI.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
penggunaan vektor terkait dengan kurva dalam ruang dan luasan dalam konsep
geometri diferensial. Selain itu, mahasiswa diberi pengertian tentang perbedaan
antara vektor singgung, vektor normal dan vektor binormal.
VI.3.2. Tes Formatif
1. Kurva r = (x,y,z) = (a cosθ, a sinθ, cθ) dengan θ = parameter. Tentukan t,
t´, n, κ, b, persamaan garis singgung di θ = θo dan persamaan bidang Os di
θ = θo.
68
2. Jika r = (av, bv2, v3), v parameter dan memenuhi 2b2 = 3a, maka kurva
berupa helix yang tabungnya sejajar vektor (1, 0, 1). Periksa r = (6v, 3v2,
v3)
3. Tentukan vektor singgung satuan pada kurva r = (x,y,z) dimana:
x = t2 + 1 ; y = 4t – 3 ; z = 2t2 – 6t, tentukan t di titik t = 2.
4. Tentukan vektor singgung satuan dan vektor normal utama satuan pada
kurva: r = r(β) = (β-sinβ, 1-cosβ, 4sin(β/2)) untuk β = Π/3.
Tentukan pula κ dan τ, persamaan garis singgung dan bidang normalnya.
VI.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Menguraikanterbentuknya kurva dan luasan dalamkonsep geometri diferensial
Tidak mampu menguraikan
Dapat menguraikan sebagian
Dapat menguraikan secara keseluruhan
Menjelaskan perbedaan antara vektor singgung, vektor normal dan vektor binormal
Tidak mampu membedakan
Dapat membedakan sebagian
Dapat membedakan keseluruhan
Menerapkan dalam hitungan
Tidak mampu menerapkan hitungan
Dapat menerapkan sebagian
Dapat menerapkan keseluruhan
VI.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
VI.3.5. Sumber Pustaka
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum Publishing Co., New York, USA.
69
Stein, F.M., Ph.D, 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
70
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-7 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
71
BAB VII
GEOMETRI DIFERENSIAL
(Kurva dalam Ruang)
VII.1. Pendahuluan
VII.1. 1. Deskripsi Singkat
Pada pokok bahasan ini akan dipelajari tentang, kurva dalam ruang,
vektor singgung, vektor normal, vektor binormal.
VII.1.2. Manfaat
Mahasiswa akan memperoleh pengetahuan tentang konsep kelengkungan,
puntiran dalam kurva serta jenis-jenis kurva berdasarkan nilai torsi dan jari-jari
kelengkungannya. Materi ini merupakan pengetahuan dasar dalam mempelajari
matakuliah selanjutnya yang terkait dengan kengkungan dan puntiran dalam
kurva.
VII.1.3. Relevansi
Mahasiswa dapat memahami arti pentingnya konsep kelengkungan,
puntiran dalam kurva serta jenis-jenis kurva berdasarkan nilai torsi dan jari-jari
kelengkungannya. Pengetahuan tentang kelengkungan dan jenis-jenis kurva ini
sangat mendukung dalam mempelajari matakuliah Proyeksi Peta dan Sistem
Transformasi Koordinat.
VII.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-7, mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan konsep kelengkungan dan puntiran pada kurva.
2. Menjelaskan sifat-sifat kurva.
3. Menerapkan konsep dalam hitungan.
72
VII.2. Penyajian
VII.2.1. Kelengkungan dan Puntiran pada Kurva (Rumus Serret-Fernet)
Rumus ini menyatakan derivatif t, n, b, ke s (panjang busur kurva).
ntds
td tbnds
nd nbdsbd
τ : suatu skalar dinamakan torsi = puntiran yang mungkin positif, nol atau
negatif
σ = 1/τ : jari-jari torsi
Periksa : κ = |t´| = kecepatan sudut t
|τ| = |b´| = kecepatan sudut b
Untuk parameter bukan s (umum):
Ingat kembali: untuk r = r(u) di titik u = uo, maka garis singgung dapat ditulis:
oo rrr
Sudah ditulis pula bahwa du
dstr sehingga:
2
2
2
2
du
sdt
du
ds
du
ds
ds
td
du
rd
du
rdr
=2
22
du
sdt
du
dsn
Jadi r dan r dua-duanya sejajar dengan bidang Os, maka persamaan bidang Os
di To dapat ditulis:
ooo rmrlrr atau 0,, ooo rrrr
Ditulis dengan skalar, persamaan bidang Os di To menjadi:
0
2
2
2
2
2
2
ooo
ooo
ooo
du
zd
du
yd
du
xd
du
dz
du
dy
du
dxzzyyxx
73
Contoh:
Diketahui kurva r = (x,y,z) = (a cos, a sin, c ), dengan adalah parameter.
r = (x,y,z) atau
r = r( ) sehingga:
x = a cos
y = a sin
z = c , atau = z/c sehingga:
x dan y dapat ditulis sebagai:
x = a cos (z/c) dan y = a sin (z/c).
Eliminasi sinus dan cosinus yaitu dengan
cara mengkuadratkan dan menjumlahkan x
dan y diperoleh:
x2 + y2 = a2 cos2 + a2 sin2 atau x2 + y2 = a2 (cos2 + sin2 ) sehingga:
x2 + y2 = a2 ini adalah suatu kurva berupa sirkular helik (garis sekrup) pada
bidang tabung x2 + y2 = a2.
Dari kurva r akan dicari torsi atau puntiran (t):
t = dr/ds = dr/d d/ds = (-a sin , a cos , c) d/ds
Padahal ltl = 1 sedangkan ltl = 1ds
dccosasina( 22222
ltl = 1ds
d.)cos(sina 2222 c sehingga:
1ds
d a 22
c dan konstanca
1
ds
d22
Jadi t = 22 ca
)c,cosa,sin a-(
adalah vektor singgung satuan.
Berapa derivatif pertama dari t (t’) ?
t’ =222222 ca
10,sin
ca
a- ,cos
ca
a-
d
d
ds
dt
ds
d
= nca
)0,sin -,cos-(a22
n = (-cos , -sin , 0) dan = 22 ca
a
, =
a
ca1 22
74
Nilai dapat juga dicari dengan menghitung nilai magnitude dari dengan cara:
= |t’| = (a2 cos2 + a2 sin2 + 0)1/2/(a2 + c2)
= 1/(a2 + c2) [a2(cos2 + sin2)]1/2
= a/(a2 + c2)
Vektor b = t x n
= i j k
22
2 sin
ca
a
22
2 cos
ca
a
22 ca
c
- cos - sin 0
= 22
),cos,sin(
ca
acc
Kurva r = (a cos, a sin, c) dapat disusun persamaan garis singgung di = 0 (r
= r0).
00
rrr (x,y,z) = (a cos0, a sin0, c0 ) + (-a sin0, a cos0, c)
Persamaan bidang Os di = 0 adalah:
x – a cos 0 y – a sin 0 z – c0
- a sin 0 a cos 0 c
- a cos 0 - a sin 0 0
VII.2.2. Sifat-sifat Kurva
Rumus untuk mencari κ dan τ.
Jika digunakan parameter s:
κ = (r˝. r˝)1/2
r˝ = d2r / ds2
τ = [r´, r˝, r”’]/κ2
Jika digunakan parameter yang umum u:
3
r
rr
75
2
,,
rr
rrr
κ dan τ adalah ukuran penting bagi kurva, sebab jika κ dan τ tiap titik tertentu
maka bentuk kurva tertentu, kecuali letaknya belum.
Sifat- sifat yang didasarkan atas κ dan τ adalah:
Jika kurvanya datar, maka τ = 0 dan sebaliknya (kecuali garis lurus
yang τ nya tidak tentu).
κ = 0, maka kurvanya garis lurus.
κ/ τ = konstan, maka kurvanya berupa helix (kurva bersudut tetap
dengan suatu arah).
κ = konstan dan τ = konstan, maka kurvanya adalah helix lingkaran
(garis sekrup).
τ = 0, dan κ = konstan, kurva berupa lingkaran.
Contoh 1:
Sebagai contoh adalah kurva garis sekrup di atas yaitu r = (a cos, a sin, c).
Jawab:
)c,cosa,sin a-(
d
drr
),sin a-,cos-(2
2
d
rdr
),cosa-,sina(3
3
d
rdr
)a,cosca-,sin ca(
0 sin a- cosa-
c cosa sin a-
k j i
r x 2 r
)0,cosa-,sin (a.)a,cosac-,sin ac(r.r x rr.r. 2 r
= a2c
22a cr
22422 aaacar crx
76
konstana
a
)ca(
aa
r
rr222/322
22
3
c
cx
konstan
a)ca(a
a
r x r
r.r.r22222
2
c
cc
Terbukti kurva berupa lingkaran.
Contoh 2:
Diketahui kurvat
t-l ,
t
tlt, r
2
, tentukan dan dari kurva tersebut, jika t
adalah parameter.
Jawab:
2
2
2 t
t1,
11,
tdt
drr ; )11,-1,(
t
2r x
3r
332
2
t
2,
t
20,
dt
d rr ; 0r,r, r
443
3
t
6-,
t
6-0,
dt
d rr ;
4
242
t
1) t(t2rr.
r
Maka)1 t t(2
t3324
6
dan = 0
Contoh 3:
Jika diketahui r = (av, bv2, v3), dengan v adalah parmeter dan memenuhi 2b2 = 3a,
maka kurva berupa helik yang tabungnya sejajar vektor (1, 0, 1). Selidiki r = (6v,
3v, v3).
Jawab:
)3v6v,6,( 2r 2),2v-, v(18r x 2r
6v,60,dt
d2
2
r
r 216r,r, r
6,00,dt
d3
3
r
r )2 v(3rr. 22 r
22 )2 v(3
2
22 )2 v(3
2
77
/ = 1 = konstan, maka kurva berupa helik.
VII.3. Penutup
VII.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
pengertian tentang kelengkungan, puntiran dalam kurva serta jenis-jenis kurva
dalam konsep geometri diferensial.
VII.3.2. Tes Formatif
1. Kurva r = (x,y,z) = (a cosθ, a sinθ, cθ) dengan θ = parameter. Tentukan t, t´,
n, κ, b, persamaan garis singgung di θ = θo dan persamaan bidang Os di θ = θo.
2. Jika r = (av, bv2, v3), v parameter dan memenuhi 2b2 = 3a, maka kurva berupa
helix yang tabungnya sejajar vektor (1, 0, 1). Periksa r = (6v, 3v2, v3).
3. Tentukan vektor singgung satuan pada kurva r = (x,y,z) dimana:
x = t2 + 1 ; y = 4t – 3 ; z = 2t2 – 6t, tentukan t di titik t = 2.
4. Tentukan vektor singgung satuan dan vektor normal utama satuan pada kurva:
r = r(β) = (β-sinβ, 1-cosβ, 4sin(β/2)) untuk β = Π/3.
Tentukan pula κ dan τ, persamaan garis singgung dan bidang normalnya.
VII.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Hitungan rumus Serret-Frenet
Tidak mampu melakukan hitungan
Dapat melakukan hitungan sebagian
Dapat melakukan hitungan seluruhnya
Hitungan vektor garis singgung dan vektor normal
Tidak mampu melakukan hitungan
Dapat melakukan hitungan sebagian
Dapat melakukan hitungan seluruhnya
Klasifikasi jenis-jenis kurva berdasarkan nilai torsi dan jari-jari kelengkungan.
Tidak mampu melakukan hitungan
Dapat melakukan hitungan sebagian
Dapat melakukan hitungan seluruhnya
78
VII.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
VII.3.5. Sumber Pustaka
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum Publishing Co., New York, USA.
Stein, F.M., Ph.D, 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
79
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-8 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
80
BAB VIII
TES SUMATIF I
(Ujian Tengah Semester)
I.1. Pendahuluan
VIII.1.1. Deskripsi Singkat
Soal ujian tengah semester meliputi soal dalam bentuk essay yang
memuat pertanyaan dari materi kuliah yang bersifat menjelaskan pengertian-
pengertian maupun definisi. Selain itu juga memuat soal dalam bentuk hitungan
yang memuat pertanyaan dari materi kuliah yang bersifat menyelesaikan suatu
hitungan.
VIII.1.2. Manfaat
Dengan kegiatan ini dapat menilai pemahaman mahasiswa tentang materi
kuliah minggu ke-1 s.d. minggu ke-7.
VIII.1.3. Relevansi
Penilaian pemahaman mahasiswa ini harus dilakukan karena untuk
evaluasi pemberian materi kuliah berikutnya. Materi kuliah yang diujikan dalan
ujian tengah semester ini menjadi dasar untuk pemahaman materi kuliah minggu
berikutnya. Oleh karena itu, apabila hasil evaluasi disimpulkan bahwa
pemahaman mahasiswa masih rendah, perlu direview terlebih dahulu materi
minggu ke-1 s.d. minggu ke-7. Namun apabila hasil evaluasi diperoleh
kesimpulan bahwa mahasiswa sudah memahami materi sebelum ujian tengah
semester, maka materi minggu selanjutnya dapat langsung diberikan.
VIII.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti ujian tengah semester, mahasiswa akan dapat:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang materi operasi dasar vektor, sistem
koordinat vektor, penggunaan vektor dalam geometri analitik, diferensial
81
vektor, medan vektor, medan skalar dan geometri diferensial kurva dalam
ruang.
2. Mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi
operasi dasar vektor, sistem koordinat vektor, penggunaan vektor dalam
geometri analitik, diferensial vektor, medan vektor, medan skalar dan
geometri diferensial kurva dalam ruang.
VIII.2. Penyajian
UJIAN TENGAH SEMESTER GASALTAHUN AJARAN 2008/2009JURUSAN TEKNIK GEODESI
Matakuliah : Matematika GeodesiProgram Studi : S1 RegulerHari/tanggal : Rabu, 5 November 2008Waktu : 120 menitSifat : Buku TertutupDosen : Dwi Lestari, ST., ME.
Kerjakan soal-soal berikut dengan tulisan yang jelas, boleh tidak urut asalkan diberi nomor yang jelas. Bobot nilai setiap nomor ditunjukkan dengan angka dalam tanda kurung.
SOAL1. Diketahui: a = ( 2, 3, 1 ); b = ( 4, 2, 3 )
Tentukan:a. Besar sudut yang tertentu oleh vektor a dan bb. Luas paralelogram yang tertentu oleh vektor a dan bc. Vektor yang magnitudenya 4 dan tegak lurus vektor a dan bd. Jika a dan b membentuk sisi-sisi segitiga, tentukan sudut-sudut
segitiga tersebut (30).2. Diketahui: a = ( 1, 3, 1 ); b = ( 1, 1, 4 ); c = ( 2, 1, 3 )
Tentukan:a. cba )(
b. )()( cbba c. abca , agar mempunyai arti.d. Volume paralelepipedum tertentu oleh vektor a , b dan c (20).
3. Jika u = 2i + j + 2k adalah vektor letak titik A dan v = 3i -j + 4k adalahvektor letak titik B, tentukan:
a. Persamaan bidang yang melalui A dan sejajar vektor Bb. Persamaan bidang yang melalui B dan tegak lurus vektor AB
82
c. Apabila w = 2i + j + k adalah vektor letak C, tentukan persamaan bidang yang melalui C sejajar B dan sejajar A (ingat persamaan r = a + λb + μc)
d. Jarak titik X(1,-2,1) terhadap bidang yang melalui B dan tegak lurus vektor AB (Ingat bidang dengan pers Hess r.u – p = 0, maka jarak titik ke bidang = |x.u – p|) (30).
4. Diketahui suatu benda bergerak sepanjang kurva r = (x,y,z) dimana tex 22 , ty 3cos2 , tz 2sin3 . Jika t adalah waktu, maka:
a. Tentukan kecepatan dan percepatan pada waktu t.b. Tentukan besarnya kecepatan dan percepatan pada saat t = 0 (20).
UJIAN TENGAH SEMESTER GASALTAHUN AJARAN 2009/2010JURUSAN TEKNIK GEODESI
Matakuliah : Matematika Geodesi Program Studi : S1 RegulerHari/tanggal : Rabu, 28 Oktober 2009 Waktu : 120 menitSifat : Buku TertutupDosen : Ir. Sri Narni, MT.
Dwi Lestari, ST., ME.
Kerjakan soal-soal berikut dengan tulisan yang jelas. Kerjakan bagian A dan B pada kertas terpisah! Bobot masing-masing soal adalah sama.
SOAL BAGIAN A ( Ir. Sri Narni, MT.)1. Diketahui dua buah vektor a dan b dimana: a = (2, 1, 2); b = ( 4, 1, 3 )
a. Tentukan besar sudut yang tertentu oleh vektor a dan b.b. Tentukan luas jajaran genjang yang tertentu oleh kedua vektor a
dan b.c. Tentukan vektor satuan yang tegak lurus vektor a dan b.d. Tentukan komponen vektor a pada b.
2. Diketahui dua buah vektor a dan b dimana: a = ( 2, 3, 2 ); b = ( 1, 1, 4 )a. Selidiki apakah kedua vektor a dan b saling kolinier.b. Tentukan p = 2a + 3b.c. Tentukan sudut antara vektor a dengan sumbu X, sumbu Y, dan
sumbu Zd. Tentukan vektor yang magnitudenya 5 dan vektor tersebut tegak
lurus a dan juga tegak lurus b.
SOAL BAGIAN B (Dwi Lestari, ST., ME.)3. Diketahui vektor : a = ( 2, 3, 1 ); b = ( 2, 1, 4 ); c = ( 2, 2, 3 )
Tentukan:a. bca
83
b. abca c. acba d. Volume paralelepipedum tertentu oleh vektor a, b, dan c.
4. Jika u = 2i + 2j + 3k adalah vektor letak titik A dan v = 3i - j + 4k adalahvektor letak titik B, tentukan:
a. Pesamaan garis/bidang yang melalui A dan B.b. Persamaan bidang yang melalui A dan sejajar vektor B.c. Persamaan bidang yang melalui B dan tegak lurus vektor AB.d. Jarak titik X(1,-2,1) terhadap bidang yang melalui B dan tegak
lurus vektor AB (ingat bidang dengan pers Hess r.u – p = 0, maka jarak titik ke bidang = |x.u – p|).
UJIAN TENGAH SEMESTER GASALTAHUN AJARAN 2010/2011JURUSAN TEKNIK GEODESI
Matakuliah : Matematika GeodesiProgram Studi : S1 RegulerHari/tanggal : Rabu, 27 Oktober 2010 Waktu : 120 menitSifat : Buku TertutupDosen : Ir. Sri Narni, MT.
Dwi Lestari, ST., ME.
Kerjakan soal-soal berikut dengan tulisan yang jelas. Bobot nilai untuk masing-masing soal adalah sama.
1. Diketahui dua buah vektor a dan b dimana: a = ( 3, 1, 5 ); b = ( 3, 2, 3 )a. Selidiki apakah kedua vektor a dan b saling kolinier.b. Tentukan p = 2a + 3b.c. Tentukan sudut antara vektor a dengan sumbu X, sumbu Y, dan
sumbu Z.d. Tentukan vektor yang magnitudenya 5 dan vektor tersebut tegak
lurus a dan juga tegak lurus b.2. Diketahui dua buah vektor a dan b dimana: a = ( 1, 1, 2 ); b = ( 3, 2, 4 )
a. Tentukan besar sudut yang tertentu oleh vektor a dan b.b. Tentukan luas jajaran genjang yang tertentu oleh kedua vektor a
dan b.c. Tentukan vektor satuan yang tegak lurus vektor a dan b.d. Tentukan komponen vektor a pada b.
3. Diketahui vektor: u = ( 3, 4, 2 ); v = ( 2, 1, -1 ); w = ( 1, 3, 3 )Tentukan:
a. )( vwu b. uvwu c. uvwv
84
d. Apakah volume paralelepipedum tertentu oleh vektor u, v dan wdapat ditentukan, jelaskan!
4. Jika u = 3i + 1j + 2k adalah vektor letak titik A dan v = 3i -j + 4k adalahvektor letak titik B, tentukan:
a. Persamaan garis yang melalui A dan sejajar vektor B.b. Persamaan bidang yang melalui B dan tegak lurus vektor AB.c. Jarak titik P(2,-2,3) terhadap garis yang melalui A dan tegak lurus
vektor B.d. Persamaan bidang yang melalui O dan sejajar A dan B.
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEODESI
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TA 2012/2013Matakuliah : Matematika Geodesi Program Studi : S-1 RegulerHari, Tanggal : Senin, 22 Oktober 2012Waktu : 120 menitSifat : Buku TertutupDosen Penguji : Ir. Sri Narni, MT.
Ir. Parseno, MT.
Kerjakan soal-soal berikut dengan tulisan yang jelas. Bobot nilai untuk masing-masing soal adalah sama.
1. Diketahui 2 vektor a = (2, 1, 3) dan b = (3, 2, 5). Tenntukan:a. Besar sudut yang terbentuk oleh kedua vektor a dan b.b. Luas segitiga yang terbentuk oleh kedua vektor a dan b.c. Vektor luas dari segitiga yang terbentuk oleh kedua vektor a dan b.d. Komponen vektor a pada b.
2. Diketahui 3 vektor a = (2,1,1), b = (3,1,2) dan c = ( 4, 2, 1)a. Selidiki apakah ketiga vektor a, b dan c dependen linier atau independen linier.b. Hitung volume paralelepipedum yang terbentuk oleh ketiga vektor a, b,
c.c. Hitung (a x b) x c.
3. Tentukan besar sudut antara 2 luasan yaitu x2y + y3z – xz2 = 3 dan x2yz2 = 4 di titik T(2, 1, 1).
4. Tentukan persamaan garis normal dan bidang singgung di titik T(1, -1, 2) padaluasan 2xz2 – 3xy – 4x = 7.
KELAS: A/B
85
5. Tentukan derivatif berarah di titik T(1, -2, -1) pada luasan x2yz + 4xz2 dalam arah b = (2, -1, -2).
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEODESI
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TA 2013/2014Matakuliah : Matematika Geodesi Program Studi : S-1 RegulerHari, Tanggal :Selasa, 29 Oktober 2013Waktu : 120 menitSifat : Buku TertutupDosen Penguji : Ir. Sri Narni, MT.
Ir. Parseno, MT.
Kerjakan soal-soal berikut dengan tulisan yang jelas. Bobot nilai untuk masing-masing soal adalah sama.
1. Diketahui 2 vektor a dan b, dimana a = (2, 1, 3) dan b = (3, 1, 1).Tentukan:a. Besar sudut yang tertentu oleh dua vektor a dan b.b. Komponen vektor b pada a.
c. Luas paralelogram yang tertentu oleh dua vektor a dan b.
2. Diketahui 3 vektor a = (2, 2, 1), b = (3, 1, ) dan c = (2, 1, 4)a. Hitung volume paralelepipedum yang tertentu oleh ketiga vektor a, b, c
tersebut.b. Selidiki apakah ketiga vektor a, b, dan c dependen linier atau
independen linier.
3. Tentukan persamaan bidang yang melalui A(3, 1, 2) // (sejajar) b = (1, 3, 2) dan // (sejajar) c = (3, 2, 2).
4. Sebuah titik bergerak sepanjang kurva x = t2, y = t3 – 3, dan z = 2t + 1. Tentukan komponen kecepatan saat t = 1, dalam arah 2i + j + 3k.
5. Tentukan persamaan garis singgung dan garis normal di titik Q = /4 pada kurva r = (x,y) = (2 cos Q, 2 sin Q).
KELAS: A/B
86
VIII.3. Penutup
VIII.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
penggunaan vektor dan segitiga bola terutama terkait dengan disiplin geodesi.
Dasar dasar operasi vektor, sifat-sifat dalam operasi vektor dan azas kolinieritas
serta azas koplanaritas menjadi inti pembahasan. Sedangkan yang terkait dengan
segitiga bola akan dibahas lebih detil mulai pada pertemuan ke-12 sampai
pertemuan ke-15.
VIII.3.2. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Operasi dasar vektordan sistem koordinat vektor
Tidak mampu mengerjakan soal hitungan
Dapat mengerjakan sebagian soal hitungan
Dapat mengerjakan seluruh soal hitungan
Aplikasi vektor dalam geometri analitik
Tidak mampu mengerjakan soal hitungan
Dapat mengerjakan sebagian soal hitungan
Dapat mengerjakan seluruh soal hitungan
Aplikasi diferensial vektor
Tidak mampu mengerjakan soal hitungan
Dapat mengerjakan sebagian soal hitungan
Dapat mengerjakan seluruh soal hitungan
Geometri diferensial kurva dalam ruang
Tidak mampu mengerjakan soal hitungan
Dapat mengerjakan sebagian soal hitungan
Dapat mengerjakan seluruh soal hitungan
VIII.3.3. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif dibanding
dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor 2. Apabila dari
hasil evaluasi, mahasiswa yang mempunyai skor kurang dari 2 lebih dari lima
puluh persen dari jumlah mahasiswa, perlu direview terlebih dahulu materi
sebelum ujian tengah semester.
87
VIII.3.4. Sumber Pustaka
Davis, H.F., 1961, Introduction to Vector Analysis, Allyn and Bacon, Inc.,
Boston.
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum Publishing Co., NewYork, USA.
Stein, F.M., Ph.D., 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
Strang, G. dan K. Borre, 1997, Linear Algebra, Geodesy, and GPS, Wellesley-
Cambridge Press, USA.
88
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-9 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
89
BAB IX
PERMUKAAN
IX.1. Pendahuluan
IX.1.1. Deskripsi Singkat
Pada bagian ini akan didiskusikan tentang persamaan luasan, besaran
fundamental orde I, besaran fundamental orde II, kelengkungan normal, garis
kelengkungan, rumus Gauss.
IX.1.2. Manfaat
Mahasiswa akan dapat menjelaskan serta menghitung besaran-besaran
fundamental orde I dan orde II.
IX.1.3. Relevansi
Besaran fundamental orde I dan orde II sangat berguna bagi mahasiswa
dalam mempelajari bidang proyeksi peta. Besaran-besaran ini mendasari pada
diskusi tentang garis-garis lengkung pada bidang proyeksi yang digunakan dalam
pemetaan.
IX.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti kuliah pertemuan minggu ke-9, mahasiswa akan dapat:
1. Menghitung besaran fundamental orde I dan orde II pada suatu luasan.
2. Mengidentifikasi luasan sebagai suatu developable surface.
IX.2. Penyajian
IX.2.1. Luasan atau Permukaan dan Garis-garis Parameternya
90
a. Persamaan luasan
Luasan L dinyatakan dengan:
r = r (u,v) atau
= ( x(u,v), y(u,v), z(u,v))
dengan u dan v adalah parameter.
Bentuk skalarnya adalah:
x = x(u,v)
y = y(u,v)
z = z(u,v)
Parameter u= konstan, merupakan kurva pada luasan L yang disebut garis
parameter.
Jika u = konstan, dan v = konstan, maka u dan v merupakan pasangan garis
parameter (berupa jaringan).
Contoh:
R = (u,u2,v)
Berarti bahwa x = u ; y = u2 ; z = v
Eliminasi u dan v menghasilkan y = x2, yang grafiknya merupakan tabung
parabola.
Jika u = kostan, berarti x = konstan, dan y = konstan, grafik berupa garis lurus //
OZ (garis generator tabung).
Jika v = konstan, berarti z = konstan maka, grafik merupakan irisan dengan luasan
berupa parabola dengan bidang // XOY.
91
Untuk setiap pasang nilai (u,v) akan didapat suatu titik pada tabung. Misalnya
sepasang nilai (u,v) = (2,3), ini akan memberikan titik P (2,4,3) yang terletak pada
tabung.
IX.2.2. Besaran Fundamental Orde I
Perhatikan gambar berikut:
r = r (u,v)
r1 = r/u
r1 : merupakan derivatif parsial r ke u
dengan menganggap v konstan, jadi
r1 adalah vektor singgung pada garis
v = k.
r / v = r2, merupakan vektor
singgung pada garis.
Bidang singgung akan sejajar dengan
vektor r1 dan r2.
r = r (u,v)
dvv
rdu
u
rrd
= r1 du + r2 dv
Karena P dan Q adalah titik-titik yang berdekatan pada suatu kurva yang melalui
P dan Q, maka panjang busur (ds) yang menghubungkan P dan Q sama dengan l
dr l sehingga:
ds2 = dr . dr
= r1 . r1 du2 + 2 r1 . r2 + r2 . r2 dv2
ds2 = E du2 + 2F du dv + G dv2 (I)
Persamaan tersebut disebut bangun atau persamaan fundamental orde I (bentuk
dasar pertama) dengan:
E = r1 . r1 ; F = r1 . r2 ; G = r2 . r2
u=c
v = k
r1
r2
T
Pdr
Qv+ dv
u + du
u
v
92
E, F, dan G disebut besaran fundamental pertama (I) dengan ditambah lagi
besaran H2 yaitu:
H2 = E G – F2
Yang ternyata bahwa besaran H = l r1 x r2 l.
Jika F = 0, maka garis parameter saling tegak lurus.
Contoh dalam R2 (bidang):
ds2 = dx2 + dy2
Dari pesamaan tersebut koefisian dx
dan dy masing-masing sama dengan
1 maka nilai dari besaran-besaran
fundamental I untuk E, F dan G
masing-masing adalah E = 1, F = 0
dan G = 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa garis-garis parameter
saling tegak lurus (ortogonal).
Contoh pada sistem koordinat kartesius miring:
Dalam koordinat kartesius miring
panjang garis antara dua titik dapat
diturunkan dari persamaan berikut:
ds2 = dx2 + 2 cos dx dy + dy2
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa nilai besaran fundamental pertama
adalah:
E = 1 ; F = cos ; G = 1
Sistem koordinat miring akan menjadi ortogonal jika nilai cos = 0.
Contoh dalam sistem koordinat polar:
Dalam sistem koordinat polar,
panjang garis antara dua titik dapat
diturunkan dari persamaan berikut:
ds2 = d2 + 2 d2
O X
Yx = 0
x = 1 x = 2
y = 0
y = 1
y = 2
x = 0 x = 1 x = 2
y = 0
y = 1
O
O
=1 =2 =3=0
=/6
93
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa besaran fundametal pertama (I) adalah:
E = 1 ; F = 0 ; G = 2
Perpotongan antara garis parameter dan saling tegak lurus (ortogonal).
Pasangan du.dv, du/dv atau dv/du akan menentukan suatu arah pada luasan seperti
halnya dy/dx = m, adalah gradien suatu arah dalam sistim koordinat tegak dua
dimensi.
Sudut antara dua arah
Jika diketahui dua arah du, dv dan dvdu , berturut-turut menghasilkan dr
dan dr . Jika sudut antara kedua arah dan ds serta ds adalah elemen panjang
yang sesuai maka:
dvdvGdvdudvduFduduEdsds )( cos
Kedua arah akan saling tegak lurus jika bentuk tersebut bernilai sama dengan nol.
Vektor normal satuan dapat diperoleh sebagai berikut:
H
rxr
rxr
rxrn 21
21
21
IX.2.3. Besaran Fundamental Orde-II
Jika diketahui r = r (u,v), dapat disusun turunan kedua dari vektor r
sebagai berikut:
2
2
22
2
122
2
11 ; ; rv
rr
vu
rr
u
r
L = n . r11 ; M = n . r12 ; N = n . r22 ; T = LN – M2
L, M, dan N disebut besaran-besaran fundamental orde II, sedangkan bentuk
persamaan II adalah:
L du2 + 2 M du dv + N dv2 (II)
Bentuk II disebut bangun fundamental orde II atau bentuk dasar kedua.
94
Contoh:
Tentukan besaran fundamental orde I dan orde II pada luasan r = (a(s+t), b(s-t),
2st), dengan s, dan t adalah parameter.
Jawab:
Eliminasi s dan t menghasilkan (penjelasan eleminasi).
zb
y
a
x2
2
2
2
2
Mengacu pada persamaan hasil eliminasi s dan t maka dapat diketahui bahwa
luasan berupa parabolida hiperbolis. Garis parameter dapat ditentukan jika
dimisalkan s = c, kemudian dilakukan eliminasi parameter t akan diperoleh:
ca
xcz
cb
y
a
x
2
2
berupa garis lurus
Jika dimisalkan t = k kemudian dilakukan eliminasi parameter s akan diperoleh:
ka
x2kz
2kb
y
a
x
berupa garis lurus
)2,,(1 tbads
rdr
)2,,(2 sbadt
rdr
)0,0,0()2,,(2
2
11 tbass
rr
)2,0,0()2,,(2
12 sbasts
rr
)0,0,0()2,,(2
2
22 tbatt
rr
E = r1 . r1 = a2 + b2 + 4t2
F = r1 . r2 = a2 - b2 + 4st
G = r2 . r2 = a2 + b2 + 4s2
95
i j k
r1 x r2 = a b 2t
a -b 2s
n = 222222
21
21
)()(
))()((
sastastb
abstastb
rxr
rxr
L = n . r11 = 0
M = n . r12 = 222222 )()(
2
bastastb
ab
N = n . r22 = 0
Contoh 2:
Diketahui luasan putaran : x = u cos Q; y = u sin Q; z = f(Q). tentukan besaran dan
bangun fundamental orde I dan orde II.
Jawab:
r = r (u, Q) = (u cos Q, u sin Q, f(Q))
Garis parameter Q – c, menghasilkan
kurva pada bidang uz yang diputar
(perhatikan gambar disamping).
Garis parameter u = k, merupakan
lingkaran paralel lintasan suatu titik.
r1 = (cos Q, sin Q, 0)
r2 = (-u sin Q, u cos Q, f(Q))
r11 = (0, 0, 0)
r12 = (-sin Q, cos Q, 0) dan r22 = (-u cos Q, -u sin Q, F(Q))
E = 1; F = 0; G = u2 + (f”)2; H2 = u2 + (f’)2
n = H
uQfQf ),cos',sin'( ; L = 0; M = -f’/H; N = u f”/H (dQ2)
I = du2 + (u2 + f’2) dQ2
II = (-2 f’/H) du dQ + (u f” / H) dQ2
96
IX.3. Penutup
IX.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
pengertian tentang besaran fundamental I, besaran fundamental II, kelengkungan
normal dan besaran Gauss.
IX.3.2. Tes Formatif
1. Diketahui persamaan luasan r= (5 sin cos φ, 5 sin cos φ, 5 cos)
dengan dan φ parameter. Tentukan besaran fundamental orde I dan orde
II.
2. Tentukanlah vektor-vektor normal satuan dan bentuk-bentuk dasar dari
luasan-luasan berikut:
a. r= (u+v, 1-uv, u-v)
b. r= (a cos u, a sin u, bv)
c. r= (u cos v, u sun v, f(u)+cv)
IX.33. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Besaran fundamental orde I pada suatu luasan
Tidak mampu melakukan hitungan
Dapat melakukan hitungan sebagian
Dapat melakukan hitungan seluruhnya
Besaran fundamental orde II pada suatu luasan
Tidak mampu melakukan hitungan
Dapat melakukan hitungan sebagian
Dapat melakukan hitungan seluruhnya
IX.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
97
IX.3.5. Sumber Pustaka
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum Publishing Co., New York, USA.
Stein, F.M., Ph.D, 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
98
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-10 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
99
BAB X
KELENGKUNGAN NORMAL DAN SIFAT TITIK PADA LUASAN
X.1. Pendahuluan
X.1.1. Deskripsi Singkat
Pada bagian ini akan didiskusikan tentang kelengkungan garis utama
Gauss serta sifat-sifat titik pada luasan.
X.1.2. Manfaat
Mahasiswa akan dapat menjelaskan karakteristik garis-garis lengkung
pada suatu luasan yang berhubungan dengan matakuliah proyeksi peta.
X.1.3. Relevansi
Materi pada bab ini mendasari pada matakuliah yang berkaitan dengan
transformasi koordinat atau transformasi data ukuran dari bidang lengkung ke
bidang datar. Sebagai contoh data ukuran di permukaan bumi yang akan digambar
sebagai peta pada bidang datar maka diperlukan pengetahuan tentang karakteristik
titik, garis atau luasan pada bidang lengkung yang selanjutnya akan diproyeksikan
ke bidang lengkung atau bidang datar. Demikian pula sebaliknya perpindahan data
dari bidang datar (peta) ke bidang lengkung.
X.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-10, mahasiswa akan dapat:
1. Menentukan sifat titik pada luasan berdasar nilai κ dan τ.
2. Menyelesaikan hitungan kelengkungan Gauss.
X.2. Penyajian
X.2.1. Kelengkungan Utama Gauss
Di suatu titik P(u,v) pada luasan akan tertentu oleh besaran-besaran:
r1, r2, E, F, G, H2, n, L, M, N, T2
Di suatu titik P(u,v) dengan arah (du,dv) akan tertentu oleh:
(I) = ds2dan (II)
100
Besaran E, F, G berbicara tentang ukuran pada permukaan dan tak berubah jika
luasan digulung. Besaran L, M, N dan vektor n, berbicara tentang ukuran di luar
permukaan, antara lain kelengkungan luasan yang tertentu saja bersama E, F, G,
r1, r2. Di suatu titik P (u,v) pada arah tertentu (du, dv) dapat dibuat bidang pengiris
normal, yaitu bidang melalui normal di P, sejajar (du,dv) yang mengiris luasan
menurut kurva irisan normal n.
n = kelengkungan n di P
Maka n diangkat menjadi
kelengkungan normal luasan di P
pada arah (du, dv)
Rumus:
22
22
2
2
)(
)(
dvGdudvFduE
dvNdudvMduL
I
IIn
Jika di satu titik P, pada arah du/dv
yang tertentu dibuat bidang normal N
dan bidang miring M yang
membentuk sudut dengan N maka
terdapat hubungan antara
kelengkungan irisan-irisan mereka
(n dan ).
Dalil Meusnier: n = cos
n = kelengkungan irisan normal
= kelengkungan irisan miring
X.2.2. Garis-garis Kelengkungan
Garis kelengkungan adalah kurva yang melalui garis-garis arah utama suatu
normal di suatu titik. Untuk mejelaskan tentang garis kelengkungan baiklah kita
tinjau titip P dan titik Q pada arah du/dv dari titi P.
Pada umumnya normal di titik P dan di Q tidak berpotongan (bersilangan). Tetapi
di setiap titik pada luasan
n
n
P
du,dv
101
terdapat dua arah yaitu (du/dv)1 dan
(du/dv)2 yang saling tegak lurus. Jadi
di titik P terdapat dua garis arah yaitu
(du/dv)1 dan (du/dv)2 yang saling
tegak lurus dan dan memotong
normal titik P. Seperti ditunjukan
pada gambar disamping, kedua arah
tersebut dinamai arah-arah utama.
Garis kurva yang bersesuaian dengan arah-arah utama disebut garis-garis
kelengkungan (1 dan 2).
Titik C1 dan C2 adalah pusat kelengkungan 1 dan 2 di titik P, maka PC1 = 1
dan PC2 = 2 disebut sebagai jari-jari kelengkungan 1 dan 2.
1 = 1/1 dan 2 = 1/2 disebut sebagai kelengkungan utama. (yang ternyata
sama dengan n pada arah-arah utama)
Bentuk umum dari kelengkungan utama adalah:
NML
GFE
dududvdv
22 = 0
Rumus kelengkungan utama:
H2 2 – (EN – 2 FM + GL) + T2 = 0
Yang menghasilkan akar-akar 1 dan 2.
J = 1 + 2 = 1/H2 (EN – 2 FM + GL) disebut kelengkunan pertama.
K = 1 2 = T2/ H2 disebut kelengkungan Gauss atau kelengkukngan kedua.
Ternyata bahwa 1 dan 2 ini merupakan n yang maksimum dan minimum bila
ditinjau semua n pd arah-arah yang variabel.
Tinjau n irisan normal pada satu
arah.
1 = sudut yang dibentuk oleh n
dengan 1 (1 memuat 1).
2 = sudut yang dibentuk oleh n
dengan 2 (2 memuat 2).
C1
C2
1
2
1
2
du/dv1
du/dv2
P
1
2
1
2
n
102
Dalil Euler: n = 1 Cos2 + 2 Cos2
X.2.3. Sifat Titik pada Luasan
Jika di suatu titik P:
K > 0 (1, 2 sama tandanya), titik P disebut (pada) eliptis.
K = 0 (1, 2 salah satu = 0), titik P disebut (pada) parabolis.
K < 0 (1, 2 berlainan tanda), titik P disebut (pada) hiperbolis.
Untuk melihat kelengkungan dan sifat titik dapat juga ditinjau dari irisannya
dengan bidang sejajar dan dekat dengan bidang singgung. Irisan tersebut
dinamakan indikator Dupin.
Indikator Dupin:
0 12
2
1
2
KuntukYX
Y2 = 1 untuk K = 0, 1 = 0
X2 = 1 untuk K = 0 dengan 2 = 0
X = sumbu searah 1
P
21
Eliptis
P
Parabolis
P
Hiperbolis
103
Y = sumbu searah 2
Jadi untuk K = 0, indikator berupa parabola (terurai), K > 0, indikator berupa elips
dan K < 0 , indikator berupa hiperbola.
Jika J = 0 (J = 0 di setiap titik pada luasan) maka luasan disebut minimal.
Jika K = 0 (T2 = 0 di setiap titik pada luasan) maka luasannya developable (dapat
dijerang, dihimpitkan dengan bidang datar).
Developable surface yang terkenal adalah bidang tabung dan bidang kerucut.
Bidang-bidang inilah yang biasa digunakan sebagai bidang proyeksi dalam ilmu
kartografi dan proyeksi peta.
Contoh:
1. Diketahui luasan x = u cos ; y
2. = u sin ; z = 1 – u2. Apa macam luasannya? Di titik u = 1; = /4, hitung
J dan K, kemudian tentukan indikator Dupinnya.
Jawab:
Eliminasi u dan , menghasilkan x2 + y2 + z = 1, persamaan ini merupakan
paraboloida putaran dengan puncak (0,0,1) dan OZ sebagai sumbu putar.
Pilih u sebagai parameter pertama sehinga r = r (u,) = (u cos , u sin , 1-
u2).
Sesudah dihitung diperoleh:
E = 1 + 4u2
24u1
1 ,sin2 ,cos2
uun
F = 0
G = u2
H2 = u2 (1+4u2)
241
2
uL
M = 0
2
2
41
2
u
uN
2
22
41
4
u
uT
eliptis titik semua 0)41(
4222
2
uH
TK
Rumus kelengkungan utama adalah:
104
= H2 2 – (EN – 2FM + GL) + T2 = 0
Di titik P (1, /4), diperoleh:
E = 5 ; F = 0 ; G = 1 ; H2 = 5 ;
5
2L
M = 0 ;5
2N ;
5
42 T
Sehingga persamaan menjadi:
05
4
5
125 2 atau 0
25
4
55
122 penyelesaan
persamaan kuadrat.
055
2
5
2
;
55
2 ;
5
221
25
4T 5
25
122
2
2151 H
KJ
2
551 ;
2
51
22
11
Indikator Dupin (K 0) adalah:
55210atau 1 22
255
2
25
2
yxyx
Persamaan tersebut merupakan elips dengan perbandingan sumbu panjang dan
sumbu pendek 5 : 1.
3. Diketahui luasan r = r (u,v) = (a (u + v). b (u – v). uv). Apa macam
luasannya? Tentukan J dan K.
Jawab: Luasan
X = a (u + v)
Y = b (u – v)
Z = uv
(x/a)2 = u2 + 2uv + v2
(y/b)2 = u2 – 2uv + v2
X
YZ
105
--------------------------- -
zuvb
y
a
x4 4
2
2
2
2
Jadi persamaan tanpa parameter adalah: zb
y
a
x4
2
2
2
2
adalah suatu parabola
hiperbolis. Setelah dihitung didapat:
E = a2 + b2 + v2
F = a2 - b2 + uv ; G = a2 + b2 + u2
H2 = b2 (u + v)2 +a2 (v – u)2 + 4 a2 b2
L = 0 ;H
abM
2 ; N = 0 ;
2
222 4
H
baT
2
22 )(4
H
uvbaabJ
;
hiperbolistitiksetiapH
baK 0
44
22
4. Tentukan titik yang eliptis, parabolis dan yang hiperbolis pada:
Torus: x = u cos Q
y = u sin Q
0 );( )( 22 ucacuaz
Didapat dengan memutar lingkaran (u – c )2 + z2 = a2 sekeliling sumbu OZ.
)( ,sin ,cos(),( 22 cuaQuQuQurr )
Jika disingkat z = (f(u) = 22 )( cua dipilih yang positif. Maka:
E = 1 + f12
Z
ua
U
c
106
F = 0
G = u2
H = u2 (1 + f12)
H
) ,sin ,cos( 11 uQufQufn
H
ufL 11
0M
H
fuN 1
2
2111
32
H
ffuT
221
111
)1( fu
ffK
Dengan:
221)(
)(
cua
cu
u
ff
2/322
2
11)( cua
af
Didapat:
2
2)(
ua
acuK
Untuk u > 0 maka:
K > 0 (eliptis) jika u > c.
K = 0 (parabolis) jika u = c.
K < 0 (hiperbolis) jika u < c.
X.2.4. Rumus Gauss
Jika suatu titik P terletak pada suatu luasan, maka dari titik tersebut dapat
diambil 3 vektor yaitu vektor-vektor r1, r2 dan n yang independen linier sebagai
u = c
u > c
u < c
u = c
u > c
u < c
107
basis, dan semua vektor di P dapat dinyatakan dengan basis tersebut. Pada diskusi
sebelumnya telah diketahui hubungan antara vektor r1, r2 dengan besaran-besaran
fundamental pertama. Hubungan tersebut adalah:
E = r1 . r1 E1 = 2 r1 . r11 E2 = 2 r1 . r12
F = r1 . r2 F1 = r1 . r12 + r2 . r11 F2 = r1 . r22 + r2 . r12
G = r2 . r2 G1 = 2 r2 . r12 G2 = 2 r2 . r22
Ternyata r11, r12 dan r22 dapat dinyatakan dengan n, r1, r2 sebagai berikut:
Rumus Gauss:
r11 = L n + l r1 + r2
1)
r12 = M n + m r1 + µ r2 2)
r22 = N n + n r1 + r2
3)
Terdapat 6 parameter yang harus dicari yaitu l , m, n, , µ, dan , sebagai
penjelasan ditunjukan dengan contoh berikut:
Persamaan 1) diproses dengan perkalian titik dengan r1 akan diperoleh:
½ E1 = 0 + l E + F
Persamaan 2) diproses dengan perkalian titik dengan r2 akan diperoleh:
F1 – ½ E2 = 0 + l F + G
Selanjutnya:
l = (1/2H2)(GE1 – 2 FF1 + FF2)
= (1/2H2)(2 EF1 – EF2 – FE1)
Dengan cara yang sama diperoleh:
m = (1/2H2)(GE2 – FG1)
µ = (1/2H2)(EG1 – FE2)
n = (1/2H2)(2GE2 – GG1 – FG2)
= (1/2H2)(EG2 – 2FF2 + FG1
108
X.3. Penutup
X.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
pengertian tentang kelengkungan garis utama Gauss serta sifat-sifat titik pada
luasan.
X.3.2. Tes Formatif
1. Diketahui persamaan luasan r= (5 sin cos φ, 5 sin cos φ, 5 cos)
dengan dan φ parameter. Tentukan kelengkungan Gauss (κ). Dari nilai κ,
selidiki di titik mana luasan bersifat eliptis, parabolis dan hiperbolis.
X.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Sifat titik pada luasanberdasar nilai κ dan τ
Tidak mampu menentukan sifat luasan
Mampumenentukan sebagian sifat luasan
Mampumenentukan seluruh sifat luasan
Kelengkungan Gauss Tidak mampu melakukan hitungan
Dapat melakukan hitungan sebagian
Dapat melakukan hitungan seluruhnya
X.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori engan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
X.3.5. Sumber Pustaka
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum Publishing Co., New York, USA.
Stein, F.M., Ph.D, 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
109
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-11 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
110
BAB XI
PENGERTIAN DAN TERBENTUKNYA SEGITIGA BOLA
XI.1. Pendahuluan
Bagian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada mahasiswa
tentang ukuran ukuran di atas bidang sferis khususnya pengertian segitiga bola,
penjelasan tentang terbentuknya segitiga bola dan identifikasi posisi sebuah titik
dalam sistem koordinat bola.
XI.1.1. Deskripsi Singkat
Pada bab XII, akan dibahas materi tentang pengertian dan terbentuknya
segitiga bola, istilah-istilah dalam segitiga bola meliputi lingkaran kecil, lingkaran
besar, paralel, meridian, lintang, bujur, ekses sferis, jarak sferis dan sudut sferis.
XI.1.2. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami unsur-unsur bola bumi serta dapat
menggambar posisi titik-titik di atas bola bumi dan menghitung jarak sferis titik-
titik di atas bola bumi ( bidang lengkung).
XI.1.3. Relevansi
Bab XII ini mempunyai maksud memperkenalkan mahasiswa tentang
konsep dasar posisi suatu titik di atas bola bumi (permukaan bumi tidak dianggap
sebagai bidang datar tetapi bidang lengkung) dan unsur-unsur yang terbentuk pada
segitiga bola untuk proses hitungan selanjutnya, misalnya pada kuliah geodesi
satelit, survei GNSS.
XI.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-12, mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian bola bumi dan segitiga bola.
2. Menjelaskan unsur-unsur pada bola bumi.
3. Menjelaskan posisi titik-titik di atas bola bumi.
4. Menghitung jarak sferis di atas bola bumi.
111
XI.2. Penyajian
XI.2.1. ILMU UKUR SEGITIGA BOLA
Definisi dan Istilah
Bola (permukaan bola) adalah tempat kedudukan titik-titik (dalam ruang)
yang berjarak sama (tetap) terhadap titik yang tetap.
P : titik tetap (titik pusat bola)
R1 : titik di permukaan bola
R : jari-jari bola
Beberapa definisi pada bola:
- Lingkaran besar (L) : irisan diantara bola dengan bidang datar yang
melalui pusat bola.
- Lingkaran kecil (l) : irisan diantara bola dengan bidang datar yang
tidak melalui pusat bola.
- Kutub (Ku dan Ks) : dua titik tembus (potong) diantara bola dengan
diameter bola yang tegak lurus bidang yang memuat lingkaran tersebut.
- Titik lawan : bila titik A dihubungkan dengan P dan garis AP
diperpanjang sampai memotong(menembus) bola di B, maka B disebut
titik lawan A dan sebaliknya.
- Meridian A : irisan diantara bola dengan bidang vertikal yang
melalui Ku dan KS dan A. Bila bidang vertikal melalui Greenwich, Ku
dan Ks maka irisan bidang tersebut dengan bola disebut ”Prime meridian
atau meridian nol”.
- Equator : irisan diantara bola dengan bidang horizontal
yang melalui P (pusat bola). Equator tegaklurus meridian.
P
R1
R
112
- Paralel : irisan diantara bola dengan bidang horizontal
yang tidak melalui pusat bola, dan berjarak < r dari pusat bola.
- Lintang A (Latitude A) : jarak sudut A yang diukur dari equator dihitung
sepanjang meridian A.
- Secara umum Lintang Utara (LU) = + 0˚ s.d 90˚, Lintang Selatan (LS)= -
0˚ s.d -90˚
- Bujur A ( Longitude A) : sudut di salah satu kutub antara meridian A
tersebut dengan meridian nol.
- Secara umum Bujur Timur (BT) = + 0˚ s.d 180˚,Bujur Barat (BB) = - 0˚
s.d -180˚.
Lintang dan Bujur pada Bola (Djawahir 2009)
- Jarak sferis dan sudut sferis
Melalui dua titik A dan B pada bola dapat dibuat satu lingkaran besar.
A
φA
λA
113
Panjang busur dari A ke B dalam arah panah dinamakan jarak sferis dari
A ke B. Jadi Jarak sferis adalah jarak terpendek pada permukaan bola dari
A ke B.
Panjang busur AB (jarak sferis) dinyatakan dalam derajat (radial) dan
sama dengan besar sudut APB. Jadi panjang busur selalu lebih kecil dari
180˚atau T radial.
Sedangkan yang dimaksud dengan sudut
sferis adalah sudut di antara dua lingkaran
besar, yaitu sudut di antara garis singgung
pada masing-masing lingkaran besar di
titik potongnya.
Sudut sferis APB dibentuk oleh lingkaran
besar A dan B yang berpotongan di P.
- Ekses sferis
"01sin2"
R
LABC =
2
206265
R
xLABC
Catatan : R = 6.372.160 m
B
Lingkaran besar melalui A dan B.AB < 180˚
A θ<180˚
P
B
A
C
βα
γ
α + β + γ = 180˚+Σ
O
P
A BC
p
114
1/sin 01” = ρ” = 206265 → 1˚ = 111 km
XI.2.2 Terbentuknya Segitiga Bola
Segitiga bola ialah segitiga pada permukaan bola yang dibentuk dengan
cara menghubungkan tiga titik pada permukaan bola dengan busur lingkaran
besar. Jadi sisi-sisi segitiga bola ialah segmen-segmen busur lingkaran besar. Pada
gambar berikut ini, titik-titik A, B, dan C adalah titik-titik pada permukaan bola,
sedangkan AB, AC, dan BC adalah segmen-segmen busur lingkaran besar.
Unsur-unsur segitiga bola terdiri dari tiga sudut dan tiga sisi. Pada gambar
segitiga bola ABC tersebut, unsur-unsur segitiga bola ialah sudut-sudut , , dan
sisi-sisi a, b, c. Berbeda dengan segitiga datar yang jumlah ketiga sudutnya 180
derajat, jumlah ketiga sudut dalam segitiga bola ialah 180 derajat ditambah ekses
sferis.
XI.3. Penutup
XI.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
pengertian tentang terbentuknya segitiga bola, istilah-istilah dalam segitiga bola
Gambar segitiga bola ABC
O
A
B
C
A
B
C
ab
c
115
meliputi lingkaran kecil, lingkaran besar, paralel, meridian, lintang, bujur, ekses
sferis, jarak sferis dan sudut sferis.
XI.3.2. Tes Formatif
1. Gambarkan posisi titik- titik berikut pada bola bumi:
a. A (20° LU; 45° BT)
b. B (45° LU; 120° BT)
c. C (30° LS; 75 ° BB)
d. D (45° LS; 100° BB)
2. Kota P dan kota Q terletak di ekuator, kota P pada Bujur 30° T sedangkan
kota Q berada pada 115° BT, berapakah jarak sferis kota P ke kota Q. Jika
1° jarak sferis sama dengan 111 km, berapa kilometerkah jarak kedua kota
tersebut.
3. Kota X dan Y terletak pada bujur yang sama, kota X pada Lintang 15°30’
Utara sedangkan kota Y pada Lintang 25°40’ Selatan. Hitunglah jarak
sferis kota X ke kota Y dalam satuan kilometer.
XI.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Pengertian bola bumi dan segitiga bola
Tidak mampu menjelaskan
Dapat menjelaskan sebagian
Dapat menjelaskan secara runtut
Unsur-unsur pada bola bumi
Tidak mampu menjelaskan
Dapat menjelaskan sebagian
Dapat menjelaskan secara benar dengan gambar
Posisi titik di atas bola bumi
Tidak dapat menggambarkan
Dapat menggambarkansebagian
Dapat menggambarkan dengan baik dan benar
Jarak sferis Tidak dapat menghitung jarak sferis titik-titik di atas bola bumi
Dapat menghitung sebagian
dapat menghitung dengan cepat dan tepat
116
XI.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
XI.3.5. Sumber Pustaka
Ayres, F. Jr., 1954, Theory and Problems of Plane and Spherical Trigonometry,
Schaum’s Outline Series, Schaum Publishing Co., NewYork, USA.
Donnay, J.D.H., 2007, Spherical Trigonometry, Read Books.
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Todhunter, M.A.F.R.S, 1878, Spherical Trigonometry with Numerous Examples,
Macmillan and Co., London, on-line version from
www.forgottenbooks.com.
117
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-12 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
118
BAB XII
GEOMETRI SEGITIGA BOLA
XII.1. 1. Deskripsi Singkat
Pada bagian ini akan dibahas mengenai geometri segitiga bola pada sub
bahasan syarat segitiga bola dan jenis-jenis segitiga bola.
XII.1.2. Manfaat
Mendasari pada matakuliah penentuan posisi di permukaan bumi dengan
metode astronomi ataupun teknologi ruang angkasa.
XII.1.3. Relevansi
Dengan teknologi satelit penentuan posisi di permukaan bumi menjadi
semakin cepat, namun demikian untuk mempelajari penentuan posisi dengan
teknologi satelit memerlukan dasar-dasar matematika khususnya segitiga bola.
Bagian ini mendasari juga pada pelajaran transformasi koordinat dari sistem
kuvilinier ke sistem kartesi atau sebaliknya.
XII.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-12 mahasiswa akan dapat:
a. Menjelaskan syarat hitungan pada segitiga bola.
b. Mengidentifikasi dan membedakan macam-macam segitiga bola
c. Dapat menggambarkan secara grafis tentang jenis-jenis segitiga bola pada
bola langit.
XII .2. Penyajian
Segitiga Bola
Bagian dari permukaan bola yang dibatasi oleh ketiga buah lingkaran
besar yang berpotongan satu sama lain.
119
Syarat segitiga bola:
1. α + β + γ = 180˚ + Σ; Σ: ekses sferis
2. 180˚ < α + β + γ < 540˚
3. 0˚< a + b + c < 360˚
4. a < b + c ; b < c + a ; c < a + b dan α < β + γ ; β < γ + α ; γ < α + β
5. a > b → α > β ; a > c → α > γ ; c > b → γ > β
6. a = b → α = β ; a = c → α = γ ; c > b → γ = β
7.a ≠ b → α ≠ β ; a ≠ c → α ≠ γ ; c ≠ b → γ ≠ β
8. a, b, c, α, β, γ masing-masing < 180˚
Macam-macam segitiga bola:
1. Segitiga bola lawan
A
C
βα
γ
B
ab
c
KS
KU
TB
L1
L2
L3
A B
CP
ekuator
P
A
C
Ba
cb
a
b
c
Sudut bidang tiga P.ABC
120
2. Segitiga bola samping
3. Segitiga bola siku-siku
4. Segitiga bola kutub
5. Segitiga bola kwadran
6. Segitiga bola sembarang
1. Segitiga bola lawan
Tiga buah lingkaran besar L1, L2, L3 yang berpotongan satu sama lain,
mempunyai 6 titik potong: A, B, C dan A1, B1, C1. membentuk A1B1C1
yang disebut sebagai segitiga lawan dari ABC dan sebaliknya.
Titik A1 adalah titik lawan A dan sebaliknya, titik B1 adalah titik lawan B dan
sebaliknya, titik C1 adalah titik lawan C dan sebaliknya. Hubungan segitiga
ABC dan segitiga A1B1C1 adalah:
a = a1 ; α = α1 ; b = b1 ; β = β1 ; c = c1 ; γ = γ1
L1
L2
L3
KU
KS
T
B
C
B
AP
C1
B1
A1
c1
b1
a1 c
ba
Segitiga lawan
A
B
C
c
b
a
Sudut sferis
Jarak sferis
C1
B1
A1
c1
b1
a1
1
1
1
121
2. Segitiga bola samping
Segitiga bola AKsB merupakan segitiga bola samping ABC:
o sisi-sisi : 180˚ - a, 180˚ - b, Ku
o sudut-sudut: 180˚ - α, 180˚ - β, KS
Segitiga bola BA’Ku merupakan segitiga bola samping ABC:
o sisi-sisi: 180˚ - Ku, 180˚ - b, a
o sudut-sudut: 180˚ - KU, 180˚ - β, α
Segitiga bola AB’Ku merupakan segitiga bola samping ABC:
o sisi-sisi : 180˚ - Ku, 180˚ - a, b
o sudut-sudut: 180˚ - KU, 180˚ - α, β
XII.3. Penutup
XII.3.1.Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
tentang rumus-rumus segitiga bola, jenis-jenis segitiga bola, syarat-syarat dan
aturan pada segitiga bola serta contoh penyelesaian beberapa kasus.
L2
KU
T
B’
B
A
A’
ku
b
a
L1
180 -
180
-a
180
-b
180 -
Segitiga bola ABC = segitiga bola ABKu
Segitiga bola AKsB = segitiga bola samping ABC
122
XII.3.2.Tes Formatif
1. Jelaskan perbedaan antara segitiga bidang datar dengan segitiga bola
2. Jelaskan syarat-syarat agar terpenuhi apa yang disebut sebagai segitiga bola
3. Gambarkan segitiga bola samping dan segitiga bola lawan pada bola langit.
XII.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Identifikasi perbedaan segitiga bidang datar dan segitiga bola
Tidak dapat mengidentifikasi dan membedakan
Dapat mengidentifikasi dan membedakan sebagian
Dapat mengidentifikasi dan membedakan seluruhnya
Identifikasi jenis segitiga bola
Tidak dapat mengidentifikasi dan membedakan
Dapat mengidentifikasi dan membedakan sebagian
Dapat mengidentifikasi dan membedakan seluruhnya
Gambar grafis jenis segitiga bola
Tidak dapat mengambar
Dapat menggambar sebagian
Dapat menggambar seluruh jenis
XII.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
XII.3.5. Sumber Pustaka
Ayres, F. Jr., 1954, Theory and Problems of Plane and Spherical Trigonometry,
Schaum’s Outline Series, Schaum Publishing Co., NewYork, USA.
Donnay, J.D.H., 2007, Spherical Trigonometry, Read Books.
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
123
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-13 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
124
BAB XIII:GEOMETRI SEGITIGA BOLA
(LANJUTAN)
XIII.1. Pendahuluan
XIII.1. 1. Deskripsi singkat
Pada bab ini akan dibahas tentang segitiga bola siku-siku, segitiga bola
kutub, segitiga bola sembarang dan kwadranserta contoh penyelesaian beberapa
kasus.
XIII.1.2. Manfaat Mendasari pada matakuliah penentuan posisi di permukaan bumi dengan
metode astronomi ataupun teknologi ruang angkasa.
XIII.1.3. Relevansi,
. Dengan teknologi satelit penentuan posisi di permukaan bumi menjadi
semakin cepat, namun demikian untuk mempelajari penentuan posisi dengan
teknologi satelit memerlukan dasar-dasar matematika khususnya segitiga bola.
Bagian ini mendasari juga pada pelajaran transformasi koordinat dari sistem
kuvilinier ke sistem kartesi atau sebaliknya
XIII.1.4. Learning outcame :
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-1, mahasiswa akan dapat:
menyelesaikan hitungan segitiga bola siku-siku, segitiga bola kutub, segitiga bola
sembarang dan kwadran
XIII.2. PenyajianSegitiga bola siku-siku
O
A
ca
b
B
Cc
a
b
D90
E
90 90
90 90
125
adalah segitiga bola yang hanya mempunyai satu sudut yang besarnya 90˚.
Segitiga siku-siku:
O : pusat bola berjari-jari 1 (satu unit radius)
O : titik puncak dari sudut bidang tiga O ABC
ABC ; segitiga bola siku-siku di C dan a < 90˚, b < 90˚.
Melalui A dibuat bidang tegak lurus OB,atau melalui A dibuat bidang ADE
tegak lurus OB, memotong OB di E dan OC di D.
Dengan mengacu rumus-rumus pada segitiga bidang datar, diperoleh:
DA/OA = sin b atau DA/1 = sin b
EA/OA = sin c atau EA/1 = sin c
OE/OA = cos c atau OE/1 = cos c
OD/OA = cos b atau OD/1 = cos b
Dari segitiga datar OED:
tan a = ED/OE atau ED = OE x tg a
Dari persamaan tersebut OE = cos c, sehingga ED = cos c tan a
dst...(rumus-rumus yang lain dapat dijabarkan sendiri).
ATURAN NAPIER dari segitiga bola ABC
1. sin a = sin A sin c
Bagian TENGAH
Bagian SAMPING
Bagian SAMPING
Bagian LAWAN
Bagian LAWAN
a
b
Co-A
Co-c
Co-B
Co-A
Co-B
Co-c
C
b
a
90
126
2. tan a = tan A sin c
3. tan a = cos B tan c
4. cos c = cos b cos a
5. cos A = sin B cos a
6. sin b = sin B sin c
7. tan b = tan B sin a
8. tan b = cos A tan c
9. cos c = cot A cot B
10. cos B = sin A cos b
Rumus yang dipilih:
Pilih rumus yang mengandung 2 unsur yang sudah diberikan dan 1 unsur
yang ditanyakan.
a. sin (bagian TENGAH ) = cos (bagian LAWAN ) x cos (bagian
LAWAN)
b. sin (bagian TENGAH) = tan (bagian SAMPING) x tan (bagian
SAMPING)
c. sin b = tan a x tan Co-A;
sin b = tan a cot A;
tan a = tan A sin b
sin(1 bagian TENGAH) = tan (1 bagian SAMPING) x tan (1
bagian LAWAN)
d. sin (b) = cos (Co-B) x cos (Co-c)
sin b = sin B sin c
sin (1 bagian TENGAH) = cos (1 bagian LAWAN) x cos (1
bagian LAWAN)
Urutan kerja dalam penyelesaian segitiga bola siku adalah sbb:
a. Buat sketsa/gambar segitiga bola siku dan diberi notasi seperlunya,
unsur-unsur yang diketahui diberi tanda misalnya dengan lingkaran.
b. Tulis rumus untuk unsur-unsur yang tak diketahui dengan ketentuan-
ketentuan Napier. Tiap rumus mengandung dua unsur yang diketahui
dan mengandung satu unsur yang ditanyakan.
127
c. Tulis rumus untuk unsur-unsur yang tak diketahui dengan ketentuan
Napier untuk ceking.
d. Hitungan dapat dilakukan dengan kalkulator.
Hukum Kwadran
a. Bila A < 90 dan C < 90, maka a, b, B < 90
Bila C < 90 dan a < 90 , maka b, B > 90 dan A < 90
b. Bila A > 90 dan C < 90, maka a, b, B > 90
Bila C > 90 dan a > 90, maka b, B < 90 dan A > 90
Contoh 1:
Diketahui: ABC siku-siku di C ; A = 650 ; B = 1180
Hitung: a, b, dan c
Jawab:
a) Mencari a: Mencari b:
sin Co-A = cos a cos Co-B sin Co-B = cos Co-A cos b
cos a = cos A cosec B cos b = cos B cosec A
a = arc cos (cos A cosec B) a = arc cos ( cos B cosec A
b) Mencari c
sin Co-c = tan Co-B tan Co-A
cos c = cot B cot A
c = arc cos (cot B cot A)
c) Ceking
sin Co-c = cos a cos b
LATIHAN:
Co-A
Co-B
Co-c
90 C
a
bCo-A
Co-B
Co-c ?
a ?
b ?
128
1. Diketahui segitiga bola siku-siku di C, a = 45˚; b = 30˚, hitung A, B, c!
2. Selesaikan sebuah segitiga bola siku-siku di C dan a = 66˚59’31” ; b =
156˚34’19”!
3. Selesaikan sebuah segitiga bola siku-siku di C dan a = 60˚ ; b = 30˚!
4. Selesaikan sebuah segitiga bola siku-siku di C dan A = 45˚ ; c = 60˚!
Segitiga bola kutub
Kutub-kutub dari sebuah lingkaran besar adalah titik-titik tembus dari
garis tegak lurus lingkaran melalui pusatnya, pada bidang permukaan bola.
Sebuah segitiga ABC mempunyai segitiga kutubnya yang terbentuk dengan
jalan membuat segitiga bola yang sisi-sisinya adalah lingkaran-lingkaran besar
yang berkutub di A, B, dan C.
- Ak adalah kutub dari lingkaran besar BC, yang terletak sepihak dengan A
terhadap BC.
- Bk adalah kutub dari lingkaran besar AC, yang terletak sepihak dengan B
terhadap AC.
- Ck adalah kutub dari lingkaran besar AB, yang terletak sepihak dengan C
terhadap AB.
- Segitiga bola AkBkCk, dinamakan segitiga bola kutub dari segitiga bola
ABC.
- Segitiga bola ABC, dinamakan segitiga bola kutub dari segitiga bola
AkBkCk.
Ak
Bk
Ck
akbk
ck
C
BAc
ba
129
Ak = 180˚ - a = αk A = 180˚ - ak = α
Bk = 180˚ - b = βk B = 180˚ - bk = β
Ck = 180˚ - c = γk C = 180˚ - ck = γ
Segitiga bola kwadran
Adalah segitiga bola yang hanya mempunyai satu sisi yang besarnya 90˚.
Segitiga kutub dari segitiga kwadran adalah segitiga siku-siku, oleh karena itu
unsur-unsur dari segitiga kwadran dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
segitiga siku-siku pada segitiga kutubnya.
Segitiga bola sembarang (oblique)
Adalah segitiga bola yang tidak mengandung keistimewaan. Segitiga bola
sembarang dapat terbentuk dari:
- tiga sisi yang diketahui,
- tiga sudut yang diketahui,
- dua sisi dan satu sudut yang diapitnya,
- dua sudut dan satu sisi yang diapitnya,
- dua sisi dan satu sudut di muka salah satu sisinya, atau
- dua sudut dan satu sisi di muka salah satu sudutnya.
Adapun rumus-rumus yang berlaku:
1. Rumus sinus:
C
c
B
b
A
a
sin
sin
sin
sin
sin
sin
2. Rumus cosines untuk sisi:
cos a = cos b cos c + sin b sin c cos A
cos b = cos c cos a + sin c sin a cos B
cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C
3. Rumus cosines untuk sudut:
130
cos A = - cos B cos C + sin B sin C cos a
cos B = - cos C cos A + sin C sin A cos b
cos C = - cos A cos B + sin A sin B cos C
4. Rumus ½ sudut:
)sin(
tantan 2
1
aS
rA
)sin(
tantan 2
1
bS
rB
)sin(
tantan 2
1
cS
rC
S = (a + b + c)/2
S
cSbSaSr
sin
)sin()sin()sin(tan
5. Rumus ½ sisi:
)cos(
tancot 2
1
AS
Ra
)cos(
tancot 2
1
BS
Rb
)cos(
tancot 2
1
CS
Rc
S = (A + B + C)/2
S
CSBSASR
cos
)cos()cos()cos(tan
6. Gauss or Delambre’s analogies:
cSin
baSin
CCos
BA
21
21
21
21 )()(sin
cSin
baSin
CSin
BACos
21
21
21
21 )()(
cCos
baCos
CCos
BASin
21
21
21
21 )()(
131
cCos
baCos
CSin
BACos
21
21
21
21 )()(
7. Napier’s analogies:
)(
)()(
21
21
21
21
baSin
baSin
CCot
BATan
)(
)()(
21
21
21
21
baCos
baCos
CCot
BATan
)(
)()(
21
21
21
21
BASin
BASin
CTan
baTan
)(
)()(
21
21
21
21
BACos
BACos
CTan
baTan
XIII.3. Penutup
XIII.3.2.Tes formatif
1. Diketahui segitiga bola ABC, a = 1210 18,4’; b = 1040 54,7’; c = 650 42,5’.
Hitung besaran A,B, dan C menggunakan rumus ½ sudut.
2. Dketahui segitiga bola ABC, A = 1170 22,8’; B = 720 38,6’; C = 580 21,2’.
Tentukan a,b dan c. (menggunakan rumus ½ sisi).
3. Diketahui segitiga ABC, a = 1060 25,3’; B = 420 16,7’; c = 1140 53,2’.
Tentukan A, C, dan b. (menggunakan Napier’s analogies).
4. Diketahui segitiga ABC, A = 480 44,6’; B = 600 42,6’; c = 760 22,4’.
Tentukan a, b, dan C. (menggunakan Napier’s analogies).
5. Diketahui segitiga ABC, a = 480 44,6’; c = 600 42,2’; A = 760 22,4’.
Tentukan C, B dan b.
6. Diketahui segitiga ABC, A = 350 52,5’; B = 560 10,7’; a = 400 38,8’.
Tentukan c, C dan b.
XIII.3.3. Petunjuk Penilaian dan umpan balik
Kriteria Skor
132
0 1 2Identifikasi perbedaan segitiga bidang datar dan segitiga bola
Tidak dapat mengidentifikasi dan membedakan
Dapat mengidentifikasi dan membedakan sebagian
Dapat mengidentifikasi dan membedakan seluruhnya
Identifikasi jenis segitiga bola
Tidak dapat mengidentifikasi dan membedakan
Dapat mengidentifikasi dan membedakan sebagian
Dapat mengidentifikasi dan membedakan seluruhnya
Mampu melakukan hitungan pada semua kasus segitiga bola
Tidak dapat melakukan hitungan
Dapat melakukan hitungan sebagian kasus
Dapat melakukan hitungan semua kasus
XIII.3.4. Tindak lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif dianding
dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor 2
XIII.3.5. Sumber Pustaka:
Ayres, F. Jr., 1954, Theory and Problems of Plane and Spherical Trigonometry,
Schaum’s Outline Series, Schaum Publishing Co., NewYork, USA.
Donnay, J.D.H., 2007, Spherical Trigonometry, Read Books.
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESI
133
Jalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-14&15 )
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
BAB XIV
APLIKASI SEGITIGA BOLA
134
XV.1. Pendahuluan
Pada bagian ini diberikan penjelasan dan contoh-contoh aplikasi ilmu
ukur segitiga bola dalam kaitannya untuk penentuan posisi titik-titik di atas bumi
dan segitiga bola untuk astronomis.
XV.1.1. Deskripsi Singkat
Pada bab XV, akan dibahas materi tentang: sistem koordinat geografik,
hitungan jarak dan sudut arah pada great circle sailing, pemanfaatan ilmu ukur
segitiga bola untuk penentuan arah kiblat, dan segitiga bola astronomis untuk
penentuan asimut matahari.
XV.1.2. Manfaat
Mahasiswa dapat menerapkan rumus-rumus pada segitiga bola untuk
aplikasi-aplikasi yang terkait, misalnya untuk keperluan navigasi kapal, penentuan
arah (contoh arah kiblat), perhitungan segitiga bola astronomis, dan perhitungan
asimut matahari.
XV.1.3. Relevansi
Bab XV ini mempunyai maksud menunjukkan kepada mahasiswa
penerapan rumus-rumus segitiga bola untuk keperluan praktis maupun keterkaitan
dengan matakuliah yang lain misalnya Geodesi Satelit (segitiga bola astronomis),
Ukur Tanah, Survei Topografi (penentuan asimut matahari).
XV.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti kuliah pertemuan ke-15, mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan tentang sistem koordinat geografis.
2. Meghitung jarak dan sudut arah pada great circle sailing.
3. Menjelaskan aplikasi ilmu ukur segitiga bola pada penentuan arah kiblat.
4. Menjelaskan aplikasi ilmu ukur segitiga bola pada penentuan asimut
matahari.
135
XV.2. Penyajian
Banyak pemakai ilmu ukur segitiga bola di bidang perhitungan waktu dan
jarak-jarak sudut (angular distance). Waktu dan jarak sudut biasanya berdasar
pada benda-benda angkasa yang dianggap terletak pada bola angkasa (celestial
sphere) atau di permukaan bumi (terrestrial). Dalam perhitungan-perhitungan
yang memakai ilmu ukur segitiga bola, maka bumi dianggap berbentuk bola
sehingga jarak antara dua titik diperhitungkan sepanjang lingkaran besar. Di
bidang perhitungan waktu, didasarkan adanya rotasi bumi pada porosnya sekali
setiap hari, yang merupakan dasar satuan waktu.
XV.2.1 Sistem Koordinat Geografik
Untuk mengidentifikasi posisi titik di bumi atau yang terkait dengan bumi,
dikembangkanlah Sistem Koordinat Geografik dengan mendefinisikan bentuk
bumi berupa bola (globe) dengan dimensi mendekati ukuran bumi yang
Gambar Sistem Koordinat GeografikSumber: http://homer.ugdsb.on.ca/
hP
O
Ekuator
Meridian P
Meridian Greenwich
Ku
P
P
P
XQ
136
sesungguhnya (jari-jari bumi R ≈ 6378 kilometer). Sebagai origin sistem
koordinat biasanya diambil titik pusat bumi (geosentrik) (dirangkum dari bahan
pelatihan penentuan arah kiblat oleh Djawahir, 2012).
Dalam sistem koordinat ini kedudukan suatu titik (P) dinyatakan dengan tiga
komponen koordinat (lihat gambar di atas):
a. Lintang geografik (sering dinyatakan dengan simbol huruf L atau φ).
b. Bujur geografik (sering dinyatakan dengan simbol huruf B atau λ).
c. Tinggi terhadap permukaan laut rerata (sering dinyatakan dengan simbol
huruf h atau H).
Lintang geografik diukur dari ekuator (0 derajat) sepanjang busur meridian ke
arah Kutub Utara (positif) atau ke arah Kutub Selatan (negatif) sampai ke
proyeksi titik yang bersangkutan pada permukaan bola bumi acuan. Harga lintang
geografik berkisar dari 0 derajat sampai +90 derajat untuk belahan bumi utara dan
dari 0 derajat sampai -90 derajat untuk belahan bumi selatan. Pada gambar di atas,
lintang geografik titik P ialah P (=sudut QOP).
Bujur geografik diukur sepanjang busur ekuator mulai dari meridian Greenwich
ke arah Timur (positif) atau ke arah Barat (negatif) sampai meridian yang melalui
titik yang bersangkutan. Harga bujur geografik berkisar dari 0 derajat (0 jam)
sampai 180 derajat (12 jam). Pada gambar di atas, Bujur geografik titik P ialah P
(=sudut QOX).
Tinggi titik diukur dari bidang acuan, biasanya permukaan laut rerata, sepanjang
garis normal atau vertikal sampai ke titik yang bersangkutan. Pada gambar di atas,
tinggi titik P ialah hp. Jarak titik P ke origin sistem koordinat (pusat bumi) ialah
R+hp.
Informasi tentang koordinat geografik titik-titik atau tempat pengamatan di
permukaan bumi dapat diperoleh antara lain melalui data grafis yang disajikan
oleh peta atau atlas, data koordinat yang disajikan oleh situs website “Google
Earth” baik secara online maupun offline, pengukuran langsung di lapangan
137
dengan sistem satelit (GPS, GNSS) atau metode extra-terrestrial yang lain. Perlu
diketahui bahwa untuk perhitungan-perhitungan posisi teliti di bumi dan
sekitarnya diperlukan bentuk dan dimensi bumi acuan yang lebih akurat,
mendekati bentuk dan dimensi bumi yang sebenarnya, yaitu elipsoid. Dalam hal
ini pendekatan bentuk bumi bola tidak lagi cukup akurat. Penentuan posisi dalam
sistem satelit (GPS, GNSS, dsb) menggunakan acuan bumi elipsoid.
Pada umumnya prosedur pemakaian ilmu ukur segitiga bola dalam menyelesaikan
soal-soal menyangkut titik-titik di bumi, berupa perhitungan tiga unsur dari
segitiga terestris. Dari unsur-unsur segitiga bola yang sudah diketahui, kemudian
unsur-unsur yang lain dapat dihitung dan dibuat penaksiran hasilnya. Misalnya
bagaimana menentukan jarak dan sudut antara dua buah titik M1 dan M2 yang
diketahui posisi geografiknya (lintang dan bujurnya diketahui).
Jika M1 (φ1, λ1) dan M2 (φ2, λ2), maka unsur-unsur segitiga bola yang dapat
dibentuk adalah:
sudut M1KUM2 = λ2 - λ1
KU
KS
M1
M2
QQ’
K1K2
Greenwich
90°- φ1
M1
M2
KU
?
90°- φ2λ2 - λ1
138
Jarak KUM2 = 90° - φ2
Jarak KUM1 = 90° - φ1
Kemudian jika ditanyakan berapakah jarak antara M1 dan M2, maka solusinya
dapat diselesaikan menggunakan rumus-rumus pada segitiga bola, misalnya
dengan menggunakan aturan sinus atau dengan aturan cosinus.
Contoh:
1. Great circle sailing
Sebuah kapal berlayar dari kota Chicago (41°51’,0 U ; 87°37’,0 B) menuju
kota Harbor (53°54’,0 N ; 166°33’,0 B). Tentukan jarak tempuh kapal
tersebut?
Jawab:
Jarak M1KU = 90° - 41°51’,0
= 48°09’
Jarak M2KU = 90° - 53°54’,0
= 36°06’,0
Sudut di KU = 166°33’,0 - 87°37’,0
= 78°56’,0
Menggunakan aturan cosinus diperoleh:
cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C
= cos 48°09’ cos 36°06’,0 + sin 48°09’ sin 36°06’,0 cos
78°56’,0
= 0,6233221
c = 51°26’,45
Jarak M1 ke M2 = c = 51,441 × 111 km = 5709,901 km
(catatan jarak busur 1° = 111 km).
M1
M2
KU U
?
90°- φ2λ2-λ1
ab
cA
B
C
139
Sedangkan sudut keberangkatan kapal dapat dihitung dengan menerapkan
aturan sinus:
A
a
C
c
sinsin
Coba anda hitung sendiri!
2. Perhitungan arah kiblat shalat (Djawahir, 2012).
Pendekatan atau asumsi yang diterapkan dalam penentuan arah kiblat
shalat ialah bumi berbentuk bola, sehingga segmen-segmen busur
lingkaran besar (jari-jari R= 6378 km) yang menghubungkan Kutub Utara
(K), Ka’bah (M), dan titik tempat shalat (X) membentuk segitiga bola
XKM sebagai berikut:
Unsur-unsur segitiga bola yang diketahui ialah:
a. Sisi KX = 90o – X (X adalah lintang geografik tempat shalat, untuk belahan
bumi Selatan bertanda negatif, untuk belahan bumi Utara bertanda positif).
b. Sisi KM = 90o – M (M adalah lintang geografik Ka’bah = + 21o25’25”).
c. Sudut XKM = X – M (X adalah bujur geografik tempat shalat dan M
adalah bujur geografik Ka’bah = 39o49’40”)
Gambar Segitiga Bola XKM
M
X
K
90o - X
90o - M
AXM
X - M
AMX
140
Unsur segitiga bola yang dihitung ialah sudut AXM (= asimut Utara-Barat
untuk wilayah Indonesia) dengan salah satu dari dua cara berikut:
Cara I:
Menghitung busur XM dengan rumus:
cos(XM) = cos(90o - X) cos(90o - M) + sin(90o - X) sin(90o - M) cos(X -
M)
Kemudian hasilnya digunakan untuk menghitung sudut AXM dengan rumus:
sin(AXM) = sin(90o - M) sin(X - M)/sin(XM)
atau rumus:
Cara II:
Menghitung (AMX + AXM)/2 dan (AMX – AXM)/2 dengan rumus:
Kemudian hasilnya dikurangkan untuk mendapatkan sudut AXM.
XV.2.2 Segitiga Bola Astronomis
Segitiga astronomis adalah segitiga bola langit yang dibatasi oleh
lingkaran besar dan yang dibentuk oleh titk Zenit (Z), benda langit yang diamat
(M) dan kutub bola langit (KU). Di Indonesia dipilih Kutub Utara sebagai titik
acuan sehingga segitiga astronomis yang dimaksud adalah:
cos[{(90o - X) – (90o - M)}/2]tan{(AMX + AXM)/2} = ---------------------------------------- cot{(X - M)/ 2}
cos[{(90o - X) + (90o - M)}/ 2]
sin[{(90o - X) – (90o - M)}/ 2]tan{(AMX – AXM)/2} = --------------------------------------- cot{(X - M)/ 2}
sin [{(90o - X) + (90o - M)}/ 2]
cos(90o - M) - cos(90o - X) cos(XM)cos(AXM) = ------------------------------------------------ sin(90o - X) sin(XM)
KU
M
Z
Aq
t
141
Enam unsur segitiga bola
astronomis adalah tiga unsur
sudut, yaitu KU, Z, M dan
tiga unsur sisi yaitu:
KU – Z = 90° – φ
Z – M = 90° – h
KU – M = 90° – δ
Sudut di titik KU dinamakan sudut waktu (t), di titik Z dinamakan asimut
(A) dan di titik M dinamakan sudut paralaktis (q), sedangkan φ adalah
lintang pengamat, h adalah tinggi benda langit (M) dan δ adalah sudut
deklinasi M.
Pengamat dapat berada di sebelah Utara maupun Selatan ekuator,
demikian pula benda langit yang diamat. Posisi benda langit M terhadap
zenith Z dan Kutub Utara KU dengan beracuan terhadap mata angin, dapat
dibedakan menjadi empat macam segitiga astronomis (Basuki, 1988).
KS
90°-φ
KUKU
90°-h
90°- δ
90°-h
90°-h90°-h
90°-φ
90°-φ
90°-φ
90°- δ
90°- δ 90°- δ
AM
M
Z
q
-t
M
M
M
Z
Z
Z
AM
A
AM
A
q
q
q
-t
t
t
AM
KU
KU
142
Catatan AM = asimut benda langit = 360 – A
Contoh:
Hitung asimut dan tinggi benda langit bila diketahui deklinasi (δ) benda
langit = 10°30’00”, sudut jam (t) benda langit = 330°05’10” dan lintang
pengamat (φ) = 48°16’40”.
Jawab:
ZK = 90° - φ = 41°43’20”
MK = 90° - δ = 100°30’00”
H1 =360° - 330°05’00” = 29°54’50”
Dengan menggunakan aturan cosines:
cos ZM = cos KZ cos KM + sin KZ sin KM cos H1
= cos 41°43’20” cos 100°30’00” + sin 41°43’20” sin cos
100°30’00” cos 29°54’50”
= 0,431180
ZM = 64°27’27”
Jadi tinggi benda langit = 90° - 64°27’27” = 25°32’32”
cos A = ZMKZ
ZMKZKM
sinsin
coscoscos
= "27'2764sin"20'4341sin
"27'2764cos"20'4341cos'30100cos
= -0,839434496
Karena negatif maka benda langit berada pada kwadran ke II, sehingga A
= 147°04’50” UT.
Aplikasi segitiga astronomis ini juga bisa digunakan pada penentuan
asimut dengan pengamatan matahari. Asimut matahari (Am) untuk setiap
saat bisa ditentukan bila kita dapat mengamati matahari tersebut untuk
menentukan tingginya serta dicatat pula waktu atau saat pengamatannya
Z
KU
M
AH1
ekuatorhorison
meridian
143
(Basuki, 1988). Penentuan asimut dengan pengamatan matahari adalah
penentuan asimut arah dari tititk pengamatan ke titik sasaran tertentu di
permukaan bumi yang dilakukan dengan menentukan asimuth matahari.
Kemudian dengan ukuran sudut horisontal antara arah matahari ke arah
sasaran, ditentukan asimut ke titik sasaran itu. Ada dua cara untuk
menentukan asimut dengan pengamatan matahari yaitu metode tinggi
matahari dan metode sudut waktu.
Gambar Asimut Matahari dan Arah Titik Acuan
Keterangan:
α : sudut horisontal P ke matahari
(= bacaan arah horisontal ke P - bacaan arah horisontal ke matahari).
AP : asimut OP
AM : asimut matahari
KU : kutub Utara
Pada segitiga astronomis, asimut matahari (AM) dari segitiga bola KU-M-Z dapat
ditentukan bila diketahui tiga unsur padanya. dengan bantuan peralatan teodolit
dapat ditentukan busur ZM dan waktu pengamatan (t), kekurangan data lintang
tempat pengamat dapat diinterpolasi dari peta topografi yang ada sehingga unsur
Z-KU dapat ditentukan. Tabel deklinasi matahari dan rerata waktu misal dari
nautical almanac dapat untuk menentukan M-KU, sehingga unsur-unsur yang
diketahui adalah:
1. Z-M = 90° - h
2. Z-KU = 90° - φ
M
KU
O
P
APAM
α APZ
AM
P
q
-tλGR
144
3. M-KU = 90° - δ
4. MKUZ = t (sudut waktu)
Penentuan asimut matahari dengan metode tinggi matahari berdasarkan rumus
segitiga bola:
)90sin()90sin(
)90cos()90cos()90cos(cos
h
hA
hcoscos
hsin sin-sinAcos
Penentuan asimut matahari dengan metode sudut waktu:
ttg
ttgA
cossincos
sin
Sudut waktu (t) besarnya = GMT + PW +λ – 12 jam
Dimana GMT : waktu wilayah Indonesia Barat – 7 jam
PW : perata waktu (dari tabel)
λ : bujur pengamat
Atau t dicari dengan rumus:
coscos
sinsinsinhcos
t
Untuk detil pengamatan dan perhitungan asimut matahari bisa dilihat di materi
kuliah Ukur Tanah II.
XV.3. Penutup
XV.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
tentang contoh-contoh aplikasi ilmu ukur segitiga bola dalam kaitannya untuk
penentuan posisi titik-titik di atas bumi dan segitiga bola untuk astronomis.
XV.3.2.Tes Formatif
1. Sebuah kapal berlayar pada lingkaran besar dari New York (40˚42,04’ N ;
74˚1,0’ W) ke arah N 30˚10’E. Tentukan pada jalur tersebut titik M yang
paling dekat dengan Kutub Utara dan tentukan jarak kutub M dari Kutub
145
Utara dan dari New York. Apabila kapal berlayar dengan kecepatan 100
mile /jam, berapa waktu yang diperlukan untuk menuju M? (1’ = 1 mile).
2. Kapal berlayar dari kota San Fransisco (37˚48,5’ N ; 122˚24,0 W) dengan
arah S 40˚30,0’ W. Tentukan titik M yang memotong ekuator pada jalur
tersebut. Tentukan jarak M dari San Fransisco.
3. Sebuah kapal berlayar dari kota A(157˚52’18” BB ; 21˚18’18” LU)
menuju kota B(122˚25’42” BB ; 37˚47’30” LU). Tentukan jarak tempuh
kapal dan sudut arah keberangkatannya. (1˚= 111 km). Tentukan besarnya
ekses sferis.
XV.3.3. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Sistem koordinat geografis
Tidak mampu menjelaskan
Dapat menjelaskan sebagian
Dapat menjelaskan secara runtut
Jarak dan sudut arah pada great circle sailing
Tidak mampu melakukan hitungan
Dapat menghitungsebagian
Dapat menghitung dengan baik dan lancar
Aplikasi ilmu ukur segitiga bola pada penentuan arah
Tidak mampu melakukan hitungan
Dapat menghitung sebagian
Dapat menghitung dengan baik dan lancar
Aplikasi ilmu ukur segitiga bola pada penentuan asimutmatahari
Tidak mampu melakukan hitungan
Dapat menghitung sebagian
Dapat menghitung dengan baik dan lancar
I.3.4. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2.
I.3.5. Sumber Pustaka
Ayres, F. Jr., 1954, Theory and Problems of Plane and Spherical Trigonometry,
Schaum’s Outline Series, Schaum Publishing Co., NewYork, USA.
146
Basuki K.S., 1988, Penentuan Asimut dengan Pengamatan Matahari, Kanisius,
Yogyakarta.
Donnay, J.D.H., 2007, Spherical Trigonometry, Read Books.
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Strang, G, dan K. Borre, 1997, Linear Algebra, Geodesy and GPS, Wellesley-
Cambridge Press, USA.
Todhunter, M.A.F.R.S, 1878, Spherical Trigonometry with Numerous Examples,
Macmillan and Co., London, on-line version from
www.forgottenbooks.com.
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESIJalan Grafika No. 2, Sendowo, Yogyakarta
147
Buku 2 : RKPM(Rencana Kegiatan Pembelajaran Minggu ke-16)
MATEMATIKA GEODESISemester III / 2 SKS / TKGD2302
Oleh:1. Ir. Parseno, MT.
2. Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.3. Dwi Lestari, ST., ME.
4. Ir. Sri Narni, MT.
Didanai dengan Dana BOPTN P3-UGMTahun Anggaran 2013
November 2013
BAB XVI
TES SUMATIF II
(Ujian Akhir Semester)
XVI.1. Pendahuluan
XVI.1.1. Deskripsi Singkat
148
Soal ujian akhir semester meliputi soal dalam bentuk essay yang memuat
pertanyaan dari materi kuliah yang bersifat menjelaskan pengertian-pengertian
maupun definisi. Selain itu juga memuat soal dalam bentuk hitungan yang
memuat pertanyaan dari materi kuliah yang bersifat menyelesaikan suatu
hitungan.
XVI.1.2. Manfaat
Dengan kegiatan ini dapat menilai pemahaman mahasiswa tentang materi
kuliah minggu ke-9 s.d. minggu ke-16.
XVI.1.3. Relevansi
Penilaian pemahaman mahasiswa ini harus dilakukan karena untuk
evaluasi pemberian materi kuliah dalam 7 minggu akhir perkuliahan. Hasil
evaluasi ujian tengah semester dan ujian akhir semester digunakan untuk
menentukan nilai akhir mahasiswa dalam menempuh matakuliah ini. Materi
perkuliahan ini sebagai pengetahuan dasar yang digunakan dalam aplikasinya
untuk matakuliah Proyeksi Peta, Sistem Transformasi Koordinat, Geodesi Satelit
dan Survei GNSS.
XVI.1.4. Learning Outcome
Setelah mengikuti ujian akhir semester, mahasiswa akan dapat:
1. Mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan tentang
materi persamaan luasan, besaran fundamental orde I, besaran
fundamental orde II, kelengkungan normal, rumus Gauss. kelengkungan
garis utama Gauss serta sifat-sifat titik pada luasan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian dan terbentuknya
segitiga bola, serta menyebutkan istilah-istilah dalam segitiga bola.
3. Mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan aplikasi
segitiga bola, misalnya untuk keperluan navigasi kapal, penentuan arah
(contoh arah kiblat), perhitungan segitiga bola astronomis, dan
perhitungan asimut matahari.
149
XVI.2. Penyajian
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESI
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL T.A 2011/2012
Matakuliah : Matematika GeodesiProgram Studi : S-1 Reguler Hari, Tanggal : Senin, 9 Januari 2012Waktu : 120 menitSifat : Buku Terbuka*)Dosen Penguji : Dwi Lestari, ST., ME.
Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.----------------------------------------------------------------------------------------------------------------*) Hanya diperkenankan membuka lembar ringkasan (1 lembar folio bergaris) yang dikumpulkan bersama lembar jawaban ujian.Petunjuk: kerjakan soal-soal berikut dengan rapi dan jelas, boleh tidak urut asal diberi nomor yang jelas, angka dalam kurung menunjukkan bobot penilaian untuk masing-masing nomor.
1. Tentukan konstanta a dan b sehingga luasan ax2 - byz = (a+2)x tegak lurus luasan 4x2y + z3 = 4 pada titik (1, -1, 2) (nilai 15).
2. Diketahui kurva r (θ) = x i +y j + z k, dengan x = 6θ – 2θ3 , y = 6θ2, z = 6θ + 2θ3
a. Tentukan vektor singgung satuan (t), vektor normal satuan (n) dan vektor binormal satuan (b).
b. Tentukan persamaan bidang normal pada saat θ = 1.c. Tentukan κ dan τ serta sifat kurvanya (nilai 25).
3. Diketahui persamaan luasan r = (3 cosφ sinθ, 3cosφ cosθ, 3sinφ) dengan φ dan θ adalah parameter.a. Tentukan besaran fundamental orde I dan orde II serta kelengkungan normal (κn).b. Tentukan kelengkungan Gauss (K) dan selidiki sifat/macam luasan tersebut (nilai 30).
4. Diketahui segitiga bola siku-siku di C dan a = 59˚ dan b = 31˚. Tentukan unsur-unsur yang lain dalam segitiga bola tersebut. Hitunglah dengan menggunakan aturan Napier (nilai 10).
5. Sebuah kapal berlayar dari kota A (157˚52’18” BB ; 21˚18’18” LU) menuju kota B (122˚25’42” BB ; 37˚47’30” LU).
150
a. Tentukan jarak tempuh kapal dan sudut arah keberangkatannya (1˚= 111 km).b. Tentukan besarnya ekses sferis (nilai 20).
UNIVERSITAS GADJAH MADAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEODESI
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL T.A 2012/2013
Matakuliah : Matematika GeodesiProgram Studi : S-1 Reguler Hari, Tanggal : Senin, 14 Januari 2013Waktu : 120 menitSifat : Buku Semi Terbuka*)Dosen Penguji : Ir. Nurrohmat Widjajanti, MT., Ph.D.
Dwi Lestari, ST., ME.----------------------------------------------------------------------------------------------------------------*) Hanya diperkenankan membuka lembar ringkasan (1 lembar folio bergaris) yang dikumpulkan bersama lembar jawaban ujian.Petunjuk: kerjakan soal-soal berikut dengan rapi dan jelas, boleh tidak urut asal diberi nomor yang jelas, angka dalam kurung menunjukkan bobot penilaian untuk masing-masing nomor.
1. Diketahui kurva r (t) = x i +y j + z k, dengan x = 6t , y = 3t2, z = t3
a. Tentukan vektor singgung satuan (t), vektor normal satuan (n) dan vektor binormal satuan (b).
b. Tentukan persamaan bidang normal pada saat t = 1.c. Tentukan κ dan τ serta sifat kurvanya (nilai 30).
2. Diketahui persamaan luasan r = (5 cos u, 5 sin u, 10 v) dengan u dan v adalahparameter.a. Tentukan kelengkungan Gauss (K) dan selidiki di titik mana luasan
bersifat eliptis (K>0), parabolis (K=0), dan hiperbolis (K<0).b. Hitunglah besarnya kelengkungan-kelengkungan utamanya (κ1 dan κ2),
serta kelengkungan pertama (J) dengan rumus kelengkungan utama κadalah H2κ – (EN – 2FM + GL)κ + T2 = 0 (nilai 30).
3. Diketahui segitiga bola sembarang ABC, sisi a = 39˚20’, sisi b = 70˚15’ dan sisi c = 113˚10’.a. Tentukan unsur-unsur yang lain dalam segitiga bola tersebut.b. Ekses sferis segitiga bola ABC (nilai 20).
4. Sebuah kapal berlayar mengikuti lingkaran besar dari kota A (36˚50’ N ; 76˚20’ W) memotong ekuator di B pada 50°0’ W.
151
a. Tentukan jarak tempuh kapal (1˚= 111 km). b. Tentukan sudut arah keberangkatannya.
c. Tentukan besarnya ekses sferis segitiga bola A-KU-B (nilai 20).
XVI.3. Penutup
XVI.3.1. Rangkuman
Dalam pokok bahasan ini mahasiswa dihantarkan untuk memahami
pengertian tentang geometri diferensial. Selain itu mahasiswa harus memahami
pengertian segitiga bola dan istilah-istilahnya dalam segitiga bola. Selanjutnya
dapat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan aplikasi segitiga bola,
misalnya untuk keperluan navigasi kapal, penentuan arah (contoh arah kiblat),
perhitungan segitiga bola astronomis, dan perhitungan asimut matahari.
1. Mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan tentang
materi persamaan luasan, besaran fundamental orde I, besaran
fundamental orde II, kelengkungan normal, rumus Gauss. kelengkungan
garis utama Gauss serta sifat-sifat titik pada luasan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian dan terbentuknya
segitiga bola, serta menyebutkan istilah-istilah dalam segitiga bola.
3. Mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan aplikasi
segitiga bola, misalnya untuk keperluan navigasi kapal, penentuan arah
(contoh arah kiblat), perhitungan segitiga bola astronomis, dan
perhitungan asimut matahari.
XVI.3.2. Petunjuk Penilaian dan Umpan Balik
Kriteria Skor0 1 2
Persamaan luasan, besaran fundamental orde I, besaran fundamental orde II, kelengkungan normal, rumus Gauss. kelengkungan garis
Tidak mampu mengerjakan soal hitungan
Dapat mengerjakan sebagian soal hitungan
Dapat mengerjakan seluruh soal hitungan
152
utama Gauss serta sifat-sifat titik pada luasanPengertian segitiga bola, serta istilah-istilah dalam segitiga bola
Tidak mampu menjelaskan
Dapat menjelaskan sebagian
Dapat menjelaskansecara runtut
Aplikasi segitiga bola Tidak mampu mengerjakan soal hitungan
Dapat mengerjakan sebagian soal hitungan
Dapat mengerjakan seluruh soal hitungan
XVI.3.3. Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang termasuk dalam katagori dengan nilai skor kurang
dari 2 dianjurkan untuk membaca sumber pustaka terkait lebih intensif
dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki katagori dengan skor
2. Apabila dari hasil evaluasi gabungan dari ujian tengah semeter dan ujian akhir
semester, mahasiswa mayoritas mempunyai nilai C ke bawah maka perlu
dievaluasi pada proses pembelajarannya.
XVI.3.4. Sumber Pustaka
Ayres, F. Jr., 1954, Theory and Problems of Plane and Spherical Trigonometry,
Schaum’s Outline Series, Schaum Publishing Co., NewYork, USA.
Basuki K.S., 1988, Penentuan Asimut dengan Pengamatan Matahari, Kanisius,
Yogyakarta.
Davis, H.F., 1961, Introduction to Vector Analysis, Allyn and Bacon, Inc.,
Boston.
Donnay, J.D.H., 2007, Spherical Trigonometry, Read Books.
Narni, S. dan Muryamto, R., 1999, Matematika Geodesi, Jurusan Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1959, Vector Analysis and an Introduction to Tensor Analysis,
Schaum Publishing Co., NewYork, USA.
Stein, F.M., Ph.D., 1963, An Introduction to Vector Analysis, Harper and Row
Publishers, New York.
Strang, G. dan K. Borre, 1997, Linear Algebra, Geodesy, and GPS, Wellesley-
Cambridge Press, USA.
153
Todhunter, M.A.F.R.S, 1878, Spherical Trigonometry with Numerous Examples,
Macmillan and Co., London, on-line version from
www.forgottenbooks.com.