28
PROPOSAL KERJA PRAKTEK METODE PENGUJIAN AKTIVITAS BIOAKTIF TERIPANG PASIR ( Holothuria scabra ) DI LABORATORIUM PRODUK ALAM LAUT, PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI (P2O) LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA, JAKARTA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Bidang Ilmu Kelautan OLEH: RIFKI PRAMADA 08091005013 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA 2012

Draft KP Rifki Pramada

Embed Size (px)

Citation preview

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

METODE PENGUJIAN AKTIVITAS BIOAKTIF TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) DI LABORATORIUM PRODUK ALAM LAUT, PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI (P2O) LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA, JAKARTA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Bidang Ilmu Kelautan

OLEH: RIFKI PRAMADA 08091005013

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA 2012

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan lebih dari 70% permukaan buminya didominasi oleh lautan (bahari). Bahan alam bahari banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian (pangan), industri, kesehatan, dan lingkungan yang umumnya bersumber dari organisme hayati. Banyak senyawa aktif yang diisolasi dan dimiliki oleh organisme bahari. Senyawa aktif tersebut dapat berupa bioaktif ataupun biotoksin (Soediro, 1998). Teripang digunakan sebagai obat karena kandungan zat dalam tubuh teripang sangat kompleks (Martoyo et al., 2006). Bahan bioaktif di dalam teripang juga dikenal sebagai antioksidan yang membantu mengurangi kerusakan sel dan jaringan tubuh. Kandungan antibakteri dan antifungi teripang dapat meningkatkan kemampuannya untuk tujuan perawatan kulit (Wibowo et al., 1997). Lian et al. (2000) melaporkan bahan aktif yang dihasilkan oleh Holothuria sp. sebagai antibakteri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa bahan aktif dari teripang Holothuria sp. tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Haug (2002) menyatakan hasil penelitian ekstraksi komponen antibakteri dari teripang (Holothuria sp) cukup efektif menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Ekstraksi teripang juga

menunjukkan aktivitas antiprotozoa dan penghambatan pertumbuhan sel tumor (Firth 1984). Beberapa hasil penelitian telah dilakukan oleh Kustiariyah (2006) menunjukkan bahwa ekstraksi teripang mengandung senyawa steroid.

Potensi ekstrak antimikroba dari teripang pasir dapat berasal dari adanya agen antimikroba yaitu steroidal sapogenin (Bordbar et al., 2011). Senyawa bioaktif pada teripang pasir yang berperan sebagai antibakteri selain steroid dan sapogenin adalah saponin (Abraham et al., 2002). Agen antibakteri yang dari hasil ekstraksi teripang pasir yaitu triterpene glycoside (Farouk et al., 2007). Menurut penelitian sebelumnya, menyebutkan bahwa teripang genus Holothuria, Stichopus, dan Cucumaria dapat berpotensi sebagai antibakteri alami. Farouk, et al., (2007) telah melakukan penelitian tentang aktivitas antimikroba dari teripang spesies Holothuria scabra yang terbukti berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri-bakteri patogen, diantaranya untuk bakteri jenis Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian untuk mendapatkan antibakteri alami perlu dilakukan karena sebagian besar bahan antibakteri yang beredar merupakan zat kimia dan sifatnya tidak aman bagi tubuh. Salah satu bahan alam yang berpotensi mempunyai aktivitas sebagai pengawet alami adalah Teripang Pasir (Holothuria scabra) karena ekstrak teripang telah terbukti sebagai agen antimikroba yang potensial dalam beberapa penelitian. Kerja praktek metode pengujian aktivitas bioaktif teripang pasir ini dilakukan untuk mengetahui proses-proses dan metode uji antibakteri dari teripang pasir terhadap beberapa jenis bakteri patogen antara lain, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli sehingga dapat digunakan sabagai bahan antibakteri alami yang baik digunakan. Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah pilihan di Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Sriwijaya dengan bobot 4 sks. Melalui kerja praktek ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan praktis mahasiswa mengenai beberapa aspek pemahaman potensi sumberdaya laut.

1.2 Tujuan Tujuan dilakukannya kerja praktek ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami mekanisme atau metode pengujian aktivitas bioaktif Teripang Pasir (Holothuria scabra). 2. Mengetahui proses penentuan zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dari ekstrak metanol Teripang Pasir (Holothuria scabra) yang paling baik digunakan. 3. Memahami prosedur kerja untuk mendapatkan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak metanol Holothuria scabra terhadap

pertumbuhan bakteri patogen.

1.3 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari kerja praktek ini adalah: 1. Mengetahui metode uji efektivitas zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dari ekstrak metanol Teripang Pasir (Holothuria scabra) yang paling baik digunakan. 2. Memberikan informasi tentang metode pengujian aktivitas antibakteri ekstrak Teripang pasir terhadap bakteri patogen sehingga dapat menjadi suatu alternatif sumber antibakteri alami.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teripang Pasir (Holothuria scabra) 2.1.1 Klasifikasi Teripang pasir Klasifikasi dari Teripang pasir (Martoyo et al., 2006) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Sub-filum Kelas Sub-kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Echinodermata : Echinozoa : Holothuroidea : Aspidochirotacea : Aspidochirotida : Holothuriidae : Holothuria : Holothuria scabra

Gambar 1. Teripang Pasir (Holothuria scabra) (Sumber : Hartati et al., 2005)

2.1.2

Morfologi Teripang Pasir Teripang pasir merupakan salah satu anggota hewan filum

Echinodermata. Teripang pasir bertubuh lunak, berdaging dan berbentuk silindris memanjang seperti buah ketimun, oleh karena itu hewan ini dinamakan ketimun laut. Gerakan teripang pasir sangat lambat sehingga hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut. Warna tubuh teripang pasir bermacam-macam, mulai dari hitam, abu-abu, sampai putih (Martoyo et al., 2000). Menurut Suryanti (2011), bentuk badan dari Teripang pasir yaitu bulat panjang, seluruh bagian tubuh apabila diraba akan terasa kasar seperti ada butiran. Warna Teripang pasir sewaktu masih segar putih kekuningan, terdapat sekat yang melintang berwarna putih dan di antara sekat terdapat garis hitam. Adapun namanama daerah dari Teripang pasir adalah sebagai berikut: a) b) c) d) e) Menado P. Bangka Lampung Kep. Seribu : Teripang gamat betul : Teripang taikucing : Teripang buang kulit : Teripang pasir

Indonesia timur : Teripang putih atau Teripang kapur

2.1.3

Habitat Teripang Pasir Teripang pasir hidup di habitat lumpur berpasir dan berbahan organik

tinggi serta di sela-sela tumbuhan lamun. Selain dipengaruhi tipe habitat, secara umum keberadaan Teripang pasir juga dipengaruhi oleh kelimpahan makanan yang tersedia, yaitu plankton dan detrirus. Daerah persebaran Teripang pasir di

Indonesia adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Irian, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Pantai Barat Sumatra, Sumatra Utara, dan Aceh (Hartati et al., 2005). Teripang pasir banyak ditemukan pada perairan yang dasarnya pasir halus, tetapi Teripang pasir lebih menyukai perairan karang. Selain itu, Teripang pasir juga ditemukan kurang lebih 20 m dari pinggir pantai, dimana terdapat lumpur pasir dan padang lamun (Suryanti, 2011).

2.1.4

Kandungan Tubuh Teripang Pasir Teripang pasir mempunyai nilai ekonomis penting karena kandungan atau

kadar nutrisinya yang tinggi. Dari hasil penelitian, kandungan nutrisi teripang pasir dalam kondisi kering terdiri dari protein sebanyak 82%, lemak 1,7%, kadar air 8,9%, kadar abu 8,6%, dan karbohidrat 4,8%. Selain itu, Teripang pasir juga mengandung fosfor, besi, iodium, natrium, vitamin A dan B (thiamin, riboflavin, dan niasin). Kandungan kimia teripang pasir dalam keadaan basah yaitu 44 - 45% protein, 3 - 5% karbohidrat, dan 1,5% lemak (Kustiariyah, 2006). Kandungan bioaktif atau metabolit sekunder pada Teripang pasir diantaranya steroid, sapogenin, saponin, triterpene glycoside, Lectin, Phenols, Glycosaminoglycan, dan flavonoid (Bordbar et al., 2011). a. Steroid Steroid adalah triterpen yang kerangka dasarnya cincin siklopentana perhidrofenantren. Inti steroid dasar sama dengan inti lanosterol dan triterpenoid tetrasiklik lain. Istilah sterol dipakai khusus untuk steroid alkohol. Sterol biasanya

mempunyai gugus hidroksil pada atom C-3 dan suatu ikatan rangkap pada posisi 5 dan 6. Kerangka dasar dan sistem penomoran steroid (Purwanti, 2008) dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2. Kerangka Dasar Steroid (Sumber: Purwanti, 2008)

b. Saponin Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang khas menyerupai sabun (bahasa latin sapo = sabun). Saponin adalah glikosida yang aglikonnya disebut sapogenin. Keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil. Saponin juga bersifat menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis. Berdasarkan struktur dari aglikonnya, saponin dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin steroid mudah larut dalam air dan alkohol, tetapi tidak larut dalam eter. Sapogenin steroid mudah larut dalam pelarut organik (Purwanti, 2008).

Gambar 3. Kerangka Dasar Saponin (Sumber: Purwanti, 2008)

c.

Phenol Senyawa phenol terdiri atas molekul-molekul besar dengan beragam

struktur, karakteristik utamanya adalah adanya cincin aromatik yang memiliki gugus hidroksil. Kebanyakan senyawa phenol termasuk ke dalam kelompok flavonoid. Phenol bersifat asam, karena sifat gugus OH yang mudah melepaskan diri. Karakteristik lainnya adalah kemampuan membentuk senyawa kelat dengan logam, mudah teroksidasi dan membentuk polimer yang menimbulkan warna gelap. Timbulnya warna gelap pada bagian tumbuhan yang terpotong atau mati disebabkan oleh reaksi ini, hal ini sekaligus menghambat pertumbuhan tanaman (Purwanti, 2008).

Gambar 4. Kerangka Dasar Phenol (Sumber: Purwanti, 2008)

d.

Flavonoid Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa phenol yang terbesar

yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuhtumbuhan. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 (Lenny, 2006).

Gambar 5. Kerangka Dasar Phenol (Sumber: Lenny, 2006)

2.2 Bakteri Bakteri adalah sel prokariot yang khas dan bersifat uniseluler. Sel bakteri berbentuk bulat, batang, atau spiral. Umumnya suatu bakteri berdiameter antara 0,5-1,0 m dan panjang 1,5-2,5 m. Bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif berdasarkan perbedaan pada komposisi dan struktur dinding selnya (Pelczar dan Chan, 2005). Bakteri gram negatif mempunyai struktur dinding sel berlapis tiga dengan ketebalan yang tipis berkisar antara 10-15 nm. Komposisi dinding sel bakteri gram negatif ini terdiri dari lipid dan peptidoglikan. Konsentrasi lipid pada dinding sel bakteri gram negatif berkisar antara 11-22 %. Bakteri gram negative

umumnya kurang rentan terhadap penisilin, kurang resisten terhadap gangguan fisik, dan persyaratan nutriennya relatif sederhana (Pelczar dan Chan, 2005).

2.2.1 Escherichia coli Sistem klasifikasi ilmiah bakteri Escherichia coli (Moder, 2008) adalah sebagai berikut sebagai berikut: Domain Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Bacteria : Eubacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae : Escherichia : Escherichia coli

Gambar 6. Escherichia coli (Sumber: Kunkel, 2002)

Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif, bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif, sering dijumpai didalam usus bagian bawah (Pelczar dan Chan, 2005). Escherichia coli bisa tumbuh dengan baik pada media yang lazim digunakan di Laboratorium Mikrobiologi. Memberikan hasil positif pada tes indol, lisin-dekarboksilase dan fermentasi manitol serta memproduksi gas dari glukosa. Kebanyakan Escherichia coli tidak berbahaya, tetapi seperti Escherichia coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan diare berdarah. Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak (Levinson, 2008). Escherichia coli termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, tergolong patogen gram negatif, bersifat anaerob fakultatif, bersifat kemoorganik dengan tipe metabolisme fermentatif dan respiratif. Bakteri ini ada yang bersifat motil bergerak dengan flagella peritrik dan ada juga yang nonmotil. Berbentuk batang tunggal dan berpasangan dengan ukuran 1,1-1,5 m x 2,0-6,0 m, diameter koloni 2-3 m, memiliki kapsul dan mikrokapsul. Escherichia coli tumbuh pada suhu antara 15-45 C dengan suhu optimum 37 C (Fardiaz, 1992). Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila melebihi dari jumlah normalnya. Galur-galur tertentu mampu menyebabkan peradangan selaput perut dan usus (gastroenteritis). Bakteri ini menjadi patogen yang berbahaya bila hidup di luar usus seperti pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan peradangan selaput lendir (sistitis). Escherichia coli dapat dipindahsebarkan melalui air yang tercemar tinja atau air seni orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada orang lain. Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri Escherichia coli pada dinding usus

merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare (Levinson, 2008).

2.2.2

Staphylococcus aureus Sistem klasifikasi ilmiah bakteri Staphylococcus aureus (Jawetz et al.,

1996) adalah sebagai berikut sebagai berikut: Domain Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Bacteria : Eubacteria : Firmicutes : Bacilli : Bacillales : Staphylococcaceae : Staphylococcus : Staphylococcus aureus

Gambar 7. Staphylococcus aureus (Sumber: Madigan et al., 2008)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah anggur dan coccus yang berarti bulat. Staphylococcus berbentuk bola

dengan diameter yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur. Staphylococcus bersifat nonmotil dan tidak membentuk spora (Jawets et al., 2005). Staphylococcus aureus merupakan jenis dari genus Staphylococcus yang paling patogen dan sering dijumpai pada abses (Sleigh dan Thimbury, 1990). Staphylococcus aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia (Prescott et al., 2002). Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit (Madigan et al., 2008). Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier (Madigan et al., 2008). Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit pneumonia,

keracunan makanan, yaitu dengan cara mengeluarkan enterotoksin yang bersifat tahan panas. Penyakit penemonia biasanya diinfeksikan melalui udara, dan keracunan makanan melalui kontaminasi manusia dan lingkungan yang tercemar (Greenwood et al., 1995).

2.3

Ekstraksi Maserasi Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan

distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang saling bercampur. Pada umumnya zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat ditemukan

oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawasenyawa yang akan diisolasi (Harborne dalam Dewi, 2010). Proses pemisahan senyawa dalam simplisia, menggunakan pelarut tertentu sesuai dengan sifat senyawa yang akan dipisahkan. Pemisahan pelarut berdasarkan kaidah like dissolved like artinya suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar. Ekstraksi dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode, tergantung dari tujuan ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diinginkan. Metode ekstraksi yang paling sederhana adalah maserasi. Metode ini digunakan untuk memisahkan pelarut dengan senyawa bioaktif yang terikat dilakukan evaporasi, sehingga pelarutnya akan menguap dan diperoleh senyawa hasil ekstraksi yang dihasilkan (Khopkar, 2003). Maserasi adalah perendaman bahan alam yang dikeringkan (simplisia) dalam suatu pelarut. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah banyak, serta terhindar dari perubahan kimia senyawa-senyawa tertentu karena pemanasan. Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol atau metanol encer (Rusdi dalam Dewi, 2010).

2.4

Antibakteri Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk

kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang

mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang menghambat sintesis protein, dan antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel. Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik dan aktivitas bakterisidal. Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak (Dewi, 2010). Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada zat yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri yang dikenal sebagai bakteriostatik dan yang bersifat membunuh bakteri yang dikenal sebagai bakterisida. Untuk metode pengujian antibakteri suatu zat, metode yang sering digunakan diantaranya metode difusi. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan disk atau sumuran yang ke dalamnya dimasukkan antimikroba dalam gelas tertentu dan ditempatkan dalam media padat yang telah diinokulasikan dengan bakteri 16ias16ator setelah diinkubasi akan terjadi daerah jenuh di sekitar sumuran atau disk dan diameter hambatan merupakan ukuran kekuatan hambatan dari substansi antimikrobia. Terhadap bakteri yang digunakan (Dewi, 2010). Ciri-ciri antibakteri yang baik adalah (Pelczar dan Chan, 2005): (1). mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri; (2). substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut lain sampai pada taraf yang diperlukan; (3). perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa lama harus

seminimal mungkin dan tidak boleh mengakibatkan kehilangan sifat antimikrobialnya dengan nyata; (4). tidak bersifat racun bagi manusia maupun hewan lain; (5). komposisinya harus seragam sehingga bahan aktifnya selalu terdapat pada setiap aplikasi; (6). tidak bergabung dengan bahan organik. (7). aktivitas antimikrobial pada suhu kamar atau pada suhu tubuh; (8). kemampuan untuk menembus; (9). tidak menimbulkan karat dan warna; (10). kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap; (11). berkemampuan sebagai deterjen.

2.5

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Metode pengujian KHM merupakan salah satu metode yang biasa

digunakan dalam pengujian aktivitas zat antimikroba secara invitro. Pengujian dilakukan dengan cara menentukan pertumbuhan dari mikroorganisme yang diuji. Konsentrasi hambat minimum dipengaruhi oleh jenis, organisme, ukuran inokulum, komponen media kultur, waktu inkubasi, serta kondisi inkubasi berupa suhu, pH, atau aerasi (Iskandar et al., 2009). Ada dua metode yang digunakan dalam pengujian konsentrasi hambat minimum atau KHM, yaitu teknik tabung pengenceran (tube dilution technique) dan metode difusi agar (agar diffusion method). Dalam teknik tabung pengenceran, disiapkan beberapa seri tabung yang berisi medium kultur yang telah diinokulasikan (Schegel dan Schmidt, 1994).

Metode difusi agar dilakukan dengan menyiapkan cawan petri yang berisi agar medium yang telah diinokulasi mikroorganisme dengan metode tuang, selanjutnya sejumlah paper disc atau kertas cakram steril yang telah berisi zat antibakteri dengan konsentrasi berbeda-beda diletakkan di atas permukaan agar tersebut dan diinkubasi selama waktu yang ditentukan. Selama inkubasi zat antimikroba akan terdifusi atau tersebar dari paper disc menuju ke agar menimbulkan suatu gradien konsentrasi di sekelilingnya. Melalui zona penghambatan yang terbentuk, dapat diketahui konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme tersebut (Schegel dan Schmidt, 1994). Antimikroba dikatakan mempunyai aktivitas yang tinggi terhadap mikroba apabila nilai konsentrasi hambatan minimumnya rendah tetapi mempunyai daya hambat besar. Aktivitas antimikroba ditentukan dengan mengukur diameter hambatannya yaitu daerah bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram. Suatu bahan dikatakan mempunyai aktivitas antibakteri apabila diameter hambatan yang terbentuk lebih besar atau sama dengan 6 mm melalui zona penghambatan yang terbentuk dapat diketahui konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme tersebut (Iskandar et al., 2009).

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Kerja Praktek ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 dan dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama adalah pengambilan sampel di lapangan yang dilakukan di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Tahap kedua adalah pengujian aktivitas antibakteri di Laboratorium Produk Alam Laut, Pusat Penelitian Oseanografi (P2O), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Rencana jadwal pelaksanaan kerja praktek dapat dilihat pada lampiran.

3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Kerja PraktekNo. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Nama Alat Autoclave Bunsen Cawan Petri Gelas Ukur Erlenmeyer Inkubator Hot Plate Jarum Ose Alumunium foil Kertas Cakram Kertas Saring Magnetic Stirrer Pinset Penggaris Labu Round bottom Flask Tabung Reaksi Kapas Batang Pengaduk (L) Micro Pipet Petridish Rotary evaporator Timbangan analitik Kertas Label Fungsi Untuk sterilisasi alat gelas dan media Alat untuk mensterilkan jarum ose Tempat pengujian bakteri Untuk mengukur takaran larutan Untuk tempat membuat media agar Menginkubasi biakan Memanaskan media Untuk inokulasi bakteri Mencegah kontaminasi sampel Alat uji antibakteri Alat untuk menyaring ekstrak Untuk menghomogenkan media Meletakkan paperdisk pada ekstrak Untuk mengukur zona hambat bakteri Tempat sampel saat evaporasi Untuk menumbuhkan bakteri Menutup setiap lubang alat Mengaduk dan meratakan bakteri Mengambil larutan dengan ukuran mikro Sebagai tempat pembiakan bakteri Untuk menguapkan pelarut Untuk menimbang sampel Untuk menulis keterangan pada sampel

Tabel 2. Bahan yang Digunakan pada Kerja PraktekNo. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Bahan Teripang Pasir Aquadest Nutrient Agar (NA) Nutrient Broth (NB) Alkohol 70% Metanol 70% Biakan bakteri Vibrio eltor, Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli. Fungsi Sebagai bahan baku Untuk membuat media agar Sebagai media tumbuh bakteri Sebagai media tumbuh bakteri Untuk sterilisasi Pelarut yang digunakan Bakteri yang akan diuji

3.3 Prosedur KerjaPengambilan Sampel Pembuatan Ekstrak Sampel Pembuatan Media

Pengujian Bioaktif

Pengkulturan Biakan Bakteri

Peremajaan Biakan Bakteri

Penetapan Nilai KHM Gambar 8. Mekanisme Pengujian Antibakteri (Sumber: Rachmaniar, 1995)

3.3.1 Pengambilan Sampel dan Penanganan di Lapangan Pengambilan sampel Holothuria scabra dilakukan di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Sampel lalu disimpan di cool box untuk menjaga kesegaran selama perjalanan dari lokasi pengambilan ke lokasi pengujian antibakteri di Laboratorium Produk Alam Laut, Pusat Penelitian Oseanografi (P2O), LIPI.

3.3.2

Pembuatan Ekstrak Holothuria scabra Teripang pasir atau Holothuria scabra dikeringkan di bawah panas

matahari selama 4 hari. Sampel yang telah kering (simplisia) dipotong-potong kemudian dihaluskan menjadi bentuk serbuk simplisia. Simplisia ditimbang dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Lalu dilakukan perendaman (maserasi) dengan larutan metanol selama 2 hari. Perendaman tersebut berfungsi untuk menyerap senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam simplisia. Setelah 2 hari, larutan disaring menggunakan kertas saring dan dikeringkan di atas penangas air hingga terbentuk ekstrak kental (Salni, 2003).

3.3.3

Pembuatan Medium NA (Nutrient Agar) dan NB (Nutrient Broth) Bubuk NA dilarutkan dengan menambahkan aquades dan bubuk NB

dilarutkan dengan menambahkan aquades, lalu bubuk tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Kemudian dipanaskan hingga mendidih di atas hot plate sambil dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirrer. Setelah itu, medium disterilisasi menggunakan autoclave (Dwidjoseputro, 1985).

3.3.4

Peremajaan Biakan Bakteri Jenis Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Biakan bakteri uji yang digunakan adalah Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli. Biakan bakteri uji sebanyak satu ose diinokulasikan ke dalam medium agar secara terpisah dan aseptis dengan meletakkan jarum ose yang mengandung biakan pada dasar kemiringan agar dan ditarik dengan gerakan zig-

zag. Biakan bakteri uji sebanyak dua ose diinokulasikan ke dalam medium broth yang terpisah. Selanjutnya masing-masing diinkubasi (Lay, 1994).

3.3.5

Pengkulturan Biakan Bakteri Jenis Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli ke Medium Uji NA Biakan bakteri uji yang telah diremajakan dengan medium NB

diinokulasikan ke medium NA dengan metode piaraan adukan (shake cultur). Biakan bakteri uji diteteskan ke tengah-tengah cawan petri yang telah disterilkan terlebih dahulu, selanjutnya medium NA yang masih cair dituangkan ke dalam cawan petri sehingga tuangan itu mencampuri bakteri uji tersebut, kemudian sebelum medium NA membeku, ratakan campuran medium NA yang masih cair dengan bakteri uji dengan cara memutar-mutar cawan petri menggunakan tangan tanpa mengangkatnya dari permukaan meja (Dwidjoseputro, 1985).

3.3.6

Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap tiga jenis bakteri yaitu bakteri

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi kertas cakram. Cara kerja metode difusi agar dengan menggunakan kertas cakram atau paperdisk adalah dengan merendam atau mencelupkan kertas cakram pada ekstrak. Bahan yang digunakan untuk mengetahui aktivitas antibakteri digunakan ekstrak 100%. Kertas cakram ditempatkan pada permukaan medium yang telah tersuspensi bakteri uji. Setelah itu diinkubasi (Black, 1993).

3.3.7

Penetapan Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Proses yang dilakukan selanjutnya setelah diketahui bahwa ekstrak

memiliki aktivitas antibakteri, selanjutnya adalah dilakukan penetapan konsentrasi hambat minimum dari ekstrak tersebut. Tujuannya untuk mengetahui kadar terendah dari sampel ekstrak yang masih memberikan aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji. Metode penetapan yang dilakukan adalah dengan metode agar padat. Sampel ekstrak dibuat dengan berbagai konsentrasi mulai dari yang besar hingga yang kecil yaitu, 10%, 5%, 1%, dan 0,05%. Pelarut yang digunakan adalah akuades. Selanjutnya diuji aktivitas antibakterinya (Salni, 2003).

3.4 Variabel Pengamatan 3.4.1 Diameter Zona Hambat Zona hambat pertumbuhan bakteri diidentifikasikan dengan area jernih di sekitar kertas cakram, pada area jernih tersebut terjadi difusi antara media NA dengan kertas cakram yang diberi ekstrak (Purwanti, 2008). Diameter zona hambat diukur dari sisi sebelah kiri sampai sisi sebelah kanan dengan menggunakan penggaris setelah inkubasi selama 24 jam.

3.4.2

Konsentrasi Hambat Minimum Konsentrasi hambat minimum ditentukan dengan metode difusi agar dari

diameter zona hambat yang terbentuk dari hasil ekstraksi dimana dilakukan uji dengan konsentrasi 10%, 5%, 1%, dan 0,05%.

3.5 Analisa Data Analisa data secara keseluruhan adalah dengan menganalisis prosedur kerja dari setiap proses pengujian aktivitas bioaktif antibakteri teripang pasir. Data dianalisis dengan analisa kualitatif, dimana dilihat serta mengukur diameter zona hambat yang terbentuk pada media kultur bakteri uji yang telah didifusikan dengan antibakteri ekstrak teripang pasir dan penetapan nilai konsentrasi hambat minimum pada bakteri uji.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, T.J., J. Nagarajan, dan S.A. Shanmugan. 2002. Antimicrobial Substances of Potential Biomedical Importance from Holothurian Species. [Indian Journal of Marine Science]. Tamil Nadu Veterinary and Animal Sciences University, India. 161-164 hlm. Black, J. G. 1993. Microbiology: Principles and Applications. Prentice Hall. New Jersey. Bordbar, S., Farooq A., dan Nazamid S. 2011. High-Value Components and Bioactives from Sea Cucumbers for Functional FoodsA Review. [Marine Drugs Journal]. Universiti Putra Malaysia, Malaysia. 1761-1805 hlm. Dewi, F.K., 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia, linnaeus) terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dwidjoseputro, D. 1985. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Farouk, A.E., Faizal A.H.G., dan B.H. Ridzwan. 2007. New Bacterial Species Isolated from Malaysian Sea Cucumbers with Optimized Secreted Antibacterial Activity. [American Journal of Biochemistry and Biotechnology]. International Islamic University Malaysia, Malaysia. 6469 hlm. Firth. 1984. Roles of Women and Men in a Sea-Fishing Economy. Di dalam: journals.cambridge.org. (29 April 2012). Greenwood, Stall R, Paul J. 1995. Medical Microbiology. Hongkong: ELBS. Hartati, R., Widianingsih, dan Delianis P. 2005. Teknologi Penyediaan Pakan Bagi Teripang Putih (Holothuria scabra). [Laporan Kegiatan]. Universitas Diponegoro, Semarang. Haug T, Kjuul AK, Styrvold OB, Sandsdalen E, Olsen OM, Stensvag K. 2002. Antibacterial Activity in Strongylocentrotus droebachiensis (Echinoidea) (abstract). Journal of Invertebrate Pathology. Volume 81. Issue 2: 94-102. Iskandar Y, Rusmiati D, dan Dewi RR. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Rumput Laut Euchema cottoni Terhadap Bakteri Eschericia coli

dan Bacillus cereus. Fakultas MIPA Jurusan Farmasi, Jati Nangor, Sumedang. Jawetz. E , Melnick & Adelberg,1996, Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20, 256 259, EGC, Jakarta. Jawetz. E , Melnick & Adelberg. 2005, Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.Khopkar SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Kunkel, D. 2002. Escherichia coli Bacterium. http://www.astrographics.com/ GalleryPrintsIndex/GP2144.html. diakses tanggal 29 April 2012). Kustiariyah. 2006. Isolasi dan Uji Aktivitas Biologis Senyawa Testosteron dari Teripang sebagai Aprodisiaka Alami [Thesis]. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor. Lay B.W.1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Grafindo Persada. Jakarta. Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenolpropanoida dan Alkaloida. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology. Amerika: The McGraw-Hill Companies. Lian HH, Weng SN, Yassin MSM, Kaswandi MA and Ridzwan BH. 2000. Antifungal activities of lipid extract from sea cucumber Holothuria tubolosa against Saccharomyces cerevisiae. 7th Asia Pacific Electron Microscopy Conf. 2630 June, Singapore. p. 316. Madigan MT, Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP. 2008. Biology of Microorganisms 12th edition. San Francisco: Pearson. Martoyo, J., Nugroho A.H., Tjahyo W. 2006. Budidaya Teripang. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal.56. Moder, J. 2008. Escherichia coli: Classification. Dalam http://www.bioweb. uwlax.edu/bio203/s2008/moder_just/classification.html. diakses tanggal 29 April 2012. Pelczar MJ, Chan ECS. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2 . Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL. penerjemah: Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.

Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2002. Microbiology. 5th Ed. Boston: McGraw-Hill. Purwanti, E. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Sapogenin dari Teripang Holothuria sp. [Skripsi]. Universitas Sumatra Utara, Medan. Rachmaniar R. 1995. Penelitian produk alami laut screening substansi bioaktif. Laporan penelitian tahun anggaran 1994/1995. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Puslitbang Oseonologi. Salni, 2003. Karakteristik dan Uji Aktifitas Topikal Senyawa Antibakteri dari Daun Karamunting (Tesis). Institut Teknologi Bandung. Bandung. Schlegel HG, Schmidt K. 1994. Mikrobiologi Umum. Baskara T, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sleigh, J. D. dan Thimbury, M. C. 1990. Medical Bacteriology. Churchill Livingston. London. Soediro, Iwang. 1998. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Produk Alam Bahari dan Pemanfaatannya. Volume 4, Nomor 1. Jakarta: Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia. Suryanti. 2011. Teripang (Holothuroidea). Universitas Diponegoro, Semarang. Wibowo S, Yunizal, Setiabudi E, Erlina MD dan Tazwir. 1997. Teknologi Penanganan dan Pengolahan Teripang (Holothuridea). Jakarta: IPPL. Slipi.

LAMPIRAN

Tabel 3. Rencana Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek No. 1 2 3 4 5 Kegiatan Penulisan Proposal Pelaksanaan Kerja Praktek Analisis Data Penyusunan Laporan Ujian Kerja Praktek Bulan 5 6 7 8 9 10