Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Dr. Muzayanah, MT.
Dr. Eko Budianto, M.Si.
Penerbit
Unesa University Press
ii
Dr. Muzayanah, MT.
Dr. Eko Budianto, M.Si.
ILMU UKUR TANAH
Diterbitkan Oleh
UNESA UNIVERSITY PRESS
Anggota IKAPI No. 060/JTI/97
Anggota APPTI No. 133/KTA/APPTI/X/2015
Kampus Unesa Ketintang
Gedung C-15 Surabaya
Telp. 031 – 8288598; 8280009 ext. 109
Fax. 031 – 8288598
Email : [email protected]
xxviii,55 hal., Illus, 15,5 x 23
copyright © 2020 Unesa University Press
All right reserved
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang dilarang mengutip atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun baik
cetak, fotoprint, microfilm, dan sebagainya, tanpa izin tertulis dari penerbit
ISBN : 978-602-449-474-2
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberi kemudahan dan kelancaran dalam penulisan buku ajar Ilmu
Ukur Tanah ini. Penulisan buku ajar mahasiswa ini bertujuan untuk
memudahkan mahasiswa Prodi S1 Pendidikan Geografi FISH dalam
mengikuti mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang diambil pada semester 7.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Unesa yang mendanai
penerbitan buku ajar mahasiswa ini. Penulis menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang membantu mendukung penulisan buku ajar
ini. Penulis menerima masukan dan saran demi penulisan buku ajar
mahasiswa yang lebih baik lagi. Semoga buku ajar Ilmu Ukur Tanah ini
bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Prodi S1 Pendidikan
Geografi Unesa.
iv
v
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
Fakultas : Ilmu Sosial dan Hukum
Program Studi : Pendidikan Geografi
Matakuliah /
Bobot
: Ilmu Ukur Tanah / 2 SKS
Kode Matakuliah : 27424219
Dosen Pembina : 1. Dr. Muzayanah, MT
2. Dr. Eko Budianto, M.Si.
Matakuliah
Prasyarat
: -
Dasar referensi
kompetensi
: SKKNI Permenaker 95 tahun 2017 tentang penetapan standar kompetensi kerja nasional
Indonesia kategori aktivitas profesional, ilmiah dan teknik golongan pokok aktivitas arsitektur dan
keinsinyuran; analisis dan uji teknis bidang informasi geospasial
vi
Deskripsi
: Pemahaman konsep ilmu ukur tanah, pengoperasian theodolit dengan baik dan benar,
penghitungan koordinat titik, penggambaran peta poligon, pembuatan peta kontur berdasarkan
hasil pengukuran data di lapangan melalui kerja kelompok. Pembelajaran dilakukan selama 16x
pertemuan dengan metoda presentasi, diskusi, praktek dan tugas kelompok. Penilaian dilakukan
dengan tes tertulis, partisipasi dan portofolio.
Capaian
Pembelajaran
Matakuliah
/Kompetensi
: 1. Mampu menguasai konsep teoritis tentang azimut, beda tinggi dan koordinat untuk menentukan
posisi titik di permukaan bumi.
2. Mampu memetakan data hasil pengukuran dengan terapan matematis.
3. Mampu memanfaatkan IPTEK untuk membuat peta kontur dan peta penggunaan lahan.
4. Bertangggung jawab dan disiplin terhadap tugas dan kesepakatan dengan rekannya
Referensi : 1. Abidin Hasanuddin Z., 2002. Survey dengan GPS. Jakarta : Pradnya Paramita
2. Abidin Hasanuddin Z., 2008. Penentuan posisi dengan GPS dan aplikasinya. Jakarta : Pradnya
Paramita
3. Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press
4. Heinz, Frick, 1989, Ilmu dan alat ukur tanah, Yogyakarta : Kanisius
5. Suyono Sastrodarsono, Masayosi Takasahi, 1997, Pengukuran topografi dan teknik pemetaan.
Jakarta: Pradnya Paramita.
vii
A. Kegiatan Pembelajaran
Pert
em
uan
Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Model/ Strategi
Pembelajaran
Sumber
Belajar/
Media
Pengala
man
Belajar
Kriteria
Penilaian dari
Indikator
1 Paham konsep ilmu
ukur tanah
Menjelaskan konsep
ilmu ukur tanah
- Definisi ilmu
ukur tanah
- Persamaan dan
perbedaan IUT,
fotogrametri dan
penginderaan
jauh
- Macam
pekerjaan
pengukuran
0,03
0,03
0,03
0,10
100’
Dosen
presentasi, serta
menfasilitasi
diskusi kelas,
dan tanya
jawab,
Dilanjutkan tugas
kelompok
praktek
pengukuran
beda tinggi.
Referensi
1,2,3,4
Presentasi,
diskusi,
praktek
Mahasiswa
mampu
menjelaskan,
praktek
pengukuran
beda tinggi
dengan baik
dan benar
2 Paham metode yang
digunakan untuk
perhitungan,
pengolahan dan
koreksi data dalam
ukur tanah adalah
Menjelaskan
metodeyang
digunakan untuk
perhitungan,
pengolahan dan
koreksi data dalam
ukur tanah adalah
Metode yang
digunakan untuk
perhitungan,
pengolahan dan
koreksi data dalam
ukur tanah adalah
3 Paham tentang - Menjelaskan - Definisi
viii
Pert
em
uan
Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Model/ Strategi
Pembelajaran
Sumber
Belajar/
Media
Pengala
man
Belajar
Kriteria
Penilaian dari
Indikator
Poligon poligon
pengukuran
- macam poligon
4 Paham beda tinggi,
azimut
- Menjelaskan beda
tinggi
- Menjelaskan
azimuth
- Definisi dan cara
perhitungan beda
tinggi
- Definisi dan cara
perhitungan
azimuth
0,05
0,05
0,10
100’
5 Paham cara
mengoperasikan
theodolit 1
- Menjelaskan
bagian-bagian
teodolit
- Menjelaskan
tahapan centring
- Mengukur azimuth
- Mengukur sudut
vertikal
- Bagian-bagian
teodolit
- Tahapan centring
- Azimuth
- Sudut vertikal
0,02
0,02
0,02
0,02
0,10
100’
6 Paham mengukur
azimuth dan sudut
vertikal
- Mengukur azimuth
- Mengukur sudut
vertikal
- Azimuth
- Sudut vertikal
0,05
0,05
0,10
100’
7 Paham tahapan Menjelaskan - Membaca BA, 0,05 0,10
ix
Pert
em
uan
Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Model/ Strategi
Pembelajaran
Sumber
Belajar/
Media
Pengala
man
Belajar
Kriteria
Penilaian dari
Indikator
mengukur jarak 2
titik sama tinggi
tahapan mengukur
jarak
BT, BB
- Menghitung
jarak 2 titik sama
tinggi
0,05
100’
8 UTS
9 Paham menghitung
beda tinggi
Menjelaskan
tahapan pengukuran
beda tinggi
- Tahap
pengukuran
beda tinggi
- Penghitungan
beda tinggi
0,05
0,05
0,10
100’
10 Paham
penggambaran
penampang
melintang
Menggambarkan
penampang
melintang
Pemetaan
penampang
melintang
0,01 0,10
100’
11 Paham tahapan
pengukuran poligon
tertutup
- Menentukan titik
awal pengukuran
dan koordinatnya.
- Menghitung jarak
horizontal
- Menghitung
- Titik awal
pengukuran dan
koordinatnya.
- Menghitung
jarak horizontal
- Menghitung
0,01
0,01
0,01
0,30
300’
Dosen
presentasi, serta
menfasilitasi
diskusi kelas,
dan tanya
jawab,
Referensi
1,2,3,4
Presentasi,
diskusi,
praktek
Mahasiswa
mampu
menjelaskan,
praktek
pemetaan
lahan dengan
x
Pert
em
uan
Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Model/ Strategi
Pembelajaran
Sumber
Belajar/
Media
Pengala
man
Belajar
Kriteria
Penilaian dari
Indikator
ketinggian (z)
berdasarkan beda
tinggi.
ketinggian (z)
berdasarkan
beda tinggi.
Dilanjutkan tugas
kelompok
praktek
pengukuran
poligon tertutup
dan pemetaan
kontur.
baik dan benar
12-
13
Paham tahapan
penggambaran hasil
pengukuran poligon
tertutup
Menghitung
koordinat (x,y)
berdasarkan jarak
horisontal dan
azimut.
Menghitung
koordinat (x,y)
berdasarkan jarak
horisontal dan
azimut.
0,20 0,20
200’
14-
15
Paham tahapan
pembuatan peta
kontur berdasarkan
data hasil
pengukuran
ketinggian
Menjelaskan
tahapan pembuatan
garis kontur
Pemetaan kontur 0,20 0,20
200’
16 UAS 2/
140
0’
Pert
emu
an
Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian
Waktu
Teori atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Model/ Strategi
Sumber
Belajar/
Media
Pengalam
an Belajar
Kriteria
Penilaian dari
Indikator
xi
Pert
em
uan
Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Model/ Strategi
Pembelajaran
Sumber
Belajar/
Media
Pengala
man
Belajar
Kriteria
Penilaian dari
Indikator
Pembelajaran
1 Paham konsep ilmu
ukur tanah
Menjelaskan konsep
ilmu ukur tanah
- Definisi ilmu ukur
tanah
- Persamaan dan
perbedaan IUT,
fotogrametri dan
penginderaan jauh
- Macam pekerjaan
pengukuran
0,03
0,03
0,03
0,10
100’
Dosen presentasi,
serta menfasilitasi
diskusi kelas, dan
tanya jawab,
Dilanjutkan tugas
kelompok praktek
pengukuran beda
tinggi.
Referensi
1,2,3,4
Presentasi,
diskusi,
praktek
Mahasiswa
mampu
menjelaskan,
praktek
pengukuran
beda tinggi
dengan baik dan
benar
2 Paham beda tinggi,
azimut
- Menjelaskan beda
tinggi
- Menjelaskan azimuth
- Definisi dan cara
perhitungan beda
tinggi
- Definisi dan cara
perhitungan
azimuth
0,05
0,05
0,10
100’
3 Paham cara
mengoperasikan
theodolit 1
- Menjelaskan bagian-
bagian teodolit
- Menjelaskan tahapan
centring
- Mengukur azimuth
- Mengukur sudut
vertikal
- Bagian-bagian
teodolit
- Tahapan centring
- Azimuth
- Sudut vertikal
0,02
0,02
0,02
0,02
0,10
100’
xii
Pert
em
uan
Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Model/ Strategi
Pembelajaran
Sumber
Belajar/
Media
Pengala
man
Belajar
Kriteria
Penilaian dari
Indikator
4 Paham mengukur
azimuth dan sudut
vertikal
- Mengukur azimuth
- Mengukur sudut
vertikal
- Azimuth
- Sudut vertikal
0,05
0,05
0,10
100’
5 Paham tahapan
mengukur jarak 2 titik
sama tinggi
Menjelaskan tahapan
mengukur jarak
- Membaca BA, BT,
BB
- Menghitung jarak 2
titik sama tinggi
0,05
0,05
0,10
100’
6 Paham menghitung
beda tinggi
Menjelaskan tahapan
pengukuran beda tinggi
- Tahap pengukuran
beda tinggi
- Penghitungan
beda tinggi
0,05
0,05
0,10
100’
7 Paham penggambaran
penampang melintang
Menggambarkan
penampang melintang
Pemetaan
penampang
melintang
0,01 0,10
100’
8 UTS
9-11 Paham tahapan
pengukuran poligon
tertutup
- Menentukan titik
awal pengukuran
dan koordinatnya.
- Menghitung jarak
horizontal
- Menghitung
ketinggian (z)
- Titik awal
pengukuran dan
koordinatnya.
- Menghitung jarak
horizontal
- Menghitung
ketinggian (z)
0,01
0,01
0,01
0,30
300’
Dosen presentasi,
serta menfasilitasi
diskusi kelas, dan
tanya jawab,
Dilanjutkan tugas
kelompok praktek
pengukuran poligon
Referensi
1,2,3,4
Presentasi,
diskusi,
praktek
Mahasiswa
mampu
menjelaskan,
praktek
pemetaan lahan
dengan baik dan
benar
xiii
Pert
em
uan
Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Model/ Strategi
Pembelajaran
Sumber
Belajar/
Media
Pengala
man
Belajar
Kriteria
Penilaian dari
Indikator
berdasarkan beda
tinggi.
berdasarkan beda
tinggi.
tertutup dan
pemetaan kontur.
12-
13
Paham tahapan
penggambaran hasil
pengukuran poligon
tertutup
Menghitung koordinat
(x,y) berdasarkan jarak
horisontal dan azimut.
Menghitung koordinat
(x,y) berdasarkan
jarak horisontal dan
azimut.
0,20 0,20
200’
14-
15
Paham tahapan
pembuatan peta kontur
berdasarkan data hasil
pengukuran ketinggian
Menjelaskan tahapan
pembuatan garis kontur
Pemetaan kontur 0,20 0,20
200’
16 UAS 2/
1400
’
xiv
A. Kisi-Kisi Penilaian
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
1 - Mampu melepas dan memasang kembali
instrumen
- Mengenali bagian-bagian teodolit
- Melakukan centring dengan baik
- Membaca azimut dengan baik
- Membaca benang atas dan benang bawah
- Membaca sudut kemiringan.
- Mengukur jarak horizontal dan jarak vertikal
(beda tinggi).
Tugas
Mandiri
Terstruktur Lembar 01
(Terlampir)
Tes tulis Essay :
- Setiap tes dalam bentuk essay
terdiri dari 4 soal, dengan bobot
nilai sebagai berikut.
Soal nomor 1 diberi bobot nilai 0 –
20 %
Soal nomor 2 diberi bobot nilai 0 –
20 %
Soal nomor 3 diberi bobot nilai 0 -
25 %
Soal nomor 4 diberi bobot nilai 0 –
35 %
2 - Menentukan titik awal pengukuran dan
koordinatnya.
- Menghitung beda tinggi berdasarkan
pembacaan benang atas dan bawah,
- Menghitung jarak horizontal titik berikutnya
berdasakan pengukuran kemiringan, benang
atas dan benang bawah.
Tugas
Mandiri
Terstruktur
Lembar 02
(Terlampir)
xv
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
- Menghitung absis (x) titik berikutnya
berdasarkan jarak horizntal dan azimut.
- Menghitung ordinat (y) titik berikutnya
berdasarkan jarak horizontal dan azimut
- Menghitung ketinggian (z) berdasarkan beda
tinggi.
- Jumlah nilai total adalah 100.
Nilai Tugas Kelompok Terstruktur
- Jumlah total nilai adalah 100
- Komponen penilaian terdiri dari
1. Ketepatan waktu
menyerahkan tugas diberi
bobot nilai 0 – 20 %
2. Ketepatan hasil
penggambaran diiberi bobot
0 - 40 %
3. Kerjasama diberi bobot nllai
0 – 30 %
4. Sistematika penulisan diberi
bobot nilai 0 – 10 %
Nilai Tugas Mandiri Terstruktur
3 - Menentukan lokasi titik awal pengukuran dan
koordinatnya.
- Mengukur kemiringan (a), azimut (b), Benang
atas (Ca), tengah (Ct) dan benang bawah (Cb)
untuk titik yang lain
- Menghitung koordinat titik-titik (x,y,z) dari data
hasil pengukuran a, b, Ca, Ct, dan Cb.
- Menghitung koreksi kesalahan pengukuran
pada semua titik.
- Menghitung kembali koordinat titik-titiknya
dengan hasil koreksi
- Menentukan skala peta yang diinginkan
Tugas
Kelompok
Terstruktur
Lembar 03
(Terlampir)
xvi
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
- Pengeplotan titik-titik koordinat setelah
dikoreksi
- ke dalam peta.
- Jumlah nilai Total adalah 100
-Komponen penilaian terdiri dari:
1.Ketepatan waktu menyerahkan
tugas diberi bobot nilai 0- 30 %
2.Ketepatan hasil penggambaran
dibobot nilai 0- 60 %.
3. Sistematika Penulisan diberi
bobot nilai 0 – 10 %
Nilai Tugas terdiri dari Nilai Tugas
mandiri dan Tugas kelompok
yazng diberi bobot sama,
sehingga :
Nilai T = (T1+T2+ ….Tn):n
Nilai Partisipasi ditentukan
4 - Menjelaskan sifat-sifat garis kontur.
- Menghitung interval kontur berdasarkan skala
- Membuat garis-garis kontur sesuai dengan
prosedur yang benar.
-
Tes tulis
Tugas
Mandiri
Essay
Terstruktur
Lembar 04
(Terlampir)
5 - Menentukan dan mengukur koordinat titik awal
pengukuran
- Mengukur kemiringan, azimut, benang atas,
benang, bawah dan ketinggian alat dari titik
awal ke titik yang lain
- Mengukur kembali azimut, kemiringan , benang
atas, benang bawah, benang tengah, dan tinggi
alat di titik berikutnya yang terikat dengan titik
awal.
- Menghitung semua koordinat titik-titik
Tugas
Kelompok
Terstruktur
Lembar 05
(Terlampir)
xvii
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
pengukuran (x,y,z) ke dalam tabel perhitungan
- Menghitung koreksi hasil perhitungan koordinat
semua titik.
- Menghitung koordinat titik-titik yang benar
dengan menjumlahkan hasil perhitungan
koordinat titik semula dengan hasil
perhitungan koreksi.
- Mengeplot koordinat titik-titik ke dalam kertas
peta.
- Membuat garis-garis kontur sesuai dengan
prosedur yang benar berdasarkan koordinat
titik-titik yang telah diplot ke dalam peta.
berdasarkan:
- Jumlah kehadiran kuliah diberi
bobot nilai 0-60 %,
- Keaktifan menjawab
pertanyaan diberi bobot nilai 0-
15%,
- Keaktifan menyampaikan
pendapat diberi bobot nilai (0-
15%),
- Keaktifan bertanya diberi bobot
nilai 0 -10%
6 - Menentukan dan mengukur titik awal
pengukuran
- Mengukur kemiringan, azimut, benang bawah,
benang atas, dan benang tengah, tinggi alat
pada titik-titik di lapangan.
- Menghitung koordinat titik- titik di lapangan
Tugas
Kelompok
Terstruktur
Lembar 06
(Terlampir)
Kriteria penilaian dilakukan
dengan melihat aspek:
1. Partisipasi: dilakukan dengan
melakukan pengamatan
terhadap aktivitas mahasiswa
xviii
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
dari hasil pengukuran azimut, kemiringan,
benang atas, benang bawah, benang tengah,
dan tinggi alat
- Mencatat jenis penggunaan lahan pada setiap
titik pengukuran dan titik perubahan
penggunaan lahan pada jalur pengukuran yang
dilewati.
- Menghitung koreksi koordinat titik-titik hasil
pengukuran,
- Pengeplotan koordinat titik-titik hasil
perhitungan setelah dikoreksi dan disesuaikan
dengan skala peta yang diinginkan.
- Pengeplotan jenis-jenis penggunaan lahan
sesuai dengan hasil buku catatan lapangan
(bobot 2)
2. UTS: dilakukan dengan
asesmen pada pertengahan
semester untu mengukur
indikator selama setengah
semester (bobot 2)
3. US: dilakukan pada setiap
akhir semester untuk
mengukur semua indikator
(bobot 3)
4. Tugas: dilakukan pada setiap
indikator (bobot 3)
Nilai Akhir Mahasiswa:
Nilai Partisipasi (2) x Nilai Tugas
(3) x Nilai USS (2) x Nilai US (3)
dibagi 10.
xix
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
1 - Mampu melepas dan memasang kembali
instrumen
- Mengenali bagian-bagian teodolit
- Melakukan centring dengan baik
- Membaca azimut dengan baik
- Membaca benang atas dan benang bawah
- Membaca sudut kemiringan.
- Mengukur jarak horizontal dan jarak vertikal
(beda tinggi).
Tugas
Mandiri
Terstruktur Lembar 01
(Terlampir)
Tes tulis Essay :
- Setiap tes dalam bentuk essay
terdiri dari 4 soal, dengan bobot
nilai sebagai berikut.
Soal nomor 1 diberi bobot
nilai 0 – 20 %
Soal nomor 2 diberi bobot
nilai 0 – 20 %
Soal nomor 3 diberi bobot
nilai 0 -25 %
Soal nomor 4 diberi bobot
nilai 0 – 35 %
- Jumlah nilai total adalah 100.
2 - Menentukan titik awal pengukuran dan
koordinatnya.
- Menghitung beda tinggi berdasarkan
pembacaan benang atas dan bawah,
- Menghitung jarak horizontal titik berikutnya
berdasakan pengukuran kemiringan, benang
Tugas
Mandiri
Terstruktur
Lembar 02
(Terlampir)
xx
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
atas dan benang bawah.
- Menghitung absis (x) titik berikutnya
berdasarkan jarak horizntal dan azimut.
- Menghitung ordinat (y) titik berikutnya
berdasarkan jarak horizontal dan azimut
- Menghitung ketinggian (z) berdasarkan beda
tinggi.
Nilai Tugas Kelompok Terstruktur
- Jumlah total nilai adalah 100
- Komponen penilaian terdiri dari
1. Ketepatan waktu
menyerahkan tugas diberi
bobot nilai 0 – 20 %
2. Ketepatan hasil
penggambaran diiberi bobot
0 - 40 %
3. Kerjasama diberi bobot nllai
0 – 30 %
4. Sistematika penulisan diberi
bobot nilai 0 – 10 %
Nilai Tugas Mandiri Terstruktur
- Jumlah nilai Total adalah 100
3 - Menentukan lokasi titik awal pengukuran dan
koordinatnya.
- Mengukur kemiringan (a), azimut (b), Benang
atas (Ca), tengah (Ct) dan benang bawah (Cb)
untuk titik yang lain
- Menghitung koordinat titik-titik (x,y,z) dari data
hasil pengukuran a, b, Ca, Ct, dan Cb.
- Menghitung koreksi kesalahan pengukuran
pada semua titik.
- Menghitung kembali koordinat titik-titiknya
dengan hasil koreksi
Tugas
Kelompok
Terstruktur
Lembar 03
(Terlampir)
xxi
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
- Menentukan skala peta yang diinginkan
- Pengeplotan titik-titik koordinat setelah
dikoreksi
- ke dalam peta.
-Komponen penilaian terdiri dari:
1.Ketepatan waktu menyerahkan
tugas diberi bobot nilai 0- 30 %
2.Ketepatan hasil penggambaran
dibobot nilai 0- 60 %.
3. Sistematika Penulisan diberi
bobot nilai 0 – 10 %
Nilai Tugas terdiri dari Nilai Tugas
mandiri dan Tugas kelompok
yazng diberi bobot sama,
sehingga :
Nilai T = (T1+T2+ ….Tn):n
Nilai Partisipasi ditentukan
berdasarkan:
4 - Menjelaskan sifat-sifat garis kontur.
- Menghitung interval kontur berdasarkan skala
- Membuat garis-garis kontur sesuai dengan
prosedur yang benar.
-
Tes tulis
Tugas
Mandiri
Essay
Terstruktur
Lembar 04
(Terlampir)
5 - Menentukan dan mengukur koordinat titik awal
pengukuran
- Mengukur kemiringan, azimut, benang atas,
benang, bawah dan ketinggian alat dari titik
awal ke titik yang lain
- Mengukur kembali azimut, kemiringan , benang
atas, benang bawah, benang tengah, dan tinggi
alat di titik berikutnya yang terikat dengan titik
awal.
Tugas
Kelompok
Terstruktur
Lembar 05
(Terlampir)
xxii
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
- Menghitung semua koordinat titik-titik
pengukuran (x,y,z) ke dalam tabel perhitungan
- Menghitung koreksi hasil perhitungan koordinat
semua titik.
- Menghitung koordinat titik-titik yang benar
dengan menjumlahkan hasil perhitungan
koordinat titik semula dengan hasil
perhitungan koreksi.
- Mengeplot koordinat titik-titik ke dalam kertas
peta.
- Membuat garis-garis kontur sesuai dengan
prosedur yang benar berdasarkan koordinat
titik-titik yang telah diplot ke dalam peta.
- Jumlah kehadiran kuliah diberi
bobot nilai 0-60 %,
- Keaktifan menjawab
pertanyaan diberi bobot nilai 0-
15%,
- Keaktifan menyampaikan
pendapat diberi bobot nilai (0-
15%),
- Keaktifan bertanya diberi bobot
nilai 0 -10%
6 - Menentukan dan mengukur titik awal
pengukuran
- Mengukur kemiringan, azimut, benang bawah,
benang atas, dan benang tengah, tinggi alat
pada titik-titik di lapangan.
Tugas
Terstruktur
Lembar 06
Kriteria penilaian dilakukan
dengan melihat aspek:
5. Partisipasi: dilakukan dengan
melakukan pengamatan
xxiii
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
- Menghitung koordinat titik- titik di lapangan
dari hasil pengukuran azimut, kemiringan,
benang atas, benang bawah, benang tengah,
dan tinggi alat
- Mencatat jenis penggunaan lahan pada setiap
titik pengukuran dan titik perubahan
penggunaan lahan pada jalur pengukuran yang
dilewati.
- Menghitung koreksi koordinat titik-titik hasil
pengukuran,
- Pengeplotan koordinat titik-titik hasil
perhitungan setelah dikoreksi dan disesuaikan
dengan skala peta yang diinginkan.
- Pengeplotan jenis-jenis penggunaan lahan
sesuai dengan hasil buku catatan lapangan
Kelompok (Terlampir) terhadap aktivitas mahasiswa
(bobot 2)
6. UTS: dilakukan dengan
asesmen pada pertengahan
semester untu mengukur
indikator selama setengah
semester (bobot 2)
7. US: dilakukan pada setiap
akhir semester untuk
mengukur semua indikator
(bobot 3)
8. Tugas: dilakukan pada setiap
indikator (bobot 3)
Nilai Akhir Mahasiswa:
Nilai Partisipasi (2) x Nilai Tugas
(3) x Nilai USS (2) x Nilai US (3)
xxiv
No Indikator
Penilaian
Kriteria Penilaian
Strategi Bentuk Instrumen
dibagi 10.
.
xxv
DAFTAR ISI
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) ............................ ivii
DAFTAR ISI................................................................................................. xxvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xxvii
BAB I PENGANTAR ...................................................................................... 1
A.Pendahuluan ..................................................................................... 1
1. Deskripsi ........................................................................................... 1
2. Tujuan pembelajaran. ................................................................... 1
B.Materi ............................................................................................... 1
1. Definisi ukur tanah ......................................................................... 1
2. Manfaat ukur tanah ........................................................................ 2
BAB II METODE PENGUKURAN............................................................... 5
A. Pendahuluan.................................................................................. 5
1. Deskripsi ........................................................................................... 5
B. Materi............................................................................................... 5
BAB III POLIGON .......................................................................................... 11
A. Pendahuluan ................................................................................. 11
B. Materi.............................................................................................. 11
1. Deskripsi ........................................................................................... 11
1. Poligon .............................................................................................. 11
2. Pengukuran poligon ....................................................................... 13
3. Rumus urutan koreksi poligon .................................................... 17
4. Kontur ................................................................................................ 18
BAB IV PERHITUNGAN BEDA TINGGI ................................................. 22
A. Pendahuluan ................................................................................. 22
1. Deskripsi ............................................................................................ 22
2. Tujuan ............................................................................................... 22
xxvi
B.Materi ............................................................................................... 22
1. Perhitungan beda tinggi (levelling) ............................................ 22
2. Pembuatan titik detail .................................................................... 24
BAB V PENGUKURAN AZIMUTH DAN KOORDINAT ....................... 28
A. Pendahuluan ................................................................................. 28
1. Deskripsi ........................................................................................... 28
2. Tujuan ............................................................................................... 28
B. Materi.............................................................................................. 28
1. Azimuth ............................................................................................. 28
2. Koordinat .......................................................................................... 28
BAB VI ............................................................................................................. 32
A. Pendahuluan ................................................................................. 32
1. Deskripsi ........................................................................................... 32
2. Tujuan ............................................................................................... 32
B. Materi.............................................................................................. 32
BAB VII MEMBUAT PETA HASIL PENGUKURAN ......................... 50
A. Pendahuluan .................................................................................. 50
1. Deskripsi ........................................................................................... 50
2. Tujuan ............................................................................................... 50
B.Materi ............................................................................................... 50
1. Input data koordinat ke dalam Excel Worksheet................. 51
2. Input titik koordinat di Qgis .......................................................... 52
3. Hasil peta ............................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55
xxvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Handlevel ................................................................... 7
Gambar 2.2. Waterpass .................................................................. 7
Gambar 2.3. Theodolit Sokia DT540............................................... 8
Gambar 2.4. Pengukuran dengan total station ............................... 9
Gambar 3.1. Poligon terbuka dan sempurna .................................. 12
Gambar 3.2. Poligon terbuka dan tidak sempurna ......................... 12
Gambar 3.3. Poligon tertutup .......................................................... 13
Gambar 3.4. Pengukuran jarak mendatar....................................... 14
Gambar 3.5 Pengukuran jarak pada tanah miring ......................... 14
Gambar 3.6. Pengukuran sudut mendatar...................................... 15
Gambar 3.7. Prinsip perhitungan poligon ....................................... 15
Gambar 3.8. Garis kontur ................................................................ 19
Gambar 4.1. Bak ukur ..................................................................... 23
Gambar 4.2. Benang diafragma ...................................................... 23
Gambar 4.3. Cara membaca bak ukur ............................................ 24
Gambar 4.4. Pengukuran jarak dengan theodolit ......... ............. .... 24
Gambar 4.5. Pengukuran beda tinggi.......................... ............. ...... 25
Gambar 5.1. Azimuth....................................................................... 28
Gambar 5.2. Rumus trigonometri ................................................... 29
Gambar 5.3. Perhitungan koordinat B di kuadran 1.......... ............. 29
Gambar 5.4. Perhitungan koordinat B di kuadran 2 ......... ............. 30
Gambar 5.5. Perhitungan koordinat B di kuadran 3......... .............. 30
Gambar 5.6. Perhitungan koordinat B di kuadran 4......... .............. 31
Gambar 6.1. Peralatan di dalam box Sokkia DT540 ........ ............. 33
Gambar 6.2. Bagian theodolit 1 ..................................................... 34
Gambar 6.3. Bagian theodolit 2 ..................................................... 35
Gambar 6.4. Theodolit dan tripot ................................................... 37
xxviii
Gambar 6.5. Box theodolit .............................................................. 37
Gambar 6.6. Memasang tripot ....................................................... 38
Gambar 6.7. Plumb bomb .............................................................. 37
Gambar 6.8. Pemasangan kaki tripod ........................................... 39
Gambar 6.9. Memasang theodolit pada tripot ............................... 38
Gambar 6.10. Mengencangkan baut pesawat pada tripot ............. 39
Gambar 6.11. Buka tutup lensa ...................................................... 39
Gambar 6.12. Melihat paku dengan centering ............................... 40
Gambar 6.13. Menggunakan kompas untuk setting arah utara .... 40
Gambar 6.14. Setting arah utara ..................................................... 41
Gambar 6.15. Setting nivo .............................................................. 41
Gambar 6.17. Posisi nivo sempurna ............................................... 42
Gambar 6.18. Centering kedua ....................................................... 43
Gambar 6.19. Menyalakan layar monitor ........................................ 43
Gambar 6.20. Setting sudut horisontal ........................................... 44
Gambar 6.21. Setting sudut vertikal ............................................... 44
Gambar 6.22. Theodolit siap digunakan ........................................ 45
Gambar 7.1. Input koordinat X dan Y ............................................. 51
Gambar 7.2. Simpan project ........................................................... 51
Gambar 7.3. Pilih file ....................................................................... 52
Gambar 7.4. Kotak dialog ................................................................ 52
Gambar 7.5. Input data excel .......................................................... 53
Gambar 7.6. Pilih sistem proyeksi .................................................. 53
Gambar 7.7. Muncul titik ................................................................ 54
Gambar 7.8. Denah ........................................................................ 54
1
BAB I
PENGANTAR
A. Pendahuluan
1. Deskripsi
Bab ini menjelaskan definisi, posisi ilmu ukur tanah dalam geodesi
dan macam pekerjaan ilmu ukur tanah.
2. Tujuan pembelajaran.
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep ilmu ukur tanah
B. Materi
1. Definisi ukur tanah
Ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai
keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah
yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan bumi dapat
diabaikan. Pengukuran digunakan untuk menentukan unsur-unsur (jarak
dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup,
sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala tertentu
(Wongsotjitro, 1980).
Tujuan dasar dari ilmu ukur tanah mengacu pada tujuan praktis
dari ilmu geodesi, yaitu mempelajari cara melakukan pengukuran di
atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tak beraturan. Untuk
memudahkan pengukuran, dibuatlah bidang perantara. Bidang
perantara tersebut adalah datar. Meski permukaan bumi lengkung tapi
dianggap datar karena permukaan bumi yang diukur itu tidak lebih
panjang dari 50 km.
2
Pengukuran dalam ilmu ukur tanah dilakukan terhadap detil-detil
alam maupun buatan manusia yang meliputi posisi horizontal (x,y) dan
vertikal (z). Pengukuran berdasarkan tujuan dibagi menjadi:
a. engineering surveying,
b. military surveying,
c. mining surveying,
d. geological surveying,
e. archeological surveying.
Pengukuran berdasarkan luas cakupan dibedakan menjadi
pengukuran area kecil dan pengukuran area besar.
a. Pengukuran area kecil (plane surveying)
Luas area pengukuran dibawah 37 37 km. Rupa bumi dianggap
datar sehingga unsur kelengkungannya dapat diabaikan.
b. Pengukuran area besar (geodetic surveying)
Luas area pengukuran diatas 37 x 37 km. Pada pengukuran ini,
unsur kelengkungan bumi diperhitungkan.
2. Manfaat ukur tanah
Ilmu ukur tanah berperan dalam melaksanakan kegiatan
pengambilan data di lapangan sampai proses pengamatan lokasi,
menganalisa bentuk permukaan tanah dan menyajikan hasil pengukuran
dalam bentuk gambar ataupun dalam bentuk yang lainnya. Ilmu Ukur
Tanah atau “Surveying” merupakan kegiatan penentuan kedudukan titik-
titik atau penggambaran keadaan fisik yang terdapat di permukaan bumi.
Kegiatan ini meliputi pengukuran jarak, pengukuran sudut atau
arah, pengukuran beda tinggi, pengukuran topografi serta untuk
menghitung luas permukaan tanah. Dari data yang diperoleh, selanjutnya
3
dilakukan pengolahan data untuk penggambaran peta. Surveying
meliputi 2 pekerjaan yakni
a. Field work, yaitu pengukuran di lapangan dan
b. Office work, yaitu pengolahan data yang diperoleh ataupun
pembuatan peta dari observasi yang diperoleh.
Ukur tanah dapat digunakan untuk:
a. Mencari luas tanah
Luas tanah sangat diperlukan untuk keperluan jual beli, penentuan
pajak dan perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan,
rencana pengairan dan rencana transmigrasi
b. Mengetahui beda tinggi tanah
Sebelum mendirikan bangunan, terlebih dahulu harus diketahui tinggi
permukaan tanah dan rencana perataan tanahnya sehingga dapat
dihitung urugan dan galian tanah yang diperlukan. Selain itu juga
untuk menentukan ketinggian suatu bangunan sebagai pedoman
ketinggian lantai dan sebagainya.
c. Pembuatan peta
Untuk memberi petunjuk berapa jauh antara tempat A ke tempat B
maka harus dibuat sket jalan dari tempat A ke tempat B. Gambar sket
tersebut walaupun tidak sempurna dinamakan peta.
Pemerintah mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi
bahkan setiap negara mempunyai gambar daerahnya yang disebut
peta. Peta tersebut digambar berdasarkan hasil pengukuran tanah
maupun fotogrametrik.
d. Perencanaan bangunan
4
Bila akan mendirikan rumah, maka harus ada ijin bangunan dari dinas
pertanahan. Pada setiap rencana pembangunan daerah, pembuatan
jalan, rencana irigasi terlebih dahulu tanah yang akan dibangun harus
diukur dan disahkan oleh pemerintah daerah. Pekerjaan ukur tanah
merupakan hal penting dalam merencanakan bangunan karena
memudahkan penghitungan rencana biaya.
5
BAB II
METODE PENGUKURAN
A. Pendahuluan
1. Deskripsi
Bab ini menjelaskan metode yang digunakan untuk perhitungan,
pengolahan dan koreksi data dalam ukur tanah adalah
2. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan metode yang digunakan untuk
perhitungan, pengolahan dan koreksi data dalam ukur tanah.
B. Materi
Pemetaan merupakan suatu gambaran yang ada dari
permukaan bumi yang digambarkan di bidang datar dalam proyeksi
tertentu. Peta disajikan dengan cara yang bermacam-macam. Ada
peta konvesional hingga peta yang dapat tampil di sistem proyeksi.
Secara umum peta merupakan gambaran dari permukaan bumi
yang digambarkan dengan bidang datar serta diperkecil pada skala
tertentu.
Metode perolehan data secara terestris adalah strategi atau
teknik perolehan data tentang obyek atau fenomena yang ada di
muka bumi dengan cara kontak langsung atau mengukur secara
langsung pada obyek atau fenomena kajian tersebut. Dalam
pemetaan suatu wilayah, pengukuran secara terestrial umumnya
terdiri atas pengukuran jarak, pengukuran sudut horizontal
(azimuth), pengukuran sudut vertikal (kemiringan), dan pengukuran
perbedaan elevasi (sipat datar).
6
Metode terestrial menggunakan alat yang berpangkal di tanah
seperti theodolit, total station, waterpass dan pita ukur. Dengan
kemajuan iptek, perolehan data secara terestrial dapat dilakukan
secara lebih cepat dengan metode yang lebih canggih, yang
disebut metode ekstra-terestrial. Ekstra terestris menggunakan alat
tidak berpangkal di tanah seperti wahana satelit, pesawat,
echosounder, side scan sonar dan sub-bottom profilling.
Metode ekstra-terestrial yang paling populer saat ini adalah
survei dan pemetaan dengan menggunakan GPS (Global
Positioning System). GPS adalah sistem radio navigasi dan
penentuan posisi menggunakan satelit. Nama formalnya adalah
NAVSTAR GPS, yaitu kependekan dari Navigation Satellite Timing
And Ranging Global Positioning System. Satelit ini dimiliki dan
dikelola oleh Amerika Serikat.
Metode yang digunakan untuk perhitungan, pengolahan dan
koreksi data dalam ukur tanah adalah:
a. pengukuran dengan alat ukur sederhana
Pengukuran pada alat ukur sederhana dilakukan dengan
mengukur jarak secara langsung (agar teliti sebaiknya pakai pita
ukur baja). Dilakukan pelurusan apabila jarak yang diukur
melebihi pita ukur dan permukaan tanah tidak mendatar. Agar
kedudukan pita ukur benar-benar horizontal maka menggunakan
hand level seperti gambar di bawah ini:
7
Gambar 2.1. Handlevel
b. pengukuran dengan waterpass
Waterpass digunakan untuk mengetahui jarak, sudut horizontal
dan beda tinggi. Waterpass tidak dapat mengukur sudut vertikal
sehingga tidak cocok untuk pengukuran daerah terjal.
Gambar 2.2. Waterpass
c. Pengukuran dengan theodolit,
Theodolit digunakan untuk mengukur jarak, beda tinggi, sudut
vertikal dan juga sudut horizontal. Theodolit mampu mengukur
daerah landai maupun terjal.
Hand level
A
d1
d2
d3 d4
B
D3
D2
D1
d= d1+d
2+d
3+d
4
8
Gambar 2.3. Theodolit Sokia DT540
Jurusan Pendidikan Geografi menggunakan theodolit Sokia
DT540 dengan spesifikasi:
1). Pembesaran lensa: 30 x
2). Ketelitian 5”, 7”, 9”
3). Objective Apperture 45 mm (1,8 in)
4). Layar LCD 7 digit x 2 garis backlight
5). Berat 4,1 Kg
6). Power supply 4x AA
7). Battery lama pengoperasian 150 jam
d. Total station.
Total station adalah instrumen optik yang digunakan dalam
survey modern. Total station adalah kombinasi dari theodolite
elektronik (transit), alat pengukur jarak elektronik (EDM) dan
perangkat lunak yang berjalan pada komputer eksternal, seperti
laptop atau pengumpul data GPS dan perangkat lunak SIG.
Kelebihan menggunakan total station adalah:
1). Upaya mengurangi kesalahan dari manusia seperti kesalahan
pencatatan data
2). Aksesibilitas ke sistem basis komputer
3). Mempercepat proses pengambilan data
9
4). Memberikan kemudahan dalam pengambilan data.
Sistem satuan yang digunakan dalam ukur tanah yakni:
a. satuan ukuran panjang,
b. satuan ukuran luas, dan
satuan luas dipakai m2, ha/km2
1 ha = 10.000 m2
1 km2 = 1.000.000 m2
c. satuan sudut
satuan ukuran sudut = 1/360 (= o)
Satuan derajat dibagi lagi
1O = 60 menit (=60’)
1’’ = 60 detik (= 60”)
Istilah yang perlu diketahui dalam ukur tanah, diantaranya adalah:
1. Garis vertikal
Garis yang menuju ke pusat bumi.
2. Bidang mendatar
Bidang tegak lurus pada garis vertikal pada setiap titik. Bidang
horisontal ini melengkung mengikuti bentuk permukaan laut.
Gambar 2.4. Pengukuran dengan total station
10
3. Datum
Bidang yang digunakan sebagai referensi ketinggian. Contoh:
permukaan laut rata-rata (MSL = Mean Sea Level).
4. Mean sea level (MSL)
Hasil rata-rata dari pengukuran permukaan laut tiap jam selama
jangka waktu yang lama (min 1 tahun)
5. Elevasi
Jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum
6. Bench march
Titik tetap (biasanya berbentuk patok beton) yang telah
diketahui elevasinya terhadap datum yang dipakai, untuk
pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
11
BAB III
POLIGON
A. Pendahuluan
1. Deskripsi
Bab ini menjelaskan tentang poligon pengukuran
2. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan poligon pengukuran.
B. Materi
1. Poligon
Poligon berasal dari kata “poly” yang berarti banyak dan “gono”
yang berarti sudut. Poligon adalah serangkaian garis lurus yang
menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan bumi. Garis-garis
lurus membentuk sudut-sudut pada titik perpotongannya. Dengan
menggunakan polygon, dapat menentukan koordinat beberapa titik
yang letaknya berurutan dan memanjang.
Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui
koordinat dan sudut jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat
titik yang lain diperlukan sudut mendatar dan jarak mendatar, maka
data yang diambil pada pengukuran di lapangan adalah data sudut
mendatar dan jarak mendatar. Selain itu, diperlukan juga penentuan
sudut jurusan dan satu titik yang telah diketahui koordinatnya.
Berdasarkan kepada titik tetap (koordinat yang diketahui) dan
bentuk geometriknya, secara umum poligon dibedakan atas 3 macam,
yakni :
12
a. Poligon sempurna
Merupakan poligon yang deretan titik-titiknya terikat pada titik-titik
tetap pada awal dan akhir poligon serta diketahui azimuth awal dan
azimuth akhirnya. Hasil ukuran dapat dikontrol dan diketahui
kesalahannya melalui proses hitungan perataan.
b. Poligon lepas atau poligon tidak sempurna
Poligon yang deretan titik-titiknya hanya terikat pada satu titik tetap.
Dalam hal ini, hasil ukuran dan kesalahannya tidak dapat dikontrol.
c. Poligon tertutup
Poligon yang deretan titik-titiknya terikat pada satu titik tetap yang
berfungsi sebagai titik awal sekaligus titik akhir, hasil pengukuran
dapat dikontrol dan diketahui kesalahannya.
Gambar 3.1. Poligon terbuka dan sempurna
Gambar 3.2. Poligon terbuka dan tidak sempurna
13
Syarat pengukuran poligon yang harus dipenuhi adalah :
1). Mempunyai koordinat awal dan akhir
2). Mempunyai azimuth awal dan akhir
2. Pengukuran poligon
a. Pengukuran jarak mendatar
Pengukuran jarak mendatar pada poligon dapat ditentukan dengan
cara:
- mekanis (dengan menggunakan pita ukur) dan
- optis (seperti pada pengukuran sipat datar).
Bagian ini menjelaskan metode pengukuran jarak dengan
menggunakan pita ukur. Pengukuran jarak dengan menggunakan
pita ukur harus memperhatikan permukaan tanah yang akan diukur.
Pengukuran jarak pada tanah mendatar, seperti pada gambar
berikut
Gambar 3.3. Poligon tertutup
14
Caranya :
1). Skala nol pita ukur diletakkan tepat berimpit di atas pusat
tanda titik A,
2). Pita ukur ditarik dengan kuat agar keadaannya benar-benar
lurus, tidak melengkung,
b. Himpitkan skala pita ukur lainnya di atas pusat tanda titik B,
maka bacaan skala inilah yang merupakan jarak antara titik A
dan titik B.
c. Pengukuran jarak pada tanah miring,
Pengukuran pada tanah miring dilakukan seperti pada gambar
berikut:
Caranya :
1). Jika permukaan tanahnya relatif miring, maka pengukuran
jarak dibagi dalam beberapa pias (pada gambar di atas bagi
dua pias),
Gambar 3.4. Pengukuran jarak mendatar
Gambar 3.5. Pengukuran jarak pada tanah miring
15
2). Skala nol diimpitkan di atas titik A (biasanya dengan
menggunakan bantuan unting-unting), tarik agar pita dalam
keadaan datar sampai berimpit dengan titik 1, maka diperoleh
d1,
3). Dengan cara yang sama, jarak diukur dari titik 1 sampai titik B,
hingga didapat d2,. Maka : dAB = d1 + d2.
d. Pengukuran sudut mendatar
Sudut adalah selisih antara dua arah yang berlainan. Yang
dimaksud dengan arah atau jurusan adalah besarnya bacaan
lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu teropong diarahkan
ke jurusan tertentu.
Seperti pada gambar berikut:
Prinsip hitungan poligon bisa digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.6. Pengukuran sudut mendatar
Gambar 3.7. Prinsip perhitungan poligon
16
Diketahui :
Koordinat titik A, sudut jurusan αA1 diukur di lapangan. Jarak
datar dA1, sudut mendatar β1 diketahui, hitung:
koordinat titik 1 (X1, Y1), koordinat titik 2 (X2, Y2)
Tahapan hitungan:
Menghitung koordinat titik 1:
Jika koordinat titik 1 diketahui, maka koordinat titik 2 dapat
dihitung menggunakan m koordinat titik 1, apabila d12 dan αA1
diketahui. d12 dapat diukur dan biasanya sudut yang diukur di
lapangan adalah sudut mendatar β1. α12 dapat dihitung dari αA1
dan β1
α12 = {( αA1+ 180˚) + β1 } – 360˚
= αA1 + β1 - 180˚
maka koordinat titik 2 :
X2 = X1 + ∆X12 Y2 = Y1 + ∆Y12
X2 = X1 + d12 Sin α12 Y2 = Y2 + d12 Cos α12
Demikian pula untuk menghitung titik-titik selanjutnya dapat
dilakukan secara bertahap dan berurutan menggunakan data
koordinat titik sebelumnya. Sudut jurusan titik selanjutnya, dapat
dihitung menggunakan α12 dan sudut mendatar yang diukur di titik
tersebut.
X1 = XA + ∆XA1 Y1 = YA + ∆YA1
X1 = XA + dA1 Sin αA1 Y1 = YA + dA1 Cos αA1
17
3. Rumus urutan koreksi poligon
a. Kesalahan penutup sudut
Total Error = X – X’
= (Σ sudut dalam ) – (n-2)180°
Error = Total Error / n
Keterangan:
X = jumlah sudut observasi
X’ = sudut sebenarnya
n = jumlah titik
b. Adjusted (∆X) dan (∆Y)
C-∆ Xmn = – ∑ ( ∆ X ) / ∑d × dmn
C-∆ Ymn = – ∑ ( ∆ Y ) / ∑d × dmn
Keterangan :
C-∆ Xmn = koreksi absis
∑ ( ∆ X ) = jumlah jarak ditinjau dari sumbu X
∑d = jumlah jarak
dmn = panjang satu sisi
C-∆ Ymn = koreksi ordinat
∑ ( ∆ Y ) = jumlah jarak ditinjau dari sumbu Y
c. Toleransi
Toleransi pengukuran dalam polygon adalah:
T = i √n
Dimana :
i = skala terkecil bacaan pada alat thedolit (ketelitiannya)
n = jumlah titik yang diukur
Rumus Mencari Azimuth
αBC = αAB + sudut B – 180° , atau
αBC = αAB – sudut B + 180°
NB : dalam penggunaannya tergantung keadaan
18
d. Rumus mencari titik koordinat
XB = XA + ∆ X AB
YB = YA + ∆ Y AB
Keterangan :
Xm = absis titik m
∆ X AB = jarak A ke B ditinjau dari sumbu X (Departure)
Ym = latitude
∆ YAB = jarak A ke B ditinjau dari sumbu Y (Latitude)
4. Kontur
a. Pengertian kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang
berketinggian sama dari permukaan laut. Kontur memiliki sifat
yaitu:
1). Satu garis kontur mewakili suatu ketinggian tertentu
2). Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur
yang lebih tinggi.
3). Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang
4). Kontur mempunyai interval tertentu (misal 1 m, 5 m, 25 m,
dst.)
5). Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan
bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang
menandakan permukaan bumi yang landai.
6). Rangkain garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan
punggungan gunung.
7). Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik
menandakan suatu lembah/jurang.
19
8). Kontur dapat mempunyai nilai positif (+), nol (0), atau pun
negatif (-).
9). Pada jalan yang lurus dan menurun, maka kontur cembung ke
arah turun.
10). Pada sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung ke
arah turun.
11). Kontur tidak memotong bangunan atau melewati tungan di
dalam bangunan.
b. Interval kontur
Dalam penarikan garis antara kontur yang satu dengan kontur
yang lain didasarkan pada besarnya perbedaan ketinggian antara
kedua buah kontur yang berdekatan dan perbedaan ketinggian
tersebut disebut dengan “interval kontur“ (contour interval). Untuk
menentukan besarnya interval kontur, rumus umum yang digunakan
yaitu :
Interval kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter).
Contoh:
Peta kontur yang dikehendaki skalanya 1:5.000, berarti interval
konturnya : 1/2000 x 5.000 (m) = 2,5 m.
Gambar 3.8. Garis Kontur
20
Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu
dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan
untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian
yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka
puluhan atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang
dikehendaki.
Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran
titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya
angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur
yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m
dan seterusnya. Sedangkan untuk interval kontur 5 m, maka besarnya
kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan
seterusnya. Untuk interval kontur 25 m, maka besarnya kontur yang
dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan
seterusnya.
Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi)
antara besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai
kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati
beberapa kontur, tetapi dapat juga, tidak ada kontur yang melewati dua
titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka
ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin
banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang berarti
daerah tersebut lerengnya terjal. Sebaliknya, semakin kecil perbedaan
angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka
semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut
lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut,
dapat diketahui bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan,
21
apakah berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau
datar.
c. Penggunaan kontur
Adapun kegunaan utama dari peta kontur yaitu:
1). Memberikan profil permukaan (tinggi sampai dengan
rendah) tanah.
2). Menggambarkan potongan vertikal
3). Menempatkan proyek dan menggambarkan perpotongan
dari permukaan-permukaan.
4). Membuat trase jalan raya/kereta api
5). Membuat allignment saluran irigasi.
22
BAB IV
PERHITUNGAN BEDA TINGGI
A. Pendahuluan
1. Deskripsi
Bab ini menjelaskan tentang perhitungan beda tinggi antara 2
titik
2. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa paham menghitung beda tinggi antara 2 titik.
B. Materi
1. Perhitungan beda tinggi (levelling)
Beda tinggi didefinisikan sebagai perbedaan ketinggian antar
dua titik atau lebih. Beda tinggi dapat diukur dengan cara sipat
datar (levelling), yang merupakan suatu metoda penentuan tinggi
relatif dari beberapa titik di atas datum atau di bawah suatu bidang
acuan tersebut sebagai referensi. Pada kenyataanya pengukuran
beda tinggi adalah penentuan vertikal dari titik tersebut dengan
garis penyipat datar alat yang ditempatkan di atas statif.
Dalam aplikasi praktis, levelling dilakukan dengan bantuan
theodolit dan bak ukur. Bak ukur atau rambu berasal dari
aluminimum, mempunyai panjang 3 m, 4 m dan 5 m. Cara
memegangnya harus vertikal (bila perlu memakai base plate).
23
Rambu ukur dibaca dengan cara:
Dimana:
BA = Benang atas
BT = Benang tengah
BB = Benang bawah
Untuk mengkoreksi bacaan rambu ukur dapat dihitung
menggunakan rumus: 2 x BT = BA +BB
Gambar 4.1. Bak Ukur
Gambar 4.2. Benang diafragma
BT
BA
BB
24
2. Pembuatan titik detail
Unsur yang diukur dalam pembuatan titik adalah pembacaan
rambu ukur (BA,BT,BB), sudut vertikal dan sudut horisontal atau sudut
jurusan (azimuth). Titik detail yang diukur, dipilih sedemikian rupa
sehingga kekurangan data dapat diminimalisasi, baik untuk
menggambarkan posisi bangunan atau jalan maupun untuk
menggambarkan garis kontur.
Pengukuran jarak menggunakan theodolit dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 4.3. Cara membaca bak ukur
Gambar 4.4. Pengukuran jarak dengan theodolit
25
Dimana
TP = tinggi pesawat
BA = bacaan benang atas
BT = bacaan benang tengah
BB = bacaan benang bawah
α = sudut vertikal
Jarak dari A ke B adalah
D = 100 (BA-BB)
Dengan catatan sudut vertikal = 90o
Pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua titik adalah
sebagai berikut:
Jika = sudut vertikal dan lebih kecil dari 90o maka perhitungan
akan seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.5. Pengukuran beda tinggi
Beda tinggi = ΔH
ΔH = TP + D tan - BT
Bila < 90o maka D tan adalah positif
Elevasi B = elevasi A + ΔH
Terkadang dalam melakukan penghitungan levelling ada
kesalahan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh:
26
1). Kesalahan perorangan dan alat
Kesalahan dalam levelling karena human error yaitu:
a). Kekeliruan dalam membaca angka pada rambu ukur dapat
diatasi dengan membaca ketiga benang diafragma.
b). Kekeliruan penulis dalam mencatat data ukur.
c). Kesalahan pemegang rambu ketika menempatkan rambu
di atas titik sasaran.
2). Sedangkan kesalahan dari alat meliputi :
a). Garis bidik tidak sejajar dengan garis nivo. Hal ini dapat
dihindarkan dengan menempatkan alat di tengah-tengah
rambu belakang dan rambu muka (dp=dm) atau usahakan
jumlah jarak rambu belakang = jumlah jarak muka.
b). Kesalahan karena garis nol skala dan kemiringan rambu.
Misalnya letak garis nol skala pada rambu A dan B tidak
benar, maka hasil pembacaan pada rambu A harus
dikoreksi Ka dan pada rambu B sebesar Kb. Misalnya
dalam keadaan rambu tegak pembacaan akan
menunjukkan angka a, sedangkan pembacaan pada
waktu rambu miring sebesar α. Dari penelitian pengaruh
miringnya rambu tidak dapat dihilangkan sehingga untuk
mendapatkan hasil beda tinggi yang lebih baik haruslah
digunakan nivo rambu yang baik.
3). Kesalahan yang bersumber pada alam
Adapun beberapa kesalahan yang bersumber dari alam yaitu:
a). Kesalahan karena melengkungnya sinar (refraksi). Dalam
hal ini, sinar cahaya yang datang dari rambu ke alat
penyipat datar karena melalui lapisan-lapisan udara yang
27
berbeda baik kepadatan, tekanan maupun suhunya, maka
sinar yang datang tidak lurus melainkan melengkung.
b). Kesalahan karena melengkungnya bumi.
c). Kesalahan karena masuknya statif alat penyipat datar ke
dalam tanah. Hal ini dapat memberi pengaruh pada hasil
pengukuran. Pengaruh masuknya statif penyipat datar ke
dalam tanah dapat dihilangkan dengan cara pengukuran
sebagai berikut:
Baca rambu belakang, kemudian rambu muka. Setelah itu
alat penyipat datar dipindah. Lalu baca rambu muka,
kemudian rambu belakang.
d). Kesalahan karena panasnya sinar matahari dan geratan
udara. Hal ini akan menimbulkan perubahan pada
gelembung nivo sehingga mengakibatkan kesalahan pada
hasil pengukuran. Oleh karena itu, untuk menghindari hal
tersebut pada waktu pengukuran alat penyipat datar harus
dilindungi dengan payung atau pengukuran dilakukan
pada saat lapisan udara tenang yaitu waktu pagi dan
sore.
28
BAB V
PENGUKURAN AZIMUTH DAN KOORDINAT
A. Pendahuluan
1. Deskripsi
Bab ini menjelaskan cara mengukur azimuth dan koordinat
lapangan
2. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa paham mengukur azimuth dan sudut vertikal
B. Materi
1. Azimuth
Azimuth merupakan sudut yang dihitung dari arah utara (diperoleh
dengan kompas), searah jarum jam sampai ke arah yang dimaksud
2. Koordinat
Azimuth yang telah terhitung akan digunakan untuk menghitung
koordinat. Besaran yang diperlukan untuk menghitung koordinat
adalah azimuth, jarak antara dua titik dan koordinat awal. Untuk
menghitung koordinat, kita bisa memakai rumus trigonometris,
sebagai berikut
Gambar 5.1. Azimuth
29
Gambar 5.2. Rumus trigonometri
Dimana Sin = 𝑏
𝑐
Cos = 𝑎
𝑐 dan
Tan = 𝑎
𝑏
Perhitungan koordinat titik setiap kuadran disajikan dalam
gambar berikut:
a. Koordinat di kuadran 1
Gambar 5.3. Perhitungan koordinat di kuadran 1
Jika = sudut horisontal, maka koordinat titik B adalah sebagai
berikut:
Xb = X
a + d
ab . sin
Yb = Y
a + d
ab . cos
30
b. Koordinat di kuadran 2
Gambar 5.4. Perhitungan koordinat B di kuadran 2
Jika = sudut horisontal, maka koordinat titik B adalah
sebagai berikut:
c. Koordinat di kuadran 3
Gambar 5.5. Perhitungan koordinat B di kuadran 3
Xb = X
a + d
ab . sin (180- )
Yb = Y
a + d
ab . cos (180- )
31
Jika = sudut horisontal, maka koordinat titik B adalah sebagai
berikut:
d. Koordinat di kuadran 4
Gambar 5.6. Perhitungan koordinat B di kuadran 4
Jika = sudut horisontal, maka koordinat titik B adalah
sebagai berikut
Xb = X
a + d
ab . sin (270- )
Yb = Y
a + d
ab . cos (270- )
Xb = X
a + d
ab . sin (360- )
Yb = Y
a + d
ab . cos (360- )
32
BAB VI
SETTING THEODOLIT
A. Pendahuluan
1. Deskripsi
Bab ini menjelaskan cara setting theodolit
2. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa paham cara setting theodolit
B. Materi
Theodolit yang dimiliki Jurusan S1 Pendidikan Geografi FISH
Unesa adalah Theodolit Sokkia DT540. Berikut adalah peralatan yang
tersimpan dalam box theodolit:
a. Theodolit
b. Carrying case
c. Plumb bob
d. Tool pouch
e. Battere
f. Vinyl cover
g. Cleaning cloth
h. Operator’s manual
33
Gambar 6.1. Peralatan di dalam theodolit box Sokkia DT540
34
Gambar 6.2. Bagian theodolit 1
35
Gambar 6.3. bagian theodolit 2
36
Langkah-langkah setting theodolit adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Menyiapkan theodolit dan tripod
Gambar 6.4. Theodolit dan tripot
b. Membuka box theodolit yang berisi DT main unit (10 with lens cap),
plumb bob, tool pouch, AA batteries, vinyl cover, cleaning cloth, dan
operator manual.
Gambar 6.5. Box theodolit
37
c. Memasang tripot dengan posisi ketiga kaki tripot memiliki panjang
yang sama sehingga ketika pesawat diletakkan di atasnya memiliki
posisi datar
Gambar 6.6. Memasang tripot
d. Memasang plumb bob dan menepatkan plumb bob sesuai
dengan titik pengamatan yang ditentukan. Titik awal
pengukuran ditandai dengan paku payung.
Gambar 6.7. Plump bob
38
e. Setelah tripot sudah terpasang dan menancap kuat, pasang
theodolit diletakkan di atas tripot.
Gambar 6.8. Pemasangan kaki tripot
f. Setelah meletakkan pesawat pada tripot kemudian kencangkan
baut di bawah pesawat.
Gambar 6.9. Memasang theodolit pada tripot
39
g. Setelah pesawat sudah dikunci dengan baut, maka selanjutnya
adalah membuka tutup lensa pada pesawat.
Gambar 6.10. Mengencangkan baut pesawat pada tripod
h. Kemudian, lihat paku lewat centering. Jika paku tidak tepat,
tepatkan pakunya dengan sekrup penyetel.
Gambar 6.11. Buka tutup lensa
40
i. Menentukan arah utara dengan menggunakan kompas.
Gambar 6.12. Melihat paku dengan centering
j. Apabila theodolit telah sesuai dengan arah utara, kunci badan
pesawat.
Gambar 6.13. Menggunakan kompas untuk setting arah utara
41
k. Lihat nivo bulat. Jika gelembung dalam nivo bulat tidak berada di
tengah maka alat dalam posisi miring. Untuk mengetahui posisi
alat yang lebih tinggi, lihat gelembung pada nivo bulat. Jika nivo
bulat berada di timur, posisi alat tersebut lebih tinggi di timur,
sehingga kaki sebelah timur harus dipendekkan.
Gambar 6.14. Setting arah utara
l. Lihat nivo bulat. Jika gelembung dalam nivo bulat tidak berada di
tengah maka alat dalam posisi miring. Untuk mengetahui posisi
alat yang lebih tinggi, lihat gelembung pada nivo bulat. Jika nivo
bulat berada di timur, posisi alat tersebut lebih tinggi di timur,
sehingga kaki sebelah timur harus dipendekkan.
Gambar 6.15. Setting nivo
42
m. Posisi gelembung di nivo bulat berada di tengah menunjukkan
bahwa alat sudah dalam keadaan agak horisontal. Agar lebih
menepatkan posisi horisontal perlu ditepatkan dengan
menggunakan nivo tabung. Di bawah teodolit terdapat 3 skrup
penyetel. Beri nama skrup A, B dan C. Atur gelembung udara
pada nivo tabung agar berada di tengah dengan memutar 2
sekrup penyetel. Misalnya sekrup A dan B. Kemudian, lihat posisi
gelembungnya. Jika tidak di tengah, berarti posisi alat masih
belum level dan harus ditengahkan lagi dengan mengatur skrup
B dan C. Begitu seterusmya sampai nivo tabung berada di
tengah.
Gambar 6.17. Posisi nivo sempurna
n. Lihat centering. Jika paku sudah berada tepat di lingkaran kecil,
maka alat sudah tepat di atas titik awal pengukuran. Tetapi jika
belum, setting theodolit dimulai dari awal lagi. Jika paku
mendekati center, maka putar penghalus pesawat agar paku
tepat di tengah-tengah. Jika paku tidak terlihat di centering, harus
dilakukan setting theodolit mulai dari awal.
43
Gambar 6.18. Centering kedua
o. Setelah selesai, tentukan titik acuan atau azimuthnya yaitu
0o00’00”, jangan lupa mengunci sekrup penggerak horisontal.
Nyalakan layar dengan tombol power.
Gambar 6.19. Menyalakan layar monitor
44
p. Nyalakan layar dengan tombol power. Lalu setting sudut
horisontal pada 0o00’00” dan tekan tombol [0 SET] 2 x
Gambar 6.20. Setting sudut horisontal
q. Tekan tombol [V/%] untuk menampilkan pembacaan sudut
vertikal.
Gambar 6.21. Setting sudut vertikal
45
r. Jika sudah muncul angka, maka posisikan lensa ke arah
90º00’00’’ dan horizontal di angka 0 set.
s. Theodoloit siap digunakan.
Gambar 6.22. Theodolit siap digunakan
2. Pengukuran di lapangan
Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu dibuat sketsa
area yang akan diukur dan menyiapkan form pengukuran seperti
berikut ini
46
Form Survey
DATA PENGUKURAN LAPANGAN
Tanggal :
Lokasi :
Surveyor :
Sketsa Lokasi :
No
Titik
ke
Titik
B
A
B
T
B
B
Panjan
g
(m)
Sud
ut
Hori
zont
al
Sudut
Vertik
al
Keteranga
n
47
3. Perhitungan
Setelah melakukan pengukuran titik-titik pengukuran di lapangan
dengan theodolit, maka yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan
perhitungan menggunakan data-data yang diperoleh. Hal-hal yang
dihitung antara lain jarak vertikal (d’), jarak horizontal (d), dan
koordinat titik yang diamati.
a. Perhitungan panjang
Panjang merupakan selisih antara batas atas dikurangi batas
bawah. Perlu diketahui bahwa satuan yang terbaca di dalam bak
ukur adalah desimeter (dm). Sedangkan satuan baku yang
nantinya diperlukan untuk perhitungan jarak adalah meter (m).
Maka setelah dihitung selisih BA dan BB, maka setelah itu
dikalikan 0,1 untuk mendapatkan selisih dalam satuan meter.
b. Jarak vertikal
Rumusnya:
d’= 100 x L x cosβv
Keterangan :
d’ = Jarak vertikal
100 = konstanta
L = panjang (L) dalam satuan meter
βv = Sudut vertical
Contoh Perhitungan
Diketahui :
T1, dengan L = 0,34, dan sudut vertikal yang tertulis di pesawat
adalah 90o00’55”.
Sudut vertikal yang terbaca di pesawat diubah ke dalam bentuk
sudut desimal.
48
c. Jarak horisontal
Rumusnya:
D = (d x cos βh)
Keterangan :
d = Jarak horizontal (sesungguhnya)
d’ = Jarak vertikal
Δh = Sudut horizontal
Harga mutlak diperlukan karena harga cosinus bisa dalam bentuk
bilangan negatif. Adapun contoh perhitungannya adalah sebagai
berikut:
d = (d x cos βh)
d = (8,4 meter x cos 331019’45”)
d = (8,4 meter x -0,998)
d = 7, 367 meter
d. Perhitungan koordinat
Rumus – rumus :
X1 = X0 + ΔX .......................................ΔX = d × sin βh
Y1 = Y0 + ΔY.......................................ΔY = d × cos βh
49
Keterangan :
X0 = Koordinat X titik pesawat
X1 = Koordinat X obyek
Y0 = Koordinat Y titik pesawat
Y1 = Koordinat Y obyek
ΔX = Selisih koordinat X titik pesawat dengan koordinat X obyek
ΔY = Selisih koordinat Y titik pesawat dengan koordinat Y obyek
Contoh perhitungan :
Kita menentukan titik koordinat untuk kedua tiang net tenis (N1).
Diketahui d = 11,392, dan sudut horizontalnya (Δh) = 224o35’26”.
Pesawat theodolit ditempatkan pada koordinat 690770 untuk
koordinat x dan 9191215 untuk koordinat y.
Koordinat x
X1 = X0 + ΔX
= X0 + (d × sin βh )
= 690770 + ( 11,392 × sin 224o35’26” )
= 690770 + ( 11,392 × -0,702)
= 690770 + (-8)
= 690762
Koordinat y
Y1 = Y0 + ΔY
= Y0 + ( d × cos βh)
= 9191215 + (11,392 × cos 224o35’26”)
= 9191215 + (11,392 × -0,712)
= 9191215 + (-8)
= 9191207
50
BAB VII
MEMBUAT PETA HASIL PENGUKURAN
A. Pendahuluan
1. Deskripsi
Bab ini menjelaskan tentang cara membuat peta hasil pengukuran
di lapangan
2. Tujuan pembelajaran
Mahasiswa paham tahapan penggambaran hasil pengukuran
poligon tertutup
B. Materi
Peta adalah hasil pengukuran dan penyelidikan yang
dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hal-hal
yang bersangkutan dengan permukaan bumi. Unsur yang diukur
dalam pembuatan titik adalah pembacaan rambu ukur (BA,BT,BB),
sudut vertikal dan sudut horisontal atau sudut jurusan (azimuth). Titik
detail yang diukur, dipilih sedemikian rupa sehingga kekurangan data
dapat diminimalisasi, baik untuk menggambarkan posisi bangunan
atau jalan maupun untuk menggambarkan garis kontur.
Penggambaran peta dilakukan dalam 4 tahap yakni:
a. Menggambar titik-titik poligon
b. Menggambar titik-titik detail
c. Menggambar garis tinggi (kontur)
d. Finishing.
Koordinat yang sudah didapat dari hasil perhitungan, diinput ke
Excell.
51
1. Input data koordinat ke dalam Excel Worksheet
a. Buka Microsoft Office Excel 2010
b. Kemudian muncul lembar kerja
c. Isikan cell pada worksheet data koordinat X dan Y serta kode
objek
Gambar 7.1. Input koordinat X dan Y
d. Save as ke dalam format (MS-DOS)
Gambar 7.2. Simpan project
52
2. Input titik koordinat di Qgis
a. Membuka aplikasi Qgis dalam versi apapun. Disarankan minimum
versi yang digunakan adalah versi 2.
b. Klik toolbar “New” untuk menjalankan lembar kerja baru.
c. Setelah muncul lembar kerja baru, maka klik Layer > Tambah
Lapisan > Tambah Layer Teks Dengan Pembatasan
(Delimited).
Gambar 7.3. Pilih file
d. Akan muncul kotak dialog sebagaimana berikut.
Gambar 7.4. Kotak dialog
53
e. Pada kolom Nama Berkas, klik Navigasi kemudian pilih file TXT
yang telah disimpan sebelumnya. Nama lapisan diisi sesuai
dengan apa yang akan dikeluarkan pada peta. Pada kolom
Format Berkas pilih Penyesuain Pembatas, lalu beri tanda cek
pada opsi Tab. Selengkapnya seperti gambar berikut.
Gambar 7.5. Input data excel
f. Klik OK, lalu muncul kotak dialog lagi untuk menentukan sistem
koordinat. Pilih WGS84 UTM zone 49S.
Gambar 7.6. Pilih sistem proyeksi
54
g. Lalu klik OK. Maka akan muncul titik-titik seperti berikut
Gambar 7.7. Muncul titik
h. Layer siap untuk didigitasi. Untuk menambah shapefile bisa
menggunakan toolbar Layer Shapefile Baru di sisi kiri window, dan
untuk langkah akhir pembuatan peta, menggunakan Project New
Print Composer. Untuk yang perlu didigitasi antara lain: shapefile
titik (obyek-obyek titik), shapefile garis (batas lapangan dan obyek
yang memanjang), dan shapefile poligon (area lapangan).
3. Hasil peta
Gambar 7.8. Denah
55
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Hasanuddin Z., 2002. Survey dengan GPS. Jakarta : Pradnya
Paramita
Abidin Hasanuddin Z., 2008. Penentuan posisi dengan GPS dan
aplikasinya. Jakarta : Pradnya Paramita
Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada Press
Heinz, Frick, 1989, Ilmu dan alat ukur tanah, Yogyakarta : Kanisius
Suyono Sastrodarsono, Masayosi Takasahi, 1997, Pengukuran topografi
dan teknik pemetaan. Jakarta: Pradnya Paramita.