83
Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si. Penerbit Unesa University Press

Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

i

Dr. Muzayanah, MT.

Dr. Eko Budianto, M.Si.

Penerbit

Unesa University Press

Page 2: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

ii

Dr. Muzayanah, MT.

Dr. Eko Budianto, M.Si.

ILMU UKUR TANAH

Diterbitkan Oleh

UNESA UNIVERSITY PRESS

Anggota IKAPI No. 060/JTI/97

Anggota APPTI No. 133/KTA/APPTI/X/2015

Kampus Unesa Ketintang

Gedung C-15 Surabaya

Telp. 031 – 8288598; 8280009 ext. 109

Fax. 031 – 8288598

Email : [email protected]

[email protected]

xxviii,55 hal., Illus, 15,5 x 23

copyright © 2020 Unesa University Press

All right reserved

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang dilarang mengutip atau

memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun baik

cetak, fotoprint, microfilm, dan sebagainya, tanpa izin tertulis dari penerbit

ISBN : 978-602-449-474-2

Page 3: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberi kemudahan dan kelancaran dalam penulisan buku ajar Ilmu

Ukur Tanah ini. Penulisan buku ajar mahasiswa ini bertujuan untuk

memudahkan mahasiswa Prodi S1 Pendidikan Geografi FISH dalam

mengikuti mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang diambil pada semester 7.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Unesa yang mendanai

penerbitan buku ajar mahasiswa ini. Penulis menyampaikan terimakasih

kepada semua pihak yang membantu mendukung penulisan buku ajar

ini. Penulis menerima masukan dan saran demi penulisan buku ajar

mahasiswa yang lebih baik lagi. Semoga buku ajar Ilmu Ukur Tanah ini

bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Prodi S1 Pendidikan

Geografi Unesa.

Page 4: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

iv

Page 5: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

v

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Fakultas : Ilmu Sosial dan Hukum

Program Studi : Pendidikan Geografi

Matakuliah /

Bobot

: Ilmu Ukur Tanah / 2 SKS

Kode Matakuliah : 27424219

Dosen Pembina : 1. Dr. Muzayanah, MT

2. Dr. Eko Budianto, M.Si.

Matakuliah

Prasyarat

: -

Dasar referensi

kompetensi

: SKKNI Permenaker 95 tahun 2017 tentang penetapan standar kompetensi kerja nasional

Indonesia kategori aktivitas profesional, ilmiah dan teknik golongan pokok aktivitas arsitektur dan

keinsinyuran; analisis dan uji teknis bidang informasi geospasial

Page 6: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

vi

Deskripsi

: Pemahaman konsep ilmu ukur tanah, pengoperasian theodolit dengan baik dan benar,

penghitungan koordinat titik, penggambaran peta poligon, pembuatan peta kontur berdasarkan

hasil pengukuran data di lapangan melalui kerja kelompok. Pembelajaran dilakukan selama 16x

pertemuan dengan metoda presentasi, diskusi, praktek dan tugas kelompok. Penilaian dilakukan

dengan tes tertulis, partisipasi dan portofolio.

Capaian

Pembelajaran

Matakuliah

/Kompetensi

: 1. Mampu menguasai konsep teoritis tentang azimut, beda tinggi dan koordinat untuk menentukan

posisi titik di permukaan bumi.

2. Mampu memetakan data hasil pengukuran dengan terapan matematis.

3. Mampu memanfaatkan IPTEK untuk membuat peta kontur dan peta penggunaan lahan.

4. Bertangggung jawab dan disiplin terhadap tugas dan kesepakatan dengan rekannya

Referensi : 1. Abidin Hasanuddin Z., 2002. Survey dengan GPS. Jakarta : Pradnya Paramita

2. Abidin Hasanuddin Z., 2008. Penentuan posisi dengan GPS dan aplikasinya. Jakarta : Pradnya

Paramita

3. Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

4. Heinz, Frick, 1989, Ilmu dan alat ukur tanah, Yogyakarta : Kanisius

5. Suyono Sastrodarsono, Masayosi Takasahi, 1997, Pengukuran topografi dan teknik pemetaan.

Jakarta: Pradnya Paramita.

Page 7: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

vii

A. Kegiatan Pembelajaran

Pert

em

uan

Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian

Waktu

Teori

atau

Praktek

SKS/

menit

Pendekatan/

Metode/

Model/ Strategi

Pembelajaran

Sumber

Belajar/

Media

Pengala

man

Belajar

Kriteria

Penilaian dari

Indikator

1 Paham konsep ilmu

ukur tanah

Menjelaskan konsep

ilmu ukur tanah

- Definisi ilmu

ukur tanah

- Persamaan dan

perbedaan IUT,

fotogrametri dan

penginderaan

jauh

- Macam

pekerjaan

pengukuran

0,03

0,03

0,03

0,10

100’

Dosen

presentasi, serta

menfasilitasi

diskusi kelas,

dan tanya

jawab,

Dilanjutkan tugas

kelompok

praktek

pengukuran

beda tinggi.

Referensi

1,2,3,4

Presentasi,

diskusi,

praktek

Mahasiswa

mampu

menjelaskan,

praktek

pengukuran

beda tinggi

dengan baik

dan benar

2 Paham metode yang

digunakan untuk

perhitungan,

pengolahan dan

koreksi data dalam

ukur tanah adalah

Menjelaskan

metodeyang

digunakan untuk

perhitungan,

pengolahan dan

koreksi data dalam

ukur tanah adalah

Metode yang

digunakan untuk

perhitungan,

pengolahan dan

koreksi data dalam

ukur tanah adalah

3 Paham tentang - Menjelaskan - Definisi

Page 8: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

viii

Pert

em

uan

Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian

Waktu

Teori

atau

Praktek

SKS/

menit

Pendekatan/

Metode/

Model/ Strategi

Pembelajaran

Sumber

Belajar/

Media

Pengala

man

Belajar

Kriteria

Penilaian dari

Indikator

Poligon poligon

pengukuran

- macam poligon

4 Paham beda tinggi,

azimut

- Menjelaskan beda

tinggi

- Menjelaskan

azimuth

- Definisi dan cara

perhitungan beda

tinggi

- Definisi dan cara

perhitungan

azimuth

0,05

0,05

0,10

100’

5 Paham cara

mengoperasikan

theodolit 1

- Menjelaskan

bagian-bagian

teodolit

- Menjelaskan

tahapan centring

- Mengukur azimuth

- Mengukur sudut

vertikal

- Bagian-bagian

teodolit

- Tahapan centring

- Azimuth

- Sudut vertikal

0,02

0,02

0,02

0,02

0,10

100’

6 Paham mengukur

azimuth dan sudut

vertikal

- Mengukur azimuth

- Mengukur sudut

vertikal

- Azimuth

- Sudut vertikal

0,05

0,05

0,10

100’

7 Paham tahapan Menjelaskan - Membaca BA, 0,05 0,10

Page 9: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

ix

Pert

em

uan

Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian

Waktu

Teori

atau

Praktek

SKS/

menit

Pendekatan/

Metode/

Model/ Strategi

Pembelajaran

Sumber

Belajar/

Media

Pengala

man

Belajar

Kriteria

Penilaian dari

Indikator

mengukur jarak 2

titik sama tinggi

tahapan mengukur

jarak

BT, BB

- Menghitung

jarak 2 titik sama

tinggi

0,05

100’

8 UTS

9 Paham menghitung

beda tinggi

Menjelaskan

tahapan pengukuran

beda tinggi

- Tahap

pengukuran

beda tinggi

- Penghitungan

beda tinggi

0,05

0,05

0,10

100’

10 Paham

penggambaran

penampang

melintang

Menggambarkan

penampang

melintang

Pemetaan

penampang

melintang

0,01 0,10

100’

11 Paham tahapan

pengukuran poligon

tertutup

- Menentukan titik

awal pengukuran

dan koordinatnya.

- Menghitung jarak

horizontal

- Menghitung

- Titik awal

pengukuran dan

koordinatnya.

- Menghitung

jarak horizontal

- Menghitung

0,01

0,01

0,01

0,30

300’

Dosen

presentasi, serta

menfasilitasi

diskusi kelas,

dan tanya

jawab,

Referensi

1,2,3,4

Presentasi,

diskusi,

praktek

Mahasiswa

mampu

menjelaskan,

praktek

pemetaan

lahan dengan

Page 10: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

x

Pert

em

uan

Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian

Waktu

Teori

atau

Praktek

SKS/

menit

Pendekatan/

Metode/

Model/ Strategi

Pembelajaran

Sumber

Belajar/

Media

Pengala

man

Belajar

Kriteria

Penilaian dari

Indikator

ketinggian (z)

berdasarkan beda

tinggi.

ketinggian (z)

berdasarkan

beda tinggi.

Dilanjutkan tugas

kelompok

praktek

pengukuran

poligon tertutup

dan pemetaan

kontur.

baik dan benar

12-

13

Paham tahapan

penggambaran hasil

pengukuran poligon

tertutup

Menghitung

koordinat (x,y)

berdasarkan jarak

horisontal dan

azimut.

Menghitung

koordinat (x,y)

berdasarkan jarak

horisontal dan

azimut.

0,20 0,20

200’

14-

15

Paham tahapan

pembuatan peta

kontur berdasarkan

data hasil

pengukuran

ketinggian

Menjelaskan

tahapan pembuatan

garis kontur

Pemetaan kontur 0,20 0,20

200’

16 UAS 2/

140

0’

Pert

emu

an

Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian

Waktu

Teori atau

Praktek

SKS/

menit

Pendekatan/

Metode/

Model/ Strategi

Sumber

Belajar/

Media

Pengalam

an Belajar

Kriteria

Penilaian dari

Indikator

Page 11: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xi

Pert

em

uan

Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian

Waktu

Teori

atau

Praktek

SKS/

menit

Pendekatan/

Metode/

Model/ Strategi

Pembelajaran

Sumber

Belajar/

Media

Pengala

man

Belajar

Kriteria

Penilaian dari

Indikator

Pembelajaran

1 Paham konsep ilmu

ukur tanah

Menjelaskan konsep

ilmu ukur tanah

- Definisi ilmu ukur

tanah

- Persamaan dan

perbedaan IUT,

fotogrametri dan

penginderaan jauh

- Macam pekerjaan

pengukuran

0,03

0,03

0,03

0,10

100’

Dosen presentasi,

serta menfasilitasi

diskusi kelas, dan

tanya jawab,

Dilanjutkan tugas

kelompok praktek

pengukuran beda

tinggi.

Referensi

1,2,3,4

Presentasi,

diskusi,

praktek

Mahasiswa

mampu

menjelaskan,

praktek

pengukuran

beda tinggi

dengan baik dan

benar

2 Paham beda tinggi,

azimut

- Menjelaskan beda

tinggi

- Menjelaskan azimuth

- Definisi dan cara

perhitungan beda

tinggi

- Definisi dan cara

perhitungan

azimuth

0,05

0,05

0,10

100’

3 Paham cara

mengoperasikan

theodolit 1

- Menjelaskan bagian-

bagian teodolit

- Menjelaskan tahapan

centring

- Mengukur azimuth

- Mengukur sudut

vertikal

- Bagian-bagian

teodolit

- Tahapan centring

- Azimuth

- Sudut vertikal

0,02

0,02

0,02

0,02

0,10

100’

Page 12: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xii

Pert

em

uan

Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian

Waktu

Teori

atau

Praktek

SKS/

menit

Pendekatan/

Metode/

Model/ Strategi

Pembelajaran

Sumber

Belajar/

Media

Pengala

man

Belajar

Kriteria

Penilaian dari

Indikator

4 Paham mengukur

azimuth dan sudut

vertikal

- Mengukur azimuth

- Mengukur sudut

vertikal

- Azimuth

- Sudut vertikal

0,05

0,05

0,10

100’

5 Paham tahapan

mengukur jarak 2 titik

sama tinggi

Menjelaskan tahapan

mengukur jarak

- Membaca BA, BT,

BB

- Menghitung jarak 2

titik sama tinggi

0,05

0,05

0,10

100’

6 Paham menghitung

beda tinggi

Menjelaskan tahapan

pengukuran beda tinggi

- Tahap pengukuran

beda tinggi

- Penghitungan

beda tinggi

0,05

0,05

0,10

100’

7 Paham penggambaran

penampang melintang

Menggambarkan

penampang melintang

Pemetaan

penampang

melintang

0,01 0,10

100’

8 UTS

9-11 Paham tahapan

pengukuran poligon

tertutup

- Menentukan titik

awal pengukuran

dan koordinatnya.

- Menghitung jarak

horizontal

- Menghitung

ketinggian (z)

- Titik awal

pengukuran dan

koordinatnya.

- Menghitung jarak

horizontal

- Menghitung

ketinggian (z)

0,01

0,01

0,01

0,30

300’

Dosen presentasi,

serta menfasilitasi

diskusi kelas, dan

tanya jawab,

Dilanjutkan tugas

kelompok praktek

pengukuran poligon

Referensi

1,2,3,4

Presentasi,

diskusi,

praktek

Mahasiswa

mampu

menjelaskan,

praktek

pemetaan lahan

dengan baik dan

benar

Page 13: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xiii

Pert

em

uan

Kemampuan Akhir Indikator Bahan Kajian

Waktu

Teori

atau

Praktek

SKS/

menit

Pendekatan/

Metode/

Model/ Strategi

Pembelajaran

Sumber

Belajar/

Media

Pengala

man

Belajar

Kriteria

Penilaian dari

Indikator

berdasarkan beda

tinggi.

berdasarkan beda

tinggi.

tertutup dan

pemetaan kontur.

12-

13

Paham tahapan

penggambaran hasil

pengukuran poligon

tertutup

Menghitung koordinat

(x,y) berdasarkan jarak

horisontal dan azimut.

Menghitung koordinat

(x,y) berdasarkan

jarak horisontal dan

azimut.

0,20 0,20

200’

14-

15

Paham tahapan

pembuatan peta kontur

berdasarkan data hasil

pengukuran ketinggian

Menjelaskan tahapan

pembuatan garis kontur

Pemetaan kontur 0,20 0,20

200’

16 UAS 2/

1400

Page 14: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xiv

A. Kisi-Kisi Penilaian

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

1 - Mampu melepas dan memasang kembali

instrumen

- Mengenali bagian-bagian teodolit

- Melakukan centring dengan baik

- Membaca azimut dengan baik

- Membaca benang atas dan benang bawah

- Membaca sudut kemiringan.

- Mengukur jarak horizontal dan jarak vertikal

(beda tinggi).

Tugas

Mandiri

Terstruktur Lembar 01

(Terlampir)

Tes tulis Essay :

- Setiap tes dalam bentuk essay

terdiri dari 4 soal, dengan bobot

nilai sebagai berikut.

Soal nomor 1 diberi bobot nilai 0 –

20 %

Soal nomor 2 diberi bobot nilai 0 –

20 %

Soal nomor 3 diberi bobot nilai 0 -

25 %

Soal nomor 4 diberi bobot nilai 0 –

35 %

2 - Menentukan titik awal pengukuran dan

koordinatnya.

- Menghitung beda tinggi berdasarkan

pembacaan benang atas dan bawah,

- Menghitung jarak horizontal titik berikutnya

berdasakan pengukuran kemiringan, benang

atas dan benang bawah.

Tugas

Mandiri

Terstruktur

Lembar 02

(Terlampir)

Page 15: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xv

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

- Menghitung absis (x) titik berikutnya

berdasarkan jarak horizntal dan azimut.

- Menghitung ordinat (y) titik berikutnya

berdasarkan jarak horizontal dan azimut

- Menghitung ketinggian (z) berdasarkan beda

tinggi.

- Jumlah nilai total adalah 100.

Nilai Tugas Kelompok Terstruktur

- Jumlah total nilai adalah 100

- Komponen penilaian terdiri dari

1. Ketepatan waktu

menyerahkan tugas diberi

bobot nilai 0 – 20 %

2. Ketepatan hasil

penggambaran diiberi bobot

0 - 40 %

3. Kerjasama diberi bobot nllai

0 – 30 %

4. Sistematika penulisan diberi

bobot nilai 0 – 10 %

Nilai Tugas Mandiri Terstruktur

3 - Menentukan lokasi titik awal pengukuran dan

koordinatnya.

- Mengukur kemiringan (a), azimut (b), Benang

atas (Ca), tengah (Ct) dan benang bawah (Cb)

untuk titik yang lain

- Menghitung koordinat titik-titik (x,y,z) dari data

hasil pengukuran a, b, Ca, Ct, dan Cb.

- Menghitung koreksi kesalahan pengukuran

pada semua titik.

- Menghitung kembali koordinat titik-titiknya

dengan hasil koreksi

- Menentukan skala peta yang diinginkan

Tugas

Kelompok

Terstruktur

Lembar 03

(Terlampir)

Page 16: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xvi

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

- Pengeplotan titik-titik koordinat setelah

dikoreksi

- ke dalam peta.

- Jumlah nilai Total adalah 100

-Komponen penilaian terdiri dari:

1.Ketepatan waktu menyerahkan

tugas diberi bobot nilai 0- 30 %

2.Ketepatan hasil penggambaran

dibobot nilai 0- 60 %.

3. Sistematika Penulisan diberi

bobot nilai 0 – 10 %

Nilai Tugas terdiri dari Nilai Tugas

mandiri dan Tugas kelompok

yazng diberi bobot sama,

sehingga :

Nilai T = (T1+T2+ ….Tn):n

Nilai Partisipasi ditentukan

4 - Menjelaskan sifat-sifat garis kontur.

- Menghitung interval kontur berdasarkan skala

- Membuat garis-garis kontur sesuai dengan

prosedur yang benar.

-

Tes tulis

Tugas

Mandiri

Essay

Terstruktur

Lembar 04

(Terlampir)

5 - Menentukan dan mengukur koordinat titik awal

pengukuran

- Mengukur kemiringan, azimut, benang atas,

benang, bawah dan ketinggian alat dari titik

awal ke titik yang lain

- Mengukur kembali azimut, kemiringan , benang

atas, benang bawah, benang tengah, dan tinggi

alat di titik berikutnya yang terikat dengan titik

awal.

- Menghitung semua koordinat titik-titik

Tugas

Kelompok

Terstruktur

Lembar 05

(Terlampir)

Page 17: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xvii

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

pengukuran (x,y,z) ke dalam tabel perhitungan

- Menghitung koreksi hasil perhitungan koordinat

semua titik.

- Menghitung koordinat titik-titik yang benar

dengan menjumlahkan hasil perhitungan

koordinat titik semula dengan hasil

perhitungan koreksi.

- Mengeplot koordinat titik-titik ke dalam kertas

peta.

- Membuat garis-garis kontur sesuai dengan

prosedur yang benar berdasarkan koordinat

titik-titik yang telah diplot ke dalam peta.

berdasarkan:

- Jumlah kehadiran kuliah diberi

bobot nilai 0-60 %,

- Keaktifan menjawab

pertanyaan diberi bobot nilai 0-

15%,

- Keaktifan menyampaikan

pendapat diberi bobot nilai (0-

15%),

- Keaktifan bertanya diberi bobot

nilai 0 -10%

6 - Menentukan dan mengukur titik awal

pengukuran

- Mengukur kemiringan, azimut, benang bawah,

benang atas, dan benang tengah, tinggi alat

pada titik-titik di lapangan.

- Menghitung koordinat titik- titik di lapangan

Tugas

Kelompok

Terstruktur

Lembar 06

(Terlampir)

Kriteria penilaian dilakukan

dengan melihat aspek:

1. Partisipasi: dilakukan dengan

melakukan pengamatan

terhadap aktivitas mahasiswa

Page 18: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xviii

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

dari hasil pengukuran azimut, kemiringan,

benang atas, benang bawah, benang tengah,

dan tinggi alat

- Mencatat jenis penggunaan lahan pada setiap

titik pengukuran dan titik perubahan

penggunaan lahan pada jalur pengukuran yang

dilewati.

- Menghitung koreksi koordinat titik-titik hasil

pengukuran,

- Pengeplotan koordinat titik-titik hasil

perhitungan setelah dikoreksi dan disesuaikan

dengan skala peta yang diinginkan.

- Pengeplotan jenis-jenis penggunaan lahan

sesuai dengan hasil buku catatan lapangan

(bobot 2)

2. UTS: dilakukan dengan

asesmen pada pertengahan

semester untu mengukur

indikator selama setengah

semester (bobot 2)

3. US: dilakukan pada setiap

akhir semester untuk

mengukur semua indikator

(bobot 3)

4. Tugas: dilakukan pada setiap

indikator (bobot 3)

Nilai Akhir Mahasiswa:

Nilai Partisipasi (2) x Nilai Tugas

(3) x Nilai USS (2) x Nilai US (3)

dibagi 10.

Page 19: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xix

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

1 - Mampu melepas dan memasang kembali

instrumen

- Mengenali bagian-bagian teodolit

- Melakukan centring dengan baik

- Membaca azimut dengan baik

- Membaca benang atas dan benang bawah

- Membaca sudut kemiringan.

- Mengukur jarak horizontal dan jarak vertikal

(beda tinggi).

Tugas

Mandiri

Terstruktur Lembar 01

(Terlampir)

Tes tulis Essay :

- Setiap tes dalam bentuk essay

terdiri dari 4 soal, dengan bobot

nilai sebagai berikut.

Soal nomor 1 diberi bobot

nilai 0 – 20 %

Soal nomor 2 diberi bobot

nilai 0 – 20 %

Soal nomor 3 diberi bobot

nilai 0 -25 %

Soal nomor 4 diberi bobot

nilai 0 – 35 %

- Jumlah nilai total adalah 100.

2 - Menentukan titik awal pengukuran dan

koordinatnya.

- Menghitung beda tinggi berdasarkan

pembacaan benang atas dan bawah,

- Menghitung jarak horizontal titik berikutnya

berdasakan pengukuran kemiringan, benang

Tugas

Mandiri

Terstruktur

Lembar 02

(Terlampir)

Page 20: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xx

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

atas dan benang bawah.

- Menghitung absis (x) titik berikutnya

berdasarkan jarak horizntal dan azimut.

- Menghitung ordinat (y) titik berikutnya

berdasarkan jarak horizontal dan azimut

- Menghitung ketinggian (z) berdasarkan beda

tinggi.

Nilai Tugas Kelompok Terstruktur

- Jumlah total nilai adalah 100

- Komponen penilaian terdiri dari

1. Ketepatan waktu

menyerahkan tugas diberi

bobot nilai 0 – 20 %

2. Ketepatan hasil

penggambaran diiberi bobot

0 - 40 %

3. Kerjasama diberi bobot nllai

0 – 30 %

4. Sistematika penulisan diberi

bobot nilai 0 – 10 %

Nilai Tugas Mandiri Terstruktur

- Jumlah nilai Total adalah 100

3 - Menentukan lokasi titik awal pengukuran dan

koordinatnya.

- Mengukur kemiringan (a), azimut (b), Benang

atas (Ca), tengah (Ct) dan benang bawah (Cb)

untuk titik yang lain

- Menghitung koordinat titik-titik (x,y,z) dari data

hasil pengukuran a, b, Ca, Ct, dan Cb.

- Menghitung koreksi kesalahan pengukuran

pada semua titik.

- Menghitung kembali koordinat titik-titiknya

dengan hasil koreksi

Tugas

Kelompok

Terstruktur

Lembar 03

(Terlampir)

Page 21: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xxi

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

- Menentukan skala peta yang diinginkan

- Pengeplotan titik-titik koordinat setelah

dikoreksi

- ke dalam peta.

-Komponen penilaian terdiri dari:

1.Ketepatan waktu menyerahkan

tugas diberi bobot nilai 0- 30 %

2.Ketepatan hasil penggambaran

dibobot nilai 0- 60 %.

3. Sistematika Penulisan diberi

bobot nilai 0 – 10 %

Nilai Tugas terdiri dari Nilai Tugas

mandiri dan Tugas kelompok

yazng diberi bobot sama,

sehingga :

Nilai T = (T1+T2+ ….Tn):n

Nilai Partisipasi ditentukan

berdasarkan:

4 - Menjelaskan sifat-sifat garis kontur.

- Menghitung interval kontur berdasarkan skala

- Membuat garis-garis kontur sesuai dengan

prosedur yang benar.

-

Tes tulis

Tugas

Mandiri

Essay

Terstruktur

Lembar 04

(Terlampir)

5 - Menentukan dan mengukur koordinat titik awal

pengukuran

- Mengukur kemiringan, azimut, benang atas,

benang, bawah dan ketinggian alat dari titik

awal ke titik yang lain

- Mengukur kembali azimut, kemiringan , benang

atas, benang bawah, benang tengah, dan tinggi

alat di titik berikutnya yang terikat dengan titik

awal.

Tugas

Kelompok

Terstruktur

Lembar 05

(Terlampir)

Page 22: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xxii

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

- Menghitung semua koordinat titik-titik

pengukuran (x,y,z) ke dalam tabel perhitungan

- Menghitung koreksi hasil perhitungan koordinat

semua titik.

- Menghitung koordinat titik-titik yang benar

dengan menjumlahkan hasil perhitungan

koordinat titik semula dengan hasil

perhitungan koreksi.

- Mengeplot koordinat titik-titik ke dalam kertas

peta.

- Membuat garis-garis kontur sesuai dengan

prosedur yang benar berdasarkan koordinat

titik-titik yang telah diplot ke dalam peta.

- Jumlah kehadiran kuliah diberi

bobot nilai 0-60 %,

- Keaktifan menjawab

pertanyaan diberi bobot nilai 0-

15%,

- Keaktifan menyampaikan

pendapat diberi bobot nilai (0-

15%),

- Keaktifan bertanya diberi bobot

nilai 0 -10%

6 - Menentukan dan mengukur titik awal

pengukuran

- Mengukur kemiringan, azimut, benang bawah,

benang atas, dan benang tengah, tinggi alat

pada titik-titik di lapangan.

Tugas

Terstruktur

Lembar 06

Kriteria penilaian dilakukan

dengan melihat aspek:

5. Partisipasi: dilakukan dengan

melakukan pengamatan

Page 23: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xxiii

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

- Menghitung koordinat titik- titik di lapangan

dari hasil pengukuran azimut, kemiringan,

benang atas, benang bawah, benang tengah,

dan tinggi alat

- Mencatat jenis penggunaan lahan pada setiap

titik pengukuran dan titik perubahan

penggunaan lahan pada jalur pengukuran yang

dilewati.

- Menghitung koreksi koordinat titik-titik hasil

pengukuran,

- Pengeplotan koordinat titik-titik hasil

perhitungan setelah dikoreksi dan disesuaikan

dengan skala peta yang diinginkan.

- Pengeplotan jenis-jenis penggunaan lahan

sesuai dengan hasil buku catatan lapangan

Kelompok (Terlampir) terhadap aktivitas mahasiswa

(bobot 2)

6. UTS: dilakukan dengan

asesmen pada pertengahan

semester untu mengukur

indikator selama setengah

semester (bobot 2)

7. US: dilakukan pada setiap

akhir semester untuk

mengukur semua indikator

(bobot 3)

8. Tugas: dilakukan pada setiap

indikator (bobot 3)

Nilai Akhir Mahasiswa:

Nilai Partisipasi (2) x Nilai Tugas

(3) x Nilai USS (2) x Nilai US (3)

Page 24: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xxiv

No Indikator

Penilaian

Kriteria Penilaian

Strategi Bentuk Instrumen

dibagi 10.

.

Page 25: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xxv

DAFTAR ISI

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) ............................ ivii

DAFTAR ISI................................................................................................. xxvi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xxvii

BAB I PENGANTAR ...................................................................................... 1

A.Pendahuluan ..................................................................................... 1

1. Deskripsi ........................................................................................... 1

2. Tujuan pembelajaran. ................................................................... 1

B.Materi ............................................................................................... 1

1. Definisi ukur tanah ......................................................................... 1

2. Manfaat ukur tanah ........................................................................ 2

BAB II METODE PENGUKURAN............................................................... 5

A. Pendahuluan.................................................................................. 5

1. Deskripsi ........................................................................................... 5

B. Materi............................................................................................... 5

BAB III POLIGON .......................................................................................... 11

A. Pendahuluan ................................................................................. 11

B. Materi.............................................................................................. 11

1. Deskripsi ........................................................................................... 11

1. Poligon .............................................................................................. 11

2. Pengukuran poligon ....................................................................... 13

3. Rumus urutan koreksi poligon .................................................... 17

4. Kontur ................................................................................................ 18

BAB IV PERHITUNGAN BEDA TINGGI ................................................. 22

A. Pendahuluan ................................................................................. 22

1. Deskripsi ............................................................................................ 22

2. Tujuan ............................................................................................... 22

Page 26: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xxvi

B.Materi ............................................................................................... 22

1. Perhitungan beda tinggi (levelling) ............................................ 22

2. Pembuatan titik detail .................................................................... 24

BAB V PENGUKURAN AZIMUTH DAN KOORDINAT ....................... 28

A. Pendahuluan ................................................................................. 28

1. Deskripsi ........................................................................................... 28

2. Tujuan ............................................................................................... 28

B. Materi.............................................................................................. 28

1. Azimuth ............................................................................................. 28

2. Koordinat .......................................................................................... 28

BAB VI ............................................................................................................. 32

A. Pendahuluan ................................................................................. 32

1. Deskripsi ........................................................................................... 32

2. Tujuan ............................................................................................... 32

B. Materi.............................................................................................. 32

BAB VII MEMBUAT PETA HASIL PENGUKURAN ......................... 50

A. Pendahuluan .................................................................................. 50

1. Deskripsi ........................................................................................... 50

2. Tujuan ............................................................................................... 50

B.Materi ............................................................................................... 50

1. Input data koordinat ke dalam Excel Worksheet................. 51

2. Input titik koordinat di Qgis .......................................................... 52

3. Hasil peta ............................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55

Page 27: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xxvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Handlevel ................................................................... 7

Gambar 2.2. Waterpass .................................................................. 7

Gambar 2.3. Theodolit Sokia DT540............................................... 8

Gambar 2.4. Pengukuran dengan total station ............................... 9

Gambar 3.1. Poligon terbuka dan sempurna .................................. 12

Gambar 3.2. Poligon terbuka dan tidak sempurna ......................... 12

Gambar 3.3. Poligon tertutup .......................................................... 13

Gambar 3.4. Pengukuran jarak mendatar....................................... 14

Gambar 3.5 Pengukuran jarak pada tanah miring ......................... 14

Gambar 3.6. Pengukuran sudut mendatar...................................... 15

Gambar 3.7. Prinsip perhitungan poligon ....................................... 15

Gambar 3.8. Garis kontur ................................................................ 19

Gambar 4.1. Bak ukur ..................................................................... 23

Gambar 4.2. Benang diafragma ...................................................... 23

Gambar 4.3. Cara membaca bak ukur ............................................ 24

Gambar 4.4. Pengukuran jarak dengan theodolit ......... ............. .... 24

Gambar 4.5. Pengukuran beda tinggi.......................... ............. ...... 25

Gambar 5.1. Azimuth....................................................................... 28

Gambar 5.2. Rumus trigonometri ................................................... 29

Gambar 5.3. Perhitungan koordinat B di kuadran 1.......... ............. 29

Gambar 5.4. Perhitungan koordinat B di kuadran 2 ......... ............. 30

Gambar 5.5. Perhitungan koordinat B di kuadran 3......... .............. 30

Gambar 5.6. Perhitungan koordinat B di kuadran 4......... .............. 31

Gambar 6.1. Peralatan di dalam box Sokkia DT540 ........ ............. 33

Gambar 6.2. Bagian theodolit 1 ..................................................... 34

Gambar 6.3. Bagian theodolit 2 ..................................................... 35

Gambar 6.4. Theodolit dan tripot ................................................... 37

Page 28: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

xxviii

Gambar 6.5. Box theodolit .............................................................. 37

Gambar 6.6. Memasang tripot ....................................................... 38

Gambar 6.7. Plumb bomb .............................................................. 37

Gambar 6.8. Pemasangan kaki tripod ........................................... 39

Gambar 6.9. Memasang theodolit pada tripot ............................... 38

Gambar 6.10. Mengencangkan baut pesawat pada tripot ............. 39

Gambar 6.11. Buka tutup lensa ...................................................... 39

Gambar 6.12. Melihat paku dengan centering ............................... 40

Gambar 6.13. Menggunakan kompas untuk setting arah utara .... 40

Gambar 6.14. Setting arah utara ..................................................... 41

Gambar 6.15. Setting nivo .............................................................. 41

Gambar 6.17. Posisi nivo sempurna ............................................... 42

Gambar 6.18. Centering kedua ....................................................... 43

Gambar 6.19. Menyalakan layar monitor ........................................ 43

Gambar 6.20. Setting sudut horisontal ........................................... 44

Gambar 6.21. Setting sudut vertikal ............................................... 44

Gambar 6.22. Theodolit siap digunakan ........................................ 45

Gambar 7.1. Input koordinat X dan Y ............................................. 51

Gambar 7.2. Simpan project ........................................................... 51

Gambar 7.3. Pilih file ....................................................................... 52

Gambar 7.4. Kotak dialog ................................................................ 52

Gambar 7.5. Input data excel .......................................................... 53

Gambar 7.6. Pilih sistem proyeksi .................................................. 53

Gambar 7.7. Muncul titik ................................................................ 54

Gambar 7.8. Denah ........................................................................ 54

Page 29: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

1

BAB I

PENGANTAR

A. Pendahuluan

1. Deskripsi

Bab ini menjelaskan definisi, posisi ilmu ukur tanah dalam geodesi

dan macam pekerjaan ilmu ukur tanah.

2. Tujuan pembelajaran.

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep ilmu ukur tanah

B. Materi

1. Definisi ukur tanah

Ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara

pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai

keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah

yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan bumi dapat

diabaikan. Pengukuran digunakan untuk menentukan unsur-unsur (jarak

dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup,

sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala tertentu

(Wongsotjitro, 1980).

Tujuan dasar dari ilmu ukur tanah mengacu pada tujuan praktis

dari ilmu geodesi, yaitu mempelajari cara melakukan pengukuran di

atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tak beraturan. Untuk

memudahkan pengukuran, dibuatlah bidang perantara. Bidang

perantara tersebut adalah datar. Meski permukaan bumi lengkung tapi

dianggap datar karena permukaan bumi yang diukur itu tidak lebih

panjang dari 50 km.

Page 30: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

2

Pengukuran dalam ilmu ukur tanah dilakukan terhadap detil-detil

alam maupun buatan manusia yang meliputi posisi horizontal (x,y) dan

vertikal (z). Pengukuran berdasarkan tujuan dibagi menjadi:

a. engineering surveying,

b. military surveying,

c. mining surveying,

d. geological surveying,

e. archeological surveying.

Pengukuran berdasarkan luas cakupan dibedakan menjadi

pengukuran area kecil dan pengukuran area besar.

a. Pengukuran area kecil (plane surveying)

Luas area pengukuran dibawah 37 37 km. Rupa bumi dianggap

datar sehingga unsur kelengkungannya dapat diabaikan.

b. Pengukuran area besar (geodetic surveying)

Luas area pengukuran diatas 37 x 37 km. Pada pengukuran ini,

unsur kelengkungan bumi diperhitungkan.

2. Manfaat ukur tanah

Ilmu ukur tanah berperan dalam melaksanakan kegiatan

pengambilan data di lapangan sampai proses pengamatan lokasi,

menganalisa bentuk permukaan tanah dan menyajikan hasil pengukuran

dalam bentuk gambar ataupun dalam bentuk yang lainnya. Ilmu Ukur

Tanah atau “Surveying” merupakan kegiatan penentuan kedudukan titik-

titik atau penggambaran keadaan fisik yang terdapat di permukaan bumi.

Kegiatan ini meliputi pengukuran jarak, pengukuran sudut atau

arah, pengukuran beda tinggi, pengukuran topografi serta untuk

menghitung luas permukaan tanah. Dari data yang diperoleh, selanjutnya

Page 31: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

3

dilakukan pengolahan data untuk penggambaran peta. Surveying

meliputi 2 pekerjaan yakni

a. Field work, yaitu pengukuran di lapangan dan

b. Office work, yaitu pengolahan data yang diperoleh ataupun

pembuatan peta dari observasi yang diperoleh.

Ukur tanah dapat digunakan untuk:

a. Mencari luas tanah

Luas tanah sangat diperlukan untuk keperluan jual beli, penentuan

pajak dan perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan,

rencana pengairan dan rencana transmigrasi

b. Mengetahui beda tinggi tanah

Sebelum mendirikan bangunan, terlebih dahulu harus diketahui tinggi

permukaan tanah dan rencana perataan tanahnya sehingga dapat

dihitung urugan dan galian tanah yang diperlukan. Selain itu juga

untuk menentukan ketinggian suatu bangunan sebagai pedoman

ketinggian lantai dan sebagainya.

c. Pembuatan peta

Untuk memberi petunjuk berapa jauh antara tempat A ke tempat B

maka harus dibuat sket jalan dari tempat A ke tempat B. Gambar sket

tersebut walaupun tidak sempurna dinamakan peta.

Pemerintah mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi

bahkan setiap negara mempunyai gambar daerahnya yang disebut

peta. Peta tersebut digambar berdasarkan hasil pengukuran tanah

maupun fotogrametrik.

d. Perencanaan bangunan

Page 32: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

4

Bila akan mendirikan rumah, maka harus ada ijin bangunan dari dinas

pertanahan. Pada setiap rencana pembangunan daerah, pembuatan

jalan, rencana irigasi terlebih dahulu tanah yang akan dibangun harus

diukur dan disahkan oleh pemerintah daerah. Pekerjaan ukur tanah

merupakan hal penting dalam merencanakan bangunan karena

memudahkan penghitungan rencana biaya.

Page 33: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

5

BAB II

METODE PENGUKURAN

A. Pendahuluan

1. Deskripsi

Bab ini menjelaskan metode yang digunakan untuk perhitungan,

pengolahan dan koreksi data dalam ukur tanah adalah

2. Tujuan pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan metode yang digunakan untuk

perhitungan, pengolahan dan koreksi data dalam ukur tanah.

B. Materi

Pemetaan merupakan suatu gambaran yang ada dari

permukaan bumi yang digambarkan di bidang datar dalam proyeksi

tertentu. Peta disajikan dengan cara yang bermacam-macam. Ada

peta konvesional hingga peta yang dapat tampil di sistem proyeksi.

Secara umum peta merupakan gambaran dari permukaan bumi

yang digambarkan dengan bidang datar serta diperkecil pada skala

tertentu.

Metode perolehan data secara terestris adalah strategi atau

teknik perolehan data tentang obyek atau fenomena yang ada di

muka bumi dengan cara kontak langsung atau mengukur secara

langsung pada obyek atau fenomena kajian tersebut. Dalam

pemetaan suatu wilayah, pengukuran secara terestrial umumnya

terdiri atas pengukuran jarak, pengukuran sudut horizontal

(azimuth), pengukuran sudut vertikal (kemiringan), dan pengukuran

perbedaan elevasi (sipat datar).

Page 34: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

6

Metode terestrial menggunakan alat yang berpangkal di tanah

seperti theodolit, total station, waterpass dan pita ukur. Dengan

kemajuan iptek, perolehan data secara terestrial dapat dilakukan

secara lebih cepat dengan metode yang lebih canggih, yang

disebut metode ekstra-terestrial. Ekstra terestris menggunakan alat

tidak berpangkal di tanah seperti wahana satelit, pesawat,

echosounder, side scan sonar dan sub-bottom profilling.

Metode ekstra-terestrial yang paling populer saat ini adalah

survei dan pemetaan dengan menggunakan GPS (Global

Positioning System). GPS adalah sistem radio navigasi dan

penentuan posisi menggunakan satelit. Nama formalnya adalah

NAVSTAR GPS, yaitu kependekan dari Navigation Satellite Timing

And Ranging Global Positioning System. Satelit ini dimiliki dan

dikelola oleh Amerika Serikat.

Metode yang digunakan untuk perhitungan, pengolahan dan

koreksi data dalam ukur tanah adalah:

a. pengukuran dengan alat ukur sederhana

Pengukuran pada alat ukur sederhana dilakukan dengan

mengukur jarak secara langsung (agar teliti sebaiknya pakai pita

ukur baja). Dilakukan pelurusan apabila jarak yang diukur

melebihi pita ukur dan permukaan tanah tidak mendatar. Agar

kedudukan pita ukur benar-benar horizontal maka menggunakan

hand level seperti gambar di bawah ini:

Page 35: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

7

Gambar 2.1. Handlevel

b. pengukuran dengan waterpass

Waterpass digunakan untuk mengetahui jarak, sudut horizontal

dan beda tinggi. Waterpass tidak dapat mengukur sudut vertikal

sehingga tidak cocok untuk pengukuran daerah terjal.

Gambar 2.2. Waterpass

c. Pengukuran dengan theodolit,

Theodolit digunakan untuk mengukur jarak, beda tinggi, sudut

vertikal dan juga sudut horizontal. Theodolit mampu mengukur

daerah landai maupun terjal.

Hand level

A

d1

d2

d3 d4

B

D3

D2

D1

d= d1+d

2+d

3+d

4

Page 36: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

8

Gambar 2.3. Theodolit Sokia DT540

Jurusan Pendidikan Geografi menggunakan theodolit Sokia

DT540 dengan spesifikasi:

1). Pembesaran lensa: 30 x

2). Ketelitian 5”, 7”, 9”

3). Objective Apperture 45 mm (1,8 in)

4). Layar LCD 7 digit x 2 garis backlight

5). Berat 4,1 Kg

6). Power supply 4x AA

7). Battery lama pengoperasian 150 jam

d. Total station.

Total station adalah instrumen optik yang digunakan dalam

survey modern. Total station adalah kombinasi dari theodolite

elektronik (transit), alat pengukur jarak elektronik (EDM) dan

perangkat lunak yang berjalan pada komputer eksternal, seperti

laptop atau pengumpul data GPS dan perangkat lunak SIG.

Kelebihan menggunakan total station adalah:

1). Upaya mengurangi kesalahan dari manusia seperti kesalahan

pencatatan data

2). Aksesibilitas ke sistem basis komputer

3). Mempercepat proses pengambilan data

Page 37: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

9

4). Memberikan kemudahan dalam pengambilan data.

Sistem satuan yang digunakan dalam ukur tanah yakni:

a. satuan ukuran panjang,

b. satuan ukuran luas, dan

satuan luas dipakai m2, ha/km2

1 ha = 10.000 m2

1 km2 = 1.000.000 m2

c. satuan sudut

satuan ukuran sudut = 1/360 (= o)

Satuan derajat dibagi lagi

1O = 60 menit (=60’)

1’’ = 60 detik (= 60”)

Istilah yang perlu diketahui dalam ukur tanah, diantaranya adalah:

1. Garis vertikal

Garis yang menuju ke pusat bumi.

2. Bidang mendatar

Bidang tegak lurus pada garis vertikal pada setiap titik. Bidang

horisontal ini melengkung mengikuti bentuk permukaan laut.

Gambar 2.4. Pengukuran dengan total station

Page 38: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

10

3. Datum

Bidang yang digunakan sebagai referensi ketinggian. Contoh:

permukaan laut rata-rata (MSL = Mean Sea Level).

4. Mean sea level (MSL)

Hasil rata-rata dari pengukuran permukaan laut tiap jam selama

jangka waktu yang lama (min 1 tahun)

5. Elevasi

Jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum

6. Bench march

Titik tetap (biasanya berbentuk patok beton) yang telah

diketahui elevasinya terhadap datum yang dipakai, untuk

pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.

Page 39: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

11

BAB III

POLIGON

A. Pendahuluan

1. Deskripsi

Bab ini menjelaskan tentang poligon pengukuran

2. Tujuan pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan poligon pengukuran.

B. Materi

1. Poligon

Poligon berasal dari kata “poly” yang berarti banyak dan “gono”

yang berarti sudut. Poligon adalah serangkaian garis lurus yang

menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan bumi. Garis-garis

lurus membentuk sudut-sudut pada titik perpotongannya. Dengan

menggunakan polygon, dapat menentukan koordinat beberapa titik

yang letaknya berurutan dan memanjang.

Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui

koordinat dan sudut jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat

titik yang lain diperlukan sudut mendatar dan jarak mendatar, maka

data yang diambil pada pengukuran di lapangan adalah data sudut

mendatar dan jarak mendatar. Selain itu, diperlukan juga penentuan

sudut jurusan dan satu titik yang telah diketahui koordinatnya.

Berdasarkan kepada titik tetap (koordinat yang diketahui) dan

bentuk geometriknya, secara umum poligon dibedakan atas 3 macam,

yakni :

Page 40: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

12

a. Poligon sempurna

Merupakan poligon yang deretan titik-titiknya terikat pada titik-titik

tetap pada awal dan akhir poligon serta diketahui azimuth awal dan

azimuth akhirnya. Hasil ukuran dapat dikontrol dan diketahui

kesalahannya melalui proses hitungan perataan.

b. Poligon lepas atau poligon tidak sempurna

Poligon yang deretan titik-titiknya hanya terikat pada satu titik tetap.

Dalam hal ini, hasil ukuran dan kesalahannya tidak dapat dikontrol.

c. Poligon tertutup

Poligon yang deretan titik-titiknya terikat pada satu titik tetap yang

berfungsi sebagai titik awal sekaligus titik akhir, hasil pengukuran

dapat dikontrol dan diketahui kesalahannya.

Gambar 3.1. Poligon terbuka dan sempurna

Gambar 3.2. Poligon terbuka dan tidak sempurna

Page 41: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

13

Syarat pengukuran poligon yang harus dipenuhi adalah :

1). Mempunyai koordinat awal dan akhir

2). Mempunyai azimuth awal dan akhir

2. Pengukuran poligon

a. Pengukuran jarak mendatar

Pengukuran jarak mendatar pada poligon dapat ditentukan dengan

cara:

- mekanis (dengan menggunakan pita ukur) dan

- optis (seperti pada pengukuran sipat datar).

Bagian ini menjelaskan metode pengukuran jarak dengan

menggunakan pita ukur. Pengukuran jarak dengan menggunakan

pita ukur harus memperhatikan permukaan tanah yang akan diukur.

Pengukuran jarak pada tanah mendatar, seperti pada gambar

berikut

Gambar 3.3. Poligon tertutup

Page 42: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

14

Caranya :

1). Skala nol pita ukur diletakkan tepat berimpit di atas pusat

tanda titik A,

2). Pita ukur ditarik dengan kuat agar keadaannya benar-benar

lurus, tidak melengkung,

b. Himpitkan skala pita ukur lainnya di atas pusat tanda titik B,

maka bacaan skala inilah yang merupakan jarak antara titik A

dan titik B.

c. Pengukuran jarak pada tanah miring,

Pengukuran pada tanah miring dilakukan seperti pada gambar

berikut:

Caranya :

1). Jika permukaan tanahnya relatif miring, maka pengukuran

jarak dibagi dalam beberapa pias (pada gambar di atas bagi

dua pias),

Gambar 3.4. Pengukuran jarak mendatar

Gambar 3.5. Pengukuran jarak pada tanah miring

Page 43: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

15

2). Skala nol diimpitkan di atas titik A (biasanya dengan

menggunakan bantuan unting-unting), tarik agar pita dalam

keadaan datar sampai berimpit dengan titik 1, maka diperoleh

d1,

3). Dengan cara yang sama, jarak diukur dari titik 1 sampai titik B,

hingga didapat d2,. Maka : dAB = d1 + d2.

d. Pengukuran sudut mendatar

Sudut adalah selisih antara dua arah yang berlainan. Yang

dimaksud dengan arah atau jurusan adalah besarnya bacaan

lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu teropong diarahkan

ke jurusan tertentu.

Seperti pada gambar berikut:

Prinsip hitungan poligon bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.6. Pengukuran sudut mendatar

Gambar 3.7. Prinsip perhitungan poligon

Page 44: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

16

Diketahui :

Koordinat titik A, sudut jurusan αA1 diukur di lapangan. Jarak

datar dA1, sudut mendatar β1 diketahui, hitung:

koordinat titik 1 (X1, Y1), koordinat titik 2 (X2, Y2)

Tahapan hitungan:

Menghitung koordinat titik 1:

Jika koordinat titik 1 diketahui, maka koordinat titik 2 dapat

dihitung menggunakan m koordinat titik 1, apabila d12 dan αA1

diketahui. d12 dapat diukur dan biasanya sudut yang diukur di

lapangan adalah sudut mendatar β1. α12 dapat dihitung dari αA1

dan β1

α12 = {( αA1+ 180˚) + β1 } – 360˚

= αA1 + β1 - 180˚

maka koordinat titik 2 :

X2 = X1 + ∆X12 Y2 = Y1 + ∆Y12

X2 = X1 + d12 Sin α12 Y2 = Y2 + d12 Cos α12

Demikian pula untuk menghitung titik-titik selanjutnya dapat

dilakukan secara bertahap dan berurutan menggunakan data

koordinat titik sebelumnya. Sudut jurusan titik selanjutnya, dapat

dihitung menggunakan α12 dan sudut mendatar yang diukur di titik

tersebut.

X1 = XA + ∆XA1 Y1 = YA + ∆YA1

X1 = XA + dA1 Sin αA1 Y1 = YA + dA1 Cos αA1

Page 45: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

17

3. Rumus urutan koreksi poligon

a. Kesalahan penutup sudut

Total Error = X – X’

= (Σ sudut dalam ) – (n-2)180°

Error = Total Error / n

Keterangan:

X = jumlah sudut observasi

X’ = sudut sebenarnya

n = jumlah titik

b. Adjusted (∆X) dan (∆Y)

C-∆ Xmn = – ∑ ( ∆ X ) / ∑d × dmn

C-∆ Ymn = – ∑ ( ∆ Y ) / ∑d × dmn

Keterangan :

C-∆ Xmn = koreksi absis

∑ ( ∆ X ) = jumlah jarak ditinjau dari sumbu X

∑d = jumlah jarak

dmn = panjang satu sisi

C-∆ Ymn = koreksi ordinat

∑ ( ∆ Y ) = jumlah jarak ditinjau dari sumbu Y

c. Toleransi

Toleransi pengukuran dalam polygon adalah:

T = i √n

Dimana :

i = skala terkecil bacaan pada alat thedolit (ketelitiannya)

n = jumlah titik yang diukur

Rumus Mencari Azimuth

αBC = αAB + sudut B – 180° , atau

αBC = αAB – sudut B + 180°

NB : dalam penggunaannya tergantung keadaan

Page 46: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

18

d. Rumus mencari titik koordinat

XB = XA + ∆ X AB

YB = YA + ∆ Y AB

Keterangan :

Xm = absis titik m

∆ X AB = jarak A ke B ditinjau dari sumbu X (Departure)

Ym = latitude

∆ YAB = jarak A ke B ditinjau dari sumbu Y (Latitude)

4. Kontur

a. Pengertian kontur

Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang

berketinggian sama dari permukaan laut. Kontur memiliki sifat

yaitu:

1). Satu garis kontur mewakili suatu ketinggian tertentu

2). Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur

yang lebih tinggi.

3). Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang

4). Kontur mempunyai interval tertentu (misal 1 m, 5 m, 25 m,

dst.)

5). Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan

bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang

menandakan permukaan bumi yang landai.

6). Rangkain garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan

punggungan gunung.

7). Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” terbalik

menandakan suatu lembah/jurang.

Page 47: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

19

8). Kontur dapat mempunyai nilai positif (+), nol (0), atau pun

negatif (-).

9). Pada jalan yang lurus dan menurun, maka kontur cembung ke

arah turun.

10). Pada sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung ke

arah turun.

11). Kontur tidak memotong bangunan atau melewati tungan di

dalam bangunan.

b. Interval kontur

Dalam penarikan garis antara kontur yang satu dengan kontur

yang lain didasarkan pada besarnya perbedaan ketinggian antara

kedua buah kontur yang berdekatan dan perbedaan ketinggian

tersebut disebut dengan “interval kontur“ (contour interval). Untuk

menentukan besarnya interval kontur, rumus umum yang digunakan

yaitu :

Interval kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter).

Contoh:

Peta kontur yang dikehendaki skalanya 1:5.000, berarti interval

konturnya : 1/2000 x 5.000 (m) = 2,5 m.

Gambar 3.8. Garis Kontur

Page 48: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

20

Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu

dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan

untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian

yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka

puluhan atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang

dikehendaki.

Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran

titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya

angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur

yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m

dan seterusnya. Sedangkan untuk interval kontur 5 m, maka besarnya

kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan

seterusnya. Untuk interval kontur 25 m, maka besarnya kontur yang

dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan

seterusnya.

Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi)

antara besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai

kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati

beberapa kontur, tetapi dapat juga, tidak ada kontur yang melewati dua

titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka

ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin

banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang berarti

daerah tersebut lerengnya terjal. Sebaliknya, semakin kecil perbedaan

angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka

semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut

lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut,

dapat diketahui bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan,

Page 49: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

21

apakah berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau

datar.

c. Penggunaan kontur

Adapun kegunaan utama dari peta kontur yaitu:

1). Memberikan profil permukaan (tinggi sampai dengan

rendah) tanah.

2). Menggambarkan potongan vertikal

3). Menempatkan proyek dan menggambarkan perpotongan

dari permukaan-permukaan.

4). Membuat trase jalan raya/kereta api

5). Membuat allignment saluran irigasi.

Page 50: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

22

BAB IV

PERHITUNGAN BEDA TINGGI

A. Pendahuluan

1. Deskripsi

Bab ini menjelaskan tentang perhitungan beda tinggi antara 2

titik

2. Tujuan pembelajaran

Mahasiswa paham menghitung beda tinggi antara 2 titik.

B. Materi

1. Perhitungan beda tinggi (levelling)

Beda tinggi didefinisikan sebagai perbedaan ketinggian antar

dua titik atau lebih. Beda tinggi dapat diukur dengan cara sipat

datar (levelling), yang merupakan suatu metoda penentuan tinggi

relatif dari beberapa titik di atas datum atau di bawah suatu bidang

acuan tersebut sebagai referensi. Pada kenyataanya pengukuran

beda tinggi adalah penentuan vertikal dari titik tersebut dengan

garis penyipat datar alat yang ditempatkan di atas statif.

Dalam aplikasi praktis, levelling dilakukan dengan bantuan

theodolit dan bak ukur. Bak ukur atau rambu berasal dari

aluminimum, mempunyai panjang 3 m, 4 m dan 5 m. Cara

memegangnya harus vertikal (bila perlu memakai base plate).

Page 51: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

23

Rambu ukur dibaca dengan cara:

Dimana:

BA = Benang atas

BT = Benang tengah

BB = Benang bawah

Untuk mengkoreksi bacaan rambu ukur dapat dihitung

menggunakan rumus: 2 x BT = BA +BB

Gambar 4.1. Bak Ukur

Gambar 4.2. Benang diafragma

BT

BA

BB

Page 52: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

24

2. Pembuatan titik detail

Unsur yang diukur dalam pembuatan titik adalah pembacaan

rambu ukur (BA,BT,BB), sudut vertikal dan sudut horisontal atau sudut

jurusan (azimuth). Titik detail yang diukur, dipilih sedemikian rupa

sehingga kekurangan data dapat diminimalisasi, baik untuk

menggambarkan posisi bangunan atau jalan maupun untuk

menggambarkan garis kontur.

Pengukuran jarak menggunakan theodolit dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 4.3. Cara membaca bak ukur

Gambar 4.4. Pengukuran jarak dengan theodolit

Page 53: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

25

Dimana

TP = tinggi pesawat

BA = bacaan benang atas

BT = bacaan benang tengah

BB = bacaan benang bawah

α = sudut vertikal

Jarak dari A ke B adalah

D = 100 (BA-BB)

Dengan catatan sudut vertikal = 90o

Pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua titik adalah

sebagai berikut:

Jika = sudut vertikal dan lebih kecil dari 90o maka perhitungan

akan seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.5. Pengukuran beda tinggi

Beda tinggi = ΔH

ΔH = TP + D tan - BT

Bila < 90o maka D tan adalah positif

Elevasi B = elevasi A + ΔH

Terkadang dalam melakukan penghitungan levelling ada

kesalahan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh:

Page 54: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

26

1). Kesalahan perorangan dan alat

Kesalahan dalam levelling karena human error yaitu:

a). Kekeliruan dalam membaca angka pada rambu ukur dapat

diatasi dengan membaca ketiga benang diafragma.

b). Kekeliruan penulis dalam mencatat data ukur.

c). Kesalahan pemegang rambu ketika menempatkan rambu

di atas titik sasaran.

2). Sedangkan kesalahan dari alat meliputi :

a). Garis bidik tidak sejajar dengan garis nivo. Hal ini dapat

dihindarkan dengan menempatkan alat di tengah-tengah

rambu belakang dan rambu muka (dp=dm) atau usahakan

jumlah jarak rambu belakang = jumlah jarak muka.

b). Kesalahan karena garis nol skala dan kemiringan rambu.

Misalnya letak garis nol skala pada rambu A dan B tidak

benar, maka hasil pembacaan pada rambu A harus

dikoreksi Ka dan pada rambu B sebesar Kb. Misalnya

dalam keadaan rambu tegak pembacaan akan

menunjukkan angka a, sedangkan pembacaan pada

waktu rambu miring sebesar α. Dari penelitian pengaruh

miringnya rambu tidak dapat dihilangkan sehingga untuk

mendapatkan hasil beda tinggi yang lebih baik haruslah

digunakan nivo rambu yang baik.

3). Kesalahan yang bersumber pada alam

Adapun beberapa kesalahan yang bersumber dari alam yaitu:

a). Kesalahan karena melengkungnya sinar (refraksi). Dalam

hal ini, sinar cahaya yang datang dari rambu ke alat

penyipat datar karena melalui lapisan-lapisan udara yang

Page 55: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

27

berbeda baik kepadatan, tekanan maupun suhunya, maka

sinar yang datang tidak lurus melainkan melengkung.

b). Kesalahan karena melengkungnya bumi.

c). Kesalahan karena masuknya statif alat penyipat datar ke

dalam tanah. Hal ini dapat memberi pengaruh pada hasil

pengukuran. Pengaruh masuknya statif penyipat datar ke

dalam tanah dapat dihilangkan dengan cara pengukuran

sebagai berikut:

Baca rambu belakang, kemudian rambu muka. Setelah itu

alat penyipat datar dipindah. Lalu baca rambu muka,

kemudian rambu belakang.

d). Kesalahan karena panasnya sinar matahari dan geratan

udara. Hal ini akan menimbulkan perubahan pada

gelembung nivo sehingga mengakibatkan kesalahan pada

hasil pengukuran. Oleh karena itu, untuk menghindari hal

tersebut pada waktu pengukuran alat penyipat datar harus

dilindungi dengan payung atau pengukuran dilakukan

pada saat lapisan udara tenang yaitu waktu pagi dan

sore.

Page 56: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

28

BAB V

PENGUKURAN AZIMUTH DAN KOORDINAT

A. Pendahuluan

1. Deskripsi

Bab ini menjelaskan cara mengukur azimuth dan koordinat

lapangan

2. Tujuan pembelajaran

Mahasiswa paham mengukur azimuth dan sudut vertikal

B. Materi

1. Azimuth

Azimuth merupakan sudut yang dihitung dari arah utara (diperoleh

dengan kompas), searah jarum jam sampai ke arah yang dimaksud

2. Koordinat

Azimuth yang telah terhitung akan digunakan untuk menghitung

koordinat. Besaran yang diperlukan untuk menghitung koordinat

adalah azimuth, jarak antara dua titik dan koordinat awal. Untuk

menghitung koordinat, kita bisa memakai rumus trigonometris,

sebagai berikut

Gambar 5.1. Azimuth

Page 57: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

29

Gambar 5.2. Rumus trigonometri

Dimana Sin = 𝑏

𝑐

Cos = 𝑎

𝑐 dan

Tan = 𝑎

𝑏

Perhitungan koordinat titik setiap kuadran disajikan dalam

gambar berikut:

a. Koordinat di kuadran 1

Gambar 5.3. Perhitungan koordinat di kuadran 1

Jika = sudut horisontal, maka koordinat titik B adalah sebagai

berikut:

Xb = X

a + d

ab . sin

Yb = Y

a + d

ab . cos

Page 58: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

30

b. Koordinat di kuadran 2

Gambar 5.4. Perhitungan koordinat B di kuadran 2

Jika = sudut horisontal, maka koordinat titik B adalah

sebagai berikut:

c. Koordinat di kuadran 3

Gambar 5.5. Perhitungan koordinat B di kuadran 3

Xb = X

a + d

ab . sin (180- )

Yb = Y

a + d

ab . cos (180- )

Page 59: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

31

Jika = sudut horisontal, maka koordinat titik B adalah sebagai

berikut:

d. Koordinat di kuadran 4

Gambar 5.6. Perhitungan koordinat B di kuadran 4

Jika = sudut horisontal, maka koordinat titik B adalah

sebagai berikut

Xb = X

a + d

ab . sin (270- )

Yb = Y

a + d

ab . cos (270- )

Xb = X

a + d

ab . sin (360- )

Yb = Y

a + d

ab . cos (360- )

Page 60: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

32

BAB VI

SETTING THEODOLIT

A. Pendahuluan

1. Deskripsi

Bab ini menjelaskan cara setting theodolit

2. Tujuan pembelajaran

Mahasiswa paham cara setting theodolit

B. Materi

Theodolit yang dimiliki Jurusan S1 Pendidikan Geografi FISH

Unesa adalah Theodolit Sokkia DT540. Berikut adalah peralatan yang

tersimpan dalam box theodolit:

a. Theodolit

b. Carrying case

c. Plumb bob

d. Tool pouch

e. Battere

f. Vinyl cover

g. Cleaning cloth

h. Operator’s manual

Page 61: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

33

Gambar 6.1. Peralatan di dalam theodolit box Sokkia DT540

Page 62: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

34

Gambar 6.2. Bagian theodolit 1

Page 63: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

35

Gambar 6.3. bagian theodolit 2

Page 64: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

36

Langkah-langkah setting theodolit adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Menyiapkan theodolit dan tripod

Gambar 6.4. Theodolit dan tripot

b. Membuka box theodolit yang berisi DT main unit (10 with lens cap),

plumb bob, tool pouch, AA batteries, vinyl cover, cleaning cloth, dan

operator manual.

Gambar 6.5. Box theodolit

Page 65: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

37

c. Memasang tripot dengan posisi ketiga kaki tripot memiliki panjang

yang sama sehingga ketika pesawat diletakkan di atasnya memiliki

posisi datar

Gambar 6.6. Memasang tripot

d. Memasang plumb bob dan menepatkan plumb bob sesuai

dengan titik pengamatan yang ditentukan. Titik awal

pengukuran ditandai dengan paku payung.

Gambar 6.7. Plump bob

Page 66: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

38

e. Setelah tripot sudah terpasang dan menancap kuat, pasang

theodolit diletakkan di atas tripot.

Gambar 6.8. Pemasangan kaki tripot

f. Setelah meletakkan pesawat pada tripot kemudian kencangkan

baut di bawah pesawat.

Gambar 6.9. Memasang theodolit pada tripot

Page 67: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

39

g. Setelah pesawat sudah dikunci dengan baut, maka selanjutnya

adalah membuka tutup lensa pada pesawat.

Gambar 6.10. Mengencangkan baut pesawat pada tripod

h. Kemudian, lihat paku lewat centering. Jika paku tidak tepat,

tepatkan pakunya dengan sekrup penyetel.

Gambar 6.11. Buka tutup lensa

Page 68: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

40

i. Menentukan arah utara dengan menggunakan kompas.

Gambar 6.12. Melihat paku dengan centering

j. Apabila theodolit telah sesuai dengan arah utara, kunci badan

pesawat.

Gambar 6.13. Menggunakan kompas untuk setting arah utara

Page 69: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

41

k. Lihat nivo bulat. Jika gelembung dalam nivo bulat tidak berada di

tengah maka alat dalam posisi miring. Untuk mengetahui posisi

alat yang lebih tinggi, lihat gelembung pada nivo bulat. Jika nivo

bulat berada di timur, posisi alat tersebut lebih tinggi di timur,

sehingga kaki sebelah timur harus dipendekkan.

Gambar 6.14. Setting arah utara

l. Lihat nivo bulat. Jika gelembung dalam nivo bulat tidak berada di

tengah maka alat dalam posisi miring. Untuk mengetahui posisi

alat yang lebih tinggi, lihat gelembung pada nivo bulat. Jika nivo

bulat berada di timur, posisi alat tersebut lebih tinggi di timur,

sehingga kaki sebelah timur harus dipendekkan.

Gambar 6.15. Setting nivo

Page 70: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

42

m. Posisi gelembung di nivo bulat berada di tengah menunjukkan

bahwa alat sudah dalam keadaan agak horisontal. Agar lebih

menepatkan posisi horisontal perlu ditepatkan dengan

menggunakan nivo tabung. Di bawah teodolit terdapat 3 skrup

penyetel. Beri nama skrup A, B dan C. Atur gelembung udara

pada nivo tabung agar berada di tengah dengan memutar 2

sekrup penyetel. Misalnya sekrup A dan B. Kemudian, lihat posisi

gelembungnya. Jika tidak di tengah, berarti posisi alat masih

belum level dan harus ditengahkan lagi dengan mengatur skrup

B dan C. Begitu seterusmya sampai nivo tabung berada di

tengah.

Gambar 6.17. Posisi nivo sempurna

n. Lihat centering. Jika paku sudah berada tepat di lingkaran kecil,

maka alat sudah tepat di atas titik awal pengukuran. Tetapi jika

belum, setting theodolit dimulai dari awal lagi. Jika paku

mendekati center, maka putar penghalus pesawat agar paku

tepat di tengah-tengah. Jika paku tidak terlihat di centering, harus

dilakukan setting theodolit mulai dari awal.

Page 71: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

43

Gambar 6.18. Centering kedua

o. Setelah selesai, tentukan titik acuan atau azimuthnya yaitu

0o00’00”, jangan lupa mengunci sekrup penggerak horisontal.

Nyalakan layar dengan tombol power.

Gambar 6.19. Menyalakan layar monitor

Page 72: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

44

p. Nyalakan layar dengan tombol power. Lalu setting sudut

horisontal pada 0o00’00” dan tekan tombol [0 SET] 2 x

Gambar 6.20. Setting sudut horisontal

q. Tekan tombol [V/%] untuk menampilkan pembacaan sudut

vertikal.

Gambar 6.21. Setting sudut vertikal

Page 73: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

45

r. Jika sudah muncul angka, maka posisikan lensa ke arah

90º00’00’’ dan horizontal di angka 0 set.

s. Theodoloit siap digunakan.

Gambar 6.22. Theodolit siap digunakan

2. Pengukuran di lapangan

Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu dibuat sketsa

area yang akan diukur dan menyiapkan form pengukuran seperti

berikut ini

Page 74: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

46

Form Survey

DATA PENGUKURAN LAPANGAN

Tanggal :

Lokasi :

Surveyor :

Sketsa Lokasi :

No

Titik

ke

Titik

B

A

B

T

B

B

Panjan

g

(m)

Sud

ut

Hori

zont

al

Sudut

Vertik

al

Keteranga

n

Page 75: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

47

3. Perhitungan

Setelah melakukan pengukuran titik-titik pengukuran di lapangan

dengan theodolit, maka yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan

perhitungan menggunakan data-data yang diperoleh. Hal-hal yang

dihitung antara lain jarak vertikal (d’), jarak horizontal (d), dan

koordinat titik yang diamati.

a. Perhitungan panjang

Panjang merupakan selisih antara batas atas dikurangi batas

bawah. Perlu diketahui bahwa satuan yang terbaca di dalam bak

ukur adalah desimeter (dm). Sedangkan satuan baku yang

nantinya diperlukan untuk perhitungan jarak adalah meter (m).

Maka setelah dihitung selisih BA dan BB, maka setelah itu

dikalikan 0,1 untuk mendapatkan selisih dalam satuan meter.

b. Jarak vertikal

Rumusnya:

d’= 100 x L x cosβv

Keterangan :

d’ = Jarak vertikal

100 = konstanta

L = panjang (L) dalam satuan meter

βv = Sudut vertical

Contoh Perhitungan

Diketahui :

T1, dengan L = 0,34, dan sudut vertikal yang tertulis di pesawat

adalah 90o00’55”.

Sudut vertikal yang terbaca di pesawat diubah ke dalam bentuk

sudut desimal.

Page 76: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

48

c. Jarak horisontal

Rumusnya:

D = (d x cos βh)

Keterangan :

d = Jarak horizontal (sesungguhnya)

d’ = Jarak vertikal

Δh = Sudut horizontal

Harga mutlak diperlukan karena harga cosinus bisa dalam bentuk

bilangan negatif. Adapun contoh perhitungannya adalah sebagai

berikut:

d = (d x cos βh)

d = (8,4 meter x cos 331019’45”)

d = (8,4 meter x -0,998)

d = 7, 367 meter

d. Perhitungan koordinat

Rumus – rumus :

X1 = X0 + ΔX .......................................ΔX = d × sin βh

Y1 = Y0 + ΔY.......................................ΔY = d × cos βh

Page 77: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

49

Keterangan :

X0 = Koordinat X titik pesawat

X1 = Koordinat X obyek

Y0 = Koordinat Y titik pesawat

Y1 = Koordinat Y obyek

ΔX = Selisih koordinat X titik pesawat dengan koordinat X obyek

ΔY = Selisih koordinat Y titik pesawat dengan koordinat Y obyek

Contoh perhitungan :

Kita menentukan titik koordinat untuk kedua tiang net tenis (N1).

Diketahui d = 11,392, dan sudut horizontalnya (Δh) = 224o35’26”.

Pesawat theodolit ditempatkan pada koordinat 690770 untuk

koordinat x dan 9191215 untuk koordinat y.

Koordinat x

X1 = X0 + ΔX

= X0 + (d × sin βh )

= 690770 + ( 11,392 × sin 224o35’26” )

= 690770 + ( 11,392 × -0,702)

= 690770 + (-8)

= 690762

Koordinat y

Y1 = Y0 + ΔY

= Y0 + ( d × cos βh)

= 9191215 + (11,392 × cos 224o35’26”)

= 9191215 + (11,392 × -0,712)

= 9191215 + (-8)

= 9191207

Page 78: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

50

BAB VII

MEMBUAT PETA HASIL PENGUKURAN

A. Pendahuluan

1. Deskripsi

Bab ini menjelaskan tentang cara membuat peta hasil pengukuran

di lapangan

2. Tujuan pembelajaran

Mahasiswa paham tahapan penggambaran hasil pengukuran

poligon tertutup

B. Materi

Peta adalah hasil pengukuran dan penyelidikan yang

dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hal-hal

yang bersangkutan dengan permukaan bumi. Unsur yang diukur

dalam pembuatan titik adalah pembacaan rambu ukur (BA,BT,BB),

sudut vertikal dan sudut horisontal atau sudut jurusan (azimuth). Titik

detail yang diukur, dipilih sedemikian rupa sehingga kekurangan data

dapat diminimalisasi, baik untuk menggambarkan posisi bangunan

atau jalan maupun untuk menggambarkan garis kontur.

Penggambaran peta dilakukan dalam 4 tahap yakni:

a. Menggambar titik-titik poligon

b. Menggambar titik-titik detail

c. Menggambar garis tinggi (kontur)

d. Finishing.

Koordinat yang sudah didapat dari hasil perhitungan, diinput ke

Excell.

Page 79: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

51

1. Input data koordinat ke dalam Excel Worksheet

a. Buka Microsoft Office Excel 2010

b. Kemudian muncul lembar kerja

c. Isikan cell pada worksheet data koordinat X dan Y serta kode

objek

Gambar 7.1. Input koordinat X dan Y

d. Save as ke dalam format (MS-DOS)

Gambar 7.2. Simpan project

Page 80: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

52

2. Input titik koordinat di Qgis

a. Membuka aplikasi Qgis dalam versi apapun. Disarankan minimum

versi yang digunakan adalah versi 2.

b. Klik toolbar “New” untuk menjalankan lembar kerja baru.

c. Setelah muncul lembar kerja baru, maka klik Layer > Tambah

Lapisan > Tambah Layer Teks Dengan Pembatasan

(Delimited).

Gambar 7.3. Pilih file

d. Akan muncul kotak dialog sebagaimana berikut.

Gambar 7.4. Kotak dialog

Page 81: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

53

e. Pada kolom Nama Berkas, klik Navigasi kemudian pilih file TXT

yang telah disimpan sebelumnya. Nama lapisan diisi sesuai

dengan apa yang akan dikeluarkan pada peta. Pada kolom

Format Berkas pilih Penyesuain Pembatas, lalu beri tanda cek

pada opsi Tab. Selengkapnya seperti gambar berikut.

Gambar 7.5. Input data excel

f. Klik OK, lalu muncul kotak dialog lagi untuk menentukan sistem

koordinat. Pilih WGS84 UTM zone 49S.

Gambar 7.6. Pilih sistem proyeksi

Page 82: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

54

g. Lalu klik OK. Maka akan muncul titik-titik seperti berikut

Gambar 7.7. Muncul titik

h. Layer siap untuk didigitasi. Untuk menambah shapefile bisa

menggunakan toolbar Layer Shapefile Baru di sisi kiri window, dan

untuk langkah akhir pembuatan peta, menggunakan Project New

Print Composer. Untuk yang perlu didigitasi antara lain: shapefile

titik (obyek-obyek titik), shapefile garis (batas lapangan dan obyek

yang memanjang), dan shapefile poligon (area lapangan).

3. Hasil peta

Gambar 7.8. Denah

Page 83: Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si

55

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Hasanuddin Z., 2002. Survey dengan GPS. Jakarta : Pradnya

Paramita

Abidin Hasanuddin Z., 2008. Penentuan posisi dengan GPS dan

aplikasinya. Jakarta : Pradnya Paramita

Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada Press

Heinz, Frick, 1989, Ilmu dan alat ukur tanah, Yogyakarta : Kanisius

Suyono Sastrodarsono, Masayosi Takasahi, 1997, Pengukuran topografi

dan teknik pemetaan. Jakarta: Pradnya Paramita.