Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si
-
Author
others
-
View
8
-
Download
0
Embed Size (px)
Text of Dr. Muzayanah, MT. Dr. Eko Budianto, M.Si
JUDUL BUKU AJAR MAHASISWAFax. 031 – 8288598
copyright © 2020 Unesa University Press
All right reserved
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang dilarang mengutip
atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun
baik
cetak, fotoprint, microfilm, dan sebagainya, tanpa izin tertulis
dari penerbit
ISBN : 978-602-449-474-2
Ukur Tanah ini. Penulisan buku ajar mahasiswa ini bertujuan
untuk
memudahkan mahasiswa Prodi S1 Pendidikan Geografi FISH dalam
mengikuti mata kuliah Ilmu Ukur Tanah yang diambil pada semester
7.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Unesa yang mendanai
penerbitan buku ajar mahasiswa ini. Penulis menyampaikan
terimakasih
kepada semua pihak yang membantu mendukung penulisan buku
ajar
ini. Penulis menerima masukan dan saran demi penulisan buku
ajar
mahasiswa yang lebih baik lagi. Semoga buku ajar Ilmu Ukur Tanah
ini
bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Prodi S1
Pendidikan
Geografi Unesa.
Program Studi : Pendidikan Geografi
Kode Matakuliah : 27424219
2. Dr. Eko Budianto, M.Si.
Matakuliah
Prasyarat
: SKKNI Permenaker 95 tahun 2017 tentang penetapan standar
kompetensi kerja nasional
Indonesia kategori aktivitas profesional, ilmiah dan teknik
golongan pokok aktivitas arsitektur dan
keinsinyuran; analisis dan uji teknis bidang informasi
geospasial
vi
Deskripsi
: Pemahaman konsep ilmu ukur tanah, pengoperasian theodolit dengan
baik dan benar,
penghitungan koordinat titik, penggambaran peta poligon, pembuatan
peta kontur berdasarkan
hasil pengukuran data di lapangan melalui kerja kelompok.
Pembelajaran dilakukan selama 16x
pertemuan dengan metoda presentasi, diskusi, praktek dan tugas
kelompok. Penilaian dilakukan
dengan tes tertulis, partisipasi dan portofolio.
Capaian
Pembelajaran
Matakuliah
/Kompetensi
: 1. Mampu menguasai konsep teoritis tentang azimut, beda tinggi
dan koordinat untuk menentukan
posisi titik di permukaan bumi.
2. Mampu memetakan data hasil pengukuran dengan terapan
matematis.
3. Mampu memanfaatkan IPTEK untuk membuat peta kontur dan peta
penggunaan lahan.
4. Bertangggung jawab dan disiplin terhadap tugas dan kesepakatan
dengan rekannya
Referensi : 1. Abidin Hasanuddin Z., 2002. Survey dengan GPS.
Jakarta : Pradnya Paramita
2. Abidin Hasanuddin Z., 2008. Penentuan posisi dengan GPS dan
aplikasinya. Jakarta : Pradnya
Paramita
3. Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Press
4. Heinz, Frick, 1989, Ilmu dan alat ukur tanah, Yogyakarta :
Kanisius
5. Suyono Sastrodarsono, Masayosi Takasahi, 1997, Pengukuran
topografi dan teknik pemetaan.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
viii
Pert
em
uan
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
ix
Pert
em
uan
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Waktu
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
Waktu
Teori
atau
Praktek
SKS/
menit
Pendekatan/
Metode/
instrumen
- Membaca sudut kemiringan.
(beda tinggi).
terdiri dari 4 soal, dengan bobot
nilai sebagai berikut.
20 %
20 %
25 %
35 %
koordinatnya.
berdasakan pengukuran kemiringan, benang
atas dan benang bawah.
tinggi.
Nilai Tugas Kelompok Terstruktur
- Komponen penilaian terdiri dari
0 – 30 %
koordinatnya.
atas (Ca), tengah (Ct) dan benang bawah (Cb)
untuk titik yang lain
hasil pengukuran a, b, Ca, Ct, dan Cb.
- Menghitung koreksi kesalahan pengukuran
Tugas
Kelompok
Terstruktur
-Komponen penilaian terdiri dari:
2.Ketepatan hasil penggambaran
mandiri dan Tugas kelompok
yazng diberi bobot sama,
Nilai Partisipasi ditentukan
prosedur yang benar.
pengukuran
benang, bawah dan ketinggian alat dari titik
awal ke titik yang lain
- Mengukur kembali azimut, kemiringan , benang
atas, benang bawah, benang tengah, dan tinggi
alat di titik berikutnya yang terikat dengan titik
awal.
- Menghitung koreksi hasil perhitungan koordinat
semua titik.
dengan menjumlahkan hasil perhitungan
perhitungan koreksi.
peta.
titik-titik yang telah diplot ke dalam peta.
berdasarkan:
15%,
15%),
pengukuran
benang atas, dan benang tengah, tinggi alat
pada titik-titik di lapangan.
Tugas
Kelompok
Terstruktur
benang atas, benang bawah, benang tengah,
dan tinggi alat
titik pengukuran dan titik perubahan
penggunaan lahan pada jalur pengukuran yang
dilewati.
pengukuran,
- Pengeplotan jenis-jenis penggunaan lahan
(bobot 2)
akhir semester untuk
mengukur semua indikator
indikator (bobot 3)
Nilai Akhir Mahasiswa:
(3) x Nilai USS (2) x Nilai US (3)
dibagi 10.
instrumen
- Membaca sudut kemiringan.
(beda tinggi).
terdiri dari 4 soal, dengan bobot
nilai sebagai berikut.
nilai 0 – 20 %
nilai 0 – 20 %
nilai 0 -25 %
nilai 0 – 35 %
2 - Menentukan titik awal pengukuran dan
koordinatnya.
berdasakan pengukuran kemiringan, benang
tinggi.
- Komponen penilaian terdiri dari
0 – 30 %
3 - Menentukan lokasi titik awal pengukuran dan
koordinatnya.
atas (Ca), tengah (Ct) dan benang bawah (Cb)
untuk titik yang lain
hasil pengukuran a, b, Ca, Ct, dan Cb.
- Menghitung koreksi kesalahan pengukuran
- Pengeplotan titik-titik koordinat setelah
2.Ketepatan hasil penggambaran
mandiri dan Tugas kelompok
yazng diberi bobot sama,
Nilai Partisipasi ditentukan
prosedur yang benar.
pengukuran
benang, bawah dan ketinggian alat dari titik
awal ke titik yang lain
- Mengukur kembali azimut, kemiringan , benang
atas, benang bawah, benang tengah, dan tinggi
alat di titik berikutnya yang terikat dengan titik
awal.
Tugas
Kelompok
Terstruktur
- Menghitung koreksi hasil perhitungan koordinat
semua titik.
dengan menjumlahkan hasil perhitungan
perhitungan koreksi.
peta.
titik-titik yang telah diplot ke dalam peta.
- Jumlah kehadiran kuliah diberi
15%,
15%),
pengukuran
benang atas, dan benang tengah, tinggi alat
pada titik-titik di lapangan.
dari hasil pengukuran azimut, kemiringan,
benang atas, benang bawah, benang tengah,
dan tinggi alat
titik pengukuran dan titik perubahan
penggunaan lahan pada jalur pengukuran yang
dilewati.
pengukuran,
- Pengeplotan jenis-jenis penggunaan lahan
Kelompok (Terlampir) terhadap aktivitas mahasiswa
(bobot 2)
akhir semester untuk
mengukur semua indikator
indikator (bobot 3)
Nilai Akhir Mahasiswa:
(3) x Nilai USS (2) x Nilai US (3)
xxiv
DAFTAR
ISI.................................................................................................
xxvi
BAB II METODE
PENGUKURAN...............................................................
5
4. Kontur
................................................................................................
18
A. Pendahuluan
.................................................................................
22
1. Deskripsi
............................................................................................
22
2. Tujuan
...............................................................................................
22
2. Pembuatan titik detail
....................................................................
24
BAB V PENGUKURAN AZIMUTH DAN KOORDINAT .......................
28
A. Pendahuluan
.................................................................................
28
1. Deskripsi
...........................................................................................
28
2. Tujuan
...............................................................................................
28
A. Pendahuluan
..................................................................................
50
1. Deskripsi
...........................................................................................
50
2. Tujuan
...............................................................................................
50
2. Input titik koordinat di Qgis
.......................................................... 52
3. Hasil peta
.............................................................................
54
Gambar 2.4. Pengukuran dengan total station
............................... 9
Gambar 3.1. Poligon terbuka dan sempurna
.................................. 12
Gambar 3.2. Poligon terbuka dan tidak sempurna
......................... 12
Gambar 3.3. Poligon tertutup
.......................................................... 13
Gambar 3.4. Pengukuran jarak
mendatar....................................... 14
Gambar 3.5 Pengukuran jarak pada tanah miring
......................... 14
Gambar 3.6. Pengukuran sudut
mendatar...................................... 15
Gambar 3.7. Prinsip perhitungan poligon
....................................... 15
Gambar 3.8. Garis kontur
................................................................
19
Gambar 4.1. Bak ukur
.....................................................................
23
Gambar 4.2. Benang diafragma
...................................................... 23
Gambar 4.3. Cara membaca bak ukur
............................................ 24
Gambar 4.4. Pengukuran jarak dengan theodolit .........
............. .... 24
Gambar 4.5. Pengukuran beda tinggi..........................
............. ...... 25
Gambar 5.1.
Azimuth.......................................................................
28
Gambar 5.3. Perhitungan koordinat B di kuadran 1..........
............. 29
Gambar 5.4. Perhitungan koordinat B di kuadran 2 .........
............. 30
Gambar 5.5. Perhitungan koordinat B di kuadran 3.........
.............. 30
Gambar 5.6. Perhitungan koordinat B di kuadran 4.........
.............. 31
Gambar 6.1. Peralatan di dalam box Sokkia DT540 ........
............. 33
Gambar 6.2. Bagian theodolit 1
..................................................... 34
Gambar 6.3. Bagian theodolit 2
..................................................... 35
Gambar 6.4. Theodolit dan tripot
................................................... 37
Gambar 6.8. Pemasangan kaki tripod
........................................... 39
Gambar 6.9. Memasang theodolit pada tripot
............................... 38
Gambar 6.10. Mengencangkan baut pesawat pada tripot .............
39
Gambar 6.11. Buka tutup lensa
...................................................... 39
Gambar 6.12. Melihat paku dengan centering
............................... 40
Gambar 6.13. Menggunakan kompas untuk setting arah utara ....
40
Gambar 6.14. Setting arah utara
..................................................... 41
Gambar 6.15. Setting nivo
..............................................................
41
Gambar 6.17. Posisi nivo sempurna
............................................... 42
Gambar 6.18. Centering kedua
....................................................... 43
Gambar 6.19. Menyalakan layar monitor
........................................ 43
Gambar 6.20. Setting sudut horisontal
........................................... 44
Gambar 6.21. Setting sudut vertikal
............................................... 44
Gambar 6.22. Theodolit siap digunakan
........................................ 45
Gambar 7.1. Input koordinat X dan Y
............................................. 51
Gambar 7.2. Simpan project
...........................................................
51
Gambar 7.3. Pilih file
.......................................................................
52
Gambar 7.4. Kotak dialog
................................................................
52
Gambar 7.5. Input data excel
.......................................................... 53
Gambar 7.6. Pilih sistem proyeksi
.................................................. 53
Gambar 7.7. Muncul titik
................................................................
54
Gambar 7.8. Denah
........................................................................
54
Bab ini menjelaskan definisi, posisi ilmu ukur tanah dalam
geodesi
dan macam pekerjaan ilmu ukur tanah.
2. Tujuan pembelajaran.
B. Materi
Ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk
berbagai
keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada
daerah
yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan bumi
dapat
diabaikan. Pengukuran digunakan untuk menentukan unsur-unsur
(jarak
dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang
cukup,
sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala tertentu
(Wongsotjitro, 1980).
Tujuan dasar dari ilmu ukur tanah mengacu pada tujuan praktis
dari ilmu geodesi, yaitu mempelajari cara melakukan pengukuran
di
atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tak beraturan.
Untuk
memudahkan pengukuran, dibuatlah bidang perantara. Bidang
perantara tersebut adalah datar. Meski permukaan bumi lengkung
tapi
dianggap datar karena permukaan bumi yang diukur itu tidak
lebih
panjang dari 50 km.
alam maupun buatan manusia yang meliputi posisi horizontal (x,y)
dan
vertikal (z). Pengukuran berdasarkan tujuan dibagi menjadi:
a. engineering surveying,
b. military surveying,
c. mining surveying,
d. geological surveying,
e. archeological surveying.
pengukuran area kecil dan pengukuran area besar.
a. Pengukuran area kecil (plane surveying)
Luas area pengukuran dibawah 37 37 km. Rupa bumi dianggap
datar sehingga unsur kelengkungannya dapat diabaikan.
b. Pengukuran area besar (geodetic surveying)
Luas area pengukuran diatas 37 x 37 km. Pada pengukuran ini,
unsur kelengkungan bumi diperhitungkan.
2. Manfaat ukur tanah
pengambilan data di lapangan sampai proses pengamatan lokasi,
menganalisa bentuk permukaan tanah dan menyajikan hasil
pengukuran
dalam bentuk gambar ataupun dalam bentuk yang lainnya. Ilmu
Ukur
Tanah atau “Surveying” merupakan kegiatan penentuan kedudukan
titik-
titik atau penggambaran keadaan fisik yang terdapat di permukaan
bumi.
Kegiatan ini meliputi pengukuran jarak, pengukuran sudut atau
arah, pengukuran beda tinggi, pengukuran topografi serta
untuk
menghitung luas permukaan tanah. Dari data yang diperoleh,
selanjutnya
3
meliputi 2 pekerjaan yakni
b. Office work, yaitu pengolahan data yang diperoleh ataupun
pembuatan peta dari observasi yang diperoleh.
Ukur tanah dapat digunakan untuk:
a. Mencari luas tanah
pajak dan perencanaan pengembangan daerah, rencana jalan,
rencana pengairan dan rencana transmigrasi
b. Mengetahui beda tinggi tanah
Sebelum mendirikan bangunan, terlebih dahulu harus diketahui
tinggi
permukaan tanah dan rencana perataan tanahnya sehingga dapat
dihitung urugan dan galian tanah yang diperlukan. Selain itu
juga
untuk menentukan ketinggian suatu bangunan sebagai pedoman
ketinggian lantai dan sebagainya.
c. Pembuatan peta
Untuk memberi petunjuk berapa jauh antara tempat A ke tempat
B
maka harus dibuat sket jalan dari tempat A ke tempat B. Gambar
sket
tersebut walaupun tidak sempurna dinamakan peta.
Pemerintah mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten,
propinsi
bahkan setiap negara mempunyai gambar daerahnya yang disebut
peta. Peta tersebut digambar berdasarkan hasil pengukuran
tanah
maupun fotogrametrik.
4
Bila akan mendirikan rumah, maka harus ada ijin bangunan dari
dinas
pertanahan. Pada setiap rencana pembangunan daerah, pembuatan
jalan, rencana irigasi terlebih dahulu tanah yang akan dibangun
harus
diukur dan disahkan oleh pemerintah daerah. Pekerjaan ukur
tanah
merupakan hal penting dalam merencanakan bangunan karena
memudahkan penghitungan rencana biaya.
2. Tujuan pembelajaran
perhitungan, pengolahan dan koreksi data dalam ukur tanah.
B. Materi
permukaan bumi yang digambarkan di bidang datar dalam
proyeksi
tertentu. Peta disajikan dengan cara yang bermacam-macam. Ada
peta konvesional hingga peta yang dapat tampil di sistem
proyeksi.
Secara umum peta merupakan gambaran dari permukaan bumi
yang digambarkan dengan bidang datar serta diperkecil pada
skala
tertentu.
teknik perolehan data tentang obyek atau fenomena yang ada di
muka bumi dengan cara kontak langsung atau mengukur secara
langsung pada obyek atau fenomena kajian tersebut. Dalam
pemetaan suatu wilayah, pengukuran secara terestrial umumnya
terdiri atas pengukuran jarak, pengukuran sudut horizontal
(azimuth), pengukuran sudut vertikal (kemiringan), dan
pengukuran
perbedaan elevasi (sipat datar).
seperti theodolit, total station, waterpass dan pita ukur.
Dengan
kemajuan iptek, perolehan data secara terestrial dapat
dilakukan
secara lebih cepat dengan metode yang lebih canggih, yang
disebut metode ekstra-terestrial. Ekstra terestris menggunakan
alat
tidak berpangkal di tanah seperti wahana satelit, pesawat,
echosounder, side scan sonar dan sub-bottom profilling.
Metode ekstra-terestrial yang paling populer saat ini adalah
survei dan pemetaan dengan menggunakan GPS (Global
Positioning System). GPS adalah sistem radio navigasi dan
penentuan posisi menggunakan satelit. Nama formalnya adalah
NAVSTAR GPS, yaitu kependekan dari Navigation Satellite
Timing
And Ranging Global Positioning System. Satelit ini dimiliki
dan
dikelola oleh Amerika Serikat.
koreksi data dalam ukur tanah adalah:
a. pengukuran dengan alat ukur sederhana
Pengukuran pada alat ukur sederhana dilakukan dengan
mengukur jarak secara langsung (agar teliti sebaiknya pakai
pita
ukur baja). Dilakukan pelurusan apabila jarak yang diukur
melebihi pita ukur dan permukaan tanah tidak mendatar. Agar
kedudukan pita ukur benar-benar horizontal maka menggunakan
hand level seperti gambar di bawah ini:
7
dan beda tinggi. Waterpass tidak dapat mengukur sudut
vertikal
sehingga tidak cocok untuk pengukuran daerah terjal.
Gambar 2.2. Waterpass
daerah landai maupun terjal.
Jurusan Pendidikan Geografi menggunakan theodolit Sokia
DT540 dengan spesifikasi:
3). Objective Apperture 45 mm (1,8 in)
4). Layar LCD 7 digit x 2 garis backlight
5). Berat 4,1 Kg
7). Battery lama pengoperasian 150 jam
d. Total station.
laptop atau pengumpul data GPS dan perangkat lunak SIG.
Kelebihan menggunakan total station adalah:
1). Upaya mengurangi kesalahan dari manusia seperti kesalahan
pencatatan data
3). Mempercepat proses pengambilan data
9
Sistem satuan yang digunakan dalam ukur tanah yakni:
a. satuan ukuran panjang,
1 ha = 10.000 m2
1 km2 = 1.000.000 m2
Satuan derajat dibagi lagi
1O = 60 menit (=60’)
1’’ = 60 detik (= 60”)
1. Garis vertikal
2. Bidang mendatar
Bidang tegak lurus pada garis vertikal pada setiap titik.
Bidang
horisontal ini melengkung mengikuti bentuk permukaan laut.
Gambar 2.4. Pengukuran dengan total station
10
4. Mean sea level (MSL)
Hasil rata-rata dari pengukuran permukaan laut tiap jam
selama
jangka waktu yang lama (min 1 tahun)
5. Elevasi
6. Bench march
diketahui elevasinya terhadap datum yang dipakai, untuk
pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
11
2. Tujuan pembelajaran
B. Materi
1. Poligon
Poligon berasal dari kata “poly” yang berarti banyak dan
“gono”
yang berarti sudut. Poligon adalah serangkaian garis lurus
yang
menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan bumi.
Garis-garis
lurus membentuk sudut-sudut pada titik perpotongannya. Dengan
menggunakan polygon, dapat menentukan koordinat beberapa
titik
yang letaknya berurutan dan memanjang.
Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah
diketahui
koordinat dan sudut jurusannya. Karena untuk menentukan
koordinat
titik yang lain diperlukan sudut mendatar dan jarak mendatar,
maka
data yang diambil pada pengukuran di lapangan adalah data
sudut
mendatar dan jarak mendatar. Selain itu, diperlukan juga
penentuan
sudut jurusan dan satu titik yang telah diketahui
koordinatnya.
Berdasarkan kepada titik tetap (koordinat yang diketahui) dan
bentuk geometriknya, secara umum poligon dibedakan atas 3
macam,
yakni :
12
Merupakan poligon yang deretan titik-titiknya terikat pada
titik-titik
tetap pada awal dan akhir poligon serta diketahui azimuth awal
dan
azimuth akhirnya. Hasil ukuran dapat dikontrol dan diketahui
kesalahannya melalui proses hitungan perataan.
b. Poligon lepas atau poligon tidak sempurna
Poligon yang deretan titik-titiknya hanya terikat pada satu titik
tetap.
Dalam hal ini, hasil ukuran dan kesalahannya tidak dapat
dikontrol.
c. Poligon tertutup
Poligon yang deretan titik-titiknya terikat pada satu titik tetap
yang
berfungsi sebagai titik awal sekaligus titik akhir, hasil
pengukuran
dapat dikontrol dan diketahui kesalahannya.
Gambar 3.1. Poligon terbuka dan sempurna
Gambar 3.2. Poligon terbuka dan tidak sempurna
13
1). Mempunyai koordinat awal dan akhir
2). Mempunyai azimuth awal dan akhir
2. Pengukuran poligon
cara:
Bagian ini menjelaskan metode pengukuran jarak dengan
menggunakan pita ukur. Pengukuran jarak dengan menggunakan
pita ukur harus memperhatikan permukaan tanah yang akan
diukur.
Pengukuran jarak pada tanah mendatar, seperti pada gambar
berikut
14
Caranya :
1). Skala nol pita ukur diletakkan tepat berimpit di atas
pusat
tanda titik A,
lurus, tidak melengkung,
b. Himpitkan skala pita ukur lainnya di atas pusat tanda titik
B,
maka bacaan skala inilah yang merupakan jarak antara titik A
dan titik B.
Pengukuran pada tanah miring dilakukan seperti pada gambar
berikut:
Caranya :
jarak dibagi dalam beberapa pias (pada gambar di atas bagi
dua pias),
Gambar 3.5. Pengukuran jarak pada tanah miring
2). Skala nol diimpitkan di atas titik A (biasanya dengan
menggunakan bantuan unting-unting), tarik agar pita dalam
keadaan datar sampai berimpit dengan titik 1, maka diperoleh
d1,
3). Dengan cara yang sama, jarak diukur dari titik 1 sampai titik
B,
hingga didapat d2,. Maka : dAB = d1 + d2.
d. Pengukuran sudut mendatar
dimaksud dengan arah atau jurusan adalah besarnya bacaan
lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu teropong
diarahkan
ke jurusan tertentu.
Gambar 3.6. Pengukuran sudut mendatar
Gambar 3.7. Prinsip perhitungan poligon
Koordinat titik A, sudut jurusan αA1 diukur di lapangan.
Jarak
datar dA1, sudut mendatar β1 diketahui, hitung:
koordinat titik 1 (X1, Y1), koordinat titik 2 (X2, Y2)
Tahapan hitungan:
Jika koordinat titik 1 diketahui, maka koordinat titik 2
dapat
dihitung menggunakan m koordinat titik 1, apabila d12 dan αA1
diketahui. d12 dapat diukur dan biasanya sudut yang diukur di
lapangan adalah sudut mendatar β1. α12 dapat dihitung dari
αA1
dan β1
= αA1 + β1 - 180
X2 = X1 + d12 Sin α12 Y2 = Y2 + d12 Cos α12
Demikian pula untuk menghitung titik-titik selanjutnya dapat
dilakukan secara bertahap dan berurutan menggunakan data
koordinat titik sebelumnya. Sudut jurusan titik selanjutnya,
dapat
dihitung menggunakan α12 dan sudut mendatar yang diukur di
titik
tersebut.
X1 = XA + dA1 Sin αA1 Y1 = YA + dA1 Cos αA1
17
a. Kesalahan penutup sudut
Total Error = X – X’
= (Σ sudut dalam ) – (n-2)180°
Error = Total Error / n
Keterangan :
∑d = jumlah jarak
c. Toleransi
T = i √n
n = jumlah titik yang diukur
Rumus Mencari Azimuth
αBC = αAB – sudut B + 180°
NB : dalam penggunaannya tergantung keadaan
18
XB = XA + X AB
YB = YA + Y AB
Xm = absis titik m
X AB = jarak A ke B ditinjau dari sumbu X (Departure)
Ym = latitude
YAB = jarak A ke B ditinjau dari sumbu Y (Latitude)
4. Kontur
yaitu:
2). Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis
kontur
yang lebih tinggi.
3). Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang
4). Kontur mempunyai interval tertentu (misal 1 m, 5 m, 25 m,
dst.)
bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang
menandakan permukaan bumi yang landai.
6). Rangkain garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan
punggungan gunung.
menandakan suatu lembah/jurang.
8). Kontur dapat mempunyai nilai positif (+), nol (0), atau
pun
negatif (-).
9). Pada jalan yang lurus dan menurun, maka kontur cembung ke
arah turun.
10). Pada sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung
ke
arah turun.
dalam bangunan.
yang lain didasarkan pada besarnya perbedaan ketinggian
antara
kedua buah kontur yang berdekatan dan perbedaan ketinggian
tersebut disebut dengan “interval kontur“ (contour interval).
Untuk
menentukan besarnya interval kontur, rumus umum yang
digunakan
yaitu :
Contoh:
konturnya : 1/2000 x 5.000 (m) = 2,5 m.
Gambar 3.8. Garis Kontur
dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m.
Sedangkan
untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan
ketinggian
yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya
angka
puluhan atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur
yang
dikehendaki.
Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan
penyebaran
titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka
besarnya
angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis
kontur
yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90
m
dan seterusnya. Sedangkan untuk interval kontur 5 m, maka
besarnya
kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m
dan
seterusnya. Untuk interval kontur 25 m, maka besarnya kontur
yang
dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan
seterusnya.
antara besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan
besarnya nilai
kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat
dilewati
beberapa kontur, tetapi dapat juga, tidak ada kontur yang melewati
dua
titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan
angka
ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka
semakin
banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang
berarti
daerah tersebut lerengnya terjal. Sebaliknya, semakin kecil
perbedaan
angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut,
maka
semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah
tersebut
lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur
tersebut,
dapat diketahui bentuk medan (relief) dari daerah yang
digambarkan,
21
datar.
rendah) tanah.
dari permukaan-permukaan.
5). Membuat allignment saluran irigasi.
22
titik
B. Materi
Beda tinggi didefinisikan sebagai perbedaan ketinggian antar
dua titik atau lebih. Beda tinggi dapat diukur dengan cara
sipat
datar (levelling), yang merupakan suatu metoda penentuan
tinggi
relatif dari beberapa titik di atas datum atau di bawah suatu
bidang
acuan tersebut sebagai referensi. Pada kenyataanya pengukuran
beda tinggi adalah penentuan vertikal dari titik tersebut
dengan
garis penyipat datar alat yang ditempatkan di atas statif.
Dalam aplikasi praktis, levelling dilakukan dengan bantuan
theodolit dan bak ukur. Bak ukur atau rambu berasal dari
aluminimum, mempunyai panjang 3 m, 4 m dan 5 m. Cara
memegangnya harus vertikal (bila perlu memakai base plate).
23
Dimana:
Gambar 4.1. Bak Ukur
Gambar 4.2. Benang diafragma
rambu ukur (BA,BT,BB), sudut vertikal dan sudut horisontal atau
sudut
jurusan (azimuth). Titik detail yang diukur, dipilih sedemikian
rupa
sehingga kekurangan data dapat diminimalisasi, baik untuk
menggambarkan posisi bangunan atau jalan maupun untuk
menggambarkan garis kontur.
gambar berikut:
25
Dimana
D = 100 (BA-BB)
Pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua titik
adalah
sebagai berikut:
Jika = sudut vertikal dan lebih kecil dari 90o maka
perhitungan
akan seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.5. Pengukuran beda tinggi
Beda tinggi = ΔH
Bila < 90o maka D tan adalah positif
Elevasi B = elevasi A + ΔH
Terkadang dalam melakukan penghitungan levelling ada
kesalahan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh:
26
Kesalahan dalam levelling karena human error yaitu:
a). Kekeliruan dalam membaca angka pada rambu ukur dapat
diatasi dengan membaca ketiga benang diafragma.
b). Kekeliruan penulis dalam mencatat data ukur.
c). Kesalahan pemegang rambu ketika menempatkan rambu
di atas titik sasaran.
2). Sedangkan kesalahan dari alat meliputi :
a). Garis bidik tidak sejajar dengan garis nivo. Hal ini
dapat
dihindarkan dengan menempatkan alat di tengah-tengah
rambu belakang dan rambu muka (dp=dm) atau usahakan
jumlah jarak rambu belakang = jumlah jarak muka.
b). Kesalahan karena garis nol skala dan kemiringan rambu.
Misalnya letak garis nol skala pada rambu A dan B tidak
benar, maka hasil pembacaan pada rambu A harus
dikoreksi Ka dan pada rambu B sebesar Kb. Misalnya
dalam keadaan rambu tegak pembacaan akan
menunjukkan angka a, sedangkan pembacaan pada
waktu rambu miring sebesar α. Dari penelitian pengaruh
miringnya rambu tidak dapat dihilangkan sehingga untuk
mendapatkan hasil beda tinggi yang lebih baik haruslah
digunakan nivo rambu yang baik.
3). Kesalahan yang bersumber pada alam
Adapun beberapa kesalahan yang bersumber dari alam yaitu:
a). Kesalahan karena melengkungnya sinar (refraksi). Dalam
hal ini, sinar cahaya yang datang dari rambu ke alat
penyipat datar karena melalui lapisan-lapisan udara yang
27
b). Kesalahan karena melengkungnya bumi.
c). Kesalahan karena masuknya statif alat penyipat datar ke
dalam tanah. Hal ini dapat memberi pengaruh pada hasil
pengukuran. Pengaruh masuknya statif penyipat datar ke
dalam tanah dapat dihilangkan dengan cara pengukuran
sebagai berikut:
kemudian rambu belakang.
udara. Hal ini akan menimbulkan perubahan pada
gelembung nivo sehingga mengakibatkan kesalahan pada
hasil pengukuran. Oleh karena itu, untuk menghindari hal
tersebut pada waktu pengukuran alat penyipat datar harus
dilindungi dengan payung atau pengukuran dilakukan
pada saat lapisan udara tenang yaitu waktu pagi dan
sore.
28
lapangan
B. Materi
1. Azimuth
dengan kompas), searah jarum jam sampai ke arah yang dimaksud
2. Koordinat
koordinat. Besaran yang diperlukan untuk menghitung koordinat
adalah azimuth, jarak antara dua titik dan koordinat awal.
Untuk
menghitung koordinat, kita bisa memakai rumus trigonometris,
sebagai berikut
gambar berikut:
Gambar 5.3. Perhitungan koordinat di kuadran 1
Jika = sudut horisontal, maka koordinat titik B adalah
sebagai
berikut:
Gambar 5.4. Perhitungan koordinat B di kuadran 2
Jika = sudut horisontal, maka koordinat titik B adalah
sebagai berikut:
Gambar 5.5. Perhitungan koordinat B di kuadran 3
X b = X
berikut:
Gambar 5.6. Perhitungan koordinat B di kuadran 4
Jika = sudut horisontal, maka koordinat titik B adalah
sebagai berikut
2. Tujuan pembelajaran
B. Materi
Unesa adalah Theodolit Sokkia DT540. Berikut adalah peralatan
yang
tersimpan dalam box theodolit:
34
35
36
1. Persiapan
a. Menyiapkan theodolit dan tripod
Gambar 6.4. Theodolit dan tripot
b. Membuka box theodolit yang berisi DT main unit (10 with lens
cap),
plumb bob, tool pouch, AA batteries, vinyl cover, cleaning cloth,
dan
operator manual.
c. Memasang tripot dengan posisi ketiga kaki tripot memiliki
panjang
yang sama sehingga ketika pesawat diletakkan di atasnya
memiliki
posisi datar
dengan titik pengamatan yang ditentukan. Titik awal
pengukuran ditandai dengan paku payung.
Gambar 6.7. Plump bob
theodolit diletakkan di atas tripot.
Gambar 6.8. Pemasangan kaki tripot
f. Setelah meletakkan pesawat pada tripot kemudian kencangkan
baut di bawah pesawat.
39
adalah membuka tutup lensa pada pesawat.
Gambar 6.10. Mengencangkan baut pesawat pada tripod
h. Kemudian, lihat paku lewat centering. Jika paku tidak
tepat,
tepatkan pakunya dengan sekrup penyetel.
Gambar 6.11. Buka tutup lensa
40
Gambar 6.12. Melihat paku dengan centering
j. Apabila theodolit telah sesuai dengan arah utara, kunci
badan
pesawat.
41
k. Lihat nivo bulat. Jika gelembung dalam nivo bulat tidak berada
di
tengah maka alat dalam posisi miring. Untuk mengetahui posisi
alat yang lebih tinggi, lihat gelembung pada nivo bulat. Jika
nivo
bulat berada di timur, posisi alat tersebut lebih tinggi di
timur,
sehingga kaki sebelah timur harus dipendekkan.
Gambar 6.14. Setting arah utara
l. Lihat nivo bulat. Jika gelembung dalam nivo bulat tidak berada
di
tengah maka alat dalam posisi miring. Untuk mengetahui posisi
alat yang lebih tinggi, lihat gelembung pada nivo bulat. Jika
nivo
bulat berada di timur, posisi alat tersebut lebih tinggi di
timur,
sehingga kaki sebelah timur harus dipendekkan.
Gambar 6.15. Setting nivo
m. Posisi gelembung di nivo bulat berada di tengah
menunjukkan
bahwa alat sudah dalam keadaan agak horisontal. Agar lebih
menepatkan posisi horisontal perlu ditepatkan dengan
menggunakan nivo tabung. Di bawah teodolit terdapat 3 skrup
penyetel. Beri nama skrup A, B dan C. Atur gelembung udara
pada nivo tabung agar berada di tengah dengan memutar 2
sekrup penyetel. Misalnya sekrup A dan B. Kemudian, lihat
posisi
gelembungnya. Jika tidak di tengah, berarti posisi alat masih
belum level dan harus ditengahkan lagi dengan mengatur skrup
B dan C. Begitu seterusmya sampai nivo tabung berada di
tengah.
Gambar 6.17. Posisi nivo sempurna
n. Lihat centering. Jika paku sudah berada tepat di lingkaran
kecil,
maka alat sudah tepat di atas titik awal pengukuran. Tetapi
jika
belum, setting theodolit dimulai dari awal lagi. Jika paku
mendekati center, maka putar penghalus pesawat agar paku
tepat di tengah-tengah. Jika paku tidak terlihat di centering,
harus
dilakukan setting theodolit mulai dari awal.
43
0o00’00”, jangan lupa mengunci sekrup penggerak horisontal.
Nyalakan layar dengan tombol power.
Gambar 6.19. Menyalakan layar monitor
44
p. Nyalakan layar dengan tombol power. Lalu setting sudut
horisontal pada 0o00’00” dan tekan tombol [0 SET] 2 x
Gambar 6.20. Setting sudut horisontal
q. Tekan tombol [V/%] untuk menampilkan pembacaan sudut
vertikal.
45
r. Jika sudah muncul angka, maka posisikan lensa ke arah
90º00’00’’ dan horizontal di angka 0 set.
s. Theodoloit siap digunakan.
2. Pengukuran di lapangan
area yang akan diukur dan menyiapkan form pengukuran seperti
berikut ini
dengan theodolit, maka yang dilakukan selanjutnya adalah
melakukan
perhitungan menggunakan data-data yang diperoleh. Hal-hal
yang
dihitung antara lain jarak vertikal (d’), jarak horizontal (d),
dan
koordinat titik yang diamati.
bawah. Perlu diketahui bahwa satuan yang terbaca di dalam bak
ukur adalah desimeter (dm). Sedangkan satuan baku yang
nantinya diperlukan untuk perhitungan jarak adalah meter (m).
Maka setelah dihitung selisih BA dan BB, maka setelah itu
dikalikan 0,1 untuk mendapatkan selisih dalam satuan meter.
b. Jarak vertikal
Keterangan :
βv = Sudut vertical
Diketahui :
T1, dengan L = 0,34, dan sudut vertikal yang tertulis di
pesawat
adalah 90o00’55”.
Sudut vertikal yang terbaca di pesawat diubah ke dalam bentuk
sudut desimal.
Keterangan :
bilangan negatif. Adapun contoh perhitungannya adalah sebagai
berikut:
d = (8,4 meter x cos 331019’45”)
d = (8,4 meter x -0,998)
d = 7, 367 meter
Y1 = Y0 + ΔY.......................................ΔY = d × cos
βh
49
Keterangan :
X1 = Koordinat X obyek
Y1 = Koordinat Y obyek
ΔX = Selisih koordinat X titik pesawat dengan koordinat X
obyek
ΔY = Selisih koordinat Y titik pesawat dengan koordinat Y
obyek
Contoh perhitungan :
Kita menentukan titik koordinat untuk kedua tiang net tenis
(N1).
Diketahui d = 11,392, dan sudut horizontalnya (Δh) =
224o35’26”.
Pesawat theodolit ditempatkan pada koordinat 690770 untuk
koordinat x dan 9191215 untuk koordinat y.
Koordinat x
= 690770 + ( 11,392 × -0,702)
= 9191215 + (11,392 × -0,712)
di lapangan
poligon tertutup
B. Materi
dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai
hal-hal
yang bersangkutan dengan permukaan bumi. Unsur yang diukur
dalam pembuatan titik adalah pembacaan rambu ukur (BA,BT,BB),
sudut vertikal dan sudut horisontal atau sudut jurusan (azimuth).
Titik
detail yang diukur, dipilih sedemikian rupa sehingga kekurangan
data
dapat diminimalisasi, baik untuk menggambarkan posisi
bangunan
atau jalan maupun untuk menggambarkan garis kontur.
Penggambaran peta dilakukan dalam 4 tahap yakni:
a. Menggambar titik-titik poligon
b. Menggambar titik-titik detail
d. Finishing.
Excell.
51
a. Buka Microsoft Office Excel 2010
b. Kemudian muncul lembar kerja
c. Isikan cell pada worksheet data koordinat X dan Y serta
kode
objek
Gambar 7.2. Simpan project
a. Membuka aplikasi Qgis dalam versi apapun. Disarankan
minimum
versi yang digunakan adalah versi 2.
b. Klik toolbar “New” untuk menjalankan lembar kerja baru.
c. Setelah muncul lembar kerja baru, maka klik Layer >
Tambah
Lapisan > Tambah Layer Teks Dengan Pembatasan
(Delimited).
Gambar 7.4. Kotak dialog
53
e. Pada kolom Nama Berkas, klik Navigasi kemudian pilih file
TXT
yang telah disimpan sebelumnya. Nama lapisan diisi sesuai
dengan apa yang akan dikeluarkan pada peta. Pada kolom
Format Berkas pilih Penyesuain Pembatas, lalu beri tanda cek
pada opsi Tab. Selengkapnya seperti gambar berikut.
Gambar 7.5. Input data excel
f. Klik OK, lalu muncul kotak dialog lagi untuk menentukan
sistem
koordinat. Pilih WGS84 UTM zone 49S.
Gambar 7.6. Pilih sistem proyeksi
54
g. Lalu klik OK. Maka akan muncul titik-titik seperti berikut
Gambar 7.7. Muncul titik
menggunakan toolbar Layer Shapefile Baru di sisi kiri window,
dan
untuk langkah akhir pembuatan peta, menggunakan Project New
Print Composer. Untuk yang perlu didigitasi antara lain:
shapefile
titik (obyek-obyek titik), shapefile garis (batas lapangan dan
obyek
yang memanjang), dan shapefile poligon (area lapangan).
3. Hasil peta
Gambar 7.8. Denah
Paramita
aplikasinya. Jakarta : Pradnya Paramita
Mada Press
Heinz, Frick, 1989, Ilmu dan alat ukur tanah, Yogyakarta :
Kanisius
Suyono Sastrodarsono, Masayosi Takasahi, 1997, Pengukuran
topografi
dan teknik pemetaan. Jakarta: Pradnya Paramita.