Upload
adri-arief
View
502
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
POTENSI DAN NETWORKING SERTA STRATEGI PEMASARAN PRODUKSI KEPITING CANGKANG LUNAK (SOFT SHELL
CRABS) MELALUI PENDEKATAN KLUSTER1)
Oleh :
Dr. Andi Adri Arief, S.Pi,M.Si2)
PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia
dengan luas perairan laut termasuk zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI)
sekitar 5.8 juta kilometer persegi atau 75% dari total wilayah Indonesia. Wilayah
laut tersebut ditaburi lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai
sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang di dunia setelah Kanada. Di
sepanjang pantai tersebut, yang potensil sebagai lahan tambak ± 1.2 juta Ha.
Penggunaan sebagai tambak, baru 300.000 Ha (Dahuri, 2005). Untuk Sulawesi
Selatan dengan luas wilayah 62.482,54 Km2, memiliki panjang garis pantai
mencapai 2.500 Km, memiliki potensi lahan tambak sebesar 150.000 Ha dan
potensi perikanan laut sebesar 620.400 ton/tahun yang terdiri atas; Selat Makassar
(307.380 ton/tahun), Laut Flores (168.780 ton/tahun) dan Teluk Bone sebesar
144.320 ton/tahun (Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah SulSel, 2006;
http://www.bppmd-sulsel.go.id. Diakses : 20 September 2008)
Besarnya potensi kelautan dan perikanan yang dimiliki, maka sector ini
diproyeksikan menjadi prime mover (penggerak utama) perekenomian
masyarakat serta sector adalan dalam pembangunan di Sulawesi Selatan.
Implementasi dari konteks yang dimaksud maka Pemerintah Provinsi telah
mencanangkan 10 komoditas unggulan bidang kelautan dan perikanan yang
meliputi; udang, kepiting, rumput laut, tuna/cakalang, kakap/kerapu, telur ikan
1 Disajikan dalam Pelatihan Kaji Terap (ARE) untuk Mata Pencaharian Alternatif pada Komoditas Kepiting Lunak (soft shell crabs). Maros, 27 September 2008.
2.Staf Pengajar Jurusan Perikanan, Program Studi Sosial Ekonomi, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
terbang, teripang, kekerangan, banding dan ikan mas (HKTI Sulawesi Selatan,
2007).
POTENSI KEPITING
Kepiting dapat ditemukan di sepanjang pantai Indonesia. Ada dua jenis
kepiting yang memiliki nilai komersil, yakni kepiting bakau dan rajungan. Di
dunia, kepiting bakau sendiri terdiri atas 4 spesies dan keempatnya ditemukan di
Indonesia. Oleh karena itu, jika dilihat dari prospek, maka komoditas kepiting di
Indonesia pada umumnya dan Sulawesi Selatan pada khususnya, sangat
menjajikan dalam konteks bisnis (usaha) termasuk juga pertimbangan peluang
pasar baik dalam maupun pasar luar (ekspor) yang sangat menjanjikan. Sebagai
contoh untuk pasar ekspor, kebutuhan restoran-restoran Amerika Serikat setiap
bulannya mencapai 450 ton, sementara produksi kepiting nasional dari sector
budidaya baru mampu memberikan kontribusi sebesar 1 ton setiap bulannya3.
Padahal Negara tujuan ekspor tentunya bukan hanya Amerika tetapi juga Jepang,
Hongkong, Korea Selatan, Taiwan termasuk Cina dan sejumlah Negara di
Kawasan Eropa. Harga ekspornya mencapai US$ 4,61/kg dalam bentuk beku
(frozen) dan harga dalam negeri sekitar Rp 42.000/kg (Katalog Produk: Kepiting
Tulang Lunak ; Soft shell Crab, CV. Indo Bahari Perkasa,2008).
Kepiting tersebut diekspor dalam bentuk segar/hidup, beku, maupun
dalam kaleng. Di luar negeri, kepiting merupakan menu restoran yang cukup
bergengsi. Dan pada musim-musim tertentu harga kepiting melonjak karena
permintaan yang juga meningkat terutama pada perayaan-perayaan penting
seperti imlek dan lain-lain. Pertanyaan selanjutnya adalah “mengapa kepiting
banyak diminati?” ternyata daging kepiting, tidak saja lezat tetapi juga
menyehatkan. Daging kepiting mengandung nutrisi penting bagi kehidupan dan
kesehatan. Meskipun mengandung kholesterol, makanan ini rendah kandungan
lemak jenuh, merupakan sumber Niacin, Folate, dan Potassium yang baik, dan
merupakan sumber protein, Vitamin B12, Phosphorous, Zinc, Copper, dan
3 Berdasarkan catatan KADIN (Kamar Dagang Indonesia), Sulawesi Selatan selama ini hanya menyumbang sekitar 538,92 ton atau 2,9 persen dari total ekspor kepiting Indonesia yaitu sebanyak 18.848 ton. (Majalah Demersial, 2007: http://www.dkp.go.id. Diakses 20 September 2008). Artinya jumlah tersebut sangat kecil jika dibandingkan potensi kepiting dan potensi wilayah yang dimiliki sehingga peluang membangunkan potensi tambak tidur tersebut untuk budidaya kepiting masih terbuka lebar.
2
Selenium yang sangat baik. Selenium diyakini berperan dalam mencegah kanker
dan pengrusakan kromosom, juga meningkatkan daya tahan terhadap infeksi virus
dan bakteri. Selain itu, Fisheries Research and Development Corporation di
Australia daging kepiting juga mengandung Omega-3 (EPA), Omega-3 (DHA),
dan Omega-6 (AA) yang begitu penting untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak.
(Kandungan Gizi Kepiting, 2007; http://www.kepiting- Lamjabat .go.id . Diakses :
20 September 2008)
NETWORKING
Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat telah
menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk
mewujudkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Aspirasi dan
tuntutan masyarakat itu dilandasi oleh hasrat untuk lebih
berperan serta dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
makmur dan sejahtera. Dalam ekonomi yang makin terbuka,
ekonomi makin berorientasi pada pasar, peluang dari
keterbukaan dan persaingan pasar belum tentu dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan ekonominya
lemah. Dalam keadaan ini harus dicegah terjadinya proses
kesenjangan yang makin melebar, karena kesempatan yang
muncul dari ekonomi yang terbuka hanya dapat dimanfaatkan
oleh wilayah, sektor, dan golongan ekonomi yang lebih maju.
Oleh karena itu, secara khusus perhatian harus diberikan dengan
pemihakan dan pemberdayaan masyarakat melalui
pembangunan ekonomi local melalui jaringan kerjasama
(networking) dalam wujud pola kemitraan (partnership).
Kemitraan didasari atas hubungan antar pelaku yang
bertumpu pada ikatan usaha yang saling menunjang dan saling
menguntungkan serta saling menghidupi berdasarkan asas
kesetaraan dan kebersamaan. Dengan kemitraan diharapkan
dapat menumbuhkan dan menjamin keberlanjutan jaringan
kelembagaan untuk mendukung inisiatif lokal dalam
3
pengembangan mata pencaharian yang menguntungkan secara
ekonomi (Michael, 2000).
Secara sederhana, strategi kemitraan yang dapat
dikembangkan bagi pengembangan budidaya kepiting lunak
adalah suatu pendekatan untuk mendorong aktivitas ekonomi
melalui pembentukan kemitraan masyarakat-swasta-
pemerintah-perguruan tinggi dengan memfokuskan pada
pembangunan aktivitas kluster ekonomi sejenis, sehingga
terbangun keterkaitan (linkage) antara pelaku-pelaku ekonomi
yang terwadaih dalam dimensi yang sama dalam satu wilayah
atau region (perdesaan/kota/kecamatan/kabupaten/propinsi)
dengan market (pasar lokal, nasional dan pasar internasional).
Konteks ini juga merupakan instrumen untuk mendukung
terciptanya : 1). pembangunan ekonomi yang mendayagunakan
sumber daya lokal; 2) peningkatan pendapatan dan penciptaan
peluang lapangan kerja; 3). perencanaan yang terintergrasi -
baik vertikal dengan horizontal maupun sektoral dan regional
(daerah); pemerintahan yang baik (good governance); 4)
peningkatan kapasitas masyarakat melalui pengembangan
inovasi yang dimiliki
Dalam pelaksanaan, terdapat dua strategi inti yang dapat
diformulasikan sedemikian rupa dan memiliki keterkaitan satu
dengan lainnya sebagai berikut :
1. Terfasilitasinya forum kemitraan pada setiap jenjang kepemerintahan dengan melibatkan semua stakeholder (masyarakat, pemerintah, swasta dan perguruan tinggi), untuk berdialog mengenai pembangunan/pengembangan komoditas yang dimaksud. Melalui forum ini, seluruh stakeholder berpartisipasi dalam proses perencanaan, formulasi kebijakan, pembuatan keputusan, monitoring dan evaluasi.
2. Forum kemitraan terdorong untuk menstimulasi kegiatan kluster ekonomi sebagai suatu sarana untuk menciptakan kesempatan peningkatan pendapatan dan peluang
4
lapangan kerja. Hal ini dapat dicapai melalui identifkasi pasar serta pengembangan, diversifikasi dan pemasaran dari cluster komoditas yang dimaksud.
3. Forum kemitraan menstimulasi kegiatan kluster ekonomi sebagai suatu sarana untuk mengembangkan teknologi dan menciptakan inovasi baru terhadap komoditas yang dimaksud.
STRATEGI PEMASARAN
Mengikuti konsep falsafah pemasaran, maka secara teoritis ada lima
konsep pemasaran (Donald, 2002) yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran
dalam memasarkan produksi kepiting lunak (soft shell crabs) :
a. Konsep Produksi. Dalam konsep produksi, manajemen percaya
bahwa pelangganan akan menyukai produk yang tersedia dan harganya
terjangkau. Konsep ini bermanfaat pada dua tipe situasi yaitu pada “situasi
pertama”, terjadi kalau permintaan akan produk lebih dari penawaran. Dalam hal
ini manajemen segera mencari jalan untuk meningkatkan produksi. “Situasi
kedua”, terjadi kalau biaya produksi terlalu tinggi dan perbaikan produktifitasnya
diperlukan untuk menurunkannya.
b. Konsep Produk. Suatu gagasan bahwa konsumen akan menyukai
produk yang mempunyai mutu terbaik; kinerja terbaik; dan sifat mempunyai
mutu terbaik; kinerja terbaik; dan sifat paling inovatif. Manajemen harus terus
menerus melakukan perbaikan produk (kemasan, bentuk, rupa, gaya, ukuran).
c. Konsep Penjualan. Konsep penjualan ini tujuannya adalah menjual
apa yang di buat, bukan membuat apa yang diinginkan pasar. Konsep penjualan
ini mengandung resiko cukup tinggi, konsep penjualan mempunyai perspektif
dari dalam keluar. Konsep penjualan yang dimulai dari pabrik, fokus, cara
penjualan dan promosi besar-besaran untuk memperoleh penjualan yang mampu
mendatangkan laba dan berupaya menaklukkan pelanggan dan mendapatkan
penjualan jangka pendek, sedikit perhatian mengenai siapa yang membeli atau
mengapa membeli.
d. Konsep Pemasaran. Konsep pemasaran ini manajemen ingin
mencapai sasaran tergantung kepada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar
5
sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan lebih efektif dan efisien
dari pada pesaing. Konsep ini mempunyai perspektif dari luar ke dalam;
perhatian dan fokus kepada pelanggan; mengkoordinasikan kepada semua
aktivitas pemasaran yang mempengaruhi pelanggan. Kemudian memperoleh laba
dengan menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan berdasarkan
pada nilai bagi dan kepuasan pelanggan. Dengan konsep pemasaran ini
perusahaan menghasilkan apa yang diinginkan oleh konsumen, sehingga
memuaskan konsumen dan memperoleh laba.
PENUTUP
Dengan dukungan potensi alam yang potensial, trend permintaan pasar
yang semakin meningkat, teknologi budidaya yang sederhana dan mudah diakses
oleh masyarakat, maka prospek kepiting lunak (soft shell) sebagai komoditas
perdagangan baik pasar dalam negeri maupun ekspor merupakan peluang bisnis
yang menjanjikan dan menguntungkan.
Oleh karena itu, dukungan dari berbagai kalangan sangat dibutuhkan.
Bukan saja dari pelaku budidaya itu sendiri (minat dan tenaga kerja), tetapi yang
tidak kalah pentingnya adalah peranan pemerintah dalam menciptakan iklim
usaha yang kondusif, penyediaan infrastruktur yang memadai, informasi pasar,
kebijakan perpajakan dan retribusi yang tidak membebani pengusaha (regulasi),
juga pihak perbankan dalam kapasitasnya sebagai penyedia modal usaha (prospek
pasar), serta perguruan tinggi sebagai penyedia teknologi (inovasi).
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, Rokhmin, 2005. Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan. LISPI. Jakarta.
6
Katalog Produk, 2008. Kepiting Tulang Lunak ( Soft shell Crab ). CV. Indo Bahari Perkasa. Jakarta.
Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah SulSel, 2006; (http://www.bppmd-sulsel.go.id. Diakses : 20 September 2008)
Majalah Demersial, 2007. (http://www.dkp.go.id. Diakses 20 September 2008).
Michael, Todaro. 2000. Development Planning Models and Methods. Oxford University Press. Nairobi.
Donald, 2002. Marketing: Basic Concepts for Decision Making; Harper & Row, Publishers, Inc; New York, Hogerstown, San Francisco, London.
Suwito, 2007. Kandungan Gizi Kepiting ; (http://www.kepiting- Lamjabat .go.id . Diakses : 20 September 2008)
7