Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
DOKUMEN PERENCANAAN
KESIAPAN ASPEK KESEHATAN AKIBAT PENDEMI COVID-19
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020
DISUSUN OLEH :
DIVISI PERENCANAAN, RISET DAN EPIDEMIOLOGI
GUGUS TUGAS PERCEPATAN PENANGGULANGAN COVID-19
PROVINSI JAWA BARAT
2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan
sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus
corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS
ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan
yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina
mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus
(coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/Public Health Emergency of International
Concern (KKMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan
penyebarannya terjadi antar negara.
Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179 dengan 18.440
kematian (CFR 4,4%) dimana kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah. Selanjutnya pada tanggal 26 April
2020 jumlah kasus positif COVID-19 terkonfirmasi di dunia telah mencapai 2.989.420 kasus dan di
Indonesia sebanyak 8.882 kasus. Artinya, hanya dalam 57 hari sejak kasus pertama telah terjadi
peningkatan kasus positif dengan rata-rata 156 kasus per hari di Indonesia. Pada tanggal 2 Maret 2020,
Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan 25 Maret 2020,
Indonesia sudah melaporkan 790 kasus konfirmasi COVID-19 dari 24 Provinsi yaitu : Bali, Banten, DIY, DKI
Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Lampung, Riau, Maluku Utara, Maluku dan Papua.
Wilayah dengan transmisi lokal di Indonesia adalah DKI Jakarta, Banten (Kab. Tangerang, Kota Tangerang),
Jawa Barat (Kota Bandung, Kab. Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kab. Bogor, Kota Bogor dan Kab.
Karawang), Jawa Timur (Kab. Malang, Kab. Magetan dan Kota Surabaya) dan Jawa Tengah (Kota
Surakarta).
Di Provinsi Jawa Barat sejak tanggal 6 Maret 2020, kasus telah bertambah dari 3 menjadi 912
kasus positif COVID-19 pada 26 April 2020. Rata-rata peningkatan kasus positif COVID-19 di wilayah Jawa
3
Barat periode 15 Maret 2020 hingga 26 April 2020 mencapai 22 kasus baru per harinya dalam 40 hari
terakhir dengan angka kematian sebanyak 77 orang dan sembuh sebanyak 93 orang.
Implikasi pandemi COVID-19 di seluruh dunia telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian
material yang lebih besar dan berdampak pada aspek sosial, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
sehingga diperlukan berbagai upaya Pemerintah untuk melakukan penyelamatan dari segi kesehatan dan
perekonomian dengan fokus pada belanja untuk kesehatan, jaring pengaman sosial (social safety net)
serta pemulihan perekonomian termasuk di dalamnya dunia usaha dan masyarakat terdampak.
WHO memberikan beberapa rekomendasi terkait penanggulangan dan pencegahan penyebaran
COVID-19 yang dapat diterapkan di seluruh negara, yaitu :
a. Menutup sekolah dan pusat bisnis, kegiatan olahraga, perayaan keagamaan dan meminta
masyarakat untuk tetap tinggal di rumah dengan tujuan untuk menghentikan transmisi dan
penyelamatan nyawa.
b. Melakukan isolasi, pengujian, perawatan dan penelusuran sebagai langkah terbaik dalam tindakan
pencegahan.
c. Meningkatkan kapasitas pengujian agar dapat mendeteksi lebih awal penyebaran COVID-19 dan
meningkatkan kapasitas Rumah Sakit untuk memberikan perawatan.
d. Pemerintah secara aktif melakukan pendekatan kepada semua sektor komunitas masyarakat untuk
membangun kepercayaan dan meningkatkan awareness penanganan COVID-19.
e. Menekankan bahwa anjuran physical distancing, karantina di rumah, dan mengurangi bepergian
adalah pilihan untuk meraih collective security dalam penanganan COVID-19.
f. Memprioritaskan keselamatan tenaga kesehatan mengingat banyaknya tenaga kesehatan yang
terinfeksi COVID-19. Jika tidak diprioritaskan dapat menyebabkan semakin banyaknya korban jiwa
karena kekurangan tenaga kesehatan.
g. Pentingnya menjamin ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) baik untuk tenaga kesehatan maupun
masyarakat umum untuk menekan persebaran COVID-19.
h. pembatasan pergerakan warga disertai dengan menjamin ketersedian logistik makanan warga
terpenuhi.
i. Memastikan alur distribusi untuk tenaga kesehatan, APD dan alat test karena saat ini jalur supply
sedang mengalami kesulitan terutama ke beberapa negara.
Sedangkan upaya terbaik yang bisa dilakukan oleh semua negara untuk menekan dan
menghentikan transmisi COVID-19 melalui physical distancing, yaitu :
a. Memperluas, melatih dan menyebarkan tenaga dan fasilitas kesehatan;
b. Menciptakan sistem untuk mencari semua kasus suspek di masyarakat;
c. Meningkatkan kapasitas produksi dan ketersediaan laboratorium pengujian;
d. Mengidentifikasi, adaptasi dan lengkapi fasilitas yang akan digunakan untuk merawat dan
mengisolasi pasien;
4
e. Menyusun rencana dan standar operasional prosedur yang jelas untuk menghentikan dan
mengurangi kontak; dan
f. Memfokuskan semua badan pemerintah untuk melakukan upaya menekan dan mengendalikan
COVID-19.
1.2 Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 Tentang Wabah penyakit Menular
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan;
5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi ANcaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan;
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);
7. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Kedaruratan Bencana pada
Kondisi Tertentu;
8. Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana NonAlam Penyebaran
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional;
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);
10. Keputusan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);
11. Keputusan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor
7 Tahun 2020 Tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19);
12. Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun2019 Tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah,
mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi
dan Kimia;
13. Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran
serta Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19);
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);
5
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 150/Menkes/Per/X/2010 Tentang Jenis Penyakit menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan;
16. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/169/2020 Tentang Penetapan Rumah
Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu;
17. Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 658/Menkes/Per/VIII/2009 Tentang Jejaring
Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New-Emerging dan Re-Emerging;
18. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 Tentang Penetapan Infeksi
Novel coronavirus (Infeksi 2019-nCov) Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangannya;
19. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/214/2020 Tentang Jejaring
Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19);
20. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/216/2020 Tentang Penetapan
Laboratorium Pemeriksa Coronavirus Disease 2019 (COVID-19);
21. Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/234/2020 Tentang Pedoman Pemeriksanaan Uji Real
Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) SARSCoV-2 Bagi Laboratorium di Lingkungan Rumah
Skait dan Laboratorium Lain yang Melakukan Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19);
22. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443/Kep.241-Hukham/2020 tentang Perubahan Kedua
tentang Gugus Tugas Pecepatan Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Jawa
Barat;
23. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 445/Kep.186-Dinkes/2020 Tentang Penetapan Rumah
Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu.
6
GAMBARAN KASUS COVID-19 PROVINSI JAWA BARAT
2.1 Peningkatan Jumlah Kasus Berdasarkan Waktu
Jumlah kasus positif COVID-19 di Jawa Barat pertama kali terdeteksi di Kota Depok (2 kasus) pada
tanggal 2 Maret 2020. Jumlah kasus terus bertambah dan menyebar ke wilayah kabupaten/kota lainnya.
Hingga tanggal 24 April 2020, kasus positif COVID-19 di Jawa Barat telah mencapai 818 kasus. Rata-rata
peningkatan jumlah kasus positif COVID-19 periode 2 Maret 2020 hingga 24 April 2020 sebesar 14,6
persen. Lonjakan jumlah kasus terjadi pada tanggal 18 Maret 2020 sampai dengan 25 Maret 2020, yaitu
dari 22 kasus menjadi 71 kasus (meningkat 200 persen), dan tanggal 25 Maet 2020 hingga 31 Maret 2020
dari 71 kasus menjadi 152 kasus. Selanjutnya, terjadi penambahan lebih dari 100 kasus dari tanggal 31
Maret 2020 hingga tanggal 24 April 2020. Tren jumlah kumulatif kasus Positif, Sembuh dan Meninggal
COVID-19 di Jawa Barat dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Tren Jumlah Kumulatif Kasus Positif, Sembuh dan Meninggal COVID-19 di Jawa Barat
Periode 6 Maret 2020 - 24 April 2020
Sumber : https://pikobar.jabarprov.go.id
3 3 3 3 3 3 3 3 3 10 10 1022 26
3750 52 58 59
71 7588
105119
150 152
176 176190
211220
231
275
312333
353368
397
452 452
513 521
575
599
648
700710
721743
818
0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3 3 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 6 9 9 9 11 11 12 12 12 13 17 17 19 19 19 19 22 23 23 2841 41 45
5675 77 85 88
0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 3 6 6 8 9 10 10 11 13 16 19 20 20 21 21 25 28 28 29 29 35 40 40 40 4253 53 53 53 55 55 58 62 68 71 74 76
0
225
450
675
900
3/6/2020 3/10/2020 3/14/2020 3/18/2020 3/22/2020 3/26/2020 3/30/2020 4/3/2020 4/7/2020 4/11/2020 4/15/2020 4/19/2020 4/23/2020
Positif Sembuh Meninggal
7
Tren Jumlah Kumulatif Kasus Positif dan Meninggal COVID-19
Berdasarkan Kabupaten/Kota di Jawa Barat Periode 6 Maret 2020 - 24 April 2020
Sumber : https://pikobar.jabarprov.go.id
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa dominasi jumlah kasus positif tertinggi ada di wilayah
Bodebek dan Bandung Raya. Bila dihitung angka kematian (case fatality rate), kabupaten/kota dengan
peringkat lima besar angka kematian tertinggi terdiri dari Kota Bandung (13,8 persen), Kota Bogor (13,6
persen), Kabupaten Bekasi (12,3 persen), Kabupaten Bandung Barat 910,7 persen) dan Kota Cimahi (7,9
persen). Adapun case fatality rate COVID-19 di Wilayah Jawa Barat adalah 9,3 persen, angka ini masih
lebih rendah daripada angka kematian nasional yaitu 10,3 persen, namun lebih tinggi dari angka CFR
dunia saat ini sebesar 6,9 persen.
Setelah pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar di wilayah Bodebek dan Bandung Raya,
masih didapatkan tren peningkatan kasus positif dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Hal ini secara
tidak langsung menggambarkan proses penularan/transmisi yang masih berlangsung sehingga
pengawasan PSBB oleh Pemerintah Daerah perlu ditingkatkan lagi serta disarankan untuk
memperpanjang masa PSBB sekurangnya dalam 2 minggu mendatang. Tren peningkatan kasus positif,
PDP dan Meninggal Dunia di Wilayah Bodebek dan Bandung Raya dapat dilihat pada gambar di bawah
ini :
8
Tren Peningkatan Kasus Positif, PDP dan Meninggal Dunia di Wilayah Bodebek dan Bandung Raya
Sumber : https://pikobar.jabarprov.go.id
2.2 Penyebaran Kasus Berdasarkan Waktu
Penyebaran kasus COVID-19 di Provinsi Jawa Barat khususnya wilayah Bodebek dan Bandung
Raya menunjukkan tingkat kejadian kasus maupun penyebaran yang semakin meluas pada periode 6
Maret 2020 hingga 24 April 2020. Gambar di bawah ini menunjukkan peta penyebaran kasus positif
COVID-19 di berbagai kabupaten/kota. Bila dilihat dari tahapan epidemi di Jawa Barat, terdapat variasi
dimana sebagian besar kabupaten digolongkan sebagai wilayah dengan kasus sporadis, sementara
wilayah kota sebagian besar digolongkan sebagai wilayah dengan kasus terkluster.
Peta Penyebaran Kasus Positif COVID-19 di Wilayah Jawa Barat
Sumber : https://pikobar.jabarprov.go.id
9
Bila dibandingkan penyebaran kasus positif COVID-19 dan jumlah PDP sebelum dan sesudah PSBB,
khususnya wilayah Bodebek masih terlihat, baik peningkatan kasus positif maupun penyebaran ke wilayah
kabupaten/kota lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pergerakan penduduk kemungkinan merupakan
salah satu faktor risiko peningkatan kasus positif COVID-19.
Selain itu, terdapat potensi penyebaran kasus dari wilayah dengan epidemi terkluster sebagai
akibat dari mobilitas penduduk ke kabupaten/kota lainnya, sebagai contoh : Kabupaten Karawang yang
lokasinya beada di wilayah Purwasukan termasuk di dalamnya Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten
Subang. Hal ini terlihat dimana Kabupaten Subang yang Sebelum PSBB memiliki jumlah kasus positif
antara 1 s.d. 10 orang, maka setelah pemberlakuan PSBB meningkat menjadi 11 s.d.30 orang.
Berbeda dengan Kota Sukabumi yang ditetapkan sebagai wilayah epidemi terkluster disebabkan
oleh penemuan kasus yang cukup tinggi secara mendadak di SETUKPA (Sekolah Pembentukan Perwira)
POLRI. Pola transmisi yang terjadi adalah penularan secara terkluster di populasi tertutup, dengan sumber
penularan yang sulit ditentukan. Gambaran Distribusi kasus Positif dan PDP sebelum dan sesudah
pemberlakukan PSBB di Jawa Barat dapat terlihat pada gambar di bawah ini :
10
Melihat gambaran di atas, perlunya pemberlakuan PSBB secara luas di seluruh wilayah Jawa Barat
sangat diperlukan untuk mencegah meluasnya penularan. Merujuk pada komposisi penduduk di jawa
Barat, dimana kelompok usia produktif mencapai 62 persen s.d. 72 persen dari jumlah penduduk,
kepadatan penduduk serta tingginya mobilisasi penduduk di wilayah Bodebek dan Bandung raya, maka
perlu diwaspadai kemungkinan penularan dari kelompok usia produktif yang bekerja di wilayah transmisi
lokal sebagai contoh Kota Bandung terhadap kelompok usia lanjut terutama pada kondisi ‘mudik’ Idul Fitri
di bulan mei 2020. Mengingat proporsi kelompok usia lanjut yang cukup tinggi berkisar 7,14 persen s.d.
8,76 persen terdapat di wilayah Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Sumedang,
Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten
Subang, yang mana wilayah kabupaten/kota tersebut termasuk wilayah yang penemuan kasus positifnya
masih relatif rendah.
Sumber : https://pikobar.jabarprov.go.id
Jika dirinci menurut wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat, terlihat bahwa peringkat petama
jumlah kasus Positif COVID-19 terbanyak terdapat di Kota Bandung (181 kasus pada 24 April 2020) dan
Kota Depok (174 kasus) sebagai peringkat kedua. Kota Bandung sebagai ibukota provinsi, dengan tingkat
mobilitas penduduk yang relatif tinggi pula, menjadikan wilayah ini menjadi sangat terbuka. Sedangkan
Kota Depok merupakan kota yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, yang dikenal sebagai
episentrum penularan COVID-19 di Indonesia. Tren peningkatan jumlah kasus positif COVID-19
berdasarkan kabupaten/kota periode 6 Maret 2020 s.d. 24 April 2020 dapat dilihat pada gambar di bawah
ini :
11
2.3 Kejadian Transmisi Lokal
Kejadian transmisi lokal merupakan terjadinya penularan kasus positif terhadap generasi
kedua dan ketiga. Kejadian transmisi lokal di wilayah Jawa Barat diprediksi telah terjadi. Hal ini
dikuatkan dari telah terjadinya penyebaran kasus konfirmasi ODP, PDP dan Positif di setiap
kabupaten/kota wilayah Jawa Barat yang sangat cepat, terutama pada periode akhir Maret 2020
hingga pertengahan April 2020. Merujuk kepada gambar di bawah ini, tren kasus positif COVID-19 di
Kota Bandung selama dua minggu terakhir (24 Maret 2020 hingga 9 April 2020) menunjukkan lonjakan
kasus lebih dari dua kali lipat sejak penemuan kasus pertama. Selain itu, kejadian transmisi lokal juga
terjadi di Kota Depok sebagaimana digambarkan pada gambar selanjutnya. Hal ini dapat diinterpretasikan
bahwasannya telah terjadi transmisi lokal berupa propagated epidemics yang merupakan penularan dari
suatu kasus kepada kontak eratnya yang berada di dalam satu wilayah.
Kasus primer (index case) di Kota Depok sebagaimana gambar di atas menularkan COVID-19 pada
kasus nomor 1 sebagai kasus generasi kedua (secondary cases) yang selanjutnya menularkan kepada
kasus nomor 2 dan 3 sebagai generasi ke-3 (tertiary cases).
2.4 Angka reproduksi Infeksi (R0) COVID-19
Angka reproduksi infeksi merupakan rata-rata jumlah kasus baru yang disebabkan oleh setiap
orang terinfeksi pada kurun waktu tertentu. Angka ini dipengaruhi oleh kondisi kekebalan di komunitas.
Bila suatu penyakit infeksi memiliki R0 antara 1,5 s.d.3,5 artinya dibutuhkan sekitar 40-70 persen
penduduk yang terinfeksi dan atau memiliki kekebalan sehingga penularan dapat berkurang, Untuk
menanggulangi pandemi COVID-19 ini maka angka R0 perlu diturunkan di bawah 1 (satu) dengan cara :
1. Mengurangi persentase populasi yang rentan terhadap infeksi COVID-19;
2. Mengurangi jumlah dan lama kontak; dan
3. Meningkatkan kekebalan di populasi misalnya dengan pemberian vaksin.
Berdasarkan data pertumbuhan kasus positif COVID-19 di wilayah Bodebek mulai 14 Maret 2020
hingga 23 April 2020, terlihat bahwa angka Rt-nya masih di atas 1 (satu) yang menunjukkan bahwa potensi
penambahan kasus positif baru akan terus berjalan. Hal ini sejalan dengan data yang ada, yang
Transmisi Lokal Kota Bandung Transmisi Lokal Kota Depok
12
memperlihatkan tren jumlah kasus positif, PDP dan ODP yang terus meningkat sejalan dengan waktu.
Oleh karenanya, upaya mengurangi jumlah dan lama kontak dengan pemberlakukan PSBB masih
dilanjutkan setidaknya dalam 2 minggu hingga 1 bulan mendatang. Perbandingan R0 terhadap Waktu (Rt)
di wilayah Bodebek dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
2.5 Tahapan Epidemiologi (Wilayah Tanpa Kasus, Wilayah Dengan Kasus Sporadis, Wilayah Dengan
Kasus Tercluster (Common Exposure), Wilayah dengan Penularan Lokal
Mengacu pada tahapan epidemi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), terdapat 6 (enam)
kabupaten/kota sebagai wilayah dengan penularan lokal, 4 (empat) wilayah sebagai kasus terkluster, 15
wilayah sebagai wilayah dengan kasus sporadis dan 2 (dua) kabupaten sebagai wilayah tanpa kasus di
Jawa Barat per tanggal 24 April 2020. Adapun ke-empat Wilayah dengan kasus terkluster meliputi :
Kabupaten Karawang (Kluster HIPMI), Kota Cimahi (Kluster GBI), Kabupaten Bandung Barat (Kluster GBIP)
dan Kota Sukabumi (Kluster SETUKPA).
2.6 Kajian Pemetaan Tingkat Kerawanan COVID-19 di Wilayah Kabupaten/Kota
Mempertimbangkan aspek-aspek lainnya yaitu : kepadatan penduduk, jumlah pendatang, potensi
ancaman, efektivitas penanganan kasus dan kesatuan wilayah sebagaimana dipetakan dalam gambar di
bawah ini, maka pemberlakuan PSBB tidak hanya di wilayah Bodebek dan Bandung Raya melainkan
seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat sebagai upaya memutus rantai penularan COVID-19. Pemberlakuan
PSBB di wilayah Jawa Barat hendaknya didukung pula oleh intervensi yang lebih agresif antara lain
pelacakan kasus kontak, perluasan akses terhadap tes COVID-19 dan sarana diagnostiknya dalam
kerangka “detect-trace-trest” untuk memutus rantai penularan disertai edukasi yang intensif kepada
masyarakat. Peta analisis Tingkat Kerawanan wabah COVID-19 berdasarkan kriteria PSBB Di Provinsi Jawa
Barat per Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
13
2.7 Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Provinsi Jawa Barat
Satu triwulan lebih seluruh warga Jawa Barat berjuang melawan virus Corona. Sejak pertama kali
kasus positif Coronavirus Disease (COVID-19) ditemukan di Kota Depok pada tanggal 2 Maret 2020, jumlah
kasus positif hingga saat ini masih bertambah. COVID-19 adalah masalah kesehatan dunia, dimana pada
tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD).
Seiring bertambahnya kasus positif COVID-19 di Jawa Barat, pada tanggal 15 Maret 2020
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan kebijakan untuk Bekerja, Belajar dan Beribadah dari
rumah. Kemudian disusul dengan penetapan status Darurat Bencana COVID-19 di Jawa Barat pada 19
Maret 2020.
14
Milestone Penting Penanganan COVID-19 di Jawa Barat
Penetapan status darurat bencana diikuti dengan diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) untuk Wilayah Bodebek pada tanggal 15 April 2020. PSBB Bodebek meliputi wilayah
Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kota Bekasi, dan Kota Depok. Kelima wilayah ini
merupakan wilayah terdekat dengan DKI Jakarta yang merupakan pusat episentrum penyebaran COVID-
19 di Indonesia.
Sebagai wilayah penyebaran kasus positif COVID-19 kedua di Jawa Barat, di wilayah Bandung Raya
juga diberlakukan PSBB Wilayah Bandung Raya pada 22 April 2020. PSBB Bandung Raya meliputi Kota
Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang. Baik
PSBB Wilayah Bodebek maupun PSBB Wilayah Bandung Raya telah mengalami masa perpanjangan PSBB,
yang dilanjutkan dengan masa penerapan PSBB se-Jawa Barat.
PSBB seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat mulai berlaku pada tanggal 6 Mei 2020. Penerapan
PSBB nya pun dilakukan sesuai kondisi wilayah masing-masing, yaitu penerapan PSBB maksimal maupun
PSBB parsial. Artinya saat ini memasuki minggu kedua pelaksanaan PSBB se-Jawa Barat. Oleh karena itu
perlu dilakukan evaluasi bagaimana efektivitas penerapan PSBB se-Jawa Barat, terutama dilihat dari
pergerakan dan penyebaran kasus positif COVID-19.
2.7.1 Pergerakan Kasus Positif COVID-19
Pada tanggal 12 Mei 2020 total kasus positif COVID-19 di Jawa Barat terkonfirmasi mencapai 1.492
kasus. Artinya hanya dalam waktu 72 hari telah terjadi penambahan sebanyak 1.490 kasus. Selama
periode 2 Maret 2020 sampai dengan 12 Mei 2020, rata-rata terjadi penambahan kasus terkonfirmasi
sebanyak 22 orang setiap harinya. Gambar di bawah ini menunjukkan tren harian penambahan kasus
positif COVID-19 di Jawa Barat, terlihat bahwa angka kasus harian masih fluktuatif. Namun jika dilihat tren
moving average periode mingguan terlihat adanya tren penurunan kasus.
2 Maret
Kasus Pertama di Jawa Barat
15 Maret 2020
Bekerja,
Belajar, dan
Beribadah dari
19 Maret 2020
Status Darurat Bencana
Covid-19 di Jawa Barat
22 April
PSBB mulai
diberlakukan di
Wilayah
BANDUNG RAYA
15 April 2020
PSBB mulai
diberlakukan di
Wilayah
BODEBEK
6 Mei 2020
PSBB mulai
diberlakukan
di SELURUH
15
Tren Harian Kasus Positif COVID-19 di Provinsi Jawa Barat, 2 Maret – 12 Mei 2020
Sumber : https://pikobar.jabarprov.go.id
Jika penambahan kasus harian dirata-ratakan menurut periode tertentu, maka terlihat bahwa
pada awal ditetapkan kebijakan Bekerja, Belajar dan Beribadah dari rumah sampai sebelum penerapan
kebijakan PSBB wilayah Bodebek, rata-rata terjadi penambahan kasus harian sebanyak 17 (15 Maret – 14
April 2020). Kemudian pada masa pemberlakukan PSBB wilayah Bodebek dan Bandung Raya (15 – 28 April
2020 dan 29 April – 5 Mei 2020) angka kasus positif COVID-19 semakin meningkat. Pembagian periode
waktu masa PSBB Bodebek dan Bandung Raya adalah untuk melihat bagaimana kondisi penambahan
kasus seminggu sebelum penerapan PSBB di seluruh Provinsi Jawa Baat. Gambar di bawah menunjukkan
sampai dengan 12 Mei 2020, periode seminggu sebelum PSBB seluruh Jawa Barat (29 April – 5 Mei 2020)
merupakan periode dengan rata-rata kasus positif COVID-19 tertinggi, yaitu mencapai 45 kasus. Hal ini
disebabkan adanya lonjakan penambahan kasus harian pada tanggal 4 Mei 2020 sebanyak 183 kasus.
Seminggu setelah diterapkannya PSBB di seluruh Jawa Barat terlihat angka rata-rata penambahan kasus
harian turun menjadi 35 kasus.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
02
/03/
202
0
04
/03/
202
0
06
/03/
202
0
08
/03/
202
0
10
/03/
202
0
12
/03/
202
0
14
/03/
202
0
16
/03/
202
0
18
/03/
202
0
20
/03/
202
0
22
/03/
202
0
24
/03/
202
0
26
/03/
202
0
28
/03/
202
0
30
/03/
202
0
01
/04/
202
0
03
/04/
202
0
05
/04/
202
0
07
/04/
202
0
09
/04/
202
0
11
/04/
202
0
13
/04/
202
0
15
/04/
202
0
17
/04/
202
0
19
/04/
202
0
21
/04/
202
0
23
/04/
202
0
25
/04/
202
0
27
/04/
202
0
29
/04/
202
0
01
/05/
202
0
03
/05/
202
0
05
/05/
202
0
07
/05/
202
0
09
/05/
202
0
11
/05/
202
0
16
Sumber: https://pikobar.jabarprov.go.id
Rata-rata Penambahan Kasus Positif COVID-19 di Provinsi Jawa Barat,
15 Maret – 12 Mei 2020
Sumber : https://pikobar.jabarprov.go.id
Sampai dengan tanggal 12 Mei 2020, jumlah kasus positif COVID-19 di Provinsi Jawa Barat telah
mencapai 1.492 kasus. Dari total 1.492 kasus, sebanyak 213 orang berhasil sembuh, sebanyak 98 orang
meninggal dunia dan selebihnya masih dalam proses perawatan.
Tren Kumulatif Kasus COVID-19 di Provinsi Jawa Barat, 2 Maret – 12 Mei 2020
17
29
45
35
15 Maret - 14 April 2020 15 - 28 April 2020 29 April - 5 Mei 2020 6 - 12 Mei 2020
PSBB wilayah Bodebek PSBB wilayah Bandung Raya PSBB seluruh Jawa Barat
0
300
600
900
1200
1500
02/0
3/20
20
04/0
3/20
20
06/0
3/20
20
08/0
3/20
20
10/0
3/20
20
12/0
3/20
20
14/0
3/20
20
16/0
3/20
20
18/0
3/20
20
20/0
3/20
20
22/0
3/20
20
24/0
3/20
20
26/0
3/20
20
28/0
3/20
20
30/0
3/20
20
01/0
4/20
20
03/0
4/20
20
05/0
4/20
20
07/0
4/20
20
09/0
4/20
20
11/0
4/20
20
13/0
4/20
20
15/0
4/20
20
17/0
4/20
20
19/0
4/20
20
21/0
4/20
20
23/0
4/20
20
25/0
4/20
20
27/0
4/20
20
29/0
4/20
20
01/0
5/20
20
03/0
5/20
20
05/0
5/20
20
07/0
5/20
20
09/0
5/20
20
11/0
5/20
20
Tren Kumulatif Kasus Positif Covid-19 Provinsi Jawa Barat2 Maret - 12 Mei 2020
Positif Positif Sembuh Positif Meninggal
1.492
213
98
17
Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bandung, dan Kabupaten Bekasi merupakan wilayah di Jawa Barat
dengan jumlah kasus terbanyak, dengan lebih dari 100 kasus. Bahkan di Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kota
Bandung jumlah kasus lebih dari 250 di masing-masing wilayah. Keempat wilayah ini menyumbang lebih
dari 62 persen jumlah kasus positif COVID-19 di seluruh Jawa Barat.
Kumulatif Kasus COVID-19 Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 12 Mei 2020
Sumber : https://pikobar.jabarprov.go.id
Gambar di atas menunjukkan 9 dari 10 kabupaten/kota dengan jumlah kasus positif COVID-19
terbanyak di Jawa Barat merupakan wilayah Bodebek dan Bandung Raya. Hanya Kabupaten Sumedang
yang tidak termasuk dalam 10 besar kasus positif COVID-19 di Jawa Barat. Di urutan kesepuluh adalah
Kota Sukabumi, dengan jumlah kasus sebanyak 40 pada 12 Mei 2020. Gambar tersebut memberikan
gambaran bahwa wilayah Bodebek dan Bandung Raya masih merupakan episentrum penyebaran COVID-
19 di Jawa Barat.
Kabupaten/kota di sekitar wilayah Bodebek dan Bandung Raya, yaitu Kabupaten Subang,
Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Sukabumi jumlah kasus mencapai lebih dari 20. Kabupaten
Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang, dan Kota Tasikmalaya jumlah kasus positif hingga
12 Mei 2020 berkisar antara 10 hingga 19. Adapun wilayah lainnya di Jawa Barat, sebagian wilayah
Pantura dan Priangan Timur jumlah kasus masih dibawah 10.
18
2.7.2 Angka Reproduksi Efektif
Angka reproduksi efektif (Rt) adalah angka reproduksi atau replikasi kasus COVID-19 secara
keseluruhan hingga waktu kasus terakhir. Nilainya menunjukkan setiap adanya 1 kasus harian akan
memicu berapa kali replikasi. Gambar di bawah menunjukkan estimasi Rt (angka reproduksi) per wilayah,
sebelum PSBB (warna merah) dan setelah PSBB (warna hijau). Secara umum, angka reproduksi kasus
mengalami penurunan di seluruh wilayah setelah PSBB.
Angka Reproduksi COVID-19 Sebelum dan Setelah PSBB
Gambar di bawah menunjukkan angka reproduksi COVID-19 di wilayah episentrum dan non
episentrum. Wilayah episentrum disini adalah kabupaten/kota di wilayah Bodebek dan Bandung Raya.
Angka Reproduksi COVID-19 di Provinsi Jawa Barat
Updated Data: 2 Maret – 11 Mei 2020
19
Angka Reproduksi COVID-19 Wilayah Episentrum di Provinsi Jawa Barat
Angka Reproduksi COVID-19 Wilayah Non-Episentrum di Provinsi Jawa Barat
20
2.7.3 Mobilitas Masyarakat
Analisis mobilitas masyarakat semasa pandemi COVID-19 bersumber dari Google COVID-19
Mobility Report. Gambar di bawah memberikan gambaran bagaimana tingkat mobilitas masyarakat di
Jawa Barat berdasarkan pantauan Google. Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Secara umum, masyarakat mematuhi kebijakan PSBB. Hal ini terlihat dari meningkatnya mobilitas
masyarakat di area ‘Residential’;
2. Aktivitas harian masih berlangsung meski terdapat sedikit penurunan tren mobilitas di ‘Grocery and
Pharmacy' dan 'Workplace’. Ini dikarenakan masyarakat perlu memenuhi kebutuhan harian dan
tidak semua perkantoran menerapkan kebijakan bekerja dari rumah; dan
3. Perubahan tren mobilitas yang paling signifikan adalah 'Transit station'. Kebijakan PSBB dan bekerja
dari rumah dapat menjadi faktor penurunan tersebut.
21
KESIAPAN ASPEK KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN COVID-
19 DI JAWA BARAT
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dijelaskan bahwa kesehatan
merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan sumber daya di bidang kesehatan
adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta
fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3.1 Fasilitas Kesehatan di Provinsi Jawa Barat
3.1.1 Rumah Sakit dan Puskesmas
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan di Provinsi Jawa Barat sudah memadai. Tercatat pada tahun 2019 terdapat 362 unit rumah
sakit dan 1.088 puskesmas. Data sebaran Rumah Sakit di Jawa Barat berdasarkan klasifikasi dapat dilihat
pada gambar di bawah ini :
Sumber : SIRS Online Kemenkes RI
22
3.1.2 Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Provinsi Jawa Barat
Kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan dalam mendukung kualitas penanganan permasalahan
kedaruratan kesehatan yang terjadi, maka Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya perlu
meningkatkan kualitas atau mengembangkan fasilitas kedaruratan yang dimaksud. Fasilitas yang
memenuhi standar/persyaratan teknis bangunan dan prasarana kesehatan, dalam hal ini diantaranya
ruang perawatan isolasi dengan tekanan negatif sangatlah diperlukan dimana tujuan dibangunnya ruang
isolasi adalah untuk mencegah penularan/penyebaran penyakit infeksi.
Ruang isolasi untuk Perawatan Pasien penderita COVID-19 memerlukan persyaratan teknis
bangunan yang khusus. Persyaratan teknis bangunan mulai dari akses masuk, zonasi/tata ruang, program
ruangan, material bangunan, sistem-sitem meknikal elektrikal diantaranya sistem kelistrikan, gas medik
dan yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah sistem tata udara.
Prinsipnya, penyebaran penyakit terdapat 5 faktor, yaitu : Konsentrasi kuman (Dose), Tempat (Place),
Keganasan kuman (Virulence), Waktu (Time) dan Daya Tahan Tubuh (Level of Host Defense). Apabila kita
berada pada suatu lingkungan di luar bangunan, upaya pencegahannya dapat menerapkan physical/social
distancing sejauh 2 meter, agar droplet yang keluar dari pasien tidak mengenai orang disekitarnya secara
langsung, tetapi untuk ruangan tertutup yang ber AC meskipun kita berjarak 2 meter, maka konsentrasi
droplet berukuran kecil akan bertambah sehingga membahayakan orang yang berada di dalam ruangan
tersebut, karena tidak terdapat sirkulasi udara dalam ruangan atau kurang memasukan udara luar.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/169/2020 tentang
Penetapan Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu untuk melakukan
penatalaksanaan dugaan kasus yang berpotensi kejadian luar biasa Penyakit Infeksi Emerging tertentu
serta memberikan pelayanan rujukan pasien dan rujukan spesimen yang berkualitas sesuai standar.
Melalui Keputusan Menkes tersebut telah ditetapkan 8 (delapan) RS di Jawa Barat sebagai Rumah Sakit
Rujukan COVID-19, yaitu :
1. RSUP Dr. Hasan Sadikin
2. RS Paru Dr. H.A. Rotinsulu
3. RS Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo
4. RSUD Dr. Slamet Garut
5. RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi
6. RSUD Kabupaten Indramayu
7. RSD Gunung Jati Cirebon
8. Rumkit Tk. II 03.05.01 Dustira.
Berikut ini adalah data rumah sakit rujukan COVID-19 yang sudah ditambah menjadi 211 rumah
sakit rujukan
23
Data Rumah Sakit Rujukan COVID-19 Di Jawa Barat
Kabupaten / Kota
Jumlah RS Rujukan COVID-19
Jumlah SDM R. Critical (IGD, ICU, ISOLASI COVID-19)
Bandung 6 1407
Bekasi 24 914
Bogor 30 2429
Ciamis 1 55
Cianjur 2 406
Cirebon 9 2024
Garut 2 297
Indramayu 4 339
Karawang 13 1669
KBB 4 119
Kota Bandung 16 3218
Kota Banjar 1 318
Kota Bekasi 35 6778
Kota Bogor 12 2271
Kota Cimahi 2 178
Kota Cirebon 3 275
Kota Depok 20 809
Kota Sukabumi 3 417
Kota Tasikmalaya 7 90
Kuningan 2 519
Majalengka 2 197
Purwakarta 5 652
Sukabumi 5 354
Sumedang 1 259
Tasikmalaya 1 208
Subang 1 376
TOTAL 211 26578
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2020
24
Tabel di atas menunjukkan informasi mengenai data rumah sakit rujukan COVID-19 di Jawa Barat
yang meliputi jumlah rumah sakit di setiap kota/kabupaten, jumlah ruang isolasi COVID-19, jumlah SDM
ruang krisis (IGD, ICU dan Isolasi COVID-19). Dari total sebanyak 211 rumah sakit rujukan COVID-19 di Jawa
Barat, Kota Bekasi merupakan daerah yang paling banyak memiliki rumah sakit rujukan dengan jumlah 35
RS, kemudian Kota Bogor 30 RS dan Kota Depok 20 RS. Ketiga daerah dengan yang memiliki rumah sakit
rujukan terbanyak merupakan daerah berstatus kota dan merupakan daerah yang lebih rawan COVID-19
dibandingkan daerah lainnya.
3.1.3 Ruang Isolasi di Rumah Sakit di Provinsi Jawa Barat
Jumlah tempat tidur di Ruang Isolasi yang tersedia di Provinsi Jawa Barat sebanyak 610 tempat
tidur. Dari 27 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat terdapat 2 (dua) Kabupten yang tidak mempunyai
tempat tidur di ruang isolasi yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Pangandaran. Berikut adalah
jumlah tempat tidur di ruang isolasi menurut kabupaten/kota.
Jumlah Tempat Tidur di Ruang Isolasi Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2020
KODE KABUPATEN/KOTA TEMPAT TIDUR TERSEDIA TEMPAT TIDUR TERISI
3201 KAB. BOGOR 67 67
3202 KAB. SUKABUMI 8 9
3203 KAB. CIANJUR 5 1
3204 KAB. BANDUNG 18 17
3205 KAB. GARUT 23 23
3206 KAB. TASIKMALAYA 12 6
3207 KAB. CIAMIS 14 5
3208 KAB. KUNINGAN 16 11
3209 KAB. CIREBON 52 23
3210 KAB. MAJALENGKA 6 5
3211 KAB. SUMEDANG 12 2
3212 KAB. INDRAMAYU 8 7
3213 KAB. SUBANG 6 1
3214 KAB. PURWAKARTA 8 4
3215 KAB. KARAWANG 24 8
3216 KAB. BEKASI 15 4
3217 KAB. BANDUNG BARAT - -
3218 KAB. PANGANDARAN - -
3271 KOTA BOGOR 15 15
3272 KOTA SUKABUMI 7 7
3273 KOTA BANDUNG 170 60
3274 KOTA CIREBON 29 17
3275 KOTA BEKASI 60 35
3276 KOTA DEPOK 4 4
3277 KOTA CIMAHI 8 8
3278 KOTA TASIKMALAYA 3 3
3279 KOTA BANJAR 20 13
TOTAL 610 355 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Tahun 2020
25
Jumlah Tempat Tidur di Ruang Isolasi Menurut Kabupaten/Kota
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2020
Dari data di atas dapat diketahui bahwa per tanggal 31 Maret 2020 dari total 610 tempat tidur
yang tersedia di Ruang Isolasi sebanyak 355 tempat tidur sudah terisi. Tempat tidur di Ruang Isolasi yang
tersedia di Kabupaten Bogor sudah terisi semua kondisi ini juga sama seperti yang terjadi di Kabupaten
Garut, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Depok, Kota Cimahi dan Kota Tasikmalaya. Sementara itu di Kota
Bandung, terdapat 60 tempat tidur terisi dari total keseluruhan sebanyak 170 tempat tidur.
3.2 Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Barat
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan dapat terbagi kedalam beberapa bagian atau
peran, diantaranya adalah dokter, perawat, asisten tenaga kesehatan, bidan, farmasi, ahli gizi, dan
lainnya.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
KAB. BOGOR
KAB. SUKABUMI
KAB. CIANJUR
KAB. BANDUNG
KAB. GARUT
KAB. TASIKMALAYA
KAB. CIAMIS
KAB. KUNINGAN
KAB. CIREBON
KAB. MAJALENGKA
KAB. SUMEDANG
KAB. INDRAMAYU
KAB. SUBANG
KAB. PURWAKARTA
KAB. KARAWANG
KAB. BEKASI
KAB. BANDUNG BARAT
KAB. PANGANDARAN
KOTA BOGOR
KOTA SUKABUMI
KOTA BANDUNG
KOTA CIREBON
KOTA BEKASI
KOTA DEPOK
KOTA CIMAHI
KOTA TASIKMALAYA
KOTA BANJAR
TEMPAT TIDUR TERISI TEMPAT TIDUR TERSEDIA
26
Dalam masa pandemi COVID-19, sangat dibutuhkan adanya tenaga kesehatan untuk menangani
kasus-kasus yang ada. Dengan adanya tenaga kesehatan yang memadai maka dapat mempermudah
proses perawatan dari pasien yang terkena virus COVID-19. Apabila terdapat kekurangan tenaga
kesehatan, maka nantinya akan ada pasien yang tidak bisa dirawat ataupun perawatan yang dilakukan
kurang maksimal. Oleh karena itu dibutuhkan data terkait ketersediaan tenaga kesehatan yang ada di
Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan agar pada saat waktu puncak pandemi COVID-19, dapat diketahui
kecukupan dari tenaga kesehatan.
3.2.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Buku Data Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 oleh Divisi
Perencanaan Risat dan Epidemiologi (2020), terdapat data terkait jumlah tenaga kesehatan menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Berikut ini merupakan jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Jawa
Barat.
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
No Kabupaten/Kota Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Gizi Total
1 Kabupaten Bogor 399 1.447 510 194 87 2.637
2 Kabupaten Sukabumi 283 680 496 129 39 1.627
3 Kabupaten Cianjur 323 966 806 121 37 2.253
4 Kabupaten Bandung 660 1.621 1.308 168 87 3.844
5 Kabupaten Garut 129 886 564 106 39 1.724
6 Kabupaten Tasikmalaya 381 1.390 1.243 398 40 3.452
7 Kabupaten Ciamis 231 1.405 1.152 147 70 3.005
8 Kabupaten Kuningan 301 1.904 1.299 204 55 3.763
9 Kabupaten Cirebon 195 1.111 774 82 41 2.203
10 Kabupaten Majalengka 622 2.212 1.415 231 52 4.532
11 Kabupaten Sumedang 808 2.052 502 306 74 3.742
12 Kabupaten Indramayu 37 171 100 23 15 346
13 Kabupaten Subang 554 1.819 442 274 73 3.162
14 Kabupaten Purwakarta 887 2.459 573 306 88 4.313
15 Kabupaten Karawang 216 729 192 60 30 1.227
16 Kabupaten Bekasi 507 1.249 489 502 42 2.789
17 Kabupaten Bandung Barat 652 2.116 519 331 63 3.681
18 Kabupaten Pangandaran 228 1.116 358 101 41 1.844
19 Kota Bogor 116 543 302 39 35 1.035
20 Kota Sukabumi 251 941 881 197 48 2.318
21 Kota Bandung 259 986 977 207 50 2.479
22 Kota Cirebon 51 346 352 55 14 818
23 Kota Bekasi 106 477 397 51 30 1.061
24 Kota Depok 234 1.119 891 111 50 2.405
25 Kota Cimahi 297 1.697 1.232 160 62 3.448
27
No Kabupaten/Kota Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Gizi Total
26 Kota Tasikmalaya 118 878 596 82 34 1.708
27 Kota Banjar 126 879 1.057 107 54 2.223
Jawa Barat 8.971 33.199 19.427 4.692 1.350 67.639
Sumber: Buku Data Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, 2020
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
Sumber: Buku Data Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, 2020
Grafik diatas merupakan gambaran dari jumlah tenaga kesehatan berdasarkan kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Barat. Jumlah total dari tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 67.639
orang, dengan jumlah dokter sebanyakk 8.971 orang, perawat sebanyak 33.199 orang, bidan sebanyak
19.427 orang, farmasi sebanyak 4.692 orang, dan alih gizi sebanyak 1.350 orang. Jumlah rinci tenaga
kesehatan tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat di bagian lampiran pada tabel jumlah
tenaga kesehatan menurut kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2019.
3.2.2 Rekrutmen Tenaga Kesehatan Non PNS
Untuk menanggulangi peningkatan kebutuhan tenaga kesehatan dalam penanggulangan
Pandemi COVID-19, dilakukan rekrutmen Tenaga Kesehatan Non Pegawai Negeri Sipil dalam rangka
Tanggap Darurat Pandemi COVID-19 yang selanjutnya disebut Petugas Tenaga Kesehatan Non PNS Dalam
Rangka Tanggap Darurat Pandemi COVID-19. Penugasan Tenaga Kesehatan Non PNS terdiri dari Dokter,
Apoteker, Perawat, Ahli Teknologi Laboratorium (ATLM), Nutrisionis dan Tenaga Sanitasi Lingkungan
melalui Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Nomor 814/2507/SDK/2020 tentang
Penugasan Tenaga Kesehatan Non Pegawai Negeri Sipil Dalam Rangka Tanggap Darurat Pandemi
Coronavirus Disease (COVID-19) di Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2020.
0500
1.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.5005.000
Kab
up
ate
n B
ogo
r
Kab
up
ate
n S
uka
bu
mi
Kab
up
ate
n C
ian
jur
Kab
up
ate
n B
and
un
g
Kab
up
ate
n G
aru
t
Kab
up
ate
n T
asik
mal
aya
Kab
up
ate
n C
iam
is
Kab
up
ate
n K
un
inga
n
Kab
up
ate
n C
ireb
on
Kab
up
ate
n M
ajal
engk
a
Kab
up
ate
n S
um
ed
ang
Kab
up
ate
n In
dra
may
u
Kab
up
ate
n S
ub
ang
Kab
up
ate
n P
urw
akar
ta
Kab
up
ate
n K
araw
ang
Kab
up
ate
n B
ekas
i
Kab
up
ate
n B
and
un
g…
Kab
up
ate
n P
anga
nd
aran
Ko
ta B
ogo
r
Ko
ta S
uka
bu
mi
Ko
ta B
and
un
g
Ko
ta C
ireb
on
Ko
ta B
ekas
i
Ko
ta D
ep
ok
Ko
ta C
imah
i
Ko
ta T
asik
mal
aya
Ko
ta B
anja
r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Gizi Total
28
Tugas dari Tenaga Kesehatan Non PNS ini adalah memberikan pelayanan kesehatan dalam
penanggulangan bencana wabah COVID-19 sesuai dengan profesinya. Untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya, Petugas Tenaga Kesehatan Non PNS Tanggap Darurat COVID-19 diberikan upah kerja
bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat pada Kegiatan Pengelolaan Tenaga Kesehatan Non PNS Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Adapun besaran upah yang diberikan adalah sebagai berikut:
Besaran Upah Tenaga Kesehatan Non PNS
No Klasifikasi Tenaga
Kesehatan Penempatan/P
enugasan
Besaran Honorarium
(Rp.)
Besaran Jasa Pelayanan
(Rp.) Insentif (Rp.)
1
S1 Profesi Dokter, Apoteker, Perawat Ners
RSUD Kab./Kota
Balai Kesehatan
Puskesmas
3.000.000 2.000.000 3.350.000
2
D3 Perawat, Nutrisionis, Kesehatan Lingkungan, Ahli Teknologi Laboratorium Medik
2.500.000 1.000.000 1.700.000
3
Biaya Jaminan Sosial Ketenagakerjaan sebesar 6,24% dari honorarium yang mencakup Jaminan Kecelakaan 0,24%, Jaminan kematian 0,3% dan Jaminan Hari Tua 5,70% (dari pemberi kerja 4,24% dan pekerja 2%)
4 Biaya Jaminan Sosial Kesehatan sebesar 5% (dari pemberi kerja 4% dan dari pekerja 1%)
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jabar, 2020
Sampai sejauh ini, Tenaga Kesehatan Non Pegawai Negeri Sipil dalam rangka Tanggap Darurat
Pandemi COVID-19 di Provinsi Jawa Barat sejumlah 72 orang dengan penempatan di Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Banjar dan UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat
namun lebih diprioritaskan untuk ditugaskan di Rumah Sakit Rujukan COVID-19 selain Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) di Kabupaten/Kota dan di UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat Total alokasi
pembiayaan untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp. 20 Milyar untuk 400 orang tenaga kesehatan. Alokasi
20 Miliar berasal dari Refocussing APBD Provinsi Jawa Barat untuk Penanggulangan COVID-19.
Proses rekrutmen sampai saat ini masih terus berjalan, untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan dalam penanggulangan COVID-19 di Jawa Barat. Formasi Petugas Tenaga Kesehatan Non PNS
Dalam Rangka Tanggap Darurat Pandemi COVID-19 di Jawa Barat dapat dilihat pada gambar di bawah ini
29
Formasi Petugas Tenaga Kesehatan Non PNS Dalam Rangka Tanggap Darurat Pandemi COVID-19 di
Jawa Barat
Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jabar, 2020
3.3 Alat Kesehatan dan Pengujian Massal di Provinsi Jawa Barat
3.3.1 Alat Pelindung Diri (APD)
Jumlah Alat Pelindung Diri (APD) serta alat kesehatan eksisting lainnya yang terkumpul melalui
penggalangan bantuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Data berikut merupakan hasil penambahan
APD di tanggal 9 Mei 2020 hinggi 16 Mei 2020. Adapun data yang terdapat dalam tabel di bawah meliputi
aneka jenis masker, APD, disinfektan, hand sanitizer, alat semprot disinfektan (chamber), ventilator dan
alat rapid test kit. Khusus untuk APD terdiri dari goggle, face shield, sarung tangan dan sepatu boots.
Jumlah APD di Provinsi Jawa Barat (per 16 Mei 2020)
Barang Jumlah Satuan
Aneka Jenis Masker 966.559 Buah
APD (Goggle, Face Shield, Sarung Tangan, Sepatu Boots)
36.587 Buah
Disinfektan 26.802 Liter
Hand Sanitizer 39.917 Buah
Alat Semprot Disinfektan (Chamber)
220 Unit
Ventilator 16 Unit
Rapid Test Kit 101.030 Unit Sumber: Laporan Mingguan Sub Divisi Penggalangan Bantuan Gugus Covid
Jabar, Mei 2020
7
4 4
2
4 4 4
16
1
8
1 11 12 2
4
12
11 10
4
8
12
16
20
BPSDM Kab. Bandung Kab. Bekasi Kab.Karawang
KBB Kota Banjar LABKES
Dokter Umum Perawat NersPerawat Sanitasi LingkunganAhli Teknologi Laboratorium Medik Nutrisionis
30
Berdasarkan tabel diatas, kondisi ketersediaan alat kesehatan di Provinsi Jawa Barat paling banyak
berupa masker dengan jumlah 966.559 buah dan Rapid Test sejumlah 101.030 unit. Sementara untuk alat
kesehatan yang dibutuhkan bagi petugas kesehatan yang menangani pasien COVID-19 yaitu APD yang
berupa Goggle, Face Shield, Sarung Tangan, Sepatu Boots sejumlah 36.587 buah. Untuk kondisi
ketersedian yang masih sedikit berupa alat semprot disinfektan dan ventilator dengan masing-masing
sejumlah 220 dan 16 unit.
3.3.2 Tempat Tidur di Rumah Sakit
Jumlah Tempat Tidur Per Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
KEPEMILIKAN JUM-LAH
JENIS KAMAR
KELAS 3
KELAS 2
KELAS 1
VIP VVIP ICU HCU NICU PICU
BUMN/BUMD 5 121 89 95 30 45 0 1 0 0
PEMDA KAB/KOTA
37 4422 1498 1046 411 58 138 115 103 27
PEMPROV 9 304 156 81 19 0 8 8 4 3
POLRI 3 191 63 36 35 15 13 3 0 0
SWASTA 138 3662 2985 2050 1311 707 180 114 53 41
TNI AD 4 236 315 127 61 26 16 18 4 3
TNI AU 3 105 53 52 12 0 7 0 0 0
VERTIKAL 4 533 208 193 39 24 6 0 0 0 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat kondisi ketersediaan jumlah tempat tidur paling banyak
terdapat di 138 rumah sakit milik swasta. Pada rumah sakit swasta tersebut terdapat beberapa tipe kamar
dengan rincian yaitu 3362 kelas 3, 2985 kelas 2, 2050 kelas 1, 1311 kelas VIP, 707 kelas VVIP, 18 ICU, 114
HCU, 53 NICU, dan 41 PICU. Sementara untuk ketersediaan tempat tidur di rumah sakit-rumah sakit milik
pemerintah baik itu di 9 rumah sakit pemerintah Provinsi Jawa Barat, 37 rumah sakit milik pemerintah
kabupaten/kota di Jawa Barat, maupun 5 rumah sakit milik BUMD/BUMN yang berada di Provinsi Jawa
Barat paling banyak didominasi oleh tempat tidur dengan kelas 3 dengan masing-masing sejumlah 304
kamar di rumah sakit pemerintah provinsi, 4422 kamar tidur rumah sakit milik pemerintah
kabupaten/kota, dan 121 kamar tidur di rumah sakit BUMD/BUMN.
Jumlah Tempat Tidur Per Rumah Sakit Berdasarkan Kelas RS di Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
KELAS RS JUMLAH RS JENIS KAMAR
KELAS 3 KELAS 2 KELAS 1 VIP VVIP ICU HCU NICU PICU
A 6 727 274 270 142 24 6 0 0 0
B 36 4152 2160 1516 694 306 165 146 115 61
C 81 3387 2169 1436 854 369 179 63 35 11
D 47 1198 708 422 213 170 18 50 14 2
31
KELAS RS JUMLAH RS JENIS KAMAR
KELAS 3 KELAS 2 KELAS 1 VIP VVIP ICU HCU NICU PICU
KLINIK UTAMA 33 110 56 36 15 6 0 0 0 0
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat ketersediaan tempat tidur paling banyak tersedia di rumah
sakit kelas B dengan total kamar 9.254 kamar dan rumah sakit tipe C sejumlah 8.503 kamar. Dari kedua
rumah sakit tersebut paling banyak kamar didominasi dengan kelas 3 dengan masing-masing 4152 kamar
untuk rumah sakit kelas B dan 3387 kamar untuk rumah sakit kelas C. Sementara untuk rumah sakit kelas
A ketersediaan kamar masih sangat kurang yang dimana hanya 727 kamar untuk kelas 3.
3.3.3 Pengujian Massal di Provinsi Jawa Barat
Sementara itu, terkait pengadaan tes massal untuk masyarakat Jawa Barat terbagi menjadi 2,
yaitu pengujian massal RDT dan PCR. Pada tabel di bawah dapat dilihat informasi mengenai kedua hasil
pengujian massal tersebut. Rekap data pengujian massal RDT merupakan data per 17 Mei 2020 sedangkan
untuk pengujian massal PCR merupakan data per 15 Mei 2020.
Hasil Pengujian Massal RDT
PELAPORAN HASIL REAKTIF
Dinkes dan RS 95.868 2.846 (2,97%)
Instansi Vertikal 14.116 333 (2,36%)
TOTAL 109.984 2,89%)
Sumber: Rekap data RDT per 17 Mei 2020.
Berdasarkan hasil pelaporan dari Dinas Kesehatan dan rumah sakit rujukan COVID-19 sebanyak
95.868, sebanyak 2.846 menghasilkan hasil reaktif atau sekitar 2,97% dari hasil pengujian. Sedangkan hasil
pelaporan dari instansi vertikal sebanyak 14.116 dengan hasil reaktif sebanyak 333 atau sekitar 2,36%.
Dari seluruh pelaporan, ditemukan bahwa sebanyak 2,89% memberikan hasil reaktif COVID-19.
Hasil Pengujian Massal PCR
Positif 1.555 (14,2%)
Negatif 9.236 (83,86%)
Invalid 222 (2,02%)
TOTAL 11.013
Sumber: Rekap data PCR 15 Mei 2020
32
Hasil pengujian massal PCR didapatkan sebanyak 11.013 tes. Dari jumlah tersebut, sebanyak
14,2% memberkan hasil positif atau sebanyak 1.555 hasil tes, 83,86% hasil negatif dan sebanyak 2,02%
merupakan hasil tes yang invalid.
3.4 Tempat Pemakaman Umum di Jawa Barat
Pada data terkait Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Jawa Barat terdapat 14 Kabupaten/Kota
yang sudah memberikan data terkait jumlah TPU, dan 13 Kabupaten/Kota yang tidak memberikan data
terkait jumlah TPU, untuk tabel lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Untuk melihat ketersediaan makam yang dapat digunakan dari data TPU yang tersedia yaitu dapat dilihat
berdasarkan jumlah Makam Aktif, berdasarkan data yang ada bahwa terdapat 4 kabupaten/kota yang
memberikan angka untuk jumlah Makam Aktif, yaitu pada Kota Cimahi 12.806 makam, Kota Bandung
33.955 makam, Pangandaran 422 makam, dan Kabupaten Bandung 809 makam, sehingga total makam
yang tersedia adalah 52.409.
Jumlah TPU di Jawa Barat
Kabupaten/Kota Jumlah
TPU
Makam
Aktif Nonaktif
Kab. Bandung 11 809 491
Kab. Bandung Barat NIHIL NIHIL NIHIL
Kab. Bekasi NIHIL NIHIL NIHIL
Kab. Bogor 22 0 0
Kab. Ciamis NIHIL NIHIL NIHIL
Kab. Cianjur NIHIL NIHIL NIHIL
Kab. Cirebon NIHIL NIHIL NIHIL
Kab. Garut 32 0 0
Kab. Indramayu 6 0 0
Kab. Karawang NIHIL NIHIL NIHIL
Kab. Kuningan NIHIL NIHIL NIHIL
Kab. Majalengka NIHIL NIHIL NIHIL
Kab. Pangandaran 128 422 51
Kab. Purwakarta NIHIL NIHIL NIHIL
Kab. Subang 12 0 0
Kab. Sukabumi 5 0 0
Kab. Sumedang NIHIL NIHIL NIHIL
Kab. Tasikmalaya NIHIL NIHIL NIHIL
Kota Bandung 13 33.955 7.313
33
Kabupaten/Kota Jumlah
TPU
Makam
Aktif Nonaktif
Kota Banjar NIHIL NIHIL NIHIL
Kota Bekasi 4 0 0
Kota Bogor 8 0 0
Kota Cimahi 8 12.806 7.003
Kota Cirebon 3 0 0
Kota Depok NIHIL NIHIL NIHIL
Kota Sukabumi 6 0 0
Kota Tasikmalaya 3 4.417 5.948
TOTAL 286 52.409 20.806
Keterangan: 1. Nihil = Data tidak tersedia / Tidak memiliki TPU yg dikelola
oleh Pemda, Dikelola oleh desa/Kelurahan
2. Nilai 0 adalah tidak diberikan lebih rinci terkait jumlah
tersebut
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui Ketersediaan dari Makam Aktif di Jawa Barat tersedia
sebanyak 52.409 Makam, walaupun dari jumlah tersebut hanya berasal dari 4 kabupaten/kota saja. Untuk
kecamatan yang paling banyak memiliki makam aktif terdapat di Kota Bandung, yang mana makam aktif
tersebut tersedia di TPU Astana Anyar dan TPU Babakan Ciparay.
34
SIMULASI DAN PREDIKSI PANDEMI COVID-19 DI JAWA BARAT
4.1 Tujuan
Model Simulasi SIR atau analisis model SIR (Susceptible-Infected-Recovered) digunakan untuk
melakukan simulasi terhadap puncak pandemi wabah penyakit COVID-19 di Provinsi Jawa Barat.
4.2 Pemodelan yang Akan Dilaksanakan
Model ini digunakan untuk prediksi puncak pandemi pada klaster kejadian terlaporkan terbanyak
berbasis data yang diumumkan (reported cases), sehingga tidak bisa menganalisis unreported cases.
Kegiatan pemodelan yang akan dilakukan adalah:
1. Simulasi Puncak Pandemi COVID-19 Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei 2020);
2. Simulasi Fasilitas Kesehatan di Provinsi Jawa Barat terkait Persebaran Pandemi COVID-19 (per 10 Mei
2020);
3. Simulasi Jumlah Kebutuhan dan Penginapan Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Barat terkait
Persebaran Pandemi COVID-19 (per 10 Mei 2020);
4. Simulasi Kebutuhan APD dan Alat Kesehatan Lainnya Terkait Persebaran COVID-19 di Provinsi Jawa
Barat (per 10 Mei 2020);
5. Simulasi Tempat Pemakaman Pasien Meninggal COVID-19 di Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei 2020);
6. Simulasi Pemberian Bantuan Masyarakat Miskin dan Rentan Miskin Terkena Dampak Ekonomi Akibat
COVID-19;
7. Simulasi Kebutuhan Bahan Pokok bagi Masyarakat Selama Pandemi COVID-19; dan
8. Simulasi kebutuhan dan penyediaan anggaran penanggulangan COVID-19;
4.3 Kerangka Analisis
35
4.4 Metode dan Sumber Data yang Digunakan
Sumber data yang digunakan bersumber dari data yang diumumkan (repoted case) dari PIKOBAR
(www.pikobar-jabar.go.id). Sementara itu, metode yang digunakan adalah Model Sederhana SIR
(Susceptible-Infected-Recovered) yang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu:
1. Populasi yang rawan terdampak wabah penyakit (S)
2. Individu yang dinyatakan positif (I)
3. Individu yang dinyatakan sembuh (R)
S = Proporsi populasi rawan terdampak dari total populasi (susceptible); S diasumsikan
seluruh populasi Provinsi Jawa Barat yang belum terinfeksi.
I = Proporsi individu positif dari total populasi (infected).
R = Proporsi individu sembuh atau meninggal dari total populasi (removed).
B = Tingkat transmisi COVID-19
c = Jumlah kontak yang ditemui individu positif per satuan waktu (contact rate)
p = Kemungkinan penularan per kontak (transmissibility)
y = Recovery rate (recovery person/infected person)
= 1/d
d = Infectious period
R0 = Jumlah kasus berikutnya yang ditimbulkan oleh seorang individu positif pada saat
infectious period.
= B/y
Berikut adalah beberapa epidemic parameters berupa angka reproduksi, periode inkubasi, dan
periode infeksi yang terjadi di Kota Wuhan dan sekitarnya.
Epidemic Parameters
Source
Location Reproduction
Number R0
Incubation Period Tinc (in days)
Infectious Period Tinf (in days)
Kucharski et. al Wuhan 3.0 (1.5 — 4.5) 5.2 2.9
Li, Leung and Leung Wuhan 2.2 (1.4 — 3.9) 5.2 (4.1 — 7.0) 2.3 (0.0 — 14.9)
Wu et. al Greater Wuhan 2.68 (2.47 — 2.86) 6.1 2.3
WHO Initial Estimate Hubei 1.95 (1.4 — 2.5)
36
Source
Location Reproduction
Number R0
Incubation Period Tinc (in days)
Infectious Period Tinf (in days)
WHO-China Joint Mission
Hubei 2.25 (2.0 — 2.5) 5.5 (5.0 - 6.0)
Liu et. al Guangdong 4.5 (4.4 — 4.6) 4.8 (2.2 — 7.4) 2.9 (0 — 5.9)
Rocklöv, Sjödin and Wilder-Smith
Princess Diamond 14.8 5.0 10.0
Backer, Klinkenberg, Wallinga
Wuhan 6.5 (5.6 — 7.9)
Read et. al Wuhan 3.11 (2.39 — 4.13)
Bi et. al Shenzhen 4.8 (4.2 — 5.4) 1.5 (0 — 3.4)
Tang et. al China 6.47 (5.71 — 7.23)
Sumber: Epidemic Calculator, 2020 (http://gabgoh.github.io/COVID/)
Dengan mengacu epidemic parameters pada pusat Kota Wuhan, sebagaimana tercantum pada
tabel di atas, berikut ini merupakan tabel asumsi yang digunakan pada model SIR yang dilakukan dalam
simulasi ini.
Asumsi Model SIR
Asumsi Nilai
Model SIR (Susceptible – Infectious – Reecovered)
Skenario Normal R0 = 2,68
Skenario Kebijakan PSBB: Contact Rate berkurang 40% / R0 = 0,94 dengan PSBB Jawa Barat mulai
berlaku efektif 7 hari setelah pelaksanaan kebijakan serta penegakan aturan
yang berlaku dilakukan secara efektif
S0 Populasi penduduk desa/kelurahan yang memiliki pasien positif COVID-19
pada Tanggal 7 Mei 2020
Recovery Rate 1/14
Masa Inkubasi 6 Hari
Delay Hasil Tes 8 Hari
Sumber: Hasil Analisis, 2020
4.5 Hasil Simulasi
4.5.1 Simulasi Puncak Pandemi COVID-19 Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei 2020)
Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, berikut adalah jumlah kasus positif COVID-19 di
Provinsi Jawa Barat dengan kolom yang berwarna merah adalah jumlah kasus positif pada puncak
pandemi.
37
Jumlah Kasus Positif Covid -19 di Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei 2020)
Tanggal Tanpa Interverensi
Kebijakan PSBB Bodebek
PSBB Bodebek dan Bandung Raya
PSBB Jawa Barat
21-Feb 3 3 3 3
22-Feb 5 5 5 5
23-Feb 5 5 5 5
24-Feb 5 5 5 5
25-Feb 6 6 6 6
26-Feb 6 6 6 6
27-Feb 8 8 8 8
28-Feb 8 8 8 8
29-Feb 9 9 9 9
1-Mar 12 12 12 12
2-Mar 17 17 17 17
3-Mar 18 18 18 18
4-Mar 31 31 31 31
5-Mar 36 36 36 36
6-Mar 41 41 41 41
7-Mar 57 57 57 57
8-Mar 63 63 63 63
9-Mar 71 71 71 71
10-Mar 81 81 81 81
11-Mar 94 94 94 94
12-Mar 106 106 106 106
13-Mar 120 120 120 120
14-Mar 134 134 134 134
15-Mar 153 153 153 153
16-Mar 173 173 173 173
17-Mar 192 192 192 192
18-Mar 214 214 214 214
19-Mar 241 241 241 241
20-Mar 271 271 271 271
21-Mar 308 308 308 308
22-Mar 344 344 344 344
23-Mar 386 386 386 386
24-Mar 439 439 439 439
25-Mar 500 500 500 500
26-Mar 564 564 564 564
27-Mar 631 631 631 631
28-Mar 711 711 711 711
29-Mar 802 802 802 802
30-Mar 903 903 903 903
31-Mar 1016 1016 1016 1016
1-Apr 1144 1144 1144 1144
2-Apr 1285 1285 1285 1285
3-Apr 1451 1451 1451 1451
4-Apr 1634 1634 1634 1634
5-Apr 1843 1843 1843 1843
6-Apr 2072 2072 2072 2072
38
Tanggal Tanpa Interverensi
Kebijakan PSBB Bodebek
PSBB Bodebek dan Bandung Raya
PSBB Jawa Barat
7-Apr 2338 2338 2338 2338
8-Apr 2633 2633 2633 2633
9-Apr 2966 2966 2966 2966
10-Apr 3342 3342 3342 3342
11-Apr 3764 3764 3764 3764
12-Apr 4241 4241 4241 4241
13-Apr 4780 4781 4781 4781
14-Apr 5383 4948 4948 4948
15-Apr 6069 5141 5141 5141
16-Apr 6833 5352 5352 5352
17-Apr 7702 5598 5598 5598
18-Apr 8679 5876 5876 5876
19-Apr 9777 6188 6188 6188
20-Apr 11013 6541 6541 6541
21-Apr 12401 6940 6940 6940
22-Apr 13934 7356 7159 7159
23-Apr 15658 7828 7405 7405
24-Apr 17604 8362 7682 7682
25-Apr 19781 8957 7992 7992
26-Apr 22239 9632 8345 8345
27-Apr 24994 10387 8738 8738
28-Apr 28089 11233 9177 9177
29-Apr 31565 12184 9669 9669
30-Apr 35466 13247 10218 10218
1-May 39838 14436 10829 10829
2-May 44743 15764 11504 11504
3-May 50231 17243 12254 12254
4-May 56375 18891 13078 13078
5-May 63248 20731 13994 13994
6-May 70920 22767 14992 14992
7-May 79491 25031 16089 16089
8-May 89045 27537 17284 17284
9-May 99685 30310 18590 18590
10-May 111524 33374 20004 20004
11-May 124675 36751 21533 21533
12-May 141907 43112 25824 25824
13-May 157602 46738 27129 25521
14-May 174968 50728 28525 25211
15-May 194149 55108 30002 24902
16-May 215292 59921 31577 24602
17-May 238551 65197 33240 24305
18-May 264072 70971 34987 24007
19-May 292006 77289 36826 23716
20-May 322501 84196 38752 23431
21-May 355685 91734 40770 23150
22-May 391681 99957 42877 22875
23-May 430585 108913 45076 22565
39
Tanggal Tanpa Interverensi
Kebijakan PSBB Bodebek
PSBB Bodebek dan Bandung Raya
PSBB Jawa Barat
24-May 472473 118660 47373 22254
25-May 517380 129245 49764 21948
26-May 565311 140728 52257 21650
27-May 616222 153159 54853 21350
28-May 670010 166579 57547 21052
29-May 726524 181035 60344 20758
30-May 785553 196564 63244 20467
31-May 846820 213186 66243 20182
1-Jun 909990 230914 69332 19898
2-Jun 974669 249744 72508 19618
3-Jun 1040407 269659 75757 19345
4-Jun 1106709 290615 79057 19068
5-Jun 1173047 312555 82399 18798
6-Jun 1238861 335399 85761 18535
7-Jun 1303586 359041 89117 18274
8-Jun 1366648 383356 92439 18012
9-Jun 1427485 408195 95702 17761
10-Jun 1485567 433388 98872 17508
11-Jun 1540390 458751 101922 17262
12-Jun 1591492 484079 104817 17016
13-Jun 1638467 509150 107530 16778
14-Jun 1680959 533746 110030 16544
15-Jun 1718673 557631 112287 16306
16-Jun 1751376 580583 114287 16079
17-Jun 1778889 602362 115998 15854
18-Jun 1801095 622757 117408 15629
19-Jun 1817935 641561 118500 15410
20-Jun 1829414 658597 119278 15195
21-Jun 1835574 673687 119722 14982
22-Jun 1836525 686704 119841 14776
23-Jun 1832405 697535 119637 14571
24-Jun 1823408 706105 119119 14367
25-Jun 1809767 712370 118297 14168
26-Jun 1791740 716320 117191 13974
27-Jun 1769620 717978 115819 13782
28-Jun 1743717 717388 114195 13589
29-Jun 1714370 714640 112348 13407
30-Jun 1681917 709830 110296 13223
1-Jul 1646707 703080 108060 13044
2-Jul 1609090 694536 105670 12866
3-Jul 1569419 684347 103148 12693
4-Jul 1528021 672669 100511 12520
5-Jul 1485223 659672 97786 12352
6-Jul 1441341 645520 94989 12185
7-Jul 1396660 630375 92145 12024
8-Jul 1351446 614393 89266 11865
9-Jul 1305956 597726 86369 11704
40
Tanggal Tanpa Interverensi
Kebijakan PSBB Bodebek
PSBB Bodebek dan Bandung Raya
PSBB Jawa Barat
10-Jul 1260411 580519 83472 11551
11-Jul 1215020 562903 80584 11399
12-Jul 1169964 545002 77720 11250
13-Jul 1125405 526928 74885 11101
14-Jul 1081488 508788 72094 10955
15-Jul 1038333 490670 69355 10813
16-Jul 996044 472654 66670 10672
17-Jul 954706 454813 64045 10535
18-Jul 914399 437209 61487 10400
19-Jul 875173 419897 58999 10265
20-Jul 837075 402919 56582 10135
21-Jul 800140 386315 54239 10009
22-Jul 764394 370118 51971 9881
23-Jul 729847 354351 49783 9759
24-Jul 696505 339028 47662 9634
25-Jul 664372 324175 45625 9514
26-Jul 633439 309797 43664 9395
27-Jul 603692 295896 41771 9276
28-Jul 575118 282482 39958 9163
29-Jul 547697 269554 38219 9052
30-Jul 521399 257102 36544 8935
31-Jul 496205 245130 34943 8829
1-Aug 472086 233629 33410 8720
2-Aug 449011 222593 31944 8617
3-Aug 426949 212005 30538 8509
4-Aug 405867 201861 29193 8410
5-Aug 385740 192152 27909 8308
6-Aug 366527 182862 26684 8209
7-Aug 348200 173978 25511 8110
8-Aug 330727 165493 24397 8017
9-Aug 314069 157386 23329 7921
10-Aug 298201 149649 22314 7829
11-Aug 283089 142267 21344 7736
12-Aug 268702 135230 20422 7646
13-Aug 255007 128519 19540 7559
14-Aug 241980 122126 18700 7469
15-Aug 229589 116038 17903 7384
16-Aug 217806 110241 17144 7299
17-Aug 206603 104721 16418 7216
18-Aug 195962 99475 15731 7131
19-Aug 185845 94479 15076 7055
20-Aug 176237 89731 14454 6975
21-Aug 167113 85216 13860 6895
22-Aug 158443 80923 13296 6820
23-Aug 150214 76844 12756 6741
24-Aug 142401 72967 12246 6667
25-Aug 134989 69287 11761 6596
41
Tanggal Tanpa Interverensi
Kebijakan PSBB Bodebek
PSBB Bodebek dan Bandung Raya
PSBB Jawa Barat
26-Aug 127951 65788 11296 6522
27-Aug 121273 62468 10857 6449
28-Aug 114938 59315 10439 6378
29-Aug 108930 56322 10041 6309
30-Aug 103228 53480 9662 6240
31-Aug 97821 50783 9304 6174
1-Sep 92694 48225 8962 6108
2-Sep 87836 45798 8639 6042
3-Sep 83222 43490 8328 5979
4-Sep 78853 41307 8034 5914
5-Sep 74709 39233 7753 5851
6-Sep 70780 37265 7486 5788
7-Sep 67056 35399 7234 5732
8-Sep 63530 33634 6994 5671
9-Sep 60183 31953 6763 5611
10-Sep 57017 30365 6548 5555
11-Sep 54012 28856 6340 5499
12-Sep 51165 27424 6141 5442
13-Sep 48468 26067 5951 5384
14-Sep 45912 24782 5775 5330
15-Sep 43492 23564 5602 5275
16-Sep 41196 22407 5440 5221
17-Sep 39022 21309 5283 5169
18-Sep 36965 20273 5140 5118
19-Sep 35017 19291 4999 5066
20-Sep 33166 18355 4865 5017
21-Sep 31417 17471 4736 4965
22-Sep 29758 16630 4614 4917
23-Sep 28186 15834 4498 4870
24-Sep 26700 15082 4387 4821
25-Sep 25293 14371 4285 4776
26-Sep 23956 13691 4181 4727
27-Sep 22693 13049 4084 4681
28-Sep 21495 12440 3994 4640
29-Sep 20359 11862 3905 4592
30-Sep 19287 11316 3822 4548
1-Oct 18268 10794 3738 4504
2-Oct 17304 10306 3665 4463
3-Oct 16391 9838 3591 4422
4-Oct 15532 9399 3523 4379
5-Oct 14711 8980 3454 4341
6-Oct 13937 8582 3390 4296
7-Oct 13202 8205 3327 4258
8-Oct 12508 7850 3272 4218
9-Oct 11849 7510 3215 4177
10-Oct 11221 7184 3154 4138
11-Oct 10633 6882 3104 4100
42
Tanggal Tanpa Interverensi
Kebijakan PSBB Bodebek
PSBB Bodebek dan Bandung Raya
PSBB Jawa Barat
12-Oct 10078 6595 3057 4064
13-Oct 9546 6320 3008 4025
14-Oct 9043 6058 2960 3990
15-Oct 8566 5811 2914 3951
16-Oct 8122 5582 2877 3919
17-Oct 7691 5357 2833 3883
18-Oct 7290 5147 2794 3846
19-Oct 6907 4946 2756 3815
20-Oct 6545 4756 2719 3780
21-Oct 6204 4578 2685 3747
22-Oct 5879 4408 2651 3713
23-Oct 5571 4244 2616 3678
24-Oct 5280 4090 2586 3648
25-Oct 5003 3943 2555 3617
26-Oct 4744 3806 2526 3586
27-Oct 4494 3673 2497 3554
28-Oct 4261 3547 2469 3523
29-Oct 4040 3428 2444 3493
30-Oct 3828 3314 2416 3463
31-Oct 3628 3207 2391 3433
1-Nov 3444 3108 2369 3403
2-Nov 3264 3008 2344 3373
3-Nov 3093 2914 2320 3346
4-Nov 2933 2827 2296 3314
5-Nov 2781 2742 2275 3289
6-Nov 2640 2666 2256 3263
7-Nov 2503 2589 2236 3234
8-Nov 2375 2519 2218 3207
9-Nov 2251 2449 2196 3182
10-Nov 2134 2383 2177 3158
11-Nov 2024 2321 2157 3130
12-Nov 1920 2260 2139 3103
13-Nov 1822 2204 2121 3076
14-Nov 1730 2151 2105 3052
15-Nov 1643 2101 2089 3027
16-Nov 1556 2049 2070 3002
17-Nov 1480 2003 2055 2978
18-Nov 1403 1958 2037 2953
19-Nov 1331 1916 2024 2930
20-Nov 1266 1878 2012 2907
21-Nov 1202 1839 1996 2883
22-Nov 1140 1802 1982 2863
23-Nov 1082 1765 1965 2835
24-Nov 1029 1733 1953 2815
25-Nov 976 1699 1940 2795
26-Nov 925 1666 1924 2771
27-Nov 881 1638 1913 2751
43
Tanggal Tanpa Interverensi
Kebijakan PSBB Bodebek
PSBB Bodebek dan Bandung Raya
PSBB Jawa Barat
28-Nov 838 1610 1899 2726
29-Nov 796 1583 1886 2707
30-Nov 757 1557 1875 2686
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Simulasi Puncak Pandemi COVID19 terhadap Kebijakan PSBB di Jawa Barat (per 10 Mei 2020)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berikut adalah interpretasi dari Puncak Pandemi COVID-19 Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei 2020):
1. Terjadi perbedaan kasus puncak di tiap daerah;
2. Selain itu, terdapat perbedaan penurunan puncak;
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
1800000
2000000
21-Feb 21-Mar 21-Apr 21-May 21-Jun 21-Jul 21-Aug 21-Sep 21-Oct 21-Nov
Tanpa Interverensi Kebijakan PSBB Bodebek PSBB Bodebek dan Bandung Raya PSBB Jawa Barat
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
20-Mar 30-Mar 09-Apr 19-Apr 29-Apr 09-May 19-May 29-May 08-Jun
Tanpa Interverensi Kebijakan PSBB Bodebek PSBB Bodebek dan Bandung Raya PSBB Jawa Barat
44
3. Pada skenario pertama (R0=2.68) dengan asumsi tidak ada pembatasan sosial dan dalam kondisi
normal, jumlah yang terkena infeksi akan cepat meningkat dan puncak wabah sangat tinggi yaitu
1.835.574 kasus;
4. Pada skenario kedua dengan asumsi adanya pendekatan PSBB khusus di Bodebek, puncak pandemi
akan menurun dan puncaknya agak rendah dibandingkan kondisi normal yaitu 712.370 kasus;
5. Pada kondisi ketiga dengan asumsi adanya pendekatan PSBB di Bodebek dan Bandung Raya, jumlah
yang terkena infeksi agak melambat dan puncaknya sangat rendah yaitu 117.408 kasus;
6. Sedangkan pada skenario keempat, jumlah kasus pada puncak lebih rendah dibandingkan skenario
lainnya yaitu 25.824 kasus.
Hasil simulasi ini dapat ditingkatkan dengan adanya data dan informasi yang detail. Misalnya,
jumlah kasus positif yang tercatat. Saat ini terlihat adanya gap antara data yang tercatat di PIKOBAR dan
data dari daerah-daerah. Selain itu, jumlah PDP/ODP cenderung meningkat, sedangkan jumlah kasus
positif cenderung stagnan.
4.5.2 Simulasi Fasilitas Kesehatan di Provinsi Jawa Barat terkait Persebaran Pandemi COVID-19 (per
10 Mei 2020)
Tujuan dari simulasi ini dilakukan adalah melakukan pemodelan kebutuhan fasilitas kesehatan
terhadap wabah pandemi COVID-19 di Provinsi Jawa Barat serta mengidentifikasi jumlah kebutuhan
fasilitas kesehatan yang dibutuhkan pada selama pandemi COVID-19 di Provinsi Jawa Barat. Pemodelan
yang dilakukan menggunakan model SIR dengan skenario R0=2,68.
Sumber data yang digunakan dalam pemodelan ini adalah jumlah kasus COVID-19 di Provinsi Jawa
Barat (jumlah pasien positif dan pasien dalam pemeriksaan) dan jumlah penduduk menurut
Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat). Adapun
asumsi yang digunakan dalam pemodelan ini adalah sebagai berikut:
1. Asumsi Penduduk yang Terinfeksi
Dalam melakukan simulasi SIR digunakan beberapa asumsi dalam bentuk persentase dari kasus
penduduk yang terinfeksi, yaitu:
a. 20% penduduk yang terinfeksi merupakan kasus tanpa gejala (Asymptomatic Case)
b. 80% penduduk yang terinfeksi merupakan kasus dengan gejala (Symptomatic Case)
c. 80% dari kasus dengan gejala merupakan kasus dengan status ringan
d. 15% dari kasus dengan gejala merupakan kasus dengan status berat
e. 5% dari kasus dengan gejala merupakan kasus dengan status kritis
2. Asumsi Perhitungan Kebutuhan Fasilitas Kesehatan (Jumlah Tempat Tidur)
Dalam melakukan perhitungan kebutuhan fasilitas kesehatan digunakan asumsi bahwa pasien yang
dilaporkan dan hasil asumsi proyeksi pasien yang akan terinfeksi. Persentase pasien yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit dibagi menjadi 5 (lima) tipe yaitu:
45
Asumsi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan
Asumsi Nilai
% Kebutuhan Kasur 20% dari pasien aktif
% Kasus Parah (membutuhkan bantuan oksigen) 15% dari pasien aktif
% Kasus Kritis ICU (membutuhkan ventilator mekanik) 5% dari pasien aktif
% Kasus Kritis (membutuhkan ECMO) 0,5% dari Kasus Kritis ICU
% Kasus Kritis (membutuhkan RRT) 0,8% dari Kasus Kritis ICU
Sumber: Health Workforce Estimator, 2020
Berikut adalah tabel rincian kebutuhan fasilitas Kesehatan berdasarkan simulasi per 10 Mei 2020
dapat dengan baris berwarna kuning adalah akhir bulan dan baris berwarna merah merupakan puncak
pandemi COVID-19.
Rincian Simulasi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan (per 10 Mei 2020)
Tanggal Pasien Aktif
Kebutuhan Kasur
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Parah
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Kritis
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan ECMO)
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan RRT)
21/02/2020 3 1 1 1 1 1
22/02/2020 5 1 1 1 1 1
23/02/2020 5 1 1 1 1 1
24/02/2020 5 1 1 1 1 1
25/02/2020 6 2 1 1 1 1
26/02/2020 6 2 1 1 1 1
27/02/2020 8 2 2 1 1 1
28/02/2020 8 2 2 1 1 1
29/02/2020 9 2 2 1 1 1
01/03/2020 12 3 2 1 1 1
02/03/2020 17 4 3 1 1 1
03/03/2020 18 4 3 1 1 1
04/03/2020 31 7 5 2 1 1
05/03/2020 36 8 6 2 1 1
06/03/2020 41 9 7 3 1 1
07/03/2020 57 12 9 3 1 1
08/03/2020 63 13 10 4 1 1
09/03/2020 71 15 11 4 1 1
10/03/2020 81 17 13 5 1 1
11/03/2020 94 19 15 5 1 1
12/03/2020 106 22 16 6 1 1
13/03/2020 120 24 18 6 1 1
14/03/2020 134 27 21 7 1 1
15/03/2020 153 31 23 8 1 1
16/03/2020 173 35 26 9 1 1
17/03/2020 192 39 29 10 1 1
18/03/2020 214 43 33 11 1 1
19/03/2020 241 49 37 13 1 1
20/03/2020 271 55 41 14 1 1
46
Tanggal Pasien Aktif
Kebutuhan Kasur
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Parah
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Kritis
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan ECMO)
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan RRT)
21/03/2020 308 62 47 16 1 1
22/03/2020 344 69 52 18 1 1
23/03/2020 386 78 58 20 1 1
24/03/2020 439 88 66 22 1 1
25/03/2020 500 100 75 25 1 1
26/03/2020 564 113 85 29 1 1
27/03/2020 631 127 95 32 1 1
28/03/2020 711 143 107 36 1 1
29/03/2020 802 161 121 41 1 1
30/03/2020 903 181 136 46 1 1
31/03/2020 1016 204 153 51 1 1
01/04/2020 1144 229 172 58 1 1
02/04/2020 1285 257 193 65 1 1
03/04/2020 1451 291 218 73 1 1
04/04/2020 1634 327 246 82 1 1
05/04/2020 1843 369 277 93 1 1
06/04/2020 2072 415 311 104 1 1
07/04/2020 2338 468 351 117 1 1
08/04/2020 2633 527 395 132 1 2
09/04/2020 2966 594 445 149 1 2
10/04/2020 3342 669 502 168 1 2
11/04/2020 3764 753 565 189 1 2
12/04/2020 4241 849 637 213 2 2
13/04/2020 4781 957 718 240 2 2
14/04/2020 4948 990 743 248 2 2
15/04/2020 5141 1029 772 258 2 3
16/04/2020 5352 1071 803 268 2 3
17/04/2020 5598 1120 840 280 2 3
18/04/2020 5876 1176 882 294 2 3
19/04/2020 6188 1238 929 310 2 3
20/04/2020 6541 1309 982 328 2 3
21/04/2020 6940 1388 1041 347 2 3
22/04/2020 7159 1432 1074 358 2 3
23/04/2020 7405 1481 1111 371 2 3
24/04/2020 7682 1537 1153 385 2 4
25/04/2020 7992 1599 1199 400 2 4
26/04/2020 8345 1669 1252 418 3 4
27/04/2020 8738 1748 1311 437 3 4
28/04/2020 9177 1836 1377 459 3 4
29/04/2020 9669 1934 1451 484 3 4
30/04/2020 10218 2044 1533 511 3 5
01/05/2020 10829 2166 1625 542 3 5
02/05/2020 11504 2301 1726 576 3 5
03/05/2020 12254 2451 1839 613 4 5
47
Tanggal Pasien Aktif
Kebutuhan Kasur
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Parah
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Kritis
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan ECMO)
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan RRT)
04/05/2020 13078 2616 1962 654 4 6
05/05/2020 13994 2799 2100 700 4 6
06/05/2020 14992 2999 2249 750 4 6
07/05/2020 16089 3218 2414 805 5 7
08/05/2020 17284 3457 2593 865 5 7
09/05/2020 18590 3718 2789 930 5 8
10/05/2020 20004 4001 3001 1001 6 9
11/05/2020 21533 4307 3230 1077 6 9
12/05/2020 25824 5165 3874 1292 7 11
13/05/2020 25521 5105 3829 1277 7 11
14/05/2020 25211 5043 3782 1261 7 11
15/05/2020 24902 4981 3736 1246 7 10
16/05/2020 24602 4921 3691 1231 7 10
17/05/2020 24305 4861 3646 1216 7 10
18/05/2020 24007 4802 3602 1201 7 10
19/05/2020 23716 4744 3558 1186 6 10
20/05/2020 23431 4687 3515 1172 6 10
21/05/2020 23150 4630 3473 1158 6 10
22/05/2020 22875 4575 3432 1144 6 10
23/05/2020 22565 4513 3385 1129 6 10
24/05/2020 22254 4451 3339 1113 6 9
25/05/2020 21948 4390 3293 1098 6 9
26/05/2020 21650 4330 3248 1083 6 9
27/05/2020 21350 4270 3203 1068 6 9
28/05/2020 21052 4211 3158 1053 6 9
29/05/2020 20758 4152 3114 1038 6 9
30/05/2020 20467 4094 3071 1024 6 9
31/05/2020 20182 4037 3028 1010 6 9
01/06/2020 19898 3980 2985 995 5 8
02/06/2020 19618 3924 2943 981 5 8
03/06/2020 19345 3869 2902 968 5 8
04/06/2020 19068 3814 2861 954 5 8
05/06/2020 18798 3760 2820 940 5 8
06/06/2020 18535 3707 2781 927 5 8
07/06/2020 18274 3655 2742 914 5 8
08/06/2020 18012 3603 2702 901 5 8
09/06/2020 17761 3553 2665 889 5 8
10/06/2020 17508 3502 2627 876 5 8
11/06/2020 17262 3453 2590 864 5 7
12/06/2020 17016 3404 2553 851 5 7
13/06/2020 16778 3356 2517 839 5 7
14/06/2020 16544 3309 2482 828 5 7
15/06/2020 16306 3262 2446 816 5 7
16/06/2020 16079 3216 2412 804 5 7
48
Tanggal Pasien Aktif
Kebutuhan Kasur
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Parah
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Kritis
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan ECMO)
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan RRT)
17/06/2020 15854 3171 2379 793 4 7
18/06/2020 15629 3126 2345 782 4 7
19/06/2020 15410 3082 2312 771 4 7
20/06/2020 15195 3039 2280 760 4 7
21/06/2020 14982 2997 2248 750 4 6
22/06/2020 14776 2956 2217 739 4 6
23/06/2020 14571 2915 2186 729 4 6
24/06/2020 14367 2874 2156 719 4 6
25/06/2020 14168 2834 2126 709 4 6
26/06/2020 13974 2795 2097 699 4 6
27/06/2020 13782 2757 2068 690 4 6
28/06/2020 13589 2718 2039 680 4 6
29/06/2020 13407 2682 2012 671 4 6
30/06/2020 13223 2645 1984 662 4 6
01/07/2020 13044 2609 1957 653 4 6
02/07/2020 12866 2574 1930 644 4 6
03/07/2020 12693 2539 1904 635 4 6
04/07/2020 12520 2504 1878 626 4 6
05/07/2020 12352 2471 1853 618 4 5
06/07/2020 12185 2437 1828 610 4 5
07/07/2020 12024 2405 1804 602 4 5
08/07/2020 11865 2373 1780 594 3 5
09/07/2020 11704 2341 1756 586 3 5
10/07/2020 11551 2311 1733 578 3 5
11/07/2020 11399 2280 1710 570 3 5
12/07/2020 11250 2250 1688 563 3 5
13/07/2020 11101 2221 1666 556 3 5
14/07/2020 10955 2191 1644 548 3 5
15/07/2020 10813 2163 1622 541 3 5
16/07/2020 10672 2135 1601 534 3 5
17/07/2020 10535 2107 1581 527 3 5
18/07/2020 10400 2080 1560 520 3 5
19/07/2020 10265 2053 1540 514 3 5
20/07/2020 10135 2027 1521 507 3 5
21/07/2020 10009 2002 1502 501 3 5
22/07/2020 9881 1977 1483 495 3 4
23/07/2020 9759 1952 1464 488 3 4
24/07/2020 9634 1927 1446 482 3 4
25/07/2020 9514 1903 1428 476 3 4
26/07/2020 9395 1879 1410 470 3 4
27/07/2020 9276 1856 1392 464 3 4
28/07/2020 9163 1833 1375 459 3 4
29/07/2020 9052 1811 1358 453 3 4
30/07/2020 8935 1787 1341 447 3 4
49
Tanggal Pasien Aktif
Kebutuhan Kasur
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Parah
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Kritis
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan ECMO)
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan RRT)
31/07/2020 8829 1766 1325 442 3 4
01/08/2020 8720 1744 1308 436 3 4
02/08/2020 8617 1724 1293 431 3 4
03/08/2020 8509 1702 1277 426 3 4
04/08/2020 8410 1682 1262 421 3 4
05/08/2020 8308 1662 1247 416 3 4
06/08/2020 8209 1642 1232 411 3 4
07/08/2020 8110 1622 1217 406 3 4
08/08/2020 8017 1604 1203 401 3 4
09/08/2020 7921 1585 1189 397 2 4
10/08/2020 7829 1566 1175 392 2 4
11/08/2020 7736 1548 1161 387 2 4
12/08/2020 7646 1530 1147 383 2 4
13/08/2020 7559 1512 1134 378 2 4
14/08/2020 7469 1494 1121 374 2 3
15/08/2020 7384 1477 1108 370 2 3
16/08/2020 7299 1460 1095 365 2 3
17/08/2020 7216 1444 1083 361 2 3
18/08/2020 7131 1427 1070 357 2 3
19/08/2020 7055 1411 1059 353 2 3
20/08/2020 6975 1395 1047 349 2 3
21/08/2020 6895 1379 1035 345 2 3
22/08/2020 6820 1364 1023 341 2 3
23/08/2020 6741 1349 1012 338 2 3
24/08/2020 6667 1334 1001 334 2 3
25/08/2020 6596 1320 990 330 2 3
26/08/2020 6522 1305 979 327 2 3
27/08/2020 6449 1290 968 323 2 3
28/08/2020 6378 1276 957 319 2 3
29/08/2020 6309 1262 947 316 2 3
30/08/2020 6240 1248 936 312 2 3
31/08/2020 6174 1235 927 309 2 3
01/09/2020 6108 1222 917 306 2 3
02/09/2020 6042 1209 907 303 2 3
03/09/2020 5979 1196 897 299 2 3
04/09/2020 5914 1183 888 296 2 3
05/09/2020 5851 1171 878 293 2 3
06/09/2020 5788 1158 869 290 2 3
07/09/2020 5732 1147 860 287 2 3
08/09/2020 5671 1135 851 284 2 3
09/09/2020 5611 1123 842 281 2 3
10/09/2020 5555 1111 834 278 2 3
11/09/2020 5499 1100 825 275 2 3
12/09/2020 5442 1089 817 273 2 3
50
Tanggal Pasien Aktif
Kebutuhan Kasur
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Parah
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Kritis
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan ECMO)
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan RRT)
13/09/2020 5384 1077 808 270 2 3
14/09/2020 5330 1066 800 267 2 3
15/09/2020 5275 1055 792 264 2 3
16/09/2020 5221 1045 784 262 2 3
17/09/2020 5169 1034 776 259 2 3
18/09/2020 5118 1024 768 256 2 3
19/09/2020 5066 1014 760 254 2 3
20/09/2020 5017 1004 753 251 2 3
21/09/2020 4965 993 745 249 2 2
22/09/2020 4917 984 738 246 2 2
23/09/2020 4870 974 731 244 2 2
24/09/2020 4821 965 724 242 2 2
25/09/2020 4776 956 717 239 2 2
26/09/2020 4727 946 710 237 2 2
27/09/2020 4681 937 703 235 2 2
28/09/2020 4640 928 696 232 2 2
29/09/2020 4592 919 689 230 2 2
30/09/2020 4548 910 683 228 2 2
01/10/2020 4504 901 676 226 2 2
02/10/2020 4463 893 670 224 2 2
03/10/2020 4422 885 664 222 2 2
04/10/2020 4379 876 657 219 2 2
05/10/2020 4341 869 652 218 2 2
06/10/2020 4296 860 645 215 2 2
07/10/2020 4258 852 639 213 2 2
08/10/2020 4218 844 633 211 2 2
09/10/2020 4177 836 627 209 2 2
10/10/2020 4138 828 621 207 2 2
11/10/2020 4100 820 615 205 2 2
12/10/2020 4064 813 610 204 2 2
13/10/2020 4025 805 604 202 2 2
14/10/2020 3990 798 599 200 1 2
15/10/2020 3951 791 593 198 1 2
16/10/2020 3919 784 588 196 1 2
17/10/2020 3883 777 583 195 1 2
18/10/2020 3846 770 577 193 1 2
19/10/2020 3815 763 573 191 1 2
20/10/2020 3780 756 567 189 1 2
21/10/2020 3747 750 563 188 1 2
22/10/2020 3713 743 557 186 1 2
23/10/2020 3678 736 552 184 1 2
24/10/2020 3648 730 548 183 1 2
25/10/2020 3617 724 543 181 1 2
26/10/2020 3586 718 538 180 1 2
51
Tanggal Pasien Aktif
Kebutuhan Kasur
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Parah
Kebutuhan Kasur
dengan Kasus Kritis
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan ECMO)
Kebutuhan Kasur dengan Kasus Parah
(Membutuhkan RRT)
27/10/2020 3554 711 534 178 1 2
28/10/2020 3523 705 529 177 1 2
29/10/2020 3493 699 524 175 1 2
30/10/2020 3463 693 520 174 1 2
31/10/2020 3433 687 515 172 1 2
01/11/2020 3403 681 511 171 1 2
02/11/2020 3373 675 506 169 1 2
03/11/2020 3346 670 502 168 1 2
04/11/2020 3314 663 498 166 1 2
05/11/2020 3289 658 494 165 1 2
06/11/2020 3263 653 490 164 1 2
07/11/2020 3234 647 486 162 1 2
08/11/2020 3207 642 482 161 1 2
09/11/2020 3182 637 478 160 1 2
10/11/2020 3158 632 474 158 1 2
11/11/2020 3130 626 470 157 1 2
12/11/2020 3103 621 466 156 1 2
13/11/2020 3076 616 462 154 1 2
14/11/2020 3052 611 458 153 1 2
15/11/2020 3027 606 455 152 1 2
16/11/2020 3002 601 451 151 1 2
17/11/2020 2978 596 447 149 1 2
18/11/2020 2953 591 443 148 1 2
19/11/2020 2930 586 440 147 1 2
20/11/2020 2907 582 437 146 1 2
21/11/2020 2883 577 433 145 1 2
22/11/2020 2863 573 430 144 1 2
23/11/2020 2835 567 426 142 1 2
24/11/2020 2815 563 423 141 1 2
25/11/2020 2795 559 420 140 1 2
26/11/2020 2771 555 416 139 1 2
27/11/2020 2751 551 413 138 1 2
28/11/2020 2726 546 409 137 1 2
29/11/2020 2707 542 407 136 1 2
30/11/2020 2686 538 403 135 1 2
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berikut ini merupakan grafik hasil simulasi dan peramalan mengenai kebutuhan fasilitas
kesehatan di Provinsi Jawa Barat menggunakan Model SIR.
52
Proyeksi Kebutuan Tempat Tidur (Bed) Rumah Sakit di Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei 2020)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa puncak akan kebutuhan fasilitas kesehatan di
Provinsi Jawa Barat adalah minggu ke-2 bulan Mei, yaitu 12 Mei 2020. Pada puncak tersebut dibutuhkan
5.165 tempat tidur dengan perkiraan pasien positif sebanyak 25.824 pasien, namun saat ini kapasitas
ruang isolasi di Provinsi Jawa Barat hanya ada 611 ruangan.
Setelah melewati puncak pandemi pada akhir bulan Mei dibutuhkan 4.037 tempat tidur dengan
perkiraan jumlah pasien 20.182 orang. Kemudian, pada akhir bulan Juni dibutuhkan 645 tempat tidur
dengan perkiraan jumlah pasien 13.223 orang. Kebutuhan tempat tidur pada akhir bulan Juli 1.766 tempat
tidur dengan perkiraan pasien 8.829 orang, lalu kebutuhan tempat tidur pada akhir bulan Agustus
sebanyak 1.235 tempat tidur dengan perkiraan jumlah pasien 6.174 orang. Kemudian, pada akhir bulan
September membutuhkan 910 tempat tidur, akhir bulan Oktober membutuhkan 687 tempat tidur dan
akhir bulan November membutuhkan 538 tempat tidur.
Berikut adalah interpretasi dari simulasi kebutuhan fasilitas kesehatan di Provinsi Jawa Barat (per
10 Mei 2020)
1. Kenaikan akan kebutuhan fasilitas kesehatan dimulai dari minggu terakhir bulan April 2020;
2. Puncak dari kebutuhan tempat tidur terjadi pada tanggal 12 Mei 2020 yaitu sebanyak 5.165 tempat
tidur, 3.874 tempat tidur dengan kasus parah, 1.292 tempat tidur dengan kasus kritis, 7 tempat tidur
dengan kasus kritis membutuhkan Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO) dan 11 kasus
kritis membutuhkan Renal Replacement Therapy (RRT) dengan perkiraan pasien sebanyak 25.864
orang;
3. Saat ini kapasitas Ruang Isolasi di Provinsi Jawa Barat hanya ada 611 ruangan sehingga kapasitas
ruangan isolasi di Provinsi Jawa Barat mencukupi hingga tanggal 10 April 2020;
Bed Needed Severe Case Critical Case ICU
Critical Case Need ECMO Critical Case Need RRT
53
4. Kebutuhan fasilitas kesehatan mengalami penurunan yang landai pada minggu ke-1 bulan Juni 2020.
4.5.3 Simulasi Jumlah Kebutuhan dan Penginapan Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Barat terkait
Persebaran Pandemi COVID-19 (per 10 Mei 2020)
Tujuan dari simulasi ini adalah melakukan pemodelan kebutuhan tenaga kesehatan (perawat,
asisten tenaga medis, dan dokter) di Provinsi Jawa Barat serta mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga
kesehatan yang dibutuhkan pada setiap bulannya dan juga pada puncak pandemi COVID-19.
Pemodelan dilakukan menggunakan alat bantu (tools) yang telah disediakan oleh WHO, yaitu
Health Workforce Estimator.
Ilustrasi Skenario dalam Perhitungan Menggunakan Health Workforce Estimator
Sumber: Dokumen WHO, 2020
Sumber data yang digunakan dalam simulasi ini adalah jumlah kasus COVID-19 di Provinsi Jawa
Barat yang diambil dari populasi desa (jumlah positif dan pasien dalam pemeriksaan), jumlah tenaga
kesehatan di Provinsi Jawa Barat tahun 2019 berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dalam
dokumen Buku Data Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, jumlah penduduk menurut
54
kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 bersumber dari Publikasi Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Barat, serta R0= - 2.68 (diambil dari: Wu, J. T., Leung, K., & Leung, G. M. (2020). Nowcasting and
forecasting the potential domestic and international spread of the 2019-nCoV outbreak originating in
Wuhan, China: a modelling study. The Lancet, 395(10225), 689-697. untuk kasus SARS MERS di China).
Adapun asumsi yang digunakan dalam simulasi ini adalah sebagai berikut:
1. Asumsi kapasitas dan praktik rumah sakit
Terdapat beberapa asumsi yang digunakan yaitu terkait dengan kebutuhan kasus untuk dirawat di
rumah sakit dan juga kebutuhan tenaga atau alat medis untuk kasus yang ada tergantung dengan
tingkatan dari kasus tersebut, mulai dari sedang, parah, dan kritis. Berikut ini merupakan tabel asumsi
yang digunakan dalam analisis kebutuhan tenaga kesehatan terkait dengan kapasitas dan praktik di
rumah sakit.
Asumsi Kapasitas dan Praktik Rumah Sakit
Asumsi Nilai
% Kebutuhan kasur 20% dari Pasien Aktif
% Kasus parah (membutuhkan bantuan oksigen) 15% dari Pasien Aktif
% Kasus Kritis ICU (membutuhkan ventilator mekanik) 5% dari Pasien Aktif
% Kasus Kritis (membutuhkan ECMO (extracorporeal
membrane oxygenation) 0,50% dari Kasus Kritis ICU
% Kasus Kritis (membutuhkan RRT (renal replacement
therapy) 0,80% Dari Kasus Kritis ICU
Sumber: Health Workforce Estimator, 2020
2. Asumsi perhitungan penginapan & kebutuhan tenaga kesehatan
Dalam menentukan kebutuhan penginapan bagi tenaga kesehatan, angka kebutuhan penginapan
yang dibutuhkan akan sama dengan jumlah kebutuhan tenaga kesehatan pada saat puncak pandemi.
Kemudian untuk kebutuhan tenaga kesehatan terdapat dua buah asumsi yang digunakan pada
tenaga kesehatan perawat dan asisten tenaga medis, yaitu:
Asumsi Kebutuhan Tenaga Kesehatan
Asumsi Nilai
Perawat Profesional
Konfigurasi Shift
Durasi Shift per Hari per Perawat (Jam) 8
Jumlah shift maksimum per minggu per perawat 4
Rasio
Penjaga rawat inap kasus sedang 4
Penjaga rawat inap kasus parah 3
Penjaga rawat inap kasus kritis 1
Penjaga rawat inap kasus kritis (ECMO) 1
Penjaga rawat inap kasus kritis (RRT) 1
Asisten Tenaga Kesehatan
Durasi Shift per Hari per Perawat (Jam) 8
55
Asumsi Nilai
Jumlah shift maksimum per minggu per perawat 4
Rasio
Penjaga rawat inap kasus sedang 8
Penjaga rawat inap kasus parah 6
Penjaga rawat inap kasus kritis 2
Penjaga rawat inap kasus kritis (ECMO) 2
Penjaga rawat inap kasus kritis (RRT) 2 Sumber: Health Workforce Estimator, 2020
3. Asumsi penduduk yang terinfeksi
Dalam melakukan simulasi SIR digunakan beberapa asumsi dalam bentuk persentase dari kasus
penduduk yang dapat terinfeksi adalah populasi penduduk dari seluruh desa/kelurahan yang
memiliki pasien positif.
4. Intervensi Kebijakan
Model yang digunakan merupakan perhitungan tanpa ada kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah.
Berdasarkan Buku Data Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 oleh Divisi
Perencanaan Risat dan Epidemiologi (2020), berikut ini adalah jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2019.
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
No Kabupaten/Kota Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Gizi Total
1 Kabupaten Bogor 399 1.447 510 194 87 2.637
2 Kabupaten Sukabumi 283 680 496 129 39 1.627
3 Kabupaten Cianjur 323 966 806 121 37 2.253
4 Kabupaten Bandung 660 1.621 1.308 168 87 3.844
5 Kabupaten Garut 129 886 564 106 39 1.724
6 Kabupaten Tasikmalaya 381 1.390 1.243 398 40 3.452
7 Kabupaten Ciamis 231 1.405 1.152 147 70 3.005
8 Kabupaten Kuningan 301 1.904 1.299 204 55 3.763
9 Kabupaten Cirebon 195 1.111 774 82 41 2.203
10 Kabupaten Majalengka 622 2.212 1.415 231 52 4.532
11 Kabupaten Sumedang 808 2.052 502 306 74 3.742
12 Kabupaten Indramayu 37 171 100 23 15 346
13 Kabupaten Subang 554 1.819 442 274 73 3.162
14 Kabupaten Purwakarta 887 2.459 573 306 88 4.313
15 Kabupaten Karawang 216 729 192 60 30 1.227
16 Kabupaten Bekasi 507 1.249 489 502 42 2.789
17 Kabupaten Bandung Barat 652 2.116 519 331 63 3.681
18 Kabupaten Pangandaran 228 1.116 358 101 41 1.844
19 Kota Bogor 116 543 302 39 35 1.035
56
No Kabupaten/Kota Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Gizi Total
20 Kota Sukabumi 251 941 881 197 48 2.318
21 Kota Bandung 259 986 977 207 50 2.479
22 Kota Cirebon 51 346 352 55 14 818
23 Kota Bekasi 106 477 397 51 30 1.061
24 Kota Depok 234 1.119 891 111 50 2.405
25 Kota Cimahi 297 1.697 1.232 160 62 3.448
26 Kota Tasikmalaya 118 878 596 82 34 1.708
27 Kota Banjar 126 879 1.057 107 54 2.223
Jawa Barat 8.971 33.199 19.427 4.692 1.350 67.639
Sumber: Buku Data Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, 2020
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
Sumber: Buku Data Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, 2020
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa jumlah total dari tenaga kesehatan di Provinsi Jawa
Barat adalah sebanyak 67.639 orang, dengan jumlah dokter sebanyak 8.971 orang, perawat sebanyak
33.199 orang, bidan sebanyak 19.427 orang, farmasi sebanyak 4.692 orang, dan alih gizi sebanyak 1.350
orang.
Adapun rincian jumlah kebutuhan tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Barat. berdasarkan simulasi
per 10 Mei 2020 dapat dilihat pada tabel berikut dengan baris berwarna kuning adalah akhir bulan dan
baris berwarna merah merupakan puncak pandemi COVID-19.
Rincian Simulasi Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Barat (Per 10 Mei 2020)
Tanggal Jumlah Kebutuhan
Perawat Jumlah Kebutuhan Asisten
Tenaga Kesehatan
Jumlah Kebutuhan
Dokter
Total Tenaga Kesehatan
21-Feb 24 24 4 52
22-Feb 24 24 4 52
0500
1.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.5005.000
Kab
up
ate
n B
ogo
r
Kab
up
ate
n S
uka
bu
mi
Kab
up
ate
n C
ian
jur
Kab
up
ate
n B
and
un
g
Kab
up
ate
n G
aru
t
Kab
up
ate
n T
asik
mal
aya
Kab
up
ate
n C
iam
is
Kab
up
ate
n K
un
inga
n
Kab
up
ate
n C
ireb
on
Kab
up
ate
n M
ajal
engk
a
Kab
up
ate
n S
um
ed
ang
Kab
up
ate
n In
dra
may
u
Kab
up
ate
n S
ub
ang
Kab
up
ate
n P
urw
akar
ta
Kab
up
ate
n K
araw
ang
Kab
up
ate
n B
ekas
i
Kab
up
ate
n B
and
un
g…
Kab
up
ate
n P
anga
nd
aran
Ko
ta B
ogo
r
Ko
ta S
uka
bu
mi
Ko
ta B
and
un
g
Ko
ta C
ireb
on
Ko
ta B
ekas
i
Ko
ta D
ep
ok
Ko
ta C
imah
i
Ko
ta T
asik
mal
aya
Ko
ta B
anja
r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Gizi Total
57
Tanggal Jumlah Kebutuhan
Perawat Jumlah Kebutuhan Asisten
Tenaga Kesehatan
Jumlah Kebutuhan
Dokter
Total Tenaga Kesehatan
23-Feb 24 24 4 52
24-Feb 24 24 4 52
25-Feb 24 24 4 52
26-Feb 24 24 4 52
27-Feb 24 24 4 52
28-Feb 24 24 4 52
29-Feb 24 24 4 52
01-Mar 24 24 4 52
02-Mar 24 24 5 53
03-Mar 24 24 5 53
04-Mar 34 24 6 64
05-Mar 34 24 6 64
06-Mar 44 34 8 86
07-Mar 44 34 9 87
08-Mar 54 34 9 97
09-Mar 54 34 10 98
10-Mar 66 44 12 122
11-Mar 66 44 13 123
12-Mar 76 44 13 133
13-Mar 76 44 14 134
14-Mar 86 54 17 157
15-Mar 96 54 18 168
16-Mar 108 66 20 194
17-Mar 118 66 22 206
18-Mar 128 76 25 229
19-Mar 150 86 28 264
20-Mar 160 86 30 276
21-Mar 180 96 34 310
22-Mar 202 108 37 347
23-Mar 222 118 41 381
24-Mar 244 128 46 418
25-Mar 276 150 53 479
26-Mar 318 170 60 548
27-Mar 348 180 66 594
28-Mar 390 202 74 666
29-Mar 444 234 84 762
30-Mar 496 254 93 843
31-Mar 548 286 105 939
01-Apr 622 318 117 1057
02-Apr 696 360 132 1188
03-Apr 780 402 148 1330
04-Apr 874 444 166 1484
05-Apr 990 506 188 1684
06-Apr 1104 558 210 1872
58
Tanggal Jumlah Kebutuhan
Perawat Jumlah Kebutuhan Asisten
Tenaga Kesehatan
Jumlah Kebutuhan
Dokter
Total Tenaga Kesehatan
07-Apr 1242 632 237 2111
08-Apr 1403 706 266 2375
09-Apr 1583 800 300 2683
10-Apr 1781 894 337 3012
11-Apr 2003 1010 380 3393
12-Apr 2260 1136 428 3824
13-Apr 2542 1272 481 4295
14-Apr 2626 1314 498 4438
15-Apr 2737 1373 517 4627
16-Apr 2841 1425 538 4804
17-Apr 2967 1487 562 5016
18-Apr 3115 1561 590 5266
19-Apr 3283 1645 622 5550
20-Apr 3471 1739 657 5867
21-Apr 3671 1845 697 6213
22-Apr 3787 1897 718 6402
23-Apr 3923 1971 744 6638
24-Apr 4076 2045 772 6893
25-Apr 4232 2117 802 7151
26-Apr 4427 2218 838 7483
27-Apr 4627 2322 878 7827
28-Apr 4857 2438 922 8217
29-Apr 5119 2564 971 8654
30-Apr 5409 2715 1027 9151
01-Mei 5735 2873 1088 9696
02-Mei 6091 3051 1155 10297
03-Mei 6486 3251 1231 10968
04-Mei 6921 3461 1312 11694
05-Mei 7403 3703 1404 12510
06-Mei 7929 3965 1504 13398
07-Mei 8518 4269 1615 14402
08-Mei 9148 4585 1735 15468
09-Mei 9835 4921 1865 16621
10-Mei 10592 5305 2008 17905
11-Mei 11390 5703 2160 19253
12-Mei 13661 6837 2590 23088
13-Mei 13505 6763 2561 22829
14-Mei 13337 6679 2529 22545
15-Mei 13174 6590 2498 22262
16-Mei 13016 6516 2469 22001
17-Mei 12858 6432 2438 21728
18-Mei 12702 6360 2409 21471
19-Mei 12539 6271 2378 21188
20-Mei 12391 6197 2350 20938
59
Tanggal Jumlah Kebutuhan
Perawat Jumlah Kebutuhan Asisten
Tenaga Kesehatan
Jumlah Kebutuhan
Dokter
Total Tenaga Kesehatan
21-Mei 12245 6123 2322 20690
22-Mei 12097 6049 2294 20440
23-Mei 11941 5977 2264 20182
24-Mei 11768 5893 2233 19894
25-Mei 11610 5809 2202 19621
26-Mei 11452 5735 2172 19359
27-Mei 11294 5651 2142 19087
28-Mei 11138 5577 2112 18827
29-Mei 10980 5493 2082 18555
30-Mei 10832 5419 2054 18305
31-Mei 10686 5347 2025 18058
01-Jun 10517 5267 1996 17780
02-Jun 10371 5193 1968 17532
03-Jun 10233 5119 1940 17292
04-Jun 10087 5047 1913 17047
05-Jun 9939 4973 1885 16797
06-Jun 9803 4909 1860 16572
07-Jun 9667 4837 1833 16337
08-Jun 9531 4773 1807 16111
09-Jun 9405 4711 1783 15899
10-Jun 9267 4637 1757 15661
11-Jun 9136 4573 1732 15441
12-Jun 9000 4511 1708 15219
13-Jun 8874 4447 1684 15005
14-Jun 8758 4385 1660 14803
15-Jun 8632 4321 1636 14589
16-Jun 8506 4259 1613 14378
17-Jun 8386 4202 1591 14179
18-Jun 8270 4138 1568 13976
19-Jun 8154 4086 1546 13786
20-Jun 8038 4022 1524 13584
21-Jun 7929 3965 1503 13397
22-Jun 7813 3913 1483 13209
23-Jun 7709 3861 1462 13032
24-Jun 7603 3807 1442 12852
25-Jun 7499 3755 1422 12676
26-Jun 7393 3703 1403 12499
27-Jun 7299 3651 1383 12333
28-Jun 7193 3597 1364 12154
29-Jun 7099 3555 1346 12000
30-Jun 7005 3503 1327 11835
01-Jul 6911 3461 1310 11682
02-Jul 6815 3409 1291 11515
03-Jul 6721 3367 1274 11362
60
Tanggal Jumlah Kebutuhan
Perawat Jumlah Kebutuhan Asisten
Tenaga Kesehatan
Jumlah Kebutuhan
Dokter
Total Tenaga Kesehatan
04-Jul 6627 3315 1256 11198
05-Jul 6538 3273 1240 11051
06-Jul 6454 3231 1223 10908
07-Jul 6370 3189 1207 10766
08-Jul 6281 3147 1191 10619
09-Jul 6197 3105 1175 10477
10-Jul 6113 3063 1160 10336
11-Jul 6029 3021 1144 10194
12-Jul 5955 2989 1130 10074
13-Jul 5881 2947 1115 9943
14-Jul 5797 2905 1100 9802
15-Jul 5725 2873 1086 9684
16-Jul 5651 2831 1072 9554
17-Jul 5577 2799 1059 9435
18-Jul 5503 2757 1044 9304
19-Jul 5441 2727 1031 9199
20-Jul 5367 2695 1019 9081
21-Jul 5305 2663 1006 8974
22-Jul 5235 2626 993 8854
23-Jul 5161 2584 979 8724
24-Jul 5099 2554 967 8620
25-Jul 5035 2522 955 8512
26-Jul 4973 2490 943 8406
27-Jul 4909 2458 931 8298
28-Jul 4857 2438 921 8216
29-Jul 4795 2406 909 8110
30-Jul 4731 2374 898 8003
31-Jul 4679 2344 887 7910
01-Agu 4615 2312 875 7802
02-Agu 4563 2290 866 7719
03-Agu 4511 2260 855 7626
04-Agu 4459 2238 845 7542
05-Agu 4405 2206 835 7446
06-Agu 4353 2186 825 7364
07-Agu 4301 2154 815 7270
08-Agu 4249 2134 806 7189
09-Agu 4202 2107 796 7105
10-Agu 4148 2075 786 7009
11-Agu 4096 2055 777 6928
12-Agu 4054 2033 768 6855
13-Agu 4002 2003 758 6763
14-Agu 3955 1981 750 6686
15-Agu 3913 1961 741 6615
16-Agu 3861 1939 733 6533
61
Tanggal Jumlah Kebutuhan
Perawat Jumlah Kebutuhan Asisten
Tenaga Kesehatan
Jumlah Kebutuhan
Dokter
Total Tenaga Kesehatan
17-Agu 3819 1919 725 6463
18-Agu 3777 1897 716 6390
19-Agu 3735 1877 709 6321
20-Agu 3693 1855 701 6249
21-Agu 3651 1835 693 6179
22-Agu 3609 1813 685 6107
23-Agu 3577 1793 677 6047
24-Agu 3535 1771 670 5976
25-Agu 3493 1751 662 5906
26-Agu 3461 1739 656 5856
27-Agu 3419 1719 648 5786
28-Agu 3377 1697 641 5715
29-Agu 3345 1677 634 5656
30-Agu 3303 1655 626 5584
31-Agu 3273 1645 621 5539
01-Sep 3241 1625 614 5480
02-Sep 3209 1613 608 5430
03-Sep 3167 1593 601 5361
04-Sep 3135 1571 594 5300
05-Sep 3105 1561 588 5254
06-Sep 3073 1541 582 5196
07-Sep 3041 1529 576 5146
08-Sep 3009 1509 570 5088
09-Sep 2979 1499 564 5042
10-Sep 2947 1477 558 4982
11-Sep 2915 1467 553 4935
12-Sep 2895 1457 548 4900
13-Sep 2863 1435 541 4839
14-Sep 2831 1425 536 4792
15-Sep 2799 1403 530 4732
16-Sep 2779 1393 525 4697
17-Sep 2747 1383 520 4650
18-Sep 2715 1361 514 4590
19-Sep 2695 1351 509 4555
20-Sep 2663 1341 505 4509
21-Sep 2638 1326 500 4464
22-Sep 2606 1304 494 4404
23-Sep 2584 1294 490 4368
24-Sep 2564 1284 485 4333
25-Sep 2532 1272 481 4285
26-Sep 2512 1262 476 4250
27-Sep 2490 1252 472 4214
28-Sep 2458 1230 466 4154
29-Sep 2438 1220 462 4120
62
Tanggal Jumlah Kebutuhan
Perawat Jumlah Kebutuhan Asisten
Tenaga Kesehatan
Jumlah Kebutuhan
Dokter
Total Tenaga Kesehatan
30-Sep 2416 1210 458 4084
01-Okt 2396 1200 453 4049
02-Okt 2374 1188 449 4011
03-Okt 2354 1178 445 3977
04-Okt 2322 1168 441 3931
05-Okt 2312 1158 437 3907
06-Okt 2280 1146 433 3859
07-Okt 2260 1136 429 3825
08-Okt 2238 1126 425 3789
09-Okt 2218 1116 421 3755
10-Okt 2196 1104 417 3717
11-Okt 2176 1094 413 3683
12-Okt 2164 1084 409 3657
13-Okt 2144 1074 405 3623
14-Okt 2117 1062 402 3581
15-Okt 2097 1052 398 3547
16-Okt 2075 1042 394 3511
17-Okt 2065 1042 392 3499
18-Okt 2045 1032 388 3465
19-Okt 2023 1020 385 3428
20-Okt 2003 1010 381 3394
21-Okt 1991 1000 378 3369
22-Okt 1971 990 374 3335
23-Okt 1949 978 370 3297
24-Okt 1939 978 368 3285
25-Okt 1919 968 365 3252
26-Okt 1907 958 361 3226
27-Okt 1887 948 358 3193
28-Okt 1877 948 356 3181
29-Okt 1855 936 352 3143
30-Okt 1845 926 349 3120
31-Okt 1823 916 346 3085
01-Nov 1813 916 344 3073
02-Nov 1793 906 340 3039
03-Nov 1781 894 337 3012
04-Nov 1761 884 334 2979
05-Nov 1751 884 332 2967
06-Nov 1739 874 329 2942
07-Nov 1719 864 326 2909
08-Nov 1709 864 324 2897
09-Nov 1697 852 321 2870
10-Nov 1677 842 318 2837
11-Nov 1667 842 316 2825
12-Nov 1655 832 313 2800
63
Tanggal Jumlah Kebutuhan
Perawat Jumlah Kebutuhan Asisten
Tenaga Kesehatan
Jumlah Kebutuhan
Dokter
Total Tenaga Kesehatan
13-Nov 1635 822 310 2767
14-Nov 1625 822 308 2755
15-Nov 1613 810 306 2729
16-Nov 1603 810 304 2717
17-Nov 1583 800 301 2684
18-Nov 1571 790 298 2659
19-Nov 1561 790 296 2647
20-Nov 1551 780 294 2625
21-Nov 1541 780 292 2613
22-Nov 1529 768 289 2586
23-Nov 1509 758 286 2553
24-Nov 1499 758 285 2542
25-Nov 1487 748 282 2517
26-Nov 1477 748 280 2505
27-Nov 1467 738 278 2483
28-Nov 1457 738 276 2471
29-Nov 1445 726 274 2445
30-Nov 1435 726 272 2433
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berikut ini merupakan grafik hasil simulasi dan peramalan mengenai kebutuhan jumlah tenaga
kesehatan di Provinsi Jawa Barat.
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei 2020)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa puncak dari kebutuhan tenaga kesehatan di
Provinsi Jawa Barat dalam penanganan pandemi ini adalah minggu pertama pada bulan Juli, yaitu pada
tanggal 12 Mei 2020. Pada puncak tersebut dibutuhkan 23.088 tenaga kesehatan dengan jumlah perawat
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
21-Feb 21-Mar 21-Apr 21-May 21-Jun 21-Jul 21-Aug 21-Sep 21-Oct 21-Nov
Jumlah Kebutuhan Perawat Jumlah Kebutuhan Asisten Tenaga Kesehatan
Jumlah Kebutuhan Dokter
64
(nursing staff) sebanyak 13.661 orang, jumlah asisten tenaga medis (healthcare assistant) sebanyak 6.837
orang, dan dokter (medical practioner) sebanyak 2.590 orang.
Untuk kebutuhan setiap bulannya dapat diketahui bahwa pada akhir bulan Mei dibutuhkan
tenaga kesehatan sebanyak 18.058 orang, dengan jumlah perawat sebanyak 10.686 orang, jumlah asisten
tenaga medis sebanyak 5.347 orang, dan dokter sebanyak 2.025 orang. Kemudian pada akhir bulan Juni
terdapat kebutuhan tenaga kesehatan sebanyak 11.835 orang, dengan kebutuhan jumlah perawat
sebanyak 7.005 orang, jumlah asisten tenaga medis sebanyak 3.503 orang, dan dokter sebanyak 1.327
orang. Lalu kebutuhan tenaga kesehatan pada akhir bulan Juli adalah sebanyak 7.910 jiwa, dengan
kebutuhan perawat sebanyak 4.679 orang, jumlah asisten tenaga medis sebanyak 2.344, dan jumlah
dokter sebanyak 887 orang. Kemudian jumlah kebutuhan tenaga kesehatan pada bulan Agustus sebanyak
5.539 orang, bulan September sebanyak 4.084 orang, bulan Oktober sebanyak 3.085, dan bulan
November 2.433 orang.
Berikut adalah interpretasi dari simulasi jumlah kebutuhan dan penginapan tenaga kesehatan di
Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei 2020)
1. Jumlah total dari tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 67.639 orang, dengan
jumlah dokter sebanyak 8.971 orang, perawat sebanyak 33.199 orang, bidan sebanyak 19.427 orang,
farmasi sebanyak 4.692 orang, dan alih gizi sebanyak 1.350 orang;
2. Puncak dari kebutuhan tenaga kesehatan di Jawa Barat dalam penanganan pandemi ini adalah
tanggal 12 Mei 2020. Pada puncak tersebut dibutuhkan 23.088 tenaga kesehatan dengan jumlah
perawat (nursing staff) sebanyak 13.661 orang, jumlah asisten tenaga medis (healthcare assistant)
sebanyak 6.837 orang, dan dokter (medical practioner) sebanyak 2.590 orang;
3. Berdasarkan data jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2019, maka jumlah
tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Barat sudah cukup dalam memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
pada masa puncak pandemi dari COVID-19 jika seluruh tenaga medis dikerahkan;
4. Ketika puncak pandemi di Jawa Barat, dibutuhkan minimal 41,15% perawat dan 28,87% dokter dari
keseluruhan tenaga medis tersebut di Provinsi Jawa Barat; dan
5. Jumlah kebutuhan penginapan untuk tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Barat adalah sejumlah
kebutuhan tenaga kesehatan pada waktu puncak pandemi, yaitu sebanyak 23.008 kamar.
4.5.4 Simulasi Kebutuhan APD dan Alat Kesehatan Lainnya Terkait Persebaran COVID-19 di Provinsi
Jawa Barat (per 10 Mei 2020)
Tujuan dari simulasi ini adalah mengidentifikasi jumlah kebutuhan APD dan alat kesehatan lainnya
yang dibutuhkan terkait persebaran COVID-19 di Provinsi Jawa Barat. Model yang digunakan untuk
simulasi kebutuhan APD dan alat kesehatan lainnya memanfaatkan WHO COVID-19 Essential Supplies
Forecasting Tool (COVID-19 ESFT) yang dapat berfungsi untuk memproyeksikan kebutuhan pasokan
esensial, termasuk perkiraan peralatan pelindung diri, peralatan diagnostik, peralatan biomedis untuk
65
manajemen kasus, obat-obatan esensial untuk perawatan suportif, dan persediaan medis yang dapat
dikonsumsi. Kemudian, sumber data yang digunakan terdiri dari data PIKOBAR yang diambil pada 10 Mei
2020 pukul 15:16 WIB, data Dinas Kesehatan 2019, dan data WHO 2020.
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengerjaan simulasi kebutuhan APD dan alat
Kesehatan lainnya antara lain sebagai berikut.
Rincian Asumsi yang Digunakan
Asumsi Nilai Sumber
Double Infection Time 7 hari (very slow)
Volz E, Baguelin M, Bhatia S, Boonyasiri A, Cori A, Cucunubá Z, et al. Report 5: phylogenetic analysis of SARS-CoV-2. 2020 [cited 2020 Apr 15]. https://www.imperial.ac.uk/media/imperial-college/medicine/sph/ide/gida-fellowships/Imperial-College-COVID19-phylogenetics-15-02-2020.pdf
Populasi Jawa Barat 7.986.179 jiwa Pikobar
Tingkat Infeksi & Pertumbuhan (Infection & Growth Rate)
Kasus Kumulatif yang Diketahui (Known Cumulative Cases)
1437 Pikobar
Metode Estimasi Kasus Kumulatif (Cumulative Case Estimation Method)
Exponential Growth Standar WHO
Strategi Pengujian (Testing Strategy)
Targeted (expected to be limited)
Standar WHO
Estimasi Periode (Forecast Period)
Lama Pengiriman (Delivery lead time until shipments received (weeks))
1 minggu Standar WHO
Maks # minggu yang dibutuhkan untuk memperkirakan peralatan (#) (Max of weeks needed to forecast equipment)
8 minggu Standar WHO
Estimasi Prediksi Simulasi (Weeks to forecast equipment for)
2 minggu
Disclaimer Hanya dapat digunakan untuk estimasi +/- 2 minggu sehingga prediksi simulasinya perlu diperbaharui setiap 2 minggu sekali
Staff yang Tersedia (Available Staff)
Perkiraan jumlah tenaga teknis (Estimated health workers in country)
48.392
% petugas layanan kesehatan tersedia
20%
66
Asumsi Nilai Sumber
untuk tanggapan COVID-19 (% of health care workers available for COVID-19 response)
% staf lab tersedia untuk respons COVID-19 (% of lab staff available for COVID-19 response)
10%
Penggunaan tempat tidur rumah sakit (Hospital bed usage)
Jumlah Bed Eksisting 611 Dinas Kesehatan
% tempat tidur rumah sakit (untuk pasien kritis) (% of hospital beds available for critical patients)
100%
Sumber: Hasil Analisis, 2020
1. Alat Pelindung Diri
Asumsi perkiraan biaya APD per unit didapatkan dari standar WHO dengan perkiraan biaya dalam
$USD. Nilai mata uang dikonversikan dengan standar XE Currency Converter (1 USD = 14.968,49 IDR,
Terakhir diperbaharui: 2020-05-01 17:18 UTC) rincian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Rincian Asumsi Biaya APD
No Barang (Item)
Perkiraan harga / unit (Estimated price/unit)
USD IDR
1 Gaun Pelindung Gown, protective
0.8 11,974.79
2 Atasan Scrub Scrubs, tops
2.6 38,918.07
3 Celana Scrub Scrubs, pants
2.6 38,918.07
4 Apron sekali pakai Apron, disposable
0.2 2,993.70
5 Apron reusable Apron, heavy duty, reusable
4 59,873.96
6 Boots karet Gum boots
4.6 68,855.05
7 Sarung tangan heavy duty Gloves, heavy duty
1.8 26,943.28
67
No Barang (Item)
Perkiraan harga / unit (Estimated price/unit)
USD IDR
8 Sarung tangan pemeriksaan Gloves, examination
0.06 898.11
9 Sarung tangan bedah Gloves, surgical
0.4 5,987.40
10 Kacamata pelindung Goggles, protective
2.8 41,911.77
11 Pelindung wajah Face shield
0.6 8,981.09
12 Masker respirator partikulat Mask, particulate respirator
1.5 22,452.74
13 Masker bedah Mask, medical
0.7 10,477.94
15 Masker bedah untuk pasien Mask, medical patient
0.7 10,477.94
Sumber: WHO, 2020
2. Pasien
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan untuk persentase pasien merujuk pada standar WHO
Asumsi Persentase Pasien
Tingkat Keparahan Kasus (Case Severity)
Persentase Kasus (% of Cases)
Deskripsi (Description)
Persentase kasus ringan % of mild cases
80 Rawat Jalan Outpatients
Persentase kasus berat % of severe cases
15 Rawat Inap In-patient
Persentase kasus kritis % of critical cases 5
Rawat Inap & Ventilator In-patient & ventilator
Pasien (Patients)
Waktu (minggu) (# of weeks)
Deskripsi (Description)
Lama waktu rawat inap untuk kasus berat
Length of bed stay for severe cases
1
Berdasarkan pembaruan klinis terbaru
Based on latest clinical updates
Lama waktu rawat inap untuk kasus kritis
Length of bed stay for critical cases
2
Berdasarkan pembaruan klinis terbaru - perhatikan bahwa kasus kritis mungkin ringan / berat sebelumnya
Based on latest clinical updates – note that critical cases
68
may have been mild/severe beforehand
Sumber: WHO, 2020
Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, berikut adalah rincian tabulasi jumlah total kasus
berdasarkan keparahan pasien, jumlah tempat tidur maksimal diharapkan pada puncak hunian, dan
jumlah total tes juga disajikan.
High-Level Results
High-Level Results Total
Total jumlah kasus Total number of cases (based on epi curves)
40,885
Total kasus ringan of which, total # of mild cases
32,708
Total kasus berat of which, total # of severe cases
6,133
Total kasus ringan of which, total # of critical cases
2,044
Jumlah tempat tidur maksimum yang disediakan untuk (jumlah pasien rawat inap maksimal) Max # of beds provided for (max # of in-patients at any one time)
611
Bed untuk kasus parah of which severe beds
-
Bed untuk ICU of which ICU beds
611
Total jumlah tes Total number of tests
40,067
Kasus berat dan kritis of which severe and critical
24,531
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Perkiraan Jumlah dan Jenis Kasus COVID-19
Sumber: Hasil Analisis, 2019
69
Pada gambar di atas diketahui bahwa jumlah total kasus yang diperkirakan (forecasted cases),
dengan tingkat keparahan kasus, divisualisasikan dalam grafik batang di atas. Total perkiraan kasus adalah
sebanyak 40.885 kasus dengan tingkat keparahan kasus tertinggi yaitu kasus ringan sebanyak 32.708
kasus, kasus berat sebanyak 6.133 kasus dan kasus kritis sebanyak 2.044 kasus.
Perkiraan Kapasitas Tempat Tidur pada saat Puncak
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kapasitas puncak tempat tidur untuk pasien rawat
inap dengan kasus yang parah dan kritis mencapai total sebanyak 611 tempat tidur untuk kasus kritis
(ICU).
Perkiraan Tes COVID-19
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Berdasarkan gambar di atas dapat diperoleh informasi mengenai jumlah total tes yang
diperkirakan selama periode yang ditentukan dalam grafik batang. Dari total 40.067 tes, diperkirakan
terdapat sebanyak 24.531 kasus berat & kritis dan 15.536 kasus ringan dan kasus terduga (suspected).
70
Simulasi kebutuhan APD untuk COVID-19 dilakukan berdasarkan proyeksi jumlah kasus yang
terjadi di Provinsi Jawa Barat dengan mengacu standar yang ditetapkan WHO. Kebutuhan APD terdiri dari
baju APD, masker, sarung tangan, dan pelindung wajah. Berikut adalah simulasi kebutuhan APD di Provinsi
Jawa Barat.
Simulasi Kebutuhan APD
Barang Kebutuhan
APD
Estimasi harga/unit (US
Dollar)
Estimasi harga total
(USD) (Rupiah)
Gaun Pelindung (Gown, protective)
65397 0,8 52.317,6 783.115.472,4
Atasan Scrub (Scrubs, tops)
3108 2,6 8.080,8 120.957.374,0
Celana Scrub (Scrubs, pants)
3108 2,6 8.080,8 120.957.374,0
Apron sekali pakai (Apron, disposable)
53535 0,2 10.707,0 160.267.622,4
Apron reusable (Apron, heavy duty, reusable)
245 4,0 980,0 14.669.120,2
Sepatu Bot Karet (Gum boots)
245 4,6 1.127,0 16.869.488,2
Sarung Tangan (Heavy Dut) (Gloves, heavy duty)
245 1,8 441,0 6.601.104,1
Sarung Tangan Pemeriksaan (Gloves, examination)
858895 0,1 51.533,7 771.381.673,1
Sarung Tangan Bedah (Gloves, surgical)
51745 0,4 20.698,0 309.817.806,0
Kacamata Pelindung (Goggles, protective)
2922 2,8 8.181,6 122.466.197,8
Pelindung Wajah (Face shield)
51745 0,6 31.047,0 464.726.709,0
Masker Respirator Partikulat (Mask, particulate respirator)
66409 1,5 99.613,5 1.491.063.678,6
Masker Medis (Mask, medical)
628712 0,7 440.098,4 6.587.608.499,4
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan tabel di atas, kebutuhan APD paling banyak berupa sarung tangan kebutuhan sarung
tangan pemeriksaan sejumlah 858.895 buah, diikuti dengan kebutuhan masker medis sejumlah 628.712
buah, dan masker respirator partikular 66.409 buah.
71
Simulasi Kebutuhan APD untuk Pasien, Petugas Kesehatan, dan Petugas Laboratorium
Pengguna APD Total (Orang) Maksimal per minggu selama periode
Pasien Rawat Inap
Pasien 8952 5880
Pasien Parah 6133 4028
Pasien Kritis 2819 1851
Pasien Dalam Kamar 1488 611
Pasien Parah 0 0
Pasien Kritis 1488 611
Petugas Kemanan Kesehatan (HCW) 10349 5433
Petugas Kebersihan 1466 489
Penjaga 8952 5880
Pegawai Ambulance 179 118
Petugas Rumah Sakit Lainnya 39 16
Pasien Rawat Jalan
Pasien 4143 2721
Penjaga 4143 2721
Petugas Kemanan Kesehatan (HCW) 445 292
Laboratorium
Test conducted 40067 26317
Staff Laboratorium 0 0
Petugas Kebersihan 16 10 Sumber: Hasil Analisis, 2020
Kebutuhan APD sudah disesuaikan dengan jumlah pasien dan petugas-petugas kesehatan yang
bekerja di rumah sakit. Berdasarkan tabel di atas, kebutuhan APD paling banyak dibutuhkan untuk
petugas kesehatan sejumlah 10.349 orang, pasien rawat inap sejumlah 8.952 orang, penjaga sejumlah
8.952 orang, dan petugas yang mengetes COVID-19 sejumlah 40.067 orang.
Berikut adalah interpretasi dari simulasi kebutuhan APD dan alat kesehatan lainnya terkait
persebaran COVID-19 di Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei 2020):
1. Total kasus hasil perkiraan didominasi oleh kasus ringan sebanyak 2.458 kasus dari total 3.702 kasus
yang terjadi;
2. Sarung tangan pemeriksaan dan masker medis merupakan item APD yang paling banyak dibutuhkan
dengan masing-masing 858.895 buah dan 628.712 buah, hal ini sejalan dengan kebutuhan item
tersebut dalam penanganan pertama pada pasien COVID-19;
3. Kebutuhan APD paling banyak dibutuhkan untuk petugas yang menangani tes COVID-19 sejumlah
40.067 orang dan petugas kesehatan sejumlah 10.349 orang. Sementara untuk kebutuhan APD untuk
pasien COVID-19 paling banyak dibutuhkan oleh pasien rawat inap sejumlah 8.952 orang;
4. Estimasi kebutuhan APD hanya untuk kurang lebih 2 minggu, sehingga setiap 2 minggu sekali harus
dilakukan updating data sesuai jumlah pengguna APD yang disesuaikan juga dengan jumlah kasus;
dan
5. Jumlah APD dan alat Kesehatan saat ini masih belum memadai. Adapun perbandingan antara
kebutuhan APD dan alat Kesehatan dengan kondisi saat ini adalah sebagai berikut:
72
Selisih Kebutuhan APD dan Alat Kesehatan Dengan Kondisi Saat Ini
No Kebutuhan Eksisting Proyeksi Selisih
1 Gaun Pelindung - 65397 65397
2 Atasan Scrub - 3108 3108
3 Celana Scrub - 3108 3108
4 Apron sekali pakai - 53535 53535
5 Apron reusable - 245 245
6 Sepatu Boot Karet
368587
245
7 Sarung Tangan (heavy duty) 245
8 Sarung Tangan Pemeriksaan 858895
9 Sarung Tangan Bedah 51745
10 Kacamata Pelindung 2922
11 Pelindung Wajah 51745
12 Masker Respirator Partikulat 966559
66409 -
13 Masker Medis 628712
14 Pengujian Massal 11013 40067 29054
15 Disinfektan 26.802 - -
16 Hand Sanitizer 39.917 - -
17 Alat Semprot Disinfektan (Chamber) 220 - -
18 Ventilator 16 - -
19 Rapid Test Kit 101030 - -
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Tabel di atas menunjukkan perbandingan antara kebutuhan APD dan alat kesehatan pada kondisi
eksisting dengan hasil simulasi. Beberapa komponen yang ada pada kondisi eksisting belum mencakup
kebutuhan yang terdapat pada hasil simulasi. Hal ini dikarenakan hasil simulasi mengacu pada standar
kebutuhan dari WHO yang mungkin belum terakomodasi oleh kebutuhan pada kondisi saat ini. Beberapa
kebutuhan yang belum tersedia dalam perhitungan kondisi saat ini
4.5.5 Simulasi Tempat Pemakaman Pasien Meninggal COVID-19 di Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei
2020)
Tujuan dari simulasi ini adalah melakukan pemodelan kebutuhan petak makam di Tempat
Pemakaman Umum (TPU) bagi pasien meninggal karena COVID-19 di setiap bulan serta mengidentifikasi
jumlah kebutuhan petak makam di TPU berdasarkan jumlah kematian dari jumlah kasus yang ada dan
Cases Fatality Ratio (CFR). Sumber data yang digunakan pada simulasi ini adalah jumlah kasus per hari
berdasarkan perhitungan SIR dengan bersumber data dari website PIKOBAR
(https://pikobar.jabarprov.go.id/) tanggal 10 Mei 2020 serta standar Cases Fatality Ratio (CFR) dari WHO.
Berikut adalah cara menghitung kebutuhan petak makam di TPU
𝐶𝐹𝑅 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠
73
Sehingga untuk mengetahui Jumlah Kematian dapat digunakan rumus
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 = 𝐶𝐹𝑅 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑀𝑎𝑘𝑎𝑚
Adapun asumsi yang digunakan dalam simulasi ini adalah sebagai berikut:
1. Asumsi Nilai CFR
Jumlah CFR yang digunakan di Indonesia berdasarkan WHO adalah 8%
2. Asumsi Jumlah Kasus
Jumlah Kasus yang ada berdasarkan dari pemodelan SIR didapatkan Jumlah Kasus (Reported) per hari
untuk dapat dilihat titik puncak kebutuhan dari makam
Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan pada tanggal 10 Mei 2020, berikut adalah rincian
jumlah kematian yang merupakan jumlah petak makam yang dibutuhkan dengan baris berwarna kuning
adalah akhir bulan dan baris berwarna merah merupakan puncak pandemi COVID-19.
Rincian Kebutuhan Jumlah Petak Makam (per 10 Mei 2020)
Hari (Day) Jumlah Kasus Kumulatif (Simulasi 10
Mei) Jumlah Kasus (Reported)
10 Mei
Jumlah Kematian (CFR=8%) (kumulatif)
10 Mei
06/03/2020 57 57 5
07/03/2020 77 20 6
08/03/2020 86 9 7
09/03/2020 97 11 8
10/03/2020 116 19 9
11/03/2020 135 19 11
12/03/2020 151 16 12
13/03/2020 172 21 14
14/03/2020 197 25 16
15/03/2020 226 29 18
16/03/2020 261 35 21
17/03/2020 289 28 23
18/03/2020 323 34 26
19/03/2020 368 45 29
20/03/2020 417 49 33
21/03/2020 469 52 38
22/03/2020 531 62 42
23/03/2020 599 68 48
24/03/2020 680 81 54
25/03/2020 779 99 62
26/03/2020 878 99 70
27/03/2020 985 107 79
28/03/2020 1.114 129 89
29/03/2020 1.259 145 101
30/03/2020 1.417 158 113
31/03/2020 1.599 182 128
74
Hari (Day) Jumlah Kasus Kumulatif (Simulasi 10
Mei) Jumlah Kasus (Reported)
10 Mei
Jumlah Kematian (CFR=8%) (kumulatif)
10 Mei
01/04/2020 1.802 203 144
02/04/2020 2.032 230 163
03/04/2020 2.293 261 183
04/04/2020 2.585 292 207
05/04/2020 2.917 332 233
06/04/2020 3.289 372 263
07/04/2020 3.709 420 297
08/04/2020 4.183 474 335
09/04/2020 4.713 530 377
10/04/2020 5.311 598 425
11/04/2020 5.987 676 479
12/04/2020 6.750 763 540
13/04/2020 7.606 856 608
14/04/2020 8.123 517 650
15/04/2020 8.675 552 694
16/04/2020 9.261 586 741
17/04/2020 9.899 638 792
18/04/2020 10.585 686 847
19/04/2020 11.327 742 906
20/04/2020 12.133 806 971
21/04/2020 13.013 880 1.041
22/04/2020 13.736 723 1.099
23/04/2020 14.503 767 1.160
24/04/2020 15.316 813 1.225
25/04/2020 16.185 869 1.295
26/04/2020 17.120 935 1.370
27/04/2020 18.120 1.000 1.450
28/04/2020 19.201 1.081 1.536
29/04/2020 20.364 1.163 1.629
30/04/2020 21.619 1.255 1.730
01/05/2020 22.984 1.365 1.839
02/05/2020 24.455 1.471 1.956
03/05/2020 26.054 1.599 2.084
04/05/2020 27.778 1.724 2.222
05/05/2020 29.661 1.883 2.373
06/05/2020 31.692 2.031 2.535
07/05/2020 33.897 2.205 2.712
08/05/2020 36.282 2.385 2.903
09/05/2020 38.870 2.588 3.110
10/05/2020 41.659 2.789 3.333
11/05/2020 44.669 3.010 3.574
12/05/2020 50.557 5.888 4.045
13/05/2020 52.126 1.569 4.170
14/05/2020 53.655 1.529 4.292
75
Hari (Day) Jumlah Kasus Kumulatif (Simulasi 10
Mei) Jumlah Kasus (Reported)
10 Mei
Jumlah Kematian (CFR=8%) (kumulatif)
10 Mei
15/05/2020 55.166 1.511 4.413
16/05/2020 56.664 1.498 4.533
17/05/2020 58.141 1.477 4.651
18/05/2020 59.595 1.454 4.768
19/05/2020 61.038 1.443 4.883
20/05/2020 62.469 1.431 4.998
21/05/2020 63.881 1.412 5.110
22/05/2020 65.279 1.398 5.222
23/05/2020 66.620 1.341 5.330
24/05/2020 67.940 1.320 5.435
25/05/2020 69.241 1.301 5.539
26/05/2020 70.524 1.283 5.642
27/05/2020 71.786 1.262 5.743
28/05/2020 73.031 1.245 5.842
29/05/2020 74.261 1.230 5.941
30/05/2020 75.471 1.210 6.038
31/05/2020 76.662 1.191 6.133
01/06/2020 77.835 1.173 6.227
02/06/2020 78.992 1.157 6.319
03/06/2020 80.137 1.145 6.411
04/06/2020 81.257 1.120 6.501
05/06/2020 82.366 1.109 6.589
06/06/2020 83.458 1.092 6.677
07/06/2020 84.534 1.076 6.763
08/06/2020 85.595 1.061 6.848
09/06/2020 86.644 1.049 6.932
10/06/2020 87.673 1.029 7.014
11/06/2020 88.691 1.018 7.095
12/06/2020 89.694 1.003 7.176
13/06/2020 90.683 989 7.255
14/06/2020 91.663 980 7.333
15/06/2020 92.617 954 7.409
16/06/2020 93.566 949 7.485
17/06/2020 94.502 936 7.560
18/06/2020 95.423 921 7.634
19/06/2020 96.328 905 7.706
20/06/2020 97.231 903 7.778
21/06/2020 98.111 880 7.849
22/06/2020 98.987 876 7.919
23/06/2020 99.848 861 7.988
24/06/2020 100.694 846 8.056
25/06/2020 101.535 841 8.123
26/06/2020 102.362 827 8.189
27/06/2020 103.177 815 8.254
76
Hari (Day) Jumlah Kasus Kumulatif (Simulasi 10
Mei) Jumlah Kasus (Reported)
10 Mei
Jumlah Kematian (CFR=8%) (kumulatif)
10 Mei
28/06/2020 103.981 804 8.318
29/06/2020 104.778 797 8.382
30/06/2020 105.563 785 8.445
01/07/2020 106.338 775 8.507
02/07/2020 107.101 763 8.568
03/07/2020 107.856 755 8.628
04/07/2020 108.598 742 8.688
05/07/2020 109.332 734 8.747
06/07/2020 110.058 726 8.805
07/07/2020 110.773 715 8.862
08/07/2020 111.481 708 8.918
09/07/2020 112.173 692 8.974
10/07/2020 112.864 691 9.029
11/07/2020 113.548 684 9.084
12/07/2020 114.221 673 9.138
13/07/2020 114.882 661 9.191
14/07/2020 115.536 654 9.243
15/07/2020 116.186 650 9.295
16/07/2020 116.824 638 9.346
17/07/2020 117.456 632 9.396
18/07/2020 118.079 623 9.446
19/07/2020 118.693 614 9.495
20/07/2020 119.302 609 9.544
21/07/2020 119.910 608 9.593
22/07/2020 120.500 590 9.640
23/07/2020 121.094 594 9.688
24/07/2020 121.671 577 9.734
25/07/2020 122.242 571 9.779
26/07/2020 122.809 567 9.825
27/07/2020 123.369 560 9.870
28/07/2020 123.921 552 9.914
29/07/2020 124.471 550 9.958
30/07/2020 125.007 536 10.001
31/07/2020 125.545 538 10.044
01/08/2020 126.073 528 10.086
02/08/2020 126.597 524 10.128
03/08/2020 127.108 511 10.169
04/08/2020 127.622 514 10.210
05/08/2020 128.130 508 10.250
06/08/2020 128.626 496 10.290
07/08/2020 129.120 494 10.330
08/08/2020 129.611 491 10.369
09/08/2020 130.092 481 10.407
10/08/2020 130.568 476 10.445
77
Hari (Day) Jumlah Kasus Kumulatif (Simulasi 10
Mei) Jumlah Kasus (Reported)
10 Mei
Jumlah Kematian (CFR=8%) (kumulatif)
10 Mei
11/08/2020 131.041 473 10.483
12/08/2020 131.506 465 10.520
13/08/2020 131.970 464 10.558
14/08/2020 132.423 453 10.594
15/08/2020 132.877 454 10.630
16/08/2020 133.325 448 10.666
17/08/2020 133.765 440 10.701
18/08/2020 134.198 433 10.736
19/08/2020 134.635 437 10.771
20/08/2020 135.065 430 10.805
21/08/2020 135.485 420 10.839
22/08/2020 135.907 422 10.873
23/08/2020 136.319 412 10.906
24/08/2020 136.729 410 10.938
25/08/2020 137.139 410 10.971
26/08/2020 137.539 400 11.003
27/08/2020 137.936 397 11.035
28/08/2020 138.330 394 11.066
29/08/2020 138.719 389 11.098
30/08/2020 139.103 384 11.128
31/08/2020 139.486 383 11.159
01/09/2020 139.866 380 11.189
02/09/2020 140.237 371 11.219
03/09/2020 140.610 373 11.249
04/09/2020 140.977 367 11.278
05/09/2020 141.338 361 11.307
06/09/2020 141.695 357 11.336
07/09/2020 142.052 357 11.364
08/09/2020 142.404 352 11.392
09/09/2020 142.753 349 11.420
10/09/2020 143.101 348 11.448
11/09/2020 143.442 341 11.475
12/09/2020 143.783 341 11.503
13/09/2020 144.116 333 11.529
14/09/2020 144.448 332 11.556
15/09/2020 144.775 327 11.582
16/09/2020 145.101 326 11.608
17/09/2020 145.424 323 11.634
18/09/2020 145.743 319 11.659
19/09/2020 146.060 317 11.685
20/09/2020 146.379 319 11.710
21/09/2020 146.687 308 11.735
22/09/2020 146.991 304 11.759
23/09/2020 147.298 307 11.784
78
Hari (Day) Jumlah Kasus Kumulatif (Simulasi 10
Mei) Jumlah Kasus (Reported)
10 Mei
Jumlah Kematian (CFR=8%) (kumulatif)
10 Mei
24/09/2020 147.599 301 11.808
25/09/2020 147.898 299 11.832
26/09/2020 148.195 297 11.856
27/09/2020 148.485 290 11.879
28/09/2020 148.782 297 11.903
29/09/2020 149.069 287 11.926
30/09/2020 149.356 287 11.948
01/10/2020 149.637 281 11.971
02/10/2020 149.918 281 11.993
03/10/2020 150.198 280 12.016
04/10/2020 150.478 280 12.038
05/10/2020 150.749 271 12.060
06/10/2020 151.016 267 12.081
07/10/2020 151.290 274 12.103
08/10/2020 151.549 259 12.124
09/10/2020 151.814 265 12.145
10/10/2020 152.075 261 12.166
11/10/2020 152.335 260 12.187
12/10/2020 152.593 258 12.207
13/10/2020 152.845 252 12.228
14/10/2020 153.098 253 12.248
15/10/2020 153.346 248 12.268
16/10/2020 153.596 250 12.288
17/10/2020 153.843 247 12.307
18/10/2020 154.085 242 12.327
19/10/2020 154.332 247 12.347
20/10/2020 154.568 236 12.365
21/10/2020 154.804 236 12.384
22/10/2020 155.039 235 12.403
23/10/2020 155.274 235 12.422
24/10/2020 155.505 231 12.440
25/10/2020 155.736 231 12.459
26/10/2020 155.966 230 12.477
27/10/2020 156.187 221 12.495
28/10/2020 156.414 227 12.513
29/10/2020 156.636 222 12.531
30/10/2020 156.858 222 12.549
31/10/2020 157.075 217 12.566
01/11/2020 157.292 217 12.583
02/11/2020 157.503 211 12.600
03/11/2020 157.717 214 12.617
04/11/2020 157.926 209 12.634
05/11/2020 158.141 215 12.651
06/11/2020 158.352 211 12.668
79
Hari (Day) Jumlah Kasus Kumulatif (Simulasi 10
Mei) Jumlah Kasus (Reported)
10 Mei
Jumlah Kematian (CFR=8%) (kumulatif)
10 Mei
07/11/2020 158.551 199 12.684
08/11/2020 158.761 210 12.701
09/11/2020 158.964 203 12.717
10/11/2020 159.167 203 12.733
11/11/2020 159.365 198 12.749
12/11/2020 159.564 199 12.765
13/11/2020 159.758 194 12.781
14/11/2020 159.955 197 12.796
15/11/2020 160.148 193 12.812
16/11/2020 160.339 191 12.827
17/11/2020 160.530 191 12.842
18/11/2020 160.717 187 12.857
19/11/2020 160.909 192 12.873
20/11/2020 161.093 184 12.887
21/11/2020 161.277 184 12.902
22/11/2020 161.464 187 12.917
23/11/2020 161.642 178 12.931
24/11/2020 161.827 185 12.946
25/11/2020 162.004 177 12.960
26/11/2020 162.181 177 12.974
27/11/2020 162.362 181 12.989
28/11/2020 162.532 170 13.003
29/11/2020 162.709 177 13.017
30/11/2020 162.880 171 13.030
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Sumber: Hasil Analisis, 2020
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
01/05/2020 01/06/2020 01/07/2020 01/08/2020 01/09/2020 01/10/2020 01/11/2020
Jumlah Kematian Kumulatif(Mei-November)
Jumlah Kematian(CFR=8%) (kumulatif)
80
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadinya peningkatan angka kematian akan terus
meningkat secara signifikan hingga tanggal 7 bulan Juli yaitu sebesar 8.862 jiwa. Setelah dari tanggal
tersebut peningkatan jumlah kematian akibat COVID-19 tidak setinggi sebelumnya walaupun tetap
terdapat kematian akibat COVID-19 hingga bulan November.
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik tersebut diketahui jumlah kebutuhan petak makam di TPU per bulan dimulai
dari bulan Mei hingga Bulan November. Pada Bulan Mei hingga Juli merupakan bulan yang memiliki
kebutuhan petak makam tertinggi, dan pada bulan Agustus hingga November peningkatan relatif lebih
sedikit dari pada bulan-bulan sebelumnya. Secara keseluruhan kebutuhan petak makam di bulan Mei –
November adalah 13.030 petak Makam. Sehingga apabila dihitung antara kebutuhan dengan
ketersediaan makam yang bersifat aktif akan terlihat di titik mana dibutuhkan petak makam lebih banyak
untuk ketersediaan makam aktif di TPU yang ada saat ini, berdasarkan data yang ada bahwa terdapat
makam aktif di Kota Cimahi 12.806 makam, Kota Bandung 33.955 makam, Kabupaten Pangandaran 422
makam, dan Kabupaten Bandung 809 makam, sehingga total makam yang tersedia adalah 52.409 makam.
Berikut adalah interpretasi dari simulasi tempat pemakaman pasien meninggal COVID-19 di
Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei 2020)
1. Pada bulan Mei hingga bulan Juni (Minggu ke-2) merupakan batas terjadinya peningkatan jumlah
kematian yang cukup banyak, hingga dari bulan Juni (Minggu ke-3) hingga bulan November
peningkatan dari jumlah kematian relatif lebih sedikit dari pada bulan sebelumnya; dan
2. Kebutuhan Total dari petak makam berdasarkan kasus COVID-19 ini adalah 13.030 petak makam di
tahun 2020 (hingga bulan November 2020), sedangkan ketersediaan makam terdapat 52.409 petak
makam. Sehingga berdasarkan ketersediaan makam dapat mencukupi, tetapi ketersediaan makam
6133
8445
10044
1115911948
1256613030
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
Kebutuhan Petak Makam di TPU(Per Bulan Tahun 2020) (Kumulatif)
81
tersebut hanya baru tersedia pada 4 kabupaten saja, yaitu Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten
Pangandaran, dan Kabupaten Bandung.
4.5.6 Simulasi Pemberian Bantuan Masyarakat Miskin dan Rentan Miskin Terkena Dampak Ekonomi
Akibat COVID-19
Tujuan simulasi ini adalah melakukan perhitungan kebutuhan bantuan bagi warga miskin dan
rawan miskin sebagai dampak dari wabah COVID-19 dengan mempertimbangkan skenario wilayah
dengan kasus yang ringan (mild case) dan kasus yang parah (severe case). Sumber data yang digunakan
pada simulasi ini adalah jumlah rumah tangga miskin di Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat yang didapat dari
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) per Januari 2020, serta hasil penelitian dari SMERU Research
Institute yang berjudul The Impact of COVID-19 Outbreak on Poverty: An Estimation for Indonesia
(Suryahadi, Asep., Al Izzati, Ridho., & Suryadarma, Daniel, 2020).
Untuk menghitung kebutuhan bantuan terhadap warga miskin diperlukan cara sebagai berikut:
1. Menyediakan data jumlah rumah tangga miskin per kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yang
terbaru
2. Menghitung jumlah rumah tangga rawan miskin
3. Menghitung kebutuhan bantuan terhadap warga miskin dan rawan miskin menggunakan skenario
wilayah dengan peningkatan kemiskinan yang ringan (mild case)
4. Menghitung kebutuhan bantuan terhadap warga miskin dan rawan miskin menggunakan skenario
wilayah dengan peningkatan kemiskinan yang parah (severe case)
Adapun asumsi yang digunakan dalam simulasi ini diantaranya adalah:
1. Asumsi dengan persentase tingkat kemiskinan sebagai dampak wabah
Asumsi dengan persentase tingkat kemiskinan sebagai dampak wabah akan dibagi 2 yaitu mild case
dan severe case. Berdasarkan pada hasil penelitian SMERU Research Institute ditemukan bahwa
dampak COVID-19 yang paling ringan terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan akan
meningkat dari 9,2% pada September 2019 menjadi 9,7% pada akhir 2020, sedangkan proyeksi paling
parah, tingkat kemiskinan akan meningkat menjadi 12,4%. Hasil perhitungan tersebut menjadi acuan
dalam perhitungan kebutuhan bantuan bagi warga miskin di Provinsi Jawa Barat.
Persentase Tingkat Kemiskinan Akibat Wabah COVID-19
Tahun 2019 Tahun 2020
Mild case 9,2% 9,7%
Severe case 9,2% 12,4% Sumber: SMERU, 2020.
2. Asumsi jumlah rumah tangga rawan miskin
Asumsi jumlah rumah tangga rawan miskin diperlukan sebagai pertimbangan tambahan untuk
memenuhi kebutuhan bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat terdampak wabah
82
COVID-19 terutama segi perekonomiannya. Jumlah rumah tangga rawan miskin diasumsikan
dengan menggunakan selisih persentase tingkat kemiskinan sebagai berikut.
Selisih Persentase untuk Perhitungan Jumlah Rumah Tangga Rawan Miskin
Tahun 2019 Tahun 2020 Selisih
Mild case 9,2% 9,7% 0,5%
Severe case 9,2% 12,4% 3,2% Sumber: SMERU dan Hasil Analisis, 2020.
Setelah melakukan perhitungan asumsi adanya rumah tangga rawan miskin sebesar 5% dari
jumlah rumah tangga miskin maka didapat hasil sebagai berikut.
Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Rawan Miskin
No. Kab/Kota
Jumlah Rumah Tangga
Miskin Rawan Miskin
dengan asumsi Mild Case
Rawan Miskin dengan asumsi
Severe Case
1 Bogor 341,616 1,708 10,932
2 Sukabumi 437,798 2,189 14,010
3 Cianjur 316,407 1,582 10,125
4 Bandung 355,027 1,775 11,361
5 Garut 422,459 2,112 13,519
6 Tasikmalaya 229,444 1,147 7,342
7 Ciamis 152,352 762 4,875
8 Kuningan 136,933 685 4,382
9 Cirebon 279,262 1,396 8,936
10 Majalengka 1,452 7 46
11 Sumedang 132,726 664 4,247
12 Indramayu 248,435 1,242 7,950
13 Subang 216,815 1,084 6,938
14 Purwakarta 82,556 413 2,642
15 Karawang 25,596 128 819
16 Bekasi 164,677 823 5,270
17 Bandung Barat 168,871 844 5,404
18 Pangandaran 43,017 215 1,377
19 Kota Bogor 6,925 35 222
20 Kota Sukabumi 23,429 117 750
21 Kota Bandung 133,277 666 4,265
22 Kota Cirebon 28,111 141 900
23 Kota Bekasi 10,614 53 340
24 Kota Depok 78,067 390 2,498
25 Kota Cimahi 32,617 163 1,044
26 Kota Tasikmalaya 72,422 362 2,318
27 Kota Banjar 14,110 71 452 Sumber: Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat dan Hasil Analisis, 2020.
83
Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Rawan Miskin di Jawa Barat
Sumber: Hasil Analisis, 2020.
Wilayah yang memiliki jumlah rumah tangga miskin dan rawan miskin tertinggi dan perlu
diprioritaskan untuk diberikan kebutuhan bantuan diantaranya adalah Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Subang, dan Kabupaten
Bandung Barat.
Selanjutnya dikarenakan wabah COVID-19 ini tidak dapat diprediksi tingkat
penyebarannya secara pasti, maka perlu diadakan asumsi perhitungan jika penyebaran kasus di
sebuah wilayah berdampak ringan (mild case) dan berdampak parah (severe case) pada kondisi
perekonomian masyarakat. Sehingga pemerintah bisa memperkirakan kebutuhan bantuan yang
perlu diberikan sesuai bergantung pada 2 skenario tersebut. Perhitungan dengan melibatkan
peningkatan persentase kemiskinan didapatkan hasil sebagai berikut.
84
Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Rawan Miskin
dengan Asumsi Mild Case dan Severe Case
No. Kab/Kota
Mild Case Severe Case
Mild Case pada Warga
Miskin
Mild Case pada Warga
Rawan Miskin
Severe Case pada Warga
Miskin
Severe Case pada Warga
Rawan Miskin
1 Bogor 360,182 1,801 460,439 14,734
2 Sukabumi 461,591 2,308 590,076 18,882
3 Cianjur 333,603 1,668 426,462 13,647
4 Bandung 374,322 1,872 478,515 15,312
5 Garut 445,419 2,227 569,401 18,221
6 Tasikmalaya 241,914 1,210 309,251 9,896
7 Ciamis 160,632 803 205,344 6,571
8 Kuningan 144,375 722 184,562 5,906
9 Cirebon 294,439 1,472 376,397 12,045
10 Majalengka 1,531 8 1,957 63
11 Sumedang 139,939 700 178,892 5,725
12 Indramayu 261,937 1,310 334,847 10,715
13 Subang 228,598 1,143 292,229 9,351
14 Purwakarta 87,043 435 111,271 3,561
15 Karawang 26,987 135 34,499 1,104
16 Bekasi 173,627 868 221,956 7,103
17 Bandung Barat 178,049 890 227,609 7,283
18 Pangandaran 45,355 227 57,979 1,855
19 Kota Bogor 7,301 37 9,334 299
20 Kota Sukabumi 24,702 124 31,578 1,011
21 Kota Bandung 140,520 703 179,634 5,748
22 Kota Cirebon 29,639 148 37,889 1,212
23 Kota Bekasi 11,191 56 14,306 458
24 Kota Depok 82,310 412 105,221 3,367
25 Kota Cimahi 34,390 172 43,962 1,407
26 Kota Tasikmalaya 76,358 382 97,612 3,124
27 Kota Banjar 14,877 74 19,018 609 Sumber: Hasil Analisis, 2020
85
Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Rawan Miskin
dengan Asumsi Mild Case dan Severe Case
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Hasil dari perhitungan rumah tangga miskin dan rawan miskin dengan mempertimbangkan
asumsi persentase tingkat kemiskinan sebagai dampak dari wabah menunjukkan bahwa bantuan akan
banyak dibutuhkan pada warga miskin dengan penyebaran kasus yang parah (severe case) walaupun
dengan penyebaran kasus yang ringan (mild case) pun perbedaannya hampir serupa. Bantuan pada warga
rawan miskin (baik mild case dan severe case) jumlahnya tidak sesignifikan bantuan untuk warga miskin,
tetapi jumlah tersebut bukan berarti tidak berguna, melainkan dapat digunakan sebagai galat kebutuhan
yang perlu disediakan apabila ternyata di lapangan dibutuhkan jumlah yang lebih dari perhitungan. Untuk
prioritas wilayahnya jika diurutkan yaitu Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Bandung Barat.
86
Berikut adalah interpretasi dari pemberian bantuan masyarakat miskin dan rentan miskin terkena
dampak ekonomi akibat COVID-19 (per 10 Mei 2020):
1. Hasil dari perhitungan dengan asumsi nilai rumah tangga rawan miskin dapat dijadikan sebagai galat
kebutuhan yang perlu disediakan apabila ternyata di lapangan dibutuhkan jumlah yang lebih dari
perhitungan;
2. Hasil dari perhitungan dengan asumsi persentase tingkat kemiskinan sebagai dampak wabah dibagi
menjadi ringan (mild case) dan parah (severe case). Bantuan akan banyak dibutuhkan pada warga
miskin dengan penyebaran kasus yang parah (severe case) walaupun dengan penyebaran kasus yang
ringan (mild case) pun perbedaannya hampir serupa.
4.5.7 Simulasi Kebutuhan Bahan Pokok bagi Masyarakat Selama Pandemi COVID-19
Tujuan dari simulasi ini adalah melakukan pemodelan kebutuhan pokok bagi masyarakat dengan
pengeluaran di bawah Rp.500.000,00 per bulan dan di bawah Rp.300.000,00 per bulan serta
mengidentifikasi jumlah kebutuhan pokok yang dibutuhkan masyarakat dengan pengeluaran di bawah
Rp.500.000,00 per bulan dan di bawah Rp.300.000,00 per bulan. Berikut adalah sumber data yang
digunakan dalam simulasi ini diantaranya:
1. Rata-rata konsumsi per kapita seminggu menurut jenis komoditi makanan dan golongan pengeluaran
per kapita sebulan di Provinsi Jawa Barat tahun 2018 bersumber dari Pola Konsumsi Penduduk Jawa
Barat 2018 yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Jawa Barat;
2. Jumlah penduduk menurut kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 bersumber dari
Publikasi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat; dan
3. Bahan pokok yang bersumber dari Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 Tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di
Konsumen.
Berikut adalah cara menghitung kebutuhan pokok bagi masyarakat pada minggu ke-N
Kebutuhan = {Rata-rata konsumsi perkomoditas per orang per hari}
*Jumlah Penduduk* N
Adapun asumsi yang digunakan dalam simulasi ini adalah:
1. Asumsi Nilai N
Berikut adalah asumsi nilai N dengan minggu pertama bulan Mei sebagai minggu ke-1, dan
seterusnya.
Nilai N
Bulan/Minggu ke- Tanggal N
Mei/1 4 Mei 2020 – 10 Mei 2020 1
Mei/2 11 Mei 2020 – 17 Mei 2020 2
Mei/3 18 Mei 2020 – 24 Mei 2020 3
Mei/4 25 Mei 2020 – 31 Mei 2020 4 Juni/1 1 Juni 2020 – 7 Juni 2020 5
87
Bulan/Minggu ke- Tanggal N
Juni/2 8 Juni 2020 – 14 Juni 2020 6
Juni/3 15 Juni 2020 – 21 Juni 2020 7
Juni/4 22 Juni 2020 – 28 Juni 2020 8
Sumber: Hasil Analisis, 2020
2. Asumsi Jumlah penduduk berdasarkan golongan pengeluaran per kapita dalam sebulan.
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020 mencapai 49.935.858 jiwa, dengan rincian
jumlah penduduk menurut kabupaten/kota terlampir pada lampiran. Kemudian diasumsikan bahwa total
penduduk di wilayah administrasi kabupaten merupakan jumlah penduduk perdesaan, dan total
penduduk di wilayah administrasi kota merupakan jumlah penduduk perkotaan. Dengan demikian, jumlah
penduduk perkotaan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020 mencapai 11.317.597 jiwa, sedangkan
jumlah penduduk perdesaan mencapai 38.618.261 jiwa. Jumlah tersebut kemudian dikalikan dengan
persentase jumlah penduduk berdasarkan golongan pengeluaran per kapita sebulan. Berikut adalah
persentase tersebut.
Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan Provinsi
Jawa Barat 2018.
Klasifikasi Daerah Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan (Rp)
<149.999 150.000-199.999 200.000-299.999 300.000-499.999
Perkotaan 0.11 2.41 14.69
Perdesaan 0.03 0.30 4.49 20.20
Total 0.01 0.16 2.95 16.12 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018
Kemudian, berikut adalah hasil jumlah penduduk berdasarkan golongan pengeluaran per kapita
sebulan di Provinsi Jawa barat.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan Provinsi Jawa Barat
Klasifikasi Jumlah Penduduk
<149.999 150.000-199.999
200.000-299.999
300.000-499.999
Perkotaan 11,317,597
-
12,449
272,754
1,662,555
Perdesaan 38,618,261
11,585
115,855
1,733,960
7,800,889
Sumber: Hasil Analisis, 2020
3. Asumsi Bahan Pokok
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, berikut adalah
yang termasuk bahan pokok, diantaranya adalah beras, jagung, kedelai, gula, minyak goreng, bawang
merah, daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras.
88
Berikut adalah hasil simulasi kebutuhan bahan pokok yang telah dilakukan.
a. Beras
Berikut adalah jumlah kebutuhan beras penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah
Rp.300.000,00 dan di bawah Rp.500.000,00
Jumlah Kebutuhan Beras (Kg)
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
1 Mei/1 3,187,358 19,357,870
2 Mei/2 6,374,716 38,715,741
3 Mei/3 9,562,074 58,073,611
4 Mei/4 12,749,433 77,431,481
5 Juni/1 15,936,791 96,789,351
6 Juni/2 19,124,149 116,147,222
7 Juni/3 22,311,507 135,505,092
8 Juni/4 25,498,865 154,862,962 Sumber: Hasil Analisis, 2020
Jumlah Konsumsi Beras (Kg)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa jumlah kebutuhan beras penduduk dengan
pengeluaran per bulan di bawah Rp.300.000,00 dan di bawah Rp.500.000,00 terus meningkat.
Pada minggu pertama bulan Mei, kebutuhan beras penduduk dengan pengeluaran per bulan di
bawah Rp.300.000,00 mencapai 3.187.358 kg lalu meningkat menjadi 25.498.865 kg pada minggu
ke-4 bulan Juni. Sementara itu akumulasi kebutuhan beras penduduk dengan pengeluaran per
bulan di bawah Rp.500.000,00 pada minggu pertama bulan Mei, mencapai 19.357.870 kg lalu
meningkat menjadi 154.862.962 kg pada minggu ke-4 bulan Juni.
-
20.000.000
40.000.000
60.000.000
80.000.000
100.000.000
120.000.000
140.000.000
160.000.000
180.000.000
Mei/1 Mei/2 Mei/3 Mei/4 Juni/1 Juni/2 Juni/3 Juni/4
Bulan/Minggu
Pengeluaran < Rp. 300.000,- Pengeluaran < Rp. 500.000,-
89
b. Jagung Basah dengan Kulit
Berikut adalah jumlah kebutuhan jagung basah dengan kulit penduduk dengan pengeluaran per
bulan di bawah Rp.300.000,00 dan di bawah Rp.500.000,00
Jumlah Kebutuhan Jagung Basah dengan Kulit (Kg)
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
1 Mei/1 - 63,776
2 Mei/2 - 127,552
3 Mei/3 - 191,328
4 Mei/4 - 255,104
5 Juni/1 - 318,880
6 Juni/2 - 382,656
7 Juni/3 - 446,433
8 Juni/4 - 510,209
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Jumlah Konsumsi Jagung Basah dengan Kulit (Kg)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa jumlah kebutuhan jagung basah dengan kulit penduduk
dengan pengeluaran per bulan di bawah Rp.500.000,00 terus meningkat, sedangkan penduduk dengan
pengeluaran di bawah Rp.300.000,00 tidak memiliki kebutuhan jagung basah dengan kulit. Pada minggu
pertama bulan Mei, kebutuhan jagung basah dengan kulit penduduk dengan pengeluaran per bulan di
bawah Rp.500.000,00 mencapai 63.776 kg lalu meningkat menjadi 510.209 kg pada minggu ke-4 bulan
Juni.
c. Kacang Kedelai
Berikut adalah jumlah kebutuhan kacang kedelai penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah
Rp.300.000,00 dan di bawah Rp.500.000,00
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
Mei/1 Mei/2 Mei/3 Mei/4 Juni/1 Juni/2 Juni/3 Juni/4
Bulan/Minggu
Jumlah Konsumsi Jagung Basah dengan Kulit (Kg)
Pengeluaran < Rp. 300.000,- Pengeluaran < Rp. 500.000,-
90
Jumlah Kebutuhan Kacang Kedelai (Kg)
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
1 Mei/1 - 499
2 Mei/2 - 998
3 Mei/3 - 1,496
4 Mei/4 - 1,995
5 Juni/1 - 2,494
6 Juni/2 - 2,993
7 Juni/3 - 3,491
8 Juni/4 - 3,990
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Jumlah Konsumsi Kacang Kedelai (Kg)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa jumlah kebutuhan kacang kedelai dengan pengeluaran per
bulan di bawah Rp.500.000,00 terus meningkat, sedangkan penduduk dengan pengeluaran di bawah
Rp.300.000,00 tidak memiliki kebutuhan kacang kedelai. Pada minggu pertama bulan Mei, kebutuhan
kacang kedelai penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah Rp.500.000,00 mencapai 499 kg lalu
meningkat menjadi 3.990 kg pada minggu ke-4 bulan Juni.
d. Gula Pasir
Berikut adalah jumlah kebutuhan gula pasir penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah
Rp.300.000,00 dan di bawah Rp.500.000,00
Jumlah Kebutuhan Gula Pasir (Ons)
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
1 Mei/1 185,535 2,419,230
2 Mei/2 371,070 4,838,461
3 Mei/3 556,606 7,257,691
4 Mei/4 742,141 9,676,921
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Mei/1 Mei/2 Mei/3 Mei/4 Juni/1 Juni/2 Juni/3 Juni/4
Bulan/Minggu
Jumlah Konsumsi Kacang Kedelai (Kg)
Pengeluaran < Rp. 300.000,- Pengeluaran < Rp. 500.000,-
91
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
5 Juni/1 927,676 12,096,152
6 Juni/2 1,113,211 14,515,382
7 Juni/3 1,298,747 16,934,613
8 Juni/4 1,484,282 19,353,843
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Jumlah Konsumsi Gula Pasir (Ons)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa jumlah kebutuhan gula pasir penduduk dengan pengeluaran
per bulan di bawah Rp.300.000,00 dan di bawah Rp.500.000,00 terus meningkat. Pada minggu pertama
bulan Mei, kebutuhan gula pasir penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah Rp.300.000,00
mencapai 185.535 ons lalu meningkat menjadi 1.484.282 ons pada minggu ke-4 bulan Juni. Sementara itu
akumulasi kebutuhan gula pasir penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah Rp.500.000,00 pada
minggu pertama bulan Mei, mencapai 2.419.230 ons lalu meningkat menjadi 19.353.843 ons pada minggu
ke-4 bulan Juni.
e. Minyak Goreng
Berikut adalah jumlah kebutuhan minyak goreng penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah
Rp.300.000,00 dan di bawah Rp.500.000,00
Tabel 8. Jumlah Kebutuhan Minyak Goreng (Liter)
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
1 Mei/1 172,573 1,222,069
2 Mei/2 345,145 2,444,137
3 Mei/3 517,718 3,666,206
4 Mei/4 690,290 4,888,274
5 Juni/1 862,863 6,110,343
6 Juni/2 1,035,436 7,332,411
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
Mei/1 Mei/2 Mei/3 Mei/4 Juni/1 Juni/2 Juni/3 Juni/4
Bulan/Minggu
Jumlah Konsumsi Gula Pasir (ons)
Pengeluaran < Rp. 300.000,- Pengeluaran < Rp. 500.000,-
92
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
7 Juni/3 1,208,008 8,554,480
8 Juni/4 1,380,581 9,776,548
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Jumlah Konsumsi Minyak Goreng (Liter)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik di atas, penduduk Provinsi Jawa Barat dengan pengeluaran perkapita di bawah
Rp. 500.000,00 setiap bulan memiliki kebutuhan terhadap minyak goreng pada minggu pertama bulan
Mei tahun 2020 sejumlah 1.222.069 liter. Kebutuhan tersebut terus meningkat setiap minggu sampai
dengan minggu keempat bulan Juni Tahun 2020 sejumlah 9.776.548 liter. Sedangkan penduduk Provinsi
Jawa Barat yang memiliki pengeluaran perkapita di bawah Rp. 300.000,00 setiap bulan membutuhkan
minyak goreng sejumlah 172.573 liter pada minggu pertama bulan Mei tahun 2020. Kebutuhan tersebut
terus meningkat setiap minggu hingga minggu keempat Bulan Juni tahun 2020 dengan jumlah kebutuhan
minyak goreng 1.380.581 liter.
f. Bawang Merah
Berikut adalah jumlah kebutuhan bawang merah penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah
Rp.300.000,00 dan di bawah Rp.500.000,00
Jumlah Kebutuhan Bawang Merah (Ons)
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
1 Mei/1 330,864 2,371,387
2 Mei/2 661,727 4,742,774
3 Mei/3 992,591 7,114,160
4 Mei/4 1,323,454 9,485,547
5 Juni/1 1,654,318 11,856,934
6 Juni/2 1,985,181 14,228,321
-
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
Mei/1 Mei/2 Mei/3 Mei/4 Juni/1 Juni/2 Juni/3 Juni/4
Bulan/Minggu
Jumlah Konsumsi Minyak Goreng (Liter)
Pengeluaran < Rp. 300.000,- Pengeluaran < Rp. 500.000,-
93
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
7 Juni/3 2,316,045 16,599,708
8 Juni/4 2,646,909 18,971,094
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Jumlah Konsumsi Bawang Merah (Ons)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik di atas, penduduk Provinsi Jawa Barat dengan pengeluaran perkapita di bawah Rp.
500.000,00 setiap bulan memiliki kebutuhan terhadap bawang merah pada minggu pertama bulan Mei
Tahun 2020 yaitu 2.371.387 ons. Kebutuhan tersebut terus meningkat setiap minggu sampai dengan
minggu keempat bulan Juni Tahun 2020 sejumlah 18.971.094 ons. Sedangkan penduduk Provinsi Jawa
Barat yang memiliki pengeluaran perkapita di bawah Rp. 300.000,00 setiap bulan membutuhkan bawang
merah sejumlah 330.863,58 ons pada minggu pertama bulan Mei Tahun 2020. Kebutuhan tersebut terus
meningkat setiap minggu hingga minggu keempat bulan Juni Tahun 2020 dengan jumlah kebutuhan
bawang merah 2.646.909 ons.
g. Daging Sapi
Berikut adalah jumlah kebutuhan daging sapi penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah
Rp.300.000,00 dan di bawah Rp.500.000,00
Jumlah Kebutuhan Daging Sapi (Kg)
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
1 Mei/1 - 1,726
2 Mei/2 - 3,453
3 Mei/3 - 5,179
4 Mei/4 - 6,906
5 Juni/1 - 8,632
6 Juni/2 - 10,359
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
Mei/1 Mei/2 Mei/3 Mei/4 Juni/1 Juni/2 Juni/3 Juni/4
Bulan/Minggu
Jumlah Konsumsi Bawang Merah (ons)
Pengeluaran < Rp. 300.000,- Pengeluaran < Rp. 500.000,-
94
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
7 Juni/3 - 12,085
8 Juni/4 - 13,811
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Jumlah Konsumsi Daging Sapi (Kg)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik di atas, penduduk Provinsi Jawa Barat dengan pengeluaran perkapita di bawah
Rp. 500.000,00 setiap bulan memiliki kebutuhan terhadap daging sapi pada minggu pertama bulan Mei
Tahun 2020 yaitu 1.726 kg. Kebutuhan tersebut terus meningkat setiap minggu sampai dengan minggu
keempat bulan Juni Tahun 2020 sejumlah 13.811 kg. Sedangkan penduduk Provinsi Jawa Barat yang
memiliki pengeluaran perkapita di bawah Rp. 300.000,00 setiap bulan tidak memiliki kebutuhan daging
sapi pada minggu pertama bulan Mei Tahun 2020 sampai minggu keempat bulan Juni Tahun 2020.
h. Daging Ayam Ras
Berikut adalah jumlah kebutuhan daging ayam ras penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah
Rp.300.000,00 dan di bawah Rp.500.000,00
Jumlah Kebutuhan Daging Ayam Ras (Kg)
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
1 Mei/1 5,210 233,178
2 Mei/2 10,419 466,355
3 Mei/3 15,629 699,533
4 Mei/4 20,838 932,710
5 Juni/1 26,048 1,165,888
6 Juni/2 31,258 1,399,065
7 Juni/3 36,467 1,632,243
8 Juni/4 41,677 1,865,420
Sumber: Hasil Analisis, 2020
-
5.000
10.000
15.000
Mei/1 Mei/2 Mei/3 Mei/4 Juni/1 Juni/2 Juni/3 Juni/4
Bulan/Minggu
Jumlah Konsumsi Daging Sapi (Kg)
Pengeluaran < Rp. 300.000,- Pengeluaran < Rp. 500.000,-
95
Jumlah Konsumsi Daging Ayam Ras (Kg)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik di atas, penduduk Provinsi Jawa Barat dengan pengeluaran perkapita di bawah Rp.
500.000,00 setiap bulan memiliki kebutuhan terhadap daging ayam ras pada minggu pertama bulan Mei
Tahun 2020 yaitu 233.178 kg. Kebutuhan tersebut terus meningkat setiap minggu sampai dengan minggu
keempat bulan Juni Tahun 2020 sejumlah 1.865.420 kg. Sedangkan penduduk Provinsi Jawa Barat yang
memiliki pengeluaran perkapita di bawah Rp. 300.000,00 setiap bulan membutuhkan daging ayam ras
sejumlah 5.210 kg pada minggu pertama bulan Mei Tahun 2020. Kebutuhan tersebut terus meningkat
setiap minggu hingga minggu keempat bulan Juni Tahun 2020 dengan jumlah kebutuhan daging ayam ras
41.677 kg.
i. Telur Ayam Ras
Berikut adalah jumlah kebutuhan telur ayam ras penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah
Rp.300.000,00 dan di bawah Rp.500.000,00
Tabel 12. Jumlah Kebutuhan Telur Ayam Ras (Butir)
Minggu ke-n
Bulan/ Minggu <300.000 <500.000
1 Mei/1 1,822,064 12,848,570
2 Mei/2 3,644,128 25,697,140
3 Mei/3 5,466,193 38,545,710
4 Mei/4 7,288,257 51,394,280
5 Juni/1 9,110,321 64,242,849
6 Juni/2 10,932,385 77,091,419
7 Juni/3 12,754,450 89,939,989
8 Juni/4 14,576,514 102,788,559
Sumber: Hasil Analisis, 2020
-
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
Mei/1 Mei/2 Mei/3 Mei/4 Juni/1 Juni/2 Juni/3 Juni/4
Bulan/Minggu
Jumlah Konsumsi Daging Ayam Ras (Kg)
Pengeluaran < Rp. 300.000,- Pengeluaran < Rp. 500.000,-
96
Jumlah Konsumsi Telur Ayam Ras (Butir)
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan grafik di atas, penduduk Provinsi Jawa Barat dengan pengeluaran perkapita di bawah
Rp.500.000,00 setiap bulan memiliki kebutuhan terhadap telur ayam ras pada minggu pertama bulan Mei
Tahun 2020 yaitu 12.848.570 butir. Kebutuhan tersebut terus meningkat setiap minggu sampai dengan
minggu keempat bulan Juni Tahun 2020 sejumlah 102.788.559 butir. Sedangkan penduduk Provinsi Jawa
Barat yang memiliki pengeluaran perkapita di bawah Rp.300.000,00 setiap bulan membutuhkan telur
ayam ras sejumlah 1.822.064 butir pada minggu pertama bulan Mei Tahun 2020. Kebutuhan tersebut
terus meningkat setiap minggu hingga minggu keempat bulan Juni Tahun 2020 dengan jumlah kebutuhan
telur ayam ras 14.576.514 butir.
Berikut adalah interpretasi dari simulasi kebutuhan bahan pokok bagi masyarakat selama
Pandemi COVID-19
1. Beras merupakan komoditas yang paling dibutuhkan baik bagi penduduk dengan pengeluaran
Rp.300.000,00 per bulan maupun Rp.500.000,00 per bulan;
2. Semua bahan pokok merupakan kebutuhan bagi penduduk dengan pengeluaran Rp.500.000,00 per
bulan, yaitu beras, jagung, kedelai, gula, minyak goreng, bawang merah, daging sapi, daging ayam
ras dan telur ayam ras; dan
3. Bahan pokok yang merupakan kebutuhan bagi penduduk dengan pengeluaran Rp.300.000,00 per
bulan diantaranya adalah beras, gula, minyak goreng, bawang merah, daging ayam ras, dan telur
ayam ras.
-
20.000.000
40.000.000
60.000.000
80.000.000
100.000.000
120.000.000
Mei/1 Mei/2 Mei/3 Mei/4 Juni/1 Juni/2 Juni/3 Juni/4
Bulan/Minggu
Jumlah Konsumsi Telur Ayam Ras (Butir)
Pengeluaran < Rp. 300.000,- Pengeluaran < Rp. 500.000,-
97
ANGGARAN
5.1 Perkembangan Ekonomi Jawa Barat Triwulan I-2020
Berikut adalah perkembangan ekonomi di Provinsi Jawa Barat berdasarkan PDRB menurut lapangan
usaha dan PDRB menurut pengeluaran yang bersumber dari Publikasi Berita Resmi Statistik, Badan Pusat
Statistik Provinsi Jawa Barat, 5 Mei 2020)
5.1.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha
Berikut adalah hasil analisis Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2020 Terhadap Triwulan I-2019 (y-
on-y) dan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2020 Terhadap Triwulan IV-2019 (q-to-q).
1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2020 Terhadap Triwulan I-2019 (y-on-y)
Ekonomi Jawa Barat triwulan I-2020 dibanding triwulan I-2019 (y-on-y) tumbuh 2,73 persen.
Pertumbuhan didukung hampir semua lapangan usaha kecuali Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
mengalami penurunan sebesar 10,92 persen yang disebabkan oleh faktor cuaca. Pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh Informasi dan Komuniksai sebesar 24,89 persen; diikuti Real Estate sebesar 12,05 persen;
dan Jasa Pendidikan sebesar 9,83 persen
Pertumbuhan PDRB Beberapa Lapangan Usaha Triwulan I-2020 (y-on-y)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2020
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jawa
Barat triwulan I-2020 (y-on-y), Informasi dan Komunikasi memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yaitu
sebesar 1,07 persen, diikuti Industri Pengolahan sebesar 0,70 persen; Konstruksi sebesar 0,43 persen; Jasa
Pendidikan sebesar 0,27 persen; dan Transportasi dan Pergudangan sebesar 0,24 persen
98
Sumber Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2020
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa struktur perekonomian Jawa Barat triwulan I-2020
masih didominasi oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan; diikuti Lapangan Usaha Perdagangan Besar-
Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor; Konstruksi; dan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan
peran masing-masing sebesar 42,47 persen, 14,52 persen, 8,38 persen dan 7,52 persen
2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2020 Terhadap Triwulan IV-2019 (q-to-q)
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan I-2020 terhadap triwulan IV-2019 diwarnai oleh
pandemi COVID-19. Penerapan sistem kerja Work From Home (WFH) dan sistem belajar secara online
yaitu Learning From Home (LFH) membuat Lapangan Usaha Informasi dan komunikasi tumbuh ekspansif
sebesar 25,95 persen. Pertumbuhan positif juga terjadi pada lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial sebesar 5,79 persen; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 3,97 persen; Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum sebesar 2,94 persen; dan beberapa Lapangan Usaha lainnya. Namun,
pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I-2020 yang turun sebesar 0,95 persen (q-to-q) tertahan
oleh kontraksi pertumbuhan pada beberapa lapangan usaha yang memiliki kontribusi besar seperti
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; dan Konstruksi .
99
Pertumbuhan PDRB Beberapa Lapangan Usaha Triwulan I-2020 (q-to-q)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2020
5.1.2 PDRB Menurut Pengeluaran
Berikut adalah hasil analisis Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2020 Terhadap Triwulan I-2019 (y-
on-y) dan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2020 Terhadap Triwulan IV-2019 (q-to-q).
1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2020 Terhadap Triwulan I-2019 (y-on-y)
Secara umum Pandemi COVID-19 berdampak pada terkoreksinya pertumbuhan ekonomi Jawa
Barat pada triwulan I-2020. Pada perekonomian sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi terhadap
triwulan I-2019 (y-on-y) hanya mencatatkan pertumbuhan positif pada Komponen Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah sebesar 4,33 persen; diikuti oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 3,04 persen
dan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 0,71 persen. Perdagangan internasional
terdampak Pandemi Covid19 serta terjadi penurunan permintaan dari negara tujuan utama ekspor Jawa
Barat sehingga terjadi kontraksi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 2,50 persen. Selain itu
kontraksi terjadi pada Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga sebesar
1,70 persen; dan Perubahan Inventori sebesar 1,02 persen. Sementara Komponen Impor Barang dan Jasa
yang berlaku sebagai pengurang pertumbuhan ekonomi terkontraksi signifikan sebesar 4,89 persen.
100
Pertumbuhan PDRB Beberapa Komponen Triwulan I-2020 (y-on-y)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2020
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi (SOG) Jawa Barat triwulan I-2020 (y-
on-y), Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) merupakan komponen dengan sumber
pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 1,89 persen, diikuti Komponen PMTB sebesar 0,17 persen,
sementara komponen lainnya sebesar 0,67 persen.
Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2020
Struktur PDRB Jawa Barat menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2020
tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh Komponen
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mencakup lebih dari separuh PDRB Jawa Barat. Komponen
lainnya yang memiliki peranan besar terhadap PDRB adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto; sedangkan
peranan Komponen Perubahan Inventori, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Net Ekspor (Ekspor-Impor)
101
dan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga memiliki kontribusi relatif
kecil.
2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2020 Terhadap Triwulan IV-2019 (q-to-q)
Lebih jauh, Pandemi COVID-19 yang terjadi pada Maret 2020 di Jawa Barat berdampak terhadap
ekonomi Jawa Barat triwulan I-2020 terhadap triwulan IV-2019 (q-to-q) yaitu kontraksi sebesar
0,95 persen. Seluruh komponen PDRB pengeluaran mengalami kontraksi yaitu Komponen
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (59,51 persen); Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto
(11,22 persen); Komponen Ekspor Barang dan Jasa (6,85 persen); Perubahan Inventori (0,86
persen); Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga
(0,61 persen); Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (0,47 persen) karena penurunan
terhadap pendapatan dan daya beli masyarakat secara umum. Sementara Komponen Impor
Barang dan Jasa sebagai pengurang pertumbuhan mengalami kontraksi sebesar 23,87 persen.
Pertumbuhan Beberapa Komponen PDRB Pengeluaran (q-to-q)
Sumber: Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2020
5.2 Rencana Penyesuaian Struktur APBD Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2020
Munculnya Pandemi COVID-19 mengakibatkan adanya penyesuaian postur APBN tahun 2020
yang mengacu pada beberapa peraturan berikut:
Perpu Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan;
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2020 Tentang Perubahan Postur dan Rincian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020;
102
PMK Nomor 35/PMK.07/2020 Tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Desa Tahun Anggaran
2020 dalam Rangka Penanganan Pandemi COVID-19 Dan/Atau Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional.
Adanya penyesuaian postur APBN ini berdampak terhadap perubahan Postur APBD Provinsi Jawa
Barat yang meliputi penerimaan dana transfer pusat ke daerah, review pendapatan daerah termasuk PAD,
dana bagi hasil pajak daerah ke kabupaten/kota serta Refocusing belanja daerah
5.2.1 Pendapatan Daerah
Terdapat 2 skenario penyesuaian APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 yaitu scenario dengan
pendapatan daerah sebesar 33,6 Triliun Rupiah dan 37 Triliun Rupiah.
1. Pendapatan Daerah 33,6 Triliun Rupiah
a. Pendapatan daerah mengalami penurunan sebesar 7,973 Triliun Rupiah dibandingkan dengan
target pendapatan daerah pada APBD Murni TA 2020;
b. Alokasi Anggaran Bantuan Keuangan menjadi 3,212 Triliun Rupiah, dengan rencana
pengeluarannya untuk pemenuhan belanja wajib, antara lain: Jamkemas, insentif tenaga
kesehatan dan pendidikan, sarpras RSUD Rujukan, dan sebagainya;
c. Pada alokasi Bantuan Keuangan diatas, terdapat pembayaran pihak ke III yang belum dapat
dibayar secara penuh dikarenakan keterbatasan anggaran, hal ini menyebakan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat harus memperhitungkan pembayarannya pada Tahun 2021. Hutang bayar
kepada kepada Pihak III sebesar Rp. 119,821Miliar;
d. Penyesuaian Anggaran Belanja Langsung sebesar 6,252 Triliun Rupiah, diperuntukan untuk
pemenuhan belanja wajib dan mengikat, seperti BOS Pusat, DAK, BLUD, fixedcost, dan sebagainya;
e. Anggaran Belanja Tidak Terduga untuk penanganan COVID-19 belum sepenuhnya dapat
dianggarkan, baru dialokasikan sebesar 4,83 Triliun Rupiah dari 5,951 Triliun Rupiah.
2. Pendapatan Daerah 37 Triliun Rupiah
a. Pendapatan daerah mengalami penurunan sebesar 4,583 Triliun Rupiah dibandingkan dengan
target pendapatan daerah pada APBD Murni TA 2020;
b. Alokasi Anggaran Bantuan Keuangan menjadi 3,210 Triliun Rupiah, dengan rencana
pengeluarannya untuk pemenuhan belanja wajib, antara lain: Jamkemas, insentif tenaga
kesehatan dan pendidikan, sarpras RSUD Rujukan, dan sebagainya;
f. Pada alokasi Bantuan Keuangan diatas, terdapat pembayaran pihak ke III yang belum dapat
dibayar secara penuh dikarenakan keterbatasan anggaran, hal ini menyebakan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat harus memperhitungkan pembayarannya pada Tahun 2021. Hutang bayar
kepada kepada Pihak III sebesar Rp. 121, 825 Miliar;
g. Penyesuaian Anggaran Belanja Langsung sebesar 7,185 Triliun Rupiah, diperuntukan untuk
pemenuhan belanja wajib dan mengikat, seperti BOS Pusat, DAK, BLUD, fixedcost, dan sebagainya;
103
h. Anggaran Belanja Tidak Terduga untuk Penanganan COVID-19 sebesar 5,951 Triliun Rupiah pada
Belanja Tidak Terduga.
Berikut adalah rancangan penyesuaian pendapatan daerah pada struktur APBD Provinsi Jawa
Barat tahun anggaran 2020
Rancangan Penyesuaian Pendapatan Daerah Pada Struktur APBD Provinsi Jawa Barat
Tahun Anggaran 2020
KODE REKENING
URAIAN SEBELUM
PERUBAHAN (APBD MURNI)
RENCANA PERUBAHAN
(PENDAPATAN DAERAH 33,6
TRILIUN RUPIAH)
RENCANA PERUBAHAN
(PENDAPATAN DAERAH 37 TRILIUN
RUPIAH)
4 PENDAPATAN DAERAH
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 25.223.220.670.289 17.621.466.971.815 21.011.660.866.902
4.1.1 Pajak Daerah 23.653.633.651.000 16.450.995.970.000 19.681.192.162.750
4.1.2 Retribusi Daerah 53.188.482.372 32.298.465.275 39.885.514.638
4.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
424.813.601.679 382.401.324.953 401.088.087.984
4.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
1.091.584.935.238 755.771.211.587 889.495.101.530
4.2 DANA PERIMBANGAN 16.336.732.772.500 15.960.322.398.000 15.960.322.398.000
4.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
1.612.237.954.500 1.805.890.251.000 1.805.890.251.000
4.2.2 Dana Alokasi Umum 3.306.552.702.000 2.994.344.725.000 2.994.344.725.000
4.2.3 Dana Alokasi Khusus 11.417.942.116.000 11.160.087.422.000 11.160.087.422.000
4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
23.199.422.384 27.841.622.384 28.021.000.000
4.3.1 Pendapatan Hibah 23.199.422.384 23.199.422.384 23.378.800.000
4.3.2 Bantuan Keuangan Kab/Kota 4.642.200.000 4.642.200.000
Jumlah Pendapatan Daerah 41.583.152.865.173 33.609.630.992.199 37.000.004.264.902
Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Barat, 2020
104
Asumsi terhadap pencapaian Target PKB Tahun 2020 (Review) dengan skenario pendapatan
daerah 33,6 Triliun Rupiah (Skenario 1) akan diterima dari 3 sumber yaitu:
1. Kendaraan baru diproyeksikan sebesar 627 Milyar dengan KBM sebanyak 822 ribu;
2. WP yang taat diproyeksikan sebesar 5,1 Trilyun dengan KBM sebanyak 8,8 juta; dan
3. Intensifikasi KTMDU diproyeksikan sebesar 1,5 Trilyun dengan KBM sebanyak 1,7 juta atau efektifitas
sebesar 25% dari jumlah KTMDU;
Dengan pencapaian tersebut, maka tingkat kolektabilitas penerimaan PKB akan mencapai 62,75%
seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Pencapaian Target PKB Tahun 2020 (Review) dengan Skenario 1
Sumber: Bapenda Provinsi Jawa Barat, 2020
Sementara itu, KTMDU diproyeksikan akan turun pada akhir tahun menjadi 20,53% dengan
asumsi Kebijakan Triple Untung dilaksanakan selama 6 bulan yaitu Tahap I (Maret-April) dan diperpanjang
sampai dengan Agustus 2020 seiring dengan Pandemi COVID-19. KBMDU akan meningkat hingga
mencapai 16,73%. Secara akumulasi KTMDU pada akhir tahun berdasarkan scenario 1 adalah sebesar
37,25%.
Proyeksi Akumulasi KTMDU Skenario 1
Sumber: Bapenda Provinsi Jawa Barat, 2020
Kemudian, asumsi terhadap pencapaian Target PKB Tahun 2020 (Review) dengan skenario
pendapatan daerah 37 Triliun Rupiah (Skenario 2) akan diterima dari 3 sumber yaitu:
1. Kendaraan baru diproyeksikan sebesar 627 Milyar dengan KBM sebanyak 822 ribu;
2. WP yang taat diproyeksikan sebesar 6,4 Trilyun dengan KBM sebanyak 9,9 juta; dan
3. Intensifikasi KTMDU diproyeksikan sebesar 2,5 Trilyun dengan KBM sebanyak 2,7 juta atau
efektifitas sebesar 40% dari jumlah KTMDU;
Dengan pencapaian tersebut, maka tingkat kolektabilitas penerimaan PKB akan mencapai 73,78%
seperti yang terlihat pada tabel berikut.
105
Pencapaian Target PKB Tahun 2020 (Review) dengan Skenario 2
Sumber: Bapenda Provinsi Jawa Barat, 2020
Sementara itu, KTMDU diproyeksikan akan turun pada akhir tahun menjadi 15,55% dengan
asumsi Kebijakan Triple Untung dilaksanakan sampai akhir tahun. KBMDU tumbuh sebesar 9,99%
sementara tren setiap tahun sebesar 12%. Secara akumulasi KTMDU sampai dengan akhir tahun pada
scenario 2sebesar 25,54%, sementara tren setiap tahun kisaran 32-36%.
Proyeksi Akumulasi KTMDU Skenario 2
Sumber: Bapenda Provinsi Jawa Barat, 2020
5.2.2 Belanja Daerah
Berikut adalah rancangan penyesuaian belanja daerah pada struktur APBD Provinsi Jawa Barat
tahun anggaran 2020
Rancangan Penyesuaian Belanja Daerah Pada Struktur APBD Provinsi Jawa Barat
Tahun Anggaran 2020
KODE REKENING
URAIAN SEBELUM
PERUBAHAN (APBD MURNI)
RENCANA PERUBAHAN
(PENDAPATAN DAERAH 33,6
TRILIUN RUPIAH)
RENCANA PERUBAHAN
(PENDAPATAN DAERAH 37
TRILIUN RUPIAH)
5 BELANJA DAERAH
5,1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 34.171.929.075.666 31.869.123.558.782 34.326.735.272.990
5.1.1 Belanja Pegawai 6.876.838.045.762 6.826.941.322.762 6.826.941.322.762
5.1.3 Belanja Subsidi 20.000.000.000 - - *
5.1.4 Belanja Hibah 9.974.331.583.299 * 9.980.538.722.812 9.980.538.722.812
5.1.5 Belanja Bantuan Sosial 253.750.000.000 253.750.000.000 253.750.000.000
106
KODE REKENING
URAIAN SEBELUM
PERUBAHAN (APBD MURNI)
RENCANA PERUBAHAN
(PENDAPATAN DAERAH 33,6
TRILIUN RUPIAH)
RENCANA PERUBAHAN
(PENDAPATAN DAERAH 37
TRILIUN RUPIAH)
5.1.6 Belanja Bagi Hasil 9.241.965.155.700 6.758.374.779.000 8.103.305.546.425
5.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 7.780.044.290.905 3.212.353.567.925 3.210.350.103.163
5.1.8 Belanja Tidak Terduga 25.000.000.000 4.837.165.166.283 5.951.849.577.828
5.2 BELANJA LANGSUNG 11.823.332.151.937 6.252.615.795.847 7.185.377.354.342
5.2.1 Belanja Pegawai 392.183.317.888 206.374.804.120 206.374.804.120
5.2.2 Belanja Barang Dan Jasa 6.747.248.523.295 4.682.767.369.159 5.169.979.080.315
5.2.3 Belanja Modal 4.683.900.310.754 1.363.123.275.032 1.808.673.122.371
Jumlah Belanja Daerah 45.995.261.227.603 38.121.739.354.629 41.512.112.627.332
Total Surplus/(Defisit) (4.412.108.362.430) (4.512.108.362.430) (4.512.108.362.430)
Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Barat, 2020
Dalam melakukan penyesuaian belanja daerah pada struktur APBD Provinsi Jawa Barat tahun
anggaran 2020, dilakukan refocusing dan realokasi belanja daerah yang meliputi:
1. Belanja barang dan jasa sebesar 23,38%
2. Belanja pegawai sebesar 0,73%
3. Bantuan keuangan sebesar 58,74%
4. Penyertaan modal sebesar 100%
5. Belanja modal sebesar 61,39%
Hasil realokasi anggaran mencapai Rp. 5.933.056.717.341,00 dialokasikan pada tambahan alokasi
Bantuan Tidak Terduga (BTT) sebesar Rp. 5,926 Triliun Rupiah dan tambahan alokasi hibah sebesar 6,2
Miliar Rupiah
Kemudian, rencana kebutuhan anggaran penanganan COVID-19 mencapai Rp. 6.617.724.617.828
dengan rincian anggaran sebagai berikut.
107
Rencana Kebutuhan Anggaran Penanganan COVID-19
Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Barat, 2020
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa kebutuhan anggaran paling tinggi adalah Social Safety
Net dengan persentase sebesar 74,79%, sedangkan kebutuhan anggaran terendah adalah untuk
operasional gugus tugas yang hanya mencapai 0,3%. Berikut adalah rinciannya:
1. Penanganan Kesehatan
Meliputi pengadaan alat dan bahan kesehatan, sarana prasarana kesehatan, penyiapan ruang
isolasi serta insentif dan santunan kematian untuk tenaga Kesehatan. Kebutuhan anggaran
mencapai Rp. 957.767.885.828 yang bersumber dari Bantuan Tidak terduga.
2. Penanganan Dampak Ekonomi
Meliputi pendukungan terhadap peningkatan ekonomi daerah melalui padat karya. Kebutuhan
anggaran mencapai Rp. 690.857.040.000 yang bersumber dari Bantuan Desa dan Bantuan Sosial
3. Social Safety Net
Meliputi bantuan Tunai dan Non Tunai serta Bantuan untuk keluarga yang anggotanya terkena
ODP, PDP dan Positif Covid 19. Kebutuhan anggaran mencapai Rp. 4.949.081.692.000 yang
bersumber dari Bantuan Tidak terduga.
4. Operasional Gugus Tugas
Meliputi operasional setiap divisi pada satuan gugus tugas penangan Covid 19. Kebutuhan
anggaran mencapai Rp. 20.000.000.000 yang bersumber dari Bantuan Tidak terduga.
Berikut adalah rencana kebutuhan belanja untuk penanganan kesehatan.
108
Rencana Kebutuhan Belanja untuk Penanganan Kesehatan
NO KATEGORI RINCIAN KEBUTUHAN VOLUME/ SATUAN ANGGARAN (Rp.) KETERANGAN
1 PENCEGAHAN Rp. 119.052.310.220
Pengadaan Alat Pelindung Diri 118.296 Unit 53.233.200.000 1. Labkes Kab/Kota : 26 x 100 set = 2.600
2. PSC 119 : 27 Kab/Kota x 200 set = 5.400
3. Bandara : 300 4. Puskesmas : 1088 pkm x 50 set
= 54.400 5. Buffer Stock 50.596 set 6. Labkes Prov Jabar : 5000 set
Pengadaan masker 10.000.000 Unit 50.000.000.000 Tahap 1 akan direalisasikan 2 juta masker
Pengadaan alat kesehatan (thermometer, termalgun dll)
15.891.110.220
2 DETEKSI Rp. 251.937.728.333
Pengadaan alat dan bahan kesehatan (PCR test, VTM, dll)
251.937.728.333 s
3 PERAWATAN Rp. 537.036.614.725
Pengadaan sarana dan parasarana kesehatan (Hepa
Filter, Pulse Oxymeter, dll)
537.036.614.725 RSUD Rujukan, Lab. UNPAD, RSHS, Ruang Isolasi BPSDM, Ruang Isolasi Gunung Bohong dan Ruang Isolasi RSUD Al Ihsan
4 DUKUNGAN LAYANAN KESEHATAN Rp. 49.741.232.550
Penyediaan tempat transit tenaga kesehatan selama 90
Hari
500 Kamar/hari 20.250.000.000
Insentif dan santunan kematian untuk tenaga kesehatan
300 Juta/Orang 26.227.200.000
109
NO KATEGORI RINCIAN KEBUTUHAN VOLUME/ SATUAN ANGGARAN (Rp.) KETERANGAN
Operasional Layanan Kesehatan 1 Paket 3.264.032.550
JUMLAH 957.767.885.828 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Barat, 2020
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa total kebutuhan belanja untuk penanganan kesehatan adalah sebesar Rp. 957.767.885.828 yang meliputi
pencegahan sebesar Rp. 119.052.310.220,00; deteksi sebesar Rp. 251.937.728.333,00; perawatan sebesar Rp. 537.036.614.725,00; dan dukungan layanan
kesehatan sebesar Rp. 49.741.232.550,00.
Kemudian, berikut adalah rencana kebutuhan belanja untuk Social Safety Net
Rencana Kebutuhan Belanja untuk Social Safety Net
DATA AWAL HARGA SATUAN TAHAP I - 16 APRIL 2020 PERUBAHAN DATA PENERIMA BANTUAN
HARGA SATUAN TAHAP II - IV JUMLAH KEBUTUHAN ANGGARA (Rp.)
KLASIFIKASI JUMLAH PENERIMA BANTUAN
NON TUNAI
TUNAI NON TUNAI TUNAI KLASIFIKASI JUMLAH PENERIMA BANTUAN
NON TUNAI
TUNAI NON TUNAI TUNAI
DTKS 776.248 373.000 157.000 289.540.504.000 121.870.936.000 DTKS 445.339 373.000 157.000 166.111.447.000 69.918.223.000 1.119.501.425.339
NON DTKS 1.572.050 373.000 157.000 586.374.650.000 246.811.850.000 NON DTKS 1.467.375 373.000 157.000 547.330.875.000 230.377.875.000 3.166.314.747.375
20% 382.543 373.000 157.000 142.688.464.400 60.059.219.600 608.243.964.543
JUMLAH 2.348.298 373.000 157.000 875.915.154.000 368.682.786.000 JUMLAH 2.295.257 373.000 157.000 856.130.786.400 360.355.317.600 4.894.060.137.257
110
DATA AWAL HARGA SATUAN TAHAP I - 16 APRIL 2020 PERUBAHAN DATA PENERIMA BANTUAN
HARGA SATUAN TAHAP II - IV JUMLAH KEBUTUHAN ANGGARA (Rp.)
KLASIFIKASI JUMLAH PENERIMA BANTUAN
NON TUNAI
TUNAI NON TUNAI TUNAI KLASIFIKASI JUMLAH PENERIMA BANTUAN
NON TUNAI
TUNAI NON TUNAI TUNAI
OPERASIONAL DISPERINDAG DAN DINAS SOSIAL
2.064.318.000 2.935.682.000 2.064.318.000 2.935.682.000 20.000.000.000
KEBUTUHAN ANGGARAN PER TAHAPAN 877.979.472.000 371.618.468.000 858.195.104.400 363.290.999.600 4.914.060.137.257
KEBUTUHAN ANGGARAN NON TUNAI DAN TUNAI PER TAHAPAN
1.249.597.940.000 1.221.486.104.000 4.914.056.252.000
Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Barat, 2020
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah penerima bantuan berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) mencapai 445.339 jiwa, non
DTKS mencapai 1.467.375 jiwa, dan klasifikasi 20% mencapai 382.543 jiwa. Adapun total kebutuhan anggaran untuk Social Safety Net mencapai
4.949.081.692.000,00 dengan beberapa catatan sebagai berikut:
a) Perubahan jumlah penerima bantuan, semula jumlah penerima bantuan sebanyak 2.348.298 KK menjadi 2.295.257 KK;
b) Penyediaan anggaran bantuan tunai dan non tunai dianggarkan selama 4 Bulan;
c) Pemenuhan kegiatan untuk Dapur Umum di 5.962 Desa/Kelurahan dan manajemen logistik sebesar Rp. 35.025.440.000,00.
111
Sementara itu, berikut adalah pemenuhan belanja wajib dan prioritas pada belanja langsung dan
bantuan keuangan
1. Belanja Langsung
Pemenuhan Belanja Wajib dan Prioritas pada Belanja Langsung
NO URAIAN ALTERNATIF 1 (Rp.)
(PENDAPATAN DAERAH 33,6 T)
ALTERNATIF 2 (Rp.) (PENDAPATAN DAERAH 37 T)
1 Belanja Fixed Cost 1.647.904.094.206 1.647.904.094.206
2 Belanja Honorer (diluar Fixedcost) 236.241.213.087 236.241.213.087
3 Belanja Jasa Profesi / Narasumber (diluar fixedcost)
249.435.500.078 249.435.500.078
4 Belanja Langsung Sekretariat DPRD (Diluar Fixedcost)
184.139.409.586 184.139.409.586
5 Belanja BOS Pusat (DAK Non Fisik) SMA/SMK/SLB Negeri
1.018.305.540.000 1.018.305.540.000
6 Belanja DAK (Fisik dan Non Fisik diluar BOS) 865.098.968.000 865.098.968.000
7 BOP Sekolah Gratis 717.048.960.000 717.048.960.000
8 Belanja BLUD 344.596.112.547 344.596.112.547
9 Belanja Kegiatan Prioritas Perangkat Daerah (Dukungan Pelayanan Dasar termasuk makan minum panti, pasien, makanan ternak dan ikan dll serta Pelayanan Publik)
932.761.558.495
10 Belanja Kegiatan yang Sudah Kontraktual 544.035.591.668 544.035.591.668
11 Realisasi Belanja Diluar Program Fixedcost Per 29 April 2020
445.810.406.675 445.810.406.675
JUMLAH 6.252.615.795.847 7.185.377.354.342
Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Barat, 2020
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah pemenuhan belanja wajib dan prioritas
pada belanja langsung dengan alternatif 1 (pendapatan daerah mencapai 33,6 Triliun Rupiah)
mencapai 6.252.615.795.847 yang mana alternatif ini mengakomodasi belanja wajib & mengikat.
Sementara itu, jumlah pemenuhan belanja wajib dan prioritas pada belanja langsung dengan
alternatif 2 (pendapatan daerah mencapai 37 Triliun Rupiah) mencapai 7.185.377.354.342 yang
mana alternatif ini mengakomodasi belanja wajib & mengikat serta belanja prioritas PD.
112
2. Bantuan Keuangan
Pemenuhan Belanja Wajib dan Prioritas pada Bantuan Keuangan
NO. KEGIATAN ANGGARAN (Rp.)
APBD MURNI
ALTERNATIF - 1 (Rp.) (PENDAPATAN DAERAH 33,6
TRILIUN RUPIAH)
ALTERNATIF - 2 (Rp.) (PENDAPATAN
DAERAH 37 TRILIUN RUPIAH)
1 Jaminan Kesehatan Bagi Penerima Bantuan Iuran (PBI)
657.451.268.213,00 657.451.268.213,00 657.451.268.213,00
2 Insentif tenaga kesehatan 8.786.028.000,00 8.786.028.000,00 8.786.028.000,00
3 Sarana Prasarana untuk RS Rujukan (Pembangunan, Alat Kesehatan, dll)
323.240.571.837,00 323.240.571.837,00 323.240.571.837,00
4 Sarana Prasarana untuk di Non RS Rujukan dan Puskesmas (Pembangunan, Alat Kesehatan, dll)
666.847.993.692,00 666.847.993.692,00 666.847.993.692,00
5 Kesejahteraan Guru Bantu SD Negeri Daerah Terpencil
27.415.073.600,00 27.415.073.600,00 27.415.073.600,00
6 TMMD dan BSMSS 7.307.230.000,00 7.307.230.000,00 7.307.230.000,00
7 Program Prioritas Provinsi Jawa Barat
152.238.311.000,00 - -
8 Kegiatan yang sudah ada Kontrak dan sedang berjalan
950.567.235.000,00 830.745.402.583,00 828.741.937.821,00
9 Bantuan Keuangan Desa 690.560.000.000,00 690.560.000.000,00 690.560.000.000,00
10 Bantuan Keuangan Aspirasi 2.045.664.127.331,00 - -
11 Bantuan Keuangan Bottom Up dan Top Down
2.249.966.452.232,00 - -
TOTAL 7.780.044.290.905,00 3.212.353.567.925,00 3.210.350.103.163,00
Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Barat, 2020
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah pemenuhan belanja wajib dan prioritas
pada bantuan keuangan dengan alternatif 1 (pendapatan daerah mencapai 33,6 Triliun Rupiah)
mencapai Rp. 3.212.353.567.925,00 yang mana alternatif ini mengakomodir aspirasi 0% dan
adanya utang untuk pemenuhan kontraktual sebesar Rp. 119.821.832.417. Sementara itu, jumlah
pemenuhan belanja wajib dan prioritas pada bantuan keuangan dengan alternatif 2 (pendapatan
daerah mencapai 37 Triliun Rupiah) mencapai Rp. 3.210.350.103.163,00 yang mana alternatif ini
mengakomodir aspirasi 0% dan adanya utang untuk pemenuhan kontraktual sebesar Rp.
121.825.297.179.
5.2.3 Pembiayaan Daerah
Berikut adalah rancangan penyesuaian pembiayaan daerah pada struktur APBD Provinsi Jawa
Barat tahun anggaran 2020
113
Rancangan Penyesuaian Pembiayaan Daerah Pada Struktur APBD Provinsi Jawa Barat
Tahun Anggaran 2020
KODE REKENING
URAIAN SEBELUM
PERUBAHAN (APBD MURNI)
RENCANA PERUBAHAN
(PENDAPATAN DAERAH 33,6
TRILIUN RUPIAH)
RENCANA PERUBAHAN (PENDAPATAN
DAERAH 37 TRILIUN RUPIAH)
6 PEMBIAYAAN DAERAH
6.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH
4.512.108.362.430 4.512.108.362.430 4.512.108.362.430
6.1.1 SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN DAERAH TAHUN SEBELUMNYA
4.512.108.362.430 4.512.108.362.430 4.512.108.362.430
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
4.512.108.362.430 4.512.108.362.430 4.512.108.362.430
6.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
100.000.000.000 - -
6.2.2 PENYERTAAN MODAL/INVESTASI PEMERINTAH DAERAH
100.000.000.000 - -
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
100.000.000.000 - -
Pembiayaan Netto 4.412.108.362.430 4.512.108.362.430 4.512.108.362.430
6.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Daerah Tahun Berkenaan
- - -
Volume APBD 46.095.261.227.603 38.121.739.354.629 41.512.112.627.332 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Barat, 2020
5.2.4 Realisasi Keuangan Daerah Untuk Penanganan COVID-19 Berikut adalah realisasi keuangan daerah untuk penanganan COVID-19 hingga tanggal 12 Mei
2020 Realisasi Keuangan Daerah Untuk Penanganan COVID-19
Kegiatan Sumber Dana No. SP2D Tanggal Jumlah Anggaran
Pencairan Kesehatan
BTT Tahap I Dinkes
937/6/BTT/LS/BPKAD 18 Maret 2020 Rp. 48.200.000.000,00
BTT Tahap II Dinkes
937/7/BTT/LS/BPKAD 8 April 2020 Rp. 50.251.005.000,00
UNPAD 937/13/BH/LS/BPKAD 27 Maret 2020 Rp. 6.207.139.513,00
Pencairan Social Safety Net
DISPERINDAG 937/9/BTT/LS/BPKAD 16 April 2020 Rp. 746.237.968.000,00
DINSOS 937/8/BTT/LS/BPKAD 16 April 2020 Rp. 372.923.516.000,00
DISPERINDAG 443/124/Divlog 6 Mei 2020 Rp. 1.500.000.000,00
Gugus Tugas
DISKOMINFO 937/10/BTT/LS/BPKAD 22 April 2020 Rp. 580.000.000,00
BAPPEDA 937/12/BTT/LS/BPKAD 11 Mei 2020 Rp. 625.900.000,00
DISKOMINFO 937/13/BTT/LS/BPKAD 11 Mei 2020 Rp. 835.987.000,00
Total Pencairan s/d 12 Mei 2020 Rp. 1.227.407.065.513,00 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Barat, 2020
114
5.3 Rencana Anggaran Bidang Kesehatan dan Social Safety Net (SSN) dalam Rangka Penanganan Dampak COVID-19 Kabupaten/Kota di Jawa Barat
SANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIDANG KESEHATAN DAN SOCIAL SAFETY NET (SSN)
DALAM RANGKA PENANGANAN DAMPAK COVID-19 DI JAWA BARAT
NO.
Kabupaten/Kota
Alokasi Anggaran Per 8 April 2020 (Rp.) Alokasi Anggaran Per 27 April 2020 (Rp.) Bidang Kesehatan
Social Safety Net (SSN) Bantuan Pangan
Daerah Karantina
Anggaran
Penunjang Lainnya
Total Kebutuhan
Anggaran
Bidang Kesehatan
Social Safety Net (SSN) Anggaran
Penunjang Lainnya
Total Kebutuhan
Anggaran Bantuan Tunai Bantuan Pangan
Non Tunai Total SSN Bantuan Tunai
Bantuan Pangan
Non Tunai Total SSN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Kabupaten Bogor 191.050.108.590 193.022.600.000 193.022.600.000 384.072.708.590 199.107.350.090 263.574.000.000 263.574.000.000 4.028.000.000 466.709.350.090
2 Kabupaten Sukabumi 48.000.000.000 230.000.000.000 230.000.000.000 22.000.000.000 300.000.000.000 117.277.201.368 160.722.798.632 160.722.798.632 33.570.000.000 311.570.000.000
3 Kabupaten Cianjur 65.935.000.000 3.000.000.000 28.665.000.000 35.065.000.000 101.000.000.000 73.975.377.454 21.400.000.000 48.665.000.000 144.040.377.454
4 Kabupaten Bandung 100.436.026.281 29.053.997.000 29.053.997.000 129.490.023.281 138.469.446.731 230.782.411.219 92.312.964.487 461.564.822.437
5 Kabupaten Garut 38.487.247.005 6.000.000.000 1.560.000.000 7.560.000.000 54.147.523.300 100.194.770.305 30.088.584.630 38.091.258.860 99.489.043.801 167.668.887.291
6 Kabupaten Tasikmalaya 67.864.331.100 33.750.000.000 78.750.000.000 112.500.000.000 2.766.400.000 183.130.731.100 67.864.331.100 113.725.000.000 15.992.775.300 197.582.106.400
7 Kabupaten Ciamis 17.749.395.000 10.500.000.000 24.500.000.000 35.000.000.000 52.749.395.000 10.567.717.500 27.495.800.000 74.942.750.000 113.006.267.500
8 Kabupaten Kuningan 17.600.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 18.600.000.000 24.400.000.000 15.000.000.000 2.000.000.000 41.400.000.000
9 Kabupaten Cirebon 78.651.750.000 35.428.120.000 114.079.870.000 87.088.990.000 37.534.938.000 14.766.366.230 139.390.294.230
10 Kabupaten Majalengka 34.709.841.064 5.000.000.000 39.709.841.064 43.337.720.945 43.337.720.945
11 Kabupaten Sumedang 48.296.490.730 21.334.950.300 69.631.441.030 58.342.914.430 31.516.350.300 13.693.999.750 103.553.264.480
12 Kabupaten Indramayu 25.358.040.000 25.141.960.000 25.141.960.000 50.500.000.000 39.948.763.000 11.300.000.000 49.751.237.000 101.000.000.000
13 Kabupaten Subang 112.500.000.000 40.000.000.000 40.000.000.000 152.500.000.000 56.788.535.750 60.936.822.500 650.000.000 118.375.358.250
14 Kabupaten Purwakarta 16.717.850.000 18.000.000.000 34.717.850.000 26.517.850.000 24.000.000.000 1.215.000.000 51.732.850.000
15 Kabupaten Karawang 54.609.971.500 10.500.000.000 24.500.000.000 35.000.000.000 89.609.971.500 86.371.504.958 96.831.346.000 183.202.850.958
16 Kabupaten Bekasi 30.471.695.109 16.462.950.000 46.934.645.109 318.518.356.485 99.806.437.000 418.324.793.485
17 Kabupaten Bandung Barat 30.000.000.000 36.200.000.000 36.200.000.000 66.200.000.000 96.690.879.300 121.100.000.000 6.230.000.000 224.020.879.300
18 Kabupaten Pangandaran 30.007.746.834 15.850.000.000 - 15.850.000.000 45.857.746.834 53.567.322.809 - 17.250.000.000 2.500.000.000 73.317.322.809
19 Kota Bogor 253.586.790.000 36.180.000.000 3.325.000.000 293.091.790.000 221.008.999.828 51.240.785.000 51.000.000.000 323.249.784.828
20 Kota Sukabumi 10.217.632.124 10.100.000.000 10.100.000.000 3.248.000.000 23.565.632.124 10.217.632.124 10.100.000.000 10.100.000.000 2.029.871.206 22.347.503.330
21 Kota Bandung 72.357.075.178 220.401.924.822 220.401.924.822 5.540.400.000 298.299.400.000 90.000.000.000 370.261.932.305 460.261.932.305
22 Kota Cirebon 22.292.180.050 4.686.875.000 26.979.055.050 147.963.752.050 11.081.207.500 2.440.000.000 13.521.207.500 11.752.283.450 173.237.243.000
23 Kota Bekasi 89.025.555.000 49.221.886.600 5.700.000.000 143.947.441.600 8.376.000.000 90.230.070.091 38.000.000.000 136.606.070.091
24 Kota Cimahi 5.100.150.000 46.323.800.000 46.323.800.000 14.176.200.000 65.600.150.000 27.066.605.432 62.480.687.200 62.480.687.200 1.588.000.000 91.135.292.632
25 Kota Depok 76.072.192.438 15.000.000.000 865.945.000 15.865.945.000 91.938.137.438 89.448.876.214 98.365.945.000 2.659.180.000 190.474.001.214
26 Kota Tasikmalaya 46.929.414.942 26.137.440.000 73.066.854.942 22.160.880.000 41.810.300.000 2.500.000.000 66.471.180.000
27 Kota Banjar 21.824.610.000 7.586.431.600 2.710.000.000 32.121.041.600 26.890.336.000 9.686.431.600 2.710.000.000 39.286.767.600
Total Kebutuhan Kab/Kota 1.605.851.092.945 315.001.924.822 769.683.302.000 1.308.123.880.322 - 113.613.523.300 3.027.588.496.567 2.172.055.928.199 11.081.207.500 499.317.485.832 2.118.764.521.207 572.046.471.224 4.862.866.920.630
28 Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat
2.884.378.868.798 1.165.305.600.000 2.952.107.520.000 4.117.413.120.000 301.356.801.850 10.000.000.000 7.313.148.790.648 1.412.283.530.982 4.949.081.692.000 20.000.000.000 6.381.365.222.982
Jumlah Keseluruhan 4.490.229.961.743 1.480.307.524.822 3.721.790.822.000 5.425.537.000.322 301.356.801.850 123.613.523.300 10.340.737.287.215 3.584.339.459.181 11.081.207.500 499.317.485.832 7.067.846.213.207 592.046.471.224 11.244.232.143.612
115
KESIMPULAN
Berikut adalah beberapa kesimpulan dari dokumen ini:
1. Berdasarkan simulasi Puncak Pandemi COVID-19 Provinsi Jawa Barat (per 10 Mei 2020) dengan
skenario dtetapkannya PSBB Provinsi Jawa Barat, jumlah kasus pada puncak lebih rendah
dibandingkan skenario lainnya yaitu 25.824 kasus;
2. Berikut adalah beberapa kebutuhan Kesehatan terkait Pandemi COVID-19:
a. Puncak dari kebutuhan tempat tidur di ruang isolasi terjadi pada tanggal 12 Mei 2020 yaitu
sebanyak 5.165 tempat tidur, 3.874 tempat tidur dengan kasus parah, 1.292 tempat tidur
dengan kasus kritis, 7 tempat tidur dengan kasus kritis membutuhkan Extracorporeal
Membrane Oxygenation (ECMO) dan 11 kasus kritis membutuhkan Renal Replacement
Therapy (RRT) dengan perkiraan pasien sebanyak 25.864 orang; Saat ini kapasitas Ruang
Isolasi di Provinsi Jawa Barat hanya ada 611 ruangan sehingga kapasitas ruangan isolasi di
Provinsi Jawa Barat mencukupi hanya hingga tanggal 10 April 2020;
b. Pada puncak pandemi dibutuhkan 23.088 tenaga kesehatan dengan jumlah perawat (nursing
staff) sebanyak 13.661 orang, jumlah asisten tenaga medis (healthcare assistant) sebanyak
6.837 orang, dan dokter (medical practioner) sebanyak 2.590 orang. Jumlah tenaga
kesehatan di Provinsi Jawa Barat sudah cukup dalam memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
pada masa puncak pandemi dari COVID-19 jika seluruh tenaga medis dikerahkan minimal
41,15% perawat dan 28,87% dokter dari keseluruhan tenaga medis;
c. Jumlah kebutuhan penginapan untuk tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Barat adalah
sejumlah kebutuhan tenaga kesehatan pada waktu puncak pandemi, yaitu sebanyak 23.008
kamar;
d. Berikut adalah kebutuhan APD yang masih belum memadai berdasarkan Standar WHO (2020)
No Kebutuhan Selisih
1 Gaun Pelindung 65397
2 Atasan Scrub 3108
3 Celana Scrub 3108
4 Apron sekali pakai 53535
5 Apron reusable 245
14 Pengujian Massal 29054
e. Kebutuhan Total dari petak makam berdasarkan kasus COVID-19 ini adalah 13.030 petak
makam di tahun 2020 (hingga bulan November 2020), sedangkan ketersediaan makam
terdapat 52.409 petak makam. Sehingga berdasarkan ketersediaan makam dapat
mencukupi, tetapi ketersediaan makam tersebut hanya baru tersedia pada 4 kabupaten saja,
yaitu Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Pangandaran, dan Kabupaten Bandung;
116
f. Pada Severe Case jumlah pada warga miskin yang menjadi peneriman bantuan social
mencapai 5.600.240 jiwa, sedangkan warga rawan miskin mencapai 179.209;
g. Beras merupakan komoditas yang paling dibutuhkan baik bagi penduduk dengan
pengeluaran Rp.300.000,00 per bulan maupun Rp.500.000,00 per bulan. Semua bahan pokok
merupakan kebutuhan bagi penduduk dengan pengeluaran Rp.500.000,00 per bulan, yaitu
beras, jagung, kedelai, gula, minyak goreng, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras dan
telur ayam ras. Sementara itu, bahan pokok yang merupakan kebutuhan bagi penduduk
dengan pengeluaran Rp.300.000,00 per bulan diantaranya adalah beras, gula, minyak
goreng, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras.
3. Terdapat 2 skenario penyesuaian APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 yaitu skenario dengan
pendapatan daerah sebesar 33,6 Triliun Rupiah dan 37 Triliun Rupiah;
4. Rencana kebutuhan anggaran penanganan COVID-19 mencapai Rp. 6.617.724.617.828 yang
meliputi Penanganan Kesehatan, Penanganan Dampak Ekonomi, Social Safety Net dan
operasional gugus tugas. Adapun Realisasi keuangan daerah untuk penanganan COVID-19 hingga
12 Mei 2020 mencapai Rp. 1.227.407.065.513,00;
5. Strategi Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk Pemenuhan Anggaran Penanganan COVID-19,
antara lain:
a. Kolaborasi pendanaan dengan pihak swasta untuk pencegahan dan penanggulangan COVID-
19;
b. Melakukan pinjaman daerah untuk pencegahan dan penanggulangan COVID-19 serta
pemenuhan cashflow kas daerah;
c. Kolaborasi pendanaan penanganan COVID-19 dengan kab/kota; dan
d. Melakukan rescheduling pembayaran kegiatan yang sudah ada kontrak dengan Pihak ke III.