Upload
lyphuc
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
66
DOKTRIN ALKITAB TENTANG BAPTISAN: SUATU KAJIAN TEOLOGIS TENTANG PRAKTEK UPACARA BAPTISAN DI GEREJA
MASEHI ADVENT HARI KETUJUH
Elfri Darlin Sinaga STFT surya Nusantara, Pematangsiantar
ABSTRACT
The Bible teaches about the unity of the Christian faith in the teaching and practice of the baptismal service: “one baptism” (Ephesians 4:5). In reality, however, the practice of baptism in Christian churches today are diverse. There is the practice of infant baptism, some are opposed by practicing the baptism of adults and believers. There is a practice of baptism by sprinkling, some by immersion. Some teach the baptism of the Holy Spirit, others practice the baptism of the dead. Which of these practices of baptism are in accordance with the teaching of the Bible. In this study, the author first exposes the meaning and definition of the word baptism, examples and biblical supports relating to baptism and its practice. Furthermore, the author describes the practice of baptismal ceremony held in the Seventh-Day Adventist Church and compared with the meaning, definition and practice of baptism taught in the Bible. The result of this study proves that the definition of baptism based on the Greek word “βαπτίζω” is to immerse someone or dip underwater. And the meaning of the baptism ceremony is expressed in Roman 6:3-6: “Crucified and died with Christ, buried, arise as Christ was raised, alive and walk with a newness of life.” In accordance to this understanding, the result of this study proves that the practice of baptismal ceremony in the Seventh-Day Adventist Church is appropriate and in harmony with the teachings of the Bible.
Kata Kunci: Baptisan, kajian teologis, praktek upacara baptisan, GMAHK.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pokok pengajaran tentang baptisan merupakan doktrin Alkitab yang lazim
diajarkan di kalangan gereja Kristen pada masa kini. Upacara baptisan
ditempatkan sebagai suatu upacara keagamaan penting yang harus dilaksanakan
dalam iman kristiani. Kesadaran akan pentingnya pelaksanaan upacara baptisan
dipraktekkan oleh gereja Kristen, sedikitnya didasarkan atas tiga alasan. Pertama,
Yesus telah dibaptis untuk memberikan teladan kepada murid-murid-Nya (Mat.
67
3:13-17). Kedua, Yesus memberikan Amanat Agung kepada murid-muridNya
untuk membaptikan orang-orang percaya di dalam nama Bapa, Anak dan Roh
Kudus (Mat. 28:19-20). Ketiga, Baptisan merupakan syarat untuk diselamatkan
(Markus 16:16).
Walaupun gereja-gereja Kristen pada masa kini mengakui pentingnya
doktrin baptisan dan pelaksanaan upacara baptisan sebagai salah satu tuntutan
keagamaan, namun dalam prakteknya, pelaksanaan upacara baptisan di beberapa
gereja dan denominasi Kristen telah kehilangan arti dan makna baptisan yang
sesungguhnya sebagaimana yang dimaksudkan dalam ajaran Alkitab. Praktek
pelaksanaan baptisan di gereja-gereja Kristen dewasa ini beraneka ragam, ada yang
melaksanakan pembaptisan bayi dengan cara pemercikan atau dipercik. Sebagian
melaksanakan pembaptisan orang dewasa dengan cara penyelaman atau
diselamkan. Ada beberapa denominasi yang menekankan baptisan Roh Kudus, dan
bahkan ada juga yang mempraktekkan baptisan untuk orang mati. Padahal, Alkitab
memberitahukan kepada kita tentang kesatuan iman kristiani dan kesatuan
pelaksanaan upacara baptisan: ”satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (Efesus 4:5).
Bertitik tolak dari masalah tersebut, penulis merasa terdorong untuk
meneliti doktrin Alkitab tentang Baptisan, Suatu Kajian Teologis tentang Praktek
Upacara Baptisan di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK).
1.2 Rumusan Masalah
Dalam tulisan ini, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti khusus
untuk menjawab pertanyaan: Apakah arti dan makana baptisan menurut ajaran
Alkitab? Apakah praktek upacara baptisan yang dilaksanakan di Gereja Masehi
Advent Hari Ketujuh sesuai dengan ajaran Alkitab?
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi denominasi atau gereja-gereja Kristen yang
sungguh-sungguh rindu menyelidiki dan menemukan arti sesungguhnya dari
baptisan serta pelaksanaan sakramen baptisan berdasarkan Ajaran Alkitab untuk
diaplikasikan dalam kehidupan iman warga jemaat.
68
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Berbagai Praktek Upacara Baptisan di Kalangan Gereja Kristen
Beberapa masalah dan kebingungan telah terjadi di kalangan gereja Kristen
dengan munculnya perbedaan pendapat sehubungan dengan praktek upacara
baptisan. Ada yang melaksanakan pembaptisan dengan cara pemercikan atau
dipercik. Sebagian dengan cara penyelaman atau diselamkan; ada yang
melaksanakan praktek upacara baptisan Roh Kudus, dan ada pula praktek baptisan
untuk orang mati. Berikut ini adalah kepercayaan dan praktek upacara baptisan
yang umum dilaksanakan di berbagai gereja Kristen:
1. Praktek Baptisan Bayi
Keene mengatakan, “Pembaptisan bayi sekarang merupakan norma dalam
gereja Katolik, Ortodoks, dan sebagian besar gereja Protestan, walaupun sekte-
sekte lainnya, seperti gereja Baptis, hanya menyelenggarakan upacara baptisan
bagi orang dewasa yang percaya.”1 Praktek baptisan bayi di gereja Katolik dan
Anglikan dilakukan seperti berikut: “Imam memerciki bayi itu dengan air
baptis sebanyak tiga kali dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, sebelum
membuat tanda salib di dahinya.”2 Praktek baptisan bayi dalam gereja
ortodoks memiliki sedikit perbedaan, yakni: “Imam memberkati dan
menghembusi air sebelum mengolesi bayi itu dengan “minyak sukacita”. Bayi
yang telanjang itu diletakkan di dalam wadah air baptis, menghadap ke timur,
dan dicelupkan ke dalam air itu sampai tiga kali. Upacara pengesahan
diselenggarakan langsung sesudahnya, dengan bayi yang sudah diberi pakaian
baru.”3
2. Praktek Baptisan Orang Percaya
Gereja Baptis hanya menyelenggarakan upacara baptisan bagi orang dewasa
yang percaya. Mereka menekankan bahwa semua contoh pembaptisan yang
1 Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 108. 2Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 108. 3Ibid, 108,109.
69
terdapat dalam Perjanjian Baru diperuntukkan kepada orang dewasa yang
percaya.4 Augustus Hopkins Strong5 menjelaskan tentang baptisan ini dengan
kata-kata berikut: ”Christian Baptism is the immersion of a believer in water,
in token of his previous entrance into the communion of Christ’s death and
resurrection,--or, in other words, in token of his regeneration through union
with Christ.”6 (Baptisan Kristen adalah pencelupan atau membenamkan orang
percaya ke dalam air, menjadi tanda bukti yang mendahului masuknya orang
itu dalam persekutuan kematian dan kebangkitan Kristus, --atau, dengan kata
lain, sebagai tanda bukti pembaharuan jiwa atau kelahiran kembali melalui
persatuan dengan Kristus).
3. Praktek Baptisan Roh Kudus
Kebingungan lain yang timbul di kalangan gereja Kristen adalah adanya
praktek baptisan Roh Kudus. Yang dimaksud dengan ”baptisan Roh Kudus” di
sini ialah keadaan seseorang yang digerakkan oleh Roh Kudus sedemikian
rupa, hingga ia dapat berdoa, berbicara dan berbuat hal-hal lain dengan luar
biasa.7 Dalam aliran-aliran yang mengajarkan hal ini ditekankan agar tiap-tiap
orang percaya berusaha untuk menerima karunia-karunia Roh Kudus. Praktek
”baptisan Roh Kudus” biasanya dipraktekkan di gereja Pentakosta dan aliran-
aliran Kharismatik. Mereka mempercayai bahwa tanda bukti bahwa
seseorang menerima baptisan Roh Kudus adalah karunia ”berbahasa roh”.
Mereka yang tidak bisa berbahasa roh berarti belum menerima baptisan Roh
Kudus. Kadang-kadang baptisan Roh Kudus dan kepenuhan Roh Kudus tidak
dibedakan.8
4. Praktek Baptisan Untuk Orang Mati
4Ibid, 109. 5Augustus Hopkins Strong, D.D., LL D., President and Professor of Biblical
Theology in the Rochester Theological Seminary, Rochester, New York, USA. 6Augustus Hopkins Strong, Systematic Theology, (Rochester, Hew York:
Fleming H. Revell Company, 1954), 931. 7R. Sutarmo, Ikhtisar Dogmatika, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996),
242. 8Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1993), 138.
70
Baptisan untuk orang mati dipraktekkan oleh gereja Mormon. Mereka
melaksanakan pembaptisan orang yang hidup untuk kepentingan orang mati.
Jika ada anggota keluarga, atau kita sebut saja anaknya yang meninggal
sebelum sempat menerima baptisan, maka orangtuanya bisa dibaptis untuk
mewakili anaknya yang sudah meninggal demi untuk keselamatannya. Mereka
melaksanakan praktek baptisan untuk orang mati didasarkan atas kepercayaan
mereka pada nats Alkitab: ”Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan
orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali
tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang
telah meninggal?” (1 Kor.15:29). Atas dasar nats Alkitab tersebut, mereka
mempraktekkan baptisan untuk orang yang sudah meninggal, yakni: anggota
gereja yang masih hidup bisa dibaptis menggantikan keluarganya yang sudah
meninggal yang belum sempat menerima baptisan.
2.2 Arti dan Makna Baptisan
Kata ”baptisan” berasal dari kata Greek ” βάπτω” yang berarti : “to whelm
(mencelupkan), that is, cover wholly with a fluid (yakni, tertutup seluruhnya
dengan zat cair);9 dan dari kata “βαπτίζω” to make whelmed that is fully wet
(mencelupkan yakni membuat basah seluruhnya); kata ini hanya digunakan (di
dalam Perjanjian Baru) dalam kaitannya dengan upacara baptisan.10 Pembaptisan
berasal dari bahasa Yunani “baptisma” merujuk kepada tindakan pembasuhan atau
mencelupkan ke dalam air, yang mana telah digunakan sebagai upacara
keagamaan sejak gereja Kristen mula-mula (Kisah 2:41).11
Kittle menjelaskan kata “βάπτω” sebagai ”to dip in or under”12
(memasukkan ke dalam atau ke bawah ) dan ”baptizo” yang berarti ”to immerse”13
9 E-Sword Bible Dictionary 10Ibid, G911. 11Baker’s Dictionary of Theology, (Grand Rapids Michigan: Baker book
House, 1994), 83. 12Kittel, Gerhard (Ed), Theological Dictionary of the New Testament, Vol.
I, (Michigan: WM, B. Eerdmans Publishing Company, 1964), 529.
71
(mencelupkan atau membenamkan). Bilamana kata kerja “βαπτίζω” dikenakan
kepada baptisan air maka yang dimaksudkannya ialah menyelamkan seseorang atau
mencelupkan ke bawah air.14
Ichwei G. Indra15 mendefinsikan baptisan sebagai sebuah upacara yang
dilakukan oleh gereja bagi orang yang telah mengaku percaya kepada Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi serta dibaptis dengan
cara diselamkan ke dalam air yang melambangkan kematian, penguburan orang itu
terhadap dosa, dan kebangkitannya menuju hidup baru dalam Kristus (Roma 6:3-6;
Kol 2:12). Lebih lanjut Indra memberikan pengertian yang lengkap tentang arti
baptisan: Baptisan adalah sebuah upacara gereja yang melambangkan kematian dan
kebangkitan dalam Kristus. Pembaptisan adalah merupakan tanda pertobatan dan
pengakuan dosa. Baptisan adalah pernyataan iman kepada Tuhan Yesus. Baptisan
adalah merupakan ketaatan kepada teladan dan perintah Tuhan Yesus; Baptisan
adalah suatu pernyataan hendak memelihara persekutuan dan persatuan; Baptisan
adalah syarat masuk keanggotaan gereja.16
2.3 Syarat Baptisan
Kitab Suci membandingkan hubungan Kristus dan jemaat-Nya dengan
pernikahan. Dalam pernikahan kedua belah pihak harus saling mengetahui
tanggung jawabnya masing-masing dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
tanggung jawab itu. Orang-orang yang menginginkan baptisan haruslah
menunjukkan iman dalam hidup mereka, pertobatan dan buah-buah pertobatan,
sama halnya dengan pemahaman atas makna baptisan dan hubungan rohani yang
menyusul kemudian.
1. Pemuridan
13Ibid, 530. 14Departemen Kependetaan Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Dunia, 28
Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah, (Bandung: IPH, 2006), 221. 15Ichwei G. Indra adalah dosen Teologi Sistematis di Asia Baptist Graduate
Theological Seminary Cabang Indonesia dan penulis buku berjudul: Teologi sistematis: Pengetahuan Lanjutan Bagi Kaum Awam dan Anggota Gereja.
16 Ichwei G. Indra. Teologi Sistematis: Pengetahuan Lanjutan Bagi Kaum Awam dan Anggota Gereja, (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1999), 177-180.
72
Pemuridan dan menjadi murid Kristus adalah syarat pertama yang harus
ditempuh oleh setiap orang yang ingin menerima baptisan. Dalam Amanat Agung
yang disampaikan Yesus sesaat sebelum Ia terangkat ke Surga, Ia memerintahkan:
”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:19-20). Pada zaman rasul-rasul,
gereja Kristen waktu itu membaptiskan hanyalah orang-orang percaya.
Berdasarkan Amanat Agung, Yesus Kristus memberikan petunjuk bahwa
seseorang harus lebih dahulu diajar akan kebenaran Alkitab dan menjadi murid
Yesus sebelum pembaptisannya.
2. Iman atau Percaya
Melalui proses pemuridan dan oleh mendengar firman Tuhan, maka
timbullah iman atau percaya. Iman di dalam korban pendamaian Yesus sebagai
satu-satunya sarana keselamatan dari dosa adalah syarat kedua yang harus dimiliki
oleh setiap orang yang dibaptis. Kristus berkata: ”Siapa yang percaya dan dibaptis
akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Mark. 16:16).
Iman atau percaya menjadi syarat utama yang harus dimiliki oleh setiap
orang yang ingin dibaptis. Dalam peristiwa pembaptisan Sida-sida Etiopia, Filipus
terlebih dahulu mengajarkan dan menjelaskan kepadanya tentang Mesias bertitik
tolak dari nats Alkitab dalam Yesaya 53:7-8. Setelah memahami nats kitab itu,
Sida-sida itu kemudian meminta kepada Filipus agar ia dibaptiskan, ”Lalu kata
sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" Sahut
Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya,
bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah"(Kisah 8:36-37). ”Lalu orang Etiopia
menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus
maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia”(Kisah 8:38-39).
Jadi syarat kedua yang harus dipenuhi sebelum seseorang menerima
baptisan adalah iman atau percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang
telah mati untuk menebus dan membebaskan kita dari belenggu dosa.
3. Pertobatan
73
Syarat ketiga untuk pembaptisan adalah pertobatan. Yohanes Pembaptis
berkhotbah kepada para pendengarnya di padang gurun Yudea: ”Bertobatlah, sebab
Kerajaan Sorga sudah dekat! (Matius 3:2). Petrus berkhotbah pada hari Pentakosta
dan menjawab pertanyaan para pendengarnya: ”Bertobatlah dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah
2:38).
Pengajaran firman Tuhan tidak hanya menghasilkan iman tetapi juga
pertobatan dan perubahan. Dalam sambutan terhadap panggilan Tuhan, orang
banyak akan melihat keadaan mereka yang tidak berdaya atau hilang, mengaku
dosa mereka yang banyak, mereka menyerahkan diri kepada Tuhan, bertobat dari
dosa-dosa mereka, menerima pendamaian Kristus, serta mengabdikan diri mereka
ke dalam hidup baru di dalam Dia.17
4. Buah-buah Pertobatan
Barangsiapa yang ingin dibaptiskan haruslah lebih dahulu menerima
pengajaran Alkitab, mengaku beriman, bertobat dan menghasilkan buah-buah
pertobatan. Kecuali mereka mendatangkan”buah yang sesuai dengan pertobatan”
(Mat.3:8) mereka belum memenuhi syarat mutlak yang dituntut Alkitab untuk
baptisan. Hidup mereka haruslah menunjukkan ketaatan mereka terhadap
kebenaran sebagaimana terdapat dalam Yesus dan menyatakan kasih mereka
kepada Allah melalui penurutan atas perintah-perintah-Nya. Jika mereka
menyiapkan diri untuk memperoleh baptisan, mereka harus menyerahkan semua
perbuatan dan keyakinan mereka yang salah. Buah-buah Roh yang tampak dalam
hidup mereka akan menyatakan bahwa Tuhan tinggal di dalam mereka dan mereka
di dalam Dia (Yoh. 15:1-8). Kalau mereka tidak menyatakan bukti hubungan
mereka dengan Kristus seperti ini, berarti mereka belum siap bergabung dengan
jemaat.18
17 Departemen Kependetaan Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Dunia,
28 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah, (Bandung: IPH, 2006), 226. 18Ibid, 226,227.
74
2.4 Ajaran Alkitab tentang Praktek Baptisan
Alkitab memberitahukan cara atau praktek pelaksanaan upacara baptisan,
dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya:
1). Praktek Baptisan Yohanes Pembaptis
Alkitab memberitahukan cara atau praktek pelaksanaan upacara baptisan
Yohanes Pembaptis: ”Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh
Yohanes di sungai Yordan. Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang
Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan
ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat
melarikan diri dari murka yang akan datang?.... Aku membaptis kamu dengan air
sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih
berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan
membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Matius 3:6,7,11).
Yesus sendiri menyetujui praktek pembaptisan yang dilakukan oelah
Yohanes Pembaptis. Matius, salah seorang dari murid Yesus, dan juga penulis
Injil Matius menulis tentang peristiwa pembaptisan Yesus: ”Maka datanglah
Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi
Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan
Engkau yang datang kepadaku?"(Mat.3:13-14). Lalu Yesus menjawab, kata-Nya
kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita
menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanes pun menuruti-Nya
(Mat.3:15).
Pada kesempatan lain Yohanes Pembaptis melakukan juga pembaptisan di
tempat lain, yaitu di Ainon. Rasul Yohanes menulis: “Akan tetapi Yohanes pun
membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang
datang ke situ untuk dibaptis (Yoh.3:23 ).
2). Baptisan Yesus dan Murid-murid-Nya
75
Tidak banyak ayat yang menyebutkan tentang pelaksanaan baptisan yang
dilakukan oleh Yesus dan murid-murid-Nya selama masa pelayanan-Nya. Hanya
ada dua ayat yang memberitahukan kepada kita tentang hal itu: “Ketika Tuhan
Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia
memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes meskipun
Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya” ( Yoh. 4:1-2 ).
3). Baptisan Filipus
Dokter Lukas menceritakan satu kisah yang menarik tentang pembaptisan
seorang kepala perbendaharaan negeri Etiopia dan sekaligus memberikan
kejelasan tentang prinsip-prinsip pelaksanaan upacara baptisan. “Adalah seorang
Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu
negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu
sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca
kitab nabi Yesaya”19 Melalui tuntunan Roh Allah, Filipus dipertemukan dengan
Sida-sida Etiopia yang sedang membaca Kitab Suci. Filipus bertanya kepadanya,
"Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?" Jawabnya: "Bagaimanakah aku dapat
mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu ia meminta Filipus naik
dan duduk di sampingnya.20 Nats Alkitab yang dibaca oleh Sida-sida itu nubuatan
nabi Yesaya tentang Mesias yang menderita dalam Yesaya 53:7-8.. Maka kata
sida-sida itu kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi
berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?" Maka
mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nats itu ia memberitakan Injil Yesus
kepadanya.21 Sementara mereka melanjutkan perjalanan tibalah mereka di suatu
tempat yang ada air. Lalu sida-sida Etiopia itu berkata kepada Filipus: "Lihat, di
situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" Sahut Filipus: "Jika tuan
percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus
Kristus adalah Anak Allah."22 Apakah kisah itu berakhir sampai di sini? Tidak.
19Alkitab, Kisah Para Rasul 8:27-28, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,
2005). 20Ibid, Kisah 8: 30, 31. 21Ibid, Kisah 8:34, 35. 22Ibid, Kisah 8:36,37.
76
Dokter Lukas kembali melanjutkan kissahnya, “Lalu orang Etiopia itu menyuruh
menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun
sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, Roh
Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia
meneruskan perjalanannya dengan sukacita.”23
Melalui contoh-contoh praktek upacara baptisan Alkitabiah tersebut,
diperoleh beberapa prinsip dan ketentuan yang harus terpenuhi dalam pelaksanaan
upacara baptisan, sebagai berikut:
1. Calon baptisan harus lebih dahulu diajar tentang Injil (Kisah 8:35).
2. Ada pengkuan percaya dari calon baptisan ( Kisah 8: 37)
3. Harus ada pengakuan dosa dan pertobatan (Mat. 3:6.11)
4. Dengan air (bukan dengan materi yang lain, seperti: bendera, peti mati,
percakapan telepon, dll, karena air adalah lambang penyucian) Mat.3:11.
5. Masuk ke dalam air dan keluar dari dalam air (Mat.3:16).
6. Turun ke dalam air dan membaptis (baptize) atau mencelupkan, atau
membenamkan) ke dalam air ( Kisah 8:38).
7. Tempat pembaptisan tidak harus di sungai Yordan, karena Yohanes
Pembaptis juga melakukannya di sungai-sungai lainnya, seperti di Ainon (Yoh
3:23). Namun, airnya harus banyak dan cukup dalam agar dapat membenamkan
tubuh.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif,
perbandingan dan analisis, yakni prosedur pemecahan masalah untuk meneliti
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian
23Alkitab, Kisah Para Rasul 8: 38,39, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,
2005).
77
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.24
Obyek dalam penelitian ini adalah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh,
keyakinan gereja itu tentang baptisan dan praktek upacara baptisan yang biasa
dilaksanakan oleh gereja tersebut.
3.2 Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) adalah merupakan salah
satu denominasi Kristen yang konservatif, ruang lingkupnya di seluruh dunia,
evangelical dalam hal doktrin, percaya kepada Alkitab saja. Gereja ini menekankan
mengenai kedatangan Yesus kedua kali, yang mereka percayai sudah dekat, dan
menguduskan hari Sabat Alkitab yaitu hari ketujuh dalam minggu. Kedua hal ini
adalah poin yang membedakan, dan sesuai dengan nama mereka Masehi Advent
Hari Ketujuh.25
GMAHK telah dimulai sejak tahun 1844 di kota Washington, New
Hampshire, Amerika Serikat, dengan jumlah anggota kurang dari 50 orang.
Sembilan belas tahun kemudian, tepatnya tanggal 20-23 Mei 1863 diadakan Rapat
Umum di Battle Creek (USA), dengan dihadiri oleh 20 delegasi dari 6 konferens
gereja ini diorganisir secara resmi di bawah organisasi GMAHK, yakni: General
Conference of SDA. Pada saat ini (2018) keanggotaan GMAHK telah mencapai
lebih dari 20 juta yang tersebar di 206 negara di dunia.
IV. HASIL PENELITIAN DAN KAJIAN TEOLOGIS
4.1 Hasil-hasil Penelitian
4.1.1 Arti dan Makna Baptisan bagi GMAHK
GMAHK merumuskan dasar-dasar kepercayaannya dalam 28 Uraian
Doktrin Dasar Alkitabiah dan Buku Peraturan Jemaat. Doktrin ke 15 dari Uraian
24Soejono, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta1997), 23. 25Seventh-day Adventist Encyclopedia, (Washington DC: Review and
Herald Publishing Association, 1976), 1325.
78
Doktrin Dasar Alkitabiah GMAHK berisi dasar-dasar kepercayaan tentang
baptisan. Di bahagian pengantar dari doktrin ke 15 berbunyi seperti berikut:
“Melalui baptisan kita mengakui iman kita dalam kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus, dan memberikan kesaksian akan kematian kita terhadap dosa dan tujuan
kita berjalan dalam hidup baru. Demikianlah kita mengaku Kristus Tuhan dan
Juruselamat, kita menjadi umat-Nya, dan diterima sebagai anggota jemaat-Nya.”26
Dalam buku pedoman iman tersebut diintisarikan arti dan makna baptisan
sebagai berikut:
1. Simbol Kematian dan Kebangkitan Kristus
“Air yang menutupi melambangkan penutupan derita dan kesusahan (Mzm
42:7; 69:2; 124:4-5)…Baptisan tidak akan bermakna sebagai symbol
penderitaan Kristus “sekiranya jemaat kerasulan mempraktikkan sebuah
ragam pembaptisan yang bukan dengan cara selam. Oleh karena itu, alasan
paling kuat untuk baptisan dengan cara diselamkan adalah salah satu alasan
yang bersifat teologis.”27
2. Sebagai Tanda Penyangkalan Terhadap Dunia
“Baptisan adalah satu penyangkalan yang paling khidmat terhadap
dunia. Orang-orang yang dibaptiskan di dalam nama Bapa. Anak, dan Roh
Kudus, pada saat mereka memasuki kehidupan Kekristenan mereka
menyatakan secara umum bahwa mereka telah meninggalkan kerajaan
Setan dan telah menjadi anggota keluarga kerajaan, anak-anak Raja surga.
Mereka telah menurut perintah: “Keluarlah kamu dari antara mereka, dan
pisahkanlah dirimu dari mereka, …dan janganlah menjamah apa yang
najis.” Dan kepada mereka janji ini digenapi: “Maka aku akan menerima
kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-
Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan, demikianlah firman Tuhan
Yang Mahakuasa.” (2 Kor 6:17-18).28
3. Baptisan Harus Didahului Dengan Pemuridan
26Departemen Kependetaan Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Dunia, 28
Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah, (Bandung: IPH, 2006), 218. 27Ibid, 222. 28GMAHK, Peraturan Jemaat, (Bandung: IPH, 2006), 30.
79
“Prinsip-prinsip kehidupan Kristen haruslah diterangkan kepada
orang-orang yang baru datang kepada kebenaran. Tidak seorang pun boleh
bergantung atas pengakuan percaya sebagai bukti bahwa mereka
mempunyai hubungan rohani dengan Kristus. Kita tidak hanya mengatakan,
“Saya percaya, tetapi wajib melakukan kebenaran. Dengan menyesuaikan
diri kepada kehendak Allah dalam perkataan, dalam perbuatan kita, dalam
tabiat kita, kita membuktikan adanya hubungan kita dengan Dia.”29
4. Baptisan Diselamkan sebagai Lambang Persatuan Dengan Kristus
“Baptisan adalah sebuah lambang persatuan kita dengan Kristus,
keampunan dosa-dosa serta penerimaan kita atas Roh Kudus. Adalah
dengan diselamkan ke dalam air dan persatuan dalam pengukuhan iman
dalam Kristus bukti pertobatan dari dosa. Kemudian diikuti dengan
petunjuk yang terdapat dalam Kitab Suci dan penerimaan pengajaran yang
terdapat di dalamnya.”30
5. Baptisan satu Syarat untuk Menjadi Anggota Jemaat
“Perjanjian Baru menetapkan baptisan sebagai upacara agama untuk
masuk menjadi anggota gereja. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman.”31 (Mat. 28:19-20)
“Kristus telah menjadikan baptisan sebagai tanda masuk ke dalam
kerajaan kerohanian-Nya. Ia telah menentukan hal ini sebagai syarat yang
harus dituruti oleh siap saja yang ingin diakui sebagai orang yang berada di
bawah kuasa Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Sebelum seseorang boleh
mendapat tempat dalam jemaat, sebelum dia masuk melewati pintu kerajaan
29GMAHK, Peraturan Jemaat, (Bandung: IPH, 2006), 30. 30Departemen Kependetaan Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Dunia, 28
Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah, (Bandung: IPH, 2006), 218. 31GMAHK, Peraturan Jemaat, (Bandung: IPH, 2006), 29,30.
80
kerohanian Allah, ia harus menghayati nama Ilahi, Tuhan Keadilan
kita.”(Yer.23:6) 32
4.1.2 Praktek Pelaksanaan Upacara Baptisan di GMAHK
GMAHK melaksanakan praktek upacara baptisan dengan cara dibenamkan
ke dalam air. Adapun langkah-langkah dan praktek pelaksanaan upacara baptisan
di GMAHK adalah sebagai berikut:
1. Mengajar Calon-calon Baptisan dengan Teliti Sebelum Dibaptis
“Jemaat-jemaat harus mengambil sikap yang tegas supaya peraturan yang
penting ini diikuti apabila menerima anggota-anggota baru. Jemaat-jemaat kita,
dengan perantaraan majelis jemaat, harus tegas menuntut bahwa calon-calon harus
diajar sendiri-sendiri dan, kalau mungkin, diajar lagi dalam satu kelas baptisan.”33
“Sebelum upacara baptisan, haruslah diadakan penyelidikan yang seksama
akan kehidupan calon-calon itu.penyelidikan itu tidak boleh dilakukan dengan cara
yang dingin dan tidak ramah, melainkan dengan manis budi dan lemah lembut,
mengarahkan orang-orang yang beru bertobat itu kepada Anak Domba Allah yang
menghapus dosa dunia. Tegaskanlah tuntutan-tuntutan injil itu kepada calon-calon
baptisan.34
2. Pemeriksaan Baptisan
Sebelum calon-calon baptisan menerima baptisan diselamkan, terlebih
dahulu mereka menjalani pemeriksaaan baptisan. Pemeriksaan baptisan biasanya
dipimpin oleh pendeta jemaat, dan para calon baptisan diundang untuk maju ke
depan dan berdiri dekat mimbar menghadap pendeta yang memimpin acara.
Pada kesempatan ini, pendeta menanyakan 13 pertanyaan yang berkaitan dengan
prinsip dasar kepercayaan GMAHK.
3. Calon Baptisan Menyatakan Pengakuan Percaya (Janji Baptisan)
32Ibid, 30. 33GMAHK, Peraturan Jemaat, (Bandung: IPH, 2006), 30-31. 34 Ellen G. White, Testimonies for the Church, Vol. 6, 95,96.
81
Sebelum calon-calon baptisan menerima sakramen baptisan kudus, pendeta
menanyakan 13 pertanyaan yang merupakan inti sari kepercayaan GMAHK, dan
selanjutnya para calon baptisan menyaksikan iman mereka di hadapan Tuhan,
pendeta, dan dihadapan seluruh jemaat yang hadir.
4. Upacara Baptisan dan Liturgi Acara Baptisan
Setelah janji baptisan disampaikan oleh seluruh calon baptisan, pendeta
mengusulkan kepada jemaat agar para calon baptisan disetujui untuk dibaptiskan.
Setelah mendapat persetujuan jemaat, para calon baptisan bersiap menuju tempat
pembaptisan.
Pada upacara ini maka diaken-diaken harus mengadakan persiapan
secukupnya dan membantu calon-calon pria waktu masuk dan keluar dari dalam
air. Diakenes-diakenes haruslah membantu calon-calon wanita. Haruslah benar-
benar diperhatikan supaya pakaian yang pantas disediakan untuk mereka. Pakaian
panjang (jubah baptisan) yang terbuat dari bahan tebal yang cocok adalah lebih
baik. Jikalau yang demikian tidak ada para calon hendaknya mengenakan pakaian
yang begitu rupa sehingga mereka tampak sopan.35
Pelaksanaan upacara baptisan harus dilaksanakan dengan tertib dan
khidmat. Untuk ketertiban pelaksanaan, maka GMAHK telah menyusun liturgi
atau tata cara pelaksanaan upacara baptisan,36 sebagai berikut:
1. Para diaken dan diakenes telah siap sedia membantu para calon baptisan
2. Para calon baptisan berdiri di tepi kolam baptisan
3. Lagu-lagu baptisan dinyanyikan oleh anggota jemaat
4. Doa pembuka dilayangkan oleh seorang tua-tua jemaat
5. Salah seorang penatua jemaat membacakan Kisah 8:36-38.
6. Para calon baptisan turun satu demi satu ke kolam baptisan, sementara Lagu
35GMAHK, Peraturan Jemaat, (Bandung: IPH, 2006), 36. 36 GMAHK, Buku Agenda Penguburan dan Pedoman Acara di Jemaat, (
Pematangsiantar: GMAHK Daerah SKU, 1997), 20.
82
Sion No. 199 dinyanyikan oleh seluruh jemaat bait demi bait.
7. Satu persatu calon baptisan dibaptiskan oleh Pendeta (yang sudah diurapi )
dengan membenamkan tubuhnya ke dalam air dan setelah doa baptisan, setiap
baptisan ke luar dari dalam kolam air.*
9. Setelah pembaptisan selesai dilaksanakan, jemaat menyanyikan
Lagu Sion No. 201.
10. Pendeta yang membaptis menutup acara dengan doa bagi para baptisan dan
bagi seluruh jemaat yang hadir.
11. Semua baptisan dan pendeta yang membaptis berganti pakaian di ruang ganti,
dan acara kebaktian ditutup dengan nyanyian dan doa berkat.
12. Acara penerimaan anggota baru**
Keterangan:
* Pada saat pendeta melaksanakan pembaptisan, dia mengangkat tangannya di atas
kepala calon baptisan, menyebutkan namanya dan berdoa dengan mengucapkan
kata-kata: “Oleh karena pengakuan percayamu kepada Yesus Kristus dan
menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadimu, maka saya sebagai
hamba Allah, pendeta Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh membaptiskan kamu di
dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.” Sebelum doa ditutup dengan kata
“amin” calon baptisan dibenamkan ke dalam air (seluruh tubuhnya masuk ke dalam
air/dikuburkan).
**Acara penerimaan anggota baru biasanya dilaksanakan setelah makan bersama,
dimana nama setiap baptisan dibacakan dan dihadapkan kepada jemaat untuk
diterima menjadi anggota jemaat setempat dan anggota GMAHK se-dunia, dan
sekretaris jemaat mencatatkan nama-nama mereka dalam buku keanggotaan
jemaat. Dengan jalan demikianlah mereka resmi menjadi anggota Gereja Masehi
Advent Hari Ketujuh.
4.2 Kajian Teologis
4.2.1 Kajian Teologis terhadap Praktek Upacara Baptisan Secara Umum
1. Praktek Baptisan Bayi
83
Dalam Alkitab, tidak ditemukan adanya praktek baptisan bayi, baik pada zaman
Perjanjian Lama, pada Yesus, maupun pada zaman Rasul-rasul. Banyak
denominasi Kristen saat ini yang melakukan praktek baptisan bayi dengan
alasan:
1). Perjanjian Allah dengan Abraham tentang sunat (Kej 17:112); adalah
perjanjian rohani yang dalam prakteknya diterapkan kepada orang Kristen
yaitu baptisan bayi.37
2). Perjanjian anugerah dan iman (Roma 3:21-4:24), dan
3). Pengertian janji (Kisah 2:39).38
Nats Alkitab yang sering digunakan untuk mendukung praktek pelaksanaan
baptisan bayi adalah Roma 4:16-18; Gal. 3:8,9, 14; Kisah 2:39; 1 Kor 7: 14;
Mat. 19:14; Kisah 16:15; 16:33; dan 1 Kor 1:16.
Bagi mereka yang mempercayai praktek baptisan bayi, pertanyaan yang
perlu direnungkan secara mendalam adalah apakah penafsiran terhadap ayat-
ayat pendukung tersebut sudah tepat dan memang demikian pengertian yang
sebenarnya? Walau dengan berbagai alasan yang masuk diakal, banyak orang
Kristen percaya bahwa pembaptisan bayi tidak layak dilakukan. Mereka
berpendapat bahwa gereja adalah persekutuan orang beriman yang mengakui
bahwa Yesus mati untuk mereka, dan yang bangkit dari antara orang mati dan
sekarang tinggal beserta mereka melalui Roh KudusNya. Mereka mengakui
kepercayaannya ini sebelum mereka dibaptis.
Indra menuliskan keyakinannya menentang baptisan bayi dengan alasan
sebagai berikut: “Oleh karena seorang bayi atau anak kecil tidak dapat
memenuhi syarat itu (harus benar-benar beriman kepada Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat secara pribadi) maka pembaptisan bayi atau anak kecil
37 Louis Berkhof, Summary of Christian Doctrine, ( Grand Rapids,
Michigan: WW.B. Eerdmans Publishing Company, 1979), 170,171. 38 Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1996), 321.
84
tidak dilakukan –baik di gereja-gereja zaman Perjanjian Baru maupun di
gereja-gereja zaman sekarang yang berdasarkan Perjanjian Baru.”39
Baptisan bayi bukanlah bersumber dari Alkitab, melainkan baru muncul
dan masuk ke dalam gereja Kristen pada abad keempat menggantikan praktek
baptisan diselamkan. Adapun yang menjadi alasan yang mendorong
diberlakukannyapraktek baptisan bayi adalah karena angka kematian anak yang
tinggi membuat orang-orang tua Kristen meminta supaya bayi mereka
dibaptis.40.
Praktek pembaptisan bayi tidak seharusnya dilakukan oleh gereja
Kristen, oleh karena hal itu tidak memiliki dasar Alkitabiah yang kuat. Untuk
mengatasi kekhawatiran orangtua Kristen akan adanya kematian bayi-bayi
sebelum mereka dibaptis, Alkitab telah memberikan praktek yang harus diikuti
yaitu upacara penyerahan anak. Itulah yang dilakukan oleh Yusuf dan Maria
terhadap Yesus ketika masih bayi. Dokter Lukas menulis tentang upacara
penyerahan anak, “Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat
Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada
Tuhan” (Lukas 2:22). Itulah acara yang tepat untuk bayi atau anak-anak, bukan
baptisan, karena baptisan Alkitab hanya boleh diikuti oleh mereka yang sudah
memenuhi syarat baptisan, yakni: mengikuti pelajaran Alkitab, memiliki iman,
pengakuan pertobatan dan buah-buah pertobatan.
Alasan sunat sebagai perjanjian Allah dengan Abraham dan
keturunannya (Kejadian 17:10), digantikan dengan sunat rohani yaitu
baptisan, hanya bisa kita terima dalam pengertian baptisan pertobatan dengan
diselamkan, yaitu membuang segala dosa. Paulus menegaskan tentang hal hal
ini dalam suratnya kepada jemaat Kolose, “Dalam Dia kamu telah disunat,
bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus,
yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa” (Kolose 2:1).
39Ichwei G. Indra, Teologi Sistematis: Pengetahuan Lanjutan Bagi Kaum
Awam dan Anggota Gereja, (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1999), 178. 40Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 108.
85
2. Praktek Baptisan Orang Percaya
Keene menulis: “Sakramen Baptisan adalah salah satu dari upacara
keagamaan gereja perdana. Pembaptisan orang dewasa dengan cara
membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam air adalah upacara pengakuan
diterimanya seseorang ke dalam komunitas Kristen…”41 Lebih lanjut ia
menegaskan bahwa ada tiga macam symbol dalam pembaptisan orang percaya,
yaitu: 1). Ketika orang masuk ke dalam air mereka menunjukkan bahwa
mereka mati bersama Kristus dalam hal dosa, 2). Waktu yang singkat di dalam
air mengindikasikan bahwa mereka “dikubur bersama Kristus”, 3).
Meninggalkan kolam menunjukkan bahwa orang itu telah “bangkit bersama
Kristus” dan memulai hidup baru dalam roh.42
Baik Strong maupun Keene memiliki pemahaman yang sama tentang
baptisan, yaitu membenamkan tubuh orang percaya ke dalam air sebagai tanda
bukti pembaharuan jiwa dan tanda yang mendahului masuknya seseorang
dalam persekutuan jemaat. Ichwei G. Indra menuliskan keyakinan yang sama
tentang baptisan dengan cara diselamkan, sebagai berikut: ”Pembaptisan adalah
upacara yang dilakukan oleh gereja bagi orang yang telah mengaku percaya
kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi serta
dibaptis dengan cara diselamkan ke dalam air yang melambangkan kematian,
penguburan orang itu terhadap dosa, dan kebangkitannya menuju hidup baru
dalam Kristus (Roma 6:3-6; Kolose 2: 12).”43
Dalam praktek baptisan orang percaya, setiap calon adalah orang yang
sudah bisa memahami firman Tuhan. Ia harus lebih dahulu diajar akan firman
Tuhan dan beriman akan kepada Yesus Kristus. Kepercayaannya akan Yesus
Kristus dinyatakan melalui pertobatan dan pertobatan itu dinyatakan kepada
orang banyak melalui baptisan. Selanjutnya calon baptisan memasuki kolam
baptisan di mana ia dibenamkan atau dicelupkan ke dalam air sebagai
41 Michael Keene, Agama-agama Dunia,(Yogyakarta: Kanisius, 2006), 108. 42Ibid, 109. 43 Ichwei G. Indra. Teologi Sistematis: Pengetahuan Lanjutan Bagi Kaum
Awam dan Anggota Gereja, (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1999), 176, 177.
86
pernyataanbahwa ia mati bersama Yesus, dikuburkan bersama Yesus dan
bangkit bersama Yesus (Roma 6: 3-5).
3. Praktek Baptisan Roh Kudus
Baptisan Roh Kudus yang benar adalah ditandai dengan adanya perobahan
hidup. Itu akan dilakukan oleh Roh Kudus bagi setiap orang yang mau
menyerahkan hidupnya kepada Tuhan dan yang bersedia melayani pekerjaan-
Nya. Yesus menerima pembaptisan Roh Kudus sesaat setelah ia menerima
baptisan air. Alkitab berkata: ”Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air
dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung
merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan:
"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” ( Mat. 3: 16-17).
Dalam hal ini tidak ada karunia bahasa roh atau karunia bahasa lidah.
Satu hal yang perlu direnungkan oleh mereka yang mempercayai ”baptisan
Roh Kudus” adalah hikmat dan akal budi untuk membedakan antara baptisan Roh
Kudus yang benar dan karunia Roh Kudus atau karunia bahasa roh atau bahasa
lidah.
4. Praktek Baptisan Untuk Orang Mati
Harus kita akui bahwa nats Alkitab 1 Kor. 15:29 adalah salah satu dari surat
(epistle) Paulus yang sulit dimengerti dan sering disalahtafsirkan. Banyak teolog
yang berbeda pendapat dalam menafsirkan nats Alkitab tersebut. Apakah itu literal
atau figuratif? Apakah ada kesalahan dalam penterjemahan? Apakah
diperkenankan seorang dibaptis untuk mewakili orang yang sudah meninggal?
Untuk menghindari salah tafsir terhadap nats tersebut, kita harus melihat
konteksnya, sebagaimana dianjurkan oleh Francis D. Nicol:44 1). Paul is still
speaking of the resurrection, and any sugggested solution should be closely
connected with the main theme of chapter 15. ( Paulus sedang berbicara tentang
kebangkitan, dan beberapa usulan pemecahannya harus dihubungkan sedekat
mungkin dengan tema utama dari pasal 15); 2). A reasonable interpretation must
44 Francis D. Nichol, Seventh-day Adventist Bible Commentary, Vol. 6,
(Washington D.C.: Review and Herald Publishing Association, 1957), 807.
87
conform with a correct translation of the Greek phrase ”huper ton nekron” (”for
the dead”). It is a generally agreed that huper (”for”) here means, ”on behalf of.”
( Sebuah penafsiran yang masuk akal harus disesuaikan dengan terjemahan yang
benar dalam frase bahasa Yunani ”huper ton nekron” ( ”untuk orang mati”).
Adalah sesuatu yang sudah disepakati secara umum bahwa ”huper” ( ”untuk”) di
sini diartikan ”atas nama”).
Alkitab tidk pernah mengajarkan bahwa orang yang hidup bisa dibaptis
menggantikan pembaptisan orang yang sudah meninggal untuk keselamatan
mereka. Ayat-ayat berikut ini memberitahukan kepada kita bahwa baptisan untuk
orang mati bertentangan dengan pengajaran Alkitab: Kisah 2:38; 8:36,37;
Yehezkiel 18:20-24; Yoh. 3:16; 1 Yoh. 1:9).
4.2.2 Kajian Teologis terhadap Arti dan Makna Baptisan
Dalam Perjanjian Baru kata kerja ”membaptis” biasanya digunakan untuk:
1). Menunjuk kepada baptisan air (misalnya dalam Mat. 3:6; Mrk.1:9; Kis. 2:41);
2). Sebagai sebuah perbandingan atas derita dan kematian Kristus (Mat.20:22,23;
Mrk. 10:38,39; Luk. 12:50); 3). Kepada kedatangan Roh Kudus (Mat. 3:11; Mrk.
1:8; Luk. 3:16; Yoh. 1:33; Kis 1:5; 11:16); 4). Pembasuhan atau upacara
pembersihan tangan (Mrk. 7:3,4; Luk. 11:38). Keempat penggunaan ini menunjuk
kepada pembersihan untuk membasuh dari upacara yang tidak kudus, dan tidak
mengesahkan baptisan dengan cara percikan.”45
Michael Keene46menjelaskan bahwa sakramen baptisan adalah salah satu
dari upacara keagamaan Gereja Perdana. Pembaptisan orang dewasa dengan cara
membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam air adalah upacara pengakuan
diterimanya seseorang ke dalam komunitas Kristen dan upacara ini berlangsung
hingga abad keempat, ketika angka kematian anak yang tinggi membuat orang-
orang tua Kristen meminta supaya bayi-bayi mereka dibaptis. Lebih lanjut Keene
menjelaskan bahwa baptisan adalah sebuah tindakan simbolis yang
45Francis D. Nichol, Seventh-day Adventist Bible Commentary, Vol. 6,
(Washington D.C.: Review and Herald Publishing Association, 1957), 807. 46 Michael Keene, seorang dosen dan penulis buku, lulusan London
University dengan gelar doktor di bidang Studi Teologi dan Agama.
88
mengindikasikan serangkaian perubahan spiritual secara nyata dan besar di dalam
diri orang yang percaya.47
Bruce Milne48 mengartikan baptisan sebagai pengakuan iman dalam Kristus
( Roma 6:3-4; 1 Ptr 3:21; Kis 8:37), yang berhubungan dengan pengakuan di depan
umum bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat ( Kisah 2:38; 10: 48;
8:16). Baptisan adalah mengalami persekutuan dengan Kristus (Kol 2:12) di mana
orang berdosa bergabung dalam persekutuan dalam persekutuan dengan seluruh
kegiatan penebusan Kristus, hidup, kematian, kebangkitan, kenaikan, dan
pemerintahan-Nya (Gal 2:20; Ef 2:5-6). Baptisan adalah penyerahan diri untuk
hidup bagi Kristus (Roma 6:4-22. Baptisan adalah janji penggenapan melalui
Kristus (Roma 6:22).49
Dari uraian tersebut di atas, kita dapat menarik kesimpulan tentang makna
baptisan sebagai:
1. Lambang kematian dan kebangkitan dalam Kristus (Roma:6:3-5).
2. Tanda Pertobatan dan Pengakuan Dosa (Matius 3:6,7,11).
3. Pengakuan iman di dalam Kristus (Roma 6:3-4; 1 Ptr 3:21; Kis 8:37).
4. Ketaatan kepada teladan dan perintah Tuhan Yesus. (Matius 3:13-15).
5. Pernyataan hendak memelihara persekutuan dan persatuan (Kol. 2:12).
6. Janji Penggenapan Melalui Kristus (Roma 6:22).
7. Syarat masuk keanggotaan gereja ( 1 Kor. 1:13-15 ).
4.2.3 Kajian Teologis terhadap Praktek Baptisan dalam Alkitab
Alkitab menyajikan beberapa contoh dan praktek baptisan, seperti: praktek
baptisan Yohanes Pembaptis, baptisan Yesus dan murid-murid-Nya, dan baptisan
Filipus. Ketiga contoh dan praktek baptisan itu menunjukkan kesatuan iman dan
satu baptisan seperti yang dikemukakan oleh rasul Paulus dalam Efesus 4:5.
47 Michael Keene, Agama-agama Dunia,(Yogyakarta: Kanisius, 2006), 109. 48 Bruce Milne adalah seorang dosen bidang teologi Alkitab serta sejarah
teologi di Spurgeon’s College, London dan telah menulis beberapa buku. 49Bruce Milne, Mengenali Kebenaran: Panduan Iman Kristen, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1996), 320.
89
Melalui contoh-contoh praktek upacara baptisan Alkitabiah tersebut, diperoleh
beberapa prinsip dan ketentuan yang harus terpenuhi dalam pelaksanaan upacara
baptisan, sebagai berikut:
1. Calon baptisan harus lebih dahulu diajar tentang Injil (Kisah 8:35).
2. Ada pengkuan percaya dari calon baptisan ( Kisah 8: 37)
3. Harus ada pengakuan dosa dan pertobatan (Mat. 3:6.11)
4. Dengan air (bukan dengan materi yang lain, seperti: bendera, peti mati,
percakapan telepon, dll, karena air adalah lambang penyucian)—Mat.3:11.
5. Masuk ke dalam air dan keluar dari dalam air (Mat.3:16).
6. Turun ke dalam air dan membaptis (baptize) atau mencelupkan, atau
membenamkan) ke dalam air ( Kisah 8:38).
7. Tempat pembaptisan tidak harus di sungai Yordan, karena Yohanes Pembaptis
juga melakukannya di sungai-sungai lainnya, seperti di Ainon (Yoh 3:23).
Namun, airnya harus banyak dan cukup dalam agar dapat membenamkan tubuh
calon baptisan ke dalam air, sebagai lambang penguburan manusia lama yang
berdosa.
4.2.4 Kajian Teologis terhadap Praktek Baptisan di GMAHK
Untuk membuat kajian teologis tentang praktek baptisan yang dilaksanakan di
GMAHK, maka berikut ini akan dipaparkan perbandingan antara ajaran Alkitab
dan keyakinan GMAHK tentang arti dan makna baptisan, persyaratan baptisan dan
praktek upacara baptisan.
Tabel 4.1
Arti dan Makna Baptisan
Ajaran Alkitab 1. Lambang kematian dan kebangkitan dalam Kristus (Roma:6:3-5). 2. Tanda Pertobatan dan Pengakuan Dosa (Matius 3:6,7,11).
Keyakinan GMAHK 1. Simbol Kematian dan Kebangkitan Kristus.50 2. Sebagai Tanda Penyangkalan Terhadap Dunia.51 3. Baptisan Harus Didahului Dengan Pemuridan.52
50Departemen Kependetaan Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Dunia, 28 Uraian Doktrin
Dasar Alkitabiah, (Bandung: IPH, 2006), 222. 51 GMAHK, Peraturan Jemaat, (Bandung: IPH, 2006), 30. 52 Ibid.
90
3. Pengakuan iman di dalam Kristus (Rom 6:3-4; Kis 8:37). 4. Ketaatan kepada teladan dan perintah Tuhan Yesus.(Mat 3:13-15). 5. Pernyataan hendak memelihara persekutuan dan persatuan (Kol. 2:12). 6. Janji Penggenapan Melalui Kristus (Roma 6:22). 7. Syarat masuk keanggotaan gereja ( 1 Kor. 1:13-15 ).
4. Baptisan Diselamkan sebagai Lambang Persatuan Dengan Kristus.53 5. Baptisan satu Syarat untuk Menjadi Anggota Jemaat.54
Dari tabel perbandingan di atas disimpulkan bahwa keyakinan GMAHK
tentang arti dan makna baptisan selaras dan cocok dengan ajaran Alkitab.
Tabel 4.2 Syarat Baptisan dan Praktek Baptisan
Persyaratan Alkitab 1. Calon baptisan harus lebih dahulu diajar tentang Injil (Kisah 8:35). 2. Ada pengkuan percaya dari calon baptisan ( Kisah 8: 37) 3. Harus ada pengakuan dosa dan pertobatan (Mat. 3:6.11) 4. Dengan air (bukan dengan materi yang lain, seperti: bendera, peti mati, percakapan telepon, dll, karena air adalah lambang penyucian)—Mat.3:11. 5. Masuk ke dalam air dan keluar dari dalam air (Mat.3:16). 6. Turun ke dalam air dan membaptis (baptize)
Syarat dan Praktek Baptisan di GMAHK 1. Mengajar Calon-calon Baptisan dengan Teliti Sebelum Dibaptis.55 2. Pemeriksaan baptisan dan pengakuan pertobatan 3. Calon Baptisan Menyatakan Pengakuan Percaya (Janji Baptisan di hadapan Tuhan dan jemaat).56 4. Acara pembaptisan dilaksanakan di kolam baptisan maupun di sungai yang airnya cukup untuk membenamkan tubuh.57 5. Setiap baptisan masuk ke dalam kolam baptisan/sungai bersama dengan pendeta yang membaptis dan keluar dari dalam kolam baptisan.58 6. setiap baptisan dibenamkan ke dalam air sebagai lambang penguburan dosa dan manusia lama.59
53 Departemen Kependetaan Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Dunia, 28
Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah, (Bandung: IPH, 2006), 218 54 GMAHK, Peraturan Jemaat, (Bandung: IPH, 2006), 30. 55GMAHK, Peraturan Jemaat, (Bandung: IPH, 2006), 30. 56 GMAHK, Buku Agenda Penguburan dan Pedoman Acara di Jemaat, (
Pematangsiantar: GMAHK Daerah SKU, 1997), 20. 57 Ibid. 58 Ibid. 59 Ibid.
91
atau mencelupkan, atau membenamkan) ke dalam air ( Kisah 8:38).
7. Tempat pembaptisan tidak harus di sungai Yordan, karena Yohanes Pembaptis juga
melakukannya di sungai-sungai lainnya, seperti di Ainon (Yoh 3:23). Namun, airnya harus banyak
dan cukup dalam agar dapat membenamkan tubuh.
7. Tempat pembaptisan dilaksanakan di kolam baptisan, maupun di sungai yang cukup airnya untuk membenamkan tubuh.60
Dari tabel perbandingan di atas disimpulkan bahwa praktek dan syarat
baptisan yang dilaksanakan di GMAHK selaras dan sesuai dengan persyaratan dan
praktek baptisan Alkitab.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Melalui penelitian deskriptif doktrin Alkitab tentang baptisan dan praktek
pelaksanaannya di GMAHK dapat disimpulkan bahwa:
1. Arti baptisan berdasarkan kata Yunani “βαπτίζω” ialah menyelamkan
seseorang atau mencelupkan ke bawah air.
2. Berdasarkan makna baptisan dalam Roma 6:3-6, yakni: manusia lama kita
mati dan dikuburkan bersama-sama dengan Yesus, dan bangkit dengan
hidup baru seperti Kristus telah bangkit cara pelaksanaan upacara baptisan
yang paling tepat untuk menggambarkan kesatuan iman baptisan Alkitab
adalah baptisan diselamkan bagi orang percaya.
3. Sesuai dengan arti kata baptisan, makna baptisan, dan contoh-contoh
baptisan dalam Alkitab (Praktek Baptisan Yohanes Pembaptis, baptisan
Yesus dan murid-murid-Nya, dan praktek baptisan Filipus), maka
penelitian terhadap praktek pelaksanaan upacara baptisan di GMAHK
dilaksanakan, diuji dan terbukti sudah tepat dan selaras dengan ajaran
Alkitab.
60 Ibid.
92
5.2 Saran
Menurut hemat penulis, topik tentang pengertian baptisan dan
penerapannya di jemaat adalah sesuatu yang sangat relevan untuk dipahami oleh
jemaat-jemaat. Bagi jemaat-jemaat yang sudah menerapkan praktek baptisan yang
sesuai dengan pengajaran Alkitab, kiranya makin diteguhkan imannya. Bagi
jemaat-jemaat yang belum menerapkan praktek baptisan yang sesuai dengan
pengajaran Alkitab penulis menganjurkan agar mengadakan penelitian yang lebih
mendalam tentang topik ini, sambil berdoa kepada Tuhan Sumber segala hikmat
dan Ia akan memberikan kepada jemaat-Nya hikmat menuju satu iman dan satu
baptisan (Efesus 4:5) serta kepenuhan dan kesempurnaan di dalam Kristus, seperti
doa dan harapan Paulus menjadi doa penulis: “Sampai kita semua telah mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan
penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus
4:13)
DAFTAR PUSTAKA
Berkhof, Louis, Summary of Christian Doctrine, Grand Rapids, Michigan: WW.B. Eerdmans Publishing Company, 1979.
Breese, W. Floyd. Seventh-day Adventist Minister’s Manual, Silver Spring,
Maryland: Ministerial Association of SDA, 1992.
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1993. Elwell, Walter A. Baker’s Dictionary of Theology, Grand Rapids Michigan: Baker
Book House, 1994.
E-Sword Bible Dictionary, G911. Gerhard, Kittel. Theological Dictionary of the New Testament, Volume I, Grand
Rapids, Michigan: WM, B. Eerdmans Publishing Company, 1964.
GMAHK. Seventh-day Adventist Encyclopedia, Washington DC: Review and Herald Publishing Association, 1976.
______, Peraturan Jemaat, Bandung: IPH, 2006.
____ , Buku Agenda Penguburan dan Pedoman Acara di Jemaat,
93
Pematangsiantar: GMAHK Daerah SKU, 1997.
_____.28 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah, Departemen Kependetaan Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Dunia, Bandung: IPH, 2006.
Indra, Ichwei G., Teologi Sistematis: Pengetahuan Lanjutan Bagi Kaum Awam dan Anggota Gereja, Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1999.
Keene, Mikhael. Agama-agama Dunia, Yogyakarta: Kanisius, 2006. Milne, Bruce. Mengenali Kebenaran, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. Nichol, D. Francis. Seventh-day Adventist Bible Commentary, Volume 6,
Washington D.C.: Revie and Herald Publishing Association, 1957.
Ryrie Charles. C., , Teologi Dasar, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1993. Strong, August Hopkins. Systematic Theology, Rochester, Hew York: Fleming H.
Revell Company, 1954.
Sutarmo R., Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.