25
Disusun Oleh : Nurina Rahma Nydia 2307 100 011 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Laboratorium Pengolahan Limbah Industri Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

Disusun Oleh : Nurina Rahma Nydia Dosen Pembimbing · Jurusan Teknik Kimia . Fakultas Teknologi Industri . Institut Teknologi Sepuluh Nopember . Surabaya 20. 13. ... tidak bercabang

Embed Size (px)

Citation preview

Disusun Oleh :

Nurina Rahma Nydia 2307 100 011

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng.

Laboratorium Pengolahan Limbah Industri

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2013

Tandan Kosong kelapa sawit (TKKS)

selulosa

lignin

hemiselulosa

degradasi

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

• Bahan Baku yang digunakan yaitu Tandan Kosong

Kelapa Sawit (TKKS)

• Proses pembuatan glukosa menggunakan metode

hidrotermal

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit

(TKKS) sebagai bahan baku alternatif pada

pembuatan Glukosa.

Mempelajari pengaruh suhu dan waktu

hidrotermal terhadap glukosa yang dihasilkan.

Mendapatkan kadar glukosa terbaik dari proses

hidrotermal sesuai variabel penelitian.

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini

antara lain :

Mendapatkan teknologi alternatif yang ramah

lingkungan dalam pembentukan glukosa.

Pemanfaatan limbah berserat hasil samping pabrik

CPO, yaitu Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Peneliti Nama Jurnal Hasil

Mitsuru Sasaki

Bernard

Kabyemela

Jurnal of supercritical

fluids “ cellulose

hydrolisis in subcritical

and supercritical water ”

Pada kondisi air superkritis

selulosa dapat terdegradasi,

menghasilkan yield glukosa

dan oligomernya dalam

jumlah besar

Tye ying ying, dkk Jurnal of procedia

environmental sciences,

2014 “the effect of

various pretreatment

methods on oil palm

empty fruit bunch (EFB)

and kenaf core fibers for

sugar production”

Tanpa pretreatment di

dapatkan glukosa sebesar

47,8%, dengan proses

hidrotermal di dapatkan

glukosa sebesar 63,2%,

dengan menggunakan asam

di dapatkan 66,2% dan

dengan alkali di dapatkan

54,6%

TKKS merupakan limbah utama dalam proses produksi minyak sawit. Komponen utama dari TKKS adalah selulosa, lignin dan hemiselulosa, yang biasa disebut lignoselulosa.

TKKS memiliki kandungan

selulosa 50.29%, hemiselulosa 25.54%, dan lignin 24.15%

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Lignin merupakan polimer dengan struktur aromatik yang terbentuk melalui unit-unit penilpropan yang berhubungan secara bersama oleh beberapa jenis ikatan yang berbeda.

Lignin sulit didegradasi karena strukturnya yang kompleks dan heterogen yang berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa dalam jaringan tanaman

Selulosa adalah senyawa organic

polisakarida, terdiri dari rantai linear dari beberapa β(1-4) D-glukosa. Selulosa merupakan komponen utama dinding sel tanaman hijau, ganggang dan oomycetes.

Selulosa merupakan polimer rantai lurus, tidak melingkar dan tidak bercabang. Selulosa memiliki struktur yang kuat akibat adanya ikatan hidrogen pada rantai glukosanya.

Hemiselulosa merupakan gabungan dari polimer-polimer

dengan rantai relative pendek dan bercabang. Hemiselulosa

adalah heteropolisakarida yang berfungsi sebagai bahan

pendukung dalam dinding-dinding sel. Hemiselulosa relatif

mudah dihidrolisis oleh asam menjadi komponen-komponen

monomernya.

• Hot Compressed water (HCW) adalah air yang berada pada

daerah nearcritical (hydrothermal) dan supercritical,

temperatur diatas 200oC dan tekanan tinggi. HCW dapat

digunakan pada sintesa senyawa organik, degradasi senyawa

berbahaya.

• Peningkatan temperatur dibawah titik kritis (hydrothermal)

berperan sebagai prekursor katalis yang berbasis asam

maupun basa. Reaksi yang terjadi pada keadaan ini adalah

jenis reaksi ionik, yang meliputi reaksi sintesis maupun

degradasi seperti reaksi liquifikasi biomassa.

Keunggulan dari proses hydrothermal, yaitu prosesnya cepat,

Pemisahan produk relatif mudah serta ramah lingkungan,

karena limbah yang dihasilkan pada proses hydrothermal ini

tidak berbahaya bagi lingkungan.

Fluida superkritis adalah fluida yang berada pada suhu dan

tekanan di atas titik kritis. Ketika fluida mencapai kondisi

superkritis sifat fisik dan properti fasa cair dan fasa gas adalah

identik dan susah dibedakan.

Fluida superkritis cocok sebagai pengganti pelarut organik.

Fluida superkritis yang paling sering digunakan adalah karbon

dioksida dan air.

Bahan Penelitian

1. Tandan Kosong kelapa sawit (TKKS)

2. Aquadest

3. Gas N2 UHP

Kondisi operasi : • Ratio air : TKKS = 1: 12 (w/w) • Tekanan = 16 MPa

Variabel operasi : • Temperatur = 1500C dan 1750C • Waktu operasi (jam) = 1; 1,5; 2; 2,5; 3

4

12 8

AC

X

P

I-1

P-8

6 7

10

13

9

2

14

5

1

3 11

4

Keterangan :

1. Reaktor

2. Bandheater

3. Isolator

4. Thermocouple

5. Temperatur controller

6. Voltage regulator

7. AC source

8. Pressure Gauge

9. Tabung Nitorgen

10. Valve menuju booster

hidraulik

11. Booster hidraulik

12. Valve menuju udara

13. Valve menuju reaktor

14. Safety valve

Liquid dianalisa

dengan reagen DNS

Padatan dianalisa

dengan SEM dan

XRD

TKKS, dicuci, dimasak,

digiling

Pembuatan bubur TKKS

dengan mencampur TKKS

dan air dengan rasio berat 1:12

Proses hydrothermal

Analisa glukosa dan

oligomernya

Analisa Kandungan TKKS

◦ TKKS dicuci untuk menghilangkan debu dan pengotor lainnya.

◦ Lalu TKKS dipotong menjadi potongan-potongan kecil dengan ukuran ±1cm3

◦ Kemudian TKKS tersebut direbus / dimasak.

◦ Setelah dikeringkan, potongan TKKS tersebut digiling

◦ Lalu dilakukan analisa kadar selulosa, hemiselulosa, lignin, dan glukosa dalam TKKS.

◦ Memasukkan larutan (campuran TKKS :air = 12: 1) pada reaktor batch sebanyak 7 ml.

◦ Melakukan pressurizing dengan menggunakan gas nitrogen dan dibantu oleh gas booster

pada tekanan yang telah ditetapkan.

◦ Melakukan cek kebocoran pada sistem reaktor menggunakan air sabun.

◦ Memasukkan reaktor batch pada heater.

◦ Mengoperasikan band heater hingga tercapai suhu pemanasan awal (200oC).

◦ Melanjutkan pemanasan hingga suhu variabel tercapai dengan kondisi heater terisolasi

◦ Mengamati tekanan dan suhu dalam reaktor batch.

◦ Jika terjadi over pressure, sistem didekompresi dengan membuka valve 14.

◦ Setelah waktu reaksi yang telah ditentukan reaktor didinginkan mendadak sampai

temperatur sekitar untuk menghentikan reaksi.

◦ Valve 14 dibuka perlahan – lahan untuk menurunkan tekanan.

◦ Setelah tekanan atmosferik tercapai, reaktor dilepaskan dari rangkaian alat.

◦ Sampel diambil dari reaktor.

◦ Melakukan kembali langkah 1 sampai 11 untuk variabel sampel dan suhu reaksi lainnya.

(a) (b)

Gambar (a) Hasil liquid hidrotermal pada suhu 1500C tekanan 160 bar dan waktu reaksi

1-3 jam, (b) Hasil liquid hidrotermal pada suhu 1750C, tekanan 160 bar dan waktu

reaksi 1-3 jam

(a) (b) (c) Gambar analisa SEM dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan pembesaran

1000x : (a) TKKS murni,serta setelah hidrotermal pada tekanan 160 bar dan temperatur

(b) 1 jamdan (c) 3 jam

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

(b) Xc = 20,59 %

(c) Xc = 21,71%

(a) Xc = 19,44%

Grafik XRD : (a) TKKS murni (b) untuk hidrotermal selama 1 jam,

(c) Untuk hidrotermal selama 3 jam dengan suhu 1500C dan tekanan 160 bar

Grafik hasil analisa DNS untuk proses hidrotermal

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

1 1,5 2 2,5 3

Kon

sen

trasi

Glu

kosa

(m

g/m

l)

Waktu (Jam)

150 C

175 C

Kesimpulan : 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dapat digunakan sebagai

bahan baku pembuatan glukosa.

2. Kristalinitas Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) setelah proses hidrotermal mengalami peningkatan. Dimana TKKS murni kristalinitasnya sebesar 19,4%, sedangkan dari proses hidrotermal dengan tekanan 160 bar dan temperatur 1500C selama 1 jam didapatkan kristalinitas sebesar 20,59% dan selama 3 jam sebesar 21,71%

3. Pada proses hidrotermal didapatkan glukosa terbaik pada suhu 1750C tekanan 160 bar dengan waktu reaksi 1 jam sebesar 0,47 mg/ml