14
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menstruasi 1. Pengertian Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 1999). Menurut Fitria (2007), haid atau menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi merupakan masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita, ag dimulai dari menarche sampai terjadinya menopause. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi, pada manusia biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause. 2. Siklus Menstruasi Tiap siklus haid menggambarkan suatu interaksi antara hipotalamus, kelenjar pituitari, ovarium dan endometrium. Menurut teori neurohumoral, hipotalamus sebagai pusat pengendali utama otak dan mengawasi sekresi hormon Gonadotropin Reliasing Hormone (GnRH) sehingga dapat merangsang pelepasan  Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis. Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik atau feed back antara hormon steroid dan hormon gonadotropin (Misaroh & Proverawati, 2009). Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, sedangkan terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Estrogen yang meningkat mengakibatkan rangsangan pada lapisan rahim (endometrium) menebal, pada siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadi ovulasi (Misaroh & Proverawati, 2009) Menurut Misaroh & Proverawati (2009), menstruasi mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap bulannya. Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu:

Dis Me No Rhea

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Menstruasi 1. Pengertian Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 1999). Menurut Fitria (2007), haid atau menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi merupakan masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita, ag dimulai dari menarche sampai terjadinya menopause. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi, pada manusia biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause. 2. Siklus Menstruasi Tiap siklus haid menggambarkan suatu interaksi antara hipotalamus, kelenjar pituitari, ovarium dan endometrium. Menurut teori neurohumoral, hipotalamus sebagai pusat pengendali utama otak dan mengawasi sekresi hormon Gonadotropin Reliasing Hormone (GnRH) sehingga dapat merangsang pelepasan Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis. Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik atau feed back antara hormon steroid dan hormon gonadotropin (Misaroh & Proverawati, 2009). Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, sedangkan terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Estrogen yang meningkat mengakibatkan rangsangan pada lapisan rahim (endometrium) menebal, pada siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadi ovulasi (Misaroh & Proverawati, 2009) Menurut Misaroh & Proverawati (2009), menstruasi mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap bulannya. Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu:

a. Fase Menstruasi Fase menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometriumyang robek, dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada. b. Fase Proliferasi atau fase Folikuler Fase prolifersi ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding

endometrium yang robek. c. Fase Ovulasi atau fase Luteal Fase ovulasi ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi 1. Sel ovum yag matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah. d. Fase pasca ovulasi atau fase Sekresi Fase sekesi ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekesikan FSH dan LH. Sekresi progesteron yang terhenti menyebabkan penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek, maka terjadi fase perdarahan atau menstruasi. 3. Kelainan-Kelainan Menstruasi Kelainan-kelainan siklus menstruasi antara lain adalah: a. Amenore (tidak menstruasi), yaitu keterlambatan menstruasi lebih ari 3 bulan berturut-turut, menstruasi wanita teratur setelah mencapai usia 18 tahun (Manuaba, 1999). b. Dismenore (nyeri menstruasi), yaitu nyeri diperut bawah , menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-

sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari sbelum dan selama menstruasi (Wiknjosastro, 2007). c. Menorrhagia, yaitu pada bentuk gangguan siklus menstruasi tetap teratur dan jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak, penyebabnya kemungkinan terdapat mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium atau hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim) (Manuaba,1999). d. Pre Menstruasi Tention (ketegangan sebelum masa menstruasi ), terjadi karena keluhan yang di mulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah haid. Terjadi karena ketidakseimbangan estrogen dan progesteron menjelang menstruasi. Ketegangan sebelum haid terjadi pada wanita umur sekitar 30-49-40 tahun, dan pengobatannya tergantung pada keadaan dan memerlukan konsultasi dengan ahli ( Manuaba, 1999). B. Dismenore 1. Pengertian Dismenore adalah nyeri selama haid yang dapat dirasakan di perut bawah atau pinggang, dapat bersifat seperti malas-malas, seperti ngilu, atau seperti ditusuk-tusuk (Prawirohardjo, 1994). Menurut Wiknjosastro (2007), disminore adalah nyeri di perut bawah, menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari sebelum dan sesudah dan selama menstruasi. Disminore dibagi menjadi 2 yaitu disminore primer dan disminore sekunder. 2. Dismenore primer Disminore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat genital yang nyata, atau tidak ada hubungan dengan kelainan genekologik dan merupakan suatu ciri-ciri siklus ovulasi dan biasanya timbul setelah 12 bulan atau lebih setelah menarche. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersamasama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam, walaupun dalam beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah seperti kejang yang biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.Bersamaan dengan rasa nyeri dapat di jumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya ( Prawirohardjo).

3. Faktor Penyebab Penyebab pasti dismenore primer tidak diketahui. Estrogen, hormon yang diproduksi ovarium, merangsang pelepasan prostaglandin oleh rahim.

Prostaglandin adalah zat kimia yang sangat mirip dengan hormon. Zat tersebut dikeluarkan dalam jumlah sangat kecil oleh berbagai organ dalam tubuh dan memiliki kisaran efek yang cukup berarti tehdap organ-organ lokal. Tingginya pelepasan prostaglandin menyebabkan tingginya kontraksi uterus yang pada gilirannya mengakibatkan disminore (Ramaiah, 2006). Menurut Misaroh & Proverawati (2009), Penyebab psti disminore primer hingga kini belum diketahui secara pasti (idiopatik), namun beberpa faktor yang mendukung sebagai pemicu terjadinya nyeri menstruasi, diantaranya: 1. Faktor psikis Remaja dan ibu-ibu yang emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri menstruasi. 2. Faktor endokrin Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim (uterus) yang berlebihan. 3. Faktor prostaglandin Teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena peningkatan produksi prostaglandin (oleh dinding rahim) saat menstruasi. Anggapan ini mendasari pengobatan dengan antiprostaglandin untuk meredakan menstruasi. Menurut Prawirohardjo (1999), faktof-faktor yang memegang peranan sebagai penyebab disminore primer antara lain: a. Faktor kejiwaan Remaja yang secara emosional tidak stabil, apabila jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah ttmbul disminore. b. Faktor Konsistusi Faktir konsistusi ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat menimbulkan disminore. c. Faktor obstruksi Kanalis Serfikalis Teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya disminore primer ialah stenosis kamalis Servikalis, mioma submukosum atau polip endometrium nyeri

dapat menyebabkan disminore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut. d. Faktor endokrin Kejang yang terjadi pada disminore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot usus. Clitheroe dan Pickles menyatakan bahwa karena endometriumdalam fase sekresi memproduksi prostaglandin yang brlebihan dilepaskan kedalam peredaran darah, maka selain disminore, dijumpai pula efek umum seperti diare, neusea, dan muntah. e. Faktor Alergi Faktor alergi ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara disminore dengan urtikaria, migraine, atau asma bronkhiale. 4. Faktor resiko Menurut Bare & Smeltzer (2002), faktor resiko terjadinya disminore primer adalah: 1. Menarche pada usia lebih awal Menrche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi. 2. Belum pernah hamil dan melahirkan Wanita yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan saraf yang menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang. 3. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari) Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi menimbulkan adanya kontraksi uterus, terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi, dan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan . Produksi prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang turus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus trhenti dan terjadi disminore. 4. Umur Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim bertabah lebar, sehingga pada usia tua kejadian disminore jarang ditemukan.

Menurut Medicastore (2004), wanita yang mempunyai resiko menderita disminore primer adalah: a. Mengkomsumsi alkohol Alkohol merupakan racun bagi tubuh kita, dan hati bertanggungjawab terhadap penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya komsumsi alkoholyang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh, akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada pelvis b. Perokok Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan meningkatkan lamanya disminore. c. Tidak pernah berolah raga Kejadian disminore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selam menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri. d. Stres Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan disminore. 5. Patofisiologi Dismenore adalah nyeri yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau penyakit panggul. Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan suatu prostaglandin, prostaglandin F2a, dari sel-sel endometrium uterus. Prostaglandin F2a adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometriumdan kontraksi pembuluh darah uterus, hal ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat. Nyeri hebat tersebut dapat teratasi dengan inhibitor prostaglandin misalnya indometasin, dapat secara efektif mengurangi kram. Inhibator prostaglandin harus digunakan pada saat tanda awal nyeri muncul, atau sebagian wanita pada tanda pertama pengeluaran (Corwin,2000). 6. Gejala klinis Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian bawah perut yang menyebar ke daerah pinggang, dan paha. Gejala terkait lainnya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau

perut terasa penuh, bahkan beberapa wanita mengalami nyeri sebslum menstruasi dimulai dan biasa berlangsung hingga beberapa hari (Wiknjosastro, 2007). 7. Pengukuran skala nyeri Menurut Perry & Potter (2005), nyeri bersifat individualistik dan karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri. Klien seringkali diminta untuk mendiskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau parah. Skala deskriptif merupkan alat pengukuran tingkat keprahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (verbal descriptor scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsi nyeri. Skala penilaian numerik (numerical rating scales, NRS), lebih di gunakan sebagai alat pendeskripsi kata Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Klasifikasi skala nyeri menurut Perry & Potter (2005) sebagai berikut:

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tidak nyeri Gambar 2.1 Skala Intensitas nyeri numerik 0-10

Sangat nyeri

Tidak Nyeri

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

Menderita

Sangat Menyiksa Menderita

Gambar 2.2 Skala intesutas nyeri deskriptif sederhana

Tidak Nyeri

Nyeri Tak Tertahankan

Gambar 2.3 Skala intensitas nyeri analog visual( VAS) 8. Penataklasanaan a. Penatalaksanaan secara farmakologis Menurut Prawirohardjo (1999), penanganan disminore primer adalah: 1) Penanganan dan nasehat Penderita perlu dijelskan bahwa disminore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan, hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Salah satu informasi yang perlu dibicarakan yaitu mengenai makanan sehat,

istrahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna, serta psikoterapi. 2) Pemberian obat analgesik Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik, jika rasa nyeri hebat diperlukan istrhat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderita. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preprat kombinasi aspirin, fansetin, dan kafein. Obat-obatan paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophendan sebagainya. 3) Terapi hormonal Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer atau untuk memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. 4) Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin Endometasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Pengobatan dapat diberikan sebelum haid mulai satu sampai tiga hari sebelum haid dan dapat hari pertama haid.

5) Dilatasi kanalis servikalis Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringanan karena dapat memudahkan pengeluaran darah dengan haid dan prostaglandin

didalamnya. Neurektomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik pada diligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lainnya gagal. Menurut Bare & Smeltzer (2001), penanganan nyeri yang dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan menghambat produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitive terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti inflamasi nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen. b. Penatalaksanaan secara nonfarmakologis Terapi non farmakologis yang dapat digunakan sebagai alternative pilihan dalam pengobatan diminore primer adalah: 1) Kompres hangat Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan mempergunakan buli-buli panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry & Potter,(2005). Menurut Bare & Smeltzer (2001), komprea hangat mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Menurut Bobak (2005), kompres hangat berfungsi untuk mengatasi atau mengurangi nyeri, dimana panas dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan vasokongestipelvis.

Menurut Price & Wilson (2005), kompres hangat sebagai metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat di salurkan melalui konduksi (botol air panas). Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan dapat meningkatkan aliran darah Kompres hangat adalah metode yang digunakan untuk meredakan nyeri dengan cara menggunakan buli-buli yang diisi dengan air panas yang ditempelkan pada sisi perut kiri dan kanan. 2) Olah raga Olah raga secara teratur dapat menimbulkan aliran darah sirkulasi darah pada otot rahim menjadi lancar sehingga dapat mengurangi rasa nyeri saat menstruasi. Pelepasan endorfin alami dapat meningkat dengan olh raga teratur yang akan menekan pelepasan prostaglandin, selain itu mampu menguatkan kadar beta endorfin yaitu suatu zat kimia otak yang berfungsi meredakan rasa sakit (Sadoso, 1998). 3) Berhenti merokok dan mengkomsumsi alkohol Kebiasaan-kebiasaan buruk ini, mempunyai efek negatif terhadap tubuh manusia, pada oerokok berat dapat meningkatkan durasi terjadinya disminore, hal ini berkaitan dengan peningkatan volume dan durasi perdarahan selama menstruas. Dengan menghindari dan menghilangkan kebiasaan tersebut, diharapkan efek negatif dapat dihilangkan sehingga disminore tidak terjadi (Medicastore,2004). 4) Pengaturan diet Cara mengurangi dan mencegah rasa nyeri saat menstruasi, dianjurkan mengkomsumsi makanan yang banyak mengandum kalsium dan makanan segar, seperti sayuran, buah-buahan, ikan, daging, dan makanan yang mengandung vitamin B6 karena berguna untuk metabolisme estrogen (Medicastore, 2004). Menurut Bare & Smeltzer (2001) penanganan nyeri secara

nonfarmakologis terdiri dari: 1) Masase kutaneus Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.

2) Terapi panas Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurungkan nyeri dengan memprcepat penyembuhan. 3) Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton ( TENS) TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nesiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstramisikan nyeri. TENS menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang di pasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri. 4) Distraksi Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan nyeri, contoh: menyanyi, brdoa, menceritakan gambar atau foto denaga kertas, mendengar musik dan bermain satu permainan. 5) Relaksasi Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan, contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan. 6) Imajinasi Imajinasi merupakan jhayalan atau membayangkan hal yang lebih baik khususnya dari rasa nyeri yang dirasakan. C. Kompres Hangat 1. Pengertian Kompres adalah memberikan rasa aman pada pasien dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan (Kusyati, Eni dkk, 2005 ). Menurut Gabriel (1996), kompres dapat diberikan dalam keadaan kering atau basah dan dingin atau hangat.Kompres menggunakan media panas, uap panas, lumpur panas, handuk panas, electric pads dan lainlain.Dari beberapa media tersebut, kantong air panas atau botol berisi air panas merupakan cara yang sangat efisien dalam pengobatan nyeri. 2. Manfaat efek panas Panas digunakan secara luas dalam pengobatan karena memiliki efek dan manfaat yang besar. Adapun manfaat efek panas adalah (Gabriael, 1996): A. Efek fisik

Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segalah arah. B. Efek kimia Sesuai dengan Van Hoff bahwa rata-rata kecepatan reaksi kimia didalam tubuh tergantunag pada temperatur. Menurunnya reaksi kimia tubuh sering dengan menurunnya temperatur tubuh. Permeabilitas membran sel akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. C. Efek Biologis Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler.Respon dari panas inilah yang digunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi dalam tubuh. 3. Mekanisme Kerja Panas Energi panas yang hilang atau masuk kedalam tubuh melalui kulit dengan empat cara yaitu: secara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Prinsip kerja kompres hangat dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari buli-buli panas ke dalam perut yang akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita disminore primer, karena pada wanita yang disminore ini mengalami kontraksi uterus dan kontraksi otot polos (Gabriel, 1996). Menurut Perry & Potter (2005), Kompres hangat dilakukan dengan memprgunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang.

D. Kerangka Teori

Menstruasi

Faktor penyebab : Kejiwaan Kontitusi Obstruksi kanalis servikalis Endokrim Alergi

Pelepasan Prostaglandin

-

Faktor resiko Disminore Penatalaksanaan Non Farmakologi Menarche pada usia lebih awal Lamamenstruasi lebih awal Belum pernah hamil dan melahirkan Umur Mengkomsumsi alkohol Perkok Tidak pernah olahraga Stres

PPPPPPPPPPP

1. Kompres hangat 2. Olahraga 3. Berhenti merokok dan tidak mengkomsums i alkohol 4. Pengaturan diet 5. Masase kutaneus 6. TENS 7. Distraksi 8. Relaksasi 9. Imajinasi

-

Perubahan Itensitas Nyeri

Gambar 2.4 Sumber : Bare & Smeltzer, 2002 Keterangan : = Diteliti = =Tidak Diteliti

E. Kerangka Konsep

Variabel Independen Kompres Hangat

Variabel Dependen Disminore

Variabel PenggangguBelum pernah hamil dan melahirkan Umur Mengkomsumsi alkohol Perokok Tidak pernah berilah raga

F. Variabel Pnilitian 1. Variabel Independen (variabel bebas) Variabel dalam penilitian ini adalah kompres hangat 2. Variabel Dependen (variabel terikat) Variabel dalam penilitian ini adalah nyeri pada disminore

G. Hipotesa Penilitian Hipotesa penilitian ini adalah ada pengaruh kompres hangat terhadap disminore primer pada mahasiswi Semester VIII S1 Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Semarang