99
DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITA Oleh: Ajeng Nidar Ramanda 103070029077 Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAhl JAKARTA 2008

DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

  • Upload
    votram

  • View
    244

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK

TUNA GRAHITA

Oleh:

Ajeng Nidar Ramanda

103070029077

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAhl

JAKARTA

2008

Page 2: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHIADAP

ANAK TUNA GRAHITA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memperoleh syarat - syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

AJENG NIDAR RAMANDA

103070029077

Di Bawah Bimbingan

/ ebm .,gll 7 . . -

_,--- I

M.Si S. Evangeline l.S, M.si, Psi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008

Page 3: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

cripsi yang berjudul " DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA ~AHITA" telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Psikologi Universitas am Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Februari 2008. Skripsi ini ah diterima sebagai salah sat syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

De~an )tua Mera gFap Anggota

L--~

/ artati M.Si \5 938 \ .J

Pembimbing I

I

Jakarta, 6 Februari 2008

Sidang Munaqosah

Anggota,

Pembantu Dekan Sekertaris Merangkap Anggota

CA' Orn. Hj. Zah•~·." •• M.s;

NIP. 150 23E 773

M.Si

Penguji I

a Fadhilah Sural a M.Si. NIP. 150 215 283

Penguji II

A1 Dra. H". Zahrotun ihayah, M.Si

NIP. 150 38: 773

Page 4: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Sef\sil'i saja f\simu 6efajaruntuli.,6erputus asa maf\si af\sin menjatfi. Rg6iasaan.

( 'f/ince Lom6an[)

J[Ufup 6isa demi/i.,ian 6afragia rfafam /igter6atasan jif\si cfimali.,nai dengan

/igifi.fifasan 6erfi..rr6an untuli.,sesama.

( )'inarea Jfirata)

Page 5: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

'l(pti/ig, al{,u d'ifafiirlig,n al{,u 6ertanya pada

'l'uhan

"'l'uhan . .. mengapa al{,u difarirlig,n seperti ini?"

'l'uhan merljawa6 pertanyaanl{,u

"'l(prena /ig,u adafali anaf.,istimewa, ma/ig, a/{,u align mem61~ri padamu orang tua

yang istimewa"

S/{,ripsi ini aipersem6ali/ig,n untul{,para orangtua istimewa, yang tefafi mencurafilig,n

segafa fi.§tu(usan aan l{,asifi sayangnya 6agi anal{, - ana~.istimewa yang Jff{afi

titiplig,n.

Page 6: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

ABSTRAK

( C ) Ajeng Nidar Ramanda 103070029077

(A ) Fakultas Psikologi ( B ) ,Januari 2008

( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita ( E ) i+ 85 halaman ( F ) Setiap pasangan suami isteri mendambakan kehadiran anak dalam

keluarga. Orang tua terutama ibu mempunyai harapan tentang anak yang dikandungnya, ibu berharap agar anak dapat menjadi anak yang baik, cakap, pintar, membanggakan orang tua. Harapan yang ditunggu, rasa mendebarkan dan menyenangkan seketika hilang ketika mengetahui anak mengalami kekhususan sehingga menjadi hal yang sensitif bagi orang tua. Keh2diran anak tidak selalu mudah jika anak tersebut memiliki kekhususan. Banyak reaksi yang timbul pada orang tua, didahului oleh shock, sedih, marah, terguncang, rnenolak kondisi anak, dan merasa bersalah, hi'1gga akhirnya mereka dapat menyesuaikan diri dan menerima kondisi anak.

( G ) Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang dinarnika penerimaan ibu terhadap anal< tuna grahita dengan proses -proses penerimaan yang dilalui ibu.

( H ) Sampel dalam penelitian ini adalah tiga orang ibu yang memiliki anak tuna grahita dengan rentang usia antara 30 - 45 tahun.

( I ) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam peneliti dapat menggali lebih banyak ir,formasi dari responden.

( J ) Hasil penelitian ini adalah, tidal< mudah untuk mencapai tahap penyesuaian dan penerimaan terhadap anak. Setiap ibu memiliki kekhasan masing - masing dalam penerimaan diri, pada tahap primary phase ditemukan bahwa dua subjek mengalami tahap shock, semua subjek mengalami denial ( menolak mengenali kecacatan anak ), satu subjel< mengalami grief ( sedih ). Pada tahap secondary phase satu subjek mengalami ambivalence ( antara menerima dan menolak kondisi anak), semua subjek mengalami tahap guilt ( perasaan bersalah orang tua terhadap anaknya ). dua subjek mengalami anger ( perasaan marah pada diri sendiri ). Pada tahap tertiary phase satu subjf'k mengalami bergaining ( mengadakan perundingan agar anak dapat kembali seperti semula ), dua subjek mengalami adaptation and reorganization ( beradaptasi dengan keadaan yang membuat cemas ) dan dua subjek mengalami acceptance ( penerimaan ). Ada beberapa faktor yang dapat

Page 7: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

mempengaruhi kurangnya penerimaan diri ibu, diantaranya adalah diagnosis dokter yang menyatakan anak tuna grahita yang dirasa kurang memberikan empati kepada pasiennya;selain itu faktor ekonomi dan reaksi negatif dari masyarakat ataskeberadaan anak - anak berkebutuhan khusus, dengan demikian sangat dibutuhkan dukungan sosial dari masyarakat, khususnya keluarga, karena dukungan sosial juga mempunyai pengaruh dalam penerimaan ibu terhadap anak tuna grahita, pemberian makna yang positif pada anak akan menimbulkan reaksi yang positif pula dari ibu pada anaknya, sebaliknya, pemberian makna yang negatif akan menimbulkan reaksi yang negatif pula.

( K) 23 buku + 2 majalah ( 1979 - 2007)

Page 8: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan kasih sayong dan kekuatanNya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada tauladan umat

baginda Rasulullah Saw.

Penulis menyadari banyak sekali bantuan yang telah penulis terima datam penulisan skripsi

ini, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada

1. Dra. Hj. Netty Hartati. M.SI, Dekan Fakultas Psikologi, beserta seluruh jajaran

dekanat lainnya yang telah membantu kelancaran skripsi ini.

2. Para Dasen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

membimbing dan memberikan banyak ilmu bagi penulis.

3. Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi ( !bu Syariah, Bu Uus, Bu Sri, Pak Miftah Dan

lain - lain ), yang telah banyak membantu penulis dan memberikan motivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini, serta Stal Tata Usaha UIN Jakarta.

4. Pembantu Dekan II dan pembimbing I Dra. Zahrotun Nihayah "terima kasih Bu ... alas

saran dan masukannya"

5. S. Evangeline. l.S, M.SI, Psi, pembimbing II yang banyak meluangkan waktunya

untuk penulisan skripsi ini.

6. Untuk orang tua terhebat Bapak dan Mamah tercinta yang telah mencurahkan hidup

dengan peluhan keringat sehingga penulis bisa menyelasaikar skripsi ini, terima

kasih atas untaian doanya, karena doa Bapak dan Mamah merupakan suatu

kekuatan.

7. Kepada ketiga bintangku (Amar, Agin, Alika) yang selalu memberikan keceriaan

bagi penulis dan menjadi penyemangat bagi penulis untuk menjadi contoh yang baik.

Bual Agin terima kasih alas keistimewaannya, tan pa Agin judul ini belum tentu ada

dan karena Agin teteh banyak belajar.

Page 9: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

8. Yudi Rosdiana dan keluarga yang banyak meluangkan waktu untuk membantu

penulis dan mendegarkan segala keluh kesah.

9. Teman - teman angkatan 2003 khususnya kelas C \ Andin, Ina, Fanny, Nia, Litha,

Zora, Wulan, Ira, lryn, lka, Ayu dil ) atas canda tawa, pengertiannya pada segala

kekurangan yang penulis miliki, semoga pertemanan ini tidak berhenti sampai disini.

10. Teman - teman KKL Ml MP 2007 ( Jernih, Resti, Wiwi, Ai, Ira, Mis, Ari), akhirnya

kita sudah sampai pada tahap ini, semoga keberhasilan aknn menghampiri kita.

11. Para Orang tua pilihan yang istirnewa yang telah bersedia menjadi subjek, terima

kasih atas waktu yang telah ibu luangkan untuk kelancaran skripsi ini.

12. Keluarga besar KMF Kalacitra ( lyos, Sinden, Ridho, Yuni, Irma, Erna, Dina, Suri,

Agus, Zaky, Rifl<i ), yang telah memberikan persahabatan yang begitu indah.

13. Keluarga besar lkatan Mahasiswa Muhamadiyah ( JMM ), yang telah banyak

memberikan pengalaman dan ilmu.

14. Teman-teman kos (Zee, Mba Dani, K. Diar, Aci, Dika, K.Uci, Mb. Andri) yang telah

bersedia menjadi tempat curhat dan mengingatkan penulis dalam banyak hal.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap akan ada

karya-karya lain yang dapat penulis hasilkan. Amin

Jakarta, Fet>ruari 2008

Penulis

Page 10: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO

DAFTAR ISi

ABSTRAK.... .. ...... ... ... .. ....... .... .. .......... ........... ......... .......... ........ ii

KATA PENGANTAR.................................................................... V

DAFT AR ISi....................................... .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. Viii

BAB1 PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang ................................................................ 1

1.2. Pembatasan Masalah ..................................................... 7

1.3. Perumusan Masalah ....................................................... 10

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................ 10

1.5. Manfaat Penelitian .......................................................... 11

1.6. Sistematika Penulisan ..................................................... 12

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Penerimaan...................................................................... 14

2.1.1 . Pengertian Penerimaan.... ...... .. .. ..... ... .. .... .. .. .. .. .. ... 14

2.1.2. Penerimaan Dalam Islam ..................................... 17

2.2. Anak Tuna Grahita .......................................................... 20

2.2.1. Klasifikasi Tuna Grahita ........................................ 23

2.2.2. Faktor Penyebab Tuna Grahita ............................ 24

2.2.3. Karakteristik Anak Tuna Grahita ........................... 25

Page 11: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

2.3. Orang Tua Anak Luar Biasa ............................................ 30

2.4. Kerangka Berpikir ............................................................ 31

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ............................................................... 32

3.1.1. Pendekatan Penelitian .......................................... 32

3.1.2. Metode Penelitian ................................................. 33

3.2. Sampel Penelitian ............................. ............................. 34

3.2.1. Karakteristik Sampel ............................................. 34

3.2.2. Jumlah Sampel ..................................................... 34

3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel ................................ 35

3.3. Pengumpulan Data ......................................................... 35

3.3.1. Teknik Pengumpulan Data .................................... 35

3.3.2. lnstrumen Penelitian ........................ .................... 38

3.4. Teknik Analisa Data ........................................................ 38

BAB 4 ANALISA DATA

4.1. Analisis Subjek 1 ........................................ ..................... 40

4.1.1. Biodata Subjek ..................................................... 40

4.1.2. Biodata Anak ................................... ..................... 41

4.1.3. Gambaran Umum ................................................. 41

4.2. Analisis Kasus Subjek 2 .................................................. 53

4.2.1. Biodata Subjek ..................................................... 53

4.2.2. Biodata Anak ........................................................ 53

Page 12: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

4.2.3. Gambaran Umum Subjek 2 .................................. 54

4.2.4. Gambaran anak ....................... ............................. 56

4.3. Subjek 3 .......................................................................... 61

4.3.1. Biodata Subjek ..................................................... 61

4.3.2. Biodata Anak ........................................................ 62

4.3.3. Gambaran umum subjek 3 ................................... 62

4.3.4. Gambaran umum anak ......................................... 64

4 .4. Analisis Antar Kasus ....................................................... 68

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ..................................................................... 73

5.2. Diskusi .................... ......................................................... 78

5.3. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPI RAN

82

Page 13: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap manusia men~1inginkan kelak akan dapat berumah tangga,

membangun keluargEI, hidup berdampingan bersama pasangannya, dan

memiliki anak. Setiap keluarga mendambakan kehadiran anak sebagai

pemersatu suami-isteri, sebagai penerus generasi. Selain itu juga anak

merupakan buah hati yang mendatangkan kelengkapan di dalam keluarga,

dan dapat mempererat tali cinta suami istri. Tingkah !aku anak yang dapat

menjadi kebanggaan orang tua menjadikan kelahiran seorang anak menjadi

hal yang dinanti-nantikan bagi kebanyakan pasangan suami isteri. Hal ini

sama seperti yang diungkapkan oleh dr. Syaifudin Ali Akhmad dalam M.T

lndriati, 2007 bahwa setiap pasangan menginginkan segera memiliki anak

sebagai buah hati dan pengikat tali cinta mereka.

Harapan orang tua terhadap anaknya dimulai sejak mereka merencanakan

kehamilan. Masa kehamilan akan menjadi sesuatu yang ditunggu,

dipersiapkan sebaik-baiknya. Orang tua terutama seorang ibu mempunyai

harapan dan impian tentang anak yang dikandungnya. lbu berharap agar

Page 14: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

anaknya dapat menjadi anak yang baik, cakap, pintar, membanggakan orang

tua dan sebagainya, lahir ke dunia dalam keadaan yang sempurna, sehat

jasmani dan rohani tanpa kurang suatu apapun dan dapat berkembang

secara optimal menjadi pribadi yang baik, shaleh dan dapat berlaku optimal di

dalam masyarakat.

Persiapan awal kehamilan para ibu biasanya dimulai dengan mencari

informasi sebanyak-banyaknya sehingga dapat mencapai proses kelahiran

yang lancar, dan kesehatan yang diharapkan. Persiapan para calon ibu tidak

hanya secara fisik tetapi juga persiapan psikologis dimana orang tua sudah

memikirkan bagaimana mendidik anak, merencanakan pendidikan dan di

mana si anak akan sekolah, persiapan yang akan dilakukan untuk

mengembangkan potensi yang ada pada diri anak.

Hari demi hari dinantikan selama sembilan bulan, bayi akhirnya lahir ke alam

dunia nyata. Perasaan sakit, proses kelahiran yang di·asa berat, butuh

perjuangan, antara hidup dan mati terobati dengan kelahiran bayi. Semua

perasaan tidak menyenangkan untuk ibu dan ayah menjadi sesuatu yang

membahagiakan dan menjadi sebuah kabar yang harus disampaikan kepada

anggota keluarga yang lainnya.

Page 15: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

lbu <:kan terus memantau, memperhatikan apa yang anak tampilkan. Perilaku

anak yang ditampilkan mulai dibandingkan dengan anak-anak seusianya dan

yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal yang biasanya dibandingkan adalah

pada awal perkembangan anak, anak-anak sudah mulai dapat duduk,

berjalan dan memulai kata-kata pertamanya, seperti rremanggil "mama" atau

"ibu". Jika perkembangan yang nampak sesuai atau lebih dari pada

umumnya, maka orang tua akan merasa senang, bangga clan mendapat

pujian dari orang-orang sekitar.

Sebaliknya, orang tua akan merasa prihatin dan khawatir jika

perkembangannya tidak nampak seperti anak seusianya pada umumnya.

Perkembangan motorik ketika kanak-kanak pada usia 3 tahun anak-anak

masih suka akan gerakan sederhana seperti berjingkak-jingak, melompat.

Mereka bangga dapat berlari melewati suatu ruangan dan melompat

(John.W.Shantrok, 2002). Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas, dan

pem:h imajinasi (John.W.Shantrok, 2002). Dalam bukunya, Hurlock

mengemukakan bahwa perkembangan bahasa pada masa awal anak-anak

umumnya merupakan saat berkembang pesatnya penguasaan tugas pokok

dalam belajar berbicara, yaitu menambah kosa kata, menguasai pengucapan

kosa kata dengan menggabungkan kata-kata menjadi kalirnat (Elizabeth

B.Hurlock, 1980). Tugas perkembangan ini tidak ditemukan pada anak

berkebutuhan khusus. Perkembangan bahasa yang lebih lambat terjadi

Page 16: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

apabila anak tersebut memiliki kekhususan, karena perkembangan bahasa

sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognisi (Sotjihati, 2006)

Orang tua mulai menyadari bahwa perkembangan anaknya terlambat, tidak

seperti anak normal. Hal seperti ini menurut orang tua tidak wajar seperi

halnya anak-anak lain pada umumnya. Reaksi kegembiraan karena

kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga dapat berubah sebaliknya

di saat kenyataan yang dihadapi tidak sesuai dengan harapan awal orang tua

saat masih mengandung, yaitu melahirkan anak yang sehat seperti anak­

anak pada umumnya.

Rasa khawatir akan masa depan anal< dalam mengurus diri sendiri juga

dapat menjadi pikiran bagi orang tua, yang diKhawatirkan adalah siapa yang

akan mengurus anal< sepeninggalnya. Bayangan mengenai anak yang

optimal perkembangannya tidak terwujud, kenyataan yang terjadi malah

sebaliknya, hal ini dapat menyebabkan stress dan merupak.an hal yang

menyakitkan bagi orang tua.

Keterlambatan perkembangan anal< juga menjadi hal sensitif bagi orang tua.

Pernyataan seperti diagnosis yang menyatakan bahwa anak Mental

Retardation akan memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata, keterbatasan

komunikasi, keterbatasan merawat diri sendiri, serta minimnya kemampuan

Page 17: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

untuk berinteraksi dengan lingkungan, sehingga kehadiran anak tidak sealu

mudah jika anak tersebut memiliki kekhususan.

Kekhawatiran orang tua berdampak pada fisik, emosional, psikologis pada

orang tua khusunya bagi ibu, secara fisik menyebabkan ibu jatuh sakit,

sedangkan secara emosional orang tua akan mudah tersinggung, cepat

marah, menangis, dampak psikologis dapat berupa kecemasan akan masa

depan anak, depresi, malu dan merasa gagal sebagai orang tua sejak

mengetahui keadaan anak tidak sesuai seperti apa yang diharapkan. Hal ini

pernah dirasakan oleh F, seorang ibu yang anak bungsunya didiagnosis

down sundrome sejak bayi (sumber, Majalah Paras edisi 313).

Stigma atau pandangan terhadap anak berkekhususan dapat menjadi hal

yang memalukan bagi orang tua. Orang tua akan ber Jsaha menghindari

situasi yang dapat menimbulkan komentar mengenai kecac:atan anaknya. Hal

ini disebabkan karena lingkungan sosial seolah menekan seseorang untuk

bertindak di luar batas kemampuannya (psikologi klinis).

Banyak usaha yang dilakukan orang tua guna memulihkan kondisi anak,

diantaranya pergi ke dokter untuk menanyakan secara lan9sung masalah

yang dihadapi oleh anaknya sampai berkonsultasi dengan para ahli atau

orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Baik secara medis dengan

Page 18: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

mendatangi dokter atau psikolog, secara spirtual dengan mendatangi para

normal yang mungkin didasari atas saran dari masyarakat untuk melakukan

tindakan-tindakan yang dapat menyembuhkan anak yang clianggap berbeda,

dan juga mendatangi pengobatan alternatif. Usaha selalu orang tua lakukan

walaupun tidak mudah menerima anak yang didiagnosis tuna grahita.

Banyak reaksi dan perasaan yang dapat ditimbulkan orang tua yang memiliki

anak dengan kekhususan, diantaranya dapat berupa sedih, marah,

terguncang, menolak kondisi anak, sedih, merasa bersalah, dan pengandaian

seandainya keadaan tersebut tidak menimpa dirinya.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa ternyata ada beberapa orang tua

"sulit" menerima kondisi anak berkebutuhan khusus, pada umumnya orang

tua dengan anak kebutuhan khusus adalah merasa shock, setelah itu adanya

penyangkalan kondisi anak, duka cita, diikuti dengan depresi, antara

menerima dan menolak kondisi anak, merasa bersalah, merasa malu,

mengadakan perundingan sebelum akhirnya melewati tahap adaptasi dan

penerimaan.(Yoana Sari)

Sumber lain menyebutkan bahwa ada orang tua dengan keadaan anak

'cacat' merasa sulit untuk menerima keberadaan anak, bahkan setelah

bertahun- tahun berada ditengah keluarga, orang tua cenderung terus

Page 19: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

memaksakan kehendak untuk menyembuhkan anaknya, merasa bahwa

kondisi anak dapat pulih seperti semula, tidak jarang orang tuapun merasa

malu dengan kondisi 'kecacatan' anak sehingga anak cenderung

disembunyikan dari pandangan orang lain, hal ini dialami ol1:ih seorang wanita

penyandang polio di Bandung. (Yudi Dzulfadli, 2007)

Hal tersebut sama menurut teori yang diungkapkan oleh Gargiulo dan juga

J.P Chaplin. Orang tua juga akan merasa tidak puas terhadap dirinya sendiri,

terguncang dengan yang telah terjadi, menolak untuk mengenali kecacatan

yang terjadi pada anaknya sehingga orang tua menjadi tidak percaya diri

untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Dari pemaparan di alas, penulis merasa tertarik dengan bagaimana dinamika

penerimaan ibu terhadap anak tuna grahita.

1.2. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan ini, penulis hanya membatasi pada permasalahan pada:

1.2.1. Penerimaan

Proses penerimaan yang dijelaskan oleh Kubler Ross (dalam Gargiulo,

1985), berkaitan dengan reaksi atau respon orangtua terhadap objek, yang

dimaksudkan dalam objek disini adalah anak tuna grahita.

Page 20: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

1. Prima1y Phase

a. Shock, orang tua merasa terguncang dengan apa yang telah terjadi.

Timbul tingkah laku yang tiduk rasional dan perasaan tidak berdaya.

b. Denial, yaitu menolak mengenali kecatatan yang terjadi pada anaknya

dan beberapa orangtua mungkin melakukan rasionalisasi, dan mencari

penegasan dari para ahli.

c. Grief and Deppresion, merupakan reaksi yang alami, dimana orangtua

akan merasa sedih dan perasaan marah pada diri sendiri. Ditandai

dengan penarikan diri dari lingkungan.

2. Secondary Phase

a. Ambivalence, yaitu perasaan yang dirasakan orangtua yang saling

bertentangan antara menerima dan menolal< kondisi yang terjadi pada

anak.

b. Guilt, yaitu perasaan bersalah orangtua terhadap anaknya. Biasanya

untuk mengatasi perasaan bersalah terhadap anaknya, orangtua

berusaha membayar kesalahannya dengan mencari informasi

mengenai apa yang harus dilakukan seperti membawa anak berobat.

c. Anger, yaitu perasaan marah yang ditunjukkan pada diri sendiri dan

orang lain (displacement)

d. Shame and Embarassment, yaitu perasaan malu yang timbul saat

menghadapi lingkungan sosial.

Page 21: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

3. Tertiary Phase

a. Bergaining, yaitu strategi dimana orangtua mengadakan perundingan

dan perjanjian dengan pihak yang dapat mengembalikan anaknya

seperti semula.

b. Adaptation and Reorganization, yaitu reaksi orangtua untuk

beradaptasi dengan keadaan yang membuat cemas dan emosional

lainnya. Dan merasa nyaman dengan situasi yang ada.

c. Acceptance and Adjustment, yaitu proses dimana orangtua berusaha

untuk mengenali, memahami, dan menerima kondisi yang terjadi.

Kesadaran seseorang atas segala hal yang terdapat dalarn dirinya, baik

potensi yang positif maupun kekurangan diri, yang menimbulkan rasa senang

atas kepemilikan semua hal tersebut.

Penerimaan dalam Islam dapat meliputi tawakal yaitu berserah diri kepada

Allah yang ditinjau dari psikologi pengertian tawakal adalah mengandung

makna penerimaan diri sepenuhnya, kesabaran meiliki manfaat yang besar

dalam mendidik diri agar meningkatkan kemampuan manusia dalam

menanggung kesulitan, memperbarui tenaganya dalam mengadapi berbagai

problem dan beban kehidupan serta bencana dan cobaan rnasa.

Page 22: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

1.2.2. Tuna Grahita

Tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk anak den9an

keterbelakangan intelegensi. Klasifikasi anak tuna grahita menurut Binet

adalah (10=67-52) untuk taraf ringan, (10=51-36) untuk taraf sedang,

(10=<35) Untuk taraf berat. Sedangkan menurut Weschler (10=69-55) untuk

taraf ringan, (10=54-40) untuk taraf sedang, (10=<40) u11tuk taraf berat.

1.2.3. lbu

Adalah orang tua perempuan yang melahirkan dan yang membesarkan anak,

dalam penelitian ini penulis membatasi sampel pada tiga orang ibu yang

memiliki anak Tuna Grahita.

1.3. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana dinamika penerimaan ibu yang memiliki anak tuna grahita

2. Apa yang dirasakan ibu pada tahap pertama?

3. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penerimaan diri ibu?

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan tema di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk

mendapatkan dinami:<a penerimaan ibu terhadap anak tuna grahita.

Page 23: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara teoris adalah dapat dijadikan referensi dan

juga memberi kontribusi untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang

psikologi.

Secara praktis penelitian ini berguna diantaranya:

Untuk para orang tua diharapkan

Mendapatkan pengetahuan yang memadai dalam mengasuh anak

berkebutuhan khusus. lbu yang memiliki anak tuna grahita dapat membantu

penerimaan diri ibu-ibu yang lain. Untuk para ibu, agar dapat menerima

keadaan anak seutuhnya dan membiarkannya hidup seoptimal mungkin yaitu

dengan berusaha mengembangkan kemampuannya secara optimal, serta

dapat mencari sekolah luar biasa (SLB) yang tepat bagi anak, mengajaknya

bermain.

Untuk para keluarga diharapkan

Dapat memahami kondisi seorang ibu yang memiliki anak tuna grahita

sehingga mendapatkan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan.

Untuk saudara sekandung, dapat memahami kondisi saudara dan

membantunya mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan.

Tidak saling menyalahkan dan menerima anak dalam keluarga seutuhnya.

Page 24: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Untuk para pendidik diharapkan

Agar dapat memberikan cara belajar sesuai dengan kebutuhan anak.

Memberikan materi berdasarkan kemampuan yang dimiliki anak sehingga

dapat diperoleh hasil pembelajaran yang optimal di lingkungan formal.

Saling memberikan dukungan antara pihak sekolah dengan orang tua dengan

keadaan yang dialami oleh anak baik di rumah maupun di sekolah

Serta dapat bermanfaat bagi semua orang sebagai suatu ilmu yang tidak

akan pernah ada habisnya, agar nantinya penelitian ini dapat dikembangkan

lebih dalam dan lebih luas lagi sebagai suatu pembahasan yang real dan

menarik untuk diangkat.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman pada tulisan ini, maka penulis

men~·usunnya dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan

Yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah,

tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan

Page 25: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

BAB 2 Kajian Pustaka

Bagian ini terdiri dari teori - teori dari permasalahan ini, diantaranya

teori tentang penerimaan diri (self acceptance), dan tuna grahita

yang terdiri dari pengertian dan penjelasan.

BAB 3 Metode Penelitian

Bagian ini terdiri dari metode pengumpulan data, subjek penelitian

yang terbagi menjadi karakteristik dan jumlah subjek penelitian,

banyaknya alat Bantu pengumpulan data, prosedur pengumpulan

data dan yang terakhir adalah analisa data.

BAB 4 Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan memberikan gambaran umum masalah

dan hasil utama penelitian.

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi, Saran

Pada bab ini penu!is akan memberikan kesimpulan dari penelitian

yang telah penulis lakukan beserta diskusi dan saran.

Page 26: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

2.1. Penerimaan

BAB2

LANDASAN TEORI

2.1.1 Pengertian Penerimaan

Dalam kamus psikologi, acceptance atau penerimaan ditandai dengan sikap

positif, pengakuan atau penghargaan terhadap nilai - nilai individu, dengan

kata lain penerimaan dapat merupakan segala perilaku yang positif baik yang

ditujukan pada dirinya atau orang lain serta adanya pengakuan kelebihan

yang ada dalam diri sendiri maupun orang lain.

Berikut adalah proses penerimaan yang dijelaskan oleh Kubler Ross (dalam

Gargiulo, 1985). lbu dapat berada dalam satu tahap untuk waktu yang lebih

lama atau lebih cepat dibandingkan dengan orang tua lain, oleh karena itu

mereka tidak memberi patokan waktu dalam tiap tahapnya. Selain itu perlu

diingat bahwa dalam melewati proses penerimaan, setiap ibu memiliki

keunikan-keunikan tersendiri yang berkaitan dengan kepriclian mereka, ada

ibu yang tidak mengalami reaksi tertentu, clan langsung melompat pada

reaksi selanjutnya (Kubler Ross dalam Gargiulo, 1985)

Page 27: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

1 . Primary Phase

a. shock, orang tua merasa terguncang dengan apa yang telah terjadi.

Timbul tingkah laku yang tidak rasional dan perasaan tidak berdaya

ditandai dengan menangis terus menerus.

b. Denial, yaitu menolak mengenali kecacatan yang terjadi pada anaknya

dan beberapa orangtua mungkin melakukan rasionalisasi, dan mencari

penegasan dari para ahli.

c. Grief and Deppresion, merupakan reaksi yang alami, dimana orangtua

akan merasa sedih dan perasaan marah pada diri SE~ndiri, dengan

perasaan ini, ibu mengalami masa transisi dimana harapan masa lalu

mengena 'anak yang sempurna' disesuaikan dengan kenyataan yang

terjadi saat ini. Salah satu perilaku yang paling mun9kin muncul dalam

fase ini adalah penarkan diri dari lingkungan. Olhansky (dalam

Gargiulo, 1985).

2. Secondary Phase

a. Ambivalence, yaitu perasaan yang dirasakan orangtua yang saling

bertentangan antara menerima dan menolak kondisi yang terjadi pada

anak. Kondisi anak menyebabkan ibu lebih ekstra dalam mengasuh

anak, dengan adanya perasaan bersaah maka ibu membayarnya

dengan memberikan sebagian besar waktunya untuk anak. Sementara

itu penolakan pada ibu dapat terihat melalui sikap ibu yang menolak

Page 28: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

mengakui 'kelainan' anak. Selain itu ibu juga memiliki penilaian negatif

pada anak secara terus menerus (Gallagher dalam Gargiulo 1985)

b. Guilt, yaitu perasaan bersalah orangtua terl1adap anaknya karena

menganggap dialah yang menyebabkan 'kecacatan' anaknya.

Biasanya untuk mengatasi perasaan bersalah terhadap anaknya,

orangtua berusaha membayar kesalahannya dengan mencari

informasi mengenai apa yang harus dilakukan seperti membawa anak

berobat.

c. Anger, yaitu perasaan marah yang ditunjukkan pada diri sendiri dan

orang lain (displacement), seperti dokter, terapis, pasangan, atau anak

kandungnya.

d. Shame and Embarassment, yaitu perasaan malu yang timbul saat

menghadapi lingkungan sosial yang menolak, mengasihani, atau

mengejek ' kecacatan' anak. Sikap lingkungan yang terus menerus

seperti ini dapat menurunkan harga diri karena beberapa ibu

menganggap anak merupakan penerus dirinya.

3. Tertiary Phase

a. Bargaining, yaitu strategi dimana orangtua mengadakan perundingan

dan perjanjian dengan pihak yang dapat mengembalikan anaknya

seperti semula.

Page 29: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

b. Adaptation and Reorganization, yaitu reaksi orangtua untuk

beradaptasi dengan keadaan yang membuat cemas dan emosional

lainnya. Dan merasa nyaman dengan situasi yang ada dan

menunjukkan rasa percaya diri dalam kemampuan mereka merawat

dan mengasuh anak, sehingga membantu meningkatkan hubungan

antara ibu dengan anak. lbu mulai mampu bertanggung jawab atas

masalah anak.

c. Acceptance and Adjustment, yaitu proses dimana orangtua berusaha

untuk mengenali, memahami, dan menerima kondisi yang terjadi.

Namun tetap saja perasaan negatif yang sebelumnya perah terbentuk

tidak pernah hilang. Pada fase ini ibu menyadari bahwa dalam proses

penerimaan ibu tidak hanya menerima kondisi anaknya, namun juga

menerima diri sendiri.

2.1.2 Penerimaan Dalam Islam

a.Sabar

Islam mengajarkan hubungan dengan Allah dan manusia, ketika peran

tersebut mengalami hambatan maka individu tersebut harus dapat

menyesuaikan diri. Kenyataan hidup sehari-hari tidak selamanya

menyenangkan. Ada orang yang berhasil mencapai cita-citanya dan ada pula

yang gagal. Penyebab kegagalan itupun bermacam-macam pula. Terlebih

ketika Allah mengujinya dengan penyakit anak dan harta. Hal tersebut

Page 30: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

semata-mata untuk menguji keimanannya, seperti dalam firman Allah surat

Al-Kahfi ayat 46:

"Harta dan anak adalah perhiasan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal

lagi saleh ada/ah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta /ebih baik untuk

menjadi harapan".

Allah memerintahkan orang Islam agar menjadikan sabar clan shalat untuk

menolongnya. Seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 153:

"Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertofongan dengan sabar dan

sha/at, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang salat".

Dalam bukunya Dr. M. 'Utsman Najati mengungkapkan bahwa sabar memiliki

manfaat yang besar dalam mendidik diri, memperkuat kepribadian,

meningkatkan kemampuan manusia dalam menanggung kesulitan,

memberbaharui tenaganya dalam menghadapi berbagai problem dan beban

kehidupan serta bencana dan cobaan, dan membangkitkan kemampuannya

dalam melanjutkan perjuangan.

Page 31: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Seorang mukmin yang sabar tidaklah menjadi terlalu sedih sewaktu ia

tertimpa cobaan, ia tidak pernah menjadi lemah atau ambruk ketika tertimpa

bencana atau malapetaka. Allah telah menganjurkannya untuk bersabar dan

memberi tahu kepada hambaNya bahwa apa yang menimpanya dalam

kehidupan dunia ini tidak lain adalah cobaan dari Allah, agar la tahu siapakah

di antara manusia yang termasuk orang-orang sabar.

Sabar dapat menjauhkan perasaan cemas, gelisah, dan frustasi. Bahkan

sebaliknya akan membawa pada ketentraman batin. Ada yang mudah

tersinggung, cepat marah dan tidak dapat berpikiran jernih karena dia tidak

sabar. (Zakiah Daradjat, 2002)

b. Tawakal

Tawakal merupakan salah satu cara untuk meraih ketentraman batin. Apabila

pengertian tawakal ditinjau dari segi psikologis dapat dikatakan bahwa sikap

tawakal itu mengandung makna penerimaan diri sepenuhnya terhadap

kenyataan diri dan hasil usahanya sebagaimana adanya, atau dengan

perkataan lain mau dan mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, yang

selanjutnya menunjukkan bahwa kesehatan mentalnya cukup baik.

Page 32: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Orang yang tidak mau atau tidak mampu menerima dirinya sebagaimana

adanya, maka ia akan merasa tertekan, gelisah, cemas, dan lebih jauh

mungkin akan terserang gangguan jiwa. (Zakiah Daradjat, 2002)

Selain itu sebagai seorang muslim hendaknya ketika ditimpa musibah

menyerahkan semuanya kepada Allah, karena Allah tidak akan menguji

kaumnya sampai batas kemampuan dirinya dengan meyakini dan optimis

Allah pasti memberikan solusi dari permasalahan yang menimpa dirinya.

2.2. Anak Tuna Grahita

Dalam bukunya, Sutihaji Somantri menulis tuna grahita adalah istilah yang

digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di

bawah rata-rata atau kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata­

rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam

interaksi sosial. Anal< tuna grahita atau dikenal juga dengan istilah

keterbelakangan mental !<arena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan

dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara

klasikal. Oleh !<arena itu anak keterbelakangan mental membutuhkan layanan

pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak

terse but.

Page 33: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Tuna grahita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi dimana

perkembangan kecerdasan mengalami hambatan sehingga tidak mencapai

tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa karakte1·istik umum tuna

grahita yang dapat diketahui, yaitu :

1. Keterbatasan intelegensi

lntelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan

menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan

baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat

menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan­

kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tuna

grahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut. kapasitas belajar

anak tuna grahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan

berhitung, menulis dan membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya

cenderung tan pa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

2. Keterbatasan sosial

Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tuna grahita juga memiliki

kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu

mereka memerlukan bantuan. Anak tuna grahita cenderung berteman

dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua

sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan

Page 34: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga

mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tan pa memikirkan

akibatnya.

3. Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainya

Anak tuna grahita memerlukan lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada

situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila

mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya dari hari ke hari.

Anak tuna grahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas

dalam jangka waktu yang lama.

Anak tuna grahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka

bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan

(perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya.

Karena alasan itu mereka membutuhkan kata-kata konkret yang sering

didengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara

berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar

dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua, dan terakhir, perlu

menggunakan pendekatan yang konkret.

Selain itu, anak tuna grahita kurang mampu untuk mempertimbangkan

sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk, clan membedakan

Page 35: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

yang benar dan yang salah. lni semua karena kemampuanya terbatas

sehingga anak tuna grahita tidak dapat membayangka11 terlebih dahulu

konsekuensi dari suatu perbuatan.

2.2.1. Klasifikasi Tuna Grahita

IQ difemukan pada anak tuna grahita ringan, sedang, berat, anak tuna grahita

merniliki IQ sendiri-sendiri yang tidak bisa ditukar-tukar.

Tuna grahita ringan

Tuna grahita ringan disebut dengan moron atau debil. Kelompok ini rnemiliki

IQ antara 68 - 52 menurut Binet, sedangkan menurut skala Weschler (WISC)

rnemiliki IQ 69 - 55. Mereka mas.h dapat belajar membaca,. menulis, dan

berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak

keterbelakangan mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh

penghasilan untuk dirinya sendiri.

Tuna grahita sedang

Anak tuna grahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ

51-36 pada skala Binet dan 54-40 menurut skala Weschler (WISC). Anak

keterbelakangan mental sedang bisa mencapai perkembangan MA sampai

kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dididik mengurus diri sendiri, melindungi

Page 36: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya,

berlindung dari hujan dan sebagainya.

Tuna grahita berat

Kelompok anak tuna grahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini

dibedakan lagi antara anak tuna grahita berat dan sangat berat. Tuna grahita

berat (severa) memilik IQ antara 32-20 menurut skala Binet dan antara 39-25

menurut skala Weschler (WISC). Tuna grahita sangat berat (profound)

memiliki IQ dibawah 19 menurut skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut

skala Weschler (WISC). Kemampuan mental atau MA maksimal yang dapat

dicapai kurang dari tiga tahun. (Sutihaji Soemantri hal 106-108).

2.2.2. Faktor Penyebab Tuna Grahita

Sebab-sebab yang bersumber dari luar

1 . Keracunan sewaktu ibu hamil yang bisa menimbulkan kerusakan pada

plasma inti, misalnya karena penyakit sipilis atau kebanyakan minum

alkohol.

2. Kerusakan pada otak sewaktu kelahiran, misalnya lahir karena ala! bantu

atau pertolongan dan lahir prematur.

3. Panas yang terlalu tinggi, misalnya pernah sakit keras, typhus, cacar dan

sebagainya.

Page 37: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

4. Gangguan pada otak, misalnya ada tumor otak, anoxia, infeksi pada otak,

hydrocephalus.

5. Gangguan fisiologis, seperti mongolisme, cretinisme

6. pengaruh lingkungan dan kebudayaan

Sebab-sebab yang bersumber dari dalam

Yaitu sebab dari faktor keturunan. Sebab ini dapat berupa gangguan pada

plasma inti. Pada kondisi genetik kecacatan ditentukkan pada saat konsepsi.

Kecacatan dapat ditimbulkan karena ketidak normalan krornosom. Salah

satunya adalah peristiwa trisomy, di mana pada keadcian ini kromosom yang

ada pada individu tidak lagi berjumlah 46, tetapi 47. lndividu yang tergolong

dalam kategori Down's syndrome atau mongolism adalah al<ibat dari trisomy

tersebut. Selain adanya ketidaknormalan kromosom, kecacatan juga dapat

disebabkan oleh ketidaknormalan genetik. Yang termasuk dalam

ketidaknormalan genetik antara lain janin yang rusak karena gangguan

metabolisme karbohidrat. Gangguam metabolisme ini juga rnengakibatkan

kerusakan pada ginjal dan hati selain ketunagrahitaan pada anak. (Clarke,

1982)

2.2.3. Karakteristik Anak Tuna Grahita

Karakteristik anak retardasi mental "mild" (ringan) adalah mereka yang

mampu didik, bila dilihat dari segi pendidikan. Merekapun tidak

Page 38: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

nemperlihatkan keadaan fisik yang mencolok. Walaupun perkembangan

fisiknya sedikit agak lambat dari pada anak rata-rata. Mereka masih bisa

dididik di sekolah umum, namun membutuhkan perhatian khusus dan guru

khusus. Proses penyesuaian dirinya sedikit lebih rendah dari pada anak-anak

normal pada umumnya. Mereka kadang-kadang memperlihatkan rasa malu

atau pendiam. Beberapa keterampilan dapat mereka lakukan tanpa selalu

mendapat pengawasan, seperti keterampilan mengurus diri sendiri (mandi,

makan, berpakaian).

Karakteristik anak retardasi mental "moderate" (menengah) adalah mereka

yang digolongkan sebagai anak yang mampu latih, dimana mereka dapat

dilatih untuk beberapa keterampilan tertentu. Mereka menampakkan kelainan

fisik yang merupakan gejala bawaan. Mereka juga menampakkan adanya

gangguan pada fungsi bicara.

Karakterisrik anak retardasi mental "severe" adalah mereka yang

memperlihatkan banyak masalah. Oleh karena itu mereka membutuhkan

perlindungan hidup dan pengawasan yang teliti. Mereka membutuhkan

pelayanan dan pemeliharaan yang terus menerus, mereka tidak mampu

mengurus diri sendiri tanpa bantuan orang lain, mereka juga mengalami

gangguan bicara. Tanda-tanda kelainan fisik lainnya ialah lidah seringkali

menjulur keluar, bersamaan denga11 keluarnya air liur. Kepala sedikit lebih

Page 39: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

besar dari biasanya. Kondisi fisiknya lemah dan mereka hanya bisa dilatih

keterampilan khusus selama kondisi fisiknya memungkinkan (LPSP3 UI)

Payne & Patton (1981) mengemukakan beberapa hal tentang anal< tuna

grahita dilihat dari segi tingkah laku, sosial dan emosional, belajar, fisik dan

kesehatanya. Berikut ini adalah penjabarannya:

Karakter Tingkah Laku

1) Tuna Grahita Taraf Ringan

Menunjukkan sedikit penyimpangan tingkah laku adaptif dan fungsi

intelektual.

Keterbelakangan anak sering tak terditeksi sampai anal< mulai

masuk sekolah.

Mengalami kesulitan dalam bidang akademis yang sering berkaitan

dengan masalah perhatian (atensi), dan dapat muncul dalam satu

bidang studi (misalnya menbaca) atau pada semua bidang studi.

Tingkah laku yang tidal< pantas yang dilakukan oleh anal< dapat

disebabkan oleh ketidakmampuan anal< membedakkan tingkah laku

apa yang dapat diterima dan apa yang tidak dapat diterima.

Sebagian besar anak tuna grahita dapat bergaul dEmgan orang lain.

Walaupun kosa kata yang dimiliki terbatas, kemampuan bahasa dan

bicara cukup bail< untuk situasi umum.

Page 40: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

2) Tuna Grahita Taraf Sedang

Menunjukkan keterlambatan perkembangan kemampuan berjalan,

duduk dan bahasa.

Pada umumnya tidak mampu mempelajari bidang akademis seperti

berhitung, membaca, selain menghafal beberapa angka dan kata

sederhana.

Mampu mempelajari kegiatan merawat diri seperti membuka dan

memakai baju, makan, menjaga kebersihan diri dan kegiatan sehari­

hari yang dapat membuat mereka cukup mandiri.

Mampu belajar bersosialisasi dengan anggota keluarga dan tetangga

dekat.

Beberapa anak membutuhkan pengawasan dan dukungan ekonomi

selama hidupnya.

3) Tuna Grahita Tahap Berat dan Parah

Jika tidak ada intervensi selama masa prasekolah, individu akan

menunjukkan koordinasi motorik yang buruk.

Ketergantungan pada orang lain sangat tinggi.

lnteraksi dengan lingkungan sangat sedikit.

Pada anak tuna grahita yang parah, pengasuhan total dibutuhkan.

Respon yang ditunjukkan anak pada setiap rangsangan sangat kecil.

Page 41: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Pada anak tuna grahita yang berat, sebagian besar anak bisa sedikit

berkomunikasi, dapat dilatih merawat diri, tapi tidak untuk bidang

akademis.

Karakteristik Sosial dan Emosional

Anak tuna grahita mempunyai kebutuhan psikolugis, sosial dan emosional

yang sama dengan anak normal, antara lain anak butuh kasih sayang dan

diterima orang lain. Penerimaan dan kasih sayang dari orang lain berguna

bagi perkembangan psikososial anak.

Karakteristik Belajar

Dalam mempelajari materi yang abstrak dan kompleks, anak tuna grahita

tertinggal dari anak normal. Pada umumnya mereka tidak bisa bersaiang

dengan teman sebayanya yang normal. Keterlambatan anak terlihat dalam

kegiatan yang membutuhkan kemampuan pemahaman bacaan, mengikuti

petunjuk yang kompleks lainnya. Waktu yang dibutuhkan anak untuk

memperhatikan suatu stimulus lebih besar dari anak normal.

Karakteristik Fisik dan Kesehatan

Pada anak tuna grahita taraf ringan, kararteristik yang dimiliki anak tidak jauh

berbeda dari anak normal. Dalam hal pertumbuhan berat dan tinggi badan,

Page 42: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

anak tuna grahita mengalami keterlambatan dibandingkan dengan anak

normal. (Mosier dalam Payne & Patton, 1981 ).

2.3 Orang Tua Anak Luar Biasa

Saat-saat yang menyenangkan akan berubah menjadi kekHcewaan manakala

mengetahui anak memiliki kebutuhan khusus. Tahap pertama yang biasanya

muncul perasaan shock, mengalami goncangan batin, terkejut dan tidak

mempercayai kenyataan "kecacatan" yang diderita anaknya. Pada tahap ini

biasanya orang tua akan banyak mencari tahu mengenai keadaan anaknya

dan mencoba memperoleh diagnosa dari dokter maupun terapis yang bias

memberikan prognosis yang lebih positif. Tahap berikutnya mereka merasa

kecewa, sedih dan mungkin merasa marah ketika mereka mengetahui

realitas yang harus dihadapinya. Setelah itu perasaan tersebut diikuti dengan

penerimaan 'kecacatan' anaknya dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan

'kecacatan' tersebut. Namun demikian proses penerimaan ini akan memakan

waktu yang lama, selain itu juga mungkin akan berfluktuasi.

lbu merupakan tokoh yang sangat rentan terhadap masalah penyesuaian.

Hal ini dikarenakan mereka berperan langsung dalam kelahiran anak.

Pandangan yang terbentuk pada ayah ataupun ibu juga sering menyebabkan

Page 43: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

kesenjangan antara kegembiraan setelah masa penantian pada masa

kehamilan dengan realitas keadaan anaknya.

2.3. Kerangka Berpikir

Harapan ibu : • Mengandung dan sehat • Anak yang sempurna dalam fisiknya • Anak yang seha\ jasmani dan rohani • Anak dapat menjadi pribadi yang baik • Shaleh • Dapat berlaku optimal di masyarakat • Cerdas

• Shock • Denial (menolal<) • Grief & Deppression ( sedih & marah

pada diri sendiri)

Harapan vs Kenyataan : • Fisik yang sempurna vs fisik khas • Kecerdasan normal vs kurang • Tugas perkembangan optimal vs

lambat • Peka terhadap lingkungan vs tidak

dapat berkomunikasi

Karakteristik Anak : • penyimpan£1an tingkah laku

adaptif dan intelektual • fisik yang khas • kurangnya respon anak

Y Diagnosis Tuna GRahita

• Ambivalence (antara menerima & menolak kondisi yang terjadi pada anak)

• Guilt (perasaan bersalah orang tua)

• Mencari informasi • Anger • Same & Arnbarassment

(perasaan malu)

• Bergaining (strategi) • Adaptation & Reorganization • Acceptence & Adjustment

Page 44: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

BAB3

METODOLOGI PENELITIA.N

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, yaitu Self acceptance

(penerimaan diri ibu yang memiliki anak tuna grahita, maka pada bagian ini

peneliti akan merinci jenis penelitian, subjek penelitian teknik pengambilan

sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1. Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan Penelitian

PenP-litian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang pada dasarnya

memiliki tiga unsur utama. Pertama, data, bisa berasal dari bermacam

sumber; biasanya dari wawancara atau pengamatan, unsur kedua terdiri dari

prosedur analisis dan interpretasi yang digunakan untuk rnendapatkan

temuan atau teori, unsur ketiga adalah laporan tertulis dan lisan. (Anselm

Strauss & Juliet Corbin, 2003). Pendekatan kualitatif menghasilkan dan

mengolah data yang sifatnya deskkriptif seperti wawancara, observasi,

catatan lapangan dan lain sebagainya. (Poerwandari, 1998), serta data yang

terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan

pada angka. (Sugiyono, 2005). Pendekatan ini sering disebut dengan istilah

Page 45: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(natural setting), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen

kunci. (Sugiyono, 2005).

Dengan dasar penelitian kualitatif di atas, maka untuk mengetahui self­

acceptance (penerimaan diri) ibu yang memiliki anak tuna grahita diperlukan

data-data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi serta data yang

berasal dari berbagai sumber.

3.1.2. Metode Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tipe penelitian salah satunya adalah

studi kasus. Studi kasus atau penelitian kasus (case study) adaleh penelitian

tentang suatu subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik

atau khas dari keseluruhan personality (Maxfield dalam Nazir, 1999). Studi

kasus sangat bermanfaat ketika peneliti merasa perlu mernahami suatu

kasus spesifik, orang-orang tertentu, kelompok dengan karakteristik tertentu,

atau situasi unik secara mendalam dan dapat menggambarkan secara

lengkap berbagai gejala dan proses perilaku rnanusia serta peristiwa­

peristiwa khusus yang tidal< mudah dijelaskan melalui pendekatan kuantitatif.

(Patton dalam Poerwandari, 1998)

•)')

Page 46: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

3.2. Subjek Penelitian

3.2.1. Karakteristik Subjek

Subjek atau responden yang dilibatkan dalam penelitian ini memiliki

karakteristik sebagai berikut :

a. Subjek penelitian adalah ibu kandung yang anaknya didiagnosis tuna

grahita.

b. Berusia antara 30-45 tahun karena menurut Hurlock (2002) pada usia ini

adalah masa periode pertengahan dewasa, masa dimana seseorang

memperluas tanggung jawab sosial dan pribadi, membantu genererasi

selanjutnya menjadi generasi selanjutnya.

c. Subjek bertempat tinggal di Jakarta dan sekitarnya, hal ini agar peneliti

lebih mudah untuk melakukan koordinas

d. Pendidikan ibu minimal SD, dapat membaca dan menulis, kriteria ini

bertujuan agar subjek dapat mengerti dan memahami rnaksud pertanyaan

yang diajukan dan dapat memberikan jawaban yang jelas.

3.2.2. Jumlah Subjek

Jumlah subjek sangat bergantung pada apa yang ingin diketahui peneliti,

konteks saat itu apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan

waktu dan sumber daya yang tersedia (Poerwandari, 1998). Berdasarkan hal

diatas untuk mengetahui penerimaan diri ibu secara lebih mendalam

Page 47: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

disamping keterbatasan waktu dan responden yang terbatas, maka dalam

penetian ini ditetapkan jumlah subjek sebanyak 3 orang ibu.

3.2.3. Teknik Pengambilan Subjek.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Maksud purposive sampling yakni cara agar manusia,

latar dan kejadian tertentu (unik, khusus, aneh, nyeleneh) betul-betul

diupayakan terpilih untuk memberikan informasi penting. (Le Compte &

Preissle, 1993), pada penelitian ini subjek diambil sesuai dengan karakteristik

yang telah ditentukan.

3.3. Pengumpulan Data

3.3.1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan metode

observasi dan wawancara.

a. Observasi

Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau

fenomena yang ada pada objek penelitian.(Pandu Tika dkk, 2007)

Page 48: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Menurut Patton dalam Nasution (1988), dinyatakan bahwa manfaat observasi

adalah sebagai berikut:

a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami

konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh

pandangan yang holistik dan menyeluruh.

b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga

memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak

dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan

induktif menemukan kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c. Dengan observasi. Peneliti dapat melihat hal-hal yang l<urang atau tidak

diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalarn lingkungan itu,

karena telah dianggap "biasa" .

d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar

persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh garnbaran yang lebih

konferhensif.

e. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti memperoleh l<esan-kesan

pribadi dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

b. Wawancara

Wawancara adalah percal<apan dengan mal<sud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberil<an jawaban

Page 49: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara seperti yang

ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985), antara lain men~1konstruksi

mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

kepedulian.

Wawancara merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara merupakan

metode pengumpuan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan

sistematik dan berdasarkan pada masalah, tujuan dan hipotesis penelitian.

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi

berstruktur dengan sifat wawancara terbuka. Artinya pewawancara dan yang

diwawancarai sama-sama mengetahui tujuan wawancara, sering juga disebut

in-depth interview (Poerwandari 2005). Pada penelitian ini wawancara akan

dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (pedoman wawancara

terlampir)

Langkah-Langkah Wawancara

Lincoln and Cuba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah

dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian

kualitatif, yaitu:

Page 50: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

a) menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

b) menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan

pembicaraan

c) mengawali atau membuka alur wawancara

d) melangsungkan alur wawancara

e) mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya

f) menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

g) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

3.3.2. lnstrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang peneliti gunakan adalah berupa

pedoman wawancara, pedoman observasi, tape recorder. Pedoman

wawancara dan alat perekam (tape recorder) diperlukan untuk menunjang

jalannya wawancara agar sesuai dengan tujuan penelitian dan landasan

teoritis sehingga jawaban wawancara akan lebih terarah dengan apa yang

ingin diteliti.

3.4. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawncara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain.

Page 51: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Adapun prosedur dalam analisa data adalah sebagai berikut:

a. Membuat transkip wawancara secara verbatim dan membaca berulang-

ulang untuk menemukan makna dari jawaban responden.

b. Melakukan penelitian data yang relevan dengan pokok permasalahan.

c. Mengelompokkan data-data dengan memberikan kode-kode.

d. Melakukan interpretasi dengan analisa pencocokan pola lalu hasil analisa

dibandingkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

e. Membandingkan dan menganalisa hasil antar kasus

Page 52: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

BAB4

ANALISA DATA

Dalam bab ini akan menganalisis hasil wawancara dari ketiga subjek

penelitian, yang didapat dari lapangan penelitian. Adapun hasil penelitian

dapat dijabarkan dalam bentuk gambaran umum subjek, riwayat kasus,

analisa kasus, dan analisa perbandingan antar kasus.

Subjek yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 3 orang ibu yang telah

dipilih berdasarkan dengan kriteria yang ditetapkan sebelurnnya. Nama-nama

subjek dalam penelitiaan ini sengaja disamarkan untuk menjaga kerahasiaan

subjek penelitian dan sesuai dengan etika peneitian.

4.1. Analisis Subjek 1

4.1.1. Biodata Subjek

--·

Subjek 1 Suami ·-·---

lnisial A H

Usia 45 49

Pendidikan SMA STM '--

Pekerjaan IRT Karyawan Swasta

Agama Islam Islam

Page 53: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

4.1.2. Biodata Anak

lnisial

Jenis Kelamin

Usia

- Anak.

Riwayat Kesehatan

:D

: Laki-laki

: 15 tahun

: 2 dari 3 bersauadara

* Panas selama 2 hari

Pendidikan

* SLB C sejak usia 3 tahun hingga sekarang

* TK usia 3 tahun (hanya sebentar)

Kursus

* Berenang seminggu sekali di gor R

* Membaca dan menulis di SLB setiap hari set13lah jam sekola

usai

Diagnosis

4.1.3. Gambaran Umum

Subjek 1

: Tuna Grahita sedang ( 42 )

A adalah ibu dari tiga orang anak dengan postur tubuh gernuk dan tinggi

serta berkulit gelap. Profesi yang dijalani A adalah ibu rumah tangga namun

A mempunyai pekerjaan sampingan yaitu membuka kantin di SDLB tempat D

bersekolah, barang yang dijual dari mulai makanan sampai dengan mainan

Page 54: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

dan alat tulis. Aktivitas sampingan itu tidak mengganggu kegiatan ibu A

sebagai ibu rumah tangga yang memiliki anak tuna grahita. A masih bisa

menemani anaknya itu kesekolah dan ke tempat kursus berenang setiap satu

minggu sekali.

A sangat memperhatikan segala kebutuhan D dari mulai pakaian, makan

serta kebutuhan sekolah D dan berusaha untuk memenuhinya. A mengasuh

sendiri D sejak dari kecil.

A menikah pada usia 25 tahun, mengandung dan melahirkan pada usia 26

tahun. A mengandung dan melahirkan D pada usia 32 tahun. Saat itu A tidak

merencanakan kehamilan

Pada saat mengandung D, A mengalami kekhasan dalam pola makan yaitu,

A selalu mengkonsumsi mie ayam dengan saos hingga ke11tal, A menyadari

bahwa itu kurang baik untuk janin, namun A merasa tidak tahu harus

bagaimana lagi, karena A tidak dapat mengkonsumsi makanan apapun,

setiap makanan yang dikonsumsi akan kembali keluar (muntah) kecuali mie

ayam dengan saos kental dan air putih, ini berlangsung selama lima bulan

keamilan, janin tidak mengkonsumsi vitamin lainnya.

Page 55: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Saat proses kelahiran A mengalami rasa sakit yang berbeda dengan saat

melahirkan sebelumya. A merasakan sakit luar biasa di bagian bawah perut.

Subjek memperlihatkan antusiasme yang tinggi dalam menjawab pertanyaan,

ia sangat antusias dan ekspresif, jawaban yang diberikan lugas dan spontan.

Tidak ada hambatan yang berarti maupun catatan khusus selama wawancara

berlangsung.

Anak yang menyandang Tuna Grahita

O adalah laki-laki berumur 15 tahun, berbadan gemuk dengan warna kulit

agak gelap. la memiliki wajah khas, terlihat dari bentuk wajah yang bulat,

rnata yang sipit, mulut cenderung terbuka, letak gigi yang terletak tidak

beraturan, leher yang pendek, dan jari tangannya yang gemuk-gemuk dan

pendek serta garis tangan yang lurus dan berjumlah dua buah.

Dari perkembangannya diketahui bahwa D bisa berjalan pada usia 2 tahun 8

bulan tanpa melalui tahapan tengkurap, duduk dan meranokak dan dapat

mengucapkan satu kata pada usia 3 tahun 6 bulan. Dalam kemandirian, pada

usia sekarang ia sudah mampu melakukan beberapa hal seorang diri seperti

makan dan minum. Namun D masih membutuhkan bantuan saat mandi,

buang air besar dan buang air kecil. D jarang sakit, kalaupun sakit hanya

sakit ringan seperti flu.

Page 56: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Di rumah D memiliki kebiasaan main setrika-setrikaan, biasanya untuk

membuat D tenang, A memberikan setumpuk pakaian yan£J sudah dijemur

lalu diberikan kepada D agar membuat D anteng, jika sudah melihat banyak

tumpukan pakaian maka D akan senang dan duduk dengan tenang sambil

bermain.

Selain itu D juga senang meminum minuman yang dingin dan diberi es batu,

apabila es batu di dalam tekonya mencair maka D akan membuka lemari es

dan mengganti es batu yang sudah cair dengan yang masih beku, D juga

sangat senang mengkonsumsi makanan-makanan berminyak seperti

gorengan.

D bersekolah di SLB sejak usia 3 tahun. Sekarang D masih duduk di kelas 6

SD dengan usia 15 tahun karena D mengalami kesulitan dalam bidang

akademik seperti membaca dan menulis. Selain sekolah D juga diberi

pelajaran tambahan setelah jam sekolah berakhir clan ikut les renang

seminggu sekali. D tidak memiliki perilaku bermasalah yan9 berarti, malah ia

sangat menurut kepada ibunya, kecuali dengan ayahnya, karena menurut

pengakuan ibu A, sejak D pernah ditampar oleh ayahnya dikarenakan D tidak

mau dicukur, D menjadi kurang mau mendengar perintah ayahnya. Dalam

berhubungan dengan orang baru D masih agak sulit untuk beradaptasi dan

tidak langsung akrab, terkadang hal ini membuat A jengkel dan kesal karena

Page 57: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

seringkali D tidak mau diajak menumpang mobil teman ibu A yang kebetulan

searah dengan rumahnya.

Tahap Penerimaan

Menurut Gargiulo (1985) proses penerimaan diri berkaitan dengan reaksi dan

respon terdiri dari tiga tahap.

1. Primary Phase

A merasa terpukul ketika ia memperoleh keterangan bahwa anaknya

mengalami kelainan pada tahap pertama ini disebut dengan tahap shock

dimana ibu merasa terguncang dengan kondisi yang terjadi pada anaknya.

Pada saat itu A tidak bisa menerima keterangan dokter yang menurut A tidak

memberikan spirit kepada pasien, karena ibu A merasa justru disaat seperti

inilah seorang dokter sangat berperan untuk memberikan clukungan serta

memberikan informasi sebanyak-banyaknya bukan sebaliknya dan

penyampaian dokter yang kurang menyenangkan inilah yang dialami oleh ibu

A.

. ... Waktu pertama kali saya bawa ke dr. Kumiasih katanya "!bu, ini anaknya ada kelainan"aduh, rasanya ancur banget, kayaknya udah ga punya masa depan .... . . .. akhirnya saya bawa ke dokter lain, .karena ga ada spirit dari dokter, dari pertama kan dokternya ''ibu, anaknya down syndrome, ntar sekolahnya di SLB, nama dokternya dr.K", saya tuh putus asa ....

r··--1

I

Page 58: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Yang ibu A rasakan pada tahap denial adalah ibu A merasa berat dengan

kondisi D saat itu, ibu A menolak keadaan yang terjadi pacla anaknya, karena

yang terbayang kata-kata dokter yang mengatakan bahwa D down syndrome

dan akan sekolah di SLB tanpa memberikan tambahan informasi apapun

mengenai anak down syndrome, sehingga yang ada hanya pikiran buruk

dalam diri ibu A saat itu. lbu A juga merasa bahwa D sudah tidal< mempunyai

harapan dan masa depan layaknya anak-anak lainnya .

.... Ampe saya setiap abis sembahyang saya doain biar cepet mati, ya Allah ya Tuhan ... saya pengen cekek, udah pengen saya matiin ...

Setelah itu A juga mencari penegasan dari para ahli meng13nai apa yang

terjadi dengan anaknya .

. . .pertama kali saya bawa D ke dr.Kurniasih, di situ saya disuruh berobat ke rumah sakit besar, saya bawa ke rumah sakit Cipto periksa ke dr.Ketut, trus akhirnya setelah dari dr. Ketur saya bawa /agi ke Dokter Lili Sudarta."

Tahap grief yang dilalui oleh ibu A merupakan suatu reaks1 alami dimana

sebagai seorang ibu yang anaknya didiagnosis retardasi mental tentunya ibu

A merasakan kesedihan dengan kondisi anaknya yang tidak sesuai dengan

harapannya yaitu dapat berkembang secara optimal seperti anak-anak pada

umumnya .

... waktu dikasih tau pertama kali anak saya ada kelainan, uh ... sedih banget, itu kan yang ngasih tau Dr.Kurniasih ....

Sedih, ya Allah ...

Page 59: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

2. Secondary phase

Pada tahap ini A mengalami perasaan yang saling bertentangan antara

mencrima kondisi dengan dapat mengurus dan menjalani kehidupan dengan

keadaan D, pada tahap ambivalence ini ibu A merasa menolak karena tidak

sanggup dengan reaksi yang diberikan orang lain ketika A berjalan dengan D

ke tempat-tempat umum .

. . . Kala sekarang mah, ya udah /ah saya jalanin aja, tapi saya bener ga sanggup ka/o dijalan ada orang yang nyo/ek-nyo/ek ngasih tau temennya ... udah cape gitu ngurusin 0, ih ... ujiannya berat banget ...

lbu A masih terus berusaha agar kondisi anal< dapat membaik karena

perkembangan yang dialami oleh D adalah lambat sehing9a pada tahap guilt

karena ada rasa bersalah dalam diri ibu A akhirnya ibu A membawa D untuk

berobat ke dokter maupun para alternatif .

... emang salah saya kali ya .. .D kaya gini I setelah saya bawa ke mas agung yang di jembatan /ima, saya mau tau aja, katanya kan dia orang pinter, "emang nih anak udah dari sananya tapi umur 2 tahun /ebih bis a ja/an, ternyata bener, umur 2 tahun 3 bu/an D bisa jalan ...

Tahap anger juga dialami oleh ibu A saat menghadapai reaksi ingkungan,

ketika mendapatkan reaksi yang negatif ibu A langsung melampiaskan

kemarahan kepada orang yang memperlakukan D secara tidak baik hal itu

juga dikarenakan kepribadian ibu A yang terbuka terhadap apa yang

dirasakannya dan penyakit ibu A yaitu darah tinggi, karena menurut ibu A

kepalanya bisa sakit apabila menahan amarah, maka ibu I\ lebih memilih

untuk melampiaskan kekesalannya kepada orang lain.

Page 60: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

.. . Sa ya merasa berat kalo lagi diejek orang, di sekolah, di jalanan jadi berantem melu/u, saya orangnya panasan, kalo ga saya ungkapin saya ga bisa, saya kan punya darah tinggi, jadi kalo ga saya ungkapin saya bisa sakit kepala. Pernah saya pengen marah tapi masih anak kecil ga ngerti, anak-anak SD udah penuh mobil, eh D naek pada turun, saya kasian sama supirnya ya, akhirnya saya yang ngalah, saya sama D yang tu run ....

lbu A juga sering merasa marah dan tidak sabar sehingga meluapkan

kemarahannya pada orang yang menghina D karena ibu A merasa bukan hal

yang mudah menjalani kehidupan seperti ini dan hal ini bukan merupakan

keinginannya melainkan sudah pemberian dari Tuhan .

. . . saya ga sabar kalo harus ngadepin kaya gini, sekalipun sabar manusia ada batasnya ....

Selain itu, pada tahap shame and embrassement ibu A merasa malu dan

minder menghadapi lingkungan sosial karena :<ekhasan anak yang menonjol.

.. .Oulu saya sempet minder waktu D umur 4 tahun, malunya gimana ya punya anak gini, malu aja. Kala saya bawa ke undangan malu sama tetangga, waktu piknik dari kantor ayahnya tuh saya agak malu ...

Tidaklah mudah menerima keadaan anak, proses diatas dipengaruhi oleh

dukungan sosial, karena dukungan sosial merupakan kenyamanan,

perhatian, penghargaan atau bantuan yang diterima oleh individu dari orang

lain (Sarafino, 1994 ), dari hasil penelitian ibu A mendapatkan dukungan

sosial yang positif dan juga membangun motivasi hidupnya, diantaranya

adalah dari kakak yang juga membantu proses kelahirannya, menurut ibu A

kakaknya dapat memberikan dan diandalkan saat ibu A membutuhkan

Page 61: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

bantuan dan juga dukungan yang ibu A perlukan, hal ini sama seperti yang

diungkapkan oleh sarason 1997 , yang berpendapat bahwa dukungan sosial

merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan

saat individu membutuhkan bantuan .

. . . saya bilang ke kakak saya, "dokter mana yang bilang gitu?saya bi/ang "dokter Ketut'', akflimya dimaki- maki sama kakak saya ...

.. . kakak saya sih udah tau dari /ahir, Cuma ga sanggup ngasih tau ke saya, kakak saya udah punya firasat tapi biar saya tau dari dokter du/u ...

Dukungan lain juga ibu A dapatkan dari seorang dokter, dengan berkonsultasi

dengan dokter , ibu A memperoleh nasihat yang membesarkan hatinya

menjadi merasa lebih baik, .

.. . akhirnya saya minta konsu/ sama dia, sejam 200.000, ke Rawamangun kerumahnya saya konsu/, akhrnya saya masih agak mendingan ...

Sela in dukungan sosial yang positif, ibu A juga sering tidak mendapatkan

dukungan dari lingkungan sekitar, saat-saat seperti inilah yang juga dirasa

berat oleh ibu A karena menjadi bahan pembicaraan orang dalam hal yang

negatif .

. . . saya merasa be rat kalo /agi diejek orang, di sekolah, dija/anan, orang pake kerudungan, sekolah di MAN ada D nunjuk-nunjukin ke temennya, kan saya kese/ ...

Dukungan sosial juga tidak ibu A dapatkan dari keluarga suaminya terutama

mertua yang sampai sekarang tidak percaya karena menurut mertuanya ayah

D bisa bicara pada usia delapan tahun dan menganggap kondisi yang dialami

Page 62: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

D sarna dengan kondisi yang dialami oleh ayahnya dulu, s1:ihingga tidak perlu

ada yang dikhawatirkan .

. . . kalo dari mbahnya (pihak ayah) sampe sekarang ga percaya, du/u juga ayahnya umur 8 tahun baru bisa ngomong, ga usah kaget, jaman kan udah maju ...

Anak pertama ibu A juga memperlihatkan sikap yang tidak enak, kakak D

merasa malu memiliki adik seperti D karena D selalu dihina oleh teman-

temannya ketika masih kecil .

.. . kata teman-temen E, D ga bisa ngomong, ntar sekolahnya di SLB ...

Dengan suami ibu A mendapatkan dukungan dalam mengasuh anaknya,

meski suami (ayah) D pernah berlaku kasar terhadap D dengan menampar

D, namun suaminya sudah pasrah dengan keadaan D

.. . kata ayahnya, udah begini, ya mau gimana Jagi ...

Reaksi yang diterima oleh ibu A dari keluarga dan komunitas masyarakat di

alas dapat menimbulkan stress dapat menjadi pemicu timbulnya stress,

karena menu rut Sarafino (2001 ), sJmber stress terutama berasal dari diri

sendiri, keluarga, serta komunitas masyarakat.

Dukungan sosial juga merupakan suatu pemberian informasi atau nasihat,

seperti yang diungkapkan oleh Gootlieb (1983) dukungan sosial sebagai

bentuk tingkah laku dukungan sosial yaitu pemberian informasi verbal dan

Page 63: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

non verbal atau nasihat, dukungan sosial bertujuan untuk kesejahteraan

penerima.

lnformasi yang didapatkan ibu A berasal dari dokter yang menyampaikan

diagnosis juga menjadi pemicu timbulnya stress dan turunnya motivasi ibu A

dalam mengasuh anaknya bahkan terlintas untuk mengakhiri hidup anaknya

karena dalam bayangannya sudah tidak ada lagi masa depan untuk anaknya

sejak dokter mengatakan adanya 'kelainan' yang diderita oleh D .

. . . , ampe saya setiap abis sembahyang saya doain biar cepet mati, udah pengen saya cekek, udah pengen saya matiin ...

lbu A selanjutnya mendapatkan dukungan dari kakak yanfl melarangnya

melakukan tindakan tersebut karena hal tersebut bukan merupakan jalan

keluar yang baik untuk menyelesaikan permasalahannya clan

menyarankannya untuk membawanya ke dokter lain .

. . . akhirnya saya bawa lagi ke dokter Lili Sudarta, dia orangnya baik, di sana diterapi, diterangin ...

Dari faktor dukungan sosial yang didapat dari keluarga maupun lingkungan

dan penyampaian informasi yang ibu A dapatkan ketika mendapatkan

keterangan dari dokter yang memeriksa D , bukan suatu hal yang mudah bagi

ibu A untuk mencapai tahap ketiga dari reaksi emosional yaitu Tertiary Phase

Page 64: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Dari analisa kasus di atas tidak ditemukan indikator penerirnaan diri menurut

Roger yaitu kenyataan diri kita dan diri ideal kita sebagai seharusnya sangat

berbeda sekali, sangat mungkin akan merasa tidak bahagia dengan diri kita

sendiri. Dari analisis subjek 1 dapat disimpulkan bahwa ibu A masih merasa

malu dan tidak sanggup dengan reaksi yang ditimbulkan oleh lingkungan dan

merasa tidak ada banyak harapan yang didapat dari D kemudian hari, hal ini

juga dapat terlihat dari keinginan ibu A yang menginginkan D lebih dulu

meninggal dibandingkan dengan dirinya, karen::i ibu A merasa bahwa siapa

yang akan mengurus D kelak jika ibu A lebih dulu meninggal, jika D yang

lebih dulu meninggal maka ibu A akan lebih tenang karena ada yang

mengurus D hingga D meninggal.

... ka/o D ga ada yang diharepin deh, ka/o saya mengharapkan 0 yang duluan ma ti ketimbang saya ...

Pengetahuan ibu A yang juga masih kurang mengenai anak dengan

kebutuhan khusus menjadikan ibu A merasa berat dengan kondisi dan pola

pengasuhan selanjutnya.

lbu A juga pernah merasa kesabarannya habis ketika men~;ihadapi

lingkungan sosial yang memperlihatkan sikap yang tidak rnenyenangkan, hal

ini sangat berbeda dengan penerimaan dalam Islam yaitu sabar yang dengan

kata lain seseorang tidak menjadi lemah atau ambruk ketika tertimpa

Page 65: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

musibah yang merupakan suatu ujian yang diberikan oleh Allah kepada

hambaNya.

4.2. Analisis Kasus Subjek 2

4.2.1. Biodata Subjek

Subjek 2

!nisial R

Usia 33

Pendidikan SMA

Suami

N

40

SMA

Pekerjaan !RT Karyawan Swasta

Agama Islam Islam

4.2.2. Biodata Anak

lnisial

Jenis Kelamin

Usia

Anak

NA

Perempuan

: 7 tahun

: 2 dari 2 bersaudara

Riwayat Kesehatan : Tidak ada data mengenai riwayat kesehatan

anak

Pendidikan

* SDLB

* TPA usia 4 tahun (hanya sebentar)

Ku rs us

Diagnosis : Tuna Grahita sedang ( 48 )

Page 66: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

4.2.3. Gambaran Umum Subjek 2

R adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki 2 oran9 anak, anak

sulungnya adalah seorang laki-laki yang sekarang duduk di bangku kelas 6

SD.Postur tubuh R mungil dan berkulit sawo matang, R adalah orang yang

sangat supel dan mudah berkomunkasi dengan baik, selain itu R juga

seorang ibu yang sangat periang dengan temen-teman yang juga

mengantarkan anaknya di sekolah yang sama dengan tempat R

menyekolahkan anaknya. R sendiri yang mengantar N kesekolah dan

menungguinya hingga pulang, di sekolahlah R merasa mendapat banyak

informasi tentang bagaimana anak tuna grahita dan dimana saja pengobatan

alternatif dengan harga terjangkau, ibu R mendapat banyak teman yang

memiliki anak yang sama kondisinya dengan N.

lbu R sangat dekat dengan N dan sangat memperhatikan perkembangan

yang dialami oleh anaknya, R juga selalu berusaha untuk rnemenuhi segala

kebutuhan anakanya dari mulai kebutuhan pokok seperti makan, pakaian dan

kebersihan serta kebutuhan yang dapat menunjang perkembangan dan dapat

meningkatkan kemampuan serta bakat N yang saat 1ni sudah mulai terliat,

yaitu N suka menggambar dan ibu R sangat mendukung hobi positif anaknya

tersebut, semua kebutuhan N dipenuhi oleh ibu R selama masih dapat

dijangkau dengan keuangan rumah tangga demi anak perempuan satu­

satunya itu.

Page 67: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

R mengandung N pada usia 25 tahun, sebelumnya R tidak mempunyai

rencana untuk hamil anak ke 2, rencana R dengan suami adalah mempunyai

anak yang lahir pada saat tahun naga emas, karena menurt R tahun naga

emas adalah tahun yang baik, tetapi ternyata kehamilan R datang lebih cepat

dari yang direncanakan, hal ini disebabkan karena A telat meyuntik KB, tetapi

R tetap merasa senang dengan kehamilannya.

Pada kehamilan ke dua ini, R menjadi pribadi yang pendiam, tidak banyak

bicara dan malas berbicara dengan siapapun termasuk dengan suaminya,

menu rut R itu memang bawaan kehamilan, R juga merasa heran mengingat

dirinya adalah pribadi yang supel.

Saat usia kehamilan delapan bulan R pernah terpeleset dan kemudian

terjatuh, tetapi jatuhnya tidak parah sehingga kandungannyapun masih baik­

baik saja, namun dalam pikiran R sering terlintas, apa karena jatuh ini

penyebab N menjadi seperti sekarang. Rasa cemas yang dihadapi R adalah

takut menghadapi berapa banyak jahitan setelah mE.lahirkan, hanya itu yang

rnembuatnya takut.

Karena R adalah seorang yang supel dan mudah akrab, maka dalam

penelitian ini R sangat terbuka dengan hal-hal yang dialaminya, sehingga

wawancara dapat berjalan tanpa ada hambatan yang berarti.

Page 68: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

4.2.4. Gambaran anak

N adalah seorang anak berusia 7 tahun dengan postur tubuh kurus berambut

pendek dan bergigi ompong, wajah N tampak seperti anak-anak lain pada

umumnya tidak menampakkan bahwa ada yang berbeda pada diri N.

Dalam perkembangannya N mengalami telat bicara, sedangkan untuk

perkembangan yang lain seperti merangkak, duduk, berrjalan sesuai dengan

usia perkembangannya dan anak-anak lain pada umumnya.

Saat ini N duduk di kelas 1 SDLB 01 Lenteng Agung. N sudah dapat menulis

dan membaca walaupun belum terlalu lancar. N juga sangat suka

menggambar dan mewarnai. Kemampuan N dalam berkornunikasi masih

kurang mendukung hubungan sosialnya, karena N selalu sulit untuk mengerti

pembiaraan orang lain, namun begitu N tetap seorang anak yang senang

bermain dengan teman-temannya walaupun teman-teman N harus

menyesuaikan dengan kondisi N.

N juga senang membantu ibunya masak di dapur, sedikit-sedikit N juga

sudah mulai mengerti jika ibunya mau memulai untuk mernasak N sudah

mengeluarkan perabotan yang akan dipakai untuk memasak.

Page 69: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Tahapan penerimaan

Menurut Gargiulo (1985) proses penerimaan diri berkaitan dengan reaksi

respon terdiri dari tiga tahap, yaitu Primary phase, Secondary phase dan

Tertiary Phase, dari hasil penelitian reaksi respon lbu R adalah sebagai

berikut:

1. Primary phase

Pada tahap ini ibu R sempat bertanya dan menolak kecacatan anaknya

karena tidak menyangka dengan keadaan anaknya yang pada saat itu tidak

memberikan respon ketika namanya dipanggil dan kemudian mencari

penegasan dari para ahli, tahap ini disebut dengan denial.

.. .. kok anak saya kaya gini, ken a pa ga anak orang Jain gitu, kata dokter 'sabar aja bu .. ., mungkin telat bicara, akhirnya saya bawa lagi ke alternatif ...

Dari hasil wawancara, ibu R pada tahap ini hanya mengalami satu fase yaitu

Denial, ibu R tidak mengalami tahap shock karena ibu R mengenali sendiri

keterlambatan anaknya secara perlahan - lahan dan sudah mengira bahwa

ada masalah dalam perkembangan anaknya, ibu R juga tidak mengalami

grief and depretion karena rasa marah hanya ia tujukan pada dirinya bukan

pada orang lain .

. . .. saya marah sama diri saya sendiri, coba dulu ga jatoh, mungkin N ga kaya gini ...

Page 70: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

2. Secondary phase

Pada tahap guilt lbu R juga pernah merasa bersalah dengan kondisi anaknya

karena pernah terjatuh pada saat hamil, untuk mengobati perasaan

bersalahnya ibu R mencari informasi lewat membaca buku dan menonton

televisi dan memperaktekkan informasi yang dia baca dan lihat, salah satu

informasi yang ibu R dapatkan adalah dengan memberikan mainan yang

dapat mengasah motoriknya seperti bola, kemudian membawa N berobat

sesuai dengan informasi yang ibu R dapatkan .

. . .. ya, rasa bersa/ah sih ada, kayaknya gara - gara jatoh, tapi ya udah /ah sekarang sih saya baca-baca buku dan fiat di TV, oh ... harusnya begini, dipraktekan aja, sekarang juga saya bawa N berobat ke a/ternatif, itu juga saya tau dari ibu-ibu disini ...

lbu R juga pernah merasa marah pada dirinya sendiri dan berpikir kesalahan

apa yang telah dibuatnya dimasa lalu sehingga N seperti ini, pada tahap

anger ini kemarahan ibu R ditujukan pada diri sendiri.

... marah sih pada diri sendiri, /wk kaya gini?sa/ah saya apa? ...

Shame and embarassement yaitu perasaan malu pada saat menghadapi

lingkunganpun pernah dialami oleh ibu R

.. . minder, pernah juga sih, kalo /agi pergi ke acara ulang tahun kan ga bisa kita le pas gitu ...

lbu R merasa malu karena N tidak seperti anak-anak lainnya, yang apabila

mengikuti acara sesuai dengan prosedur acara, menurut ibu R, N suka

bertindak diluar aturan.

Page 71: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

3. Tertiary phase

lbu R yakin bahwa N akan ada perubahan ke arah yang lebih baik lagi dalam

perkembangannya, karena baru selama enam bulan N bersekolah, N sudah

banyak memperlihatkan perkembangan dalam bidang akaclemis, N sudah

mulai bisa membaca, menulis, clan mempunyai hobi menmiambar. Untuk

mengembalikan N dalam keadaan seperti anak-anak pada umumnya,

mempunyai kemampuan akademis yang lebih baik .

... saya sih yakin bisa, soalnya baru enam bu/an disekolahin udah banyak perubahannya, uo'ah bisa baca, bisa nu/is, meskipun ngasih taunya harus berulang-u/ang, tapi saya yakin ...

Maka pada tahap bergaining ini ibu R berstrategi mengaclakan perunclingan

dengan gun.; tentang apa saja yang dapat dilakukan untuk membuat

perkembangan N optimal.

.. . saya banyak nanya, ngobrol sama gurunya, N harus digimanain, terus kata gurunya, N harus diajarin buat /ebih mancfiri, dibimbing dan diawasi ....

Strategi ibu R adalah dengan mengajarkan kemandirian kepada N, contohnya

dengan membiasakan N mencuci piringnya sendiri dibawah bimbingan clan

pengawasaan ibu R, serta menaruh sesuatu pacla tempatnya, serta memberi

tahu clengan tegas apabila N tidak menurut.

Dari tahap bergaining diatas, lbu R telah dapat beradaptasi dengan keadaan

N, disinilah ibu R mulai mengalami suatu reaksi adaptation and

reorganization dimana ibu R beradaptasi dengan keadaan yang membuat ibu

Page 72: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

R cemas, dalam ha! lainnya berupa pengawasan yang dilakukan oleh ibu R

terhadap N jika N sedang bermain diluar rumah .

. . . saya ga mau kecolongan, pengawasan harus /ebih ketat lagi, meskipun dari jauh saya tetep ngawasin, sambil saya ngobrol ta pi mata saya ngi'<utin apa yang dilakukan dan kemana N jalan .. ..

Faktor ekonomi dan sosial mer.jadi pengaruh bagi penerimaan diri ibu dan

kondisi anaknya, keterbatasan ekonomi membuat orang tua sulit untuk

memenuhi kebutuhan tambahan bagi anaknya seperti mengajaknya ke terapi,

hal ini dialami oleh ibu R

... pengen ke sini (terapis), cuman ngeliat ehh ... uangnya pas banget, takutnya ga cukup buat sebu/an, terus denger-denger juga kalo berobat harus rutin, wah kita mikir /agi!kalo sekian, berapa lama lagi?Down lagi ...

Keterbatasan keuangan tidak kemudian akhirnya membuat ibu R berhenti

berusaha, meski tidak membawa N untuk terapi, namun ibu R tetap

membimbing N dengan bekal informasi yang ibu R dapatkan, dan

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh N

.. . kadang vitamin ini atau mainan ini bagus untuk anak begini saya beli, pokoknya apapun yang saya mampu beli saya beli, dia kan sukanya gambar, jadi saya sediain aja, kertas gambar sama kerayonnya, saya juga mau masukan N kursus apa .. . , ke/ebihannya kan gambar ...

!bu R terus berusahaha untuk mengenali apa yang ada dalam diri N,

diantaranya adalah kebiasaan N yang suka membantunya memasak di

dapur, sifat rajin N untuk berangkat ke sekolah dan juga hobi N menggambar

serta kebutuhan-kebutuhan pokok N seperti makanan apa yang boleh dan

Page 73: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

tidak boleh dikonsumsi oleh N dengan dukungan yang ia miliki dari suami dan

lingkungan yang dapat mengerti keberadaan N sehingga dengan kondisi N

seperti sekarang ini, sehingga pada tahap accetance ini ibu R dapat

memahami serta menerima kondisi yang terjadi.

.. .paling orang yang kita kenal biasa, lingkungan pad a tau semua sih ....

Kemampuan ibu R untuk memahami kondisi yang terjadi pada diri N serta

menyesuaikan dengan apa yang ada pada N ini sesuai dengan pengertian

pengertian tawakal ditinjau dari segi psikologis yakni penerimaan diri

sepenuhnya terhadap kenyataan diri dan hasil usahanya sebagaimana

adanya, mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri (Zakiah Daradjat,

2002).

4.3. Subjek 3

4.3.1. Biodata Subjek

-

Subjek 2 Suami

lnisial E J

Usia 39 47

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan IRT Karyawan Swasta

Agama Islam Islam

Page 74: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

4.3.2. Biodata Anak

lnisial

Jenis Kelarnin

Usia

Anak

JIW

Laki - laki

10 tahun

2 dari 2 bersaudara

Riwayat Kesehatan : Sakit kuning usia 1 minggu

Pendidikan

* SDLB

Kursus

Diagnosis : Tuna Grahita sedang ( 51 )

4.3.3. Gambaran umum subjek 3

E adalah seorang ibu dengan 2 orang anak. E berkulit sawo matang dan

berbadan kurus. E menjalani profesinya sebagai ibu rumah tangga dan

mengurus keluarga secara total. Kegiatan rutin setiap paginya adalah

mengantarkan anaknya yang sekolah di SDLB dan untuk rnenghilangkan

kejenuhannya menunggu dari pagi hingga siang hari ibu E membantu

temannya yang membuka kantin disekolah tanpa mau dibayar karena ibu E

benar-benar ingin membantu untuk menghilangkan kejenut1an bukan untuk

mencari uang.

Page 75: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

fv1eskipun anak keduanya mengalami 'kekhususan' ibu E tidak

menghilangkan perhatian kepada anak pertamanya karena anak pertamanya

sudah besar (saat ini berusia 18 tahun dan sudah kuliah di salah satu

universitas swasta di Jakarta), sehingga waktunya lebih banyak untuk anak

kedua karena masih butuh bantuan ibu E dari mulai makan, minum, memakai

baju, hingga bantuan di kamar mandi meskipun tidak sepenuhnya harus

dibantu .

lbu E mengandung anak kedua pada usia 26 tahun, kehamilan kedua ini

adalah kehamilan yang direncanakan, pada masa kehamilan ibu E tidak

mengalami hal-hal yang khas, semua berjalan normal seperti kehamilannya

yang pertama, bahkan pada kehamilan yang pertamalah ibu E sempat jatuh.

Pada saat kelahiran, bayinya tidak menangis seperti layaknya bayi-bayi yang

lain, hal ini sempat membuat ibu E bingung, tetapi karena saat itu keadaan

ibu E antara ambang sadar dan tidak ibu E tidak mengetahui dengan cara

apa bayinya dibuat menangis oleh dokter.

lbu E sangat terbuka dan tenang ketika menjawab pertanyaan, ekspresinya

seperti menerawang tanpa beban.

Page 76: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

4.3.4. Gambaran umum anak

J adalah seorang anak dengan wajah khas down syndrome, perawakannya

tinggi kurus dengan kulit sawo matang. J adalah anak pernalu dan

membutuhkan waktu berhari-hari untuk berinteraksi dengan orang yang baru

dikenalnya.

Dari perkembangannya diketahui J mengalami perkembangan yang lambat, J

dapat berjalan usia 4 tahun dan berbicara pada saat masuk sekolah. Dalam

kemampuan menolong diri sendiri, ia sudah bisa makan dan minum sendiri,

memakai baju dan celana tanpa kancing, buang air J masih dibantu.

J pernah bersekolah di TK selama 2 tahun, ini di.lakukan untuk melatih J

bersosialisasi dengan orang lain. Setiap sore J memiliki rutinitas yaitu

mengaji di masjid bersama teman-temannya yang lain, di 1·umah J adalah

seorang anak yang rapih dan mau membereskan mainannya ketempat

semula, bahkan J juga suka membantu ibunya menyapu.

Tahap Penerimaan

Menu rut Gargiulo (1985) proses penerimaan diri berkaitan dengan reaksi

respon terdiri dari tiga tahap, yaitu Primary phase, Secondary phase dan

Tertiary Phase, dari hasil penelitian reaksi respon lbu J adalah sebagai

berikut

Page 77: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

1. Primary Phase

Pada tahap pertama ini ibu J mengalami 2 reaksi emosional diantaranya

adalah pada tahap shock ibu J merasa kaget saat diberi tahu kondisi anaknya

yang baru lahir karena pada saat kehamilan ibu E tidak mendapatkan

informasi apapun mengenai kondisi anaknya .

... wal<.tu dil<.asih tau, ya ... l<.agetjuga .....

Setelah tahu kondisi anaknya, pada tahap denial ibu E merasa menolak apa

yang terjadi dengan anaknya dan merasa bahwa kandungan keduanya tidak

pernah bermasalah dibandingkan dengan kandungannya yang pertama,

menjadikan ibu E bertanya-bertanya apa penyebab kondisi anaknya seperti

ini

... hati ga terima, l<.ol<. l<.enapa begini? Yang pertama sering jatoh tapi ga apa-apa ....

2. Secondary Phase

lbu E merasa bersalah dengan kondisi yang dialami oleh anaknya dan

selanjutnya membawa anaknya berobat sesuai dengan informasi yang ia

dapatkan dari lingkungan sekitar, tahap ini disebut dengan tahap guilt dimana

ibu merasa bersalah dengan kondisi anak dan kemudian mencari informasi

dan membawa anaknya berobat.

.. . l<.enapa l<.ol<. saya nih buat salah apa?l<.enapa anal<. saya? al<.hirnya saya cariin terapi, saya bawa l<.esana l<.emari, umpama ada orang yang bilang 'disana ada ini, coba deh', saya coba l<.esana ...

Page 78: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

lbu E tidak marah terhadap dirinya dan orang lain,ibu E juga mengalami

tahap shame and embrassment yang pernah merasa minder dengan

keadaan J yang tidak sama dengan anak-anak lainnya .

. . . minder gitu ya, ngeliat anak orang kok sempurna yang sepantaran dia, /wk anak saya engga ...

3. Tertiary phase

Pada tahap adaptation dan reorganization ibu E sudah mulai dapat

menyesuaikan dengan kondisi J, dikarenakan J adalah seorang anak yang

jika sedang diberi tahu atau diajari oleh ibu E sulit untuk mengerti, butuh

kesabaran yang cukup besar dalam hal ini, karena ibu E harus mengulang

untuk memberi tahu J, namun saat ini ibu E merasa sudah terbiasa dengan

situasi seperti ini.

.. . J tuh kalo dikasih tau susah banget, ngertinya susah banget, tapi dengan keadaan kaya gitu udah biasa ...

Dukungan sosial yang ibu E dapatkan dari lingkungan keluarga juga sangat

positif, keluarga besar terutama suami sangat mendukung apapun yang ibu E

lakukan pada J selama itu positif dan untuk kebaikan perkembangan J

diantaranya membawa J terapi atau berobat ke alternatif seperti yang sering

dilakukan oleh ibu E .

. . .. ayahnya nerima, ma/ah dia yang lebih sabar dari saya, orang tua, keluarga, semuanya ngerti, istilahnya mereka mendukung kalo kita kemana-mana .. ..

Page 79: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Rasa sayang sang anak pertama yaitu kakak J pada J adalah suatu respon

positif yang menimbulkan makna yang positif bagi ibu E dengan kekhasan

yang dimiliki oleh J .

... kakaknya ga ada masalah, ma/ah sayang banget sama J ...

Reaksi yang diberikan masyarakat yang negatif terhadap "I pun ibu E hadapi

dengan senyum dengan tujuan agar dapat meredam kemarahannya .

. . . kalo ada yang kaya gitu saya sih diem, sambil ketawa biar amarahnya ga ke/uar .. ..

Masalah ekonomipun tidak menjadi penghalang bagi ibu E, karena pekerjaan

suaminya mencukupi untuk membawa J terapi, dan dari hasil penelitian tidak

ditemukan bahwa ibu E mengeluh dengan situasi ekonomi keluarga dalam

membesarkan J.

lbu E menganggap bahwa ini sudah takdir Tuhan, anak adalah titipan yang

Tuhan berikan dan harus dijaga dengan sebaik-baiknya, walaupun awalnya

sulit untuk menerima semua ini karena apa yang ibu E harapkan tentang

anak yang dapat berkembang dengan optimal berbeda dengan kenyataan

yang dihadapinya namun saat ini ibu E sudah memasrahkan semua kepada

Tuhan, karena siapapun tidak sebenarnya tidak menginginkan keadaan anak

seperti ini, semua ini adalah kuasa Tuhan, dan ibu E merasa harus menjaga

apa yang sudah Tuhan berikan termasuk anak apapun keadaannya, hal ini

Page 80: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

merupakan sebuah gambaran dari sikap sabar yang dihadirkan oleh ibu E

dalam dirinya .

. . . ya emang udah dari sananya kita dititipin anak seperti ini, udah nerima J kaya gini ...

Saat ini ibu E berusaha terus membawa dirinya pada rasa senang dan puas

dengan keadaannya dengan mengurus anak-anaknya yang ada saat ini

dengan sebaik - baiknya, hal ini sama dengan pengertian acceptance

menurut JP Chaplin, bahwa acceptance atau penerimaan adalah pengakuan

atau penghargaan terhadap nilai individu ditandai dengan :sikap yang positif

dengan kata lain merupakan segala perilaku yang positif baik yang ditujukan

pada dirinya atau orang lain .

. . .istilahnya seneng-seneng aja itu dah yang penting, dibuat biasa aja ...

4.4. Analisis Antar Kasus

Dari hasil analisis ketiga kasus diatas, dapat diketahui bahwa reaksi

emosional ibu berbeda, pada subjek I mengalami tahap reaksi pertama

(primary phase) yaitu, shock, denial, grief and depretion. F'ada tahap kedua

subjek I mengalami tahap reaksi emosional berupa guilt, anger, shame and

embarassment. Subjek 2 mengalami tahap reaksi emosional pertama

(primary phase) yaitu denial, tahap kedua (secondary phase) berupa guilt,

anger, shame and ambarassment, selanjutnya tahap ketiga (tertiary phase)

yang berupa bergaining, adaptation and reorganization, acceptance dan

Page 81: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

adjusment. Pada subjek 3 ditemukan reaksi emosional pertama (primary

phase) berupa shock, denial, tahap kedua yaitu (secondary phase) yaitu guilt,

shame and embarassment, selanjutnya tahap ketiga (tertiary phase) berupa

adaptation and reorganization, acceptance and adjusment.

Pada subjek 2 tidal< ditemukan shock seperti yang dialami oleh subjek I dan 3

karena subjek 2 mengenali sendiri kekhasan anaknya secara perlahan dan

sudah menduga bahwa ada kelainan yang terjadi pada anaknya. Subjek I

juga sudah menduga adanya hal berbeda yang dltimbulkan oleh anaknya,

namun penyampaian informasi tentang keadaan anaknya yang dirasa tidak

membangun membuatnya sangat terpukul dan putus asa, sedangkan pada

subjek 3 tidak pernah rnenduga sebelumnya sampai dokter memberikan

informasi kepada suaminya yan9 kemudian disampaikan pada subjek 3,

sehingga ada rasa kaget dan tidak menerima !<arena subjek 3 merasa

kandungannya tidak bermasalah.

Pada subjek I mengalami grief karena subjek I merasa keadaannya sudah

sulit, mengapa haru'3 diberi cobaan seperti ini, pada tahap ini subjek 2 dan 3

tidak merasakannya dikarenakan tingkat kekhasan yang dialami oleh anal<

subjek 2 lebih ringan dibandingkan dengan subjek I, sedangkan subjek 3

tidak terlalu mengalami kesulitan ekonomi.

Page 82: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Tahap ambivalence dialami oleh subjek I tetapi tidak dialarni oleh subjek 2

dan 3, subjek I merasa harus menjalani semua ini, tetapi tidak sanggup untuk

untuk menerima reaksi masyarakat yang kemudian merasa berat dengan

ujian ini, pada awalnya subjek 3pun sempat menolak keadaan anaknya,

namun saat ini subjek 3 sudah dapat menerima anaknya dan menganggap

bahwa anaknya adalah titipan Tuhan.

Pada tahap Anger, subjek I dan subjek 2 mengalaminya, subjek Ill tidak

mengalami Anger karena tidak perlu marah pada diri sendiri atau orang lain,

karena biar bagaimanapun, menrurt subjek 3 anak adalah titipan

bagaimanapun keadaannya, kalau anak tidak seperti yang diharapkan itu

bukan keinginan siapa-siapa melainkan sudah rencana dari Allah, jadi subjek

A tidak perlu marah.

Bukan hal yang mudah bagi subjek I untuk mencapai tahap ketiga (tertiary

phase), subjek 2 mengalami tahap dimana subjek 2 mengadakan

perundingan dengan pendidik untuk mengoptimalkan anaknya agar dapat

berkembang seperti anak-anak pada umumnya. Karena kurangnya dukungan

sosial dari masyarakat dan minimya informasi yang subjek I dapatkan.

Seringkali reaksi masyarakat tentang keberadaan anaknyc:1 membuat subjek I

merasa berat dengan pengasuhan terhadap anaknya. Kekhasan yang

ditimbulkan anak dapat menjadi pengaruh reaksi masyaralcat, secara fisik,

711

Page 83: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

anak subjek I dan 2 memiliki kekhasan fisik yang sama, yaitu wajah khas

down syndrome, hanya saja pada subjek I tidak dapat menahan amarahnya

ketika melihat reaksi masyarakat yang negatif, sehingga menimbulkan rasa

tidak sanggup dengan keadaan, berbeda dengan subjek 2 yang menghadapi

reaksi negatif tersebut dengan senyuman yang menurutnya dapat meredakan

amarah dan menjadikannya biasa dengan keadaan tersebut, sedangkan

subjek 2 anaknya tidak memiliki kekhasan fisik, sehingga reaksi yang

ditimbulkan masyarakat berbeda.

Page 84: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Tahap pe11erimaa11 I II . Iii

&:'5' •• 16.~ .... n~ Adaptation - Shock Gri11f am:! Shame and -- ' deniel ambivalence guilt anger embarassment bargaining and Acceptance p ~ - - reorganization

.

i.ibjek I

" " " " " " " - - -:>u A)

i.ibjek II

JIU R) - " - - " " " " " " I

i.ibjek ill

I i::lu E) " " - - " " - " "

I

Page 85: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

BAB5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Harapan bagi para ibu ketika mengandung adalah melahirkan anak dalam

keadaan sempurna, sehat jasmani maupun rohaninya serta dapat berlaku

optimal di dalam lingkungan keluarga dan juga masyarakat.

Kekhasan yang ditimbulkan pada anal< seperti penyimpanfian tingkah laku

adaptif dan intelektual apalagi ditandai dengan fisik yang khas membuat rasa

kecewa menyaksikan perkembangan anaknya tida sesuai dengan

perkembangan anak lain pada umumnya.

Diagnosis yang menyatakan bahwa anak menyandang tuna grahita

menjadikan sesuatu yang menggembirakan berubah menjadi kekecewaan

manakala orang tua mengetahui kondisi anak yang memiliki kebutuhan

khusus, hal itu sesuai dengan yang dinyatakan oleh Bernheimer, Young dan

Winton (1983, dalam Martin & Colbert, 1997) bahwa diagnosis yang

menyatakan anak menyandang kecacatan merupakan peristiwa yang

menyakitkan bagi orang tua. Hal ini dikarenakan harapan mengenai anak

Page 86: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

yang sempurna tidak terwujud, kenyataan yang terjadi malah sebaliknya,

anak mengalami keterlambatan perkembanngan, dan juga informasi tentang

pengasuhan selanjutnya yang menjadi kewajiban para ahli untuk

menyampaikan informasi tersebut tidak didapatkan oleh ibu, sehingga

menimbulkan rasa kecewa ibu kepada dokter yang menyampaikan informasi

rnengenai kondisi anak, hal ini j mengakibatkan perasaan shock dialami oleh

ibu. Tenaga dokter dan ahli memiliki tanggung jawab utama untuk

memberikan informasi orangtua dalam merespon terhadap berita 'kecacatan'

anak dan hal ini dapat dilakukan melalui langkah-langkah cliagnostik terhadap

anak. Proses pemberian informasi ini merupakan faktor utama yang

menentukan hasil konsultasi medis seperti rasa puas pasien yang merupakan

aspek afektif yaitu perasaan pasien bahwa tenaga tersebut tidak

mendendarkan, memahami dan tertarik. (Bart Smet 1994 ),

Reaksi emosional dari setiap ibu berbeda, setiap ibu memiliki kekhasan

masing-masing, reaksi umum yang terjadi adalah kaget (Schock), sedih,

menolak kondisi anak, sedih karena tidak mempercayai kenyataan yang

terjadi pada anaknya, sehingga menimbulkan perasaan marah pada diri

sendiri. Bukan hal yang mud8h untuk dapat menerima kondisi anak yang

pada awal kehamilan diharapkan menjadi anak yang tumbuh dengan normal,

kenyataan yang acla tidal< sesuai dengan harapan, karena harapan akan fisik

yang sempurna malah te1jadi sebaliknya, anak memiliki kekhasan fisik dan

Page 87: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

perkembangan yang lambat dibandingkan dengan anak-anak lain pada

umumnya.

Dengan kondisi anak berkebutuhan khusus biasanya orang tua banyak

mencari mencari informasi mengenai keadaan anaknya, orang tua mulai

membawa anaknya ke dokter, psikolog, terapis, bahkan sampai kepada

pengobatan alternatif, ini jiga dilakukan untuk menebus perasaan bersalah

pada kondisi yang dialami oleh anak. Antara menerima dan menolak kondisi

anak.

Setelah itu ibu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi anak sehingga diikuti

dengan penerimaan diri. Namun demikian proses ini tidak membutuhkan

waktu yang sedikit.

Berdasarkan hasil analisa ketiga subjek, dapat dilihat bahwa reaksi

emosional yang dihadapi para ibu berbeda-beda dan bukan suatu ha! yang

mudah bagi setiap ibu untuk memahami serta menerima keadaan anak

melihat dukungan keluarga dan lingkungan yang berasal dari komunitas

masyarakat yang merasa aneh dengan keberadaan anak-anak dengan

kebutuhan khusus.

Page 88: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Dari tiga responden, gambaran penerimaan ibu terhadap anak tuna grahita

adalah dari ketiga subjek, subjek ibu Adan ibu E mengalami Schak, pada

tahap ini, yang dirasakan ibu adalah kaget dan tidak percaya dengan kondisi

anak.

Ketiga subjek mengalami tahap denial dimana ibu menolak kondisi anak dan

akhirnya mendatangi para ahli untuk mencari penegasan rnengenai kondisi

anak, Penolakan terhadap kondisi anak juga dialami oleh ketiga subjek, ini

dapat disebabkan karena adanya persepsi dalam lingkungan tentang anak

yang sempurna yang dapat berlaku optimal di masyarakat, hal ini sesuai

dengan penelitian dari Lernbaga Sarana Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi 1998, yang menyatakan bahwa stereotipi kultural mengenai anak

yang ideal menyebabkan orangtua mengharapkan anaknya dapat berperan

seperti anak normal lainnya. Ketiga subjek juga mengalami guilt yaitu

perasaan bersalah orang tua dan untuk membayar rasa bersalahnya, ibu

mencari informasi dan membawa anaknya berobat .

Shame and embarassement juga dialami oleh ketiga subjek, pada tahap ini

ibu malu menghadapi lingkungan sosial, hal ini merupaka11 salah satu

pengelompokkan reaksi orang tua dengan anak kebutuhan khusus yang

diungkapkan oleh Telford dan Sawrey, 1984 yaitu perbedaan antara

keduanya adalah pada rasa malu orientasinya pada oran9 lain dan rasa

Page 89: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

bersalah pada diri sendiri, namun keduanya dapat menimbulkan kecemasan,

namun dari hasil penelitian ini, ketiga orang ibu merasa malu bukan karena

lingkungan sosial yang menolak, mengasihani, atau mengejek ' kecacatan'

anak melainkan karena perilaku yang dimunculkan anak atau kondisi anak

yang tidak sama dengan kondisi anak pada umumnya, ha! tidak sama seperti

yang diungkapkan ok~h Gargiulo 1985 bahwa perasaan ini muncul saat ibu

menghadapai lingkungan sosial yang menolak, mengasihani atau mengejek

'kecacatan' anak.

Akan menjadi suatu yang berat bagi para ibu ketika harus menghadapi

kenyataan bahwa anaknya mengalami kekhasan, mereka butuh waktu

berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk menerima kondisi

anak mereka, banyak hal yang harus mereka lewati dianta1·anya adalah

menyaksikan perkembangan anak mereka yang tidak sama seperti anak­

anak lain atau menghadapi reaksi negatif masyarakat den~1an keberadaan

anaknya.

Dari hasil penelitian ditemukan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

penerimaan diri ibu, diantaranya adalah dukungan sosial, masalah ekonomi,

label masyarakat terhadap anal< berkebutuhan khusus, hal ini sesuai yang di

ungkapkan oleh Lavelle dan Keogh (1980) bahwa faktor penyebab ini banyak

mernpengaruhi sikap dan pendekatan mereka terhadap anaknya, serta

Page 90: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

keaktifan orang tua dalam berpartisipasi dalam program pendidikan anak

selanjutnya.

Penyampaian informasi mengenai kondisi anak dari para rnedis

mempengaruhi kondisi emosional ibu, ini disebabkan karena tenaga ahli

dalam hal ini dokter hanya memberi tahukan diagnosis saja tanpa

mendapatkan penjelasan bagaimana pengasuhan selanjutnya. Menurut

Howard (1982, dalam Cartwight dan Cartwight 1984) hubungan antara dokter

dan orangtua kerap menjadi tegang karena yang memberitahukan kecacatan

anak adalah dokter. Oleh karenanya dokter harus berperan aktif dalam

membantu orangtua memperoleh bantuan profesional lanjutan. Dokter tidak

boleh hanya memberitahukan informasi medis saja, namun ia harus

memberikan rujukan dengan ahli lain agar ibu dapat meng13tahui langkah

pengasuhan berikutnya.

5.2. Diskusi

Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan

gambaran penerimaan diri dan tahap reaksi emosional yang dihadapi oleh

para ibu yang memiliki anak tuna grahita. Berdasarkan hasil analisis ketiga

subjek, tahap penerimaan dari setiap subjek bervariasi dan dipengaruhi faktor

Page 91: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

yang berbeda, faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan diri ibu antara

lain adalah perbedaan yang timbul antara harapan dan kenyataan.

Penerimaan ibu pada umumnya ketika anaknya didiagnosis tuna grahita

adalah perasaan shock, mengalami goncangan batin, terkejut. Pada tahap ini

biasanya orang tua akan mencari tahu lebih banyak mengenai kondisi

anaknya. Tahap selanjutnya orang tua akan merasa marah pada keadaan

yang dihadapinya, biasanya pada tahap ini orang tua akan merasa bersalah

dan menyangkal dari keadaan dirinya, orang tua juga merasa malu

menghadapi lingkungan dengan kondisi yang di alami oleh anaknya, hingga

akhirnya perasaan tersebut diikuti oleh penyesuaian ibu terhadap kondisi

anak dan menerima kondisi anak, namun demikian ini membutuhkan waktu

yang cukup lama.

Salah satu subjek melakukan perundingan agar anaknya kembali seperti

semula, dengan membimbimbing agar bisa menjadi lebih mandiri, karena

keyakinan untuk mejadikan perkembangan anak optimal sebagaimana anak­

anak pada umumny3, pendidikan bagi anak luar biasa melibatkan orang tua

misalnya melanjutkan latihan di rumah, serta membantu mempelajari

keterampilan baru yang dilatihkan.(LPSP3 Universitas Indonesia, 1998).

Pada subjek satu dan tiga tidak melalui tahap ini karena merasa bahwa anak

7()

Page 92: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

tuna grahita tidak bisa disembuhkan atau dikembalikan seperti anak - anak

"normal"

Dari hasil penelitian ditemukan pada subjek I belum mengalami sampai pada

tertiary phase, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang pemah dialami

oleh subjek I, diantaranya adalah reaksi dan lebel negatif masyarakat tentang

keberadaan anak tuna grahita yang dianggap sebagai suatu penyimpangan

dalam masyarakat menjadikan ibu merasa sulit terhadap keadaan anak,

menurut Irene F. Mongkar dalam majalah Paras edisi 46 mengatakan bahwa

kesendirian mereka (orang tua) sudah begitu berat, ditambah lagi dengan

lirikan, bisikan-bisikan dan pertanyaan yang hanya akan membuat hati orang

tua yang sudah hancur, serta kuatnya mitos 'kutukan' bagi anak-anak

berkebutuhan membuat terabaikannya pengkaryaan yang dapat dilakukan

oleh anak-ana!< dengan kebutuhan khusus.

Faktor lain yang menyebabkan subjek I belum mengalami tahap tertiary

phase karena kurangnya dukungan sosial dari masyarakat maupun keluarga.

Dukungan sosial berupa perhatian dan kepedulian yang ibu dapatkan dari

keluarga dan juga sikap lingkungan serta atau kerabat ju9a dapat

mempengaruhi penerimaan diri ibu terhadap kondisi yang terjadi terhadap

anaknya, karena reaksi yang negatif akan memicu ibu untuk memberikan

makna yang negatif pula sebaliknya reaksi yang positif maka akan memberi

Page 93: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

makr1a yang positif bagi ibu dengan anak yang memiliki kek.hasan, seperti

yang diungkapkan oleh house (dalam Yusuf 2004) bahwa salah satu dari

fungsi dukungan sosial adalah emotional suport yang meliputi pemberian

curahan k.asih sayang, perhatian dan kepedulian.

Dalam penelitian ditemukan bahwa ibu merasa anak dengan kebutuhan

khusus kurang dapat diharapkan di kemudian hari, anak memiliki harapan

tipis terhadap prestasi anak (Gallagher dalam Gargiulo 1985), ini juga

disebabkan karena kurangnya informasi serta edukasi orangtua mengenai

pengembangan bakat yang dapat dilakukan pada anak berkebutuhan

khusus, selalu ada kekhususan dibalik kebutuhan khusus, mereka pasti bisa

berkarya dan memberikan fungsi bagi kehidupan selama mereka dianggap

sebagai anak normal. Sayangnya, edukasi mengenai hal ini belum

menjangkau orangtua dan masyarakat sehingga masih banyak anak-anak

dengan kelainan fisik dan mental masih belum dikaryakan (Irene F. Mogkar

dalam majalah Paras edisi 46), pada penelitian ini ditemukan pencarian

informasi hanya sebatas kepada perkembangan anak agar lebih optimal

belum sampai kepada pencarian informasi mengenai pengembangan bakat

anak berkebutuhan khusus.

Salah satu penyebab ibu merasa berat dengan kondisi anak adalah faktor

ekonomi, karena dengan keterbatasan ekonomi maka ibu tidak dapat

Page 94: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

memberikan kebutuhan tarnbahan seperti membawa anak berkonsultasi ke

terapis, ha! ini sama seperti yang diungkapkan oleh Faber and Rykman

(dalam Asman and Elkins, 1994) yaitu ibu dengan tingkat sosial rendah

memiliki rnasalah yang cukup banyak dengan sedikit kemampuan untuk

mengatasinya sehingga sulit bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan

tambahan anak yang berkelainan. Dari hasil penelitian ha! ini ditemukan pada

subjek II yang merasa memiliki keterbatasan ekonomi sehingga subjek II

tidak dapat membawa anaknya ke terapis secara intensif.

5.3. Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah

Dapat diteliti masalah penerimaan diri ibu terhadap anak tuna grahita

berdasarkan aspek - aspek yang mungkin berpengaruh, seperti

1. Penerimaan ibu yang memiliki anak tuna grahit:oi dengan tingkat ekonomi

dan pendidikan yang berbeda

2. Penerimaan diri yang memiliki anak tuna grahita yang bekerja dengan

yang tidak bekerja.

Untuk Orang Tua

a. Diharapkan bagi para ibu untuk selalu menghargai setiap perkembangan

yang terjadi pada anak, serta terus memb9rikan stimulasi yang dapat

merangsang perkembangan anaknya.

Page 95: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

b. Membuka diri untuk mendapatkan beragam informasi yang berka1tan

d.:ingan anak-anak tuna grahita.

c. Orang tua hendaknya merubah paradigma bahwa anak dengan

kebutuhan khusus bukan merupakan kutukan melainkan sebagai anugrah

yang harus dijaga dengan sebaik mungkin.

Untuk para dokter atau ahli (Psikolog, Terapis, Pendidik)

a. Bagi para dokter/paramedis agar dapat menyampaikan kondisi anak

dengan cara yang baik dan hati-hati dan menunjukkan rasa empati

terhadap apa yang dialami oleh ibu.

b. Tidak menghakimi seolah anak dengan kebutuhan khusus tidak

mempunyai masa depan sehingga ibu tidak bersemangat dalam megurus

anaknya.

Untuk masyarakat

a. Anak-anak dengan kebutuhan khusus juga merupakan tanggung jawab

sosial, hendaknya masyarakat tidak menambah beban orang tua

dengan memberikan tudingan-tudingan yang tidak masuk akal dan tidak

beralasan.

b. Mayarakat juga harus memberikan dukungan dalam melindungi anak­

anak tuna grahita.

Page 96: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Menurut Payne & Patton penerimaan dan kasih sayang orang lain berguna

bagi perkembangan psikososial anak tuna grahita.

Untuk pemerintah

a. Perlu adanya edukasi bagi masyarakat dengan mensosialisasikan anak­

anak dengan kebutuhan khusus, baik di rumah sakit, puskesmas,

sekolah dan lain-lain.

b. Melakukan upaya pencegahan melalui penyelenggaraan posyandu.

c. Penyediaan sarana dan prasarana baik dalam bidan9 pendidikan,

transportasi dan pelayanan kesehatan.

d. Adanya kesempatan kerja yang diberikan bagi anak-anak tuna grahita

dan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus lainnya seperti yang

telah dilakukan di Jepang dan Amerika.

Dan perlu diingat bahwa kehadiran mereka pasti memiliki peran dalam

kehidupan, nyatanya banyak dari mereka yang mampu berkreativitas.

Terlebih, bahwa mereka sama dengan anak lainnya, berhak hidup

ber~Walitas dengan segenap pirantinya sesuai dengan kebutuhannya.(dikutip

dari majalah Paras no.46, Juli 2007)

Page 97: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

DAFT AR PUST AKA

Alwasilah, Chaedar.A, Pokoknya Kualitatif, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, Cetakan ke-3, 2006.

Ashman, A, & Elkins, J, Educating Childern With Special Needs (2"d eds), Australia: Prentice Hall, 1994

Atwater, Eastwood, Psychology of Adjustment, New Jersey: Prentice-Hallin C Englewood Eliffs, 1979.

Baihaqi, Yudhi Dzu!fadli, Cinta Yang Utuh, Bandung: DAF<'.!Mizan, 2007

Calhoun, James F, Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan, Semarang: IKIP Semarang Press, 1990

Chaplin, James P, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cet. Ke-8, 2002.

Daradjat, Zakiah, Psikoterapi lslami, Jakarta: Bulan Bintang, 2002

Gargiulo M. Richard, Working with Parents of Exceptional Children, USA: Houghton Mifflin Company, 1985.

Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Airlangga, 1980.

Martin, C.A., & Colbert, K.K, Parenting: A Life Span Perspective, New York: McGraw Hill, 1997.

Moleong Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

lndriati, M.T, Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan Bayi, Yogyakarta: Diglossia Media, Februari 2007

Najati Utsman, Al-Qur'an dan I/mu Jiwa, Bandung: Penerbit Pustaka, Cet. Ke-3, 2000.

Payne, James S dan James R. Patton, Mental Retardation, Ohio: Bell & Howell Co, 1981.

Page 98: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

Poerwandari, Kristi, Pendekatan Penelitian Kulitatif untuk eenelitian Perilaku Manusia, Depok: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005

Psikologi Anak Luar Biasa, Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia, Cet. Ke-1, April 1998.

Somantri, Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: f~efika Aditama, 2006.

Santrock, John W, Life Span Development, Jakarta Airlan9ga, 2002.

Sarafino, Edward P, Health Psychology Blopsycho Social Interaction, New York: Jhon Willey & Sons, Fourth Edition, 2001.

Slamet, Suprapti 1.S, Psikologi Klinis, Jakarta: UI Press, 2003.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, Juni 2005.

Yusuf, Syamsu, Mental Hygiene, Bandung: Pustaka Bani Ararsy, 2004

Majalah Paras No. 36 Tahun 2006

Majalah Paras No. 46 Tahun 2007

www.e-psikologi.com

www. Google.com

Page 99: DINAMIKA PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK TUNA GRAHITArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24491/1/AJENG... · ( D ) Dinamika Penerimaan lbu terhadap Anak Tuna Grahita (

PEDOMAN WAWANCARA

1. Usia berapa tahun ibu menikah?

2. !bu mengandung anak ibu pada usia berapa tahun?

3. Putra/Putri ibu anak ke berapa?

4. Bagaimana keadaan ibu pada saat kehamilan?

5. Apa saja kekhasan dalam selama kemilan ibu?

6. Bagaimana proses kelahirannya?

7. Bagaimana perkembangan anak ibu?

8. Apa kebiasaan anak ibu?

9. Hal apa yang ibu sukai dan tidak sukai dari anak ibu?

10. Ka pan ibu mengetahui bahwa ada yang 'berbeda' pada anak ibu?

11. Bagaimana reaksi ibu dan keluarga?

12. Usaha apa yang ibu lakukan setelah mengetahui kondisi anak ibu?

13. Apa rencana ibu dan keluarga untuk anak ibu?

14. Saal ini apa y<ing ibu rasakan?