6
PENAWARAN Studi : DINAMIKA BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA (Menuju Era Telekomunikasi Konvergensi) Mei 2011 Ditengah persaingan yang sangat ketat, bisnis telekomunikasi khususnya seluler terus mengalami pertumbuhan pesat. Sebagai gambaran, selama tahun 2008-2009, pengguna selular di Indonesia, dari 7 operator telekomunikasi baik jaringan GSM maupun CDMA meningkat dari 151,6 juta pelanggan pada tahun 2008 menjadi 211,9 juta pelanggan pada tahun 2010, belum termasuk pelanggan dari operator pendatang baru yaitu Natrindo Telepon Seluler (Axis), Smart Telecom (Smart), Hutchison Telecom (Three) dan Sampoerna Telekomuniksasi Indonesia (Ceria). Dengan tingkat penetrasi (teledensitas) mencapai 89,4% dari total polulasi penduduk yang sebesar 237 juta, operator telekomunikasi seluler di Indonesia diperkirakan segera memasuki era zero sum game dengan kondisi saturasi dan penetrasi yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pada era ini, operator telekomunikasi seluler bersaing dalam kapasitas, cakupan dan sistem pendukung, infrastruktur seperti 2G, 3G, billing, solusi customer relationship management, storage dan solusi lainnya yang memiliki kemampuan proses cepat dan tersedia. Dari tingkat penetrasi yang cukup tinggi, maka dalam tiga tahun terakhir ini, untuk meraih jumlah pelanggan, semua operator telekomunikasi gencar melakukan promosi penurunan tarif. Tren penurunan tarif yang dilakukan sejak tahun 2008 itu, tidak terlepas dari perkembangan teknologi, yang mendorong turunnya investasi per pelanggan (subcriber). Dengan kondisi di mana seluruh operator telah memberlakukan tarif yang sangat murah dan relatif sama, maka persaingan bisnis telekomunikasi pada tahun-tahun mendatang tetap akan mengutamakan kualitas layanan yang berfokus pada peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan (network) serta pelayanan pelanggan (customer service). Penurunan tarif telekomunikasi ini juga diikuti perubahan tarif interkoneksi, karena struktur biaya telekomunikasi berubah setiap tahunnya sesuai dengan perkembangan teknologi. Menurunnya tarif interkoneksi juga karena terdapat kecenderungan tarif panggilan antar operator (off-net) berada pada tingkatan yang masih tinggi jika dibandingkan dengan tarif panggilan sesama operator (on-net). Terkait hal itu, dalam implementasinya, pada tahun 2011, biaya interkoneksi dilakukan secara tidak penuh, yaitu tetap menggunakan biaya interkoneksi eksisting untuk jaringan public switch telephone network (PSTN) milik Telkom dan biaya interkoneksi lokal dari PSTN ke fixed wireless access (FWA) untuk mencegah kenaikan tarif retail. Sementara untuk pola tidak berbayar pada SMS antar operator tetap dipertahankan sampai rampungnya dilakukan kajian yang intensif tentang implementasi pola berbayar pada SMS. Sementara itu, ditengah menurunnya tarif, terdapat pergeseran pola pemakaian layanan telekomunikasi oleh pengguna dari semula layanan suara (voice) yang memerlukan pita sempit (narrowband) bergeser ke pita lebar (broadband) untuk komunikasi data termasuk internet dan multimedia. Disisi lain, jaringan umum teleponi (PSTN) mulai berkonvergensi dengan jaringan global internet. Dengan kata lain, bisnis telekomunikasi di Indonesia tengah memasuki transisi menuju era telekomunikasi konvergensi yang ditandai masuknya layanan telekomunikasi berbasis internet protocol (IP based services). Sebagai gambaran, selama tahun 2009-September 2010, pengguna fixed broadband/Speedy Telkom meningkat tajam dari hanya 241 ribu pelanggan pada tahun 2007 menjadi 1,64 juta pelanggan pada tahun 2010. Sedangkan pelanggan mobile broadband/Flash Telkomsel naik pesat dari 1,37 juta pada September 2009 menjadi 3,8 juta pelanggan hingga 1

DINAMIKA BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA, 2011

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang1.2. Tujuan dan Cakupan Studi1.3. Sumber Data dan Informasi2. Overview2.1. Penyelenggara Telekomunikasi di Indonesia 2.1.1. Operator telekomunikasi menurut jenis penyelenggaraan di Indonesia 2.1.2. Perkembangan Kapasitas Penyelenggaraan Telekomunikasi 2.2. Perkembangan Bisnis Operator Telekomunikasi2.2.1. Perkembangan jumlah nomor telepon yang digunakan menurut operator2.2.2. Perkembangan pelanggan jaringan tetap lokal2.2.3. Perkembangan pelanggan telepon seluler2.2.4. Jumlah pelanggan menurut region2.2.5. Perkembangan Teledensitas 2.3. Perkembangan Kinerja Operator Telekomunikasi2.3.1. Pendapatan Operator Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi. 2.3.2. Laba (Rugi) Operasional (Operating Income/Loss) 2.3.3. Perkembangan Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Ammortization (EBITDA) 2.3.4. Perkembangan ARPU 2.3.5. Biaya Operasional Penyelenggara Telekomunikasi 3. Investasi dan Pembiayaan Sektor Telekomunikasi3.1. Perkembangan Belanja Modal (Capital Expenditure/Capex)3.1.1. Telkom Group3.1.2. Indosat 3.1.3. XL Axiata 3.1.4. Bakrie Telecom 3.1.5. Mobile-8 Telecom3.2. Perkembangan Kepemilikan BTS3.2.1. BTS ramah lingkungan 3.2.2. Bisnis BTS setelah terbitnya Permen No. 2/20083.2.3. Kewajiban Menara Telekomunikasi Bersama3.2.4. Uji Publik Penataan Ulang Menara Telekomunikasi Bersama 3.2.5. Tower Bersama dan VNL bangun infrastruktur telekomunikasi3.2.6. Solusi Tunas Pratama raih pinjaman US$120 juta 4. Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi di Indonesia4.1. Pendahuluan4.2. Kebijakan IPTV4.3. Kebijakan Kewajiban Pelayanan Umum (KPU/USO)4.4. Kebijakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Telekomunikasi 4.4.1. Kinerja Kemenkominfo Tahun 20104.5. Kebijakan Tarif Interkoneksi Tahun 2011 4.5.1. Tarif interkoneksi dinilai masih tinggi4.5.2. ICT Fund akan diserahkan ke BTIP4.5.3. Konsep ICT Fund Diselesaikan Tahun 2011 4.5.4. BRTI dukung opsi insentif Palapa Ring timur4.5.5. Insentif Palapa Ring akan dihapus 4.6. Kebijakan Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia 4.7. Kebijakan Perencanaan Penggunaan Pita Frekuensi Radio (Band Plan) 300 MHz4.8. Kebijakan Penerapan Biaya Hak Penggunaan Berdasarkan Lebar Pita4.8.1. Kebijakan Biaya Hak Penggunaan (BHP) IPSFR4.9. Tata Cara Penilaian Pencapaian TKDN Pada Penyelenggaraan Telekomunikasi4.9.1. Persyaratan Teknis Perangkat GSM 4.10.Uji Publik Terhadap RPM Penggunaan Satelit 4.11.RUU Tentang Konvergensi Telematika5. Perkembangan Teknologi Telekomunikasi 5.1. Tren Konvergensi Telekomunikasi 5.1.1. Tren Pita Lebar (broadband)5.2. Tren Komputasi Awan (Cloud Computing)5.2.1. Infrastruktur hambat ekspansi cloud computing 5.2.2. Tahun 2020, sebanyak 50 miliar perangkat terhubung Internet 5.2.3. Ericsson dukung harmonisasi frekuensi untuk 4G/LTE 5.3. Tren Penyiaran Digital5.3.1. Improvement on Television Transmitting Stations (ITTS)5.3.2. Uji Coba Digital5.3.3. Konvergensi5.3.4. Perubahan Skema Perijinan Pada Era TV Digital 5.3.5. Arsitektur layanan TV digital 5.3.6. Roadmap migrasi TV analog ke TV digital 5.3.7. Perubahan Band Plan5.4. Roadmap Infrastruktur TV Digital5.5. Roadmap Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia 2010-20205.6. Rencana Program Jangka Menengah Kemenkominfo 2010-20145.7. Roadmap IPV65.7.1. Jadwal Roadmap Internet (IPv6)6. Perkembangan Bisnis Broadband Wireless Access (BWA) 6.1. Pendahuluan 6.2. Kendala pengembangan broadband 6.3. Perkembangan infrastruktur jaringan BWA6.3.1. Empat pemenang tender BWA lakukan pembayaran up front fee6.3.2. Pembersihan Pita Frekuensi Radio 2360 - 2390 MHz6.3.3. Dua pemenang tender BWA mundur6.3.4. Internux akan diakuisisi6.3.5.Telkom peroleh lisensi BWA di tujuh zona6.4. Perkembangan WiMAX6.4.1. Pendahuluan 6.4.2. WiMAX di Dunia6.4.3. WiMAX di Indonesia6.4.4. WiMax 16e masih kaji6.4.5. Berca perkuat penetrasi WiMax di Kalimantan6.4.6. Spectrum Indonesia kembangkan teknologi MIMO 7. Perk

Citation preview

Page 1: DINAMIKA BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA, 2011

PENAWARAN

Studi : DINAMIKA BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

(Menuju Era Telekomunikasi Konvergensi)

Mei 2011

Ditengah persaingan yang sangat ketat, bisnis telekomunikasi khususnya seluler terus mengalami pertumbuhan pesat. Sebagai gambaran, selama tahun 2008-2009, pengguna selular di Indonesia, dari 7 operator telekomunikasi baik jaringan GSM maupun CDMA meningkat dari 151,6 juta pelanggan pada tahun 2008 menjadi 211,9 juta pelanggan pada tahun 2010, belum termasuk pelanggan dari operator pendatang baru yaitu Natrindo Telepon Seluler (Axis), Smart Telecom (Smart), Hutchison Telecom (Three) dan Sampoerna Telekomuniksasi Indonesia (Ceria). Dengan tingkat penetrasi (teledensitas) mencapai 89,4% dari total polulasi penduduk yang sebesar 237 juta, operator telekomunikasi seluler di Indonesia diperkirakan segera memasuki era zero sum game dengan kondisi saturasi dan penetrasi yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pada era ini, operator telekomunikasi seluler bersaing dalam kapasitas, cakupan dan sistem pendukung, infrastruktur seperti 2G, 3G, billing, solusi customer relationship management, storage dan solusi lainnya yang memiliki kemampuan proses cepat dan tersedia.

Dari tingkat penetrasi yang cukup tinggi, maka dalam tiga tahun terakhir ini, untuk meraih jumlah pelanggan, semua operator telekomunikasi gencar melakukan promosi penurunan tarif. Tren penurunan tarif yang dilakukan sejak tahun 2008 itu, tidak terlepas dari perkembangan teknologi, yang mendorong turunnya investasi per pelanggan (subcriber). Dengan kondisi di mana seluruh operator telah memberlakukan tarif yang sangat murah dan relatif sama, maka persaingan bisnis telekomunikasi pada tahun-tahun mendatang tetap akan mengutamakan kualitas layanan yang berfokus pada peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan (network) serta pelayanan pelanggan (customer service).

Penurunan tarif telekomunikasi ini juga diikuti perubahan tarif interkoneksi, karena struktur biaya telekomunikasi berubah setiap tahunnya sesuai dengan perkembangan teknologi. Menurunnya tarif interkoneksi juga karena terdapat kecenderungan tarif panggilan antar operator (off-net) berada pada tingkatan yang masih tinggi jika dibandingkan dengan tarif panggilan sesama operator (on-net). Terkait hal itu, dalam implementasinya, pada tahun 2011, biaya interkoneksi dilakukan secara tidak penuh, yaitu tetap menggunakan biaya interkoneksi eksisting untuk jaringan public switch telephone network (PSTN) milik Telkom dan biaya interkoneksi lokal dari PSTN ke fixed wireless access (FWA) untuk mencegah kenaikan tarif retail. Sementara untuk pola tidak berbayar pada SMS antar operator tetap dipertahankan sampai rampungnya dilakukan kajian yang intensif tentang implementasi pola berbayar pada SMS.

Sementara itu, ditengah menurunnya tarif, terdapat pergeseran pola pemakaian layanan telekomunikasi oleh pengguna dari semula layanan suara (voice) yang memerlukan pita sempit (narrowband) bergeser ke pita lebar (broadband) untuk komunikasi data termasuk internet dan multimedia. Disisi lain, jaringan umum teleponi (PSTN) mulai berkonvergensi dengan jaringan global internet. Dengan kata lain, bisnis telekomunikasi di Indonesia tengah memasuki transisi menuju era telekomunikasi konvergensi yang ditandai masuknya layanan telekomunikasi berbasis internet protocol (IP based services).

Sebagai gambaran, selama tahun 2009-September 2010, pengguna fixed broadband/Speedy Telkom meningkat tajam dari hanya 241 ribu pelanggan pada tahun 2007 menjadi 1,64 juta pelanggan pada tahun 2010. Sedangkan pelanggan mobile broadband/Flash Telkomsel naik pesat dari 1,37 juta pada September 2009 menjadi 3,8 juta pelanggan hingga

1

Page 2: DINAMIKA BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA, 2011

Desember 2010. Sementara pelanggan Blackberry naik dari 148.000 pelanggan pada September 2009 menjadi 573.000 pelanggan sampai September 2010. Kecenderungan meningkatnya jumlah pelanggan broadband juga diikuti operator telekomunikasi yang memegang ijin layanan seluler 3G lainnya seperti Indosat, XL Axiata, Natrindo Telepon Seluler dan Hutchison CP Telekomunikasi. Indosat menyediakan layanan broadband nirkabel menggunakan platform 3G pada tahun 2009 dan per 31 Desember 2009, layanan 3G Indosat tersebar di 34 kota di Indonesia. Sementara operator layanan broadband nirkabel lainnya adalah Telkomsel dengan layanan Flash dan XL dengan layanan XL Unlimited, yang keduanya menggunakan teknologi 3.5G W-CDMA. Sedangkan operator telekomunikasi lainnya seperti Smart Telecom dan Mobile 8 juga menyediakan layanan wireless broadband dengan teknologi EVDO-CDMA.

Sementara itu, hingga kini, terdapat lima penyelenggara jaringan akses nirkabel atau broadband wireless access (BWA/WiMax) pada pita frekuensi 2,3 GHz yang berupaya untuk menggelar layanan akses data pita lebar secara komersial sebelum batas akhir yang ditetapkan oleh pemerintah pada November 2011, yaitu First Media, Indosat Mega Media (IM2), Telkom, Berca Hardayaperkasa dan Jasnita Telekomindo. Kelima perusahaan itu telah membayar biaya hak penggunaan (BHP) spektrum frekuensi BWA 2,3 GHz dan memperoleh ijin prinsip penggelaran BWA selama 10 tahun yang dapat diperpanjang selama 10 tahun. Selain itu, perusahaan pemenang tender BWA itu telah melakukan uji laik operasi sebelum penggelaran jaringan dan layanan secara komersial, seperti First Media, Indosat Mega Media (IM2), Telkom dan Berca Hardayaperkasa.

Terkait perolehan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi tidak akan turun, kendati formulasi pemungutan diubah menjadi berbasis lebar pita. Pemungutan BHP frekuensi berbasis lebar pita ini lebih komprehensif dan memudahkan dalam proses penghitungan. Berdasakan catatan Kemenkominfo, PNBP dari sektor telekomunikasi berupa BHP frekuensi terus meningkat, yaitu dari Rp 7,71 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 9,92 triliun pada tahun 2009 dan Rp 12,1 triliun pada tahun 2010.

Pada studi yang merupakan update dari edisi Agustus 2009 ini, pembahasan meliputi perkembangan bisnis telekomunikasi seluler dan internet. Selain itu, studi ini juga dilengkapi profil operator telekomunikasi termasuk komunikasi data, kebijakan di sektor telekomunikasi dan perkembangan bisnis satelit Indonesia.

Kami berharap, buku studi ini akan bermanfaat bagi kalangan bisnis terutama para pengambil keputusan di sektor telekomunikasi, serta bagi kalangan bisnis yang terkait secara langsung maupun tidak langsung seperti sektor perbankan. Selain itu, laporan ini juga bermanfaat bagi para investor atau calon investor yang akan menjalin kerjasama dengan perusahaan yang aktif di bisnis telekomunikasi di Indonesia.

Buku studi setebal 850 halaman ini kami susun dalam dua jilid dan kami tawarkan seharga Rp 6.500.000 (Enam juta lima ratus ribu rupiah) per copy (dua jilid) untuk versi bahasa Indonesia, atau US$ 850 (Delapan ratus lima puluh US Dollar) per copy (dua jilid) dalam versi bahasa Inggris. Untuk pemesanan dan informasi dapat menghubungi PT Media Data Riset melalui telepon nomor (021) 809 6071, dan faximile (021) 809 6071 dengan mengisi formulir terlampir. Pemesanan untuk luar negeri atau luar Jakarta akan ditambah biaya kirim. Demikian penawaran ini, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Mei 2011 PT Media Data Riset Drh. H. Daddy Kusdriana, M.Si Direktur Utama

2

Page 3: DINAMIKA BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA, 2011

3

DAFTAR ISI

DINAMIKA BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA (Menuju Era Telekomunikasi Konvergensi)

Mei 2011 1. Pendahuluan 3.2.6. Solusi Tunas Pratama raih pinjaman

US$120 juta 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan dan Cakupan Studi 4. Perkembangan Kebijakan dan Regulasi

Telekomunikasi di Indonesia 1.3. Sumber Data dan Informasi 4.1. Pendahuluan 2. Overview 4.2. Kebijakan IPTV 2.1. Penyelenggara Telekomunikasi di Indonesia 4.3. Kebijakan Kewajiban Pelayanan Umum

(KPU/USO) 2.1.1. Operator telekomunikasi menurut jenis

penyelenggaraan di Indonesia 4.4. Kebijakan Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) Telekomunikasi 2.1.2. Perkembangan Kapasitas

Penyelenggaraan Telekomunikasi 4.4.1. Kinerja Kemenkominfo Tahun 2010 2.2. Perkembangan Bisnis Operator Telekomunikasi

4.5. Kebijakan Tarif Interkoneksi Tahun 2011 2.2.1. Perkembangan jumlah nomor telepon yang digunakan menurut operator 4.5.1. Tarif interkoneksi dinilai masih tinggi

4.5.2. ICT Fund akan diserahkan ke BTIP 2.2.2. Perkembangan pelanggan jaringan tetap lokal 4.5.3. Konsep ICT Fund Diselesaikan Tahun

2011 2.2.3. Perkembangan pelanggan telepon seluler 4.5.4. BRTI dukung opsi insentif Palapa

Ring timur 2.2.4. Jumlah pelanggan menurut region 2.2.5. Perkembangan Teledensitas

4.5.5. Insentif Palapa Ring akan dihapus 2.3. Perkembangan Kinerja Operator Telekomunikasi 4.6. Kebijakan Alokasi Spektrum Frekuensi

Radio Indonesia 2.3.1. Pendapatan Operator Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi. 4.7. Kebijakan Perencanaan Penggunaan Pita

Frekuensi Radio (Band Plan) 300 MHz 2.3.2. Laba (Rugi) Operasional (Operating Income/Loss) 4.8. Kebijakan Penerapan Biaya Hak Penggunaan

Berdasarkan Lebar Pita 2.3.3. Perkembangan Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Ammortization (EBITDA)

4.8.1. Kebijakan Biaya Hak Penggunaan (BHP) IPSFR

4.9. Tata Cara Penilaian Pencapaian TKDN Pada Penyelenggaraan Telekomunikasi

2.3.4. Perkembangan ARPU 2.3.5. Biaya Operasional Penyelenggara

Telekomunikasi 4.9.1. Persyaratan Teknis Perangkat GSM

3. Investasi dan Pembiayaan Sektor Telekomunikasi

4.10.Uji Publik Terhadap RPM Penggunaan Satelit

4.11.RUU Tentang Konvergensi Telematika 3.1. Perkembangan Belanja Modal (Capital

Expenditure/Capex) 5. Perkembangan Teknologi Telekomunikasi

3.1.1. Telkom Group 5.1. Tren Konvergensi Telekomunikasi 3.1.2. Indosat 5.1.1. Tren Pita Lebar (broadband) 3.1.3. XL Axiata 5.2. Tren Komputasi Awan (Cloud Computing) 3.1.4. Bakrie Telecom 5.2.1. Infrastruktur hambat ekspansi cloud

computing 3.1.5. Mobile-8 Telecom 3.2. Perkembangan Kepemilikan BTS 5.2.2. Tahun 2020, sebanyak 50 miliar

perangkat terhubung Internet 3.2.1. BTS ramah lingkungan 3.2.2. Bisnis BTS setelah terbitnya Permen

No. 2/2008 5.2.3. Ericsson dukung harmonisasi

frekuensi untuk 4G/LTE 3.2.3. Kewajiban Menara Telekomunikasi

Bersama 5.3. Tren Penyiaran Digital

5.3.1. Improvement on Television Transmitting Stations (ITTS) 3.2.4. Uji Publik Penataan Ulang Menara

Telekomunikasi Bersama 5.3.2. Uji Coba Digital 3.2.5. Tower Bersama dan VNL bangun

infrastruktur telekomunikasi 5.3.3. Konvergensi

Page 4: DINAMIKA BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA, 2011

5.3.4. Perubahan Skema Perijinan Pada Era TV Digital

5.3.5. Arsitektur layanan TV digital 5.3.6. Roadmap migrasi TV analog ke TV

digital 5.3.7. Perubahan Band Plan

5.4. Roadmap Infrastruktur TV Digital 5.5. Roadmap Pengembangan Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK) Indonesia 2010-2020 5.6. Rencana Program Jangka Menengah

Kemenkominfo 2010-2014 5.7. Roadmap IPV6

5.7.1. Jadwal Roadmap Internet (IPv6)

6. Perkembangan Bisnis Broadband Wireless Access (BWA) 6.1. Pendahuluan 6.2. Kendala pengembangan broadband 6.3. Perkembangan infrastruktur jaringan BWA

6.3.1. Empat pemenang tender BWA lakukan pembayaran up front fee

6.3.2. Pembersihan Pita Frekuensi Radio 2360 - 2390 MHz

6.3.3. Dua pemenang tender BWA mundur 6.3.4. Internux akan diakuisisi 6.3.5.Telkom peroleh lisensi BWA di tujuh zona

6.4. Perkembangan WiMAX 6.4.1. Pendahuluan 6.4.2. WiMAX di Dunia 6.4.3. WiMAX di Indonesia 6.4.4. WiMax 16e masih kaji 6.4.5. Berca perkuat penetrasi WiMax di

Kalimantan 6.4.6. Spectrum Indonesia kembangkan

teknologi MIMO 7. Perkembangan Proyek Universal Service

Obligation (USO) 8. Perkembangan Proyek Palapa Ring 9. Perkembangan Proyek Sambungan

Komunikasi Kabel Laut (SKKL) 10. Penyelenggara Broadband 3G

10.1. XL Axiata 10.1.1. Latar Belakang 10.1.2. Pemegang Saham 10.1.3. Anak Perusahaan 10.1.4. Ijin investasi 10.1.5. Ijin penyelenggaraan 10.1.6. Produk dan Layanan 10.1.7. Pemasaran dan Promosi 10.1.8. Disaster Recovery Centre (DRC) 10.1.9. Peningkatan Customer Relationship

Management (CRM) 10.1.10. Pengembangan Jaringan 10.1.11. Belanja Modal 10.1.12. Perjanjian dengan pihak ketiga 10.1.13.Pendapatan XL mencapai Rp16,6

triliun 10.1.14.Strategi bisnis XL di masa mendatang

10.2. Indosat 10.2.1. Latar Belakang 10.2.2. Pemegang saham 10.2.3. Anak Perusahaan 10.2.4. Kegiatan Usaha 10.2.5. Layanan & Perkembangan

Pendapatan Komunikasi Data (MIDI) 10.2.6. Pelanggan dan Pemasaran 10.2.7. Perkembangan Pengeluaran Barang

Modal 10.2.8. Tahun 2010, laba bersih Indosat

anjlok 56,8% 10.3. Telkomsel

10.3.1. Latar Belakang 10.3.2. Perijinan 10.3.3. Produk dan Tarif 10.3.4. Layanan Telkomsel Flash (High

Speed Wireless Broadband) 10.3.5. Layanan BlackBerry 10.3.6. Layanan pada pelanggan 10.3.7. Penjualan, Pemasaran dan Distribusi 10.3.8. Pengelolaan Piutang Pelanggan 10.3.9. Perkembangan pelanggan 10.3.10. Perkembangan BTS 10.3.11. Infrastruktur Jaringan 10.3.12. Pembelian barang modal 10.3.13. Perjanjian pinjaman dan fasilitas

kredit lainnya 10.3.14. Perkembangan Pendapatan 10.3.15. Strategi bisnis Telkomsel

10.4. Natrindo Telepon Seluler (NTS) 10.5. Hutchinson Charoen Pokphand

Telecommunication (HCPT)

11. Penyelenggara Broadband ADSL 11.1. Telekomunikasi Indonesia (Telkom)

11.1.1. Latar Belakang 11.1.2. Pemegang Saham 11.1.3. Anak Perusahaan 11.1.4. Indonusa peroleh Ijin

Penyelenggaraan Penyiaran Berlangganan

11.1.5. Perusahaan non konsolidasi 11.1.6. Layanan Data dan Internet 11.1.7. Perkembangan Pendapatan 11.1.8. Pembelian barang modal 11.1.9. Kerjasama Jaringan Telekomunikasi 11.1.10.Infrastruktur Jaringan 11.1.11.Pengembangan Jaringan 11.1.12.Perkembangan Belanja Modal 11.1.13.Investasi Tahun 2011 11.1.14.Tahun 2010, pendapatan Telkom

tumbuh 4% 12. Penyelenggara Broadband Hybrid Fiber

Coaxial (HFC) 12.1. Indonusa Telemedia (TelkomVision)

12.1.1. Latar Belakang

4

Page 5: DINAMIKA BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA, 2011

5

12.1.2. Produk & Layanan 12.1.3. Perkembangan Pelanggan TelkomVision 12.1.4. Tarif 12.1.5. Pemasaran 12.1.6. Indonusa peroleh Ijin Penyelenggaraan

Penyiaran Berlangganan 12.2. First Media

12.2.1. Latar Belakang 12.2.2. Perkembangan bisnis First Media 12.2.3. Pemegang Saham 12.2.4. Anak Perusahaan 12.2.5. Produk dan Layanan 12.2.6. Perkembangan Pelanggan &

Pendapatan 12.3. Perkembangan Bisnis Televisi Berlangganan

12.3.1. Pendahuluan 12.4. MNC Sky Vision (Indovision)

12.4.1.Latar Belakang 12.4.2.Pendapatan 12.4.3.Penetrasi televisi berlangganan

hanya 3% 12.5. PT. Cipta Skynindo (Skynindo TV) 12.6. PT. Nusantara Vision (OkeVision) 12.7. Aora TV

13. Perkembangan Bisnis Internet dan Komunikasi Data 13.1. Layanan Internet

13.1.1. Penyelenggara Jasa Multimedia 13.1.2. Network Access Provider (NAP) 13.1.3. Internet Teleponi untuk Keperluan

Publik (ITKP) 13.1.4. Sistem Komunikasi Data

(Siskomdat/SKD)

14. Infrastruktur Satelit Indonesia 14.1. Pendahuluan 14.2. Konsep Peta-Jalan (Roadmap) Infrastruktur

Satelit Indonesia 14.3. Peraturan tentang Satelit 14.4. Satelit Sebagai Sumber Daya yang Terbatas 14.5. Pemanfaatan Satelit dan Potensinya Di

Indonesia 14.6. Satelit dan Palapa Ring Project

14.6.1. Tahun 2011, Telkom luncurkan Satelit Telkom-3

14.6.2. Tiga perusahaan pendatang baru di bisnis satelit

14.6.3. ASSI harapkan dukungan pemerintah terkait condosat

14.6.4. Filing satelit di slot 108,2°BT diselidiki 14.6.5. Kehilangan BHP pita mencapai

Rp2,4 triliun per tahun 14.7. Gambaran kemampuan satelit nasional 14.8. Perkembangan teknologi

14.8.1. Jaringan Kabel (Wireline network) 14.8.2. Jaringan NirKabel Terestrial

(Terrestrial Wireless Network)

14.8.3. High Altitude Platform Station (HAPS) 14.9. Proyeksi Demand Tahun 2007 – 2021 14.10. Perusahaan Pengguna Satelit

LAMPIRAN : • Peraturan Menteri Komuikasi dan Informatika,

No. 11/PER/M.KOMINFO/07/2010 Tentang Penyelenggaraan Layanan Televisi Protokol Internet (Internet Protocol Television/IPTV) di Indonesia.

• Peraturan Menteri Komuikasi dan Informatika, No. 01/PER/M.KOMINFO/01/2010 Tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi

• Peraturan Menteri Komuikasi dan Informatika, No. 25/PER/M.KOMINFO/12/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Komuikasi dan Informatika No. 29/PER/M.KOMINFO/07/2009 Tentang Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia

• Peraturan Menteri Komuikasi dan Informatika, No. 26/PER/M.KOMINFO/12/2010 Tentang Perencanaan Penggunaan Pita Frekuensi Radio (Band Plan) Pada Pita Frekuensi Radio 300 MHz Untuk Sistem Komunikasi Radio Konvensional dan Studio-Transmitter Link

• Peraturan Menteri Komuikasi dan Informatika, No. 03/PER/M.KOMINFO/02/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika, No. 32/PER/M.KOMINFO/10/2008 Tentang Kewajiban Palayanan Universal (KPU/USO) Telekomunikasi

• Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.14/PER/M.KOMINFO/09/2010 Tentang Tata Cara Penilaian Pencapaian Tingkat Komponen Dalam Negeri Belanja Operasional (Operational Expenditure /OPEX) Pada Penyelenggaraan Telekomunikasi

• Peraturan Menteri Komuikasi dan Informatika, No.13/PER/M.KOMINFO/08/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 15 Tahun 2003 Tentang Rencana Induk (Master Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus Untuk Keperluan Radio Siaran FM (Frequency Modulation)

• Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika, No. /PER/M.KOMINFO/ /2011 Tentang Peta Jalan (RoadMap) Infrastruktur Satelit Indonesia

• Rancangan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri No. Menteri Pekerjaan Umum No. Menteri Komunikasi dan Informatika No. dan Kepala BKPM No. Tentang Perubahan Atas Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dan Kepala BKPM.

Page 6: DINAMIKA BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA, 2011

FORMULIR PESANAN

PT MEDIA DATA RISET Jl. SMA XIV, No. 12 A Cawang–UKI, Jakarta 13630 Phone : (021) 809 6071, 809 3140 Fax : (021) 809 6071, 809 3140 Email : [email protected] / [email protected]

Studi :

DINAMIKA BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA (Menuju Era Telekomunikasi Konvergensi)

Mei 2011

Silahkan pilih (√ ) untuk pesanan :

Edisi Bahasa Indonesia Bahasa Inggris

Nama (Mr/Mrs/Ms) Position Nama Perusahaan

NPWP No.

Alamat

Telepon Fax :

Tanda Tangan

Tanggal

Harga : Edisi Bhs. Indonesia - Rp 6.500.000 (Enam juta lima ratus ribu rupiah) Edisi Bhs.Inggris - US$ 850 (Delapan ratus lima puluh US Dollar) Catatan: Harga belum termasuk pajak (10% PPn) Di luar Jakarta dan luar negeri; ditambah biaya pengiriman (Jasa Kurir) Pembayaran, Silahkan beri tanda (√ ) Cash Cheque Transfer to - PT MEDIA DATA RISET AC NO. 070 000 534 0497 BANK MANDIRI CAB. DEWI SARTIKA JAKARTA

WS

6