134
I. PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Proteksi (Pengaman) Sistem proteksi tenaga listrik merupakan sistem pengamanan pada peralatan-peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator, busbar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi sistem tenaga listrik tersebut. 1.2. Fungsi Proteksi Kegunaan sistem proteksi antara lain untuk : 1. Mencegah kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat terjadinya gangguan atau kondisi operasi tidak normal 2. Mengurangi kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal 3. Mempersempit daerah yang terganggu sehinggga gangguan tidak melebar pada sistem yang lebih luas 4. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi kepada konsumen 1

DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

I. PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Proteksi (Pengaman)

Sistem proteksi tenaga listrik merupakan sistem pengamanan pada peralatan-

peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator, busbar,

transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel bawah tanah, dan lain

sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi sistem tenaga listrik tersebut.

1.2. Fungsi Proteksi

Kegunaan sistem proteksi antara lain untuk :

1. Mencegah kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat terjadinya

gangguan atau kondisi operasi tidak normal

2. Mengurangi kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat terjadinya

gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal

3. Mempersempit daerah yang terganggu sehinggga gangguan tidak melebar pada sistem

yang lebih luas

4. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi kepada

konsumen

5. Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga listrik

1.3. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik

1.3.1. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan

Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak komponen

dan sangat kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

gangguan pada sistem tenaga listrik, antara lain sebagai berikut.

1

Page 2: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

a. Faktor Manusia

Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam memberikan

perlakuan pada sistem. Misalnya salah menyambung rangkaian, keliru dalam

mengkalibrasi suatu piranti pengaman, dan sebagainya.

b. Faktor Internal

Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang berasal dari sistem itu sendiri.

Misalnya usia pakai (ketuaan), keausan dan sebagainya. Hal ini bisa mengurangi

sensitivitas rele proteksi, juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik lainnya.

c. Faktor Eksternal

Faktor ini meliputi gangguan-gangguan yang berasal dari lingkungan sekitar

sistem. Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir.

1.3.2. Jenis Gangguan

Jika ditinjau dari sifat dan penyebabnya, jenis gangguan dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

1. Hubung singkat

Hubung singkat adalah terjadinya hubungan penghantar bertegangan atau penghantar

tidak bertegangan secara langsung tidak melalui media (resistor/beban) yang semestinya

sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal (sangat besar). Hubung singkat merupakan

jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik, terutama pada saluran udara

3 fasa. Semua komponen peralatan listrik selalu diisolasi dengan isolasi padat, cair

(minyak), udara gas, dan sebagainya. Namun karena usia pemakaian, keausan, tekanan

mekanis, dan sebab lainnya, maka kekuatan isolasi pada peralatan listrik bisa berkurang

atau bahkan hilang sama sekali. Hal ini akan mudah menimbulkan hubung singkat.

Pada bahan isolasi padat atau cair, gangguan hubung singkat biasanya mengakibatkan

busur api sehingga menimbulkan kerusakan yang tetap dan gangguan ini disebut gangguan

permanen. Pada isolasi udara yang biasanya terjadi pada saluran udara tegangan menengah

atau tinggi, jika terjadi busur api dan setelah padam tidak menimbulkan kerusakan, maka

gangguan ini disebut gangguan temporer . Arus hubung singkat yang begitu besar sangat

membahayakan peralatan.

2

Page 3: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi pada sistem tenaga listrik 3 fasa

adalah sebagai berikut,

1) Hubung singkat tiga fasa,

2) Tiga fasa ke tanah,

3) Fasa ke fasa,

4) Satu fasa ke tanah,

5) Dua fasa ke tanah

6) Fasa ke fasa dan pada waktu bersamaan dari fasa ke tiga dengan tanah,

Dua jenis gangguan yang pertama menimbulkan arus gangguan hubung singkat

simetris sedangkan empat jenis gangguan terakhir menimbulkan arus gangguan tidak

simetris.

2. Beban lebih (OverLoad)

Beban lebih merupakan gangguan yang terjadi akibat konsumsi energi listrik melebihi

energi listrik yang dihasilkan pada pembangkit. Gangguan beban lebih sering terjadi

terutama pada generator dan transformator daya. Arus lebih ini dapat menimbulkan

pemanasan yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada isolasi.

3. Tegangan Lebih (OverVoltage)

Tegangan lebih merupakan suatu gangguan akibat tegangan pada sistem tenaga listrik

lebih besar dari yang seharusnya. Gangguan tegangan lebih dapat terjadi karena kondisi

eksternal dan internal

a) Kondisi Internal: Hal ini terutamakarena osilasi akibat perubahan yang

mendadak dari kondisi rangkaian atau karena resonansi. Misalnya operasi

hubung pada saluran tanpabeban.perubahan yang mendadak, operasi pelepasan

pemutus tenaga yang mendadak akibat hubung singkat pada jaringan,

kegagalan isolassi, dan sebagainya.

b) Kondidi Eksternal: Kondisi eksternal terutama akibat adanya sambaran petir.

3

Page 4: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

3. Daya Balik (ReversePower)

Daya balik merupakan suatu gangguan yang terjadi pada generator-generator yang

bekerja paralel. Pada kondisi normal generator-generator tersebut secara paralel akan

bekerja secara serentak dalam membangkitkan tenaga listrik. Namun karena sesuatu sebab

misalnya terjadi gangguan pada penggerak mula maka generator dapat berubah fungsi

menjadi motor.

1.4. Pencegahan Gangguan

Sebagaimana telah dijelaskan di muka, ada beberapa jenis gangguan pada sistem

tenaga listrik yang memang tidak semuanya bisa dihindarkan. Untuk itu perlu dicari upaya

pencegahan agar bisa memperkecil kerusakan pada peralatan listrik, terutama pada

manusia akibat adanya gangguan.

Usaha memperkecil terjadinya gangguan ditempuh antara lain,

1) Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan;

2) Membuat koordinasi isolasi yang baik antara kekuatan isolasi peralatan dan

penangkal petir;

3) Menggunakan kawat tanah dan membuat tahanan pentanahan pada kaki menara

sekecil mungkin, serta selalu mengadakan pengecekan;

4) Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar mekanis dan

mengurangi atau menghindarkan sebab-sebab gangguan karena binatang, polusi,

kontaminasi, dan lainnya;

5) Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti peraturan-

peraturan yangberlaku;

6) Menghindari kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat prosedur tata

cara operasional dan membuat jadwal pemeliharaan yang rutin;

7) Memasang lightning arrester untuk mencegah kerusakan pada peralatan akibat

sambaran petir.

4

Page 5: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

1.5. Komponen-komponen Sistem Proteksi

Sistem proteksi terdiri dari :

1. Transformator instrument (CT dan PT)

2. Rele proteksi

3. Pemutus tenaga (CB, PMT)

Gambar 1.1.

Transformator instrument berfungsi untuk memonitor arus atau tegangan

dan menurunkan besar kedua besaran tersebut ke suatu nilai yang sesuai

untuk keperluan rele,

Rele berfungsi untuk membandingkan besar arus atau tegangan yang

diterimanya dari trafo instrument dengan nilai setelannya. Jika sinyal input

melebihi nilai setelan rele, maka rele akan trip dan memberikan sinyal ke

suatu pemutus tenaga

Pemutus Tenaga berfungsi untuk mengisolasi bagian yang terganggu dari

sistem yang sehat.

5

Page 6: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gambar 1.2. Trafo arus

Gambar 1.3. Air Circuit Breaker

6

Page 7: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gbr 14. Oil Circuit Breaker 138 kV

7

Page 8: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gambar 1.5. Rele proteksi berbasis mikroprosessor

Gambar 1.6. Tipikal rele mekanikal

8

Page 9: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gambar 1.7. Diagram skematik dari rele pada Gambar 1.5.

9

Page 10: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

10

Page 11: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

11

Page 12: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

II. RELE PROTEKSI

2.1. Pengertian Umum

Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, misalnya adanya arus lebih,

tegangan lebih, dan sebagainya, maka perlu diambil suatu tindakan untuk mengatasi

kondisi gangguan tersebut. Jika dibiarkan, gangguan itu akan meluas ke seluruh sistem

sehingga bisa merusak semua peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Untuk mengatasi

hal tersebut, mutlak diperlukan suatu sistem pengaman yang andal. Salah satu komponen

yang penting untuk pengaman tenaga listrik adalah rele proteksi.

Rele proteksi adalah susunan piranti, baik elektronik maupun magnetik yang

direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan pada peralatan listrik yang

bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Jika bahaya itu muncul maka rele proteksi akan

segera otomatis memberikan sinyal atau perintah untuk membuka pemutus tenaga (circuit

breaker) agar bagian yang terganggu dapat dipisahkan dari sistem yang normal. Rele

proteksi dapat mengetahui adanya gangguan pada peralatan yang perlu diamankan dengan

mengukur atau membandingkan besaran-besaran yang diterimanya, misalnya arus

tegangan, daya, sudut fase frekuensi impedansi dan sebagainya sesuai dengan besaran

yang telah ditentukan. Alat tersebut kemudian akan mengambil keputusan seketika atau

dengan perlambatan waktu untuk membuka pemutus tenaga atau hanya memberikan tanda

tanpa membuka pemutus tenaga. Pemutus tenaga dalam hal ini harus mempunyai

kemampuan untuk memutus arus hubung singkat maksimum yang melewatinya dan harus

mampu menutup rangkaian dalam keadaan hubungan singkat yang kemudian membuka

kembali. Disamping itu rele juga berfungsi untuk menunjukkan lokasi dan macam

gangguannya. Berdasarkan data dari rele maka akan memudahkan kita dalam menganalisis

gangguannya.

2.2. Fungsi Rele

Pada prinsipnya rele proteksi yang dipasang pada sistem tenaga listrik mempunyai

3 macam fungsi, yaitu

12

Page 13: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

1. Merasakan, mengukur, dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta

memisahkan secepatnya;

2. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu;

3. Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain yang tidak

terganggu didalam sistem tersebut serta dapat beroperasi normal

Rele proteksi tidak mengantisipasi atau mencegah terjadinya gangguan yang pertama,

tetapi untuk gangguan berikutnya. Sebab rele proteksi bekerja hanya setelah terjadi

gangguan. Suatu pengecualian untuk rele Bucholf yang digunakan untuk proteksi trafo

daya. Rele ini bekerja karena terjadinya akumulasi gas yang terjadi di dalam minyak

transformator akibat panas yaang dibangkitkan dan dekomposisi isolasi minyak trafo atau

isolasi padat lainnya.

2.3. Persyaratan Rele Proteksi

Pada sistem tenaga listrik, rele memegang peran yang sangat vital. Pengaman

berkualitas yang baik memerlukan rele proteksi yang baik juga. Untuk itu ada beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi oleh rele pengaman, seperti tersebut berikut ini.

1. Kepekaan (Sensitivity)

Rele harus mempunyai mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap besaran minimal

(kritis) sebagaimana direncanakan. Rele harus dapat bekerja pada awal terjadinya

gangguan. Oleh karena itu, gangguan lebih mudah diatasi pada awal kejadian. Hal ini

memberi keuntungan dimana kerusakan peralatan yang harus diamankan menjadi kecil.

Namun demikian, rele juga harus stabil, artinya

a. Rele harus dapat membedakan antara arus gangguan atau arus beban maksimum

b. Pada saat transformator daya dihubungkan ke sistem, rele tidak boleh bekerja

karena adanya arus inrush, yang besarnya seperti arus gangguan, yaitu 3-5 kali arus

beban maksimum;

c. Rele harus dapat membedakan adanya gangguan atau ayunan beban.

2. Keandalan (Reliability)

Pada kondisi normal atau tidak ada gangguan, mungkin selama berbulan-bulan atau

lebih rele tidak bekerja. Seandainya suatu saat terjadi gangguan maka rele tidak boleh

13

Page 14: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

gagal bekerja dalam mengatasi gangguan tersebut. Kegagalan kerja rele dapat

mengakibatkan alat yang diamankan rusak berat atau gangguannya meluas sehingga

daerah yang mengalami pemadaman semakin luas.

Rele tidak boleh salah kerja, artinya rele yang seharusnya tidak bekerja, tetapi

bekerja. Hal ini menimbulkan pemadaman yang tidak seharusnya dan menyulitkan analisa

gangguan yang terjadi. Keandalan rele proteksi ditentukan dari rancangan, pengerjaaan,

beban yang digunakan dan perawatannya.

Gbr. Keandalan dari suatu sistem proteksi

3. Selektivitas (Selectivity)

Selektivitas berarti rele harus mempunyai daya beda terhadap bagian yang

terganggu, sehingga mampu dengan tepat memilih bagian dari sistem tenaga listrik yang

terkena gangguan. Kemudian rele bertugas mengamankan peralatan atau bagian sistem

dalam jangkauan pengamanannya. Tugas rele untuk mendeteksi adanya gangguan yang

terjadi pada daerah pengamanannya dan memberikan perintah untuk membuka pemutus

tenaga dan memisahkan bagian yang terganggu. Letak pemutus tenaga sedemikian rupa

sehingga setiap bagian dari sistem dapat dipisahkan. Dengan demikian bagian dari sistem

lainnya yang tidak terganggu jangan sampai dilepas dan masih beroperasi secara normal,

sehingga tidak terjadi pemutusan pelayanan. Jika terjadi pemutusan atau pemadaman

14

Page 15: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

hanya terbatas pada daerah yang terganggu. Contoh zona proteksi rele ditunjukkan pada

gambar berikut.

Gbr. Diagram satu garis suatu sistem yang menunjukkan zona proteksi

4. Kecepatan Kerja

Rele proteksi harus dapat bekerja dengan cepat. Namun demikian, rele tidak boleh

bekerja terlalu cepat (kurang dari 10 ms). Disamping itu, waktu kerja rele tidak boleh

melampaui waktu penyelesaian kritis (critical clearing time). Pada sistem yang besar atau

luas, kecepatan kerja rele proteksi mutlak diperlukan karena untuk menjaga kestabilan

sistem agar tidak terganggu.

5. Ekonomis

Satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan rele proteksi adalah

masalah harga atau biaya. Rele tidak akan diaplikasikan didalam sistem tenaga listrik, jika

15

Page 16: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

harganya sangat mahal. Persyaratan reliabilitas, sensitivitas, selektivitas, dan kecepatan

kerja rele tidak menyebabkan harga rele tersebut menjadi mahal.

2.4. Terminologi

Ada beberapa istilah (terminologi) yang perlu diketahui diantaranya adalah:

a. Rele adalah sebuah alat yang bekerja membuka dan menutup secara automatis

karena beroperasinya peralatan lain dibawah pengaruh besaran listrik,

b. Rele proteksi adalah sebuah alat listrik yang bekerja secara automatis mendeteksi

keadaan abnormal dalam rangkaian listrik dan memberikan sinyal ke PMT untuk

mengisolasi bagian yang terganggu. Dalam beberapa hal rele proteksi hanya cukup

memberikan alarm atau nyala lampu,

c. Waktu kerja rele (operating time) adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah rele

proteksi sesaat setelah terjadi gangguan sampai output rele menutup kontaknya,

d. Setting adalah suatu nilai besaran yang ditetapkan sebelumnya agar rele bekerja

pada nilai tersebut,

e. Pick-up, suatu rele dikatakan pick-up apabila kontak output rele bergerak dari

posisi off ke posisi on. Nilai dari besaran perubahan minimum pada karakteristik

ini disebut nilai pick-up,

f. Dropout atau reset, sebuah rele dikatakan dropout apabila kontak outputnya

bergerak dari posisi on ke posisi off,

g. Proteksi utama (main protection) adalah suatu proteksi yang pertama kali

mengamankan begitu ada gangguan di daerah proteksinya,

h. Rele cadangan (Backup relay) adalah sebuah rele yang bekerja setelah beberapa

saat rele utama gagal bekerja,

i. Burden adalah daya yang diperlukan untuk mengoperasikan rele, dinyatakan dalam

volt amper (VA)

16

Page 17: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

III. RELE ARUS LEBIH

Rele arus lebih merupakan suatu rele yang bekerjanya berdasarkan adanya

kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan dalam jangka waktu

tertentu. Rele arus lebih dikategorikan menjadi 3, yaitu

1) Rele arus lebih seketika (instantaneous over-current relay),

2) Rele arus lebih dengan karakteristik tundaan waktu yang tidak tergantung

pada besarnya arus gangguan (definite time over current relay), dan

3) Rele arus lebih dengan karakteristik tundaan waktu terbalik (inverse time

over current relay).

3.1. Rele Arus Lebih Seketika

Rele arus lebih seketika adalah rele arus lebih yang bekerja tanpa penundaan waktu

(jangka waktu rele) mulai saat arusnya pick-up sampai selesai sangat singkat (sekitar 20 –

100 ms). Salah satu contoh rangkaian sederhana dari rele arus lebih seketika dapat dilihat

pada Gambar 3.1. Sedangkan sistem kerja rangkaian tersebut adalah sebagai berikut.

Gbr. 3.1. Rele arus lebih seketika

Arus masukan dari CT (trafo arus) diumpankan ke suatu CT bantu (biasanya

berupa transactor yang merubah arus ke suatu tegangan) dengan beberapa sadapan pada

belitan sekundernya. Arus sekunder kemudian diumpankan ke suatu penyearah jembatan

17

Page 18: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

gelombang penuh yang dilindungi terhadap tegangan lebih transient oleh filter R1-C1 .

Keluaran penyearah kemudian mengalir ke basis transistor T1. Keluaran tadi yang terdapat

pada resistor R2 diratakan oleh kapasitor C2. Transistor T1 (npn) dan transistor T2 (pnp)

dalam keadaan off. Apabila tegangan basis T1 melebihi nilai pickup yang telah diset

melalui potensiometer Pe, maka T1 akan bekerja sehingga menyebabkan T2 dan rele output

AR akan bekerja pula. Thermistor Th pada kolektor T1 dimaksudkan sebagai kompensasi

suhu, sedangkan diode D sebagai pengaman rele output Tr. Besarnya arus pickup dapat

diatur melalui tap-tap transformator bantu dan potensiometer Pe.

Pada rele diatas ada kemungkinan terjadi sensitivitas yang berlebihan

(oversensitivity) pada saat terjadi arus gangguan transient dengan komponen-komponen

arus searah. Hal ini dapat dicegah dengan membuat transformator bantu (auxiliary

transformer) menjadi jenuh diatas nilai pick-up. Juga filter transient R1C1 diatas akan

mengurangi terjadinya oversensitivity.

3.2. Rele Arus Lebih Dengan Tundaan Waktu

Ada beberapa jenis rele arus lebih dengan tundaan waktu, hal ini tergantung pada

karakteristik waktu tundanya. Berdasarkan tundaan waktu kerjanya rele arus lebih dapat

dibedakan menjadi :

a. Waktu tertentu (definite time)

b. Waktu minimal tertentu terbalik (inverse definite minimum time/IDMT)

c. Sangat berbanding terbalik (very inverse)

d. Sangat berbanding terbalik sekali ( extremely inverse).

Gambar 3.2 merupakan diagram karakteristik rele arus lebih dengan tundaan waktu.

Gambar 3.2. Karakteristik Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu

18

Page 19: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Perbedaan mendasar antara rele arus lebih dengan tundaan waktu tertentu terhadap

rele arus lebih jenis inverse adalah pada pengisian kapasitor yang digunakan. Waktu

operasi dari rele arus lebih jenis definite time adalah tetap dan tidak tergantung pada

besanya arus gangguan. Fungsi dari arus input hanya untuk mengisi muatan kapasitor,

sesudah itu rangkaian akan bekerja untuk membuka pemutus tenaga. Dengan kata lain arus

masukan pada rele jenis definite time hanya mengontrol atau membandingkan dengan

besarnya arus pickup-nya, sedangkan pada rele jenis inverse arus masukan mengendalikan

tidak hanya arus pickup, tetapi juga tingkat tegangan pengisian kapasitor sehingga waktu

kerjanya tergantung pada besarnya arus masukan.

3.2.1 Rele Arus Lebih Dengan Tundaan Waktu Tertentu

Rele arus lebih dengan karakteristik tundaan waktu tertentu adalah suatu rele yang

jangka waktu mulai rele pickup sampai rele trip, diperpanjang dalam waktu tertentu. Blok

diagram dan rangkaian lengkap rele jenis ini bisa dilihat pada Gambar 3.3. dan Gambar

3.4, sedangkan alur kerjanya secara garis besar adalah sebagai berikut.

Gambar 3.3. Blok Diagram Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu Tertentu

Gambar 3.4. Rangkaian Lengkap Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu Tertentu

Arus masukan bolak-balik diubah menjadi tegangan searah melalui suatu CT bantu

(auxiliary CT) atau transactor dan penyearah jembatan. Tegangan ini kemudian

diumpankan ke transistor T1 melalui resistor R2. Pada kondisi normal, transistor T1 (npn)

19

Page 20: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

dalam keadaan konduksi (konduksi) karena adanya bias dari catu tegangan melalui resistor

R4 – ini akan menghubungsingkatkan kapasitor C. Pada saat arus masukan melebihi nilai

setelan yang telah ditentukan oleh potensiometer P1 maka sambungan base- emitter T1

reverse biased sehingga T1 menjadi OFF. Pada kondisi ini kapasitor C mulai mengisi

muatan dari tegangan suplai melalui resistor R3. Pada saat tegangan kapasitor melebihi

tegangan emitter T2, sebagaimana telah ditentukan atau diatur oleh potensiometer P2, maka

transistor T2 konduksi dan akan menggerakkan T3 untuk konduksi pula dan selanjutnya

akan membuat rele output AR akan bekerja.

Pada saat arus masukan menurun maka dengan segera T1 konduksi dan melepaskan

muatan kapasitor C sehingga rangkaian direset dengan cepat. Dioda reverse-biased D

berfungsi untuk mengamankan transistor dari tegangan induksi yang cukup tinggi akibat

induktansi kumparan rele output. Disini potensiometer P1 berperan sebagai Plug setting

multipier (PMS) dan potensiometer P2 berperan sebagai Time multiplier setting (TMS).

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa pengisian kapasitor dilakukan oleh tegangan

suplai bantu, sedangkan arus masukan hanya menentukan/mengendalikan kondisi pickup

dari rele.

3.2.2 Rele Arus Lebih Dengan Tundaan Waktu Terbalik

Rele arus lebih jenis inverse pada dasarnya hampir sama dengan rele arus lebih

jenis definite. Perbedaannya hanya pada waktu kerjanya. Gambar 3.5 merupakan contoh

rangkaian dasar rele arus lebih jenis inverse.

Gambar 3.5. Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu Terbalik

Pada saat besar arus masukan bolak-balik rendah, transistor T1 dalam keadaan

konduksi sehingga menghubungsingkatkan kapasitor C. Apabila arus masukan melebihi

nilai settingnya yang diatur melalui potensiometer P2 dan taping pada sekunder

transformator, maka transistor T1 terbuka (off) sehingga kapasitor C terisi muatannya dari

20

Page 21: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

arus masukan (melalui tegangan yang dibangkitkan pada resistor R2 ) melalui resistor R1

dan potensiometer P1. Pada saat tegangan kapasitor tersebut melebihi besarnya tegangan

yang disetting melalui potensiometer P3, maka transistor T2 konduksi sehingga transistor T3

juga konduksi, yang selanjutnya menyebabkan rele output AR bekerja.

Pada rele ini Plug setting multiplier dilakukan melalui taping pada sekunder

transformator dan potensiometer P2. Time multiplier setting (TMS) ditentukan oleh

potensiometer P1 dan P3.

Rele diatas merupakan rangkaian dasar untuk rele arus lebih dengan tundaan waktu

terbalik. Untuk rele arus lebih jenis very inverse dan extremely inverse bisa diperoleh

dengan memodifikasi rangkaian pengisian kapasitor, yakni dengan menghubungkan suatu

dioda zener atau resistor peka tegangan (voltage sensitive resistor) pada R1 yang akan

memodifikasi karakteristik penundaan waktu.

Meskipun teknologi dibidang rele static telah mengalami kemajuan yang begitu

pesat, namun pemakaian rele arus lebih jenis magnetic atau mekanik masih banyak

digunakan, terutama di Indonesia.

3.3. Karakteristik Rele Arus Lebih Waktu Terbalik (inverse)

Waktu kerja (operating time) dari rele ini adalah berbanding terbalik dengan besarnya

arus masukan atau arus gangguan seperti yang terlihat pada Gambar 3.6. Karakteristik

waktu vs arusnya adalah sesuai dengan BS 142 : 1966 dan IEC 255-4. Secara matematis

hubungan antara tundaan waktu kerja rele dengan besarnya arus masukan atau arus

gangguan dinyatakan oleh persamaan :

t = detik (3.1)

di mana : t = tundaan waktu kerja rele (detik)

k = setelan skala pengali waktu (time multiplier setting)

If = arus masukan ke rele

Iset = nilai setelan arus lebih

Konstanta-konstanta dan menentukan tingkat atau derajat inversitas dari

tundaan waktu rele dan menurut standar di atas nilainya adalah sebagai berikut :

21

Page 22: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

t10

Normal Inverse (N) 0,02 0,14 3,0 sVery Inverse (V) 1,0 13,5 1,5 sExtremely Inverse (E) 2,0 80,0 0,8 s

Dimana t10 menyatakan tundaan waktu kerja rele untuk besarnya arus masukan

sama dengan 10 kali nilai setelan arus rele (I>) dan dengan setelan skala pengali waktu

k = 1.

Gambar 3.6.a Karakteristik Normal Inverse. Apabila arus masukan (energizing current) melebihi

22…23 kali setelan I>, maka rele akan mengikuti karakteristik tundaan waktu independent.

22

Page 23: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gambar 3.6.b Karakteristik Very Inverse. Apabila arus masukan (energizing current) melebihi

22…23 kali setelan I>, maka rele akan mengikuti karakteristik tundaan waktu independent.

23

Page 24: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gambar 3.6.c Karakteristik Extremely Inverse. Apabila arus masukan (energizing current) melebihi 22…23 kali setelan I>, maka rele akan mengikuti karakteristik tundaan waktu

independent.

24

Page 25: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

3.4. Pemasangan Rele Arus Lebih

Rele arus lebih merupakan rele yang banyak digunakan pada komponen-komponen

sistem tenaga listrik, yaitu mulai dari generator, transformator tenaga pada transmisi, bus

bar, saluran transmisi sampai pada saluran distribusi. Untuk pengamanan terhadap hubung

singkat pada generator, transformator, atau jaringan dengan pentanahan melalui

impedansi, rele dipasang pada dua fasa. Sedangkan untuk pentanahan langsung diperlukan

rele arus lebih untuk ketiga fase.

Gambar 3.8. Block dan Connection Diagram Rele Arus Lebih

Rele arus lebih berfungsi untuk merasakan adanya arus lebih karena gangguan

hubung singkat dan kemudian memberi perintah kepada PMT untuk membuka. Rele arus

lebih ini pada umumnya digunakan pada sistem tegangan rendah sampai tegangan tinggi.

25

Page 26: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

IV. RELE TEGANGAN

4.1. PendahuluanSalah satu hal yang harus dihindari pada pengoperasian peralatan listrik ialah

kelebihan tegangan (overvoltage) ataupun kekurangan tegangan (undervoltage).

Kelebihan tegangan hampir dapat dipastikan akan merusak setiap peralatan listrik. Hal ini

umumnya akan menyebabkan timbulnya panas yang belebihan sehingga dapat

menyebabkan terbakarnya peralatan listrik tersebut. Sebaliknya, kekurangan tegangan

belum tentu merusak peralatan listrik. Pada beberapa peralatan listrik seperti lampu pijar

ataupun peralatan lain yang bersifat resistip, kekurangan tegangan tidak akan

membahayakan peralatan tersebut. Tetapi bagi beberapa peralatan lain seperti motor

induksi, kekurangan tegangan dapat menyebabkan faktor daya (cos-) yang terlalu rendah.

Hal ini akan menyebabkan arus peralatan tersebut terlalu besar, sehingga menimbulkan

panas yang berlebihan dan pada akhirnya akan merusak peralatan tersebut. Untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ini maka suatu panel distribusi tegangan rendah

umumnya dilengkapi dengan rele tegangan yang berfungsi untuk memantau tegangan

busbar. Jika nilai tegangan ini keluar dari batas-batas aman maka rele ini akan membuka

CB utama sehingga catuan daya ke panel tersebut akan diputus.

4.2. Prinsip Kerja Dasar

Rele tegangan elektronik ( Gambar 4.1) mendeteksi besarnya tegangan melalui

trafo tegangan atau yang lebih dikenal sebagai PT (potensial transformer). PT berfungsi

untuk menurunkan tegangan yang masuk ke rele dan sekaligus mengisolasi rele dari

tegangan rangkaian yang diukur. Masukan PT umumnya adalah 110V atau 220V

sedangkan keluarannya adalah tegangan yang berkisar antara 12V hingga 24V, tergantung

dari rangkaian yang digunakan. Tegangan keluaran PT ini terlebih dahulu disearahkan,

selanjutnya dibandingkan dengan dua tegangan acuan, sebut saja VA untuk tegangan acuan

atas dan VB untuk tegangan acuan bawah. Jika tegangan keluaran PT lebih besar dari VA

maka rele keluaran pertama akan diaktipkan. Sebaliknya jika tegangan keluaran PT lebih

kecil dari VB maka rele keluaran kedua yang akan diaktipkan

26

Page 27: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

C1 R2

T1D1

D2

R1

INPUT220V

V S

Gambar 4.1 Rangkaian lengkap rele tegangan elektronik

Agar dapat mengabaikan kelebihan atau kekurangan tegangan yang berlangsung

sesaat (transient), maka rele tegangan biasanya dilengkapi dengan rangkaian tunda (delay)

yang dapat menunda kerja kontak keluaran. Lamanya tundaan waktu dapat diatur,

umumnya berkisar antara 0 hingga 10 detik.

4.3. Rangkaian Rele Tegangan

Rele tegangan terdiri dari beberapa rangkaian dasar yaitu:

1. Rangkaian masukan,

2. Rangkaian pembanding tegangan

3. Rangkaian tunda

4. Rangkaian penggerak rele keluaran

5. Rangkaian catu daya

4.3.1. Rangkaian masukan

Tegangan masukan diturunkan sekaligus diisolasi oleh trafo T1 dan disearahkan

oleh dioda D1 dan D2, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.2.

27

Page 28: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

+

-A1

+

-A2

V A

V S

VR1

R4

R3

VR2V B

+12V

KERANGKAIAN

TUNDA

Gambar 4.2. Rangkaian masukan

Selanjutnya tegangan ini ditapis oleh kapasitor C1 untuk menghilangkan kerut (ripple).

Besarnya tegangan jepit dari C1 adalah :

VC1 Vm – (4.1)

dan Vm x VSEK (4.2)

dimana

VSEK : tegangan sekunder trafo

IDC : arus beban

f : frekuensi jala-jala

C : kapasitansi C1

Sebelum diteruskan ke rangkaian pembanding, tegangan ini disesuaikan oleh tahanan R1

dan R2 yang membentuk rangkaian pembagi tegangan resisitip. Besarnya tegangan yang

diterima pembanding adalah :

VS = . VC1 (4.3)

4.3.2. Rangkaian Pembanding Tegangan

Sebagai pembanding tegangan digunakan opamp yang mempunyai faktor

penguatan tegangan loop terbuka (AV) yang mendekati tak terhingga. Oleh karena itu jika

tegangan pada masukan tak-membalik sedikit lebih tinggi dari tegangan pada masukan

membaliknya maka keluaran pembanding akan jenuh tinggi dan bernilai mendekati nilai

VCC (tegangan catuan). Sebaliknya jika tegangan pada masukan membalik sedikit lebih

tinggi dari tegangan pada masukan tak-membaliknya maka keluaran pembanding akan

jenuh rendah sehingga tegangannya mendekati nol. Rangkaian dari pembanding tegangan

ini diperlihatkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Rangkaian

pembanding tegangan

28

Page 29: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

VR3

C2

D3

D4

N2

N3

N1

R5

DARIKELUARAN

A1

DARIKELUARAN

A2

KEPENGGERAK

RELE RL1

KEPENGGERAK

RELE RL2

Penguat A1 membandingkan tegangan VS yang dihubungkan ke masukan tak

membaliknya (non-inverting input) dengan tegangan acuan VA yang dihubungkan ke

masukan membaliknya (inverting input). Tegangan acuan VA adalah ambang tegangan

maksimum yang diperkenankan. Tegangan ini diperoleh dari kontak geser (wiper)

potensiometer VR1. Jika VS > VA maka keluaran A1 akan jenuh positip sehingga tegangan

keluaran A1 akan mendekati tegangan catu, yaitu 12VDC. Sebaliknya jika VS < VA maka

keluaran A1 akan jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan mendekati nol.

Penguat A2 membandingkan tegangan VS yang dihubungkan ke masukan

membaliknya dengan tegangan acuan VB yang dihubungkan ke masukan tak membaliknya.

Tegangan acuan VB adalah ambang tegangan minimum yang diperkenankan. Tegangan

ini diperoleh dari kontak geser potensiometer VR2. Jika VS < VB maka keluaran A1 akan

jenuh positip sehingga tegangan keluaran A2 akan mendekati tegangan catu. Sebaliknya

jika VS > VB maka keluaran A2 akan jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan

mendekati nol. Oleh karena itu agar tegangan keluaran dari penguat A1 dan A2 mendekati

nol maka besarnya tegangan VS haruslah :

VB < VS < VA (4.4)

Nilai tahanan R3, R4, VR1 dan VR2 ditentukan sedemikian rupa agar kisar

pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan masukan dari 220V hingga 240V dan kisar

pengaturan VA memungkinkan kisar tegangan masukan dari 200V hingga 220V.

4.3.3. Rangkaian Tunda

Agar dapat mengabaikan kenaikan atau penurunan tegangan yang berlaku sesaat

(transien), maka rele tegangan ini dilengkapi dengan rangkaian tunda. Untuk itu maka

keluaran dari rangkaian pembanding selain diteruskan ke rangkaian penggerak rele

keluaran, juga dilewatkan melalui suatu rangkaian tunda, seperti yang diperlihatkan pada

Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Rangkaian tunda

29

Page 30: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

R8

Q2

R9

D6 RL2

R6

Q1

R7

D5 RL1

+12V

+12V

DARIKELUARAN

N2

DARIKELUARAN

N3

Rangkaian tunda ini terdiri dari VR3, C2 dan N1. Jika bernilai tinggi, keluaran penguat

A1 dan A2 masing-masing akan meng-enable gerbang N2 dan N3. Selain itu, kedua

keluaran ini juga akan mengisi kapasitor C2 melalui dioda D3 dan D4 dan VR3.

Kapasitor C2 ini berfungsi untuk menunda pengaktipan (enable) gerbang-gerbang

N2 dan N3 melalui gerbang N1. Ketiga gerbang ini adalah gerbang AND dari keluarga

CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor). Tujuan penggunaan CMOS adalah

untuk mendapatkan nilai hambatan masukan yang mendekati tak terhingga agar tidak

membebani kapasitor C2. Lamanya tundaan waktu adalah sama dengan waktu yang

dibutuhkan untuk mengisi kapasitor C2 agar tegangan jepitnya mencapai tegangan ambang

(treshold) logika tinggi dari gerbang N1. Lamanya tundaan waktu dapat dinyatakan

sebagai :

TD 0,7.VR3.C2 detik (4.5)

Dengan mengatur nilai VR3 maka tundaan waktu ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

4.3.4. Rangkaian Penggerak Rele Keluaran

Rele tegangan yang dibahas mempunyai dua buah rele keluaran. Satu untuk

menyatakan tegangan lebih dan satu untuk menyatakan tegangan kurang. Masing-masing

rele ini digerakkan oleh suatu transistor bipolar, seperti yang diperlihatkan pada

Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Rangkaian penggerak rele keluaran

30

Page 31: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

T2D7

D8

C3

7812

C5 C6C4

+12VIC1

Jika keluaran A1 bernilai tinggi pada akhir tundaan waktu ini maka keluaran gerbang N2

akan tinggi sehingga memberikan arus basis pada transistor Q1. Besarnya arus basis ini

adalah :

IB = (4.6)

dimana

VOH : Tegangan keluaran logika tinggi N2

VBE : Tegangan basis-emiter Q1

Hal ini akan menyebabkan Q1 menghantar sehingga pada kolektornya akan mengalir arus

sebesar :

IC = hFE.IB (4.7)

dimana hFE adalah faktor penguatan arus searah dari transistor yang digunakan. Arus

kolektor ini akan menyebabkan rele RL1 bekerja.

Sebaliknya jika keluaran A2 yang bernilai tinggi pada akhir tundaan waktu ini

maka keluaran gerbang N3 yang akan tinggi sehingga memberikan arus basis pada

transistor Q2. Hal ini akan menyebabkan Q2 menghantar sehingga rele RL2 yang akan

bekerja.

Dengan demikian maka akan tersedia satu kontak untuk tegangan lebih dan satu

kontak untuk tegangan kurang. Untuk mendapatkan sinyal yang menyatakan keduanya

maka untuk rele-rele RL1 dan RL2 dapat digunakan rele dengan dua kontak, dimana kedua

kontak tersebut dihubungkan paralel atau seri, tergantung pada kebutuhan.

4.3.5. Rangkaian Catu Daya

Opamp umumnya membutuhkan catudaya ganda yang berkisar antara ±6VDC

hingga ±18VDC atau catu daya tunggal yang berkisar antara +12VDC hingga +36VDC.

Gerbang CMOS membutuhkan catudaya tunggal yang berkisar antara +3VDC hingga

+15VDC. Rele arus searah tersedia untuk tegangan-tegangan 6, 12, 24, 110, dan 220VDC.

Agar dapat mencatu seluruh komponen yang digunakan pada rangkaian maka catuan yang

dipilih adalah +12VDC. Untuk itu maka rele keluaran yang digunakan adalah rele dengan

kumparan 12VDC. Tegangan catuan sebesar +12VDC dapat diperoleh dari catudaya yang

diperlihatkan pada Gambar 4.6. Pada catudaya ini, tegangan jala-jala diturunkan oleh trafo

tegangan T2 ke nilai yang sesuai. Trafo ini sekaligus berfungsi untuk mengisolasi

rangkaian dari tegangan jala-jala. Selanjutnya tegangan sekunder dari T2 disearahkan oleh

31

Page 32: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

T2D7

D8

C3

7812

C5 C6C4

+12VIC1

pasangan dioda D7 dan D8 yang membentuk penyearah gelombang penuh, untuk

selanjutnya ditapis oleh kapasitor C3 untuk menghilangkan kerut. Tegangan yang

dihasilkan masih dipengaruhi oleh pembebanan. Oleh karena itu untuk menstabilkan

tegangan ini digunakan regulator seri berupa suatu rangkaian terpadu atau IC (integrated

circuit) tipe LM7812.

Gambar 4.6. Rangkaian catudaya

IC regulator ini akan mempertahankan tegangan keluarannya sebesar +12VDC untuk

tegangan masukan yang berkisar dari +14VDC hingga +35VDC.

Daya yang hilang atau disipasi daya pada regulator adalah :

PD (VIN – 12V).IL Watt (4.8)

dimana

PD : disipasi daya

VIN : tegangan masukan regulator

IL : arus beban

Disipasi daya ini akan diubah menjadi panas. Agar regulator tidak menjadi terlalu panas

maka panas ini harus dibuang dengan menggunakan pendingin atau heatsink. Agar daya

yang hilang tidak terlalu banyak maka VIN harus dibuat serendah mungkin, namun dapat

mengantisipasi turun naiknya VIN disebabkan oleh perubahan arus beban dan turun naiknya

tegangan jala-jala.

Keluaran dari regulator ini ditapis lebih lanjut oleh kapasitor C6 untuk

menghiangkan kerut sehingga pada keluaran regulator akan diperoleh tegangan searah

sebesar +12VDC yang benar-benar stabil dan bebas kerut.

Kapasitor C4 dan C5 berfungsi untuk menjamin agar IC regulator tidak berosilasi,

sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.

32

Page 33: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

V. RELE DIFERENSIAL

5.1. Pendahuluan

Rele differensial dirancang untuk melindungi generator, transformator dan motor-

motor tegangan tinggi dengan daya besar terhadap gangguan fasa ke fasa dan fasa ke

tanah. Suatu kelebihan dari rele differensial persentase (percentage differential relay atau

biased differential relay ) ini, selain tersedianya setelan arus differensial dasar, juga

tersedia setelan untuk tingkat bias (degree of bias) dari rele. Hal ini memberikan suatu

kemungkinan untuk mendapatkan kepekaan yang maksimum jika terjadi gangguan di

dalam daerah perlindungannya. Sebaliknya rele differensial tetap stabil untuk gangguan-

gangguan yang terjadi di luar daerah perlindungan.

5.2 Prinsip Kerja

Rele differensial bekerja berdasarkan perbedaan arus pada kedua sisi peralatan

yang dilindungi. Dalam kondisi kerja normal atau terjadi gangguan di luar daerah

perlindungan, arus sekunder trafo arus di kedua sisi generator adalah :

I1 - I2 = 0 (5.1)

Sedangkan untuk gangguan di dalam daerah yang dilindunginya, arus yang

mengalir adalah :

I1 - I2 = If (5.2)

dimana If adalah arus gangguan yang terlihat dari sisi sekunder trafo arus tersebut.

Perlu disadari bahwa karena kesalahan pada trafo arus, persamaan di atas tidak akan

sepenuhnya benar dalam praktek. Untuk memperhitungkan ketidak telitian ini, dapat

dipilih nilai arus yang rendah, sehingga untuk keadaan sistem yang normal dan untuk

di luar daerah perlindungan:

(5.3) dan untuk gangguan di dalam daerah perlindungan:

(5.4)

33

Page 34: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gbr. 5.1 Prinsip kerja rele diferensial

Oleh karena itu, prinsip kerja rele tersebut dapat didefinisikan dengan :

.............................bertahan (5.5)

.............................bekerja (5.6)

Dari Gambar 5.1 dapat kita lihat bahwa arus yang melalui operating coil adalah I1 – I2, dan

rele itu akan melindungi gulungan generator dengan mengoperasikan circuit breaker.

Seringkali kesalahan trafo arus akan bertambah dengan meningkatnya nilai I1 dan I2. Untuk

hal semacam ini, masih mungkin untuk membuat nilai tergantung pada harga rata-rata

dari I1 dan I2. Suatu rele dapat dirancang menurut model ini sehingga prinsip kerja untuk

rele ini menjadi :

....................bekerja (5.7)

....................bertahan (5.8)

dimana k adalah konstanta disain rele differensial itu.

34

Page 35: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Rele semacam ini dikenal sebagai rele differensial persentase. Arus (I1 + I2)/2 = Iv

dinamakan arus penahan (restraining current), dan arus (I1 – I2) = ID adalah arus kerja

(tripping current) dari rele tersebut.

Dalam rele diferensial persentase elektromekanis, kumparan B1, B2, dan O

digulung pada inti magnetis bersama dengan arah sedemikian rupa sehingga arus yang

melalui B1 dan B2 menimbulkan mmf (gaya gerak magnet) yang berlawanan dengan yang

dihasilkan oleh arus pada kumparan O. Dalam rele elektronis karakteristik yang

dikehendaki diperoleh melalui faktor penguatan pada jalur sinyal yang bersesuaian.

Gbr. 5.2. Diagram proteksi diferensial

suatu gulungan generator

35

Page 36: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Disamping untuk proteksi generator, rele diferensial juga digunakan untuk proteksi

transformator daya. Transformator daya biasanya dilengkapi dengan setelan cabang

Gbr. 5.3. Diagram proteksi diferensial Transformator Daya

(tap) yang dapat diubah, yang memungkinkan tegangan sekundernya dapat diatur dalan

daerah tertentu. Pengaturan ini biasanya dapat diubah dalam beberapa langkah kecil dalam

daerah 10 persen dari perbandingan lilitan nimonal N1/N2. Jika setelan cabang

menghasilkan perbandingan gulungan yang tidak normal, relenya akan melihat arus

diferensial pada saat keadaan beban normal. Untuk mencegah kerja yang tidak semestinya,

dalam hal ini harus digunakan rele diferensial persentase.

Transformator tiga fasa dengan gulungan Y/ (Gambar 5.3) memerlukan

pembahasan lebih lanjut. Seperti telah diketahui bahwa arus primer dan sekunder dari

transformator semacam itu berbeda dalam magnitude dan sudut fasanya dalam keadaan

kerja normal. Oleh karena itu, transformator ini harus dihubungkan dengan cara

36

Page 37: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

sedemikian rupa sehingga arus saluran sekunder CT seperti yang terlihat oleh rele adalah

sama dalam keadaan normal (tanpa gangguan). Hubungan sudut fasa yang benar dperoleh

dengan menyambungkan CT pada sisi wye dari transformator dalam delta, dan yang pada

sisi delta dari transformator daya dalam wye. Dengan cara ini, sambungan CT meniadakan

pergeseran fasa yang ditimbulkan oleh transformator daya yang dihubungkan Y/ .

5.3. Karakteristik

Karakteristik bias yang ideal dari rele ditunjukkan pada Gambar 5.4. Terdapat tiga

daerah operasi pada karakteristik tersebut :

a. Rentangan bagian pertama meliputi Iv = 0 sampai dengan Iv = 0,5.IN. Besarnya arus

differensial yang diperlukan untuk mengoperasikan rele adalah konstan, yaitu sama

dengan setelan dasar ‘p’ pada rele.

b. Rentangan bagian kedua meliputi Iv = 0,5.IN sampai dengan Iv = 2,5.IN, derajat

stabilisasi dapat diatur melalui pengaturan setelan bias ‘s’ pada rele. Jadi dengan

adanya setelan s, besarnya arus diferensial yang dapat mengoperasikan rele ditentukan

oleh berbagai harga arus bias Iv.

c. Rentangan bagian ketiga meliputi Iv > 2,5.IN, derajat stabilisasi adalah konstan dan

100%, maksudnya kenaikan tertentu dari arus bias Iv menyebabkan arus kerja rele pun

naik dengan kenaikan yang sama dengan arus bias Iv.

Gbr. 5.4. Karakateristik Bias teoritis untuk rele differensial

37

Page 38: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

5.4. Setelan Rele

a. Setelan arus diferensial dasar ‘p%’

p = ; IN = arus rating rele

setelan ini menyatakan operating level dari rele dalam rentangan bagian pertama dari

karakteristik ideal rele. Harga p dapat diatur dari 10 sampai 25 persen dari arus rating

rele (IN).

b. Setelan tingkat bias (penahan) ‘s%’

s =

Harga setelan s dapat diatur dari 5 sampai 25 persen.

VI. RELE URUTAN FASA NEGATIF

38

Page 39: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

6.1. Pendahuluan

Rele ini digunakan untuk proteksi generator dan motor-motor besar terhadap kerusakan

dan tekanan thermis yang diakibatkan oleh keadaan sistem yang tidak seimbang.

Dalam kondisi yang tidak seimbang, besaran-besaran jaringan dapat diuraikan

menjadi tiga buah komponen yang simetris, yaitu komponen urutan positif, negatif dan

nol. Komponen arus urutan fasa negatif menghasilkan rugi-rugi tambahan pada mesin-

mesin berputar, karena ia dapat menimbulkan medan putar berlawanan pada mesin-mesin

berputar. Medan putar berlawanan (Counter Rotating Field) ini menginduksikan arus

frekwensi ganda pada rotor sehingga dapat menimbulkan panas pada bagian rotor tersebut.

Disamping itu, arus urutan negatif dapat pula menimbulkan tegangan yang berbahaya dan

getaran pada rotor.

Kemampuan suatu generator untuk dialiri oleh arus urutan negatif secara kontinu

berbeda satu sama lain tergantung kepada konstruksi rotor, ukuran mesin dan sistem

pendinginannya.

Ganguan-gangguan tidak seimbang yang berbahaya adalah yang disebabkan oleh

gangguan-gangguan hubung singkat tidak simetris dan gangguan tanah, dan biasanya

gangguan-gangguan ini dapat dengan cepat diatasi oleh peralatan proteksi hubungan

singkat dan gangguan tanah. Tetapi keadaan beban yang tidak seimbang yang dapat

ditimbulkan oleh adanya kawat penghantar yang terputus atau beban yang terpasang pada

jaringan memang tidak seimbang dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Oleh sebab

itu generator perlu dilengkapi dengan proteksi arus lebih urutan fasa negatif dimana

karakteristiknya dapat disesuaikan dengan kapasitas thermis dari mesin tersebut.

6.2. Prinsip Kerja

Rele arus urutan fasa negatif diberi masukan dari dua buah trafo arus seperti terlihat pada

Gambar 6.1. Dengan adanya suatu rangkaian filter pada rele, komponen arus urutan fasa

negatif I2 dapat dipisahkan. Arus urutan negatif I2 dapat dipandang sebagai suatu ukuran

untuk tingkat atau derajat ketidakseimbangan sistem.

39

Page 40: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gbr. 6.1. Block Dan Connection Diagram Rele Urutan Fasa Negatif

Apabila komponen urutan fasa negatif ini melebihi nilai setelan k2 maka rele akan

diaktifkan dan starting output relay, terminal 11-15-19, akan bekerja (picks-up). Pada saat

yang sama rele mulai mengisi suatu digital accumulator, dimana kecepatan pengisiannya

berbanding langsung dengan harga kwadrat besar arus urutan negatif yang sebenarnya.

Apabila isi dari accumulator ini sama atau melebihi suatu harga tertentu, sesuai dengan

setelan k1, maka rele akan bekerja, yaitu output relay, terminal 4-8-12 dan 10-14-18 akan

bekerja dan indikator T akan menyala. Kemudian apabila besarnya arus urutan fasa negatif

menurun di bawah nilai setelan k2, starting output relay, terminal 11-15-19, dan delayed

output relay, terminal 4-8-12 dan 10-14-18 akan drops off. Jika rele sudah dalam kondisi

reset, accumulator yang menentukan waktu kerja rele akan mulai dikosongkan dengan

kecepatan pengosongan yang linier. Waktu pengosongan ini ditentukan oleh setelan tp. jadi

accumulator tidak langsung dikosongkan apabila rele telah reset.

40

Page 41: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

6.3. Karakteristik

Waktu kerja (Operating Time) dari rele dinyatakan oleh persamaan berikut ini :

t =

dimana : t = waktu kerja rele (detik)

I2 = arus urutan negatif jaringan

IN = arus rating rele (tergantung tipe rele yaitu 1A atau 5A)

k1 = konstanta mesin (konstanta I22t mesin, dinyatakan oleh pembuat

mesin)

k2 = ketahanan mesin terhadap arus urutan negatif kontinu, dinyatakan

oleh pembuat mesin

Seperti dapat dilihat dari persamaan di atas, waktu kerja dari rele adalah fungsi

kuadrat I2, kuadrat k2 dan konstanta k1, sehingga dengan demikian rele ini mempunyai

karakteristik waktu terbalik (Inverse Time Characteristic) seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 6.2. Tetapi karakteristik arus-waktu terbalik itu hanya berlaku untuk tingkat arus

urutan negatif I2/IN 0,7 saja. Untuk arus I2 yang lebih besar lagi, waktu kerja rele tidak

lagi ditentukan oleh persamaan di atas, tetapi oleh tundaan waktu yang tertentu yang

nilainya tergantung kepada setelan k1.

41

Page 42: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gbr. 6.2. Karakteristik Rele Arus Urutan Fasa Negatif

Apabila arus urutan negatif hanya sedikit melebihi setelan k2, waktu kerja rele

akan sangat lama. Untuk membatasi waktu kerja rele tersebut, rele dilengkapi dengan

suatu rangkaian pembatas waktu, yang akan mengoperasikan rele setelah 1200 detik atau

20 menit terhitung rele mulai diaktifkan.

6.4. Setelan Rele

a. Setelan tp, waktu pengosongan accumulator, rentangan setelan 5-50 detik.

b. Setelan k2 (%) : arus urutan fasa negatif I2 yang dapat ditahan oleh mesin secara

kontinyu tanpa kerusakan, dinyatakan dalam persen terhadap arus rating rele (IN),

yaitu :

k2 / % = x 100 %

Rentangan setelan = 2 sampai dengan 20 %.

42

Page 43: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gbr. 6.3. Setelan Rele Arus Urutan Fasa Negatif

c. Setelan k1 : konstanta mesin, adalah kemampuan I22t dari mesin (Tabel 6.1) yaitu

menyatakan kemampuan rotor untuk menerima tambahan panas yang ditimbulkan

oleh arus urutan negatif. Setelan k1 ini menentukan waktu kerja rele pada kondisi arus

gangguan berbahaya yaitu pada keadaan :

0,7

Rentangan setelan 5 s/d 40

Tabel 6.1

Type Mesin Sinkron Nilai yang diizinkan

Generator Berkutub Salient

Kondenser Sinkron

Generator Berotor Silinder Dengan Pendingin Langsung

Generator Berotor Silinder Tanpa Pendingin Langsung

40

30

20

10

43

Page 44: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

VII. RELE DAYA BALIK

7.1. Pendahuluan

Rele Daya Balik digunakan untuk perlindungan generator dan penggerak mulanya

terhadap aliran daya balik jika penggerak mulanya mengalami gangguan sehingga dapat

dicegah generator berfungsi sebagai motor.

7.2. Prinsip Kerja

Rele daya balik mengukur tegangan fasa ke netral dan arus pada fasa yang sama.

Pengukuran daya dan penentuan arah aliran daya didasarkan pada perkalian arus fasa dan

factor daya yaitu I x cos . Rele menganggap tegangan sebagai suatu konstanta dan

perubahan pada level tegangan hanya akan mempengaruhi keakuratan dari pengukuran

I x cos .

Setelan daya rele di set sebagai suatu nilai perbandingan terhadap rating daya rele

yaitu P/PN yang dinyatakan dalam persen. Setelan rele akan akurat sepanjang tegangan

masukan ke rele sama dengan rating tegangan rele. Jika tegangan masukan rele berbeda

dengan rating tegangannya setelan rele harus dikoreksi dengan suatu faktor k.

Rele akan mulai start apabila daya melebihi nilai setelannya dan daya mengalir

pada arah yang diukur oleh rele, atau

di mana : I = arus fasa

cos = faktor daya

UN = tegangan nominal

IN = arus nominal

P = besar daya balik yang akan dibatasi

PN = daya nominal generator

44

Page 45: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gbr. 7.1. Karakteristik kerja rele daya balik

Ketika penggerak mula generator mengalami gangguan, aliran daya generator

berbalik, generator mulai beroperasi sebagai motor. Jika daya yang diambil oleh generator

melampaui setelan rele maka rele daya balik akan bekerja.

7.3. Pemasangan

Rele Daya Balik dilengkapi dengan dua masukan, satu untuk arusa fasa yaitu masukan 2-6,

satu lagi untuk tegangan fasa ke netral yaitu masukan 1-5 seperti yang ditunjukkan dalam

Gambar 7.2. Rating tegangan masukan adalah 100/ Volt dan rating arusnya adalah 1A

untuk rele PBSP 1G1 J3 dan 5A untuk rele PBSP 1G5 J3. Tegangan suplai bantu diberikan

ke rele melalui terminal 16 dan 20.

Rele akan beroperasi (picks up) setelah tundaan waktu yang telah ditentukan

dicapai. Sinyal pemutusan dari rele diperoleh dari dua tahap keluaran. Keluaran tahap

pertama (terminal 11-15 dan 10-14-18) dipergunakan untuk sinyal pemutusan Circuit

Breaker generator dan shut down valve dari penggerak mula, sedangkan tahap kedua

(terminal 8-12 dan 9-13) digunakan sebagai cadangan.

45

Page 46: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gbr. 7.2. Block Dan Connection Diagram Rele Daya Balik

7.4. Karakteristik

Karakteristik kerja dari rele daya balik diperlihatkan pada Gambar 7.1. Apabila penggerak

mula dari generator mengalami gangguan, aliran daya generator berbalik arah, jadi

generator mulai bekerja sebagai motor. Kalau daya yang diterima atau diserap oleh

generator dalam situasi ini melebihi setelan rele, maka rele daya balik akan bekerja.

46

Page 47: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

7.5. Setelan Rele

a. Setelan tundaan waktu t1 dari keluaran tahap pertama

(first output stage).

Rentangan : 1 – 6 detik

b. Setelan tundaan waktu t2 dari keluaran tahap kedua

(second output stage).

Rentangan : 10 – 60 detik

c. Setelan batasan daya P/PN (Power Level Setting).

Setelan batasan daya disetel dalam persen dari rating

daya PN. Terbagi dalam dua rentangan, masing-

masing :

1. Untuk posisi selektor P x 1, rentangannya

0,5 – 5 %.

2. Untuk posisi selektor P x 10, rentangannya

5 – 50 %

Gbr. 7.3. Setelan Rele Daya Balik

Batasan operasi P dalam persen terhadap rating daya PN dapat disamakan dengan

“rating daya rele” yang ditetapkan oleh rating tegangan rele UN dan rating arus rele IN. Jadi

tegangan masukan dan arus masukan sebenarnya harus dipertimbangkan apabila rele akan

disetel.

CONTOH PENYETELAN :

Suatu generator dengan rating PN = 40 MW dan UN = 10 kV dilengkapi dengan sebuah rele

daya balik yang akan bekerja pada daya balik sebesar 3%. Perbandingan transformasi dari

trafo instrumen adalah 3000/5 A dan 10000 : / 100 : . Tentukan setelan batas daya

rele.

Penyelesaian

47

Page 48: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Setelan batas daya rele adalah :

= 2,3 %

Catatan :

Jika rele diberi masukan dari trafo tegangan dengan rating sekunder 110/ V atau

lainnya, perhitungan untuk penyelesaian diatas harus dikoreksi dengan suatu faktor k yang

dinyakan sebagai :

k =

dimana :

U = rating sekunder dari tegangan masukan maksimum 110 V

UN = rating tegangan rele 100 : V

Jadi setelan yang dikoreksi adalah :

k = . 2,3 % 2,5 %

VIII. TEORI UMUM RELE JARAK

48

Page 49: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

8.1 UMUM

Pada umumnya, fungsi daripada rele adalah untuk membedakan antara kondisi normal dan

kondisi gangguan sehingga dapat mengirimkan sinyal ketika gangguan tersebut terjadi. Rele

bekerja dengan mengukur perbedaan fungsi – fungsi yang ada (contoh : arus dan tegangan) dan

membandingkan di antara keduanya atau dari beberapa input yang berbeda, atau juga

membandingkan secara sederhana satu fungsi quantitas dengan nilai harga standarnya. Ada

beberapa pembanding (komparator) yang berbeda. Dua komparator yang umum digunakan adalah

komparator amplitudo dan phasa. Hubungan antara amplitudo dan phasa tergantung pada kondisi

sistem dan nilai sebelum gangguan dari hubungan ini, indikasi dari tipe tersebut dan lokasi

gangguan.

Untuk memperoleh persamaan umum dari komparator, dimisalkan konfigusai logika dari

rele diperoleh dari dua besaran dan sebuah komparator seperti pada Gambar 8.1(a), dengan

memisalkan S1 dan S2 sebagai sinyal input sehingga diperoleh :

dimana k1, k2, k3, dan k4 didisain konstan, dalam bentuk bilangan komplek dapat ditulis sebagai

berikut :

pada Gambar 2.1(b) terlihat diagram phasor. S1 dan S2 adalah input dari komparator yang

menghasilkan sinyal pengetripan (operasi) ketika pada modus perbandingan amplitudo.

(a)

49

Page 50: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

(b)

Gambar 8.1. Penggambaran umum komparator: (a) Blok Diagram; (b) Diagram Phasor

8.2 Komparator Amplitudo

Sinyal pengetripan dihasilkan oleh komparator amplitudo pada saat . Oleh

karena itu, modul – modul rele akan mengalami kesetimbangan pada threshold operation,

sehingga atau perbedaan sudut phasa antara kedua besaran tersebut, sehingga threshold

operation dapat dirumuskan sebagai berikut :

jika disusun kembali maka diperoleh :

jika dibagi dengan

dan dapat dituliskan :

50

Page 51: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

dimana :

Persamaan (8.8) memperlihatkan persamaan dari sebuah lingkaran dengan jari – jari r dan titik

tengah berlokasi pada 0 pada kurva , seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.1, berkoordinat

pada dan atau dapat ditulis sebagai p dan jq, sehingga persamaan (8.6) jika

dinyatakan dalam simbol alfa maka :

dimana :

Gambar 8.2. Karakteristik Threshold dari komparator yang diplot pada kurva-

51

Page 52: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gambar 8.3. Karakteristik Threshold dari komparator yang diplot pada kurva-

Persamaan (8.12) menunjukkan persamaan dari lingkaran dengan jari – jari r dan titik tengah pada

0 pada kurva-, seperti pada Gambar 8.3, memiliki koordinat di dan

dengan sumbu koordinat p dan jq.

8.3 Komparator Phasa

Sinyal pengetripan dihasilkan oleh komparator phasa dari dua sinyal positif yaitu S1 dan

S2, sinyal tersebut ditunjukkan dengan persamaan (8.16) dan (8.17), seperti hal sebelumnya dapat

ditunjukkan sebagai :

S1 dan S2 bernilai maksimum ketika kedua phasor sefasa, sehingga pada threshold operation

berlaku :

jika diambil tangensial kedua sisinya diperoleh :

persamaan di atas akan menjadi benar jika :

52

Page 53: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

atau

nilai dan dapat dihitung dari Persamaan (8.3) dan (8.4) sehingga diperoleh :

jika disubsitusikan Persamaan (8.23) dan (8.24) ke dalam Persamaan (8.22), diperoleh :

atau

jika dibagi dengan

atau dapat dituliskan :

dimana :

53

Page 54: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Persamaan (8.28) menunjukkan persamaan sebuah lingkaran dengan jari – jari r dan titik tengah

berlokasi di 0 pada kurva- dan berkoordinat di dan atau dapat ditulis

sebagai p dan jq..Jika dinyatakan dalam simbol alfa maka :

dimana :

Persamaan (2.31) menunjukkan persamaan dari lingkaran dengan jari – jari r dan titik tengah pada

0 pada kurva-, memiliki koordinat di dan dengan sumbu koordinat p dan

jq. Tabel 2.1 menunjukkan nilai dari r dan 0 untuk komparator amplitudo dan phasa untuk kurva-

, sama halnya dengan Tabel 2.2 yang menunjukkan nilai dari r dan 0 untuk komparator

amplitudo dan phasa untuk kurva-.

Tabel 8.1. Nilai R dan b0 dari komparator Amplitudo dan Phasa dari kurva-b

Nilai Komparator Amplitudo Komparator Phasa

r

0

Tabel 8.2. Nilai R dan b0 dari komparator Amplitudo dan Phasa dari kurva-a

Nilai Komparator Amplitudo Komparator Phasa

r

0

8.4 Persamaan Umum Rele

54

Page 55: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Rele pada umumnya, sedikitnya satu dari konstanta k1, k2, k3, dan k4 adalah bernilai nol

dan dua daripadanya bernilai sama, sehingga menjadi lebih sederhana. Jika tidak lebih dari dua

jumlah konstanta yang dilibatkan, maka dapat dituliskan persamaan torsi umum dari rele :

dimana : ka, kb , kc = konstanta skalar

ks = konstanta variable per (adjustable spring) yang

merupakan torsi pengendali mekanik

= dua konstanta listrik yang akan dibandingkan

Ф = sudut phasa antara A dan B

θ = karakteristik sudut rele

sehingga pada keadaan threshold operation, di bawah kondisi stabil (steady state) :

persamaan di atas menunjukkan semua karakteristik lingkaran dan garis lurus yang diperoleh dari

dua input rele. Jika kedua konstanta yaitu arus I dan tegangan V sehingga diperoleh :

sehingga arus pada belitan menghasilkan torsi sebesar dan belitan tegangan menghasilkan

torsi sebesar , dimana torsi yang dihasilkan dari interaksi arus dan belitan potensial akan

sebesar . Pada rele dengan masukan tunggal, ks adalah konstan dan digunakan

sebagai tingkat indikasi, sedangkan rele dengan dua masukan memiliki ks = 0 dan jika persamaan

(2.35) dibagi dengan maka,

jika kc = 1,

55

Page 56: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

dengan menambahkan dari kedua sisi dari persamaan (8.37),

Persamaan (8.38) di atas menunjukkan persamaan sebuah lingkaran pada koordinat polar (R-X

compleks) yang berkoordinat di dan , seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 8.4, lingkaran tersebut memiliki jari – jari sebesar,

dan titik tengahnya berlokasi di1/2kb dari titik nol dengan sudut θ dari sumbu referensi.

Gambar 8.4. Karakteristik rele dengan dua input

8.5 Jenis – jenis Rele Jarak

Sebuah rele jarak bereaksi terhadap jumlah masukan sebagai fungsi dari jarak

antara lokasi rele dengan titik gangguan dari suatu saluran transmisi, karena impedansi dari

saluran transmisi berbanding lurus dengan jaraknya, untuk pengukuran jarak sangatlah

cocok untuk mempergunakan rele jarak karena rele ini mampu mengukur besar impedansi

dari suatu saluran hingga titik tertentu. Rele ini didisain hanya bekerja untuk gangguan

56

Page 57: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

yang di dalam daerah jangkauannya atau yang terjadi pada lokasi antara lokasi rele dan

titik yang ditentukan. Oleh karenanya, rele ini dapat membedakan jenis gangguan yang

mungkin terjadi antar bagian saluran yang berbeda dengan cara membandingkan antara

arus dan tegangan dari sistem daya sehingga dapat membedakannya gangguan yang terjadi

di dalam atau di luar zona kerja rele tersebut.

Rele jarak diklasifikasikan berdasarkan karakteristik polarnya, jumlah dari masukan yang

diperlukan, dan metode perbandingan yang digunakan. Untuk tipe umumnya hanya

mempergunakan dua jenis masukan yaitu besar atau fasa untuk memperoleh karakteristik baik

untuk saluran lurus (straight line) maupun saluran dengan siklis (circles line) sehingga nantinya

dapat digambarkan menggunakan diagram R-X seperti pada Gambar 8.2. Pada dasarnya rele jarak

dibedakan atas (1) Rele Impedansi, (2) Rele Reaktansi, (3) Rele Admitansi (Mho), (4) Rele

pergeseran Admitansi (Offset Mho / Modified Impedance), dan (5) Rele Ohm.

1. Rele Impedansi

Berdasarkan komparator Amplitudo, dan permisalan bahwa hal ini berada pada kondisi

Threshold sehingga persamaan (8.6) dapat digunakan, sehingga,

jika konstanta juga disetting sehingga sinyal input menjadi

jika, k2 = k3 = 0, A = V, dan B = I, subtitusikan persamaan (8.40) dan (8.41) ke (8.6) sehingga,

atau

maka diperoleh,

Oleh karena itu, rele impedansi tidak memperhitungkan perbedaan sudut phasa antara arus

dan tegangan agar dapat bekerja, karena inilah jika karakteristik impedansi rele ini digambarkan

pada diagram R-X maka akan berupa suatu lingkaran dimana titik tengahnya berada pada titik (0,0)

57

Page 58: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

dan jari – jarinya tergantung dengan setting rele tersebut dalam ohm, seperti terlihat pada Gambar

8.5(b).

Operasi kerja rele untuk semua nilai imperdansi yang nilainya kurang dari nilai

settingannya, yaitu untuk semua daerah yang berada di dalam karakteristik lingkarannya, dan tidak

akan mendeteksi gangguan yang berada diluarnya. Rele impedansi seperti pada Gambar 8.5,

ditempatkan pada bus A dan tidak berarah, sehingga rele ini bekerja sepanjang vektor AB dan juga

untuk semua gangguan yang terjadi di belakang bus A dengan impedansi AC.

(a)

(b)

Gambar. 8.5. Karakteristik Rele Impedansi

2. Rele Reaktansi

Berdasarkan komparator phasa, dan dimisalkan bahwa rele tersebut berada dalam kondisi

threshold sehingga Persamaan (8.26) dipergunakan,

jika sinyal input berupa,

58

Page 59: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

maka, k1 = - ka, k2 = k4 = kb , k3 = 0, A = V, dan B = V, lalu subtitusikan persamaan (8.44) dan

(8.45) ke persamaan (8.26),

(8.46)

atau

(8.47)

jika , maka

(8.48)

atau

(8.49)

sehingga,

dari Persamaan (8.49) di atas nampak jelas bahwa karakteristik rele pada diagram R-X

digambarkan sebagai garis lurus yang paralel dengan sumbu-R, seperti yang ditunjukkan oleh

Gambar 2.6(a). Perlu diingat bahwa komponen resistansi dari impedansi tidak berpengaruh pada

kerja rele dan rele reaktansi hanya berpengaruh pada komponen reaktansi saja, sehingga bekerja

pada semua titik di bawah garis karakteristik kerja rele.

Jika Φ ≠ ½ π dalam Persamaan (8.47), kemudian karakteristik garis lurus tidak akan

paralel dengan sumbu-R, untuk rele seperti ini sering disebut rele impedansi-sudut.

59

Page 60: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gambar 8.6. Karakteristik rele reaktansi (a) pada Diagram R-X; (b) Karakteristik kombinasi rele mho dan reaktansi; (c) aplikasi dari zona proteksi

Rele reaktansi tidak akan terpengaruh dengan kehadiran tahanan busur gangguan karena

rele tersebut hanya merespon komponen reaktansi dari sistem impedansi. Walaupun begitu pada

saat tahanan busur gangguan mencapai nilai yang besar, hal itu juga terjadi pada besarnya beban

dan arus gangguan, jangkauan dari rele akan berubah dikarenakan besar beban dan faktor dayanya

dan juga pada karakteristik di luar jangkauan atau di dalam jangkauan.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan tanggapan berarah dan untuk mencegah rele bekerja

dalam kondisi beban normal, sebuah unit pengendali tegangan (contoh : pada rele mho)

dipergunakan pada rele tersebut. Seperti halnya rele modifikasi reaktansi (Modified Reactance

Rele) yang dikenal dengan rele starting. Gambar 8.6(b) nampak seperti kombinasi antara

karakteristik rele mho dan reaktansi. Gambar 8.6(c) menampakkan aplikasi zone proteksi dari rele

reaktansi.

Pada Gambar 8.6(c), 0 adalah lokasi rele, 0A adalah bagian dari garis awal, AB adalah

bagian dari garis kedua, BC adalah bagian dari garis ketiga, dan θ adalah sudut impedansi saluran.

60

Page 61: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

3. Rele Admittansi (Mho)

Berdasarkan komparator phasa dan memisalkan rele bekerja dalam kondisi threshold

sehingga Persamaan (8.26) dapat digunakan, sehingga :

jika sinyal input berupa,

sehingga diperoleh, k1 = -ka, k2 = kb , k3 = ka, k4 = 0, A = V, dan B = I, lalu subtitusikan

Persamaan (P.50) dan (P.51) ke Persamaan (8.26),

(8.52)

atau

(8.53)

atau

(8.54)

Persamaan – persamaan di atas menunjukkan karakteristik rele mho, jika digambarkan pada

diagram R-X, lingkarannya akan memotong titik awal, seperti yang ditujukkan pada Gambar

8.7(a). Jika digambarkan pada diagram admitansi (contoh : diagram G-B), karakteristiknya berupa

garis lurus, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.7(b)

Karakteristik lingkaran tersebut memotong titik awal yang membuat rele tidak berubah

arahnya, sehingga rele ini mirip dengan karakteristik rele jarak dengan satu arah. Jika terdapat

kondisi busur gangguan, maka nilai dari R akan meningkat dengan meningkatnya tahanan

daribusur Rarc yang menyebabkan sudut gangguan akan berubah seperti pada Gambar 8.7(c). Nilai

pendekatan dari tahanan busur dapat dihitung dari rumus empiris dari Warrington yaitu,

(8.55)

dimana l = panjang dari busur (ft) pada aliran udara yang konstan

61

Page 62: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

I = arus busur dalam Ampere

Gambar 8.7. Karakteristik rele Mho: (a) Pada Diagram R-X; (b) Pada Diagram G-B;

(c) Perubahan dari jangkauan rele akibat tahanan busur

4. Rele Offset Mho (Modifikasi impedansi)

Dengan memisalkan sinyal input dari komparator phasa diberikan sebagai berikut :

(8.56)

(8.57)

sehingga diperoleh, k1 = -ka, k2 = k2 , k3 = ka, k4 = k4 , A = V, dan B = I, jika Persamaan

(8.56) dan (8.57) disubtitusikan ke Persamaan (8.26) sehingga,

(8.58)

jika dibagi dengan I2,

62

Page 63: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

(8.59)

karena Z2 = R2 + X2 dan dibagi dengan ,

(8.60)

atau

(8.61)

Gambar 8.8. Karakteristik rele mho: (a) Karakteristik umum; (b) Aplikasi back-up zona proteksi

Karakteristik rele ini pada diagram R-X diwujudkan dengan sebuah lingkaran yang

berpusat di dan berjari – jari , seperti yang terlihat pada

Gambar 2.8(a). Rele Offset Mho digunakan bersama dengan unit pengukur Mho yang berfungsi

sebagai pendeteksi gangguan dan unit pengukur pada zona 3, dan dengan jangkauan balik yang

menjangkau sampai zona bus, rele offset mho menyediakan cadangan (back-up) untuk proteksi

gangguan pada bus, seperti yang nampak pada Gambar 8.8(b).

5. Rele Ohm

Karakteristik rele ohm ditunjukkan pada persamaan (8.47), yaitu berupa garis lurus ketika

digambarkan pada diagram R-X, oleh karena itu, rele reaktansi merupakan bentuk khusus dari rele

ohm. Rele ini juga dikenal sebagai rele impedansi sudut dan rele ini digunakan sebagai “blinder”

yang digunakan untuk mencegah rele jarak dari perngetripan akibat ayunan daya “power swings”

63

Page 64: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

pada saluran panjang dan untuk menghindari pengetripan secara kaskade. Selama kondisi ayunan

daya dari sistem yang tidak dapat dipulihkan, pelayanan daya yang normal hanya dapat diperoleh

jika sumber ayunan dapat dihilangkan.

Untuk meminimalkan gangguan dari sistem, sebuah sistem pengetripan out-of-step

mempergunakan unit – unit ohm. Sistem ini umumnya mempergunakan dua unit ohm, sehingga

karakteristik yang dihasilkan nampak seperti garis vektor impedansi yang paralel, seperti pada

Gambar 2.9, dengan berubahnya nilai impedansi selama ayunan daya, titik yang merepresentasikan

impedansi berpindah sepanjang tempat kedudukan (locus) ayunan daya, memasuki ke dalam zona

antara kedua blinder yang dihasilkan oleh unit ohm O1 dan O2, setelah unit ohm bekerja.

Gambar 8.9. Penggunaan unit rele ohm sebagai blinders untuk membatasi cakupan sudut pada saat terjadi ayunan

8.6 Rele Jarak tipe RAZOA

Dalam percobaan ini penulis mempergunakan rele jarak dengan jenis rele impedansi

dengan tipe RAZOA. Rele jarak tipe RAZOA adalah jenis rele statis dengan kecepatan tinggi yang

dapat melindungi keseluruhan daerah fasa banyak dari berbagai jenis gangguan hubung singkat

antar fasa atau fasa ke tanah pada saluran hantaran udara maupun kabel bawah tanah yang

diproteksi. Rele jarak tipe RAZOA mempunyai kelambatan waktu yang berbeda – beda dan

terpasang dengan operasi impedansi kurang (underimpedance start) atau operasi arus lebih

(overcurrent start). Waktu operasi minimumnya adalah 20 ms. Rele ini mempunyai tiga daerah

64

Page 65: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

impedansi terarah dan satu daerah keempat sesuai dengan elemen start yang setelannya terarah atau

tidak terarah.

Besar impedansi (Z) saluran dapat dinyatakan sebagai perbandingan V/I. Besarnya

impedansi ini merupakan perbandingan tegangan dan arus pada lokasi rele. Untuk rele jarak yang

terpasang dengan under impedance start tipe RGZB 030 bekerja berdasarkan impedansi terukur di

terminal rele, apabila impedansi yang terukur di terminal rele jatuh di bawah harga setelan yang

ditentukan maka rele diaktifkan, sedangkan di luar harga setelan rele tidak diaktifkan. Jadi rele ini

akan bereaksi terhadap impedansi di antara lokasi rele dan titik gangguan, seperti yang

diperlihatkan dalam Gambar 2.10. Impedansi ini sebanding dengan jarak ke gangguan, karenanya

rele itu dinamakan rele jarak (distance Rele), dan tidak tergantung pada tingkat arus gangguan.

Waktu operasinya akan meningkat dengan meningkatnya perbandingan ini.

Pada Gambar 8.10. memperlihatkan prinsip pengukuran jarak dimana rele jarak

ditempatkan pada rel A dengan batas setelan impedansi Zb.

Untuk gangguan di F (batas pengamanan) tegangan yang terukur di terminal rele adalah

, dengan If adalah arus gangguan yang melalui rele. Perbandingan tegangan dan arus di

rele A adalah :

(8.62)

kondisi rele dalam batas keseimbangan dan rele bekerja.

(a) Diagram satu garis saluran transmisi dengan proteksi jarak

65

Page 66: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

(b) Hubungan antara Waktu operasi dengan Impedansi dari Rele Jarak tipe Impedansi

(b) Hubungan antara tegangan dengan jarak gangguan

Gambar 8.10. Prinsip Pengukuran jarak

Untuk gangguan di F1, di dalam daerah pengamanan, tegangan yang terukur di terminal

rele adalah , dengan adalah arus gangguan yang melalui rele dan Z1 adalah

impedansi antara rel A ke titik gangguan F1. Perbandingan tegangan dan arus di rel A adalah

(8.63)

karena V1< V dan > maka Z1 < Zb, sehingga rele akan bekerja.

Untuk gangguan di F2, di luar daerah pengamanan, tegangan yang terukur di terminal

adalah , dengan adalah arus gangguan yang melalui rele dan Z2 adalah impedansi

antara tempat rel A ke titik gangguan F2. Perbandingan tegangan dan arus di rel A adalah :

66

Page 67: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

(8.64)

karena V2< V dan > maka Z2 < Zb, sehingga rele tidak akan bekerja.

Rele jarak tipe RAZOA mempunyai tiga daerah pengukuran impedansi terarah, sehingga

hanya akan bekerja untuk gangguan yang terjadi pada arah yang telah ditentukan, biasanya arah ke

depan atau keluar dari rel (busbar) dan satu daerah empat sesuai dengan elemen startnya yang

dapat dibuat terarah atau tidak terarah.

Unit impedansi kurang tipe RGZB 030 mempunyai dua karakteristik yang berbeda yang

dapat dipilih yaitu karakteristik lingkaran (circular) dan karakteristik oval seperti gambar berikut

ini :

(a) Karakteristik operasi lingkaran (b) Karakteristik operasi oval

Gambar 8.11. Karakteristik operasi unit RGZB 030

Pada umumnya rele jarak tipe RAZOA menggunakan karakteristik lingkaran, tetapi

kadang – kadang untuk impedansi saluran panjang yang dibebani atau perbandingan X/R

yang tinggi karakteristik oval lebih sesuai.

Untuk mendapatkan perlindungan yang baik rele jarak tergabung atas unit – unit

berikut :

67

Page 68: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Tabel 8.1. Unit – unit yang tergabung dalam rele jarak tipe RAZOA

No. Rancangan Tipe

1 Saklar Test RTXP 18

2 Konverter DC-DC RXTUG

3 Unit Input RGKC 070

4 Unit start impedansi kurang (underimpedance) RGZB 030

5 Unit pemilih fasa RGGB 030

6 Unit setelan arus RGAA 030

7 Unit setelan tegangan RGAB 030

8 Unit kelambatan waktu RGTA 030

9 Ruang untuk unit pengukuran tambahan RGZA 030

10 Unit rangkaian memori RGLA 030

11 Unit pengukuran dan pengindikasian RGSB 030

12 Unit pemrograman data dan ruang untuk test board

13 Unit keluaran RGKD 050

14 Tripping Rele RXMS 1

15 Unit Transformator RTTG

68

Page 69: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Posisi unit – unit di atas ditunjukkan pada Gambar berikut :

Gambar 8.12. Tampak depan unit pembangun rele jarak tipe RAZOA

8.6.1 UNIT – UNIT YANG TERGABUNG DALAM RELE JARAK TIPE RAZOA

Rele jarak tipe RAZOA tersusun dari beberapa unit modul yang kompleks seperti terlihat

pada Gambar 8.12, adapun modul – modul tersebut adalah sebagai berikut :

a. Saklar Penguji (Test Switch) tipe RTXP 18

Sebagian besar masukan – masukan dan keluaran – keluaran rele ini dihubungkan ke

terminal – terminal pada bagian luar sakelar dengan soket tembaga 20 A. hubungan –

hubungan yang lain dapat dibuat dengan soket tembaga 10 A langsung ke terminal – terminal

pada terminal dasar, secondary test yang lengkap dapat dilakukan dengan menggunakan Saklar

penguji ini.

b. Konverter DC/DC tipe RXTUG

Unit ini mengkonversikan suplai tegangan dc menjadi tegangan ac yang nantinya akan

ditransformasikan ke level tertentu lalu dengan penyearah setengah gelombang disearahkan

sehingga akan menghasilkan 12 V dc yang lebih rata (smooth), sehingga dengan proses ini,

69

Page 70: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

tegangan dc pada terminal baterai dapat disesuaikan dengan unit – unit rele yang berbeda level

tegangannya termasuk rele itu sendiri.

c. Unit Masukan Kendali Antarmuka (Input Control Interface) tipe RGKC 070

Unit ini terdiri dari 7 (tujuh) Dry-Reed Rele dengan waktu operasi yang singkat

untuk fungsi – fungsi sinyal input yaitu : CRA, CRB, RESET, BC, ZR , dan ZT seperti yang

terlihat pada Gambar 8.13. Saat switch ditutup secara manual, daya disuplai ke masukan BC,

kemudian ke rele jarak dengan suatu program dapat dibuat trip seketika, untuk mengopersikan

elemen startnya. Saat sinyal telekomunikasi diterima, daya suplai ke masukan CRA, hal ini

tergantung dari bagaimana rele jarak diprogram, sehingga diperoleh untuk berbagai skema

sistem.

Masukan CRB mempunyai dua fungsi, pertama untuk blok eksternal dan juga untuk

starting, pengukuran atau fungsi tripping sesuai yang diprogram dan yang kedua untuk skema

blok telekomunikasi. Masukan reset akan bekerja saat reset di luar indikasi diberikan, sedang

masukan berupa ZR, ZS, dan ZT digunakan ketika rele start oleh impedansi start rele yang lain..

70

Page 71: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gambar 8.13. Sinyal masukan dan keluaran

d. Unit Starting Impedansi kurang (Underimpedance starting) tipe RGZB 030

Unit Starting Impedansi kurang terdiri dari fungsi – fungsi untuk pengukuran impedansi

kurang dan arua urutan nol. Fungsi ini dibangun oleh tiga mikroprosesor, satu untuk masing –

masing fasanya. Dua karakteristik operasi yang berbeda dapat dipilih pada unit ini yaitu

karakteristik lingkaran dan oval. Nilai operasi disetel dengan saklar geser bertanda Z seperti

terlihat pada Gambar 8.14(a). Rentang setelan adalah 4 – 64 ohm/fasa dalam kenaikan 4 ohm

atau 8 – 128 ohm/fasa dengan kenaikan 8 ohm. Rentangan setelan ini dipilih dengan sakelar

program pada papan rangkaian dalam unit RGZB 030.

Pada kondisi normal rele impedansi kurang juga mengukur tegangan dan arus fasa ke fasa.

Dan saat terjadi gangguan ke tanah atau arus urutan nol melebihi nilai setelan, sakelar akan

71

Page 72: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

bekerja dan rele impedansi kurang akan mengukur tegangan fasa ke netral dan arus fasa. Nilai

operasi rele urutan nol dapat disetel pada bagian depan unit ini dengan sakelar geser bertanda

INS. Rentangan setelan adalah 0,2 – 1,6 IN dalam kenaikan 0,2 IN.

Pada unit ini juga terdapat sakelar geser bertanda F yang digunakan untuk memilih tipe

gangguan ketika melakukan pengetesan terhadap fungsi – fungsi dari rangkaian logika dari

rele jarak. Pengetesan dilakukan dengan menekan tombol bertanda “Test”, kemudian

rangkaian keluaran akan diblok dan fungsi – fungsi tersebut ditunjukkan pada bagian unit

indikasi RGSB 030.

e. Unit pemilihan phasa (phase selector unit) tipe RGGB 030

Unit pemilihan phasa yang dikontrol melalui elemen start, memilih besaran ukur yang

dapat dipakai untuk tipe gangguan dan mengkonversikannya ke unit pengukuran untuk

mengevaluasi gangguan.

Unit ini mempunyai dua saklar geser pada bagian depannya bertanda KN dan PS

seperti terlihat pada Gambar 8.14(b). Dimana sakelar geser KN digunakan untuk

menyetel kompensasi urutan nol dan mempunyai rentangan 0 sampai 1,5 dengan

kenaikan 0,1. Dan sakelar PS digunakan untuk menyesuaikan rele dengan jaringan,

berkenaan dengan sistem pembumian, pemilih phasa dengan tipe starting sakelar ini

dapat disetel dengan enam posisi yang berbeda (0 – 5) dan posisi (6 – 15) tidak

digunakan.

f. Unit setelan tiruan arus (Current replica setting) tipe RGAA 030

Pada bagian depan unit ini ada empat sakelar geser untuk faktor a dan b, dimana a

mempengaruhi jangkauan reaktif dan b untuk jangkauan resistif dari unit pengukuran

(measuring unit). Rentangan seteleannya dari 5 ke 99 dengan kenaikan 1, sebagai

catatan faktor a dan b ini tidak boleh disetel di bawah 5, meskipun rentangan 0 – 4

tersedia pada sakelar ini, seperti terlihat pada Gambar 8.14(c).

g. Unit setelan tiruan tegangan (Voltage replica setting) tipe RGAB 030

Pada bagian depan unit ini ada enam sakelar geser untuk setelan jangkauan dari

daerah satu, dua, dan tiga dalam unit pengukuran. Untuk setelan masing – masing

daerah bertanda p1, p2, dan p3, kondisi dari dua sakelar geser digunakan untuk

72

Page 73: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

memperoleh setelan masing – masing p1, p2, dan p3, rentangan setelan dari 5 ke 99

dengan kenaikan 1. sebagai catatan faktor p1, p2, dan p3 ini tidak boleh disetel di bawah

5, meskipun rentangan 0 – 4 tersedia pada sakelar ini, seperti terlihat pada Gambar

2.14(d).

h. Unit sakelar pemilih aplikasi dan kelambatan waktu (application selector switches and

timers unit) tipe RGTA 030

Pada bagian depan unit ini ada sepuluh sakelar untuk program yang sering

digunakan dengan setelan D pada posisi ON atau OFF. Dan dibawahnya terdapat tiga

sakelar geser untuk setelan pemilih waktu sebagai proteksi cadangan ke rele. T1 tidak

disetel lagi karena telah diprogram beroperasi tanpa tundaan waktu, T2 dapat disetel

antara 50 – 750 ms dengan kenaikan 50 ms, T3 disetel antara 200 – 300 ms dengan

kenaikan 200 ms, T4 dapat disetel antara 400 – 650 ms dengan kenaikan 400 ms,

seperti terlihat pada Gambar 2.14(e)

i. Ruang untuk unit pengukuran tambahan (extra measuring) tipe RGZA 030

Pada versi ini unit ini masih kosong, guna pengembangan pemanfaatan / kerja rele

jarak RAZOA pada unit ini tersedia soket yang dapat ditambah / dimasukkan dengan

unit pengukuran tambahan tipe RGZA 030.

j. Unit rangkaian memori (memory circuit unit) tipe RGLA 030

Unit ini digunakan untuk menentukan arah pada kejadian gangguan tiga phasa.

Rangkaian memori dihubungkan dengan respon mendekati 65 ms dan sesuai dengan

waktu yang digunakan untuk gangguan dalam daerah satu (instantaneous).

k. Unit pengukuran dan indikasi (measuring and indicating unit) tipe RGSB 030

Unit ini terdiri dari elemen pengukuran dari rele dan pembanding fasa yang

pengukurannya didasari atas perbandingan fasa antara besaran – besaran yang diukur.

Unit ini juga terdiri dari dioda – dioda pemancar cahaya yang menunjukkan fungsi –

fungsi start, tripping , dan tundaan waktu yang berbeda, seperti terlihat pada Gambar

73

Page 74: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

2.14(f). Tripping ditunjukkan oleh LED merah, yang lainnya berwarna kuning. Indikasi

tersebut akan dibatalkan dengan menekan reset yang terdapat pada bagian bawah unit

ini.

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

Gambar 2.14 Unit – unit yang tergabung Rele Jarak tipe RAZOA

74

Page 75: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

l. Unit pemrograman data dan ruang pengembangan

Bagian ini merupakan ruang kosong, sebagai fasilitas peningkatan operasional rele

jarak RAZOA. Pada versi ini, unit ini masih berisikan data pemrograman untuk

beberapa unit yang diatur dengan sakelar tekan pada posisi ON dan OFF. Data

pemrograman pada keadaan standar ditunjukkan pada Tabel 2.2, posisi sakelar tersebut

terletak pada papan rangkaian cetak atau printed circuit board (PCB) di dalam unit –

unit rele jarak RAZOA.

Tabel 8.2 Sakelar pemrograman pada rangkaian unit – unit rele RAZOA

Unit Sakelar Jumlah Sakelar ON OFF

RGZB S3 4 1,2,3 4

RGAA

S5 4 1 2,3,4

X1 2 1 2

X2 2 1 2

RGAB X7 3 2 1,3

RGTAS5 4 - 1,2,3,4

S6 4 3 1,2,4

RGSBS1 8 1,2,8 3,4,5,6,7

X1 2 1 0

RGKC X1 2 1 2

RGKDS1 4 2,4 1,3

X1 2 1 2

m. Unit keluaran (Output unit) tipe RGKD 050

Unit keluaran terdiri dari rele bantu elektromagnetik yang masing – masing terdiri

dari satu buah kontak normally open untuk fungsi – fungsi berikut ini : start phasa R,

S, T, dan N, GS, V, CSA, BA, T2, T3, T4, dan TA yang ditunjukkan Gambar 2.13.

75

Page 76: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

n. Rele Pengetrip tipe RXMS

Unit ini terdiri dari rele – rele bantu yang menghasilkan sebagai output pemutusan

CB.

8.6.2 PRINSIP KERJA

Rele jarak tipe RAZOA bekerja dengan memantau ketiga besaran tegangan dan

arus yang melalui test switch (1) seperti pada Gambar 4. Besaran tersebut masuk ke input

transformator (2) yang berubah ke besaran yang sesuai untuk unit – unit elektronik.

Gambar 8.14. Diagram blok prinsip kerja rele jarak tipe RAZOA

Bila terjadi gangguan atau impedansi kurang pada saluran, maka elemen impedansi

kurang (3), dengan fasa yang relevan, dan arus urutan nol akan mengoperasikan elemen

waktu atau time element (4) dan juga fasa yang terganggu dipilih oleh unit pemilih fasa

atau phase selector unit (5) yang selanjutnya melewatkan harga arus yang benar dan juga

arah yang digunakan, kemudian indikasi start (10) dan sinyal rele (11) untuk fasa yang

sesuai akan bekerja. Untuk menentukan arah, rele jarak menggunakan polarisasi fasa yang

sehat dalam kasus gangguan satu dan dua fasa, sedangkan rangkaian memori (6)

digunakan untuk gangguan tiga fasa.

76

Page 77: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Jangkauan dari tiga daerah pengukuran ditentukan oleh nilai dari unit setelan arus

dan tegangan masing – masing pada blok (7) dan (8).

Pada blok (9), dibangkitkan empat sinyal melalui filter terus dikonversikan ke

sinyal digital. Sinyal ini kemudian digunakan dalam unit pengukuran (10) untuk

menentukan arah dan posisi gangguan. Jika gangguan terjadi di daerah pertama, output

unit (11) akan bekerja instantaneous (tanpa tundaan waktu). Jika gangguan berada di luar

daerah pertama, jangkauan ditingkatkan berturut – turut berdasarkan pemilihan waktu T2,

T3, dan T4.

Jangkauan dapat ditingkatkan melalui rele input (12) oleh kerjasama bagian yang

jauh yang melalui programming (13), satu dari daerah pengukuran terbalik (reverse), arus

untuk daerah ini akan dibalik oleh invertor pada blok (9) saat waktu aktual tiba.

Melalui kerjasama dengan peralatan komunikasi rangkaian tripping akan

mengoperasikan CB pada unit output rele (11) untuk mengisolir bagian yang mengalami

gangguan.

Jika rele jarak difungsikan untuk pemeriksaan / pengujian dilakukan dengan

menekan sakelar tekan bertanda “Test” (14), maka elemen start akan menyala, pada saat

yang sama keluaran rele (11) akan diblok untuk mencegah pemutusan yang tidak perlu.

Jika tombol test terus ditekan untuk periode tertentu sesuai dengan setelan waktu, dioda

pemancar cahaya untuk tundaan waktu yang bersesuaian dan untuk tripping akan menyala.

Indikasi tersebut akan dibatalkan dengan menekan tombol “Reset” pada input sinyal atau

melalui salah satu masukan rele (12).

Jika unit pengukuran tambahan (18) dimasukkan, ini akan terhubung paralel, tetapi

tidak tergantung dengan unit pengukuran dasar (10).

8.6.3 TEORI PENGUKURAN

Elemen start berpengaruh terhadap unit pemilih phasa, sehingga sangat tergantung

terhadap jenis gangguan, elemen tersebut memberikan hasil pengukuran dengan

menggunakan loop pengukuran (measuring loop) kepada unit pengukuran. Tabel 2.3

menunjukkan loop pengukuran yang akan dipilih, tergantung dengan elemen start yang

diaktifkan dan posisi dari sakelar – PS.

77

Page 78: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Tabel 8.3 Loop pengukuran yang dipilih

ELEMEN START

PILIHAN LOOP PENGUKURAN

(TERGANTUNG DARI POSISI – PS)

0 1 2 3 4 5

R RN TR RN TR RN TR

S SN SR SN SR SN SR

RS SR SR SR SR SR SR

T TN TS TN TS TN TS

TR TR TR TR TR TR TR

ST TS TS TS TS TS TS

RST SR SR SR SR SR SR

N - - - - - -

RN RN RN RN RN RN RN

SN SN SN SN SN SN SN

RSN SN SN RN RN SR SR

TN TN TN TN TN TN TN

TRN RN RN RN RN TR TR

STN TN TN TN TN TS TS

RSTN SR SR SR SR SR SR

78

Page 79: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Tabel 8.4 Arus, tegangan, dan tegangan arah untuk masing – masing loop pengukuran

Loop Pengukuran Arus (I) Tegangan (V) Tegangan Arah (Vp)

RN IR + KNIN VRN VST

SN IS + KNIN VSN VTR

TN IT + KNIN VTN VRS

RS IR – IS VRS -( VT – U0)

ST IS – IT VST -( VR – U0)

TR IT – IR VTR -( VS – U0)

Karakteristik operasi dari rele jarak tergantung dari setelan batasan jangkauan

reaktansi dan resistansi yang terdapat pada unit pengukuran arah, lihat Gambar 2.15 di

bawah ini,

Gambar 8.15 Karakteristik Operasi Rele Jarak

Untuk memperoleh tiga batasan – batasan operasi ini, polaritas dari keempat sinyal

pengukuran dibandingkan pada setiap setengah siklusnya dan pada waktu yang diberikan

oleh komparator phasa. Keempat sinyal yang digunakan untuk pengukuran adalah sebagai

berikut :

79

Page 80: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

I = Arus gangguan

IXk = Drop tegangan reaktif yang memotong model impedansi

VP = Tegangan Arah untuk menentukan arah

Vk = Tegangan Kompensasi = V - IZk

dimana V = Tegangan yang memotong loop gangguan

Zk = Model Impedansi

8.6.4 PENGUKURAN ARAH

Untuk mendapatkan pengukuran arah maka tegangan kompensasi dibandingkan

dengan tegangan arah memberikan :

(8.65)

dimana :

arg VP = sudut phasor tegangan polarisasi untuk menentukan arah

arg Vk = sudut phasor tegangan kompensasi = arg (V – I.Zk)

dengan V = tegangan pada loop gangguan

Zk = model impedansi

Ini berarti bahwa phasor Vk harus terletak di dalam rentangan π sampai 2π terhadap

phasor referensi Vp. Kondisi persamaan (2.65) menunjukkan bahwa garis bundaran operasi

adalah lingkaran Mho yang lewat melalui setelan titik Zk dari rele jarak dan di atas phasor

impedansi sumber ZS, maka lingkaran lewat melalui Zk dan melalui titik asal pada

impedansi sumber nol, seperti Gambar 8.16 berikut :

80

Page 81: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Gambar 816 Kondisi pengukuran arah gangguan ke depan

8.6.5 PENGUKURAN REAKTANSI

Untuk mendapatkan pengukuran reaktansi maka tegangan kompensasi

dibandingkan dengan arus gangguan (I) memberikan :

(8.66)

ini menunjukkan bahwa phasor Vk harus berada di dalam rentangan π sampai 2π terhadap

phasor referensi I. Kondisi persamaan (8.66) menunjukkan bahwa garis operasi dalam

bidang impedansi adalah garis lurus yang melalui titik setelan Zk dari rele jarak dan sejajar

dengan sumbu R seperti pada Gambar 8.17 berikut :

Gambar 8.17. Garis kerja reaktif

81

Page 82: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

8.6.6 PENGUKURAN RESISTANSI

Untuk mendapatkan pengukuran resistansi maka tegangan kompensasi

dibandingkan dengan drop tegangan reaktif yang disebabkan arus gangguan :

(8.67)

ini menunjukkan bahwa phasor Vk harus berada di dalam rentangan 0 sampai π terhadap

phasor referensi I.Xk

Gambar 8.18. Garis kerja resistif

Kondisi Persamaan (8.67) menunjukkan bahwa garis operasi dalam bidang impedansi

adalah garis lurus yang melalui titik setelan Zk dari rele jarak dan sejajar dengan sumbu X

seperti pada Gambar 8.18.

8.6.7 JANGKAUAN DAN WAKTU KERJA

Jangkauan untuk zone 1 umumnya disetel untuk jangkauan impedansi 80 persen

dari saluran. Jika data sesungguhnya dari saluran diketahui, dan jika kesalahan yang

disebabkan oleh CT dan VT diabaikan, setelan jangkauan dapat dinaikkan menjadi 90

persen dari impedansi keseluruhan saluran, jika rasio jangkauan resistif atau induktif tidak

lebih dari satu.

Jangkauan untuk zone 2 sebaiknya disetel seminimum mungkin 120 persen dari

saluran. Jangkauan tersebut harus melingkupi batasan yang cukup, lebih pendek dari

jangkauan zone 1 dari saluran terpendek yang diproteksi oleh rele dalam saluran

82

Page 83: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

keseluruhan. Batasan tersebut direkomendasikan antara 10 sampai 20 persen dari

jangkauan.

Dalam sebuah jaringan terikat (tie lines) pada titik tengahnya seperti pada Gambar

8.19, pertimbangan dapat diambil dari peningkatan nilai impedansi dikarenakan power fed

yang terjadi di dalam sistem pada titik gangguan. Dalam kondisi gangguan yang terjadi

pada titik F, rele pada titik A merasakan impedansi :

(8.68)

dimana IA dan IB merupakan arus gangguan pada gardu A dan B, ZL1 adalah impedansi

pada bagian saluran pertama dan ZF merupakan impedansi pada saluran kedua sampai pada

titik gangguan.

Dimisalkan jangkauan pada zone 2 dari rele pada titik A di setel 80 persen dari

impedansi saluran terlihat dengan kasus dimana rele merasakan gangguan terjadi pada

akhir setelan jangkauan zone 1 dari rele yang berlokasi di titik C, kemudian dimisalkan

juga jangkauan pada zone pertama pada rele yang berlokasi dititik C adalah 0,8 kali besar

ZL1, dimana ZL2 merupakan impedansi saluran pada zone kedua. Impedansi dihitung dari

gardu A sampai batasan jangkauan dari zone pertama dari rele yang berlokasi di C yang

bersesuaian dengan,

(8.69)

Jangkauan pada zone kedua dari rele yang berlokasi di A umumnya tidak disetel

melebihi 80 persen dari impedansi saluran pada batasan untuk zone pertama dari rele yang

berlokasi di titik C, sehingga,

(8.70)

ketika melakukan perhitungan penyetelan, nilai terendah dari IA/IB yang terjadi dapat

diterima. Zone ketiga tidak akan terjangkau di luar 90 persen dari zone 2 terpendek dari

saluran – saluran yang terhubung dari bus terjauh. Kenaikan pengukuran nilai impedansi

tergantung dari power fed yang terjadi pada sistem.

83

Page 84: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

8.6.8 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUKURAN

JANGKAUAN

Penyetelan jangkauan rele jarak dirancang sedemikian sehingga tidak ada bagian

saluran yang tidak terproteksi dan tidak terjadi overlap dengan daerah pengaman rele jarak

yang lain. Pengukuran jangkauan rele jarak perlu mempertimbangkan beberapa faktor

yang dapat membuat jangkauan yang dilihat rele menjadi jangkauan lebih (over reach)

atau jangkauan kurang (under reach). Di antara faktor – faktor tersebut adalah : pengaruh

tahanan busur, pengaruh arus infeed akibat adanya pembangkit pada ujung saluran yang

diamankan.

Pengaruh saluran ganda ke saluran tunggal atau saluran tunggal ke saluran ganda

dan pengaruh rele gangguan tanah yang tidak dikompensasi. Faktor – faktor inilah yang

menjadi pertimbangan penentuan jangkauan daerah kerja rele jarak terletak pada harga

maksimum atau minimum.

8.6.8.A JANGKAUAN KURANG (UNDER REACH)

Rele jarak RAZOA mengalami jangkauan kurang (under reach), bila impedansi

yang dirasakan lebih besar dari impedansi gangguan sebenarnya, rele mengalami

jangkauan kurang dapat disebabkan oleh : rele tanpa kompensasi gangguan tanah, adanya

tahanan busur tanah, dan adanya arus infeed akibat adanya pembangkitan pada ujung

saluran yang diamankan.

a. Rele tanpa kompensasi gangguan tanah

Dengan menganggap setelan rele adalah ZL1, impedansi yang dilihat rele tanpa

kompensasi untuk gangguan tanah pada ZL1 adalah :

(8.71)

84

Page 85: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

dimana nilai impedasi pada Persamaan (8.71) di atas adalah lebih besar dari ZL1.

Agar rele beroperasi ketika impedansi yang dirasakan adalah ZL1 maka jangkauan

harus disetel menjadi :

(8.72)

Untuk mencegah pengaruh ini rele jarak RAZOA dilengkapi dengan kompensasi

urutan nol (KN) pada bagian depan unit RGGB 030.

b. Pengaruh tanahan busur

Pengaruh tahanan busur menyebabkan rele melihat titik gangguan lebih jauh dari

keadaan sebenarnya, sehingga jangkauan rele menjadi kurang (under reach). Besarnya

tahanan busur ini menurut Warrington dapat dihitung dengan rumus :

(8.55)

dimana :

Rarc = tahanan busur (Ω)

l = panjang busur (feet)

I = besar arus gangguan (Amp)

Bila kecepatan angin dan waktu pemutusan gangguan diperhitungkan, maka rumus

Warrington menjadi :

(8.73)

dimana :

S = jarak antara konduktor (feet)

v = kecepatan angin (mil/jam)

I = waktu terjadinya busur api (detik)

85

Page 86: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Oleh karenanya tahanan busur harus diperhitungkan dalam penyetelan jangkauan

kerja dan perlu dilakukan pengaturan sudut karakteristik rele Mho.

c. Pengaruh adanya pembangkit pada ujung saluran

Pengaruh pembangkit pada ujung saluran yang diamankan dapat dilihat pada

Gambar 2.19 berikut :

Gambar 8.19. Pengaruh pembangkit pada ujung saluran yang diamankan

Bila gangguan terjadi pada titik F, tegangan yang dirasakan pada rele A adalah

tegangan jatuh sepanjang saluran dari titik gangguan sampai ke lokasi rele di rel A atau

dapat dihitung sebagai berikut,

(8.74)

karena rele di rel A hanya merasakan arus IA, maka impedansi yang terukur oleh rele

adalah,

(8.75)

dimana k adalah faktor inffed yang sama dengan (IA + IB)/IA, dengan adanya faktor

inffed ini, impedansi yang terukur oleh rele di A akan bertambah panjang atau

jangkauan rele menjadi kurang (under reach) dari impedansi sebenarnya saat gangguan

di F yaitu :

(8.76)

86

Page 87: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

hal ini dapat mempengaruhi penyetelan zone 2 rele jarak pada rel A, oleh karena itu

penyetelan rele jarak RAZOA di rel A untuk zone 2 menjadi maksimum, dihitung

dengan persamaan berikut :

(8.77)

dimana :

k = infeed faktor = (IA + IB)/IA = IF / IR

IF = arus pada lokasi gangguan

ZL2 = impedansi saluran terpendek saluran berikutnya (short line)

Sedangkan untuk daerah 3, bila adanya pengaruh faktor infeed penyetelan menjadi,

(8.78)

dimana :

ZL2 = impedansi saluran terpanjang saluran berikutnya (long line)

Batas atas penyetelan atau penyetelan maksimum menjadi :

(8.79)

dimana :

ZL3 = impedansi urutan positif saluran 3

k1 = faktor infeed dari saluran 1

k2 = faktor infeed dari saluran 2

8.6.8.B JANGKAUAN LEBIH (OVER REACH)

Rele jarak RAZOA dikatakan mengalami jangkauan lebih (over reach) bila

impedansi yang dirasakan lebih kecil dari impedansi gangguan yang sebenarnya. Pengaruh

yang dapat menyebabkan rele mengalami jangkauan lebih antara lain adalah pengaruh

adanya perubahan saluran dari saluran ganda ke saluran tunggal atau dari saluran tunggal

87

Page 88: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

ke saluran ganda, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.20, dimana jangkauan yang diterima

rele menjadi lebih karena adanya perubahan saluran dari saluran tunggal ke saluran ganda.

Gambar 8.20. Pengaruh saluran tunggal ke ganda

Impedansi yang terlihat oleh rele bila terjadi gangguan di F adalah :

karena , maka persamaan di atas dapat ditulis,

(8.80)

dimana :

Untuk gangguan dekat rel B, x = 0 sehingga k = 1

Untuk gangguan di rel C, x = l sehingga k = ½

Jadi rentangan faktor infeed ½ < k < l

88

Page 89: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Jika gangguan terjadi di antara saluran B dan C, impedansi yang dilihat oleh rele

pada rel A akan selalu lebih kecil dari yang sebenarnya atau jangkauan rele menjadi

jangkauan lebih (over reach). Oleh karena itu penyetelan jangkauan zone 2 untuk rele jarak

RAZOA di rel A dilakukan pada batas minimum.

89

Page 90: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

IX. PEMUTUS TENAGA

9.1. Pengertian

Pemutus tenaga (PMT) ataui lebih dikenal dengan istilah asingnya circuit breaker

merupakan suatu piranti sakelar magnetik yang secara otomatis akan membuka atau

memutuskan rangkaian listrik apabila terjadi ketidaknormalan pada sistem tanpa adanya

kerusakan.

9.2. Cara Pemadaman Busur

Ada dua metode untuk memadamkan busur yang terjadi pada pemutus tenaga

a. Metode Tahanan Tinggi

Pada metode ini menggunakan suatu tahanan atau (resistant) yang dimasukkan pada

rangkaian dimana busur didinginkan secara simultan. Hal ini dengan cepat akan

mengurangi besarnya arus hingga pada suatu nilai tertentu busur akan hilang.

b. Metode Arus Nol

Metode arus nol memanfaatkan sifat dari arus bolak-balik yang akan mencapai harga nol

untuk setiap periode. Pada saat akan mencapai nol, maka celah antara kontak akan

mengandung banyak ion dan elektron sehingga dengan mudah dapat dibreakdown oleh

tegangan pukul sehingga busur akan tetap ada. Prosses ini akan berlangsung berulang-

ulang. Oleh karena itu, jelaslah bahwa dengan adanya busur, maka ruang di antara

elektroda akan terionisasi, menjadi ion dan elektron.

9.3. Syarat-Syarat Pemutus Tenaga

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pemutus tenaga agar bisa bekerja

dengan baik, antara lain sebagai berikut.

a. Kemampuan menutup dan dialiri

Mampu menutup dan mampu dialiri arus beban penuh dalam waktu lama.

90

Page 91: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

b. Bekerja Secara Otomatis

Membuka secara otomatis untuk membuka beban atau beban lebih.

c. Bekerja Cepat

Harus dapat memutuskan rangkaian dengan cepat, jika terjadi hubung singkat.

d. Tahan pada tegangan rangkaian

Celah (gap) yang ada harus tahan terhadap tegangan rangkaian , bila kontak

membuka.

e. Dapat dialiri arus hubung singkat

Mampu dialiri arus hubung singkat sampai gangguan hilang.

f. Mampu memutus arus magnetisasi transformator

Mampu memutuskan arus magnetisasi transformator atau jaringan dan arus

pemuatan (charging current).

g. Tahan terhadap situasi dan kondisi

Mampu menahan efek busur kontak, gaya elektromagnetik atau kondisi panas yang

tinggi akibat hubung singkat.

9.4. Istilah-Istilah Dalam Pemutus Tenaga

1. Waktu Kerja (operating time)

Merupakan waktu yang diperlukan pemutus tenaga unutk bekerja, yaitu waktu yang

diperlukan untuk membuka kontak (memutuskan rangkaian).

2. Waktu Busur (arcing time)

Waktu awal pemutusan kontak pemutus tenaga sampai padamnya busur yang terjadi.

3. Waktu Putus Total (total breaking time)

Merupakan penjumlahan antara waktu kerja dengan waktu busur.

4. Tegangan Pukul (restriking voltage)

91

Page 92: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Merupakan tegangan pada terminal masing-masing kutub dan pada pemutus tenaga ,

terjadi setelah pemutusan.

5. Tegangan Kembali (recovery Voltage)

Merupakan tegangan yang ada pada kontak-kontak pemutus tenaga setelah terjadinya

pemadaman busur. Besarnya tegangan kembali biasanya sama dengan tegangan fase

netral.

6. Tingkat Kenaikan Tegangan Pukul (rate of rise restriking voltage)

Merupakan suatu tingkatan yang ditunjukan dalam volt per mikrodetik. Tingkat

kenaikannya menunjukkan kenaikan tegangan pukul.

7. Frekuensi asli (natural Frequency)

Frekuensi dari suatu rangkaian adalah frekuensi dimana rangkaian akan berosilasi

apabila hal tersebut bisa dilakukan.

9.5. Kapasitas Pemutus Tenaga

Kapasitas pemutusan dari pemutus tenaga diartikan sebagai arus yang dapat

diputuskan oleh pemutus tenaga pada tegangan tertentu. Kapasitas pemutusan biasanya

diubah dalam ke dalam besaran daya (MVA)

a. Arus pemutusan simetris

Arus simetris ini merupakan harga rms komponen AC dari arus yang diputuskan

oleh pemutus tenaga .

b. Arus pemutusan asimetris

Arus pemutusan asimetris merupakan harga rms dari kombinasi komponen AC dan

DC dari arus yang dapat dipuituskan pada tegangan tertentu oleh satu kutub (pole)

dari pemutus tenaga.

92

Page 93: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

9.6. Jenis-Jenis Pemutus Tenaga

Dilihat dari jenis media pemadamannya, pemutus tenaga dapat digolongkan

menjadi empat, yaitu pemutus tenaga dengan media pemadaman minyak oil (oil CB),

dengan media pemadaman udara (air CB), dengan media pemadaman gas (SF CB).

a. PMT dengan Media Minyak (oil circuit breaker)

Ada dua jenis PMT dengan media minyak yaitu

1. PMT dengan menggunakan minyak (bulk Oil Circui Breaker).

PMT dengan menggunakan banyak minyak secara umum digunakan pada sistem

tegangan sampai dengan 245 kV. Minyak berfungsi sebagai peredam loncatan

bunga api listrik selama pemutusan kontak-kontak dan sebagai bahan isolasi antar

bagian-bagian yang bertegangan dengan badan.

2. PMT dengan menggunakan sedikit minyak (Low Oil Content Circuit Breaker)

Pada PMT dengan menggunakan sedikit munyak ini, minyak hanya dipergunakan

sebagai peredam loncatan bunga api. Sedangkan sebagai bahan isolasi dari bagian-

bagian yabg bertegangan digunakan porselen atau material isolasi dari jenis

organic. Pemutusan arus dilakukan di bagian dalam dari pemutus. Pemutus ini

dimasukkan dalam tabung yang terbuat dari bahan isolasi. Diantara bagian pemutus

dan tabung diisi minyak yang berfungsi untuk memadamkan busur api waktu

pemutusan.

b. PMT dengan media udara (Air Circuit Breaker)

1. PMT udara hembus (Air Blast Circui Breaker)

Pada PMT udara hembus (compresed air circuit breaker ), udara bertekanan tinggi

dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak pemisah ionisaasi media

diantara kontak dipadamkan oleh hembusan udara.

2. PMT dengan hampa udara (Vacuum Circuit Breaker)

Kontak-kontak pemutus dari PMT ini terdiri atas kontak tetap dan kontak bergerak

yang ditempatkan dalam ruang hampa udara yang mempunyai kekuatan dielektrik

yang tinggi sehingga merupakan media pemadaman busur api yang baik.

93

Page 94: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

c. PMT dengan Media Gas

Media gas yang digunakan pada tipe PMT ini adalah gas SF (sulfur hexa fluorid).

Sifat-sifat gas SF murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, dan tidak

mudah terbakar.

Pada temperature diatas 150°C gas SF mempunyai sifat tidak merusak metal, plastik,

dan bermacam-macam bahan yang umumya digunakan dalam pemutus tenaga tegangan

tinggi.

94

Page 95: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

X. TRANSFORMATOR ARUS

10.1. Pendahuluan

Arus yang menuju peralatan proteksi biasanya diubah oleh transformator arus (CT)

ke tingkat yang lebih rendah untuk pengoperasian Rele. Tingkat-tingkat yang rendah

diperlukan karena dua alasan yaitu:

1. Dengan masukan yang lebih rendah ke rele, memungkinkan komponen-komponen

yang digunakan untuk konstruksi rele tersebut secara fisik akan lebih kecil dan tentu

lebih ekonomis.

2. Dengan arus yang rendah maka menjamin keamanan operator yang bekerja pada

lingkungan rele

Daya yang diberikan oleh transformator tidak terlalu besar karena beban yang

dihubungkan padanya hanya terdiri dari rele-rele dan perangkat ukur saja.

Rating arus nominal untuk sekunder CT telah distandarisasikan yaitu 5A dan 1A. arus

gangguan dapat lebih dari 10 sampai 20 kali dari arus nominal saat terjadi hubungan

singkat pada sistem.

10.2. Prinsip Kerja Transformator Arus

Pada gambar dibawah ini ditunjukkan skema konstruksi suatu transformator arus

dan rangkaian ekivalennya dilihat dari sisi skunder. Prinsip kerjanya sama dengan trofo

daya satu phasa. Jika pada kumparan primer mengalir arus I , maka pada kumparan primer

timbul gaya gerak magnet sebesar . Gaya gerak magnet ini memproduksi fluks pada

inti. Fluks ini membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan sekunder.

95

Page 96: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

a. Konstruksi transformator arus b. Rangkaian Ekivalen Transformator

arus

Gambar 10.1. Konstruksi dan Rangkaian Ekivalen Transformator Arus.

Jika terminal kumparan skunder tertutup, maka kumparan sekunder tertutup, maka

pada kumparan sekunder mengalir arus I . Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet

pada kumparan sekunder. Bila transformator tidak mempunyai rugi-rugi (transformator

ideal) maka berlaku persamaan :

=

(3.2)

dimana :

= jumlah belitan kumparan primer.

= jumlah belitan kumparan sekunder.

I = arus pada kumparan primer

I = arus pada kumparan sekunder

Tegangan pada terminal sekunder (V ) tergantung pada impedansi peralatan ( )

yang terhubung pada terminal sekunder, dan dapat dituliskan sebagai berikut :

(3.3)

Jika tahanan dan reaktansi bocor kumparan transformator dinyatakan dalam

impedansi internal , maka gaya gerak listrik pada kumparan sekunder harus lebih besar

96

Page 97: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

daripada tegangan sekunder agar rugi-rugi tegangan pada impedansi dapat

dikompensasi. Oleh karena itu, persamaan di bawah ini harus dipenuhi:

(3.4)

atau

(3.5)

dalam prakteknya transformator arus selalu mengandung arus beban nol, . Arus beban

nol menimbulkan fluks yang dibutuhkan untuk membangkitkan gaya gerak listrik :

(3.6)

dimana :

f = frekuensi tegangan

= fluks magnetik

A = luas penampamg inti transformator

B = rapat medan magnetic

Gaya gerak listrik inilah ysng mempertahankan aliran arus pada impedansi (

). Oleh karena itu, ampere belitan yang ditimbulkan arus beban nol harus dapat

mengimbangi ampere belitan yang ditimbulkan arus primer dan sekunder.

(3.7)

10.3. Spesifikasi Teknik Transformator Arus

Secara umum spesifikasi teknik suatu transformator arus adalah sebagai berikut:

a. Burden :

Adalah impedansi beban yang terpasang pada terminal sekunder transformator arus,

dinyatakan dalam ohm dan faktor daya. Dapat juga dinyatakan dalam daya (VA) yang

diserap beban pada suatu harga arus dan faktor daya tertentu.

97

Page 98: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

b. Arus Keamanan Instrumen

Adalah arus primer yang ditetapkan pembuat transformator sebagai arus efektif terendah

yang menimbulkan arus sekunder (I ), di mana saat itu arus sekunder dikali rasio

transformasi ( tidak melebihi 0,9 arus primer tersebut dan burden pengenal

transformator.

c. Faktor Keselamatan Instrumen (Instrument Security Factor), F

Adalah perbandingan arus keamanan dengan arus pengenal primer

d. Galat Komposit adalah galat gabungan karena adanya galat rasio, galat sudut, dan

perbedaan bentuk gelombang arus sekunder dengan arus primer. Biasanya dinyatakan

dalam persen arus primernya.

e. Arus Primer Batas ketelitian (Rated Accuracy Limit Primary Current)

Adalah arus primer tertinggi ( ) di mana ketelitian belum melebihi bats ketelitiannya.

f. Faktor Batas Ketelitian (Accuracy Limit Factor)

Adalah perbandingan arus primer batas ketelitian dengan arus pengenal primer

g. Arus Eksitasi

Adalah harga efektif arus sekunder bila sekunder diberi tegangan sinusoidal frekuensi

pengenal, sedang terminal primer terbuka.

10.4. Jenis-Jenis Transformator Arus

1. Menurut Jumlah Kumparan Primer

Jenis transformator arus ditinjau dari konstruksi belitan primernya terdiri atas jenis

kumparan (wound type) dan jenis bar (bar type).

Jenis kumparan digunakan untuk arus rendah atau burden yang besar atau pengukuran

yang memerlukan ketelitian tinggi. Jumlah belitan primernya tergantung pada arus primer

yang akan diukur, biasanya dibatasi tidak lebih dari 5 belitan dan dirancang menghasilkan

gaya gerak magnet kira-kira 1200 ampere belitan

98

Page 99: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

Jenis Bar digunakan untuk pengukuran arus besar (ribuan ampere). Konstruksinya

sangat sederhana dan kokoh sehingga transformator ini mampu menahan arus hubung

singkat yang besar, atau dengan perkataan lain mempunyai faktor thermis dan dinamis

waktu singkat tinggi. Keburukannya bahwa efisiensi pengukuran yang lebih tinggi, yakni

ukuran inti yang ekonomis, didapat hanya pada arus pengenal yang besar, yakni kira-kira

1000A.

2. Jenis Menurut Jumlah Rasio

Jenis transformator arus dilihat dari banyaknya rasio yang disediakan terdiri atas

transformator arus rasio tunggal dan transformator arus rasio ganda. Pada transformator

arus jenis bar, rasio ganda diperoleh dengan membuat sadapan di kumparan sekundernya.

Tetapi perlu diperhatikan bahwa daya keluaran sebanding dengan kuadrat ampere-belitan

sekundernya, jika rasio dikurangi menjadi setengah maka kapasitas dayanya berkurang

menjadi seperempat dari semula.

3. Jenis Menurut jumlah Inti

Berdasarkan jumlah intinya, transformator arus dapat juga dibagi atas dua jenis, yaitu

transformator arus inti tunggal dan transformator arus inti ganda. Transformator arus inti

ganda digunakan jika sistem membutuhkan arus untuk pengukuran dan proteksi.

Inti yang digunakan untuk pengukuran terbuat dari bahan yang jenuh pada arus rendah,

sehingga besar arus sekunder tetap dalam batas kemampuan ammeter tidak rusak pada saat

arus primer sangat besar. Sebaliknya inti yang digunakan untuk rele proteksi harus terbuat

dari bahan yang jenuh pada arus tinggi, sehingga arus sekunder tetap sebanding dengan

arus primer sampai sepuluh kali atau lima belas kali arus pengenal primer.

4. Jenis Menurut Konstruksi Isolasi

Konstruksi transformator arus dengan isolasi epoksi-resin sering dipakai untuk

pasangan luar sampai tegangan 110 kV. Pada tegangan menengah, umumnya digunakan

transformator arus epoksi-resin, karena transformator epoksi-resin memiliki kekuatan

hubung singkat belitan lebih tinggi, sebab semua belitanya tertanam dalam bahan isolasi.

Tabel Daftar perbandingan transformasi Trafo Arus

99

Page 100: DIKTAT SISTEM PROTEKSI .doc

100